14
1. Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi Periode panjang pergerkan nasional yang didominasi oleh munculnya organisasi modern digantikan periode revolusi nasional. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan merupakan kisah sentral sejarah indonesia. Semua usaha untuk mencari identitas (jati) diri, semangat persatuan guna menghadapi kekuasaamn kolonial, dan untuk membangun sebuah tatanan sosial yang adil akhirnya membuahkan hasil dengan diproklamasikannya kemerdekaan indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa revolusi 1945 – 1950 banyak kendala yang dihadapi bangsa indonesia, misalnya perbedaan-perbedaan antara kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata dengan kekuatan diplomasi, antara mereka yang mendukung revolusi sosial dan mereka yang menentangnya dan antara kekuatan islam dalam kekutan sekuler. Di awal revolusi tidak satupun perbedaan di antara bangsa indonesia yang terpecahkan. Semua permasalahan itu baru dapat diselesaikan setelah kelompok- kelompok kekuatan itu duduk satu meja untuk memperoleh satu kata sepakat bahwa tujuan pertama bangsa indonesia adalah kemerdekaan bangsa indonesia. Pada akhirnya kekuatan- kekuatan perjuangan bersenjata dan kekuatan diplomasi bersama-sama berhasil mencapai kemerdekaan. 2. Demokratisasi Dalam Demokrasi Parlementer Setelah indonesia merdeka, kini menghadapi prospek menentukan masa depannya sendiri. Warisan yang ditinggalkan pemerintahan kolonial berupa kemiskinan, rendahnya tingkat

Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi

1. Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi

Periode panjang pergerkan nasional yang didominasi oleh munculnya organisasi

modern digantikan periode revolusi nasional. Revolusi yang menjadi alat tercapainya

kemerdekaan merupakan kisah sentral sejarah indonesia. Semua usaha untuk mencari

identitas (jati) diri, semangat persatuan guna menghadapi kekuasaamn kolonial, dan untuk

membangun sebuah tatanan sosial yang adil akhirnya membuahkan hasil dengan

diproklamasikannya kemerdekaan indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada masa revolusi 1945 – 1950 banyak kendala yang dihadapi bangsa

indonesia, misalnya perbedaan-perbedaan antara kekuatan-kekuatan perjuangan

bersenjata dengan kekuatan diplomasi, antara mereka yang mendukung revolusi sosial

dan mereka yang menentangnya dan antara kekuatan islam dalam kekutan sekuler. Di

awal revolusi tidak satupun perbedaan di antara bangsa indonesia yang terpecahkan.

Semua permasalahan itu baru dapat diselesaikan setelah kelompok-kelompok kekuatan

itu duduk satu meja untuk memperoleh satu kata sepakat bahwa tujuan pertama bangsa

indonesia adalah kemerdekaan bangsa indonesia. Pada akhirnya kekuatan-kekuatan

perjuangan bersenjata dan kekuatan diplomasi bersama-sama berhasil mencapai

kemerdekaan.

2. Demokratisasi Dalam Demokrasi Parlementer

Setelah indonesia merdeka, kini menghadapi prospek menentukan masa

depannya sendiri. Warisan yang ditinggalkan pemerintahan kolonial berupa kemiskinan,

rendahnya tingkat pendidikan dan tradisi otoriter merupakan merupakan pekerjaan rumah

yang harus diselesaikan para pemiipin nasional indonesia. Pada periode tahun 1950-an

muncul kaum nasionalis perkotaan dari partai sekuler dan partai-partai islam yang

memegang kendali pemerintahan. Ada sesuatu kesepakatan umum bahwa kedua

kelompok inilah yang akan menciptakan kehidupan sebuah negara demokrasi di

Indonesia.

Undang – Undang dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer

dimana baedan eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala negara konstitusional beserta

para menteri yang mempunyai tanggung jawab politik. Setiap kabinet terbentuk

berdasarkan koalisi pada satu atau dua partai besardengan beberapa partai kecil. Koalisi

ternyata kurang mantap dan partai-partai koalisi kurang dewasa dalam menghadapi

Page 2: Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi

tanggung jawab mengenai permasalahan pemerintahan. Di lain pihak, partai-partai dalam

barisan oposisi tidak mampu berperan sebagi oposisi kontruktif yang menyusun program-

program alternatif, tetapi hanya menonjolkan segi-segi negatif dari tugas oposisi (Miriam

Budiardjo, 70).

