Upload
hathien
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA TRIGONAL PENCIL
DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MENULIS
SISWA BERKESULITAN MENULIS KELAS III SD ISLAM
BAKTI I JOYOTAKAN KECAMATAN SERENGAN
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
Skripsi
Oleh :
Nama: DHANANG ADI P. NIM: K5105009
PENDIDIKAN KHUSUS JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
ii
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA TRIGONAL PENCIL
DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MENULIS
SISWA BERKESULITAN MENULIS KELAS III SD ISLAM
BAKTI I JOYOTAKAN KECAMATAN SERENGAN
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus
Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
Nama: DHANANG ADI P. NIM: K5105009
PENDIDIKAN KHUSUS JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Munawir Yusuf, M. Psi
NIP. 130 906 769
Dra. Munzayanah
NIP. 130 529 733
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah di pertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim penguji skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M. Kes …………………
Sekretaris : Drs. Maryadi, M. Ag ….……………
Anggota I : Drs. Munawir Yusuf, M. Psi …………………
Anggota II : Dra. Munzayanah ………………..
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 131 658 563
v
ABSTRAK
Dhanang Adi Pamungkas. EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA TRIGONAL PENCIL DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MENULIS SISWA BERKESULITAN MENULIS KELAS III SD ISLAM BAKTI I JOYOTAKAN KECAMATAN SERENGAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2009.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas penggunaan media trigonal pencil dalam mengatasi kesulitan belajar menulis siswa berkesulitan menulis kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009
Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi adalah seluruh siswa kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan Serengan Surakarta yang berjumlah 27 siswa. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling, dengan jumlah sampel 6 siswa. Teknik pengumpulan data kemampuan menulis siswa kelas III SD dengan menggunakan tes tertulis dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik non parametrik Sign Test Wilcoxon. Penelitian ini menggunakan desain one group pre test post test design.
Hasil pnelitian menunjukan : 1) dari hasil data yang dikerjakan dengan bantuan SPSS For Window 12 dan diperoleh harga P uji dua sisi untuk harga Z = -2,201. Harga peroleh P = 0,028 berada dibawah 0,05 dengan hasil P untuk Z hitung lebih kecil dari P untuk Z tabel ; 0,028<0,05 maka Ho ditolak. Penolakan Ho berarti diterimanya Ha yang menyatakan “penggunaan media trigonal pencil efektif dalam mengatasi kesulitan belajar menulis siswa berkesulitan menulis kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan kecamatan Serengan Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009”. 2) terdapat perbedaan antara kemampuan menulis siswa berkesulitan menulis setelah pemberian perlakuan atau treatment yang berupa penggunaan trigonal pencil dibandingkan dengan sebelum diberikan treatment. Hal ini dibuktikan dengan Mean dari posttest diperoleh skor 78,50 sedangkan Mean dari pretest 43,33.
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Penggunaan media trigonal pencil efektif dalam mengatasi kesulitan belajar menulis siswa berkesulitan menulis kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan kecamatan Serengan Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009” terbukti kebenarannya. Jadi penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media trigonal pencil efektif dalam mengatasi kesulitan belajar menulis siswa yang teridentifikasi kesulitan belajar menulis.
vi
MOTTO
ù&t•ø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&t•ø%$# y7š/u‘ur
ãPt•ø.F{$# ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$#
$tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS : Al Alaq 1-5)
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
“Segala sesuatu bermula dari belajar dan berakhir pada sebuah hikmah”
(penulis)
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan pada :
¯ Orang tua penulis,
¯ Keluarga besar penulis,
¯ Ninda, Mba Iyo,
¯ Sedulur djemblink ’05,
¯ dan Almamater
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan YME, karena
hanya dengan rahmat dan hihayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, namun atas bantuan berbagi pihak segala hambatan dan
kesulitan tersebut dapat teratasi,dan akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis akan mengucapkan terimakasih, kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan FKIP UNS
Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun
skripsi.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd, selaku ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi.
3. Drs. Abdul Salim Choiri, M. Kes, selaku ketua Program Studi Pendidikan
Khusus dan selaku pembimbing akademis penulis.
4. Drs. Maryadi M. Ag, selaku sekretaris Program Pendidikan Khusus.
5. Drs. Munawir Yusuf, M. Psi, selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
6. Dra. Munzayanah, selaku pembimng II yang telah memberikan bimbingan
dan arahan bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Hj. Sri Harini, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SDN Joyotakan 59 yang
telah memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan try-out .
8. Bapak Julianto, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SD Islam Bakti I Joyotakan
yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.
9. Bapak Santoso, selaku guru kelas III yang telah banyak memberikan
bantuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.
10. Adek-adek siswa kelas III yang telah memberikan kerjasama bagi penulis
selama melaksanakan penelitian.
ix
11. Seluruh siswa dan Guru-Guru penulis di SD Islam Bakti I Joyotakan ,
selaku alamamater penulis yang telah memberikan semangat dan
dorongan.
12. Orang tua penulis yang telah bekerja sedemikian keras, pengorbanan,
kasih sayang dan doa untuk memberikan yang terbaik bagi penulis .
13. Keluarga Ibu Siti Aminah, Heru Sutarto dan Yatim Hermawan, SE, atas
segala bantuan dan doa yang telah diberikan bagi penulis dan keluarga.
14. Ninda sholikhah atas semangat dan doa yang telah diberikan.
15. Sedulur Djemblink ’05 (antoen, timbul, vajri, jack, braam) thank guy’s!!!
terima kasih Ya Allah Kau telah pertemukan kami.
16. Rekan-rekan seperjuangan PPL stressing C (Pak rizki, Pak zaki, Pak soni,
Bu ita, Bu anith, Bu citra, Bu heni, Bu adit) dan seluruh keluarga PKh ’05.
17. Teman-teman lintas angkatan (mb iyo, mb intan, mas arif 2’’, mas ari, mas
wa2n, ipah) atas segala bantuan yang telah diberikan.
18. Seluruh keluarga besar : Marching Band UNS (keep esprit de corps),
ARMAN’S (keseimbangan itu perlu dan masih penting buat kita.Ayo
Berdiri Kawan!), Khatulistiwa (good job!)
19. Kawan baruku Laskar Serengan (pak hamzah, pak gu, bu mul, mbah
manto, pak komar, pak widi, pak mint, pak joko, pak yanto, n sekrt2)
20. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga amal
kebaikan semua pihak mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Walaupun disadari skripsi ini masih banyak kekurangan, namun pebulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaatbagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
peneliti selanjutnya.
Surakarta, 2009
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i
HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………. iv
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………. v
HALAMN MOTTO ............................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………. vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………. viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………. xiv
BAB. I PENDAHULUAN ……………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1
B. Identifikasi masalah …………………………………… 6
C. Pembatasan Masalah …………………………………… 6
D. Perumusan Masalah …………………………………… 7
E. Tujuan Penelitian …………………………………… 7
F. Manfaat Penelitian …………………………………… 7
BAB. II LANDASAN TEORI …………………………………… 8
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………… 8
1. Tinjauan Tentang Kesulitan Belajar............................…... 8
2. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran............................. 21
3. Tinjauan Tentang Trigonal Pencil……………………… 24
B. Kerangka Berfikir …………………………………………… 28
C. Hipotesis …………………………………………………… 29
xi
BAB. III METODE DAN PENELITIAN …………………………… 30
A. Tempat Dan Waktu Penelitian …………………………… 30
B. Metodologi Penelitian …………………………………… 32
C. Populasi dan Sampel …………………………………… 35
D. Variabel …………………….…………………………… 37
E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………. 37
F. Penentuan Validitas dan Reliabilitas ...................................... 45
G. Teknik Analisis Data …………………………………… 47
BAB IV. HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN………………… 49
A. Deskripsi Data Penelitian ………………………………… 49
B. Pengujian Hipotesis …………………………………… 54
C. Rangkuman Untuk Pembuktian Hipotesis ..... .................. 55
D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 56
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN …………………… 59
A. Kesimpulan …………………………………………… 59
B. Implikasi …………………………………………………… 59
C. Saran …………………………………………………… 60
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 61
LAMPIRAN …………………………………………………………… 64
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian ..................………..………………………… 31
Tabel 2. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Menulis…………………………… 41
Tabel 3. Daftar Responden Siswa Kelas III Berkesulitan Menulis……… 49
Tabel 4. Daftar Nilai Kemampuan Menulis Siswa Kelas III Sebelum
Perlakuan (Pretest)....................................................................... 50
Tabel 5. Diskripsi Data....................... …………………………………… 51
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Siswa Sebelum Perlakuan
(Treatment) …………………………......................................... 51
Tabel 7. Daftar Nilai Kemampuan Menulis Siswa Kelas III Sesudah
Perlakuan (Posttest)..................................……… ………............ 52
Tabel 8. Diskripsi Data………………………………………………….... 53
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Siswa Setelah Perlakuan
(Treatment) …………………………………………................. 53
Tabel 10. Tabel Rank ……………………………………………………. 54
Tabel 11. Tabel Test Statistik ……………………………………………. 55
Tabel 12. Tabel Kesimpulan Hasil Penelitian……………………………. 56
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar Cara Memegang Pensil yang Tepat……….....……. 17
Gambar 2. GambarTrigonal Pencil …………………………….…….. 25
Gambar 3. Gambar Berbagai Cara Memegang Alat Tulis atau Pensil ... 28
Gambar 4. Grafik Histogram Kemampuan Menulis Siswa Sebelum Mendapat
Perlakuan (Pretest) ………............…………………... 52
Gambar 5. Grafik Histogram Kemampuan Menulis Siswa Setelah Mendapat
Perlakuan (Posttest) ……......................……………… 54
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia kelas III SD Islam Bakti………………………….…. 65
Lampiran 2. Soal Try-Out.............................................................................. 66
Lampiran 3. Data Try-Out................ ............................................................. 79
Lampiran 4. Uji Validitas............................................................................... 80
Lampiran 5. Uji Reliabilitas............................................................................ 82
Lampiran 6. Contoh Tulisan Subjek Penelitian............................................. 83
Lampiran 7. Dokumentasi Teknik Menulis Siswa................ ……………... 84
Lampiran 8. Soal Tes (Pre Test – Post test)........…………………………... 87
Lampiran 9. Data Pre Test – Post Test.......................................................... 98
Lampiran 10. Tabel Pengamatan Kemampuan Menulis ..………………..... 99
Lampiran 11. Perhitungan NPar Test dan Wilcoxon Signed Rank Test…... 103
Lampiran 12. Perijinan Skripsi..................................................................... 105
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan saat ini merupakan salah satu kebutuhan yang utama bagi
manusia. Bagaimana tidak, selain pendidikan akan menambah pengetahuan
seseorang, pendidikan juga merupakan syarat mutlak dalam dunia pekerjaan.
Dengan pendidikan pula status seseorang akan nampak dan akan membedakan
cara pandang seseorang terhadap suatu masalah. Sejalan dengan itu, pemerintah
juga menjelaskan bahwa memperoleh pendidikan adalah hak seluruh Warga
Negara Indonesia. Seiring dengan itu tujuan Pembangunan Nasional juga tersirat
bahwa antara lain tujuan bangsa yakni mencerdaskan bangsa. Pemerintah juga
dituntut untuk menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan
yang layak, termasuk anak yang mengalami kesulitan belajar tanpa adanya
diskriminasi, seperti yang tercantum (dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003 : 10) bab IV
pasal 11 yang berbunyi
1. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
2. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidkan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun.
Maka wajar jika pendidikan dasar harus dimiliki setiap Warga Negara
Indonesia. Agar nantinya seluruh Warga Negara Indonesia terlepas dari buta
aksara. Sehingga dirasa perlu memberikan pendidikan dasar yang tepat bagi
seluruh Warga Negara Indonesia. Banyak manfaat yang akan diperoleh bagi
manusia jika sadar akan kebutuhan pendidikan. Dalam contoh kecil, ketrampilan
mengenal aksara akan memudahkan dalam ketrampilan membaca, sedangkan
ketrampilan berhitung akan memudahkan dalam menjalani kegiatan yang
membutuhkan ketepatan berhitung, dan ketrampilan dasar menulis akan
memudahkan dalam kebutuhan menulis tingkat selanjutnya. Menulis bukan hanya
xvi
kegiatan menyalin bentuk tulisan atau ketrampilan menggerakkan alat tulis diatas
media tulis, melainkan bagaimana seorang penulis memvisualisasikan atau
mengekspresikan apa yang dilihat, didengar, dan dipikirkannya ke dalam
lambang-lambang tulisan. Menulis juga merupakan pemindahan pikiran dan
perasaan dalam bentuk lambang-lambang bahasa (Atar M. Semi, 1990 : 47).
Menurut pendapat Burhan Nuryantoro (2001 : 296) menyatakan bahwa “Aktifitas
menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan ketrampilan)
berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan
mendengarkan, berbicara dan membaca.” Sehingga ketrampilan menulis perlu
diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dikarenakan untuk mengimbangi
ketrampilan berbahasa lainnya.
Ketrampilan menulis harus diajarkan sejak pendidikan dasar. Dikarenakan
menulis merupakan ketrampilan berbahasa yang umumnya paling sulit dikuasai
anak. Selain itu kemampuan menulis sangat dituntut dalam kehidupan
bermasyarakat, seperti untuk berkirim surat, mencatat, mengisi formulir, dll.
