Upload
iffa
View
286
Download
21
Embed Size (px)
Citation preview
PENDAHULUAN
SISTEM IMUN TUBUH DIBEDAKAN : BAWAAN, YANG MENIMBULKAN RESPON
IMUNOLOGIK NON SPESIFIK DIPEROLEH, YANG MENIMBULKAN
RESPON IMUNOLOGIK SPESIFIK
KOMPONEN YANG BERPERAN DIGOLONGKAN DALAM:
• KOMPONEN SEL ( RESPON SELULER) • MOLEKUL / LARUT ( RESPON HUMORAL )
MACAM PEMERIKSAAN
1. UJI RESPON IMUNOLOGIK NON SPESIFIK
2. UJI RESPON IMUNOLOGIK SPESIFIK
3. DETEKSI ANTIGEN
1. UJI RESPON IMUNOLOGIK NON SPESIFIK
1.RESPON IMUN NON SPESIFIK SELULERYang berperan: sel-sel efektor/pembunuh (digolongkan
fagosit): makrofag/monosit, PMN (segmen netrofil, eosinofil)
Fagosit (in vivo) interaksi dg komponen RI non spesifik maupun RI spesifik
Proses fagositosis 3 tahap: Pengenalan & peningkatan thd substansi asing Penelanan (ingestion) Pencernaan (digestion)
RINCI:
Kemotaksis, opsonisasi, endositosis, meliputi pinositosis/ up take
terhadap non partikel misal cairan & fagositosis terhadap partikel
pembunuhan intrasel, pencernaan
Gangguan proses fagositosis dpt terjadi pd salah satu atau beberapa tahap
1.1. Macam Fagosit
Fagosit Mononuklear:
Monosit/ makrofag
Fagosit polimorfonuklear:
segmen netrofil, kadang eosinofil
Monosit/Makrofag
Monosit (sirkulasi) & makrofag (jaringan) inaktif. Rangsangan aktif Rangsangan perubahan morfologik & fungsi Fagosit PMN, :
Memiliki enzim katalase, kurang memiliki protein kation & laktoferin
Peka terhadap lebih banyak macam faktor kemotaktik Lebih mampu menelan antigen/sel sasaran yang
dilapisi antibodi Berumur panjang
PMN Neutrofil
Granulosit terbanyak dalam sirkulasi Pertama kali datang berkumpul di daerah infeksi (30-60’)
krn rangsangan faktor kemotaktik Memegang peran penting pada reaksi inflamasi sel
inflamator Populasi terbanyak dalam RI non spesifik untuk
meniadakan mikroba Memasuki jaringan hanya bila diperlukan fagosit mononuklear:
Memiliki enzim mieloperoksidase, protein kation & laktoferin Peka thd faktor kemotaktik Lebih suka menangkap partikel (lateks, fungi) Berumur pendek (2-3 hari)
PMN Eosinofil
Berfungsi sebagai fagosit, kurang efisien dibanding
neutrofil
Jumlah hanya sedikit, meningkat pada alergi, invasi
parasit
Isi granula dapat dilepaskan oleh ‘signal’ tertentu &
molekul-molekul dapat membunuh secara ekstrasel
parasit yang ukurannya terlalu besar untuk difagositosis
MACAM PEMERIKSAAN R.I NON SPESIFIK(SELULER)
Uji kelainan kuantitatif: hitung jumlah leukosit & hitung jenis leukosit darah tepi (konvensional/automatisasi)contoh: Leukositosis pd infeksi kokus/piogenik dg
peningkatan neutrofil PMN & pergeseran ke kiri Monositosis pada std penyembuhan infeksi akut,
infeksi tuberkulosa, demam tifoid Leukopeni pd infeksi virus, tifoid, akibat obat tertentu Keadaan leukopeni kronis menyebabkan terjadinya
infeksi berulang Eosinofilia pada alergi, invasi parasit tertentu
MACAM PEMERIKSAAN R.I NON SPESIFIK(SELULER)……..con’t
Uji kelainan kualitatif:
Manifestasi klinik yang tampak pada gangguan fungsi fagositosis ialah infeksi berat tanpa disertai demam.
