Upload
nuurrochmah
View
200
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Diagnosis Mikologi
Citation preview
BAB VIII
DIAGNOSIS MIKOLOGI
Mikologi kedokteran adalah ilmu yang mempelajari tentang jamur yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Jamur termasuk tumbuhan filum
talofita yang tidak mempunyai akar, batang dan daun. Jamur tidak bisa
menghisap makanan dari tanah dan tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa
mencerna makanan sendiri oleh karenanya hidup sebagai parasit atau saprofit
pada organisme yang lain.
Sampai saat ini dikenal kurang lebih 200.000 spesies jamur tetapi hanya 50
spesies yang pathogen pada manusia, yaitu ;
• 20 spesies menyerang kulit
• 20 spesies menyerang subkutis
• 18 spesies menyerang alat dalam atau sistemik
8.1 Morfologi Jamur
Morfologi jamur dibedakan berdasarkan bentuk koloninya, Ragi (yeast)
menghasilkan koloni yang kompak, seperti krim (teksturnya), dan lembab pada
permukaan medium agar. Sedangkan jamur berfilamen atau kapang (mold)
menghasilkan koloni yang berserat seperti kapas, atau seperti tepung. Beberapa
jamur patogen memiliki bentuk hidup sebagai ragi dan jamur berfilamen, disebut
dimorfik. Dimorfisme bentuk hidup dapat bersifat tergantung pada perubahan
suhu lingkungan. Bentuk kapang terbentuk pada suhu 25-30oC, sedangkan bentuk
ragi dibentuk pada suhu mencapai 35-37oC.
8.1.1. Ragi (Yeasts)
Ragi merupakan mikroorganisme uniselular, berbentuk bulat hingga
oval, berukuran antara 2 – 60 µm. Sel-sel ragi dapat bereproduksi secara
aseksual dengan membentuk tunas, dan secara seksual dengan membentuk
askospora atau basidiospora. Parameter yang digunakan untuk dapat
memebdakan jenis ragi adalah ukuran, keberadaan kapsul, dan mekanisme
pembentukan tunas (budding). Umumnya ragi merupakan anggota
kelompok Ascomycota, Basidiomycota, atau Deuteromycota. Terdapat dua
215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
istilah yang harus dibedakan dari perkembangan ragi, yaitu “germ
tube”dan “pseudohypae”. “Germ tube”adalah perpanjangan dinding sel
yang tidak mengalami konstriksi atau pelekukan, struktur ini dibentuk pada
saat ragi mulai membentuk hifa. “Pseudohypae”adalah perpanjangan
dinding sel yang disertai dengan pelekukan, sehingga secara morfologi
akan tampak seperti hifa bersekat.
Gambar 8.1. Pseudohifa
(Sumber: http://timm.main.teikyo-
u.ac.jp/pfdb/image/iwaguchi_s_1/webpage.html
8.1.2. Kapang (Molds)
Struktur dasar kapang adalah hifa yang berbentuk seperti tabung
memanjang. Hifa berkembang membentuk struktur seperti benang (tampak
secara makroskopis), disebut miselium. Miselium dapat berpenetrasi ke
dalam medium untuk mengambil nutrisi bagi pertumbuhannya. Hifa
vegetatif dapat berkembang menjadi hifa reproduktif pada kondisi yang
sesuai. Bagian hifa yang terdapat pada permukaan substrat atau medium
disebut hifa aerial, dapat membentuk tubuh buah untuk memproduksi
spora aseksual.
Terdapat tiga jenis hifa berdasarkan septa (segmen) atau batas antar
dinding sel satu dengan dinding sel lainnya. Hifa senositik adalah jenis hifa
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
yang tidak memiliki septa, hifa jenis ini dimiliki oleh kelompok
Zygomycota. Hifa dengan septa berpigmen gelap, dimiliki oleh kapang
“dematiceous”; dan hifa hialin merupakan hifa bersepta tanpa pigmen.
