Upload
thodie
View
259
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Halusinogen adalah zat alami dan sintetik yang dapat menginduksi halusinasi juga
dapat menyebabkan hilangnya kontak dengan realitas dan suatu pengalaman kesadaran yang
meluas dan meningkat. Halusinogen klasik yang terdapat secara alamiah adalah psilocybin
(dari semacam jamur) dan mescaline (dari kaktus peyote), lainnya adalah harmin, harmalin,
ibogain dan dimetiltriptamin. Halusinogen klasik adalah asam lisergat dietilamid (LSD).¹
Menurut revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 10% orang di Amerika Serikat pernah menggunakan halusinogen setidaknya
sekali. Zat ini paling sering digunakan diantara pria kulit putih muda ( usia 15 sampai 35
tahun ). Orang berusia 26 sampai 34 tahun menunjukkan penggunaan halusinogen tertinggi.
Faktor budaya mempengaruhi penggunaan halusinogen. Penggunaannya di Amerika Serikat
bagian barat secara signifikan lebih tinggi di Amerika Serikat bagian selatan.¹
Penggunaan halusinogen memiliki morbiditas dan mortalitas yang lebih sedikit
dibanding beberapa zat lain. Sebagai contoh, satu studi menemukan bahwa hanya 1 persen
dari kunjungan ke ruang gawat darurat terkait zat yang disebabkan halusinogen, dibanding
dengan 40% untuk masalah terkait kokain. Namun, dari orang yang mengunjungi ruang
gawat darurat untuk alasan terkait halusinogen, lebih dari 50% lebih muda dari usia 20
tahun.¹
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Halusinogen
Halusinogen disebut sebagai psikedelik atau psikotomimetik karena, disamping
menyebabkan halusinasi, obat tersebut menyebabkan hilangnya kontak dengan realitas dan
suatu peluasa dan peninggian kesadaran.1,2 Halusinogen diklasifikasikan sebagai obat daftar
1; Food and Drug Administration (FDA) telah menyatakan bahwa obat tersebut tidak
memiliki penggunaan medis dan memiliki kemungkinan penyalahgunaan yang besar.Lebih
dari 100 halusinogen alami dan sintetik digunakan oleh manusia. Halusinogen alami klasik
adalah psilocybin (dari semacam jamur) dan mescalin (dari kaktus pyote).Halusinogen alami
lainnya adalah harmin, harmalin, ibogaine, dan dimethyl-triptamyne (DMT). Halusinogen
sintetik klasik adalah lysergic acid diethylamide (LSD).2 Yang disintesis tahun 1938 oleh
Albert Hoffman, yang selanjutnya secara tidak sengaja mengingesti sejumlah obat dan
mengalami episode halusinogenik akibat LSD yang pertama.1,2
2. Epidemiologi
Di tahun 1991 diperkirakan 8,1% penduduk amerika serikat pernah menggunakan
suatu halusinogen sekurangnya satu kali, 1,2% pernah menggunakan halusinogen dalam
bulan sebelumnya, dan 0,3% pernah menggunakan halusinogen dalam minggu sebelumnya.
