Upload
antiy-ners-bilafia
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
vii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU N. YANG MENJALANI POST SEKSIO SESAREA DENGAN INDIKASI PRE EKLAMPSIA, KPD, BEKAS
SC DAN USIA DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Derajat Ahli Madya Keperawatan
Oleh:
AYU NINGSIH
NIM: 1211308210714
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
SAMARINDA
2015
vii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU N YANG MENJALANI POST SEKSIO SESAREA DENGAN INDIKASI PRE EKLAMPSIA, KPD, BEKAS SC DAN
USIA DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
Yang diajukan oleh :
AYU NINGSIHNIM : 1211308210714
Telah disetujui oleh:
Pembimbing,
Ns. Fatma Zulaikha , S.Kep NIDN. 1101038301
Pada tanggal 10 Juli 2015
vii
LEMBAR PENGESAHANKARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU N YANG MENJALANI POST SEKSIO SESAREA DENGAN INDIKASI PRE EKLAMPSIA, KPD, BEKAS SC DAN USIA DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA
AYU NINGSIHNIM : 1211308210714
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada Ujian Program Studi Diploma III Keperawatan
Seekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Samarinda
Pada tanggal 29 Juli 2015
Dewan penguji terdiri dari:
Penguji I Penguji II
Ns. Tri Wahyuni, M.Kep.,Sp. Mat Ns. Fatma Zulaikha , S.Kep
NIDN. 1105077501 NIDN. 1101038301
Mengetahui:Ketua,
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
Rini Ernawati, S.Pd, M.Kes
NIDN. 1102096902
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan
ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak.
” (Aldus Huxley)”
Bermimpilah yang sebesar-besarnya, tapi bersegeralah untuk mengerjakan sekecil-kecilnya
kebaikan yang terdekat“ (Ayu Ningsih)”
Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda.
“(Heather Pryor)”
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, berkat Rahmat dan
Karunia-Nya, maka peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang
berjudul Asuhan Keperawatan Pada Ibu N Yang Menjalani Post Seksio
Sesarea Dengan Indikasi Pre Eklampsia, KPD, Bekas SC Dan Usia Di Ruang
Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh derajat ahli madya keperawatan pada Program Studi D III
Keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada :
1. Bapak Ghozali, MH., M. Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Samarinda.
2. Ibu Rini Ernawati, S. Pd., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Samarinda.
vii
3. Ibu Ns. Tri Wijayanti S.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan
banyak arahan dalam proses penyusunan dan perbaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Tri Wahyuni, S.Kep.,M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku penguji yang
telah memberikan arahan dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Orang tua dan keluargaku tersayang yang telah memberikan arahan
dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini
yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas.
Karya Tulis ilmiah ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga peneliti
dengan senang hari menerima kritik demi perbaikan.
Samarinda,
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………...............
Lembar Persetujuan…………………………………………………..........
Lembar Pengesahan………………………………………………............
Lembar Persembahan………..………………………………...................
Kata Pengantar……………………………………………........................
Daftar Isi……………………………………………………........................
Daftar
Tabel………………………………………………...........................
Daftar Lampiran…………………………………......................................
i
ii
iii
iv
v
vii
xi
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................
C. Tujuan Penulisan.........................................................
D. Metode Penulisan..........................................................
E. Sistematika Penulisan....................................................
1
5
5
6
7
vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Post Partum
a. Pengertian........................................................
b. Periode Masa Nifas..........................................
c. Perubahan Fisiologis Post Partum...................
d. Perubahan Psikologi Pasca Persalinan............
2. Seksio Sesarea
a. Pengertian........................................................
b. Bentuk-bentuk seksio sesarea.........................
c. Etiologi..............................................................
d. Patofisiologi......................................................
e. Pemeriksaan penunjang...................................
f. Komplikasi.........................................................
3. Pre Eklampsia
a. Pengertian........................................................
b. Klasifikasi.........................................................
c. Etiologi..............................................................
d. Tanda dan gejala..............................................
e. Penatalaksanaan medis...................................
f. Komplikasi.........................................................
9
9
10
18
20
20
22
26
27
28
29
29
32
32
33
34
vii
g. Pemeriksaan diagnostik...................................
4. KPD
a. Pengertian.........................................................
b. Etiologi..............................................................
c. Manifestasi klinis...............................................
5. Bekas SC.............................................................
6. Usia......................................................................
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.............................................................
2. Diagnosa Keperawatan..........................................
3. Perencanaan..........................................................
4. Pelaksanaan..........................................................
5. Evaluasi.................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian....................................................................
B. Diagnosa Keperawatan................................................
C. Perencanaan................................................................
D. Pelaksanaan.................................................................
E. Evaluasi........................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian....................................................................
34
34
35
36
36
37
39
46
47
57
58
60
69
71
76
80
82
vii
B. Diagnosa Keperawatan................................................
C. Perencanaa..................................................................
D. Pelaksanaan.................................................................
E. Evaluasi........................................................................
F. Dokumentasi................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................
B. Saran-saran..................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
88
89
90
92
93
95
97
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Laboratorium.....................................................................................64
Tabel 2. Pengobatan.......................................................................................64
Tabel 3. Analisa Data......................................................................................67
Tabel 4. Rencana Asuhan
Keperawatan.........................................................69
Tabel 5. Implementasi.....................................................................................75
Tabel 6.
Evaluasi.............................................................................................80
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Satuan Acara Penyuluhan Cara Menyusui Yang Benar
Lampiran 2. Leafleat cara menyusui yang benar
Lampiran 3. Lembar Konsultasi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan
proses patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi.
Menyadari hal tersebut dalam melakukan asuhan keperawatan tidak
perlu melakukan intervensi-intervensi yang tidak perlu kecuali ada
indikasi (Sulistyawati, 2009).
Penyakit hipertensi pada kehamilan berperan besar dalam
morbiditas dan moralitas maternal dan pariental, hipertensi
diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7-10% seluruh kehamilan. Dari
seluruh ibu yang mengalami hipertensi selama masa hamil setengah
sampai dua pertiganya didiagnosa mengalami pre eklampsi atau
eklamsi
vii
Pada tahun 2006 di laporkan frekuensi pre eklampsia dan
eklampsia di 12 RS Indonesia sekitar 3,4-8,5%, dimana 5,3%
menyebabkan kematian perinatal (Ridwanamiruddin, 2007) Indonesia
kini Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI)
menduduki peringkat pertama di ASEAN, terutama pada ibu nifas.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15%penyulit dalam
kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi
mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dalam
kehamilan masih cukup tinggi.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan di Rumah Sakit Abdul
Wahab Sjahraine Samarinda jumlah pasien seksio sesaria yang di
rawat di Ruang Mawar selama bulan April-Juni 2015 terakhir
berjumlah 234 Jiwa dan pasien seksio sesaria dengan indikasi pre
eklampsia, KPD, beras sc dan usia berjumlah 40 kasus
Penanganan pre eklampsi ada dua macam secara aktif dan
konservatif. Penanganan aktif dapat dilakukan jika umur kehamilan
sudah 37 minggu atau lebih. Salah satu cara yang dapat di tempuh
dengan cara persalinan dengan seksio sesarea.
(http://www.wartamedika.com)
Pada dasarnya pre eklampsia yang mengakibatkan seseorang
ibu harus menjalani operasi seksio sesarea guna untuk
vii
menyelamatkan bayi yang dikandungnya dapat dihindari dengan
deteksi dini dan menghindari makanan yang mengandung garam,
lemak. Kalsium dapat menjadi konsumsi yang baik dalam pencegahan
pre eklampsia.
Insidensi KPD berkisar 4,5 % sampai 7,6 % dari seluruh
kehamilan. Pada ibu post partum melahirkan bayi prematur berkisar
antara 40 % - 60 % dan angka kematian perinatal bayi prematur
meningkat nyata (Puspasari, Nurbaeti, dan Komariah, 2010)
Proses persalinan yang lama, persalinan dengan tindakan
induksi, ketuban pecah dini lebih dari 24 jam, serta air ketuban sudah
keruh harus segera dilakukan tindakan pembedahan sectio caesaria
karena beresiko sepsis neonatorum (Manuaba, 2008).
Pada usia kurang dari 20 tahun rahim dan panggul ibu belum
berkembang dengan baik. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan
persalinan. Kehamilan pada 15 usia muda diduga berpengaruh
terhadap terjadinya keracunan keracunan kehamilan (Pre-eklampsi
dan eklampsi) (Depkes RI, 1998: 33). Usia 26-35 tahun adalah usia
yang paling tepat bagi wanita untuk mempunyai anak. Mereka juga
lebih siap untuk bersalin secara alami. Resiko mengalami keguguran
juga kecil (Syaifuddin Ali Akhmad, 2008: 90-92). Resiko kematian
pada ibu dapat terjadi sejak awal kehamilan hingga pasca persalinan
vii
atau nifas denga resiko tertinggi terjadi pada periode persalinan. Fakta
menunjukkan bahwa upaya antenatal care (ANC) saja bagi ibu hamil
tidak sepenuhnya dapat menilai adanya resiko komplikasi obstetrik,
karena adanya resiko komplikasi persalinan yang timbul tanpa
menunjukkan tanda-tanda bahaya sebelumnya. Untuk itu diperlukan
upayah lain yaitu menyediakan pelayanan obstetrik emergensi,
termasuk didalamnya tindakan bedah sesar (Manuba, 2008)
Seksio sesarea dapat dilakukan secara elektif atau primer, yaitu
sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan dan secara
sekunder yaitu setelah persalinan berlangsung selama beberapa
waktu karena adanya beberapa sebab. Bila persalinan dapat diinduksi
dengan aman dan dapat melahirkan kurang dari 18 jam persalinan
pervagina dapat dilakukan, tapi bila tidak maka diperlukan untuk
dilakukannya bedah sesaria.
Upayah-upayah yang sudah dilakukan pemerintah yakni
Pemerintah masih harus bekerja keras untuk mencapai target MGD’s
sesuai kesepakatan yaitu AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup dan AKI
102 per 100.000 kelahiran pada 2015, salah satunya adalah upaya
jampersla yaitu gratis pada saat ANC dan persalinan hal ini di
harapkan ibu hamil lebih rutin dalam melakukan ANC yaitu deteksi dini
terjadinya ke tiga pembunuh ibu hamil di atas, semua ibu hamil
vii
diharapkan bersalin di tenaga kesehatan dan tidak di anjurkan bersalin
di rumah (Depkes RI, 2013).
Peningkatan kejadian kematian akibat preeclampsia dan
komplikasinya sampai saat ini belum secara pasti penyebabnya, oleh
karena itu deteksi dini preeklampsi sangat diperlukan yaitu dengan
mengajukan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yaitu
minimal 4 kali kunjungan yitu masing-masing 1 kali pada trimester I
dan II, serta 2 kali pada trimester III, berat badan naik secara
mendadak perlu diperiksa ulang 3 hari kemudian, dan bila keadaan
masih menetap maka harus di rawat di Rumah Sakit untuk
pengamatan selanjutnya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik
menyusun karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada Ibu.N yang menjalani post seksio sesarea dengan indikasi
Preeklampsi, KPD, Bekas SC dan Usia di Ruang Mawar RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda”.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ibu.N yang menjalani Post
seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsi, KPD, Bekas sc dan Usia
di Ruang Mawar RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda?”
C. Tujuan Penulisan
vii
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran asuhan keperawatan pada Ibu N yang
menjalani post Seksio Sesaria dengan indikasi Pre eklampsia,
KPD, Bekas SC Dan Usia di Ruang Mawar RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda
2. Tujuan Khusus
Memeperoleh pengalaman nyata dalam pemberian asuhan
keperawatan pada ibu N Post Seksio Sesaria dengan indikasi Pre
eklampsia, KPD, Bekas SC Dan Usia di Ruang Mawar RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dan menganalisa kesenjangan-
kesenjangan antara teori dan kasus khususnya dalam hal:
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif dengan
studi kasus yang menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
komprehensif. Adapun sumber informasi dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini diperoleh dengan cara:
vii
1. Observasi
Yaitu pengamatan langsung tentang kondisi klien dalam kerangka
asuhan keperawatan
2. Wawancara
Yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab atau langsung tatap
muka dengan klien dan keluarganya untuk mendapatkan data yang
akurat mengenai keadaan klien
3. Pemeriksaan Fisik
Yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik
secara keseluruhan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi terutama pada masa post partum dan keadaan luka post
operasi.
