Data Kondisi Umum

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1. KONDISI WILAYAH

1.1. LETAK WILAYAH Secara geografis Kabupaten Kubu Raya berada diantara : 10053,09 - 01340,83 Lintang Selatan dan 1090219,32 1095832,16 Bujur Timur dengan ibukota Sungai Raya. Batas Wilayah Kabupaten Ku bu Raya di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Si ntan Kabupaten Pontianak, a Kota Pontianak, Kecamatan Sebangki dan Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak; sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Kabupaten Ketapang, Sanggau dan Kecamatan Simpang Hulu di sebelah Selatan berbatasan dengan

Kecamatan Seponti, Kecamatan T eluk Batang dan Kecamatan Pulau Maya Karimata Kabupaten Kayong Utara dan Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna.

1.2. ADMINISTRASI WILAYAH Kabupaten Kubu Ra ya merupakan hasil pemekaran

Kabupaten Pontianak yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor : 35 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kubu Raya di Provinsi Kalimantan Barat. Luas wilayah Kabupaten Kubu Raya 695.822 Ha sesuai dengan UU No. 35 tah n u 2007 terdiri dari 9 (sembil an)

kecamatan, sedangkan berdasarkan hasil perhitungan peta digital 881.322,41 Ha dengan rincian uas masing-masing Kecamatan l sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1.

1

Tabel 1 : LUAS WILAYAH KABUPATEN KUBU RAYA1) Luas berdasar UU No. 35 Th 2007 (Ha) % 2) Luas Aktual berdasar Perhitungan Peta dasar ( Ha )

No

Kecamatan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Batu Ampar Kuala Mandor B Kubu Rasau Jaya Sungai Ambawang Sungai Kakap Sungai Raya Teluk Pakedai Terentang Jumlah/Total 695.822

252.600 43.553 134.122 20.010 93.279 52.996 129.565 51.890 103.307 881.322

28,66 4,94 15,22 2,27 10,58 6,01 14,70 5,89 11,72 100,00

Keterangan : 1) UU No. 35 Th. 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kubu Raya Tidak tercantum luasan per Kecamatan 2) Luas Aktual berdasarkan perhitungan luas terhadap Peta Dasar yang Dipergunakan Pembagian wilayah administrasi yang tidak merata seperti terlihat dari tabel tersebut diatas sehingga akan mempengaruhi perkembangan dan pembangunan wilayah tersebut. Dapat dilihat wilayah Kecamatan yang paling luas ada lah

Kecamatan Batu Ampar dengan luas 252.600 Ha atau 28,66% dari luas Kabupaten Kubu Raya. Sedang kan kecamatan yang luas wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Rasau Jaya, yaitu 20.010 Ha atau 2,27% dari lu Kabupaten Kubu Raya. as Kabupaten Kubu Raya yang terbagi dalam 9 ( sembilan ) wilayah Kecamaan terdiri dari 106 desa yang terbagi dalam 392 dusun. Jumlah desa dan dusun yang ada seperti terlihat pada tabel : 2

2

Tabel 2 :JUMLAH DESA / KELURAHAN DAN DUSUN.

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kecamatan Batu Ampar Kuala Mandor B Kubu Rasau Jaya Sungai Ambawang Sungai Kakap Sungai Raya Teluk Pakedai Terentang Jumlah

Desa 14 5 19 6 13 12 14 14 9 106

Dusun 50 21 66 25 59 48 54 45 24 392

Keterangan

Tahun 2011 ada 2 Desa Pemekaran

1.3. KEPENDUDUKAN Kabupaten Kubu Raya yang merup akan Pemekaran dari Kabupaten Pontianak dengan luas wilayah 881.322 Ha atau 84,22 % dari luas daerah Kabupaten Pontianak lama atau 4,74 % dari luas daerah Provinsi Kalimantan Barat. Jumlah penduduk Kabupaten Kubu Raya sebanyak 488.479 jiwa pada tahun 2004, bila di andingkan dengan luas wilayah b

881.322 Ha maka tingkat kepadatannya masih relatif sedang dibanding Kabupaten / kota lainnya , yaitu 70 jiwa per km

yang menyebar di 9 kecamatan. Berdasarkan hasil sensus 2004 jumlah penduduk kabupaten Kubu Raya 488.479 jiwa, pada tahun 2006 jumlah penduduk kabupaten Kubu Raya 48 8.199 jiwa. Berarti penurunan pertumbuhan penduduk sekitar 0,28 persen

setiap tahunnya. Dari jumlah penduduk tersebut terdapat laki-laki 249.183 jiwa (51,00 %) dan perempuan sejumlah 239.016 jiwa (49,00 %). Kondisi demikian menunjukan bahwa sex ratio

penduduk kabupaten Kubu Raya sebesar

105,00 berarti bahwa

setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105 orang penduduk laki-laki.

