23
BAB VIII DIAGNOSIS MIKOLOGI Mikologi kedokteran adalah ilmu yang mempelajari tentang jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Jamur termasuk tumbuhan filum talofita yang tidak mempunyai akar, batang dan daun. Jamur tidak bisa menghisap makanan dari tanah dan tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa mencerna makanan sendiri oleh karenanya hidup sebagai parasit atau saprofit pada organisme yang lain. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 200.000 spesies jamur tetapi hanya 50 spesies yang pathogen pada manusia, yaitu ; 20 spesies menyerang kulit 20 spesies menyerang subkutis 18 spesies menyerang alat dalam atau sistemik 8.1 Morfologi Jamur Morfologi jamur dibedakan berdasarkan bentuk koloninya, Ragi (yeast) menghasilkan koloni yang kompak, seperti krim (teksturnya), dan lembab pada permukaan medium agar. Sedangkan jamur berfilamen atau kapang (mold) menghasilkan koloni yang berserat seperti kapas, atau seperti tepung. Beberapa jamur patogen memiliki bentuk hidup sebagai ragi dan jamur berfilamen, disebut dimorfik. Dimorfisme bentuk hidup dapat bersifat tergantung pada perubahan suhu lingkungan. Bentuk kapang terbentuk pada suhu 25-30 o C, sedangkan bentuk ragi dibentuk pada suhu mencapai 35-37 o C. 8.1.1. Ragi (Yeasts) Ragi merupakan mikroorganisme uniselular, berbentuk bulat hingga oval, berukuran antara 2 – 60 µm. Sel-sel ragi dapat bereproduksi secara aseksual dengan membentuk tunas, dan secara seksual dengan membentuk askospora atau basidiospora. Parameter yang digunakan untuk dapat memebdakan jenis ragi adalah ukuran, keberadaan kapsul, dan mekanisme pembentukan tunas (budding). Umumnya ragi merupakan anggota kelompok Ascomycota, Basidiomycota, atau Deuteromycota. Terdapat dua 215 | Diagnostik Mikrobiologi & Imunologi

Diagnosis Mikologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Diagnosis Mikologi

Citation preview

Page 1: Diagnosis Mikologi

BAB VIII

DIAGNOSIS MIKOLOGI

Mikologi kedokteran adalah ilmu yang mempelajari tentang jamur yang

dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Jamur termasuk tumbuhan filum

talofita yang tidak mempunyai akar, batang dan daun. Jamur tidak bisa

menghisap makanan dari tanah dan tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa

mencerna makanan sendiri oleh karenanya hidup sebagai parasit atau saprofit

pada organisme yang lain.

Sampai saat ini dikenal kurang lebih 200.000 spesies jamur tetapi hanya 50

spesies yang pathogen pada manusia, yaitu ;

• 20 spesies menyerang kulit

• 20 spesies menyerang subkutis

• 18 spesies menyerang alat dalam atau sistemik

8.1 Morfologi Jamur

Morfologi jamur dibedakan berdasarkan bentuk koloninya, Ragi (yeast)

menghasilkan koloni yang kompak, seperti krim (teksturnya), dan lembab pada

permukaan medium agar. Sedangkan jamur berfilamen atau kapang (mold)

menghasilkan koloni yang berserat seperti kapas, atau seperti tepung. Beberapa

jamur patogen memiliki bentuk hidup sebagai ragi dan jamur berfilamen, disebut

dimorfik. Dimorfisme bentuk hidup dapat bersifat tergantung pada perubahan

suhu lingkungan. Bentuk kapang terbentuk pada suhu 25-30oC, sedangkan bentuk

ragi dibentuk pada suhu mencapai 35-37oC.

8.1.1. Ragi (Yeasts)

Ragi merupakan mikroorganisme uniselular, berbentuk bulat hingga

oval, berukuran antara 2 – 60 µm. Sel-sel ragi dapat bereproduksi secara

aseksual dengan membentuk tunas, dan secara seksual dengan membentuk

askospora atau basidiospora. Parameter yang digunakan untuk dapat

memebdakan jenis ragi adalah ukuran, keberadaan kapsul, dan mekanisme

pembentukan tunas (budding). Umumnya ragi merupakan anggota

kelompok Ascomycota, Basidiomycota, atau Deuteromycota. Terdapat dua

215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 2: Diagnosis Mikologi

istilah yang harus dibedakan dari perkembangan ragi, yaitu “germ

tube”dan “pseudohypae”. “Germ tube”adalah perpanjangan dinding sel

yang tidak mengalami konstriksi atau pelekukan, struktur ini dibentuk pada

saat ragi mulai membentuk hifa. “Pseudohypae”adalah perpanjangan

dinding sel yang disertai dengan pelekukan, sehingga secara morfologi

akan tampak seperti hifa bersekat.