Terdapat beberapa cakupan ketrampilan menurut Munawir Yusuf (2003 : 105)
menulis yang termasuk didalamnya antara lain :
1. Memegang alat tulis 2. Menggerakkan alat tulis ke atas dan ke bawah 3. Menggerakkan alat tulis melingkar 4. Menyalin huruf 5. Menyalin nama sendiri dengan huruf balok 6. Menulis nama sendiri dengan huruf balok 7. Menyalin huruf balok dari jarak jauh 8. Menyalin huruf, kata, dan kalimat dengan tulisan bersambung 9. Menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh
Sedangkan yang termasuk faktor yang mempengaruhi kemampuan anak
untuk menulis menurut Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (1998 : 225)
1. Motorik 2. Perilaku 3. Persepsi 4. Memori 5. Kemampuan melaksanakan cross modal 6. Penggunaan tangan yang dominan 7.Kemampuan memahami instruksi.
xvii
Menulis merupakan aktifitas multisensori yang mana gabungan dari
aktifitas melihat, mendengar, meraba, dan merasakan (www.learningdisabilities.com
Ann Logsdon, 2007 : 23). Sehingga kesiapan menulis perlu ditanamkan sejak dini,
agar nantinya apabila terjadi keterlambatan atau kekurangan dalam salah satu
aspek ketrampilan menulis akan diketahui lebih awal penanganannya. Kesulitan
belajar menulis yang sering disebut disgrafia yang merupakan manifestasi anak
dengan ketidakmampuan dalam mengingat cara membuat huruf atau simbol
matematika. Terdapat beberapa jenis kesulitan belajar yang dialami anak
berkesulitan menulis, antara lain sebagai berikut (Munawir Yusuf dkk, 2003 :
107)
1. Terlalu lambat dalam menulis 2. Salah arah pada penulisan huruf dan angka 3. Terlalu miring 4. Jarak antar huruf tidak konsisten 5. Tulisan kotor 6. Tidak tepat dalam mengikuti garis horisontal 7. Bentuk huruf atau angka tidak terbaca 8. Tekanan pensil tidak tepat 9. Ukuran tulisan terlalu besar atau terlalu kecil 10.Bentuk terbalik
Kesulitan belajar menulis pada umumnya merupakan bentuk proses
ketrampilan menulis yang salah. Menurut Munawir Yusuf dkk (2003 : 11)
“Terdapat empat perkembangan ketrampilan menulis dan strategi pembinaannya,
yaitu tahap kesiapan menulis, menulis huruf balok, tahap transisi, dan menulis
huruf sambung.” Sehingga mulai dari kesiapan anak untuk menulis perlu
diperhatikan dalam pengajaran menulis. Penyebab kesulitan belajar menulis
sering terkait dengan bagaimana cara anak memegang pensil (alat tulis). Menurut
Hornsby dalam Mulyono Abdurrahman (1998 : 228) “Terdapat empat macam cara
anak memegang pensil yang dapat dijadikan petunjuk bahwa anak berkesulitan
belajar menulis, yaitu (1) sudut pensil terlalu besar, (2) sudut pensil terlalu kecil,
(3) menggenggam pensil (seperti mau meninju), (4) menyangkutkan pensil di
tangan atau menyeret.”
Dari berbagai teknik atau cara memegang pensil yang dapat dijadikan
petunjuk anak berkesulitan belajar menulis, menunjukkan bahwa pada
xviii
kebanyakan kasus anak berkesulitan menulis disebabkan cara anak memegang
pensil yang tidak tepat. Untuk membantu anak berkesulitan menulis khususnya
kesulitan menulis dengan tangan atau handwriting, sehingga diupayakan agar
anak dapat menggenggam dan menggunakan pensil dengan cara yang benar.
Menurut Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (1998 : 241) “Terdapat berbagai
aktifitas, seperti bagi anak yang kurang dapat memegang pensil dengan benar,
dapat dengan bagian pensil yang harus dipegang dapat dibatasi dengan selotip,
dapat dengan bantuan segitiga bantu atau pensil segitiga (trigonal pencil) atau
menggunakan alat tulis yang lebih besar ukurannya (spidol dan yang lainnya)
Kesulitan menulis dengan tangan dapat mengakibatkan siswa sulit dalam
mengikuti pengajaran menulis berikutnya. Maka dari itu pengajaran menulis perlu
di berikan sejak dini, setelah itu dikembangkan dalam tahapan pendidikan formal
di sekolah. Menurut Lovitt dalam Mulyono Abdurrahman (1998 : 226)
mengemukakan bahwa “Pengajaran menulis meliputi : menulis dengan tangan
atau handwriting; mengeja dan menulis ekspresif”. Menulis dengan tangan
disebut juga dengan menulis permulaan. Pada pelaksanaan kegiatan menulis
dalam pendidikan dimulai sejak pendidikan dasar atau Sekolah Dasar (SD). Pada
masa awal mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar umumnya dikenalkan pada
konsep-konsep dasar menulis atau pra menulis. Setelah meningkat pada kelas III
SD dirasa cukup tepat unuk mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan
belajar menulis, dikarenakan pada jenjang kelas III SD pola pengajaran menulis
dan kurikulum yang di gunakan sudah mengaplikasikan ketrampilan menulis
siswa dalam pelajaran seperti kebutuhan mencatat pelajaran dan menulis indah
atau menulis halus.
Dalam hal penerapan ketrampilan menulis dengan tangan di lingkungan
sekolah selain semua mata pelajaran membutuhkan kemampuan menulis, akan
tetapi lebih ditekankan pematangan konsep dan aplikasinya ke dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Menurut Imas Eva Nurvianti (2007 : 1),
“Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan program yang diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan
maupun tulisan”. Terdapat empat aspek ketrampilan yang harus dikuasai siswa
xix
dalam belajar bahasa, antara lain mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis. Keempat aspek ini harus diajarkan dengan seimbang agar tujuan
pengajaran bahasa dapat tercapai dengan baik. Menulis sebagai salah satu
ketrampilan berbahasa, juga sebagai salah satu bagian dari pengetahuan dan
ketrampilan dasar, harus dimiliki oleh siswa tingkat pendidikan dasar. Dengan
ketrampilan menulis yang dimilki, siswa dapat mengkomunikasikan ide atau
gagasanya secara tertulis kepada orang lain.
Segitiga bantu untuk menulis atau yang disebut Trigonal pencil
merupakan salah satu media alternatif untuk mengupayakan dan membantu anak
dalam memegang pensil dengan cara yang tepat. Dengan merubah cara menulis
yang benar diharapkan ketrampilan menulis dapat dimaksimalkan sejak dini.
Trigonal pencil merupakan bentuk pensil yang dimodifikasi dengan memberikan
bentuk segitiga pada pegangan pensil. Sehingga pola jari akan terbentuk menjadi
cara menulis yang benar, dengan sudut dan posisi jari yang tepat.
Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa kesulitan
belajar menulis pada umumnya disebabkan oleh kesalahan anak dalam cara
memegang alat tulis atau pensil. Dalam upaya membantu anak menggunakan
pensil dengan cara yang tepat, maka digunakan media trigonal pencil. Bertolak
dari pemikiran tersebut, peneliti berpendapat bahwa dengan media trigonal pencil
dimungkinkan dapat membantu anak dalam mengunakan pensil yang benar
sehingga mengatasi kesulitan menulis dengan tangan atau handwriting yang
dihadapi anak. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan
judul :
“Efektifitas Penggunaan Media Trigonal Pencil dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar Menulis Siswa Berkesulitan Menulis Kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan
Kecamatan Serengan Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009”.
xx
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini
dapat diidentifikasi permasalahan yang dikaji, yakni sebagai berikut :
1. Menulis dengan tangan (handwriting) merupakan ketrampilan dasar yang
sangat penting, untuk memvisualisasikan objek tulisan ke dalam bahasa tulis.
2. Kesulitan menulis masih banyak dijumpai di sekolah tingkat dasar pada
umumnya.
3. Kesulitan belajar menulis apabila tidak di deteksi secara dini dapat
menyebabkan kegagalan dalam proses pendidikan anak selanjutnya.
4. Menulis merupakan kebutuhan dalam bermasyarakat, sehingga tuntutan
bermasyarakat kurang dapat dijalankan dengan maksimal jika mengalami
kesulitan dalam menulis.
5. Kesulitan belajar menulis dapat disebabkan dari cara memegang alat tulis atau
pensil yang tidak tepat.
6. Kesalahan dalam cara memegang pensil atau alat tulis dapat menyebabkan
masalah fisik pada tangan dan mempengaruhi kecepatan seseorang dalam
menulis.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan, maka peneliti membatasi
masalah yang akan diteliti. Adapun batasan masalahnya pada :
1. Anak berkesulitan belajar menulis adalah anak dengan ketidakmampuan
mengingat cara membuat huruf yang disebabkan oleh faktor motorik, persepsi,
perilaku, memori, dan kemampuan memahami instruksi.
2. Menulis merupakan rangkaian aktifitas yang menunjukkan kemampuan
motorik dan persepsi yang terfokus pada bidang tertentu untuk
mengkomunikasikan suatu infofmasi kedalam bahasa tulis.
3. Trigonal pencil merupakan alat bantu menulis dengan tangan bagi siswa yang
kesulitan menulis akibat dari kekeliruan cara memegang pensil yang berfungsi
membentuk pola jari yang benar untuk menulis.
xxi
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan
permasalah sebagai berikut :
“Apakah penggunaan media Trigonal pencil efektif dalam mengatasi kesulitan
belajar menulis siswa berkesulitan menulis kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan
Kecamatan Serengan Surakarta tahun ajaran 2008/2009”
E. Tujuan Peneletian
Bertolak dari rumusan masalah tersebut diatas tujuan penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui efektifitas media Trigonal pencil dalam mengatasi kesulitan
belajar menulis siswa berkesulitan menulis kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan
Kecamatan Serengan Surakarta tahun ajaran 2008/2009”
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Dapat menambah wawasan guru dalam pemanfaatan media pembelajaran
khususnya trigonal pencil terhadap ketrampilan menulis siswa.
b. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengembangan media lebih
lanjut.
2. Manfaat praktis
a. Dengan media pembelajaran trigonal pencil dapat dijadikan salah satu
alternatif guru dalam meningkatkan ketrampilan menulis siswa
b. Memperkenalkan media trigonal pencil kepada guru-guru SD Islam Bakti
I Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta yang dimungkinkan dapat
meningkatkan ketrampilan menulis siswa.
xxii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Kesulitan Belajar
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris
Learning Disability yang berarti ketidakmampuan belajar. Istilah tidak mampu
belajar dirasa kurang tepat digunakan bagi manusia, maka dirasa lebih pantas
menggunakan istilah kesulitan belajar.
Menurut The United States Office of Education (USOE) (1997) yang
dikutip oleh Hallahan, Kauffman, dan Lloyd (1985 : 14) dalam Mulyono
Abdurrahman (1998 : 6) yang merupakan pengertian yang diakui pemerintahan
federal mengemukakan bahwa
“Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran atau motorik, hambatan karena tuna grahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan, lingkungan, budaya atau ekonomi. Dirasakan pengertian tersebut masih kurang tepat dalam mengartikan
tentang kesulitan belajar, maka dikembangkan lagi definisi tersebut oleh The
National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD) yang dikutip oleh
Hamill et al,. (1981 : 336) dalam Mulyono Abdurrahman (1998 : 7)
mengemukakan bahwa
“Kesulitan belajar merujuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut
xxiii
instrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional )atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenetik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung”. Sedangkan definisi lain diungkapkan the Board of the Association for
Children and Adulth with Learning Disabilities (ACALD) yang dikutip oleh lovitt
(1987 : 7) dalam Mulyono Abdurrahman (1998 : 8) “ Kesulitan belajar khusus
adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara
selektif mengganggu perkembangan, intergrasi dan atau kemampuan verbal dan
atau non verbal ”.
Menurut Takeshi Fujishima et al., (1992 : 26) dalam Munawir Yusuf
(2009 : 1) “Kesulitan belajar berbagai istilah yang berkenaan dengan gangguan
pada anak seperti disfungsi minimal otak (minimal brain disfunction), gangguan
neurologis (neurogical disorders), disleksia (dyslexia), dan afasia perkembangan
(developmental aphasia).
Menurut Mulyono Abdurrahman (1998 : 9) mengemukakan bahwa secara
umum kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu :
1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental
learning disabilities)
2) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities)
Kesulitan belajar akademik pada umumnya terdapat pada anak yang
belajar di sekolah dengan hasil pencapaian belajar dibawah kemampuan akademik
yang sebenarnya. Menurut Mulyono Abdurrahman (1998 : 11) Kesulitan belajar
akademik dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1. Kesulitan belajar membaca (Disleksia)
2. Kesulitan belajar menulis (Disgrafia)
3. Kesulitan belajar berhitung (Diskalkulia)
Menurut Munawir Yusuf dkk (2003 : 7) mengemukakan bahwa “Anak
yang karena satu dan lain hal secara signifikan menunjukkan kesulitan dalam
mengikuti pendidikan pada umumnya, tidak mampu mengembangkan potensinya
xxiv
secara maksimal, prestasi belajar yang dicapai berada dibawah potensinya
sehingga mereka memerlukan perhatian dan layanan khusus untuk mendapatkan
hasil yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuanya.
