257

repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh
Page 2: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh
Page 3: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh
Page 4: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Divisi Buku Perguruan TinggiPT RajaGrafindo Persada

D E P O K

Iswandi UIndang Dewata

Page 5: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)

Iswandi U Pendekatan sistem dalam ilmu sosial, teknik, dan lingkungan / Iswandi U., Indang Dewata -- Ed. 1. --Cet. 1-- Depok: Rajawali Pers, 2017. xxii, 234 hlm., 23 cm Bibliografi: hlm. 141 ISBN 978-602-425-260-1

1. Analisis sistem. I. Judul II. Indang Dewata 003

Hak cipta 2017, pada penulisDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit

2017.1791 RPIswandi UIndang DewataPENDEKATAN SISTEM DALAM ILMU SOSIAL, TEKNIK, DAN LINGKUNGANCetakan ke-1, September 2017Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, DepokDesain cover oleh [email protected] di Rajawali Printing

PT RAJAGRAFINDO PERSADA

Kantor Pusat: Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956Tel/Fax : (021) 84311162 – (021) 84311163 E-mail : [email protected] Http: //www.rajagrafindo.co.id

Perwakilan:

Jakarta-14240 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112 Kel. Leuwinanggung. Kec. Tapos, Kota Depok 16956 Tlp. (021) 84311162, Fax (021) 84311163. Bandung-40243 Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi Telp. (022) 5206202. Yogyakarta-Pondok Soragan Indah Blok A-1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan Bantul, Telp. (0274) 625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok. A No. 9, Telp. (031) 8700819. Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 Rt. 78, Kel. Demang Lebar Daun Telp. (0711) 445062. -28294, Perum. De’Diandra Land Blok. C1/01 Jl. Kartama, Marpoyan Damai, Telp. (0761) 65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. (061) 7871546. Makassar-90221, Jl. ST. Alauddin Blok A 14/3, Komp. Perum. Bumi Permata Hijau, Telp. (0411) 861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt. 05, Telp. (0511) 3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol g. 100/V No. 5B, Denpasar, Bali, Telp. (0361) 8607995, Bandar Lampung-35115, Jl. P Kemerdekaan Nomor 94 LK I Rt 005 Desa Tanjung Raya Kec. Tanjung Karang Timur. Telp. 082181950029

Page 6: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem V

Pemasalahan lingkungan saat ini memiliki kompleksitas yang tinggi dan menyangkut bidang teknik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Masing-masing bidang ilmu sosial, teknik dan lingkungan merupakan suatu bidang ilmu tertentu dan bersifat parsial. Untuk mengintegrasikan semua bidang ilmu tersebut diperlukan suatu pendekatan yang mampu menyelesaikan persoalan yang kompleks dan bersifat dinamis. Pendekatan sistem merupakan metoda untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, pendekatan

sistem menjadi suatu pendekatan yang paling sesuai untuk menjawab permasalah ilmu sosial, teknik, dan lingkungan.

Dengan terbitnya buku ini, besar harapan saya dapat menjadi tambahan rujukan bagi mahasiswa, dosen, profesional yang menekuni bidang ilmu interdisipliner. Akhirnya saya memberikan penghargaan yang tinggi kepada tim penyusun buku pendekatan sistem ini yang telah melahasilkan suatu karya.

Terima kasih.

Rektor,

Universitas Negeri Padang

Prof. Ganefri, Ph.D

KATA SAMBUTAN REKTOR

Page 7: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Page 8: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem VII

Pendekatan sistem merupakan metoda untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan bersifat dinamis. Ilmu sosial, teknik dan lingkungan merupakan suatu bidang ilmu yang memiliki persoalan yang kompleks dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, pendekatan sistem menjadi suatu pendekatan yang paling sesuai untuk menjawab permasalah ilmu sosial, teknik, dan lingkungan.

Buku pendekatan sistem dalam ilmu sosial, teknik, dan lingkungan ini dibuat karena terbatasnya rujukan sebagai reverensi bagi yang memperdalam dan atau mempelajari ilmu sistem dan konteks ilmu sosial, teknik, dan lingkungan. Buku pendekatan sistem dalam ilmu sosial, teknik, dan lingkungan ini membahas tentang konsep sistem, sistem dinamik, permodelan, skenario model, dan teknik analisis pengambil keputusan. Pemabahasan dalam buku ini sudah disesuaikan dengan materi Magister Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh karena itu, semoga buku ini dapat menjadi jawaban dan menjadi suatu pendekatan untuk penyelesaikan permasalahan ilmu sosial, teknik, dan lingkungan.

Padang, April 2017

Penulis.

KATA PENGANTAR

Page 9: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Page 10: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem IX

KATA SAMBUTAN V

KATA PENGANTAR VII

DAFTAR ISI IX

DAFTAR GAMBAR XIII

DAFTAR TABEL XXI

1. KONSEP DASAR ILMU SISTEM 1

1.1. Ilmu Sistem 1

1.2. Karakteristik dan Klasifikasi Sistem 5

1.3. Pendekatan Sistem 8

1.4. Berfikir Sistem (System Thinking) 11

1.5. Tingkat Berfikir Sistem 13

2. PERMODELAN SISTEM 17

2.1. Definisi Model 17

2.2. Jenis Model 17

2.3. Tahap Permodelan 20

2.4. Konstruksi Model Dinamik 26

2.5. Pendekatan Sistem Sebagai Alat Mengambil Keputusan 31

DAFTAR ISI

Page 11: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan LingkunganX

3. ANALISIS KEBUTUHAN DALAM SISTEM DINAMIK 37

3.1. Pendahuluan 37

3.2. Identifikasi Kebutuhan Stakeholder dalam Pendekatan

Sistem 39

3.3. Identifikasi dan Formulasi Masalah Dalam Sistem

Dinamik 41

3.4. Prinsip Dasar Sistem Dinamik 45

4. KOMPUTERISASI MODEL SISTEM DINAMIK 49

4.1. Pendahuluan 49

4.2. Aplikasi Program Powersim pada Sistem Dinamik 50

4.3. Simulasi Model 60

5. FUNGSI-FUNGSI DALAM SIMULASI 63

5.1. Fungsi Graph 63

5.2. Fungsi If 65

5.3. Fungsi Step 68

6. SKENARIO MODEL DINAMIK 71

6.1. Pembentukan Skenario Model Dinamik 71

6.2. Pengembangan Permodelan Kompleks 76

6.3. Aplikasi Sistem Dinamik pada Model Dinamik

Pengelolaan Kawasan Permukiman Di Pinggiran Kota

Metropolitan Jabodetabek 82

7. TEKNIK PENGAMBIL KEPUTUSAN 95

7.1. Metode Proses Hierarki Analitik (AHP) 95

7.1.1. Penyelesaian AHP dengan Criterium Decision Plus 96

7.1.2. Aplikasi Expert Choice 2011 dalam analisis AHP 100

7.1.3. Contoh Aplikasi AHP dalam Penentuan kebijakan

Longsor 104

7.2. Interpretative Structural Modelling (ISM) 108

7.3. Metode Perbandingan Eksponensial 127 7.4. Kriteria Bayes 134

Page 12: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem XIPENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA 141

LAMPIRAN 1 145

LAMPIRAN 2 153

LAMPIRAN 3 175

LAMPIRAN 4 189

LAMPIRAN 5 213

BIODATA PENULIS 231

Page 13: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Page 14: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Daftar Gambar XIII

Gambar 1. Pengetian Sistem 2

Gambar 2. Sistem Kota 2

Gambar 3. Siklus Hidrologi Sebagai Sistem 3

Gambar 4. Sistem dalam Penggunaan Lahan 4

Gambar 5. Karakteristik Suatu Sistem 5

Gambar 6. Interaksi antar sub sistem penduduk, ekonomi,

dan lingkungan 6

Gambar 7. Sistem Tertutup 7

Gambar 8. Sistem Terbuka 7

Gambar 9. Tahapan Analisis Sistem 9

Gambar 10. Kerangka Berfikir Sistem 11

Gambar 11. Struktur Sistem pada Bencana Banjir 12

Gambar 12. Proses Berfikir 13

Gambar 13. Tingkatan Berfikir Sesorang 15

Gambar 14. Tingkatan Berfikir Sistem 15

Gambar 15. Peta Zona Rawan Banjir Contoh Model Ikonik 18

Gambar 16. Data Rata-rata Curah Hujan Di Kota Padang

Contoh Model Analog 19

Gambar 17. Perkiraan Masa Depan Sumbedaya, Populasi,

Polusi dan Pengan Perkapita dalam Ilmu Sistem 21

DAFTAR GAMBAR

Page 15: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan LingkunganXIV

Gambar 18. Kota Hitam (Black Box) dari Sistem Pengelolaan

Kawasan Permukiman Berkelanjutan 23

Gambar 19. Uji Validitas Model terhadap Penduduk 25

Gambar 20. Umpan Balik Positif 27

Gambar 21. Perilaku Model Umpan Balik Positif 27

Gambar 22. Simpul Positif dengan Variabel Kompleks 28

Gambar 23. Umpan Balik Negatif 29

Gambar 24. Perilaku Umpan Balik Negatif 29

Gambar 25. Umpan Balik Yang Komplek pada Kajian Demografi 30

Gambar 26. Perilaku Model Umpan Balik yang Komplek pada

Kasus Demografi 30

Gambar 27. Umpan Balik Kompleks pada Kasus Penduduk

Pertanian dan Lingkungan 31

Gambar 28. Diagram Pengambilan Keputusan dengan Intuisi 33

Gambar 29. Diagram Pengambilan Keputusan dengan Analisa

Keputusan 33

Gambar 30. Siklus data, informasi, keputusan dan aksi 34

Gambar 31. Langkah-langkah Siklus Analisis Keputusan 35

Gambar 32. Kebakaran Lahan Gambut 36

Gambar 33. Diagram Sebab Akibat (causal loop) Pengelolaan

Waduk Cirata Purwakarta 43

Gambar 34. Diagram Sebab Akibat (causal loop) Pertumbuhan

penduduk, Industri, Pemerintah, dan Perguruan

Tinggi 44

Gambar 35. Diagram Sebab Akibat (causal loop) Penduduk dan

Kebutuhan Lahan Sawah 45

Gambar 36. Prinsip Hubungan Sebab Akibat dan Umpan Balik

dalam Siklus Hidrologi 46

Gambar 37. Aspek Penting dalam Sistem Dinamik 47

Gambar 38. Tampilan awal program powersim 50

Page 16: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Daftar Gambar XVPENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 39. Contoh causal loop pada kasus demografi 52

Gambar 40. Pembuatan teks variabel 52

Gambar 41. Icon define text 53

Gambar 42. Merubah tampilan pada icon style dan shape 53

Gambar 43. Garis penghubung antar variabel untuk

membentuk causal loop 54

Gambar 44. Editing garis pada difine line 54

Gambar 45. Hasil pengeditan garis pada define line 55

Gambar 46. Membentuk lengkungan dalam pembuatan

hubungan causal loop 55

Gambar 47. Causal loop variabel jumlah penduduk dengan

kelahiran 56

Gambar 48. Rate atau flow sebagai interflow 56

Gambar 49. Hubungan level dan auxileri pada struktur

sistem dinamik 57

Gambar 50. Define Variable 58

Gambar 51. Perubahan pada kota level sebagai indikator data

benar 58

Gambar 52. Pembuatan constranta 59

Gambar 53. Difine variable constanta 60

Gambar 54. Pembuatan grafik simulasi 61

Gambar 55. Setup Simulasi 61

Gambar 56. Grafik simulasi 62

Gambar 57. Simulasi grafik dan tabel 62

Gambar 58. Fungsi graph 63

Gambar 59. Edit graph/vector 64

Gambar 60. Angka kelahiran pada simulasi fungsi graph 65

Gambar 61. Jumlah penduduk akibat fungsi graph 65

Gambar 62. Fungsi If pada pertumbuhan penduduk 66

Gambar 63. Simulasi jumlah penduduk dengan fungsi if 67

Page 17: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan LingkunganXVI

Gambar 64. Simulasi fungsi if pada kelahiran 67

Gambar 65. Grafik perbandingan antara tanpa adanya intervensi

(a) dengan adanya intervensi pemerintah

(b) dalam penurunan angka kelahiran 68

Gambar 66. Fungsi Step 68

Gambar 67. Input fungsi Step 69

Gambar 68. Perubahan pada auxelery bila fungsi Step

diinputkan dengan benar 69

Gambar 69. Simulasi fungsi Step pada jumlah penduduk dan

kelahiran 70

Gambar 70. Struktur model pada pertumbuhan penduduk dan

kebijkan pemerintah 72

Gambar 71. Aplikasi fungsi If pada kebijkan pemerintah untuk

penurunan pertumbuhan penduduk 73

Gambar 72. Simulasi skenario tanpa kebijkan pemerintah 74

Gambar 73. Simulasi Skenario Pesimis 75

Gambar 74. Simulasi Skenario Muderat 75

Gambar 75. Simulasi Skenario Optimis 76

Gambar 76. Black Box model dinamis jumlah penduduk,

sampah dan kebijakan pemerintah 77

Gambar 77. Causal loop model dinamis pertumbuhan penduduk,

sampah, dan kebijakan pemerintah 78

Gambar 78. Struktur dinamik model dinamis pertumbuhan

penduduk, sampah, dan kebijakan pemerintah 78

Gambar 79. Simulasi model dinamik pertumbuhan penduduk

dengan jumlah sampah tanpa intervensi 79

Gambar 80. Simulasi model dinamik pertumbuhan penduduk

dan jumlah sampah dengan intervensi pemerintah

muderat (30 persen) 79

Page 18: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Daftar Gambar XVIIPENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 81. Simulasi model dinamik pertumbuhan penduduk

dan jumlah sampah dengan intervensi pemerintah

optimis (50 persen) 80

Gambar 82. Simulasi model dinamik dengan intervensi 3 persen

terhadap pertumbuhan penduduk 80

Gambar 83. Simulasi model dinamik dengan intervensi 5 persen

terhadap pertumbuhan penduduk 81

Gambar 84. Simulasi model dinamik dengan intervensi 9 persen

terhadap pertumbuhan penduduk 81

Gambar 85. Simulasi Jumlah Sampah dengan Intervensi Jumlah

Penduduk dan Pengelolaan Sampah 81

Gambar 86. Diagram Input-Output Pengelolaan Kawasan

Permukiman 84

Gambar 87. Diagram Sebab Akibat Model Pengelolaan Kawasan

Permukiman 85

Gambar 88. Diagram sebab akibat (a) dan model dinamik sub

model penduduk (b) 87

Gambar 89. Diagram sebab akibat (a) dan model dinamik sub

lahan permukiman (b) 88

Gambar 90. Diagram sebab akibat sub model lingkungan fisik 89

Gambar 91. Model dinamis sub-model lingkungan fisik 89

Gambar 92. Grafik hasil simulasi skenario tanpa intervensi 90

Gambar 93. Grafik hasil simulasi skenario pesimis 91

Gambar 94. Grafik hasil simulasi skenario moderat 92

Gambar 95. Grafik hasil simulasi skenario optimis 93

Gambar 96. Hierarki dalam analisis AHP 96

Gambar 97. Hasil Brainstorming 97

Gambar 98. Struktur Hierarki 97

Gambar 99. Penilaian Kiriteria (Level) 98

Gambar 100. Penilaian Berpasangan (parwise capation) 98

Gambar 101. Grafik Hasil Penilaian Akhir AHP 99

Page 19: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan LingkunganXVIII

Gambar 102. Tampilan Hasil Data 99

Gambar 103. Tampilan awal Expert Choice 2011 100

Gambar 104. Penambahan Hierarki Level 2 (Kriteria dan

Sub Kriteria) 101

Gambar 105. Hasil Level 2 101

Gambar 106. Pembuatan Alternatif 102

Gambar 107. Penilaian Perbandingan Berpasangan 103

Gambar 108. Hasil analisis AHP pada level 2 (kriteria) 104

Gambar 109. Prioritas Kebijakan Pengembangan Permukiman

pada Kawasan Rawan Longsor 107

Gambar 110. Tahapan Analisis ISM 109

Gambar 111. Reachability Matrix 110

Gambar 112. Penentuan Driver Power, Dependency, dan Ranking 111

Gambar 113. Matriks Driver Power dan Dependence 112

Gambar 114. Hubungan antara Driver Power dengan Dependence

pada Elemen Stakeholder 118

Gambar 115. Struktur Hirarki Lembaga yang Terlibat dalam

Mitigasi untuk Kawasan Permukiman Rawan Banjir 118

Gambar 116. Hubungan Antara Driver Power Dengan Dependence

ada Elemen Kendala 121

Gambar 117. Struktur Hirarki Kendala dalam Mitigasi Untuk

Kawasan Permukiman Rawan Banjir 122

Gambar 118. Hubungan Antara Driver Power dengan Dependence

Pada Elemen Perubahan Yang Diharapkan 124

Gambar 119. Struktur Hirarki Perubahan Yang Diharapkan 125

Gambar 120. Contoh Hierarki Komoditas Unggulan dalam

Metode MPE 129

Gambar 121. Tujuan, Kriterian, dan alternatif dalam MPE 130

Gambar 122. Penilaian kriteria pada Metode MPE 130

Gambar 123. Penentuan Nilai Alternatid dalam MPE 131

Page 20: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Daftar Gambar XIXPENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 124. Hasil penilaian alternatif dalam metode MPE 131

Gambar 125. Hierarki Pengembangan Pasar dengan

Metode MPE 133

Gambar 126. Hierarki Penentuan Pusat Pemerintahan

Kecamatan dengan Metode Bayes 136

Gambar 127. Kriteria Pusat Pemerinatah pada Metode Bayes 136

Gambar 128. Alternatif Penentuan Pusat Pemerintahan

Kecamatan pada Metode Bayes 137

Gambar 129. Memasukan Nilai Kriteria pada Expert

Choice 2000 137

Gambar 130. Memasukan Nilai Alternatif pada Expert

Choice 2000 138

Gambar 131. Hasil Penilaian Kriteria pada Metode Bayes 138

Gambar 132. Hasil Penilaian Alternatif pada Metode Bayes 139

Page 21: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Page 22: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem XXI

Tabel 1. Masalah Pengambil Keputusan 32

Tabel 2. Analisis Kebutuhan terhadap Stakeholders Pendidikan

Tinggi Negeri 40

Tabel 3. Analisis Kebutuhan terhadap Stakeholders

Pengembangan Objek Wisata Bahari Berkelanjutan 41

Tabel 4. Simbol aplikasi program powersim 51

Tabel 5. Skala Saaty (1970) 96

Tabel 6. Reachability Matrix Final Elemen Stakeholder 117

Tabel 7. Reachability Matrix Final Elemen Kendala 120

Tabel 8. Reachability Matrix Final Elemen Perubahan Yang

Diharapkan 123

Tabel 9. Hasil Penilian Bobot & Alternatif Komoditas

Pertanian 132

Tabel 10. Hasil Perhitungan dengan MPE 132

Tabel 11. Hasil Penilaian Bobot & Alternatif Pengembangan

Pasar dengan Metode MPE 134

Tabel 12. Matrik Hasil Penilaian Pakar Metode Bayes 139

Tabel 13. Prioritas Alternatif dengan Perhitungan Metode Bayes 140

DAFTAR TABEL

Page 23: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Page 24: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem 1

1.1. Ilmu SistemIlmu sosial, teknik dan lingkungan merupakan suatu bidang ilmu

yang memiliki permasalahan yang kompleks. Kompleksnya masalah ilmu sosial, teknik dan lingkungan maka membutuhkan suatu pendekatan yang mengakomodasi semua elemen-elemen yang terkait. Ilmu sistem merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk pendekatan yang memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Manusia selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan dalam kehidupannya dan dalam mengatasi permasalahan kompleks yang dihadapinya. Kompleknya persoalan yang terjadi pada kehidupan manusia maka mendorong manusia untuk berfikir sistem.

Sistem secara harfiah berasal dari bahasa Latin yaitu Systema atau bahasa Yunani disebut Sustema. Kedua kata tersebut memiliki makna tidak jauh dari sistem. Sistem dapat didefinisikan suatu kesatuan usaha terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait secara teratur dan berusaha mencapai tujuan dalam lingkungan yang kompleks. Pengertian tersebut mencerminkan adanya beberapa bagian dan hubungan antarbagian. Hal ini menunjukkan komleksitas dari sistem meliputi kerjasama antar bagian interdependen sutu sama lain. Hubungan yang teratur dan terorganisir merupakan hal penting. Selain itu, adanya sistem memudahkan dalam mencapai tujuan. Pencapaian tersebut menyebabkan timbulnya dinamika serta perubahan-perubahan yang terus menerus sehingga perlu dikembangkan dan dikendalikan. Pengetian secara skematik dapat disajikan pada Gambar 1 (Marimin dan Nurul Maghfiroh 2013).

KONSEP DASAR ILMU SISTEM1

Page 25: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan2

Tujuan/Sub Tujuan

Elemen

InteraksiSumber : Marimin dan Nurul (2013)

Gambar 1. Pengetian Sistem

Eriyatno (2012) membuat ilustrasi pengertian sistem dengan perumpamaan peta. Dua buah kota yakni kota A dan kota B dihubungkan dengan jalan raya. Kota-kota yang dihubungkan dalam sebuah elemen-elemen yang dibungkan dengan jariangan-jaringan transportasi. Kota-kota yang dihubungkan dengan sistem jaringan jalan raya merupakan satu kesatuan yang utuh (unity). Gambar 2 merupakan ilstrasi sebuah sistem pada sebuah kota. Oleh karena itu, Menetsch dan Park (1979) dan Eriyatno (2012) mendefinisikan sistem sebagai suatu gugusan dari elemen yang saling berhubungan dan teroganisir untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugusan dari tujuan-tujuan.

Kota A Kota B

Sumber : Eriyatno (2012) Gambar 2. Sistem Kota

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan tempat tinggal kita ini merupakan suatu sistem. Sebagai contoh siklus hidrilogi merupakan sebuat sistem. Energi matahari menyinari bumi mendorong terjadinya penguapan. Penguapan yang berasal dari air laut, danau dan sungai (evaporasi) dan tumbuh-tumbuhan (transpirasi). Kumpulan uap air

Page 26: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem 3PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

membentuk awan, dan turun dalam bentuk hujan atau salju. Air hujan yang sampai kepermukaan bumi sebagian mengalir masuk kesungai dan kembali kelaut, dan sebagian yang lain tersimpan pada akar tanaman dan masuk dalam tanah menjadi airtanah permukaan dan airtanah dalam. Airtanah permukaan dan air yang tersimpan pada akar tanaman perlahan-lahan akan kembali kesungai dan sebagian yang lain akan menguap keatmosfer. Gambar 3 merupakan siklus hidrologi sebagai suatu sistem.

Gambar 3. Siklus Hidrologi Sebagai Sistem

Siklus hidrologi sebagai suatu sistem maka terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Beberapa elemen yang saling berinteraksi dalam siklus hidrologi diantaranya energi matahari, air permukaan, awan, dan hutan. Karena siklus hidrologi merupakan suatu sistem, maka perubahan dari setiap elemen akan mempengaruhi dari sistem tersebut. Perubahan penggunaan lahan misalnya, penyempitan kawasan hutan menyebabkan terjadinya gagguan pada siklus hidrologi. Konversi kawasan hutan menjadi penggunaan lain menyebabkan peningkatan kandungan emisi karbon di bumi. Selain itu, fungsi hutan tidak hanya sebagai penyerap emisi karbon, namun juga berfungsi sebagai sumber penguapan (transpirasi) dan penyinpan air saat terjadinya hujan. Dampak buruk dari peningkatan emisi karbon menyebabkan penyimpangan iklim dan naiknya suhu permukaan bumi.

Pada kasus lain sistem pada ilmu geografi dan lingkungan ini dapat digambarkan. Jumlah penduduk dunia saat ini sekitar 7,1 milyar. Jumlah tersebut terus meningkat dari waktu ke waktu, dan capaian untuk menjadi

Page 27: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan4

1 milyar membutuhkan priode waktu semakin pendek yakni 13- 11 tahun. Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk rangking ke empat dunia dengan jumlah penduduk 238 juta jiwa. Indonesia berkontribusi sebesar 16 persen dari total jumlah penduduk dunia.

Pertumbuhan penduduk sebagai sebuah sistem, maka pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol dan berkualitas rendah berdapak buruk terhadap lingkungan. Dengan jumlah penduduk yang banyak maka kebutuhan lahan akan mengalami peningkatan. Jumlah kawasan tempat tinggal (lahan terbangun) akan semakin luas. Selain itu, dengan peningkatan jumlah penduduk maka limbah baik dari rumah tangga dan industri dengan sendrinya akan mengalami peningkatan. Pada akhirnya akan terjadi malapetaka terhadap lingkungan.

Sadyohutomo (2008) mengungkapkan keterkaitan antara elemen pertumbuhan penduduk, peningkatan ekonomi dengan penurunan kualitas lingkungan. Peningkatan pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah dan diikuti dengan peningkatan kualitas hidup (peningkatan ekonomi), maka akan mendorong kebutuhan pemanfaatan lahan. Lahan-lahan akan digunakan untuk kawasan terbangun misalnya untuk permukiman, pendidikan, tempat hiburan. Peningkatan kebutuhan akan mendorong konflik antar penggunaan lahan, hal ini akan menyebabkan akan terjadinya degradasi lingkungan (Gambar 4).

Peningkatan Jumlah

Penduduk

Peningkatan Kualitas Hidup

Peningkatan Kebutuhan

Lahan

Konflik Antar Penggunaan

Lahan

Degradasi Lingkungan

Luas lahan terbatas

Sumber : Sadyohutomo (2008)

Gambar 4. Sistem dalam Penggunaan Lahan

Page 28: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem 5PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

1.2. Karakteristik dan Klasifikasi SistemSifat-sifat dasar suatu sistem antara lain: (1) berorientasi pada

pencapaian tujuan; (2) Menyeluruh (holistik); (3) Keterbukaan terhadap lingkungan; (4) Transformasi (proses perubahan dari input menjadi output), (5) memiliki hubungan antar bagian; (6) Sistem terdiri dari beberapa macam; dan (7) adanya mekanisme pengendalian.

Karakteristik sistem merupakan suatu sistem yang memiliki sifat-sifat tertentu yang mencirikan sebagai sebuah sistem. Sifat-sifat tersebut dapat menggambarkan sistem secara logika. Ika (2000) dan Kholil dkk. (2014) menyatakan bahwa sistem dapat dibedakan dalam subsistem-subsistem (komponen), batasan sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environment), penghubung (interface), masukan (input), pengolahan (process), keluaran (output), sasaran (objective), dan tujuan (goal).

Sub sistem

Sub sistem

Sub sistem

Sub sistem

Lingkungan luar

Batasan sistem

Interface

Input

Proses

Output

Sumber : Eka (2000) dan Kholil dkk (2014)

Gambar 5. Karakteristik Suatu Sistem

Berdasarkan karakteristik sistem dapat disederhanakan dengan contoh yang dikemukakan Sadyohutomo (2008) bahwa terdapat tiga sub sistem yaitu penduduk, ekonomi, dan kualitas lingkungan. Ketiga sub siistem atau elemen tersebut saling berinteraksi atau interface didalam batasan sistem (boundary). Pada masing-masing sub sistem memiliki boundary tertentu. Pada sub sistem penduduk terjadi proses kelahiran, kematian dan migrasi, ketiga proses tersebut akan menghasilkan atau output berupa jumlah penduduk pada waktu tertentu. Selajutnya, pada sub sistem ekonomi terjadi peningkatan kesejah teraan penduduk, output yang terjadi yakni adanya peningkatan kebutuhan lahan. Pada subsistem kualitas lingkungan terjadi

Page 29: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan6

proses perubahan penggunaan lahan, dampak perubahan penggunaan lahan meninbulkan terjadinya peningkatan dan luasan lingkungan mengalami banjir dan genangan (Gambar 6).

Penduduk Ekonomi

Lingkungan

Kelahiran, kematian,

migrasi

Proses

Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan Ekonomi

Proses

Peningkatan kebutuhan lahan

Konversi lahan

Proses

Bencana lingkungan

Gambar 6. Interaksi antar sub sistem penduduk, ekonomi, dan lingkungan

Berdasarkan beberapa sudut pandang sistem dapat diklasifikasikan atas beberapa macam, yaitu :

1) Sistem alami (natural system) dan sistem buatan manusia (human made system).

Sistem alami merupakan suatu sistem yang terjadi dialam tanpa ada campur tangan manusia. Sistem ini merupakan proses alamiah yang terjadi dilingkungan sekitar misalnya proses terjadinya hujan. Sebaliknya merupakan sistem buatan manusia, sistem ini merupakan produk manusia. Misalnya proses pendinginan suhu pada ruangan atau kamar. Untuk membuat udara sejuk manusia menggunakan kipas atau AC.

2) Sistem tertentu (deterninistic system) dan sistem tak tentu (probabilitic system)

Sistem tertentu merupakan suatu sistem yang tingkah laku sistem sudah dapat diprediksi atau diduga. Misalnya suatu bak tampungan air yang diisi menggunakan pipa dan mesin pompa tertentu akan dapat diprediksi

Page 30: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem 7PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

waktu lama mengisi bak. Sedangkan sistem tak tentu merupakan suatu sistem yang tidak dapat diprediksi dan mengandung unsur probabilitas yang cukup tinggi. Misalnya permainan lempar dadu.

3) Sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system).

Sistem tertutup merupakan suatu sistem yang tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar sistem, namun hanya dipengaruhi oleh sistem itu sendiri. Sistem tertutup merupakan suatu sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan luar sistem. Meskipun dalam kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup, yang ada hanya relatif tertutup. Gambar 7 merupakan bentuk mekanisme sistem tertutup.

Tujuan

Mekanisme Pengendalian

TransformasiInput Output

Sumber : Kholil dkk. (2014) Gambar 7. Sistem Tertutup

Gambar 8 merupakan mekanisme sistem terbuka, dimana sistem terbuka mendapat input atau prengaruh dari luar lingkungan sistem. Misalnya suhu pada suatu ruangan akan dipengaruhi oleh arus listrik, ukuran ruangan, dan jumlah orang yang menempati ruangan. Artinya suhu ruangan akan dipengaruhi oleh tiga elemen tersebut. Semakin banyak jumlah dan besar ukuran ruangan maka suhu ruangan semakin panas.

TransformasiInput Output

Sumber : Kholil dkk. (2014)

Gambar 8. Sistem Terbuka

4) Sistem abstrak (abstract system) dan sistem fisik (physical system) Sistem abstrak merupakan sistem yang tidak jelas dan bersifat gagasan

atau ide. Meskipun sistem ini tidak tampak namun keberadaanya tidak

Page 31: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan8

bisa dihilangkan. Misalnya sistem kepercayaan terhadap tuhan. Sedangkan sistem fisik merupakan sistem dalam suatu rangkaian yang saling terkait yang memiliki materi. Misalnya sistem transportasi kereta listrik.

1.3. Pendekatan SistemPendekatan sistem telah digunakan manusia untuk menyelidiki dan

menjelaskan kompleksitas dalam suatu lingkungan dinamis yang saling berhubungan, dan mengorganisasi tindakan dalam rangka tranformasi menuju keadaan lebih baik seperti yang diinginkan. Pendekatan sistem merupakan suatu cara untuk menyelesaikan persoalan yang dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif (Eriyatno 1999 dan Djakapermana 2010). Lukas (1993) menyatakan pendekatan sistem digunakan sebagai dasar untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan, sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat. Permasalah yang diselesaikan dengan pendekatan sistem seyogyanya memiliki masalah yang kompleks, dinamis, dan probabilistik. Memiliki masalah kompleks dalam arti terdapatnya interaksi antar elemen yang cukup rumit. Permasalahan yang dinamis memiliki makna bahwa faktor yang ada berubah menurut waktu. Probabilistik dapat berarti diperlukan fungsi peluang dalam inverensi kesimpulan maupun rekomendasi. Selain itu, pendekatan sistem merupakan kerangka pemikiran yang berorientasi pada pencarian keterpaduan antar komponen melalui pemahaman yang utuh.

Pendekatan sistem merupakan suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak. Dengan demikian ,manajemen sistem dapat diterapkan dengan menfokuskan kepada berbagai ciri dasar sistem yang perubahan dan geraknya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem.

Pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu: mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah, dan membuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional (Eriyatno 1999). Dalam kaitan dengan solusi penyelesaian masalah, terdapat tiga pola pikir dasar yang menjadi pegangan dalam pendekatan sistem, yaitu :

a. Sibernetik, yaitu orientasi pada tujuan

b. Holistik, merupakan cara pandang yang utuh dan menyeluruh terhadap totalitas sistem

Page 32: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem 9PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

c. Efektif, dimana suatu sistem harus mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan, bukan sekedar pendalaman teroritis.

Metodologi sistem terdiri dari enam tahapan analisis yang meliputi: (1) analisa kebutuhan; (2) identifikasi sistem; (3) formulasi masalah; (4) pembentukan alternatif sitem; (5) determinasi dari realisasi fisik, sosial politik; dan (6) penentuan kelayakan. Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Analisis ini akan dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan yang ada, kemudian dilakukan tahapan pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut. Gambar 9 merupakan tahapan-tahapan metodologi sistem.

Gambar 9. Tahapan Analisis Sistem

Page 33: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan10

Identifikasi sistem menghasilkan spesifikasi yang terperinci tentang peubah yang menyangkut rancangan dan proses pengendalian. Identifikasis sistem ditentukan dan ditandai dengan adanya determinisasi kerja sistem. Hal ini akan membantu dalam mengevaluasi siste. Teknik dan metode pengambilan keputusan yang layak untuk mendukung perumusan operasionalisasi sistem mulai diidentifikasi dan dianalisa.

Pendekatan sistem diperlukan karena persoalan yang dihadapi makin lama semakin kompleks,, dinamis, dan probabilistik sehingga interdepensi berbagai komponen dalam mencapai tujuan sistem semakin rumit. Masalah-masalah yang dihadapi saat ini tidak lagi sederhana dengan menggunakan peralayan yang menyangkut satu disiplin saja, tetapi memerlukan peralatan yang lebih komprehensif, yang dapat mengidentifikasi dan memahami berbagai aspek dari suatu permasalahan, serta dapat mengarahkan pemecahan secara menyeluruh.

Pendekatan sistem sangat penting untuk menonjolkan tujuan yang hendak dicapai, tidak terikat pada prosedur koordinasi atau pengawasan dan pengendalian itu sendiri. Dalam banyak hal pendekatan manajemen tradisional seringkali mengarah pada cara-cara koordinasi dan kontrol, seolah-olah inilah yang menjadi tujuan manajemen, padahal tindakan-tindakan koordinasi dan kontrol ini hanyalah cara untuk mencapai tujuan, dan harus disesuaikan dengan lingkungan yang dihadapi.

Konsep sistem sangat berguna sebagai cara berfikir dalam suatu kerangka analisa. Konsep tersebut memberikan pengertian lebih mendasar mengenai perilaku dari suatu sistem dalam mencapai tujuannya, sehingga kaitan antar faktor-faktor makin lama semakin erat. Hal ini merupakan gambaran kompleksitasnya elemen-elemem lingkungan.

Page 34: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem 11PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

1.4. Berfikir Sistem (System Thinking)Berfikir sistem adalah cara berfikir yang tidak hanya melihat sesuatu

masalah atau kejadian terjadi secara sendiri semata, tetapi dengan melihat keterkaitan dengan masalah atau kejadian lain. Eriyatno (2012) menyatakan proses berfikir keilmuan dari satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lain dapat ditinjau dari falsafah, karakter, dan struktur (Gambar 10).

Berfikir Sistem

Karakter

- Sintesa- Dinamik- Stokastik

Falsafah- Sibernetik- Holistik- Efektifitas

- Elemen- Konektivitas- Tujuan

Struktur

Sumber : Eriyatno (2012)

Gambar 10. Kerangka berfikir sistem

Falsafah sistem pada proses berfikir dalam kajian kesisteman mempunyai tiga pencirian yaitu sibernetik, holistik, dan efektifitas. Sibernetik atau goal oriented yaitu manakala seseorang mulai berfir menelaan suatu sistem maka harus menetapkan tujuan-tujuan, baik tujuan dari sistem itu sendiri maupun tujuan dari penkajian yang dilakukan. Holistik berarti cara pandang yang utuh dan tidak mereduksi persoalan yang dihadapi. Holistik juga memiliki makna bahwa sistem merupakan satu kesatuan yang utuh, bukan bersifat parsial-parsial. Efektif bahwa berfikir sistem lebih mengedepankan proses ilmiah dan bersifat kontektual serta dapat dioprasionalkan. Dengan berfikir sistem menuntun cara cepat untuk mengambil keputusan.

Berdasarkan struktur bahwa pendekatan sistem memiliki komponen elemen, konektivitas, dan tujuan. Dalam pendekatan sistem merupakan kumpulan dari elemen atau subsistem, kemudian antar elemen tersebut saling berinteraksi atau konektifitas. Pendekatan sistem mengedepankan

Page 35: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan12

pada pencapaian tujuan, maka pada proses berfikir sistem harus memiliki tujuan dari masalah yang akan diselesaikan.

Bencana Banjir

Perubahan Penggunaan

lahan

Kerusakan pada hulu

sungai

Deforestasi

Peningkatan Kebutuhan Penduduk

Kayu

Lahan Pertanian

Jumlah Penduduk Meningkat

Gambar 11. Struktur sistem pada bencana banjir

Proses berfikir sistem memiliki tiga karakter, yaitu: sentesa, dinamik, dan stokastik. Sintesa dalam berfikir sistem merupakan proses pengabungan dari elemen-elemen yang terkait dengan sistem. Dalam berfikir sistem bukan memilah dari prihal yang diamati, namun semua elemen yang terkait akan berkontribusi dalam suatu sistem. Karakter dinamik merupakan dalam berfikir sistem memiliki makna semua elemen atau sub sistem akan mengalami perubahan berdasarkan waktu. Stokastik merupakan semua gejala alamiah dimana yang pasti adalah ketidakpastian.

Page 36: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem 13PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Proses Berfikir

Masalah

Pengumpulan Data/

Informasi

Upaya Memecahkan

Masalah

Sumber : Dewey (1993) dan Kholil (2014)

Gambar 12. Proses berfikir

Gambar 12 merupakan proses berfikir sistem seseorang dalam menghadapi masalah. Upaya terpenting untuk penyelesaian masalah sangat tergantung pada data atau informasi yang dimiliki. Semakin banyak data dan informasi yang dimiliki sesorang dalam berfikir sistem, maka keputusan yang akan diambil semakin tepat dan berkualitas. Informasi atau data yang baik harus memiliki kualitas informasi yang akurat, tepat waktu, relevan, ddan ekonomis. Informasi yang akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan bagi orang yang menerima informasi tersebut. Komponen akurat meliputi kelengkapan (completennes), kebenaran (correctness), dan keamanan (security). Informasi tepat waktu memiliki arti bahwa informasi atau data yang diterima merupakan data yang terbaru dan tidak terlambat. Saat ini mahanya nilai informasi disebabkan harus cepat informasi tersebut didapat. Semakin lama informasi maka informasi tersebut menjadi usang dan berkualitas rendah. Informasi relevan memiliki makna bahwa informasi tersebut harus sesuai dan bermanfaat bagi si penerima informasi. Informasi ekonomis dapat diartikan bahwa informasi yang dihasilkan mempunyai manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya mendapatkannya.

1.5. Tingkat Berfikir SistemTingkatan berfikir sesorang dipengaruhi oleh pengetahuannya, artinya

semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya maka akan semakin tinggi tingkat pemikiran seseorang. Biasanya tingkat pendidikan berbanding lurus

Page 37: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan14

dengan tingkat pengetahuan seseorang. Pengetahuan ilmiah merupakan suatu hubungan yang terdiri atas pertanyaan atau persoalan dengan data. Mudah atau sulitnya mengumpulkan bukti tidak menentukan suatu subyek ilmiah atau tidak.

Bloom (1981) dan Kholil (2014) membedakan enam tingkatan berfikir seseorang, yaitu :

a. Pengetahuan (knowladge), berfikir pada tingkat ini sebatas hanya untuk mengetahui semata. Pada tingkatan ini pertanyaan sangat mendasar, yakni: siapa, apa, dimana, dan kapan.

b. Pemahaman (comprehension), berfikir pada tingkatan ini lebih tinggi dari pengetahuan. Pada tingkatan ini ddicirikan dengan compare, illustrate, explain, dan interprate.

c. Penerapan (application), pada berfikir tingkatan ketiga dicirikan dengan solve, use of, organize, develop.

d. Analisis (analysis), tingkat pemikiran pada level keempat ini adalah kemampuan untuk menguraikan secara lebih detil suatu masalah atau pristiwa. Ciri pertanyaan ditandai dengan beberapa kata kunci, yaitu: analyze, categorize, compare, contrast, dan discover.

e. Sintesis (systhesis), berfikir secara sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan penggabungan dari beberapa gejala atau ciri. Tingkatan berfikir secara sintesis ditandai dengan kata kunci, antara lain: combine, compile, create, desigen, dan develop.

f. Menilai (evaluation), menilai merupakan tingkat pemikiran yang paling tinggi karena untuk menilai seseorang harus paham apa yang dinilai.

Page 38: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Konsep Dasar Ilmu Sistem 15PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Pengetahuan

Pemahaman

Penerapan

Analisis

Sintesis

Menilai

Sumber : Bloom (1981) dan Kholil (2014)

Gambar 13. Tingkatan berfikir sesorang

Berdasarkan Gambar 13 tingkatan berfikir seseorang berfariasi, mulai dari tingkatan paling rendah yakni pengtahuan, sampai dengan tingkatan paling tinggi yaitu menilai. Untuk mencapai tingkatan berfikir tinggi seseorang dituntut memiliki data dan informasi yang sangat banyak, karena tidak mungkun seseorang dapat untuk melakukan penilaian jika tidak punya data dan informasi yang cukup terhadap apa yang ia nilai.

Event

Patern

Systemic Structures

Mental Model

Sumber : Maani dan Canava (2000)

Gambar 14. Tingkatan berfikir sistem

Pandangan tentang tingkatan berfikir juga dikemukakan oleh Maani dan Canava (2000) dan Kholil (2014), ia membagi tingkatan berfikir atas empat tingkatan, yakni: event, patern, systemic structure, dan mental model (Gambar 14). Event merupakan cara berfikir yang hanya mampu melihat data dan

Page 39: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan16

fakta atau suatu kejadian , menghubungkan atau melihat kecenderungannya, tanpa melakukan analisis. Cara berfikir ini merupakan tingkatan paling rendah. Patern merupakan cara berfikir yang tidak hanya melihat data dan fakta namun sudah mampu memikirkan pola-pola yang terjadi dari suatu peristiwa. Misalnya macet sudah mampu memetakan jam berapa dan titik macet. Systemic structure merupakan cara berfikir yang sudah mampu melihat suatu peristiwa atau masalah dengan mengkaitkan dan menghubung-hubungkan dengan masalah lainnya. Taraf berfikir pada tingkatan ini sudah mampu menentukan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah. Mental model merupakan cara berfikir yang tidak hanya melihat suatu masalah dan mencari faktor –faktor penyebabnya, tetapi juga mampu menghubungkan dengan suatu nilai tertentu, seperti kearifan lokal, asumsi-asumsi tertentu.

Page 40: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Permodelan Sistem 17

2.1. Definisi ModelPermodelan adalah terjemahan bebas dari istilah modelling. Secara

terminilogi model dapat diartikan suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Oleh karena itu suatu model adalah suatu abstraksi dari realitas, maka pada wujudnya kurang kompleks daripada realitas itu sendiri. Model dapat dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji.

Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat. Penemuan peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat diantara peubah-peubah. Teknik kuantitatif seperti persamaan regresi dan simulasi digunakan untuk mempelajari keterkaitan antar peubah dalam sebuah model.

2.2. Jenis ModelModel dapat dikategorikan menurut jenis, dimensi, fungsi, tujuan

pokok pengkajian atau derajat keabstrakannya. Menurut kategori umum jenis model dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu :

a. Model Ikonik (model fisik)Model ikonik merupakan perwakilan fisik dari beberapa hal, baik dalam

bentuk ideal maupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik mempunyai

PERMODELAN SISTEM2

Page 41: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan18

karakteristik yang sama dengan hal yang diwakili, dan terutama amat sesuai untuk menerangkan kejadian pada waktu yang spesifik. Model ikonik dapat dimensi dua (foto, peta, cetak biru) atau tiga dimensi (prototip mesin, alat). Apabila model berdimensi lebih dari tiga maka tidak mungkin lagi dikonstruksikan secara fisik sehingga diperlukan kategori model simbolik. Gambar 15 peta zona rawan banjir merupakan contoh dari model ikonik.

Gambar 15. Peta zona rawan banjir contoh model ikonik

b. Model Analog (model diagramatik)Model analok dapat mewakili situasi yang bersifat dinamik. Situasi

dinamik merupakan suatu keadaan yang berubah menurut waktu, misalnya jumlah penduduk. Pada pendekatan sistem model ini lebih sering digunakan dibandingkan model ikonik, karena dapat mengambarkan karakteristik kejadian yang dikaji. Model analok banyak berkesesuaian dengan penjabaran hubungan kuantitatif antara sifat dan kelompok yang berbeda. Dengan melalui transformasi sifat menjadi analognya, maka kemampuan untuk membuat perubahan dapat ditingkatkan. Gambar 16 data rata-rata curah hujan di Kota Padang merupakan contoh model analog.

