Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ii
ANALISIS PUTUSAN TENTANG TINDAK PIDANA PENGGELAPAN, NOMOR.
766/PID.B/2016/PN.JMB, MENURUT KUHP DAN HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melangkapi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Program Sarjana Hukum
Dalam Hukum Pidana Isam
Oleh:
MUHAMMAD AIZUDDIN
NIM : SHP.141664
JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS
SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN
JAMBI 2018 H / 2019 M
ii
iii
Pembimbing I : Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,MH
Pembimbing II : Abdul Razak, S.HI.,M.IS
Alamat : Fakultas Syari’ah UIN Shultan Thaha Saifuddin Jambi, Jl.
Jambi Muara Bualian KM. 16 Simp Sungai Duren, Kabupaten
Muaro Jambi, Jambi, 3134 Telp : (0741) 582021
Jambi, / / 2018
Kepada :
Yth. Bapak Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Di
Jambi
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami
berpendapat bahwa Skripsi Saudara MUHAMMAD AIZUDDIN, NIM :
SHP.141664 yang berjudul “Analisis Putusan Tentang Tindak Pidana
Penggelapan, No. 766/Pid.B/2016/PN.Jmb, Menurut KUHP dan Hukum
Islam” telah dapat di ajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi tugas-tugas
dan syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Hukum Strata Satu (S1) dalam Hukum
Pidana Islam pada Fakultas Syari’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikian, kami ucapkan terimakasih, semoga bermanfaat bagi
kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalam wr.wb
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ruslan Abdul Gani, SH,M.Hum Abdul Razak, S.HI.,M.IS
NIP:19650929 200501 1 002 NIP:1980020 720090 1 107
v
MOTTO
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah
kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”. (Qs. An-Nisa (4): 29)
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan, skripsi ini kepada orang tua saya yang selalu
mendoakan saya sehingga syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat diselesaikan,
saya ucapkan terimakasih tak terhingga atas doanya.
Buat teman-teman yang selalu menemani, suka dan duka selama
perjuanganku, terimakasih untuk semuanya.
Tak lupa pula buat sahabat seperjuangan, terima kasih atas kritik dan
sarannya dalam pembuatan skripsi ini. Semoga pengorbanan orang-orang tercinta
mendapat balasan rahmat dan karunia dari Allah SWT.
vii
ABSTRAK
Tindak pidana penggelapan adalah perbuatan mengambil barang milik
orang lain (sebagian atau seluruhnya) dimana penguasaan atas barang itu sudah
ada pada pelaku, tapi penguasaan itu terjadi secara sah. Tindak pidana
penggelapan merupakan perbuatan melawan hukum yang sering terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertimbangan
hakim dalam memutuskan tindak pidana penggelapan menurut KUHP pada
putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor 766/Pid.B/2016/PN Jmb tentang
penggelapan sepeda motor, untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap
putusan hakim Pengadilan Negeri Jambi Nomor : 766/Pid.B/2016/PN Jmb tentang
penggelapan sepeda motor. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
yuridis normative, data ini diperoleh dari Pengadilan Negeri Klas 1A Jambi yang
dikumpulkan dari beberapa buku-buku, peraturan perundang-undang dan
dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa Penanganan perkara tindak pidana
penggelapan di Pengadilan Negeri Jambi sudah dilakukan sesuai dengan
ketentuan Hukum Acara Pidana yang berlaku, hal ini dapat diketahui dari judul
perkara penggelapan yang melalui sidang 3 (tiga) tahun terakhir yakni tahun 2014
s/d 2016 sebanyak 85 kasus, Dasar Pertimbagan hukum oleh hakim dalam
menjatuhkan pidana penggelapan terhadap nomor 766/Pid.B/2016/PN.Jmb.
didasarkan pada perkara-perkara hukum yang diperoleh selama di dalam proses
persidangan yakni, keterangan saksi, barang bukti dan alat bukti, keterangan
terdakwa, selain itu yang tidak kalah pentingnya persidangan adalah didasar pada
hal-hal yang memberatkan dan meringankan yang ada pada diri terdakwa.
Kata Kunci : Putusan, Tindak Pidana, Penggelapan.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah AWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula
iringan sholawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Skripsi ini diberi judul “Analisis Putusan Tentang Tindak Pidana
Penggelapan, Nomor. 766/Pid.B/2016/Pn Jmb.” Kemudian dalam penyelesaian
skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis temui
baik dalam mengumpulkan data maupun dalam penyusunannya. Dan berkat
adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang
diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama
sekali kepada yang terhormat: Penulis juga menghaturkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor Uin STS Jambi.
2. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syar’iah UIN STS
Jambi.
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc.,M.HI.,Ph.D. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, MH
dan Ibu Dr. Yuliatin, MH selaku Wakil Dekan I,II, dan III di lingkungan
Fakultas Syari’ah UIN STS Jambi.
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................i
LEMBARAN PERNYATAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .....................................................................iv
MOTTO ................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .................................................................................................vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7
D. Batasan Masalah ............................................................................. 9
E. Kerangka Teori Dan Konseptual................................................... 9
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 15
BAB II METODE PENELITIAN ..................................................................... 19
A. Pendekatan Penelitian ................................................................... 19
B. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 20
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 21
D. Teknis Analisis Data ...................................................................... 23
E. Sistematika Penulisan .................................................................... 25
F. Jadwal Penelitian ........................................................................... 26
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENGGELAPAN DAN
LOKASI PENELITIAN ..................................................................................... 28
A. Definisi Jenis-jenis Penggelapan ................................................... 28
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................ 30
BAB IV PENYELESAIAN TERHADAP PERKARA .................................... 41
A. Penanganan Perkara-perkara Tindakan
Pidana Penggelapan di Pengadilan Negeri
Jambi ............................................................................................... 41
B. Tindak Pidana Penggelapan Terhadap
Prespektif Hukum Islam ............................................................... 64
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 71
A. Kesimpulan ..................................................................................... 71
B. Saran-Saran .................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tindak pidana penggelapan di Indonesia saat ini menjadi salah satu
penyebab terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan
nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat. Kehidupan masyarakat sedikit
demi sedikit mulai berubah, Penghormatan atas nilai-nilai hukum yang ada
mulai bergeser, masyarakat mulai berfikir materialistis dan egois dalam
menghadapi kehidupan ini, hal ini juga menyebabkan mulai melemahnya
rasa kepercayaan masyarakat terhadap sesama individu.
Menurut Pasal 372 KUHP tindak pidana penggelapan adalah
barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu
yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang
ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena
penggelapan, dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau pidana
denda paling banyak 900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah).
Soerjono Soekanto mengemukakan pendapatnya, bahwa kejahatan
(tindak pidana) adalah gejala sosial yang senantiasa dihadapi untuk
setiap masyarakat di dunia. Apapun usaha untuk menghapuskannya
tidak tuntas karena kejahatan itu memang tidak dapat dihapus. Hal
itu terutama disebabkan karena tidak semua kebutuhan dasar
manusia dapat dipenuhi secara sempurna, lagi pula manusia
mempunyai kepentingan yang berbeda yang dapat berwujud
sebagai pertentangan yang prinsipil1.
1 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, cet 9, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999), hlm. 14.
2
Adapun tujuan pemidanaan menurut Utilitarian adalah
sebagai berikut :
Tujuan Pemidanaan di Indonesia menurut Pandangan
Utilitarian yang menyatakan bahwa tujuan pemidanaan harus
menimbulkan kosekuensi bermanfaat yang dapat di buktikan.
Keadilan tidak boleh melalui pembebanan penderitaan itu sendiri,
selain itu pandangan Retibutivist menyatakan bahwa keadilan dapat
dicapai apabila tujuan yang theological tersebut dilakukan dengan
menggunakan ukuran prinsip-prinsip keadilan. Misalnya
penderitaan pidana tersebut tidak boleh melebihi ganjaran yang
selayaknya diperoleh pelaku tindak pidana tersebut oleh karena itu
suatu tujuan pemidanaan sangatlah penting sebagai pedoman dalam
memberikan dan menjatuhkan pidana.2
Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak
diperkenankan merendahkan martabat manusia. Sehubungan dengan
tujuan pidana, Andi Hamzah mengemukakan tentang tiga R dan satu D
(Menurut Literatur Inggris R3D) :3
1. Reformation berarti memperbaiki atau penjahat menjadi orang
baik dan berguna menjadi masyarakat.
2. Restrain maksudnya adalah mengasingkan pelanggar dari
masyarakat.`
3. Retribution ialah pembalasan terhadap pelanggar karena telah
melakukan kejahatan.
4. Deterrence berarti terdakwa sebagai individual maupun orang
lain yang potensial menjdi penjahat akan jera atau takut untuk
melakukan kejahatan, melihat pidana yang dijatuhkan kepada
terdakwa.
Dalam hukum Islam masalah penggelapan sepeda motor tidak
disebutkan dengan jelas dalam Al-Qur’andan al-Hadist, akan tetapi bukan
berarti Islam tidak mengatur masalah ini. Justru diperlakukan penggalian
atau penafsiran dari Al-Qur’an untuk menemukan hukum dari masalah ini.
Hukum Islam merupakan hukum yang bersumber dari al-Qur’an dan
2 Https://www.google.co.id/search?q=muladi+lembagahttp:// hari jumat tanggal 15
februari 2018 pukul 09.15 3 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hal 28.
3
Hadist. Apapun bentuk tindak kejahatan yang dilakukan oleh
manusia pasti ada hukumn`ya. Dalam hukum Islam bentuk tindak
kejahatan dikenal dengan istilah jarimah, yaitu perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh syara’ yang diancam oleh Allah dengan hukuman hadd atau
ta’zir.4
Pada umumnya, para ulama membagi jarimah berdasarkan
aspek berat dan ringannya hukuman serta ditegaskan atau tidaknya
oleh al-Qur’an atau Hadist. Dalam hal ini dibagi manjadi tiga
macam, yakni:
1. Jarimah hudud, meliputi perzinaan, qazaf (menuduh zina),
minum khamr (meminum minuman keras), pencurian,
perampokan, pemberontakan dan semi sengaja.
2. Jarimah qisas/diyat, meliputi pembunuhan sengaja,
pembunuhan semi sengaja, pembunuhan karena kesalahan,
pelukaan sengaja, dan pelukaan semi sengaja.
3. Jarimah ta’zir terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Jarimah hudud atau qisas/diyat yang subhat atau tidak
memenuhi syarat, namun sudah merupakan maksiat.
Seperti pencurian aliran listrik, percobaan pembunuhan.
b. Jarimah yang ditentukan oleh al-Qur’an dan al-Haddist,
namun tidak ditentukan sanksinya. Seperti saksi palsu,
penghinaan, tidak melaksanakan amanah, dan menghina
agama.
c. Jarimah yang ditentukan oleh ulil amri untuk
kemaslahatan umum, seperti pelanggaran atas peraturan
lalu lintas.5
Dari uraian diatas, maka penggelapan dengan nomor :
766/Pid.B/2016/PN. Jmb, yaitu penggelapan sepeda motor sepenuhnya
diserahkan kepada ulil amri atau badan yang mempunyai kewenangan
untuk menangani masalah tersebut.6
Tindak pidana penggelapan dalam hukum Islam lebih ditunjukkan
kepada tindakan kriminal. Pada tindak pidana penggelapan dalam jabatan
4 Kemal Pasha, Mustofa, fiqh Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2002, hlm.20.
5 A. Djazuli, fiqh Jinayah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, hlm.13.
6 Ibid., 163.
4
prinsipnya bertentangan dengan moral dan etika keagamaan. Dalam hal
penegakan dan pemeliharaan harta, Islam menetapkan ketentuan tentang
cara memperoleh harta dan konsekuensinya (akibat hukumnya). Banyak
cara untuk memperoleh dan menguasai harta yang benar dan sah, tentu
saja Islam melarang memperoleh harta dengan jalan yang tidak benar
serta melanggar ketentuan hukum. Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-
Baqarah (1) ayat 188 yaitu:7
“dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) ha rta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.
Ayat di atas menjelaskan bahwasanya mengambil harta yang
bukan haknya merupakan perbuatan tercela. Sama halnya dalam tindak
pidana penggelapan berupa penggelapan jabatan dalam arti tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan secara prosedural yang mengakibatkan
karugian negara karena dengan adanya penggelapan makin banyak
pengeluaran pemerintah yang sebenarnya sudah dianggarkan.
Kecenderungan usaha untuk mencapai kesejahteraan material
dengan mengabaikan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat mulai
tampak, sehingga mulai banyak bermunculan pelanggaran dan
pemanfaatan kesempatan secara illegal untuk kepentingan diri sendiri
7 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, jakarta: Depag RI, 2004, hlm.1.
5
tanpa mengabaikan hak-hak dari orang lain serta norma-norma yang ada.
Hal ini diperburuk dengan semakin meluasnya tindak pidana penggelapan,
dimana tindak pidana penggelapan akan membawa sisi negative yaitu
pelanggaran hak-hak sosial serta lunturnya nilai-nilai kehidupan dalam
masyarakat.
Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pertanggungjawaban
pidana yang seharusnya dilakukan oleh pelaku tindak pidana penggelapan.
Dalam tiga tahun belakangan ini saja jumlah kasus tindak pidana
penggelapan yang dilakukan seseorang yang sampai ke Pengadilan Negeri
Jambi adalah sebanyak 85 kasus.8 Mengenai jumlah kasus tersebut penulis
menghitung dari alamat internet yang sudah disediakan Pengadilan Negeri
Jambi dari tahun 2014 s/d 2016.
Tindak pidana penggelapan merupakan suatu tindak pidana yang
berhubungan dengan kepercayaan dan harta kekayaan. Tindak
pidana penggelapan diatur dalam buku kedua bab XXIV Pasal 372,
373, 374, 375, 376, dan 377 KUHP. Penggelapan dengan segala
macam bentuknya merupakan suatu jenis tindak pidana yang cukup
berat bila dilihat dari akibat yang ditimbulkan dan pengaruhnya
terhadap masyarakat. Hal tersebut berbanding lurus dengan upaya
pemberantasan tindak pidana penggelapan harus dituntut dengan
cara yang sesuai dengan yang terdapat di dalam KUHP, serta
melibatkan potensi yang ada dalam masyarakat khususnya
pemerintah dan aparat penegak hukum. Penegakan hukum di
Indonesia dilakukan oleh aparat Negara yang berwenang. Aparat
Negara yang berwenang dalam pemeriksaan perkara pidana adalah
aparat kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan. Polisi, Jaksa, Hakim
merupakan tiga unsur penegak hukum yang masing-masing
mempunyai tugas, wewenang, dan kewajiban sesuai dengan
Peraturan Perundang-undang yang berlaku. Aparat penegak hukum
merupakan unsur yang menjalankan tuganya sebagai subsistem dari
sistem peradilan pidana. Para penegak hukum ini masing-masing
8 http://putusan.mahkamahagung.go.id/pengadilan/pn-jambi/ hari minggu tanggal 17
februari 2018 pukul 10.25
6
mempunyai peranan yang berbeda-beda sesuai dengan bidangnya.
Ketiganya secara bersama-sama mempunyai kesamaan dalam
tujuan pokoknya yaitu pemasyarakatan kembali para narapidana.
Penjatuhan sanksi pidana oleh hakim yang terlalu ringan akan
memberikan dampak negatif yaitu akan munculnya pelaku-pelaku yang
lain untuk melakukan tindak pidana, karena penjatuhan pidana relatif
ringan oleh hakim, padahal hakim dalam menjatuhkan pidana haruslah
menyadari apa makna pemidanaan itu, serta harus menyadari apa yang
hendak dicapai dengan ia menjatuhkan sanksi kepada seseorang yang telah
melanggar ketentuan undang-undang. Hakim juga dalam menetapkan
hukum tidak semata-mata hanya menegakkan hukum dari hukum itu
sendiri melainkan untuk mengejar kemanfaatan sosial.
Seperti salah satu kasus penggelapan yang terjadi dalam perkara
yang diputus Pengadilan Negeri Jambi Nomor : 198/PID.B/2015/PN.Jmb
Tentang tindak pidana penggelapan yang dilakukan terdakwa Isa Bella
Septiana Nk. Alias Ica Binti Helmi Firmansyah yang melakukan
penggelapan dirumah Danni, melakukan penggelapan Sebuah Kendaraan
Bermotor Jenis Honda Blade No. Pol BH 6059 MY warna hitam Noka,
sehingga terdakwa mengalami kerugian apabila ditaksir sebesar
Rp.8.000.000,- (Delapan Juta Rupiah). perbuatan terdakwa Sebagaimana
diatur dan di ancam dalam Pasal 372 KUHP.9
Bertitik tolak dari permasalahan di atas, serta banyak bentuk
perbuatan melanggar hukum terutama bagi penggelapan barang bagi
9 https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/771e83f11915d33dcb0f2bfd4f6eb6f0
pukul 12:12, senin 12/23/2017
7
pelaku-pelaku tersebut. Maka penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana sanksi pidana terhadap pelaku penggelapan tersebut. Maka hal
ini menjadi objek penelitian ini yang berjudul. “Analisis Putusan Tentang
Tindak Pidana Penggelapan, Nomor. 766/Pid.B/2016/PN.Jmb, Menurut
KUHP Dan Hukum Islam”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana penanganan perkara tindak pidana penggelapan di
Pengadilan Negeri Jambi?
2. Bagaimana tindak pidana penggelapan terhadap perspektif Hukum
Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berikut tujuan penelitian tindak pidana penggelapan sebagai berikut :
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dengan diadakannya penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui penanganan perkara tindak pidana
penggelapan di Penggelapan Negeri Jambi.
b. Untuk mengetahui tindak pidana penggelapan terhadap perspektif
Hukum Islam.
8
2. Manfaat Penulisan
Dalam rangka memperoleh manfaat penulisan yang relevan
dengan pembahasan tulisan ini, maka penulis melakukan teknik
penulisan sebagai berikut :
a. Secara Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan
masukan bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan pengetahuan
tentang penggelapan pada khususnya.
b. Secara Praktis
1. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar SH pada
Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan baik kepada
Mahasiswa, Peneliti, maupun pihak lain yang ingin
memahami hukum pidana terutama mengenai pertimbangan-
pertimbangan hukum yang dikeluarkan oleh hakim dalam
suatu putusan.
c. Secara Akademis
1. Memberikan solusi untuk mencegah, mengatasi, dan
memberi jalan penyelesaian terhadap masalah
penggelapan.
2. Memberikan masukan kepada aparat penegak hukum
untuk menangani penyelesaian kasus penggelapan melalui
jalur penegakan hukum.
9
3. Menberikan gambaran kepada masyarakat tentang akibat
hukum terhadap tindak pidana pengelapan.
4. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu hukum khususnya hukum pidana.
D. Batasan Masalah.
Agar pembahasan ini tepat pada sasaran dan tidak terlalu meluas
serta tidak menyalahi sistematika penulisan karya ilmiah sehingga
membawa hasil yang diharapkan, maka perlu pembatasan masalah ini akan
dibatasi pada Putusan Pengadilan Negeri Nomor, 766/Pid.B/2016/PN.Jmb
tentang penggelapan sepeda motor (dilihat dari KUHP dan Hukum Islam).
