Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN MALL
BOEMI KEDATON BAGI MASYARAKAT SEKITAR
(Skripsi)
Oleh:
CITRA AYU NARULITA
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRAK
DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN MALL BOEMI
KEDATON BAGI MASYARAKAT SEKITAR
Oleh
Citra Ayu Narulita
Mall Boemi Kedaton merupakan sebuah mall yang berlokasi diantara dua jalan
arteri sekunder dimana jalan tersebut memiliki laju kecepatan rata-rata tinggi, dan
melanggar garis sempadan sungai (GSS) serta menutupi sabuk hijau (Green Belt).
Dalam membangun sebuah pusat perbelanjaan maka terdapat acuan yakni
Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pendirian pusat
perbelanjaan harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang
bersangkutan. Berkaitan dengan penelitian ini maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, bagaimana dampak sosial ekonomi pembangunan Mall
Boemi Kedaton bagi masyarakat sekitar. Sesuai dengan rumusan masalah yang
diungkapkan, maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dampak sosial
ekonomi pembangunan Mall Boemi Kedaton bagi masyarakat sekitar. Untuk
mengetahui dampak sosial ekonomi pembangunan Mall Boemi Kedaton bagi
masyarakat sekitar maka dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian
deskriptif yang artinya melibatkan proses konseptualisasi dan menghasilkan
pembentukan skema klasifikasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Lokasi penelitian terletak di Daerah pemukiman sekitar lokasi Mall Boemi
Kedaton di Kelurahan Kedaton, lalu di PT. Sekawan Chandra Abadi dan di Lokasi
berdagang/ berjualan disekitar Mall Boemi Kedaton. Hasil penelitian menunjukan
bahwa dampak sosial pembangunan Mall Boemi Kedaton bagi masyarakat
sekitar bahwa kondisi sosial pasca pembangunan berimbas pada keramaian baik
aktifitas usaha maupun peningkatan laju kendaraan yang menimbulkan kemacetan
dan kebisingan, namun masih dalam taraf normal. Pada aspek ekonomi,
pembangunan mall berimbas pada meningkat drastisnya harga tanah disekitar
mall. Namun, untuk serapan tenaga kerja dinilai masih belum memberikan
dampak positif yang cukup.
Kata Kunci:Dampak Negatif, Sosial, Ekonomi, Pembangunan.
ABSTRACT
SOCIAL ECONOMIC IMPACT OF DEVELOPMENT OF MALL BOEMI
KEDATON FOR COMMUNITIES AROUND
By
Citra Ayu Narulita
Mall Boemi Kedaton is a shopping mall located between two secondary highway
where the roads has been driven, and it has the average height of the average
height, and a border crossing of the river (GSS) and covers the green belt. In
building a shopping center there is a reference namely Presidential Regulation
Number 112 of 2007 concerning the Arrangement and Development of
Traditional Markets, Shopping Centers and Modern Stores, the establishment of a
shopping center must refer to the City's Spatial Plan. In connection with this
research, the formulation of the problem in this study is, how the social and
economic impacts caused by the construction of the Boemi Kedaton Mall for the
surrounding community. In accordance with the formulation of the problem
disclosed, the purpose of this study is to determine social impacts such as
environmental conditions namely congestion, relationship, noise. In addition, the
economic impact of the Boemi Kedaton Mall development for the surrounding
community is the income of the surrounding community, and the employment
field. This study uses a descriptive type of research which means it involves the
conceptualization process and results in the formation of a classification scheme
using a qualitative approach. The research location is located in a residential area
around the location of Mall Boemi Kedaton in Kedaton Village, then at PT.
Sekawan Chandra Abadi and at the location trade / sell around Boemi Kedaton
Mall. The results showed that the socio impact of the Boemi Kedaton Mall
development for the surrounding community that the post-development social
conditions impacted both the business activities and the increase in the rate of
vehicles that caused congestion and noise, but was still normal. In the economic
aspect, mall development has affected the dramatic increase in land prices around
the mall.
Keywords: Negative Impacts, Social, Economic, Development.
DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN MALL BOEMI
KEDATON BAGI MASYARAKAT SEKITAR
Oleh
Citra Ayu Narulita
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Citra Ayu Narulita beragama Islam
lahir di Bandar Lampung pada tanggal 08 Juli 1995.
Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara,
dari pasangan bapak Alm. Nurdin Mansur dan Ibu Hana
Yantina. Penulis mengenyam pendidikan di taman
kanak-kanak Berdikari Jakarta Selatan yang diselesaikan
pada tahun 2001. Pada Tahun 2007 penulis
menyelesaikan pendidikan pada Sekolah dasar Negeri (SDN) Tanjung Agung
Bandar Lampung dan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama
(SMPN) 25 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010, setelah itu
menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMAN) 1 Bandar
Lampung pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis menjadi mahasiswi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, Penulis Mengambil Jurusan
Ilmu Pemerintahan Program Studi Sarjana (SI).
MOTO
Orang yang tidak pernah membuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah
mencoba hal baru
(Albert Einstein)
Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali
(Citra Ayu Narulita)
SANWACANA
Segala puji hanyalah bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat
menyusun skripsi yang berjudul “Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Mall Boemi
Kedaton Bagi Masyarakat Sekitar “ sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Ilmu Pemerintahan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sebagai
akibat dari keterbatasan yang ada pada diri penulis.
Pada kesempatan ini, penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam penyusunan skripsi ini antara lain, yaitu:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas
Lampung.
2. Bapak Drs.R. Sigit Krisbintoro, M.IP. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si. selaku pembimbing yang telah sabar membimbing
dan memberikan saran demi terciptanya skripsi ini. Terima kasih semangat dan motivasi
sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si. selaku pembahas dosen yang telah memberikan kritik, saran
dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staff Ilmu Pemerintahan FISIP Unila, terima kasih atas ilmu dan
waktu yang telah di berian kepada penulis selama di jurusan Ilmu Pemerintahan.
6. Orang yang selalu memberikan perhatian, semangat dan dukungan moral maupun
material kedua orang tua Papa dan Mama, terimakasih banyak atas semua yang telah
diberikan kepada saya.
7. Teman–teman seperjuanganku Rezghi, Yolanda, Amanda, EkaPurnama, Raindi,
Ekasyari, Adit, Tanti, Fina, terima kasih telah membantu serta memberikan semangat
untuk saya dalam mengerjakan skripsi ini. Teman-teman terdekat Mariska, Nindy, Cy
terima kasih karna telah memberikan dukungan yang tidak henti dan sudah susah payah
mau menemani saya dalam segala hal semoga kita semua mendapat masa depan yang
cerah AMIN.
8. Teman-teman kampus ku seluruh angkatan 2013, semoga kita bertemu dalam kesuksesan
AMIN.
9. Teman Sekelompok KKN Desa Banjar Agung Selama 40 hari (Dwi, Nuzulut, Hani, Isna,
Dorma) semoga KKN kita menjadi cerita yang indah di masa tua AMIN.
Semoga Allah SWT membalas amal baik kita semua dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat
Bandar Lampung, 7 Januari 2019
Citra Ayu Narulita
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Publik ........................................................................ 12
1. Perumusan Agenda Kebijakan ............................................ 13
2. Implementasi Kebijakan ...................................................... 14
3. Dampak Kebijakan .............................................................. 14
B. Dampak Sosial Ekonomi ............................................................ 16
C. Rencana Tata Ruang Wilayah .................................................... 22
D. Pembangunan ............................................................................. 25
1. Konsep Pembangunan ......................................................... 25
2. Tujuan Pembangunan .......................................................... 27
E. Tinjauan Tentang Mall ............................................................... 28
1. Shopping Mall ..................................................................... 28
2. Karakteristik Fisik dan Prinsip Mall .................................... 30
3. Jenis-jenis Mall .................................................................... 31
4. Pengelompokan Zona Penjualan Dalam Mall ..................... 32
5. Dimensi Mall ....................................................................... 33
F. Kerangka Pikir ............................................................................ 34
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ............................................................................ 37
B. Lokasi Penelitian ........................................................................ 38
C. Fokus Penelitian ......................................................................... 38
D. Informan ..................................................................................... 39
E. Jenis Data .................................................................................... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 41
iii
1. Wawancara .......................................................................... 41
2. Observasi ............................................................................. 42
3. Dokumentasi ........................................................................ 43
G. Teknik Pengolahan Data ............................................................. 43
1. Editing Data ......................................................................... 43
2. Interpretasi Data .................................................................. 44
H. Teknik Analisis Data .................................................................. 44
1. Reduksi Data ....................................................................... 45
2. Penyajian Data ..................................................................... 45
3. Verifikasi Data..................................................................... 46
I. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................ 47
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Kota Bandar Lampung................................................................ 48
B. Mall Boemi Kedaton .................................................................. 50
C. Kecamatan Kedaton .................................................................... 52
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Mall Boemi Kedaton
Bagi Masyarakat Sekitar.......................................................... ... 54
B. Pembahasan..................................................................... ........... 62
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan......................................................................... ............ 76
B. Saran............................................................................... ............ 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Ciri-ciriPusatPerbelanjaan ................................................................... 33
2. Data Informan Penelitian .................................................................... 41
3. Daftar Jumlah Super Market Kota Bandar Lampung .......................... 50
4. Informasi Mall Boemi Kedaton ........................................................... 51
5. Identitas Informan ............................................................................... 56
6. Matriks Triangulasi .............................................................................. 63
7. Data Ruas Jalan ................................................................................... 67
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Sumber www.teraslampung.com ......................................................... 3
2. Kerangka Pikir .................................................................................... 36
3. Peta Administrasi Kota Bandar Lampung ........................................... 49
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan suatu usaha proses yang menyebabkan pendapatan
perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dengan demikian,
proses pembangunan terjadi disemua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi,
sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan
mikro. Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/ perbaikan
(progress), pertumbuhan dan diversivikasi.
Berbicara sebuah pembangunan, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu
kota yang sedang berkembang dengan pembangunan pusat perbelanjaan.
Dalam membangun sebuah pusat perbelanjaan maka terdapat acuan yakni
Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pendirian pusat
perbelanjaan harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang
bersangkutan. Pembangunan pusat perbelanjaan juga harus disertai dengan
analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat serta memperhitungkan
keberadaan pasar tradisional dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
yang berada di wilayah yang bersangkutan.
2
Kecamatan Kedaton yang selama ini dikenal sebagai sentra pengembangan
kawasan bisnis dan pemukiman. Di Kelurahan Kedaton misalnya, telah
berkembang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) milik masyarakat
seperti cafe, clothing dan rumah makan. Di kawasan ini, juga telah banyak
berdiri sejumlah perbelanjaan minimarket seperti Indomaret dan Alfamart.
