123
PERUBAHAN MAKNA DAN SIMBOL DALAM TRADISI SESERAHAN MAKANAN DALAM UPACARA PERNIKAHAN BETAWI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Irma Febrie Dhanayanti 11141110000005 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

PERUBAHAN MAKNA DAN SIMBOL DALAM TRADISI SESERAHAN

MAKANAN DALAM UPACARA PERNIKAHAN BETAWI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Irma Febrie Dhanayanti

11141110000005

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARSM

Skripsi yang berjudul :

PERUBAHAN MAKNA DAN SIMBOL DALAM TRADISI SESERAHAN

MAKANAN DALAM UPACARA PERNIKAHAN BETAWI

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidsayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 5 Desember 2018

Irma Febrie Dhanayanti

Page 3: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa

Nama : Irma Febrie Dhanayanti

NIM : 11141110000005

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :

“PERUBAHAN MAKNA DAN SIMBOL DALAM TRADISI SESERAHAN

MAKANAN DALAM UPACARA PERNIKAHAN BETAWI”

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Ciputat, 5 Desember 2018

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si

NIP. 197609182003122003

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. M. Adlin Sila, MA

NIP. 197009161992031002

Page 4: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

PERUBAHAN MAKNA DAN SIMBOL DALAM TRADISI SESERAHAN

MAKANAN DALAM UPACARA PERNIKAHAN BETAWI

Oleh

Irma Febrie Dhanayanti

11141110000005

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Sarif Hidayatullah Jakarta pada 16 Januari 2019. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada

Program Studi Sosiologi.

Ketua, Sekertaris,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Joharatul Jamilah, M.Si

NIP. 196306161990032002 NIP. 196808161997032002

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Zulkifli, MA Dr. M. Guntur Alting, MA

NIP. 196608131991031004 NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi Syarat kelulusan pada tanggal 16

Januari 2018.

Ketua Program Studi Sosiologi

Dr. Cucu Nurhayati, M.si

NIP. 197609182003122003

Page 5: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa tentang bagaimana pemaknaan yang terbentuk dalam

simbol tradisi seserahan makanan pada upacara pernikahan betawi. penelitian ini

menggunakan metode penulisan kualitatif dan deskriptif, dimana dalam penulisan

penelitian menggunakan gambaran dan tulisan dengan susunan kata-kata sesuai

dengan data yang diperoleh. Tujuan dalam penelitian ini memberikan

pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang terdapat dalam proses

upacara pernikahan adat betawi dan simbol-simbol makanan yang digunakan

dalam tradisi seserahan pada upacara pernikahan betawi memiliki makna baik

filosofis, history, maupun makna budaya yang dibentuk dalam masyarakat betawi,

serta makna-makna yang terkandung dalam simbol tersebut dibentuk dengan

adanya interaksi, interaksi itulah yang kemudian membingkai terbentuknya

simbol-simbol tersebut yang kemudian dimaknai oleh masyarakat betawi dalam

tradisi seserahan makanan pada upacara pernikahannya sehingga dengan interaksi

tersebut pula dapat merubah sebuah tradisi seserahan makanan baik dalam

bentuk, prosesi, maupun makna yang diberikan dalam interaksi yang

membingkainya. Penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik milik

Herbert Blummer yang memiliki persamaan pembahasan mengenai terbentuknya

makna pada suatu simbol yang diperoleh dengan adanya interaksi dan dengan

adanya interaksi tersebut memungkinkan sebuah makna atau tradisi berubah,

sederhananya manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

simbol dalam proses interaksi mereka.

Kata Kunci : Perubahan, Simbol dan Makna, Tradisi, Pernikahan, Betawi,

Interaksi,

Page 6: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

vi

ABSTRACT

This thesis analyzes how the meaning formed in the symbol of the tradition of

food delivery at the Betawi wedding ceremony. this study uses qualitative and

descriptive writing methods, where in research writing uses images and writing

with the arrangement of words according to the data obtained. The purpose of this

research is to provide knowledge about the tradition of food delivery contained in

the traditional Betawi wedding ceremony process and food symbols used in the

tradition of the Betawi wedding ceremony having both philosophical meaning,

history, and cultural meanings formed in the Betawi community, as well as

meaning the meaning contained in the symbol is formed by the interaction, that

interaction then frames the formation of these symbols which are then interpreted

by the Betawi community in the tradition of food delivery at the wedding

ceremony so that the interaction can also change a tradition of food delivery both

in form, procession, as well as meaning given in interactions that frame it. This

study uses Herbert Blummer's symbolic interactionism theory which has the same

discussion about the formation of meaning in a symbol obtained by the interaction

and with the existence of such interactions allows a meaning or tradition to

change, simply humans are social beings who always need symbols in their

interaction process.

Keywords: Change, Symbols and Meanings, Tradition, Marriage, Betawi,

Interaction.

Page 7: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Penulis panjatkan atas segala nikmat

yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang

berjudul “Pemaknaan Simbol dalam Tradisi Kuliner Upacara Pernikahan Betawi”.

Shalawat serta salam penulis selalu tercurahkan kepada junjungan besar nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabta-sahabat dan para pengikutnyayang

telah mengembangkan Islam dan Keilmuannya hingga saat ini.

Dengan selesainya penelitian ini, maka penulis tidak lupa mengucapkan

banyak terimakasih kepada semua pihak yang bersangkutan dalam proses

penyelesaian skripsi ini, untuk itu izinkan penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Prof Dr. Zulkifli selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak dan Ibu Wakil Dekan,

serta seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelajaran selama masa studi

penulis.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku ketua program studi Sosiologi FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Joharatul Jamilah, M.Si selaku sekertaris program studi Sosiologi

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. M. Adlin Sila, MA selaku dosen pembimbing skripsi penulis

yang telah banyak sekali membantu, mendengarkan setiap kesulitan yang

Page 8: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

viii

penulis alami, serta selalu memberikan support dan arahan supaya skripsi

ini berjalan dengan lancar.

5. Pak Kasyfiyullah M.Si dan keluarga selaku dosen pembembing kedua

penulis yang telah siap sedia mendengarkan keluh kesah saat proses

penyusunan skripsi ini berlangsung, serta membantu memberikan

masukan dan mengarahkan setiap proses penulisan skripsi ini.

6. Kepada seluruh jajaran kampus yang telah membantu penulis dalam proses

menyelesaikan skripsi ini, atas bantuan pengkoreksian nilai dan

operasional lainnya.

7. Para informan, selaku budayawan betawi, sejarahwan, aktivis dan kerabat

dekat yang pernah mengetahui, mengalami, dan melaksanakan pernikahan

dalam adat betawi yang telah bersedia menjadi informan dan memberikan

informasi dalam penelitian ini.

8. Teruntuk yang paling spesial, untuk kedua orang tua penulis tidak ada kata

selain “terimakasih” atas segala support dalam bentuk material ataupun

non material, selalu sabar dalam mendidik dan membimbing penulis untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini, serta menjadi alasan utama untuk penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Teruntuk (Alm) Ayahanda Mochammad Ichwan selaku ayah kandung

penulis yang telah berpulang, skripsi ini penulis persembahkan untuk

beliau yang tak pernah lelah mengingatkan dan mensupport penulis

sewaktu kecil untuk selalu memperhatikan pendidikan, dan

memperjuangkan pendidikan.

Page 9: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

ix

10. Keluarga penulis, untuk kakak penulis M. Irvan Maulana, adik sepupu

penulis Karlina Aulia Hasanah, serta sister from another mother Ita

Andriany, atas support dan bantuan penulisan skripsi ini, serta mampu

membangkitkan mood penulis ketika sedang lemah dan tidak bersemangat

dalam mengerjakan skripsi ini, mereka menjadi alasan kedua untuk penulis

menyelesaikan skripsi ini.

11. Herry yuwono putra, selaku teman terdekat dan terspesial penulis, atas

segala support dalam bentuk material maupun non material, juga atas

waktu yang selalu tersedia untuk mengantar dan menemani penulis untuk

bertemu informan, bimbingan, serta menemani saat penulisan skripsi ini,

menjadi alasan ketiga setelah orang tua dan keluarga untuk penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada seluruh sahabat penulis di luar kampus, Laily, Nur Azizah,

Indriani, Aini Zahra, Saukani Shopie, Avininda, Dessy pratiwi, Daraintan,

atas segala waktu yang tersedia untuk menemani penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, serta support yang selalu tercurahkan untuk

penulis.

13. Teruntuk teman-teman seperjuangan penulis dalam lingkungan kampus,

terkhusus kepada Hilda Putri Lestari, Nia Nadia, Usman Effendi, Beby

Nurdiana, Fifi Novianti, Sikah, Risma, Vicky, Arlinda atas segala

dukungan dan bantuan dalam penyusunan penulisan skripsi, mengarahkan

dan mengoreksi teknik maupun alur penulisan skripsi, serta membantu

penulis saat melakukan wawancara dengan informan, juga tak lupa kepada

Page 10: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

x

keluarga besar Sosiologi A 2014 atas segala kenangan dan dukungan

dalam prosesi perkuliahan berlangsung.

14. Pihak-pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikian ucapan syukur dan terimakasih yang penulis berikan. Semoga

Allah senantiasa membals semua kebaikan serta menuntun kita ke jalan yang

diridhoi-Nya. Walaupun terdapat kekurangan dalam skripsi ini, penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.

Ciputat, Desember 2018

Penulis

Page 11: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISM ..................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI .................................... . iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................ iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

D. Kegunaan Penelitian .................................................................. 5

1. Kegunaan Teoritis dan Akademis........................................ 5

2. Kegunaan Praktis ................................................................. 6

E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 6

F. Kerangka Teori .......................................................................... 15

G. Kerangka Pemikiran ................................................................. 18

H. Definisi Konsep ........................................................................ 19

1. Makna ................................................................................. 19

2. Simbol ................................................................................. 20

3. Tradisi ................................................................................. 20

I. Metode Penelitian ..................................................................... 21

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................... 21

2. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 21

Page 12: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xii

a. Wawancara/Interview ................................................... 22

b. Sumber Data ................................................................. 23

3. Teknik Pengumpulan Informan Penelitian ......................... 23

4. Teknik Pengolahan Data ..................................................... 26

5. Proses Penelitian ................................................................. 27

J. Sistematika Penulisan ............................................................... 29

BAB II MASYARAKAT BETAWI DAN TRADISI KULINER

UPACARA ADAT PERNIKAHANNYA

A. Asal-usul Betawi ...................................................................... 30

1. Sejarah Betawi ...................................................................... 30

2. Variasi Betawi ...................................................................... 34

B. Proses Pernikahan Betawi ........................................................ 35

a. Ngedelengin ........................................................................ 36

b. Ngelamar ............................................................................ 38

c. Tunangan (Nentuin dan Ngenjot) ....................................... 49

d. Akad Nikah dan Pesta Nikah .............................................. 39

C. Macam-macam Kuliner Pernikahan Adat Betawi .................... 41

1. Roti Buaya .......................................................................... 41

2. Sayur Besan ........................................................................ 42

3. Dodol dan Kue Bacot ......................................................... 43

4. Nasi Kuning dan Bekakak Ayam ....................................... 45

5. Pisang Raja dan Sirih Lamaran .......................................... 45

Page 13: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xiii

BAB III TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Tradisi Kuliner Pernikahan Adat Betawi (Proses Pemaknaan Simbolik)

.............................................................................................................. 47

1. Tradisi Ikan Bandeng dalam Prosesi Ngedelengin ........................ 51

2. Tradisi Seserahan Kuliner Lamaran (buah-buahan, kue bacot,

pisang raja, dan bahasan hantaran) ................................................ 54

3. Tradisi Njotan (balasan hantaran makanan) .................................. 60

4. Tradisi Seserahan Roti Buaya ....................................................... 63

B. Perubahan Makna, dan Simbol dalam Tradisi Seserahan Makanan

Pernikahan Betawi

1. Perubahan Makna Mak Comblang dan Tradisi Seserahan Ikan Bandeng

karena Faktor Globalisasi ................................................................ 69

2. Perubahan Makna dan Simbolik Pada Seserahan Roti Buaya dalam

Tradisi Seserahan makanan Pernikahan Betawi .............................. 74

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 79

B. Saran .......................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I.E.1 Matriks Tinjauan Pustaka .............................................................. 12

Tabel I.I.2 Informan Penelitian ....................................................................... 26

Tabel II.A.1 Jumlah (Etnis) Penduduk Jakarta ................................................ 31

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.C.1 Roti Buaya .............................................................................. 41

Gambar II.C.2 Sayur Besan ............................................................................ 42

Gambar II.C.3 Dodol dan Kue Bacot .............................................................. 44

Gambar II.C.4 Nasi Kuning dan Bekakak Ayam ............................................ 45

Gambar II.C.4 Pisang Raja dan Sirih Lamaran ............................................... 46

Page 15: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Penelitian ini akan membahas tentang sebuah tradisi yang dilakukan

masyarakat Betawi dalam upacara pernikahannya. Di dalam upacara tersebut

terdapat tradisi seserahan makanan yang menjadi suatu kewajiban bagi mereka

saat melakukan upacara pernikahannya. Pada hakikatnya, tradisi merupakan

kebiasaan yang selalu terulang dengan bentuk dan proses yang sama menurut

pengertian dan pemahaman tentang tradisi. Akan tetapi, pada kenyataannya dalam

tradisi seserahan makanan pada upacara pernikahan adat Betawi sedikit banyak

mengalami perubahan yang tidak semua masyarakatnya menyadari. Untuk itu,

dalam penelitian ini akan membahas mengenai berubahnya suatu makna dan

simbol dalam tradisi seserahan makanan upacara pernikahan adat Betawi.

Di dalam etnis Betawi ada yang dinamakan “siklus kehidupan” merupakan

suatu proses dari kehidupan masyarakat Betawi dari mulai pernikahan, kelahiran,

nujuh bulan, hingga siklus hidup terakhir yang dinamakan kematian (Shinta

Theviningrum 2016:75).

Siklus kehidupan yang terdapat di Betawi merupakan suatu proses yang

menjelaskan tentang gambaran kehidupan manusia pada umumnya, bahwa

manusia akan mengalami “pernikahan”. Dengan berjalannya pernikahan manusia

yang berpasangan akan mengalami fase melahirkan yang disebut dalam siklus

kehidupan orang Betawi berupa “kelahiran”. Setelah kelahiran dalam Betawi ada

yang namanya “nujuh bulan” nujuh bulan merupakan suatu prosesi syukuran atas

kelahiran generasi baru dalam kehidupan orang Betawi. Terakhir ialah siklus

Page 16: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

2

“kematian” yang pasti akan dialami oleh manusia yang memiliki budaya ataupun

tidak (Shinta Theviningrum 2016:75-111).

Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam siklus

kehidupan seseorang, setiap acara pernikahan tentunya memiiki persiapan yang

matang dan terperinci, dari mulai acara lamaran sampai dengan acara puncak

pernikahannya. Prosesi pernikahan Betawi sendiri terdiri dari beberapa rangkaian

kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakatnya. Prosesi kegiatan tersebut terdiri

dari 1. Ngedelengin, 2. Ngelamar, 3. Tunangan (enjotan), 4. Akad, 5. Pesta

pernikahan. Dalam rangkaian prosesi tersebut memliki persamaan dan perbedaan

dengan etnis lainnya (Shinta Theviningrum 2016;76).

Dalam rangkaian prosesi pernikahan setiap daerah memiliki tradisi yang

selalu dilaksanakan. Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan turun-

temurun dan dilakukan secara berulang-ulang dalam kurun waktu dengan bentuk

yang sama dan telah menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat.

Artinya di dalam pernikahan Betawi memiliki tradisi yang diwariskan dari

generasi ke generasi dan dilakukan dengan proses yang sama dari dulu hingga saat

ini. Dalam kaitannya tradisi sangat erat dengan kebudayaan, karena tradisi

dilakukan karena adanya kesepakatan dari sekelompok sosial yang berpegang

teguh dengan kebudayaan yang mereka anut.

Kebudayaan merupakan suatu pandangan hidup kelompok sosial,

pandangan hidup ini bisa dilihat dalam berbagai bentuk yang mereka yakini dan

mereka sepakati secara bersama. Dalam tradisi seserahan makanan pernikahan

Betawi terdapat beberapa makanan yang mereka jadikan sebuah simbol hantaran

untuk memaknai setiap prosesi yang mereka lakukan, pembentukan sebuah simbol

Page 17: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

3

tersebut dilakukan karena adanya keyakinan mereka terhadap apa yang mereka

jadikan sebuah simbol dalam tradisi seserahan tersebut. Hal ini terjadi karena

adanya suatu interaksi yang dilandaskan dengan adanya kepercayaan kolektif

yang mereka bangun dengan memaknai sebuah simbol yang mereka gunakan saat

prosesi acara pernikahan tersebut berlangsung, proses komunikasi ini cenderung

mereka lakukan secara terus menerus dari setiap satu generasi sampa ke generasi

seterusnya hingga saat ini.

Dalam kaitannya dengan pernikahan Betawi, tradisi yang dilakukan

terbentuk atas proses komunikasi yang terjadi secara turun temurun kemudian

membentuk suatu kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dengan proses

dan bentuk yang sama. Tradisi seserahan makanan merupakan salah satu tradisi

yang ada dalam rangkaian prosesi acara upacara pernikahan adat Betawi, tradisi

yang dilakukan dari generasi ke generasi sampai dengan saat ini.

Tradisi seserahan makanan yang dilakukan dalam prosesi upacara

pernikahan Betawi ini merupakan kebiasaan memberikan seserahan berupa

makanan yang dijadikan suatu tanda keseriusan calon mempelai laki-laki kepada

calon mempelai perempuan.

Dalam tradisi seserahan makanan yang dilakukan oleh masyarakat Betawi

dalam rangkaian upacara pernikahannya cenderung menggunakan seperangkat

bahan-bahan makanan yang mereka jadikan syarat dalam berlangsungnya tradisi

tersebut. Biasanya barang yang mereka jadikan syarat tersebut bukanlah tanpa

adanya makna tertentu, melainkan hal itu dilakukan karena adanya maksud dan

tujuan yang mereka bentuk secara kolektif melalui interaksi diantara mereka

sebagai kelompok sosial.

