Upload
reki-senja-trinanda
View
63
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hdl
Citation preview
1. Tujuan
Menganalisis kadar HDL darah dan menginterpretasikan hasil serta
menghubungkan dengan keadaan patologi klinik.
2. Dasar Teori
HDL (High Density Lipoprotein) merupakan lipoprotein yang
mengandung konsentrasi protein lebih besar dibanding lipid (Guyton, 1990).
Fungsi HDL sebagai medium sistem sirkulasi berupa larutan berair dimana lipid
sulit untuk larut. HDL ini tersusun dari gabungan fisik protein dan lipid
membentuk makromolekul lipoprotein. Lipoprotein merupakan partikel-partikel
kecil yang mengandung campuran trigliserida, fosfolipid, kolesterol dan protein
(Montgemory, 1993).
HDL ( High Density Lipoprotein ) adalah kompleks lipid dan protein yang
didominasi protein dan berfungsi mengikat kolesterol dan trigliserida dalam
sistem sirkulasi darah. Kolesterol yang berikatan dengan HDL sebagai pembawa
memiliki efek positif bagi tubuh, sehingga disebut kolesterol baik. Kolesterol
HDL dapat membersihkan plak yang berada di arteri dan membawanya ke hati
untuk dikeluarkan dan digunakan kembali oleh tubuh. Kadar HO2-C yang tinggi
memberikan efek perlindungan terhadap penyakit kardiovaskuler dari rendahnya
HDL – C ( kurang dari 40 mg/dl ) meningkatkan resiko penyakit jantung.
( sudirman, 2012 )
HDL disintesis dalam hati dan usus, tetapi sintesis HDL di usus melalui
rute tidak langsung. HDL bekerja sebagai katalis, mempermudah katabolisme
VLDL dan kilomikron. HDL memberikan komponen protein untuk mengaktifkan
lipase lipoprotein dan lesitin-kolesterol asetiltransferase (LCAT). HDL yang
dilepaskan ke dalam plasma tersusun terutama dari fosfolipid dan apoprotein, dan
mempunyai struktur datar dan diskoid. Sebagian HDL diambil oleh hati untuk
menyediakan kolesterol bagi produksi asam empedu dan untuk jaringan pembuat
hormon steroid seperti misalnya korteks adrenal (Montgemory, 1993).
HDL adalah lipoprotein yang mempunyai diameter paling kecil yaitu 5 –
12 nm, mempunyai densitas 1.063 – 1,21 gram/ml. HDL mengandung 25 – 30 %
fosfolipid, 15 – 20 % kolesterol, 3 % trigliserida dan 45 – 59 % protein. ( Adisty,
2012 )
Penurunan kadar HDL merupakan faktor resiko terjadinya arterosklerosis.
Pada wanita sebelum mengalami menopause menunjukkan kadar HDL lebih
tinggi daripada pria. Hal ini untuk melindungi wanita secara hormonal terhadap
resiko arterosklerosis. Penelitian epidemiologik menyatakan bahwa manusia
dengan tingkat HDL tinggi terhindar dari arterosklerosis (Montgemory, 1993).
Berdasarkan Diagnostic System International nilai HDL-kolesterol idealnya lebih
besar atau sama dengan 35mg/dL (0,9 mmol/L) (Schaefer, 1997).
HDL sangat berperan dalam pengangkutan kolesterol dalam plasma darah
(Sherwood, 2001). HDL dalam plasma darah sangat berperan penting dalam
patogenesis penyakit arterosklerosis dan penyakit kardiovaskuler. Namun
demikian, penelitian mengenai hubungan stres dengan timbulnya penyakit diakui
masih sangat sulit, karena stres pada manusia bersifat subyektif sehingga sulit
diukur (Suryadhana, 1997).
Lipoprotein dapat diklasifikasikan menjadi lipoprotein mayor yakni
kilomikron, VLDL (very low density lipoprotein), LDL (low density lipoprotein)
dan HDL (high density lipoprotein); dan beberapa lipoprotein minor yang terdiri
dari IDL (intermediate density lipoprotein) dan lipoprotein (a) (Havel, 1995).
