23
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan tanaman perkebunan yang banyak dihasilkan di Indonesia. Selain produksi teh yang mudah, teh juga memilliki khasiat yang baik bagi tubuh kita. Menurut Dewan Teh Indonesia, Indonesia merupakan penghasil tanaman perkebunan teh terbanyak ke enam di dunia dengan luas perkebunan teh seluas 108 Ha pada akhir 2010. Penentuan mutu teh dibagi berdasarkan dua sifat, yaitu sifat luar dan sifat dalam. Berdasarkan sifat luar meliputi warna daun, ukurannya homogen, bentuknya tergulung, dan wangi aromanya. Sedangkan berdasarkan sifat dalam meliputi ampasnya, aromanya rasa khas teh yang sedikit pahit dan sepet serta seduhannya yang menghasilkan warna yang tetap meskipun sudah menjadi dingin Mutu teh merupakan kumpulan sifat yang dimiliki oleh teh itu sendiri. Mutu teh dapat ditentukan baik dari sifat fisik maupun kimianya. Kedua sifat ini telah dimiliki sejak masih berupa pucuk teh maupun diperoleh sebagai akibat teknik penanganan dan pengolahan yang dilakukan. PT. Pagilaran merupakan salah satu perusahaan perkebunan yang memproduksi hasil pertanian, salah satunya yaitu teh. Produksi teh yang dihasilkan ada dua macam, yakni . Teh Hitam (Black Tea) dan teh hijau (green 1

data pengawetan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teknologi industri pertanian

Citation preview

Page 1: data pengawetan

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Teh merupakan tanaman perkebunan yang banyak dihasilkan di Indonesia.

Selain produksi teh yang mudah, teh juga memilliki khasiat yang baik bagi tubuh

kita. Menurut Dewan Teh Indonesia, Indonesia merupakan penghasil tanaman

perkebunan teh terbanyak ke enam di dunia dengan luas perkebunan teh seluas

108 Ha pada akhir 2010.

Penentuan mutu teh dibagi berdasarkan dua sifat, yaitu sifat luar dan sifat

dalam. Berdasarkan sifat luar meliputi warna daun, ukurannya homogen,

bentuknya tergulung, dan wangi aromanya. Sedangkan berdasarkan sifat dalam

meliputi ampasnya, aromanya rasa khas teh yang sedikit pahit dan sepet serta

seduhannya yang menghasilkan warna yang tetap meskipun sudah menjadi dingin

Mutu teh merupakan kumpulan sifat yang dimiliki oleh teh itu sendiri. Mutu

teh dapat ditentukan baik dari sifat fisik maupun kimianya. Kedua sifat ini telah

dimiliki sejak masih berupa pucuk teh maupun diperoleh sebagai akibat teknik

penanganan dan pengolahan yang dilakukan. 

PT. Pagilaran merupakan salah satu perusahaan perkebunan yang

memproduksi hasil pertanian, salah satunya yaitu teh. Produksi teh yang

dihasilkan ada dua macam, yakni . Teh Hitam (Black Tea) dan teh hijau (green

tea.) Lokasi perusahaan yang sangat strategis berada pada ketinggian 1000 mdpl

dan tidak jauh dari area perkebunan, memudahkan untuk mendapatkan bahan

baku yang dibutuhkan.

Produk teh yang dihasilkan di PT. Pagilaran sudah sesuai dengan SNI

(Standart Nasional Indonesia), sehingga produk teh yang dihasilkan mampu

menembus pasar Internasional. Oleh karena itu proposal praktek kerja lapang ini

dibuat untuk mengetahui proses pengendalian mutu yang diterapkan oleh PT.

Pagilaran Kabupaten Samigaluh Yogyakarta

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktek kerja lapang ini adalah bagaimana

pengendalian mutu bahan baku, proses produksi dan produk akhir di PT.

Pagilaran unit produksi Samigaluh di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta?

