12
DIAGNOSIS Diagnosis plantar fasitis biasanya dapat ditegakkan hanya dari riwayat penyakit, mengetahui faktor resiko, dan pemeriksaan fisik saja. Onset nyeri tumit bagian bawah pada plantar fasitis biasanya muncul secara berangsur-angsur, akan tetapi pada beberapa orang rasa nyeri dapat muncul secara tiba-tiba. Rasa nyeri biasanya muncul saat pasien mulai berjalan setelah, biasanya, pasien seharian tidak beraktivitas. Rasa nyeri dapat semakin memburuk jika pasien melanjutkan aktivitas, khususnya aktivitas berat, setelah nyeri ini muncul. Rasa nyeri juga dapat memberat jika pasien berjalan dengan bertelanjang kaki atau menaiki tangga. Pada anamnesis mengenai riwayat penyakit saat ini, penting ditanyakan mengenai onset dari nyeri yang dirasakan, gejala- gejala yang saat ini dirasakan oleh pasien, pekerjaan pasien, adakah kenaikan berat badan dalam kurun waktu terakhir, adakah peningkatan frekuensi, intensitas, dan lama dari olahraga berlari dalam seminggu, apakah pasien melakukan olahraga berlari pada tempat yang mendaki, usia dari sepatu yang dipakai saat berolahraga, dan tujuan dari olahraga yang dilakukan. Terdapat beberapa faktor resiko munculnya plantar fasitis pada pasien, yaitu: 1. Pronasi kaki yang berlebihan (pes planus) 2. Ketinggian lengkungan pada telapak kaki (pes cavus) 3. Kegiatan berlari yang berlebihan

Diagnosis Plantar Fasitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diagnosis Plantar Fasitis

DIAGNOSIS

Diagnosis plantar fasitis biasanya dapat ditegakkan hanya dari riwayat penyakit,

mengetahui faktor resiko, dan pemeriksaan fisik saja. Onset nyeri tumit bagian bawah

pada plantar fasitis biasanya muncul secara berangsur-angsur, akan tetapi pada

beberapa orang rasa nyeri dapat muncul secara tiba-tiba. Rasa nyeri biasanya muncul

saat pasien mulai berjalan setelah, biasanya, pasien seharian tidak beraktivitas. Rasa

nyeri dapat semakin memburuk jika pasien melanjutkan aktivitas, khususnya aktivitas

berat, setelah nyeri ini muncul. Rasa nyeri juga dapat memberat jika pasien berjalan

dengan bertelanjang kaki atau menaiki tangga.

Pada anamnesis mengenai riwayat penyakit saat ini, penting ditanyakan

mengenai onset dari nyeri yang dirasakan, gejala-gejala yang saat ini dirasakan oleh

pasien, pekerjaan pasien, adakah kenaikan berat badan dalam kurun waktu terakhir,

adakah peningkatan frekuensi, intensitas, dan lama dari olahraga berlari dalam

seminggu, apakah pasien melakukan olahraga berlari pada tempat yang mendaki, usia

dari sepatu yang dipakai saat berolahraga, dan tujuan dari olahraga yang dilakukan.

Terdapat beberapa faktor resiko munculnya plantar fasitis pada pasien, yaitu:

1. Pronasi kaki yang berlebihan (pes planus)

2. Ketinggian lengkungan pada telapak kaki (pes cavus)

3. Kegiatan berlari yang berlebihan

4. Obesitas (BMI >30 kg/m2)

5. Berdiri atau berjalan dalam jangka waktu lama

6. Duduk terlalu lama

7. Tegangnya tendon Achilles dan otot-otot intrinsik kaki.

Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi, kita dapat melihat bahwa pasien akan

berjalan dengan posisi “equine” pada kaki yang sakit dengan tujuan menghindari

tekanan pada tumit yang nyeri. Pada palpasi didapatkan rasa nyeri pada tuberositas

kalkaneus medialis dan arkus medialis longitudinalis. Nyeri yang dirasakan seperti

tertusuk-tusuk. Pemeriksaan fisik dapat lebih dipastikan dengan cara “memperburuk”

rasa nyeri yang disebabkan penekanan pada MLA (arkus medialis longitudinalis), yaitu

Page 2: Diagnosis Plantar Fasitis

dengan cara tetap menekan titik nyeri pada MLA dan melakukan windlass mechanism

dengan cara melakukan dorsofleksi ibu jari kaki sebesar 65o

Bagian plantar medial yang menimbulkan rasa nyeri saat pasien berjalan atau

dalam pemeriksaan fisik palpasi.