E. Kerangka Teori Dan Konseptual
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstrak
dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya
bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi
sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.
Kerangka teori merupakan susunan dari beberapa anggapan,
pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai kesatuan yang logis
untuk menjadi landasan, acuan, dan pedoman untuk mencapai tujuan
dalam penelitian atau penulisan.10
Kerangka teori yang digunakan
pada penelitian ini adalah teori pemidanaan absolut (retributive),
relative (deterrence/utilitarian), dan penggabungan (integrative).
10
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya, 2004,
hlm. 73.
10
Teori pemidanaan absolut (retributive), memandang bahwa
pemidanaan merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah
dilakukan, jadi berorientasi pada perbuatan dan terletak pada
kejahatan itu sendiri. Menurut teori ini, dasar hukuman harus dicari
dari kejahatan itu sendiri, karena kejahatan itu telah menimbulkan
penderitaan bagi orang lain, sebagai imbalannya (vergelding) si
pelaku harus diberi penderitaan.11
Setiap kejahatan harus diikuti dengan pidana, tidak boleh tidak,
tanpa tawar menawar. Seseorang mendapat pidana oleh karena
melakukan kejahatan. Tidak dilihat akibat-akibat apapun yang timbul
dengan dijatuhkannya pidana, tidak peduli apakah masyarakat
mungkin akan dirugikan. Pembalasan sebagai alasan untuk memidana
suatu kejahatan.12
Penjatuhan pidana pada dasarnya penderitaan pada
penjahat dibenarkan karena penjahat telah membuat penderitaan bagi
orang lain.13
Menurut Hegel bahwa, pidana merupakan keharusan
logis sebagai konsekuensi dari adanya kejahatan.14
Ciri pokok atau karakteristik teori retributive, yaitu :15
a. Tujuan pidana adalah semata-mata untuk pembalasan.
11
Laden Marpaung, Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika, 2009,
hlm.105. 12
Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia, Bandung : PT.
Rafika Aditama, 2009, hlm.24. 13
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana (Kajian
Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi), Jakarta : Pustaka Pelajar, 2005, hlm.90 14
Muladi dan Barda Nawawi, Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung, Alumni,
Bandung, 1992, hlm.12. 15
Karl O.Cristiansen sebagaimana dikutip oleh Dwidja Priyanto, Op. Cit, hlm.26
11
b. Pembalasan adalah tujuan utama dan didalamnya tidak
mengandung sarana-sarana untuk tujuan lain misalnya untuk
kesejahteraan masyarakat.
c. Kesalahan merupakan satu-satunya syarat untuk adanya pidana.
d. Pidana harus disesuaikan dengan kesalahan si pelanggar.
e. Pidana melihat ke belakang, ia merupakan pencelaan yang
murni dan tujuannya tidak untuk memperbaiki, mendidik atau
memasyarakatkan kembali si pelanggar.
Teori relative (deterrence), teori ini memandang pemidanaan
bukan sebagai pembalasan atas kesalahan si pelaku, tetapi sebagai
sarana mencapai tujuan bermanfaat untuk melindungi masyarakat
menuju kesejahteraan. Dari teori ini muncul tujuan pemidanaan
sebagai sarana pencegahan, yaitu pencegahan umum yang ditujukan
pada masyarakat. Berdasarkan teori ini, hukuman yang dijatuhkan
untuk melaksanakan maksud atau tujuan dari hukuman itu, yakni
memperbaiki ketidakpuasan masyarakat sebagai akibat kejahatan itu.
Tujuan hukuman harus dipandang secara ideal, selain dari itu, tujuan
hukuman adalah untuk mencegah (prevensi) kejahatan.16
Menurut Leonard, teori relatif pemidanaan bertujuan mencegah
dan mengurangi kejahatan. Pidana harus dimaksudkan untuk
mengubah tingkah laku penjahat dan orang lain yang berpotensi atau
cenderung melakukan kejahatan. Tujuan pidana adalah tertib
masyarakat, dan untuk menegakkan tata tertib masyarakat itu
diperlukan pidana.17
16
Leden Marpung, Op. Cit, hlm.106. 17
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Op, Cit, hlm.96-97
12
Pidana bukanlah sekedar untuk melakukan pembalasan atau
pengimbalan kepada orang yang telah melakukan suatu tindak pidana,
tetapi mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat. Pembalasan
itu sendiri tidak mempunyai nilai, tetapi hanya sebagai sarana untuk
melindungi kepentingan masyarakat. Dasar pembenaran pidana
terletak pada tujuannya adalah untuk mengurangi frekuensi kejahatan.
Pidana dijatuhkan bukan karena orang membuat kejahatan, melainkan
supaya orang jangan melakukan kejahatan. Sehingga teori ini sering
juga disebut teori tujuan (utilitarian theory).18
Adapun ciri pokok atau karakteristik teori relative (utilitarian),
yaitu :19
a. Tujuan pidana adalah pencegahan (prevention).
b. Pencegahan bukan tujuan akhir tetapi hanya sebagai sarana
untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu kesejahteraan
masyarakat.
c. Hanya pelanggaran-pelanggaran hukum yang dapat
dipersalahkan kepada si pelaku saja (missal karena sengaja atau
culpa) yang memenuhi syarat untuk adanya pidana.
d. Pidana harus ditetapkan berdasarkan tujuannya sebagai alat
untuk pencegahan kejahatan.
e. Pidana melihat ke muka (bersifat prospektif), pidana dapat
mengundang unsur pencelaan, tetapi unsur pembalasan tidak
dapat diterima apabila tidak membantu pencegahan kejahatan
untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat.
Teori gabungan (integrative) mendasarkan pidana pada asas
pembalasan dan asas tertib pertahanan tata tertib masyarakat, dengan
kata lain dua alasan itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Pada
dasarnya teori gabungan adalah gabungan teori absolut dan teori
18
Dwidja Priyanto, Op. Cit, hlm.26 19
Dwidja Priyanto, Ibid.
13
relative. Gabungan kedua teori itu mengajarkan bahwa penjatuhan
hukuman adalah untuk mempertahankan tata tertib hukum dalam
masyarakat dan memperbaiki pribadi si penjahat.20
Teori gabungan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan
besar, yaitu :21
a. Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi
pembalasan itu tidak boleh melampaui batas dari apa yang perlu
dan cukup untuk dapatnya dipertahankannya tata tertib
masyarakat.
b. Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib
masyarakat, tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak
boleh lebih berat daripada perbuatan yang dilakukan terpidana.
Teori treatmen, mengemukakan bahwa pemidanaan sangat
pantas diarahkan kepada pelaku kejahatan, bukan kepada
perbuatannya. Teori ini memiliki keistimewaan dari segi proses re-
sosialisasi pelaku sehingga diharapkan mampu memulihkan kualitas
sosial dan moral masyarakat agar dapat berintrgrasi lagi ke dalam
masyarakat. Menurut Albert Camus, pelaku kejahatan tetap human
offender, namun demikian sebagai manusia, seorang pelaku kejahatan
tetap bebas pula mempelajari nilai-nilai baru dan adaptasi baru. Oleh
karena itu, pengenaan sanksi harus mendidik pula, dalam hal ini
seorang pelaku kejahatan membutuhkan sanksi yang bersifat
treatment.22
20
Leden Marpaung, Op, Cit. hlm.107 21
Admi Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2010,
hlm.162-163. 22
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Op. Cit, hlm.12
14
2. Kerangka konseptual
Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan
antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti
yang berkaitan dengan istilah yang diinginkan dan diteliti.23
Guna menjelaskan nalar yang terkandung dalam judul tersebut
di atas untuk dapat dilihat dari kerangka konseptual berikut ini :
a. Analisis putusan adalah cara pemeriksaan salah satu soal dengan
tujuan menemukan suatu unsur dasar, hubungan antara unsur-
unsur yang bersangkutan.24
b. Tindak pidana penggelapan adalah suatu perbuatan yang melawan
hukum pidana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana serta pelakunya diancam dengan hukuman pidana, yang
diatur dalam Pasal 372, Pasal 373, Pasal 374, Pasal 375, Pasal
376, Pasal 377KUHP.
c. KUHP adalah peraturan perundang-undang yang mengatur
mengenai perbuatan pidana secara materil di Indonesia.
d. Hukum Pidana adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang
menentukan apa yang dilarang termasuk kedalam tindak pidana,
serta menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap
yang melakukannya.
23
Soerjono Soekanto, Penghantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia,
1986, hlm. 132 24
Suharso, Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang, Widya Karya,
2012,hlm. 15
15
F. Tinjauan Pustaka
Demi mendukung penyusunan yang lebih komprehensif, penyusun
melakukan penelaahan awal terhadap karya-karya terdahulu yang relevan
dengan topik yang akan diteliti. Masalah tindak pidana penggelapan
sebenarnya sudah banayak yang menyoroti dan mengkaji, terutama kajian
yang disajikan dalam bentuk buku.
Selain itu penyusun juga menemukan beberapa dalam bentuk judul
skripsi tentang tindak pidana penggelapan. Di antaranya Zilfa Sehan
Bachmid.25
Dengan judul skripsi “Tinjauan Kriminologis Terhadap
Kejahatan Penggelapan Yang Dilakukan Oleh Wanita Di Kota Makasar”.
Pada penelitian ini hanya membahas tentang faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penggelapan oleh wanita adalah faktor ekonomi
dan kebutuhan yang konsumtif. Tingkat ekonomi yang rendah kemudian
memaksa wanita untuk melakukan tindak pidana penggelapan guna
memenuhi kebutuhan hidup, agar bisa mengimbangi taraf hidup. Upaya
penanggulangan yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam mencegah
dan menanggulangi terjadinya kembali penggelapan adalah dengan banyak
memberi penyuluhan dan menumbuhkan kesadaran tiap pelaku tindak
pidana untuk tiidak lagi melakukan penggelapan dengan alasan apapun
karena ganjaran ataupun sanksi yang akan diterima oleh pelaku sangat
berat.
25
Zilfa sehan bachmin, Tahun 2013 Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Makasar, https://respository.unhas.ac.id/handle/123456789/789?show=full pukul 19.35
16
Dalam skripsi itu membahas tentang tindak pidana penggelapan
yang di lakukan oleh wanita karena faktor ekonomi dengan cara motif
penipuan, pemalsuan surat, dan penggelapan dalam jabatan. Sedangkan
skripsi saya membahas tentang penggelapan yang dilakukan karena faktor
depresi perginya istri dengan lelaki pilihannya.
Indriawan.26
Dengan judul skripsi “kajian terhadap tindak pidana
penggelapan kendaraan bermotor roda dua (Studi kasus di pengadilan
negeri Sukoharjo)”. Pada penelitian ini hanya membahas tentang dasar
pertimbangan yang di gunakan Hakim di dalam pemeriksaan perkara
tindak pidana penggelapankendaraan bermotor meliputi : Surat Dakwaan
Jaksa Penuntut Umum, tanggapan terdakwa atas Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum, keterangan para saksi, barang bukti perkara yang dihadirkan di
dalam persidangan, kesinambungan, kesesuaian dan hubungan antara
fakta-fakta hukum dan keterangan antar saksi, hal-hal yang memberatkan
dan meringankan dari si terdakwa, dan keterangan terdakwa tentang
kebenaran tindak pidana yang dilakukan. Penanganan kasus tindak pidana
penggelapan secara umum tidak mengalami hambatan yang berarti
mengingat bahwa penanganan kasus berjalan dengan baik dan mampu
menghasilkan suatu keputusan yang sesuai dengan asas keadilan bagi
pihak-pihak yang bersengketa. Dalam skripsi ini ada hambatan dalam
pemeriksaan perkara tindak pidana penggelapan sepeda motor, yakni sulit
menghadirkan saksi yang mengetahui kejadian pelaku atau terdakwa
26
Indriawan, Tahun 2008 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta https://eprints.uns.ac.id/5086/1/02807200901081.pdf pukul 20.21
17
dalam mendapatkan barangnya dan pembuktian barang ditangan pelaku
atau terdakwa bukan karena kejahatan. Sedangkan didalam skripsi saya
tidak ada hambatan untuk mendatangkan saksi-saksi di persidangan, dan
dalam persidangan penanganan kasus berjalan dengan baik dan sesuai
dengan asas keadilan bagi pihak-pihak yang bersengketa.
Muhammad Zein Nur.27
Dengan judul “skripsi tinjauan yuridis
tindak pidana penggelapan yang dilakukan oleh tenaga kerja honorer (studi
kasus Putusan No.83/Pid.B/2012/PN.Wtp)”. Pada penelitian ini hanya
membahas tentang penerapan hukum materil dalam Putusan No.
83/Pid.B/2012/PN.Mks. Pertimbangan hakim sebelum menjatuhkan
putusan dalam putusan No.83/Pid.B/2012/PN.Mks. Tapi menurut penulis
sudah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku seperti yang didapatkan
oleh penulis sebelumnya, yaitu berdasarkan pada sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah. Dimana dalam kasus yang diteliti penulis. Alat bukti
yang digunakan hakim adalah keterangan saksi dan keterangan terdakwa.
Lalu kemudian mempertimbangkan tentang pertanggungjawaban pidana,
dalam hal ini Majlis Hakim berdasarkan fakta-fakta yang timbul di
persidangan menilai bahwa terdakwa dapat dipertanggungjawabkan atas
perbuatan yang dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada saat
melakukan perbuatannya terdakwa sadar akan akibat yang ditimbulkan,
27
Zein Nur, angkatan 2013 Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Makassar https://www.google.co.id/search?q=tindak+pidana+penggelapan+pdf&client=ucweb-
b&chanel=sb di akses tanggal 25 mei 2018 pukul 10.15.
18
pelaku dalam melakukan perbuatannya. Ada unsur melawan hukum, serta
tidak adanya alasan penghapusan pidana.
Sedangkan didalam skripsi saya tidak jauh beda dengan apa yang
sudah di bahas dengan skripsi diatas, yaitu menggunakan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah. Dimana dalam kasus yang saya teliti
menggunakan alat bukti yang digunakan hakim adalah keterangan saksi
dan keterangan terdakwa.
Jadi, dari beberapa penelitian penulis memang menemukan hasil
penelitian yang mengkaji tentang pengelapan motor, akan tetapi
pembahasannya dilakukan dengan sengaja, berbeda dengan penelitian
yang akan penulis teliti yakni Analisis Putusan Tentang Tindak Pidana
Penggelapan, Nomor. 766/Pid.B/PN.Jmb, menurut KUHP dan Hukum
Islam.
19
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,
merumuskan dan menganalisi sampai menyusun laporannya. Jadi metode
penelitian merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan yang terdapat dalam penelitian.28
Menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data dan informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik, minat, dan
penting bagi peneliti. Penelitian ini berbentuk penelitian yuridis normatif
yaitu penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisa. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar
fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Adapun pendekatan yang
digunakan dalam pengumpulan data ini menggunakan pendekatan yuridis
normatif dan yuridis empiris dilakukan dengan penelitian lapangan yang
ditujukkan pada penerapan hukum acara pidana dalam perkara pidana.
1. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan
berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori,
konsep-konsep, asas-asas serta peraturan perundang-undang yang
berhubungan dengan penelitian ini. Pendekatan ini dikenal pula
dengan pendekatan kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-
buku, peraturan perundang-undang dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.
28
Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Desertasi (Edisi
Revisi), cet ke4. (Kerinci: STAIN Kerinci Press, 2015), Hlm. 151.
20
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari cerita para
pelaku peristiwa sendiri, dan saksi mata yang mengalami atau
yang mengetahui peristiwa tersebut.29
Dan data primer merupakan data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung dari lapangan oleh yang melakukan
penelitian atau yang bersangkutan memerlukannya. Data
primer ini disebut juga sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpulan data.30
Untuk lebih
jelasnya penulis akan mengemukakan sebagai berikut :
1. Bahan hukum primer
a. Undang-undang Tindak Pidana penggelapan.
b. Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Sedangkan sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an dan
Hadist.
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari penelitian
lapangan yaitu penelitian yang dilakukan di pengadilan Negeri
Jambi, yang mana data primer yang diambil oleh hakim yang
menangani kasus penggelapan di Pengadilan Negeri Jambi.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui
pengumpulan atau pengelolaan data yang bersifat studi
29
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan dan Prakteknya, (Jakarta: PT Bumi Aksara.
2012), Hlm. 205. 30
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D,
cet. Ke-12. (Bandung: Alfabeta, 2011). Hlm. 308.
21
dokumentasi (analisis dokumen) atau data yang berbentuk sudah
jadi.31
Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam
penelitian ini berupa literature-literatur yang mendukung
penelitian ini baik berupa buku, Koran, jurnal maupun tulisan-
tulisan lain yang dianggap penting seperti Putusan Pengadilan
Perkara Pidana Nomor. 766/Pid.B/2016/PN.Jmb.
2. Sumber Data
Sumber data adalah tempat di perolehnya data.32
Berdasarkan
sumbernya, data dibedakan menjadi dua (2), yaitundata primer dan
data sekunder.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data yang relevan dengan pembahasan
tulisan ini, maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
(1) Observasi, (2) Wawancara, dan (3) Dokumentasi. 33
1) Observasi
Observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan
“kegiatan pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan
seluruh indera.” Observasi dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan panduan observasi yang disiapkan untuk memudahkan
31
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif, Kualitatif, (Jakarta: GP
Press, 2008), Hlm. 253. 32
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Desertasi (Edisi
Revisi), cet. Ke-4, (Kerinci: STAIN Kerinci Press, 2015), Hlm. 157. 33
Suharsim Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.156.
22
dan membantu peneliti dalam memperoleh data. Panduan tersebut
dikembangkan dan diperbaharui selama penulis berada di lokasi
penelitian. Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode observasi partisipan, yaitu suatu proses pengamatan
yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam
kehidupan orang-orang yang akan diobservsi. yang mana peneliti
melibatkan diri seara langsung dalam lingkungan penelitian, dengan
demikian diharapkan bahwa data yang diperoleh oleh peneliti dari
narasumber maupun informan yang berkaitan dengan penelitian yang
peneliti teliti yaitu tentang keadaan kantor Pengadilan Negeri Jambi.
2) Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh
pewancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.34
Wawancara dilakukan dalam penelitian ini, yaitu wawancara bebas /
non terstruktur yaitu wawancara yang susunan pertanyaannya tidak
ditentukan lebih dahulu dan pembicaraannya tergantung kepada
suasana wawancara. Wawancara bebas seringkali juga disebut
wawancara tidak berstruktur karena tidak terikat pada daftar
pertanyaan tertentu. Wawancara ini penulis gunakan untuk
memperoleh data-data yang berhubungan dengan analisis penggelapan
di Pengadilan Negeri Jambi.
34
Ibid., hlm155.
