Upload
wahid-hilmy-sulaiman
View
76
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
DIAGNOSIS
Diagnosis plantar fasitis biasanya dapat ditegakkan hanya dari riwayat penyakit,
mengetahui faktor resiko, dan pemeriksaan fisik saja. Onset nyeri tumit bagian bawah
pada plantar fasitis biasanya muncul secara berangsur-angsur, akan tetapi pada
beberapa orang rasa nyeri dapat muncul secara tiba-tiba. Rasa nyeri biasanya muncul
saat pasien mulai berjalan setelah, biasanya, pasien seharian tidak beraktivitas. Rasa
nyeri dapat semakin memburuk jika pasien melanjutkan aktivitas, khususnya aktivitas
berat, setelah nyeri ini muncul. Rasa nyeri juga dapat memberat jika pasien berjalan
dengan bertelanjang kaki atau menaiki tangga.
Pada anamnesis mengenai riwayat penyakit saat ini, penting ditanyakan
mengenai onset dari nyeri yang dirasakan, gejala-gejala yang saat ini dirasakan oleh
pasien, pekerjaan pasien, adakah kenaikan berat badan dalam kurun waktu terakhir,
adakah peningkatan frekuensi, intensitas, dan lama dari olahraga berlari dalam
seminggu, apakah pasien melakukan olahraga berlari pada tempat yang mendaki, usia
dari sepatu yang dipakai saat berolahraga, dan tujuan dari olahraga yang dilakukan.
Terdapat beberapa faktor resiko munculnya plantar fasitis pada pasien, yaitu:
1. Pronasi kaki yang berlebihan (pes planus)
2. Ketinggian lengkungan pada telapak kaki (pes cavus)
3. Kegiatan berlari yang berlebihan
4. Obesitas (BMI >30 kg/m2)
5. Berdiri atau berjalan dalam jangka waktu lama
6. Duduk terlalu lama
7. Tegangnya tendon Achilles dan otot-otot intrinsik kaki.
Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi, kita dapat melihat bahwa pasien akan
berjalan dengan posisi “equine” pada kaki yang sakit dengan tujuan menghindari
tekanan pada tumit yang nyeri. Pada palpasi didapatkan rasa nyeri pada tuberositas
kalkaneus medialis dan arkus medialis longitudinalis. Nyeri yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk. Pemeriksaan fisik dapat lebih dipastikan dengan cara “memperburuk”
rasa nyeri yang disebabkan penekanan pada MLA (arkus medialis longitudinalis), yaitu
dengan cara tetap menekan titik nyeri pada MLA dan melakukan windlass mechanism
dengan cara melakukan dorsofleksi ibu jari kaki sebesar 65o
Bagian plantar medial yang menimbulkan rasa nyeri saat pasien berjalan atau
dalam pemeriksaan fisik palpasi.
Pemeriksaan radiologis hanya diperlukan jika penegakan diagnosis tidak jelas
(biasanya tidak dilakukan jika tidak diperlukan). Pada foto polos bisa didapatkan
gambaran spur pada bagian tumit, akan tetapi adanya gambaran spur ini tidak bisa
membuat diagnosis plantar fasitis menjadi pasti karena gambaran spur pada tumit juga
bisa didapatkan pada pasien tanpa plantar fasitis. Pemeriksaan USG merupakan
pemeriksaan yang tidak mahal dan sangat berguna untuk melihat adanya kelainan
pada jaringan lunak pada tumit. Pada pemeriksaan USG menunjukkan penebalan >4
mm dari fasia dan hipoekogenisiti yang menggambarkan adanya edema pada plantar
fasia. MRI adalah pemeriksaan yang baik untuk dilakukan, dan merupakan pencitraan
yang baik untuk menentukan penyebab rasa nyeri yang sangat pada tumit. Pada
pemeriksaan MRI akan didapatkan adanya penebalan plantar fasia bagian proksimal.
Foto polos lateral pedis menunjukkan adanya spur pada tumit.
Potongan sagital pada MRI menunjukkan adanya penebalan pada bagian
proksimal plantar fasia.
DIAGNOSIS BANDING
Beberapa diagnosis banding plantar fasitis adalah sebagai berikut:
ETIOLOGI KARAKTERISTIK
Neurologis
Neuropati Diabetes mellitus, alkoholisme,
kekurangan vitamin
Tarsal tunnel syndrome Rasa seperti terbakar pada bagian plantar
medial
Skeletal
Fraktur kalkaneus akut Adanya trauma langsung,
ketidakmampuan menopang berat badan
Kalkaneus apofisitis Banyak terjadi pada usia remaja, rasa
nyeri terdapat pada kalkaneus posterior
Tumor kalkaneus Rasa nyeri dirasakan dari tulang
Arthritis Rasa yeri juga terdapat pada sendi yang
lain, bilateral
Jaringan lunak
Tendinitis achilles Rasa nyeri ada di kalkaneus posterior
sampai ke tendon achilles
Kontusio tumit Adanya riwayat terjatuh dan menahan
jatuh dengan tumit, benturan langsung
pada tumit, rasa nyeri dirasakan pada
bagian tumit yang menjadi tumpuan atau
bagian yang terkena benturan
Ruptur plantar fasia Adanya resi mendadak pada tumit,
ekimosis
Tendinitis tibialis posterior Nyeri pada engkel posterior atau nyeri
dirasakan pada seluruh kaki
TATA LAKSANA
Tata laksana konservatif
Plantar fasitis merupakan sebuah keadaan yang bersifat self-limiting condition,
dimana biasanya rasa nyeri akan semakin dirasakan memberat dalam satu tahun
pertama perjalanan penyakit dika pasien tidak ditata laksana. Banyak pasien akan
mengeluhkan ketidakmampuan mereka dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Meskipun
beberapa obat-obatan terbukti ampuh untuk menghilangkan nyeri pada plantar fasitis,
para ahli masih percaya bahwa tata laksana konservatif masih dibutuhkan untuk tata
laksana dari plantar fasitis, meskipun sudah diberikan obat-obatan.
