17
199 DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI BPM BD. Hj. PONIRAH, S.ST.Keb SERANG TAHUN 2017 Nuria Fitri Adista, Gina Lugina Akademi Kebidanan `Aisyiyah Banten [email protected] ABSTRAK Latar Belakang : Di negara ASEAN rata-rata penggunaan kontrasepsi dari 2005-2012 tertinggi adalah thailand yaitu 80%, kemudian kamboja 79%, diindonesia penggunaan alat kontrasepsi masih dibawah thailand dan kamboja yaitu hanya 61% (Kemenkes, 2013). Pada tahun 2013, cakupan KB aktif di indonesia sebesar 75,88%. Berdasarkan provinsi, cakupan KB aktif tertinggi adalah provinsi bengkulu sebesar 87,705 dan terendah yaitu provinsi papua sebesar 67,15%. Provinsi banten adalah termasuk pada 3 provinsi terendah berdasarkan cakupan KB aktif yaitu hanya sebesar 69,92% (kemenkes, 2014). Metode Penelitian : Desain Penelitian ini menggunakan desain Case Control . Populasi yang akan diambil pada penelitian ini adalah seluruh akseptor KB di BPM. Bd. Hj. Ponirah S.ST.Keb dari bulan Januari-Juni 2017 dengan jumlah 200 orang, Dimana dalam pengambilan sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik Case Control dengan perbandingan 1:2, yaitu kasus sebanyak 22 pengguna akseptorer KB IUD dan kontrol 44 pengguna akseptor KB selain IUD. Hasil Penelitian : Analisis univariat menunjukkan responden yang menggunakan kontrasepsi IUD (25,8%). tidak menggunakan kontrasepsi IUD (87,9%), berusia < 20 tahun (92,4%). Adapun analisi bivariat dengan uji chi square terdapat hubungan bermakna antara usia OR (14,800). Pendidikan OR (16,071) dan Pekerjaan (16,176) dan tidak terdapat hubungan bermakna antara paritas Saran Agar lebih memberikan pengetahuan terhadap masyarakat dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD ini agar masyarakat lebih mengetahui apa keuntungan dan kerugian yang akan di dapatkan, dan memberikan penegetahuan lebih kepada masyarakat yang pendidikannya rendah dan usia masyarakat < 20 tahun. maka mereka bisa mendapatkan

DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

199

DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN

ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB

DI BPM BD. Hj. PONIRAH, S.ST.Keb SERANG TAHUN 2017

Nuria Fitri Adista, Gina Lugina

Akademi Kebidanan `Aisyiyah Banten

[email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang : Di negara ASEAN rata-rata penggunaan kontrasepsi dari 2005-2012

tertinggi adalah thailand yaitu 80%, kemudian kamboja 79%, diindonesia penggunaan alat

kontrasepsi masih dibawah thailand dan kamboja yaitu hanya 61% (Kemenkes, 2013). Pada

tahun 2013, cakupan KB aktif di indonesia sebesar 75,88%. Berdasarkan provinsi, cakupan

KB aktif tertinggi adalah provinsi bengkulu sebesar 87,705 dan terendah yaitu provinsi papua

sebesar 67,15%. Provinsi banten adalah termasuk pada 3 provinsi terendah berdasarkan

cakupan KB aktif yaitu hanya sebesar 69,92% (kemenkes, 2014).

Metode Penelitian : Desain Penelitian ini menggunakan desain Case Control . Populasi yang

akan diambil pada penelitian ini adalah seluruh akseptor KB di BPM. Bd. Hj. Ponirah

S.ST.Keb dari bulan Januari-Juni 2017 dengan jumlah 200 orang, Dimana dalam

pengambilan sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik Case Control dengan

perbandingan 1:2, yaitu kasus sebanyak 22 pengguna akseptorer KB IUD dan kontrol 44

pengguna akseptor KB selain IUD.

Hasil Penelitian : Analisis univariat menunjukkan responden yang menggunakan

kontrasepsi IUD (25,8%). tidak menggunakan kontrasepsi IUD (87,9%), berusia < 20 tahun

(92,4%). Adapun analisi bivariat dengan uji chi square terdapat hubungan bermakna antara

usia OR (14,800). Pendidikan OR (16,071) dan Pekerjaan (16,176) dan tidak terdapat

hubungan bermakna antara paritas

Saran Agar lebih memberikan pengetahuan terhadap masyarakat dalam pemilihan alat

kontrasepsi IUD ini agar masyarakat lebih mengetahui apa keuntungan dan kerugian yang

akan di dapatkan, dan memberikan penegetahuan lebih kepada masyarakat yang

pendidikannya rendah dan usia masyarakat < 20 tahun. maka mereka bisa mendapatkan

Page 2: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

200

penjelasan dan pengetahuan yang baik. Sehingga masyarakat dapat menentukan atau memilih

alat kontrsasepsi IUD atau kontrasepsi secara tepat.

Kata Kunci : Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Paritas, Pemilihan Kontrasepsi IUD

Kepustakaan : 16 (2005 – 2017), Buku :15, Jurnal : 1,

PENDAHULUAN

Penggunaan kontrasepsi berkaitan

dengan kesehatan reproduksi dimana

komponen kesehatan reproduksi

merupakan bagian dari kesehatan ibu.

Program KB berperan besar untuk

mencapai pengurangan kematian ibu

melalui perencanaan keluarga dengan

mengatur kehamilan yang aman, sehat dan

diinginkan. Kehamilan yang tidak ideal

(terlalu banyak, terlalu muda, terlalu tua,

terlalu dekat jarak kelahiran) akan sangat

membahayakan bagi kesehatan ibu

(Kemenkes, 2013).

Dalam islam, KB termasuk kedalam

aghayyuru al-ahkami bitaghayyuri al-

azminati wa-al-amkinati (hukum-hukum

yang bisa berubah sesuai dengan perubahan

zaman, tempat dan keadaan) (Nurmila,

2011).

