Upload
nami-shiro
View
191
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bagaimana prinsip-prinsip hygiene
Citation preview
DASAR- DASAR HIGIENE INDUSTRI
DASAR- DASAR HIGIENE INDUSTRI
I. Filosofi dan Konsep
Sebelum abad kedelapan belas (yaitu sebelum tahun 1911), konsep–konsep tentang keselamatan
dan kersehatan kerja belum terjamak , dan diterima secara luas dalam tahun–tahun perang dunia.
Organisasi keselamatan kerja pertama didunia diketemukan di Perancis pada tahun 1867, yang
diiukti oleh Jerman pada tahun 1884, Belgia pada tahun 1890, dan Inggeris pada tahun 1914–
1918 selama perang, di Amerika Serikat didirikan pada tahun 1900. Pada 1939 organisasi profesi
higiene industri didirikan ‗‘ American Industrial Hygiene Association (AIHA)‘‘, tahun 1946
didirikan organisasi yang menangani tentang kesehatan kerja dan dampak di linkungkan kerja
American Conference of Governmental Industrial Hygienists ACGIH), dan tahun 1959 AIHA
dan ACGIH, mendirikan Dewan Industri ― American Board of Industrial Hygiene (ABIH)‖
organisasi professional yang keanggotan bersifat sukarela. kualifikasi hygienists industri,
praktiksi higiene industri, dan yang telah memenuhi standar profesional yang ditetapkan oleh
Dewan Direksi. Apapun dari setiap afiliasi profesional lainnya, ABIH Kode Etik (Kode) berlaku
untuk: masing-masing individu bersertifikat oleh ABIH sebagai Certified Industrial Higiene
(CIH) atau Certified Associate Higiene Industri (CAIH) (certificants), dan, masing-masing
individu mencari ABIH sertifikasi (calon). Dengan didirikan Organisasi Perburuhan
Internasioanal (ILO), adalah suatu badan yang bukan saja untuk pertukaran informasi untuk
kepentingan keselamatan kerja, tetapi juga berupa kegiatan-kegiatan untuk memberikan
sumbangan terhadap penurunan jumlah kecelakaan .
Konsep, model dasar
Menurut Freead Lutha.… : ada tiga komponen pokok dalam kerangka konseptual untuk
pendekatan contingency ; (a) lingkungan, (b) konsep-konsep, (c) pengendalian teknik.
Pendekatan contingency menggunakan hubungan–hubungan fungsional ―bila– maka― (if – then)
dimana ―bila― menunjukkan variabel- variabel lingkungan kerja dan ―maka― teori dan konsep–
konsep teknik untuk mengarahkan pengendalian bahaya lingkungan kerja.Untuk
mengindentifikasi resiko bahaya di industri sangat erat hubungannya dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), yang diterapkan, yang menggambarkan tentang
perkembangan : (a)sain (ilmu pengetahuan ), (b) teknologi, (c) society (dampak social). Dalam
meneliti kasus– kasus resiko bahaya di tempat kerja, pertama-tama kita memberikan suatu
interpertasi teori yang mendasari fakta, apakah berbentuk teori implisit atau teori explisit , dari
teori–teori yang dikemukakan dibuat suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan
suatu pengertian dalam suatu kerangka konsep yang merupakan kerangka dasar dari teori .
Konsep tersebut dijabarkan dalam bentuk variabel – variabel yang dapat diukur dalam suatu
skalah (nominal, ordinal. Interval) untuk membuktikan kebenaran ilmu dan teknologi yang
diaplikasikan .
II. Prnisip Dasar Higiene Industri
Higiene industry, adalah perpanduan ilmu (science) dan seni (art), dalam usaha mengantisipasi,
pengenalan/rekoknisi, evaluasi dan mengontrol faktor-faktor lingkungan yang timbul di/dari
tempat kerja, yang mungkin mengakibatkan sakit, gangguan kesehatan atau rasa kenyamanan
dan menyebabkan menurunnya efisiensi kerja diantara para pekerja..…
Kesehatan kerja ,menurut defenisi bersama antara ― ILO & WHO ― berisikan hal-hal sebagi
berikut : (a) meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setingginya baik jasmani,
rohani, maupun sosial tenaga kerja dalam semua jabatan atau lapangan kerja. (b) mencegah
timbulnya gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh kondisi kerja (c) melindungi tenaga kerja
dalam pekerjaan terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan., (d) menempatkan tenaga
kerja dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan faal badan dan rohaninya .
Keselamatan kerja , menurut America Society of safety and Engineering (ASSE) diartikan
sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada
kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja, dan (sesuai UU No.1 tahun 1970 ), adalah
keselamatan yang bertalian dengan mesin/alat, bahan baku, lingkungan tempat kerja, serta cara
melakuakan pekerjaan, yang bebas dari interaksi Lingkungan Kerja :
Aarea / ruang yang dipergunakan untuk aktivitas industri antara lain : tempat/ ruang kerja, ruang/
tempat penyimpanan bahan baku hasil produksi, ruang/ tempat proses berikut, dan semua benda-
benda di sekitarnya, mesin dan bahan baku.
Faktor-Faktor Lingkungan Kerja :
adalah unsur-unsur dari linkungan kerja yang dapat mengakibatkan sakit, gangguan kesehatan,
ketidak nyamanan dan keselamatan dalam bekerja, sehinga mengakibatkan efisiensi kerja
menurun. Faktor-faktor lingkungan kerja yaitu, unsur fisika, kimia, biologi, dan ergonomi ….
Nilai Ambang Batas (NAB),
adalah kadar suatu substansi dalam udara/tempat kerja yang merupakan pedoman pengendalian,
agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya dengan tidak mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan atau kenikmatan kerja dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak boleh
lebih 8 jam sehari atau 40 jam seminggu ….
TLV (Threshold Limit Values),
adalah kosentrasi air bone dari suatu subtansi diudara/tempat kerja yang mana memapar tenaga
kerja selama jam kerja secara berulang-ulang setiap hari kerja, dianggap tidak menimbulkan
dampak
TLV- TWA (Time Weigthed Average),
adalah kosentrasi rata-rata dari substansi diudara/tempat kerja yang mana memapar para pekerja
selama jam kerja, 8 jam per hari 40 jam per minggu, dianggap tidak menimbulkan dampak. ..
Ruang Lingkup
Ruang linngkup higiene indutri meliputi : (a) antisipasi dan rekognisi (debu, gas, uap, logam
berat, non logam, vapor, fume, asap, panas, getaran, ioniasing radiation, tekanan, suhu, listrik,
bising, pencahayaan, dan gelombang elektromagnitik) (b) evaluasi (konsep identifikasi dan
penilaian resiko, sampling partikel, samling gas dan uap), dan (c) kontrol (Hirarki Kontrol,
ventilasi, dan alat pelindung diri)
Ruang lingkup faktor- faktor lingkungan kerja di industri terdiri dari : (a) faktor fisik (panas,
cahaya, noise, vibrasi, ioniasing radiation, debu, tekanan, suhu, listrik, gelombang
elektromagnitik, dll ), (b) faktor kimia ( logam berat, non logam, gas, vapor, uap, fume, asap ,
dll), (c) factor biologie ( jamur, bakteri, dll), dan (d) factor ergonomi.