Macam pemeriksaan: Uji hambatan migrasi leukosit Memisahkan leukosit dari eritrosit (darah heparin). Leukosit
dihisap ke dalam tabung kapiler, diinkubasikan dlm media biakan.
N: Leukosit akan bermigrasi ke luar tabung & membentuk kipas di ujung tabung
MACAM PEMERIKSAAN R.I NON SPESIFIK(SELULER)……..con’t
Uji penyaringan gangguan fagositosis (uji Nitroblue tetrazolium = NBT)
Dinilai penurunan reduksi NBT.
Individu N: bervariasi (< 25%)
Uji kemampuan leukosit untuk bereaksi dengan faktor kemotaksis
Uji fungsi membunuh mikroba dll
mikroba diinkubasikan dg PMN, dibiakan. Ada/tidaknya pertumbuhan mikroba memberi gambaran kemampuan PMN dlm membunuh mikroba tsb
MACAM PEMERIKSAAN R.I NON SPESIFIK(HUMORAL)
Penetapan kadar CRP (C-Reaktif Protein) CRP: protein fase akut yang akan kadarnya, dpt
sampai melebihi 100x normal yaitu pada keadaan infeksi/peradangan & kerusakan jaringan
Tinggi & lamanya peningkatan tergantung berat ringannya reaksi peradangan akut/kerusakan jaringan tsb
Penetapan kadar CRP memberi hasil lebih sensitif dibandingkan LED
Perbaikan/pengurangan keadaan peradangan dpt diketahui lebih cepat
MACAM PEMERIKSAAN R.I NON SPESIFIK(HUMORAL)….con’t…
Penetapan kadar komplemen
Penetapan kadar C3, C4, faktor B, properdin dapat
memberikan gambaran keadaan kadar komplemen
secara keseluruhan serta aktifasi jalur klasik (intrinsik)
atau alternatif (ekstrinsik)
2.UJI RESPONS IMUN SPESIFIK
Yang berperan: Limfosit T (seluler) & limfosit B (humoral).
Sederhana: Hitung jenis SADT perkiraan secara kasar limfosit & mengamati bentuk limfosit secara seksama dpt diperkirakan jenis limfosit (limfosit tersensitisasi tampak sbg limfosit bersitoplasma biru)
Cara lain: menghitung limfosit absolut & membedakan limfosit T & B berdasar kemampuan khas limfosit T membentuk ‘rosette’ dg eritrosit domba.
Cara handal: mendeteksi jenis limfosit dg mereaksikannya dg anti-imunoglobulin yg dilabel zat warna fluoresin kemudian dilihat di bawah mikroskop fluoresensi
RESPONS IMUN SPESIFIK (SELULER)
Limfosit T tersensitisasi transformasi, proliferasi, diferensiasi limfosit T efektor (sitotoksik), T helper (penolong), T supresor (penekan).