Lipoprotein ini dibedakan satu sama lain berdasarkan ukuran partikel, densitas,
mobilitas elektroforesis dan komponen apolipoprotein (Bachorik et al., 2001).
HDL adalah lipoprotein heterogen yang diproduksi dalam liver dan usus
halus. HDL terutama terdiri dari fosfolipid dan protein (70%), dengan sedikit
sekali trigliserida (5%) dan sejumlah kolesterol (25%), yang mewakili hampir
25% kolesterol dalam darah (Romdoni, 2003). Salah satu fungsi HDL adalah
sebagai alat angkut utama kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel
pembersih (scavenger cells), untuk kemudian dikeluarkan melalui empedu (Adi,
2005). Adanya gangguan atau penurunan kadar HDL plasma akan mengakibatkan
transport kolesterol dari jaringan ekstrahepatal ke hepar terganggu dan akan
terjadi penumpukan kolesterol intraseluler. Penumpukan kolesterol intraseluler
akan merangsang terbentuknya atherogenesis. Selain itu HDL juga berfungsi
untuk meningkatkan sintesis reseptor LDL pada hepatosit sehingga gangguan atau
penurunan kadar HDL akan berakibat pada penurunan sintesis reseptor LDL, yang
berakibat terjadinya penumpukan remnant VLDL, remnant kilomnikron dan LDL
di dalam plasma dan jaringan ekstraseluler lain (Asdie, 2000). Peningkatan kadar
ini akan berpengaruh terhadap proses pembentukan plak (aterogenesis) (Ross,
1990).
Metabolisme Lemak pada HDL kolesterol
Kolesterol dan lemak memerlukan carier yang biasanya disebut dengan
lipoprotein. Carier yang perlu diperhatikan yaitu HDL dan LDL. LDL yang
mengantarkan kolesterol ke dalam tubuh, sementara HDL mengeluarkan
kolesterol dari aliran darah. LDL dalam darah terlalu tinggi akan berakibat kurang
baik bagi tubuh, sedangkan HDL dalam darah seimbang menunjukkan kadar
kolesterol yang seimbang dan tidak berakibat buruk bagi tubuh. Tingginya kadar
kolesterol total disebabkan oleh LDL yang tinggi dan sangat beresiko menderita
penyakit jantung, stroke, dan hipertensi. Tetapi jika total kadar kolesterol tinggi
disebabkan HDL yang tinggi maka resiko menderita penyakit jantung, stroke, dan
hipertensi rendah (Faisal Baraas, 1993).
Faktor – faktor yang dapat Meningkatkan Kadar HDL kolesterol
Adapun faktor- faktor yang dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol
dalam darah menurut Mason W. Freeman & Christine Junge dalam bukunya yang
berjudul “ Lowvering Your Colesterol “, antara lain :
a. Olahraga
Olahraga yang rutin dapat mengurangi resiko terkena penyakit jantung
dengan menurunkan trigliserid dan menaikkan kadar HDL kolesterol.
b. Tidak merokok
Merokok dapat menurunkan HDL kolesterol dan meningkakan
kecenderungan darah menggumpal.
c. Menghindari makanan yang berlemak
Makanan yang mangandung banyak lemak dapat meningkatkan kolesterol
dan menurunkan HDL kolesterol
Total kolesterol menunjukkan jumlah antara HDL kolesterol, LDL
kolesterol dan trigliserida. Jika kadar kolesterol total melebihi 240 mg/dl (6,21
mmol/L ). Pasien harus waspada terhadap penyakit jantung. Pada kadar kolesterol
yang tinggi tidak otomatis menandakan adanya bahaya kolesterol karena bisa saja
yang tinggi adalah HDL kolesterol ( kolesterol baik ) yang justru bermanfaat bagi
kesehatan. Normalnya nilai kolesterol dalam darah adalah 70 – 140 mg tiap 100
ml darah. Kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak, misal ester, kloroform,
benzena dan alkohol panas. Endapan kolesterol apabila terdapat dalam pembuluh
darah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah karena dinding pembuluh
darah makin tebal. Hal ini mengakibatkan berkurangnya elastisitas atau kelenturan
pembuluh darah, maka aliran darah terganggu dan untuk mengatasi gangguan ini
jantung harus memompa lebih keras, hal ini berarti jantung bekerja ekstra keras.
