Upload
abdul-malik-khadafi
View
231
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN PT. INDOMINCO MANDIRI DI
BONTANG
(Studi kasus : Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap Pengembangan Masyarakat dan
Wilayah di Desa Suka Damai Bontang)
Oleh : 1Abdul Malik Khadafi_19310848
2Mohammad Hamzah Fadli_19310893
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 pasal
33 ayat 3 mengamanatkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Sumberdaya alam tersebut terdiri atas sumberdaya alam
yang dapat diperbaharui (renewable -
resources) dan sumberdaya alam yang
tidak dapat diperbaharui (non renewable resources). Sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui mempunyai sifat terus
menerus ada dan dapat diperbaharui
baik oleh alam sendiri maupun dengan
bantuan manusia seperti sumberdaya
hutan, air, dan lainnya. Sedangkan
sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui mempunyai sifat fisik
yang tersedia tetap dan tidak dapat
diperbaharui atau diolah kembali dan
terjadinya diperlukan waktu ribuan
tahun seperti mineral, batubara, minyak
bumi, dan lainnya.
Dampak kegiatan pertambangan
terhadap masyarakat terbagi atas
dampak langsung dan dampak tidak
langsung. Dampak positif langsung
umumnya dinikmati oleh masyarakat
yang berada di sekitar lokasi
pertambangan, namun masyarakat
tersebut juga menerima dampak negatif
yang akan timbul dari kegiatan
pertambangan tersebut. Dampak positif
langsung dapat dirasakan oleh
masyarakat melalui program community
development yang dilakukan oleh
perusahaan pertambangan. Dampak tidak
langsung diperoleh melalui penerimaan
negara dari sektor pertambangan baik
berupa pajak, iuran, maupun pungutan
lainnya yang akan digunakan untuk
membiayai pembangunan.
1.2 Rumusan Masalah
Kehadiran suatu perusahaan
pertambangan diharapkan dapat mem-
berikan manfaat tidak hanya terhadap
pembangunan daerah tapi juga terhadap
masyarakat yang berada di sekitar
lokasi pertambangan. Namun sumber-
daya alam yang melimpah tidaklah de-
ngan sendirinya memberikan kemak-
muran bagi warga masyarakatnya, jika
sumberdaya manusia yang ada tidak
mampu memanfaatkan dan menge-
mbangkan teknologi guna memanfaatkan
sumber alamnya.
Melihat dampak yang dapat
ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan,
maka dalam penelitian ini terdapat
beberapa hal yang menjadi pokok
permasalahan dalam pengusahaan
pertambangan, yaitu :
1. Bagaimana kontribusi kegiatan pertambangan terhadap pemb-
angunan daerah?
2. Bagaimana dampak kegiatan pertambangan terhadap peng-
embangan masyarakat khususnya
yang berada disekitar lokasi
pertambangan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan umum dari penulisan ini
adalah untuk mengetahui dampak
kegiatan pertambangan terhadap penge-
mbangan wilayah di Kota Bontang.
Adapun tujuan khusus penulisan
adalah:
1. mengetahui kontribusi keg-iatan pertambangan terhadap
pembangunan daerah;
2. mengetahui dampak kegiatan pertambangan terhadap pengem-
bangan masyarakat khususnya
yang berada di sekitar lokasi
pertambangan;
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pengembangan Wilayah
Salah satu prinsip dasar yang
harus diperhatikan dalam pengembangan
wilayah adalah bahwa setiap wilayah
(region) memiliki karakteristik wilayah
yang berbeda-beda, sehingga pendekatan
yang dilakukan dalam pengembangan
wilayah harus di dasarkan pada
karakteristik wilayah masing-masing.
Menurut Riyadi (2002), penge-
mbangan wilayah harus disesuaikan
dengan kondisi, potensi, dan per-
masalahan wilayah bersangkutan karena
kondisi sosial ekonomi, budaya, dan
geografis antara suatu wilayah dengan
wilayah lainnya sangat berbeda.
Ada beberapa pendapat mengenai
pengembangan wilayah (regional
development). Riyadi (2002) meny-
atakan bahwa pengembangan wilayah
merupakan upaya untuk memacu perke-
mbangan sosial ekonomi, mengurangi
kesenjangan antar wilayah, dan menjaga
kelestarian lingkungan hidup pada suatu
wilayah. Sedangkan menurut Zen
(2001), pengembangan wilayah meru-
pakan usaha memberdayakan suatu
masyarakat yang berada di suatu daerah
itu untuk memanfaatkan sumberdaya
alam yang terdapat disekeliling mereka
dengan menggunakan teknologi yang
relevan dengan kebutuhan, dan bertujuan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat
yang bersangkutan. Jadi, pengembangan
wilayah tidak lain dari usaha
mengawinkan secara harmonis
sumberdaya alam, manusianya, dan
teknologi, dengan memperhitungkan daya
tampung lingkungan itu sendiri .
Kesemuanya itu disebut memberdayakan
masyarakat.
Gambar 1. Hubungan antara Pengem-bangan
Wilayah, Sumberdaya Alam, Sumberdaya
Sumber : Manusia, dan Teknologi (Zen 2001).
2.2 Pengembangan Masyarakat
Community development dapat
didefinisikan sebagai kegiatan
pengembangan masyarakat/komuniti
yang dilakukan secara sistematis dan
terencana dan diarahkan untuk
memperbesar akses masyarakat untuk
mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya
yang lebih baik apabila dibandingkan
dengan sebelum adanya kegiatan
pembangunan, sehingga masyarakat di
tempat tersebut diharapkan menjadi lebih
mandiri dengan kualitas kehidupan dan
kesejahteraan yang lebih baik (Budimanta
2005).
Menurut Ife (2002), ada enam
dimensi penting dari community
development, yaitu: (1) Pengembangan
sosial; (2) Pengembangan ekonomi; (3)
Pengembangan politik; (4) Penge-
mbangan budaya; (5) Pengembangan
lingkungan; dan (6) Pengembangan
pribadi/keagamaan.
Tujuan community development
pada industri pertambangan menurut
Budimanta (2005) adalah sebagai berikut:
1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh PEMDA terutama
pada tingkat desa dan masy-
arakat untuk meningkatkan
kondisi sosial-ekonomi-budaya
yang lebih baik di sekitar wilayah
kegiatan perusahaan.
2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat.
3. Membantu pemerintah daerah dalam rangka pengentasan
kemiskinan dan pengembangan
ekonomi wilayah.
4. Sebagai salah satu strategi untuk mempersiapkan kehidupan
komuniti di sekitar lingkar
tambang manakala industri telah
berakhir beroperasi (life after
mining/oil).
Menurut Primahendra (2004), ber-
dasarkan aspek peran masyarakat, praktek
community development dapat dike-
lompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Development for community, dimana masyarakat menjadi
obyek pembangunan karena
berbagai inisiatif, perencanaan,
dan pelaksanaan kegiatan
pembangunan dilaksanakan oleh
aktor dari luar.
2. Development with community, dimana terbentuk pola kolaborasi
antara aktor luar dan masyarakat
setempat sehingga keputusan yang
diambil merupakan keputusan
bersama dan sumberdaya yang
dipakai berasal dari kedua belah
pihak.
