96
1 MODEL RANCANG BANGUN SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) PEPAYA Diabstraksikan dan dirangkum oleh: Prof Dr Ir Soemarno MS Bahan kajian MK. Landuse Planning & Land Development , PDIP PPSFPUB 2013 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama PJPT I pembangunan sektor pertanian diarahkan pada sasaran pokok untuk (1) mencapai dan mempertahankan swasembada pangan khususnya beras, (2) menyediakan kebutuhan pangan secara beragam untuk emningkatkan kualitas gizi masyarakat, (3) menyediakan bahan baku industri dalam negeri, (4) meningkatkan penerimaan devisa negara melalui peningkatan ekspor dan pengurangan impor, (5) menciptakan lapangan kerja, (6) meningkatkan kesejahteraan petani, (7) membantu pemeliharaan stabilitas ekonomi nasional melalui pengendalian harga komoditas pertanian dan mendorong pertumbuhan produksi sektor pertanian. Tujuan pembangunan pertanian di masa mendatang ialah membangun pertanian tangguh yang efisien dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Dengan demikian pertanian mampu secara optimal meningkatkan pendapatan epetani, meningkatkan gizi masya rakat, mening katkan devisa negara dan mendorong pertumbuhan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja di pedesaan. Upaya-upaya ini perlu dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup. Sektor pertanian dihadapkan pada

Data Sentra Pepaya Jatim 2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ddd

Citation preview

RANCANG BANGUN SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN MANGGA DI KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR

1

11

MODEL RANCANG BANGUN SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) PEPAYA

Diabstraksikan dan dirangkum oleh:Prof Dr Ir Soemarno MSBahan kajian MK. Landuse Planning & Land Development , PDIP PPSFPUB 2013

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangSelama PJPT I pembangunan sektor pertanian diarahkan pada sasaran pokok untuk (1) mencapai dan mempertahankan swasembada pangan khususnya beras, (2) menyediakan kebutuhan pangan secara beragam untuk emningkatkan kualitas gizi masyarakat, (3) menyediakan bahan baku industri dalam negeri, (4) meningkatkan penerimaan devisa negara melalui peningkatan ekspor dan pengurangan impor, (5) menciptakan lapangan kerja, (6) meningkatkan kesejahteraan petani, (7) membantu pemeliharaan stabilitas ekonomi nasional melalui pengendalian harga komoditas pertanian dan mendorong pertumbuhan produksi sektor pertanian.Tujuan pembangunan pertanian di masa mendatang ialah membangun pertanian tangguh yang efisien dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Dengan demikian pertanian mampu secara optimal meningkatkan pendapatan epetani, meningkatkan gizi masya rakat, mening katkan devisa negara dan mendorong pertumbuhan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja di pedesaan.Upaya-upaya ini perlu dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup. Sektor pertanian dihadapkan pada semakin terbatasnya ketersediaan sumberdaya dan resiko kemerosotan kualitas sumberdaya alam sehingga menuntut pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam secara tepat. Sektor pertanian diharapkan juga mampu menjamin berkelanjutan pemba-ngunan pertanian yang memberikan peningkatan kesejahteraan para pelakunya. Konversi lahan pertanian di Jawa untuk kegiatan non pertanian menyebabkan produksi pertanian harus bergeser ke areal di luar P. Jawa yang memiliki kualitas relatif lebih rendah. Produktivitas lahan tersebut diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas lahan di Jawa. Wilayah tersebut ditandai oleh keterbatasan sarana/ prasarana dan kurangnya insentif ekonomi. Pemanfataan secara optimal potensi sumberdaya pertanian dan keunggulan kompetitif komoditas pertanian, dikembangkan usaha pertanian dalam sutau sistem agribisnis yang utuh dan dalam kerangkia pembangunan berkelanjutan. Pada PJP II sektor pertanian harus dibangun menjadi suatu industri pertanian yang tangguh dan efisien. Industri pertanian berarti adanya "kesatuan terpadu" antara industri hulu, sistem usaha pertanian, agroindustri dan pemasraan dalam suatu sistem agribisnis. Melalui industri pertanian (agribisnis dan agroindustri) yang tangguh dan efisien sumberdaya pertanian memberikan nilai tambah lebih besar sesuai dengan potensi optimal yang ada.

Pembangunan sentra agribisnis komoditas unggulan pada hakekatnya adalah kegiatan awal untuk memacu pembangunan ekonomi di suatu wilayah. Secara bertahap berkembangnya kegiatan produksi pertanian diupayakan untuk dapat diikuti oleh muncul dan berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi terkait, baik secara horizontal maupun vertikal, serta pengadaan jasa-jasa di sekitarnya sehingga menumbuhkan dinamika perekonomian wilayah. Mulai TA 1996/1997 tampaknya pembangunan sentra agribisnis komoditas akan lebih didukung dengan mengerahkan kegiatan lintas sektoral maupun subsektor yang terfokus dan terintegrasi pada lokasi yang telah terpilih. Upaya terfokus ini dilaksanakan multi tahun, untuk mendukung dan menghantarkan petani dan masyarakat pelaku usaha agribisnis untuk mampu melakukan dan menjalin kegiatan-kegiatan agribisnis dengan kekuatan sendiri secara berkesinambungan. Berdasarkan analisis dan konsultasi dengan Instansi terkait di wilayah, dapat ditetapkan komoditas unggulan pepaya untuk wilayah Kecamatan Wajak.Untuk membangun sentra agribisnis tersebut diperlukan sub-sub kegiatan mulai dari penyediaan agro-input, teknologi budidaya, penanganan pascapanen buah hingga pemasaran, serta prasarana dan kelembagaan pendukung yang merupakan perpaduan berbagai bidang kerja yang berada pada kendali dari berbagai pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat, termasuk pengusaha swasta, perorangan dan badan usaha. Untuk itu harus disusun rancang bangun multi tahun Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Pepaya (SPAKU PEPAYA).Agar pembangunan sentra agribisnis tersebut berhasil, kegiatan dan pendanaan yang tersebar secara parsial harus dapat dikoordinasikan dan dirangkai ke dalam suatu kegiatan yang saling bersambung, membentuk sistem agribisnis yang utuh. Untuk itu koordinasi perencanaan dan pengendalian sejak di tingkat propinsi hingga tingkat lokasi, yang menjamin terfokusnya berbagai sumberdaya dan dana untuk pengembangan sentra dimaksud merupakan aspek yang sangat penting. Sehubungan dengan hal itu peranan Pemerintah Daerah sebagai penguasa yang mengatur gerak pembangunan daerah sangat penting.Rancang bangun yang disusun ini memuat gambaran kondisi saat ini, deskripsi sentra agribisnis yang akan diwujudkan, rincian kegiatan yang harus dilaksanakan, kontribusi yang harus diberikan setiap sektor, subsektor maupun institusi sektoral, subsektoral maupun institusi lainnya. Rancang bangun tersebut dilengkapi dengan mekanisme perencanaan, pelaksanaan, koordinasi dan pengendalian di tingkat lokasi hingga tingkat propinsi. Untuk itu keterlibatan seluruh instansi yang terkait, dalam penyusunan rancang bangun ini sangat penting.

1.2. TujuanPembuatan Rancang Bangun Sentra Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU) Pepaya ini ditujukan untuk menyusun rencana induk serta rencana operasional multi tahun atas pengembangan sentra agribisnis komoditas unggulan pepaya, untuk memberi kekuatan awal, memfasilitasi dan memandu masyarakat setempat, hingga mampu menggerakkan agribisnis dengan kekuatan sendiri. Rancang bangun ini merupakan acuan bagi seluruh pihak yang harus berperan dalam pembangunan sentra tersebut.

1.3. SasaranPenyusunan rencana menyeluruh atas lokasi pengembangan sentra komoditas unggulan pepaya di wilayah Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang ini menghasilkan dokumen rancang bangun yang memerlukan dukungan dan kesepakatan dari instansi terkait, dan memuat hal-hal sebagai berikut :a.Rancang Bangun atau Rancang Induk menyeluruh Sentra Agribisnis Komoditas Unggulan Pepaya yang memuat output, target grup, manfaat yang dihasilkan proyek, dilengkapi dengan disain fisik dan indikator pengukurnya.b. Rencana tahapan kegiatan hingga terwujudnya Sentra dimaksud, memuat rencana kegiatan sinergis lintas sektor, subsektor, program dan institusi, beserta volume fisik menurut tahapan per tahun anggaran.c. Rencana operasional rinci yang harus dilaksanakan oleh masing- masing instansi terkait.d. Mekanisme koordinasi perencanaan dan pengendalian di tingkat lokasi, Dati II, Dati I yang mengait dengan Tingkat pusat.

1.4. Lingkup KegiatanBeberapa aspek yang dicakup dalam rancang bangun ini adalah sebagai berikut.

1.4.1. Penetapan Lokasi dan Sasaran Jenis UsahaPemilihan lokasi didasarkan atas ketersediaan lahan, kese-suaian lahan serta agroklimatnya, kesiapan prasarana, ketersediaan tenaga kerja serta sumberdaya lain yang membentuk keunggulan lokasi yang bersangkutan (berdasarkan hasil studi Pewilayahan Komoditas). Pemilihan komoditas utama dan penunjang serta jenis usahanya didasarkan atas potensi menghasilkan keuntungan, potensi pemasarannya, kesiapan dan penerimaan masyarakat atas jenis usahatani yang akan dikembangkan, serta keselarasan dengan kebijakan pemba-ngunan daerah. Untuk menduga unggulan wilayah serta komoditas yang akan dipilih dilakukan analisis kuantitatif dan kualitatif yang memperhatikan faktor-faktor ekonomi dan sosial.

1.4.2. Penentuan Kegiatan yang DilakukanPenentuan kegiatan yang perlu dilakukan didasarkan atas analisis kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan, yang dirinci menurut komponen- komponen penting sistem agribisnis, yaitu target grup, ketersediaan dan kesesuaian lahan, dan prasarana nya, ketersediaan sarana produksi, kemampuan pengelolaan budidaya, penanganan pasca panen, pemasaran, dukungan prasarana dan kelembagaan. Dari analisis tersebut dapat diketahui upaya dan kegiatan yang diperlukan untuk sentra agribisnis, dalam satuan volume yang jelas. Keseluruhan kegiatan tersebut selanjutnya diuraikan menurut tahapan per tahun, disesuaikan dengan kondisi fisik lokasi, kondisi sosial ekonomi serta tingkat kemampuan masyarakat. Desain lokasi sentra tersebut harus dilengkapi dengan gambar fisiknya untuk mengetahui volume serta lokasi yang tepat atas pembangunan dan kegiatan fisik yang diperlukan.

1.4.3. Rincian Kegiatan Sinergis Lintas SektoralTahapan kegiatan tahunan tersebut selanjutnya diuraikan menurut program/proyek serta institusi yang harus memberikan kontribusi terhadap pembangunan sentra agribisnis pepaya. Secara garis besar hal ini dapat disajikan dalam bentuk matriks keterpaduan pengembangan Sentra Agribisnis Komoditas Unggulan Pepaya. Kegiatannya antara lain meliputi hal-hal berikut ini. 1. Pengembangan BudidayaPengembangan budidaya pepaya dan tanaman komplementernya, diidentifikasi menurut volume fisik yang jelas. Garis besar kegiatannya meliputi persiapan lahan dan penyiapan petani, pelatihan usahatani, penyediaan agroinput & alat pertanian, dan penyelenggaraan penyuluhan. Pembinaan teknis budidaya, cara memanen dan cara untuk mempertahankan kualitas produk, perlakuan pasca panen

2. Pasca Panen dan PemasaranPeningkatan ketrampilan teknis dalam penanganan pasca panen seperti cara memanen, mengumpulkan dan menyeleksi hasil panen serta peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas hingga cara pengolahan produk untuk meningkatkan nilai tambah serta meningkatkan kemampuan pemasaran, khususnya yang menyangkut produk buah-buahan. Untuk melaksanakan pembinaan dengan sarana yang tersedia di wilayah secara lebih optimal maka kerjasama dengan instansi perindustrian dan perdagangan setempat harus dilakukan. Sinergi kegiatan hanya dapat dicapai dengan koordinasi perencanaan dan pembagian tugas yang jelas.

3. Pembinaan Pengembangan Usaha PertanianKelompok kegiatan yang menyangkut peningkatan kemam puan mengelola usaha dan melaksanakan kemitraan dengan pedagang, eksportir maupun industri pengolahan pangan dilaksanakan melalui pembinaan Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) ke arah terbentuknya koperasi petani pepaya, pembentukan Forum Komunikasi Agribisnis (FORKA), pelaksanaan temu-temu usaha, pelatihan kewirausahaan, dan peningkatan kemampuan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) sebagai pusat konsultasi dan pelayanan agribisnis.

