20

Click here to load reader

Dalam regresi linier

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemuliaan Tanaman

Citation preview

Dalam regresi linier, nilai-nilai dari beberapa populasi itu ditentukan oleh nilai x tertentu. Peubah y itu disebut peubah tidak bebas, karena setiap y bergantung pada populasi yang diambil contohnya, peubah x disebut peubah bebas atau argumen. Adapun persamaan regresi sendiri dirumuskan sebagai berikut (Steel et.al., 1991):Y = a + bx, dimana :Y : peubah tak bebas x : peubah bebas a : konstanta b : koefisien regresiKorelasi antar sifat mengukur derajat keeratan hubungan antara sifat-sifat. Pendugaan sifat-sifat korelasi genotip dan fenotip berguna dalam perencanaan dan evaluasi di dalam program-program pemuliaan tanaman. Korelasi antar sifat penting dan yang kurang penting dapat mengungkapkan bahwa beberapa dari sifat yang penting berguna sebagai indikator bagi satu atau beberapa sifat lain yang kurang penting (Johnson et.al., 2006).

Korelasi antar sifat tanaman yang biasanya diukur dengan koefisien korelasi sangat penting dalam pemuliaan tanaman karena koefisien itu mengukur derajat hubungan antara dua sifat atau lebih, baik dari segi genetik maupun nongenetik. Penyebab timbulnya korelasi adalah faktor genetik maupun faktor lingkungan. Sebab genetis timbulnya korelasi antar sifat ialah peristiwa pleitropi dan linkage disequilibrium (Soemartono et.al., 1992).Daya hasil dipengaruhi oleh beberapa komponen yang saling berasosiasi, sehingga seleksi terhadap hasil harus mempertimbangkan sifat-sifat yang berkorelasi dengannya. Pendugaan korelasi genotipik dan fenotipik antarsifat berguna untuk perencanaan dan evaluasi program pemuliaan. Pada umumnya nilai korelasi genotipik lebih tinggi dibandingkan nilai korelasi fenotipik. Hal ini menunjukkan walaupun korelasi genotipik besar namun bila dipengaruhi oleh lingkungan akan berubah. Informasi tentang adanya korelasi antarsifat dapat digunakan untuk memahami hasil yang akan dicapai dan memberikan prosedur seleksi yang tepat (Nugrahaeni, 2001).Sifat-sifat koefisien korelasi antara lain nilai koefisien korelasi berkisar dari -1 sampai dengan 1 atau -1 r 1. Bila nilai r = 0 atau mendekati 0, berarti antara dua peubah yang diobservasi (misal X atau Y) tidak terdapat hubungan atau hubungannya sangat lemah. Bila r = -1 atau mendekati -1, berarti X dan Y sangat kuat tetapi hubungannya bersifat negatif (berlawanan) dan bila r = 1 atau mendekati 1 berarti hubungan X dan Y juga besar dan hubungannya bersifat positif (Haryono, 2001).Dalam mengolah data, peneliti akan selalu berkepentingan menentukan hubungan antara dua atau lebih peubah. Hubungan tersebut mungkin renggang atau erat. Pada satu pihak dua peubah mungkin bebas antara satu sama lain, dalam keadaan seperti itu korelasinya nol. Pada pihak lain kedua peubah bergantung sepenuhnya pada yang lain, maka harga mutlak korelasinya adalah satu (Sembiring, 1995).Menurut Prajitno (1981) koefisien korelasi harus memenuhi syarat : Koefisen korelasi harus besar apabila kadar hubungan tinggi atau kuat, dan harus kecil apabila kadar hubungan kecil atau lemah. Koefisien korelasi harus bebas dari satuan yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel baik prediktor maupun respon.Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu yang paling penting tanaman pangan di dunia dan makanan lebih dari setengah dari global yang populasi. Kurangnya investasi yang cukup untuk meningkatkan varietas dan hasil adalah salah satu faktor yang telah menunda peningkatan produksi beras. Untuk mengalahkan tantangan ini dan memenuhi permintaan dengan cara ini tanaman, baik klasik dan molekuler metode pemuliaan harus digunakan. Salah satu kerugian dari pemuliaan tanaman klasik adalah transfer gen yang tidak diinginkan bersama-sama dengan yang diinginkan.sumber:

Haryono, S. K. 2001. Heritabilitas dan korelasi genotipe jemponan indeks panen dan indeks beberapa nomor contoh kecipir. Zuriat 22 (1):38-47.