Page 42: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Permodelan Sistem 19PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 16. Data rata-rata curah hujan di kota padang contoh model analog

c. Model Simbolik (model matematik)Pada hakekatnya, ilmu sistem memusatkan perhatian pada model

simbolik sebagai perwakilan dari realitas yang dikaji. Format model simbolik dapat berupa bentuk angka, simbol dan rumus. Jenis model simbolik yang umum dipakai adalah suatu persamaan (equation). Contoh persamaan model simbolik yakni persamaan penentuan erosi tanah.

A = R. K. LS. C. P

Dimana :

A = berat tanah yang hilang per hektar (ton/ha per tahun)

R = faktor curah hujan

K = faktor erodibilitas tanah

LS= faktor lereng

C = faktor penutup tanah

P = faktor praktis pengogtrol erosi

Permodelan mencakup suatu pemilihan dan karakteristik dari perwakilan abstrak yang palng tepat pada suatu yang terjadi. Pada umumnya, model matematis dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yakni model statik dan model dinamik. Model statik memberikan informasi tentang peubah-peubah model hanya pada titik tunggal dari waktu. Model dinamik merupakan jenis model mampu menelusuri jalur waktu dari peubah-peubah model.

Page 43: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan20

Berdasarkan jenis model dapat bedakan atas empat jenis, yaitu: model fisik, model naratif, model grafik, dan model matematik. Model fisik merupakan suatu model yang menggambarkan entitas dalam bentuk tiga dimensi. Model fisik ini memiliki ukuran yang lebih kecil dari model aslinya. Model naratif merupakan model dengan mengambarkan entitas secara lisan atau tulisa. Model grafik merupakan model yang entitasnya diwakili oleh garis atau simbol dengan penjelasan naratif, misalnya laporan pertumbuhan ekonomi penduduk. Model matematis yaitu model yang disajikan dengan menggunakan rumus matematis atau persamaan.

Sifat model juga tergantung pada teknik permodelan yang dipakai. Model yang mendasar pada teknik peluang dan memperhitungkan adanya ketidakmenentuan (uncertatinty) disebut model probabilitik atau model stokastik. Pada ilmu sistem, model ini sering dipakai karena prihal yang dikaji yang dikaji menggandung keputusan yang tidak tentu. Sedangkan lawan dari model tersebut adalah model deterministik. Model deterministik merupakan model kuantitatif yang tidak mempertimbangkan peluang kejadian.

2.3. Tahap PermodelanPara ahli penelitian operasinal ilmu sistem menyarankan bahwa untuk

mengawali permodelan dilakukan penguraian seluruh komponen yang akan mempengaruhi efektivitas dari operasi sistem. Setelah identifikasi komponen tersebut lengkap, langkah selanjutnya menyaring komponen mana yang akan dipakai dalam pengkajian tersebut. Hal ini umumnya sulit karena daya interaksi peubah yang seringkali mengaburkan proses isolasi satu peubah. Peubah yang dipandang tidak penting ternyata mempengaruhi hasil studi setelah proses pengkajian selesai. Untuk menghindari hal ini, diperlukan percobaan pengujian data guna memilih komponen kritis. Setelah itu dibentuk gugusan persamaan yang dapat dievaluasi dengan mengubah-ubah komponen tertentu pada batas yang ada.

Model secara umum memiliki tiga jenis kegunaannya, yaitu: mempermudah pengertian, mempermudah komunikasi, dan memperkirakan masa depan. Mempermudah pengertian maksudnya ialah bahwa suatu model pasti akan lebih sederhana daripada entitasnya. Entitas lebih mudah dimengerti jika elemen-elemennya ada hubungannya disajikan secara sederhana. Mempermudah komunikasi dapat diartikan bahwa suatu model digunakan pada umumnya stelah pemecahan masalah atau problem solver akan mengkomunikasikan hasil dan putusannya kepada pihak-pihak yang

Page 44: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Permodelan Sistem 21PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

terhubung maka model sistem sangat digunakan agar mempermudah jalur komunikasi. Memperkirakan masa depan bermakna khusus dalam model matematis, model ini dapat memperkirakan hal yang akan terjadi dimasa depan, namun tidak 100 persen akurat karena banyak data yang dimasukkan ke dalam model biasanya didasarkan atas berbagai asumsi, pertimbangan, dan instuisi untuk mengevaluasi model. Meadows dkk. (1972) membuat perkiraan masa depan berdasarkan asumsi-asumsi yang telah dibangun. Gambar 17 menunjukkan terdapat empat elemen yang saling terkait, yaitu: sumberdaya, pangan perkapita, populasi penduduk, dan polusi. Jumlah ketersediaan sumberdaya yang terdapat dibumi memiliki keterbatasan, ada batasan sumberdaya tersebut akan habis atau berkurang jumlahnya. Disisi lain jumlah populasi manusia mengalami peningkatan. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka jumlah pangan perkapita meningkat. Luas lahan pertanian bersifat terbatas, tidak semua lahan dapat dimanfaatkan dan sesuai untuk kegiatan pertanian. Pada titik tertentu akan menjadi masalah dengan meningkatnya angka kematian penduduk akibat kekurangan pangan dan masalah kesehatan yang timbul akibat polusi lingkungan.

Waktu

Sumberdaya

Pangan Perkapita

Polusi

Populasi

Sumber : Meadows dkk. (1972)

Tingkat kematian tinggi akibat kekurangan pangan dan ketidak layakan kesehatan

Gambar 17. Perkiraan masa depan sumbedaya, populasi, polusi, dan pengan perkapita dalam ilmu sistem

Page 45: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan22

Eriyatno (2012) mengemukakan bahwa permodelan sistem dapat di bedakan atas tujuh tahapan, yaitu:

1) Tahap Seleksi KonsepTahap awal dari permodelan abstrak adalah melakukan seleksi alternatif

konsepsi dari tahap evaluasi kelayakan. Seleksi dilakukan untuk menentukan alternatif-alternatif yang bermanfaat dan bernilai cukup untuk dilakukan permodelan abstraknya. Hal ini erat kaitannya dengan biaya dan kinerja dari sistem yang dihasilkan.

2) Tahap Rekayasa ModelLangkah mula dari permodelan adalah menetapkan jenis model abstrak

yang akan diterapkan, sejalan dengan tujuan dan karakteristik sistem. Setelah itu, tugas tahap permodelan terpusat pada pembentukan model abstrak yang realistik. Dalam hal ini terdapat dua cara pendekatan untuk membentuk suatu model abstrak, yang pada beberapa kasus tertentu kedua pendekatan dapat dipakai secara bersama-sama. Kedua pendekatan tersebut adalah pendekatan kota gelap (black box) dan pendekatan struktur. Pendekatan kotak gelap merupakan identifikasi model suatu sistem dilakukan dari informasi yang menggambarkan prilaku terdahulu dari sistem yang sedang berjalan. Melalui berbagai teknik statistik dan matematik, model diturunkan dan dicari yang paling cocok dengan data operasional. Sedangkan pendekatan struktur merupakan metode yang dimulai dengan mempelajari secara teliti struktur sistem dari teori-teori guna menentukan komponen basis sistem serta keterkaitannya. Melalui permodelan karakteristik dari komponen sistem serta memformulasikan kendala-kendala yang disebabkan adanya keterkaitan antar komponen, maka model keseluruhan secara berantai dibentuk. Tahap permodelan ini mencakup juga penelaahan teliti tentang:

a. Asumsi model

b. Konsistensi internal pada struktur model

c. Data input untuk pendugaan parameter

d. Hubungan fungsional antar peubah kondisi aktual

e. Memperbandingkan model dengan kondisi aktual sebaik mungkin.

Page 46: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Permodelan Sistem 23PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Input Tidak Terkontrol

- Jumlah Penduduk- Laju Lahan Terbangun- Peran serta Stakeholder- Kualitas Lingkungan

Pengelolaan Kawan Permukiman Berkelanjutan

Input Lingkungan

- UU No 1 tahun 2011- UU No 32 tahun 2009- UU No 26 tahun 2007

Output Yang Diinginkan

- Jumlah Penduduk Terkendali- Rasio Permukiman Terkendali- Penguatan Komitmen Pemerintah- Penurunan Kualitas Lingkungan Terkendali

Output Yang Tidak Diinginkan

- Degradasi kualitas lingkungan meningkat- Rasio permukiman meningkat- Jumlah penduduk tidak terkendali- Tidak ada komitmen pemerintah

Output Yang Tidak Diinginkan

- Daya tampung kawasan- Jumlah penduduk- Komitmen pemerintah- RTRW, rencana rinci, dan peraturan zonasi

Umpan Balik

Sumber : Trilusianthy JH. (2014)

Gambar 18. Kota hitam (black box) dari sistem pengelolaan kawasan permukiman berkelanjutan

3) Tahap Implementasi KomputerPada tahapan ini, model abstrak diwujudkan pada berbagai bentuk

persamaan, diagram alir, dan digram blok. Tahap ini seolah-olah membentuk model dari satu model, yaitu tingkat akstraksi lain yang ditarik dari dunia nyata. Hal yang penting disini adalah memilih teknik dan bahasa komputer yang digunakan untuk implementasi model. Kebutuhan ini akan mempengaruhi:

a. Ketelitian hasil komputasi

b. Biaya dari mengoperasikan model

c. Kesesuaian dengan komputer yang tersedia

d. Efektivitas proses pengambilan keputusan yang akan menggunakan hasil model tersebut.

Setelah program komputer dibuat untuk model abstak dimana format input/output telah dirancang serta memadai, maka seampailah pada tahap pembuktian (verifikasi) bahwa model komputer tersebut mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji. Pengujian ini mungkin berbeda dengan uji validitas model itu sendiri.

Page 47: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan24

4) Tahap ValidasiValidasi model adalah usaha menimpulkan apakah model sistem

tersebut di atas merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji, dimana dapat dihasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Validasi adalah suatu proses interatif yang berupa pengujian berturut-turut sebagai proses penyempurnaan model komputer. Umumnya validasi dimulai dengan uji sederhana seperti pengamatan diatas :

a. Tanda aljabar (sign)

b. Tingkat kepangkatan dari besaran (order of magnitude)

c. Format respon (linier, eksponensial, logaritma, dan sebagainya)

d. Arah perubahan peubah apabila input atau parameter diganti-ganti

e. Nilai batas peubah sesuai dengan nilai batas parameter sistem

Setelah uji-uji tersebut, dilakukan pengamatan lanjutan sesuai dengan uji model. Apabila model mempernyatakan sistem yang sedang berjalan, maka dipakai uji statistik untuk mengetahui kemampuan model di dalam mereproduksi prilaku terdahu dari sistem. Uji statistik dapat memakai perhitungan koefisien determinasi, pembuktian hipotesa melalui analisa sidik ragam dan sebagainya. Seringkali dijumpai kesulitan pada tahap ini karena kurang data yang tersedia guna melakukan validasi. Pada permasalahan yang komplek dan mendesak, maka disarankan validasi partial, yaitu tidak dilakukan pengujian keseluruhan sistem. Hal ini mengakibatkan rekomendasi untuk pemakaian model yang terbatas dan bila perlu menyarankan penyempurnaan model pada pengkajian selanjutnya.

Trilusianthy (2014) mengemukakan uji validitas selain menguji kesesuaian antara perilaku output model dengan perilaku data empirik, juga untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam struktur model yang dibangun. Uji validasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut :

a. Absolute mean error (AME) yaitu penyimpangan (selisih) antara nilai rata-rata (mean) dengan hasil simulasi terhadap nilai aktual,

b. Absolute variation error (AVE) yaitu penyimpangan nilai variasi (variance) simulasi terhadap aktual. Batas penyimpangan yang dapat diterima atau ditolerir adalah antara 5 – 10 %.

Uji validitas menggunakan metode statistik AME dan AVE dilakukan terhadap elemen penduduk. Hasil pengujian terhadap validitas kinerja untuk elemen penduduk menunjukkan bahwa antara model dengan data empirik

Page 48: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Permodelan Sistem 25PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

terdapat kesesuaian dalam ambang batas yang diperbolehkan. Hasil AME sebesar 0.0047dan AVE sebesar 0.0086 yang berarti nilai tersebut masih berada dalam batas penyimpangan yaitu kurang dari 10 %. Dengan demikian model ini mampu mensimulasikan perubahan-perubahan yang terjadi secara aktual di lapangan.

Gambar 19. Uji validitas model terhadap penduduk

5) Analisis SensitivitasTujuan utama dalam analisa ini pada proses permodelan adalah

untuk menentukan peubah keputusan mana yang cukup penting untuk ditelaah lebih lanjut pada aplikasi model. Peubah keputusan ini dapat berupa parameter rancang bangun atau input peubah keputusan. Analisa ini mampu menghilangkan faktor yang kurang penting, sehingga pemusatan studi lebih dapat ditekankan pada peubah keputuan kunci serta meningkatkan efisiensi dari proses pengambil keputusan. Pada beberapa kasus, dengan mengetahui peubah yang kurang mempengaruhi kinerja sistem, maka akan didapatkan lebih banyak keleluasaan dari kendala sistem.

6) Analisis StabilitasSistem dinamik sudah sering diketemukan mempunyai perilaku tidak

stabil yang destruktif untuk beberapa nilai parameter sistem. Analisa untuk indentifikasi batas kestabiilan dari sistem diperlukan agar parameter tidak diberi nilai yang bisa mengarah pada perilaku tidak stabil apabila terjadi perubah struktur dan lingkungan sistem. Perilaku tidak stabil ini dapat berupa fluktuasi acak yang tidak mempunyai pola ataupun nilai output

Page 49: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan26

yang eksplosif sehingga besarannya tidak realitis lagi. Analisa stabilitas dapat menggunakan teknik analitis berdasarkan teori keseimbangan, atau melakukan simulasi secara berulang kali untuk mempelajari batas stabilitas sistem.

7) Aplikasi ModelPara pengambil keputusan merupakan tokoh utama dalam tahap ini,

dimana model dioperasikan untuk mempelajari secara mendetail kebijakan yang dipermasalahkan. Mereka berlaku sebagai pengarah pada proses kreatif interaktif, yang mencakup pula para analis sistem serta spesialis dari berbagai bidang keilmuan. Hasil dari proses permodelan abstrak adalah gugusan mendetail dari spesifikasi manajemen. Informasi yang timbul setelah proses ini dapat merupakan indikasi akan kebutuhan untuk penggulangan kembali proses analisa sistem dan permodelan sistem. Pada kasus tertentu, pengulangan itu bisa hanya mengubah asumsi model namun pada hal lain dapat juga berarti merancang suatu model abstrak yang baru sama sekali. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa pendekatan sistem dalam suatu lingkungan dinamik merupakan suatu proses yang berkesinambungan, mencakup penyesuaian dan adaptasi melalui lintasan waktu.

2.4. Konstruksi Model DinamikTahap kunci dalam melakukan analisis sistem dinamik adalah dengan

menentukan struktul model. Struktur model akan memberikan gambaran bentuk dan perilaku sistem (Muhammadi dkk. 2001 dan Djakapernana 2010). Perilaku tersebut dibentuk oleh kombinasi perilaku simpal umpan balik (causal loops) yang menyusun struktul model. Perilaku model dinamis ditentukan oleh keunikan dari struktur model, yang dapat dipahami dari simulasi model. Dengan simulasi akan didapatkan perilaku dari suatu gejala atau proses yang terjadi dalam sistem, sehingga dapat dilakukan analisis dan peramalan perilaku gejala atau proses tersebut di masa depan.

Untuk memahami struktur dan perilaku sistem digunakan digram sebab-akibat (causal loops) dan digram alir (flow chart). Dengan diagram lingkar sebab akibat dibuat dengan cara menentukan variabel penyebab yang signifikan dalam sistem dan menghubungkannya dengan menggunakan garis panah ke variabel akibat, dan garis panah tersebut dapat berlaku dua arah, jika kedua variabel saling mempengaruhi. Pada sistem dinamis , diagram lingkar

Page 50: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Permodelan Sistem 27PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

sebab akibat akan digunakan sebagai dasar untuk membuat diagram alir yang akan disimulasikan dengan menggunakan program model sistem dinamis.

Hubungan sebab akibat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hubungan positif dan hubungan negatif. Hubungan positif adalah hubungan sebab akibat dimana semakin besar nilai faktor penyebab, maka akan semakin besar nilai faktor akibat. Hubungan negatif adalah hubungan sebab akibat dimana semakin besar nilai faktor penyebab, maka semakin kecil nilai dari faktor akibat. Akibat dari suatu sebab dapat mempengaruhi kembali sebab tersebut, sehingga terdapat hubungan sebab akibat yang memiliki arah berlawanan dengan hubungan sebab akibat yang lain. Dalam hal ini, terbentuk untaian tertutup yang disebut loop. Akibat dicatu balikkan ke penyebabnya, terbentuk untaian catu balik atau feed back loop.

Jumlah Penduduk

Jumlah Kelahiran

+

+

Simpanan Positif

Gambar 20. Umpan balik positif

Waktu

Simpa

nan

Gambar 21. Perilaku model umpan balik positif

Gambar 20 merupakan bentuk umpan balik hubungan positif, yang dicirikan dengan adanya hubungan saling memperkuatkan satu dengan

Page 51: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan28

yang lainnya, membentuk simpul positif. Jika jumlah penduduk meningkat maka jumlah yang lahir akan meningkat, peningkatan kelahiran akan meningkatkan jumlah penduduk. Model umpan balik positif perilaku model membentuk grafik pertumbuhan yang eksponensial (Gambar 21). Dalam kenyataannya hubungan sebab akibat yang membentuk simpul itu tidak sederhana, namun bisa melibatkan banyak variabel. Bentuk hubungan dengan simpul dengan variabel lebih kompleks disajikan pada Gambar 22.

Tingkat Pendidikan

Pekerjaan

Simpal PositifPendapatan

Kemampuan menyekolahkan

keluarga

+ +

++

Gambar 22. Simpul positif dengan variabel kompleks

Umpan balik negatif merupakan umpan balik yang dapat memberikan dampak penurunan pada dirinya sendiri, atau menghambat pertumbuhan. Umpan balik negatif ini dalam proses mencapai tujuan akan baik pada titik maksimum atau titik nol. Ciri dari umpan balik ini adalah sistem akan berubah sesuai dengan penurunan waktu menuju stabil equilibrium. Umpan balik negatif memiliki tanda dalam suatu loop yakni tandan positif (+) dan tanda nehatif (-) dalam suatu simpul negatif. Gambar 23 merupakan contoh simpul negatif.

Page 52: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Permodelan Sistem 29PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Jumlah Penduduk

Jumlah Kematian

-

+

Simpanan Negatif

Gambar 23. Umpan balik negatif

Pada Gambar 23 umpan balik negatif dapat memberikan makna bahwa jumlah penduduk pada suatu wilayah akan mengalami pengurangan dengan meningkatnya jumlah angka kematian. Penurunan jumlah penduduk akibat angka kematian dapat digambarkan dalam grafik seperti pada Gambar 24. Gambar 24 menunjukkan perilakuk umpan balik negatif bahwa jumlah penduduk akan berkurang dengan peningkatan angka kematian.

Waktu

Simpa

nan

Gambar 24. Perilaku umpan balik negatif

Pada model yang lebih kompleks umpan balik positif dan negatif sering terjadi dalam satu loop. Dalam kasus demografi misalnya jumlah penduduk alami dapat dipengaruhi oleh kelahiran dan kematian. Angka kelahiran

Page 53: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan30

menyebabkan terjadinya penambahan jumlah penduduk, namun angka kematian dapat menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah penduduk. Angka kelahiran merupakan hubungan sebab akibat positif dan angka kematian merupakan hubungan sebab akibat negatif. Gambar 25 disajikan kedua bentuk hubungan tersebut dalam satu loop.

Jumlah Penduduk

Jumlah Kematian

-

+

Simpul NegatifJumlah

KelahiranSimpul Positif

+

+

Gambar 25. Umpan balik yang komplek pada kajian demografi

Waktu

Jum

lah

Angka Kelahiran

Jumlah Penduduk

Angka Kematian

Gambar 26. Perilaku model umpan balik yang komplek pada kasus demografi

Hubungan umban balik dalam banyak kasus demoografi menunjukkan bahwa angka kelahiran sering lebih tinggi dibandingkan angka kematian, hal ini berpengaruh terhadap perilaku model. Gambar 26 merupakan perilaku model apabila jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kematian.

Page 54: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Permodelan Sistem 31PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Jumlah Penduduk

Kebutuhan Pangan

Pembukaan lahan pertanian

dan industri

Pencemaran Lingkungan

Kualitas Lingkungan

Jumlah Penyakit

++

+

-

-

+Simpul Positif dan Negatif

Gambar 27. Umpan balik kompleks pada kasus penduduk pertanian dan lingkungan

Bentuk hubungan yang kompleks dapat terjadi pada kasus penduduk, pertanian, dan lingkungan. Gambar 27 menunjukkan bentuk hubungan ketiga elemen tersebut. Peningkatan jumlah penduduk akan berdampak terhadap kebutuhan pangan, pada sisi lain bahwa lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian sangat terbatas. Selain terbatasnya lahan konversi lahan pertanian juga terjadi, lahan sawah beralih fungsi menjadi kawasan permukiman dan industri. Hal ini tentu akan menjadi pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan, dan dengan penurunan kualitas lingkungan akan mendorong munculknya berbagai penyakit. Berkembangnya berbagai macam penyakin akibat penurunan kualitas lingkungan akan berdampak terhadap jumlah penduduk yang menderita.

2.5. Pendekatan Sistem Sebagai Alat Mengambil KeputusanSeorang peneliti, pemerintah, pengusaha, dan pimpinan dihadapkan

pada berbagai masalah yang kompleks. Dalam banyak hal, sering pengambil keputusan dihadapkan pada berbagai kondisi, antara lain: unik, tidak pasti, dinamis, jangka panjang, dan kompleks. Kondisi unik suatu masalah mungkin tidak mempunyai preseden dan dimasa depan mungkin tidak akan berulang kembali. Kondisi tidak pasti merupakan faktor-faktor yang diharapkan mempengaruhi dan memiliki kadar informasi sangat rendah. Kondisi

Page 55: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan32

jangka panjang memiliki implikasi jangkauan yang cukup jauh ke depan dan melibatkan sumber-sumber yang banyak. Kondisi kompleks yaitu preferensi pengambilan keputusan atas risiko dan waktu memiliki peran yang besar, komponen dan keterkaitannya sering bersifat dinamik berubah menurut waktu. Sifat karakteristik permasalahan dapat digolongkan dalam empat kategori, yaitu: direktif, strategis, tektis, dan operasional dengan ciri-ciri khas disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Masalah Pengambil Keputusan

Jangka Lingkungn Sifat

Direktif Panjang Dinamis dan probalitik intuitif Arahan-arahan strategis yang kadang bersifat intuitif

Strategis Panjang Dinamis dan mempengaruhi faktor-faktor dengan kepastian yang sangat rendah

Tidak bisa diprogram karena preferensi pengambil keputusan perlu masukan secara utuh

Taktis Menengahdan Pendek

Dinamis dan mempengaruhi faktor-faktor dengan asumsi kepastian yang tinggi

Bisa dibuat program dengan masukan preferensi pengambil keputusan

Operasional Pendek Dianggap statik dan tidak mempengaruhi faktor-faktor

Bisa dibuat program karena sifat berulang

Sumber : Marimis dan Maghfiroh (2011)

Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan normatif. Dalam pendekatan ini, kriteria yang tepat untuk menyatakan bahwa suatu keputusan itu baik apabila seluruh informasi telah dimanfaatkan secara penuh, dasar-dasar rasionalitasnya telah diikuti dengan baik, dan proses perpindahan dari satu tahap ke tahapan telah berjalan dengan konsisten dan benar.

Pada prinsipnya terdapat dua basis dalam pengambilan keputusan, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan instuisi dan pengambilan keputusan rasional berdasarkan hasil analisis keputusan (Mangkusubroto dan Trisnadi 1995 dan Marimin dan Maghfiroh 2011). Skema pengambialan keputusan dengan intuisi disajikan pada Gambar 28. Unsur intuisi sesorang memiliki peran besar dalam sebuah pengambilan keputusan. Logika bahwa keputusan tersebut telah dipilih atau diambil tidak dapat diperiksa secara logis. Skema pengambilan keputusan dengan analisis keputusan disajikan pada Gambar 29. Komponen dan langkah utama mirip dengan pengambilan keputusan menggunakan intuisi, kecuali pada tahap analisis keputusan yang secara normatif tergambar jelas. Alasan alternatif terpilih dapat ditelusuri dengan jelas

Page 56: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Permodelan Sistem 33PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

dan mudah dimengeti. Teknik yang dipakai dalam analisis dapat dipelajari dan diterapkan pada kasus yang berbeda, baik prihal maupun lokasi dan waktunya.

Tidak pasti KompleksDinamisPersaianganTerbatas

Kecerdasan

Persepsi

Falsafah

Pilihan

Informasi

Preferensi

IntuisiLogika tidak dapat diperiksa

Keputusan Hasil

LINGKUNGAN

REAKSI

Bingung dan cemas Berfikir Rasa Tidak

enakAksi Dipuji/

dicelaSukses/Tidak

Sumber : Mangkusubroto dan Trisnandi (1985)

Gambar 28. Diagram pengambilan keputusan dengan intuisi

Tidak pasti KompleksDinamisPersaianganTerbatas

Kecerdasan

Persepsi

Falsafah

Alternatif-alternatif

Penetapan kemungkinan

Struktur modelKeputusan Hasil

LINGKUNGAN

REAKSI

Bingung dan cemas Berfikir Pandangan

ke dalamAksiDipuji/

dicelaSukses/Tidak

Sumber : Mangkusubroto dan Trisnandi (1985)

Penetapan nilai

Preferensi waktu

Preferensi risiko

Pilihan

Informasi

Preferensi

Logika

Sensitifitas Nila Informasi

Gambar 29. Diagram pengambilan keputusan dengan analisa kueputusan

Mengambil atau membuat keputusan merupakan suatu proses yang dilaksanakan seseorang berdasarkan pengtahuan dan informasi yang ada pada pengambil keputusan pada waktu tertentu dengan harapan bahwa sesuatu akan terjadi. Keputusan dapat diambil dari alternatif-alternatif keputusan yang ada. Alternatif keputusan tersebut dapat dilakukan dengan adanya informasi yang diolah dan disajikan dengan dukungan sistem penunjang keputusan. Informasi terbentuk dari adanya data yang terdiri dari bilangan dan terms

Page 57: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan34

yang sersusun, diolah dan disajikan dengan dukungan sistem informasi. Kemudian keputusan yang diambil perlu ditindaklanjuti dengan aksi yang dalam pelaksanaannya perlu mengacu pada standar prosedur operasional dan akan membentuk kembali data , begitu seterusnya yang terjadi dalam siklus data, informasi, keputusan dan aksi, seperti yang disajikan pada Gambar 30.

Data

Informasi

Alternatif putusan

Keputusan

Aksi

Bilangan dan Terms

DSSSIM

SOP

MONEY

SIM : Sistem Informasi ManajemenDSS : Desicion Support SystemSOP : Standar Operasional ProcedureMONEY: Monitoring dan Evaluasi

Sumber : Marimin (2004)

Gambar 30. Siklus data, informasi, keputusan dan aksi

Sekitar abat 19 di Eropa Selatan berkembang wabah penyakit yang disebabkan oleh tikus. Penyakit ini mudah menyerang manusia, dalam beberapa hari saja menyebabkan meninggal dunia. Ribuan orang meninggal akibat wabah penyakit tersebut, dan masyarakat beranggapan kematian tersebut akibat serangan iblis. Aksi yang dilakukan masyarakat saat itu menutup pintu rumah mereka dan mengung diri dalam rumah. Pada akhirnya penyakit tersebut hilang pada wilayah tersebut. Dalam kejadian tersebut ada aksi yang benar, namun informasi data dan terms yang salah. Putusan masyarakat menutup pintu dan mengurung dalam rumah benar, namun penyakit tersebut hilang akibat manusia tidak bersentuhan dengan tikus dan tikus tidak bisa masuk dalam rumah. Akibat kelaparan tikus melakukan migrasi ketempat lain dan sebagian meninggal karena laparan.

Pengambilan keputusan dapat melalui dua kerangka kerja, yakni pengambilan keputusan tanpa percobaan dan pengambil keputusan dengan percobaan. Pengambilan keputusan tanpa berdasarkan eksperimen, dilakukan dengan cara menyusun secara sistematis cara kerja umum sebelum mencari solusi bagi masalah yang diharapkan. Teori ini berkembang sejalan dengan penekatan statistik dimana secara sederhana, keputusan yang dihasilkan diupayakan mempunyai pengaruh kesalahan seminimal mungkin. Semakin

Page 58: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Permodelan Sistem 35PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

kompleksnya permasalahan yang akan diselesaikan, maka pendekatan statistik menjadi tidak cocok.

Dalam kehidupan sehari-hari pengambil keputusan sering menggunakan intuisi, padahal kita mengetahui bahwa dengan intuisi banyak sekali kekurangan, sehingga dikembangkan sistematika baruh yang disebut dengan analisis keputusan. Terdapat tiga aspek yang memiliki peranan dalam analisis keputusan, yaitu kecerdasan, persepsi, dan falsafah. Setelah menggunakan kecerdasan, persepsi, dan falsafah untuk membuat model, menentukan nilai kemungkinan, menetapkan nilai pada hasil yang diharapkan dan menjadi preferensi terhadap waktu dan preferensi terhadap risiko maka untuk sampai pada suatu keputusan diperlukan logika. Langkah-langkah siklus analisis keputusan disajikan pada Gambar 31.

Tahap Deterministik (perumusan

alternatif dan kriteria)

Tahap Probabilitik

(penetapan nilai dan variasi)

Tahap Informasional

Pengambil Keputusan

Pengumpulan Informasi

Informasi Awal

Tindakan

Pengumpulan Informasi BaruInformasi Baru

Sumber : Marimin (2004)

Gambar 31. Langkah-langkah siklus analisis keputusan

Informasi awal yang dikumpulkan, dilakukan pendefinisian dan penghubungan variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan pada deterministik. Setelah itu, dilakukan penetapan nilai untuk mengukur tingkat kepentingan variabel-variabel tersebut tanpa memperhatikan unsur ketidakpastian. Pada tahao probabilitik, dilakukan penetapan nilai ketidakpastian secara kuantitatif yang meliputi variabel-variabel yang sangat berpengaruh. Setelah didapatkan nilai –nilai variabel, selanjutnya dilakukan peninjauan terhadap nilai-nilai tersebut pada tahap informasional untuk menentukan variabel atau elemen kunci pada variabel-variabel yang cukup berpengaruh, sehingga didapatkan suatu keputusan.

Suatu kkeputusan yang dihasilkan dari tahap informasional dapat langsung ditindaklanjuti berupa tindakan, atau dapat dikaji ulang dengan mengumpulkan informasi tambahan dengan tujuan untuk mengurangi kadar ketidakpastian. Dan jika hal ini terjadi, maka akan kembali mengikuti ketiga tahapan tersebut.

Page 59: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan36

Pulau Sumatera beberapa bulan yang lalu dihebohkan dengan banyak kasus kebakaran hutan pada lahan gambut. Asap yang dihasilkan telah mengganggu sistem transportasi, kesehatan, dan pertanian. Kasus asap tersebut tidak hanya dampaknya dalam negeri semata, namun sampai ke negara tetangga yang menyebabkan adanya komplen bahkan mengganggu hubungan antar negara. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah kebakaran hutan dibanyak tempat di Pulau Sumatera. Sebenarnya kalau kita amati secara teliti, maka ada patern(pola) kapan masyarakat melakukan pembakaran hutan yakni setiap awal musim kemarau. Karena ada informasi pola kapan masyarakat melakukan pembakaran, maka pengambil keputusan yakni pemerintah dapat menentukan alternatif atau langkah antisipasi, memetakan siapa pelaku pembakaran hutan (masyarakat atau pengusaha). Dengan dapat memetakan pelaku, lokasi, dan dampak yang ditimbulkan bahkan upaya antisipasi untuk mengatasi kebakaran hutan secara berkelanjutan, wewenang selanjutnya pengambil kepputusan apa tidakan dan aksi yang akan dilakukan.

Gambar 32. Kebakaran lahan gambut

Pengambil keputusan yakni pemerintah daerah, apabila salah dalam pengumpulan informasi maka akan melahirkan putusan yang salah juga. Jika salah akan dicela, namun jika putusan benar maka akan dipuji. Maka banyak dijumpai kepala daerah yang banyak menghasilkan putusan yang benar dan berpihak pada rakyat, akan dipuji dan disebut sepanjang zaman. Namun, tak jarang juga putusan yang salah menjadi dicaci dan dicemoohkan masyarakat. Putusan yang benar tentu tidak akan menerima mentah semua informasi, namun harus adanya logika untuk menghasilkan putusan yang benar.

Page 60: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Analisis Kebutuhan dalam Sistem Dinamik 37

3.1. PendahuluanAnalisis kebutuhan perangkat lunak diturunkan dari analisis

kebutuhan masing-masing stakeholder. Suatu analisis kebutuhan yang dibangun tidak tepat akan mengahasilkan perangkat lunak yang tidak berguna. Analisis kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kebutuhan yang terkait dengan analisis sistem. Analisis kebutuhan merupakan pekerjaan–pekerjaan penentuan kebutuhan atau kondisi yang harus dipenuhi dalam suatu kajian, dengan pertimbangan berbagai kebutuhan yang disinggung antar multistakeholders. Definisi lain mengungkapkan analisis kebutuhan merupakan suatu proses menemukan, memperbaiki, memodelkan, dan menspesifikasikan kebutuhan dari masing-masing stakeholders.

Djakapermana (2010) mengemukakan bahwa dalam analisis sistem terdapat beberapa langkah utama, yaitu:

1) Analisis Kebutuhan, bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dari semua stakeholders dalam sistem,

2) Formulasi Masalah, merupakan kombinasi dari semua permasalahan yang ada dalam suatu sistem,

3) Identifikasi Sistem, bertujuan untuk menentukan variabel-variabel sistem dalam rangka memenuhi kebutuhan semua stakeholders dalam sistem,

4) Permodelan Abstrak, merupakan tahapan mencakup suatu proses interaksi antara analis sistem dengan pembuat keputusan, yang

ANALISIS KEBUTUHAN DALAM SISTEM DINAMIK3

Page 61: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan38

menggunakan model untuk mengeksplorasi dampak dari berbagai alternatif dan variabel keputusan terhadap berbagai kriteria sistem,

5) Implementasi, tujuan utamanya adalah untuk memberikan wujud fisik dari sistem yang diinginkan, dan

6) Operasi, pada tahap ini akan dilakukan validasi sistem dan pada tahapan ini pula seringkali terjadi modifikasi-modifikasi tambahan, karena cepatnya perubahan lingkungan dimana sistem tersebut berfungsi.

Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem, yang dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan pelaku yang mempengaruhi dalam sistem. Kemudian dilakukan tahapan pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antar respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Analisis ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat ahli, diskusi, dan observasi. Pelaku sistem mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tujuannya masing-masing dalam sistem.

Kebutuhan sistem dapat diklasifikasikan atas beberapa kategori. Kebutuhan berdasarkan identifikasi dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu: kebutuhan umum (common problems) merupakan kebutuhan yang beridentifikasi dan dapat digunakan secara umum; dan kebutuhan yang saling bertentangan (conflict of interest) merupakan kebutuhan yang hanya menguntungkan sekelompok atau sepihak tertentu saja dan cenderung merugikan pihak lain. Pandangan lain membedakan kebutuhan atas dua bagian, yaitu :

1) Kebutuhan Fungsional, merupakan kebutuhan menyangkut pendefinisian layanan yang harus disediakan, reaksi sistem terhadap input, dan hal yang harus dilakukan oleh sistem secara khusus. Kebutuhan fungsional ini sering juga disebut sebagai kebutuhan sistem yang dilihat dari sisi pengguna (users).

2) Kebutuhan Nonfungsional, merupakan kebutuhan yang dilihat dari adanya kendala pada pelayanan atau fungsi sistem, seperti kendala waktu, kendala proses pengembangan, standar, dan lain sebagainya.

Page 62: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Analisis Kebutuhan dalam Sistem Dinamik 39PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

3.2. Identifikasi Kebutuhan Stakeholder dalam Pendekatan SistemDalam pendekatan sistem dinamik, stakeholders dapat ditetapkan melalui

dua cara yaitu:

1) Pemahaman terhadap aliran kegiatan, maksudnya bahwa stakeholder yang terlibat dalam sistem adalah pelaku yang memahami dan mempengarhi aliran dari sebuah sistem.

2) Wawancara dengan pakar pada masing-masing bidang, melalui wawancara seorang pakar dengan mudah diidentifikasi keterlibatannya dalam suatu sistem.

Secara umum pakar dapat ditentukan berdasarkan tiga aspek, yaitu pendidikan, pengalaman, dan fungsional. Tingkat pendidikan seseorang akan dapat menentukan tingkat kepakaran, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seorang, maka semakin baik untuk dijadikan pakar. Biasanya tingkat pendidikan berbanding lurus dengan pengetahuan terhadap suatu bidang. Pengamalan sesorang dalam suatu bidang dapat dijadikan sebagai dasar seseorang untuk dijadikan sebagai pakar. Batasan waktu seseorang dapat dikatakan berpengalaman adalan minimal 5 tahun. Fungsional dapat juga dijadikan suatu dasar penentuan pakar. Meskipun seseorang tidak memiliki tingkat pendidikan tinggi (sarjana), namun seseorang menduduki jabatan fungsional tertentu, atau sebagai profesi pada bidang tertentu maka mereka layak untuk digunakan sebagai pakar.

Dalam contoh sistem pendidikan tinggi, maka dapat diidentifikasi stakeholder yang terlibat, antara lain: Mahasiswa, Dosen, Orang tua/wali orang tua, Tenaga Administrasi, Pelaku usaha (users), dan Pemerintah.

Page 63: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan40

Analisis kebutuhan terhadap masing-masing dilakukan melalui wawancara dan observasi. Beberapa kebutuhan dari setiap stakeholder disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Kebutuhan terhadap Stakeholders Pendidikan Tinggi Negeri

No Stakeholders Kebutuhan

1 Mahasiswa - Ketersediaan sarana pendukung kuliah yang lengkap- Biaya pendidikan yang terjangkau- Kualitas tenaga pendidik- Sistem pelayanan yang baik- Masa studi yang terencana- Lulusan cepat bekerja

2 Dosen - Kesempatan studi lanjut- Sistem karir yang jelas- Suasana kerja yang kondusif- Gaji dan insentif yang memadai

3 Orang tua/wali - Sistem pendidikan yang berkualitas- Lulusan cepat bekerja- Biaya pendidikan yang terjangkau- Lulusan tepat waktu- Kualitas pendidikan dan pengajaran yang baik

4 Tenaga Administrasi - Sistem karir yang jelas- Lingkungan kerja yang kondusif- Kesempatan mendapatkan pelatihan- Apresiasi sistem gaji yang rasional

5 Pelaku Usaha - Lulusan yang cakap, trampil dan berkualitas- Lulusan yang memiliki integritas tinggi- Lulusan yang memiliki etos kerja tinggi- Lulusan yang memiliki skill yang diandalkan

6 Pemerintah - Meningkatkan prestasi anak bangsa- Menurunkan tingkat pengangguran- Tata kelola perguruan tinggi yang baik- Sistem pendidikan yang berkualitas- Lulusan yang diserap dunia kerja

Pada Tabel 2 terlihat bahwa masing-masing stakeholders memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Masing-masing stakeholders berkeinginan semua kebutuhannnya terlaksana. Untuk itu, perlu adanya usaha dan upaya untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.

Contoh lain analisis kebutuhan pada pengembangan objek wisata bahari berkelanjutan. Pada kasus pengembangan objek wisata bahari berkelanjutan dapat diidentifikasi stakeholders yang terlibat, yaitu : pemerintah, masyarakat,

Page 64: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Analisis Kebutuhan dalam Sistem Dinamik 41PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

pengunjung, perguruan tinggi, dan pelaku industri. Hasil identifikasi kebutuhan masing-masing stakeholder disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis Kebutuhan terhadap Stakeholders Pengembangan Objek Wisata Bahari Berkelanjutan

No Stakeholder Kebutuhan

1 Pemerintah - Banyaknya kunjungan wisata baik domestik maupun mancanegara

- Lingkungan tetap terjaga- Peniingkatan PAD dari kunjungan wisatawan

2 Masyarakat - Peningkatan ekonomi masyarakat akibat kunjungan wisatawan

- Terbukanya peluang usaha akibat banyaknya kunjungan wisatawan

- Membuka lapangan pekerjaan

3 Pengunjung - Memberikan kepuasan untuk meningmati keindahan wisata pantai

- Objek wisata yang aman, bersih, terkelola dengan baik- Tersedia berbagai hiburan dan aktraksi yang menarik- Ongkos wisata yang murah

4 Perguruan Tinggi - Terjaganya lingkungan hidup alami- Menjadi objek kajian dan penelitian

5 Industri - Wisatawan berkunjung dalam waktu yang lama- Wisatawan banyak menghabiskan untuk berbelanja baik

untuk manan, minuman, cedramata, dan pakaian- Semakin banyak dan meningkatnya kunjungan wisatawan

3.3. Identifikasi dan Formulasi Masalah dalam Sistem DinamikIdentifikasi masalah merupakan langkah yang menentukan dalam

analisis sistem. Permasalahan dibentuk oleh pemahaman tentang keterkaitan dan interaksi antara komoponen pembentuk sistem. Model mental tradisional pada masa lalu hanya menekankan satu atau sekelompok subsistem secara sekuensial. Keterkaitandan interaksi antar komponen tersebut dipandang sebagai suatu proses berurutan dari masukkan (input) dan keluaran (ouput) yang membentuk sebuah model prediktif tentang bagaimana kondisi dimasa akan datang. Hal ini mngarahkan pengembangan suatu pendekatan terpisah-pisah dari permasalahan, dan seringkali hanya menekankan pada salah satu entitas.

Page 65: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan42

Sebagaimana telah dibahas pada bagian terdahulu, bahwa kebutuhan masing-masing stakeholders berbeda-beda berdasarkan kepentingan atau tujuan masing-masing dapat di akomodir di dalam suatu model. Sistem dinamik dapat membantu para pengambil kebijakan dalam menyelesaikan permasalahan terutama dalam kebutuhan stakeholders.

Kholil dkk. (2014) menyatakan bahwa masalah dalam sistem dinamik disebabkan oleh struktur internal sistem, bukan pengaruh luar sistem. Eriyatno (1998) menyatakan bahwa pendekatan sistem merupakan metode pemecahan masalah yang dimulai dari idetifikasi dan analisis kebutuhan serta diakhiri dengan sistem operasional yang efektif.

Dalam dunia nyata (real world) pemikiran atau pendekatan sistem dinamik ini banyak terjadi, antara satu kejadian dengan kejadian lainnya saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Hubungan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya dapat membuat suatu rangkaian sebab akibat, yang selanjutnya dapat dibuat berbagai skenario untuk mengujicobakan sebab akibat tersebut.

Metode sistem dinamik erat hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamis sistem yang kompleks. Pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan oleh sistem dengan bertambahnya waktu. Penggunaan metodologi sistem dinamik lebih ditekankan kepada tujuan-tujuan peningkatan pemahaman tentang bagaimana tingkah laku muncul dari struktur kebijakan yang efektif. Persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkan menggunakan metode sistem dinamik adalah masalah yang mempunyai sifat dinamis (berubah terhadap waktu) dan fonomena yang mengandung paling sedikit satu struktur uman balik (feedback structure).

Sebuah contoh Kasus Waduk Cirata Purwakarta, waduk tersebut dibangun pada tahun 1988 dengan luas 6000 Ha. Fungsi utama adalah sebagai peyedia air untuk pembangit listrik tenaga air (PLTA) di Kabupaten Purwakarta. Namun masyarakat sekitar memanfaatkan waduk itu sebagai tempat budi daya ikan dengan sistem keramba jaring apung (KJA). Daya tampung ideal hanya 12.000 keramba, namun berkembang menjadi 53.000 keramba denga melibatkan tidak kurang sekitar 50 petani sebagai tenaga kerja. Bedasarkan kasus tersebut didapatkan hubungan sebab akibat atau causal loop diagram disajikan pada Gambar 33.

Page 66: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Analisis Kebutuhan dalam Sistem Dinamik 43PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 33 menunjukkan hubungan sebab akibat tersebut menggambarkan keterkaitan antar peubah-peubah dalam menjamin kerelanjutan fungsi ekologis, ekonomi, dan sosial dari Waduk Cirata. Pengembangan model dinamis cognitive maping dengan hasil diagram sebab akibat merupakan langkah yang amat menentukan untuk pengembangan model. Causal loop diagram dimulai dengan sistem pengelolaan KJA, yang dipengaruhi dengan peubah dukungan pemda, penguatan kelembagaan, jumlah industri dan aktivitas masyarakat disekitar Waduk Cirata tersebut maka akan mempengaruhi kualitas air, keberlanjutan PLTA, dan keberlanjutan fungsi ekologi.

