88
Page 1 I. EKONOMI KERAKYATAN DAN E-BISNIS 1. Pengertian Ekonomi Kerakyatan Landasan konstitusional sistem ekonomi kerakyatan terdapat pada Pasal 33 UUD 1945. "Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawahi pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi." Berdasarkan bunyi kalimat pertama penjelasan Pasal 33 UUD 1945 itu, dapat disaksikan bahwa substansi ekonomi kerakyatan dalam garis besarnya mencakup dua hal sebagai berikut. a. Pertama, partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses produksi nasional. Partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses produksi nasional ini menempati kedudukan yang sangat penting dalam sistem ekonomi kerakyatan. Hal itu tidak hanya penting untuk menjamin pendayagunaan seluruh potensi sumberdaya nasional, tetapi juga sebagai dasar untuk memastikan keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam menikmati hasil produksi nasional. Hal ini sejalan dengan bunyi Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan, "Tiap-

Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Citation preview

Page 1: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

1

I. EKONOMI KERAKYATAN DAN E-BISNIS

1. Pengertian Ekonomi Kerakyatan

Landasan konstitusional sistem ekonomi kerakyatan terdapat pada

Pasal 33 UUD 1945. "Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi,

produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawahi pimpinan atau

pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang

diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu, perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Bangun

perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi."

Berdasarkan bunyi kalimat pertama penjelasan Pasal 33 UUD 1945 itu,

dapat disaksikan bahwa substansi ekonomi kerakyatan dalam garis besarnya

mencakup dua hal sebagai berikut.

a. Pertama, partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses produksi

nasional. Partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses produksi

nasional ini menempati kedudukan yang sangat penting dalam sistem

ekonomi kerakyatan. Hal itu tidak hanya penting untuk menjamin

pendayagunaan seluruh potensi sumberdaya nasional, tetapi juga

sebagai dasar untuk memastikan keikutsertaan seluruh anggota

masyarakat dalam menikmati hasil produksi nasional. Hal ini sejalan

dengan bunyi Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan, "Tiap-tiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusian."

b. Kedua, partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam turut menikmati

hasil produksi nasional. Artinya, dalam rangka ekonomi kerakyatan,

harus ada jaminan bahwa setiap anggota masyarakat turut menikmati

hasil produksi nasional, termasuk para fakir miskin dan anak-anak

terlantar. Hal itu antara lain dipertegas oleh Pasal 34 UUD 1945 yang

menyatakan, "Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh

negara." Dengan kata lain, dalam rangka ekonomi kerakyatan atau

demokrasi ekonomi, negara wajib. Pengertian menurut Ahli:

Page 2: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

2

1. Ekonomi Kerakyatan adalah suatu sistem ekonomi yang memihak

kepada kepentingan ekonomi sebagian besar rakyat secara adil,

manusiawi, dan demokratis (Rafick 2008, 252) (HS.Dillon).

2. Ekonomi Kerakyatan adalah tatanan ekonomi di mana aset ekonomi

dalam perekonomian nasional didistribusian kepada sebanyak-

banyaknya warga negara (Hutomo).

Melalui dua definisi diatas kita dapat membuat suatu sintesa tentang

definisi ekonomi kerakyatan sebagai sebuah sistem ekonomi yang

memberdayakan sebagaian besar struktur dunia usaha melalui redistribusi

sumberdaya ekonomi kepada rakyat. Munculnya gagasan ekonomi

kerakyatan ini tidak lain merupakan reaksi dari kegagalan sistem ekonomi

pasar dalam memberikan kesejahteraan dan keadilan kepada segenap

rakyatnya. Artinya, ekonomi kerakyatan hanyalah salah satu upaya untuk

menambal sulam kelemahan yang ada dalam sistem ekonomi pasar.

Ditinjau dari segi seberapa besar dosis campur tangan pemerintah

terhadap perekonomian, ekonomi kerakyatan lebih memberi ruang yang

luas bagi pemerintah untuk mengatur dan mengelola tata perekonomian

nasional. Dengan kata lain pemerintah merupakan pihak yang harus

berperan agar mekanisme pasar dapat berjalan secara lebih sempurna.

Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mewujudkan cita-cita dan

tujuan sistem ekonomi kerakyatan adalah dengan jalan menggunakan

instrumen kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan di sektor riil.

Dalam bidang moneter pemerintah harus menjamin kemudahan akses

modal bagi kelompok usaha kecil dan menengah melalui perolehan dana

pinjaman dari Bank. Kebijakan ini diwujudkan bukan dengan cara mensubsidi

tingkat suku bunga kredit, melainkan dengan cara memberikan jaminan atau

garansi kepada bank yang diberikan oleh pemerintah.

Dalam bidang fiskal, upaya pemerintah untuk mendorong

produktivitas kelompok usaha kecil dan menengah dilakukan dengan cara

mengalokasikan anggaran belanja negara untuk penjaminan kredit unit

Page 3: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

3

produksi rakyat. Selain itu, pemerintah juga memberikan keringanan pajak

bagi kelompok usaha kecil dan menengah yang ingin bergabung dalam unit

produksi rakyat.

2. Koperasi

Koperasi sejak kelahiranya disadari sebagai suatu upaya untuk

menolong diri sendiri secara bersama-sama. Oleh karena itu dasar "self help

and cooperation" atau "individualitet dan solidaritet" selalu disebut

bersamaan sebagai dasar pendirian koperasi. Sejak akhir abad yang lalu

gerakan koperasi dunia kembali memperbaharui tekadnya dengan

menyatakan keharusan untuk kembali pada jati diri yang berupa nilai-nilai

dan nilai etik serta prinsip-prinsip koperasi, sembari menyatakan diri sebagai

badan usaha dengan pengelolaan demoktratis dan pengawasan bersama

atas keanggotaan yang terbuka dan sukarela.

Menghadapi milenium baru dan globalisasi kembali menegaskan

pentingnya nilai etik yang harus dijunjung tinggi berupa: kejujuran,

keterbukaan, tanggung jawab sosial dan kepedulian kepada pihak lain

(honesty, openness, social responsibility and caring for others) (ICA,1995).

Runtuhnya Rejim Sosialis Blok-Timur dan kemajuan di bagian dunia lainnya

seperti Afrika telah menjadikan gerakan koperasi dunia kini praktis sudah

menjangkau semua negara di dunia, sehingga telah menyatu secara utuh.

Dan kini keyakinan tentang jalan koperasi itu telah menemukan bentuk

gerakan global.

Koperasi Indonesia memang tidak tumbuh secemerlang sejarah

koperasi di Barat dan sebagian lain tidak berhasil ditumbuhkan dengan

percepatan yang beriringan dengan kepentingan program pembangunan

lainnya oleh Pemerintah. Krisis ekonomi telah meninggalkan pelajaran baru,

bahwa ketika Pemerintah tidak berdaya lagi dan tidak memungkinkan untuk

mengembangkan intervensi melalui program yang dilewatkan koperasi

justru terkuak kekuatan swadaya koperasi.

Page 4: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

4

Di bawah arus rasionalisasi subsidi dan independensi perbankan

ternyata koperasi mampu menyumbang sepertiga pasar kredit mikro di

tanah air yang sangat dibutuhkan masyarakat luas secara produktif dan

kompetitif. Bahkan koperasi masih mampu menjangkau pelayanan kepada

lebih dari 11 juta nasabah, jauh diatas kemampuan kepiawaian perbankan

yang megah sekalipun. Namun demikian karakter koperasi Indonesia yang

kecil-kecil dan tidak bersatu dalam suatu sistem koperasi menjadikannya

tidak terlihat perannya yang begitu nyata.

Lingkungan keterbukaan dan desentralisasi memberi tantangan dan

kesempatan baru membangun kekuatan swadaya koperasi yang ada menuju

koperasi yang sehat dan kokoh bersatu. Menyambut pengeseran tatanan

ekonomi dunia yang terbuka dan bersaing secara ketat, gerakan koperasi

dunia telah menetapkan prinsip dasar untuk membangun tindakan bersama.

Tindakan bersama tersebut terdiri dari tujuh garis perjuangan sebagai

berikut :

1. Pertama, koperasi akan mampu berperan secara baik kepada masyarakat

ketika koperasi secara benar berjalan sesuai jati dirinya sebagai suatu

organisasi otonom, lembaga yang diawasi anggotanya dan bila mereka

tetap berpegang pada nilai dan prinsip koperasi;

2. Kedua, potensi koperasi dapat diwujudkan semaksimal mungkin hanya

bila kekhususan koperasi dihormati dalam peraturan perundangan;

3. Ketiga, koperasi dapat mencapai tujuannya bila mereka diakui

keberadaannya dan aktifitasnya;

4. Keempat, koperasi dapat hidup seperti layaknya perusahaan lainnya bila

terjadi "fair playing field";

5. Kelima, pemerintah harus memberikan aturan main yang jelas, tetapi

koperasi dapat dan harus mengatur dirinya sendiri di dalam lingkungan

mereka (self-regulation);

Page 5: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

5

6. Keenam, koperasi adalah milik anggota dimana saham adalah modal

dasar, sehingga mereka harus mengembangkan sumberdayanya dengan

tidak mengancam identitas dan jatidirinya, dan;

7. Ketujuh, bantuan pengembangan dapat berarti penting bagi

pertumbuhan koperasi, namun akan lebih efektif bila dipandang sebagai

kemitraan dengan menjunjung tinggi hakekat koperasi dan

diselenggarakan dalam kerangka jaringan.

Jika banyak orang berpendapat Ekonomi Kerakyatan merupakan

konsep baru yang mulai populer bersama reformasi 1998-1999 sehingga

masuk dalam “GBHN Reformasi”, hal itu bisa dimengerti karena memang

kata ekonomi kerakyatan ini sangat jarang dijadikan wacana sebelumnya.

Namun jika pendapat demikian diterima, bahwa ekonomi kerakyatan

merupakan konsep baru yang “mereaksi” konsep ekonomi kapitalis liberal

yang dijadikan pegangan era ekonomisme Orde Baru, yang kemudian terjadi

adalah “reaksi kembali” khususnya dari pakar-pakar ekonomi arus utama

yang menganggap “tak ada yang salah dengan sistem ekonomi Orde Baru”.

Strategi dan kebijakan ekonomi Orde Baru mampu mengangkat

perekonomian Indonesia dari peringkat negara miskin menjadi negara

berpendapatan menengah melalui pertuumbuhan ekonomi tinggi (7%

pertahun) selama 3 dasawarsa. “Yang salah adalah praktek pelaksanaannya

bukan teorinya”.

Barangkali cara lain menerangkan “sejarah” konsep Ekonomi

Kerakyatan adalah dengan langsung menunjukkan adanya kata kerakyatan

dalam Pancasila (sila ke 4) yang harus ditonjolkan dan diwujudkan dalam

strategi dan kebijakan ekonomi karena di antara 5 sila Pancasila, sila ke-4

inilah yang paling banyak dilanggar dalam praktek ekonomi selama era

pembangunan ekonomi Orde Baru.

Pada masa ”Orde Lama” koperasi menjadi ”alat politik” pemerintah

dan partai dalam rangka nasakomisasi. Pada masa ”Orde Baru” koperasi

menjadi ”alat dan bagian integral pembangunan perekonomian nasional”

Page 6: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

6

yang dilimpahi bermacam fasilitas. Kebijakan yang menempatkan peran

pemerintah amat dominan dalam pembangunan koperasi menjadikan

gerakan koperasi amat bergantung pada bantuan luar, hal yang amat

bertentangan dengan hakikat koperasi sebagai lembaga ekonomi sosial yang

mandiri.

Kini, pada masa reformasi, yang seharusnya saat tepat untuk back to

basic, membangun koperasi yang mandiri, kenyataannya sikap

ketergantungan gerakan koperasi justru terasa amat kuat. Hal ini antara lain

tecermin dari keberadaan Dekopin, organisasi tunggal gerakan koperasi,

yang praktis seluruh kegiatannya masih bergantung pada APBN (satu hal

yang mendorong konflik berkepanjangan di kalangan gerakan sendiri), bukan

pada dukungan dari anggotanya sebagai wujud kemandirian.

Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai

dengan kepribadian bangsa Indonesia yang pantas untuk

ditumbuhkembangkan sebagai badan usaha penting dan bukan sebagai

alternatif terakhir. Membentuk jiwa kewirausahaan koperasi di dalam diri

para pengurus dan anggotanya adalah upaya awal untuk menuju

keberhasilan gerakan koperasi di tanah air.

Koperasi perlu mencontoh Implementasi Good Corporate

Governance(GCG) yang telah diterapkan pada perusahaan-perusahaan yang

berbadan hukum perseroan. Implementasi GCG dalam beberapa hal dapat

diimplementasikan pada koperasi. Untuk itu, regulator, dalam hal ini

Kementerian Koperasi dan UKM perlu memperkenalkan secara maksimal

suatu konsep good cooperative governance (disingkat juga dengan GCG)

atau tatakelola koperasi yang baik.

Koperasi kembali menjadi dibutuhkan dalam upaya meningkatan

perekonomian rakyat, terlebih dalam krisis pangan dan krisis energi yang

dialami Indonesia kali ini. Sepatutnya pembangunan perekonomian

Indonesia dilandasi pada upaya pemberdayaan koperasi sebagai soko guru

perekonomian nasional, karena hakekatnya, koperasi sebagai institusi atau

Page 7: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

7

lembaga perekonomian tidak sebatas pada kepentingan-kepentingan

ekonomi saja melainkan juga bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat,

terutama anggota-anggota koperasi.

3. SME ( Small and Medium Enterprises) / UKM (Usaha Kecil Menengah)

UKM dilakukan dengan pola FOKUS dan PRIORITAS, agar sumber daya

yang terbatas dapat menghasilkan secara optimal. Dalam kaitan ini mungkin

ada baiknya dipisahkan antara usaha mikro dengan usaha kecil dan

menengah. Untuk usaha mikro pendekatan pembinaannya adalah welfare

approach yang bobotnya lebih pada pendekatan sosial. Sedangkan usaha

kecil dan menengah diberdayakan dengan Business Approach. Untuk itu,

ada beberapa sasaran focus yang dapat di lakukan :

1. Fokus dalam sector. Kalau kita lihat sector dominan dalam UKM maka

kita perlu bedakan antara sector pertanian dan non-pertanian. Sektor

pertanian membutuhkan penanganan tertentu yang berbeda dengan

sector non-pertanian.