Menurut Abdul Azis (2001 : 19) menyatakan bahwa “Kesulitan dalam
belajar merupakan kondisi ketertinggalan dalam belajar jika keberhasilan di
sekolahnya lebih rendah daripada teman-teman pada tingkat umur dan saat yang
sama, ketertinggalan tersebut dapat berupa ketertinggalan dalam bidang bakat,
dan pada bidang pelajaran praktis ”.
Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan
belajar merupakan suatu kondisi gangguan dalam proses belajar yang mungkin
terkait dengan faktor disfungsi neurologis, adanya kesulitan dalam tugas
akademis, adanya kesenjangan antara prestasi dengan potensi atau kemungkinan
penyebab lain sehingga mengalami gangguan dalam belajar yang ditandai dengan
kesulitan yang nyata dalam tugas-tugas akademik, bukan disebabkan oleh faktor
kecerdasan, bukan disebabkan oleh faktor kecacatan ataupun faktor luar.
b. Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar pada umumnya disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal. Yang merupakan faktor internal antara lain :
1) Kemungkinan adanya disfungsi neurologis
2) Genetik
3) Luka pada otak
4) Biokimia yang hilang
5) Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan
anak.
Sedangkan yang termasuk faktor eksternal antara lain :
1) Strategi pembelajaran yang salah
2) Kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak
3) Pemberian penguatan (reinforcement) yang tidak tepat (Mulyono
Abdurrahman, 1998 : 11) ;
xxv
c. Klasifikasi Kesulitan Belajar
Menurut Mulyono Abdurrahman (1998 : 11), “Klasifikasi kesulitan belajar
dikelompokkan menjadi dua kelompok, (1) kesulitan yang berhubungan dengan
perkembangan (developmental learning disabilities), dan (2) kesulitan belajar
akademik (academic learning disabilities).”
Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
dikelompokkan menjadi dua kategori. Yang pertama, kesulitan belajar yang
berhubungan dengan perkembangan yang mencakup motorik, persepsi, bahasa,
dan komunikasi. Sedangkan yang kedua, kesulitan belajar akademik yang
mencakup ketrampilan membaca (dieleksia), menulis (disgrafia), dan atau
berhitung (diskalkulia).
1) Teori Tentang Kesulitan Belajar Menulis
a) Pengertian Kesulitan Belajar Menulis
Salah satu jenis kesulitan belajar yang termasuk dalam klasifikasi
kesulitan belajar akademik adalah kesulitan belajar menulis atau disgrafia.
Pengajaran menulis terdiri dari menulis dengan tangan tangan atau permulaan
(handwriting), mengeja dan menulis ekspresif. Kesulitan belajar menulis terkait
dengan pengajaran menulis yang diajarkan.
Menurut Mulyono Abdurrahman (1998 : 227) kesulitan belajar menulis
merupakan suatu bentuk kesulitan belajar yang berhubungan dengan
ketidakmampuan membuat huruf (menulis) dan simbol matematis.
Sedangkan menurut Munawir Yusuf dkk (2003 : 106 )mengemukakan
bahwa, “Kesulitan belajar menulis merupakan suatu gangguan atau kesulitan
dalam mengikuti satu atau lebih bentuk pengajaran menulis dan ketrampilan yang
terkait dengan menulis, seperti mendengarkan, berbicara dan membaca”.
Kesulitan belajar menulis atau yang disebut disgrafia, seperti dikutip
dalam http://sabda.org/c31 yang di akses pada 14 nopember 2008 mengemukakan
bahwa kesulitan belajar menulis atau disgrafia adalah suatu gangguan menulis
yang mengakibatkan perkembangan memori dan motoriknya mengalami ketidak
xxvi
seimbangan sehingga berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam
mengungkapkan informasi kedalam bahasa tulis.
Seiring dengan itu, seperti diungkapkan Santrock John W. Dalam
http://ncld.org yang di akses pada 14 nopember 2008 menyatakan bahwa kesulitan
belajar menulis atau disgrafia merupakan ketidakmampuan dalam belajar yang
mempengaruhi kemampuan menulis yang diperlihatkan dalam kesulitan mengeja,
miskin kosakata, kesulitan menuangkan pemikiran diatas kertas dan teknik
tertentu.
Dari berbagai pendapat diatas maka ditarik kesimpulan bahwa kesulitan
belajar menulis merupakan suatu bentuk gangguan atau kesulitan dalam
mengikuti pengajaran menulis yang berhubungan dengan ketrampilan lain seperti
mendegarkan, berbicara dan membaca yang dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan perkembangan memori dan motoriknya sehingga berpengaruh
dalam kemampuan mengungkapkan suatu informasi atau objek kedalam bentuk
bahasa tulis.
b) Ciri-Ciri Kesulitan Belajar Menulis
Seperti dikutip dalam http://sabda.org/c31 yang diakses pada tanggal 14
nopember 2008 menyebutkan beberapa ciri-ciri khusus yang terdapat pada anak
yang mengalami kesulitan belajar menulis antara lain :
(1) Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisanya
(2) Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur
(3) Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisanya tidak proporsional
(4) Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide,
pengetahuan atau pemahamanya lewat tulisan
(5) Sulit memegang pensil atau alat tulis dengan mantap, caranya memegang alat
tulis seringkali terlalu dekat, bahkan hampir menempel dengan kertas
(6) Berbicara pada diri sendiri ketika menulis, tau malah terlalu memperhatikan
tangan yang dipakai untuk menulis
(7) Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan
proporsional
xxvii
(8) Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan
yang sudah ada.
c) Penyebab Kesulitan Belajar Menulis
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar menulis, seperti
di dikemukakan oleh Mulyono Abdurrahman (1998 : 228) bahwa penyebab
kesulitan belajar menulis berkaitan dengan bentuk pengajaran yang salah, antara
lain dalam menulis permulaan atau handwriting penyebabnya sering kali terkait
dengan cara anak dalam memegang pensil atau alat tulis.
Sejalan dengan itu, menurut Paul G. Edison (2005 : 66) mengemukakan
penyebab kesulitan belajar menulis dapat dikarenakan kurangnya kecakapan
koordinasi mata dan tangan untuk menulis huruf balok, indah dan besambung
serta menggambar.
Seperti pendapat Sunardi dan Sugiarmin (2001) yang dikutip dalam
http://plbjabar.com yang diakses pada 14 nopember 2008, terdapat beberapa
penyebab kesulitan belajar menulis dengan tangan atau handwriting, antara lain :
(1) Faktor motorik (2) Perilaku ketika menulis (3) Persepsi (4) Memori atau ingatan (5) Kemampuan cross modal (6) Penggunaan tangan yang dominam (kidal atau bukan) (7) Kemapuan memahami instruksi.
d) Jenis Kesulitan Belajar Menulis
Menurut Munawir Yusuf dkk (2003 : 106) menggolongkan jenis-jenis
kesulitan belajar menulis sebagai berikut :
(1) Terlalu lambat dalam menulis (2) Salah arah pada penulisan huruf dan angka (3) Terlalu miring (4) Jarak antar huruf tidak konsisten (5) Tulisan kotor (6) Tidak tepat dalam mengikuti garis horisontal (7) Bentuk huruf atau angka tidak terbaca (8) Tekanan pensil tidak tepat (terlalu tebal atau terlalu tipis) (9) Ukuran tulisan terlalu besar atau terlalu kecil (10)Bentuk terbalik (seperti bercermin)
xxviii
e) Penanganan Kesulitan Belajar Menulis
Terdapat beberapa cara mengatasi kesulitan belajar menulis yang
berkaitan dengan pengajaran menulis permulaan atau handwriting antara lain
yang dikemukaan Mulyono Abdurrahman (1998 : 240 ) bahwa terdapat 15 jenis
kegiatan yang berfungsi untuk remedial menulis anak berkesulitan menulis jenis
permulan atau handwriting antara lain; Aktivitas menggunakan papan tulis;
Bahan lain untuk latihan gerakan menulis; Posisi; Kertas; Cara memegang pensil;
Kertas stensil atau karbon; Menjiplak; Menggambar di antara dua garis; Titik-
titik; menjiplak dengan semakin dikurangi; Buku bergaris tiga; Kertas dengan
garis pembatas; Memperhatikan tingkat kesulitan penulisan huruf ; Bantuan
Verbal; kata dan kalimat.
Menurut Munawir Yusuf (2009) mengemukakan penanganan kesulitan
belajar menulis dapat dengan memperhatikan beberapa tahapan yaitu :
(1) Kesiapan Menulis / keterampilan dasar
Keterampilan dasar dikembangkan sebelum anak memulai belajar menulis
dengan tujuan untuk mengenal huruf dan cara menulis.
(a) Pengendalian Otot.
Yang dikembangkan melalui aktivitas menipulatif. Misalnya:
memotong dengan gunting, menggambar dengan ujung jari,
menelusuri dan mewarnai.
(b) Koordinasi Mata – Tangan
Menggambar lingkaran dan bentuk geometri lainnya.
(c) Diskriminasi Visual
Latihan membedakan bentuk, ukuran dan warna.
Beberapa perangkat kesiapan menulis
(a) Gerakan tangan ke berbagai arah
(b) Menelusuri bentuk geometris dan garis putus
(c) Menghubungkan titik-titik
(d) Membuat garis horisontal dan vertikal
(e) Membuat lingkaran searah jarum jam, berlawanan dan garis lengkung
(f) Menyalin bentuk sederhana
xxix
(g) Menyebut nama huruf serta membedakan dan menyamakan antar
huruf
(h) Membuat garis sejajar miring
Selain itu, cara duduk, posisi kertas, cara memegang alat tulis dan jenis
pensil atau alat tulis yang tepat harus juga diajarkan.
(2) Menulis Balok
Ada 2 pendekatan, yaitu :
Pendekatan multisensori, anak melihat cara menulis, mendengar
penjelasan dan menelusuri contoh huruf. Tahap mengajarnya, guru
menunjukkan huruf kemudian menyebutkan nama sambil memperagakan
cara menulis. Lalu anak menelusuri huruf dengan pensil dan menyalin di
kertas.
Model Berangsur. Misalnya huruf disajikan dengan tulisan tebal kemudian
ketebalan secara berangsur dikurangi. Dapat dengan cara huruf dengan
garis putus atau huruf dengan titik pada sudut saja.
Pada pengajaran huruf balok, huruf yang terdiri atas garis lurus vertical
dan horizontal diajarkan terlebih dahulu (E,F,H,L,I).
Kesalahan yang sering dijumpai pada penulisan huruf balok, sbb:
(a) Ukuran tidak tepat pada huruf yang berkaki (p,q,y,g,j)
(b) Posisi huruf terbalik, proporsi huruf tidak tepat
(c) Bagian huruf hilang atau tidak tampak
(d) Bentuk huruf keliru
(3) Tahap Transisi
Tahap ini adalah masa transisi dari tulisan balok ke tulisan bersambung.
Ada beberapa tahap yang ditempuh guru pada tahap ini :
(a) Kata-kata ditulis dalam huruf balok kemudian huruf saling
dihubungkan dengan garis putus dengan pensil warna, kemudian anak
menelusuri huruf balok dan garis penghubung.
(b) Guru memulai dari huruf yang sederhana
xxx
(4) Tulisan Bersambung
Tahap ini pengajarannya bersamaan dengan menulis balok. Pada tulisan
bersambung, huruf-huruf dalam satu kata digabungkan dengan garis
penghubung. Tehnik yang dipakai untuk mengajar menulis huruf balok
dengan pendekatan multisensori dan teknik berangsur dapat juga dipakai
untuk mengajar menulis huruf bersambung.
Dalam http://infoterapi.com disebutkan terdapat beberapa hal yang bisa
dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan kesulitan menulis
dengan tangan, antara lain :
(1) Pahami keadaan anak. Sebaiknya orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua / guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
(2) Menyajikan tulisan cetak. Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin ketik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
(3) Membangun rasa percaya diri anak. Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
(4) Latih anak untuk terus menulis. Libatkan anak secara bertahap,pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikanlah tugas yang menarik dan memang sangat diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
xxxi
Sedangkan dalam http://plbjabar.com menyebutkan bahwa terdapat
beberapa strategi pengajaran menulis permulaan antaran lain
(1) Dalam aktivitas kesiapan menulis permulaan dapat dengan menggunakan
alat bantu pensil segitiga atau pencil grip (trigonal pencil) agar
membiasakan anak untuk memegang alat tulis dengan benar, mencorat-
coret dengan spidol besar, menggambar dengan kapur tulis,
fingerpainting, menulis di udara dan menulis di atas media yang
bertekstur.
(2) Dalam aktivitas kesiapan menulis huruf dapat dengan kegiatan menarik
garis, membuat bentuk-bentuk bangun datar, menyambung titik menjiplak
bentuk huruf dan menelusuri garis (tracing).