Gambar 8.1. Pseudohifa

(Sumber: http://timm.main.teikyo-

u.ac.jp/pfdb/image/iwaguchi_s_1/webpage.html

8.1.2. Kapang (Molds)

Struktur dasar kapang adalah hifa yang berbentuk seperti tabung

memanjang. Hifa berkembang membentuk struktur seperti benang (tampak

secara makroskopis), disebut miselium. Miselium dapat berpenetrasi ke

dalam medium untuk mengambil nutrisi bagi pertumbuhannya. Hifa

vegetatif dapat berkembang menjadi hifa reproduktif pada kondisi yang

sesuai. Bagian hifa yang terdapat pada permukaan substrat atau medium

disebut hifa aerial, dapat membentuk tubuh buah untuk memproduksi

spora aseksual.

Terdapat tiga jenis hifa berdasarkan septa (segmen) atau batas antar

dinding sel satu dengan dinding sel lainnya. Hifa senositik adalah jenis hifa

216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 3: Diagnosis Mikologi

yang tidak memiliki septa, hifa jenis ini dimiliki oleh kelompok

Zygomycota. Hifa dengan septa berpigmen gelap, dimiliki oleh kapang

“dematiceous”; dan hifa hialin merupakan hifa bersepta tanpa pigmen.

Gambar 8.2 Jenis-jenis hifa kapang

kiri: Hifa senositik (Rhizopus); kanan: hifa hialin ,

Diambil dari : http://www.mycology.adelaide.edu.au/virtual/2006/ID2-

Jan06.html

Elemen yang terkecil dari jamur disebut hifa yaitu berupa benang-

benang filamen yang terdiri dari sel-sel yang mempunyai dinding,

protoplasma, inti dan biasanya mempunyai sekat. Hifa yang tidak

mempunyai sekat disebut hifa sinositik. Benang-benang hifa ini bercabang-

cabang dan bila membentuk anyaman disebut miselium.

Hifa berkembang biak atau tumbuh menurut panjangnya dengan

membentuk spora. Spora adalah alat reproduksi yang bisa dibentuk dalam

hifa sendiri atau oleh alat-alat khusus dari jamur sebagai alat reproduksi.

Besarnya antara 1-3µ dengan bentuknya bisa bulat, segi empat, kerucut

atau lonjong. Spora-spora ini dalam pertumbuhannya makin lama makin

besar dan memanjang sehingga membentuk satu hifa.

Hifa umumnya mempunyai satu sekat, tetapi ada kalanya dari satu

spora, dapat terbentuk satu hifa semu. Hifa semu dibentuk dari sel ragi.

Pada salah satu sisinya membentuk tonjolan yang lebih besar sehingga

tampak menyerupai hifa dan tidak mempunyai sekat. Anyaman dari hifa

ini disebut miselium semu.

216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 4: Diagnosis Mikologi

Spora merupakan bola-bola kecil yang berukuran 1-3µ, merupakan

alat reproduksi. Ada dua macam spora yaitu :

1) Spora seksual

Yaitu spora yang dibentuk dalam suatu organ khusus yang

sebelumnya terjadi penggabungan dari dua hifa dan gabungan ini

akhirnya membentuk alat reproduksi yang khas, misalnya :

a. Askospora : spora-spora yang dibentuk dalam suatu kantong atau

askus.

b. Basidospora : spsora yang dibentuk pada bagian atas basidium.

c. Oospora : spora-spora yang dibentuk dalam oosit.

d. Zigospora : spora-spora yang dibentuk dari dua hifa yang sebelumnya

telah bergabung.

Gambar 8.3. Skema reproduksi spora seksual pada jamur

(http://okaok.multiply.com/journal?&page_start=40)

1) Spora aseksual

Yaitu spora yang langsung dibentuk oleh hifa tanpa melalui

penggabungan dari hifa-hifa reproduktif. Ada tiga jenis yaitu :

217 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 5: Diagnosis Mikologi

a. Talospora

• Artrospora yaitu spora-spora yang langsung dibentuk di dalam satu hifa atau

miselium dengan membagi protoplasma.