Pemakaian halusinogen paling sering diantara laki-laki muda (15-35 th) berkulit putih.2 Rasio
kelompok kulit putih dan kulit hitam yang menggunakan halusinogen adalah 2:1, dan rasio
kelompok kulit putih dan Hispanik adalah sekitar 1,5:1. Laki-laki mewakili 62% dari mereka
yang pernah menggunakan suatu halusinogen dan 75% dari mereka yang pernah
menggunakan halusinogen dalam bulan terakhir, dan dengan demikian mencerminkan pola
pemakaian yang lebih sering dari wanita. Mereka yang berusia 26-34 th mampu mempunyai
pemakaian halusinogen tertinggi, dengan 15,5% pernah menggunakan halusinogen
sekurangnya satu kali. Mereka yang berusia 18-25 th mempunyai pemakaian baru
halusinogen (reason use) yang tertinggi—yaitu 1,2% dari kelompok usia. Factor kultural
mempengaruhi pemakaian halusinogen; pemakaian di amerika serikat bagian barat lebih
tinggi secara bermakna dibandingkan amerika serikat bagian selatan.Pemakaian halusinogen
disertai dengan morbiditas yang lebih kecil dan mortalitas yang lebih kecil dibandingkan zat
lainnya. Sebagai contoh, satu penelitian menemukan bahwa hanya 1% kunjungan ruang
gawat darurat berhubungan dengan zat adalah berhubungan dengan halusinogen,
2
dibandingkan dengan 40% masalah berhubungan kokain. Tetapi, dari mereka yang
mengunjungi ruang gawat darurat, lebih dari 50% berusia kurang dari 20 th. Terdapat laporan
meningkatnya kembali popularitas halusinogen.2
Data epidemiologis berikut ini berasal dari National Institute on Drug Abuse (NIDA):
Orang dewasa muda ( berusia 18-25 th) jauh lebih mungkin dibandingkan remaja (berusia 12-
17 th) atau dewasa lebih tua untuk melaporkan bahwa mereka pernah menggunakan
halusinogen. Di tahun 1991 diperkirakan 13,1% dewasa muda, 7,8% dewasa yang lebih tua,
dan 3,3% remaja melaporkan bahwa mereka pernah menggunakan halusinogen. Untuk
pemakaian bulan terakhir angka prevalensi diantara remaja dan dewasa muda adalah lebih
tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok yang lebih tua. Tetapi, angka penggunaan
dalam bulan terakhir adalah rendah pada semua kelompok usia. Angka pemakaian diantara
anggota populasi selama hidupnya paling tinggi di tahun 1979 untuk dewasa muda dan
remaja dan menurun setelahnya. Angka pemakaian seumur hidup terus meningkat diantara
dewasa yang lebih tua dari tahun 1974 sampai 1991.2,3 Peningkatan angka seumur hidup
tersebut diantara orang dewasa yang berusia lebih dari 25 tahun adalah telah diperkirakan,
karena angka tersebut mencerminkan pengalaman kelompok tersebut dalam tahun-tahun
sebelumnya, dimana angka penyalahgunaan zat adalah tinggi. Antara tahun 1990 dan 1991
presentasi masing-masing kelompok usia yang menggunakan halusinogen didalam hidupnya
dan bulan terakhir relative stabil. Walaupun presentasi pemakaian bulan terakhir agak
meningkat pada dewasa muda yang berusia 18-25 th (dari 0,8% menjadi 1,2%), tidak terdapat
perubahan yang bermakna untuk tiap kelompok usia.2,3
3. Jenis-Jenis dan Efek Halusinogen
3.1. LSD (Asam Lisergat Dietilamid)
LSD (asam lisergat dietilamid )yang berasal dari gandung yang terkomtaminasi oleh
jamur suatu turuna feniltetilamin dan psilosibin, suatu turunan indottilamin di jumpai bebas
di alam bebas. obat ini memiliki sifat-sifat kimia yang sama dengan neurotrasnsmiter utama
norepinefin, dan serotonin.2,4
Lysergic acid diethylamide, LSD disingkat atau LSD-25, juga dikenal sebagai
LYSERGIDE (INN) dan bahasa sehari-hari sebagai asam, adalah obat psychedelic
semisintetik dari keluarga ergoline, dikenal untuk efek psikologis yang dapat mencakup
proses berpikir diubah, mata tertutup dan terbuka visual, sinestesia, rasa berubah waktu dan
spiritual pengalaman, serta untuk peran kunci dalam 1960 tandingan.4 Hal ini digunakan
3
terutama sebagai entheogen, narkoba, dan sebagai agen dalam terapi psikedelik. LSD adalah
