Upload
ayubaryandina4230
View
11
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
delirium dan demensia
Citation preview
DELIRIUM DAN DEMENSIA
- Makalah yang disajikan pada seminar sehari dalam rangka memperingati Hari
Kesehatan Jiwa Sedunia (10 Oktober 2007), di laksanakan di Jakarta, 27 Oktober
2007. Oleh: Dr. Witjaksana Roan, DPM(Lond.), SpKJ(K)
Delirium
Delirium juga disebut Kondisi bingung akut (Acute Confusional State) dan demensia
merupakan penyebab yang paling sering dari gangguan atau hendaya kognitif, walaupun
gangguan afektif (seperti depresi) juga bisa mengganggu kognisi. Delirium dan demensia
merupakan dua gangguan yang berbeda, namun sering sukar dibedakan. Pada keduanya,
fungsi kognitif terganggu, namun demensia biasanya memori yang terganggu, sedangkan
delirium daya perhatiannya yang terganggu.
Beberapa ciri khas membedakan kedua gangguan tersebut (lihat tabel 1). Delirium
biasanya disebabkan oleh penyakit akut atau keracunan obat (kadang mengancam jiwa
orang) dan sering reversibel, sedangkan demensia secara khas disebabkan oleh perubahan
anatomik dalam otak, berawal lambat dan biasanya tidak reversibel. Delirium bisa timbul
pada pasien dengan demensia juga.
Tabel 1. Perbedaan klinis delirium dan Demensia
Gambaran Delirium demensia
Riwayat Penyakit akut Penyakit kronik
Awal Cepat Lambat laun
Sebab Terdapat penyakit lain (infeksi,
dehidrasi, guna/putus obat
Biasanya penyakit otak kronik (spt
Alzheimer, demensia vaskular)
Lamanya Ber-hari/-minggu Ber-bulan/-tahun
Perjalanan sakit Naik turun Kronik progresif
Taraf kesadaran Naik turun Normal
Orientasi Terganggu, periodik Intak pada awalnya
Afek Cemas dan iritabel Labil tapi tak cemas
Alam pikiran Sering terganggu Turun jumlahnya
Bahasa Lamban, inkoheren, inadekuat Sulit menemukan istilah tepat
Daya ingat Jangka pendek terganggu nyata Jangka pendek & panjang terganggu
Persepsi Halusinasi (visual) Halusinasi jarang kecuali sundowning
Psikomotor Retardasi, agitasi, campuran Normal
Tidur Terganggu siklusnya Sedikit terganggu siklus tidurnya
Atensi & kesadaran Amat terganggu Sedikit terganggu
Reversibilitas Sering reversibel Umumnya tak reversibel
Penanganan Segera Perlu tapi tak segera
Catatan: pasien dengan demensia amat rentan terhadap delirium, dan delirium yang bertumpang tindih dengan
demensia adalah umum
Delirium
Sindrom klinis akut dan sejenak dengan ciri penurunan taraf kesadaran, gangguan
kognitif, gangguan persepsi, termasuk halusinasi & ilusi, khas adalah visual juga di
pancaindera lain, dan gangguan perilaku, seperti agitasi. Gangguan ini berlangsung
pendek dari ber-jam hingga berhari, taraf hebatnya berfluktuasi, hebat di malam hari,
kegelapan membuat halusinasi visual & gangguan perilaku meningkat. Biasanya
reversibel. Penyebabnya termasuk penyakit fisik, intoxikasi obat (zat). Diagnosis
biasanya klinis, dengan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan (imaging) untuk
menemukan penyebabnya. Terapinya ialah memperbaiki penyebabnya dan tindakan
suportif.
Delirium bisa timbul pada segala umur, tetapi sering pada usia lanjut. Sedikitnya 10%
dari pasien lanjut usia yang dirawat inap menderita delirium; 15-50% mengalami
delirium sesaat pada masa perawatan rumah sakit. Delirium juga sering dijumpai pada
panti asuhan. Bila delirium terjadi pada orang muda biasanya karena penggunaan obat
atau penyakit yang berbahaya mengancam jiwanya.
