Upload
sandri-ssandri
View
37
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lj/k
Citation preview
PENANGANAN PENYAKIT MORBILI PADA ANAK
DENGAN PENDEKATAN HOLISTIK PADA
KELUARGA INTI (NUCLEAR FAMILY)
DI PUSKESMAS KECAMATAN
KELAPA GADING
KELOMPOK VI
ARANI NADHIRA 1102009039
PEMBIMBING:
DR. dr. ARTHA BUDI SUSILA DUARSA, MKes
KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
BAGIAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
APRIL 2014
1
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Laporan hasil studi kasus pasien dengan judul “PENANGANAN PENYAKIT
MORBILI PADA ANAK DENGAN PENDEKATAN HOLISTIK PADA KELUARGA
INTI (NUCLEAR FAMILY) DI PUSKESMAS KECAMATAN KELAPA GADING” ini
telah disetujui oleh pembimbing untuk dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu
tugas dalam Kepaniteraan Klinik Kedokteran Keluarga Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
Jakarta, April 2014
Pembimbing,
DR. dr. Artha Budi Susila Duarsa, MKes
2
KATA PENGANTAR
Assalammua`alaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbil’aalamiin, puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis
sehingga Laporan hasil studi kasus pasien dengan judul “PENANGANAN PENYAKIT
MORBILI PADA ANAK DENGAN PENDEKATAN HOLISTIK PADA KELUARGA
INTI (NUCLEAR FAMILY) DI PUSKESMAS KECAMATAN KELAPA GADING” ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan laporan hasil studi kasus pasien ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas dalam Kepaniteraan Klinik Kedokteran Keluarga Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, periode 17 Maret – 18 April 2014. Penulis juga
berharap agar laporan ini dapat berguna sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi
pembaca, terutama pengetahuan tentang Ilmu Kesehatan Masyarakat mengenai penanganan
penyakit dengan pendekatan secara holistik. Pasien dalam laporan hasil studi kasus ini adalah
salah satu pasien dari Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading ketika penulis ditugaskan di
puskesmas tersebut pada periode 17–28 Maret 2014.
Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing, staf
pengajar, serta orang-orang sekitar penulis yang terkait. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. DR. dr. Artha Budi Susila Duarsa, MKes selaku dosen pembimbing dan staf
pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI.
2. dr. Sugma Agung Purbowo, MARS selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
3. dr. Dini Widianti, MKK selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
4. Rifda Wulansari, SP, MKes selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
3
5. dr. Yusnita, MKes selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
6. dr. Erlina Wijayanti, MPH selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
7. DR. Kholis Ernawati, SSi, MKes selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
8. dr. Dian Mardhiyah, MKK selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
9. dr. Citra Dewi, MKes selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
10. dr. H. Sumedi Sudarsono, MPH selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
11. dr. Siti Rachmi selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading.
12. dr. Lidia Cristina selaku Koordinator Pendididkan Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading.
13. dr. Prayudi Andriyana, dr. Maria Lydia E. Hutagalung, serta seluruh staf dan
tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading yang telah memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis demi kelancaran penulisan laporan ini.
14. Rekan sejawat Kelompok 6 Kepaniteraan Klinik Kedokteran Keluarga Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI periode 17
Maret – 18 April 2014 yang telah sama-sama berjuang dalam penyusunan laporan
hasil studi kasus pasien.
Kesadaran bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan hasil studi
kasus pasien ini dirasakan oleh penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan ini
dapat memberi manfaat bagi semua pihak.
Wassalammu'alaikum wr. wb.
Jakarta, April 2014
Penulis
4
BERKAS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 66 tahun
Gender : Laki – Laki
Pendidikan : SMP
Agama : Islam.
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Tanah Merah No. 77 7/7,
Tanggal periksa :
B. Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis kepada Tn. A pada tanggal 04 Juni 2014
Keluhan Utama : Sesak napas yang semakin memberat sejak 3 hari yang lalu
Keluhan Tambahan : Bengkak pada kaki
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Kecamatan Johar Baru dengan keluhan sesak
napas yang hilang timbul sejak 3 hari SMRS. Sesak dirasakan terutama pada saat
beraktifitas.
