36
BAB I PENDAHULUAN Traktus uvealis terdiri dari iris, korpus siliaris dan khoroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut memasok darah ke retina. Iris adalah perpanjangan korpus siliar ke anterior. Fungsi iris adalah mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata dengan mengatur dilatasi atau konstriksi pupil. Korpus siliaris berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus siliaris bertanggungjawab memproduksi cairan bilik mata depan (akueous humor). Otot badan siliaris mengubah kurvatura lensa melalui Ligamen zonula zinn. Ketika otot siliaris berkontraksi mengakibatkan mengendornya zonula zinn sehingga lensa dapat menjadi lebih cembung (akomodasi) dan mata dapat melihat objek dekat. Dan sebaliknya untuk melihat objek jauh. Khoroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Khoroid berfungsi untuk memperdarahi sepertiga luar dari retina. 1 Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan berbagai penyebabnya.Struktur

refrat uveitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hvhvy gvgctvf jhvvyg

Citation preview

Page 1: refrat uveitis

BAB I

PENDAHULUAN

Traktus uvealis terdiri dari iris, korpus siliaris dan khoroid. Bagian ini adalah

lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut

memasok darah ke retina.

Iris adalah perpanjangan korpus siliar ke anterior. Fungsi iris adalah

mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata dengan mengatur dilatasi

atau konstriksi pupil. Korpus siliaris berbentuk segitiga pada potongan melintang,

membentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm).

Korpus siliaris bertanggungjawab memproduksi cairan bilik mata depan (akueous

humor).

Otot badan siliaris mengubah kurvatura lensa melalui Ligamen zonula zinn.

Ketika otot siliaris berkontraksi mengakibatkan mengendornya zonula zinn sehingga

lensa dapat menjadi lebih cembung (akomodasi) dan mata dapat melihat objek dekat.

Dan sebaliknya untuk melihat objek jauh. Khoroid adalah segmen posterior uvea, di

antara retina dan sklera. Khoroid berfungsi untuk memperdarahi sepertiga luar dari

retina.1

Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan

berbagai penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami

inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.Peradangan pada uvea yang mengenai

bagian depan

jaringan uvea atau iris disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis.

Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan

merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis

posterior atau koroiditis.2

Page 2: refrat uveitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan

berbagai penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami

inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.1

EPIDEMIOLOGI

Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia

pertengahan. Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang. Sekitar 75% merupakan

uveitis anterior. Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait.

Di Amerika Serikat, uveitis merupakan penyebab kebutaan nomor tiga setelah

Retinopati Diabetik dan Degenerasi Macular. Umur penderita biasanya bervariasi antara

usia prepubertal sampai 50 tahun.1.2

ETIOLOGI

Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan badan siliar yang dapat berjalan

akut maupun kronis. Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran

klinisnya saja. Iritis dan iridisiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi

imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan uvea anterior. Uveitis

anterior dapat disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat lain, yang secara hematogen

dapat menjalar ke mata atau timbul reaksi alergi mata.

Penyebab uveitis anterior diantaranya yaitu: idiopatik; penyakit sistemik yang

berhubungan dengan HLA-B27 seperti; ankylosing spondilitis, sindrom Reiter, penyakit

crohn’s, Psoriasis, herpes zoster/ herpes simpleks, sifilis, penyakit lyme, inflammatory

bowel disease; Juvenile idiopathic arthritis; Sarcoidosis, trauma dan infeksi.

Page 3: refrat uveitis

ANATOMI FISIOLOGI

Uvea terdiri dari : iris, badan siliaris (corpus siliaria) dan koroid. Bagian ini

adalah lapisan vascular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini

juga ikut memasok darah ke retina. Iris dan badan siliaris disebut juga uvea anterior

sedangkan koroid disebut uvea posterior. 6,7

Iris adalah lanjutan dari badan siliar ke anterior dan merupakan diafragma yang

membagi bola mata menjadi 2 segmen, yaitu segmen anterior dan segmen posterior, di

tengah-tengahnya berlubang yang disebut pupil. Iris membagi bilik mata depan (camera

oculi anterior) dan bilik mata posterior (camera oculi posterior). Iris mempunyai

kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata. 5,6

Secara histologis iris terdiri dari stroma yang jarang diantaranya terdapat

lekukan-lekukan dipermukaan anterior yang berjalan radier yang dinamakan kripa.

Didalam stroma terdapat sel-sel pigmen yang bercabang, banyak pembuluh darah dan

saraf.