2. Dari pantauan yang kami lakukan maka disini juga perlu dipilih kelompok

UKM yang kiranya dapat menjadi penghela bagi yang lain. Kami

fokuskan pada UKM kecil/menengah yang mempunyai potensi ekspor.

3. Dari fokus ini maka kami menyarankan agar pembinaan diarahkan

kepada pembinaan kompetensi melalui mekanisme ekspor. Kami

melihat ini menjadi penting karena dengan segera kita dapat

menumbuhkan berbagai kompetensi sekaligus dan terarah kepada

persayaratan usaha yang mantap dalam era pasar bebas.

Dalam kerangka pemikiran tersebut, ada beberapa model ekonomi

rakyat, baik yang sudah ada maupun belum yang dapat dikembangkan,

antara lain:

a. Industri di desa, yaitu industri yang mengambil lokasi di desa untuk

mengatasi masalah urbanisasi, antara lain industri sepatu, garment, dan

cangkul

Page 8: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

8

b. Industri pedesaan, yaitu industri yang mengolah produk-produk

pedesaan antara lain singkong untuk gaplek; kayu sengon untuk vineer,

papan laminasi, dan kusen pintu; industri kopi; the dan lainnya,

c. Integrated atau mixed farming, yaitu pertanian terpadu yang antara lain

meliputi ternak ayam, kambing/domba dan sapi, kolam ikan

dikombinasikan dengan tanaman padi, jagung, dan sayur mayur lainnya

untuk menghasilkan organic farming,

d. Pola PIR, seperti model kelapa sawit, tebu, dan lainnya,

e. Cluster Industry, seperti untuk perak di Kota Gede, Yogyakarta, Celuk di

Gianyar, Bali, sepatu di Cibaduyut dan Sidoharjo, dan lainnya,

f. Inkubator Bisnis dan Teknologi yang berbasis pada ilmu pengetahuan

dan teknologi untuk menghasilkan pengusaha-pengusaha yang tangguh.

Namun yang menjadi masalah selama ini adalah dukungan pendanaan,

informasi pasar, dan teknologi. Sebagai contoh, ada beberapa produk

Indonesia yang punya peluang pasar bagus di luar negeri, seperti gaplek,

sabut kelapa, tempurung kelapa, furnitur dan beberapa produk UKM

lainnya, selama ini sering tidak mampu memenuhi permintaan pasar karena

keterbatasan modal baik untuk investasi maupun kerja. Oleh karena itu

dukungan pihak perbankan nasional dan lembaga penjaminan kredit

menjadi sangat strategis dalam hal ini.

Pada sisi lain, untuk meningkatkan kemampuan UKM dari hal hal

diatas dapat secara konkret kita sarankan untuk memfokuskan kepada

KOMPETENSI SDM. Hal ini menjadi penting kalau kita lihat bahwa dalam

pengembangan kewirausahaan yang menjadi dasar kompetensi SDM dalam

usaha ini adalah peran serta aktif dari para pengusaha sendiri. Dengan

demikian maka kita membina kemampuan untuk berkembang sendiri pada

pengusaha kita. Pengusaha pada level ini biasanya sudah memiliki motivasi

dan dasar pengetahuan cukup untuk menumbuhkan kemampuannya.

Kegagalan pola pembangunan ekonomi yang bertumpu pada

konglomerasi usaha besar telah mendorong para perencana ekonomi untuk

Page 9: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

9

mengalihkan upaya pembangunan pada ekonomi kerakyatan dengan

bertumpu pada pemberdayaan usaha kecil dan menengah (small and

medium enterprises atau SME). Telah terbukti bahwa SME cukup tangguh

menghadapi tantangan selama krisis karena luwes dalam merespon

keinginan pasar, sehingga pengembangan perdagangan berbasis TI (e-

commerce) harus pula difokuskan untuk pelaku pasar pada segmen

tersebut.

SME atau UKM, terutama yang berbasis pada sumber daya alam, juga

memiliki keunggulan komperatif dan berpotensi besar untuk dapat

menembus pasar global. Selain itu pengembangan TI sebagai komoditi,

terutama piranti lunak, membutuhkan lahan yang subur bagi

berkembangnya SME. SME yang tangguh dan tersebar di seluruh tanah air,

merupakan modal besar dalam upaya untuk tetap memelihara dan

mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa kita. Dukungan pada

sektor ini juga sekaligus dapat mengurangi dan menetralisir dampak negatif

penerapan TI seperti yang terjadi di banyak Negara maju, yaitu semakin

melebarnya kesenjangan kemampuan ekonomi pada kelompok-kelompok

masyarakat.

Kemudahan dan ketersediaan akses informasi mengenai keadaan

pasar akan sangat membantu dalam proses bisnis SME, sesuatu hal yang

selama ini didominasi oleh kelompok-kelompok bisnis bermodal besar. Oleh

karena itu TI harus mampu memberikan dukungan nyata pada

perkembangan sektor ini.

Strategi untuk mencapai e-commerce yang mendukung ekonomi

kerakyatan adalah melalui hal-hal berikut :

1. Tersedianya Virtual Market bagi para pelaku pasar baik di pusat maupun

di daerah pada akhir 2005, yang mencerminkan antara lain dengan

peningkatan kemampuan SME untuk memanfaatkan TI (pajangan

Internet dengan kemudahan dari pemerintah, manajemen, bergagai

jenis interaksi, mengakses pasar, pertukaran sata secara elektronis, dsb).

Page 10: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

10

2. Pelaksanaan program pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan bagi SME

untuk meningkatkan kemampuan memanfaatkan TI, dan khususnya e-

commerce pada akhir 2005, yang dicerminkan antara lain dengan

kebijakan dan peraturan yang “berpihak” kepada SME (perijinan, kredit

bank, modal ventura, asistensi manajemen, fasilitas ekspor dan

kepabeanan, dsb), debirokratisasi melalui penghapusan biaya tinggi.

3. Industri TI local yang tangguh pada akhir 2005, yang dicerminkan antara

lain dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pasar sehingg

pengguna dapat mengutamakan prosuk lokal, dan menembus pasar

global.

Kebijakan

1. Perangkat hukum untuk E-commerce. Kebijakan kepastian hukum bagi

masyarakat konsumen dalam E-commerce.

2. Transparansi dalam pelayanan, peraturan, dan persyaratan. Kebijakan

dalam pemanfaatan sumber informasi bagi SME baik di pusat maupun di

daerah.

3. Pertukaran dan pemrosesan data bisnis secara elektronis. Kebijakan yang

mengatur pemrosesan dokumen secara elektronis (perijinan, kewajiban

pajak, dan lainnya)

Pedoman

1. Regulasi tentang jual beli informasi (commercial law)

2. Peraturan pemanfaatan teknologi informasi (cyber law), pengembangan

security system (national security, personal security), dan peraturan

penggunaan informasi.

3. Regulasi mengenai e-bisnis, tele-bisnis.

4. Regulasi mengenai perlindungan hak cipta.

5. Rujukan untuk perangkat hukum berkaitan dengan SME based E-

commerce dapat mengacu pada : The United Nations Model Law on E-

Page 11: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

11

commerce, bagian dari UNCITRAL (United Nation Conference on

International Law), 1996.

6. Kerangka pengembangan E-Commerce atau SME dari lembaga yang

berkepentingan seperti : Menko Ekuin, KADIN.

7. Standard dokumen, form dan transaksi yang berhubungan dengan

perizinan, ekspor, transportasi, dll.

Prosedur

1. Promosi dan membantu pemakaian teknologi internet untuk

meningkatkan daya saing dan akses ke SME.

a. Pilot project : portal untuk SME, extranet (jaringan antar organisasi)

SME dan perusahaan besar/multinasional (konsep koperasi, bapak-

angkat).

b. Pilot project menggunakan teknologi internet untuk lingkungan SME,

dengan criteria : biaya rendah, sederhana instalasi/pemeliharaan,

dan “multi purpose” (universal use).

2. Menyediakan perangkat hukum untuk melindungi transaksi,

penyelesaian sengketa, perlindungan perusahaan kecil.

a. Aturan/hukum dan fasilitas public key infrastructure : digital

signature.

b. Adopsi aturan/hukum perdagangan elektronis.

3. Penyeluhan dan peningkatan kemampuan SME untuk menghadapi

perubahan lingkungan perdagangan elektronis.

a. Training Program : management and internet bases related service.

4. Membantu dan meningkatkan fasilitas dan akses SME daerah

a. Dukungan manajemen dan teknologi untuk pemasaran dan akses

pasar produk SME di daerah : fasilitas link, kerjasama, insentif.

b. On-line portal service untuk bidang yang potensial dalam

meningkatkan keberadaan SME daerah pada tingkat pusat dan

internasional (global reach) : agribisnis, perikanan, kerajinan,

germent, dll.

Page 12: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

12

Proses

a. Pilot project : Portal untuk SME, extranet (jaringan antar organisai) SME

dan perusahaan besar/multinasional (konsep koperasi, bapak-angkat).

b. Pilot project menggunakan teknologi Internet untuk lingkkungan SME,

dengan kriteria : biaya rendah, sederhana instalasi/pemeliharaan, dan

“multi purpose” (universal use).

c. Aturan/hukum dan fasilitas public key infrastructure : digital signature.

d. Adopsi aturan/hukum perdagangan elektronis.

e. Training program : management and internet bases related services.

f. Dukungan manajemen dan teknologi untuk pemasaran dan akses pasar

produk SME di daerah : fasilitas link, kerjasama, insentif.

On-line portal service untuk bidang yang potensial dalam

meningkatkan keberadaan SME daerah pada tingkat pusat dan internasional

(global reach) : agribisnis, perikanan, kerajinan, garment, dll.

4. Keterkaitan Antara Ekonomi Kerakyatan dan E-Bisnis

Sistem Teknologi Informasi (TI) belum mampu memanfaatkan peranan

yang signifikan dalam berbagai aktivitas kehidupan masyarakat kita. Tak

heran jika dalam berbagai hal masyarakat kita masih sebatas sebagai

penikmat, bukan produsen yang memanfaatkan teknologi sebagai instrumen

pemasaran (marketing).

Usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai pilar pemberdayaan

ekonomi rakyat seharusnya dapat memanfaatkan jaringan TI, khususnya

dalam membantu pemasarannya baik secara lokal maupun internasional

dalam konsep e-commerce. Internet dalam konteks ini dapat digunakan

sebagai etalase di dunia maya untuk memajang berbagai macam produk

hasil produksi UKM sehingga produk-produk tersebut bisa dilihat,dipilih, dan

akhirnya dibeli oleh konsumen lokal maupun mancanegara.

Kondisi pasar yang terbuka, meski terhalang oleh perbedaan waktu

dan jarak, sangat mendukung interaksi antara produsen dan konsumen

dunia maya. UKM Indonesia seharusnya sudah masuk ke dalam ranah maya

Page 13: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

13

tersebut. UKM Indonesia dengan berbagai macam varietas produknya harus

sudah mulai menjajaki pasar di dunia maya sehingga bisa diperkenalkan di

arus global.

Konsep UKM berbasis e-commerce ini sudah diterapkan terutama di negara-

negara maju seperti Amerika Serikat (AS), China, Malaysia, Singapura, dan

negara-negara Eropa.Perang marketing di dunia maya sangat lazim

dilakukan negara-negara tersebut, tapi di Indonesia masih belum

dioptimalkan secara sempurna. Hal itu salah satunya akibat rendahnya

pengetahuan dan kemampuan kita dalam menguasai TI. Kelenturan dalam

bertransaksi dan hemat dalam biaya menjadi salah satu nilai tambah

melakukan transaksi secara online.

Produk-produk UKM asal Indonesia sudah diakui kalangan

internasional karena sifatnya yang unik dan sulit ditemukan bandingannya

dengan produk asal negara lain. Namun, keunggulan itu akan sia-sia apabila

tidak ada upaya dari kita untuk mengembangkan pengetahuan dan

kemampuan pemasaran secara online. Contoh: Batik sudah di patenkan

menjadi produk asli Indonesia, Misalnya pengrajin Batik ingin memasarkan

produknya, tidak harus di pasarkan secara konvensional (di titipkan ke toko-

toko atau pasar) apabila pengrajin sudah mengenal perdagangan maya,

maka pengrajin bisa memasarkan produknya secara online.

Contoh lainnya pada petani, biasanya petani sering melihat harga jual

komoditinya pada kantor kelurahan atau dinas terkait, oleh karena data

yang ada biasanya tidak update maka, petani sering menjualnya ke

Tengkulak hal ini yang akan memberikan harga yang lebih murah dari harga

pasaran karena untung dari tengkulak yang ingin mendapatkan keuntungan

di banding petani.

Page 14: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

14

5. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Pemerintah

a. Pengembangan Sentra Pendukung UKM : dimana dikembangkan

berbagai pusat informasi yang dibutuhkan UKM.

b. Badan Konsultansi UKM yang menyediakan jasa dengan perencanaan

bisnis, keuangan, marketing, accounting, keahlian dalam teknologi dan

inovasi yang bermanfaat bagi UKM

c. Dukungan pendanaan : ini sudah banyak dilakukan dimasa lalu,

Lembaga guarantee Funds, Lembaga Modal Penyertaan, dsbnya.

d. Business Premises and Infrastructure : Sudah pernah dicoba dan perlu

dikembangkan lebih jauh, seperti incubator teknologi, Inkubator Usaha,

Technological Parks dsbnya.

e. Penting didukung upaya mengembangkan kerjasama yang terus menerus

di dorong dalam kerjasama usaha, baik didalam negeri maupun di luar

negeri.

f. Memanfaatkan berbagai badan internasional (CIDA, JETRO, dsbnya) dan

regional (APEC, AFTA dsbnya) sebagai sumber informasi, pertemuan

ilmiah, dan menyebarkan komitmen bagi pemerintah maupun dunia

usaha.

Kesatuan sistem pengembangan baik ini dari pemerintah maupun

dalam koordinasi dengan pihak non pemerintah, seperti Kadin dan Dekopin,

perlu ditata dengan baik sehingga koordinasi dan focus pembinaan menjadi

jelas. Networking dengan luar negeri, baik dengan kerjasama usaha maupun

dengan badan pembinaan yang regional misalnya APEC center for SME

Development atau dalam kerangka G-15 Indonesia menjadi koordinator

untuk pengembangan Center for Development of SMEs (CD-SMEs).

Pengembangan jaringan usaha atau business networks menjadi kunci

penting dalam rangka

1. Economies of Scope,

2. Economies of Scale,

3. Generate Management Economies, dan

Page 15: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

15

4. Peningkatan Bargaining Power dan membantu peningkatan akses

pasar.