Kelapa Gading Poliklinik Anak MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
diantar oleh kedua orangtuanya dengan keluhan panas badan sejak 3 hari yang lalu.6
Panas badan dikatakan oleh ibu pasien berlangsung sepanjang hari dan mendadak
tinggi. Pasien sudah dikompres tetapi masih panas. Keluhan panas badan disertai
dengan ruam-ruam kemerahan yang timbul di bagian wajah, kemudian menyebar ke
punggung, tangan, dan kaki. Riwayat pengobatan disangkal.
Pasien juga dikeluhkan mencret sebanyak 2x sejak tadi pagi. Mencret berupa
cairan berwarna kekuningan, ada ampas, tidak disertai lendir, dan tidak disertai
5
darah. Menurut ibunya, pasien menjadi rewel, sulit tidur, dan nafsu makannya
menurun. Riwayat fogging nyamuk demam berdarah di wilayah rumah pasien
diakui. Riwayat penderita demam berdarah dalam anggota keluarga maupun
tetangga disangkal. Riwayat kejang disangkal. Riwayat kontak dengan anak tetangga
yang terkena campak diakui oleh ibu pasien, sekitar seminggu yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah memiliki keluhan ataupun sakit yang sama seperti ini
sebelumnya. Riwayat kejang sebelumnya disangkal.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa disangkal. Anggota keluarga yang
menderita demam berdarah tidak ada.
4. Riwayat Pribadi
a. Riwayat Kehamilan
Selama kehamilan, ibu pasien rutin kontrol kehamilan ke bidan dan tidak
pernah sakit keras. Riwayat pemakaian obat-obatan ketika hamil disangkal.
b. Riwayat Persalinan
Pasien adalah anak pertama. Pasien lahir normal spontan dibantu bidan
di puskesmas, dikandung cukup bulan, dan langsung menangis. Pasien lahir
dengan berat badan 3200 gram. Tidak ada masalah dalam persalinan.
5. Riwayat Makanan
Pasien diberi ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Setelah itu, pasien mulai
diberi makanan pendamping ASI, yaitu nasi tim, bubur sereal, dan buah-buahan
yang diblender/dilumatkan. Semenjak sakit, nafsu makan pasien jadi berkurang.
6. Riwayat Tumbuh–Kembang
Ibu pasien mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pasien sama
dengan anak-anak seusianya. Sekarang pasien sudah dapat merangkak dan duduk.
7. Riwayat Imunisasi
6
Ibu pasien mengatakan pemberian imunisasi lengkap di puskesmas, kecuali
imunisasi campak karena usianya belum genap sembilan bulan.
• BCG : 1x, usia 1 bulan.
• DPT : 3x, usia 2, 3, 4 bulan.
• Polio : 4x, usia 1, 2, 3, 4 bulan.
• Hep B : 3x, usia 2, 3, 4 bulan.
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Penghasilan Tn. S (ayah pasien) adalah Rp3.500.000,- per bulan sebagai
seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta. Tn. S mengatakan bahwa
penghasilannya tersebut dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari rumah tangga,
bahkan dapat ditabung. Dalam satu rumah ada tiga orang yang ditanggung hidupnya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Kesan Sakit : tampak sakit sedang.
b. Kesadaran : compos mentis.
2. Vital Sign
a. Tekanan darah : tidak dinilai.
b. Frekuensi nadi : 145 x/menit (N 80–160 x/menit, rata-rata 120x/menit).
c. Frekuensi napas : 36 x/menit (takipneu >50x/menit).
d. Suhu : 38,8oC.
3. Status Gizi (WHO z-scores)
a. Berat badan : 8,3 kg.
b. Panjang badan : 68 cm.
c. BB/U : 0 s/d 1 SD.
d. PB/U : -1 s/d 0 SD.
e. BB/PB : 0 s/d 1 SD.
f. BB ideal : n+9
2 =
8+92
= 8,5 kg.
g. Simpulan : gizi baik.
7
4. Status Generalis
a. Kepala
Ubun-ubun : belum menutup, cekung (-).
