Upload
rendi-muflih
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
preskas dbd
Citation preview
Demam Berdarah Dengue
Virus dengue penyebab DBD termasuk famili Flaviviridae, yang berukuran kecil sekali, yaitu 35-45 nm. Manifestasi
klinisnya ditandai gejala-gejala klinik berupa demam, nyeri pada seluruh tubuh, ruam dan perdarahan. Demam yang terjadi
pada infeksi ini timbulnya mendadak, tinggi (dapat mencapai 39-40 derajat Celcius) dan dapat disertai dengan menggigil.
Pada saat anak mulai panas ini biasanya sudah tidak mau bermain. Demam ini hanya berlangsung sekitar lima hari. Pada
saat demamnya berakhir, sering kali dalam bentuk turun mendadak dan disertai dengan berkeringat banyak. Saat itu anak
tampak agak loyo. Kadang-kadang dikenal istilah demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari
itu sempat turun di tengahnya menjadi normal kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh (gambaran
kurva panas sebagai punggung unta).
Kadang-kadang ruam tersebut hanya timbul pada daerah tangan atau kaki saja sehingga memberi bentuk spesifik seperti
kaos tangan dan kaki. Manifestasi klinis lainya adalah sakit kepala, nyeri perut, mual, muntah, kadang disertai diare atau
sulit BAB. Gejala lain yang menyertai adalah perfarahan di kulit, hidung atau saluran cerna.
PENYAKIT YANG MENYERUPAI
Melihat banyaknya tanda dan gejala klinis yang ditimbulkan DBD seringkali terjadi kekeliruan diagnosis pada awalnya.
Pada awal penyakit, infeksi DBD menyerupai berbagai penyakit bakteri, virus atau infeksi prozoa. Penyakit tersebut
meliputi demam tifoid, campak, influenza, infeksi tenggorokan (faringitis), demam cikungunya, leptospiros, malaria atau
kelaianan darah. Bahkan beberapa kasus DBD sering dikelirukan dengan infeksi usus buntu.
Demam Tifus
Demam tifus adalah penyakit yang sering dikelirukan dengan DBD. Seringkali seseorang didiagnosis DBD bersamaan
dengan penyakit tifus. Penyebab “pitfall” atau kekeliruan tersebut adalah kerancuan dalam menginterpretasi hasil
pemeriksaan Widal atau uji laboratorium untuk mendiagnosis demam tifus. Ternyata seringkali pada penderita hasil
pemeriksaan widal juga meningkat, padahal belum tentu mengalami infeksi tifus. Pemeriksaan widal adalah mendeteksi
antibodi atau kekebalan tubuh terhadap tifus, bukan mendeteksi adanya kuman atau berat ringannya penyakit tifus. Pada
penyakit tifus pemeriksaan widal biasanya meningkat saat minggu ke dua. Bila saat minggu pertama hasil pemeriksaan
widal tinggi maka mungkin harus dicurigai adanya “false positif”, atau kesalahan hasil positif yang diakibatkan faktor lain.
Ternyata pada pada beberapa penelitian pendahuluan ddidapatkan beberapa penyakit infeksi virus atau infeksi DBD, dapat
meningkatkan reaksi tes widal. Manifestasi ini sering terjadi pada penderita hipersensitif atau penderita yang sering
mengalami riwayat alergi.
Manifestasi klinis demam tifoid pada anak seringkali tidak khas dan sangat bervariasi yang sesuai dengan patogenesis
demam tifoid. Spektrum klinis demam tifoid tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau gejala saluran cerna seperti
nyeri mual, muntah, diare dan sulit BAB.Hal ini mempersulit penegakan diagnosis berdasarkan gambaran klinisnya saja.
Perbedaan sederhan dan mudah dilihat adalah pola kenaikkan demamnya. Pada infeksi virus atau DBD seringkali demam
mendadak tinggi dalam 2 hari awal dan akan menurun pada hari ke 3-5. Sedangkan sebaliknya pada demam tifus, demam
akan semakin meningkat sangat tinggi setelah hari ke 3-5.
Campak.
