64
i DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI KOTA MAKASSAR (STUDI PADA KPP PRATAMA MAKASSAR BARAT) SKRIPSI Oleh NURUL AFIAH MUSTAKIM NIM 105711114916 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

i

DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

DI KOTA MAKASSAR (STUDI PADA KPP PRATAMA MAKASSAR BARAT)

SKRIPSI

Oleh

NURUL AFIAH MUSTAKIM

NIM 105711114916

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

ii

PERSEMBAHAN

MOTTO HIDUP

“Be yourself, love yourself, self reminder”

Page 3: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

iii

Page 4: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

iv

Page 5: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

v

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis persembahkankan keharibaan Allah Rabbul Alamin,

yang senantiasa mencurahkan dan melimpahkan rahmat dan kasih sayang serta

memberi hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad Sallallahu A’laihi Wasallam

yang merupakan rahmat Lil Alamin yang mengantar manusia menuju kepada

peradaban yang Islami. Semoga perjalanan hidup umat menjadi jalan

keselamatan dunia akhirat.

Syukur Alhamdulillah, skripsi yang telah rampung berjudul “Dampak

Transaksi E-Commerce Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Di Kota

Makassar (Studi Pada Kpp Pratama Makassar Barat).” Penulis menyadari

bahwa isi skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu memerlukan

bimbingan dan masukan untuk lebih melengkapinya. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Alhamdulillah terutama penulis mengucapkan syukur telah diberikan

rahmat kesehatan dan kesempatan oleh ALLAH Subhanawata’ala untuk

menyelesaikan Skripsi ini, dan tak lupa untuk bersholawat kepada baginda

Rasulullah Muhammad Sallallahu A’laihi Wasallam, yang telah membawa kita

dari alam jahiliyyah menuju alam yang terang benderang ini, Masyaa ALLAH..

Dan Teristimewa dan tersayang penulis sampaikan ucapan terima kasih

kepada kedua orang tua penulis yaitu Ibu Kamaria dan Bapak Mustakim yang

senantiasa memberi dukungan matertil dan non materil lahir dan bathin, harapan,

semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan yang

Page 6: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

vi

terspesial yang insyaa Allah selalu ada dalam membantu penulis dalam

penyelesaian skripsi ini yang telah merangkap menjadi saudara, teman, sahabat,

sekaligus ibu kost penulis Halimah Achmad Makin, dan saudara-saudaraku

tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat dan dukungan

moril dan materil hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala

pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan

penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada

penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat

aamiin.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan

yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE. MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Universitas

Muhammadiyah Makassar

4. Bapak Asdar, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan yang paling dikagumi

oleh kalangan mahasiswsa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah

banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah

Page 7: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

vii

5. Bapak Dr. H. Muhammad Ikram Idrus, M.Si selaku Pembimbing I yang

senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan

penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.

6. Bapak Faidhul Adziem, SE., M.Si. selaku Pembimbing II yang telah

berkenan membantu selama penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

7. Segenap Staf Dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar

8. Terima kasih kepada Kantor Pelayanan Pajak Makassar Barat,

khususnya Bidang Pajak Pertambahan Nilai yang telah membantu penulis

dalam memperoleh penelitian

9. Terima kasih kepada seluruh keluarga saya yang selalu mendoakan dan

mendorong saya dalam menyelesaikan skripsi ini

10. Terima kasih kepada teman kelas sekaligus sahabt saya, Ayuni, Ayu

Indah Lestari, Siti Halima, Dewi Purnama Sari, dan A. Sri Wulandari yang

telah memberi semangat dan dukungan selama ini dan ada disaat suka

maupun duka.

11. Teman-teman seperjuangan 2016 terkhusus EP16 D dan teman-teman

yang lain yang tidak sempat saya sebutkan namanya, terimakasih telah

memberikan semangat dan motivasi.

Terimakasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu

yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya

sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Page 8: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

viii

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih

sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya

para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan

kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi yang

sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya almamater biru

universitas muhammadiyah makassar .

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, 10 Oktober 2020

Penulis,

Nurul Afiah Mustakim

Page 9: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

ix

ABSTRAK

Nurul Afiah Mustakim. Tahun 2020. Dampak Transaksi E-Commerce Terhadap

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Di Kota Makassar (Studi Pada KPP

Makassar Barat). Skripsi. Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Dr.

H. Muhammad Ikram Idrus, M.Si dan Faidhul Adzim, SE., M.Si

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak transaksi e-

commerce jenis barang terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di

area Kota Makassar yang merupakan salah satu sumber pendapatan bagi

negara dan pembangunan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif

dengan mengumpulkan data sekunder, serta metode analisis berupa deskriptif

kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan PPN dari wajib pajak

yang melakukan transaksi e-commerce di area Kota Makassar pada tahun 2015

adalah sebesar Rp.99 milyar, tahun 2016 meningkat 2% menjadi Rp.101 milyar

dari tahun sebelumnya. Lalu penerimaan pada tahun 2017 sebesar Rp.118

milyar atau meningkat 17% dari tahun sebelumnya, serta pada tahun 2018

sebesar Rp.145 milyar, yang berarti meningkat juga 23% dari tahun sebelumnya.

Namun pada tahun 2019 mengalami penurunan sebanyak 14% dengan nilai

penerimaan sebesar Rp.125 milyar.

Kata Kunci: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), E-commerce

Page 10: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

x

ABSTRACT

Nurul Afiah Mustakim. 2020. The Impact of E-Commerce Transactions on

Value Added Tax Revenues in Makassar City (Study at KPP Makassar Barat).

Thesis. Development Economics Study Program, Faculty of Economics and

Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Dr. H.

Muhammad Ikram Idrus, M.Si and Faidhul Adzim, SE., M.Si

The purpose of this study was to determine the impact of e-commerce

transactions on types of goods on Value Added Tax (PPN) revenues in the

Makassar City area, which is one of the sources of income for the state and

development. This type of research is descriptive by collecting secondary data,

and the method of analysis is descriptive quantitative.

The results showed that VAT receipts from taxpayers who conducted e-

commerce transactions in the Makassar City area in 2015 amounted to Rp. 99

billion, in 2016 it increased 2% to Rp. 101 billion from the previous year. Then

revenues in 2017 amounted to Rp. 118 billion or an increase of 17% from the

previous year, and in 2018 amounted to Rp. 145 billion, which means an increase

of 23% from the previous year. However, in 2019 it decreased by 14% with a total

revenue of IDR 125 billion.

Keywords: Value Added Tax (VAT), E-commerce

Page 11: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iiI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... x

ABSTRACT ........................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ........................................................................................... 8

1. Pengertian E-Commerce ..................................................................... 8

2. Pengertian Pajak ............................................................................... 15

B. Penelitian Terdahulu................................................................................ 20

C. Kerangka Konsep .................................................................................... 24

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 26

B. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 26

C. Definisi Operasional Variabel .................................................................. 26

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 27

E. Teknik Analisis Data ................................................................................ 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 29

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 29

B. Pembahasan Transaksi E-Commerce dan Penerimaan PPN .................. 33

C. Hasil Analisis Transaksi Barang E-Commerce dan Penerimaan PPN ..... 44

V. PENUTUP ..................................................................................................... 45

A. Kesimpulan ............................................................................................. 45

B. Saran ...................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 47

Page 12: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Aktivitas E-Commerce 33

4.2 Data Realisasi Penerimaan PPN Secara Umum 36

4.3 Data Penerimaan PPN dari Transaksi Barang

E-Commerce 37

Page 13: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Konsep 25

4.1 Nilai Transaksi E-Commerce tahun 2015-2019 35

Page 14: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Digitalisasi telah merasuk dihampir seluruh aspek kehidupan manusia.

Salah satunya adalah penggunaan internet (interconnecting) yang menjadi

hal terpenting untuk menunjang kegiatan sehari-hari terutama dalam kegiatan

perekonomian. Hampir semua kegiatan perekonomian di seluruh dunia pada

saat ini sudah ditunjang oleh penggunaan internet.

Internet dimanfaatkan sebagai media komunikasi dan sharing data. E-

commerce (electronic commerce) bisa dikatakan sebagai perdagangan

melalui media electronik di internet secara online (Nimda, 2012). Menurut

Shiao et. al., (2020), e-commerce adalah pembelian dan penjualan barang

dan jasa, atau transmisi dana atau data, melalui jaringan elektronik, terutama

internet. Transaksi bisnis ini bisa terjadi sebagai bisnis-ke-bisnis, bisnis-ke-

konsumen, konsumen-ke-konsumen atau konsumen-ke-bisnis. Istilah e-

commerce dan e-bisnis sering digunakan secara bergantian. Istilah e-tail juga

kadang digunakan dalam referensi untuk proses transaksi belanja online.

Menurut Adeogroup (2020), lebih dari 60% orang di seluruh dunia

menggunakan internet untuk membeli barang, memilih layanan, dan

mendapatkan barang, E-commerce telah merevolusi seluruh pengalaman

berbelanja. Hal ini memungkinkan orang untuk membeli barang-barang

melalui berbagai kemudahan dengan cara mengklik melalui jari. Sekarang

menjadi mudah untuk membeli apa saja dari mana saja dan kapan saja

melalui sistem operasi online E-commerce. E-commerce tidak saja

memberikan manfaat bagi pelanggan dan konsumen saja, juga bagi

Page 15: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

2

pengecer. Melalui E-commerce, individu / perusahaan sekarang dapat

memperluas bisnisnya di seluruh dunia yang secara fisik tidak mungkin dan

memerlukan banyak investasi.