3

Dilihat dari penyebaran pendud uk di wilayah Kabupaten Kubu Raya, Kecamatan Sungai Raya yang terletak di Ibukota Kabupaten Kubu Raya menduduki urutan pertama terbesar

dengan jumlah penduduk 196.518 jiwa (40,86%) sedangkan kecamatan Terentang jumlah pen duduknya paling sedikit yaitu 7.680 jiwa (1,60%). Secara garis besar penduduk da lam hubungan kerja

dengan kegiatan ekonomi dapat digolongkan 2 macam, yaitu : Usia kurang dari 16 tahun dan Usia 16 tahun keatas

Penduduk yang berusia 16 tahun keatas merupakan usia k erja, dimana pada usia ini dianggap sebagai tenaga kerja potensial yang merupakan sumber tenaga kerja pendu duk yang dapat dimanfaatkan di semua sektor ekonomi untuk men ggerakkan sumber-sumber produksi yang ada dalam menghasilkan barang dan jasa. Sebagian besar penduduk usia k erja diatas usia 16 tahun yang terdapat di wilayah kabepaten Kubu Raya terserap atau bekerja pada sektor pertanian. Penduduk usia 16 tahun keatas dibedakan atas a ngkatan kerja dan bukan angkatan kerja :

-

Angkatan kerja adalah penduduk yang telah dan sedang bekerja maupun sedang mencari pekerjaan

-

Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang kegiatannya mengurus rumah tangga, bekerja tetapi tidak produktif , sedang atau masih usia sekolah dan lainnya.

4

Tabel 3 : JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMINJENIS KELAMIN No KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Batu Ampar Kuala Mandor B Kubu Rasau Jaya Sungai Ambawang Sungai Kakap Sungai Raya Teluk Pakedai Terentang Jumlah/Total

16.898 12.059 18.431 11.882 33.194 50.993 94.925 9.580 5.346 253.308

16.170 11.762 18.045 11.607 31.256 50.201 92.072 9.190 4.848 245.151

33.068 23.821 36.476 23.489 64.450 101.194 186.997 18.770 33.068 498.459

Sumber Data : BPS (Sensus Penduduk Tahun 2010 Kab. Kubu Raya)

1.4. KLIMATOLOGI Kabuapten Kubu Raya yang merup akan bagian dari

Provinsi Kalimantan Barat meru pakan daerah dengan iklim tropis. Faktor yang merupakan Penciri bagi suatu daerah yang beriklim tropis adalah adanya daerah dataran rendah dan daerah hutan hujan tropis, dimana suhu udaranya relatif panas. Untuk Kabupaten Kubu Raya suhu yang tinggi tersebut diikuti pula dengan kelembaban udara y ang tinggi. Berdasarkan

catatan yang terdapat di Stasiun Meteorologi dan Geofis ika Supadio yang dihimpun selama 10 tahun ( dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 ) tem peratur udara rata rata umumnya menunjukkan suhu udara yang normal namun

bervariasi, yaitu rata-rata berkisar 26,1 C sampai 26,9 C. Kelembaban udara menurut data yang ada menunjukkan bahwa Kabupaten Kubu Raya memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu diatas 80 %, yang tertinggi pada bulan Maret sebesar 87 % dan terendah pada bulan Agustus dan September sebesar 83 %.

5

Kecepatan angin berdasarkan data-data yang ada berkisar antara 3 Km/Jam sampai 5 Km / Jam. Kecepatan angin tertinggi pada bulan Maret yaitu 5,4 Km / jam, sedangkan yang terendah pada bulan Desember sebesar 3,4 Km / Jam. Arah angin yang dominan adalah arah Timur dan Tenggara. Data Curah hujan selama 10 tahun , menunjukkan ratarata curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Juli yang mencapai 287 mm dan terendah terjadi pada bulan Januari yang mencapai 170 mm. Rata rata jumlah hari hujan tertinggi pada bul an

Desember sebesar 14,4 hari hujan dan terendah pada bulan Agustus yang tercatat hanya 6,8 hari hujan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Data Iklim Rata-Rata TahunanCurah Hujan (mm) Hari Hujan (hari) Suhu Udara (T)0 C Kelemb aban (%) Kecepata n Angin (Km/jam)