III. Antisipasi dan rekognisi
pelaksanaan program higiene industri/program lingkungan kerja dan Keselamatan kerja di
industri terdiri dari 5 (lima ) komponen dasar, meliputi : (1) Pengenalan bahaya beresiko (Hazard
regenition ) (2) Idenfikasi bahaya (Hazard identification) (3) Evaluasi bahaya (Hazard evaluation
), (4) Pengendalian bahaya (Hazard control), dan (5) Pendidikan dan pelatihan karjawan
Tekink – Teknik Identifikasi
Mengidentifikasi daerah – daerah kritis atau bagian- bagian dalam rencana dianggap lemah atau
menurut dugaan kemungkinan terjadinya penyimpangan adanya resiko bahaya yang lebih besar.
Dengan chek list dan monitoring akan mendapatkan data atau sumber-sumber informasi tersebut,
bahaya dapat diramalkan (foreseeable) yang timbul dari semua kegiatan yang berpotensi
membahayakan kesehatan dan keselamatan. Sumber- sumber informasi untuk mendapatkan
suatu identifikasi bahaya, yaitu melalui : (1) Material Safety Data Sheets (MSDS), (2) Data
satistik kecelakaan yang bersifat nasioanal atau sektoral, (3) Industrial Chemical Notification and
Assessment Scheme (ICNAS), (4) Cheklist, (5) Job Hazard Analysis (JHA) atau Job Safety
Analysis/JSA ( metode observasi, diskusi, review), (6) Failure Mode Effect Analysis (FMEA),
(7) Hazard Operability Study (HAZOP)
Penilaian Resiko Bahaya.
Penilaian resiko dimulai dari perkiraaan : (1 )Potensiko resiko bahaya, (2)Jenis bahaya dan
besarnya resiko, (3) Jumlah dan karakteristik tingkat pemaparan, dan (4) Dampak terhadap
lingkungan,
Evaluasi Bahaya
Ada dua macam evaluasi bahaya , yaitu (1) evaluasi pemaparan (exposed) udara lingkungan
kerja dan, (2) evaluasi pemaparan biologi. Sedangkan tujuan evaluasi bahaya, yaitu pemaparan
terhadap bahan- bahan berbahaya di tempat kerja atau dilingkungan kerja adalah ingin
mengetahui apakah tingkat pemaparan yang sedang berjalan masih dibawah dari nilai batas
pemaparan yang diperbolehkan oleh perundang- undangan. Di Indonesia perihal batas
pemaparan dituangkan dalan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
31/Men/X/2011, tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika dan faktor kimia di tempat
kerja. Istilah nilai ambang batas sama dengan Threshold Limit Values (TLV), dalam kepustakaan
bahasa Inggris di negara- negara antara lain Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Eropa, Australia
dan Jepang.
Estimasi Resiko Secara Kualitatif
Pendekatan quantitative dibuat dalam skalah frekwensi dan disesuaikan dengan standard yang
ditetapkan oleh perusahaan. Pendekatan ini cenderung digunakan pada industri manufakturing,
yang didalam proses produksinya tidak menggunakan proses parameter yang bisa berubah- ubah.
Yang dimaksud proses dengan parameter adalah proses yang banyak mengutamakan tekanan,
suhu, aliran proses, perubahan bahan baku dsb .
Evaluasi Program
Dalam mengevaluasi pelaksanaan program analisa resiko bahaya di industri dalam menghindari
atau memanimalkan resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta segala bentuk kerugian
perusahan yang diakibatkan oleh faktor -faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja :
IV. Metode Sampling
Program Monitoring
Monitoring didefenisikan sebagai aktivitas yang terkait dengan kesehatan pekerja, yang
dilakukan secara sistematis atau berulang -ulang yang dirancang untuk kemudian dapat
dilakukan tindakan perbaikan atau koreksi batasan ini dipakai (NIOSH = National Instiatute of
Occupational Safety and Health) , (OSHA = Occupational Safety and Health Administration),
dan juga di negara Eropa (EEC = European Economic Community ). Ada tiga macam program
monitorig yang dapat dipakai untuk mengevaluasi resiko keselamatan dan kesehatan kerja karena
pemaparan (exposed) di tempat kerja : (1) Ambient monitoring, yaitu pengukuran terhadap
bahan yang ada diluar atau disekitar kita, misalnya di udara/atmospheric monitoring, (2)
Biological monitoring of exposure, yaitu pengukuran dan pengkajian bahan kimia atau
metabolitnya dalam jaringan tubuh, sekret, untuk menilai pemaparan dan resikonya terhadap
kesehatan, apakah tingkat pemaparan yang sedang berjalan masih dibawah dari nilai batas
pemaparan yang diperbolehkan oleh perundang-undangan atau membandingkan dengan rujukan
yang sesuai, (3) Health surveillance, yaitu program- program pemeriksaan kesehatan secara
berkala pada tenaga kerja yang terpapar (exposed)
Program-program monitoring ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelompok pekerja yang
beresiko tinggi, yaitu pekerja yang berkontak langsung dengan produk dalam suatu line produksi
.
Metode Sampling
Secara umum pendekatan cara sampling dilakukan dengan dua cara, yaitu ; (a) Direct reading
(real time sampling), (b) Sampling inegerated (sampling medium). Media sampling merupakan
bahan yang digunakan untuk mengukur kontaminan melalui proses penganalisaan di
laboratorium untuk menentukan kosentarsi kontaminan yang ada dalam udara .
Teknik Pengumpulan Sampel
Teknik pengukuran udara di lngkungan tempat kerja bertujuan untuk mengetahui konsentrasi zat
pencemar yang ada di udara. Data hasil pengukuran tersebut sangat diperlukan untuk berbagai
kepentingan, diantaranya untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di lingkungan tempat
kerja atau untuk menilai keberhasilan program pengendalian pencemaran udara yang sedang
dijalankan.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid (yang representatif) , maka dari mulai
pengambilan contoh udara ( sampling) sampai dengan analisis di laboratorium harus
menggunakan peralatan, prosedur dan operator (teknisi, laboran ,analis dan chemist) yang dapat
dipertanggung jawabkan .
Teknik Sampling Kulaitas Udara
Teknik sampling kualitas udara dilihat lokasi pemantauannya terbagi dalam dua kategori yaitu
(a) teknik sampling udara emisi ,dan (b) teknik sampling udara ambien. Sampling udara emisi
adalah teknik sampling udara pada sumbernya seperti cerobong pabrik dan saluran knalpot
kendaraan bermotor. Teknik sampling kualitas udara ambien adalah sampling kualitas udara
pada media penerima polutan udara/emisi udara. Untuk sampling kualitas udara ambien, teknik
pengambilan sampel kualitas udara ambien saat ini terbagi dalam dua kelompok besar yaitu
pemantauan kualitas udara secara aktif (konvensional) dan secara pasif.
Metode analisa
Teknik pengumpulan gas yang umum digunakan untuk menangkap gas pencemar di udara adalah
dengan teknik adsorpsi, desorbsi, pendinginan dan pengumpulan pada kantong udara (bag
sampler atau tube sampler).