Etiologi dan patofisiologi
Banyak kondisi sistemik dan obat bisa menyebabkan delirium, contoh
antikolinergika, psikotropika, dan opioida. Mekanisma tidak jelas, tetapi mungkin terkait
dengan gangguan reversibilitas dari metabolisma oxidatif otak, abnormalitas
neurotransmiter multipel, dan pembentukan sitokines (cytokines). Stress dari penyebab
apapun bisa meningkatkan kerja saraf simpatikus sehingga mengganggu fungsi
kolinergik dan menyebabkan delirium. Usia lanjut memang dasarnya rentan terhadap
penurunan transmisi kolinergik sehingga lebih mudah terjadi delirium. Apapun sebabnya,
yang jelas hemisfer otak dan mekanisma siaga (arousal mechanism) dari talamus dan
sistem aktivasi retikular batang otak jadi terganggu.
Terdapat faktor predisposisi gangguan otak organik: seperti demensia, stroke.
Penyakit parkinson, umur lanjut, gangguan sensorik, dan gangguan multipel. Faktor
presipitasi termasuk penggunaan obat baru lebih dari 3 macam, infeksi, dehidrasi,
imobilisasi, malagizi, dan pemakaian kateter buli-buli. Penggunaan anestesia juga
meningkatkan resiko delirium, terutama pada pembedahan yang lama. Demikian pula
pasien lanjut usia yang dirawat di bagian ICU beresiko lebih tinggi.
Tanda dan gejala
Delirium ditandai oleh kesulitan dalam:
Konsentrasi dan memfokus
Mempertahankan dan mengalihkan daya perhatian
Kesadaran naik-turun
Disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
Halusinasi biasanya visual, kemudian yang lain
Bingung menghadapi tugas se-hari-hari
Perubahan kepribadian dan afek
Pikiran menjadi kacau
Bicara ngawur
Disartria dan bicara cepat
Neologisma
Inkoheren
Gejala termasuk:
Perilaku yang inadekuat
Rasa takut
Curiga
Mudah tersinggung
Agitatif
Hiperaktif
Siaga tinggi (Hyperalert)
Atau sebaliknya bisa menjadi:
Pendiam
Menarik diri
Mengantuk
Banyak pasien yang berfluktuasi antara diam dan gelisah
Pola tidur dan makan terganggu
Gangguan kognitif, jadi daya mempertimbangkan dan tilik-diri terganggu
Diagnosis
Biasanya klinis. Semua pasien dengan tanda dan gejala gangguan fungsi kognitif
perlu dilakukan pemeriksaan kondisi mental formal.
Kemampuan atensi bisa diperiksa dengan:
Pengulangan sebutan 3 benda
Pengulangan 7 angka ke depan dan 5 angka ke belakang (mundur)
Sebutkan nama hari dalam seminggu ke depan dan ke belakang (mundur)
Ikuti kriteria diagnostik dari ICD-10 atau DSM-IV-TR
Confusion Assessment Method (CAM)
Wawancarai anggota keluarga
Penggunaan obat atau zat psikoaktif overdosis atau penghentian mendadak.
Prognosis
Morbiditas dan mortalitas lebih tinggi pada pasien yang masuk sudah dengan
delirium dibandingkan dengan pasien yang menjadi delirium setelah di Rumah Sakit.
Beberapa penyebab delirium seperti hipoglikemia, intoxikasi, infeksi, faktor
iatrogenik, toxisitas obat, gangguan keseimbangan elektrolit. Biasanya cepat membaik
dengan pengobatan.
Beberapa pada lanjut usia susah untuk diobati dan bisa melanjut jadi kronik
Terapi
Terapi diawali dengan memperbaiki kondisi penyakitnya dan menghilangkan faktor
yang memberatkan seperti:
Menghentikan penggunaan obat
Obati infeksi
Suport pada pasien dan keluarga
Mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien
Cukupi cairan dan nutrisi
Vitamin yang dibutuhkan
Segala alat pengekang boleh digunakan tapi harus segera dilepas bila sudah
membaik, alat infuse sesederhana mungkin, lingkungan diatur agar nyaman.
