dasar teori bioetanol.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 dasar teori bioetanol.docx

    1/7

    BAB IV

    PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIOMASSA DENGAN FERMENTASI

    MENGGUNAKAN Saccharomyces sp.

    I. TUJUAN

    1. Menggunakan karbohidrat kompleks dari biomassa menjadi gula sederhana

    melalui reaksi hidrolisis dengan katalis asam kuat.

    2. Mengolah hidrolisat dari biomassa menjadi alkohol melalui proses

    fermentasi.

    3.

    Menghitung yield bioetanol yang dihasilkan.

    II.DASAR TEORI

    1.

    Bioetanol

    Bioetanol adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari

    sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol saat

    ini yang diproduksi umumnya berasal dari etanol generasi pertama, yaitu

    etanol yang dibuat dari gula (tebu, molases) atau pati-patian (jagung,

    singkong, dll). Bahan-bahan tersebut adalah bahan pangan (Bambang

    Prastowo, 2007).

    Pembuatan bioetanol bukan merupakan suatu hal yang baru. Secara

    umum, proses pengolahan bahan berpati/karbohidrat seperti ubi kayu,

    jagung dan gandum untuk menghasilkan etanol dilakukan dengan proses

    hidrolisis, yakni proses konversi pati menjadi glukosa. Prinsip dari

    hidrolisis pati pada dasarnya adalah pemutusan rantai polimer pati menjadi

    unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan rantai polimer tersebut dapat

    dilakukan dengan berbagai metode, misalnya secara enzimatis, kimiawi

    ataupun kombinasi keduanya. Proses berikutnya adalah proses fermentasi

    untuk mengkonversi glukosa (gula) menjadi etanol dan CO2.

    Arah pengembangan bioetanol mulai berubah generasi kedua, yaitu

    limbah pertanian yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin.

    Selulosa merupakan karbohidrat utama yang disintesis oleh tanaman dan

  • 8/10/2019 dasar teori bioetanol.docx

    2/7

    menempati hampir 60% komponen penyusun struktur tanaman. Jumlah

    selulosa di alam sangat melimpah sebagai sisa tanaman atau dalam bentuk

    limbah pertanian seperti jerami padi, tongkol jagung, gandum dan kedelai.

    Nilai ekonomi senyawa selulosa pada limbah tersebut sangat rendah

    karena tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh manusia. Sulitnya

    mendegradasi limbah tersebut menyebabkan petani lebih suka membakar

    limbah tersebut di lahan pertanian dari pada memanfaatkannya kembali

    melalui pengomposan (Salma & Gunarto, 1999). Untuk mengubah

    selulosa, hemiselulosa, dan lignin dari limbah pertanian memerlukan jenis

    mikroba baru yang mampu melakukannya (Kompas, 13 Agustus 2007).

    2. Kulit Buah Nanas

    Nanas (Ananas comosus)bukan tanaman asli Indonesia melainkan

    tanaman ini berasal dari Brazilia (Amerika Selatan). Tanaman ini

    diperkirakan masuk ke Indonesia tahun 1599, dibawa oleh para pelaut

    Spanyol dan Portugis. Dalam sistematika tumbuhan tanaman nanas

    termasuk keluarga Bromeliaceae. Dalam keluarga genus termasuk

    keluarga ananas, dimana merupakan satu-satunya golongan yang cukup

    mempunyai nilai ekonomis. Nanas dipisahkan dari golongan lain dalam

    keluarga ini terutama didasarkan atas tipe sinkarpus (daun buah majemuk

    yang menyatu).

    Sistematika nanas sesuai dengan taksonominya dapat

    diklasifikasikan sebagai berikut:

    Divisio : Spermatophyta

    Subdivisio : Angiospermae

    Kelas : Monokotiledonae

    Ordo : Farinosae

    Familia : Bromeliaceae

    Genus : Ananas

    Spesies :Ananas comosus

    Pada umumnya satu pohon nanas hanya menghasilkan satu buah

    pada satu masa panen. Apabila buah telah dipetik maka tanaman masih

  • 8/10/2019 dasar teori bioetanol.docx

    3/7

    akan dapat berbuah lagi tetapi buah tidak akan muncul lagi pada pokok

    tanaman semula. Buah pada periode berikutnya akan muncul pada

    tanaman baru yang merupakan atau carang tanaman yang sudah tumbuh

    dewasa. Melangsungkan pertanaman selanjutnya kita tinggal merawat

    tunas akar yang biasanya sudah bertambah besar dan menjadi tanaman

    baru ketika buah dipetik. Dengan disertai perawatan dan pemupukan yang

    memadai, hasil buah maz bisa terus memuaskan sampai 4-5 generasi. Tak

    heran jika dalam sekali penanaman, umur panen dapat berlangsung hingga

    2 tahun atau lebih. Namun, sesudah itu tanaman harus dibongkar dan

    diganti buah yang dihasilkan kecil-kecil.