Page 4: refrat uveitis

Gambar 1. Anatomi mata

Dipermukaan anterior ditutup oleh endotel terkecuali pada kripta, dimana

pembuluh darah dalam stroma, dapat berhubungan langsung dengan cairan di camera

oculi anterior, yang memungkinkan percepatan terjadinya pengaliran nutrisi ke coa dan

sebaliknya. Dibagian posterior dilapisi dengan 2 lapisan epitel, yang merupakan lanjutan

dari epitel pigmen retina, warna iris tergantung dari sel-sel pigmen yang bercabang yang

terdapat di dalam stroma yang banyaknya dapat berubah-ubah, sedangkan epitel pigmen

jumlahnya tetap.6

Didalam iris terdapat otot sfingter pupil (M.Sphincter pupillae), yang berjalan

sirkuler, letaknya didalam sroma dekat pupil dan dipersarafi oleh saaraf parasimpatis, N

III. Selain itu juga terdapat otot dilatator pupil (M. Dilatator pupillae), yang berjalan

radier dari akar iris ke pupil, letaknya di bagian posterior stroma dan diurus saraf

simpatis. 5,6,7

Pasokan darah ke iris adalah dari circulus major iris, kapiler-kapiler iris

mempunyai lapisan endotel yang tidak berlobang. Persarafan iris adalah melalui serat-

serat didalam nervi siliaris. 7

Badan Siliar (Corpus Ciliaris) berbentuk segitiga, terdiri dari 2 bagian yaitu:

pars korona, yang anterior bergerigi, panjangnya kira-kira 2mm dan pars plana, yang

postrior tidak bergerigi panjangnya kira-kira 4 mm. Badan siliaris berfungsi sebagai

pembentuk humor aquous. Badan siliar merupakan bagian terlemah dari mata. Trauma,

peradangan, neoplasma didaerah ini merupakan keadaan yang gawat. 5

Page 5: refrat uveitis

Gambar 2. Srkulasi Humour Aquous

Pada bagian pars korona diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan dari

epitel iris. Bagian yang menonjol (processus ciliaris) berwarna putih oleh karena tidak

mengandung pigmen, sedangkan di lekukannya berwarna hitam, karena mengandung

pigmen. Didalam badan siliaris terdapat 3 macam otot silier yang berjalan radier,

sirkuler dan longitudinal. Dari processus siliar keluar serat-serat zonula zinii yang

merupakan penggantung lensa. Fungsi otot siliar untuk akomodasi. kontraksi atau

relaksasi otot-otot ini mengakibatkan kontraksi dan relaksasi dari kapsula lentis,

sehingga lensa menjadi lebih atau kurang cembung yang berguna pada penglihatan

dekat atau jauh. Badan siliar banyak mengandung pembuluh darah dimana pembuluh

darah baliknya mengalirkan darah ke V.vortikosa. Pada bagian pars plana, terdiri dari

satu lapisan tipis jaringan otot dengan pembuluh darah diliputi epitel. 6,7

PATOFISIOLOGI

Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh defek langsung

suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti

suatu trauma tembus okuli; walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi

terhadap zat toksik yang diproduksi mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh di luar

mata. Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi

hipersensitifitas terhadap antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam

badan (antigen endogen). Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang

Page 6: refrat uveitis

infeksius .Sehubungan dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama setelah proses

infeksinya yaitu setelah munculnya mekanisme hipersensitivitas. 2,8

Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrrier

sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel-sel radang dalam humor akuos yang

tampak pada slitlamp sebagai berkas sinar yang disebut fler (aqueous flare). Fibrin

dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman, akan tetapi justru mengakibatkan

perlekatan-perlekatan, misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa (sinekia

posterior). 2,8

Gambar 3. Uvea

Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk

presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea.

Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi pupil disebut koeppe nodules, bila

dipermukaan iris disebut busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan

lensa dan sudut bilik mata depan. Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat

sedemikian banyak sehingga menimbulkan hipopion. 2,8

Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, dan pupil akan miosis

dan dengan adanya timbunan fibrin serta sel-sel radang dapat terjadi seklusio maupun

oklusio pupil, sehingga cairan di dalam kamera okuli posterior tidak dapat mengalir

sama sekali mengakibatkan tekanan dalam dalam camera okuli posterior lebih besar dari

Page 7: refrat uveitis

tekanan dalam camera okuli anterior sehingga iris tampak menggelembung kedepan

yang disebut iris bombe (Bombans). 2,8

Gangguan pada humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar menyebabkan

tekanan bola mata turun. Adanya eksudat protein, fibrin dan sel-sel radang dapat

berkumpul di sudut camera okuli anterior sehingga terjadi penutupan kanal schlemm

sehingga terjadi glukoma sekunder.Pada fase akut terjadi glaucoma sekunder karena

gumpalan – gumpalan pada sudut bilik depan,sedang pada fase lanjut glaucoma

sekunder terjadi karena adanya seklusio pupil.Naik turunnya bola mata disebutkan pula

sebagai peran asetilkolin dan prostaglandin. 2,8

KLASIFIKASI UVEITIS ANTERIOR

Berdasarkan patologi dapat dibedakan 2 jenis uveitis anterior, yaitu

granulomatosa dan non granulomatosa. Pada jenis non granulomatosa umumnya tidak

dapat ditemukan organisme patogen dan karena berespon baik terhadap terapi

kortokosteroid diduga peradangan ini semacam fenomena hipersensitivitas. Uveitis ini

timbul terutama dibagian anterior traktus yakni iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi

radang dengan terlihatnya infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup

banyak dan sedikit sel mononuclear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin

besar atau hipopion didalam kamera okuli anterior.

