Upload
vokhue
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Nomor: RISALAHDPD/BAP-RDPU/I/2018
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-----------
RISALAH
RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN AKUNTABILITAS PUBLIK
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2017-2018
I. KETERANGAN
1. Hari : Rabu
2. Tanggal : 131 Januari 2018
3. Waktu : 13.15 WIB – 15.46 WIB
4. Tempat : R. Sidang 2B
5. Pimpinan Rapat :
1. Drs. H. Abdul Gafar Usman, MM (Ketua)
2. KH. Ahmad Sadeli Karim, LC (Wakil Ketua)
3. Novita Anakotta, SH., MH (Wakil Ketua)
6. Acara
: 1. Permasalahan Hak Pengelolaan Lahan di Kel. Way Dadi,
Way Dadi Baru, dan Korpri Jaya Kec. Sukarame, Kota
Bandar Lampung;
2. Sengketa lahan antara warga dengan PT. Pelindo II di
Kel. Pidada, Kec. Panjang, Kota Bandar Lampung;
3. Sengketa lahan antara warga dengan PT. KAI di Kel.
Sawah Brebes, Kota Bandar Lampung dan di Desa
Branti, Kab. Lampung Selatan.
7. Hadir : Orang
8. Tidak hadir : Orang
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 1
II. JALANNYA RAPAT:
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Sesuai dengan kesepakatan kita tadi menunda rapat 10 menit sambil menunggu dari
Menteri Keuangan sudah hadir, dari BUMN masih dalam perjalanan dan pada prinsipnya
dari yang kita harapkan hadir telah datang maka skorsing rapat saya cabut.
KETOK 1X
Dan dinyatakan Rapat Badan Akuntabilitas Publik Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia bersama Kementerian dan instansi terkait beserta pemerintah dan
masyarakat serta mewakili masyarakat dari Lampung dapat kita mulai. Dengan
mengucapakan bismillahirrahmanirrahim, dan berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan
kita masing-masing rapat kita mulai. Berdoa mulai. Aamiin.
Yang kami hormati para pejabat dari Komnas HAM, dari Ombudsman, Kementerian
BPN, dari Polri, dari Kementerian Dalam Negeri, Menteri Keuangan beserta para pejabat
dari Pemerintah Kota Bandar Lampung, dari Pemda Provinsi Lampung, PT. KAI, PT.
Pelindo serta rekan-rekan para Anggota BAP yang saya hormati.
Bapak dan Ibu, sebelum kita mulai dan kita minta persetujuan mekanisme rapat kita,
kami Anggota Dewan Perwakilan Daerah secara etimologi Dewan Perwakilan Daerah itu
dewan yang mewakili daerah, daerah menurut ilmu tata negara secara formal diakui ada 3
unsur. Ada rakyat, ada pemerintah, ada wilayah. Dengan demikian secara etimologi kami
Anggota DPD mewakili rakyat, mewakili pemerintah dan mewakili wilayah. Berdasarkan
undang-undang, kami ini disumpah, sumpah itu tercantum di dalam undang-undang. Bunyi
sumpah itu singkatnya berkewajiban melaksanakan Undang-Undang Dasar ‘45 beserta
undang-undang lainnya, serta memperjuangkan aspirasi rakyat daerah yang diwakili. Oleh
karena itu ketemulah dalam kewajiban melaksakan undang-undang dan melaksanakan
sumpah yang dibebankan kepada kami. Nah oleh karena itu Dewan Perwakilan Daerah yang
memiliki empat alat kelengkapan komite di samping Komite I, II, III IV karena setiap
provinsi itu ada 4 anggota, jadi ada empat komite. Komite I mengenai otonomisasi daerah.
Komite II masalah sumber daya alam, sumber daya ekonomi. Komite III, sosial, pendidikan,
agama. Komite IV APBN dan keuangan.
Nah karena fungsi DPD itu ada 4 fungsi legislasi bersama DPR, fungsi anggaran
bersama DPR, fungsi kepengawasan langsung, fungsi representasi ini langsunng. Nah untuk
menampung aspirasi masyarakat, aspirasi pemerintah dan permasalahan yang berlaku
dibentuklah di Dewan Perwakilan Daerah ini namanya BAP (Badan Akuntabilitas Publik)
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia sebagai Ombudsman yang kami perlu
mengadakan pertemuan di tingkat internasional ada 50 negara yang memiliki parlemen
Ombudsman dinamakan Badan Akuntan Publik.
Nah Bapak dan Ibu yang kami hormati, sesuai dengan tugas dan kewenangan
tanggungjawab kami, setiap permasalahan yang masuk secara formal kita komunikasikan
dengan instansi terkait dengan metoda kita melihat ke depan. Jadi kita di BAP ini seperti
RAPAT DIBUKA PUKUL 13.15 WIB
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 2
supir Pak melihat ke depan, tidak boleh kita melihat ke belakang. Kalau kita melihat ke
belakang nanti ada yang terbentur. Tapi kalau kita melihat ke depan boleh melihat ke
belakang hanya spionnya saja kiri kanan kayak supir sehingga kita tidak mencari siapa yang
salah tetapi kita mencari bagaimana solusi ke depan yang terbaik sesuai dengan perintah
Undang-Undang Dasar 1945. Perintah Undang-Undang Dasar 1945 itu tujuannya negara kita
itu tiga tambah satu, empat. Tiga dalam negeri, satu untuk kita mengatur dunia ini. Jadi tiga
itu tujuan negara kita, mensejahterakan, mencerdaskan dan melindungi, keempat ikut
mengatur perdamaian dunia. Jadi apabila rakyat kita sudah sejahtera, sudah merasa
dilindungi, sudah merasa cerdas, kita ingin mengatur dunia. Inilah cita-cita kita. Oleh karena
itu Pak Jokowi kemarin apapun yang terjadi di Afganistan dia tetap memperihatkan bahwa
Indonesia commit dengan pengaturan perdamaian dunia dan apapun yang terjadi dia tetap
care Bangladesh karena simbol Bangsa Indonesia itu sebagai presiden harus commit bahwa
kita menyatakan kepada dunia negara kita sudah mulai cerdas, negara kita sudah mulai
sejahtera, negara kita sudah mulai dilindungi dan kita akan memperlihatkan kepada dunia
bahwa kita bisa ikut mengatur perdamaian dunia, maka Menteri Luar Negeri mendapat suatu
penghargaan di berbagai negara di tingkat internasional dengan cepat tanggapnya kita
masalah Palestina.
Nah oleh karena itu Bapak dan Ibu yang kami hormati, pada hari ini kami telah
mendapat beberapa waktu yang lalu aspirasi dari masyarakat Lampung. Persoalan teknis,
mungkin sudah kami sampaikan kepada Bapak-bapak. Namun demikian, mekanisme rapat
kita pada sore hari ini. Satu, kita minta kepada Anggota DPD dari Lampung sebagai anggota
wakil yang berkewajiban menyampaikan aspirasi masyarakat diwakili, kami mohon nanti
dengna waktu yang singkat masalahnya apa, lalu apa yang diharapkan dari masyarakat
kepada kita. Serta setelah itu nanti kami minta kepada mewakili masyarakat juga dengan
waktu yang singkat dengan dua poin saja, kira-kira harapan Bapak-bapak dengan pertemuan
ini apa? Jadi permasalahannya sudah sampai di kita, sudah kita analisis, karena di DPD ini
Bapak untuk Bapak maklumi kami terima kasih pada pemerintah kami diberi oleh
pemerintah fasilitas. Karena kami heterogen, latar belakang pendidikan berbeda, pengalaman
berbeda, kami diberi staf ahli. Jadi ada staf ahli kelembagaan, ada staf ahli personal. Di
masing-masing anggota senator punya staf ahli secara personal.
Secara kelembagaan juga punya staf ahli. Jadi permasalahan sudah kita analisis dan
kita sudah sampaikan kepada. Oleh karena itu diharapkan kepada yang mewakili senator dari
Lampung untuk menyampaikan masalahnya apa, lalu yang diminta masyarakat harapannya
apa. Setelah itu kita minta lagi untuk memperkuat mewakili masyarakat dengan waktu yang
singkat harapannya apa. Karena permasalahan sudah sampai di tengah kita, dan sudah kita
analisis, kira-kira harapannya apa. Setelah itu nanti kita minta suatu komentar dari Pemda
jika diperlukan, nanti dari Pemda Lampung. Kami ingin penyataan dari Pemda Lampung
bahwa yang datang ini betul-betul warga Bapak secara de facto dan de jure. Jadi bukan nanti
jangan ada nanti penduduk yang tidak secara de facto dan de jure yang menyatakan
Lampung. Kami minta commit bahwa ini benar aspirasi masyarakat Lampung yang memang
telah Bapak ketahui, begitu. Setelah itu baru kita minta kepada instansi yang terkait, kira-kira
dengan persoalan itu bagaimana kita menghadap ke depan solusinya apa. Jadi kami
mengharapkan kepada Bapak baik dari Kementerian Keuangan dari Kemendagri dari Polri,
dari BPN, dari Ombudsman dan dari Komnas HAM, kira-kira apa solusi yang terbaik
sehingga 3 tujuan negara tadi bisa terakumulasi di dalam pertemuan kita ini.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 3
Baik Bapak, kalau memang telah kita setujui terakhir kita minta nanti pendalaman
dari Anggota Tim Analisis dari BAP. Waktu kita sekarang jam 1, jam 13.35. Jika kita pakai
waktu 2 jam berarti jam 03.25 diharapkan sudah selesai dan sudah kita rapatkan rumusannya.
Baik Bapak, dapat kita setujui? Oke
KETOK 1X
Persetujuan dan kesepakatan adalah sesuatu yang paling tinggi nilainya, karena saya
sudah ke PBB ternyata emas ini tidak ada SKnya sampai sekarang Pak. Tetapi karena emas
kenapa dijadikan suatu standar internasional karena kesepakatan dunia. Jadi itu tidak ada di
piagam PBB tidak ada, saya sudah tanya ke PBB. Kemarin waktu saya kesempatan ke PBB
tidak ada, tapi kesepakatan. Oleh karena itu pada hari ini kita mencari yang tertinggi itu
adalah kesepakatan yang kita peroleh. Baik, waktu singkat kami serahkan kepada Pak Andi
sebagai Senator dari Lampung untuk menyampaikan secara singkat masalah dan harapan
masyarakat apa. Kami persilahkan Pak.
PEMBICARA: Dr. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Terima kasih Pimpinan.
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang,
Salam sejahtera untuk kita semua.
Tabik pun.
Nah Bapak-bapak ini tidak jawab, dia tidak tahu Pak ya. Di Lampung sudah ada
kearifan lokal pak. Menjawab salam itu dengan tabik pun, jawabannya iya pun. Dan sudah di
SK-kan oleh DPRD. Makanya yang jawab orang Lampung sana semua Pak. Saya juga orang
Lampung.
Yang saya hormati Pimpinan BAP serta Anggota. Yang saya hormati Bapak-bapak
Pimpinan Kementerian, Dirjen, Kepala Dirjen. Yang saya hormati Kapolri yang diwakili
Bapak Kabareskrim. Yng saya hormati Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dan Kota
Bandar Lampung. Yang diwakili yang saya hormati dan saya banggakan rekan-rekan dari
perwakilan Masyarakat Bersatu Bandar Lampung yang hadir pada siang hari ini. Terima
kasih atas kehadiran semua.
Pertama-tama Bapak Ibu sekalian, kita akan membahas Lampung khususnya hari ini.
Ada dua masalah besar ya soal tanah ya. Yang pertama terkait dengan hubungan masyarakat
daerah pinggir rel kereta api dengan PT. KAI. Ini ada dua wilayah, yang pertama sepanjang
Bandar Lampung yang panjangnya kira-kira mencapai sekitar 40 Km yang berada di sisi kiri
dan kanan. Ada yang cuma 10 meter ada yang sampai 300 meter bahkan ada yang sampai 1
Km. Klaim PT. KAI berdasarkan grounkart, ... yang satu ada di Lampung Selatan persis di
seberang daripada Bandara Beranti Bandar Lampung dan itu dipersoalkan oleh PT. KAI.
Yang kedua adalah terkait dengan dua wilayah di Bandar Lampung yaitu Wilayah Way Dadi
dan Wilayah Panjang, ini terkait dengan HPL yang dikeluarkan oleh BPN yang
asbabunnuzul-nya bisa kita pertanyakan.
Bapak Ibu sekalian, yang pertama soal terkait dengan hubungan tanah PT. KAI, klaim
PT. KAI terhadap tanah-tanah yang ada di pinggir kereta api. Kalau kita menarik dari
belakang Bapak Ibu sekalian PT. KAI ini mengklaim tanah itu berdasarkan grounkart
Belanda yang terbit itu sebelum mereka, mungkin tahun 1920-an lah ya. Nah persoalannya
adalah bahwa grounkart ini tidak masuk dalam sistem hukum republik kita. Kalau kita
merujuk kepada sistem hukum ketika ada konversi ya dari hak-hak barat ke RDB kita, ada
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 4
tiga hal. Yang pertama eigendom, erfpacht, dan opstal menjadi HGU, HGB dan SHM. Ini
sama sekali tidak ada dalam sistem hukum kita yang namanya grounkart. Oleh karenanya
masyarakat sudah bertempat tinggal lebih daripada 50 bahkan 50 tahun, 60 tahun yang lalu
bahkan mereka sudah menempatkan itu 2 sampai 3 generasi. Apa persoalannya? Persoalan
yang muncul adalah bahwa masyarakat ini terdepresiasi oleh tindakan dan kegiatannya PT.
KAI yang melakukan pengukuran bahkan menarik sewa menyewa, padahal masyarakat
sudah menempati lebih dari 60 tahun. Dan ini sudah kami komunikasikan Bapak Ibu sekalian
beberapa kali, saya rasa 6 atau 7 kali kita komunikasikan dengan masyarakat, pemerintah
daerah baik provinsi ataupun kota dimana sebetulnya sudah ada jalan keluarnya yang kita
lakukan.
Dari kementerian sendiri sudah kita lakukan koordinasi dengan BPN ATR bahkan
sampai dengan BPN Provinsi dan BPN Kota dimana kita sudah menyetujui untuk segera
melakukan pendataan, verifikasi serta melakukan upaya-upaya untuk mensertifikasi kapling
tanah yang BPN Kota Bandar Lampung sudah mendata melalui drone, alat untuk menfoto
dari atas itu ada sekitar 15.000 sampai 17.000 kavling yang berada di sisi dan kanan rel
kereta api. Namun persoalan Bapak Ibu sekalian, ada dua hal yang pertama, ini kebetulan ada
Pak Bareskrim yang hadir di sini Bapak Ibu sekalian, kami menemukan kenyataan bahwa
khususnya Polri khususnya Polri Bandar Lampung Bapak Ibu sekalian itu tidak memihak
dalam hal pengamanan. Pengamanan dilakukan oleh sepihak itu untuk membela kepentingan
PT. KAI. Terbukti terjadi pengosongan rumah satu warga kami, dan ini kami tidak terima
Pak Kabareskrim, dan kami meminta dikembalikan kepada yang bersangkutan. Ini
mengerahkan, saya laporakan Bapak Ibu sekalian, mengerahkan apa namanya itu water
cannon dan sekitar 500-an polisi yang hadir hanya untuk mengkosongkan satu rumah yang
ada di komplek itu, seharusnya ini tidak memihak dan kami melaporkan kepada Polda agar
untuk ke depan ini menjadi status quo. Saya minta Pak Kapolda serta Pak Kapolri untuk
mempelajari undang-undang, terutama Undang-Undang Pokok Agraria 560 itu.
