Upload
doankhue
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN ASPHALT CONCRETE (AC)
DENGAN BAHAN PENGISI (FILLER) ABU VULKANIK GUNUNG
MERAPI
The Marshall Characteristics of Asphalt Concrete (AC) Mix with Merapi Volcanic
Ash Filler
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun Oleh :
VEBBY PERMATASARI SUBONO
I 0107023
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN
ASPHALT CONCRETE (AC) DENGAN BAHAN
PENGISI (FILLER) ABU VULKANIK GUNUNG
MERAPI
The Marshall Characteristics of Asphalt Concrete (AC) Mix with Merapi Volcanic
Ash Filler
Disusun oleh :
VEBBY PERMATASARI SUBONO
I 0107023
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Persetujuan Dosen
Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Ir. Agus Sumarsono, MT
N I P. 19570814 198601 1 001
Dosen Pembimbing II
Ir. Djoko Sarwono, MT
N I P . 19600415 199201 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN
ASPHALT CONCRETE (AC) DENGAN BAHAN
PENGISI (FILLER) ABU VULKANIK GUNUNG
MERAPI
The Marshall Characteristics of Asphalt Concrete (AC) Mix with Merapi Volcanic
Ash Filler
SKRIPSI
Disusun oleh:
VEBBY PERMATASARI SUBONO
I 0107023
Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas sebelas Maret pada Hari Kamis, Tanggal 14 April
2011.
1. Ir. Agus Sumarsono, MT. ( ...………………………....)
NIP. 19570814 198601 1 001
2. Ir.Djoko Sarwono, MT. (……………………………)
NIP. 19600415 199201 1 001
3. Ir. Ary Setyawan Msc,PhD. (……………………………)
NIP. 19661204 199512 1 001
4. Slamet Jauhari Legowo, ST,MT. (……………………………)
NIP. 19670413 199702 1 001
Mengetahui, Disahkan
a.n Dekan Fakultas Teknik UNS Ketua Jurusan Teknik sipil
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS
Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Bambang Santosa, MT
NIP. 19561112 198403 2 007 NIP. 19590823 19860
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Hidup harus memiliki target, karena targetlah yang akan memicu
kita dalam kesuksesan ” ( Penulis )
“ Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat berharga. Memiliki
waktu tidak menjadikan kita kaya, tapi menggunakannya dengan baik adalah sumber dari semua kekayaan. ”
( Mario Teguh )
Terima Kasih Ya Allah.....Atas kelancaran dan kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadaku,
sehingga karyaku ini bisa selesai ,,,,,,
Kupersembahkan Karyaku Kepada:
Mama & Papaku tercinta
Terima kasih atas do’a, kesabaran
dan pengorbanannya untukku
Leo Aryo B, Calya Chesta A.G, M Robby N.S, dan M. Wibbie W.S
Terimakasih untuk semuanya kalian adalah semangat terbesarku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Vebby Permatasari Subono. 2010. Karakteristik Marshall Campuran Asphalt
Concrete (AC) dengan Bahan Pengisi (Filler) Abu Vulkanik Gunung Merapi. Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Letusan Gunung merapi 5 November 2010 menghasilkan banyak abu vulkanik
yang berdampak negatif bagi kesehatan ataupun lingkungan. Sehingga perlu
dilakukan penelitian agar abu vulkanik dapat digunakan dalam lapis perkerasan
jalan terutama pada perkerasan Asphalt Concrete, Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh penggantian filler abu vulkanik terhadap nilai karakteristik
marshall dan apakah memenuhi persyaratan Revisi SNI No.1737-1989-F.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dilakukan yang di laboratorium
dengan variasi kadar aspal 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, dan 6,5% serta kadar abu
vulkanik 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% pada setiap variasi kadar aspal. Sampel
yang digunakan berjumlah masing-masing 3 buah. Pengujian menggunakan alat
uji Marshall Test. Pengujian yang digunakan untuk mendapatkan hubungan nilai
karakteristik Marshall dengan variasi abu vulkanik yaitu analisis varian dan
regresi.
Hasil dari keseluruhan perhitungan anova bahwa penggantian abu vulkanik pada
kadar aspal optimum 5,5% tidak menyebabkan perubahan nilai stabilitas, densitas,
VIM dan Marshall Quotient secara nyata. Berbeda dengan hasil anova terhadap
nilai flow, dimana menyebabkan perubahan nilai flow secara nyata. Hasil dari
karakteristik Marshall pada kondisi KAO, penggantian filler abu vulkanik sebesar
100% dan 75% dengan kadar aspal optimum 5,45% dan 5,50% merupakan
campuran AC yang nilai stabilitas dan densitasnya memenuhi spesifikasi Revisi
SNI No. 1737-1989-F, namun pada nilai VIM, flow serta MQ-nya tidak
memenuhi.
Kata kunci: asphalt concrete, filler, abu vulkanik, karakteristik Marshall
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Vebby Permatasari Subono, 2011. The Marshall Characteristics of Asphalt
Concrete (AC) Mix with Merapi Volcanic Ash Filler. Thesis, Civil
Engineering Department of Surakarta Sebelas Maret University.
Merapi volcanic explosion on November 2010 provided volcanic ash affecting
adversely the health or environment. There should be a research conducted to find
out whether or not it can be used in the road hardening layer particularly in
Asphalt Concrete (AC) hardening. The objective of research the effect of filler
substitution of volcanic dust on the Marshall Characteristic value and whether or
not it qualifies the requirement of revised SNI No.1737-1989-F
This research was laboratory experimental in nature with asphalt level variation of
4.5%; 5%; 5.5%; 6%; 6.5% and volcanic ash filler level of 0%, 25%, 50%, 75%,
and 100% in each asphalt level variation. There were 3 samples used. The
examination was done using Marshall test instrument. The testing methods used
for obtaining the relationship between the Marshall characteristic value and the
volcanic ash variation were variance and regression analyses.
Result from the overall ANOVA calculation that the replacement of volcanic ash
at optimum asphalt content of 5,5 % does not cause change in the value of
stability, density, VIM, and Marshall Quotient significantly. In contrast to the
results of anova on the value of flow, which causes changes in the flow
significantly. Result of marshall character in KAO condition, the exchange of
volcanic ash are 100% and 75% with contents of asphalt optimum 5,45% and
5,50% are AC mixture wich is have stability value and density are fulfill the
specification, but at VIM value, flow and Marshall Quotient are uncomplimentary.
Keywords: asphalt concrete, filler, volcanic dust, Marshall characteristic.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
هتاگربوهللاةمحرومکيلعمالسلا
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tugas akhir ini.
Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penulis menyusun tugas akhir dengan judul “Karakteristik Marshall
Campuran Asphalt Concrete (AC) dengan Bahan Pengisi (Filler) Abu
Vulkanik Gunung Merapi”, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
karakteristik abu vulkanik Merapi sebagai filler dan karakteristik uji Marshall
dengan memgunakan abu vulkanik Merapi sebagai filler. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis sulit mewujudkan
laporan tugas akhir ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
2. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
3. Ir. Agus Sumarsono, MT, selaku dosen pembimbing I.
4. Ir. Djoko Sarwono, MT, selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua
Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Ir. Bambang Santoso, MT dan Senot Sangadji, ST, MT selaku Dosen
Pembimbing Akademis
6. Segenap Dosen Penguji Skripsi.
7. Muh. Sigit Budi Laksana, ST, selaku staff Laboratorium Jalan Raya Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
8. Keluarga besar Subono, Keluarga besar Imam Supi’i dan Keluarga besar
Iswadi, Terimakasih atas bantuan, semangat dan kekompakannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
9. Sahabatku tercinta Citra, Thia, Mayang, Endah terima kasih kalian selalu ada
dalam suka dukaku.
10. Ami Jalu, Chitra, Benk2, Ardyan, Hero, Agung, Abd. Rozaq, Doni, Zaqi M,
Ucup, dan teman-temanku semua yang ikut membantu dalam proses skripsi
ini. Terimakasih atas persahabatan dan solidaritasnya.
11. Teman-teman Kost Galinta terima kasih atas support dan semangatnya.
12. Keluarga Besar Teknik Sipil 2007 terimakasih atas pertemanan dan
kerjasamanya selama ini.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
penelitian selanjutnya. Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya.
هتاکربوهللاةمحرومكياعمالسلاو
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ............................................................................................. 3
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
1.5. Hipotesis ......................................................................................................... 4
1.6. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4
1.6.1. Manfaat Teoritis.................................................................................... 4
1.6.2. Manfaat Praktis ..................................................................................... 4
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 5
2.2. Dasar Teori.. ................................................................................................... 8
2.2.1. Struktur Perkerasan Jalan ..................................................................... 8
2.2.1.1. Lapis Permukaan (Surface Course) ......................................... 9
2.2.1.2. Lapis Pondasi Atas (Base Course)......................................... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2.2.1.3. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course) ............................... 10
2.2.1.4. Tanah Dasar (Subgrade) ........................................................ 11
2.2.2. Pembebanan pada Perkerasan Jalan.................................................... 11
2.2.3. Bahan Penyusun Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete) ................... 13
2.2.3.1. Agregat ................................................................................... 15
2.2.3.2. Filler Abu Vulkanik ................................................................ 20
2.2.3.2. Aspal ....................................................................................... 25
2.2.4. Karakteristik Campuran ...................................................................... 27
2.3. Pengujian Campuran Asphalt Concrete.. ...................................................... 29
2.3.1. Pengujian Volumetrik .......................................................................... 29
2.3.2. Pengujian Marshall ……….. .............................................................. 32
2.3.2.1. Stabilitas ................................................................................. 32
2.3.2.2. Flow ........................................................................................ 32
2.3.2.3. Marshall Quotient ................................................................... 33
2. 4. Analisis Varian (Anova).......................... ..................................................... 33
2. 5. Kerangka Pemikiran.......................... ........................................................... 36
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian ......................................................................................... 37
3.2. Waktu Penelitian................ ........................................................................... 37
3.3. Jenis Data…………… .................................................................................. 38
3.4 Peralatan …….……………………………………………………………. . 38
3.5 Bahan …….……………………………………………………………. . 40
3.6. Benda Uji ...................................................................................................... 41
3.7. Prosedur Pelaksanaan ................................................................................... 42
3.7.1. Pembuatan Benda Uji ......................................................................... 42
3.7.2. Volumetrik Test ................................................................................... 43
3.7.3. Marshall Test ...................................................................................... 44
3.8. Tahap Penelitian....... .................................................................................... 45
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pemeriksaan Bahan….. ....................................................................... 47
4.1.1. Hasil Pemeriksaan Agregat ............................................................... 47
4.1.2. Hasil Pemeriksaan Aspal .................................................................. 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
4.1.3. Hasil Pemeriksaan Filler Abu Vulkanik ........................................... 51
4.2. Hasil Pemeriksaan dan Pengujian Marshall................ ................................. 53
4.3. Hasil Perhitungan Kadar Aspal Optimum….. .............................................. 56
4.3.1. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Stabilitas ............................................................. 56
4.3.2. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Flow ................................................................... 59
4.3.3. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Densitas .............................................................. 61
4.3.4. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap VIM .................................................................... 63
4.3.5. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Marshall Quotient .............................................. 65
4.4. Pembahasan Hasil Pengujian Marshall ….. ................................................. 67
4.4.1. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Stabilitas pada
Asphatl Concrete (AC)…………… .................................................. 67
4.4.2. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Flow pada Asphalt
Concrete (AC) .................................................................................... 75
4.4.3. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Densitas pada Asphalt
Concrete (AC) .................................................................................... 80
4.4.4. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai VIM pada Asphalt
Concrete (AC) .................................................................................... 85
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.......….. ...................................................................................... 92
5.2. Saran................….. ....................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA....….. .................................................................................. 93
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Persyaratan Laston ........................................................................... 14
Tabel 2.2. Spesifikasi Pemeriksaan Agregat ..................................................... 19
Tabel 2.3. Batas-batas Gradasi Menerus Agregat Campuran............................ 20
Tabel 2.4. Kandungan Oksida Abu Vulkanik Menurut ASTM C 618-78 ........ 22
Tabel 2.5. Ilustrasi Perhitungan Anova ............................................................. 34
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 37
Tabel 3.2. Kebutuhan Benda Uji... .................................................................... 41
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (CA) ........................................... 48
Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Agregat Sedang (MA) ....................................... 48
Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (FA) ........................................... 48
Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Agregat Pasir (NS) ............................................ 49
Tabel 4.5. Gradasi Rencana Campuran AC Spec IV SNI 03-1737-1989 ........ 49
Tabel 4.6. Hasil Pemeriksaan Aspal .................................................................. 50
Tabel 4.7. Hasil Pemeriksaan Filler Abu Vulkanik Gunung Merapi ................ 51
Tabel 4.8. Kandungan Oksida Abu Vulkanik Menurut ASTM C 618-78 ........ 52
Tabel 4.9. Komposisi Kimia Abu Vulkanik Gunung Merapi ........................... 52
Tabel 4.10. Berat Jenis Abu Vulkanik Gunung Merapi ...................................... 53
Tabel 4.11. Rekapitulasi Hasil Uji Marshall Pengganti Filler dengan Abu
Vulkanik ........................................................................................... 55
Tabel 4.12. Hasil uji Marshall AC pada Kadar Aspal Optimum dengan pengganti
filler abu vulkanik ............................................................................ 58
Tabel 4.13. Data Nilai Stabilitas ......................................................................... 67
Tabel 4.14. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
4,5% ................................................................................................. 68
Tabel 4.15. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 4,5% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 69
Tabel 4.16. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
5,0% ................................................................................................. 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 4.17. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 5,0% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 71
Tabel 4.18. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
5,5% ................................................................................................. 71
Tabel 4.19. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 5,5% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 72
Tabel 4.20. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,0% ................................................................................................. 72
Tabel 4.21. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,0% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 73
Tabel 4.22. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,5% ................................................................................................. 73
Tabel 4.23. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,5% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 74
Tabel 4.24. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
4,5% ................................................................................................. 75
Tabel 4.25. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 4,5% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 75
Tabel 4.26. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
5,0% ................................................................................................. 76
Tabel 4.27. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 5,0% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 76
Tabel 4.28. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
5,5% ................................................................................................. 77
Tabel 4.29. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 5,5% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 77
Tabel 4.30. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,0% ................................................................................................. 78
Tabel 4.31. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,0% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 78
Tabel 4.32. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,5% ................................................................................................. 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 4.33. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,5% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 79
Tabel 4.34. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
4,5% ................................................................................................. 80
Tabel 4.35. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 4,5% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 80
Tabel 4.36. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
5,0% ................................................................................................. 81
Tabel 4.37. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 5,0% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 81
Tabel 4.38. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
5,5% ................................................................................................. 82
Tabel 4.39. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 5,5% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 82
Tabel 4.40. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,0% ................................................................................................. 83
Tabel 4.41. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,0% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 83
Tabel 4.42. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,5% ................................................................................................. 84
Tabel 4.43. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,5% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 84
Tabel 4.44. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
4,5% ................................................................................................. 85
Tabel 4.45. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 4,5% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 85
Tabel 4.46. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
5,0% ................................................................................................. 86
Tabel 4.47. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 5,0% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 86
Tabel 4.48. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
5,5% ................................................................................................. 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 4.49. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 5,5% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 87
Tabel 4.50. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,0% ................................................................................................. 88
Tabel 4.51. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,0% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 88
Tabel 4.52. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,5% ................................................................................................. 89
Tabel 4.53. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,5% dengan Perlakuan Masing-
Masing Kadar Abu Vulkanik ........................................................... 89
Tabel 4.54. Rekapitulasi Hasil Anova .................................................................. 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Struktur Perkerasan Lentur ............................................................. 9
Gambar 2.2. Distribusi Beban Pada Struktur Jalan ............................................ 12
Gambar 2.3. Abu Vulkanik Dilihat dari Kasat Mata ......................................... 23
Gambar 2.4. Ukuran Mikroskopis Abu Vulkanik .............................................. 24
Gambar 2.5. Hasil Scan Abu batu dengan Mikroskop Elektron ....................... 24
Gambar 2.4. Diagram Alir Kerangka Berpikir .................................................. 36
Gambar 3.1. Alat Uji Marshall .......................................................................... 39
Gambar 3.2. Tahapan Penelitian ........................................................................ 45
Gambar 4.1. Agregat yang Digunakan dalam Penelitian ................................... 47
Gambar 4.2. Grafik hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal ................................ 56
Gambar 4.3. Grafik hubungan Flow dengan Kadar Aspal ....................................... 59
Gambar 4.4. Grafik hubungan Densitas dengan Kadar Aspal ................................. 61
Gambar 4.5. Grafik hubungan VIM dengan Kadar Aspal ....................................... 63
Gambar 4.6. Grafik hubungan Marshall Quotient dengan Kadar Aspal ................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL
% = prosentase/persen
= phi ( 3,14 )
a = Perlakuan Abu Vulkanik
b = Perlakuan Aspal
Bc = kadar aspal
C = angka koreksi ketebalan
°C = derajat Celcius
D = densitas
d = diameter benda uji
df = Derajat Kebebasan
C = angka koreksi ketebalan
cm = centimeter
F = flow
Gac = Berat Jenis Aspal (gr/cm3)
Gsa = Berat Jenis Apparent (gr/cm3)
Gsb = Berat Jenis Bulk (gr/cm3)
Gse = Berat Jenis Rata-rata Agregat (gr/cm3)
gr = gram
H0 = Hipotesa
h = tebal benda uji
AC = Asphalt Concrete
k = faktor kalibrasi alat
kg = kilogram
lb = pounds
MQ = Marshall Quotient
P = porositas
Pba = Penyerapan Aspal (%)
q = pembacaan stabilitas pada dial alat Marshall (lb)
r2 = koefisien determinasi
r = koefisien korelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
S = stabilitas
𝑆𝐵2 = Kuadrat Mean Antar Perlakuan
𝑆𝑊2 = Kuadrat Mean di dalam Perlakuan
VB = Variasi antar Perlakuan
Vtotal =Variasi Total
VW = Variasi di dalam Perlakuan
𝑋 = mean total dari semua pengukuran yang ada di semua kelompok
𝑋𝑗 = mean kelompok, mean perlakuan, mean baris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Spesifikasi Bahan dan Campuran dan Data Sekunder Penelitian
Lampiran B Data Primer Penelitian
Lampiran C Dokumentasi Penelitian
Lampiran D Kelengkapan Administrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat di Indonesia . Seiring
dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk. Sehingga
muncul banyak kendaraan-kendaraan berat yang melintas di jalan raya. Salah satu
prasarana transportasi adalah jalan yang merupakan kebutuhan pokok dalam
kegiatan masyarakat. Dengan melihat peningkatan mobilitas penduduk yang
sangat tinggi maka diperlukan peningkatan baik kuantitas maupun kualitas jalan
yang memenuhi kebutuhan masyarakat.