1

Page 2: data pengawetan

I.3 Tujuan

Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah mengetahui pengendalian mutu

bahan baku, proses produksi dan produk akhir di PT. Pagilaran unit Samigaluh di

Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

I.4 Manfaat

Manfaat dari praktek kerja lapang ini antara lain adalah untuk mendapatkan

gambaran nyata tentang pengendalian mutu bahan baku, proses produksi dan

produk akhir di PT. Pagilaran unit produksi Samigaluh di Kabupaten Kulon

Progo, Yogyakarta.

2

Page 3: data pengawetan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teh

Teh (Camellia Sinensis) merupakan tumbuhan yang memiliki akar tunggang

yang kuat. Bunganya berwarna kuning sampai putih dan memiliki daun yang

panjangnya 4-15 cm dan lebar 2-5 cm. Tanaman teh biasanya ditanam hingga

ketinggian 1500 mdpl. Tanaman yang memiliki famili theaceae ini memiliki daun

yang berbau khas aromatik dan rasanya agak sepet (Anonim, 2014). Gambar

tanaman the dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Tanaman teh

Sejarah tanaman teh pertama kali masuk Indonesia yaitu pada tahun 1684,

yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer yang masih berupa

biji teh dari Jepang dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Sepuluh tahun

kemudian seorang pendeta bernama F, Valentijri melaporkan bahwa tanaman teh

yang berasal dari cina tumbuh di Istana Negara. Pada tahun 1826 tanaman teh

berhasil ditanam di Kebun Raya Bogor dan satu tahun kemudian tanaman teh

dikembangkan di Kebun Percobaan Cisurupan (Garut), Wanayasa (Purwakarta),

dan di Raung (Banyuwangi). Hingga pada tahun 1828 masa pemerintahan

Ggubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang haru ditanam

rakyat melalui politik Tanam Paksa (Sosro, 2010.)

2.2 Jenis Teh

Menurut Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (2012) daun teh

dapat menghasilkan produk yang berbeda karena mengalami proses pengolahan

yang berbeda. Perlakuan yang berbeda dilakukan setelah daun dipetik dari kebun.

3

Page 4: data pengawetan

Berdasarkan penanganan pasca panen, produk teh diklasifikasikan menjadi

4 (empat) jenis, yaitu:

1. Teh Hijau (Green Tea)

Proses pembuatan teh hijau dibuat dengan cara menginaktifkan enzim

fenolase yang ada dalam daun pucuk teh segar dengan cara pemanasan,

sehingga proses oksidasi dapat dicegah. Pemanasan pucuk daun teh dapat

dilakukan dengan udara kering (pemangganan/sangrai) dan pemanasan

basah dengan uap air (steam).

Proses pemanasan kering daun teh akan memberikan aroma dan

flavour yang lebih kuat. Sedangkan dengan pemanasan basah warna teh

seduhannya akan jauh lebih terang (BALITRI, 2012).

2. Teh hitam (Black Tea)

Teh hitam merupakan jenis teh yang paling banyak diproduksi di

Indonesia, dimana Indonesia sendiri menjadi negara pengekspor teh hitam

ke-5 terbesar di dunia. Teh hitam merupakan daun teh yang paling banyak

mengalami proses fermentasi, dan dapat dikatakan pengolahan teh hitam

dilakukan dengan fermentasi penuh. Proses pengolahannya yakni dengan

cara daun teh diletakkan di rak selama 14-24 jam. Daun teh digulung dan

dipelintir untuk melepaskan enzim alami dan mempersiapkan daun untuk

proses oksidasi (daun masih berwarna hijau). Daun diletakkan di tempat

yang dingin dan lembab. Selanjutnya proses fermentasi dilakukan dengan

bantuan oksigen dan enzim. Proses fermentasi memberi warna dan rasa pada

teh. Lamanya proses fermentasi sangat menentukan kualitas hasil akhir. Dan

terakhir daun dikeringkan atau dipanaskan untuk menghentikan proses

oksidasi guna untuk mendapatkan rasa dan aroma yang diinginkan. Tetapi

proses fermentasi teh hitam tidak menggunakan mikroba sebagai sumber

enzim melainkan enzim fenolase yang terdapat didalam daun teh itu sendiri

yang menjadi sumber enzim (BALITRI, 2012).