Gambar 8.2 Jenis-jenis hifa kapang
kiri: Hifa senositik (Rhizopus); kanan: hifa hialin ,
Diambil dari : http://www.mycology.adelaide.edu.au/virtual/2006/ID2-
Jan06.html
Elemen yang terkecil dari jamur disebut hifa yaitu berupa benang-
benang filamen yang terdiri dari sel-sel yang mempunyai dinding,
protoplasma, inti dan biasanya mempunyai sekat. Hifa yang tidak
mempunyai sekat disebut hifa sinositik. Benang-benang hifa ini bercabang-
cabang dan bila membentuk anyaman disebut miselium.
Hifa berkembang biak atau tumbuh menurut panjangnya dengan
membentuk spora. Spora adalah alat reproduksi yang bisa dibentuk dalam
hifa sendiri atau oleh alat-alat khusus dari jamur sebagai alat reproduksi.
Besarnya antara 1-3µ dengan bentuknya bisa bulat, segi empat, kerucut
atau lonjong. Spora-spora ini dalam pertumbuhannya makin lama makin
besar dan memanjang sehingga membentuk satu hifa.
Hifa umumnya mempunyai satu sekat, tetapi ada kalanya dari satu
spora, dapat terbentuk satu hifa semu. Hifa semu dibentuk dari sel ragi.
Pada salah satu sisinya membentuk tonjolan yang lebih besar sehingga
tampak menyerupai hifa dan tidak mempunyai sekat. Anyaman dari hifa
ini disebut miselium semu.
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
Spora merupakan bola-bola kecil yang berukuran 1-3µ, merupakan
alat reproduksi. Ada dua macam spora yaitu :
1) Spora seksual
Yaitu spora yang dibentuk dalam suatu organ khusus yang
sebelumnya terjadi penggabungan dari dua hifa dan gabungan ini
akhirnya membentuk alat reproduksi yang khas, misalnya :
a. Askospora : spora-spora yang dibentuk dalam suatu kantong atau
askus.
b. Basidospora : spsora yang dibentuk pada bagian atas basidium.
c. Oospora : spora-spora yang dibentuk dalam oosit.
d. Zigospora : spora-spora yang dibentuk dari dua hifa yang sebelumnya
telah bergabung.
Gambar 8.3. Skema reproduksi spora seksual pada jamur
(http://okaok.multiply.com/journal?&page_start=40)
1) Spora aseksual
Yaitu spora yang langsung dibentuk oleh hifa tanpa melalui
penggabungan dari hifa-hifa reproduktif. Ada tiga jenis yaitu :
217 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
a. Talospora
• Artrospora yaitu spora-spora yang langsung dibentuk di dalam satu hifa atau
miselium dengan membagi protoplasma.
Gambar 8.4. Artrospora (http://gmg.xoom.it/Microonline/Micologia
%20generale/micologia.htm)
• Blastospora yaitu anak sel yang dibentuk dari suatu sel atau induk, umumnya
pada ragi.
Gambar 8.5. Blastospora
(http://gmg.xoom.it/Microonline/Micologia%20generale/micologia.htm)
• Klamidospora yaitu dari suatu hifa pada bagian tengahnya membentuk
tonjolan protoplasma, dan selanjutnya protoplasma terbagi-bagi menjadi
spora.
Gambar 8.6. Klamidospora
215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
(http://gmg.xoom.it/Microonline/Micologia%20generale/micologia.htm)
a. Konidiospora
Dibentuk dari ujung hifa, disini protoplasma membagi diri.
Terdapat 2 macam bentuk : makro dan mikrokonida.
Gambar 8.7. Konidiospora
(http://www.virtual.unal.edu.co/cursos/medicina/2010828/lecciones/cap9/cap9-1b.htm)
b. Sporangiospora
Dibentuk dari sporangium yaitu dari ujung hifa atau miselium
khusus yang berbentuk benjolan dan dari benjolan ini dibentuk spora-
spora.
Gambar 8.8. Sporangiospora
(http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/Website/Lects/Fungi.htm)
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
8.1Pembagian atau Klasifikasi Penyakit Jamur
8.1.1 Berdasarkan geografis
Yaitu menurut letak penyebarannya, penyakit jamur yang menyerang
seluruh dunia atau beberapa tempat di dunia.