subsel limfosit T dibedakan dg mendeteksi reseptor antigen/petanda permukaan (surface marker)
Surface marker T helper adalah CD 4 (cluster of differentietion) & CD8 utk T sitotoksik maupun T supresor
Individu N limfosit T 75-85% total limfosit; CD4:CD8=±2:1
Uji kualitatif respons imun spesifik (seluler)
Uji transformasi limfosit
50-60% limfosit T mampu memberikan respons terhadap stimulasi dg mitogen yang dianggap menyerupai respons limfosit terhadap antigen
Uji sitotoksisitas
untuk mengukur kemampuan sitotoksisitas limfosit dalam menghancurkan sel sasaran
Uji produksi limfokin
Limfosit memproduksi bermacam-macam limfokin setelah dirangsang oleh antigen. Limfokin berguna untuk menghancurkan antigen sasaran
SEMUA UJI KUALITATIF (UJI FUNGSI) MERUPAKAN UJI IN
VITRO YANG DAPAT MEMBERIKAN HASIL YANG SANGAT
BERVARIASI, MAKA INTERPRETASI HARUS DILAKUKAN
HATI-HATI KARENA TIDAK SELALU MENCERMINKAN
KEADAAN IN VIVO SECARA TEPAT
RESPONS IMUN SPESIFIK (HUMORAL)
Limfosit B akan mengalami perubahan menjadi sel plasma untuk memproduksi antibodi/imunoglobulin
Individu N limfosit B 10-15% total limfosit
Hasil pemeriksaan imunoglobulin (kualitatif/kuantitatif) memberikan gambaran kelainan fungsi limfosit B dalam memproduksi antibodi
Selain limfosit T dan limfosit B dikenal pula populasi sel ‘Null’ atau limfosit non T non B, yaitu:
Sel N.K. (Natural Killer) berperan dalam respons imun seluler non spesifik, khususnya terhadap virus dan sel ganas
Sel K (Killer) memiliki kemampuan sitotoksisitas seluler dg bantuan antibodi ~ ADCC (= Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity
Uji Imunoglobulin
Elektroforesis protein
Utk memeriksa fraksi protein Mrpk pergerakan fase padat thd fase cair dalam
medium listrik menggunakan media penyangga antara lain ‘paper’ selulosa, asetat, agarose
Protein t.d molekul/partikel dg ukuran serta muatan listrik yang berbeda-beda bila diletakkan dalam medan listrik akan bergerak dg kecepatan berbeda. Maka dpt diperoleh pemisahan molekul/partikel scr lengkap
Imunoelektroforesis Gabungan elektroforesis dengan imunodifusi dan
reaksi antigen-antibodi dalam medium gel Fraksi-fraksi protein yg telah terpisah dg cara
elektroforesis selanjutnya direaksikan dg antiserum yang mengandung antibodi spesifik presipitat dari masing-masing fraksi yg berwujud lengkungan-lengkungan.
Tebal, panjang & bentuk lengkungan dinilai dg membandingkan kontrol
Bahan pemeriksaan: serum, urin, cairan biologis lain dipakai
Dapat dipakai utk mendeteksi antigen tertentu & perubahan kualitatif imunoglobulin
Gambaran hasil elektroforesis kelainan imunoproliferatif:
Gamopati poliklonal:
Stimulasi antigenik kronik produksi imunoglobulin (protein heterogen) akibat proliferasi sel plasma yang berasal dari berbagai clone.
Gambaran: kurve puncak tumpul, dasar lebar Gamopati monoklonal:
Produksi imunoglobulin (protein homogen) akibat proliferasi sel plasma tidak terkendali yang berasal dari satu clone. Biasanya terjadi pada keganasan.
Gambaran: Kurve puncak runcing, tinggi, dasar sempit (M-spike)
3. DETEKSI ANTIGEN
Imunoasai: Teknik pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas/kadar antibodi atau antigen dalam cairan tubuh/serum seseorang.
Serologi: Ilmu yang mempelajari reaksi antigen dan antibodi in vitro
Antigen: Molekul kimia (P, KH, L) yg terdpt pd badan virus, bakteri
dsb yg mempunyai sifat merangsang pembentukan antibodi serta dpt mengikat antibodi secara selektif pada bagian struktural dari antigen tsb yg disebut ‘determinant antigen’ /epitop.
Kebanyakan antigen memiliki beberapa epitop
DETEKSI ANTIGEN
Pengertian Antigen Serologi: Menurut bentuk fisik kerjanya dibedakan menjadi:
“precipitating” dan “aglutinating” antigen Menurut penggunaan & hubungannya dg antibodi :
Antigen homolog: Antigen yang mula-mula digunakan untuk imunisasi (memacu pembentukan antibodi) kemudian direaksikan dengan antibodinya
Antigen heterolog: Antigen yang digunakan bukan antigen yang sama dengan yang dipakai untuk imunisasi, tetapi dapat bereaksi silang dengan suatu antibodi produksi antigen lain.