4. Kegiatan Penunjang

a. Pelayanan Sarana ProduksiLembaga pelayanan ini (misalnya KUD) diperlukan untuk membantu penyediaan sarana produksi dan peralatan yang dibutuhkan para petani, pedagang dan pengolah untuk melaksanakan kegiatan usahanya. Pelayanan ini harus ada untuk menjamin ketersediaan sarana usahatani tepat waktu, jumlah dan harga yang wajar. Instansi pemerintah setempat harus mampu menciptakan iklim usaha dan memberikan dukungan agar koperasi atau pengusaha dapat menjalankan fungsinya secara wajar. Diperlukannya rekomendasi berbagai program insentif untuk mendorong tumbuhnya lembaga pelayanan, khususnya untuk lokasi yang terpencil.

b. Pelayanan Informasi Teknologi Spesifik LokasiDiidentifikasi jenis teknologi spesifik yang diperlukan untuk pembangunan sentra agribisnis. Pelayanan ini mencakup pemilihan kultivar dengan kualitas tinggi yang secara ekonomis dapat diproduksi di lokasi setempat, teknologi pembibitan, teknologi budidaya, pasca panen, pengolahan primer, sekunder hingga pengepakan buah segar maupun olahannya. Kerjasama peneliti-penyuluh dalam hal alih teknologi kepada petani harus dilakukan secara intensif.

c. Pelayanan Perlindungan TanamanKegiatan perlindungan yang harus mengawali pelaksanaan sentra agribisnis terutama adalah pengawasan sebagai tindak preventif serta metode penanggulangan hama dan penyakit yang mungkin mengganggu tanaman, serta komoditas penunjangnya. Hal ini sangat penting untuk mencegah kerugian akibat kegagalan panen atau penurunan kualitas produk. Pelayanan ini dialokasikan pada proyek PSSP yang dikelola Dinas-dinas lingkup pertanian melalui Balai Perlindungan atau institusi lain.

d. Pelayanan PembibitanPenangkar bibit harus diarahkan untuk mengalokasikan sebagian kegiatannya mendukung pengembangan komoditas unggulan pepaya maupun komoditi penunjangnya (tanaman sela: jagung, kedelai, kacang tanah; tanaman pagar: sengon, melinjo, buah-buahan lain), pada wilayah sentra agribisnis. Kegiatan yang diperlukan beragam dan dirinci menurut volume dan jenis. Aspek ini mencakup pengadaan bibit, pengawasan dan sertifikasi bibit, serta pembinaan petani penangkar bibit, khususnya untuk tanaman unggulan serta komoditas penunjangnya.

e. Pembinaan PenyuluhanBPP ditingkatkan kemampuannya agar dapat memberikan kontribusi sesuai dengan fungsinya, sebagai tempat bertanya, berlatih, berbagi pengalaman antar petani dan tempat pertemuan antara petani, pedagang dan pengelola agroindustri. Untuk itu perlu dipersiapkan sumberdaya manusia (SDM) serta perangkat keras dan lunak yang memadai untuk menjalankan fungsi pusat pelayanan agribisnis.

f. PengairanSentra agribisnis memerlukan air untuk budidaya, pasca panen, dan kegiatan penunjang lainnya. Kebutuhan air bersih akan meningkat kalau telah terdapat kegiatan pengolahan, terutama dalam bentuk industri pengolahan pangan. Program pengairan yang dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum diminta untuk mengalokasikan kegiatan penyediaan sumber air (sumur atau embung) dan saluran pengairan untuk kawasan sentra ini. Koordinasi dengan Pemda dan instansi terkait sangat penting untuk mengarahkan kegiatan fisik yang tepat pada lokasi yang tepat pula.

g. TransportasiSarana transportasi sangat vital dalam membangun sentra agribisnis, dengan demikian program pembangunan sarana transportasi yang dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Perhubungan harus mampu menjamin tersedianya prasarana jalan (jalan desa dan jalan kebun) serta fasilitas transportasi yang memadai di kawasan sentra produksi, yang menghubungkannya dengan pusat-pusat pelayanan dan pemasaran.

h. EnergiEnergi diperlukan antara lain dalam proses penanganan pasca panen terutama untuk alat pengeringan, pengupasan, sortasi, pengo-lahan, perlakuan pemanasan, pendinginan dan sebagainya. Energi yang dibutuhkan dapat berupa listrik, bahan bakar minyak, gas atau bahan bakar dari limbah tanaman seperti daun, kayu dan ranting hasil pangkasan.

i. Sarana dan Prasarana PemasaranSarana dan prasarana pemasaran, seperti tempat penam-pungan, alat-alat penyimpanan dengan fasilitas pendingin, alat-alat pengepakan, informasi harga serta fasilitas fisik pasar yang memadai, sangat vital dalam pengembangan sentra agribisnis. Kebutuhan fasilitas ini sangat beragam sesuai dengan komoditas unggulan komoditas penunjangnya.

j. Lembaga Keuangan/PermodalanTersedianya lembaga keuangan dan permodalan sangat penting bagi para pelaku usaha agribisnis, sehingga harus diusahakan di lokasi sentra atau lokasi yang sangat mudah dicapai dari kawasan sentra, dengan biaya transportasi dan biaya administrasi yang minimum. Kerjasama antara Pemda dengan instansi terkait diperlukan untuk menyediakan sumber modal yang dapat diakses dengan prosedur yang cepat dan murah.

5. Koordinasi dan PengendalianKoordinasi operasional keseluruhan harus di tangan Pemerintah Daerah II melalui Bappeda maupun di tingkat lokasi. Koordinasi perencanaan sektoral, khusus pertanian dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi program pembangunan pertanian serta koordinasi lintas subsektor yang terkait.

II. METODOLOGI

2.1. Batasan Istilah

2.1.1. Rancang BangunRancang bangun adalah rancang bangun multi tahun komoditas pepaya di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, kegiatannya meliputi komoditas unggulan dan komoditas penunjangnya serta pembangunan kegiatan lainnya yang serasi dan dibutuhkan sehingga pembangunan wilayah agroekosistem dengan komoditas unggulannya akan dapat mencapai sasaran, yaitu peningkatan kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi wilayah.

2.1.2. Sentra PengembanganSentra Pengembangan adalah suatu hamparan komoditas pepaya berskala ekonomi di suatu wilayah agroekosistem, dimana wilayah tersebut dilengkapi dengan sarana- prasarana yang dibutuhkan, kelembagaan, pengolahan/pemasaran, dan sektor lain yang menunjang perkembangan dari sentra komoditas tersebut.

2.1.3. Komoditas AndalanKomoditas andalan adalah sejumlah komoditas yang dapat dibudidayakan/ dikembangkan di suatu wilayah Kabupaten berdasarkan analisis kesesuaian agroekologi (tanah dan iklim).

2.1.4. Komoditas UnggulanKomoditas unggulan (misalnya pepaya) adalah salah satu komoditas andalan yang paling menguntungkan untuk diusahakan/dikembangkan di suatu wilayah yang mempunyai prospek pasar dan peningkatan pendapatan/kesejahteraan petani dan keluarga serta mempunyai potensi sumberdaya lahan yang cukup besar.

2.1.5. Komoditas PenunjangKomoditas penunjang ialah komoditas-komoditas lain yang dapat dipadukan pengusahaannya dengan komoditas pokok (unggulan) yang dikembangkan di suatu lokasi/sentra komoditas unggulan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, sarana/prasarana) dan peningkatan pendapatan petani melalui peningkatan produksi maupun keterpaduan pengusahaannya akan meningkatkan efisiensi/saling memanfaatkan.

2.1.6. AgribisnisAgribisnis merupakan suatu kegiatan penanganan komoditas secara komprehensif mulai dari hulu sampai hilir (pengadaan dan penyaluran agroinput, proses produksi, pengolahan dan pemasaran).

2.1.7. Sekala ekonomi Agribisnis Komoditas UnggulanSuatu luasan/besaran usahatani komoditas unggulan yang dapat menghasilkan volume produksi tertentu untuk memenuhi kebutuhan pasar/agroindustri (skala kecil/sedang/besar) di wilayah agroekosistem tertentu.

2.2. Analisis Pengkajian Komoditas

2.2.1. Seleksi KomoditasSeleksi komoditas dilakukan untuk mendapatkan alternatif komoditas (unggulan dan penunjangnya) yang sesuai dikembangkan di suatu wilayah dengan lingkungan tumbuh tertentu. Inventarisasi dimulai dari jenis- jenis komoditas yang banyak diusahakan oleh rakyat, kemudian baru merambah kepada jenis-jenis komoditas yang belum dikenal. Kriteria yang digunakan sebagai dasar seleksi bertumpu pada aspek agroteknologinya untuk dikembangkan lebih lanjut, potensi pasarnya baik domestik maupun ekspor, nilai tambah ekonomi bagi petani, serta dampaknya terhadap kesempatan kerja dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Dari seleksi ini akan didapatkan beberapa komoditas terpilih baik berupa tanaman pangan, perkebunan, maupun tanaman hortikultura.

2.2.2. Analisis Budidaya dan Pengkajian Kelayakan UsahaUraian tentang profil komoditas meliputi gambaran tentang persyaratan tumbuh, penyebaran komoditas saat ini, teknik budidaya yang cukup memadai dan tingkat kelayakan usahanya. Untuk beberapa komoditas tertentu juga dapat disajikan profil industri pengolahan, baik dari aspek teknis, investasi maupun prospek pasarnya. Tujuan pengkajian profil ini terutama untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan sebagai masukan guna mengadakan estimasi terhadap dampak pengembangan komoditas yang terutama akan menggunakan tolok ukur penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan petani dan kelestarian fungsi lingkungan. Disamping itu informasi yang diperoleh dari profil komoditas diharapkan dapat digunakan sebagai indikator awal tentang kelayakan usahataninya. Hal ini akan bermanfaat bagi investor, perbankan, para perencana serta pelaksana kebijakan. Namun demikian sesuai dengan makna sebuah "profil" maka informasi yang disajikan masih memerlukan penelitian dan pengkajian yang lebih rinci atau lebih dalam lagi dari berbagai segi sebelum dapat digunakan untuk penerapannya.Uraian tentang teknik budidaya meliputi persiapan tanam, pemeliharaan pertanaman, sampai dengan pemungutan hasil. Berdasarkan pada teknologi budidaya yang diterapkan di lapangan saat ini, dengan penyesuaian ke arah paket teknologi rekomendasi/anjuran. Selain itu pemilihan teknologi didasarkan pada kemampuan produsen, baik dari segi managerial maupun praktikalnya. Pertimbangan yang sama juga berlaku bagi industri pengolahan dengan memper hatikan skala ekonomi yang memadai dan kemungkinan tersedianya bahan baku. Modal usahatani maupun industri pengolahan diasumsikan berasal dari sistem perbankan formal, sehingga tingkat bunga harus disesuaikan.Periode analisis finansial bervariasi sesuai dengan satu siklus umur produktif tanaman dengan luasan satu hektar. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahanya digunakan beberapa alternatif tolok ukur seperti pendapatan, B/C, R/C, NPV dan IRR.

2.2.3. Strategi Analisis Untuk memudahkan analisis dan evaluasinya, maka penelaahan Sistem Agribisnis Komoditas Unggulan dibagi menjadi tujuh bidang yaitu: (1). Kesesuaian Lingkungan Tumbuh Untuk dapat berproduksi secara baik tanaman harus tumbuh pada daerah yang sesuai dengan syarat tumbuhnya. Tiga faktor lingkungan tumbuh yang dianggap paling berperan dalam pembudidayaan tanaman adalah kualitas tanah (dapat dibedakan menjadi Tanah kapur dan Tanah Vulkanik), Curah hujan (Daerah basah dan Daerah kering) dan Ketinggian tempat (Dataran rendah, Dataran Menengah dan Dataran Tinggi).

(2). Pewilayahan Daerah Penyebaran Setelah diketahui syarat lingkungan tumbuh tanaman, maka perlu juga ditentukan wilayah yang kondisi lingkungannya memung kinkan untuk pengembangannya. Sehingga sentra produksi yang selama ini hanya terletak pada wilayah tertentu, lokasinya dapat diperluas. Hal ini membuka peluang untuk meningkatkan kesempatan menciptakan lapangan kerja. (3). Paket Teknologi Budidaya dan Kondisi Sosio-Teknologi Produktivitas tanaman dapat tercapai dengan baik apabila dibudidayakan dengan cara yang benar. Meskipun pemilihan lokasi sudah sesuai dengan syarat lingkungan tumbuh, namun apabila sistem budidaya yang diterapkan tidak tepat, maka produksi tanaman tidak akan sesuai dengan potensi yang ada. Oleh karena itu untuk optimasi produksi diperlukan penerapan teknologi budidaya secara terpadu mulai dari persiapan tanam sampai pasca panen. Usaha-usaha yang dapat ditempuh meliputi, pengolahan tanah, penggunaan benih/bibit bermutu, sistem tanam, pemeliharaan tanaman dan pemungutan hasil.