Teknik Adsorpsi
Teknik adsorpsi adalah teknik pengumpulan gas berdasarkan kemampuan gas pencemar
terabsorpsi /bereaksi dengan larutan pereaksi spesifik (larutan absorben). Pereaksi kimia yang
digunakan harus spesifik artinya hanya dapat bereaksi dengan gas pencemar tertentu yang akan
di analisis. Dalam melakukan pengumpulan gas pencemar dengan metode ini , perlu diperhatikan
efisiensi pengumpulan gas pencemar . Untuk itu, dalam pelaksanaannya harus digunakan alat
absorber , pereaksi kimia , waktu sampling dan laju aliran yang sesuai dengan prosedur standar
yang ditetapkan. Susunan Peralatan Pengumpulan Gas /Debu Untuk pengumpulan contoh gas
pencemar atau debu diperlukan peralatan pengambilan contoh udara yang pada umumnya terdiri
dari collector, flowmeter dan pompa vacuum. Flowmeter (rotameter ) : berfungsi untuk
mengetahui laju aliran udara ambien yang terkumpul, sehingga volume gas /udara yang
dikumpulkan dapat diketahui. Pompa vacuum : berfungsi untuk menarik gas /udara dari luar
masuk ke dalam colletor dan flowmeter. Konfigurasi susunan peralatan sampling gas yang
umum adalah sebagai berikut:
Teknik desorbsi
Teknik desorbsi berdasarkan kemampuan gas pencemar terdesorbsi pada permukaan padat
adsorbent . Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif, TENAX-GC atau
Amberlite XAD). Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa
hidrokarbon , benzene, toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada
permukaan adsorben yang digunakan
Metode pengukuran (Sulfur dioksida -SO2) di udara
Metode
Metode yang digunakan untuk pengujian kadar SO2 di udara memakai metode pararosaniline-
spectrofotometri. Acuan : metode pararosaniline-spectrofotometri (referensi : Methods of air
sampling and analysis 3rd edition James P.Lodge,JR, Metode 704 A)
Prinsip Dasar
SO2 di udara diserap/diabsoprsi oleh larutan kalium tetra kloromercurate (absorbent) dengan laju
flowrate 1 liter/menit. SO2 bereaksi dengan kalium tetra kloromercurate membentuk komplek
diklorosulfitomercurate . Dengan penambahan pararosaniline dan formaldehide akan membentuk
senyawa pararosaniline metil sulfonat yang berwarna ungu kemerahan. Intensitas warna diukur
dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 560 nm.
Dasar pengukuran gas SO2 dengan UV-spectrofotometri.
Prinsip dasar pengukuran gas SO2 dengan sinar ultra violet adalah berdasarkan kemampuan
molekul SO2 berinteraksi dengan cahaya pada panjang gelombang 190 –230 nm, menyebabkan
elektron terluar dari molekul gas SO2 akan tereksitasi pada tingkat energi yang lebih tinggi
(excited state). Elektron pada posisi tereksitasi akan kembali ke posisi ground state dengan
melepaskan energi dalam bentuk panjang gelombang tertentu . Dengan mengukur intensitas
cahaya tersebut maka dapat ditentukan konsentrasi gas SO2. Metode ini praktis mudah
dioperasikan , stabil dan akurat, metode ini metode yang dipakai untuk alat pemantauan kualitas
udara scara automatik dan kontinyu. Perlu diketahui bahwa ketelitian dan keakuratan metode ini
, sangat dipengarhui oleh sistem kalibrasi alat tersebut . Pada gambar,- 4.4, diperlihatkan skema
alat SO2 analyzer.
V. Lingkungan Kerja Fisika
5.1. Noise /bising
Noise /bising adalah suara yang tidak diingginkan yang berasal dari sumber suara, yang
merupakan arus energi yang berbentuk gelombang suara dan mempunyai tekanan yang berubah-
ubah tergantung pada sumbernya (kebisingan) hingga sampai pada telinga dan meramgsang
pendengaran.
Karakteristik Noise /bising
Frequensi (Hz) Dinyatakan dalam waktu getaran per-detik atau disebut Hertz, dari kurva
gelombang/panjang gelombang yang mempunyai intensitas sampai ketelinga setiap detik. Untuk
menentukan tinggi rendahnya nada suara tergantung atas besarnya frequensi yang diberikan oleh
sumber suara.Suara yang dapat diterima/ didengar oleh telinga manusia dalam rentang 20 Hz
samapai dengan 20.000 Hz (20k Hz), sedangkan percakapan antar manusia antara 250 Hz sampai
dengan 3.000 Hz (3k Hz).Telingah manusia umumnya memiliki sensitifitas pada frekwensi
antara 1000 Hz hingga 4000 Hz
) dan sebesar frequensi ( f ) : Velocity/kecepatan, Kecepatan bunyi ( V ) tergantung pada
jumlah panjang gelombang (
Intensitas : (dB) ; Arus energi persatuan luas, biasanya dinyatakan dalam satuan logaritma yang
disebut desibel (dB) dengan perbandingan tekanan dasar sebesar 0,0002 dyne/cm2 dengan
frequensi 1.000 Hertz, (atau 0,00002 Pascal dengan frequensi 1k Hz) yang tepat dapat didengar
oleh telinga normal (WHO, 1993). Besarnya tekanan yang membuat fluktuasi tekanan atmosfir
ini, merupakan ukuran dari kekuatan gelombang suara, dengan satuan mikropascal (µPa),
Newton per meter kodrat (N/m2), bars), atau dyne per centimeter kodrat (dyne/cm2). mikrobars
(
Kebisingan industri
Lingkungan industri kebisingan berasal lebih dari satu sumber bunyi yang tidak bias diabaikan.