Melalui pengembangan jaringan bisnis ini diharapkan akan terjadi

peningkatan daya saing UKM.

II. PENGEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH MENUJU

PEMBERDAYAAN EKONOMI RAKYAT DGN PENERAPAN E-BISNIS

1. Tinjauan Umum

Pada dasarnya perbuatan muamalat yang ditujukan untuk kebaikan

hubungan berekonomi sesama manusia harus mengandung ciri untuk

kemaslahatan umum. Oleh karena itu seharusnya kita melihat kehadiran

sistem syariah dalam transaksi antar individu dan lembaga harus kita

tempatkan dalam kontek pasar, yaitu karena adanya kebutuhan dan

ketersediaan serta dipilih atas dasar pertimbangan rasional dan moral untuk

mencapai kehidupan yang lebih sejahtera lahir dan batin. Karena

perekonomian syariah dilandasi atas prinsip kesempurnaan kehidupan

diantara kebutuhan lahiriah dan rohaniah dalam bertransaksi sesama hamba

Allah maupun lembaga yang mereka buat, maka kerelaan atau “ridho”

menjadi fundamen dasar setiap transaksi dua pihak atau lebih.

Perdebatan ekonomi syariah sering dipersempit dalam konteks pada

“bunga bank” sebagai riba atau bukan, sementara dimensi lain selain “riba”

kurang diberikan pembahasan secara seimbang. Selain “riba” terdapat dua

aspek penting yakni unsur ada tidaknya judi atau “maisir” yang sangat

berkaitan dengan aspek resiko dan ketidakpastian serta ada tidaknya unsur

kecohan (tipuan) yang dikenal sebagai hal yang mengandung unsur “gharar”.

Ketiga unsur yang menjadi dasar perbuatan transaksi atau “baia”

mempunyai arti yang penting untuk menilai subtansi suatu transaksi dapat

digolongkan memenuhi syarat syariah atau tidak.

Pengkajian ekonomi syariah secara umum masih didominasi oleh

kupasan dari dimensi “fiqih” dan ”administrasi pembangunan” bukan

Page 16: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

16

kupasan ilmu ekonomi dan nilai subtansi ajaran islam dalam menjelaskan

perilaku individu muslim sebagai pelaku ekonomi. Padahal beberapa kajian

empiris oleh para ahli ekonomi juga telah banyak menemukan adanya

perbedaan perilaku masyarakat muslim yang tercermin dalam tingkah laku

ekonominya (Metwali). Tantangan besar bagi para ekonom adalah terus

mengkaji kedudukan moral ekonomi islam atau sistem ekonomi syariah dan

bagaimana interaksi dengan sistem yang lain dalam dunia global.

Apabila kita simak secara mendalam ajaran berekonomi dalam Al-

qur’an dilandasi oleh suatu sikap bahwa tiada pemisahan antara ekonomi

dan keberagamaan seseorang. Mencari nafkah adalah bagian dari ibadah

dan tiada pemisahan antara agama dan kehidupan dunia. Dari titik tolak ini

akan melahirkan dua konsekuensi yaitu : pertama, perlunya pembentukan

sikap oleh seorang individu akan penguatan hidup dan pencarian kebaikan di

dunia atau dalam hubungannya dengan bumi dan alam; kedua, soal

pemilihan pribadi, sampai dimana batas dan tujuannya. Konsekuensi dasar

pertama memerlukan pada sikap keharusan hidup bersahaja yang menjadi

dasar hidup seorang muslim untuk menghindari sikap hidup yang boros dan

bermewah-mewahan.

Dengan demikian prinsip kemanfaatan didasarkan atas pemenuhan

kesejahteraan lahiriyah dan rohaniah. Jika prinsip ekonomi syariah sebagai

dasar muamalat, maka seharusnya kita jangan buru-buru terpaku pada

institusi. Institusi dengan berbagai karakter dan prinsip yang mengawal

prakteknya pada akhirnya akan memberikan pilihan kepada masyarakat

selaku pengguna untuk memilihnya. Dalam jual beli seorang calon pembeli

mempunyai kesempatan untuk melakukan “khiyar” atau memilih. Pilihan

dalam hal jasa institusi sudah barang tentu selain pertimbangan rasional

juga atas dasar kaidah-kaidah syariah yang bersumber dari Wahyu Illahi yang

ditujukan bagi kebaikan umat manusia.

Page 17: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

17

2. Peran Strategis Kelembagaan Keuangan Syariah Dalam Pemberdayaan

UKM (Usaha Kecil Menengah)

Mengenai peran penting UKM dalam menyangga kehidupan ekonomi

kita sudah tidak ada keraguan lagi, baik dilihat dari dukungan politik maupun

reliatas kehidupan perekonomian kita karena unit-unit UKM-lah tempat

mereka bekerja dan meningkatkan taraf kehidupan mereka. Namun patut

disadari bahwa lebih dari 97% usaha kecil kita adalah usaha mikro yang

omsetnya berada dibawah Rp. 50 juta pertahun dan sering terabaikan oleh

pelayanan perbankan komersial biasa. UKM dalam dirinya adalah produsen

bagi barang dan jasa tetapi juga pasar bagi produk-produk jasa untuk

mendukung kegiatan usahanya. Oleh karena itu thema pengembangan

lembaga keuangan syariah ini menjadi penting ketika kita menyadari

keterkaitan pembiayaan dan pembangunan UKM.

Di sisi lain dalam persefektif pengertian UKM yang dianut oleh UU

9/1995 juga termasuk sektor jasa keuangan yang dilaksanakan dengan

mengambil kegiatan di sektor perbankan, perkreditan dan jasa keuangan

lainnya. Dalam kaitan ini maka bertambah lagi dimensi yang harus kita lihat.

Dalam persfektif hubungan ini, Perbankan dengan pengembangan usaha

berskala kecil dan menengah. Demikian pula dalam kontek Badan Hukum

Koperasi juga dapat menjalankan usaha pembiayaan dalam sistem syariah.

Dalam kontek institusi, kita posisi penting perbankan dan LKM

(Lembaga Keuangan Mikro) syariah dalam pengembangan UKM di Indonesia.

Sebagaimana dimaklumi sektor usaha UKM pada umumnya berada di sektor

tradisional dengan perkiraan resiko yag tidak lazim tersedia pada

pengalaman perbankan konvensional. Sementara sistem bagi hasil justru

menghindari prinsip mendapatkan untung atas kerjasama orang lain. Maka

amatlah tepat jika format pengembangan lembaga keuangan dan Perbankan

Syariah dapat diarahkan untuk mendukung pengembangan UKM. Dilihat dari

pelakunya sistem perbankan syariah memberikan keyakinan lain akan

terjaminya keamanan batin mereka. Hal yang terakhir ini sudah barang tentu

Page 18: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

18

memperkuat tingkat pengharapan dan keyakinan mereka akan keberhasilan

usahanya.

Ekonomi syariah sangat pas untuk bisnis yang mempunyai

ketidakpastian tinggi dan keterbatasan informasi pasar, apalagi apabila

berhasil dibangun keterpaduan antara fungsi jaminan dan usaha yang

memiliki resiko. Oleh karena itu berbagai dukungan untuk mendekatkan

UKM dengan perbankan syariah adalah sangat penting dan salah satu

strateginya adalah bagimana kita mampu menjalin keterpaduan sistem

keuangan syariah. Hal inilah yang harus kita cari jawabnya. Keterpaduan

sistem keuangan syariah menjadi unsur penting dalam menjadikan LKsyariah

menjadi efektif, memiliki kemaslahatan tinggi terutama dalam kontek

globalisasi dan otonomi daerah.

Sebagaimana sistem konvensional dalam sistem keuangan syariah juga

terdapat pelaku kecil dan menengah, termasuk perbankan. Dengan

demikian kerjasama dan keterkaitan antara perbankan syariah skala besar

dan bank syariah skala kecil dan menengah harus mendapatkan perhatian.

Lebih jauh akan menjadi semakin produktif apabila peran lembaga keuangan

Syariah Non-Bank juga mendapat perhatian yang sama. Dari berbagai data

yang disajikan oleh BPS, sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan, adalah sektor yang paling produktif dibanding sektor lainnya,

bahkan tidak ada perbedaan nilai tambah/tenaga kerja antara LK kecil dan

besar.

3. Format Pengembangan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Syariah

Dalam sejarah perkembangannya di Indonesia sudah dapat

mengembangkan berbagai macam LK-syariah yaitu bank syariah; “LKM”-

syariah, Gadai syariah, Asuransi syariah, dan Koperasi syariah. Dalam

rumpun LKM-syariah yang non bank telah berkembang tiga model : BMT

(Baitulmal Wa Tamwil) yang menyatukan Baitul Mal dan Baitul Tamwil; BTM

(Baitul Tamwil) yang menyempurnakan “Sponsored Financial Institution”

dan “sirhkah”. Ketiga model ini ada telah berkembang dan kebanyakan

Page 19: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

19

sudah mengambil bentuk “Badan Hukum” koperasi dan hanya sebagai kecil

yang tidak terdaftar dalam format perijinan dan pendaftaran institusi

keuangan di Indonesia.

LK-syariah sekarang sudah menjadi nama dari institusi keuangan,

sehingga secara legal sudah terbuka untuk dijalankan oleh setiap warga

negara Indonesia, bahkan perusahaan asing. Jika syariah menjadi “Brand”

dan orang yang percaya kepada Brand menjadikan konsumen fanatik, maka

LK-syariah adalah lading investasi sektor keuangan yang menjanjikan. Maka

sebentar lagi perdebatan format LKS berubah menjadi kancah perdebatan

pasar biasa. Sangat boleh jadi akan muncul pertanyaan mengapa lembaga

yang bukan berbasis islam juga menjual produk syariah ? Sehingga

sebenarnya LK-syariah saja belum menyelesaikan persoalan membangun

sistem ekonomi yang islami.

Meskipun Fatwa MUI sudah dikeluarkan tugas pencerahan tentang

kedudukan moral islam dalam berekonomi masih akan semakin diperlukan.

Pertanyaan dasar apakah konsep bunga sebagai harga uang juga berlaku

bagi “nisbah bagi hasil” dalam sistem syariah. Bagaimana jika nisbah bagi

hasil secara mengejutkan berlipat dibanding bunga komensional ?. Apa

masih memenuhi kaidah “Baia” yang dapat dicerna oleh akal sehat (tiada

agama tanpa akal). Harus dipikirkan pula jika dalam perebutan pasar LK-

konvensional dapat merubah persyaratan akad semakin dekat dengan moral

islam. Sehingga unsur “ridho” menonjol dan prinsip tidak boleh mengambil

keuntungan atas kerugian orang lain dikembangkan. Apakah dalam

kedudukan seperti itu fatwa masih mempunyai kedudukan yang sama ?

Inilah pekerjaan berat para ekonom untuk ikut menyumbangkan pikirannya

agar tidak terjadi jalan buntu. Pada dasarnya ilmu ekonomi juga berkembang

diluar batas neo classic yang relevan dengan prinsip-prinsip berekonomi

secara islami. Mengenai kritik terhadap ekonomi neo classic di Indonesia

sudah sering kita dengar1, namun penjelasan cara pandang dan

Page 20: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

20

pengembangan kerangka analisa baru yang dianggap sesuai juga masih

terbatas.

Format pengembangan LKM syariah ke depan harus bertumpu pada

basis kewilayahan atau daerah otonom, karena tanpa itu tidak akan ada

sumbangan yang besar dalam membangun keadilan melalui pencegahan

pengurasan sumberdaya dari suatu tempat secara terpusat pada “the

capitalist sector”. Bentuk LKM menurut hemat penulis harus berjenjang,

pada basis paling bawah kita butuh LKM-informal yang hak hidupnya dapat

diatur oleh PERDA. Pada skala ekonomi kaum yang layak berusaha, baru

membangun format koperasi dan pemusatan pada tingkat daerah otonom

dalam bentuk bank khusus, sehingga secara hirarki dapat dilihat seperti

bangunan pyramid. Pada skala yang lebih tinggi BPRS dan kaum pemilik

modal dapat bersatu dalam bank umum syariah yang berfungsi sebagai

APPEX Bank.

Dukungan pengaturan kearah itu sudah sangat terbuka dan sebagian

sedang dipersiapkan. Secara umum pada saat ini tidak ada halangan untuk

mengembangkan LKM-syariah. Dan pilihan kelembagaan yang sesuai

tergantung pada keputusan para pemodal dan prinsip akan

pengembangannya.

4. Kebijakan dan Program Pemberdayaan Koperasi dan UKM

Visi kita ke depan dalam pemberdayaan UKM adalah terwujudnya

UKM yang menjadi pemain utama arus perkonomian nasional yang mandiri

dan berdaya saing dalam menghadapi persaingan global. Secara khusus

peran pemerintah untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya UKM

yang paling mendasar adalah menyediakan kerangka regulasi yang

menjamin lapangan permainan yang sama atau level playing field. Sehingga

pengaturan harus menjamin persaingan yang sehat dan apa yang dapat

dilakukan usaha lain juga terbuka bagi UKM.

Dalam persfektif otonomi daerah terdapat masalah keterpaduan yang

harus terus menerus dikembangkan. Pada akhirnya UKM sebagai pelaku

Page 21: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

21

bisnis akan berada dalam lingkup pembinaan di daerah, kecuali pengaturan

di enam bidang. Koordinasi lintas sektor dan dengan daerah akan menjadi

agenda penting untuk mewujudkan harmonisasi pengaturan dan prosedur

perijinan pada berbagai tingkatan agar mampu mendorong pertumbuhan

UKM. Bagaimana program pemberdayaan UKM dan koperasi dijabarkan

dapat digambarkan dalam 7 (tujuh) butir berikut ini :

a) Pengembangan Kebijakan Pemberdayaan KUKM

Program ini dimaksudkan sebagai upaya untuk penciptaan iklim

usaha yang kondusif bagi KUKM. Dalam kenyataannya persoalan iklim bagi

KUKM seringkali sangat terkait atau tergantung dengan sektor lainnya. Oleh

sebab itu perlu dukungan penciptaan iklim yang kondusif melalui dukungan

kebijakan-kebijakan yang responsif terhadap persoalan dan kepentingan

KUKM, sehingga KUKM dapat tumbuh dan berkembang baik dari sisi

lembaga maupun usahanya. Sedangkan koordinasi diperlukan untuk

mensinergikan dan memadukan berbagai kebijakan dan program agar

berjalan padu dan berkelanjutan, bersama-sama dengan stake holders,

dalam upaya untuk lebih memantapkan pencapaian hasil yang optimal

dalam pemberdayaan KUKM.

b) Revitalisasi Kelembagaan Koperasi

Program ini dimaksudkan untuk menumbuhkan koperasi yang sesuai

dengan jatidiri koperasi, dengan menerapkan nilai-nilai dan prinsip

perkoperasian. Di dalam pengembangan koperasi juga didorong

berkembangnya koperasi yang dijalankan dengan sistem bagi hasil akan pola

pembagian sistem syariah. Penyempurnaan UU yang ada dalam

perkiraannya juga sudah menampung hal itu.

c) Peningkatan Produktivitas KUKM

Program ini dimaksudkan untuk mendorong kegiatan produktif

KUKM sehingga tumbuh dan berkembangnya wirausaha-wirausaha yang

berkeunggulan kompetitif dan memiliki produk yang berdaya saing melalui

pemanfaatan teknologi tepat guna, peningkatan mutu, dan lain-lain.

