Dampak Kemajuan Media Elektronik Terhadap Minat Baca Para Pelajar Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Dampak Kemajuan Media Elektronik Terhadap Minat Baca Para Pelajar Indonesia Oleh : Ghulam Nurul Huda (A24090017)

Kebiasaan membaca dan menulis masih belum berkembang dengan sepenuhnya pada anggota-anggota masyarakat, khususnya bagi kalangan pelajar. Kencenderungan mendapatkan informasi yang lebih instant dan juga melalui percakapan (dengan lisan) tampaknya masih lebih kuat daripada melalui bacaan (dengan tulisan). Kecenderungan ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa minat baca dan kebiasaan membaca di kalangan siswa dan mahasiswa relatif masih lemah. Anjuran yang sering terdengar dari pihak pemerintah dan berbagai kalangan pemimpin masyarakat untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca hanyalah sebagai wacana dan tidak dilakukan secara efektif. Minat dan kebiasaan membaca yang baik, merupakan faktor penting dari budaya tulisan yang tak mungkin dimiliki dalam waktu singkat. Untuk mencapai

pengembangannya membutuhkan waktu yang ralatif lama dan harus sejalan dengan perkembangan pendidikan. Di samping itu indikator rendahnya minat baca dapat dihitung dari jumlah buku yang diterbitkan yang memang masih jauh di bawah penerbitan buku di Malaysia, Singapura, apalagi India, atau negeri-negeri maju lainnya. Salah satu indikatornya suatu negara disebut maju karena rakyatnya suka membaca, ini tentunya didukung dari jumlah buku yang diterbitkan dan jumlah perpustakaan yang ada di negeri itu. Sedangkan penyediaan buku dan pengembangan minat baca di Indonesia masih mengalami beberapa kendala, antara lain pertama, jumlah penerbitan buku di Indonesia masih timpang dibandingkan dengan jumlah penduduk. Kedua, minimnya jumlah perpustakaan yang kondisinya memadai. Menurut data dari Deputi Pengembangan Perpustakaan Nasional RI (PNRI) dari sekitar 300.000 SD hingga SLTA, baru 5% yang memiliki perpustakaan. Bahkan diduga hanya 1% dari 260.000 SD yang mempunyai perpustakaan. Juga baru sekitar 20% dari 66.000 desa/kelurahan yang memiliki perpustakaan memadai (Kompas, 25/7/02). Kemudian, Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat terkait dengan langsung minat baca yang membudaya, belajar sebab usaha tersebut dan berhubungan juga dapat

dengan

proses

mengajar

membentuk kepribadian individual dalam menghayati kehidupan. Selain itu, dengan majunya teknologi seperti maraknya siaran televisi merupakan salah satu kendala bagi perkembangan minat baca anak. "Budaya baca kita belum matang, tetapi malah masuk teknologi televisi sehingga orang lebih senang menyaksikan siaran televisi dari pada

membaca,".