(4). Penanganan Pasca panen dan Industri Pengolahan Fluktuasi harga komoditas tidak dapat sepenuhnya ditentukan dengan pasti oleh petani produsen. Hal ini sangat tergantung kepada mekanisme pasar. Pada saat pasar kekurangan stok, harga komoditas pertanian melojak tinggi, namun sewaktu terjadi panen raya, harga akan turun drastis. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan teknologi pasca panen yang mampu mengubah bahan mentah menjadi bahan olah yang tahan lama.

(5). Analisis Finansial dan Ekonomi Pertama kali yang mendorong petani melakukan usahatani adalah tingkat pendapatan (income) yang dapat diperoleh per luasan areal yang diusahakan per satuan waktu. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh, maka minat petani untuk mengusahakan akan semakin tinggi pula. Oleh karena itu pemilihan jenis komoditas yang diusahakan akan sangat ditentukan oleh analisis usahataninya.

(6). Pemasaran Hasil Disamping analisis usahatani, faktor lain yang sangat menentukan minat petani untuk melakukan usahatani adalah masalah pemasaran, terutama yang berkenaan dengan efisiensi pemasaran, peluang pasar, dan perimbangan supply/demand. Meskipun nilai keuntungan yang diperoleh petani tinggi, namun apabila pemasaran hasil sulit dilakukan, maka petanipun akan enggan untuk mengusa hakan. Kesulitan ini dapat dikurangi dengan cara memperbaiki kualitas atau mengembangkan komoditas yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri. (7). Analisis kelembagaanTujuan dari analisis ini ialah untuk merekayasa kelembagaan sosial-ekonomi di tingkat pedesaan yang mampu menunjang penerapan Konsep SPAKU. Hasil yang diharapkan ialah rancangan kelembagaan sosial dan kelembagaan ekonomi di tingkat pedesaan yang dapat diakses oleh petani dan Kelompok Tani, serta dapat mengakses kelembagaan pada hierarkhi yang lebih tinggi. Pada setiap tahap pengusahaan (usahatani) komoditas andalan, pemasaran dan pengolahannya diperlukan lembaga sosial- ekonomi sebagai suatu wadah, pola organisasi dan atribut yang dibutuhkan oleh para petani untuk dapat melakukan fungsinya. Lembaga sosial dapat dibedakan dengan organisasi atau seringkali disebut dengan istilah lembaga non-formal dan lembaga formal. Lembaga sosial timbul karena kebutuhan masyarakat, berakar pada norma sosial dan peralatan yang dimiliki oleh masyarakat; sedangkan organisasi pada umumnya dibentuk dengan tujuan tertentu, dengan kegiatan anggota yang saling mengisi dan tunduk pada aturan-aturan yang dibuat, agar bagian-bagian yang ada dapat berfungsi efektif. Dalam konsep struktur pedesaan progresif sebagaimana dikemukakan Mosher (1976), lokalitas usahatani dikemukakan pula sebagai salah satu modal yang dapat diterapkan untuk pencapaian tujuan. Beberapa komponen pokok dan penunjang adalah adanya sarana kelembagaan yang menunjang dan pentingnya pendidikan pembangunan bagi petani dalam proses transfer teknologi. Suatu bentuk kelembagaan dengan ikatan-ikatan dan hubungan sosial-ekonomi berdasarkan kebutuhan masyarakat diperlukan dalam penanganan Sistem Agrikoman sehingga memberikan manfaat dan memungkinkan keterlibatan penuh anggota-anggotanya. Menemukan lembaga-lembaga tradisional yang tumbuh dalam komunitas pedesaan khususnya dalam pengusahaan komoditas andalan, sejak penanaman, pertanahan, pengerahan tenaga kerja, perkreditan, panen dan pengolahan serta pemasaran hasil merupakan langhkah awal dalam upaya rekayasa dan peningkatan fungsi kelembagaan tersebut. Selanjutnya, keberhasilan dalam produksi menuntut adanya bentuk- bentuk kelembagaan yang lebih besar dan berorientasi ekonomis sehingga mampu mengelola sistem pertanian secara lebih efisien . Sebagaimana telah diberlakukan dalam pengelolaan tanaman pangan dan tanaman perkebunan, di pedesaan telah diintroduksi pola-pola hubungan pertanian kontrak, BIMAS, dan PIR, yang melibatkan Kelompok Tani, KUD, lembaga penyuluhan, lembaga pengolahan hasil (INDUSTRI pengolah hasil, dll.) dan lembaga pemasaran. Masing-masing model pengembangan kelembagaan tersebut dalam penerapannya mempunyai kelemahan dan keunggulan. Dalam konteks pertanian lahan kering terdapat kelompok tani lahan kering dengan aktivitasnya meliputi konservasi lahan dan manajemen produksi pertanian. Agar kelompok tani yang ada dapat ditingkatkan fungsi dan peranannya diperlukan lembaga penunjang yang lebih luas khususnya dalam pengolahan hasil dan pemasaran.

2.3. Strategi Penanganan SPAKU Sebagaimana dijelaskan dalam bagian sebelumnya, penyusunan konsep penanganan SPAKU dilandasi dengan pendekatan "Agrosistem" dengan tiga aspek utamanya, yaitu aspek teknis-teknologi (termasuk pertimbangan bio-fisik), aspek ekonomi-bisnis, dan aspek sosial-budaya (termasuk kelembagaan penunjang). 2.3.1. Penetapan Komoditas Unggulan Suatu tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik di suatu lahan pertanian apabila kondisi lahan tersebut memenuhi syarat. Masing-masing daerah mempunyai ciri khusus tentang macam komoditas yang dikembangkan. Selain kondisi lingkungan yang sesuai tentunya pengembangan komoditas juga harus mempertimbangkan tingkat keuntungan yang dapat dipetik. Kepentingan ini dapat direncanakan sejak dini, misalnya dengan membuat peta wilayah komoditas pada masing-masing daerah yang akan dikembangkan.

(a). Pendekatan ekonomi wilayahPendekatan ini dilakukan dengan cara menentukan jenis tanaman yang secara ekonomi layak untuk dikembangkan dan dibudidayakan. Pewilayahan tanaman yang dilakukan berdasar kepada keuntungan atau nilai tambah yang diterima petani dalam upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan kata lain tanaman tersebut menguntungkan petani apabila dibudidayakan. Analisis ini diperoleh dari selisih antara investasi yang ditanam dari usaha tersebut dengan hasil yang diperoleh. Dari sektor-sektor usaha yang berkembang di masyarakat akan terpilih beberapa sektor dominan yang layak untuk ditangani lebih serius, karena memberikan prospek baik.Berdasarkan pendekatan ini dari seluruh sektor yang ada di masyarakat yaitu, tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman hutan, peternakan, industri,perdagangan, angkutan, jasa , tambang, ada lima sektor yang berperan dan sangat menentukan tingkat pendapatan perkapita petani meliputi ; sektor peternakan, industri, pertanian tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan serta tanaman hutan. Dari lima sektor tersebut, masing-masing daerah mempunyai prioritas yang berbeda-beda. Ini dikarenakan adanya perbedaan daya dukung lahan serta alam di lokasi tiap-tiap wilayah.Di wilayah pedesaan, biasanya terdapat dua sektor paling doniman yang mampu memberikan sumbangan terbesar bagi pendapatan petani yaitu subsektor sektor pertanian tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. Dua sektor tersebut masing-masing memberi sumbangan sebesar 60-80 % dan 20- 40% dari pendapatan petani. Dari hasil pengamatan didapatkan jenis komoditas yang secara ekonomi berkembang di masyarakat dan banyak diusahakan oleh petani sebagai tumpuhan hidup mereka, baik tanaman pangan dan hortikultura maupun tanaman perkebunan; diantaranya : padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, cabe, kelapa dan kapok randu. Sedang di sektor peternakan nampaknya kambing dan sapi lokal merupakan primadona peternakan yang perlu mendapatkan perhatian lebih serius. Hal ini disamping sapi dikem bangkan untuk menambah pendapatan petani juga dimanfaatkan sebagai sumber tenaga pengolah tanah pertanian.

(b). Pendekatan Ekologi WilayahPendekatan ini didasarkan pada kesesuaian komoditas pertanian untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di suatu daerah. Untuk menentukan jenis komoditas yang mampu berkembang, selain berdasar kepada komoditas yang sudah ada tidak menutup kemungkinan mengembangkan jenis komoditas yang secara ekologis sesuai. Penentuan jenis komoditas yang sesuai untuk dikembangkan di suatu wilayah dilakukan dengan cara pendekatan secara ekologis yaitu dengan cara melihat syarat tumbuh bagi masing-masing komoditas dan juga melihat kondisi wilayahnya. Dari kedua faktor ekologis yang berperan menetukan tingkat kesesuaian lahan yaitu konsidi wilayah dan syarat tumbuh yang dibutuhkan setiap komoditas, akan diperoleh informasi tentang jenis komoditas yang secara ekologis sesuai untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis secara ekologis jenis komoditas yang dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lahan kering a.l. : padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, cabe, kelapa, mangga, rambutan, melinjo , jeruk, jambu mete dan kapok randu. Dengan diketahuinya jenis komoditas yang secara ekomonis lebih menguntungkan atau lebih menguntungkan di antara komoditas lain yang sudah ada dan secara ekologis daerah tersebut sesuai (baik syarat tumbuh maupun kondisi wilayah bersangkutan), maka komoditas-komoditas tersebut perlu segera dikembangkan. Dengan demikian sasaran untuk meningkatkan tarap hidup petani akan tercapai. Di samping itu program pengembangan ini dapat dipadukan dengan program pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Artinya dari hasil pemetaan akan didapatkan jenis komoditas yang secara agroekologi dapat dikembangkan dengan baik, dapat meningkatkan kesuburan tanah atau bahkan menunjang upaya konservasi lahan.

2.3.2. KelembagaanUntuk memperlancar program pengembangan SPAKU yang sudah terencana, setelah diketahuinya komoditas andalan yang akan dekembangkan, diperlukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan. Paket pengembangan program harus tersusun secara sistematis sehingga tahapan pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, mulai dari persiapan sampai usaha tersebut menghasilkan sesuatu.