Kemudian yang kedua Bapak Ibu sekalian, kita juga sering membicarakan dengan
Pak Walikota, pemerintah kota, ini sudah sepakat semua, termasuk di situ hadir BPN Kota
dan Provinsi bahwa kita akan melakukan proses verifikasi, bahwa BPN sudah membentuk
Tim Verifikasi sebentulnya, bahwa Masyarakat Bersatu Bandar Lampung juga sudah
membentuk Tim Verifikasi dan data-data sudah ada. Kami meminta segera pemerintah kota
juga untuk membentuk Tim Verifikasi dan Tim Sertifikasi bekerja sama dengan Tim
Verifikasi BPN, kota dan masyarakat bersatu Bandar Lampung untuk segera melakukan
verifikasi dan sertifikasi lahan yang diperkirakan berjumlah 15.000 sampai dengan 17.000.
Itu Pak Ketua permintaan dari masyarakat, barangkali nanti bisa disampaikan secara aktif
lagi bagi masyarakat untuk diberikan kesempatan.
Yang kedua adalah masalah hak pengelolaan lahan ya pada dua wilayah yaitu yang
pertama wilayah Way Dadi, ini sekitar 300-an hektar kalau tidak salah itu saya, itu
merupakan HGU, bekas HGU dari Perusahaan Way Halim Kopi tapi sudah diserahkan
kepada negara dan masyarakat menempatinya sudah cukup lama ya, sudah 50-60 tahun ,
tiba-tiba saja muncul HPL dari BPN yang memberikan HPL ini kepada pemerintah provinsi
dan BPN Provinsi yang berjumlah sekitar 100-an, saya lupa, dan ini juga menyalahi
asbabunnuzul. HPL hanya bisa dikeluarkan apabila tanah itu tidak ada masalah, apabila lahan
itu tidak terjadi poster orang-orang yang sudah tinggal di tempat tersebut. Ini muncul begitu
saja sehingga ini mengganggu ketentaman masyarakat, padahal seluruh tanah itu baik di
tempat masyarakat lebih daripada 30, 40 bahkan 90 tahun. Harapan kita adalah HPL ini bisa
dicabut bersama harapan masyarakat.
Yang kedua juga adalah terkait dengan HPL yang terjadi di daerah Pidada,
Kecamatan Panjang di Bandar Lampung, semuanya di Bandar Lampung ini Ibu Bapak
sekalian. Itu ada 105 HPL, 105 hektar HPL yang dikelurkan oleh BPN. Padahal di situ sudah
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 5
ada rakyat yang menempati, ribuan warga sudah menempati, sudah ada rumah dan
sebagainya, dan yang lucunya juga sudah ada sertifikat, ya sertifikat sebagian, tapi HPL tetap
dikeluarkan, maka oleh karenanya sama seperti tuntutan masyarakat Way Dadi minta HPL
ini dicabut dan dikembalikan kepada masyarakat, dan ini juga merupakan bagian daripada
tugas-tugas kita semua dan harapan daripada Presiden Republik Indonesia Pak Jokowi yang
sekarang mencanangkan program memberikan sertifikasi kepada rakyat yang sedang
mengurus masalah-masalah tanah yang ada di seluruh Indonesia. Maka oleh karena itu
harapan kita adalah pemerintah dalam hal ini instansi terkait dapat mengakomodir
permintaan masyarakat ini sehingga nantinya bisa resensi segera menuju sertifikasi. Untuk
Komnas HAM juga kami berharap agar bisa masalah ini ditilik dari sisi hak azasi manusia,
hak azasi penduduk untuk mendapatkan hak-hak mereka sebagai warga negara dimana hak-
hak mereka sebagai wajib ataupun diberikan kemudahan untuk mendapatkan hak-hak mereka
sebagai warga negara memiliki lahan hidup mereka.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kami kembalikan kepada Pimpinan.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik, tadi setelah singkat, masalah dan harapan yang disampaikan oleh Senator dari
Lampung Pak Andi Surya, Pak Doktor Andi Surya. Kami persilahkan mewakili masyarakat
dengan singkat harapannya apa, begitu. Tolong singkat dari masyarakat Sawah, BBS Bandar
Lampung, Forum Pomas, Forum Masyarakat Meranti Nafar dengan Forum Masyarakat
Tidada. Kami beri waktu 2 menit menyampaikan harapan saja, karena permasalah sudah ada
pada kita tadi oleh Senator telah disampaikan. Silakan. Tolong sekretariat di bantu. Iya
silakan-silakan. Tolong sekretariat mic tolong di bantu. Iya, silakan.
PEMBICARA: YUNANDAR FIRDAUS (FORUM MASYARAKAT SAWAH BREBES
DAN BRANTI)
Dua menit Ibu.
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang.
Salam sejahtara bagi kita semua.
Yang saya hormati Pimpinan Ketua BAP beserta Anggota, Ombudsman, Komnas
HAM, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian
Badan Usaha Milik Negara. Yang saya hormati juga Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Komnas HAM. Yang saya hormati Pemerintah Provinsi Bandar Lampung, Pemerintah Kota
Bandar Lampung, PT. KAI, PT. Pelindo kemudian yang saya banggakan juga perwakilan
Forum Masyarakat Kota Bandar Lampung.
Perkenalkan Bapak Ibu nama saya Yunandar Firdaus, perwakilan Forum Masyarakat
Sawah Brebes dan Branti. Menindaklanjuti temuan di Ruang Rapat Walikota Kota Bandar
Lampung pada tanggal 25 Agustus 2017 yang dihadiri oleh Anggota BAP DPD RI, Bapak
Walikota Kota Bandar Lampung, Kepala Wilayah BPN Provinsi Lampung, Kepala BPN
Kota Bandar Lampung, Bapak Camat, Bapak Ibu Lurah, Lembaga Bantuan Hukum Kota
Bandar Lampung serta perwakilan masyarakat, perihal sengketa lahan antara masyarakat
dengan PT. KAI terkait dengan rencana sertifikasi lahan. Pada pertemuan tersebut disebutkan
bahwa PT. KAI tidak dapat menunjukkan alasan kepemilikan hak, kepemilikan tanah yang
kami tempati lebih dari 40 sampai 50 tahun sehingga lahan yang kami tempati layak untuk
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 6
disertifikat. Merujuk pada PP 69 Tahun 1998 tentang sarana dan prasarana kereta api, Pasal
12 Ayat 2 dikatakan yang memiliki tanah adalah pemerintah. Pada Pasal 12 Ayat 3 diberikan
hak atas tanah sesuai dengan Undang-Undang Agraria yang berlaku.
Sebagai informasi juga Bapak Ibu yang hadir, Kelurahan Meranti Register 48
mungkin Bapak-bapak BPN lebih mengetahui termasuk di dalamnya ada airport. Kemudian
yang ingin saya tanyakan sertifikat 02 milik Kementerian Kehutanan di area yang sama,
kenapa rakyat tidak bisa dapat sertifikat? Kalau dilihat dari cara pengajuan pendaftaran ke
BPN hanya cukup eskatis saja. Perjalanan kami Bapak Ibu untuk mendapatkan hak atas tanah
ini sangat panjang hearing-hearing antara dewan kota dan provinsi sudah kami lakukan,
diskusi kelompok terarah, focus group discussion sudah kami lakukan akan tetapi kami tidak
pernah Pak, mendapatkan titik terang atau kesimpulan ketegasan untuk menyertifikat tanah,
disamping itu juga kami meminta supaya pihak kepolisian untuk tetap netral terhadap
permasalahan sengketa lahan dengan PT. KAI dan instruksi pengamanan dari pihak Kapolri
untuk menjaga ketentraman dan kenyaman di Bandar Lampung terkait dengan sertifikat
tanah ini sesuai dengan permintaan Bapak Walikota Kota Bandar Lampung dan juga ini
sejalan dengan program prona yang dicanangkan oleh pemerintah, khususnya Bapak
Presiden Joko Widodo.
Dengan adanya pertemuan ini besar harapan kami Pak, dengan kesimpulan untuk
segera disertifikat lahan yang sudah kami tempati, mengingat desakan warga untuk memiliki
hak atas lahan yang mereka tempati, jadi sekali lagi saya ulangi, Bapak Ibu dengan adanya
pertemuan ini permintaan kami masyarakat untuk adanya ketegasan dalam sertifikat tanah
yang sudah kami tempati.
Terima kasih, demikian apa yang bisa kami sampaikan, mohon maaf bila mana ada
sikap yang kurang berkenan saya akhiri.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Silakan langsung yang apa, ya.
PEMBICARA: PERWAKILAN MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
Terima kasih kepada Bapak-bapak sekalian, terima kasih Pimpinan Sidang, terima
kasih anggota BAP, dan terima kasih Bapak-bapak dari Kementerian dan Komnas HAM,
Ombudsman, dan Kepolisian, terima kasih juga kehadiran dari Bapak-bapak dari Pemprov
Provinsi Lampung dan Pemda Tingkat II Bandar Lampung, terima kasih juga atas kehadiran
Bapak-bapak dari PT. KAI dan Pelindo.
Sebenarnya harapan kami sebagai warga dari Lampung Pak, itu sederhana saja Pak.
Kami hanya berharap Bapak menjalankan undang-undang saja Pak, apa yang ada di undang-
undang jangan dirubah Pak, apa yang tidak terdapat di undang-undang jangan ditambah Pak,
kalau kita mengingat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 berarti sudah berapa puluh
tahun Pak sudah ada Pak. Tolong jangan dirubah. Kalau memang tidak ada itu namanya
groondkaart atau apapun jangan ditambahkan disitu Pak.
Kedua, mengenai Desa Branti Pak, saya sedikit tambahkan saja Pak Desa Branti itu
diberikan kesempatan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2001 Pak
yaitu alih fungsi lahan kehutanan Pak. Masyarakat Desa Branti itu sudah diberikan surat oleh
Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan Pak, Provinsi Lampung. Di Dinas Kehutanan
Provinsi Lampung dinyatakan bahwa masyarakat boleh mengajukan ajudikasi Pak, suratnya
kami bawa Pak.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 7
Kedua, dari Kementerian Kehutanan itu, sebentar saya lihat, sebentar Pak, dari Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah 20 Bandar Lampung itu menyatakan bahwa bahwa rel
kereta api hanya memotong register 48 Pak, tidak memiliki tanah Pak. Oleh sebab itu kami
mohon Bapak-bapak yang ada pada saat ini tolong Pak, bantu kami sertifikatkan tanah-tanah
tersebut Pak, karena aturan mainnya sudah jelas dan tidak bisa dirubah Pak, terima kasih Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Masih ada yang mewakili? Sudah cukup. Masih, silakan.
PEMBICARA: PERWAKILAN MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ketua BAP DPD RI yang kami hormati serta ahli dan jajarannya. Menteri ATR dan
Kepala BPN RI, Menteri Dalam Negeri yang mewakili Menteri Keuangan, Kapolri, Ketua
Ombudsman, yang mewakili Gubernur Lampung, Kanwil BPN Provinsi Lampung,
Pemerintah Kota Kabupaten Bandar Lampung dan seluruh hadirin yang berbahagia.
Bapak, saudara sekalian kami atas nama masyarakat Way Dadi pertama
mengucapkan terima kasih, alhamdulillah pada siang ini masalah Way Dadi dapat dibaca
pada hari kesempatan ini.
Bapak, saudara sekalian perkenankan sedikit kami menyampaikan latar belakang
permasalahannya bahwa sebagaimana disampaikan Pak Andi Surya tadi bahwa kami
menempati lahan Way Dadi berdasarkan SK Mendagri tahun 1980 mendapatkan peruntukan
tanah 300 hektar dari 1.000 hektar NP Way Halim yang sudah berakhir masa konsesinya dan
tidak diperpanjang.
Permasalahan yang di pertama muncul tahun 1981 PT. Way Halim Permai yang
mendapatkan 200 hektar merekayasa HGB-nya menjadi 542 hektar sehingga mencangkup
juga lahan peruntukan rakyat tersebut dari lahan tersebut keluarlah HGB PT. Way Halim
Permai dilahan yang diperuntukan oleh rakyat tersebut tahun ’88, ’89 diukur ulang ternyata
betul dan peta situasi nomor 81 itu di batalkan namun HGB-nya tidak dibatalkan dan ternyata
berdasarkan surat dari Kanwil BPN Provinsi Lampung tanggal 30 Agustus 2001 menyatakan
bahwa kelebihan penguasaan PT. Way Halim Permai 1.120 hektar itu dibagi harusnya
diberikan kepada rakyat namun 21 hektar dibangun stadiun dan hutan kota, 10 hektar
diberikan berdasarkan SK BPN Nomor 58 tahun 1992 hak pakai Kanwil Provinsi Lampung
dan hak pengelola hak Provinsi Lampung 89 hektar.
Bapak, saudara sekalian 3 hak-hak yang di klaim di atas peruntukan rakyat ini kami
memohonkan karena prosedur pemohonan hak tersebut cacat administrasi sebagaimana di
atur dalam peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun ’99 cacat administrasi ini harus
dibatalkan dan kembalikan hak rakyat sebagaimana surat keputusan Mendagri Tahun 1980
dari 300 hektar itu baru disertifikatkan 98 hektar atau lebih kurang 67%.
Bapak, saudara sekalian kami sudah 36 tahun berkonflik ini dengan pemerintah
Provinsi Lampung tidak dapatkan ini, namun pada kesempatan ini kami bahagia, tapi mau
tidak ini surat BPN menyatakan bahwa cacat administrasi surat BPN Tahun 2001 dan itu
yang lebih parah lagi 2001 itu BPN sudah mengajukan pembatalan kepada Menteri Agraria,
oleh Menteri Agraria sudah disetujui oleh, untuk diberikan ke rakyat. Namun, namun
permasalahannya oleh Menteri Keuangan ditolak karena terdaftar sebagai asset.
Ini permasalahan hukum kalau barangnya sudah ada tentu batal demi hukum sudah
tidak ada lagi sudah seharusnya dihapuskan termaksud itu juga. Alasan pemerintah Provinsi
Lampung tidak bisa diberikan kepada rakyat terdaftar sebagai aset. Oleh pada kesempatan
yang berbahagia ini pemangku kebijakan ada ditengah-tengah kita semua ya mudah-mudahan
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 8
walaupun mungkin ya dengan yang hadir ini dapat bisa memberikan keputusan, batalkan
hak-hak yang diklaim diatas tanah rakyat tersebut hapuskan tentu saja, sudah dikatakan
dihapuskan sebagai aset oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan kembalikan
kepada tanah yang dikuasai oleh negara yang diperuntukan untuk rakyat sebagaimana tujuan
konstitusi kita untuk mencerdaskan, melindungi dan menyejahteraan rakyatnya dan berikan
sebagai ganti rugi kepada kami yang sudah 36 tahun teraniaya ini sertifikat gratis, reforma
agraria sebagaimana pemerintahan Jokowi yang didengung-dengungkan sekarang.
Dengan harapan, dengan kerendahan hati kami dengan sekali lagi terima kasih
kepada khususnya kepada Pak Andi Surya yang sudah membawa masalah ini dan BAP yang
sudah menjembatani ini, dan Bapak-bapak semua yang memangku kepentingan ini dapat di
ridhoi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dapat berlapang hati untuk memberikan kesejahteraan
kepada rakyat khusus masyarakat Way Dadi, Way Dadi Baru dan 3 kelurahan, 42 RT, 23.000
jiwa 60.000 persil orang untuk dapatkan sertifikat, terima kasih.
Wabillahitaufik walhidayah
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Masih ada? Masih.
Tolong singkat ya karena tujuan kita adalah mencari solusi bukan mengungkit-ungkit
masalah.
PEMBICARA: PERWAKILAN MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati peserta rapat yang hadir pada hari ini semoga pertemuan ini
membawa berkah dan kesejahteraan bagi masyarakat. Saya dari Forum Masyarakat Bersatu
Pidada Panjang kami menyatakan keinginannya bahwa lingkungan, dua lingkungan Pidada
Panjang dapat disertifikatkan itu yang pertama.
Lalu yang kedua cabut sertifikat HPL Nomor 01 Waluni Tahun 1989 karena
melanggar undang-undang dan cacat administrasi. Adapun untuk itu akan kami bagikan
masing-masing satu cover pembuktian kami, fakta dan bukti, oleh karena itu kami menolak
dengan adanya sertifikat itu dan sertifikatkan lingkungan, dua lingkungan Pidada Panjang itu
harapan kami. Kami sudah teraniaya 26 tahun Pak, ini pelanggaran hak asasi manusia, hak
keperdataan kami hilang, ini yang ingin saya sampaikan dan saya tekankan.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Terima kasih Bapak yang mewakili masyarakat.