BULAN

Arah Angin

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

281 92 203 314 462 438 312 142 215 591 250 366/305,5

21 15 14 22 24 19 20 15 11 24 23 24/19

26,7 26,7 27,7 27,4 27,1 26,7 26,7 26,9 27.1 26,5 26,1 26,2/26,7

89 86 87 88 88 86 86 83 84 89 90 90/87

5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 6,0 5,0 5,0 5,0/5,1

E S E E E SE SE SE SE E E E

Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Supadio ,2007

6

1.5. FISIOGRAFI Kabupaten Kubu Raya yang merupakan Hilir dari

Kabupaten - kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Barat secara umum merupakan dataran rendah yang memiliki

puluhan sungai besar dan ratusan sungai - sungai kecil. Sungai besar yang ada dapat dilayari oleh kapal motor yang cukup besar dan merupakan alat transportasi yang sangat vital dan dominan untuk menghubungkan kecamatan kecamatan

maupun desa - desa yang berada di wilayah kabupaten Kubu Raya. Sungai sungai yang besar maupun yang kecil - kecil merupakan sumber air untuk keb utuhan hidup masyarakat yang sebagian besar berada di tepi sungai sungai tersebut. Wilayah dataran rendah, terutama yang terdapat di daerah pesisir pantai yang berawa -rawa dan d aerah bergambut,

umumnya ditumbuhi semak beluka dan di r

pesisir pantai

ditumbuhi hutan mangrove. Untu mengetahui nama-nama k sungai besar menurut panjangnya dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini dan Gambar 3. Tabel 5 Nama Sungai Besar dan Panjang Sungai Serta wilayah Kecamatan yang DilaluiNo Nama Sungai Panjang Sungai (Km) 1.086 178 100 73 52 Wilayah Kabupaten yg dilalui Kota Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Sanggau, Kab. Sekadau, Kab. Sintang dan Kab. Kapuas Hulu Kota Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Landak dan Kab. Kab. Kubu Raya Kab. Kubu Raya Kab. Kubu Raya

1 2 3 4 5

Kapuas Landak Batu Ampar Punggur Ambawang

Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya

Ditinjau

dari

b entuk

wilayah

atau

Fisiografi Wilayah

Kabupaten Kuburaya sebagian besar berupa dataran rendah dengan topografi datar, landai, bergelombang dan berbukit.7

Daerah daratannya terletak di sebelah utara dan timur bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Sanggau serta pada kawasan Hutan Lindung Gunung Ambawang. Untuk mengetahui luas lereng pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini dan Gambar 4.

Tabel 6 Luas Lereng berdasarkan Kelas Lereng pada Wilayah Kabupaten kubu Raya (dalam Hektar)No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kecamatan 40% JUMLAH

Batu Ampar Kuala Mandor B Kubu Rasau Jaya S. Ambawang Sungai Kakap Sungai Raya Teluk Pakedai TerentangJUMLAH 881.322

Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya

1.6

JENIS TANAH Di Kabupaten Kubu Raya terdapat beberapa jenis tanah. Untuk di daerah yang bergelombang, berb ukit dan miring dijumpai jenis tanah PMK (Podsolid Merah Kuning) dan daerah dataran rendah terutama di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) dan di pesisir pantai yang ditumbuhi hutan mangrove, dijumpai jenis tanah Aluvial, sedangkan pada daerah pedalama n

dijumpai Tanah Gambut (Orgonosol, Gley dan Humus) dan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini dan Gambar 5.

8

Tabel 7 Luas Jenis Tanah pada Wilayah Kabupaten kubu Raya (dalam Hektar)No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kecamatan Gambut Klasifikasi Aluvial Regosol 144.314 485.770 21.135 881.322 PMK JUMLAH

Batu Ampar Kuala Mandor B Kubu Rasau Jaya S. Ambawang Sungai Kakap Sungai Raya Teluk Pakedai TerentangJUMLAH

Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya Berdasarkan presentase dari jenis tanah tersebut di atas, Tanah jenis Aluvial merupakan tanah uang paling uas l

hamparannya yaitu 485.770 Ha atau sebesar 10,76% , Tanah Gambut (Orgonosol, Gley dan Humus) seluas 144.314 Ha atau sebesar 63,81% dan yang terkecil adalah jenis tanah P M K ( Podsolid Merah Kuning ) sebesar 0,30% dari luas Kabupaten Kubu Raya.