Aspal beton sebagai bahan untuk konstruksi jalan sudah lama dikenal dan
digunakan secara luas dalam pembuatan jalan. Hal ini disebabkan aspal beton
mempunyai beberapa kelebihan dibanding dengan bahan-bahan lain,
kemampuannya dalam mendukung beban berat kendaraan yang tinggi dan dapat
dibuat dari bahan-bahan lokal yang tersedia dan mempunyai ketahanan yang baik
terhadap cuaca. Aspal beton atau asphaltic concrete adalah campuran dari agregat
bergradasi menerus dengan bahan bitumen. Kekuatan utama aspal beton ada pada
keadaan butir agregat yang saling mengunci dan sedikit filler sebagai mortar.
Pada tanggal 5 November 2010 terjadi letusan eksplosif Gunung Merapi, yang
mengeluarkan material vulkanik yang berukuran abu ke seluruh penjuru lereng
Merapi mulai dari wilayah Kabupaten Magelang, Sleman, Klaten, dan Boyolali.
Karakteristik abu vulkanik ini, relative berbeda dengan debu tanah kering yang
biasa dijumpai pada musim kemarau. Abu vulkanik terbentuk dari pembekuan
magma yang dierupsikan secara eksplosif. Sebagian butiran dari abu ini
mempunyai bentuk runcing, dan karena kandungan silikanya yang besar, abu ini
mempunyai sifat absorbsi yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Abu vulkanik hasil piroklastik jatuhan dan juga awan panas ini menyebabkan
banyak kerusakan, baik kerusakan tanaman, maupun infrastruktur, serta
menyebabkan gangguan kesehatan mulai pernafasan dan penglihatan. Sehingga
perlu di pikirkan untuk cara memanfaatkan abu vulkanik ini sebagai bahan yang
bermanfaat dan berguna. Penelitian tentang pemanfaatan abu vulkanik ini belum
begitu digalakkan apalagi dalam bidang jalan raya.
Menurut Juffrez dalam blog-nya yang berjudul bahan lapis keras, abu vulkanik
dapat digunakan sebagai alternative bahan tambah dalam perkerasan jalan raya
yang dapat meningkatkan stabilitas campuran perkerasan.
Hal tersebut mendorong penulis untuk memanfaatkan abu vulkanik sebagai
pengganti filler dalam perkerasan Asphalt Concrete. Sehingga dengan
pemanfaatan abu vulkanik sebagai filler ini diharapkan menghasilkan perpaduan
yang baik antara agregat kasar, agregat halus, aspal dan filler yang nantinya akan
diperoleh lapisan permukaan yang lentur dan dapat mendukung beban lalu lintas
dengan baik dan nyaman tanpa mengalami deformasi atau kerusakan yang berarti
dalam jangka waktu tertentu. Abu vulkanik yang dipakai dari Desa Musuk
Kabupaten Boyolali yang memiliki kandungan silika dan alumina yang cukup
banyak sehingga abu vulkanik ini juga diharapkan dapat meningkatkan kekakuan
pada bahan ikat perkerasan serta dapat sebagai alternative pengganti semen
sehingga lebih ekonomis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh nilai uji marshall campuran aspal beton dengan atau
tanpa menggunakan filler abu vulkanik Gunung Merapi?
2. Apakah campuran perkerasan AC dengan menggunakan filler abu vulkanik
Gunung Merapi memenuhi persyaratan karakteristik marshall revisi SNI03-
1737-1989?
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dari skripsi ini adalah :
1. Perubahan kimiawi yang terjadi tidak ditinjau.
2. Tinjauan terhadap karakteristik campuran terbatas pada pengamatan terhadap
hasil pengujian Marshall.
3. Abu vulkanik memenuhi syarat sebagai filler berdasarkan ASTM C 618-78
4. Gradasi agregat berdasarkan standart revisi SNI 03-1737-1989
5. Persyaratan stabilitas, flow, porositas dan densitas berdasarkan revisi SNI 03-
1737-1989
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan landasan teori diatas maka tujuan dari penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemanfaatan abu vulkanik
Gunung Merapi terhadap nilai uji marshall campuran AC (asphalt concrete)
2. Untuk mencari dan membandingkan hasil karakteristik marshall perkerasan
AC (asphalt concrete) dengan menggunakan filler abu vulkanik Gunung
Merapi terhadap syarat revisi SNI 03-1737-1989
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1.5. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah penggantian filler abu vulkanik Gunung
Merapi dapat meningkatkan stabilitas pada perkerasan Asphalt Concrete (AC).
1.6. Manfaat Penelitian
1.6.1. Teoritis
a. Menambah pengetahuan sejauh mana filler abu vulkanik Gunung Merapi
dapat digunakan sebagai perkerasan AC
b. Mengembangkan pengetahuan di dunia teknik khususnya kontruksi
lapisan perkerasan jalan yaitu mengenai karakteristik Marshall.
1.6.2. Praktis
a. Menambah alternatif pilihan penggunaan bahan perkerasan yang lebih
ekonomis dan ramah lingkungan.
b. Mengatasi masalah pemanfaatan abu vulkanik Gunung Merapi terhadap
lingkungan.
c. Untuk mengetahui nilai uji Marshall dengan penggunaan filler abu
vulkanik pada asphalt concrete. Sehingga dapat dijadikan pertimbangan
dalam pemilihan jenis perkerasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Lapis Aspal Beton (Laston) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan raya, yang
terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus dicampur,
dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. (SNI 03-1737-
1989)
Hasil pemadatan yang dilakukan pada campuran aspal yang menggunakan bahan
tambahan belerang menghasilkan nilai stabilitas sisa yang lebih tinggi yaitu
sebesar 85 % dibandingkan dengan nilai stabilitas sisa pada campuran yang tanpa
menggunakan bahan tambahan belerang yaitu sebesar 84,5 %, nilai dari stabilitas
sisa tersebut didapat dari perendaman selama 30 menit dibagi dengan perendaman
24 jam dari hasil tersebut menurut DPU, Bina Marga tahun 1987 tentang
peraturan laston disyaratkan indeks perendaman tersebut minimal harus
mempunyai nilai IP sebesar 75% . Sehingga dari hasil pengamatan di lab dapat
disimpulkan bahwa penggunaan bahan tambahan belerang pada aspal sebagai
bahan pengikat pada campuran aspal beton dapat menghasilkan nilai IP sedikit
lebih tinggi. (Dwinanta Utama, Ir, MSc, DIC.2006.Pengaruh Penggunaan
Belerang Pada Aspal beton Panas Lapis Perkerasan Lentur. Universitas
Brawijaya Malang)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Hasil pengujian Marshall diperoleh grafik hubungan parameter campuran aspal,
dengan kadar aspal optimum 4,8%. Dan dari pengujian Marshall rendaman
diketahui stabilitas tersisa setelah perendaman 24 jam pada suhu 60 ºC adalah
93,545%. Dari hasil penelitian yang kami lakukan, didapatkan hasil bahwa semua
pemeriksaan telah memenuhi standart spesifikasi dari AASHTO, ASTM, dan SNI
sehingga perencanaan aspal beton dengan filler kapur padam ini dapat digunakan
untuk lapis perkerasan Asphalt Concrete (AC). (Henny Fennisa dan Moh.
Wahyudi, 2010.Perencanaan Campuran Aspal Beton dengan Menggunakan Filler
Kapur Padam. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang)
Penelitian ini menganalisis lebih lanjut mengenai karakter campuran beton aspal
yang menggunakan filler gabungan antara abu kayu dan abu batu yang pada
akhirnya mendapatkan titik optimum dengan rasio 50 % abu kayu dan 50 % abu
batu. Dimana kompospisi tersebut adalah batas maksimal rasio jumlah abu kayu
dalam filler yang menghasilkan campuran aspal beton memenuhi persyaratan the
asphalt institute. Campuran tersebut juga memiliki kuat tarik secara tak langsung
yang signifikan dengan campuran berfiller abu batu biasa.Selain itu angka
retained stabilitynya lebih tinggi dari campuran abu batu biasa yang berarti
memiliki keawetan lebih baik. (Lucas,Benny Hardyanto. 2002. Pengaruh Abu
Serbuk Kayu sebagai Filer dalam Campuran Beton Aspal, Universitas Katolik
Parahyangan,Fakultas teknik program studi teknik sipil, Bandung)
Kekakuan yang semakin berkurang pada benda uji seiring dengan lama masa
perendaman. Kelenturan masih berusaha dipertahankan oleh campuran dengan kadar
filler 100% abu batu yang diikuti 50% abu batu – 50% semen Portland dan diikuti
pada 100% semen portland. Kondisi tersebut dialami pada campuran dengan dua
macam tumbukan yang telah dilakukan. ( Putrowijoyo, Rian. 2006. Kajian
Laboratorium Sifat Marshall dan Durabilitas Asphalt Concrete – Wearing Course
(AC-WC) dengan Membandingkan Penggunaan antara Semen Portland dan Abu
Batu sebagai Filler, Universitas Dpionegoro, Program Magister Taknik Sipil,
Semarang)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Abu terbang dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan tes yang dilakukan
kemudian digunakan sebagai filler dalam campuran aspal beton. Abu batu, filler
konvensional di India, juga digunakan untuk membandingkan hasil. Reologi sifat
filler bitumen (F/B) mastic ditentukan dari uji titik lembek, uji viskositas, dan uji
geser. Kekuatan dan daya tahan tes seperti stabilitas marshall, sisa pada stabilitas,
rasio kekuatan tarik, dan uji creep statis dilakukan pada beton aspal bercampur
dengan lima jenis pengisi dan hasilnya dianalisis dan dibandingkan. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa semua empat kelompok abu terbang yang cocok
untuk digunakan pada aspal keras bercampur dengan abu terbang dalam kelompok
untuk memiliki kinerja terbaik. Isi filler optimum 7% dan sifat beton aspal
campuran fly ash lebih baik daripada campuran konvensional. (Vishal Sharma,
Satish Chandra, Rajan Choundhary. 2010. Karakteristik Fly Ash Campuran Aspal
Beton.India)
Empat berbeda proporsi agregat pengganti digunakan khusus pada 0%, 10%, 20%,
30% dari berat total agregat kering. Campuran kadar abu vulkanik 0% digunakan
sebagai campuran referensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat mekanik
dari semua campuran agregat abu vulkanik, sampai dengan 20 %, yang dalam
batas batas spesifikasi marshall design. Selain itu, ditemukan bahwa penggunaan
agregat abu vulkanik meningkatkan sifat resistensi creep HMA (Hot Mix
Asphalt). HMA dengan pengganti abu vulkanik 10% agregat memberikan hasil
optimal dalam jangka perlawanan pengelupasan, ketahanan mulur, dan modulus
resilient. (Jamil A. Naji and Ibrahim M. Asi. 2008. Evaluasi Kinerja Campuran
Aspal Beton yang Mengandung Abu Vulkanik Granular. Yaman)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Struktur Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan adalah campuran agregat dan bahan ikat (binder) yang diletakkan
di atas tanah dasar dengan pemadatan untuk melayani beban lalu lintas.Tujuan
utama pembuatan struktur perkerasan jalan adalah untuk mengurangi tegangan
atau tekanan akibat beban roda sehingga mencapai tingkat nilai yang dapat
diterima oleh tanah yang menyokong beban tersebut.
Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dibedakan menjadi
tiga jenis konstruksi perkerasan, yaitu:
1) Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Disebut “lentur” karena
konstruksi ini mengijinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu
lintas. Fungsi dari lapisan ini adalah memikul dan mendistribusikan beban lalu
lintas dari permukaan sampai ke tanah dasar. Salah satu jenis perkerasan
lentur adalah Hot Rolled Asphalt (HRA), Porous Asphalt (PA) serta Asphalt
Concrete (AC).
2) Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Disebut
“kaku” karena pelat beton tidak terdefleksi akibat beban lalu lintas dan
didesain untuk umur 40 tahun sebelum dilaksanakan rekonstruksi besar-
besaran. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton dengan atau
tanpa tulangan yang diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis
pondasi bawah.
3) Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), yaitu perkerasan yang
mengkombinasikan antara aspal dan semen (PC) sebagai bahan pengikatnya.
Penyusunan lapisan komposit terdiri dari dua jenis. Salah satu jenis perkerasan
komposit adalah merupakan penggabungan secara berlapis antara perkerasan
lentur (menggunakan aspal sebagai bahan pengikat) dan perkerasan kaku
(menggunakan semen (PC) sebagai bahan pengikat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Pada umumnya jenis perkerasan yang dipakai di Indonesia adalah perkerasan
lentur. Susunan struktur jalan (perkerasan lentur) di Indonesia pada umumnya
mengacu kepada standar USA, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Struktur Perkerasan Lentur
2.2.1.1. Lapis Permukaan (Surface Course)
Lapis permukaan adalah lapisan perkerasan yang terletak paling atas, yang terdiri
dari lapis aus (wearing course) dan lapis antara (binder course).
a. Lapis Aus (Wearing Course)
1) Sebagai lapisan aus, yaitu lapisan yang semakin lama semakin tipis
karena langsung bersentuhan dengan roda-roda kendaraan lalu lintas, dan
dapat diganti lagi dengan yang baru.
2) Menyediakan permukaan jalan yang aman dan kesat (anti selip).
b. Lapis Antara (Binder Course)
1) Menyediakan drainase yang baik dari permukaan kedap air, sehingga air
hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan di bawahnya dan
melemahkan lapisan-lapisan tersebut.
2) Menerima beban langsung dari lalu lintas dan menyebarkannya untuk
mengurangi tegangan pada lapisan bawah struktur jalan.
3) Menyediakan permukaan jalan yang baik dan rata sehingga nyaman
dilalui.
Lapis permukaan
(surface course)
Lapis aus
Tanah dasar (sub grade)
Lapis antara
Lapis pondasi bawah
(subbase course)
Lapis pondasi atas (base course)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2.2.1.2. Lapis Pondasi Atas (Base Course)
Lapis pondasi atas adalah bagian dari lapisan perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan tanah tanah dasar apabila tidak
menggunakkan lapis pondasi bawah. Karena terletak tepat di bawah permukaan
perkerasan, maka lapisan ini menerima pembebanan yang berat dan paling
menderita. Secara umum lapis pondasi atas (base course) mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1. Bantalan atau lapis pendukung terhadap lapis permukaan.
2. Pemikul beban vertikal dan horizontal.
3. Meneruskan beban ke lapisan di bawahnya.
4. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
2.2.1.3. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah bagian lapis perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi atas dan tanah dasar. Lapisan ini berfungsi sebagai berikut :
1. Menyebarkan beban roda ke tanah dasar, sehingga lapisan ini harus cukup
kuat (CBR 20% dan Plastisitas Indeks (PI) > 10%).
2. Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif lebih murah
dibandingkan dengan material lapisan perkerasan di atasnya.
3. Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.
4. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
5. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan
dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar
dari pengaruh cuaca atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda –
roda alat berat.
6. Lapisan untuk mencegah partikel – partikel halus dari tanah dasar naik ke
lapis pondasi atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2.2.1.4. Tanah Dasar (Subgrade)
Tanah dasar (Sub Grade) adalah lapisan tanah setebal 50 – 100 cm yang di
atasnya akan diletakkan lapisan pondasi bawah.
Sebelum lapisan – lapisan lain diletakkan, tanah dasar dipadatkan terlebih dahulu
sehingga tercapai kestabilan yang tinggi terhadap perubahan volume, sehingga
dapat dikatakan bahwa kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
ditentukan oleh sifat – sifat daya dukung tanah dasar. Pemadatan yang baik akan
diperoleh jika dilakukan pada kondisi kadar air optimum dan diusahakan kadar
air tersebut konstan selama umur rencana.
Tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan (jika tanah aslinya baik),
tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan, atau tanah yang
distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya. Adapun fungsi tanah dasar adalah
sebagai tempat peletak pondasi dan pemberi daya dukung terhadap lapisan di
atasnya.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar (subgrade) dapat
dibedakan atas lapisan tanah dasar (tanah galian), lapisan tanah dasar (tanah
timbunan), lapisan tanah dasar (tanah asli).
2.2.2. Pembebanan pada Perkerasan Jalan
Kendaraan pada posisi berhenti di atas struktur yang diperkeras akan
menimbulkan beban langsung pada arah vertikal (tegangan statis) yang
terkonsentrasi pada bidang kontak yang kecil antara roda dan perkerasan. Ketika
kendaraan bergerak, timbul tambahan tegangan dinamis pada arah horisontal
akibat akselerasi pergerakan kendaraan serta pada arah vertikal akibat pergerakan
kendaraan ke atas dan ke bawah karena perkerasan yang tidak rata. Intensitas
tegangan statis dan dinamis terbesar terjadi di permukaan perkerasan dan
terdistribusi dengan bentuk piramida dalam arah vertikal pada seluruh ketebalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
struktur perkerasan. Peningkatan distribusi tegangan tersebut mengakibatkan
beban atau tegangan yang terdistribusi semakin ke bawah semakin kecil sampai
permukaan lapis tanah dasar.
Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan–lapisan yang diletakkan di atas
tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan–lapisan tersebut berfungsi untuk
menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan di bawahnya. Beban
kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan melalui melalui bidang kontak roda
berupa beban terbagi rata Po. Beban tersebut diterima oleh lapisan permukaan dan
disebar ke tanah dasar menjadi P1 yang lebih kecil dari daya dukung tanah dasar,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Sumber: Wignall (2003)
Gambar 2.2. Distribusi Beban Pada Struktur Jalan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lapisan perkerasan jalan akan
mengalami dua pembebanan yaitu beban tekan dan beban tarik. Beban tarik sering
menyebabkan adanya retak, diawali dengan adanya retak awal (crack initation)
pada bagian bawah lapisan perkerasan yang kemudian akan menjalar ke
permukaan. Namun, retak awal juga dapat terjadi pada bagian atas lalu menyebar
ke bawah permukaan.
Beban lalu lintas
tersebar pada
perkerasan
Base course
Deformasi
Wearing course
Beban lalu lintas
Gaya tarik Gaya tarik
Sub base course
Reaksi perlawanaan pada tanah dasar (Subgradae)
Tanah dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan salah satunya disebabkan oleh
peningkatan beban dan repetisi beban. Sebagian besar jalan di Indonesia
menggunakan Asphalt Concrete (AC). Asphalt Concrete yang bergradasi menerus
mempunyai ketahanan yang baik terhadap deformasi permanen, tetapi kurang
tahan terhadap retak akibat kelelahan yang sering disebabkan oleh beban berulang
(repetisi beban). Pengulangan beban akan menyebabkan retak pada lapisan
beraspal. Cuaca menyebabkan lapisan beraspal menjadi rapuh, sehingga makin
rentan terhadap retak dan pelepasan (disintegrasi). Apabila retak mulai meluas dan
tidak segera diperbaiki maka retak akan terus meluas dengan cepat dan terjadi
gompal (spalling) dan akhirnya akan terjadi lubang.
Retak yang disebabkan oleh pengulangan beban menyebabkan adanya gaya tarik
yang dialami asphalt concrete. Berbeda dengan beban tekan yang secara empiris
dapat diperoleh dengan pengujian Marshall secara langsung, besarnya beban tarik
tidak dapat dilakukan pengujian secara langsung dengan Marshall karena terdapat
ring/cincin penahan.
2.2.3. Bahan Penyusun Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete)
Aspal beton (Asphalt Concrete) merupakan salah satu jenis perkerasan lentur yang
umum digunakan di Indonesia. Aspal beton merupakan suatu lapisan pada
konstruksi jalan raya yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang
bergradasi menerus (well graded), dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam
keadaan panas pada suhu tertentu. Pembuatan lapis aspal beton dimaksudkan
untuk mendapatkan suatu lapisan permukaan atau lapis antara pada perkerasan
jalan raya yang mampu memberikan sumbangan daya dukung terukur yang dapat
melindungi konstruksi di bawahnya.
Pembuatan Lapis Aspal Beton (LASTON) dimaksudkan untuk mendapatkan suatu
lapisan permukaan atau lapis antara (binder) pada perkerasan jalan yang mampu
memberikan sumbangan daya dukung yang terukur serta berfungsi sebagai lapisan
kedap air yang dapat melindungi konstruksi dibawahnya (Bina Marga, 1987)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Aspal beton merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan
pengikat. Pekerjaan pencampuran dilakukan dipabrik pencampur, kemudian
dibawa ke lokasi dan dihampar dengan mempergunakan alat penghampar
sehingga diperoleh lapisan lepas yang seragam dan merata untuk selanjutnya
dipadatkan dengan mesin pemadat dan akhirnya diperoleh lapisan padat Aspal
Beton (Silvia Sukirman, 1992).
Apabila dilakukan cara Marshall (PC.0201-76 MPBJ) campuran harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Persyaratan Laston
Sifat Campuran Lalu Lintas Berat Lalu Lintas Sedang Lalu Lintas Ringan
Min Maks Min Maks Min Maks
Stabilitas (Kg) 800 - 650 - 460 -
Kelelehan/ Flow (mm) 2 4 2 4.5 2 5
Marshall Quotient 200 350 200 350 200 30
Rongga Dalam Campuran/VIM (%) 3 5 3 5 3 5
Rongga Dalam Agregat/VMA (%) 15 - 15 - 15 -
Rongga Terisi Aspal/VFB (%) 63 - 63 - 63 -
Jumlah Tumbukan 2 x 75 2 x 50 2 x 35 Sumber : SNI 03-1737-1989
Tabel Marshall test pada campuran AC ini juga dapat dilihat pada lampiran A.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2.2.3.1. Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya berupa hasil alam atau buatan (Departemen Pekerjaan Umum –
Direktorat Jendral Bina Marga. 1998).
Agregat adalah partikel mineral yang berbentuk butiran-butiran yang merupakan
salah satu penggunaan dalam kombinasi dengan berbagai macam tipe mulai dari
sebagai bahan material di semen untuk membentuk beton, lapis pondasi jalan,
material pengisi, dan lain-lain (Harold N. Atkins, PE. 1997).
Sedangan secara umum agregat didefinisikan sebagai formasi kulit bumi yang
keras dan padat (Silvia Sukirman, 2003).
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa agregat sebagai suatu
kumpulan butiran batuan yang berukuran tertentu yang diperoleh dari hasil alam
langsung maupun dari pemecahan batu besar ataupun agregat yang disengaja
dibuat untuk tujuan tertentu. Seringkali agregat diartikan pula sebagai suatu bahan
yang bersifat keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan pengisi campuran.
Agregat dapat berupa berbagai jenis butiran atau pecahan batuan, termasuk di
dalamnya antara lain : pasir, kerikil, agregat pecah, abu/debu agregat dan lain-lain.
Beberapa tipikal ketentuan penggunaan dalam penggambaran agregat menurut
Harold N. Atkins, (1997) adalah sebagai berikut :
1) Fine Aggregate (sand size/ukuran pasir) : Sebagian besar partikel agregat
berukuran antara 4,75mm (no.4 sieve test) dan 75μm (no.200 sieve test).
2) Coarse Aggregate (gravel size/ukuran kerikil) : Sebagian besar agregat
berukuran
lebih besar dari 4,75mm (no.4 sieve test).
3) Pit run : agregat yang berasal dari pasir atau gravel pit (biji kerikil) yang
terjadi tanpa melewati suatu proses atau secara alami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4) Crushed gravel : pit gravel (kerikil dengan pasir atau batu bulat) yang mana
telah didapatkan dari salah satu alat pemecah untuk menghancurkan banyak
partikel batu yang berbentuk bulat untuk menjadikan ukuran yang lebih kecil
atau untuk memproduk lapisan kasar (rougher surfaces).
5) Crushed rock : agregat dari pemecahan batuan. Semua bentuk partikel tersebut
bersiku-siku/tajam (angular), tidak ada bulatan dalam material tersebut.
6) Screenings : kepingan-kepingan dan debu atau bubuk yang merupakan
produksi dalam pemecahan dari batuan (bedrock) untuk agregat.
7) Concrete sand : pasir yang (biasanya) telah dibersihkan untuk menghilangkan
debu dan kotoran.
8) Fines : endapan lumpur (silt), lempung (clay) atau partikel debu lebih kecil
dari 75μm (no.200 sieve test), biasanya terdapat kotoran atau benda asing
yang tidak diperlukan dalam agregat.
Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu
lintas karena dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang langsung memikul beban
di atasnya dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.
Agregat yang akan dipakai pada perkerasan harus memperhatikan sifat - sifat
agregat yaitu :
1. Gradasi dan ukuran
Gradasi adalah ukuran butiran dalam agregat. Gradasi agregat dapat
dibedakan atas:
a. Gradasi seragam/terbuka (uniform graded) adalah gradasi dengan ukuran
yang hampir sama atau mengandung agregat halus yang sedikit
jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi rongga antar agregat.
b. Gradasi rapat/baik (dense graded) adalah campuran agregat kasar dan
halus dalam porsi yang seimbang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Gradasi buruk/senjang (poorly graded) adalah campuran agregat dengan
proporsi satu fraksi tertentu hanya relatif sedikit atau bahkan hilang sama
sekali.
2. Kebersihan
Agregat yang mengandung substansi asing perusak harus dihilangkan
sebelum digunakan dalam campuran perkerasan, seperti tumbuh - tumbuhan,
partikel halus dan gumpalan lumpur. Hal ini disebabkan substansi asing dapat
mengurangi daya lekat aspal terhadap batuan sehingga mempengaruhi
perkerasan.
3. Kekuatan dan Kekerasan
Kekuatan agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur atau pecah
oleh pengaruh mekanis atau kimiawi. Agregat yang digunakan untuk lapisan
perkerasan haruslah mempunyai daya tahan terhadap degradasi (pemecahan)
yang mungkin timbul selama proses pencampuran, pemadatan, repetisi beban
lalu lintas dan disitegrasi (penghancuran) yang terjadsi selama masa
pelayanan jalan tersebut. Kekuatan dan keausan agregat diperiksa dengan
menggunakan percobaan Abrasi Los Angeles, berdasarkan PB-0206-76,
AASHTO T96-7 (1982) (Sukirman, 1999).
4. Bentuk permukaan
Bentuk permukaan agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan
yang dibentuk oleh agregat tersebut. Partikel berbentuk kubus merupakan
bentuk agregat hasil dari mesin pemecah batu (stone crusher) yang
mempunyai bidang kontak lebih luas (berbentuk bidang rata sehingga
memberikan interlock/saling mengunci yang lebih besar) sehingga agregat
bentuk kubus ini paling baik digunakan sebagai bahan konstruksi perkerasan
jalan dibandingkan agregat berbentuk bulat (Sukirman, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
5. Tekstur permukaan
Tekstur permukaan yang kasar dan kesat akan memberikan gaya gesek yang
lebih besar sehingga dapat menahan gaya - gaya pemisah yang bekerja pada
batuan. Selain itu tekstur kasar juga memberikan gaya kohesi (ikatan antar
partikel berbeda) yang lebih baik antara aspal dan batuan. Batuan yang halus
lebih mudah terselimuti aspal namun, tidak bisa menahan kelekatan aspal
dengan baik. Bila tekstur permukaan semakin kasar umumnya stabilitas dan
durabilitas campuran semakin tinggi (Krebs dan Walker, 1971).
6. Porositas
Porositas berpengaruh besar terhadap nilai ekonomis suatu campuran lapis
perkerasan. Semakin besar porositas batuan maka aspal yang digunakan
semakin banyak. Hal ini disebabkan kemampuan absorbsi dari batuan
terhadap aspal juga semakin tinggi (Krebs dan Walker, 1971).
7. Kelekatan terhadap aspal
Daya lekatan dengan aspal dipengaruhi juga oleh sifat agregat terhadap air.
Granit dan batuan yang mengandung silika merupakan agregat bersifat
hydrophilic yaitu agregat yang cenderung menyerap air. Agregat demikian
tidak baik untuk digunakan sebagai bahan campuran dengan aspal, karena
mudah terjadi stripping yaitu lepasnya lapis aspal dari agregat akibat
pengaruh air (Sukirman, 1999).
Berdasarkan proses pengolahannya agregat yang digunakan pada perkerasan
lentur dapat dibedakan menjadi tiga jenis:
a. Agregat alam (Natural Aggregate)
Agregat alam terbentuk karena proses erosi dan degradasi. Bentuk partikel
dari agregat alam ditentukan dari proses pembentukannya. Aliran air sungai
membentuk partikel bulat dengan permukaan yang licin. Degradasi agregat di
bukit - bukit membentuk partikel - partikel yang bersudut dengan permukaan
yang kasar. Berdasarkan tempat asalnya agregat alam dapat dibedakan atas
pitrun yaitu agregat yang diambil dari tempat terbuka di alam dan bakrun
yaitu agregat yang berasal dari sungai/endapan sungai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Agregat dengan proses pengolahan (Manufactured Aggregate)
Manufactured Aggregate adalah agregat yang barasal dari mesin pemecah
batu. Pengolahan ini bertujuan untuk memperbaiki gradasi agar sesuai dengan
ukuran yang diperlukan, mempunyai bentuk yang bersudut, dan mempunyai
tekstur yang kasar.
c. Agregat buatan
Agregat ini dibuat dengan alasan khusus, yaitu agar mempunyai daya tahan
tinggi dan ringan untuk digunakan pada konstruksi jalan.
Agregat yang digunakan dalam campuran aspal harus memenuhi persyaratan
sebagaimana disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Spesifikasi Pemeriksaan Agregat
No. Jenis pemeriksaan Syarat
1. Keausan (%) max. 40
2. Penyerapan (%) max. 3
3. Berat jenis Bulk (gr/cc) min. 2,5
4. Berat jenis SSD (gr/cc) min. 2,5
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya ( AASHTO
T96-7 )
Suatu campuran untuk konstruksi perkerasan jalan mempunyai spesifikasi gradasi
tertentu untuk menghasilkan stabilitas, keamanan dan kenyamanan yang tinggi.
Spesifikasi gradasi tersebut menunjukkan prosentase agregat yang lolos pada
setiap saringan terhadap berat total agregat. Spesifikasi gradasi yang digunakan
adalah berdasar SNI, seperti yang disajikan pada Tabel dan dapat dilihat juga pada
lampiran A.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tabel 2.3 Batas-batas Gradasi Menerus Agregat Campuran
Sumber: Pustran-Balitbang PU, Revisi SNI 03-1737-1989
Catatan :
No. Campuran : I, III, IV, VI, VII, VIII, IX, X dan XI digunakan untuk lapis
permukaan.
No. Campuran : II, digunakan untuk lapis permukaan, perata (leveling) dan lapis
antara (binder).
No. Campuran : V, digunakan untuk lapis permukaan dan lapis antara (binder).
2.2.3.2. Filler Abu Vulkanik
Siswosoebrotho (1996) menyatakan bahwa mineral filler adalah suatu mineral
agregat dari fraksi halus yang sebagian besar (+ 85 %) lolos saringan nomor 200
(0,075 mm).
Berdasarkan spesifikasi British Standard 594 (1985), filler adalah material yang
sebagian besar lebih kecil dari 0,075 mm (saringan no. 200).
Pada prakteknya filler berfungsi untuk meningkatkan viskositas dari aspal dan
mengurangi kepekaan terhadap temperatur. Menurut Hatherly (1967), dengan
meningkatkan komposisi filler dalam campuran dapat meningkatkan stabilitas
campuran tetapi menurunkan kadar air void (rongga udara) dalam campuran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Meskipun demikian komposisi filler dalam campuran tetap dibatasi. Terlalu tinggi
kadar filler dalam campuran akan mengakibatkan campuran menjadi getas
(brittle), dan retak (crack) ketika menerima beban lalu lintas. Akan tetapi terlalu
rendah kadar filler akan menyebabkan campuran terlalu lunak pada saat cuaca
panas.
Pada konstruksi perkerasan filler berfungsi sebagai pengisi ruang kosong (voids)
di antara agregat kasar sehingga rongga udara menjadi lebih kecil dan kerapatan
massanya lebih kasar. Dengan bubuk isian yang berbutir halus maka luas
permukaan akan bertambah, sehingga luas bidang kontak yang dihasilkan juga
akan bertambah luasnya, yang mengakibatkan tahanan terhadap gaya geser
menjadi lebih besar sehingga stabilitas geseran akan bertambah. Menurut Bina
Marga tahun 1987 macam dari filler adalah abu batu, abu batu kapur (limestone
dust), abu terbang (fly ash), semen portland, kapur padam dan bahan non plastis
lainnya. Penelitian ini menggunakan filler berupa abu batu dari stone crusher.