Johnson, H. W., H. F. Robinson dan R. C. Comstock. 2006. Genotipe and Phenotipic Correlation in Soybean and Their Aplication in Selection. Agriculture Journal 160:447-483.

Nugrahaeni, N. 2001. Korelasi dan keheritabilitas beberapa sifat kuantitatif kacang tanah di lingkungan cekaman air dan cekaman lingkungan. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 14(1):32-38.

Prajitno, D. 1981. Analisis Korelasi-Regresi. Liberty, Yogyakarta.

Sembiring, R. K. 1995. Analisis Regresi. Penerbit ITB, Bandung.

Soemartono, Nasrullah dan H. Kartika. 1992. Genetika Kuantitatif Dan Bioteknologi Tanaman. PAU Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Steel, R. G. D and Torrie. 1991. Principle And Prosedures of Statistics (Prinsip dan Prosedur Statistik, alih bahasa : B. Sumantri). Gramedia, Jakarta.Artikel Terkait:LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PEMULIAAN TANAMAN

ACARA II

KORELASI ANTARA DUA SIFAT PADA TANAMAN

Description: logo unsoed

Semester :

Ganjil 2013/2014

Oleh :

Nama : Ghanni Prabawati

NIM : A1L012207

Rombongan : D2

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI

PURWOKERTO

2013

ACARA II

KORELASI ANTARA DUA SIFAT PADA TANAMAN

Tanggal Praktikum : 17 Oktober 2013

Nama : Ghanni Prabawati

NIM : A1L012207

Nama Partner : 1. Bibit A

2. Diana M

3. Marsyeilla R

4. Arifa D

5. Adhe O

6. Yuniar W

Rombongan : D2

Asisten : 1. Trian Aprilianti

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan dari pemuliaan tanaman adalah mendapatkan suatu varietas yang memiliki sifat-sifat yang baik. Terkadang dari sifat-sifat tersebut terdapat hubungan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan yang positif maupun negatif. Apabila hubungan tersebut dimisalkan dengan peubah X dan Y yang memperlihatkan adanya suatu kenaikan atau pertambahan pada peubah X yang dibarengi dengan pertambahan yang berpadanan pada peubah Y, atau suatu penurunan pada X ternyata bertalian dengan penurunan pada Y, maka hal tersebut dapat menunjukkan bahwa perubahan pada satu peubah bagaimana pun bertalian dengan perubahan pada peubah lain, maka kedua peubah itu dapat dikatakan berkorelasi (Schefler, 1987). Derajat hubungan yang berkaitan dengan sifat-sifat yang saling berhubungan dinyatakan dalam suatu bilangan yang disebut koefisien korelasi.

Dalam kegiatan seleksi, korelasi antar karakter tanaman memiliki arti yang sangat penting. Untuk mengestimasi suatu karakter tertentu dapat digunakan penduga yang juga merupakan suatu karakter yang lain yang relatif mudah diamati. Seleksi akan efektif bila terdapat hubungan erat anatar karakter penduga dengan karakter yang dituju dalam satu program seleksi. Dalam praktiknya biasanya digunakan karakter morfologis.

Analisis korelasi dan regresi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menentukan bentuk hubungan serta seberapa besar hubungan kedua sifat tersebut. Tujuan utama dalam penggunaan analisis ini adalah untuk meramalkan nilai dari suatu variabel dalam hubungannya dengan variabel lainnya yang dapat diketahui melalui persamaan regresi yang dipengaruhi oleh koefisien korelasi.