Pada umumnya kabinet dalam masa pra pemilu tahun 1955 tidak dapat bertahan

lebih lama dari rata-rata delapan bulan dan hal ini menghambat perkembangan ekonomi

dan politik oleh karena pemerintah tidak mendapat kesempatan dalam untuk

melaksanakan programnya. Pemilu tahun 1955 tidak membawa stabilitas yang

diharapkan, malah perpecahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah tidak

dapat dihindarkan. Faktor-faktor tersebut mendorong presiden soekarno mengeluarkan

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menentukan berlakunya kembali UUD 1945. Dengan

demikian masa demokrasi berdasarkan sistem parlementer berakhir. Mengingat kondisi

yang harus dihadapi pemerintah indonesia pada kurun waktu 1950-1959, maka tidak

mengherankan bahwa pelaksanaan demokrasi mengalami kegagalan karena dasar untuk

dapat membangun demokrasi hampir tidak dapat ditemukan. Mereka yang tahu politik

hanya sekelompok kecil masyarakat perkotaan. Para politisi Jakarta, meskipun mencita-

citakan sebuah negara demokrasi. Kebanyakan adalah kaum elite yang menganggap diri

mereka sebagai pengikut suatu budaya kota yang istimewa. Mereka bersikap paternalistik

terhadap orang-orang yang kurang beruntung yakni masyarakat pedesaan. Tanggung

jawab mereka terhadap struktur demokrasi parlementer yang merakyat adalah sangat

kecil. Bangunan indah sebuah demokrasi parlementer hampir tidak dapat berdiri dengan

kokoh.

3. Demokratisasi Dalam Demokrasi Terpimpin

Di tengah-tengah krisis tahun 1957 dan pengalaman jatuh bangunnya

pemerintahan, mengakibatkan diambilmnya langkah-langkah menuju suatu pemerintahan

yang oleh Soekarno dinamakan Demokrasi Terpimpin. Ini merupakan suatu sistem yang

didominasi oleh kepribadian soekarno yang prakarsa untuk pelaksanaan demokrasi

terpimpin diambil bersama-sama dengan pimpinan ABRI (Hatta, 1966 : 7). Pada masa ini

terdapat beberapa penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945, misalnya partai-partai

politik dikebiri dan pemilu ditiadakan. Kekuatan-kekuatan politik yang ada berusaha

berpaling kepada pribadi Soekarno untuk mendapatkan legitimasi, bimbingan atau

perlindungan. Pada tahun 1960, Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu 1955

Page 3: Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi

dan menggantikanya dengan DPRGR, padahal dalam penjelasan UUD 1945 secara

ekspilisit ditentukan bahwa presiden tidak berwenang membubarkan DPR.

Melalui demokrasi terpimpin Soekarno berusaha menjaga keseimbangn politik yang

merupakan kompromi antara kepentingan-kepentingan yang tidak dapat dirujukan

kembali dan memuaskan semua pihak. Meskipun Soekarno memiliki pandangan tentang

masa depan bangsanya, tetapi ia tidak mampu merumuskan sehingga bisa diterima oleh

pimpinan nasional lainnya. Janji dari demokrasi terpimpin pada akhirnya tidak dapat

terealisasi. Pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965 telah mengakhiri periode demokrasi

terpimpin dan membuka peluang bagi dilaksanakannya demokrasi Pancasila.

