39
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Lansia 1.1. Pengertian Lansia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009). Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia) dimulai pada abad ke-19 di negara

Definisi lansia 2.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Definisi lansia 2.doc

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

1. Lansia

1.1. Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang

telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).

Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia

(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun

merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia

adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan

penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara

individual (Efendi, 2009).

Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia)

dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas

minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap

dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak

memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang

menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya.

Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan

yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).

Page 2: Definisi lansia 2.doc

1.2. Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan

umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2

yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam

puluh) tahun ke atas”.

b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi

empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut

usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia

sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.

c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama

(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun,

ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65

hingga tutup usia.

d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age):

> 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi

menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun),

dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).

1.3. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan

Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia

(prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah seseorang

yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

Page 3: Definisi lansia 2.doc

dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih mampu

melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa,

lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

1.4. Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun

(sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan dan

masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan

biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi

maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk, 2008).

1.5. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,

lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam

Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan

diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah

hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif

dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga

menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan

banyak menuntut.

Page 4: Definisi lansia 2.doc

Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan

agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,

menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independen

(ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan serius, tipe

pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe

putus asa (benci pada diri sendiri).

1.6. Proses Penuaan

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang

dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia

tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang

kompleks multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan

berkembang sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2006).

Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah

sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami

penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan

(Maryam dkk, 2008).

Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang

tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu

proses menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual) kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi

secara normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk adanya infeksi. Proses

Page 5: Definisi lansia 2.doc

penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya

dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain

sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang

tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun. Setiap orang

memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal

pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat menurunnya. Umumnya fungsi

fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai

puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat,

kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia

(Mubarak, 2009).

Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara

biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, maka

kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan

kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher, 2009). Oleh karena itu, perlu

perlu membantu individu lansia untuk menjaga harkat dan otonomi maksimal

meskipun dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan psikologis (Smeltzer, 2001).

1.7. Teori-Teori Proses Penuaan

Menurut Maryam, dkk (2008) ada beberapa teori yang berkaitan dengan

proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori

spiritual.

1.7.1. Teori biologis

Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow

theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

Page 6: Definisi lansia 2.doc

Teori genetik dan mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi, semua

terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai

akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan

setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

Immunology slow theory. Menurut immunology slow theory, sistem imun

menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh

yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

Teori stres. Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya

sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang

menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak

stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-

bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel

tidak dapat melakukan regenerasi.

Teori rantai silang. Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi

kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan

kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan hilangnya

fungsi sel.

1.7.2. Teori psikologi

Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan

keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan dan

intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar

pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.

Page 7: Definisi lansia 2.doc

Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya

penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan

untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan

muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.

1.7.3. Teori sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu

teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement

theory), teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity theory),

teori perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age

stratification theory).

a. Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia

bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai

masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestasinya berkurang sehingga

menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah

harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.

b. Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita

lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara

perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.

c. Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung

bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas

serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas

dan aktivitas yang dilakukan.

d. Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam

siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat

Page 8: Definisi lansia 2.doc

merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat

terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak

berubah meskipun ia telah menjadi lansia.

e. Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses

menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia

terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun

negatif. Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua

yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.

f. Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa

pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan

untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Setiap

kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan keterkaitannya

dengan kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat

dipergunakan untuk menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa

stratifikasi sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas

dan kelompok etnik.

1.7.4. Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian

hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti

kehidupan.

1.8. Tugas Perkembangan Lansia

Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi

seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada tiap individu,

namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi tubuh

Page 9: Definisi lansia 2.doc

akan terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit dan merupakan

perubahan normal. Adanya penyakit terkadang mengubah waktu timbulnya

perubahan atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.

Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah : beradaptasi

terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap masa

pensiun dan penurunan pendapatan, beradaptasi terhadap kematian pasangan,

menerima diri sebagai individu yang menua, mempertahankan kehidupan yang

memuaskan, menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa,

menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry, 2009).

2. Kebutuhan

2.1. Defenisi Kebutuhan

Menurut Maslow (2008) kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh

manusia sehingga dapat mencapai kesejahteraan, sehingga bila ada di antara

kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak

sejahtera atau kurang sejahtera. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan adalah suatu

hal yang harus ada, karena tanpa itu hidup kita menjadi tidak sejahtera atau

setidaknya kurang sejahtera ( Safrila, 2008).

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,

yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Kebutuhan dasar manusia adalah seperti makanan, air, keamanan, dan cinta yang

merupakan hal yang paling penting untuk bertahan hidup dan kesehatan.

Walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap

Page 10: Definisi lansia 2.doc

orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan

dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-

sakit (Potter & Perry, 2005).

2.2. Ciri-Ciri Kebutuhan

Manusia memiliki kebutuhan dasar bersifat heterogen. Setiap orang pada

dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena terdapat perbedaan

budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi

kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika

gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak

untuk berusaha mendapatnya (Hidayat, 2009).