Pemeriksaan radiologis hanya diperlukan jika penegakan diagnosis tidak jelas

(biasanya tidak dilakukan jika tidak diperlukan). Pada foto polos bisa didapatkan

gambaran spur pada bagian tumit, akan tetapi adanya gambaran spur ini tidak bisa

membuat diagnosis plantar fasitis menjadi pasti karena gambaran spur pada tumit juga

bisa didapatkan pada pasien tanpa plantar fasitis. Pemeriksaan USG merupakan

pemeriksaan yang tidak mahal dan sangat berguna untuk melihat adanya kelainan

pada jaringan lunak pada tumit. Pada pemeriksaan USG menunjukkan penebalan >4

mm dari fasia dan hipoekogenisiti yang menggambarkan adanya edema pada plantar

fasia. MRI adalah pemeriksaan yang baik untuk dilakukan, dan merupakan pencitraan

yang baik untuk menentukan penyebab rasa nyeri yang sangat pada tumit. Pada

pemeriksaan MRI akan didapatkan adanya penebalan plantar fasia bagian proksimal.

Page 3: Diagnosis Plantar Fasitis

Foto polos lateral pedis menunjukkan adanya spur pada tumit.

Potongan sagital pada MRI menunjukkan adanya penebalan pada bagian

proksimal plantar fasia.

DIAGNOSIS BANDING

Page 4: Diagnosis Plantar Fasitis

Beberapa diagnosis banding plantar fasitis adalah sebagai berikut:

ETIOLOGI KARAKTERISTIK

Neurologis

Neuropati Diabetes mellitus, alkoholisme,

kekurangan vitamin

Tarsal tunnel syndrome Rasa seperti terbakar pada bagian plantar

medial

Skeletal

Fraktur kalkaneus akut Adanya trauma langsung,

ketidakmampuan menopang berat badan

Kalkaneus apofisitis Banyak terjadi pada usia remaja, rasa

nyeri terdapat pada kalkaneus posterior

Tumor kalkaneus Rasa nyeri dirasakan dari tulang

Arthritis Rasa yeri juga terdapat pada sendi yang

lain, bilateral

Jaringan lunak

Tendinitis achilles Rasa nyeri ada di kalkaneus posterior

sampai ke tendon achilles

Kontusio tumit Adanya riwayat terjatuh dan menahan

jatuh dengan tumit, benturan langsung

pada tumit, rasa nyeri dirasakan pada

bagian tumit yang menjadi tumpuan atau

bagian yang terkena benturan

Ruptur plantar fasia Adanya resi mendadak pada tumit,

ekimosis

Tendinitis tibialis posterior Nyeri pada engkel posterior atau nyeri

dirasakan pada seluruh kaki

TATA LAKSANA

Page 5: Diagnosis Plantar Fasitis

Tata laksana konservatif

Plantar fasitis merupakan sebuah keadaan yang bersifat self-limiting condition,

dimana biasanya rasa nyeri akan semakin dirasakan memberat dalam satu tahun

pertama perjalanan penyakit dika pasien tidak ditata laksana. Banyak pasien akan

mengeluhkan ketidakmampuan mereka dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Meskipun

beberapa obat-obatan terbukti ampuh untuk menghilangkan nyeri pada plantar fasitis,

para ahli masih percaya bahwa tata laksana konservatif masih dibutuhkan untuk tata

laksana dari plantar fasitis, meskipun sudah diberikan obat-obatan.

Tata laksana konservatif dimulai dari terapi langsung pada pasien, kemudian

dilanjutkan dengan alat-alat atau modalitas yang dimiliki oleh fisioterapi. Pengambilan

keputusan kapan harus mengganti tata laksana dilihat dari respon pasien terhadap

terapi selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Selama kurun waktu ini, 90%

pasien akan menunjukkan peningkatan dengan adanya terapi konservatif. Jika nyeri

yang dirasakan pasien tidak membaik selama 6 bulan, terkadang dilakukan prosedur

tata laksana invasif.