3. Teh oolong (Oolong Tea).

Teh oolong disebut sebagai teh semi fermentasi. Proses pembuatan teh

oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan sesegera

mungkin setelah proses penggulungan daun agar proses fermentasinya

4

Page 5: data pengawetan

berhenti. Bahan baku teh oolong diambil dari 3 daun teratas yang dipetik

tepat pada saat daun tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.

Proses pembuatan teh oolong yakni membuat daun menjadi layu

selama beberapa jam dibawah sinar matahari. Setelah layu daun diaduk

guna untuk mengeluarkan tetes kecil air dari daun. Ketika daun terpapar di

udara daun berubah warna menjadi gelap. Lamanya proses oksidasi

tergantung dari jenis oolong. Beberapa hanya bisa teroksidasi sebesar 10%,

sedangkan yang lain bisa sampai 50%. Proses terakhir daun teh dipanaskan

untuk menghentikan proses oksidasi dan kemudian dikeringkan (BALITRI,

2012).

4. Teh Putih (White Tea)

Teh putih merupakan teh yang tidak mengalami proses fermentasi

sama sekali. Proses pengeringan dan penguapan pada teh putih dilakukan

dengan sangat singkat. Dengan proses yang lebih singkat tersebut,

kandungan zat katekin pada teh putih adalah yang tertinggi, sehingga

mempunyai khasiat yang lebih ampuh dibanding teh jenis lainnya. Teh putih

diambil hanya dari daun teh pilihan yang dipetik dan dipanen sebelum

benar-benar mekar. Daun teh yang dipetik adalah pucuk daun yang muda,

kemudian dikeringkan dengan metode penguapan (steam dried) atau

dibiarkan kering oleh udara (air dried). Teh putih diproduksi hanya lebih

sedikit dibandingkan jenis teh lain, sehingga harga jualnya menjadi lebih

mahal dibandingkan teh lainnya (BALITRI, 2012).

2.3 Pengolahan Teh Hijau

Untuk mendapatkan teh hijau, maka dilakukan beberapa tahapan pada daun

teh yang masih segar. Proses yang dilakukan biasanya adalah:

1. Proses Pemaparan

Proses pemaparan pucuk daun teh bertujuan agar daun teh yang sudah

dipetik tidak rusak karena penumpukan selama menunggu proses pelayuan.

Daun ditebar untuk mengurangi kandungan kadar air yang terdapat pada

daun teh (Dinar, 2009).

2. Proses Pelayuan

5

Page 6: data pengawetan

Pelayuan adalah proses pengolahan pertama dalam pengolahan teh

hijau. Mesin yang digunakan adalah rotary panner. Mesin ini memiliki

bentuk yang silinder yang berputar dan dipanasi dengan burner. Setelah

suhu telah sampai pada suhu 90-100oC daun teh dimasukkan ke dalam

silinder sehingga daun akan terpanasi dan menjadi lemas. Tujuan pelayuan

ini untuk mengurangi kadar air bahan hingga 65-70% (Dinar, 2009).

3. Proses pendinginan

Proses ini bertujuan untuk mendinginkan daun teh setelah proses

pelayuan. Mesin yang digunakan adalah Cooler. Tujuan dari proses ini

yakni agar daun teh tidak terlalu panas ketika proses penggulungan. Apabila

dalam penggulungan daun teh dalam keadaan panas, ketika dimasukkan

dalam mesin penggulungan maka yang terjadi hasil gulungan tidak

sempurna dan tidak bisa mengeluarkan cairan sel segar yang menempel di

permukaan daun (Dinar, 2009).

4. Proses pengulungan

Penggulungan bertujuan untuk membentuk daun teh menjadi

gulungan-gulungan kecil dan mengeluarkan cairan sel segar yang menempel

di permukaan daun. Mesin yang digunakan adalah Jackson Roller. Pada

penggulungan teh hijau sama dengan proses penggilingan pada proses

pembuatan teh hitam, hanya saja pada proses pembuatan teh hijau yang

dihasilkan sedapat mungkin tidak sampai remuk. Pada proses pembuatan teh

hijau daun teh hanya sampai tergulung. Proses ini bertujuan memecah sel-

sel daun sehingga teh yang dihasilkan mempunyai rasa yang lebih sepet

(Dinar, 2009).