Asumsi dasar korelasi diantaranya seperti tertera di bawah ini:

1. Kedua variabel bersifat independen satu dengan lainnya, artinya masing-masing variabel berdiri sendiri dan tidak tergantung satu dengan lainnya. Tidak ada istilah variabel bebas dan variabel tergantung.

2. Data untuk kedua variabel berdistribusi normal. Data yang mempunyai distribusi normal artinya data yang distribusinya simetris sempurna. Jika digunakan bahasa umum disebut berbentuk kurva bel. Ciri-ciri data yang mempunyai distribusi normal ialah sebagai berikut:

a. Kurva frekuensi normal menunjukkan frekuensi tertinggi berada di tengah-tengah, yaitu berada pada rata-rata (mean) nilai distribusi dengan kurva sejajar dan tepat sama pada bagian sisi kiri dan kanannya. Kesimpulannya, nilai yang paling sering muncul dalam distribusi normal ialah rata-rata (average), dengan setengahnya berada dibawah rata-rata dan setengahnya yang lain berada di atas rata-rata.

b. Kurva normal, sering juga disebut sebagai kurva bel, berbentuk simetris sempurna.

c. Karena dua bagian sisi dari tengah-tengah benar-benar simetris, maka frekuensi nilai-nilai diatas rata-rata (mean) akan benar-benar cocok dengan frekuensi nilai-nilai di bawah rata-rata.

d. Frekuensi total semua nilai dalam populasi akan berada dalam area dibawah kurva. Perlu diketahui bahwa area total dibawah kurva mewakili kemungkinan munculnya karakteristik tersebut.

e. Kurva normal dapat mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Yang menentukan bentuk-bentuk tersebut adalah nilai rata-rata dan simpangan baku (standard deviation) populasi.

B. Tujuan

1. Mengetahui hubungan antara dua sifat pada tanaman.

2. Mengetahui bentuk hubungan yang ada diantara dua sifat yang bersangkutan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel. Diantara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat dua teknik korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Rank Spearman. Selain kedua teknik tersebut, terdapat pula teknik-teknik korelasi lain, seperti Kendal, Chi-Square, Phi Coefficient,Goodman-Kruskal, Somer, dan Wilson (Murwani, 2007)

Ketika satu variabel mmiliki kecenderungan untuk naik maka akan terlihat kecenderungan dalam veriabel yang lain, apakah naik, turun, atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa dua variabel memiliki hubungan atau korelasi.

Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan dalam variabilitas antar tanaman induk dengan keturunannya. Fungsi uji korelasi menurut Soepomo (1968) adalah untuk mengkaji hubungan satu sifat dengan sifat yang lainnya. Ada dua macam koefisien korelasi, yaitu :

1. Koefisien korelasi positif

Apabila derajat hubungan antara dua sifat tanaman menunjukkan hal yang nyata. Artinya bertambahnya nilai sifat yang satu akan bertambah pula nilai sifat yang lain. Hal ini juga berlaku sebaliknya, yaitu berkurangnya sifat yang satu akan berkurang pula sifat yang lainnnya.

2. Koefisien korelasi negatif

Apabila derajat hubungan antara dua sifat tanaman menunjukkan hal yang berlawanan. Artinya bertambahnya nilai sifat yang satu akan diikuti berkurangnya nilai sifat yang lain.

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur seberapa kuat atau derajat kedekatan auatu relasi yang terjadi antar sifat atau variabel. Korelasi antara dua sifat dapat dibagi dalam korelasi fenotipik dan korelasi genotipik. Korelasi fenotipik dapat dipisahkan menjadi korelasi genotipik dan korelasi lingkungan. Oleh karena itu, korelasi fenotipik ini selanjutnya diharapkan dapat menunjukkan korelasi genotipik yang lebih berati dalam usaha pemuliaan panaman. Korelasi ini dapat diartikan sebagai korelasi nilai pemuliaan dari dua sifat yang diamati. Sedangkan korelasi lingkungan merupakan sisaan galat yang juga memberikan konstribusi terhadap fenotip (Nasir, 2001).

