16

Click here to load reader

debat RUU Kep

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: debat RUU Kep

Bambang

Sudah lebih dari setahun sejak "didesakkan" agar segera disahkan, hingga kini masih belum jelas nasibnya.Apakah ada ide atau saran atau masukan agar hal ini segera disahkan?Setelah nanti disahkan, apa nanti tidak berakibat seolah-olah Perawat Kesehatan (Pak/Ibu Mantri) mengambil alih "tugas" dokter?

sekitar 9 bulan yang lalu

Tony

Silakan mas awang ikut berdiskusi di topik ini atas nama perawat...mas bambang, kalo menurut saya kemungkinan wewenang yg boleh dilakukan oleh perawat disini belum diberi gambaran yang jelas..seperti yg tercantum disini :BAB III ( RUU no 20 )Lingkup Praktik KeperawatanPasal 4Lingkup praktik keperawatan adalah :a. Memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.b. Memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem klien.c. Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan lainnya.d. Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan obat/resep.e. Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter.Pada poin d dan e perlu penjelasan yg lebih lengkap...karena dapat menimbulkan persepsi yg tidak sama....Jadi kalo menurut saya masih perlu di kaji secara jelas agar tidak terjadi tumpangtindih dalam pelayanan kesehatan antara dokter dan perawat bahkan dengan bidan...karena pendidikan dokter dan perawat dan bidan jelas berbeda...memang membuat undang2 tidak semudah mengaplikasikannya..karena Indonesia sangat luas dg geografi dan pemerataan penduduk dan tenaga kesehatan yg tidak MERATA sangat sulit mengaplikasikan suatu undang2 yg berlaku secara nasional..Demikian menurut pendapat saya...silakan dikomentari...Terimakasih.

sekitar 9 bulan yang lalu

Page 2: debat RUU Kep

Bambang

Sebetulnya yang utama disini, dok, menurut saya adalah pemberian "pengakuan" untuk membuka praktek alias diberikan surat ijin praktek, sama seperti bidan."Perlakuan yang sama" ini, perawat (mantri kesehatan) dan bidan merupakan implementasi dari BAB III pasal 4.Saya pernah mendengar, di Kediri, bahwa karena memberikan pertolongan pengobatan kepada tetangga dekat, perawat tersebut diinterogasi oleh yang berwajib karena dianggap menyalahi aturan.Kasus yang lain, sewaktu saya berkunjung ke teman, di Plosoklaten, dimana kawan tersebut mengeluhkan karena tidak dapat berbuat banyak sewaktu ada tetangga dekat yang memerlukan bantuan.jadi, seandainya perawat kesehatan (mantri kesehatan) mendapat ijin praktek, hal ini tidak terjadi. Kita tahu di daerah-daerah pelosok yang jauh dari akses jalan raya atau akses menuju Puskesmas apalagi menjangkau ruang praktek dokter, kalau warga masyarakat memerlukan tindakan medis sederhana, maka akan mengalami kesulitan.Ini selanjutnya gimana?Terima kasih

sekitar 9 bulan yang lalu

Bambang

Ini salah satu "nyanyian" yang terdengar tidak merdu, yang lainnya masih banyak:http://www.facebook.com/topic.php?uid=91911887646&topic=8341

sekitar 9 bulan yang lalu

Tony

Problem seperti diatas harusnya tidak akan terjadi kalau pemerintah lebih memperjelas perawatan yang sederhana seperti apa...dan harus dipercepat untuk di syahkan kalau memang sudah jelas aturannya...memang jangkauan kesehatan dipelosok masih memerlukan penanganan paramedis....mohon mas awang memberikan sarannya...juga disini ada member ketua PPNI kota kediri mas afan...Silakan memberi masukan untuk bahan diskusi...