Page 18: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

4

Manusia pada hakikatnya ialah makhluk yang selalu melakukan interaksi

dalam hidunya, juga dalam interaksi tersebut kemudian mereka mencari makna

dari berbagai hal yang ada di sekitarnya, (Hiqma, 2016:59). Hal inilah yang

melatarbelakangi masyarakat betawi memaknai bahan-bahan makanan yang

mereka gunakan sebagai sebuah simbol dalam bentuk seserahan makanan pada

acara pernikahannya, karena adanya sebuah kepercayaan yang mereka bangun

bersama untuk menyampaikan pesan dan harapan mereka dalam bentuk simbol

yang mereka gunakan dalam tradisi seserahan makanan ini, dalam simbol yang

mereka bentuk ini merupakan suatu interaksi yang berusaha mereka bangun dalam

penyampaian pesan dan harapan mereka untuk kedua mempelai pengantin.

Pemaknaan sebuah simbol yang terkandung dalam tradisi seserahan

makanan pada upacara pernikahan adat Betawi dibentuk karena adanya nilai-nilai

kepercayaan yang dibangun dan dibentuk oleh masyarakat Betawi itu sendiri

terhadap apa yang mereka percayai dapat menjadi sebuah makna yang

mencerminkan kehidupan mereka.

Dalam proses upacara pernikahan Betawi terdapat beberapa makanan

khusus yang mereka jadikan sebuah hantaran seserahan saat upacara pernikahan

tersebut berlangsung, adapun tradisi seserahan makanan yang wajib ada saat

proses upacara pernikahan tersebut, dan makanan-makanan yang terdapat dalam

tradisi upacara pernikahan adat tersebut memiliki symbol-simbol tertentu melalui

beberapa jenis makanan yang kemudian dipahami dengan makna yang mereka

sepakati bersama.

Berangkat dari permasalahan tersebut peneliti mencoba untuk mengkaji

tentang “PERUBAHAN MAKNA DAN SIMBOL DALAM TRADISI

Page 19: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

5

SESERAHAN MAKANAN DALAM UPACARA PERNIKAHAN BETAWI”

dan memfokuskan penelitian kepada bagaimana berubahnya suatu tradisi

seserahan makanan pada upacara pernikahan adat Betawi yang menjadi media

interaksi penyampaian pesan dan harapan mereka dalam suatu pernikahan.

B. Pertanyaan Penelitian

Dari pernyataan masalah yang telah penulis kemukakan diatas, kemudian

pada kesempatan kali ini penulis akan merumuskan beberapa rumusan masalah

yang harus penulis temukan jawaban dan solusi dari permasalahan penelitian

ini. Adapun rumusan masalah sebagai berikut ;

1. Simbol apa saja yang digunakan dalam tradisi seserahan makanan pada

upacara pernikahan Betawi, dan bagaimana pemaknaannya?

2. Bagaimana faktor perubahan makna dan simbol pada tradisi seserahan

makanan pada upacara pernikahan adat Betawi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang tradisi seserahan

makanan yang terdapat dalam upacara pernikahan Betawi, serta bagaimana

masyarakat Betawi memaknai makanan-makanan yang mereka jadikan simbol

dalam tradisi tersbut, kemudian makna ataupun tradisi itu berubah dengan dimensi

ruang dan waktu yang membigkai interaksi mereka.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis dan akademis

Kegunaan dari adanya penelitian ini untuk memberikan tambahan dalam

hal penelitian dan pengetahuan baru dalam ranah sosiologi yang memiliki

Page 20: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

6

hubungan dengan pemaknaan simbol dalam tradisi seserahan makanan pernikahan

Betawi yang dapat dijadikan refrensi pada penelitian-penelitian berikutnya.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna serta bermanfaat bagi pembaca

antara lain: budayawan dan masyarakat Indonesia agar lebih mengenal tentang

makna budaya pada suatu makanan daerah, serta membuka kesadaran masyarakat

atas pentingnya mempertahankan identitas budaya pada suatu makanan daerah

atau tradisi dalam pernikahannya. Penelitian ini juga diharapkan berguna untuk

lembaga yang bergerak di bidang kebudayaan, karena dapat dijadikan alasan

betapa pentingnya meningkatkan minat masyarakat terhadap produk makanan

tradisional dan tradisinya, agar tetap terjaga dan dilestarikan makna yang

terkandung di dalamnya.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis membutuhkan beberapa tinjauan

pustaka yang dapat dijadikan bahan rujukan, refrensi, atau pembanding dengan

penelitian-penelitian terdahulu, guna untuk mencegah adanya bias data dan plagiat

data yang digunakan dalam penelitian kali ini. Untuk itu penulis membutuhkan

kajia-kajian penelitian terdahulu sebagai berikut:

Muhammad Thobroni (2017), dariUniversitas Borneo Tarakan dalam

jurnal yang berjudul “Makna Simbol Prosesi dalam Ritual Ambil Semangat Suku

Tidung”. Penelitian ini mendeskripsikan makna simbol prosesi ritual Ambil

Semangat di Sembakung, Nunukan, Kalimantan Utara. Ambil Semangat

merupakan ritual adat untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh

makhluk halus. Metode penelitian dalam jurnal inimenggunakan metode kualitatif

dengan menggunakan data penelitian yang diperoleh dengan cara teknik rekam,

Page 21: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

7

catat, dan wawancara, kemudian dihimpun, diidentifikasikan, dan diklasifikasi.

Data penelitian berupa berupa rekaman wawancara dan observasi mengenai

makna simbol yang terdapat dalam ritual Ambil Semangat di Sembakung

Nunukan. Penelitian berfokus pada makna simbol prosesi ritual Ambil Semangat

dengan pendekatan teori kajian semiotika miliki Peirce.

Penelitian makna simbol prosesi ritual Ambil Semangat di Sembakung

Nunukan menggunakan kajian semiotik dengan menerapkan teori segitiga makna

(sign, object, dan interpretant). Hasil dari penelitian ini diperoleh kesimpulan

bahwa dari tahapan proses dalam acaranya terdapat makna yang unik. Urutan

ritual Ambil Semangat adalah Pembukaan, Potong Lilin Tiga Sisi, Mengisi Air

dalam Ember, Memulai Ritual Ambil Semangat, Menyalakan Lilin Kuning,

Tempel Lilin Kuning, Putar Mangkuk pakan, Usapan air Salawat Nabi, Ambil

Syarat Nabi Ilyas As, Pemanggil Roh, Pulang dengan Doa, Pasang Ikat, Hambur

Pakan, Masuk Air, Air Nabi Khaidir As, Telan Air Salawat Nabi Khaidir As,

Penutup.

Penelitian kedua yang penulis jadikan refrensi pustaka dari jurnal milik

Oda I.B. Hariyanto (2016) mahasiswa dari Manajemen Perhotelan, Akademi

Pariwisata BSI yang berjudul “Pergeseran Makna Sakral dan Fungsi Tumpeng di

Era Globalisasi”. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang adanya

pergeseran makna pada tumpeng yang dijadikan simbol dalam wujud rasa syukur

bagi masyarakat jawa. Penelitian ini menggunakanmetode kualitatif-deskriptif

dengan pendekatan multisiplin, alasannya adalah bahwa tumpeng merupakan

bagiandari kebudayaan, untuk menganalisa masalah budaya perlu melibatkan

berbagai perspektif disiplin ilmu yangberlainan. Tujuan penelitian adalah untuk

Page 22: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

8

mengeksplanasi dan mendikripsikan fakta penggeseran makna sakral danfungsi

tumpeng pada masa kini.

Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti Oda adalah adanya

Tumpeng merupakan kuliner tradisional, dihidangkan pada acara-acara penting

dan sakralpada hari ulang tahun, peresmian suatu kegiatan dansyukuran. Kini

fungsi tumpeng telah bergeser,dikenal sebagai makanan sarapan pagi bagi lapisan

masyarakat tertentu, dan kesakralannya tergerus oleharus kuliner globalisasi yang

masuk dari luar; Asia,Timur Tengah, dan Barat. Karena Secara historis tumpeng

memiliki relasi religimasa lalu; anisme-dinamis, dan agama Hindu-budha.

Pada masa sekarang memiliki relasi dengan simbol-simbolagama yang ada

di Indonesia. pada penelitian kali ini memiliki adanya persamaan dan perbedaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Oda dalam jurnalnya, persamaannya

terletak dalam pembahasan mengenai kajian makna yang terkandung dalam

makanan, dan dijadikan simbol sebagai perwujudan tradisi yang sering dilakukan

pada masyarakat yang memiliki kebudayaan. Namun ada juga perbedaan yang

terdapat dalam penelitian kali ini dengan penelitian Oda, yaitu terletak dalam teori

yang digunakan, dalam penelitian yang dilakukan oleh Oda menggunaka teori

semiotika, berbeda dengan penelitian kali ini yang berusaha membahas tentang

makna simbolik pada tradisi seserahan makanan serta perubahannya dengan

menggunakan teori interaksionisme simbolik

Penelitian ketiga selanjutnya yang penulis jadikan refrensi pustaka dari

jurnal milik Achmad Zubaer Abdul Kudus yang berjudul “Kemanten Jadur (Studi

Etnografi Tentang Makna Simbolik dalam Prosesi Perkawinan di Kelurahan

Lumpur, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik). Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teori yang digunakan dalam

Page 23: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

9

penelitian ini menggunakan interaksinisme simbolik milik Cliffod Geertz, dengan

menyumbangkan hasil penelitian berupa makna simbolik yang terdapat dalam

Kemanten Jadur dapat dilihat pada alat-alat pendukungnya, alat pendukung pada

prosesi Kemanten Jadur memiliki nilai simbolik masing-masing baik dari pakaian

yang digunakan oleh pihak laki-laki, hiasan pada ketopang, payung, dan seserahan

yang dibawa oleh ibu-ibu keluarga pengantin pria pada prosesi mèleki. Diantara

ketiganya tersebutlah yang menjadi unsur simbol alat-alat atau pendukung yang

digunakan pada pengantin jadur bukan hanya menjadi hiasan semata. Dalam

penelitian ini dapat terlihat adanya persamaan dan perbedaan antara penelitian kali

ini dengan penelitian yang dilakukan dahulu oleh Achmad. Persamaannya kedua

penelitian ini sama-sama membahas tentang makna yang terkandung dalam suatu

tradisi dan menggunakan teori yang sama yaitu interaksionisme simbolik, namun

perbedaan yang terletak ialah wilayah, objek yang diteliti sangat berbeda, bila

penelitian terdahulu oleh Achmad meneliti tentang tradisi makna simbolik yang

terdapat dalam alat-alat pendukung di kemanten jadur, penelitian kali ini mencoba

membahas tentang makna simbolik yang terkandung dalam tradisi seserahan

makanan dalam pernikahan adat Betawi serta perubahannya.

Penelitian terdahulu ke empat penulis menjadikan jurnal milik Wildan

Rijal Amin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Berjudul “KUPATAN, TRADISI

UNTUK MELESTARIKAN AJARAN BERSEDEKAH, MEMPERKUAT TALI

SILATURAHMI, DAN MEMULIAKAN TAMU” sebagai salah satu refrensi

pustaka untuk penulisan kali ini. penelitian ini menggunakan metode deskriptif

kualitatif, dengan menjelaskan hasil penelitian yang menyatakan bahwa Tradisi

Kupatan merupakan sebuah perayaan selametan yang dipraktikkan oleh

Page 24: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

10

masyarakat Jawa di daerah Durenan, Trenggalek, Jawa Timur, dengan cara open

house agar dikunjungi oleh warga lain. Saat perayaan, masyarakat menyiapkan

hidangan ketupat untuk para tamu pada hari kedelapan Hari Raya Idul Fitri,

setelah enam hari menjalankan puasa sunah Syawal. Tradisi yang berawal dari

mbah Mesir ini diteruskan oleh cucunya, Kyai Abdul Fattah Mu‟in, dan secara

turun-temurun sudah dipraktikkan oleh masyarakat di desa Durenan selama

hampir 200 tahun. Dari studi living hadith ditemukan bahwa tradisi ini merupakan

bentuk praktik masyarakat setempat atas ajaran Nabi Muhammad saw. yang

berkaitan dengan sedekah, memperkuat tali silaturahmi, dan memuliakan tamu

agar hidup menjadi lebih berkah. Para leluhur dan Kyai berperan sebagai konektor

yang menghubungkan antara teks, realitas sosial, dan kehidupan masyarakat

setempat yang diwujudkan dalam bentuk praktik selametan ini. Sama dengan

pembahasan skripsi terdahulu sebelumnya, dalam skripsi ini memliki persamaan

tentang membahas makna yang terkandung dalam tradisi, namun berbeda dengan

penelitian kali ini. Penelitian milik Wildan lebih menekankan kepada pemaknaan

dalam cakupan pembahasan filsafat dan islamiyah, sedangkan dalam penelitian

kali ini lebih kepada aspek sosial dan budaya.

Penelitian terakhir yang penulis pelajari dan dijadikan refrensi pustaka

merupakan karya dari Ferdi Arifin (2015) dalam jurnal penelitian humaniora

miliknya yang berjudul “REPRESENTASI SIMBOL CANDI HINDU DALAM

KEHIDUPAN MANUSIA: KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGIS”. Hasil

penelitiannya menjelaskan bahwa Candi merupakan bangunan yang memiliki nilai

historis sangat tinggi. Bangunan seperti ini diakui sebagai bangunan peninggalan

bersejarah yang dilindungi oleh pemerintah. Aspek historis dalam candi bukan

Page 25: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

11

sekadar sebagai bangunan, melainkan sebagai wujud representasi dari kehidupan

masyarakat. Sebagai bentuk representasi kehidupan masyarakat, candi selalu

menampilkan simbol-simbol yang memberikan pesan kepada masyarakat.

Penelitian ini melihat candi sebagai objek penelitian kualitatif dalam ranah bahasa

dan budaya. Peneliti mengumpulkan data candi melalui survei langsung maupun

dari para ahli arkeologi. Temuan data kebahasaan dalam candi menghasilkan

penelitian ini melihat kehidupan masyarakat pada masa itu. Simpulan penelitian

ini menunjukkan bahwa setiap bagian candi memberikan gambaran kehidupan

masyarakat serta pesan untuk masyarakat yang akan datang.

Seperti bahasan sebelumnya, penelitian kali ini memiliki persamaan dan

perbedaan dalam pembahasannya, persamaannya penelitian terdahulu milik ferdi

membahas tentang makna yang terkandung dalam simbol yang ada pada suatu

objek. Perbedaannya terlihat dari teori yang digunakan dan objek penelitian, jika

penelitian kali ini mencoba membahas tentang makna yang terkandung dalam

tradisi seserahan makanan upacara pernikahan betawi serta perubahannya.

Page 26: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

12

Tabel.I.E.1 Tinjauan Pustaka

no Data penulis Teori Metodelogi Persamaan Perbedaan

1. Muhammad Thobroni

(2017) “Makna Simbol

Prosesi dalam Ritual

Ambil Semangat Suku

Tidung”

Teori kajian

semiotika

dari Peirce &

Welby

Kualitatif

Persamaan yang

terdapat dari

kedua penelitian

ini ialah

membahas

tentang makna

yang terkandung

pada simbol

dalam suatu ritual

atau tradisi.

Perbedaanny

a ialah teori

yang

digunakan,

wilayah yang

diteliti, dan

objek

penelitiannya

berbeda

dengan

penelitian

saat ini.

2. Oda I.B. Hariyanto

(2016) mahasiswa dari

Manajemen Perhotelan,

Akademi Pariwisata BSI

yang berjudul

“Pergeseran Makna

Sakral dan Fungsi

Tumpeng di Era

Globalisasi”.

Semiotika Kualitatif

Persamaan dalam

kedua penelitian

terletak pada

focus

pembahasannya

mengenai makna

tradisi kepada

suatu objek

makanan.

Perbedaanny

a ialah

terletak dari

teori yang

digunakan

dan wilayah

pembahasan

dalam

penelitian

3. Achmad Zubaer

Abdul Kudus yang

berjudul “Kemanten

Jadur (Studi Etnografi

Tentang Makna

Simbolik dalam

Prosesi Perkawinan di

Kelurahan Lumpur,

Kecamatan Gresik,

Kabupaten Gresik).

Semiotika Kualitatif Membahas

tentang makna

pada suatu

obyek,menggunak

an teori yang

sama

Objek yang

di teliti

dengan

wilayah

penelitian

terdapat

perbedaan

antara

Page 27: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

13

penelitian

terdahulu

milik

achmad

dengan

penelitian

kali ini

4. Wildan Rijal Amin UIN

Sunan Kalijaga,

Yogyakarta. Berjudul

“Kupatan Tradisi Untuk

Melestarikan Ajaran

Bersedekah,

Memperkuat Tali

Silaturahmi, dan

Memuliakan Tamu”

Tidak

disebutkan

Kualitatif Persamaannya

sama dengan

penelitian

sebelumnya, yaitu

membahas

tentang makna

yang terdapat

pada suatu simbol

yang ada pada

suatu tradisi

Perbedaanny

a terletak

pada tradisi

yang

dibahas, dan

konteks

pembahasan

pada

penelitian

wildan lebih

kepada aspek

keilmuan

islam dan

filsafat,

sedangkan

penelitian

kali ini

mencoba

membahas

tentang

makna dalam

aspek

keilmuan

sosial dan

budaya.

Page 28: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

14

5. Ferdi Arifin (2015) yang

berjudul

“REPRESENTASI

SIMBOL CANDI

HINDU DALAM

KEHIDUPAN

MANUSIA: KAJIAN

LINGUISTIK

ANTROPOLOGIS”

Tidak

disebutkan

Kualitatif Persamaan dalam

penelitian ini

sama seperti

sebelumnya

mebahas tentang

makna yang

terdapat dalam

suatu simbol

objek

Perbedaanny

a dalam

penelitian

terdahulu

milik ferdi

memfokuska

n kepada

makna yang

terdapat dari

simbol

bangunan

candi,

sedangkan

penelitian

saat ini

membahas

tentang

makna yang

terdapat

dalam

sebuah

tradisi.

Page 29: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

15

F. Kerangka Teori

Kajian Teori Interaksionisme Simbolik Herbert Blummer

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang selalu

melakukan interaksi, bahkan interaksi itu tidak hanya mereka lakukan antar

manusia, melainkan juga mereka lakukan dengan seluruh mikrokosmos, termasuk

interaksi mereka dengan seluruh alam ciptaan (Dedi 2005:113). Artinya manusia

selalu melakukan interaksi, dan dalam interaksi tersebut manusia pasti akan

membutuhkan sarana yang dapat memudahkan mereka untuk berinteraksi, dan hal

itulah yang nantinya akan mereka jadikan simbolisasi dari apa yang ingin mereka

sampaikan maksud dan tujuan dari interaksi tersebut.