Selain itu, juga terdapat pasar tradisional yaitu Pasar Koga. Untuk memenuhi
kebutuhan pasar sekaligus menjawab tuntutan peradaban kota Bandar
Lampung, maka PT. Sekawan Chandra Abadi membangun pusat perbelanjaan
Mall Boemi Kedaton yang berlokasi di Jalan Teuku Umar – Sultan Agung
No. 1 Bandar Lampung.
Pusat perbelanjaan Mall Boemi Kedaton merupakan usaha ritel dalam skala
besar yang menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat seperti makanan,
minuman dan juga dalam bidang jasa. Namun, pada setiap pembangunan
tentunya akan berimbas pada lingkungan sekitarnya. Untuk itu, menurut teori
Charley dan Bustelo setidaknya sebuah pembangunan berdampak pada dua
aspek, yakni aspek sosial dan aspek ekonomi.
Pada aspek sosial pembangunan Mall Boemi Kedaton dikhawatirkan
menimbulkan masalah seperti dampak perubahan pemanfaatan lahan dan
ruang, akan berlangsung terus selama lahan digunakan sebagai lokasi
bangunan komersial. Keberadaan obyek khusus akan hilang dan tidak bisa
kembali. Jika pembangunan gedung komersial ternyata menempati kawasan
yang memiliki fungsi ekosistem penting, misalnya merupakan daerah sumber
3
air atau kawasan tangkapan air untuk suatu daerah yang luas, pengaruh
dampak bisa sangat besar dan luas.
Selain itu, menurut Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Boejoe
Dewangga, menengaskan Mall Boemi Kedaton (MBK) di dekat pertigaan Jl.
Teuku Umar-Jl, Sultan Agung-Jl. ZA Pagaralam, Bandarlampung, melanggar
garis sempadan sungai (GSS). Menurut Bejoe, jarak antara bangunan dan
bantaran sungai tidak sesuai dengan ketentuan batas minimal.
Gambar 1.1. Sumber www.teraslampung.com
Menurut Bejoe, selain melanggar bantaran sungai, bangunan MBK juga
menutupi sabuk hijau (green belt) sehingga berpotensi menimbulkan banjir.
Pedangakalan dan penyempitan sungai akibat adanya bangunan mal tersebut,
menurut Bejoe, hal ini juga berpotensi menimbulkan banjir sangat besar.
Bejoe mengatakan, pihak Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) Kota Bandarlampung hendaknya segera menegur MBK dan jika
manajemen Mall tersebut tidak mentaati aturan hendaknya di berikan sanksi.
Menurut Bejoe, BPLHD bisa saja memberikan sanksi kepada pihak mal
tersebut karena melakukan pelanggaran.
4
Dampak bisa muncul terus menerus tak mengenal musim. Potensi dampak
yang terkait dengan pembebasan lahan mulai bermunculan di saat pemrakarsa
akan menentukan lokasi pembangunan gedung. Pada saat pembebasan lahan
dilakukan, potensi dampak akan memuncak. Potensi dampak negatif dapat
tersebar ke seluruh wilayah yang direncanakan menjadi lokasi gedung. Selain
masalah sebelum dan sesudah prakontruksi terdapat lagi perbandingan
sebelum dan sesudah pembangunan yakni mobilisasi alat dan bahan
berpotensi untuk mengganggu tingkat kenyamanan kawasan.
Gangguan kenyamanan kawasan khususnya diakibatkan oleh lalu lalangnya
kendaraan pengangkut saat konstruksi gedung berjalan. Ketika gedung
beroperasi juga terjadi peningkatan arus lalu lintas dari kendaraan karyawan,
relasi, penghuni, atau pengunjung. Selain merusak kondisi fisik jalan yang
dilaluinya, frekuensi kendaraan yang tinggi akan mengurangi tingkat
kelancaran berlalu lintas dan keselamatan berlalu lintas.Uraian di atas
menunjukkan bahwa tahap konstruksi sampai operasi gedung memiliki
potensi dampak negatif terhadap:
1. Kenyamanan kawasan,
2. Kondisi fisik jalan,
3. Kelancaran berlalu lintas, dan
4. Keselamatan berlalu lintas.
Dampak negatif berkaitan dengan kenyamanan kawasan dapat berlangsung
terus dari mulai Tahap Konstruksi sampai Operasi. Pada Tahap Konstruksi
terjadi saat dilakukannya mobilisasi alat dan bahan. Pada Tahap Operasi,
5
kenyamanan akan terganggu oleh banyaknya pengunjung yang datang. Oleh
karena itu, peneliti tertarik sekali untuk meneliti mengenai dampak sosial
ekonomi terhadap pembangunan Mall Boemi Kedaton, selain hal tersebut dan
berhubungan dengan penelitian ini maka peneliti menemukan sejumlah
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti.
Pada aspek ekonomi, pembangunan Mall Boemi Kedaton berpeluang untuk
mendorong pertumbuhan sektor riil di sekitar lokasi mall tersebut. Pusat
perbelanjaan ini sekaligus akan menjadi ruang publik bagi aktifitas
perdagangan yang nyaman, tenang dan aman bagi masyarakat. Selain itu, juga
akan berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja lokal.
Meskipun tidak ada ketentuan khusus yang mengatur batasan jumlah tenaga
kerja dalam pembangunan suatu pusat perbelanjaan, namun pendirian Mall
Boemi Kedaton telah menyerap tenaga kerja. Menurut penjelasan pihak PT.
Sekawan Chandra Abadi, kebutuhan tenaga kerja sekitar dalam pembangunan
dan pengelolaan Mall Boemi Kedaton telah mencapai 5000 (lima ribu) orang
dalam tiga tahap pembangunan termasuk pembangunan hotel.
Jika dilihat dari peluang kerja dan segmentasi tenaga kerja, maka
pembangunan Mall Boemi Kedaton setidaknya akan menyerap tenaga kerja
dengan spesifikasi atau bidang kerja antara lain; jasa layanan parkir, pekerja
bangunan, pekerja departemen store atau outlet (penjaga toko), manajemen
gedung, servis gedung hingga kemitraan yang melibatkan Unit Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM). Selain itu, juga berdampak pada penyerapan tenaga
6
kerja di sektor jasa angkutan kendaraan (ojek, angkutan kota, bus dan taksi)
serta pedagang kuliner seperti warteg dan warung-warung makan lainnya.
Penyerapan tenaga kerja dalam pembangunan Mall Boemi Kedaton akan
berdampak pada perkembangan wilayah hunian atau pemukiman sekitar.
Wilayah pemukiman masyarakat dipastikan akan berkembang pesat
mengingat keberadaan Mall Boemi Kedaton yang sangat strategis. Kebutuhan
area pemukiman seperti rumah kost, kontrakan dan perumahan masyarakat
akan semakin meningkat sehingga mendorong peningkatan permintaan di
sektor properti. Tidak hanya itu, sektor properti akan semakin strategis nilai
investasinya karena berada di sekitar lokasi pusat perbelanjaan.
Yang paling utama dalam konteks penyerapan tenaga kerja ini adalah
bagaimana memastikan sekaligus mendorong agar pembangunan Mall Boemi
Kedaton dapat menyerap tenaga kerja lokal khususnya masyarakat di sekitar
Kecamatan Kedaton. Dalam hal ini dibutuhkan regulasi seperti Peraturan
Daerah (Perda) yang mengatur tentang penggunaan tenaga kerja lokal.
Regulasi ini menjadi penting karena persaingan kerja dengan masyarakat
pendatang semakin kompetitif. Selain itu, juga untuk mengurangi
kesenjangan sosial dan ekonomi masyarakat Kedaton.
Sejauh ini, rancangan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandar Lampung yang
saat ini dalam proses penyusunan menyebutkan, penggunaan tenaga kerja
lokal dalam pembangunan suatu pusat perbelanjaan berkisar antara 20%
hingga 30%. Melihat kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja
yang diberikan oleh PT. Sekawan Chandra Abadi, dapat dikatakan bahwa
7
selama pembangunan Mall Boemi Kedaton tidak mengalami hambatan
berarti. Artinya, pembangunan Mall Boemi dipastikan menyerap tenaga kerja
dan kebutuhan tenaga kerja tersebut dapat terpenuhi mengingat ketersediaan
tenaga kerja yang mencukupi di wilayah Kecamatan Kedaton.
Terdapat beberapa rencana pendekatan yang perlu dilakukan untuk mengelola
seluruh potensi dampak lingkungan bangunan komersial. Sebagian
pendekatan diharapkan dapat mengeliminasi beberapa potensi dampak,
sebagiannya lagi hanya bersifat mengurangi dan mengendalikan potensi
dampak yang lain. Pada tahap Prakonstruksi, sumber kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak, berkaitan dengan lokasi adalah perubahan
pemanfaatan lahan dan ruang, keberadaan objek khusus, pembebasan lahan,
penerimaan masyarakat, hubungan antar penduduk, dan hak dan kepemilikan
masyarakat.
Lahan yang digunakan untuk bangunan komersial biasanya memilih lokasi
yang strategis. Mall biasanya dekat dengan pusat keramaian. Dampak yang
timbul dari pembebasan lahan sudah pasti akan merubah peruntukan lahan
yang sudah ada. Komponen lingkungan terkena dampak karena perubahan
peruntukan lahan adalah pemanfaatan lahan dan ruang. Pembangunan akan
merubah pemanfaatan lahan dan ruang atau akan mengancam keberadaan
objek khusus seperti pasar tradisional, atau mungkin lokasi yang memiliki
nilai sejarah, seperti gedung atau bangunan bersejarah.
Dalam pembebasan lahan, hambatan datang dari pemilik lahan yang tidak rela
melepaskan lahannya. Pemilik lahan merasa harga jual-beli tanah tidak sesuai
8
dengan keinginan mereka. Jika tidak tertangani dengan baik, hambatan ini
dapat mengganggu tingkat penerimaan masyarakat terhadap rencana
pembangunan gedung. Muara hambatan dapat berwujud pada menguatnya
tingkat penolakan masyarakat terhadap rencana tersebut. Urusan perolehan
lahan tak jarang menimbulkan sengketa di antara penduduk. Masyarakat yang
menolak menjual lahan akan berseberangan posisi dengan masyarakat lain
yang mau menjual lahannya. Hal ini tentu dapat merusak hubungan antar-
penduduk.
Persengketaan antar penduduk dapat juga terjadi akibat status kepemilikan
tanah yang tidak jelas. Lahan yang sama diakui oleh dua pihak atau lebih.
Transaksi jual-beli lahan akan mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat.