4. Studi Dokumentasi
Yaitu dengan mempelajari buku-buku dan sumber lain yang
berhubungan dengan kasus pasien.
5. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku dan sumber lain yang
berhubungan dengan judul dan masalah dalam penulisan karya
tulis ilmiah ini.
E. Sistematika Penulisan
vii
Untuk mendapatkan gambaran secara singkat dan menyeluruh
dari isi penulisan karya tulis ini, maka sistematika penulisan ini terbagi
dalam lima bab:
Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, sistematika penulisan
Bab II Tinjauan pustaka yang merupakan uraian konsep teori
yang berisi pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,
penatalaksanaan medis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan
asuhan keperawatan yang memiliki bagian-bagian tersendiri yang
berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, pelaksanaan, evaluasi,
dokumentasi keperawatan
Bab III Tinjauan kasus merupakan tinjauan kasus dimana
penulis akan menyajikan suatu kasus dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, penentuan
diagnose keperwatan, perencanaan asuhan keperwatan, pelaksanaan
tindakan keperawatan, evaluasi akhir tindakan dan dokumentasi
kepeawatan sebagai bukti pelaksanaan asuhan keperawatan.
Bab IV Pembahasan berisis tentang kesenjangan antara teori
dan pelaksanaan asuhan keperawatan secara nyata kepada Ibu. N
yang didiagnosis post seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia,
KPD, Bekas sc dan usia..
vii
Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh dasar teori
yang telah dibahas dan saran-saran untuk membantu
menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Post Partum
a. Pengertian
Post partum adalah masa enam minggu sejak bayi baru lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal
sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut purperium
atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004)
Post partum spontan adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan dengan kekuatan ibu tanpa
anjuran ataupun obat (Prawiroharjo, 2008).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas kira-kira 6 minggu (Saifudin, 2008).
vii
b. Periode Masa Nifas
Menurut periode masa nifa dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
a. Early post partum, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperoleh berdiri
dan berjalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Immediattely post partum, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia, yang lamanya sekitar enam sampai delapan minggu.
c. Lately post partum, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin
beberapa minggu, bulan, atau satu tahun (sulistyawati, 2009).
c. Perubahan fisiologis post partum
Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun
dianggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan
terbalik. Perubahan fisiologi yang terjadi antara lain (Hamilton,
2011) :
1) Sistem reproduksi
a. Uterus
Perubahan yang amat jelas pada anatomi maternal
adalah pembesaran uterus untuk menyimpan bayi yang
sedang tumbuh, uterus dalam keadaan tidak hamil
teraba seperti buah pear hijau yang halus. Kehamilan
vii
menyebabkan mudahnya teraba, sehingga pada minggu
ke 8 pemeriksa dapat merasakannya dengan palpasi.
Hal ini disebut tanda Hegar’s pada kehamilan. Umur
kehamilan 12 minggu TFU 1/3 diatas simpisis, umur
kehamilan 16 minggu TFU 1/2 simpisis pusat, umur
kehamilan 20 minggu 2/3 diatas simpisis, umur
kehamilan 24 minggu setinggi pusat, umur kehamilan 28
minggu 1/3 diatas pusat.
b. Servik
Segera setelah periode tidak terjadinya menstruasi
pertama, servik menjadi lebih lunak sebagai akibat
meningkatnya suplai darah. Kanalis servikalis dipenuhi
oleh mukus yang kental disebut operkulum. Selama
kehamilan operkulum menghambat masuknya bakteri ke
uterus, yang mengalir selama persalinan, yang disebut
blood show yang menandakan bahwa kanalis terbuka
untuk lewatnya bayi. Servik nulipara (wanita yang belum
pernah mengalami kehamilan) terlihat bulat dan halus
serta menonjol kearah vagina. Proses kelahiran
meregangkan servik dan hampir selalu menyebabkan
laserasi servik. Setelahnya, bentuk servik menjadi oval.
vii
Selama masa kehamilan konsistensi servik berubah.
Sebelum masa kehamilan teraba seperti ujung hidung,
pada awal masa kehamilan teraba seperti ujung daun
telinga, dan pada keadaan term teraba seperti bibir
c. Vagina
Sampai minggu ke 8, meningkatnya vaskularisasi
pada vagina menyebabkan tanda kehamilan yang khas
disebut tanda Chadwick’s, corak yang berwarna
keunguan yang dapat terlihat oleh pemeriksa. Dalam
berespon terhadap stimulasi hormonal, sekresi sel-sel
vagina meningkat secara berarti. Sekresi tersebut
berwarna putih dan bersifat sangat asam, dikenal istilah
“putih” atau leukorrhea sekresi vagina merupakan media
yang menyuguhkan basilus doderlein’s.
2). Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Selama periode pascapartum, terjadi perubahan
hormon yang besar. Pengeluaran plasenta
menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon
yang diproduksi organ tersebut.
b. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
vii
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada
wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar
prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperandalam menekan ovulasi. Karena
kadar follicle-stimulating hormone (FSH) terbukti sama
pada wanita menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika
prolaktin meningkat
3). Sistem perkemihan
Dibawah keadaan yang normal, peningkatan kegiatan
penyaringan darah bagi ibu dan janin yang tumbuh tidak
membuat ginjal dan ureter bekerja ekstra. Keduanya menjadi
dilatasi karena peristaltik ureta menurun. Sebagai akibat,
gerakan urin kekandung kemih lebih lambat. Stasis urin ini
meningkatkan kemungkinan pielonefritis. Pada awal
kehamilan, suplai darah kekandung kemih meningkat, dan
perbesaran uterus menekan kandung kemih. Faktor-faktor
tersebut menyebabkan meningkatnya berkemih. Mendekati
kelahiran janin turun lebih rendah ke pelvis, lebih menekan
lagi kandung kemih dan semakin meningkatkan berkemih.
vii
Walaupun gejala ini sangat tidak menyenangkan, hal ini tidak
menyebabkan masalah medis yang berarti.
4). Sistem cerna
a. Nafsu makan
Mortilitas, dan defekasi Ibu biasanya lapar segera
setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi
makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek
analgesik, anastesi, dan keletihan ibu merasa sangat
lapar. Secara khas penurunan tonus dan motalitas otot
traktus cerna menetap selama waktu yang singkat
setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia
bisa memperlambat pengembalian tonus dan motalitas
ke keadaan normal buang air besar secara spontan bisa
tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
melahirkan.
5). Sistem integumen
a. Payudara
Salah satu petunjuk pada wanita yang menandakan
bahwa ia hamil adalah rasa semutan nyeri tekan pada
payudara, yang secara bertahap mengalami perbesaran
karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan
vii
suplai darah. Puting susu menjadi lebih menonjol dan
keras, dan pada awal kehamilan keluar cairan jernih,
kolostrum. Area berpigmen disekitar disekitar puting,
areola, tumbuh lebih gelap, dan kelenjar-kelenjar
montgomery menonjol keluar
b. Kulit
Striae gravidarum, sebagaiman janin tumbuh, uterus
membesar, menonjol keluar. Hal ini menyebabkan
tonjolan dan kemudian membusung. Serabut-serabut
elastis dari lapisan kulit terdalam terpisah dan putus
karena regangan. Tanda regangan yang dibentuk
disebut striae gravidarum, terlihat pada abdomen dan
bokong terjadi 50% wanita hamil dan menghilang
menjadi bayangan yang lebih terang setelah melahirkan.
Wanita mungkin mengalami pruritis (rasa gatal) sebagai
akibat regangan tersebut Pigmentasi, pengumpulan
pigmen sementara mungkin terlihat pada bagian tubuh
tertentu , tergantung pada warna kulit yang dimiliki.
Linea nigra atau garis gelap mengikuti midline abdomen.
vii
Cholasma, atau topeng kehamilan, terlihat seperti binti-
bintik hitam pada wajah. Areola sekitar puting membesar
dan warnanya menjadi gelap. Perspirasi dan sekresi
kelenjar lemak, baik kelenjar sebase atau keringat lebih
aktif selama masa kehamilan. Sebagai akibatnya, wanita
hamil mungkin mengalami gangguan bau badan
6). Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah
Penyesuaian pembuluh darah maternal stelah melahirkan
berlangsung dramatis dan cepat. Respon wanita dalam
menghadapi kehilangan darah selama masa
pascapartum dini berbeda dari respon wanita tidak hamil.
Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi
wanita
1. Hilangnya sirkulasi utero plasenta yang mengurangi
ukuran pembuluh darah maternal 10% sampai 50%.
2. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang
menghilangkan stimulus vasodilatasi.
3. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang
disimpan selama wanita hamil.
b. Curah jantung
vii
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung
meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita
melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih
tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang
biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali
ke sirkulasi umum.
7). Sistem neurologi
Perubahan neurologi selama puerperium merupakan
kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil
dan disebabkan trauma yang dialam wanita saat bersalin dan
melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi
kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan.
8). Sistem muskuloskeletal
a. Gigi, tulang, dan persendian
Selama masa kehamilan wanita membutuhkan kira-kira
sepertiga lebih banyak kalsium dan fosfor. Terdapat
bukti bahwa saliva yang asam pada saat hamil
membantu aktivitas penghancuran bakteri email yang
menyebabkan karies. Postur tubuh wanita secara
vii
bertahap mengalami perubahan karena janin membesar
dalam abdomen.
b. Otot
Kram otot-otot tungkai dan kaki merupakan masalah
umum selama kehamilan. Penyebabnya tidak diketahui,
tetapi mungkin berhubungan dengan metabolisme
kalsium dan fosfor, kurangnya drainase sisa metabolisme
otot, atau postur yang tidak seimbang
d. Perubahan psikologi pasca persalinan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia
mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses
eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada dibawah tekanan
untuk dapat menyerap pembelajaran yan diperlukan tentang apa yang
harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya dan merasa
tanggung jawab yang luar biasa sekarang untuk menjadi seorang ibu.
Menurut reva rubin dalam buku sulistyawati (2009) periode ini dibagi
menjadi 3 bagian yaitu :
a. Taking in period
Terjadi pada hari kesatu sampai kedua setelah persalinan, ibu
ini masih masih pasif dan sangat tergantung, pokus perhatian
terhadap tubuhnya. Ibu mungkin akan mengulang-ulang
menceritakan pengalamannya waktu melahirkan, tidur tanpa
vii
gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan
kesehatan akibat kurang istirahat. Peningkatan nutrisi juga
dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan
luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
b. Tangking hold period
Periode ini berlangsung dua sampai empat hari setelah post
partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya
meningkatkan tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan
bayi ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
BAB, BAK, serta kekuatandan ketahanan tubuhnya, ibu juuga
berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi,
misalnya menggendong, memandikan, memang popok, dan
sebagainya. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitive ,
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk
mengatasi kritikan yang dialami ibu.
c. Leting go period
Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah,
periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu menerima tanggung
jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan
bayi yang sangat tergantung dari kesehatan ibu, hal ini
menyebakan berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan
sosial. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.
vii
2. Seksio Sesarea
a. Pengertian
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo, 2010)
Seksio sesarea adalah persalinan melalui sayatan pada
dinding andomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin
> 1000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu
b. Bentuk-bentuk seksio sesarea
a. Segmen Bawah: Insisi Melintang Insisi melintang segmen
bawah ini merupakan prosedur pilihan. Abdomen dibuka dan
uterus disingkapkan. Lipatan vesicouterina periteoneum
(bladder flap) yang terletak dekat sambungan segmen atas
dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang, lipatan
ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama
kandung kemih didorong ke bawah serta ditarik agar tidak
menutupi lapangan pandangan.
b. Segmen Bawah: Insisi Membujur Cara membuka abdomen
dan menyingkapkan uterus sama pada insisi melintang. Insisi
membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan
vii
gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi. Insisi
membujur mempunyai keuntungan, yaitu kalau perlu luka
insisi bisa diperlebar ke atas. Pelebaran ini diperlukan kalau
bayinya besar, pembentukan segmen bawah jelek, ada
malposisi janin seperti letak lintang atau kalau ada anomali
janin seperti kehamilan kembar yang menyatu .
c. Seksio sesarea Klasik: Insisi longitudinal di garis tengah
dibuat dengan scalpel ke dalam dinding anterior uterus
dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting
berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena
bayi sering dilahirkan dengan bokong dahulu. Janin serta
placenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga
lapis.
d. Seksio sesarea Extraperitoneal
Pembedahan ekstraperitoneal dikerjakan untuk
menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang
mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis
generalisata yang sering bersifat fatal. Ada beberapa metode
seksio sesarea extraperitoneal, seperti metode Waters,
Latzko dan Norton.
e. Histerektomi Caesarea
vii
Pembedahan ini merupakan section caesarea yang
dilanjutkan dengan pengeluaran uterus. Kalau mungkin
histerektomi harus dikerjakan lengkap (histerektomi total).
