Delta Mahakam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

delta mahakam, east kalimantan, indonesia

Citation preview

Pesisir Delta Mahakam Dan Delta Berau Menuju Puncak KehancuranPenulis Artikel Puslitbang Geologi Kelautan Delyuzar IlahudeDelta Mahakam dan Berau dipilih sebagai objek penelitian karena daerah ini sangat kaya akan sumber daya alamnya. Di samping itu, delta Mahakam seluas 5 ribu meter persegi ini hanya memiliki jumlah penduduk yang relatif sedikit. Tingkat kerusakan di darat maupun di daerah pesisir yang dialaminya juga sangat khas. Oleh sebab itu perkembangan delta tersebut memerlukan kajian khusus dan terpadu dari beberapa institusi yang tergabung dalam Indonesian Consortium On Coastal and Marine Research (IComar).

Kerusakan daerah pesisir dan indikasi perkembangan Delta Sungai Mahakam dan Berau ke arah lepas pantai, erat sekali hubungannya dengan kegiatan di daratan Kalimantan timur terutama eksploitasi kayu secara liar (illegal loging) dan penebangan hutan mangrove di daerah pesisir yang makin lama tidak terkontrol.Delta Mahakam dan Berau dipilih sebagai objek penelitian karena daerah ini sangat kaya akan sumber daya alamnya. Di samping itu, delta Mahakam seluas 5 ribu meter persegi ini hanya memiliki jumlah penduduk yang relatif sedikit. Tingkat kerusakan di darat maupun di daerah pesisir yang dialaminya juga sangat khas. Oleh sebab itu perkembangan delta tersebut memerlukan kajian khusus dan terpadu dari beberapa institusi yang tergabung dalam Indonesian Consortium On Coastal and Marine Research (IComar).Kerusakan daerah pesisir dan indikasi perkembangan Delta Sungai Mahakam dan Berau ke arah lepas pantai, erat sekali hubungannya dengan kegiatan di daratan Kalimantan timur terutama eksploitasi kayu secara liar (illegal loging) dan penebangan hutan mangrove di daerah pesisir yang makin lama tidak terkontrol.Secara visual perkembangan Delta Mahakam ini relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan perkembangan Delta Berau yang berada di bagian atasnya (Gambar 1).

Hal ini dapat ditunjukkan dari luas daerah pertumbuhan Delta Mahakam yang relatif besar terutama terlihat pada saat surut serta dari beberapa data contoh sedimen yang diperoleh . Proses pendangkalan setiap tahun di lepas pantai muara sungai Mahakam tersebut telah berlangsung lama, dan boleh jadi kondisi ini sangat berkaitan dengan perubahan secara periodik antara gaya arus menjelang surut ke arah lepas pantai yang bermuatan sedimen, dan gaya arus balik saat pasang dari lepas pantai ke arah hulu sungai yang mengalami stagnant di daerah hilir yang lambat laun melahirkan endapan delta di muara sungai dan membentuk dataran pasang-surut (tidal flat) yang sangat luas. Kondisi ini agak berbeda dengan di perairan Delta Berau yang nota bene belum secepat proses pendangkalan yang terjadi di muara sungai Mahakam. Demikian juga tingkat kekeruhan air di perairan Delta Berau masih relatif rendah dari pada di perairan Delta Mahakam. Namun lambat laun jika kondisi ini tidak diperhatikan maka kasus di delta Mahakam akan menghujam kawasan Delta Berau.Penelitian dengan metode geofisika dan geologi di kawasan Delta Mahakam dan Berau ini sangat penting terutama untuk mengetahui arah perkembangan endapan delta, serta dilain pihak untuk mengetahui potensi sumberdaya mineral di daerah tersebut. Potensi sumberdaya mineral ini antara lain adalah berupa emas dan bahan galian lainnya yang terkonsentrasi ke arah lepas pantai muara Delta Mahakam dan Berau. Kegiatan eksplorasi bahan galian logam di daerah ini saat ini umumnya terkonsentrasi di daratan Kalimantan, sedangkan ke arah lepas pantai lebih ke arah pengeboran minyak dan gas oleh pihak swasta. Sebagian sumur hasil pengeboran migas di kawasan ini telah berproduksiDemikian juga di perairan Delta Berau, kegiatan eksplorasi umumnya di daratan Kalimantan, akan tetapi di lepas pantai muara sungai Berau belum terlihat pemandangan kegiatan pemboran minyak dan gas seperti yang dijumpai di perairan Delta Mahakam. Sehingga potensi pariwisata di kawasan lepas pantai muara sungai Berau masih cukup terjaga seperti pulau Derawan, Sangalaki, Maratua dan pulau-pulau lain di sekitarnya. Keberadaan populasi terumbu karang di sekitar pulau-pulau kecil di bagian timur laut lepas pantai Berau itu walaupun saat ini dalam kondisi memprihatinkan, namun hal ini menjadi indikator bahwa perairan ini masih relatif kecil pencemarannya jika dibandingkan dengan pencemaran di lepas pantai muara Mahakam.Delta Mahakam merupakan salah satu kawasan Indonesia yang sangat kaya akan kandungan hidrokarbon, Sejak lebih dari 30 tahun lalu, perusahaan minyak asal Perancis, Total E&P Indonesie, memfokuskan untuk beroperasi di wilayah ini. Kawasan Delta Mahakam memiliki luas sekitar 150.000 hektar (termasuk wilayah perairan). Di wilayah ini, cadangan terbesar dimiliki oleh Lapangan Peciko dan Lapangan Tunu, yang sampai saat sekarang produksinya mencapai 2,3 miliar kaki kubik atau lebih dari 500.000 barel ekivalen minyak.Walau kaya akan cadangan hidrokarbon, Delta Mahakam tidak memiliki akses ke laut dalam sebagai pintu masuk kapal-kapal tanker besar. Untuk itu dibangun terminal pengumpul minyak di desa Senipah, sebelah utara Balikpapan, Kalimantan Timur.Terminal minyak Senipah mulai beroperasi pada 1976 untuk menangani peningkatan produksi pada pertengahan 1970-an. Hingga saat ini lebih dari 3.000 kapal pernah berlabuh di Senipah untuk mengangkut lebih dari 1 miliar barel minyak mentah dan kondensat.Minyak dan gas dari Bekapai dialirkan melalui pipa bawah laut 12 inci, sedangkan minyak dari Handil dialirkan melalui pipa bawah tanah 20/24 inci ke Senipah. Minyak mentah tersebut dipisahkan dan distabilkan, sebelum dikirim ke tangki penyimpanan untuk kemudian diekspor melalui Single Buoy Mooring (SBM). Tangki-tangki berkapasitas 2,6 juta barel beserta fasilitas SBM yang mampu melayani tanker berukuran 125.000 DWT dibangun di Senipah.Pada bulan Juni 1996, mulai beroperasi Condensate Stabilisation Unit (CSU) yang mampu memproses dan menstabilkan kondensat sebelum dipasarkan. Kapasitas pemrosesan CSU saat ini sebesar 40.000 barel kondensat per hari.Ekspor gas Total E&P Indonesie dimulai pada 1982, dimana gas dari lapangan Handil pertama kali dikirim ke kilang LNG Bontang. Produksi gas kemudian bertambah dengan produksi dari Lapangan Tambora, Tunu, Peciko serta Sisi-Nubi, lapangan yang mulai beroperasi pada bulan November 2007. Saat ini produksi gas dari Lapangan Bekapai dan Peciko juga diproses di Senipah, begitu pula rencananya dengan gas dari Lapangan Mahakam Selatan yang akan dikembangkan. (KO)