Gambar 8.4. Artrospora (http://gmg.xoom.it/Microonline/Micologia

%20generale/micologia.htm)

• Blastospora yaitu anak sel yang dibentuk dari suatu sel atau induk, umumnya

pada ragi.

Gambar 8.5. Blastospora

(http://gmg.xoom.it/Microonline/Micologia%20generale/micologia.htm)

• Klamidospora yaitu dari suatu hifa pada bagian tengahnya membentuk

tonjolan protoplasma, dan selanjutnya protoplasma terbagi-bagi menjadi

spora.

Gambar 8.6. Klamidospora

215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 6: Diagnosis Mikologi

(http://gmg.xoom.it/Microonline/Micologia%20generale/micologia.htm)

a. Konidiospora

Dibentuk dari ujung hifa, disini protoplasma membagi diri.

Terdapat 2 macam bentuk : makro dan mikrokonida.

Gambar 8.7. Konidiospora

(http://www.virtual.unal.edu.co/cursos/medicina/2010828/lecciones/cap9/cap9-1b.htm)

b. Sporangiospora

Dibentuk dari sporangium yaitu dari ujung hifa atau miselium

khusus yang berbentuk benjolan dan dari benjolan ini dibentuk spora-

spora.

Gambar 8.8. Sporangiospora

(http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/Website/Lects/Fungi.htm)

216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 7: Diagnosis Mikologi

8.1Pembagian atau Klasifikasi Penyakit Jamur

8.1.1 Berdasarkan geografis

Yaitu menurut letak penyebarannya, penyakit jamur yang menyerang

seluruh dunia atau beberapa tempat di dunia.

Contoh :

a. Jamur yang tersebar luas yang dapat menyerang seluruh

permukaan bumi , misalnya : Trikopitosis dan Histoplasmosis.

b. Jamur yang hanya menyerang beberapa bagian di dunia ini,

misalnya : Bakstimikosis Amerika Utara dan blastomikosis

Amerika Selatan.

8.1.1 Berdasarkan morfologi koloni

a. Jamur yang berfilamen yaitu jamur yang pada pembiakan

memberikan koloni filamen misalnya Tricophyton dan Microsporum

b. Jamur ragi yaitu jamur yang pada pembiakan memberikan koloni

ragi misalnya kandida

c. Jamur yang mempunyai 2 bentuk (jamur ganda) yaitu jamur yang

pada pembiakan temperatur 370C menghasilkan koloni ragi tetapi

pada temperatur kamar akan memberikan koloni filamen misalnya :

Spotrikosis.

8.1.1 Berdasarkan etiologi

Pembagian ini sukar karena kita harus sampai pada spesies

jamur sebagai penyebab penyakitnya misalnya :

a. Trikopitosis : penyebabnya Trichophyton

b. Aspergilosis : penyebabnya spesies aspergilus

c. Epidermopitosis : penyebabnya spesies epidermophyton

8.1.1 Berdasarkan topografi (bentuk klinis)

a. Mikosis superfisialis yaitu jamur yang menyerang lapisan luar

pada kulit, kuku dan rambut. Dibagi dalam dua bentuk yaitu :

• Dermatofitosis, yang terdiri dari : Tinea Kapitis, Tinea Kruris, Tinea

Korporis, Tinea pedis atau manus, Tinea Unguium (onikomikosis), Tinea

Interdigitalis, Tinea Imbrikata, Tinea Favosa, Tinea Baarbae.

• Nondermatofitosis terdiri dari : Tinea Versicolor, Piedra Hitam, Piedra Putih.

215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 8: Diagnosis Mikologi

Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis

terletak pada infeksi di kulit. Golongan dermatofitosis

menyerang atau menimbulkan kelainan di dalam epidermis,

mulai dari stratum korneum sampai stratum basalis, sedangkan

golongan nondermatofitosis hanya pada bagian superfisialis dari

epidermis. Hal ini disebabkan dermatofitosis mempunyai

afinitas terhadap keratin yang terdapat pada epidermis, rambut

dan kuku sehingga infeksinya lebih dalam.

a. Mikosis Intermediat yaitu jamur-jamur yang menyerang kulit,

mukosa, subkutis dan alat-alat dalam terutama yang disebabkan

oleh spesies kandida sehingga penyakitnya disebut kandidiasis

seperti Candida albicans.

b. Mikosis Dalam yaitu jamur-jamur yang menyerang subkutis dan

alat-alat dalam. Adapun jamur yang termasuk dalam golongan

ini yaitu : Aktinomikosis, Nokardiosis, Kriptokokosis,

Fikomikosis sublutis, Aspergilosis, Histoplasmoosis,

Kromomikosis, Sporotrikosis, Blastomikosis Amerika Utara

dan Amerika Selatan, Misetoma “Madura Foot”.