4. Demokratisasi Dalam Demokrasi Pancasila

Pada tahun 1966 pemerintahan Soeharto yang lebih dikenal dengan

pemerintahan Orde Baru bangkit sebagai reaksi atas pemerintahan Soekarno. Pada awal

pemerintahan orde hampir seluruh kekuatan demokrasi mendukungnya karena Orde Baru

diharapkan melenyapkan rezim lama. Soeharto kemudian melakukan eksperimen dengan

menerapkan demokrasi Pancasila. Inti demokrasi pancasila adalah menegakkan kembali

azas negara hukum dirasakan oleh segenap warga negara, hak azasi manusia baik dalam

aspek kolektif maupun aspek perseorangan dijamin dan penyalahgunaan kekuasaan dapat

dihindarkan secara institusional. Dalam rangka mencapai hal tersebut, lembaga-lembaga

dan tata kerja orde baru dilepaskan dari ikatan-ikatan pribadi (Miriam, 74). Sekitar 3

sampai 4 tahun setelah berdirinya Orde Baru menunjukkan gejala-gejala yang

menyimpang dari cita-citanya semula. Kekuatan – kekuatan sosial-politik yang bebas dan

benar-benar memperjuangkan demokrasi disingkirkan. Kekuatan politik dijinakkan

sehingga menjadi kekuatan yang tidak lagi mempunyai komitmen sebagai kontrol sosial.

Kekuatan sosial politik yang diikutsertakan dalam pemilu dibatasi. Mereka tidak lebih

dari suatu perhiasan dan mempunyai arti seremonial untuk dipertontonkan kepada dunia

internasional bahwa indonesia telah benar-benar berdemokrasi, padahal yang sebenarnya

adalah kekuasaan yang otoriter. Partai-partai politik dilarang berperan sebagai oposisi

maupun kontrol sosial. Bahakan secara resmi oposisi ditiadakan dengan adanya suatu

“konsensus nasional”. Pemerintahan Soeharto juga tidak memberikan check and balances

sebagai prasyarat dari sebuah negara demokrasi (sarbini Sunawinata, 1998 ;8).

Pada masa orde baru budaya feodalistik dan paternalistik tumbuh sangat subur. Kedua

sikap ini menganggap pemimpin paling tahu dan paling benar sedangkan rakyat hanya

patuh dengan sang pemimpin. Mental paternalistik mengakibatkan soeharto tidak boleh

Page 4: Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi

dikritik. Para menteri selalu minta petunjuk dan pengarahan dari presiden. Sikap mental

seperti ini telah melahirkan stratifikasi sosial, pelapisan sosial dan pelapisan budaya yang

pada akhirnya memberikan berbagai fasilitas khusus, sedangkan rakyat lapisan bawah

tidak mempunyai peranan sama sekali. Berbagai tekanan yang diterima rakyat dan cita-

cita mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang tidak pernah tercapai,

mengakibatkan pemerintahan Orde Baru mengalami krisis kepercayaan dan kahirnya

mengalami keruntuhan.

5. Rekonstruksi Demokrasi Dalam Orde Reformasi

Melalui gerakan reformasi, mahasiswa dan rakyat indonesia berjuang

menumbangkan rezim Soeharto. Pemerintahan soeharto digantikan pemerintahan transisi

presiden Habibie yang didukung sepenuhnya oleh TNI. Lembaga-lembaga di luar

presiden dan TNI tidak mempunyai arti apa-apa. Seluruh maslah negara dan bangsa

Indonesia menjadi tanggung jawab presiden/TNI. Reformasi menuntut rakyat Indonesia

untuk mengoreksi pelaksanaan demokrasi. Karena selama soeharto berkuasa jenis

demokrasi yang dipraktekkan adalah demokrasi semu. Orde Baru juga meninggalkan

warisan berupa krisis nasional yang meliputi krisis ekonomi, sosial dan politik.

Tugas utama pemerintahan Habibie ada dua, yakni pertama bekerja keras agar harga

sembilan pokok (sembako) terbeli oleh rakyat sambil memberantas KKN tanpa pandang

bulu. Kedua, adalah mengembalikan hak-hak rakyat guna memperoleh kembali hak-hak

azasinya.

Agaknya pemerintahan “Orde Reformasi” Habibie mecoba mengoreksi

pelaksanaan demokrasi yang selama ini dikebiri oleh pemerintahan Orde baru.

Pemerintahan Habibie menyuburkan kembali alam demokrasi di Indonesia dengan jalan

kebebasan pers (freedom of press) dan kebebasan berbicara (freedom of speech).