(a). Penentuan Kelompok Sasaran (KUBA)Program pengembangan ini tentunya dapat diproiritaskan bagi petani yang kurang mampu, dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraannya. Dasar pertimbangannya adalah bahwa petani tersebut biasanya kurang berani mengambil resiko kegagalan dan menanamkan modal untuk usaha yang belum pernah ditekuni. Disamping itu petani tersebut kurang mampu untuk mencari modal yang cukup besar untuk usahataninya.Penentuan kelompok sasaran ini dapat dilakukan dengan cara seleksi yang mendasarkan kepada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai tolok ukur taraf hidup petani. Kriteria pemilihan berpedoman kepada beberapa fasilitas sarana fisik yang dimiliki seperti, pemilikan ternak, alat transport, luas lahan, rumah serta status pekerjaan. Apabila petani tersebut lolos dari persyaratan minimal yang diajukan maka tidak memenuhi syarat sebagai petani kurang mampu, sehingga tidak mendapatkan prioritas bantuan dan sebaliknya. Sistem pengelolaan Usaha kelompok masyarakat miskin harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga yang bersaing. Untuk tujuan tersebut, maka Kelompok masyarakat miskin harus dirangsang berupa pelayanan yang baik. Usaha ini dapat dilakukan apabila telah mempunyai ketrampilan yang memadai dalam proses produksi , kebijakan dalam investasi, pembelian, pemasaran dan pengelolaan keuangan. Usaha Pemerintah untuk mengembangkan usaha ini dapat dilakukan melalui : bimbingan, pelatihan, permodalan, sarana dan prasana serta bantuan perluasan jangkauan pemasaran. Disamping itu usaha tersebut seyogyanya pula mempunyai mitra usaha dari perusahaan besar baik milik Pemeritah maupun swasta. Untuk menunjang kegiatan tesebut intervensi pemerintah juga diharapkan pada pengembangan infrastrukturBerdasarkan kenyataan bahwa suatu usaha adalah suatu investasi bisnis, maka prinsip kelayakan usaha juga harus menjadi pertimbangan. Prinsip-prinsip tersebut adalah :(1).Kelayakan Usaha Berdasarkan Finansial, meliputi: Comparative & Competitive advantages, enterprise choice cabang usaha, Opportunity cost, dan Economic of scale.(2).Kelayakan Usaha Berdasarkan Managerial, meliputi : Sistem pengorganisasian, model kredit begulir, model pembinaan, model pelunasan pinjaman, sistem keterkaitan dengan mitra usaha, dll.(3).Kelayakan Usaha Berdasarkan Sosial, meliputi : respon ma syarakat, Partisipasi, dan daya jangkau kebutuhan masyarakat. (b). PenyuluhanMengingat tingkat pengetahuan petani lahan kering di wilayah pedesaan miskin sangat terbatas, khususnya mengenai hal-hal yang mesih dianggap baru, maka petani harus diperkenalkan dengan teknologi budidaya tanaman tersebut. Pengenalan IPTEK baru ini meliputi beberapa aspek baik teknis maupun non teknis. Hal-hal yang bersifat teknis misalnya teknologi budidaya yang perlu diperhatikan mulai dari penyediaan bibit atau bahan tanam, pemupukan, pemeli haraan tanaman sampai kepada pasca panennya. Hal yang bersifat noon teknis misalnya manfaat tanaman bagi peningkatan pendapatan, prospek tanaman untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun peluangnya untuk ekspor dan sebagainya. Dengan demikian petani akan terbuka wawasannya dan mempunyai minat besar untuk mengembangkan komoditas tersebut. (c). Penyediaan bahan tanam/BibitSalah satu aspek yang menentukan berhasil tidaknya suatu usahatani adalah tersedianya bahan tanam baik berupa bibit maupun benih. Kesalahan dalam memilih bahan tanam tersebut banyak yang mengakibatkan kerugian yang membawa akibat fatal bagi petani. Sebagai contoh, kalau seandainya petani ingin menanam kelapa, sementara mereka tidak memperhatikan bibit yang digunakan sebagai bahan tanam, maka kesalahan penggunaan bibit ini akan baru dirasakan setelah menunggu selama 5 - 7 tahun berikutnya. Sehingga petani disamping rugi dengan biaya yang dikeluarkan, juga akan rugi waktu. Karena mereka bersusah payah menunggu sampai bertahun-tahun akhirnya tanaman yang diusahakan tidak memuaskan. Sistem penyediaan bahan tanam dapat ditempauh melalui dua cara yaitu pertama dengan cara mendatangkan bibit atau benih dari penyalur resmi dan kedua melalui kebun bibit yang didirikan oleh masyarakat setempat. Penyediaan bibit atau benih dengan cara pertama tidak banyak mengalami kesulitan, namun memerlukan biaya yang tinggi. Lain halnya apabila usaha pengadaan benih atau bibit ini dilakukan oleh masyarakat setempat. Secara ekonomi hanya memer lukan biaya yang relatif kecil, namun secara teknis lebih sulit.

2.4. DATA DAN ANALISIS 2.4.1. Data dan InformasiData dan informasi yang akan dikumpulkan meliputi:

a.Data Biofisik1.Sumberdaya Lahan: Kualitas dan karakteristik lahan yang diperlukan untuk keperluan evaluasi kesesuaian lahan2.Sumberdaya air: Curah hujan, aliran sungai, sumber air .3.Agroklimat: temperatur udara, dan data-data meteorologi dari stasiun terdekat.4.Sumberdaya Biologi: flora dan fauna, termasuk tanaman budidaya, dan ternak.

b.Data Ekonomi1.Ekonomi wilayah: sumberdaya dan sektor ekonomi yang potensial di tingkat kecamatan / desa; matapencaharian penduduk dan sumber pendapatan rumahtangga2.Usahatani tanaman dan ternak: Struktur dan perilaku usahatani3.Kelembagaan ekonomi/finansial: koperasi/KUD, lembaga keuangan pedesaan/pelayanan permodalan, pengolahan/ pemasaran hasil dan saprodi.4.Data penunjang lainnya

c.Data Kelembagaan Sosial-Budaya1.Pola panutan masyarakat dan stratifikasi sosial/kelompok tani2.Perilaku kelembagaan dan mekanisme transfer informasi dan IPTEK: Penerangan masyarakat, penyuluhan, komunikasi massa dan interpersonal. 3.Data penunjang lainnya.

d.Data agroteknologi:1.Teknologi produksi tanaman dan ternak yang dikuasai petani dan yang terdapat di pusat/lembaga inovasi terdekat.2.Teknologi konservasi sumberdaya lahan dan air3.Teknologi pengelolaan lingkungan hidup.

e.Data Agroindustri/industri rumahtangga/kerajinan rakyat:1.Penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman dan ternak2.Teknologi produksi/pengendalian kualitas produk non-farm3.Promosi dan pemasaran hasil.

III. POTENSI PENGEMBANGAN KOMODITAS PEPAYA

3.1. PENGEMBANGAN TANAMAN BUAH-BUAHAN

Pengembangan tanaman hortikultura dalam Pelita VI mengacu kepada tujuan pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang diarahkan untuk mewujudkan pertanian yang tangguh dan efisien, sehingga mampu (a) menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat, (b) memelihara kemantapan swasembada pangan, (c) memperbaiki keadaan gizi masyarakat melalui penganekaragaman jenis bahan pangan, (d) meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta kualtas sumberdaya manusia, (e) meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, (f) memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, (g) mengisi dan memperluas pasar dalam negeri dan luar negeri, dan (h) menciptakan keterkaitan dan keterpaduan dengan sektor industri dan jasa menuju terbentuknya jaringan kegiatan agribisnis dan agroindustri yang produktif (Adjid, 1993).Peningkatan konsumsi buah-buahan masyarakat sangat penting. Rataan konsumsi buah-buahan saat ini masih sangat rendah, baru mencapai sekitar 53.9% dari anjuran gizi, yaitu 32.6 kg per kapita per tahun (tahun 1978). Keadaan seperti ini ternyata masih belum mampu dipenuhi oleh produksi buah domestik, sehingga masih terjadi impor buah-buahan yang cukup besar. Impor buah- buahan yang terlalu banyak dikhawatirkan tidak merangsang petani untuk mengusahakan mkomoditi buah-buahan, sehingga diberlakukanlah kebijaksanaan pembatasan impor buah-buahan (SK Menteri perdagangan dan Koperasi Nomor 505/KP/XII/1982). Setelah itu jumlah impor buah-buahan menurun dan sekaligus diikuti oleh peningkatan produksi dalam negeri dan ekspor.Dalam kurun waktu lima tahun setelah pembatasan impor, rata-rata produksi buah-buahan meningkat sebesar 3.56% dan diikuti dengan meningkatnya ekspor buah-buahan hingga mencapai 57.83% serta menurunnya impor sebesar 39.76%. Hal ini menunjukkan bahwa pembatasan impor buah-buahan berdampak positif dalam pengembangan buah-buahan di Indonesia. Peningkatan ekspor buah-buahan terutama terjadi pada komoditi mangga, manggis, durian, pisang, pepaya, rambutan, nenas, alpokad, dan melon (Tabel 3.1); serta ekspor buah olahan seperti nenas, jambu biji, pepaya, sirsak, markisa, pisang, rambutan, salak, nangka dan anggur (Tabel 3.2).Tantangan dalam pengembangan komoditi buah-buahan akan menjadi semakin berat kalau pembatasan impor buah-buahan ditiada kan. Dalam kondisi seperti ini pengembanan buah-buahan dalam negeri dituntut untuk lebih dapat bersaing dengan produksi buah-buahan impor. Menurut Soerojo (1993) dalam PJP II peranan komoditi hortikultura buah-buahan akan terus ditingkatkan melalui pengembangan agribisnis dan agroindustri, sehingga nilai tambah produk buah-buahan dalat lebih ditingkatkan. Pemerintah memberikan pelu ang yang lebih besar bagi pihak koperasi dan suasta untuk berusaha di bidang agribisnis buah-buahan, terutama komoditas pesuplai bahan baku industri, ekspor, substitusi impor dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Untuk itu diperlukan strategi pengembangan buah-buahan yang baru untuk menjawab tantangan tersebut.

Tabel 3.1. Perkembangan ekspor buah segar Indonesia

Komoditi Fisik (ton)Nilai FOB (US $ 000)

19901993 19901993

1. Mangga 573 1503 579 1707

2. Durian 272 331 156 274

3. Pisang 155 24917 282 3301

4. Pepaya 109 2 88 2

5. Rambutan108 202 158 317

6. Jeruk - 308 - 112

Sumber: Direktorat Bina Produksi Hortikultura dan BPS Tabel 3.2. Perkembangan ekspor buah olahan Indonesia

KomoditasFisik (ton)Nilai FOB (US $ 000)

1990 1993 19901993

1. Buah & kulit dalam gula944964631694

2. Nanas dalam sirup714999742408649983

3. Grape fruit juice192109369621392

Sumber: Direktorat Bina Produksi Hortikultura dan BPS Menurunnya impor buah-buahan terutama terjadi pada buah jeruk, apel, anggur, pear, jeruk mandarin, kurma kering, dan anggur kering (Tabel 3.3).

Tabel 3.3. Perkembangan impor buah-buahan

KomoditasFisik (ton)

Nilai CIF (US $ 000)

1990199319901993

1. Jeruk 179 22791 218 23836

2. Anggur249 7453 427 8517

3. Apel 2178 25454 1490 21705

4. Pear 1407 7044 892 5529

5. Kurma 1617 ? 352 ?

Sumber: Direktorat Bina Produksi Hortikultura (1987) dan BPS (1991)

Potensi ProduksiPotensi riil komoditi buah-buahan penting di Jawa Timur selama beberapa tahun terakhir terus meningkat (Tabel 3.4). Komoditi buah yang terus berkembang yaitu mangga, pisang, nenas, pepaya, apel, rambutan, dan salak. Walaupun demikian ternyata masih harus terus ditingkatkan untuk memenuhi pasar domestik dan ekspor.

Tabel 3.4. Produksi komoditi buah-buahan di Jawa Timur

KomoditiLuas areal panen (pohon)

Produksi buah (ton)

1983199019831990

1. Alpokad 862.8331005.52832.63544.867

2. Anggur 23.19251.1129002.552

3. Apel 6891.3333831.149138.425152.213

4. Durian 398.904701.67715.85267.882

5. Jeruk besar 783.255951.17818.52785.760

6. Jeruk Keprok 1220.9122590.26623.03173.238

7. Jeruk manis 339.115652.1159.13925.839

8. Jeruk Siem 580.8731498.80913.144136.700

9. M Arumanis 709.9702567.21021.324178.832

10. Mangga Golek 742.8771622.17916.09177.897

11. M lainnya 3089.6935467.763105.205318.217

12. Nanas 76743.132386852.334112.800427.035

13. Pepaya 27688.81738183.003719.836972.131

14. Pisang 89149.513163105.037898.3713121.930

15. Rambutan 1744.5442893.56470.520171.965

Sumber: Diperta Jawa Timur

Ekologi TanamanKapabilitas sumberdaya lahan dan kondisi agroekologi di suatu wilayah pengembangan sangat beragam, sehingga memungkinkan aneka jenis tanaman buah-buahan untuk tumbuh dan berproduksi. Oche (1975) telah berupaya mengelompokkan kesesuaian komoditi buah- buahan berdasarkan kondisi agroekologi wilayah menjadi empat, yaitu zone rendah kering, zone remdah basah, zone tinggi kering, dan zone tinggi basah (Tabel 3.5). Sedangkan Terra (1955) mengelompokkan kesesuaian komoditi buah-buahan berdasarkan ketinggian tempat dan iklim (Tabel 3.6).Hubungan antara kondisi sumberdaya lahan dengan respon tanaman dalam upaya pengelolaan lahan akan menentukan tingkat produktivitas lahan. Berbagai teknik telah dikembangkan untuk memperkirakan tingkat produktivitas lahan melalui proses evaluasi kesesuaian lahan. Hasil evaluasi ini sangat penting dalam rangka perencanaan penggunaan dan pengelolaan sumberdaya lahan.

Tabel 3.5. Pengelompokkan Tanaman buah-buahan

Ketinggian tempat Iklim Schmidt dan Ferguson:

(m dpl) Basah (Tipe A; B; C) Kering (Tipe D; E; F)

Tinggi Markisa; Jeruk sieamApel; Jeruk

(>700 mdpl) Kasemek; Alpokad Lengkeng; Alpokad

Jeruk nipis; Nangka Pisang Ambon; Sirsak

Pepaya; Sawo Pisang Lumud; Jambu Biji

Pisang Ambon; Sirsak Nenas; Nangka

Pisang Tanduk; Jambu BijiStrawberry; Sawo

Jeruk keprok Jeruk keprok

Rendah Rambutan; Jeruk siem Mangga; Jeruk keprok

(< 700 m dpl)Durian ; Jeruk keprok Anggur ; Alpokad

Duku ; Jeruk manis Langsat ; Jeruk manis

Mangga ; Alpokad Manggis ; Jambu Biji

Salak ; Sirsak Blimbing; Sirsak

Nanas ; Jambu biji Salak ; Nangka

Blimbing manis;Nangka Pepaya ; Sawo

Pepaya ; Sawo Pisang Ambon; Jeruk Besar

Pisang Ambon; Sukun Pisang Kepok; Nenas

Pisang Raja; Jeruk besar

Pisang Tanduk

Sumber: Direktorat Bina Produksi Hortikultura.