Abu vulkanik merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat dipergunakan
sebagai bahan tambah untuk perkerasan jalan. Abu vulkanik merupakan bahan
yang dihasilkan akibat adanya letusan gunung berapi yang didapat dalam jumlah
cukup banyak dan dapat meningkatkan stabilitas campuran perkerasan. (juffrez
jufres, 4 oktober 2010)
Persyaratan filler sebagai berikut:
1. Aggregate yang lolos saringan no. 100
2. lebih dari 75% lolos saringan no. 200
3. Bersifat non plastis
4. Spesific Grafity lebih dari sama dengan 2,75 gr/cm3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Idealnya kandungan Oksida abu vulkanik menurut ASTM C 618-78 harganya
dibatasi seperti yang tercantum dibawah ini :
Tabel 2.4 Kandungan Oksida Abu Vulkanik Menurut ASTM C 618-78
NO Komposisi bahan Jumlah (%)
1 SiO2 + AL2O3 + Fe2O3 minimal 70
2 MgO maksimal 5
3 SO3 maksimal 4
4 H2O maksimal 3
Vulkanik yang dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi umumnya dicirikan
oleh kandungan mineral liat allophan yang tinggi. Allophan adalah Aluminosilikat
amorf yang dengan bahan organik dapat membentuk ikatan kompleks.
Sifat-sifat tanah allophan adalah sebagai berikut:
a. Profil tanahnya dalam.
b. Lapisan atas maupun permukaannya gembur serta berwarna hitam.
c. Lapisan subsoil berwarna kecoklatan dan terasa licin bila digosok diantara
jari-jari.
d. Bulk densitynya sangat rendah (< 0, 85).
e. Daya tahan terhadap air tinggi.
f. Perkembangan struktur tanah baik.
g. Daya lekat maupun plastisitasnya tidak ada bila lembab.
h. Sukar dibasahi kembali bila sudah kering serta dapat mengapung di atas
permukaan air.
Mineralogi tanah yang berasal dari gunung Merapi dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
a. Mineral skeletal yang berasal dari mineral primer (mineral pasir dan debu)
serta agregat mikro kristalin.
b. Fragment yang semuanya berasal dari bahan induk, mineral liat dan liat
amorf.
(Sumber:http://m-amin.com/2010/11/19/abu-vulkanik-gunung-merapi-
berpotensi-sebagai-material-keramik/)
Abu vulkanik terdiri dari batuan, mineral, dan gelas vulkanik fragmen yang lebih
kecil dari 2mm (0,1 inch) dengan diameter yang sedikit lebih besar dari ukuran
sebuah kepala peniti. Abu vulkanik tidak seperti bulu lembut, abu yang dihasilkan
dari pembakaran kayu, daun atau kertas. Sulit larut dalam air, dan abu vulkanik
dapat menjadi partikel yang sangat kecil kurang dari 0,025 mm (1/1000 inch)
dengan diameter yang umum. (Sumber: Science For A Changing)
(Sumber: Science For A Changing Word)
Gambar 2.3. Abu Vulkanik Di Lihat Dari Kasat Mata
Secara geologis , abu vulkanik adalah material batuan vulkanik yang berasal dari
magma panas dan cair yang membeku secara cepat . Batuan beku sejatinya
kumpulan mineral yang membeku dan mengkristal dari magma cair. Karena
membeku cepat maka magma ini tidak sempat mengkristal dengan baik. Karena
tidak mengkristal dalam geologi material bekuannya disebut gelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Mikroskop abu vulkanik ini memiliki bentuk yang runcing-runcing seperti
dibawah ini.
(Sumber: Blue Fame, Media Elektronik)
Gambar 2.4. Ukuran Mikroskopis Abu Vulkanik
Sumber : Strength, Deformation, Permeability and Workability of Hot Rolled Asphalt
(1984)
Gambar 2.5. Hasil Scan Abu batu dengan Mikroskop Elektron
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Filler abu batu diperoleh dari hasil pemecahan (crushing) agregat kasar. Secara
fisik, bentuk butiran dari abu batu lebih terlihat bulat daripada bentuk mikroskopis
abu vulkanik.
2.2.3.3 Aspal
Aspal adalah material semen hitam, padat atau setengah padat dalam konsistensinya
di mana unsur pokok yang menonjol adalah bitumen yang terjadi secara alam atau
yang dihasilkan dengan penyulingan minyak (Petroleum). Aspal Petrolium dan aspal
liquid adalah material yang sangat penting.
Sedangkan material aspal tersebut berwarna coklat tua hingga hitam dan bersifat
melekat, berbentuk padat atau semi padat yang didapat dari alam dengan penyulingan
minyak.(Krebs, RD & Walker, RD.,1971)
Aspal dibuat dari minyak mentah (crude oil) dan secara umum berasal dari sisa
organisme laut dan sisa tumbuhan laut dari masa lampau yang tertimbun oleh dan
pecahan batu batuan. setelah berjuta juta tahun material organis dan lumpur
terakumulasi dalam lapisan lapisan setelah ratusan meter, beban dari beban teratas
menekan lapisan yang terbawah menjadi batuan sedimen. Sedimen tersebut yang
lama kelamaan menjadi atau terproses menjadi minyak mentah senyawa dasar
hydrocarbon. Aspal biasanya berasal dari destilasi minyak mentah ersebut, namun
aspal ditemukan sebagai bahan alam (misal : asbuton), dimana sering juga disebut
mineral (Shell Bitumen, 1990).
Selain sebagai bahan pengikat, aspal juga menjadi bahan pengisi pada rongga -
rongga dalam campuran. Dalam campuran Lapis Aspal Beton (LASTON) yang
banyak memakai agregat kasar, penggunaaan kadar aspal menjadi sangat tinggi
karena aspal di sini berfungsi untuk mengisi rongga - rongga antar agregat dalam
campuran. Kadar aspal yang tinggi menyebabkan campuran Aspal Beton
(LASTON) memerlukan kadar aspal yang tinggi pula. Untuk mengantisipasi
kadar aspal yang tinggi digunakan aspal dengan mutu baik, dengan tujuan
memperbaiki kondisi campuran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Menurut Sartono dalam Widianto (2004), kadar aspal dalam campuran akan
berpengaruh banyak terhadap karakteristik perkerasan. Kadar aspal yang rendah
akan menghasilkan suatu perkerasan yang rapuh, yang akan menyebabkan
raveling akibat beban lalu lintas, sebaliknya kadar aspal yang terlalu tinggi akan
menghasilkan suatu perkerasan yang tidak stabil.
Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal padat atau keras dengan
penetrasi 60/70 dan mempunyai nilai karakteristik yang telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan Bina Marga berdasarkan Petunjuk Lapis Tipis Aspal
Beton (Flexible) Laston.
Aspal yang akan digunakan sebagai campuran perkerasan jalan harus memiliki
syarat - syarat sebagai berikut:
a. Daya tahan (Durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal untuk mempertahankan sifat
asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa umur pelayanan.
b. Kepekaan terhadap temperatur
Aspal adalah material yang bersifat termoplastis, sehingga akan menjadi
keras atau lebih kental jika tempertur berkurang dan akan melunak atau
mencair jika temperatur bertambah. Sifat ini diperlukan agar aspal memiliki
ketahanan terhadap perubahan temperatur, misalnya aspal tidak banyak
berubah akibat perubahan cuaca, sehingga kondisi permukaan jalan dapat
memenuhi kebutuhan lalu lintas serta tahan lama. Dengan diketahui kepekan
aspal terhadap temperatur maka dapat ditentukan pada temperatur berapa
sebaiknya aspal dipadatkan sehingga menghasilkan hasil yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c. Kekerasan aspal
Sifat kekakuan atau kekerasan aspal sangat penting, karena aspal yang
mengikat agregat akan menerima beban yang cukup besar dan berulang -
ulang. Pada proses pencampuran aspal dengan agregat dan penyemprotan
aspal ke permukaan agregat terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi
getas atau viskositas bertambah tinggi. Peristiwa perapuhan terus terjadi
setelah masa pelaksanaan selesai. Selama masa pelayanan, aspal mengalami
oksidasi dan polimerasi yang besarnya dipengaruhi oleh aspal yang
menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat
kerapuhan aspal yang terjadi dan demikian juga sebaliknya.
d. Daya ikatan (Adhesi dan Kohesi)
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan
ikatan yang baik antara agregat dan aspal. Kohesi adalah ikatan di dalam
molekul aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap di tempatnya setelah
terjadi pengikatan.
2.2.4. Karakteristik Campuran
Menurut Silvia Sukirman (2003), terdapat tujuh karakteristik campuran yang harus
dimiliki oleh beton aspal adalah stabilitas, keawetan, kelenturan atau fleksibilitas,
ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance), kekesatan permukaan atau
ketahanan geser, kedap air dan kemudahan pelaksanaan (workability). Di bawah
ini adalah karakteristik yang akan diinginkan dalam penelitian:
1. Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalulintas
tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur dan bleeding.
Kebutuhan akan stabilitas sebanding dengan fungsi jalan dan beban lalu lintas
yang dilayani. Jalan yang melayani volume lalu lintas tinggi dan mayoritas
kendaraan berat membutuhkan perkerasan jalan dengan stabilitas tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai stabilitas beton aspal adalah :
Gesekan internal yang dapat berasal dari kekasaran permukaan butir-butir
agregat, luas bidang kontak antar butir atau bentuk butir, gradasi agregat,
kepadatan campuran dan tebal film aspal.
Kohesi yang merupakan gaya ikat aspal yang berasal dari daya lekatnya,
sehingga mampu memelihara tekanan kontak antar butir agregat.
2. Keawetan atau durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima repetisi
beban lalulintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan
dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat penaruh cuaca dan iklim,
seperti udara, air, atau perubahan temperatur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai durabilitas adalah:
Tebalnya film atau selimut aspal
Banyaknya pori dalam campuran
Kepadatan dan kedap airnya campuran.
3. Kelenturan atau fleksibilitas adalah kemampuan beton aspal untuk
menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan pergerakan
dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat dari
repetisi beban lalu lintas ataupun akibat beban sendiri tanah timbunan yang
dibuat di atas tanah asli.
4. Kekesatan/tahanan geser adalah kemampuan permukaan beton aspal terutama
pada kondisi basah, memberikan gaya esek pada roda kendaraan sehingga
kendaraan tidak tergelincir ataupun slip.
Faktor-faktor untuk mendapatkan kekesatan jalan sama dengan untuk
mendapatkan stabilitas yang tinggi, yaitu:
Kekasaran permukaan dari butir-butir agregat
Luas bidang kontak antar butir atau bentuk butir
Gradasi agregat
Kepadatan campuran
Tebal film aspal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
5. Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air
ataupun udara lapisan beton aspal. Air dan udara dapat mengakibatkan
percepatan proses penuaan aspal dan pengelupasan selimut aspal dari
permukaan agregat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu:
Kecilnya presentasi porositas
Gradasi agregat
Kepadatan campuran
2.3. Pengujian Campuran Asphalt Concrete
2.3.1. Pengujian Volumetrik
Pengujian volumetrik adalah pengujian untuk mengetahui besarnya nilai densitas,
specific gravity campuran dan porositas dari masing–masing benda uji. Pengujian
meliputi pengukuran tinggi, diameter, berat SSD, berat di udara, berat dalam air
dari sampel dan berat jenis agregat, filler dan aspal. Sebelum dilakukan pengujian
Marshall, benda uji dilakukan pengujian Volumetrik untuk masing-masing benda
uji.
Spesific gravity campuran menunjukkan berat jenis campuran diperoleh dengan
rumus :
Gsb =
Gbn
Wn
GbC
WC
GbB
WB
GbA
WA %.....
%%%
100
……………………….......(Rumus 2.1)
Keterangan :
Gsb = Berat Jenis Bulk campuran (gr/cm3)
WA,WB,WC...Wn = Berat agregat masing masing saringan (%)
GbA, GbB, GbC,…Gbn = Berat jenis bulk tiap agregat tertahan saringan (gr/cm3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gsa =
Gan
Wn
GaC
WC
GaB
WB
GaA
WA %.....
%%%
100
……………………….......(Rumus 2.2)
Keterangan :
Gsa = Berat Jenis Apparent campuran (gr/cm3)
WA,WB,WC...Wn = Berat agregat masing masing saringan (%)
GaA, GaB, GaC,…Gan = Berat jenis apparent tiap agregat tertahan
saringan (gr/cm3)
Gse = 𝐺𝑠𝑏+𝐺𝑠𝑎
2...................................................................................(Rumus 2.3)
Keterangan:
Gse = Berat jenis rata-rata agregat (gr/cm3)
Gsa = Berat jenis apparent campuran (gr/cm3)
Gsb = Berat jenis bulk campuran (gr/cm3)
Penyerapan aspal dengan campuran dihitung dengan rumus:
𝑃𝑏𝑎 = 100 ×𝐺𝑠𝑎−𝐺𝑠𝑏
𝐺𝑠𝑎×𝐺𝑠𝑏× 𝐺𝑎𝑐........................................................(Rumus 2.4)
Keterangan:
Pba = Penyerapan Aspal (%)
Gsa = Berat jenis apparent campuran (gr/cm3)
Gsb = Berat jenis bulk campuran (gr/cm3)
Gac = Berat jenis Aspal (gr/cm3)
Volume Bulk dihitung menggunakan rumus:
Vb = Ws – Ww……………………………………………(Rumus 2.5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Keterangan:
Vb = Volume Bulk (cc)
Ws = Berat benda Uji SSD (gram)
Ww = Berat benda uji di air (gram)
Densitas dihitung menggunakan rumus:
𝐷 =𝑊𝑑𝑟𝑦
𝑉𝑏…………………………………...………………..(Rumus 2.6)
Keterangan:
D = Densitas (gr/cc)
Wdry = Berat benda uji kering (gram)
Vb = Volume Bulk (cc)
Nilai density maks.teoritis dihitung dengan menggunakan rumus:
D maks teoritis = 100
𝑎
𝐺𝑎𝑐+
(100−𝑎)
𝐺𝑠𝑒
...........................................................(Rumus 2.7)
Keterangan:
D maks teoritis = Density maks teoritis (gr/cc)
a = Kadar Aspal (%)
Gac = Berat Jenis Aspal (gr/cc)
Gse = BJ efektif rata-rata agregat (gr/cc)
Dari nilai densitas dan specific gravity campuran dapat dihitung besarnya
porositas dengan Rumus 2.6.
VIM =
tisDmaksteori
D100100
…..……...............................................(Rumus
2.8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Keterangan :
VIM = Porositas benda uji (%)
D = Densitas benda uji (gr/cc)
Dmaks teoristis = nilai densitas maks teoritis (gr/cc)
2.3.2. Pengujian Marshall
Pengujian Marshall adalah pengujian terhadap benda uji untuk menentukan nilai
kadar aspal optimum dan karakteristik campuran dengan cara mengetahui nilai
flow, stabilitas, dan Marshall Quotient.
2.3.2.1. Stabilitas (Stability)
Nilai stabilitas terkoreksi dihitung dengan rumus:
S = q × C × k × 0,454…......................……………………...........(Rumus 2.9)
dengan :
S = nilai stabilitas terkoreksi (kg)
q = pembacaan stabilitas pada dial alat Marshall (lb)
k = faktor kalibrasi alat
C = angka koreksi ketebalan (dapat dilihat pada lampiran A.5)
0,454 = konversi beban dari lb ke kg
2.3.2.2. Flow
Flow dari pengujian Marshall adalah besarnya deformasi vertikal sampel yang
terjadi mulai saat awal pembebanan sampai kondisi kestabilan maksimum
sehingga sampel sampai batas runtuh dinyatakam dalam satuan mm atau 0,01”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2.3.2.3. Marshall Quotient
Merupakan perbandingan antara stabilitas dengan kelelahan plastis (flow) dan
dinyatakan dalam kg/mm. Marshall Quotient besarnya merupakan indikator dari
kelenturan yang potensial terhadap keretakan. Nilai Marshall Quotient dihitung
dengan rumus berikut :
MQ =F
S ……………....................………………………………….......(Rumus
2.10)
dengan :
MQ = Marshall Quotient (kg/mm)
S = nilai stabilitas terkoreksi (kg)
F = nilai flow (mm)
2.4.Analisis Varian (Anova)
Anova satu arah digunakan ketika variabel dependen-nya dipengaruhi satu faktor,
hasil-hasil pengukuran (pengamatan) diperoleh untuk sejumlah a kelompok
sampel yang bebas (tidak saling bergantungan), dimana banyaknya pengukuran
yang dilakukan pada masing-masing kelompok adalah b. Dengan demikian, dalam
bahasa teknis dapat dikatakan bahwa diterapkan a perlakuan (treatment),di mana
masing-masing perlakuan memiliki b pengulangan atau b replikasi.
Skema Data
Hasil-hasil yang diperoleh dari sebuah eksperimen satu faktor dapat disajikan di
dalam sebuah tabel yang memiliki a baris dan b kolom,seperti diilustrasikan oleh
tabel 2.5. Disini, Xjk menotasikan hasil pengukuran yang ada di baris ke-j dan
kolom ke-k, di mana j= 1,2,….,a dan k = 1,2,….b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabeel 2.5 Ilustrasi Perhitungan Anova
Perlakuan 1 X11, X12,….., X1b X1 rata2
Perlakuan 2 X21, X22,…...,X2b X2 rata2
…
…
…
…..