8.1 Cara penularan penyakit yang disebabkan oleh jamur

Masuknya jamur dalam tubuh dapat melalui :

1) Melalui luka kecil atau aberasi pada kulit misalnya golongan

dermatofitosis, kromoblastomikosis.

2) Melalui saluran napas, dengan mengisap elemen-elemen jamur seperti

pada histoplastosis.

3) Melalui kontak tetapi tidak perlu ada luka atau aberasi kulit seperti

golongan dermatofitosis.

8.1 Pengambilan dan Penanganan Sampel

Pengambilan sampel yang benar dan penanganan sampel yang tepat

menentukan akurasi keberhasilan pemeriksaan mikologi. Semua sampel untuk

pemeriksaan mikologi harus segera ditangani dan dikirim. Hal ini dikarenakan

216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 9: Diagnosis Mikologi

pertumbuhan jamur yang relatif lambat sehingga isolasi untuk jamur patogen

yang diinginkan menjadi sulit dilakukan karena adanya pertumbuhan

mikroorganisme lain yang lebih cepat, seperti bakteri.

Beberapa sampel yang umumnya diambil untuk pemeriksaan mikologi

adalah rambut, kulit, kuku, darah, sumsum tulang, cairan serebrospinal, cairan

atau eksudat pada luka, cairan pada saluran pernapasan, dan spesimen yang

berasal dari saluran genital dan saluran pencernaan.

8.5.8.Kerokan Rambut, Kulit, Kuku

Lampu Wood dapat digunakan untuk melihat adanya rambut yang

terinfeksi jamur, misalnya infeksi Microsporum audouinii. Jamur akan

berfluoresen jika terkena sinar lampu. Forceps steril harus digunakan

untuk mengambil rambut. Helaian rambut dipotong-potong menjadi

bagian-bagian yang lebih kecil, kemudian diletakkan pada permukaan agar

yang berisi media pertumbuhan jamur mengandung kloramfenikol dan

sikloheksimd, diinkubasi pada suhu 22o-30oC hingga 21 hari untuk

memastikan hasil negatif.

Gambar 8.9. Kultur jamur dari spesimen rambut

(Sumber: http://www.citizendia.org/Dermatophyte_Test_Medium)

Sampel kulit didapatkan dari kerokan kulit pada permukaan lesi di

permukaan kulit. Kulit yang akan dikerok dibersihkan terlebih dahulu

menggunakan isopropanol alkohol 70%. Pemeriksaan kerokan kulit

umumnya dilakukan menggunakan larutan KOH 10% yang dapat

216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 10: Diagnosis Mikologi

menghancurkan jaringan yang mengandung keratin sehingga hifa jamur

dapat tampak lebih jelas.

Pengambilan sampel kuku dilakukan dengan mengerok atau

menggunting kuku. Gunting yang digunakan harus steril. Kuku terlebih

dahulu dibersihkan dengan isopropanol alkohol 70%, dikerok atau

digunting untuk pemeriksaan dengan KOH dan diinokulasi pada media

pertumbuhan. Potongan kuku harus diperkecil untuk penanaman pada

media.

8.5.8. Darah dan Sumsum Tulang

Darah dari pasien septisemik dapat mengandung jamur patogen

maupun oportunis. Kultur darah dapat digunakan untuk menentukan

keberadaan infeksi jamur dalam darah. Sistem kultur yang telah tersedia

untuk pemeriksaan sel-sel ragi diantaranya adalah BACTEC (Becton

Dickinson, Spark, Md), BacT/ALERT (bioMérieux, Durham, NC) dan

ESP (Trek Diagnostics, Westlake, Ohio). Sistem sentrifugasi lisis juga

dapat digunakan terutama pada daerah yang sering ditemukan adanya

jamur dimorfik dalam darah. Sentrifugasi dilakukan untuk melisis eritrosit

dan leukosit sehingga jamur akan keluar dari sel. Sedimen yang dihasilkan

selanjutnya ditanam pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu

30oC selama 21 hari.

Sampel sumsum tulang ditambahkan heparin dan langsung ditanam

pada media pertumbuhan.