Sebagai konsekuensi, hak dan kepemilikan masyarakat ter-hadap lahan
tersebut akan hilang. Jika kebetulan lahan itu merupakan bagian dari sumber
mata pencaharian seperti pasar tradisional, maka perubahan hak dan
kepemilikan lahan akan bisa berdampak langsung pada pola mata pencarian
mereka sebelumnya. Berkaitan dengan uraian di atas menunjukkan bahwa
bangunan komersial mempunyai potensi dampak negatif terhadap:
1. Pemanfaatan lahan dan ruang,
2. Keberadaan objek khusus,
3. Pola mata pencarian,
4. Hubungan antar penduduk, dan
5. Hak dan kepemilikan masyarakat.
9
Di sisi lain, potensi dampak positif akan terasa pada meningkatnya
pendapatan masyarakat, dan biasanya masyarakat akan memiliki uang kontan,
dari hasil pembebasan lahan yang dapat digunakan untuk menaikkan skala
usahanya. Sebuelum mengkaji lebih dalam mengenai fenomena dampak
sosial dan eknomi pembangunan Mall Boemi Kedaton, berikut adalah
penelitian terdahulu yang peneliti sajikan dalam bentuk narasi di bawah ini:
1. Penulis : Rachmad Saleh (Skripsi, 2012)
Judul : Dampak Sosial Pembebasan Tanah Proyek Pembangunan
Lotte Mall di Kota Tangerang
Fokus Penelitian : Ingin menggambarkan dampak negatif apa saja
yang terjadi akibat kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan
infrastruktur untuk kepentingan umum pada kasus Proyek Pembangunan
Lotte Mall di Kota Tangerang
Isi Penelitiaan : Meskipun memiliki banyak dampak positif bagi
masyarakat dan sebagian wilayah Kota Tangerang, akan tetapi
pembangunan Lotte Mall di Kota Tangerang ini tidak begitu saja
meniadakan dampak sosial negatif terhadap warga masyarakat yang
terkena dampak
2. Penulis : Oktavia Ricci S (Tesis, 2015)
Judul : Analisis Sosial Ekonomi Pembangunan Jalan Tol
Terhadap Perkembangan Tata Ruang Cikopo Palimanan
10
Fokus Penelitian : Menganalisis pengaruh pembangunan jalan tol
terhadap perkembangan tataruang kawasan janti, meliputi ruang
terbangun, ruang terbuka, serta hubungan antar ruang (linkage)
Isi Penelitiaan : Pengaruh pembangunan jalan tol terdapat pada
massa bangunan, pertambahan ruang terbuka yang berupa jaringan jalan,
parkir, dan taman
Berdasarkan narasi di atas peneliti memaparkan sejumlah penelitian terdahulu
yang sejenis dengan peneliti. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan
teori yang digunakan. Jika penelitian pertama berfokus kepada dampak
negatif dari sebuah pembangunan mall selanjutnya peneliti kedua
menganalisa pengaruh dampak dari pembangunan jalan tol sedangkan peneliti
saat ini mengkaji dampak pembangunan dari aspek sosial ekonomi terhadap
masyarakat sekitar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, m ak a rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah, bagaimana dampak sosial ekonomi pembangunan
Mall Boemi Kedaton bagi masyarakat sekitar?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diungkapkan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tentang dampak-dampak sosial ekonomi
pembangunan Mall Boemi Kedaton bagi masyarakat sekitar.
11
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, makamanfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritishasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian
dan khasanah ilmu pengetahuan, terutama kajian mengenai dampak
sosial ekonomi pembangunan.
2. Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi
bagi instansi dan kelompok yang terkait dalam hal pembangunan pusat
perbelanjaan serta menjadi referensi penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Publik
Kebijakan (policy) umumnya dipahami sebagai keputusan yang diambil
untuk menangani hal-hal tertentu. Namun kebijakan bukanlah sekedar suatu
keputusan yang ditetapkan. (Rose dalam Hamdi, 2014:36). Kebijakan publik
dipahami sebagai akibat dari apa yang ditimbulkan oleh masyarakat, sehingga
kebijakan publik itu merupakan kumpulan dari gagasan masyarakat yang
memberikan bentuk ruang publik yang sangat erat hubungannya dengan aktor
masyarakat yang mempengaruhi dan menginformasikannya (Dinham,
2009:50). Kebijakan publik pada akhirnya menyangkut pencapaian tujuan
publik. Artinya, kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah
yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh
publik sebagai konsistuen pemerintah. (Suharto, 2008:5).
Dalam pemaknaannya yang mengkaitkan dengan keputusan pemerintah
ataupun tindakan pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu (Young dan
Quinn dalam Suharto, 2008:43). Pelaksanaan kebijakan publik di Indonesia
pada saat ini melibatkan banyak ahli kebijakan hanya berkenaan dengan
birokrasi dan administrasi publik. Sedangkan Kebijakan yang lain cukup
dikerjakan oleh ahli teknis dan ahli hukum (Nugroho, 2006:49). Kebijakan
13
tidak hanya melibatkan keputusan untuk memenuhi beberapa masalah
tertentu, tetapi juga meliputi keputusan yang berkenaan dengan
penyelenggaraan dan impelmentasinya.
1. Perumusan Agenda Kebijakan
Kebijakan publik merupakan produk pemerintah untuk mengatasi segala
problema yang terjadi di kehidupan masyarakat, oleh karenanya dalam
membuat suatu kebijakan pemerintah tidak sembarangan mengeluarkan
atau menetapkan kebijakan, dalam pemaknaannya kebijakan harus
direncanakan agar sebuah kebijakan tersebut tidak merugikan banyak
masalah. Dalam bahasa kebijakan tahap proses penetapan biasa disebut
dengan agenda setting.
“Agenda setting adalah proses dimana persaingan kelompok elit
untuk mengatur agenda sebuah masalah dan untuk mencari solusi
alternatif. Perselisihan antar elit dapat terjadi jika tidak adanya
masyarakat atau lembaga politik yang memiliki kapasitas untuk
mengatasi semua agenda tersebut yang dapat menimbulkan
masalah” (Hilgartner dan Bosk dalam Fischer, 2007:63).
Kelompok yang dipilih dan diangkat nantinya akan menempatkan
masalah pada isu agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini
berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda
kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan
para perumus kebijakan. Pada tahap ini, suatu masalah mungkin tidak
disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah
tersebut ditunda untuk waktu yang lama.
14
2. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan publik secara konvensional dilakukan oleh
negara melalui badan-badan pemerintah yang memang memiliki
kewenangan dalam melaksanakannya. Implementasi kebijakan pubilik
merupakan upaya pemerintah untuk melaksanakan salah satu tugas
pokoknya, yakni memberikan pelayanan publik (Suharno, 2013:138).
Namun, pada kenyataannya implementasi kebijakan publik yang
beraneka ragam, baik dalam hal bidang, sasaran dan bahkan kepentingan
memaksa pemerintah menggunakan wewenang dikresi untuk
menentukan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak.
Oleh karena itu program kebijakan yang telah diambil sebagai
alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni
dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun lembaga-lembaga
pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan
oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial
dan manusia. Pada tahap implementasi ini, berbagai kepentingan akan
saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan
para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh
para pelaksana.
3. Dampak Kebijakan
Dampak kebijakan publik merupakan bagian dari evaluasi kebijakan
publik yang memiliki perbedaan dengan policy output atau hasil dari
kebijakan publik. Dampak kebijakan memfokuskan atau mencoba untuk
15
menentukan pengaruh dari kebijakan dalam kondisi kehidupan yang
sesungguhnya dari diberlakukannya suatu kebijakan publik. Dalam
memahami dampak kebijakan publik, maka sedikitnya harus mengetahui
apa yang ingin kita selesaikan dengan kebijakan yang dikeluarkan
(objektivitas kebijakan) dan bagaimana usaha untuk melaksanakan
program dari kebijakan publik tersebut (Agustino, 2008:191). Menurut
Agustino (2012:191-193), dampak dari kebijakan publik mempunyai
beberapa dimensi, yaitu:
a. Pengaruhnya pada persoalan masyarakat yang berhubungan dan
melibatkan masyarakat
b. Kebijakan dapat mempunyai dampak pada situasi dan kelompok lain
atau dapat disebut juga dengan externalitas atau spillover effect
c. Kebijakan dapat mempunyai pengaruh dimasa mendatang seperti
pengaruhnya dan kondisi yang ada saat ini
d. Kebijakan dapat mempunyai dampak yang tidak langsung yang
merupakan pengalaman dari suatu komunitas atau beberapa anggota
diantaranya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dampak yang dimaksud
dampak kebijakan publik dalam penelitian ini merupakan keseluruhan
efek yang ditimbulkan oleh kebijakan yang efeknya dapat mengakibatkan
suatu perubahan yang terjadi akibat dari kebijakan yang dibuat oleh
pemetintah, baik positif atau negatif. Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Pembelanjaan dan Toko modern, dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia, pasal 4 ayat 1 dan 2 menyatakan
bahwa:
a. Menghitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan
pasar tradisional, usaha kecil, dan usaha menengah ada diwilayah
yang bersangkutan.
16
b. Memperhatikan jarak antara hypermart dengan pasar tradisional
yang telah ada sebelumnya.
Ada beberapa dampak yang merugikan UMKM karena kurangnya
memperhatikan undang-undang yang telah ditetapkan. Policy outcomes
atau dampak dari kebijakan publik adalah konsekuensi kebijakan yang
diterima masyarakat, baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan,
yang berasal dari apa yang dikerjakan atau yang tidak dikerjakan oleh
pemerintah (Agustino, 2008:10). Dampak kebijakan adalah akibat-akibat
dan konsekuensi yang ditimbulkan dengan dilaksanakannya
kebijaksanaan-kebijaksanaan (Islamy, 2009:115).
Menurut sebagian pakar (Dye dalam Islamy, 2009:16), Adanya beberapa
dampak (manfaat) kebijakan yang perlu diperhatikan dalam evaluasi
kebijakan yaitu:
a. Dampak kebijakan yang diharapkan (intended consequences),
dampak kebijakan yang diharapkan yaitu dampak dari perubahan
yang diharapkan untuk yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat.
b. Dampak kebijakan yang tidak diharapkan (unintended
consequences), dampak kebijakan yang tidak diharapkan yaitu
dampak perubahan yang tidak diharapkan oleh masyarakat.
c. Dampak kebijaksanaan dapat terjadi atau berpengaruh pada kondisi
sekarang atau kondisi yang akan datang.
B. Dampak Sosial Ekonomi
Analisa dampak sosial dan ekonomi adalah suatu kajian yang dilakukan
terhadap kondisi sosial, ekonomi masyarakat sebagai akibat dari pelaksanaan
suatu kegiatan pembangunan di suatu wilayah atau area. Kajian dilakukan
17
untuk menelaah dan menganalisa berbagai dampak yang terjadi baik positif
maupun negatif dari setiap tahapan kegiatan mulai dari tahap pra konstruksi,
konstruksi, sampai tahap operasi.