Pada penelitian ini, penulis mencoba menggunakan teori interaksionisme

simbolik. Karena dalam teori interaksionisme simbolik menekankan kepada dua

hal. Pertama, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi

kepada kelompok sosialnya maupun lingkungan sekitar. Kedua, di dalam interaksi

tersebut cenderung merujuk kepada simbol-simbol tertentu yang mereka gunakan

untuk memudahkannya dalam melakukan interaksi sosial, sifatnyapun akan

cenderung dinamis (Dedi, 2005:113). Hal ini sejalan dengan apa yang akan

penulis bahas dalam penelitian ini.

Dalam penjelasan konsepnya tentang interaksionisme simbolik, Blummer

menunjuk kepada sifat khas dari tindakan atau interaksi antar manusia.

Kekhasannya bahwa manusia saling menerjemahkan, memaknai serta

mendefinisikan tindakannya, bukan hanya reaksi dari tindakan seseorang terhadap

orang lain. tanggapan seseorang, tidak dibuat secara langsung atas tindakan itu,

tetapi didasarkan atas “makna” yang diberikan (dedi, 2005:114).

Page 30: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

16

Dalam buku Sociological Theory; six edition (Ritzer 2004:351) ada

beberapa pembahasan mengenai prinsip dasar dari interaksionisme simbolik yang

dikemukakan oleh beberapa tokoh termasuk Blummer, (blummer, 1969; Manis

dan Meltzer, 1978; A. Rose, 1962; snow, 2001) dalam karyanya mereka telah

mencoba menyebutkan prinsip dasar teori interaksionisme simbolik. Prinsip dasar

tersebut meliputi;

1. Manusia tidaklah sama halnya seperti binatang, mereka diberkati kapasitas

untuk berfikir.

2. Kapasitas berfikir tersebut dibentuk oleh interaksi sosial, yang artinya

bahwa interaksi sosial merupakan pembentuk dari kapasitas berfikir

manusia terhadap sesuatu.

3. Dalam interaksi sosial orang-orang belajar tentang makna dan simbol yang

membedakan kapasitas berfikir dari manusia.

4. Makna dan Simbol membiarkan seseorang melakukan/ membawa tindakan

manusia dan interaksi mereka yang berbeda-beda, maksudnya ialah dalam

interaksi tersebut akan mengarahkan mereka ke dalam memaknai sesuatu

simbol, dan dalam pemaknaan simbol terkadang manusa mempunyai

penafsiran yang berbeda-beda.

5. Orang-orang bisa memodifikasi dan mengubah makna dan simbol untuk

mereka bertindak dan berinteraksi sesuai dengan situasinya. Dalam hal ini

menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang melakukan

interaksi dapat mengubah simbol maupun makna yang sudah mereka

sepakati terlebih dahulu untuk memaknai tindakan dan interaksi mereka

sesuai dengan situasinya.

Page 31: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

17

6. Mereka dapat mengubah makna dan simbol mereka karena kemampuan

mereka dalam berinteraksi, mereka bisa memilih tindakan mana yang lebih

menguntungkan untuk mereka.

7. Pola yang terjalin antara tindakan dan interaksi membentuk grup dalam

kelompok masyarakat.

Melihat prinsip dasar dari teori interaksionisme yang dibahas oleh Ritzer

dari beberapa tokoh tersebut, adapun premis-premis yang dibentuk Herbert

Blummer mengenai pemikirannya tentang teori tersebut.Pemikiran

interaksionisme simbolik menurut Herbert Blumer yang dijelaskan dalam jurnal

kepustakaan milik Soeprapto (2002:123-124) didasari dari tiga premis yang

mendasar, dan dijadikan penulis sebagai landasan dasar teori untuk penelitian ini

antara lain sebagai berikut :

1. Premis pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna

yang dimiliki objek/ benda itu bagi mereka. Hal ini memberikan

pengertian bahwa tindakan manusia akan sangat bergantung terhadap

makna yang mereka berikan kepada suatu objek yang berada di

lingkungan mereka dengan melihat lingkungan dan situasi yang ada.

2. Premis kedua, makna-makna tersebut merupakan hasil dari interaksi

sosial yang dilakukan secara terus-menerus dan terjadi berulang-ulang

dalam suatu masyarakat. Bahwa makna muncul dalam diri seseorang

dengan adanya interaksi dengan orang lain, walaupun makna muncul

dari pemikiran masing-masing individu, tetapi hal itu tidak ada atau

muncul begitu saja, melainkan melalui proses pengamatan kepada

individu lain yang sudah lebih dahulu mengetahui tentang makna

tersebut.

Page 32: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

18

3. Premis ketiga, makna-makna tersebut diperbaharui dan disempurnakan

disaat proses sosial sedang berlangsung, melalui suatu penafsiran

masing-masing individu dalam keterlibatannya dengan objek yang

dihadapinya. Berdasarkan premis tersebut, maka makna yang diperoleh

dari setiap penafsiran individu dapat berubah sesuai dengan konteks

dalam ruang dan waktu yang membingkai interaksi mereka, karena

makna bukanlah suatu hasil yang final, melainkan proses penafsiran

yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat tersebut.

G. Kerangka Pemikiran

Masyarakat Betawi sama halnya dengan kelompok sosial pada umumnya

yang pasti melakukan sebuah interaksi untuk dapat berkomunikasi dengan

sesamanya. Dalam melakukan interaksi sosial biasanya manusia belajar

memahami tentang makna dan simbol yang terbentuk dalam interaksi mereka, dan

interaksi yang selalu mereka lakukan dalam setiap waktunya membentuk simbol-

simbol yang mereka maknai kemudian mereka sepakati bersama guna

mempermudah mereka dalam berinteraksi dengan sesamanya (Soeprapto,

2002:123-124). Sederhananya manusia memerlukan simbol untuk menyampaikan

Masyarakat

Betawi Interaksi

Simbol

Makna

Tradisi Seserahan

Makanan Upacara

Pernikahan Betawi

dan Faktor-Faktor

Perubahan

Perubahan Makna dan

Simbol dalam Tradisi

Seserahan Makanan

Page 33: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

19

maksudnya. Dalam tradisi seserahan makanan pada upacara pernikahan adat

Betawi terdapat simbol-simbol yang cenderung digunakan dalam setiap rangkaian

acaranya, hal ini merujuk bahwa budaya merupakan sebuah sistem simbol. Tradisi

ini dilakukan karena kebiasaan masyarakat Betawi pada masa lampau yang

cenderung menggunakan simbol dalam makanan yang mereka gunakan sebagai

media interaksi penghubung antara dua belah pihak keluarga serta masyarakat di

sekitarnya. Kemudian dengan berjalannya waktu adanya faktor-faktor yang

membingkai interaksi mereka akan memberikan dampak perubahan bagi sebuah

makna dan simbol dalam tradisi upacara pernikahan betawi yang mereka lakukan.

H. Definisi Konsep

1. Makna

“Makna” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu: arti, maksud

pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada seseuatu bentuk

komunikasi. Makna merupakan suatu proses yang ditafsirkan seseorang dalam

suatu pesan. Seperti yang dijelaskan dalam premis yang diungkapkan Blummer,

bahwa makna berarti suatu bentuk penafsiran terhadap sesuatu yang membingai

interaksi seseorang.

Dari pengertian diatas memberikan penjelasan bahwa makna merupakan

suatu arti, maksud, serta penafsiran seseorang terhadap apa yang mereka berikan

pada suatu bentuk bisa berupa benda, tindakan seseorang, maupun pesan dalam

sebuah interaksi.

Page 34: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

20

2. Simbol

Simbol dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menunjukkan arti

pada “lambang” atau seseuatu perlambangan dan sesuatu yang dijadikan lambang.

Simbol merupakan sebuah lambang yang digunakan untuk menyampaikan suatu

pesan yang dibentuk dalam sebuah perkambangan agar tujuan dan maksud dalam

persan tersebut akan sampai kepada yang di tujukan (Soerjono, 2001: 187).

Simbol yang sering diartikan sebagai sesuatu perlambangan terhadap apa

yang dijadikan sebagai media penyampaian pesan ini dibentuk atas dasar

kesepakatan bersama tentang benda/objek, pengalaman, situasi yang ada

dilingkungan mereka saat pembentukan simbol itu berlangsung. serta simbol

yang telah dibentuk dan ditentukan tersebut diartikan dalam perlambangan segala

sesuatu baik objek material ataupun non material kerap kali memiliki makna

tertentu yang dapat diartikan oleh mereka para penganutnya.

3. Tradisi

Menurut Mardimin, tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam

suatu masyarakat dan merupakan kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif

sebuah masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto,

tradisi adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang di dalam bentuk yang

sama, yang artinya bahwa tradisi yang dijelaskan ini merupakan kebiasaan

seseorang melakukan suatu kegiatan yang mereka lakukan secara berulang-ulang,

rutin, dilakukan dalam bentuk dan tata cara yang sama seperti halnya yang

dijelaskan oleh Mardimin sebelumnya (Soerjono Soekanto, 1990:181).

Dari penjabaran beberapa tokoh di atas tentang definisi dari tradisi dapat

diartikan bahwa tradisi merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan turun-

temurun dan dilakukan secara berulang dan terus menerus dalam dimensi waktu

Page 35: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

21

yang berbeda namun dengan bentuk yang sama dan telah menjadi bagian dari

kehidupan suatu kelompok masyarakat.

I. Metode penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini penulis mencoba menyajikan data dengan metode kualitatif

berupa gambaran tentang data-data yang penulis dapatkan dilapangan. Dalam

penelitian ini penulis mencoba menggunakan metode observasi non parsitipasif,

dimana penulis tidak terjun langsung atau mengikuti kegiatan Upacara Pernikahan

Betawi, akan tetapi penulis memperoleh data lapangan berupa proses wawancara

yang penulislakukan dengan beberapa informan yang memiliki kesamaan dan

pengalaman mengenai pengetahuan tentang tradisi seserahan makanan dalam

kegiatan Upacara Pernikahan Betawi, dan memperoleh informasi berdasarkan dari

informan yang pernah melakukan upacara pernikahannya dengan menggunakan

tradisi Betawi.

Penulis menggunakan observasi non-partisipasif dikarenakan dalam kurun

waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis sudah jarang ditemukan prosesi

pernikahan yang menggunakan tradisi adat betawi. untuk itulah penulis mencoba

mendapatkan dan menggali data dalam penelitian ini menggunakan informasi-

informasi dan data-data yang diberikan oleh para informan dalam penelitian ini.

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dari

berbagai proses yang dijalankan, seperti hakikatnya penelitian kualitatif pada

umumnya, disini penulis mencoba mengumpulkan data dari berbagai proses,

sumber, dan cara yang digunakan penulis dalam memperoleh sebuah keabsahan

data. Proses pertama dalam mengumpulkan data yang penulis lakukan ialah

Page 36: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

22

mencari refrensi buku, jurnal-jurnal ilmiah yang membahas tentang tema serupa

dengan penelitian ini, serta thesis maupun media cetak dan media elektronik yang

penulis gunakan dalam mencari informasi mengenai penelitian yang akan penulis

bahas.

Kemudian penulis juga menggunakan media informasi melalui informan

yang penulis gunakan dalam penelitian ini dengan cara mengulik informasi dari

mereka agar data yang diperoleh penulis merupakan data yang alami dan benar

apa adanya, data ini merupakan data primer dalam penelitian, artinya sebagian

besar data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan proses wawancara

yang dilakukan penulis dengan informan yang telah penulis pilih menjadi media

dalam informasi ini yang menggunakan teknik snowball dalam

mengumpulkan/menentukan informan penelitian.

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan

dalam memperoleh data primer, yaitu dengan mencari informan yang menjadi

media informasi yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini.

Dalam melakukan wawancara dengan informan, penulis menggunakan

teknik wawancara random, yaitu dengan menyuguhkan pertanyaan-pertanyaan

yang berbeda dari satu informan dengan informan lainnya, akan tetapi

pembahasan yang akan penulis tanyakan dalam wawancara tersebut masih sejalan,

penulis juga menggunakan cara menyusun terlebih dahulu pertanyaan yang akan

penulis sampaikan kepada informan, hal ini bermaksud untuk mengarahkan

pembicaraan dalam wawancara seperti apa yang ingin penulis tujukan, serta

mengindari pembicaraan yang terlalu meluas dan melebar diluar tujuan penulis,

Page 37: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

23

sehingga membentuk batasan dalam pembicaraan yang akan dilakukan, selain itu

juga digunakan sebagai patokan umum penulis serta dapat dikembangkan melalui

pertanyaan yang muncul ketika wawancara sedang berlangsung (Arikunto 2002:

203).

b. Sumber Data

Sumber data merupakan data sekunder yang penulis gunakan dalam

menyusun penelitian ini, yaitu dengan menggunakan beberapa refrensi buku,

jurnal-jurnal ilmiah, tesis, maupun media-media cetak ataupun media lainnya

yang digunakan penulis untuk mendapatkan informasi mengenai tradisi seserahan

makanan yang terdapat dalam upacara pernikahan Betawi, juga data ini digunakan

sebagai penunjang kebenaran data melalui penelitian-penelitian yang terdahulu

mengenai pembahasan yang serupa maupun yang memiliki kesamaan dalam

berbagai aspek.

2. Teknik Pengumpulan informan Penelitian

Teknik Pengumpulan Informan

Dalam teknik pengumpulan informan yang dilakukan oleh penulis

pertama-tama ialah penulis mencari informasi terlebih dahulu mengenai siapa dan

dimana data informan yang akan peneliti cari. Penulis pertama kali mencari

informasi mengenai kehidupan masyarakat Betawi pada media sosial. Setelah

mencari informasi penulis mendapatkan gambaran untuk menentukan informan

yang akan penulis jadikan narasumber/informan dalam penelitian kali ini.

Dalam menentukan informan penulis menggunakan metode snowball

sampling dan random wilayah informan, yaitu dengan mewawancarai informan

dengan random wilayah/ tidak pada satu wilayah yang difokuskan. Namun

Page 38: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

24

penulis membatasi wilayah dengan menentukan informan yang merupakan

masyarakat betawi yang bertempat tinggal di wilayah Jakarta, akan tetapi penulis

tidak menentukan focus kepada satu tempat saja, misalnya dalam mencari dan

menentukan informan penulis mendatangi informan yang berbeda wilayah seperti

di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan sebagainya.

Dan dalam pencarian informan penulis menggunakan metode snowball

yang artinya dalam penentuan informan penulis awalnya hanya mencari satu

informan, dan kemudian dari satu informan tersebut akan menjadi key information

untuk informan-informan selanjutnya, yauitu dalam penentuan informan kedua

dan seterusnya penulis disarankan oleh informan pertama untuk mendapatkan

informasi mengenai Tradisi Seserahan Upacara Pernikahan Betawi.

Hal ini penulis lakukan karena penulis ingin mencari informan sesuai

dengan kriteria yang penulis butuhkan, antara lan:

1. Informan merupakan masyarakat Betawi asli

2. Informan pernah melakukan, mengalami, atau mengamati secara

langsung mengenai tradisi seserahan makanan pada upacara adat

pernikahan Betawi

3. Informan mengetahui sejarah dan perkembangan mengenai budaya dan

tradisi Betawi (tokoh betawi/masyarakat, budayawan, dll)

4. Informan mau dan bersedia untuk memberikan informasi terkait tradisi

seserahan makanan pada upacara adat pernikahan Betawi

Terdapat lima informan yang penulis gunakan dalam penelitian ini alam

memperoleh informasi mengenai tradisi seserahan makanan yang terdapat dalam

upacara pernikahan Betawi. Tiga dari lima informan yang penulis gunakan disini

Page 39: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

25

merupakan tokoh Betawi dan sejarahwan. Hal ini penulis lakukan karena penulis

membutuhkan informasi secara mendalam mengenai sejarah tradisi dari seserahan

makanan yang masyarakat Betawi gunakan dalam pernikahannya. Akan tetapi

hanya informan Bang Yahya yang penulis rasa mengetahui secara detil mengenai

sejarah, dan tradisi Betawi pada masa lampau hingga saat ini. Sehingga penulis

memperoleh sebagian besar data dari beliau. Kedua, tokoh Betawi yang menjadi

informan dalam penelitian ini ialah Pak Buhori selaku pengurus dan tokoh dari

kantor Setu Babakan, beliau memang bukan merupakan tokoh besar Betawi yang

dikenal oleh banyak khalayak, akan tetapi beliau merupakan salah satu tokoh di

daerah kantor setu babakan, pengetahuan mengenai Betawi yang selaras dengan

tema dalam penelitian ini cukup memberikan data yang penulis butuhkan dalam

penulisan penelitian ini, kemudian tokoh terakhir merupakan sejarahwan yang

bernama JJ Rizal, beliau merupakan sejarahwan, penulis dan pemerhati budaya

Betawi, sehingga penulis menjadikan beliau sebagai informan untuk mendapatkan

data mengenai sejarah ke Betawian yang beliau ketahui.

Sedangkan dua informan lainnya merupakan masyarakat biasa yang

bekerja sebagai karyawan swasta, akan tetapi penulis memilih mereka sebagai

informan karena keduanya pernah melakukan pernikahan dengan menggunakan

adat Betawi, walaupun pemahaman mereka tentang sejarah Betawi maupun tradisi

seserahan makanan dalam pernikahan Betawi masih belum banyak seperti para

tokoh diatas, akan tetapi dari data yang didapatkan penulis melalui informan Pak

Bekti dan Kak Ana merupakan menjadi titik terang terdapatnya perubahan tradisi

dalam seserahan makanan pada upacara pernikahan betawi yang mereka

lakukan/gunakan dengan tradisi seserahan makanan dari generasi-generasi

sebelum mereka.

Page 40: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

26

Berikut merupakan data singkat informan dalam penelitian ini

Tabel I. I. 2. Informan Penelitian

Nama informan Status Lahir, dan tempat tinggal.

Yahya Andi Saputra

(bang yahya)

Ketua bidang penelitian

Lembaga Kebudayaan Betawi

Jakarta, 5 Desember

1961

JJ Rizal (Pak Rizal)

Aktivis, sejarawan,penulis

Jakarta, 12 Februari

1972

H. Buhori, SH, MH (Pak

Buhori)

UPK PBB sebagai pelaksana

teknis informasi dan

pelayanan

Jakarta, 12 Agustus

1963

Yuliana Karyawan swasta Jakarta, 14 juli 1992

Bekti Karyawan swasta Jakarta, 16 Juli 1983

3. Teknik Pengolahan data

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan pengolahan data

atau analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan

informan, kemudian penulis membuat transkip hasil dari wawancara penulis

dengan informan, hasil transkip ini kemudia penulis pelajari dan dilakukan

reduksi data dengan penyederhanaan atau pemusatan penelitian melalui abstraksi

yang penulis paparkan, dimana dalam penyusunan reduksi data tersebut penulis

mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat dan dirasa penting

sesuai konteks penelitian, kemudian informasi tersebut akan disusun dan disajikan

dalam tahap penyajian data berupa isi dari penelitian tersebu, setelah itu dilakukan

pengkodingan data dan selective coding (Aripin 2006:137). Kemudian pada tahap

Page 41: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

27

akhir dalam pengolahan data penulis melakukan penarikan kesimpulan dari data-

data yang penulis paparkan dalam penelitian ini.