Contoh :
a. Jamur yang tersebar luas yang dapat menyerang seluruh
permukaan bumi , misalnya : Trikopitosis dan Histoplasmosis.
b. Jamur yang hanya menyerang beberapa bagian di dunia ini,
misalnya : Bakstimikosis Amerika Utara dan blastomikosis
Amerika Selatan.
8.1.1 Berdasarkan morfologi koloni
a. Jamur yang berfilamen yaitu jamur yang pada pembiakan
memberikan koloni filamen misalnya Tricophyton dan Microsporum
b. Jamur ragi yaitu jamur yang pada pembiakan memberikan koloni
ragi misalnya kandida
c. Jamur yang mempunyai 2 bentuk (jamur ganda) yaitu jamur yang
pada pembiakan temperatur 370C menghasilkan koloni ragi tetapi
pada temperatur kamar akan memberikan koloni filamen misalnya :
Spotrikosis.
8.1.1 Berdasarkan etiologi
Pembagian ini sukar karena kita harus sampai pada spesies
jamur sebagai penyebab penyakitnya misalnya :
a. Trikopitosis : penyebabnya Trichophyton
b. Aspergilosis : penyebabnya spesies aspergilus
c. Epidermopitosis : penyebabnya spesies epidermophyton
8.1.1 Berdasarkan topografi (bentuk klinis)
a. Mikosis superfisialis yaitu jamur yang menyerang lapisan luar
pada kulit, kuku dan rambut. Dibagi dalam dua bentuk yaitu :
• Dermatofitosis, yang terdiri dari : Tinea Kapitis, Tinea Kruris, Tinea
Korporis, Tinea pedis atau manus, Tinea Unguium (onikomikosis), Tinea
Interdigitalis, Tinea Imbrikata, Tinea Favosa, Tinea Baarbae.
• Nondermatofitosis terdiri dari : Tinea Versicolor, Piedra Hitam, Piedra Putih.
215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis
terletak pada infeksi di kulit. Golongan dermatofitosis
menyerang atau menimbulkan kelainan di dalam epidermis,
mulai dari stratum korneum sampai stratum basalis, sedangkan
golongan nondermatofitosis hanya pada bagian superfisialis dari
epidermis. Hal ini disebabkan dermatofitosis mempunyai
afinitas terhadap keratin yang terdapat pada epidermis, rambut
dan kuku sehingga infeksinya lebih dalam.
a. Mikosis Intermediat yaitu jamur-jamur yang menyerang kulit,
mukosa, subkutis dan alat-alat dalam terutama yang disebabkan
oleh spesies kandida sehingga penyakitnya disebut kandidiasis
seperti Candida albicans.
b. Mikosis Dalam yaitu jamur-jamur yang menyerang subkutis dan
alat-alat dalam. Adapun jamur yang termasuk dalam golongan
ini yaitu : Aktinomikosis, Nokardiosis, Kriptokokosis,
Fikomikosis sublutis, Aspergilosis, Histoplasmoosis,
Kromomikosis, Sporotrikosis, Blastomikosis Amerika Utara
dan Amerika Selatan, Misetoma “Madura Foot”.
8.1 Cara penularan penyakit yang disebabkan oleh jamur
Masuknya jamur dalam tubuh dapat melalui :
1) Melalui luka kecil atau aberasi pada kulit misalnya golongan
dermatofitosis, kromoblastomikosis.
2) Melalui saluran napas, dengan mengisap elemen-elemen jamur seperti
pada histoplastosis.
3) Melalui kontak tetapi tidak perlu ada luka atau aberasi kulit seperti
golongan dermatofitosis.
8.1 Pengambilan dan Penanganan Sampel
Pengambilan sampel yang benar dan penanganan sampel yang tepat
menentukan akurasi keberhasilan pemeriksaan mikologi. Semua sampel untuk
pemeriksaan mikologi harus segera ditangani dan dikirim. Hal ini dikarenakan
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
pertumbuhan jamur yang relatif lambat sehingga isolasi untuk jamur patogen
yang diinginkan menjadi sulit dilakukan karena adanya pertumbuhan
mikroorganisme lain yang lebih cepat, seperti bakteri.