Penyakit DBD sering mirip dengan penyakit Campak karena timbulnya ruam pada kulit. Ruam yang terjadi dapat timbul
pada saat awal panas yang berupa flushing, yaitu berupa kemerahan pada daerah muka, leher, dan dada. Ruam juga dapat
timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercak-bercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Perbedaan khas yang
terjadi, pada DBD biasanya ruang akan berkurang saat hari ke 4 dan ke 5 dan akan menghilang setelah hari ke 6.
Sedangkan pada campak, ruam timbul hari ke 3 setelah itu semakin banyak setelah hari ke 6-7 warna merah berubah
menjadi kehitaman hingga seminggu.
Demam Cikungunya
DBD seringkali mirip dengan infeksi virus yang lain seperti Demam Cikungunya (DC). Perbedaannya, pada DC beberpa
anggota keluarga dapat terseng dengan gejala yang mirip. Manifestasi DC adalah demam mendadak, masa demam leih
pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu disertai ruam,mata kemerahan dan nyeri sendi.
Apendicitis akut
Terdapat sebuah kasus yang tragis dan memilukan yaitu seorang anak dilakukan operasi usus buntu (apendiktomi).
Ternyata penderita tidak mengalami infeksi usus buntu (apendicitis akut) tetapi mengalami DBD. Penderita akhirnya
meninggal karena penyakit DBDnya. Ternyata anak yang mempunyai riwayat sering nyeri perut dalam keadaan sehat, saat
mengalami infeksi virus atau DBD timbul gejala nyeri perut yang sangat berat yang sangat mirip keluhan infeksi usus
buntu.
Kelainan darah
Perdarahan pada penyakit DBD seringkali mirip dengan penyakit lain sseperti infeksi meningitis, sepsis atau kelainan darah
ITP (Idiopatic Trombocytopenic Purpura (ITP), leukimia dan anemia aplastik. Meskipun beberapa penyekit tersebut relatif
sangat jarang terjadi.
MEMASTIKAN DBD
Berbagai pengalaman dan manifestasi klinis penyakit yang menyerupai DBD tersebut menjadi pelajaran terbaik bagi para
klinisi dan masyarakat. Kecermatan dan ketelitian sangat diperlukan dalam mencurigai penyakit yang mirip DBD.
Manifestasi klinis yang khas pada DBD adalah memperhatikan secara cermat pola demamnya. Pola demam DBD saat hari
pertama dan kedua demam sangat tinggi, hari ketiga turun disusul hari ke 4-5 demam naik tetapi tidak setinggi.awal
demam. Gejala lain yang khas adalah saat hari ke 3-5 penderita tampak lemas, loyo atau berbaring dan tidur sepanjang
hari. .
Hal paling penting untuk membedakannya adalah adanya pemeriksaan darah yang menunjukkan trombosit menurun
(trombositopenia) dan hematokrit (PCV/HCT) yang meningkat (hemokonsentrasi). Tetapi repotnya, perubahan hasil
laboratorium tersebut hanya terjadi setelah hari ketiga fase demam. Sebaiknya dalam pemeriksaan darah dilakukan saat
hari ke 3, pada hari pertama dan kedua hasil normal tidak menyingkirkan adanya DBD. Pemeriksaan widal (untuk
mendiagnosis tifus) sebaiknya dilakukan saat awal minggu kedua. Saat demam minggu pertama bila curiga demam tifus
dapat digunakan IgM Tifoid. Meskipun spesifitas dan sensitifitas pemeriksaan ini juga belumlah terlalu baik.
Overdiagnosis DBD atau overestimate DBD mungkin lebih baik saat terjadi kenaikkan angka kejadian DBD seperti musim
penghujan ini. Karena keterlambatan diagnosis DBD akan lebih menyulitkan penanganan dan dapat meningkatkan angka
kematian yang lebih tinggi
http://books.google.co.id/books?id=5EPWABOw9TYC&pg=PA1134&lpg=PA1134&dq=masa+infeksius+demam+berdarah+anak&source=bl
&ots=J1WZY6YGM1&sig=ygQk1rYovfpz5SzIK95Pl3Tkfy8&hl=id&ei=9Sa0TfOWKsqyrAeCzJzIDQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=4&ved=0CC4Q6AEwAw#v=onepage&q=masa%20infeksius%20demam%20berdarah%20anak&f=false