3. Development of community, dimana proses pembangunan yang
baik inisiatif, perencanaan, dan
pelaksanaannya dilaksanakan
sendiri oleh masyarakat.
2.3 Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan
Daerah adalah suatu proses
penyusunan tahapan tahapan kegiatan
yang melibatkan berbagai unsur di
dalamnya, guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumber-sumber daya yang
ada dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial dalam suatu
lingkungan wilayah/daerah dalam jangka
waktu tertentu (Riyadi dan Bratakusumah
2004).
Dalam pelaksanaannya sering
dihadapkan pada berbagai kendala. Hal-
hal yang menjadi kendala dalam dalam
proses pembangunan daerah secara umum
terbagi atas tiga, yaitu:
1. Kendala politis.
Merupakan kendala yang disebabkan
oleh adanya kepentingan-kepentingan
politik yang mendompleng pada substansi
perencanaan pembangunan. Ini
merupakan kendala yang cukup sulit
dihindari, karena biasanya datang dari
adanya tarik menarik kepentingan di
antara elite politik dan elit penguasa
(birokrasi) yang memiliki kekuatan
(power) dalam mempengaruhi kebi-
jaksanaan pemerintah.
2. Kondisi sosio-ekonomi masyarakat.
Kondisi sosio-ekonomi biasanya men-
cerminkan kemampuan finasial daerah,
pa-dahal kemampuan finansial memiliki
peran penting untuk merumuskan peren-
canaan yang baik. Hasil peren-
canaan harus dilaksanakan / dimple-
mentasikan dan pada tahap pelaksanaan
inilah dukungan dana yang memadai
sangat dibutuhkan.
3. Budaya/kultur yang dianut oleh
masyarakat
Apabila kultur tidak diberdayakan
dan diarahkan ke arah yang positif secara
optimal akan sangat mempengaruhi
hasil-hasil perencanaan, bahkan bisa
sampai pada tahap implementasinya.
Nilai-nilai budaya primordialisme,
parokhialisme, etnosentrisme, patron-
client yang cenderung masih melekat
dalam kehidupan bangsa Indonesia, harus
dikendalikan dengan baik dan diarahkan
menjadi faktor pendukung pembangunan,
sehingga pembangunan dilaksanakan
dengan nilai-nilai positif relegius,
tenggang rasa, gotong royong, dan
sebagainya.
2.4 Kegiatan Pertambangan
Usaha pertambangan merupakan
kegiatan untuk mengoptimalkan peman-
faatan sumberdaya alam tambang (bahan
galian) yang terdapat di dalam bumi
Indonesia. Usaha pertambangan meliputi
pertambangan umum dan pertambangan
minyak dan gas bumi. Kegiatan
minyak dan gas bumi sendiri sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi dibedakan atas kegiatan usaha hulu
dan kegiatan usaha hilir. Kegiatan usaha
hulu adalah kegiatan usaha yang
berintikan atau bertumpu pada kegiatan
usaha eksplorasi dan usaha ekploitasi.
Kegiatan usaha hilir adalah kegiatan
usaha yang berintikan atau bertumpu pada
kegiatan usaha pengolahan, penga-
ngkutan, penyimpanan, dan niaga.
Pelaksana kegiatan usaha
pertambangan memiliki kewajiban peng-
embangan masyarakat. Kewajiban
pengembangan masyarakat bagi per-
tambangan minyak dan gas bumi
tercantum dalam pasal 11 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
yaitu kewajiban pengembangan
masyarakat sekitar dan jaminan hak-hak
masyarakat adat. Kewajiban pengem-
bangan masyarakat bagi pelaksana
kegiatan usaha pertambangan umum
tercantum dalam pasal 6-7 Keputusan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 1453.K/29/MEM/2000 tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintahan di Bidang Pertambangan
Umum yang didalamnya antara lain
mengatur tentang pengembangan
wilayah, pengembangan kemasyarakatan
dan kemitrausahaan. Program
pengembangan masyarakat yang harus
dilakukan meliputi sumberdaya manusia,
kesehatan, pertumbuhan ekonomi,
pengembangan wilayah, dan kemitraan.
Menurut Muhammad (2000),
dampak positif dari kegiatan
pembangunan di bidang pertambangan
adalah:
Memberikan nilai tambah secara
nyata kepada pertumbuhan ekonomi
nasional;
1. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD);
2. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar
tambang;
3. Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang;
4. Meningkatkan usaha mikro masyarakat lingkar tambang;
5. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang; dan
6. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang.
Sedangkan dampak negatif dari
pembangunan di bidang pertambangan
adalah :
1. Kehancuran lingkungan hidup; 2. Penderitaan masyarakat adat; 3. Menurunnya kualitas hidup
masyarakat lokal;
4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan;
5. Kehancuran ekologi pulau-pulau; dan
6. Terjadi pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan.
3. GAMBARAN UMUM WILAYAH
KOTA BONTANG
3.1 Letak Geografi dan Administrasi
Wilayah
Kota Bontang terletak antara
117 23 BT - 117 38 BT dan 0 01 LU - 0 12 LU atau berada pada belahan bumi bagian utara khatulistiwa. Kota Bontang
memiliki luas wilayah 497.57 km2 yang
terdiri atas daratan 147.80 km2 (29.70%)
dan lautan 349.77 km2 (70.30%).
Secara geografis Kota Bontang
di sebelah Barat dan Utara berbatasan
dengan Kabupaten Kutai Timur, sebelah
Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Kutai Kertanegara dan di sebelah Timur
berbatasan dengan Selat Makassar. Kota
Bontang memiliki letak yang cukup
strategis yaitu terletak pada jalan trans
Kaltim dan berbatasan langsung dengan
Selat Makassar sehingga menguntungkan
dalam mendukung interaksi wilayah
Kota Bontang dengan wilayah lain di
luar Kota Bontang.
Kota Bontang awalnya meru-
pakan sebuah desa kecil yaitu Desa
Bontang Kuala. Kehadiran PT Badak
NGL pada tahun 1974 sebagai industri
gas alam dan PT Pupuk Kalimantan
Timur (PT PKT) tahun 1977 sebagai
industri pupuk dan amoniak di Kota
Bontang merupakan titik awal
terbukanya daerah tersebut sehingga
berkembang menjadi Kecamatan
Bontang. Seiring dengan semakin
berkembangnya kota tersebut maka pada
tahun 1989 statusnya meningkat menjadi
kota administratif sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
1989 dan pada tahun 1999 meningkat
menjadi kota otonom sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999
tentang Pemekaran Provinsi dan
Kabupaten bersama-sama dengan
Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten
Kutai Kertanegara. Desa Bontang Koala
sebagai cikal bakal kota tersebut sampai
sekarang tetap menjadi perkampungan
nelayan. Namun pemukiman tersebut
semakin padat dan menjorok ke laut serta
bentuk rumah panggung dari kayu relatif
tidak berubah banyak.
Berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Bontang Nomor 17 Tahun 2002
tentang Pembentukan Organisasi
Kecamatan Bontang Barat pada tanggal
16 Agustus 2002, maka Kota Bontang
menjadi tiga wilayah kecamatan yaitu
Kecamatan Bontang Selatan, Kecamatan
Bontang Utara, dan Kecamatan Bontang
Barat serta 14 kelurahan dan satu desa.