E-commerce telah mengubah kehidupan orang-orang dan terus

memukau orang dengan banyak keberuntungan yang ditawarkannya yakni

dalam hal kenyamanan, kemudahan, menghemat waktu, dan banyak

manfaat lainnya bagi pelanggan dan konsumen. Desain situs web E-

commerce yang dirancang dengan baik, dapat membuat pengalaman

berharga bagi pengunjung online dan memaksanya untuk kembali lagi untuk

membeli produk / layanan itu (Adeogroup, 2020).

Penggunaan e-commerce merupakan syarat bagi sebuah organisasi/

perusahaan agar dapat bersaing secara global yang menuntut kreatifitas

karena menjamurnya kompetitor dan kompleksitas dunia bisnis serta

meningkatnya pelanggan. Jadi merupakan suatu keharusan dalam dunia

usaha yang menurut tulisan Maryama (2013) terdapat setidaknya 6 dampak

e-commerce, yaitu meingkatkan efisiensi, penghematan biaya, memperbaiki

kontrol terhadap barang, memperbaiki rantai distribusi (supply chain),

membantu perusahaan menjaga hubungan yang lebih baik terhadap

pelanggan dan pemasok (supplier).

Menurut Indonesian E-Commerce Association (2016) dalam tulisan Asima

(2017), bahwa maraknya perdagangan secara elektronik menimbulkan

dampak langsung kepada pola belanja di mall atau tempat perbelanjaan

konvensional lainnya, yang menyebabkan pergeseran tren cara berbelanja.

Hal ini sangat tercermin dalam kegiatan perdagangan atau jual beli. Tren

penggunaan internet dalam perdagangan atau proses bisnis terutama

Page 16: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

3

dilakukan untuk mencapai manfaat-manfaat tertentu, salah satunya untuk

memperluas pasar, karena jika menggunakan internet, seluruh target pasar

dapat terjangkau dengan mudah karena akses yang sangat luas sehingga

pangsa pasar dalam perdagangan dapat meningkat dan semakin memberi

keuntungan. Selain itu, transaksi e-commerce memiliki rekaman transaksi

yang akurat sehingga sehingga jika dikaitkan dengan faktor pajak maka

transaksi e-commerce menjadi bagian dari penerimaan/pendapatan yang

efektif dan penting bagi negara untuk pembangunan.

Menurut Sitorus dan Yeni (2017), perkembangan bisnis e-commerce di

Indonesia sangat melesat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Menurut hasil

riset yang diprakarsai oleh Asosiasi E-commerce Indonesia (IDEA), Google

Indonesia dan TNS (Taylor Nelson Sofres) memperlihatkan bahwa bisnis e-

commerce di Indonesia tahun 2013 nilai pasarnya mencapai US$ 8 miliar (Rp

94,5 Triliun) dan pada Tahun 2016 diperkirakan akan naik menjadi tiga kali

lipat sebesar US$ 25 miliar (Rp 295 Triliun).

Menurut Direktorat Jenderal Pajak, jumlah pelaku e-commerce adalah

sebanyak kurang lebih 1600 e-commerce, dan hanya 1000 yang baru

teridentifkasi dan 600 belum teridentifikasi. Dari 1000 pelaku e-commerce

tersebut, hanya 620 yang sudah memiliki NPWP. Menurut Kementerian

Komunikasi dan Informasi menyebutkan nilai transaksi e-commerce tahun

2014 sebesar US$12 miliar (Rp. 150 Triliun). Perkiraan tersebut didasari

pada seiring meningkatnya jumlah pengguna internet yang mencapai angka

82 juta orang atau sekitar 30% dari total jumlah penduduk di Indonesia

(Sitorus dan Yeni, 2017).

Page 17: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

4

Sementara berdasarkan hasil survei pengguna digital Indonesia yang

diambil dari We Are Social & Hootsuite’s Digital in 2017 Report, bahwa total

populasi adalah sebesar 256,4 juta dan pengguna internet mencapai 132,7

juta serta pengguna aktif media sosial sebesar 130 juta. Dalam tahun 2017

disebutkan bahwa pemanfaatan internet di bidang ekonomi sebesar 45%

untuk transaksi jual online, 45% untuk mengunjungi online retail, 40% untuk

membeli barang online. Semakin meningkatnya pengguna internet yang

diprediksi mencapai 270 juta populasi pada musim mendatang, popularitas

sosial media dan penetrasi telepon seluler yang bisa menjadi peranti akses

internet, maka diperkirakan transaksi e-commerce akan semakin melonjak

ditahun- tahun berikutnya (Yustika, 2018).

Data lain juga ditunjukkan oleh Google Temasek pada 2019, yaitu bahwa

fenomena ini juga dirasakan Indonesia yang memiliki nilai transaksi digital

yang terbesar di Asia Tenggara yaitu US $21 miliar pada 2019. Lebih

menarik lagi, pada 2025 Indonesia diperkirakan akan memiliki jumlah

transaksi e-commerce US $82 miliar. Di sisi lain, pesaing terdekat Indonesia

adalah Vietnam dengan jumlah transaksi hanya US $23 miliar pada 2025

(Selano, 2020).

Untuk itu, Selano (2020) mengatakan bahwa perlu ada ketegasan

kembali dari Pemerintah, agar semua kalangan pelaku bisnis online yang

skala besar maupun kecil dapat melaksanakan kewajibannya sebagai wajib

pajak.

Melihat fakta tersebut, oleh Selano (2020) dikatakan bahwa upaya

Pemerintah Indonesia untuk mengejar pajak e-commerce menjadi sangat

masuk akal karena potensi penerimaan pajaknya sangat besar. Potensi pajak

Page 18: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

5

digital ini juga dapat membantu pemerintah dalam merealisasikan target

penerimaan pajak. Pemerintah tentu membutuhkan strategi yang lebih efektif

agar dapat mencapai target penerimaan yang selama 10 tahun terakhir selalu

meleset. Ditjen Pajak (DJP) tentu membutuhkan strategi yang tepat untuk

memaksimalkan penerimaan pajak e-commerce (Selano, 2020).

Selano (2020) menegaskan bahwa diperlukan upaya mengoptimalkan

penerimaan pajak dengan implementasi perpajakan e-commerce untuk

pertumbuhan nasional, atau disingkat Retargeting (reoptimizing tax revenue

with goal-oriented e-commerce taxation implementation for national growth).

Retargeting menurut Selano (2020) merupakan kerangka kerja untuk

menjawab berbagai tantangan agar pemungutan pajak perusahaan e-

commerce menjadi lebih efektif dan efisien. Komponen retargeting itu terdiri

atas kebijakan hukum, infrastruktur digital, dan sumber daya manusia. Ketiga

komponen itu menurut Selano (2020) merupakan kriteria yang harus

dipenuhi untuk menggali penerimaan pajak e-commerce. Istilah retargeting

memiliki tujuan mencapai target realisasi penerimaan pajak yang kian

meningkat dengan mengkaji ulang beberapa aspek penerapan kebijakan

perpajakan e-commerce.

Selano (2020) kembali mengatakan pula bahwa kebijakan yang berkaitan

dengan pemungutan pajak e-commerce sebenarnya telah disusun dalam

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 210 Tahun 2018 tentang

Perlakuan Perpajakan atas Transaksi Perdagangan melalui Sistem Elektronik

(e-commerce). Potensi perpajakan yang muncul dari transaksi online dapat

dari jenis pajak Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan

(PPh). Pajak atas transaksi e-commerce bertujuan untuk menerapkan

Page 19: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

6

keadilan bagi semua wajib pajak konvensional maupun e-commerce. Adanya

peningkatan transaksi e-commerce maka sewajarnya sebanding dengan

peningkatan pajak dari PPN dan PPh (Leonardo dan Tjen, 2020).

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sendiri merupakan pajak Tidak Langsung

yaitu beban pajaknya dapat dialihkan kepada pembeli atau konsumen barang

atau jasa dan menjadi tanggung jawab bagi penjual (Sukardji, 2009:4). PPN

yang terutang atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau

Jasa Kena Pajak (JKP) dipungut oleh PKP yang bertindak sebagai penjual

(Gunadi, 2002:2). Besar tarif PPN yang dikenakan pada umumnya adalah

10% (sepuluh persen) dari nilai transaksi (Direktorat Jenderal Pajak,

2011:334).

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan analisis terhadap

penerapan pajak atas transaksi e-commerce diantaranya penelitian oleh

Anggia Yustika Sari (2018), Anita Sari (2019), Riris Rotua Sitorus dan Yeny

Kopong (2017), Ririn Puspita Sari (2018), Cut Inayatul Maulida dan Adnan

(2017), Ni Putu Milan Novita Handayani dan Naniek Noviari (2016), Lodang

Prananta Widya Sasana (2019) yang menunjukkan terdapat potensi

perpajakan yang berasal dari intensifikasi terhadap adanya transaksi e-

commerce.

Melihat kondisi dan fenomena membludaknya bisnis e-commerce ini serta

pentingnya penarikan PPN dari e-commerce ini, maka hal ini bisa menjadi

alasan dan menarik untuk mengkajinya melalui judul penelitian skripsi yaitu:

Dampak Transaksi E-Commerce Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan

Nilai Di Kota Makassar (Studi Pada KPP Pratama Makassar Barat).

Page 20: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

7

B. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang dikaji

dalam penelitian ini adalah bagaimana Dampak Transaksi E-Commerce

Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Di Kota Makassar (Studi

Pada KPP Pratama Makassar Barat) ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari adanya

transaksi e-commerce jenis barang terhadap penerimaan Pajak Pertambahan

Nilai di Kota Makassar yang merupakan salah satu sumber pendapatan bagi

Negara dan pembangunan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta perbandingan

bagi peneliti selanjutnya yang hendak Peneliti Selanjutnya meneliti

permasalahan sejenis.