…..
…..
…..
…..
…..
Perlakuan a Xa1, Xa2,…,..Xab Xa rata2
Prosedur Pengujian
Perhitungan statistik F harus diketahui nilai dari masing masing sumber variasi
terlebih dahulu dengan rumus-rumus sebagai berikut :
Menotasikan mean dari semua pengukuran yang ada di baris ke-j sebagai 𝑋𝑗
𝑋𝑗 =1
𝑏 𝑋𝑗𝑘𝑏𝑘−1 ………………...........................................................(Rumus 2.11)
J= 1,2,………….a
Keterangan =
𝑋𝑗 = mean kelompok, mean perlakuan, mean baris.
Menghitung mean total dari semua pengukuran yang ada di semua kelompok
𝑋 =1
𝑎𝑏 𝑋𝑗𝑘
𝑏𝑘=1
𝑎𝑗=1 ……………………………………………….(Rumus 2.12)
Menghitung variasi total
Vtotal = (𝑋𝑗𝑘 − 𝑋 )2
𝑗 ,𝑘 ……………………………………………...(Rumus 2.13)
Menghitung variasi antar perlakuan
𝑉𝐵 = (𝑋𝑗 − 𝑋 )2 = 𝑏 (𝑋𝑗 − 𝑋 )
2𝑗𝑗 ,𝑘 …………………………….....(Rumus 2.14)
Menghitung variasi di dalam perlakuan
𝑉𝑊=(𝑋𝑗𝑘−𝑋𝑗 )2 …………………………………………………….....(Rumus 2.15)
Menghitung derajat kebebasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
df antar perlakuan = a-1………………………………………...……(Rumus 2.16)
df di dalam perlakuan = a(b-1)……………………………………….(Rumus 2.17)
df total= ab-1…………………………………………………………(Rumus 2.18)
Menghitung kuadrat mean antar perlakuan dan dalam perlakuan
𝑆𝐵2 =
𝑉𝐵
𝑎−1…………………………………………………………...(Rumus 2.19)
𝑆𝑊2 =
𝑉𝑊
𝑎(𝑏−1)………………………………………………………..(Rumus 2.20)
Mencari Fhitung
𝐹 =𝑆𝐵
2
𝑆𝑊2 ………………………………………………………………(Rumus 2.21)
Ftabel= dicari di tabel dengan angka korelasi 0,05 sesuai dengan derajat
kebebasan antar perlakuan dan derajat kebebasan dalam perlakuan
H0 = hipotesa
Jika Fhitung ≥ F tabel maka H0 ditolak artinya perlakuan menyebabkan
perubahan nilai secara nyata.
Jika Fhitung ≤ F tabel maka H0 ditolak artinya perlakuan tidak menyebabkan
perubahan nilai secara nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2.5. Kerangka pikir
Secara garis besar, kerangka pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.6. Diagram Alir Kerangka Berpikir
Latar Belakang Masalah
Ketertarikan pemanfaatan abu vulkanik gunung sebagai filler dalam
campuran AC akibat adanya letusan Gunung Merapi pada tanggal 26
Oktober 2010
Modifikasi Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh nilai uji marshall campuran aspal beton dengan
atau tanpa menggunakan filler abu vulkanik Gunung Merapi?
2. Apakah campuran perkerasan AC dengan menggunakan filler abu
vulkanik Gunung Merapi memenuhi persyaratan karakteristik marshall
revisi SNI03-1737-1989?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dan mengetahui karakteristik abu vulkanik Gunung Merapi
memenuhi syarat atau tidak sebagai filler
2. Untuk mencari dan membandingkan hasil karakteristik marshall perkerasan
AC (asphalt concrete) dengan menggunakan filler abu vulkanik Gunung
Merapi terhadap syarat revisi SNI 03-1737-1989
Penelitian Laboratorium
1. Perencanaan campuran dan pembuatan benda uji
2. Marshall test
Analisa Data Hasil Pengujian
Kesimpulan
Analisis Varian Analisis varian hasil pengujian Marshall test.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desain empiris secara
eksperimen yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan
untuk mendapatkan data. Data tersebut diolah untuk mendapatkan suatu hasil
perbandingan dengan syarat-syarat yang ada. Penyelidikan eksperimen dapat
dilaksanakan didalam ataupun diluar laboratorium. Dalam penelitian ini dilakukan
di laboratorium dengan menggunakan variasi bahan pengisi (filler) dengan kadar
abu vulkanik Gunung Merapi 0 %, 25 %, 50%, 75%, 100%, terhadap berat total
agregat. Hasil pengujian ini adalah nilai Marshall.
3.2. Waktu Penelitian
Penelitian dan uji coba dimulai tanggal 28 Januari 2011 sampai tanggal 15 April
2011. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik
Jurusan Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dengan jadwal pelaksanaan penelitian pada tabel 3.1 :
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Bulan Jan ‘11 Feb ‘11 Maret’11 Apr’11 Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Alat dan Bahan Pemeriksaan Bahan Pembuatan Benda Uji Pengujian Benda Uji Analisa Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3.3. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung melalui serangkaian
kegiatan percobaan yang dilakukan sendiri dengan mengacu pada petunjuk
manual yang ada, misalnya dengan mengadakan penelitian atau pengujian secara
langsung. Data primer dalam penelitian ini adalah data unsur kimia dan berat jenis
yang terkandung dalam abu vulkanik yang diperoleh dari laboratortium kimia
analitik UGM Yogyakarta, pengujian gradasi abu vulkanik dan hasil uji marshall.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diambil dari hasil penelitian sebelumnya atau yang
dilaksanakan yang masih berhubungan dengan penelitian tersebut. Data sekunder
dalam penelitian ini adalah data pemeriksaan agregat yang diperoleh dari PT.
Pancadarma Puspawira dan data hasil pemeriksaan karakteristik aspal dari
Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret. Data
sekunder tersebut dapat dilihat pada lampiran A.6 sampai A.10
3.4. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Alat pemeriksaan agregat, terdiri dari :
a. Satu set mesin uji Los Angeles yang berada di Laboratorium Bahan
Fakultas Teknik UNS.
b. Satu set alat uji saringan ( sieve ) standar ASTM.
c. Satu set mesin getar untuk saringan ( sieve shacker ).
2. Oven dan pengatur suhu.
3. Timbangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4. Termometer.
5. Alat pembuat briket campuran aspal hangat terdiri dari :
a. Satu set cetakan ( mold ) berbentuk silinder dengan diameter 101,45
mm,tinggi 80 mm lengkap dengan plat atas dan leher sambung.
b. Alat penumbuk (compactor) yang mempunyai permukaan tumbuk rata
berbentuk silinder, dengan berat 4,536 kg (10 lbs), tinggi jatuh bebas 45,7
cm (18”).
c. Satu set alat pengangkat briket ( dongkrak hidrolis ).
6. Satu set water bath
7. Satu set alat Marshall, terdiri dari :
a. Kepala penekan yang berbentuk lengkung (Breaking Head).
b. Cincin penguji berkapasitas 2500 kg dengan arloji tekan.
c. Arloji penunjuk kelelahan .
Gambar 3.1 Alat Uji Marshall
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
8. Alat Penunjang
Panci, kompor, sendok, spatula, sarung tangan, kunci pas, obeng, roll kabel,
wajan.
3.5. Bahan
Bahan – bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Agregat
Agregat yang digunakan berasal dari PT. Pancadarma Puspawira.
Hasil pemeriksaan agregat merupakan data sekunder yang diperoleh dari PT.
Pancadarma Puspawira seperti yang disajikan pada tabel 4.1. sampai dengan tabel
4.4.
2. Aspal
Aspal penetrasi 60 / 70 produksi PERTAMINA yang diperoleh dari Lab. Jalan
Raya Fak. Teknik Sipil UNS.
3. Filler
Filler adalah suatu mineral agregat dari fraksi halus yang sebagian besar (+ 85 %)
lolos saringan nomor 200 (0,075 mm). Penelitian ini menggunakan filler abu
vulkanik Gunung Merapi yang berasal dari Desa Musuk, Kabupaten Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3.6. Benda Uji
Penelitian ini menggunakan benda uji sebanyak 75 buah benda uji. Adapun
kebutuhan benda uji tersebut seperti disajikan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Kebutuhan Benda Uji
Komposisi Jumlah Benda Uji
Kadar Aspal Kadar Filler (Abu Vulkanik)
4,5% 0% 3
25% 3
50% 3
75% 3
100% 3
5% 0% 3
25% 3
50% 3
75% 3
100% 3
5,5% 0% 3
25% 3
50% 3
75% 3
100% 3
6% 0% 3
25% 3
50% 3
75% 3
100% 3
6,5% 0% 3
25% 3
50% 3
75% 3
100% 3
Jumlah Total Benda Uji 75 buah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3.7. Prosedur Pelaksanaan
3.7.1 Pembuatan Benda Uji
Sebelum pembuatan benda uji diadakan pembuatan rancang campur (mix design).
Perencanaan rancang campur meliputi perencanaan gradasi agregat, penentuan
aspal dan pengukuran komposisi masing-masing fraksi baik agregat, aspal, dan
filler. Gradasi yang digunakan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan
menggunakan gradasi rencana campuran spec IV.
Prosedur pembuatan benda uji dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap I
Merupakan tahap persiapan untuk mempersiapkan bahan dan alat yang akan
digunakan. Menentukan prosentase masing - masing butiran untuk
mempermudah pencampuran dan melakukan penimbangan secara kumulatif
untuk mendapatkan proporsi campuran yang lebih tepat.
2. Tahap II
Menentukan berat aspal penetrasi 60/70, berat filler dan berat agregat yang
akan dicampur berdasarkan variasi kadar aspal. Prosentase ditentukan
berdasarkan berat total campuran, yaitu 1100 gram. Berat filler ditentukan
dengan mengganti abu batu dengan prosentase 25%, 50%, 75%, dan 100%
terhadap berat lolos saringan no.200. dengan asumsi 100% abu batu, 25% abu
vulkanik dan 75% abu batu, 50% abu vulkanik 50% abu batu, 75% abu
vulkanik 25% abu batu, dan 100% abu vulkanik.
3. Tahap III
Aspal Penetrasi 60/70 dituang ke dalam wajan yang berisi agregat yang
diletakkan di atas timbangan sesuai dengan prosentase bitumen content
berdasarkan berat total agregat.
4. Tahap IV
Setelah aspal dituangkan ke dalam agregat, campuran ini diaduk sampai rata
dan kemudian didiamkan hingga mencapai suhu pemadatan. Selanjutnya
campuran dimasukkan ke dalam mould yang telah disiapkan dengan melapisi
bagian bawah dan atas mould dengan kertas pada alat penumbuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
5. Tahap V
Campuran dipadatkan dengan alat pemadat sebanyak 75 kali tumbukan untuk
masing - masing sisinya. Selanjutnya benda uji didinginkan pada suhu ruang
selama ± 2 jam, barulah dikeluarkan dari mould dengan bantuan dongkrak
hidraulis.
6. Tahap VI
Setelah benda uji dikeluarkan dari mould, kemudian dilakukan pengujian
volumetrik test dan pengujian dengan alat uji Marshall.
3.7.2 Volumetrik Test
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui VIM dari masing – masing benda
uji. Adapun tahap pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Tahap I
Benda uji yang telah diberi kode diukur ketinggiannya pada empat sisi yang
berbeda – beda dengan menggunakan bantuan jangka sorong.
Setelah diukur ketinggiannya, benda uji tersebut ditimbang untuk
mendapatkan berat benda uji.
2. Tahap II
Dari hasil pengukuran tinggi, berat, serta diameter benda uji. Dapat dihitung
volume bulk dan densitas dengan rumus 2.5 dan 2.6.
3. Tahap III
Pada tahap ketiga ini dihitung berat jenis ( Specific Gravity ) masing – masing
benda uji dengan menggunakan rumus 2.2, 2.2, 2.3.
4. Tahap IV
Tahap keempat perhitungan penyerapan aspal dengan campuran dengan
menggunakan rumus 2.4
5. Tahap V
Dari perhitungan berat jenis didapatkan nilaii density maks teoritis dan VIM
dengan menggunakan rumus 2.7 dan 2.8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
3.7.3 Marshall Test
Langkah dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Benda uji direndam selama kurang lebih 24 jam.
2. Benda uji direndam dalam water bath ( bak perendam ) selama 30 menit
dengan suhu 60 C.
3. Benda uji dikeluarkan kemudian diletakkan pada alat uji Marshall untuk
dilakukan pengujian.
4. Dari hasil pengujian ini didapat nilai stabilitas dan kelelahan ( flow ).
5. Perhitungan nilai stabilitas dan marshall quotient di dapatkan dengan rumus 2.9
dan 2.10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3.8. Tahap Penelitian
Mulai
Data sekunder
- Pemeriksaan Aspal
- Pemeriksaan Agregat
Persiapan alat dan bahan
Pengujian filler
(abu vulkanik)
Analisis
Saringan
Syarat
gradasi,berat
jenisFiller
Ya
Gradasi AC
spec IV
Tidak Tidak
Menentukan berat aspal penetrasi 60/70, berat filler dan berat agregat
yang akan dicampur berdasarkan variasi kadar aspal. Prosentase
ditentukan berdasarkan berat total campuran, yaitu 1100 gram. Berat filler
ditentukan dengan mengganti abu batu dengan prosentase 0%,25%, 50%,
75%, dan 100% abu vulkanik terhadap berat lolos saringan no.200.
dengan asumsi 100% abu batu, 25% abu vulkanik dan 75% abu batu, 50%
abu vulkanik 50% abu batu, 75% abu vulkanik 25% abu batu, dan 100%
abu vulkanik. .
A
Ya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian
Selesai
Kesimpulan
A
A
Pembuatan Benda Uji:
Memanaskan aspal Penetrasi 60/70
Menuang fresh aggregate dalam wajan dan memanaskan sampai suhu
pencampuran
Menuangkan aspal yang telah dipanaskan ke dalam wajan berisi campuran
fresh aggregate di atas timbangan, lalu diaduk sampai homogen dan
diangin-anginkan hingga suhunya turun mencapai suhu pemadatan di bawah
suhu hotmix
Menumbuk benda uji masing-masing 75 kali pada kedua sisi (atas dan
bawah) benda uji secara bergantian, mengeluarkan benda uji dari mould
dengan menggunakan dongkrak hidraulis
Pengujian Marshall Test
Data primer
Hasil pengujian Marshall
Analisis Data dan Pembahasan
Perhitungan Volumetrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan
4.1.1. Hasil Pemeriksaan Agregat
Kualitas agregat dapat diketahui dengan dua macam pemeriksaan, yaitu dengan
cara visual dan cara percobaan sehingga diperoleh data laboratorium. Pemeriksaan
visual berupa pemeriksaan terhadap bentuk butiran dan tekstur permukaan agregat
kasar. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa agregat yang digunakan memiliki
tekstur permukaan yang kasar (rough) dan mempunyai bentuk yang bervariasi
seperti dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Agregat yang Digunakan dalam Penelitian
CA MA
NS FA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Pemeriksaan agregat di laboratorium merupakan pemeriksaan terhadap keausan dengan
menggunakan mesin Los Angeles, berat jenis semu agregat kasar dan berat jenis semu
agregat halus. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa agregat yang digunakan telah
memenuhi syarat yang ditentukan. Hasil pemeriksaan agregat seperti yang disajikan
pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (CA)
No. Jenis pemeriksaan Hasil Syarat
1. Penyerapan (%) 2,659 % max. 3%
2. Berat jenis Bulk 2,550 gr/cc min. 2,5 gr/cc
3. Berat jenis SSD 2,618 gr/cc min. 2,5 gr/cc
4. Berat jenis Apparent 2,736 gr/cc -
Sumber : PT. Pancadarma Puspawira
Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Agregat Sedang (MA)
No. Jenis pemeriksaan Hasil Syarat
1. Penyerapan (%) 2,680 % max. 3%
2. Berat jenis Bulk 2,627 gr/cc min. 2,5 gr/cc
3. Berat jenis SSD 2,697 gr/cc min. 2,5 gr/cc
4. Berat jenis Apparent 2,826 gr/cc -
Sumber : PT. Pancadarma Puspawira
Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (FA)
No. Jenis pemeriksaan Hasil Syarat
1. Penyerapan (%) 2,093 % max. 3%
2. Berat jenis Bulk 2,665 gr/cc min. 2,5 gr/cc
3. Berat jenis SSD 2,720gr/cc min. 2,5 gr/cc
4. Berat jenis Apparent 2,881 gr/cc -
Sumber : PT. Pancadarma Puspawira
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Agregat Pasir (NS)
No. Jenis pemeriksaan Hasil Syarat
1. Penyerapan (%) 2,104 % max. 3
2. Berat jenis Bulk 2,579 gr/cc min. 2,5
3. Berat jenis SSD 2,633 gr/cc min. 2,5
4. Berat jenis Apparent 2,784 gr/cc -
Sumber : PT. Pancadarma Puspawira
Sebelum pembuatan benda uji, dilakukan pembuatan rancang campur (mix design).