4. Proses Penelitian

Pada penyusunan penelitian (skripsi) ini penulis menjalankan rangkaian

proses yang cukup panjang dalam menyusun dan menyelesaikannya. Mulai dari

mencari informasi terkait tradisi seserahan makanan pada upacara pernikahan

Betawi, mencari refrensi buku-buku yang harus penulis dapatkan, dalam

kaitannya dengan mencari refrensi buku penulis sedikit merasa kesulitan karena

tidak banyak buku yang membahas tentang makna tradisi seserahan makanan

yang terdapat dalam upacara pernikahan Betawi, karena refrensi buku yang

penulis temukan kebanyakan yang berkaitan dengan resep-resep makanan saja,

namun sedikit sekali refrensi buku-buku yang menjelaskan dan mendeskripsikan

tentang sejarah dan bagaimana makanan tradisional Betawi dapat menjadi bagian

dari proses kehidupan masyarakat Betawi itu sendiri terlebih dengan membahas

secara rinci mengenai proses dijadikannya beberapa makanan sebagai simbol

dalam tradisi tersebut, dalam hal ini juga disepakati oleh beberapa tokoh-tokoh

dan para sejarawan tentang masih minimnya sekali refrensi buku-buku mengenai

tradisi seserahan makanan Betawi yang mendeskripsikan tentang ke otentikannya.

Kemudian penulis melanjutkan mencari informan dengan mendatangi

terlebih dahulu perkampungan setu babakan untuk mendapatkan informan, namun

untuk mendapatkan informan dari kantor setu babakan Jakarta Selatan harus

menggunakan surat izin dari kampus terlebih dahulu, atas ketidak tahuan tersebut

penulis esok harinya mengajukan surat permohonan izin kepada pengurus tata

usaha (TU) kampus. Setelah surat perizinan selesai, beberapa hari kemudian

penulis mendatangi kembali kantor setu babakan untuk mendapatkan informan,

Page 42: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

28

akan tetapi penulis harus menunggu dalam waktu dua-tiga minggu untuk

mendapatkan surat izin balasan dari pihak kantor setu babakan. Setelah

mendapatkan surat izin balasan penulis baru bisa mendapatkan informasi dari

informan pertama. Kemudian untuk mendapatkan informasi dari informan-

informan lainnya, penulis tidak perlu memakai dan menyerahkan surat izin

wawancara kembali, karena dari pihak informan sendiri yang tidak meminta

penulis untuk memberikan surat izin seperti yang dilakukan penulis pada

informan pertama.

Kendala yang dialami penulis mungkin memeliki persamaan dengan

kendala yang dirasakan oleh penulis lain, seperti halnya di berikan harapan palsu

oleh informan, dalam hal ini penulis harus sabar dengan diberikan janji palsu atas

waktu yang disediakan oleh informan, misalnya dalam mengatur waktu pertemuan

hari senin pukul sekian, informan sempat membatalkan janji kepada penulis dalam

keadaan penulis sedang dalam perjalanan menuju tempat informan, untuk waktu

perjanjian berikutnyapun informan melakukan kesalahan yang sama yaitu tidak

menghargai keberadaan penulis. Untuk itu dengan tidak mengurangi rasa hormat

penulis meminta baik-baik kepada informan untuk menggantikan informan

tersebut dengan informan lainnya. Karena informan telah melakukan kesalahan

bukan sekali atau dua kali kesempatan, melainkan sudah lebih dari empat kali

penulis di berikan harapan palsu oleh informan dan tidak dihargai oleh informan.

Namun dalam kendala-kendala yang dirasakan oleh penulis dalam

menjalankan proses penelitian adapun kemudahan dan keuntungan yang penulis

dapatkan, yaitu dalam melakukan interaksi kepada informan tidak didapatkannya

kendala seperti, penolakan, pengusiran, penyinggungan dalam pegucapan kata

dan hal-hal yang tidak diinginkan oleh penulis maupun informan.

Page 43: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

29

2. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mencoba menyusunkan pembahasan

kedalam empat bab, di bawah ini merupakan penyusunan sistematik yang penulis

jabarkan sebagai berikut :

BAB I merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari : pernyataan

masalah, pertanyaan penelitian , tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, kerangka teori, definisi konsep, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II merupakan pembahasan tentang gambaran umum mengenai sejarah

betawi, variasi masyarakat betawi, proses upacara pernikahan adat

betawi, dan makanan-makanan yang biasanya dijumpai dalam

proses upacara adat betawi.

BAB III memaparkan hasil penelitian tentang perubahan tradisi seserahan

makanan dalam proses upacara pernikahan adat betawi (makna

simbolik) dengan terdiri dari beberapa tradisi seperti; 1. Tradisi

ikan bandeng pada proses ngedelengin 2. Tradisi seserahan

lamaran (sirih lamaran, buah-buahan, pisang raja, roti tawar, kue

bacot, dll) 3. Tradisi Balasan Hantaran/Seserahan (Njotan) 4.

Tradisi seserahan roti buaya. Kemudian perubahan-perubahan yang

terjadi pada proses tradisi seserahan makanan tersebut.

BAB IV yaitu penutup, berisi kesimpulan dan saran dari seluruh hasil

penelitian yang peneliti dapatkan dan dijelaskan dalam penelitian

ini.

Page 44: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

30

BAB II

MASYARAKAT BETAWI DAN TRADISI KULINER UPACARA ADAT

PERNIKAHANNYA

A. Asal-usul Betawi

1. Sejarah Betawi

Dalam pembahasan mengenai sejarah Betawi yang dijelaskan dalam buku

Shinta (2016), penelusuran tentang keberadaan etnis Betawi pernah diungkap oleh

Castle (1967) menuliskan pemahamannya bahwa orang Betawi baru terbentuk

pada pertengahan abad ke – 19 dan merupakan hasil proses peleburan berbagai

etnis yang menjadi budak di Batavia. Argument ini didasari atas analisis terhadap

data sensus yang dilakukan pada masa pemerintahan colonial Belanda tahun 1615.

Dan 1815 yang tidak menemukan adanya catatan mengenai golongan etnis Betawi

(Shinta, 2016:21).

Dikutip dalam buku Yasmine (2004:3) data penduduk yang digunakan

Lance Castles (2007) dalam terbitan Masup, membangun teorinya mengenai latar

belakang sejarah terbentuknya orang Betawi menunjukkan bahwa pada pencatatan

penduduk di Batavia tahun 1673, 1815, dan 1893 tidak ada kelompok masyarakat

di Jakarta yang dicatat dibawah label Betawi. Yasmin mengatakan bahwa hal

yang menarik dalam table ini adalah bila pada dua catatan pertama registrasi tahun

1673 dan 1815 penduduk Batavia (di luar orang Eropa, Cina, Arab, dan Moors)

dapat dibeda-bedakan menurut etnis mereka seperti Jawa, Banda, Melayu, maka

pada registrasi penduduk pada tahun 1893 mereka di persentasekan dalam satu

kelompok saja sebagai kelompok penduduk asli vis a vis kelompok pendatang.

Page 45: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

31

Tabel II. A. 1 Jumlah (Etnis) Penduduk Jakarta

Penduduk Jakarta pada tahun 1673,1815, dan 1893

Sumber : Lance Castles, 2007:57, yang di kutip oleh Yasmine, 2004:4

Masih dalam kutipan buku Yasmin (2004:4) pertanyaan yang dapat

dimunculkan di sini, kemanakah etnis-etnis tersebut di atas? Sehubungan dengan

hal itu, menarik untuk menuju hasil sensus 1930 dan menghubungkannya dengan

laporan van der Aa (1846), seorang pegawai pemerintah jajahan Belanda di

Indonesia yang mencatat dalam laporannya bahwa dalam pekerjaannya di

lapangan ia seringkali mendapatkan kesulitan karena banyak orang yang tidak

dapat menentukan kelompok etnik mereka. Pada sensus 1930 terdapat kelompok

(1)

1673 1815 1893

(2) (3) (4)

Eropa 2750 2028 9017

Cina (termasuk pernakan) 2747 11584 26569

Mardijkers 5362 - -

Arab - 318 -

Moors 119 2842 -

Jawa (termasuk sunda) 6339 3331 -

Kelmpok Sulawesi Selatan - 4139 -

Bali 981 7720 -

Sumbawa - 232 72241

Ambon dan Banda - 82 -

Melayu 611 3155 -

Budak 13278 14249 -

Page 46: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

32

etnis baru yang tidak terdapat dalam catatan kependudukan sebelumnya, yaitu

kelompok Betawi. Demikianlah dengan pendekatan sejarah demografi dapat

dikatakan bahwa orang Betawi muncul antara tahun 1815 dan 1893 yang

eksistensinya diakui secara resmi dengan didirikannya “Persatoean Kaoem

Betawi” oleh Muhammad Husni Thamrin pada tahunj 1923, serta secara legal

pengakuan ini muncul dengan tercatatnya kelompok etnik Betawi dan sensus

1930.

Pendekatan demografis historis dari Lance Castles yang menunjukkan

bahwa orang Betawi terbentuk dari macam-macam migran yang masuk ke Batavia

membawa sekelompok orang pada hipotesa bahwa orang Betawi bukanlah

penduduk asli Jakarta, tetapi migrant di Jakarta (Yasmine, 2004:5) Hipotesa ini

mendapat raksi penolakan terhadap teori Lance Castles yang berdatangan dari

tokoh Betawi tahun 1990-an, meski belum memproklamirkan diri sebagai

kelompok etnis Betawi, diyakini nenek moyang orang betawi sudah ada jauh

sebelum kota Jakarta didirikan (Shinta, 2016;21) . dikutip dari catatan penerbit

buku terjemahan Castles terbitan Masup Jakarta 2007, Ridwan Saidi yakin orang

Betawi adalah keturunan Kerajaan Salakanagara (tahun 130) yang berpusat di

Condet, tempat ditemukannya makam kuno yang ditafsirkan Ridwan sebagai

tokoh dari zaman Kerajaan Kelapa (pelanjut Kerajaan Salangkanagara).

Teori arkeologis turut memberi bukti bahwa lahirnya masyarakat yang kini

belum di Jakarta diperkirakan dimulai sejak 1500 tahun SM (zaman batu

neolitikum), hal ini didasari atas ditemukannya artefak pecahan gerabah berupa

alat dapur atau alat makan; alat berburu seperti kapak persegi, beliung, dan

serpihan batu; perhiasan seperti gelang batu; serta alat bercocok tanam dari batu

(Shinta, 2016:21).

Page 47: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

33

Benda benda tersebut di temukan di beberapa daerah wilayah Jakarta,

pernyataan ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Bang Yahya pada

kcesempatan wawancara

“ Etnis itu lebih dulu ada, cuma memang namanya belum jelas

pada saat itu namanya sudah Betawi atau belum. Jadi manusia-manusia

saat itu adalah manusia proto manusia Betawi, dan itu sudah diketahui

keberadaan itu jauh dari abad masehi. Karena hasil penggalian arkeologi

sebelum abad ke 5 sebelum masehi sudah menemukan kampung-kampung

yang ditempati oleh manusia, dan manusia itu dikatakan sebagai manusia

proto melayu Betawi,jadi belum disebut masyarakat Betawi, penyebutan

proto melayu Betawipun disebutkan pada kemudian hari. Kemudian kata

betawi dapat ditemukan pada abad 18-19 masehi.” (wawancara pada

tanggal 10 Juli 2018)

“Jadi suku ini sudah cukup lama ada disini, terbukti dari hasil

penggalian-penggalian yang dilakukan oleh para ahli kepurbakalaan yang

dilakukan penggalian itu di situs-situs perkampungan Betawi yang dilakukan

pada tahun 70-an. Jadi ada lebih kurang 20 sampai dengan 35 situs dikampung-

kampung Betawi dekat pasar jumat, condet, pondok labu, pasar minggu, kelapa

nunggal, kelapa dua, sampai ke ujung pelabuhan sunda kelapa. Kemudian kalau

dari timurnya dari kampung pakis atau batu jaya disana terkenal dengan wilayah

situs buni. Jadi kita disini sudah cukup lama, namun penamaan Betawi baru

muncul dan diketahui pada abad 18-19 masehi” (wawancara pada tanggal 10 Juli

2018).

Sebelum Belanda menginjakkan kakinya di Batavia, kota ini merupakan

pengikut kerajaan Banten di bawah pangeran Jayakarta dan penduduknya adalah

penduduk Jawa Barat, dan etnik sunda (Yasmine, 2004;5). Kebijaksanaan kolonial

Belanda yang mendatangkan penduduk dari luar Batavia dalam membangun kota

ini telah menyebabkan munculnya penduduk multietnis yang akhirnya

memunculkan etnik Betawi, keturunan pangeran Jayakarta yang dikalahkan oleh

Belanda, membangun komunitasnya di daerah Jakarta Timur yang kini dikenal

dengan nama Jatinegara Kaoem dan merupakan kelompok tersendiri yang melihat

dirinya sebagai penduduk asli Jakarta (Somad, 2000; Shahab, 2000). Namun

demikian, kelompok ini amat kecil jumlahnya sehingga tak banyak orang yang

dapat menerima bahwa keturunan pangeran Jayakarta ini merupakan lapisan

Page 48: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

34

aristocrat dari penduduk asli Jakarta yang merupakan etnis egaliter karena dalam

perjalanan sejarahnya masyarakat Betawi tidak pernah mengenal kerajaan

(Yasmine, 2004;6).

2. Variasi Betawi

Perbedaan laju perkembangan kota Jakarta, telah menyebabkan orang-

orang Betawi di lokasi yang berbeda terkena pengaruh sosial ekonomi yang

berbeda sehingga memiliki cirri-ciri yang berbeda dalam arti tingkat dan bentuk

pendidikan, jenis pekerjaan, gaya hidup, dan sebagainya. Mereka yang tinggal di

pusat kota lebih cenderung merasakan arus dan dampak perkembangan kemajuan

kota jauh lebih besar dibanding mereka yang bermukim di wilayah pinggir kota.

Akibatnya di pusat kota terbentuk kelompok-kelompok Betawi yang lebih

menyandang cirri-ciri urban, sedangkan di pinggiran kota Jakarta terbentuk

kelompok yang lebih merefleksikan kehidupan rural. Kelompok yang berdomisili

di pusat kota dikenal dengan sebutan Betawi kota/ Betawi Tengah; mereka yang

berdomisili di pinggirsan kota Jakarta lebih dikenal sebagai Betawi Pinggir dan

Betawi Udik, sedangkan mereka yang berdomisili di daerah pesisir dinamakan

Betawi Pesisir (Yasmine, 2004;6). Seiring berjalannya waktu perbedaan fisik

dalam kelompok tersebut mulai berkurang dan semakin tidak terlihat perbedaan

antara perbedaan fisik pada kelompok tersebut, hingga kini yang terdengar dan

terlihat hanyalah orang Betawi. Hal ini selaras dengan pernyataan JJ Rizal dalam

kesempatan wawancara dengan penulis.

“ ya sebenernya sih sekarang istilah Betawi, tengah, pinggir, udik,

ataupun pesisir sudah gabisa dipake lagi untuk konteks saat ini, karena

banyaknya pembangunan, penggusuran, perubahan tata ruang kota Jakarta ini

menyebabkan orang yang tinggal di pesisir hilang, orang yang ditengah pindah ke

pinggir, dan bahkan orang Betawi yang berada di pinggir pindah ke Bogor dan

daerah lainnya. Karena sejak tahun 1950an drastis berubah, jadi urbanisasi

mengakibatkan konteks Betawi pinggir dan Betawi tengah itu luntur sebenernya,

Page 49: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

35

apalagi setelah tahun 1980an, dan sekarang hanya ada penyebutan orang Betawi

saja di daerah manapun, karena memang pada saat ini persebarannya pun sudah

lebih meluas.” (wawancara dengan JJ Rizal pada tanggal 27 Juli 2018)

Dari penjelasan yang diberikan oleh informan Pak Rizal mengenai tidak

berlakunya lagi istilah perbedaan batasan Betawi seperti betawi tengah, pinggir,

maupun udik, menjadikan pemahaman bahwa tradisi, proses, maupun seserahan

yang mereka gunakan menjadi simbol dalam pernikahan Betawi tidak memiliki

perbedaan satu dengan yang lainnya. karena setiap masyarakat betawi yang

tinggal di berbagai wilayah, contohnya Jakarta, apabila melaksanakan pernikahan

dengan menggunakan adat istiadatnya, tradisi yang mereka lakukan ialah sama

dengan masyarakat Betawi lainnya di berbagai daerah akan melakukan tradisi dan

proses yang serupa.

B. Proses Pernikahan Adat Betawi

Dalam kehidupan orang Betawi ada beberapa tahapan-tahapan atau siklus

kehidupan yang diberi makna di dalamnya, dalam kebudayaan Betawi terdapat

upacara-upacara adat baik itu yang sacral maupun tidak, upacara-upacara tersebut

merupakan bagian dari tradisi yang sudah mendarah daging sehingga terasa ganjil

apabila masyarakat Betawi tidak melaksanakannya dalam perjalanan hidupnya.

(Yahya, 2000:5). Itulah siklus kehidupan yang dialami oleh orang Betawi, suatu

perjalanan panjang penuh liku-liku yang dilalui orang Betawi sejak lahir hingga

masuk liang lahat. Upacara adat itu antara lain ; Akeke, Sunatan, Khatam Qur‟an,

Nikah, Bikin dan Pinde Rume, Nuju Bulan, Nazar, Lebaran, dan Alam Kematian.

Upacara adat perkawinan merupakan salah satu kegiatan dalam menjalani

siklus kehidupan orang Betawi, bagi mereka upacara adat perkawinan ini

sebenarnya dilakukan melalui beberapa tingkatan upacara yang berhubungan atau

Page 50: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

36

berkaitan satu sama lainnya. Tahapan-tahapan tersebut diawali dengan masa

perjumpaan dan pendekatan, lamaran sampai dengan akad nikah yang merupakan

resminya seorang pemuda dan seorang gadis menjadi pasangan suami istri serta

keriaan atau pesta yang melengkapinya.

