Upload
dina-nur-adilah
View
202
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
Gelombang de Broglie
Di sekitar kita, kita telah terbiasa untuk menganggap benda seperti bola kasti
sebagai partikel dan sesuatu seperti gelombang suara sebagai bentuk dari gerakan
gelombang. Setiap pengamatan berskala besar dapat diinterpretasikan dengan penjelasan
gelombang atau penjelasan partikel, tetapi dalam dunia foton dan electron, perbedaan
nyata tersebut tidak lagi digambarkan dengan jelas. Namun, ada sebuah fakta yang lebih
membingungkan lagi, yaitu dalam kondisi tertentu, benda yang biasa kita sebut
“partikel” memiliki karakteristik seperti gelombang!
Setelah ditemukannya sifat partikel dari gelombang elektromagnetik, pada tahun
1924 seorang berkebangsaan Perancis yang bernama Louis Victor prince de Broglie
(1892-1987) menyampaikan hipotesis tentang adanya sifat gelombang dari suatu
partikel. Alasan teoritisnya yaitu analog dengan foton yang panjang gelombangnya λ
memiliki momentum p (sifat partikel) sebesar p=hλ
, maka de Broglie menyatakan
hipotesisnya bahwa sebuah partikel yang memiliki momentum p akan memperlihatkan
sifat gelombangnya dengan memiliki panjang gelombang λ sebesar,
λ=hp
(1.1)
Sehingga berdasarkan hipotesis diatas, untuk partikel bermassa m dengan
kecepatan ν memiliki panjang gelombang de Broglie sebesar,
λ=h
mv(1.2)
λmerupakan panjang gelombang partikel atau panjang gelombang de Broglie.
Makin besar momentum atau kecepatan partikel, maka panjang gelombang de Broglie
akan semakin pendek.
Selebihnya, dalam analogi foton, de Broglie menyimpulkan bahwa partikel akan
memenuhi hubungan Einstein E=hf , dimana E adalah energy total partikel. Sehingga
dapat kita tulis bahwa frekuensi partikelnya sebesar
f=Eh
(1.3)
Gelombang de Broglie dan Ketidakpastian Heisenberg
Dua sifat alami dari bahan adalah nyata dalam tiga persamaan tersebut karena
setiap persamaan mengandung konsep partikel (mv dan E) dan konsep gelombang (λ dan
f).
Contoh 1
Hitunglah panjang gelombang de Broglie untuk sebuah electron (m= 9,11 x 10-31
kg) yang bergerak pada 1,00 x 107 m/s!
Diketahui :
m = 9,11 x 10-31 kg
v = 1,00 x 107 m/s
Ditanyakan : panjang gelombang de Broglie (λ)?
Dijawab :
Berdasarkan persamaan (1.2), kita dapat menentukan panjang gelombang de
Broglie,
λ=h
m× v= 6,63 ×10−34 J . s
( 9,11×10−31kg )(1,00 ×107 m /s)
= 7,28 x 10-11 m
Proposal de Broglie pada tahun 1923 yang menyimpulkan bahwa materi
menunjukkan sifat gelombang dan partikel, dianggap sebagai spekulasi murni. Jika
partikel seperti electron memiliki sifat gelombang, maka dalam kondisi tertentu electron
akan membuktikan adanya efek difraksi. Tiga tahun kemudian, C. V. Davisson (1881-
1958) dan L. H. Germer (1896-1971) berhasil mengukur panjang gelombang electron.
Penemuan penting ini memberikan bukti eksperimen dari gelombang materi yang telah
disimpulkan oleh de Broglie.
Hal yang menarik dari eksperimen ini adalah eksperimen Davisson-Germer
awalnya dilakukan bukan untuk membuktikan hipotesis de Broglie. Faktanya, penemuan
mereka dilakukan secara tidak sengaja. Eksperimen ini melibatkan penyebaran electron
berenergi rendah dari suatu sasaran nikel dalam sebuah ruang hampa udara. Selama
eksperimen, permukaan nikelnya telah teroksidasi karena terjadi kebocoran yang tidak
disengaja dalam system ruang hampa udaranya. Setelah permukaan tersebut dipanaskan
Gelombang de Broglie dan Ketidakpastian Heisenberg
dalam sebuah aliran hydrogen untuk menghilangkan oksidasinya, electron yang
disebarkannya ternyata menunjukkan intensitas maksimal dan minimal pada sudut-sudut
yang spesifik. Mereka akhirnya menyadari bahwa nikel telah membentuk daerah kristalin
luas selama proses pemanasan dan atom dalam daerah ini akan berperilaku sebagai kisi
difraksi untuk gelombang bahan electron.