Banyak pendekatan yang digunakan untuk perhitungan intesitas bunyi dengan decibel logaritme,
bukan dihitung dengan rata-rata. Pemaparan bising di tempat kerja,diperkrakran 120 juta orang
memiliki masalah kehilangan daya dengar, di Amerika Serikat, tahun 1981 kurang lebih 9 Juta
orang terpapar bising ditemapat kerja lebih besar dari 85 dBA, tahu 1990 angka ini meningkat
hingga 30 juta orang, pada industri manufaktur, di-Jerman dan Negara- Negara berkembang
lainnya sebayak 4 -5 juta, 12 – 15 % dari keseluruhan pekerja terpapar bising lebih besar 85 dBA
Jenis paparan bising
Secara garis besar sumber kebisingan terdiri dari : (1)Kontinu Noise ; yaitu noise secara terus
menerus dengan level spektrum yang konstan dengan lama waktu pemaparan selama 8 jam kerja
per-hari atau 40 jam per-minggu. (2) Intermittent Noise ; yaitu noise secara terputus-putus dalam
selang waktu tertentu. (3) Impact-Type Noise ; yaitu Noise secara implusive yang sifatnya
berupa kejutan. (Olishifsky, J.B 1988 : 176), (4) Bising Fluktuatif ; tingkat kebisingan naik turun
secara cepat, (5) Bising Nada Tunggal ; merupakan bising yang dominan pada sebuah frekwensi,
Contoh ; bising motor pada mesin, gear box, fan dan pompa, (6) Bising Frekwensi Rendah ;
dominan pada rentang frekwensi 8 – 100 Hz, tipe ini terdapat pada mesin-mesin diesel
besar,kereta apai, poeer plant
Teknik pengendalian bising
Setelah melakukan identifikasi bahaya bising,urutan langkah yang diambil dala melakukan
teknik pegendalian kesisingan adalh sebagai berikut : (a) Melakukan studi kelayakan, (b)
Memilih metode, bahan-bahan termasuk desain instalasi, (c) Melakukan evaluasi terhadap
metode pengendalian bising yang hendak diaplikasikan, dan (d) Mengimplementasikan
perubahan dan modifikasi
5.2. Getran/Vibrasi
Dalam proses industri, banyak dijumpai adanya bermacam bentuk serta ukuran mesin, yang
selain kerjanya rumit . Kerusakan yang tedadi secara mendadak dari mesin-mesin yang sedang
dioperasikan akan berakibat terhentinya proses produksi, terbuangnya jam kerja karyawan serta
pengeluaran biaya perbaikan yang mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, diperlukan
usaha perawatan serta mengetahui kondisi-kondisi dan batas dari mesin yang dioperasikan,
sehingga tindakan penyelamatan dapat cepat diambil jika kondisi batas tersebut dicapai dan
kerusakan lebih parah dapat dihindari. Sifat-sifat getaran yang ditimbulkan pada suatu mesin
dapat menggambarkan kondisi gerakan-gerakan yang tidak diinginkan pada komponen –
komponen mesin, sehingga pengukuran, dan analisa getaran dapat dipergunakan untuk
mendiagnosa kondisi suatu mesin, sebagai contoh – adanya roda gigi yang telah aus akan
menimbulkan getaran dengan amplitude yang tinggi pada frekuensi sesuai dengan frekuensi
toothmesh (RPM kali jumlah gigi). Adanya unbalance (ketidakseimbangan) putaran akan
menimbulkan getaran dengan level tinggi pada frekuensi yang sama dengan rpm poros itu
sendiri. Teknologi pengukuran getaran telah berkembang dengan pesat dan bisa dipakai untuk
menyelidiki dan memonitor kondisi mesin-mesin modern yang mempunyai putaran tinggi.
Dengan teknik ini suatu mesin yang berputar dapat dimonitor pada posisi tertentu untuk
mengetahui kondisinya. Tujuan utamanya adalah untuk mengamankan mesin dan memprediksi
kerusakan yang akan mungkin terjadi
Umumnya getaran/vibrasi terjadi karena adanya efek- efek dinamis dari toleransi- toleransi
perapatan, perengganan, kontak- kontak berputar dan bergesek antara elemen- elemen mesin
serta gaya- gaya yang menimbulkan suatu momen yang tidak seimbang pada elemen- elemen
tersebut. Isolasi yang kecil saja dapat memacu timbulnya efek resonansi dari beberapa
bagian/struktur, dan diperkuat sehingga menjadi sumber- sumber kebisingan dan getaran utama.
Pengertian
Getaran/vibrasi adalah gerak isolasi periodik yang bergerak bolak- balik melalui lintasan yang
sama, dimana terjadi suatu cycle (putaran) dalam selang wakru satu detik (rad/sec), yaitu disebut
frequensi dalam satuan hertz = Hz.
Getaran Mesin
Getaran mesin adalah gerakan suatu bagian mesin maju dan mundur (bolak-balik) dari keadaan
diam/netral, (F=0). Contoh sederhana untuk menunjukkan suatu getaran adalah pegas.
Karakteristik getaran
Menurut (R.S. Rao & K.Gupta 1984 : 6 – 7), karakteristik yang menetapkan besarnya tingkat
getaran ditentukan oleh amplitude getaran yang berhubungan antara titik puncak ke puncak, titik
puncak, titik rata- rata, dan tingkat Root Mean. Kondisi suatu mesin dan masalah-masalah
mekanik yang terjadi dapat diketahui dengan mengukur karakteristik getaran pada mesin
tersebut. Karakteristik- karakteristik getaran yang penting antara lain adalah ;Frekuensi Getaran,
Perpindahan Getaran. (Vibration Displacement), Kecepatan Getaran (Vibration Velocity),
Percepatan Getaran (Vibration Acceleration), dan Phase Getaran
Frekuensi Getaran
Gerakan periodik atau getaran selalu berhubungan dengan frekuensi yang menyatakan
banyaknya gerakan bolak-balik (satu siklus penuh) tiap satuan waktu. Hubungan antara frekuensi
dan periode suatu getaran dapat dinyatakan dengan rumus sederhana:
frekuensi = 1/periode
frekuensi dari getaran tersebut biasanya dinyatakan sebagai jumlah siklus getaran yang terjadi
tiap menit (CPM = Cycles Per Minute). Sebagai contoh sebuah mesin bergetar 60 kali (siklus;
dalam 1 menit maka frekwensi getaran mesin tersebut adalah 60 CPM. Frekuensi bisa juga
dinyatakan dalam CPS (Cycles Per Second) atau Hertz dan putaran dinyatakandalam revolution
per minute (RPM).
Perpindahan Getaran ( Vibration Displacement )
Jarak yang ditempuh dari suatu puncak (A) ke puncak yang lain (C) disebut perpindahan dari
puncak ke puncak (peak to peak displacement). Perpindahan tersebut pada umumnya dinyatakan
dalam satuan mikron (μm) atau mils. Pengukuran perpindahan (deplacement) lebih menitik
beratkan pada komponen- komponen frequensi rendah, dan sebaliknya pengukuran percepatan
(acceleration) akan menitik beratkan pada frequensi tinggi. Jika perengganan- perengganan kecil
antara bagian- bagian mesin yang sedang diselidiki, maka perpindahan getaran/vibrasi menjadi
pertimbangan, dan digunakan sebagai petunjuknya adanya ketidak seimbangan (unbalance) pada
bagian- bagian mesin yang berputar, karena perpindahan yang cukup besar terjadi pada frequensi
putaran poros engkol (terutama pada motor- motor putaran tinggi).
Kecepatan Getaran ( Vibration Velocity )
Karena getaran merupakan suatu gerakan, maka getaran tersebut pasti mempunyai kecepatan.
Pada gerak periodik (getaran) seperti pada gambar, 5.12; kecepatan maksimum terjadi pada titik
B (posisi netral) sedangkan kecepatan minimum (=O) terjadi pada titik A dan titik C. Kecepatan
getaran ini biasanya dalam satuan mm/det (peak). Karena kecepatan ini selalu berubah secara
sinusoida, maka seringkali digunakan pula satuan mm/sec (RMS). nilai peak = 1,414 x nilai
RMS
Percepatan Getaran ( Acceleration )
Karakteristik getaran lain dan juga penting adalah percepatan. Pada gambar 1.2, dititik A atau C
kecepatan getaran adalah nol tetapi pada bagian-bagian tersebut akan mengalami percepatan
yang maksimum. Sedang pada titik B (netral) percepatan getaran adalah nol. Secara teknis
percepatan adalah laju perubahan dari kecepatan. Percepatan getaran pada umumnya dinyatakan
dalam, satuan ―g‘s‘ peak, dimana satu ―g‖ adalah percepatan yang disebabkan oleh gaya
gravitasi pada permukaan bumi. Sesuai dengan perjanjian intemasional satuan gravitasi pada
permukaan bumi adalah 980,665cm/det2(386,087inc/det2 atau 32,1739 feet/40).