Kami ingin sekarang, suatu sikap dari Pemda Lampung apa itu benar-benar dari
masyarakat Bapak, dan permasalahan memang sudah sampai ke Pemda itu saja minta Pak,
silakan Pak.
Silakan Pak, dari Kota.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 9
PEMBICARA: PEMERINTAH KOTA LAMPUNG (NARASUMBER)
Baik terima kasih Bapak Pimpinan BAP DPD RI karena kami minta pendapat apakah
ini warga kami. Kami karena sering bertemu dengan mereka beberapa kali pertemuan dan
kami mengenal muka kawan-kawan masyarakat yang tadi disebutkan maka kami menyatakan
memang benar ini warga Kota Bandar Lampung.
Terima kasih, Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik.
Dari Pemprov ada suatu komentar?
PEMBICARA: PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG (NARASUMBER)
Terima kasih Pimpinan.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah.
Izinkan kami mewakili dari Pemerintah Provinsi Lampung menyampaikan beberapa
hal sebab yang disampaikan oleh Saudara kami tadi, terutama yang terkait dengan provinsi
Lampung adalah permasalahan HPL Way Dadi Pak. Way Dadi diambil dari nama kelurahan
waktu itu yang saat ini menjadi 3 kelurahan. Pemerintah Provinsi Lampung menerima lahan
tersebut sama Pak pada dasarnya dengan surat tahun 1980 peruntukan 300 hektar dan kepada
Pemerintah Tingkat I Provinsi 160 hektar. Untuk mempertegas melalui surat keputusan
kepala BPN RI Tahun 1992 Nomor 58 per tanggal 22 Mei tahun 1992 menyatakan bahwa
pemberian hak penolakan kepada pemerintah tingkat 1 Provinsi Lampung sebesar 98 hektar
yang kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkan sertifikat tahun 1994 dengan terlebih
dahulu membayar land reform sebagai PNBP melakukan bayar pajak kepada kas negara dan
bertanggung jawab kepada kantor BPN.
Kemudian selanjutnya permasalahan pada waktu itu memang setelah memang dari
pemerintah Provinsi Lampung memberikan HPL tahun 1992 gubernur Lampung pernah
mengirimkan surat kepada kepolisian wilayah Lampung pada saat itu kemudian kepada
danrem 043 garuda hitam untuk melakukan pengamanan daerah tersebut ini memang konflik
dari tahun 1994 sudah ada Pak.
Selanjutnya menjelaskan arsip yang diterima tahun 2006 ini sudah ada permintaan
masyarakat bartubnya dan saudara-saudara kami itu betul Pak, perlahan-lahan menyelesaikan
lahan tersebut supaya menjadi hak milik masyarakat. Dalam SK BPN Nomor 58 Tahun 92
itu menyatakan bahwa pada poin ke-8, jikalau pemerintah Provinsi Lampung ingin
mengembalikan atau mengalihkan lahan HPL yang difungsikan diberikan kepada pemerintah
Provinsi Lampung harus terlebih dahulu meminta izin kepada kepala BPN RI dengan terlebih
dahulu melalui persetujuan DPRD Provinsi Lampung dan ditetapkan dengan SK Gubernur
Provinsi Lampung.
Dari tahun 2006 itu terus kita sharing Pak dengan masyarakat Pak berapa kali dengan
Pemkot Bandar Lampung juga sama kemudian untuk menindaklanjuti SK BPN tahun 1992
tersebut dalam poin 8 pemerintah Provinsi Lampung memberikan surat kepada DPRD
Provinsi Lampung perihal tujuan pelepasan tanah aset milik Provinsi Lampung kepada pihak
ketiga atau kepada masyarakat. Bulan November 2015 DPRD Provinsi Lampung telah
memberikan persetujuan pelepasan HPL Way Dadi tersebut jadi aset Provinsi Lampung
kepada masyarakat.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 10
Kemudian ditindaklanjuti dengan Ketetapan Gubernur Lampung 2016 tentang
persetujuan lahan tersebut kemudian kami buat surat kepada mentri agraria bagian tata
ruang. Kemudian bulan April 2016 telah terbit keputusan mentri agraria dan tata ruang tujuan
pelepasan HPL Way Dadi sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku, permasalahan
ada disitu Pak. Kitab suci rujukan pengelolaan barang milik daerah atau aset daerah milik
pemerintah itu merujuk pada PP 27 tahun 2014 dan Permendagri 19 tahun 2016.
Dalam ketentuan tersebut sudah diatur Pak, bagaimana mekanisme pelepasan aset
milik pemerintah dirujuk disitu, Pak. Waktu itu memang pada poin terakhir, pada prinsipnya
pemerintah setuju, ada dua setuju DPRD Provinsi Lampung setuju untuk melepaskan HPL
seluas 89 hektar kepada masyarakat. Namun melalui mekanisme yang ditentukan dan
mekanisme penjualan dan pelelangan.
Mungkin itu masalah yang muncul kepada seluruh masyarakat disitu Pak, mungkin
kalau kami pada prinsipnya, pemerintah Kota Bandar Lampung sah-sah saja untuk
menghilangkan daftar inventaris barang dan daftar neraca aset Provinsi Lampung cuma
mekanisme harus dilalui, mekanisme harus dilalui jangan sampai ada kerugian negara yang
muncul dari aset masyarakat di Provinsi Lampung.
Mungkin itu dari kami dan mungkin lebih kurang dari kami mohon maaf.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik, terima kasih.
Informasi sangat berpengaruh bagi kita untuk memberikan kesimpulan pikiran, serta
mengambil satu kesimpulan dan keputusan. Nah, informasi secara tertulis setelah kita
analisis dan telah kita sampaikan kepada Bapak-Bapak secara langsung sudah kita dengar.
Memang Bapak-Bapak mohon maaf inti sari kehadiran negara ini karena ada rakyat
kalau rakyat tidak ada untuk apa presiden,kalau rakyat tidak ada untuk apa gubernur, kalau
rakyat tidak ada untuk apa walikota untuk apa kepala desa, kalau rakyat tidak ada untuk apa
DPD, DPR, MPR dan kalau rakyat tidak ada untuk apa pejabat-pejabat untuk apa? Dan apa
yang mau kita atur jadi memang prinsip dan kata kunci daripada negara ini karena
rakyat,oleh karena itu kepala daerah itu sebagai administrator kemasyarakatan, administrator
sosial politik dan administrator pembangunan. Nah, itu kalau pemda, dia harus tahu empat
fungsi itu untuk administrator.
Oleh karena itu seharusnya berjenjang naik dan bertangga turun. Permasalahan-
permasalahan di tingkat provinsi seharusnya bisa selesai oleh kabupaten provinsi tetapi jika
berjenjang naik bertangga turun tidak selesai maka kami mengkomunikasikan dengan
instansi vertikal yang terkait dengan dua prinsip yaitu: Kalau mengatur pada undang-undang,
undang-undang itu memiliki tiga sifat yaitu, mengatur, mengikat, memaksa. Itulah undang-
undang, kalau ada undang-undang tidak mengatur, tidak memaksa, tidak memaksa itu
namanya bukan undang-undang dan oleh karena itu kita lihat undang-undang dan kalau
undang-undangnya ada berarti sifatnya 3 yaitu mengatur, mengikat, memaksa itulah undang-
undang.
Nah selanjutnya adalah prinsip yang kedua, jika memang dalam undang-undang itu
ada lalu kita pegang pula tiga prinsip, penuhi syarat, lalui prosedur, dan kita jangan lari dari
sistem dan kalau syarat sudah dipenuhi, prosedur sudah dilalui maka kita liat sistem yang ada
didalamnya. Seorang yang akan nikah kalau syarat sudah dipenuhi tapi prosedur tidak dilalui
KUA tidak boleh mengakad kan dan kalau prosedur dilalui dan syarat tidak dipenuhi dia
tidak akan jadi juga akad walaupun wanita itu sudah dibawa kemana mana tidak boleh.
Nah ini prinsip Bapak, jadi sekarang kita liat dulu undang-undang apakah memang
persoalan ini ada dalam wilayah undang-undang yang memang tiga sifat tadi, mengatur,
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 11
mengikat dan memaksa dan jika memang ada, kita kembali kepada kepentingan rakyat,
penuhi syarat dan penuhi prosedur. Supaya kita jangan ada yang disalahkan dalam aturan.
Nah, kami melihat Bapak dan Ibu dari informasi yang disampaikan tadi persoalan
objek dari permasalahan dari tanah objeknya
Yang menjadi subjek ada dua, eh ada tiga yaitu masyarakat, Pelindo dan PT. KAI dan
Pemda Provinsi Lampung. Nah karena ini Bapak dan Ibu masalah tanah, memang masalah
tanah ini adalah masalah yang sangat urgent karena masalah tanah ini kata kunci dunia ini,
berasal dari tanah dan kembali ketanah hidup dengan tanah. Tanah tidak pernah lahir dan
masyarakat lahir terus setiap menit, menjadi persoalan. Namun oleh negara telah diberikan
undang-undang dan aturan dan aturan ini dua lagi dalam melaksanakan Bapak-Bapak, ada
menurut kebijakan, ada menurut kebijaksanaan jadi kebiasaan begitu karena saya
pengalaman dari tukang ketik sampai esselon ,1 dari jadi guru sampai jadi rector. Nah, jadi
keputusan itu bisa diambil kebijakan atau kebijaksanaan. Kalau kebijakan udah ada rule of
the game-nya tapi kalau kebijakasanaan selama tidak melanggar aturan itu dibolehkan selama
tidak melanggar rambu-rambu itu dibolehkan. Jadi hukum itu ada dua, hukum agama lihat
perintah, hukum positif lihat larangan. Selama tidak ada larangan, kita jalan dijalan kalau
tidak ada larangan lalu terus, kalau ada larangan maka kita berhenti itu namanya hukum
positif.
Maka dengan demikian Bapak dan Ibu yang kami hormati, kelihatannya persoalan ini
banyak kepada agrarian, kepada pertanahan. Nah dengan permasalahan pertanahan ini maka
rangsang-rangsangnya terjadi salah paham dilapangan, salah pengertian maka timbul
pengayoman dari kepolisian bagaimana memberikan pelayanan yang baik.
Dari segi aspek administrasi ini dari mendagri dan mentri keuangan mungkin ada hal-
hal yang sifatnya administrasi sehingga diperlukan. Jadi ini lari ke BPN lihat undang-undang,
aturan selama kebijakan untuk dan kebijaksanaan untuk kepentingan rakyat dan tidak ada
yang disalahkan nanti barangkali kami minta nanti, nah Ombudsman juga kenapa ini sampai
26 tahun pelayanan kepada masyarakat jika sesuatu itu bisa secara cepat kenapa dibuat jadi
lama tetapi kita tidak salahkan karena petugas-petugas mungkin banyak yang ketukar tetapi
Komnas HAM bagaimana rasanya rakyat yang merasa udah bertahun-tahun memikirkan ini
tentu juga menjadi perhatian oleh kita.
Nah, kami dari BAP kami diikat oleh perintah undang-undang dan terikat oleh tugas
kami, oleh karena itu memang prinsip Bapak, kita ini disamping tugas dicari juga pahala dan
pahala yang paling besar adalah pahala jariyah menurut agama Islam jika masalah ini selesai
maka pahala jariyah akan kita dapat semua karena tanah sampai kiamat tercatat pahalanya.
Oleh karena itu prinsip kita sekarang mencari pahala dalam bertugas,
Nah, kami minta komentar pertama dari kementerian ATR agraria dan pertanahan dan
kami tahu persis sekarang sikap menteri agraria dan pertanahan suatu kementerian yang
memiliki komitmen terhadap kemasyarakatan dan juga didukung oleh pemerintah Republik
Indonesia untuk itu dan kami meminta komentar pertama dari kementerian ATR dan BPN.
Kami persilakan Pak.
PEMBICARA: KEMENTERIAN ATR BPN RI (NARASUMBER)
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati Pimpinan BAP, warga masyarakat Lampung dan pemerintah
daerah Lampung dan juga seluruh Anggota DPD RI dan hadirin yang saya muliakan.
Pimpinan, bicara permasalahan tanah pada prinsipnya keputusan mengenai
pertanahan, keputusan yang diambil terhadap masalah pertanahan, baik itu dalam pemberian
hak ataupun pendaftaran tanah itu pada prinsipnya bisa dibatalkan sepanjang mengandung
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 12
cacat administrasi atau cacat hukum berdasarkan keputusan pengadilan. Nah di dalam kasus-
kasus yang tadi disampaikan sebagaimana disampaikan juga oleh anggota masyarakat, bahwa
pada dasarnya dari BPN, baik sebelum menjadi ATR BPN maupun setelah menjadi ATR
BPN, sudah dilakukan langkah-langkah penyelesaian. Namun, memang penyelesaian
masalah pertanahan itu terhadap hak-hak yang merupakan hak perorangan ataupun badan
hukum swasta dengan hak-hak yang terdaftar atau tercatat sebagai BMN (Badan Milik
Negara) atau aset negara ini memang berbeda, Pimpinan. Kalau kita untuk hak-hak
perorangan atau badan hukum swasta adalah dalam hal misalnya ada keputusan pengadilan
yang menyatakan batal suatu hak atas tanah, itu kita tindak lanjuti dengan pembatalan dan itu
cukup banyak. Atau memang kita temukan ada cacat administrasi kita temukan, itu bisa kita
enclave, kita keluarkan, atau kita batalkan kalau memang seluruhnya tumpang tindih. Tetapi
dalam hal menyangkut aset pemerintah, maka keputusan itu pun harus terlebih dahulu
diberitahukan kepada pengelola aset. Jangan sampai kita melaksanakan keputusan sendiri,
kita misalnya membatalkan atau memberikan hak yang itu juga tercacat sebagai aset dari
salah satu instansi pemerintah, tetapi itu masih belum terhapus dari daftar asetnya. Dalam hal
demikian, maka bisa terjadi double apa ya, tumpang tindih pencatatan. Di sana belum hapus,
di sini sudah keluar hak. Dan, kami dari sisi administrasi juga nanti secara audit, diaudit, bisa
dianggap juga menghilangkan aset negara. Oleh karena itu, tetapi juga tata cara penghapusan
aset itu secara undang-undang, baik di Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 maupun di dalam
untuk daerah juga dengan Perda No. 27 Tahun 2016 ya Pak ya, itu sudah aturannya sudah
jelas. Sehingga memang nanti ada Pak Dirjen DJKN bisa menjelaskan itu, sehingga memang
tahapan ini harus dilalui itu. Sehingga, mungkin ini juga dari tadi yang disampaikan
mengakibatkan kita juga masih harus secara administrasi pendaftaran aset ini juga harus
dilalui. Kita tidak bisa juga melaksanakan hanya semata-mata di dalam rezim hukum
tanahnya saja, tetapi juga ada di dalam tata kelola aset negara. Saya pikir barangkali
sementara itu dulu, Pimpinan.
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Terima kasih, Pak.
Memang prinsip yang kita pegang seperti itu; lalui prosedur, penuhi syarat, jangan
melanggar sistem. Bapak dan Ibu, kami minta dari Kementerian Keuangan karena
pemahaman kami, orang tercatat di KUA itu kalau dia sudah nikah, jadi ada buku nikahnya.
Maka, tercatatlah dia bagi yang beragama Islam. Bagi yang nonmuslim itu tercatat di Catatan
sipil. Tapi kalau belum dia nikah, tidak tercatat. Nah yang kami ingin tanya di Kementerian
Keuangan, apakah tercatat dalam milik negara yang memang tidak punya dasar pemilikan.