2. Bagi Praktisi

Penelititan ini diharapkan dapat melaksanakan peraturan terkait dengan

kebijakan dan pelaksanaan perutkaran informasi untuk tujuan pajak serta

diharapkan penelitian ini menjadi bahan referensi dalam hal mendalami

kebijakan dan pelaksanaan pertukaran informasi untuk tujuan pajak serta

menjadi bahan bacaan dalam ilmu perpajakan.

Page 21: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. E-Commerce

a. Pengertian E-Commerce

E-commerce awalnya diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat

pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan

periklanan di suatu halaman-web (website). Menurut Business

Ensyclopedia, istilah E-commerce, juga dikenal sebagai perdagangan

elektronik atau perdagangan internet, mengacu pada pembelian dan

penjualan barang atau jasa menggunakan internet, dan transfer uang

dan data untuk melakukan transaksi ini. E-commerce sering

digunakan untuk merujuk pada penjualan produk fisik secara online,

tetapi juga dapat menggambarkan segala jenis transaksi komersial

yang difasilitasi melalui internet. Sedangkan e-bisnis mengacu pada

semua aspek operasi bisnis online, e-commerce merujuk secara

khusus pada transaksi barang dan jasa.

Perdagangan secara elektronik atau e-commerce (kadang-

kadang ditulis sebagai e-commerce) yang menurut Bloomenthal

(2019), adalah model bisnis yang memungkinkan perusahaan dan

individu membeli dan menjual barang melalui internet. E-commerce

beroperasi di keempat segmen pasar utama berikut: Bisnis ke bisnis;

Bisnis ke konsumen; Konsumen ke konsumen; dan Konsumen ke

bisnis.

Page 22: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

9

Hampir semua produk dan layanan yang diinginkan dapat

tersedia melalui transaksi e-commerce, termasuk buku, musik, tiket

pesawat, dan layanan keuangan seperti investasi saham dan

perbankan online.

E-commerce mengacu pada ritel online dan belanja online serta

transaksi elektronik. E-Commerce telah sangat meningkat

popularitasnya selama beberapa dekade terakhir, dan dengan cara,

itu menggantikan penjualan dan pembelian secara tradisional.

Jadi, e-commerce memungkinkan untuk membeli dan menjual

produk dalam skala global, dua puluh empat jam sehari tanpa

menimbulkan biaya overhead seperti yang terjadi dalam menjalankan

toko sekitar secara langsung. Juga merupakan bauran pemasaran

terbaik dan tingkat konversi terbaik, namun usaha e-niaga juga harus

memiliki kehadiran fisik; ini lebih dikenal sebagai toko klik.

Jadi, e-commerce merupakan bagian dari e-business dengan

cakupan e-business lebih luas, tidak hanya sekadar perniagaan tetapi

mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah,

lowongan pekerjaan dan lain-lain. Selain teknologi jaringan www, e-

commerce juga memerlukan teknologi basisdata atau pangkalan data

(databases), surat elektronik (e-mail), dan bentuk teknologi non

komputer yang lain seperti halnya sistem pengiriman barang, dan alat

pembayaran untuk e-dagang ini.

Page 23: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

10

b. Komponen E-Commerce

Pada praktiknya, di dalam e-commerce terdapat beberapa

komponen standar yang mendukung proses operasionalnya, yaitu

sebagaimana dikemukakan oleh Maxmanroe.com diantaranya adalah:

1) Produk

E-commerce mendukung penjualan berbagai jenis produk, mulai

dari produk fisik hingga produk digital.

a) Produk digital: ebook, membership, software, musik, dan lain-

lain

b) Produk fisik: buku, pakaian, gadget, makanan, elektronik, alat

rumah tangga, dan lain-lain.

2) Tempat Menjual Produk

Kegiatan e-commerce dilakukan di internet, maka dibutuhkan

domain dan hosting untuk membuat website sebagai media

pemasaran (baca: pengertian pemasaran).

3) Cara Menerima Pesanan

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk meneriman pesanan.

Diantaranya adalah dengan memanfaatkan email, telepon, SMS,

Chatting, dan lain-lain.

4) Metode Pembayaran

Beberapa metode pembayaran e-commerce pada umumnya

menggunakan transfer via ATM, kartu kredit, COD, e-payment

5) Metode Pengiriman

Cara pengiriman barang e-commerce di Indonesia biasanya

menggunakan jasa pengiriman barang (JNE, TIKI, Pos Indonesia,

Page 24: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

11

dan lain-lain). Namun, ada juga yang menggunakan jasa antar

dari Ojek Online.

6) Customer Service

Layanan pelanggan merupakan komponen yang sangat penting

dalam operasional e-commerce. Aktivitas ini umumnya dilakukan

melalui email, formulir online, FAQ, telepon, chatting, dan sosial

media.

c. Manfaat E-Commerce

Menurut (Suyanto, 2003) manfaat e-commerce terbagi menjadi 3,

yaitu :

1) Bagi organisasi pemilik e-commerce

a) Memperluas market place hingga kepasar nasional dan

internasional.

b) E-Commerce menurunkan biaya pembuatan, pemprosesan,

pendistribusian, penyimpanan, dan pencarian informasi yang

menggunakan kertas.

c) E-Commerce mengurangi waktu antara outlay modal dan

penerimaan produk dan jasa.

2) Bagi konsumen

a) E-Commerce memungkinkan pelanggan untuk berbelanja

atau melakukan transaksi selama 24 jam sehari sepanjang

tahun dari hampir setiap lokasi.

b) E-Commerce memberikan lebih banyak pilihan kepada

pelanggan, mereka bisa memilih berbagai produk dari banyak

vendor.

Page 25: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

12

c) E-Commerce menyediakan produk dan jasa yang tidak mahal

kepada pelanggan dengan cara mengunjungi banyak tempat

dan melakukan perbandingan secara cepat.

d) Pelanggan bisa menerima informasi yang relevan secara detil

dalam hitungan detik, bukan lagi hari atau minggu.

3) Bagi masyarakat

a) E-Commerce memungkinkan orang untuk bekerja didalam

rumah dan tidak harus keluar rumah untuk berbelanja. Ini

berakibat menurunkan arus kepadatan lalu lintas dijalan serta

mengurangi polusi udara.

b) E-Commerce memungkinkan orang di Negara-negara dunia

ketiga dan wilayah pedesaan untuk menikmati aneka produk

dan jasa yang akan susah mereka dapatkan tanpa e-

commerce.

Sedang kekurangan dari e-commerce menurut Šarić (2018) adalah :

1. Tidak adanya jaminan kualitas produk.

2. Loyalitas pelanggan menjadi masalah yang lebih besar karena

ada interaksi langsung antara pelanggan dan perusahaan.

3. Ketidakmampuan untuk mengalami produk sebelumnya

menyebabkan lebih banyak putus hubungan dan checkout.

4. Siapa pun dapat memulai bisnis online, yang terkadang

mengarah ke situs penipuan dan pengelabuan.

5. Peretas menargetkan toko web lebih sering daripada yang

dipikirkan.

6. Kegagalan mekanis bisa berakibat hukum.

Page 26: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

13

d. Jenis-Jenis Transaksi E-Commerce

Berdasarkan surat edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 62 Tahun

2013, ada 4 jenis ransaksi Online yang akan masuk dalam

perhitungan Pajak adalah sebagai berikut :

1) Online Marketplace

Online Marketplace adalah kegiatan menyediakan tempat

kegiatan usaha berupa toko internet sebagai Online Marketplace

Merchant untuk menjual barang dan/atau jasa. Dalam model

transaksi ini, ada imbalan, dalam bentuk rent fee atau registration

fee, atas jasa penyediaan tempat dan/atau waktu memajang iklan

barang dan/atau jasa dan melakukan penjualan di toko internet

melalui mall internet. Jumlah penjual banyak dengan

karakterisktik penjualan toko permanen. Sistem penawaran,

pemesanan, pembayaran dilakukan secara online, tetapi sistem

pengiriman bisa dilakukan secara online ataupun offline. Selain

itu, ada sejumlah uang yang dibayarkan oleh Online Marketplace

Merchant ke penyelenggara Online Marketplace sebagai komisi

atas jasa perantara pembayaran atas penjualan barang dan/atau

jasa. Contoh dari Online Marketplace adalah Bukalapak,

Tokopedia, Shopee (Yustika, 2018).

2) Classified Ads

Classified Ads adalah kegiatan menyediakan tempat dan/atau

waktu untuk memajang iklan barang dan/atau jasa yang dilakukan

oleh pengiklan melalui situs yang disediakan oleh

Penyelenggaran Classified Ads. Jumlah penjual banyak dengan

Page 27: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

14

karakterisktik penjual adalah penjual insidentil dimana penjual

hanya menjual barang dagangannya pada kesempatan atau pada

waktu-waktu tertentu. Sistem penawaran dilakukan secara online

(di pasarkan pada web tersebut), sedangkan sistem pemesanan,

sistem pembayaran dan sistem pengiriman bisa dilakukan secara

offline (di luar web tersebut atau langsung pada orang yang di

promosikan). Kemudian pengiklan membayar sejumlah uang

sebagai transaction fee kepada penyelenggara Classified Ads

yang merupakan objek PPh dan PPN. Contoh dari Classified Ads

adalah kaskus, tokobagus, berniaga.com, OLX.com

3) Daily Deals

Daily deals merupakan kegiatan menyediakan tempat kegiatan

usaha berupa situs Daily Deals sebagai tempat Daily Deals

Merchant menjual barang dan/atau jasa kepada pembeli dengan

menggunakan voucher sebagai sarana pembayaran. Jumlah

penjual banyak dengan karakterisktik penjualan toko hanya pada

promo-promo sesaat. Sistem penawaran, pemesanan dilakukan

secara online sedangkan untuk sistem pembayaran dan sistem

pengiriman bisa dilakukan secara online ataupun offline dalam

artian pembayaran dapat dilakukanlangsung pada saat

pembayaran ataupun melalui web tersebut serta pengiriman diket

bisa langsung dikirim kepada web tersebut atau di ambil langsung

pada toko yang bersangkutan. Contoh dari Daily Deals adalah

groupon disdus, traveloka, tiket.com, pegipegi, barang yang di

jual seperti voucher ticket hotel, pesawat, dan makanan.