Sedangkan pada uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi mikroba aktif

ke jaringan oleh organisme penyebab (misal Mycobacterium tuberculosis atau

Toxoplasma gondii). Meskipun begitu patogen ini jarang ditemukan dan diagnosis

etiologi pasti jarang ditegakkan. Uveitis granulomatosa dapat mengenai sembarang

traktus uvealis namun lebih sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-

sel epithelial dan sel-sel raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena.

Deposit radang pada permukaan posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel

epiteloid. Diagnosis etiologi spesifik dapat ditegakkan secara histologik pada mata yang

dikeluarkan dengan menemukan kista toxoplasma, basil tahan asam tuberculosis,

Page 8: refrat uveitis

spirocheta pada sifilis, tampilan granuloma khas pada sarcoidosis atau oftalmia

simpatika dan beberapa penyebab spesifik lainnya.

Perbedaan uveitis granulomatosa dan non granulomatosa

Non granulomatosa Granulomatosa

Onset Akut Tersembunyi

Sakit Nyata Tidak ada atau ringan

Fotofobia Nyata Ringan

Penglihatan kabur Sedang Nyata

Merah sirkumkorneal Nyata Ringan

Perisipitat keratik Putih halus Kelabu besar

Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur (bervariasi)

Synechia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang

Nodul iris Kadang-kadang Kadang-kadang

Tempat Uvea anterior Uvea posterior dan posterior

Perjalanan Akut Menahun

Rekurens Sering Kadang-kadang

Sedangkan berdasarkan waktu uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang

dari 6 minggu, jika inflamasi kambuh diikuti dengan serangan inisial disebut rekuren

akut dan dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu.

Beberapa keadaan yang menyebabkan tanda dan gejala yang berhubungan

dengan uveitis anterior akut, yaitu:

1. Traumatic Anterior Uveitis

Trauma merupakan salah satu penyebab Uveitis Anterior, biasanya terdapat

riwayat truma tumpul mata atau adneksa mata. Luka lain seperti luka bakar pada

mata, benda asing, atau abrasi kornea dapat menyebabkan terjadinya Uveitis

Anterior. Visual aquity dan tekanan intraocular mungkin terpengnaruh, dan

mungkin juga terdapat darah pada anterior chamber. 9

2. Idiopathic Anterior Uveitis

Page 9: refrat uveitis

Istilah idiopatik dipergunakan pada Uveitis Anterior dengan etiologi yang tidak

diketahui apakah merupakan kelainan sistemik atau traumatic. Diagnosis ini

ditegakan sesudah menyingkirkan penyebab lain dengan anamnesis dan

pemeriksaan.9

3. HLA-B27 Associated Uveitis

HLA-B27 mengacu pada spesifik genotype atau chromosome. Mekanisme

pencetus untuk Uveitis Anterior pada pasien dengan genotype seperti ini tidak

diketahui. Ada hubungan yang kuat dengan ankylosing spondylitis, sindrom

Reiter, Inflamatory bowel disease, psoariasis, arthritis, dan Uveitis Anterior yang

berulang. 9

4. Behcet’s Diseases/syndrome

Sebagian besar menyerang laki-laki dewasa muda dari bangsa mediterania atau

jepang. Terdapat trias penyakit Behcets, yaitu akut Uveitis Anterior dan ulkus pada

mulut dan genital. Penyakit behcet yang menyebabkan Uveitis Anterior akut

adalah sangat langka. 9

5. Lens Associated Anterior Uveitis

Ada beberapa keadaan yang ditemukan pada peradangan anterior chamber dan

penyebab yang disebabkan oleh keadaan lensa, yaitu : phaco-anaphylactic

andhopthalmitis dan phacogenic (phacotoksik) uveitis; phacolitic glaukoma; dan

UGH syndrome ( Uveitis, Glaukoma dan Hifema).9

6. Masquerade síndrome

Merupakan keadaan yang mengancam, seperti lymphoma, leukemia,

retinoblastoma, dan malignant melanoma dari choroid, dapat menimbulkan Uveitis

Anterior.9

Beberapa keadaan yang dapat menghasilkan tanda dan gejala yang terdapat pada

diagnosis Uveitis Anterior kronik adalah :

1. Juvenile Rheumatoid Arthritis

Anterior Uveitis terjadi pada penderita JRA yang mengenai beberapa persendian.