Page 3: debat RUU Kep

Pada prinsipnya saya setuju untuk lebih dipercepat disyahkan...asal memang harus diperjelas layanan yg dapat diberikan perawat..terimakasih.

sekitar 9 bulan yang lalu

Bambang

Akhirnya pada 27 Januari 2010 keluar yang ditun ggu-tunggu:http://kesehatan.wonogiri.go.id/pustaka/peraturanmen.kesri_izindanpenyelenggaraanpraktikperawat.pdfApakah bener yang ini yang dikehendaki oleh PPNI???????

sekitar 9 bulan yang lalu

Van

Mas Bambang, PERMENKES 148 Tahun 2010 bukan tujuan akhir perjuangan teman2 perawat peraturan ini sebenarnya hanyalah "sedikit" modifikasi dari peraturan sebelumnya yaitu KEPMENKES 1239 Tahun 2001, selain itu bersamaan dengan PERMENKES 148 keluar juga PERMENKES 161 Tahun 2010 yg mengatur tata cara pengurusan ijin tenaga kesehatan, yg didalamnya juga mengatur berdirinya "lembaga" baru yg diberi nama MTKI (Majlis Tenaga Kesehatan Indonesia) inilah yg menimbulkan "kecurigaan" dari temen perawat karena sebelumnya sudah terdengar "rencana-rencana" dari Pemerintah dalam hal ini KEMENKES untuk menghambat RUU Keperawatan akan di sampaikan ke DPR RUU Tenaga Kesehatan, jadi Langkah-langkah untuk menghambat RUU Keperawatan semakin jelas....

sekitar 9 bulan yang lalu

Van

Kembali ke pokok permasalahan, mengenai RUU Keperawatan seharusnya semua pihak yg terkait utamanya tenaga kesehatan khususnya profesi keperawatan tidak terlalu sempit melihat permasalahan "hanya" (mohon maaf) dari masalah "warung" (bc : praktek dirumah) karena itu hanya sebagian kecil dari RUU

Page 4: debat RUU Kep

Keperawatan. Yang paling pokok dan urgen adalah adanya KEPASTIAN dan PERLINDUNGAN HUKUM bagi temen-temen perawat dalam menjalankan profesinya, syukur-syukur ada juga tambahan penghasilan dari sertifikasi perawat seperti profesi guru.Bapak-bapak yang terhormat, di PPNI sendiri juga masih ada suara sumir tentang RUU ini (meski sedikit) mereka beralasan apabila sdh ada UU maka ada kekuatan hukum memaksa dalam penerapannya terutama mslh "Praktek Dokter Kecil" di rumah tetapi sekali lagi itu sebagian kecil ada kepentingan lebih besar di antaranya : Pengakuan Dunia Internasional, Jenjang Karier, Sertifikasi Perawat, Pendidikan Keperawatan serta Pengakuan Keperawatan Sebagai Profesi yang mempunyai Standar Profesi yang mandiri.

sekitar 9 bulan yang lalu

Van

Saudaraku yg berprofesi dokter, satu hal yang harus diketahui teman2 selama ini bukannya tidak "TAHU" atau "TIDAK MAU TAHU" tentang pelanggaran wewenang, dari Organisasi Profesi PPNI terus-menerus menghimbau untuk kembali ke jalan yang benar diantaranya sudah banyak teman2 yg mendirikan BP atau Klinik sehingga dapat bekerja sama dengan profesi lain dalam pelayanan kesehatan sekaligus membuka peluang kerja baru. Banyak sekali faktor yg ikut andil dalam "praktek dokter kecil", dari Dokternya misal : terlalu sering (maaf) memberikan delegasi pengobatan terutama di Puskesmas shg mau tidak mau perawat terbiasa dg tindakan tersebut; dari sisi Perawat mungkin terlena dgn apa yg telah dilakukan selama ini krn sekali lagi ujung2nya mater; dari Masyarakat kita harus jujur dgn kondisi masyarakat sekarang ini terutama masalah ekonomi, (maaf ini) apa berani sekarang masyarakat hanya punya uang Rp. 20.000,- pergi ke prakteknya dokter apalagi yg mau hutang krn tidak punya uang utk berobat, inilah kondisi sebagaian masyarakat kita, apa kita lebih senang masyarakat kita pergi ke dukun ??? hal ini dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat maka mereka tidak akan di suruh juga akan berobat ke dokter ataupun dokter spesialis