Salah satu konsep tentang studi dampak sosial ekonomi bertolak dari
pemikiran bahwa masyarakat ini dipandang sebagai suatu bagian dari
ekosistem. Perubahan dari salah satu subsistem akan mempengaruhi
subsistem yang lain. Daerah yang terkena dampak (impacted area) dipandang
sebagai suatu ekosistem dengan bermacam-macam komponen yang saling
berhubungan. Yang menjadi pusat perhatian adalah bagaimana saling berkait
antar subsistem, dampak apa yang akan terjadi dan untuk berapa lama
dampak itu akan berlangsung.
Dalam masyarakat terdapat tiga subsistem yang saling interaktif, yaitu
sistem sosial dan sistem ekonomi, dan sistem fisik atau lingkungan fisik
(Hadi, 1997:23-24). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan di Indonesia.
AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan
memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Analisis
mengenai dampak lingkungan muncul sebagai jawaban atas keprihatinan
tentang dampak negatif dari kegiatan manusia, khususnya pencemaran
lingkungan akibat kegiatan industri pada tahun 1960-an. Sejak itu AMDAL
18
telah menjadi alat utama untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan manajemen
yang bersih lingkungan dan selalu melekat pada tujuan pembangunan yang
berkelanjutan.
Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan. AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai
dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan atau proyek, yang
dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan atau proyek
layak atau tidak layak lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut
biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi,
sosial-ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat.
Dampak sosial ekonomi adalah konsekuensi sosial ekonomi yang timbul
akibat suatu kegiatan pembangunan, maupun penerapan suatu kebijaksanaan
dan program. Di Indonesia studi dampak sosial ekonomi pada umumnya
menjadi bagian dari studi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
hanya diterapkan untuk proyek pembangunan. Dampak sosial ekonomi
muncul ketika aktivitas proyek, program atau kebijaksanaan diterapkan pada
suatu masyarakat. Pengaruh itu bisa positif, bisa pula negatif. Hal ini hanya
dapat diuji dari nilai, norma, aspirasi, dan kebiasaan masyarakat yang
bersangkutan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak sosial ekonomi
merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang
diakibatkan oleh adanya aktivitas pembangunan (Hadi, 1997: 110).
Perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat ini menurut
Armour (1987: 2) dalam Hadi ( 1997: 24-25), meliputi aspek-aspek:
19
a. Cara hidup (way of life), termasuk di dalamnya bagaimana manusia
dan masyarakat itu hidup, bekerja, bermain, dan berinteraksi satu dengan
yang lain. Cara hidup ini disebut sebagai aktivitas keseharian
b. Budaya, termasuk di dalamnya sistem nilai, norma, dan kepercayaan c. Komunitas, meliputi struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas
masyarakat, estetika, sarana-prasarana yang diakui sebagai “public facilities”.
Menurut Carley dan Bustello (1984: 5) dalam Hadi (1997: 25-26), ruang
lingkup aspek sosial dalam kajian dampak lingkungan yang diakibatkan oleh
suatu kegiatan pembangunan paling tidak mencakup aspek demografi,
sosial ekonomi, institusi serta psikologis dan sosial budaya. Dampak
demografis meliputi angkatan kerja dan perubahan struktur penduduk,
kesempatan kerja, pemindahan dan relokasi penduduk. Dampak sosial
ekonomi terdiri dari perubahan pendapatan, kesempatan berusaha, pola
tenaga kerja. Dampak institusi meliputi naiknya permintaan akan fasilitas
seperti perumahan, sekolah, dan sarana rekreasi.
Dampak psikologis dan sosial budaya meliputi integrasi sosial, kohesi sosial,
keterikatan dengan tempat tinggal. Amore dalam Hadi (1997: 26),
merumuskan ruang lingkup aspek dampak sosial sebagai konsekuensi dari
kegiatan pembangunan, terutama dalam kaitannya dengan kajian dampak
sosial studi AMDAL, sebagai berikut:
a. Perubahan yang berhubungan dengan kependudukan
b. Perubahan yang berkaitan dengan aspek ekonomi
c. Perubahan yang berhubungan dengan aspek budaya
d. Perubahan yang berhubungan dengan sumber daya alam
e. Perubahan yang berkaitan dengan fasilitas publik
Dampak sosial, menurut Homenuck dalam Hadi (1997: 26-27), juga dapat
dikategorikan ke dalam dua kelompok, yakni real impact dan perceived
20
impact. Real impact atau standard impact dapat dikatakan bahwa real impact
atau standard impact adalah dampak yang timbul sebagai akibat dari aktivitas
proyek, pada setiap tahapan proyek, yang meliputi: pra-konstruksi,
konstruksi, dan operasi, misalnya pemindahan penduduk, bising, atau polusi
udara.
Perceived impact atau special impact adalah suatu dampak yang timbul dari
persepsi masyarakat terhadap resiko dari adanya proyek. Persepsi, sikap, dan
kepercayaan masyarakat membentuk “interpretasi’ tentang proyek dan
dampaknya. Adapun pengertian dari dampak sosial dan ekonomi ialah
sebagai berikut:
1. Dampak Sosial
Dampak sosial secara harfiah dapat dikatakan sebagai fenomena yang
disebabkan atas perubahan pada sebuah lingkungan sosial. Dampak
sosial yang diakibatkan atas sebuah perubahan atau pembangunan ini
tentunya berimbas pada berbagai macam aspek pada lingkungan dan
kehidupan masyarakat sekitar pembangunan atau perubahan pada tempat
tersebut. Menurut Carley dan Bustelo Pengukuran dampak sosial
setidaknya dapat dilihat dalam 4 indikator yakni:
1. Kondisi lingkungan
Indikator kondisi lingkungan meliputi dampak fisik pembangunan
yang berimbas pada aspek kenyaman, kebersihan, dan kesehatan.
2. Kemacetan
Indikator kemacetan meliputi perubahan tingkat kepadatan lalu lintas
sesudah pembangunan di lingkungan sekitar.
21
3. Hubungan silaturahmi
Indikator hubungan silaturahmi meliputi kondisi relasi antara pihak
pengembang/kontraktor dengan pihak masyarakat lingkungan sekitar.
4. Kebisingan
Indikator kebisingan ini merupakan hasil yang disebabkan atas
kondisi lingkungan dan kemacetan yang disebabkan oleh
pembangunan di daerah tersebut (Carley dan Bustelo dalam Hadi
1997: 25-26)
2. Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi merupakan perubahan yang memperngaruhi sektor
perekonomian yang diakibatkan atas adanya suatu perubahan atau
pembangunan pada suatu daerah. Adapun menurut Carley dan Bustelo
terdapat 3 Indikator untuk melihat dampak ekonomi dalam sebuah
pembangunan, yaitu:
1. Pendapatan masyarakat sekitar
Indikator ini meliputi perubahan pendapatan masyarakat sekitar
pembangunan, apakah pembangunan mengakibatkan peningkatan
pendapatan seperti meningkatnya usaha masyarakat sekitar, atau
bahkan malah pendapatan masyarakat sekitar bertambah kecil.
2. Lapangan kerja
Indikator ini meliputi peningkatan pendapatan masyarakat sekitar
akibat pembangunan di daerah tersebut. Pembangunan pada suatu
daerah tentunya menyerap banyak tenaga kerja, baik pada proses
pembangunan maupun proses pengoprasian. Apakah pembangunan
22
tersebut menyerap banyak tenaga kerja, atau bahkan memperkecil
lapangan pekerjaan.
3. Harga Tanah
Pada indikator harga tanah akan dilihat perubahan harga tanah
disekitar pembangunan di daerah tersebut, apakah pembangunan
tersebut berdampak pada kenaikan harga tanah, atau bahkan
penurunan nilai harga tanah (Carley dan Bustelo dalam Hadi 1997:
25-26).
C. Rencana Tata Ruang Wilayah
Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah
yang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara
hierarki terdiri atas RTRW nasional, RTRW provinsi, dan RTRW
kabupaten/kota (Solihin, 2004:18). Rencana umum tata ruang nasional adalah
arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional yang
disusun guna menjaga integritas nasional, keseimbangan dan keserasian
perkembangan antar wilayah dan antar sektor, serta keharmonisan antar
lingkungan alam dengan lingkungan buatan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (Solihin, 2004:20).
Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional dari
RTRW Nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi,
melalui optimasi pemanfaatan sumber daya, sinkronisasi pengembangan
sektor, koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta pembagian
23
peran dan fungsi kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara
keseluruhan.
Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi
ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang
sesuai dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana pengembangan
wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi pengembangan wilayah ini
selanjutnya dituangkan ke dalam rencana struktur dan rencana pola ruang
operasional.
Dalam operasionalisasinya rencana umum tata ruang dijabarkan dalam
rencana rinci tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis
kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dapat
mencakup hingga penetapan blok dan subblok yang dilengkapi peraturan
zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum
tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang dapat berupa
rencana tata ruang kawasan strategis dan rencana detail tata ruang.
Kawasan strategis adalah Kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena memiliki pengaruh penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan
dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
Rencana tata ruang kawasan strategis adalah upaya penjabaran rencana umum
tata ruang ke dalam arahan pemanfaatan ruang yang lebih spesifik sesuai
24
dengan aspek utama yang menjadi latar belakang pembentukan kawasan
strategis tersebut.
Tingkat kedalaman rencana tata ruang kawasan strategis sepenuhnya
mengikuti luasan fisik serta kedudukannya di dalam sistem administrasi.
Rencana tata ruang kawasan strategis tidak mengulang hal-hal yang sudah
diatur atau menjadi kewenangan dari rencana tata ruang yang berada pada
jenjang diatasnya maupun dibawahnya.
Rencana detail tata ruang merupakan penjabaran dari RTRW pada suatu
kawasan terbatas, ke dalam rencana pengaturan pemanfaatan yang memiliki
dimensi fisik mengikat dan bersifat operasional. Rencana detail tata ruang
berfungsi sebagai instrumen perwujudan ruang khususnya sebagai acuan
dalam permberian advise planning dalam pengaturan bangunan setempat dan
rencana tata bangunan dan lingkungan.
Menurut Silalahi (2001:82), yang mengemukakan bahwa rencana tata ruang
wilayah merupakan suatu pengertian yang secara eksplisit tersirat cakupan
yang luas mengandung arti bahwa :
a. Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat
Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.
b. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa
merupakan kekayaan nasional
c. Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa
termasuk bagian hubungan yang bersifat abadi.
d. Dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi termasuk pula tubuh
bumi dibawahnya serta yang berada dibawah air. e. Dalam pengertian air termasuk baik perairan pedalaman maupun laut
wilayah Indonesia.
f. Yang dimaksud dengan ruang angkasa ialah ruang di atas bumi dan air
adalah yang berada didalam bumi.