Beberapa waktu kemudian, Davisson dan Garmer melakukan pengukuran difraksi
pada electron yang disebarkan oleh sasaran yang berbentuk kristal tunggal. Suatu berkas
electron berenergi 54 eV dikenakan pada permukaan kristal Ni dengan membentuk sudut
650 terhadap suatu bidang Brag dengan jarak bidang Brag adalah 0,91A0 dan orde
difraksinya 1. Jika electron tersebut kita tinjau sebagai gelombang, dengan
menggunakan rumusan difraksi Brag bahwa difraksi maksimum terjadi bila memenuhi
nλ=2dsinθ (1.4)
dengan n adalah orde difraksi, d adalah jarak bidang Brag, dan θ adalah sudut
difraksi, maka akan diperoleh nilai panjang gelombang sebagai berikut:
λ=2d sinθn
=2 ×0,91 ×10−10m ×sin 65 °1
=1,649× 10−10 m=0,1649 nm
Sedangkan jika electron ditinjau sebagai partikel, dengan energy kinetic 54 eV, maka
momentumnya dapat diketahui dengan p=mv=√2mK
p=√2 × ( 9,1× 10−31 kg ) × (54 eV ×1,6 ×10−19 J /eV )= 4,0 x 10-24kgm/s
dengan demikian, electron tersebut memiliki panjang gelombang de Broglie sebesar,
λ= hp= 6,63 ×10−34 Js
4,0× 10−24 kgm /s = 1,657 x 10-10 m=0,1657 nm
Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa sifat gelombang dari electron dan
hubungan de Broglie λ=hp
adalah benar. Pada tahun yang sama, G. P. Thompson (1892-
1975) juga meneliti pola difraksi electron dengan cara melewatkan electron melalui
lapisan-lapisan emas yang sangat tipis. Pola difraksi dalam penyebaran atom helium,
atom hydrogen, dan neutron juga telah diteliti. Oleh karena itu, sifat alami universal dari
gelombang materi telah dibuktikan dengan berbagai cara.
Gelombang de Broglie dan Ketidakpastian Heisenberg
Contoh 2
Sebuah electron memiliki energy kinetic 3,00 eV. Carilah panjang gelombang
electron tersebut!
Diketahui:
K = 3,00 eV
m = 9,11 x 10-31 kg
Ditanyakan: panjang gelombang electron(λ)?
Dijawab:
Dengan menjabarkan rumus λ=hp
sebagai berikut,
λ= hp
¿ hmv
¿ h
√m2 v2
¿ h
√2 m ×12
m v2
¿ h
√2 mK
maka,
λ= 6,63 × 10−34 Js
√2 × ( 9,11×10−31kg )× 3,00 eV ×(1,6× 10−19 J /eV )=0,709 ×10−9m=0,709 nm
Contoh 3
Sebuah foton memiliki energy yang setara dengan energy kinetic partikel yang
bergerak dengan kelajuan 0,900c. hitunglah rasio panjang gelombang foton terhadap
panjang gelombang partikel!
Diketahui:
Gelombang de Broglie dan Ketidakpastian Heisenberg
Misalkan Ef adalah energy foton, K adalah energy kinetic, λ f adalah panjang
gelombang foton, dan λb adalah panjang gelombang partikel, maka
Ef = K
c=0,900c
Ditanyakan: rasio panjang gelombang foton terhadap panjang gelombang
partikel?
Dijawab:
Ef =Khcλ f
= h2
2m λb2
0,900 cλ f
= h
2 m λb2
λ f ×h=0,900 c×(2 m λb2)
λ f
λb2 =
1,8 c× mh
λ f
λb2 =
1,8× (3 ×108 m /s ) ×(9 ×10−31kg)6 ×10−34 J s
λ f
λb2 =81 ×1012
√ λ f2=√¿¿
λ f
λb
=9× 106
Ketidakpastian Heisenberg
Kapanpun kita mengukur posisi atau kecepatan dari suatu partikel pada waktu
tertentu, sudah pastilah terdapat ketidakpastian eksperimental dalam pengukuran
tersebut. Berdasarkan mekanika klasik, tidak terdapat batasan fundamental pada
perbaikan maksimum dari sebuah prosedur eksperimental. Dengan kata lain, secara
prinsip adalah mungkin bagi kita untuk melakukan pengukuran dengan ketidakpastian
Gelombang de Broglie dan Ketidakpastian Heisenberg
yang sangat kecil. Akan tetapi, teori kuantum memprediksi bahwa secara fundamental
adalah mustahil untuk mengukur posisi partikel dan momentum pada waktu yang
bersamaan dengan akurat yang tinggi.