Karena dasar pemilikan itu ada HGU, ada HGB, ada hak milik, atau setidak-tidaknya ada
semacam apa namanya sebelum status hak, alas hak. Jadi ada alas hak, ada status hak. Nah
kira-kira memang kalau status tanah itu belum clear memang tercatat tidak di dalam aset
negara? Itu yang kami ingin tanya konfirmasi, Pak, pemahaman kami seperti itu. Apakah
pemahaman Menkeu seperti itu? Kami persilakan Pak, mungkin Pak.
PEMBICARA: DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN (NARASUMBER)
Baik,terima kasih Pimpinan BAP DPD yang kami hormati.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ibu-ibu, Bapak-bapak yang kami hormati, pertama kami menyampaikan permohonan
maaf Menteri keuangan. Bapak-bapak mengundang Menteri keuangan sebetulnya, tetapi
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 13
beliau sedang ada tugas, baru dalam perjalanan kembali dari luar negeri, Pak, saat ini. Jadi,
menugaskan kami dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
Bapak-bapak, Ibu-ibu, sebetulnya dari uraian permasalahan yang tadi disampaikan
oleh Senator dari Lampung maupun tadi disampaikan oleh wakil-wakil dari masyarakat
Lampung, sebetulnya sejauh ini bagi kami pemahaman kami ini adalah permasalahan lahan
yang disengketakan antara pemda dengan masyarakat. Yang kedua antara Pelindo II dengan
masyarakat. Dan yang ketiga antara PT KAI dengan masyarakat. Kami sudah mencoba
mengecek, tapi tentu kita harus ini ya Pak, mendengar lebih banyak itu nanti. Tetapi kami
coba cek untuk kasus yang pertama Pak, ini dalam catatan kami ini sebetulnya barang milik,
ini barang milik daerah, Pak. Barang milik daerah, memang daerah dalam hal ini Provinsi
Lampung maupun seandainya ada pemkab ataupun pemkot yang memiliki ini, itu memang
mengikuti aturan yang sama, yaitu PP No. 27 Tahun 2014. Sama dengan kami di dalam
mengelola barang milik negara, tetapi masing-masing punya yurisdiksi sendiri. Jadi, kami
mengurusi barang milik negara. Dalam catatan kami, ini bukan milik negara yang pertama
ini, tetapi mungkin adalah memang betul barang milik daerah, dalam hal ini mungkin punya
Provinsi Lampung ataupun pemkab, pemkot yang relevan. Ini kita harus cek betul.
Untuk yang kedua, Bapak, yang dipersengketakan antara KAI dengan masyarakat, ini
yang paling dekat dengan KAI ini kan Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Pak. Kami sudah
cek di sana, ini juga tidak dalam catatan mereka sebagai barang milik negara di bawah
kelolaan mereka. Jadi, ini memang sengketa memang KAI ya yang ini. Tentu kalau KAI
sebagai suatu badan usaha yang sudah terpisah dari kekayaan negara memiliki rezim sendiri
bagaimana mengelola aset-asetnya. Saya yakin ada aturan-aturan main bagaimana
melepaskan aset-aset di PT KAI sebagaimana untuk BUMN lain, antara lain mungkin
mereka harus meminta persetujuan RUPS. Nah untuk RUPS, kita juga sudah punya PP yang
melimpahkan kewenangan pengelolaan sebagai RUPS ini kepada Menteri BUMN. Jadi kalau
memang PT KAI di dalam urusan pelepasan tanah atau ini harus meminta persetujuan RUPS,
tentunya RUPS-nya adalah Kementerian BUMN. Kita nanti harus cek lagi ke sana. Demikian
juga Pelindo, Pak. Pelindo ini kami lakukan cek, pengecekan tanah yang disebutkan di
permasalahan kita. Yang paling dekat ini Dirjen Perhubungan Laut. Kami sudah cek ke
Dirjen Perhubungan Laut, di sana di dalam daftar aset mereka, tidak ada aset ini sebagai
BMN. Jadi kemungkinan memang ini adalah Pelindo ya Pak ya, sebagaimana yang kita lihat
kita baca di sini. Karena itu, urusannya tentu menurut tata cara korporasi sebagai BUMN.
Kalau mereka memerlukan persetujuan pemegang saham tentu adalah Kementerian BUMN.
Mungkin sementara itu, Pak, yang dapat kami informasikan.
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Terima kasih, Pak. Informasi sangat berharga bagi kita.
Memang Bu Menteri itu sangat komit, Pak, dengan DPD. Jadi kehadiran Bapak kami
ucapkan terima kasih dan memang kami bisa memaklumi.
Baik Bapak, dari informasi dua ini dari ATR memang tidak ada permasalahan selama
memang ada aturan dan sistem yang kita pegang. Ternyata di aset negara yang dinyatakan
negara seperti yang disampaikan karena pemahaman kami yang tercatat itu memang seperti
orang di akad nikah. Sudah akad, baru tercatat. Kalau tidak akad, pacar-pacar saja tidak
dicatat itu, dan kalau keluar status haknya, alas haknya, nah begitu.
Nah baik, jadi kami coba dulu satu dari pemda provinsi. Ternyata penjelasan yang
telah kita terima, pemda provinsi, pemda itu terdiri dari 2: DPRD dan gubernur. Ternyata
DPRD telah memberikan persetujuan dengan diajukan gubernur, berarti gubernur juga setuju.
Kalau G to G, saya dulu di Kanwil Agama, itu G to G itu penyerahan dari pemda itu tidak
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 14
pakai bayar, tidak pakai apa-apa, cukup dihibahkan karena G to G. Ini G to masyarakat,
masyarakat yang memilih gubernur, masyarakat yang apa, itu tidak perlu lelang karena ada
aturan dalam itu G to G saja boleh, apalagi G to masyarakat begitu. Kepentingan mayarakat
boleh hibah itu. Jika memang sistem tadi menurut Kementerian Keuangan, jadi sekarang
untuk tanah dan masyarakat saya kira policy-nya pada gubernur, pada pemda. Tidak ada lagi
rantingnya kepada Kementerian Keuangan, tidak lagi ada rantingnya kepada apa. Saya kira
coba kita lihat aturan bahwa G to G saja boleh hibah, kecuali G to B, G to Bussiness. Ini
bukan kepada bisnis, bukan kepentingan apa, tapi kepentingan rakyat karena rakyat itu
termasuk komponen dari tanggung jawab pemerintah. Nah oleh karena itu, kami mohon
kepada Pemda Lampung, tolong diteliti secara cermat, prinsipnya kelihatannya tidak
permasalahan. Tinggal nanti Bapak penuhi syarat minta rakyat memenuhi syarat dan ajukan
prosedurnya kepada ATR secara berjenjang naik, mungkin BPN kabupaten, BPN provinsi,
sehingga untuk tanah yang milik pemda provinsi ini setelah kita mendapatkan keterangan,
tidak persoalan. Tinggal penuhi syarat, lalui prosedur. Syaratnya diminta kepada walikota,
kepada camat dan lurah dan kepala desa, jelaskan status hak. Betul tidak status itu, eh bukan
status, alas hak, benar tidak alas hak ini, masyarakat itu si A, si B, dan si C, ya saya kira
gubernur cukup membuat SK dengan itu, baru BPN memproses sesuai dengan alas hak yang
ditetapkan oleh pemda. Jadi, ini pemda yang lebih dominan kami lihat, nah oleh karena itu
tadi oleh provinsi menyatakan DPR sudah setuju, gubernur sudah setuju, lalu coba lihat
aturannya ini bukan G to B, bukan Government to Bussiness. Atau untuk kepentingan bisnis
oleh masyarakat Bapak? Ini kami tanya, yang masyarakat ini untuk bisnis atau untuk apa?
Untuk pribadi. Nah kalau bukan untuk bisnis, berarti bukan G to B, bukan G to Bussiness,
jadi tidak apa-apalah perlu pakai apa. Nah namun demikian, saya tidak hapal betul, tolong
dicek oleh Bapak, boleh itu hibah kalau itu G to B, tapi untuk pemerintah dan masyarakat
sendiri, cuma hak-hak ini ada kewajiban. Tentu kewajiban dan hak ini disesuaikan dengan
tingkat kadar hak dan kewajiban yang dimiliki.
Itu saya kira yang pertama kalau mengenai keterkaitan dengan pemda. Ada komentar
dari pemda?
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Pimpinan, Pimpinan, sebelum ke pemda, saya ingin menjelaskan dulu masalahnya
pemda. Kalau kita bertanya kepada pemda, akan dijawab seperti hal yang sama, Pak. Tadi
dibuktikan bahwa aset-asetnya tidak ada di Kementerian Keuangan, dan kalau tidak ada siapa
yang usulkan? Pemda berarti. Nah, Pemda mengusulkan kepada BPN itu bukan merupakan
alasan, alas hak untuk bisa memiliki HPL itu berdasarkan usulan dari pemda. Artinya, ini
masalah ada di BPN Pak, bukan di mereka. BPN yang harus mencabut HPL itu karena tidak
ada dasar pemerintah Provinsi Lampung untuk mengajukan HPL.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Tidak, maksudnya begini, Pak.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Ya bagaimana?
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 15
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Tadi yang masuk saya alas hak itu, masyarakat yang betul-betul merasa memiliki.
Perlu ada dia memiliki alas hak. Berdasarkan alas hak inilah diajukan. Kalau tidak ada alas
haknya, bagamana pula nanti BPN menetapkan status hak karena harus ada status, ada alas.
Alas dulu, baru status. Tak status dulu, baru alas. Betul tidak, Pak? Oleh karena itu, sekarang
tidak ada alasan bagi pemda karena itu untuk rakyat Bapak juga, untuk ketenangan Bapak
juga, untuk pahala Bapak juga, dan untuk rakyat, pemerintah untuk pemerintah.
PEMBICARA: MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
(Berbicara tanpa mic, red.)
Maaf, Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Tunggu Pak, jangan Bapak dulu. Nanti saya beri waktu Bapak.
PEMBICARA: MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
(Berbicara tanpa mic, red.)
Ini konstruksi dasar, maaf, maaf sekali. Konstruksi dasar hak itu yang sangat berbeda.
Tadi dikatakan oleh … (kurang jelas, red.) mereka berdasarkan SKPP yang 58 ‘92 itu hanya
diktum 8 kalau aset itu sesuai dengan Peraturan Mendagri, dengan pasalnya. Padahal, pada
keputusan BPN 58 itu tahun ‘92 itu, Diktum 9 dan 10-nya tidak pernah dibaca oleh pemprov
itu. Bahwa Diktumnya 9 itu, apabila dia memperoleh hak itu tidak dijaga, tidak diurus,
ditelantarkan bagus. Yang kedua, hak ini tidak melalui prosedur yang sudah seharusnya,
tidak sesuai dengan perencanaan….
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Tidak, tidak, tunggu Pak, tunggu sebentar. Tadi bahwa yang menyangkut dengan
pemprov, yang Bapak sampaikan, satu-satu kita, ternyata pemprov telah menyatakan
persetujuannya. Ini yang menyangkut itu saja dulu.
PEMBICARA: MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
(Berbicara tanpa mic, red.)
Maaf Pak, begini. Yang dimaksud dia kalau aset, betul tanggal 23 Maret 2016,
pemprov itu sudah mendapatkan izin pengalihan kepada masyarakat. Bahasa hukum alih itu
aset itu tetap, Pak, dijual ke masyarakat dengan harga … (kurang jelas, red.) 550 ribu
permeter. Sedangkan kami, ini hak kami yang kami secara hukum tidak merasa mereka
miliki aset itu, Pak. Sekarang mereka … (kurang jelas, red.) aset tanpa alas hak. Mereka
minta … (kurang jelas, red.).
Maaf, maaf sekali, Pak.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 16
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Ya saya pikir masyarakat tenang dulu.
Pak Ketua, masalahnya itu bukan sama pemprov, masalah itu ada pada ATR BPN
yang mengeluarkan HPL yang tidak benar asbabun nuzul-nya. Maka, dikembalikan kepada
ATR BPN untuk mencabut HPL yang tidak benar itu, itu masalahnya Pak. Jadi kalau ditanya
sama pemprov, tetap dia bertahan bahwa itu bisa dilepas dengan cara lelang. Rakyat tidak
mau bayar, Pak, begitu Pak.
Terima kasih, Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik, baik kalau begitu. Saya tadi karena pemprov mengatakan yang masalah dengan
pemprov sudah selesai, tapi kalau kaitannya dengan tadi, dengan ATR, nah kami minta
komentar dari ATR kalau, jadi kalau memang ternyata ada mis di dalam keputusan yang
telah dilakukan selama ini, itu bisa saja kita revisi. Nah oleh karena itu, kita tidak bisa
mencari siapa yang salah, tapi kalau secara kenyataannya perlu kita revisi, kita revisi. Nah
oleh karena itu, kami minta kepada ATR untuk melakukan penelitian secara formal atas
perintah hasil rapat, kami minta kepada ATR untuk melakukan penelitian secara cermat
terhadap persoalan yang disampaikan oleh mayarakat dan Pemda Lampung tadi. Jadi, kami
minta dilakukan penelitian secara cermat terhadap persoalan yang disampaikan tadi, dan jika
memerlukan perubahan, kita tidak mencari siapa yang salah, tetapi solusinya kita cari
perubahannya sesuai dengan aturan yang berlaku. Bisa tidak, Pak? Oke.
Nah ini pertama, Pak Andi, permasalahan masyarakat pemda dan apa tadi, dalam
rapat ini menetapkan kepada ATR untuk melakukan penelitian secara cermat. Jika memang
informasi ini benar, maka kita lakukan perubahan sesuai dengan harapan masyarakat dan
selama itu tidak melanggar aturan. Nah dalam rapat ini menetapkan kepada ATR untuk
melakukan penelitian dan dibantu oleh pemda provinsi dan kabupaten untuk memfasilitsai
penyelesaian ini. Bisa tidak, Pak?
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Pak Ketua, ini bukan hanya untuk Way Dadi, tapi juga untuk Pelindo. Dua hal yang
sama, Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Tidak, ini satu-satu dulu, Pak.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Oh ya, terima kasih, Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Kalau ini sudah apa, nanti menurun ya, kajian menurun nanti. Kita minta kepada
ATR, kira-kira ada tidak satu bulan, Pak, lamanya penelitian yang dilakukan ini, baik secara
faktual maupun secara administratif. Ada satu bulan, Pak.
Ya silakan.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 17
PEMBICARA: Dr. H. BAMBANG SADONO, S.H., M.H. (JATENG)
Ya Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pimpinan dan Bapak-bapak sekalian, nama saya Bambang Sadono. Saya dari Jawa
Tengah. Jadi ini ada Pak Sesjen, pernah mengalami juga kasus serupa seperti ini. Jadi, HPL
itu pada dasarnya adalah hak atas tanah tambahan yang diberikan kepada lembaga-lembaga
yang diperbolehkan untuk itu, antara lain pemda memang boleh, sesuai dengan tujuannya.
Jadi artinya, ada tujuan ketika diberikan itu. Nah ketika kalau melihat kasus Pemprov
Lampung ini, kelihatannya Pemprov lampung sendiri ikhlas kalau itu dilepas. Jadi, cara satu-
satunya itu adalah Pemprov Lampung lepas. Kalau Pemprov Lampung sudah lepas, itu
menjadi milik negara lagi. Kalau sudah menjadi milik negara, maka masyarakat bisa
meminta. Nah kemudian, jadi tidak usah BPN ini pusing-pusing. Kalau memang sudah
dilepas kembali ke negara, ada yang meminta, memenuhi persyaratan, berikan. Saya kira itu
struktur solusinya, Pak. Jadi, tidak usah meneliti putar-putar seperti itu tadi. Kalau Lampung
sudah lepas, hak itu kembali ke negara, tanah itu. Nah tanah negara, negara hanya boleh
mengatur ya. Tapi, kalau tadi ada pemprov menjual kepada masyarakat, tidak boleh. Jadi itu
hanya diberikan kewenangan untuk kerja sama, tapi kalau menjual pasti tidak boleh. Nah
saya kira itu, Bapak dari BPN.
Terima kasih.
