4
Dasar Teori Dermato-terapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengobatan penyakit kulit. Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam cara: topikal, sistemik, atau intralesi. Pengobatan topikal merupakan terapi yang sering digunakan di departemen kulit kelamin. Pengobatan topikal dilakukan bila lesinya sedikit, hasil laboratorium tidak normal misalnya fungsi hati dan ginjal menurun. Sedangkan pengobatan sistemik dilakukan apabila lesinya luas, predileksinya sulit untuk pengobatan topikal misal pada kepala dan lipat tubuh, bila pengobatan topikal tidak berpengaruh, pasien imunokompromis, dan hasil laboratorium normal. 1 Terapi topikal merupakan penggunaan obat dengan formulasi tertentu untuk mengobati penyakit kulit maupun penyakit sistemik yang bermanifestasi pada kulit. 1 Prinsipnya obat topikal harus mampu melakukan penetrasi ke dalam kulit. Banyak faktor yang memengaruhi penetrasi obat antara lain: 1. Konsentrasi obat (makin tinggi konsentrasi makin kuat penetrasi ke dalam kulit) 2. Koefesien partisi (menunjukkan kemampuan zat aktif terlepas dari vehikulum. Makin mudah terlepas, makin gampang penetrasi) 3. Ukuran molekul obat (makin kecil zat aktif mudah menembus sawar kulit) 4. Penetration enhancer (bahan yang memiliki kemampuan meningkatkan penetrasi zat aktif. Cara kerjanya dengan merusak/mengubah fisikokimiawi stratum korneum) 5. Oklusi (meningkatkan hidrasi)

Dasar Teori Farmako KJP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teori farmako KJP

Citation preview

Page 1: Dasar Teori Farmako KJP

Dasar Teori

Dermato-terapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengobatan penyakit

kulit. Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam cara: topikal, sistemik, atau

intralesi. Pengobatan topikal merupakan terapi yang sering digunakan di departemen kulit

kelamin. Pengobatan topikal dilakukan bila lesinya sedikit, hasil laboratorium tidak normal

misalnya fungsi hati dan ginjal menurun. Sedangkan pengobatan sistemik dilakukan apabila

lesinya luas, predileksinya sulit untuk pengobatan topikal misal pada kepala dan lipat tubuh,

bila pengobatan topikal tidak berpengaruh, pasien imunokompromis, dan hasil laboratorium

normal.1

Terapi topikal merupakan penggunaan obat dengan formulasi tertentu untuk

mengobati penyakit kulit maupun penyakit sistemik yang bermanifestasi pada kulit.1 

Prinsipnya obat topikal harus mampu melakukan penetrasi ke dalam kulit. Banyak faktor

yang memengaruhi penetrasi obat antara lain:

1. Konsentrasi obat (makin tinggi konsentrasi makin kuat penetrasi ke dalam kulit)

2. Koefesien partisi (menunjukkan kemampuan zat aktif terlepas dari vehikulum. Makin

mudah terlepas, makin gampang penetrasi)

3. Ukuran molekul obat (makin kecil zat aktif mudah menembus sawar kulit)

4. Penetration enhancer (bahan yang memiliki kemampuan meningkatkan penetrasi zat

aktif. Cara kerjanya dengan merusak/mengubah fisikokimiawi stratum korneum)

5. Oklusi (meningkatkan hidrasi)

6. Lokasi aplikasi obat (perbedaan ketebalan stratum korneum)1

Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2 bagian, yaitu bahan dasar (vehikulum)

dan bahan aktif. Vehikulum merupakan zat inaktif/inert yang digunakan sebagai pembawa zat

aktif agar dapat berkontak dengan kulit. Vehikulum memiliki beberapa fungsi yaitu proteksi,

mendinginkan, hidrasi, mengeringkan, mengangkat eksudat, dan lubrikasi.1 Prinsip pemilihan

vehikulum: (1) Basah dengan basah  (2) kering dengan kering.2 Pada dermatosis basah atau

eksudatif diobati dengan kompres. Jika dermatosis kering diobati misalnya dengan salep.

Vehikulum disebut juga bentuk sediaan obat, ada tiga bentuk sediaan obat topikal

dermato-terapi, yaitu:

1. Padat

Bedak: Bedak yang diaplikasikan di atas kulit membentuk lapisan tipis di kulit

yang tidak melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali, bedak berfungsi

mendinginkan, menyerap cairan, mengurangi gesekan.

Page 2: Dasar Teori Farmako KJP

Kristal serbuk : misalnya Kristal kalium permanganate, Kristal asam salisilat,

sulfur.1

2. Setengah padat

Salep: Salep ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar

berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, parafin tetapi dapat

pula lanolin atau minyak.

Krim: Mengandung satu atau lebih zat aktif yang terdispersi dalam suatu medium

pendispersi. Krim ialah campuran W (water, air), O (oil, minyak), dan emulgator.

Berdasarkan fase internalnya krim dibagi menjadi dua, yaitu: Krim water in oil

dan Krim oil in water.

Pasta: Merupakan salep yang ke dalamnya ditambahkan serbuk dalam jumlah

yang relatif besar. Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta

bersifat protektif dan mengeringkan

Gel: Gel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspensi yang dibuat dari

senyawa organik. Salah satu zat untuk membuat gel adalah karbomer yang akan

membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel merupakan vehikulum yang

cocok untuk banyak zat aktif.1

3. Cair

Solusio: Campuran homogen zat terlarut (1 atau lebih) dan pelarut, larut dalam air.

Misalnya: Solusio rivanol, solusio kalium permanganat, solusio povidon iodin

Mixtura agitanda: Sediaan obat cair yang mengandung bahan padat yang tidak

larut dalam pelarutnya (air, alkohol).

Misalnya: Likuor faberi

Lotio (suspensi obat luar): Zat padat/zat aktifnya tidak larut tetapi tetap dapat

terdispersi dengan bantuan suspending agent.

Misalnya: Lotio Kummerfeldi, lotio kalamin.

Emulsi: Campuran antara 2 larutan (air dan minyak) yang tidak dapat bercampur.

Misalnya: Emulsi benzil benzoate.1

Daftar Pustaka

1. Asmara A., dkk. Vehikulum dalam Dermatoterapi Topikal. Departemen Ilmu

Kesehatan Kulit dan Kelamin. Departemen Ilmu Farmasi FKUI-RSCM.

2. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. FKUI