23
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mencari data mengurai hal-hal atau
variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat
kabar, majalah, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.35
Data
yang dikumpulkan mengenai teknik tersebut berupa kata-kata,
tindakan dan dokumen tertulis lainnya, dicatat menggunakan catatan-
catatan. Dokumentasi penulis gunakan untuk memperoleh semua data-
data yang berhubungan dengan tinjauan umum tentang pencurian
dalam KUHP, juga mengenai kondisi Pengadilan Negeri Jambi secara
luas.
D. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data kualitatif, Bogdan dan Biklen mengemukakan
bahwa analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara
sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang
dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.36
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis data mengalir (jalinan) adalah dimana dalam model analisis
mengalir tiga komponen analisis yaitu reduksi data, display data dan
verifikasi/penarikan kesimpulan dilakukan saling menjalin dalam proses
pengumpulan data, yang pada prinsipnya dilakukan sepanjang kegiatan
penelitian (during data collection), dan kegiatan yang paling inti
35
Ibid., hlm.231. 36
Michael A. Huberman dan Matthew B. Miles. Analisis Data Kualitatif. (Jakarta:
UI.1992), hlm.16-19
24
mencangkup menyederhanakan data (data reduction), penyajian data (data
display) serta menarik kesimpulan (making conclusion). Hal ini dijabarkan
sebagai berikut :37
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemutusan,
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data-
data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di apangan.
Tumpukan data yang didapat di lapangan akan direduksi dengan cara
merangkum, meresume, kemudian mengklasifikasikan sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Masalah kasus penggelapan motor Nomor.
766/Pid.B/2016/Pn Jmb yang diambil melalui wawancara dan
dokumentasi kemudian dianalisis dengan menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data tersebut sehingga bisa disajikan.
2. Display Data
Penyajian data sebagai sekumpulan data/informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambian
tindakan. Sajian data merupakan upaya peneliti untuk mendapatkan
gambaran dari data yang telah diperoleh serta hubungannya dengan
fokus penelitian yang dilaksanakan, untuk itu saian data dapat dibuat
dalam bentuk matriks, grafik, tabel dan lain sebagainya. Penyajian data
mengenai data dari Pengadilan Negeri Jambi mengenai tindak pidana
37
Michael A. Huberman dan Matthew B. Miles, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta:
UI,1992), hlm.16-19.
25
penggelapan yang telah yang telah direduksi melalui bab-bab yang
sudah tersedia.
3. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
dalam pikiran menganalisis dengan menulis suatu tinjauan ulang pada
catatan. Menarik kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari proses
analisis data, yaitu dengan cara merumuskan kesimpulan penelitian,
baik kesimpulan sementara maupun kesimpulan akhir. Kesimpulan
sementara dapat dibuat terhadap setiap data yng ditemukan pada saat
penelitian sedang berlangsung, dan kesimpulan akhir dapat dibuat
setelah seluruh data doanalisis. Hasil penyajian data bisa diambil
kesimpulan tentang temuan lapangan dan menyesuaikan dengan teori
yang telah disusun sebelum penelitian dilakukan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab yang masing-masing
berisikan sebagai berikut :
Pada bagian pendahuluan, penulis menggambarkan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
batasan masalah, kerangka konseotual, kerangka teori, tinjauan pustaka.
Pada bab 2 berisikan tentang pendekatan penelitian, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data, teknis analisis data, sistematika
penulisan.
26
Bab 3 berisikan tinjauan mengenai penggelapan, jenis-jenis
penggelapan, unsur-unsur penggelapan, serta gambaran umum lokasi
penelitian yang mana pada penelitian ini dilakukan pada Pengadilan
Negeri Jambi.
Pada bab 4 ini berisi tentang hasil penelitian dilapangan mengenai
penanganan perkara-perkara tindak pidana penggelapan di Pengadilan
Negeri Jambi, dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara no.
766/Pid.B/2016/PN.Jmb, tinjauan hukum Islam terhadap putusan hakim
tentang penggelapan.
Pada bab 5 berisikan kesimpulan dan saran-saran yang
disampaikan pihak-pihak terkait setelah mengetahui masalah yang
berkaitan dengan kasus tindak pidana penggelapan motor nomor :
766/Pid.B/2016/PN Jmb di Pengadilan Negeri Jambi.
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan. Penelitian dilakukan
dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil
seminar proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka
penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam
waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan
pembimbing sebelum diajukan kepada kesidang munaqosah. Adapun
jadwal penelitian sebagai berikut :
27
Tabel 1 : Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Tahun 2017/2018
September
Februari Maret April Agustus September
1 Pengajuan Judul
x
2 Pembuatan
Proposal x
3 Perbaikan dan
Seminar x x
4 Surat Izin Riset X
5 Pengumpulan
Data x
6 Verifikasi dan
Analisis Data x
7 Konsultasi
Pembimbing x
8 Bimbingan x
9 Agenda dan
ujian skripsi x x
10 Perbaikan dan
Penjilidan x
28
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PENGGELAPAN
DAN LOKASI PENELITIAN
A. Definisi dan Jenis-Jenis Penggelapan
1. Definisi Tindak Pidana Penggelapan
Mengenai tindak pidana penggelapan diatur dalam bab XXIV
Pasal 372 KUHP sampai pasal 377 KUHP dalam bentuk pokoknya
disebutkan sebagai berikut :
“barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum
memiliki barang yang sama sekali atau sebagian kepunyaan
orang lain dan berada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan, dipidana karena penggelapan, dengan pidana
selama-lamanya empat tahun atau denda sebesar-besarnya
Sembilan ratus rupiah”
Limintang memiliki pendapat tentang arti penggelapan yang
pada dasarnya sama dengan uraian Pasal 372 KUHP. Menurut
Limintang, tidak pidana penggelapan penyalahgunaan kepercayaan
oleh seorang yang mana kepercayaan tersebut diperolehnya tanpa
adanya unsur melawan hukum.38
2. Jenis-Jenis Penggelapan
Jenis-jenis tindak pidana penggelapan berdasarkan Pasal
372, 373, 374, 375 KUHP.
a. Pasal 372
Penggelapan biasa adalah penggelapan yang diatur dalam
Pasal 372 KUHP: “Barang siapa dengan sengaja dan melawan
38
Limintang. Hukum Pidana Indonesia, Penerbit: Sinar Baru, Bandung, 1981, hlm.229-
230.
29
hukum mengaku sebagai pemilik sendiri (zich toeegenen)
barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya
bukan karena kejahatan, diancam karena penggelapan dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
Unsur-unsurnya
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu barang.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian trmasuk
orang lain.
d. Mengakui memiliki secara melawan hukum.
e. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena
kejahatan.
Hukuman : hukuman penjara selama-lamanya 4 tahun.
b. Pasal 373
Penggelapan Ringan adalah penggelapan yang apabila yang
digelapkan bukan ternak dan harganya tidak lebih dari Rp.25.
Diatur dalam Pasal 373 KUHP.
Unsur-unsurnya
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu bukan ternak.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk
milik orang lain.
d. Mengakui memiliki secara melawan hukum.
e. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena
kejahatan.
f. Harganya tidak lebih dari Rp.25.-
Hukuman : hukuman penjara selama-lamanya 3 bulan.
c. Pasal 374
Penggelapan dengan Pemberatan yakni penggelapan yang
dilakukan oleh orang yang memegang barang itu berhubungan
dengan pekerjaannya atau jabatannya atau karena ia mendapat
upah (Pasal 374 KUHP).
Unsur-unsurnya
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu barang.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk
milik orang lain.
d. Mengakui memiliki secara melawan hukum.
e. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena
kejahatan.
f. Berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan.
Hukuman : hukuman penjara selama-lamanya 5 tahun.
30
d. Pasal 375
Penggelapan dalam Lingkungan Keluarga yakni penggelapan
yang dilakukan oleh orang yang karena terpaksa diberi barang
untuk disimpan, atau pelaksana suratwasiat, pengurus lembaga
sosial atau yayasan, terhadap barang sesuatu yang dikuasainya
(Pasal 375 KUHP).39
Unsur-unsurnya
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu barang.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk
milik orang lain.
d. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena jabatan.
e. Terpaksa disuruh menyimpan barang.
f. Dilakukan oleh wali, atau pengurus atau pelaksana surat
wasiat, atau pengurus lembaga sosial atau yayasan.
Hukuman : hukuman penjara selama-lamanya 6 tahun.
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdiri Pengadilan Negeri Kelas 1A Jambi
Pengadilan Negeri Jambi berdiri pada masa peralihan
penduduk jepang Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan
terbentuknya Proponsi Jambi berdasarkan undang-undang Nomor
61 Tahun 1958, yang pada waktu itu bernama Pengadilan Negeri
Djambi, kemudian berubah kembali menjadi Pengadilan Negeri
Telanaipura pada Tahun 1972 dan berubah kembali menjadi
Pengadilan Negeri Jambi.
Lokasi gedung kantor pengadilan negeri jambi yang
pertama di jalan Rd. Mattaher (Kantor Pendapata Daerah, Kantor
Catatan Sipil Kodya Jambi, Kantor Markas Pertahanan Sipil Kodya
Jambi) yang semula berasal dari kantor pengadilan adat jambi.
39
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011),
Cet. 29, hal.132.
31
Kemudian pindah ke gedung kantor pengadilan negeri jambi yang
baru di jalan jendral ahmad yani no. 16 telanaipura jambi, yang
oprsional penggunaan gedungnya diresmikan oleh Mentri
Kehakiman yang diwakili oleh Direktur Jendral Badan-badan
Peradilan, Bapak Hadi Purnomo, SH. Pada tanggal 22 April
1972.40
2. Struktur dan Tugas Pokok Pengadilan Negeri Jambi
a. Struktur organisasi dan tugas masing-masing
Adapun struktur dan tugas pokok pengadilan negeri jambi
sebagai berikut :
Tugas masing-masing jabatan diantaranya :
1) Tugas ketua pengadilan
a) Menyelenggarakan administrasi keuangan perkara dan
mengawasi keuangan rutin dan pembangunan.
b) Melakukan pengawasan secara rutin terhadap
pelaksanaan tugas dan memberi petunjuk serta
bimbingan yang diperlukan baik bagi para hamkim
maupun seluruh karyawan.
c) Sebagai kawal depan Mahkamah Agung, yaitu dalam
melakukan pengawasan atas :
1) Penyelenggaraan peradilan dan pelaksanaan tugas,
para hakim dan pejabat kepaniteraan, sekretaris dan
jurusita didaerah hukumnya.
2) Masalah-masalah yang timbul.
3) Masalah tingkah laku dan perbuatan hakim pejabat
kepaniteraan sekretaris, dan juru sita didaerah
hukumnya.
4) Masalah eksekusi yang berada diwilayah hukumnya
untuk diselesaikan dan dilaporkan kepada
Mahkamah Agung.
d) Memberikan izin berdasarkan ketentuan undang-undang
untuk membawa keluar dari ruang kepaniteraan : daftar,
catatan, risalah, berita acara serta berkas acara.
40
Dokumentasi Arsip Pengadilan Negeri Kelas 1A Jambi
32
e) Menetapkan panjar biaya perkara (dalam hal penggugat
atau tertugat tidak mampu, ketua dapat mengizinkan
untuk beracara secara prodeo atau tanpa membayar
biaya perkara.
2) Tugas wakil ketua pengadilan
a) Membantu ketua dalam membuat program kerja jangka
pendek dan jangka panjang pelaksanaannya serta
pengorganisasiannya.
b) Mewakili ketua ketika berhalangan.
c) Melaksanakan delegasi wewenang dari ketua.
d) Melakukan pengawasan intern untuk mngamati apakah
pelaksanaan tugas telah dikerjakan sesuai dengan
rencana kerja dan ketentuan yang berlaku serta
melaporkan hasil pengawasan tersebut kepada ketua.
3) Tugas hakim
a) Hakim pengadilan adalah pejabat yang melaksanakan
tugas kekuasaan kehakiman. Tugas utama hakim
menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan
semua perkara yang diajukan.
b) Dalam hukum perdata hakim harus membantu para
pencari keadilan dan berusaha keras untuk mengatasi
hambatan-hambatan da rintangan agar terciptanya
peradilan sederhana, cepat dan ringan.
4) Tugas panitera
a) Kedudukan panitera merupakan unsur pembantu
pimpinan.
b) Panitera dibantu dengan wakil panitera dan panitera
muda harus menyelenggarakan administrasi secara
cermat mengenai jalannya perkara perdata dan pidana
maupun situasi keuangan.
c) Bertanggungjawab atas pengurusan berkas perkara,
putusan, dokumen, akta, buku daftar, biaya perkara,
uang titipan pihak ketiga, surat-surat bukti dan surat-
surat lainnya yang disimpan dikepaniteraan.
d) Membuat salinan putusan.
e) Menerima dan mengirimkan berkas perkara.
f) Melaksanakan eksekusi perkara perdata yang diperintah
oleh ketua pengadilan dalam jangka waktu yang
ditentukan.
5) Tugas wakil panitera
a) Membantu pimpinan pengadilan dalam membuat
program jangka pendek dan jangka panjang
pelaksanaannya dan pengorganisasian.
b) Membantu panitera didalam membina dan mengawasi
pelaksanaan tugas-tugas administrasi perkara dan
laporan periodic.
33
c) Melaksanakan tugas panitera apabila panitera
berhalangan.
d) Melaksanakan tugas yang didelegasikan panitera
kepadanya.
6) Tugas panitera muda
a) Membantu pimpinan pengadilan dalam membuat
program kerja jangka panjang dan jangka pendek serta
pengorganisasiannya.
b) Membantu panitera dalam menyelenggarakan
administrasi perkara dan pengolahan / penyusunan
laporan sesuai dengan bidangnya masing-masing.
7) Tugas panitera pengganti membantu hakim dalam
persidangan perkara perdata dan pidana serta melaporkan
kegiatan persidangan tersebut kepada panitera muda.
8) Tugas panitera pengadilan bertugas menyelenggarakan
administrasi umum pengadilan.
9) Tugas wakil sekretaris membantu tugas pokok sekretaris.
10) Kepala sub bagian umum.
a) Memberikan pelayanan guna terciptanya proses
peradian.
b) Menangani surat keluar dan surat masuk yang hukum
bersifat perkara.
11) Tugas kepala sub-bagian keuangan menangani masalah
keuangan baik keuangan penerimaan Negara hukum pajak,
pengeluaran, anggaran, dan hal-hal lain yang menyangkut
pengeluaran pengadilan diluar perkara pengadilan.
12) Tugas kepala sub-bagian kepegawaian.
Kedudukan kepala bagian kepegawaian adalah
unsur pembantu sekretaris yang :
a) Menangani keluar masuknya pegawai.
b) Menangani pensiunan pegawai.
c) Menangani kenaikan pangkat pegawai.
d) Menangani gaji pegawai.
e) Menangani mutasi pegawai.
f) Menangani tanda kehormatan.
g) Menangani usulan atau promosi jabatan dan lain-lain.
13) Tugas jurusita
a) Jurusita bertugas untuk melaksanakan semua perintah
yang diberikan oleh hakim ketua majlis.
b) Jurusita bertugas menyampaikan pengumuman-
pengumuman, teguran-teguran, protes-protes dan
pemberitahuan putusan pengadilan
c) Jurusita melakukan penyitaan atas perintah ketua
pengadilan negeri.
34
d) Jurusita membuat berita acara penyitaan yang
salinannya kemudian diberikan kepada pihak-pihak
terkait.41
b. Tugas pokok peradilan
Pengailan negeri kelas 1A Jambi adalah pengadilan tingkat
pertama merupakan lingkungan peradilan umum sebagai
pelaksana kekuasaan kehakiman terdepan atau kawal depan
(voori post) mahkamah agung, dalam menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, bertugas dan
berwenang menerima, memeriksa, memutuskan atau
menyelesaikan perkara yang masuk ditimgkat pertama.42
41
Dokumentasi Pengadilan Negeri/Tipikor/PHI Kelas 1A Jambi. 42
Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Negeri Jambi, http//:tugas pokok dan fungsi. Html
diakses 09 maret 2018.
35
3. Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Kelas IA Jambi43
43
Dokumentasi Kaur Umum Pengadilan Negeri Kelas 1A Jambi.
KELOMPOK JABATAN FUNFSIONAL KEPANITERAAN
JURU SITA PENGGANTI
SUB BAG KEPEGAWAIAN & ORTALA SUB BAG UMUM & KEUANGAN
HAKIM ADHOC TIPIKOR
SRI WARNIWATI, SH.,MH
HAKIM KARIR
KASWAN, SH
SEKRETARIS
ZAILANI SYAHIB, SH
PANITERA
MOH. MUCHLIS, SH.MH
WAKIL KETUA
BADRUN ZAINI, SH.MH
KETUA
SUB BAG IT & PELAPORAN
SURYA DHARMA, SH., MH
ISMAIL, SH.,MH
HAKIM ADHOC PHI
EDI ISTANTO, SH.,MH
H. ADLY, SH.,MH
H. AMIR ASWANI, SH
PANITERA MUDA TIPIKOR PANITERA MUDA HUKUM
PANITERA MUDA PHI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KEPANITERAAN KESEKRETARIAT
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KEPANITERAAN PANITERA PENGGANTI
PANITERA MUDA PIDANA PANITERA MUDA PERDATA
FUNGSIONAL BENDAHARA FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER
FERDINAND EFRATA, SH JANNER TUMANGGOR
H. MAKARODA HAFAT, SH.,M.HUM
LUCAS SAHABAT DUHA, SH.,MH
ARFAN YANI, SH
RACHMAWATY, SH
OKTAVIATRI KUSUMANINGSIH, SH.,M.HUM
ERIKA SARI EMSAH GINTING, SH.,MH
SILVI ARIANI, SH
SRITUTI WULANSARI, SH.M.,HUM
LEDIS MERIANA BAKARA, SH,MH
SINTA GABERIA PASARIBU, SH.MH
MORAILAM PURBA, SH
KAHFI A LUTFI,SH
STAF
HAMDAN
ATIKA, SH
MISLAN
SERIANA SILALAHI
YUNARDI, SH.,MH
STAF
RIMA HASLINDA, SE
RENO SAPTA MAIZA,Ssi.,SH
STAF
SOBIRIN
MUSTAQIM
NIZOM,SH
STAF
SITI SUMARYANTI, SH
RIDUAN
RAHMINA RINDANI, Sip.,MH
RISA FITRIYANI, SH
STAF
ZAINAL ABIDIN
DAHMIYATI, SH
EKA MERDEKA SARI, S.KOM
MARIA SITEPU, SE
P. SIMANJUNTAK, Bsc
LISA HARIYATI, S.KOM
SYAFRI Pit. AMELIA K NASUTION, SE
STAF
ANGGI STEFANIE, ST
TRIONO, Amd
ZULKHAIRY IBRAHIM
NASUTION
EMSOR INDI
STAF
APRISA, SH
SUHIRTA, SH
EFFENDI
SUDIHARTATI
HASBI
SYAMSURIZAL
ERMIYATI MARLIN SITUMORANG, SH
ELINORITA
RIANTO, SH
NURKUMALA DEWI, SH
HERPRAPTO PRIYOUTOMO,Amd
DEWI DARMI
ANANDA MUNES SUYADI, SH
DIAN WAHYUDI PASARIBU
ROBERT SIBARANI
EFREDI
TRI MULYANI
SRI WAHYUNINGSIH
BULYANI
BAHARUDIN, SH
-
-
FUNGSIONAL PUSTAKAWAN
-
-
-
-
FUNGSIONAL ARSIPARIS
-
-
36
4. Daftar Nama Ketua dan Hakim Pengadilan Negeri Jambi
a. Daftar Nama Ketua Pengadilan Negeri Jambi
Adapun daftar nama Ketua Pengadilan Negeri Jambi adalah
sebagai berikut :
1) Abdullah Basri, S.H. (Tahun 1972 s.d. 1980).