Dalam http://kafebalita.com/articles di sebutkan cara mengatasi kesulitan
menulis dengan tangan terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan, antara lain
posisi jari saat memegang alat tulis, jenis alat tulis bila perlu menggunakan
bantuan pensil segitiga atau trigonal pencil, kenyamanan dalam memegang alat
tulis, posisi tubuh yang benar dalam menulis, latihan teratur dan kesabaran
Terdapat beberapa panduan yang bisa anda biasakan pada si kecil dalam
memegang pensil dengan benar :
Berikut gambaran cara memegang alat tulis yang benar
Gambar 1. Cara Memegang Alat Tulis yang Tepat
Posisikan pensil pada lekukan jari tengah dan diantara jari telunjuk dan ibu jari
- Gunakan Ibu jari dan telunjuk untuk menggenggam pensil
xxxii
- Pastikan posisi genggaman pensil benar saat menorehkan pensilnya diatas kertas (seperti gambar)
2) Teori Tentang Menulis
a) Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu aktifitas kompleks yang mencakup gerakan
lengan, tangan, jari, dan mata secara terintegrasi. Menurut pendapat Tarigan (1986
: 21) mendefinisikan menulis adalah lambang-lambang grafis dari bahasa yang
dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang menggunakan bahasa
yang sama dengan penulis tersebut. Menurut Dorothy (2008 : 25 ) “menulis
merupakan kemampuan motorik yang perlu dikembangkan dengan kegiatan yang
menarik perhatian anak seperti bermain sambil menulis apa saja yang diamati”.
Seiring dengan Tarigan, Soemarmo Markam (1989 : 7) menjelaskan
bahwa “Menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol dan
gambar”. Sedangkan menurut Lerner (1985 : 413), “Menulis adalah menuangkan
ide ke dalam suatu bentuk visual.”
Menurut Pottet seperti dikutip oleh Hargrove dan Pottet Dalam Mulyono
Abdurrahman (1998 : 239) mengemukakan “Menulis merupakan penggambaran
visual tentang pikiran, perasaan, dan ide dengan menggunakan simbol-simbol
sistem bahasa penulisannya untuk keperluan komunikasi atau mencatat.”
Menurut Suyitno (1993 : 150) mengemukakan bahwa “Menulis
merupakan kemampuan mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan
pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak
dibaca, dan dipahami orang lain”. Selain itu Mulyono Abdurrahman (1998 : 224)
menyimpulkan bahwa :
(1) Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi
(2) Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk
lambang-lambang bahasa grafis
xxxiii
(3) Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi
Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis
merupakan suatu kegiatan mengutarakan gagasan, pikiran, pengetahuan, ilmu dan
pengalaman yang dimasukkan ke dalam bentuk tulisan dengan mengenakan
lambang atau simbol yang diorganisasikan secara sistematis sehingga dapat
dengan mudah dipahami orang lain. Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga
memprediksikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.
Menulis membutuhkan perkembangan kemampuan lebih lanjut dari membaca.
Perkembangan yang dikemukakan oleh Temple, Nathan, Burns; Cly: Ferreiro dan
Teberosky dalam Brewer (1992) oleh Rini Hapsari yang diikuti dalam
http://sabda.org/c31 yang diakses pada tanggal 14 nopember 2008
mengemukakan perkembangan tahapan menulis antara lain :
(1) Scribble stage. Tahap ini ditandai dengan mulainya anak menggunakan alat tulis untuk membuat coretan. Sebelum ia belajar untuk membuat bentuk, huruf yang dapat dikenali.
(2) Linear repetitive stage. Pada tahap ini, anak menemukan bahwa tulisan biasanya berarah horisontal, dan huruf-huruf tersusun berupa barisan pada halaman kertas. Anak juga telah mengetahui bahwa kata yang panjang akan ditulis dalam barisan huruf yang lebih panjang dibandingkan dengan kata yang pendek.
(3) Random letter stage. Pada tahap ini, anak belajar mengenai bentuk coretan yang dapat diterima sebagai huruf dan dapat menuliskan huruf-huruf tersebut dalam urutan acak dengan maksud menulis kata tertentu.
(4) Letter name writing, phonetic writing. Pada tahap ini, anak mulai memahami hubungan antara huruf dengan bunyi tertentu. Anak dapat menuliskan satu atau beberapa huruf untuk melambangkan suatu kata, seperti menuliskan huruf depan namanya saja, atau menulis "bu" dengan sebagai lambang dari "buku".
(5) Transitional spelling. Pada tahap ini, anak mulai memahami cara menulis secara konvensional, yaitu menggunakan ejaan yang berlaku umum. Anak dapat menuliskan kata yang memiliki ejaan dan bunyi sama dengan benar, seperti kata "buku", namun masih sering salah menuliska kata yang ejaannya mengikuti cara konvensional dan tidak hanya ditentukan oleh bunyi yang terdengar, seperti hari "sabtu" tidak ditulis "saptu", padahal kedua tulisan tersebut berbunyi sama jika dibaca.
(6) Conventional spelling. Pada tahap ini, anak telah menguasai cara menulis secara konvensional, yaitu menggunakan bentuk huruf dan ejaan yang berlaku umum untuk mengekspresikan berbagai ide abstrak.
xxxiv
Pada anak usia sekolah, perkembangan menulis telah berada pada tahap terakhir,
yaitu "conventional spelling". Selain telah dapat menulis dengan huruf dan ejaan
yang benar, anak pada usia kelas dua SD telah memerhatikan aspek penampilan
visual mereka.
b) Jenis-jenis Tulisan
Jenis-jenis tulisan yang berbentuk karangan berdasarkan ide atau gagasan
yang disampaikan menurut IKAPI (1990 : 229) dapat berupa :
(1) Narasi atau paparan, jenis cerita pada umumnya terdapat dalam berbagai fiksi
(2) Eksposisi merupakan jenis karangan yang memperjelas masalah yang hendak
disampaikan
(3) Deskripsi merupakan jenis karangan yang menggambarkan sesuatu menurut
kenyataannya
(4) Argumentasi yaitu karangan yang berisi ide atau gagasan dilengkapi data-data
kesaksiannya yang bertujuan mempengaruhi pembaca untuk menyatakan
persetujuannya
(5) Persuasi yaitu karangan yang disampaikan secara ringkas, menarik, dan
mempengaruhi secara kuat kepada pembaca yang bersifat mengajak oleh
isinya
c) Fungsi Menulis
Menurut Graves, dalam Sabarti Akhadiah (1997 : 14) mengemukakan
beberapa fungsi menulis antara lain :
(1) Untuk menambah kecerdasan, menulis merupakan suatu aktifitas yang
komplek karena meliputi berbagai aspek seperti pengetahuan, penuangan
gagasan dan dalam racikan bahasa yang jernih serta disajikan selaras aturan
penulisan
(2) Menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreatifitas
Berdasarkan maksud penulisan, fungsi khusus menulis dikemukakan oleh
Supriyatno (1997 : 64) adalah sebagai berikut :
xxxv
(1) Fungsi korespondensi atau memberikan sesuatu seperti memberitahukan
sesuatu, menanyakan sesuatu, meminta persetujuan, menolak persetujuan,
melalui bahasa tulis
(2) Fungsi mendiskripsikan sesuatu keadaan atau wujud sesuatu secara tertulis
(3) Fungsi meyakinkan atau mendorong, yakni menyampaikan ide atau gagasan
kepada pembaca dengan cara meyakinkan pembaca tentang sesuatu hingga
merasa cenderung untuk melakukan sesuatu tersebut
(4) Fungsi memberi petunjuk, dalam karangan ini penulis melaksanakan suatu
petunjuk tentang cara dan aturan dalam melaksanakan suatu hal
(5) Fungsi pengingat, dalam karangan ini penulis mencatat berbagai hal peristiwa,
keadaan aau keterangan yang dirasa perlu agar tidak lupa. Dapat berupa buku
harian
(6) Fungsi pengesahan, untuk mengesahkan atau menceritakan peristiwa atau
perilaku perwatakannya ataupun tempat kejadiannya. Dapat berupa biografi,
novel, dan kisah sejarah
Dari berbagai pendapat, disimpulkan bahwa fungsi menulis yaitu dapat
membantu melakukan komunikasi tidak langsung, yang mana isi dan lambang
grafik yang dipergunakan harus benar-benar dipahami oleh penulis sendiri
maupun oleh pembacanya
.
2. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik yang dikutip Darwanto S. Subroto (1995 : 85)
adalah sebagai berikut : “Yang dimaksud dengan media pendidikan adalah “alat”
metode, teknik, yang digunakan dalam rangka untuk lebih mengefektifkan
komunikasi dan interaksi antara guru dengan murid dalam proses pendidikan dan
pengajaran.”
Menurut asosiasi teknologi dan komunikasi pendidikan (Association of
Education and Comunication/AECT) (Arief, 1986 : 6) mengemukakan “Media
xxxvi
adalah sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan atau informasi.”
Menurut Gagne dalam Arief S. Sudirman (1986 : 6), “Media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk
belajar.”
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat membantu siswa dalam penerimaan pesan atau
informasi dari guru baik berupa alat, metode teknik yang digunakan sehingga
terjadi proses belajar.
Sedangkan kata pembelajaran merupakan persamaan dari kata pengajaran
yang diperluas maknanya. Menurut Arief S. Sudirman (1986 : 7) mengemukakan
bahwa “Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber pembelajaran agar terjadi proses belajar dalam siswa.”
Maka disimpulkan pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi dari pengajar kepada
siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa
untuk mendukung usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber
belajar agar terbentuk proses belajar dari siswa.
b. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Darwanto S. Subroto (1995 :
84) media pembelajaran harus memenuhi beberapa kriteria, sebagai berikut :
1) Media pendidikan identik dengan pengertian keperagaan yang berasal dari
kata “raga” artinya suatu benda dapat diraba, dilihat, didengar, dan dapat
diamati melalui panca indera kita.
2) Tekanan utama terletak pada benda-benda atau sesuatu yang dapat dilihat dan
dapat didengar.
3) Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungannya (komunikasi)
dengan pengajaran antara murid dan guru.
4) Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar baik di dalam
maupun di luar kelas.
xxxvii
5) Media pendidikan merupakan suatu perantara (media) dan digunakan dalam
rangka mendidik.
6) Media pendidikan mengandung aspek-aspek yang sangat erat pertaliannya.
c. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Basuki Wibowo (2001 : 14) mengemukakan fungsi media
pembelajaran adalah :
1) Media mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan
cermat oleh mata biasa.
2) Media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat oleh
mata.
3) Sebuah objek yang sangat besar tentu saja tidak dapat dibawa ke dalam kelas.
Benda-benda seperti ini dapat diganti dengan menggunakan realita, gambar,
film bangkai, atau model digunakan guru dalam memberikan penjelasan di
kelas.
4) Obyek yang terlalu komplek misalnya mesin atau jaringan radio, dapat
disajikan dengan menggunakan diagram atau model yang disederhanakan.
5) Media dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh.
Dari pengertian di atas media berfungsi untuk meningkatkan dan motivasi
minat siswa, serta membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik dan kematangan pemahaman dan pengetahuan pada diri siswa.
d. Macam-macam Media Pembelajaran
Setelah mengerti ciri dan fungsi media pembelajaran, maka perlu
diklasifikasikan media pembelajaran. Menurut Basuki Wibowo (2001 : 37)
menggolongkan macam-macam media pembelajaran sebagai berikut :
1) Media audio
2) Media visual
a) Media visual diam
b) Media visual gerak
3) Media audio visual
a) Media audio visual diam
xxxviii
b) Media audio visual gerak
4) Media serbaneka
a) Board and display
b) Media tiga dimensi
c) Teknik dramatisasi
d) Sumber belajar pada masyarakat
e) Belajar terpogram
f) Komputer
g) Simulator
Dari berbagai macam pembelajaran yang telah diuraikan di atas, memilih
media yang sesuai kebutuhan siswa akan membantu proses belajar siswa.
Penelitian ini digunakan media serbaneka, yakni dengan media belajar terpogram,
dikarenakan dengan media ini ketrampilan menulis dapat dimaksimalkan lagi.
3. Tinjauan Tentang Trigonal Pencil
a. Pengertian Trigonal Pencil
Trigonal pencil merupakan artian dari bahasa Inggris yang bermakna
pensil segitiga. Menurut Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (1998 : 240),
“Trigonal pencil merupakan salah satu bentuk media untuk anak berkesulitan
menulis dengan tangan.”
Menurut Paul edison, Gail E denison (2005 : 45) menyebutkan bahwa
“Pensil segitiga atau pencil grip merupakan alat bantu menulis dengan tangan
pada awal mula pengajaran yang bermaksut menyiapkan keadaan, sikap serta cara
menulis yang benar bagi anak yang siap dalam tahapan pengajaran menulis.”
Sedangkan menurut Mulyono Abdurrahman (1999 : 241), “Pensil segitiga
merupakan media untuk membentuk posisi jari yang benar dalam memegang
pensil atau alat tulis.”
Menurut http://putrakembara.org yang diakses pada 14 nopember 2008
menyebutkan bahwa trigonal pencil atau yang disebut pesil segitiga merupakan
sebuah alat bantu bagi anak yang terlambat menulis dan kurang bisa menulis halus
xxxix
dalam mata pelajaran menulis halus di Sekolah Dasar. Seiring dengan itu dikutip
dalam http://faber-castell.co.id pensil segitiga merupakan sebuah model alat tulis
tangan atau pensil yang bertujuan untuk membantu cara menulis yang benar dan
memperhatikan pola pegangan tangan yang nyaman serta kualitas isi pensil yang
lebih pekat atau hitam. Berikut gambaran tentang beberapa kelebihan trigonal
pencil dengan pensil atau alat tulis pada umunya bagi siswa kelas dasar.