Tata laksana analgesik dan istirahat

Terapi langsung pada pasien yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri plantar

fasitis harus didukung oleh adanya istirahat yang cukup, perubahan aktivitas, dan

pemberian obat-obatan seperti asetaminofen dan NSAID.

Modalitas terapi fisik dan peregangan

Penggunaan modalitas ataupun beberapa cara terapi fisik berguna untuk

mengurangi rasa nyeri yang berlebih pada plantar fasitis. Kebanyakan terapi plantar

fasitis bersifat kombinasi, meskipun belum ada bukti berdasarkan pembelajaran

modalitas mana yang merupakan modalitas terbaik untuk mengobati plantar fasitis. Inti

dari penggunaan modalitas ini adalah menggunakan teknik yang ada untuk

meregangkan plantar fasia dan otot-otot kaki intrinsik untuk mengurangi rasa nyeri.

Pasien pun dapat diajarkan cara melakukan peregangan yang baik dan benar agar

selama pasien di rumah pasien tetap dapat melakukan fisioterapi oleh dirinya sendiri.

Page 6: Diagnosis Plantar Fasitis

Peregangan eksentrik

Heel-cup

Page 7: Diagnosis Plantar Fasitis

Arch support

Anterior night splint

Page 8: Diagnosis Plantar Fasitis

PERENCANAAN TATA LAKSANA

1. Riwayat penyakit pasien

a. Nyeri plantar atau kalkaneus

b. Nyeri pada tumit saat pertama kali berdiri setelah tidur atau duduk dalam

jangka waktu yang lama

c. Rasa nyeri bertambah bila berjalan tanpa alas kaki pada permukaan yang

keras

d. Rasa nyeri bertambah jika berdiri, berjalan, atau berlari dalam jangka waktu

yang lama

2. Pemeriksaan fisik

a. Rasa nyeri pada bagian plantar medial kalkaneus pada palpasi

b. Obesitas

c. Hiperpronasi pada kaki yang nyeri (flat foot)

d. Melangkah dengan cara yang tidak normal dengan kaki yang nyeri berjalan

dengan posisi equine

e. windlass mechanism positif

3. Tata laksana awal

a. Istirahat dan perubahan aktivitas

b. Pemijitan dengan menggunakan es

c. Teknik-tenknik peregangan

d. Asetaminofen dan NSAID

e. Modalitas fisioterapi (heel cups)

f. Menurunkan berat badan

4. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan jika tidak ada perubahan

a. Foto polos (anteroposterior, oblik, lateral)

b. USG

c. MRI

5. Tata laksana lanjutan (oleh fisioterapis)

a. Peregangan eksentrik, pemijatan myofasial dalam, iontoforesis dengan asam

asetat atau dexamethason

Page 9: Diagnosis Plantar Fasitis

b. Suntikan kortikosteroid perkutaneus

c. Modalitas fisioterapi (arch supports, night splint)

6. Sikap jika tidak ada perubahan dalam 6 bulan

a. Terapi listrik ekstrakorporeal

b. Fasiotomi plantar

KESIMPULAN

Plantar fasitis merupakan penyebab paling umum dari rasa nyeri yang terdapat

pada tumit bagian bawah. Kelainan anatomi, penggunaan otot secara berlebihan,

kelemahan, kelebihan berat badan, dan kesalahan dalam berolahraga dapat

menyebabkan kondisi ini. Adanya beban berlebih yang diberikan pada plantar fasia

secara berulang dapat menyebabkan perubahan degeneratif yang mengakibatkan

menurunnya fungsi plantar fasia untuk menyerap gaya yang dihasilkan oleh berat

badan pada tanah.

Dalam banyak kasus, tata laksana konservatif terbukti sukses untuk mengurangi

dan mengendalikan gejala yang berkaitan dengan plantar fasitis. Jika tata laksana

konservatif tidak efektif, suntikan kortison terbukti ampuh untuk mengurangi rasa nyeri.