Phase Getaran
Pengukuran phase getaran memberikan informasi untuk menentukan bagaimana suatu bagian
bergetar relatif terhadap bagian yang lain, atau untuk menentukan posisi suatu bagian yang
bergetar pada suatu saat, terhadap suatu referensi atau terhadap bagian lain yang bergetar dengan
frekuensi yang sama.
Beberapa contoh pengukuran phase :
Pola Pemaparan
Rekomendasi Internasional yang menyangkut hubungan getaran/vibrasi dengan tubuh manusia
berdasarkan Internasional Standard Organisation ISO 2631 – 1978 menetapkan kurva batas
untuk lama berlangsungnya getaran/vibrasi dari 1 menit hingga 12 jam didaerah frequensi
dimana tubuh manusia paling peka, yaitu antara 1 Hz sampai dengan 80 Hz, dimana tubuh
terkena getaran/vibrasi melalui : (1), kaki bagi orang yang berdiri, (2) pantat bagi orang yang
duduk, dan (3) seluruh tubuh bagi orang yang berbaring.. Kerangka tubuh manusia, alat-alat dan
otot memiliki sifat elastis dan kelembaban secara bersama-sama menerima frequensi dan
intensitas getaran dari sumbernya. Untuk susunan demikian merupakan massa penghantar
getaran mekanis yang sesuai dengan frequensi getaran tubuh manusia, maka sistem pada tubuh
akan beresonasi terhadap getaran seperti pada gambar, 5.19, misalnya pada (kepala ca. 25 hz,
struktur mata 30 – 80 hz, sistem lengan bahu 4 – 5 hz, sistem dada dan perut 10 – 12 hz, dan
tungkai 2 – 20 hz). Menurut (ACGIH,1995-1996: 80) Internasional Standard ISO 5349
(1986)/ANSI.S3,34, tubuh manusia yang paling peka menerima getaran antara 5 – 1.500 Hz
Pengukuran Getaran di Tempat Kerja
Salah satu pengukuran lingkungan yang dilakukan di tempat kerja adalah pengukuran getaran
yang dlakukan pada titik-titik yang terdapat kontak atau terdapat aktifitas dari pekerja.
Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan alat khusus, yaitu Vibration Meter.
Seluruh hasil pengukuran di catat dan di dokumentasikan,dan dibandigkan dengan. NAB (Nilai
Ambang Batas) faktor fisika dari getaran yang diizinkan di tempat kerja, berdasarkan
Kepmenaker Nomor : Kep-51.Men/1999.Metode uji : Seperti yang didefinisikan oleh (ISO
5349:1986, ANSI S3.34-1986).
5.3. Lighting/Pencahayaan
Permasalahan pencahayaan adalah berhubungan dengan sifat-sifat indera penglihatan manusia
serta usaha-usaha yang dilakukan untuk melihat benda-benda yang ada disekitarnya dengan
mudah. Suatu hal yang perlu diperhatikan ialah kenapa seseorang disuatu tempat dapat melihat
benda-benda dengan mudah dan cepat, sementara ditempat yang lain dia harus berusaha lebih
keras. Pencahayaan dilingkungan kerja akan memberikan jarak penglihatan kepada benda-benda
serta kesadaran ruang dan jarak (space), sehingga memungkinkan tenaga kerja untuk melihat
benda-benda secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Lebih dari pada itu
pencahayaan yang baik akan mengurangi kekeliruan-kekeliruan dalam pekerjaan yang bersifat
visual, mengurangi kecelakaan dan mendatangkan suasana yang lebih kondusif dilingkungan
kerja. Keadaan ini akan menimbulkan rasa aman bagi tenaga kerja selama dia berkerja sehingga
memungkinkan mereka untuk bekerja dengan produktif. Pencahayaan perlu didesign
sebagaimana mestinya agar sesuai dengan kebutuhan cahaya disuatu tempat dengan jenis
pekerjaan tertentu, dan juga agar diserasikan dengan ruangan/tempat (spatial), sekaligus
termasuk rencana prosedur perbaikannya nanti. Suatu cara untuk menilai apakah pencahayaan
sudah didesign dan diatur dengan semestinya, adalah dengan melakukan survey dan evaluasi
secara priodik .Didalam survey dan evaluasi pencahayaan pada suatu lingkungan kerja adalah
penting untuk menjalankan suatu survey yang efektif dan ini dapat dilakukan dengan
pengetahuan tentang terminologi pencahayaan, mengadakan rekomendasi tentang kualitas dan
jumlah pencahayaan dan prosedur design. Sedangkan efek- efek kesehatan dari pencahayaan
adalah , kelalahan mata, kelelahan mental, keluhan- keluhan didaerah mata,sakit kepala sekitar
mata, dan kerusakan alat penglihatan.
Termologi Pencahayaan
Lighting, yaitu intensitas cahaya yang dibutuhkan guna membantu mata untuk melihat dan
memeriksa dalam suatu pekerjaan dalam suatu proses produksi guna mengurangi kecelakaan
kerja . Istilah-istilah yang paling sering digunakan didalam design dan evaluasi pada tempat-
tempat atau ruangan -ruangan yang diberi pencahayaan meliputi : intensitas illuminasi, lumen,
level illuminasi, luminance dan reflectance. Satuan-satuan yang paling sering adalah : candela,
lumen, footcandle atau lux dan footlambert.
Intensitas ( kadar ) illuminasi,
Menunjukkan berapa banyak cahaya (kepadatan cahaya) yang dikeluarkan oleh suatu sumber
cahaya dengan arah tertentu. Satuan dari intensitas illuminasi adalah ―candela ( Cd ) yang berasal
dari kata candle ( = lilin ). 1 lux (lx) = 1 lumen (lm) per meter kodrat, 1 candle = 4 lumen
Lumen,
Lumen ( lm ) adalah satuan ukuran dari aliran sinar yang keluar dari sumber sinar.
Sebuah lampu pijar 100 watt mengeluarkan sinar mula-mula 1700 lm keseluruh arah dan
fluorescent lamp (neon) mengeluarkan mula-mula 3200 lm.
Level illuminasi,
Adalah banyaknya cahaya yang jatuh pada permukaan sebuah bidang, diukur dalam satuan
footcandle atau lux. Sebuah sumber cahaya 100 lm jatuh pada permukaan meja seluas 1 ft2 ,
maka level illuminasi pada permukaan meja adalah 100 footcandles. Begitu pula suatu
permukaan berjarak 1 ft dari suatu sumber cahaya dengan intensitas 100 Candela, akan
mempunyai level illuminasi 100 footcandles. Jika area permukaan yang dikenai sinar tersebut
diukur dalam satuan meter persegi (m2), maka level illuminasi diukur dalam satuan lux.
Luminance ( kecerahan ),
Luminance atau photometric brightness adalah ukuran dari banyaknya cahaya yang dipancarkan
dari permukaan sebuah sumber sinar atau cahaya yang terpantul dari suatu permukaan yang
dikenai cahaya. Satuan yang dipakai adalah footlambert apabila area permukaan itu dihitung
dalam squarefoot (ft2). Suatu permukaan yang mancarkan I lm/ft2 mempunyai luminance
sebesar 1 footlambert. Jika permukaan diukur dalam satuan m2 maka luminance diukur dalam
satuan Candelas / m2 . Sebuah lampu neon 40 watt mempunyai luminance ± 240 footlambert.