Akan tetapi, karena pembedahan subtotal lebih mudah dan
dapat dikerjakan lebih cepat, maka pembedahan subtotal
menjadi prosedur pilihan kalau terdapat perdarahan hebat
dan
pasiennya shock, atau kalau pasien dalam keadaan jelek
akibat sebab-sebab lain (Oxorn dan Forte, 2010)
c. Etiologi
Manuaba (2004) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea
adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban
pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan
janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran
lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala
janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
vii
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang
merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PE( Preeklampsia dan Eklampsi)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya
masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-
eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian
maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
vii
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum
terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36
minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.
Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor
dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan
ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
vii
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah.
Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
2) Presentasi muka
Letak kep ala tengadah (defleksi), sehingga bagian
kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada
pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang
kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana
janin terletak memanjang dengan kepala difundus
uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
vii
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni
presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
d. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar
dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami
adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis
yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan
ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post
de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik
dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah
utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi
bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih
banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin
vii
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang
tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk
lambung akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan
peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga
tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung
akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu
dipasang pipa endotracheal.
e. Pemeriksaan penunjang
1. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan
magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terlihat
bila menggunakan pemindaian CT.
2. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
vii
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann
darah dalam otak.
3. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal: menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap: mengevaluasi trombosit dan
hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
f. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas dibagi menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi
dan perut sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
vii
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat
pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau
karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung
kencing, embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Yang sering
terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal
3. Pre Eklampsia
a. Pengertian
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara
spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari
20 minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik) (wahyuningsih,
2007)
Pre eklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai
dengan proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang terjadi
akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang
vii
timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang
luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2009)
Pre eklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan
dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke 20 pada wanita yang
sebelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak, 2005)
b. Klasifikasi
Gangguan hipertensi pada kehamilan mengacu pada
berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah
maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu
dan janin. Awalnya, gangguan hipertensi kehamilan disebut
toksemia, tetapi istilah ini kurang tepat karena tidak ada agen
toksik atau toksin yang bisa ditemukan. Ketidakpastian tentang
klasifikasi masih berlanjut sampai hari ini, sehingga kesulitan
timbul dalam menegakkan suatu diagnosis gsngguan hipertensi
tertentu. Klasifikasi berikut merupakan salah satu klasifikasi yang
paling umum dipakai saat ini:
1) Pre eklampsia Ringan
Pre eklampsia Ringan adalah timbulnya hipertensi di
sertai proteinuria dan atau edema pada umur ke hamilan 20
minggu atau lebih atau pada masa nifas. gejala ini dapat
vii
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit
trofoblas (Nugroho,T, 2012)
Pre eklampsia ringan adalah suatu sindrom spesifik
kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat
terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel
(Prawirohardjo, 2010)
a. Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan
tekanan darah
b. diastolik 90-110 mmHg
c. Proteinuria minimal (< 2g/L/24 jam)
d. Tidak disertai gangguan fungsi organ
2) Pre eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg
atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih
a. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah
diastolik > 110 mmHg
b. Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada
pemeriksaan kuantitatif
c. Bisa disertai dengan :
vii
1). Oliguria (urine ≤400 mL/24jam)
2). Keluhan serebral, gangguan penglihatan
3). Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau
daerah epigastrium
4). Gangguan fungsi hati dengan hiperbilirubinemia
5). Edema paru dan sianosis
6). Gangguan perkembangan intrauterine
7). Oliguria (urine ≤400 mL/24jam)
8). Keluhan serebral, gangguan penglihatan
c. Etiologi
1) Usia
Insiden tinggi pada primigravida muda, meningkat pada
primigravida tua. Pada wanita hamil berusia kurang dari 25
tahun insiden >3 kali lipat. Pada wanita hamil berusia dari 35
tahun, dapat terjadi hipertensi laten
2) Paritas
a. Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun
tua
b. Primigravida tua resiko lebih tinggi untuk preeklampsia
berat
c. Ras/golongan etnik
vii
d. Bias (mungkin ada perlakuan/akses terhadap berbagai
etnik dibanyak negara)
3). Faktor gen
Diduga adanya suatu sifat resesif, yang ditentukan genotip,
ibu dan janin
d. Tanda dan gejala
1) Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala
yang diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang
abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus dan tidak
berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala
2) Gangguan penglihan pasien akan melihat kilatan-kilatan
cahaya, pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi
kebutaan sementara
3) Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan
suara berisik atau gangguan lainnya
4) Gangguan pernafasan sampai sianosis
5) Terjadi gangguan kesadaran
e. Penatalaksanaan medis
1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2. Mencegah progresivitas penyakit menjadi eklampsia
3. Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta,
vii
pertumbuhan janin terhambat, hipoksia, sampai kematiaan
janin)
4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat
sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui
bahwa resiko janinatau ibu akan lebih berat jika persalinan
ditunda lebih lama
5. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat
lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat
terus (batas aman 140-150/90-100mmhg)
f. Komplikasi
Tergantung derajat preeklampsia atau eklampsia, yang
termasuk komplikasi antara lain (mansjoer dkk, 2004)
1) Atonia uteri (Uterus couvalaine)
2) Sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low
platelet count)
3) Ablasio retina
4) KID (koagulasi intravaskuler desiminata)
5) Gagal ginjal
6) Perdarahan diotak
7) Edema paru
8) Gagal jantung
vii
g. Pemeriksaan dignostik
1) Urin: protein, reduksi, bilirubin, sedimen utuh
2) Darah: trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH, dan bilirubin
3) USG
4. KPD
a. Pengertian
Ketuban pecah dini merupakan proses pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu
jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2008).
Ketuban pecah dini kemungkinan besar menimbulkan resiko
tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka dalam
penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu
maupun janin dengan ketat (Puspasari, Nurbaeti, dan Komariah,
2010)
. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm
(fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan (Nugroho, 2012).
b. Etiologi
vii
Menurut Mitayani (2009) penyebab pasti KPD ini belum jelas. Ada
beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya KPD,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Trauma meliputi amniositesis, pemeriksaan pelvi, dan
hubungan seksual
2. Peningkatan tekanan intrauterus, kehamilan kembar atau
polihidromnion
3. Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis streptokokus serta
bakteri vagina
4. Selaput amnion yang mempunyai struktur lemah/selaput
terlalu tipis
5. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi
6. Multipara dan peningkatan usia ibu
c. Manifestasi klinik
Menurut Nugroho (2012) manifestasi terjadinya ketuban pecah
dini ada beberapa, diantaranya:
a. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
b. .Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah
vii
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi.
5. Bekas SC
Persalinan dengan parut uterus (bekas SC) Persalinan dengan
parut uterus oleh karena bekas operasi seksio sesarea, miomektomi
atau ruptura uteri. Persalinan pervaginam pada pasca seksio sesarea
dapat dilaksanakan dengan aman untuk wanita yang sebelumnya
pernah menjalani insisi uterus tranversal rendah. Beberapa laporan
mengenai partus percobaan yang diperbolehkan pada wanita dengan
riwayat seksio sesarea lebih dari satu kali hasilnya adalah baik dan
komplikasinya minimal. Penanganan umum adalah tentukan tipe
seksio sebelumnya jika tipe corporal dan letak nonverteks
pertimbangkan seksio elektif.
6. Usia
Umur ibu turut menentukan kesehatan maternal dan sangat
berhubungan erat dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas
vii
serta bayinya. Usia ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua (≤ 20
tahun dan ≥ 35 tahun) merupakan faktor penyulit kehamilan, sebab
ibu yang hamil terlalu muda, keadaan tubuhnya belum siap
menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas serta merawat bayinya,
sedangkan ibu yang usianya 35 tahun atau lebih akan menghadapi
risiko seperti kelainan bawaan dan penyulit pada waktu persalinan
yang disebabkan oleh karena jaringan otot rahim kurang baik untuk
menerima kehamilan. Proses reproduksi sebaiknya berlangsung
pada ibu berumur antara 20 hingga 34 tahun karena jarang terjadi
penyulit kehamilan dan juga persalinan (Prawirohardjo, 2010)
Di Indonesia perkawinan usia muda cukup tinggi,terutama di
daerah pedesaan. Perkawinan usia muda biasanya tidak disertai
dengan persiapan pengetahuan reproduksi yang matang dan tidak
pula disertai kemampuan mengakses pelayanan kesehatan karena
peristiwa hamil dan melahirkan belum dianggap sebagai suatu
keadaan yang harus dikonsultasikan ke tenaga kesehatan. Masih
banyak terjadi perkawinan, kehamilan dan persalinan di luar kurun
waktu reproduksi yang sehat terutama pada usia muda. Resiko
kematian pada kelompok umur di bawah 20 tahun dan pada
kelompokumur di atas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok
umur reproduksi sehat yaitu 20–34 tahun (Mochtar, 2009)
vii
Umur ibu dapat mempengaruhi kesempatan kelangsungan hidup
anak. Angka kematian anak yang tinggi pada wanita yang lebih muda
dan lebih tua disebabkan faktor biologis yang mengakibatkan
komplikasi selama kehamilan dan melahirkan. (BPS, BKKBN, Depkes,
MIC, 2007) Para ahli memperkirakan bahwa ada sekitar 65%
kehamilan yang terjadi termasuk dalam kategori “4 terlalu” yaitu terlalu
muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak (lebih dari 4 anak).
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa risiko seksio sesarea
lebih tinggi diantara wanita yang lebih tua, yaitu 2-3 kali lebih banyak
melakukan persalinan dengan seksio sesarea dibandingkan yang
berusia 20 tahun. Pada usia kurang dari 20 tahun rahim dan panggul
ibu belum berkembang dengan baik. Hal ini dapat menimbulkan
kesulitan persalinan. Usia 26-35 tahun adalah usia yang paling tepat
bagi wanita untuk mempunyai anak. Mereka juga lebih siap untuk
bersalin secara alami. Risiko mengalami keguguran juga kecil
(Syaifuddin Ali Akhmad, 2008: 90-92). Kesuburan wanita di atas usia
35 tahun mulai menurun. Kehamilan dan persalinan pada usia ini
mempunyai risiko yang lebih besar pada kesehatan ibu dan bayinya.
Wanita usia 40 tahunan masih bisa sukses untuk mengandung secara
normal. Tetapi, kualitas telur yang akan dibuahi buruk dan itu menjadi
masalah pada pembuahan. (Syaifuddin Ali Akhmad, 2008: 90-92).
vii
B. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan
masalah yang memampukasn perawat untuk mengatur dan memberikan
asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2005)
Kerangka kerja proses keperawatan mencakup langkah pengkajian,
dignosa keperawatan, perencanaan (termasuk identifikasi hasil yang
diperkirakan), implementasi dan evaluasi dan dokumentasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi,
dan komunikasi data tentang klien (Potter & Perry, 2005)
Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah, pengumpulan
data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga,
tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan (Potter & Perry, 2005)
Mengutip dari buku Rencana Keperawatan Maternal/Bayi menurut
Dounges dan Morhouse 2010 bahwa pengkajian pada klien
melahirkan sesaria adalah yang meliputi seluruh pengkajian dasar
data klien prenatal.