Wajah : ruam makulopapular (+).
Mata : cekung, konjungtiva anemis (-), injeksi konjungtiva (+/+),
sklera ikterik (-), sekret mata (-/-).
Telinga : serumen (-/-), keluar sekret dari telinga (-/-).
Hidung : pernapasan cuping hidung (-/-), sekret hidung (+/+).
Mulut : perioral cyanosis (-), mukosa mulut basah, Koplik’s spot (-),
Forchheimer’s sign sulit dinilai.
b. Leher : KGB tidak tampak dan tidak teraba membesar,
retraksi suprasternal (-).
c. Thorax : B/G simetris kiri = kanan, retraksi interkostal (-).
Pulmo : VBS kiri = kanan, ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Cor : bunyi jantung reguler, murmur (-), gallop (-).
d. Abdomen
Inspeksi : datar, ruam makulopapular (+).
Auskultasi : bising usus (+) normal.
Palpasi : turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba membesar.
e. Ekstremitas
Atas : akral hangat, sianosis (-/-), capillary refill time <2 detik,
ruam makulopapular (+).
Bawah : akral hangat, sianosis (-/-), ruam makulopapular (+).
D. Usulan Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin.
IgG, IgM anti-dengue.
8
BERKAS KELUARGA
A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga (KK) : Tn. A, 67 tahun
b. Identitas Pasangan : Ny. S, 58 tahun
c. Struktur Komposisi Keluarga
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
No Nama Kedudukan Gender Usia Pendidikan Pekerjaan
1 Tn. A Kepala
Keluarga
L 67
tahun
SMP Wiraswasta
2 Ny. S Istri P 58
tahun
SD Ibu Rumah Tangga
3 An. A Anak P 8 bln - -
2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
a. Lingkungan Tempat Tinggal
Tabel 2. Lingkungan Tempat Tinggal
Status kepemilikan rumah Milik sendiri.
Daerah perumahan Padat bersih.
Karakteristik Rumah dan Lingkungan
Luas rumah: 3 x 5 m2. Kesimpulan
Jumlah penghuni: 4 (empat) orang Tn. A tinggal bersama istrinya Ny. S DI
RUMAH YANG SEDERHANA DENGAN
JUMLAH PENGHUNI 5 ORANG . Rumah
terdiri dari ruang tamu dan ruang keluarga
yang menjadi satu, serta memiliki dua kamar
tidur. Rumah memiliki kamar mandi dan
jamban. Dapur keluarga ini terdapat dekat
dengan kamar mandi. Sumber air keluarga ini
bersala dari air PAM
Bertingkat/tidak bertingkat: tidak
bertingkat
Lantai rumah: keramik.
Dinding rumah: tembok.
Jamban keluarga: ada.
Ketersediaan air bersih: ada.
Tempat pembuangan sampah: ada.
9
Gambar 1. Denah Rumah Keluarga Tn. S
b. Kepemilikan Barang-Barang Berharga
Satu unit sepeda motor.
Satu unit lemari pendingin satu pintu.
Satu unit kompor gas.
Satu unit televisi 17 inchi.
Dua unit kipas angin.
Satu unit penanak nasi.
Satu unit radio
3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
a. Tempat berobat : Puskesmas.
b. Jaminan kesehatan : BPJS Kesehatan.
10
4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Tabel 3. Pelayanan Kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan
Aksesibilitas Kendaraan pribadi
(Sepeda Motor)
Jika ada anggota keluarga yang sakit,
langsung dibawa ke puskesmas, karena
biaya gratis dan jarak dari rumah ke
Puskesmas tidak terlalu jauh sehingga
memudahkan anggota keluarga ini
untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan . Tn. A merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan oleh
Puskesmas Johar Baru II
Tarif Gratis
Kualitas Cukup memuaskan
5. Pola Konsumsi Makan Keluarga
a. Kebiasaan makan
Keluarga Tn. A memiliki kebiasaan makan sehari tiga kali dengan menu
makanan sehari – hari keluarga ini tidak tetap. Menu makanan yang biasa
disediakan adalah makanan sederhana seperti daging, ikan , tempe, tahu, telur,
sayur berkuah, dan sesekali mengkonsumsi buah – buahan.Ny. S memasak
sendiri makanan untuk keluarganya, karena Ny. S sudah mengetahui penyakit
Tn. A pada saat memasak mengurangi konsumsi garam dan membatasi
memasak masakan yang banyak mengandung santan.