Page 22: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

22

d) Pengembangan Sentra/Klaster UKM dan Lembaga Keuangan Non Bank

Bagi KUKM

Program ini dimaksudkan untuk menjaga dinamika perkembangan

sentra menjadi klaster bisnis UKM melalui perkuatan dukungan finansial dan

non finansial. Diharapkan sentra-sentra yang ada selanjutnya dapat

berkembang menjadi pusat-pusat pertumbuhan, dan menjadi penggerak

atau lokomotif dalam pengembangan ekonomi lokal. Keberadaan BDS

diharapkan dapat memberikan layanan kepada UKM secara lebih fokus,

kolektif dan efisien, karena dengan sumberdaya yang terbatas mampu

menjangkau kelompok UKM yang lebih luas. Pelayanan jasa BDS sesuai

bidang yang dikuasai dengan pendekatan best practises, dan berorientasi

pada pasar, cekatan (responsiveness) dan inovatif. Disamping dukungan BDS,

maka penumbuhan sentra juga didukung dengan perkuatan finansial yaitu

melalui penyediaan modal awal dan padanan bagi KSP/USP-Koperasi di

sentra.

e) Pemberdayaan dan Penataan Usaha Mikro/Sektor Informal

Program ini dimaksudkan untuk memfasilitasi dan memperkuat

keberadaan serta peran usaha mikro dan sektor informal terutama

pedagang kaki lima (PKL) di perkotaan, perkuatan usaha mikro pada daerah

pasca kerusuhan, bencana alam, dan kantong-kantong kemiskinan. Kegiatan-

kegiatan yang akan dilaksanakan melalui program ini, antara lain dukungan

iklim kepastian usaha dan perlindungan melalui penerbitan Perda, dukungan

perkuatan permodalan melalui dana bergulir, sarana usaha, pelatihan,

bimbingan manajemen, sosialisasi, dan monitoring dan evaluasi.

f) Pengembangan Lembaga Diklat SDM KUKM

Program ini bertujuan untuk mengintensifkan peranan lembaga-

lembaga diklat bagi peningkatan kualitas SDM KUKM yang berada di

masyarakat, di bidang peningkatan keterampilan, manajerial, perkoperasian

Page 23: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

23

dan kewirausahaan yang responsif terhadap tuntutan dunia usaha dan

perubahan lingkungan strategis

g) Penguatan Jaringan Pasar Produk KUKM

Program ini dimaksudkan untuk memfasilitasi KUKM dalam

memperluas akses dan pangsa pasar melalui pengembangan dan penguatan

lembaga pemasaran KUKM, serta pengembangan jaringan usaha termasuk

kemitraan, dengan memanfaatkan teknologi (teknologi informasi). Bagian

dari kemitraan adalah bentuk-bentuk kerjasama yang inovatif, dengan

prinsip yang saling menguntungkan antara KUKM dengan usaha besar.

Termasuk dalam kegiatan ini adalah memperkuat jaringan warung

masyarakat kedalam pola grosir, sehingga dapat memperkuat daya tawar

dalam pengadaan produknya serta dapat diefektifkan sebagai outlet dan

sekaligus inlet dari produk-produk KUKM.

5. Prinsip Dasar Operasional Bank Islam

Sebagaimana diuraikan diatas prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi

Syariah akan menjadi dasar beroperasinya bank Islam (Islamic Banking)

yaitu yang paling menonjol adalah tidak mengenal konsep bunga uang dan

yang tidak kalah pentingnya adalah untuk tujuan komersial Islam tidak

mengenal peminjaman uang tetapi adalah kemitraan / kerjasama

(mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sedang

peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya

imbalan apapun.

Di dalam menjalankan operasinya fungsi bank Islam akan terdiri dari:

a. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana

yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi / deposan atas

dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.

b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana /

sahibul mal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh

pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi)

Page 24: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

24

c. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya

sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

d. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan

penerimaan serta penyaluran dana kebajikan ( fungsi optional )

Dari fungsi tersebut maka produk bank Islam akan terdiri dari :

1) Prinsip mudharabah yaitu perjanjian antara dua pihak dimana pihak

pertama sebagai pemilik dana / sahibul mal dan pihak kedua sebagai

pengelola dana / mudharib untuk mengelola suatu kegiatan ekonomi

dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan

diperoleh sedangkan kerugian yang timbul adalah resiko pemilik dana

sepanjang tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan

atau tindakan yang tidak amanah (misconduct) Berdasarkan kewenangan

yang diberikan kepada mudharib maka mudharabah dibedakan menjadi

mudharabah mutlaqah dimana mudharib diberikan kewenangan

sepenuhnya untuk menentukan pilihan investasi yang dikehendaki,

sedangkanjenis yang lain adalah mudharabah muqayyaddah dimana

arahan investasi ditentukan oleh pemilik dana sedangkan mudharib

bertindak sebagai pelaksana/pengelola.

2) Prisip Musyarakah yaitu perjanjian antara pihak-pihak untuk

menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian

keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati

3) Musyarakah dapat bersifat tetap atau bersifat temporer dengan

penurunan secara periodik atau sekaligus diakhir masa proyek.

4) Prinsip Wadiah adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana

atau benda kepada pihak kedua selaku penerima titipan dengan

konsekuensi titipan tersebut sewaktu-waktu dapat diambil kembali,

dimana penitip dapat dikenakan biaya penitipan. Berdasarkan

kewenangan yang diberikan maka wadiah dibedakan menjadi wadiah ya

dhamanah yang berarti penerima titipan berhak mempergunakan

dana/barang titipan untuk didayagunakan tanpa ada kewajiban

Page 25: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

25

penerima titipan untuk memberikan imbalan kepada penitip dengan

tetap pada kesepakatan dapat diambil setiap saat diperlukan, sedang

disisi lain wadiah amanah tidak memberikan kewenangan kepada

penerima titipan untuk mendayagunakan barang/dana yang dititipkan.

5) Prinsip Jual Beli (Al Buyu') yaitu terdiri dari :

a. Murabahah yaitu akad jual beli antara dua belah pihak dimana

pembeli dan penjual menyepakati harga jual yang terdiri dari harga

beli ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual.

Murabahah dapat dilakukan secara tunai bisa juga secara bayar

tangguh atau bayar dengan angsuran.

b. Salam yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan

barang diserahkan kemudian

c. Ishtisna yaitu pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan

proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan

pembayaran dilakukan dimuka sekaligus atau secara bertahap.

6) Jasa-Jasa terdiri dari :

a. Ijarah yaitu kegiatan penyewaan suatu barang dengan imbalan

pendapatan sewa, bila terdapat kesepakatan pengalihan pemilikan

pada akhir masa sewa disebut Ijarah mumtahiya bi tamlik (sama

dengan operating lease)

b. Wakalah yaitu pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak kedua

(sebagai wakil) untuk urusan tertentu dimana pihak kedua mendapat

imbalan berupa fee atau komisi.

c. Kafalah yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas

kegiatan yang dilakukan oleh pihak kedua sepanjang sesuai dengan

yang diperjanjikan dimana pihak pertama menerima imbalan berupa

fee atau komisi (garansi).

d. Sharf yaitu pertukaran /jual beli mata uang yang berbeda dengan

penyerahan segera /spot berdasarkan kesepakatan harga sesuai

dengan harga pasar pada saat pertukaran

Page 26: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

26

7) Prinsip Kebajikan yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebajikan

dalam bentuk zakat infaq shodaqah dan lainnya serta penyaluran

alqardul hasan yaitu penyaluran dan dalam bentuk pinjaman untuk

tujuan menolong golongan miskin dengan penggunaan produktif tanpa

diminta imbalan kecuali pengembalian pokok hutang.

6. Perbankan Syariah (Islamic Banking) Indonesia

Menabung di celengan sebenarnya bebas dari riba, tapi tidak ada

jaminan keamanan, misalnya dicuri orang/maling, resiko kebakaran, atau

bencana alam. Selain itu, bertahun-tahun dalam celengan tentu saja sangat

bisa terkena risiko ‘tidak laku lagi’ karena setiap negara niscaya mengganti

edisi fisik mata uangnya secara priodik.

Sebenarnya bahkan sebelum Bank Muamalat Indonesia lahir tahun

1992 yang beroperasi dengan prinsip syariah (meski pun kemungkinan

karena situasi politik yang belum kondusif waktu itu membuatnya tidak

pernah secara eksplisit memproklamirkan diri sebagai bank syariah),

sesungguhnya sudah ada bank syariah di Aceh dan Jawa Barat yang telah

lebih dulu lahir, meski pun baru tingkat BPR Syariah. Kebijakan moneter

pemerintah tahun 1988 yang diberi nama Pakto88 (Paket Oktober 1988)

memang telah memberi ruang bagi lahirnya perbankan syariah di Indonesia.

Instrumen yang secara jelas mengaturnya memang baru lahir lebih dari 15

tahun kemudian, yakni Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008. Maka seiring

dengan lahirnya undng-undang tersebut, berbagai bank syariah pun kini

bermunculan.

Produk kebutuhan perbankan yang selama ini kita kenal berbasis

bunga pada bank konvensional seperti tabungan, deposito, giro, pinjaman

dan jasa perbankan lainnya kini dapat dinikmati oleh umat Islam pada

perbankan syariah dalam bentuk yang sama, namun dengan prinsip

Page 27: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

27

perbankan yang berbeda: syariah. Produk-produk tersebut antara lain

adalah:

SIMPANAN :

A. Tabungan Syariah

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 angka 21 yang

mengatur perbankan syariah memberikan rumusan pengertian

tabungan, yaitu:

“Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau

investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariahyang penarikannya hanya dapat

dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi

tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang

dipersamakan dengan itu”.

Sedangkan Dewan Syariah Nasional mengatur tabungan syariah

dalam Fatwa Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000, yaitu:

“Produk tabungan yang dibenarkan atau diperbolehkan secara

syariah adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan

wadiah, sehingga kita mengenal tabungan mudharabah dan tabungan

wadiah”.

Dengan demikian, praktis jenis-jenis tabungan pada perbankan

syariah di Indonesia adalah :

1. Tabungan Mudharabah

2. Tabungan Wadiah

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 5 Peraturan Bank Indonesia

Nomor 7/46/PBI/2005, yang dimaksud dengan Mudharabah adalah :

“Penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada

pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu,

dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit

and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara

Page 28: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

28

kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati

sebelumnya”.

Sedangkan wadiah menurut Penjelasan Pasal 3 Peraturan Bank

Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 “ adalah transaksi penitipan dana atau

barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan

kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau

barang titipan sewaktu-waktu”.

B. Giro Syariah

Giro yang dibenarkan secara syariah seperti diatur Dewan Syariah

Nasional (DSN) dalam Fatwa Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000 adalah giro

yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah, sehingga jenis-jenis

giro yang dikenal dalam perbankan syariah di Indonesia hanyalah giro

mudharabah dan giro wadiah sebagaimana dijelaskan berikut ini.

1. Produk dan Akad Giro Wadiah.

Giro wadiah adalah giro yang operasionalnya berdasarkan akad

wadiah yang bersifat titipan. Pada Giro Wadiah, nasabah bertindak

sebagai pihak yang menitipkan (muwaddi), sedangkan bank sebagai

penerima titipan (mustauda).

Menurut Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor

7/46/PBI/2005, yang dimaksud dengan Wadiah adalah “Penitipan dana

atau barang dari pemilik dana atau barang pada penyimpan dana atau

barang dengan kewajiban pihak yang menerima titipan untuk

mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu”.

Juga disebutkan dalam Penjelasan Pasal 3 Peraturan Bank

Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 bahwa “Wadiah adalah transaksi

penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau

barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk

mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu”.

Diatur pula dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 01/DSN-

MUI/IV/2000, yakni:

Page 29: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

29

a. Bersifat Titipan.

b. Titipan bisa diambil kapan saja (on call)

c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk

pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.

2. Produk dan Akad Giro Mudharabah.

Giro mudharabah adalah giro yang operasionalnya berdasarkan

akad mudharabah dan bersifat investasi.

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 5 Peraturan Bank Indonesia

Nomor 7/46/PBI/2005, yang dimaksud dengan Mudharabah adalah

“Penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola

dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan

pembagian menggunakan metode bagi untuk dan rugi (profit and loss

sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua

belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya”.

Hal yang juga disebutkan dalam Penjelasan atas Pasal 19 ayat (1)

huruf b Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 bahwa:

“Yang dimaksud dengan ‘akad mudharabah’ dalam menghimpun

dana adalah akad kerja sama antara pihak pertama (malik shahibul maal

atau nasabah) sebagai pemilik dana dan pihak kedua (amil mudharib

atau bank syariah) yang bertindak sebagai pengelola dana dengan

membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang

dituangkan dalam akad”.

Dengan demikian, bank syariah dapat melakukan pengelolaan dana

yang memungkinkan tercapainya suatu laba tertentu dengan tingkat

keleluasaan yang tinggi selama tidak memasuki wilayah yang dilarang

oleh syariah (dalam koridor halal).

Ketentuan umum giro mudharabah juga diatur dalam Fatwa

Dewan Syariah Nasional Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000.

C. Deposito Syariah

Page 30: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

30

Deposito syariah dirumuskan dalam ketentuan Pasal 1 angka 22

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, yaitu:

“Deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah

atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan

akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau UUS.”