Nilai korelasi antara dua sifat tanaman bervariasi, yaitu berkisar antara -1 sampai +1, sehingga dikenal dua macam koefisien korelasi yaitu koefisien korelasi positif dan koefisien korelasi negatif. Korelasi positif abila bertambahnya sifat yang satu bersamaan dengan bertambahnya sifat yang lain. Korelasi negatif, abila bertambahnya sifat yang satu bersamaan dengan berkurangnya sifat yang lain. Sedangkan apabila koefisien korelasi = 0 berarti tidak ada hubungan sama sekali antara kedua sifat tersebut (Sudjana1983: Soepomo,1968).

Perhitungan koefisien korelasi antara x dan y sebagai ukuran hubungan dapat dilihat dari dua segi. Pertama, koefisien korelasi dihitung untuk menentukan apakah ada korelasi antara x dan y dan jika ada apakah berarti atau tidak. Kedua, untuk menentukan derjat hubungan antara x dan y jika hubungan itu memang sudah ada atau barang kali diasumsikan ada (Sudjana, 1983).

Korelasi yang sempurna jarang terjadi pada sifat-sifat kuantitatif, karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat tersebut. Sebagaimana lazimnya, sistem yang hidup tidak membantu dengan menghasilkan bilangan bulat, keragaman lebih mungkin terjadi daripada perkecualian. (Soepomo, 1968)

Korelasi antara dua karakter dapat dibagi dalam Korelasi Fenotipik dan Korelasi Genotipik. Korelasi Fenotipik dapat dipisahkan menjadi korelasi Genotipik dan Korelasi Lingkungan. Oleh karena ini, Korelasi Fenotipik ini selanjutnya diharapkan dapat menunjukkan korelasi genotipik yang lebih berati dalam Program Pemuliaan Tanaman. Korelasi ini dapat diartikan sebagai korelasi nilai Pemuliaan dari dua karakter yang diamati. Sedangkan korelasi lingkungan merupakan sisaan galat yang juga memberikan konstribusi terhadap Fenotip (Nasir,2001).

Korelasi dua atau lebih antar sifat positif yang dimiliki akan memudahkan seleksi karena akan diikuti oleh peningkatan sifat yang satu diikuti dengan yang lainnya, sehingga dapat ditentukan satu sifat atau indek seleksi. (Eckebil et al, 1977). Sebaliknya bila korelasi negatif, maka sulit untuk memperoleh sifat yang diharapkan. Bila tidak ada korelasi di antara sifat yang diharapkan, maka seleksi menjadi tidak efektif (Poespodarsono, 1988).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum koefisien korelasi antara dua sifat pada tanaman ini adalah bahan-bahan yang hendak dicari koefisien korelasinya.

B. Alat

1. Penggaris

2. Timbangan

3. Counter

C. Prosedur Kerja

1. Bahan-bahan dan sifat-sifat yang hendak dicari koefisien korelasinya diamati.

2. Semua hasil pengamatan, pengukuran, penimbangan dan perhitungan ditulis dengan baik pada tabel yang telah disiapkan sebelumnya.

3. Data hasil pengamatan dimasukkan dalam tabel frekuensi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

terlampir

A. Pembahasan

Korelasi adalah hubungan yang terdapat antara dua atau beberapa sifat (pengamatan) (Soepomo,R, 1968). Pada empat varietas padi yang telah diukur panjang malainya, jumlah bulir, jumlah biji, dan bobot malainya didapat bentuk korelasi yang berbeda sesuai dengan sifat-sifat yang dibandingkan. Sebelumnya ditentukan dahulu koefisien korelasinya (r), jika r = 0 berarti tidak ada korelasi, r = 0 sampai +1 berarti adanya korelasi positif, r = 0 sampai -1 berarti adanya korelasi negatif (Soepomo,R, 1968). Kemudian dilakukan pengujian terhadap koefisien korelasi tersebut yang dibandingkan dengan standar errornya. Uji ini disebut uji t yang bertujuan untuk menguji kepastian korelasi. Jika nilai t yang didapat ini lebih besar dari nilai t tabel maka koefisien korelasinya nyata, artinya antara kedua sampel saling mempengaruhi.

Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan dalam variabilitas antar tanaman induk dengan keturunannya. Dalam pertanian, korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara sifat-sifat kuantitatif, misalnya hubungan antara panjang malai dengan jumlah bulir pada tanaman padi. Dengan mengetahui korelasi antara sifat-sifat kuantitatif tersebut, maka akan dapat ditentukan suatu varietas yang unggul yang akan sangat menguntungkan dalam produktivitas pertanian.

Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

1. Jika angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan.

2. Jika angka koefesien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat.

3. Jika angka koefesien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah.

4. Jika angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif.

Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif

Ditinjau dari sifat-sifat yang berhubungan, korelasi dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Korelasi sederhana

Korelasi sederhana terjadi apabila satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai dengan banyaknya gabah per malai pada tanaman padi. Korelasi sederhana digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara dua variabel, untuk melihat kuat lemahnya hubungan dan arah hubungan antara dua variabel.

2. Korelasi partial

Korelasi partial terjadi apabila dua sifat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang lain. Misalnya tingginya produksi dan tingginya sterilitas biji dipengaruhi oleh bobot malai dan serangan penyakit. Korelasi partial digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara suatu variable bebas dengan satu veriabel terikat, dengan cara mengkondisikan variable bebas lainnya dibuat tetap/konstan/ dikendalikan dalam analisis multiple correlation.

3. Korelasi berganda

Korelasi berganda terjadi apabila satu sifat dipengaruhi oleh banyak sifat yang lain. Korelasi ganda (multiple correlation) adalah korelasi antara dua atau lebih variable bebas secara bersama-sama dengan suatu variable terikat. Angka yang menunjukkan arah dan besar kuatnya hubungan antara dua atau lebih variable bebas dengan satu variable terikat disebut koefisien korelasi ganda, dan biasa disimbolkan R.

Praktikum yang dilakukan kali ini mengamati dan menghitung korelasi pada tanaman padi yang meliputi :

1. Korelasi antara panjang malai dengan bobot malai.

2. Korelasi antara panjang malai dengan jumlah biji.

3. Korelasi antara bobot malai dan jumlah biji.

Setelah dilakukan perhitungan, koefisien korelasi yang didapat bernilai positif sehingga dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif. Dan setelah dilakukan uji t, kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang tidak berbeda nyata. Sebab, t hitung kurang dari t tabel.

Hasil pengamatan 3 percobaan tersebut menunjukkan bahwa korelasi yang berlaku merupakan korelasi sederhana, korelasi partial dan korelasi berganda. Korelasi sederhana dapat dicontohkan pada hubungan antara panjang malai (X) dan jumlah bulir (Y). Sedangkan korelasi bergnda dapat dicontohkan pada bobot malai dipengaruhi oleh panjang malai, jumlah bulir dan jumlah biji.

Ditinjau dari sifat yang berhubungan maka korelasi dan percobaan yang dilakukan adalah termasuk sederhana karena hanya mengukur keeratan dua sifat/peubah misalnya panjang malai dengan bobot malai. Ada hubungan antara korelasi dengan persamaan regresi karena perhitungan koefisien korelasi dengan rumus didasarkan pada studi matematika dari garis regresi. Garis regresi diperoleh dari persamaan regresi. Selain itu korelasi membicarakan hubungan antara dua ciri atau lebih, sedangkan regresi menduga bentuk hubungan antar ciri-ciri tersebut sehingga keduanya punya hubungan yang sangat erat.