Adapun tahap-tahap yang harus dilalui dalam rangka upacara perkawinan

ini adalah sebagai berikut:

1. Ngedelengin

Tempo doeloe atau pada jamannya ngedelengin merupakan proses paling

awal yang terjadi dalam tahap perjalanan upacara adat perkawinan Betawi.

Ngedelengin merupakan masa pendekatan dan penelaahan terhadap seorang gadis.

Tempo dulu ngedelengin terjadi kalau sebuah keluarga mempunyai anak lelaki

yang sudah dewasa, sudah kerja dan dianggap pantas berumah tangga namun si

jejaka tidak memperlihatkan hasrat untuk berumah tangga atau mungkin si jejaka

tidak berani mendekati anak perawan padahal ia sudah ngebet (Yahya, 2000;31).

Masih pada kutipan buku sebelumnya, Orang tua si jejaka itu tentu saja kuatir

dengan masa depan putranya, maka orang tua si jejaka ini akan segera

menghubungi mak comblang. Mak comblang bertugas mencari perempuan calon

mantu atau istilah Betawinya None Calon Mantu. Jika none calon mantu telah

ditemukan, maka si jejeka akan diajak musyawarah untuk berumah tangga

sebelum ketelanjuran di sebut jajake tue atau bujang lapuk.

Peranan Mak comblang memiliki arti penting di dalam masyarakat betawi,

bahwa kehadirannya adalah sebagai profesi yang penting dalamkaitannya dengan

adat istiadat perkawinan, keadaannya sangat diperlukan karena hubungan antara

anggota masyarakat khususnya tata cara pergaulan antara pemuda dan pemudi

Page 51: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

37

masa lampau itu, di Batawi secara ketat oleh aturan adat yang telah mentradisi.

(Cucu, 2000:13). Jadi fungsi mak comblang salah satu diantaranya adalah sebagai

penghubung antar anggota masyarakat yang mempunyai rencana untuk

menikahkan anak-anaknya.

Dulu di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan sepasang ikan

bandeng di depan rumah seorang gadis, bila si gadis ada yang naksir. Pekerjaan

menggantungkan ikan bandeng ini dilakukan oleh seorang pemuda atau dilakukan

oleh Mak Comblang atas permintaan orang tua si pemuda. Tentu ini merupakan

awal dari tugas dan pekerjaan ngedelengin (Yahya, 2000:31).

Orang tua atau keluarga yang mendapatkan di depan rumahnya di

gantungkan sepasang ikan bandeng, dengan sendirinya memaklumi bahwa anak

perawannya mulai ada yang penuju. Berdasarkan itu, orang tua yang bersangkutan

segera memberi peringatan dan penjelasan kepada anak gadisnya untuk berhati-

hati dan membatasi pergaulannya, dalam tahap ini orang tua si gadis di minta

untuk memingit anak gadisnya, arti memingit disini bukan untuk melarangnya

keluar rumah dan membatasi pergaulannya dengan teman-temannya, namun hal

ini dilakukan bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada anak perawannya

berupa akhlak, sopan santun, dan yang paling penting lagi melatih masak

memasak. Kalau pendidikan ini sudah mantap maka keluarga si gadis akan lega

melepasnya.

Tradisi memberikan seserahan (memasangkan) ikan bandeng pada tahapan

prosesi ngedelengin ini hanya berlaku di beberapa masa saja, saat ini tradisi

seserahan ini tidaklah digunakan atau jarang ditemukan dalam pernikahan Betawi

manapun. Hal ini dirasakan oleh informan Ka Ana yang menyatakan ;

Page 52: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

38

“… Enggak ada tuh pas kemaren suami kasih ikan bandeng itumah

Betawi jaman dulu kali ya, kalo sekarang sih juga gapernah denger tetangga atau

sepupu kalo nikahan pake adat Betawi digantungin ikan bandeng gitu”

(wawancara pada 11 agustus 2018 ).

2. Ngelamar

Melamar atau menurut istilah Betawinya “ngelamar” merupakan tingkat

kedua setelah ngedelengin dari urutan upacara adat perkawinan Betawi. Biasanya

setelah seorang pemuda menentukan pilihannya, maka pihak keluarganya akan

mendatangi keluarga gadis pilihannya tadi. Adapun yang dikirim sebagai utusan

biasanya keluarga yang dekat sebanyak dua atau tiga orang termasuk dengan mak

comblang yang sudah dijelaskan pada tahap ngedelengin di atas.

Dalam tahap ini sudah ada pernyataan resmi dari pihak keluarga jejaka

tentang ketertarikan dan hasrat untuk meminang si gadis tersebut, ini biasanya

dilakukan oleh perwakilan keluarga besar si jejaka. Utusan pertama adalah mak

comblang yang berperan membuka pembicaraan agar dialog di antara kedua

keluarga berjalan harmonis. Selain mak comblang, bisa juga mengutus dua pasang

wakil orang tua (dari ibu dan bapak) si jejaka.

Dulu, jika hendak ngelamar, masyarakat Betawi mengutamakan utusan

dari keluarga yang sudah berangkat haji atau yang memahami masalah

keagamaan. Harapannya, bila pembicaraan sampai pada tahap tande putus (pasti

menikah), semua perencanaan tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan

pasangan calon pengantin bisa membentuk keluarga yang langgeng, penuh kasih,

dan saling menghormati (Shinta, 2016:79). Dari pihak si gadis diharapkan hadir

pula keluarga yang memiliki hubungan serupa dengan pihak si jejaka sebagai

lambing bahwa kedatangan utusan orang tua si jejaka di terima dengan baik oleh

keluarga besar si gadis.

Page 53: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

39

3. Tunangan (Nentuin dan ngenjot)

Setelah lamaran di terima oleh pihak si gadis, maka tingkat pengesahan

bertunangan menjadi tahap berikutnya, tahap ini di tandai dengan adanya suatu

acara mengantar kue-kue dan buah-buahan dari pihak laki-laki kerumah pihak si

gadis, yang kemudian dibalas dengan makanan berupa nasi dan lauk pauknya, dan

seterusnya dibagikan kepada semua anggota keluarga masing-masing.

Dalam proses pertunangan ini atau biasa orang Betawi menyebutnya

dengan bawa tande putus merupakan proses yang dilaksanakan oleh anggota

keluarga jejaka yang mendatangi rumah gadis (none calon mantu) dengan

membawa beberapa seserahan atau barang-barang yang menjadi simbol sebagai

tanda putus. Tanda putus ini sendiri artinya bahwa si gadis (none calon mantu)

telah terikat dan tidak lagi dapat di ganggu oleh pihak lain walaupun pelaksanaan

tande putus dilakukan jauh sebelum pelaksanaan acara akad nikah.

4. Akad nikah dan pesta nikah

Akad nikah merupakan salah satu prosesi yang paling sacral diantara

prosesi sebelumnya, karena acara ini merupakan proses pengucapan janji sehidup

bersama anatara mempelai pria dan mempelai wanita dalam suatu pernikahan.

Biasanya acara ini diadakan siang hari di rumah pengantin wanita. Dalam prosesi

ini keluarga pihak mempelai perempuan akan memberikan hidangan “sayur

besan” kepada pihak mempelai laki-laki, gunanya menyediakan hidangan sayur

besan ini biasanya sebuah tanda penghormatan atas datangnya keluarga baru.

Kemudian setelah prosesi atau acara akad nikah ada yang disebut dengan

malam kebesaran / keriyaan. Prosesi ini merupakan acara besar atau malam pesta

pernikahan adat Betawi, biasanya dalam acara tersebut seluruh makanan khas

betawi disediakan untuk para tamu undangan dan sanak saudara maupun keluarga

Page 54: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

40

besar kedua mempelai. Dalam proses ini, keluarga pengantin wanita akan

menyajikan beberapa jenis hidangan sebagai bentuk rasa terima kasih atas doa

yang baik yang telah diberikan para tamu. Masakan yang biasa disajikan di sini

meliputi: nasi uduk, kopi, teh, buah-buahan, nasi kuning dengan topping

serondeng, tape uli dan beberapa kue tradisional khas Betawi lainnya.

Dalam pernikahan adat Betawi, prosesi malam keriyaan atau pesta

pernikahan bukanlah akhir dari tahap prosesi pernikahan adat Betawi. Namun

setelah malam keriyaan ada yang namanya malam negor dan pulang tiga ari,

dalam prosesi tersebut dilakukan setelah acara malam keriyaan selesai, malam

negor merupakan momen dimana sang suami berupaya meyakinkan istrinya untuk

memulai hidup baru sebagai sebuah keluarga. Momen ini juga termasuk sebagai

salah satu moment yang sangat sakral dan bermakna bagi kehidupan keduanya

untuk hidup bersama membangunkeluarga mereka, dan berfungsi sebagai bukti

kesucian perempuan sebagai seorang istri.

Setelah semua prosesi dalam pernikahan adat Betawi terlaksanakan, ini

merupakan akhir dari rangkaian prosesi pernikahan adat Betawi. Pulang tiga hari

atau biasa disebut dengan “ngunduh mantu” merupakan prosesi atau momen yang

perlu dilakukan dalam tahapan proses pernikahan adat Betawi, sebab ini

merupakan momen hangat dalam mendekatkan anatara kedua keluarga yang

bersangkutan (keluarga mempelai pria dan wanita).

Tepat tiga hari setelah pengantin pria menginap di rumah istrinya, mereka

berdua kemudian di boyong ke rumah pengantin pria, rombongan pengantin

kemudian dibekali sambel goreng pencok oleh orang tua pengantin wanita

(Yasmin, 2004:52). Sebagai tanda kegembiraan dari orangtua pengantin pria saat

keduapengantin baru tersebut ntelah selamat menunaikan tugas sebagai suami

Page 55: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

41

istri,maka dikirimlah beberapa macam bahan mentah untuk pembuatan laksa

pengantin ke rumah orangtua pengantin wanita, dengan menerima bahan ketupat

laksa pengantin tersebut, maka orang tua pengantin wanita menjadi maklum

bahwa gadisnya telah dapat menjaga kehormatan keluarga (Yasmin, 2004:52).

C. Macam-macam Kuliner Pernikahan Adat Betawi

Menurut Yasmin Zaki Shahab dalam buku Identitas dan Otoritas

Rekonstruksi Tradisi Betawi (2004), upacara pernikahan Betawi banyak

mengalami modifikasi, khususnya makanan. Adanya pengaruh budaya Sunda,

Cina, Belanda, hingga Arab, ikut menyumbangkan nuansa berbeda dalam masing-

masing kelompok masyarakat. Meski begitu, tetap ada seserahan makanan wajib

tiap tahap upacara pernikahan tradisional adat Betawi.

Berikut merupakan macam-macam makanan yang kerap dijumpai dalam acara

pernikahan adat Betawi ;

1. Roti buaya

Roti buaya merupakan hidangan orang Betawi berupa roti tawar yang

berbentuk buaya, roti buaya juga merupakan salah satu makanan yang wajib ada

dalam pernikahan adat Betawi, kehadirannya konon merupakan hal terpenting

Gambar II.C.1 Roti Buaya

Sumber:https://plesirankotatua.blogspot.com/201

6/09/filiosofi-arti-roti-buaya-betawi.html

Page 56: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

42

bagi pasangan yang segera melangsungkan acara pernikahan. Biasanya roti tawar

berbentuk buaya yang dibawa ini berukuran kurang lebih 50cm dan dibawa oleh

mempelai lelaki kepada mempelai perempuan.

Asal-usul adanya roti buaya ini, konon terinspirasi oleh perilaku buaya

yang hanya kawin sekali sepanjang hidupnya, masyarakat Betawi meyakini hal itu

secara turun temurun. ( Darti, 2012:99). Dalam bukunya, Darti juga menjelaskan

bahwa selain terinspirasi perilaku buaya, simbol kesetiaan yang diwujudkan

dalam sebuah makanan berbentuk roti itu juga memiliki makna khusus, menurut

keyakinan masyarakat Betawi, roti buaya juga menjadi simbol dari kemapaman

ekonomi, dengan maksud selain bisa saling setia, pasangan yang menikah juga

memiliki masa depan yang lebih baik dan bisa hidup mapan (2012: 99).

2. Sayur Besan

Sayur besan juga merupakan makanan khas betawi yang sering di temui

dalam pernikahan adat Betawi. Dalam prosesi pernikahan adat Betawi tradisional

Gambar II.C.2 Sayur Besan

Sumber : http://tangselpos.co.id/2016/11/23/sayur-besan-

bakal-raih-rekor-muri/

Page 57: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

43

melibatkan serangkaian prosesi panjang. Beberapa tahapnya melibatkan makanan

khas Betawi yang melambangkan harapan, seperti sayur besan. 1

Sayur ini merupakan sayur pada umumnya yang sama seperti sayur lodeh,

namun perbedaannya pada sayur besan ini ialah menggunakan bahan utama

terubuk yaitu sejenis tebu yang dikonsumsi bunganya saja. Dinamakan sayur

besan konon makanan ini merupakan sebuah hantaran dalam prosesi pernikahan

yang diberikan oleh calon mempelai lelaki kepada calon mempelai perempuan,

namun terkadang pihak keluarga calon mempelai perempuanpun kerap kali

memberikan hantaran makanan sayur besan ini kepada keluarga pihak calon

mempelai laki-laki.

Sayur besan ini merupakan salah satu dari beberapa hantaran makanan

atau tradisi dalam prosesi pernikahan adat Betawi, mengapa sayur ini disebut

sayur besan? Karena makanan ini kerap kali disajikan atau disediakan saat acara

besanan atau dalam suatu prosesi pernikahan adat Betawi, dan masyarakat Betawi

menjadikan makanan ini sebagai salah satu simbol yang identik dengan

pernikahan.

3. Dodol dan kue bacot

Dodol merupakan salah satu makanan khas Betawi, lebih tepatnya

merupakan sejenis kue-kue tradisional khas Betawi atau biasanya masyarakat

Betawi menyebutnya dengan istilah kue bacot, dalam makanan khas Betawi.

Makanan ini juga termasuk ke dalam makanan yang sering dijumpai dalam

1Detik food, ulasan khusus : kuliner Betawi “Pesta Pernikahan ala Betawi,

Wajib Ada Sayur Besan dan Roti Buaya. https://food.detik.com/info-

kuliner/d-2612200/pesta-pernikahan-a-la-betawi-wajib-ada-sayur-besan-

dan-roti-buaya diakses pada tanggal 7 september 2018 pukul 14:59 WIB.

Page 58: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

44

pernikahan adat Betawi, karena masyarakat Betawi sendiri memahami bahwa

hantaran makanan kue-kue tradisional ini merupakan salah satu simbol dalam

keberlangsungan prosesi pernikahan adat Betawi.

Kue bacot merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat

betawi dalam prosesi pernikahan adat Betawi, kue-kue khas tradisional ini sepeeti

dodol, geplak, uli, kue cincin, kue wajik, serondeng, kue cina, manisan, dan masih

banyak lagi. Kue-kue khas Betawi yang dihadirkan dan dijadikan hantaran pada

prosesi pernikahan adat Betawi ini mengandung arti sebagai kata “bicara” yang

berarti dalam tradisi hantaran kue bacot ini memeliki makna dalam pernikahan

yang segera berlangsung.

4. Nasi kuning dan bekakak ayam

Nasi kuning dan bekakak ayam merupakan makanan yamg sering dijumpai

dalam proses kehidupan masyarakat Betawi, yang artinya kedua makanan ini

selalu ada di setiap acara penting dalam masyarakat Betawi. Misalnya, dalam

acara sunatan, pernikahan, nujuh bulan dll. Kedua makanan ini menjadi sangat

penting bagi masyarakat Betawi pada zamannya

Gambar II.C.3 Dodol dan Kue Bacot

Sumber : https://sportourism.id/history/kue-bacot-

masih-adakah-di-masyarakat-betawi-pinggiran

Page 59: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

45

Konon makanan ini selalu dijadikan makanan persembahan atau makanan yang

dapat mengutarakan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Karena itulah kedua

makanan tersebut selalu dijumpai dalam beberapa acara besar dan penting dalam

prosesi daur kehidupan

masyarakat betawi.

5. Pisang raja dan Sirih lamaran

Pisang raja merupakan salah satu hantaran makanan yang dibawa oleh

pihak mempelai laki-laki ke rumah mempelai perempuan, biasanya hantaran ini

diberikan pada saat prosesi acara lamaran, namun juga disediakan pada saat

prosesi akad nikah dalam tradisi pernikahan Betawi. Biasanya makanan ini sering

disandingkan dengan dua buah roti yang di tempatkan di atas nampan berbungkus

kertas warna. Kedua pasangan makanan ini sering disebut dengan pasangan roti

pisang.

Gambar II.C.4 Nasi Kuning dan Bekakak Ayam

Sumber: http://www.harnas.co/2017/05/25/mengenali-rasa-dalam

tradisi/mengenali-rasa-dalam-tradisi-2

Page 60: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

46

Kemudiaan ada hantaran yang dinamakan sirih lamaran, sirih lamaran

memang bukan termasuk ke dalam makanan yang dapat dikonsumsi dalam acara

pernikahan adat Betawi, namun sirih lamaran termasuk ke dalam kategori bahan

pangan yang dijadikan simbol dalam pernikahan adat Betawi. Biasanya barang ini

merupakan bawaan pertama dan utama sebagai lambing kegembiraan dan

lambang penghargaan terhadap sigadis, orang tua, dan keluarganya karena sudah

bisa memelihara moral, akidah, dan keanggunan si gadis hingga tahap ini (Shinta,

2016:79).

Gambar II.C.4 Pisang Raja dan Sirih

Lamaran

Sumber:http://bellezuli.blogspot.com/2018/01/pisan

g-sanggan-seserahan.html

Page 61: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

47

BAB III

TEMUAN DAN ANALISA DATA

Pada kesempatan kali ini penulis akan memaparkan hasil temuan data

yang penulis dapatkan saat proses wawancara dilapangan dilakukan, serta temuan

data berdasarkan informasi-informasi yang penulis dapatkan dari beberapa

refrensi bacaan mengenai pembahasan yang akan penulis bahas pada penelitian

kali ini.

A. Tradisi Seserahan Makanan Pernikahan Adat Betawi (Proses

Pemaknaan Simbolik)

Seperti pada hakikatnya bahwa manusia merupakan makhluk yang selalu

berinteraksi dalam kehidupan sehari-harinya. Interaksi tersebut tidaklah hanya

melibatkan sesama antar manusia melainkan berhubungan dengan seluruh

mikrokosmos, yaitu termasuk dengan interaksi yang dilakukan manusia dengan

seluruh alam ciptaan. Kehidupan sosial pada dasarnya merupakan sebuah interaksi

manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka tertarik pada cara manusia

menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka

maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang

ditimbulkan dari penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap perilaku pihak-pihak

yang terlihat dalam interaksi sosial (Artur, 2004:14).