    Limbah merupakan sisa pembuangan dari suatu proses kegiatan

    manusia dapat berbentuk padat, cair dan gas, dari segi estetika sangat

    kotor, tidak enak dipandang dan juga dari segi bau sangat menggangu.

    Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung limbah

    menimbulkan ketidaknyamanan di sekitarnya sebab pembuangan limbah

    ke lingkungan umumnya tidak diikuti dengan upaya penanganan dan

    pengolahan limbah yang baik, karena selalu dikaitkan dengan teknologi

    dan pengolahan yang relatif mahal. Menurut Nigam, (1999) saat ini

    banyak industri yang memanfaatkan limbah untuk pembuatan produk baru

    yang bermanfaat bagi makhluk hidup lainnya seperti kulit buah nanas yang

    dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan etanol, dimana dengan

    memanfaatkan kulit buah nanas dapat mengurangi pencemaran terhadap

    lingkungan.

    Pembuatan etanol diperlukan bahan baku dengan kadar gula yang

    cukup tinggi. Kulit buah nanas diketahui cukup banyak mengandung gula,

    sehingga bisa digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan

    (bio)etanol. Menurut Wijana et al., (1991) dalam Attayaya (2008)

    kandungan gizi kulit buah nanas dapat dilihat pada Tabel 1. dan hasil

    analisis proksimat kulit buah nanas berdasarkan berat basah dapat dilihat

    pada Tabel 2. (Sidharta, 1989 dalam Attayaya, 2008) :

  • 8/10/2019 dasar teori bioetanol.docx

    4/7

    Tabel 1. Kandungan Gizi Kulit Buah Nanas

    Kandungan gizi Jumlah (%)

    Karbohidrat

    Protein

    Gula reduksi

    Kadar air

    Serat kasar

    17,53

    4,41

    13,65

    81,72

    20,87

    (Sumber: Wijana, et al., 1991 dalam Attayaya, 2008)

    Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Kulit Buah Nanas Berdasarkan Berat Basah

    Komposisi Rata-rata (%bb)

    Air

    Protein

    Lemak

    Abu

    Serat basah

    Karbohidrat

    86,70

    0,69

    0,02

    0,48

    1,66

    10,54

    (Sumber: Sidharta, 1989 dalam Attayaya, 2008)

    3. Fermentasi Saccaromyces sp.

    Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia pada substrat

    organik, baik karbohidrat, protein, lemak atau lainnya, melalui kegiatan

    katalis biokimia yang dikenal sebagai enzim dan dihasilkan oleh jenis

    mikroba spesifik (Prescott dan Dunn 1981). Secara biokimia fermentasi

    juga dapat diartikan sebagai pembentukan energi melalui senyawa

    organik. Secara sederhana proses fermentasi alkohol dari bahan baku yang

    mengandung gula atau glukosa terlihat pada reaksi berikut:

    Glukosa 2C2H5OH + 2CO2+ 2 ATP + 5 Kkal

    Dari reaksi diatas, 70% energi bebas yang dihasilkan dibebaskan

    sebagai panas dan secara teoritis 100% karbohidrat diubah menjadi 51,1%

    etanol dan 48,9 % menjadi CO2.

  • 8/10/2019 dasar teori bioetanol.docx

    5/7

    Fermentasi menurut jenis medianya dapat dibedakan menjadi dua,

    yaitu fermentasi media padat dan media cair. Fermentasi media padat

    adalah fermentasi yang subtratnya tidak larut dan tidak mengandung air

    bebas, tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroba. Fermentasi

    media cair adalah proses fermentasi yang subtratnya larut atau tersuspensi

    dalam media cair. Fermentasi media padat umumnya berlangsung pada

    media dengan kadar air berkisar antara 60-80 %.

    Dalam proses fermentasi, glukosa dapat diubah secara anaerobik

    menjadi alkohol oleh bermacam-macam mikroorganisme. Khamir sering

    digunakan dalam proses fermentasi etanol, seperti Saccharomyces

    cerevisiae, S. uvarum, Schizosaccharomyces sp dan Kluyveromyces sp.