8.5.9. Cairan Serebrospinal/Cerebrospinal Fluid (CSF)

Preparasi sampel CSF dilakukan dengan penyaringan menggunakan

membran filter ukuran 0,45 µm. Membran filter selanjutnya diletakkan di

atas media pertumbuhan dan diinkubasi. Setiap hari membran filter harus

dipindahkan pada area media yang berbeda, dan diamati ada/tidaknya

pertumbuhan jamur. Jika terdapat kurang dari 1 mL sampel, dapat

dilakukan sentrifugasi. Satu tetes konsentrat diperiksa dengan tinta India,

216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 11: Diagnosis Mikologi

dan sisanya diinokulasi pada media. Penggunaan antimikroba pada media

pertumbuhan tidak diperlukan karena sampel CSF umumnya steril.

8.5.10.Saluran Pernafasan

Infeksi jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terbanyak pada

saluran pernapasan. Sekresi saluran berupa sputum, sputum diinduksi,

bronchial washing, bronchoalveolar lavage dan aspirat trakea merupakan

jenis-jenis sampel yang diperiksa dari saluran pernapasan.

Sputum harus didapatkan dengan batuk dalam pada pagi hari, jika

tidak berhasil dapat dilakukan dengan menggunakan nebulizer untuk

mendapatkan sputum diinduksi. Spesimen yang terlalu kental

dihomogenisasi dengan menambahkan bahan bersifat mukolitik yaitu

crystalline N-acetyl-L-cystine. Sampel yang homogen dapat langsung

diperiksa langsung di bawah mikroskop dan diinokulasi pada media (0,5

mL).

Spesimen yang berasal dari saluran pernapasan mengandung berbagai

jenis mikroorganisme, sehingga untuk menumbuhkan jamur patogen

ditambahkan antibakteri untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Kombinasi agar non-selektif seperti agar SABHI (agar penghambat jamur)

dan agar BHI (brain-heart infusion) dengan kloramfenikol dan

sikloheksimid merupakan media yang juga dapat digunakan untuk kultur

jamur dari spesimen saluran pernapasan.

8.5.11.Urin

Sampel urin harus segera diperiksa setelah pengambilan sampel.

Sampel urin yang telah lebih dari 24 jam tidak dapat digunakan untuk

bahan kultur. Pemeriksaan langsung dapat dilakukan untuk menemukan sel

ragi maupun hifa. Preparasi untuk kultur dilakukan dengan teknik

sentrifugasi, sedimen dikultur pada agar SABHI dan agar BHI dengan

kloramfenikol dan sikloheksimid untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 12: Diagnosis Mikologi

8.5.12.Luka dan Jaringan

Cairan pada luka dapat diperiksa untuk menemukan granula, jika tidak

terdapat granula sampel dapat langsung ditanam pada permukaan agar.

Jaringan yang akan diperiksa terlebih dahulu diproses dengan Stomacher

(Tekmar, Cincinnati, Ohio) yang berfungsi mengeluarkan sitoplasma sel-

sel pada jaringan dalam media cair. Suspensi media cair selanjutnya

dijadikan bahan pemeriksaan. Sebanyak 0,1 mL suspense dapat dikultur

pada permukaan media dan diinkubasi pada suhu 30oC selama 21 hari.

8.1 Cara menegakkan diagnosis

Selain dari gejala-gejala khas setiap jamur diagnosis suatu penyakit

jamur harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorium, yaitu :

1) Pemeriksaan preparat langsung

2) Pembiakan

3) Reaksi imonulogis

4) Biopsi atau gambaran pemeriksaan histopatologi

5) Pemeriksaan dengan sinar Wood.

Skema : Diagnosis pemeriksaan penyakit jamur

215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 13: Diagnosis Mikologi

(Connie R. Mahon, Diagnostic Microbiology)

8.6.1. Pemeriksaan preparat langsung

Untuk melihat apakah ada infeksi jamur perlu dibuat preparat

langasung dari kerikan kulit, rambut atau kuku. Sediaan dituangi larutan

KOH 10-40% dengan maksud melarutkan keratin kulit atau kuku

sehingga akan tinggal kelompok hifa. Sesudah 15 menit atau sesudah

dipanasi diatas api kecil jangan sampai menguap, dilihat dibawah

mikroskop, dimulai dengan pembesaran 10 kali.