Peran serta masyarakat

Penguatan kelembagaan

Dukungan Pemerintah Daerah

Keberlanjutan fungsi ekonomi Upwelling

Sistem Pengelolaan KJA

Jumlah KJA

Jumlah Industri dan aktifitas

masyarakat sekitar

Kualitas Air

Keberlanjutan PLTA

Keberlanjutan Fungsi Ekologi

Sedimentasi

Sumber : Kholil (2012)

Gambar 33. Diagram sebab akibat (causal loop) pengelolaan Waduk Cirata Purwakarta

Indonesia memiliki jumlah penuduk sekitar 238 juta jiwa berdasarkan sensus 2010. Hampir semua kota dan kabupaten di Indonesia memiliki angka pertumbuhan antara 1,4 - 2 persen per tahun. Dengan meningkatnya jumlah penduduk pertumbuhan industri dan kawasan permukiman akan meningkat juga. Peningkatan industri akan menyebabkan bertambahnya

Page 67: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan44

pencemaran terhadap lingkungan berupa limbah dan polusi udara dari mesin produksi yang digunakan. Disisi lain, jumlah penduduk yang tinggi akan menyebabkan limbah rumah tangga akan meningkat. Perubahan penggunaan lahan, penurunan kualitas lingkungan, dan pencemaran udara akan berdapat terdapat fungsi ekologi. Pada hubungan sebab akibat tersebut, pemerintah memiliki peran yang sangat penting untuk menekan pertumbuhan penduduk, regulasi terhadap industri, dan penglolaan penggunaan lahan, buangan limbah, dan perbaikan kualitas lingkungan. Selian itu, perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat, menemukan industri ramah lingkungan, dan pemberi informasi kepada pemerintah. Hubungan sebab akibat (causal loop) disajikan pada Gambar 34.

Pertumbuhan Penduduk

Perubahan Lahan

Kualitas lingkungan

Limbah

Industri

Polusi Udara Ekologis

Pemerintah

Perguruan Tinggi dan Lembaga

Peneliti

Gambar 34. Diagram sebab akibat (causal loop) pertumbuhan penduduk, industri, pemerintah, dan perguruan tinggi

Berdasarkan Gambar 34 terdapat empat stakeholders yang terkait yaitu penduduk, pelaku industri, pemerintah, dan perguruan tinggi atau lembaga peneliti. Masing-masing stakeholders memiliki kebutuhan yang berbeda. Dalam pendekatan sistem dinamik akan berubah dengan perubahan waktu, maka pemerintah dan perguruan tinggi atau lembaga peneliti melakukan

Page 68: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Analisis Kebutuhan dalam Sistem Dinamik 45PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

interfensi dan kebijakan untuk mencegah atau memperlambat kerusakan lingkungan untuk masa yang akan datang.

Pertumbuhan Penduduk

Populasi penduduk

Konsumsi Beras

Kebutuhan Lahan Sawah

Insentif Indeks Pertanaman

Luas Tanaman Sawah

Produksi Beras

Sumber : Daulay (2016)

Gambar 35. Diagram sebab akibat (causal loop) penduduk dan kebutuhan lahan sawah

Daulay (2016) dalam penelitiannya menggambarkan hubungan sebab akibat (causal loop) antara pertumbuhan penduduk dan kebutuhan lahan sawah. Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur telah terjadi perubahan lahan sawah menjadi perkebunan sawit yang dilakukan banyak petani. Perubahan lahan sawah menjadi perkebunan sawit dapat dilakukan kebijakan insentif terhadap lahan sawan dan disentif terhadap perkebunan sawit. Pertumbuhan penduduk akan mendorong peningkatan kebutuhan komsumsi. Insentif sebagai upaya mempertahankan lahan sawah banyak dapat dilakukan, antara lain: kebijakan subsidi pupuk, pengurangan paja lahan pertanian sawah, kontrol harga gabah, dan lain sebagainya. Untuk jangka panjang kebijakan ini akan menekan perubahan lahan sawah menjadi perkebunan sawit.

3.4. Prinsip Dasar Sistem DinamikSistem dinamik dibangun dari dinamiki, dinamika dapat diartikan

sebagai perubahan dari nilai suatu variabel sistem terhadap waktu. Terdapat dua ciri utama yang menonjol dalam sistem dinamik, yaitu:

Page 69: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan46

1) Adanya hubungan sebab akibat antar variabel-variabel yang membangun model dinamis tersebut,

2) Adanya umpan balik sebagai respon atas hubungan sebab akibat tersebut.

Hubungan sebab akibat merupakan inti dari sistem dinamik. Berfikir sebab akibat adalah kunci dalam mengorganisasi ide-ide dalam sistem dinamik. Biasanya yang khas dari hubungan sebab akibat adalah menggunakan kata ‘menyebabkan’ untuk menjelaskan hubungan antarkomponen di dalam sistem (Purnomo 2011).

Selain itu, umpan balik juga sangat penting dalam sistem dinamik karena berfikir sebab akibat saja tidaklah cukup maka perlu adanya pemikiran lebih komprehensif. Dalam hal ini, umpan balik berguna untuk mengatur atau mendendalikan sistem yang berupa sebab akibat yang terlibat dalam sistem namun dapat mempengaruhi dirinya sendri. Prinsip hubungan sebab akibat dan umpan balik disajikan dalam siklus hidrologi pada Gambar 36.

Penguapan

Energi Matahari Sebab akibat

Laut

Awan

Hujan

Sungai dan danau

Umpan Balik (feedback)

Gambar 36. Prinsip hubungan sebab akibat dan umpan balik dalam siklus hidrologi

Page 70: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Analisis Kebutuhan dalam Sistem Dinamik 47PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Selanjutnya, Davidsen (1994) menyatakan bahwa terdapat empat hal penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan sistem dinamik, yaitu:

1. Sistem atau model dinamis yang dibuat harus benar-benar merepresentasikan kondisi dunia nyata (real word), dan

2. Sistem atau model dinamis hanya bersifat spesifik untuk penyelesaian masalah tertentu saja sehingga tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang bersifat umum,

3. Adanya waktu tunda (time delay)yang menyebabkan pengaruh perubahan suatu variabel dalam sistem terjadi dalam selang waktu tertentu, dan

4. Fungsi non liner yang menyebabkan pengaruh variabel terhadap lainnya dalam sistem yang tidak proporsional.

Jika hubungan sebab akibat dalam suatu sistem dapat diketahui, maka dapat diketahui juga umpan baliknya dalam bentuk interaksi antar variabel-variabel yang dibangun dalam suatu sistem dinamik tersebut. Sehingga dapat diketahui pula cara pengaruhnya terhadap sistem secara keseluruhan (Djojamartono dkk.1983). Tiga aspek penting dalam sistem dinamik disajikan pada Gambar 37.

Gambar 37. Aspek Penting dalam Sistem Dinamik

Page 71: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Page 72: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Komputerisasi Model Sistem Dinamik 49

4.1. PendahuluanMelakukan permodelan dalam sistem dinamik memerlukan perangkat

lunak (software). Dengan menggunakan perangkat lunak secara cepat dapat mengtahui atau melihat perilaku model (behavior) yang sedang dibuat. Dalam buku ini perangkat lunak yang digunakan berupa program powersim. Powersim merupakan salah satu program yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi suatu model dinamik. Selain itu, dengan menggunakan program powersim dapat mensimulasikan model yang kompleksitas dalam dunia nyata. Suatu model dinamik adalah kupulan dari variabel-variabel yang saling mempengaruhi antar satu dengan lainnya dalam satu kurun waktu. Setiap variabel berkorespondensi dengan suatu besaran yang nyata atau besaran yang dibuat sendiri. Semua variabel tersebut memiliki nilai dan sudah merupakan bagian dari dirinya.

Sistem dinamik pertama kali diperkenalkan oleh Jay W. Forrester pada tahun 1950 an. Jay W. Forrester menggunakan sistem dinamik pertama kalinya dalam manajemen industri, namun berkembang dalam merumuskan hukum-hukum ilmiah yang bersifat universal. Pada awal penggunaan sistem dinamik mendapat tanggapan dari Club of Rome yang membahas tentang The Limits of Growth pada tahun 1972. Sistem dinamik sebagai alat analisis untuk berbagai masalah yang bersifat sistemik, rumit, dan berubah cepat. Seiring dengan perkembangan komputer, sistem dinamik dapat menkonstruksikan permasalahan yang rumit dan kompleks dalam berbagai displin ilmu kedalam dunia nyata dan mudah untuk mengambil keputusan.

4KOMPUTERISASI MODEL

SISTEM DINAMIK

Page 73: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan50

Ilmu lingkungan, geografi, biologi, sosial, ekonomi dan yang lainnya, merupakan suatu displin ilmu yang memiliki masalah yang komplek dan berupah oleh waktu. Kompleks dan berubahnya vaeriabe-variabel yang terkait dalam jangka waktu lama tidak dapat terjawab dan diselesaikan tanpa menggunakan pendekatan sistem. Muhammadi dkk. (2001) menyatakan bahwa sistem dinamik merupakan sebuah pendekatan dalam kesisteman yang menyeluruh dan terpadu, yang mampu menyederhanakan suatu masalah yang rumit tanpa kehilangan esensi atau unsur utama dari obyek yang menjadi perhatian.

4.2. Aplikasi Program Powersim pada Sistem DinamikDalam aplikasi sistem dinamik dapat menggunakan banyak software,

salah satu diantaranya adalah powersim. Program powersim paling banyak digunakan dalam sistem dinamik disebabkan lebih mudah dalam aplikasinya. Tampilan awal program powersim dapat disajikan pada Gambar 38.

Gambar 38. Tampilan awal program powersim

Page 74: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Komputerisasi Model Sistem Dinamik 51PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Tabel 4. Simbol aplikasi program powersim

Simbol Nama Keterangan

?

LEVEL

LEVEL atau STOCK Memory of the system, menggambarkan akumulasi material, dapat bertambah atau berkurang

?

LEVEL?

INFLOW

RATE atau FLOW sebagai INFLOW

Menggambarkan proses penambahan materian per satuan waktu

??

OUTFLOW

RATE atau FLOW sebagai

OUTFLOW

Menggambarkan proses pengurangan material per satuan waktu

?

CONSTANT

CONSTRANT Variabel yang nilainya tetap sepanjang waktu simulasi, disebut juga parameter

?

AUXILIARY

AUXILIARY Variabel yang digunakan untuk memperjelas hubungan antar variabel lainnya

GRAPH_FUNCTION

FUNGSI GRAPH atau FUNGSI NONLINIER

Fungsi yang menggambarkan perilaku nonliner. Salah satu fungsinya adalah sebagai konverter dimensi variabel

DELAY_FUNCTION

FUNGSI DELAY atau LEVEL FUNCTION

Menggambarkan penundaan aliran material atau informasi

MATERIAL FLOW Menggambarkan aliran material dari source atau menuju sink

INFORMATION FLOW

Menggambarkan aliran informasi dari satu variabel ke variabel lainnya

DELEYED INFORMATION

FLOW

Menggambarkan aliran informasi yang tertunda dari satu variabel ke variabel lainnya

Selain itu, aplikasi program powersim menggunakan beberapa simbol atau toolbar. Tabel 4 merupakan simbol yang paling banyak digunakan dalam aplikasi program powersim. Misalnya pada kasus demografi, dimana pada demografi penduduk dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi. Kelahiran akan menambah jumlah penduduk, kematian akan menyebabkan pengurangan penduduk. Selain itu, migrasi terbagi atas dua yakni outmigrasi dan inmigrasi. Outmigrasi akan menyebabkan pengurangan penduduk akibat adanya migrasi yang keluar, sedangkan inmigrasi

Page 75: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan52

menyebabkan terjadinya penambahan jumlah penduduk. Hubungan sebab akibat (causal loop) dapat disajikan pada Gambar 39.

Jumlah Penduduk

KelahiranInmigrasi

Kematianoutmigrasi

+

+

+

-

Gambar 39. Contoh causal loop pada kasus demografi

Untuk menggambarkan causal loop pada program powersim ada beberapa langkah yang akan dilakukan, yaitu :

1) Pilihlah icon , untuk menulis teks sebagai variabel yang digunakan pada causal loop, dan akan muncul tampilan pada lembar kerja powersim.

2) Setelah muncul lembar kerja (Gambar 40), kemudian klik 2x sehingga muncul “define text” (Gambar 41). Setelah muncul define text, lalu ketik teks sesuai dengan causal loop yang telah dirancang berdasarkan hasil idetifikasi kebutuhan.

Gambar 40. Pembuatan teks variabel

Page 76: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Komputerisasi Model Sistem Dinamik 53PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 41. Icon define text

3) Untuk merubah bentuk tampilan menjadi lingkaran atau oval, maka klik “style” menjadi garis dan icon “shape” menjadi oval atau bentuk lain (Gambar 42).

4) Selanjutnya atur posisi kalimat pada icon “text layout” yakni dengan mengatur orientation, aligmen, dan posision.

5) Bila sudah semua selesai, maka klik Ok. Untuk membuat variabel yang lain lakukan perbanyak dengan klik Ctrl+C dan klik paste atau Ctrl+V. Kemudian sesuaikan dengan variabel pada causal loop

Gambar 42. Merubah tampilan pada icon style dan shape

Page 77: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan54

Bila semua variabel telah selesai diperbanyak sesuai dengan causal loop, maka pekerjaan selanjutnya melakukan bentuk hubungan. Terdapat dua bentuk hubungan pada causal loop, yaitu hubungan positi (+) dan hubungan negatif. Untuk membentuk hubungan ada beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu:

1) Klik icon

. . , akan muncul garis pada layar, dan tarik garis menghubungkan antar variabel pada causal loop serti disajikan pada Gambar 43.

Gambar 43. Garis penghubung antar variabel untuk membentuk causal loop

2) Selanjutnya, klik 2 kali pada garis yang telah terbentuk, dan akan muncul “Define Line”, pilih Arrow Heads dan pada shape pilih Curved Line.

Gambar 44. Editing garis pada difine line

Page 78: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Komputerisasi Model Sistem Dinamik 55PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

3) Untuk menentukan bentuk hubungan positif atau negatif pada causal loop, maka klik “ Head Label” . Setelah muuncul kotak dialok pada head label, maka ketik tanda (+) untuk hubungan positif dan tanda (-) untuk bentuk hubungan negatif.

4) Kalau sudah sesuai, maka klik OK.

Gambar 45. Hasil pengeditan garis pada define line

5) Pada lembaran kerja akan muncul seperti pada Gambar 45. Untuk membentuk lengkungan maka tarik garis kearah lengkungan yang diinginkan seperti pada Gambar 46.

KelahiranJumlah

Penduduk

+

Gambar 46. Membentuk lengkungan dalam pembuatan hubungan causal loop

6) Lakukan langkah yang sama sampai membentuk hubungan causal loop yang sesuai dengan tujuan penelitian seperti yang disajikan pada Gambar 47.

Page 79: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan56

Gambar 47. Causal loop variabel jumlah penduduk dengan kelahiran

Causal loop yang telah terbentuk, maka pekerjaan selanjutnya adalah membentuk struktur sistem dinamik. Untuk membentuk struktur dalam sistem dinamik harus memahami bentuk hubungan (causal loop). Misalnya pada jumlah penduduk akan bertambah apabila jumlah kelahiran bertambah (meningkat). Jumlah penduduk merupakan “stock atau level” yang dilambangkan dengan .

Dalam pembuatan struktur pada sistem dinamik dengan menggunakan program powersim, terdapat beberapa langkah yang dilakukan, yaitu :

1) Klik rate atau flow sebagai interflow, maka akan muncul pada lembar kerja powersim akan muncul seperti ditunjukkan pada Gambar 48.

Gambar 48. Rate atau flow sebagai interflow

Page 80: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Komputerisasi Model Sistem Dinamik 57PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

2) Kemudian klik stok atau level untuk jumlah penduduk, dan auxileri untuk kelahiran. Gambar 49 menunjukkan hubungan antara level dan auxileri.

3) Tarik garis hubungan antara level dengan auxileri dengan cara klik icon

Garis ditarik dari level menuju auxileri, seperti ditunjukkan pada Gambar 49.

Gambar 49. Hubungan level dan auxileri pada struktur sistem dinamik

Page 81: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan58

4) Klik 2 x pada stock atau level jumlah penduduk, maka akan muncul “Define Variable” seperti yang disajikan pada Gambar 50.

Gambar 50. Define Variable

5) Stelah muncul kota dialok Define Variable, maka tentukan Unit of Measure. Misalnya jumlah penduduk unitnya adalah jiwa. Kemudian tentukan Definition dengan memasukkan jumlah penduduk. Dan pada Documentation isilah keterangan dari lavel (misalnya Penduduk Kota Padang). Setelah semua terisikan maka klik Ok, dan apabila data dimasukan benar maka pada Level akan terjadi perubahan seperti yang tampak pada Gambar 51.

?

Jumlah_Penduduk

Berubah Menjadi

Jumlah_Penduduk

Gambar 51. Perubahan pada kota level sebagai indikator data benar

Page 82: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Komputerisasi Model Sistem Dinamik 59PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

6) Untuk membuat contanta klik , maka letakan pada worksheet dan beri nama “angka kelahiran”.

Gambar 52. Pembuatan constranta

7) Setelah constanta terbentuk, maka klik 2 x pada constanta. Pada lembar worksheet muncul “Define Variable”, setelah mencul kota dialok maka isilah Unit of Measure (misalnya persen).

8) Selanjutnya, masukan nilai constanta pada Definition (misalnya 0.025). Setelah itu, isikan Documentation dengan contoh angka pertumbuhan penduduk Kota Padang (Gambar 53). Klik Ok bila data sudah dimasukan secara benar.

Page 83: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan60

Gambar 53. Difine variable constanta

9) Untuk menentukan nilai auxelery, maka klik 2 kali pada auxelery dan akan muncul kotak “Define Variable”. Setelah muncul difine variable maka klik pada level jumlah penduduk dan constanta angka pertumbuhan penduduk. Kalau sudah, klik Ok.

4.3. Simulasi ModelSimulasi model merupkan tahapan pada sistem dinamik yang berfungsi

untuk melihat dan menguji model. Suatu model dapat dikatakan benar bila model yang dihasilkan dapat menggambarkan model yang sesuai dengan bentuk sebenarnya. Jika suatu model yang dihasilkan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, maka ada kesalahan dalam pembuatan model.

Dalam sistem dinamik model yang dihasilkan dapat dalam bentuk grafik dan dalam bentuk tabel. Untuk mensimulasikan model pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dalam beberapa tahap, antara lain:

1) Klik icon graf pada tool bar, dan arahkan ke worksheet. Untuk memunculkan indikator jumlah penduduk pada grafik, maka klik pada level sampai warna hitam dan tarik ke grafik. Gambar 54 disajikan pembuatan grafik untuk simulasi jumlah penduduk.

Page 84: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Komputerisasi Model Sistem Dinamik 61PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 54. Pembuatan grafik simulasi

2) Setelah grafik terbentuk seperti Gambar 54. Langkah selanjutnya edit terhadap tahun awal dan tahun akhir yang akan disimulasikan. Klin “simulate” dan pilih simulation setup dan akan muncul kotak dialok seperti pada Gambar 55. Pada simulation setup lakukan pengaturan pada start time untuk waktu awal sumulasi dan stop time untuk akhir waktu simulasi. Bila semua sudah terisi maka klik OK.

3) Untuk mensimulasikan dapat diklik pada simulate pilih run, maka akan muncul grafik pada pertumbuhan penduduk.

Gambar 55. Setup Simulasi

Page 85: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan62

Gambar 56. Grafik simulasi

4) Simulasi tidak hanya dapat disajikan dalam bentuk grafik saja, namun dapat juga disajikan dalam bentuk table. Untuk mensimulasikan dalam bentuk table maka pilih table pada tool bar, dan letakan table pada worksheet.

5) Untuk memunculkan jumlah penduduk dan kelahiran, maka dapat diklim jumlah penduduk dan tarik kedalam table. Gambar 57 disajikan table simulasi jumlah penduduk.

Gambar 57. Simulasi grafik dan tabel

Page 86: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Fungsi-Fungsi dalam Simulasi 63

5.1. Fungsi GraphFungsi graph digunakan pada data-data yang tidak liner, misalnya angka

kelahiran. Angka kelahiran penduduk pada suatu wilayah tidak selalu sama setiap tahunnya, bias meningkat atau sebaliknya akan mengalami penurunan. Untuk menggunakan fungsi graph dapat dilakukan beberapa tahapan, yaitu:

1) Klik constansta angka kelahiran, dan akan muncul kota define variable. Setelah muncul pilih Graph sampai muncul kota dialok Edit Graph/Vector (Gambar 58).

Gambar 58. Fungsi graph

FUNGSI-FUNGSI DALAM SIMULASI5

Page 87: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan64

2) Misalnya kita asumsikan pada tahun 2020-2024 terjadi perubahan angka kelahiran penduduk yang tidak liner. Kemudian pasca 2024 angka pertumbuhan kelahiran kembali seperti sebelum tahun 2020.

Gambar 59. Edit graph/vector

3) Pada edit graph/vector atur waktu mulai X-Axis Min menjadi 2020 dan Step 1. Pada Y atur menjadi nilai sebelum tahun 2020. Artinya setelah tahun 2024 angka kelahiran normal seperti tahun 2020. Gambar 60 dapat disajikan persentse angka kelahiran penduduk.

Page 88: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Fungsi-Fungsi dalam Simulasi 65PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 60. Angka kelahiran pada simulasi fungsi graph

4) Berdasarkan fungsi graph yang telah diinputkan, maka pada grafik jumlah penduduk dapat dilihat perubahan yang terjadi antara tahun 2020-2024. Gambar 61 disajikan simulasi perubahan grafik jumlah penduduk akibat fungsi graph.

Gambar 61. Jumlah penduduk akibat fungsi graph

5.2. Fungsi IfFungsi If dapat digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi

untuk kepentingan atau intervensi kebijkan. Misal pemerintah melakukan

Page 89: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan66

intervensi kebijakan KB pada tahun tertentu. Untuk fungsi if dapat dilakukan dalam beberapa langkah, antara lain:

1) Klik auxeleri kelahiran maka akan muncul define variable. Setelah muncul kotak dialok, maka pilih indikator functions, kemudian cari IF dan klik.

2) Pada indikator definition akan muncul kata:

IF(«Condition», «Value1», «Value2»)

3) Contoh, pada tahun 2017-2020 angka pertumbuhan penduduk sebesar 7 persen. Setelah tahun 2020 ada kebijakan pemerintah untuk menekan menjadi 4 peren. Maka dapat dimasukan pada definition sebagai berikut:

IF(Time <= 2020, Angka_kelihiran*Jumlah_Penduduk, 0.04*Jumlah_Penduduk)

Gambar 62. Fungsi If pada pertumbuhan penduduk

Page 90: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Fungsi-Fungsi dalam Simulasi 67PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

4) Berdasarkan input fungsi if dengan data yang telah ada maka dapat disajikan simulasi jumlah penduduk jika pada tahun 2025 -2030 terjadi penurunan angka kelahiran sebesar 4 persen (Gambar 63).

Gambar 63. Simulasi jumlah penduduk dengan fungsi if

5) Selain itu, pada kelahiran simulasi fungsi if dapat disajikan pada Gambar 64. Pada garfik kelahiran tampak sekali perbedaan antara jumlah kelahiran sebelum adanya intervensi dengan setelah adanya intervensi kebijakan pemerintah.

Gambar 64. Simulasi fungsi if pada kelahiran

Page 91: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan68

6) Untuk membandingkan antara kondisi realitas dan kondisi intervensi kebijkan pemerintah dapat disajikan perbandingan keduanya pada Gambar 65.

Gambar 65. Grafik perbandingan antara tanpa adanya intervensi (a) dengan adanya intervensi pemerintah (b) dalam penurunan angka kelahiran

5.3. Fungsi StepFengsi step digunakan untuk menggambarkan perubahan pada

konstansta pada suatu waktu. Misalnya pada suatu wilayah atau desa banyak terjadi kawin atau angka perkawinan meningkat, artinya pada satu satun berikutnya akan terjadi peningkatan angka kelahiran. Untuk menggambarkan keadaan tersebut dapat digunakan fungsi step. Langka-langkah yang digunakan dalam aplikasi fungsi step adalah:

1) Klik pada auxelery sampai muncul define variable. Pada define variable klik fungsi step pada functions. Pada definition akan muncul fungsi step.

Gambar 66. Fungsi Step

Page 92: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Fungsi-Fungsi dalam Simulasi 69PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

2) Masukan logika fungsi step dimana pada tahun 2024 akan terjadi peningkatan kelahiran sebesar 15 persen.

“Angka_Kelahiran*Jumlah_Penduduk+STEP(0.15*Jumlah_Penduduk, 2024)”

Gambar 67. Input fungsi Step

3) Bila input benar, maka klik ok dan akan terjadi perubahan pada auxelery seperti disajikan pada Gambar 68.

Gambar 68. Perubahan pada auxelery bila fungsi Step diinputkan dengan benar

Page 93: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan70

4) Hasil simulasi dapat disajikan pada Gambar 69. Hal ini dapat ditunjukkab bahwa pada awal tahun pertumbuhan penduduk sebesar 7 persen, namun pada tahun 2024 terjadi lonjatan menjadi 15 persen. Sedingga terjadi kenaikan grafik.

Gambar 69. Simulasi fungsi Step pada jumlah penduduk dan kelahiran

Page 94: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Skenario Model Dinamik 71

6.1. Pembentukan Skenario Model DinamikSkenario model dinamik merupakan suatu bagian dalam pendekatan

sistem dinamik. Skenario pada sistem dinamik dikasifikasikan atas tiga bentuk, yaitu:

1) Skenario Tanpa Intervensi, merupakan bentuk skenario yang berjalan sebagai mana mestinya, tanpa ada campur tangan atau kebijakan pemerintah.

2) Skenario Pesimis, merupakan bentuk skenario dengan adanya intervensi pemerintah, namun implenetasinya tidak berjalan sebagaimana mestinya.

3) Skenario Muderat, merupakan bentuk skenario yang akan disimulasikan dengan asumsi semua kebijkan akan berjalan, namun dalam implementasinya belum terlaksana secara optimal.

4) Skenario Optimis, merupakan skenario yang akan disimulasikan dengan asumsi semua kebijkan dan program pemerintah dalam perbaikan akan berjalan secara optimal.

Skenario dalam sistem dinamik dapat dibentuk dari hasil FGD dengan pakar, kajian literatur, kebijakan pemerintah, pendapat pengabil kebijkan, dan atau hasil obsevasi dilapangan. Suatu contoh jumlah penduduk pada suatu wilayah sebanyak 500.000 jiwa, angka kelahiran sebesar 7 persen,

SKENARIO MODEL DINAMIK6

Page 95: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan72

angka kematian 1,5 persen, dan angka migrasi 1,2 persen. Berdasarkan data tersebut dilakukan beberapa tahapan, yaitu:

1) Membangun causal loop antara jumlah penduduk, kelahiran, kematian, migrasi, dan kebijkan pemerintah.

2) Setelah terbentuk causal loop maka dibagun struktur model seperti disajikan pada Gambar 70.

Gambar 70. Struktur model pada pertumbuhan penduduk dan kebijkan pemerintah

3) Pada kebijakan pemerintah akan menekan pertumbuhan penduduk pada tahun 2030, maka digunakan fungsi If.

4) Klik auxelery pada kebijkan pemerintah dan akan muncul define variable. Selanjutnya aktifkan fungsi If pada functions. Pada definition masukan fungsi “IF(TIME<=2030,Jumlah_Penduduk*Angka_kebijakan_pemerintah,0.07*Jumlah_Penduduk)”. Gambar 71 disajikan input definition fungsi IF.

Page 96: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Skenario Model Dinamik 73PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 71. Aplikasi fungsi If pada kebijkan pemerintah untuk penurunan

pertumbuhan penduduk

Setelah struktur model dinamik terbentuk, maka selanjutnya menentukan skenario model. Berdasarkan contoh diatas empat skenario model yang akan dimodelkan,yaitu:

1) Permodelan Skenario Tanpa Kebijkan Pemerintah

Permodelan skenario tanpa kebijakan pemerintah merupakan bentuk model yang berjalan semestinya, artinya nilai intervensi model 0 persen. Pada permodelan skenario tanpa kebijakan pemerintah dapat dilakukan beberapa tahapan, yaitu:

a. Klik pada auxelery kebijakan pemerintah, dan akan muncul define variable.

b. Pada definition masukan:

IF(TIME<=2030,Jumlah_Penduduk*Angka_kebijakan_

pemerintah,0.0*Jumlah_Penduduk)

c. Kalau sudah sesuai, maka klik ok

Page 97: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan74

d. Buatlah grafik atau tabel, kemudian pilih Simulate, dan pilih Run. Pada worksheet akan muncul grafik seperti disajikan pada Gambar 72.

Gambar 72. Simulasi skenario tanpa kebijkan pemerintah

2) Permodelan Skenario Pesimis

Permodelan skenario pesemis merupakan permodelan dengan adanya sedikit intervensi pemerintah. Dalam contoh ini adanya sebesar 3 persen intervensi pemerintah dalam penurunan jumlah penduduk. Untuk membangun permodelan skanario pesimis dapat dilakukan beberapa tahapan, antara lain:

a. Klik auxelery pada kebijakan pemerintah, dan akan muncul pada worksheet define variable. Selanjutnya pada definition inputkan :

IF(TIME<=2030,Jumlah_Penduduk_pes*Angka_kebijakan_pemerintah_pes,0.03*Jumlah_Penduduk_pes)

b. Bila sudah sesuai, maka klik OK

c. Selanjutnya, klik Simulate dan pilih Run. Maka pada worksheet akan muncul grafik seperti yang disajikan Gambar 73.

d. Pada simulasi model Gambar 73 menunjukkan adanya perubahan jumlah penduduk pada tahun 2030, meskipun perubahan yang dihasilkan tidak terlalu signifikan.

Page 98: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Skenario Model Dinamik 75PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 73. Simulasi Skenario Pesimis

3) Permodelan Sekenario Muderat

Permodelan skenario muderat merupakan permodelan yang dikembangkan dengan adanya intervensi pemerintah yang belum optimal. Permodelan ini berdasarkan contoh yang dibuat akan menurunkan jumlah penduduk sekitar 5 persen. Hal ini bias diasumsukan bahwa adanya keberhasilan program keluarga berencana, tingkat pendidikan manyarakat sudah berkembang, dan adanya perencanaan matang untuk bekeluarga. Meskipun belum optimal, maka pada tahun 2030 akan mengurangi jumlah penduduk sekitar 5 persen. Untuk mengembangkan skenario model muderat dapat dilakukan beberapa tahapan, yaitu:

a. Klik auxelery dan akan muncul pada worksheet define variable. Pada definition inputkan:

IF(TIME<=2030,Jumlah_Penduduk_pes*Angka_kebijakan_pemerintah_pes,0.05*Jumlah_Penduduk_pes)

b. Bila sudah diinputkan dengan benar, maka klik OK

c. Pada simulate pilih Run, dan pada worksheet akan tampil grafik seperti yang disajikan Gambar 74.

Gambar 74. Simulasi Skenario Muderat

Page 99: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan76

4) Permodelan Skenario Optimis

Permodelan skenario optimis merupakan rancangan permodelan dinamis dengan asumsi semua kebijakan dan putusan pemerintah terlaksana dengan baik, sesuai dengan aturan yang telah dibuat secara bersama-sama. Berdasarkan contoh bahwa ada keyakinan semua kebijakan dan program pemerintah akan terlaksana dan akan berdampak terhadap pengurangan jumlah penduduk sekitar 9 persen pada tahun 2030. Pendidikan keluarga berencana, masuknya kurikulum kependudukan pada sekolah, dan semakin sadarnya terhadap perencanaan bekeluarga akan berdampak sekitar 10-15 tahun yang akan datang. Oleh karena itu, untuk menggambarkan permodelan skenario optimis, dapat dilakukan beberapa tahapan, antara lain:

a. Klik auxelery pada worksheet, dan akan muncul kotak define variable. Pada definition inputkan printah:

IF(TIME<=2030,Jumlah_Penduduk_pes*Angka_kebijakan_pemerintah_pes,0.09*Jumlah_Penduduk_pes).

b. Kalau sudah diinputkan dengan benar, maka klik OK

c. Klik Simulate dan pilih Run, maka pada worksheet akan muncul grafik seperti disajikan pada Gambar 75. Pada Gambar 75 tanpak jelas bahwa ada hubungan signifikan bila semua kebijkan pemerintah berjalan dengan baik maka akan jauh menekan dan menurunkan laju pertumbuhan penduduk.

Gambar 75. Simulasi Skenario Optimis

6.2. Pengembangan Permodelan KompleksPengembangan permodelan kompleks merupakan salah satu orientasi

pengembangan pendekatan sistem dinamik. Semakin luas ruang yang

Page 100: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Skenario Model Dinamik 77PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

menjadi fokus kajian, maka semakin kompleks variabel yang terkait. Suatu contoh masalah kependudukan pada suatu wilayah. Persoalan penduduk yang tinggi akan terkait dengan daya dukung lahan pertanian, masalah sampah, politik, ekonomi, ekologi, dll.

Permasalahan yang sering terjadi dalam aplikasi sistem yaitu perbedaan unit atau satuan. Misalnya kaitan penduduk dengan satuan jiwa, sedangkan jumlah sampah dengan satuan ton per tahun. Hal ini dapat dilakukan dengan cara konversi unit, contoh setiap orang menghasilkan sampah 0,8 kg/jiwa/hari. Hal ini berarti dalam setahun 292 kg/tahun, dengan kata lain setiap 4 orang akan menghasilkan sampah 1 ton/tahun.

Dengan dua variabel ini dapat dikembangkan dalam pendekatan sistem dinamik. Untuk pengembangan kedalam permodelan sistem dinamik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu:

1) Tentukanlah black box dalam bentuk digram output dan input. Dalam pengembangan diagram output-input terdapat input yang terkontrol dan input tak terkontrol. Input terkontrol misalnya jumlah penduduk dan jumlah sampah, sedangkan input tak terkontrol seperti pengetahun masyarakat, nilai dan budaya, dan prilaku masyarakat. Selain itu, output yang dikehendaki terjadi penurunan jumlah penduduk dan berkurangnya jumlah sampah yang dihasilkan, sedangkan output tak dikehendaki seperti peningkatan jumlah penduduk dan jumlah sampah yang bertambah setiap tahunnya. Gambar 76 disajikan kota hitam atau black box jumlah penduduk dengan sampah.

INPUT TAK TERKONTROL1. Tingkat pendidikan2. Pengetahun masyarakat3. Nilai dan budaya masyarakat

INPUT TERKONTROL1. Jumlah penduduk2. Kebersihan lingkungan3. Jumlah sampah

OUTPUT DIKEHENDAKI1. Penurunan jumlah penduduk2. Peningkatan kualitas lingkungan3. Berkurangnya jumlah sampah

OUTPUT TAK DIKEHENDAKI1. Penambahan jumlah penduduk2. Penurunan kualitas lingkungan3. Peningkatan jumlah sampah

Model Dinamis Jumlah Penduduk, Sampah, dan Kebijakan

Pemerintah

Umpan Balik

Kontrol Pemerintah

Gambar 76. Black Box model dinamis jumlah penduduk, sampah, dan kebijakan pemerintah

Page 101: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan78

2) Pengembangan diagram causal loop dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu petumbuhan penduduk, total sampah dan kebijkan pemerintah.

Pertumbuhan Penduduk

Total Sampah

Kebijakan Pemerintah

(+)

(+)

(-)

(+)

Gambar 77. Causal loop model dinamis pertumbuhan penduduk, sampah, dan kebijakan pemerintah

Gambar 78. Struktur dinamik model dinamis pertumbuhan penduduk, sampah, dan kebijakan pemerintah

Page 102: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Skenario Model Dinamik 79PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

3) Berdasarkan digram causal loop dikembangkan struktur model. Pada struktur model dinamik yang akan dikembangkan terbagi atas tiga bagian, yaitu; pertumbuhan penduduk (kelahiran, kematian, dan migrasi), total sampah, dan kebijkan pemerintah. Gambar 78 disajikan struktur model untuk ketiga element tersebut.

Dengan pertumbuhan penduduk sebesar 7 persen dan jumlah sampah tanpa ada intervensi perbaikan lingkungan tanpa intervensi pemerintah maka dapat disajikan Gambar 79.

Gambar 79. Simulasi model dinamik pertumbuhan penduduk dengan jumlah sampah tanpa intervensi

Dengan pertumbuhan penduduk sebesar 7 persen dan adanya intervensi sebesar 30 persen pada tahun 2025 dalam pengelolaan sampah, maka dapat disimulasikan seperti disajikan pada Gambar 80.

Gambar 80. Simulasi model dinamik pertumbuhan penduduk dan jumlah sampah dengan intervensi pemerintah muderat (30 persen)

Bila ditingkatkan intervensi pemerintah dalam pengelolaan sampah dan lingkungan sebesar 50 persen, maka terjadi perbaikan terhadap jumlah sampah yang dihasilkan pada wilayah tersebut. Gambar 81 disajikan simulasi intervensi pemerintah sebesar 50 persen.

Page 103: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan80

Gambar 81. Simulasi model dinamik pertumbuhan penduduk dan jumlah sampah dengan intervensi pemerintah optimis (50 persen)

Permodelan dapat juga diskenariokan dari pertumbuhan penduduk. Intervensi terhadap jumlah penduduk akan berdampak terhadap perubahan pada permodelan sampah yang dihasilkan. Pengembangan model simulasi intervensi kebijkan penurunan penduduk dibedakan atas tiga yaitu, pesimis, muderat dan optimis.

Intervensi terhadap jumlah penduduk dengan intervensi sebesar 3 persen. Dengan intervensi sebesar 3 persen akan berdampak terhadap jumlah sampah yang dihasilkan. Gambar 82 disajikan permodelan intervensi sebesar 3 persen dan pengaruhnya terhadap produksi sampah.

Gambar 82. Simulasi model dinamik dengan intervensi 3 persen terhadap

pertumbuhan penduduk

Gambar 82 menunjukkan dengan intervensi pemerintah sebesar 3 persen untuk menekan jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap jumlah sampah yang dihasilkan. Gambar 83 merupakan bentuk intervensi pemerintah menekan laju pertumbuhan penduduk sebesar 5 persen. Dengan intervensi menekan laju pertumbuhan penduduk sebesar 5 persen ternyata jumlah sampah yang dihasilkan jauh mengalami penurunan.

Page 104: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Skenario Model Dinamik 81PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 83. Simulasi model dinamik dengan intervensi 5 persen terhadap pertumbuhan penduduk

Gambar 84. Simulasi model dinamik dengan intervensi 9 persen terhadap pertumbuhan penduduk

Gambar 84 merupakan bentuk intervensi pemerintah terhadap laju pertumbuhan sebesar 9 persen pada tahun 2030. Suatu hal yang tidak penulis bahas, kenapa mesti tingkat keberhasilan tersebut dalam mekan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2030. Jawaban penulis, jika kebijakan pemerintah untuk keluarga berencana dicanangkan hari ini, dimasukan pendidikan sekolah siaga keluarga (SSK) pada tingkat menengah dan atas maka akan dinikmati penurunannya sekitar 10-15 tahun yang akan datang.

Gambar 85. Simulasi Jumlah Sampah dengan Intervensi Jumlah Penduduk dan Pengelolaan Sampah

Page 105: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan82

Bila kita kaitkan dengan total sampah yang terdapat di tempat pembuangan sampah dengan intervensi penduduk maka jumlah sampah yang menumpuk di TPA juga jauh mengalami penurunan. Gambar 85 disajikan bentuk hubungan antara kebijakan intervensi pemerintah terhadap laju pertumbuhan penduduk dan pengelolaan sampah.

6.3. Aplikasi Sistem Dinamik pada Model Dinamik Pengelolaan Kawasan Permukiman Di Pinggiran Kota Metropolitan JabodetabekDaerah pinggiran kota metropolitan merupakan bagian dari

perkembangan dan pertumbuhan kota metropolitan yang mempunyai daya tarik untuk berkembang lebih cepat karena sebagai wadah penyedia ruang akibat peluberan kegiatan perkembangan kota. Keadaan ini menyebabkan daerah pinggiran kota menjadi berkembang tidak terkendali sebagai akibat proses perkembangan kota yaitu ekspansi fisik kota yang berakibat pada perubahan yang cepat di pinggiran kota yaitu perubahan penggunaan lahan, kependudukan, keseimbangan ekologis dan kondisi sosial ekonomi. Mengingat daerah pinggiran kota merupakan zona transisi yang diatur oleh struktur institusional yang kompleks dan saling tumpang tindih secara otonomi mengharuskan terciptanya kerjasama dan koordinasi yang baik diantaranya. Kenyataannya kondisi saat ini kerjasama dan koordinasi masih lemah menyebabkan fragmentasi institusional menjadi meningkat.

Pertumbuhan kawasan permukiman di pinggiran kota merupakan suatu rangkaian persoalan yang kompleks. Persoalan ini timbul karena pertambahan penduduk yang tinggi dan cepat menyebabkan meningkatnya pertumbuhan fisik berupa kawasan permukiman yang cepat dan tidak terkendali. Hal ini dikarenakan ketidaksiapan pihak pemerintah dalam hal koordinasi, konsistensi dan pengendalian pemanfaatan ruang. Keadaan ini mengakibatkan kondisi kualitas lingkungan di kawasan permukiman menjadi menurun secara cepat. Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan kawasan permukiman yang dapat lebih baik yang didukung oleh komitmen pemerintah daerah dalam hal koordinasi, konsistensi dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Sistem dinamik adalah suatu cara berpikir menyeluruh dan terpadu, mampu menyederhanakan persoalan yang rumit tanpa kehilangan hal penting yang menjadi perhatian (Muhammadi et al. 2001). Sistem dinamik dapat

Page 106: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Skenario Model Dinamik 83PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

menganalisis struktur dan pola perilaku sistem yang rumit, berubah cepat dan mengandung ketidakpastian (Muhammadi dkk. 2001), demikian pula perubahan struktural yang terjadi pada salah satu bagian dari sistem yang akan berdampak pada perilaku sistem secara keseluruhan dapat dianalisis dengan cepat (Martin 1997). Proses analisis kebijakan menggunakan sistem dinamik dilakukan melalui simulasi model, sehingga lebih cepat, menyeluruh dan dapat dipertanggungjawabkan (Muhammadi dkk. 2001).

Pada analisis sistem terdapat beberapa tahapan yaitu:

a. Analisis KebutuhanTahap awal yang harus dilakukan dalam pengkajian menggunakan

pendekatan sistem adalah analisis kebutuhan. Analisis ini dinyatakan dalam kebutuhan stakeholder yang berpengaruh terhadap sistem yang dikaji. Secara umum stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan kawasan permukiman di pinggiran kota metropolitan Jabodetabek terdiri atas berbagai instansi pemerintah daerah administratif di wilayah penelitian, pengusaha (pengembang perumahan, perdagangan, jasa dan industri) serta masyarakat (pendatang dan penduduk setempat)

b. Formulasi MasalahPengendalian pertumbuhan kawasan permukiman di pinggiran kota

wilayah metropolitan membutuhkan konsistensi dalam pelaksanaan dengan arahan rencana dan peraturan yang terkait serta koordinasi dan kerjasama antar instansi mengingat perkembangan kawasan permukiman di pinggiran kota wilayah metropolitan tumbuh dengan pesat melampaui batas wilayah administratif beberapa kabupaten/kota yang saling berbatasan. Melalui pengendalian juga diharapkan tercipta lingkungan kawasan permukiman berkelanjutan yang akan memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan kualitas lingkungan, selanjutnya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan.

Pengendalian pertumbuhan kawasan permukiman juga memerlukan pengendalian jumlah penduduk, karena laju pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat akan semakin meningkatkan kebutuhan lahan untuk permukiman berikut ketersediaan sarana dan prasarana. Terjaminnya ketersediaan ruang/lahan untuk mewadahi pertumbuhan ini diukur dengan rasio kawasan permukiman yang ada terhadap daya tampung kawasan (arahan ketersediaan lahan kawasan permukiman) . Berdasarkan hal tersebut

Page 107: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan84

diatas maka perumusan masalahnya adalah belum ada sistem pengelolaan kawasan permukiman di pinggiran kota metropolitan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan seberapa besar dampak dari pengendalian penduduk, pengendalian pertumbuhan lahan terbangun dan penguatan komitmen pemerintah daerah terhadap koordinasi, konsistensi serta pengendalian tata ruang apabila dilakukan secara bersama-sama terhadap kualitas lingkungan kawasan permukiman.

c. Digram Input-OutputSistem pengelolaan kawasan permukiman berkelanjutan di pinggiran

kota wilayah metropolitan digambarkan dalam diagram input-output, yang terdiri dari input terkontrol, input tidak terkontrol, output dikehendaki dan output tidak dikehendaki. Melalui mekanisme pengelolaan kawasan permukiman output yang tidak dikehendaki dirubah menjadi input terkontrol yang masuk ke dalam sistem pengelolaan kawasan permukiman berkelanjutan. Diagram input-output pengelolaan kawasan permukiman di wilayah penelitian disajikan pada Gambar 86.