    Secara umum khamir dapat tumbuh dan memproduksi etanol secara

    efisien pada pH 3,5-6,0 dan suhu 28-35oC. Laju awal produksi etanol

    dengan menggunakan khamir akan meningkat pada suhu yang lebih tinggi,

    namun produktifitas keseluruhan menurun karena adanya pengaruh

    peningkatan etanol yang dihasilkan. (Ratledge 1991). Khamir yang sering

    dipergunakan dalam proses fermentasi etanol adalah Saccharomyces

    cereviseae. Khamir ini bersifat fakultatif anaerobik, tumbuh baik pada

    suhu 30o C dan pH 4,04,5 (Oura 1983).

    Produksi etanol dari substrat gula oleh khamir Saccharomyces

    cereviseae merupakan proses fermentasi dengan kinetika sangat sederhana

    karena hanya melibatkan satu fasa pertumbuhan dan produksi. Pada fase

    tersebut glukosa diubah secara simultan12 menjadi biomassa, etanol dan

    CO2. Terdapat dua parameter yang mengendalikan pertumbuhan dan

    methabolisme khamir dalam keadaan anaeorobik, yaitu konsentrasi gula

    dan etanol. Secara kinetik glukosa berperan ganda, pada konsentrasi

    rendah (kurang dari 1 g/l) merupakan substrat pembatas, sedangkan pada

    konsentrasi tinggi (lebih dari 300 g/l) akan menjadi penghambat

    (Mangunwidjaja 1994). Pada permulaan proses fermentasi, khamir

    memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya. Setelah terjadi akumulsi

    CO2 dan reaksi berubah menjadi anaerob, alkohol yang terbentuk akan

  • 8/10/2019 dasar teori bioetanol.docx

    6/7

    menghalangi proses fermentasi lebih lanjut setelah konsentrasi alkohol

    mencapai 13-15 persen volume dan biasanya maksimum 13 persen volume

    (Prescott dan Dunn 1981). Selama proses fermentasi juga menimbulkan

    panas, bila tidak dilakukan pendinginan, maka suhu akan terus meningkat

    sehingga proses fermentasi terhambat (Oura 1983).

    Faktor lingkungan seperti suhu, pH, kebutuhan nutrient dan

    kofaktor perlu diperhatikan dalam kehidupan khamir. Sejumlah kecil

    oksigen harus disediakan pada proses fermentasi oleh khamir karena

    oksigen merupakan komponen yang diperlukan dalam biosintesis beberapa

    asam lemak tidak jenuh. Untuk kebutuhan oksigen dalam proses

    fermentasi, biasanya diberikan tekanan oksigen 0,05 0,10 mm Hg. Jika

    tekanan oksigen yang diberikan lebih besar dari nilai tersebut, maka

    konversi akan cenderung kearah pertumbuhan sel. Kebutuhan relatif

    nutrien sebanding dengan komponen utama sel khamir, yaitu mencakup

    karbon, oksigen, nitrogen dan hidrogen. Pada jumlah lebih rendah, fosfor,

    sulfur, potasium dan magnesium juga harus tersedia untuk sintesis

    komponen-komponen mineral. Beberapa mineral seperti Mn, Co, Cu dan

    Zn serta faktor pertumbuhan organik seperti asam amino, asam nukleat

    dan vitamin diperlukan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan khamir.

  • 8/10/2019 dasar teori bioetanol.docx

    7/7

    DAFTAR PUSTAKA

    Arnata, I Wayan. 2009. Pengembangan Alternatif Teknologi Bioproses

    Pembuatan Bioetanol dari Ubi Kayu Menggunakan Trichoderma

    viride,Aspergillus nigerdan Saccharomyces cerevisiae. IPB: Bogor

    Chilalahie, Eliz. 2012. Bioetanol dari Kulit Buah Nanas.

    Siskaelisabets.blogspot.com/2012/06/bioetanol-dari-kulit-buah-nanas

    diakses pada Sabtu, 3 Mei 2014.

    http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-15823-2308030066-Presentation.pdf

    diakses pada Sabtu, 3 Mei 2014

    http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/18/jhptump-a-fahmipurno-888-2-babii.pdf

    diakses pada Sabtu, 3 Mei 2014

    http://siskaelisabets.blogspot.com/http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-15823-2308030066-Presentation.pdfhttp://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-15823-2308030066-Presentation.pdfhttp://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-15823-2308030066-Presentation.pdfhttp://siskaelisabets.blogspot.com/