Pencahayaan Untuk Penyelenggaraan Pekerjaan.
Kegunaan pencahayaan dilingkungan industri adalah untuk melihat dengan mudah pekerjaan-
pekerjaan yang bersifat visual, memberikan lingkungan kerja yang aman, dan
menjaga/mempertahankan efisiensi kerja. Keuntungan yang diperoleh dari pencahayaan yang
baik antara lain : mengurangi kekeliruan/resiko kecelakaan, memperbesar produksi, dan
memperbaiki housekeeping.
Pencahayaan tempat kerja akan berpengaruh secara langsung terhadap kapasitas visual pekerja
Kapasitas Visual Pekerja.
Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat visual di industri, derajat kesulitan bagi para pekerjanya akan
bervariasi tergantung dari : (a) tajam visual, (b) peka kontras, dan (c) kecepatan persepsi.
Tajam Visual , adalah kemampuan untuk membedakan secara cermat antara objek dengan
pelatarannya. Huruf-huruf pada circuit board printer lebih sukar dilihat dibandingkan apabila
huruf-huruf itu telah tercetak dihalaman kertas meskipun ukuran huruf itu sama kecilnya.
Peka Kontras, adalah kemampuan untuk mengenali perbedaan meskipun sangat sedikit.
Pekerjaan melihat dalam keadaan kurang kontras misalnya melihat noda abu-abu pada pakaian
berwarna akan lebih sukar daripada melihat noda itu pada pakaian putih.
Kecepatan Persepsi, adalah waktu yang diperlukan antara pada saat melihat suatu objek dengan
persepsi visualnya. Kecepatan persepsi meningkat bersamaan dengan meningkatnya kecerahan
dan kekontrasan antara objek dengan pelatarannya.
Dalam praktek ternyata apabila ada peningkatan pada tajam visual maka secara serentak akan
dibarengi pula oleh peningkatan peka kontras dan kecepatan persepsi. Ini dibuktikan dari
percobaan oleh Lukiesh, bahwa meningkatnya level illuminasi dari 10 lux ke 1000 lux
menimbulkan kenaikan tajam visual dari 100 -ke 170 %, dan peka kontras menjadi 450 %. Pada
saat yang sama akan berkurangnya ketegangan otot serta angka kedipan mata. Keadaan ini boleh
jadi disebabkan berkurangnya ketegangan syaraf karena meningkatnya level illuminasi tersebut.
Pencahayaan Tempat Kerja
Derajat kesulitan untuk melihat berdasarkan pada kapasitas visual pekerja dipakai sebagai dasar
untuk menentukan level illuminasi pada area-area kerja dan jenis pekerjaannya. Misalanya
pekerjaan tidak cermat, contohnya menumpuk barang level ilumunasiasi sesuai jenis pekerjaan
antara 80 – 170 lux
Standart, Prosedur dan rekomendasi
Indonesia (Permen Perburuhan No.07/1964), American National Standard Practice for Industrial
Lighting, data rekording US IES = American Illuminating Engineering Society
Society
Mengatur pencahayaan
Kualitas pencahayaan selain ditentukan oleh level illuminasi dari sumber cahaya adalah juga
dipengaruhi oleh daya pantul (reflectance) dari permukaan bidang-bidang yang dikenai oleh
cahaya, serta efek silau yang disebabkan oleh pencahayaan itu sendiri. Daya pantul dari bidang
permukaan didalam ruangan kerja menjadi penting untuk diperhatikan sama penting dengan
kekuatan sumber cahaya itu sendiri, karena akan menentukan kecerahan (luminance) didalam
ruang kerja, sedangkan kemampuan visual sangat tergantung pada kecerahan bidang visualnya.
Oleh karena itu pemilihan atas warna dan bahan untuk dinding ruangan dan segala perabotan
didalamnya perlu diperhitungkan. Dan dengan pertimbangan ini juga akan membantu dalam hal
efisiensi pencahayaan itu sendiri.
Didalam ruang kerja, jumlah cahaya yang dipantulkan dari berbagai permukaan sebaiknya : -
langit-langit, 80 – 90 % , dinding : 40 – 60 %, mebel : 25 – 45 %, mesin; alat-alat : 30 – 50 %,
lantai : 20 – 40 %. Pada kebanyakan ruangan-ruangan tamu, kantor, ruang kelas, dan ruang kerja
lainnya, penempatan sumber cahaya (lampu) dan efek pantulannya oleh permukaan yang dipolis
(mengkilap) akan menimbulkan silau mutlak maupun silau relatif. Silau mutlak adalah silau
akibat pencahayaan yang terlalu tinggi atau pencahayaan langsung menerpa mata, sedangkan
silau relatif adalah akibat pencahayaan terlalu tinggi yang mengenai bidang visual sehingga
menimbulkan kontras yang terlalu besar. Untuk menghindari silau ini sebaiknya diatur sebagai
berikut ,Jangan ada sumber cahaya yang ditempatkan pada bidang visual pekerja, Sumber cahaya
yang tidak disaring jangan dipakai diruang kerja, Sudut antara garis pandang harizontal dengan
garis penghubung antara mata dan sumber cahaya sebaiknya lebih dari 300 , Untuk menghindari
silau karena pantulan tempat kerja harus diletakkan sedemikian rupa sehingga ―garis pandang‖
yang paling sering dipakai jangan berimpit dengan cahaya yang terpantul, Sebaiknya dihindarkan
pemakaian perabot, mesin-mesin dan lain-lain perkakas kerja yang berkilauan atau yang dipolis.
Produktifitas pencahayaan
Banyak penelitian yang menunjukkan kenaikan produksi dengan jalan memperbaiki level
illuminasi. Kenaikan itu sebagian disebabkan oleh efek langsung (persepsi visual yang makin
cepat) dan sebagian lagi oleh sebab berkurangnya kelelahan. Hasil penelitian oleh sekelompok
studi dari Jerman tentang efek dari level illuminasi terhadap kelelahan dan prestasi. Dengan
meningkatkan level illuminasi menjadi 1000 lux, tingkat kelelahan menjadi paling rendah
(berdasarkan pengukuran ambang rungu) dan jumlah kesalahan pada level ini juga berkurang.
Sedangkan hasil penelitian pada pabrik kapas di AS, dengan menaikkan level illuminasi dari 170
ke 340 lux, produksi meningkat sebesar 4,6 % dan angka cacat berkurang cukup banyak
sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan berkurang sebesar 24,5 %.
Dalam penelitian ini, maksimal peningkatan produksi dan pengurangan biaya pengobatan terjadi
setelah level illuminasi dinaikkan menjadi 750 lux. Hasil serupa terjadi juga di negara-negara
Eropa Barat lainnya, meningkatnya produksi menurunnya kesalahan dan berkurangnya angka
kecelakaan adalah sebagai manfaat langsung dari diperbaikinya pencahayaan.
5.4. Panas/Heat
Panas dapat didefinisikan sebagai energi dalam perjalanan dari objek suhu yang tingi ke objek
suhu yang lebih rendah.
Salah satu potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja dan mendapat perhatian khusus
adalah panas. Panas berlebih di tubuh baik akibat proses metabolisme tubuh maupun paparan
panas dari lingkungan kerja dapat menimbulkan masalah kesehatan (heat strain) dari yang sangat
ringan seperti heat rash, heat syncope, heat cramps, heat exhaustion hingga yang serius yaitu heat
stroke.