Input Tidak Terkontrol

- Jumlah Penduduk- Laju Lahan Terbangun- Peran serta Stakeholder- Kualitas Lingkungan

Pengelolaan Kawan Permukiman Berkelanjutan

Input Lingkungan

- UU No 1 tahun 2011- UU No 32 tahun 2009- UU No 26 tahun 2007

Output Yang Diinginkan

- Jumlah Penduduk Terkendali- Rasio Permukiman Terkendali- Penguatan Komitmen Pemerintah- Penurunan Kualitas Lingkungan Terkendali

Output Yang Tidak Diinginkan

- Degradasi kualitas lingkungan meningkat- Rasio permukiman meningkat- Jumlah penduduk tidak terkendali- Tidak ada komitmen pemerintah

Output Yang Tidak Diinginkan

- Daya tampung kawasan- Jumlah penduduk- Komitmen pemerintah- RTRW, rencana rinci, dan peraturan zonasi

Umpan Balik

Gambar 86. Diagram Input-Output Pengelolaan Kawasan Permukiman

Page 108: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Skenario Model Dinamik 85PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

d. Identifikasi SistemIdentifikasi sistem menggambarkan kejadian dalam bentuk diagram

lingkar sebab akibat (causal loop). Dalam melakukan identifikasi dan deskripsi tentang apa yang ada di dalam batas sistem, dilakukan dengan bantuan sign diagraph berupa penghubung dalam causal loop dan melambangkan arah feed back. Sign diagraph ini menyatakan bagaimana suatu elemen mempengaruhi dan berinteraksi dengan elemen lainnya. Lingkar sebab akibat inilah yang menimbulkan tingkah laku dinamis dalam sistem (Gambar 87).

Jumlah Penduduk

Pertumbuhan Penduduk

Kepadatan Penduduk

Kualitas Lingkungan

Komitmen PemerintahPertumbuhan

Kawasan Permukiman

Rasio Kawasan Permukiman

(+)

(+)

(+)(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

Gambar 87. Diagram Sebab Akibat Model Pengelolaan Kawasan Permukiman

e. Menyusun ModelModel dinamik dibangun dengan menggunakan perangkat lunak

Powersim Studio 2005. Dalam rangka membangun model dinamik pengelolaan kawasan permukiman di pinggiran kota wilayah metropolitan Jabodetabek yang berkelanjutan maka disusun 4 (empat) sub-model yang dapat merepresentasikan permasalahan pengelolaan kawasan permukiman

Page 109: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan86

tersebut pada wilayah penelitian, yaitu sub-model kependudukan, sub-model lahan kawasan permukiman, submodel lingkungan fisik dan sub-model institusi. Penyusunan model dinamis pengelolaan kawasan permukiman di pinggiran kota metropolitan Jabodetabek menggunakan beberapa asumsi dengan tujuan untuk menyederhanakan dan memudahkan dalam proses analisisnya.

f. Pengujian Model (Validasi)Pengujian model dimaksudkan untuk memvalidasi apakah model yang

dirancang dapat merefleksikan atau merepresentasikan keadaan sebenarnya. Rancangan model harus memenuhi syarat kecukupan struktur model oleh karena itu perlu dilakukan uji validasi terhadap perilaku yang dihasilkan oleh struktur model tersebut. Uji validitas model dilakukan dengan cara membandingkan output model dengan data empiris, menggunakan teknik statistik (Muhamadi et al 2001). Uji validitas selain menguji kesesuaian antara perilaku output model dengan perilaku data empirik, juga untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam struktur model yang dibangun.

g. Simulasi ModelSimulasi model digunakan untuk membuat skenario pengelolaan

kawasan permukiman di pinggiran kota wilayah metropolitan Jabodetabek yang berkelanjutan. Simulasi dilakukan untuk jangka waktu 20 tahun yang akan datang yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2030. Simulasi dilakukan melalui model tetap dan nilai parameter yang diintervensi. Selanjutnya hasil simulasi terhadap parameter akan ditafsirkan dalam suatu kebijakan.

Komponen variabel penduduk merupakan unsur penting yang dipertimbangkan dalam setiap perencanaan pembangunan. Pertimbangan untuk memasukkan variabel penduduk disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang selalu bertambah sehingga meningkatkan permintaan kawasan permukiman (lahan terbangun) yang tinggi, sementara luas lahan perkotaan yang tersedia terbatas. Kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan meningkat serta semakin luasnya daerah kedap air sebagai akibat semakin luas lahan terbangun akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan perkotaan. Jumlah penduduk dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, migrasi keluar dan migrasi masuk sehingga pertambahan penduduk merupakan selisih antara kelahiran ditambah migrasi masuk dengan kematian ditambah migrasi keluar. Diagram sebab akibat sub model

Page 110: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Skenario Model Dinamik 87PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

penduduk dan Model dinamik untuk sub model penduduk disajikan pada Gambar 88.

?

Penduduk

?

Kelahiran

Tk_fertilitas

?

Kematian

Tk_harapan_hidup

?

Inmigrasi

?

Outmograsi

Tk_migrasi_masukTk_migrasi_keluar

Penduduk_pembulatan

LahirInmigrasi Penduduk Mati

Outmigrasi

(+) (-)

(+) (+)

Kepadatan Penduduk

Kualitas Lingkungan

Permukiman

(+)(+)

(-)

(-)

(a) (b)

Gambar 88. Diagram sebab akibat (a) dan model dinamik sub model penduduk (b)

Jumlah penduduk yang semakin bertambah akan meningkatkan pertambahan perumahan, fasilitas sosial ekonomi dan sarana prasarana permukiman, menyebabkan bertambah luas kawasan permukiman. Sebagai kawasan yang merupakan wadah ruang spill over pertumbuhan kota Jakarta, meningkatnya kawasan permukiman menyebabkan laju pertumbuhan lahan terbangun meningkat dan terjadi kekurangan ruang untuk membangun kawasan permukiman secara horizontal. Diperlukan intervensi pemerintah untuk penyediaan kebutuhan ruang permukiman ini melalui kebijakan pembangunan permukiman secara vertikal. Komitmen pemerintah daerah berupa koordinasi, konsistensi dan pengendalian dalam pelaksanaan pengelolaan kawasan permukiman sangat diperlukan agar pertumbuhan kawasan permukiman sesuai dengan arahan rencana serta tercipta lingkungan hidup yang baik. Mengingat kawasan ini terdiri dari beberapa wilayah administratif maka diperlukan suatu kerjasama yang baik untuk mengarahkan pertumbuhan kawasan permukiman tersebut. Diagram sebab akibat sub model lahan permukiman dan Model dinamik sub-model lahan permukiman disajikan pada Gambar 89.

Page 111: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan88

Penduduk

Pertumbuhan Permukiman

Komitmen Pemerintah

Rasio Permukiman

Kualitas Lingkungan

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)(-) Kebth_rg_permk

Penduduk_pembulatan

Permukiman

Standar_permk

KDB_permk

KDB_sampah

Standar_sampah

Alokasi_lahanpermk

Rasio_permkKekurangan_lahan

(a) (b)

Gambar 89. Diagram sebab akibat (a) dan model dinamik sub lahan permukiman (b)

Jumlah penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan terjadinya peningkatan luas lahan terbangun (kawasan permukiman), peningkatan kepadatan penduduk, peningkatan volume sampah, kemacetan dan banjir. Kepadatan penduduk yang terus meningkat akan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup. Volume sampah yang semakin bertambah disertai keterbatasan dalam pengelolaannya, frekwensi kemacetan semakin sering karena bertambahnya trip generation dari penduduk yang bertambah disisi lain kapasitas jalan yang ada masih tetap dan volume limpasan air bertambah mengingat bertambah luasnya kawasan yang kedap air serta kondisi drainase yang buruk, kondisi diatas tersebut akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup. Untuk mengatasi penurunan kondisi kualitas lingkungan ini diperlukan komitmen pemerintah daerah dalam hal pelaksanaan koordinasi, konsistensi dan pengendalian pertumbuhan kawasan permukiman. Diagram sebab akibat sub model lingkungan dan Model dinamik sub-model lingkungan fisik disajikan pada Gambar 90 dan Gambar 91.

Page 112: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Skenario Model Dinamik 89PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Rasio Permukiman

Limpasan Drainase

Permukiman

Komitmen Pemerintah Penduduk

Sampah

Trip Generation

Kepadatan Penduduk

Kualitas Lingkungan

(+)

(+)(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)(+)

(-)

(-)

(-)

Gambar 90. Diagram sebab akibat sub model lingkungan fisik

Limps_air

Komitmen_permth

Permukiman

Curah-hujan

KDB Koef_limps_air

Total_limps_air

Intrv_drainase Tot_kap_drms_Intrv

Kapasitas_drainase

Indeks_limps_air

Penduduk_Pembulatan

Kpdt_pddk

Alokasi_lhn_perm

Indeks_kpdt_pddk

Sdr_kpdt_pddk

Indeks_kualitas_lingk

Kualitas_lingk_intrv

Trip_Generation

Indeks_macet

Total_trip_Generation

Penduduk_ Pembulatan

Kap_jln_intrv

Timbunan_sampahSampah

Indeks_sampah

Komitmen_ Pemerintah

Tot_kap_smp_Intrv

Kap_smph_intrv

Std_sampah

Kap_sampah

Tot_kap_tripInterv_Trip

Gambar 91. Model dinamis sub-model lingkungan fisik

Page 113: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan90

Pada skenario tanpa intervensi, pertumbuhan kawasan permukiman dibiarkan seperti kondisi saat ini yaitu tahun 2010 dimana parameter kependudukan dalam hal ini laju migrasi masuk sebesar 5,1%, komitmen pemerintah berupa koordinasi, kerjasama dan pengendalian sebesar 42,3% serta belum ada kebijakan pembangunan kawasan permukiman vertikal. Hasil simulasi sampai tahun 2030 menunjukkan peningkatan jumlah penduduk selama periode tahun simulasi yaitu sebesar 877.389 jiwa pada tahun 2010 meningkat menjadi 1.891.985 jiwa pada tahun 2030. Peningkatan jumlah penduduk ini diikuti oleh peningkatan pertumbuhan kawasan permukiman dimana apabila dibandingkan dengan arahan ketersediaan lahan untuk kawasan permukiman terjadi peningkatan rasio yang cukup besar dimana pada tahun 2010 sebesar 81,14 dan pada tahun 2030 menjadi sebesar 223,46. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada tahun 2030 wilayah studi akan mengalami kekurangan lahan untuk kawasan permukiman yang sesuai dengan arahan pengembangannya sehingga menyebabkan kawasan permukiman akan mengambil lahan-lahan yang diperuntukkan untuk kawasan hijau atau tidak terbangun dan akan terjadi pemadatan kawasan permukiman. Kualitas lingkungan hidup di wilayah penelitian menunjukkan adanya penurunan dimana pada tahun 2010 kondisi kualitas lingkungan hidup sebesar 85,79 dan pada tahun 2030 sebesar 41,53. Hasil simulasi disajikan pada Gambar 92.

2010 2020 2030

1.000.000

1.500.000

Pen

dudu

k_E

ksi

2010 2020 2030

100

150

Ras

io_p

erkm

_eks

i

200

2010 2020 2030

50

60

Kua

litas

_lin

g_ek

si

80

70

Gambar 92. Grafik hasil simulasi skenario tanpa intervensi

Pada skenario pesimis diasumsikan terjadi peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkendali diakibatkan oleh tingginya laju migrasi masuk sama dengan kondisi eksisting dan belum ada kebijakan pengembangan permukiman vertikal tetapi komitmen pemerintah diasumsikan sudah mengalami peningkatan. Hasil simulasi jumlah penduduk dan rasio permukiman dihasilkan sama dengan kondisi tanpa intervensi yaitu jumlah

Page 114: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Skenario Model Dinamik 91PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

penduduk pada tahun 2030 diperkirakan sebesar 1.891.985 jiwa terjadi peningkatan dari kondisi tahun 2010. Peningkatan jumlah penduduk ini diikuti oleh peningkatan pertumbuhan kawasan permukiman dimana apabila dibandingkan dengan arahan ketersediaan lahan untuk kawasan permukiman terjadi peningkatan rasio yang cukup besar dimana pada tahun 2010 sebesar 81,14 dan pada tahun 2030 menjadi sebesar 223,46. Keadaan ini sama dengan hasil simulasi kondisi eksisting. Pada periode tahun 2015 – 2030 di wilayah penelitian lahan untuk kawasan permukiman sudah tidak tersedia lagi, keadaan ini akan menjadikan kawasan hijau memungkinkan untuk diintervensi menjadi kawasan permukiman sehingga kondisi kualitas lingkungannya tetap mengalami penurunan dengan laju penurunan yang cukup tinggi.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa kondisi kualitas lingkungan pada awal tahun simulasi sebesar 85,79 karena adanya peningkatan komitmen pemerintah diasumsikan sebesar 60 % sehingga berpengaruh terhadap kapasitas layanan lingkungan di wilayah penelitian dan akibat pertambahan penduduk maka kondisi kualitas lingkungan mengalami penurunan menjadi 47,27 pada tahun 2030. Hasil simulasi skenario pesimis disajikan pada Gambar 93.

2010 2020 2030

1.000.000

1.500.000

Pen

dudu

k_ps

m

2010 2020 2030

80

90

Ras

io_p

erkm

_psm

100

2010 2020 2030

50

60

Kua

litas

_lin

g_ps

m

80

70

110

Gambar 93. Grafik hasil simulasi skenario pesimis

Pada skenario moderat diasumsikan pertumbuhan penduduk karena migrasi masuk sebesar 4 % dan mengalami penurunan dari kondisi saat ini sebesar 5 %, Disisi lain dukungan kebijakan pengembangan permukiman vertikal diasumsikan sudah diterapkan sebesar 20 % dan diikuti oleh peningkatan komitmen pemerintah daerah sebesar 80 %. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh hasil yang menunjukkan terjadi peningkatan penduduk yaitu pada tahun 2010 sebesar 877.389 jiwa menjadi 1.598.525

Page 115: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan92

jiwa pada tahun 2030. Adanya intervensi terhadap parameter pertumbuhan kawasan permukiman dengan memberlakukan kebijakan pengembangan kawasan permukiman vertikal, maka pertumbuhan kawasan permukiman secara horizontal di wilayah penelitian sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang pesat dapat diatasi dan diarahkan. Penguatan komitmen pemerintah daerah dalam melaksanakan kerjasama/koordinasi, konsistensi dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan permukiman, menghasilkan peningkatan terhadap daya tampung kawasan dan memperkecil laju penurunan kualitas lingkungan kawasan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk dan pertumbuhan kawasan permukiman. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada tahun 2030 rasio antara pertumbuhan kawasan permukiman dengan ketersediaan lahan sebesar 110,35 dan kualitas lingkungan masih terjadi penurunan menjadi sebesar 70,02 pada tahun 2030. Hasil simulasi skenario moderat disajikan pada Gambar 94 .

2010 2020 2030

1.000.000

1.400.000

Pen

dudu

k_m

od

2010 2020 2030

80

90

Ras

io_p

erkm

_mod

100

2010 2020 2030

50

60

Kua

litas

_lin

g_m

od80

70

110

1.200.000

1.600.000

Gambar 94. Grafik hasil simulasi skenario moderat

Pada skenario optimis diasumsikan terjadi peningkatan penduduk yang relatif terkendali dengan laju pertumbuhan migrasi masuk sebesar 3 %. Peningkatan komitmen pemerintah daerah dilakukan melalui intervensi terhadap parameter koordinasi, konsistensi dan pengendalian sudah berjalan optimal dan pengembangan permukiman vertikal diasumsikan 20 % sesuai dengan arahan dari pemerintah. Hasil simulasi menunjukkan bahwa perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 sebesar 1.340.604 jiwa terjadi peningkatan dari kondisi tahun 2010. Karena adanya peningkatan komitmen pemerintah daerah yang menyebabkan bertambahnya daya tampung kawasan serta adanya penurunan laju migrasi masuk penduduk maka rasio pertumbuhan kawasan permukiman menjadi 92,58 pada tahun

Page 116: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Skenario Model Dinamik 93PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

2030 dan kualitas lingkungan fisik menjadi 81,06 pada tahun 2030. Keadaan ini menunjukkan bahwa wilayah penelitian masih mampu menampung penduduk pada tahun 2030 dan kualitas lingkungan pada tahun awal simulasi mengalami penurunan tetapi pada akhir tahun simulasi terjadi kenaikan karena terjadi perbaikan pelayanan terhadap persampahan, lalu lintas dan drainase dari pihak pemerintah daerah akibat dari peningkatan komitmen pemerintah daerah. Hasil simulasi skenario optimis disajikan pada Gambar 95.

2010 2020 2030

1.000.000Pen

dudu

k_op

t

2010 2020 2030

70

80

Ras

io_p

erkm

_opt

90

2010 2020 2030

50

60

Kua

litas

_lin

g_op

t

80

70

85

75

900.000

1.100.000

1.200.000

1.300.000

Gambar 95. Grafik hasil simulasi skenario optimis

Page 117: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Page 118: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 95

Kompleksitasnya masalah yang terdapat dalam disiplin ilmu geografi dan lingkungan membutuhkan suatu metode atau pendekatan untuk mengambil suatu keputusan. Buku ini membahas dua bentuk pedekatan yang dapat digunakan sebagai metode dalam mengambil suatu keputusan, yaitu AHP (Analytical Hierarchy Process) dan ISM (Intenpretasi Structural Modeling). Kedua metode tersebut menggunakan pendapat pakar dalam penentuan keputusan.

7.1. Metode Proses Hierarki Analitik (AHP)Analisis hirrki analitik lebih dikenal dengan AHP (Analytical Hierarchy

Process). Metode ini pertama kali dikembangkan Dr. Thomas L. Saaty (1970 an). Pada awalnya analisis ini banyak dikembangkan untuk mengabil kepusan pada perencanaan pengembangan perusahaan, namun saat sekarang ini teknik analisis ini berkembang pada analisis kebijakan perencanaaan pembanguan.

Prinsip kerja AHP adalah meyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak terstuktur, stratejik, dan dinamik. Secara grafis, persoalan kepusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai digram bertingkat, mulai dari tujuan (goal), kriteria, sub kriteria dan akhirnya alternatif putusan (Gambar 96).

TEKNIK PENGAMBIL KEPUTUSAN7

Page 119: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan96

Gambar 96. Hierarki dalam analisis AHP

Dr. Thomas L. Saaty (1970) mengembangkan skala perbandingan berpasangan yang dikenal dengan skala Saaty. Kriteria dan alternatif putusan akan dilakukan perbandingan perpasangan (pairwise comparation). Nilai diperbandingkan dari nilai 1 sampai dengan 9 (Tabel 5).

Tabel 5. Skala Saaty (1970)

Nilai Keterangan

1 A sama penting dengan B

3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangat jelas lebih penting dari B

9 A mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatanSumber: Saaty (1983), Marimin dan Maghfiroh (2010)

7.1.1. Penyelesaian AHP dengan Criterium Decision PlusLangkah-langkah dalam penentuan prioritas dengan menggunakan

Criterium Dicision Plus dapat dilakuan sebagai berikut :

1. Jalankan program Criterium Dicision Plus dengan printah Start/ Program/ Criterium Dicision Plus.

2. Buatlah File/ New untuk langkah awal dalam pembuatan lembar kerja pada AHP, lalu buat struktur masalah, dan tentukan nama File/ Save As dan beri nama sesuai dengan tujuan.

3. Buatlah struktur hierarki dengan perintah View/Generate Hierarchy, hasilnya tampak seperti pada Gambar 98.

Page 120: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 97PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

4. Tentukan metode AHP dengan perintah Model / Technique /AHP

5. Lakukan penilaian terhadap kriteria dengan perintah:

a. Klik kota goal (tujuan)

b. Lakukan perintah : Block/ Rate subcriteria

Gambar 97. Hasil Brainstorming

Gambar 98. Struktur Hierarki

c. Penilaian kriteria dengan klik Methods / Full Paiwise, lalu isi nilai seperti pada Gambar 99. Setelah penilaian kriteria lakukan langkah yang sama terhadap penilaian alternatif.

Page 121: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan98

6. Untuk melihat hasil akhir , klik Result / Dicision Scores, akan muncul grafik seperti pada Gambar 100.

7. Selanjutnya untuk melihat hasil akhir dalam bentuk tabel maka klik View / Result Data, maka akan muncul tabel seperti pada Gambar 101.

Gambar 99. Penilaian Kiriteria (Level)

Gambar 100. Penilaian Berpasangan (parwise capation)

Page 122: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 99PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 101. Grafik Hasil Penilaian Akhir AHP

Gambar 102. Tampilan Hasil Data

Page 123: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan100

7.1.2. Aplikasi Expert Choice 2011 dalam analisis AHPLangkah-langkah penggunaan program Expert Choice 2000 dapat

dilakuan dengan beberapa tahapan antara lain:

1. Janlankan program Expert Choice 2011 sampai muncul pada layar Komputer seprti pada Gambar 103.

Gambar 103. Tampilan awal Expert Choice 2011

2. Mulai pekerjaan dengan membuat nama file yang akan dinalisis dengan cara pilih File/New dan buat nama file.

3. Tentukan tujun yang akan dianalisis (goal) level 1.

4. Buatlah hierarki level 2 dengan cara klik kanan pada goal, kemudian pilih Insert Child of Curent Node

Page 124: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 101PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 104. Penambahan Hierarki Level 2 (Kriteria dan Sub Kriteria)

5. Lakukan langkah yang sama untuk menambah level 2 (kriteria) dan level 3 (sub kriteria) berikutnya. Hasil terlihat pada Gambar 104.

6. Untuk pembuatan alternatif dilakukan dengan cara klik kiri pada tanda A di pojok kanan atas, kemudian masukan nama-nama alternative sesuai dengan hirarki. Setiap penambahan alternatif klik A. Pengisian kota alternatif dapat dilihat pada Gambar 105.

Gambar 105. Hasil Level 2

Page 125: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan102

Gambar 106. Pembuatan Alternatif

7. Perbandingan berpasangan dimulai dari level 2 (kriteria), level 3 (sub kriteria), dan alternatif. Untuk menlakukan perbandingan berpasangan, pilih Assesment/Parwise. Setelah muncul lalu isikan pada tabel sesuai dengan nilai yang telah ditentukan pakar. Gambar 107 merupakan bentuk tabel penilaian perpasangan.

Page 126: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 103PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 107. Penilaian Perbandingan Berpasangan

8. Setelah pengisian nilai level 2, maka dilanjutkan untuk melakukan penilaian perbandingan berpasangan pada level 3 dan level alternatif.

9. Klik Assesment/Colculator untuk menentukan hasil akhir dari analisis. Hal yang sama juga dilakukan untuk menentukan hasil analisis pada sub kriteria dan alternatif`.

Page 127: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan104

Gambar 108. Hasil analisis AHP pada level 2 (kriteria)

10. Hal yang diperhatikan dalam analisis AHP adalah nilai Inconsistency diharapkan tidak melebihi 1. Pada Gambar 108 menunjukkan bahwa kriteria ekologi sangat berpengaruh dalam penentuan pengembangan kawasan pesisir berkelanjutan.

7.1.3. Contoh Aplikasi AHP dalam Penentuan kebijakan LongsorBencana longsor sangat sering terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan

karena Indonesia merupakan daerah subduksi, sehingga mempunyai topografi yang bergunung-gunung yang menjadikan lahan mempunyai lereng yang landai sampai curam, dengan curah hujan yang relatif tinggi setiap tahunnya. Kombinasi antara curah hujan yang tinggi dan kondisi geomorfologi yang cukup komplek di beberapa wilayah Indonesia, mengakibatkan longsor menjadi suatu hal yang sudah biasa terjadi (Karnawati, 2005; Andreas et al., 2007). Zuidam dan Concelado (1979) mendefinisikan longsor sebagai gerakan material tanah atau batuan menuruni lereng yang disebabkan oleh adanya interaksi faktor-faktor pemicu (air hujan dan jenis tutupan lahan) yang bersifat aktif mempengaruhi material penyusun tanah dalam kondisi lereng dan geologi tertentu yang terjadi secara cepat.

Page 128: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 105PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Atzeni et al. (2003), mengatakan bahwa penyebab terjadinya longsor adalah: (1) curah hujan, (2) sifat fisik tanah, (3) kemiringan lereng, (4) sedimen yang tidak kompak (unconsolidated), (5) batuan penyusun tanah, (6) kedalaman solum tanah (kedalaman pelapukan batuan), (7) aktivitas gempa, (8) kegiatan kegunungapian, (9) degradasi lingkungan. Pada hakekatnya bencana longsor diakibatkan oleh faktor alamiah dan faktor non alamiah. Faktor alamiah penyebab terjadinya longsor adalah: (1) kondisi geologi, yaitu adanya jalur-jalur patahan dan rekahan batuan yang mengakibatkan kondisi lereng yang mempunyai kemiringan > 30% dan tumpukan tanah liat pasiran di atas batuan kedap air berupa andesit dan breksi andesit, (2) kondisi curah hujan yang cukup tinggi setiap tahunnya, dan (3) sistem hidrologi (tata air) pada daerah lereng. Faktor non alamiah adalah: (1) pembukaan hutan secara sembarangan, (2) penanaman jenis tanaman yang terlalu berat dengan jarak tanam yang terlalu rapat, (3) pemotongan tebing/lereng untuk jalan dan permukiman secara tidak teratur.

Menurut Suryono (2000 pola penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap longsor. Hampir semua longsor terjadi akibat pengaruh aktivitas manusia dalam mengelola lahan, terutama dalam mengelola penggunaan lahan pada daerah-daerah berlereng. Pola pengolahan lahan yang tidak memperhatikan teknik-teknik konservasi tanah akan menimbulkan kerusakan pada lahan, sehingga keseimbangan lahan akan terganggu dan rentan terhadap longsor. Selain itu, Prayogo (2007) menambahkan bahwa longsor paling sering terjadi di lereng-lereng yang mempunyai lapisan batuan yang kedap air, sehingga menjadi bidang gelincir, yang mengakibatkan lapisan tanah yang terletak diatasnya akan meluncur dan jatuh pada lahan yang lebih rendah.

Perumusan arahan kebijakan pengembangan permukiman dilakukan secara deskriptif berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Perumusan arahan kebijakan tergolong atas beberapa tahap, yaitu:

1. Menyusun alternatif arahan kebijakan, berdasarkan pengembangan lanjut data primer dan sekunder penelitian, berupa uraian tentang hal-hal yang harus dikembangkan menjadi prioritas kebijakan publik (Suharto, 2006).

2. Merumuskan prioritas arahan kebijakan (Eriyatno dan Sofyar, 2007).

3. Pemilihan prioritas arahan kebijakan dilakukan melalui penyeleksian alternatif kebijakan untuk dijadikan sebagai prioritas arahan kebijakan

Page 129: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan106

pengembangan permukiman pada kawasan rawan longsor di lokasi penelitian dilakukan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) (Eriyatno dan Sofyar, 2007). Prioritas arahan kebijakan terurai strategi implementasi serta implikasinya secara deskriptif berdasarkan pada teknik FGD (Focus Group Discussion).

Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis AHP adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan hierarki, untuk menguraikan persoalan menjadi unsur-unsur dalam wujud kriteria dan alternatif yang disusun dalam bentuk hierarki.

b. Penyusunan kriteria, digunakan untuk membuat keputusan yang dilengkapi dengan bentuk alternatif yang terkait masing-masing kriteria tersebut untuk dipilih sebagai keputusan tercantum pada tingkatan paling bawah

c. Penilaian kriteria dan alternatif, untuk melihat pengaruh strategis terhadap pencapaian sasaran yang dinilai melalui perbandingan berpasangan. Nilai dan definisi pendapat kualitatif berdasarkan skala perbandingan (Marimin, 2005),

d. Penentuan prioritas, menggunakan teknik perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) untuk setiap kriteria dan alternatif. Nilai-nilai perbandingan relatif tersebut diolah dengan menggunakan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif yang ada. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk melihat konsistensi penilaian dengan menggunakan penghitungan Inconsistency Ratio.

Pemilihan prioritas kebijakan berdasarkan pada besarnya bobot (nilai eigen) pada setiap alternatif alternatif kebijakan. Mencegah pengembangan permukiman pada kawasan-kawasan yang tidak diperuntukkan untuk permukiman terutama pada zona tingkat bahaya longsor tinggi dan zona tingkat bahaya longsor sangat tinggi memiliki nilai bobot terbesar (0,750). Kemudian secara berturut-turut diikuti oleh menyusun zona-zona tingkat bahaya longsor untuk mengembangkan sistem peringatan dini bencana longsor (0,600), melakukan pemberdayaan pada masyarakat pemilik lahan sekaligus penggarap lahan (GARAP) yang melakukan aktivitas pertanian pada zona tingkat bahaya longsor tinggi dan zona tingkat bahaya longsor sangat tinggi (0,525), menyusun zona-zona peruntukkan lahan untuk permukiman yang berbasis tingkat bahaya longsor (0,500), dan melakukan

Page 130: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 107PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

relokasi secara bertahap dan berkesinambungan pada masyarakat yang bermukim di kawasan dengan tingkat bahaya longsor tinggi dan sangat tinggi ke kawasan-kawasan yang diperuntukkan untuk permukiman (0,488). Hasil analisis prioritas kebijakan tertera pada Gambar 109.

Gambar 109. Prioritas kebijakan pengembangan permukiman pada kawasan rawan longsor

Kebijakan pengembangan permukiman pada kawasan rawan longsor di Kota Padang diprioritaskan pada 15 kebijakan, yaitu:

1. Mencegah pengembangan permukiman pada kawasan-kawasan yang tidak diperuntukkan untuk permukiman terutama pada zona tingkat bahaya longsor tinggi dan zona tingkat bahaya longsor sangat tinggi.

2. Menyusun zona-zona tingkat bahaya longsor untuk mengembangkan sistem peringatan dini bencana longsor.

3. Melakukan pemberdayaan pada masyarakat pemilik lahan sekaligus penggarap lahan (GARAP) yang melakukan aktivitas pertanian pada zona tingkat bahaya longsor tinggi dan zona tingkat bahaya longsor sangat tinggi.

4. Menyusun zona-zona peruntukkan lahan untuk permukiman yang berbasis tingkat bahaya longsor.

5. Melakukan relokasi secara bertahap dan berkesinambungan pada masyarakat yang bermukim di kawasan dengan tingkat bahaya longsor tinggi dan sangat tinggi ke kawasan-kawasan yang diperuntukkan untuk permukiman.

Page 131: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan108

7.2. Interpretative Structural Modelling (ISM)Salah satu teknik permodelan yang dikembangkan untuk perencanaan

kebijakan Strategis adalah Teknik Permodelan Interpretasi Struktural (Interpretative structural modelling-ISM). Menurut Eriyatno (1998), ISM merupakan proses pengkajian kelompok (group learning process) dimana model-model struktural dihasilkan untuk memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat. Teknik ISM merupakan salah satu teknik permodelan sistem untuk menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencana jangka panjang yang sering menerapkan secara langsung teknik penelitian operasional dan atau aplikasi statistik deskriptif. Menurut Saxena (1992) ISM bersangkut paut dengan interpretasi dari suatu objek yang utuh atau perwakilan sistem melalui aplikasi teori grafis secara sistematis dan iteratif.

ISM adalah slah satu metodologi berbasis komputer yang membantu dalam mengidentifikasi hubungan antara ide dan struktur tetap pada isu yang kompleks. ISM dapat digunakan untuk mengembangkan beberapa tipe stuktur, termasuk struktur pengaruh (misalnya: dukungan atau pengabaian), struktur prioritas (misalnya: ‘lebih penting dari’, atau ‘sebaiknya dipelajari sebelumnya’) dan kategori ide (misalnya: ‘termasuk dalam kategori yang sama dengan’) (Broome dalam Kanungo dan Bhatnagar, 2002). ISM merupakan sebuah metodologi yang interaktif dan diimplementasikan dalam sebuah kelompok. Metodologi tersebut memberikan lingkungan yang sangat sempurna untuk memperkaya dan memperluas dalam konstruksi yang cukup kompleks. ISM menganalisis elemen-elemen sistem dan memecahkannya dalam bentuk grafik dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hierarki. Elemen-elemen dapat merupakan tujuan kebijakan, target organisasi, faktor-faktor penilaian, dan lain-lain. Hubungan langsung dapat dalam konteks-konteks yang beragam (berkaitan dengan hubungan konstektual).

ISM merupakan suatu metode yang berfungsi untuk menstrukturkan isu-isu yang kompleks sehingga dapat digunakan untuk mendefinisikan dan memperjelas persoalan, menilai dampak, dan mengidentifikasi hubungan antar kebijakan.

Page 132: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 109PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Menentukan Tujuan

Kajian Pustaka dan

Pendapat Pakar

Menentukan Elemen dan Sub Elemen

Hubungan Kontektual

Structured Self-Interaction

Matrix (SSIM)

ReachabilityMatrix (RM)

Transformasi SSIM keReachability Matrix

(RM

Matriks Driver Power Dependence

Struktur Hierarki

Gambar 110. Tahapan Analisis ISM

Prinsip dasar metodologi adalah identifikasi dari struktur didalam suatu sistem yang memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Metodologi dari teknik ISM terdiri dari penyusunan hirarki dan klasifikasi sub elemen (Marimin 2005).

Secara garis besar tahapan metode ISM adalah sebagai berikut :

1. Penguraian setiap elemen menjadi beberapa sub elemen.

2. Penetapan hubungan konstekstual antar sub-elemen pada setiap elemen yang menunjukkan perbandingan berpasangan ada/tidak ada hubungan konstektual digunakan pendapat pakar.

3. Penyusunan Structural Self Interaction Matrix (SSIM) menggunakan simbol V,A,X dan O. Matriks Interkasi Tunggal Terstruktur (sructural self interaction matrix/SSIM). Matriks ini mewakili elemen persepsi responden terhadap elemen hubungan yang dituju. Empat simbol yang digunakan untuk mewakili tipe hubungan yang ada antara dua elemen dari sistem yang dipertimbangkan adalah:

V ... hubungan dari elemen E terhadap E tidak sebaliknya.

A ... hubungan dari elemen E terhadap E tidak sebaliknya.

X ... hubungan interrelasi antara E dan E tidak sebaliknya.

Page 133: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan110

O ... menunjukkan bahwa E dan E tidak berkaitan.

4. Pembuatan tabel Reachability Matrix (RM), mengganti simbol V, A, X dan O dengan bilangan 1 atau 0.

a. Jika hubungan E terhadap E = V dalam SSIM, maka elemen E = 1 dan E= 0 dalam RM

b. Jika hubungan E terhadap E = V dalam SSIM, maka elemen E = 0 dan E= 1 dalam RM

c. Jika hubungan E terhadap E = V dalam SSIM, maka elemen E = 1 dan E= 1 dalam RM

d. Jika hubungan E terhadap E = V dalam SSIM, maka elemen E = 0 dan E= 0 dalam RM. RM awal dimodifikasi untuk menunjukkan seluruh direct dan indirect reachability, yaitu E =1, E = 1, maka E = 1.

Gambar 111. Reachability Matrix

Page 134: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 111PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 112. Penentuan Driver Power, Dependency, dan Ranking

5. Penentuan driver power, dependency, dan ranking dari masing-masing elemen.

6. Melakukan perhitungan berdasarkan aturan transivity dimana matrik SSIM dikoreksi sampai terjadi matrik tertutup.

7. Melakukan level sub elemen pada setiap elemen menurut jenjang vertikal maupun horisontal.

8. Penyusunan matriks Driver Power Dependence (DPD) untuk setiap sub elemen. Klasifikasi elemen dibagi menjadi empat yaitu:

a. Kuadran I : Tidak berkaitan (Autonomous) terdiri dari sub elemen yang mempunyai nilai driver power (DP) ≤ 0.5 X dan nilai dependence (D) ≤ 0.5 X. Dimana X adalah jumlah sub elemen pada setiap elemen. Sub elemen yang berada pada kuadran I umumnya tidak berkaitan/hubungannya kecil dengan sistem.

b. Kuadran II : Tidak bebas (Dependent) terdiri dari sub elemen yang mempunyai nilai driver power (DP) ≤ 0.5 X dan nilai dependence (D) ≥ 0.5 X. Dimana X adalah jumlah sub elemen pada setiap elemen. Sub elemen yang berada pada kuadran II ini merupakan sub elemen yang tergantung pada elemen di kuadran III.

c. Kuadran III : Pengait (Linkage) terdiri dari sub elemen yang mempunyai nilai driver power (DP) ≥ 0.5 X dan nilai dependence (D) ≥ 0.5 X. Dimana X adalah jumlah sub elemen pada setiap elemen. Sub elemen yang masuk pada kuadran III ini perlu dikaji secara hati-hati, karena setiap tindakan pada satu sub elemen akan berpengaruh

Page 135: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan112

pada sub elemen lain yang berada pada kuadran II dan IV.

d. Kuadran IV : Penggerak (Independent) terdiri dari sub elemen yang mempunyai nilai driver power (DP) ≥ 0.5 X dan nilai dependence (D) ≤ 0.5 X. Dimana X adalah jumlah sub elemen pada setiap elemen.

Daya Dorong (Driver Power)

Ketergantungan (Dependence)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

Kuadran IAutonomous

Kuadran IIDependent

Kuadran IIILinkage

Kuadran IVIndependent

Gambar 113. Matriks Driver Power dan Dependence

Contoh Aplikasi ISM dalam Menyusuk Hirarki Kebijakan Penanganan Permukiman Rawan Banjir

Beberapa kota di seluruh dunia rentan terhadap banjir. Dampak banjir yang ada pada saat ini dan ke depan menuntut semakin mendesaknya untuk membuat pengelolaan risiko banjir di wilayah tempat tinggal perkotaan sebagai prioritas tinggi dalam agenda politik dan kebijakan. Memahami sebab-sebab dan efek-efek banjir dan melakukan rancangan, investasi dan implementasi tindakan-tindakan banjir yang meminimalisasi risiko merupakan kewajiban dari pakar pembangunan dan merupakan bagian dari tujuan-tujuan pembangunan yang lebih luas (Jha et al. 2011).

UU No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menyatakan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Menurut Iwan et al. (1999), mitigasi mencakup semua tindakan-tindakan yang diambil sebelum,

Page 136: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 113PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

selama, dan setelah terjadinya peristiwa alam dalam rangka meminimalkan dampaknya. Tindakan mitigasi meliputi menghindari bahaya, memberikan peringatan, dan evakuasi pada periode sebelum bahaya.

Mitigasi banjir dapat diartikan serangkaian upaya yang dilakukan dalam rangka meminimalisir risiko yang ditimbulkan akibat bencana banjir. Upaya-upaya mitigasi banjir dapat dilakukan sebelum, selama, dan sesudah terjadinya bencana banjir. Mitigasi banjir dapat diklasifikasikan atas dua bentuk, yakni mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Tindakan mitigasi struktural dapat dilakukan meliputi pembuatan bendungan, normalisasi sungai, pemotongan alur sungai, dan perbaikan drainase. Selain itu, mitigasi non strutural dapat dilakukan melalui cara zonasi potensi rawan dan risiko banjir, memberikan sosialisasi dan peringatan dini upaya penyelamatan diri, dan regulasi kebijakan pemanfaatan ruang pada zona rawan dan risiko banjir.

Bechtol dan Laurian (2005) menyatakan bahwa langkah-langkah non struktural jauh lebih berkelanjutan dibandingkan langkah-langkah struktural dalam rangka mitigasi banjir. Langkah-langkah non struktural meliputi pembebasan lahan pada daerah rawan banjir, manajemen penggunaan lahan pada dataran banjir, dan peraturan pembatasan penggunaan lahan pada dataran banjir. Langkah-langkah struktural selain tidak berkelanjutan, upaya ini juga membutuhkan biaya mahal, misalnya pembuatan bendungan, pelebaran sungai, dan memotong bagian sungai. Selain itu, menurut Bechtol dan Laurian (2005), langkah-langkah struktural selain tidak ramah lingkungan dan mahal, langkah tersebut juga menyebabkan degradasi lingkungan yakni hilangnya lahan basah dan habitat organisme.

Mitigasi banjir dapat dimasukkan dalam perencanaan pembangunan sebagai upaya pencegahan dan mengurangi kerugian akibat bencana alam dimasa yang akan datang. Penentuan zonasi daerah rawan dan berisiko, menetapkan langkah-langkah penyelamatan, dan menyusun aturan penggunaan lahan pada zona rawan dan berisiko banjir merupakan serangkaian tindakan mitigasi dalam perencanaan pembangunan. Selain itu, mitigasi juga dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam perencanaan wilayah rawan dan berisiko banjir.

Pertumbuhan penduduk mendorong perubahan penggunaan lahan terutama untuk pengembangan permukiman. Perluasan permukiman menyebabkan pengurangan ruang terbuka hijau (RTH) menjadi lahan terbangun. Sebagai akibat konversi lahan RTH maka terjadi peningkatan

Page 137: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan114

dan perluasan kawasan terkena banjir. Menurut Kaur et al. (2004), dinamika perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dipengaruhi oleh pergerakan manusia dalam membangun permukiman serta pindahnya fungsi-fungsi wilayah, seperti pendidikan, industri, perdagangan, dan lain sebagainya.

Terjadinya perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbangun menyebabkan peningkatan aliran permukaan dan genangan banjir. Hal ini disebabkan semakin sempitnya ruang air untuk melakukan infiltrasi saat musim hujan. Semakin luasnya daerah genangan banjir untuk masa yang akan datang akan menimbulkan dampak semakin luasnya wilayah rawan dan berisiko banjir. Keterbatasan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk kawasan permukiman mengakibatkan terjadinya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan penggunaannya. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya akan menimbulkan bencana alam dan salah satunya semakin luasnya kawasan permukiman rawan dan berisiko banjir. Evaluasi kesesuaian lahan merupakan upaya menentukan kecocokan pemanfaatan lahan untuk pemanfaatan tertentu, salah satunya untuk kawasan permukiman.

Djakapermana (2010) mengemukakan kompleks faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemanfaatan ruang, maka pendekatan sistem dalam pengembangan wilayah merupakan salah satu metode dalam menyelesaikan kompeknya permasalahan pada suatu wilayah. Hal ini karena dengan menggunakan pendekatan sistem berarti ada proses yang menyeluruh dan terpadu yang dapat memberikan gambaran suatu persoalan keseluruhan yang ingin diselesaikan, namun mampu menyederhanakan sesuatu kompleks tanpa kehilangan unsur esensial dari objek yang menjadi kajian.

Salah satu metode yang dapat dipakai untuk analisis ini adalah dengan teknik Interpretative Structural Modelling (ISM) dimana dilakukan proses pengkajian kelompok melalui model struktural yang dihasilkan guna memotret perihal yang komplek dari suatu sistem melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat (Eriyatno 2003). Metode ini cukup efektif untuk menstrukturkan isu-isu yang kompleks karena dapat digunakan untuk mendefinisikan dan memperjelas persoalan, menilai dampak dan mengidentifikasi hubungan antar kebijakan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi struktur yang berkaitan dengan program pengelolaan kawasan permukiman di wilayah penelitian. Untuk mencapai tujuan tersebut

Page 138: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 115PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

dilakukan analisis penjenjangan struktur dalam program pengelolaan kawasan permukiman tersebut yang dibagi menjadi elemen-elemen dimana setiap elemen selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah sub-elemen. Tiga elemen terpilih untuk dianalisis yaitu stakeholder yang terlibat yang terlibat dalam pengelolaan kawasan permukiman, kendala yang dihadapi, dan perubahan yang diharapkan untuk pengelolaan kawasan permukiman.

Metode ISM merupakan metode cukup efektif untuk menstrukturkan isu-isu yang kompleks karena dapat digunakan untuk mendefinisikan dan memperjelas persoalan, menilai dampak dan mengidentifikasi hubungan antar kebijakan. Metode ISM dibagi dalam dua bagian yaitu penyusunan hirarki dan klasifikasi sub elemen (Eriyatno dan Larasati 2013). Dalam penyusunan elemen, sub elemen dan hubungan kontektual hirarki kelembagaan mitigasi kawasan permukiman rawan banjir digunakan pendapat pakar. Pendapat pakar yang digunakan dalam penentuan elemen, sub elemen, dan hubungan kontektual berasal. Prinsip dasar metodologi adalah identifikasi dari struktur didalam suatu sistem yang memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Metodologi dari teknik ISM terdiri dari penyusunan hirarki dan klasifikasi sub elemen (Marimin 2005).

Secara garis besar tahapan metode ISM adalah sebagai berikut :

1. Penguraian setiap elemen menjadi beberapa sub elemen.

2. Penetapan hubungan konstekstual antar sub-elemen pada setiap elemen yang menunjukkan perbandingan berpasangan ada/tidak ada hubungan konstektual digunakan pendapat pakar.