Dalam statistik, koefisien korelasi itu berhubungan dengan persamaan regresi karena persamaan regresi menunjukkan bentuk persamaan hubungan antara 2 variabel atau lebih. Sedangkan koefisien korelasi menunjukkan erat tidaknya hubungan antar variabel tersebut (Sudjana,1983).

Berdasarkan hasil praktikum pada perhitungan panjang malai dengan jumlah bulir didapat t hitung (3,11) < t tabel (5,591) . Hal ini berarti koefisien korelasi nonsignifikan pada varietas padi tersebut. Artinya antara pajang malai dan jumlah bulir tidak ada hubungan. Bertambah panjangnya malai tidak akan diikuti dengan bertambahnya jumlah bulir. Koefisien korelasi ini termasuk koefisien korelasi negative. Jenis korelasi ini termasuk dalam jenis korelasi sederhana karena satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai dengan banyaknya gabah per malai pada tanaman padi.

Berdasarkan hubungan panjang malai dengan bobot malai didapat t hitung (0,57) < t tabel (5,591) maka koefisien korelasinya nonsignifikan. Ini berarti tidak adanya hubungan antara panjang malai (X) dengan bobot malai (Y). Sifat Panjang malai dengan bobot malai tidak saling mempengaruhi. Bertambahnya Panjangnya malai tidak akan diikuti dengan bertambahnya bobot malai. Koefisien korelasinya termasuk koefisien korelasi negatif. Jenis korelasi ini termasuk dalam jenis korelasi sederhana karena satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai dengan bobot malai pada tanaman padi.

Berdasarkan hubungan Jumlah bulir dengan Bobot malai didapat t hitung (0,64) < t tabel (5,591) maka koefisien korelasinya nonsignifikan. Ini berarti tidak adanya hubungan antara Jumlah bulir (X) dengan bobot malai (Y). Jumlah bulir dengan bobot malai tidak saling mempengaruhi. Bertambahnya Jumlah bulir tidak akan diikuti dengan bertambahnya bobot malai. Koefisien korelasinya termasuk koefisien korelasi negatif. Jenis korelasi ini termasuk dalam jenis korelasi sederhana karena satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai dengan bobot malai pada tanaman padi.

V. SIMPULAN

a. Korelasi merupakan salah satu teknik statistic yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih, yang sifatnya kuantitatif.

b. Besarnya korelasi antar dua sifat pada tanaman bervariasi, yaitu antara -1 sampai +1.

1. Jika r = 0, berarti antar kedua sifat tersebut tidak berkorelasi

2. Jika r = 0 sampai +1, berarti antar kedua sifat tersebut ada korelasi positif

3. Jika r = 0 sampai -1, berarti antar kedua sifat tersebut ada korelasi negatif

c. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa korelasi yang berlaku merupakan korelasi sederhana, korelasi partial dan korelasi berganda. Korelasi sederhana dapat dicontohkan pada hubungan antara panjang malai (X) dan jumlah bulir (Y). Sedangkan korelasi bergnda dapat dicontohkan pada bobot malai dipengaruhi oleh panjang malai, jumlah bulir dan jumlah biji.

d. Pada perhitungan korelasi praktikum ini, meyatakan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang tidak berbeda nyata. Sebab, t hitung kurang dari t tabel.

DAFTAR PUSTAKA

Murwani. 2007. Analisis Korelasi dan Regresi. Jakarta: Gramedia

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Poespodarsono, S., 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU-IPB Bekerjasama dengan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB, Bogor. 163p.

R. Sokal, Robert dan F. James Rohlf.1996. Biostatistika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Schefler, William C. 1979. Statistik untuk biologi, farmasi, kedokteran dan ilmu yang bertautan. Bandung : ITB.

Soepomo. 1968. Ilmu Seleksi dan Teknik Kebun Percobaan. Jakarta : PT Soeraengan.

Subagyo, Pangestu dan Djarwanto Ps. 2000. Statistik Induksi Edisi Keempat. Yogyakarta : PT BPPE.

Sudjana. 1986. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.

Sudjana. 1983. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung : Tarsito.