Upload
azlina-fartenity
View
215
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
GEJALA (PPDGJ)
Menurut PPDGJ, schizophrenia pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental pada karakteristik pikiran dan persepsi serta afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciouness) dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.
Dalam melakukan diagnosa schizophrenia pada penderita, terdapat beberapa pedoman
diagnostik yang harus diikuti, yaitu pertama harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang
amat jelas (biasanya 2 gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas).
a) Isi Pikiran
a) Thought Echo.
Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang dan bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan
isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda.
b) Thought Insertion atau Withdrawl.
Isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawl)
c) Thought Broadcasting.
Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
b) Delusi
a) Delusion of Control.
Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
b) Deluasions of Influence.
Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
c) Delusions of Passivity.
Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar.
"Tentang dirinya" artinya secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak
atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).
d) Delusional Perception.
Pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c) Halusinasi Auditorik.
a) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku penderita.
b) Mendiskusikan perihal penderita di antara mereka sendiri (di antara berbagai suara
yang berbicara)
c) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham yang menurut budaya dianggap tidak wajar
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan adama atau politik tertentu,
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca,
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Kedua, dalam melakukan diagnosa schizophrenia pada penderita paling sedikit
terdapat 2 (dua) gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas.
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandunganafektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan (overvalued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus.
b. Arus pikiran yan terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
d. Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial. Tetapi, harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Ketiga, adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal.
Keempat, harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
GEJALA (DSM-IV-TR)
DSM-IV-TR telah mendaftar lima karakteristik gejala-gejala dari Skizofrenia, yaitu
delusi, halusinasi, pembicaraan yang kacau (disorganized speech), perilaku yang kacau
(disorganized or catatonic behaviour) dan gejala negatif. Gejala negatif merupakan
penurunan atau bahkan hilangnya fungsi-fungsi normal pada individu, seperti bahasa dan
perilaku. Berikut ini adalah penjelasan mengenai gangguan-gangguan yang dapat terjadi pada
diri individu.
1. Gangguan Bahasa dan Pikiran
Berikut ini adalah gangguan-gangguan yang termasuk ke dalam gangguan
bahasa dan pikiran.
a. Delusi
Delusi merupakan suatu kepercayaan yang tidak berdasarkan pada realitas.
Delusi biasanya muncul pada keadaan psikologis tertentu, seperti mania, depresi,
overdosis obat-obatan dan paling banyak ditemukan pada kasus Skizofrenia.
Banyak penderita Skizofrenia tidak menyadari bahwa individu lain mengetahui
kepercayaan delusi mereka merupakan hal yang tidak mungkin terjadi. Berikut ini
adalah bentuk-bentuk delusi.
- Delusi Penyiksaan
Merupakan kepercayaan bahwa ia dimusuhi oleh suatu komplotan tertentu,
dimata-matai, diancam, serta dianiaya.
- Delusi Kontrol atau Pengaruh
Merupakan kepercayaan bahwa individu lain atau ada kekuatan lain yang
mengontrol pemikiran, perasaan dan tindakannya. Ia percaya bahwa ada alat
tertentu yang menghubungkan sinyal-sinyal tertentu ke dalam otaknya, sehingga
individu lain mampu mengendalikannya.
- Delusi Keterhubungan
Merupakan kepercayaan dimana ia berhubungan dengan sesuatu hal atau
peristiwa tertentu, padahal sebenarnya ia tidak ada hubungannya sama sekali
dengan hal atau peristiwa tersebut. Contohnya, penderita Skizofrenia mungkin
berpikir bahwa kehidupan mereka diceritakan di televisi atau berita.
- Delusi Kebesaran
Merupakan kepercayaan dimana ia merasa ia sangat terkenal dan ia adalah
individu yang sangat berkuasa. Delusi seperti ini dapat berkembang menjadi delusi
identitas, dimana suatu saat ia bisa saja mengatakan bahwa ia adalah Joan of Arc,
Yesus dan lainnya.
