Dermatitis Numularis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dibuat teman

Citation preview

LAPORAN KASUS

DERMATITIS NUMULARIS

Disusun Oleh:

Dian Natalia (07120100025)

Pembimbing:

Dr. S. Fasihah Riswandi, Sp. KK

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Rumkital Marinir Cilandak

Periode 31 Maret 2 Mei 2014

DERMATITIS NUMULARIS

Dian Natalia

Kepaniteraan Klinik FK UPH / Rumkital Marinir Cilandak

Jl. Raya Cilandak KKO, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu

Jakarta Selatan 12760

ABSTRAKLatar Belakang: Dermatitis Numularis merupakan dermatitis yang berupa lesi berbentuk mata uang logam (koin) atau agak lonjong berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel yang pada umumnya mudah pecah dan mengeluarkan cairan. Penyebab pasti dari dermatitis numularis tidak diketahui. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis, berupa rasa gatal dan lesi vasikel dan papulovesikel berbentuk bulat atau lonjong berbatas tegas, eritematosa dan sedikit edematosa. Vesikel kemudian pecah dan terjadi eksudasi dan krusta. Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama. Kasus: seorang wanita berusia 47 tahun datang dengan keluhan gatal dan timbul luka pada pergelangan kaki kiri dan pergelangan tangan kiri serta bercak merah pada area wajah sejak 1 bulan yang lalu. Penatalaksanaan: Pasien diberi Cetrizine 1 x 10 mg per hari, Dexamethasone 3 x 0,5 mg per hari, kompres, desoximetasone salep 2,5 mgABSTRACT

Background: Nummular Dermatitis is a form of dermatitis in the form of characterized by coin shaped or oval lesion with defined border, vesicles which usually breaks easily and oozing liquid. The exact cause of nummular dermatitis is not fully known. Clinical manifestations that commonly seen are itching and skin lesion consist of vesicles or papullovesicels in circular or oval shape with defined border, erythematic, and edematous. The vesicles will break, then form exudation and crusty. Case: A 47 years old woman presented with itching and lesion on her ankle, bask of wrist, elbow, and red patches on her face since 1 month ago. Case Management: Patient was treated with Cetrizine 1 x 10mg a day, Dexamethasone 3 x 0,5 mg a day, and desoximetasone topicalPENDAHULUAN

Dermatitis numularis merupakan dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang logam atau agak lonjong dan berbats tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel yang mudah pecah. Dermatitis numularis lebih sering ditemukan pada orang dewasa.

Gejala klinis yangumumnya dikeluhkan ialah rasa sangat gatal. Selain itu juga ditemukan lesi berbentuk papul atau papulovesikel yang kemudian meluas membentuk lesi karakteristik berbentuk bulat atau agak lonjong, berbatas tegas, sedikit edematosa dan eritematosa. Lambat laun vesikel akan pecah dan kemudian terjadi eksudasi dan krusta. Proses penyembuhan dimulai dari tengah sehingga menyerupai lesi dermatomikosis. Ukuran lesi dapat mencapai 5cm. Pada umumnya lesi ditemukan pada tungkai bawah, badan, punggung, tangan atau lengan bawah. Pada tempat predileksi dapat dijumpai lebih dari satu lesi dan tersebar dengan ukuran yang bervariasi.

Penyebab utama dari dermatitis numularis sendiri belum diketahui. Faktor yang diduga berpengaruh antara lain infeksi, dermatitis kontak, trauma fisik maupun kmiawi. Dermatitis numaris cenderung hilang timbul dan dapat terjadi terus menerus dan hanya membaik bila sedang dalam masa pengobatan. Bila terjadi kekambuhan pada umumnya terjadi pada lokasi yang sama. Lesi dapat juga muncul pada tempat yang mengalami trauma (fenomena Kobner).Untuk terapi sedapat mungkin dicari faktor yang memprovokasi timbulnya dermatitis numularis. Secara topikal dapat diberikan obat anti inflamasi. Bila masih terdapat lesi eksudatif, dilakukan kompres dengan larutan permanganas kalius 1:10000 terlebih dahulu. Dapat pula diberikan antihistamin unutk mengurangi rasa gatal pasien.LAPORAN KASUS