2) H. P. Panggabean, S.H., M.S. (Tahun 1981 s.d. 1984).
3) Wagiman, S.H. (Tahun 1984 s.d. 1987).
4) H. Dirwoto, S.H. (Tahun 1987 s.d. 1990).
5) Soeharso, S.H. (Tahun 1990 s.d. 1993).
6) Amir Sjarifuddin Harahap, S.H. (1999 s.d. 1994).
7) Ramelan, S.H. (Tahun 1994 s.d. 1997).
8) M. Ali Syarifuddin, S.H. (11-03-1997 s.d. 12-09-1998).
9) Monang Sihir Sitohang, S.H. (12-09-1998 s.d. 07-10-
2000).
10) H. M. Suwis Dachlan, S.H., M.H. (07-10-2000 s.d. 15-
07-2003).
11) H. Chairil Anwar, S.H. (15-07-2003 s.d. 29-01-2007).
12) H. Irwan, S.H. (29-07-2003 s.d. 00-12-2007).
13) Achmad Subaidi, s.H., M.H. (26-02-2008 s.d. 28-04-
2010).
14) Makkasau, S.H., M.H. (28-04-2010 s.d. 31-08-2010).
15) Haryono, S.H., M.H. (01-09-2010 s.d. 28-08-2012).
16) Suprabowo, S.H., M.H. (29-08-2012 s.d. 29-01-2015).
17) Dr. H. Zulfahmi, S.H., M,Hum. (29-01-2015 s.d. 16-
06-2016).
18) Berita Saragih, S.H., LLM (16-06-2016 s.d. 02-08-
2017).
19) Badrun Zaini, S.H., M.H (02-08-2017 s.d. sekarang).
Pada uraian diatas adalah nama-nama ketua Pengadilan
Negeri Jambi Kelas IA Jambi.
b. Daftar Nama Hakim Pengadilan Negeri Jambi
Adapun daftar nama Hakim Pengadilan Negeri Jambi klas 1A
Jambi sebagai berikut :
a. Badrun Zaini, SH.MH
b. Fransiskus Arkadeus Ruwe, SH.HM
37
c. Sri Warni Wati, SH.MH
d. H. Makaroda Hafat, SH.M.Hum
e. Lucas Sahabat Duha. SH.MH
f. Arfan Yani, SH
g. Yandri Roni, SH.MH
h. Oktafiarti Kusumaningsih, SH.M.Hum
i. Rachmawati, SH
j. Ledis Mariana Bakara, SH,MH
k. Erika Sari Emsah Ginting, SH.MH
l. Sri Tuti Wulansari,SH.M.Hum
m. Silvi Ariani, SH
n. Sinta Gaberia Pasaribu, SH.MH
o. Annisa Bridgestirana, SH.MH
p. Morniam Purba, SH
5. Visi dan Misi Pengadilan Negeri kelas 1A Jambi
Adapun Visi pengadilan Negeri Jambi kelas 1A Jambi
(Mahkamah Agung Republik Indonesia) adalah “Terwujudnya
Pemgadilan Negeri Jambi”44
MISI :
a. Menjaga kemandirian pengadilan negeri jambi
b. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan
kepada pencari keadilan.
c. Meningkatkan kualitas kepemimpinan.
d. Meningkatkan kredibilitas dan transparasi pengadilan
negeri jambi.
MOTTO :
Pelayanan prima jadi keutamaan kami.
6. Sarana dan Prasarana
Pengadilan negeri jambi terletak dijalan jendral Ahmad yani
no16 jambi gedung kantor pengadilan negeri jambi terdiri dari 2
lantai yang berdiri diatas lahan tanah 3000 m2 dan luas bangunan
44
Dokumen kaur umum yang di dapatkan dari PENGADILAN NEGERI/TIPIKOR/PHI
KLAS 1A jambi pada tanggal 06 Maret 2018
38
gedung 1.400 m2
gedung 1 (lantai dasar) merupakan pintu masuk
kedalam gedung utama pengadilan negeri jambi dimana terdapat
ruang sidang :
a. Ruang penjaga keamanan (satpam).
b. Ruang pahmud hukum.
c. Ruang kasubag.
d. Umum.
e. Ruang tunggu jaksa.
f. Ruang tunggu penasehat hukum.
g. Ruang barang bukti.
h. Gudang.
i. Ruang dharma yuktikariai dan ruang tahanan.
Ruang lantai 2 gedung 1 terdapat :
a. Ruang tunggu.
b. Ruang ketua.
c. Ruang operator.
d. Ruang panitera atau sekretaris.
e. Ruang wakil panitera.
f. Ruang wakil sekretaris.
g. Ruang rapat atau pertemuan.
h. Kasubag keuangan dan ruang kasubag.
i. Kepegawaian.
Pada lantai 2 gedung 2 terdapat ruang hakim 1,2,3 dan 4
jumlah ruangan sidang 1 dilantai 2 dan 2 ruang sidang 2 dan 3
dilantai dasar. Fasilitas lainnya :
a. Toilet umum terletak dilantai dasar 2 buah dan 2 buah
dilantai 2.
b. Kantin terletak diarea belakang gedung.
c. Rumah juga terdapat dibelakang gedung.
d. Mushola terletak diarea samping belakang gedung.
e. Tempat parker kendaraan roda 4 dihalaman depan dan
parker kendaraan roda 2 di belakang gedung.45
45
Dokumentasi Arsip Pengdilan Negeri Jambi Tahun 2018.
39
7. Tata Tertib Persidangan Pengadilan Negeri Jambi
Tata tertib yang harus dipatuhi oleh semua orang memasuki
ruang sidang pengadilan negeri jambi :
a. Ketua majlis hakim bertanggungjawab untuk menjaga
ketertiban dari semua pihak yang hadir diruang sidang.
Semua yang hadir diruang sidang harus mentaati semua
perintah yang dikeluarkan oleh ketua majis hakim.
b. Semua yang hadir diruang sidang harus selalu
menunjukkan rasa hormat kepada institusi pengadilan.
Dan apabila ada pihak yang tidak menunjukan rasa
hormat institusi pengadilan, maka ketua majlis hakim
memerintahkan individu tersebut untuk keluar dari
ruang sidang bahkan dapat dituntut secara pidana.
c. Mengenakan pakaian yang sopan.
d. Berbicara dengan suara yang jelas ketika seorang
hakim atau penasehat hukum mengajukan pertanyaan,
sehingga para hakim yang lain dapat
mendengarkannya.
e. Memanggil seorang hakim dengan sebuta “yang mulia”
dan seorang penasehat hukum dengan sebutan
“penasehat hukum”.
f. Berbagai benda berikut ini tidak diperkenankan untuk
dibawa keruang sidang :
1) Senjata api dan sejenisnya.
2) Benda tajam atau tumpul.
3) Bahan peledak.
4) Peralatan atau berbagai benda yag dapat
membahayakan.
Petugas keamanan dapat melakukan penggeledahan setiap
orang yang di curigai memiliki salah satu atau lebih dari berbagai
benda tersebut diatas. Kedalam pengunjung sidang dapat
menitipkan pada satpam. Apabila pengunjung yang kedapatan
membawa berbagai benda tersebut diatas ke dalam ruang atau
kedalam gedung kantor dapat dikenakan tuntutan pidana.
Kepada pengunjung sidang dilarang
40
a. Dilarang membuat kegaduhan, baik di dalam ruang
sidang maupun diluar sidang.
b. Dilarang makan dan minum diruang sidang.
c. Dilarang merokok baik didalam ruang sidang maupun
didalam gedung pengadilan.
d. Dilarang mengaktifkan telepon genggam (hp) didalam
ruang sidang selama sidang berlangsung.
e. Dilarang membawa anak-anak dibaawah umur 12
tahun. Kecuali majlis hakim menghendaki anak
tersebut menghadiri persidangan.
f. Bagi wartawan media masa atau cetak untuk
melakukan liputan atau rekaman baik kamera, tape
recorder, video recorder, dimohon untuk minta izin
terlebih dahulu kepada majlis hakim.
g. Dilarang menempelkan pengumuman atau brosur
dalam bentuk apapun dalam gedung peradilan.
Para pengunjung sidang yang bukan saksi atau terlihat
dalam persidangan perkara tersebut, diharapkan untuk memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a. Wajib menghormati institusi pengadilan dari tata tertib
yang elah disebut diatas.
b. Dilarang berbicara dngan pengunjung lain selama
sidang berlangsung.
c. Dilarang berbicara memberikan komentar, dukungan,
atau keberatan atas keterangan yang diberikan oleh
saksi selama persidangan.
d. Dilarang keluar masuk ruang persidangan selama
persidangan berlangsung.
e. Dilarang memberikan / menyerahkan suatu barang
kepada terdakwa Selma berada dalam ruang tahan
pengadilan, dan harus melalui izin petugas tahanan.46
46
Dokumentasi Arsip Pengadilan Negeri Jambi Tahun 2018.
41
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Penanganan Perkara-Perkara Tindak Pidana Penggelapan di
Pengadilan Negeri Jambi
1. Tingkat penyidikan
Adapun proses penyidikan perkara tindak pidana penggelapan
motor berdasakan laporan Polsekta Jambi Timur tanggal 25 Mei 2016
s/d 14 Juni 2016. Kemudian ditindak lanjuti direktorat reserse criminal
khusus Polda Jambi sebagai berikut :
a. Laporan Polisi
Laporan Polisi adalah laporan tertulis yang dibuat oleh
petugas Polri tentang adanya pemberitahuan yang disampaikan
oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan Undang-
undang bahwa akan, sedang atau telah terjadi peristiwa pidana.
Laporan Polisi tentang adanya tindak pidana dibuat sebagai
landasan dilakukannya pproses penyelidikan dan/atau penyidikan,
terdiri dari Laporan Polisi Model A, Laporan Polisi Model B,
Laporan Polisi Model C, dengan pengertian sebagai berikut :
1) Laporan Polisi Model A dibuat oleh anggota Polri yang
mengetahui adanya tindak pidana.
Laporan Polisi Model A harus ditandatangani oleh anggota
Polri yang membuat laporan.
42
2) Laporan Polisi Model B dibuat oleh petugas di SPK
berdasarkan laporan atau pengaduan yang disampaikan oleh
seseorang.
Laporan Polisi Model B harus ditandatangani oleh petugas
penerima laporan di SPK dan oleh orang yang
menyampaikan laporan tindak pidana.
3) Laporan Polisi Model C dibuat oleh penyidik yang pada saat
melakukan penyidikan perkara telah menemukan tindak
pidana atau tersangka yang belum termasuk dalam laporan
Polisi yang sedang diproses.
Laporan Polisi Model C harus ditandatangani oleh penyidik
yang menemukan tindak pidana atau tersangka yang belum
termasuk dalam laporan Polisi yang sedang diproses dan
disahkan oleh Perwira Pengawas Penyidik.
Laporan Polisi Model A dan Model B dan Model C yang
telah ditandatangani oleh pembuat laporan Polisi selanjutnya
harus disahkan oleh Kepala SPK setempat agar dapat dijadikan
dasar untuk proses penyidikan perkaranya.
Ketentuan tentang laporan Polisi diatur dalam Perkap 12
tahun 2009 tanggal 30 Oktober 2009 tentang pengawasan dan
pengendalian perkara pidana di lingkungan kepolisian Negara
Republik Indonesia.
43
Untuk kepentingan penyidikan Polsekta Jambi Timur
mengeluarkan Surat Perintah kepada Penyidik/Penyidik pembantu
yang memuat perintah melaksanakan penyidikan tindak pidana
dalam perkara dugaan tindak pidana penggelapan yang
mengakibatkan kerugian sebesar Rp. 9000.000,-(sembilan juta
rupiah).
Surat perintah sekurang-kurangnya memuat dasar
penguasaan, identitas petugas, jenis penugasan, lama waktu
penugasan, dan pejabat pemberi perintah.
Penyidik adalah pejabat POLRI yang diberi wewenang
khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan,
sedangkan Penyidik Pembantu adalah pejabat POLRI yang karena
diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan.
Kegiatan penyidikan dilaksanakan secara bertahap meliputi
: penyelidikan, pengiriman SPDP, upaya paksa, pemeriksaan,
gelar perkara, penyelesaian berkas perkara, penyerahan berkas
perkara ke penuntut umum, penyerahan tersangka dan barang
bukti dan penghentian Penyidikan.
b. Penyidikan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidikan
untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang di duga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-
44
undang, sedangkan penyelidik adalah pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk melakukan penyelidikan. Dengan kata lain penyidikan
dilakukan bukan atas praduga terhadap seseorang menurut
penyidik bahwa ia bersalah. Penyidik dilaksanakan bukan sekedar
didasarkan pada dugaan belaka, tetapi suatu asas dipergunakan
adalah bahwa penyidikan bertujuan untuk membuat suatu perkara
menjadi terang dengan menghimpun pembuktian-pembuktian
mengenai terjadinya suatu perkara pidana. Penyidikan dilakukan
bila telah cukup petunjuk-petunjuk bahwa seseorang atau para
tersangka telah melakukan peristiwa yang dapat dihukum.47
Ketentuan dalam kitab Undnag-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHP) memberikan peranan utama kepada kepolisian
Negara Republik Indonesia (POLRI) dalam penyelidikan dan
penyidikan sehingga secara umum diberi kewenangan untuk
melakukan peyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana. Namun demikian, hal tersebut tetap memperhatikan dan
tidak mengurangi kewenangan yang dimiliki oleh penyidik
lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing.
Asas legalitas sebagai aktualisasi paradigma supremasi
hukum dalam undang-undang ini secara tegas dinyatakan dalam
47
Abdussalam, H, R, Hukum Kepolisian Sebagai HukumPositif dalam Disiplin Hukum,
Restu Agung, Jakarta, 2009, hlm.86
45
perincian kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
yaitu melakukan penyelidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-
undang lainnya.
Tahap penyidikan merupan tahap pertama yang dilakukan
oleh penyidik dalam melakukan penyelidikan tindak pidana serta
tahap tersulit dalam proses penyidikan. Tahap penyidikan ini
harus dapat membuktikan tindak pidana yang terjadi serta
bagaimana dan sebab-sebab tindak pidana tersebut untuk dapat
menentukan bentuk laprang polisi yang akan dibuat. Adapun
administrasi penyidikan yang dilakukan oleh kepolian meliputi
surat perintah tugas, surat perintah penyelidikan dan laporan hasil
penyelidikan.
c. Aparat Penyidik
Dalam Pasal KUHAP, ditentukan instansi dan kepangkatan
seseorang pejabat penyidik yang melakukan tugas. Aparat
penyidik berdasarkan KUHAP secara garis besar pada saat ini
ditentukan :
1) Berdasarkan KUHAP Pasal 6 atat (1) KUHAP yang berbunyi
sebagai berikut :48
48
Hartono, Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan Hukum
Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm.36.
46
a) Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
b) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang.
Pasal 1 angka 2 KUHAP menjelaskan bahwa penyidik
Polri bertugas dan berkewajiban untuk membuat terang
tentang dugaan tindak pidana yang terjadi pengertian
membuat terang tentang tindak pidana harus dipahami bahwa
Polri yang penyidik itu bukan harus menyatakan bahwa
dugaan tindak pidana itu harus tetap dinyatakan tindak
pidana, tetapi Polri yang menyidik itu bertugas berdasarkan
hasil penyidikan bahwa perkara itu adalah peristiwa pidana
berdasarkan bukti permulaan yang cukup, atau bukan
merupakan tindak pidana setelah mendapatkan bahan
keterangan yang cukup bahwa perkara itu bukan dalam ranah
(wilayah) pidana, tetapi dalam ranah perkara lain.
2) Berdasarkan peraturan perundang-undang.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 2 tentang
Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
berbunyi sebagai berikut :
“Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan
Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”.49
49
Ibid
47
Kewenangan umum KepolisisnNegara Republik
Indonesia diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002, yang secara umummenyebutkan Kepolisian
berwenang :
a) Menerima laporan atau dugaan.
b) Membantu menyelesaikan perselisihan warga
masyarakat.
c) Mencegah dan menanggulangi timbulnya penyakit
masyarakat.
d) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan
atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
e) Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup
kewenangan administrasi kepolisian.
f) Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari
tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan.
g) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.
h) Mengambil sidik jari dan identitas lainnya dan memotret
seseorang.
i) Mencari keterangan dan barang bukti.
j) Menyelenggarakan pusat informasi
Berdasarkan KUHAP dan Undang-undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang kepolisian maka untuk meringankan
beban penyidik telah diatur adanya penyidik pembantu yang
diatur dalam Pasal 10 KUHAP adalah pejabat Kepoisian
Negara Republik Indonesia yang diangkat oleh kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat
kepangkatan yang diberi wewenang tertentu dalam
melaksanakan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-
48
undang.50
Syarat kepangkatan diangkat sebagai pejabat
penyidik pembantu yaitu :
a) Sekurang kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi.
b) Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungan kepolisian
Negara dengan syarat sekurang-kurangnya berpangkat
Pengatur Muda.
c) Diangkat oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia
atau usul komandan atau pimpinan kesatuan masing-
masing.51
d) Berdasarkan peraturan perundang-undang
Dalam hal itu, tujuan utama penyidikan adalah untuk
mencari serta mengumpulkan suatu tindak pidana, maka
penyidik karena kewajibannya mempunyai wewenang
sebagaimana tercantum di dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1)
KUHAP Jo. Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang kepolisian Republik Indonesia, yang
menyebutkan bahwa wewenang penyidik yaitu :
a) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
tentang tindak pidana.
b) Melakukan tindakan pertama ditempat terjadinya
perkara.
c) Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan mmeriksa
tanda pengenal diri tersangaka.
d) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,
dan penyitaan surat.
e) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
f) Memanggil ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara.
g) Mengadakan pengertian penyidikan.
h) Melakukan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggung jawab.52
50
Nico Ngani, Inyoman Budi Jaya, Mengenal Hukum Acara Pidana,Bagian Umum dan
Penyidikan, Liberty, Yogyakarta, hlm.19. 51
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Penyidikan
dan Penuntutan.Cet VII, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.111.