Obat:
o Haloperidol dosis rendah dulu 0,5 – 1 mg per os, IV atau IM
o Risperidone 0,5 – 3mg per os tiap 12 jam
o Olanzapine 2,5 – 15mg per os 1 x sehari
o Lorazepam 0,5 – 1mg per os atau parenteral (tak tersedia di Indonesia),
Perlu diingat obat benzodiazepine ini bisa memperburuk delirium karena
efek sedasinya.
Demensia
Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yg progresif setelah mencapai
pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organik,
diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan
fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual.
Biasanya kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif. Diagnosis dilaksanakan
dengan pemeriksaan klinis, laboratorium dan pemeriksaan pencitraan (imaging),
dimaksudkan untuk mencari penyebab yang bisa diobati. Pengobatan biasanya hanya
suportif. Zat penghambat kolinesterasa (Cholinesterase inhibitors) bisa memperbaiki
fungsi kognitif untuk sementara, dan membuat beberapa obat antipsikotika lebih efektif
daripada hanya dengan satu macam obat saja.
Demensia bisa terjadi pada setiap umur, tetapi lebih banyak pada lanjut usia (l.k 5%
untuk rentang umur 65-74 tahun dan 40% bagi yang berumur >85 tahun). Kebanyakan
mereka dirawat dalam panti dan menempati sejumlah 50% tempat tidur.
Etiologi dan klasifikasi
• Menurut umur:
– Demensia senilis (> 65 th)
– Demensia prasenilis (< 65 th)
• Menurut perjalanan penyakit:
– Reversibel
– Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B12
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.
• Menurut kerusakan struktur otak
– Tipe Alzheimer
– Tipe non-Alzheimer
– Demensia vaskular
– Demensia jisim Lewy (Lewy Body dementia)
– Demensia Lobus frontal-temporal
– Demensia terkait dengan SIDA (HIV-AIDS)
– Morbus Parkinson
– Morbus Huntington
– Morbus Pick
– Morbus Jakob-Creutzfeldt
– Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
– Prion disease
– Palsi Supranuklear progresif
– Multiple sklerosis
– Neurosifilis
– Tipe campuran
• Menurut sifat klinis:
– Demensia proprius
– Pseudo-demensia
Tanda & Gejala
Seluruh jajaran fungsi kognitif rusak.
Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
Gangguan kepribadian dan perilaku, mood swings
Defisit neurologik motor & fokal
Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang
Gangguan psikotik: halusinasi, ilusi, waham & paranoia
Agnosia, apraxia, afasia
ADL (Activities of Daily Living) susah
Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian
Lupa meletakkan barang penting
Sulit mandi, makan, berpakaian, toileting
Pasien bisa berjalan jauh dari rumah dan tak bisa pulang
Mudah terjatuh, keseimbangan buruk
Akhirnya lumpuh, inkontinensia urine & alvi
Tak dapat makan dan menelan
Koma dan kematian
Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada 3 hal:
Pembedaan antara delirium dan demensia
Bagian otak yang terkena
Penyebab yang potensial reversibel
Perlu pembedaan dari depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
Pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan EEG
Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
Terapi
Pertama perlu diperhatikan keselamatan pasien, lingkungan dibuat senyaman
mungkin, dan bantuan pengasuh perlu.
Koridor tempat jalan, tangga, meja kursi tempat barang keperkuannya
Tidak diperbolehkan memindahkan mobil dsb.
Diberi keperluan yang mudah dilihat, penerangan lampu terang, jam dinding
besar, tanggalan yang angkanya besar
Obat:
Nootropika:
o Pyritinol (Encephabol) 1x100 - 3x200mg
o Piracetam (Nootropil) 1x400-3x1200mg
o Sabeluzole (Reminyl)
o Ca-antagonist:
o Nimodipine (Nimotop 1-3x30mg)
o Citicholine (Nicholin) 1-2x100-300mg i.v./i.m.