1.7. KEMAMPUAN TANAH Kemampuan tanah wilayah Kabupaten Kubu Raya terdiri dari daerah tergenang dan tida tergenang yang merupakan k akibat dari fisiografi yang relative datar dan curah hujan yang tinggi pada bulan bulan tertentu sehingga terja daerah di genangan pada tempat tertentu, tekstur tanahnya terdiri dari tanah yang bertekstur halus, sedang dan kasar, juga terdapat daerah bergambut dan daerah berawa, banyak dijumpai

kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan juga dijumpai adanya daerah yang tererosi dan tidak tereros dapat dilihat i pada Tabel 8 dan 9 di bawah ini.

9

Tabel 8 Luas Daerah Tergenang dan Tidak Tergenang menurut Kecamatan (dalam Hektar)Klasifikasi No Kecamatan Tergenang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak Tergenang Rawa JUMLAH

Batu Ampar Kuala Mandor B Kubu Rasau Jaya S. Ambawang Sungai Kakap Sungai Raya Teluk Pakedai TerentangJUMLAH 579.096 72.124 180.000 881.322

Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya

Tabel 9 Luas Tekstur Tanah menurut Kecamatan (dalam Hektar)No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kecamatan Halus Klasifikasi Sedang Kasar Gambut JUMLAH

Batu Ampar Kuala Mandor B Kubu Rasau Jaya S. Ambawang Sungai Kakap Sungai Raya Teluk Pakedai TerentangJUMLAH250.484 85.366 5.122 130.248 881.322

Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya

1.8. PENGGUNAAN TANAH Sebagian besar Penggunaan Tanah di Kabupaten Kubu Raya didominasi oleh hutan belukar yaitu seluas 247.565,02 Ha atau 28,09 % dari luas Kabupaten Kubu Raya, kemudian disusul oleh Penggunaan Tanah berupa Hutan Lebat seluas 202,291,27 Ha atau 22,95 %, perkebunan Rakyat seluas10

110.628,54 Ha atau 12,55 %. Pada daerah Pesisir pantai yang terdapat di wilayah Kabupaten Kubu Ra ya penggunaan tanah yang dominan adalah hutan sejenis yang berupa beberapa jenis tanaman mangrove yang kondisin ya cukup baik seluas

100.914,63 Ha atau 11,45 %. Perkebunan Besar yang ada dengan Komoditi Kelapa Sawit yang ada seluas 6.156,06 Ha atau 0,70 Ha. Untuk mengetahui lebih jelas t entang luas

Penggunaan Tanah di Kabupaten Kubu Raya dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini dan Gambar 6. Tabel. 10 Luas Penggunaan Tanah ( dalan Hektar )L u a s No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Fungsi / Status Kawasan Emplasement Hutan Belukar Hutan Lebat Hutan Sejenis Industri Kebun Campuran Kolam Kuburan Lapangan Olah Raga Padang Rumput Perkampungan Perkebunan Besar Perkebunan Rakyat Perkampungan Rawa Sawah Semak Tambak Tanah Terbuka Tegalan / Ladang Sungai dan Danau Jumlah Hektar 46,60 247.565,02 202.291,27 100.914,63 172,09 13.553,77 4,85 89,60 25,03 830,95 3.943,61 6.156,06 110.628,54 4.507,47 333,45 29.787,69 61.245,27 360,01 2.154,74 38.473,03 58.238,74 881.322,41 % 0,01 28,09 22,95 11,45 0,02 1,54 0,00 0,01 0,00 0,09 0,45 0,70 121,55 0,51 0,04 3,38 6,95 0,04 0,24 4,37 6,61 100,00

Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya 1.9. RENCANA UMUM TATA RUANG WILAYAH. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kubu Raya yang sampai saat ini masih dalam pr oses pembuatannya sehingga

11

yang dipakai sebagai acuan dalam Perencanaan Pembangunan pada saat ini masih mengacu pa Perda NO. 1 tahun 1999 ta sesuai dengan Paduser asi RTRWP dan Tata Guna Hutan No.

Kesepakatan

yang

dipertegas

de ngan

SK

Menhutbun

259/Kpts-II/2000. Supaya pemanfaatan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan masyarakat, dalam rangka meningkatkan Tata keseja hteraan Ruan g Wilayah

diharapkan

Rencana

Kabupaten segera terealisir Untuk mengetahui pembagian . ruang atau Fungsi / Status Kawasan tersebut dapat dilihat

pada Tabel 11, 12, di bawah ini dan Gambar 7. Tabel. 11 Luas Fungsi / Status Kawasan Berdasarkan Paduserasi RTRWP dengan TGHK ( dalam Hektar )L u a s No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Fungsi / Status Kawasan Hutan Lindung Hutan Lindung Bakau Hutan Lindung Gambut Hutan Produksi Hutan Produksi Konversi Hutan Produksi Terbatas Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering Sungai dan Danau Jumlah Hektar % 13.204,12 1,50 60.659,44 6,88 69.772,12 7,91 121.227,87 13,76 52.027,81 5,90 65.071,66 7,38 128.600,68 14,59 312.881,30 35,50 57.927,41 6,57 881.322,41 100,00 Sumber : Perhitungan Peta digital