Adanya elemen jamur tampak berupa benang-benang bersifat

konotur ganda. Selain itu tampak juga bintik spora berupa bola kecil

sebesar 1-3µ.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk diperiksa didapat dari:

a. Kulit, bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif yaitu

daerah pinggir. Terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70%

lalu dikerok dengan skalpel sehingga memperoleh skuama yang

cukup. Letakkan diatas gelas objek lalu dituangi KOH 10%.

b. Rambut, rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus

atau rambut yang warnanya tak mengilat lagi, tuangi KOH 20% ,

lihat adanya infeksi endo atau ektotrik.

c. Kuku, bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku

yang sudah rusak atau dari bahan kukunya sendiri , selanjutnya

dituangi dengan KOH 20% -40% dan dilihat dibawah mikroskop,

dicari hifa atau spora.

Dengan preparat langsung ini sebenarnya diagnosis suatu

dermatomikosis sudah dapat ditegakkan. Penentuan etiologi spesies

diperlukan untuk keperluan penentuan prognosis, kemajuan terapi

dan epidemiologis.

215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 14: Diagnosis Mikologi

Gambar 8.10. Hasil pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit

(http://www.sodiycxacun.web.id/2010/05/dermatomikosis-mikosis-superfisial.html)

8.6.1. Pembiakan atau kultur

Untuk pembiakan jamur digunakan media khusus jamur.

Pemilihan media yang digunakan dilakukan berdasarkan jenis jamur

yang dicurigai, level identifikasi (genus, spesies), adanya kemungkinan

kontaminasi mikroorganisme lain dan fasilitas laboratorium.

Dua tipe media yang sering digunakan untuk isolasi jamur adalah

media selektif (agar BHI) yang dapat ditumbuhi oleh semua jenis jamur

yang terdapat pada sampel. Penggunaan media potato flakes agar

(PFA), agar penghambat jamur (inhibitory molds agar-IMA), atau

kombinasi Sabouraud’s dextrose agar (SDA) dan BHI (SABHI)

digunakan sebagai media selektif. 4

Media SDA dapat digunakan untuk menumbuhkan jamur-jamur

kulit maupun ragi dari kultur sampel vagina. SDA dengan penambahan

sikloheksimid dan kloramfenikol juga dapat digunakan untuk

menumbuhkan jamur-jamur kulit. SDA (2%) merupakan media yang

215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 15: Diagnosis Mikologi

paling banyak digunakan untuk subkultur jamur yang telah diisolasi

pada medium pengaya, fungsinya untuk menghambat terbentuknya

spora dan mempertahankan bentuk hifa.

Penggunaan media yang lebih selektif juga digunakan untuk

menumbuhkan jamur. Penambahan beberapa antibiotik seperti penisilin

(20 U/mL), streptomisin (40 U/mL), gentamisin (5 µg/mL), atau

kloramfenikol (16 µg/mL) digunakan untuk menghambat pertumbuhan

bakteri, sedangkan sikloheksamid (0,5 µg/mL) digunakan untuk

menghambat pertumbuhan jamur lain. Jamur patogen yang bersifat

oportunistik seperti Cryptococcus neoformans dan Aspergillus

fumigatus dapat dihambat oleh sikloheksamid sehingga penggunaan

kedua media, selektif dan non-selektif, harus dilakukan bersamaan.

Media yang digunakan untuk pertumbuhan jamur harus cukup

banyak sehingga tidak mengalami dehidrasi sebelum isolasi berhasil

dilakukan. Untuk kepentingan tersebut digunakan cawan petri

berdiameter 100 mm atau botol bertutup ulir berukuran 25 x 150 mm

agar volume media mencukupi. Pelat agar pada cawan petri memiliki

keunggulan karena dapat menyediakan permukaan yang luas untuk

isolasi dan memudahkan penggunaan zat penghambat tumbuh bagi

mikroba kontaminan. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketebalan

media yang dituangkan minimal 25 mL untuk memperlambat terjadinya

kekeringan media selama masa inkubasi.

Inkubasi jamur dilakukan pada suhu ruang yaitu 30oC dimana

bakteri tidak dapat tumbuh secara optimal. Pada jamur-jamur dimorfik

dibutuhkan suhu pertumbuhan 37oC untuk menghasilkan bentuk

dimorfiknya. Pertumbuhan jamur pada media harus diamati selama 30

hari, meskipun telah dikontaminasi oleh bakteri maupun jamur lain

untuk menentukan hasil negatif. Beberapa jenis jamur seperti H.

capsulatum dapat tumbuh di permukaan koloni C. albicans maupun

permukaan koloni jamur lainya.