Beberapa sampel yang umumnya diambil untuk pemeriksaan mikologi
adalah rambut, kulit, kuku, darah, sumsum tulang, cairan serebrospinal, cairan
atau eksudat pada luka, cairan pada saluran pernapasan, dan spesimen yang
berasal dari saluran genital dan saluran pencernaan.
8.5.8.Kerokan Rambut, Kulit, Kuku
Lampu Wood dapat digunakan untuk melihat adanya rambut yang
terinfeksi jamur, misalnya infeksi Microsporum audouinii. Jamur akan
berfluoresen jika terkena sinar lampu. Forceps steril harus digunakan
untuk mengambil rambut. Helaian rambut dipotong-potong menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil, kemudian diletakkan pada permukaan agar
yang berisi media pertumbuhan jamur mengandung kloramfenikol dan
sikloheksimd, diinkubasi pada suhu 22o-30oC hingga 21 hari untuk
memastikan hasil negatif.
Gambar 8.9. Kultur jamur dari spesimen rambut
(Sumber: http://www.citizendia.org/Dermatophyte_Test_Medium)
Sampel kulit didapatkan dari kerokan kulit pada permukaan lesi di
permukaan kulit. Kulit yang akan dikerok dibersihkan terlebih dahulu
menggunakan isopropanol alkohol 70%. Pemeriksaan kerokan kulit
umumnya dilakukan menggunakan larutan KOH 10% yang dapat
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
menghancurkan jaringan yang mengandung keratin sehingga hifa jamur
dapat tampak lebih jelas.
Pengambilan sampel kuku dilakukan dengan mengerok atau
menggunting kuku. Gunting yang digunakan harus steril. Kuku terlebih
dahulu dibersihkan dengan isopropanol alkohol 70%, dikerok atau
digunting untuk pemeriksaan dengan KOH dan diinokulasi pada media
pertumbuhan. Potongan kuku harus diperkecil untuk penanaman pada
media.
8.5.8. Darah dan Sumsum Tulang
Darah dari pasien septisemik dapat mengandung jamur patogen
maupun oportunis. Kultur darah dapat digunakan untuk menentukan
keberadaan infeksi jamur dalam darah. Sistem kultur yang telah tersedia
untuk pemeriksaan sel-sel ragi diantaranya adalah BACTEC (Becton
Dickinson, Spark, Md), BacT/ALERT (bioMérieux, Durham, NC) dan
ESP (Trek Diagnostics, Westlake, Ohio). Sistem sentrifugasi lisis juga
dapat digunakan terutama pada daerah yang sering ditemukan adanya
jamur dimorfik dalam darah. Sentrifugasi dilakukan untuk melisis eritrosit
dan leukosit sehingga jamur akan keluar dari sel. Sedimen yang dihasilkan
selanjutnya ditanam pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu
30oC selama 21 hari.
Sampel sumsum tulang ditambahkan heparin dan langsung ditanam
pada media pertumbuhan.
8.5.9. Cairan Serebrospinal/Cerebrospinal Fluid (CSF)
Preparasi sampel CSF dilakukan dengan penyaringan menggunakan
membran filter ukuran 0,45 µm. Membran filter selanjutnya diletakkan di
atas media pertumbuhan dan diinkubasi. Setiap hari membran filter harus
dipindahkan pada area media yang berbeda, dan diamati ada/tidaknya
pertumbuhan jamur. Jika terdapat kurang dari 1 mL sampel, dapat
dilakukan sentrifugasi. Satu tetes konsentrat diperiksa dengan tinta India,
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
dan sisanya diinokulasi pada media. Penggunaan antimikroba pada media
pertumbuhan tidak diperlukan karena sampel CSF umumnya steril.
8.5.10.Saluran Pernafasan
Infeksi jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terbanyak pada
saluran pernapasan. Sekresi saluran berupa sputum, sputum diinduksi,
bronchial washing, bronchoalveolar lavage dan aspirat trakea merupakan
jenis-jenis sampel yang diperiksa dari saluran pernapasan.
