8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian a. Biodata Penyakit kusta paling sering terjadi di daerah dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah dan insidennya cenderung meningkat pada daerah tropis/ sub tropis. Kaji pula secara lengkap jenis pekerjaan klien, resiko trauma pekerjaan dan kemungkinan kontak dengan penderita kusta. b. Keluhan utama `Klien sering datang ke tempat pelayananan kesehatan dengan keluhan adaya bercak putih yang tidak terasa atau keluhan kontaktur pada jari-jari c. Riwayat penyakit sekarang Kaji pada klien kapan timbul keluhan dan bagaimana proses perubahannya baik warna kulit maupun keluhan lainnya. Pada kasus yang lain dapat ditemui keluhan lain semisalnya gatal, nyeri, paas, atau rasa tebal. Kaji apa klien pernah mengalami pemeriksaan laboratorium, hal ini untuk mengetahui apakah klien pernah menderita penyakit tertentu sebelumnya. Kemudian, pengobatan apa yang pernah dijalani oleh klien sebelumnya karena reaksi obat juga menimbulkan perubahan warna kulit dan reaksi alergi lain. Apabila sudah pernah minum obat, kaji lagi lebih detail jenis obat dan keteraturan minum obat. d. Riwayat penyakit dahulu Salah satu penyebab penyakit kusta selain adanya bakteri M. Leprae juga dikarenakan daya tahan tubuh yang menurun. e. Riwayat penyakit keluarga Sebenarnya penyakit kusta bukanlah penyakit keturunan yang diturunkan pergenerasi atapun karier. Namun, perlu dikaji apakah keluarga ada yang menderita penyakit yang

Diagnosa Keperawatan lepra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gratisssss dari keperawatan unair

Citation preview

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN3.1 Pengkajiana. BiodataPenyakit kusta paling sering terjadi di daerah dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah dan insidennya cenderung meningkat pada daerah tropis/ sub tropis. Kaji pula secara lengkap jenis pekerjaan klien, resiko trauma pekerjaan dan kemungkinan kontak dengan penderita kusta.

b. Keluhan utama`Klien sering datang ke tempat pelayananan kesehatan dengan keluhan adaya bercak putih yang tidak terasa atau keluhan kontaktur pada jari-jari

c. Riwayat penyakit sekarangKaji pada klien kapan timbul keluhan dan bagaimana proses perubahannya baik warna kulit maupun keluhan lainnya. Pada kasus yang lain dapat ditemui keluhan lain semisalnya gatal, nyeri, paas, atau rasa tebal. Kaji apa klien pernah mengalami pemeriksaan laboratorium, hal ini untuk mengetahui apakah klien pernah menderita penyakit tertentu sebelumnya. Kemudian, pengobatan apa yang pernah dijalani oleh klien sebelumnya karena reaksi obat juga menimbulkan perubahan warna kulit dan reaksi alergi lain. Apabila sudah pernah minum obat, kaji lagi lebih detail jenis obat dan keteraturan minum obat.

d. Riwayat penyakit dahuluSalah satu penyebab penyakit kusta selain adanya bakteri M. Leprae juga dikarenakan daya tahan tubuh yang menurun.

e. Riwayat penyakit keluargaSebenarnya penyakit kusta bukanlah penyakit keturunan yang diturunkan pergenerasi atapun karier. Namun, perlu dikaji apakah keluarga ada yang menderita penyakit yang sama . Karena karakteristik penyakit kusta adalah penyakit yang continous atau berkelanjutan, intim dimana menular melalui kontak yang dekat dan berkepanjangan dimana orang yang beresiko tertular biasanya adalah orang yang sering kontak secara langsung dengan klien.

f. Riwayat psikososialPada masyarakat kita sering kali penyakit kusta dianggap sebagai penyakit yang menjijikkan dan memalukan. Paradigma ini muncul dikarenakan penderita kusta dapat mengalami kecacatan ataupun deformitas. Hingga perlu dikaji bagaimana konsep diri klien dan anggapan klien terhadap penyakit yang menimpanya serta respon keluarga/ masyarakat terhadap klien.