b. Upaya penerapan pola gizi seimbang
Keluarga Tn. S tidak terlalu memperhatikan pola makan gizi seimbang
dari menu makanan sehari-hari. Menu makanan disesuaikan dengan kemauan
Tn. A yang nanti akan dimasakkan oleh istrinya.Hal ini dikafrenakan
pengetahuan yang kurang tentang makanan dengan gizi seimbang, selain itu
faktor ekonomi yang menjadi hambatan untuk keluarga ini dalam memenuhi
kebutuhan sehari – hari. Ny. S juga mengurangi konsumsi garam dan membatasi
penggunaan penyedap makanan (vetsin) saat memasak makanan untuk
keluarganya.
Tabel 4. Daftar Food recall An. A
11
Waktu
Makan
Hari/Tanggal
Jum’at
21 Maret 2014
Sabtu
22 Maret 2014
Minggu
23 Maret 2014
PagiASI, bubur sereal,
pepaya lumat
ASI, bubur sereal,
pisang lumat
ASI, bubur sereal,
jus jeruk
Siang ASI, nasi tim ASI, nasi tim ASI, nasi tim
MalamASI, bubur sereal,
pisang lumat
ASI,
bubur serealASI
JUMLAH 852 kkal 806 kkal 796 kkal
Keterangan:
- 100 cc ASI = 100 kkal.
- 200 gram bubur sereal = 130 kkal.
- 200 gram pepaya = 46 kkal.
- 200 gram nasi tim = 166 kkal.
- 1 buah pisang mas = 80 kkal.
- 400 gram jeruk = 200 kkal.
Kebutuhan kalori anak usia sampai dengan 1 tahun adalah 100 kkal/
kgBB/hari, sehingga kebutuhan kalori An. A (8,3 kg) adalah 830 kkal/hari.
Pola makan An. A 2 hari terakhir mengandung lebih sedikit kalori daripada
sebelumnya, karena ibu pasien mengatakan bahwa pasien memang lebih rewel
dan enggan untuk makan 3 hari terakhir ini.
6. Pola Dukungan Keluarga
a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Pasien adalah anak pertama dan satu-satunya di keluarga ini, sehingga
setiap pasien jatuh sakit segera dibawa berobat ke puskesmas. Semenjak kecil,
pasien diasuh sendiri oleh ibunya, sehingga ibu pasien mengetahui tumbuh-
kembang pasien dengan baik. Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga,
menjadikannya sangat fokus dalam mengasuh pasien.
b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga
12
Ibu pasien tidak hanya harus memperhatikan pasien, tetapi juga harus
memperhatikan suami dan mengurus kebutuhan rumah tangga. Ibu pasien juga
aktif dalam kegiatan pengajian dan arisan di tingkat RW, dan terkadang
menitipkan anaknya ke tetangga jika ada urusan mendesak keluar rumah.
B. Genogram
1. Bentuk keluarga
Keluarga Tn. S terdiri dari tiga orang, yaitu Tn. S sebagai kepala keluarga;
Ny. K sebagai istrinya; dan An. A sebagai anak. Dengan demikian, keluarga ini
termasuk dalam keluarga inti (nuclear family).
2. Tahapan siklus keluarga
Menurut Carter & McGoldrick (1999), keluarga ini termasuk dalam siklus
keluarga tahap kelima, yaitu keluarga dengan anak kecil.
3. Family map
Gambar 2. Family Map
Keterangan:
13
: pasien.
: laki-laki.
: perempuan.
: tinggal satu rumah.
: meninggal.
: hubungan pernikahan.
: garis keturunan.