Adapun hasil pengkajian yang ditemukan pada klien dengan post
partum berdasarkan lowderwik, 2006 yaitu:
1) Langkah sebelum melakukan pengkajian
vii
a) Biasakan mencuci tangan terlebih dahulu
Biasakanlah mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang
mengalir dengan metode 7 langkah. Cuci tangan pakai sabun
dapat menghindari terjadinya infeksi nosokomial dari satu
pasien kepada pasien yang lain. Perawat tidak merawat satu
pasien saja, tetapi banyak pasien sehingga memungkinkan
terjadinya infeksi jika pasien dirawat oleh perawat yang sama
b) Gunakan alat pengkajian seperlunya
Alat pengkajian yang tidak diperlukan hanya akan membuat
pasien menjadi cemas saat melihat banyaknya alat yang akan
diperiksakan kepada dirinya.
c) Berikan penjelasan kepada ibu
Cobalah berikan penjelasan kepada ibu bahwa klien akan
dilakukan pemeriksaan fisik serta tujuan pemeriksaan tersebut.
Hal ini dilakukan agar ibu menjadi tahu tentang keadaan dirinya
serta kooperatif saat pemeriksaan berlangsung
2) Pengkajian dimulai dengan melakukan anamnesa
Hal yang ditanyakan meliputi:
1) Proses selama masa prenatal (kehamilan)
2) Proses selama melahirkan, dan
3) Catatan kelahiran
vii
Selain hal tersebut, hal penting lainnya yang harus dikaji pada ibu
masa post partum adalah:
1. Predisposisi terjadinya perdarahan
Perlu diingat bahwa perdarahan yang dialami ibu merupakan
keadaan yang berbahaya dan memungkinkan terjadinya
komplikasi
2. Keadaan bayi yang besar
-Gland multipara
-induksi yang diberikan selama proses persalinan
3. Gunakan worksheet atau catatan proses penyembuhan klien
Untuk membantu para perawat dalam memberikan perawatan
yang komprehensif kepada kliennya, sebaiknya perawat
menggunakan worksheetatau catatan proses penyembuhan
klien. Catatan ini berfungsi untuk membantu perawat dalam
mengobservasi keadaan klien.
4. Tindakan observasi paska melahirkan diruang recovery selama 2
jam
a) Selama 1 jam pertama setelah melahirkan, dilakukan
tindakan observasi bagi ibu paska melahirkan diruang
recovery atau ruang observasi. Diruang observasi ini
vii
dilakukan pengkajian fisik dengan frekuensi yang lebih sering
antara lain sebagai berikut:
b) Pemeriksaan temperatur dilakukan setiap 15 menit sampai
dengan 1 jam sekali
c) Setelah 15 menit keempat, jika semua parameter dalam
keadaan normal maka pemeriksaan suhu dilakukan setiap 30
sampai dengan 2 jam sekali
d) Selain temperatur, suhu dilakukan pemeriksaan fisik lain,
seperti tekanan darah, nadi fundus, bladder (kandung kemih),
lochea, dan perineum.
5. Tekanan darah dan nadi
a) Sebelum pemeriksaan tekanan darah dilakukan, yakinkan
bahwa manset terpasang dengan wajar
b) Lakukan pemeriksaan tekanan darah per rencana pengkajian
c) Pada pemeriksaan nadi, kaji kecepatan dan keteraturannya
(reguler tidaknya)
6. Fundus uteri
a) Sebelum pemeriksaan fundus uteri, gunakanlah sarung
tangan yang bersih
b) Posisikan ibu dalam posisimknees flexed dan kepala dalam
posisi datar
vii
c) Lekukkan tangan dibawah umbilikus dan tekan dengan kuat
pada abdomen tersebut. Pada waktu yang sama,
stabilisasikan uterus pada simpisis dengan tangan yang
berlawanan/berhadapan, tentukan tinggi fundus uteri
7. Bladder (kandung kemih)
a) Pada bladder, kaj i distensi dan kekuatan fundus uteri
b) Lakukan observasi dan palpasi pada bladder
c) Kaji juga spontanitas pengosongan urin dari kandung kemih
d) Ukur jumlah urin yang telah dikeluarkan tersebut
e) Jika terjadi retensi urin pada kandung kemih maka diperlukan
kateterisasi untuk mengeluarkan urin tersebut
8. Lochea
a) Observasi lochea meliputi jumlah, warna, dan bau
b) Observasi juga perineum dari penyebab perdarahan karena
adanya epiostomi pada perineum dan laserasi
9. Perineum
a) Observasi perineum dengan cahaya yang terang/baik
b) Kaji letak luka epiostomi atau laserasi
c) Kaji adanya hematoma, edema, luka memar, kemerahan,
serta drainage pada perineum
d) Kaji juga adanya hemoroid pada anus.
vii
Adapun hasil pengkajian yang ditemukan pada klien dengan seksio
sesarea berdasarkan rencana keperawatan maternal/bayi (Doenges
dan Morhouse 2010) yaitu:
1). Pengkajian data dasr klien
a) Pengkajian dasar data klien
Tinjau ulang catatan pranatal dan intraoperatif dan adanya indikasi
untuk kelahiran sesarea
b) Sirukulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira
600-800 ml
c) Integritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiran
sampai ketakutan, marah atau menarik diri
d) Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang, urine jernih pucat dan
bising usus tidak ada, samar atau jelas
e) Makan atau cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal
f) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anastesi
apinal epidural
vii
g) Nyeri-ketidaknyamanan
(1) Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai
sumber misalnya trauma bedah, insisi, dan nyeri
(2) Penyedia, distensi kandung kemih-abdomen, efek-efek
anastesi
(3) Mulut mungkin kering
h) pernapasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler
i) Keamanan
(1) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau
kering dan utuh
(2) Jalur parenteral, bila digunakan paten dan sisi bebas
eritema, bengkak dan nyeri tekan
j) Seksualitas
(1) Fundus kontraksi kuat dan terletak diumbilikus
(2) Aliran lochea sedang dan bebas bekuan berlebih
k) Pemeriksaan diagnostik
(1) Jumlah darah lengkap, Hb atau Ht mengkaji perubahan
dari kadar normal
(2) Pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah
pada pembedahan.
vii
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, kemudian dilanjutkan dengan
menganalisa data yang diperoleh berdasarkan pada masalah yang
dialami atau dirasakan ibu post partum selama proses pengkajian
tersebut. Perawat menegakkan diagnosa sebagai panduan untuk
membuat rencana keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan
atau masalah keperawatan yang mungkin dialami oleh ibu post
partum adalah (Lowdermik, 2006):
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer
tidak adekuat
2. Resiko terjadinya defisiensi volume cairan berhubungan dengan
kehamilan
3. Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan kehamilan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
6. Resiko terjadinya injury berhubungan dengan kelemahan
7. Resiko tinggi terjadinya gangguan eliminasi urin berhubungan
dengan obstruksi anatomik
8. Tidak efektifnya breast feeding berhubungan dengan anomali bayi
3. Perencanaan (Intervensi)
Intervensi perawat adalah respon perawat terhadap kebutuhan
vii
perawatan kesehatan dan diagnosa keperawatan klien (Potter &
Perry, 2005)
Adapun 6 faktor untuk memilih intervensi keperawatan adalah
sebagai berikut (Bobak, 2004):
a. Karakteristik diagnosa keperawatan
b. Hasil yang diperkirakan
c. Dasar riset (pengetahuan keperawatan) untuk intervensi
d. Kemungkinan untuk dikerjakannya intervensi
e. Kompetensi perawat
Adapun rencana tindakan keperawatan pada pasien post partum menurut
NIC NOC (2013) adalah sebagai berikut :
1) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
NOC: Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
pasien dapat memperoleh Pengetahuan: infection control
a) Menerangkan cara-cara penyebaran infeksi
b) Menerangkan factor-faktor yang berkontribusi dengan
penyebaran
c) Menjelaskan tanda-tanda dan gejala
d) Menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi
terhadap infeksi
Nutrition Status
a) Asupan nutrisi
b) Asupan makanan dan cairan
vii
c) Energi
d) Masa tubuh
NIC: Infection Control
a) Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien.
b) Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan.
c) Batasi jumlah pengunjung.
d) Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu.
e) Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat.
f) Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan.
g) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan
setelah meninggalkan ruangan pasien.
h) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
i) Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV.
j) Lakukan teknik perawatan luka yang tepat.
k) Anjurkan istirahat.
l) Berikan terapi antibiotik.
2). Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
secara aktif
NOC: fluid balance
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil :
a) Mempertahankan urine outout sesuai dengan usia dan BB
b) Tekanan darah dalam batas normal
vii
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
d) Orientasi terhadap waktu dan tempat
e) Elekrtolit, Hb dalam batas normal
f) PH urine dalam batas normal
NIC : Fluid monitoring
a) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
b) Monitoring status hidrasi
c) Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
d) Monitor vital sign setiap 15 menit-1 jam
e) Kolaborasi pemberian cairan IV
f) Monitor status nutrisi
g) Monitor intake dan output urine setiap 8 jam
3) Resiko Konstipasi berhubungan dengan ketidaknyamanan setelah
melahirkan
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
resiko konstipasi klien teratasi dengan kriteria hasil:
Bowl elimination
Hidration
a) Pola BAB dalam batas normal
b) Feses lunak
c) Cairan dan serat adekuat
d) Aktivitas adekuat
e) Hidrasi adekuat
vii
NIC: Bowl elimination
a) identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi
b) Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien
c) Konsultasi dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan
bising usus
d) Kolaborasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap
e) Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap
eliminasi.
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan pada
masa post partum
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
gangguan pola tidur pasin teratasi dengan kriteria hasil:
Anxiety reduction
Comfort level
Pain level
a) umlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
b) Pola tidur, kualitas dalam batas normal
c) Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
d) Mampu mengidentifikasikan hal-hal yang meningkatkan
NIC: Sleep enhamcement
a) Determinasi efek-efek medikasi terhadap polatidur
b) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
c) Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
vii
(membaca)
d) Ciptakan lingkungan yang nyaman
e) Kolaborasi pemberian obat tidur
f) Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang tkhnik tidur pasien
g) Instruksikan untuk memonitor tidur pasien
5) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri berkurang dengan indikator:
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e) Tanda vital dalam rentang normal
NIC: Pain Management
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi)
vii
b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
f) Kurangi faktor presipitasi nyeri
g) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
h) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
i) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
6) Resiko terjadinya injury berhubungan dengan
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
resiko injury pasien teratasi dengan kriteria hasil:
Risk control
Immune status
Safety behavior
a) klien terbebas dari cidera
b) Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah
injury/cedera
c) Klien mampu menjelaskan faktor risiko dari lingkungan /
perilaku personal
d) Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
NIC: Environment management (manajemen lingkungan)
vii
a) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b) Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
c) Menghindari lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
d) Memasang side tempat tidur
e) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
7) Resiko tinggi terjadinya gangguan eliminasi urin berhubungan
dengan
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
gangguan eliminasi urin klien teratasi dengan kriteria hasil:
Urinary elimination
Urinary continuence
a) kandung kemih kosong secara penuh
b) Tidak ada residu urin >100-200 cc
c) Intake cairan dalam rentang normal
d) Bebas dari ISK
e) Tidak ada spasme bladder
f) Balance cairan seimbang
NIC: Urinary retention care
a) lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada
inkontinensia
vii
b) Memantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik atau
properti alpha agonis
c) Anjurkan pasien/keluarga untuk merekam output urin
d) Memantau asupan dan keluaran
e) Memantau tingkat distensi distensi kandung kemih dan palpasi
dan perkusi
8) KetIdakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan defisit
pengetahuan
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
pemberian ASI menjadi efektif dengan kriteria hasil:
Breastfeding ineffective
Brething patern ineffective
Breasfeeding interupted
a) kemantapan pemberian ASI: Bayi perlekatan bayi yang sesuai
pada dan proses mengisap dari payudara ibu untuk
memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama pemberian ASI
b) Kemantapan pemberian ASI: Ibu kemamtapan ibu untuk
membuat bayi melekat dengan tepat dan menyusu dari
payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3 minggu
pertama pemberian ASI
c) Pemeliharaan pemberian ASI: keberlangsungan pemberian
ASI untuk menyediakan nutrisi bagi bayi/todler
d) Penyapihan pemberian ASI: Diskontinuitas progresif
vii
pemberian ASI
NIC: Breastfeding assistence
a) evaluasi pola mengisap/menelan bayi
b) Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui
c) Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui dari bayi
(misalnya reflex rooting, mengisap dan menjaga)
d) Kaji kemampuan bayi untuk latch on dan mengisap secara
efektif
e) Pantau keterampilan ibu dalam memenpelkan bayi ke puting
f) Pantau integritas kulit puting ibu
g) Evaluasi pemahaman tentang sumbatan kelenjar susu
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Tindakan keperawatan (implementasi) adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan
diselesaikan.implementasi mencakup melakukan, membantu, atau
mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari memberikan asuhan
keperawatan untuk tujuan yang berpusat pada pasien (Potter & Perry, 2005).