5. Proses pengeringan

Proses pengeringan pada daun teh hijau dilakukan dengan 2 (dua)

tahapan, yang pertama menggunakan ECP drier dan tahapan yang ke 2 daun

teh yang sudah masuk ke ECP Drier langsung dilanjutkan ke dalam Rotary

drier. Pada ECP drier daun teh diturunkan kandungan kadar airnya

sebanyak 30-35%, sehingga cairan sel akan semakin pekat. Suhu pada

tahapan pertama yakni sebesar 110o-135oC selama kurang lebih 30 menit.

Tahapan kedua dilakukan pada suhu 70o-90oC dengan waktu kurang lebih

6

Page 7: data pengawetan

60-90 menit. Sehingga kadar air yang dimiliki hanya sebesar 4-6%

(Alamsyah, 2006).

6. Proses Sortasi

Proses ini adalah proses terakhir guna untuk mendapatkan teh hijau

dengan berbagai kualitas mutu:

a. Peko (daun pucuk).

b. Jikeng (daun bawah/tua).

c. Bubuk/kempring (remukan daun).

d. Tulang (Alamsyah, 2006).

2.4 Pengendalian Mutu

Menurut Prawirosentono (2004), pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu

mulai dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses produksi, barang

setengah jadi, barang jadi, sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen,

agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang

direncanakan. Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah untuk mengetahui

sampai sejauh mana proses dan hasil produk (jasa) yang dibuat sesuai dengan

standar yang ditetapkan perusahaan.

Kegiatan pengendalian mutu merupakan bidang pekerjaan yang sangat luas

dan kompleks karena semua variabel yang mempengaruhi mutu harus

diperhatikan. Menurut Prawirosentono (2004), secara garis besarnya,

pengendalian mutu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Pengendalian mutu bahan baku.

2. Pengendalian dalam proses pengolahan (work in process).

3. Pengendalian mutu produk akhir.

Berikut merupakan pengendalian mutu yang harus ada dalam perusahaan

industri:

2.4.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku

Pengendalian mutu bahan baku adalah proses yang dilakukan sebelum

proses pengendalian proses produksi. Pengendalian mutu bahan baku diperlukan

untuk membantu perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas

produknya dengan melakukan pengendalian terhadap kerusakan produk (product

defect) sampai dengan tingkat kerusakan nol (zero defect).

7

Page 8: data pengawetan

Menurut Setyamidjaja (2000), kualitas pucuk teh dipengaruhi oleh jenis-

jenis cara pemetikannya. Pemetikan merupakan pekerjaan yang penting dalam

budidaya teh dan membutuhkan biaya serta tenaga kerja yang banyak. Cara

pengambilan produksi di kebun teh, berupa pengambilan pucuk daun teh yang

memenuhi syarat-syarat pengolahan dan berfungsi untuk membentuk kondisi

tanaman yang mampu berproduksi tinggi secara kontinyu. Dengan melalui

sistem pemetikan, diharapkan mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas

hasil panen. Untuk menghasilkan mutu petik yang sesuai dengan yang

diinginkan merupakan pekerjaan yang berkelanjutan, mulai dari persediaan

pucuk di lapangan sampai dengan pengolahan pabrik.

Banyak faktor yang mempengaruhi mutu pucuk daun teh diantaranya:

a. Pusingan petik (keadaan pucuk di pokok).

b. Kesehatan tanaman.

c. Cara petik.

d. Penanganan sebelum timbang.

e. Pengisian dalam karung rajut.

f. Penyusunan di bak truk.

g. Serta pengangkutan pucuk ke pabrik (Ghani, 2002).