Keduanya dapat berfungsi sebagai check and balances serta memberikan kritik supaya

kekuasaan yang dijalankan tidak menyeleweng terlalu jauh. Membangun kembali

Indonesia yang demokratis dapat dilakukan melalui sistem keparataian yang sehat dan

pemilu yang transparan. Sistem pemilu multipartai dan UU politik yang demokratis

menunjukkan kesungguhan pemerintahan Habibie. Asalkan kebebasan demokratis seperti

kebebasan pers, kebebasan berbicara, dan kebebasan mimbar tetap dijalankan maka

munculnya pemerintahan yang KKN dapat dihindari.

Page 5: Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi

Dalam perkembanganya Demokrasi di indonesia setelah rezim Habibie

diteruskan oleh Presiden Abdurahman wahid sampai dengan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono sangat signifikan sekali dampaknya, dimana aspirasi-aspirasi rakyat dapat

bebas diutarakan dan dihsampaikan ke pemerintahan pusat. Hal ini terbukti dari setiap

warga negara bebas berpendapat dan kebebasan pers dalam mengawal pemerintahan yang

terbuka sehingga menghindarkan pemerintahan dari KKN mungkin dalam prakteknya

masih ada praktik-praktik KKN di kalangan pemerintahan, namun setidaknya rakyat tidak

mudah dibohongi lagi dan pembelajaran politik yang baik dari rakyat indonesia itu sendiri

yang membangun demokrasi menjadi lebih baik. Ada satu hal yang membuat indonesia

dianggap negara demokrasi oleh dunia Internasional walaupun negara ini masih jauh

dikatakan lebih baik dari negara maju lainnya adalah Pemilihan Langsung Presiden

maupun Kepala Daerah yang dilakukan secara langsung. Mungkin rakyat indonesia masih

menunggu hasil dari demokrasi yang yang membawa masyarakat adil dan makmur secara

keseluruhan.

C. Penutup

Pada intinya demokrasi adalah persamaan hak dan kedudukan dari setiap warga

negara di dalam sebuah negara yang demokratis. Demokrasi harus ditegakkan dalam

berbagai bidang, yakni demokrasi politik, demokrasi ekonomi, demokrasi hukum dan

demokrasi pendidikan. Sedang inti demokrasi itu sendiri adalah keadilan. Demokrasi

yang sesungguhnya adalah demokrasi tanpa embel-embel dibelakangnya, karena tiga

macam demokrasi yang diterapkan di indonesia ternyata gagal. Dengan demikian,

demokrasi dalam arti universal dan komprehensif dapat diciptakan melalui tegaknya

keadilan politik, keadilan ekonomi, keadilan sosial dan keadilan hukum.

Demokrasi Membutuhkan Ekonomi

PENDAPAT yang umum berlaku adalah bahwa negara miskin tidak akan berhasil

mengembangkan demokrasi (India dapat dikatakan sebagai kekecualian). Tentu saja beberapa

negara miskin berupaya untuk mengembangkan demokrasi, namun suatu negara yang

mengembangkan demokrasi pada saat tingkat pembangunannya rendah hampir dapat

dipastikan akan mengalami kegagalan.

Page 6: Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi

Demokrasi untuk berkembang membutuhkan dukungan ekonomi. Bagi negara berkembang,

seperti Indonesia, melakukan konsolidasi demokrasi yang sebenarnya (genuine democracy)

merupakan tantangan terpenting dan sekaligus tersulit. Penjelasan sederhana dari

keberhasilan konsolidasi di banyak negara adalah dicirikan oleh dukungan dari keberhasilan

dalam pembangunan ekonomi. Bagi Indonesia yang sedang dalam tahapan konsolidasi

demokrasi maka perkembangan ekonomi yang lebih baik dan lebih cepat

akan mengarahkan kepada keberhasilan berjalannya demokrasi. Namun, sebaliknya, stagnasi

ekonomi memastikan akan gagalnya demokrasi.