Page 28: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

15

4) Online Retail

Online Retail adalah kegiatan menjual barang dan/atau jasa yang

dilakukan secara langsung oleh penyelenggara Online Retail

kepada pembeli di situs Online Retail. Jumlah penjual hanya satu

yaitu yang memiliki web tersebut dengan karakterisktik penjualan

toko permanen karena toko tersebut merupakan toko milik

sendiri. Sistem penawaran dilakukan secara online, sedangkan

sistem pemesanan, sistem pembayaran dan sistem pengiriman

bisa dilakukan secara online ataupun offline dalam artian

pembayaran dapat dilakukanlangsung pada saat pembayaran

ataupun melalui web tersebut serta pengiriman diket bisa

langsung dikirim kepada web tersebut atau di ambil langsung

pada toko yang bersangkutan. Contoh dari Online Retail adalah

blibli.com, bhinneka.com, lazada.com. Amazon (Yustika, 2018).

2. Pajak

a. Pengertian Pajak

Menurut Resmi (2016), pajak adalah suatu kewajiban untuk

menyerahkan sebagian kekayaan negara karena suatu keadaan,

kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu.

Pungutan tersebut bukan sebagai hukuman, tetapi menurut

peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dipaksakan

untuk tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, misalnya

memelihara kesejahteraan umum. Menurut Waluyo (2016) pajak

adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh

penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya

Page 29: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

16

produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai

kesejahteraan umum.

Dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan salah satu usaha

untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam

pembiayaan pembangunan adalah menggali sumber dana yang

berasal dari dalam negeri berupa pajak yang digunakan untuk

membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama

(Yustika, 2018).

b. Ciri-Ciri Pajak

Berdasarkan Undang Undang KUP Nomor 28 Tahun 2007, pajak

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Pajak merupakan kontribusi wajib warga negara

2) Pajak bersifat memaksa untuk setiap warga negara

3) Warga negara tidak mendapat imbalan langsung

4) Berdasarkan undahng-undang

c. Fungsi Pajak

Fungsi pajak menurut (Resmi, 2016) terdiri atas :

1) Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan

salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai

pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber

keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang

sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh

dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan

pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak

Page 30: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

17

seperti pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB), dan lain-lain.

2) Fungsi regulasi (mengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat

untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam

bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu

di luar bidang keuangan. Berdasarkan penjelasan fungsi pajak,

dapat disimpulkan bahwa pajak berfungsi untuk membiayai

pengeluaran rutin maupun pembangunan dan untuk mengatur

atau melaksanakan kebijakan pemerintah.

d. Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi

tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut sifat, dan

menurut lembaga pemungutnya (Resmi, 2016).

1) Menurut Golongannya

a) Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus

ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan

tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).

b) Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak

ketiga.

Contoh : Pajak Penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai

(PPn).

Page 31: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

18

2) Menurut Sifatnya

a) Pajak subjektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan

keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang

memperhatikan keadaan subjeknya.

b) Pajak objektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan

objeknya, baik berupa benda, keadaan, perbuatan, maupun

peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban

membayar pajak tanpa memperhatikan keadaan pribadi

Subjek Pajak (Wajib Pajak) dan tempat tinggal

3) Menurut lembaga Pemungutnya

a) Pajak negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah

tangga negara pada umumnya.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai

(PPn) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),

Pajak Bumi dan Bangunan).

b) Pajak Daerah, pajaak yang dipungut oleh pemerintah daerah,

baik daerah tingkat 1 (pajak provinsi), maupun pajak tingkat II

(pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai

rumah tangga masing-masing.

Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Reklame, Pajak

Parkir, Pajak Restoran, Pajak Hiburan.

e. Pajak Terhadap Transasksi E-Commerce

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah

menyebabkan transformasi model dan strategi bisnis yang perlu

Page 32: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

19

ditegaskan aspek perpajakannya. Pada prinsipnya, transaksi

perdagangan barang dan/atau jasa melalui sistem elektronik, yang

selanjutnya disebut e-commerce sama dengan transaksi perdagangan

barang dan/atau jasa lainnya, tetapi berbeda dalam hal cara atau alat

yang digunakan. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan perlakuan

perpajakan antara transaksi e-commerce dan transaksi perdagangan

barang dan/atau jasa lainnya.

f. Pajak Pertambahan Nilai

PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah pajak atas konsumsi

barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat

di setiap jalur produksi dan distribusi (Resmi, 2016). Dalam Dirjen

Pajak, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) didefinisikan sebagai pajak

yang dikenakan atas setiap pembelian Barang Kena Pajak dan

pemanfaatan Jasa Kena Pajak baik di dalam wilayah Indonesia

maupun dari luar daerah Pabean.

g. Objek PPN

1) Penyerahan /impor/pemanfaatan/ekspor terhadap BKP /JKP/BKP

tidak berwujud.

2) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam

kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan

yang hasilnya diigunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

3) Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva

tersebut tidak untuk diperjual belikan sepanjang pajak masukan

yang dibayar pada saat perolehan menurut ketentuan dapat

dikreditkan.

Page 33: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

20

h. Subjek Pajak

1) Pengusaha Kena Pajak, yaitu pengusaha yang melakukan

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa

2) Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang

PPN, yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya

menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,

melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak

berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau

memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

i. Tarif Pengenaan Pajak

1) Tarif PPN adalah 10%.

Dikenakan atas setiap penyerahan BKP di dalam daerah

pabean/impor BKP/penyerahan JKP di dalam daerah

pabean/pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah

pabean di dalam pabean/pemanfaatan JKP dari luar daerah

pabean di dalam daerah pabean.

2) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut dapat

diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% yang

perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Hal ini

dapat disebabkan berbagai faktor, misalnya pertimbangan

perkembangan perekonomian Indonesia, sehingga tarif PPN bisa

diturunkan. Sebaliknya, misalnya jika Pemerintah membutuhkan

penerimaan pajak yang besar, sehingga tarif PPN bisa dinaikkan.

Page 34: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

21

3) Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas Ekspor Barang Kena

Pajak Berwujud, Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan

Ekspor Jasa Kena Pajak.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah langkah penting dalam penelitian. Langkah

ini meliputi identifikasi, lokasi dan analisis dari dokumen yang berisi informasi

yang berhubungan dengan permasalahan penelitian secara sistematis.

Dokumen ini dapat meliputi jurnal, hasil penelitian skripsi, dan laporan

penelitian lainnya yang mirip atau relevan dan dijadikan referensi untuk

penelitian ini untuk melihat persamaan ataupun perbedaannya.

Beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai berikut.

1. Penelitian Anggia Yustika Sari, 2018 mengenai Analisis Terhadap

Penerapan Pajak Atas Transaksi E-Commerce. Hasil penelitian ini

membuktikan bahwa pajak terhadap transaksi e-commerce wajib di

kenakan kepada para pedagang online mengingat peraturan perpajakan

sudah jelas adanya dan pendapatan tertinggi negara di dapatkan dari

sektor perpajakan. Namun para pelaku bisnis e-commerce yang belum

maksimal, sosialisasi yang belum dilakukan secara menyeluruh dan

transaksi e-commerce yang sulit di deteksi wujud usahanya yang

mendatangkan masalah tersendiri, yaitu sulitnya pemerintah menetapkan

peraturan pajak yang jelas dan adil.

2. Penelitian Anita Sari, 2019 mengenai Aspek Hukum Perlakuan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) Terhadap Transaksi Perdagangan Eleketronik

(E-Commerce) Di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah yaitu PMK Nomor

Page 35: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

22

210/PMK/010/2018 Tentang Perlakuan Perpajakan Atas Transaksi

Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (E-Commerce) belum maksimal

dalam menyikapi perdagangan elektronik (E-Commerce) yang terjadi di

Indonesia terutama pada aturan yang menerapkan pengenaan pajak

transaksi elektronik.

3. Penelitian Riris Rotua Sitorus dan Yeny Kopong, 2017 mengenai

Pengaruh E-Commerce Terhadap Jumlah Pajak Yang Disetor Dengan

Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening. Hasil penelitian

membuktikan bahwa e-commerce dan kepatuhan wajib pajak berpengaruh

signifikan terhadap jumlah pajak yang disetor. E-commerce berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. E-commerce berpengaruh

signifikan terhadap jumlah pajak yang disetor melalui perantara kepatuhan

wajib pajak.

4. Penelitian Ririn Puspita Sari, 2018 mengenai Kebijakan perpajakan atas

transaksi e-commerce. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa terdapat

beberapa kondisi dimana transaksi e-commerce akan sulit dikenakan

pajaknya. Sehingga Direktorat Jenderal Pajak memberlakukan Surat

Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-662/PJ/2013 tentang

Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-Commerce sebagai

kebijakan untuk mengotimalkan penerimaan negara atas Pajak

Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) terhadap transaksi

e-commerce.