Sputum harus didapatkan dengan batuk dalam pada pagi hari, jika
tidak berhasil dapat dilakukan dengan menggunakan nebulizer untuk
mendapatkan sputum diinduksi. Spesimen yang terlalu kental
dihomogenisasi dengan menambahkan bahan bersifat mukolitik yaitu
crystalline N-acetyl-L-cystine. Sampel yang homogen dapat langsung
diperiksa langsung di bawah mikroskop dan diinokulasi pada media (0,5
mL).
Spesimen yang berasal dari saluran pernapasan mengandung berbagai
jenis mikroorganisme, sehingga untuk menumbuhkan jamur patogen
ditambahkan antibakteri untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Kombinasi agar non-selektif seperti agar SABHI (agar penghambat jamur)
dan agar BHI (brain-heart infusion) dengan kloramfenikol dan
sikloheksimid merupakan media yang juga dapat digunakan untuk kultur
jamur dari spesimen saluran pernapasan.
8.5.11.Urin
Sampel urin harus segera diperiksa setelah pengambilan sampel.
Sampel urin yang telah lebih dari 24 jam tidak dapat digunakan untuk
bahan kultur. Pemeriksaan langsung dapat dilakukan untuk menemukan sel
ragi maupun hifa. Preparasi untuk kultur dilakukan dengan teknik
sentrifugasi, sedimen dikultur pada agar SABHI dan agar BHI dengan
kloramfenikol dan sikloheksimid untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
8.5.12.Luka dan Jaringan
Cairan pada luka dapat diperiksa untuk menemukan granula, jika tidak
terdapat granula sampel dapat langsung ditanam pada permukaan agar.
Jaringan yang akan diperiksa terlebih dahulu diproses dengan Stomacher
(Tekmar, Cincinnati, Ohio) yang berfungsi mengeluarkan sitoplasma sel-
sel pada jaringan dalam media cair. Suspensi media cair selanjutnya
dijadikan bahan pemeriksaan. Sebanyak 0,1 mL suspense dapat dikultur
pada permukaan media dan diinkubasi pada suhu 30oC selama 21 hari.
8.1 Cara menegakkan diagnosis
Selain dari gejala-gejala khas setiap jamur diagnosis suatu penyakit
jamur harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorium, yaitu :
1) Pemeriksaan preparat langsung
2) Pembiakan
3) Reaksi imonulogis
4) Biopsi atau gambaran pemeriksaan histopatologi
5) Pemeriksaan dengan sinar Wood.
Skema : Diagnosis pemeriksaan penyakit jamur
215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
(Connie R. Mahon, Diagnostic Microbiology)
8.6.1. Pemeriksaan preparat langsung
Untuk melihat apakah ada infeksi jamur perlu dibuat preparat
langasung dari kerikan kulit, rambut atau kuku. Sediaan dituangi larutan
KOH 10-40% dengan maksud melarutkan keratin kulit atau kuku
sehingga akan tinggal kelompok hifa. Sesudah 15 menit atau sesudah
dipanasi diatas api kecil jangan sampai menguap, dilihat dibawah
mikroskop, dimulai dengan pembesaran 10 kali.
Adanya elemen jamur tampak berupa benang-benang bersifat
konotur ganda. Selain itu tampak juga bintik spora berupa bola kecil
sebesar 1-3µ.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk diperiksa didapat dari:
a. Kulit, bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif yaitu
daerah pinggir. Terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70%
lalu dikerok dengan skalpel sehingga memperoleh skuama yang
cukup. Letakkan diatas gelas objek lalu dituangi KOH 10%.
b. Rambut, rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus
atau rambut yang warnanya tak mengilat lagi, tuangi KOH 20% ,
lihat adanya infeksi endo atau ektotrik.
c. Kuku, bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku
yang sudah rusak atau dari bahan kukunya sendiri , selanjutnya
dituangi dengan KOH 20% -40% dan dilihat dibawah mikroskop,
dicari hifa atau spora.
Dengan preparat langsung ini sebenarnya diagnosis suatu
dermatomikosis sudah dapat ditegakkan. Penentuan etiologi spesies
diperlukan untuk keperluan penentuan prognosis, kemajuan terapi
dan epidemiologis.