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahapan pemberian tindakan
keperawatan untuk mengatasi permasalahan penderita secara terarah dan
komprehensif, berdasarkan rencana tindakan yang telah ditetapkan
vii
sebelumnya. Hal penting dalam thap implementasi ini adalah mengevaluasi
respon atau hasil dari tindakan keperawtan yang dilakukan terhadap pasien
serta pendokumentasian semua tindakan yang telah dilaksanakan berikut
respon maupun hasilnya.
Komponen implementasi dari proses keperawatan mempunyai lima
tahap (Potter & Perry, 2005):
a. Mengkaji ulang klien, fase pengkajian ulang terhadap komponen
implementasi memberikan mekanisme bagi perawat untuk menentukan
apakah tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai
b. Menelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang sudah
ada, meskipun rencana asuhan keperawatan telah dikembangkan sesuai
diagnosa keperawatan yang teridentifikasi selama pengkajian, perubahan
dalam status klien mungkin mengharuskan modifikasi asuhan keperawatan
yang telah direncanakan
c. Mengidentifikasi area bantuan, sebelum mengimplementasikan asuhan,
perawat mengevaluasi rencana untuk menentukan kebutuhan bantuan dan
tipe yang dibutuhkan
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan, praktik keperawatan terdiri
atas keterampilan kognitif, interpersonal, dan psikomotor (teknis). Setiap
keterampilan diperlukan untuk mengimplementasikan intervensi
e. Mengkomunikasikan intervensi, intervensi keperawatan ditulis atau
dikomunikasikan secara verbal. Ketika dituliskan intervensi keperawatan
dipadukan kedalam rencana asuhan keperawatan dan catatan medis klien.
vii
Setelah intervensi diterapkan, respon klien terhadap pengobatan
dicatatkan pada lembar catatan yang sesuai.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah respon pasien terhadap terapi dan kemajuan mengarah
percapaian hasil yang diharapkan, aktivitas ini berfungsi sebagai umpan balik
dari bagian control proses keperawtan, melalui mana status pernyataan
diagnostic pasien secara individual dinilai untuk diselesaikan, dilanjutkan,
atau memerlukan perbaikan (Doonges & Moorhouse, 2010)
Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi, yaitu
a. Masalah teratasi
Maslah teratasi apabila pasien atau keluarga menunjukkan perubahan
tingkah laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Masalah teratasi sebagian
Masalah teratasi sebagian apabila pasien atau keluarga menunjukkan
perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
c. Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi apabila pasien atau keluarga sama sekali tidak
menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau
bahkan timbul maslah yang baru. Pada pasien dengan post
partumspontan, wvaluasi yang diharapkan masalah yang terjadi dapat
teratasi.
vii
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada Bab ini penulis akan mengemukakan hasil dari pelaksanaan
Asuhan Keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, perumusan diagnosa,
perencanaan, tindakan dan evaluasi pada Ibu N dengan Diagnosa Medis
Post Seksio Sesarea dengan indikasi Pre Eklampsia, KPD, Bekas SC Dan
Usia yang di rawat di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Syahranie Samarinda mulai tanggal 25-27 Juni 2015. Data yang
diperoleh adalah berdasarkan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi, dan studi keperawatan.
A. PENGKAJIAN
1. DATA DASAR
Pada pengkajian yang dilakukan tanggal 25 juni 2015 klien
berinisial Ny. N, berumur 38 tahun, agama islam, suku bugis,
pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan Sekolah Menengah
Pertama(SMP), lama menikah delapan tahun, alamat jalan lambung
mangkurat, tanggal masuk rumah sakit 22 juni 2015, tanggal
pengkajian 25 juni 2015, dengan diagnosa medis Post seksio sesarea
indikasi pre eklampsia, kpd, bekas sc dan usia.
vii
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. RIWAYAT PENYAKIT
1). Keluhan saat masuk rumah sakit ( Senin, 22 juni 2015)
Ibu N mengatakan sakit pada perut lalu keluar air dan darah
2) Keluhan utama (Kamis, 25 juni 2015)
Ibu N mengatakan nyeri pada luka operasi, skala nyeri 5 saat dikaji
3) Riwayat penyakit sekarang
Ibu N mengatakan pada hari senin pagi jam 09.00 tanggal 22
juni 2015, Ibu N merasa sakit pada bagian perut lalu keluar darah
dan air, klien dibawa suaminya ke bidan, dari bidan klien dirujuk ke
Rumah Sakit AWS Samarinda, tiba di IGD jam 10.30 dan jam 11.00
masuk ruang mawar dan operasi pada hari selasa jam 08.00
4) Riwayat penyakit keluarga
Ibu N mengatakan tidak ada keluarganya yang memiliki riwayat
penyakit hipertensi, DM, asma dan sebagainya
5) Riwayat penyakit terdahulu yang mempengaruhi kehamilan /
persalinan
Ibu N mengatakan sebelumnya tidak mempunyai riwayat
penyakit yang mempengaruhi kehamilan
b. Riwayat Menstruasi
vii
Ibu N mengatakan haid pertama kali saat umur 12 tahun, haid
pertama haid terakhir pada tanggal 18 september 2014, selama haid
siklus klien teratur yaitu selama 28 hari, klien haid selama satu
minggu atau tujuh hari, selama klien haid ganti pembalut 2 kali
sehari dan tidak ada masalah selama haid.
c. Riwayat Obstetri
No Tahun Tipepersaliann
BB Lahir Jenis Kel Umur Keadaan
1.2.3.4.
2008201020132015
SC SC SC SC
3200 gr2700 gr3000 gr1800 gr
PLLP
9 Bln9 Bln8 Bln9 Bln
MeninggalHidup
MeninggalHidup
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Bayi tidak rawat gabung karena berat bayi1800 gr
b. Tanda-tanda vital pada tekanan darah 150/90mmHg, nadi
84x/menit, respirasi 19x/menit, suhu 36,4c, berat badan selama
hamil 58 kg, tinggi badan 160 cm
c. Keadaan umum Ibu saat dikaji lemah, kesadaran compos mentis,
GCS 15, Ibu tidak rapi
d. Kulit
Kulit Ibu berwarna sawo matang, turgor kulit baik, elastis< 3 detik
kembali normal, Ibu tidak bersih saat dikaji, kulit lembab
f. Rambut
vii
Rambut berwarna hitam, distribusi rambut merata, rambut bersih ,
tidak ada ketombe, kulit kepala Ibu bersih, tidak ada massa, rambut
klien berminyak
g. Wajah/Muka
Ekspresi wajah Ibu meringis saat terasa nyeri, mukosa bibir lembab,
hidung normal , cuping hidung simetris, gigi tidak ada karies, mulut
kotor saat dikaji, wajah klien kusam dan berminyak
h. Mata
Mata Ibu tidak ikterik pada sklera, konjungtiva anemis, pupil isokor,
mata sayu saat dikaji
i. Leher
Leher Ibu normal, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan
tidak ada pembesaran pada vena jugularis, trakhea ditengah, tidak
ada massa
j. Mamae
Mammae Ibu N simetris, konsistensi lembek saat dikaji, putting susu
klien coklat tua dan gelap, putting susu menonjol, pengeluaran ASI
tidak ada, tidak ada massa dan benjolan
k. Abdomen
Saat di inspeksi abdomen Ibu N tampak line nigra, terdapat luka
post operasi seksio sesarea, Luka ditutup kasa steril, panjang luka
vii
±10 cm, bising usus ±12 x/menit, tinggi fundus uteri dua jari dibawah
pusat, kontraksi uterus normal, uterus teraba keras, ginjal tidak
teraba, hepar tidak ada pembesaran, suara hepar pekak
l. Genetalia
Pada genetalia kebersihan kurang bersih, lochea rubra pada hari
ketiga, tidak ada hemoroid, terpasang kateter dengan jumlah urin
1500/24jam saat dikaji
m. Ekstremitas
Tidak ada edema pada bagian ekstremitas atas dan bawah saat
dikaji, tidak memilki varises, tanda homan tidak ada, terpasang
infuse pada ekstremitas atau sebelah kanan saat dikaji.
Kekuatan otot 5 5
5 5
4. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Istirahat dan tidur
Dirumah Ibu tidur siang mulai pukul 13.00 sampai 15.00, saat
malam hari mulai pukul 09.00 sampai 06.00. Dirumah sakit Ibu tidur
tidak tentu, malam tidur 2 jam sekali karena nyeri skala 5 saat dikaji
dan suhu ruangan yang panas.
vii
2. Pola eliminasi klien dirumah baik, klien BAK >5 kali, BAB 1 kali
sehari, saat dirumah sakit BAK melalui kateter urin, dengan jumlah
urin 1500cc/24 jam, BAB belum ada sejak setelah operasi yaitu
selama 3 hari
3. Nutrisi Ibu saat dirumah 3x/hari, 1 porsi, jenis makanan nasi, ikan
telur, tahu, tempe, dsb. Saat dirumah sakit, Ibu makan 1 porsi
sesuai diit yang diberikan oleh rumah sakit, Ibu makan 3x/hari
sesuai jadwal dirumah sakit
4. Kebersihan diri Ibu terganggu karena tidak bisa bergerak, dan nyeri
saat dikaji, dirumah ibunmengatakan mandi 2x/hari, keramas
1x/hari, sikat gigi 2x/hari, klien mengatakan mandi hanya diseka
1x/hari selama dirumah sakit
5. Aktivitas sehari-hari klien dirumah sakit klien terbaring ditempat
tidur, keadaan umum Ibu lemah, aktivitas dilakukan ditempat tidur
sejak setelah operasi. Saat dirumah klien menonton, masak,
menjaga anak, bersih-bersih dan mengurus suami
5. DATA PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Psikososial Ibu baik, Ibu mampu berkomunikasi dengan baik dan
lancar, keadaan psikologi (sibling) antara ibu dan anak baik,
sedangkan bounding tidak ada, Ibu mengatakan ASI belum keluar
sejak melahirkan.
vii
2. Spiritual dan keyakinan Ibu terhadap ajaran agamanya baik. Ibu
beragama islam
6. DATA PENUNJANG
a. Laboratorium
Tabel 1. Laboratorium
No. Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1.
2.
3.