Kota Bontang dilalui oleh
beberapa sungai yang berhulu di bagian
Barat (Kabupaten Kutai) dan bermuara di
Selat Makassar. Sungai-sungai tersebut
adalah Sungai Guntung, Sungai
Bontang, Sungai Busuh, Sungai
Nyerakat Kanan dan Sungai Nyerakat
Kiri yang aliran permukaannya
membentuk Daerah Aliran Sungai
(DAS) Santan.
3.2 Sarana Prasarana Fisik dan Sosial
Panjang jalan di Kota Bontang adalah
155.791 km yang berdasarkan
konstruksi jalan terdiri atas aspal 32.923
km atau 21%, beton (rigid) 24.398 km
atau 16%, kayu 9.071 km atau 6%, tanah
72.397 km atau 46% dan lapen 17.001
km atau 11%. Berdasarkan kondisi jalan
terdiri atas baik 54.986 km atau 35%,
sedang 13.987 km atau 9%, rusak 14.969
km atau 10%, dan rusak berat 71.849 km
atau 46%.
Sarana pendidikan di Kota Bontang
cukup lengkap mulai dari tingkatan
Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan
Tinggi dan tersebar di semua kecamatan.
Jumlah Taman Kanak-Kanak (TK)
sebanyak 36 buah, Sekolah Dasar
(SD) sebanyak 53 buah, Sekolah
Menengah Tingkat Pertama (SMTP)
sebanyak 30 buah, Sekolah Menengah
Tingkat Atas (SMTA) sebanyak 16 buah.
Sedangkan Perguruan Tinggi yang ada
di Kota Bontang adalah Universitas
Trunojoyo. Adapun jumlah sarana
pendidikan tingkat dasar sampai
menengah serta penyebaran menurut
kecamatan disajikan pada Tabel berikut
ini.
Sarana kesehatan di Kota Bontang terdiri
atas rumah sakit milik pemerintah dan
swasta, puskesmas, puskesmas
pembantu, balai pengobatan, dan
dokter praktek. Adapun jumlah dan
penyebaran fasilitas kesehatan menurut
kecamatan disajikan pada Tabel berikut
ini
Tabel 1. Jumlah fasilitas kesehatan
menurut jenis dan kecamatan
Sumber: Bappeda dan BPS Bontang 2004a
Fasilitas tempat ibadah di
Kota Bontang tersedia dalam jumlah
yang memadai untuk semua pemeluk
agama berupa mesjid sebanyak 60 buah,
gereja katolik sebanyak 4 buah, gereja
protestan sebanyak 30 buah, dan pura
sebanyak 1 buah.
3.5 Pertumbuhan Ekonomi
Keadaan perekonomian Kota Bontang
tahun 2002-2003 dapat dilihat melalui
gambaran PDRB dengan harga konstan
yang menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan PDRB tahun 2003
dengan migas naik sebesar 2.08%
sedangkan laku pertumbuhan PDRB
tanpa migas mengalami pertumbuhan
sebesar 8.84%. Sektor-sektor ekonomi
yang mengalami pertumbuhan di atas
agregat antara lain sektor
bangunan/konstruksi sebesar 18.01%,
listrik, gas dan air minum sebesar 9.58%,
serta pertambangan dan penggalian
sebesar 8.01%.
Tabel 2. Laju pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto Kota
Bontang dengan/tanpa migas atas dasar
harga konstan 1993 (%) tahun 2002-2003
Sumber: Bappeda dan BPS Bontang 2004b
Salah satu indikator untuk melihat
perkembangan struktur ekonomi daerah
adalah melalui komposisi struktur PDRB.
Dari komposisi struktur PDRB suatu
wilayah dapat diketahui peranan masing-
masing sektor, sehingga sektor yang
dominan peranannya dapat dipe-
rkirakan akan membentuk struktur
ekonomi wilayah tersebut. Sejak tahun
1993 sampai dengan tahun 2003 sektor
industri pengolahan merupakan sektor
yang paling besar pengaruhnya dan
mendominasi dalam struktur
perekonomian Kota Bontang dengan
sumbangan pada tahun 2003 sebesar
86.45%.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa struktur pere-
konomian Kota Bontang relatif bercorak
industrialisasi. Indikasi didasarkan karena
sektor industri pengolahan mendominasi
struktur perekonomian. Apabila unsur
migas yaitu sub sektor industri
pengolahan gas alam cair /LNG
dikeluarkan, maka sektor industri
pengolahan tetap memperlihatkan
pengaruhnya terhadap PDRB Kota
Bontang. Hal ini disebabkan oleh adanya
industri pupuk berskala nasional, yaitu
PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk.
3.6 PT Indominco Mandiri
PT Indominco Mandiri merupakan salah
satu perusahaan pertambangan batubara
di bawah manajemen BANPU Public
Company Limited. Lokasi pertambangan
berada pada tiga wilayah yaitu Kabupaten
Kutai Kertanegara, Kabupaten Kutai
Timur, dan Kota Bontang Provinsi
Kalimantan Timur. Penandatanganan
Kontrak Karya pertama kalinya
dilakukan pada tanggal 5 Oktober 1990,
sedangkan penandatanganan kontrak
penambangan dilakukan pada tanggal 30
Mei 1990. Penambangan pertama
(pengupasan tanah penutup) dilakukan
pada tanggal 15 Juli 1996 dan
pengapalan batubara pertama pada
tanggal 18 April 1997. Proses
penambangan batubara dilakukan dengan
tambang terbuka (open pit mining)
dengan metode gali-isi kembali (back
filling method).
Perjanjian Kontrak Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara
(PKP2B) PT Indominco Mandiri berada
pada wilayah KW 01PB0435 yang secara
geografis terletak pada koordinat
1171250 - 1172330BT dan 000220 - 001300 LU. Sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal
Geologi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 015.K/20.01/DJG/2001 tanggal 2
Mei 2001 tentang peningkatan tahap
kegiatan operasi produksi dan
penetapan wilayah pertambangan
(mining area) perjanjian kerjasama PT
Indominco Mandiri, lokasi
pertambangan PT Indominco Mandiri
seluas 25 121 hektar yang terdiri atas
Blok I (Blok Barat) seluas 18 100
hektar dan Blok II (Blok Timur) seluas
7 021 hektar. Lokasi pertambangan PT
Indominco Mandiri dapat dicapai
melalui jalan darat Balikpapan-
Samarinda-Bontang sepanjang 230 km.
Dari jalan poros Samarinda- Bontang
menuju lokasi pertambangan sejauh 30
km.
4.DAMPAK KEGIATAN PERTA-
MBANGAN
4.1 Dampak Kegiatan Pertambangan
Terhadap Pengembangan Masyarakat
Program pengembangan masya-
rakat pada sektor pertambangan
dapat diartikan sebagai wujud dari
internalisasi dari biaya eksternal yang
timbul sebagai akibat dari pemanfaatan
sumberdaya yang tidak terbarukan
(unrenewable resources). Bahan
tambang merupakan sumberdaya yang
tidak terbarukan sehingga perlu
dipikirkan dampak-dampak yang
berkaitan dengan pengelolaan
sumberdaya tersebut. Oleh sebab itu
harus dicari beberapa alternatif agar
masyarakat yang terkena dampak tersebut
dapat berusaha secara berkelanjutan, dan
mampu terus mandiri tanpa bertopang
lagi pada sumberdaya tersebut.