Informasi yang harus dicatat pada saat melakukan kultur adalah

waktu pertumbuhan jamur mulai dapat diamati (hari ke- atau jam ke-)

216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 16: Diagnosis Mikologi

atau munculnya bentuk tubuh buah, ditemukan koloni ragi atau bentuk

hifa, media isolasi yang digunakan, kondisi pertumbuhan (suhu), dan

bentuk koloni yang ditemukan. Karakteristik-karakteristik ini dapat

digunakan untuk melakukan identifikasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada hasil pembiakan adalah :

a. Bentuk Koloni, ada 3 bentuk koloni jamur, yaitu :

• Koloni ragi, makroskopis tampak bundar, lunak atau lembek dengan

permukaan halus atau rata, mengkilat, tidak berpigmen, warna kekuningan,

seperti koloni bakteri. Bila diperiksa secara mikroskopis hanya didapati sel-

sel ragi yang berupa sel yang bulat dan tampak seolah-olah mempunyai dua

dinding dan kadang-kadang ada dua tunas (satu bola besar dengan tunas bola

yang kecil yang disebut “BUDDING”), misalnya pada Candida.

Gambar 8.11 Koloni Ragi

(http://pemburumikroba.blogspot.com/2010/11/morfologi-koloni.html)

• Koloni menyerupai ragi, secara makroskopis tampak lembek, permukaan

halus, mengkilat dan warnanya putih kekuningan. Secara mikroskopis tampak

seperti sel tunggal dan kadang-kadang tampak miselium semu (sel-sel

panjang tetapi tidak khas dan tidak bersekat). Juga ada sel yang berbentuk

bulat dan kadang-kadang ada yang bertunas.

• Koloni Filamen, secara makroskopis tampak seperti kapas berupa benang

halus, permukaan dan pinggir tidak rata dan menonjol diatas permukaan

media. Mikroskopis tampak sebagai hifa sejati, yaitu benang-benang yang

bersifat kontur ganda, berinti dan memunyai sekat misalnya; trikopiton,

mikrosporon,dan epidermofiton. Kadang-kadang tampak bentuk campuran

216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 17: Diagnosis Mikologi

yaitu pembiakan pada temperatur 370C dapat menghasilkan koloni ragi, tetapi

pada temperatur kamar akan menghasilkan koloni filamen, misalnya

sporotrikosis.

Gambar koloni filament

(Sumber: http://www.moldbacteriaconsulting.com/tag/fungi)

a. Bentuk Hifa, bentuk hifa ini dapat dibedakan dalam beberapa jenis

yaitu:

• Menurut fungsinya : Hifa Vegetatif, berfungsi untuk perkembangan dan

mengambil makanan; Hifa Reproduktif, dikhususkan untuk membentuk atau

memperbanyak diri dengan spora.

• Menurut jenisnya: Hifa Berseptum dan Hifa Tidak Berseptum (senosistik).

Gambar 8.12. a. Hifa senositik, b. hifa berseptum

(http://yeadhi.blogspot.com/2010_01_01_archive.html)

216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 18: Diagnosis Mikologi

• Pembagian lain: Hifa Sejati yaitu apabila panjang hifa lebih dari lebar dan

Hifa Semu.

a. Bentuk Spora : talospora, konidiospora, sporangiospora

215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 19: Diagnosis Mikologi

215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Skem

a Id

en

tifikasi

Derm

ato

fita

Page 20: Diagnosis Mikologi

8.6.1.Reaksi imunologis (alergi), dengan menyuntikkan secara intrakutan

semacam antigen yang dibuat dari koloni jamur , reaksi (+) berarti

infeksi oleh jamur (+), misalnya :

a. Reaksi Trikofitin, antigen yang dibuat dari pembiakan trikofitosis.

Kalau (+) berarti ada infeksi trikofiton.

b. Reaksi Histoplasmin, antigen yang dibuat dari pembiakan

histoplasma. Kalau (+) berarti ada infeksi histoplasma (+).

c. Reaksi sporotrikin, antigen dibuat dari koloni sporoptricium

schenkii. Kalau (+) berarti infeksi oleh spesies sporotrikum.

8.6.1. Biopsi atau pemeriksaan histopatologi

Khusus dilakukan untuk pemeriksaan penyakit jamur golongan

mikosis dalam. Dengan pewarnaan khusus dari suatu jaringan biopsy,

dapat dicari elemen jamur dalam jaringan tersebut. Pewarnaan khusus

seperti pewarnaan Gram , HE dan PAS dapat mewarnai elemen jamur

dalalm jaringan sehingga tampak lebih jelas. Selain itu, pemeriksaan

histopatologi sangat penting untuk melihat reaksi jaringan akibat infeksi

jamur.