Firman ALLAH dalam surah an-nisa‟

(4):9 menyebutkan bahwa: “ dan hendaklah

takut kepada allah orang-orang yang

seandainya meninggalkan dibelakang

mereka anak-anak yang lemah, yang

mereka hawatir terhadap (kesejahtraan)

mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka

bertakwa kepada allah dan hendaklah

mereka mengucapkan perkataan yang

benar.” Dalam ayat tersebut orang tua

diperintahkan untuk melahirkan dan

mendidik anak dengan baik sehingga

menciptakan generasi yang berkualitas

dalam memimpin bangsa (Nurmila, 2011).

Melihat kemampuan indonesia dalam

mempersiapkan generasi yang berkualitas

sangat terbatas, maka indonesia harus fokus

dalammempersiapkan generasi kecil tapi

berkualitas baik. Langkah yang dapat

dilakukan salah satunya adalah dengan

penerapan Keluarga Berencana (KB)

(Sudaryanto dkk, 2014).

Di negara ASEAN rata-rata

penggunaan kontrasepsi dari 2005-2012

tertinggi adalah thailand yaitu 80%,

kemudian kamboja 79%, diindonesia

penggunaan alat kontrasepsi masih dibawah

thailand dan kamboja yaitu hanya 61%

(Kemenkes, 2013). Pada tahun 2013,

cakupan KB aktif di indonesia sebesar

75,88%. Berdasarkan provinsi, cakupan KB

aktif tertinggi adalah provinsi bengkulu

sebesar 87,705 dan terendah yaitu provinsi

papua sebesar 67,15%. Provinsi banten

adalah termasuk pada 3 provinsi terendah

Page 3: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

201

berdasarkan cakupan KB aktif yaitu hanya

sebesar 69,92% (kemenkes, 2014).

Salah satu strategi dari pelaksanaan

program KB sendiri seperti tercantum

dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) tahun 2004-2009 adalah

meningkatnya penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti

IUD (Intra Uterine Device), implant

(susuk) dan sterilisasi. IUD merupakan

salah satu jenis alat kontrasepsi non

hormonal dan termasuk alat kontrasepsi

jangka panjang yang ideal dalam upaya

menjarangkan kehamilan. Keuntungan

pemakaian IUD yakni hanya memerlukan

satu kali pemasangan untuk jangka waktu

yang lama dengan biaya yang relatif murah,

aman karena tidak mempunyai pengaruh

sistemik yang beredar ke seluruh tubuh,

tidak mempengaruhi produksi ASI dan

kesuburan cepat kembali setelah IUD

dilepas.

Namun angka tersebut terus menurun,

Pada 1994 hanya 10% pemakai IUD, pada

1997 turun lagi menjadi 8%, dan pada 2002

jadi 6%, serta turun lagi jadi 5% pada 2007

dan pada data 2012, pemakai kontrasepsi

IUD tinggal 4% saja.

Sementara dari hasil pendataan

keluarga tahun 2013 di Provinsi Banten

menurut BKKBN, dari 2.023.789 Pasangan

Usia Subur (PUS), yang bukan merupakan

peserta KB sejumlah 626.928 dan unmeet

need (ingin anak ditunda dan tidak ingin

anak lagi) sebanyak 404.561. Dari data ini,

jika digambarkan dalam peta PUS akan

menajamkan sasaran pembinaan kesertaan

ber – KB –nya. “Sehingga PUS yang bukan

peserta KB atau Unmeet Need dapat

didekatkan ke tempat pelayanan sehingga

tertarik untuk ikut program KB”, (BKKBN

Provinsi Banten 2014).

Gubernur Banten, H. Rano Karno

menyampaikan harapannya akan banyak

bermunculan kampung-kampung KB di

Banten untuk memberikan kemudahan

akses informasi dan pelayanan program

Kependudukan Keluarga Berencana dan

Pembangunan Keluarga (KKBPK) dan

dengan terlaksananya kampung-kampung

KB di seluruh wilayah Banten akan

terwujud pula keluarga kecil bahagia dan

sejahtera. Oleh karena itu, beliau berpesan

kepada masyarakat dan pejabat jangan

segan-segan untuk selalu mensosialisasikan

“2 Anak Cukup”. Rano mengajak

masyarakat Banten untuk menjadikan

“Pencanangan Kampung KB” ini sebagai

momentum untuk memperkuat rasa

kebersamaan antar warga masyarakat dan

berperan aktif di berbagai kegiatan dalam

rangka membangun kampungnya/

daerahnya untuk terwujudnya keluarga

kecil bahagia dan sejahtera demi kejayaan

Indonesia yang kita cintai.

Dalam acara pencanangan Kampung

KB ini, dilaksanakan pula kegiatan

pelayanan KB bagi masyarakat sekitar

Page 4: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

202

khususnya untuk pelayanan KB MKJP

yaitu IUD dan Implant, selama pelayanan

tersebut diperoleh 19 akseptor IUD dan 73

akseptor Implant (BKKBN Provinsi Banten

2014).

(http://banten.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx

?BeritaID=811.2017-08-14.11.12wib)

Berdasarkan data di Provinsi Banten

dalam Profil Kesehatan Indonesia Tahun

2014, kontrasepsi IUD tidak menduduki

pemakaian terbanyak, presentase KB aktif

yaitu suntikan (52.69%), pil (22.8%),

implant (10.14%), IUD (8.65%), kondom

(2.78%), MOW (1.93%) dan MOP

(1.01%). Sedangkan untuk peserta KB baru

terbanyak menggunakan kontrasepsi

suntikan (48,17%), pil (27.09%), implant

(11.95%), kondom (6.46%), IUD (5.62%),

MOW (0.63%) dan yang terakhir MOP

(0.07%) (Kemenkes, 2015). Upaya untuk

meningkatkan kepesertaan KB Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) salah

satunya IUD, bagi Pasangan Usia Subur

(PUS) di semua tahapan keluarga didukung

dengan kebijakan dan strategi nasional

pembangunan oleh BKKBN tahun 2015-

2019 yang meliputi program peningkatan

KB MKJP dengan penguatan peran tenaga

ini lapangan dan penggerakan pelayanan

KB dan advokasi KIE termasuk advokasi

KIE program Kependudukan, Keluarga

Berencana dan Pembangunan Keluarga

(KKBPK) termasuk advokasi KIE KB

MJKP di lini bawah (Rahayu, 2015). Selain

itu terdapat kebijakan lain tentang

kontrasepsi IUD dalam upaya

meningkatkan pengguna IUD, diantaranya

IUD gratis untuk seluruh PUS di seluruh

Provinsi di Indonesia yang telah dilakukan

sejak tahun 2004, stok IUD CUT T 380 A

cukup tersedia, tersedianya anggaran untuk

IUD, tersedia dana pelatihan medis teknis

bagi provider dan telah dikembangkan

rezise inserter untuk IUD pada program

pemasangan IUD pasca persalinan

(BKKBN, 2011). BKKBN terus

mendorong kampanye IUD semaksimal

mungkin dan telah memberikan hasil atas

kampanye yang telah dilakukan (Anna,

2011).