Sejalan dengan otonomi daerah,
operasionalisasi tambang tidak bisa
dipisahkan dari lingkungan dan
masyarakat di sekitar lokasi tambang.
Kegiatan pengembangan masyarakat yang
dilakukan oleh perusahaan pertambangan
dimaksudkan agar masyarakat setempat
atau sekitarnya merasakan memperoleh
manfaat dari adanya suatu kegiatan
pertambangan baik migas maupun
umum antara lain batubara, emas, dan
lainnya.
Kegiatan pengembangan mas-
yarakat yang telah dilakukan oleh
PT Indominco Mandiri dapat
dikelompokkan dalam bentuk kegiatan
fisik dan non fisik. Bentuk kegiatan fisik
berupa pembangunan infrastruktur, sarana
pendidikan dan sarana ibadah, sedangkan
kegiatan non fisik berupa bantuan dana
dalam bentuk pemberian beasiswa,
dukungan pelaksanaan kegiatan sosial,
kepemudaan, olah raga, kesehatan , dan
bantuan kegiatan lainnya yang bersifat
insedentil.
Kegiatan pengembangan masya-
rakat yang dilakukan oleh PT Indominco
Mandiri tidak hanya ditujukan pada
masyarakat, tapi juga instansi pemerintah.
Ruang lingkup wilayah kegiatan
pengembangan masyarakat PT
Indominco Mandiri meliputi sepuluh
desa/kelurahan pada tiga kabupaten
yaitu Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten
Kutai Kertangera, dan Kota Bontang.
Program Community Development
Perusahaan Pertambangan
Dampak positif dari pembangunan
di bidang pertambangan yang dapat
langsung dinikmati oleh masyarakat
antara lain menampung tenaga kerja
terutama masyarakat lingkar tambang,
meningkatkan ekonomi masyarakat
lingkar tambang, meningkatkan usaha
mikro masyarakat lingkar tambang,
meningkatkan kualitas SDM masyarakat
lingkar tambang, meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat lingkar tambang,
dan sebagainya (Salim 2005).
Dampak positif tersebut dapat dinikmati
oleh masyarakat khususnya yang berada
disekitar lokasi pertambangan PT
Indominco Mandiri melalui berbagai
program community development yang
telah dilaksanakan oleh perusahaan.
Program community development PT
Indominco Mandiri secara garis besar
terbagi atas tujuh bidang, yaitu
infrastruktur, kesehatan, keagamaan,
pendidikan, ekonomi, sosial budaya, dan
kesenian, serta bidang lain-lain untuk
menampung pemberian bantuan kepada
masyarakat yang sifatnya insidentil.
Meskipun PT Indominco Mandiri telah
membentuk suatu organisasi yang
diharapkan dapat menjembatani
perusahaan dan masyarakat yang disebut
sebagai Community Consultative
Committee (CCC) namun organisasi
tersebut berjalan dengan baik.
Keanggotaan CCC terdiri dari unsur
pemerintahan (camat, lurah atau kepala
desa), perusahaan, LSM, wartawan, dan
wakil dari masyarakat. Melalui CCC
diharapkan program community
develoment akan bersifat bottom up atau
berasal dari masyarakat bawah.
Disamping itu, perusahaan
memberikan bantuan kepada masyarakat,
organisasi, dan instansi pemerintah yang
sifatnya insidentil setelah pemohon
mengajukan proposal kepada perus-
ahaan. Namun banyaknya perm-
ohonan bantuan yang bersifat
insindentil mengakibatkan perusahaan
merasa kesulitan dalam menjalankan
program community development yang
telah diprogramkan.
Secara umum, program community
development PT Indominco Mandiri
sebagai wujud dari upaya pengembangan
masyarakat di sekitar lokasi
pertambangan terbagi dalam dua bentuk
yaitu bentuk fisik dan non fisik.
Fisik
Bentuk kegiatan fisik yang telah
dilaksanakan oleh PT Indominco Mandiri
meliputi pembangunan fasilitas umum
antara lain pembangunan ataupun
peningkatan sarana transportasi/jalan,
sarana pendidikan, sarana kesehatan,
sarana peribadatan, dan lain sebagainya.
Namun kegiatan tersebut belum
tepat sasaran karena umumnya fasilitas
umum yang dibangun lebih banyak
berada di ibukota kota/kabupaten, bukan
pada desa yang berada paling dekat
dengan lokasi pertambangan.
Pembangunan jalan yang telah dilakukan
oleh PT Indominco Mandiri di desa
antara lain pembangunan jalan dan
jembatan di Desa Suka Damai dalam
bentuk jalan tanah dan jembatan kayu.
Pembangunan fisik untuk sarana
pendidikan umumnya diberikan dalam
bentuk renovasi beberapa gedung SD.
Sedangkan bantuan pembangunan gedung
sekolah yang secara murni dilakukan oleh
perusahaan belum ada. Sedangkan
pembangunan fisik berupa sarana
kesehatan belum dilakukan oleh PT
Indominco Mandiri. Sarana kesehatan
yang ada di desa/kelurahan dampak
berupa puskesmas pembantu, belum
ditemukan adanya klinik kesehatan atau
pengobatan yang dibangun oleh
perusahaan untuk kepentingan
masyarakat.
Pembangunan fisik lainnya antara
lain berupa bantuan pembangunan kantor
desa dan renovasi beberapa gedung
instansi pemerintah lainnya. Data
community development PT Badak NGL
menunjukkan bahwa bantuan
pembangunan fisik lebih banyak
ditujukan kepada sarana prasarana milik
instansi pemerintah dibandingkan dengan
masyarakat.
Non fisik
Program community development
non fisik terbagi atas kegiatan sosial,
ekonomi dan kelembagaan. Bentuk
kegiatan sosial antara lain pengembangan
kualitas pendidikan (pemberian dana
pendidikan/beasiswa, operasional seko-
lah), kesehatan (bantuan pengobatan,
penyuluhan kesehatan), serta berbagai
kegiatan keagamaan, olahraga, kesenian,
dan kepemudaan. Program sosial yang
cukup menonjol dari PT Indominco
Mandiri adalah dukungan dana terhadap
pelaksanaan kegiatan penyuluhan
kesehatan, khitanan massal, bhakti
sosial, maupun kegiatan keagamaan,
olah raga, kesenian, dan kepemudaan.
Bentuk kegiatan dalam bidang
ekonomi yang telah dilakukan oleh
PT Indominco Mandiri menyangkut
pengembangan usaha masyarakat yang
berbasiskan sumberdaya setempat
(resources based) seperti pelatihan
budidaya pertanian secara umum
(kebun percontohan sayurmayur, jagung,
kedele, budidaya ikan air tawar, budidaya
rumput laut) dan pemberdayaan
masyarakat nelayan.