Gambar 8.13 Perbandingan beberapa hasil pewarnaan Jamur

(Sumber:http://3bp.blogspot.com/_EPA1g2DGzmo/R9H0Cvbxn51/AAAAAAAAAEY/VRfKdeWLZfw/s160-h/candidiasin3.jpg)

215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 21: Diagnosis Mikologi

8.6.2. Pemeriksaan dengan sinar Wood

Sinar Wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu

“saringan wood”, sinar yang tadinya polikromatis menjadi

monokromatis dengan panjang gelombang 3600A. Sinar ini tidak dapat

dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit atu rambut yang mengalami

infeksi oleh jamur-jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat

dilihat, dengan memberi warna yang kehijauan atau fluoresensi. Apabila

pemeriksan dengan cara ini memberi fluoresensi, pemeriksaan sinar

Wood disebut positif dan apabila tidak ada fluoresensi disebut negative.

Jamur-jamur yang memberikan fluoresensi adalah Microsporum

lanosum, Microsporum audoinii, M.canis dan Malassezia furtur

(penyebab tinea versikolor).

Gambar 10. Mikroskopis Malassezia furtur hasil pemeriksaan dengan

sinar woods

(http://imadeharyoga.wordpress.com/2009/07/24/penatalaksanaan-pitiriasis-versikolor-atau-panu/)

8.6.6 Uji Kepekaan terhadap Antijamur

Jenis obat antijamur yang digunakan sebagai terapi dikelompokkan ke dalam

beberapa kelas, yaitu polyenes, azoles dan candins. Amphotericin B (AMB)

merupakan antijamur utama yang dapat membunuh hampir seluruh jamur.

Namun penggunaan obat ini juga berefek samping pada manusia seperti

215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 22: Diagnosis Mikologi

menimbulkan demam, rigors, kerusakan ginjal hingga syok. Terapi dengan obat

ini harus mempertimbangkan efek sampingnya terhadap pasien. Obat yang paling

banyak digunakan adalah kelompok azoles, yaitu fluconaozle (FLU),

itraconazole (ITRA), dan voriconazole (VORI). Kelompok azoles memiliki

mekanisme penghambatan terhadap aktivitas jamur dan memiliki efek samping

yang lebih ringan. Namun terapi berlebihan atau kesalahan penggunaan obat

menyebabkan resistensi pada beberapa jenis jamur sehingga uji kepekaan

terhadap antijamur perlu dilakukan sebelum pengobatan ditentukan.

Uji sensitivitas terhadap antijamur yang direkomendasikan oleh komite

nasional untuk standar laboratorium klinik (CLSI) adalah M27-A2 untuk ragi,

M38-A untuk kapang, dan M44-A untuk uji difusi.

Metode M44-A adalah metode yang paling banyak digunakan. Teknik

pengujian hampir sama dengan uji sensitivitas pada bakteri. Agar Mueller-Hinton

digunakan sebagai media. Beberapa produk untuk uji sensitivitas diantaranya

Trek Diagnostic System (Cleveland, Ohio) dan Etest (AP Biodisk, Solina,

Sweden).

DAFTAR PUSTAKA

216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i

Page 23: Diagnosis Mikologi

Betty A. Forbes, Daniel F. Sahm, and Alice S. Weissfeld, 2007, Bailey & Scott’s,

Diagnostic Microbilogy, Twelfth edition, Mosby Elsevier, Texas

http://adasidna.blogspot.com/2008/03/candidiasis-diagnosa-dan-identifikasi.html

http://gmg.xoom.it/Microonline/Micologia%20generale/micologia.htm

http://imadeharyoga.wordpress.com/2009/07/24/penatalaksanaan-pitiriasis-

versikolor-atau-panu

http://okaok.multiply.com/journal?&page_start=40

http://pemburumikroba.blogspot.com/2010/11/morfologi-koloni.html

http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/Website/Lects/Fungi.htm

http://www.sodiycxacun.web.id/2010/05/dermatomikosis-mikosis-

superfisial.html)

http://www.virtual.unal.edu.co/cursos/medicina/2010828/lecciones/cap9/cap9-

1b.htm

http://yeadhi.blogspot.com/2010_01_01_archive.html

Mahon and Manuselis, 1995, Textbook of Diagnostic Microbiology, WB.

Saunders Company, Philadelphia

R.S. Siregar, Penyakit Jamur Kulit, Edisi ke-2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,

Jakarta, 2002

216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i