Sedangkan apabila mengalami penurunan kadar kolesterol, menyebabkan
hipertensi, kelaparan dan malabsorbsi. ( Adisty, 2012 ).
3. Prinsip percobaan
HDL-kolesterol ester + H2O PEG kolesterol HDL-kolesterol + RCOOH
HDL-kolesterol + O2 PEG kolesterol kolestenon + H2O2
2 H2O2 + 4 aminoantipyrin + HSDA + H+ + H2O2 peroksidase pigmen biru kekuningan + 5 H2O
4. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Tabung evendrof2. Mikropipet3. Pump pipet4. Kuvet5. Tabung centrifuga6. Centrifuga7. Spektrofotometri UV-Vis
1. Aquades2. Standar HDL3. Reagen HDL
5. ProsedurA. Pembuatan Supernatan
B. Analisis Sampel
Blanko Sampel Standar
Reagen
Blanko
Sampel
Standar
1 mL
0,01 mL
-
-
1 mL
-
0,05 mL
-
1 mL
-
-
0,01 mL
200 mL serum + 200 mL reagen
HDL-Kolesterolinkubasi selama
10 menit
centrifuge selama 10 menit dalam 3000 rpm dengan perbandingan
1:1 (200 μL)
setelah mengendap, ambil bagian atas
(supernatan) sebanyak 50 mL
ukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 500 nm
siapkan 3 kuvet, kuvet (I) + reagen 0,01 mL blanko.
kuvet (II) + reagen 1 mL + 0,05 mL
sampel.
kuvet (III) + reagen 1 mL + 0,01 mL
standar .
inkubasi selama 20 menit
ukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri
UV-Vis pada panjang gelombang 500 nm
6. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
A. Tabel hasil spektrofotemri UV-Vis
No Keterangan Absorbansi
1 Standar 0,6682 Sampel 1 0,3933 Sampel 1 0,3934 Sampel 2 0,5475 Sampel 2 0,547
B. Perhitungan
HDL = Absorbansi sampelAbsorbansi standar × 80 (mg/dl)
Sampel 1 = 0,3930,668× 80 (mg/dl)
= 47,06 mg/dl
Sampel 1 = 0,3930,668× 80 (mg/dl)
= 47,06 mg/dl
Sampel 2 = 0,5470,668× 80 (mg/dl)
= 65,51 mg/dl
Sampel 2 = 0,5470,668× 80 (mg/dl)
= 65,51 mg/dl
7. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu pengukuran kadar HDL dalam darah. Prinsip
dari percobaan ini yaitu kilomikron, VDL ( Very Low Density Lipoprotein ) dan
LDL ( Low Density Lipoprotein ) diendapkan dari penjumlahan phosphotugistic
acid dan magnesium klorida. Setelah supernatan disentrifuge, cairan terdiri dari
sedikit HDL sedangkan kolesterol ditentukan dari proses enzimatis.
Pengukuran HDL kolesterol dilakukan dengan serum darah. Terlebih
dahulu serum ditambah pereaksi presipitasi untuk mengendapkan partikel -
partikel lipoprotein selain HDL. Setelah diinkubasi dan dicentrifuge, selanjutnya
supernatant yang diperoleh digunakan untuk pemeriksaan HDL. Kadar HDL
kolesterol tidak sebanding dengan naik turunnya kadar kolesterol total.