g. Pemeriksaan fisika) InspeksiKaji adanya ruam, hipopigmentasi, serta eritematosa dengan permukaan yang kasar atau licin dengan batas yang kurang jelas. Pada tipe tuberkuloid dapat ditemukan gangguan saraf kulit yang disertai dengan penebalan syaraf, adanya nyeri tekan akibat jaringan fibrosa, anhidrasi, dan kerontokan rambut pada tipe lepromatus, dijumpai hidung pelana dan wajah singa. Selain itu kaji juga adanya kelainan otot berupa artrofi disuse otot yang ditandai dengan kelumpuhan otot.Diikuti dengan adanya kekakuan sendi atau kontraktur sehingga terjadi clow hand, drop foot dan drop hand. Kaji juga adanya osteomilitis serta pemendekan kerusakan tulang. Periksa kelainan mata akibat kelumpuhan. Inspeksi mata kering kereatitis ulkus kornea iritis iridoskilitik dan berakhir dengan kebutaan.

b) PalpasiTemukan adanya penebalan serabut syaraf, macula anastetika pada tipe T dan macula non anastetika pada tipe L. Serta permukaan yang kering dan kasar.

h. Pemeriksaan penunjanga) Uji kulitPenggunaan jarum untuk mengertahui adanya rasa sakit dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan area yang lebih terasa nyeri. Lalu kaji adanya rasa pada kulit dengan disentuh kapas atau bulu ayam. Jika tidak bisa, lakukan dengan reaksi suhu.b) Uji keringatUji ini dilakukan dengan menggores lesi dengan pensil tinta mulai dari beberapa cm dari arah dalam keluar. Hasilnya, akan terjadi perubahan warna ungu sedangkan di area lesi tidak berubah warna. Pada uji ini ditemukan anhidrosis karena rusaknya kelenjar keringat.c) Uji leprominUntuk menentukan diagnosis dan klasifikasi kusta. Pada tipe 1, uji T dan BT uji lepromin positif. Sedang tipe BB, BL dan LL uji leprominnya negative.3.2 Diagnosa & Intervensi Keperawatan Teoritis 3.2.1 Diagnosa Keperawatan1. Kerusakan integritas kulit: lesi yang berhubungan dengan perubahan sensasi2. Perubahan gangguan persepsi / sensori visual b.d perubahan integrasi sensori3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular sekunder kelumpuhan otot4. Gangguan citra tubuh b.d penyakit5. Isolasi sosial b.d perubahan penampilan fisik6. Resiko cedera b.d anestesi/ hilang rasa sakit sekunder neuritis 3.2.2 Intervensi KeperawatanDiagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit: lesi yang berhubungan dengan perubahan sensasi

Tujuan/ Kriteria HasilIntervensi

NOC :a. Dalam waktu 3x24 jam suhu, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna jaringan kulit pasien ada dalam rentang yang diharapkan

b. Pasien/ keluarga menunjukkan rutinitas perawatan kulit yang optimal NIC :1. Pengkajiana. Kaji karakteristik lesi (lokasi, luas, dalam, jaringan nekrotik) dan kondisi sekitar lesi2. Intervensia. Lakukan perawatan luka secara rutin dan tindakan control infeksib. Ajarkan pada pasien/ anggota keluarga tentang prosedur perawatan luka3. Kolaborasia. Lakukan advis dokter untuk memberikan obat sesuai dosisb. Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin

Diagnosa Keperawatan : Perubahan gangguan persepsi / sensori visual b.d perubahan integrasi sensori

Tujuan/ Kriteria HasilIntervensi

NOC :a. Pasien akan berinteraksi secara sesuai dengan orang lain dan lingkungan

b. Pasien mampu mengkompensasi deficit sensori dengan memaksimalkan indra yang tidak rusakNIC :1. Pengkajiana. Identifikasi factor yang berpengaruh terhadap gangguan persepsi/ sensorib. Pantau adanya barang-barang yang membahayakan di lingkungan2. Intervensia. Identifikasi diri anda ketika memasuki area pasienb. Jangan memindahkan barang-barang disekitar pasien tanpa sepengetahuan pasienc. Tingkatkan pengelihatan pasien yang masih tersisa, jika diperlukan3. Kolaborasia. Adakan terapi okupasi rujukan, bila diperlukan

Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular sekunder kelumpuhan otot

Tujuan/ Kriteria HasilIntervensi

NOC :a. Pasien akan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan alat bantuNIC :1. Pengkajiana. Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan di rumah dan kebutuhan akan peralatan pengobatan yang tahan lamab. Kaji kebutuhan pasien akan pendidikan kesehatanc. Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan/ meningkatkan mobilitas sendi dan otot2. Intervensia. Berikan penguatan positif selama aktivitasb. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur dan mekanika tubuh yang benar saat melakukan aktifitasc. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif/ pasif untuk mempertahankan/ memperkuat ototd. Dukung pasien dan keluarga untuk memandang keterbatasan dengan realistis3. Kolaborasia. Rujuk ke ahli terapi fisik untuk program latihan

Diagnosa keperawatan : Gangguan citra tubuh b.d penyakit

Tujuan/ Kriteria HasilIntervensi

NOC :a. Pasien akan mengidentifikasi kekuatan personal

b. Pasien mampu memelihara hubungan sosial yang dekat dan hubungan personalNIC :1. Pengkajiana. Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang tubuh pasienb. Tentukan harapan pasien tentang gambaran tubuh pasien sesuai dengan tahap perkembanganc. Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin dan usia dari orang penting bagi pasien menyangkut citra tubuh2. Intervensia. Dengarkan psien / keluarga secara aktif dan akui realitas adanya perhatian terhadap perawatan, kemajuan dan prognosisb. Beri perawatan dengan cara tidak menghakimi, pelihara privasi dan martabat pasienc. Identifikasi cara-cara untuk mengurangi dampak dari segala kesalahan penggambaran memalui berpakaian, kosmetik, atau sesuai kebutuhannya3. Kolaborasia. Rujuk pada pelayanan sosial untuk merancanakan perawatan dengan pasien / keluargab. Tawarkan untuk melakukan panggilan pada sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk pasien/ keluarga

Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial b.d perubahan penampilan fisik

Tujuan/ Kriteria HasilIntervensi

NOC :a. Pasien mampu mengidentifikasi dan menerima karakteristik pribadi atau perilaku yang mempengaruhi isolasi sosial

b. Mulai berhubungan dengan orang lain

c. Mengembangkan keterampilan sosial yang dapat mengurangi isolasiNIC :1. Pengkajiana. Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang mempengaruhi pada perasaan isolasi sosial2. Intervensia. Kurangi stigma isolasi dengan menghormati martabat pasienb. Dukung usaha-usaha pasien, keluarga, dan teman-teman untuk berinteraksic. Dukung hubungan dengan orang lain yang memiliki ketertarikan dan tujuan yang samad. Berikan uji pembatasan interpersonale. Beri umpan balik tentang peningkatan dalam perawatan penampilan diri atau aktivitas lainnya

Diagnosa keperawatan : Resiko cedera b.d anestesi/ hilang rasa sakit sekunder neuritis

Tujuan/ Kriteria HasilIntervensi

NOC :a. Pasien / keluarga akan mampu mengidentifikasi resiko yang meningkatkan kerentanan terhadap cedera

b. Pasien dapat menghindari cedera fisikNIC :1. Pengkajiana. Identifikasi factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan yaitu deficit sensorik/ motorikb. Identifikasi factor lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh/ cedera2. Intervensia. Jangan lakukan perubahan yang tidak diperlukan dilingkungan fisik (misalnya penempatan mebel)b. Yakinkan bahwa pasien menggunakan sepatu yang sesuai (misalnya, haknya tidak tinggi dan tali terikat aman)c. Sediakan alat bantu berjaland. Gunakan alat pemanas dengan hati-hati pada pasien dengan deficit sensori untuk mencegah luka bakar3. Kolaborasia. Rujuk pada kelas pendidikan pada komunitas