3. Penyusunan Structural Self Interaction Matrix (SSIM) menggunakan simbol V,A,X dan O.

4. Pembuatan tabel Reachability Matrix (RM), mengganti simbol V, A, X dan O dengan bilangan 1 atau 0.

5. Melakukan perhitungan berdasarkan aturan transivity dimana matrik SSIM dikoreksi sampai terjadi matrik tertutup.

6. Melakukan level sub elemen pada setiap elemen menurut jenjang vertikal maupun horisontal.

7. Penyusunan matriks Driver Power Dependence (DPD) untuk setiap sub elemen.

Page 139: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan116

a) Elemen StakeholderSub elemen yang ditetapkan elemen stakeholder yang terlibat dengan

mitigasi kawasan permukiman rawan banjir di Kota Padang antara lain:

1. Pengembang kawasan perumahan

2. RT dan RW setempat

3. Lurah dan kecamatan setempat

4. Bappeda kota setempat

5. Dinas Lingkungan Hidup (Bapedalda)

6. Dinas Tata Ruang

7. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

8. Dinas Cipta Karya (PU Kota)

9. LSM

10. Perguruan Tinggi

11. Pemerintah Kota, Provinsi dan Pusat

Hasil analisis Reachability Matrix Final terhadap sub elemen stakeholder, maka diperoleh nilai kekuatan penggerak tertinggi sebesar 11 (Tabel 6). Di Kota Padang sub elemen 11 (Pemerintah Kota, Provinsi dan pusat) adalah yang memiliki peran dan kekuatan penggerak dalam mitigasi untuk kawasan permukiman rawan banjir. Sub elemen 6 (Dinas Tata Ruang) merupakan sub elemen yang memiliki nilai kekuatan penggerak tertinggi kedua dalam mitigasi untuk kawasan permukiman rawan banjir.

Page 140: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 117PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Tabel 6. Reachability Matrix Final Elemen Stakeholder

Element

Element Driver Power Rangking1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5

2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5

3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4

4 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 3

5 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 3

6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 2

7 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 3

8 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 3

9 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 3

10 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 3

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1

Dependence 2 10 9 8 8 2 8 8 8 8 1

Level 4 1 2 3 3 4 3 3 3 3 5

Grafik hubungan driver power dengan dependence (Gambar 115) menunjukkan bahwa ada tiga sub elemen yakni sub elemen 1 (pengembang kawasan perumahan); sub elemen 2 (RT dan RW setempat); dan sub elemen 3 (lurah dan kecamatan setempat) berada pada kuadran II. Ketiga sub elemen tersebut memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sub elemen pada kuadran III. Pada kuadran III terdapat enam sub elemen pengait (linkage) antara sub elemen kuadran II dengan kuadran IV. Enam sub elemen pengait pada elemen stakeholder di wilayah penelitian yaitu : a) sub elemen 4, Bappeda kota setempatb) sub elemen 5, Bapedaldac) sub elemen 7, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)d) sub elemen 8, Dinas Cipta Karya( PU Kota)e) sub elemen 9, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)f) sub elemen 10. Perguruan tinggi

Pada kuadran IV terdapat dua sub elemen dependent yaitu sub elemen 6 (Dinas Tata Ruang) dan sub elemen 11 (Pemerintah Kota, Provinsi dan Pusat). Kedua sub elemen pada kuadran IV akan mempengaruhi sub elemen pada kuadran III. Kedua sub elemen tersebut memiliki driver power yang tinggi dan ketergantungan pada sub elemen lain yang rendah.

Page 141: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan118

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 4321 6 7 8 9 10

Kwadran I Kwadran II

Kwadran IIIKwadran IV

Dependence

Driv

er P

ower

11

115

1, 2

4, 5, 7, 8, 9, 10

11

3

6

Gambar 114. Hubungan antara Driver Power dengan Dependence pada Elemen Stakeholder

Berdasarkan struktur hirarki lembaga yang terlibat pada mitigasi untuk kawasan permukiman rawan banjir di Kota Padang (Gambar 116) terdapat lima jenjang. Jenjang tertinggi akan memberikan pengaruh yang besar dan memiliki keterlibatan paling tinggi dalam mitigasi untuk kawasan permukiman rawan banjir. Di Kota Padang sub elemen 11 dan sub elemen 6 memiliki keterlibatan paling besar dalam kegiatan mitigasi untuk kawasan permukiman rawan banjir. Sub elemen pada jenjang 3 merupakan sub elemen yang menjembatani antara sub elemen 6 dan sub elemen 11 dengan sub elemen 1; sub elemen 2; dan sub elemen 3.

Gambar 115. Struktur Hirarki Lembaga yang Terlibat dalam Mitigasi untuk Kawasan Permukiman Rawan Banjir

Page 142: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 119PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

b) Elemen KendalaHasil identifikasi terhadap elemen kendala dalam mitigasi kawasan

permukiman rawan banjir di Kota Padang terdapat sepuluh sub elemen, yakni sebagai berikut :

1. Koordinasi/ kerjasama antar instansi yang terlibat

2. Konsistensi pelaksanaan tata ruang yang masih lemah

3. Pengawasan terhadap pelanggaran masih lemah

4. Belum tersedianya rencana tata ruang yang lebih rinci

5. RTRW yang tidak sesuai dengan kebutuhan

6. Perkembangan permukiman yang tidak terencana

7. Masih lemahnya penegakan hukum bagi pelanggaran tara ruang

8. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan lahan sesuai peruntukan

9. Belum tersedianya peraturan zonasi sebagai alat pengendali pemanfaatan dan pengelolaan ruang

10. Kemampuan untuk pengembangan dan pengelolaan infrastruktur masih terbatas.

Hasil analisis terhadap sepuluh elemen terdapat sub elemen 7 (Masih lemahnya penegakan hukum bagi pelanggaran tara ruang) yang memiliki nilai kekuatan penggerak tertinggi yakni nilai 10 yang didapat berdasarkan Reachibility Matrix Final kendala dalam mitigasi kawasan permukiman rawan banjir di Kota Padang (Tabel 7). Sub elemen 7 merupakan sub elemen kunci yang dihadapi dalam mitigasi kawasan permukiman rawan banjir di Kota Padang.

Page 143: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan120

Tabel 7. Reachability Matrix Final Elemen Kendala

ElementElement Driver

Power Rangking1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 2

2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 2

3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 2

4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 2

5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 2

6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 2

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1

8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 2

9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 2

10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 3

Dependence 10 9 9 9 9 9 1 9 9 10

Level 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1

Grafik hubungan driver power (kekuatan penggerak) dengan dependence (ketergantungan) (Gambar 117) menunjukkan sub elemen 10 berada pada kuadran II dengan nilai ketergantungan paling tinggi. Pada kuadran III terdapat 8 sub elemen, yaitu:

a) Sub elemen 1, koordinasi/ kerjasama antar instansi yang terlibat;

b) Sub elemen 2, konsistensi pelaksanaan tata ruang yang masih lemah;

c) Sub elemen 3, pengawasan terhadap pelanggaran masih lemah;

d) Sub elemen 4, belum tersedianya rencana tata ruang yang lebih rinci;

e) Sub elemen 5, RTRW yang tidak sesuai dengan kebutuhan;

f) Sub elemen 6, perkembangan permukiman yang tidak terencana;

g) Sub elemen 8, rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan lahan sesuai peruntukan; dan

h) Sub elemen 9, belum tersedianya peraturan zonasi sebagai alat pengendali pemanfaatan dan pengelolaan ruang.

Page 144: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 121PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 4321 6 7 8 9 10

Kwadran I Kwadran II

Kwadran IIIKwadran IV

Dependence

Dri

ver P

ower

71, 2,3,4,5,6,8,9

10

Gambar 116. Hubungan Antara Driver Power Dengan Dependence ada Elemen Kendala

Sub elemen yang berada pada kuadran III berfungsi sebagai sub elemen pengait (linkage) antara sub elemen pada kuadran II dan kuadran IV. Perlakuan dan tindakan terhadap sub elemen pada kuadran III akan mempengaruhi sub elemen lain pada kuadran II dan kuadran IV. Oleh karena itu, tidakan dan perlakukan terhadap sub elemen kuadran III perlu tindakan hati-hati. Pada kuadran IV terdapat sub elemen 7. Sub elemen pada kuadran IV merupakan sub elemen yang tergantung yang rendah dan memiliki kekuatan penggerak yang besar. Sub elemen IV disebut sub elemen independent (bebas).

Struktur hirarki kendala dalam mitigasi kawasan permukiman rawan banjir di Kota Padang (Gambar 118) terdapat tiga tingkat hirarki dari sepuluh sub elemen. Kendala-kendala pada jenjang hirarki lebih tinggi akan mempengaruhi perbaikan kendala-kendala pada jenjang hirarki yang lebih rendah. Penegakan hukum bagi pelanggaran tara ruang akan dapat mencegah terjadinya perluasan kawasan permukiman terkena dampak banjir.

Page 145: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan122

Gambar 117. Struktur Hirarki Kendala dalam Mitigasi Untuk Kawasan Permukiman Rawan Banjir

c) Elemen Perubahan yang DiharapkanSub elemen yang dipilih dalam untuk elemen perubahan yang

diharapkan dalam mitigasi kawasan permukiman rawan banjir di Kota Padang adalah sebagai berikut:

1. Penetapan peraturan bangunan dan zoning regulation

2. Perencanaan tata ruang yang partisipasif

3. Peningkatan partisipasi masyarakat

4. Sosialisasi program pengelolaan permukiman berkelanjutan

5. Pejabaran RTRW dalam rencana terinci

6. Peningkatan koordinasi/kerjasama antar instansi yang bertanggung-jawab terhadap penataan ruang

7. Paduserasi RTRW/RDTR antar wilayah administrasi

8. Peningkatan konsistensi penerapan regulasi yang berkaitan dengan pengendalian ruang

9. Kerjasama dalam infrastruktur dan konservasi lingkungan dengan wilayah perbatasan

10. Penetapan standar teknis lingkungan permukiman

Page 146: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 123PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Tabel 8. Reachability Matrix Final Elemen Perubahan Yang Diharapkan

ElementElement Driver

Power Rangking1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1

2 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 7 2

3 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 7 2

4 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 5 3

5 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 5 3

6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1

7 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 5 3

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1

9 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 5 3

10 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 5 3

Dependence 3 5 5 10 10 3 10 3 10 10

Level 3 2 2 1 1 3 1 3 1 1

Berdasarkan Reachability Matrix Final perubahan yang diharapkan dalam mitigasi kawasan permukiman rawan banjir di Kota Padang (Tabel 8), maka terdapat tiga sub elemen dengan nilai kekuatan pengerak (driver power) tertinggi yakni 10. Sub elemen kunci pada elemen perubahan yang diharapkan di Kota Padang adalah: a) Sub elemen 1, Penetapan peraturan bangunan dan zoning regulation; b) sub elemen 6, Peningkatan koordinasi/kerjasama antar instansi yang bertanggung-jawab terhadap penataan ruang; dan c) sub elemen 8, Peningkatan konsistensi penerapan regulasi yang berkaitan dengan pengendalian ruang.

Page 147: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan124

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 4321 6 7 8 9 10

Kwadran I Kwadran II

Kwadran IIIKwadran IV

Dependence

Drive

r Pow

er

1,6,8

2, 3

4, 5,7, 9, 10

Gambar 118. Hubungan Antara Driver Power dengan Dependence Pada Elemen Perubahan Yang Diharapkan

Gambar 119 grafik hubungan antara driver power dengan dependence di Kota Padang menunjukkan terdapat lima sub elemen yang memiliki ketergantungan tinggi (kuadran II), yaitu :

a) Sub elemen 4, Sosialisasi program pengelolaan permukiman berkelanjutan;

b) Sub elemen 5, Pejabaran RTRW dalam rencana terinci;

c) Sub elemen 7, Paduserasi RTRW/RDTR antar wilayah administrasi;

d) Sub elemen 9, Kerjasama dalam infrastruktur dan konservasi lingkungan dengan wilayah perbatasan; dan

e) Sub elemen 10, Penetapan standar teknis lingkungan permukiman.

Sub elemen pada kuadran II akan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sub elemen pada kuadran III. Sub elemen pada kuadran III merupakan sub elemen pengait (linkage) antara sub elemen pada kuadran II dan IV. Sub elemen pengait pada kuadran III (Gambar 119) adalah : a) sub elemen 2, perencanaan tata ruang yang partisipasif; dan b) sub elemen 3, peningkatan partisipasi masyarakat. Selanjutnya tiga sub elemen yang terdapat pada kuadran IV yaitu ; a) Sub elemen 1, Penetapan peraturan bangunan dan zoning regulation; b) sub elemen 6, Peningkatan koordinasi/kerjasama antar instansi yang bertanggung-jawab terhadap penataan ruang; dan c) sub elemen 8, Peningkatan konsistensi penerapan regulasi yang berkaitan dengan pengendalian ruang. Ketiga sub elemen tersebut memiliki kekuatan penggerak yang tinggi dalam elemen kendala mitigasi untuk permukiman kawasan rawan banjir di Kota Padang.

Page 148: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 125PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 119. Struktur Hirarki Perubahan Yang Diharapkan

Secara hirarki perubahan yang diharapkan dalam mitigasi untuk kawasan permukiman rawan banjir di Kota Padang memiliki tiga jenjang (Gambar 34). Struktur hirarki perubahan yang dihadapkan akan dimulai dari jenjang tertinggi (Jenjang 3) sampai jenjang terendah (Jenjang 1).

Hasil analisis elemen stakeholder di Kota Padang maka terdapat sub elemen 11 (pemerintah kota, provinsi dan pusat) memiliki peran dan kekuatan penggerak (driver power) dalam mitigasi untuk kawasan permukiman rawan banjir. merupakan kawasan permukiman rawan banjir dan kerentanan banjir di Kota Padang. Berdasarkan gambar tersebut menunjukkan bahwa di Kota Padang terdapat 53.5% permukiman berada pada zona bahaya tinggi. Besarnya persentase kawasan permukiman di Kota Padang masuk pada kategori zona bahaya tinggi, maka dalam perencanaan penataan kota agar memperhatikan kawasan permukiman yang rawan terhadap banjir. Selain itu, di Kota Padang berdasarkan tingkat kerentanan terdapat sebesar 31.5% dari luas wilayah permukiman merupakan zona permukiman dengan tingkat kerentanan tinggi. Oleh karena itu pada kawasan permukiman dengan tingkat kerentanan tinggi maka perlu upaya peningkatan kapasitas dalam menghadapi bencana alam khususnya banjir. Selanjutnya berdasarkan risiko banjir di Kota Padang, terdapat sebesar 34.5% kawasan permukiman berada pada zona risiko banjir tinggi. Untuk menggurangi kerugian yang ditimbulkan banjir, maka peran pemerintah kota, provinsi dan pusat sebagai pemegang kebijakan dalam penataan kota menjadi penting.

Grafik hubungan driver power dengan dependence elemen stakeholder menunjukkan tiga sub elemen yakni sub elemen 1 (pengembang kawasan perumahan); sub elemen 2 (RT dan RW setempat); dan sub elemen 3 (lurah dan kecamatan setempat) berada pada kuadran II. Ketiga sub elemen tersebut memiliki kekuatan penggerak dan ketergantungan yang tinggi terhadap sub

Page 149: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan126

elemen pada kuadran III. Pada kuadran III terdapat enam sub elemen pengait (linkage) antara sub elemen kuadran II dengan kuadran IV. Enam sub elemen pengait pada elemen stakeholder di Kota Padang yaitu : a) sub elemen 4, Bappeda kota setempat, b) sub elemen 5, Bapedalda; c) sub elemen 7, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD); d) sub elemen 8, Dinas Cipta Karya( PU Kota); e) sub elemen 9, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); dan g) sub elemen 10, Perguruan tinggi. Selanjutnya pada kuadran II terdapat dua sub elemen dependent (tidak bebas) yaitu sub elemen 6 (Dinas Tata Ruang) dan sub elemen 11 (pemerintah kota, provinsi dan pusat). Kedua sub elemen pada kuadran IV akan mempengaruhi sub elemen pada kuadran III.

Pada elemen stakeholder, terdapat 11 sub elemen yang terlibat dalam hirarki kebijakan mitigasi kawasan permukiman rawan banjir. Selain itu, juga terdapat stakeholder dengan kegiatan dan programnya terintegrasi dalam sub elemen-sub elemen stakeholder yang telah disusun. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Kota Padang merupakan salah satu stakeholder yang tidak terdapat pada sub elemen, namun program dan kegiatannya berperan dalam mitigasi bencana banjir pada kawasan permukiman di Kota Padang. Tidak masuknya BPMPKB Kota Padang pada elemen stakeholder disebabkan program dan kegiatannya sudah terintegrasi pada sub elemen stakeholder yang sudah disusun. Program dan kegiatan BPMKB Kota Padang terintegrasi pada kegiatan tingkat kelurahan, kecamatan dan Bappeda Kota Padang.

Hasil analisis elemen kendala terdapat sub elemen 7 (masih lemahnya penegakan hukum bagi pelanggaran tara ruang) yang memiliki nilai kekuatan penggerak tertinggi. Di Kota Padang tahun 2014 luas permukiman sebesar 11 477 ha, dari luasan tersebut dibandingkan dengan pola ruang, maka terdapat sebesar 21.1% permukiman tidak sesuai dengan pola ruang. Berkembangnya permukiman pada kawasan tidak sesuai dengan peruntukkannya merupakan bukti masih lemahnya penegakan hukum bagi pelanggaran tata ruang.

Rustiadi et al. (2011) mengemukakan bahwa seringkali dijumpai dalam penyusunan program penggunaan lahan tanpa disadari telah merugikan wilayah lain. Hal ini terjadi karena tidak terjalinnya koordinasi yang cukup baik antar sektor atau pihak yang mengambil kebijakan ditingkat pusat dan daerah. Arifin et al. (2009) menyatakan kondisi landskap dan aktifitas masyarakat pada bagian hulu akan mempengaruhi bagian hilir, dan begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, dalam perencanaan penggunaan lahan maka perlu adanya terintegrasi dari bagian hulu sampai hilir untuk menciptakan

Page 150: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 127PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

pembangunan berkelanjutan. Selain itu, Suripin (2004) mengungkapkan selain lemahnya koordinasi dan singkronisasi antar komponen terkait, persoalan rendahnya kesadaran hukum dan belum konsistennya pelaksanaan hukum menambah kompleks permasalahan dalam penataan ruang.

Hasil Reachability Matrix Final elemen perubahan yang diharapkan terdapat tiga sub elemen dengan nilai kekuatan pengerak (driver power) tertinggi yaitu: a) Sub elemen 1, Penetapan peraturan bangunan dan zoning regulation; b) sub elemen 6, Peningkatan koordinasi/kerjasama antar instansi yang bertanggung-jawab terhadap penataan ruang; dan c) sub elemen 8. Peningkatan konsistensi penerapan regulasi yang berkaitan dengan pengendalian ruang. Menurut Iwan et al. (1999) upaya yang paling tepat dalam mitigasi bencana yaitu dengan melibatkan masyarakat perencanaan penggunaan lahan melalui perencanaan partisipatif masyarakat mengetahui dan mengakomodasi tuntutan pembangunan di daerah yang rentan terhadap bencana alam. Perencanaan partisipatif merupakan salah satu upaya mengurangi konflik dalam pembangunan, sehingga masyarakat merasa terlibat dalam pembangunan.

7.3. Metode Perbandingan Eksponensial

a. Metode MPEMetode Perbandingan Eksponensial (MPE) merupakan salah satu

metode untuk menentukan urutn prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebgai metode yang membantu untuk mengambil keputusan. Metode ini merupakan salah satu alternatif untuk menentukan prioritas keputusan. Untuk mentukan prioritas keputusan digunakan persamaan di bawah

TNi= ∑m=1(RKij)TKNjj

TNi = Total nilai alternatif ke –i

RK = Derajat kepentingan relatif kriteria ke –j pada pilihan keputusan i

TKKj = Derajat kepentingan kriteria keputusan ke –j; TKKj > 0;bulat

n = Jumlah pilihan keputusan

m = Jumlah kriteria keputusan

Page 151: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan128

Metode MPE dapat dibedakan atas beberapa tahapan antara lain:

1) Menyusun beberapa kriteria dan beberapa alternatif keputusan

2) Menyusun matrik kriteria dan alternatif, seperti pada tabel di bawah

No Kriteria BobotAlternatif

1 ....... 2 ....... 3 .....

1 Kriteria a ......... .......

2 Kriteria b .......... ........

3 Kriteria c .......... ......``

4 Kriteria d ......... ..........

3) Melakukan wawancara dengan pakar untuk menetapkan nilai bobot dengan skala saaty (1-9).

Nilai Keterangan

1 A sama penting dengan B

3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangat jelas lebih penting dari B

9 A mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

Sumber: Saaty (1983), Marimin dan Maghfiroh (2010)

4) Untuk menentukan nilai alternatif dapat dilakukan dengan cara perkalian matrik dengan metode AHP.

b. Aplikasi MPE dan Komoditas Pertanian1) Menyusun atau menentukan tujuan kegiatan (goal). Misalnya tujuan

untuk komoditas pertanian.

2) Menentukan kriteria dan alternatif

Untuk komoditas pertanian maka kriteria yang dilakukan dilihat dari fisik lahan (jenis tanah, iklim, curah hujan, drainase, kesuburan tanah), sosial (ketersediaan tenaga kerja), dan ekonomi (harga pasar, akses pasar dunia, modal produksi). Setelah tersusun kriteria maka ditentukan alternatif pertanian yang akan dikembangkan. Gambar merupakan hierarki pengembangan komoditas pertanian metode MCE

Page 152: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 129PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Komoditas Pertanian Unggulan

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8

Jagung Sawit Karet Coklat

Kriteria :

K1 = Jenis tanah

K2 = Curah Hujan

K3 = Sistem drainase

K4 = Tingkat kesuburan tanah

K5 = Jumlah tenaga kerja

K6 = Harga pasar

K7 = Modol produksi

K8 = Akses pasar global

Gambar 120. Contoh Hierarki Komoditas Unggulan dalam Metode MPE

3) Wawan cara pakar

Wawancara pakar dilakukan dua tahapan yaitu penentuan bobot untuk kriteria dan penentuan alternatif. Bobot rentangnya dari 1-9, dan alternatif ditentukan dengan perkalian matrik

4) Perkalian matrik

Perkalian matrik dapat dilakukan dengan menggunakan program Expert Choice 2000.

a. Masukan dalam program tujuan, kriteria dan alternatif

Page 153: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan130

Gambar 121. Tujuan, Kriterian, dan alternatif dalam MPE

b. Lakukan penelaian bobot dengan cara Pairwise Verbal.

Gambar 122. Penilaian kriteria pada Metode MPE

Page 154: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 131PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

c. Tentukan nilai alternatif masing-masing kriteria

Gambar 123. Penentuan Nilai Alternatid dalam MPE

d. Setelah selesai penentuan nilai alternatif dari masing-masing kriteria, maka tentukan hasil perkalian matrik

Gambar 124. Hasil penilaian alternatif dalam metode MPE

Page 155: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan132

e. Selanjutnya masukan nilai tersebut dalam matrik MPE

Tabel 9. Hasil Penilaian Bobot dan Alternatif Komoditas Pertanian

No Kriteria BobotAlternatif

Jagung Sawit Karet Coklat

1 Jenis tanah 5 0,057 0,585 0,183 0,175

2 Curah hujan 5 0,078 0,522 0,200 0,200

3 Drainase 6 0,075 0,508 0,151 0,265

4 Kesuburan 6 0,052 0,528 0,210 0,210

5 Tenaga Kerja 6 0,460 0,119 0,201 0,220

6 Harga pasar 9 0,078 0,635 0,200 0,087

7 Modal produksi 7 0,580 0,057 0,158 0,205

8 Pasar global 8 0,068 0,539 0,231 0,166

f. Penentuan alternatif prioritas

Jagung = 0,0575 + 0,0785 + 0,0756 + 0,0526 +0,4606 +0,0789+

0,5807+0,0688

= 0,023

Sawit = 0,5855 + 0,5225 + 0,5086 + 0,5286 +0,1196 +0,6359+

0,0577+0,5398

= 0,170

Karet = 0,1835 + 0,20005 + 0,1516 + 0,2106 +0,2016

+0,20009+ 0,1587+0,2318

= 0,0007

Coklat = 0,1755 + 0,2005 + 0,2656 + 0,2106 +0,2206 +0,0879+

0,2057+0,1668

= 0,001

Tabel 10. Hasil Perhitungan dengan MPE

Prioritas Alternatif Nilai MPE

Prioritas 1 Sawit 0,170

Prioritas 2 Jagung 0,023

Prioritas 3 Coklat 0,001

Prioritas 4 Karet 0,0007

Page 156: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 133PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

c. Aplikasi MPE dalam Lokasi Pengembangan Pasar Pasar merupakan hal yang penting untuk mengerakan perekonomian

suatu wilayah. Banyak kasus pengembangan pasar atau pemindahan lokasi pasar menimbulkan berbagai masalah, seperti: (a) tidak adanya pengunjung; (b) pedagang tidak mau pindah kelokasi baru; (c) tidak adanya manajemen atau pengelolaan pasar dengan baik; (d) lakasi terlalu jauh dari lakasi pemindahan; dan (e) timbulnya pasar bayangan. Berbagai masalah tersebut muncul karena tidak adanya perencanaan yang mempertimbangkan berbagai aspek terkait dengan stakeholder. Metode MPE merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul akibat pengembangan pasar atau pemindahan lokasi pasar.

Untuk pengembangan pasar atau pemindahan lokasi pasar maka beberapa kiriteria yang dipertimbangkan antara lain : (1) aksesbilitas pasar (K1); (2) dukungan stakeholder (K2); (3) ketersediaan lahan (K3); (4) jarak dari lakasi lama (K4); (5) sosialisasi (K5); (6) manajemen pasar (K6); dan (7) rencana sarana dan prasarana (K7). Selanjutnya ditentukan beberapa alternatif lokasi yang akan dikembangkan sebagai lokasi baru pembangunan pasar. Setelah dapat kriteria dan alternatif maka dapat disusun hierarki keputusan.

Pengembangan Pasar

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Gambar 125. Hierarki Pengembangan Pasar dengan Metode MPE

Setelah terbentuk hiearki pengembangan pasar, maka dilakukan penilaian terhadap bobot dan harkat. Bobot dan harkat ditentukan berdasarkan hasil FGD dengan pakar. Bobot memiliki nilai rentang antara 1 sampai 9 (skala Saaty), dan harkat ditentukan hasil perkalian matrik (dapat menggunakan Expert Choice 2000).

Page 157: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan134

Tabel 11. Hasil Penilaian Bobot dan Alternatif Pengembangan Pasar dengan Metode MPE

No Kriteria BobotAlternatif

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

1 Aksesbilitas pasar 6 0,400 0,150 0,450

2 Dukungan stakeholder 7 0,278 0,502 0,200

3 Ketersediaan lahan 7 0,750 0,058 0,151

4 Jarak dari lakasi lama 8 0,520 0,058 0,121

5 Sosialisasi 9 0,046 0,191 0,121

6 Manajemen pasar 7 0,278 0,535 0,200

7 Rencana sarana dan prasarana 6 0,530 0,157 0,368

Hasil penilaian pakar terhadap bobot dan harkat, maka disusun dalam matrik seperti pada Tabel 11. Selanjut menetukan pemilihan alternatif yang paling baik dengan melakukan perhitungan seperti berikut .

Altenatif Lokasi 1

0,4006 + 0,2787 + 0,7507 + 0,5208 + 0,0469 + 0,2787 + 0,5306= 0,165

Altenatif Lokasi 2

0,1506 + 0,5027 + 0,0587 + 0,0588 + 0,1919 + 0,3537 + 0,1576=0,021

Altenatif Lokasi 3

0,4506 + 0,2007 + 0,1517 + 0,1218 + 0,1219 + 0,2007 + 0,3686=0,011

Berdasarkan hasil pehitungan diatas maka dapat disimpulkan maka alternatif pengembangan lokasi pasar adalah Lokasi 1 dengan nilai 0,165

7.4. Kriteria Bayes

a. Motode BayesMetode Bayes merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk

melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Untuk menghasilkan keputusan yang optimal, perlu dipertimbangkan berbagai kriteria. Pembuatan keputusan dengan metode Bayes dilakukan melalui upaya pengantifikasian kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Untuk menghitung nilai alternatif pada metode Bayes digunakan persamaan.

Page 158: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 135PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Total Nilai i = ∑m=1Nilai ij (Krit j)j

Dimana :

Total Nilai = total nilai akhir dari alternatif ke-i

Nilai ij = nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j

Krit j = tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j

i = 1,2,3, n; n= jumlah alternatif

j = 1,2,3, m; m= jumlah kriteria

b. Contoh Aplikasi Metode BayesMetode Bayes dapat dilakukan dalam banyak kebijakan, misalnya dalam

pemilihan lokasi pembanguan pusat ibu kota kecamatan. Metode Bayes hampir sama dengan metode MPE. Namun kedua metode ini memiliki hasil yang berbeda. Dalam penggunaan metode Bayes dapat digabung dengan metode AHP dalam penentuan nilai kriteria dan nilai bobot. Langkah-langkah aplikasi Metode Bayes dalam penentuan pusat pemerintahan dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Menentukan alternatif dan kriteria yang akan digunakan

2) Setelah dapat alternatif dan kriteria maka disusun dalam bentuk hierarki, seperti Gambar 126 dibawah ini.

Tujuan : Penentuan Pusat Pemerintahan Kecamatan A

Kriteria : Aksesbilitas, Ketersediaan Lahan, Kepadatan penduduk,

Nilai lahan.

Alternatif : (1) Kelurahan Koto Tuo;(2)Kelurahan Pulai;(3)Kelurahan

Mato Aie;(4)Kelurahan Ganting; dan(5)Kelurahan Toboh.

Page 159: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan136

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Aksesbilitas Tersediaan Lahan

Kepadatan Penduduk

Nilai Lahan

Keto Tuo Pulai Mato Aie Ganting Toboh

Gambar 126. Hierarki Penentuan Pusat Pemerintahan Kecamatan dengan Metode Bayes

3) Masukan kriteria pada program Expert Choice 2000

Gambar 127. Kriteria Pusat Pemerinatah pada Metode Bayes

4) Setelah kriteria dimasukan pada program Expert Choice 2000 , maka tambahkan memasukan alternatif

Page 160: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 137PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 128. Alternatif Penentuan Pusat Pemerintahan Kecamatan pada Metode Bayes

5) Lakukan penilaian terhadap kriteria dan alternatif dengan cara wawancara pakar.

Gambar 129. Memasukan Nilai Kriteria pada Expert Choice 2000

Page 161: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan138

Gambar 130. Memasukan Nilai Alternatif pada Expert Choice 2000

6) Hasil perkalian matrik pada kriteria penentuan pusat pemerintahan kecamatan. Untuk melihat hasil klik Synthesize/With Respect to Current Node, dan akan muncul Gambar 131.

Gambar 131. Hasil Penilaian Kriteria pada Metode Bayes

7) Stelah menentukan nilai kriteria maka selanjutnya tentukan nilai alternatif untuk masing-masing kriteria. Klik kriteria dan klik Synthesize/With Respect to Current Node, dan akan muncul Gambar 132.

Page 162: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Teknik Pengambilan Keputusan 139PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 132. Hasil Penilaian Alternatif pada Metode Bayes

8) Setelah mendapatkan nilai kriteria dan alternatif, maka nilai tersebut masukan dalam matrik Tabel 12 dibawah.

Tabel 12. Matrik Hasil Penilaian Pakar pada Metode Bayes

AlternatifKriteria

Aksesbilitas Ketersediaan lahan

Kepadatan Penduduk Nilai Lahan

Koto Tuo 0,135 0,324 0,068 0,085

Pulai 0,066 0,148 0,092 0,089

Mato Aie 0,504 0,056 0,519 0,516

Ganting 0,255 0,093 0,263 0,263

Toboh 0,040 0,380 0,059 0,247

Bobot Kriteria 0,249 0,556 0,081 0,115

Untuk mendapatkan nilai prioritas dari beberapa alternatif maka perhitungan sebagai berikut.

Alternatif 1 : Koto Tuo

0,249(0,135) + 0,556 (0,324) +0,081 (0,068)+ 0,115 (0,085) =0,2290

Alternatif 2 : Pulai

0,249(0,066) + 0,556 (0,148) +0,081 (0,092)+ 0,115 (0,089)= 0,1164

Page 163: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan140

Alternatif 3 : Mato Aie

0,249(0,504) + 0,556 (0,056) +0,081 (0,519)+ 0,115 (0,516) = 0,2580

Alternatif 4 : Ganting

0,249(0,255) + 0,556 (0,093) +0,081 (0,263)+ 0,115 (0,263) = 0,1668

Alternatif 5 : Toboh

0,249(0,040) + 0,556 (0,380) +0,081 (0,059)+ 0,115 (0,247) = 0,2544

9) Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat disusun prioritas pusat pemerintahan kecamatan. Tabel merupakan prioritas dari perhitungan dengan metode Bayes.

Tabel 13. Prioritas Alternatif dengan Perhitungan Metode Bayes

Prioritas Alternatif Nilai

Prioritas 1 Mato Aie 0,2580

Prioritas 2 Toboh 0,2544

Prioritas 3 Koto Tuo 0,2290

Prioritas 4 Ganting 0,1668

Prioritas 5 Pulai 0,1164

Page 164: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Daftar Pustaka 141

Asnelly, R. (2016). Model Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah Melalui Kebijakan Insentif Untuk Mewujudkan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (disertasi). Bogor: Sekolah Pascarsarjana IPB.

Atzeni, C., Canuti, Nasagli, D., Leva, G., Lusi, S., Maretti, M. (2003). A Portable Device for Landslide Monitoring Using Radar Interferometry. Landslide News , 14/15 : 13-15.

Bechtol, V., dan Laurian, L. (2005). Restoring Straightened Rivers for Sustainable Flood Mitigation. Disaster Prevention and Management Journal , 6-19.

Djakapermana, R. (2010). Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan Kesisteman . Bogor (ID): IPB Pr.

Eriyatno. (1981). Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Bogor (ID): IPB Pr.

Eriyatno, dan Larasati, L. (2013). Ilmu Sistem Meningkatkan Integrasi dan Koordinasi Manajemen. Surabaya (ID): Guna Widya Pr.

Gardner, D., Tuchman, E., Harkins, R. (2010). A Cross Curricular, Problem Based Project to Promote Understanding of Proverty in Urban Communities. Journal of Social Work Education, 46 (1): , 147-158.

Giyasir, S. (2005). Gejala Urban Sprawl sebagai Pemicu Proses Densifikasi Permukiman di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area). Yogyakarta (ID): UGM Pr.

DAFTAR PUSTAKA

Page 165: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan142

Gold, S. (1980). Recreation Planning and Design. New York: Mac Graw Hill Book Company.

Hermon, D. (2009). Dinamika Permukiman dan Arahan Kebijakan Pengembangan Permukiman Pada Kawasan Rawan Longsor Di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (disertasi). Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB.

Hidajat, T. (2012). Model Pengelolaan Kawasan Permukiman Berkelanjutan Di Pinggiran Kota Metropolitan Jabodetabek (disertasi). Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB.

Iswandi, U. (2016). Mitigasi Bencana Banjir pada Kawasan Permukiman Di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (disertasi). Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB.

Iwan, W., Cluff, L., Kimpel, J., Kunreuther, H. (1999). Mitigation Emerges as Major Strategy for Reducing Losses by Natural Disaster. Science Journal , 1943-1947.

Jha, A., Robin, B., Jessica, L. (2011). Kota dan Banjir Pandungan Pengelolaan untuk Risiko Banjir Abat 21. Thailand: NDM Institut Pr.

Karnawati, D. (2005). Bencana Alam . Yogyakarta (ID): Pustaka Nasional Pr.

Kaur, E., Palang, H., Soovali, H. (2004). Landscape in Change Opposing Artitudes in Saaremaa, Estonia. Landscape and Urban Planning , 109-120.

Marimin. (2004). Teknik dan Aplikasi Pengambil Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta (ID): Grassindo Pr.

Marimin, dan Maghfiroh, N. (2011). Aplikasi Teknik Pengambil Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Pr.

Muhammadi, Aminullah, E., Soesilo, B. (2001) . Analisis Sistem Dinamis: Lingkunan hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen. Jakarta (ID): UMY Pr

Proyogo. (2007). Karakteristik Lahan Wilayah Bencana Longsor di Sub DAS Kaliputih Kec. Panti Kab. Jember. Seminar Kongres IX Himpunan Ilmu Tanah Indonesia , 581-583.

Rustiadi, E., Saefulhakim, S., Panuju, D. (2011). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta (ID): Pustaka Obor Pr.

Saaty, T. (1983). Dicision Making for Leaders: The Analytical Hierarchy Process for Decision in Complex World. Pittsburgh: RWS Publication.

Suharto, E. (2006). Analisis Kebijakan Publik. Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung (ID): Alfabeta Pr.

Page 166: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Daftar Pustaka 143PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Suripin. (2004). Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID): Andi Pr.

Suryono. (2000). Longsor Lahan Daerah Situraja dan Sekitarnya, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Bara. Prosiding Seminar Geomatika , 23-24.

Pemerintah Repoblik Indonesia (ID) [UU] Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Yunus, S. (2008). Dinamika Wilayah Peri–Urban Determinasi Masa Depan Kota. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar Pr.

Zakaria, Z. (2009). Analisis Kestabilan Lereng Tanah. Bandung (ID): Laboratorium Geologi Teknik Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.

Zuidam, V., dan Concelado, Z. (1979). Terrain Analysis and Classification Using Aerial Photograph. A Geomorphologycal Approach. Belanda: ITC Textbook.

Page 167: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Page 168: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

LAMPIRAN

1Contoh Pengembangan Intrumen AHP

Page 169: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan146

Pengembangan Instrumen Arahan Kebijakan Mitigasi Kawasan Rawan Longsor

Dalam penentuan arahan kebijakan menggunakan pendekatan AHP dengan skala Saaty (1983) dan menggunakan maktrik perkalian berpasangan.

Tabel 1. Skala Saaty

Nilai Keterangan

1 A sama penting dengan B

3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangat jelas lebih penting dari B

9 A mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatanSumber: Saaty (1983), Marimin dan Maghfiroh (2010)

Struktur hierarki yang digunakan dalam penyusunan arahan kebijakan mitigasi rawan longsor dapat disajikan pada Gambar 1.

Arahan Kebijakan Mitigasi Rawan Lonsor

Konservasi Regulasi Kapasitas Masyarakat

54 76 98321 10

Gambar 1. Hierarki Arahan Kebijakan Mitigasi

Keterangan

1. Melakukan reboisasi

2. Pencegahan penebangan hutan

3. Pemanfaatan secara terasering

4. Selektif dalam pengeluaran IMB pada zona rawan longsor

Page 170: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 1 147PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

5. Pembongkaran bangunan liar

6. RTRW lebih rinci

7. Peningkatan sosialisasi pada zona rawan longsor

8. Relokasi permukiman rawan longsor

9. Pendidikan kebencanaan

10. Perencanaan ruang berbasis bencana

1. Berdasarkan skala saaty tentukan nilai kriteria secara perbandingan berpasangan.

Konservasi Regulasi Kapasitas

Konservasi

Regulasi

Kapasitas

2. Berdasarkan kriteria konservasi tentukanlan nilai alternatif berikut berdasarkan skala saaty.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Keterangan :

1. Melakukan reboisasi

2. Pencegahan penebangan hutan

3. Pemanfaatan secara terasering

4. Selektif dalam pengeluaran IMB pada zona rawan longsor

5. Pembongkaran bangunan liar

6. RTRW lebih rinci

Page 171: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan148

7. Peningkatan sosialisasi pada zona rawan longsor

8. Relokasi permukiman rawan longsor

9. Pendidikan kebencanaan

10. Perencanaan ruang berbasis bencana

3. Berdasarkan kriteria regulasi tentukanlan nilai alternatif berikut berdasarkan skala saaty.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Keterangan :

1. Melakukan reboisasi

2. Pencegahan penebangan hutan

3. Pemanfaatan secara terasering

4. Selektif dalam pengeluaran IMB pada zona rawan longsor

5. Pembongkaran bangunan liar

6. RTRW lebih rinci

7. Peningkatan sosialisasi pada zona rawan longsor

8. Relokasi permukiman rawan longsor

9. Pendidikan kebencanaan

10. Perencanaan ruang berbasis bencana

Page 172: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 1 149PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

4. Berdasarkan kriteria kapasitas masyarakat tentukanlan nilai alternatif berikut berdasarkan skala saaty.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Keterangan :

1. Melakukan reboisasi

2. Pencegahan penebangan hutan

3. Pemanfaatan secara terasering

4. Selektif dalam pengeluaran IMB pada zona rawan longsor

5. Pembongkaran bangunan liar

6. RTRW lebih rinci

7. Peningkatan sosialisasi pada zona rawan longsor

8. Relokasi permukiman rawan longsor

Page 173: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan150

9. Pendidikan kebencanaan

10. Perencanaan ruang berbasis bencana

Contoh Intrumen ISM

Pengembangan Intrumen ISM pada penyusunan Hierarki Kebijakan Pengelolaan Kawasan Banjir

Petunjuk pengisian: a) V Jika elemen ke-i (missal ke 1) lebih berpengaruh/penting

dibandingkan dengan elemen ke-j (missal ke 2).

b) A Jika elemen ke-j (missal ke 2) lebih berpengaruh/penting dibandingkan dengan elemen ke-i (missal ke 1).

c) X Jika kedua elemen (ke-i dan ke-j) sama-sama berpengaruh/penting.

d) O Jika kedua elemen (ke-i dan ke-j) tidak saling berpengaruh/tidakberkaitan.

Elemen KebijakanB1. Konsevasi dan reboisasi bagian upper DAS

B2. Pembuatan bendungan dan situ (penampungan air semenatar)

B3. Perluasan dan perbaikan sistem drainase

B4. Pembuatan bio pori dan sumur resapan

B5. Regulasi pemanfaatan ruang (30%)

B6. Peningkatan sosialisasi kebencanaan

B7. Normalisasi aliran sungai

B8. Pengerukan sedimen sungai

Page 174: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 1 151PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

j→

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8

B1

B2

B3

B4

B5

B6

B7

B8

Page 175: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Page 176: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

LAMPIRAN

2Contoh Permodelan SistemDinamik dan Arahan Kebijakan Rawan Banjir Di Kabupaten Limapuluh Kota

Page 177: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan154

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPembangunan berkelanjutan merupakan proses pemanfaatan sumberdaya

alam secara optimal dengan menyeimbangkan ketersediaan sumberdaya alam dan kebutuhan manusia saat ini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi yang akan datang (WCED 1987). Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tuntutan kebutuhan manusia menyebabkan manusia mengeksploitasi sumberdaya alam tanpa memperhatikan kemampuan dan daya dukung lingkungan. Sebagai akibatnya, terjadi penurunan kualitas lingkungan (Muta’ali 2012). Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga makna yakni a) pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengabaikan kebutuhan generasi di masa yang akan datang; b) pemanfaatan sumberdaya alam tidak melebihi daya dukung lingkungan; dan c) mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam. Masalah kependudukan merupakan masalah penting di dunia, terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu permasalahan kependudukan itu adalah pertambahan penduduk yang pesat. Pertumbuhan penduduk yang pesat akan mendorong perubahan penggunaan lahan antara lain untuk tempat tinggal dan fasilitas pembangunan. Luas daratan permukaan bumi relatif tetap sedangkan kebutuhan manusia akan ruang tempat tinggal terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.

Jumlah penduduk dunia saat ini sekitar 7.1 milyar dan Indonesia memiliki jumlah ke empat terbanyak di dunia yakni 238 juta jiwa. Jumlah penduduk dunia 1 milyar terjadi pada tahun 1804 dan membutuhkan waktu 123 tahun untuk mencapai 2 milyar. Namun pada abad ke 20 waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 6 milyar hanya 72 tahun. Berarti pertumbuhan penduduk dunia dari waktu ke waktu semakin relatif cepat. Demikian juga yang terjadi di Indonesia, antara tahun 1950 sampai dengan tahun 2010 pertumbuhan penduduk sekitar 1.4–2.6 persen/tahun (Kodoatie 2013). Pembangunan yang pesat telah menyebabkan perubahan pola penggunaan lahan, dimana ruang terbangun semakin bertambah luas dan mendesak ruang-ruang alami untuk berubah fungsi. Fenomena tersebut umumnya terjadi pada wilayah perkotaan, dimana perubahan penggunaan lahan berlangsung dengan sangat dinamis (Pribadi et al. 2006).

Page 178: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 2 155PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Tersedianya berbagai fasilitas dan kemudahan di daerah perkotaan mendorong terjadinya peningkatan urbanisasi dari daerah perdesaan, sehingga daerah perkotaan berkembang seiring dengan laju urbanisasi. Sebagai konsekuensinya maka terjadi perubahan penggunaan lahan. Akibatnya terjadi eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan, perubahan tata guna lahan yang tak terkendali, dan menurunnya daya dukung lingkungan. Salah satu dampak dari aktivitas tersebut adalah peningkatan bencana khususnya banjir baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Kodoatie 2013).

United Nations Development Programme/UNDP (1997) menjelaskan bahwa ada dua permasalahan pokok dalam bidang permukiman yang dalam jangka panjang masih akan dihadapi Indonesia, yaitu: (1) pembangunan permukiman baru untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk. Diperkirakan 1.75 juta unit rumah dan sekitar 30 000 ha tanah permukiman tiap tahun harus dibangun untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk sampai dengan tahun 2020 dan (2) pengelolaan permukiman yang telah ada untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan sumberdaya sosial yang hidup di dalamnya.

UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara tegas menyatakan bahwa dalam penyusunan rencana tata ruang, terutama untuk kawasan permukiman, harus memperhatikan dan menghindari kawasan rawan bencana. Kenyataan yang ada pada saat ini, dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, peningkatan perluasan permukiman, baik permukiman yang terencana atau tidak terencana telah berkembang pada kawasan resapan di banyak wilayah di Indonesia.

Perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbangun berdampak terhadap peningkatan banjir karena sistem pengendali banjir dan drainase menjadi sangat kurang, ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai tempat untuk daerah resapan, penyimpanan air tanah dan sebagai sumber oksigen cenderung berkurang. Terjadinya invasi penggunaan lahan untuk pembangunan kawasan pemukiman baru dan peningkatan infrastruktur pada wilayah-wilayah yang semestinya menjadi daerah preservasi dan konservasi alami untuk melestarikan sumberdaya alam khususnya air permukaan dan air tanah (Kodoatie 2013).

Berdasarkan pengamatan Jha et al. (2011) beberapa kota di seluruh dunia rentan terhadap banjir. Dampak banjir yang ada pada saat ini dan ke depan menuntut semakin mendesaknya untuk membuat pengelolaan risiko banjir di wilayah tempat tinggal perkotaan sebagai prioritas tinggi dalam agenda

Page 179: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan156

politik dan kebijakan. Memahami sebab-sebab dan efek-efek banjir dan melakukan rancangan, investasi dan implementasi tindakan-tindakan banjir yang meminimalisasi risiko merupakan kewajiban dari pakar pembangunan dan merupakan bagian dari tujuan-tujuan pembangunan yang lebih luas.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini menentukan

rumusan masalah sebagai berikut :

1) Bagaimanakah zonasi tingkat kerawanan banjir pada Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat?

2) Bagaimanakah model dinamik kerawanan banjir pada Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat?

3) Bagaimanakah kebijakan kawasan rawan banjir pada Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat?

1.3. Tujuan PenelitianBerdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini antara lain:

1) Menentukan zonasi tingkat kerawanan banjir pada Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

2) Merancang model dinamik kerawanan banjir pada Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

3) Menyusun kebijakan kawasan rawan banjir pada Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat

1.4. Luaran PenelitianPenelitian ini akan menghasilkan tiga temuan penelitian, yaitu: a) peta

tingkat kerawanan banjir di Kabupaten Limapuluh Kota; b) model dinamik kerawanan banjir; dan c) arahan kebijakan penanggulangan rawan banjir. Hasil dari ketiga temuan penelitian ini akan dipulikasikan pada jurnal internasional dan jurnal terakreditasi nasional.

1.5. Kerangka Penelitian Bencana banjir disebabkan tiga faktor utama, yaitu: faktor meterorlogi

dan klimatologi, perubahan fisik karakteristik DAS, dan prilaku masyarakat yang tinggal pada DAS. Kabupaten Limapuluh Kota terjadi perubahan hutan

Page 180: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 2 157PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

primen menjadi penggunaan lain sekitar 70% dan peningkatan intensitas curah hujan pada kawasan upper DAS. Untuk menentukan zonasi rawan banjir menggunakan analisis GIS dengan teknik overlay tujuh peta tematik yaitu: curah hujan, bentuklahan, kemiringan lereng, elevasi, jenis tanah, geologi, dan penggunaan lahan. Zona tingkat kerawanan banjir dibedakan atas tiga kategori, yaitu; zona sangat rawan, zona rawan banjir sedang, dan zona aman.

Selanjutnya, model sistem dinamik zona rawan banjir dianalisis menggunakan permodelan sistem dinamik. Indikator yang akan dimodelkan dalam permodelan sistem dinamik adalah penggunaan lahan, konservasi kawasan hulu, dan kebijakan pemerintah. Arahan kebijakan untuk mitigasi kawasan rawan banjir dianalisis menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Kriteria yang akan dikembangkan menjadi alternatif untuk penentuan arahan kebijakan adalah konservasi, regulasi, dan peningkatan kapasitas masyarakat.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mitigasi BencanaUU No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menyatakan

bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Menurut Iwan et al. (1999), mitigasi mencakup semua tindakan-tindakan yang diambil sebelum, selama, dan setelah terjadinya peristiwa alam dalam rangka meminimalkan dampaknya. Tindakan mitigasi meliputi menghindari bahaya, memberikan peringatan, dan evakuasi pada periode sebelum bahaya.

Mitigasi banjir dapat diartikan serangkaian upaya yang dilakukan dalam rangka meminimalisir risiko yang ditimbulkan akibat bencana banjir. Upaya-upaya mitigasi banjir dapat dilakukan sebelum, selama, dan sesudah terjadinya bencana banjir. Mitigasi banjir dapat diklasifikasikan atas dua bentuk, yakni mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Tindakan mitigasi struktural dapat dilakukan meliputi pembuatan bendungan, normalisasi sungai, pemotongan alur sungai, dan perbaikan drainase. Selain itu, mitigasi non strutural dapat dilakukan melalui cara zonasi potensi rawan dan risiko banjir, memberikan sosialisasi dan peringatan dini upaya penyelamatan diri, dan regulasi kebijakan pemanfaatan ruang pada zona rawan dan risiko banjir.

Page 181: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan158

Bechtol dan Laurian (2005) menyatakan bahwa langkah-langkah non struktural jauh lebih berkelanjutan dibandingkan langkah-langkah struktural dalam rangka mitigasi banjir. Langkah-langkah non struktural meliputi pembebasan lahan pada daerah rawan banjir, manajemen penggunaan lahan pada dataran banjir, dan peraturan pembatasan penggunaan lahan pada dataran banjir. Langkah-langkah struktural selain tidak berkelanjutan, upaya ini juga membutuhkan biaya mahal, misalnya pembuatan bendungan, pelebaran sungai, dan memotong bagian sungai. Selain itu, menurut Burby et al. (1988); Bechtol dan Laurian (2005), langkah-langkah struktural selain tidak ramah lingkungan dan mahal, langkah tersebut juga menyebabkan degradasi lingkungan yakni hilangnya lahan basah dan habitat organisme.

Mitigasi banjir dapat dimasukkan dalam perencanaan pembangunan sebagai upaya pencegahan dan mengurangi kerugian akibat bencana alam dimasa yang akan datang. Penentuan zonasi daerah rawan dan berisiko, menetapkan langkah-langkah penyelamatan, dan menyusun aturan penggunaan lahan pada zona rawan dan berisiko banjir merupakan serangkaian tindakan mitigasi dalam perencanaan pembangunan. Selain itu, mitigasi juga dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam perencanaan wilayah rawan dan berisiko banjir.

Iwan et al. (1999) menyatakan bahwa mitigasi harus dimasukkan dalam perencanaan penggunaan lahan serta melibatkan masyarakat dalam perencanaan. Dengan cara ini, masyarakat dapat mengetahui dan mengakomodasi tuntutan pembangunan di daerah yang kurang rentan terhadap bencana alam. Perencanaan mitigasi yang komprehensif meliputi; a) penentuan lokasi dan sifat dari potensi bahaya; b) karakteristik populasi dan struktur (sekarang dan masa depan) yang rentan terhadap bahaya tertentu; c) penetapan standar untuk tingkat risiko yang dapat diterima; dan d) mengadopsi strategi mitigasi berdasarkan analisis biaya dan manfaat yang realistis.

Hasil penelitian Kunreuther (2008) menunjukkan bahwa mitigasi berpotensi secara signifikan menghemat biaya mencapai 61 persen dari kerugian yang ditimbulkan. Namun kenyataannya dari 1 000 responden di California hanya 12 persen penduduk yang secara sukarela merespon langkah-langkah mitigasi pada daerah rawan bencana.

Page 182: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 2 159PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

2.2. Bencana BanjirBanjir merupakan aliran air di permukaan tanah yang relatif tinggi

dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melampaui badan sungai serta menimbulkan genangan atau aliran dalam jumlah yang melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia (BKSPBB 2007). Banjir merupakan bencana alam yang dapat diramalkan kedatangannya, karena berhubungan dengan besarnya curah hujan. Secara klasik, penebangan hutan di daerah hulu DAS dituduh sebagai penyebab banjir. Apalagi hal ini didukung oleh sungai yang semakin dangkal dan menyempit, bantaran sungai yang penuh dengan penghuni, serta penyumbatan saluran air.

Banjir merupakan bencana yang disebabkan oleh fenomena alam yang terjadi selama musim hujan yang meliputi potensi daerah, terutama sungai yang relatif landai. Selain itu, banjir juga bisa disebabkan oleh naiknya air yang disebabkan oleh hujan deras di atas normal, perubahan suhu, tanggul yang rusak, dan obstruksi aliran air di lokasi lain. Banjir dapat menyebabkan kerusakan besar pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat (Wardhono et al. 2012).

Menurut Undang-Undang No. 4 tahun 2008 bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana banjir dapat diartikan suatu peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh bencana banjir yang berdampak timbulnya korban manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis

a. Faktor penyebab banjirAsdak (1995) membedakan tiga faktor yang mempengaruhi banjir,

yaitu elemen meteorologi, karakteristik fisik DAS dan manusia. Elemen meteorologi yang berpengaruh pada timbulnya banjir adalah intensitas, distribusi, frekuensi dan lamanya hujan berlangsung. Karakteristik fisik DAS yang berpengaruh terhadap terjadinya banjir adalah luas DAS, kemiringan lahan, ketinggian dan kadar air tanah. Manusia berperan pada percepatan perubahan karakteristik fisik DAS yaitu dengan semakin

Page 183: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan160

meningkatnya permintaan penggunaan lahan untuk permukiman dan prasarana wilayah akan mengurangi penggunaan lahan lainnya seperti hutan dan semak belukar.

Curah hujan merupakan faktor penting penyebabab terjadinya banjir, intensitas curah hujan yang tinggi dan lamanya hujan berlangsung merupakan faktor akan menyebabkan terjadinya banjir. Selain faktor curah hujan, karakteristik DAS dan prilaku manusia mempengaruhi terjadinya banjir. Daerah dengan karakteristik relatif datar, daerah tumpuan air (kipas fluvial, tanggul alam, dataran banjir), dan memiliki DAS yang luas merupakan faktor fisik wilayah yang mendorong terjadinya banjir. Manusia sebagai faktor penyebab dan mempercepat perubahan karakteristik DAS. Penggunaan lahan untuk permukiman semakin mengurangi daerah resapan saat terjadinya musim penghujan, akibatnya terjadinya peningkatan air permukaan dan semakin luasnya genangan banjir.

Popovska et al. (2010) menyatakan bahwa banjir yang disebabkan oleh hujan deras merupakan salah satu bencana alam dan akan mempengaruhi kehidupan manusia dan pembangunan sosial. Selain itu, frekuensi kejadian bencana alam banjir merupakan akibat dari pemanasan global. Oleh karena itu, studi tentang penilaian risiko dan zonasi kerusakan banjir yang disebabkan oleh hujan deras sangat penting untuk membuat strategi untuk mencegah dan mengurangi kerusakan akibat banjir. Penilaian risiko bencana alam didefinisikan sebagai penilaian pada kedua kemungkinan terjadinya bencana alam dan tingkat bahaya yang disebabkan oleh bencana alam. Hal ini dapat diasumsikan bahwa bencana alam merupakan hasil dari interaksi dari kedua dampak lingkungan fisik dan manusia serta kerentanan lingkungan .

Bencana banjir pada beberapa negara di dunia dapat juga didorong oleh migrasi penduduk karena desakan ekonomi. Sebagai akibatnya, berkurangnya kontrol penggunaan lahan terutama pada daerah resapan dan daerah aliran sungai (Penning-Rowsell 2003). Sedangkan Yüksek et al. (2013) mengemukakan bahwa faktor manusia yang paling penting dalam menyebabkan bencana sebagai akibat kesalahan penggunaan lahan, deforestasi, urbanisasi, dan pemukiman.

Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang sangat cepat telah menyebabkan perubahan penggunaan lahan. Lahan yang semula berupa lahan terbuka berubah fungsi menjadi kawasan permukiman dan industri. Hal ini tidak hanya terjadi pada kawasan perkotaan, namun juga terjadi

Page 184: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 2 161PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

pada kawasan budidaya dan lindung yang memiliki fungsi sebagai daerah resapan. Dampak yang ditimbulkan akibat perubahan penggunaan lahan tersebut adalah terjadinya peningkatan aliran permukaan dan sekaligus menurunkan air resapan. Peningkatan aliran permukaan dan menurunnya jumlah air resapan akan menyebabkan bencana banjir.

Mudelsee et al. (2003) menyatakan bahwa efek radiasi perubahan antropogenik dalam komposisi atmosfer diperkirakan akan menyebabkan perubahan iklim, terutama peningkatan dari siklus hidrologi yang menyebabkan risiko banjir meningkat. Peristiwa cuaca ekstrim telah menyebabkan bencana bagi kehidupan dan permukiman penduduk dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan intensitas curah hujan, penyempitan saluran drainase, pembuangan limbah industri dan rumah tangga, sedimentasi, dan penggunaan lahan mendorong terjadinya banjir, sehingga banjir dapat menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia. Dengan demikian perlu adanya perhatian tentang perencanaan fisik perkotaan (Aderogba 2012).

El-Kadi dan Yamashita (2007) menyatakan bahwa banjir dapat terjadi karena: 1) kapasitas yang tidak memadai dari saluran aliran alami untuk mengakomodasi arus banjir; 2) medan di beberapa sungai relatif bergelombang yang memperlambat aliran air; 3) penyeberangan jembatan membatasi aliran air; dan 4) perkembangan sepanjang sungai.

Banjir merupakan fenomena alam yang tidak sulit untuk dicegah, namun beberapa kegiatan manusia seperti meningkatnya jumlah pemukiman manusia dan fasilitas sosial yang terletak di dataran banjir, dan mengurangi kapasitas retensi air alami dari tanah dan perubahan iklim berkontribusi untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya banjir. Penilaian bahaya melibatkan penentuan tingkat aliran air banjir dengan probabilitas kejadian tertentu. Penilaian bahaya banjir dapat ditentukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Untuk memahami sifat dari banjir maka harus memiliki kemampuan antara lain: mengidentifikasi kemungkinan terjadinya banjir; mengidentifikasi waktu terjadinya; dan mengidentifikasi tingkat dan intensitas dampak yang ditimbulkan oleh banjir (Stoica dan Iancu 2011).

BKSPBB (2007) menyatakan bahwa bencana banjir disebabkan oleh tiga hal, yaitu:

1. Peristiwa alam seperti curah hujan yang sangat tinggi, kenaikan permukaan air laut, badai, dan sebagainya. Indonesia merupakan wilayah bercurah hujan tinggi, sekitar 2.000-3.000 milimeter setahun. Apabila

Page 185: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan162

suatu saat curah hujan melebihi kisaran (range) tersebut, maka banjir sulit dielakkan, termasuk terjadinya amblesan tanah (land subsidence).

2. Kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang dan berdampak pada perubahan alam. Aktivitas sosial ekonomi manusia yang sangat dinamis, seperti deforestasi (penggundulan hutan), konversi lahan pada kawasan lindung, pemanfaatan sempadan sungai / saluran untuk permukiman, pemanfaatan wilayah retensi banjir, perilaku masyarakat, dan sebagainya.

3. Degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah pada catchment area, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan sebagainya.

b. Kerawanan, Kerentanan dan Risiko BanjirMenurut BNPB (2012) bencana merupakan peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Rawan bencana merupakan kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

Selain itu, BKSPBB (2007) juga menjelaskan bahwa terdapat empat kawasan yang rawan akan banjir, yaitu:

1. Daerah Pesisir atau Pantai

Daerah pesisir pantai menjadi rawan banjir disebabkan daerah tersebut merupakan dataran rendah yang elevasi muka tanahnya lebih rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata, dan menjadi tempat bermuaranya sungai-sungai, apalagi bila ditambah dengan dimungkinkan terjadinya badai angin topan di daerah tersebut.

2. Daerah Dataran Banjir (Floodplain Area)

Daerah dataran banjir adalah daerah dataran rendah di kiri dan kanan alur sungai, yang elevasi muka tanahnya sangat landai dan relatif datar,

Page 186: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 2 163PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

sehingga aliran air menuju sungai sangat lambat, yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal di daerah tersebut.

3. Daerah Sempadan Sungai

Daerah sempadan sungai merupakan daerah rawan bencana banjir yang disebabkan pola pemanfaatan ruang budidaya untuk hunian dan kegiatan tertentu.

4. Daerah Cekungan

Daerah cekungan merupakan daerah yang relatif luas baik di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi (hulu sungai) dapat menjadi daerah rawan bencana banjir, bila penataan kawasan atau ruang tidak terkendali dan mempunyai sistem drainase yang kurang memadai.

Stoica dan Iancu (2011) mengemukakan bahwa dalam rangka memperkirakan kerentanan banjir pada suatu kawasan harus ada nilai kerugian yang ditimbulkan. Untuk menentukan nilai kerentanan, maka potensi kerugian perlu dievaluasi berdasarkan parameter tertentu. Evaluasi kerentanan banjir mengacu pada semua jenis bahaya yang disebabkan oleh banjir dan faktor daerah rawan banjir, penggunaan tanah, bangunan berpotensi rusak, kerugian ekonomi langsung. Jumlah kerusakan peristiwa banjir tertentu tergantung pada kerentanan sistem sosial, ekonomi dan ekologi yang terkena dampak.

Popovska et al. (2010) menyatakan bahwa prosedur yang paling tepat dalam penilaian risiko banjir antara lain: a) memperkirakan tingkat banjir, b) menghasilkan peta risiko banjir, dan c) memilih metodologi untuk penilaian risiko dan zonasi kerusakan banjir. Karmakar et al. (2010) menyatakan manajemen berkelanjutan dalam penanganan risiko banjir menuntut pengembangan pendekatan holistik sosioekonomi lingkungan dengan perlindungan ekosistem alam dan manajemen lingkungan yang tepat dalam menggunakan antara tanah dan air.

DAS merupakan suatu sistem yang dinamis di mana ada banyak interaksi antara populasi manusia, penggunaan lahan dan badan air. Penilaian dan zonasi rawan dan risiko banjir, penyebaran informasi yang tepat bagi masyarakat dan stakeholder merupakan bagian yang

Page 187: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan164

sangat penting dari proses pengelolaan banjir. Masyarakat umum dapat menggunakan informasi tersebut untuk pengembangan permukiman dan fasilitas permukiman. Pengetahuan tentang risiko banjir bisa membantu para pemerintah dalam perencanaan penggunaan lahan dan zonasi tata guna lahan.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan pada Kabupaten Limapuluh Kota

Provinsi Sumatera Barat. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan pada bahwa wilayah ini dalam beberapa periode belakangan sering terjadi bencana banjir. Waktu penelitian direncanakan selama enam bulan. Gambar 1 merupakan lokasi penelitian secara administratif.

Gambar 133. Lokasi penelitian

Page 188: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 2 165PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

3.2. Alat dan Bahan PenelitianPenelitian ini membutuhkan beberapa alat dan bahan yang akan

digunakan untuk model kebijakan pengelolaan zona rawan banjir paba Kabupaten Limapuluh Kota. Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut:

1) GPS untuk menentukan kordinar lokasi rawan banjir.

2) Meter digunakan untuk mengukur lebar penampang sungai

3) Komputer dengan software yang digunakan untuk analisis antara lain a) program GIS 10.1; b) program powersim; dan c) program expert choice. Program GIS 10.1 digunakan untuk analisis penentuan zona rawan banjir. Powersim digunakan untuk membangun model dinamik kawasan rawan banjir Selain itu, program expert choice digunakan untuk menentukan kebijakan kerawan banjir.

4) Alat tulis dan kertas.

Selanjutnya, bahan yang digunakan untuk penentuan model kebijakan pengelolaan zona rawan banjir paba Kabupaten Limapuluh Kota dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 14. Bahan yang digunakan dalam penelitian

No Jenis Sumber

1 Data curah hujan periode 10 tahun BMKG Sicincin

2 Elevasi dan lereng Citra SRTM

3 Tutupan lahan Citra Landsat ETM+7 2016

4 Jenis tanah Pusat Penelitian Tanah Bogor

5 Bentuklahan Peta Geologi

6 Data Jumlah Penduduk periode 10 tahun BPS dan Data Kecamatan

7 Data Kejadian Bencana Banjir BPBD Kab. Limapuluh Kota

8 Data kerugian akibat bencana BPBD Kab. Limapuluh Kota

9 Data Anggaran Kencanaan Bappeda Limapuluh Kota

10 Data Kelembagaan Masayarakat dalam Mengelola Bencana

Survey

Page 189: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan166

3.3. Tenik Analisis Penelitian

3.3.1. Teknik Penentuan Zonasi Rawan BanjirIndikator yang digunakan untuk menentukan kerawanan banjir adalah

curah hujan, elevasi, kelerengan, bentuk lahan, penggunaan lahan, jenis tanah, dan frekuensi banjir. Tabel 2 disajikan indikator penentuan zonaso rawan banjir. Untuk menetukan zona rawan banjir menggunakan metode pendekatan analisis overlay parameter-parameter kerawanan banjir dalam ArcGIS 10.1. Overlay dilakukan dengan input peta tematik, yaitu: a) peta jenis tanah; b) peta lereng; c) peta bentuk lahan; d) peta curah hujan; e) peta elevasi atau ketinggian; f) peta penggunaan lahan; dan g) peta frekuensi banjir. Persamaan 1 digunakan untuk menentukan kelas interval bahaya banjir.

kbcI −

=

(1)

I = besar jarak interval kelas

c = jumlah skor tertinggi

b = jumlah skor terendah

k = jumlah kelas yang diinginkan

Tabel 2. Indikator rawan banjir

Indikator Sub. Indikator Bobot Harkat Skor

Jenis Tanah Aluvial 10.1 24.7 249.5

Andosol 11.5 116.2

Organosol 36.6 369.7

Regosol 7.8 78.8

Latosol 76 76.8

Komp. Padsolik MK 12.1 122.2

Lereng (%) 0-8 20.6 53.5 1 102.1

9 -15 25.9 533.5

16-26 13.1 269.9

>27 7.5 154.5

Page 190: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 2 167PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Bentuklahan Dataran Aluvial 15.9 8.3 132.0

Kipas Aluvial 9.8 155.8

Dataran Aluvial Pantai 9.5 151.1

Beting Gesik 12.9 205.1

Depresi Antar Beting 19.6 311.6

Komp. Peg. Vulkanik 3.1 49.3

Perbukitan Vulkanik 3.0 47.7

Rawa Belakang 21.2 337.1

Perbukitan Karst 3.1 49.3

Tanggul Alam 9.5 151.1

Curah Hujan > 5000 11.3 37 418.1

4500-5000 24.6 278.0

4000-4500 16.2 183.1

3500-4000 9.9 111.9

3000-3500 7.1 80.2

2500-3000 5.2 58.8

Elevasi 0-10 meter dpl 24 38.5 924.0

10-30 meter dpl 21.8 523.2

30-50 meter dpl 14.4 345.6

50-150 meter dpl 9.3 223.2

150-450 meter dpl 6.6 158.4

450-1000 meter dpl 5.3 127.2

> 1000 meter dpl 4.1 98.4

PenggunaanLahan

Permukiman 10.7 33.3 356.3

Sawah 21.7 232.2

Kebun campuran 8.9 95.2

Semak belukar 7.9 84.5

Lahan kosong 15.1 161.6

Hutan 4.8 51.4

Frekuensi Selalu 7.4 56.9 421.1

Sering 23.7 175.4

Jarang 11.8 87.3

Tanpa 7.5 55.5Sumber: MAFF-Japan (Zain 2002, Hermon 2012), Haryani et al. (2012), Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), dan Umar (2016)

Page 191: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan168

Tabel 2 menyajikan indikator bahaya banjir yang digunakan dalam penentuan zonasi kawasan rawan banjir di Kabupaten Limapuluh Kota. Pembuatan nilai interval kelas bahaya banjir menggunakan persamaan 1. Total skor tertinggi diperoleh sebesar 3.661, sedangkan total skor terendah diperoleh sebesar 543. Kelas interval yang diinginkan sebanyak tiga kelas yakni zona bahaya rendah, zona bahaya sedang, dan zona bahaya tinggi. Dengan menggunakan persamaan tersebut diperoleh interval sebesar 1.039. Distribusi kelas interval bahaya banjir dapat dilihat pada Tabel 3 .

Tabel 3. Kelas Interval Bahaya Banjir

Kelas Bahaya Kelas Interval Indeks Bahaya

Kelas Rendah 543 - 1.582 Zona Bahaya Rendah

Kelas sedang 1.582 - 2.621 Zona Bahaya Sedang

Kelas tinggi 2.621 - 3.661 Zona bahaya Tinggi

3.3.2. Model sistem dinamik rawan banjirDjakapermana (2010) mengemukakan bahwa dalam analisis sistem

terdapat beberapa langkah utama, yaitu: (1) analisis kebutuhan; (2) formulasi masalah; ; (3) identifikasi sistem; (4) permodelan abstrak, merupakan tahapan mencakup suatu proses interaksi antara analis sistem dengan pembuat keputusan, yang menggunakan model untuk mengeksplorasi dampak dari berbagai alternatif dan variabel keputusan terhadap berbagai kriteria sistem; (5) implementasi; dan (6) operasi.

Berdasarkan identifikasi sementara terdapat beberapa stakeholder yang terkait, yaitu: Pemerintah Kab. Limapuluh Kota, Masyarakat, Dinas Kehutanan, Industri dan perusahaan pertambangan, BPBD Kab. Limapuluh Kota, dan Perguruan Tinggi. Untuk membangun sistem dinamik maka ditentukan drigram input dan output yang tergambat pada digram black box.

Page 192: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 2 169PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Input Tidak Terkontrol

- Jumlah Penduduk- Laju Lahan Terbangun- Peran serta Stakeholder- Kualitas Lingkungan

Model Dinamik Pengelolaan Lingkungan Zona Rawan

Banjir

Input Lingkungan

- UU No 1 tahun 2011- UU No 32 tahun 2009- UU No 26 tahun 2007

Output Yang Diinginkan

- Jumlah Penduduk Terkendali- Rasio Permukiman Terkendali- Penguatan Komitmen Pemerintah- Bencana Banjir

Output Yang Tidak Diinginkan

- Degradasi kualitas lingkungan meningkat- Rasio permukiman meningkat- Jumlah penduduk tidak terkendali- Tidak ada komitmen pemerintah

Output Yang Tidak Diinginkan

- Daya tampung kawasan- Jumlah penduduk- Komitmen pemerintah- RTRW, rencana rinci, dan peraturan zonasi

Umpan Balik

Gambar 134. Diagram input dan output model dinamik pengeloaan lingkungan zona rawan banjir

Jumlah Penduduk

Pertumbuhan Penduduk

Kepadatan Penduduk

Kualitas Lingkungan

Komitmen PemerintahPertumbuhan

Kawasan Permukiman

Rasio Kawasan Permukiman

(+)

(+)

(+)(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

Bencana Banjir

(+)(+)

Gambar 135. Causal loop model dinamik pengeloaan lingkungan zona rawan

Page 193: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan170

banjir

3.3.3. Kebijakan penanggulangan rawan banjirKebijakan penanggulangan rawan banjir dilakukan dengan menggunakan

metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Pakar menentukan penilaian yang berdasarkan skala 1 sampai 9 secara perbandingan berpasangan/pairwise comparision (Tabel 4). Pendapat pakar yang digunakan dalam penentuan kebijakan penanggulangan bencana banjir berasal dari beberapa lembaga antara lain; a) BPBD Kab. Limapuluh Kota; b) Pusat Kajian Kebencanaan Universitas Negeri Padang; c) Bappeda Kab. Limapuluh Kota; d) Dinas Tata Kab. Limapuluh Kota; dan e) Perguran Tinggi.

Tabel 4. Kriteria penilaian dalam AHP

Nilai Keterangan

1 A sama penting dengan B

3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangat jelas lebih penting dari B

9 A mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

Sumber: Saaty (1983), Marimin dan Maghfiroh (2010)

Persamaan 1 digunakan untuk penggabungan pendapat pakar. Penelitian ini menggunakan nilai consistency ratio (CR) pakar kurang dari 0.1. Nilai CR yang melebihi dari 0.1 dalam penelitian ini tidak digunakan.

(2)

= rata-rata geometrik

n = jumlah responden

xi = penilaian responden ke – i

∏ = perkalian

Page 194: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 2 171PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

DAFTAR PUSTAKAAderogba KA. 2012. Qualitative Studies of Recent Floods and Sustainable

Growth and Development of Cities and Towns in Nigeria. International Journal of Academic Research in conomics and Management Sciences, I (3): 1-25.

Arvish A, Hosseini M, Einollah G. 2014. On The Simulation of The Effect of Changing The Use of Urban Land on Basin Flood Rise (Case Study: Basin of Germi Town, Iran). International Journal of Marketing and Technology, 4(1): 102-110.

Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Bechtol V, Laurian L. 2005. Restoring Straightened Rivers for Sustainable Flood Mitigation. Disaster Prevention and Management, 14(1): 6-19.

Chan N, Parker D. 1996. Response to Dynamic Flood Hazard Factors In Peninsular Malaysia. The Geographical Journal, 162: 313-325.

Djakapermana RD. 2010. Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan Kesisteman. Bogor (ID): IPB Pr.

El-Kadi A, Yamashita E. 2007. Modeling Streamflows and Flood Delineation of the 2004 Flood Disaster. Manoa, O’ahu, hawai’i1. Pacific Science, 61(2): 235-238.

Gharagozlou A, Nazari H, Seddighi M. 2011. Spatial Analysis for Flood Control by Using Environmental Modeling. Journal of Geographic Information System, 3(4): 367-372.

Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Hermon D. 2012. Mitigasi Bencana Hidrologi. Padang (ID): Universitas Negeri Padang Pr.

Indriatmoko RH. 2009. Membangun Sistem Dinamis untuk Menghitung Debit Puncak dengan Menggunakan Stella Versi 9.02. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, 5 (1): 78 - 82.

Iwan W, Cluff L, Kimpel J, Kunreuther H. 1999. Mitigation Emerges as Major Strategy for Reducing Losses Caused by Natural Disasters. Science, 284(5422): 1943-1947.

Jha AK, Robin B, Jessica L. 2011. Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan untuk Resiko Banjir di Abad 21. Thailand (ID): NDM Institut Pr.

Page 195: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan172

Karmakar S, Simonovic S, Peck A, Black J. 2010. An Information System for Risk-Vulnerability Assessment to Flood. Journal of Geographic Information System, 2(3): 129-146.

Kodoatie R. 2013. Rekayasa dan Banjir Kota. Yogyakarta (ID): ANDI Pr.

Kunreuther H. 2008. Reducing Losses from Catastrophic Risks Through Long term Insurance and Mitigation. Social Research, 75(3): 905-930.

Marimin. 2005. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta (ID): Gramedia Widiasarana Indonesia Pr.

Marimin, Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambil Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Pr.

Mudelsee M, Borngen M, Tetzlaff G, Grunewald U. 2003. No Upward Trends in The Occurrence of Extreme Floods in Central Europe. Nature, 425(6954): 1-9.

Mustafa D. 1998. Structural Causes of Vulnerability to Flood Hazard In Pakistan. Economic Geography, 74(3): 289-305.

Muta’ali L. 2012. Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta (ID): Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah Mada

-------------. 2013. Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Yogyakarta (ID): Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah Mada Pr.

Penning-Rowsell E. 2003. Flood Hazard Response in Argentina. Geographical Review, 86(1): 72-90.

Popovska C, Jovanovski M, Ivanoski D, Pesevski I. 2010. Storm Sewer System Analysis In Urban Areas and Flood Risk Assessment. Technical University of Civil Engineering from Bucharest.

Pribadi D, Shiddiq D, Ermyanila M. 2006. Model Perubahan Tutupan Lahan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Teknologi Lingkungan BPPT. 3 (1): 77-91.

[PPT] Pusat Penelitian Tanah Bogor (ID). 1990. Peta Jenis Tanah.

Stoica A, Iancu I. 2011. Flood Vulnerability Assesment Based on Mathematical Modeling. Technical University of Civil Engineering from Bucharest.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID): ANDI Pr.

Page 196: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 2 173PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Umar, I. 2016. Mitigasi Bencana Banjir pada Kawasan Permukimann Di Kota Padang (disertasi). Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB.

Umar, I., Widiatmaka, Pramudya, B,. dan Barus, B. 2006. Delineation of Flood Harzad Zones by Using a Multi Criteria Evaluation Approach in Padang West Sumatera Indonesia. Journal of Enviroment and Earh Science, 4 (3): 27-34

[UNDP] United Nations Development Programme. 1997. Agenda 21 Indonesia (Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan). Jakarta (ID):Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup

[USDA] United States Department of Agriculture. 1971. Guide for Interpreting Engineering Uses of Soils. Washington DC:US. Dept. of Agriculture

[UU] Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

-----------------------------, No 4 Tahun 2008 tentang Kebencanaan

Wardhono A, Pratomo G, Prakoso B, Qori’ah C. 2012. Countermeasures Flood Disaster Sampean River Policy in Situbondo District. Journal of Law and Social Sciences (JLSS), 2(1): 118-122.

[WCED] World Commission on Environment and Development. 1987. Our Common Future. United Nation World Commission on Environment and Development. London:Oxford University Pr

Yang M, Qian X, Zhang Y, Sheng J, Shen D, Ge Y. 2011. Spatial Multicriteria Decision Analysis of Flood Risks in Aging-Dam Management in China. International Journal of Environmental Research and Public Health, 8(5): 1368-1387.

Yüksek O, Kankal M, Üçüncü O. 2013. Assessment of Big Floods in the Eastern Black Sea Basin of Turkey. Environmental Monitoring and Assessment, 185(1): 797-814.

Page 197: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Page 198: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

LAMPIRAN

3

Contoh Kajian Permodelan Sistem Dinamis Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya Terhadap Kualitas Lingkungan serta Arahan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan

Page 199: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan176

1. PENDAHULUAN

1.1.Latar BelakangMasalah kependudukan dan masalah lingkungan hidup merupakan

masalah yang cukup mendapat perhatian dunia. Terutama masalah kependudukan yang dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan manusia itu sendiri beserta lingkungannya. Pertumbuhan penduduk telah menjadi salah satu masalah kemanusian yang fundamental pada masa sekarang ini (WCED 1987). Indonesia adalah salah satu negara yang tidak luput dari masalah kependudukan. Pertambahan penduduk yang cepat, penyebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas penduduk yang rendah merupakan ciri-ciri masalah kependudukan di Indonesia.

Berdasarkan data Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat setelah Amerika Serikat, China dan India. Jumlah penduduk yang besar, wilayah yang luas, serta kondisi geografis berupa kepulauan serta persebaran penduduk yang tidak merata menjadi permasalahan tersendiri bagi Indonesia. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun bertambah pesat. Hal ini dapat dilihat dalam kurun waktu 40 tahun (tahun 1971-2010), penduduk Indonesia bertambah sekitar 88 juta jiwa. Berdasarkan data terkini, jumlah penduduk Indonesia sebagaimana yang tercatat dalam sensus penduduk 2010 sebesar 237.641.236 jiwa (BPS Nasional 2010).

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Seiring dengan peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini pengelolaan sampah sebagian besar kota masih menimbulkan permasalahan yang sulit dikendalikan. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi sebagai konsekuensi logis dari aktivitas manusia dan industrialisasi, yang kemudian berdampak pada permasalahan lingkungan.

Kota Padang merupakan salah satu kota yang terdapat di Sumatera Barat yang memiliki beberapa sungai, diantaranya adalah Sungai Batang Arau, Sungai Batang Kandis, Sungai Batang Kuranji, Sungai Air Dingin dan sungai lainnya. Secara umum fungsi Sungai banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar daerah aliran sungai untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti kebutuhan air minum atau intake air PDAM, mandi, cuci, pariwisata, dan kegiatan pengambilan pasir dan batu. Disamping banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, sungai juga dijadikan sebagai penampung limbah cair atau air buangan yang berasal dari kegiatan tersebut. Kegiatan

Page 200: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 3 177PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

yang terdapat di sepanjang aliran sungai yang berpotensi menghasilkan limbah cair dan mengalir ke sungai adalah pabrik tahu, pabrik roti, bengkel, katering, rumah makan/restoran, pasar tradisional, pertanian, pemukiman penduduk, dan lainnya. Pertambahan jumlah penduduk pada daerah aliran sungai mengakibatkan kegiatan yang dilakukan masyarakat di sepanjang aliran sungai juga bertambah. Peningkatan kuantitas/jumlah limbah cair dengan tanpa adanya pengelolaan dapat menyebabkan penurunan kualitas air sungai. Hal tersebut karena output limbah cair yang dihasilkan akan bermuara dan mengalir ke sungai. Dengan demikian sungai yang pada saat ini masih dapat digunakan atau dimanfaatkan masyarakat akan tidak dapat didayagunakan lagi oleh masyarakat di sepanjang aliran sungai dikemudian hari (BAPEDALDA Kota Padang 2007).

Berdasarkan uraian tersebut maka untuk menjaga kualitas air sungai di Kota Padang agar tidak mengalami penurunan kualitas dimasa mendatang, diperlukan sebuah penelitian kualitas air sungai pada kondisi eksisting, sehingga dapat menentukan arahan kebijakan pengelolaan sungai berkelanjutan.

1.2. Tujuan PenelitianBerdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini untuk

menentukan, mendeskripsikan dan mensintesakan tentang:

1) Permodelan dinamis pertumbuhan penduduk di Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Pesisir Selatan.

2) Permodelan dinamis pertumbuhan penduduk dan dampaknya terhadap jumlah sampah dan kualitas sungai.

3) Analisis keberlanjutan pengelolaan sampah dan lingkungan sungai.

4) Arahan kebijakan pengelolaan lingkungan (sampah dan sungai) berkelanjutan di Kota Padang.

1.3. Manfaat PenelitianPenelitian ini memiliki manfaat antara lain :

1) Penelitian ini dapat sebagai informasi dan penentuan arahan kebijakan kependudukan dan pembangunan berkelanjutan bagi pemerintah daerah kususnya Kota Padang.

2) Informasi kependudukan dalam penelitian ini merupakan informasi dan penentuan kebijakan kependudukan untuk masa yang akan datang.

Page 201: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan178

2. TINJAUAN PUSTAKAPertumbuhan penduduk memiliki dampak yang kompleks terhadap

berbagai dimensi kehidupan. Dengan peningkatan penduduk akan berdampak terhadap kebutuhan lahan untuk permukiman, jumlah sampah, kebutuhan pangan. Menurut Mutaáli (2012) kenaikan jumlah penduduk tekanan tehadap lahan dan degradasi lingkungan akan meningkat. Meadows dkk. (1972) dalam Baja (2013) mengambarkan bagaimana tenanan jumlah penduduk terhadap sumberdaya alam. Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan pengurangan sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui maupun sumbedaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Dengan pemanfaatan sumberdaya alam akan meninbulkan peningkatan polusi terhadap lingkungan (udara, air, tanah, dan lahan). Sampai batas tertentu ketika sumberdaya alam sudah habis terkuras, maka polusi terhadap lingkungan akan berkurang.

Gambar 2.1. Dampak pertumbuhan penduduk terhadap sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan

Kajian kependudukan merupakan suatu bidang ilmu yang memiliki permasalahan yang kompleks. Kompleksnya masalah kependudukan maka membutuhkan suatu pendekatan yang mengakomodasi semua elemen-elemen yang terkait. Ilmu sistem merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk pendekatan yang memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Manusia selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan

Page 202: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 3 179PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

dalam kehidupannya dan dalam mengatasi permasalahan kompleks yang dihadapinya. Kompleknya persoalan yang terjadi pada kehidupan manusia maka mendorong manusia untuk berfikir sistem.

Sistem secara harfiah berasal dari bahasa Latin yaitu Systema atau bahasa Yunani disebut Sustema. Kedua kata tersebut memiliki makna tidak jauh dari sistem. Sistem dapat didefinisikan suatu kesatuan usaha terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait secara teratur dan berusaha mencapai tujuan dalam lingkungan yang kompleks. Pengertian tersebut mencerminkan adanya beberapa bagian dan hubungan antarbagian. Hal ini menunjukkan komleksitas dari sistem meliputi kerjasama antar bagian interdependen sutu sama lain. Hubungan yang teratur dan terorganisir merupakan hal penting. Selain itu, adanya sistem memudahkan dalam mencapai tujuan. Pencapaian tersebut menyebabkan timbulnya dinamika serta perubahan-perubahan yang terus menerus sehingga perlu dikembangkan dan dikendalikan. Pengetian secara skematik dapat dilihat pada Gambar 1 (Marimin dan Nurul Maghfiroh 2013).

Tujuan/Sub Tujuan

Elemen

InteraksiSumber : Marimin dan Nurul (2013)

Gambar 2.2. Pengetian sistem

Pendekatan sistem telah digunakan manusia untuk menyelidiki dan menjelaskan kompleksitas dalam suatu lingkungan dinamis yang saling berhubungan, dan mengorganisasi tindakan dalam rangka tranformasi menuju keadaan lebih baik seperti yang diinginkan. Pendekatan sistem merupakan suatu cara untuk menyelesaikan persoalan yang dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif (Eriyatno 2013 dan Djakapermana 2010). Lukas (1993) menyatakan pendekatan sistem digunakan sebagai dasar untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan, sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat. Permasalah yang diselesaikan dengan pendekatan sistem seyogyanya memiliki masalah yang

Page 203: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan180

kompleks, dinamis, dan probabilistik. Memiliki masalah kompleks dalam arti terdapatnya interaksi antar elemen yang cukup rumit. Permasalahan yang dinamis memiliki makna bahwa faktor yang ada berubah menurut waktu. Probabilistik dapat berarti diperlukan fungsi peluang dalam inverensi kesimpulan maupun rekomendasi. Selain itu, pendekatan sistem merupakan kerangka pemikiran yang berorientasi pada pencarian keterpaduan antar komponen melalui pemahaman yang utuh.

Pendekatan sistem merupakan suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak. Dengan demikian , manajemen sistem dapat diterapkan dengan menfokuskan kepada berbagai ciri dasar sistem yang perubahan dan geraknya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem. Pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu: mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah, dan membuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional (Eriyatno 2013). Dalam kaitan dengan solusi penyelesaian masalah, terdapat tiga pola pikir dasar yang menjadi pegangan dalam pendekatan sistem, yaitu :

a. Sibernetik, yaitu orientasi pada tujuan

b. Holistik, merupakan cara pandang yang utuh dan menyeluruh terhadap totalitas sistem

c. Efektif, dimana suatu sistem harus mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan, bukan sekedar pendalaman teroritis.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu PenelitianLokasi penelitian ialah Kota Padang, Kabupaten Pariaman, dan

Pesisir Selatan. Secara geografis, wilayah penelitian terdapat pada bajur 100º00’00’–101º34’09’’ BT dan lintang 00º25’00’’-02º30’00’’ LS. Lokasi penelitian dapat disajikan pada Gambar 3.1. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan, periode penelitian ini antara bulan Juli 2017 sampai dengan bulan November 2017.

Page 204: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 3 181PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian

3.2. Jenis dan Sumber DataData yang digunakan dalam penelitian dapat dibedakan atas dua

kategori, yakni data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil pengumpulan data dari lapangan, sedangkan data sekunder berasal dari dokumen yang telah tersedia diberbagai instasi terkait. Tabel 3.1. disajikan matrik kebutuhan dan sumber data yang digunakan dalam penelitian.

Page 205: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan182

Tabel 3.1. Matri kebutuhan data penelitian

Jenis Data Sumber Data Output

Data jumlah kelahiran BPS Kota PadangBPS Kabupaten PariamanBPS Kabupaten Pesisir Selatan

Angka pertumbuhan penduduk

Data jumlah kematian BPS Kota PadangBPS Kabupaten PariamanBPS Kabupaten Pesisir Selatan

Angka pertumbuhan penduduk

Data jumlah emigrasi BPS Kota PadangBPS Kabupaten PariamanBPS Kabupaten Pesisir Selatan

Angka pertumbuhan penduduk

Data jumlah imigrasi BPS Kota PadangBPS Kabupaten PariamanBPS Kabupaten Pesisir Selatan

Angka pertumbuhan penduduk

Jumlah kunjungan pariwisata

BPS Kota PadangBPS Kabupaten PariamanBPS Kabupaten Pesisir Selatan

Angka kunjungan wisata

Kualitas sungai Bappedalda Kualitas sungai dan laut

Sumber : Analisis Kebutuhan (2017)

3.3. Teknik Analisis Data

3.3.1. Permodelan Sistem Dinamis Pertumbuhan Penduduk

Dalam pengembangan permoodelan sistem dinamis pertumbuhan penduduk pada tiga wilayah tersebut dapat dibedakan atas beberapa tahan, yaitu:

1) Menentukan black box dalam diagram imput dan output. Pada tahapan ini dilakukan identifikasi terhadap imput terkontrol dan imput tak terkontrol. Selain itu, pada tahapan ini juga dilakukan identifikasi output tak dinginkan dan out put yang diinginkan.

2) Setelah terbentuk black box, maka tahan selanjutnya menentukan diagram causal loop. Dalam permodelan sistem dinamis pertumbuhan penduduk maka empat variabel yang akan mempengaruhi jumlah penduduk yaitu kelahiran, kematian, migrasi keluar, dan migrasi masuk. Gambar 3.2. disajikan digram causal loop pertumbuhan penduduk.