Pertama – tama dilakukan adalah menyiapkan kuvet yang akan digunakan
pada saat pengukuran sepektrofotometri. Kuvet yang digunakan sebanyak 3 buah.
Satu kuvet digunakan untuk larutan blanko, satu kuvet untuk larutan standar, dan
satu kuvet untuk larutan supernatant sampel. Larutan blanko terdiri dari 10 μL
aquadest dan 1000 μL reagen. Tujuan dari pembuatan larutan blanko adalah
aquades (pelarut) yang digunakan tidak memililiki daya absorbansi (tidak
mempengaruhi hasil pengukuran) sehingga ketika kita mengukur sampel, hanya
kadar yang ingin kita ukur saja (kadar HDL) yang dapat terbaca. Larutan standar
terdiri dari 10 μL larutan standar dan 1000 μL reagen, larutan standar ini
digunakan sebagai pembanding bagi sampel. Larutan supernatant yang didapat,
diambil sebanyak 50 µL dan ditambahkan reagen kolesterol kit sebanyak 1000 µL
dan diaduk dengan tujuan agar serum dan reagen homogen. Ini dilakukan
sebanyak 2 kali (duplo) agar kesalahan relatif yang dihasilkan menjadi lebih kecil
sehingga hasil pemeriksaan yang dilakukan mempunyai keakuratan yang lebih
tinggi. Kemudian sampel didiamkan / diinkubasi selama 20 menit. Hal ini
dimaksudkan agar didapatkan hasil yang optimal dimana reagen dan sampel
bereaksi optimal karena reaksi yang terjadi merupakanreaksi enzimatis yang
berjalan lambat.
Pada praktikum kali ini didapatkan hasil kadar HDL pada sampel
Tn.Dicky dengan umur 22 tahun yaitu pada sampel 1 dengan kadar 43,06 mg/dL
dan pada sampel 2 dengan kadar 66,51 mg/dL.
Kolesterol dihubungkan dengan metabolisme lipid, dan merupakan sumber
untuk sintesa hormon steroid. Kolesterol dieksresikan ke dalam empedu sebagai
kolesterol yang tak berubah atau asam empedu, kolesterol dipertahankan dalam
bentuk larutan didalam empedu oleh garam-garam empedu dan fospolipid.
Kolesterol yang dilepaskan dari jaringan tepi diesterifikasi di dalam plasma
dengan asam lemak yang berasal dari lesitin oleh lesistin kolesterol asiltransferase
(LCAT) dan diangkut sebagai HDL ke hepar.
HDL merupakan lipoprotein yang berfungsi untuk mengangkut kolesterol
yang berlebih yang terdeposit di dalam pembuluh darah maupun jaringan tubuh
lainnya menuju ke hepar untuk di eliminasi melalui traktus gastrointestinal.
Semakin tinggi kadar HDL, maka akan semakin besar pula kapasitas untuk
memindahkan koleserol dan mencegah sumbatan berbahaya (arterosklerosis)
yang berkembang di pembuluh darah. HDL juga membantu pembuluh darah agar
tetap berdilatasi, sehingga menimbulkan aliran darah yang lebih lancar. Selain itu,
HDL juga dapat mengurangi cedera pada pembuluh darah melalui efek
antioksidan dan anti inflamasi.
Kadar normal HDL sebagai berikut:
Di bawah 40 mg/dL dianggap rendah (buruk) bagi laki-laki
Di bawah 50 mg/dL dianggap rendah (buruk) bagi perempuan.
50 sampai 59 mg/dL dianggap sedang.
Di atas 60 mg/dL dianggap baik
HDL kolesterol adalah lipoprotein yang mengandung banyak protein dan
memiliki sedikit lemak. HDL bertindak sebagai vacuum cleaner yang menghisap
sebanyak mungkin kolesterol berlebih. HDL memungut kolesterol ekstra dari sel
– sel dan jaringan – jaringan kemudian membawanya kembali ke hati, dan
menggunakannya untuk membuat cairan empedu atau mendaurulangnya. HDL
juga mengandung molekul antioksidan yang dapat mencegah perubahan LDL
menjadi lipoprotein yang cenderung menyebabkan penyakit jantung. HDL adalah
lipoprotein yang mempunyai diameter paling kecil yaitu 5 – 12 nm, mempunyai
densitas 1.063 – 1,21 gram/ml. HDL mengandung 25 – 30 % fosfolipid, 15 – 20
% kolesterol, 3 % trigliserida dan 45 – 59 % protein.