sekitar 9 bulan yang lalu

Awang

Maaf baru muncul pak toni.... Sebenarnya ini adalah masalah klasik antara profesi dokter dan perawat. Kalau pendapat saya pribadi saya lebih setuju bahwa UU apapun namanya yang mengatur hak dan kewajiban antara perawat dan dokter harus dikembalikan dan disosialisasikan secara meluas, merata, dan lengkap kepada masyarakat. Ini yang selama ini belum dilakukan. UU atau peraturan

Page 5: debat RUU Kep

apapun namanya akan percuma apabila tidak disampaikan secara merata. Saya berani bertaruh apapun dengan siapapun, mari kita uji masyarakat selaku user pelayanan kita apakah dia pernah mendengar UU apapun itu.... saya yakin belum. Yang perlu diingat temen2. Pelayanan kesehatan bukan pelayanan bisnis biasa. Ini adalah pelayanan yang komprehensif antara Bio-Psiko-Sosio-Spirtual. kita tidak bisa melihat secara parsial saja. Di dalamnya berlaku hukum Need and Demand, ada unsur trust and loyality.

sekitar 9 bulan yang lalu

Awang

Mari kita berusaha menyikapi semuanya dengan bijak, saya sependapat dengan mas toni bahwa membuat UU tidak semudah aplikasinya. Karena pasti ada yang tidak sempurna mari kita menutupi lubang yg tidak sempurna itu dengan kearifan dan kesamaan visi bahwa semua itu ditujukan untuk kesehatan masyarakat secara umum, dan sambil kita tetap memberikan masukan, kritisi dan sumbang saran kepada pembuat keputusan. Bagi saudara-saudaraku yg berprofesi dokter mari kita lebih bijak dan arif melihat hak dan kewajiban perawat, demikian juga sebaliknya. Sangat lucu kiranya bahwa karena seorang dokter lebih banyak menjalankan kegiatan manajemen di PKM dan pasien lebih banyak ditangani perawata, maka akhirnya warungnya sepi karena lebih banyak lari ke perawat. Harus diingat saudaraku orang sakit akan cenderung datang ke orang yg bisa menyembuhkannya... Itu hal yg normal. Seperti yg sudah saya tulis sebelumnya bahwa ada faktor Bio-Psiko-Sosio-Spiritual, ada faktor Need and Demand dan ada faktor Trust and loyality. Bagi temen-temen perawat, hendaknya juga mulai membatasi tentang apa yang bisa dilakukan dan tidak, jangan memaksakan yg kita tidak bisa. sambil pelan2 kita menyampaikan kepada user dalam hal ini masyarakat. Perawat ada pada posisi yg sulit, karena ada tuntutan dari masyarakat (Faktor sosial), ada masalah kesehatan yg harus ditangani (Faktor Bio), ada masalah tuntutan individu (Faktor psiko) dan kepercayaan masyarakat (Spiritual). Tapi bukan berarti karena ada tuntutan seperti itu kita bisa memanfaatkan sesuatu yg di luar kemampuan kita.

sekitar 9 bulan yang lalu

Awang

ada lanjutannya, silahkan ditunggu... saya mau ngopi dulu. Sorry bos... (Dijamin mengagetkan lanjutannya)...