non-adiktif, tidak diketahui menyebabkan kerusakan otak, dan memiliki toksisitas sangat
rendah relatif terhadap dosis. Namun, efek samping kejiwaan seperti kecemasan, paranoia,
dan delusi yang mungkin.3,4
LSD pertama kali disintesis oleh Albert Hofmann pada 1938 dari ergotamine, bahan
kimia yang berasal oleh Arthur Stoll dari ergot, jamur gandum yang biasanya tumbuh pada
gandum. Pendek form "LSD" berasal dari nama kode awal LSD-25, yang merupakan
singkatan untuk Jerman "Lysergsäure-diethylamid" diikuti dengan nomor urut. LSD sensitif
terhadap oksigen, sinar ultraviolet, dan klorin, khususnya dalam larutan, meskipun potensinya
dapat berlangsung selama bertahun-tahun jika disimpan jauh dari cahaya dan kelembaban
pada suhu rendah. Dalam bentuk murni itu adalah tidak berwarna, tidak berbau, padat hambar
LSD biasanya disampaikan secara lisan, biasanya pada substrat seperti penyerap tinta kertas,
gula batu, atau gelatin. Dalam bentuk cair, juga dapat dikelola oleh intramuscular atau
intravena injeksi.LSD sangat kuat, dengan 20-30 mg (mikrogram) menjadi dosis ambang
batas. Baru percobaan LSD klinis pada manusia dimulai pada tahun 2009 untuk pertama
kalinya dalam 40 tahun.2
Gambar 1. Struktur kimiawi LSD
3.2. Psilocybin
Psilocybin yang berasal dari beberapa jamur yaitu genus P. azurescens,
P.semilanceata dan P.cyanescens dapat di jumpai dalam alam bebas memiliki sifat yang sama
dengan LSD yang memiliki sifat kimia yang sama denga neurotranmites yang sama
4
norepinefin dan serotonin. Jamur psilocybin, juga dikenal sebagai jamur psychedelic, adalah
jamur yang mengandung alkaloid indol psikoaktif.Istilah sehari-hari yang umum meliputi
jamur ajaib dan shrooms.genera Biologi mengandung jamur psilocybin meliputi Agrocybe,
Conocybe, Copelandia, Galerina, Gerronema, Gymnopilus, Hypholoma, Inocybe, Mycena,
Pluteus, dan Psilocybe. Sekitar 180 spesies yang ditemukan dalam genus Psilocybe.Psilocybe
cubensis adalah yang paling umum jamur psilocybin.Jamur psilocybin memiliki
kemungkinan telah digunakan sejak zaman prasejarah dan mungkin telah digambarkan dalam
seni batu.3 Banyak budaya telah menggunakan jamur ini dalam upacara keagamaan.
Dalammasyarakat Barat modern, mereka digunakan recreationally untuk efek psikedelik.4
Gambar 2. Struktur kimiawi psilocybin
3.3. Mescaline
Mescalin yang berasal dari kaktus yaitu Pyote cactus yang diambil cairan menjadai
seperti permen yang di emut (hisap seperti permen ) kaktus ini berasal dari america selatan.
Mescaline atau 3,4,5-trimethoxyphenethylamine adalah alkaloid alami psychedelic dari kelas
phenethylamine, dikenal dengan pikiran-mengubah efek serupa dengan LSD dan psilocybin.
Hal ini terjadi secara alami dalam peyote kaktus (Lophophora williamsii), San Pedro kaktus
(Echinopsis pachanoi) dan obor Peru (Echinopsis peruviana), dan juga di sejumlah anggota
lain dari keluarga tanaman Cactaceae. Hal ini juga ditemukan dalam jumlah kecil di beberapa
anggota Fabaceae (kacang) keluarga, termasuk Acacia berlandieri.3,4
5
Gambar 3. Struktur kimiawi Mescaline
3.4. Mariyuana
Cannabis, juga dikenal sebagai ganja (dari Meksiko Spanyol mariyuana), dan dengan
berbagai nama lain, adalah persiapan dari tanaman Cannabis dimaksudkan untuk digunakan
sebagai obat psikoaktif dan sebagai obat. farmakologi, konstituen psikoaktif utama ganja
adalah tetrahydrocannabinol (THC), yang merupakan salah satu dari 483 senyawa yang
dikenal di pabrik, termasuk setidaknya 84 cannabinoids lain, seperti cannabidiol (CBD),
cannabinol (CBN) , tetrahydrocannabivarin (Thcv) dan cannabigerol (CBG).4
Ganja yang paling sering dikonsumsi untuk efek psikoaktif dan fisiologis yang dapat
mencakup suasana hati tinggi atau euforia, relaksasi, dan peningkatan nafsu makan.