Pada tahun 1972, Weinner Heisenberg (1901-1976) kali pertama mengenalkan
gagasan bahwa tidak mungkin untuk menentukan posisi dan kecepatan partikel secara
simultan dengan presisi yang tinggi. Prinsip ketidakpastian tersebut dapat dinyatakan
sebagai berikut,
Δ x Δ px ≥ℏ2
, dimana ℏ= h2 π
=1,054 ×10−34 Js (1.5)
Dapat dikatakan bahwa, jika sebuah pengukuran dari posisi partikel dilakukan dengan
ketidakpastian Δ x dan sebuah pengukuran yang bersamaan dari komponen x dari
momentumnya juga dilakukan dengan ketidakpastian Δ px, maka hasil kali dari dua
ketidakpastian tersebut tidak mungkin lebih kecil dari ℏ2
.
Contoh 4
Sebuah electron (me=9,11× 10−31 kg) dan sebuah peluru (m p=0,0200 kg) sama-
sama memiliki kecepatan 500 m/s, dengan akurasi 0,0100%. Berada dalam batas
berapakah kita dapat menentukan posisi benda di sepanjang arah kecepatan?
Diketahui:
me=9,11× 10−31 kg
m p=0,0200 kg
v=500 m /s
akurasi = 0,0100%
Ditanyakan: posisi benda di sepanjang arah kecepatan?
Dijawab:
Asumsikan bahwa electron dan peluru bergerak di sepanjang sumbu x, maka
a. Posisi elektron
Gelombang de Broglie dan Ketidakpastian Heisenberg
pex=me v x pex
=(9,11×10−31kg)×500m / s
pex=4,56×10−31kgm /s
Ketidakpastian dalam pe x adalah 0,0100% dari nilai pe x
, sehingga
∆ pex=0,0100 %× 4,56 ×10−31kgm /s
∆ pex=4,56 ×10−35kgm / s
Lalu, ketidakpastian posisi electron dengan menggunakan nilai ∆ pexmenurut
persamaan (1.4) adalah
Δ x Δ px ≥ℏ2
Δ xe Δ pex≥ℏ2
Δ xe ≥ℏ
2 Δ pex
Δ xe=1,05 ×10−34 Js
2×(4,56 ×10−35kgm / s)
Δ xe=1,15 m
b. Posisi peluru
ppx=m p vx ppx
=(0,0200 kg )×500m / s ppx=10 kgm /s
Ketidakpastian dalam ppx adalah 0,0100% dari nilai ppx
, sehingga
∆ pp x=0,0100 %× 10 kgm /s
∆ pp x=1,0×10−3kgm / s
Lalu, ketidakpastian posisi peluru dengan menggunakan nilai ∆ pp xmenurut
persamaan (1.4) adalah
Δ x Δ px ≥ℏ2
Δ x p Δ pp x≥ℏ2
Gelombang de Broglie dan Ketidakpastian Heisenberg
Δ x p ≥ℏ
2 Δ pp x
Δ x p=1,05 ×10−34 Js
2 ×(1,0 ×10−3 kgm / s)
Δ x p=5,25× 10−32 m
Heisenberg dengan cermat menunjukkan bahwa ketidakpastian Δ x dan Δ px,
tidak berasal dari instrument pengukuran yang tidak sempurna. Namun, ketidakpastian
tersebut muncul dari struktur kuantum materi itu sendiri, misalnya dari pengaruh
sebagaimana pada pantulan yang tidak dapat diprediksikan pada sebuah electron ketika
ditumbuk oleh foton atau difraksi cahaya ataupun difraksi electron melalui celah sempit.
Untuk memahami prinsip ketidakpastian, kita dapat meninjau pemikiran
eksperimen yang dikenalkan oleh Heisenberg. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan
menganalisis tumbukan antara foton dan electron dalam pengukuran posisi dan
momentum sebuah electron yang seakurat mungkin menggunakan mikroskop. Perlu
diperhatikan bahwa foton datang memiliki momentum hλ
sebagai hasil dari tumbukan
tersebut, foton mentransfer sebagian atau seluruh momentumnya kepada electron. Jadi,
ketidakpastian momentum electron setelah tumbukan akan sebesar momentum foton
yang datang, yaitu Δ p=hλ
. Karena cahaya mempunyai sifat gelombang, maka posisi
electron akan menghasilkan suatu kisaran sepanjang satu panjang gelombang cahaya
yang digunakan untuk mengamatinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa Δ x=λ. Dengan
mengalikan kedua ketidakpastian tersebut, maka diperoleh
Δ x Δ px=λ ( hλ)
Δ x Δ px=h
Persamaan diatas menyatakan perkalian ketidakpastian minimum. Karena ketidakpastian
selalu lebih besar dari nilai minimum tersebut, maka dapat kita nyatakan sebagai berikut
Δ x Δ px ≥ h (1.6)
Gelombang de Broglie dan Ketidakpastian Heisenberg
Selain prinsip diatas, prinsip ketidakpastian juga didapatkan pada pengukuran
energy dan waktu. Prinsip ketidakpastian energy dan waktu dapat dinyatakan sebagai
berikut,
Δ E Δt ≥ℏ2
, dimana Δ E=h Δ f (1.7)
Persamaan (1.7) tersebut menyimpulkan bahwa kekekalan energy akan tampak dilanggar
oleh suatu nilai Δ E selama dalam rentang waktu Δt yang sangat singkat konsisten
terhadap persamaan tersebut.