Page 6: debat RUU Kep

sekitar 9 bulan yang lalu

Tony

Terimakasih atas komen mas alfan dan mas awang yg mewakili pengurus PPNI... Dari mas Alfan dapat saya garis bawahi :Yang paling pokok dan urgen adalah adanya KEPASTIAN dan PERLINDUNGAN HUKUM bagi temen-temen perawat dalam menjalankan profesinya, syukur-syukur ada juga tambahan penghasilan dari sertifikasi perawat seperti profesi guru...( satatemen 1 ). Pengakuan Dunia Internasional, Jenjang Karier, Sertifikasi Perawat, Pendidikan Keperawatan serta Pengakuan Keperawatan Sebagai Profesi yang mempunyai Standar Profesi yang mandiri.....( statemen 2 ). dari Masyarakat kita harus jujur dgn kondisi masyarakat sekarang ini terutama masalah ekonomi, (maaf ini) apa berani sekarang masyarakat hanya punya uang Rp. 20.000,- pergi ke prakteknya dokter apalagi yg mau hutang krn tidak punya uang utk berobat, inilah kondisi sebagaian masyarakat kita, apa kita lebih senang masyarakat kita pergi ke dukun ???..( statemen 3 ).Dari mas awang : UU apapun namanya yang mengatur hak dan kewajiban antara perawat dan dokter harus dikembalikan dan disosialisasikan secara meluas, merata, dan lengkap kepada masyarakat. Ini yang selama ini belum dilakukan.....( Statemen 1 ). Bagi saudara-saudaraku yg berprofesi dokter mari kita lebih bijak dan arif melihat hak dan kewajiban perawat, demikian juga sebaliknya...( statemen 2 ). Perawat ada pada posisi yg sulit, karena ada tuntutan dari masyarakat (Faktor sosial), ada masalah kesehatan yg harus ditangani (Faktor Bio), ada masalah tuntutan individu (Faktor psiko) dan kepercayaan masyarakat (Spiritual). Tapi bukan berarti karena ada tuntutan seperti itu kita bisa memanfaatkan sesuatu yg di luar kemampuan kita...( statemen 3 ).Saya sangat berterimakasih atas Pandangan dan pendapat mas alfan dan mas awang...sekiranya dapat memberikan tambahan wawasan kepada kita semuanya...Tetapi yang Lebih Penting Lagi...apapun suatu produk hukum Yang akan di hasilkan oleh Pemerintah, harus bertujuan demi KESEJAHTERAAN RAKYAT..dg TIDAK MENGABAIKAN Hak dan kewajiban setiap elemen masyarakat.Terimakasih.Salam.

sekitar 9 bulan yang lalu

Bambang

Page 7: debat RUU Kep

Topic diskusi kita kali ini, yang berjudul: Undang-Undang Keperawatan dimunculkan karena beberapa alasan; satu: Ingat waktu kecil dulu, kalau saya mederita sakit-panas dingin, sela-sela jari tangan bernanah atau batuk-pilek, selalu yang menangani Pak Mantri. Namanya Pak Mantri Dalimin atau ke Ibu Mantri Danu. Yang jelas keduanya bukan dokter. Dikasih suntikan dan obat, sembuh. Dengan naik sepeda pancal paling lama 10an menit.Kedua: Sesekali kami ke dokter, namanya Dokter Soetjipto, saya harus menempuh jarak lebih dari 12an km dari rumah. Yang ini kadang belum disuntik dan minum obat, sering kali sudah sembuh. Dokternya begitu ramah dan murah senyum yang hampir mirip Mas Alfan.Ketiga: "Keluh-Kesah" dari kawan perawat kesehatan yang biasa bertugas di Puskesmas. Mengapa hingga saat ini tidak ada pemberian ijin praktek bagi Tenaga Perawat Kesehatan (Mantri Kesehatan) selayaknya pemberian ijin praktek kepada Bidan. Padahal, sering kali di Puskesmas, sebagai Tenaga Perawat Kesehatanlah yang sering kali menangani pasien.