Program community development yang
menyangkut kelembagaan dari PT
Indominco Mandiri umumnya berupa
dukungan dana dan akomodasi terhadap
berbagai bentuk kegiatan lokakarya,
seminar, perlombaan, dan sebagainya,
yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, organisasi profesi, LSM,
maupun organisasi pelajar. Disamping
itu, PT Indominco Mandiri
menyelenggarakan studi banding ke
lokasi-lokasi pertanian yang telah maju
di Pulau Jawa. Namun peserta studi
banding tersebut umumnya adalah kepala
desa atau tokoh masyarakat tertentu.
Dampak Kegiatan Pertambangan
terhadap Masyarakat Lokal
Dampak kegiatan pertambangan
terhadap masyarakat lokal khususnya
masyarakat yang berada di sekitar lokasi
pertambangan dikelompokan menjadi
dua yaitu dampak langsung dan dampak
tidak langsung. Dampak langsung yang
dapat dirasakan oleh masyarakat di
sekitar tambang antara lain berupa
kesempatan kerja, pemberian beasiswa,
pelatihan dan penyuluhan, bantuan
keuangan untuk kegiatan sosial,
keagamaan, kepemudaan, dan kesehatan,
pemberian sumbangan kepada masyarakat
yang bersifat insidentil, serta bantuan
sarana prasarana desa antara lain kantor
desa dan sarana ibadah. Dampak tidak
langsung yang dapat dirasakan oleh
masyarakat adalah pembangunan
infrastruktur antara lain jalan dan
jembatan.
Dampak Langsung
Penyerapan Tenaga Kerja Lokal
Penyerapan tenaga kerja lokal
oleh perusahaan pertambangan di-
rasakan masih sangat minim.
Pendudukyang memiliki persepsi bahwa
dampak kehadiran perusahaan per-
tambangan menyebabkan penye-rapan
tenaga kerja menjadi membaik hanya
sebesar 5%, sedangkan penduduk yang
menyatakan penyerapan tenaga kerja
menjadi agak membaik sebesar 22.5%.
Sebagian besar pendudukyang berasal
dari ketiga strata yaitu sebesar 72.5%
menyatakan bahwa kehadiran perusahaan
pertambangan tidak memberikan
perubahan terhadap penyerapan tenaga
lokal.
Minimnya penyerapan tenaga
kerja lokal oleh perusahaan tambang
disebabkan oleh tingkat pendidikan
masyarakat yang tidak memenuhi
kriteria yang dipersyaratkan oleh
perusahaan. Salah satu persyaratan untuk
bekerja pada perusahaan pertambangan
adalah tingkat pendidikan. Tingkat
pendidikan minimum yang dibutuhkan
oleh perusahaan adalah SLTA, sedangkan
pendudukumumnya memiliki tingkat
pendidikan yang lebih rendah.
Pendudukyang berpendidikan setingkat
SLTA hanya sebesar 22% dan sebagian
besar berada di Kelurahan Kanaan.
Kesejahteraan Keluarga
Tingkat kesejahteraan keluarga
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
keluarga tersebut. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari baik untuk
sandang, pangan, pendidikan, dan
kesehatan diperlukan pendapatan yang
cukup. Perubahan tingkat pendapatan
penduduk dalam lima tahun terakhir
cukup beragam. Pendudukyang
menyatakan mengalami perubahan
tingkat pendapatan menjadi membaik
sebanyak 25%, sedangkan yang tidak
mengalami perubahan pendapatan
sebanyak 33%. Sebagian besar
responden, yaitu 42% mengalami
penurunan pendapatan atau kondisi yang
memburuk. Tingkat pendapatan yang
membaik umumnya dirasakan oleh
penduduk yang berada pada strata atas
sebesar 47%, sedangkan tingkat
pendapatan yang tidak mengalami
perubahan atau memburuk umumnya
terjadi pada penduduk yang berada
pada strata bawah sebesar 46% .
Pemberian Bantuan yang Bersifat
Insidentil
Pemberian bantuan yang bersifat
insidentil diberikan kepada anggota
masyarakat, organisasi kepemudaan,
LSM, maupun instansi pemerintah setelah
mengajukan proposal kepada perusahaan.
Proposal tersebut biasanya berisi
permohonan bantuan untuk biaya
pengobatan, kegiatan dalam rangka
peringatan hari-hari besar agama dan
nasional, berbagai kegiatan seminar,
kegiatan bidang pendidikan, olahraga dan
seni, maupun akomodasi dan
transportasi khususnya dari instansi
pemerintah.
Namun banyaknya permintaan
bantuan insidentil tersebut mengakibatkan
perusahaan mengalami kesulitan dalam
menjalankan program kegiatan yang telah
dibuat terutama dalam pengalokasian
dana.
Dampak Tidak Langsung
Dampak tidak langsung yang
diberikan oleh perusahaan terhadap
masyarakat di sekitar lokasi
pertambangan umumnya dalam bentuk
pembangunan infrastruktur atau bentuk
fisik. Bantuan pembangunan infra-
struktur desa yang telah diberi-kan
oleh PT Indominco Mandiri antara lain
pembangunan kantor desa, jalan, dan
jembatan. Namun persentase jumlah jalan
yang dibangun oleh perusahaan sangat
kecil. Berdasarkan hasil observasi lapang
dan wawancara dengan tokoh masyarakat
dan anggota masyarakat, jalan dan
jembatan yang telah dibangun oleh PT
Indominco Mandiri berupa jalan tanah
dan jembatan kayu menuju Dusun
Danau Redan. Namun pada musim hujan
jalan tersebut tidak dapat dilalui oleh
kendaraan karena kondisi tanahnya yang
liat.
Kondisi jalan pada kedua desa
binaan PT Indominco Mandiri, yaitu Desa
Suka Damai dan Desa Suka Rahmat,
lebih dominan jalan tanah. Jalan aspal
hanya ditemui pada pemukiman yang
berada pada jalan poros Samarinda-
Bontang, selebihnya merupakan jalan
tanah. Untuk mencapai dusun atau
pemukiman penduduk yang berada di
pedalaman, harus menggunakan jalan
tanah yang tidak dapat dilalui kendaraan
pada waktu hujan.
Konflik
Kehadiran perusahaan pertambangan
pada suatu lokasi tidak terlepas dari
konflik, baik antar masyarakat dengan
masyarakat lain khususnya pendatang
maupun antara masyarakat dengan
perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan responden, tokoh masyarakat, dan
aparat desa, tidak ada konflik antara
masyarakat dengan pendatang. Hal ini
disebabkan pendatang yang ada
umumnya merupakan anggota keluarga
dari masyarakat sendiri atau berasal dari
daerah asal yang sama.
Konflik yang terjadi antara
masyarakat yang berada pada Desa Suka
Damai dan Desa Suka Rahmat dengan PT
Indominco Mandiri menyangkut ganti
rugi akibat tumpang tindih lahan garapan
masyarakat dengan wilayah kerja
pertambangan dan penyerapan tenaga
kerja yang dianggap sangat minim oleh
masyarakat. Konflik yang terjadi antara
masyarakat dengan perusahaan
pertambangan berdasarkan pelapisan
sosial ekonomi memberikan pola
asosiasi tertentu.