Perencanaan rancang campur meliputi perencanaan gradasi agregat, penentuan aspal
dan pengukuran komposisi masing-masing fraksi baik agregat, aspal, abu vulkanik dan
filler. Gradasi yang digunakan adalah Revisi Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-
1737-1989. Hasil analisis saringan CA,MA,FA dan NS dapat dilihat pada lampiran B.1
– B.4. Untuk gradasi rencana campuran dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.5. Gradasi Rencana Campuran AC Spec IV SNI 03-1737-1989
Ukuran Saringan Spesifikasi*
Hasil Analisis
Saringan**
(% Lolos) (% Lolos)
3/4" 100 100,00
1/2" 80 – 100 84,23
3/8" 70 – 90 71,77
# 4 50 – 70 52,75
# 8 35 – 50 44,23
# 30 18 – 29 27,50
# 50 13 – 23 17,72
# 100 8-16 8,10
# 200 4-10 4,30
PAN 0
Sumber: -Pustran-Balitbang PU, Revisi SNI 03-1737-1989*
- Hasil Analisis Saringan di Laboratorium, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
4.1.2. Hasil Pemeriksaan Aspal
Data hasil pemeriksaan aspal penetrasi 60/70 merupakan data hasil pengujian
laboratorium. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, aspal mempunyai karakteristik
yang telah memenuhi spesifikasi Petunjuk Lapis Aspal Beton sesuai dengan Revisi SNI
03-1737-1989. Hasil pemeriksaan aspal seperti disajkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Hasil Pemeriksaan Aspal
No. Jenis Pemeriksaan Syarat
*
Hasil**
Min. Maks.
1. Penetrasi, 10gr, 25 ºC, 5 detik 60 79 70,1
2. Titik Lembek 48 58 48,33 ºC
3. Titik Nyala 200 ºC - 350 ºC
4. Titik Bakar 200 ºC - 370 ºC
5. Daktilitas, 25 ºC, 5 cm/menit 100 cm - >150 cm
6. Spesific Grafity 1 gr/cc - 1,03 gr/cc
Sumber: - Syarat Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya *
- Fatiha Nurul, 2010 **
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4.1.3 Hasil Pemeriksaan Filler Abu Vulkanik
Data hasil pemeriksaan filler abu vulkanik merupakan data hasil laboratorium. Hasil
pengujian abu vulkanik telah memenuhi syarat sebagai filler. Hasil pemeriksaan dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Filler Abu Vulkanik Gunung Merapi
Pemeriksaan
ke-
No
Saringan
Berat
Tertahan
(gram)
Komulatif Tertahan % Lolos Berat
(gram) %
I
100 15.3 15.3 5.1 94.9
200 34.1 49.4 16.47 83.53
PAN 250.6 300 100 0
Jumlah 300
II
100 14.9 14.9 4.97 95.03
200 35.4 50.3 16.77 83.23
PAN 249.7 300 100 0
Jumlah 300
III
100 14.6 14.6 4.87 95.13
200 34.6 49.2 16.4 83.6
PAN 250.8 300 100 0
Jumlah 300
Sumber: Laboratorium Jalan Raya, Fakultas Teknik, UNS Surakarta, 2011
Pemeriksaan gradasi abu vulkanik pada saringan no.100 tidak memenuhi syarat, namun
pada saringan no 200 dan PAN memenuhi syarat sehingga jika akan menggunakan
sebagai filler harus di saring terlebih dahulu dan abu vulkanik yang dipakai yang lolos
saringan no.200.
Idealnya kandungan Oksida abu vulkanik menurut ASTM C 618-78 harganya dibatasi
seperti yang tercantum dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4.8 Kandungan Oksida Abu Vulkanik Menurut ASTM C 618-78
NO Komposisi bahan Jumlah (%)
1 SiO2 + AL2O3 + Fe2O3 minimal 70
2 MgO maksimal 5
3 SO3 maksimal 4
4 H2O maksimal 3
Abu Vulkanik gunung merapi di desa Musuk Boyolali memiliki komposisi kimia
sebagai berikut:
Tabel 4.9 Komposisi Kimia Abu Vulkanik Gunung Merapi
Nama Unsur Sampel 1 (%) Sampel 2 (%) Sampel 3 (%)
SiO2 62,5648 61,5534 63,5763
Al2O3 18,0583 18,2901 18,1692
Fe2O3 8,3421 8.4429 8,6444
CaO 1,5872 1,5982 1,6091
MgO 0,4342 0,4241 0,4308
Na2O 2,8309 2,8612 2,8006
K2O 1,8762 1,8332 1,9193
MnO 0,1644 0,1662 0,1680
TiO2 0,4739 0,4874 0,4739
P2O5 0,0606 0,0606 0,0693
H2O 0,2749 - -
LOI 0.3909 - -
Sumber: Laboratorium Kimia Analitik UGM, Yogyakarta
Secara rincinya dapat diliihat pada lampiran pada halaman B-1. Hasil dari pemeriksaan
kandungan kimia pada abu vulkanik terlihat bahwa unsur-unsur yang terkandung
memenuhi syarat ASTM C 618-78.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 4.10 Berat Jenis Abu Vulkanik Gunung Merapi
Nilai (gr/cm3) Syarat (gr/cm
3)
Berat Jenis (kg/L) 3,0120 ≥ 2,75
Sumber: Laboratorium Kimia Analitik UGM, Yogyakarta
Melihat hasil dari pemeriksaan berat jenis diatas, berat jenis abu vulkanik memenuhi
syarat sebagai filler yaitu 3,0120 gr/cm3 ≥ 2,75 gr/cm
3. Untuk syarat non plastis abu
vulkanik memenuhi syarat pengujiannya dapat dilihat pada lampiran dokumentasi hal
C-8 dimana abu vulkanik tidak bisa dipilin dalam pencampurannya dengan air, karena
abu vulkanik memiliki kandungan kimia paling banyak yaitu silica atau biasa disebut
kaca dan berbentuk butiran.
4.2. Hasil Pemeriksaan dan Pengujian Marshall
Sebelum melakukan pengujian dengan alat Marshall , terlebih dahulu dilakukan
volumetrik test. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan tinggi benda uji, berat
kering, berat berat benda uji dalam air serta berat SSD lalu di lakukan proses
perhitungan, sebagai contoh perhitungan pada kadar aspal 5,5% dan abu vulkanik 0%.
Berat benda uji di udara ( Wdry ) = 1090 gram
Berat benda uji SSD ( Ws ) = 1099,4 gram
Berat benda uji dalam air ( Ww ) = 625,9 gram
Volume Bulk dihitung dengan rumus 2.5
Vb = 1099,4-625,9 = 473,5
Perhitungan densitas dengan Rumus 2.6
Densitas =1090
473,5= 2,302 gr/cc
Perhitungan Spesific Gravity dengan menggunakan rumus 2.1 ; 2.2 ; dan 2.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gsa
=100
02,735
+15,772,735
+12,462,735
+19,022,735
+8,52
2,825+
16,732,825
+9,78
2,881 +9,62
2,881 +3,80
3,784 +3,22
3,784 +1,0713,012
= 2,79 gr/cc
Gsb
=100
02,550
+15,772,550
+12,462,550
+19,022,550
+8,52
2,627+
16,732,627
+9,78
2,665+
9,622,665
+3,80
3,579+
3,223,579
+1,0713,012
= 2,60 gr/cc
Gse =2,79+2,60
2= 2,69 gr/cc
Penyerapan aspal dengan campuran dihitung dengan rumus 2.4
Pba = 100 ×2,79− 2,60
2,79 × 2,60× 1,03 = 2,76%
Density maks teoritis dihitung dengan rumus 2.7
Dmaks teoritis =100
4,51,03 +
100− 4,52,69
= 2,51gr/cc
VIM dihitung dengan rumus 2.8
VIM = 100−100 × 2,302
2,512= 8,251%
Stabilitas dihitung dengan rumus 2.9
S=38 x 0,94 x 30,272 x 0,454
= 498,180 kg
Marshall Quotient dihitung dengan rumus 2.10
MQ = 498,180/4,6
= 106,344 kg/mm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Hasil perhitungan selanjutnya ditampilkan pada lampiran B.11 – B.15. Rekapitulasi
hasil perhitungan marshall dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11. Rekapitulasi Hasil Uji Marshall Pengganti Filler dengan Abu Vulkanik
Kadar Abu Vulkanik
Data Kadar Aspal
Marshall 4,5 5 5,5 6 6,5
Densitas (gr/cc) 2,265 2,274 2,254 2,311 2,318
VIM (%) 9,732 8,690 8,795 5,796 4,832
0% Stabilitas(kg) 480,969 508,287 794,587 489,386 424,363
Flow(mm) 4,733 5,233 6,300 5,400 6,300
MQ(kg/mm) 101,679 96,935 126,414 90,755 67,359
Densitas (gr/cc) 2,289 2,250 2,276 2,315 2,325
VIM (%) 8,880 9,744 8,021 5,745 4,653
25% Stabilitas(kg) 485,974 764,933 631,609 601,188 473,594
Flow(mm) 4,367 4,867 5,333 5,433 5,200
MQ(kg/mm) 112,113 155,214 118,916 110,728 93,036
Densitas (gr/cc) 2,301 2,248 2,291 2,303 2,335
VIM (%) 8,494 9,914 7,514 6,315 4,328
50% Stabilitas(kg) 477,092 862,928 663,159 592,747 509,882
Flow(mm) 3,200 4,567 5,733 6,267 3,500
MQ(kg/mm) 148,888 189,307 116,055 94,677 149,444
Densitas (gr/cc) 2,324 2,251 2,280 2,276 2,375
VIM (%) 7,648 9,878 8,051 7,538 2,790
75% Stabilitas(kg) 626,179 688,618 870,970 761,202 586,048
Flow(mm) 4,067 4,100 4,300 4,467 5,100
MQ(kg/mm) 154,047 168,174 200,607 171,915 114,886
Densitas (gr/cc) 2,331 2,261 2,336 2,309 2,344
VIM (%) 7,480 9,587 5,865 6,262 4,132
100% Stabilitas(kg) 588,451 997,408 973,127 739,857 637,835
Flow(mm) 3,367 3,833 5,267 5,400 3,733
MQ(kg/mm) 175,190 264,249 185,939 138,131 171,962
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4.3. Hasil Perhitungan Kadar Aspal Optimum
Hasil pengujian marshall meliputi nilai stabilitas, flow, porositas, densitas dan marshall
quotient. Rekapitulasi hasil dari nilai tersebut dapat dilihat di tabel 4.11 Dari data-data
nilai masing-masing di tampilkan juga dengan grafik hubungan antara kadar aspal
dengan densitas, porositas, stabilitas, flow dan Marshall Quotient pada gradasi Asphalt
Concrete revisi SNI . Untuk grafik stabilitas pada Gambar 4.2 untuk grafik flow pada
Gambar 4.3, untuk grafik densitas pada Gambar 4.4, untuk grafik VIM pada Gambar
4.5
4.3.1 Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu Vulkanik
terhadap Stabilitas
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal
y = -221,7x2 + 2413x - 5912,R² = 0,525
y = -202,9x2 + 2194,x - 5237,R² = 0,696
y = -230,8x2 + 2498,x - 6022,R² = 0,539
y = -219,2x2 + 2410x - 5807R² = 0,819
y = -351,7x2 + 3836,x - 9501R² = 0,775
0
200
400
600
800
1000
1200
4.5 5 5.5 6 6.5
Stab
ilita
s (K
g)
Kadar Aspal (%)
Abu Vulkanik 0% Abu Vulkanik 25% Abu Vulkanik 50%
Abu Vulkanik 75% Abu Vulkanik 100%
Spec SNI 1989
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban yang bekerja tanpa
perubahan bentuk. Nilai stabilitas juga menunjukkan besarnya kemampuan perkerasan
untuk menahan deformasi akibat beban lalu lintas yang bekerja. Dari nilai stabilitas
yang didapat dari berbagai campuran kadar aspal dengan penambahan masing-masing
kadar abu vulkanik diatas menunjukan bahwa dengan penambahan kadar aspal akan
menaikkan nilai stabilitasnya namun stabilitas akan turun jika sudah mencapai nilai
kadar aspal optimum dan akan terus menurun seiring penambahan kadar aspal hal ini
dikarenakan campuran yang mengandung kadar aspal yang berlebih akan mengalami
bleeding sehingga kemampuan perkerasan jalan dalam menerima beban lalu lintas akan
turun.
Dari grafik hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas didapatkan persamaan kuadrat :
y = -221,7x2 + 2413x - 5912
y’ = 0
0 = - 443,4X + 2413
443,4 X = 2413
X = 5,44 %
Jadi kadar aspal optimum adalah 5,44 % dari berat total campuran.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kadar aspal optimum sebesar 5,44 % Contoh
perhitungan nilai Marshall properties pada kadar aspal optimum sebagai berikut :
y = -221,7 X2 + 2413 X - 5912
Stabilitas = -221,7 (5,44)2 + 2413 (5,44) - 5912
= 653,82 kg
Untuk nilai Marshall properties yang lain dihitung seperti contoh diatas dan dapat
dilihat tabel 4.54.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 4.12. Hasil uji Marshall AC pada Kadar Aspal Optimum dengan pengganti filler
abu vulkanik
Kadar Campuran KAO Stabilitas Flow VIM Densitas Marshall
Quotient
( % ) ( Kg ) ( mm ) ( % ) ( gr/ cm³) ( kg/mm ) Abu Vulkanik 0% 5,44 653,82 5,55 7,72 2,28 112,35
Abu Vulkanik 25% 5,41 694,04 4,99 7,64 2,28 132,63
Abu Vulkanik 50% 5,41 737,10 4,61 7,52 2,29 158,31
Abu Vulkanik 75% 5,50 817,20 4,40 7,19 2,30 191,11
Abu Vulkanik 100% 5,45 958,84 4,30 6,75 2,31 199,52
Spesifikasi Min 800 2 3 2 200
maks - 4 5 3 350
Untuk kadar aspal optimum pada campuran aspal dan penambahan abu vulkanik serta
nilai Marshall properties yang lain dihitung seperti contoh diatas dan dapat dilihat
Tabel 4.8. Sehingga diperoleh kadar aspal optimum untuk campuran tanpa penambahan
abu vulkanik terletak pada 5,44 %, untuk kadar abu vulkanik 25% dan 50% terletak
pada 5,41 %, untuk kadar abu vulkanik 75% terletak pada 5,50%, untuk kadar abu
vulkanik 100% terletak pada 5,45 %.
Hubungan antara stabilitas dengan kadar aspal, serta analisa Optimum Bitumen Content
terhadap kadar campuran aspal dengan pengganti abu vulkanik dimana semakin banyak
abu vulkanik yang digunakan, maka semakin naik nilai stabilitas. Ini dapat diketahui
pada kadar aspal optimum untuk campuran AC tanpa penggantian abu vulkanik
mempunyai nilai stabilitas yang rendah, sedangkan untuk campuran AC dengan
penggantian abu vulkanik 25%, 50%, 75%, dan 100% mempunyai nilai stabilitas yang
semakin tinggi. Dari spesifikasi Revisi SNI 03-1737-1989 bahwa batas nilai stabilitas ≥
800 kg, maka dari itu untuk campuran AC yang menggunakan abu vulkanik 75% dan
100% mempunyai nilai lebih dari spesifikasi, ini terlihat pada Gambar 4.2. Hal ini
dikarenakan ada kandungan abu vulkanik dalam campuran yang mengakibatkan aspal
memiliki nilai stabilitas yang tinggi dan membuat campuran semakin padat. Selain itu,
karena AC perilaku campurannya ditentukan oleh perilaku agregat yang saling
mengunci, Sehingga pada penambahan filler abu vulkanik ini campuran memiliki gaya
adhesi yang besar yaitu agregat saling mengikat dan mengisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
4.3.2 Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu Vulkanik
terhadap Flow
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Flow dengan Kadar Aspal
Nilai flow menyatakan besarnya deformasi yang terjadi pada suatu lapis keras akibat
beban lalu lintas. Suatu campuran dengan nilai flow tinggi akan cenderung lembek,
sehingga mudah berubah bentuk jika menerima beban. Sebaliknya jika nilai flow rendah
maka campuran menjadi kaku dan mudah retak jika menerima beban yang melampaui
daya dukungnya. Nilai flow dipengaruhi beberapa faktor, yaitu kadar aspal, penetrasi
aspal, suhu, gradasi dan jumlah pemadatan. Dari nilai flow yang didapat dari berbagai
campuran kadar aspal dengan variasi kadar abu vulkanik di atas menunjukan bahwa
dengan penambahan kadar aspal akan menaikkan nilai kelelehannya, besarnya kenaikan
nilai kelelehan itu sendiri seiring dengan besarnya kadar aspal yang ditambahkan, jadi
semakin besar kadar aspal maka semakin besar nilai kelelehanya. mengakibatkan nilai
y = 0,66x + 1,963R² = 0,571
y = 0,446x + 2,583R² = 0,665
y = 0,46x + 2,123R² = 0,073
y = 0,486x + 1,73R² = 0,839
y = 0,46x + 1,79R² = 0,148
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
4.5 5 5.5 6 6.5
Flo
w (
mm
)
Kadar Aspal (%)
Abu Vulkanik 0% Abu Vulkanik 25% Abu Vulkanik 50%
Abu Vulkanik 75% Abu vulkanik 100%
Spec SNI 1989
2- 4 mm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
flow semakin tinggi. Untuk campuran AC pada kadar aspal optimum penggantian abu
vulkanik 0% mempunyai nilai flow yang paling tinggi, sedangkan untuk campuran AC
dengan penggantian abu vulkanik sebesar 25%, 50%, 75% dan 100% mempunyai nilai
flow yang semakin rendah. Hal ini dikarenakan dengan penggantian abu vulkanik
menyebabkan campuran cenderung keras, dan bersifat kaku. Penggantian abu vulkanik
dalam campuran AC ini memiliki sifat yang kaku sehingga memungkinkan terjadinya
retak. Namun pada kadar aspal optimum dengan kadar abu vulkanik masing-masing
hasil tidak memenuhi syarat Revisi SNI 03-1737-1989
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4.3.3 Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu Vulkanik
terhadap Densitas
Gambar 4.4. Grafik hubungan Densitas dengan Kadar Aspal
Nilai kepadatan (densitas) menunjukkan besarnya derajad kepadatan suatu campuran
yang telah dipadatkan. Campuran dengan nilai densitas yang tinggi akan mampu
menahan beban yang lebih besar jika dibandingkan dengan campuran dengan nilai
densitasnya lebih kecil. Dari nilai densitas yang didapat dari berbagai campuran kadar
aspal dengan penggantian abu vulkanik diatas menunjukan bahwa dengan penambahan
kadar aspal akan menaikan nilai kepadatannya , besarnya kenaikan nilai kepadatan itu
sendiri seiring dengan besarnya kadar aspal yang ditambahkan. Semakin besar kadar
aspal maka semakin besar nilai kepadatannya.