1

Sehingga remaja menjadi kurang suka membaca buku, diganti dengan

budaya senang menonton. Remaja juga tidak lagi suka membeli surat kabar atau majalah, berganti dengan digndrunginya media elektronik yang menampilkan visualisasi konsep. Buku, misalnya, telah berubah bentukdari hand held menjadi bentuk online. Fitur yang ditampilkan buku internet ini juga beragam, mulai dari kamus interaktif, bookmarking, instant search, note-taking, cross referencing, dan lain-lain. Buku online ini memberikan kemudahan akses serta ringan dan praktis. Tidak hanya buku yang kini menjajaki dunia maya. Media lain seperti majalah dan surat kabar juga mulai memanfaatkan teknologi tanpa batas ini. Pemunculan majalah dan surat kabar harian di internet ini kemudian memunculkan kompetisi berat yang mengharuskan proliferasi atau spesialisasi media massa. Selain itu, meskipun dianggap tidak bermutu karena dianggap mendidik dan tidak bermanfaat, sejumlah tayangan di televisi tetap disukai. Apa yang ada di benak orang belum tentu dilakukan. Ketika dihadapan remote control TV, dan ini dipengaruhi oleh kebiasaan . 2 Sementara itu, Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006, bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) dan atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%). Sementara itu, hasil riset mutakhir terhadap 1000 mahasiswa ITB dari semua angkatan dalam rangka Pekan Baca Tulis (PBT), terpetakan bahwa sebanyak 80 % mahasiswa ITB memiliki minat baca yang tinggi. Namun kurang dari 50 % mahasiswa yang terbiasa menulis. Ironisnya, meski minat baca mahasiswa ITB terbilang tinggi namun bacaan mereka nyatanya hanya berkisar pada komik dan cerpen (Pikiran Rakyat, Selasa, 26/02/2008). Di indonesia minat baca masih sangat rendah karena fenomena-fenomena itu memang terjadi di negara kita, hal ini pun diperkuat dengan teori-teori, Pertama, sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat para pelajar harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari informasi/pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, filsafat, sastra dsb. Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku, surfing di internet walaupun yang terakhir ini masih dapat dimasukkan sebagai sarana membaca. Hanya saja apa yang dapat dilihat di internet bukan hanyaDiambil dari artikel Drs. Suprianto MS i, Sekertaris Utama Perpustakaan Nasional di Semarang, Selasa (12/9) 2 Pendapat dari Hellen Katherina, Associate Director AGB Nielsen Media Reseach dalam bincang-bincang degan wartawan mengenai tayangan TV, Jumat (28/3)1

tulisan tetapi hal-hal visual lainnya yang kadangkala kurang tepat bagi konsumsi anakanak. Ketiga, banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke, night club, mall, supermarket. Keempat, budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita, kita terbiasa mendengar dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal yang dikemukakan orangtua, tokoh masyarakat dan penguasa pada zaman dulu. Kelima, orang tua senantiasa disibukkan berbagai kegiatan upacaraupacara keagamaan serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga. Keenam, sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan masih merupakan barang aneh dan langka. ( Nyoman : Kata Hati ) Secara keseluruhan para pelajar indonesia senang menggunakan media elektronik sebagai sumber untuk mencari suatu informasi dibandingkan dengan mencari di media cetak Selain cepat mencarinya media elektronik juga sangat menarik karena dilengkapi dengan gambar-gambar yang menarik. Hal tersebut sesuai dengan tuturan salah satu responden sebagai berikut : ....Saya lebih senang menggunakan media elektronik karena lebih menarik, apalagi media elektronik yang digunakan adalah internet. Dengan menggunakan internet kita lebih cepat mencari suatu informasi.. 3 Di sisi lain, para pelajar Indonesia juga mengetahui akan dampak dari kemajuan media elektronik terhadap minat baca mereka. Selain banyaknya siswa yang menggunakan media elektronik sebagai sumber untuk mencari suatu informasi tetapi ada sebagian siswa yang menggunakan media cetak untuk mencari suatu informasi. Hal tersebut sesuai dengan tuturan salah satu responden sebagai berikut : ....Saya juga tidak dapat pungkiri bahwa media elektronik memang lebih cepat untuk mencari suatu informasi dibandingkan dengan media cetak akan tetapi media cetak juga dapat memberikan informasi yang baru / hangat. Kemajuan media elektronik juga berpengaruh terhadap minat baca saya... 4 Para pelajar juga berpendapat bahwa mereka menjadi malas membaca karena mereka lebih menyukai hal-hal yang instan untuk mencari suatu informasi yaitu dengan menggunakan media elektronik.

3 4

Wawancara dengan Ahmad Nashih Abdurrahman (Mahasiswa Intitut Pertanian Bogor) Wawancara dengan Nuru Ismi (siswa MAN 4 MODEL Jakarta)