Sedangkan di Kabupaten Serang

didapatkan data sebagai berikut: Dari 7.380

jiwa hanya 4,6% yang menggunakan

kontrasepsi IUD, implant 6,85%, suntik

59,0 %, pil 24,2% dan kondom 2,6%. Dan

di BPM Bd. Hj. Ponirah S.ST.Keb didapat

data bahwa yang menggunakan kb IUD

dari 200 akseptor kb hanya 20% akseptor

kb yang menggunakan IUD dan sisanya

adalah memilih akseptor kb lain seperti

suntik 40%, pil 40%.

IUD atau Alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR) adalah satu alat kontrasepsi

modern yang telah dirancang sedemikian

rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa

aktif fungsi kontrasepsinya), bentuknya

bermacam- macam. IUD adalah alat

kontrasepsi yang efektiftasnya sangat

Page 5: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

203

tinggi, yaitu 0,6-0,8 kehamilan/100

perempuan dalam 1 tahun pertama

pemakaian, 1 kegagalan dalam 125-170

kehamilan (Hidayati, 2011). Dimana dalam

judul yang peneliti ambil diperoleh faktor-

faktor yang mempengaruhi dan

berhubungan dengan penggunaan alat

kontrasepsi IUD, diantaranya adalah umur,

pendidikan, paritas dan pekerjaan.

Alasan peneliti memilih variabel

umur pada dasarnya umur sangat

berpengaruh terhadap pengetahuan

mengenai aspek reproduksi manusia

terutama dalam mengatur jumlah anak yang

dilahirkan. Karena diwilayah kerja Bpm

Bd. Ponirah yang menikah dibawah umur

20 tahun (45%) dan rata-rata sudah

mempunyai keturunan pada usia 19 tahun

dalam anjuran kesehatan reproduksi pada

umur < 20 tahun harus menunda kehamilan

karena kondisi rahim yang belum matang

untuk dibuahi/pembuahan. Sedangkan

pendidikan di wilayah kerja Bpm. Bd.

Ponirah rata-rata berpendidikan SD- SMP

(70,2%) dan masyarakat ditempat tersebut

kebanyakan menggunakan Kontrasepsi

Suntik 3 Bulan setelah melahirkan, karena

masyarakat berfikir menggunakan IUD

beresiko dan takut gagal, akibat banyaknya

isue yang beredar dalam pemakaian IUD

yang gagal. Masyarakat yang

berpendidikan<SMP kurang menyerap

pengetahuan atau berita yang baik dan

benar, mereka lebih banyak menyerap

berita yang negatif dari pada yang positif.

Sedangkan yang berpendidikan ≥ SMA

mereka akan lebih menyaring berita atau

pemberitahuan yang baik dibanding yang

buruk atau masih belum tentu

kebenarannya. Maka masih sedikit dari

masyarakat disini yang menggunakan

Kontrasepsi IUD. Diwilayah kerja Bpm Bd.

Ponirah dari segi paritas kebanyakan

masyarakat disini memiliki riwayat paritas

Multipara tetapi mereka tidak mau

menggunakan Kontrasepsi IUD alasannya

takut, padahal jika dilihat dari paritas

mereka sudah memiliki anak ≥ 2 anak

(multipara). Terbalik dengan yang memiliki

riwayat Primipara, mereka malah lebih

memilih alat kontrasepsi IUD karna mereka

berfikir untuk menunda dengan jangka

waktu yang cukup lama dan mereka

mengetahui bahwa IUD tidak berbahaya

selama pemasangannya sesuai dengan

prosedur.

Dari data-data diatas ternyata

Akseptor KB IUD masih sedikit

dibandingkan dengan Akseptor KB lainnya.

Maka dari hasil tersebut penulis ingin

mengetahui “Determinan Yang

Berhubungan Dengan Pemilihan Alat

Kontrasepsi IUD Pada Akseptor KB di

Bpm. Bd. Hj. Ponirah S.ST.Keb Serang

Tahun 2017”. Karena peneliti melihat data

penggunaan akseptor IUD pada Tahun

2016 di BP. Bd. Hj. Ponirah masih sangat

sedikit, yaitu hanya 8 (12,1%) responden

Page 6: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

204

yang menggunakan IUD dibandingkan

dengan yang tidak menggunakan IUD pada

Tahun 2016 sebanyak 58 (87,9%)

responden. Adapun tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui Determinan

pemilihan alat kontasepsi IUD pada

Akseptor KB di BPM. Bd. Hj. Ponirah

S.ST.Keb.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian ini menggunakan

desain Case Control yaitu suatu penelitian

(survey) analitik yang menyangkut

bagaimana faktor resiko yang dipelajari

dengan menggunakan pendekatan

retrospektive. Subyek dipilih out come

tertentu, lalu dilihat kebelakang (back

ward) tentang status paparan penelitian

yang dialami subyek, dimana desain ini

bergerak dari akibat penyakit ke sebab atau

melihat kebelakang tentang riwayat status

paparan penelitian yang dialami subyek

(Murti 1997). Sumber data berasal dari data

sekunder berupa buku laporan hasil

akseptor KB di BPM Bd. Hj. Ponirah.

Dengan ini peneliti mencari data dengan

cara pengambilan data sekunder atau data

yang telah ada dan diolah kembali oleh

peneliti. Populasi yang akan diambil pada

penelitian ini adalah seluruh akseptor KB di

BPM. Bd. Hj. Ponirah S.ST.Keb dari bulan

Januari-Juni 2017 dengan jumlah 200

orang,

Dimana dalam pengambilan sampel

penelitian ini digunakan cara atau teknik

Case Control dengan perbandingan 1:2,

yaitu kasus sebanyak 22 pengguna

akseptorer kb IUD dan kontrol 44

pengguna akseptor KB selain IUD.