Tabel 3.6. Syarat tumbuh ketinggian tempat dan Iklim

No. Jenis TanamanTinggi tempatIklim Schmidt & Ferguson:

m dplABCD

1. Alpokad 0-1000A-bcdB-bcC-bc-

2. Blimbing manis0- 500A-abcdB-abcC-abc-

3. Jambu Biji 0-1000A-abcdB-abcdC-abc-

4. Jeruk Besar 0- 400A-bcdB-bcC-bc-

5. Jeruk Keprok 0-1200B2-bcdB-bcdD-bcd

6. Jeruk Nipis 0-1000A-abcdB-abcC-abc-

7. Jeruk Manis 0-1000A-bcdB-bcdD-bc

8. Jeruk Siem 0- 700A-bcdB-bcC-bc-

9. Duku 0- 650A-abcdB-abcC-ab-

10. Durian 0- 800A-bcdB-bcd-

11. Juwet 0- 500A-bcdB-bcC-bc-

12. Mangga 0- 300B2abcdC-abcD-abc

13. Manggis 0- 800A-abcdB-abC-ab-

14. Nangka 0-1000A-bcdB-bcdC-bc

15. Rambutan 0- 600A-bcdB-bcd

16. Sawo 0- 700A-abcdB-abcd

17. Sirsak 0- 500A-abcdB-abcC-abc

18. Klengkeng 300-900A-bcdB-bc

19. Pepaya 0- 700A-abcdB-abcC-ab

20. Pisang 0- 800A-abcdB-abcC-ab

21. Salak 0- 400A-abcdB-abcC-ab

Sumber: Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 1987Keterangan: Kedalaman air tanah: a = < 50 cm; b = >50-150 cm; c = >150-200 cm; d = sangat dalam.Iklim: A1 = 12 bulan basah dan 0 bulan keringA2 = < 12 bulan basah dan 0 bulan keringB1 = 12 bulan basah dan 1 bulan kering hingga 9-10 bulan basah dan 2 bulan keringB2 = 9 bulan basah dan 4 bulan kering hingga 7 -8 bulan basah dan 4 bulan keringC = 7 bulan basah dan 4 bulan kering hingga 5-6 bulan basah dan 6 bulan keringD = 5 bulan basah dan 6 bulan kering hingga 2- 4 bulan basah dan 8 bulan kering.

Model Kelembagaan Agribisnis Lembaga penyuluhan, perkreditan, pemasaran tidak berjalan efektif. Di lain pihak teknologi yang diterapkan petani rendah, adanya kesulitan modal bagi petani untuk pengembangan, petani cenderung untuk berorentasi pada kecukupan pangan, keadaan pasar yang cenderung membuat posisi petani lemah. Berdasarkan keadaan ini, maka dalam strategi pengembangan kelembagaan agribisnis buah-buahan seperti mangga dan rambutan, seyogyanya dipilih model PIR dengan mitra-kerja para eksportir, apabila lokasi pengembangan lahannya terletak dalam suatu wilayah hamparan dengan model usahatani tumpangsari dengan tanaman pangan pada waktu umur tanaman pokok masih muda. Sedangkan apabila lokasi hamparan petani berjauhan lebih tepat jika dikembangkan Model Anak Angkat. Pemecahan masalah modal bagi petani seyogyanya berbentuk model jasa petani terhadap perusahaan inti yang dapat berupa jasa pemeliharaan tanaman milik perusahaan inti, usaha pembibitan ataupun aktivitas lainnya dari perusahaan inti. Kendala Pengembangan Agribisnis di Jawa Timur

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan agri bisnis komoditi buah-buahan di Jawa Timur dapat diidentifikasikan seperti berikut ini.

(1).Faktor Agroekologi Faktor-faktor agroekologi seringkali menjadi penyebab rendah nya produksi buah pepaya di Jawa Timur. Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan observasi lapangan di daerah produksi, beberapa gangguan terhadap pembuahan tersebut dapat dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu:(a).Gangguan penyerbukan bunga, gangguan yang sering terjadi adalah karena turunnya hujan lebat pada masa pembungaan pepaya.(b).Rendahnya tingkat kesuburan tanah(c).Gangguan hama, penyakit, dan gulma(d).Rendahnya intensitas radiasi matahari yang sampai pada permukaan tajuk tanaman(e).Ketidak-sesuaian dengan kondisi iklim dan musim(f).Laju pertumbuhan tanaman; tanaman yang tumbuhnya terlalu cepat seringkali tidak dapat berbunga dan berbuah dengan baik. Penghambatan laju pertumbuhan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, a.l. pemotongan sebagian akar, mengikat batang atau cabang dengan kawat, membalut batang atau cabang dengan kaleng.

(2).Sistem PengusahaanSistem usahatani durian, mangga dan rambutan selama ini masih secara sambilan dengan memanfaatkan lahan pekarangan. Tampaknya masih sedikit tanaman pepaya yang diusahakan dengan sistem kebun monokultur. Sebagian besar usahatani dilakukan secara kecil-kecilan oleh individu rumah tangga, sehingga varietasnya sangat beragam, intensitas perawatan ta-naman relatif rendah, teknologi yang diterapkan rendah, serta penanganan pasca panen yang kurang memadai. Suatu hal yang menarik dari aspek teknologi ini adalah pene muan teknologi oleh pusat-pusat pengembangan IPTEK di Indonesia dirasakan masih kurang dapat dimanfaatkan oleh petani. Sebagai teladan adalah teknologi pembibitan, teknologi manipulasi tajuk dan bunga untuk merangsang pembuahan, teknologi pengawetan dan pengolahan buah . Keadaan yang lebih memprihatinkan dijumpai pada komoditi pepaya walaupun mempunyai potensi ekonomi untuk dikembangkan, tetapi penemuan dan penyebaran agro- teknologi dan agro-industrinya masih sangat kurang.

3.2. Sistem AGRIBISNIS KOMODITAS PEPAYA

3.2.1. PendahuluanPepaya merupakan tanaman tropika yang dapat tumbuh meluas di lahan pekarangan. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah tropika Amerika. Lazimnya tanaman ini ditanam ependuduk di kebun, tegalan sempit- sempit atau sebagai tanaman individual di pekarangan untuk konsumsi sendiri. Daging buahnya bernilai gizi tinggi, mengnadung banyak vitamin A dan C. Tanaman ini mudah beradaptasi secara lokal dan tersebar luas, ditanam di daerah sekitar ekuator hingga daerah lintang sedang. Pertumbuhan tanaman di daerah tropika lebih cepat dan akan berbunga setelah umur 6 bulan dan menghasilkan buah yang masak pada umur 9 bulan. Pepaya akan mati kalau terkena frost. Di derah iklim sangat basah ia mudah terserang penyakit busuk akar terutama kalau drainase tanah buruk. Dataran tinggi hingga 1500 m dpl di daerah tropika masih sesuai bagi pepaya asalkan tidak terlalu basah dan berawan.Tanah harus mempunyai drainase yang bagus, sehingga tanah-tanah berpasir sangat sesuai. Tanah-tanah masam dengan pH < 5 harus dikapur untuk memperkecil gangguan penyakit busuk akar. Pepaya tidak boleh ditanam bertutur-turut pada tanah yang sama tanpa adanya fumigasi.Benih pepaya diperoleh dapat dari tanamannya sendiri. Pada dasarnya ada dua cara untuk mendapatkan benih yang baik, yaitu: (a). Biji diambil dari pohon yang menghasilkan banyak buah dan tipe buahnya bagus; (b). Persilangan pohon-pohon yang hasilnya tinggi juga dapat dilakukan. Karena pepaya sering mengalami polinasi dari luar, maka hasil yang lebih baik dapat diperoleh dengna menyialngkan pohon-pohon tertentu yang terpilih. Penyilangan pohon betina yang buahnya banyak dengan tanaman hermaprodite akan menghasilkan banyak biji yang akan tumbuh menjadi pohon betina. Bibit ini sangat dibutuhkan untuk tanaman di lapangan/kebun. Kalau diinginkan pepaya dengan tipe buah kecil, pohon hermaprodit dapat disilangkan. Pollen diambiln dari bunga hermaprodit dan disimpan dalam tabung reaksi yang disumbat dengan pakas dalam suatu desikator. Pelepasan polen dilakukan/berlangsung pada saat hari cerah dimulai dsari pagi ahri. Bunga-bunga betina harus dibungkus dengan kertas secara rapat selama 10 hari setelah petal dibuang dan pollen ditaburkan pada stigma. Biji-biji diambil dari buah masak/matang dan dapat ditanam langsung atau dikeringkan dan disimpan selama waktu tertentu hingga setahun. Kadangkala lapisan lemak berlendir pada biji dibuang dahulu sebelum ditanam.Biji dikecambahkan pada petakan rata tanah berpasir yang drainasenya bagus. Biji disusun dengan jarak 2 cm dan ditutup dengan lapisan tanah halus setelab 1 cm. Biji akan berkecambah dengna baik kalau mendapatkan cahaya pagi. Becambah akan mati akibat penyakit mati pucuk kalau diairi secara berlebihan, sehingga tanah harus diairi sedikit-demi sedikit dua kali sehari. Kadangkala perlu menggunakan tanah yang telah disterilkan atau difumigasi dengan bromo-methan. Setelah umur seminggu bibit muda dapat dipindahkan ke kantong plastik ukuran 15x20 cm, dan dipelihara selama 3-4 minggu sebelum ditanam .Pepaya umumnya ditanam dengan jarak 2x3 m, jarak yang lebih rapat memberikan hasil lebih banyak pada tahun pertama, tetapi tanaman mengalami etiolasi dan hasilnya menurun pada tahun ke dua. Umumnya pepaya ditanam tidak lebih dari 3-4 tahun. Untuk mendapatkan proporsi tanaman betina yang banyak, menanam tiga bibit dengan jarak 25 cm dengan biji yang berasal dari polinasi luar. Tanaman betina murni dapat dikenali oleh tidak adanya bunga jantan sebelum tiga bulan di daerah tropika; pada saat ini tanaman yang kelihatan betina ditinggalkan dan yang lain dipotong.Rabuk organik dan pupuk buatan keduanya dipakai untuk pepaya. Untuk mendapatkan buah yang banyak diperlukan pupuk majemuk NPK (15-15-15) dengan dosis 1.5 kg/tanaman/tahun. Rincian dosis pupuk menurut umur tanaman adalah:Umur 0-3 bulan: 20 g/tanaman/bulanUmur 4-6 bulan: 50 g/tanaman/bulanUmur > 7 bulan: 100 g/tanaman/bulanKalau buah pepaya akan digunakan untuk konsumsi kalengan maka dosis pupuk nitrogen harus dikurangi. Dosis N yang tinggi akan menimbulkan kadar nitrat yang tinggi pada pepaya dan ini membahayakan kaleng. Untuk pengalengan ternyata pupuk lengkap NPK dengan rasio 1:2:2 harus digunakan dan dosisnya tidak boleh lebih dari 50 g/tanaman/bulan. Penyiangan secara manual harus hati-hati supaya tidak merusak akar tanaman. Herbisida Diuron dengan dosis 2 kg/ha dan paraquat 1 liter/ha memberikan hasil yang baik kalau disemprotkan di lingkaran tajuk seputar batang, asalkan tidak pada tanah berpasir dan gambut.Pepaya mudah terserang nematoda dan lahan tidak boleh ditanami pepaya lebih dari sekali (1-3 tahun) sebelum dirotasikan dengan tanaman lainnya. Pada lahan yang terserang parah, nematisida separeti Nemagon sangat dianjurkan. Formalin (25 ml larutan metanal 4%) dituangkan dalam lubang tanam juga dianjurkan. Pada tanah-tanah yang drainasenya jelek, dan tanah tanah yang sebelumnya telah ditanami pepaya, maka Phytophthor dan berbaqabusuk akar lainya menyebabkan kerugian yang serius pada pepaya.Berbagai penyakit batang dan daun juga ada dan kadang kadang dapat dikendalikan dengan menyemprot fungisida.Ada banyak penyakit virus pada pepaya dengan gejala seperti mosaik, kerdil, lambatnya pertumbuhan tanaman dan kerdil, menguningnya daun dan tajuk yang kecil. Mereka umumnya disebarkan oleh serangga,tetapi sukar diberantas. Suatu tanaman yang tumbuhnya tidak normal harus segera dibongkar dan dibakar atau dikubur. Beberapa tanaman menunjukkan resitensi dan ini harus digunakan untuk memprokduksi biji benih. Pepaya pegunungan juga agak resisten terhadap gangguan virus penyakit. Buah pepaya harus dipanen pada saat setengah masak,ketika daging buahnya masih keras dan tekstur seperti wortel.Buah ini akan cepat masak selama 1-3 hari dan harus segera diangkut ke pasar sebelum menjadi lunak. Dalam hal budidaya tanaman pepaya dan pengelolaannya, mulai dari persemaiannya benih sampai dengan pemanenannya, terdapat beberapa permasalahan yang umum dijumpai oleh petani pepaya di wilayah Jawa Timur, yakni kualitas bibit yang tidak bagus (bahkan terkesan apa adanya), kerontokan bunga yang cukup besar, terjadinya tanaman jantan, produksi buah tidak teratur /beragam dan buah hasil panen yang tidak tahan lama dan mudah rusak/busuk.