Tata laksana konservatif dimulai dari terapi langsung pada pasien, kemudian
dilanjutkan dengan alat-alat atau modalitas yang dimiliki oleh fisioterapi. Pengambilan
keputusan kapan harus mengganti tata laksana dilihat dari respon pasien terhadap
terapi selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Selama kurun waktu ini, 90%
pasien akan menunjukkan peningkatan dengan adanya terapi konservatif. Jika nyeri
yang dirasakan pasien tidak membaik selama 6 bulan, terkadang dilakukan prosedur
tata laksana invasif.
Tata laksana analgesik dan istirahat
Terapi langsung pada pasien yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri plantar
fasitis harus didukung oleh adanya istirahat yang cukup, perubahan aktivitas, dan
pemberian obat-obatan seperti asetaminofen dan NSAID.
Modalitas terapi fisik dan peregangan
Penggunaan modalitas ataupun beberapa cara terapi fisik berguna untuk
mengurangi rasa nyeri yang berlebih pada plantar fasitis. Kebanyakan terapi plantar
fasitis bersifat kombinasi, meskipun belum ada bukti berdasarkan pembelajaran
modalitas mana yang merupakan modalitas terbaik untuk mengobati plantar fasitis. Inti
dari penggunaan modalitas ini adalah menggunakan teknik yang ada untuk
meregangkan plantar fasia dan otot-otot kaki intrinsik untuk mengurangi rasa nyeri.
Pasien pun dapat diajarkan cara melakukan peregangan yang baik dan benar agar
selama pasien di rumah pasien tetap dapat melakukan fisioterapi oleh dirinya sendiri.
Peregangan eksentrik
Heel-cup
Arch support
Anterior night splint
PERENCANAAN TATA LAKSANA
1. Riwayat penyakit pasien
a. Nyeri plantar atau kalkaneus
b. Nyeri pada tumit saat pertama kali berdiri setelah tidur atau duduk dalam
jangka waktu yang lama
c. Rasa nyeri bertambah bila berjalan tanpa alas kaki pada permukaan yang
keras
d. Rasa nyeri bertambah jika berdiri, berjalan, atau berlari dalam jangka waktu
yang lama
2. Pemeriksaan fisik
a. Rasa nyeri pada bagian plantar medial kalkaneus pada palpasi
b. Obesitas
c. Hiperpronasi pada kaki yang nyeri (flat foot)
d. Melangkah dengan cara yang tidak normal dengan kaki yang nyeri berjalan
dengan posisi equine
e. windlass mechanism positif
3. Tata laksana awal
a. Istirahat dan perubahan aktivitas
b. Pemijitan dengan menggunakan es
c. Teknik-tenknik peregangan
d. Asetaminofen dan NSAID
e. Modalitas fisioterapi (heel cups)
f. Menurunkan berat badan
4. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan jika tidak ada perubahan
a. Foto polos (anteroposterior, oblik, lateral)
b. USG
c. MRI
5. Tata laksana lanjutan (oleh fisioterapis)
a. Peregangan eksentrik, pemijatan myofasial dalam, iontoforesis dengan asam
asetat atau dexamethason
b. Suntikan kortikosteroid perkutaneus
c. Modalitas fisioterapi (arch supports, night splint)
6. Sikap jika tidak ada perubahan dalam 6 bulan
a. Terapi listrik ekstrakorporeal
b. Fasiotomi plantar
KESIMPULAN
Plantar fasitis merupakan penyebab paling umum dari rasa nyeri yang terdapat
pada tumit bagian bawah. Kelainan anatomi, penggunaan otot secara berlebihan,
kelemahan, kelebihan berat badan, dan kesalahan dalam berolahraga dapat
menyebabkan kondisi ini. Adanya beban berlebih yang diberikan pada plantar fasia
secara berulang dapat menyebabkan perubahan degeneratif yang mengakibatkan
menurunnya fungsi plantar fasia untuk menyerap gaya yang dihasilkan oleh berat
badan pada tanah.
Dalam banyak kasus, tata laksana konservatif terbukti sukses untuk mengurangi
dan mengendalikan gejala yang berkaitan dengan plantar fasitis. Jika tata laksana
konservatif tidak efektif, suntikan kortison terbukti ampuh untuk mengurangi rasa nyeri.