Karena kebanyakan dari pasien JRA adalah positif dengan test ANA ( Anti Nuklear

Antibody ), yang merupakan pemeriksaan adjuvant. JRA lebih banyak mengenai

Page 10: refrat uveitis

anak perempuan dibanding anak lelaki. Merupakan suatu anjuran pada semua anak

yang menderita JRA untuk diperiksa kemungkinan terdapatnya Uveitis Anterior. 9

2. Anterior Uveitis Associated with Primary Posterior Uveitis

Penyakit sistemik, seperti sarcoidosis, toksoplamosis, sipilis, tuberculosis, herpes

zoster, cytomegalovirus, dan AIDS mungkin saja terlibat dalam Uveitis Anterior

baik primer ataupun sekunder dari uveitis posterior.9

3. Fuch’s Heterochromatic Iridocyclitis

Merupakan suatu penyakit kronik, biasanya asimptomatik, terdapat 2% pasien

Uveitis Anterior.9

MANIFESTASI KLINIS

Keluhan subyektif yang menyertai uveitis anterior adalah nyeri , terutama di

bulbus okuli, sakitnya spontan atau pada penekanan di daerah badan siliar, sakit kepala

di kening yang menjalar ke temporal, fotofobia, bervariasi dan dapat demikian hebat

pada uveitis anterior akut, lakrimasi yang terjadi biasanya sebanding dengan derajat

fotofobia, gangguan visus dan bersifat unilateral. 2

Gambar 4. Uveitis anterior granulomatosa dengan muttan-fat keratic presipitat dan

nodul koeepe dan busacca

Riwayat yang berhubungan dengan uveitis adalah usia, kelamin, suku bangsa

penting untuk di catat karena dapat memberikan petunjuk ke arah diagnosis uveitis

tertentu. Riwayat pribadi tentang penderita, yang utama adalah adanya hewan peliharaan

seperti anjing dan kucing, serta kebiasaan memakan daging atau sayuran yang tidak

Page 11: refrat uveitis

dimasak termasuk hamburger mentah. Hubungan seks diluar nikah untuk menduga

kemungkinan terinfeksi oleh STD atau AIDS. Penggunaan obat-obatan untuk penyakit

tertentu atau narkoba (intravenous drug induced), serta kemungkinan tertular penyakit

infeksi menular (seperti Tbc) dan terdapatnya penyakit sistemik yang pernah diderita.

Riwayat tentang mata didapatkan apakah pernah terserang uveitis sebelumnya atau

pernah mengalami trauma tembus mata atau pembedahan.2

Gambar 5. Uveitis anterior granulomatosa dengan sejumlah nodul busacca pada

permukaan iris dan beberapa muttan fat keratik presipitat pada aspek inferior.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus umumnya normal atau berkurang

sedikit. konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, serta kornea keruh

karena udem dan keratik presipitat. Keratik presipitat merupakan kumpulan sel-sel yang

menempel pada endotel kornea, biasanya di bagian bawah. Pada uveitis non

granulomatosa, keratik presipitat berukuran kecil dan sedang berwarna putih. Pada

uveitis granulomatosa, keratik presipitat besar-besar dan lonjong dan dapat menyatu

membentuk bangunan yang lebih besar, sehingga dapat mencapai diameter 1mm.

Adanya keratik presipitat dijumpai pada keratouveitis karena herpes simpleks dan sangat

spesifik pada Heterokromik Fuch.2,8

Berat ringannya flare dan Cells

Grade Flare Cells

0 tidak ada tidak ada

1+ flare tipis atau lemah 5-10 /lapang pandang

Page 12: refrat uveitis

2+ Flare tingkat sedang (Iris dan lensa secara 10-20/lapang pandangn diteil masih

tampak)

3+ kekeruhan lebih berat (Iris dan lensa 20-50/lapang pandang diselimuti kekeruhan

4+ flare sngat berat (penggumpalan fibrin pada >50/lapangpandang humur aquos)

Adapted from Hogan MH, Kimura SJ, Thygeson P. Signs and symptoms of uveitis: I. Anterior uveitis. Am

J Ophthalmol 1959;47:162-3.

Pada kamera okuli anterior terdapat flare, terlihat sebagai peningkatan kekeruhan

dalam humor akuos dalam COA, dapat terlihat dengan menggunakan slitlamp atau

lampu kecil dengan intensitas kuat dengan arah sinar yang kecil sehingga menimbulkan

fenomena Tyndal. Pada uveitis non granulomatosa, reaksi flare sangat menonjol tapi

reaksi sel biasanya terdiri dari sel-sel kecil dan jarang sel besar seperti monosit atau sel

raksasa. Sedangkan pada uveitis granulomatosa, sel besar-besar dan reaksi flare

biasanya sangat ringan. 2,8

Pada iris tampak suram, gambaran radier tak nyata, karena pembuluh darah di

iris melebar, sehingga gambaran kripta tak nyata. Warna iris dapat berubah, kelabu