Antigen heterofil: Antigen alami yang tersebar luas dan dapat bereaksi silang dengan banyak macam antibodi karena memiliki epitop-epitop yang identik
DETEKSI ANTIGEN…con’t…
Antibodi Berikatan dg antigen pd “antigen binding site” Dapat mengikat komplemen Antibodi spesifik: Antibodi yg hanya dapat berikatan
dg antigen yg merangsang produksinya Antibodi non spesifik: Antibodi yg dapat berikatan
dg antigen lain dari yang merangsang produksinya yang memiliki satu atau lebih epitop yang serupa
DETEKSI ANTIGEN…con’t…
Antibodi poliklonal: Setiap antigen dpt memacu banyak clones sel plasma dan masing-masing clone dapat memproduksi 1 macam bentuk antibodi.
Respons tsb: respons sel plasma poliklonal (masing2 antibodi akan berikatan dg epitop2 yg sesuai ≈ antigen memiliki bbrp epitop)
Antibodi monoklonal: Antibodi yang berasal hanya dari satu “clone” sel plasma, merupakan antibodi homogen yang spesifik tunggal.
KONSEP DASAR IMUNOASAI
Reaksi antigen dan antibodi membentuk ikatan kompleks (Ab:Ag)
Ab + Ag Ab:Ag
Reaksi bolak balik, kompleks akan berdisosiasi:
Ab:Ag Ab + Ag
Pd saat tertentu terjadi keseimbangan bag berdisosiasi dg yg berasosiasi (equilibrium):
Ab + Ag ↔ Ab:Ag Bukan hanya antibodi yg dpt ditentukan menggunakan
antigen yg diketahui tetapi sebaliknya ≈ reverse serology, mis: Reverse Passive Hemagglutination test
KONSEP DASAR IMUNOASAI…con’t…
Afinitas antibodi: kekuatan interaksi antara antibodi dg epitop tunggal (monovalen)
Aviditas antibodi: kekuatan interaksi antibodi heterogen dg antigen multivalen.
Aviditas mrpk refleksi dari afinitas dalam jumlah binding sites
Ikatan Ag-Ab dipengaruhi bbrp faktor: Ikatan hidrogen Daya elektrostatik Ikatan van der Waals Ikatan hidrofobik
Daya Coulombic/elektrostatik:
Daya tarik menarik antara gugusan molekul antigen dengan antibodi yang mempunyai muatan listrik berlawanan. Makin dekat jarak antigen antibodi makin cepat keduanya berikatan
Daya Van der Waals:
Ikatan karena adanya kesesuaian antara antibodi dengan permukaan “determinant antigen” (epitop).
Ikatan antigen dengan antibodi merupakan ikatan reversibel & mudah berdisosiasi
KONSEP DASAR IMUNOASAI…con’t…
KONSEP DASAR IMUNOASAI…con’t…
Ukuran kuantitas Antibodi: Kualitatif; Menyatakan ada/tidaknya antibodi dalam bahan yg
diperiksa dg melihat adanya perubahan dari bahan yg diperiksa.
Contoh: uji VDRL mikro, perubahan warna pd penentuan HBs antigen secara ELISA
Semikuantitatif: Kadar antibodi atau bahan lain dalam bahan yang diperiksa ditentukan dengan cara pengenceran bahan pemeriksaan secara progresif. Kuantitas dinyatakan dlm bentuk titer. Titer adalah harga kebalikan dr pengenceran bahan pemeriksaan yg masih memberi reaksi (+).