Gambar 2. Gambar Trigonal Pencil
§ Bentuk pensil segitiga yang lebih
besar memudahkan siswa untuk
memegang pensil dengan cara
yang tepat dan nyaman.
§ Menggunakan metode pembuatan
yang sudah teruji sehingga tidak
mudah patah.
§ Isi pensil lebih pekat sehingga
tulisan yang dihasilkan siswa
lebih nampak jelas.
§ Aman digunakan bagi anak
tingkat dasar dan sesuai untuk
melatih ketrampilan dasar
menulis.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa trigonal pencil
adalah sebuah media pembelajaran untuk membantu anak berkesulitan belajar
menulis dengan tangan yang berfungsi membentuk posisi jari yang tepat dalam
xl
memegang pensil serta kenyamanan dalam menulis agar dapat melatih
ketrampilan menulis siswa.
b. Fungsi dan Manfaat Trigonal Pencil
Selain fungsi utama media trigonal pencil yang merupakan alat bantu
pengajaran bagi anak berkesulitan menulis dengan tangan, yang berguna untuk
membentuk pola pegangan yang tepat, terdapat fungsi pensil segitiga tiga atau
trigonal pencil .
Menurut Jamila K.A Muhammad (2008 : 69) mengemukakan
beberapa fungsi khusus pensil segitiga bagi anak bekesulitan menulis antara lain
untuk Membantu kesiapan anak dalam kegiatan pra menulis dan membentuk atau
menanamkan cara memegang alat tulis atau pensil yang tepat.sejak dini.
Sedangkan dikutip dalam http://dokteranakku.com mengemukkan
bahwa terdapat beberapa manfaat penggunaan pensil segitiga bagi anak
berkesulitan menulis:
1) Membantu anak dalam memegang pensil yang benar.
2) Membantu anak menulis secara lebih perlahan dan hati-hati
3) Mengurangi tekanan pensil pada kertas, sehingga menghindari sobeknya
kertas.
4) Membantu anak untuk berlatih menulis.
Sejalan dengan itu dalam http://faber-castell.co.id disebutkan
beberapa kelebihan dan manfaat pensil segitiga antara lain: bentuk segitiga
yang ergonomis akan membuat pensil digenggam dengan mantap oleh anak;
Isi dalam pensil yang menggunakan sistem SV Bonding akan membuat pensil
tidak mudah patah; Kualitas tulisan yang dihasilkan akan lebih jelas karena isi
pensil lebih hitam.
Sedangkan dalam http://puterakembara.org dijelaskan bahwa
“manfaat pensil segitiga atau trigonal pencil adalah untuk mebantu anak
dalam menggenggam pensil agar dapat menulis dengan baik.”
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat
pensil segitiga atau trigonal pencil adalah membantu anak berkesulitan belajar
menulis dengan tangan yang diakibatkan oleh cara memegang pensil yang
xli
salah dengan memebentuk pola pegangan jari yang memperhatikan
kenyamanan dan kesiapan anak dalam menulis sehingga dapat mengurangi
dan mengatasi masalah menulis dengan tangan bagi anak berkesulitan
menulis.
c. Penggunaan Trigonal Pencil
Seperti dikutip dalam http://puterakembara.org dijelaskan bahwa
penggunaan media trigonal pencil bagi anak cukup dengan menggenggamkan
pensil ini kedalam genggaman anak sebelum menulis dengan memperhatikan
letak jari-jari yang akan dirasa nyaman oleh anak.
Sejalan dengan itu dikutip dalam http://kafebalita.com disebutkan
penggunaan pensil segitiga antara lain
1) Membentuk genggaman jari jari ke dalam pola segitiga yang telah ada
di pensil
2) Melatih anak dalam kemempuan pra menulis (seperti membuat garis
lurus, lingakaran, corat-coret)
3) Menuliskan huruf-huruf alphabet
Penggunaan pensil segitiga atau trigonal pencil lebih mengarah
kepada merevisi cara memegang pensil atau alat tulis anak berkesulitan
belajar, sehingga dapat diperoleh teknik atau cara memegang alat tulis yang
benar dalam pengajaran menulis permulaan atau menulis dengan tangan
(handwritting). Dalam hal cara memegang alat tulis, anak berkesulitan
menulis mempunyai cara yang khas yang diperlihatkan pada umunya anak
disgrafia, terdapat beberapa perbedaan yang mencolok seperti, sudut pensil
terlalu besar, sudut pensil terlalu kecil, menggenggam pensil seperti akan
meninju, menyeret pensil ataupun kidal. Beberapa contoh cara anak
berkesulitan belajar dalam memegang alat tulis atau pensil nampak pada
gambar berikut ini :
xlii
Gambar 3.
B. Kerangka Pemikiran Kerangka penelitian merupakan pokok atau inti yang merupakan
kesimpulan dari penjelasan dan uraian. Menulis merupakan kemampuan yang
perlu dimiliki oleh siswa sekolah dasar. Dengan memiliki kemampuan menulis,
siswa dapat mengkomunikasikan ide, penghayatan dan pengalamannya
keberbagai pihak, terlepas dari ikatan waktu dan tempat. Akan tetapi kemampuan
menulis siswa berkesulitan menulis belum optimal. Hal ini disebabkan karena
belum matangnya kesiapan menulis mereka dikarenakan adanya pemaksaan
kepada anak untuk bisa segera bisa menulis.
Sesuai dengan karakteristik anak yang sudah mulai sekolah pada
umumnya yang cepat bosan dan lebih senang pada kegiatan yang lebih bervariasi,
kurang tertarik pada sesuatu yang monoton serta cenderung malas untuk mencatat
xliii
atau menulis bagi anak yang mengalami kesulitan belajar menulis sehingga
dibutuhkan suatu media alternatif yang menarik agar kemampuan menulis anak
dapat ditingkatkan. Media yang sesuai dengan kebutuhan siswa di kelas dasar
yang terkait dengan kemampuan menulis siswa adalah untuk membentuk dan
mematangkan pengajaran menulis permulaan atau menulis dengan tangan
(handwriting), salah satunya menggunakan media trigonal pencil yang masih
sangat jarang digunakan untuk siswa kelas dasar dalam kegiatan menulis sehari-
hari.
Secara skematis Pengaruh penggunaan media trigonal pencil terhadap
kemampuan menulis siswa berkesulitan menulis kelas III SD Islam Bakti I
Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 dapat
digambarkan sebagai berikut:
C. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban dari perumusan masalah, maka perumusan
hipotesis penelitian ini adalah “Penggunaan media trigonal pencil efektif dalam
mengatasi kesulitan belajar menulis siswa berkesulitan menulis kelas III SD
Islam Bakti I Joyotakan kecamatan Serengan Surakarta tahun ajaran 2008/2009”.
Anak Berkesulitan Belajar Menulis
Kelas III SD Islam Bakti I
Pemberian treatment
menggunakan trigonal pencil
Peningkatan kemampuan
menulis
xliv
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat diperolehnya data yang diperlukan terkait
tentang masalah yang akan diteliti. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas III
SD Islam Bakti I Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta. Dengan dipilihnya
lokasi tersebut karena beberapa pertimbangan sebagaimana berikut :
a. Sumber yang diperoleh sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti
sehingga hal ini dapat mendukung dalam menjawab masalah yang hendak
diteliti.
b. Di lokasi tersebut belum pernah diadakan penelitian tentang permasalahan
yang sejenis seperti penelitian saat ini.
c. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah dalam memberikan informasi yang di
butuhkan peneliti.
d. Secara goegrafis tempat penelitian tidak jauh dengan tempat tinggal peneliti
sehingga membuat lebih mudah bagi peneliti untuk mengumpulkan data.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2009 – Mei 2009 setelah
usulan penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi dan telah mendapatkan izin
dari pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Untuk memudahkan dalam
proses penelitian maka penulis membuat jadwal penelitian sebagai berikut:
a. Januari minggu ke-1 : melakukan observasi untuk menentukan sekolah yang
akan dijadikan tempat penelitian dan sekolah yang dijadikan tempat try-out tes.
b. Januari minggu ke-3 : mengurus perijinan untuk melakukan penelitian.
c. Januari minggu ke-4 : menyusun data siswa yang teridentifikasi dalam kesulitan
belajar menulis yang sesuai dengan kriteria dari peneliti.
xlv
d. Februari minggu ke-2 : melaksanakan try-out instrument tes yang dilaksanakan
di SDN Joyotakan 59.
e. Februari minggu ke-3 : melaksanakan analisis validitas dan reliabilitas
instrument tes.
f. Februari minggu ke-4 : melakukan pre tes untuk mengetahui kemampuan awal
siswa.
g. Maret minggu ke-1 sampai minggu ke-3 : Memberikan treatment kepada siswa
atau subyek penelitian dengan memberikan media trigonal pencil.
h. Maret minggu ke-4 : memberikan post tes kepada siswa untuk mengetahui
kemampuan siswa setelah treatment.
i. April minggu ke-1 sampai minggu ke-2 : mengolah data hasil penelitian.
j. April minggu ke-3 sampai Mei minggu ke-4 : menyusun laporan hasil
penelitian.
Tabel 1. Jadwal penelitian 2009
Januari Februari Maret April Mei
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perijinan
2 Pengumpulan
data
3 Penyusunan
Instrumen
4 Try Out
5 Pre Test
6 Treatment
7 Post Test
8 Mengolah data
9 Laporan hasil
penelitian
xlvi
B. Metode Penelitian
Metode merupakan cara untuk mengungkapkan masalah, tentang
kebenaran data-datanya agar dapat dipecahkan sehingga hasil penelitian dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Menurut Muh. Nazir (1988 : 44), “Metode merupakan cara, menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran”.
Menurut Winarno Surakhmad (1982 : 131), “Metode adalah suatu cara
untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa.
Sedangkan penelitian merupakan terjemahan dari kata Inggris research,
yang berarti mencari kembali. Menurut Websters New International dalam Muh.
Nazir (1988 : 13), “Penelitian merupakan penyelidikan yang hati-hati dan kritis
dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip atau suatu penyelidikan yang amat cerdik
untuk mendapatkan sesuatu”.
Menurut Whitney dalam Muh. Nazir (1988 : 14), “Penelitian adalah
pencarian atas sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa
pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan”.
Seiring dengan Whitney, John dalam Muh. Nazir (1988 : 14)
mengemukakan, “Penelitian adalah suatu pencarian fakta, menurut metode
obyektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan
dalil atau hukum”.
Menurut Mardalis dalam buku Metode Penelitian (2002:25) bahwa tipe-
tipe penelitian antara lain :
1). Penelitian Historis, bertujuan untuk mendiskripsikan apa-apa yang telah terjadi pada masa lampau. Proses-prosesnya terdiri dari penyelidikan, pencatatan, analisis dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa masa lalu guna menemukan generalisasi-generalisasi.
2). Penelitian penjajakan/eksploratif, penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan-hubungan baru yang terdapat pada suatu permasalahan yang luas dan kompleks.
3). Penelitian deskriptif, bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku.
4). Penelitian eksplanatori/penjelasan/eksperimen, bertujuan untuk menjelaskan apa-apa yang akan terjadi bila variabel-variabel tertentu dikontrol atau dimanipulasi secara tertentu. Fokus penelitian pada ukuran antar variabel.
xlvii
Menurut Hadari Nawawi (1995 : 63), “Metode penelitian adalah prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
medan keadaan subyek/obyek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dll) pada
saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya secara
sistematis”. Sedangkan Hadari Nawawi (1995 : 62) mengelompokkan metode
penelitian menjadi empat kelompok, yaitu :
a. Metode filosofis adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki secara rasional melalui perenungan atau pemikiran yang terarah, mendalam, dan mendasar tentang hakikat sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik dengan mempergunakan pola pikir induktif, mauoun deduktif, fenomologis dan lain-lain yang memperlihatkan hukum-hukum berpikir atau logika. b. Metode Deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadan objek atau subjek penelitian pada saat sekarang berdasasrkan fakta- fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya. c. Metode Historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalunya atau peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya sering kali hasilnya dapat digunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan yang akan datang. d. Metode Eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel lain. Bertolak dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk menemukan
pemecahan masalah kemudian diuji kebenarannya berdasarkan fakta yang ada.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen,
yaitu model penelitian dengan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil, dan
dan hasil itu menegaskan bagaimanakah hubungan kausal antara variabel-variabel
yang diselidiki (Winarno Surakhmad, 1994 : 161). Menurut Sumadi Suryabrata
(1984 : 9), “Eksperimen adalah dengan sengaja menimbulkan gejala tertentu
untuk diamati”.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi (2005 : 130), “Metode eksperimen
merupakan metode atau prosedur penelitian yang dilakukan untuk
mengungkapkan hubungan sebab akibat antara variabel yang sengaja diadakan
terhadap variabel di luar variabel yang diteliti”.
xlviii
Menurut Winarno Surakhmad (1990 : 42), “Metode eksperimen adalah
metode penelitian yang mengadakan suatu kegiatan percobaan untuk melihat
suatu hal”.