menjadi hijau, coklat menjadi warna Lumpur. Terdapat nodul iris, ditandai sebagai

benjolan di iris, bila pada tepi pupil disebut nodul koeppe, bila pada permukaan depan

iris disebut nodul busacca. Adanya nodul-nodul tersebut merupakan pertanda uveitis

granulomatosa dan terdapat adanya sinekia posterior.2,8

Tabel 1 Pembagian Uveitis Anterior secara klinis* *

Ringan Sedang BeratKeluhan ringan sampai sedang

VA 20/20 to 20/30

Kemerahan sirkumkornel

superficial

Keluhan sedang sampai berat

VA from 20/30 to 20/100

Kemerahan sirkumkornel

Keluhan sedang sampai berat

VA < 20/100

Kemerahan sirkumkornel

Page 13: refrat uveitis

Tidak ada KPs (keratic

presipitat)

1+ cells and flare

tekanan intraokuler berkurang <

4 mmHg

dalam

Tampak KPs

1-3+ cells and flare

Miotic, sluggish pupil

Sinekia posterior ringan

Udem iris ringan

tekanan intraokuler

berkurang 3-6 mm Hg

Anterior virtreous cells

dalam

Tampak KPs

3-4+ cells and flare

pupil terfiksir

Sinekia posterior (fibrous)

Tidak tampak kripte pada iris

tekanan intraokuler

meningkat

cells anterior sedang sampai

berat

Pada pupil terjadi miosis, pinggir tak teratur karena adanya sinekia posterior atau

seklusio pupil. Pupil dapat terisi membran yang berwana keputih-putihan yaitu oklusi

pupil. Pada lensa terdapat uveitis rekurens yang dapat menimbulkan kekeruhan pada

bagian belakang lensa (katarak kortikalis posterior).2,8

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium sangat dibutuhkan guna mendapat sedikit gambaran mengenai

penyebab uveitis. Pada pemeriksaan darah, yaitu Differential count, eosinofilia :

kemungkinan penyebab parasit atau alergi, VDRL, FTA, Autoimun marker (ANA,

Reumatoid factor, Antidobble Stranded DNA), Calcium, serum ACE level (sarcoidosis),

Toxoplasma serologi dan serologi TORCH lainnya. Pemeriksaan urin berupa kalsium

urin 24 jam (sarcoidosis) dan Kultur (bechet’s reitters). Pemeriksaan Radiologi, yaitu

Foto thorax (Tbc, Sarcoidosis, Histoplasmosis), Foto spinal dan sendi sacroiliaka

Page 14: refrat uveitis

(Ankylosing sponfilitis), Foto persendian lainya (Reumatoid arthritis, juvenile

rheumatoid arthritis) dan Foto tengkorak, untuk melihat adakah kalsifikasi cerebral

(toxoplasmosis)

Skin Test, yaitu Mantoux test, untuk Tbc, Pathergy test, untuk Bechet’s disease

akan terjadi peningkatan sensivitas kulit terhadap trauma jarum pada pasien bila

disuntikkan 0,1 ml saline intradermal dalam 18-24 jam kemudian terjadi reaksi

pustulasi. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut diperlukan untuk mengetahui etiologi

secara spesifik, bila  dicurigai adanya kecurigaan penyakit sistemik, Uveitis rekuren,

Uveitus bilateral, Uveitis berat, Uveitis posterior dan Onsetnya muda. 10,11

Tabel 2: Anjuran pemeriksaan Untuk mengetahui penyebab sistemik uveitis anterior

Penyakit

yang

dicurigai

berdasarkan

riwayat dan

pemeriksaan

fisik

Hasil

laboratorium

Pemeriksaan

radiologi

konsultasi Pemeriksaan

lainnya

Ankylosing

spondylitis

ESR,(+)

HLA-B27

Sacroiliac x-

rays

Rheumatologist

Inflammatory

bowel disease

(+)HLA-B27 Internist or

gastroenterologist

Reiter’s

syndrome

ESR,(+)

HLA-B27

Joint x-

rays

Internist,

urologist,

rheumatologist

Cultures;

conjunctival,

urethral,

prostate

Page 15: refrat uveitis

Psoriatic

arthritis

(+)HLA-B27 Rheumatologist,

dermatologist

Herpes Diagnosis

klinis

Dermatologist

Behcet’s

disease

(+)HLA-B27 Internist or

Rheumatologist

Behcet’s skin

puncture

Test

Lyme disease ELISA or

Lyme

immunofluorescen

t assay

Internist,

rheumatologis

Juvenile

rheumatoid

arthritis

ESR,(+)ANA,

(-)Rheumatoid

factor

Joint x- rays Rheumatologist

or

pediatrictian

Sarcoidosis Angiotensin

converting

enzyme (ACE)

Chest x-ray Internist

Syphilis (+)RPR or

VDRL

FTA-ABS or

MHA-

TP

Internist

Tuberculosis Chest x-ray Internist Purified

protein

derivative

(PPD)

skin test

Page 16: refrat uveitis

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding uveitis anterior adalah konjungtivitis,Keratitis atau

keratokonjungtivitis dan Glukoma akut. Pada konjungtivitis penglihatan tidak kabur,

respon pupil normal, dan umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia, atau injeksi ciliar.