Tabel. 12 Luas Penguasaan Tanah ( dalam Hektar )L u a s No. 1. 2. 3. 4. Jenis Penguasaan Tanah Tanah Milik Adat / Sertifikat Tanah Negara Dikuasai Tanah Negara Belum dilekati Hak Sungai Jumlah Hektar 229.559,10 381.062,45 212.773,25 57.927,61 % 26,05 43,24 24,14 6,57

881.322,41 100,00 Sumber : Perhitungan Peta digital12

1.10. VISI DAN MISI BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006, dimana Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia mempunyai tugas dan melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektora Dalam melaksanakan tugas l. dimaksud, BPN menyelenggarakan fungsi mengenai : 1. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan; 2. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan; 3. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan; 4. pembinaan dan pelayanan admini trasi umum di bidang s pertanahan; 5. penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di bidang pertanahan; 6. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum; 7. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah; 8. pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah-wilayah khusus; 9. penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik negara/daerah bekerja sa ma dengan Departemen

Keuangan; 10. pengawasan tanah; 11. kerja sama dengan lembaga-lembaga lain; 12. penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan; 13. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan; 14. pengkajian dan penanganan masa lah, sengketa, perkara dan konflik di bidang pertanahan; 15. pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan; dan pengendalian pe nguasaan pemilikan

13

16. penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; 17. pendidikan, latihan dan pengem bangan sumber daya

manusia di bidang pertanahan; 18. pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan; 19. pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang pertanahan; 20. pembatalan dan penghentian hub ungan hukum antara orang, dan/atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 21. fungsi lain di bidang pertanahn a sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi terse but, agar mencapai tujuan dan sasaran, maka diperlukan adanya visi dan misi sebagai berikut: Visi merupakan pandangan atau wawasan ke depan atau citacita yang ingin diwujudkan 5 ahun ke depan. Visi Badan t Pertanahan Nasional Republik Indonesia adalah Menjadi

lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan

keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.

Misi merupakan pernyataan m engenai cara-cara yang harus dicapai Republik oleh organisasi. Indonesia Misi Badan adalah Pertanahan Nasional dan

Mengembangkan

menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk:

peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemi skinan dan

kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan;

14

peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitanny a dengan penguasaan,

pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T);

perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari;

keberlanjutan kenegaraan

sistem Indonesia

kemasyara katan, dengan

kebangsaan akses

dan

me mberikan

seluas -

luasnya pada generasi yang aka datang terhadap tanah n sebagai sumber kesejahteraan masyarakat;

Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertua ng dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.

2. KAJIAN WILAYAH

2.1. KAWASAN BUDIDAYA Kawasan budidaya adalah kawasa n yang ditetapkan

dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberd aya manusia, dan sumberdaya buatan. Kawasan bud i daya sesuai dengan

Paduserasi RTRWP dan Tata Guna Hutan Kesepakatan yang dipertegas dengan SK Menhutbun No. 259/Kpts-II/2000 yang berada di Kabupaten Kubu seluas 737.7373,33 Ha (83,71 %) terdiri atas 2 (dua) kelompok yaitu : Kawasan Budidaya Kehutanan Kawasan budidaya kehutanan antara lain: Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan Produksi Konversi, seluas 238.327,34 Ha (27,04 %).

15

-

Kawasan Budidaya non Kehutanan. Kawasan budidaya non kehutanan seluas 441.481,98 Ha

(50,09 %) yang terdiri dari Pertanian Lahan Kering dan Pertanian Lahan Basah. Sehubungan dengan investasi ya ng memerlukan lahan luas, diperlukan arahan lahan yang sesuai kawasan tersebut. Untuk kegiatan dengan fungsi perkebunan,

di bidang

transmigrasi, perikanan, dan pertanian lainnya, maka kawasan Pertanian Lahan Basah (PLB) dan Pertanian Lahan Kering (PLK) yang disarankan, dan masih dim ungkinkan kawasan Hutan Produksi Konversi (HPK) untuk perluasannya melalui pelepasan kawasan hutan. Sedangkan investasi untuk sekt or kehutanan dan

pertambangan dicadangkan pada kawasan Hutan Produksi (HP) dan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