Studi yang komprehensif mengenai kaitan demokrasi dan perkembangan ekonomi dilakukan

oleh Adam Przeworski dan Fernando Limongi. Mereka mempelajari perilaku setiap negara

berkaitan dengan penerapan demokrasi dan tingkat perkembangan ekonominya (lebih

tepatnya pendapatan per kapita) pada kurun waktu tahun 1950-1990. Dari perhitungan

mereka, negara yang pendapatan per kapitanya di bawah 1.500 dollar AS, eksperimen

demokrasinya hanya bertahan selama delapan tahun untuk kemudian mengalami kegagalan. 

Pendapatan per kapita di sini dihitung menurut PPP (Purchasing Power Parity) yang

disesuaikan dengan tingkat biaya hidup di negara yang bersangkutan. Pendapatan per kapita

PPP ini lebih tinggi daripada pendapatan per kapita secara riil yang tidak memperhitungkan

perbedaan tingkat harga dan daya beli di masing-masing negara. Untuk negara dengan

pendapatan per kapita antara 1.500-3.000 dollar AS, eksperimen demokrasi bertahan rata-rata

sekitar 18 tahun. Pendapatan per kapita di atas 6.000 dollar AS membuat proses demokrasi

dapat bertahan. Sekali suatu negara menjadi negara kaya, maka demokrasi menjadi

berkesinambungan.

Pendapatan per kapita Indonesia secara riil sekarang ini adalah sekitar 800 dollar AS dan

menurut PPP sekitar 3.000 dollar AS. Di lihat dari sisi perkembangan ekonomi, Indonesia

mempunyai peluang yang cukup baik, sekalipun masih cukup besar kemungkinan gagalnya,

untuk terus dapat mengembangkan demokrasi. Proses perkembangan demokrasi di Indonesia

telah berlangsung selama sekitar lima tahun. Jika perkembangan ekonomi lambat dengan

pengangguran yang relatif tinggi dan cenderung meningkat seperti yang kita alami sekarang

ini, maka menurut studi tersebut demokrasi di Indonesia kemungkinan hanya akan dapat

bertahan sekitar dua sampai dengan tiga pemilihan umum lagi. Jika perkembangan ekonomi

dapat lebih baik, sehingga pendapatan per kapita dapat menjadi dua kali lipatnya dalam satu

dekade ke depan, maka kemungkinan demokrasi di Indonesia akan dapat berkembang secara

berkesinambungan.

Page 7: Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi

Dalam lima tahun pertama masa demokrasi di Indonesia, perekonomian Indonesia baru dalam

tahap stabilitas belum dapat tumbuh tinggi, bahkan tingkat pendapatan per kapita belum

kembali ke tingkat masa sebelum krisis. Proses pemulihan ekonomi yang lambat dan

pengangguran yang meningkat membuat sebagian pemilih kecewa sebagaimana ditunjukkan

oleh penurunan perolehan suara PDI-P dalam pemilihan umum legislatif April yang lalu, dan

Presiden Megawati hanya menduduki urutan kedua dalam pemilihan presiden putaran

pertama, serta adanya keinginan bagi munculnya pemimpin baru sebagaimana ditunjukkan

oleh cukup tingginya popularitas Susilo Bambang Yudhoyono.

Namun, jika pemerintahan baru nantinya tidak dapat memperbaiki perekonomian secara

berarti dalam masa lima tahun ke depan, maka kekecewaan masyarakat bukan saja terhadap

pemerintah, tetapi juga terhadap demokrasi akan meningkat dan akan mengancam

keberlanjutan demokrasi. Stagnasi ekonomi dalam lima tahun ke depan bukan saja akan

mengarahkan pemilih untuk mendapatkan pemimpin baru tetapi juga semakin menurunkan

kepercayaan mereka terhadap proses demokrasi.

Untuk membuat pendapatan per kapita dua kali lipat dalam satu dekade ke depan tentu saja

tidak mudah. Namun, jika presiden terpilih dapat membentuk kabinet (ekonomi) yang andal,

yang dapat menstimulasi dan menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi, maka

perkembangan ekonomi akan dapat berjalan jauh lebih cepat. Perkembangan ekonomi

sekarang ini di beberapa sektor, seperti bangunan, transportasi-telekomunikasi, perdagangan,

keuangan, dan bahkan industri manufaktur sudah memperlihatkan peningkatan yang

menggembirakan, sekalipun belum optimal, terutama untuk sektor manufaktur.