Pada keratitis atau keratokonjunctivitis, penglihartan dapat kabur dan ada rasa

sakit dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simplek dan zoster dapat

mengenai uveitis anterior sebenarnya. Pada glaucoma akut, pupil melebar, tidak ada

synekia posterior, dan korneanya “beruap”. 7

Gambar 6. Glukoma akut

KOMPLIKASI

Pada uveitis anterior dapat terjadi komplikasi berupa katarak, retinitis

proliferans, ablasi retina, glukoma sekunder yang dapat terjadi pada stadium dini dan

stadium lanjut, pada uveitis anterior dengan visus yang sangat turun, sangat mungkin

disertai penyulit edema macula kistoid. 7,8

Page 17: refrat uveitis

Gambar 7: Glaucoma sudut tertutup dan Katarak matur

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanan yang utama untuk uveitis tergantung pada keparahannnya dan

bagian organ yang terkena. Baik pengobatan topical atau oral adalah ditujuan untuk

mengurangi peradangan.12 Tujuan dari pengobatan uveitis anterior adalah memperbaiki

visual acuity, meredakan nyeri pada ocular, menghilangkan inflamasi ocular atau

mengetahui asal dari peradangannya, mencegah terjadinya sinekia, dan mengatur

tekanan intraocular.13

Pengobatan uveitis anterior adalah tidak spesifik, pada umumnya menggunakan

kortikosteroid topical dan cycloplegics agent. Adakalanya steroid atau nonsteroidal anti

inflammatory ( NSAIDs) oral dipergunakan. Namun obat-obatan steroid dan

imunosupresan lainnya mempunyai efek samping yang serius, seperti gagal ginjal,

peningkatan kadar gula darah, hipertensi, osteoporosis, dan galukoma, khususnya pada

steroid dalam bentuk pil. 13

Kortikosteroid

Kortikosteroid topikal adalah terapi awal dan secepatnya diberikan.8 Tujuan

penggunaan kortikosteroid untuk pengobatan uveitis anterior adalah mengurangi

Page 18: refrat uveitis

peradangan, yaitu mengurangi produksi eksudat, menstabilkan membran sel,

menghambat penglepasan lysozym oleh granulosit, dan menekan sirkulasi limposit. 9

Efek terapeutik kortikosteroid topikal pada mata dipengaruhi oleh sifat kornea

sebagai sawar terhadap penetrasi obat topikal ke dalam mata, sehingga daya tembus obat

topikal akan tergantung pada konsentrasi dan frekuensi pemberian, jenis kortikosteroid,

jenis pelarut yang dipakai, bentuk larutan. 15

Konsentrasi dan frekuensi pemberian, makin tinggi konsentrasi obat dan makin

sering frekuensi pemakaiannya, maka makin tinggi pula efek antiinflamasinya.

Peradangan pada kornea bagian dalam dan uveitis diberikan preparat dexametason,

betametason dan prednisolon karena penetrasi intra okular baik, sedangkan preparat

medryson, fluorometolon dan hidrokortison hanya dipakai pada peradangan pada

palpebra, konjungtiva dan kornea superfisial. 15

Kornea terdiri dari 3 lapisan yang berperan pada penetrasi obat topikal mata

yaitu, epitel yang terdiri dari 5 lapis sel, stroma, endotel yang terdiri dari selapis sel.

Lapisan epitel dan endotel lebih mudah ditembus oleh obat yang mudah larut dalam

lemak sedangkan stroma akan lebih mudah ditembus oleh obat yang larut dalam air.

Maka secara ideal obat dengan daya tembus kornea yang baik harus dapat larut dalam

lemak maupun air (biphasic). Obat-obat kortikosteroid topikal dalam larutan alkohol

dan asetat bersifat biphasic. 15

Kortikosteroid tetes mata dapat berbentuk solutio dan suspensi. Keuntungan

bentuk suspensi adalah penetrasi intra okular lebih baik daripada bentuk solutio karena

bersifat biphasic, tapi kerugiannya bentuk suspensi ini memerlukan pengocokan terlebih

dahulu sebelum dipakai. Pemakaian steroid tetes mata akan mengakibatkan komplikasi

seperti: Glaukoma, katarak, penebalan kornea, aktivasi infeksi, midriasis pupil,

pseudoptosis dan lain-lain.15

Beberapa kortikosteroid topikal yang tersedia adalah prednisolon acetate 0,125%

dan 1%, prednisolone sodium phospat 0,125% , 0,5%, dan 1%, deksamentason alcohol

Page 19: refrat uveitis

0,1%, deksamethasone sodium phospat 0,1%, fluoromethasone 0,1% dan 0,25%, dan

medrysone 1%. 12

Cycloplegics dan mydriatics

Semua agent cycloplegic adalah cholinergic antagonist yang bekerja

memblokade neurotransmitter pada bagian reseptor dari sphincter iris dan otot ciliaris.