Penggunaan perbedaan kadar penggantian abu vulkanik memberikan pengaruh terhadap
nilai densitas yaitu nilai densitas semakin naik seiring bertambahnya kadar penggantian
abu vulkanik. Untuk campuran AC pada kadar aspal optimum dengan penggantian
y = 0,028x + 2,126R² = 0,637
y = 0,027x + 2,139R² = 0,519
y = 0,024x + 2,159R² = 0,391
y = 0,025x + 2,163R² = 0,163
y = 0,015x + 2,233R² = 0,124
2.24
2.26
2.28
2.3
2.32
2.34
2.36
2.38
2.4
4.5 5 5.5 6 6.5
De
nsi
tas
(gr/
cc)
Kadar Aspal (%)
Abu Vulkanik 0% Abu Vulkanik 25% Abu Vulkanik 50%
Abu Vulkanik 75% Abu Vulkanik 100%
Spec SNI 1989
(2-3 gr/cc)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
kadar abu vulkanik 0% mempunyai nilai densitas yang paling rendah, sedangkan untuk
campuran AC dengan penggantian abu vulkanik 25%, 50%, 75%, dan 100%
mempunyai nilai densitas yang semakin tinggi. Hal ini dikarenakan penggantian abu
vulkanik mengisi rongga-rongga antar batuan . Akibatnya ikatan menjadi rapat dan
menyebabkan campuran merata dan rongga yang terjadi dalam campuran semakin kecil,
sehingga campuran AC dengan menggunakan penggantian abu vulkanik memiliki
tingkat kepadatan yang baik.
Hasil densitas dari kadar aspal optimum dengan masing-masing penggantian kadar abu
vulkanik memenuhi syarat Revisi SNI 03-1737-1989 yaitu 2,8 ; 2,8 ; 2,9 ; 2,30 ; 2,31
gr/cm3 yang masuk pada batas spesifikasi 2 sampai 3 gr/cm
3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
4.3.4 Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu Vulkanik
terhadap VIM
Gambar 4.5. Grafik hubungan VIM dengan Kadar Aspal
VIM adalah prosentase pori atau rongga udara yang terdapat dalam suatu campuran.
Nilai VIM juga menunjukkan banyaknya rongga yang terdapat dalam campuran. Dari
nilai VIM yang didapat dari berbagai campuran kadar aspal dengan variasi kadar
penggantian abu vulkanik diatas menunjukkan bahwa dengan penambahan kadar abu
vulkanik akan menurunkan nilai VIM, penurunan nilai VIM itu sendiri akan turun
seiring dengan besarnya kadar aspal yang ditambahkan. Semakin besar kadar aspal
maka semakin kecil nilai VIM-nya.
Penggunaan kadar abu vulkanik yang berbeda dalam campuran sangat berpengaruh
terhadap nilai VIM dari suatu campuran itu sendiri. Semakin tinggi kadar abu vulkanik
semakin rendah nilai VIM-nya. Untuk campuran AC menggunakan kadar abu vulkanik
0% mempunyai nilai VIM yang paling tinggi, sedangkan untuk campuran AC yang
menggunakan penggantian abu vulkanik 25%, 50%, 75%, dan 100% mempunyai nilai
VIM semakin rendah. Namun nilai VIM untuk semua campuran dengan kadar abu
y = -2,538x + 21,53R² = 0,891
y = -2,490x + 21,10R² = 0,845
y = -2,386x + 20,43R² = 0,786
y = -2,411x + 20,44R² = 0,525
y = -2,004x + 17,68R² = 0,611
0
2
4
6
8
10
12
4.5 5 5.5 6 6.5
VIM
(%)
Kadar Aspal (%)
Abu Vulkanik 0% Abu Vulkanik 25% Abu Vulkanik 50%
Abu Vulkanik 75% Abu Vulkanik 100%
SNI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
vulkanik tidak memenuhi syarat Revisi SNI 03-1737-1989 minimal 3% dan maksimal
5% meskipun dalam penggantian kadar abu vulkanik mengalami penurunan nilai VIM.
Disamping itu juga dalam penggunaan kadar abu vulkanik yang tinggi mengakibatkan
perkerasan menjadi kaku sehingga menyebabkan adanya retakan-retakan sehingga
banyak rongga yang terjadi dalam campuran tersebut yang kemungkinan disebabkan
oleh agregat kasar yang saling interconnected dan pecah karena proses pemadatan yang
tidak sempurna. Sehingga campuran akan kurang kedap terhadap udara dan air. Adanya
pori-pori ataupun celah pada perkerasan AC memungkinkan air masuk ke dalam
perkerasan. Akibatnya ikatan menjadi renggang dan menimbulkan pori-pori yang
diakibatkan VIM berpengaruh terhadap durabilitas campuran. VIM yang lebih kecil
akan menurunkan resiko terjadinya disintegrasi dari campuran, sehingga durabilitasnya
menjadi tinggi. Tetapi pori yang kecil akan memberikan kelenturan yang kurang baik
Nilai VIM pada penggantian abu vulkanik tidak memenuhi spesifikasi SNI karena pada
analisis saringan dimana prosentase lolos saringan 100 dan 200 masih jauh mendekati
nilai median spesifikasi sehingga perlu penambahan agregat pada nomer saringan
tersebut agar nilai VIM dapat diminimalkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
4.3.5 Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu Vulkanik
terhadap Marshall Quotient
Gambar 4.6. Grafik hubungan Marshall Quotient dengan Kadar Aspal
Marshall Quotient (MQ) merupakan hasil bagi dari stabilitas dengan kelelahan yang
digunakan sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan atau fleksibilitas campuran.
Nilai Marshall Quotient yang tinggi menunjukkan kekakuan dari perkerasan dan
berakibat mudah timbul retak - retak (cracking). Sebaliknya jika nilai Marshall
Quotient yang rendah menunjukkan campuran terlalu plastis/fleksibel yang akan
berakibat perkerasan mudah mengalami deformasi pada waktu menerima beban lalu –
lintas. Dari nilai MQ yang didapat dari berbagai variasi penggantian abu vulkanik diatas
menunjukan bahwa dengan penambahan kadar aspal akan menaikkan nilai MQ nya
namun MQ akan turun jika sudah mencapai nilai kadar aspal optimum dan akan terus
menurun seiring penambahan kadar aspal.
y = -29,26x2 + 307x - 691,8R² = 0,725
y = -26,70x2 + 277,2x - 585,6R² = 0,623
y = -13,52x2 + 131,8x - 159R² = 0,421
y = -58,12x2 + 624,4x - 1485,R² = 0,898
y = -22,84x2 + 224,7x - 346,6R² = 0,253
0
50
100
150
200
250
300
4.5 5 5.5 6 6.5
Mar
shal
l Qu
oti
en
t (K
g/m
m)
Kadar Aspal (%)
abu vulkanik 0% abu vulkanik 25% abu vulkanik 50%
abu vulkanik75% abu vulkanik 100%
Spec SNI 1989200- 350Kg/mm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Penggantian abu vulkanik pada campuran AC menyebabkan Marshall Quotientnya
semakin tinggi. Untuk campuran AC pada kadar aspal optimum menggunakan
penggantian abu vulkanik 0% mempunyai nilai MQ yang paling rendah, sedangkan
untuk campuran AC yang menggunakan penggantian abu vulkanik 25%, 50%, 75%,
dan 100% mempunyai nilai MQ yang semakin tinggi . Hal ini dikarenakan penggantian
abu vulkanik pada perkerasan AC membuat campuran menjadi kaku. Sehingga
penggantian abu vulkanik sebagai bahan pengisi pada campuran AC mudah retak.
Spesifikasi MQ menurut Revisi SNI adalah minimal 200 dan maksimal 350 kg/mm.
Dari Gambar 4.6 nilai MQ untuk campuran dengan masing-masing kadar penggantian
abu vulkanik pada kadar aspal optimum tidak memenuhi persyaratan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
4.4. Pembahasan Hasil Pengujian Marshall Test
4.4.1. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Stabilitas pada Asphalt Concrete
(AC)
Data-data nilai stabilitas yang telah diperoleh dari pengujian marshall test disusun ke
dalam tabel seperti berikut, kemudian dilakukan analisis varian (ANOVA) :
Tabel 4.13. Data nilai stabilitas
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
4.5%
P1 489,180 500,509 528,315 598,367 602,932
P2 507,031 483,799 469,838 666,534 598,963
P3 446,697 473,612 433,122 613,635 563,459
5%
P1 445,583 758,393 589,151 691,865 779,412
P2 500,972 552,087 992,026 657,725 1111,006
P3 578,306 984,318 1007,609 716,263 1101,806
5.5%
P1 842,729 566,548 679,175 1160,224 1097,733
P2 610,558 860,305 511,994 811,962 683,767
P3 930,473 467,974 798,308 640,723 1137,883
6%
P1 454,921 565,274 551,683 1090,769 797,416
P2 515,841 598,752 617,296 620,525 739,362
P3 497,396 639,539 609,261 572,311 682,793
6.5%
P1 414,773 454,921 679,175 1160,224 1097,733
P2 428,138 414,916 511,994 811,962 683,767
P3 430,177 550,946 798,308 640,723 1137,883
Pada dasarnya, ANOVA untuk menguji kesamaan rata-rata dengan hipotesis sebagai
berikut :
H0 : Hipotesis nol menyatakan bahwa semua mean perlakuan nilainya sama. Apabila
H0 benar, maka semua populasi untuk perlakuan akan dianggap memiliki distribusi
normal yang sama (mean dan varians populasi-populasi tersebut sama).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Perhitungan ANOVA untuk nilai stabilitas pada kadar aspal 4,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.14 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 4,5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
4.5%
P1 489,180 500,509 528,315 598,367 602,932
P2 507,031 483,799 469,838 666,534 598,963
P3 446,697 473,612 433,122 613,635 563,459
Xn rata2 480,969 485,974 477,092 626,179 588,451
Xrata2 531,733
Vtotal 69784,50064
VB 59380,49972
VW 10404,00092
Contoh Perhitungan:
X1 rata2 = 489,180+507,031+446,697
3 = 480,969
X2 rata2 = 500,509+483,799+473,697
3 = 485,974
X3 rata2 = 528,315+469,838+433,122
3 = 477,092
X4 rata2 = 598,367+666,534+613,635
3 = 626,179
X5 rata2 = 602,932+598,963+563,459
3 = 588,451
X rata2 =
=
498,180+507,031+446,697+500,509+483,799+473,612+528,315+469,838+433,122+598,367+666,534+613,635+602,932+598,963+563,459
15
= 531,733
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Vtotal=
(489,180-531,733)2 + (507,031-531,733)
2 + (446,697-531,733)
2 + (500,509-531,733)
2 +
(483,799-531,733)2 + (473,612-531,733)
2 + (528,315-531,733)
2 + (469,838-531,733)
2 +
(433,122-531,733)2 + (598,367-531,733)
2 + (666,534-531,733)
2 + (613,635-531,733)
2 +
(602,932-531,733)2 + (598,963-531,733)
2 + (563,459-531,733)
2
= 69784,50064
VB = 3x (480,969-531,733)2 + (485,974-531,733)
2 + (477,092-531,733)
2 + (626,179-
531,733)2 + (588,451-531,733)
2
VW = 69784,50064 - 59380,49972 = 10404,00092
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.15 Hasil analisis varian kadar aspal 4,5% dengan perlakuan masing-masing
kadar abu vulkanik
Variasi Df Kuadrat
mean F hitung
F Tabel
H0
Antar Perlakuan (VB) 59380,500 4 14845,125 14,269 3,478 tolak
Di dalam Perlakuan (VW) 10404,001 10 1040,400
Total (V) 69784,501 14
Contoh Perhitungan:
df antar perlakuan = 5-1 = 4
df dalam perlakuan = 5(3-1) = 10
df total = 5x3-1 = 14
Kuadrat mean antar perlakuan =
59380,500/4 = 14845,125
Kuadrat mean dalam perlakuan =
10404,001/10 =1040,400
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
F hitung = 14845,125/1040,400
= 14,269
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.15 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 4,5 % yaitu Fhitung ≥ Ftabel yaitu F abu = 14,269 ≥ 3,478 maka H0
ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 4,5 % menyebabkan perubahan nilai stabilitas secara
nyata.
Perhitungan ANOVA untuk nilai stabilitas pada kadar aspal 5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.16 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
5%
P1 445,583 758,393 589,151 691,865 779,412
P2 500,972 552,087 992,026 657,725 1111,006
P3 578,306 984,318 1007,609 716,263 1101,806
Xn rata2 508,287 764,933 862,928 688,618 997,408
Xrata2 764,435
Vtotal 693983,8232
VB 406012,7901
VW 287971,0331
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.17 Hasil analisis varian kadar aspal 5% dengan perlakuan masing-masing kadar
abu vulkanik
Variasi Df Kuadrat
mean F hitung
F Tabel
H0
Antar Perlakuan (VB) 406012,790 4 101503,198 3,525 3,478 tolak
Di dalam Perlakuan (VW) 287971,033 10 28797,103
Total (V) 693983,823 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.17 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 5 % yaitu Fhitung ≥ Ftabel yaitu F abu = 3,525 ≥ 3,478 maka H0
ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 5 % menyebabkan perubahan nilai stabilitas secara nyata.
Perhitungan ANOVA untuk nilai stabilitas pada kadar aspal 5,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.18 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 5,5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
5.5%
P1 842,729 566,548 679,175 1160,224 1097,733
P2 610,558 860,305 511,994 811,962 683,767
P3 930,473 467,974 798,308 640,723 1137,883
Xn rata2 794,587 631,609 663,159 870,970 973,127
Xrata2 786,690
Vtotal 689599,7062
VB 243702,6842
VW 445897,022
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.19 Hasil analisis varian kadar aspal 5,5% dengan perlakuan masing-masing
kadar abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F hitung F
Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 243702,684 4 60925,671 1,366 3,478 terima
Di dalam Perlakuan (VW) 445897,022 10 44589,702
Total (V) 689599,706 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.19 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 5,5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 1,366 ≤ 3,478 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 5,5 % tidak menyebabkan perubahan nilai stabilitas
secara nyata.
Perhitungan ANOVA untuk nilai stabilitas pada kadar aspal 6% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.20 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 6%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
6%
P1 454,921 565,274 551,683 1090,769 797,416
P2 515,841 598,752 617,296 620,525 739,362
P3 497,396 639,539 609,261 572,311 682,793
Xn rata2 489,386 601,188 592,747 761,202 739,857
Xrata2 636,876
Vtotal 331042,957
VB 153109,0187
VW 177933,9383
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.21 Hasil analisis varian kadar aspal 6% dengan perlakuan masing-masing kadar
abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F hitung
F Tabel
H0
Antar Perlakuan (VB) 153109,019 4 38277,255 2,151 3,478 terima
Di dalam Perlakuan (VW) 177933,938 10 17793,394
Total (V) 331042,957 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.21 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 6 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 2,151 ≤ 3,478 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 6 % tidak menyebabkan perubahan nilai stabilitas secara
nyata.