Page 206: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 3 183PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

JumlahPendudukAngka

kelahiran

AngkaKematian

+

+

+

-

AngkaMigrasi

+

+

Gambar 3.2. Digram causal loop pertumbuhan penduduk

3) Tahapan selanjutnya yaitu menentukan struktur model. Struktur model pertumbuhan penduduk pada tiga lokasi penelitian dikembangkan berdasarkan diagram causal loop. Gambar 3.3. merupakan struktur model pertumbuhan penduduk.

Jumlah Penduduk

Kelahiran

Angka kelahiran

Kematian

Angka kematian

Migrasi

Angka migrasiKebijakan Pemerintah

Intervensi Pemerintah

Jumlah Penduduk dgnIntervensi

Gambar 3.3. Struktur model pertumbuhan penduduk

4) Model yang dihasilkan dilakukan validitas model, maksud vaditas model untuk melihat kesesuaian model yang dihasilkan dengan kondisi realitas.

Page 207: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan184

5) Selanjutnya, untuk membangun permodelan penelitian ini membangun tiga skenario, yaitu pesimis, muderat, dan optimis. Skenario pesimis merupakan permodelan yang dibangun tanpa adanya intervensi pemerintah. Skenario muderat merupakan bentuk permodelan dengan adanya intervensi pemerintah yang tidak terealisasi secara optimal. Sedangkan skenario optimis merupakan bentuk permodelan dengan intervensi pemerintah yang besar dalam menurunkan angka pertumbuhan penduduk.

3.3.2. Permodelan sistem dinamis pertumbuhan penduduk dan dampaknya terhadap sampah dan kualitas sungai.Pengembangan permodelan dinamis pertumbuhan penduduk dan

dampaknya terhadap sampah dan kualitas sungai dapat dibedatan atas beberapa tahapan, yaitu:

1) Berdasarkan data pertumbuhan penduduk yang dihasilkan dari permodelan dinamis pertumbuhan penduduk dikembangkan terhadap dampak sampah dan kualitas sungai. Untuk membagun model dinamis maka dibentuk sub model sampah dan kualitas sungai. Gambar 3.4. merupakan struktur sub model sampah dan kualitas singai pada tiga wilayah kajian.

Penghasil sampah

Rat Penghasihsampah pertumbuhan sampah

Rat Pertumbuhansampah

Jumlah sampah

Sampah TPA

3RJumlah Penduduk

Gambar 3.4. Struktur sub model sampah dan kualitas sungai

2) Untuk membagun sub model sampah dan kulaitas sungai menggunakan asumsi bahwa setiap orang akan menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kg/jiwa/hari. Satuan yang akan dijadikan unit dalam penelitian ini adalah ton/ tahun. Untuk menentukan total sampah yang dihasilkan satu tahun digunakan persamaan 1.

Page 208: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 3 185PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Tsam= 0,8 kg x 365/1000 ............................. (1)

Dimana Tsam merupakan jumlah sampah yang dihasilkan per jiwa dalam satu tahun. Berdasarkan persamaan 1 dihasilkan jumlah 0,292 ton/jiwa/tahun. Hal ini dapat dirtikan sekitar 3 orang akan menghasilkan 1 toh sampah/tahun

3) Untuk menentukan kualitas sungai dilakukan analisis terhadap kualitas sungai ditiga wilayah penelitian.

3.3.3. Analisis keberlanjutan pengelolaan sampah dan kualitas sungai Keberlanjutan pengelolan sampah dan sungai dilakukan dengan

analisis menggunakan multi dimention scalling (MDS). Dalam analisis MDS menggunakan tiga dimensi, yaitu: ekonomi, ekologi, regulasi dan sosial. Untuk analisis berlerlanjutan dilakukan beberapa tahapan, antara lain:

1) Identifikasi sub indikator yang dilakukan masing-masing tiga wilayah. Untuk penentuan sub indikator masing-masing dimensi dilakukan dengan FGD.

2) Untuk menentukan tingkat keberlanjutan pengelolan sampah dan lingkungan sungai menggunakan skala liker terhadap semua indikator.

3) Penentuan indeks keberlanjutan masing-masing ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.

Kb= n/N x 100 .............................................(2)

Keterangan :

Kb = tingkat keberlanjutan

n = total skor dimensi

N = total skor maximum

Hasil total skor dari masing-masing dimensi dapat ditentukan tingkat keberlanjutan yang dibedakan atas tiga, yaitu:

a. Berkelanjutan total skor > 75

b. Cukup berkelanjutan total skor 55-75

c. Tidak berkelanjutan total skor < 55

4) Berdasarkan hasil skor keberlanjutan digambarkan dalam bentuk grafik jaring laba-laba.

Page 209: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan186

3.3.4. Arahan kebijakan pengelolaan lingkungan (sampah dan sungai) berkelanjutan.Arahan kebijakan pengelolaan lingkungan berkelanjutan dianalisis

menggunakan pendekatan Proses Hierarki Analitik (AHP). Dalam metode AHP menggunakan skala Saaty (1983) dengan cara perbandingan berpasangan (parwise compation).

Tabel 2. Kriteria penilaian dalam AHP

Nilai Keterangan

1 A sama penting dengan B

3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangat jelas lebih penting dari B

9 A mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

Sumber: Saaty (1983), Marimin dan Maghfiroh (2010)

Dalam analisis penentuan arahan kebijakan pengelolaan lingkungan (sampah dan sungai) berkelanjutan dilakukan beberapa tahapan, antara lain:

1) Mengidentifikasi tujuan, kriteria, alternatif yang akan dijadikan dalam penentuan arahan kebijakan lingkungan berkelanjutan.

2) Melakukan FGD dengan pakar yang melibatkan semua elemen yang terkait.

3) Pakar akan melakukan penilaian secara perbandingan berpasangan dengan menggunakan skala Saaty.

4) Menganalisis dengan software Expert Choice 2011, dan menentukan skor yang tertinggi untuk dijadikan arahan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan. Dalam penilaian perlu diperhatikan consistecy ratio (CR). Nilai CR yang dapat diterima dengan nilai kurang dari 0,1.

Page 210: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 3 187PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA[BPS] Badan Pusat Statistik Nasional. 2010. Sensus Penduduk Indonesia.

[BAPEDALDA] Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Padang. 2007. Laporan Kualitas Lingkungan.

Baja, S. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Djakapermana, RD. 2010. Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan Kesisteman. IPB Press. Bogor.

Eriyatno dan Larasati, L. 2013. Ilmu Sistem. Penerbit Guna Widya. Surabaya.

Mutaáli, L. 2012. Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah. Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Marimin dan Maghfiroh, N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. UPB Press. Bogor.

Soemirat, J. 2011. Kesehatan Lingkungan. UGM Press. Yogyakarta.

Saaty, TL. 1983. Dicision Making For Leaders: The Analytical Hierarchy Process for Dicision in Complex World. RWS Publication. Pittsburgh.

Umar, I. 2012. Ekologi dan Ilmu Lingkungan. UNP Press. Padang.

[WCWD] World Commission on Environment and Development. 1987. Our Common Future. United Nation World Commission on Enviroment and Development. Oxford University Press. London.

Page 211: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Page 212: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

LAMPIRAN

4

Contoh Penataan Kawasan Permukiman Berbasis Bencana Alam dan Arahan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Di Kabupaten Limapuluh Kota Propinsi Sumatera Barat

Page 213: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan190

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakangKehidupan manusia tidak bisa terlepas dari pemanfaatan lahan. Lahan

merupakan sumberdaya penting untuk kehidupan manusia dipermukaan bumi. Semakin banyak jumlah manusia yang menghuni permukaan bumi, maka semakin tinggi kebutuhan untuk pemanfaatan lahan. Sedangkan lahan yang tersedia untuk dampat menampung kebutuhan manusia bersifat terbatas (Umar dkk. 2017). Sadyohutomo (2008) menambahkan bahwa keterbatasan lahan yang dapat mendukung kebutuhan manusia menyebabkan terjadiknya konflik antar pengguna lahan dan akan menurunkan kualitas lingkungan. Selain itu, Muata,ali (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan manusia memanfaatkan sumberdaya alam tanpa memperhatikan kemampuan dan daya dukung lingkungan. Sebagai akibatnya teerjadinya penurunan kualitas lingkungan dan bencana alam. Karmakar dkk. (2010) dan Kodoatie (2013) dampak perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbangun adalah terjadinya peningkatan bencana banjir.

Banjir dapat didefinisikan sebagai aliran air di permukaan tanah yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melampaui badan sungai serta menimbulkan genangan atau aliran dalam jumlah yang melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia (BNPB 2012 dan Wardhono dkk. 2012). Menurut Asdak (1995), Bechtol dan Laurian (2005), bahwa banjir dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni meteorologi, karakteristik DAS, dan perilaku manusia. Mudelsee dkk. (2003), Popovska dkk. (2010), Wardhono dkk. (2012), dan Umar (2016a) menyatakan peningkatan intensitas curah hujan dapat mendorong terjadinya banjir, peningkatan curah hujan dipengaruhi oleh faktor peningkatan suhu secara global yang berdampak terhadap percepatan siklus hidrologi. Kodoatie (2013) dan Umar dkk. (2016b) banjir dapat dipengaruhi oleh karakteristik daerah aliran sungai (DAS) berupa bentuklahan, elevasi, jenis tanah, dan kemiringan lereng. Selain itu, Kodra dan Syaurkani (2004), Pribadi dkk. (2006), Kodoatie (2013), dan Yüksek dkk. (2013) menyatakan bahwa perilaku masyarakat dalam pemanfaatan lahan dapat memperburuk terjadinya bencana banjir.

Page 214: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 4 191PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan BNPB (2012) menjelaskan bahwa rawan bencana merupakan kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah atau meminimalisis dampak buruk dari bencana banjir yakni melakukan mitigasi.

BPBD Kabupaten Limapuluh Kota mencatat adanya terjadi peningkatan bencana banjir baik dari frekuansi maupuan luasan yang terkena dampak pada periode 2010-2017. Salah satu bentuk mitigasi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak risiko banjir dengan cara menentukan arahan kebijakan mitigasi pada zona rawan banjir di Kabupaten Limapuluh Kota. Kabupaten Limapuluh Kota berdasarkan karakteristik fiksik memiliki wilayah yang sangat rawan untuk terjadi bencana banjir, antara lain: a) secara morfologi kawasan tersebut sekitar 25% merupakan kawasan relatif datar (0-8%); b) sekitar 70% kawasan Kabupaten Limapuluh Kota kawasan hutan primer beralih fungsi menjadi kawasan hutan sekunder; c) peningkatan intensitas curah hujan pada kawasan uppar DAS; dan d) semakin berkembangnya kawasan permukiman pada zona bentulakan lahan asal proses fluvial.

1.2. Rumusan MasalahPertumbuhan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan

kawasan permukiman. Peningkatan kebutuhan kawasan permukiman menyebabkan pemanfaatan ruang tanpa memperhatikan kesesuaian lahan dan peruntukannya. Sebagai akibatnya menyebabkan semakin meningkatnya kawasan permukiman terjadi bencana khususnya banjir. Bencana banjir dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu metoerologi, karakteristik DAS, dan prilaku masyarakat sekitar DAS. Pada Kabupaten Limapuluh Kota dalam lima tahun belakangan telah terjadi peningkatan frekuensi dan luasan kawasan banjir.

Mitigasi merupakan suatu tindakan untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan akibat bencana alam. Pembuatan prioritas kawasan permukiman dan arahan pembangunan berkelanjutan merupakan tindakan mitigasi secara

Page 215: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan192

non struktural. Mitigasi secara non struktural membutuhkan modal lebih kecil dan berkelanjutan dibandingkan mitigasi secara struktural.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat disajikan pertanyaan penelitian, antara lain:

1) Bagaimanakah kesesuaian lahan kawasan permukiman di Kabupaten Limapuluh Kota?

2) Bagaimanakah gambaran zona tingkat kerawanan banjir di Kabupaten Limapuluh Kota ?

3) Bagaimanakah mensintesakan pengembangan prioritas kawasan permukiman rawan banjir di Kabupaten Limapuluh Kota?

4) Bagaimanakah menentukan arahan kebijkan pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Limapuluh Kota?

1.3. Tujuan PenelitianBerdasarkan permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Mengevaluasi kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman di Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

2) Menentukan zonasi kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Limapuluh Kota Prpovinsi Sumatera Barat.

3) Mensintesaskan prioritas kawasan pengembangan permukiman pada zona rawan bencana di Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

4) Menentukan arahan kebijakan pembangunan berkelanjutan pada zona rawan bencana di Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

1.4. Luaran PenelitianPenelitian ini berdasarkan tujuan penelitian akan menghasilkan empat

temuan, yaitu: a) peta tingkat kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman, b) zonasi tingkat kerawanan banjir, c) peta prioritas pengembangan kawasan permukiman pada zona rawan bencana, dan d) arahan kebijkan pembangunan berkelanjutan. Hasil dan temuan penelitian akan dipublikasikan pada seminar atau jurnal internasional serta jurnal terakreditasi nasional.

Page 216: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 4 193PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

1.5. Kerangka PenelitianPertumbuhan penduduk pada suatu wilayah akan mendorong kebutuhan

lahan untuk kawasan permukiman. Sebagai akibatnya, banyak lahan yang tidak sesuai dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman. Evaluasi kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman dianalisis berdasarkan kriteria USDA (1971). Indikator yang digunakan untuk penentuan kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman adalah drainase, banjir, lereng, sebaran kerikil, tekstur, dan kedalaman efektif. Indeks kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman mengklasifikasikan atas empat kategori yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marginar (S3), dan tidak sesuai (N). Untuk penentuan tingkat kerawanan menggunakan tujuh indikator yaitu; curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, bentuk lahan, elevasi, geologi, dan penggunaan lahan. Selain itu, prioritas pengembangan kawasan permukiman ditentukan hasil overlay peta kesesuaian lahan untuk permukiman dengan zona kerawanan banjir. Teknik yang digunakan penentuan prioritas yaitu limiting faktor, artinya zona yang tidak sesuai dan rawan bencana tinggi tidak menjadi prioritas pengembangan kawasan permukiman. Selanjutnya arahan pengembangan kawasan permukiman ditentukan menggunakan pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process). Kriteria yang akan dikembangkan terbagi atas tiga yaitu konservasi, regulasi, dan mitigasi.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mitigasi BencanaUU No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menyatakan

bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Menurut Iwan et al. (1999), mitigasi mencakup semua tindakan-tindakan yang diambil sebelum, selama, dan setelah terjadinya peristiwa alam dalam rangka meminimalkan dampaknya. Tindakan mitigasi meliputi menghindari bahaya, memberikan peringatan, dan evakuasi pada periode sebelum bahaya.

Mitigasi banjir dapat diartikan serangkaian upaya yang dilakukan dalam rangka meminimalisir risiko yang ditimbulkan akibat bencana banjir. Upaya-upaya mitigasi banjir dapat dilakukan sebelum, selama, dan sesudah terjadinya bencana banjir. Mitigasi banjir dapat diklasifikasikan atas dua bentuk, yakni mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Tindakan

Page 217: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan194

mitigasi struktural dapat dilakukan meliputi pembuatan bendungan, normalisasi sungai, pemotongan alur sungai, dan perbaikan drainase. Selain itu, mitigasi non strutural dapat dilakukan melalui cara zonasi potensi rawan dan risiko banjir, memberikan sosialisasi dan peringatan dini upaya penyelamatan diri, dan regulasi kebijakan pemanfaatan ruang pada zona rawan dan risiko banjir.

Bechtol dan Laurian (2005) menyatakan bahwa langkah-langkah non struktural jauh lebih berkelanjutan dibandingkan langkah-langkah struktural dalam rangka mitigasi banjir. Langkah-langkah non struktural meliputi pembebasan lahan pada daerah rawan banjir, manajemen penggunaan lahan pada dataran banjir, dan peraturan pembatasan penggunaan lahan pada dataran banjir. Langkah-langkah struktural selain tidak berkelanjutan, upaya ini juga membutuhkan biaya mahal, misalnya pembuatan bendungan, pelebaran sungai, dan memotong bagian sungai. Selain itu, menurut Burby et al. (1988); Bechtol dan Laurian (2005), langkah-langkah struktural selain tidak ramah lingkungan dan mahal, langkah tersebut juga menyebabkan degradasi lingkungan yakni hilangnya lahan basah dan habitat organisme.

Mitigasi banjir dapat dimasukkan dalam perencanaan pembangunan sebagai upaya pencegahan dan mengurangi kerugian akibat bencana alam dimasa yang akan datang. Penentuan zonasi daerah rawan dan berisiko, menetapkan langkah-langkah penyelamatan, dan menyusun aturan penggunaan lahan pada zona rawan dan berisiko banjir merupakan serangkaian tindakan mitigasi dalam perencanaan pembangunan. Selain itu, mitigasi juga dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam perencanaan wilayah rawan dan berisiko banjir.

Iwan et al. (1999) menyatakan bahwa mitigasi harus dimasukkan dalam perencanaan penggunaan lahan serta melibatkan masyarakat dalam perencanaan. Dengan cara ini, masyarakat dapat mengetahui dan mengakomodasi tuntutan pembangunan di daerah yang kurang rentan terhadap bencana alam. Perencanaan mitigasi yang komprehensif meliputi; a) penentuan lokasi dan sifat dari potensi bahaya; b) karakteristik populasi dan struktur (sekarang dan masa depan) yang rentan terhadap bahaya tertentu; c) penetapan standar untuk tingkat risiko yang dapat diterima; dan d) mengadopsi strategi mitigasi berdasarkan analisis biaya dan manfaat yang realistis.

Page 218: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 4 195PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

2.2. Dinamika PermukimanDinamika permukiman merupakan perubahan keadaan permukiman

dari suatu keadaan menjadi keadaan lain. Perubahan keadaan tersebut biasanya didasarkan pada waktu yang berbeda pada analisis ruang yang sama, baik berlangsung secara alami maupun secara artifisial, dengan campur tangan manusia yang mengatur arah perubahan keadaan tersebut (Antrop 2004). Menurut Chust et al. (2004), faktor-faktor fisik, sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang sangat komplek dapat mempengaruhi perubahan alami permukiman, sehingga mempunyai pengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap kesejahteraan penduduk yang bermukim.

Kawasan permukiman pada wilayah perkotaan dari waktu ke waktu semakin mengalami perluasan. Perubahan penggunaan lahan pada wilayah perkotaan menjadi lahan terbangun dapat terbentuk secara alami, namun dapat juga terbentuk akibat campur tangan manusia dalam pengaturan arah perubahannya. Wilayah yang tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia penataan perubahannya cenderung memiliki dampak negatif dibandingkan wilayah yang besar campur tangan manusia dalam penataannya.

Dinamika perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dipengaruhi oleh pergerakan manusia dalam membangun permukiman serta pindahnya fungsi-fungsi wilayah, seperti pendidikan, industri, perdagangan, dan lain sebagainya (Kaur et al. 2004). Selanjutnya Pribadi et al. (2006) menjelaskan bahwa pesatnya pembangunan akan menyebabkan perubahan pola penggunaan lahan, dimana ruang terbangun semakin mendominasi dan mendesak ruang-ruang alami untuk berubah fungsi. Tingginya desakan terhadap ruang-ruang alami akan menyebabkan menurunnya kemampuan alami lahan untuk menyerap dan menampung air, terutama pada musim penghujan.

Konversi penggunaan lahan menjadi lahan terbangun dapat menimbulkan dampak terjadinya peningkatan aliran permukaan dan semakin luasnya daerah genangan banjir. Hal ini terjadi karena semakin berkuranganya ruang air untuk malakukan penyerapan air kedalam tanah, terutama saat musim penghujan. Semakin tidak adanya kontrol dalam pemanfaatan lahan terbangun, maka luasan genangan banjir pada saat musim penghujan semakin luas untuk masa akan datang.

Page 219: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan196

Pribadi et al. (2006) menunjukkan bahwa perubahan alami di suatu wilayah lebih dominan didorong oleh terjadinya perluasan aktivitas ekonomi, pertanian, dan perkebunan-perkebunan besar yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perluasan permukiman ke wilayah pinggir (urban fringe). Pembukaan lahan hutan untuk aktivitas pertanian dan permukiman akan berdampak pada makin berkurangnya fungsi ekosistem, sehingga arahan kebijakan adalah perlu menata kembali aktivitas permukiman dan pertanian dalam konteks ruang agar tidak mengeser kepentingan ekologis.

Wilayah permukiman merupakan salah satu bentuk lingkungan binaan, yang dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu: (1) permukiman yang tidak terencana, tumbuh dan berkembang berdasarkan aktivitas mata pencaharian penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan (2) permukiman yang terencana yang sudah mengacu pada UU penataan ruang serta kebijakan-kebijakan daerah yang tertuang dalam rencana tata ruang daerah (Arif 2003). Suryani dan Marisa (2005) menjelaskan permukiman selain merupakan kebutuhan dasar manusia juga mempunyai fungsi yang strategis sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang serta merupakan pengaktualisasian diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat ditandai dengan meningkatnya kualitas hidup yang layak dan rasa aman dari segala bahaya yang mengancam keselamatan hidupnya.

Giyasir (2005) menambahkan bahwa kecenderungan pergeseran fungsi-fungsi kekotaan ke daerah pinggiran (urban fringe), disebut dengan proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar (urban sprawl), sehingga daerah pinggiran kota akan mengalami proses transformasi spasial. Proses densifikasi permukiman yang terjadi di daerah pinggiran kota merupakan realisasi dari meningkatnya kebutuhan ruang di daerah perkotaan. Pada kondisi topografi pinggiran kota yang berbukit, secara fisik lahan tidak bisa dikembangkan untuk permukiman, tetapi dengan terjadinya proses densifikasi akan menimbulkan konversi lahan menjadi daerah permukiman.

Perubahan penggunaan lahan juga dipengaruhi oleh faktor samakin meningkatnya urbanisasi. Urbanisasi terjadi karena adanya faktor pendorong dan daya tarik wilayah perkotaan. Masyarakat perdesaan pindah ke wilayah perkotaan untuk mencari pekerjaan, pendidikan, dan fasilitas perkotaan. Hal ini terjadi karena ke tidak meratanya pembangunan. Semakin besarnya arus urbanisasi akan berdampak semakin luasnya kawasan permukiman .

Page 220: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 4 197PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Dinamika perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dipengaruhi oleh pergerakan manusia dalam membangun permukiman serta pindahnya fungsi-fungsi wilayah, seperti pendidikan, industri, perdagangan, dan lain sebagainya (Kaur et al. 2004). Faktor pendorong dan faktor penarik yang menyebabkan penduduk dan fungsi-fungsi wilayah berkembang ke daerah pinggir, yaitu faktor pendorong yang berhubungan dengan daerah asal dan faktor penarik yang berkaitan dengan daerah tujuan (Yunus 1991). Pesatnya pembangunan akan menyebabkan perubahan tutupan lahan, dimana ruang terbangun semakin mendominasi dan mendesak ruang-ruang alami untuk berubah fungsi (Pribadi et al. 2006).

Menurut Sitorus (2004) penggunaan lahan untuk berbagai aktivitas pada umumnya ditentukan oleh kemampuan lahan atau kesesuaian lahan dalam wilayah tersebut dan kesesuaian lahan bagi suatu areal dapat digunakan sebagai pegangan dalam pemanfaatan wilayah tersebut. Kesesuaian lahan untuk permukiman dapat dibedakan atas 2, yaitu: (1) kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan alami, yaitu kesesuaian lahan pada saat dilakukan evaluasi lahan tanpa ada perbaikan yang berarti dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor pembatas yang ada dalam suatu lahan dan (2) kesesuaian lahan potensial, yaitu kesesuaian terhadap penggunaan lahan setelah diadakan usaha-usaha perbaikan tertentu yang diperlukan terhadap faktor-faktor pembatasnya. Faktor-faktor pembatas dalam evaluasi lahan dapat dibedakan atas faktor pembatas yang bersifat permanen dan faktor pembatas yang bersifat non permanen. Faktor pembatas yang bersifat permanen merupakan pembatas yang tidak memungkinkan untuk diperbaiki dan kalaupun dapat diperbaiki, secara ekonomis sangat tidak menguntungkan. Faktor pembatas yang dapat diperbaiki merupakan pembatas yang mudah diperbaiki dan secara ekonomis masih dapat memberikan keuntungan dengan masukan teknologi yang tepat

Hardjowigeno (2003) dan Heripoerwanton (2009) mengungkapkan bahwa penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, disamping dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan juga akan meningkatkan masalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya. Karena itu, evaluasi penggunaan lahan harus dilakukan agar rencana tataguna tanah dapat tersusun dengan baik. Selanjutnya evaluasi lahan merupakan salah satu pekerjaan dalam perencanaan dan pengembangan wilayah. Dalam perencanaan tataguna tanah, proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu diperoleh dengan cara melakukan survey

Page 221: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan198

dan pemetaan tanah yang hasilnya digambarkan dalam bentuk peta, sebagai dasar untuk perencanaan tataguna tanah, sehingga tanah dapat digunakan secara optimal. Lahan mempunyai kualitas terbaik untuk suatu jenis kegunaan apabila sesuai untuk kegunaan tersebut. Lahan yang mempunyai kualitas terbaik untuk pertanian belum tentu mempunyai kualitas yang baik untuk lokasi perumahan. Kualitas lahan mencerminkan kondisi lahan yang berhubungan dengan kebutuhan atau syarat penggunaan lahan.

Muta’ali (2013) menentukan lahan yang dapat digunakan untuk permukiman memiliki beberapa karakteristik, antara lain: a) memiliki topografi datar sampai bergelombang (lereng 0-25%); b) tersedianya sumber air dengan jumlah yang cukup (60-100 liter/org/ hari); c) tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi dan tsunami); d) drainase baik sampai sedang; e) tidak berada pada daerah sempadan sungai, pantai, dan waduk; f) tidak berada pada kawasan lindung; dan g) tidak berada pada kawasan budidaya pertanian dan sawah irigasi teknis.

Selanjutnya, Departemen Pekerjaan Umum tahun 2005 mengeluarkan kriteria kesesuaian lahan untuk permukiman antara lain: a) tidak berada pada kawasan hutan lindung; b) bebas dari pencemaran dan bencana alam; c) ketinggian lahan kurang dari 1 000 meter dpl; d) kemiringan lahan tidak melebihi 15%; e) tidak mengganggu jalur perhubungan; f) kondisi sarana prasarana memadai; dan g) dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan pelayanan kota (CBD). USDA (1971) telah menetapkan kriteria kesesuaian lahan untuk permukiman. Secara rinci kriteria kesesuaian lahan untuk permukiman disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Kriteria kesesuaian lahan untuk permukiman

Sifat tanahKesesuaian lahan

Baik Sedang Buruk

Drainase

Dengan ruang dibawah tanah

Baik sampaisangat baik

Sedang Agak buruk sampai

terhambat

Tanpa ruang bawah tanah

Sedang sampai sangat cepat

Agak buruk Buruk sampaiterhambat

Page 222: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 4 199PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Air tanah musiman(1 bulan atau lebih)

Dengan ruang dibawah tanah

>150 cm >75 cm <75 cm

Tanpa ruang bawah tanah

>75 cm >50 cm <50 cm

Banjir Tanpa Jarang Sering

Lereng 0-8 % 8-15% >15%

Mengembang-mengkerut Rendah Sedang Tinggi

Besar butir GW,GP,SP,GM, GC, SM,SC,CL, dengan

PI <15

ML,CL dengan PI >15

CH,MG,OL,OH

Batuan kecil Tanpa-sedikit SedangBatuan besar Tanpa SedikitDalamnya hamparan batuan

Dengan ruang dibawah tanah

>150 cm 100-150 cm < 100 cm

Tanpa ruang bawah tanah

>100 cm 50 -100 cm <50 cmSumber : USDA (1971)

Keterangan : PI = Indek plastisitas GW = Kerikil gradiasi baikGP = Kerikil gradiasi buruk GM = Kerikil lanauGC = Kerikil lempung anorganik SM = Pasir lanauSC = Pasir lempung anorganik ML = Lanau plasitas rendahCL = Lempung anorganik plasitas rendah CH = Lempung anorganik plasitas tinggiMG = Lanau kerikil OL = Lanau organik plasitas rendahOH = Lanau organik plasitas tinggi

2.3. Bencana Banjir

2.3.1. Definisi banjirBanjir merupakan aliran air di permukaan tanah yang relatif tinggi

dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melampaui badan sungai serta menimbulkan genangan atau aliran dalam jumlah yang melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia

Page 223: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan200

(BKSPBB 2007). Banjir merupakan bencana alam yang dapat diramalkan kedatangannya, karena berhubungan dengan besarnya curah hujan. Secara klasik, penebangan hutan di daerah hulu DAS dituduh sebagai penyebab banjir. Apalagi hal ini didukung oleh sungai yang semakin dangkal dan menyempit, bantaran sungai yang penuh dengan penghuni, serta penyumbatan saluran air.

Banjir merupakan bencana yang disebabkan oleh fenomena alam yang terjadi selama musim hujan yang meliputi potensi daerah, terutama sungai yang relatif landai. Selain itu, banjir juga bisa disebabkan oleh naiknya air yang disebabkan oleh hujan deras di atas normal, perubahan suhu, tanggul yang rusak, dan obstruksi aliran air di lokasi lain. Banjir dapat menyebabkan kerusakan besar pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat (Wardhono et al. 2012).

Menurut Undang-Undang No. 4 tahun 2008 bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana banjir dapat diartikan suatu peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh bencana banjir yang berdampak timbulnya korban manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis

2.3.2. Faktor penyebab banjirAsdak (1995) membedakan tiga faktor yang mempengaruhi banjir,

yaitu elemen meteorologi, karakteristik fisik DAS dan manusia. Elemen meteorologi yang berpengaruh pada timbulnya banjir adalah intensitas, distribusi, frekuensi dan lamanya hujan berlangsung. Karakteristik fisik DAS yang berpengaruh terhadap terjadinya banjir adalah luas DAS, kemiringan lahan, ketinggian dan kadar air tanah. Manusia berperan pada percepatan perubahan karakteristik fisik DAS yaitu dengan semakin meningkatnya permintaan penggunaan lahan untuk permukiman dan prasarana wilayah akan mengurangi penggunaan lahan lainnya seperti hutan dan semak belukar.

Curah hujan merupakan faktor penting penyebabab terjadinya banjir, intensitas curah hujan yang tinggi dan lamanya hujan berlangsung merupakan faktor akan menyebabkan terjadinya banjir. Selain faktor curah hujan, karakteristik DAS dan prilaku manusia mempengaruhi terjadinya banjir.

Page 224: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 4 201PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Daerah dengan karakteristik relatif datar, daerah tumpuan air (kipas fluvial, tanggul alam, dataran banjir), dan memiliki DAS yang luas merupakan faktor fisik wilayah yang mendorong terjadinya banjir. Manusia sebagai faktor penyebab dan mempercepat perubahan karakteristik DAS. Penggunaan lahan untuk permukiman semakin mengurangi daerah resapan saat terjadinya musim penghujan, akibatnya terjadinya peningkatan air permukaan dan semakin luasnya genangan banjir.

Popovska et al. (2010) menyatakan bahwa banjir yang disebabkan oleh hujan deras merupakan salah satu bencana alam dan akan mempengaruhi kehidupan manusia dan pembangunan sosial. Selain itu, frekuensi kejadian bencana alam banjir merupakan akibat dari pemanasan global. Oleh karena itu, studi tentang penilaian risiko dan zonasi kerusakan banjir yang disebabkan oleh hujan deras sangat penting untuk membuat strategi untuk mencegah dan mengurangi kerusakan akibat banjir. Penilaian risiko bencana alam didefinisikan sebagai penilaian pada kedua kemungkinan terjadinya bencana alam dan tingkat bahaya yang disebabkan oleh bencana alam. Hal ini dapat diasumsikan bahwa bencana alam merupakan hasil dari interaksi dari kedua dampak lingkungan fisik dan manusia serta kerentanan lingkungan .

Bencana banjir pada beberapa negara di dunia dapat juga didorong oleh migrasi penduduk karena desakan ekonomi. Sebagai akibatnya, berkurangnya kontrol penggunaan lahan terutama pada daerah resapan dan daerah aliran sungai (Penning-Rowsell 2003). Sedangkan Yüksek et al. (2013) mengemukakan bahwa faktor manusia yang paling penting dalam menyebabkan bencana sebagai akibat kesalahan penggunaan lahan, deforestasi, urbanisasi, dan pemukiman.

Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang sangat cepat telah menyebabkan perubahan penggunaan lahan. Lahan yang semula berupa lahan terbuka berubah fungsi menjadi kawasan permukiman dan industri. Hal ini tidak hanya terjadi pada kawasan perkotaan, namun juga terjadi pada kawasan budidaya dan lindung yang memiliki fungsi sebagai daerah resapan. Dampak yang ditimbulkan akibat perubahan penggunaan lahan tersebut adalah terjadinya peningkatan aliran permukaan dan sekaligus menurunkan air resapan. Peningkatan aliran permukaan dan menurunnya jumlah air resapan akan menyebabkan bencana banjir.

Mudelsee et al. (2003) menyatakan bahwa efek radiasi perubahan antropogenik dalam komposisi atmosfer diperkirakan akan menyebabkan perubahan iklim, terutama peningkatan dari siklus hidrologi yang

Page 225: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan202

menyebabkan risiko banjir meningkat. Peristiwa cuaca ekstrim telah menyebabkan bencana bagi kehidupan dan permukiman penduduk dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan intensitas curah hujan, penyempitan saluran drainase, pembuangan limbah industri dan rumah tangga, sedimentasi, dan penggunaan lahan mendorong terjadinya banjir, sehingga banjir dapat menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia. Dengan demikian perlu adanya perhatian tentang perencanaan fisik perkotaan (Aderogba 2012).

El-Kadi dan Yamashita (2007) menyatakan bahwa banjir dapat terjadi karena: 1) kapasitas yang tidak memadai dari saluran aliran alami untuk mengakomodasi arus banjir; 2) medan di beberapa sungai relatif bergelombang yang memperlambat aliran air; 3) penyeberangan jembatan membatasi aliran air; dan 4) perkembangan sepanjang sungai.

Banjir merupakan fenomena alam yang tidak sulit untuk dicegah, namun beberapa kegiatan manusia seperti meningkatnya jumlah pemukiman manusia dan fasilitas sosial yang terletak di dataran banjir, dan mengurangi kapasitas retensi air alami dari tanah dan perubahan iklim berkontribusi untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya banjir. Penilaian bahaya melibatkan penentuan tingkat aliran air banjir dengan probabilitas kejadian tertentu. Penilaian bahaya banjir dapat ditentukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Untuk memahami sifat dari banjir maka harus memiliki kemampuan antara lain: mengidentifikasi kemungkinan terjadinya banjir; mengidentifikasi waktu terjadinya; dan mengidentifikasi tingkat dan intensitas dampak yang ditimbulkan oleh banjir (Stoica dan Iancu 2011).

BKSPBB (2007) menyatakan bahwa bencana banjir disebabkan oleh tiga hal, yaitu:

1. Peristiwa alam seperti curah hujan yang sangat tinggi, kenaikan permukaan air laut, badai, dan sebagainya. Indonesia merupakan wilayah bercurah hujan tinggi, sekitar 2.000-3.000 milimeter setahun. Apabila suatu saat curah hujan melebihi kisaran (range) tersebut, maka banjir sulit dielakkan, termasuk terjadinya amblesan tanah (land subsidence).

2. Kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang dan berdampak pada perubahan alam. Aktivitas sosial ekonomi manusia yang sangat dinamis, seperti deforestasi (penggundulan hutan), konversi lahan pada kawasan lindung, pemanfaatan sempadan sungai / saluran untuk permukiman, pemanfaatan wilayah retensi banjir, perilaku masyarakat, dan sebagainya.

Page 226: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 4 203PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

3. Degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah pada catchment area, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan sebagainya.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Lokasi PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan pada Kabupaten Limapuluh Kota

Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis Kabupaten Limapuluh Kota terletak pada bujur 100015’ BT - 100053’BT dan lintang 0025’LU - 0025’LS. Waktu penelitian dilaksanakan selama enam bulan, yakni pada Juli – Desember 2017. Gambar 3.1 merupakan lokasi penelitian secara administratif.

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian

3.2. Jenis dan Sumber Data PenelitianJenis data yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan atas

dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dihasilkan dari pengukuran dan pengumpulan dari lapangan, sedakan data sekunder diperoleh dari dokumen, informasi, dan catatan resmi yang berasal dari berbagai instansi terkait. Tabel 3.1. disajikan matrik jenis dan sumber data.

Page 227: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan204

Tabel 3.1. Matrik jenis dan sumber data penelitian

No Jenis data Sumber

1. Peta lereng Citra Shuttle Radar Topography Mission (SRTM)1 Arc Second

2. Peta jenis tanah Peta Jenis Tanah (PPT) Bogor tahun 1990 skala 1 : 250.000

3. Peta sistemlahan/ landsystem Regional Physical Planning Program for Transmigration tahun 1990 skala 1 : 250.000

4. Data curah hujan BMKG Sicin periode 1975-2017

5. Peta geologi Badan Geologi Bandung tahun tahun 2007 skala 1 ; 250.000

6. Tutupan lahan Landsat 7+ETM tahun 2016 dan dikoreksi dengan citra Quick Bird 0.65m tahun 2010.

7 Elevasi Citra Shuttle Radar Topography Mission (SRTM)1 Arc Second

Tabel 3.2. Kriteria kesesuaian lahan untuk permukiman

Indikator/Bobot Sub Indikator Harkat Skor

Lereng (%)(15,5) 0-8 4 62

8–16 3 46,5

16-27 2 31

>27 1 15,5

Banjir (25,4) Tanpa 3 76,2

Jarang 2 50,8

Sering 1 25.4

Drainase (32,1) Baik sampai sangat baik 3 96,3

Sedang 2 64,2

Agak buruk sampai terhambat 1 32,1

Batuan Kerikil (8,2) Sedikit 3 32,6

Sedang 2 16,4

Banyak 1 8,2

Page 228: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 4 205PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Tekstur/besar butir (8,6) Agak Kasar (lempung berpasir, pasir berlempung, pasir)

3 25,8

Agak Halus (liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir)

2 17,2

Halus (liat berdebu, liat) 1 8,6

Kedalaman Efektif (10,2) Dangkal (<50c m) 3 30,6

Sedang (50-90 cm) 2 20,4

Dalam (>90 cm) 1 10,2Sumber : USDA (1971) , Muta’ali (2012), Hermon (2012), Umar (2016), dan Umar dkk. (2017b)

3.3. Teknik Analisis Data

3.3.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk PermukimanKesesuaian lahan untuk kawasan permukiman berdasarkan USDA

(1971), Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), Muataáli (2012), Hermon (2012), Umar (2016) yaitu: lereng, banjir, drainase, batuan kerikil, tekstur, dan kedalaman efektif. Sitorus (2004) kelas kesesuaian lahan untuk permukiman dapat dibedakan atas empat kategori, yaitu: sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3), dan tidak sesuai (N). Untuk mendapatkan peta satuan lahan pada wilayah penelitian dihasilkan dari overlay beberapa peta tematik, yaitu: peta lereng, peta jenis tanah, peta bentuk lahan. Peta lereng dihasilkan dari Digital Elevation Model (DEM) menggunakan citra Shuttle Radar Topography Mission (SRTM)1 Arc Second dengan skala 1 : 25.000. Peta jenis tanah diturunkan dari Peta Jenis Tanah (PPT) (1990) skala 1 : 250.000 yang diperbesar menjadi skala 1 : 25.000. Peta bentuklahan dihasilkan dari land system skala 1 : 250.000 yang dibuat oleh Regional Physical Planning Program for Transmigration (1990) diperbesar menjadi skala 1 : 25.000. Hasil overlay ketiga peta tematik tersebut menunjukkan pada wilayah penelitian terdapat 24 unit satuan lahan.

Tabel 3.2 merupakan kriteria yang digunakan untuk kesesuaian kawasan permukiman. Indikator yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan kawasan permukiman yaitu: lereng, banjir, drainase, batuan kerikil, tekstur, dan kedalaman efektif. Hasil perkalian antara bobot dengan harkat akan diperoleh skor masing-masing indikator. Untuk menentukan zonasi kesesuaian lahan untuk permukiman digunakan Persamaan 1. Hasil analisis

Page 229: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan206

diperoleh total skor tertinggi sebesar 323,5 dan total skor terendah sebesar 100 maka dengan empat kelompok kelas diperoleh interval sebesar 55. Tabel 3.3 merupakan kelas interval kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman.

kbcI −

= .............................................(1)

Keterangan :

I = besar jarak interval kelas

c = jumlah skor tertinggi

b = jumlah skor terendah

k = jumlah kelas yang diinginkan

Tabel 3.3. Kelas interval kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman

Kelas Kesesuaian Kelas Interval Indeks Kesesuaian untuk Kawasan Permukikan

Sangat sesuai (S1) 266-324 Zona Permukiman sangat sesuai

Sesuai (S2) 211-265 Zona Permukiman sesuai

Sesuai marginal (S3) 156-210 Zona Permukiman sesuai marginal

Tidak sesuai (N) 100-155 Zona Permukiman tidak sesuai

Tabel 3.4. Indikator rawan banjir.

Indikator/Bobot Sub. Indikator Harkat Skor

Jenis Tanah (5) Dystric cambisols,haplic acrisols 5 25

Haplic acrisols 4 20

Haplic acrisols,dystric cambisols 4 20

Dystric nitrosols,rhodic ferralsols, dystric cambisols

3 15

Umbric andosols,humic cambisols 3 15

Dystric cambisols,dystric geysols 2 10

Dystric cambisols,ferric acrisols 1 5

Page 230: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 4 207PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Lereng (%) (20) 0-8 5 100

8 -16 4 80

16-27 3 60

27- 40 2 40

>40 1 20

Bentuk lahan (15) Fluvial 5 75

Karst 4 60

Struktural 3 45

Vulkanik 2 30

Denudasional 1 15

Curah Hujan (15) > 5000 6 90

4500-5000 5 75

4000-4500 4 60

3500-4000 3 45

3000-3500 2 30

2500-3000 1 15

Elevasi Sungai (15)

0-5 meter 5 75

10-15 meter 4 60

15-20 meter 3 45

20-25 meter 2 30

>25 meter 1 15

Penggunaan Lahan (10)

Permukiman 5 50

Sawah 4 40

Lahan kosong 4 40

Kebun campuran 3 30

Semak belukar 2 20

Hutan 1 10

Page 231: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan208

Geologi (5) Aluvium (Qh) 5 25

Batu apung tufa (Qpt) 4 20

Batu kuasa campur batu lanau (Tms) 4 20

Batu andesit (Qvmt) 3 15

Batu gamping (TLs) 3 15

Batu bara (MLt) 2 10

Batu sabak campur kuarsa (PCks) 2 10

Batu filit, kuarsa campur batu lanau (pTps)

1 5

Batu vulkanik (Tmv) 1 5Sumber : Umar (2016)

3.3.2. Zonasi Rawan BanjirDeliniasi kawasan rawan banjir ditentukan dengan menggunakan tujuh

indikator, yaitu: lereng, elevasi, penggunaan lahan, curah hujan, bentuklahan, jenis tanah, dan geologi. Peta lereng dan elevasi dihasilkan dari Digital Evation Model (DEM) menggunakan citra Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) 1 Arc Second. Peta curah hujan diperoleh dari interpolasi data curah hujan BMKG Sicin periode 1975-2017 pada lima stasiun curah hujan di Kabupaten Limapuluh Kota yang membentuk garis isohyet. Peta jenis tanah diturunkan dari Peta Jenis Tanah tahun 1990 skala 1:250.000. Bentuklahan dihasilkan dari RePPProT tahun 1990 skala 1:250.000. Peta geologi diturunkan dari skala 1 : 250.000 yang dihasilkan oleh Badan Geologi Bandung tahun 2007. Selanjutnya peta penggunaan lahan Kabupaten Limapuluh Kota dihasilkan dari interpretasi citra Landsat 7+ETM tahun 2016 dan dikoreksi dengan citra Quick Bird 0.65m tahun 2010. Untuk dapat melakukan overlay, maka dilakukan penyamaan skala peta yaitu 1:50.000. Tabel 3.4 disajikan indikator penentuan zona rawan banjir.

Hasil perkalian antara bobot dengan harkat akan diperoleh skor diperoleh masing-masing indikator. Untuk menentukan zonasi rawan digunakan Persamaan 1. Hasil analisis menghasilkan total skor tertinggi sebesar 440 dan total skor terendah sebesar 85, maka dengan tiga kelompok kelas diperoleh interval sebesar 118 seperti yang disajikan pada Tabel 3.5.

Page 232: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 4 209PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Tabel 3.5. Kelas Interval Rawan Banjir.