Syam dalam bukunya (2009: 42) mengungkapkan bahwa simbol

merupakan sesuatu yang sangat berguna untuk melakukan komunikasi.

Berdasarkan apa yang disampaikan Syam tersebut, simbol dengan demikian

memiliki peran penting dalam terjadinya komunikasi. Simbol juga diartikan

sebagai media prantara komunikasi antara masyarakat yang memiliki budaya.

Page 62: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

48

Dari simbol tersebut masyarakat akan memahaminya melalui makna-

makna yang akan mereka sepakati bersama. Sedangkan makna memiliki artian

sebagai produk sosial yang dihasilkan oleh manusia, makna tersebut terbentuk

karena adanya proses interaksi sosial yang telah disepakati bersama dan

diinterpretasikan melalui simbol-simbol tersebut. Menurut Blummer (1969)

terdapat tiga cara menjelaskan asal sebuah makna. Pertama, makna adalah sesuatu

yang bersifat intrinsic dari suatu benda. Kedua, makna itu terdapat di dalam orang

yang menginterprestasikan, bukan di dalam benda itu sendiri. Ketiga, makna

adalah produk sosial atau ciptaan yang di bentuk dalam melalui pendefinisian

aktivitas manusia ketika mereka berinteraksi (west&turner, 2008).

Kemudian pada kesempatan selanjutnya penulis akan memaparkan lebih

lanjut mengenai proses pemaknaan simbol-simbol yang terdapat dalam tradisi

kuliner pada prosesi upacara pernikahan adat Betawi sesuai dengan premis

pertama yang dikemukakan oleh Herbert Blummer (Laksmi, 2017:126) dalam

teori interaksionisme simbolik miliknya, bahwa manusia bertindak terhadap

sesuatu atas dasar makna yang dimiliki benda-benda itu bagi mereka. Dengan kata

lain, manusia dianggap aktif dalam menentukan dan memaknai lingkungan atau

situasi di sekitar mereka, dan menginterprestasikan makna-makna tersebut melalui

simbol-simbol yang mereka sepakati bersama.

Kemudian melalui premis keduanya Blummer mengatakan makna-makna

tersebut merupakan hasil interaksi sosial yang terus-menerus dan terjadi berulang-

ulang dalam suatu masyarakat. Makna pada suatu tanda, yaitu objek, peristiwa,

atau gagasan tidak melekat pada tanda tersebut secara sendirinya, tetapi

merupakan hasil dari negosiasi. Pengertian tersebut memberikan arti bahwa

makna yang dilekatkan pada suatu objek, peristiwa atau gagasan tidak datang

Page 63: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

49

dengan sendirinya, melainkan adanya negosiasi dalam interaksi mereka sebagai

manusia secara berkelompok yang kemudian disepakati bersama dengan hasil

pertimbangan satu dengan yang lain.

Kemudian di premis berikutnya Blummer juga menyumbangkan

pemikiran bahwa makna-makna tersebut diperbaharui melalui suatu proses

penafsiran yang digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan

objek yang dihadapinya. Berdasarkan premis tersebut, maka makna pada simbol

atau objek dapat berubah sesuai dengan konteks dalam ruang dan waktu yang

membingkai interaksi tersebut.

Hal ini merupakan gagasan penting untuk menganalisis proses

pembentukan simbol datam tradisi kuliner yang dilaksanakan dalam upacara

pernikahan adat betawi. Kegiatan atau proses tradisi upacara pernikahan dalam

adat istiadat betawi bukanlah seseuatu kegiatan yang dijalankan tanpa adanya

maksud, tujuan dan makna yang terdapat di dalamnya, melihat dari nilai sacral

yang terkandung di dalam upacara tersebut, maka prosesi di dalam kegiatan

upacara tersebut memiliki makna yang telah dipahami oleh masyarakat Betawi

sejak dulu kemudian dijadikan tradisi yang terus dilakukan sampai dengan saat

ini.

Dalam proses pernikahan betawi biasanya banyak sekali rangkaian tradisi

upacara pernikahan yang harus dipersiapkan secara matang. Dalam persiapan

tersebut ada yang dinamakan tradisi seserahan makanan, tradisi seserahan

makanan yang dimaksud disini ialah berupa “hantaran makanan” yang biasanya

dilakukan oleh masyarakat betawi ketika ingin melangsungkan pernikahan.

Sebelum acara pesta kebesaran ada tradisi-tradisi yang biasanya dilakukan oleh

Page 64: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

50

masyarakat Betawi dan tradisi tersebut masuk ke dalam proses rangkaian menuju

pernikahan adat betawi.

Dalam upacara pernikahan adat Betawi, simbol menjadi sesuatu hal yang

melekat dan menyatu dalam setiap prosesi tradisi yang dilakukan oleh masyarakat

betawi, termasuk dalam hal tradisi seserahan makanan yang dapat menjadi simbol

perantara mengenai interaksi antara individu dengan individu maupun dengan

masyarakat. Demikian halnya dengan tradisi seserahan makanan yang dilakukan

oleh masyarakat Betawi dalam rangkaian prosesi upacara penikahannya,

masyarakat tersebuat cenderung melakukan suatu tindakan atau perilaku

berdasarkan makna yang terdapat dalam simbol-simbol pada tahapan kegiatan

tersebut. Kemudian mereka bertindak atas makna yang dimiliki oleh benda/objek

yang telah mereka jadikan sebuah simbol tersebut, juga bertindak atas kejadian

maupun fenomena yang ada disekeliling mereka.

Masyarakat cenderung merespon lingkungan maupun objek fisik material

dan nonmaterial dalam kehidupan sosialnya berdasarkan makna yang terkandung

dalam objek tersebut. Objek/benda tetaplah sebagai objek atau dapat dikatakan

seseuatu hal yang tidak berharga jika tidak dikonstruk dan dimaknai bersama oleh

masyarakat tersebut, sedangkan ketika objek/benda yang di konstruk dan

dimaknai sebagai sesuatu objek yang berharga dan memiliki nilai lebih dapat

menjadi simbol identitas tersendiri bagi masyarakat setempat. Pemahaman

mengenai suatu objek tersebut akan mempengaruhi tindakan masyarakat sesuai

apa yang mereka fikirkan mengenai makna yang melekat dalam objek yang

mereka respon, simbol tersebut menjadi amatlah lekat dalam kehidupan mereka

serta dapat membentuk sebuah tradisi atas kesepakatan yang sudah mereka bentuk

secara bersama.

Page 65: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

51

Adapun beberapa hal yang dapat diartikan sebagai simbol dalam tradisi

seserahan makanan pada upacara pernikahan Betawi yang kemudian dipahami

dengan makna yang masyarakat tersebut sepakati sebagai berikut :

1. Tradisi Ikan Bandeng dalam Prosesi Ngedelengin

Sebelum melangsungkan pernikahan, betawi jaman dulu memulai awal

proses yang dinamakan “ngedelengin”. Ngedelengin merupakan proses

perkenalan antara calon pengantin pria dan calon pengantin perempuan. Pada

proses ngedelengin biasanya dilakukan sendiri oleh jejaka (calon mempelai pria)

dalam mencari calonnya, saat dia sudah marasa cocok dengan perempuan yang

dia sukai maka secepatnya dia akan meminta izin kepada orang tuanya untuk

mengikat si gadis tersebut. Di komunitas Betawi tertentu ada kebiasaan dari

keluarga si jejaka yang menaruh hati pada seorang gadis, keluarga jejaka akan

menggantungkan sepasang ikan bandeng segar di depan rumah si gadis pujaannya,

itu pertanda bahwa si gadis sudah di taksir oleh seseorang (Shinta, 2016:76).

Keluarga yang di depan rumahnya digantungi sepasang ikan bandeng harus

paham bahwa ada yang menaksir anak gadisnya, walau belum tahu siapa pria itu.

maka orang tua wajib menjaga dan membatasi pergaulan gadisnya. (Shinta,

2016:76).

Hal ini serupa dengan apa yang diungkapkan oleh narasumber Yahya Andi

Saputra selaku pakar budayawan betawi.

“… Iya ada yang istilahnya digantungin ikan bandeng, jadi mereka

menggunakan symbol ikan bandeng itu sebagai pertanda bahwa si gadis sudah

ada yang naksir, dan biasanya juga itu dijadikan anteran keluarga calon mempelai

laki-laki yang diwakilkan mak comblang.” (Wawancara pada 10 juli 2018)

Dalam tahap ngedelengin jika jejaka (calon mempelai pria) belum

menemukan calon mempelai wanitanya pihak keluarga lelaki akan mencarikan

Page 66: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

52

“mak comblang” untuk membantu atau mempermudah jalan calon pengantin laki-

laki untuk meminang gadis impiannya, seperti yang sudah dijelakan oleh

narasumber diatas bahwa kehadiran mak comblang menjadi penghubung antara

pihak keluarga lelaki dan pihak keluarga perempuan, dengan pertemuan awal

yang dilakukan oleh mak comblang kepada pihak keluarga perempuan akan ada

perbincangan mengenai niat baik seorang laki-laki yang akan disampaikan mak

comblang kepada pihak keluarga perempuan, jika pihak keluarga perempuan

memberikan kesan yang baik kepada mak comblang maka akan digantungkannya

ikan bandeng tersebut sebagai simbol bahwa anak gadis tersebut sudah ada yang

naksir.

Hal ini menjadi salah satu interaksi bagi kedua belah pihak keluarga yang

didasari dengan adanya simbol yang mereka pahami dan sepakati berseama.

Ketika seseorang mak comblang telah datang dan meminta izin kepada orang tua

pihak calon mempelai perempuan maka apa bila keluarga pihak perempuan

tersebut telah menerima kedatangan mak comblang ini dengan sangat hangat,

maka di berikanlah sepasang ikan bandeng yang mereka jadikan simbol atas

penerimaan lamaran atau proses tahap perkenalan antara kedua belah pihak

keluarga. Penjelasan ini serupa dengan apa yang di utarakan oleh informan Pak

bekti mengenai pengalaman ibu nya yang diceritakan langsung kepada

narasumber Pak Bekti.

“Kata ibu saya dulu jadi pas orang tua ibu saya menerima kayak

semacam lamaran gitu, tapi belum resmi lamaran kayak baru perkenalan. Nah

nanti itu mak comblang ngasih sepasang ikan bandeng di dalem kotak atau peti

kecil gitu, nanti dia minta tolong untuk digantungin di depan rumah sebagai tanda

persetujuan kalo keluarga ibu saya udah nerima kedatangan mak comblang yang

dikirim oleh keluarga bapak saya, jadi biar kasih tanda gitulah ir biar orang orang

di sekitar tau kalo ibu saya sudah ada yang ingin nikahin. Jadi nanti semisal ada

lelaki lain yang naksir ibu saya selain dari bapak saya yang udah mengutarakan

niat duluan ya biar gak ganggu lagi hubungan mereka” (wawancara pada 3

September 2018)

Page 67: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

53

Selain menjadi media interaksi dan penandaan bahwa keluarga pihak calon

mempelai perempuan telah menerima niat baik calon mempelai pria yang

diwakilkan oleh mak comblang. Sepasang ikan bandeng ini akan dipasang di

depan rumah calon mempelai perempuan guna memberikan tanda kepada orang

sekitar bahwa si gadis yang berada di dalam rumah ini sudah ada yang mengikat

kejenjang pernikahan. Sehingga menjadi tanda untuk menghindari para lelaki-

lelaki yang ingin mendekati sang ngadis tersebut datang dan mengunjungi rumah

si gadis tersebut.

Hal tersebut merupakan sepemahaman dengan teori interaksionalisme

simbolik yang diungkapkan oleh Herbert Blummer dalam premis pertamanya,

bahwa masyarakat betawi selalu bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna

yang dimiliki benda-benda itu bagi mereka, benda yang dimaksud ialah ikan

bandeng yang dijadikan simbol untuk mereka mengungkapkan sesuatu baik itu

niat yang akan disampaikan atau tindakan yang mereka artikan sebagai tanda yang

mereka jadikan jejak dalam interaksi yang mereka lakukan. Dengan arti lain

masyarakat dianggap aktif dalam menentukan dan memaknai lingkungan atau

situasi mereka, seperti yang dimaksudkan dalam penandaan sepasang ikan

bandeng yang digantungkan depan rumah calon mempelai perempuan, dalam

melihat situasi tersebut orang sekitar akan paham dan memaknai arti dari objek

yang diberikan sebagai petanda oleh sang pemilik rumah, bahwa di dalam rumah

tersebut terdapat anak gadis yang harus dijaga sebaik mungkin dalam hal

pergaulan karena sudah ada yang berniat untuk menikahinya.

Page 68: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

54

2. Tradisi Seserahan Makanan Lamaran (Buah-buahan, Kue Bacot,

Pisang Raja, dan Balasan Hantaran)

Setelah proses ngedelengin, kemudian lanjut proses lamaran, dalam

prosesi lamaran di pernikahan adat Betawi ini banyak sekali tradisi seserahan

makanan yang sering dilakukan oleh masyarakat Betawi, tidak hanya di

masyarakat Betawi sebenarnya, di maskarakat dengan etnis berbedapun

melakukan tradisi tersebut, akan tetapi tradisi setiap masing-masing daerah

memiliki perbedaan wujud dan makna.

Seserahan makanan yang terdiri dari buah-buahan, kue bacot, pisang raja

maupun makanan-makanan matang yang menjadi balasan hantaran merupakan

simbol yang terdapat dalam tradisi tersebut yang ada dalam masyarakat Betawi

ketika proses pernikahan dalam siklus hidup manusia berlangsung. Terdapat

makanan-makanan khusus yang dihantarkan atau dihidangkan selama proses atau

tahap-tahap dalam pernikahan tersebut di laksanakan. Dalam proses lamaran di

masyarakat betawi seserahan yang diberikan dari pihak keluarga lelaki maupun

perempuan selalu ada tradisi menyerahkan hantaran seserahan dan membalas

hantaran seserahan. hal ini selaras dengan penuturan dari narasumber.

“ … Banyak sih kemaren waktu lamaran yang dibawain suami, kayak

buah-buahan, terus makanan kayak kue-kue khas betawi gitu, ada geplak, ada uli

juga, ada pisang raja,ada roti , ada sirop dan macem – macem. Terus besokannya

apa selang beberapa hari deh gitu pihak keluarga aku juga ngasih anteran ke sana

pihak keluarga calon suami deh dulu kan belom nikah hehe”. (wawancara pada

11 agustus 2018)

Tradisi penyerahan hantaran atau seserahan saat lamaran pertama

dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki yang mendatangi kediaman mempelai

perempuan. Biasanya hantaran yang diantarkan oleh pihak laki-laki berupa

makanan-makanan khas daerahnya. Tradisi dalam pernikahan betawi pada saat

Page 69: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

55

lamaran memberikan seserahan makanan khas Betawi berupa kue-kue khas

tradisional dan makanan-makanan khusus yang terdapat di dalamnya. Tradisi

seserahan makanan ini bukan hanya sebagai tradisi masyarakat Betawi saja dari

setiap tahun ke tahunnya, akan tetapi tradisi yang terus berjalan ini merupakan

tradisi yang memiliki maksud dan tujuan di dalamnya.

Pada saat lamaran pihak lelaki akan membawa rombongan keluarga

dengan membawa beberapa bingkisan seserahan yang sudah berisi makanan-

makanan khas radisional Betawi, berupa buah-buahan, seperti pisang raja, buah

apel, anggur dan beberapa buah lainnya yang memiliki banyak macam rasa manis

ataupun asam. Hal ini dipercayai masyarakat Betawi bahwa dengan memberikan

seserahan berupa buah-buahan dengan rasa yang berbeda atau bermacam rasa

sebagai wujud harapan calon mempelai pengantin pria maupun perempuan dapat

mengarungi bahtera rumah tangga yang nantinya akan mengalami masa pahit,

manis dan lainnya yang akan mereka terima saat menjalani kehidupan berumah

tangga.

“….Kemudian ada juga pohonan yang terbuat dari bahan ranting di

tebang terus diisi buah-buahan di sisi ranting-ranting itu, nah itu maknanya

mengajarkan kita bahwa dalam berumah tangga nanti pasti lu temuin deh tuh

macam-macam rasanya, ada yang masanya rumah tangganya berjalan manis kan

tuh kayak buah pisang misalnya, ada juga asem kayak nanas atau semacamnya,

pokoknya ya mengajarkan kita buat nerima nantinya dalam hidup berumah

tangga” (wawancara pada 10 Agustus 2018)

Seperti yang diungkapkan oleh narasumber Pak Buhori yang menjelaskan

bahwa adanya seserahan buah-buahan dalam tradisi masyarakat Betawi bukan

diberikan tanpa adanya maksud dan tujuan, pada masyarakat betawi dulu

memberikan seserahan buah-buahan yang di bawa dan dihias menggunakan

ranting-ranting pohon yang kemudian diisi buah-buahan yang akan dijadikan

hantaran untuk calon mempelai perempuan bertujuan untuk menyimbolkan

Page 70: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

56

harapan bahwa saat nanti menjalankan rumah tangga, mempelai lelaki dan

perempuan semoga bisa melewati masa-masa manis dan pahitnya kehidupan akan

dijalankan bersama-sama.

Selain seserahan buah-buahan, dalam tradisi seserahan makanan

pernikahan adat Betawi juga ada hantaran kue-kue tradisional, kue-kue tradisional

ini dikenal dalam masyarakat Betawi sebagai tradisi seserahan kue bacot. Kue

bacot ini biasanya dikemas dalam beraneka ragam, dulu masyarakat betawi

menggunakan tenong dalam menyerahkan hantaran kepihak mempelai wanita.

“biasanya orang Betawi kalo mau ngelamar juga bawa tenong, tenong itu wadah yang

diisi kue-kue betawi yang ditumpuk keatas terus di pikul” (wawancara pada 10

Agustus 2018). Pernyataan tersebut dijelaskan oleh informan yang bernama pak

Buhori, beliau mengatakan bahwa pada masanya, masyarakat Betawi memiliki

tradisi hantaran seserahan berupa kue-kue tradisional khas nya, kue-kue tersebut

dikemas dan disusun seperti tumpukan kue didalam wadah kemudian dibawa dan

dihantarkan dari rumah calon mempelai laki-laki kerumah calon mempelai

perempuan.