2.2. KAWASAN NON BUDIDAYA Luas kawasan hutan di Kabupaten Kubu Raya sesuai dengan Paduserasi RTRWP dan Tata Guna Hutan Kesepakatan yang dipertegas dengan SK Menhutbun No. 259/Kpts-II/2000 adalah seluas 381.913,02 Ha atau sebesar 43,33 % dari luas wilayah Kabupaten Kubu Raya. Dan kawasan hutan yang dimaksud di atas adalah hutan yang berada di Kawasan Budidaya Kehutanan seperti : Hutan Produksi Hutan Terbatas, Hutan Produksi, Hutan Produksi Konversi. Sehin gga hutan pada Biasa ,

Produksi

Kawasan

Budidaya seluas 238.327,34 Ha (27,04 %). Sedangkan hutan yang berada dalam Kawasan non Budidaya (Kawasan Lindung ) terdiri dari Hutan Lindung, Hutan Lindung Gambut dan Hutan Lindung Bakau seluas 143.585,68 Ha (16,29 %).

16

2.3. KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah yang

mempunyai beberapa sungai besar, yang terga bung dalam kelompok besar Daerah Aliran S ungai beberapa Sub DAS , yaitu : 1. DAS KAPUAS Yang merupakan sungai terpanjang di Provinsi Kalimantan Barat yang terbagi dala beberapa Sub DAS. 2. Sub DAS LANDAK Yang terdiri dari beberapa Sub sub DAS yang merupakan anak Sungai Landak. 3. Sub DAS PUNGGUR Yang terdiri dari beberapa Sub sub DAS yang merupakan anak Sungai Landak. Pola aliran dari semua DAS tersebut merupakan Sub Sub DAS dari Sungai Kapuas yang mu aranya menuju ke Laut Natuna. (DAS) Kapuas dan

2.4. KAWASAN RAWAN BENCANA (BANJIR DAN KEBAKARAN) Topografi Wilayah Kabupaten Kuburaya sebagian be sar berupa dataran rendah dengan topografi datar, landai ,

bergelombang dan berbukit.

Daerah daratannya terletak di

sebelah utara dan timur bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Sanggau Gunung serta pada kawaan s Hutan Lindung Raya

Ambawang. Secara

umum Kabupaten Kubu

merupakan dataran rendah dan m empunyai ratusan sungai yang aman bila dilayari, merupakan daerah rawan banjir dan genangan di musim hujan, yang meliputi wilayah Kecamatan Kuala Mandor B , kecamatan Sungai Ambawang bagian utara, kecamatan Terentang dan kecamatan Kubu.

17

Bahaya kebakaran di musim kemarau sering terjadi yaitu disebabkan oleh adanya pembuka an lahan gambut untuk

pertanian, baik oleh perusahaa atau masyarakat. Daerah n rawan bencana kebakaran terdap at di beberapa wilayah

kecamatan di Kabupaten Kubu Ra ya. Hal ini karena adanya budaya masyarakat untuk menanam padi dengan cara ladang berpindah dan membakar. Kabut asap timbul apabila lahan yang terbakar berasal dari tanah gambut. Penyebar an lahan gambut seperti yang terjadi di wilayah kecamatan Rasau Jaya , kecamatan Terentang dan Kecamatan Kubu.

2.5. RENCANA UMUM TATA RUANG WILAYAH Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kubu Raya yang merupakan bagian dari Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat disusun tahun 1995 yang

ditetapkan dengan PERDA No. 1 Tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Ka limantan Barat. Kemudian

tahun 1999 diadakan revisi den gan Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) tahun 982 yang dikeluarkan berdasarkan SK Gubernur No. 316 Tahun 1999 dan dikuatkan dengan Peraturan Daerah Kalimantan Barat No. 1 Tahun 1999 tentang Paduserasi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dengan Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan. Pada Tahun 2000 dikeluarkan Ke putusan Menteri

Kehutanan dan Perkebunan Nomor 259/Kpts-II/2000 tanggal 20 Agustus 2000 tentang Penunj kan Kawasan Hutan dan u Perairan di Provinsi Kalimantan Barat sebagai tindak lanjut dari paduserasi yang terdahulu. Kemudian tahun Provinsi Kalimantan 2004 Barat dikeluarkan Nomo r 2 Peratur n a 2004 Daerah tentang

Tahun

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat tanggal

18

1 Juli 2004 (Lembaran Daerah N omor 9 Tahun 2004 seri D Nomor 7), yang masih belum dapt a diberlakukan s ecara Menteri

definitif karena belum mendapa persetujuan dari t

Kehutanan. Rencana Umum Tata Ruang Wilay ah Kabupaten Kubu Raya sampai saat ini belum di Perda kan.