Kasus : total dari kasus pemilihan alat

kontrasepsi IUD (22 responden )

Kontrol : secara random dari total jumlah

akseptor kb selain IUD (44

responden)

Teknik pengumpulan sampel yang

digunakan adalah dengan menggunakan

teknik random sampling.

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Pemilihan Alat

Kontrasepsi IUD Pada Akseptor KB di

BPM. Bd. Hj. Ponirah. S.St.Keb

Tahun 2017

Penggunaan

Kontrasepsi

Frekuensi %

Non IUD 44 66,7%

IUD 22 33,3%

Jumlah 66 100%

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan

bahwa sebagian kecil responden

menggunakan kontrasepsi IUD (33,3%) di

Bpm Bd. Hj. Ponirah. S.ST.Keb Tahun

2017

Page 7: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

205

Tabel 4.2

Distribusi Usia responden di Bpm. Bd.

Hj. Ponirah. S.ST.Keb. Tahun 2017.

Usia Frekuensi %

< 20 tahun 38 57,6%

≥ 20 tahun 28 42,4%

Jumlah 66 100%

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan

bahwa sebagian besar responden berusia <

20 tahun (57,6%) di Bpm Bd. Hj. Ponirah.

S.ST.Keb Tahun 2017

Tabel 4.3

Distribusi Pendidikan responden di

BPM. Bd. Hj. Ponirah. S.ST.Keb.

Tahun 2017.

Pendidikan Frekuensi %

< SMP 44 66,7%

≥ SMA 22 33,3%

Jumlah 66 100%

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan

bahwa sebagian besar responden

berpendidikan < SMP (66,7%) di Bpm Bd.

Hj. Ponirah. S.ST.Keb Tahun 2017

Tabel 4.4

Distribusi Paritas responden di Bpm.

Bd. Hj. Ponirah. S.ST.Keb. Tahun 2017.

Paritas Frekuensi %

Primipara 43 65,2%

Multipara 23 34,8%

Jumlah 66 100%

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan

bahwa lebih dari setengahnya responden

dengan paritas primipara (65,2%) di Bpm

Bd. Hj. Ponirah. S.ST.Keb Tahun 2017

Tabel 4.5

Distribusi Pekerjaan responden di Bpm.

Bd. Hj. Ponirah. S.ST.Keb. Tahun 2017.

Pekerjaan Frekuensi %

Tidak Bekerja 44 66,7%

Bekerja 22 33,3%

Jumlah 66 100%

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan

bahwa sebagian besar responden tidak

bekerja (66,7%) di Bpm Bd. Hj. Ponirah.

S.ST.Keb Tahun 2017

1. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui determinan faktor pemilihan

alat kontrasepsi iud melihat dari hubungan

antara variabel dependen yaitu pemilihan

alat kontrasepsi iud dengan variabel

independen yaitu Usia, pendidikan dan

pekerjaan yang diduga memiliki hubungan

atau korelasi. Uji statistik yang digunakan

adalah uji Chi Square, dengan tingkat

kepercayaan 95% pada α ≤ 0,05 bila p < α

maka H0 ditolak dan apabila p > α berarti

H0 gagal ditolak. Analisis bivariat ini

disajikan sebagai berikut.

Page 8: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

206

Tabel 4.6

Hubungan Antara Usia Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB

di BPM. Bd. Hj. Ponirah. S.ST.Keb. Tahun 2017.

Usia

Alat kontrasepsi

Total % p.value Or Non

IUD % IUD %

< 20 Tahun 31 70,5% 7 31,8% 38 57,6%

0,006 5,110 ≥ 20 Tahun 13 29,5% 15 68,2% 28 42,4%

Jumlah 44 100% 22 100% 66 100%

Pada tabel 4.6 menunjukan bahwa

akseptor dengan usia < 20 Tahun lebih

tinggi pada kelompok Non IUD (70,5%)

dibanding IUD (31,8%) sementara akseptor

dengan usia ≥ 20 Tahun lebih banyak pada

kelompok IUD (68,2%) dibanding

kelompok Non IUD (29,5%).

Hasil uji chi square diperoleh nilai p

sebesar 0,006 (ρ<α) yang berarti secara

statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara usia dengan pemilihan alat

kontrasepsi IUD.

Hasil uji statistik juga didapatkan

nilai OR sebesar 5,110 artinya responden

dengan umur < 20 Tahun memiliki peluang

5 kali untuk menggunakan alat kontarasepsi

IUD dibanding dengan responden yang

berusia ≥ 20 Tahun.

Tabel 4.7

Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB

di Bpm. Bd. Hj. Ponirah. S.ST.Keb. Tahun 2017

Pendidikan

Alat kontrasepsi

Tota l % p.valu e OR Non

IUD % IUD %

< SMP 35 79,5 % 9 40,9% 44 66,7%

0,004 6,000 ≥ SMA 9 20,5% 13 59,1% 22 33,3%

Jumlah 44 100% 22 100% 66 100%

Pada tabel 4.7 menunjukan bahwa

akseptor dengan pendidikan rendah lebih

tinggi pada kelompok Non IUD (79,5%)

dibanding IUD (40,9%) sementara akseptor

dengan pendidikan tinggi lebih banyak

pada kelompok IUD (59,1%) dibanding

kelompok Non IUD (20,5%).

Hasil uji chi square diperoleh nilai p

sebesar 0,004 (ρ<α) yang berarti secara

statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara pendidikan dengan prilaku

penggunaan alat kontrasepsi IUD.

Hasil uji statistik juga didapatkan

nilai OR sebesar 6,000 artinya responden

dengan pendidikan rendah (< SMP)

memiliki peluang 6 kali untuk

menggunakan alat kontarasepsi IUD

dibanding dengan responden yang

pendidikan tinggi (> SMP).