Diinginkan efek samping kadang-kadang dapat mencakup penurunan memori jangka pendek,
mulut kering, gangguan keterampilan motorik, kemerahan mata, dan perasaan paranoid atau
kecemasan.3,5,6
Kontemporer menggunakan ganja sebagai obat rekreasi atau obat, dan sebagai bagian
dari ritual keagamaan atau spiritual,. Tercatat paling awal menggunakan tanggal dari
milenium ke-3 SM Sejak ganja awal abad 20 telah dikenakan pembatasan hukum dengan
kepemilikan, penggunaan, dan penjualan persiapan ganja mengandung cannabinoid
psikoaktif saat ini ilegal di sebagian besar negara di dunia, PBB mengatakan bahwa ganja
adalah obat terlarang yang paling banyak digunakan di dunia pada tahun 2004, Perserikatan
Bangsa-Bangsa. diperkirakan konsumsi global ganja menunjukkan bahwa sekitar 4% dari
populasi dunia orang dewasa (162 juta orang) menggunakan ganja setiap tahunnya, dan
sekitar 0,6% (22,5 juta) orang menggunakan ganja setiap hari.3
6
Gambar 4. Struktur kimiawi Mariyuana
4. Efek Klinik LSD, Psilocybin, Mescaline, Canabis
Menghasil kan efek somatik, persepsi dan fisik yang tumpah tindih satu dengan yang
lainnya. pusing, kelemahan, tremor mual dan paresiten merupakan gejala somatik yang
menojol. Penglihatah menjadi kabur gangguan perpektif ilusi atau "halusinasi" makin
berkurangnya diskriminasih, pendengaran dan perubahan kesadaran akan waktu merupakan
kelainan perpektif umum. gangguan ingatan, kesukaran berpikir, buruknya daya nilai dan
perubahan afek, merupakan efek psikis yang menojol. Secara fisiologi hallusinogen
menghasilkan hiperakatif sistem parasimpatis dan stimulasi susunan saraf pusat, di
manifestasikan oleh adanya dilatasi pupil, peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan
darah yang moderat teremor dan eforia.3-6
5. Jenis dan Waktu (Durasi)3,7
LSD(asam lisergat dietilamid) :Pada oral yang diminum bubuk atau tablet omset reaksi 30
sampai 60 menit setelah cerna durasi efek 12 sampai 24 jam
psilocybin : Pada pemakaian oral kemungkinan omset waktu sekitar 4 sampai 6jam setelah
di komsumsi
mescaline:pada pemakain oral yaitu di emut (hisap) dengan omset waktu 30 sampai 60
menit durasi efek 12 jam
Canabis (marijuana) :Pada pemakaian hisapan omset reaksi 4 sampai 3 menit durasi 12
sampai 24 jam.
7
6. Neurofarmakologi Halusinogen
Walaupun banyak sekali zat halusinogen yang bervariasi dalam efek farmakologisnya,
LSD (Lysergid Acid Diethylamid) dapat dianggap sebagai prototip umum halusinogen.Efek
farmakologis dasar dari LSD masih kontroversial, walaupun biasanya diterima bahwa efek
utama adalah pada sistem serotonergik.7,8
Kontroversi adalah tentang apakah LSD bekerja sebagai antagonis atau agonis; data
pada saat ini menunjukkan bahwa LSD bekerja sebagai agonis parsial di reseptor serotonin
pascasinaptik.
Sebagian besar halusinogen diabsorbsi setelah ingesti oral, walaupun beberapa jenis
halusinogen diingesti melalui inhalasi, dihisap seperti rokok, atau penyuntikan intravena.