Untuk mengetahui mutu pucuk daun teh dapat diketahui dengan:

1. Analisa petik

Analisa petik merupakan analisa pucuk yang menghitung komposisi daun

dengan rumus petik sesuai klasifikasi yang ditentukan. Contoh: pada petik

medium, rumus yang benar adalah P+2m, P+3m, B+1m, B+2m dan DLM (Daun

Lepas Muda). Pada analisa ini, 250 gram pucuk dipisahkan antara yang sesuai

rumus (benar) dengan yang tidak sesuai rumus (salah). Persentase jumlah stuk

yang benar dibagi 250 gram menunjukkan angka persen benar petik. Tujuan

analisa ini agar mutu pucuk yang dikirim ke pabrik memenuhi standar dan

kesehatan tanaman dapat terjaga (Ghani, 2002).

2. Analisa mutu

Pada analisa ini yang menjadi acuan adalah kegetasan pucuk. Secara

manual dipisahkan menjadi 2 (dua), yakni bagian pucuk yang getas (halus)

dengan bagian yang tidak getas (kasar). Bobot pucuk yang halus dibagi total

8

Page 9: data pengawetan

pucuk yang dianalisa (250 gram), sehingga diperoleh persentase pucuk halus.

Tujuannya untuk memperoleh komposisi pucuk yang sesuai untuk proses

pengolahan di pabrik. Semakin tinggi angka persentase halus, semakin tinggi

perolehan mutu teh jadi (Ghani, 2002).

3. Analisa bekas petikan

Dilakukan pada perdu setelah dipetik dengan menghitung kesalahan petik

perdu, antara lain pucuk matang peting tertinggal diatas bidang petik, burung

tertinggal diatas bidang petik, petik merogoh, petik samping dan cakar ayam

tertinggal diatas bidang petik.

Tujuan analisa bekas petik untuk mengetahui kesalahan pemetik

meninggalkan pucuk yang semestinya harus dipetik dan kesalahan akibat

memetik secara salah, seperti merogoh atau petik samping. Semakin kecil angka

kesalahan semakin terampil pemetik yang bersangkutan (Ghani, 2002).

Untuk dapat mempertahankan mutu pucuk selama proses pengumpulan

dan pengangkutan ke pabrik, pucuk teh harus diperlakukan dengan benar.

Mengingat pucuk merupakan benda hidup yang masih melakukan proses

transpirasi, setelah timbang tedapat perlakuan pada pucuk. Jika penyusunnya

terlalu padat dapat mengakibatkan pucuk menjadi lanas. Hal ini dapat

mengakibatkan turunnya mutu pada pucuk teh (Ghani. 2002).

Prawirosentono (2004), pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai

dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah

jadi, barang jadi, sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen, agar

barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan.

Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah untuk mengetahui sampai sejauh

mana proses dan hasil produk (jasa) yang dibuat sesuai dengan standar yang

ditetapkan perusahaan.

2.4.2 Pengendalian mutu proses produk

Dalam prosesnya, teh hijau memiliki proses pengolahan yang panjang dan

berurutan. Dari bahan baku yang bermutu tinggi, belum tentu dapat

menghasilkan produk yang berkualitas. Karena setelah penanganan bahan baku

terdapat proses produksi yang panjang setelahnya. Jadi, untuk mendapatkan teh

hijau dengan kualitas yang baik tiap tahapan prosesnya diperlukan pengendalian

9

Page 10: data pengawetan

mutu, yaitu dengan pengaturan mesin dan peralatan yang digunakan dan juga

pengawasan mutu dilakukan oleh mandor produksi dan tenaga pengolahnya

sendiri. Pengawasan mutu dilakukan dari awal hingga akhir tanpa terkecuali.

Pengendalian mutu proses pengolahan teh di tentukan oleh:

1. Pelayuan

Untuk mencapai standar layu pada proses pelayuan teh terletak pada

keterampilan operator dalam mengoprasikan mesin, yakni meliputi:

a. Suhu dan waktu pelayuan

Penggunaan suhu tinggi bertujuan untuk inaktivasi enzim polifenol.

Suhu yang digunakan yaitu 100-1200C selama 5-10 menit hingga diperoleh

kadar air 60-70%. Jika penggunaan suhu terlalu tinggi (>1000C) dan waktu

yang lebih lama akan mengakibatkan terjadinya blisrer (adanya bintik-

bintik atau noda putih pada permukaan teh kering) dan adanya

kemungkinan gosong presentasenya akan lebih besar. Tetapi apabila suhu

yang digunakan terlalu rendah (<900C) dan waktu yang digunakan juga

lebih cepat, maka kandungan enzim polifenol oksidase dalam daun masih

tetap aktif (Hilda, 2009).

b. Banyaknya daun dalam hong.