Kue-kue tradisional khas Betawi yang disusun dalam wadah tenong

tersebut dinamakan kue bacot. Kue bacot merupakan salah satu hantaran atau

tradisi seserahan makanan didalam pernikahan adat Betawi. Kue tersebut

dipahami oleh masyarakat Betawi sebagai perwujudan silaturahmi antara keluarga

pihak lelaki kepada pihak perempuan, karena dari makna kata “bacot” yang di

pahami sebagai kata “bicara” yang mengartikan bahwa kue tersebut merupakan

symbol dari adanya niat baik yang ingin disampaikan oleh pihak laki-laki kepada

keluarga pihak perempuan.

Page 71: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

57

“…Nah kue bacot itu salah satu symbol dari masyarakat Betawi kalo ada

laki-laki yang pengen ngelamar perempuan biasanya bawa seserahan kue kan ?

nah itu melambangkan bahwa adanya seserahan kue itu istilahnya ada maksud

dari kedatangan si lelaki, oh ini si lelaki mau ada yang dibicarain, mau ngomong

niat baiknya dia, makanye dah tuh dibawain seserahan kue bacot biar yang

dikasih seserahan itu udah tau maksud dan tujuannya dating kerumah, biar dia

mempersiapkan segala macem buat nyambut kedatangan si pria tersebut”.

(wawancara dengan pak buhori pada 10 Agustus 2018)

Selain sebagai simbol untuk mengutarakan tujuan dan pembicaraan

maksud kedatangan pihak laki-laki kerumah pihak perempuan, hantaran kue bacot

ini juga digunakan sebagai media untuk mengundang ke kerabat terdekat atau

tetangga, gunanya untuk memberitahu orang-orang terdekat bahwa si

perempuanyang bersangkutan akan melangsungkan pernikahan dalam waktu

dekat, sehingga dapat mengurangi adanya fitnah atau kesalah pahaman disuatu

hari nanti. Hal ini diketahui dengan adanya penjelasan yang diberikan oleh

beberapa informan.

“…Di dalam filosofi orang Betawi itu ada yang namanya ngundang atau

ngasih tau ke tetangga tetangga kalo anak gue udah nikah anak gue udah ketemu

jodoohnye, kalo di betawi resepsi pernikahan itu dibilang keriyaan, riya yang

artinya nampang-nampanginlah kalo bahasa betawi. Nah sebelum itu biasanya

ada yang namanya besanan tuh, besanan biasanya kan bawa-bawaan makanannya

tuh banyak banget neng, dari kue-kuenya juga banyak banget yang dibawaain,

ada kue geplak kue dodol kue wajik, kue ketan uli, pokoknya lengkap deh, itu

biasanya orang betawi juga bilangnya kue bacot, nanti nih kue-kue yang dikasih

sama calon mempelai laki-lakinya itu gak dimakan sendiri doang, jadi nanti dia

dibagiin ke tetangga-tetangganya sekalian ngundang. (wawancara pada 10

Agustus 2018)

Pada kesempatan yang sama, pak rizal juga memberikan

penjelasan bahwa

“…Kalo buat seserahan awal ya makanan-makanan biasa aja,

yang istilahnya kita juga konsumsi buat hari-hari biasa. Kue-kue khas

betawi juga, dulu sih namanya kue bacot, jadi dulu diistilahkan kue bacot

karena kan betawi itu apaadanya ya, kayak ceplas-ceplos, dulu ada yang

nemanya tradisi nganter kue bacot, jadi kue-kue (kue bacot) yang udah

dikasih sama si lelaki ini buat ngelamar, nanti diterima sama si pihak

perempuan kemudian nanti dibagiin ke warga sambil nyebarin kabar

bahagia atau mau ada acara keriyaan nantinya, keriyaan itu pesta

pernikahan betawi. Jadi kue bacot yang udah dikasih itu kayak symbol

Page 72: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

58

ngundang tetamgga-tetangga dekat atau saudara terdekat gitu, omongan

dari satu pintu ke pintu lain itu yang jadiin nama kue itu sebagai kue

bacot” (wawancara pada 27 Juli 2018).

Pada saat lamaran tidak hanya hantaran buah-buahan dan kue bacot saja,

dalam kesempatan dan waktu yang sama ada tradisi seserahan yang diberikan

pihak lelaki ke pada pihak perempuan, dalam hantaran seserahan dalam prosesi

lamaran tersebut pihak lelaki memberikan roti tawar (2 buah), sirop, sirih lamaran

dan lain lain. pemberian hantaran ini bukanlah hanya sebagai wujud pengormatan

dan syarat atau tradisi dalam masyarakat Betawi, tetapi ada makna-makna yang

terkandung di dalamnya.

Makanan-makanan yang dijadikan sebagai tradisi seserahan diatas

memiliki makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Betawi, hal ini yang

menjadikan tradisi tersebut tetap berlangsung sampai dengan saat ini. Menurut

buku Shinta Teviningrum,dkk. dalam karyanya yang berjudul “Kuliner Betawi

Selaksa Rasa & Cerita , hantaran makanan seperti pisang raja, roti tawar dan sirih

lamaran pada prosesei lamaran memiliki maksud dan tujuan yang bermakna.

Sirih lamaran merupakan bawaan pertama dan utama sebagai lambang

kegembiraan dan lambangan penghargaan kepada si gadis, orangtua, dan

keluarganya karena sudah bisa memelihara moral, akidah, dan keanggunan si

gadis hingga tahap ini (2016 : 79).

Adapun pisang raja yang dijadikan seserahan makanan yang diberikan

oleh pihak calon mempelai laki-laki kepada calon mempelai perempuan pada saat

lamaran harapannya hubungan antara calon mempelai lelaki dan calon mempelai

perempuan kehidupan setelah pernikahan menyerupai kehidupan raja-raja pada

umumnya yang diketahui oleh masyarakat melalui cerita rakyat atau media

Page 73: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

59

lainnya. Kehidupan raja yang diketahui masyarakat memiliki hidup yang makmur

serta sejahtera dijadikan penyimbolan harapan yang dilakukan oleh masyarakat

betawi melalui seserahan pisang raja pada upacara pernikahan adat Betawi. hal ini

diketahui dari penjelasan informan pak Rizal pada kesempatan wawancara :

“…Nah pisang raja disini dibawa karena kita berharap nantinya

kehidupan kita nih orang Betawi makmur kayak raja, mulai dari rezekinya,

kehidupannya, kemakmuran keluarganya pokonya berharap seperti raja yang

hidupnya sejahtera dan makmur” (wawancara pada 27 Juli 2018).

Dari penjelasan informan pak rizal diatas menyatakan bahwa pisang raja

merupakan sesuatu yang dijadikan simbol oleh masyarakat betawi di dalam proses

rangkaian upacara pernikahannya dikarenakan adanya sebuah harapan yang ingin

masyarakat Betawi sampaikan melalui seserahan makanan tersebut. Adapun

seserahan makanan lainnya yang dijadikan simbol dalam tradisi seserahan pada

acara lamaran seperti roti tawar dengan sirop, perannya sama penting dengan

pisang raja, sebagai sebuah penyimbolan harapan yang ingin masyarakat Betawi

sampaikan melalui interaksi yang disimbolkan melalui makanan tersebut. Roti

tawar dijadikan sebagai makanan hantaran dalam prosesi lamaran pada pernikahan

Betawi karena pada zaman dahulu roti merupakan makanan yang sangat istimewa,

sulit di dapatkan dan hanya masyarakat kalangan tertentu saja bisa menyantapnya.

Hal ini memperlambangkan bahwa calon mempelai perempuan diibaratkan

sebuah makanan roti tawar tersebut, merupakan hal yang istimewa dan patut

untuk diperjuangkan, untuk itulah masyarakat Betawi menjadikan makanan

tersebut sebagai salah satu seserahan kuliner yang dihantarkan dari pihak lelaki ke

rumah pihak perempuan pada saat prosesi lamaran berlangsung. Hal ini diketahui

dari informasi yang diberikan oleh informan bang yahya ;

Page 74: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

60

“…Terus ada anteran lamaran yang lain terdiri dari roti sirop, roti yang

disanding dengan sirop. Roti tawar, pisang raja, sirih lamaran, terus juga

hadiah-hadiah lain. tapi yang paling inti pada saat lamaran ya itu yang

saya sudah sebutkan tadi, nah itu spaya memunculkan dan memperkuat

silaturahim, jadi roti tawar kemudian sirup manis warna merah timbul

dari keikhlasan dan kita ingin membawa senantiasa dari yang murni

kemudiaan senantiasa bawa yang manis-manis, dan roti tawar yang

dikasih tuh ke keluarga perempuan dijadiin lamaran itu punya cerita, dulu

ya orang Betawi mah gapernah makan roti, yang makan roti biasanya

kalangan tertentu atau bangsawan, buat kite nih orang betawi kalo makan

roti mah dulu udah istimewa banget deh. Dan ngedapetinnya tuh gak

mudah, butuh perjuangan deh istilahnya kalo masyarakat betawi dulu

makan-makanan punya bangsawan atau majikan kite dulu ” (wawancara

pada 27 juli 2018 )

Roti tawar, pisang raja, dan sirup manis yang sudah dijelaskan diatas

merupakan bagian hantaran yang diberikan pihak lelaki kepada pihak perempuan

saat melangsungkan acara lamaran. Beberapa helai roti tawar dan sirup manis

dijadikan hantaran oleh masyarakat betawi sebagai simbol harapan bagi mereka

agar kehidupan rumah tangga mereka (calon mempelai laki-laki dan perempuan)

senantiasa diberikan suasana yang manis dan selalu harmonis. Harapan-harapan

yang mereka simbolkan melalui makanan yang mereka jadikan sebuah hantaran

merupakan hasil dari interaksi mereka sebagai masyarakat yang memiliki budaya

yang sama, dan tradisi yang mereka lakukan pun juga atas pengalaman-

pengalaman yang sudah dilakukan oleh generasi sebelumnya.

3. Tradisi Njotan (Balasan Hantaran Makanan)

Setelah prosesi lamaran dilaksanakan, prosesi setelahnya adalah tunangan

yang biasanya masyarakat Betawi menyebutnya dengan nentuin dan ngenjot.

Biasanya pada prosesi ini pihak keluarga laki-laki akan mendatangkan utusan

mereka untuk datang kembali kerumah perempuan sebagai perwakilan pihak laki-

laki untuk memberikan sesuatu yang diistilahkan sebagai tande putus (pengikat)

Page 75: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

61

berupa cincin kepada pihak keluarga perempuan. Dalam prosesi ini utusan

keluarga dari pihak laki-laki ini pun mengantar dan memberikan bahan-bahan

panganan mentah sperti beras, beras ketan, daging sapi, daging kambing, ikan,

sayur mayur, bumbu dapur dan lain-lain. Hal ini dilakukan sebagai pengikat dan

tanda keseriusan pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Kemudian hantaran

tersebut akan dibalas oleh pihak keluarga perempuan dengan pengiriman sajian

makanan matang, balasan hantaran makanan ini dikenal oleh masyarakat Betawi

dengan tradisi njotan. Hal ini diketahui melalui informasi yang penulis dapat dari

informan pak Bekti ;

“…Jadi istilahnya itu balasan hantaran makanan itu kalo gak salah njotan

namanya, cuma karena waktu itu saya waktunya mepet nikahnya, jadi

saya waktu lamaran ngasih kayak buah dan kue-kue tadi pas dateng

kerumahnya acara lamaran,pas malemnya pakde saya nganterin bahan-

bahan makanan gitu kayak beras, daging ayam, sapi mentah, terus bahan-

bahan makanan lainnya yang belum diolah. Nah nanti bahan panganan

yang di kasih itu diolah sama mereka menjai makanan mateng, selang

beberapa hari sebelum akad disitu ada makanan-makanan khas betawi

juga termasuk sayur besan. Ada pecak gurame juga, gabus pucung, semur

jengkol, pokoknya makanan-makanan yang menurut kita nih masyarakat

betawi enak ya disediain sama keluarga istri saya, dan dianterin kerumah

saya, itu yang orang betawi bilangnya ngenjot. Katanya sih untuk

menyambut kedatangan tamu special nantinya ya harus disediakan menu

yang special pula” (wawancara pada 3 September 2018)

Hal ini serupa dengan pernyataan yang dijelaskan oleh informan Ana mengenai

pengalamannya saat menikah dengan menggunakan prosesi adat betawi.

“Terus besokannya apa selang beberapa hari deh gitu pihak keluarga

suami aku dateng lagi bawain anteran kayak bahan-bahan makanan

mentah buat dimasak sama pihak keluarga aku, nah nanti beberapa hari

kemudian sebelum acara nikahan, ya aku nganterin makanan mateng

yang udah dimasak tadi yang dapet kiriman bahan makanan dari keluarga

dia, dianterin sama tetangga aku sama sodara aku, jadi ya ngebales

anteran dia itu.”(wawancara pada 11 agustus 2018)

Berbeda hal dengan hantaran yang diberikan oleh pihak calon mempelai

laki-laki ke rumah pihak calon mempelai perempuan, biasanya tradisi hantaran

Page 76: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

62

yang diberikan oleh pihak laki-laki ke pihak perempuan berupa kue-kue khas

tradisional atau buah-buahan, sedangkan pada kesempatan lain pihak perempuan

akan memberikan, menyediakan, atau menghantarkan hantaran berupa makanan-

makanan matang khas Betawi yang dibuat sendiri oleh calon mempelai

perempuan atau pihak keluarga mempelai perempuan, dalam tradisi ini dinamakan

tradisi jotan. Hal ini memberikan maksud bahwa dengan disediakannnya

makanan-makanan matang ini menandakan bahwa calon mempelai perempuan

beserta keluarga besarnya dengan sangat terbuka sudah menerima kehadiran

keluarga baru, dan juga menandakan bahwa calon mempelai perempuan sudah

siap lahir dan batin. Hal ini senada pula dengan apa yang dijelaskan oleh informan

Bang Yahya sebagai berikut:

“…Sebelum acara pernikahan juga ada tradisi hantaran makanan dari

pihak calon mempelai perempuan ke pihak mempelai pria yang menjadi symbol

dari proses menuju tunangan atau tande putus, kalo misalnya pihak perempuan

itu bawain atau nganterin makanan-makanan mateng yang udah diolah seperti

acar kuning, pesmol ikan bandeng, sayur besan, semur kebo, nasi putih, ada

dodol, ada kue-kue lainnya, itu sebagai symbol dari kesiapan calon pihak

perempuan menerima calon laki-laki. Kalo besok upacara akad nikah dateng

kerumah perempuan, jadi hari ini nih gini hari kita dari pihak perempuan nganter

ke pihak laki-laki namanya jotan itu nama anteran makanannya kalo upacaranya

namanya upacara ngejot yang tadi saya udah sebutin bahwa ya diartikan sebagai

symbol pihak perempuan telah siap untuk dinikahkan oleh pihak lelaki, dan itu

biasanya menghantarkan makanan mateng semua, itu artinya kita udah siap itu

udah mateng semua artinya dirumah kita nih udah mateng semua, gacuma bentuk

fisik, tapi bentuk batin kita juga udah siap juga”(wawancara pada 10 juli 2018).

Tradisi njotan ini merupakan tahapan balasan hantaran makanan yang

dilakukan oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki. Hal ini sesuai dengan

premis kedua blummer yang dijelaskan oleh Laksmi pada penulisan jurnalnya,

bahwasannya makna akan terbentuk melalui proses interaksi sosial antara

manusia dan terjadi secara berulang-ulang. Tradisi njotan merupakan suatu

Page 77: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

63

kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat betawi dalam kurun waktu yang cukup

lama, artinya kebiasaan ini selalu terulang dari generasi yang berbeda dan

dilakukan secaraturun-temurun . Tradisi balasan hantaran ini merupakan proses

interaksi atau sosialisasi pendekatan antara kdeua belah pihak keluarga. Makna ini

dibentuk oleh masyarakat Betawi untuk dapat mempererat dan memperkuat tali

persaudaraan mereka saat pernikahan berlangsung kelak, serta sebagai pengikat

untuk membuktikan keseriusan pihak lelaki kepada pihak perempuan, serta

memberikan makna bahwa calon mempelai perempuan sudah menerima pinangan

tersebut secara lahiriah maupun batiniah.

Tradisi yang sudah dijelaskan diatas merupakan tradisi yang terdapat di

dalam prosesi lamaran pada acara pernikahan adat betawi, hantaran-hantaran

makanan yang diberikan oleh kedua belah pihak keluarga merupakan objek yang

dipahami dan diberikan makna oleh msyarakat betawi tersebut, untuk dapat

menjalin interaksi dan komunikasi antara pihak-pihak yang bersangkutan.

4. Tradisi Seserahan Roti Buaya

Setelah prosesi lamaran selesai, berlanjut menuju proses keriyaan atau hari

kebesaran (pesta pernikahan) yang akan dilaksanakan. Pada saat proses akad

nikah ada sebuah tradisi wajib yang dilakukan oleh masyarakat betawi, yaitu

seserahan hantaran roti buaya. Hal ini bukanlah terdengar asing bagi seluruh

masyarakat Indonesia, tidak hanya betawi namun masyarakat yang berbudaya lain

maupun beberapa budaya asingpun mengenal tradisi ini. Seserahan roti buaya

merupakan icon yang mengidentikkkan pernikahan Betawi, rasanya tak lengkap

bila tak ada tradisi seserahan roti buaya dalam pernikahan adat Betawi.

Sepasang roti buaya menjadi icon dalam pernikahan adat Betawi, hal ini

melihat karena sejarah dari buaya yang dijadikan lambang dalam pernikahan adat

Page 78: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

64

Betawi. Masyarakat Betawi mempercayai bahwa hewan buaya yang dijadikan

lambang dalam pernikahan mereka merupakan hewan istimewa, hewan yang

memberikan arti dari kesetiaan karena melihat sifat buaya yang hanya bisa kawin

satu kali di seumur hidupnya. Kesetiaan nyata yang diperlihatkan dalam hewan

buaya ini dijadikan harapan bagi masyarakat Betawi dalam tradisi adat

pernikahannya.