Toleransi untuk LSD dan halusinogen lain berkembang dengan cepat dan hampir
lengkap setelah tiga hingga empat hari pemakaian kontinu. Toleransi juga pulih dengan cepat,
biasanya dalam empat sampai tujuh hari.9,10 Tidak ada ketergantungan fisik pada halusinogen,
dan tidak ada gejala putus halusinogen.
7. Gambaran Klinis
Onset kerja LSD terjadi dalam satu jam, memuncak dalam dua sampai empat jam, dan
berlangsung selama 8-12 jam.2 Efek simpatomimetik dari LSD adalah tremor, takikardia,
hipertensi, hipertermia, berkeringat, pandangan kabur, dan midriasis. Kematian dapat
disebabkan oleh pemakaian halusinogen.Penyebab kematian mungkin berhubungan dengan
patologi kardiovaskular dan serebrovaskular yang berhubungan dengan hipertensi atau
hipertermia.Suatu sindrom yang mirip dengan sindrom neuroleptik malignan telah dilaporkan
berhubungan dengan pemakaian LSD. Penyebab kematian juga berhubungan dengan cedera
fisik setelah suatu gangguan pertimbangan sebagai contoh, melanggar lalu lintas. Efek
psikologis biasanya ditoleransi dengan baik, tetapi, jika orang tidak mampu untuk mengingat
pengalaman atau tidak mampu menyadari bahwa pengalaman tersebut adalah disebabkan
oleh zat, mereka mungkin merasa ketakutan akan onset kegilaan.5
Pada pemakaian halusinogen , persepsi menjadi cerah dan kuat secara tidak biasanya. Warna
dan tekstur menjadi lebih kaya dartipada sebelumnya, kontur dipertajam, musik lebih
menonjol secara emosional, dan pembauan dan pengecapan meningkat. Sinestesia sering
terjadi, warna mungkin terdengar atau suara terlihat.8,9 Perubahan dalam citra tubuh dan
8
perubahan persepsi waktu dan ruang juga terjadi.Halusinasi biasanya adalah visual, sering
kali bentuk dan gambar geometrik, tetapi halusinasi dengar dan raba kadang-kadang
dialami.Emosi menjadi kuat secara tidak biasanya dan dapat berubah secara mendadak dan
sering. Sugestibilitas sangat meninggi, dan kepekaan atau pelepasan dari orang lain mungkin
terjadi. Ciri lain yangs sering tampak adalah kesadaran terhadap organ internal, pemulihan
daya ingat awal yang hilang, pelepasan material bawah sadar dalam bentuk simbolik, dan
regresi dan tampaknya menghidupkan kembali peristiwa masa lalu. Tetapi, beberapa pemakai
halusinogen berat mungkin mengalami kecemasan atau depresi kronis dan mungkin
mendapatkan manfaat dari pendekatan psikologis dan farmnakologis yang mengarah ke
masalah dasar.5,6
8. Intoksikasi dan Gangguan terkait penggunaan zat halusinogenik.
Intoksikasi halusinogen
Intoksikasi didefinisikan dalam DSM-IV-TR, yaitu ditandai dengan perubahan
persepsi dan perilaku maladaptive serta tanda fisiologis tertentu.Diagnosis banding untuk
intoksikasi halusinogen mencakup intoksikasi antikolinergik dan amfetamin serta keadaan
putus alcohol.Penanganan terpilih untuk intoksikasi halusinogen adalah berbicara kepada
pasien. Selama proses ini, pemandu dapat menenangkan pasien bahwa gejalanya terinduksi
obat, bahwa mereka tidak menjadi gila dan bahwa gejala akan segera mereda. Intoksikasi
halusinogen biasanya tidak memiliki gejala putus zat.5
Gangguan terkait penggunaan zat halusinogenik
Gangguan persepsi persisten halusinogen.