25
Keenam point tersebut di atas secara tersirat mengandung pemaknaan
terhadap ruang suatu wilayah yang perlu ditata khususnya yang berkaitan
dengan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan yang terdapat dalam
suatu wilayah.
D. Pembangunan
1. Konsep Pembangunan
Pada hakikatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakikatnya
adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang
lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Mengenai pengertian
pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam–macam
seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan
berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan
daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Untuk lebih
jelasnya berikut ini disajikan pengertian pembangunan menurut beberapa
ahli.
Pembangunan menurut Soekanto (2006: 382), disamping memiliki tujuan
tujuan yang diinginkan tidak mustahil pembangunan mengakibatkan
terjadinya dampak pada subsistem kemasyarakatan. Dampak tersebut
akan timbul apabila terjadi gejala-gejala, antara lain :
a. Perubahan yang cepat
b. Perubahan sosial, ekonomi, politik yang simultan
c. Pencarian faktor kesalahan karena ketidakmampuan membawa
perubahan yang cepat.
26
Rogers dalam Nasution (2004: 28) menyatakan, bahwa pembangunan
adalah suatu proses perubahan sosial dengan partisipasi yang luas dalam
suatu masyarakat, yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material
(termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas
lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih
besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai
“Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan
pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan
ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
Slamet Riyadi (1981: 16) menyatakan bahwa pembangunan adalah suatu
proses dinamis yang meliputi berbagai kegiatan yang direncanakan dan
terarah dengan melibatkan peran serta masyarakat banyak sebagai
kekuatan pembaharuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan
sosial/struktur sosial yang mendasar maupun pertumbuhan ekonomi yang
dipercepat tetapi terkendalikan dalam ruang lingkup keadilan sosial demi
kemajuan dan kualitas hidup dan meningkatkan harkat dan martabat
manusiawi.
Pembangunan itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses sosial
yang bersifat integral dan menyeluruh baik berupa pertumbuhan ekonomi
27
maupun peruahan sosial demi terwujdnya masyarakat yang lebih
makmur. Sedangkan dalam pengertian ekonomi murni, pembangunan
adalah suatu usaha proses yang menyebabkan pendapatan perkapita
masyarakat meningkat dalam jangka panjang. (Sukirno, 1995: 13).
Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek
kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang
berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro. Makna penting dari
pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress),
pertumbuhan dan diversivikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para ahli
di atas, pembangunan adalah semua proses perubahan yang terstrukur
yang dilakukan melalui upaya-upaya yang sadar dan direncanakan.
2. Tujuan Pembangunan
Tujuan pembangunan di negara manapun, pasti bertujuan untuk kebaikan
masyarakatnya. Meskipun istilah yang digunakan beragam, tapi pada
hakikatnya sama, yakni untuk kesejahteraan masyarakat. Sedangkan
tujuan itu sendiri memberikan arah yang hendak dicapai. Tidak ada
satupun tujuan yang benar-benar merupakan tujuan akhir dalam arti
sesungguhnya.
Seperti yang diungkapkan Afifuddin dalam Yunarto (2013: 3) pada
umumnya, komponen-komponen dari cita-cita akhir dari negara- negara
modern di dunia, baik yang sudah maju maupun yang sedang
berkembang, adalah hal-hal yang pada hakikatnya bersifat relatif dan
sukar membayangkan tercapainya titik jenuh yang absolut yang setelah
28
tercapai tidak mungkin ditingkatkan lagi seperti:
a. Keadilan sosial
b. Kemakmuran yang merata
c. Perlakuan sama dimata hukum
d. Kesejahteraan material mental dan spritiual
e. Kebahagiaan untuk semua
E. Tinjauan Tentang Mall
1. Pengertian Shopping Mall
Shopping mall merupakan bentuk pusat perbelanjaan yang sedang
berkembang di berbagai negara. Secara umum, masyarakat mengartikan
shopping mall itu sebagai bangunan pertokoan ataupun pusat
perbelanjaan. Berikut beberapa pendapat para ahli dalam mendefenisikan
Shopping Mall. Shopping defined as looking at, pricing or buying
merchandising displayed for sale. Shopping adalah kegiatan mencari,
kemudian membeli barang dagangan yang dipajang untuk dijual.
(Hornbeck, 1962).
The world mall has mean an area asually lined with shade trees and
used as a public walk or promenade. Shopping Mall dapat di artikan
sebagai suatu area yang memanjang, dinaungi pepohonan dan biasanya
berfungsi sebagai fasilitas pejalan kaki (Buchan, 2013:77) A shopping
mall is a complex of retail store and related facilities planned as unified
group to give maximum shopping convenience to the customer and
maximum exposure to the merchandise. Suatu pusat perbelanjaan adalah
suatu kompleks toko pengecer dari fasilitas pendukungnya yang
direncanakan sebagai suatu kesatuan untuk memberikan kenyamanan
29
yang maksimal bagi pengunjung dan promosi maksimal bagi barang-
barang yang dijual. (Buchan, 2013:81).
Dalam Kamus Arsitektur dan Konstruksi kata “mall” adalah “a public
plaza, walk or system of walks set with trees and designed for pedesrtrian
use”, artinya adalah sebuah ruang publik, jalan dengan pepohonan dan
didisain untuk pengguna pedestrian. Dalam perkembangannya, sesuai
dengan konteks kota dimana pertumbuhan populasi yang menyebar diluar
CBD (Central Building District) dan menyebabkan bermunculannya
pusat perbelanjaan di pinggiran kota, dimana akhirnya masing-masing
daerah memiliki satu pusat perbelanjaan skala besar dan beberapa dalam
skala kecil menyebabkan terjadinya persaingan satu sama lain.
Area sub-urban telah berkembang menjadi pusat perdagangan yang besar
(mega center) lengkap dengan department store, perkantoran, motel dan
fasilitas hiburan lainnya serta area parkir. Shopping Mall adalah jenis dari
pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup
dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalan jalan yang
teratur sehingga berada di antara antar toko-toko kecil yang saling
berhadapan. Karena bentuk arsitektur bangunannya yang melebar (luas),
umumnya sebuah mal memiliki tinggi tiga lantai. Di dalam sebuah mal,
penyewa besar (anchor tenant) lebih dari satu (banyak). Seperti jenis
pusat perbelanjaan lain seperti toko serba ada untuk masuk di dalamnya
Di Inggris istilah Shopping Mall digunakan dan tumbuh secara bertahap
di kalangan generasi muda. Di Indonesia istilah mall dipakai dan
30
berkembang untuk menyatakan sebuah jenis pusat perbelanjaan tertutup
dengan skala besar yang menawarkan tidak hanya fasilitas berbelanja
namun juga fasilitas hiburan atau rekreasi serta tempat bersosialisasi
dengan unitu-unit retail yang terhubung oleh koridor dan void besar.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Shopping Mall
adalah sebuah jenis pusat perbelanjaan tertutup yang terdiri dari berbagai
macam jenis unit-unit retail, restoran serta fasilitas rekreasi dan hiburan
yang terdapat didalam satu bangunan, dengan unit-unit yang disewakan
atau dijual dan dikelola oleh sebuah manajemen terpadu.
2. Karakteristik Fisik dan Prinsip Mall
Karakteristik fisik sebuah mall antara lain :
a. Pintu Masuk : tunggal
b. Atrium : di sepanjang koridor
c. Koridor : tunggal
d. Lebar koridor : 3-5 meter
e. Lantai : 1-3 lantai
f. Parkir : mengelilingi bangunan mall g. Magnet : di setiap ujung koridor
h. Jarak antar magnet : 100-200 meter
Prinsip-prinsip mall yang terdapat dalam Time Saver Standard for
Building Types. meliputi:
a. Terdiri dari jalur pejalan kaki utama (pedestrian way) atau koridor
utama dengan satu atau lebih tambahan jalur pejalan kaki atau
koridor tambahan yang berhubungan dengan koridor utama dan
lokasi parkir atau jalan yang berdekatan.
b. Semua toko menghadap dan memiliki pintu masuk kearah koridor
baik utama maupun tambahan.
31
c. Untuk mengatasi masalah parkir karena tingginya harga dan
semakin berkurangnya lahan bagi suatu shopping mall, maka dapat
disediakan bangunan parkir bertingkat (double decked) atau
basement.
3. Jenis-jenis Mall
Menurut Rubenstein dalam Nasution (2007), dalam Central City Mall,
jenis mall dikelompokkan sebagai berikut :
a. Mall Terbuka (Open Mall)
Pada mall terbuka semua jalan yang direncanakan mengutamakan
kenyamanan pejalan kaki. Mall terbuka ini dapat terletak di pusat kota
atau di daerah pinggiran kota. Sistem penghawaan dilakukan secara
alami namun kondisi cuaca sagat mempengaruhi kenyamanannya.
b. Mall Terpadu (Integrated Mall)
Merupakan tipe mall yang sebagian terbuka dan bagian yang lainnya
tertutup. Pada mall bagian yang tertutup diletakkan di tengah sebagai
pusat dan menjadi magnet yang menarik pengunjung untuk masuk ke
dalam kawasan mall tersebut.
c. Mall Tertutup (Enclosed Mall)
Merupakan bangunan yang lengkap dimana pengunjung dan penjual
yang terlindung dalam suatu bangunan yang tertutup sehingga
memungkinkan untuk berinteraksi sosial, pameran dan pertunjukan
lainnya. Sistem penghawaan dilakukan secara mekanis yang lazim
dinamakan dengan EMAC (Enclosed Mall Air Conditioned). Mall
semacam ini yang paling banyak diterapkan di daerah tropis.
32
4. Pengelompokan Zona Penjualan Dalam Mall
Zona penjualan dalam mall dibagi dalam dua area penjualan barang-
barang yaitu Umum dan Khusus yang meliputi :
a. Area penjualan barang-barang umum (General Sales), memiliki
karakteristik :
- Ruang berukuran kecil terbuka
- Ruang-ruang yang saling berhubungan dengan jarak
berkesinambungan antara pengunjung dengan bagian penjualan
barang.