Contoh 5
Ketika sebuah atom mengalami transisi, energy akan dipancarkan dalam bentuk
sebuah foton. Meskipun atom yang tereksitasi dapat memancarkan foton pada waktu t=0
hingga t=∞, rentang waktu rata-rata setelah eksitasi dimana atom memancarkan foton
disebut waktu hidup (τ ). Jika τ=1,0 ×10−8 s, dengan menggunakan prinsip
ketidakpastian hitunglah (a) lebar garis Δ f yang dihasilkan oleh waktu hidup yang
terbatas ini! (b) jika panjang gelombang spectrum garis yang berkaitan dengan proses ini
500 nm, tentukanlah fraksi pelebaran Δ f / f !
Diketahui :
τ=Δt=1,0 ×10−8 s
λsg=500 nm=5,00 ×10−7 m
Ditanyakan : (a) lebar garis Δ f ?
(b) Δ f / f , untuk λsg=500 nm?
Dijawab :
(a) Untuk menentukan lebar garis Δ f , kita dapat menggunakan persamaan
(1.6)
Δ E Δt ≥ℏ2
, dimana Δ E=h Δ f , sehingga
∆ f = Δ Eh
∆ f = ℏ2 h Δt ∆ f =
h2 π
2 h Δt∆ f = 1
4 π ∆ t∆ f = 1
4 π (1,0 ×10−8 s)∆ f =8,0× 106 Hz
Gelombang de Broglie dan Ketidakpastian Heisenberg
(b) jika panjang gelombang spectrum garis yang berkaitan dengan proses
tersebut sebesar 500 nm, maka f dapat kita ketahui dengan
c= λf f = cλ
f = 3 ×108m / s5,00× 10−7 m
f =6,0 ×1016 Hz
Sehingga,
Δ ff
= 8,0 ×106 Hz6,0 ×1016 Hz
Δ ff
=1,3× 10−10
Latihan Soal
1. Jika kita ingin mengamati sebuah objek berukuran 2,5Ao , berapakah energy
minimum foton yang digunakan?
Penyelesaian
Diketahui : λ=
2,5 Ao
Ditanya : energy minimum yang diperlukan?
Dijawab :
Emin=hvmin=hcλmin
=12 , 40×103 eVA °2,5 A °
=4 ,96×103 eV
Jadi, energy minimum foton yang digunakan adalah 4 , 96×103 eV
2. Sebuah berkas neutron 0,083 eV terhambur dari suatu sampel yang tak diketahui dan
memiliki puncak refleksi Bragg yang terpusat pada 22o. Berapakah jarak bidang
Braggnya?
Penyelesaian
Diketahui : K = 0,083 eV
θ=22°
Ditanya : jarak bidang Bragg (d) ?
Dijawab :
Panjang gelombang berkas neutron diperoleh dari,
Gelombang de Broglie dan Ketidakpastian Heisenberg
λ=hp
λ=h√2mK
λ=hc
√2(mc2 )K
λ=12 , 40×103eVA °
√2(940×106eV )(0 , 083 eV )λ=0 ,993 A °
Dengan mengasumsikan punxak tersebut, bersesuaian dengan difraksi orede
pertama (n=1), kita dapat memperoleh,
d=λ2sin θ
d=0 , 093 A °2sin 22 °
d=1,33 A °
Jadi, jarak bidang Braggnya adalah 1 ,33 A ° .
3. Berapakah ketidakpastian minimum untuk keadaan energy dari suatu atom jika satu
elektronnya menetap dalam keadaan ini selama 10-8s?
Penyelesaian
Diketahui : Δt=10−8 s
Ditanya : Ketidakpastian energy (ΔE )?
Dijawab :
Waktu yang tersedia adalah 10-8s, oleh karena itu, dari ΔEΔt≥h/ 4π kita dapat
memperoleh,
ΔE≥h4 πΔt
ΔE=hc4 πcΔt
ΔE=12 , 4×103 eVA °
4 π (3×108 ms)(10−8s )(1010 A °
m)
ΔE=0 ,329×10−7 eV
Gelombang de Broglie dan Ketidakpastian Heisenberg
Jadi, ketidakpastian minimum energy untuk keadaan tersebut adalah 0 ,329×10−7 eV
Gelombang de Broglie dan Ketidakpastian Heisenberg