Penggunaan halusinogen dalam waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang dapat
mengalami kilas balik gejala halusinogenik.Sindrom ini didiagnosis sebagai gangguan
persepsi persisten halusinogen.Kilas balik adalah rekurensi transien dan spontan
pengalaman terinduksi zat. Sebagian besar kilas balik merupakan episode distorsi visual,
halusini geometric, halusinasi bunyi, atau suara, persepsui gerakan pada lapang pandang
perifer yang salah, kilasan warna, rangkaian citra ebnda bergerak, afterimage dan halo
positif, makropsia, mikropsia, ekspansi waktu, gejala fisik atau emosi intens yang hidup
kembali. Episode biasanya berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit tapi
terkadang bias lebih lama. Diagnosis banding kilas balik meliputi migren, kejang,
abnormalitas visual, dan gangguan stress pasca trauma. Hal yang dapat memicu kilas
9
balik antra lain: stress emosional, deprivasi sensorik, penggunaan zat psikoaktif seperti
mariyuana dan alkohol.5
Delirium pada intoksikasi halusinogen
Gangguan ini diperkirakan relatif jarang.Keadaan ini dimulai selama intoksikasi pada
orang yang mengingesti halusinogen murni. Tpi halusinogen sering kali dicampur dengan
zat lain, dan komponen lain atau interaksinya dengan halusinogen dapat menyebabkan
suatu delirium klinis.
Gangguan Psikotik Akibat Halusinogen
Efek yang merugikan yang paling sering dari LSD dan zat yang berhubungan adalah
khayalan buruk, yang menyerupai reaksi panic akut terhadap kanabis tetapi dapat lebih
parah. Khayalan buruk biasanya menghasilkan gejala psikotik sesungguhnya.Perjalanan
buruk jika efek segera dari halusinogen menghilang.Tetapi, perjalanan khayalan buruk
adalah bervariasi, dan kadang-kadang suati episode psikotik yang berlarut-larut sulit
dibedakan dari gangguan psikotik nonorganik.
Gangguan Mood akibat halusinogen.
Gejala gangguan mood yang menyertai penyalahgunaan halusinogen dapat
bervariasi.Penyalahgunaan mungkin mengalami gejala mirip manik berupa waham
kebesaran atau persaan dan ide mirip depresi atau gejala campuran.Seperti pada gejala
gangguan psikotik akibat halusinogen, gejala gangguan mood akibat halusinogen hamper
selalu menghilang jika obat telah dihilangkan daru tubuh pasien.
Gangguan kecemasan akibat halusinogen
Gangguan kecemasan aibat halusinogen juga bervariasi dalam pola gejalanya, tapi
hanya sedikit data yang tersedia tentang pola gejala tersebut. Secara anekdotal, dokter
ruang gawat darurat yang menangani pasien dengan gangguan terkait halusinogen sering
kali melaporkan gangguan panic dengan agoraphobia.
Gangguan berhubungan dengan halusinogen yang tidak ditentukan
10
Ketika seorang pasien dengan gangguan terkait halusinogen tidak memnuhi kriteria
diagnosis manapun untuk gangguan terkait dengan halusinogen yang standar, pasien
dapat diklasifikasikan menderita gangguan berhubungan dengan halusinigen yang tidak
ditentukan
9. Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis menurut DSM-IV untuk intoksikasi halusinogen adalah sebagai
berikut :5
1. Penggunaan halusinogen belum lama
2. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif yang secara signifikan (misalnya,
ansietas, depresi yang nyata, ide paranoid, daya nilai terganggu, atau fungsi sosial
atau okupasional terganggu) yang timbul selama atau segera setelah penggunaan
halusinogen
3. Perubahan persepsi terjadi dalam keadaan kesadarang dan kewaspadaan penuh
(misalnya halusinasi, depersonalisasi, ilusi, derealissasi, sinestesia) yang timbul
selama atau segera setelah penggunaan halusinogen.
4. Dua atau lebih tanda berikut, timbul selama atau segera setelah penggunaan
halusinogen.
a. Dilatasi pupil
b. Takikardia
c. Berkeringat
d. Palpitasi
e. Pandangan kabur
f. Tremor
g. Inkoordinasi
5. Gejala tidak disebabkan kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain.
Kriteria diagnosis untuk gangguan persepsi persisten halusinogen menurut DSM-IV
adalah sebagai berikut (flashback):6
1. Mengalami kembali, setelah menghentikan penggunaan halusinogen, satu atau lebih
gejala persepsi yang pernah dialami ketika terintoksikasi halusinogen
2. Gejala pada kriteria pertama menyebabkan penderitaan atau hendaya yang secara
klinis signifikan pada fungsi sosial, okupasional, atau area fungsi penting lain.