- Ruang-ruang yang tidak dibatasi oleh dinding-dinding atau
partisi-partisi
b. Area penjualan barang-barang khusus (Special Sales Area), memiliki
karakteristik :
- Ruang yang berukuran lebih kecil
- Menjual satu macam barang
- Perletakannya pada tempat-tempat tertentu
Seluruh ruang dalam zona penjualan ini berhubungan langsung dengan
lainnya tanpa adanya gangguan dari zona lain. Pengunjung dapat
berpindah dari satu tempat penjualan ke lainnya dalam segala arah, tanpa
perlu membuang tenaga dan tanpa kehilangan arah. Seluruh arus menuju
zona penjualan clan jalur jalan harus melalui zona lain yang meliputi,
jalan masuk, tangga, elevator dan lain sebagainya. Organisasi pergerakan
dalam zona penjualan ini akan lebih mudah apabila pergerakan
pengunjung clan barang diatur melalui bermacam-macam lorong yang
jalur-jalur yang ada mulai dari memasuki bangunan sampai dengan kluar
dari bangunan tersebut.
33
5. Dimensi Mall
Pengadaan fasilitas komersial seperti mall merupakan salah satu
pendukung kegiatan perdagangan yang tidak lepas dari pengaruh dan
fungsi daerah atau kawasan tersebut terhadap lingkup pelayanannya. Mall
yang akan dirancang disini harus memperhatikan ketentuan-ketentuan
yang mengatur besar luas lantai bangunan yang disediakan berdasarkan
pelayanannya. Menurut buku Pedoman Perencanaan Lingkungan
Permukiman Kota yang dikeluarkan oleh Direktorat Pekerjaan Umum,
untuk standar kebutuhan luas lantai pusat perbelanjaan dan niaga adalah
0,2m2
/ penduduk. Pada tabel di bawah ini peneliti memberikan ciri-ciri
pusat perbelanjaan yang sebagai berikut:
Tabel 1. Ciri-ciri Pusat Perbelanjaan
No Ciri-ciri Neighborhood Center
Community Center
Regional
Center
1 Fungsi Utama Menjual barang kebutuhan sehari-
hari dan
pelaksanaan
perorangan
Beberapa fungsi dari neighborhood
center ditambah
penjualan barang-
barang belanja
Beberapa fungsi
dari community
center ditambah
penjualan
barang- barang
umum
2 Pertokoan Utama
Supermarket dan toko obat
Berbagai macam toko dan
departemen store
kecil
Satu atau lebih departemen
store utama
3 Lokasi Persilangan jalan kolektor atau jalan
sekunder
Persilangan jalan- jalan utama atau
jalan jalur cepat
Persilangan
jalan jalur cepat
atau jalan tol
4 Radius area pelayanan
0,5 mil 2 mil 4 mil
34
5 Minimal jumlah
penduduk
yang dilayani
4000 jiwa 35.000 jiwa 150.000 jiwa
6 Total luas lahan
0,16-0,3 ha 0,4-1,21 ha 1,62-4,46 ha
7 Luas lantai keseluruhan
2700-6900 m2 6900-23000 m
2 23000-36800
m2
8 Jumlah pertokoan
5-20 15-40 40-80
9 Penyediaan parkir
Rasio area parkir 4:1 (luas area parkir 4 kali luas lantai
keseluruhan)
Sumber: International Council of Shopping Center (2009)
F. Kerangka Pikir
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah dan investor dalam mengupayakan
pembangunan ekonomi di Provinsi Lampung adalah dengan membuat
program pembangunan khususnya pada bidang ekonomi, karena dengan
adanya pembangunan ekonomi yang baik permasalahan yang sering terjadi
dapat diatasi.
Sarana dan prasarana fisik, atau sering disebut dengan infrastuktur,
merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem pelayanan kebutuhan
masyarakat.
35
Pembangunan infrastruktur khususnya pusat perbelanjaan mall tidak jarang
menyebabkan dampak tertentu, baik itu dampak positif dan dampak negatif.
Dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat itu sendiri. Jika dilihat
dari latar belakang penelitian ini, pembangunan Mall Boemi Kedaton
banyak yang menyebabkan permasalahan khususnya bagi masyarakat di
sekitar Mall Boemi Kedaton.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan
mendeskripsikan dampak dari pembangunan Mall Boemi Kedaton,
khususnya masyarakat yang akan terkena dampak langsung dari adanya
pembangunan Mall Boemi Kedaton. Penelitian ini menggunakan analisis
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang ditinjau dari aspek
sosial mengenai (kondisi lingkungan, kemacetan, hubungan silaturahmi
dan kebisingan) serta ekonomi mengenai (pendapatan masyarakat
sekitar, lapangan kerja dan harga tanah )yang dikutip dari Carley dan
Bustelo dalam Hadi (1997: 25-26) yang akan peneliti gambarkan pada
gambar kerangka pikir di bawah ini :
36
Gambar 2. Kerangka Pikir
Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan
Mall Boemi Kedaton Bagi Masyarakat
Sekitar
1. Dampak Sosial
- Kondisi lingkungan
- Kemacetan
- Hubungan silaturahmi
- Kebisingan
2. Dampak Ekonomi
- Pendapatan masyarakat sekitar
- Lapangan kerja
- Harga tanah (Carley dan Bustelo dalam
Hadi, 1997: 25-26)
Positif Negatif
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Untuk mengetahui dampak sosial ekonomi pembangunan Mall Boemi
Kedaton bagi masyarakat sekitar maka dalam penelitian ini menggunakan
tipe penelitian deskriptif yang artinya melibatkan proses konseptualisasi dan
menghasilkan pembentukan skema klasifikasi dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses
yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang yang lebih baik
mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia (Catherine dalam
Sarwono, 2006:193).
Argumen peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: Pertama,
dampak sosial ekonomi pembangunan Mall Boemi Kedaton bagi masyarakat
sekitar sangat membutuhkan masukan serta saran yang dapat di
wawancarakan. Alasan yang kedua, dampak sosial ekonomi pembangunan
Mall Boemi Kedaton bagi masyarakat sekitar ini membutuhkan sejumlah data
lapangan yang sifatnya aktual dan konseptual. Tujuan penelitian kualitatif
menyatakan rancangan penelitian yang dipilih (Schwandt dalam Creswell,
2010:150). Peneliti sangat tertarik memakai pendekatan kualitatif karena
memiliki lima keutamaan.
38
“Pertama, mempelajari kehidupan masyarakat secara realita.
Kedua, mewakili pandangan dan perspektif masyarakat. Ketiga,
meliputi kondisi kontekstual. Keempat, berkontribusi wawasan ke
dalam konsep yang dapat membantu untuk menjelaskan kondisi
aktual dan Kelima, berusaha untuk menggunakan banyak sumber”
(Yin, 2011:7-9).
Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif memahami realitas sosial
sesungguhnya adalah bersifat aktual bergantung pada makna dan interpretasi
yang diberikan oleh manusia yang memandangnya. Oleh karenanya, melalui
desain yang sedemikian diperoleh penjelasan dan gambaran/deskripsi atas
penelitian yang sedang diteliti.
B. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 lokasi
penelitian yakni:
1. Daerah pemukiman sekitar lokasi Mall Boemi Kedaton di Kelurahan
Kedaton.
2. PT. Sekawan Chandra Abadi.
3. Lokasi berdagang/ berjualan disekitar Mall Boemi Kedaton.
Alasan peneliti memilih ketiga lokasi tersebut dikarenakan ketiga lokasi
tersebut merupakan lokasi yang paling mendukung dalam proses
pengumpulan data dan informasi yang penulis lakukan.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan batasan masalah yang akan diangkat. Dalam
penelitian kualitatif, masalah diistilahkan dengan fokus penelitian yang
kemudian diturunkan menjadi pertanyaan penelitian (Santana, 2007:46). Oleh
karena itu, fokus penelitian perlu ditetapkan guna membatasi penelitian dan
39
berfungsi pula untuk memenuhi suatu informasi yang diperoleh di lapangan.
Fokus penelitian kali ini mengenai dampak sosial ekonomi pembangunan
Mall Boemi Kedaton bagi masyarakat sekitar :
a. Dampak sosial, dengan indikator sebagai berikut :
- Kondisi lingkungan
- Kemacetan
- Hubungan silaturahmi
- Kebisingan
b. Dampak ekonomi, dengan indikator sebagai berikut :
- Pendapatan masyarakat sekitar
- Lapangan kerja
- Harga tanah
D. Informan
Informan yang ditentukan dalam penelitian ini ditentukan dengan purposive
sampling. Alasan peneliti menggunakan penentuan informan secara
purposive sampling karena peneliti meyakini bahwa informan yang dipilih
adalah sebagai kelompok yang mengalami secara langsung terkait dampak
sosial ekonomi pembangunan Mall Boemi Kedaton bagi masyarakat sekitar .
Sehingga menurut peneliti teknik purposive sampling sangat tepat untuk
digunakan untuk penelitian mengenai dampak sosial ekonomi pembangunan
Mall Boemi Kedaton bagi masyarakat sekitar.
Peneliti memfokuskan informan pada PT. Sekawan Chandra Abadi, Kepala
Lingkungan I Kelurahan Kedaton, Ketua RT 01 Kelurahan Kedaton,
40
Masyarakat dan Pedagang UMKM sekitar Mall Boemi Kedaton. Alasan
peneliti menentukan informan di atas adalah karena menurut peneliti
informan tersebut merupakan kelompok yang secara langsung merasakan atau
terkena dampak sosial ekonomi dari pembangunan Mall Boemi Kedaton.
E. Jenis Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan gambar-
gambar yang didapatkan dari dokumen-dokumen, pengamatan dan tulisan-
tulisan, gambar-gambar atau foto (Neuman, 2014:477). Sumber data dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni sumber data primer dan sumber data
sekunder (Morse dalam Flick, 2014:166). Sumber primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data sedangkan sumber
data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data sekunder pada penelitian ini adalah dokumen
berupa pemberitaan media online, media cetak dan foto-foto di lapangan.
Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara
langsung di lapangan, baik melalui pengamatan secara langsung maupun
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada beberapa narasumber. Dalam
konteks ini, data yang diperoleh merupakan hasil wawancara dengan
menggunakan panduan wawancara.
Adapun data primer dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa
narasumber yaitu :
41
Tabel 2. Data Informan Penelitian
NO NAMA PANGKAT PERUSAHAAN
1. Andreas
Purwanto
Manager PT. Sekawan Chandra Abadi
2. H. Iksir Jupri , S Ketua RT 03 -
3. Sutimah Masyarakat di RT
03 Sekitar Mall
Bumi Kedaton
4. Hi. Haryono
Musa, SE
Kepala Lingkungan
02
5. Rita Pedagang di luar
Mall Bumi Kedaton
Sumber: Diolah Oleh Peneliti 2017
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh berbagai data tersebut, maka dibutuhkan suatu teknik
dalam mengumpulkannya. Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan
yang penting dalam penelitian, namun dalam sebuah penelitian tidaklah
cukup hanya sekedar mengumpulkan data, tetapi juga harus menganalisanya.