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan

Menurut Hidayat (2009) Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh

berbagai faktor berikut:

a. Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan

pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena

beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar

dari biasanya.

b. Hubungan keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan

pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan

kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.

c. Konsep diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan

kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan

(wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan

Page 11: Definisi lansia 2.doc

positif terhadap diri. Orang yang merasakan positif tentang dirinya akan

mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup

yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.

d. Tahap perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami

perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memilki kebutuhan yang

berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual,

mengingat berbagai fungsi organ tubuh juga mengalami proses kematangan

dengan aktivitas yang berbeda.

3. Istirahat Tidur

3.1. Pengertian Istirahat Tidur

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi

oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat

berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda

pada setiap individu (Mubarak, 2007).

Istirahat tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh

ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang

dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.

Tidur merupakan kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunkan oleh

stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan

sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh

ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang

berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang

Page 12: Definisi lansia 2.doc

bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons

terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2006).

3.2. Karakteristik Istirahat

Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat. Misalnya, Narrow (1967)

yang dikutip oleh Perry dan Potter 1993 mengemukakan enam karakteristik yang

berhubungan dengan istirahat, di antaranya: merasakan bahwa segala sesuatu

dapat diatasi, merasa diterima, mengetahui apa yang sedang terjadi, bebas dari

gangguan ketidaknyamanan, mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas

yang mempunyai tujuan, mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan

(Hidayat, 2006).

Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila karakteristik tersebut di atas

dapat terpenuhi. Hal ini dapat dijumpai apabila pasien merasakan segala

kebutuhannya dapat diatasi dan adanya pengawasan maupun penerimaan dari

asuhan keperawatan yang diberikan sehingga dapat memberikan kedamaian.

Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria tersebut di atas, maka kebutuhan

istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan keperawatan

yang dapat meningkatkan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur, misalnya

mendengarkan secara hati-hati tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba

meringankannya jika memungkinkan (Hidayat, 2006).

Pasien yang mempunyai perasaan tidak diterima tidak mungkin dapat

beristirahat dengan tenang. Oleh sebab itu, perawat harus sensitif terhadap

kekhawatiran atau masalah yang dialami pasien. Pengenalan pasien terhadap apa

yang akan terjadi adalah keadaan lain yang penting agar dapat beristirahat.

Adanya ketidaktahuan akan menimbulkan kecemasan dengan tingkat yang

Page 13: Definisi lansia 2.doc

berbeda-beda dan dapat menimbulkan gangguan pada istirahat pasien sehingga

perawat harus membantu memberikan penjelasan kepada pasiennya. Agar pasien

merasa diterima dan mendapatkan kepuasan, maka pasien harus dilibatkan dalam

melaksanakan berbagai aktivitas yang mempunyai tujuan sehingga pasien merasa

dihargai tentang kompetensi yang ada pada dirinya. Pasien akan merasa aman jika

mengetahui bahwa ia akan mendapat bantuan yang sesuai dengan yang

diperlukannya. Pasien yang merasa terisolasi dan kurang mendapat bantuan tidak

akan dapat istirahat, sehingga perawat harus dapat menciptakan suasana agar

pasien tidak merasa terisolasi dengan cara melibatkan keluarga dan teman-teman

pasien. Keluarga dan teman-teman pasien dapat meningkatkan kebutuhan istirahat

pasien dengan cara membantu pasien dalam tugas sehari-hari dan dalam

mengambil keputusan yang sulit (Hidayat, 2006).

3.3. Kondisi Untuk Istirahat yang Cukup

Dalam memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur dibutuhkan kondisi yang

yang cukup agar kebutuhan istirahat dan tidur tersebut dapat dipenuhi. Adapun

kondisi untuk istirahat yang cukup menurut Potter & Perry (2006) adalah sebagai

berikut:

a. Kenyaman fisik antara lain : eliminasi sumber-sumber yang mengiritasi kulit,

kontrol sumber nyeri, kontrol suhu ruangan, pertahankan kesejajaran anatomis

yang tepat atau posisi yang sesuai, pindahkan distraksi lingkungan, sediakan

ventilasi yang cukup.

b. Bebas dari kecemasan dengan cara buat keputusan sendiri, berpartisipasi di

dalam pelayanan kesehatan, praktikkan aktivitas yang mengistirahatkan secara

teratur, mengetahui bahwa lingkungan aman.

Page 14: Definisi lansia 2.doc

c. Tidur yang cukup sehingga memperoleh jumlah jam tidur yang dibutuhkan

untuk merasa segar kembali dengan mengikuti kebiasaan hygiene yang baik

sebelum tidur.

3.4. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya

hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan

menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini

diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur

seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan

dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam

mensensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating system (RAS)

dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga

dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangasangan emosi dan

proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan

katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan

disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons

dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchoronizing regional (BSR), sedangkan

bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan

sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus

atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2006).

3.5. Fungsi Dan Tujuan Tidur

Tidur diyakini bahwa dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan

mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskular,

Page 15: Definisi lansia 2.doc

endokrin, dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan

kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek

fisiologis dan tidur; pertama, efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat

memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf;

dan kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi

dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan (Hidayat, 2006).

3.6. Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan.

Berikut ini tabel merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia (Hidayat,

2006).