215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
Gambar 8.10. Hasil pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit
(http://www.sodiycxacun.web.id/2010/05/dermatomikosis-mikosis-superfisial.html)
8.6.1. Pembiakan atau kultur
Untuk pembiakan jamur digunakan media khusus jamur.
Pemilihan media yang digunakan dilakukan berdasarkan jenis jamur
yang dicurigai, level identifikasi (genus, spesies), adanya kemungkinan
kontaminasi mikroorganisme lain dan fasilitas laboratorium.
Dua tipe media yang sering digunakan untuk isolasi jamur adalah
media selektif (agar BHI) yang dapat ditumbuhi oleh semua jenis jamur
yang terdapat pada sampel. Penggunaan media potato flakes agar
(PFA), agar penghambat jamur (inhibitory molds agar-IMA), atau
kombinasi Sabouraud’s dextrose agar (SDA) dan BHI (SABHI)
digunakan sebagai media selektif. 4
Media SDA dapat digunakan untuk menumbuhkan jamur-jamur
kulit maupun ragi dari kultur sampel vagina. SDA dengan penambahan
sikloheksimid dan kloramfenikol juga dapat digunakan untuk
menumbuhkan jamur-jamur kulit. SDA (2%) merupakan media yang
215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
paling banyak digunakan untuk subkultur jamur yang telah diisolasi
pada medium pengaya, fungsinya untuk menghambat terbentuknya
spora dan mempertahankan bentuk hifa.
Penggunaan media yang lebih selektif juga digunakan untuk
menumbuhkan jamur. Penambahan beberapa antibiotik seperti penisilin
(20 U/mL), streptomisin (40 U/mL), gentamisin (5 µg/mL), atau
kloramfenikol (16 µg/mL) digunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri, sedangkan sikloheksamid (0,5 µg/mL) digunakan untuk
menghambat pertumbuhan jamur lain. Jamur patogen yang bersifat
oportunistik seperti Cryptococcus neoformans dan Aspergillus
fumigatus dapat dihambat oleh sikloheksamid sehingga penggunaan
kedua media, selektif dan non-selektif, harus dilakukan bersamaan.
Media yang digunakan untuk pertumbuhan jamur harus cukup
banyak sehingga tidak mengalami dehidrasi sebelum isolasi berhasil
dilakukan. Untuk kepentingan tersebut digunakan cawan petri
berdiameter 100 mm atau botol bertutup ulir berukuran 25 x 150 mm
agar volume media mencukupi. Pelat agar pada cawan petri memiliki
keunggulan karena dapat menyediakan permukaan yang luas untuk
isolasi dan memudahkan penggunaan zat penghambat tumbuh bagi
mikroba kontaminan. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketebalan
media yang dituangkan minimal 25 mL untuk memperlambat terjadinya
kekeringan media selama masa inkubasi.
Inkubasi jamur dilakukan pada suhu ruang yaitu 30oC dimana
bakteri tidak dapat tumbuh secara optimal. Pada jamur-jamur dimorfik
dibutuhkan suhu pertumbuhan 37oC untuk menghasilkan bentuk
dimorfiknya. Pertumbuhan jamur pada media harus diamati selama 30
hari, meskipun telah dikontaminasi oleh bakteri maupun jamur lain
untuk menentukan hasil negatif. Beberapa jenis jamur seperti H.
capsulatum dapat tumbuh di permukaan koloni C. albicans maupun
permukaan koloni jamur lainya.
Informasi yang harus dicatat pada saat melakukan kultur adalah
waktu pertumbuhan jamur mulai dapat diamati (hari ke- atau jam ke-)
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
atau munculnya bentuk tubuh buah, ditemukan koloni ragi atau bentuk
hifa, media isolasi yang digunakan, kondisi pertumbuhan (suhu), dan
bentuk koloni yang ditemukan. Karakteristik-karakteristik ini dapat
digunakan untuk melakukan identifikasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada hasil pembiakan adalah :
a. Bentuk Koloni, ada 3 bentuk koloni jamur, yaitu :
• Koloni ragi, makroskopis tampak bundar, lunak atau lembek dengan
permukaan halus atau rata, mengkilat, tidak berpigmen, warna kekuningan,
seperti koloni bakteri. Bila diperiksa secara mikroskopis hanya didapati sel-
sel ragi yang berupa sel yang bulat dan tampak seolah-olah mempunyai dua
dinding dan kadang-kadang ada dua tunas (satu bola besar dengan tunas bola
yang kecil yang disebut “BUDDING”), misalnya pada Candida.