sekitar 9 bulan yang lalu

Awang

sorry baru muncul... ngopinya kelamaan ya bos..Ok saya lanjutkan. Ketika kita bicara tentang UU keperawatan sebenarnya didalamnya ada beberapa UU yang terkait: 1) UU kesehatan 36 Th 2009. 2) UU tentang rumah sakit dan 3). UU no. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik. Oke sekarang mari kita kupas satu persatu. Pada UU tentang keperawatan pasal 11 ayat a. disebutkan bahwa perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum atas pelayanan yang diberikan apabila memenuhi 3 standar (Mohon maaf saya agak lupa 3 standar tersebut). dari ketiga standar tersebut diatur dalam UU no. 36 tahun 2009 ttg kesehatan. Standar yg pertama & yg ketiga (mhn maaf saya lupa namanya) disebutkan bahwa yg berhak mengeluarkan adalah menteri kesehatan. Standar yg kedua yg berhak mengeluarkan adalah organisasi profesi dalam hal ini adalah PPNI.

sekitar 9 bulan yang lalu

Awang

Setelah kita melakukan klarifikasi ke kementerian kesehatan, kami mendapatkan fakta bahwa standar pertama dan ketiga ternyata belum pernah dikeluarkan oleh menteri kesehatan, sedangkan standar kedua ternyata PPNI belum bisa menyusunnya sampai saat ini. Setelah kami gali informasi lebih lanjut dan kami tunjukkan fakta tersebut, dari pihak biro hukum kementrian kesehatan

Page 8: debat RUU Kep

mengeluarkan statemen bahwa mereka akan segera melakukan revisi terhadap UU No. 36 tahun 2009 terkait perijinan perawat.

sekitar 9 bulan yang lalu

Awang

Apabila temen2 menanyakan kenapa bidan sudah boleh melakukan praktek mandiri, hal ini karena bidan dan IBI sudah mampu membuat standar kedua, dan standar pertama dan ketiganya sudah dikeluarkan oleh kementrian kesehatan. Hal ini terlihat juga bahwa pada dasar hukum pd produk hukum yang mengatur tentang praktek bidan terdapat 6 dasar hukum, sedangkan pd produk hukum yg mengatur praktek perawat hanya ada 5 dasar hukum. dimana satu dasar hukum yang hilang tersebut adalah standar kedua yg belum bisa diselesaikan oleh organisasi profesi

sekitar 9 bulan yang lalu

Awang

sekarang kita bahas tentang praktek mandiri perawat. Disini juga terjadi kerancuan tentang pemberian SIPP. Pd UU tentang rumah sakit disebutkan bahwa SIPP hanya berlaku sampai batas praktek mandiri, sedangkan pd UU no. 36 th 2009 klo nggak salah disebutkan hanya berlaku pada instansi.... bukan praktek mandiri. Fakta ini juga yg mendorong biro hukum kementrian kesehatan berjanji untuk merevisi UU No. 36 tahun 2009. hal ini menimbulkan kerancuan di tingkat pihak yg memberikan ijin... Produk hukum mana yg mau dijadikan dasar

sekitar 9 bulan yang lalu

Awang

Sekarang kita bahas tentang UU no. 25 tahun 2009 ttg pelayanan publik. Di salah satu pasal disebutkan bahwa konsumen berhak mendapatkan pelayanan yg berkualitas sesuai standar (Pasal 15) Standar mana yg mau dipakai apabila standar itu belum ada? (maaf agak pedes), di UU tersebut juga menyinggung tentang

Page 9: debat RUU Kep

standar pelayanan yg harus dipenuhi beserta konsekuensi hukum apabila itu dilanggar....

sekitar 9 bulan yang lalu

Awang

Saya adalah seorang perawat, saya pernah menjadi mahasiswa pak alfan, saya pernah merasakan tangan dingin beliau dalam membentuk pola pikir saya saat ini (Terima kasih pak Alfan), tetapi saya juga bekerja di instansi yg banyak berinteraksi dengan dokter dan profesi kesehatan lainnya. Karena itu saya hanya berusaha melihat masalah ini secara komperehensif (menurut saya sih....). Saya tidak akan berpihak kepada salah satu sisi, karena saya kalo dibilang dokter ya pasti bukan... dibilang perawat kok ya dah lama meninggalkan dunia itu... jadi saya ditengah-tengah saja.