49
Penyidikan yang dilakukan tersebut didahului dengan
pemberitahuan kepada penuntut umum bahwa penyidikan
terhadap suatu peristiwa pidana telah mulai dilakukan. Secara
formal pemberitahuan tersebut disampaikan melalui
mekanisme surat pemberitahuan dimulainya penyidik
(SPDP), hal ini diatur dalam Pasal 109 KUHAP. Berdasarkan
uraian diatas maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan
penyidikan oleh penyidik harus berdasar pada peraturan
perundang-undangan tanpa aturan yang mengaturnya dapat
dikatakan justru petugas sendiri yang tidak menegakkan
hukum bahkan melawan hukum. Penyidik tidak boleh
melakukan penyidikan, penahanan, ataupun penyitaan seperti
yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukun Acara
Pidana, yakni apabila ia tidak ingin disebut telah melakukan
tindakan-tindakan yang bersifat melawan hukum.
d. Tujuan Penyidikan
Tujuan penyidikan adalah untuk menunjuk siapa yang telah
melakukan kejahatan dan memberi pembuktian-pembuktian
mengenai kesalahan yang telah dilakukannya serta membuat suatu
perkara menjadi jelas, yaitu dengan mencari dan menemukan
kebenaran materil yang selengkap-lengkapnya tentang suatu
perbuatan atau tindak pidana yang telah terjadi. Tujuan
52
Mukhlis R, Pergeseran Kedudukan dan Tugas Penyidikan Polri dengan Perkembangan
Delik-Delik Diluar KUHP, Juenal Ilmu Hukum, Vol.3 No.1.
50
penyidikan secara konkrit dapat diperinci sebagai tindakan
penyidik untuk mendapatkan keterangan tentang :
1) Tindak pidana apa yang dilakukan.
2) Kapan tindak pidana dikakukan.
3) Dengan apa tindak pidana dilakukan.
4) Bagaimana tindak dilakukan.
5) Mengapa tindak pidana dilakukan.
6) Siapa pembuatnya atau yang melakukan tindak pidana
tersebut.53
e. Proses Penyidikan
Dalam hal Penyidik telah mulai melakukan Penyidikan
Tindak Pidana memberitahukan pada Penuntut Umum (SPDP).
Acara penyidikan atau proses jalannya pemeriksaan penyidikan
diatur dalam Pasal 106 sampai 136 KUHAP, adalah sebagai
berikut :
1) Penyidik yang mngetahui, menerima laporan atau pengaduan
tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga
merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakan
penyidikan yang diperlukan.
2) Setelah menerima tersangka yang tertangkap tangan,
penyelidik atau penyidik wajib segera melakukan
pemeriksaan dan tindakan lain dalam rangka penyidikan.
3) Penyelidik atu penyidik yang telah menerima laporan segera
datang ke tempat kejadian, dapat melarang setiap orang untuk
meninggalkan tempat itu selama pemeriksaan disitu belum
selesai.
4) Apabila penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu
peristiwa yang merupakan tindak pidana, maka
memberitahukan hal itu kepada penuntut umum.
5) Apabila penyidik menghentikan penyidikan karena tidak
terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan
merupakan peristiwa peristiwa pidana atau penyidikan
dihentiksn demi hukum, maka penyidik memberitahukan hal
itu kepada penuntut umum tersangka atau keluarga.
53
Ansori Sabuan, Hukum Acara Pidana, Angkasa Anggota IKAPI, Jakarta, 1990, hlm.77.
51
6) Apabila penyidik telah selesai melakukan penyidikan, ia
wajib segera enyerahkan berkasnya kepada penuntut umum
dan penyidikan dianggap selesai apabila dalam waktu empat
belas hari penuntut umum tidak mengembalikan hasil
penyidikan atau sebelum batas waktu tersebut berakhir telah
ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum
kepada penyidik.
7) Dalam melakukan penyidikan, penyidik berwenang
melakukan penangkapan penahanan, penggeledahan,
penyitaan dan pemeriksaan surat dengan syarat-syarat yang
ditentukan oleh undang-undang.
Penyidikan memerlukan beberapa upaya agar pengungkapan
perkara dapat diperoleh secara cepat dan tepat. Upaya-upaya
penyidikan tersebut mulai dari surat panggilan, penggeledahan,
hingga penangkapan dan penyitaan. Dalam hal ini penyidik telah
memulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yang merupakan
tindak pidana, penyidik pemberitahuan kepada penuntut umum
sehari dikenal dengan SPDP atau Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan. Hal ini sesuai dengan KUHAP Pasal 109
ayat (1) setelah bukti-buti dikumpulkan dan yang diduga
tersangka telah ditemukan maka penyidik menilai dengan cermat
apakah cukup bukti untuk melimpahkan kepada Penuntut Umum
atau ternyata bukan tindak pidana. Jika penyidik berpendapat
bahwa peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana maka
penyidikan dihentikan demi hukum. Pemberitahuan ini
dibritahukan kepada penuntut umum dan kepada tersangka atau
keluarga. Setelah selesai penyelidikan, berkas diserahkan pada
52
penuntut umum (KUHAP Pasal 8 ayat (2)). Penyerahan ini
dilakukan dua tahap :54
1) Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkara.
2) Dalam hal penyidik sudah dianggap selesai, penyidik
menyerahkan tanggungjawab atas tersangka dan barang bukti
kepada penuntut umum.
Apabila pada penyerahan tahap pertama, penuntut umum
berpendapat bahwa berkas kurang lengkap maka ia dapat
mengembalikan berkas perkara kepada penyidik untuk dilengkapi
disertai petunjuk dan yang kedua melengkapi sendiri.
2. Kronologi perkara
Pengadilan Negeri Jambi yang memeriksa dan mengadili perkara-
perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat
pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara
terdakwa:55
dengan Nama lengkap Said Faisal Alias Faisal Bin Abu
Bakar, Tempat lahir Sigli (Aceh Sigli), Umur/tanggal lahir 39 Tahun /
28 Oktober 1977, Jenis kelamin Laki-laki, Kebangsaan Indonesia,
Tempat tinggal Jalan Dewi Sartika RT.07 Kelurahan Beringin
Kecamatan Pasar Kota Jambi, Agama Islam, Pekerjaan Swasta,
Pendidikan S.1 Akuntasi.
Terdakwa telah ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan
Penahanan :
a. Penyidik, sejak tanggal 26 Mei 2016 s/d tanggal 14 Juni 2016;
b. Perpanjangan Penahanan oleh Penuntut Umum, sejak tanggal
15 Juni 2016 s/d tanggal 24 Juli 2016;
54
Tri Andrisman, Buku Ajar Hukum Acara Pidana, Fakultas Hukum Unila, Bandar
Lampung, hlm.37. 55
Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor : 766/Pid.B/2016/PN.Jmb hlm.1.
53
c. Penuntut Umum, sejak tanggal 20 Juli 2016 s/d tanggal 8
Agustus 2016;
d. Majelis Hakim Pengadilan Negeri, sejak tanggal 3 Agustus
2016 s/d tanggal 1 September 2016;
e. Perpanjangan Penahanan oleh Wakil Ketua Pengadilan Negeri
Jambi, sejak tanggal 2 September 2016 s/d tanggal 31 Oktober
2016;
Terdakwa dipersidangkan tidak berkehendak didampingi
Penasehat Hukum Pengadilan Negeri Jambi;
Setelah mendengar tuntutan pidana / requisitoir Penuntut Umum
yang pada pokoknya menuntut supaya Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jambi yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar
berkenan memutuskan sebagai berikut :56
a) Menyatakan terdakwa Said Faisal Alias Faisal Bin Abu Bakar
telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
Tindak Pidana “Penggelapan” melanggar Pasal 372 KUHP
sebagaimana dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum;
b) Menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan pidana penjara
selama 2 (dua) Tahun dan 6 (enam) Bulan dikurang selama
terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah
terdakwa tetap ditahan.
c) Menetapkan barang bukti 1 (satu) buah BPKB (Bukti Pemilik
Kendaraan Bermotor) sepeda jenis Yamaha Mio warna merah
marun dengan No. Pol : BH 4874 NW, No Rangka :
56
Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor : 766/Pid.B/2016/PN.Jmb hlm.2.
54
MH314D205CK372059, No. Mesin : 14D-1371505 atas nama
Doni Firma.
d) Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya
perkara sebesar Rp.2000,- (dua ribu rupiah).
Setelah mendengar Pembelaan / Pledooi secara lisan dari
terdakwa yang pada pokoknya berupa permohonan keringanan
hukuman dengan alasan terdakwa merasa bersalah, menyesal dan
berjanji tidak akan mengulanginya lagi perbuatannya;
Setelah mendengar Replik Penuntut Umum sebagai tanggapan
atas Pembelaan / Pledooi terdakwa yang disampaikan secara lisan
pada pokoknya menyatakan tetap pada Tuntutan Pidananya, dan
Terdakwa dalam Duplik lisannya yang pada pokoknya menyatakan
tetap pada pembelaannya;
Menimbang bahwa Terdakwa dihadapan ke muka persidangan
Pengadilan Negeri Jambi karena didakwa oleh Penuntut Umum
dengan dakwaan, sebagai berikut :
Bahwa terdakwa Said Faisal Alias Faisal Bin Abu Bakar pada
hari senin tanggal 01 Februari 2016 sekira pukul 12.30 WIB, atau
setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Februari Tahun 2016,
bertempat di Warnet Maconet Kelurahan Sulanjana Kecamatan Jambi
Timur Kota Jambi, atau setidak-tidaknya di suatu tempat yang masih
termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Jambi, dengan
sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang
55
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada
dalam kekuasaannya hukum karena kejahatan, perbuatan tersebut
dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :57
a) Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas,
awalnya saksi korban Rudy Alnando Firma Alias Buyung Bin Toni
Firdaus datang ke Warnet Maconet dengan mengendarai 1 (satu)
unit sepeda motor Yamaha Mio warna merah marun dengan nomor
polisi BH 4874 NW dan memarkirkan sepeda motor miliknya
tersebut dihalaman parkir depan Warnet dan saat itu saksi korban
langsung masuk ke dalam Warnet. Saat bermain di dalam Warnet
tersebut, saksi korban duduk bersebelahan dengan terdakwa yang
juga sedang bermain Warnet dan kemudian saksi korban pun
berkenalan dengan terdakwa. Sekira pukul 12.30 WIB, tiba-tiba
terdakwa meminjam sepeda motor saksi korban dengan
mengatakan “de… bisa minta tolong dak, abang mau deposit ke
ATM BNI…. Minjam motor bentar yo” namun saat itu saksi
korban keberatan dengan berkata “dak biso bang, kami bentar lagi
nak balek” namun terdakwa tetap ingin meminjam sepeda motor
milik saksi korban dengan berkata “minta tolong nian dek” hingga
akhirnya saksi korban pun mengizinkandan menyerahkan kunci
kontak sepeda motor miliknya kepada terdakwa serta menunjukkan
posisi / letak sepeda motor di halaman parker Warnet, namun saksi
57
Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor : 766/Pid.B/2016/PN.Jmb hlm.3.
56
korban berpesan “tapi cepat yo bang” dan terdakwa pun menjawab
“iyo”. Selanjutnya terdakwa pun menuju kearah sepeda motor dan
langsung membawa pergi hingga beberapa jam di Warnet ternyata
terdakwa tidak kunung datang mengembalikan sepeda motor saksi
korban. Lalu saksi korban berupaya mencari terdakwa ke ATM
Bank BNI Abadi dan BNI lainnya yang ada di seputaran Pasar
Jambi namun tida berhasil menemukan terdakwa hingga akhirnya
saksi korban pun melaporkan kejadian tersebut ke Polsekta Jambi
Timur.
b) Bahwa akibat perbuatan terdakwa, saksi korban Rudy Alnando
Alias Buyung Bin Toni Firdaus mengalami kerugian berupa 1
(satu) unit sepeda motor jenis Yamaha Mio Soul warna merah
marun dengan No. Pol BH 4874 NW, No Rangka :
MH314D205CK372059, No Mesin : 14D-1371506 yang apabila
ditaksir sebesar Rp.9000.000,- (sembilan juta rupiah).
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan di ancam pidana dalam
pasal 372 KUHP.
Menimbang, bahwa atas dakwaan tersebut Terdakwa menyatakan
telah mengerti aka nisi serta maksudnya, selanjutnya atas dakwaan
menyatakan telah mengerti aka nisi serta maksudnya, selanjutnya
atas dakwaan tersebut terdakwa menyatakan tidak mengajukan
esepsi atau keberatan.
57
3. Keterangan saksi
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut
Umum telah menghadirkan saksi-saksi di persidangan yang semuanya
telah didengar keterangannya di bawah sumpah, yaitu :58
a. Saksi Rudi Alnando Firma Alias Buyung Bin Toni Firdaus, di
persidangan pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :
1) Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik,
keterangan saksi sebagaimana termuat dalam BAP Penyidik
adalah benar;
2) Bahwa saksi mengalami tindak pidana penggelapan yang terjadi
pada hari senin tanggal 01 Februari 2016 sekira pukul 12.30
WIB, bertempat di warnet Maconet Kelurahan Sulanjuna
Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi.
3) Bahwa penggelapan yang dilakukan terdakwa adalah dengan
meminjam barang milik saksi yaitu 1 (satu) unit sepeda motor
jenis Yamaha Mio Soul warna merah marun dengan No.Pol BH
4874 NW, No Rangka : MH314D205CK372059, No Mesin :
14D-1371506 namun hingga saat ini terdakwa tidak pernah
mengembalikan sepeda motor milik saksi tersebut.
4) Bahwa awalnya saksi datang sendiri ke Warnet Maconet dengan
mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha Mio warna
merah marun dengan nomor polisi BH 4874 NW dan
58
Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor : 766/Pid.B/2016/PN.Jmb hlm..
58
memarkirkan sepeda motor saksi di halaman parkir depan
Warnet dan saat itu saksi langsung masuk ke dalam Warnet.
5) Bahwa pada saat bermain di dalam Warnet tersebut, tiba-tiba
terdakwa yang duduk bersebelahan dengan saksi meminjam
sepeda motor milik saksi dengan mengatakan “de… bisa minta
tolong dak, abang mau deposit ke ATM BNI…. Minjam motor
bentar yo” namun terdakwa tetap ingin meminjam sepeda motor
milik saksi dengan dengan berkata “mintak tolong nian dek”
hingga akhirnya saksi pun mengizinkan dan menyerahkan kunci
kontak sepeda motor miliknya kepada terdakwa serta
menunjukkan posisi / letak sepeda motor di halaman parkir
Warnet.
6) Bahwa pada saat itu saksi sempat berpesan kepada terdakwa
“tapi cepat yo bang” dan terdakwa pun menjawab “iyo”.
7) Bahwa beberapa jam di Warnet ternyata terdakwa tidak kunjung
datang mengembalikan sepeda motor saksi hingga saksi pun
berupaya mencari terdakwa ke ATM Bank BNI Abadi dan BNI
lainnya yang ada di seputaran Pasar Jambi namun tidak berhasil
menemukan terdakwa.
8) Bahwa terdakwa berhasil ditangkap pihak Kepolisian setelah 3
(tiga) bulan kejadian.
9) Bahwa akibat perbuatan terdakwa, saksi mengalami kerugian
berupa 1 (satu) unit sepeda motor jenis Yamaha Mio Soul warna
59
merah marun dengan No.Pol BH 4874 NW, No Rangka :
MH314D205CK372059, No Mesin : 14D-1371506 yang apabila
ditaksir sebesar Rp.9.000.000,- (sembilan juta rupiah).
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa
membenarkan dan tidak keberatan;
b. Saksi Angga Pramana Bin M, Ayub, dibawah sumpah
dipersidangan menerangkan yang pada pokoknya sebegai berikut :
1) Bahwa saksi mengetahui tindak pidana penggelapan yang terjadi
pada hari senin tanggal 01 Februari 2016 sekira pukul 12.30
WIB, bertempat di Warnet Maconet Kelurahan Sulanjuna
Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi.
2) Bahwa pelaku tindak pidana tersebut adalah terdakwa
sedangkan yang menjadi korbannya adalah saksi Rudi Alnando
Firma.
3) Bahwa penggelapan yang dilakukan terdakwa adalah dengan
meminjam barang milik saksi korban yaitu 1 (satu) unit sepeda
motor jenis Yamaha Mio Soul warna merah marun dengan
No.Pol BH 4874 NW, No Rangka : MH314D205CK372059, No
mesin : 14D-1371506 namun hingga saat ini terdakwa tidak
pernah mengembalikan sepeda motor milik saksi korban
tersebut.
4) Bahwa awalnya saksi sudah berada di Warnet dan bermain
game, tiba-tiba saksi korban datang sendirian dengan
60
mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha Mio Soul
warna merah marun dengan Nomor Polisi BH 4874 NW dan
memarkirkan sepeda motornya dihalaman parkir depan Warnet
dan saat itu saksi korban langsung masuk ke dalam Warnet dan
bermain game bersama saksi.
5) Bahwa pada saat bermain di dalam Warnet tersebut, tiba-tiba
terdakwa yang duduk bersebelahan dengan saksi korban
meminjam sepeda motor milik saksi korban dengan alasan mau
ke ATM BNI sebentar karena mau deposit uang dan saksi
melihat saksi korban ada menyerahkan kunci motornya kepada
terdakwa.
6) Bahwa pada setelah beberapa lama menunggu ternyata
terdakwa tidak datang lagi ke Warnet dan tidak ada
mengembalikan sepeda motornya kepada terdakwa.
7) Bahwa saksi ikut membantu saksi korban mencari sepeda motor
miliknya tersebut yang dibawa terdakwa tetapi tidak
diketemukan.
8) Bahwa akibat perbuatan terdakwa, saksi korban mengalami
kerugian berupa 1 (satu) unit motor jenis Yamaha Mio Soul
warna merah marun dengan No.Pol BH 4874 NW.
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa
membenarkan dan tidak keberatan;
61
4. Keterangan terdakwa
Menimbang, bahwa selanjutnya di persidangan telah pula di
dengar Keterangan Terdakwa, pada pokoknya sebagai berikut :59
a. Bahwa terdakwa melakukan penggelapan pada hari senin tanggal
01 Februari 2016 sekira pukul 12.30 WIB, bertempat di Warnet
MACONET Kelurahan Sulanjuna Kecamatan Jambi Timur Kota
Jambi.
b. Bahwa penggelapan yang dilakukan terdakwa adalah dengan
meminjam barang milik saksi korban Rudi Alnando yaitu 1 (satu)
unit sepeda motor jenis Yamaha Mio Soul warna merah marun
dengan No.Pol BH 4874 NW, No Rangka :
MH314d205CK372059, No Mesin : 14D-1371506 namun hingga
saat ini terdakwa tidak pernah mengembalikan sepeda motor milik
saksi korban tersebut.
c. Bahwa sebelumnya terdakwa tidak mempunyai niat dan rencana
untuk membawa kabur sepeda motor milik saksi korban dan ketika
terdakwa meminjam sepeda motor milik saksi korban memang
tujan terdakwa untuk mengambil uang di ATM Bank BNI Pasar.
d. Bahwa pada saat di perjalanan, istri terdakwa menelpon dan
mengatakan akan pergi ke Palembang bersama pria pilihannya,
mendengar itu terdakwa pun membawa sepeda motor saksi korban
untuk menyusul istri terdakwa.