Table 1. Kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur

0-1 bulan Masa neonates 14-18 jam/hari

1 bulan-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari

18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari

3 tahun-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari

6 tahun-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari

12 tahun-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari

18 tahun-40 tahun Masa dewasa muda 7-8 jam/hari

40 tahun-60 tahun Masa paruh baya 7 jam/hari

60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

Page 16: Definisi lansia 2.doc

3.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Istirahat Tidur

Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang

kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan

kualitas dan kuantitas istirahat dan tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur

sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Asmadi (2008) di antara faktor yang dapat

mempengaruhinya adalah:

a. Status kesehatan. Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia

dapat tidur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri,

maka kebutuhan istirahat tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga

ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita

gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka

seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.

b. Lingkungan. Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang

untuk istirahat dan tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan

seseorang akan istirahat dan tidur dengan tenang. Sebaliknya lingkungan yang

ribut, bising dan gaduh akan menghambat seseorang untuk istirahat dan tidur.

c. Stres psikologis. Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada

frekuensi istirahat dan tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas

akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini

akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.

d. Diet. Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu,

daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya,

minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.

Page 17: Definisi lansia 2.doc

e. Gaya hidup. Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan

tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada

kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih

pendek.

f. Obat-obatan. Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek

menyebabkan tidur, ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur.

Selain faktor-faktor di atas, motivasi juga dapat mempengaruhi kebutuhan

istirahat dan tidur. Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang

untuk tidur, yang dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan

untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur (Hidayat,

2006).

3.8. Tahapan Tidur

Normal tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid eye movement (NREM)

dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi

empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir.

Tahapan-tahapan tidur tersebut menurut Tarwoto dan Wartonah (2006) adalah

sebagai berikut:

a. Tahapan tidur NREM terdiri dari :

1) NREM tahap 1 ditandai dengan tingkat transisi, merespon cahaya,

berlangsung beberapa menit, mudah terbangun dengan rangsangan,

aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun, bila

terbangun terasa sedang bermimpi.

Page 18: Definisi lansia 2.doc

2) NREM tahap II ditandai dengan periode suara tidur, mulai relaksasi otot,

berlangsung 10-20 menit, fungsi tubuh berlangsung lambat, dapat

dibangunkan dengan mudah.

3) NREM tahap III ditandai dengan awal tahap dari keadaan tidur nyenyak,

sulit dibagunkan, relaksasi otot menyeluruh, tekanan darah menurun,

berlangsung 15-30 menit.

4) NREM tahap IV ditandai dengan tidur nyenyak, sulit untuk dibangunkan,

butuh stimulus intensif, untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun,

sekresi lambung menurun, gerak bola mata cepat.

b. Tahapan tidur REM

1) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.

2) Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya.

3) Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi.

4) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan

dalam belajar, memori, dan adaptasi.

Pola tidur normal pada usia tua adalah tidur ± 6 jam/hari, tahap REM 20-

25%, tahap NREM menurun dan kadang-kadang absen, sering terbangun pada

malam hari (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Selama penuaan, pola tidur mengalami perubahan-perubahan yang khas

yang membedakannya dari orang-orang yang lebih muda. Perubahan-perubahan

tersebut mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan

tidur siang. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk tidur yang lebih dalam juga

menurun. Terdapat suatu hubungan antara peningkatan terbangun selama tidur

Page 19: Definisi lansia 2.doc

dengan jumlah total waktu yang dihabiskan untuk terjaga di malam hari (Stanley,

2006).

3.9. Gangguan Tidur

Ada beberapa gangguan yang terjadi pada saat tidur. Menurut Tarwoto &

Wartonah (2006) gangguan yang terjadi saat tidur adalah sebagai berikut:

a. Insomnia. Insomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup

kualitas dan kuantitas tidur. Ada 3 macam insomnia yaitu Intial Insomnia

adalah ketidakmampuan untuk tidur tidak ada, Intermittent Insomnia

merupakan ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan tidur sebab sering

terbangun, dan Terminal Insomnia adalah bangun lebih awal tetapi tidak

pernah tertidur kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik,

kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak.

b. Hipersomnia. Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam,

biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit

ginjal, liver, dan metabolisme.

c. Parasomnia. Parasomnia merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu

tidur anak seperti samnohebalisme (tidur sambil berjalan).

d. Narcolepsi. Suatu keadaan/kondisi yang di tandai oleh keinginan yang tidak

terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada saat tidur sama dengan

orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas darah atau endoktrin.

e. Apnoe tidur dan mendengkur. Mendengkur tidak dianggap sebagai gangguan

tidur, namun bila disertai apnoe maka bisa menjadi masalah. Mendengkur

disebabkan oleh adanya rintangan pengeluaran udara di hidung dan mulut,

Page 20: Definisi lansia 2.doc

misalnya amandel, adenoid, otot-otot di belakang mulut mengendor dan

bergetar. Periode apnoe berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit.

f. Mengigau. Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum

tidur REM.

Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan di mana

individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan kualitas

pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyaman atau mengganggu gaya hidup

yang diinginkan (Carpenito, LJ 1995). Penyebab dari gangguan pola tidur ini

antara lain kerusakan transport oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan

eliminasi, pengaruh obat, immobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, faktor

lingkungan yang menggangu dan lain-lain. (Hidayat, 2006).