4.2 Dampak Kegiatan Pertambangan
Terhadap Pengembangan wilayah
Kegiatan pertambangan
merupakan salah satu sektor
pembangunan yang mengelola dan
memanfaatkan sumberdaya alam yang
tidak dapat diperbaharui (unrenewable
resources). Namun untuk mengelola dan
memanfaatkan bahan tambang diperlukan
penanaman modal yang cukup besar baik
yang bersumber dari investor asing
maupun investor dalam negeri.
Penanaman modal merupakan salah satu
upaya yang harus dilakukan dalam
pengembangan wilayah. Disamping itu,
penanaman modal harus ditempatkan
pada wilayah-wilayah yang strategis dan
memiliki sumberdaya alam yang cukup
potensial untuk dikem-bangkan serta
harus dilakukan melalui jalinan kerjasama
antara pemerintah, masyarakat, dan
swasta.
Daerah yang memiliki bahan
tambang yang potensial dan telah
mendapatkan penanaman modal dalam
rangka eksploitasi bahan tambang
tersebut antara lain Kota Bontang dan
Kabupaten Kutai Timur. Kota Bontang
merupakan daerah yang memiliki prime
mover pada sektor pertambangan yaitu
pengolahan gas cair di Kota Bontang dan
tambang batubara di Kabupaten Kutai
Timur. Menurut Priyatna (2003), Kota
Bontang dan Kabupaten Kutai Timur
termasuk dalam Sistem Kesatuan
Wilayah (SKW) Bontang yang
pemanfaatan ruangnya di dominasi oleh
hutan lebat, hutan belukar, hutan lindung,
pertambangan, kawasan industri,
perkebunan, sawah, dan pertanian lahan
kering.
Salah satu karakteristik dari
sumber-daya alam tambang adalah
penye-barannya yang tidak merata untuk
semua daerah dan keberadaannya yang
selalu tumpang tindih dengan kawasan
hutan dan pemukiman/lahan garapan
masya-rakat. Hal ini mengakibatkan
kegiatan pertambangan memberikan dua
dampak sekaligus yaitu dampak positif
dan dampak negatif yang dapat dirasakan
oleh masyarakat yang mendiami wilayah
tersebut.
Untuk mengetahui dampak
kegiatan pertambangan terhadap penge-
mbangan wilayah tidak hanya dipandang
dari satu aspek. Dampak kegiatan
pertambangan dapat dilihat dari berbagai
aspek antara lain pembangunan daerah,
pembangunan manusia, serta kebijakan-
kebijakan yang mendukung pelaksanaan
kegiatan pertambangan itu sendiri. Hal ini
sejalan dengan apa yang disampaikan
oleh Suhandoyo (2002) bahwa dalam
membangun suatu wilayah, minimal
ada tiga pilar yang perlu diperhatikan,
yaitu : sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, dan teknologi. Pilar sumberdaya
manusia (SDM) memegang peranan
sentral karena mempunyai peran ganda
dalam sebuah proses pembangunan.
Pertama, sebagai obyek pembangunan
SDM merupakan sasaran pembangunan
untuk disejahterakan. Kedua, SDM
berperan sebagai subyek (pelaku) pemb-
angunan. Dengan demikian, pem-
bangunan suatu wilayah sesungguhnya
merupakan pembangunan yang ber-
orientasi kepada manusia (people centre
development), dimana SDM dipandang
sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku
pembangunan.
Pada tahun 1993 sektor industri
pengolahan memberikan sumbangan se-
besar 59.54% terhadap PDRB Kota
Bontang. Sumbangan sektor pengolahan
tersebut mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun sehingga pada tahun 2003
sektor industri pengolahan memberikan
sumbangan sebesar 86.46% terhadap
PDRB Kota Bontang.
5.KASUS DESA SUKA DAMAI
Salah satu desa yang letaknya
relatif dekat dengan lokasi pertam-
bangan adalah Desa Suka Damai. Di
sebelah Barat Desa Suka Damai terdapat
konsesi pertambangan batubara milik PT
Indominco Mandiri yang beroperasi
sejak tahun
1995. Secara administratif, Desa Suka
Damai termasuk dalam wilayah
Kecamatan Sangatta Kabupaten Kutai
Timur Provinsi Kalimantan Timur. Desa
Suka Damai terletak pada jalan poros
Samarinda-Bontang dengan jarak 15
km dari Kota Bontang dan 75 km dari
Sangatta ibukota Kabupaten Kutai Timur.
Mata pencaharian utama masyarakat
Desa Suka Damai umumnya adalah
petani dengan komoditas utama
pisang dan coklat. Umumnya masya-
rakat memiliki lahan yang cukup luas
yaitu berkisar antara 210 hektar, bahkan ada yang memiliki lahan garapan lebih
dari 10 hektar. Pemilikan lahan garapan
yang cukup luas tersebut disebabkan
penguasaan lahan dilakukan dengan
cara membuka kawasan hutan dan
ditanami dengan tanaman pisang sebagai
tanda kepemilikan lahan. Oleh karena itu,
penguasaan lahan belum memiliki
dokumen kepemilikan yang legal dari
pemerintah.
Masyarakat yang bekerja pada
sektor swasta sangat sedikit. Hal ini
disebabkan oleh tingkat pendidikan yang
tidak memadai. Persyaratan tingkatan
pendidikan yang diminta oleh perusahaan
tidak sesuai dengan tingkat pendidikan
yang dimiliki masyarakat. Penduduk
yang bekerja pada perusahaan swasta
umumnya pendatang dengan sistim
kontrak sehingga apabila kontrak kerja
habis maka mereka akan meninggalkan
desa tersebut.
Desa Suka Damai terdiri atas dua
dusun yaitu Dusun Damai Bersatu dan
Dusun Danau Redan. Dusun Damai
Bersatu merupakan salah satu dusun
yang sebagian warganya bertempat
tinggal di dekat jalan tambang PT
Indominco Mandiri. Untuk mencapai
pemukiman masyarakat yang berada
dekat jalan tambang, dapat ditempuh
dengan jalan kaki atau kendaraan roda
dua melewati jalan kecil yang dikenal
dengan nama Jalan Marante dari jalan
poros Samarinda- Bontang. Jalan Marante
merupakan jalan tanah selebar 1,3
meter yang hanya dapat dilewati oleh
kendaraan roda dua. Namun pada musim
hujan, jalan tersebut tidak dapat dilewati
karena kondisi jalan yang licin dan
liat. Sepanjang jalan menuju Dusun
Damai Bersatu merupakan kebun
pisang milik masyarakat. Penduduk
Dusun Damai Bersatu umumnya berasal
dari Tana Toraja Provinsi Sulawesi
Selatan. Hal ini terlihat dari suasana
perkampungan dengan ciri khas Toraja
baik dari bentuk rumah maupun gereja.
Gambar 2. Salah satu rumah dalam kelompok
pemukiman penduduk asal Jeneponto Provinsi
Sulawesi selatan Dusun Danau Redan Desan Suka
Damai.