59
Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor : 766/Pid.B/2016/PN.Jmb hlm.7.
62
e. Bahwa sampai di jembatan sungai lilin terdakwa merasa putus asa
karena tidak bertemu dengan dengan istri terdakwa sehingga
terdakwa pun menceburkan diri ke sungai bersama sepeda motor
milik saksi korban.
f. Bahwa ketika terdakwa sadar, terdakwa tidak mengetahui dimana
keberadaan sepeda motor milik saksi korban tersebut.
g. Bahwa terdakwa tidak ada meminta ijin sakso korban untuk
membawa sepeda motor saksi korban ke daerah Palembang.
h. Bahwa terdakwa merasa bersalah dan menyesali perbuatannya.
i. Bahwa terdakwa belum pernah di hukum.
Adapun jerat pidana sebagai sanksi atas pelanggaran yang
dilakukan terdakwa diatur dalam pasal 372 KUHP sebagai pidana penjara
4 (empat) tahun. Akan tetapi dalam pelaksanannya terjadi pengampunan
atas kesalahan penggelapan karena adanya unsur kelalaian dalam suatau
tindak pidana penggelapan dengan pemberian sanksi yang lebih ringan
dimana para pihak berwajib sepakat karena terdakwa telah lalai atau unsur
tidak sengaja dan juga baru pertama kali melakukan penggelapan tersebut.
Dalam kasus tersebut Hakim memutuskan untuk mengklarifikasi
tentang kronologi perkara, keterangan saksi, dan keterangan terdakwa agar
tidak terjadi perselisihan di antara terdakwa.
Dalam kasus diatas terdapat data kasus tindak pidana penggelapan
yang masuk di Pengadilan Negeri dalam tiga tahun terakhir.
63
Dari hasil pengambilan data kasus yang dapat dikategorikan
sebagai tindak pidana penggelapan yang masuk di Pengadilan Negeri
Jambi dalam tiga tahun yang penulis ambil dari kurun waktu tahun 2014
sampai 2016 yakni tercatat sebanyak 85 kasus, sebagaimana ditentukan
setiap orang yang melakukan tindak pidana harus dikenakan sanksi pidana
tak terkecuali terhadap tindak pidana pengeksploitasian.
Berdasarkan penelusuran penulis di Pengadilan Negeri Jambi,
diperoleh data mengenai tindak pidana penggelapan yang telah
diselesaikan oleh Pengadilan Negeri Jambi dalam jumlah yang cukup
banyak, yaitu sebagaimana yang dapat dilihat melalui tabel di bawah ini :
Tabel 2 :
jumlah kasus Perkara Pidana Biasa Pengadilan Negeri Jambi60
No Tahun Jumlah Kasus
1 2014 24
2 2015 40
3 2016 21
Sumber Data : Pengadilan Negeri Jambi 2018
Dari data di atas dapat diketahui di mana jumlah perkara
penggelapan yang masuk di Pengadilan Negeri Jambi selama 3 (tiga) tahun
terakhir yakni tahun 2014 s/d 2016 sebanyak 85 kasus.
Berdasarkan tabel di atas dapat diklasifikasi bahwa hukuman yang
dijatuhkan pada umumnya berfariasi, ada yang dihukum penjara 2 tahun, 6
60
Dokumen Register Induk Perkara Pidana Biasa Pengadilan Negeri Jambi Tahun 2014-
2016.
64
bulan, 7 bulan, 12 bulan, dan 1 tahun, hal ini mengingat perkara pidana
yang sampai di Pengadilan Negeri Jambi sudah merupakan perkara yang di
perkara yang dianggap serius, jadi jelaslah bahwa terhadap pelaku Tindak
Pidana Penggelapan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu dapat
diterapkan pidana dan salah satunya terlihat pada kasus Nomor :
766/Pid.B/2016/PN.Jmb.
B. Tindak Pidana Penggelapan terhadap Prespektif Hukum Islam
Penggelapan adalah seseorang yang tanpa disetujui oleh pemilik
harta, mengalihkan harta tersebut kepada dirinya ataupun kepada orang
lain.61
Dari definisi penggelapan diatas, dapat diketahui undur-undur
penggelapan yaitu :
1. Memiliki barang milik ornag lain.
2. Barang yang dimiliki berupa harta.
3. Barang tersebut harus sudah ada dalam penguasaannya dan tidak
karena kejahatan.
4. Adanya niat yang melawan hukum.
Dalam huku Islam, suatu perbuatan baru dianggap sebagai tindak
pidana (jarimah) apabila unsur-unsurnya telah terpenuhi. Unsur ini ada
yang umum da nada yang khusus. Abdul Qadir A sudah seperti yang di
61
Hasby Ass Shiddieqy, Koleksi Hadist-Hadist Hukum, Semarang; Pustaka Rezeki,
hlm.169.
65
kutib Ahmad Wardi Muslich mengemukakan bahwa unsur-unsur umum
jarimah ada tiga macam yaitu :62
1. Unsur formal yaitu yaitu adanya nash atau ketentuan yang melarang
perbuatan dengan hukuman.
2. Unsur materil yaitu adanya tingkah laku yang membentuk jarimah,
baik berupa perbuatan nyata (positif) maupun sikap tidak berbuat
(negatif).
3. Unsur moril yaitu bahwa pelaku adalah orang mukallaf yakni orang
yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindak pidana yang
dilakukan.
Dalam khazanah pemikiran hukum Islam masalah penggelapan
yang dihubungkan dengan tindak pidana penggelapan sepeda motor
memang tidak disebutkan secara jelas dan khusus dalam ketentuan salah
satu hukum tindak pidana. Akan tetapi bukan berarti penggelapan sepeda
motor diperbolehkan atau terjangkau dalam syariat Islam.
Dalam Islam penggelapan sepeda motor dikategorikan sebagai
ghulul, karena ghulul merupakn penghianatan atau penggelapan harta
rampasan perang pada zaman Rasulullah. Apabila ghulul dikaitkan dengan
masa sekarang yakni penggelapan sepeda motor, maka ghulul merupakan
tindakan penggelapan yang dilakukan oleh seorang untuk memperkaya diri
sendiri.
62
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam,Jakarta : Sinar Grafika, 2004, hlm.27-28
66
Didalam Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam, sangat
menentang dan mengutuk bahkan mengharamkan tindak pidana
penggelapan. Walaupun Al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas bentuk
dan hukuman penggelapan, Islam sangat menentang bentuk-bentuk
perbuatan mengambil harta orang lain dengan cara tidak benar, serta
segala sesuatu yang merugikan orang banyak. Diantara ayat-ayat Al-
Qur’an yang mencegah, melarang perbuatan-perbuatan tersebut adalah :
a. QS. Al-Baqarah: 188
“dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.63
Yakni kalian mengetahui kebatilan dari apa yang kalian dakwakan
dan kalian palsukan melalui ucapan kalian.
Ayat di atas menjelaskan bahwasanya mengambil harta yang bukan
haknya merupakan perbuatan yang tidak benar dan berdosa. Sama halnya
dengan penggelapan sepeda motor yang dilakukan oleh warganet Mconet
yaitu memakan harta dengan jalan yang salah yang tidak menurut jalan
yang benar sesuai dengan peraturan. Hal ini merupakan menyalahgunakan
amanah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Penyalahgunaan
63
Depag RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, hlm. 46
67
wewenang yang berkaitan dengan harta dalam hukum Islam dapat
dikenakan hukuman. Hukuman tersebut ditentukan dengan bentuk
kesalahan dan kejahatan yang telah dilakukannya.
Penggelapan yang dilakukan oleh warnet maconet tersebut dalam
hukum Islam dikenakan hukuman ta’zir, yang mana besar kecilnya
hukuman itu diserahkan kepada ulil amri (pemerintah) dan hakim. Adapun
hukuman ta’zir yang berat dan tidaknya berdasarkan ijtihad, yaitu
berdasarkan peraturan perundang-undang.
Sedangkan menurut Ahmad Wardi Muslich, hukuman adalah salah
satu tindakan yang diberikan oleh syara’, sebagai pembalasan atas
perbuatan yang melanggar ketentuan syara’. Tujuannya untuk memelihara
ketertiban dan kepentingan masyarakat, sekaligus juga untuk melindungi
kepentingan individu.64
1. Hukuman takzir
Berdasarkan nas Al-Qur’an, hukuman untuk seorang yang
memakan harta secara tidak sah dengan melanggar hak adalah
hukuman ukhrawi. Hukuman ukhrawi berupa siksa neraka, yang
disesuaikan dengan kejahatannya.
Inti jarimah takzir adalah perbuatan maksiat. Maksiat adalah
meninggalkan perbuatan yang diwajibkan dan melakukan perbuatan
yang diharamkan (dilarang). Para fuqaha memberikan contoh
meninggalkan kewajiban yaitu menghianati amanah, seperti
64
Ahmad Wardi Muslich, Op. Cit, hlm.136
68
menggelapkan titipan, memanipulasi harta anak yatim, hasil waqaf,
dan lain-lain. Sebagai contoh perbuatan yang dilarang, seperti sumpah
palsu, penipuan dalam jual beli, melakukan riba, melindungi dan
menyembunyikan pelaku kejahatan, memakan barang-barang yang
diharamkan.65
2. Hukuman potong tangan
Menurut Hasbi Ash-Shidsiqy, orang yang mengingkari telah
meminjam sesuatu barang dipotong tangannya.66
Sedangkan menurut
Ahmad dan Ishaq yang dikutip Haliman, terhadap delik penggelapan
ini berlaku ketentuan hukuman had pemotongan tangan.67
Tetapi
Jumhur berpendapat, peminjam yang ingkar itu tidak harus dipotong
tangannya. Mereka berdalil dengan Al-Quran dan As-Sunnah, yang
hanya mewajibkan potong tangan itu atas pencuri, sedang peminjam
yang ingkar itu bukan pencuri. Pendapat ini dibantah, bahwa orang
yang ingkar itu dapat digolongkan sebagai pencuri.68
Zufar serta ulama Khowarij, Ahluh Dhahir dan Ibnu Hazm
seperti yang dikutip Hasby Ash-Shidsiqy, menetapkan bahwa mereka
yang mengingkari barang yang dipinjamnya dipotong tangan. Ibnu
Qayyim, memasukan orang yang mengingkari pinjaman kedalam
65
Ahmad Wardi Muslich, Op. Cit, hlm.249. 66
Hasby As-Shiddieqy, koleksi Hadist-Hadist Hukum, Semarang : Pustaka Rezeki,
hlm.167 67
Haliman, Hukum Pidana Syariat Islam Menurut Adjaran Ahlu Sunnah, Jakarta : Bulan
Bintang, 1970, hlm.440. 68
Faishol, Nailul Uthar VI, Surabaya : Bina Ilmu, 1986, 1986, hlm63
69
golongan pencuri. Mereka yang menyerobot dan menggelapkan
barang tidak dikategorikan sebagai pencuri.69
Dalam KUHP pasal 372, hukuman 4 (empat) tahun penjara
merupakan hukuman maksimal bagi pelaku yang berulang kali melakukan
tindak pidana penggelapan sepeda motor berulang-ulang. Serta wajib
mengembalikan kendaraan yang telah di gelapkan, mengganti kerugian
saksi korban, dan wajib membayar denda karena hubungannya dengan
huzuq Al-Insan (hak-hak manusia).
Hukum seperti ini sudah melakukan kejahatan dua kali, yaitu
berkhianat pada Allah dan Rasul serta berkhianat pada umat dan
masyarakat. Maka persoalan di Indonesia, tampaknya bukan pada tataran
hukum, tetapi pada tataran implementasi hukum itu sendiri, sehingga
penggelapan tidak bisa dihilangkan atau minimal ditekan. Nilai-nilai
universal Al-Qur’an dan sunnah memang memberikan perspektif preventif
terhadap pelaku kejahatan yang intinya ialah sebagai upaya memelihara
agama, memelihara jiwa, memelihara keturunan, memelihara harta, dan
memelihara akal. Islam bersifat lebih preventif dalam menentukan
hukuman-hukuman bagi pelaku kejahatan. Ungkapan yang digunakan,
baik menggunakan ghulul atau fasad, pada akhirnya harus sampai pada
titik balik bahwa penggelapan harus bisa dijerat dengan hukuman
semaksimal mungkin.
69
Ibid.
70
Dalam penerapan hukuman-hukuman tersebut terdapat perbedaan
pendapat ulama fikih, apakah hukuman itu boleh dipilih atau hukuman
yang dikenakan sesuai dengan bentuk tindak pidana yang dilakukan dalam
penggelapan sepeda motor tersebut. Bentuk hukuman ta’zir yang akan
dikenakan diserahkan sepenuhnya kepada hakim. Adapun menurut ulama
Mazhab Maliki, penerapan hukuman diserahkan sepenuhnya kepada
kebijaks anaan hakim setelah dimusyawarahkan dengan pihak-pihak
terkait, dengan syarat hakim memilih hukuman yang terbaik bagi
kemaslahatan.
Dengan menganalogikan penggelapan sepeda motor dengan ghulul
maka hukuman bagi pelaku tindak pidana penggelapan sepeda motor yang
dilakukan oleh warganet maconet dapat dikenakan hukuman penjara,
apabila tindak pidana penggelapan dilakukan dalam jumlah yang sangat
sedikit, seperti dalam jumlah jutaan atau puluhan juta. Tindak pidana
penggelapan untuk hukuman sepeda motor yang paling ringan ini sesuai
dengan toleransi karena kebutuhan hidup. Dan hukuman paling lama
maksimal 4 (empat) tahun penjara.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan atau uraian hasil pembahasan sebagai
jawaban atas permasalahan yang timbul pada bab pendahuluan skripsi ini,
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Penanganan perkara-perkara tindak pidana penggelapan di Pengadilan
Negeri Jambi adalah sebagai berikut :
a. Tingkat penyidikan
b. Kronologi perkara
c. Keterangan saksi
d. Alat bukti
e. Keterangan terdakwa
3. Tindak Pidana Penggelapan terhadap Prespektif Hukum Islam
Dalam Islam penggelapan sepeda motor dikategorikan sebagai
ghulul, karena ghulul merupakan penghianatan atau penggelapan harta
rampasan perang pada zaman Rasulullah. Apabila ghulul dikaitkan
dengan masa sekarang yakni penggelapan sepeda motor, maka ghulul
merupakan tindakan penggelapan yang dilakukan oleh seorang untuk
memperkaya diri sendiri. Bentuk hukuman ta’zir yang akan dikenakan
diserahkan sepenuhnya kepada hakim. Adapun menurut ulama
Mazhab Maliki, penerapan hukuman diserahkan sepenuhnya kepada
kebijaksanaan hakim setelah dimusyawarahkan dengan pihak-pihak
72
73
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
A. Djazuli, fiqh Jinayah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, hlm.13.
Abdussalam, H, R, Hukum Kepolisian Sebagai HukumPositif dalam
Disiplin Hukum, Restu Agung, Jakarta, 2009, hlm.86
Abdul Kadir Muhammad, Hukumdan Penelitian Hukum, Bandung, Citra
Aditya, 2004
Admi Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta : PT. Raja Grafindo,
2010, hlm.162-163.
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam,Jakarta : Sinar Grafika,
2004, hlm.27-28
Ahmad Rifai, Penegakan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum
Progresif, Jakarta, Sinar Grafika, 2010
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hal
28.
Ansori Sabuan, Hukum Acara Pidana, Angkasa Anggota IKAPI, Jakarta,
1990, hlm.77.
Bapak lucas sahabat duha, sebagai seorang hakim anggota, tempat
wawancara: di pengadilan negri kelas 1A Jambi, Jl. A Yani,
interview pada tanggal 23-04-2018 pukul 11.30 wib.
Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung, Bina
Aksara, 2002,
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (jakarta: Depag RI, 2004)
Dokumen yang di dapatkan dari pengadilan negeri jambi pada tanggal 06
Maret 2018
Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia,
Bandung : PT. Rafika Aditama, 2009, hlm.24.
Faishol, Nailul Uthar VI, Surabaya : Bina Ilmu, 1986, 1986, hlm63
Haliman, Hukum Pidana Syariat Islam Menurut Adjaran Ahlu Sunnah,
Jakarta : Bulan Bintang, 1970, hlm.440.
74
Hartono, Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan
Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm.36.
Hasby Ass Shiddieqy, Koleksi Hadist-Hadist Hukum, Semarang; Pustaka
Rezeki
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta
Desertasi (Edisi Revisi), cet. Ke-4, (Kerinci: STAIN Kerinci Press,
2015)
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif, Kualitatif,
(Jakarta: GP Press, 2008)
J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan
keunggulannya, (Jakarta: Grasindo, 2010)
Karl O.Cristiansen sebagaimana dikutip oleh Dwidja Priyanto, Op. Cit,
hlm.26
Kemal Pasha, Mustofa, fiqh Islam, (Yogyakarta: Citra KarsaMandiri,
2002),
Laden Marpaung, Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana, Jakarta : Sinar
Grafika, 2009, hlm.105.
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP,
Penyidikan dan Penuntutan.Cet VII, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm.111.
Michael A. Hubermandan Matthew B. Miles, Analisis Data Kualitatif,
(Jakarta: UI,1992)
Moeljanto, 1987, Kejahatan-kejahatan Terhadap Kepentingan Umum,
Bandung, Bina Aksara, 1987
Muladi dan Barda Nawawi, Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung,
Alumni, Bandung, 1992, hlm.12.
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2011), Cet. 29
Mukhlis R, Pergeseran Kedudukan dan Tugas Penyidikan Polri dengan
Perkembangan Delik-Delik Diluar KUHP, Juenal Ilmu Hukum,
Vol.3 No.1.
75
Nico Ngani, Inyoman Budi Jaya, Mengenal Hukum Acara Pidana,Bagian
Umum dan Penyidikan, Liberty, Yogyakarta, hlm.19.
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana,
Jakarta, Angkasa, 1982
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, cet 9, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1999)
Soerjono Soekanto, Penghantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas
Indonesia, 1986
Suharso, Ana Retno ningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang,
Widya Karya, 2012
Soedarto, Hukum Pidana Jilid I, Semarang, Universita Deponegoro, 1975
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan dan Prakteknya, (Jakarta: PT
Bumi Aksara. 2012), Hlm. 205.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan R&D, cet. Ke-12. (Bandung: Alfabeta, 2011)
Suharsim Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan dan Prakteknya, (Jakarta: PT
Bumi Aksara. 2012)
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana
(Kajian Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi), Jakarta :
Pustaka Pelajar, 2005, hlm.90
Tri Andrisman, Buku Ajar Hukum Acara Pidana, Fakultas Hukum Unila,
Bandar Lampung, hlm.37.
Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Negeri Jambi, http//:tugas pokok dan
fungsi. Html diakses 09 maret 2018
B. Karya Ilmiah, Jurnal, Skripsi
Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor : 766/Pid.B/2016/PN.Jmb
Wahyu Afandi, Hakim dan Hukum dalam Praktek, Alumni, Bandung,
2008, Hal.33.