Seorang wanita dengan inisial S, berusia 47 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, istri dari seorang PNS datang dengan keluhan gatal dan munculnya luka pada punggung tangan kiri, siku kanan, punggung kaki kiri serta bercak merah pada wajah sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan awal ialah rasa gatal diikuti munculnya bintil bintil kecil berkelompok dan berisi cairan pada kaki kiri sejak 1 bulan sebelum kunjungan. Rasa gatal kemudian dirasakan pada area punggung tangan kiri, siku kanan serta wajah 2 minggu sebelum kunjungan.pada punggung tangan dan siku pasien menemukan intil bintil yang serupa dengan pergelangan kaki, sedangkan pada wajah pasien menyadari munculnya plak berwarna kemerahan yang tersebar di seluruh area wajah. Gatal dirasakan pasien terus menerus. Rasa gatal menyebabkan pasien menggaruk bintil pada area pergelangan kaki kiri, pergelangan tangan kiri serta siku kanan, mengakibatkan bintil tersebut pecah dan mengeluarkan cairan. setelah digaruk pasien menyadari area tempat bintil semula berada menjadi gelap dan menebal. Pasien menggosok gosok area yang gatal pada wajah dengan tangan, dan menurut pasien saat digosok plak merah pada area wajah tersebut mengeluarkan cairan bening. Tidak terjadi perubahan pada plak merah pada wajah.Pasien telah menggunakan obat berupa salep acyclovir selama 2 minggu, Bioplacenton 3 hari sebelum kunjungan pada lesi di pergelangan kaki kiri, pergelangan kaki kanan, siku dan wajah.

Pasien belum pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Pasien juga tika memiliki riwayat alergi. Tidak ada anggota keluarga atau orang di sekitar pasien yang memiliki gejala serupa. Pasien tidak mengganti detergen, sabun maupun produk kulit dalam 1 tahun terakhir.Dalam pemeriksaan fisik keadaan umu pasien baik, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan tanda tanda vital tidak dilakukan. Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan:1. Pada regio dorsopedis sinistra terdapat 4 lesi makula hiperpigmentasi berbentuk bulat dengan ukuran 1,5- 3 cm, berskuama, batas tegas dengan tepi tidak aktif , likenifikasi [Gambar 1.1 dan Gambar 1.2]

2. Pada region dorso amnus sinistra ditemukan lesi makula hiperpigmentasi berbentuk bulat dengan batas tegas. terdapat papulovesikel berkelompok pada tepi lesi. Pada bagian tengah lesi tampak tenang [Gambar 1.3]Pada region siku dextra ditemukan lesi makula eritem dan papulovesikel berkelompok dengan batas tegas. Berbentuk lonjong dengan ukuran 1 x 2 cm

3. Pada region facial ditemukan lesi plak eritema, batas tidak tegas dan skuama berminyak.Diagnosa banding pasien ialah dermatitis numularis, dermatitis seboroik dan dermatitis kontak iritan. Pemeriksaan lanjutan tidak dilakukan. Diagnosis pasien ini ialah dermatitis nummularis pada area dorsopedis sinistra, dorsomanus sinistra, dan siku dextra, serta dermatitis seboroik pada area facial.

Terapi yang diberikan pada pasien ini ialah Dexamethasone 3 x 0,5 mg per hari, Cetrizine 1 x 10 mg per hari, kompres Prognosis pasien Ny S kurang baik karena sebagian besar kasus dermatitis numularis bersifat hilang timbul dan untuk dermatitis seboroik sukar disembuhkan meskipun dapat dikontrol.

Anjuran untuk pasien ini ialah agar menggunakan obat yang diberikan sesuai dengan anjuran, melakukan kompres pada region dorsopedis sebelum pemberian obat dikarenakan penebalan pada lesi lama sehingga diperlukan kompres untuk membantu proses penyerapan, dan menghindari kontak dengan bahan yang dapat menimbulkan iritas serta faktor predisposisi seperti stress emosional dan kurang tidur . juga perlu dijelaskan kepada pasien bahwa sebagian besar kasus dermatitis numularis dapat berulang serta pada dermatitis seboroik sulit disembuhkan meskipun dapat dikontrol.PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan dermatologi, pada kasus ini terdapat dua kondisi kulit pada area yang berbeda, yaitu dermatitis numularis (area dorsopedis sinistra, dorsomanus sinistra dan siku dextra) serta Dermatitis seboroik (area fasial).