Kelebihan kolesterol akan diangkat kembali oleh lipoprotein yang disebut
HDL (High Density Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya
akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kantung empedu sebagai asam (cairan)
empedu. LDL mengandung lebih banyak lemak dari pada HDL sehingga ia akan
mengambang di dalam darah. HDL disebut sebagai lemak yang “baik” karena
dalam operasinya ia membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh
darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama yang membentuk
HDL Apo-a (Apolipoprotein-A). HDL ini mempunyai kandungan lemak lebih
sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih berat.
Resiko kelainan vaskuler dapat terjadi apabila ada kelainan fraksi lipid
yang utama, yaitu kenaikan kolesterol, kenaikan trigliserida, kenaikan LDL, serta
penurunan HDL. Pada saat menopause berlangsung atau bahkan sebelum
menopause berlangsung, yang terjadi adalah estrogen diproduksi minimal oleh
tubuh. Hormon estrogen berperan dalam metabolisme lemak yang bersifat
melindungi dengan membuat pembuluh darah lebih lebar sehingga dapat
mengurangi terjadinya arteroskleosis (penimbunan zat asing di pembuluh darah
yang menyebabkan sumbatan berbahaya) faktor pencetus penyakit jantung, stroke
dan dimensia.
Dimensia terjadi karena kurangnya suplai aliran darah ke otak, yang
menyebabkan sulit berkonsentrasi, penurunan memori, penurunan fungsi
koordinasi dan penurunan fungsi kognitif. Penurunan suplai darah ke otak karena
adanya penurunan kadar estrogen yang berperan dalam metabolisme lemak. Di
dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai sumber energi serta komponen penting
pada membran sel dan selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf. Di samping
itu, penurunan estrogen dapat menimbulkan peningkatan kolesterol, peningkatan
trigliserida, peningkatan LDL, penurunan HDL yang memungkinkan terjadinya
deposit lemak pada pembuluh darah menuju otak. Hal ini menimbulkan gejala
kelainan vaskuler otak pada wanita post menopause yang salah satunya berupa
penurunan fungsi kognitif.
Faktor – faktor yang dapat Meningkatkan Kadar HDL kolesterol
Adapun faktor – faktor yang dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol
dalam darah menurut Mason W. Freeman & Christine Junge dalam bukunya yang
berjudul “ Lowvering Your Cholesterol “, antara lain :
a. Olahraga
Olahraga yang rutin dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung
dengan menurunkan trigliserid dan menaikkan kadar kolesterol HDL.
b. Tidak merokok
Merokok dapat menurunkan kolesterol HDL dan meningkatkan
kecenderungan darah menggumpal.
c. Menghindari makanan dengan lemak trans
Makanan yang mengandung lemak trans dapat meningkatkan kolesterol
LDL dan menurunkan kolesterol HDL.
d. Menjaga berat badan yang sehat
Berat badan dapat mempengaruhi kadar kolesterol. Untuk
mempertahankan berat badan dalam kisaran yang sehat perlu memperhatikan
pola makan dan olahraga.
Growth hormone adalah salah satu hormon yang mengalami penurunan
ketika terjadi penuaan. Growth Hormone adalah hormon polipeptida, terdiri dari
191 asam amino yang disintesis oleh sel somatotropik di kelenjar pituitari
anterior.