Sayang sekali pertumbuhan sektor pertambangan yang semestinya diuntungkan oleh

tingginya harga minyak dan komoditas pertambangan justru mengalami pertumbuhan negatif.

Begitu pula perkembangan sektor pertanian masih mengecewakan. Dari sisi pengeluaran,

dalam kegiatan investasi dan ekspor masih harus dilakukan upaya ekstra untuk meningkatkan

kinerjanya. Untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif tidak saja membutuhkan

langkah-langkah di bidang ekonomi, tetapi juga hukum dan kerja sama yang lebih baik dan

probisnis antara pemerintah pusat dan daerah.

Kebijaksanaan moneter sudah berada di tangan Bank Indonesia yang independen, sehingga

tidak terlalu mendapatkan tekanan politis baik dari eksekutif maupun legislatif untuk

kepentingan tertentu yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi. Tinggal pilihan

kebijaksanaan pemerintahan baru apakah akan mengarahkan kebijaksanaan fiskal yang lebih

Page 8: Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi

stimulatif, tentu saja dengan tetap memperhatikan kehati-hatian fiskal (fiscal prudentiality),

atau tetap konservatif seperti sekarang ini. Mempertahankan kebijaksanaan fiskal yang

konservatif berarti membutuhkan kompensasi dalam langkah-langkah berani dan tegas untuk

mengatasi permasalahan struktural yang menghambat investasi, seperti hukum,

ketenagakerjaan, dan kerja pemerintah daerah. Jika tidak, maka kebijaksanaan moneter dan

fiskal yang netral seperti sekarang ini hanya akan menghasilkan pertumbuhan rendah dan

pengangguran yang tinggi.

Di tangan pemerintahan baru tidak saja pemulihan dan perkembangan ekonomi

dipertaruhkan, tetapi juga keberlanjutan demokrasi.

SBY Puji Perkembangan Demokrasi Indonesia

JAKARTA - Tradisi demokrasi yang ditumbuhkan di Indonesia, harus menghasilkan

keseimbangan antara kebebasan dan penghormatan terhadap hukum.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan kebebasan dan penghormatan kepada

hukum adalah dua sisi dari mata uang yang sama dari demokrasi. 

“Itulah sebabnya, kebebasan yang mengabaikan penghormatan kepada hukum hanya akan

menghasilkan instabilitas dan kekacauan. Ke depan, marilah kita mengambil tanggung jawab

kolektif untuk memastikan bahwa demokrasi kita akan terus tumbuh, justru karena sama-

sama ditopang oleh kebebasan dan supremasi hukum,” ungkap Presiden SBY, dalam pidato

kenegaraan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (16/8/2010). 

Presiden menandaskan, demokrasi juga berkembang dalam konteks politik. Sistem

presidensial yang dianut Indonesia, menurut SBY, berkembang di atas landasan multipartai.

“Sangat jelas, ini membawa tantangan tersendiri. Strategi demokrasi yang kita pilih pada

dasarnya mencoba menegaskan bahwa sistem presidensial harus diperkuat di atas landasan

sistem kepartaian yang sehat dan kontributif,” ujar Presiden. 

Presiden menambahkan demokrasi multipartai, harus mampu menghasilkan proses-proses

politik yang efektif, serta memberikan manfaat bagi rakyat. 

Page 9: Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi

Tidak hanya itu, esensi demokrasi juga berarti menjaga kemajemukan dalam berpolitik.

“Dalam sistem politik demokrasi yang sehat dan produktif, kemajemukan harus dapat

menjadi kekuatan pendorong, the driving force, sebuah kemajuan, bukan sebaliknya, menjadi

penghalang,” sambungnya. 

Presiden juga menyatakan, demokrasi telah melewati ujian berat di reformasi 10 tahun

gelombang pertama. 

“Setelah didera oleh krisis multidimensional, bangsa Indonesia telah bangkit kembali. Kini,

Indonesia bukan hanya telah pulih dari krisis moneter, namun telah menjadi negara

demokrasi yang sangat dinamis,” sebutnya.