Page 9: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

207

Tabel 4.8

Hubungan Antara Paritas Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB

di BPM. Bd. Hj. Ponirah. S.ST.Keb. Tahun 2017

Paritas Alat kontrasepsi

Total % p.value Non IUD % IUD %

Primipara 32 72,7% 11 76,3% 43 74,2%

0,121 Multipara 12 27,3% 11 23,7% 23 25,8%

Jumlah 44 100% 22 100% 66 100%

Pada tabel 4.8 menunjukan bahwa

akseptor dengan paritas primipara lebih

tinggi pada kelompok Non IUD (72,7%)

dibanding IUD (50,0%) sementara akseptor

dengan paritas multipara lebih banyak pada

kelompok IUD (50,0%) dibanding

kelompok Non IUD (27,3%).

Hasil uji chi square diperoleh nilai p

sebesar 0,121 (ρ<α) yang berarti secara

statistik tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara paritas dengan prilaku

penggunaan alat kontrasepsi IUD.

Tabel 4.9

Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB

di BPM. Bd. Hj. Ponirah. S.ST.Keb. Tahun 2017.

Pekerjaan

Total % p.value OR Non IUD % IUD %

Tidak Bekerja 36 81,8 % 8 36,4 % 44 66,7%

0,001 8,000 Bekerja 8 18,2% 14 63,6 % 22 33,3%

Jumlah 44 100% 22 100 % 66 100%

Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa

akseptor dengan pekerjaan yang tidak

bekerja lebih tinggi pada kelompok Non

IUD (81,8%) dibanding IUD (36,4%)

sementara akseptor dengan pekerjaan yang

bekerja lebih banyak pada kelompok IUD

(63,6%) dibanding kelompok Non IUD

(18,2%).

Hasil uji chi square diperoleh nilai p

sebesar 0,001 (ρ<α) yang berarti secara

statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara pekerjaan dengan prilaku

penggunaan alat kontrasepsi IUD.

Hasil uji statistik juga didapatkan

nilai OR sebesar 8,000 artinya responden

yang tidak bekerja memiliki peluang 8 kali

untuk menggunakan alat kontarasepsi IUD

dibanding dengan responden yang bekerja.

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang

hasil penelitian secara khusus tentang

“Determinan Yang Berhubungan Dengan

Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Pada

Akseptor KB di Bpm Bd. Ponirah

.S.ST.Keb. Serang Tahun 2017”.

Page 10: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

208

2. Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Pada

Akseptor KB

Dari hasil penelitian yang dilakukan

bahwa sebagian kecil responden yang

menggunakan kontrasepsi IUD (33,3%). Di

bandingkan dengan yang tidak

menggunakan kontrasepsi IUD, di Bpm.

Bd. Hj. Ponirah. S.ST.Keb Tahun 2017.

Alasan kebanyakan responden tidak

memilih alat kontrasepsi IUD adalah takut

akan pemasangannya dan belum

mengetahui manfaatnya menggunakan

IUD.

IUD (Intras Uterin Devices) atau

nama lain adalah AKDR (Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim) disebut juga spiral, alat ini

dipasang dalam rahim wanita. IUD atau

AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang

efektif, aman, dan nyaman bagi banyak

wanita. Alat ini merupakan metode

kontrasepsi reversibel yang paling sering

digunakan diseluruh dunia dengan pemakai

saat ini mencapai sekitar 100 juta wanita.

AKDR memiliki efektifitas lebih dari 99%

dalam mencegah kehamilan pada

pemakaian 1 tahun atau lebih. (Anna,

2010).

3. Usia

Faktor umur sangat berpengaruh pada

aspek reproduksi manusia terutama dalam

pengaturan jumlah anak yang dilahirkan

yang akan berhubungan dengan pola

kesehatan ibu, dimana untuk Pasangan Usia

Subur yang berumur dibawah 20 tahun

dianjurkan menunda kehamilan dengan

menggunakan pil KB, suntik, susuk,

kondom atau intravag. Pasangan Usia

Subur yang berumur diatas 35 tahun atau

pada fase mengakhiri kesuburan.

Dianjurkan menggunakan Kontrasepsi

Mantap, IUD/AKDR, susuk/AKBK.

(Wiknjosastro, 2010).

Hasil analisis hubungan antara usia

dengan penggunaan IUD diperoleh bahwa

ada sebanyak 38 (57,6%) responden yang

berusia < 20 tahun. Sedangkan responden

yang berusia ≥ 20 tahun ada 28 (42,4%)

yang menggunakan IUD. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p= 0,006 maka dapat

disimpulkan ada perbedaan antara

responden yang berusia < 20 tahun dengan

responden ≥ 20 tahun yang menggunakan

IUD (ada hubungan yang signifikan antara

usia dengan prilaku penggunaan alat

kontrasepsi IUD). Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR= 5,110, artinya

responden yang berusia < 20 tahun

mempunyai peluang 5 kali untuk

menggunakan alat kontarasepsi IUD

dibanding responden yang berusia ≥ 20

tahun.

Masyarakat dengan tingkat usia yang

belum lebih dari 20 tahun cendrung lebih

memilih alat kontrasepsi yang lain selain

IUD, selain umur berpengaruh dalam

kematangan kondisi rahim maka dari

tingkat emosional pun sangat berpengaruh.

Page 11: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

209

Dari berbagai pengalaman

menunjukkan bahwa ada kecendrungan ibu

yang berusia kurang dari 20 tahun

kematangan emosionalnya masih labil.

Kehamilan di usia diatas 20 tahun bila

ditinjau dari segi emosi, masa ini

merupakan usia ideal untuk mempunyai

anak, pada usia ini biasanya calon ibu

sudah mempunyai rencana tentang

kehamilan maupun bayi yang akan

dilahirkan dibandingkan ibu yang berusia

muda (Manuaba, 2010).

Dari hasil penelitian terdahulu

didapatkan hasil penelitian terhadap 96

sampel, sebagian besar responden berusia

dewasa muda (>20 tahun) dalam pemilihan

kontra-sepsi yaitu 77 orang (Tabel 1).