sekitar 9 bulan yang lalu

Awang

Bagi saya yg lebih tepat saat ini adalah mari semua organisasi profesi untk saling mendukung, saling bekerja sama, jangan saling menyalahkan atau memancing di air keruh. Kita semua adalah insan kesehatan yg memiliki sumpah akan memberikan pelayanan sebaik-baiknya tanpa membeda-bedakan siapa saja. Apabila temen2 ingin menddapatkan info lebih jelas (karena info yg saya bagikan memang nggak terlalu jelas juga...) bisa kontak dg dr. Ernawan, Kasie kesehatan khusus di Dinas Kesehatan Kab. Kediri. Itu saja yg saya bisa bagikan ke temen2, mohon maaf kalau saya ada salah. Dan tolong dimaafkan juga yg buat produk hukum yg penuh kerancuan tersebut... (Namanya juga manusia bos... tempatnya salah dan khilaf)... Wassalam...

sekitar 9 bulan yang lalu

Bambang

Ini salah satu komentar kawan:Ellykusuma Wijayanti Batam, Perawat-perawat kesehatan asal Indonesia yang

Page 10: debat RUU Kep

bekerja di luar negeri di kenal ramah dan sangat perhatian pada pasien. Tak heran banyak negara asing yang menginginkan perawat asal Indonesia.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan adanya animo yang besar ini maka Indonesia akan mengirim lagi perawat-perawat kesehatan untuk bekerja di luar negeri.

"Mungkin karena perawat-perawat dari Indonesia lebih ramah, care pada pasien serta interaksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya lebih baik sehingga perawat dari Indonesia lebih diminati," ujar Menkes disela-sela acara peresmian Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan Kesehatan Batam ini terletak di Jalan Marina City Tanjung Uncang, Sekupang kota Batam, provinsi Kepulauan Riau, Jumat (19/2/2010).

Sebelumnya, pengiriman perawat-perawat ini tidak melibatkan departemen kesehatan kedua negara namun lebih bersifat private. Tapi kini sudah ada pengiriman perawat yang melibatkan pemerintahan.

"Kita pernah mengirim 200 perawat ke Jepang yang sebelumnya dilatih di Jakarta. Perawat-perawat ini bekerja di rumah sakit di Jepang dan kerjasama ini telah menguntungkan kedua belah pihak," ujar Dr Bambang Giyatno, Kepala Badan Pengembangan SDM Kesehatan Kemkes.

Dr Bambang menuturkan saat ini tengah mempersiapkan 200 perawat lagi ke Jepang untuk gelombang ketiga karena Jepang telah meminta 1.000 perawat dari Indonesia. Selain itu juga dipersiapkan 1.600 perawat untuk ke Norwegia.

"Sekarang kita sedang mempersiapkan tenaga kesehatan untuk ke Qatar,tapi masih dalam tahap pembicaraan bilateral kedua negara," ujar Menkes.

Perawat yang bekerja di luar negeri akan digaji sama dengan perawat yang lainnya. Pengiriman perawat ke luar negeri ini terbuka untuk semua perawat dari Indonesia dengan terlebih dahulu dilakukan penyeleksian.

sekitar 9 bulan yang lalu

Bambang

Ada lagi masalah Praktek Keperawatan Mandiri, begini pendapatnya:Muchamad Supriyadi Praktik Keperawatan Mandiri? Apanya yg blm jls? justru dr kt lah yg hrs berjuang, Dasar Hukum Sudah Jelas tanpa hrs menunggu UU Keperawatan, Lakukan Sekarang!!! bkn untuk menyaingi Prktik Kedokteran ataupun profesi lain, tp untuk menunjukan bahwa Profesi kita itu ada, profesi kita itu jg bs praktik, Apa dsr hukumnya dan apa saja bntuk praktik nya, cb TS bedah hukumnya di:1. Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan: BAB V,