11
3. Gejala tidak disebabkan kondisi medis umum ( misalnya lesi anatomis dan infeksi
pada otak, epilepsi visual), dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental
lain atau halusinasi hipnopompik.
10. Pengobatan
10.1. Intoksikasi Halusinogen
Pengobatan terpilih untuk gejala psikiatrik akut yang berhubungan dengan intoksikasi
halusinogen adalah konseling suportif, menenangkan (talking down).11 Hal ini menghabiskan
waktu dan berpotensi membahayakan karena adanya labilitas pasien dengan waham terkait
halusinogen. Sesuai hal itu, maka penanganan halusinogen adalah dengan pemberian
diazepam oral 20 mg. Obat ini berfungsi menghilangkan pengalaman LSD dan pengalaman
panik yang terkait dengannya dalam waktu 20 menit dan dianggap superior dibandingkan
dengan “talking down” terhadap pasien untuk periode beberapa jam atau memberi obat
antipsikotik. Pemasaran dosis rendah LSD dan pendekatan yang lebih canggih terhadap
penanganan korban akibat pengguna zat itu sendiri secara gabungan menurunkan timbulnya
gangguan yang dahulu pernah lazim pada fasilitas penanganan psikiatri.2
10.2. Gangguan Persepsi Persisten
Penanganan gangguan persepsi persisten halusinogen bersifat paliatif. Langkah pertama
adalah identifikasi yang benar mengenai gangguan tersebut; tidak jarang pasien berkonsultasi
kepada beberapa spesialis sebelum diagnosis ditegakkan. Pendekatan farmakologis meliputi
benzodiazepin jangka panjang seperti diazepam (Klonopin) dan pada derajat lebih ringan
antikonvulsan seperti asam valproat (Depakene) dan karbamazepin (Tegretol). Saat ini tidak
ada obat yang sepenuhnya efektif menghilangkan gejala. Kondisi komorbid yang dikaitkan
dengan gangguan persepsi persisten halusinogen meliputi gangguan panik, depresi mayor dan
ketergantungan alkohol. Masing-masing kondisi ini membutuhkan pencegahan primer dan
intervensi dini.6
10.3. Psikosis Terindukasi Halusinogen
Penanganan Psikosis Terinduksi Halusinogen tidak berbeda dari penanganan konvensional
psikosis lain. Namun,sebagai tambahan obat antipsikotik, sejumlah agen dilaporkan efektif,
termasuk litium karbonat, karbamazepin, dan terapi elektrokonvulsif. Obat antidepresan,
benzodiazepin dan obat antikonvulsan masing-masing juga memainkan peran tersendiri
dalam terapi. Salah satu penanda gangguan ini adalah berlawanan dengan skizofrenia dengan
12
gejala negatif dan hubungan interpersonal yang buruk kerap ditemukan, pasien dengan
psikosis terinduksi halusinogen menunjukkan gejala positif halusinasi dan waham namun
masih memperthankan kemampuan berhubungan dengan psikiater.12 Terapi medis paling baik
diterapkan dalam konteks teapi siportif, edukasional, keluarga. Tujuan penanganan adalah
pengendalian gejala, perawatan rumah sakit yang minimal, pekerjaan harian, berkembang dan
bertahannya hubungan sosial, serta penatalaksanaan penyakit komorbid seperti
ketergantungan alkohol.6
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Halusinogen merupakan zat yang dapat menimbulkan efek halusinasi. Efek halusinasi
yang ditimbulkan bukan efek halusinasi sejati. Halusinasi sejati adalah jika penderita percaya
bahwa benda-benda tidak normal yang dilihat dan didengar adalah ada. Pada pengguna zat
adiktif ini mereka masih mengerti bahwa perasaan tidak normal yang timbul pada dirinya
adalah hal yang tidak nyata dan disebabkan oleh obat yang dikonsumsinya. Karena
kemampuan dari zat-zat golongan halusinogen dalam menirukan psikosis-psikosis yang
muncul secara alami sehingga golongan zat halusinogen disebut juga sebagai
psikotomimetik, sekalipun keadaan yang diinduksi oleh bahan-bahan ini tidak betul-betul
menyerupai skizofrenia. Halusinogen juga di kenal sebagai psikedelik, bertindak pada
susunan saraf pusat untuk membuat perubahan yang bermakna dan sering radikal pada
keadaan kesadaran pengguna; juga dapat mengacaukan perasaan kenyataan, waktu dan emosi
para pengguna.