.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik. Tadi kita tawarkan seperti itu, tapi masyarakat tadi mengatakan tidak tergantung
kepada khusus kepada pemprov saja, tapi perlu ada penyelesaian. Nah bagaimana, apa saran
Pak Bambang tadi bisa diterima oleh pemprov atau oleh masyarakat?
PEMBICARA: MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
Izin Pak, dari Lampung dari Way Dadi.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Ya.
PEMBICARA: MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
Jadi, pemerintah Provinsi Lampung ini tidak melihat ke mana-mana. Ini aset, yang
namanya aset harus bayar kepada pemerintah. Saya tanya kepada kita semua yang hadir ini,
ada tidak negara jual tanah kepada rakyat? Kalau dia ada aset, ada … (kurang jelas, red.),
ada pemanfaatannya mungkin benar. Itu tanah kosong yang ditempati oleh penduduk
dijadikan HPL, coba lihat alas haknya di mana. Itu saja, Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Silakan ada dari Ibu atau ada saran lain? Kita satu-satu selesaikan Pak, satu-satu biar
cepat ini.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 18
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Ini Pak, ini harus segera Pak ya karena tadi jawaban dari Pak apa, Asisten ini, saya
bukan mengambil keputusan, Pak. Ini akan mentah lagi Pak, akan mentah lagi, kecuali kalau
dari ATR BPN sudah menjelaskan bahwa kita akan cabut itu, akan cabut dengan cara-cara
tertentu ya. Kalau dikembalikan ke pemda, tidak selesai ini, Pak. Akan berakibat lebih parah
lagi di Bandar Lampung. Saya khawatir polisi bakal ada kerjaan banyak di Bandar Lampung,
Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Menurut saya diputuskan saja melalui ATR BPN, bahwa ini harus dicabut BPN.
Terima kasih pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik, maka tadi saya minta karena ini ada syarat-syaratnya keterkaitan status dengan
alat, kita minta ATR untuk melakukan penelitian, setelah dilakukan penelitian secara
administratif dan prosedur maka mengambil kesimpulan apa yang dikesimpulkan sehingga
Pemda Provinsi mengikut saja kalau memang dan mohon maaf bapak-bapak yang kami
hormati, kami sangat menghargai kedatangan bapak, karena yang kami undang gubernur,
maka bapak datang kesini seharusnya bersama gubernur. Sama dengan Pak Anu tadi dari
Menteri Keuangan dia diperintah Menteri Keuangan kesini maka kami menganggap itu
adalah dari Menteri Keuangan. Jadi kami tidak, yang kami undang kelembagaannya. Tadi
dari Kemendagri langsung Sekjen hadir, yang kami undang Kemendagrinya. Jadi kami
mohon maaf kami undang adalah institusi bapak dan mohon maaf bapak jangan kami mohon
petunjuk dulu begitu. Mohon maaf ya Pak Mendagri ya, Cahyo Kumulo itu sama dengan
saya Ketua KNPI dulu pak. Ya dia Ketua KNPI Jawa Tengah, saya Ketua KNPIdi Riau. Jadi
nasab sama, nasib berbeda begitu, satu nasab pak tapi nasib berbeda dia jadi menteri, saya
dapat Ketua BAP. Jadi terima kasih. Jadi mohon maaf pak ya, kami menghormati bapak
hadir disini selaku institusi. Nah oleh karena itu pak, Pak Andi, kita minta kepada Artela
Griya untuk meneliti administrasi ini jika memang memungkinkan untuk dicabut, cabut.
Kalau perlu bapak dukungan dari kami akan kami buat surat resmi yang ditandatangani oleh
pimpinan langsung atau saya, atau pimpinan untuk melegitimasi. Kami minta sebulan bisa
pak, melakukan penelitian mengecek ini? Dari Lampung mana, ada BPN Lampung? Berapa?
2 bulan? Berapa?
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Pak Ketua tadi ada yang minta 1 bulan, ada yang minta 2 bulan, kita ambil tengah
saja pak 1,5 bulan pak, paling cocok itu pak.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 19
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Kita putuskan 1,5 bulan atau 45 hari. 45 hari kalender atau 45 hari kerja? 45 hari
kalender supaya mudah menghitung? Oke. Ini keputusan lembaga mengikat.
KETOK 1X
Ini lembaga negara pak, jadi ini mohon maaf DPD itu boleh rapat di ibukota dan boleh rapat
di daerah, itu bunyinya perintah undang-undang pak. Nah 45 hari terhitung hari ini. Tolong
notulen rapat hitung hari ini tanggal berapa? Tanggal 31 berarti 45 hari setelah ini Februari-
Maret berarti sampai tanggal berapa Maret? 16? 16 ya. 16 Maret itu paling lama itu sudah
selesai dihitung dari hari ini, jadi kami tidak pakai kira-kira, tidak pakai lebih kurang karena
hari tidak ada lebih kurangnya dan tidak pakai kira-kira. 45 hari dari hari ini dihitung sampai
tanggal berapa 16 Maret? Betul? Oke? Berapa? 28 jadi berarti tanggal 17. Sampai 17 Maret
oke? Itu paling lama.
KETOK 1X
Kami minta secara struktural kementerian bertanggungjawab secara prinsip, Kanwil
secara teknis dengan Kepala BPN Kota. Kami minta sehingga sebelum tanggal 17 Maret itu
sudah ada penyelesaiannya dan tolong kita jadikan ini suatu keputusan lembaga negara dan
mengikat dan nanti kita kontak. Mohon maaf juga pak, kebetulan Mendagri sama dengan
saya Ketua KNPI, kalau Menteri ATR ini sama dengan saya PGA 4 tahun di bawah saya.
Saya kelas 4 dia kelas 1 makanya Menteri Agraria ini bisa jadi imam bisa jadi khotib. Waktu
dia Menteri BUMB dulu pak, dia cerita sama saya, kaget pak pegawai saya Pak Gafar kenapa
ada khotib saya langsung jadi khotib ada imam saya langsung jadi imam karena dia orang
Aceh kampungnya pak Andi. Jadi begitu pak ini hubungan emosional cukup dekat cuma dia
beruntung tidak lulus waktu tes jadi guru agama, untuk saya tidak lulus jadi guru agama pak
Gafar dapat jadi menteri, Pak Gafar lulus jadi guru agama dapat jadi Kanwil. Jadi saya kira
hubungan emosional cukup baik baik dengan Mendagri baik dengan Menteri ATR.
Baik ini berarti satu sudah selesai. Jika selesai satu ini kajinya menurun lagi, kajinya
menurun. Yang menyangkut dengan KAI dengan PT. Pelindo.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Maaf Pak, Jangan KAI dulu, Pelindo dulu pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Pelindo dulu, kenapa?
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Karena Pelindo itu masalah HPL pak sama kasusnya seperti Waidadi dan saya rasa itu
waktunya juga sama bisa diperbuat pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Masalahnya sama?
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 20
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Sama masalahnya harus dicabut, harus dicabut oleh ATR, karena asbabun nuzul tidak
jelas pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Berarti diteliti dulu?
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Sama iya.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Sama. Baik, permasalahan yang terjadi pada Waidadi dengan pemprov tadi
ternyatanya masalahnya masalah HPL, perlu diteliti. Setelah dapat hasil penelitian ini maka
dua opsinya, diputuskan langsung atau memerlukan lagi dari DPD secara kelembagaan.
Kami berada di belakang bapak selama itu benar dan kami akan mempertaruhkan
kelembagaan dan secara anu jika itu benar. Baik, bapak-bapak dan kami berharap kepada
masyarakat dibantu sepenuhnya untuk tidak terjadi persoalan-persoalan yang merugikan kita
sendiri. Jika ada persoalan-persoalan di lapangan yang memerlukan perbedaan pendapat
jangan langsung mengambil keputusan sendiri, bapak bisa berkonsultasi dengan aparat yang
mengayomi bapak-bapak yaitu pihak kepolisian sehingga dengan demikian tidak terjadi nanti
sesuatu. Niat kita baik pelaksanaannya tidak baik hasilnya akan menjadi tidak baik. Bisa
tidak masyarakat untuk mengamankan dengan sebaik-baiknya?
PEMBICARA: MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
Siap.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Berkoordinasi dengan aparat keamanan secara etika dan sopan santun. Dengan
demikian aparat bapak di lapangan, aparat BPN dilindungi oleh aparat hukum dan dilindungi
oleh masyarakat dan tokoh masyarakat untuk tidak terjadi sesuatu di dalam penyelesaian ini
dan kami minta pada PT. Pelindo, Pelindo ada? PT. Pelindo karena ini sudah menyangkut
sistem dan aturan tadi setelah kita coba melihat maka Pelindo itu kan Perum pak, BUMN.
Persero. Persero sama. Kenapa negara membentuk Persero dan BUMN? Tujuannya adalah
untuk mensejahterakan masyarakat, karena disitu akan dapat anggaran pendapatan belanja
negara. Selama itu kepentingan masyarakat dan tidak merugikan secara hukum kepada
perusahaan, bahkan perusahaan disuruh membayar CSR, ini tidak perlu bayar CSR tapi jika
memang itu secara aturannya bisa mensejahterakan masyarakat secara tidak langsung, tolong
bapak juga beri dukungan dan bantuan kepada BPN tentang data-data dan informasi selama,
satu syarat dipenuhi, prosedur dilalui, tidak ada sistem yang dilanggar, maka tidak ada pihak-
pihak yang dirugikan. Kalau ada yang diuntungkan semua kita beruntung, kita dapat pahala
dengan niat yang baik, karena menurut agama islam pahala yang paling besar adalah
menyelesaikan tanah, lewat saja cacing pak kita berpahala itu. Begitu pak maka wakaf tanah
bapak-bapak berniatkanlah wakaf tanah, cacing saja lewat, burung saja lewat di atas kita
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 21
tercatat dapat pahala. Nah begitu menurut agama pak, karena saya mantan Kanwil Agama.
Baik sudah dua, dan dengan ini karena ini menyangkut kereta.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Waktunya salah pak. Saya interupsi pak. Penyelesaian waktu untuk kasus HPL
Pelindo ini waktunya sama, 1,5 bulan. Terserah BPN mau butuh 2 tim atau 1 tim yang
mengerjakan 2 HPL ini. Terima kasih pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik, dan kami minta secara struktural Menteri Dalam Negeri perlu melakukan
pemantauan karena ini menyangkut tanggung jawab secara struktural adalah Menteri Dalam
Negeri. Nah kami minta kepada Mendagri untuk memantau ini dan mengawasi sehingga
kami juga berkesempatan meminta konfirmasi kepada Menteri Dalam Negeri sampai dimana
progresnya dan jika terjadi persoalan di lapangan, kami minta dari Pak Kapolri untuk
memantau untuk tidak terjadi persoalan-persoalan baik antara masyarakat dengan Pemda,
maupun masyarakat dengan Pelindo. Nah dengan demikian Ombudsman juga memantau,
betul tidak ini dilaksanakan sesuai dengan Tupoksi yang diberikan oleh negara kepada
instansi itu, memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya, kami minta juga mohon bantuan
rekan-rekan kita sama selevel, cuma karena ini mengingat kehadiran bapak dari Ombudsman,
tentunya Komnas HAM akan bangga akan senang tidur, akan bangga apabila rakyatnya telah
mendapatkan perhatian yang sebaik-baiknya. Oleh karena itu bapak dan ibu tinggal satu lagi
persoalan yang kita lihat dengan PT KAI. Kalau dengan Pelindo sudah, dengan Pemda sudah,
nah dengan PT KAI ini apa memang mirip? Bagaimana Pak Andi.
PEMBICARA: MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
Mohon ijin pak. Kami dari Forum Masyarakat sudah menyiapkan data pak untuk
mendukung penyelesaian dari kasus kami.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Dimana?
PEMBICARA: MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
Pelindo pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Oh iya boleh. Boleh nanti terakhir nanti bapak bagikan. Terima kasih nanti bapak
bagikan, yang penting bantu BPN. Sekarang permasalahan yang menyangkut PT. KAI.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 22
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Terima kasih pimpinan ya. Untuk persoalan masyarakat dengan PT KAI, yang di
dalamnya diperkirakan ada sekitar 15.000 sampai 17.000 kavling yang sudah di data oleh
BPN Kota Bandar Lampung yaitu menjadi kaitan dengan masalah tanah gonkat ini kita sudah
mengambil satu jalan keluar sebetulnya pada waktu pertemuan BAP dengan Pemerintah Kota
Bandar Lampung, masyarakat dan BPN atas dasar pertemuan pimpinan dengan sekjen.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Pak M Nur.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Iya, ATR, BPN dan kita pak, bapak sendiri bahwa ini bisa diteruskan dalam hal
verifikasi dan sertifikasi pada saat pertemuan itu. Maka oleh karena itu bapak, ibu sekalian
hasil pertemuan dengan pemerintah kota itu adalah dua hal, pertama minta ketegasan Polri
untuk tidak memihak dalam hal pengamanan, karena kami temukan pasca rapat itu Polri
masih berpihak kepada PT. KAI, saya minta ada di tengah-tengahnya, harus ada ketegasan
daripada pihak Polri, Pak Bareskrim mungkin menegaskan kepada pihak yang di bawah
Kapolda dan Polres agar tidak memihak dalam kaitan dengan ini status kou berpihak kepada
pengamanan saja begitu pak ya. Itu yang pertama. Yang kedua adalah kita meminta segera,
Pemerintah Kota Bandar Lampung membentuk tim verifikasi dan sertifikasi, karena dari
BPN sudah oke, kota ya, dan masyarakat sudah membentuk juga tim mereka namanya
forum-forum di setiap kelurahan yang terkena kasus ini dan datanya sudah ada semua pak,
tinggal bagaimana mendorong pemerintah kota ini membentuk tim ini bekerja sama dengan
BPN kota, provinsi lalu melakukan pendataan yang tadi sudah difasilitasi oleh masyarakat,
datanya sudah ada dan melakukan verifikasi dan pada saatnya bisa melakukan sertifikasi.
Saya rasa demikian dari saya, terima kasih pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik, saya minta kepada masyarakat dulu jika memang PT. KAI ini, PT. KAI ini kan
untuk kesejahteraan juga, jika betul-betul untuk kepentingan pembangunan PT. KAI,
pembangunan kereta, relnya yang dikenakan tanah bapak dengan sekian meter, menurut
ketentuan kiri-kanan apa bapak-bapak bersedia tidak memberikan kepada negara? Iya.
PEMBICARA: MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
(Berbicara tanpa mic, red.)
Ada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang PT. KAI bahwa untuk
penggantian penggunaan lahan sudah diatur dalam undang-undang itu pak, Nomor 23 Tahun
2007 pada halaman 214. PT. KAI harus mengganti rugi hanya tinggal pelaksanaannya saja
pak, undang-undangnya sudah ada PT. KAI. Komitmen itu harus.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Yang kami tanya yang betul-betul digunakan oleh PT. KAI untuk rel dan sekian meter
ketentuannya, bapak-bapak atas masyarakat bersedia tidak memberikan itu untuk
pembangunan pemerintahan? Itu yang kami tanya.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 23
PEMBICARA: Dr. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Pak Ketua. Saya harus menjelaskan Pak Ketua di Bandar Lampung sudah ada tembok
rel kereta api kiri kanan pak, itu sebagai batas pak. Ada sebagian yang belum, yang belum ini
kita merujuk pada UU Perkeretaapian Nomor 23 Tahun 2007 bahwa dalam salah satu
pasalnya disebutkan tanah pengelola PT. KAI atau Kemenhub ini dari perkeretaapian itu
berjarak 6 meter sisi kanan dan 6 meter sisi kiri yang lainnya adalah punya masyarakat. Nah
oleh karena itu bapak sekalian kita bertumpu pada itu saja kecuali kepada kantor-kantor atau
objek-objek yang sudah ditempati oleh PT. KAI seperti Peron dan lain sebagainya, itu
ketentuan, tidak ada disebutkan masalah penggantian. Terima kasih pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik, cuma saya dalam rapat ini perlu menjelaskan kalau itu betul-betul kepentingan
kereta dalam pembangunan maka saya minta pernyataan rakyat betul-betul bersedia
memberikan karena ini untuk kepentingan pembangunan, itu yang kita minta seperti di Jawa
Tengah, Jawa Tengah bersedia Lampung barangkali kalau ini kepentingan betul-
betul kepentingan pemerintah dan pembangunan kami mohon pernyataan bapak menyatakan
kesediaan atau tidak begitu.