- Delusi Rasa Bersalah dan Dosa
Merupakan kepercayaan bahwa ia telah melakukan suatu dosa yang tidak
termaafkan dan ia telah mencelakai seseorang. Contohnya, penderita Skizofrenia
dapat mengatakan bahwa ia telah membunuh anak-anaknya.
- Delusi Kesehatan (Hypochondriac)
Merupakan kepercayaan yang tidak berdasar bahwa ia menderita penyakit
fisik yang mengerikan.
- Delusi Nihilisme
Merupakan kepercayaan dimana ia dan semua orang di dunia telah lenyap.
Pasiennya dapat mengatakan bahwa ia adalah roh yang telah kembali dari
kematian.
Pada akhirnya, beberapa penderita Skizofrenia mengeluhkan bahwa pemikiran
mereka telah dirusak dengan cara-cara tertentu. Beberapa delusi ada yang
berhubungan dengan Delusions of Control, diantaranya adalah sebagai berikut.
- Penyebarluasan Pikiran
Merupakan kepercayaan bahwa pemikiran seroang individu telah
disebarluaskan pada seluruh dunia, sehingga individu lain dapat mengetahui
pemikiran individu tersebut.
- Pemasukan Pikiran
Merupakan kepercayaan bahwa individu lain memasukkan pemikirannya ke
dalam pemikiran individu.
- Pemindahan Pikiran
Merupakan kepercayaan bahwa individu lain telah memindahkan
pemikirannya.
Beberapa penderita Skizofrenia terkadang mengalami Blocking, yaitu
ditengah-tengah pada saat ia membicarakan sesuatu, ia kemudian tiba-tiba diam
dan ia tidak ingat apa yang sedang ia bicarakan.
b. Kehilangan Keterhubungan
Bleuler menyatakan bahwa Skizofrenia adalah tidak berhubungannya antara
ide-ide yang berbeda atau fungsi mental yang berbeda. Salah satu contoh
perpecahan yang jelas adalah pembicaraan yang melantur yang biasanya muncul
pada penderita Skizofrenia yang masih muda. Apa yang mereka ucapkan seringkali
tidak menunjukkan adanya asosiasi di dalamnya. Mereka berpindah dari satu topik
ke topik lain, padahal topik tersebut jauh dari topik sebenarnya yang ingin ia
bicarakan.
c. Kemiskinan Isi
Sebagai akibat dari hilangnya asosiasi, bahasa yang dikemukakan penderita
Skizofrenia mungkin sangat sedikit. Meskipun individu menggunakan beberapa
kata saat berbicara, yang secara benar secara perbendaharaan kata, ia tidak
menyampaikannya dengan luas. Berikut ini adalah contoh surat yang
menggambarkan kemiskinan isi pembicaraan (Poverty of Content).
Yang tersayang, Ibuku.
Saya sedang menulis di kertas. Pulpen yang saya gunakan dibuat dari pabrik “Perry
& Co.” Pabrik ini ada di Inggris. Saya menduganya. Di belakang nama Perry Co.
kota London di tuliskan; tapi bukan kotanya. Kota London ada di Inggris. Saya
mengetahuinya dari hari sekolah. Lalu, saya selalu menyukai Geografi. Guru
Geografi saya yang terakhir adalah Profesor August A. Ia seorang pria dengan
mata hitam. Saya juga suka mata hitam. Ada juga warna biru, mata abu-abu dan
warna mata lainnya. Saya telah mendengar bahwa dikatakan bahwa ular memiliki
mata hijau. Semua orang memiliki mata. Ada beberapa juga yang buta. Orang-
orang buta ini dipimpin oleh anak laki-laki. Pasti sangat buruk tidak bisa melihat.