C. Identifikasi Permasalahan yang Didapat dalam Keluarga
1. Masalah dalam organisasi keluarga
Dalam struktur keluarga kepala keluarga adalah suami (pasien) yang
saat ini sudah tidak bekerja dan istri pasien sebagai Ibu rumah tangga,
yang mana hanya mengandalkan dari warung kecil yang terdapat di
depan rumah pasien.Status ekonomi pasien menengah ke bawah karena
sudah tidak memiliki pekerjaan
2. Masalah dalam fungsi biologis
Pasien menderita gejala sakit morbili yang kemungkinan besar didapat dari
anak tetangganya yang sedang menderita morbili pula. Penyakit morbili dapat
menular melalui udara, berisiko ditularkan dan menularkan penyakit dari/kepada
orang-orang sekitarnya. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan.
3. Masalah dalam fungsi psikologis
Karena penyakit yang dideritanya tersebut, pasien jadi lebih rewel daripada
biasanya. Jam tidur pasien juga berkurang daripada biasanya.
14
4. Masalah lingkungan
Rumah pasien terletak di suatu lingkungan yang padat dengan jarak antara
satu rumah dengan rumah yang lainnya rapat-rapat, tetapi lingkungan sekitarnya
cukup bersih. Jarak antar-rumah yang rapat-rapat tersebut dapat memudahkan proses
penularan morbili yang sedang diderita oleh pasien.
5. Masalah perilaku kesehatan
Ibu pasien hanya membawa pasien ke puskesmas bila sedang sakit atau ingin
imunisasi saja, tetapi tidak mempunyai catatan untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan bayinya (KMS).
D. Diagnosis Holistik
1. Aspek personal (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran)
Pasien datang berobat ke puskesmas dengan menggunakan sepeda
motor bersama dengan istrinya, Ny.S, karena jarak antara rumah dan
puskesmas yang dekat dan tanpa biaya (gratis), serta kualitas pelayanan
kesehatan yang dirasakan cukup memuaskan. Keluarga pasien sangat
mengharapkan pasien dapat sembuh dari penyakitnya tersebut dengan
mengonsumsi obat-obatan yang didapat dari dokter di puskesmas.
Kekhawatiran keluarga pasien saat ini adalah penyakitnya tidak dapat
disembuhkan dan menjadi beban keluarga.
2. Aspek klinik
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis kerja dari
pasien adalah gagal jantung.
3. Aspek risiko internal
Pasien sudah sejak usia 40 tahun sudah memiliki darah tinggi , tetapi
pasien jarang kontrol ke dokter dengan alasan keadaan kesehatan saat ini
masih baik dan tidak memerlukan penanganan khusus. Pasien juga suka sekali
mengkonsumsi makan – makanan yang tinggi garam seperti ikan asin serta
mengandung penyedap rasa (tidak menjaga pola makan sesuai untuk penderita
hipertensi).Tetapi belakangan ini pasien mengurangi konsumsi tinggi garam
serta mengurangi penggunaan penyedap makanan. Pasien hampir tidak
15
pernah berolahraga.Hipertensi tidak hanya diderita oleh Tn. A, orang tua dari
Tn. A meninggal karena Hipertensi dan Diabetes Melitus (DM).
4. Aspek risiko eksternal/psikososial keluarga
Pasien dititipkan ke tetangga seminggu yang lalu karena ibu pasien ada
urusan keluar rumah. Ternyata di rumah tetangga, pasien bertemu kontak dengan
anak tetangga yang sedang terkena campak.
5. Aspek fungsional (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari)
Pasien termasuk dalam derajat 4, yaitu pasien terkesan lebih rewel dan
menurun nafsu makannya.
16
E. Prognosis
Ad vitam : ad bonam.
Ad functionam : ad bonam.
Ad sanactionam : ad bonam.
17
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil diharapkan Keterang
an
Aspek
Personal
Menjelaskan kepada
pasien tentang
penyakit gagal
jantung yang
dideritanya yang
membutuhkan
pengobatan
berkelanjutan dan
rutin
Pasien
dan
keluarg
a
Pada saat
kunjunga
n ke
Puskesma
s
Pemahaman
pasien tentang
penyakit yang
diderita pasien
dan pasien dapat
menghindari
faktor – faktor
yang dapat
memperparah
penyakit yang
diderita pasien.