Kuantitatif: Ditentukan dg menggunakan bbrp sera baku yg telah diketahui kadar bahan yg akan ditentukan, misal antibodi & dibuat kurva baku
MACAM-MACAM IMUNOASAI
IMUNOASAI TAK BERLABEL Faktor dasar yang mempengaruhi:
Sifat antigen Elektrolit & PH Waktu & suhu Perbandingan Ag & Ab (hasil reaksi bisa dilihat apabila terjadi
zona ekuivalen. Jk Ag>Ab prozone. Jk Ag<Ab postzone) Mekanisme daya tahan tak spesifik (misal: produk sampingan
flora normal masuk dlm cairan tubuh/serum, bahan mikrobisidal yg normal terdpt pada cairan tubuh, interferon yg dikeluarkan oleh limfosit T pd infeksi virus, dll)
JENIS IMUNOASAI TAK BERLABEL
Uji Presipitasi
Ag yg larut bereaksi dg Ab-nya akan terjadi presipitasi Uji presipitasi lempeng (slide), contoh: Uji VDRL mikro Uji presipitasi tabung (tube test), contoh: Uji VDRL makro Uji presipitasi tabung kapiler, contoh: penentuan CRP Uji presipitasi cincin, contoh: Penentuan Ab thd albumin telur Uji Difusi agar (Gel diffusion test), contoh: Penentuan bbrp Ag
atau Ab (Difusi tunggal, jarang dipakai), Penentuan Ab thd jamur (Difusi ganda sederhana), Difusi ganda majemuk
Imunoelektroforesis Imunodifusi radial (RID), contoh: Penentuan kadar Ig kelas
tertentu (IgM, IgG, IgA), penentuan HBs antiugen, Ab thd parasit. Counterimmunoelectrophoresis, contoh: Deteksi HBs Ag atau Ab Elektroimunodifusi (EID), contoh: Penentuan Ig
JENIS IMUNOASAI TAK BERLABEL…con’t…
Uji Aglutinasi
Reaksi antara Ab dg Ag seluler atau Ag pd permuk sel. (Aglutinatnya mrpk agregasi dari banyak sel) Uji aglutinasi lempeng (slide), contoh: Uji Widal Lempeng Uji aglutinasi tabung, contoh: Uji Widal, uji Weil Felix, identifikasi
bakteri, uji aglutinasi fungi, dll Uji hambatan aglutinasi, contoh: Uji konfirmasi RPHA untuk
penentuan HBsAg Aglutinasi tak langsung
• Aglutinasi pasif, contoh: Uji kehamilan, uji aglutinasi lateks• Ab inkomplet, contoh: Uji Rose-Waaler utk deteksi faktor
Rematoid
JENIS IMUNOASAI TAK BERLABEL…con’t…
Uji Hemaglutinasi
: Uji aglutinasi sel darah merah (domba) Uji Hemaglutinasi Slide & tabung Uji Hemaglutinasi langsung Uji Hemaglutinasi pasif Uji Hambatan Hemaglutinasi Uji Hambatan Hemadsorbsi Uji Hemagregasi Uji Hemaglutinasi campuran
JENIS IMUNOASAI TAK BERLABEL…con’t…
Lisis Imun & Fiksasi Komplemen Uji fiksasi komplemen, contoh: Uji Wasserman,
deteksi antibodi terhadap virus, fungi, parasit, dll Uji Hambatan Fiksasi Komplemen
JENIS IMUNOASAI TAK BERLABEL…con’t…
Uji Netralisasi:Berbagai pengenceran serum dicampur dengan sejumlah tertentu toksin atau suspensi kuman. Campuran tsb kemudian dibiarkan bereaksi kemudian diuji reaktivitas toksinnya atau viabilitas kumannya.ANTITOKSIN + TOKSIN NETRALISASI TOKSIN Netralisasi toksin:
• Uji proteksi hewan (Penentuan toksin antidifteri, antitetanus)• Uji Antistreptolisin O
Netralisasi Virus:• Uji in vivo• Uji in Ovo• Pock Reduction Test• Uji perbenihan jaringan• Plaque Reduction Test• Uji hambatan metabolik
IMUNOASAI BERLABEL
ASAI BERLABEL FLUOROSENS ASAI BERLABEL RADIOISOTOP
Radioimunoasai (RIA) radiolabelisasi dilakukan pada antigen
Imunoradiometrik asai (IRMA) radiolabelisasi dilakukan pada antibodi