2.6. PENGUASAAN TANAH PEMERINTAH DAN BADAN USAHA Pemerintah Kabupaten Kubu Raya menguasai tanah, ada yang belum terdaftar dan ada ang y sudah terdaftar.

Berdasarkan data yang ada di Perwakilan Kantor Pertanahan Kubu Raya, ada bebrapa tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Kubu Raya yang berstatus HPL (Hak Pengelolaan). Pada umumnya Hak Pengelolaa di atasnya sebagian n dibebani hak lain seperti Hak Guna Bangunan, oleh pihak ke tiga, ruko-ruko yang banyak dimiliki oleh para pedagang itu, kalau kita teliti atau kita periksa sertipikatnya, dipastikan Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan. Setelah jangka waktu HGB jatuh tempo, tentulah kembali lagi ke status tanah awal yaitu HPL, kalau tidak diperpanjang lagi oleh pemegang HGB, atau perpanjangannya ditolak oleh Pemerintah Kabupaten. Penguasaan tanah oleh Badan Usaha hanya dipergunakan untuk usaha komoditi perkebunan seperti Perkebunan Kelapa Sawit, yang sudah diterbitkan HGU nya.

2.7. INFORMASI DAN ESTIMASI TANAH TERLANTAR Sebelum memberikan informasi dan esti masi tanah

terlentar di wilayah Kabupaten Kubu Raya, terlebih dahulu apa definisi dan kriteria anah t terlantar. Menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998, tanah terlantar ialah tanah yang diterlantarkan oleh pemegang hak atas tanah. Pemegang

19

Hak Pengelolaan atau pihak yan telah memperoleh dasar g penguasaan atas tanah tetapi b elum memperoleh hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kriteria tanah terlantar menurut Perat ran Pemerintah u Nomor 36 Tahun 1998 mencakup Tanah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan H ak Pakai dapat dinyatakan sebagai tanah terlantar apabila tanah tersebut dengan sengaja tidak dipergunakan oleh pemega ng haknya sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan haknya atau tidak dipelihara dengan baik. Sedangkan yang menjadi ruang l ngkup tanah terlantar i menurut Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 adalah mengatur tanah terlantar yang dikuasai dengan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai, tanah Hak Pengelolaan dan tanah yang sud ah diperoleh dasar

penguasaannya tetapi belum dip eroleh hak atas tanahnya sesuai berlaku. Ada fenomena yang bertolak belakang antara pemilikan dan penguasaan tanah di tangan rakyat khusus ya tanah n pertanian kaum tani luasnya terus menye mpit, sementara kecenderungannya tanah yang diterlantarkan dari waktu ke waktu terus meningkat, semakin sementa ra menyu sut, pula pemilikan ini tanah ketentuan peraturan perundan-undangan g yang

pertanian

petani

kondisi

menjadi

persoalan tersendiri yang cukup pelik dalam realitas konflik agraria (sengketa tanah) di masyarakat. Permasalahannnya oleh pihak adalah apa kah penelantaran spekulasi tanah untuk

tertentu mempunyai

motif

memperoleh keuntungan mudah atas selisih jual beli tanah, atau mungkin faktor alam yang antara lain faktor kesuburan20

tanah. Namun yang jelas akan m enimbulkan persoalan di masyarakat, bahwa masyarakat tidak bisa begitu saja masuk mengolah/menggarap tanah yang secara fisik terlantar,

walaupun hanya sekedar untuk m emenuhi kebutuhan hidup. Sudah barang tentu secara legal formal dianggap salah karena menggarap tanah yang secara hukum masih menjadi hak pihak lain. Penggarapan tanah oleh masyara kat terhadap tanah

pihak lain yang diterlantarkan yang dapat memicu persoalan hukum, tentunya perlu disikapi secara arif dan bijaksana. Karena akan dihadapkan kepada persoalan yang dilematis, masyarakat tidak dapat dipersalahkan begitu saja, dasar-dasar yuridis formal semata juga tid ak akan dapat menjawab

persoalan ini. Oleh sebab itu perlu adanya pertimbangan dari pemerintah secara sosio histor dan sosio ekonomis dalam is penanganan penanganan sengketa di atas ta ah n terlantar. Ke depan

tanah-tanah

terlantar

disamping

akan dapat

menyelesaikan sengketa, juga d iharapkan dapat mengatasi sempitnya/kurangnya tanah-tanah pertanian bagi kaum petani, serta tanah-tanah terlantar dapat dijadikan sebagai salah satu obyek reforma agraria. Ada 2 (dua) kegiatan pembangunan di Kabupaten Kubu Raya yang memerlukan tanah/lahan (Sektor (Sekt r o elah t berskala besar yaitu dan Sudah dampak