5. Penelitian Cut Inayatul Maulida dan Adnan, 2017 mengenai Pengaruh Self

Assessment System, Pemeriksaan Pajak, Dan Penagihan Pajak Terhadap

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn) Pada Kpp Pratama Banda

Page 36: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

23

Aceh. Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak

secara bersama-sama berpengaruh terhadap penerimaan pajak

pertambahan nilai pada KPP Pratama Banda Aceh tahun 2014-2016. Self

Assessment System tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak

pertambahan nilai pada KPP Pratama Banda Aceh tahun 2014-2016.

Pemeriksaan Pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak

pertambahan nilai pada KPP Pratama Banda Aceh tahun 2014-2016.

Penagihan Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan

nilai pada KPP Pratama Banda Aceh tahun 2014-2016.

6. Penelitian Ni Putu Milan Novita Handayani dan Naniek Noviari, 2016

mengenai Pengaruh Persepsi Manajemen Atas Keunggulan Penerapan E-

Billing Dan E-Spt Pajak Pertambahan Nilai Pada Kepatuhan Perpajakan.

Hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik

simpulan persepsi manajemen atas keunggulan penerapan e-billing

berpengaruh positif pada kepatuhan perpajakan, artinya apabila persepsi

manajemen atas keunggulan penerapan e-billing baik, maka akan

meningkatkan kepatuhan perpajakan Pengusaha Kena Pajak Badan.

Variabel persepsi manajemen atas keunggulan penerapan e-SPT PPN

berpengaruh positif pada kepatuhan perpajakan, artinya apabila persepsi

manajemen atas keunggulan penerapan e-SPT PPN baik, maka akan

meningkatkan kepatuhan perpajakan Pengusaha Kena Pajak Badan.

7. Penelitian Lodang Prananta Widya Sasana, 2019 mengenai Analisis

Penerapan Kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Atas Transaksi E-

Commerce Pada Direktorat Jenderal Pajak. Hasil penelitian ini Indonesia

masih dimungkinkan melakukan pengenaan PPN atas transaksi e-

Page 37: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

24

commerce berdasarkan ketentuan undang-undang perpajakan terutama

UU No.42 tahun 2009 tentang PPN dan PPn BM.

C. Kerangka Konsep

Konsep penelitian skripsi ini adalah menyajikan kaitan secara teoritis

antara praktik e-commerce dan jenis pajak yang melingkunginya yakni

perspektif pajak pertambahan nilai (PPN) yang berasal dari transaksi daring

(online), yang tentu saja sangat relevan dengan situasi terkini.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan

transformasi model dan strategi bisnis yang perlu ditegaskan aspek

perpajakannya. Pada prinsipnya, transaksi perdagangan barang dan/atau

jasa melalui sistem elektronik, yang selanjutnya disebut e-commerce sama

dengan transaksi perdagangan barang dan/atau jasa lainnya, tetapi berbeda

dalam hal cara/mekanisme atau alat yang digunakan. Oleh karena itu, tidak

ada perbedaan perlakuan perpajakan antara transaksi e-commerce dan

transaksi perdagangan barang dan/atau jasa lainnya, katakanlah itu cara

konvensional.

Berdasar itu, pertumbuhan perdagangan yang berbentuk e-commerce /

online ini sekaligus tentu dapat memberi dampak pada sektor pajak

khususnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Transaksi elektornik

berpengaruh kepada pengakuan saat dan tempat terutang PPN karena

transaksi yang dilakukan penjual dan pembeli tidak dapat bertemu secara

langsung.

Pengenaan PPN ditujukan bagi orang pribadi maupun badan usaha

yang membeli memproduksi Barang Kena Pajak (BKP), mengimpor,

Page 38: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

25

memperdagangkan BKP dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan

dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya.

Dalam transaksi e-commerce, pengenaan pajaknya adalah kepada

konsumen yang berkewajiban untuk membayar PPN. karena pada dasarnya

transaksi e-commerce tidak ada perbedaan dengan transaksi konvensional

hanya yang membedakan adalah mekanisme perdagangannya. Sehingga

diperlukan adanya penyesuaian kepada beberapa pihak serta kerja sama

untuk menerapkan PPN.

PPN merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai

(value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap

jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan

memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada

konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak

tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak

atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak

menyetorkan langsung pajak yang ditanggung.

Oleh karenanya, penelitian ini mengkaji keterkaitan dan dampak dari

hasil transaksi e-commerce terhadap pengenaan pajak berupa PPN, yaitu

secara skematik digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1

E-commerce

Pajak

Pertambahan

Nilai (PPN)

Page 39: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan di sini adalah Deskriptif. Menurut Hayati

(2019), penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk

menggambarkan suatu situasi, subjek, perilaku, atau fenomena. Ini

digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana,

dan bagaimana terkait dengan pertanyaan atau masalah penelitian tertentu.

Penelitian deskriptif di sini adalah dalam format studi kasus yang

ditetapkan sebagai metode pengumpulan data dan bersifat konklusif. Metode

studi kasus adalah kajian mendalam tentang suatu fenomena, yang

memungkinkan peneliti terlibat maupun tidak terlibat interaksi dengan subyek

yang diteliti.

Studi kasus menurut Hayati (2019) adalah tidak digunakan untuk

menentukan sebab dan akibat karena tidak memiliki kapasitas untuk

membuat prediksi yang akurat karena mungkin ada bias pada bagian peneliti.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian yang ditetapkan adalah pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Kota Makassar Barat, Sulawesi Selatan.

2. Penelitian ini dilakukan kurang lebih 2 bulan dimulai dari bulan agustus

sampai bulan september tahun 2020

C. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini menggunakan 2 variabel, yakni variabel e-commerce yang

jika terjadi transaksi secara elektronis antara penjual dan pembeli maka

Page 40: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

27

terjadi dampak atau pengenaan pajak atas transaksi tersebut dalam bentuk

PPN..

Kedua variabel secara operasional didefinisikan sebagai berikut :

1. Electronic Commerce (e-commerce) adalah kegiatan yang meliputi

semua aktifitas internal perusahaan melalui internet untuk melakukan

pertukaran barang, jasa dan informasi, menjual produk perusahaan,

kepada pembeli perorangan maupun kelompok.

Kegiatan dalam e-commerce antara lain meliputi transfer dana elektronik,

pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan

sistem pengumpulan data otomatis.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan Pajak Tidak Langsung yang

beban pajaknya dapat dialihkan kepada pembeli atau konsumen barang

atau jasa dan menjadi tanggung jawab bagi penjual (Sukardji, 2009:4).

PPN yang terutang atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)

atau Jasa Kena Pajak (JKP) dipungut oleh PKP yang bertindak sebagai

penjual (Gunadi, 2002:2). Besar tarif PPN yang dikenakan pada

umumnya adalah 10% (sepuluh persen) dari nilai transaksi (Direktorat

Jenderal Pajak, 2011:334).

Kedua variabel ini akan dilihat dari aktifitas transaksi yang dihubungkan

dengan penarikan pajak, dalam hal ini PPN.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan untuk penelitian skripsi ini adalah data sekunder,

yakni data yang telah terekam atau tersedia pada Kantor KPP Makassar

Barat berupa data elektronik dan dokumen tertulis ataupun yang telah

dipublikasi.

Page 41: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

28

Data yang dimaksudkan di sini adalah hasil transaksi online selama

periode 2015 – 2019 antara pembeli dan penjual dan pengenaan PPN dari

hasil transaksi yang dapat berasal pembelian barang dalam wilayah kerja

KPP Makassar Barat.

Selain itu, dilakukan wawancara terhadap pimpinan ataupun staf yang

berwenang pada KPP Makassar Barat untuk mendapatkan data seperti

proses transaksi online, mekanisme pengenaan pajak elektronik, besaran

pengenaan pajak menurut jenis barang, transfer atau pertukaran data dan

dana secara elektornik, dan lain-lain sesuai kondisi kebutuhan data di

lapangan.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis data secara

dekriptif didukung oleh data kuantitatif, yaitu sebagai berikut :

1. Jumlah transaksi dari pembelian barang dari pihak penjual / perusahaan.

2. Nilai seluruh transaksi e-commerce jenis barang yang menghasilkan PPN

sesuai Peraturan/Perundang-undangan Pajak RI.

3. Penerimaan PPN selanjutnya dihitung secara persentase yang terjadi

menurut periode dan sekaligus akan dapat dilihat perkembangannya.

Menggunakan rumus perhitungan persentase kenaikan.

Rumus : Persentase Kenaikan (%) = (akhir – awal) x 100%

awal

4. Mendeskripsikan hasil analisis termasuk persoalan transaksi elektronik

dan masalah penarikan PPN yang terjadi.

Page 42: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Makassar Barat

Sejak tahun 2002, secara bertahap KPP telah mengalami

modernisasi sistem dan struktur organisasi menuju sebuah instansi yang

berorientasi pada fungsi. Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengalami

modernisasi ini merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak

Konvensional dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Kemudian

di tahun yang sama, dibentuklah dua KPP Wajib Pajak Besar atau yang

dikenal juga sebagai LTO (Large Tax Office). Satu tahun setelahnya yaitu

pada tahun 2003, dibentuklah sebanyak sepuluh KPP khusus.

DJP kemudian membentuk KPP Madya atau MTO (Medium Tax

Office) di tahun 2004 . Selanjutnya, dua tahun kemudian KPP Modern

yang lebih dikenal dengan KPP Pratama atau STO (Small Tax Office)

mulai dibuka untuk melayani Wajib Pajak. KPP Pratama mulai terbentuk

pada tahun 2006 hingga tahun 2008. KPP Pratama ini merupakan KPP

terbanyak yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, KPP

Pratama juga menangani Wajib Pajak yang terbanyak.