Bersedia
Aspek
Klinis
Memberikan obat
Hipertensi :
Captopril 2 x 12,5
mg dan
memberikan
rujukan kepada
pasien untuk di
bawa ke poli
jantung untuk
mendapatkan
penanganan yang
lebih baik
Pasien Pada saat
kunjunga
n ke
puskesmas
Pasien dapat
meminum obat
yang telah
diberikan secara
rutin dan tidak
terputus serta
berobat ke Poli
Jantung
Bersedia
Aspek
risiko
Internal
-Menganjurkan
pasien mengubah
pola makan yang
rendah garam dan
mengurangi
konsumsi penyedap
rasa dengan
memberitahukan
makanan apa yang
Pasien
dan
keluarg
a
Pada saat
kunjunga
n ke
rumah
pasien
Pasien
menghindari
makanan yang
dapat
meningkatkan
kadar tekanan
darah
Bersedia
18
boleh dimakan
sesuai kebutuhan
kalori pasien
-Memberitahukan
pasien agar
membatasi
aktivitas fisik
sehari – hari
-Menganjurkan
pasien agar dapat
mengendalikan
stres
Aspek
psikologi
keluarga
-Menganjurkan
keluarga pasien
agar selalu
memberikan
dukungan kepada
pasien agar selalu
menjaga kesehatan
dan selalu
mengingatkan
pasien untuk
kontrol ke dokter
Pasien
dan
keluarg
a
Saat
kunjunga
n ke
rumah
pasien
Keluarga
memberikan
perhatian lebih
kepada pasien
Bersedia
Aspek
Fungsion
al
Menyarankan
pasien untuk
membatasi
aktivitas fisik yang
dapat memperberat
penyakit yang
diderita oleh pasien
Pasien
dan
keluarg
a
Saat
kunjunga
n ke
rumah
pasien
Kondisi tubuh
pasien lebih sehat
dan kuat
Bersedia
19
ANALISIS KASUS
20
Pasien An. A, perempuan berusia 8 bulan 27 hari, adalah anak tunggal dari pasangan
Tn. S (23 tahun) dan Ny. K (23 tahun). Mereka tinggal hanya bertiga dalam 1 rumah, di
kediamannya di daerah Kecamatan Koja, Jakarta Utara. An. A adalah salah satu pasien di
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading, berkunjung pada tanggal 24 Maret 2014, dibawa oleh
orangtuanya karena panas badan disertai ruam kemerahan sejak 3 hari yang lalu. Kemudian
dilakukan diagnosis holistik meliputi aspek personal, aspek klinis, aspek risiko internal, aspek
risiko eksternal, dan aspek fungsional.
Pada aspek personal ditemukan bahwa pasien datang berobat ke puskesmas diantar
kedua orangtuanya dengan kendaraan pribadi Tn. S (motor), karena jarak antara rumah dan
puskesmas yang dekat dan tanpa biaya (gratis), serta kualitas pelayanan kesehatan yang
dirasakan cukup memuaskan. Pasien dibawa berobat karena menderita panas badan disertai
dengan ruam kemerahan hampir di seluruh tubuhnya sejak 3 hari yang lalu. Keluarga pasien
sangat mengharapkan pasien dapat sembuh dari penyakitnya tersebut dengan mengonsumsi
obat-obatan yang didapat dari dokter di puskesmas. Kekhawatiran keluarga pasien saat ini
adalah pasien mengalami sakit yang serius sehingga harus dirawat inap.
Selanjutnya adalah aspek klinis. Untuk mendapatkan aspek klinis, dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis terhadap ibu
pasien. Dari hasil anamnesis diketahui bahwa pasien menderita panas badan sejak 3 hari yang
lalu, disertai ruam kemerahan yang dimulai muncul dari wajah lalu ke badan dan ekstremitas.