Berdasarkan deskripsi-deskripsi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
metode eksperimen adalah metode penelitian yang didasarkan pada peneliti
melakukan percobaan guna memperoleh kebenaran suatu masalah atau
mengungkapkan hubungan sebab akibat antara variabel yang sengaja diadakan
terhadap variabel di luar variabel yang diteliti.
Dalam melaksanakan penelitian perlu adanya suatu rancangan tentang cara
pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan. Nasution (2004 : 35) menyatakan
bahwa, “rancangan dalam melaksanakan penelitian disebut desain penelitian”.
Dalam pendapat tersebut dikemukakan pula beberapa fungsi dari desain
penelitian, di antaranya :
a. Memberikan pegangan tentang cara melaksanakan penelitian.
b. Menentukan batas-batas penelitian.
c. Memberikan gambaran tentang apa yang akan dilakukan serta kesulitan
yang mungkin akan dihadapi.
Desain penelitian menurut Sumadi Suryabrata (1997 : 40-50) membagi
desain penelitian menjadi beberapa kelompok, yaitu :
a The One-Short Case Study
b One Group Pretest-Posttest Design
c The Static Group Comparation : Randomized Control Group Only Design
d Randomized Control group Pretest-Post test Design
e Factorial Design
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan model desain One
Group Pre Test – Post Test Design. Yang mana dalam model ini subyek diukur
kemampuan awalnya (pre test) lalu diberikan perlakuan (treatment) untuk jangka
waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (Sumadi
Suryabrata, 1997 : 41). Dengan bagan rancangan penelitian digambarkan sebagai
berikut :
xlix
Pretest Treatment Posttest
Keterangan :
T1 : Tes yang diberikan sebelum diberi perlakuan/pre test
X : Perlakuan yang diberikan oleh peneliti
T2 : Tes yang diberikan setelah diberikan perlakuan/post test
Menurut Sumadi Suryabrata (1997 : 42) prosedur penelitian metode
eksperimen model One group Pre Test – Post Test Design yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut :
1. Kenakan T1, yaitu pre test untuk mengukur mean kemampuan menulis siswa
sebelum diberikan perlakuan menggunakan media trigonal pencil
2. Kenakan subyek dengan (X) atau treatment atau perlakuan sebagai penerapan
penggunaan media pembelajaran trigonal pencil
3. Berikan T2, yaitu post test untuk mengukur ketrampilan menulis siswa setelah
diberikan media pembelajaran trigonal pencil
4. Bandingkan T1 dan T2 untuk menentukan seberapakah perbedaan yang
timbul, jika ada merupakan akibat digunakan variabel eksperimental X atau
penggunaan media trigonal pencil.
5. Terapkan tes statistik yang sesuai, dalam hal ini tes untuk menentukan apakah
perbedaan itu signifikan.
C. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Populasi penelitian merupakan suatu kelompok yang diselidiki mengenai
suatu masalah yang ada dalam kelompok itu sebagai subyek penelitian. Sebelum
ditetapkan populasi penelitian, perlu ditambahkan dahulu mengenai pengertian
populasi.
Menurut Muh. Nazir (1999 : 325), “Populasi adalah kumpulan dari
individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan”.
T1 X T2
l
Menurut Suharsimi Arikunto (1996 : 115) mengemukakan bahwa,
“Populasi adalah semua elemen yang berada dalam wilayah penelitian”.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1995 : 14 ) mengemukakan bahwa,
“populasi adalah hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau perstiwa-
peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu
penelitian”.
Berdasar dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa populasi
adalah seluruh subyek penelitian yang masih dalam satu wilayah. Adapun
populasinya adalah kelas III SD Bakti I Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta
tahun ajaran 2008/2009 yang seluruhnya berjumlah 27 siswa.
2) Sampel
Menurut Muh. Nazir (1999 : 325) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah
bagian dari populasi.”
Menurut Winarno Surakhmad (1994 : 93), “Sampel adalah sebagian dari
subyek penelitian dan dianggap mewakili keseluruhan.” Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (1996 : 117), “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti.”
Dari beberapa definisi di atas disimpulkan bahwa sampel adalah bagian
dari populasi. Adapun teknik sampling yang penulis pergunakan adalah teknik
purposive sampling. Menurut Mardalis (2002:58):
Penggunaan teknik sampel ini mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja, cara penggunaan sampel ini diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Penggunaan teknik ini senantiasa berdasarkan kepada pengetahuan tentang ciri-ciri tertentu yang telah didapat dari populasi sebelumnya.
Alasan penulis menggunakan teknik purposive sampling adalah karena
berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat yang diperkirakan mempunyai sangkut
paut dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.
li
Adapun sampel yang digunakan adalah siswa kelas III SD Islam Bakti I
Joyotakan Serengan Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 yang teridentifikasi
kesulitan belajar menulis yang termasuk dalam kriteria peneliti, dalam hal ini
memepertimbangkan dari portofolio siswa, kumpulan catatan, dan nilai ulangan
harian mata pelajaran bahasa indonesia. Sehingga diperoleh siswa berkesulitan
belajar menulis sejumlah 6 siswa.
D. Variabel
Variabel yang digunakan adalah variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel penelitian yang diduga sebagai penyebab
timbulnya variabel lain (Cholid Narbuko, 2005 : 119). Adapun yang merupakan
variabel bebas adalah media trigonal pencil.
Variabel terikat atau tergantung adalah variabel yang timbul sebagai akibat
langsung dari pengaruh variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel lain (Cholid Narbuko, 2005 : 119). Adapun yang
merupakan variabel terikat adalah kemampuan menulis siswa berkesulitan
menulis kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta
Tahun Ajaran 2008/2009.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan dalam suatu penelitian, dikarenakan
metode yang tepat akan sangat bergantung pada hasil data yang dikumpulkan
dengan tepat. Sehingga dalam suatu penelitian dapat tercapai pemecahan masalah
dan dapat dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah teknik tes dan dokumentasi.
1) Tes
a Pengertian Tes
Menurut Sumadi Suryabrata (1997 : 21) mengemukakan, “Tes adalah
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus
dijalankan, yang berdasar atas bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan
lii
dan atau melakukan perintah-perintah itu penyelidik mengambil kesimpulan
dengan cara membandingkannya dengan standar atau testee yang lain”.
Menurut Nana Sudjana (1996 : 35) “Tes adalah alat untuk menilai dan
mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran”.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1993 : 23) “Tes merupakan
serentetan pertanyaan atau latihan atau juga alat lain yang dipergunakan untuk
mengukur ketrampilan, penguasaan ilmu pengetahuan, intelegensi atau bakat yang
dimiliki seorang atau kelompok”. Sejalan dengan itu Sutrisno Hadi (1993 : 420 )
mengemukakan bahwa,“Tes adalah pertanyaan-pertanyan yang harus dijawab atau
perintah-perintah yang harus dijalankan, yang berdasarkan bagaimana testee
menjawab pertanyaan dan atau melakukan perintah-perintah itu. Penyelidik
mengambil kesimpulan dengan cara membandingkanya dengan standar atau
dengan testee yang lain”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tes adalah
sekumpulan pertanyaan atau latihan dalam tujuan mengukur dan menilai di bidang
pendidikan. Sehingga diperoleh hasil sebuah nilai yang melambangkan tingkah
laku atau prestasi testee.
b Syarat-Syarat Tes yang Baik
Tes yang baik memilki beberapa ketentuan sehingga dapat digunakan
sebagai alat ukur yang dapat mencerminkan kemampuan testee yang
sesungguhnya. Menurut Sumadi Suryabrata (1984 : 23) syarat-ayarat tes yang
baik, dikategorikan sebagai berikut:
1) Tes harus valid artinya dapat mengukur apa yang harus diukur dan memenuhi fungsinya sebagai alat ukur.
2) Tes harus reliabel artinya mempunyai nilai yang sama walaupun dikerjakan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
3) Tes harus distandarisasikan yaitu pembakuan bahan, aturan dan prosedur, agar semua testee mendapat perlakuan yang sama sehingga dapat diketahui perbedaan individual yang bersumber dari kemampuan masing-masing testee.
4) Tes harus obyektif agar hasil yang diperoleh benar-benar menggambarkan siswa yang sebenarnya, bebas dari pengaruh subyektifitas penilai.
liii
5) Tes harus diskriminatif artinya mampu membedakan siswa yang pandai dan kurang pandai,
6) Tes harus komprehensif artinya mencakup semua yang akan diukur.
7) Tes harus praktibilitas yaitu mudah digunakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tes yang dapat dikategorikan sebagai
tes yang dapat distandarisasikan yakni tes yang memenuhi fungsinya, bernilai
sama serta sesuai dengan kemampuan siswa.
c. Klasifikasi Tes
Menurut Sumadi Suryabrata (1984 : 39) menggolongkan tes menjadi 9 macam yaitu :
1) Berdasrkan banyaknya testee : a) Tes individual b) Tes kelompok 2) Berdasarkan cara menyelesaikanya : a) Tes verbal yaitu testee dalam mengerjakan harus menggunakan kata-
kata. b) Tes non verbal yaitu testee tidak harus menggunakan kata-kata dalam
menjawab pertanyaan. 3) Berdasarkan cara menilai tes : a) Tes alternatif yaitu tes yang hanya berdasarkan benar atau salah. b) Tes gradual yaitu tes yang penilaianya berdasarkan tingkatan. 4) Berdasarkan fungsi psikis yang dijadikan dasaran testing : a) Tes perhatian b) Tes fantasia c) Tes ingatan d) Tes kemampuan 5) Berdasrakan tipe tes yang berhubungan dengan tipe tes dan waktu yang
disediakan a) Speed tes b) Power tes 6) Berdasarkan materi yang berhubungan dengan latar belakang teorinya : a) Tes proyektif b) Tes non proyektif 7) Berdasrkan bentuk tes : a) Tes benar salah b) Tes pilihan ganda c) Tes isian d) Tes mencari pasangan e) Tes penyempurnaan f) Tes mengatur objek g) Tes deret angka h) Tes rancangan balok i) Tes asosiasi
liv
8) Berdasarkan terciptanya : a) Tes rorchach b) Tes binet-simon c) Tes szondi d) Tes kreapelin e) Tes weschler 9) Berdasarkan cara penggolongan : a) Tes intelegensi umum b) Tes bakat khusus c) Tes kepribadian d) Tes prestasi
Menurut Zaenal Arifin (1990 : 21) membagi bentuk tes menjadi 3 bentuk,
yaitu :
1) Tes tertulis adalah tes yang diberikan pada seseorang atau sekelompok murid pada waktu, tempat dan soal tertentu. 2) Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban responden dari anak berupa lisan. 3) Tes perbuatan adalah tes yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk kegiatan, aktifitas, perilakudan perbuatan.
Bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk isian.
Penelitian ini menggunakan tes berbentuk isian dimana siswa memberikan
jawaban dalam bentuk tertulis. Dalam pelaksanaan tes akan ada dua penilai yang
mempunyai tugas untuk memberikan nilai setelah testee melaksanakan tugas
yang berupa tes tertulis dalam pre tes dan post test. Dalam penelitian ini penilai
pertama adalah Dhanang Adi P selaku peneliti, dan penilai kedua adalah Bpk.
Santoso selaku guru kelas
Metode tes ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan
menulis anak berkesulitan menulis yang diimplikasikan pada pretest dan posttest
yang mencakup penilaian kemampuan menulis permulaan seperti menebali titik-
titik, menjiplak, menulis sederhana, menggunakan bantuan buku bergaris tiga dan
lain sebagainya. Adapun kisi-kisi tes adalah sebagai berikut,
lv
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Menulis Kelas III SD
Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor
Kemampuan
Menulis
1. Gerakan tangan
keberbagai arah
1.1 kemampuan
membuat garis atas
bawah (vertikal)
1.2 Kemampuan
membuat garis kiri
kanan (horisontal)
1.3 Kemampuan
membuat garis
sejajar miring
(diagonal)
1.1.1 Kemampuan
menebali garis putus-
putus vertikal dari
arah bawah ke atas.
1.1.2 Kemampuan
membuat garis vertikal
dari arah atas ke
bawah.
1.2.1 Kemampuan
menebali garis putus-
putus horisontal dari
kanan ke kiri.
1.2.2 Kemampuan
membuat garis
horisontal dari arah
kiri ke kanan.
1.3.1 Kemampuan
menebali garis putus-
putus diagonal kanan
dari atas ke bawah.
1.3.2 Kemampuan
menebali garis putus-
putus diagonal kanan
dari bawah ke atas.
1.3.3 Kemampuan
menebali garis putus-
putus diagonal kiri dari
atas ke bawah
1.3.4 Kemampuan
lvi
2. Menyalin dan
membuat tulisan
2.1 Kemampuan
menuliskan huruf
2.2 Kemampuan
menuliskan kata
2.3 Kemampuan
menebali garis putus-
putus diagonal kiri dari
bawah ke atas.
2.1.1 Kemampuan
menulis huruf dengan
arah yang benar.
2.1.2 Kemampuan
menebali garis putus-
putus menjadi sebuah
huruf.