2. Visi dan Misi

Visi

Menjadi Mitra Tepercaya Pembangunan Bangsa untuk Menghimpun

Penerimaan Negara melalui Penyelenggaraan Administrasi Perpajakan

yang Efisien, Efektif, Berintegritas, dan Berkeadilan dalam rangka

mendukung Visi Kementerian Keuangan: "Menjadi Pengelola Keuangan

Page 43: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

30

Negara untuk Mewujudkan Perekonomian Indonesia yang Produktif,

Kompetitif, Inklusif dan Berkeadilan".

Misi

a. Merumuskan regulasi perpajakan yang mendukung pertumbuhan

ekonomi Indonesia;

b. Meningkatkan kepatuhan pajak melalui pelayanan berkualitas

dan terstandardisasi, edukasi dan pengawasan yang efektif, serta

penegakan hukum yang adil; dan

c. Mengembangkan proses bisnis inti berbasis digital didukung budaya

organisasi yang adaptif dan kolaboratif serta aparatur pajak yang

berintegritas, profesional, dan bermotivasi.

3. Tugas KPP Pratama

Tugas pokok KPP Pratama yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan,

dan pengawasan Wajib Pajak dibidang:

a. Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

c. Dan Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

d. Serta Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Fungsi KPP Pratama

Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama memiliki fungsi sebagai

berikut:

a. Berfungsi sebagai pengumpulan, pencarian dan pengolahan data,

pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan,

serta pendataan objek dan subjek pajak.

Page 44: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

31

b. Berfungsi sebagai penetapan dan penerbitan produk hukum

perpajakan.

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan

dan pengolahan surat, pemberitahuan dan penerimaan surat lainnya.

d. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.

e. Pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak, pelaksanaan ekstensifikasi.

f. Pengurangan sanksi pajak, pelaksanaan pemeriksaan pajak,

pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

g. Pelaksanaan konsultasi perpajakan, pembetulan ketetapan pajak, dan

pelaksanaan administrasi kantor.

5. Struktur Organisasi

Page 45: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

32

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No.206.2/PMK.01/2014

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

167/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal

DJP, berikut ini struktur KPP Pratama:

a. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal. Bagian ini bertugas untuk

melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah

tangga, pengelolaan kinerja pegawai, dan sebagainya.

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, yang bertugas untuk

melakukan pengumpulan, pencairan, pengolahan data, pengamatan

potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, dan masih

banyak lainnya.

c. Seksi Pelayanan, yang bertugas untuk melakukan penetapan dan

penerbitan produk hukum perpajakan, dan sejenisnya.

d. Selanjutnya ada Seksi Penagihan, yang bertugas untuk

melaksanakan urusan penatausahaan piutang pajak, dan urusan

piutang lainnya.

e. Seksi Pemeriksaan yang bertugas untuk melakukan penyusunan

rencana pemeriksaan, pengawasan pemeriksaan, penerbitan dan

penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak dan administrasi

pemeriksaan perpajakan lainnya.

f. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, bertugas melakukan

pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak.

Tugas lainnya adalah pembentukan basis data nilai objek pajak dalam

menunjang ekstensifikasi, dan masih banyak lagi.

Page 46: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

33

g. Selain itu ada Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1. Tugasnya adalah

melakukan proses penyelesaian permohonan wajib pajak. Tugas

lainnya adalah melakukan bimbingan dan konsultasi teknis

perpajakan kepada wajib pajak dan usulan pengurangan PBB.

h. Dan Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, IV, yang masing-masing

memiliki tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban

perpajakan wajib pajak. Dan penyusunan profil wajib pajak, analisis

kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam melakukan

intensifikasi dan himbauan kepada wajib pajak.

B. Pembahasan Transaksi E-Commerce dan Penerimaan PPN

1. Jumlah Transaksi Pembelian Barang E-Commerce

Bisnis e-commerce di Indonesia telah memasuki tahapan baru

kemajuan teknologi dalam bidang perdagangan e-commerce bukan

hanya tumbuh sangat pesat di Indonesia, namun juga ekosistem yang

menyertainya akan meningkat pesat. Semakin mudah dan nyamannya

konsumen melakukan transaksi jual beli melalui e-commerce (electronic

commerce atau perdagangan elektronik), membuat transaksi

perdagangan konvensional turun secara signifikan.

Tabel 4.1

Aktivitas E-Commerce di Indonesia Tahun 2015 s.d 2019

Jenis

Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Mencari Produk/Jasa secara

online 18% 31% 48% 45% 93%

Mengunjungi online retail 16% 26% 46% 45% 90%

Page 47: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

34

Membeli barang online 11% 27% 41% 40% 86%

Membeli online menggunakan

laptop/desktop 16% 24% 34% 31% 37%

Membeli online menggunakan

gadget 9% 20% 33% 31% 76%

Sumber: We Are Social & Hootsuite’s Digital Indonesia in 2015 s.d 2019

Berdasarkan We Are Social & Hootsuite’s Digital Indonesia in 2019

Report, pengguna internet di Indonesia per Januari 2020 telah mencapai

175,4 juta orang. Berdasarkan survey aktivitas e-commerce di Indonesia

yang juga di ambil dari We Are Social & Hootsuite’s Digital in 2019

Report, menyebutkan bahwa pemanfaatan internet di bidang ekonomi

sebesar 93% untuk transaksi jual online, 90% untuk mengunjungi online

retail, 86% untuk membeli barang online, 37% untuk membeli online

menggunakan laptop/desktop dan 76% untuk membeli online

menggunakan gadget.

Data Pertumbuhan Nilai Transaksi e-commerce di Indonesia

menunjukkan pada tahun 2015 sebesar Rp. 42,5 triliun (Katadata, 2020).

Nilai tersebut terus merangkak naik menjadi Rp. 69,8 triliun pada tahun

2016, Rp. 108,3 triliun pada tahun 2017, dan pada tahun 2018 menjadi

Rp. 144 triliun.

Menurut Surat Edaran No. 63 Tahun 2013, pajak yang terutang

melalui transaksi konvensional dan pajak yang terutang melalui transaksi

e-commerce telah dipungut sesuai aturan yang berlaku. Sehingga

pedagang yang berjualan secara konvensional ataupun melalui e-

commerce sama-sama telah melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Page 48: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

35

Selain itu, konsumen yang berbelanja melalui pedagang konvensional

ataupun e-commerce juga dikenakan pajak yang sama. Tidak ada

perbedaan tarif pajak yang dikenakan atas transaksi melalui e-commerce

dengan transaksi melalui cara konvensional.

2. Nilai Transaksi Barang E-Commerce yang Menghasilkan PPN

Bisnis online di Indonesia berkembang dengan sangat pesat

dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Masyarakat

Indonesia pada umumnya lebih memilih melakukan sistem berbelanja

dengan memanfaatkan internet/website.

Gambar 4.1

Nilai Transaksi Perusahaan E-Commerce Tahun 2015 s.d 2019

Sumber: Katadata tahun 2015 s.d 2019

Menjalankan usaha di internet dipercaya akan lebih mudah dan

membutuhkan biaya yang lebih sedikit dibandingan melakukan usaha

secara konvensional, mulai dari menjual barang hingga jasa mereka

tawarkan di internet. Proses transaksi yang dilakukan di penjualan online

Rp-

Rp2,000,000,000

Rp4,000,000,000

Rp6,000,000,000

Rp8,000,000,000

Rp10,000,000,000

Rp12,000,000,000

2015 2016 2017 2018 2019

Shopee

Bukalapak

Tokopedia

Page 49: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

36

tergolong sederhana. Biaya operasional yang dikeluarkan lebih rendah

dari pedagang konvensional pada umumnya. Pedagang tidak perlu

menyewa bangunan dan cukup memasarkan barang dagangannya atau

jasa melalui internet.

Berikut data realisasi PPN secara umum yang telah diambil dari KPP

Makassar Barat, 25% dari penerimaan PPN adalah nilai transaksi e-

commerce yang terdaftar sebagai wajib pajak pada KPP Pratama

Makassar Barat.

Tabel 4.2

Data Realisasi Penerimaan PPN Secara Umum (25% adalah penerimaan

PPN dari transaksi barang e-commerce) Tahun 2015 s.d 2019

Tahun Penerimaan PPN

Jumlah Wajib

Pajak (WP)

2015 Rp. 398.474.128.839 2.096

2016 Rp. 406.771.988.281 2.149

2017 Rp. 474.177.556.077 2.040

2018 Rp. 581.534.883.942 2.079

2019 Rp. 501.612.242.807 2.059

Sumber: KPP Pratama Makassar Barat tahun 2015 s.d 2019

Pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam mengadakan

pengawasan serta penanganan terhadap penerimaan pajak di bidang e-

commerce memerlukan langkah yang tepat di dalam penerapannya. Hal

tersebut karena pada subjek dan objek pajak adalah pihak-pihak yang

Page 50: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

37

terlibat di dalam dunia maya yang secara fisik sulit untuk ditemukan.

Kegiatan e-commerce sendiri merupakan kegiatan perdagangan yang

menggunakan jaringan elektronik.

Para pelakunya tidak dapat diindentifikasi langsung secara fisik,

karena kegiatannya yang berada di dunia maya. Terlihat bahwasanya

masih perlu adanya pengawasan serta penanganan yang dilakukan

dalam aspek penerimaan pajak di bidang e-commerce. Permasalahan

yang terjadi adalah terletak pada siapa subjek dan apa objek pajak yang

melekat pada transaksi ini.