Responden berusia di atas 20 tahun lebih

memilih AKDR karena secara fisik

kesehatan repro-duksi sudah lebih matang

dan merupakan tolak ukur tingkat

kedewasaan seseorang. Makin

bertambahnya usia seseorang dika- takan

makin dewasa dalam pikiran dan tingkah

laku. Usia di atas 20 tahun meru-pakan

masa menjarangkan dan mencegah

kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi

lebih ditujukan pada kontrasepsi jangka

panjang. Responden berusia kurang dari 20

tahun lebih memilih non AKDR karena

usia tersebut merupakan masa menunda

kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi

selain dari AKDR yaitu pil, suntikan,

implan, dan kontrasepsi sederhana. Hasil

uji chi-square dengan nilai P < 𝛂𝛂 (0,05)

menunjukkan terdapatnya hubungan usia

dan pemilihan AKDR bagi akseptor KB di

Puskesmas Jailolo. Usia dewasa muda

1,878 kali lebih berpeluang memilih AKDR

dari pada usia muda (Tabel 8). 8 Jurnal e-

NERS (eNS), Volume 1, Nomor 1, Maret

2013, hlm. 1- 10.

4. Pendidikan

Faktor pendidikan sebagai salah satu

faktor didalam model Anderson dan green

(2012) yang berhubungan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan,

pendidikan formal seseorang akan

mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi

IUD pada akseptor KB. Menurut

Notoatmodjo (2011) pendidikan

diklasifikasikan menjadi:

a. Tinggi ≥ SMA – PT

b. Rendah < SMP

Pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi (Nursallam, 2010).

Hasil analisis hubungan antara pendidikan

dengan penggunaan IUD diperoleh bahwa

ada sebanyak 44 (66,7%) responden yang

pendidikan < SMP. Sedangkan responden

yang pendidikan ≥ SMA ada 22 (33,3%)

yang menggunakan IUD. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p= 0,004 maka dapat

disimpulkan ada perbedaan antara

responden yang berpendidikan < SMP

dengan responden ≥ SMA yang

Page 12: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

209

Dari berbagai pengalaman

menunjukkan bahwa ada kecendrungan ibu

yang berusia kurang dari 20 tahun

kematangan emosionalnya masih labil.

Kehamilan di usia diatas 20 tahun bila

ditinjau dari segi emosi, masa ini

merupakan usia ideal untuk mempunyai

anak, pada usia ini biasanya calon ibu

sudah mempunyai rencana tentang

kehamilan maupun bayi yang akan

dilahirkan dibandingkan ibu yang berusia

muda (Manuaba, 2010).

Dari hasil penelitian terdahulu

didapatkan hasil penelitian terhadap 96

sampel, sebagian besar responden berusia

dewasa muda (>20 tahun) dalam pemilihan

kontra-sepsi yaitu 77 orang (Tabel 1).

Responden berusia di atas 20 tahun lebih

memilih AKDR karena secara fisik

kesehatan repro-duksi sudah lebih matang

dan merupakan tolak ukur tingkat

kedewasaan seseorang. Makin

bertambahnya usia seseorang dika- takan

makin dewasa dalam pikiran dan tingkah

laku. Usia di atas 20 tahun meru-pakan

masa menjarangkan dan mencegah

kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi

lebih ditujukan pada kontrasepsi jangka

panjang. Responden berusia kurang dari 20

tahun lebih memilih non AKDR karena

usia tersebut merupakan masa menunda

kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi

selain dari AKDR yaitu pil, suntikan,

implan, dan kontrasepsi sederhana. Hasil

uji chi-square dengan nilai P < 𝛂𝛂 (0,05)

menunjukkan terdapatnya hubungan usia

dan pemilihan AKDR bagi akseptor KB di

Puskesmas Jailolo. Usia dewasa muda

1,878 kali lebih berpeluang memilih AKDR

dari pada usia muda (Tabel 8). 8 Jurnal e-

NERS (eNS), Volume 1, Nomor 1, Maret

2013, hlm. 1- 10.

4. Pendidikan

Faktor pendidikan sebagai salah satu

faktor didalam model Anderson dan green

(2012) yang berhubungan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan,

pendidikan formal seseorang akan

mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi

IUD pada akseptor KB. Menurut

Notoatmodjo (2011) pendidikan

diklasifikasikan menjadi:

a. Tinggi ≥ SMA – PT

b. Rendah < SMP

Pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi (Nursallam, 2010).

Hasil analisis hubungan antara pendidikan

dengan penggunaan IUD diperoleh bahwa

ada sebanyak 44 (66,7%) responden yang

pendidikan < SMP. Sedangkan responden

yang pendidikan ≥ SMA ada 22 (33,3%)

yang menggunakan IUD. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p= 0,004 maka dapat

disimpulkan ada perbedaan antara

responden yang berpendidikan < SMP

dengan responden ≥ SMA yang

Page 13: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

210

menggunakan IUD (ada hubungan yang

signifikan antara pendidikan dengan

prilaku penggunaan alat kontrasepsi IUD).

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=

6,000 artinya responden yang

berpendidikan < SMP mempunyai peluang

16 kali untuk menggunakan alat

kontarasepsi IUD dibanding responden

yang berpendidikan ≥ SMA.

Dari hasil penelitian terdahulu

didapatkan hasil penelitian memperlihatkan

res-ponden yang terbanyak berpendidikan

tinggi yaitu 72 orang (Tabel 1). Responden

dengan pendidikan tinggi terbanyak mem-

buktikan bahwa masyarakat pada umumnya

telah menyadari pendidikan merupakan hal

penting yang harus diikuti. Hasil uji chi-

square pendidikan res-ponden

mendapatkan nilai P <𝛂𝛂 (0,05), yang

menunjukkan bahwa terdapat hubung-an

antara pendidikan dan pemilihan AKDR

bagi akseptor KB (Tabel 9). Tingkat

pendidikan tidak saja mempengaruhi

kerelaan menggunakan KB tetapi juga

pemilihan suatu metode. Pada penelitian

ini responden dengan pendidikan tinggi

0,102 kali lebih berpeluang dalam memilih

AKDR dari pada pendidikan rendah.

Menurut Nursallam (2010) bahwa

makin tinggi pendidikan seseorang, maka

makin mudah menerima informasi sehingga

makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki.