Glukosa sewaktu
Ureum
Creatinin
66 mg/dl
20,3 mg/dl
0.6 mg/dl
60-150
10-40
0,5-1,5
vii
b. Pengobatan
Tabel 2. Pengobatan
No Hari/tanggal Jenis obat
1.Kamis
25 juni 2015Intravena Ringer Laktat 15 tpmInjeksi intravena:1. Cefotaxime 1 gr/ IV2. Kalnek 1amp/IV
2.Jum’at
26 juni 2015Cefotaxime 1gr/IV
7. DATA FOKUS
a. Data Subjektif
1) Ibu mengatakan nyeri di luka operasi, skala nyeri 5 saat
dikaji
2) Ibu mengatakan sulit untuk bergerak karena nyeri
vii
3) Ibu mengatakan mandi hanya 1 kali saat di ruamh sakit dan
diseka
4) Ibu mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri dan suhu
ruangan yang panas
5) Ibu mengatakan ASI belum keluar sejak melahirkan
b. Data Objektif
1) TD: 150/90mmHg, RR 19X/menit, N: 84X/menit
2) Terdapat luka post operasi seksio sesarea, panjang luka 10
cm, wajah Ibu N meringis saat terasa nyeri
3) Ibu terbaring ditempat tidur, keadaan umum baik, aktivitas
dilakukan ditempat tidur
4) Kulit Ibu kurang bersih, wajah Ibu kusam dan berminyak,
Ibu tidak rapi, rambut Ibu berminyak
5) ASI belum keluar, Konsistensi lembek
6) Ibu tidur tidak tentu, malam tidur 2 jam sekali karena nyeri,
mata sayu
7) Terdapat luka insisi vertikal bekas operasi seksio sesarea
dibagian abdomen, luka ditutup kassa steril
8) TFU : 2 jari dibawah pusat
Lochea Rubra hari ke tiga
B. Diagnosa Keperawatan
vii
Dari hasil analisa data yang telah dibuat, penulis memperoleh diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri
4. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan Anomali bayi
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan (nyeri)
6. Resiko infeksi berhubung dengan pertahanan primer tdak adekuat
(kulit tak utuh atau trauma jaringan)
ANALISA DATA
Tabel 3. Analisa Data
No DATA ETIOLOGI PROBLEM
vii
1. Ds: Ibu Ny. N mengatakan nyeri di luka operasiP: Ibu N mengatakan nyeri pada luka pos opQ: Nyeri di abdomenR: Ibu N mengataka nyeri seperti ditusuk-tusukS: skala nyeri 5T: saat bergerak/beraktivitas
Do: Terdapat luka post operasi seksio sesarea, panjang luka ± 10cm, skala nyeri 5 saat dikaji
Agen cidera fisik Nyeri akut
2. Ds : Ibu Ny. N mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri skala 5 saat dikaji
Do : Ibu N tidur tidak tentu, malam tidur 2 jam sekali karena nyeri, mata ibu sayu.
Ketidaknyamanan (nyeri)
Gangguan pola tidur
3. Ds : Ibu Ny. N mengatakan mandi hanya diseka dan 1x/hari karena nyeri
Do: mulut kotor, kulit klien kurang bersih, wajah klien kusam dan berminyak, klien tidak rapi, rambut berminyak
Nyeri Defisit perawatan diri
4. Ds :-
Do : Terdapat luka insisi vertikel bekas operasi seksio sesarea dibagian abdomen
Pertahanan primer tidak adekuat (kulit
tak utuh atau trauma jaringan)
Resiko infeksi
5. Ds: klien mengatakan tidak bisa bergerak karena nyeri
Do: klien terbaring ditempat tidur , keadaan umum klien lemah, aktivitas dilakukan ditempat tidur
kelemahan Intoleran aktivitas
6. DS:Ibu N mengatakan ASI belum keluar sejak melahirkan
DO:konsistensi lembek, putting menonjol
Anomali Bayi Ketidakefektifan pemberian asi
vii
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Setelah rencana intervensi disusun, langkah selanjutnya adalah
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah
disusun tadi. Adapun tindakan keperawatan yang telah dilakukan dapat
vii
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Implementasi Keperawatan
Hari/tgl/jam Dignosa keperawatan
Implementasi Eavaluasi Proses
Kamis /25 juni 2015
09.00
09.30
09.45
10.00
09.00
12.00
I
II
1.1melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
1.2mengbservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
1.4Mengontroll lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
1.7Mengajarkan tekhnik non farmakologi
1.8Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
1.9 Memonitor ttv
2.1 membantu klien
1.1 P: ibu N mengatakan nyeri pada luka post op
Q: Nyeri pada abdomen
R: ibu mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
S: Skala nyeri 5 saat dikaji
T: Saat klien beraktivitas/bergerak
1.2 Ibu N mengatakan nyeri pada luka post op
1.4 Membatasi pengunjung
1.7 Ibu N mau mengikuti
1.8 Ibu N tampak rileks
1.9 TD:150/90mmHgN: 78x/menitRR: 19x/menitT: 36,2C
2.1 Ibu N mengatakan
vii
12.10
12.20
15.45
16.00
16.10
17.00
17.15
19.30
19.40
20.00
III
IV
untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
2.3 Memonitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual
3.1 mempatkan handuk, sabun, deodorant, alat pencukur, dan aksesoris lainnya yang dibutuhkan disamping tempat tidur atau dikamar mandi
3.2 Memfasilitasi untuk menyikat gigi
3.3 Memantau pembersihan kuku
3.4 Menjaga kebersihan mulut
3.5 Memberikan bantuan sampai dengan sepenuhnya dapat mengasumsikan perawatan diri
4.1menentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui
4.3.mengevaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui4.6memantau integritas kulit puting
tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa karena nyeri
2.3 respon fisik, emosi dan sosial klien baik
3.1 Ibu N menempatkan keperluannya disampimg tempat tidur
3.2 Klien menggosok gigi
3.3 kuku klien dipotong dan bersih
3.4 Mulut klien kotor
3.5 membantu klien unuk mandi
4.1 Ibu N mengatakan ingin menyusui bayinya, tetapi bayinya tidak rawat gabung
4.3 Ibu N belum mnegetahui benar tentang cara menyusui bayi yang benar
vii
20.30
20. 45
21.00
Jum’at26 juni 2015
07.30
07.45
07.00
07.10
08.00
V
VI
I
ibu
5.4Menginstruksikan untuk memonitor tidur pasien
6.3 Mencuci tangan setiap sebelum dan sesuadah tindakan keperawatan
6.5 Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
6.6 Mendorong istirahat
1.1melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
1.2mengbservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
1.7Mengajarkan tekhnik non farmakologi
1.9 Memonitor ttv
2.1 membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
4.6 kulit putting ibu N baik,dan tidak pecah-pecah
5.5 klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri dan suhu ruangan yang panas
6.3 Mencegah terjadinya infeksi
6.5 Tidak ada tanda dan gejala infeksi, luka klien bersih
6.6 Klien hanya berbaring di tempat tidur
1.1 klien mengatakan nyeri pada luka post op berkurang dan skala nyeri 4 saat dikaji
1.2 Ibu N mengatakan nyeri pada luka post op berkurang
1.7 Klien mengikuti perintahn perawat
1.9 TD:140/90mmHgN: 88x/menitRR: 19x/menitT: 36,1 C
vii
08.15
09.00
09.10
09.15
10.00
10.45
11.00
14.00
14.15
II
III
IV
V
VI
dilakukan
2.3 Memonitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual
3.1 Menempatkan handuk, sabun, deodorant, alat pencukur, dan aksesoris lainnya yang dibutuhkan disamping tempat tidur atau dikamar mandi
3.2 Memfasilitasi untuk menyikat gigi
3.4 Menjaga kebersihan mulut
4.1menentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui
4.3.mengevaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui dari bayi (misalnya reflex rooting, mengisap dan menjaga)
5.4Menginstruksikan untuk memonitor tidur pasien
6.3 Mencuci tangan setiap sebelum dan sesuadah tindakan keperawatan
2.1 Ibu N mengatakan bisa melakukan aktivitas seperti biasa karena nyeri berkurang
2.3 respon fisik, emosi dan sosial klien baik
3.1 Ibu N menempatkan keperluannya disampimg tempat tidur
3.2 Klien mau menggosok gigi
3.4 Mulut klien bersih
4.1 Penyuluhan tentang cara menyusui yang benar
4.3 mempraktekkan cara menyusui dengan boneka bayi yang telah disediakan
5.5 klien mengatakan masih sulit untik tidur
6.3 Mencegah terjadinya infeksi
vii
6.5 Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
6.5 Tidak ada tanda dan gejala infeksi
Tabel. 6 Evaluasi
Hari/tgl/jam Diagnosa Keperawatan
Evaluasi (SOAP) Paraf
vii
Kamis25 Juni 2015
08.30
09.00
10.00
15.00
16.00
21.00
Jum’at
I
II
III
IV
V
VII
I
S: Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
O: skala nyeri 5, wajah klien tampak meringisA: Masalah nyeri belum teratasiP: Lanjutkan intervensi 1.1, 1.2, 1.4, 1.7, 1.8,
1.9
S: klien mengatakan tidak bisa beraktivitas karena nyeri
O: Klien hanya berbaring ditempat tidurA: Masalah intoleran aktivitas belum teratasiP: lanjutkan intervensi 2.1, 2.3, 2.4, 2.5, 2.6
S: klien mengatakan belum bisa mandi sendiri sejak habis operasi karena nyeri
O: Klien tidak rapi, rambut klien berminyak, wajah klien kusam, kulit klien kotor
A: Masalah defisit perawatan diri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 3.5, 3.6, 3.7
S: Klien mengatakan air susu belum keluarO:payudara konsistensinya lembek, putting
susu menonjolA.: Masalah menyusui belum teratasiP: Lanjutkan intervensi 4.1, 4.3, 4.6,4.7,4.8
S: Klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri dan suhu ruangan yang panas
O: klien lemas, mata sayuA:Masalah gangguan pola tidur belum
teratasiP: Lanjutkan intervensi 5.1, 5.2, 5.3, 5.4,5.5
S: Klien mengatakan infus dilepas karena sudah mau pulang
O: tidak terpasang infus RLA: Masalah resiko infeksi teratasiP: Hentikan intervensi 6.1,6.2 6.3, 6.5, 6.6
S: Klien mengatakan nyeri berkurangO: Skala nyeri 4, wajah klien rileks
vii
/26 juni 2015
08.00
08.20
09.00
09.30
10.00
14.00
II
III
IV
V
VI
A: Masalah nyeri teratasi sebagianP: Hentikan intervensi (pasien pulang)
S: klien mengatakan sudah bisa jalan mondar mandir sendiri, kekamar mandi sendiri
O: Klien tidak melakukan aktifitas ditempat tidur lagi
A: masalah intoleran aktifitas teratasiP: hentikan intervensi (pasien pulang)
S: klien mengatakan bisa mandi sendiri O: Klien rapi, rambut klien berminyak, wajah
klien segar, kulit klien bersihA: Masalah defisit perawatan diri teratasiP: hentikan intervensi (pasien pulang)
S: Klien mengatakan air susu belum keluarO:payudara konsistensinya lembek, putting
susu menonjolB.: Masalah menyusui belum teratasiP: Hentikan intervensi (pasien pulang)
S: Klien mengatakn susah tidur karena nyeri dan juga ruangan panas
O: Mata klien sayu, konjungtiva anemisA: Masalah gangguan pola tidur belum
teratasiP: Hentikan intervensi (pasien pulang)
S: -O: Keadaan luka bersih, tidak ada eksudat, dibersihkan menggunakan antiseptik dan menggunakan kassa sterilA: Masalah resiko infeksi teratasiP: Hentikan intervensi (pasien pulang)
vii
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini penulis membahas tentang asuhan
keperawatan yang diberikan kepada Ibu N post seksio sesarea dengan
indikasi Pre eklampsia, KPD, Bekas SC Dan Usia diruang Mawar Rumah
Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang dilaksanakan
mulai tanggal 25-27 juni 2015.
Dalam bab ini juga penulis membandingkan hasil tinjauan kasus pada
klien post partum operasi seksio sesarea dengan indikasi Pre eklampsia,
KPD, Bekas SC Dan Usia dengan tinjauan kepustakaan yang ada.
Pengamatan kasus ini merupakan kenyataan yang terjadi pada klien post
partum operasi seksio sesarea. Pembahasan ini dimulai dengan asuhan
keperawatan terhadap klien dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
A. Pengkajian
Dalam upaya pengumpulan data sebagai langkah awal dari proses
keperawatan, penulis melakukan pengkajian, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Catatan alasan (indikasi) dilakukan bedah
sesare, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjuang. Dalam
vii
pengumpulan data penulis memperoleh data secara langsung dari klien
melalui observasi, pemeriksaan fisik, dan wawancara. Untuk memperoleh
data yang lebih lengkap lagi perlu didukung pula dengan adanya informasi
yang didapat dari catatan keperawatan dan catatan dokter. Saat
pengkajian pada ibu N penulis tidak mendapat hambatan karena pasien
dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat menjawab semua pertanyaan
perawat dengan baik.