Tabel 4.3

Data Penerimaan PPN Berdasarkan Nilai Transaksi Barang E-Commerce

Tahun 2015 s.d 2019

Tahun Penerimaan PPN Jumlah Wajib Pajak

(Penjual/Perusahaan)

2015 Rp 99.618.532.210 524

2016 Rp 101.692.997.070 537

2017 Rp 118.544.389.019 510

2018 Rp 145.383.720.986 519

2019 Rp 125.403.060.702 514

Sumber: KPP Pratama Makassar Barat Tahun 2015 s.d 2019

3. Prosedur Penerimaan Pajak

a. Penerimaan pajak merupakan sumber utama atau tulang punggung

penerimaan negara yang digunakan untuk pembiayaan pemerintah

dan pembangunan. Penerimaan dari sektor pajak diharapkan

mampu mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri serta

Page 51: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

38

membangkitkan kembali kepercayaan diri bangsa Indonesia. Hal ini

selaras dengan misi yang diemban oleh Direktorat Jenderal Pajak

(DJP) selaku otoritas pajak untuk menghimpun penerimaan negara

dari sektor pajak guna menunjang kemandirian pembiayaan

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Penerimaan pajak dilaksanakan oleh seksi Pengolahan Data dan

Informasi (PDI) dengan cara menyusun estimetis penerimaan Pajak

berdasarkan potensi pajak, perkembangan Ekonomi dan Keuangan.

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pemrosesan dan

penatausahaan dokumen masuk secara umum di Seksi PDI. Yang

dimaksud dengan dokumen dalam SOP ini adalah surat, laporan,

formulir, kartu, daftar, dan buku yang digunakan di lingkungan

Direktorat Jenderal Pajak.

1) Kepala Seksi PDI menerima dokumen masuk yang telah

didisposisi Kepala KPP, memberikan disposisi, menugaskan

untuk menatausahakan atau untuk memproses dokumen

masuk, dan meneruskan dokumen masuk tersebut kepada

Pelaksana Seksi PDI. Dalam hal telah terdapat SOP untuk

memroses dokumen masuk tersebut, maka Kepala Seksi

menindaklanjutinya sesuai dengan SOP terkait.

2) Dokumen untuk disimpan kemudian ditatausahakan, sedangkan

untuk dokumen yang akan diproses ditindaklanjuti sesuai

dengan penugasan Kepala Seksi PDI. Dalam hal atas dokumen

masuk tersebut harus dibuatkan respon/balasan/tindak lanjut,

Pelaksana Seksi PDI melakukan penghimpunan bahan,

Page 52: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

39

membuat konsep dokumen keluar, dan meneruskan konsep

dokumen tersebut ke Kepala Seksi PDI.

3) Kepala Seksi PDI meneliti dan mengotorisasi konsep dokumen

keluar serta meneruskannya ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

4) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan

menandatangani dokumen keluar.

5) Dokumen yang telah ditandatangani, diterima, dicatat datanya,

serta diberi cap, nomor, dan tanggal oleh Sekretaris Kepala

KPP, kemudian diteruskan ke Pelaksana Seksi PDI.

6) Pelaksana Seksi PDI menerima, menginput/mencatat data

dokumen keluar, menatausahakan arsip yang berasal dari

dokumen masuk maupun arsip dari dokumen keluar,

meneruksan tembusan ke seksi terkait, serta meneruskan

dokumen keluar yang siap dikirim ke Sub bag Umum dengan

manggunakan buku eskpedisi.

7) Penyampaian dokumen keluar kepada Pihak Eksternal oleh Sub

bagian Umum.

8) Proses Selesai.

Rencana Penerimaan Pajak Prosedur berdasarkan potensi pajak,

perkembangan Ekonomi dan Keuangan yang meliputi proses kompilasi

rencana penerimaan pajak dari masing-masing Seksi Pengawasan dan

Konsultasi dengan mempertimbangkan potensi Wajib Pajak, penerimaan

pajak dan perkembangan ekonomi menjadi rencana penerimaan Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) dan dalam penelitian ini adalah KPP Pratama

Makassar Barat, dengan prosedur sebagai berikut:

Page 53: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

40

a. Kepala Kantor menerima Rencana Penerimaan Pajak dari Kepala

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV dan menugaskan

Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk mengkompilasi

menjadi Rencana Penerimaan Kantor.

b. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima Rencana

Penerimaan Pajak yang telah disetujui Kepala Kantor Pelayanan

Pajak dan menugaskan Pelaksana untuk mengkompilasi rencana

penerimaan pajak.

c. Pelaksana menghimpun dan mengkompilasi Rencana Penerimaan

Pajak dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV,

membuat konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan

kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

d. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi meneliti dan

mengotorisasi Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak,

konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan kepada Kepala

Kantor Pelayanan Pajak.

e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani

Rencana Penerimaaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak dan konsep

Nota Dinas Pengantar, kemudian mengembalikan kepada Kepala

Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

f. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menugaskan

Pelaksana untuk mengirimkan Rencana Penerimaan Pajak Kantor

Pelayanan Pajak ke Kantor Wilayah.

g. Pelaksana menyampaikan Rencana Penerimaan Pajak Kantor

Pelayanan Pajak yang telah ditandatangani Kepala Kantor

Page 54: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

41

Pelayanan Pajak ke Sub bagian Umum untuk dikirim ke Kantor

Wilayah melalui SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

h. Proses selesai.

4. Perhitungan Nilai PPN Secara Persentase

Penerimaan PPN Secara Persentase menurut periode 2015 s.d 2019

Rumus : Persentase Kenaikan (%) = (akhir – awal) x 100%

Awal

2016 = (Rp. 101.692.997.070 – Rp. 99.618.532.210) x 100%

Rp. 99.618.532.210

= Rp. 2.074.464.860 x 100%

Rp. 99.618.532.210

= 0,020824085779812 x 100%

= 2%

2017 = (Rp. 118.544.389.019 – Rp. 101.692.997.070) x 100%

Rp. 101.692.997.070

= Rp. 16.851.391.949 x 100%

Rp. 101.692.997.070

= 0,1657084797825401 x 100%

= 17%

2018 = (Rp. 145.383.720.986 – Rp. 118.544.389.019) x 100%

Rp. 118.544.389.019

= Rp. 26. 839.331.967 x 100%

Rp. 118.544.389.019

= 0,2264074427234026 x 100%

= 23%

Page 55: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

42

2019 = (Rp. 145.383.720.986 – Rp. 125.403.060.702) x 100%

Rp. 145.383.720.986

= Rp. 19.980.660.284 x 100%

Rp. 145.383.720.986

= 0,1374339585511371 x 100%

= 14%

Diperlukan pemahaman yang lebih terkait mekanisme serta aspek

penerimaan pajak yang melekat untuk kegiatan e-commerce ini. Data-

data laporan keuangan yang terjadi di dalam suatu objek perpajakan

menjadi penanganan yang mendapatkan sedikit kesulitan dalam hal

pengenaan penerimaan pajak. Di dalam e-commerce tidak ada

perbedaan dengan transaksi perdagangan secara konvesional, hanya

saja karena transaksi yang digunakan melalui media elektronik, maka

menjadi hal yang penting dalam penegasan aspek perpajakannya. Sesuai

dengan Surat Edaran DJP Nomor SE-62/PJ/2013 tentang Penegasan

Ketentuan Perpajakan atas transaksi e-commerce, telah dijelaskan

bahwasanya perlu adanya pengoptimalan dalam potensi penerimaan

pajak dari transaksi e-commerce.

5. Penanganan terhadap Pajak di bidang e-Commerce

Penanganan yang dilakukan oleh para Account Representative

(AR) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Makassar Barat

memuat dari berbagai klasifikasi model bisnis masing-masing transaksi

e-commerce. Para Wajib Pajak pelaku usaha online dilakukan

pemungutan oleh pihak fiskus berdasarkan aspek perpajakan atas

kegiatan dagangnya. Baik dari segi penjualan, pembelian, pajak atas

Page 56: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

43

pertambahan nilai barang tersebut maupun seluruh proses yang

berkaitan dengan pemungutan pajak yang sebelumnya telah diatur di

dalam undang-undang perpajakan. Aspek perpajakan tersebut berlaku

bagi setiap pihak-pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan

kegiatan e-commerce. Para pelakunya merupakan subjek dan objek

yang di dalam kegiatan perdagangannya memiliki aspek perpajakan

yang dikenakan. Selain itu penanganan untuk transaksi e-commerce ini

adalah sesuai dengan transaksi pada perdagangan secara konvensional.

Tidak ada perbedaan dalam hal pemungutannya, yaitu sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hanya saja penerapannya terhadap para pelaku bisnis di bidang

e-commerce membutuhkan proses penangkapan atau penjaringan data

yang cukup sulit. Keadaan para pelaku yang menggunakan media dunia

maya, menyebabkan pihak Direktorat Jenderal Pajak menjadi kesulitan.

a. Pengawasan Account Representative (AR)

Account Representative merupakan ujung tombak dari pelayanan

yang dilakukan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak kepada para

wajib pajak. Salah satu tugas dan tanggung jawab dari Account

Representative adalah meneliti pengawasan kepatuhan formal Wajib

Pajak serta melakukan penelitian dan analisa kepatuhan material

Wajib Pajak atas pemenuhan kewajiban perpajakannya. Maka,

secara tidak langsung pengawasan atas pemenuhan potensi

perpajakan yang sesuai dengan wilayahnya merupakan tanggung

jawab dari para Account Representative tersebut. Proses

pengawasan yang dilakukan para Account Representative adalah

Page 57: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

44

dengan melakukan penggalian data, melalui data internal yang telah

dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan basis wilayah

perpajakannya. Maupun melalui kegiatan pencarian data pelaku e-

commerce dengan data dari internet maupun surat kabar.