5. Paritas

Paritas menggambarkan banyaknya

anak yang pernah dilahirkan oleh seorang

ibu, disebut primipara apabila ibu memiliki

1 orang anak, disebut multipara apabila ibu

memiliki anak 2- 4 orang anak, disebut

grandemultipara apabila memiliki anak > 4

orang anak (Winkjosastro, 2010). Jumlah

anak dapat mempengaruhi tingkat

pengetahuan individu/seseorang tingkat

pengetahuan dipengaruhi oleh informasi,

budaya dan pengalaman melakukan

sesuatu.

Hasil analisis hubungan antara paritas

dengan penggunaan IUD diperoleh bahwa

ada sebanyak 43 (65,2%) responden yang

primipara. Sedangkan responden yang

multipara ada 23 (34,8%) yang

menggunakan IUD. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p= 0,121 maka dapat

disimpulkan tidak ada perbedaan antara

responden yang primipara dengan

multipara yang menggunakan IUD (tidak

ada hubungan yang signifikan antara

paritas dengan prilaku penggunaan alat

kontrasepsi IUD). Artinya responden yang

primipara dan multipara tidak memiliki

hunbungan yang signifikan antara paritas

dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD.

Wanita usia subur dianjurkan menggunakan

alat kontrasepsi untuk mencegah 4terlalu,

yaitu : terlalu banyak, seorang wanita

dengan jumlah anak lebih dari 4 orang akan

lebih sering mengalami kematian karena

Page 14: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

211

perdarahan setelah persalinan atau

penyebab yang lain (Hartanto, 2004). Dari

hasil penelitian terdahulu yang berjudul

“Determinan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Iud Di Desa Tanjungbaru Kabupaten

Bekasi Tahun 2014” oleh Retno Dumilah.

Didapatkan hasil Hubungan antara paritas

dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD.

Untuk variabel paritas, diketahui PUS

kelompok kasus memiliki peluang yang

sama antara primipara (50,0%) dan

multipara (50,0%) namun PUS kelompok

kontrol paling banyak multipara (62,4%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara

paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi

(p>0,05).

Pembahasan : Penelitian ini

mengungkapkan bahwa prosentase

kelompok kasus sama antara primipara dan

multipara tetapi kelompok kontrol

didominasi oleh multipara. Tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara paritas

dengan pemilihan alat kontrasepsi.

Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian oleh Permatasari yang

menunjukkan adanya hubungan secara

signifikan antara jumlah anak dengan

penggunaan IUD. Dalam penelitian

tersebut disebutkan bahwa akseptor IUD

yang memiliki jumlah anak <2 memiliki

risiko 1,874 kali lebih besar untuk berhenti

menggunakan metode tersebut daripada

akseptor IUD yang memiliki jumlah anak

≥2. Hasil penelitian ini searah dengan

penelitian oleh Maryatun yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara paritas dengan pemakaian metode

kontrasepsi. Hasil analisis bivariat antara

kedua variabel ini menunjukkan

kecenderungan bahwa sebagian responden

yang memakai metode kontrasepsi IUD

mempunyai paritas lebih dari 2. Ibu-ibu

yang memiliki anak kurang dari 2

menunjukkan pola kecenderungan

memakai metode kontrasepsi IUD yang

bertujuan untuk membatasi kelahiran.

6. Pekerjaan

Faktor pekerjaan juga mempengaruhi

pengetahuan. Seseorang yang bekerja

pengetahuannya akan lebih luas dari pada

seseorang yang tidak bekerja, karena

dengan bekerja seseorang akan banyak

mempunyai informasi (Khusniyah, 2011).

Ini berarti makin sesuai bakat dan

minat seseorang dengan pekerjaan, maka

makin tinggi pula tingkat kepuasan yang

diperoleh dari pekerjaannya beserta status

sosial ekonomi yang dicapai (Hurlock,

2011). Pembagian tingkat pekerjaan antara

lain:

a. Bekerja : PNS, Pegawai Swasta,

Wiraswasta

b. Tidak Bekerja : Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan adalah Salah satu yang

mempengaruhi seseorang memilih alat

Page 15: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

212

kontrasepsi IUD pun ialah pekerjaan

dimana pekerjaan adalah faktor penting

juga dalam membuat keputusan melakukan

pemasangan kontrasepsi IUD baik itu dari

segi ekonomi maupun wanita yang ingin

menunda kehamilan dengan alasan tidak

ingin mengganggu pekerjaanya atau

meninggalkan pekerjaannya.

Hasil analisis hubungan antara

pekerjaan dengan penggunaan IUD

diperoleh bahwa ada sebanyak 44 (66,7%)

responden yang tidak bekerja. Sedangkan

responden yang bekerja ada 22 (33,3%)

yang menggunakan IUD. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p= 0,001 maka dapat

disimpulkan ada perbedaan antara

responden yang tidak bekerja dengan

responden bekerja yang menggunakan IUD

(ada hubungan yang signifikan antara

pekerjaan dengan prilaku penggunaan alat

kontrasepsi IUD). Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR= 8,000 artinya

responden yang tidak bekerja mempunyai

peluang 8 kali untuk menggunakan alat

kontarasepsi IUD dibanding responden

yang bekerja.

Dari hasil penelitian terdahulu

diperoleh hasil sebagian besar responden

tidak bekerja, terbanyak ibu rumah tangga,

dengan aktivitas sehari-hari di rumah,

kebun dan berdagang (Tabel 1).

Berdasarkan hasil uji chi-square untuk

pekerjaan didapatkan nilai p= 0,013

dengan nilai P>𝛂𝛂 (0,05), nilai CI 95%,

dan OR 6,444 (Tabel 10). Dengan demikian

terdapat hubungan antara pekerjaan dan

pemilihan AKDR bagi akseptor KB. Hasil

penelitian ini sama dengan penelitian

Endang (2007) di RSU Pandan Arang,

Boyolali.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan

yang dilakukan mengenai “Determinan

Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat

Kontrasepsi IUD Pada Akseptor KB di

BPM. Bd. Hj. Ponirah. S.ST.Keb Serang

Tahun 2017” maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian kecil responden yang

menggunakan kontrasepsi IUD

(25,8%). Dibandingkan dengan yang

tidak menggunakan kontrasepsi IUD.