Gambar 8.11 Koloni Ragi
(http://pemburumikroba.blogspot.com/2010/11/morfologi-koloni.html)
• Koloni menyerupai ragi, secara makroskopis tampak lembek, permukaan
halus, mengkilat dan warnanya putih kekuningan. Secara mikroskopis tampak
seperti sel tunggal dan kadang-kadang tampak miselium semu (sel-sel
panjang tetapi tidak khas dan tidak bersekat). Juga ada sel yang berbentuk
bulat dan kadang-kadang ada yang bertunas.
• Koloni Filamen, secara makroskopis tampak seperti kapas berupa benang
halus, permukaan dan pinggir tidak rata dan menonjol diatas permukaan
media. Mikroskopis tampak sebagai hifa sejati, yaitu benang-benang yang
bersifat kontur ganda, berinti dan memunyai sekat misalnya; trikopiton,
mikrosporon,dan epidermofiton. Kadang-kadang tampak bentuk campuran
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
yaitu pembiakan pada temperatur 370C dapat menghasilkan koloni ragi, tetapi
pada temperatur kamar akan menghasilkan koloni filamen, misalnya
sporotrikosis.
Gambar koloni filament
(Sumber: http://www.moldbacteriaconsulting.com/tag/fungi)
a. Bentuk Hifa, bentuk hifa ini dapat dibedakan dalam beberapa jenis
yaitu:
• Menurut fungsinya : Hifa Vegetatif, berfungsi untuk perkembangan dan
mengambil makanan; Hifa Reproduktif, dikhususkan untuk membentuk atau
memperbanyak diri dengan spora.
• Menurut jenisnya: Hifa Berseptum dan Hifa Tidak Berseptum (senosistik).
Gambar 8.12. a. Hifa senositik, b. hifa berseptum
(http://yeadhi.blogspot.com/2010_01_01_archive.html)
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
• Pembagian lain: Hifa Sejati yaitu apabila panjang hifa lebih dari lebar dan
Hifa Semu.
a. Bentuk Spora : talospora, konidiospora, sporangiospora
215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
Skem
a Id
en
tifikasi
Derm
ato
fita
8.6.1.Reaksi imunologis (alergi), dengan menyuntikkan secara intrakutan
semacam antigen yang dibuat dari koloni jamur , reaksi (+) berarti
infeksi oleh jamur (+), misalnya :
a. Reaksi Trikofitin, antigen yang dibuat dari pembiakan trikofitosis.
Kalau (+) berarti ada infeksi trikofiton.
b. Reaksi Histoplasmin, antigen yang dibuat dari pembiakan
histoplasma. Kalau (+) berarti ada infeksi histoplasma (+).
c. Reaksi sporotrikin, antigen dibuat dari koloni sporoptricium
schenkii. Kalau (+) berarti infeksi oleh spesies sporotrikum.
8.6.1. Biopsi atau pemeriksaan histopatologi
Khusus dilakukan untuk pemeriksaan penyakit jamur golongan
mikosis dalam. Dengan pewarnaan khusus dari suatu jaringan biopsy,
dapat dicari elemen jamur dalam jaringan tersebut. Pewarnaan khusus
seperti pewarnaan Gram , HE dan PAS dapat mewarnai elemen jamur
dalalm jaringan sehingga tampak lebih jelas. Selain itu, pemeriksaan
histopatologi sangat penting untuk melihat reaksi jaringan akibat infeksi
jamur.