Cycloplegic mempunyai tiga tujuan dalam pengobatan uveitis anterior, yaitu untuk

mengurangi nyeri dengan memobilisasi iris, mencegah terjadinya perlengketan iris

dengan lensa anterior ( sinekia posterior ), yang akan mengarahkan terjadinya iris

bombe dan peningkatan tekanan intraocular, menstabilkan blood-aqueous barrier dan

mencegah terjadinya protein leakage (flare) yang lebih jauh. Agent cycloplegics yang

biasa dipergunakan adalah atropine 0,5%, 1%, 2%, homatropine 2%, 5%, Scopolamine

0,25%, dan cyclopentolate 0,5%, 1%, dan 2%. 9

Oral steroid dan Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs

Prednisone oral dipergunakan pada uveitis anterior yang dengan penggunaan

steroid topical hanya berespon sedikit. Penghambat prostaglandin, NSAIDs ( biasanya

aspirin dan ibuprofen ) dapat mengurangi peradangan yang terjadi. Sebagai catatan,

NSAIDs dipergunakan untuk mengurang peradangan yang dihubungkan dengan cystoids

macular edema yang menyertai uveitis anterior. 9

Pengobatan kortikosteroid bertujuan mengurangi cacat akibat peradangan dan

perpanjangan periode remisi. Banyak dipakai preparat prednison dengan dosis awal

antara 12 mg/kg BB/hari, yang selanjutnya diturunkan perlahan selang sehari

(alternating single dose). Dosis prednison diturunkan sebesar 20% dosis awal selama 2

minggu pengobatan, sedangkan preparat prednison dan dexametaxon dosis diturunkan

tiap 1 mg dari dosis awal selama 2 minggu. 9

Indikasi pemberian kortikosteroid sistemik adalah Uveitis posterior, Uveitis

bilateral, Edema macula, Uveitis anterior kronik (JRA, Reiter). Pemakaian

kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama akan terjadi efek samping yang tidak

Page 20: refrat uveitis

diingini seperti Sindrom Cushing, hipertensi, Diabetes mellitus, osteoporosis, tukak

lambung, infeksi, hambatan pertumbuhan anak, hirsutisme, dan lain-lain.9

Pengobatan lainnya

Jika pasien tidak koperatif atau iritis tidak berespon banyak dengan penggunaan

topical steroid, injects subkonjuctival steroid ( seperi celestone ) akan berguna. Depot

steroid seharusnya dihindari pada kasus uveitis sekunder, seperti yang diakibatkan oleh

herpes atau toksoplasmosis karena dapat memperparah. 8

Injeksi peri-okular dapat diberikan dalam bentuk long acting berupa Depo

maupun bentuk short acting berupa solutio. Keuntungan injeksi periokular adalah

dicapainya efek anti peradangan secara maksimal di mata dengan efek samping sistemik

yang minimal. 15

Indikasi injeksi periokular adalah apabila pasien tidak responsif terhadap

pengobatan tetes mata, maka injeksi periokular dapat dianjurkan, Uveitis unilateral, pre

operasi pada pasien yang akan dilakukan operasi mata, anak-anak, dan komplikasi

edema sistoid makula pada pars planitis. Penyuntikan steroid peri-okular merupakan

kontra indikasi pada uveitis infeksi (toxoplasmosis) dan skleritis. 15

Lokasi injeksi peri-okular sub-konjuctiva dan sub-tenon steroid repository serta

Injeksi sub-tenon posterior dan retro-bulbar. Keuntungan injeksi sub-konjungtiva dan

sub-tenon adalah dapat mencapai dosis efektif dalam 1 kali pemberian pada jaringan

intraokular selama 24 minggu sehingga tidak membutuhkan pemberian obat yang

berkali-kali seperti pemberian topikal tetes mata. Untuk kasus uveitis anterior berat

dapat dipakai dexametason 24 mg. Injeksi sub-tenon posterior dan retro-bulbar, cara ini

dipergunakan pada peradangan segmen posterior (sklera, koroid, retina dan saraf optik). 15

Komplikasi injeksi peri-okular adalah Perforasi bola mata, Injeksi yang berulang

menyebabkan proptosis, fibrosis otot ektra okular dan katarak sub-kapsular posterior,