Page 11: debat RUU Kep

Pasal 32: Ayat 2 dan 4. BAB VI Pasal 50.2. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan: BAB II, Pasal 2, Ayat (2) dan BAB III, Pasal 4, Ayat (1).3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/ MENKES/ SK/ XI/ 2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat: BAB III: Perizinan, Pasal 8 Ayat 1 dan 3, Pasal 12 Ayat 1 dan 2, BAB IV: Praktik Perawat, Pasal 15, Pasal 20, Pasal 22, Pasal 23.4. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94 Tahun 2001 Tentang Jabatan dan Fungsi Perawat (Tugas pokok perawat).5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 279/ MENKES/ SK/ IV/ 2006.

Nah di atas td itu dasar hukumnya, bis jd sbgi acuan TS dalam melakukan Praktik Keperawatan Mandiri.

Diambil dari sini: http://www.facebook.com/group.php?gid=52607945966&v=app_2373072738

sekitar 9 bulan yang lalu

Awang

maaf pak bambang setahu saya hampir semua produk hukum yang bapak sebutkan sudah direvisi, misalnya UU kesehatan 23 tahun 1992 sudah direvisi menjadi UU no 36. tahun 2009. kepmenkes 1239 th 2001 sudah diganti UU no 148 tahun 2010, dan revisinya sangat fundamental. Mohon diperiksa lagi sehingga saat semua TS berjuang dasar hukum yang digunakan sudah tepat. Saya dukung TS perawat untuk terus berjuang

sekitar 9 bulan yang lalu

Bambang

Ups.....Wah makasih banyak Pak Awang informasinya.Kita kawal saja semoga perjuangan kawan-kawan pra Perawat membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Semoga.

sekitar 9 bulan yang lalu

Page 12: debat RUU Kep

Van

Nimbrung lagi....Buat Awang, ada 1 hal yang perlu diluruskan disini masalah standart profesi keperawatan, kita sudah punya mas dan ini sudah lama disusun cmn karena faktor Non Tehnis yaitu Hubungan Menteri Kesehatan yang lama (Ibu Siti) dan Ketua PPNI yang Lama (ibu Yani) kurang harmonis sehingga pada saat itu dari 10 Standar Profesi Tenaga Kesehatan hanya punya PERAWAT yg belum ditanda tangani, jadi permasalahannya sampai sekarang memang JELAS ada CONFLICT INTEREST dari KEMENKES dalam mengawal RUU Keperawatan sekali lagi masih RUU belum UU. Perlu diketahui juga RUU kita ini maju di BALEGNAS krn inisiatif DPR dalam hal ini Bapak/Ibu Dewan dari PDIP bukan USULAN Pemerintah. Jadi untuk sekarang ini memang RUU yang sdh masuh draf revisi ke 29 (kalo ndak salah) terus dalam perubahan-perubahan demi kebaikan semua yang terpenting juga Tahun 2010 ini sdh masuk prioritas ke 16 jadi mohon do'anya bisa cepat menjadi UU Keperawatan.

Kagem Bapak Bambang, Mohon maaf sedikit kami meluruskan tentang Praktek Keperawatan Mandiri BUKAN seperti pengalaman njenengan waktu kecil yang itu adalah PRAKTEK DOKTER KECIL pak.....jd RUU Keperawatan ini bukan untuk melegalkan praktek yg telah berjalan selama ini

sekitar 9 bulan yang lalu

Bambang

Ups..... Wah rupanya salah pengertian lagi rupanya saya ini.Pak Alfan, terima kasih atas pencerahannya yang benar-benar membuat kami menjadi tercerahkan.Harapan kita semua, semoga U Keperawatan segera diSAHkan.

Salam.