PEMBICARA: MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
(Berbicara tanpa mic, red.)
Sebenarnya begini pak. Mohon maaf pak kita tidak terima kaya begitu kalau memang
mau dipakai silakan, tetapi tolong sekarang silakan dipakai pak, tapi pak biarkan rakyat dapat
kembali membeli tanah dan membangun rumahnya pak, jangan dibiarkan rakyat itu
sengsara, itu saja pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik, kami minta dalam forum ini pernyataan persetujuam rakyat dengan ketentuan
ketentuan yang berlaku, yang penting nanti jangan terjadi perlawanan karena itu
kepentingan pemerintah, kepentingan negara begitu. Jadi supaya dalam rapat ini dapat suatu
kesimpulan kita. Jadi ini kepentingan memang pemerintah betul-betul. Ini kalau kita nonton
film apa film upin dan ipin itu betul, betul, betul. Jadi tiga kali betulnya betul betul betul.
Baik, bapak dan ibu. Berarti Pak Andi kenyataannya hampir bersamaan
permasalahannya memang larinya kepada ATR, kata kunci kata kuncinya kepada ATR
semua, selama itu.
PEMBICARA: Dr. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Bersama pemerintah kota pak. Kalau ATR BPN nya sudah oke kalau masalah ini pak.
Kitakan sudah ketemu pada waktu itu, ATR BPN melalui kanwil provinsi dan BPN kota kita
sudah setuju untuk melakukan verifikasi dan sertifikasi tetapi pemerintah kota sampai
sekarang ini belum melakukan pembentukan tim verifikasi pak. Yang kita posisikan di sini
adalah bagaimana kita meminta kepada pemerintah kota segera membentuk tim
verifikasi sertifikasi bekerjasama dengan BPN melakukan langkah-langkah verifikasi
pendataan lalu usulan menuju pada sertifikasi sejumlah 15 ribu sampai 17 ribu kavling
itu sesuai dengan program pemerintah pusat yaitu program rumah Pak Jokowi. Terima kasih
pak.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 24
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik, kami minta kepada Walikota. Silakan pak.
PEMBICARA: PERWAKILAN WALIKOTA (NARASUMBER)
Baik, terima kasih pimpinan rapat.
Jadi sebagaimana rapat kita tanggal 25 Agustus Tahun 2007 sebenarnya Pak Walikota
saat itu menyatakan setuju membentuk tim dan ini sudah kita buat tapi dengan
persyaratan ada dua sebenarnya permintaan Pak Walikota, pertama ada pelepasan ataupun
pelepasan hak dari PT. KAI. Jadi nanti pemerintah kota dengan BPN baru barangkali
membuat sporadik ya. Kemudian yang kedua waktu dulu juga kita usulkan kita tidak hanya
Bandar Lampung tapi seprovinsi Lampung begitu loh pak, terkait masalah PT. KAI ini. Nah
sampai sekarang kami belum menerima pak terkait pelepasan hak tanah PT. KAI jadi
bagaimana kami.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Bapak sudah buat surat?
PEMBICARA: PERWAKILAN WALIKOTA (NARASUMBER)
Kita sudah berkoordinasi pak tapi sampai sekarang kita nggak,
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Bukan maksudnya bapak sudah buat surat ke sesuai dengan tadi.
PEMBICARA: PERWAKILAN WALIKOTA (NARASUMBER)
Belum, belum. PT. KAI yang sudah harusnya menyampaikan pelepasan hak itu.
PEMBICARA: Dr. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Pimpinan.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Tolong Pak Andi, bagaimana Pak Andi?
PEMBICARA: DR. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Pimpinan pimpinan begini ya barangkali begini acuan berpikir sudut pandang
antara pemerintah kota dengan kita BAP, dengan dari BPN yang harus kita luruskan
Pak. Dalam kaitan dengan disebutkan oleh walikota tadi yang mewakili kota, pelepasan hak
itu tidak ada yang dilepaskan Pak PT. KAI , PT. KAI gak punya hak atas tanah itu apa yang
mau dilepaskah begitu Pak, orang kita ini groondkaart tanah rakyat itu Pak, tanah negara
tanah negara yang ditempati oleh masyarakat lebih dari pada 20 tahun itu hak mereka, tidak
ada pelepasan hak di sini Pak, tidak ada hak PT. KAI di sini, tidak ada ini yang namanya hak
groondkaart di dalam republik ini yang ada adalah hak milik HGU, HGB dan lain
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 25
sebagainya. Oleh karenanya tidak perlu meminta persetujuan daripada PT. KAI ini sudah
tugas daripada pemerintah kota membentuk langsung melakukan proses sertifikasi melalui
verifikasi, terima kasih Pak.
PIMPINAN RAPAT: DRS. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD
RI)
Kami minta kepada ATR , menurut Bapak-bapak apa berbeda menurut pendapat kita ,
setelah kami balik-balik undang -undang apa groondkaart itu ada nggak tercantum dalam
undang-undang, kita , ini apa mungkin Bapak punya literatur nanti berbeda dengan
kami, kami persilakan Pak.
PEMBICARA: KEMENTERIAN ATR (NARASUMBER)
Baik pak, jadi begini hak-hak lama sejak berlakunya UU PN, memang itu itu di
akhiri, tetapi ada hak-hak lama ya yang di akhir itu menjadi tanah negara, tetapi karena
undang-undang nasionalisasi itu kemudian menjadi aset. Misalnya perkebunan termasuk
juga mineral begitu ya. Tanah ini statusnya tanah negara Pak, tapi itu karena nasionalisasi
itu aset juga, aset negara juga. Nah ini di sini lah apa namanya hukum tanah
ini kemudian, tanah negara itu tidak selalu tanah yang bebas dari hak-hak pihak ketiga.
Hanya memang dia belum didaftar, Nah mungkin lebih lanjut Pak Iing.
PEMBICARA: KEMENTERIAN ATR (NARASUMBER)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi.
Yang pertama memang hak-hak lama itu kita kenal Pak dulu ya Ehedem itu hak
milik kemudian Erfpacht itu HGU. Kemudian Obstal itu HGB. Apa yang dimaksud
groondkaart masalah, groondkaart adalah batas-batas bidang tanah ya. Sedangkan tanda
buktinya itu adalah grosse akta pacht ehendem, grosse akta pacht erfpacht, grosse akta pacht
obstal. Kalau sekarang kan setelah UPEA PP 61 jadilah sertifikat. Kalau dulu Pak
regristration of deedskalau sekarang registration of tittle. Hak Pak ya, nah bagaimana dari
sejarah itu memang dengan Undang-Undang nasionalisasi, Undang-Undang 86 tahun
1958 perusahaan perusahaan Belanda itu pengambilan tanahnya dan tidak dikenalnya. Ada
yang namanya over naming Pak. diambil oleh negara tetapi diselesaikan oleh meja bundar
melalui konvensi di Den Haag dan memberi negara memberi ganti rugi. Yang kedua
dengan nasting Pak itu bentuk. Diberikan ganti rugi waktu nasionalisasi perusahaan
Belanda. Yang ketiga dengan basic naming diambil tambah ganti rugi memang di Undang-
Undang 86 tahun 58 itu dan peraturan menteri 863 tanah-tanah yang dinasionali by the
law, itu menjadi dikuasai penuh oleh negara menjadi baik itu di di KAI juga di PELINDO di
perkebunan juga itu nasionalisasi. Nah masalahnya ini memang apakah groondkaart itu ,
groondkaart adalah data fisik kalau sekarang Pak. Dulu kan kalau sekarang gambar situasi
Pak. Gambar situasi atau surat ukur kalau Bahasa Belanda disebutnya midfreed Pak. Nah
groondkaart itu adalah kalau sekarang kan jalan tol Pak. Itu diukur Pak. Itulah batasnya. Ada
untuk stasiun ada untuk jalan. Nah memang di Belanda itu Pak, memang dilaporkan ke
Belanda, ada proses verbal namanya. Kita beli tanah perusahaan-perusahan belanda itu ada,
nah memang ada yang ditindaklanjuti dengan ehendem itu Pak, ground rechten ada juga
obstal.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 26
Nah masalahnya dulu memang itulah yang dicatat aset karena dulu dasarnya SKB
16186 keputusan bersama bahwa groondkaart adalah penguasaan PJKA atau biher dulu ya
PP 85, inilah memang ada yang dikuasai, ada juga yang tidak, itu jadi itulah dari sejarah Pak.
Memang ini keputusannya tetap di PJKA, artinya kalau namanya PJKA berlakulah Undang-
undang 19, 2003 peraturan-peraturan itulah yang kalau bagaimana cara penyelesaiannya di
Undang-undang BUMN ya, itu aja Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Kami tanya Pak.
PEMBICARA: KEMENTERIAN ATR (NARASUMBER)
Ya.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Statusnya grondkaart itu alas hak atas status hak ?
PEMBICARA: KEMENTERIAN ATR (NARASUMBER)
Nggak
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Karena menurut pengetahuan kami ya ndak ada dalam undang-undang kata-kata
grondkaart dan tanah saat penjajahan itu ada limit waktu untuk dilaporkan yaitu sampai hari
ini tidak dilaporkan ya sedangkan hak milik saja itu ada namanya hak mengembang dan
mengempis yaitu hak milik apalagi hak yang tidak jelas, ini yang kami minta secara formal
dalam aturan itu.
PEMBICARA: KEMENTERIAN ATR (NARASUMBER)
Ya ya jadi grondkaart adalah batas-batas bidang tanah yang diukur secara kadaster.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Bukan Alas Hak?
PEMBICARA: KEMENTERIAN ATR (NARASUMBER)
Kalau Alas Hak dulu, kalau ehendem, itu adalah kalau jadi sekarang sertfikat adalah
grosse acte pantecht.
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Dan bukan juga Status Hak?
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 27
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Pak Ketua.
PEMBICARA: KEMENTERIAN ATR (NARASUMBER)
Kalau itu, masa lalu Pak, sebelum berlakunya UUPA dikena lah namanya ehendem
obstal kalau namanya grondkaart adalah dulu adalah batas batas bidang tanah yang diukur
secara kadaster Pak begitu.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Pak Ketua.
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Statusnya apa sekarang pak?
PEMBICARA: KEMENTERIAN ATR (NARASUMBER)
Statusnya kalau itu kan bukan alas hak pak?
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Pak Ketua, Pak Ketua saya jelaskan sedikit Pak Ketua.
PEMBICARA: KEMENTERIAN ATR (NARASUMBER)
Ya ya itu dari sejarah Pak, maksudnya dari sejarah Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Ya dari sejarah.
PEMBICARA: KEMENTERIAN ATR (NARASUMBER)
Ya kalau dulu masa lalu ya itu Pak, karena memang sampai berlakunya UUPA dari
kita itu dari dulu itu berlakulah pasti sistem registrasi ofte. Alas hak adalah alat bukti yuridis
Pak, yang menentukan adanya hubungan hukum antara tanah dengan yang punya itu. bisa
dibuktikan dengan Girik kalau di ini itu alasannya ya. Jadi kalau grondkaart adalah memang
ada SKB 861 bawa itu penguasaan katanya. SKB 2 Menteri penguasaan bakal citranya PT.
KAI itu pak kalau dari literatur sejarah.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Saya potong Pak Ketua.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik, dari Ombudsman atau dari Komnasham ada komentar. Silakan. Silahkan Pak.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 28
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Tadi sudah ada kesimpulan bahwa grondkaart itu bukan Alas Hak, ya karena dia
bukan Alas Hak kita menarik ke belakang lagi pada saat pada waktu Konvensi hak-hak Barat
ke hak Republik dengan 3 hak tadi, ehendem, erfacht dan obstal dan tidak satu pun
disebutkan ada grondkaart. Maka oleh karena itu Pak, Itu bukan Alas Hak oleh karenanya
kita tidak meminta persetujuan dari PJKI ini hanya gambar situasi, sama seperti ketika Bapak
membangun rumah, Bapak lihat gambar situasi tetapi hak Bapak atas rumah itu adalah
sertifikat hak milik yang Bapak pegang. Maka oleh karenanya grondkaart bukan Alas Hak
dan tidak perlu memerlukan persetujuan kepada RUPSPTKI lepaskan segera kepada
masyarakat sejumlah 15.171 ribu itu, dengan jalan merekomendasikan pemerintah kota untuk
membentuk TIM verifikasi jadi tidak ada urusan lagi PTKI.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Kita minta dari Kemendagri komentar Pak, gimana kira-kira ? saya minta Pak, nanti
baru dari.
PEMBICARA: SEKJEN KEMENDAGRI (NARASUMBER)
Tanah, kami minta biro hukum saja Pak.
PEMBICARA: KEMENDAGRI (NARASUMBER)
Terima kasih Pak Pimpinan.
Jadi kita tahu bahwa ini bermula dari surat Kementerian Dalam Negeri yang sekitar
tahun 1980. Terus kemudian saat itu adalah Kemendagri itu ada Direktorat Jenderal Agraria,
kemudian 1988 itu kita sudah pisah Pak artinya berdiri sebagai kementerian sendiri Agraria
sehingga kewenangan-kewenangan yang semua melekat kepada Kementerian Dalam Negeri
itu secara otomatis pindah ke Badan Agraria atau BPN sekarang ini. Kira-kira demikian yang
bisa kami tambah informasikan. Itu yang kedua.
Yang kedua, tentu terkait dengan permasalahan ini Kementerian Dalam Negeri juga
menginformasikan atau memfasilitasi kepada teman-teman yang ada di Provinsi Lampung,
komunikasi terus supaya ini di dorong utnuk segera bisa diselesaikan secara baik. Kira-kira
demikian Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Baik, dari Ombudsman atau dari Komnasham ada komentar. Silakan.
PEMBICARA: OMBUDSMAN (NARASUMBER)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore dan salam sejahtera.
Pimpinan BAP dan anggota DPD yang kami hormati.
Pertama tentunya kami mengapresiasi pak, inisiasi untuk memfasilitasi pertemuan ini.
Nah dari 3 laporan pengaduan yang disampaikan masyarakat kita dari Lampung memang
salah satunya yang dari Waidadi itu yang memang dilaporkan kepada kami sejak tahun 2017
lalu dankami juga sudah memfasilitasi beberapa kali pertemuan bahkan ada tim kami yang
kelapangan dan memang kesimpulannya sama pak, kita berharap betul rekan-rekan kita di
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 29
BPN setidak-tidaknya di Kanwil dan Kanta disana supaya membantu memfasilitasi kembali,
melihat kembali regulasi yang ada. Kemudian apakah apakah nanti ujung dari laporan
pengaduan ini kemudian ada solusi yang terbaik untuk warga kita disana. Itu yang kami
harapkan betul dan kami punya kantor perwakilan disana, bila diperlukan untuk
berkoordinasi membantu mendukung kegiatan ini kami dengan senang hati pak, mungkin itu
saja. Terima kasih pak.
PEMBICARA: KOMNAS HAM (NARASUMBER)
Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore bapak-bapak.