Ada orang-orang yang tidak bisa melihat dan tambahan tidak bisa mendengar. Saya
tahu beberapa yang mendengar terlalu banyak. Seseorang bisa mendengar terlalu
banyak.
d. Neologisme
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kerancuan bahasa yang digunakan
oleh penderita Skizofrenia umumnya dianggap sebagai akibat dari pemikiran yang
bingung. Beberapa peneliti saat ini menyatakan bahwa keganjilan bahasa yang
dikemukakan penderita Skizofrenia mungkin bukan dikarenakan gangguan pikiran
secara radikal, tetapi dikarenakan ketidakmampuan untuk mendapatkan simbol
verbal yang umum dan disetujui. Untuk itu, apa yang dikatakan penderita
Skizofrenia mungkin saja masuk akal, hanya saja mereka tidak tahu bagaimana
cara menyampakainnya.
Kata-kata yang digunakan mungkin jarang sekali digunakan dan bahkan tidak
terdapat di dalam kamus. Pemakaian kata-kata tersebut disebut neologisme
(Neologisms). Neologisme dibuat dengan cara menggabungkan beberapa kata atau
bisa juga menyatakan kata-kata biasa tetapi dengan cara yang berbeda.
e. Clanging (Gemerincing)/ Penggabungan Kata
Kejanggalan lain yang terkadang ditemukan dalam pembicaraan seorang
penderita Skizofrenia adalah Clanging. Clanging adalah penggabungan kata-kata
yang tidak memiliki hubungan satu sama lain dan diucapkan seperti menggunakan
rima tertentu.
f. Campur Aduk Kata
Dalam beberapa kasus, bahasa penderita Skizofrenia menunjukkan proses
penurunan asosiasi secara keseluruhan. Hal tersebut pada akhirnya tidak
memungkinkan pendengar untuk mengikuti hubungan antara kata dan frase yang
digunakan. Pola bahasa demikian disebut Word Salad. Word Salad adalah
penggabungan kata dan frase, tetapi gaya pernyataannya sama sekali tidak
berhubungan.
2. Gangguan Persepsi
Beberapa pasien Skizofrenia mengalami perubahan persepsi, termasuk ilusi
visual, gangguan pendengaran akut, tidak mampu memfokuskan perhatian, sulit
mengenali indviidu lain dan sulit memahami apa yang individu lain katakan. Berikut ini
adalah gangguan-gangguan yang termasuk ke dalam gangguan persepsi yang paling
sering dibicarakan.
a. Gangguan Perhatian Selektif
Individu normal melakukan seleksi atensi tanpa memikirkan hal tersebut
terlebih dahulu. Mereka tidak sulit untuk memutuskan akan fokus pada rangsang apa.
Untuk penderita Skizofrenia, hal tersebut belum tentu dapat dilakukan. Para peneliti
saat ini merasa bahwa penurunan seleksi atensilah yang mendasari banyak simptom
Skizofrenia. Karena sulit melakukan pemilihan perhatian, penderita Skizofrenia
kemudian membuat asosiasi yang aneh, berbicara melantur, mengalami emosi yang
tidak tepat dan bahkan melakukan pola perilaku yang aneh.
b. Halusinasi
Gangguan persepsi pada penderita Skizofrenia diantaranya adalah mereka
merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Dirasakannya stimulus eksternal yang
tidak tepat disebut halusinasi. Halusinasi auditori paling banyak muncul, yaitu sekitar
70 persen. Halusinasi auditori adalah didengarnya satu atau dua suara yang saling
berbicara. Halusinasi lain yang banyak muncul adalah halusinasi visual.
Penderita Skizofrenia tidak hanya mengalami masalah persepsi saja, tetapi
juga masalah monitoring kenyataan (realitas), yang berhubungan dengan kesulitan
mereka untuk melakukan pemilihan perhatian. Ketidakmampuan mereka untuk
mengetahui stimulus yang tidak relevan mungkin menyulitkan mereka untuk
membedakan suara yang ia kira ada dengan suara yang memang benar-benar ada.