76
C. Web Site
Zilfa sehan bachmin, Tahun 2013 Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin Makasar,
https://respository.unhas.ac.id/handle/123456789/789?show=full
pukul 19.35
Indriawan, Tahun 2008 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta https://eprints.uns.ac.id/5086/1/02807200901081.pdf
pukul 20.21
Zein Nur, angkatan 2013 Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Makassar https://www.google.co.id/search?q=tindak+pidana+penggelapan+p
df&client=ucweb-b&chanel=sb di akses tanggal 25 mei 2018 pukul
10.15.
Http//pn-jambi.go.id/main/index.php/profil/tentang-pengadilan-negeri-
jambi/sejarah-pengadilan-negeri-jambi&ei. Di akses tanggal 08
Februari 2018.
Http//pn-jambi.go.id/main/index.php/profil/tentang-pengadilan-negeri-
jambi/sejarah-pengadilan-negeri-jambi&ei. Di akses tanggal 08
Februari 2018.
https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/771e83f11915d33dcb0f2bf
d4f6eb6f0 pukul 12:12, senin 12/23/2017
https://eprints.uns.ac.id/5086/1/02807200901081.pdf pukul 20.21
http://blogspot.com/2009/01/kejahatan-terhadap-harta-kekayaan.html.
A.Djazuli, fiqh Jinayah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996)
77
Putusan
Nomor 766/Pid.B/2016/PN Jmb
“demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa”
Pengadilan Negeri Jambi yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara
pidana dengan cara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat pertama telah
menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa :
Nama lengkap : Said Faisal Alias Faisal Bin Abu Bakar
Tempat lahir : Sigli (Aceh Sigli)
Umur / tanggal lahir : 39 tahun / 28 Oktober 1977
Jenis kelamin : Laki-Laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Jalan Dewi Sartika Rt.07 Kelurahan
Beringin Kecamatan Pasar Kota Jambi.
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : S.1 Akuntasi
Terdakwa telah ditahan berdasarkan Surat Perintah / Penetapan Penahanan :
1. Penyidik, sejak tanggal 26 mei 2016 s/d tanggal 14 juni 2016;
2. perpanjangan penahanan oleh Penuntut Umum, sejak tanggal 15 juni 2016
s/d tanggal 24 juli 2016;
3. Penuntut Umum, sejak tanggal 20 juli 2016 s/d tanggal 08 agustus 2016;
4. Majlis Hakim Pengadilan Negeri Jambi, sejak tanggal 3 agustus 2016 s/d
tanggal 1 september 2016;
78
5. perpanjangan penahanan oleh wakil ketua Pengadilan Negeri Jambi sejak
tanggal 2 september 2016 s/d tanggal 31 oktober 2016;
terdakwa dipersidangan tidak berkehendak didampingi penasehat hukum;
Pengadilan Negeri tersebut;
setelah membaca berkas perkara yang bersangkutan;
setelah membaca penetapan ketua Pegadilan Negeri Jambi Nomor :
766/Pid.B/2016/PN Jmb, tertanggal 3 agustus 2016 tentang penunjukan majlis
hakim;
setelah membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Nomor :
766/Pid.B/2016/PN Jmb, tertanggal 4 Agustus 2016 tentang Penetapan Hari
Sidang;
setelah mendengarpembacaan pembacaan Surat Dakwaan Penuntut
Umum;
setelah mendengar keterangan saksi-saksi serta keterangan terdakwa
persidangan;
setelah memperhatikan barang bukti yang diajukan dalam perkara ini;
setelah mendengar tuntutan pidana / requisitoir Penuntut Umum yang
pada pokoknya menuntut supaya Majlis Hakim Pengadilan Negeri Jambi yang
memeriksa dan mengadili perkara ini agar berkenan memutuskan sebagai berikut :
a. Menyatakan terdakwa Said Faisal Alias Faisal bin Abu Bakar telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana
“Penggelapan” melanggar Pasal 372 KUHP sebagaimana dalam dakwaan
Jaksa Penuntut Umum;
79
b. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan pidana penjara selama 2 (dua)
Tahun dan 6 (enam) Bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan
sementara dengan perintah terdakwa tetap ditahan.
c. Menetapkan barang bukti berupa :
1) 1 (satu) buah BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor) sepeda motor
jenis Yamaha Mio warna merah marun dengan No. Pol : BH 4874 NW,
No. Rangka : MH314D205CK372059, No. Mesin : 14D-1371506 atas
nama Doni Firma.
Dikembalikan kepada saksi korban Rudi Alnando Firma.
d. Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar
Rp.2000,- (dua ribu rupiah).
Setelah mendengar Pembelaan / Pledooi secara lisan dari terdakwa yang
pada pokoknya berupa permohonan keringan hukuman dengan alasan terdakwa
merasa bersalah, menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya;
Setelah mendengar Replik Penuntut Umum sebagai tanggapan atas
Pembelaan / Pledooi terdakwa yang disampaikan secara lisan pada pokoknya
menyatakan tetap pada Tuntutan Pidananya, dan Terdakwa dalam Duplik lisannya
yang pada pokoknya menyatakan tetap pada pembelaannya;
Menimbang bahwa Terdakwa dihadapkan ke muka persidangan
Pengadilan Negeri Jambi karena didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan,
sebagai berikut :
Bahwa terdakwa Said Faisal Alias Faisal bin Abu Bakar pada hari senin
tanggal 01 Februari 2016 sekira pukul 12.30 WIB, atau setidak-tidaknya pada
80
suatu waktu dalam bulan Februari Tahun 2016, bertempat di Warnet Maconet
Kelurahan Sulanjana Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi, atau setidak-tidaknya
di suatu tempat yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri
Jambi, “dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang suatu yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan”, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa
dengan cara sebagai berikut :
a. Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas, awalnya saksi
korban Rudy Alnando Firma Alias Buyung bin Firdaus datang ke Warnet
Maconet dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha Mio warna
merah marun dengan Nomor Polisi BH 4874 NW dan memarkirkan sepeda
motor miliknya tersebut dihalaman parkir depan Warnet dan saat itu saksi
korban langsung masuk ke dalam Warnet. Saat bermain di dalam warnet
tersebut, saksi korban duduk bersebelahan dengan terdakwa yang juga sedang
bermain warnet dan kemudian saksi korban pun berkenalan dengan terdakwa.
Sekira pukul 12.30 WIB, tiba-tiba terdakwa meminjam sepeda motor saksi
korban dengan mengatakan “de…bisa minta tolong dak, Abang mau deposit
ke ATM BNI…. Minjam motor bentar yo” namun saat itu saksi korban
keberatan dengan berkata “dak biso bang, kami bentar lagi nak balek” namun
terdakwa tetap ingin meminjam sepeda motor milik saksi korban dengan
berkata “minta tolong nian dek” hingga akhirnya saksi korban pun
mengizinkan dan menyerahkan kunci kontak sepeda motor miliknya kepada
terdakwa serta menunjukkan posisi / letak sepeda motor di halaman parkir
81
warnet, namun saksi korban berpesan “tapi cepat yo bang” dan terdakwa pun
menjawab “iyo”. Selanjutnya terdakwa pun menuju kearah sepeda motor dan
langsung membawa pergi sepeda motor saksi korban. Setelah saksi korban
menunggu hingga beberapa jam di warnet ternyata terdakwa tidak kunjung
datangmengembalikann sepeda motor saksi korban, lalu saksi korban
berupaya mencari terdakwa ke ATM Bank BNI Abadi dan BNI lainnya yang
ada di seputaran Pasar Jambi, namun tidak berhasil menemukan terdakwa
hingga akhirnya saksi korban pun melapor kejadian tersebut ke polsekta
Jambi Timur.
b. Bahwa akibat perbuatan terdakwa, saksi korban Rudy Alnando Firma Alias
Buyung bin Toni Firdaus mengalami kerugian berupa 1 (satu) unit sepeda
motor jenis Yamaha Mio warna merah marun dengan No. Pol BH 4874 NW,
No Rangka : MH314D205CK372059, No Mesin : 14D-1371506 yang apabila
ditaksir sebesar Rp. 9000.000,-(sembilan juta ripiah).
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal
372 KUHP.
Menimbang, bahwa atas dakwaan tersebut terdakwa menyatakan telah
mengerti aka nisi serta maksudnya, selanjutnya atas dakwaan tersebut terdakwa
menyatakan tidak mengajukan eksepsi atau keberatan;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum
telah menghadirkan saksi-saksi dipersidangan yang semuanya telah didengar
keterangannya di bawah sumpah, yaiyu :
82
a. Saksi Rudy Alnando Firma Alias Buyung bin Toni Firdaus, di persidangan
pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :
1) Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik,
keterangan saksi sebagaimana termuat dalam BAP Penyidik adalah
benar;
2) Bahwa saksi mengalami tindak pidana penggelapan yang terjadi pada
hari Senin tanggal 01 Februari 2016 sekira pukul 12.30 WIB, bertempat
di Warnet Maconet Kelurahan Sulanjana Kecamatan Jambi Timur Kota
Jambi.
3) Bahwa penggelapan yang dilakukan terdakwa adalah dengan meminjam
barang milik saksi yaitu 1 (satu) unit sepeda motor jenis Yamaha Mio
Soul warna merah marun dengan No. Pol BH 4874 NW, No. Rangka :
MH314D205CK372059, No Mesin : 14D-1371506 namun hingga saat
ini terdakwa tidak pernah mengembalikan sepeda motor milik saksi
tersebut.
4) Bahwa awalnya saksi datang sendirian ke warnet Maconet dengan
mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha Mio warna merah
marun dengan nomor polisi BH 4874 NW dan memarkirkan sepeda
motor saksi di halaman parkir depan warnet dan saat itu saksi langsung
masuk ke dalam warnet.
5) Bahwa pada saat bermain di dalam warnet tersebut, tiba-tiba terdakwa
yang duduk bersebelahan dengan saksi meminjam sepeda motor milik
saksi dengan mengatakan “de… bisa minta tolong dak, Abang mau
83
deposit ke ATM BNI.. minjam motor bentar yo” namun saat itu saksi
korban keberatan dengan berkata “dak biso bang, kami bentar lagi nak
balek” namun terdakwa tetap ingin meminjam sepeda motor milik saksi
korban dengan berkata “minta tolong nian dek” hingga akhirnya saksi
korban pun mengizinkan dan menyerahkan kunci kontak sepeda motor
miliknya kepada terdakwa serta menunjukkan posisi / letak sepeda motor
di halaman parkir warnet.
6) Bahwa pada saat itu saksi sempat berpesan kepada terdakwa “tapi cepat
yo bang” dan terdakwa pun menjawab “iyo”.
7) Bahwa beberapa jam di warnetternyata terdakwa tidak kunjung datang
mengembalikan sepeda motor saksi hungga saksi pun berupaya mencari
terdakwa ke ATM Bank BNI Abadi dan BNI lainnya yang ada di
seputarab Pasar Jambi namun tidak berhasil menemukan terdakwa.
8) Bahwa terdakwa berhasil ditangkap pihak kepolisian setelah 3 (tiga)
bulan kejadian.
9) Bahwa akibatperbuatan terdakwa, saksi mengalami kerugia berupa 1
(satu) unit sepeda motor jenis Yamaha Mio Soul warna merah marun
dengan No. Pol BH 4874 NW, No Rangka : MH314D205CK372059, No
Mesin : 14D-1371506 yang apabila ditaksir sebesar Rp. 9000.000,-
(sembilan juta rupiah).
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa membenarkan
dan tidak keberatan;
84
b. Saksi Angga Pramana Bin M. Ayub, dibawah sumpah dipersidangan
menerangkan yang pada pokoknya sebagai berikut :
1) Bahwa saksi mengetahui tindak pidana penggelapan yang terjadi pada
hari Senin tanggal 01 Februari 2016 sekira pukul 12.30 WIB, bertempat
di Warnet Mocanet Kelurahan Sulanjana Kecamatan Jambi Timur Kota
Jambi.
2) Bahwa pelaku tindak pidana tersebut adalah terdakwa sedangkan yang
menjadi korbannya adalah saksi Rudi Alnando Firma.
3) Bahwa penggelapan yang dilakukan terdakwa adalah dengan meminjam
barang milik saksi korban yaitu 1 (satu) unit sepeda motor jenis Yamaha
Mio Soul warna merah marun dengan No.Pol BH 4874 NW, No Rangka
: MH314D205CK372059, No Mesin : 14D-1371506 namun hingga saat
ini terdakwa tidak pernah mengembalikan sepeda motor milik saksi
korban tersebut.
4) Bahwa awalnya saksi sudah berada di Warnet dan bermain game, tiba-
tiba saksi korban datang sendirian dengan mengendarai 1 (satu) unit
sepeda motor Yamaha Mio warna merah marun dengan nomor polisi BH
4874 NW dan memarkirkan sepeda motornya di halaman parkir depan
Warnet dan saat itu saksi korban langsung masuk ke dalam Warnet dan
bermain game bersama saksi.
5) Bahwa pada saat bermain di dalam Warnet tersebut, tiba-tiba terdakwa
yang duduk bersebelahan dengan saksi korban meminjam sepeda motor
milik saksi korban dengan alasan mau ke ATM BNI sebentar karena mau
85
deposit uang dan saksi melihat saksi korban ada menyerahkan kunci
motornya kepada terdakwa.
6) Bahwa setelah beberapa lama menunggu ternyata terdakwa tidak datang
lagi ke Warnet dan tidak ada mengembalikan sepeda motor milik saksi
korban.
7) Bahwa saksi ikut membantu saksi korban mencari sepeda motor miliknya
tersebut yang dibawa terdakwa tetapi tidak diketemukan.
8) Bahwa akibat perbuatan terdakwa, saksi korban mengalami kerugian
berupa 1 (satu) unit sepeda motor jenis Yamaha Mio Soul warna merah
marun dengan No.Pol BH 4874 NW.
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa membenarkan
dan tidak keberatan;
Menimbang, bahwa selanjutnya di persidangan telah pula didengar
keterangan Terdakwa, pada pokoknya sebagai berikut :
a. Bahwa terdakwa melakukan penggelapan pada hari Senin tanggal 01 Februari
2016 sekira pukul 12.30 WIB, bertempat di Warnet Mocanet Kelurahan
Sulanjana Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi.
b. Bahwa penggelapan yang dilakukan terdakwa adalah dengan meminjam
barang milik saksi korban Rudi Alnando yaitu 1 (satu) unit sepeda motor
jenis Yamaha Mio Soul warna merah marun dengan No.Pol BH 4874 NW,
No Rangka : MH314D205CK372059, No Mesin : 14D-1371506 namun
hingga saat ini terdakwa tidak pernah mengembalikan sepeda motor milik
saksi korban tersebut.
86
c. Bahwa sebelumnya terdakwa tidak mempunyai niat dan rencana untuk
membawa kabur sepeda motor milik saksi korban dan ketika terdakwa
meminjam sepeda motor milik saksi korban memang tujuan terdakwa untuk
mengambil uang di ATM Bank BNI Pasar.
d. Bahwa pada saat di perjalanan, isteri terdakwa menelpon dan mengatakan
akan pergi ke Palembang bersama pria pilihannya, mendengar itu terdakwa
pun membawa sepeda motor saksi korban untuk menyusul isteri terdakwa.
e. Bahwa ketika sampai di jembatan Sungai Lilin terdakwa merasa putus asa
karena tidak bertemu dengan isteri terdakwa sehingga terdakwa pun
menceburkan diri ke sungai bersama sepeda motor milik saksi korban.
f. Bahwa ketika terdakwa sadar, terdakwa tidak mengetahui dimana keberadaan
sepeda motor milik saksi korban tersebut.
g. Bahwa terdakwa tidak ada meminta izin saksi korban untuk membawa sepeda
motor saksi korban ke daerah Palembang.
h. Bahwa Terdakwa merasa bersalah dan menyesali perbuatannya.
i. Bahwa Terdakwa belum pernah dihukum.
Menimbang, bahwa di persidangan Terdakwa tidak mengajukan saksi a de
charge (saksi yang meringankan) meskipun haknya telah diberitahukan oleh
Majelis Hakim kepada Terdakwa ;
Menimbang, bahwa untuk memperkuat dakwaannya, Penuntut Umum Di
persidangan telah mengajukan barang bukti berupa :
a. 1 (satu) buah BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor) sepeda motor jenis
Yamaha Mio warna merah marun dengan No. Pol : BH 4874 NW, No.
87
Rangka : MH314D205CK372059, No. Mesin : 14D- 1371506 atas nama
Doni Firma.
Menimbang, bahwa barang bukti tersebut di atas telah disita secara sah
menurut hukum, oleh karena itu maka barang bukti tersebut dapat dipergunakan
untuk memperkuat pembuktian di persidangan ;
Menimbang, bahwa barang bukti yang diajukan Jaksa Penuntut Umum di
persidangan tersebut telah diperlihatkan pula kepada para saksi dan Terdakwa di
persidangan dan atas barang bukti tersebut para saksi dan Terdakwa
membenarkan ;
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini maka segala
sesuatu yang termuat dalam Berita Acara Persidangan dianggap merupakan satu
kesatuan dengan putusan ini ;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan
terdakwa yang saling bersesuaian satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan
bukti surat dan barang bukti yang diajukan, maka diperoleh fakta-fakta yuridis
sebagai berikut :
1. Bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana penggelapan pada hari Senin
tanggal 01 Februari 2016 sekira pukul 12.30 WIB, bertempat di Warnet
Mocanet Kelurahan Sulanjana Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi.
2. Bahwa barang yang digelapkan oleh terdakwa yaitu 1 (satu) unit sepeda
motor jenis Yamaha Mio Soul warna merah marun dengan No.Pol BH 4874
NW, No Rangka : MH314D205CK372059, No Mesin : 14D-1371506 yang
88
merupakan milik saksi korban Rudi Alnando Firma Alias BUYUNG Bin
Toni Firdaus.
3. Bahwa sepeda motor tersebut berada di tangan terdakwa karena atas izin saksi
korban Rudi Alnando Firma dimana terdakwa meminjam kepada saksi korban
dengan alasan pergi sebentar untuk mengambil uang di ATM BNI Pasar
sehingga saksi korban pun mempercayainya dan meminjamkan sepeda
motornya kepada terdakwa.
4. Bahwa perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara awalnya saksi
korban Rudy Alnando Firma Alias Buyung Bin Toni Firdaus datang ke
Warnet Mocanet dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha
Mio warna merah marun dengan nomor polisi BH 4874 NW dan
memarkirkan sepeda motor miliknya tersebut di halaman parkir depan Warnet
dan saat itu saksi korban langsung masuk ke dalam Warnet. Saat bermain di
dalam Warnet tersebut, saksi korban duduk bersebelahan dengan terdakwa
yang juga sedang bermain Warnet dan kemudian saksi korban pun berkenalan
dengan terdakwa. Sekira pukul 12.30 WIB, tiba-tiba terdakwa meminjam
sepeda motor saksi korban dengan mengatakan “de..bisa minta tolong dak,
abang mau deposit ke atm bni....minjam motor bentar yo” namun saat itu
saksi korban keberatan dengan berkata “dak biso bang, kami bentar lagi nak
balek” namun terdakwa tetap ingin meminjam sepeda motor milik saksi
korban dengan berkata “minta tolong nian dek” hingga akhirnya saksi korban
pun mengizinkan dan menyerahkan kunci kontak sepeda motor miliknya
kepada terdakwa serta menunjukkan posisi / letak sepeda motor di halaman
89
parkir Warnet, namun saksi korban berpesan “tapi cepat yo bang” dan
terdakwa pun menjawab “iyo”. Selanjutnya terdakwa pun menuju ke arah
sepeda motor dan langsung membawa pergi sepeda motor saksi korban.