Dalam pendekatan kualitatif untuk melakukan sebuah penelitian, analisis
dapat dimulai sementara dengan mengumpulkan data terlebih dahulu, namun
analisis tersebut cenderung tentatif dan tidak lengkap, karena data yang
terkumpul nantinya dipakai sebagai informasi yang valid dan representatif
untuk menjawab masalah dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan
data yang akan diaplikasikan meliputi :
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada informan, kemudian
pewawancara mencatat atau merekam jawaban-jawaban yang
42
dikemukakan oleh informan (Bryman, 2012:469). Peneliti menyusun
panduan wawancara berdasarkan fokus masalah penelitian untuk
dijadikan materi dalam wawancara agar menjadi terarah dan tidak
menyimpang. Ada dua jenis wawancara dalam penelitian kualitatif, yaitu
wawancara terstruktur dan semi-terstruktur (Halperin dan Heath,
2012:253-254).
Peneliti menyusun panduan wawancara berdasarkan fokus masalah
penelitian untuk dijadikan materi dalam wawancara agar menjadi terarah
dan tidak menyimpang. Penulis menggunakan wawancara semi
terstruktur, artinya proses wawancara lebih terbuka dengan meminta
pendapat atau gagasan narasumber terkait Dampak Sosial Ekonomi
Pembangunan Mall Boemi Kedaton Bagi Masyarakat Sekitar. Peneliti
dapat menemukan data yang lebih mendalam dengan mencatat dan
mendengarkan keterangan dari informan.
2. Observasi
Observasi merupakan suatu cara yang sangat bermanfaat, sistematif
dan selektif dalam mengamati fenomena yang terjadi (Widi, 2010:237).
Teknik ini digunakan untuk melihat data-data primer berupa peristiwa
atau situasi tertentu pada lokasi penelitian yang berhubungan dengan
fokus penelitian (Shapiro, 2014:25-26). Adapun pelaksanaan yang
digunakan berupa mengamati objek penelitian secara langsung yakni
dampak sosial ekonomi pembangunan Mall Boemi Kedaton bagi
masyarakat sekitar . Selain itu peneliti juga melakukan pencatatan
43
tentang hasil pengamatan atas gambaran-gambaran yang berkaitan erat
dengan masalah yang diteliti. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil
analisis mendalam.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan peninggalan tertulis mengenai data berbagai
kegiatan atau kejadian yang dari segi waktu yang relatif belum terlalu
lama (Silaen dan Widiyono, 2013:163). Sumber data pada penelitian ini
yaitu berupa pemberitaan media online, media cetak dan foto-foto di
lapangan.
G. Teknik Pengolahan Data
Peneliti telah memperoleh sejumlah data dari lapangan, sehingga peneliti
dituntut untuk melakukan pengolahan data yang telah terkumpul tersebut.
Adapun kegiatan pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Editing Data
Editing data merupakan sebuah proses yang bertujuan agar data yang
dikumpulkan dapat memberikan kejelasan, mudah dibaca, konsisten dan
lengkap. Dalam tahap ini, data yang dianggap tidak bernilai ataupun
tidak relevan harus disingkirkan. Hasil wawancara bersama pihak PT.
Sekawan Chandra Abadi, Ketua Lingkungan, Ketua RT, Masyarakat
dan Pedagang UMKM sekitar yang tidak relevan dengan data yang
dinginkan peneliti harus dibuang.
44
Peneliti melakukan kegiatan memilih hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi yang relevan, data yang relevan dengan fokus penelitian
akan dilakukan pengolahan kata dalam bentuk bahasa yang lebih baik
sesuai dengan EYD. Data yang telah diolah menjadi rangkaian bahasa
kemudian dikorelasikan dengan data yang lain sehingga memiliki
keterkaitan informasi. Proses selanjutnya adalah peneliti memeriksa
kembali semua data untuk meminimalisir data yang tidak sesuai.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data digunakan untuk mencari makna dan hasil penelitian
dengan jalan tidak hanya menjelaskan atau menganalisis data yang
diperoleh, tetapi data diinterprestasikan untuk kemudian mendapatkan
kesimpulan sebagai hasil penelitian. Peneliti memberikan penjabaran dari
berbagai data yang telah melewati proses editing sesuai dengan fokus
penelitian. Pelaksanaan interpretasi dilakukan dengan memberikan
penjelasan berupa kalimat bersifat narasi dan deskriptif. Data yang telah
memiliki makna akan dilakukan kegiatan analisis data berdasarkan hasil
wawancara dan dokumentasi.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (Neuman, 2007:328).
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang
terdiri dari beberapa langkah yaitu: reduksi data, penyajian data dan verifikasi
45
data. Data kualitatif yang berupa data dalam bentuk foto, kata-kata, tindakan
peneliti dan peristiwa di kehidupan sosial.
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan memfokuskan hasil penelitian pada hal
yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk
mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil
catatan lapangan dengan cara merangkum dan mengklasifikasikan sesuai
masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti. Peneliti
mengumpulkan data mengenai dampak sosial ekonomi pembangunan
Mall Boemi Kedaton bagi masyarakat sekitar
Peneliti mewawancarai informan yaitu Ketua Lingkungan I Kelurahan
Kedaton, Ketua RT 01 Kelurahan Kedaton, Masyarakat dan Pedagang
UMKM sekitar dengan menggunakan pertanyaan yang sama tiap kriteria
informan untuk mencari jawaban yang sesuai dengan apa yang diteliti.
Peneliti membuang jawaban yang tidak sesuai dengan fokus penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang akan memberikan
gambaran penelitian secara menyeluruh. Penyajian data yang disusun
secara singkat, jelas, terperinci, dan menyeluruh akan lebih memudahkan
dalam memahami gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik
secara keseluruhan maupun secara parsial. Hasil reduksi data disusun dan
disajikan dalam bentuk teks narasi deskriptif. Peneliti melakukan
46
pengumpulan data yang telah melalui reduksi untuk menggambar
kejadian yang terjadi pada saat di lapangan.
Catatan-catatan penting di lapangan, kemudian disajikan dalam bentuk
teks deskriptif untuk mempermudah pembaca memahami secara praktis.
Kegiatan lanjutan peneliti pada penyajian data adalah data yang didapat
disajikan dalam bentuk table dengan tujuan untuk menggabungkan
informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu.
3. Verifikasi Data
Verifikasi merupakan tahap terakhir dalam menganalisis data. Data diuji
keabsahannya melalui validitas internal yaitu aspek kebenaran, validitas
eksternal yaitu penerapan, reliabilitas yaitu konsistensi dan obyektifitas.
Data yang sudah teruji kemudian ditarik kesimpulan. Kesimpulan
merupakan tahap mencari arti, makna dan menjelaskan yang disusun
secara singkat agar mudah dipahami sesuai tujuan penelitian. Kegiatan
peneliti dalam verifikasi data adalah melakukan penggunaan penulisan
yang tepat dan padu sesuai data yang telah mengalami proses display
data.
Peneliti melakukan peninjauan terhadap catatan-catatan lapangan yang
sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang ada dianalisis dengan
menggunakan pendekatan teori untuk menjawab tujuan penelitian. Proses
reduksi data dan penyajian data telah dilakukan, peneliti mengungkapkan
kesimpulan pada penelitian ini. Peneliti menarik kesimpulan bahwa
47
dampak sosial ekonomi pembangunan Mall Boemi Kedaton bagi
masyarakat sekitar bisa berupa positif dan negatif.
Proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan yaitu
data mentah, kemudian ditulis kembali dalam bentuk dan kategori
data, setelah data mengalami proses reduksi dan disesuaikan dengan
fokus masalah penelitian. Data dianalisis dan diperiksa keabsahannya
untuk disimpulkan
I. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik keabsahan data adalah cara menyelaraskan antara data yang
dilaporkan peneliti dengan data yang terjadi pada obyek penelitian. Teknik
keabsahan data dilakukan untuk mendapatkan data yang sahih. Penelitian ini
menggunakan teknik keabsahan data dengan cara uji kredibilitas melalui
proses triangulasi. Hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dikumpulkan
berdasarkan derajat kesamaan informasi, sehingga data yang diperoleh
memiliki keselarasan yang sesuai.
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber
adalah teknik menguji data dan informasi dengan cara mencari data yang
sama dengan informan satu dan lainnya. Data dari informan telah
dikompilasikan dengan hasil dokumentasi yang diperkuat oleh observasi yang
memiliki kesamaan informasi.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Kota Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung adalah ibu Kota Provinsi Lampung yang berada
di Teluk Lampung yang terletak di ujung Selatan Pulau Sumatera. Kota
Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik,
pendidikan dan kebudayaan, serta pusat perekonomian daerah Lampung.
Kota Bandar Lampung terletak di daerah transit kegiatan perekonomian antar
Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, sehingga Kota Bandar Lampung berada di
wilayah yang strategis. Letak Kota Bandar Lampung yang strategis tersebut
dapat memberikan keuntungan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota
Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata.
Kota Bandar Lampung secara geografis terletak pada 5025’. 46.6”
Lintang Selatan dan 105015’.45.26” Bujur Timur, sedangkan berdasarkan
topografi Kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 sampai 700 meter
di atas permukaan laut. Letak Kota Bandar Lampung secara administratif
berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar, Kabupaten
Lampung Selatan.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung
49
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan
Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang,
Kabupaten Lampung Selatan.
Selain itu Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah darat sebesar 169.21
km2
dan wilayah perairan 23.75 km2. Berdasarkan data BPS 2016 jumlah
penduduk Kota Bandar Lampung adalah 1.251.642 jiwa yang tersebar di 20
(dua puluh) kecamatan di kota Bandar Lampung (Sumber:
www.bandarlampungkota.bps.go.id diakses pada 5 Desember 2017 Pukul
19.08). Berikut adalah gambar sebaran 20 (dua puluh) kecamatan di Kota
Bandar Lampung yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3. Peta Administrasi Kota Bandar Lampung
Sumber: www.bandarlampungkota.go.id diakses pada 5 Desember 2017 Pukul 19.08
Kota Bandar Lampung memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap di
berbagai bidang untuk menunjang kesejahteraan masyarakat Kota Bandar
Lampung. Berbicara mengenai sarana dan prasarana yang cukup lengkap
menurut pandangan pasar maka tempat-tempat tersebut sangat potensial
bilamana didirikan sebuah tempat berbelanja, apalagi tempat berbelanja
50
tersebut nyaman, harga kompetitif dan terjamin kualitas barang. Oleh karena
itu pangsa super market sangatlah besar perkembangannya di setiap sudut
kota yang ada di Kota Bandar Lampung, berikut adalah jumlah daftar super
market yang berada di Kota Bandar Lampung :
Tabel 3. Daftar Jumlah Super Market Kota Bandar Lampung
No Nama Supermarket Jumlah
1. Chandra (Tanjung Karang, Teluk Betung Selatan,
Antasari)
3
2. Ramayana (Tanjung Karang, Rajabasa) 2
3. Simpur Centre 1
4. Mall Boemi Kedaton 1
5. Mall Kartini 1
6. Central Plaza 1
7. Transmart Carefour 1
8. Plaza Lotus 1
9. Glael Lampung 1
10 Giant (Antasari, Kemiling, Kedaton, Kedamaian) 4
TOTAL 16
Sumber: Bandar Lampung dalam Angka 2017
B. Mall Boemi Kedaton
Mal Boemi Kedaton atau MBK / BKM adalah pusat perbelanjaan terbesar
saat ini yang berada di Kota Bandar Lampung, Lampung. Mal ini memiliki
luas tanah kurang lebih 3 hektar, serta luas bangunan kurang lebih 50.000 m2,
dengan 4 lantai dan 1 basement serta hotel yang akan berdiri setinggi 6 lantai
51
di atas mal. Mal ini diprakarsai oleh pengusaha retail lokal asal Lampung,
Chandra Super Store. Sedangkan penamaan dari mal ini diusulkan oleh
Mantan Gubernur Lampung, Drs. H. Sjachroedin Z.P.