Namun bentuk rumah tinggal
sebagian besar masyarakat Desa Suka
Damai tidak jauh berbeda dengan
bentuk rumah adat Bugis/Makassar
yaitu rumah panggung dengan bahan
dasar kayu. Hal ini disebabkan
penduduk Desa Suka Damai sebagian
besar merupakan pendatang dari beberapa
kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan
yaitu Jeneponto, Bone, Barru,
Bantaeng, Bulukumba, Maros, dan
lainnya. Umumnya mereka tinggal
berkelompok sesuai dengan daerah asal.
Hal ini menyebabkan pemukiman
penduduk mengelompok dengan jarak
antar kelompok sekitar 0.5- 1 km.
Dusun Danau Redan berbatasan
dengan Desa Santan Tengah
Kabupaten Kutai Kertanegara. Kedua
kabupaten tersebut dibatasi oleh aliran
air Sungai Santan. Belakangan ini,
sungai tersebut sering mengalami
banjir sehingga merusak rumah dan
tanah pertanian masyarakat. Saat ini
Dusun Danau Redan sedang dalam
persiapan menjadi desa otonom dengan
nama Desa Danau Redan. Bahkan di
depan salah satu rumah penduduk telah
dipasang nama Desa Persiapan Danau
Redan.
Sumber : Hasnawati (2005)
Gambar 3. Papan nama desa persiapan
Danau Redan
Desa Suka Damai sendiri meru-
pakan salah satu desa dari hasil
pemekaran Desa Teluk Pandan. Meskipun
Desa Suka Damai memiliki wilayah yang
cukup luas, namun belum didukung
oleh sarana prasarana dan sumberdaya
manusia yang memadai. Hal ini ditandai
dengan minimnya sarana transportasi,
pendidikan, dan kesehatan.
Salah satu dampak dari peme-
karan wilayah di Desa Suka Damai
adalah terpecahnya masyarakat ke dalam
dua kelompok yaitu kelompok yang
menjadi penduduk Kabupaten Kutai
Timur dan kelompok yang ingin
bergabung dengan Kota Bontang. Hal ini
ditandai dengan adanya sejumlah masya-
rakat yang masih memiliki KTP
Bontang. Mereka merasa keberatan
apabila harus bergabung dengan
Kabupaten Kutai Timur dengan
pertimbangan akses ke Kota Bontang
lebih mudah dibandingkan dengan
akses ke Sangatta. Sebelum terbentuknya
Kabupaten Kutai Timur, masyarakat Desa
Suka Damai lebih banyak berinteraksi
dengan Kota Bontang karena kemudahan
transportasi dan kedekatan jarak.
Salah satu bentuk dari penolakan
tersebut adalah munculnya aksi unjuk
rasa dan pembakaran kantor desa oleh
kelompok yang berkeinginan menjadi
penduduk Kota Bontang. Disamping itu,
kelompok tersebut telah membentuk
desa baru dengan nama Desa Kali Gowa.
Salah satu tokoh terbentuknya desa
tersebut mengakui bahwa pembentukan
desa baru tersebut merupakan salah satu
bentuk protes masyarakat akan
ketidakpedulian Pemerintah Daerah Kutai
Timur terhadap warga Desa Suka
Damai. Meskipun telah menjadi
penduduk Kabupaten Kutai Timur,
namun perhatian dan bantuan pemda
belum banyak dirasakan oleh masyarakat
tersebut.
Permasalahan lain yang sedang
dihadapi oleh masyarakat Desa Suka
Damai khususnya yang memiliki mata
pencaharian utama sebagai petani adalah
gagal panen atau tanaman rusak.
Pisang sebagai komoditas utama telah
mengalami gagal panen dan kerusakan
tanaman sejak dua tahun lalu yang
diperkirakan akibat serangan virus. Hal
ini menyebabkan terjadinya penurunan
pendapatan secara drastis. Namun
sampai saat ini belum ada tindak lanjut
dari pemerintah dalam penagangan masa-
lah tersebut sehingga kehidupan para
petani semakin terpuruk.
Sebagai salah satu desa binaan
dari PT Indominco Mandiri, Desa
Suka Damai sudah mendapatkan
berbagai macam bantuan baik dalam
bentuk fisik maupun non fisik. Program
community development yang telah
dilaksanakan oleh PT Indominco
Mandiri di Desa Suka Damai secara
garis besar dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok kegiatan yaitu:
1. Fisik
Dalam rangka pembangunan
kantor desa yang telah dibakar oleh massa
pada saat berunjuk rasa, PT Indominco
Mandiri memberikan bantuan senilai 100
juta rupiah disamping biaya dari APBD
Kutai Timur. Pembangunan kantor
desa tersebut dilakasanakan secara
swadaya oleh masyarakat.
Bantuan fisik lainnya adalah
pembangunan jalan dan jembatan kayu
di Dusun Danau Redan. Pelaksanaan
pembangunan jalan dan jembatan tersebut
dilakukan sendiri oleh pihak perusahaan.
Di sisi lain masyarakat menginginkan
pembangunan jalan tersebut
dilaksanakan secara swadaya sehingga
kelebihan dana dapat digunakan untuk
meningkatkan kondisi jalan dari jalan
tanah menjadi jalan aspal. Namun sampai
saat ini, jalan tersebut masih merupakan
jalan tanah sehingga sulit pada musim
hujan.
Sumber : Hasnawati (2005) Gambar 4. Kantor Desa Suka Damai.
2. Sosial
Kegiatan community development PT
Indominco Mandiri dalam bidang sosial
antara lain pemberian bantuan biaya
pendidikan dalam bentuk Anak Asuh.
Namun biaya pendidikan tersebut
hanya diberikan pada tingkat
pendidikan Sekolah Dasar, sehingga
banyak anak yang tidak dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Selain itu, biaya pendidikan
hanya diberikan dalam jangka waktu
tertentu (setahun). Pemberian biaya
pendidikan inipun terbatas pada
kelompok masyarakat tertentu dan
umumnya hanya menyentuh masyarakat
yang berada pada lapisan atas.
Hal ini menyebabkan tingkat pendidikan
dan kualitas SDM di desa tersebut tidak
mengalami peningkatan. Apabila
perusahaan memiliki kesungguhan untuk
meningkatkan kualitas SDM di desa
tersebut, anak-anak yang berprestasi
diberikan biaya pendidikan untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi sehingga dapat ditampung bekerja
di perusahaan sesuai dengan kemampuan
dan keahliannya.
Rendahnya tingkat pendidikan
dan kualitas SDM menyebabkan
penyerapan tenaga kerja penduduk
setempat sangat rendah. Meskipun
demikian, seharusnya perusahaan
pertambangan dapat memberikan peluang
kerja untuk jenis pekerjaan yang tidak
memerlukan skill dan pendidikan yang
tinggi. Hal ini dapat ditempuh dengan
memberikan pelatihan keterampilan
tertentu sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
Kegiatan sosial lainnya adalah
bantuan perayaan hari-hari besar
nasional dan keagamaan. Namun
pelayanan sosial di bidang kesehatan
belum ada. Penduduk yang memerlukan
pengobatan yang lebih serius harus
menuju Kota Bontang untuk
mendapatkan pelayanan dokter.