Pembangunan Pembangunan ribuan hektar

Perkebunan Transmigrasi areal yang

Perk ebunan)

Transmigrasi). namun

dibuka,

positifnya belum begitu dapat dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Sebagai bahan informasi dan estimasi tanah terlantar berdasarkan Data Inventarisasi Tahun 2008 Kabupaten Kubu

21

Raya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini :

Tabel 13 Hak Guna Usaha yang Terindikasi Terlantar Di Kabupaten Kubu RayaKecamatan a. Nama Perusahaan b. No. HGU (Ha) Luas Terindikasi Terlantar (Ha) Rencana Penggunaan Tanah Keteranagan

No

1

Terentang

a. PT. Bumi Subur Lestari b. 28/HGU/BPN/1990

2.300

150

Kelapa

tidak ada kegiatan

2

S.Ambawang

a. PT. Buana Menerando Pratama b. 86/HGU/BPN/1994

300,5

300,5

Jahe

tidak ada kegiatan

Sumber data : Kantah Kubu Raya

2.8. KEPADATAN WILAYAH Berdasarkan data statistik Tahun 200, 6 penduduk

Kabupaten Kubu Raya berjumlah 488.199 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2 49.183 jiwa dan perempuan sebanyak 239.016 jiwa, dengan luas wilayah 881.322 atau 881,322 Km2, luas kawasan budidaya menurut Rencana Tata Ruang Wilayah menyatakan bahwa luas Kawasan Budidaya sebesar

441.481,98 Ha (50,09 %). Dari luasan Kabupaten Kubu Raya a an k didapat

kepadatan geografis, sedangkan dari luasan kawasan budidaya akan didapat kepadatan agraris 2.8.1. Kepadatan Geografis Untuk mendapatkan kepadatan ge ografis adalah jumlah penduduk dibagi luas wilayah untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.

22

Tabel 14 Kepadatan Geografis berdasarkan Luas Wilayah Kecamatan se Kabupaten Kubu RayaJumlah Penduduk Tahun 2010 (jiwa)

No

Kecamatan

Luas Wilayah (Ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Batu Ampar Kuala Mandor B Kubu Rasau Jaya Sungai Ambawang Sungai Kakap Sungai Raya Teluk Pakedai TerentangJUMLAH

252.600 43.553 134.122 20.010 93.279 52.996 129.565 51.890 103.307 881.322

33.068 23.821 36.476 23.489 64.450 101.194 186.997 18.770 33.068 498.459

Kecamatan terpadat adalah

yang

memiliki2 Km ,

rating

tertingg dan i dengan

K ecamatan per

Sungai

Kakap

kepadatan 178 jiwa

kemudian

K ecamatan

Sungai Raya sebesar 152 jiwa per Km2 dan Kecamatan Rasau Jaya sebesar 106 jiwa per Km2. Sedangkan yang masih jarang penduduknya dengan tingkat kepadatan 10 jiwa per Km2 adalah Kecamatan Terentang. Salah satu faktor yang menyeba bkan rendahnya tingkat kepadatan penduduk ter sebut karena luas nya wilayah kecamatan yang bersangkutan, sedangkan

jumlah penduduknya sedikit.

2.8.2. Kepadatan Agraris Untuk mengetahui tingkat kepadatan agraris dapat kita lihat dari luasan kawasan budidaya yang ditetapkan berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Barat. Kawasan budidaya adalah kawasan yang d apat dimanfaatkan

untuk kegiatan manusia seperti untuk bercocok tanam, membangun dan lain -lain. Sedangkan kawasan non

budidaya seperti Hutan Lindung, Hutan Lindung Gambut,23

Hutan Lindung Bakau, adalah kawasan yang dilarang untuk kegiatan apapun. Untuk lebih jelasnya, kepadatan agraris dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini. Tabel 15 Kepadatan Agraris berdasarkan Luas Kawasan Budidaya Kabupaten/Kota Se-Kalimantan BaratLuas Kawasan Budidaya (Ha) Jumlah Penduduk Tahun 2006 (jiwa) Kepadatan/ Km

No

Kecamatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Batu Ampar Kuala Mandor B Kubu Rasau Jaya Sungai Ambawang Sungai Kakap Sungai Raya Teluk Pakedai TerentangJUMLAH

441.481,98

33.068 23.821 36.476 23.489 64.450 101.194 186.997 18.770 33.068 498.459

24