Dari data pengkajian yang penulis dapatkan dilapangan, terdapat
sebagian besar data yang sama dengan data pengkajian pada dasar teori,
yaitu, yaitu integritas ego : dapat menunjukkan labilitas emosional, dari
kegembiraan sampai ketakutan, marah serta menarik diri
Eliminasi, kateter urinarius mungkin terpasang, urine jernih pucat
dan bising usus tidak ada, samar atau jelas. Makan atau cairan, Abdomen
lunak dengan tidak ada distensi pada awal. Neurosensori, kerusakan
gerakan dan sensasi dibawah tingkat anastesi spinal epidural
Nyeri(ketidaknyamanan), mungkin mengeluh ketidaknyamanan
dari bebagai sumber misalnya trauma bedah, insisi dan nyeri penyerta,
distensi kandung kemih-abdomen, efek-efek anastesi, mulut mungkin
kering. Pernapasan, bunyi paru jelas dan vesikuler. Keamanan, balutan
abdomen dapat tampak sedkit noda kering atau utuh. Jalur parenteral, bila
digunakan paten dan sisi bebas eritema, bengkak dan nyeri tekan
vii
Sexsualitas, fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lochea
sedang dan bebas bekuan berlebih/banyak. Pemeriksaan diagnostik,
jumlah darah lengkap, Hb dan Ht mengkaji perubahan dari kadar normal.
Pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
Pada pengkajian Ibu N, penulis melakukan pengkajian sesuai dengan
teori yang ada, bahkan pengkajian yang dilakukan penulis lebih detail lagi,
yaitu dengan adanya pengkajian pada riwayat kehamilan yang lalu dan
G4P4A0, personal hygiene klien kurang bersih, klien kotor, wajah klien
bermiyak dan kusam. Pola eliminasi klien menggunakan kateter urine,
pola tidur klien tidak tentu saat dikaji, klien mengatakan tidak bisa tidur
karena nyeri dengan skala nyeri 5, asupan cairan dan nutrisi klien baik,
klien makan habis 1 porsi dan makan 3x/hari, keamanan klien pada luka
post seksio sesarea bersih, ditutup kassa steril. Seksualitas klien normal,
kontraksi uterus baik, aliran lochea lancar, klien masih pada tahap lochea
rubra karena post seksio sesarea hari ke 3. Sedangkan untuk
pemeriksaan diagnostik dilakukan pemeriksaan darah lengkap dalam kimia
darah sebelum tindakan operatif. Sebeelum operasi Hb klien saat dikaji 13
gr/dl.
Data menurut Doenges dan Moorhouse (2010) yang tidak ditemukan
pada kasus yaitu sirkulasi karena pada saat dikaji klien telah melakukan
operasi seksio sesarea , integritas ego klien saat dikaji tidak menunjukkan
vii
labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, makanan atau
cairan klien tidak menunjukkan adanya abdomen lunak dengan tidak ada
distenssi pada awal, neurosensori klien tidak menunjukkan adanya
gerakan dan sensasi dibawah tingkat anastesi spinal epidural.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada tahap perumusan masalah diagnosa keperawatan, penulis
menganalisa data yang diperoleh dari hasil pengkajian dan dalam
mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik serta
respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi
Menurut Lowdermik (2006) diagnosa keperawatan adalah penelitian
klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah-masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar terhadap pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil dimana perawat dapat
bertanggung gugat.
Pada penulisan kasus ini ditemukan 6 diagnosa keperawatan yang
terdiri dari diagnosa aktual dan diagnosa resiko. Dari 6 diagnosa
keperawatan tersebut, terdapat 4 diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan teori (kepustakaan) dan 2 diagnosa keperawatan yang ditemukan
dalam kasus, tetapi tidak terdapat dalam teori. Hal ini disebabkan karena
data-data penunjang diagnosa tersebut didapatkan penulis saat
vii
melakukan pengkajian, dimana respon yang dibeikan berbeda,
tergantung kondisi dan kebutuhan klien.
Adapun diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan yang mungkin
dialami oleh ibu post partum seksio sesarea adalah (Lowdermik, 2006):
9. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
10. Resiko terjadinya defisiensi volume cairan berhubungan dengan
perdarahan
11. Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan
ketidaknyamanan setelah kehamilan
12. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan
(nyeri)
13. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
14. Resiko terjadinya injury berhubungan dengan efek anastesi
15. Resiko tinggi terjadinya gangguan eliminasi urin berhubungan
dengan obstruksi anatomik
16. Tidak efektifnya breast feeding berhubungan dengan Anomali bayi
Adapun diagnosa keperawatan yang ada pada kasus klien post
partum yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang teoritis ada 4
yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
vii
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan anomali bayi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat (trauma jaringan)
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan (nyeri)
Dari 6 diagnosa keperawatan yang didapat, 2 diagnosa keperawatan
lainnya diperoleh dalam kasus dilapangan dan tidak ditemukan teori,
tetapi diagnosa ini ditemukan dalam diagnosa keperawatan nanda
yaitu:
1. Intolerans aktivitas berhubungan dengan ketidaknyamanan (nyeri),
saat dikaji Ibu N terbaring ditempat tidur, keadaan umum pasien
lemah, aktivitas dilakukan ditempat tidur.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri saat dikaji Ibu Ny.
N mengatakan mandi hanya diseka dan 1x/hari karena nyeri, mulut
kotor, kulit klien kurang bersih, wajah klien kusam dan berminyak,
klien tidak rapi, rambut berminyak,
Adapun 8 diagnosa yang ada pada teori dan 4 yang ditemukan dalam
kasus, sedangkan 4 dari diagnosa teoritis tidak ditegakkan yaitu:
1. Resiko terjadinya Defisit volume cairan berhubungan dengan
perdarahan. Diagnosa ini tidak diangkat karena turgor klien baik
kembali <2 detik, CRT kembali <3 detik, dan bibir klien lembab,
2. Resiko terjadinyaKonstipasi berhubungan dengan ketidaknyamanan
vii
saat kehamilan. Diagnosa ini tidak diangkat karena klien tidak
mengalami konstipasi bising usus klien ±10 x/menit, klien melakukan
persalinan melalui operasi seksio sesarea
3. Resiko injury berhubungang dengan efek anastesi. Diagnosa ini
tidak diangkat karena saat dikaji klien mempunyai pegangan tempat
tidur dan ketika ingin bangun/berdiri klien selalu diampingi suami.
4. Resiko tinggi terjadinya gangguan eliminasi urin berhubungan
dengan obstruksi anatomik. Diagnosa ini tidak diangkat karena klien
tidak mengalami perubahan eliminasi urin, klien menggunakan
kateter karena klien belum mampu berjalan sendiri ke kamar mandi
karena lemah dan nyeri post seksio sesarea
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan
lebih banyak ditemukan dalam teori kepustakaan.
Hal ini disebabkan oleh karena penulis menetapkan diagnosa
keperawatan yang disesuaikan dengan klien pada saat itu.
C. Rencana Keperawatan
Secara sederhana, perencanaan merupakan keputusan awal tentang
apa yang dilakukan, bagaimana, kapan dilakukan, dan siapa yang akan
melakukan kegiatan tersebut sebagai langkah berikutnya dalam proses
keperawatan.
Pada tahap perencanaan, setelah memprioritaskan masalah
vii
keperawatan, penulis menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang harus
dicapai serta rencana tindakan yang dapat mencegah, mengurangi, serta
menanggulangi masalah kesehatan yang disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan klien. Tujuan yang ditetapkan harus nyata, dapat diukur
dan mempunyai batas waktu penyampaian. Adanya penambahan atau
pengurangan dari rencana tindakan dengan teori yang ada dikarenakan
penulis berusaha untuk menyesuaikan rencana dengan kondisi dan
fasilitas yang tersedia.
Dalam pencapaian ini penulis menemukan kesulitan dalam
menentukan waktu dari tujuan rencana asuhan keperawatan, hal ini
disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis
tentang asuhan keperawatan pada klien post operasi seksio sesarea
dengan indikasi preeklampsia ringan, akan tetapi penulis berusaha untuk
mengatasi kesulitan tersebut dengan tujuan jangka panjang dan jangka
pendek dengan melihat kondisi klien tersebut
Yang disebut dengan tujuan jangka pendek adalah kegiatan yang
dicapai dalam waktu relatif singkat dan dirumuskan dalam bentuk-bentuk
perilaku yang diamati, dan atau diukur yang umumnya bersifat lebih
spesifik. Waktu dan kondisi pencapaian tujuan jangka pendek dituliskan
untuk mengetahui berapa lama tujuan tersebut dapat dicapai. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah penilaian terhadap keberhasilan
vii
tindakan keperawatan yang dilakukan
Sedangkan tujuan jangka panjang adalah semua sasaran yang harus
dicapai dalam waktu panjang dan biasanya bersifat umum. Tujuan
jangka panjangnya dapat dirumuskan pada reaksi yang ditulis dalam
diagnosa keperawatan, sedangkan perumusannya dapat didasarkan
pada data penunjang yang ada.
Rencana tindakan pada kasus yang dikelola penulis pada dasarnya
sesuai dengan teori. Karena penulis menggunakan buku-buku sumber
yang ada sesuai dengan diagnosa keperawatan yang didapatkan, kondisi
klien dan penyebab timbulnya masalah. Adanya penambahan dan
pengurangan dari rencana tindakan pada teor yang ada dikarenakan
penulis berusaha untuk menyesuaikan rencana asuhan keperawatan
dengan kondisi dan fasilitas yang tersedia.
D. Tindakan Keperawatan
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan,
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).
Tahap pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan bentuk
tindakan yang direncanakan sebelumnya dan disesuaikan dengan situasi
secara cermat dan efisien. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan,
vii
penulis juga menyesuaikan dengan kondisi sesuai dengan kebutuhan
klien saat ini, jadi bukan semata-mata karena prioritas masalah yang
direncanakan sebelumnya, serta disesuaikan dengan waktu pelaksanaan
tindakan. Ada beberapa tindakan yang dilakukan dalam bentuk
penyuluhan kesehatan tentang ASI dan cara menyusui. Penyuluhan ini
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang ada.
Dalam melanjutkan observasi dan pengumpulan data untuk melihat
perkembangan klien selanjutnya. Adapun faktor-faktor penunjang yang
penulis peroleh selama mengelola klien adalah kerjasama anatar perawat
ruangan dengan penulis, juga penulis dalam hal ini memantau
perkembangan klien dan melaksanakan tindakan-tindakan keperawatan
yang telah disusun. Dalam melakukan tindakan keperawatan yang telah
disusun, penulis tidak mengerjakan semua tindakan karena harus
mengerjakan tugas yang ada dan tidak jaga 24 jam penuh, penulis hanya
jaga mulai jam 07.00-21.00 WITA . Tindakan keperawatan yang tidak
bisa dilakukan oleh penulis pada pukul 01.00-05.00 WITA adalah
memantau tanda-tanda vital klien pada pukul 06.00 WITA dan memberi
injeksi pada pukul 09.00 dan 17.00 tindakan tersebut dilaksanakan oleh
perawat ruangan mawar dan mahasiswa lain yang sedang berpraktek di
ruang mawar RSUD AWS Samarinda. Selama penulis tidak ada
diruangan, kondisi klien dicatat oleh mahasiswa yang penulis tunjuk untuk
vii
mengawasi keadaan pasien dan pasien dalam keadaan baik saat
ditinggal.