(a). Kualitas bibit yang kurang baikUmumnya petani mendapatkan bibit pepaya dari buah yang diperoleh dari tetangga atau membeli buah di pasar bebas. Biji dari buah ini kemudian disemaikan dan bibitnya ditanam. Bibit yang diperoleh dengan cara seperti ini ternyata ragam produksinya sangat besar dan umumnya mempunyai produktivitas yang rendah.(b). Kerontokan bungaKerontokan bunga sering terjadi pada tanaman pepaya, terutama bila terjadi hujan deras dan angin kencang selama periode pembungaan berlang sung. (c). Terjadinya buah yang kecil-kecil dan bentuknya tidak teratur Pada masa pemanenan buah, tak jarang kita jumpai adanya buah-buah yang kecil-kecil dan bentuknya tidak beraturan. Kondisi seperti ini biasnaya dibarengi dengan buah yang tumbuh jarang-jarang pada pohon pepaya.

3.2.2. Potensi Produksi di Jawa TimurDi Jawa Timur, sentra produksi pepaya terletak di daerah Kediri-Malang-Lumajang-Jember hingga Banyuwangi. Di daerah ini dapat dijumpai tanaman pepaya yang ditanam secara campuran dengan tanaman lain pada lahan pekarangan dan tegalan, ada pula petani-petani yang mengkhususkan diri menanam pepaya dalam kebun monokultur.

Tabel 3.7. Potensi riil produksi pepaya di Jawa Timur

Kabupaten Tanaman menghasilkan (pohon)Produksi buah (ton)Rataan prodktivitas (kg/pohon) Kategori Daerah

1. Mojokerto 199.637 1777 8.90 Rendah

3. Bojonegoro 191.054 5428 28.41 Tinggi

4. Tuban 225.994 4379 19.38 Sedang

5. Madiun 130.734 1035 7.92 Rendah

7 .Ngawi 193.151 3232 16.73 Sedang

8 .Ponorogo 481.145 4103 8.53 Sedang

9 . Pacitan 126.433 1319 10.43 Rendah

10. Kediri 1058.056 33663 34.65 Sangat tinggi

11. Nganjuk 334.663 3019 9.02 Sedang

12. Blitar 396.325 3485 8.79 Sedang

13. Malang 1928.204 32377 16.79 Sangat Tinggi

14. Lumajang 249.098 8350 33.52 Tinggi

15. Bondowoso 301.266 3215 10.67 Sedang

17. Jember 657.106 3286 5.00 Sedang

18. Banyuwangi 649.414 20423 31.45 Sangat Tinggi

19. Sumenep 319.600 1620 5.07 Rendah

Keterangan: Rendah : < 2500 ton/tahun; Sedang: 2500 - 5000; Tinggi: 5000 - 10.000; Sangat Tinggi: > 10.000 ton/tahun.

3.2.3. Ekologi Tanaman

Kondisi AgroklimatTanaman pepaya dapat dijumpai pada hampir seluruh wilayah Jawa Timur, dengan keanekaan jenis yang sangat besar dan ragam produktivitas yang sangat tinggi. Tanaman ini mudah beradaptasi secara lokal dan tersebar luas pada berbagai kondisi daerah. Kondisi lingkungan tumbuh tanaman ternyata sangat berpengaruh terhadap produktivitas buah dan ukuran individu buah. Kualitas buah ini sangat tergantung pada fluktuasi musiman suhu udara dan radiasi matahari (Hamilton, 1971). Preferensi buah pepaya yang ukurannya kecil untuk ekspor, rataan sekitar 340 - 560 g, telah mendorong penanaman pepaya strain "Puna" atau "Kapoho" di Hawaii. Manipulasi lingkungan tumbuh tanaman melalui teknologi budidaya tanaman, terutama suplai air irigasi dan pupuk juga berpengaruh terhadap ukuran buah. Di wilayah bebas salju di Afrika Selatan, buah pepaya menunjukkan pola pertumbuhan sigmoid dalam meningkatkan volumenya, tetapi bentuk kurvenya sangat beragam tergantung pada bulan fruit-set dan klon tanaman (Kuhne dan Allan, 1970). Suhu rataan mingguan sekitar 19oC akan memperpanjang fase initial dan fase akhir dari pertumbuhan yang relatif lambat. Fase pertengahan meningkat dengan cepat volume buahnya dan paling kurang terpengaruhi oleh suhu udara yang rendah. Laju pertumbuhan pada fase initial lebih cepat apabila suhu udara lebih tinggi selama masa pra-anthesis dan fase initial dari kurva eksponensial (log volume buah). Rataan suhu mingguan ( 10o Minimum : 06. Kedalaman efektif tanah (2-8): Kurang dari 10 cm : 4 10 - 20 cm : 6 21 - 40 cm : 8 > 40 cm : 87. Reaksi (pH) tanah (2-8): Kurang dari 5.5 : 2 5.5 - 7.0 : 8 7.1 - 8.5 : 8 8. Tekstur tanah (2-8): Lempung, seragam: 8 Lempung di atas liat: 6 Tanah berbatu : 4 Pasir , seragam: 8 Pasir di atas liat: 6 Tidak ada medium solid 2

9. Suhu udra (oC): Suhu dasar : 10-12 Kisaran optimum : 21 - 30 Batas atas (siang/malam): 45 / 30. Kepekaan salju (1-9) : 6 Kebutuhan vernalisasi (1-5) : 1 10. Toleransi Kekeringan (1-8) : 5 Banjir (2-7) : 2 Garam sebagai spray(1-9): 2 Garam di daerah perakaran (1-9) : 2 Naungan (1-5) : 1 Angin (3-7) : 3 11. Daerah sentra produksi Elevasi ( m dpl) < 800 Produktivitas0 -200 ton/ha/th. Garis lintang 20 oLU Garis bujur 155o BB

3.4. Sistem Usahatani Tanaman PepayaTanaman pepaya berproduksi mulai umur satu tahun sampai dengan umur 5-7 tahun. Modal investasi usahatani dibutuhkan sampai tanaman berumur satu tahun (sebelum berproduksi). Analisis cash-flow usahatani pepaya menunjukkan biaya produksi per tahun per hektar sampai dengan umur lima tahun adalah sekitar Rp.250.000 hingga Rp 450.000. Pada tingkat usahatani pepaya secara monokultur umumnya dapat diperoleh keuntungan yang memadai, dengan Net B/C (DF 18%) 2.75 - 4.50, NPV (DF 18%) Rp.2.500.000 - Rp 5.500.000,- dan IRR umumnya lebih dari 25%.

(1). Sifat PengusahaanSecara agroekologis wilayah Kabupaten Kediri, Malang, Blitar, dan sekitarnya cocok untuk budidaya tanaman pepaya dan juga pemeliharaannya tidak terlalu sulit. Tanaman pepaya umumnya ditanam petani dalam sistem campuran pada l;ahan pekarangan dan tegalan, sistem budidaya pepaya dalam kebun monokultur buiasanya dilakukan oleh petani yang modalnya kuat dan dilakukan secara intensif. Tetapi akhir-akhir ini banyak petani yang sudah mulai memperhatikan pengusahaan tanaman ini secara monokultur karena harganya cukup baik. Perhatian petani tersebut berupa usaha-usaha untuk mengadakan pemeliharaan dan pemupukan terhadap tanaman pepaya. Asal bibit tanaman pepaya sebagian besar berasal dari biji yang tumbuh dengan sendirinya (tukulan) yaitu sebanyak 60-70% dan sisanya berasal dari penangkar bibit. Mereka umumnya menanam pepaya di lahan pekarangan sebagai batas pekarangan atau pada pekarangan yang tidak diusahakan untuk tanaman pangan.Rata-rata pemilikan tanaman pepaya adalah relatif kecil, di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang dn sekitarnya yakni 15-20 pohon, dengan variasi 5 - 50 pohon. Petani yang memiliki pohon pepaya cukup banyak, sudah mulai mengusahakan tanaman ini secara intensif. Tetapi ada juga yang memiliki pohon pepaya cukup banyak berasal dari bibit "tukulan" di pekarangannya dan biasanya tidak dipelihara. Umur rata-rata pohon pepaya produktif tersebut adalah 2-3 tahun, yang paling muda dijumpai berumur 1 tahun dan yang paling tua berumur hanmpir 10 tahun. Sebagai tanaman pekarangan pepaya ditanam tidak memakai jarak tanam yang teratur. Rata-rata jarak tanam dari pohon yang satu ke pohon yang lainnya adalah 8-10 meter, tetapi petani ada yang menanam dengan jarak 5 m atau bahkan 20 m antara satu pohon dengan pohon yang lain.

(2). Intensitas PengusahaanPerawatan tanaman pepaya walaupun masih kurang tetapi sudah ada usaha ke arah pengelolaan secara intensif. Sebagian besar responden (sekitar 70% petani) melakukan pembumbunan pada tanaman ini dan yang lainnya membiarkan tanaman ini seperti tanaman liar. Sumber air untuk tanaman pepaya berasal dari air hujan, mendapat pengairan dari sumur dan dari sungai/saluran irigasi. Usaha untuk membuat saluran drainase untuk tanaman ini hampir dilakukan oleh seluruh petani, sebagian petani sudah ada yang melakukan pembuatan teras pada lahan tempat tumbuh dari tanaman ini karena kemiringannya lebih dari 15%.

(3). Analisa Biaya dan Pendapatan.Tanaman pepaya monokultur dipelihara secara intensif oleh sebagian petani. Oleh karena itu dikenal dua macam petani, yaitu petani pepaya monokultur yang melakukan pemeliharaan secara intensif dan petani pepaya campuran yang tidak melakukan usaha pemeliharaan sama sekali. Untuk golongan petani yang pertama, biaya pemeliharaan tahun pertama untuk satu pohon sekitar Rp. 2000 - 2250.

Tabel 3.8. Taksiran rataan biaya produksi pepaya per pohon/tahun. Macam biaya Jumlah (Rp.)

1. Pupuk Kandang 20 Kg 500.00

Pupuk Urea 1.5 Kg 425.00

Pupuk ZA 0.5 Kg 150.00

Pupuk TSP 1.5 Kg 425.00

Pupuk KCl 0.5 Kg 150.00

2. Biaya Tenaga Kerja:

- Pemupukan 150.00

- Pemangkasan 75.00

3. Pestisida dan Penyemprotan 250.00

Total 2125.00

Harga pupuk buatan rata-rata per kg Rp.300, pupuk kandang Rp.25/kg. (Soemarno. 1992.)

Usaha pemupukan yang dilakukan oleh petani antara lain pembe rian pupuk kandang dilakukan oleh 100% petani, kompos 25%, Urea 80%, ZA 35%, TSP 80%, KCl 10% dan NPK 5 %.. Pemberian pupuk dilakukan menjelang pepaya berbunga dan setelah panen. Petani yang menyatakan memberikan pupuk pada saat menjelang berbunga adalah sebesar 75-80%, dan setelah panen sebesar 25-30%. Pemanenan raya buah pepaya mulai dilakukan sekitar bulan April sampai bulan Nopember, musim raya buah pepaya sekitar lima bulan, dan setelah itu buah masih dapat dipanen sepanjang tahun. Dalam waktu lima bulan tersebut pohon pepaya dapat dipanen beberapa kali, tergantung dari ketersediaan air untuk pertumbuh annya. Penerimaan dari penjualan buah pepaya (Harga jual rataan Rp 125/kg) rata-rata Rp. 27.500 per pohon setahun dengan kisaran Rp.15.500-Rp.50.000 tergantung dari produktifitas tanaman pepaya. Rata-rata pemilikan petani 15-25 pohon dengan kisaran 5 - 50 pohon per keluarga yang memiliki tanaman. Umur pohon pepaya milik petani berkisar antara 1-10 tahun.