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas
yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya,
sangat terkait dengan laju metabolisme.
Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih
cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun
dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi
panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan
peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga
peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas
normal.
Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu
lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan
pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah
kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh
terganggu.
Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang
atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat
mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi
sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh
darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang
mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi
(kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke
kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh.
Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
Radiasi (R), adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas
inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5
– 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh.
Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh
mekanisme kehilangan panas.
Panas , adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini
dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara
bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang
terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu
tubuh.
Konduksi (KOND), adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-
benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi
sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil
karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda
relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan
proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
Evaporasi (E), atau penguapan air dari kulit , dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh.
Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh
sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi
berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari.Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus
dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena
evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system
pernafasan.
Konveksi (KONV) : Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan.
Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akan dipanaskan (dengan
melalui konduksi dan radiasi) menjadi kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin.
Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas. Sedangakan cuaca kerja dalah kombinasi
dari : (1) suhu udara, (2) kelembaban udara , (3)kecepatan gerakan dan (4) suhu radiasi, dan
kombinasi dari keempat faktor diatas dihubungkan dengan produksi panas , disebut tekanan
panas. Suhu udara diukur dengan termometer dan disebut suhu kering. Sedangkan suhu dan
kelembaban dapat diukur bersama- sama dengan ― sling psychrometer‖ atau arsmann
psychrometer‖
Pengaruh heat stress pada manusia
Tekanan panas yang mengenai tubuh manusia dapat mengakibatkan berbagai permasalahan
kesehatan hingga kematian. Pada musim panas tahun 95 100 penduduk chicago meninggal
karena gelombang panas di musim panas. Penelitian lain di Amerika menunjukkan terjadi 400
kematian setiap tahun yang diakibatkan oleh tekanan panas (Tom P. Moreau dan Michael Daater,
2005). Dari tahun 1995 hingga 2001 di Amerika juga tercatat ada 21 pemain sepakbola muda
meninggal terkena akibat heatstroke (Michael F. Bergeron,, 2005). Di Jepang dari tahun 2001-
2003 dilaporkan 483 ornag tidak masuk kerja selama lebih dari 4 hari karena penyakit akibat
panas. Dari 483 tersebut 63 orang meninggal. (Yoshi-ichiro KAMIJO and Hiroshi NOSE, 2006).
Kematian tersebut diakibatkan oleh berbagai penyakit yang diakibatkan oleh terpaan panas pada
tubuh. Berbagai penyakit tersebut meliputi:
Heat rash ; merupakan gejala awal dari yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat tekanan
panas. Penyakit ini berkaitan dengan panas, kondisi lembab dimana keringat tidak mampu
menguap dari kulit dan pakaian. Penyakit ini mungkin terjadi pada sebagaian kecil area kulit atau
bagian tubuh. Meskipun telah diobati pada area yang sakit produksi keringat tidak akan kembali
normal untuk 4 sampai 6 minggu.
Heat syncope ; adalah ganggunan induksi panas yang lebih serius. Ciri dari gangguan ini adalah
pening dan pingsan akibat berada dalam lingkungan panas pada waktu yang cukup lama.
Heat cramp ; gejala dari penyakit ini adalah rasa nyeri dan kejang pada kakai, tangan dan
abdomen dan banyak mengeluarkan keringat. Hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan
cairan dan garam selama melakukan kerja fisik yang berat di lingkungan yang panas
Heat exhaustion ; diakibatkan oleh berkurangnya cairan tubuh atau volume darah. Kondisi ini
terjadi jika jumalah air yang dikeluarkan seperti keringat melebihi dari air yang diminum selama
terkena panas. Gejalanya adalah keringat sangat banyak, kulit pucat, lemah, pening, mual,
pernapasan pendek dan cepat, pusing dan pingsan. Suhu tubuh antara (37°C – 40°C)
Heat stroke ; adalah penyakit gangguan panas yang mengancam nyawa yang terkait dengan
pekerjaan pada kondisi sangat panas dan lembab. Penyakit ini dapat menyebabkan koma dan
kematian. Gejala dari penyakit ini adalah detak jantung cepat, suhu tubuh tinggi 40o C atau
lebih, panas, kulit kering dan tampak kebiruan atau kemerahan, Tidak ada keringat di tubuh
korban, pening, menggigil, muak, pusing, kebingungan mental da pingsan.
Multiorgan-dysfunction syndrome Continuum ; adalah rangkaian sindrom/gangguan yang terjadi
pada lebih dari satu/ sebagian anggota tubuh akibat heat stroke, trauma dan lainnya.
Penyakit lain yang bias timbul adalah penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gangguan ginjal
dan gangguan psikiatri. (Climate Change and Health Office Safe Environments Programme
Health Canada, 2006)
Monitoring lingkungan kerja panas
Monitoring lingkungan kerja panas dilakukan dengan metode penilaian parameter ISBB (Indeks
Suhu Basa dan Bola), sesuai standard Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor. Kep-
51/MEN/1999, Indeks Suhu Basa dan Bola ISBB (0C)
Tujuan pengujian iklim kerja dimaksud untukmengetahui tingkat tekanan panas yang diterima
tenaga kerja yang terpapar, agar segera dapat dilakukn langkah-langkah pengendalian, dengan
teknologi pengendalian .