Glaukoma yang persisten terhadap pengobatan, terutama dalam bentuk Depo di mana

Page 21: refrat uveitis

dibutuhkan tindakan bedah untuk mengangkat steroid tersebut dari bola mata, Astrofi

lemak sub-dermal pada teknik injeksi via palpebra.15

Follow-up awal pasien uveitis anterior harus terjadwal antara 1 – 7 hari,

tergantung pada keparahannya. Yang dinilai pada setip follow-up adalah visual aquity,

pengukuran tekanan intraocular, pemeriksaan dengan menggunakan slitlamp, assasment

cel dan flare, dan evaluasi respon terhadap terapi. 9

penanganan pada uveitis anterior dan follow up

A. Mild uveitis (Optional depending on symptoms)

1. Cyclopentolate, 1% (t.i.d.) atau homatropine, 5% (b.i.d.-t.i.d.)

2. Prednisolone, 1% (b.i.d.-q.i.d.)

3. Aspirin atau ibuprofen, 2 tablet (q.4h)b secara oral

4. Penggunaan β bloker jka TIO meningkat

5. Reevaluasi 4-7 hari (atau jika berambah parah)

B. Refer to primary care physician for systemic evaluation (when indicated)

C. Moderate uveitis

1. Homatropine, 5% (q.i.d.) atau scopolamine, 0.25% (b.i.d.)

2. Prednisolone, 1% (q.i.d.)a

3. Aspirin atau ibuprofen, 2 tablets (q.4h)b secara oral

4. Penggunaan β bloker jka TIO meningkat

5. Paca mata gelap

Page 22: refrat uveitis

6. Anjuran kepada pasien agar berhati-hati

7. Re-evaluasi 2-4 hari (atau bila perlu)

D. Severe uveitis

1. Atropine, 1% (b.i.d.-t.i.d.) atau homatropine, 5% (q.4h)

2. Prednisolone, 1% (q.2-4h)a

3. Aspirin atau ibuprofen, 2 tablets (q.3-4h) secara oral

4. Penggunaan β bloker jka TIO meningkat

5. Paca mata gelap

6. Anjuran kepada pasien agar berhati-hati

7. Reevaluasi 1-2 hari

PROGNOSIS

Kebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik jika dapat didiagnosis secara

awal dan diberi pengobatan. uveitis anterior mungkin berulang, terutama jika ada

penyebab sistemiknya. Karena baik para klinisi dan pasien harus lebih waspada terhadap

tanda dan mengobati dengan segera. Prognosis visual pada iritis kebanyak akan pulih

dengan baik, tanp adanya katarak, glaucoma atau posterior uveitis.

Page 23: refrat uveitis

BAB III

KESIMPULAN

Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan

berbagai penyebab.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami

inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Uveitis anterior merupakan radang

iris dan badan siliar bagian depan atau pars plikata, yang disebabkan oleh gangguan

sistemik di tempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul

karena reaksi alergi mata. Uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang dari 6

minggu dan dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu. Laboratorium sangat

dibutuhkan guna mendapat sedikit gambaran mengenai penyebab uveitis.

Penatalaksanan yang utama untuk uveitis tergantung pada keparahannnya dan bagian

organ yang terkena dan prognosis kebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik jika

dapat didiagnosis secara awal.

Page 24: refrat uveitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham ET. Traktus Uvealis dan Sklera. Dalam : Eva PR, Whitcher JP,

editor. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum; edisi ke-17. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 2010 : 150-155.

2. Ilyas S. Uveitis dalam Ilmu Penyakit Mata.Edisi ketiga.,Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 2009 : 172-174.

3. Gunawan wasisdi, Gambaran Klinis Uveitis Anterior Akua pada HLA B27

Positif, FKUGM, Yogyakarta.

4. K George Roger, MD, Uveitis, Nongranulomatous. www emedicine.co.id,

Accessed. June th. 2005:1-3

5. Vaughan G Daniel, anatomi dan Embriologi Mata, Oftalmologi Umum ed 14,

Widya Medika, Jakarta: 2000 hal8-9

6. Wong tien YN, ” Uvetis Systemic and Tumots” , The Opthlmolgy Examinations

Review, Wrld Scientific, Singapura:2001. P321-323

7. Ilyas, Sidharta, H.H.B Mailangkay, Hilman Taim, dkk., Ilmu Penyakit Mata

8. edisi ke-2,PERDAMI,Sagung Seto, Jakarta:2002.

9. Hodge WG. Traktus Uvealis dan Sklera. Dalam : Vaughn DG, Asbury T, Eva

PR, editor. Oftalmologi Umum; edisi ke-14. Cetakan I. Jakarta : Widya Medika,

2000 :155-160.

10. Ilyas Sidarta, Uveitis Anterior, Ilmu Penyakit Mata, ed II, FKUI, Jakarta: 2002

www_preventblindness. Co.id, Causes of Anterior Uveitis . Accessed.

September th. 2006:1-2

11. http://yumizone.wordpress.com/2009/02/24/uveitis-anterior/

12. http://www.uveitissociety.org/pages/diseases/cau.html