Komposisi lemak serta kadar kolesterol dalam tubuh dipengaruhi oleh
hormon. Growth hormone (GH) merupakan hormon pertumbuhan yang mengatur
metabolisme berbagai substrat, termasuk lipid. Hormon ini diketahui memiliki
efek lipolisis sehingga mampu mengatur kadar lipid yang beredar dalam darah
maupun yang tersimpan di jaringan. Turunnya kadar GH dalam tubuh diketahui
berhubungan dengan meningkatnya lemak tubuh, yang ditandai dengan terjadinya
obesitas sentral. Gangguan kadar kolesterol tubuh yang sering terjadi pada usia
tua juga dikaitkan dengan defisiensi hormon ini. Selain itu, penggunaan GH
dalam terapi anti-penuaan terbukti memberikan efek yang positif terhadap
penurunan lemak tubuh serta perbaikan kadar profil lipid darah. Karena adanya
keterkaitan erat antara GH dan metabolisme lipid tersebut,
GH berperan penting pada komposisi tubuh, metabolisme otot dan tulang,
dan fungsi jantung. Kekurangan GH pada orang dewasa menimbulkan beberapa
tanda dan gejala khas yang sama seperti yang terjadi pada penuaan normal, yaitu:
berkurangnya lean body mass, bertambahnya lemak total dan di daerah perut,
berkurangnya kekuatan otot dan kapasitas berolahraga, berkurangnya densitas
mineral tulang, kulit tipis dan kering dengan ekstremitas terasa dingin,
terganggunya kenyamanan psikologis, perasaan tertekan, kecemasan, dan
kelelahan.
Pengaruh GH terhadap proses fisiologi tubuh sangat kompleks. Growth
hormone adalah komponen pokok yang mengontrol sebagian dari proses fisiologis
kompleks yaitu pertumbuhan dan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
Defisiensi GH menunjukkan gejala yang menyerupai gejala yang identik dengan
keluhan - keluhanumum yang dialami pada penuaan. Pada laki-laki, penuaan dan
defisiensi growth hormone sama-sama berhubungan dengan penurunan protein
sintesis, massa bebas lemak, dan mineral tulang serta peningkatan lemak tubuh.
Gejala dan tanda adanya penurunan GH antara lain:
a. Status kesehatan secara umum dirasakan menurun
b. Gangguan kenyamanan secara psikologis, perasaan tertekan, kecemasan,
emosi tidak stabil
c. Kelelahan
d. Berkurangnya energi dan vitalitas
e. Kulit tipis dan kering dengan ekstremitas terasa dingin
f. Berkurangnya massa bebas lemak
g. Volume cairan ekstraseluler berkurang
h. Bertambahnya lemak total dan di daerah perut
i. Berkurangnya kekuatan otot dan kapasitas berolahraga
j. Berkurangnya densitas mineral tulang
k. Penurunan kolesterol high density lipoprotein (HDL)
l. Peningkatan kolesterol low density lipoprotein (LDL)
m. Penurunan aliran darah ginjal
n. Penurunan basal metabolic rate
o. Penurunan ambang anaerohik
Kolesterol HDL ditemukan meningkat pada pemakaian GH jangka pendek,
tetapi setelah 12 bulan kadar HDL lebih rendah. Tampaknya selain dipengaruhi
oleh dosis, umur subjek, dan kadar profil lipid, efek GH terhadap kolesterol juga
dipengaruhi oleh jangka waktu pemberiannya. Peningkatan kadar HDL plasma
berhubungan dengan peningkatan aktivitas LPL oleh GH. Lipolisis kilomikron
dan VLDL oleh LPL menyediakan partikel sisa yang akan diubah menjadi HDL.