LUMINESCENT IMUNOASAI (LIA)Label: bahan luminescent
ASAI BERLABEL ENSIM (EIA) EIA homogen EIA Heterogen = ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT
ASSAY (ELISA)
RADIOIMUNOASAI (RIA)
Prinsip DasarRIA didasarkan pada reaksi antara suatu antibodi dalam berbagai konsentrasi antigen. Digunakan label radioisotopik untuk membedakan fraksi antigen yang terikat pada antibodi dengan fraksi antigen yang bebas.Bila sisa antigen yang diberi label & tidak terikat pada antibodi dipisahkan dari campuran, mk jumlah antigen berlabel yg terikat pada antibodi ditentukan dengan radiation counter atau gamma counter
RIA kompetitif, dipakai untuk penentuan bahan tertentu di dalam serum penderita
IgM Captured RIA, dipakai untuk menentukan Ig M terhadap antigen
RADIOIMUNOASAI (RIA)…con’t…
Aplikasi Klinis;
Penentuan bahan dalam kadar kecil di dalam serum (AFP, CRP, hormon)
Ig M captuted RIA dipakai untuk penentuan Ig M spesifik terhadap virus poliomyelitis
Keuntungan: Timbulnya background staining dapat diabaikan (sensitivitas
terpenuhi) Disintegrasi radioaktif tak dipengaruhi oleh perubahan
fisikokimiawi (PH, konsentrasi, suhu, dll)
Kerugian: waktu paruh 125I relatif pendek
ELISA
Pemberian label enzim pada Antigen; ELISA kompetitif untuk penentuan antigen ELISA titrasi untuk penentuan antigen Solid Phase Anti-Ig M ELISA untuk penentuan antibodi (Ig M)
Pemberian Label Enzim pada Antibodi; Double antibody sandwich ELISA untuk penentuan antigen Inhibition ELISA untuk penentuan antigen
ELISA Kompetitif
Prinsip Dasar
Antigen yang diberi label dicampur dengan bahan pemeriksaan yg juga mengandung antigen yg sama dan akan ditentukan, sehingga terjadi kompetisi dalam mengikat sejumlah yang terbatas antibodi spesifik yang terikat pada fase padat.
Aktivitas enzim yang terikat berbanding terbalik dg kadar antigen yg terdapat dlm bahan pemeriksaan
Aplikasi klinis: Penentuan berbagai hormon secara kuantitatif
(T3,T4,TSH,insulin, kortisol) Penentuan protein tertentu (CRP, AFP) Penentuan kadar berbagai obat seperti digoxin
DOUBLE ANTIBODY SANDWICH ELISA
Prinsip Dasar
Bahan pemeriksaan yang mengandung antigen direaksikan dengan antibodi spesifik pertama yang terikat pada fase padat. Selanjutnya ditambahkan antibodi spesifik kedua yang berlabel enzim. Akhirnya ditambahkan substrat dari enzim tersebut.
Aktivitas enzim yang terikat berbanding lurus dengan kadar antigen dalam bahan pemeriksaan.
Aplikasi Klinis; Penentuan IgE total HBsAg Hormon
QUIZ
Apa saja yg bisa dilakukan untuk menguji adanya gangguan dalam respons imun non spesifik humoral?
Apa saja yg bisa dilakukan untuk menguji respons imun spesifik seluler?
Kekuatan yang mengikat antigen-antibodi dipengaruhi oleh apa saja?
UJI INTERAKSI ANTIGEN ANTIBODI
1. Reaksi presipitasi
- utk antibodi/antigen terlarut terbentuk presipitat
- jml antigen & antibodi hrs seimbang
2. Reaksi aglutinasi
- utk antibodi/antigen btk partikel terbentuk aglutinasi
- jml antigen & antibodi hrs seimbang
- m/ : Widal, gol darah, tes kehamilan
3. Interaksi antigen antibodi tingkat molekuler
RIA (radio immunoassay)
ELISA ( enzyme linked immunosorbent assay)