3.2.5. Sistem Pemasaran Buah

(1). Lembaga Pemasaran

Petani ProdusenPetani pepaya umumnya menanam beberapa pohon (15-50 pohon) di lahan pekarangan dan tegalan dicampur dengan tanaman lainnya. Mereka ini umumnya tidak mengusahakan tanaman pepaya secara intensif, pemeliharaan tanaman dilakukan secara sederhana dan kalau tiba saatnya berbuah barulah petani memperhatikan tanamannnya dari gangguan. Pada musim panen buah mereka menjual buah secara tebasan kepada pedagang (penebas). Sebagian kecil petani telah menanam pepaya secara monokultur (>500 pohon) dan dipelihara secara intensif. Tanaman sela selama tahun pertama biasanya jagung atau sayur-sayuran. Petani seperti ini biasanya berhubungan dengan pedagang besar dan memasarkan buah pepaya segar ke kota-kota besar seperti Surabaya, Bandung, dan Jakarta.

Penebas dan Tengkulak I.Penebas adalah orang yang membeli buah pepaya yang masih berada di atas pohon. Penebas tersebut menaksir jumlah buah yang dapat dihasilkan oleh satu atau beberapa pohon sekaligus, kemudian menentukan harganya. Transaksi antara penebas dengan petani (umumnya petani monokultur) pembayarannya dilakukan secara kontan, dan hanya sebagian kecil lainnya (8-10% petani) dengan cara membayar uang muka sejumlah 50% dari nilai transaksi. Tengkulak I adalah orang yang membeli buah pepaya setelah buah dipetik oleh pemiliknya. Transaksi pembelian dilakukan per satuan buah pepaya atau per satuan berat (kuintal atau ton). Cara pembayarannya adalah kontan atau dibayar setelah buah pepaya terjual habis (khusus untuk tengkulak I yang berasal dari dalam desa). Volume perdagangan dari penebas/tengkulak I ini dalam satu lokasi antara 3-5 ton buah pepaya per bulan pada saat musim panen raya, dan 0.5- 1.5 ton pada saat panen biasa. Modal usaha dari tengkulak I rata Rp. 250.000 - Rp 500.000 berupa modal yang digunakan dalam pembelian dan penjualan.

Tengkulak II (TK II)TK II adalah orang yang membeli buah pepaya dari para tengkulak I atau penebas. Pedagang ini berdomisili di luar desa sentra produksi dan menjual hasil pembeliannya kepada para pedagang pengecer di kota. Volume perdagangan dari TK II ini daspat mencapai 10-15 ton buah pepaya per bulan pada saat musim panen raya. Modal yang digunakan rata-rata Rp. 2 -5 juta.

Pedagang Pengumpul.Pedagang ini umumnya berdomisili di kota-kota besar, tetapi melakukan kegiatannya sampai di desa/lokasi kebun pepaya. Pedagang ini membeli buah pepaya dari para tengkulak I atau tengkulak II. Penjualan dilakukan ke para pengecer di kota-kota besar seperti Kediri, Malang, Surabaya, Bandung dan Jakarta. Volume perdagangan dapat mencapai 20-25 ton buah pepaya per bulan pada saat musim panen yang berlangsung sekitar tiga hingga empat bulan. Alat transportasi yang digunakan dalam pengangkutan barang dagangannya adalah truk colt-diesel yang berkapasitas 5-7.5 ton pepaya sekali angkut. Modal yang digunakan diperkirakan lebih dari Rp. 10 juta.

(2). Saluran PemasaranBuah pepaya oleh petani pada umumnya dijual kepada penebas (75-80% petani), tengkulak 15%, pedagang pengecer 5%. Biasanya pembeli yang datang kepada petani, dari sejumlah kasus penjualan yang dilakukan oleh petani hanya kurang dari 10% saja petani yang menjual buah pepayanya ke pasar atau yang menjual buah pepayanya dengan mendatangi pembelinya. Saluran tataniaga pepaya dari petani sampai dengan konsumen yang utama adalah: Petani, penebas/Tengkulak I, Tengkulak II, Pedagang pengumpul, dan Pedagang pengecer

(3). Transaksi PenjualanPanen pepaya dapat dimulai pada bulan Desember dan berakhir dalam waktu 4-5 bulan, satu pohon pepaya dapat menghasilkan buah sepanjang tahun tergantung dari cukup tidaknya air dan hara yang tersedia bagi pertumbuhannya. Cara tebasan nampak lebih dominan (terutama pada sistem monokultur), pembayaran penebas pada sebagian besar petani dilakukan secara kontan. Dalam penentuan harga antara pembeli dan penjual biasanya dilakukan dengan tawar menawar (75% responden) dan lainnya ada yang memperoleh informasi harga dari pasar (15% responden) atau biasanya pihak penjual sudah mengetahui harga dari tetangganya (10-20% responden). Dalam melakukan pembelian pepaya kepada petani, seorang penebas/tengkulak I harus mengeluarkan biaya untuk 100 kg pepaya sebagai berikut:1. Ongkos Petik Rp.1000 - Rp.1500 (tengkulak I tidak mengeluarkan biaya panen). 2. Ongkos Angkut Rp.500 - Rp.1000 (tergantung dari jarak yang ditempuh untuk ke luar dari desa sentra produksi).Tengkulak II membeli pepaya dari berbagai tempat sentra produksi pepaya. Dalam melakukan aktivitas pembelian dan penjualan, pedagang mengeluarkan biaya-biaya untuk 1 ton pepaya sebanyak:1. Ongkos angkut Rp.5.000 - Rp.7.500 (tergantung dari jarak yang ditempuh).2. Ongkos Penimbangan Rp. 15003. Rafraksi antara Rp 20.000 - Rp.25.000 Pedagang Pengumpul membeli pepaya dari para tengkulak I/tengkulak II di pasar tempat sentra produksi pepaya setiap hari. Volume pembeliannya rata-rata setiap hari adalah 1.0-2.5 ton. Alat angkut yang digunakan untuk mengangkut buah pepaya ke kota adalah truk colt-diesel yang berkapasitas 5-7.5 ton. Dalam transaksi perdagangan biaya yang harus dikeluarkan untuk 5 ton pepaya sekitar Rp.218.000 (Tabel 3.9).

Tabel 3.9.Biaya fungsi marketing yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul (5 ton). Macam biaya Biaya (Rp.) ...........

1. Ongkos angkut 35.000.

2 Ongkos muat bongkar 30.000.

3. Ongkos packing 15.000.

4. Ongkos Penimbangan 5.000.

5. Retribusi 2.500.

6. Rafraksi 125.000.

Total 24.500.

Sumber: Diolah dari data primer (Soemarno. 1992).

Pedagang PengecerPengecer biasanya menjual pepaya dan buah- buahan lainnya. Rata-rata setiap hari pedagang ini harus menanggung biaya retribusi sebesar Rp 400 - Rp 500. Modal yang digunakan dalam perdagangan pepaya sebesar Rp.250.000 - Rp 500.000.

(4). Analisis Biaya dan MarginHarga yang diterima petani per kg pepaya Rp.150 atau sekitar 25% dari harga eceran yang dibayar konsumen yaitu Rp.550- Rp 600. Perbedaan harga konsumen dan produsen sebesar Rp.400 - 450 per kg pepaya, sekitar 35 % digunakan untuk biaya fungsi tataniaga dan 65% merupakan keuntungan yang diterima oleh lembaga tataniaga. Pada transaksi penjualan dari tengkulak II ke pedagang pengumpul, dan transaksi antara pedagang pengumpul ke pengecer biasanya ada rafraksi sebesar 5-10 % berupa potongan harga yang diberikan pada pembeli untuk transaksi partai besar.

3.6. Teknik Budidaya Tanaman

(1). Produksi biji atau benihBenih pepaya diperoleh dapat dari tanamannya sendiri. Pada dasarnya ada dua cara untuk mendapatkan benih yang baik, yaitu:(a).Biji diambil dari pohon yang menghasilkan banyak buah dan tipe buahnya bagus.(b).Persilangan pohon-pohon yang hasilnya tinggi juga dapat dilakukan.Karena pepaya sering mengalami polinasi dari luar, maka hasil yang lebih baik dapat diperoleh dengan menyilangkan pohon-pohon tertentu yang terpilih. Penyilangan pohon betina yang buahnya banyak dengan tanaman hermaprodite akan menghasilkan banyak biji yang akan tumbuh menjadi pohon betina. Bibit ini sangat dibutuhkan untuk tanaman di lapangan/kebun monokultur. Kalau diinginkan pepaya dengan tipe buah kecil, pohon hermaprodit dapat disilangkan.

(2). Pesemaian Biji dikecambahkan pada petakan rata tanah berpasir yang drainasenya bagus. Biji disusun dengan jarak 2 cm dan ditutup dengan lapisan tanah halus setebal 1 cm. Biji akan berkecambah dengan baik kalau mendapatkan cahaya pagi. Pengalaman empiris petani menyatakan bahwa kecambah akan mati akibat penyakit mati pucuk kalau diairi secara berlebihan, sehingga tanah harus diairi sedikit-demi sedikit dua kali sehari. Kadangkala perlu menggunakan tanah yang telah disterilkan atau difumigasi dengan bromo-methan. Setelah umur seminggu bibit muda dapat dipindahkan ke kantong plastik ukuran 15 cm x 20 cm, dan dipelihara selama 3-4 minggu sebelum ditanam .

(3). Cara Bertanam Bibit dan Populasi TanamanPepaya monokultur umumnya ditanam dengan jarak 2 m x 3 m, jarak yang lebih rapat memberikan hasil lebih banyak pada tahun pertama, tetapi tanaman mengalami etiolasi dan hasilnya menurun pada tahun ke dua. Umumnya pepaya ditanam tidak lebih dari 4-5 tahun. Untuk mendapatkan proporsi tanaman betina yang banyak, menanam tiga bibit dengan jarak 25 cm dengan biji yang berasal dari polinasi luar. Tanaman betina murni dapat dikenali oleh tidak adanya bunga jantan sebelum tiga bulan di daerah tropika; pada saat ini tanaman yang kelihatan betina ditinggalkan dan yang lain dipotong.Kepadatan populasi tanaman monokultur yang lazim adalah 1000 - 2000 tanaman per hektar. Praktek yang baik ialah menanam tiga atau empat bibit secara terpisah dengan jarak 20-25 cm dan kemudian dijarangkan tinggal satu tanaman yang bagus. Surplus pohon jantan dipotong dan ditinggalkan pohon betina yang terbaik. Untuk mendapatkan polinasi yang memadai, diperlikan satu pohon jantan untuk setiap 10 pohon betina bagi varietas yang berumah dua (dioecious) Kalau kebun pepaya terdiri atas campuran pohon hermaprodit, jantan dan betina, maka diperlukan lebih sedikit pohon jantan untuk menjamin polinasi yang efektif. Cara bertanam pohon pepaya tidak banyak berbeda dengan cara bertanam pohon buah-buahan lainnya. Sebelum bibit ditanam pada tempat yang telah disediakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil penanaman yang memuaskan. Oleh karena produksi buah yang dihasilkan kelak sangat tergantung kepada cara bertanamnya selain faktor keadan bibit itu sendiri. Dalam penelitiannya mengenai pepaya di Tanzania utara, Northwood (1970), mendapatkan hasil papain sebanyak 169 kg/ha selama periode 11 bulan dengan jarak tanam 3 m x 3 m, dan jarak tanam 3 m x 1.5 m ternyata 50% lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam 3 x 4.5 m. Pemupukan N tidak berpengaruh nyata. Masalah gangguan penyakit harus dipertimbangkan dalam memilih jarak tanam yang sesuai dan populasi tanaman harus cukup tinggi untuk mengimbangi kehilangan.

(4). Pemeliharaan TanamanPemberian mulsaPemulsaan merupakan praktek yang bagus untuk mengkonservasi air tanah dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Kalau bahan organik miskin nitrogen digunakan sebagai bahan mulsa maka diperlukan tambahan pupuk nitrogen untuk menghindari defisiensi nitrogen. Mulsa perlu diberikan terutama pada waktu bibit masih muda dan pada waktu musim kemarau, sejak selesai penanaman bibit ke lubang tanam. Mulsa diberikan di sekeliling tanaman hingga menutupi tanah sekitar tanaman dengan cara melingkar. Mulsa yang digunakan biasanya dari jerami. Guna pemberian mulsa ini adalah untuk mempertahankan kelembaban tanah di sekitar tanaman agar tetap lembab, tidak cepat kering.