Banyaknya daun dalam hong dapat mempengaruhi kecepatan mesin.

Apabila terlalu banyak akan menyebabkan mesin menjadi semakin lama

dan mesin tidak akan bertahan lama (Ghani, 2002).

c. Sirkulasi dalam hong.

Uap air yang keluar selama proses penguapan harus dikeluarkan dari

roll rotary. Hal ini dilakukan untuk menghindari terhidrolisisnya klorofil

oleh asam-asam organik yang dapat mempengaruhi kualitas mutu teh.

Oleh karena itu dalam mesin rotary panner dilengkapi dengan kipas angin

yang dapat mendorong atau mengeluarkan air dalam ruangan roll rotary

(Hilda, 2009).

2. Penggulungan

Pengendalian mutu yang dilakukan pada saat penggulungan daun teh

dengan cara penyesuaian jumlah daun dengan kapasitas mesin penggulung,

yaitu 140-150 kg dengan batas waktu 15-20 menit. Pelayuan yang terlalu cepat

10

Page 11: data pengawetan

akan berpengaruh langsung terhadap bentuk dan ukuran fraksi-fraksi pada saat

penggulungan. Banyaknya daun dalam mesin dapat mengakibatkan daun yang

berada dibawah akan sulit terangkat ke atas sehingga menumpuk dan memadat

dibagian bawah, namun apabila daun dalam mesin terlalu sedikit akan

mengurangi efisiensi penggulungannya rendah dan daun yang tergulung

menghasilkan cairan yang sedikit (Hilda, 2009).

Menurut Hilda (2009), Daun teh yang mengalami penggulungan harus

memenuhi standar, yakni:

Daun teh yang mengalami penggulungan harus memenuhi :

a. Daun teh menggulung dengan baik.

b. Bila dijatuhkan gulungannya tetap utuh.

c. Bila dipegang tidak menempel dan tidak mengeluarkan air.

d. Menghasilkan aroma yang khas.

3. Pengeringan awal

Dalam pengeringan dilakukan untuk mendapat standar pengeringan yang

baik, diperlukan kendali saat proses, yaitu suhu dan waktu. Suhu dan waktu

harus sesuai dengan standar. Karena apabila suhu udara yang masuk terlalu

tinggi dapat mengakibatkan daun teh akan hangus dan diperoleh kadar sari teh

yang rendah. dan waktu yang lama akan mengakibatkan daun teh rapuh, bau,

dan kualitasnya rendah (Hilda, 2009).

4. Pengering akhir

Pengering akhir dilakukan dengan dua kali, dengan mesin pengeringan

rotary dryer untuk produk semi kering dengan suhu 1000C selama 20-30 menit.

Kadar air yang diperoleh sebesar 15-20%. Dan pengeringan ball tea 100-1250C

dengan perolehan kadar air 2-3% selama 8-9 jam agar teh benar-benar kering.

Sistem kendali mutu dilakukan dengan cara mengatur waktu dan melihat dengan

cara pengambilan sampel. Apabila sampel dipatahkan kemudian patah berarti

menunjukkan bahwa pengeringan berhasil dan telah selesai. Hasil teh yang

berhasil sesuai dengan standar yaitu jika daun teh diremas dapat mengembang

kembali (Hilda, 2009).

11

Page 12: data pengawetan

2.4.3 Pengendalian Mutu Produk Akhir

Pengendalian mutu produk diperlukan untuk menjaga mutu produk akhir.

Upaya menjaga mutu produk menjadi penting dilakukan untuk memenuhi

keinginan konsumen. Maksud menjaga mutu atau mengendalikan produk adalah

menjaga mutu produk akhir sampai dengan produk tersebut berada di tangan

konsumen (Montgomery, 2001 dalam Annisa, 2007).

