Upload
muhammad-sibghotulloh-ridho
View
69
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pemetaan sosial KKNM Tematik Universitas Padjadjaran
Citation preview
Nama : Muhammad Sibghotulloh Ridho
NPM : 230210100042
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan
KKNM Tematik Desa Parean Girang
Jika Aku Menjadi
Adalah sebuah wacana, atau sekedar hafalan dari buku sebagai wawasan
belaka, bahwasanya Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang terdiri dari
70% kawasan perairan dan 30% daratan. Catatan di dalam buku Inoue (1999)
menyatakan bahwa 60% dari penduduk Indonesia merupakan masyarakat pesisir,
yakni masyarakat yang tinggal di pesisir dan berinteraksi langsung dengan
kawasan pesisir. Potensi pesisir sendiri sudah disodorkan kepada warganya sejak
berabad-abad lalu lamanya untuk dimanfaatkan dengan sebaik-mungkin.
Penjelasan-penjelasan ini tidak dapat membuktikan keberadaan kawasan pesisir
sebagai bagian penting dari negara kepulauan Indonesia, bahkan sejauh ini
pemerintah dan masyarakat cenderung land orientated dalam melaksanakan
proses pembangunan.
Garis pantai yang dimiliki negara ini sekitar 81.000 km dari luas wilayahnya
sendiri yang sekitar 7.700 km2, telah dimanfaatkan sebagai kawasan industri perikanan,
wisata bahari, penambangan, dan lain sebagainya. Namun masih sangat jauh harapan
yang dapat dicapai, karena semua usaha yang berkembang belum dapat mencerminkan
banyaknya potensi yang ada, bahkan cenderung kontradiktif antara kebutuhan dan
usaha, antara potensi dan pemanfaatan. Tidak perlu jauh-jauh membicarakan hal yang
kompleks sebagai salah satu komponen dari sistem dengan permasalahan yang
kompleks di kehidupan bernegara ini, hal kecil seperti perilaku yang berlandaskan etika
lingkungan pun tidak ada yang mengatur secara tegas sehingga menghasilkan korban
besar berupa sebuah kawasan lingkungan yang seolah membalas kelakuan-kelakuan
orang-orangnya diistilahkan sebagai orang yang dzalim.
Alangkah baiknya apabila kita tidak terlalu hobi dan asik berdiskusi mengenai isu
dan wacana yang ada sebagai jamuan di setiap sarapan pagi tanpa tahu, melihat, dan
merasakan langsung kondisi di lapangan. Setelah disinggung tentang besarnya potensi,
luasnya wilayah, dan panjangnya garis pantai di Indonesia, terdapat satu daerah yang
dapat ditelisik dan kita sentuh, Parean Giriang. Kabupaten Indramayu memiliki satu desa
yang cukup luas yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai utara Jawa Barat, yakni
Desa Parean Girang yang terdapat di Kecamatan Kandanghaur.
Desa Parean Girang merupakan daerah yang berada di lintasan jalur Pantura dan
merupakan kawasan pesisir, dengan kondisi lingkungannya yang lumayan
mengkhawatirkan dan perilaku warganya yang sangat perlu untuk dibenahi. Selain
dilintasi oleh jalur Pantura, desa ini juga dilintasi oleh sebuah aliran sungai yang
langsung bermuara ke laut. Pantainya memiliki topografi yang cukup landai dengan
substrat pasir berlumpur, di sepanjang garis pantai dihiasi oleh tumbuhan-tumbuhan
mangrove seperti bakau (rhizopora) dan api-api (avicennia). Selain itu, terdapat
hamparan sawah yang sangat luas di desa ini, bahkan luasnya lebih dari 50% wilayah
desa Parean Girang. Sebagian besar masyarakat mencari nafkah sebagai nelayan dan
petani, para pemuda sebagian besar meninggalkan desa selama tiga bulan untuk pergi
menjadi buruh nelayan di pantai-pantai Jakarta dan Jawa Barat, dan para pemudi dan
ibu-ibu menjadi buruh tani di desanya. Sedangkan anak-anak rata-rata berumur setara
siswa SD dan SMP, dengan tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi, dan jumlah
anak-anak di desa ini sangat banyak. Kebanyakan menyelesaikan sekolah sampai tingkat
SD dan SMP saja, hanya sedikit yang meneruskan ke jenjang SMA dan Sekolah Tinggi. Hal
ini dikarenakan masyarakat di desa Parean Girang lebih mementingkan ekonomi
ketimbang pendidikan.
Inilah yang menyebabkan kurang berkembangnya kreativitas warga Parean
Girang dalam mengelola lingkungannya. Perilaku-perilaku yang tidak mementingkan
kesehatan dan kebersihan pun terlihat di kehidupan sehari-hari, seperti tidak
mempedulikan pengelolaan sampah, membuang sampah di sungai, berenang di sungai
yang kotor, dan lain semacamnya. Selain itu, dari kondisi seperti adanya sekarang,
potensi yang semestinya dapat digali oleh masyarakat malah dibiarkan bahkan dirusak.
Seperti sungai yang setiap hari masyarakat lihat, merupakan salah satu potensi yang
dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan. Namun perilaku membuang sampah dan
limbah rumah tangga di sungai menjadikan sungai, muara, dan pantai Parean Girang
menjadi “mandul”.
Semua kondisi umum di desa ini mencerminkan sangat dibutuhkannya
pengelolaan tata ruang sebagai bentuk usaha perbaikan kondisi lingkungan dan usaha
untuk mengoptimalkan kawasan dengan potensi-potensi yang ada. Sawah, hutan
mangrove, muara, rawa payau, sungai, dan potensi lain di desa ini dapat dikaji lebih
dalam dan dibuat sebuah perencanaan tata ruang, sebelum lingkungan di desa Parean
Girang ini benar-benar rusak dan tidak dapat diharapkan lagi.