Catatan: UUS = Unit Usaha Syariah

Sementara itu, pengertian investasi dirumuskan dalam ketentuan

Pasal 1 angka 24 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, yaitu:

“Investasi adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada

bank syariah dan/atau UUS berdasarkan akad mudharabah atau akad

lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk

deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan

itu.”

Jenis-jenis deposito syariah menurut hukum Islam ada dua, yaitu:

a. Mudharabah Muthlaqah (Unrestricted Investment).

b. Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment).

Dewan Syariah Nasional juga menetapkan ketentuan umum

tentang deposito berdasarkan akad mudharabah dalam Fatwa Nomor

03/DSN-MUI/IV/2000.

Sejalan dengan fatwa DSN di atas, Bank Indonesia juga mengatur

dalam Pasal 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005, yang

diatur kembali dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/14/-DPbS

tanggal 17 Maret 2008.

7. Perkembangan Islamic Bank (IB) di Indonesia

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak

ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank

syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih

dahulu menerapkan system ini ditengah menjamurnya bank-bank

konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah

Page 31: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

31

menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi

karena kegagalan system bunganya.

Sementara perbankan yang menerapkan system syariah dapat tetap

eksis dan mampu bertahan. Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis

keuangan global yang melanda dunia pada penghujung akhir tahun 2008,

lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari

terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang

sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana

di bank-bank syariah.

Hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan bank Muamalat melewati

krisis yang terjadi pada tahun 1998 dengan menunjukkan kinerja yang

semakin meningkat dan tidak menerima sepeser pun bantuan dari

pemerintah dan pada krisis keuangan tahun 2008, bank Muamalat bahkan

mampu memperoleh laba Rp. 300 miliar lebih. Perbankan syariah

sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk menunjukkan bahwa

perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis dan mampu tumbuh

dengan signifikan. Oleh karena itu perlu langkah-langkah strategis untuk

merealisasikannya.

Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di

upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk

membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah

bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan

respon dan inisiatif dari perubahan Undang – Undang perbankan no. 10

tahun 1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut

mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat

dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.

Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah IndonesiaIndika

si1998

KP/UUS

2003

KP/UUS

2004

KP/UUS

2005

KP/UUS

2006

KP/UUS

2007

KP/UUS

2008

KP/UUS

2009

KP/UUS

Page 32: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

32

BUS 1 2 3 3 3 3 5 6UUS - 8 15 19 20 25 27 25BPRS 76 84 88 92 105 114 131 139

Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009.

Keterangan : BUS = Bank Umum Syariah UUS = Unit Usaha Syariah BPRS = Bank Perkreditan Rakyat Syariah KP/UUS = Kantor Pusat/Unit Usaha Syariah

8. Produk dan Akad Penyaluran Dana Perbankan Syariah

Bila dalam perbankan konvensional dikenal istilah kredit yang berbasis

pada bunga (interest based), maka dalam perbankan syariah dikenal dengan

istilah pembiayaan (financing) yang berbasis pada keuntungan riil yang

dikehendaki (margin) atau pun bagi hasil (profit sharing).

Sesuai dengan penggunaannya, produk pembiayaan syariah dapat

digolongkan menjadi :

1. Pembiayaan syariah berdasarkan prinsip jual-beli.

2. Pembiayaan syariah berdasarkan prinsip bagi hasil.

3. Pembiayaan syariah berdasarkan prinsip sewa-menyewa.

4. Pembiayaan syariah berdasarkan prinsip pinjam-meminjam.

5. Pembiayaan syariah berdasarkan prinsip multijasa.

Pembiayaan dalam perbankan syariah dirumuskan dalam ketentuan

Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008.

Tentu saja Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan beberapa

fatwa berkenaan dengan produk dan akad dalam kegiatan penyaluran dana

perbankan syariah antara lain mengatur tentang murabahah, jual-beli salam,

jual-beli istishna, mudharabah (qiradh), musyarakah, ijarah, Al-Qardh,

istishna’ parallel, al-Muntahiyah bil al-Tamlik dan multijasa.

Selain itu, perbankan syariah juga tunduk pada beberapa ketentuan Bank

Indonesia yang mengatur tentang produk dan akad penyaluran dana kepada

masyarakat.

Page 33: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

33

9. Produk dan Akad Bank Syariah Lainnya

Di samping produk tabungan, giro, deposito dan pembiayaan,

perbankan syariah juga melayani masyarakat dengan berbagai produk

lainnya, antara lain :

1. Transfer dan Inkaso

2. Letter of Credit (L/C) Impor Syariah.

3. Syariah Charge Card.

4. Jasa Safe Deposit Box

10. Contoh Bank Syariah di Indonesia

Saat ini bank-bank syariah di Indonesia yang sudah siap melayani

kebutuhan perbankan masyarakat antara lain :

a. Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Nama situs : www.muamalatbank.com

Bank ini dianggap sebagai bank syariah pertama berskala nasional yang

berdiri tahun 1992 meski pun pada saat pendiriannya tidak secara

eksplisit menamakan diri sebagai bank syariah.

Saat ini produk-produk perbankan BMI sudah berkembang lebih dulu

dibanding para pesaingnya yang lahir belakangan, antara lain:

Produk Tabungan : Tabungan Muamalat, Tabungan Ummat, Tabungan

Haji Arafah, Tabungan Haji Arafah Plus, Tabungan Shar-E dan

Tabunganku.

Produk Giro : Giro Wadiah, Giro Wadiah Personal dan Giro Wadiah

Korporasi.

Produk Deposito : Deposito Mudharabah, Deposito Fulinves

Pembiayaan : Jual-Beli, Bagi Hasil dan Sewa.

Layanan Lainnya : Transfer, Kas Kilat, Letter of Credit (L/C), Bank Garansi,

Layanan 24 Jam (SMS Banking, SalaMuamalat, MuamalatMobile,

Internet Banking).

Page 34: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

34

b. Bank BRI Syariah

Nama situs : www.brisyariah.co.id

Produk Penghimpunan Dana terdiri atas : Tabungan BRI Syariah, Giro Ib,

Deposito Ib, Tabungan Haji Ib, Tabungan Perencanaan Ib.

Produk Penyaluran Dana terdiri atas : Pembiayaan Komersil, Pembiayaan

Ritel, Mikro Ib, Pembiayaan Linkage/Kemitraan, Pembiayaan Konsumer.

Produk Akses terdiri atas : Remittance BRISyariah, Mini Banking, Mobile

Banking/SMS Banking, InternetBanking, ATM/EDC/Telephone Banking.

c. Bank Syariah Mandiri

Nama situs : www.syariahmandiri.co.id

Pendanaan Tabungan : Tabungan Berencana BSM, Tabungan Simpatik

BSM, Tabungan BSM, Tabungan BSM Dollar, Tabungan Mabrur BSM,

Tabungan Kurban BSM, Tabungan BSM Investa Cendekia.

Deposito : Deposito BSM, Deposito BSM Valas.

Giro : Giro BSM EURO, Giro BSM, Giro BSM Valas, Giro BSM Singapore

Dollar.

Obligasi : Obligasi BSM

Pembiayaan : BSM Customer Network Financing, Pembiayaan Resi

Gudang, PKPA, Pembiayaan Edukasi BSM, BSM Implan, Pembiayaan

Dana Berputar, Pembiayaan Griya BSM, Pembiayaan Griya BSM Optima,

Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi, Pembiayaan Umroh, Pembiayaan

GriyaBSM DP 0%, Gadai Emas Syariah Mandiri, Pembiayaan Mudharabah

BSM, Pembiayaan Musyarakah BSM, Pembiayaan Murabahah BSM,

Pembiayaan Talangan Haji BSM, Pembiayaan Dengan Agunan Investasi

Terikat BSM, Pembiayaan Kepada Pensiunan, Pembiayaan Peralatan

Kedokteran, Pembiayaan Istishna BSM, Qardh, Ijarah Muntahiyah

Bitamliik, Hawalah, Salam.

Page 35: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

35

Jasa : BSM Card, Sentra Bayar BSM, BSM SMS Banking, BSM Mobile

Banking GPRS, BSM Net Banking, Pembayaran melalui menu

Pemindahbukuan di ATM (PPBA), Jual Beli Valas BSM, Bank Garansi BSM,

BSM Electronic Payroll, SKBDN BSM (Surat Kredit Berdokumen Dalam

Negeri|), BSM Letter of Credit, BSM SUHC (Saudi Umrah & Haj Card).

Jasa Operasional : Transfer Lintas Negara BSM Western Union, Kliring

BSM, Inkaso BSM, BSM Intercity Clearing, BSM RTGS (Real Time Gross

Settlement), Transfer Dalam Kota (LLG), Transfer Valas BSM, Pajak Online

BSM, Pajak Impor t BSM, Referensi Bank BSM, BSM Standing Order.

11. Manfaat Corporate Blog untuk Bank-Bank Syariah di Indonesia

Dalam satu dekade terakhir (1999 – 2009), persaingan antara pelaku

perbankan syariah di Indonesia semakin ketat. Setiap bank atau unit usaha

syariah dituntut agar mampu memaksimalkan sumber dayanya untuk

menggaet nasabah baru sekaligus mempertahankan yang lama. Salah satu

sumber daya yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah

blog. Sebagai media online, blog memiliki potensi untuk menunjang proses

kerja yang ada di dalam bank syariah, di samping mampu mendekatkan bank

itu sendiri kepada khalayak ramai.

Dalam satu dekade terakhir (1999 – 2009), dunia perbankan syariah

Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan dari segi jumlah bank.

Pada tahun 90-an (1992 – 1998), Indonesia sejatinya hanya memiliki Bank

Muamalat sebagai satu-satunya bank yang berbasis ekonomi Islam. Tapi

sampai Maret 2007, sudah terdapat 24 unit bank syariah. Tiga diantaranya

adalah bank umum syariah, sementara lebihnya adalah unit usaha syariah

(Octaviana, 2007).

Sebagai konsekuensi, bank-bank syariah di Indonesia kini mau tidak

mau harus bersaing selain menjaga kemitraan satu sama lain untuk

memenangkan hati pelanggan. Di samping juga masih harus bersaing dengan

bank-bank konvensional tentunya.

12. Kompetisi di Dunia Maya

Page 36: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

36

Selaku bank yang memiliki brand dan positioning yang unik di

Indonesia, bank-bank syariah saat ini menghadapi tantangan yang semakin

besar dalam menggaet sekaligus mempertahankan nasabah. Para pesaing

bank-bank syariah kini bukan hanya 125 bank konvensional (VivaNews,

2008), tapi juga puluhan bank syariah lain yang memiliki prinsip bisnis yang

sama persis.

Ranah online adalah salah satu medan tempur bagi bank-bank di

Indonesia untuk menarik minat calon pelanggan, tidak terkecuali bagi bank-

bank syariah. Sebagai sokoguru lembaga ekonomi ala Rasulullah, bank

syariah dituntut untuk selalu siap melakukan penyesuaian (adaptive) dengan

irama perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Karena jika tidak,

maka pelanggan bisa saja akan beralih ke bank lain. Maklum, para nasabah

saat ini sudah memiliki banyak alternatif pilihan, tidak suma satu.

Menurut Longman Dictionary of Contemporary English, istilah blog

didefinisikan sebagai sebuah halaman atau situs web yang berisi informasi

mengenai sesuatu hal atau topik. Di dalamnya, informasi yang paling baru

diletakkan di urutan paling atas. Ciri khas inilah yang membuat blog

seringkali disebut oleh banyak kalangan sebagai jurnal digital. Karena selain

bersifat runut, kandungan blog umumnya bersifat sangat personal sesuai

dengan karakter pemiliknya.

13. Corporate Blogging

Corporate Blogging adalah istilah untuk menggambarkan perusahaan

atau lembaga yang membuat atau mendukung sebuah blog yang digunakan

untuk mencapai tujuan perusahaan (White, 2007). Sampai saat ini, Bank of

America (Future Banking) dan World Bank (PSD Blog) adalah dua contoh

bank yang sudah memiliki corporate blog.

14. Fungsi dan Manfaat Blog untuk Bank-Bank Syariah di Indonesia

Meskipun terlahir sebagai sebuah tool yang pemanfaatannya hanya

sebatas untuk kepentingan pribadi, blog ternyata juga bisa memberikan

manfaat yang luas ketika digunakan di level yang lebih tinggi, misalnya

Page 37: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

37

dalam perusahaan. Blog sebagai salah satu media online bisa memberikan 8

(delapan) manfaat bagi perusahaan-perusahaan yang mampu

mengimplementasikannya dengan benar (Wacka, 2000).

Lalu manfaat apa saja yang sebenarnya bisa diambil oleh bank-bank

syariah di Indonesia dari penggunaan blog. Berikut manfaat-manfaat yang

dimaksud beserta uraian yang menjelaskan kaitannya dengan bank syariah

di Indonesia.

1) Become the Expert

Perusahaan-perusahaan yang telah mengimplementasikan blog di

dalam lingkungan kerjanya memiliki kesempatan untuk dikenal sebagai

“pakar” di bidang yang digelutinya. Hal ini bisa terjadi karena satu

perusahaan pada umumnya memiliki karyawan-karyawan yang mempunyai

kompetensi unik di bidang-bidang tertentu; manajemen, sumber daya

manusia, administrasi, teknologi informasi, dan sebagainya.

Dalam kasus bank syariah, bank yang berani membuat corporate blog

memiliki peluang besar untuk menjadi pakar atau sumber ilmu di internet

untuk urusan ekonomi syariah. Hal ini sangat mungkin terjadi karena bank-

bank syariah di Indonesia umumnya memiliki staf-staf yang tentunya sudah

dibekali dengan pengetahuan, baik teori maupun praktik langsung, tentang

implementasi konsep ekonomi Islam dalam lingkungan kerjanya.

Contoh nyata untuk manfaat pertama ini bisa dilihat dari suksesnya

blog-blog yang ditulis oleh para karyawan Google di Official Google Blog.

Umumnya para pengunjung blog-blog tersebut sangat antusias

menyambangi blog milik Google karena mereka tahu bahwa karyawan-

karyawan Google adalah orang-orang pandai yang berada di balik

gemilangnya unjuk kerja produk-produk Google seperti mesin pencari,

GMail, Picasa, Android OS, dan sebagainya.

Dengan mengunjungi blog milik Google, para pengunjung

berkesempatan untuk melihat perkembangan terbaru dari proyek-proyek

Page 38: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

38

yang sedang dikembangkan oleh karyawan – yang pada saat bersamaan juga

merupakan blogger resmi Google.