Cara Penilaian, ada beberapa parameter yang digunakan untuk menilai tingkat tekanan panas,
setiap parameter mempunyai kelebihan dan kekurangan untuk memilih parameter yang sesuai,
disamping harus mempelajari teori terutama faktor-faktor yang sudah diperhitungkan
didalamnya, juga perlu pengalaman dalam penerapan dilapangan berdasarkan hal tersebut di
pilih Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Perhitungan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)
menggunakan rumus atau dengan membaca monogram yang tersedia Rekomendasi ISBB 0C,
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 31/Men/X/2011, tentang Nilai
Ambang Batas (NAB) faktor fisika tempat kerja
Rumus dasar Indeks Suhu Basa dan Bola (ISBB) atau Wet Bulb Globe Temprature (WBGT),
yaitu dengan memperhitungkan radiasi sinar matahari (outdoor), umumnya pengukuran
dilakukan diluar gedung, rumus tersebut adalah sebagai berikut : ISBB = 0,7 SBA + 0,2 SG + 0,1
SK, rumus Yang di gunakan dalam gedung (indoor)adalah sebagai berikut , ISBB = 0,7 SBA +
0,3 SG
ISBB = Indeks Suhu Basa dan Bola, dalam 0C (derajat celcius)
SBA = Suhu Basa Alami, dalam 0C (derajat celcius)
SG = Suhu Globe/Bola, dalam 0C (derajat celcius)
SK = Suhu Kering, dalam 0C (derajat celcius)
5.5. Radiasi mengion dan tidak mengion
Kasus Chernobyl,(Rusia, 27 April 1986 ) , Ledakan dan kebakaran terjadi pd reaktor uranium;
kebocoran bhn radioaktif ratusan mil 2 pekerja meninggal seketika; ratusan cedera berat; 29
meninggal setlh dirawat
Radiasi —– Memancar/menjalarnya energi melalui ruang/media dalam bentuk gelombang
Radiasi 2 jenis : (a) Radiasi mengion (ioni radiation, dan (b) Radiasi tidak mengion (non-
ionizing radiation)
Radiasi mengion
Energi besar (diatas 12 Ev=elektro valensi), diakibatkan o/ disintegrasi atom membentuk ion-
Radiasi mengion dibagi 2 ; (1). Elektromagnetik : X-Ray, gamma ray ( 2). Partikel : elektron,
netron, proton, alpha. Sumber Pemaparan Radiasi Mengion :Industri tabung sinar katoda,-
Pembangkit tenaga nuklir,Pertambangan, Rumah sakit (kedokteran gigi, umum, radiologi, lab.),
Lembaga penelitian, Pertanian, dsb
Pengendalian, Isolasi peralatan dan daerah radiasi dg penyekatan, Maksimalisasi jarak,
menjauhkan tenaga kerja dari sumber radiasi, Membatasi waktu pemajanan, Pemasangan pagar,
label dan tanda peringatan bhy radiasi, Penggunaan APD(pakaian, kaca mata, Pelatihan dan
pengawasan, Emergency preparadness, kesiap-siagaan jika terjadi keadaan darurat
Penyekatan (shielding), Partikel alpha : dapat dihambat dengan bahan tipis, misalnya, kertas atau
lapisan luar kulit mati, Partikel beta :penyekatan denga bahan seperti aluminium dan plastik,
dengan ketebalan sp 1 cm, Neutron :dihambat dengan penyekatan baahn yang mengandung
kadar hidrogen tinggi, sehingga bahan cair seperti air, poliethilen, parafin dan sebagainya banyak
digunakan,
X-ray dan Gamma : Intensitas sinar x dan gamma berkurang secara exponensial dengan
ketebalan bahan. Semakin tebal dan tinggi berat jenis bahan maka semakin besar intensitas
radiasi yang diserap
Requirements of radiological protection (Int. Comm. On Radiological Protection) :No practice
shall be adopted unless its introduction produces a positive net benefit, All exposure shall be kept
as low as reasonably achievable (ALARA), economic and social factors being taken into
account, The dose equivalent to individuals shall not exceed the limits recommended for the
appropriate circumstances by the commission
Radiasi tidak mengion (Non ionizing radiation)
Radiasi pengion, trdiri dari ; (a) Energi rel. rendah ( akan memudahkan absrbsi gel mikro ke
dalam tubuh, Radiasi menyebabkan gangguan sistem syaraf, gangguan reproduksi dan dugaan
leukemia
Standar pemaparan
Standar pemaparan gel. Mikro, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
31/Men/X/2011, tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika tempat kerja untuk radiasi gel
mikro dengan frek. 3-300 GHz adalah 10 mW/cm2 berlaku untuk pemajanan seluruh tubuh dari
satu sumber pemajanan atau lebih untuk waktu maksimum 6 menit
Infra Red
Spektrum : (a) : 1 mm – 1000 nm f : 3.1011 – 3.1014 Hz, (b) –
Sumber : dapur peleburan, pengelasan, lampu pemanas/pengering
Efek kesehatan : Katarak pd mata, kulit terbakar (dugaan : gannguan reproduksi, sistem syaraf,
jantung)
Standar :10 mW/cm2 u/ radiasi infra red dg > 770 nm
Radiasi Sinar Tampak (visible spectrum)
Spektrum : (a) f : 3.1014 – 3,5.1014, (b) : 1000 nm – 500 nm
Sumber : lampu, sinar/pengelasan, dapur peleburan,
Efek untuk lingkungan kerja : pencahayaan kurang dan kesilauan (glare) : kelelahan, ketidak
nyamanan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja
Standar : Intensitas radiasi sinar tampak 10 mW/cm2 u/ 10.000 dtk (3 jam)
Ultra Violet
Spektrum : (a) : 400 nm -180 nm, (b) f : 3,5. 1014 – 3.1015 Hz
Sumber : sinar matahari, lampu merkuri/halogen, las listrik, pemotong logam
Ultra violet dibagi 3, dari segi efek yang ditimbulkan : (1) UV-A : 400-300 nm, pigmentasi kulit,
(2) UV-B : 320-280 nm, erythema pd kulit, (3) UV-C : 200-180 nm, katarak pd mata
Gelombang Radio/TV
Spektrum : (a) f : 3.105-3.108 Hz, (b) : 1000 m – 1 m
Sumber : TV, radio, sistem komunikasi, radar
Efek : Umumnya non thermal (medan listrik dan magnet) : gangguan sistem syaraf, jantung,
reproduksi, kanker pd anak2
Laser
Bentuk Klasifikasi LASER (Standard internasional)
Klas 1 : intensitas radiasi rendah, tanpa resiko
Klas 2 : intensitas rendah, memancarkan radiasi tampak (400-700 nm)
Klas 3A : intensitas lebih tinggi, memancarkan radiasi tampak
Klas 3B: intensitas tinggi, visible a/ invisible, immediate eye damage
Klas 4: intensitas tinggi, berbahaya
VI. Lingkungan Kerja Fakto Biologis di Tempat Kerja
Dimana pun Anda bekerja dan apa pun bidang pekerjaan Anda, faktor biologi merupakan salah
satu bahaya yang kemungkinan ditemukan ditempat kerja. Maksudnya faktor biologi eksternal
yang mengancam kesehatan diri kita saat bekerja. Namun demikian seringkali luput dari
perhatian, sehingga bahaya dari faktor ini tidak dikenal, dikontrol, diantisipasi dan cenderung
diabaikan sampai suatu ketika menjadi keadaan yang sulit diperbaiki. Faktor biologi ditempat
kerja umumnya dalam bentuk mikro organisma sebagai berikut :
Bakteri :
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak
bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak
dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi.
Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera,
dan sebagainya
.Virus :
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 – 300 nano meter. Virus tidak mampu
bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang
diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.
Jamur :
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi
sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau
hewan lain.
Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin ditemukan di
tempat kerja, diantaranya :
Daerah pertanian :
Llingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat terinfeksi oleh
mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma bronkhiale atau keracunan
Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.
Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) :
Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri penyebab
penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan lainnya seperti
Pneumonia.
Daerah peternakan : terutama yang mengolah kulit hewan serta produk-produk dari hewan
Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya : Anthrax yang
penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup, Brucellosis, Infeksi Salmonella.
Di Laboratorium :
Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi, terutama untuk
laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang megandung organisme
pathogen
Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami
Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti : Humidifier
fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan organisme yang
hidup pada air yang terdapat pada system pendingin, Legionnaire disease penyakit yang juga
berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.
Cara penularan kedalam tubuh manusia
Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah masuk kedalam
tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, yaitu : (1)Melalui saluran pernapasan, (2)
Melalui mulut (makanan dan minuman), (3) Melalui kulit apabila terluka
Mengontrol bahaya dari faktor biologi
Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari dengan
pencegahan antara lain dengan : (a) Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko
tertular lewat debu yang mengandung organism pathogen ,(b)Mengkarantina hewan yang
terinfeksi dan vaksinasi, (c)nImunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat
kerja, (d)Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak datu kali setiap
bulan, (e) Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya mikroorganisme yang
patogen pada system pendingin.,(f) Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana
mengotrol dan mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.