Penyiangan dan Pendangiran Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan menutupi tanah di sekeliling tanaman dengan mulsa berupa jerami atau daun-daunan. Pada dasarnya penyiangan harus tetap dilakukan secara rutin di sekeliling tanaman apabila ternyata gulma tetap tumbuh dan mengganggu, terutama ketika tanaman masih muda (umur setahun). Cara penyiangan dapat dilaksanakan dengan menggunakan sabit, cangkul, dicabut dengan tangan biasa, sekop, kecol, atau secara khemis dengan menggunakan herbisida. Pendangiran adalah pengerjaan tanah di sekeliling tanaman dengan cara mencangkuli tanah-tanah di sekitarnya, agar tanah gembur sekaligus memperbaiki aerasi dan drainasinya. Dalam mengerjakan penggemburan tanah diusahakan sebaik-baiknya agar akar tanaman tidak rusak akibat pencangkulan, maka harus dilakukan dengan hati-hati sekali. Akan lebih baik bila alat yang digunakan berupa garpu untuk menghindari putusnya akar akibat pencangkulan. Pekerjaan pendangiran harus dilakukan secara rutin untuk mendukung pertumbuhan tanaman agar lebih baik, terutama pada tanah-tanah yang mudah padat dan pada tanaman yang sedang mengalami fase pertumbuhan aktif. Perioda perkembangan dan pertumbuhan tanaman pepaya biasanya dimulai sejak masa transplanting sampai tanaman berumur lebih kurang lima tahun.

PemupukanPupuk organik dan pupuk buatan keduanya dipakai oleh petani monokultur untuk pepaya muda (umur kurang dari setahun) dan tanaman dewasa (umur lebih dari setahun). Untuk mendapatkan buah yang banyak diperlukan pupuk majemuk NPK (15-15-15) dengan dosis 1.5 kg/tanaman/tahun. Rincian dosis pupuk yang lazim menurut umur tanaman muda adalah:Umur 0-3 bulan: 20 g/tanaman/bulanUmur 4-6 bulan: 50 g/tanaman/bulanUmur > 7 bulan: 100 g/tanaman/bulanKalau buah pepaya akan digunakan untuk konsumsi kalengan maka dosis pupuk nitrogen harus dikurangi. Dosis N yang tinggi akan menimbulkan kadar nitrat yang tinggi pada pepaya dan ini membahayakan kaleng. Untuk pengalengan ternyata pupuk lengkap NPK dengan rasio 1:2:2 harus digunakan dan dosisnya tidak boleh lebih dari 50 g/tanaman/bulan. Jenis pupuk yang diberikan pada tanaman pepaya dapat berupa pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau atau kompos) dan pupuk anorganik. Pupuk organik dapat diberikan bersamaan waktu tanam atau saat selanjutnya setelah tanam. Pupuk anorganik diberikan selang bebe rapa waktu setelah tanam. Waktu pemupukan yang paling tepat diberikan pada saat mulai turun hujan. Dosis pemupukan untuk setiap tanaman berbeda tergantung umur tanaman, keadaan tanah dan tanaman serta lingkungannya. Tetapi secara umum dosis pupuk yang perlu diberikan berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Pemupukan tanaman pepaya berdasarkan umur Tahun kePupuk kandang (kg)NPK(g)Keterangan

Waktu tanam5 50-100 per phn per thn

I - II5-10 100 - 150 per phn per thn

II - III10 - 15 150 - 200per phn per thn

Lebih III10 - 15 150 -200per phn per thn

Sumber: Diolah dari data primer (usahatani pepaya monokultur)

Dalam penelitian Awada (1969) telah dilakukan penentuan secara tentatif nilai baku N dan P untuk keperluan program pemupukan. Tangkai daun dewasa paling akhir, yang ditandai oleh adanya bunga termuda pada ketiak daun, dipilih sebagai jaringan indeks untuk N dan P. Nilai Standar N yang dinyatakan dalam epersentase berat ekering beragam dari 1.28 pada bulan Juni hingga 1.20 pada Agustus/September dan 1.14 pada September. NIlai standar P adalah 0.25 untuk sampling bulan Mei/Juni.

PemangkasanPemangkasan dilakukan terhadap daun yang terserang penyakit yang diperkirakan sulit disembuhkan dan terhadap daun yang kering atau mati; pemangkasan wiwilan dilakukan terhadap tunas-tunas vegetatif yang tumbuh. Pemangkasan pemeliharaan juga dilakukan pada tanaman yang terlalu rimbun. Di Ghana, formula untuk mengestimasi luas daun pepaya telah diteliti (Karikari, 1973). Formula ini menyediakan metode yang cepat dan cukup akurat yang dapat digunakan pada daun yang masih utuh, dan tampaknya formula ini juga dapat dipakai untuk mengestimasi luas daun pepaya di negara lain.

(5). Pembungaan dan pemeliharaan buah pepaya

PembungaanPembungaan tanaman pepaya dapat terjadi sepanjang tahun, namun demikian pembungaan lebat dapat terjadi pada awal musim hujan. Selama periode pembungaan ini, peka sekali terhadap tiupan angin yang kencang. Apabila terjadi tiupan angin yang kencang, proses pembuahan akan gagal terjadi sehingga produksi buahnya kelak akan merosot jumlahnya. Apabila sesudah periode pembungaan terjadi periode kering yang berat, proses pembuahan akan gagal terjadi dengan baik sehingga produksi buah yang dihasilkan kelak menjadi gepeng. Bunga pepaya juga tidak tahan terhadap hujan yang terlalu deras, karena menyebabkan banyak bunga yang gugur dan gagal melakukan pembuahan. Periode pembentukan buah pada pepaya dapat terjadi sepanjang musim.

Pemeliharaan buahPemeliharaan buah pada waktu buah belum dipanen merupakan hal yang penting untuk dikerjakan, karena pemeliharaan ini akan menentukan kualitas buah, dan harga buah bila kelak dipanen. Untuk konsumsi buah dalam bentuk segar, kualitas buah menjadi faktor penting yang harus diperhatikan yang meliputi ukuran buah, penampakan buah dan warna yang menarik, tebal daging buah, aroma, rasa dan sebagainya. Terdapat bebe rapa cara memelihara buah yang masih melekat di pohonnya agar kualitas buah tetap terjaga dengan baik.Buah pepaya dibungkus secara individual dengan kantong poli-etilen berlubang-lubang atau kertas tissue dan dikemas dalam kotak karton. Kemudian dikirim lewat udara dengan lama perjalanan dua hari dalam suatu peti kemas yang terkendali tekanan dan suhunya; atau dikirim lewat laun selama 21 hari dalam peti kemas beku. Buah-buah yang dibungkus dengan kantong polietilena ternyata masih menunjukkan kenampakan yang bagus. Pra-perlakuan buah dengan 2% Zineb gagal mereduksi kehilangan selama periode pematangan (Lee, 1973).

a. Penyemprotan buahBuah pepaya (milik petani kebun pepaya monokultur) kadangkala disemprot dengan obat-obatan berupa insektisida maupun fungisida untuk mencegah serangan hama penyakitnya, karena seringkali diserang hama seperti lalat atau lainnya apabila dibiarkan, sehingga akan merusak buah dan kualitasnya. Pada buah yang sudah terserang hama/penyakit yang berat sekali dan diperkirakan sulit diberantas, lebih baik dipetik untuk mencegah penularannya.

b. Perbaikan warna buahBuah pepaya diusahakan dapat menerima cahaya matahari langsung untuk memperbaiki warnanya, agar buah berwarna lebih bagus dan menarik. Sehingga daun-daun tua yang terlampau rimbun dan seringkali menutupi buah perlu dipangkas, atau dengan menyangga ranting yang berbuah banyak dengan tiang penyangga dan diusahakan buah tersembul ke atas dari pentupan daun. Dengan demikian buah dapat terkena cahaya matahari langsung.

(6). Hama - penyakit Tanaman dan PengendaliannyaAda beberapa macam hama dan penyakit yang biasa terdapat menyerang tanaman pepaya. Jenis hama yang sering ditemukan antara lain kalong/codot, burung, ulat daun. Sedangkan jenis penyakitnya antara lain embun tepung, penyakit layu, nematode dan beberapa penyakit lainnya. Masih banyak jenis hama dan penyakit tanaman pepaya yang belum dapat disebutkan disini, karena yang diutamakan adalah hama penyakit penting yang biasa menyerang tanaman pepaya.Pepaya mudah terserang nematoda dan lahan tidak boleh ditanami pepaya lebih dari sekali (1-3 tahun) sebelum dirotasikan dengan tanaman lainnya. Pada lahan yang terserang parah, nematisida separeti Nemagon sangat dianjurkan. Formalin (25 ml larutan metanal 4%) dituangkan dalam lubang tanam juga dianjurkan. Pada tanah-tanah yang drainasenya jelek, dan tanah tanah yang sebelumnya telah ditanami pepaya, maka Phytophthor dan berbaqabusuk akar lainya menyebabkan kerugian yang serius pada pepaya.Berbagai penyakit batang dan daun juga ada dan kadang kadang dapat dikendalikan dengan menyemprot fungisida. Ada banyak penyakit virus pada pepaya dengan gejala seperti mosaik, kerdil, lambatnya pertumbuhan tanaman dan kerdil, menguningnya daun dan tajuk yang kecil. Mereka umumnya disebarkan oleh serangga, tetapi sukar diberantas. Suatu tanaman yang tumbuhnya tidak normal harus segera dibongkar dan dibakar atau dikubur. Beberapa tanaman menunjukkan resitensi dan ini harus digunakan untuk memproduksi biji benih. Pepaya pegunungan juga agak resisten terhadap gangguan virus penyakit.

Hama Tanamana. Kalong/CodotBagian tanaman yang diserang adalah buah. Buah pepaya yang masak sangat digemari hewan ini, buah akan diambil dan dimakan. Tak jarang buah pepaya berjatuhan akibat serangan hama ini. Kalong/ codot kebanyakan menyerang pada malam hari. Cara mengatasinya dengan cata gropyokan yaitu menangkap hewan ini beramai-ramai, kemudian membunuhnya.

b. Ulat daunBagian tanaman yang diserang adalah daun, terutama daun-daun yang masih muda. Hama ini menyerang bunga dan tunas-tunas muda. Pemberantasan kimiawi, dilakukan dengan menggunakan insektisida Diazinon atau Basudin 0.2 - 0.5%.c. Kumbang hijauSerangannya ditandai dengan penggerekan terhadap batang dan membuat liang panjang didalamnya. Pemberantasan kimiawi dengan menggunakan Karbolineum plantarum .d. Tungau atau mites Hama ini umumnya menyerang tanaman dengan menghisap zat cair organ tanaman/daun muda. Pada serangan berat daun tampak mengering. Cara menanggulanginya dengan menyemprotkan bubur California atau dengan penghembusan tepung belerang.

Penyakit TanamanFaktor utama yang mendorong terjadinya gangguan penyakit pada pepaya ialah kondisi tanah yang jelek, termasuk defisien hara, kondisi iklim/cuaca buruk, teknik budidaya yang tidak memadai, kontaminan atmosfer, dan kelainan pertumbuhan karena faktor genetik (Barbosa, 1971).Istilah "Mosaik" telah digunakan dalam penyakit virus pepaya baik untuk mendeskripsikan gejala yang berhubungan dengan lebih dari satu penyakit maupun sebagai nama umum untuk penyakit tunggal yang disebabkan oleh suatu infeksi tertentu (Cook, 1972). Dalam uji rumahkaca yang dilakukan di Hawaii, virus mosaik papaya dan virus ringspot pepaya dapat dikenali melalui daya infeksinya pada inang yang terpilih (Cook dan Milbrath, 1969). Tanaman kacang buncis (Vicia faba), Ocium basilicum, dan Celosia plumosa yang semula dianggap tidak peka ternayata dapat terinfeksi virus mosaik pepaya. Daun-daun Chenopodium amaranticolor yang diinokulasi dengan virus ringspot pepaya ternyata menumbuhkan lesion lokal yang dapat dikenali dengan jelas berbeda dengan yang disebabkan oleh virus mosaik pepaya. Penyakit mosaik pepaya di Hawaii serupa dengan Mosaik Bombay di India, becak ringspot di Florida, dan Mosaik pepaya di Puerto Rico.

Pengendalian gulmaPenyiangan secara manual dilakukan oleh petani dengan sangat hati-hati supaya tidak merusak akar tanaman. Herbisida Diuron dengan dosis 2 kg/ha dan paraquat 1 liter/ha memberikan hasil yang baik kalau disemprotkan di lingka