2) Customer Relationships

Keberadaan fitur untuk meninggalkan komentar (leave a comment)

yang ada pada semua aplikasi blog dapat memberikan ruang bagi para

pelanggan untuk curhat secara langsung kepada perusahaan. Melalui fitur

yang sama, para pelanggan bisa meminta saran, tips, sampai mengadukan

keluhan seputar produk atau layanan yang diberikan oleh perusahaan

kepada mereka.

Dalam kasus bank syariah, para karyawan yang aktif dalam aktivitas

blogging ini bisa memanfaatkan fitur post dan komentar untuk memberikan

saran atau informasi tambahan seputar produk atau layanan dari

institusinya kepada para nasabah dengan bahasa yang lebih akrab

ketimbang bahasa pamflet, iklan, atau brosur.

Harapan dari aktivitas seperti ini adalah terjalinnya hubungan yang

lebih akrab antara nasabah dengan bank syariah melalui karyawan-

karyawannya. Jika sukses, bukan tidak mungkin nasabah yang terpuaskan

tersebut akan menjadi juru kampanye bagi produk atau layanan bank

syariah tersebut untuk komunitas atau lingkungan di mana ia tinggal (word

of mouth campaign).

Lagipula, para nasabah atau calon nasabah tampaknya akan lebih

tertarik untuk bermitra atau bekerja sama dengan bank syariah yang mau

“mendengar” mereka (baca: melalui blog) ketimbang yang tidak.

3) Media Relations

Keberadaan blog di internet yang bisa diakses selama 24 jam sehari

dan 7 hari dalam seminggu membuat perusahaan memiliki saluran (channel)

non-stop yang dapat menghubungkannya dengan semua kalangan,

termasuk media massa.

Page 39: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

39

Di era informasi seperti saat ini, adanya saluran resmi dari

perusahaan bisa menjadi alat untuk melakukan konfirmasi atas isu seputar

perusahaan yang beredar di luar, entah itu benar maupun salah. Dengan

demikian, para pencari berita memiliki kesempatan untuk memvalidasi

kebenaran atas suatu masalah yang menyangkut citra atau nama baik

perusahaan.

Bank-bank syariah di Indonesia juga dapat melakukan hal yang

serupa dengan cerita di atas melalui blognya. Sebagai contoh, blog milik

bank syariah bisa digunakan sebagai sumber resmi (official source) untuk

memberitahukan para nasabah tentang besaran nisbah pada produk

tabungan atau gironya. Jadi, alih-alih bingung mencarinya di tempat lain

seperti media massa cetak atau elektronik yang terkadang belum tentu

benar, nasabah bisa menemukan jawaban validnya dengan mengunjungi

blog resmi milik bank yang bersangkutan. Pun demikian untuk para

wartawan yang menginginkan informasi yang sama.

4) Internal Collaboration

Sebagai media online yang bisa menampung beragam media (teks,

gambar, video, dan animasi), blog juga memiliki peluang untuk digunakan

sebagai ruang kerja (workspace) bagi para karyawan. Sebagai contoh,

karyawan suatu bank syariah di Jakarta bisa meletakkan draft laporan

keuangan atau konsep strategi pemasarannya di blog secara private agar

bisa diakses oleh rekan-rekan kerjanya di kota-kota lain. Istilah private di sini

berarti tidak semua pengunjung blog bisa mengakses berkas yang sudah

diterbitkan, hanya karyawan-karyawan tertentu yang sudah diberi akses saja

yang bisa melihat sekaligus mengedit berkas yang dimaksud. Cara ini

tentunya lebih praktis dan efektif ketimbang harus mengirimkan berkas yang

sama ke semua orang yang hendak di tuju.

5) Knowledge Management

Karena tersimpan dalam bentuk yang sudah teratur, semua informasi

yang sudah dimuat ke dalam blog tentunya akan menjadi kumpulan ilmu

Page 40: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

40

dan pengetahuan yang setiap saat bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, baik itu

oleh pegawai maupun oleh pelanggan perusahaan tersebut.

Menariknya, semua aplikasi blog (blogging software) memungkinkan

penggunanya untuk melakukan aktivitas-aktivitas standar yang lazim terjadi

pada prosedur pengarsipan seperti pencarian, pengubahan, bahkan

penghapusan data (khusus untuk pengguna yang memiliki izin). Perbedaan

sistem pengarsipan digital dengan sistem manual adalah bahwa pengarsipan

digital umumnya membutuhkan ruangan yang relatif lebih kecil untuk

penyimpanan data dalam jumlah yang sama. Selain bebas rayap tentunya.

Selaku penggerak perekonomian ala Rasulullah SAW di nusantara,

bank-bank syariah Indonesia tampaknya memiliki kewajiban yang tidak

tertulis untuk menjadi sumber ilmu dan pengetahuan untuk segala sesuatu

yang terkait dengan ekonomi syariah. Jika ini berhasil dilakukan dengan

bantuan blog, maka tidak hanya nasabah yang akan terbantu, tapi juga

kalangan lain seperti calon nasabah baru, nasabah bank syariah lainnya

(misalnya ketika mencari perbandingan produk-produk perbankan syariah),

akademisi, pengambil kebijakan, dan sebagainya.

6) Recruitment

Beberapa manfaat blog di atas seperti Become the Expert, Customer

Relationships, dan Knowledge Management secara tidak langsung

sebenarnya bisa membantu pembentukan citra positif perusahaan. Sebagai

hasilnya, ada kemungkinan besar bahwa akan ada banyak calon-calon

pegawai potensial akan datang melamar setelah membaca dan menerima

manfaat-manfaat yang sudah mereka ambil dari blog milik perusahaan.

Hal yang sama juga bisa terjadi dengan bank-bank syariah yang

mendukung corporate blog ini. Para pelamar potensial yang dimaksud di sini

adalah para akademisi yang memang membutuhkan data dan informasi dari

apa yang sudah ditulis dan diterbitkan oleh blogger ke dalam blog milik

institusi masing-masing. Melihat perkembangan jumlah bank syariah yang

akan terus berkembang, status sebagai “gudang data ekonomi syariah ”

Page 41: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

41

tentunya bisa menaikkan citra bank syariah yang memiliki blog di atas bank-

bank lain yang tidak memiliki blog, khususnya di mata para pencari kerja.

7) Test Ideas Or Products

Sifat atau karakter awal blog yang memang cenderung informal bisa

menjadi sarana bagi perusahaan untuk meminta feedback atau saran yang

jujur dan tulus dari para pengunjung blognya mengenai suatu produk atau

layanan, baik itu untuk yang sudah diluncurkan maupun yang masih dalam

pengembangan.

Dalam implementasinya, suatu bank syariah bisa mengambil manfaat

ini tidak hanya untuk meminta feedback atas suatu produk, tapi juga hal-hal

lain yang bersifat remeh tapi penting seperti pemilihan parfum ruangan,

desain interior, rancangan sistem antri, sampai ke tata cara parkir untuk

salah satu cabangnya.

8) Rank High In Search Engines

Berdasarkan data dari situs Alexa, situs-situs yang sering menjadi

pemuncak dalam daftar situs terpopuler dari suatu negara adalah situs yang

menyediakan layanan pencarian atau search engine. Hal ini menunjukkan

bahwa salah satu hal yang paling sering dilakukan oleh orang-orang yang

berselancar di internet adalah mencari sesuatu yang diinginkannya

menggunakan mesin pencari. Entah itu menggunakan Google, Yahoo, Live,

Bing , atau penyedia jasa pencarian lainnya.

Kenyataan ini bisa menjadi berita yang bagus untuk perusahaan-

perusahaan yang sudah mengimplementasikan blog dalam lingkungan

kerjanya. Dengan banyaknya orang yang melakukan pencarian melalui mesin

pencari, berarti akan besar pula kemungkinan blog milik perusahaan

tersebut untuk ditemukan oleh para pencari informasi. Dus, dapat

menaikkan citra perusahaan dan kemungkinan terjadinya transaksi.

Page 42: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

42

Dalam konteks bank syariah, poin terakhir ini bisa menjadi sangat

penting. Blog yang tulisan-tulisan (post) atau kandungannya (content)

banyak diindeks oleh mesin pencari akan memiliki citra yang lebih kuat dan

lebih baik di mata para pengguna mesin pencari. Khususnya bagi para

pengguna mesin pencari yang menggunakan kata kunci-kata kunci prestisius

seperti “ekonomi syariah“, “ekonomi islam“, “konsep ekonomi islam“,

“mudharabah“, dan sebagainya. Jika dirawat dan terus diperbarui, maka

corporate blog milik bank-bank syariah di Indonesia memiliki kemungkinan

yang sangat bagus untuk mendominasi kata kunci-kata kunci di atas.

Selain itu, hal ini juga dapat meningkatkan traffic atau jumlah

kunjungan bagi blog tersebut, yang biasanya akan diikuti pula oleh kenaikan

pada jumlah transaksi maupun nasabah.

Page 43: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

43

III. PERKEMBANGAN E-BISNIS DI MASA DEPAN DALAM SEKTOR BISNIS JASA

Seperti industri perhotelan yang memanfaatkan peralatan elektronik dalam

melakukan bisnis, dari mengelola gudang hingga distribusi barang dan perhotelan

secara online, sikap dan tradisi menjadi berubah dalam sektor ini secara cepat seperti

perkembangan teknologi yang mendukungnya. Konteks untuk E-bisnis dalam sektor

perhotelan merupakan sesuatu yang menantang tapi masa depan yang cerah dalam hal

perkembangan keuntungan dan produktifitas pekerja mulai mempunyai dampak. E-

bisnis dalam bidang perhotelan tidak hanya akan mampu bertahan tapi bertujuan

untuk dapat memainkan peranan yang lebih signifikan dalam praktek bisnis perhotelan

di masa depan.

E-bisnis dalam bidang perhotelan di masa depan merupakan rangkaian studi

global yang diselesaikan dibawah bendera hospitality 2000. Peranan dari studi ini

adalah untuk mendefiniskan isu–isu penting yang akan dihadapi oleh industri

perhotelan dalam milenium baru.

1. Metodologi Penelitian Dan Profile Responden

Mengikuti metode penelitian yang digunakan dalam studi sebelumnya,

penelitian ini dilakukan dengan menyelesaikan review dari sejumlah literatur. Kuisioner

detail dikirimkan ke ekskutif industri perhotelan diseluruh dunia. Dari responden yang

melaporkan lokasi mereka, 24 persen berlokasi di eropa,timur tengah,india dan afrika,

66 persen di amerika dan 7 persen di asia pasific, total 465 kuisioner yang ditabulasi.

Ukuran organisasi responden dalam term total pemasukannya : 14 persen

responden mempunyai pemasukan total melebihi 1 milliar dollar, smentara 6 persen

perusahaan dengan pemasukan antara 500 juta hingga 1 milliar dollar, 13 persen

perusahaan antara 100 juta hingga 500 juta dollar, 11 persen antara 50 juta hingga 100

juta dollar dan 48 persen kurang dari 50 juta dollar.

2. Konteks untuk E-bisnis

Page 44: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

44

Apabila kita membahas masa depan E-bisnis dalam hal ini yang berhubungan

dengan industri perhotelan, kita harus mempertimbangkan trend besar yang penting

yang memberikan beberapa sumbangsih terhadap revolusi E-bisnis yang muncul

disekitar kita melalui bisnis dan dunia sosial.

Dalam beberapa tahun terakhir, saat kita memasuki milenium baru dan

berhadapan dengan realitas dari dunia yang berjejaring yang meningkat. Menjadi hal

yang biasa bahwa sesuatu yang disebut revolusi informasi menjadi dewasa. Ketika

seseorang menjelajahi internet, terdapat kuantitas yang besar dari informasi dan dalam

banyak instan, dan hal ini tersedia ke semua pendatang secara ketat, setidaknya tidak

tipikal dari end user. Informasi menjadi ada dimana mana dan menjadi komoditas. Ini

tidak mempunyai nilai banyak dalam banyak instan dan dirinya. Tetapi informasi

menjadi bernilai ketika dikonversi menjadi pengetahuan. Oleh karena itu logis untuk

mengatakan bahwa kita memasuki era pengetahuan. Era atau periode dimana

organisasi yang sukses adalah organisasi yang mampu memperoleh informasi,

membuat pengetahuan dan mendistribusikannya ke konstituen dengan tujuan untuk

membuat perbedaan.

Salah satu dari penggerak utama dari migrasi cepat kedalam ekonomi

pengetahuan merupakan penyebaran besar dari teknologi yang sifatnya murah,

reliable dan transformational dalam rangkaian suatu hal yang disebut teknologi flash

point, pada masa lalu, hal ini tidak sering tampak, tetapi setelah 10 tahun terakhir,

mereka muncul dengan frekuensi yang lebih sering, sebagai konsekuensinya, terlihat

juga peningkatan pesat dalam keuntungan yang behubungan dengan teknologi yang

meningkatkan produktifitas dan berkontribusi dalam ukuran yang besar ke taraf yang

lebih tinggi dari perkembangan ekonomi yang berkelanjutan. Kecepatan perubahan

secara jelas terakselerasi dan pemimpin bisnis terus berjuang dengan tantangan akan

ketidapastian.

Untuk industri perhotelan, implikasi perubahan, secara khusus mereka yang

behubungan dengan inovasi teknologi adalah signifikan, kelimpahan bandwitdh,

sebagai contoh, akan menjadi pengendali penting dari perubahan di masa yang akan

datang seperti kita beralih dari teknologi komnukasi pita sempit ke teknologi pita lebar,

dalam beberapa tahun, kita dapat mengharapkan flashpoint yang lain dengan

maraknya penggunaaan video conference berkualitas tinggi dan hubunan implikasinya

untk bisnis dan konvensi turisme.

Page 45: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

45

Teknologi juga menekan inefisiensi dalam distribusi dengan dampak yang

signifikan dalam industri travel dan model bisnis tradisionalnya. Ini juga mereduksi

biaya transaksi(interaksi antara orang dan fungsi) dalam perusahaan. Dimasa depan,

perusahaan yang sukses akan cenderung untuk melakukan spesialisasi dalam satu atau

dua tetapi tidak ketiganya dari elemen kunci semua bisnis: manajemen relasi

pelanggan, infrastructure(layanan back office) dan inovasi product.