Gambar 8.13 Perbandingan beberapa hasil pewarnaan Jamur
(Sumber:http://3bp.blogspot.com/_EPA1g2DGzmo/R9H0Cvbxn51/AAAAAAAAAEY/VRfKdeWLZfw/s160-h/candidiasin3.jpg)
215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
8.6.2. Pemeriksaan dengan sinar Wood
Sinar Wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu
“saringan wood”, sinar yang tadinya polikromatis menjadi
monokromatis dengan panjang gelombang 3600A. Sinar ini tidak dapat
dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit atu rambut yang mengalami
infeksi oleh jamur-jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat
dilihat, dengan memberi warna yang kehijauan atau fluoresensi. Apabila
pemeriksan dengan cara ini memberi fluoresensi, pemeriksaan sinar
Wood disebut positif dan apabila tidak ada fluoresensi disebut negative.
Jamur-jamur yang memberikan fluoresensi adalah Microsporum
lanosum, Microsporum audoinii, M.canis dan Malassezia furtur
(penyebab tinea versikolor).
Gambar 10. Mikroskopis Malassezia furtur hasil pemeriksaan dengan
sinar woods
(http://imadeharyoga.wordpress.com/2009/07/24/penatalaksanaan-pitiriasis-versikolor-atau-panu/)
8.6.6 Uji Kepekaan terhadap Antijamur
Jenis obat antijamur yang digunakan sebagai terapi dikelompokkan ke dalam
beberapa kelas, yaitu polyenes, azoles dan candins. Amphotericin B (AMB)
merupakan antijamur utama yang dapat membunuh hampir seluruh jamur.
Namun penggunaan obat ini juga berefek samping pada manusia seperti
215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
menimbulkan demam, rigors, kerusakan ginjal hingga syok. Terapi dengan obat
ini harus mempertimbangkan efek sampingnya terhadap pasien. Obat yang paling
banyak digunakan adalah kelompok azoles, yaitu fluconaozle (FLU),
itraconazole (ITRA), dan voriconazole (VORI). Kelompok azoles memiliki
mekanisme penghambatan terhadap aktivitas jamur dan memiliki efek samping
yang lebih ringan. Namun terapi berlebihan atau kesalahan penggunaan obat
menyebabkan resistensi pada beberapa jenis jamur sehingga uji kepekaan
terhadap antijamur perlu dilakukan sebelum pengobatan ditentukan.
Uji sensitivitas terhadap antijamur yang direkomendasikan oleh komite
nasional untuk standar laboratorium klinik (CLSI) adalah M27-A2 untuk ragi,
M38-A untuk kapang, dan M44-A untuk uji difusi.
Metode M44-A adalah metode yang paling banyak digunakan. Teknik
pengujian hampir sama dengan uji sensitivitas pada bakteri. Agar Mueller-Hinton
digunakan sebagai media. Beberapa produk untuk uji sensitivitas diantaranya
Trek Diagnostic System (Cleveland, Ohio) dan Etest (AP Biodisk, Solina,
Sweden).
DAFTAR PUSTAKA
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
Betty A. Forbes, Daniel F. Sahm, and Alice S. Weissfeld, 2007, Bailey & Scott’s,
Diagnostic Microbilogy, Twelfth edition, Mosby Elsevier, Texas
http://adasidna.blogspot.com/2008/03/candidiasis-diagnosa-dan-identifikasi.html
http://gmg.xoom.it/Microonline/Micologia%20generale/micologia.htm
http://imadeharyoga.wordpress.com/2009/07/24/penatalaksanaan-pitiriasis-
versikolor-atau-panu
http://okaok.multiply.com/journal?&page_start=40
http://pemburumikroba.blogspot.com/2010/11/morfologi-koloni.html
http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/Website/Lects/Fungi.htm
http://www.sodiycxacun.web.id/2010/05/dermatomikosis-mikosis-
superfisial.html)
http://www.virtual.unal.edu.co/cursos/medicina/2010828/lecciones/cap9/cap9-
1b.htm
http://yeadhi.blogspot.com/2010_01_01_archive.html
Mahon and Manuselis, 1995, Textbook of Diagnostic Microbiology, WB.
Saunders Company, Philadelphia
R.S. Siregar, Penyakit Jamur Kulit, Edisi ke-2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta, 2002
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i