Partikel ini selanjutnya membentuk HDL bersama-sama dengan Apo A-I yang
disekresikan hati dengan bantuan ATP-binding cassee protein. Protein transfer
lipid, serta Lecithin cholesterol acyl transferase (LCAT). Selain itu adanya
peningkatan sekresi ApoE dan ekspresi reseptor LDL oleh pemberian GH
memungkinkan efisiensi ambilan partikel sisa ini oleh reseptor LDL hati. Growth
hormone diketahui juga menurunkan cholesteryl ester transfer protein (CETP)
yang berfungsi memindahkan cholesteryl ester dari HDL ke lipoprotein kaya
trigliserida, sehingga bila kadarnya turun, kadar HDL akan meningkat. Hal
tersebut dikontradiksi oleh pengaruh GH terhadap lipase hati. Lipase hati
merupakan enzim yang dapat menghidrolisis trigliserida dan fosfolipid pada IDL
dan HDL serta dapat berperan sebagai ligand bagi reseptornya. Lipase hati dapat
mengubah kolesterol HDL2 menjadi HDL3 yang kurang antiaterogenik.
Peningkatan enzim ini menyebabkan penurunan kadar HDL plasma. GH diketahui
dapat meningkatkan aktivitas lipase hati.
Serum
Serum darah adalah cairan bening yang memisah setelah darah dibekukan.
Plasma darah berbeda dengan serum darah terutama pada serum tidak terdapat
faktor pembentukan fibrinogen. Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel
dan faktor koagulasi lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam
plasma dan merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah.
Serum pada suhu kamar tidak stabil dan mudah terjadi kerusakan terutama
oleh sinar, baik sinar lampu ataupun sinar matahari. Bila dilakukan penyimpanan
serum hendaknya disimpan di tempat yang gelap, dan tabung atau botol yang
berisi serum di bungkus dengan kertas hitam atau aluminium foil untuk menjaga
stabilitas serum dan disimpan pada suhu yang rendah atau lemari pendingin.
Dengan penyimpanan yang benar stabilitas serum masih stabil dalam waktu satu
hari bila disimpan pada suhu 15 ºC-25ºC, empat hari pada suhu 2ºC-8ºC, dan tiga
bulan pada penyimpanan -20ºC .
Baik serum atau plasma harus segera dipisahkan dari sel-sel darah dalam
waktu 3 jam setelah pengumpulan sampel dan disimpan segera dalam almari es
suhu 4°C. Sampel keruh banyak mengandung lemak hendaknya disimpan pada
suhu 4°C selama satu malam. Serum atau plasma jernih bisa langsung dianalisis,
hal ini dilakukan supaya kadar kolesterol tidak berubah dan enzim-enzim tidak
mengubah proporsi lipoprotein selama penyimpanan. Serum atau plasma dapat
disimpan pada suhu 4°C selama 1 – 2 minggu sebelum dianalisis.
Penyimpanan pada suhu 4°C selama 24 jam dan penyimpanan pada suhu
kamar ( 15 – 25°C ) selama 4 jam praktis tidak mengubah metabolit, enzin-enzin
dan elektrolit-elektrolit. Penyimpanan pada suhu ruangan memungkinkan
terjadinya perubahan pada kolesterol bebas dan ester. Pembekuan serum akan
menyebabkan aktifitas enzim mengalami penurunan. Serum yang beku harus
dicairkan dan diletakkan pada suhu ruangan selama 1 jam.
8. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dihasilkan bahwa kadar HDL pada sampel Tn.
Dicky Nurdiansyah memiliki kadar 66,51 mg/dL. Yang dimana kadar HDL dalam
darah memiliki kadar normal, karena kadar HDL yang baik itu di dalam tubuh
harus lebih dari 60 mg/dL.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, S., Cotran, R. 2002. Dasar Patologi Penyakit ( Terjemahan ). Penerbit
Buku Kedokteran. Sumber Agung Podomoro Jakarta.
Lehninger A, Nelson D , Cox M M .Principles of Biochemistry 2nd 1993 : 746-
783
Murray R K, et al. Harper’s Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. America
2000 : 534-626
Stryer L .1995. Biochemistry 4th : 594-597
Winarno FG. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wirahadikusumah M. 1985. Biokomia: Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan
Lipid. Bandung: ITB Press.
LAMPIRAN
Gambar 1. Pembuatan supernatan Gambar 2. Supernatan