Hal ini bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi

dari e-commerce di Kantor Pelayanan Pajak KPP) Pratama

Makassar Barat melalui pengawasan yang dilakukan para Account

Representative.

C. Hasil Analisis Transaksi Barang E-Commerce dan Penerimaan PPN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Makassar Barat, dapat dilihat bahwa data penerimaan

ppn dari para pelaku wajib pajak yang terdaftar di KPP Makassar Barat pada

tahun 2015 adalah sebesar Rp.99 milyar, tahun 2016 meningkat 2% menjadi

Rp.101 milyar. Kemudian penerimaan ppn meroket 17% pada tahun 2017

sebesar Rp.118 milyar dan 23% pada tahun 2018 sebesar Rp.145 milyar,

akan tetapi pada tahun 2019 mengalami penurunan sebanyak 14% dengan

nilai penerimaan ppn sebesar Rp.125 milyar.

Kemudian penulis juga mengambil tambahan data dari website resmi We

Are Social Report Indonesia in 2015-2019 tentang aktivitas para konsumen e-

commerce dalam mencari produk secara online, mengunjungi online retail,

membeli barang online, membeli online menggunakan laptop/desktop dan

membeli online menggunakan gadget terus mengalami peningkatan dari

tahun 2015 sampai tahun 2017 dan mengalami penurunan ditahun 2018 dan

kembali meningkat pesat pada tahun 2019. Untuk lebih detailnya dapat dilihat

pada Tabel 4.1.

Page 58: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

45

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan,

maka simpulan dalam penelitian ini adalah: dampak e-commerce atas

penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Makassar

Barat dinilai cukup baik karena penerimaan pajak mengalami peningkatan

selama tiga tahun secara berturut-turut yakni pada tahun 2015 sampai 2018

tetapi pada tahun 2019 mengalami penurunan yang signifikan sebesar 14%.

Penurunan yang signifikan ini disebabkan karena kurangnya kepatuhan

dan kesadaran wajib pajak sebagai pelaku transaksi e-commerce untuk

membayar pajaknya setiap tahun, tetapi tak dapat kita pungkiri juga sebagian

besar para pelaku wajib pajak ini juga telah melakukan kewajibannya sebagai

pelaku usaha online, hal ini dapat terjadi karena pembayaran pajak melalui

sistem e-commerce dapat dilakukan dengan mudah, cepat, menghemat

waktu dan biaya serta dapat dilakukan setiap waktu, sehingga potensi

penerimaan pajak dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas

keadilan social dan memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak, hal ini

menciptakan transparansi yang dapat meminimalisasi segala kecurangan,

kebocoran dan penyimpangan (KKN) dalam penerimaan pajak pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat.

Page 59: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

46

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti memberikan

saran sebagai berikut:

1. Perlunya perhatian untuk permasalahan yang terjadi yaitu terletak pada

siapa subjek dan apa objek yang dijual pada transaksi e-commerce ini,

sehingga akan lebih mudah menentukan klasifikasi lapangan usaha atau

KLU dari pelaku usaha online tersebut.

2. Pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat hendaknya

mengadakan komunikasi yang lebih baik dengan wajib pajak sebagai

pelaku usaha online mengenai proses transaksi e-commerce dibidang

perpajakan agar penerimaan pajak bisa lebih ditingkakan lagi sesuai

dengan target yang sudah ditetapkan, sehingga pengenaan pajak untuk

transaksi e-commerce bisa terealisasi secara maksimal.

3. Terlihat bahwasanya masih perlu adanya pengawasan serta

penanganan yang dilakukan dalam aspek penerimaan pajak di bidang e-

commerce.

Page 60: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

47

DAFTAR PUSTAKA

Adeogroup, 2020. What are the benefits of E-commerce to the customer? https://www.adeogroup.co.uk/ecommerce-benefits/

Asima, Anasthasya Debora. 2017. E-Commerce : Potensi Dan Tantangan.

Universitas Indonesia. http://pajak.vokasi.ui.ac.id/e-commerce-potensi-dan-tantangan/

Bloomenthal, Andrew. 2019. Electronic Commerce (e-commerce).

https://www.investopedia.com/terms/e/ecommerce.asp Business Ensyclopedia. Ecommerce. Shopify. https://www.shopify.com/

encyclopedia/what-is-ecommerce Direktorat Jenderal Pajak. 2011. Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang

Perpajakan. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia. ____________________2011, Direktorat Penyuluhan Pelayanan Dan Hubungan Masyarakat.

____________________2013. Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-Commerce. Surat Edaran. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jendral Pajak.

Fuady, Munir. 2005. Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern Di Era Globalisasi. Edisi Ke Dua. Bandung: Pt Citra Aditya Bakti.

Gunadi. 2002. Panduan Komperehensif Ppn. Jakarta: Multi Utama Publishing. Handayani, Ni Putu Milan Novita Dan Naniek Noviari. 2016. Pengaruh

PersepsiManajemen Atas Keunggulan Penerapan E-Billing Dan E-Spt Pajak Pertambahan Nilai Pada Kepatuhan Perpajakan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 15(2): 1001-1028. 1001.

Hayati, Rina. 2019. Pengertian Penelitian Deskriptif, Macam, Ciri, dan Cara

Menulisnya. https://penelitianilmiah.com/penelitian-deskriptif/ Indonesian E-Commerce Association. 2016. Diakses 24 Juli. https://www.idea.or.id/berita/detail/penelitian-konsumen-industri e commerce-indonesia-siapakah-pilihan-konsumen-indonesia- Katadata, 2019. Nilai Transaksi E-Commerce Tokopedia Shopee Bukalapak. Diakses 20 September. https://databoks.katadata.co.id/ datapublish /2019 / 10/15/2014-2023 ________2020. Transaksi E-Commerce. Diakses 20 September. https://databoks.katadata.co.id/transaksi-e-commerce-indonesia-naik-500 dalam-5-tahun#

Page 61: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

48

Leonardo, Posma, dan Christine Tjen. 2020. Penerapan Ketentuan Perpajakan Pada Transaksi E-Commerce Pada Platform Marketplace. Jurnal Pendidikan Akuntansi Dan Keuangan. 8(1): 45-54.

Maryama, Siti. 2013. Penerapan E-Commerce Dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha. Jurnal Liquidity. 1(1): 73-79.

Maulida, Cut Inayatul, dan Adnan. 2017. Pengaruh Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak, Dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn) Pada Kpp Pratama Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (Jimeka). 2(4): 67-74. Maxmanroe. 2014. 3 Jenis Transaksi Jual Beli Online Terpopuler di Indonesia. https://www.maxmanroe,com/2014/14/01/3-jenis-transaksi jual-beli online-terpopuler-di-indonesia Mudrajad Kuncoro. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Nimda. 2012. Internet yang Membangun Dunia E-commerce. Universitas

Pasundan. http://www.unpas.ac.id/internet-yang-membangun-dunia-e-commerce-2/

Nugrahani, Dewi Shanty. 2011. E-Commerce Untuk Pemasaran Produk Usaha Kecil Dan Menengah 1 Segmen. Jurnal Manajemen Dan Bisnis. Resmi, S. 2016. Perpajakan Teori Dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. Sari, Anita. 2019. Aspek Hukum Perilaku Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Terhadap Transaksi Perdagangan Elektronik (E-Commerce) Di Indonesia. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. Sari, Ririn Puspita. 2018. Kebijakan Perpajakan Atas Transaksi E-Commerce Akuntabel. 15(1): 67-7. Šarić, Darko. 2018. Advantages and Disadvantages of E-commerce. ttps://gauss-

development.com/advantages-and-disadvantages-of-e-commerce/ Sasana, Lodang Prananta Widya. 2019. Analisis Penerapan Kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Atas Transaksi E-Commerce Pada Direktorat Jenderal Pajak. Jurnal Mandiri. 3:(1) 2019 50-66.

Selano, Joshua Michael. 2020. Melihat Kembali Efektivitas Pajak E-Commerce. https://news.ddtc.co.id/melihat-kembali-efektivitas-pajak-e-commerce 18483?page_y=528 Shiao, Dennis., Brian Holak and Ben Cole. 2020. Definition of e-commerce

(electronic commerce). https://searchcio.techtarget.com/definition/e-commerce

Page 62: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

49

Sitorus, Riris Rotua dan Yeny Kopong. 2017. Pengaruh E-Commerce Terhadap Jumlah Pajak Yang Disetor Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi / Media Akuntansi Perpajakan Publikasi oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, 2( 2): 40-53.

Sukardji, Untung. 2009. Ppn Pajak Pertambahan Nilai Edisi Revisi. Jakarta: Pt. Rajagrafindo Persada.

Suyanto, M. 2003 Strategi Periklanan Pada E-Commerce Perusahaan Top Dunia, Andi Offset, Yogyakarta. Waluyo. 2016. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. We Are Social and Hootsuite. 2017. Diakses 29 Januari. digital in 2018 global

overview. Retrieved May 25, 2018, from https://www.slideshare.net/:https://www.slideshare.net/wearesocial/digital-in-2018-in-southeast-asia part-2-southeast-86866464

We Are Social & Hootsuite’s Digital Indonesia in 2015-2019 Report. Diakses 20 September.https://www.slideshare.net/:https://www.slideshare.net/weare ocial/digital-in-2018-in-southeast-asia part-2-southeast-86866464

Wikipedia. 2020. Perdagangan Elektronik. Diakses 22 Juli. https://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_elektronik

Yustika, Anggia Sari. 2018. Analisis Terhadap Penerapan Pajak Atas Transaksi E-Commerce. Skripsi Fakultas Ekonomi UIN Yogyakarta.

Page 63: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

50

LAMPIRAN

Page 64: DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

51