2.1.3. Kemampuan
menulis huruf secara
berulang-ulang.
2.2.1 Kemampuan
menjiplak kata
sederhana.
2.2.2 Kenanpuan
menuliskan kata
dengan huruf balok.
2.2.3 Kemampuan
menuliskan kata
dengan huruf
bersambung.
2.2.4 Kemampuan
menuliskan kata
dengan instruksi lisan
atau dikte.
2.3.1 Kemampuan
lvii
3. Mendeskripsikan melalui tulisan
menuliskan kalimat
3.1 Kemampuan
mendeskripsikan
kata
3.2 Kemampuan
mendeskripsikan
kalimat.
menjiplak kalimat
sederhana dengan
menggunakan huruf
balok.
2.3.2 Kemampuan
menulis kalimat
dengan huruf
bersambung.
2.3.3 Kemampuan
menulis nama
lengkapnya sendiri.
2.3.4 Kemampuan
menulis kalimat
dengan instruksi lisan
atau dikte.
3.1.1 Kemampuan
mendeskripsikan kata
benda dengan tulisan.
3.1.2 Kemampuan
mendeskripsikan
binatang dengan
tulisan.
3.1.3 Kemampuan
mendeskripsikan kata
melalui teka-teki
3.2.1 Kemampuan
untuk menyusun
potongan kata acak
menjadi kalimat
lviii
3.3 Kemampuan
membuat tulisan
karangan
sempurna.
3.2.2 Kemampuan
mendeskripsikan satu
kalimat berdasar
gambar.
3.3.1 Kemampuan
menggambarkan suatu
cerita berdasarkan
gambar benda.
3.3.2 Kemampuan
menggambarkan suatu
cerita berdasarkan
suatu kejadian atau
keadaan.
d. Kriteria Penilaian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kriteria penilaian kualitatif
yang kemudian diwujudkan dalam angka kriteria penilaian sebagai berikut:
Nilai 1 = anak dapat mengerjakan soal tes tetapi terdapat kesalahan lebih dari
50%.
Nilai 2 = anak dapat mengerjakan soal tes dengan sedikit kesalahan kurang
dari 50%.
Nilai 3 = anak dapat mengerjakan soal tes dengan sedikit kesalahan kurang
dari 25 %.
Nilai 4 = anak dapat mengerjakan soal tes dengan benar.
2) Dokumentasi
lix
Menurut Suharsimi Arikunto (1996 : 432) “teknik dokumentasi adalah
barang-barang tertulis yang akan diteliti berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger agenda dan sebagainya.”
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yang digunakan yaitu
merupakan sumber tertulis yang berasal dari siswa dan sekolah. Catatan
dokumentasi dalam penelitian ini berupa :
1) Portofolio catatan siswa dalam beberapa mata pelajaran.
2) Buku laporan guru pada wali murid (raport) untuk mengetahui prestasi belajar
siswa.
3) Data pribadi siswa untuk mengetahui data dan kemampuan dasar yang
dimiliki oleh siswa
4) Data ulangan harian mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa yang merupakan
subyek penelitian.
5) Gambar cara memegang alat tulis atau pensil pada subyek penelitian.
F. Penentuan Validitas dan Reliabilitas
Agar tes tersebut valid dan reliabel maka sebelum digunakan dalam
penelitian perlu diadakan try out terlebih dahulu. Dari data kecil try out tersebut
dapat diuji tentang dan reliabel tidaknya suatu test.
a. Validitas Tes
Untuk perbaikan instrument penelitian adalah dengan uji validitas tiap-
tiap item. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah item tersebut mampu
mengukur keadaan siswa yang sebenarnya dengan cepat. Menurut Suharsimi
Arikunto (2002: 144), ”Mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument”.
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1990 : 24) ”Makin tinggi validitas suatu
tes maka tes itu semakin mengenai sasaranya: makin menunjukkan apa yang
seharusnya ditunjukkan.”
Dari pengertian tersebut, validitas menunjukkan bahwa suatu instrument
akan dikategorikan valid jika tingkat validitasnya tinggi begitu pula sebaliknya,
lx
dan mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti.
Uji validitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan menulis
adapun try out akan dilaksanakan di SDN Joyotakan 59 dengan menggunakan
tehnik korelasi product moment dari pearson. Dengan rumus :
( )( )
( ) ( ){ }{ }2222 YYNXXN
YXXYNrxy
å-åå-å
åå-å=
(Suharsimi Arikunto. 2002: 144) keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan y
xy : Jumlah perkalian x dan y
x2 : Jumlah kuadrat dari x
y2 : Jumlah kuadrat dari y
N : Jumlah subyek
b. Reliabilitas Tes
Pengertian reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2002: 154). "Adalah
sesuatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sehagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik".
Untuk menghitung koefisien korelasi reliabilitas ( iir ) digunakan rumus
Belah Dua Gasal Genap dari Spearman Brown, dengan rumus sebagai berikut:
÷øöç
èæ +
=
21
21
21
21
1
2
r
Xrrii
Keterangan :
iir = Koefsien antara relialibitas
21
21r = Koefisien korelasi antara 2 penguji
lxi
G. Teknik Analisis Data
Sebagai teknik analisis data hasil penelitian ini digunakan teknik analisis
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik non-parametrik yaitu teknik
analisis tes rangking betanda (Sign Test Wilcoxon) yang diberi simbol T. Dimana
teknik ini digunakan karena disesuaikan dengan jenis eksperimen dan data.
Peneliti menggunakan One Group PreTest-Posttest Design, yaitu sekelompok
subyek yang dikenai perlakuan dalam jangka waktu tertentu, pengukuran
dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan di berikan, dan pengaruh perlakuan
diukur dari perbedaan antara pengukuran awal (T1) dan pengukuran akhir (T2).
Secara bagan desain penelitian sebagai berikut:
Pretest Treatment Posttest
T1 X T2
Keterangan:
T1 : Tes yang diberikan sebelum diberi perlakuan/ pretest.
X : Perlakuan yang diberikan oleh peneliti.
T2 : Tes yang diberikan setelah diberikan perlakuan/ post test.
Adapaun lengkah-langkah analisis Sign Test Wilcoxon adalah sebagai
berikut:
1) Pernyataan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
Uji dua ujung:
Ho : Penggunaan media pembelajaran trigonal pencil tidak efektif dalam
mengatasi kesulitan belajar menulis siswa kelas III SD Islam Bakti I
Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
Ha : Penggunaan media pembelajaran trigonal pencil efektif dalam
mengatasi kesulitan belajar menulis siswa kelas III SD Islam Bakti I
Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
2) Pemilihan taraf signifikansi (level of significance) α
Taraf signifikansinya (α) adalah 5%
3) Penentuan statistik uji
Statistik uji yang digunakan adalah Sign Test Wilcoxon
lxii
4) Keputusan uji
Keputusan uji dalam penelitian ini adalah:
a. Ha ditolak bila nilai Z yang diperoleh P > 0,05. Dengan demikian
hipotesis dalam penelitian ini berbunyi : penggunaan media pembelajaran
trigonal pencil tidak efektif dalam mengatasi kesulitan belajar menulis
siswa kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan Serengan Surakarta Tahun
Ajaran 2008/2009 sehingga Ha ditolak atau tidak teruji dan tidak ada
perbedaan yang signifikan.
b. Ha diterima bila nilai Z yang diperoleh P < 0,05. Dengan demikian
hipotesis dalam penelitian ini berbunyi : penggunaan media pembelajaran
trigonal pencil efektif dalam mengatasi kesulitan belajar menulis siswa
kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan Serengan Surakarta Tahun Ajaran
2008/2009 sehingga Ha diterima atau teruji dan terdapat perbedaan yang
signifikan.
lxiii
BAB IV
HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas trigonal
pencil dalam mengatasi kesulitan belajar menulis siswa berkesulitan menulis kelas
III di SD Islam Bakti I Joyotakan Serengan Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
Penelitian dilakukan SD Islam Bakti I Joyotakan Serengan Surakarta
dengan mengambil populasi siswa kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan Serengan
Surakarta. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas
III yang teridentifikasi kesulitan belajar menulis adalah sebanyak 6 siswa.
Tabel 3
Daftar Responden Siswa Kelas III Teridentifikasi Kesulitan Menulis
NAMA SISWA JENIS
KELAMIN
1 AU Perempuan
2 KI Laki-Laki
3 RA Laki-Laki
4 RI Laki-Laki
5 RO Laki-Laki
6 YO Laki-Laki
Adapun jenis penelitian termasuk penelitian eksperimen karena dalam
penelitian ini penulis melakukan treatment terhadap siswa yang dijadikan
responden penelitian. Dengan prosedur penelitian dengan memberikan tes awal
(pretest) kepada siswa untuk mengetahui kemampuan menulis siswa sebelum
treatment, kemudian setelah treatment diberikan, siswa dites kembali (posttest)
untuk mengetahui hasil kemampuan menulis siswa setelah treatment. Hasil pretest
dan posttest inilah yang digunakan dasar untuk mengetahui kemampuan siswa
setelah adanya treatment. Treatment diberikan pada siswa kelas III SD Islam
Bakti I Joyotakan Serengan Surakarta yang teridentifikasi kesulitan menulis
lxiv
dengan memberikan media trigonal pencil dalam mengerjakan perintah atau
instruksi dari tester yang berhubungan dengan kemampuan menulis siswa.
Treatment diberikan kepada siswa yang teridentifikasi kesulitan belajar menulis
pada saat setelah jam pulang sekolah selama kurang lebih 45 menit dan dua kali
dalam satu minggu selama satu bulan. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini ada 2 variabel, variabel bebas yaitu media trigonal pencil dan variabel terikat
yaitu kesulitan belajar menulis. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui
media trigonal pencil efektif untk mengatasi kesulitan belajar menulis siswa
berkesulitan menulis kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan Serengan Surakarta
adalah dengan statistik Non Parametrik dengan analisis Uji Ranking Bertanda
Wilcoxon. Dipilih analisis jenis ini karena jumlah responden yang sedikit.
Sebelum diolah dengan menggunakan Uji Rangking Bertanda Wilcoxon yang
dibantu dengan program SPSS, terlebih dahulu dijabarkan diskripsi data pretest
dan posttest beserta grafik histogramnya.
1. Diskripsi Data Nilai, Distribusi Frekuensi, Dan Grafik Histogram Kemampuan
Menulis Sebelum Perlakuan (Pretest)
Data kemampuan menulis anak berkesulitan menulis kelas III SD
Islam Bakti I Joyotakan Serengan Surakarta sebelum perlakuan atau pretest
diperoleh dari hasil test dalam pelaksanaan eksperimen. Dari eksperimen
tersebut diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4
Daftar Nilai Kemampuan Menulis Siswa Berkesulitan Menulis Sebelum
Mendapat Perlakuan (Pretest)
Subyek Jumlah
1 59
2 41
3 41
4 40
5 35
6 44 Sumber:data yang diolah
lxv
Hasil diskripsi data penelitian sebagai berikut
Tabel 5
Diskripsi Data
Statistics
PRETEST6
0
43.33
41.00
41
8.214
35
59
260
Valid
Missing
N
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Sum
Rata-rata kemampuan dasar menulis siswa sebesar = 43,33 dengan skor
tertinggi = 59 dan skor terendah = 35, sedangkan nilai tengah atau median =
41,00 dengan simpangan baku atau standar deviasi sebesar 8,214. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini tabel distribusi frekuensi
dan grafik histogram:
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Siswa Sebelum Perlakuan
(Pretest)
PRE
4 66.7 66.7 66.7
1 16.7 16.7 83.3
1 16.7 16.7 100.0
6 100.0 100.0
35-42
43-50
51-59
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Sumber:data yang diolah
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat disajikan dalam bentuk
grafik histogram berikut ini:
lxvi
Grafik 1
Grafik Histogram Kemampuan Menulis Sebelum Perlakuan (Pretest)
0
10
20
30
40
50
60
70
35-42 43-50 51-59
Series1
2. Diskripsi Data Nilai, Distribusi Frekuensi, Dan Grafik Histogram Kemampuan
Menulis Siswa Berkesulitan Menulis Sesudah Perlakuan (Posttest)
Data nilai kemampuan menulis siswa berkesulitan menulis kelas III
SD Islam Bakti I Joyotakan Serengan Surakarta sesudah perlakuan atau
posttest diperoleh dari hasil tes dalam pelaksanaan eksperimen. Dari
eksperimen tersebut diperoleh data nilai sebagai berikut:
Tabel 7
Daftar Nilai Kemampuan Menulis Siswa Berkesulitan Menulis Setelah
Mendapat Perlakuan (Posttest)
Subyek Jumlah
1 85
2 63
3 77
4 81
5 84
6 81 Sumber: data yang diolah
lxvii
Hasil diskripsi data penelitian sebagai berikut:
Tabel 8
Diskripsi Data
Statistics
POSTEST6
0
78.50
81.00
81
8.093
63
85
471
Valid
Missing
N
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Sum
Rata-rata kemampuan dasar menulis siswa sebesar = 78,50 dengan skor
tertinggi = 85 dan skor terendah = 63, sedangkan nilai tengah atau median =
81,00 dengan simpangan baku atau standart deviasi sebesar 8,098. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini tabel distribusi frekuensi
dan grafik histogram:
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Siswa Sesudah Perlakuan
(Posttest)
POST
1 16.7 16.7 16.7
1 16.7 16.7 33.3
4 66.7 66.7 100.0
6 100.0 100.0
63-70
71-78
79-85
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Sumber: data yang diolah
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat disajikan dalam bentuk
grafik histogram berikut ini:
lxviii
Grafik 2
Grafik Histogram Kemampuan Menulis Setelah Perlakuan (Posttest)
0
10
20
30
40
50
60
70
63-70 71-78 79-85
Series1
B. Pengujian Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis penggunaan media trigonal pencil efektif
dalam mengatasi kesulitan belajar menulis siswa berkesulitan menulis kelas III
SD Islam Bakti I Joyotakan kecamatan Serengan Surakarta tahun ajaran
2008/2009, digunakan analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon. Hasil
penghitungan SPSS analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon adalah sebagai
berikut:
Tabel 10. Perhitungan Analisis Uji Rangking Bertanda Wilcoxon
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
0a .00 .00
6b 3.50 21.00
0c
6
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
POSTEST - PRETESTN Mean Rank Sum of Ranks
POSTEST < PRETESTa.