Sementara itu, E-bisnis menghapus penghalang tradisional akan bisnis yaitu

waktu,jarak dan lokasi fisik, dan ketika industri perhotelan secara historik merupakan

pengadaptasi yang lambat dari inovasi-inovasi yang baru, yang kita lihat sekarang aktif

merangkul 2 area kunci dalam dunia ebisnis yaitu e distribution dan e-procurement.

Dalam era pengetahuan yang terus berkembang. Orang bertanya tanya apakah secara

geografis dan budaya beragam industri perhotelan dengan semua orangnya akan siap

dengan yang disebut revoulsi berikutnya dari dunia internet dan pembelajaran jarak

jauh

3. The Industryís "E-Profile"

Pada awal survei kami, kami sangat tertarik dalam menentukan kesiapan

industri perhotelan untuk terlibat dalam e-bisnis. Karena itu, kami mengajukan

serangkaian pertanyaan tentang konektivitas dari karyawan untuk intranet perusahaan,

extranet dan ke internet itu sendiri. Seperti di semua industri, tingkat konektivitas di

sektor perhotelan bervariasi secara signifikan dari satu jenis unit usaha yang lain dan

dari satu fungsi pekerjaan yang lain. Misalnya, orang akan berharap untuk melihat

ekstensif menggunakan komputer di depan-dan-kantor lokasi kembali properti hotel,

serta di seluruh kantor perusahaan.

Orang akan berharap kurang penyebaran di tempat lain di sebuah hotel yang

khas Hasil survei menunjukkan bahwa 41 persen karyawan bekerja dengan komputer

desktop dari satu atau jenis lain dan bahwa rasio ini harus tumbuh menjadi 51 persen

selama tiga tahun mendatang, naik 25 persen. regional, responden dari Amerika

laporan penggunaan saat ini lebih tinggi (47 persen secara rata-rata sederhana),

dibandingkan dengan 37 persen di Asia / Pasifik dan 39 persen di EMEIA. Pertumbuhan

selama beberapa tahun ke depan, namun harus membawa kesenjangan tersebut lebih

dekat bersama-sama (54, 49 dan 49 persen).

Survei tersebut juga menunjukkan bahwa karyawan lebih sedikit (28 persen)

memiliki akses ke Internet, meskipun sekali lagi, ini diharapkan tumbuh selama

Page 46: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

46

beberapa tahun berikutnya dengan 50 persen. Dalam waktu tiga tahun, kami

memperkirakan bahwa sekitar empat dari 10 karyawan akan memiliki akses ke Internet.

Sekali lagi, ada kesenjangan antar daerah dengan akses saat ini dilaporkan di Amerika

pada 38 persen, tapi hanya di EMEIA 21 persen dan hanya 16 persen di Asia / Pasifik.

Perbedaan Namun, diharapkan untuk mempersempit selama beberapa tahun ke depan

(49, 37 dan 30 persen).

Menanggapi organisasi dikelompokkan berdasarkan ukuran sesuai dengan pendapatan mereka, dengan organisasi-organisasi besar didefinisikan sebagai mereka yang memiliki pendapatan lebih dari $ 100 juta dan organisasi kecil menjadi orang-orang dengan pendapatan kurang dari $ 100 juta. On this basis, 51 persen dari organisasi perhotelan yang kecil menunjukkan mereka memiliki intranet mereka sendiri, dibandingkan dengan 78 persen di organisasi besar. Dan dalam hal siapa yang menggunakan intranet seperti itu, 69 persen dari manajemen senior, hampir dua-pertiga dari tingkat manajemen menengah dan sekitar sepertiga staf. Selama tiga tahun ke depan, walaupun demikian, rasio penggunaan diharapkan tumbuh ke: 77 persen untuk manajemen senior, 75 persen untuk mid-manajemen dan 44 persen untuk staf.

Seperti bisa diduga, intranet jenis digunakan di industri perhotelan bervariasi. Mereka yang menyediakan konektivitas dalam hotel yang dilaporkan oleh 59 persen responden, intranet yang menyediakan konektivitas antara hotel yang dilaporkan oleh 44 persen dan mereka intranet yang menyediakan konektivitas antara hotel dan kantor perusahaan yang digunakan oleh 73 persen.

Chart 1. Bagan 1. Not all organizations have Intranets Tidak semua organisasi memiliki intranet

Bagan 2. Tidak semua organisasi memiliki kegunaan untuk intranet

Penggunaan intranet didominasi oleh e-mail (86 persen); diikuti oleh distribusi informasi perusahaan umum seperti siaran pers dan newsletter (83 persen), perubahan kebijakan

Page 47: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

47

(70 persen), produk baru dan layanan informasi (69 persen) , pasar informasi (60 persen), kinerja perusahaan (57 persen) dan karyawan listing (52 persen). Sekurangnya penggunaan dari intranet untuk fungsi-fungsi HR online (42 persen), pelatihan (37 persen), dan tim kamar (35 persen).

Untuk organisasi-organisasi tanpa intranet (34 persen), tepat di bawah empat di 10 berencana untuk menginstal dalam satu satu tahun, dan dekat dengan 33 persen akan melakukannya selama bertahun-tahun berikut , baik tidak memiliki rencana saat ini untuk intranet atau tidak yakin dari mereka.

Selain intranet, organisasi perhotelan beberapa (sekitar sepertiga) memiliki

extranet yang menghubungkan organisasi mereka kepada bisnis lain, seperti pemasok

atau pelanggan. Diduga, rasio cenderung lebih tinggi dalam organisasi yang lebih besar

(42 persen) dibandingkan dengan yang lebih kecil (26 persen). Sekali lagi, beberapa

organisasi yang saat ini belum memiliki sebuah extranet merencanakan untuk

menginstal lebih dari satu tahun berikutnya, (12 persen) atau selama tahun-tahun

berikutnya dua (24 persen).

Walaupun secara umum tingkat tinggi mengherankan konektivitas dalam industri ini, tetapi, hanya 58 persen dari pelaporan organisasi memiliki strategi e-bisnis formal. organisasi yang lebih besar laporan kejadian yang lebih tinggi (69 persen) dibandingkan yang lebih kecil (51 persen), menunjukkan bahwa industri perlu melakukan lebih dari hanya akan terhubung jika ingin membuat kemajuan kuat di dunia e-bisnis (lihat Bagan 3 pada halaman 28). Perusahaan harus memiliki strategi untuk e-bisnis di tempat sebelum mereka menganggap orang-orang, proses dan teknologi isu-isu terkait. Secara geografis, Asia / Pasifik melaporkan insiden yang lebih tinggi dari perencanaan (74 persen) dibandingkan

Diagram 3. Tidak semua organisasi memiliki kegunaan untuk intranet

Page 48: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

48

EMEIA (66 persen) dan Amerika (55 persen) menyarankan bahwa mungkin ada hubungan terbalik antara perencanaan dan adopsi. Pada tingkat organisasi, franchisor dan rantai hotel global tingkat tertinggi laporan perencanaan (91 dan 75 persen), sementara rantai regional dan perusahaan manajemen independen kurang terlibat dalam proses perencanaan (66 dan 58 persen).

Bagan 4 dan. Penjualan Pemasaran memimpin dalam e-bisnis integrasi (hari ini)

Dalam meninjau integrasi saat operasi sehari-hari menjadi todayís e-bisnis lingkungan, organisasi perhotelan hanya melaporkan integrasi seperti moderat, menunjukkan banyak perubahan ada di depan. Dengan fungsi, penjualan dan pemasaran memimpin dalam hal tingkat integrasi, diikuti oleh distribusi, perekrutan dan pengadaan (lihat Grafik 4). Lebih besar organisasi perhotelan laporan integrasi lebih dalam bidang pemasaran dan distribusi, tetapi ukuran tampaknya kurang peduli ketika datang ke pengadaan, penjualan dan perekrutan.

Dalam melihat organisasi perhotelan virtual di masa depan, ada beberapa fungsi yang memiliki potensi untuk "Web-pemberdayaan" menggunakan intranet, extranet atau internet itu sendiri. Disajikan dengan berbagai bidang fungsional, yang paling signifikan Web-pemberdayaan diproyeksikan terjadi pada penjualan dan pemasaran (virtual properti wisata, sales force otomatisasi, sejarah tamu dan program loyalitas), datawarehousing, pemesanan, manajemen produksi, pengadaan dan sistem informasi eksekutif . Lebih moderat Web-pemberdayaan yang diantisipasi untuk sistem manajemen properti dan manajemen proyek, meskipun kedua daerah ini jelas

Chart 5. Web memungkinkan penjualan dan pemasaran (di masa depan)

Page 49: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

49

merupakan kesempatan penting (lihat Bagan 5).

Chart 6 aktivitas. E-Business diproyeksikan untuk hampir dua kali lipat selama tiga tahun ke depan.

Keterlibatan responden melaporkan hanya moderat dalam bisnis-untuk konsumen seperti kegiatan-produk perdagangan dan perhotelan melalui Web (misalnya, memungkinkan pemesanan pada situs Web mereka). Kegiatan ini diikuti oleh keterlibatan yang lebih moderat dalam-to-business commerce bisnis (bekerja dengan pemasok) dan akhirnya konsumen-to-business (seperti bekerja dengan konsorsium membeli dan koleksi layanan permintaan). Tetapi masing-masing daerah ini diproyeksikan akan tumbuh dalam hal signifikansi mereka 44-52 persen selama beberapa tahun ke depan (lihat Bagan 6). Diduga, organisasi yang lebih besar memproyeksikan tingkat keterlibatan yang lebih tinggi daripada yang lebih kecil.

Untuk organisasi industri perhotelan banyak, banyak hambatan menghalangi kemajuan dalam penerapan model bisnis berbasis-web. Pos daftar adalah teknologi solusi khusus eksklusif ditemukan di industri perhotelan. hambatan penting lainnya untuk mengubah arsitektur TI ditutup, kurangnya standar teknologi, keterbatasan keterampilan teknologi internal dalam organisasi perhotelan, kasus tidak jelas bisnis atau "analisa laba atas investasi" yang terkait dengan investasi IT dan rendahnya tingkat adopsi pelanggan dari Web.

Pesan ini tampaknya menjadi jelas: industri ini harus alamat IT-nya kekurangan

dalam dan komprehensif secara proaktif jika ingin mendapatkan keuntungan dari

revolusi terus dalam e-bisnis. Dan seperti halnya, akan perlu menemukan cara yang

lebih baik untuk mengukur kinerja dan membenarkan investasi di kawasan ini penting.

4. E-Distribution

Dengan tingginya biaya iklan dan merek perkembangan internet, banyak on-

line perusahaan sedang mencari akses ke pelanggan melalui portal pengaturan yang

disebut-jadi dengan gateway didirikan seperti AOL, Yahoo, Amazon dan sejenisnya.

Survei kami menunjukkan bahwa sepertiga dari responden melaporkan baik saat ini dan

Page 50: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

50

direncanakan hubungan dengan jenis portal ini, dengan organisasi yang lebih besar

lebih terlibat (37 persen) dibandingkan yang lebih kecil (32 persen).

Apakah hubungan ini efektif? Kedua organisasi besar dan kecil laporan

efektifitas yang lebih tinggi rata-rata rating dari sedikit. Demikian pula, responden

memberikan nilai rata-rata untuk industri perhotelan disebut-portal sehingga dalam

menyediakan konten khusus industri dan sumber daya. Tampaknya industri portal baik

dan lebih besar konsumen berorientasi sepupu mereka harus bekerja lebih keras untuk

mendapatkan kesetiaan dan dukungan industri perhotelan target mereka.

Untuk portal industri perhotelan, responden survei dinilai beberapa sumber

pendapatan dalam hal peluang pendapatan mereka sebagai pengendali. daftar tersebut

adalah iklan dan pengadaan. Ini diikuti dengan komisi dan langganan, dengan rata-rata

di bawah ini terlihat kesempatan untuk didorong melelang penjual dan lisensi

perangkat lunak. Meskipun, menonjol yang dianggap berasal dari kesempatan iklan

oleh responden survei, perhotelan perusahaan portal tetap perlu khawatir tentang klik-

melalui penurunan harga secara umum dalam Web dan memastikan bahwa model

bisnis mereka terstruktur tepat.

Karena banyak konten pada situs Web perhotelan perjalanan dan cenderung

berkisar dari dangkal ke ekspansif, responden diminta untuk menilai sendiri kehadiran

situs Web mereka terhadap berbagai atribut. Hampir pandangan obyektif, tetapi

tanggapan ilustrasi bagaimana industri saat ini menilai usaha sendiri di Internet.

Secara garis besar nilai yang kuat yang diberikan kepada atribut seperti informasi, kenyamanan, pilihan dan layanan, sedangkan nilai rata-rata disediakan atas kepercayaan / keamanan dan kustomisasi. Akhirnya, skor sedikit lemah dikutip untuk tabungan, masyarakat dan hiburan (lihat Diagram 7). Kedua atribut terakhir akan menjadi faktor penting dalam mencapai keberhasilan jangka panjang di Internet. Orang tentu ingin memiliki rasa masyarakat meskipun dari semacam virtual seperti yang mereka lakukan ketika mereka pergi ke pasar fisik mereka untuk membeli produk dan perhotelan. Mereka perlu

Chart 7 . The Industry rates its presence Chart 7 keberadaan. Industry yang tingkat

Page 51: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

51

dihibur. Perusahaan yang menguasai faktor-faktor dan meningkatkan peringkat yang dijelaskan di atas akan berhasil sementara mereka yang terus mengabaikan mereka lebih mungkin untuk gagal.

Sementara pemesanan online merupakan porsi peningkatan total volume

pemesanan dalam industri ini, tidak semua situs Web perhotelan organizationsí

ditetapkan untuk menangani transaksi tersebut. Dari organisasi merespons, hanya 64

persen melaporkan bahwa mereka mendukung situs Web pengolahan pemesanan,

meskipun rasio ini meningkat menjadi 78 persen dalam organisasi-organisasi besar dan

hanya 55 persen yang lebih kecil. Menurut jenis organisasi, rantai global laporan tingkat

tertinggi "pemberdayaan pemesanan situs Web" (92 persen), diikuti oleh franchisor (91

persen), rantai daerah (81 persen) dan hotel individu (64 persen). Untuk 31 persen yang

melaporkan situs tanpa kemampuan seperti pemesanan, Namun, rencana 45 persen

untuk memungkinkan mereka situs dalam program tahun mendatang.