Kelas Kerawanan Kelas Interval Indeks Kerawanan

Kelas Rendah 85-203 Zona Rawan Rendah

Kelas sedang 204-321 Zona Rawan Sedang

Kelas tinggi 322-440 Zona Rawan TinggiSumber : Umar (2016)

3.3.3. Prioritas Pengembangan Kawasan PermukimanPengembangan prioritas didasarkan pada hasil overlay antara kesesuaian

lahan untuk kawasan permukiman dengan zona rawan banjir. Indikator yang menjadi prioritas adalah lahan yang sangat sesuai dan tidak memiliki tingkat kerawanan banjir tinggi. Hal ini dapat diartikan semakin sesuai lahan maka akan menjadi prioritas untuk pengembangan kawasan permukiman, namun juga dipertimbangkan tingkat kerawanan terhadap bencana banjir. Semakin tinggi tingkat kerawanan banjir maka tidak menjadi prioritas.

3.3.4. Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman BerkelanjutanUntuk menentukan arahan kebijkan mitigasi ditentukan berdasarkan

pendapat pakar dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Pakar akan menentukan penilaian yang berdasarkan skala 1 sampai 9 secara perbandingan berpasangan (pairwise comparision). Menurut Saaty (1983), Marimin dan Maghfiroh (2010) skala 1 sampai 9. Nilai dan definisi pendapat pakar dalam skala perbandingan ada pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria penilaian dalam AHP

Nilai Keterangan

1 A sama penting dengan B

3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangat jelas lebih penting dari B

9 A mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Sumber: Saaty (1983), Marimin dan Maghfiroh (2010)

Pakar yang digunakan untuk penentuan arahan kebijakan mitigasi berasal dari Perguruan Tinggi, LSM, Bappeda Kab. Limapuluh Kota, Tokoh masyarakat, Pusat Kajian Kebencanaan UNP, dan BPBD Kab. Limapuluh Kota.

Page 233: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan210

Jumlah pakar yang digunakan untuk penentuan arahan kebijakan mitigasi pada zona rawan banjir sebanyak 25 orang pakar.

DAFTAR PUSTAKAAderogba KA. 2012. Qualitative Studies of Recent Floods and Sustainable

Growth and Development of Cities and Towns in Nigeria. International Journal of Academic Research in conomics and Management Sciences, I (3): 1-25.

Arvish A, Hosseini M, Einollah G. 2014. On The Simulation of The Effect of Changing The Use of Urban Land on Basin Flood Rise (Case Study: Basin of Germi Town, Iran). International Journal of Marketing and Technology, 4(1): 102-110.

Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Bechtol V, Laurian L. 2005. Restoring Straightened Rivers for Sustainable Flood Mitigation. Disaster Prevention and Management, 14(1): 6-19.

Chan N, Parker D. 1996. Response to Dynamic Flood Hazard Factors In Peninsular Malaysia. The Geographical Journal, 162: 313-325.

Djakapermana RD. 2010. Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan Kesisteman. Bogor (ID): IPB Pr.

El-Kadi A, Yamashita E. 2007. Modeling Streamflows and Flood Delineation of the 2004 Flood Disaster. Manoa, O’ahu, hawai’i1. Pacific Science, 61(2): 235-238.

Gharagozlou A, Nazari H, Seddighi M. 2011. Spatial Analysis for Flood Control by Using Environmental Modeling. Journal of Geographic Information System, 3(4): 367-372.

Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Hermon D. 2012. Mitigasi Bencana Hidrologi. Padang (ID): Universitas Negeri Padang Pr.

Indriatmoko RH. 2009. Membangun Sistem Dinamis untuk Menghitung Debit Puncak dengan Menggunakan Stella Versi 9.02. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, 5 (1): 78 - 82.

Page 234: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 4 211PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Iwan W, Cluff L, Kimpel J, Kunreuther H. 1999. Mitigation Emerges as Major Strategy for Reducing Losses Caused by Natural Disasters. Science, 284(5422): 1943-1947.

Jha AK, Robin B, Jessica L. 2011. Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan untuk Resiko Banjir di Abad 21. Thailand (ID): NDM Institut Pr.

Karmakar S, Simonovic S, Peck A, Black J. 2010. An Information System for Risk-Vulnerability Assessment to Flood. Journal of Geographic Information System, 2(3): 129-146.

Kodoatie R. 2013. Rekayasa dan Banjir Kota. Yogyakarta (ID): ANDI Pr.

Kunreuther H. 2008. Reducing Losses from Catastrophic Risks Through Long term Insurance and Mitigation. Social Research, 75(3): 905-930.

Marimin. 2005. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta (ID): Gramedia Widiasarana Indonesia Pr.

Marimin, Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambil Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Pr.

Mudelsee M, Borngen M, Tetzlaff G, Grunewald U. 2003. No Upward Trends in The Occurrence of Extreme Floods in Central Europe. Nature, 425(6954): 1-9.

Mustafa D. 1998. Structural Causes of Vulnerability to Flood Hazard In Pakistan. Economic Geography, 74(3): 289-305.

Muta’ali L. 2012. Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta (ID): Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah Mada

-------------. 2013. Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Yogyakarta (ID): Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah Mada Pr.

Penning-Rowsell E. 2003. Flood Hazard Response in Argentina. Geographical Review, 86(1): 72-90.

Popovska C, Jovanovski M, Ivanoski D, Pesevski I. 2010. Storm Sewer System Analysis In Urban Areas and Flood Risk Assessment. Technical University of Civil Engineering from Bucharest.

Pribadi D, Shiddiq D, Ermyanila M. 2006. Model Perubahan Tutupan Lahan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Teknologi Lingkungan BPPT. 3 (1): 77-91.

Page 235: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan212

[PPT] Pusat Penelitian Tanah Bogor (ID). 1990. Peta Jenis Tanah.

Stoica A, Iancu I. 2011. Flood Vulnerability Assesment Based on Mathematical Modeling. Technical University of Civil Engineering from Bucharest.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID): ANDI Pr.

Umar, I. 2016. Mitigasi Bencana Banjir pada Kawasan Permukimann Di Kota Padang (disertasi). Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB.

Umar, I., Widiatmaka, Pramudya, B,. dan Barus, B. 2006. Delineation of Flood Harzad Zones by Using a Multi Criteria Evaluation Approach in Padang West Sumatera Indonesia. Journal of Enviroment and Earh Science, 4 (3): 27-34

[UNDP] United Nations Development Programme. 1997. Agenda 21 Indonesia (Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan). Jakarta (ID):Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup

[USDA] United States Department of Agriculture. 1971. Guide for Interpreting Engineering Uses of Soils. Washington DC:US. Dept. of Agriculture

[UU] Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

-----------------------------, No 4 Tahun 2008 tentang Kebencanaan

Wardhono A, Pratomo G, Prakoso B, Qori’ah C. 2012. Countermeasures Flood Disaster Sampean River Policy in Situbondo District. Journal of Law and Social Sciences (JLSS), 2(1): 118-122.

[WCED] World Commission on Environment and Development. 1987. Our Common Future. United Nation World Commission on Environment and Development. London:Oxford University Pr

Yang M, Qian X, Zhang Y, Sheng J, Shen D, Ge Y. 2011. Spatial Multicriteria Decision Analysis of Flood Risks in Aging-Dam Management in China. International Journal of Environmental Research and Public Health, 8(5): 1368-1387.

Yüksek O, Kankal M, Üçüncü O. 2013. Assessment of Big Floods in the Eastern Black Sea Basin of Turkey. Environmental Monitoring and Assessment, 185(1): 797-814.

Page 236: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

LAMPIRAN

5Model Kebijakan Pengembangan Wisata Halal Berkelanjutan Di Kabupaten Lombok Timur Propinsi Nusatenggara Barat

Page 237: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan214

1. Pendahuluan

1.1. Latar belakangPengembangan wisata merupakan strategi penting sebagai upaya

untuk meningkatkan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Dengan berkembangnya pariwisata, maka akan berdampak pada kemajuan industri pariwisata serta meningkatkan kesempatan kerja (Zhang 2013). Masron et al. 2015 menyatakan perkembangan industri pariwisata akan dapat menyerap sebesar 3-5 persen tenaga kerja pada suatu negara. Hawkes et al. (1998) menyatakan keindahan dan keanekaragaman alam memiliki daya tarik yang tinggi untuk meningkatkan kunjungan wisata pada suatu wilayah. Menurut Salehudin et al. (2013) dalam Masron et al. (2015) sebagian besar wisatawan lebih tertarik pada objek wisata bahari. Indonesia merupakan negara yang memiliki 2/3 wilayah laut dan memiliki garis pantai sepanjang 99 093 km. Sehingga memiliki potensi besar untuk penembangan industri pariwisata.

Kegiatan wisata alam dapat meningkatkan perekonomian sektor informal, begitu juga dengan perekonomian masyarakat sekitar kawasan wisata (Hadi 1994). Kegiatan rekreasi selain berdampak baik untuk wisatawan juga akan berdampak bagi masyarakat di sekitar kawasan wisata. Biasanya masyarakat akan memanfaatkan kegiatan wisata tersebutuntuk mencari nafkah. Berbagai profesi dapat dilakukan oleh masyarakat di sekitar kawasan wisata seperti berdagang, bertani dan beternak (Rachmawati, 2005).

Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas dengan daya tarik wisata yang cukup besar, banyaknya keindahan alam, aneka warisan sejarah budaya, dan kehidupan masyarakat (etnik). Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penunjang perekonomian yang memilki prospek yang cerah, tetapi hingga dewasa ini belum memperlihatkan peranan yang sesuai dengan harapan dalam proses pembangunan di Indonesia (Zain dan Taufik, 2011).

Data stratistik kunjungan wisatawan ke Indonesia periode 2010-2016 mengalami peningkatan rata-rata sekitar 7 persen/tahun. Pada tahun 2010 jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia sebanyak 493 799 orang, dan

Page 238: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 5 215PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

tahun 2016 meningkat menjadi 740 450 orang. Peningkatan kedatangan wisata asing ke Indonesia berkontribusi besar terhadap pendapatan negara sebesar 3 563 juta US$ (BPS 2016).

Lombok Timur memiliki garis pantai yang cukup panjang, mengingat sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan perairan. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Selat Alas, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Utara.Karena sebagian daerah berbatasan langsung dengan perairan, Lombok Timur memiliki sejumlah pulau kecil yang disebut gili. Menurut catatan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur, terdapat 35 gili di wilayah perairan Lombok Timur, lima di antaranya sudah berpenghuni, yakni Gili Beleq, Gili Bidara, Gili Maringkik, Gili Ree, dan Gili Sunut.

Pariwisata bagaikan stimulan yang merangsang para pelaku wisata di pulau Lombok untuk terus berpikir bagaimana cara mempertahankan aset berharga yang dimiliki untuk tetap berkelanjutan. Angka kunjungan wisata ke Lombok Timur pada tahun 2011 jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 15.030 orang (wisman 8.778 orang dan wisnus 6.252 orang) atau meningkat 7,70 persen dibanding tahun 2010. Sedangkan untuk tahun 2015 jumlah kunjungan wisatawan di Taman Nasional Gunung Rinjani sebanyak 70.705 orang (wisman 27.186 orang dan wisnus 43.519 orang) meningkat sebanyak 9.013 orang atau 14,61 persen.

Belakangan ini muncul suatu konsep baru dengan tujuan untuk tetap menumbuh kembangkan pariwisata di Lombok. Mungkin baru kali ini terdengar ditelinga kita suatu konsep yang bernuasa religi dengan sebutan wisata halal atau Moeslem friendly tourism. Wisata halal ini mulai terdengar diakhir tahun 2015. Kala itu Lombok menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam ajang World Halal Travel Awards 2015 di Abu Dhabi. Dan kompetisi ini membuah kan hasil yang membanggakan untuk masyarakat Indonesia, khususnya Lombok. Dalam ajang yang penuh gengsi ini Indonesia menoreh penghargaan dalam dua kategori sekaligus yaitu World’s Best Halal Honeymoon Destination dan World’s Best Halal Destination.

Page 239: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan216

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas untuk mengembangkan wisata halal

dan menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Lombok Timur. Dalam rangka mengujudkan pengembangan wisata halal yang berkelajutan maka penelitian ini merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimanakah zonasi tingkat kesesuaian lahan untuk pengembangan wisata halal di Kabupaten Lombok Timur?

2) Bagaimanakah potensi pengembangan wisata halal di Kabupaten Lombok Timur ?

3) Bagaimanakah indeks keberlanjutan pengembangan wisata halah di Kabupaten Lombok Timur?

4) Bagaimanakah arahan kebijakan pengembangan wisata halal di Kabupaten Lombok Timur?

1.3. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menggungkapkan,

dan mensintesiskan tentang :

1) Menzonasikan tingkat kesesuaian lahan untuk pengembangan wisata halal di Kabupaten Lombok Timur.

2) Mengevaluasi potensi pengembangan wisata halal di Kabupaten Lombok Timur.

3) Menentukan indeks keberlanjutan pengembangan wisata halal di Kabupaten Lombok Timur, dan

4) Mengembangkan arahan kebijakan pengembangan wisata halal di Kabupaten Lombok Timur.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Potensi dan Daya Tarik Pengembangan PariwisataPotensi pariwisata merupakan sesuatu yang dimiliki oleh suatu wisata

yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan dan dimiliki oleh setiap tempat wisata. Potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut (Mariotti dalam Yoeti, 1996:172). Sujali (dalam Amdani,

Page 240: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 5 217PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

2008) menyebutkan potensi wisata sebagai kemempuan dalam suatu wilayah yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk pembangunan, mencakup alam dan manusia serta hasil karya manusia itu sendiri. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi wisata adalah sesuatu yang dimiliki oleh tempat wisata yang yang merupakan daya tarik bagi para wisatawan untuk berwisata dan digunakan untuk mengembangkan industri wisata di daerah tersebut. Potensi pariwisata nasional yang dimanfaatkan menjadi objek dan daya tarik wisata dapat berupa keadaan alam, flora, fauna, kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah baik yang berwujud ide, kehidupan sosial maupun berupa benda hasil karya manusia yang perlu dijaga kelestariannya dalam rangka memperkukuh jati diri bangsa dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara (Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996).

Pariwisata yang berpotensi adalah pariwisata yang mempunyai daya tarik yang dapat menarik minat masyarakat untuk mengunjungi tempat wisata tersebut. Daya tarik tersebut dapat berupa keadaan alam sekitar tempat wisata maupun sarana prasarana yang ada yang dapat memberikan kenyamanan pada para pengunjung sehingga merasa betah berlama-lama di tempat wisata tersebut. Berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 2009 pengertian daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Menurut Undang-Undang tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata merupakan salah satu usaha dalam kepariwisataan. Usaha pariwisata yang lain meliputi kawasan wisata; jasa transportasi; jasa perjalanan; jasa makanan dan minuman; penyediaan akomodasi penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; penyelenggaraan pertemuan, perjalanan intensity, konferensi, dan pameran; jasa informasi pariwisata; jasa konsultan pariwisata; jasa pramuwisata; wisata tirta; dan spa. Hal-hal tersebut merupakan komponen-komponen yang ada dalam usaha kepariwisataan. Setiap wisatawan berhak memperoleh informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata agar wisatawan lebih mengenali tempat wisata yang dikunjungi dan supaya tidak merasa kecewa karena sudah mengetahui keadaan yang sebenarnya. Selain itu wisatawan juga berhak mendapat pelayanan kepariwisataan sesuai standar seperti perlindungan hukum, perlindungan hak pribadi, pelayanan kesehatan, serta perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang berisiko tinggi.

Page 241: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan218

Pemeliharaan, pengembangan, dan pelestarian asset nasional yang menjadi daya tarik wisata dan asset potensial yang belum tergali merupakan tanggung jawab pemerintah. Setiap wisatawan juga wajib menjaga dan melestarikan daya tarik yang dimiliki tempat wisata serta membantu menciptakan suasana aman, tertib, bersih, berperilaku santun, dan menjaga kelestarian lingkungan destinasi periwisata supaya kelestarian tempat wisata dapat terjaga dan tetap dikenal sampai generasi selanjutnya. Objek wisata memiliki daya tarik didasarkan atas sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih. Adanya aksebilitas untuk mudah dikunjungi, adanya spesifikasi yang berbeda dengan yang lain, terdapat sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. Pada objek alam, biasanya objek wisata alam dijadikan primadona kunjungan karena eksotik merangsang untuk menciptakan kegiatan tambahan, rekreatif dan reflektif, terapis dan lapang, faktor sejarah maupun aktraktifnya.

Daya tarik wisata diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi (Marpaung, dalam Mulyo, 2005):

1. Daya tarik wisata alamDaya tarik wisata alam bersumber dari kondisi alam yang ada termasuk

juga kedekatan dengan alam sekitar atau lingkungan seperti wisata pantai, wisata bahari, wisata alam pegunungan, wisata daerah liar dan terpencil, wisata taman dan daerah konservasi.

2. Daya tarik budayaDaya tarik budaya memiliki obyek yang bersumber dari kondisi sosial

budaya masyarakat ataupun peninggalan seperti kondisi adat istiadat masyarakat, kondisi sosial masyarakat, dan acara tradisional.

3. Daya tarik buatan manusia (termasuk artifisial/ khusus)Daya tarik buatan manusia ini merupakan daya tarik yang

mengembangkan sesuatu yang bersumber dari buatan manusia, atau termasuk sebagai daya tarik khusus seperti: Taman hiburan rakyat, festival-festival musik, festival tahunan atau lokasi ajang perlombaan (perahu, motor cros, dan lain-lain).

Page 242: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 5 219PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Pierce dalam Mulyo (2005) pariwisata mempunyai faktor-faktor yang dapat membentuk daya tarik yang dapat membuat para pengunjung terarik untuk mengunjungi suatu tempat wisata. Faktor-faktor yang dapat membentuk daya tarik dalam suatu tempat wisata, antara lain:

1. Atraksi wisata, yaitu daya tarik wisata utama suatu obyek wisata yang mempengaruhi minat pengunjung untuk menikmatinya.

2. Transportasi, yaitu sarana pencapaian ke tempat daerah tujuan wisata, hal ini berkaitan dengan kemudahan pencapaian dan tingkat aksesibilitas.

3. Akomodasi, yaitu pendukung kegiatan periwisata yang bertujuan memenuhi kebutuhan wisatawan untuk mendapatkan kenyamanan dan kepuasan.

4. Fasilitas penunjang, meliputi fasilitas umum seperti telepon umum, mushola/masjid, toilet, dan fasilitas lain.

5. Prasarana, seperti penerangan, air bersih, dan lain-lain.

Faktor pembentuk daya tarik wisata lain yang berfungsi untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata atau kawasan wisata, yang mendorong wisatawan untuk melakukan kunjungan wisata adalah (Yoeti dalam Mulyo, 2005):

1. Kenyamanan yang bersifat alami seperti iklim, bentuk tanah, pemandangan, hutan belukar, flora, fauna, serta pusat kesehatan.

2. Hasil ciptaan manusia. Faktor ini terbagi dalam dua bagian yaitu:

o Benda yang memiliki nilai sejarah dan keagamaan seperti monument sejarah, rumah adat, museum, art gallery, dan

o Kegiatan yang bersifat kebudayaan seperti acara tradisional pameran festival, upacara perkawinan, dan kesenian rakyat.

3. Tata cara hidup masyarakat secara tradisional yang dapat ditawarkan kepada wisatawan (kondisi sosial budaya masyarakat) yang menjadi daya tarik tersendiri dalam suatu pariwisata.

Faktor-faktor tersebut merupakan suatu potensi yang dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk datang berkunjung ke tempat wisata. Salah satu faktor pembentuk daya tarik wisata adalah transportasi yang merupakan faktor utama dalam suatu pariwisata karena transportasi merukanan sarana untuk menuju tempat wisata tersebut. Bila sistem transportasinya bagus

Page 243: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan220

maka wisatawan akan merasa nyaman bila berwisata disana begitu pula dengan sistem akomodasi maupun sarana pengunjang lain seperti tempat ibadah, toilet, dan prasarana seperti air bersih dan telepon umum.

2.2. Pariwisata PesisirKonsep pariwisata pesisir adalah pariwisata yang dapat memenuhi

kebutuhan wisatawan maupun daerah tujuan wisata masa kini, sekaligus melindungi dan mendorong kesempatan serupa di masa yang datang. Pariwisata mengarah pada pengelolaan seluruh sumberdaya sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial, estetika dapat terpenuhi sekaligus memelihara integritas kultural, proses ekologi essensial keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan (WTO, 1980).

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. Km. 67/Um.001/Mkp/2004 tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata menyatakan bahwa pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat di daerah tujuan saat ini dengan tetap menjaga dan meningkatkan kesempatan pemenuhan kebutuhan di masa yang akan datang. Pembangunan pariwisata berkelanjutan dicitrakan menjadi patokan dalam pengaturan sumberdaya sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika tercapai, dengan tetap menjaga integritas budaya proses-proses dan keanekaragaman hayati. Selanjutnya, pariwisata berkelanjutan dapat dicapai bila pertumbuhan yang selaras antara ekologi, ekonomi dan sosial serta instansi-instansi yang terkait (https://annisamuawanah.wordpress.com, 2016/4/03).

Dalam mengembangkan pariwisata bahari pada suatu wilayah, terdapat suatu konsep yang disebut sebagai Sustainable Coastal Tourism. Konsep tersebut membawa pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan atau kondisi pariwisata bahari pada masa yang akan datang. Definisi Sustainable Coastal Tourism juga dapat diartikan sebagai pengembangan pariwisata bahari berkelanjutan. Menurut World Tourism Organization (WTO), pariwisata adalah kegiatan seseorang yang bepergian ke atau tinggal di suatu tempat di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya (Sumber: www.ocean.si.edu), Sementara menurut MacIntosh and Goeldner (1986): Pariwisata bisa didefinisikan sebagai semua fenomena dan keterkaitan yang muncul karena interaksi wisatawan, bisnis penyedia jasa, pemerintah dan komunitas setempat, dalam proses mendatangkan

Page 244: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 5 221PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

wisatawan atau pengunjung. Selain itu, menurut UU Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Untuk mendukung perencanaan pengembangan pariwisata bahari diperlukan pencarian data sebagai tahap awal dalam analisis perencanaan pariwisata diperlukan komponen-komponen pariwisata. Komponen-komponen wisata dapat dikelompokkan sebagai berikut (Sumber: www.file.upi.id):

a. Akomodasi, akomodasi yang dimakasud adalah berbagai jenis fasilitas yang menunjang wisata bahari tersebut, seperti hal-nya hotel ataupun fasilitas lain yang berhubungan dengan pelayanan. Akomodasi sangat berpengaruh terhadapa seberapa besar pariwisata diminati oleh para wisatawan yang berkunjung pada tempat wisata tersebut.

b. Fasilitas dan pelayanan transportasi, yang meliputi transportasi yang digunakan untuk menuju kawasan wisata dengan memberikan fasilitas serta pelayanan transportasi yang terkait dengan kemudahan aksesbilitas dari dan menuju tempat wisata bahari itu sendiri.

c. Infrastruktur, yang meliputi penyediaan listrik, air bersih, jaringan telekomunikasi, dan lain sebagainya.

d. Elemen kelembagaan, yang diperlukan untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata. Elemen tersebut menunjukkan kerjasama antara pihak pemerinta, swasta maupun masyarakat dalam membangun tempat wisata agar dpaat mendukung perkembangan perekonomian wilayah dan sekitarnya.

Rencana pengembangan kawasan bahari harus dikaitkan dengan berbagai kepentingan yang mendasar, yaitu pemberdayaan masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang memiliki banyak pengetahuan tentang kondisi obyektif wilayahnya, oleh Karena itu dalam pengembangan kawasan wisata bahari, senantiasa hendaknya di mulai pendekatan terhadap masyarakat setempat sebagai suatu model pendekatan perencanaan partisipatif yang menempatkan masyarakat pesisir memungkinkan saling berbagi, meningkatkan dan menganalisa pengetahuan mereka tentang bahari dan kehidupan pesisir, membuat rencana dan bertindak.

Page 245: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan222

3. Konsep Sustainable Coastal TourismMasyarakat pesisir adalah masyarakat yang tidak dapat dipisahkan

dari kehidupannya di sepanjang hari dengan kehidupan yang dihasilkan oleh laut. Laut adalah tempat dimana mereka mengelola kehidupannya, mengembangkan kreativitas dan inovasi untuk mengoptimalkan potensi kelautan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari mereka dalam berperan serta baik dalam konservasi lingkungan, pemanfaatan lingkungan dan pengelolaan lingkungan. Pemanfaatan secara optimal terhadap potensi kelautan, tidak berarti melupakan faktor yang sangat penting bagi nilai pengembangan kawasan wisata bahari yang berkelanjutan, yaitu upaya perbaikan terhadap kawasan yang rusak dan keanekaragaman potensinya telah berkurang. Pengembangan kawasan wisata bahari adalah satu bentuk pengelolaan kawasan wisata yang berupaya untuk memberikan manfaat terutama bagi upaya perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan potensi dan jasa lingkungan.

Konsep wisata bahari juga di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Konsep pariwisata berkelanjutan juga memperhatikan kebutuhan saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan (hidup) generasi penerus di waktu yang akan datang. Konsep suistainable coastal tourism juga didasarkan pada bentuk pengembangan ekonomi yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal, memberikan image yang positif bagi wisatawan, pemeliharaan kualitas lingkungan hidup yang tergantung dari sikap masyarakat lokal dan wisatawan. Konsep tersebut juga mengacu pada penggunaan secara maksimal dari suatu daya tarik wisata tanpa mengakibatkan kerusakan sumber-sumber yang ada, yang dapat mengurangi kepuasan turis atau menambah masalah sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal. Oleh sebab itu, lingkungan yang ada harus dijaga baik dikarenakan daya dukung (carring capacity) adalah kunci bagi pengembangan kepariwisataanyang dapat bertahan lama (sustainable tourism). Selain itu, konsep tersebut juga berkaitan dengan hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dikelola dengan baik agar lingkungan hidup dapat bertahan untuk jangka panjang dan kegiatan pariwisata tidak boleh membawa dampak yang tidak diharapkan.

Page 246: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 5 223PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

4. Metode Penelitian

4.1. Tempat dan Lokasi PenelitianPenelitian ini akan dilakukan di Provinsi Nusatenggara Barat. Lokasi

penelitian dipusatkan di Kabupaten Lombok Timur, secara geografis terletak pada 1160 – 1170 Bujur Timur dan 80 – 90 Lintang Selatan. Kabupaten Lombok Timur memiliki objek wisata yang memiliki potensi alam dan juga potensi sosial budaya. Di samping itu pantai ini juga salah satu destinasi wisata halal yang mulai dikenal di Indonesia bahkan mancanegara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2017.

4.2. Bahan PenelitianDalam penelitian ini membutuhkan beberapa bahan, antara lain:

a) Peta lokasi penelitian skala 1 : 50.000

b) Peta penggunaan lahan skala 1 : 50.000

c) Peta arus laut skala 1 ; 50.000

d) Peta sebaran terumbu karang skala 1 ; 50.000

e) Peta topografi laut skala 1 ; 50.000

f) Data jumlah kungjungan wisata

g) Data jumlah penduduk

4.3. Teknik Penelitian

4.4.1. Evaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan wisata halalMenurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) kelas kesesuaian lahan

untuk objek wisata pantai dapat dibedakan atas empat kategori, yaitu: sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3), dan tidak sesuai (N). Zona sangat sesuai (S1) merupakan kawasan yang sangat sesuai untuk kawasan objek wisata pantai dan tidak memiliki faktor pembatas. Zona sesuai (S2) merupakan lahan memiliki faktor pembatas cukup berat dan membutuhkan perbaikan untuk dapat dimanfaatkan untuk kawasan objek wisata pantai. Selanjutnya, zona sesuai marjinal (S3) merupakan lahan yang memiliki faktor pembatas sangat berat dan membutuhkan biaya yang mahal dalam perbaikan untuk dapat dimanfaatkan sebagai kawasan objek wisata pantai. Sedangkan zona tidak sesuai (N) merupakan lahan yang memiliki faktor pembatas sangat berat dan tidak dapat dilakukan perbaikan.

Page 247: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan224

Kesesuaian lahan untuk kawasan pariwisata menggunakan kriteria yang digunakan USDA (1971), Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), Aklibasinda dan Bulut (2014) yaitu: kecerahan perairan, tipe pantai, kedalaman pantai, subtrat, kecepatan arus, tutupan karang hidup, rawan bencana, dan aksesbilitas. Masing-masing kriteria dibedakan menjadi sub kriteria. Skor ditentukan hasil perkalian antara bobot kriteria dengan harkat sub kriteria. Tabel 4.1 merupakan kriteria yang digunakan untuk penentuan kesesuaian lahan untuk kawasan pariwisata.

Tabel 4.1. Kriteria kesesuaian lahan untuk kawasan wisata pantai

Kriteria/Bobot Sub kriteria Harkat Skor

Kecerahan perairan (15) 15-2010-155-10<5

4321

60453015

Tipe pantai (15) Pasir landaiPasir berkarangPasir, berkarang dan agak terjalPantai batukarang terjal

4321

60453015

Kedalaman pantai (15) 0-3 meter3-5 meter5-10 meter>10 meter

4321

60453015

Substrat (10 ) PasirKarang berpasirPasir berlumpurLumpur

4321

40302010

Kecepatan arus (10) 0-0,17 meter/detik0,17-0,34 meter/detik0,34-0,51 meter/detik>0,51 meter/detik

4321

40302010

Tutupan karang hidup (5) >70 persen50-70 persen20-50 persen< 20 peren

4321

2015105

Page 248: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 5 225PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Rawan bencana (15) Sangat rendahRendahSedangTinggiSangat tinggi

54321

7560453015

Aksesbilitas (10) Sangat mudahMudahCukup mudahSulitSangat sulit

54321

5040302010

Sumber : USDA (1971), Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), Aklibasinda dan Bulut (2014).

Untuk menentukan kelas interval zonasi kesesuaian lahan untuk kawasan wisata pantai digunakan persamaan 1 , yaitu:

k

bcI −= ......................................... (1)

Keterangan :

I = besar jarak interval kelas

c = jumlah skor tertinggi

b = jumlah skor terendah

k = jumlah kelas yang diinginkan

Berdasarkan Tabel 1, total skor tertinggi adalah 405, sedangkan total skor terendah yakni sebesar 95. Jumlah kelompok kelas yang akan ditentukan sebanyak empat kategori yakni sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3), dan tidak sesuai (N). Maka diperoleh interval kelas sebesar 78. Tabel 4.2. disajikan kelas kesesuaian lahan untuk kawasan wisata pantai.

Tabel 4.2. Kelas kesesuaian untuk kawasan wisata pantai

Kelas kesesuaian Kelas interval Indeks kesesuaian untuk kawasan wisata pantai

Sangat sesuai (S1) 330-405 Zona wisata pantai sangat sesuai

Sesuai (S2) 252-329 Zona wisata pantai sesuai

Sesuai marjinal (S3) 173-251 Zona wisata pantai sesuai marjinal

Tidak sesuai (N) 95-172 Zona wisata pantai tidak sesuaiSumber : USDA (1971), Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), Aklibasinda dan Bulut (2014).

Page 249: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan226

4.4.2. Potensi Pengembangan Wisata Halal Untuk menentukan indeks penilaian potensi pengembangan ditentukan

berdasarkan pendapat pakar dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Pakar akan menentukan penilaian yang berdasarkan skala 1 sampai 9 secara perbandingan berpasangan (pairwise comparision). Menurut Saaty (1983), Marimin dan Maghfiroh (2010) skala 1 sampai 9 definisi pendapat pakar dalam skala perbandingan ada pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Kriteria penilaian dalam AHP

Nilai Keterangan

1 A sama penting dengan B

3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangat jelas lebih penting dari B

9 A mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Sumber: Saaty (1983), Marimin dan Maghfiroh (2010)

Kriteria yang akan digunakan untuk menentukan indeks potensi pengembangan kawasan wisata pantai, yaitu: penerimaan masyarakat, ketersediaan sarana pariwisata, aktraksi budaya, dukungan industri pariwisata, dan dukungan pemerintah. Pakar yang akan dijadikan expert berasal dari beberapa golongan, yaitu: Dinas Pariwisata, Perguruan Tinggi, tokoh masyarakat, palaku industri pariwisata, LSM, tokoh agama, dan Bappeda. Jumlah pakar sebanyak 25 orang pakar.

Untuk menganalisis menggunakan software Expert Choice 2011. Selain itu, Marimin dan Magfiroh (2010) dan Umar (2016) menyatakan nilai consistency ratio (CR) yang dapat diterima yakni kurang dari 0,1. Gambar 3.1. disajikan struktur hierarki potensi pengembangan wisata pantai di Kota Padang. Hasil penilaian pakar terhadap indeks prioritas pengembangkan objek wisata pantai disajikan pada Tabel .4.4

Tabel 4.4. Indeks penilaian pakar

Kelas Indeks Interval Keterangan

Tinggi >0,25 Sangat bagus dikembangkan

Sedang 0,15-0,25 Cukup bagus untuk dikembangkan

Kurang <0,15 Tidak bagus untuk dikembangkanSumber : Umar (2017)

Page 250: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 5 227PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

Indek Potensi Pengembangan Wista Pantai Di Kota Padang

Penerimaan masyarakat

Sarana penunjang pariwisata

Aktraksi budaya

Dukungan industri

pariwisata

Dukungan pemerintah

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4

Alternatif 1 = pantai Pasir JambakAlternatif 2 = pantai Muoro LasakAlternatif 3 = pantai Muoaro PadangAlternatif 4 = pantai Bungus (Karolin)

Goal/tujuan

Kriteria

Alternatif

Gambar 4.1. Struktur hierarki potensi pengembanga wisata

Penentuan zona prioritas pengembangan objek wisata pantai di Kabupaten Lombok Timur berdasarkan pada model yang dikembangkan Umar (2017), penentuan prioritas pengembangan objek wisata dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan untuk objek wisata dan indeks potensi pengembangan objek wisata. Kawasan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan sebagai objek wisata yakni zona sangat sesuai (S1) dan memiliki indeks potensi pengembangan wisata hasil penilaian pakar dengan kelas indeks tinggi. Oleh karena itu untuk menentukan prioritas pengembangan kawasan digunakan persamaan 2.

Pr = Kow x Ppw ................................... (2)

Keterangan :

Pr = prioritas pengembangan objek wisata

Kow = skor kesesuaian lahan untuk objek wisata

Ppw = skor indeks potensi pengembangan objek wisata

4.4.3. Indeks Keberlanjutan Wisata Halal Untuk menentukan analisis keberlanjutan wisata pantai menggunakan

metode multi dimention scaling (MDS). Dalam penentuan analisis keberlanjutan melibatkan sebanyak 20 orang pakar yang berasal dari berbagai instansi dan disiplin ilmu, yaitu: Dinas Pariwisata, pemuka adat, tokoh agama, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pusat kajian lingkungan hidup, dan

Page 251: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan228

pelaku industri. Dimensi yang menjadi ukuran keberlanjutan dibedakan atas tiga yaitu: ekonomi, ekologi, dan sosial. Masing-masing dimensi dikembangkan menjadi indikator dan dinilai menggunakan skala liker. Dalam skala liker masing-masing indikator dinilai dalam lima tingkatan, yaitu:

(1) Sangat baik (SB) = 5

(2) Baik (B) = 4

(3) Sedang (S) = 3

(4) Kurang (K) = 2

(5) Sangat kurang (SK) = 1

Tabel 4.5. Dimensi analisis keberlanjutan pengembangan wisata pantai.

Dimensi IndikatorPenilaian

SB B S K SK

Ekonomi Pendapatan masyarakat 5 4 3 2 1

Penyerapan tenaga kerja 5 4 3 2 1

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 5 4 3 2 1

Industri pariwisata 5 4 3 2 1

Sosial Nilai dan norma masyarakat 5 4 3 2 1

Pengembangan budaya masyarakat 5 4 3 2 1

Interaksi dalam masyarakat 5 4 3 2 1

Lembaga dalam masyarakat 5 4 3 2 1

Ekologi Perubahan bentuk pantai 5 4 3 2 1

Kondisi terumbu karang 5 4 3 2 1

Kondisi vegetasi pantai 5 4 3 2 1

Perlindungan kerusahan lahan 5 4 3 2 1

Manajemen limbah pengunjung objek wisata 5 4 3 2 1Sumber : Umar (2017)

Penentuan indeks keberlanjutan masing-masing dimensi digunakan persamaan 1.

Kb= n/N x 100 ................................... (3)

Keterangan :

Kb = tingkat keberlanjutan

n = total skor dimensi

N = total skor maximum

Page 252: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Lampiran 5 229PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

DAFTAR PUSTAKAAklibasinda, M., dan Bulut, Y. 2014. Analysis of terrains suitable for

tourism and recreation by using geographic information system (GIS). Environmental Monitoring and Assessment, 186(9): 5711-5720.

Badan Pusat Statistik [BPS]. 2016. Indonesia dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Endarto, D., 2008. Pengantar Geomorfologi Umum. Penerbit Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Perctakan UNS (UNS Press). Surakarta.

Hawkes, S., Williams, P., & Penrose, R., 1998. Tourism industry perspectives on the cariboo-chilcotin CORE process. Environments, 25 (2): 48-51.

Hermawan, D., dan Paratdina, G., 2015. Model Implemetasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata dalam Meningkatkan Destinasi Pariwisata di Kabupaten Bogor. Jurnal Sosial Humaniora, 6 (2): 94-103.

Hermon, D., 2017. Mitigasi Perubahan Iklim. Rajawali Pers. Jakarta

Hary, H., (2016). Dampak Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran Terhadap Sosial Budaya Masyarakat Lokal di Jurnal Snipek Universitas BSI Bandung.

Masron, T., Mohamed, B., dan Marzuki, A., 2015. Gis Base Tourism Decision Support System For Langkawi Island, Kedah, Malaysia. Theoretical and Empirical Researches in Urban Management, 10(2): 21-35.

Marimin, dan Maghfiroh, N., 2010 . Aplikasi Teknik Pengambil Keputusan dan Manajemen Rantai Pasok. IPB Press. Bogor.

Mulyono, A., (2008). Studi Partisipasi Masyarakat Pada Program Desa Mandiri Pangan di Desa Muntuk, Kabupaten Bantul. Semarang.

Mulyo, Agung. Pengantar Ilmu Kebumian. Bandung: Aksara.

Oktaviyanti, S.S., (2013). Dampak Sosial Budaya Interaksi Wisatawan dengan Masyarakat Lokal di Kawasan Sosrowijayan. Jurnal Pariwsiata Nasional UGM Yogyakarta Volume 5(3) (201 - 208).

Primadany, S. R., Mardiyono, dan Riyanto. 2014. Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata Daerah. Jurnal Administrasi Publik (JAP), 1(4) : 135-143.

Rukmini, A., 2010. Mutu Kuliner Kraton, Aset Pariwiata Kota Yogyakarta. Jurnal Penelitian Bappeda Yogyakarta, 5(1) : 37-44

Page 253: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan230

Unga, K. L., Benyamin, I. M., dan Al, R. 2010. Stratege Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Banda. Jurnal Administrasi Publik (JAL), 1 (3) : 1-10.

Umar, I., Widiatmaka, Pramudya , B., dan Barus, B., 2017. Prioritas Pengembangan Kawasan Permukiman pada Wilayah Rawan Banjir Di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. Majalah Ilmiah Globe , 19 (1): 1-10.

Umar, I., 2017. Prioritas Pengembangan Objek Wisata Pantai Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Tata Loka (proses reviu).

Yoeti, O.A., 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.. Pradnya Paramita. Jakarta.

-----------, O.A., 1996. Pemasaran Pariwisata. Angkasa: Bandung

Wawan, K., (2015). Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Pariwisata Umbul Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Penelitian (Unnes) Semarang.

Zhang, J. 2013. The issues facing the sustainable development of rural tourism and the path selection. Asian Agricultural Research , 5 (9): 5-7.

Page 254: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Biodata Penulis 231

ISWANDI U. Lahir di Kota Padang pada tanggal 18 April 1977 sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Umar (Alm) dengan Ibu Hasni (Alm). Menikah dengan Hilda Handayani, ST, M.Si dan dikaruniai seorang anak Kanaka Kastara Iswandi.

Penulis menempuh pendidikan S1 di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang, lulus tahun 2001.

Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Tahun 2013-2016 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S3 pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa BPPDN.

Tahun 2002 – 2009 merupakan staf pengajar pada Yayasan Prayoga Padang. Semenjak tahun 2009 sampai sekarang penulis bekerja sebagai Staf Pengajar pada Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. Selain itu, penulis juga dimintak sebagai dosen luar biasa di STKIP PGRI Sumatera Barat pada periode 2010-2013 dan dosen luar biasa di Universitas Muhamadiyah Sumatera Barat pada periode 2010-2012.

BIODATA PENULIS

Page 255: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan232

Penulis telah mengeluarkan buku Ekologi dan Ilmu Lingkungan diterbitkan UNP Press tahun 2012 dengan ISBN 978-602-8819-47-3. Selain itu, beberapa penelitian yang telah dilakukan penulis antara lain :

(1) Analisis koversi lahan pertanian menjadi non pertanian Di Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2001.

(2) Dampak koversi lahan pertanian menjadi non pertanian terhadap lingkungan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat tahun 2009.

(3) Degrdasai lahan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat tahun 2010

(4) Kajian dinamika penduduk Di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat tahun 2011.

(5) Mitigasi bencana banjir pada kawasan permukiman Di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat tahun 2016.

(6) Model kebijkan pengelolaan zona rawan banjir di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2017

(7) Arahan prioritas pengembangan kawasan permukiman pada zona rawan bencana di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2017

(8) Permodelan dinamis pertumbuhan penduduk dan dampaknya terhadap kualitas lingkungan serta arahan kebijkan pengelolaan lingkungan berkelanjutan tahun 2017

Selain itu, penulis aktif dalam workshop tentang arahan kebijakan dengan pendekatan AHP, ISM, SWOT, MDS, dan Sistem Dinamik. Artikel ilmiah internasional dan terakreditasi nasional yang penulis pulikasikan antara lain: a) Artikel yang berjudul “Delineation of Flood Hazard Zones by Using a Multi Criteria Evaluation Approach in Padang West Sumatera Indonesia” telah diterbitkan pada Journal of Enviroment and Earth Science Vol 4 No 3(2016) ISSN 2224-3216 (Paper) ISSN 2225-0948 (Online); b) Artikel lain yang berjudul “ Institutional Hierarchy of Flood Mitigation for Settlement Areas in Padang, West Sumatera, Indonesia” proses terbit pada Journal of Public Policy and Administration Research ISSN 2224-5731 (Paper) ISSN 2225-0972 (Online); c) Jurnal lain dengan judul“Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Kawasan Permukiman Dengan Metode Multi Criteria Evaluation Di Kota Padang/Evaluation for Suitability Land of Settletment Area by Using Multi Criteria Evaluation Method in Padang” pada Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL); dan d) Artikel dengan judul” Prioritas Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Zona Rawan Banjir di Kota Padang” pada Jurnal Majalah Ilmiah Globe.

Page 256: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

Biodata Penulis 233PENDEKATAN SISTEM Dalam Ilmu Sosial, Teknik, dan Lingkungan

INDANG DEWATA Lahir di Candung Kabupaten Agam tanggal 18 November 1965. Lulus sarjana (S2) Kimia Universitas Andalas (UNAND) tahun 1984, kemudian melanjutkan Magister (S2) Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia tahun 1992, dan tahun 2009 menyelesaikan program Doktor (S3) Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia.

Tahun 1991 lulus menjadi dosen (PNS) pada Universitas Jambi, dan semenjak tahun 1997 pindah ke IKIP Padang (UNP) pada program studi Pendidikan Kimia. Pada tahun 2008 tegabung pada staf Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Penulis pernah menjabat sebagai kepala Bappedalda Kota Padang periode 2005-2011 dan kepala Dinas Pendidikan Kota Padang periode 2011-2014. . Kepala PPKLH Universitas Negeri Padang periode 2015-2019. Selain itu, penulis juga menjadi Pusat Penelitian Kependudukan dan lingkungan Hidup Universitas Indonesia periode 2015 sampai sekarang. Selama berkarir dalam penulis pernah mendapatkan penghargaan Setya Lencana Pramuka dari Gubenur Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013

Beberapa penelitian yang pernal dilakukan antara lain:

1. Study on The Air Quality Improvement Analysis By New Emission Regulation of Vehicle tahun 2004

2. PengendalianLimbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit Di Propinsi Sumatera Barat (Suatu Kajian Penerapan Minimisasi Limbah Cair, Aplikasi Lahan Berdasarkan Analisis Biaya dan Manfaat) tahun 2008.

3. Mitigasi Efek Rumah Kaca (ERK) Dari Sumber Tidak Bergerak dan Bergerak di Kota Padang tahun 2009

4. Studi Kompresipitasi Zn+2 Mengggunakan Al(OH)3 sebagai Kompresipitan tahun 2013.

5. Studicoprecipitation Logam-Logam Berat Dalam Sampel Perairan Mengunkan Al(OH)3 Sebagai Comprecipitan tahun 2014.

6. Analisis Logam Pb dalam Perairan Sungai Batang Arau dengan Mengunakan metoda ComprecipitanAl(OH)3 di Kota Padang tahun 2015.

7. Aplikasi Neomaterial akrilit sebagai Bahan Sensor Formaldehid untuk Deteksi Cepat Formalin dalam Udang ( Macrobrachium Rosenbergii) tahun 2017.

Page 257: repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/15569/6/indang dewata buku... · 2020. 8. 27. · Pendidikan Geografi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Program Doktor Ilmu Lingkungan. Oleh

[Halaman ini sengaja dikosongkan]