2. Kurang dari setengahnya responden

yang menggunakan kontrasepsi IUD

(12,1%). Di bandingkan dengan yang

tidak menggunakan kontrasepsi IUD

(87,9%), diwilayah kerja Bpm. Bd. Hj.

Ponirah. S.ST.Keb Tahun 2016.

3. Diteliti lebih dari setengahnya yang

menggunakan kontrasepsi suntuk 3

bulan (59,8%). Di bandingkan dengan

yang suntik 1 bulan (25,4%) dan

kontrasepsi pil (14,8%) diwilayah kerja

Bpm. Bd. Hj. Ponirah. S.ST.Keb Tahun

2017.

Page 16: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

213

4. lebih dari setengahnya responden yang

berusia < 20 tahun (92,4%). Dibanding

dengan yang berusia ≥ 20 tahun (7,6%).

5. lebih dari sedikit yang berpendidikan ≥

SMA (21,2%). Dibandingkan dengan

yang berpendidikan < SMP (78,8%).

6. lebih dari setengahnya berdasarkan

paritas multipara (57,6%). Dibanding

dengan paritas primipara (42,4%).

7. lebih dari sedikit yang bekerja (28,4%).

Dibandingkan dengan yang tidak

bekerja (71,6%).

8. Terdapat hubungan bermakna antara

usia dengan faktor pemilihan alat

kontrasepsi IUD di Bpm. Bd. Hj.

Ponirah. S.St.Keb tahun 2017. Selain

itu diperoleh nilai OR sebesar 14,800

artinya responden yang berusia ≥ 20

tahun mempunyai peluang 14,8 kali

untuk menggunakan alat kontarasepsi

IUD dibanding responden yang berusia

< 20 tahun.

9. Terdapat hubungan bermakna antara

pendidikan dengan faktor pemilihan

alat kontrasepsi IUD di Bpm. Bd. Hj.

Ponirah. S.St.Keb tahun 2017. Dari

hasil analisis diperoleh pula nilai OR=

16,071, artinya responden yang

berpendidikan < SMP mempunyai

peluang 16 kali untuk menggunakan

alat kontarasepsi IUD dibanding

responden yang berpendidikan ≥ SMA.

10. Tidak terdapat hubungan bermakna

antara paritas dengan faktor pemilihan

alat kontrasepsi IUD di Bpm. Bd. Hj.

Ponirah. S.St.Keb tahun 2017.

11. Terdapat hubungan bermakna antara

pekerjaan dengan faktor pemilihan alat

kontrasepsi iud di Bpm. Bd. Hj.

Ponirah. S.St.Keb tahun 2017. Dari

hasil analisis diperoleh pula nilai OR=

16,176, artinya responden yang tidak

bekerja mempunyai peluang 16 kali

untuk menggunakan alat kontarasepsi

IUD dibanding responden yang bekerja.

SARAN

Dari hasil penelitian diatas maka saran

yang ingin peneliti sampaikan yaitu,

diharapkan :

1. Teoritis

Dapat memperkuat teori dalam proses

pembelajaran dengan penggunakan

metode pembelajaran tutorial dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

(Dimyati,2009)

2. Tenaga Kesehatan BPM. Bd. Hj.

Ponirah

Agar lebih memberikan pengetahuan

terhadap masyarakat dalam pemilihan

alat kontrasepsi IUD ini agar masyarakat

lebih mengetahui apa keuntungan dan

kerugian yang akan di dapatkan, dan

memberikan penegetahuan lebih kepada

masyarakat yang pendidikannya rendah

dan usia masyarakat < 20 tahun. maka

mereka bisa mendapatkan penjelasan

dan pengetahuan yang baik. Sehingga

Page 17: DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN …

214

masyarakat dapat menentukan atau

memilih alat kontrsasepsi IUD atau

kontrasepsi secara tepat.

3. Masyarakat

Sebaiknnya masyarakat bisa aktif

menanyakan kepada bidan bagaimana

cara pemilihan alat kontrasepsi yang

cocok dan baik terutama dalam

pemilihan alat kontrasepsi IUD.

4. Penelitian Lain

Diharapkan peneliti lain dapat

mengembangkan penelitian ini dengan

memberikan intervensi berupa

penyuluhan kesehatan sehingga dapat

memberikan manfaat dan hasil yang

baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arum DN. S. Sujiyatini. Panduan Lengkap

Pelayanan KB Terkini. Jokjakarta:

Nuha Medika, 2011.

Alwi, Pendidikan, Bandung. 2003.

BKKBN. Kumpulan Data Program

Keluarga Berencana Nasional.

Jakarta, 2006.

BKKBN Provinsi Banten. Data seluruh

akseptor KB. Banten. 2014 Dinukil

Johnston. Desain penelitian. 2014

Depkes, 2011. Data Penduduk Sasaran

Program Pembangunan Kesehatan

Tahun 2007-2011. Jakarta: Depkes

RI.

(http://banten.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx

?BeritaID=811,2017-08-14. 11.12

wib).

8 Jurnal e-NERS (eNS), Volume 1, Nomor

1, Maret 2013, hlm. 1- 10

Kemenkes, Provinsi Banten dalam Profil

Kesehatan Indonesia Tahun 2014

Banten. 2015

lowdermilk, Paritas, yogyakarta, 2010.

Manuaba, Pengertian Usia, jakarta. 2010.

Maryani. Pengertian keluarga berencana.

2008

Notoatmodjo. Faktor-faktor yang

mempengaruhi KB. Yogyakarta. 2007

Notoatmodjo. Populasi dan sampel. Jakarta

.2012

Prawirahardjo Sarwono, Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kontrasepsi.

Jakarta 2013.

Permatasari, et al. Determinan penghentian

penggunaan IUD di Indonesia

(Determinants of IUD

Discontinuation in Indonesia). Jurnal

Pustaka Kesehatan, vol. 1 (no. 1),

September 2013

Seweng Arifin, dkk, 2013 Faktor Yang

Berhubungan Dengan Penggunaan

Metode Kontrasepsi Hormonal Pada

Akseptor Kb Di Kelurahan

Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo

Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.

Wiknjosastro. Kontasepsi mantap AKDR.

Jakarta. 2005