Berkaitan dengan Komnasham, kami sudah menindaklanjuti pengaduan dari pengadu,
kami sudah melakukan mediasi secara berkelanjutan sebanyak 6 kali, kami sudah
berkoordiansi dengan pihak terkait, instansi terkait termasuk juga dari BPN ya. Kemudian
dari pertemuan mediasi itu kami mendapatkan fakta, penjelasan ya termasuk juga kami
menerima penjelasan surat dari BPN bahwa memang di lokasi tanah yang diberikan HPL
kepada Pelindo II itu memang ada status hak warga yang sudah memiliki sertifikat. Nah oleh
karena itulah kami kemudian mengirimkan surat resmi kepada Kementerian BUMN agar
memberikan perhatianyang serius terhadap masalah ini karena dengan adanya HPL yang
diberikan kepada tanah yang itu sudah punya sertifikat warganya, kami melihat ini ada
indikasi terkait terjadi pelanggaran HAM terkait khususnya Pasal 36 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 ya yang secara tegas menyebutkan bahwa tidak seorang pun
boleh dirampas miliknya dengan sewenang-wenang dan secara melawan hukum. Oleh karena
itulah setelah melakukan mediasi itu, setelah mendapatkan penjelasan dari instansi terkait
kami melihat penyelesaian masalah ini sangat terkait dengan sama juga ya Kementerian ATR
ya, BPN dan juga khusus untuk Pelindo Kementerian BUMN. Itu saja terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Dari Pak Kapolri mungkin ada komentar Pak.
PEMBICARA: POLRI (NARASUMBER)
Baik, Pak terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati Pimpinan BAP, bapak, ibu sekalian.
Sesuai dengan tugas peran dan tanggung jawab kami sebagai aparat kepolisian yang
bertanggung jawab dalam hal memelihara, mengamankan dan menjaga ketertiban
masyarakat, pelayan, pelindung juga penegak hukum tentunya saya berterima kasih yang
sudah sekian puluh tahun bersoal semua dalam kondisi yang terkendali. Itu yang pertama
saya ucapkan. Atas nama pimpinan saya juga mohon maaf Pak Kapolri berangkat keluar
negeri hari ini pak dan Pak Kapolri juga sedang ada tugas sehingga ditugaskan kepada kami.
Itu yang pertama saya berterima kasih kepada warga tentunya dan yang kedua sekian puluh
tahun persoalan ini belum tuntas, saya juga berharap kepada masyarakat tentunya tadi ada
putusan 2 bulan selesai perlu juga ada pemikiran iya kan, kalau tidak selesai terus bagaimana
kan ini bukan sesuatu yang mudah.
Urusan tanah tidak mudah ya, ada yang puluhan tahun kami tidak bisa menyelesaikan
secara hukum sehingga tentunya harapan kami kepada warga masyarakat, kepada pemerintah
ataupun yang bersengketa, semua pemerintah ini pak, yang bersengketa antara masyarakat
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 30
dan pemerintah. BUMN itu bagian dari pada pemerintah, PT. KAI bagian dari pada
pemerintah yang semuanya asetnya itu, itu yang perlu ditelusuri mungkin pak perlu ada,
inikan sudah ada tim juga dulu, saya berharap pemerintah juga konsekuen untuk mengurusi
warganya. Sudah dibentuk, saya sudah baca laporannya. Tolong ditindaklanjuti untuk
verifikasi mana sih yang betul-betul punya masyarakat. Kita juga jaga-jaga pak ya, nanti
tahu-tahu ada yang nambah-nambah lagi susahlagi, jadi diverifikasi dulu sudah lalu di
konfirmasi, Menteri Keuangan harus menjawab secara surat ini, tidak bisa lisan-lisan, ini
memang betul asetnya atau bukan? Ada jawaban resmi. Karena apa? Nanti pejabatnya pun
tidak berani pak mutuskan, kenapa? Besok dijemput KPK.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Menteri Keuangan harus menjawab secara surat ini tidak bisa lisan-lisan. Ini memang
betul asetnya atau bukan? Ada jawaban resmi, karena apa? Nanti pejabatnyapun tidak berani
Pak memutuskan. Kenapa? Besok dijemput KPK. Nah kan begitu, ada konsekuensi. Saya
lihat Bapak Ibu ini diam saja, kenapa? Waduh memutuskan ini salah nanti. Nah itu, jadi perlu
ada surat juga secara administrasi betul sehingga kemudian bisa dipertanggungjawabkan
secara hukum juga. Nah saya juga tidak yakin nanti BPN langsung bisa mencabut seperti itu.
Kenapa? Yang pernah kita tangani pengalaman, sudah jelas harus tetap ada putusan
pengadilan. Tidak berani, tapi di sini saya minta juga pemerintah, yang mewakili pemerintah
di sini PT. KAI dan Pelindo dan Pemda ya jangan juga mau bertahan. Ketika dalam
bersidang bertahan ini adalah milik Pemda, jangan. Sesuai aturan saja yang disampaikan Pak
Pimpinan tadi. Aturannya kalau memang menurut Menteri Agraria iya kan Undang-Undang
Agraria 20 tahun sekian, 10 tahun dirawat dan lain sebagainya. Pemerintah milik negara kan?
yang lain diberikan hak untuk mengelola. PT. KAI mengelola, iya kan? Ya kalau memang di
situ tapi saya rasa harus dengan putusan pengadilan juga.
Alhamdulillah Pak kalau memang waktu yang 2 bulan ini bisa diselesaikan dengan
kebijakan-kebijakan tadi alhamdulillah, tapi kalau tidak, mungkin, mohon maaf sekali lagi.
Saya bermohon kepada warga untuk tidak main hakim sendiri. Saya akan sampaikan kepada
jajaran kepolisian di sana untuk tidak berpihak, untuk menengahi persoalan ini dengan baik
tentunya. Tapi sekali lagi saya berharap kepada yang mewakili pemerintah di sana PT. KAI,
Pelindo dan Pemda harus berempatilah. Berempati kepada warga yang sudah sekian puluh
tahun menempati itu, jangan juga suruh beli. Karena ya itu tadi, untuk beli atau tidak belinya
kan putusan juga. Ada aturan untuk beli atau tidak beli. Aturan nanti ketika gubernur yang
sekarang, walikota oh iya besok dituntut, masuk pengadilanpun tidak mau juga itu, mungkin
seperti itu sehingga dari, ada tim kecil Pak panitia yang sudah dibentuk, verifikasi, baru juga
bersurat supaya ada putusan dari Menteri Keuangan betul asetnya atau bukan. Nah kemudian
dari dasar-dasar itu, syarat-syarat itu menindaklanjuti bagaimana supaya masing-masing
punya hak yang berkekuatan hukum. Kira-kira demikian.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PEMBICARA: SALEH MUHAMMAD ALDJUFRI LC.,MA. (SULTENG)
Pak Ketua, sebentar Pak Ketua.
Saya sedikit menanggapi apa yang disampaikan oleh Pak Kabareskrim. Terima kasih
Bapak sudah berempati dengan masalah ini. Kami senang mendengar pernyataan Bapak tadi
bahwa pengamanan ini dilakukan secara netral tapi Pak kemarin sudah kejadian di Lampung
Pak, polisi membantu PT. KAI membubarkan orang dari rumahnya. Kami mohon kepada
Bapak untuk memerintahkan PT. KAI mengembalikan orang itu ke rumahnya kembali Pak.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 31
Kemarin 500 dalmas yang dikerahkan oleh Kapolres Pak. Siapa nama Kapolresnya saya lupa,
Kapolres Bandar Lampung siapa namanya? Siapa? Murbani Pitono. Tolong diperintahkan
untuk dikembalikan orang itu ke rumahnya. Karena orang tidak punya rumah Pak. Pada saat
itu menarik orang yang membantu PT. KAI, untuk keluar dari rumah itu.
Yang kedua, Pak Ketua, tolong diputuskan dalam rapat ini juga untuk memerintahkan
pemerintah kota untuk membentuk tim bersama BPN segera melakukan sertifikasi untuk
tanah PT. KAI dan melakukan verifikasi.
Terima kasih Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, MM (KETUA BAP DPD RI)
Tadi saya dapat informasi. Silakan Pak.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, MM (KETUA BAP DPD RI)
Kita tambah waktu 15 menit.
Kita janji tadi jam 03.20, sekarang 03.20 kita tambah 15 menit. Silakan Pak.
PEMBICARA: PEMKOT LAMPUNG (NARASUMBER)
Terima kasih.
Saya sedikit ingin memberitahukan kembali bahwa memang harus membutuhkan
limit waktu. Tidak bisa kita buka loss begitu saja. Tadi sudah menjadi kesepakatan dan
Bapak sudah ketok palu dengan waktu 45 hari. Lantas pertanyaan tadi sebagaimana yang Pak
Ari sampaikan kepada kita bagaimana kalau masalah tersebut tidak selesai? Tentu ada
konsekuensinya. Nanti bisa dipanggil kembali. Nanti dari pertemuan berikutnya itu kita tahu
sebabnya sampai tidak bisa selesai. Jadi memang harus ada juga keputusan seperti itu.
Terima kasih Pak Ketua.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, MM (KETUA BAP DPD RI)
Terima kasih Pak.
Bapak dan Ibu yang saya hormati, duduk sendiri terasa sempit, duduk bersama terasa
lapang. Jadi memang pikiran-pikiran yang sering muncul ini memberikan suatu anu dan tim
juga tidak boleh sendiri, harus juga ramai-ramai supaya memberikan suatu anu. Ini yang
telah kita putuskan tetap setelah kita putuskan tadi tidak dicabut cuma masalah yang
menyangkut dengan Pemda tadi dengan apa, kita minta karena yang tahu persoalan Mendagri
dengna Agraria kita minta timnya tetap dari BPN, pengawasnya langsung dari Menteri
Dalam Negeri dibantu oleh Menteri Keuangan untuk mensupport persoalan-persoalan yang
mendasar dan juga dari Kapolri memantau. Jadi yang memantau itu ada tiga, dari Kapolri,
dari Ombudsman dan dari Komnas HAM. Kami mohon kepada Bapak untuk mulai bismillah
untuk cari pahala. Makin cepat masalah ini selesai makin banyak persoalan negara dan
persoalan tugas yang harus kita pikirkan Pak. Jadi kami mohon Bapak Walikota, Bapak
Gubernur atau yang mewakili betul-betul ini Bapak proaktif untuk melakukan ini secara
administratif dan jika memerlukan kami, Pak Andi bisa secara Senator dan Komnas HAM
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 32
tadi juga menyatakan siap dan Ombudsman juga ada perwakilan di sana. Nah oleh karena itu
segera niat baik kita ini kita mulai.
Jadi saya, Pak, dari dulu tidak ada kata akan, saya itu kata mulai. Kalau kata akan
tidak jadi-jadi, tapi kalau kata mulai pasti selesai. Nah oleh karena itu, prinsip saya dulu dari
kecil tidak ada kata akan, Pak, tapi kata mulai. Samapi mohon maaf, saya digertak orang di
kota. Saya belajar silat di kampung, Pak. Pulang silat, saya cari kawan itu, mau apa kalian.
Sudah gitu walaupun kecil-kecil hitam-hitam begini, orang utan pandai silat juga, Pak. Nah
oleh karena itu, tidak ada kata akan, kata mulai.
Jadi baik, waktu kita sudah pas. Pertama, untuk satu dua tadi langsung ketua timnya,
timnya dari agraria secara struktur. Dan yang kedua, kita minta Mendagri yang dengan
pemda tadi, Mendagri dengan ATR dan kami mohon memantau dan mengawasi dari Menteri
Keuangan sehingga hal-hal yang menyangkut dengan Menteri Keuangan bisa diberi
penjelasan sesuai dengan aturan de facto dan de jure. Dan selaku pemantau lainnya, kita
minta ada tiga tadi dari Kapolri, dari Ombudsman, dan dari Komnas HAM. Untuk hal yang
sangat penting, tentu siapa yang paling dekat dengan masyarakat, yaitu adalah walikota
dengan gubernur. Oleh karena itu, walikota kita minta proaktif dan juga gubernur proaktif
karena ini adalah untuk kepentingan rakyat Bapak dan justru Bapak-bapak dipilih karena ada
rakyat. Oleh karena itu, kami berharap atas nama Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia telah mengharapkan ini ke Bapak. Jika memerlukan bantuan, kami akan bantukan.
Dan, kepada KAI dengan Pelindo kiranya memberikan informasi yang betul-betul sesuai
dengan aturan yang berlaku, dapat memberikan informasi kepada tim nanti sehingga setelah
45 hari sudah ada keputusan yang kita peroleh. Baik. Setuju, Bapak-bapak? Setuju. 45 hari,
ketiga persoalan ini.
PEMBICARA: PEMKOT LAMPUNG (NARASUMBER)
Itu untuk HPL saja, Pak. Kalau untuk yang PT KAI tidak masuk ke situ. PT KAI itu
langsung Mendagri mengawasi pemerintah kota untuk segera melakukan membentuk tim
verifikasi dan sertifikasi.
PIMPINAN RAPAT: H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Ya, tapi kita minta 45 hari selesai juga.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Oh iya, oke-oke.
PIMPINAN RAPAT: H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Kita minta 45 hari selesai juga. Kita harap 45 hari kalau memang betul-betul kita
lakukan, itu efektif dia. Dan terima kasih, Bapak. Persoalan-persoalan lain banyak kita pikir.
Apalagi, Bapak dari Kementerian Keuangan itu sudah kepalanya sudah memikirkan negara
Indonesia, jadi jangan lagi tambah-tambah persoalan ya Pak, ya. Baik, Bapak-bapak, kalau
tidak ada lagi komentar, ada komentar dari walikota?
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 33
PEMBICARA: PERWAKILAN PELINDO (NARASUMBER)
Saya pikir karena ini ada masalah implikasi hukum, Pak, sebenarnya kita kalau tim
sudah kita bentuk. Tetapi, kita terus-terang jujur kesulitan berkoordinasi dengan kawan PT
KAI, Pak.
PIMPINAN RAPAT: H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Dengan siapa?
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
PT KAI.
PIMPINAN RAPAT: H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Buat surat, Pak. Buat surat.
PEMBICARA: PEMKOT LAMPUNG (NARASUMBER)
Iya kita sudah, Pak. Tapi maksud saya….
PIMPINAN RAPAT: H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Kalau perlu tembus ke kami, kami yang antar.
PEMBICARA: PEMKOT LAMPUNG (NARASUMBER)
Iya maksud saya begini, Pak, kebetulan mumpung PT KAI ini kan hadir, jadi kita
minta pertanyaan mereka. Karena kalau pemerintah kota mengeluarkan sporadik, ini produk
hukum, Pak, begitu loh. Kita bisa dituntut nanti. Nah karena itu, PT KAI harus punya
komitmen di sini sehingga nanti ini yang bisa disampaikan….
PIMPINAN RAPAT: H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Maksud tadi Bapak mengantar surat, biar kami yang mengantar.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Bapak Asisten, saya perlu kasih tahu dengan Bapak bahwa PT KAI tidak punya alas
hak apa pun atas tanah-tanah itu, Bapak. Jadi, tidak ada konsekuensi hukum, tidak ada
konsekuensi yang bisa menyebabkan pemerintah kota terjerat masalah ini karena jelas, bukan
alas hak berangkat itu. Itu adalah tanah negara yang sudah dipakai oleh masyarakat lebih
daripada 20 tahun, masuk ke ranah UU Pokok Agraria No. 560. Jadi, pemerintah kota hanya
membangun atau membentuk tim saja. Tidak ada lagi urusan dengan PT KAI, Bapak.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 34
PEMBICARA: PEMKOT LAMPUNG (NARASUMBER)
Ya, jadi ini yang kita minta kawan-kawan PT KAI ini, kita itu paling sulit
berkoordinasi dengan PT KAI di daerah, Pak. Itu yang saya kepingin komitmen mereka di
sini, begitu loh. Kita beberapa kali rapat, Pak Andi barangkali berapa kali panggil PT KAI
pernah hadir, tidak? Tidak pernah hadir, Pak. Terakhir kita tanggal 27 Agustus tidak pernah
hadir. Nah ini yang kesulitan kita begitu, Pak. Makanya, mereka harus kita minta komitmen.
Ketika kita coba, kita kan harus duduk satu meja, Pak. Yang namanya mendata ini kan
ketemu dulu, tidak bisa yang ujug-ujug kita ke lapangan. Kita harus duduk seperti kita rapat
dulu. Ini yang perlu kita sebahasa dengan kawan-kawan PT KAI, begitu loh.