Mal ini terletak di Jalan Teuku Umar dan Sultan Agung No. 1, Kedaton,
Bandar Lampung, dan mulai beroperasi pada tanggal 12 Juli 2014. Mal ini
bisa ditempuh dengan angkutan umum seperti Trans Bandar Lampung,
Angkutan Kota, dan lain-lain.
Tabel 4. Informasi Mall Boemi Kedaton
Lantai Tenant
B Erafone, Pazia Shop, Sentral Ponsel, ATM Center.
G
Chandra Supermarket, Gramedia, A&W Restaurants, Holland
Bakery, Cathy Doll, Samsung, Asus, Optik Modern, Kettler Sport
& Fitness, Century Health Care, Innovation Store, Jaco TV
Shopping, Oke Shop, Casio, Zoom & Watch, BlackBall, SamWon
Express.
1
Chandra Department Store, Optik Melawai, Starbucks, Optik Seis,
Colorbox, Giordano, Levi's, Adidas, The Executive, Wrangler, 3
Second, Sports Station, Royal Surf, Lea Jeans, Gaudi, Hammer,
Coconut Island, Nail, Chandra Play Land, The Body Shop, C&F
Perfumery, Shabu Kitchen, Bakso Lapangan Tembak Senayan, J.Co
Donuts & Coffee, BreadTalk, Gang Nam BBQ Korean Grill, Tong
Ji Tea House, El's Coffee Bar, Calais Artisan Tea, Mon Zeboo
Asian Street Snacks, Ta Wan Restaurants, Orchard Ice Road
Singapore, Starbucks
2
Chandra Department Store (Busana Pria & Anak-anak), ACE
Hardware, Timezone, Electronic City, Kawasaki, Rainbow Gift
House, Yopie Salon, Cool Kids, Curly Kids & Baby, Snoopy Baby,
Wacoal, Salt n Pepper, Johnny Andrean, KFC, iBox, Hardware,
Sushi Okage, Sour Sally Mini, Bakmi Naga Resto, Madame Hanoi,
House of Teppanyaki, Sanctuaria Daiquiri Bar, Waffelicious,
Shihlin Taiwan Street Snacks, Golden Dragon Lounge & Resto.
3 Boemi Kedaton XXI, Bee's Knees Food & Beverage, Julia
Jewelery, Origamii Photo Studio.
Sumber: Divisi Humas dan Marketing Mall Boemi Kedaton (2017)
52
C. Kecamatan Kedaton
Sebelum tahun 2001, Kecamatan Kedaton merupakan kecamatan terluas di
Kota Bandar Lampung yang meliputi Kecamatan Kedaton sendiri,
Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Labuhan Ratu, dan Kecamatan Tanjung
Senang sekarang. Kecamatan Kedaton telah beberapa kali mengalami
pemekaran: pada tahun 2001, kecamatan Kedaton dimekarkan menjadi
kecamatan Kedaton, Tanjung Senang, dan Rajabasa, dan pada tahun 2012,
kecamatan Kedaton mengalami pemekaran wilayah lagi menjadi kecamatan
Kedaton, Labuhan Ratu, dan Way Halim.
Kecamatan Kedaton sendiri pada tahun 2012, mengalami penambahan
kelurahan dari kecamatan Tanjung Karang Pusat, yaitu kelurahan
Penengahan dan kelurahan Penengahan Baru (yang dimekarkan dari
kelurahan Penengahan). Batas wilayah Kecamatan Kedaton yaitu:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Ratu
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Karang Pusat
dan Tanjung Karang Timur
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Karang Barat
4. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Way Halim
Daftar Kelurahan hingga tahun 2012
1. Kampung Baru (ibukota kecamatan) berkode pos 35143. (berpindah ke
wilayah kecamatan Labuhan Ratu)
2. Kedaton berkode pos 35141.
3. Labuhan Ratu berkode pos 35142 berkode pos 35142. (berpindah ke
wilayah kecamatan Labuhan Ratu)
4. Perumnas Way Halim berkode pos 35141. (berpindah ke wilayah
kecamatan Way Halim)
5. Sepang Jaya berkode pos 35148. (berpindah ke wilayah kecamatan
Labuhan Ratu)
6. Sidodadi berkode pos 35147.
7. Sukamenanti berkode pos 35146.
8. Surabaya berkode pos 35148.
53
Daftar Kelurahan sejak tanggal 17 September 2012
1. Kedaton, dengan kode pos 35141
2. Penengahan, dengan kode pos 35112
3. Penengahan Raya, dengan kode pos 35112
4. Sidodadi, dengan kode pos 35147
5. Sukamenanti, dengan kode pos 35146
6. Sukamenanti Baru, dengan kode pos 35146
7. Surabaya, dengan kode pos 35148
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat
menarik simpulan sebagai berikut:
1. Dampak Sosial
Adapun dampak sosial menurut indikatornya ialah sebagai berikut:
a. Kondisi lingkungan
Menyebabkan meningkatnya kepadatan penduduk di lingkungan
sekitar pembangunan Mall Boemi Kedaton.
b. Kemacetan
Melanggar peraturan penggunaan jalan arteri sekunder/protokol,
yang diduga menimbulkan kemacetan didaerah tersebut.
c. Hubungan silaturahmi
Kondisi hubungan silaturahmi antara pihak Mall Boemi Kedaton dan
lingkungan sekitar berjalan dengan baik baik saja.
d. Kebisingan
Pembangunan Mall Boemi Kedaton mengakibatkan meingingkatnya
kepadatan penduduk dan juga kepadatan jumlah kendaraan, serta
aktivitas oprasional Mall mengakibatkan meningkatnya kebisingan
di daerah tersebut.
77
Pembangunan Mall Boemi Kedaton mengakibatkan peningkatan jumlah
keramaian dan jumlah kepadatan kendaraan disekitar mall yang
mengakibatkan kemacetan. Namun, sejauh ini masih dalam taraf normal.
Hubungan silaturahmi antara pihak Mall Boemi Kedaton dengan
masyarakat sekitar maupun pedagang sekitar mall masih berjalan dengan
baik. Pembangunan mall juga berdampak pada kebisingan, yang dahulu
tenang kini menjadi ramai dan padat, namun masih dalam taraf normal
dan belum mengkhawatirkan.
2. Dampak Ekonomi
Adapun Indikator pada dampak ekonomi, ialah sebagai berikut:
a. Pendapatan masyarakat sekitar
Untuk masyarakat sekitar cukup memberikan dampak yang baik,
banyak usaha usaha baru bermunculan disekitar areal Mall Boemi
Kedaton, dan juga, banyak karyawan mall yang menyewa tempat
tinggal di daerah penduduk sekitar.
b. Lapangan kerja
Tidak memberikan dampak yang signifikan, karena serapan tenaga
kerja lebih banyak dari luar daerah.
c. Harga tanah
Pembangunan Mall Boemi Kedaton berdampak positif, dengan
meningkatnya harga tanah disekitar areal Mall Boemi Kedaton.
Pembangunan Mall Boemi Kedaton berdampak pada peningkatan
kesejahteraan lingkungan sekitar mall. Terbukti dari meningktnya dan
78
menjamurnya pertokoan dan bangunan berupa kontrakan dan kost-kostan
disekitar mall. Harga tanah pun meningkat drastis akibat pembangunan
mall hingga 2-4 juta per meter. Namun, untuk serapan tenaga kerja, Mall
Boemi Kedaton belum memberikan dampak yang cukup signifikan bagi
lingkungan sekitar mall.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan. Saran yang dapat peneliti
berikan lebih tertuju kepada PT. Sekawan Chandra Abadi, yang notabene
merupakan pihak yang menaungi Mall Boemi Kedaton. Adapun Saran yang
dapat peneliti berikan ialah, untuk memperhatikan kondisi lalu lintas disekitar
mall. Agar lebih diperhatikan agar tidak menimbulkan kemacetan dikemudian
hari. Untuk serapan tenaga kerja, peneliti harap pihak mall dapat lebih banyak
menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar mall.
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfabeta.
Buchan, Jenny. 2013. Franchisees as Consumers. New York: Springer.
Dunn, William N. 2013. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Hadi. Sudharto. 1997. Aspek Sosial AMDAL Sejarah, Teori dan Metode,
Semarang: UGM Press.
Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik: Proses, Analisis dan Partisipasi.
Bogor: Ghalia Indonesia
Islamy, Irfan. 2009. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Madani, Muhlis. 2011. Interaksi Aktor Dalam Proses Perumusan Kebijakan
Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Neuman, W Laurence. 2007. Basic of Social Research: Qualitative and
Quantitative Approaches. Boston: Pearson Education Limited.
____________________. 2014. Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approaches. Boston: Pearson Education Limited.
Raco, J R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan
Keunggulan. Cikarang: PT Grasindo.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shapiro, Ian. 2014. Problems and Methods in the Study Politics. Cambridge:
Cambridge University Press.
Silaen, Sofar dan Widiyono. 2013. Metodologi Penelitian Sosial : Untuk
Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: In Media.
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Santana, Septiyawan. 2007. Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Silalahi, Daud. 2001, Hukum Lingkungan: Dalam Sistem Rencana Tata Ruang
Wilayah. Bandung: CV Alfabeta.
Solihin. 2004. Pengaturan Hukum Rencana Tata Ruang Wilayah Dan Interior
Perkotaan. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan
Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Winarno, Budi. 2008. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Medpress.
Yin, Robert K. 2011. Qualitative Research from Start to Finish. New York:
Guildford Press.