Dalam hal volume pemesanan diambil alih industri perhotelan situs Web,

adalah pertumbuhan yang diantisipasi selama beberapa tahun ke depan yang paling

mencolok. Responden melaporkan bahwa mereka saat ini 4,9 persen rasio berbasis

Internet pemesanan harus lebih dari tiga untuk 15,4 persen selama tiga tahun ke

depan. Dan sementara rasio lancar terhadap total lebih rendah dari perkiraan industri

sebelumnya pemesanan Internet (niscaya didorong oleh profil bervariasi sampel),

tingkat pertumbuhan yang diproyeksikan saat ini jauh lebih besar dari perkiraan

sebelumnya.

Situs Web perusahaan bersaing untuk perhatian dengan array berbasis-internet

perusahaan perjalanan, semuanya bersaing untuk perhatian di salah satu Internetís B-

to-C pasar terpanas untuk sektor perjalanan. 12$ miliar pasar berkembang dengan

cepat dan bangun meninggalkan banyak perusahaan perhotelan dengan tantangan dari

cara terbaik untuk menjaga. Seperti revolusi internet memegang, sejumlah perjalanan

bisnis murni berbasis-Internet muncul, dan beberapa (seperti Expedia dan Travelocity)

mendapatkan traksi dan daya tahan yang didukung oleh investasi besar. Orang lain

telah sejak datang dan pergi.

Namun, dampaknya terhadap bidang-bidang penting bagi perusahaan

perhotelan cenderung bervariasi. Responden menunjukkan bahwa dampak telah sedikit

Page 52: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

52

positif berkaitan dengan strategi Internet, kepuasan pelanggan dan posisi kompetitif,

agak netral dalam hal biaya distribusi mereka, sementara sedikit negatif yang berkaitan

dengan perjalanan hubungan keagenan dan harga.

Salah satu atraksi utama distribusi online untuk perusahaan perhotelan adalah

kesempatan untuk mengurangi tingginya biaya distribusi bahwa perusahaan tersebut

memiliki historis yang dihadapi. Antara komisi agen perjalanan, biaya GDS, switching

costs dan biaya sistem pemesanan pusat, keramahan para eksekutif perusahaan telah

mengeluh selama bertahun-tahun tentang berat biaya distribusi multi-faceted sistem

mereka.Responden percaya, bagaimanapun, bahwa internet akhirnya akan

memungkinkan biaya tinggi yang terkait dengan distribusi yang akan berbalik. Dua

puluh tujuh persen biaya mereka percaya akan turun hingga 10 persen, dengan 23

persen menunjukkan penurunan ini dapat berkisar 11-20 persen. Di mana pun terjadi

penurunan, untuk usaha perhotelan yang paling menggunakan distribusi online untuk

produk dan layanan, satu hal yang jelas mereka dapat mengharapkan beberapa

tabungan yang signifikan selama beberapa tahun mendatang.

5. E-Procurement

Sebagai eksekutif industri perhotelan merenungkan manfaat potensial dari

sistem e-procurement, mereka memiliki berbagai pandangan tentang apa jenis produk

dan perhotelan yang mereka bisa membeli secara online. Meskipun tampak ragu-ragu

tentang e-commerce, pengeluaran yang signifikan dan jelas diatur untuk tumbuh cukup

tinggi selama tahun depan.

8. Membeli produk secara online Dari jumlah pengeluaran pada produk komoditas standar, sekitar 18 persen saat ini dibeli secara online, dengan rasio ini diharapkan tumbuh hingga 29 persen di tahun berikutnya. Demikian pula, produk yang memiliki spesifikasi dan orang-orang yang khusus di alam, sekitar 14 persen saat ini dibeli secara online, dengan rasio ini ditetapkan untuk tumbuh sekitar 21 persen di tahun berikutnya. Dan sementara item lebih mahal ditemukan di sebuah perabot, perlengkapan dan

Page 53: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

53

peralatan anggaran tidak biasanya dibeli secara online (saat ini hanya 11 persen), rasio ini disetel ke hampir dua kali lipat pada tahun berikutnya menjadi 21 persen (lihat Grafik 8).

Adapun nilai manfaat umum yang terkait dengan e-procurement, responden umumnya antusias. Mereka melihat manfaat yang kuat dalam kesempatan untuk meningkatkan harga, lebih baik sumber dan perbaikan proses.Lebih sedikit yang diminati dengan manfaat yang terkait dengan persediaan berkurang dan penghapusan limbah.

6. Manajemen Pengetahuan

Di masa depan, manajemen pengetahuan oleh perusahaan perhotelan niscaya

akan memberikan kontribusi untuk keuntungan kompetitif. Manajemen Pengetahuan

adalah disiplin yang dapat dibawa ke berbagai organisasi, tidak hanya dalam bisnis,

tetapi semua sektor masyarakat. Dan di usia di mana informasi di mana-mana,

manajemen pengetahuan dengan cara terstruktur yang menambahkan nilai

perusahaan jelas merupakan daerah yang perhatian waran.

Namun, untuk sebuah organisasi perhotelan untuk pengetahuan panen, mengasimilasi dan memanfaatkan dengan cara yang membuat organisasi yang kompeten lebih pesaing bukanlah tugas yang mudah.Hal ini dapat mahal sebagai organisasi-organisasi yang memiliki saham dalam pengetahuan bisa membuktikan.

Tetapi dengan munculnya lingkungan jaringan yang menggunakan internet dan intranet perusahaan dan ekstranet, bersama

Diagram 9. Tidak banyak perencanaan strategis untuk "berbagi pengetahuan"

Page 54: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

54

dengan aliansi strategis, fungsi outsourcing dan operasi nasional dan internasional desentralisasi, sulit untuk berdebat pentingnya manajemen pengetahuan untuk sukses. Dalam keadaan yang sederhana, salah satu tujuan utama manajemen pengetahuan untuk kebanyakan perusahaan adalah untuk mendistribusikan pengetahuan bagi mereka yang paling membutuhkan dan dapat menggunakannya untuk kepentingan utama perusahaan.

Survei responden menyarankan, bagaimanapun, bahwa di industri perhotelan setidaknya, tidak ada banyak perencanaan di arena ini. sepertiga dari responden melaporkan bahwa mereka hanya memiliki rencana strategis untuk berbagi pengetahuan, meskipun rasio lebih tinggi dalam organisasi yang lebih besar (43 persen) dibandingkan dengan yang lebih kecil (27 persen, lihat Tabel 9).

7. Investasi di E-Commerce

Dalam penelitian sebelumnya kami pada belanja teknologi industri perhotelan

ó "Restoran 2000: Teknologi, diterbitkan pada tahun 1999 kami memperkirakan bahwa

organisasi perhotelan berencana untuk menghabiskan sekitar empat persen dari

pendapatan mereka selama bertahun-tahun berikut tiga (yaitu melalui 2001). Hal ini

akan telah kira-kira sepertiga peningkatan belanja TI satu di total lebih dari pola mereka

untuk tahun sebelumnya tiga.

Diagram 10. Yang berhubungan dengan pengeluaran Internet (sebagai bagian dari belanja TI) tumbuh cepat

Dalam survei terkini tentang e-bisnis perhotelan, perhotelan porsi total belanja TI khusus didedikasikan untuk proyek Internet diperkirakan berdasarkan rata-rata tertimbang sebesar 15 persen saat ini dengan peningkatan menjadi 25 persen diharapkan pada tahun depan (lihat Bagan 10) . Ini meningkat dua-tiga yang signifikan dalam

Page 55: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

55

rasio sumber daya TI yang didedikasikan untuk perdagangan elektronik adalah kesaksian jelas dampak besar daerah ini akan terjadi pada industri tersebut selama beberapa tahun mendatang dan seterusnya.

Page 56: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

56

IV. PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Perlunya fokus dan prioritas di dalam pemberdayaan ekonomi rakyat

karena adanya keterbatasan sumberdaya.

b. Masalah kompetensi juga perlu menjadi perhatian, terutama

peningkatan kualitas SDM dan akses perdagangan luar negeri (ekspor).

c. Masalah iklim berusaha yang kondusif dan infrastruktur untuk

pengembangan UKM masih perlu ditata kembali, terlebih lagi

menghadapi era otonomisasi yang mengindikasikan justru akan

menghambat tumbuhnya UKM.

d. Guna meningkatkan daya saing UKM, pengembangan business networks

akan sangat penting terutama melalui e-business networks.

e. Pengembangan model ekonomi islami harus menjadi agenda pengkajian

yang terus menerus oleh ekonom dan ulama untuk menemukan prinsip-

prinsip berekonomi yang baik demi kebaikan hidup umat manusia.

Pengembangan LKsyariah penting, tetapi belum menjadi jaminan untuk

mewujudkan sistem perekonomian yang islami. Sistem LKM-syariah

terpadu yang berbasis daerah otonom akan menjamin kinerja yang

efektif dan adil bagi pemberdayaan ekonomi rakyat.

f. Blog sebagai salah satu produk dari dunia teknologi informasi dan

komunikasi memiliki potensi yang sangat bagus untuk menunjang bisnis

suatu perusahaan, termasuk bagi bank-bank syariah di Indonesia.

Beberapa manfaat yang bisa diambil oleh bank-bank syariah di Indonesia

dari penggunaan blog dalam perusahaannya antara lain; pencitraan

sebagai perusahaan pakar (Become the Expert), media pelayanan

konsumen secara personal (Customer Relationships), penghubung ke

media massa (Media Relations), kolaborasi internal (Internal

Collaboration), pengelolaan data dan informasi (Knowledge

Management), perekrutan (Recruitment), uji ide dan produk (Test ideas

Page 57: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

57

or products), dan posisi puncak di mesin pencari (Rank high in Search

Engines).

g. Sementara e-commerce tampaknya menjadi topik yang sering terjadi di

ruang rapat banyak perusahaan, survei kami menunjukkan bahwa

meskipun tidak menerima beberapa perhatian dalam suite eksekutif

industri perhotelan, itu jelas tidak sebanyak yang diharapkan. Sekali lagi,

kami melihat ini sebagai gejala yang industryís lambat dan diukur

pendekatan TI dan inovasi secara umum.

h. Peluang Ebisnis, meskipun dalam perhotelan mungkin sedikit lambat

untuk diadopsi, internet tentunya memiliki dampak signifikan pada

pelanggan dan segmen pasar industryís klasik perjalanan bisnis, pasar

pariwisata konferensi dan rekreasi, terutama yang berhubungan dengan

distribusi. Telekomunikasi juga sedang merevolusi, dan broadband

menjadi lebih mana-mana, kita dapat mengharapkan untuk melihat

potensi dampak negatif pada tingkat pertumbuhan baik dalam

pertemuan dan pasar bisnis, khususnya sebagai telekonferensi terus

meningkatkan kualitas dan menjadi tersedia di bawah biaya lebih

daripada adalah hari ini.

i. Yang menarik, responden tampaknya tidak terlalu khawatir dengan

dampak di salah satu segmen bisnis atau konferensi. Hal ini mungkin

karena mereka telah menjadi agak sinis terhadap janji-janji samar-samar

dan video teleconferencing di masa lalu, yang sebagian besar telah gagal

untuk memberikan , paling tidak dalam hal kualitas dan biaya. Kami

memperkirakan, Namun, bahwa kali ini mereka mungkin terkejut dengan

dampak yang berkembang di tiga tahun berikutnya.

j. Survei kami menegaskan arti penting pertumbuhan e-bisnis dan

dampaknya terhadap industri perhotelan dan menunjukkan bahwa

perencanaan yang lebih perlu dilakukan di arena ini.Industri eksekutif

jelas perlu khawatir dengan peran berkembang e-bisnis di perhotelan

dan dampaknya terhadap sejumlah-kritis daerah misi yang akan

Page 58: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

58

mendorong kesuksesan di masa depan. Ini termasuk dan inovatif

pendekatan baru untuk manajemen hubungan pelanggan, mengubah

saluran distribusi dan model bisnis berkembang ditetapkan dalam

konteks Web-enabled jaringan. Untuk organisasi-organisasi berfokus

pada tren ini, ada tantangan dan peluang besar yang terbentang di

depan.Bagi mereka yang tahan terhadap perubahan dan terikat pada

paradigma bisnis perhotelan tradisional, ancaman bisa menjadi

signifikan.

2. Saran

Pengembangan model ekonomi islami harus menjadi agenda

pengkajian yang terus menerus oleh ekonom dan ulama untuk menemukan

prinsip-prinsip berekonomi yang baik demi kebaikan hidup umat manusia.

Pengembangan LKsyariah penting, tetapi belum menjadi jaminan untuk

mewujudkan sistem perekonomian yang islami. Sistem LKM-syariah terpadu

yang berbasis daerah otonom akan menjamin kinerja yang efektif dan adil

bagi pemberdayaan ekonomi rakyat.

Dengan adanya perkembangan e-business para pihak yang terkait

perlu meningkatkan daya saing UKM dan Perbankan Syariah di mana dalam

pengembangan berinteraksi antara pelanggan dan media akan sangat

penting terutama melalui e-business networks.

Page 59: Ekonomi Kerakyatan Dan Ebisnis

Page

59

V. DAFTAR PUSTAKA

Abdul hakim, ahmad muhammad al-assal dan fathi ahmad. 1999. Sistem, prinsip dan tujuan ekonomi Syariah (terj). Cv pustaka setia. Bandung.

Al-fanjari, mahmud syauqi. (1985) ekonomi Syariah masa kini (terj). Husaini. Bandung.

An Nabahan, M. Faruq. 2000. Sistem ekonomi Syariah (terj). UII press. Jogjakarta.

An-Nabhani, Taqiyuddin. 1995. Membangun sistem ekonomi alternatif; perspektif Syariah (terj). Risalah gusti. Surabaya.

At-Thariqi, Abdullah Abdul Husain. 2004. Ekonomi Syariah; prinsip, dasar, dan tujuan (terj). Magistra insania press. Jogjakarta.

Awan Santoso. 2004. Relevansi platform ekonomi pancasila menuju penguatan peran ekonomi rakyat. [artikel - ekonomi rakyat dan reformasi kebijakan - maret 2004]. www.jurnal ekonomi rakyat,com

http://www.smecda.com/deputi7/file_makalah/Baitullmal_Muhammadiyah.pdf

Mustafa Edwin Dkk (2006), Pengenalan Eksklusif ekonomi Syariah, kencana perdana media group, Jakarta, h. 17.

Nur Kholis, kompilasi makalah untuk mata kuliah Pemikiran dan Sistem Ekonomi Syariah FIAI UII Jogjakarta