Perhitungan ANOVA untuk nilai stabilitas pada kadar aspal 6,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.22 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 6,5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
6.5%
P1 414,773 454,921 679,175 1160,224 1097,733
P2 428,138 414,916 511,994 811,962 683,767
P3 430,177 550,946 798,308 640,723 1137,883
Xn rata2 424,363 473,594 663,159 870,970 973,127
Xrata2 681,043
Vtotal 1009727,038
VB 691875,3419
VW 317851,6963
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.23 Hasil analisis varian kadar aspal 6,5% dengan perlakuan masing-masing
kadar abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F hitung
F Tabel
H0
Antar Perlakuan (VB) 691875,342 4 172968,835 5,442 3,478 tolak
Di dalam Perlakuan (VW) 317851,696 10 31785,170
Total (V) 1009727,038 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.23 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 6,5 % yaitu Fhitung ≥ Ftabel yaitu F abu = 5,442 ≥3,478 maka H0
ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 6,5 % menyebabkan perubahan nilai stabilitas secara
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
4.4.2. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Flow pada Asphalt Concrete
(AC)
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 4,5% dengan perlakuan masing-
masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.24 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 4,5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
4.5%
P1 4,6 4,9 3,4 3,8 3,2
P2 4,8 3,9 3,1 4,3 3,4
P3 4,8 4,3 3,1 4,1 3,5
Xn rata2 4,733 4,367 3,200 4,067 3,367
Xrata2 3,947
Vtotal 5,877
VB 5,111
VW 0,767
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.25 Hasil analisis varian kadar aspal 4,5% dengan perlakuan masing-masing
kadar abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 5,111 4 1,278 16,665 3,478 tolak
Di dalam Perlakuan (VW) 0,767 10 0,077
Total (V) 5,877 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.25 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 4,5 % yaitu Fhitung ≥ Ftabel yaitu F abu = 16,665 ≥3,478 maka H0
ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 4,5 % menyebabkan perubahan nilai flow secara nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 5% dengan perlakuan masing-
masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.26 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
5%
P1 5,1 5,1 4,6 4,3 4,2
P2 5,2 4,1 4,4 3,8 3,8
P3 5,4 5,4 4,7 4,2 3,5
Xn rata2 5,233 4,867 4,567 4,100 3,833
Xrata2 4,520
Vtotal 5,244
VB 3,837
VW 1,407
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.27 Hasil analisis varian kadar aspal 5% dengan perlakuan masing-masing kadar
abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 3,837 4 0,959 6,820 3,478 tolak
Di dalam Perlakuan (VW) 1,407 10 0,141
Total (V) 5,244 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.27 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 5 % yaitu Fhitung ≥ Ftabel yaitu F abu = 6,820 ≥3,478 maka H0
ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 5 % menyebabkan perubahan nilai flow secara nyata.
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 5,5% dengan perlakuan masing-
masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.28 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 5,5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
5.5%
P1 6,3 5,5 6 4,6 5,8
P2 6,4 5,2 5,7 4,2 5,2
P3 6,2 5,3 5,5 4,1 4,8
Xn rata2 6,300 5,333 5,733 4,300 5,267
Xrata2 5,387
Vtotal 7,297
VB 6,457
VW 0,84
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.29 Hasil analisis varian kadar aspal 5,5% dengan perlakuan masing-masing
kadar abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 6,457 4 1,614 19,218 3,478 tolak
Di dalam Perlakuan (VW) 0,840 10 0,084
Total (V) 7,297 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.29 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 5,5 % yaitu Fhitung ≥ Ftabel yaitu F abu = 19,218 ≥3,478 maka H0
ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 5,5 % menyebabkan perubahan nilai flow secara nyata.
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 6% dengan perlakuan masing-
masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4.30 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 6%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
6%
P1 5,4 5,2 6,4 4,3 5,9
P2 5,2 5,7 6,2 4,6 4,7
P3 5,6 5,4 6,2 4,5 5,6
Xn rata2 5,400 5,433 6,267 4,467 5,400
Xrata2 5,393
Vtotal 5,929
VB 4,869
VW 1,06
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.31 Hasil analisis varian kadar aspal 6% dengan perlakuan masing-masing kadar
abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 4,869 4 1,217 11,484 3,478 tolak
Di dalam Perlakuan (VW) 1,060 10 0,106
Total (V) 5,929 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.31 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 6 % yaitu Fhitung ≥ Ftabel yaitu F abu = 11,484 ≥3,478 maka H0
ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 6 % menyebabkan perubahan nilai flow secara nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 6,5% dengan perlakuan masing-
masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.32 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 6,5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
6.5%
P1 6,2 5,6 3 4,3 3,8
P2 6,4 5,5 4,3 4,6 4
P3 6,3 4,5 3,2 4,5 3,4
Xn rata2 6,300 5,200 3,500 4,467 3,733
Xrata2 4,640
Vtotal 17,636
VB 15,663
VW 1,973
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.33 Hasil analisis varian kadar aspal 6,5% dengan perlakuan masing-masing
kadar abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 15,663 4 3,916 19,843 3,478 tolak
Di dalam Perlakuan (VW) 1,973 10 0,197
Total (V) 17,636 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.33 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 6,5 % yaitu Fhitung ≥ Ftabel yaitu F abu = 19,843 ≥ 3,478 maka H0
ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 6,5 % menyebabkan perubahan nilai flow secara nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
4.4.3. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai VIM pada Asphalt Concrete
(AC)
Perhitungan ANOVA untuk nilai porositas pada kadar aspal 4,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.34 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 4,5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
4.5%
P1 8,251 8,833 11,687 7,792 6,511
P2 10,395 5,272 9,686 7,331 8,505
P3 10,551 12,536 4,109 7,820 7,424
Xn rata2 9,732 8,880 8,494 7,648 7,480
Xrata2 8,447
Vtotal 72,93718136
VB 10,24682634
VW 62,69035502
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.35 Hasil analisis varian kadar aspal 4,5% dengan perlakuan masing-masing
kadar abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 10,247 4 2,562 0,409 3,478 terima Di dalam Perlakuan (VW) 62,690 10 6,269 Total (V) 72,937 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.35 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 4,5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,409 ≤ 3,478 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 4,5 % tidak menyebabkan perubahan nilai VIM secara
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Perhitungan ANOVA untuk nilai porositas pada kadar aspal 5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.36 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
5%
P1 10,918 10,803 10,287 10,176 8,519
P2 8,412 9,811 9,599 10,359 9,083
P3 6,740 8,617 9,854 9,099 11,160
Xn rata2 8,690 9,744 9,914 9,878 9,587
Xrata2 9,563
Vtotal 19,32864633
VB 3,052930295
VW 16,27571604
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.37 Hasil analisis varian kadar aspal 5% dengan perlakuan masing-masing kadar
abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 3,053 4 0,763 0,469 3,478 terima
Di dalam Perlakuan (VW) 16,276 10 1,628
Total (V) 19,329 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.37 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,469 ≤ 3,478 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 5 % tidak menyebabkan perubahan nilai VIM secara
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Perhitungan ANOVA untuk nilai porositas pada kadar aspal 5,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.38 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 5,5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
5.5%
P1 8,684 6,098 8,110 10,302 7,763
P2 8,030 6,743 7,015 9,368 6,243
P3 9,670 11,221 7,417 4,482 3,589
Xn rata2 8,795 8,021 7,514 8,051 5,865
Xrata2 7,649
Vtotal 60,45121594
VB 14,43691696
VW 46,01429898
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.39 Hasil analisis varian kadar aspal 5,5% dengan perlakuan masing-masing
kadar abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 14,437 4 3,609 0,784 3,478 terima
Di dalam Perlakuan (VW) 46,014 10 4,601
Total (V) 60,451 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.39 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 5,5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,784 ≤ 3,478 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 5,5 % tidak menyebabkan perubahan nilai VIM secara
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Perhitungan ANOVA untuk nilai porositas pada kadar aspal 6% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.40 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 6%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
6%
P1 6,621 5,015 7,216 9,147 7,763
P2 4,765 6,504 5,347 7,038 6,243
P3 6,003 5,716 6,383 6,428 3,589
Xn rata2 5,796 5,745 6,315 7,538 5,865
Xrata2 6,252
Vtotal 24,45881345
VB 6,812696547
VW 17,6461169
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.41 Hasil analisis varian kadar aspal 6% dengan perlakuan masing-masing kadar
abu vulkanik
Variasi Df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 6,813 4 1,703 0,965 3,478 terima
Di dalam Perlakuan (VW) 17,646 10 1,765
Total (V) 24,459 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.41 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 6 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,965 ≤ 3,478 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 6 % tidak menyebabkan perubahan nilai VIM secara
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Perhitungan ANOVA untuk nilai porositas pada kadar aspal 6,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.42 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 6,5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
6.5%
P1 4,053 4,807 3,856 2,701 4,107
P2 4,119 4,756 4,242 2,537 4,221
P3 6,325 4,397 4,887 3,131 4,069
Xn rata2 4,832 4,653 4,328 2,790 4,132
Xrata2 4,147
Vtotal 11,988
VB 7,802
VW 4,187
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.43 Hasil analisis varian kadar aspal 6,5% dengan perlakuan masing-masing
kadar abu vulkanik
Variasi Df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 7,802 4 1,950 4,659 3,478 tolak
Di dalam Perlakuan (VW) 4,186 10 0,419
Total (V) 11,988 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.43 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 6,5 % yaitu Fhitung ≥ Ftabel yaitu F abu = 4,659 ≥ 3,478 maka H0
ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 6,5 % menyebabkan perubahan nilai VIM secara nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
4.4.4. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Densitas pada Asphalt Concrete
(AC)
Perhitungan ANOVA untuk nilai densitas pada kadar aspal 4,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.44 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 4,5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
4.5%
P1 2,302 2,290 2,220 2,321 2,356
P2 2,248 2,379 2,271 2,332 2,305
P3 2,244 2,197 2,411 2,320 2,332
Xn rata2 2,265 2,289 2,301 2,324 2,331
Xrata2 2,302
Vtotal 0,048
VB 0,009
VW 0,040
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.45 Hasil analisis varian kadar aspal 4,5% dengan perlakuan masing-masing
kadar abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 0,009 4 0,002 0,551 3,478 terima
Di dalam Perlakuan (VW) 0,040 10 0,004
Total (V) 0,048 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.45 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 4,5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,551 ≤ 3,478 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 4,5 % tidak menyebabkan perubahan nilai densitas secara
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Perhitungan ANOVA untuk nilai densitas pada kadar aspal 5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.46 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
5%
P1 2,218 2,224 2,239 2,244 2,288
P2 2,281 2,248 2,256 2,239 2,273
P3 2,322 2,278 2,250 2,271 2,222
Xn rata2 2,274 2,250 2,248 2,251 2,261
Xrata2 2,257
Vtotal 0,012
VB 0,001
VW 0,010
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.47 Hasil analisis varian kadar aspal 5% dengan perlakuan masing-masing kadar
abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 0,001 4 0,000 0,343 3,478 terima
Di dalam Perlakuan (VW) 0,010 10 0,001
Total (V) 0,012 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.47 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,343 ≤ 3,478 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 5 % tidak menyebabkan perubahan nilai densitas secara
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Perhitungan ANOVA untuk nilai densitas pada kadar aspal 5,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.48 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 5,5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
5.5%
P1 2,257 2,323 2,276 2,224 2,289
P2 2,273 2,308 2,303 2,247 2,327
P3 2,233 2,197 2,293 2,368 2,393
Xn rata2 2,254 2,276 2,291 2,280 2,336
Xrata2 2,287
Vtotal 0,039
VB 0,011
VW 0,028
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.49 Hasil analisis varian kadar aspal 5,5% dengan perlakuan masing-masing
kadar abu vulkanik
Variasi Df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 0,011 4 0,003 0,978 3,478 terima
Di dalam Perlakuan (VW) 0,028 10 0,003
Total (V) 0,039 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.49 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 5,5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,978 ≤ 3,478 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 5,5 % tidak menyebabkan perubahan nilai densitas secara
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Perhitungan ANOVA untuk nilai densitas pada kadar aspal 6% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.50 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 6%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
6%
P1 2,291 2,333 2,281 2,236 2,279
P2 2,337 2,296 2,327 2,288 2,305
P3 2,306 2,316 2,302 2,303 2,343
Xn rata2 2,311 2,315 2,303 2,276 2,309
Xrata2 2,303
Vtotal 0,010
VB 0,003
VW 0,007
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.51 Hasil analisis varian kadar aspal 6% dengan perlakuan masing-masing kadar
abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 0,003 4 0,001 1,030 3,478 terima
Di dalam Perlakuan (VW) 0,007 10 0,001
Total (V) 0,010 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.51 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 6 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 1,030 ≤ 3,478 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 6 % tidak menyebabkan perubahan nilai densitas secara
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Perhitungan ANOVA untuk nilai densitas pada kadar aspal 6,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.52 Perhitungan Variasi antar dan dalam Perlakuan pada Kadar Aspal 6,5%
Kadar Aspal Kadar Abu Vulkanik %
0% 25% 50% 75% 100%
6.5%
P1 2,337 2,321 2,347 2,236 2,377
P2 2,335 2,322 2,337 2,288 2,342
P3 2,282 2,331 2,321 2,303 2,346
Xn rata2 2,318 2,325 2,335 2,276 2,355
Xrata2 2,322
Vtotal 0,016
VB 0,010
VW 0,006
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.53 Hasil analisis varian kadar aspal 6,5% dengan perlakuan masing-masing
kadar abu vulkanik
Variasi df Kuadrat
mean F
hitung F Tabel H0
Antar Perlakuan (VB) 0,010 4 0,003 4,639 3,478 tolak
Di dalam Perlakuan (VW) 0,006 10 0,001
Total (V) 0,016 14
Hasil dari nilai F hitung pada tabel 4.53 pada masing-masing perlakuan abu vulkanik
dalam kadar aspal 6,5 % yaitu Fhitung ≥ Ftabel yaitu F abu = 4,639 ≥ 3,478 maka H0
ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal 6,5 % menyebabkan perubahan nilai densitas secara
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Hasil keseluruhan perhitungan anova dapat dilihat pada tabel rekapitulasi sebagai
berikut:
Tabel 4.54 Rekapitulasi Hasil Anova
Karakteristik Marshall Kadar Aspal F Hitung F Tabel Hipotesa
Stabilitas 4,5% 14,269 3,478 tolak
5,0% 3,525 3,478 tolak
5,5% 1,366 3,478 terima
6,0% 2,151 3,478 terima
6,5% 5,442 3,478 tolak
Flow 4,5% 16,665 3,478 tolak
5,0% 6,82 3,478 tolak
5,5% 19,218 3,478 tolak
6,0% 11,484 3,478 tolak
6,5% 19,843 3,478 tolak
VIM 4,5% 0,409 3,478 terima
5,0% 0,469 3,478 terima
5,5% 0,784 3,478 terima
6,0% 0,965 3,478 terima
6,5% 4,659 3,478 tolak
Densitas 4,5% 0,551 3,478 terima
5,0% 0,343 3,478 terima
5,5% 0,978 3,478 terima
6,0% 1,03 3,478 terima
6,5% 4,639 3,478 tolak
Hasil keseluruhan anova diatas dapat dilihat dan disimpulkan bahwa untuk perlakuan
penggantian abu vulkanik pada kadar aspal optimum 5,5 % dimana nilai stabilitas
densitas, VIM dan marshall quotientnya meiliki nilai F hitung kurang dari F tabel maka
H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler abu vulkanik pada
campuran dengan kadar aspal optimum 5,5 % tidak menyebabkan perubahan nilai
stabilitas, densitas, VIM dan Marshall Quotient secara nyata. Berbeda halnya dengan
hasil dari penggantian abu vulkanik terhadap nilai flow pada kadar aspal optimum 5,5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dimana F hitung lebiih besar dari F tabel maka H0 ditolak yang artinya penggantian
filler abu vulkanik pada campuran kadar aspal optimum menyebabkan perubahan nilai
flow secara nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian penggantian filler menggunakan abu vulkanik Merapi maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil dari keseluruhan perhitungan anova bahwa penggantian abu vulkanik pada
kadar aspal optimum 5,5% tidak menyebabkan perubahan nilai stabilitas, densitas,
VIM dan Marshall Quotient secara nyata. Berbeda dengan hasil anova terhadap nilai
flow, dimana menyebabkan perubahan nilai flow secara nyata.
2. Hasil dari karakteristik Marshall pada kondisi KAO, kadar filler abu vulkanik
sebesar 100% dan 75% dengan kadar aspal optimum 5,45% dan 5,50% merupakan
campuran AC (Asphalt Concrete) yang nilai stabilitas dan densitasnya memenuhi
spesifikasi Revisi SNI No. 1737-1989-F, namun pada nilai VIM, flow serta
Marshall Quotient-nya (MQ) tidak memenuhi spesifikasi.
5.2. Saran
1. Penggunaan abu vulkanik seharusnya di saring terlebih dahulu, dan abu vulkanik
yang dipakai yang lolos saringan no.200.
2. Kontrol pemadatan seharusnya lebih diperhatikan karena agregat dapat pecah dan
terjadi agregat saling interconnected karena pemadatan yang kurang sempurna.
3. Penggunaan timbangan agregat seharusnya di cek terlebih dahulu tingkat validnya.
Karena akan sangat berpengaruh pada proses pembuatan dan pengujian
benda uji.
4. Penambahan agregat pada nomer saringan 100 dan 200 agar nilai VIM dapat
diminimalkan.