Selain faktor penunjang, penulis juga mendapatkan kendala dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan ini. Kendala tersebut antara lain
karena terbatasnya pengalaman praktek penulis dan tidak terbiasanya
perawat diruangan mendokumentasikan proses keperawatan dalam
bentuk format seperti yang diajarkan dibangku perkuliahan tetapi
cenderung kepada tindakan langsung
E. Evaluasi
Evaluasi terhadap akhir proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan, ditulis dalam catatan perkembangan yang berfungsi untuk
mendokumentasikan keadaan klien baik berupa keberhasilan maupun
ketidak berhasilan yang dilihat dari masalah yang ada. Untuk menilai
tingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan, dilakukan evaluasi
tindakan keperawatan dan evaluasi tujuan jangka panjang dengan
menggunakan SOAP. Dalam evaluasi terdapat beberapa masalah
keperawatan yang hanya teratasi sebagian yaitu nyeri berhubungan
dengan agen cidera fisik. Dan ada 3 yang teratasi yaitu, intoleran aktivitas
brhubungan dengan kelemahan (nyeri), defisit perawatan diri
berhubungan dengan nyeri, dan resiko infeksi berhubungan dengan
vii
pertahanan primer tidak adekuat.
F. Dokumentasi
Pendokumentasian sangatlah penting bukan hanya sebagai bukti
tindakan keperawatan tetapi juga menunjukkan kualitas perawatan
pasien. Menurut potter dan perry (2005), semua catatan secara
mendasar mengandung informasi berikut. Identifikasi pasien dan data
demografi pasien, surat izin pengobatan dan prosedur, riwayat
keperawatan saat masuk, diagnosa keperawatan atau masalah
keperawatan, rencana asuhan keperawatan atau multi disiplin, catatan
tentang tindakan asuhan keperawatan dan evaluasi keperawatan,
riwayat medis, diagnosa medis, peranan teraupetik, catatan
perkembangan medis dan disiplin kesehatan, laporan tetang
pemeriksaan fisik, ringkasan tentang prosedur operatif , rencana
pemulangan dan ringkasan tentang pemulangan.
Pada asuhan keperawatan yang dilakukan kepada ibu N sebagian
besar pencatatannya sesuai dengan teori, semua tindakan yang
didokumentasikan adalah semua tindakan yang telah dilakukan
walaupun tindakan yang dilakukan tidak berurutan sesuai intervensi
keperawatan dan ada beberapa yang tidak ada pendokumentasian
penulis yaitu surat izin operasi (SIO) biasanya terdapat dicatatan medis
pasien diruangan.
vii
BAB VPENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya dengan proses
keperawatan pada “Ibu N dengan post seksio sesarea indikasi Pre
Eklampsia, KPD, Bekas SC, Dan Usia di Ruang Mawar Rumah Sakit
Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda” yang telah
dilaksanakan mulai dari tanggal 25-27 juni 2015, penulis mendapatkan
beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Penulis telah melakukan pengkajian baik secara langsung
dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik: inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi, dan untuk pengumpulan data
secara tidak langsung didapat dari catatan medis dan
keperawatan. Pengkajian yang dilakukan pada Ibu N yaitu
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi,
dan studi kepustakaan
2. Diagnosa yang timbul pada Ibu N sebanyak 6 dan dari ke 6
diagnosa tersebut adalah, nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik, intoleran aktivitas berhubungan dengan
ketidaknyamanan (nyeri), ketidakefektifan pemberian asi
vii
berhubungan dengan anomali bayi, gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri, defisit perawatan diri berhubungan
dengan nyeri, dan resiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat (trauma jaringan)
3. Penulis melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah/kebutuhan klien saat itu, tidak semata-mata
berdasarkan prioritas masalah yang direncanakan sebelumnya
serta disesuaikan dengan waktu pelaksanaan tindakan
4. Penulis melakukan evaluasi secara sumatif dan formatif.
Evaluasi formatif dilakukan secara terus menerus untuk menilai
setiap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Sedangkan
evaluasi sumatif di tampilakan dalam bentuk SOAP setiap
harinya untuk menilai kemajuan dan perkembangan kondisi
klien. Dalam pencapaian hasil asuhan keperawatan pada Ibu N
dengan post seksio sesarea indikasi preeklampsia ringan
masalah keperawatan yang muncul 3 diagnosa dapat teratasi
yaitu intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidaknyamanan
(nyeri), defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri, dan
resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat. Dan 1 diagnosa teratasi sebagian yaitu diagnosa
nyeri, dan 1 diagnosa resiko infeksi tidak menjadi aktual. Dan 2
vii
diagnosa tidak teratasi yaitu gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri dan ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan
dengan defisit pengetahuan.
5. Penulis melakukan pendokumentasian dari mulai identitas klien,
pengkajian fisik, pemeriksaan diagnostik, pengobatan, masalah
keperawatan, perencanaan dalam mengatasi masalah yang
ada, tindakan keperawatan dan evaluasi di dokumentasikan
menggunakan SOAP setiap harinya.
B. Saran-saran
1. Rumah Sakit
Agar pelayanan asuhan keperawtan dapat diberikan dengan tepat
dan sesuai dengan prosedur hendaknya lebih memperhatikan
sarana dan prasarana penunjang
2. Institusi Pendidikan
Kepada pihak institusi pendidikan hendaknya memperhatikan waktu
yang disediakan untuk penulis dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien sehingga penulis dapat benar-benar
memahami keadaan klien dan dapat memberikan asuhan
keperawatan pada klien sesuai dengan kebutuhan klien. Selain itu
perlunya peningkatan fasilitas beberapa buku-buklu literatur
khususnya tentang asuhan keperawatan ibu dan anak dalam
vii
konsep maternitas.
3. Perawat
Hendaknya perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
post seksio sesarea sehingga dapat memberikan pelayanan optimal
dan efektif sesuai dengan kebutuhan. Dalam melaksanakan
asuhann keperawatan kepada klien, hendaknya kerjasama dari tim
perawat yang telah terbina perlu untuk lebih ditingkatkan. Serta
perlunya pendokumentasian yang benar untuk pertanggung
jawaban dan tanggung gugat sesuai dengan tugas dan fungsi
perawat profesional. Tindakan-tindakan yang memberi informasi
untuk klien saat dirawat sebaiknya dijalankan, seperti pendidikan
kesehatan dam perawatan saat dirumah.
4. Untuk klien dan keluarga
Hendaknya klien dapat menerapkan cara memilih dan mengolah
bahan makanan yang dibutuhkan untuk ibu menyusui, dan bahan
makanan yang baik untuk mempercepat penyembuhan luka post
seksio sesarea, klien mampu memahami kebutuhan apa saja
selama menyusui dan menjaga luka post operasi saat berada di
rumah klien dan keluarga jangan takut untuk memeriksakan
kesehatannya.
vii
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Alih Bahasa: Maria A Wijayarini. Jakarta : EGC Penerbit Buku
Kedokteran
Helen, Varney, Jan M 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4.
Jakakrta: EGC
Hamilton, Persis Mary. 2011. Dasar-dasar keperawatan Maternitas. Edisi
6, Jakarta: EGC
Nugroho, Bunafit. (2008). Membuat Sistem Informasi Penjualan
Berbasiskan WEB dengan PHP dan MySQL. GAVA MEDIA. Yogyakarta
Mansjoer, dkk (2004), kapita selekta. Kedokteran I Media Aesculapius.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Manuaba, I. B. G. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Buku 1. Edisi 7. Jakarta
: Salemba Medika
Saifuddin, A. B. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo .
Sarwono, Prawirohardjo.2010. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka, Jakarta
Solehati T & Eli K C (2015)…Konsep & Aplikasi Relaksasi dalam
vii
Keperawatan maternitas
Sarwono, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Jakarta : yayasan Bina Pustaka
Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI. 2008.
vii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA
Hari/Tanggal : Jum’at/26 juni 2015
Waktu : 09.00 WITA
Tempat : Ruang Mawar
Sasaran : Ibu N
Pelaksana : Ayu Ningsih
Topik : Cara Menyusui Yang Benar
Sub Topik : a. Pengertian tekhnik menyusui yang benar
b. Posisi dan perlekatan menyusui
c. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
d. Langkah-langkah menyusui yang benar
e. Cara pengamatan tekhnik menyusui yang benar
I. Diagnosa Keperawatan
Ketdakefektifan pemberian asi berhubungan dengan defisit pengetahuan
II. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta mengerti tentang cara menyusui yang
benar.
vii
III. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberi penjelasan mengenai cara menyusui yang benar klien dapat
mengerti tentang:
1. Pengertian tekhnik menyusui yang benar
2. Posisi dan perlekatan menyusui
3. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
4. Langkah-langkah menyusui yang benar
5. Cara pengamatan tekhnik menyusui yang benar
IV. Materi
1. Pengertian tekhnik menyusui yang benar
2. Posisi dan perlekatan menyusui
3. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
4. Langkah-langkah menyusui yang benar
5. Cara pengamatan tekhnik menyusui yang benar
V. Metode
Diskusi dan tanya jawab
VI Media/Alat
Flipchat dan leafleat
VII. Setting Keterangan: Pasien
Pemateri
vii
VIII. Kegiatan pembelajaran/penyuluhan
NO TAHAP/WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN SASARAN
1. Pembukaan:
3 Menit
Menberi salam pembuka
Memperkenalkan diri
Menjelaskan pokok bahasan
dan tujuan penyuluhan
Menjawab salam
Memperhatikan
Memperhatikan
2 Pelaksanaan:
20 Menit
Menjelaskan pengertian tekhnik
menyusui yang benar,
Menjelaskan posisi dan
perlekatan menyusui,
Menjelaskan persiapan
memperlancar pengeluaran
ASI,
Menjelaskan langkah-langkah
menyusui yang benar, dan
Menjelaskan cara pengamatan
tekhnik menyusui yang benar.
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
3. Evaluasi:
5 menit
Menanyakan kepada Ibu N
tentang materi yang telah
diberikan, dan memberi
reinforcement kepada Ibu N jika
dapat menjawab pertanya
Menjawab
pertanyaan
4. Terminasi:
2 menit
Mengucapkan terima kasih atas
peran serta Ibu N
Mengucapkansalam penutup
Mendengarkan
Menjawab salam
vii
IX. Evaluasi
1. Struktur
Ibu N hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Mawar
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
(SAP, Leafleat, dan lembar balik)
2. Proses
Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas
Ibu N antusias terhadap materi penyuluhan
Ibu N mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab pertanyaan
secara benar
3. Hasil
Ibu N mengerti penjelasan yang telah diberikan
X. Kunci jawaban
A. Pengertian tekhnik menyusui yang benar
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Tujuan
menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu memperkuat
refleks mengisap bayi.
B. Posisi dan perlekatan menyusui
Terdapat bebagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang
vii
tergolong bisa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.
Contoh cara mnenyusui yang benar adalah senbagai berikut:
a. Breast-feeding positon
b. Cara menyusui yang baik dengan posisi rebahan
c. Cara menyusui yang baik dengan posisi duduk
d. Cara menyusui yang baik dengan posisi berdiri
e. Cara menyusui yang baik untuk bayi kembar
C. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan:
1. Membersihkan putting susu dengan air, sehingga epitel yang lepas tidak
menumpuk.
2. Putting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
3. Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu..
D. Langkah-langkah menyusui yang benar
1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit asi dan oleskan
disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai
2. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh
bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus,
hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
putting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi
ke putting susu dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar
3. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir
vii
bawah bayi terletak di bawah putting susu. Cara meletakkan mulut bayi
dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi
terbuka lebar dan bibir bayi membuka lebar
4. Bayi di susui secara bergantian dari payudara sebelah kiri, lalu
kesebelah kanan sampai bayi membuka lebar
5. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan
dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat
6. Sebelum di tidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara
yang terhisap bisa keluar
7. Bila kedua payudara masih ada ASI, supaya dikeluarkan dengan
alat pompa susu.
E. Cara pengamatan tekhnik menyusui yang benar
Menyusui dengan tekhnik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optiimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu, apabila bayi telah menyusui dengan
benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Bayi terlihat kenyang setelah minum ASI
2. Berat badan bayi bertambah setelah dua minggu pertama
3. Paayudara dan putting ibu tidak terasa terlalu nyeri
4. Payudara ibu kosong dan terasa lebih lembek setelah menyusui
5. Kulit bayi merona sehat dan pipinya kencang saat ibu mencubitnya
6. Bayi tidak rewel
7. Bayi tampak tenang
vii
8. Nadan bayi menempel pada perut ibu
9. Mulut bayi terbuka lebar
10. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
11. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak
yang masuk
12. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
13. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
14. Kepala bayi agak menengadah
vii