POSTEST > PRETESTb.
POSTEST = PRETESTc.
lxix
Test Statisticsb
-2.201a
.028
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
POSTEST -PRETEST
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Berdasarkan tabel ranks diperoleh informasi bahwa yang mempunnyai
rank negative sebanyak 0, yang mempunyai rank positif sebanyak 6, yang
memiliki rank sama sebanyak 0. Berdasarkan tabel statistik diperoleh informasi
Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,028. Karena Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,028 < 0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Penggunaan media trigonal pencil
efektif dalam mengatasi kesulitan belajar menulis siswa berkesulitan menulis
kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan kecamatan Serengan Surakarta tahun ajaran
2008/2009.
C. Rangkuman Untuk Pembuktian Hipotesis
Dengan membandingkan Asymp. Sig. (2-tailed) dengan taraf signifikan
(a ) maka dapat diketahui keputusan ditolak atau diterimanya hipotesis nihil.
Berdasarkan analisis di atas diperoleh hasil Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,028 < 0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media trigonal pencil efektif dalam mengatasi kesulitan belajar
menulis siswa berkesulitan menulis kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan
kecamatan Serengan Surakarta tahun ajaran 2008/2009,seperti tampak dalam tabel
berikut ini:
lxx
Tabel 12. Kesimpulan Hasil Penelitian Hipotesis Asymp.
Sig. (2-tailed)
Taraf Signifikan
(a )
Kesimpulan
Hipotesis nihil : Penggunaan media trigonal
pencil tidak efektif dalam
mengatasi kesulitan belajar
menulis siswa berkesulitan
menulis kelas III SD Islam
Bakti I Joyotakan
kecamatan Serengan
Surakarta tahun ajaran
2008/2009.
0,028 0,05 Hipotesis nihil ditolak
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka Ha yang berbunyi penggunaan
media trigonal pencil efektif dalam mengatasi kesulitan belajar menulis siswa
berkesulitan menulis kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan kecamatan Serengan
Surakarta tahun ajaran 2008/2009 diterima kebenaranya. Dari analisis deskriptif
dapat diketahui nilai mean sebelum perlakuan atau treatment (43,3) meningkat
menjadi (78,5) sesudah pemberian perlakuan atau treatment, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penggunaan media trigonal pencil efektif dalam
mengatasi kesulitan belajar menulis siswa berkesulitan menulis kelas III SD
Islam Bakti I Joyotakan kecamatan Serengan Surakarta tahun ajaran 2008/2009.
D.Pembahasan Hasil Penelitian
Anak Berkesulitan Belajar akademis memiliki karakteristik yang lain
daripada anak pada umumnya, yang termasuk di dalamnya adalah anak dengan
kesulitan membaca (diseleksia), anak dengan kesulitan berhitung (diskalkulia)atau
anak dengan kesulitan menulis (disgrafia). Kesulitan belajar akademis merupakan
bentuk hambatan dalam mengikuti konsep standar akademis yang ditandai dengan
adanya kesulitan nyata dalam tugas-tugas akademis, prestasi belajar yang di
lxxi
bawah dari potensinya dan bukan merupakan pengaruh kecacatan atau tingkat
kecerdasan yang rendah. Kesulitan belajar yang di alami anak berkesulitan
menulis dapat di jumpai dalam berbagai macam kasus, antara lain mulai dari
terlalu lambat menulis hingga bentuk tulisan yang terbalik (Munawir Yusuf, dkk.
2003 :13). Dalam penelitian ini yang akan di angkat antara lain masalah kesulitan
belajar menulis dalam aspek terlalu lambat dalam menulis, terlalu miring, jarak
antar huruf tidak teratur, tulisan kotor, tidak tepat dalam mengikuti garis
horisontal, ukuran tulisan terlalu besar atau kecil dan salah arah dalam penulisan.
Menulis merupakan kegiatan motorik yang mengkoordinasikan gerak
motorik dengan persepsi untuk menyampaikan informasi ke dalam bahasa tulis.
Kemampuan menulis sangat diperlukan dalam segala hal, sehingga meskipun
teknologi semakin berkembang namun peran kemampuan menulis permulaan atau
menulis tangan (handwriting) tidak dapat terlepaskan dari penunjang kemampuan
lainya dalah hal akademis maupun teknis. Kesulitan belajar menulis pada
umumnya disebabkan pada pola memegang alat tulis atau pensil yang tidak tepat.
Sehingga alternatif media yang diberikan untuk membentuk pola genggaman
memegang jari yang benar adalah menggunakan trigonal pencil.
Trigonal pencil merupakan alat bantu alat bantu menulis dengan tangan
(handwriting) bagi siswa yang teridentifikasi kesulitan belajar menulis akibat dari
kesalahan kaitanya dengan cara memegang alat tulis atau pensil yang memiliki
fungsi membentuk pola jari yang benar dalam menulis.
Penelitian ini selaras dengan teori diatas. Karena dari perhitungan
mengunakan Analisis Statistik Uji Test bertanda Wilcoxon diperoleh hasil yang
menguatkan hal tersebut. Hasil perhitungan data menunjukan bahwa Asymp. Sig.
(2-tailed) = 0,028 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian ini menunjukan
penggunaan media trigonal pencil efektif dalam mengatasi kesulitan belajar
menulis siswa berkesulitan menulis kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan
kecamatan Serengan Surakarta tahun ajaran 2008/2009, terlihat dalam perbedaan
nilai kemampuan menulis siswa antara sebelum dan sesudah mendapatkan
treatment dengan menggunakan trigonal pencil. Perbedaan terlihat dari
lxxii
meningkatnya kemampuan menulis siswa teridentifikasi kesulitan belajar menulis
setelah mendapatkan perlakuan atau treatment berupa menggunakan trigonal
pencil. Hal ini dibuktikan dengan mean dari posttest diperoleh skor 78,50.
sedangkan mean dari pretest 43,33.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar menulis yang di
alami siswa kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta
yang teridentifikasi kesulitan belajar menulis dapat diatasi dengan menggunakan
alternatif media trigonal pencil.
lxxiii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian
Dari penelitian yang penulis lakukan mengenai efektifitas penggunaan
media trigonal pencil terhadap kemampuan dasar menulis siswa yang
teridentifikasi kesulitan belajar menulis. Berdasarkan hasil perhitungan data
dengan menggunakan Uji Ranking Bertanda Wilcoxon diperoleh bahwa Asymp.
Sig. (2-tailed)=0,028 dengan taraf signifikansi (a ) sebesar 0,05 maka Asymp.
Sig. (2-tailed)=0,028 < taraf signifikansi (a )=0,05. Karena nilai probabilitas lebih
kecil daripada taraf signifikansi maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media trigonal pencil efektif dalam mengatasi
kesulitan belajar menulis siswa berkesulitan menulis kelas III SD Islam Bakti I
Joyotakan kecamatan Serengan Surakarta tahun ajaran 2008/2009.
B. Implikasi Penelitian
Penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan media trigonal pencil
efektif dalam mengatasi kesulitan belajar menulis siswa berkesulitan menulis,
maka dapat diambil implikasinya sebagai berikut :
Salah satu karakteristik yang umum di jumpai pada siswa yang mengalami
kesulitan menulis adalah malas menulis dengan tangan atau handwriting di
aplikasikan dengan malas memiliki catatan dan prestasinyapun akan rendah.
Penggunaan trigonal pencil yang berfungsi membentuk pola genggaman jari yang
tepat sehingga nyaman dalam menulis, akan sangat membantu siswa kelas dasar
dengan menggunakan alternatif pensil yang berbeda. Bentuk trigonal pencil yang
lebih besar dari ukuran pensil umumya akan membantu siswa kelas dasar dalam
mencari dan membiasakan posisi yang nyaman dalam menulis dengan tangan.
lxxiv
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian ini maka dapat
dikemukakan saran yaitu :
1. Untuk sekolah
Penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan media trigonal pencil
efektif dalam mengatasi kesulitan belajar menulis siswa berkesulitan
menulis kelas III SD Islam Bakti I Joyotakan kecamatan Serengan
Surakarta tahun ajaran 2008/2009, dengan demikian pihak sekolah
memberikan rekomendasi atau menyarankan kepada guru-guru kelas dasar
agar siswa-siswi kelas dasar dapat menggunakan alternatif media trigonal
pencil untuk kegiatan menulis agar terbiasa menggunakan pola memegang
alat tulis yang benar, sehingga semua siswa dapat nyaman dalam menulis
dan meningkatkan kemapuan dasar menulis siswa dalam menulis dengan
tangan.
2. Untuk Siswa
Siswa diharapkan selalu melatih ketrampilan menulis di sekolah dan di
rumah sehingga kemampuan menulis dengan tangan akan terus meningkat.
3. Untuk Peneliti Lain
Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan antara lain dalam
pemilihan sampel yang masih kurang heterogenitasnya dan pemilihan
subjek penelitian yang jumlahnya masih kurang, sehingga peneliti lain
agar dapat lebih melengkapi dan menyempurnakan penelitian yang telah
penulis lakukan sebelumnya.
lxxv
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis. 2001. Anak Lamban Belajar. Jakarta: Gema Insani Press.
Anton Sukarno. 2002. Pengantar Statistik. Surakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia FKIP UNS.
Arief S. Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Atar M. Semi. 1990. Menulis Efektif. Padang : Angkasa Raya.
Basuki Wibawa & Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV.
Maulana.
Burhan Nuryantoro. 2001. Pengajaran Ketrampilan Bahasa. Bandung : Rineka
Cipta
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Darwanto S. Subroto. 1995. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta:
Duta Wacana University Press.
Dino Sugono. 1995. Lancar Berbahasa Indonesia 1 untuk SD Kelas III. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Dorothy Rich. 2008. Pembelajaran yang Menyenangkan untuk Siswa kelas 1-3
SD. Jakarta : Indeks
Hadari Nawawi. 1963. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
____________________. 1995. Metodologi Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
http://www.dokteranakku.com
http://www.faber-castell.co.id
http://www.infoterapi.com
http://www.kafebalita.com
http://www.putrakembara.com
http://www.plbjabarcom
lxxvi
http://www.ncld.com
http://www.sabda.org
Imas Eva Nurvianti. 2007. Ketrampilan Menulis untuk Siswa SD. Jakarta:
Lazuardi.
IKAPI. 1990. Daftar Buku Bahasa Indonesia. Jakarta.
Jamila K.A Muhammad. 2008. Special education for special children. Jakarta: PT
Mizan Publika Hikmah
Logsdon Ann. 1997. (www.learningdisability.com)
Mardalis. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
M. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik 2. Jakarta: Bumi Aksara
Moh Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Graha Indonesia.
____________________.1999. Metode Penelitian. Jakarta: Graha Indonesia.
Mulyono Abdurahman. 1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Proyek pendidikan Tenaga Guru, Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
____________________.1998. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Proyek pendidikan Tenaga Guru, Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Munawir Yusuf, Sunardi, Mulyono Abdurahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak
Dengan Problema Belajar. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Munawir Yusuf. 2009. Identifikasi Kesulitan Belajar
Nana Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Nasution. 2004. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara.
Paul Edison, Gail E Denison. 2005. Brain gym, Senam otak. Jakarta: Grasindo.
Rini Hapsari. 1992 (http://www.sabda.org)
Sabarti Akhadiah. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta : Erlangga.
Saifudin Azwar. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
lxxvii
Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
____________________.2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumadi Suryabrata. 1984. Pembimbing ke Psikodiagnostik. Yogyakarta : Rake
Press.
____________________. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
____________________. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sunardi dan Sugiarmin. 2001 (http://plbjabar.com)
Supriyatno. 1997. Ketrampilan Berbahasa. Jakarta : Bumi Aksara.
Sutrisno Hadi. 1983. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: UGM Yayasan
Fakultas Psikologi.
Suyitno. 1993. Metodogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta : Andi
Offset.
Tarigan. 1990. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Angkasa
Winarno Surakhmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Wicaksono dan Sofita Altriana. 2006. Menulis Huruf Tegak Bersambung. Solo :
CV Yoga Wahyu Pratama
Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.