o Cinnarizine (Stugeron) 1-3x25mg
o Pentoxifylline (Trental) 2-3x400mg(oral), 200-300mg infuse
o Pantoyl-GABA
Acetylcholinesterase inhibitors
o Tacrine 10 mg dinaikkan lambat laun hingga 80 mg. Hepatotoxik
o Donepezil(Aricept) centrally active reversible cholinesterase inhibitor, 5
mg 1x /hari
o Galantamine (Riminil) 1-3x5mg
o Rivastigmin (Exelon) 1,5, 3, 4,5, 6 mg
o Memantine 2 x 5mg – 10mg
Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD)
BPSD perlu dibahas di sini karena merupakan satu akibat yang merepotkan bagi
pengasuh dan mem buat payah bagi sang pasien karena ulahnya yang amat mengganggu:
Behavioural
Gangguan perilaku
agitasi
hiperaktif
Keluyuran
o Perilaku yang tak adekuat
o Abulia kognitif
o Agresi
verbal, teriak
fisik
Gangguan nafsu makan
o Gangguan ritme diurnal
Tidur / bangun
o Perilaku tak sopan (social)
Perilaku sexual tak sopan
Deviasi sexual
Piromania
Psychological
Gangguan afektif
o Anxietas
o Iritabilitas
o Gejala depresif.
o Depresi berat
Labilitas emosional
o Apati
o Sindrom waham & salah-identifikasi
Orang menyembunyikan dan mencuri barangnya
paranoid, curiga
o Rumah lama dianggap bukan rumahnya
o Pasangan / pengasuh
Palsu
Tak setia
Menelantarkan pasien
Cemburu patologik
Keluarga / kenalan yang mati masih hidup
o Halusinasi
Visual
Auditorik
Olfaktorik
Raba (haptik)
Terapi farmakologik
Antipsikotika tipik: Haldol 0,25-0,5 atau 1-2mg
Antipsikotika atipik:
Clozaril 1x 12.5-25mg
Risperidone 0,25-0,5mg atau 0,75-1,75
Olanzapine 2,5-5,0mg atau 5-10mg
Quetiapine 100-200mg atau 400-600mg
Abilify 1x10-15mg
Anxiolitika
Clobazam 1x10mg
Lorazepam 0,5-1.0mg atau 1,5-2mg
Bromazepam 1,5mg-6mg
Buspirone HCl 10-30mg
Trazodone 25-10mg atau 50-100mg
Rivotril 2mg (1x0,5mg-2mg)
Antidepresiva
Amitriptyline 25-50mg
Tofranil 25-30mg
Asendin 1x25-3x100mg (hati2, cukup keras)
SSRI spt Zoloft1x50mg, Seroxat 1x20mg, Luvox 1x50-100mg,
Citalopram1x10-20mg, Cipralex, Efexor-XR 1x75mg, Cymbalta 1x60mg.
Mirtazapine (Remeron) 7,5mg-30mg(hati2)
Mood stabilizers
Carbamazepine 100-200mg atau 400-600mg
Divalproex 125-250mg atau 500-750mg
Topamate 1x50mg
Trileptal 1x 300mg-3xmg
Neurontin 1x 100-3x300mg bisa naik hingga 1800mg
Lamictal 1x50mg – 2x 50mg
Priadel 2-3x400mg
Obat anti-demensia
Obat anti-demensia pada kasus demensia stadium lanjut sebenarnya sudah tak
berguna lagi, namun bila diberikan dapat mengefektifkan obat terhadap BPSD:
Nootropika:
Pyritinol (Encephabol) 1x100 - 3x200mg
Piracetam (Nootropil) 1x400-3x1200mg
Sabeluzole (Reminyl)
Ca-antagonist:
Nimodipine (Nimotop 1-3x30mg)
Citicholine (Nicholin) 1-2x100-300mg i.v./i.m.
Cinnarizine (Stugeron) 1-3x25mg
Pentoxifylline (Trental) 2-3x400mg(oral), 200-300mg infuse
Pantoyl-GABA
Acetylcholinesterase inhibitors
Tacrine 10 mg dinaikkan lambat laun hingga 80 mg. Hepatotoxik
Donepezil(Aricept) centrally active reversible cholinesterase
inhibitor, 5 mg 1x /hari
Galantamine (Riminil) 1-3x5mg
Rivastigmin (Exelon) 1,5, 3, 4,5, 6 mg
Memantine 2 x 5 – 10mg