3. Ekonomi
Salah satu bentuk kegiatan community
development PT Indominco Mandiri
dalam bidang ekonomi di Desa Suka
Damai adalah pelatihan menjahit dan
pembentukan kelompok tani binaan.
Namun pelajaran yang diterima sulit
dimanfaatkan karena tidak ada modal.
Disamping itu, kelompok tani dengan
komoditas jagung dan kedelai tidak dapat
berjalan karena tanaman yang sudah
hampir panen selalu rusak akibat banjir.
Sejak tahun 1998 musibah banjir mulai
sering terjadi. Hal ini disebabkan semakin
dangkalnya sungai yang melewati desa
tersebut. Masyarakat memperkirakan
penyebab mendangkalnya sungai
tersebut akibat erosi atau sedimen yang
terbawa dari hulu dimana PT Indominco
Mandiri melakukan penambangan.
Pemerintah desa telah mengajukan
permohonan bantuan alat berat kepada
PT Indominco Mandiri untuk
melakukan pengerukan sungai namun
sampai saat ini pihak perusahaan belum
memberikan tanggapan.
Salah satu kelompok tani yang
dibentuk dan dibina oleh PT
Indominco Mandiri adalah kelompok
Tani Mekar Indah. Namun kegiatan
kelompok tani tersebut tidak banyak
membantu peningkatan taraf hidup
anggotanya. Hal ini disebabkan pihak
perusahaan kurang membantu
pemasaran hasil pertanian kelompok
tani tersebut. Disamping itu, kendala
utama yang di hadapi oleh anggota
kelompok tani maupun petani secara
umum di Desa Suka Damai adalah modal.
Meskipun diberikan pengetahuan
budidaya tanaman namun tidak dapat
diterapkan karena kekurangan modal.
Sumber : Hasnawati (2005)
Gambar 5. Lokasi budidaya tanaman
sayur Kelompok Tani Mekar Indah
binaan PT. Indominco Mandiri yang
Nampak tidak terawat.
Sebatas membentuk kelompok
tani dan memberikan pelatihan dalam
waktu yang singkat namun tidak
memantau perkembangan selanjutnya.
Hal ini menyebabkan pembentukan
kelompok tani tersebut tidak memberikan
manfaat yang berarti bagi anggotanya.
Hal ini terlihat di lapangan dimana lokasi
budidaya tanaman sayur tersebut dalam
kondisi tidak terawat.
Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan community development yang
dilaksanakan oleh PT Indominco Mandiri
belum disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. Hal ini tercermin dari masih
banyaknya kebutuhan dasar masyarakat
yang belum terpenuhi antara lain sumber
penerangan dan air bersih. Penerangan
yang digunakan umumnya adalah
petromak. Beberapa rumah menggunakan
listrik yang berasal dari genset bantuan
Pemda Kutai Timur dan ada yang milik
sendiri dan digunakan oleh beberapa
keluarga. Namun saat ini genset
bantuan pemda tidak berfungsi lagi
karena rusak. Sumber air bersih untuk
minum dan masak umumnya dari air
hujan dan sumur, sedangkan untuk
keperluan lain seperti mandi dan mencuci
dari sungai. Namun ada beberapa
lokasi yang air sumurnya tidak layak
untuk dikomsumsi karena rasanya
masam. Beberapa pendudukbahkan
mengakui bahwa air hujan pun
terkadang tidak dapat dikomsumsi
karena warnanya hitam.
Kegiatan community development
yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan hanya menyentuh
kelompok masyarakat pada lapisan atas
disebabkan oleh tidak dilibatkannya
masyarakat dalam perencanaan dan
implementasi program. Untuk itu, dalam
upaya menjaling komunikasi dengan
masyarakat khususnya desa-desa yang
menjadi binaan PT Indominco Mandiri
telah dibentuk Community Consultative
Committee (CCC) yang beranggotakan
kepala desa, aparat desa, tokoh
masyarakat serta pihak perusahaan.
Organisasi tersebut dibentuk dengan
tujuan untuk menampung aspirasi
masyarakat sehingga program yang
dijalankan sesuai dengan potensi dan
kebutuhan masyarakat. Namun
organisasi yang dibentuk pada tahun
2003 tersebut belum ada tindak
lanjutnya.
Sumber : Hasnawati (2005)
Gambar 6. Papan sekertariat Community
Consultative (CCC) yang dipasang pada
bagian depan rumah Kepala Desa Suka
Damai.
PENUTUP
Minimnya peranan PT Indominco
Mandiri dalam pembangunan desa
menyebabkan masyarakat memiliki
persepsi bahwa kehadiran perusahaan
pertambangan tersebut tidak mem-
berikan dampak terhadap kese-
jahteraan masyarakat. Disamping itu,
sebagian besar masyarakat cenderung
tidak peduli terhadap keberadaan
perusahaan pertambangan sepanjang tidak
mengganggu aktivitas mereka sebagai
petani. Hal ini didukung oleh masih
banyaknya masyarakat yang tidak
mengetahui keberadaan perusahaan
pertambangan tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
community development PT Indominco
Mandiri belum sesuai dengan kebutuhan
masyarakat karena program yang
dilaksanakan masih merupakan proyek
dari perusahaan sehingga masyarakat
tidak dilibatkan dalam perencanaan
maupun implementasi program.
Disamping itu, sosialisasi dan pendekatan
PT Indominco Mandiri hanya dilakukan
pada masyarakat lapisan atas,
sedangkan pendekatan dan sosialisasi
terhadap masyarakat lapisan menengah
dan bawah masih sangat rendah.
Kegiatan pertambangan relatif
belum memberikan kontribusi terhadap
pengembangan masya-rakat khususnya
yang berada disekitar lokasi
pertambangan. Kontribusi langsung
perusahaan terhadap masyarakat antara
lain kesempatan kerja, pertumbuhan
usaha kecil, pelayanan pendidikan dan
kesehatan, umumnya hanya menyentuh
masyarakat lapisan atas, sedangkan
kontribusi terhadap masyarakat lapisan
menengah dan bawah relatif masih
kurang. Hal ini disebabkan
kegiatan community development yang
dilaksanakan oleh perusahaan bersifat
top-down sehingga tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Kontribusi tidak
langsung berupa pembangunan infra-
struktur lebih banyak dilakukan di pusat
pemerintahan daripada desa /kelurahan
yang berada di sekitar lokasi tambang.
DAFTAR PUSTAKA
1. [Bappeda, BPS] Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah dan Badan Pusat Statistik
Kota Bontang. 2004. Bontang
Dalam Angka 2003. Bontang:
Bappeda, BPS Kota Bontang.
2. Budimanta A. 2005. Evolusi Community Development di
Industri Energi dan Sumber Daya
Mineral.
3. Hamzah, Hasnawati. 2005. DAMPAK PERTAMBANGAN
TERHADAP
PENGEMBANGAN WILAYAH.
Institut Pertanian Bogor.
4. Saleng A. 2004. Hukum Pertambangan.Yogyakarta: UII
Press.
5. Salim E. 4 Maret 2005. Pertambangan dalam Keber-
lanjutan Pembangunan. Kompas.
Http://www.kompas.com/kompas
%2Dcetak/0503/04/opini/1565605
. htm [4 Maret 2005].