Pasien dikeluhkan pula mencret sebanyak 2x sejak tadi pagi. Mencret berupa cairan berwarna
kekuningan, ada ampas, tidak ada lendir dan darah. Menurut ibunya, pasien menjadi rewel,
sulit tidur, dan nafsu makannya menurun. Riwayat penyakit demam berdarah di lingkungan
pasien tidak ditemukan. Riwayat kontak dengan anak tetangga yang terkena campak diakui
oleh ibu pasien. Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu febris, status gizi baik, mata cekung
dengan konjungtivitis, sekret hidung positif, bising usus meningkat, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, ruam makulopapular di bagian wajah, tubuh, dan ekstremitas (atas dan
bawah).
Berdasarkan data-data tersebut, diagnosis kerja pasien adalah morbili dengan
komplikasi enteritis. Penyakit lain dengan gejala serupa morbili/rubeola adalah
rubella, roseola, dan demam berdarah. Pada rubella/german measles, didapati
Forchheimer's sign (papula kemerahan di sekitar palatum molle) dan adanya
pembesaran kelenjar getah bening. Pada roseola infantum, ruam kemerahan muncul
ketika panas badan mulai turun. Pada demam berdarah, didapati trombositopenia dan
peningkatan hematokrit (dibutuhkan pemeriksaan laboratorium).
21
Pada aspek risiko internal, pasien ternyata belum mendapatkan imunisasi campak
karena usianya belum genap 9 bulan. Walaupun sudah terkena campak, pasien tetap harus
diimunisasi campak 6 bulan setelah sembuh untuk memperkuat antibodi yang telah dibuat
oleh tubuh ketika terkena campak. Pada aspek risiko eksternal, pasien bertemu kontak dengan
anak tetangga yang sedang terkena campak. Pasien dititipkan ke tetangga seminggu yang lalu
karena ibu pasien sedang ada urusan keluar rumah. Pada aspek fungsional, pasien termasuk
dalam derajat 5 yang mana pasien tidak mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.
Rencana penatalaksanaan ditujukan untuk individu pasien, keluarga pasien, dan
komunitas di lingkungan sekitar pasien. Penatalaksanaan medis bertujuan untuk mengurangi/
menghilangkan gejala yang dialami pasien, karena morbili termasuk dalam self-limiting
disease yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pemberian cairan dan nutrisi bermaksud untuk
menjaga status hidrasi, mengingat pasien mengalami morbili dengan komplikasi enteritis.
Parasetamol diberikan untuk menurunkan panas (obat simptomatik). Vitamin A diberikan
untuk re-epitalisasi dari mukosa kulit dan mata (konjungtivitis)
Kepada keluarga pasien dijelaskan tentang penyakit morbili dan cara penularannya
saat kunjungan rumah. Kepada ibu pasien mungkin lebih ditekankan untuk berhati-hati ketika
menitipkan pasien ke tangan orang lain, karena pasien masih berusia hampir 9 bulan sehingga
masih rentan tertular penyakit. Selain itu dijelaskan pula tentang warning sign dan gejala dari
komplikasi untuk kembali ke puskesmas atau layanan kesehatan terdekat, yaitu jika panas
badan menetap tinggi setelah 5 hari, muntah dan diare berdarah, pasien terlihat sesak napas,
tidak mau makan ataupun menetek/minum sama sekali, serta kejang. Setelah itu diharapkan
pasien dapat dicegah untuk tidak jatuh ke dalam fase penyakit yang lebih parah.
Saat kunjungan rumah, perlu dijelaskan pula mengenai cara penularan dari penyakit
morbili dan pencegahannya kepada masyarakat sekitar keluarga pasien. Morbili disebabkan
oleh paramyxovirus yang dapat ditularkan melalui udara, kontak langsung dengan sekresi
hidung atau tenggorokan, sehingga dengan menghindari kontak dengan pasien campak dapat
menjadi salah satu pencegahan tertularnya penyakit. Imunisasi campak juga penting
diberikan untuk mencegah terkena penyakit campak Imunisasi diberikan kepada anak saat
berusia 9 bulan. Dengan demikian diharapkan mata rantai penularan penyakit campak ini
dapat dihentikan sehingga masyarakat terutama anak-anak dapat terlindungi dari penyakit
campak.
22
TINJAUAN PUSTAKA
23