Menurut Ghani (2002), pada teh terdapat hubungan rotasi petik dengan

produktivitas berbanding lurus. Semakin panjang rotasi semakin tinggi

produktivitas. Semakin tinggi rotasi petik semakin kasar daun dan semakin

menurun mutu teh jadi. Hubungan rotasi petik dengan produktivitas dan mutu

dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Hubungan rotasi petik dengan produktifitas dan m utu

Rotasi (hari)

Produksi teh jadi (kg/ha/th)

Komponen mutu (%)Abu Serat kasar Kafein

56789101112

1.8971.9151.9832.0702.1482.1942.3072.334

5.97

6.15

616

6.15

6.7

7.0

9.4

10.5

4.40

4.79

4.32

3.81

Sumber Benarjee, B.1996 dalam Ghani 2002

2.5 Standar Mutu

Teh kering dalam kemasan memiliki No. SNI 01-3836-1995, dengan

persyaratan mutu meliputi keadaan air seduhan (warna hijau kekuningan-merah

kecoklatan, bau dan rasa khas), kadar air maksimum 8% b/b, kadar ekstrak dalam

air minimum 32%b/b, kadar abu total maksimum 8% b/b, kadar abu larut dalam

air dari abu total minimum 45% b/b, alkalinitas abu larut dalam air 1-3% b/b, serat

kasar maksimum 16% b/b, cemaran logam (Pb maks. 20 mg/kg, Cu mals. 150,0

mg/kg, Zn dan Sn maks. 40,0 mg/kg, Hg maks. 0,03 mg/kg; As maks 1,0 mg/kg;

cemaran mikroba (ALT maks 3 X 10 3 koloni/g, Coliform < 3 APM/g) (Anonim,

2010).

12

Page 13: data pengawetan

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu

Praktek Kerja Lapang (PKL) akan dilaksanakan pada tanggal 6 Januari - 6

Februari 2015. Pelaksanaan PKL dilakukan di PT. Pagilaran unit produksi

Samigaluh di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

3.2 Tahapan Pelaksanaan

Dalam melaksanakan peraktek kerja lapang diperlukan beberapa tahapan

pelaksanaan seperti ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Pelaksanaan PKL

1. Survey Lokasi

Dilakukan untuk memastikan tempat perusahaan yang akan dilaksanakan

PKL.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan proses untuk mencari refrensi-refrensi yang

dibutuhkan dalam penyusunan proposal bab 1,2, dan 3. Pelaksanaan PKL

13

Mulai

Studi Pustaka

Pelaksanaan PKL

Pengumpulan Data:- Sejarah perusahaan

- Tahapan proses pengolahan- Pengendalian mutu bahan baku

- Pengendalian mutu proses produks- Pengendalian mutu produk akhir

Survey lokasi

PenyusunanLaporann

Laporan Akhir

Page 14: data pengawetan

Pelaksanaan PKL merupakan suatu tahapan persiapan segala sesuatu yang

dibutuhkan dan berkaitan dengan kepentingan operasional serta melakukan PKL

di PT. Pagilaran.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang digunakan untuk

mengumpulkan data-data yang ada di perusahaan yang sesuai dengan judul yang

diajukan guna untuk membantu dalam penyusunan laporan PKL. Data yang

dibutuhkan antara lain:

a. Sejarah perusahaan

b. Proses pengolahan teh hijau

c. Pengendalian mutu bahan baku, proses dan produk akhir.

Pengumpulan data di suatu perusahaan berupa data primer dan data

sekunder.

Data primer melipuuti:

a. Observasi

b. Wawancara

c. Praktek Kerja

Sedangkan untuk data sekunder meliputi:

a. Literatur, diperoleh dari buku-buku tentang teh.

b. Pencatatan, mendapatkan data dari sumber pimpinan perusahaan teh PT.

Pagilaran Yogyakarta dan sejarah-sejarah berdirinya perusahaan.

c. Studi Pustaka, dilakukan untuk mencari informasi dari buku-buku tentang teh

dan internet.

4. Penyusunan laporan akhir

Penyusunan laporan akhir merupakan tahapan untuk merampungkan

semua data yang sudah ada dan melakukan bimbingan kepada dosen

pembimbing.

14