Dermatitis Numularis

Dermatits numularis merupakan dermatitis dengan lesi berbentuk bulat atau agak lonjong, berbatas tegas efluoresensi berupa papulovesikel yang mudah pecah. Biasanya dermatitis numularis ditemukan pada area tungkai bawah, badan dan lengan, termasuk punggung tangan. Penyebab utama dari dermatitis numularis sendiri belum diketahui. Faktor yang diduga berpengaruh antara lain infeksi, dermatitis kontak, trauma fisik maupun kimiawi. Dermatitis numaris cenderung hilang timbul dan dapat terjadi terus menerus dan hanya membaik bila sedang dalam masa pengobatan. Bila terjadi kekambuhan pada umumnya terjadi pada lokasi yang sama. Lesi dapat juga muncul pada tempat yang mengalami trauma (fenomena Kobner)[1].Gambaran klinis yang umumnya dikeluhkan ialah rasa sangat gatal. Terdapat juga lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel yang kemudian membesar dengan cara berkonfluensi, membentuk suatu lesi khas berbentuk seperti uang logam, bulat atau agak lonjong, eritematosa, sedikit edematosa dan berbatas tegas. Vesikel tersebut lambat laun pecah, sehingga terjadi eksudasi yang kemudian mengering membentuk krusta kekuningan. kemudian proses penyembuhan akan dimulai dari tengah, menimbulkan kesan menyerupai lesi dermatomikosis. Pada lesi lama ditemukan likenifiksai dan skuama. Ukuran lesi dapat bervarisai, dan dapat mencapai 5 cm. Jumlah lesi juga bervariasi, dapat hanya satu maupun lebih dari 1 dan tersebar[1,2].

Secara histopatologis, pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan sel radang limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. sedangkan pada lesi kronik ditemukan akantosis teratur, hipergranulosis dan hiperkeratosis[1].

Diagnosis biasanya dilakukan berdasarkan:

1. Gambaran klinik yang khas, yaitu rasa gatal disertai munculnya lesi yang khas,

2. Lesi khas yang dapat ditemukan melalui pemeriksaan dermatologis pada area predileksi (tungkai bawah, lengan, punggung tangan dan badan) berupa papulovesikel berkelompok dengan bentuk bulat atau lonjong seperti uang logam dan berbatas jelas. Ukuran lesi bervarisai, dapat mencapai 5 cm dan dapat berjumlah lebih dari 1 lesi. Lesi tersebut dapat pecah dan menghasilkan eksudasi yang kemudian mengering membentuk krusta. Proses penyembuhan dimulai dari tengah lesi, sehingga tampak menyerupai lesi dermatomikosis. Lesi yang sudah lama mengalami likenifikasi dan berskuama.

3. Pemeriksaan histopatologis, pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan sel radang limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. sedangkan pada lesi kronik ditemukan akantosis teratur, hipergranulosis dan hiperkeratosis[1]. Pada kasus ini tidak dilakukan

Diagnosis banding antara lain dermatitis kontak, dermatitis atopik, dan dermatomikosis[2].

Terapi yang dapat diberikan:

1. Terapi topikal

a. Kortikosteroid topical desoximetason 2,5 mg

b. Antibiotic topical bila terjadi infeksi sekunder

2. Terapi sistemik

a. Cetrizine 1 x 10 mg

b. Dexamethasone 3 x 05 mg

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A,. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam, Cetakan pertama, Jakarta: Balai penerbit FKUI; 20102. Barakbah J, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmi Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketiga, Surabaya: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Airlangga; 2005

3. Fredberg IM, Dermatology in General medicine. Volume 1 7th edition. United States of America : McGraw-Hill; 2008