Halusinogen ada 2 tipe, yaitu alami dan sintetik. Contoh halusinogen tipe alami
seperti psilocybin, mescarin, dan harmin, harmalin, dan ibogaine. Contoh halusinogen tipe
sintetik sepeti LSD.
13
Gejala yang ditimbulkan dari penyalahgunaan halusinogen adalah gejala berupa sensasi
pendengaran dan sensasi penglihatan. Kedua sensasi yang dirasakan juga dapat saling
bersilangan, artinya seperti ketika penderita sedang mendengarkan musik bisa menyebabkan
timbulnya warna-warni seiring irama musik. Bahaya terbesar dari pemakaian zat ini adalah
efek psikis dan gangguan penilaian, yang bisa menyebabkan kecelakaan atau pengambilan
keputusan yang salah. Sebagai contoh, seorang pemakai halusinogen bisa berfikir bahwa ia
dapat terbang, bahkan sampai melompat dari jendela untuk membuktikannya, sehingga
terjadilah cedera berat atau kematian.
Pengobatan terbaik untuk seseorang yang mengalami pengalaman yang sangat tidak
menyenangkan dibawah pengaruh halusinogen adalah terapi suportif seperti perlindungan,
pendampingan, dan penentraman. Pemberian terapi farmakologi juga dapat diberikan seperti
diazepam atau benzodiazepine, namun bukanlah terapi utama untuk penyalahgunaan zat
halusinogen.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Leksikon: istilah kesehatan jiwa dan psikiatrik. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2008. H.77.
2. Kaplan HI and Sadock BJ. Synopsis of psychiatry volume 1. 9th Edition. USA:
Lippincott william & wilkins; 2003. Pg.656-7.
3. Katsung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011. H. 505-
11.
4. Harold IK, Benjamin JS, Jack AG. Neurofarmakologi halusinogen: sinopsis psikiatri.
Edisi ketujuh. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997. H. 643.
5. Semiun Y. Kesehatan mental 2. Yogyakarta: Kanisius; 2006. H.114-20.
6. Joewana S. Panduan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif. Edisi Ke-
2. Jakarta: EGC; 2003. H.142-9.
7. Cunningham N. Hallucinogenic plants of abuse. Emerg Med Australas 20(2):167–
174; 2008.
8. Korsten TR and Hollister LE. Farmakalogi dasar dan klinik : penyalahgunaan obat;
2002. H.341-350.
14
9. Tjay TH dan Rahardja K. Obat-obat penting: khasiat, penggunaan, dan efek-efek
sampingnya. Edisi ke-6. Jakarta: Gramedia; 2007. H.358.
10. Fantegrossi WE, Murnane KS, Reissig CJ. The behavioral pharmacology of
hallucinogens. Biochem Pharmacol 75(1):17-33; 2008.
11. Ingram IM, Timbury GC, Mowbray RM. Catatan kuliah psikiatri. Edisi ke-6. Jakarta:
EGC; 2007. H.80.
12. Halpern JH, Sherwood AR, Hudson JI, Yurgelun-Todd D, Pope HG Jr. Psychological
and cognitive effects of long-term peyote use among Native Americans. Biol
Psychiatry 58(8):624–631; 2005.
15