Terima kasih, Pak.
PEMBICARA: PERWAKILAN PT KAI (NARASUMBER)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati Bapak Pimpinan dan dan seluruh peserta rapat yang kami hormati.
Dalam hal ini kami dari Kereta Api, Pak, menyampaikan terus terang saja kalau masalah
tanah ini kan tidak hanya jabatan taruhannya, ya tapi juga pidana, Pak, sampai ke penjara
juga kita kebawa nanti, apalagi kalau menyangkut pelepasan aset negara Maka tadi saya
sepakat dengan semua yang disampaikan di dalam tadi Bapak Pimpinan dan semua yang ada
di ruangan ini, kita sepakat semua harus ada aturan yang jelas. Kami pun dari Kereta Api
kalau selama itu sesuai dengan aturan pasti akan kami ikuti. Tidak mungkin kami tidak
mengikuti aturan, Pak. Nah mungkin selama ini ada persepsi sudut pandang yang beda
tentang aturan itu sendiri, ya monggo nanti silakan dari ATR. Tentunya kalau masalah tanah
kan selama ini di ATR, Pak. Termasuk tadi yang sudah disepakat oleh Bapak yang dari PPN
terkait dengan SKP, tadi dua menteri tentang aset kereta api. Intinya, kami sebagai aparat
pemerintah, aparat negara, kami berbuat semua tentu dengan dasar aturan yang kami pegang.
Jadi kembali lagi kami terus terang, Pak, kami kalau aparat tanah ini kan tidak, pensiun terus
tidak ditarik, Pak. Banyak juga dari direksi kami sudah pensiun, tetap ditarik Pak, diminta
pertanggungjawaban. Jadi karena itu, maka kami terus terang saja kita kembalikan ke aturan.
Itu saja prinsip, demikian.
Terima kasih, Pak.
PIMPINAN RAPAT: H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Jadi, Bapak jabatannya apa, Pak?
PEMBICARA: PERWAKILAN PT KAI (NARASUMBER)
Saya Kepala daerah, Pak. Kepala daerah divisi regional Lampung, Pak.
PIMPINAN RAPAT: H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Jadi bisa berhubungan dengan walikota bisa kan?
PEMBICARA: PERWAKILAN PT KAI (NARASUMBER)
Bisa, Pak.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 35
PIMPINAN RAPAT: H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Bisa ya. Saya secara pribadi, Pak, tolong nanti secara interupsi, kita di sini tetap juga
sesuai aturan, Pak. Cuma kita mencari aturan itu. Maka oleh karena itu, memerlukan personal
yang ahli. Semuanya menurut aturan. Saya bilang tadi karena Undang-undang itu ada tiga
sifat, mengatur, mengikat, memaksa. Lihat undang-undang lalu lihat syarat lihat prosedur.
Kalau memang itu harus kita tunduk, untuk apa kita bertahan karena tidak dibawa ke mana-
mana juga yang kita kuasai ini gitu. Baik Pak terima kasih Bapak. Berarti Bapak telah
memberikan suatu sifat, kita sesuai aturan. Ada lagi? Jadi Bapak Walikota sudah bisa ya? Ya
Pak ya. Baik secara personal dan mohon maaf Pak. Kami belum pernah mneggunakan
senjata kami Pak, Kapolri. Jadi kami belum pernah minta Bapak untuk undang jemput. Kalau
dalam bahasa Riaunya jeputan itukan undangan Pak jemputan kami sangat menghargai
Bapak-bapak instansi dengan DPD nih cukup baik dan kami belum pernah memakai senjata
itu dan tidak perlu saya kira. Tetapi kalau memang diperlukan ya kita lapor juga kepada Pak
Kapolri tetapi selama ini belum pernah kita pakai kita hargai, baik sikap PJK sudah jelas
Pak? Sesuai dengan aturan maka tim ini harus sesuai juga dengan aturan bukan dengan selera
nah ya Pak ya. Tetapi aturan bukan perasaan dan dengan komentar. Kami juga belajar dan
membaca karena kami sudah ada staf ahli kami di bidang hukum. Dari Pelindo ada
komentar?
PEMBICARA: PERWAKILAN PELINDO (NARASUMBER)
Baik Pak pimpinan terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh.
Saya General Manajer Pelabuhan Panjang Pak, cabang Panjang. Prinsipnya Bapak-
ibu kami kan juga seperti kereta api ya adalah perusahaan milik negara tentu harus sesuai
peraturan yang ada. Tanah diberikan kepada kami adalah tanah negara yang berupa HPL gitu
ya. Semua kenapa HPL terbit saya kira BPN jauh lebih tahu daripada kami tentu ada alasan
saya kira tak kan terbit HPL tanpa itu semua. Ya kita ikut aturan saja Pak. Apapun yang
diputuskan asal sesuai dengan koridor hukumnya insya Allah kami berada di sana.
Terima kasih Pak.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Terima kasih jadi sama. Sekarang kami di sini BAP memang berdasarkan aturan. Jadi
kembali lagi bahwa tim telah kita tunjuk dan bekerja 45 hari. Jika memerlukan kepada kami
langsung kami ketemu dengan menteri terkait kami menyiapkan diri untuk itu. Ya Pak Andi?
Misalnya Bapak kesulitan ketemu menteri Pak. Kita ketemu. Ini harus ketemu Pak Jokowi
Pak, kami ketemu dengan Pak Jokowi. Jadi saya kira Bapak-Bapak dari ATR, Bapak-bapak
dari mendagri, Bapak-bapak dari menteri keuangan dan Bapak-bapak dari Pemda Provinsi.
Kami konsekuen dengan keputusan yang kita lakukan 45 hari akan kami tagih. Lalu ada
informasi dari Bapak Gubernur Walikota ini harus ketemu Pak Presiden, ini harus ketemu
Pak Menteri Pak Sofyan Djalil langsung Pak, kami akan temui Pak Sofyan Djalil. Ini perlu
Pak Cahyo Kumolo Pak ketemu akan kami temui Pak Cahyo Kumolo. Ini harus temui Sri
Mulyani Pak, Sri Mulyani akan kami temui. Karena Bu Sri Mulyani Pak dulu tahun 2010
saya undang ke Riau Pak. Tak ada satu pun Pak yang menyatakan dia akan hadir tapi karena
kebaikan dia terbayarlah uang 1,2 trilyun DBH Riau yang tak dibayar dan kehadiran beliau
ke Riau senyum senyum saja mula-mula dia takut didemo. Jadi kita sudah kenal baik
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 36
sehingga Bu Sri Mulyani kalau datang ke Parlemen jantungnya biasa saja, tapi kalau lain
DPD jantungnya mulai berdebar.
Nah oleh karena itu prinsip sekali Bapak. Kami atas nama BAP saya atas nama
pribadi Abdul Ghafar Usman, tunggu sebentar Pak. Ibu Novita dari Maluku sebagai wakil
ketua, Pak Ahmad Sadeli tadi dari Banten sebagai wakil Ketua, Pak Andi Senator dari
Lampung, Ibu Ema Yohana dari Sumatera Barat, Pak Idris dari Kalimantan Timur, Pak Saleh
dari Palu. Lalu kita punya tim ahli dari KPK pernah punya pengalaman KPK dan Polri Pak
Jas Wardana. Itu masalah hukum dan masalah keamanan dan beliau sudah anu. Dan juga dari
BPK dari BPKP masalah hitung-hitungnya itu secara kelembagaan tapi secara pribadi saya
punya stah ahli 2, ibu ini punya 2 atau 3, 2 juga semuanya 2. Saya kira Bapak dengan niat
yang baik dan sesuai dengan aturan. Ada terakhir Pak.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Saya ingatkan saja untuk tim pemerintah kota dan nanti melibatkan PT. KAI dalam
setiap rapat atau pembentukan tim kami minta ada forum masyarakat bersatu yang
perwakilannya di situ Pak karena saya yakin PT. KAI tidak akan bekerja sama dalam hal
melepaskan karena beranggapan bahwa ... (tidak jelas terdengar, red) adalah hak mereka.
Padahal bukan di atas hak. Jadi kalau pun mereka percaya dengan pemerintah kota pasti akan
seperti itu tidak ketemu. Yang kita harapkan adalah pemerintah kota berani mengutus segera
tim berdedikasi bersama masyarakat dan BPN segera melakukan proses verifikasi tanah.
Makasih Pak.
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Tadi PT. KAL sudah menyatakan asal sesuai dengan aturan jadi aturan yang kita
lihatkan. Ini masalahnya ini aturannya, Ini masalahnya ini aturan, ini penyelesaiannya. Di
matrix-nya tiga saja, Ini masalahnya ini aturan, ini penyelesaiannya. Ini aturan, kalau perlu
surat buat surat, Bapak nggak sanggup mengantar, kami yang mengantar kepada menteri.
Kalau perlu bertemu dengan menteri, kami, dan Bapak saya minta langsung memantau di
lapangan.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Oke. Satu lagi Pak.
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Ya.
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Ada satu masyarakat yang sekarang menderita yang tanah tempat tinggalnya sudah
dikosongkan secara paksa dibantu oleh polisi. Saya minta PT. KI dan Polri untuk bisa
meluluhkan orang itu kembali kepada rumahnya Pak. Kembalikan orang itu ke rumah dan
haknya Pak. Makasi Pak.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 37
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Karena ini informasi lisan. Saya kira tertulis sampaikan kepada Pak anu nanti akan
dilanjutkan. Tolong sampaikan secara tertulis atau Bapak sampaikan kepada Pak anu karena
ini administrasi perlu kalau secara lisan nanti dan Bapak saya kira tidak akan menolak. Oke
Pak ya? Tolong Pak Andi ya, semua harapan Bapak tadi tertulis kita sampaikan dan kita akan
back up dari BAP.
PEMBICARA: PERWAKILAN MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
Pimpinan. Izin satu menit saja Pimpinan. Ini tentang peraturan Pimpinan. Nah tadi
disampaikan dari pihak Wailota dan PT. KAI Pimpinan. Ini kebetulan berdasarkan surat
edaran Menteri Dalam Negeri Pimpinan tanggal 21.
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Ya itu yang nanti diklarifikasi oleh tim Pak.
PEMBICARA: PERWAKILAN MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
Pimpinan, ada dua peraturan Pimpinan yang disebutkan.
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Sekarang kita belum, sekarang kita tidak menyelesaikan Pak.
PIMPINAN RAPAT: DRS. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD
RI)
Itu kita belum, sekarang kita belum menyelesaikan Pak, sekarang kita baru langkah
menyelesaikan. Bapak nanti serahkan itu kepada tim, kita ada bentuk tim yang ahli, ATR
BPN ahli masalah pertanahan. Secara struktur itu mendagri sudah ahli secara strukutur
birokrasinya dan kalau terkait dengan aset menteri keuangan ikut dalam tim ini dan yang
mengawasi ini ada 3, dari Kapolri, dari Ombudsman, dan dari Komnas HAM. Kami ikut
membantu Bapak, kalau sulit mengantar surat, kami yang antar, kalau harus ketemu menteri
kami ketemu menteri, kalau ketemu presiden dan oleh karena itu Bapak jangan bicara aturan
lagi di sini.
PEMBICARA: PERWAKILAN MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
Bukan peraturannya Pimpinan, yang jadi masalahnya adalah sejak berlakunya
undang-undang itu, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 bila tidak dikonfersi, maupun
berdasarkan Undang-Undang Nomor, katakanlah Nomor 58 tentang Nasionalisasi kalau tidak
dikonfersi itu tanah itu kembali ke negara, Pimpinan.
PIMPINAN RAPAT: DRS. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD
RI)
Ya, itu yang ...
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 38
PEMBICARA: PERWAKILAN MASYARAKAT LAMPUNG (NARASUMBER)
Boleh meminta kepada negara, Pimpinan.
PIMPINAN RAPAT: DRS. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD
RI)
Ya itu yang dibuat oleh tim Bapak itu masuk dalam masyarakat, mewakili masyarakat
ada. Jadi tolong Pak walikota, gubernur, ada yang mewakili masyarakat. Oke Pak ya? Oke.
Waktu sudah terpakai 15 menit sesuai dengan janji kita, kita tadi selesai 3.20
ditambah ditambah 15 menit, menurut jam saya persis, tapi jam itu tidak cocok dengan jam
saya. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya sekali lagi kepada Bapak dari mewakili
menteri keuangan, dari kemendagri, dari kapolri, saya keluarga polisi Pak, 7 keponakan saya
polisi, dari ATR BPN, dari Ombudsman, dari Komnas HAM, dan dari Bapak Walikota, dari
Pemda provinsi, dari KAI dan Pelindo, sekali lagi kami ucapkan terima kasih.
Prinsip kita sesuai dengan aturan yang berlaku, tim bekerja selama 45 hari, apa yang
diperlukan kalau suruh ngantar surat, serahkan kepada BAP yang mengantarkan surat kalau
memang sulit mengantarkan surat, kalau mau perlu ketemu dengan top leader serahkan
kepada kami akan kami ketemukan menteri yang terkait jika memang itu syaratnya tetapi
mudah-mudahan tidak selama itu.
Kalau memang tidak ada lagi kita tutup rapat, baik dan selaku Senator Lampung
bertanggung jawab secara teknis dan informasi yang Bapak sampaikan tadi tolong buat
tertulis kepada Pak Kabareskrim sehingga Pak Kabareskrim nanti akan menyelesaikan sesuai
dengan aturan karena perlu syarat prosedur tidak saja dengan lisan-lisan. Oke Pak Andi?
Dengan demikian rapat saya tutup dengan mengulang kembali, selama 45 hari tim
teknis tentang aturan pertanahan diketuai oleh BPN yang hadir hari ini dan melapor kepada
menteri dan dibantu oleh pemda provinsi dan diawasi oleh mendagri dan menteri keuangan
secara struktur tetapi secara fungsional juga akan diawasi oleh kapolri oleh Ombudsman dan
Komnas HAM. Kami atas nama BAP langsung menugaskan Pak Andi untuk memonitor ini.
Jika menemukan kesulitan Bapak mengantar surat, suruh kami BAP akan mengantar surat
tersebut. Jika memerlukan ketemu dengan menteri yang terkait serahkan kepada kami, kami
akan temui menteri terkait. Sampai begitu komitmen kami untuk kepentingan rakyat dan
kepentingan aturan ini. Maka adalagi Bu Waka yang mau disampaikan? Tidak ada? Ada lagi
Pak Andi? Tidak ada? Kita tutup rapat ini dengan berdoa sesuai dengan agama dan
kepercayaan kita masing-masing. Berdoa mulai. Amin.
Notula rapat? Kapan notula rapat ini disampaikan kepada instansi terkait? Mana
notula rapat?
PEMBICARA: Drs. H. DR. H. ANDI SURYA (LAMPUNG)
Bapak, sebelum ini diputuskan selesai ini harus ada penandatangan kesepakatan tadi
Pak, notulen ataupun berita acara.
RDP BAP DPD RI MS III TS 2017-2018
RABU, 31 JANUARI 2018 39
PIMPINAN RAPAT: DRS. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD
RI)
Sudah siap? Mana? Sudah siap belum? Mana notula? Notula rapat siap? Mana?
Mohon sebentar Pak, ini notula rapat akan kita tanda tangani. Mohon ditunggu sebentar Pak,
ini kita, mohon maaf saya tadi, sudah siap belum? Mohon maaf Pak, Bapak-bapak, notula
rapat ini direkam sampai 10 tahun Pak. Jadi selama 10 tahun jadi dokumen negara jadi
Bapak-bapak bisa meminta rekaman rapat ini jika diperlukan. Jadi ombudsman juga perlu,
komnas HAM juga perlu, kita anu, atau dikirim saja? Dikirim saja Pak? Oke, dengan
mengucapkan Alhamdulillahirrabbil'alamin rapat saya tutup dengan mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika terdapat kekurangan. Kita pakai ilmu matematika, kurang kali kurang
sama dengan positif.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETOK 3X
RAPAT DITUTUP PUKUL 15.46 WIB