Setelah saksi korban menunggu hingga beberapa jam di Warnet ternyata
terdakwa tidak kunjung datang mengembalikan sepeda motor saksi korban,
lalu saksi korban berupaya mencari terdakwa ke ATM Bank BNI Abadi dan
BNI lainnya yang ada di seputaran Pasar Jambi namun tidak berhasil
menemukan terdakwa hingga akhirnya saksi korban pun melaporkan kejadian
tersebut ke Polsekta Jambi Timur.
5. Bahwa akibat perbuatan terdakwa, saksi korban Rudy Alnando Firma
Alias Buyung Bin Toni Firdaus mengalami kerugian berupa 1 (satu) unit
sepeda motor jenis Yamaha Mio Soul warna merah marun dengan No.Pol BH
4874 NW, No Rangka : MH314D205CK372059, No Mesin : 14D-1371506
yang apabila ditaksir sebesar Rp. 9.000.000,- (sembilan juta rupiah).
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di
persidangan yang berasal dari keterangan saksi-saksi dan Terdakwa yang saling
bersesuaian satu sama lain yang didukung dengan bukti surat dan barang bukti
sebagaimana tersebut di atas, selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
apakah fakta-fakta tersebut dapat memenuhi unsur-unsur pasal yang didakwakan
kepada Terdakwa dan apakah Terdakwa dapat dipersalahkan telah melakukan
tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya ;
Menimbang, bahwa terdakwa telah dihadapkan dipersidangan dengan
Dakwaan tunggal melanggar Pasal 372 KUHP yang unsurnya terdiri dari:
90
a. Barang Siapa.
b. Dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang, yang sama sekali
atau sebagian kepunyaan orang lain.
c. Yang ada padanya bukan karena kejahatan.
Menimbang, bahwa apakah terdakwa dapat dipersalahkan telah
terbukti bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dituntut oleh
Penuntut Umum, maka sejalan dengan bentuk dakwaan yang berbentuk
tunggal Majelis Hakim Pengadilan akan menguji fakta-fakta yang diperoleh
dari hasil persidangan kedalam tiap unsur dari dakwaan tunggal Penuntut
Umum tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Unsur Barang Siapa .
Menimbang, bahwa dalam praktik peradilan yang dimaksud sebagai
unsur “Barang Siapa” adalah menyangkut pelaku tindak pidana yang telah
melanggar Undang-Undang ataupun pasal-pasal yang telah didakwakan
Penuntut Umum kepadanya, yaitu menunjuk pada seseorang atau pribadi-
pribadi sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban serta dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya ;
Menimbang, bahwa unsur “Barang Siapa”, pada dasarnya menunjuk
pada “siapa orangnya yang harus bertanggungjawab atas perbuatan atau
kejadian yang didakwakan, atau setidak-tidaknya siapa orangnya yang harus
dijadikan Terdakwa dalam perkara ini”, hal mana sesuai dengan kaedah
dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 1398 K/Pid/1994 tanggal 30 Juni
1995, yang menyebutkan bahwa, “Barang siapa atau “HIJ” adalah sebagai
91
siapa saja yang harus dijadikan Terdakwa/ dader atau setiap orang sebagai
subyek hukum (pendukung hak dan kewajiban) yang dapat dimintai
pertanggung jawaban dalam setiap tindakannya” ;
Menimbang, bahwa dengan demikian unsur “Barang Siapa” yang
dimaksud dalam perkara ini adalah siapa saja yang dapat menjadi subyek
hukum pendukung hak dan kewajiban, dan kepadanya dapat
dipertanggungjawabkan atas segala perbuatannya ;
Menimbang, bahwa perlunya dipertimbangkan unsur “Barang Siapa”
ini adalah dengan maksud untuk pencegahan terjadinya error in persona atau
salah menghadapkan Terdakwa ke muka persidangan, sedangkan mengenai
terbukti atau tidaknya kesalahan Terdakwa melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya, baru dapat ditentukan setelah mempertimbangkan
unsur-unsur berikutnya ;
Menimbang, bahwa Terdakwa di persidangan pada pokoknya
menerangkan bahwa keseluruhan identitas yang tercantum dalam surat
dakwaan Penuntut Umum adalah benar diri Terdakwa. Demikian pula
keseluruhan saksi-saksi pada pokoknya telah menerangkan bahwa yang
dimaksud dengan Said Faisal Alias Faisal Bin Abu Bakar adalah benar diri
Terdakwa, yang saat ini dihadapkan dan diperiksa di persidangan Pengadilan
Negeri Jambi;
Menimbang, bahwa oleh karena itu berdasarkan hasil pemeriksaan di
persidangan, bahwa benar yang dihadapkan sebagai Terdakwa dalam perkara
ini Said Faisal Alias Faisal Bin Abu Bakar sebagaimana dimaksud oleh
92
Penuntut Umum dalam surat dakwaannya, sehingga oleh karenanya Majelis
berpendirian tidak ada kesalahan (error in persona) tentang Terdakwa yang
diajukan di persidangan perkara ini ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka
unsur “Barang Siapa” telah terpenuhi secara sah dan meyakinkan menurut
hukum ;
2. Unsur Dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang, yang sama
sekali atau sebagian kepunyaan orang lain;
Menimbang, bahwa “dengan sengaja dan dengan melawan
hukum“dapat didifinisikan bahwa pelaku mengetahui dan sadar atas apa yang
telah diperbuatnya, tindakan Terdakwa dilakukan memang disadari dan
dikehendaki oleh Terdakwa, dan perbuatan tersebut dilakukan tanpa seijin
dari pemiliknya;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “Barang” adalah segala
sesuatu yang berwujud termasuk gas dan aliran listrik, sedangkan yang
dimaksud dengan “memiliki secara melawan hukum” dapat diartikan sebagai
perbuatan penguasaan atas barang atau melakukan kekuasaan dengan nyata
dan mutlak atas barang itu sehingga seolah-olah ia pemilik atas barang itu
sedangkan ia bukan pemilik atau tidak mempunyai hak milik atas barang itu ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap
dipersidangan ternyata bahwa berawal pada hari Senin tanggal 1 Februari
2016 sekitar pukul 12.30 Wib bertempat di warnet Mocanet di kelurahan
Sulanjana Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi, Terdakwa meminjam 1 (satu)
93
sepeda motor Yamaha Mio warna merah marun No. Pol BH 4874 NW milik
saksi korban Rudy Alnando Firma Alias Buyung Bin Toni Firdaus dengan
alasan mau ke ATM BNI di pasar. Dimana awalnya saksi korban tidak mau
meminjamkannya namun oleh karena terdakwa terus mendesak akhirnya
saksi korban mau meminjamkan sepeda motor miliknya kepada terdakwa
dengan mengatakan kepada terdakwa “tapi cepat yo bang, aku nak balek”
sambil saksi korban menyerahkan kunci motor kepada terdakwa dengan
disaksikan oleh saksi Angga Pramana yang pada saat itu juga ada di warnet
tersebut.
Menimbang, bahwa setelah sepeda motor tersebut dipinjam oleh
Terdakwa dari saksi korban sepeda motor tersebut dibawah oleh terdakwa
dan ketika diperjalanan terdakwa mendapat telpon dari isterinya yang
mengatakan kalau ia pergi dengan pria lain ke Palembang. Mendengar hal
tersebut terdakwa dengan menggunakan sepeda motor milik saksi korban
menyusul isteri terdakwa ke Palembang namun tidak ketemu. Ketika sampai
di jembatan Sungai Lilin terdakwa merasa putus asa karena tidak bertemu
dengan isterinya dan akhirnya terdakwa menceburkan diri ke Sungai bersama
dengan sepeda motor milik saksi korban yang dipinjam oleh terdakwa. atas
kejadian tersebut terdakwa tidak sadarkan diri dan tidak mengetahui dima
keberadaan sepeda motor milik saksi korban yang dipinjamnya tersebut ;
Menimbang, di persidangan terungkap fakta bahwa terdakwa tidak
pernah meminta izin kepada saksi korban Rudy untuk membawa sepeda
94
motor Yamaha Mio warna merah marun No.Pol BH 4874 NW milik saksi
korban ke Palembang ;
Menimbang, bahwa sepeda motor milik saksi korban Rudy tersebut
pada saat terdakwa ke Palembang sepeda motor tersebut di jembatan Sungai
Lilin tercebur bersama dengan terdakwa dan tidak diketahui dimana
keberadaan sepeda motor milik saksi korban Rudy dan terdakwa
telah bertindak seolah-olah dia adalah pemilik dari barang-barang tersebut,
sehingga Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa telah dengan sengaja
dan melawan hukum memiliki barang kepunyaan orang lain. sehingga akibat
perbuatan terdakwa saksi korban Rudy Alnando Firma mengalami kerugian
materi yang ditaksir lebih kurang sebesar Rp 9.000.000 (sembilan juta
rupiah);
Menimbang, bahwa dengan demikian unsur kedua telah terpenuhi dan
terbukti ;
3. Unsur Yang Ada Dalam Kekuasaannya Bukan Karena Kejahatan;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam
persidangan ternyata benar Terdakwa Said Faisal Alias Faisal Bin Abu Bakar
pada hari Senin tanggal 1 Februari 2016 sekira pukul 12.30 Wib bertempat di
Warnet Mocanet Keluarahan Sulanjana Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi
telah meminjam 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha Mio warna merah marun
No Pol. BH 4874 NW milik saksi korban Rudy Alnando Firma Als Buyung
Bin Toni Firdaus. Sehingga sepeda motor tersebut dalam kekuasaan
Terdakwa ;
95
Menimbang, bahwa terdakwa telah meminjam sepeda motor milik
saksi korban Rudy Alnando Firma Als Buyung Bin Toni Firdaus namun
bukan berarti sepeda motor tersebut menjadi milik Terdakwa dan tanda
sepengetahuan dan seizin dari saksi korban Rudy Alnando Firma Als Buyung
Bin Toni Firdaus, terdakwa telah menggunakan sepeda motor dan sepeda
motor tersebut tidak diketahui lagi keberadaannya pada saat terdakwa
menceburkan diri ke di Sungai Lilin dan sampai sekarang sepeda motor milik
saksi korban tersebut tidak dikembalikan oleh terdakwa kepada saksi korban ;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan hukum diatas
unsur “Yang ada dalam kekuasaanya bukan karena kejahatan” ini telah
terpenuhi pula dalam perbuatan Terdakwa;
Menimbang, bahwa dengan demikian unsur ketiga telah terpenuhi
dan terbukti ;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan
mempertimbangkan apakah terhadap pribadi dan perbuatan Terdakwa,
ada alasan penghapus atau peniadaan pidana baik alasan pemaaf maupun
alasan pembenar, sehingga Terdakwa dapat mempertanggung jawabkan
perbuatannya ;
Menimbang, bahwa alasan pemaaf (schuld uitsluitings gronden)
adalah bersifat subjektif dan melekat pada diri Terdakwa/ pelaku, khususnya
mengenai sikap bathin sebelum atau pada saat akan berbuat, dan telah diatur
dalam dalam pasal 44 ayat (1), 48, 49 ayat (2), dan 51 ayat (2) KUHP, dan
selama proses persidangan Majelis Hakim tidak menemukan keadaan-
96
keadaan sebagaimana ketentuan pasal-pasal di atas, sehingga Terdakwa
dikatergorikan dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya;
Menimbang bahwa tentang alasan pembenar (rechts vaardingungs
gronden) adalah bersifat objektif dan melekat pada perbuatan atau hal-hal lain
di luar bathin pembuat, sebagaimana diatur dalam pasal 49 ayat (1), 50, dan
pasal 51 ayat (1) KUHP, dan selama proses persidangan Majelis hakim tidak
menemukan fakta-fakta yang membuktikan adannya keadaan-keadaan yang
dikehendaki pasal-pasal tersebut di atas, sehingga tidak ada alasan kehilangan
sifat melawan hukum perbuatan Terdakwa;
Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan tersebut di
atas, Majelis Hakim telah mendapatkan bukti-bukti yang menurut hukum,
dari bukti mana Majelis Hakim memperoleh keyakinan bahwa Terdakwa Said
Faisal Alias Faisal Bin Abu Bakar, telah terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut Umum
melanggar Pasal 372 KUHP, dan oleh karena tidak ditemukan alasan pemaaf
yang meniadakan sifat melawan hukum dan alasan pembenar yang
meniadakan kesalahan dalam diri Terdakwa, maka Terdakwa harus
dinyatakan bersalah dan kepada Terdakwa harus dijatuhi pidana yang
setimpal dengan perbuatannya ;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap diri terdakwa pernah
dikenakan penahanan yang sah dengan jenis Penahanan Rutan maka sesuai
dengan ketentuan pasal 22 ayat (4) KUHAP, beralasan hukum untuk
97
menetapkan agar lamanya masa penahanan yang pernah dijalani terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa ditahan dan penahanan
terhadap diri terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan
agar terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan dalam
perkara ini oleh karena terbukti milik saksi korban Rudy Alnando Firma Als
Buyung Bin Toni Firdaus , maka barang bukti tersebut harus dikembalikan
kepada saksi korban Rudy Alnando Firma Als Buyung Bin Toni Firdaus;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka harus
pula dibebani untuk membayar biaya perkara sesuai dengan ketentuan dalam
pasal 197 ayat (1) huruf (i) KUHAP yang besarnya sebagaimana ditentukan
dalam amar putusan ini ;
Menimbang, bahwa terhadap pledooi/ pembelaan Terdakwa yang
pada pokoknya berisi permohonan keringanan hukuman, Majelis Hakim akan
mempertimbangkan bersama-sama dengan pertimbangan hal-hal yang
meringankan bagi Terdakwa ;
Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan pidana atas diri Terdakwa,
terlebih dahulu akan dipertimbangkan mengenai hal-hal yang meringankan
maupun hal-hal yang memberatkan bagi Terdakwa sebagaimana ditentukan
dalam pasal 197 ayat (1) huruf (f) KUHAP, yaitu :
Hal-hal yang memberatkan :
a. Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat ;
98
b. Terdakwa merugikan orang lain ;
Hal-hal yang meringankan :
a. Terdakwa bersikap sopan dan mengakui terus terang perbuatannya di
persidangan sehingga memperlancar jalannya persidangan ;
b. Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi
perbuatan yang melanggar hukum lagi ;
c. Terdakwa belum pernah dihukum;
Menimbang, bahwa suatu pemidanaan adalah dimaksudkan disamping
membawa manfaat bagi masyarakat umum, yang terpenting adalah diharapkan
agar membawa manfaat dan berguna pula bagi diri pribadi terpidana itu sendiri.
Oleh karena itu penjatuhan pidana tidaklah bertujuan sebagai balas dendam dan
untuk menimbulkan duka nestapa bagi Terdakwa, melainkan dimaksudkan agar
Terdakwa kelak dikemudian hari setelah selesai menjalani pidana dapat kembali
ke masyarakat menempuh hidup dan kehidupannya secara layak dengan bekal
kesadaran penuh yang disertai tekad dan prinsip untuk senantiasa lebih
berhati-hati dalam menapaki perjalanan hidup dan kehidupannya serta dapat
berusaha menimba kembali sebagai manusia yang berharkat dan bermartabat di
tengah-tengah masyarakat ;
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan pada pengertian pidana dan
tujuan dari pemidanaan dikaitkan dengan fakta yang telah terungkap di
persidangan sebagaimana tersebut di atas, maka pidana yang akan dijatuhkan
terhadap diri Terdakwa di bawah ini oleh Majelis Hakim dipandang telah sesuai
dengan tujuan pemidanaan yaitu bukan sebagai pembalasan ataupun duka nestapa,
99
melainkan untuk mendidik dan menyadarkan Terdakwa akan perbuatan salahnya,
disamping itu agar dapat pula dijadikan pelajaran bagi orang lain bahkan seluruh
anggota masyarakat agar tidak melakukan perbuatan sebagaimana telah dilakukan
oleh Terdakwa tersebut ;
Menimbang, bahwa oleh karena semua hal telah dipertimbangkan oleh
Majelis Hakim dalam putusan ini, maka penjatuhan hukuman/ pidana kepada
Terdakwa telah di pandang adil atau memenuhi rasa keadilan baik bagi Terdakwa
bagi korban maupun masyarakat ;
Mengingat, Pasal 372 KUHP, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang KUHAP serta pasal-pasal lain dari undang-undang dan peraturan lain
yang bersangkutan ;
MENGADILI :
1. Menyatakan terdakwa SAid Faisal Alias Faisal Bin Abu Bakar telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“Penggelapan”;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Said Faisal Alias Faisal Bin Abu
Bakar oleh karena itu dengan pidana penjara selama : 2 (dua) tahun;
3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan.
4. Memerintahkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;
5. Menetapkan barang bukti berupa :
a. 1 (satu) buah BPKB sepeda motor jenis Yamaha Mio warna merah
marun dengan No.Pol BH 4874 NW, No. Rangka :
100
MH314D205CK372059, No. Mesin : 14D-1371506 atas nama DONI
FIRMAN.
Dikembalikan kepada saksi korban Rudi Alnando Firman;
6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) ;
Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jambi pada hari Kamis tanggal 8 September 2016, oleh kami
Sri Warni Wati, SH.MH, sebagai Hakim Ketua Majelis, Lucas Sahabat Duha,
S.H.,M.H dan Arfan Yani, SH , masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan
tersebut diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari dan tanggal
itu juga oleh Hakim Ketua Majelis dengan didampingi Hakim-Hakim Anggota
tersebut di atas, dan dibantu oleh Risafitriyani,SH Panitera Pengganti pada
Pengadilan Negeri Jambi, yang
dihadiri oleh RAMA TRIRANTY, SH.MH Penuntut Umum pada Kejaksaan
Negeri Jambi dan dihadapan Terdakwa;
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhammad Aizuddin
TTL : Muara Bungo, 11-12-1995
Alamat : Perumah Mendalo Arza AR12. Kel. Mendalo Indah. Kec. Muaro
Jambi
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : UIN STS Jambi, Fak.Syari’ah
Nama orang Tua
Ayah : Suyoto
Ibu : Sumarni
Alamat : Jln. Kruing unit 6 Kabupaten Tebo Kecamatan Rimbo Bujang
Provinsi Jambi.
Latar Belakang Pendidikan
NO JENIS PENDIDIKAN TAHUN ANGKATAN ALAMAT
1 SD 77/VIII 2003 MERANTI
2 MTS FATHUL HUDA 2009 RAMPAI
3 MA FATHUL HUDA 2012 RAMPAI
4 UIN STS JAMBI 2014 MENDALO