3. Gangguan Suasana Hati
Gangguan suasana hati tidak banyak muncul pada kasus Skizofrenia, tetapi
lebih banyak kasusnya pada gangguan suasana hati psikosis. Gangguan suasana hati
melibatkan depresi yang dalam atau Manic Elation (sangat bahagia) atau bergantian
antara keduanya. Beberapa pasien tidak hanya mengalami Manic Depressive tetapi
juga menunjukkan simptom-simptom Skizofrenia. Sindrom intermediate ini disebut
gangguan Skizoafektif (Schizoaffective Disorder). Rata-rata penderita Skizoafektif
lebih baik daripada penderita Skizofrenia, tetapi lebih buruk daripada penderita
gangguan suasana hati.
Dalam Skizofrenia, gangguan suasana hati terdiri dari dua bentuk, yaitu
pengaruh yang tumpul atau datar dan pengaruh yang tidak tepat. Pengaruh yang
tumpul adalah sedikitnya emosi yang ditunjukkan. Sedangkan pengaruh yang datar
adalah tidak adanya emosi yang ditunjukkan. Pengaruh yang tidak tepat adalah tidak
sesuainya ekspresi emosi dengan situasi yang terjadi. Penurunan emosi biasanya
diikuti dengan Anhedonia, yaitu penurunan rasa gembira.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penderita Skizofrenia cenderung
menunjukkan gestur yang sama, ekspresi muka dan pandangan terhadap pendengar
yang sama, tanpa memperhatikan apakah emosinya mendeskripsikan rasa senang,
sedih atau marah. Lebih jauh lagi, pada semua situasi diatas, gestur, ekspresi muka,
tatapan wajah penderita Skizofrenia cenderung sama dengan mereka yang tidak
menderita Skizofrenia ketika mereka menggambarkan sesuatu yang bahagia.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pasien-pasien memiliki kesulitan dalam
mengekspresikan dan merasakan emosi yang berbeda, tetapi mereka tidak sulit untuk
merasakan emosi itu sendiri.
4. Gangguan Perilaku Motorik
Pengulangan sikap motorik tertentu, seperti menggosok-gosok kepala,
meremas-remas pakaian dan merobek-robek kertas, dalam situasi tertentu merupakan
sikap abnormal. Tindakan tanpa tujuan yang dilakukan berulang-ulang untuk jangka
waktu yang lama disebut dengan Stereotypy.
Pasien Skizofrenia terkadang menunjukkan tingginya aktivitas motorik,
berlari-lari, merusak perabotan dan aktivitas lain yang membutuhkan banyak energi.
Selain daripada itu, pasien Skizofrenia juga sering tidak melakukan apa-apa untuk
waktu yang lama. Mereka bahkan sampai pada kategori Catatonic Stupor, yaitu tidak
melakukan apapun dan tidak bergerak untuk waktu yang lama.
5. Penarikan Diri Sosial
Seperti yang kita ketahui, tanda-tanda Skizofrenia diantaranya adalah emosi
yang tidak stabil, kurangnya minat terhadap dunia luar. Dikarenakan asyik dengan
pemikiran sendiri, penderita Skizofrenia secara berangsur-angsur menarik dirinya untuk
tidak terlibat dengan lingkungannya. Mereka kemudian menarik dirinya dari
keterlibatan dengan individu lain.
Salah satu studi yang dilakukan terhadap remaja pria berusia 18 – 20 tahun,
yang mengalami beberapa masalah sosial selama masa kecil hingga remaja,
diprediksikan akan menderita Skizofrenia. Masalah sosial tersebut diantaranya adalah
memiliki dua orang teman atau kurang, lebih memilih untuk bersosialisasi dalam
kelompok kecil, lebih sensitif dari yang lain dan tidak memiliki pacar.
Penarikan diri pasien Skizofrenia berhubungan dengan masaah atensi mereka
sendiri. Masalah mental yang sekiranya merupakan akibat dari kurangnya atensi, dapat
membuat komunikasi menjadi sulit dan sangat sedikit sekali komunikasi dilakukan.
Menyadari bahwa pasien Skizofrenia tidak mau dimengerti dan diketahui, hal tersebut
mengakibatkan mereka diperlakukan kasar. Untuk itu, pasien Skizofrenia lebih memilih
untuk fokus pada apapun selain pada individu lain.