Namun sejauh itu, ternyata makna dari roti buaya tidak sesempit yang

masyarakat Betawi ketahui pada umumnya. Berangkat dari sejarahnya, roti buaya

diambil dari hewan buaya yang merka jadikan sebuah symbol dalam pelaksanaan

upacara pernikahan Betawi. Hal ini dilandasi dengan sejarah dan filosofi dari

hewan buaya itu sendiri. Pada sejarah dan filosofinya simbol hewan buaya dalam

pernikahan adat betawi bukanlah menggunakan roti, melainkan anyaman yang

digunakan dari pohon kelapa yang dianyam membentuk seperti buaya. Hal ini

diketahui dengan adanya penjelasan yang diberikan oleh narasumber bernama

Bang Yahya selaku budayawan Betawi

“Roti buaya itu simbol kelangsungan hidup manusia, karena dia simbol

buaya siluman itu yang menjadi ekspresinya dalam roti buaya. Ekspresi roti

buaya itu didalam cerita betawi aja ada cerita rakyat ya tentu saja buaya

buntung,buaya merah,buaya putih, nah namaasli dari roti buaya adalah "aji putih

naga raksa" itu sepasang siluman buaya bunting yg menjaga sumber mata air,

manusia bisa saja tdk makan 2-3 hari tapi manusia tidak bisa hidup kalo gak

minum dia akan kekurangan cairanye kan, itulah makna dari roti buaya di dalam

keberlangsungan hidup manusia, air merupakan simbol keberlangsungan hidup

manusia” ( wawancara pada 10 juli 2018 )

Menurut pemaparan informan Bang Yahya mengenai roti buaya dijadikan

sebagai simbol paling penting dalam upacara pernikahan adat Betawi terletak

pada pemaknaan mereka terhadap hewan buaya, masyarakat Betawi terdahulu

mempercayai bahwa hewan buaya yang kerap digunakan dalam simbol roti buaya

Page 79: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

65

ini memiliki makna sebagai penjaga kehidupan dan melangsungkan kehidupannya

sendiri. Siluman buaya putih yang digambarkan oleh narasumber Bang Yahya

diatas merupakan ekspresi hewan yang sangat dihormati oleh msyarakat Betawi,

penghormatan tersebut bukanlah berupa menuhankan hewan tersebut sebagai

sesuatu yang patut disembah, melainkan sebagai penghormatan terhadap hewan

yang memberikan mereka pelajaran tentang arti keberlangsungan hidup manusia.

Menurutnya, air merupakan sesuatu hal yang khusus bagi masyarakat Betawi.

keberadaannya adalah hal terpenting bagi masyarakat Betawi, hal ini terjadi

karena dari mulai proses kehidupan lahir hingga kematian pastilah membutuhkan

sumber air. Beliau juga menjelaskan bahwa air merupakan bagian terpenting bagi

manusia, sebab manusia dapat bertahan hidup dengan tidak mengkonsumsi

makanan, akan tetapi manusia tidak akan bertahan lama bila tidak minum.

Perumpamaan ini lah yang menjadikan masyarakat Betawi sangat dekat dengan

sumber air, dan mereka sepakat menjadikan hewan buaya sebagai simbol yang

sangat penting dalam upacara pernikahan Betawi.

Simbol ini terbentuk bukan datang dengan sendirinya, melainkan adanya

proses interaksi di dalam masyarakat Betawi untuk menjadikannya sebagai simbol

penting dalam upacara pernikahan adat Betawi. Simbol ini dibentuk atas dasar

kepercayaan masyarakat betawi tentang hewan buaya yang merupakan sebagai

hewan yang dapat menjaga keberlangsungan hidup sumber mata air, kemudian

mereka jadikan sebagai penghormatan terhadap hewan buaya tersebut dalam

bentuk simbol yang mereka gunakan pada roti buaya sebagai tradisi seserahan

makanan yang dilakukan oleh masyarakat Betawi pada upacara pernikahannya.

Dalam penyimbolan terhadap hewan buaya yang dilakukan oleh

masyarakat Betawi ini merupakan sebuah interaksi yang ingin disampaikannya

Page 80: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

66

menggunakan sebuah simbol. Bagi masyarakat Betawi, pernikahan bukanlah

prihal perubahan status, akan tetapi pernikahan merupakan sebuah keberlanjutan

kehidupan manusia, karena dari menikah, lalu melahirkan, memiliki keturunan

dan melangsungkan siklus kehidupan seterusnya merupakan hal yang sangat

sakral bagi mereka. Untuk itulah mereka ingin menyampaikan sebuah interaksi

mereka berupa harapan mereka atas berlangsungnya pernikahan melalui simbol

yang mereka umpamakan seperti hewan buaya yang sudah dijelaskan di atas.

Hal ini memberikan pemahaman yang sama dengan apa yang dijelaskan

oleh informan Bang Yahya pada kesempatan wawancara dengan beliau.

“…Jadi sepasang roti buaya itu menjadi simbol ekuilium

darikeseimbangan, simbol dari keberlanjutan kehidupan umat manusia,karna dari

yg saya bilang tadi orang kawin itu bukan sekedar dia ingin melampiaskan dia

punya hawa nafsu tapidia harus memperhitungkan, dia harus punya anak, dia

harus punya rumah, istrinya hamil kemudian dia punya anak, anaknya

harusdisekolahin, anaknya diupacarain sunatan, anaknya ada lepas ngaji ada

acara khatam quran dan itu harus dipikirkan, dan seterusnya” (wawancara pada

10 juli 2018).

Menurut penjelasan informan bang yahya di atas, jelas adanya

pembentukan simbol yang dilakukan terhadap hewan buaya ini bermula dengan

kepercayaan masyarakat Betawi terhadap hewan/siluman buaya tersebut yang

mampu menjaga sumber air dan termasuk hewan yang kokoh dalam menjaga

keberlanjutan hidupnya. Untuk itulah masyarakat betawi memberikan

penyimbolan terhadap hewan tersebut agar dalam kehidupan masyarakat betawi

dapat mencontoh kekokohan hewan tersebut. Hal ini dijadikan penyimbolan yang

dikaitkan dengan pernikahan ialah masyarakat betawi berharap agar calon

pasangan suami istri yang hendak melangsungkan pernikahan dapat menjada dan

menjalankan kehidupan setelah pernikahan dengan sebaik mungkin, karena

pernikahan bukanlah sekedar melampiaskan hawa nafsu dengan lawan jenis, akan

Page 81: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

67

tetapi pembuktian tentang arti kehidupan sebenarnya akan di rasakan setelah

berlangsungnya pernikahan.

Adapun makna yang lain yang diungkapkan oleh informan pak bu khori

mengenai penyimbolan terhadap hewan buaya yang digunakan sebagai seserahan

pernikahan adat Betawi pada prosesi akad nikah.

“…Roti buaya memang buat sImbol kesetiaan ya dek, jadi buaya itu kan

kawinnya cuma sekali, ya abis kawin dia kagak bakal nikah-nikah lagi. Jadi

buaya itu dijadikan simbol karena kepribadian buaaya itu sendiri” (wawancara

pada 10 agustus 2018).

Hal ini senada dengan penuturan yang diungkapkan oleh informan Ana dan pak Bekti;

“…Kalo kata orang tua aku sih ya biar nantinya pasangan setia, soalnya

kan buaya nikahnya cuma sekali, terus roti buayanya juga harus sepasang, atau

lebih lengkapnya ya ada roti anak buayanya juga biar katanya hidup bahagia

sama keluarga kecil nya dan dikaruniai momongan” (wawancara pada 11 agustus

2018 ).

“…Wah kalau roti buaya itu pastii, paling utama itu pokoknya

saya dulu nyarinya sampe kemana-mana, kan memang sudah jarang

banget yang jual, jadi mereka prosuksi kalo ada pesenan jauh-jauh hari,

Cuma kan pernikahan saya emang waktunya mepet mendadak banget,

jadi ya susah nyarinya, ketemunya pas dicariin temen saya itu juga mepet

banget dan dapetnya yang kecil. Ya istilahnya biar gak sempurna mah itu

wajib ada dipernikahan, Karena ya katanya kan melambangkan kesetiaan

jadi ya diusahakan ada biar jadi doa tersendiri buat kita” ( wawancara

pada 3 september 2018)

Hal tersebut sepemahaman dengan premis pertama teori blummer

mengenai interaksionisme simbolik yang menyatakan bahwa manusia selalu

melakukan atau memberikan makna terhadap apa yang mereka lihat dan ada di

sekeliling lingkungan mereka sesuai dengan keadaan yang mereka rasakan/

harapkan saat pemaknaan tersebut berlangsung, dan mereka cenderung bertindak

atas dasar makna-makna yang mereka bentuk sendiri yang kemudian diwujudkan

dalam sebuah simbol. Roti buaya merupakan simbol yang dibentuk dan dimaknai

oleh masyarakat Betawi dengan melihat lingkungan dan situasi masyarakat

Page 82: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

68

Betawi pada masa itu. wilayah Jakarta yang merupakan tempat dan tumbuhnya

penduduk Betawi terbesar dulu merupakan wilayah yang banyak memiliki sungai

dan perairan. Dan kisah-kisah atau legenda tentang siluman buaya pun ada karena

lingkungan dulu yang mereka tempati memiliki banyak sumber mata air berupa

sungai. Hal ini yang menjadikan masyarakat Betawi sepakat menggunakan hewan

buaya atau sosok dalam legenda buaya tersebut menjadi simbol dalam pernikahan

adat betawi yang dimaknai sebagai pemelihara kehidupan yang paling kokoh.

Serta perbedaan pendapat dari beberapa informan mengenai makna roti

buaya tersebut merupakan hasil dari pemikiran-pemikiran individu yang berbeda.

Pemaknaan pada suatu objek atau dalam hal ini dapat dikatakan objek tersebut

merupakan penyimbolan terhadap hewan buaya, dalam halnya perbedaan

pendapat ini merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh masyarakat betawi,

diluar benar atau salah dalam pemaknaan tersebut hal ini merupakan proses

interaksi antara individu satu dengan yang lainnya, melalui proses pengamatan

yang sudah dilakukan terlebih dahulu dan kemudian makna itu akan diwariskan

secara turun temurun, hal ini senada dengan premis kedua blummer.

B. Perubahan Makna, dan Simbol dalam Tradisi Seserahan Makanan

Pernikahan Betawi

Ada beberapa pengertian atau pernyataan tentang tradisi, yaitu menurut

Soerjono Soekanto “tradisi adalah perbuatan yang dilakukan dilakukan berulang-

ulang dalam bentuk yang sama” (1990:181). Kemudian pengertian tentang tradisi

dijelaskan oleh W.J.S Poerwadarminto “ tradisi merupakan segala sesuatu (seperti

adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran dan sebagainya) yang turun temurun dari

nenek moyang” (1976 : 1568).

Page 83: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

69

Dari penjelasan menurut dua tokoh diatas mengartikan bahwa tradisi

merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang didapat turun-temurun setiap

generasi dan berjalan dengan bentuk dan proses yang sama. Namun pada

kenyataannya, tradisi saat ini banyak memiliki perubahan, akan tetapi tidak semua

berubah, melainkan proses, perubahan bentuk atau simbol dari tradisi tersebut

mengalami beberapa perubahan, namun ada juga yang bertahan.

1. Perubahan Makna Mak Comblang dan Tradisi Seserahan Ikan Bandeng

karena Faktor Globalisasi

Dalam tradisi seserahan makanan pada upacara pernikahan Betawi ada

beberapa proses yang mengalami perubahan. Seperti halnya prosesi “ngedelengin”

yang merupakan proses tahap awal dalam upacara pernikahan adat Betawi, dalam

proses ini sedikit mengalami perubahan. Tradisi yang dilakukan dulu sekitar abad

20an dalam proses ngedelengin ini mengirimkan mak comblang sebagai perantara

dalam memperkenalkan dan menjodohkan calon mempelai pria dan calon

mempelai perempuan, akan tetapi pada saat ini mak comblang yang menjadi

perantara dalam proses ngedelengin di dalam tradisi upacara pernikahan adat

Betawi sudah jarang ditemukan, karena kebiasaan yang sangat berbeda antara

masyarakat Betawi jaman dulu dengan generasi penerus masyarakat Betawi saat

ini, hal ini terjadi pasca reformasi atau pada saat era modernisasi berkembang

pesat di Indonesia dan hampir seluruh Negarapun mengalami hal yang sama, hal

ini menjadi salah satu factor dari berubahnya suatu tradisi yang sering dilakukan

oleh masyarak Betawi (abad ke-20 atau sebelum pertengahan decade 1970-an dan

berkmbangnya globalisasi di Indonesia ) ke masyarakat Betawi generasi saat ini.

Page 84: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

70

Faktanya saat ini kehadiran globalisasi memberikan dampak perubahan yang

dirasakan masyarakat betawi dalam proses interaksi mereka.

Masuknya globalisasi di Indonesia sedikit banyak merubah segala aspek,

seperti ekonomi, media informasi, pergaulan, interaksi sosial dan lainnya.

interaksi sosial yang tercipta dari datangnya globalisasi saat ini mendatangkan

perubahan dalam proses interaksi masyarakat Betawi yang mereka rasakan. Hal

ini terbukti dengan adanya perubahan yang dirasakan masyarakat betawi dalam

prosesi ngedelengin dalam upacara pernikahan Betawi dalam tradisi seserahan

makanannya.

Seperti yang diutarakan oleh informan Pak Bekti mengenai

pengalamannya saat melangsungkan pernikahan adat Betawi.

“…Kalo masih pake atau tidaknya dalam konteks saat ini saya kurang tau

ir, kalo saya pribadi sih dulu ga pake mak comblang, jadi ya kayak ngelamar

biasa aja sama kayak lamaran pada umumnya. Kalo yang mak comblang itu

waktu jamannya ibu saya kayaknya, jadi ya waktu dulu emang betawi biasanya

kalo sebelum nikah ada proses perkenalan” (wawancara pada 3 september 2018).

Tradisi memang merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh makhluk

sosial secara berulang dan dengan proses yang sama, namun pada hakikatnya

kebiasaan itu akan mengalami perubahan dalam berbagai bentuk sesuai dengan

konteks dan situasi yang sesuai dengan pada masanya. Hal ini serupa dengan

pendapat yang di ceritakan oleh informan Pak Bekti;

“…Tapi kalo sekarang kan laen ye neng, orang Betawi jaman sekarang

mah udeh gak pake mak comblang lagi tuh, karena jamannya udeh berubah agak

bebas jadi istilahnya sekarang udeh kenal yang namanya pacaran jadi ye

perkenalannya gak butuh lagi mak combalng, perkenalannya ya paling langsung

dateng deh tuh si laki kerumah perempuan bawa orang tua buat ngelamar, kalo

dulu mah orang tua gak turun tangan langsung, melainkan ada peran si mak

comblang ini buat ngejodohin” (wawancara pada 10 agustus 2018)

Page 85: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

71

Perubahan prosesi dalam rangkaian pada upacara pernikahan Betawipun

mengalami perubahan yang salah satunya proses ngedelengin dan peran mak

comblang sudah jarang sekali ditemukan, meskipun ada beberapa masyarakat

Betawi yang melaksankannya menggunakan proses tersebut tapi tidak sedikit pula

yang tidak melakukan proses tersebut, adapun yang melakukan proses

ngedelengin (perkenalan) tersebut akan tetapi tidak menggunakannya peran mak

comblang sebagai perantaranya, melainkan proses pengenalan antara keluarga

lelaki terhadap keluarga perempuan dilakukan dengan sendirinya oleh pihak

keluarga lelaki. Perubahan ini seperti yang dijelaskan pak buhori terjadi karena

sedikitnya pengaruh globalisasi tentang status hubugan yang dinamakan

berpacaran, pada masyarakat Betawi dulu tidak mengenal istilah pacaran dan

cenderung sangat menjaga sekali nilai-nilai keagamaannya karena masyarakat

Betawi mayoritas beragama islam pada masa itu.

Pengaruh globalisasi memberikan perubahan dalam aspek interaksi sosial

yang dialami oleh masyarakat Betawi, perubahan yang terjadi ini berdampak

dengan adanya perubahan makna yang dialami dalam proses ngedelengin. Mak

comblang yang menjadi perantara dalam menghubungkan interaksi antara dua

keluarga mempelai perempuan maupun laki-laki kini sudah mengalami

perubahan, saat ini faktanya hubungan interaksi antara calon mempelai lelaki dan

perempuan tidak diperantarai oleh hadirnya mak comblang, tetapi dilakukan

sendiri oleh keluarga pihak calon mempelai lelaki kepada mempelai perempuan.

Saat ini istilah interaksi perkenalan yang dilakukan oleh kebanyakan jejaka

Betawi dengan calon mempelai perempuan ialah „berpacaran‟ sehingga sebelum

adanya ikatan resmi atau sebuah lamaran kedua calon mempelai sudah

Page 86: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

72

melakukan pengenalan satu sama lain jauh dari sebelum proses niatan lamaran

atau pernikahan yang ingin dilaksanakan.

Sehingga dari kenyataan terebut memberikan perubahan makna ditengah

masyarakat Betawi saat ini. Berbeda hal dengan masyarakat Betawi dulu yang

selalu mencari orang lain (Mak Comblang) sebagai perantara penghubung antara

dua keluarga yang bersangkutan.

Hal ini yang melatarbelakangi tidak adanya dan ditemukannya lagi tradisi

seserahan ikan bandeng yang diberikan pihak lelaki melalui mak comblang

sebagai perantara, karena dalam prosesi ini pun mengalami perubahan yaitu jarang

ditemuinya lagi tradisi seserhan ikan bandeng pada prosesi acara ngedelengin,

sehingga menjadikan tradisi ini ikut menghilang dan tidak diketahui lagi oleh

kebanyakan masyarakat Betawi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan

Pak Bekti ;

“…Iya kalo ibu saya nikah dulu ada katanya tradisi itu, cumaya kalo sekarang

pas saya udah ga pake, saya juga kan nikahnya persiapan gak banyak, juga gak pake

tunangan atau mak comblang, jadi ya saya sendiri yang mengenalkan calon saya ke

keluarga begitu sebaliknya. Jadi gak ada yang istilahnya gantungin ikan bandeng gitu,

kalo waktu ibu saya iya kan dulu orang Betawi mah jarang yang pacaran, jadi nilai-

nilai agamanya juga masih kentel banget jadi ya mungkin dia pake perantara gitu. Nah

kalo saya kan udah sama-sama kenal jadi ya langsung aja lamaran. Kalo masih ada

atau nggaknya tradisi yang ikan bandeng itu kurang tau ya, tapi kalo yang saya alamin

dari pernikahan-pernikahan saudara saya ya udah gak ada, itupun generasi ibu saya

gak semuanya nerapin banget, nah kebetulan mak comblang yang perantarain ibu saya

sama bpk saya itu ya orangnya Betawinya kentel banget deh orang dulu banget

keturunan orang Betawi asli banget jadi ya mungkin paham dengan tradisi-tradisi itu.”

(wawancara pada 10 agustus 2018).

Serupa dengan penjelasan yang diberikan oleh informan Pak Buhori

mengenai pengaruh dari globalisasi yang menjadi factor dari berubahnya

sebuah makna dan simbolisasi pada tradisi seserahan makanan Betawi;

“Kalo dulu orang betawi gak kenal istilahnya pacaran. Jangankan pacaran

neng, anak laki kalo main istilahnya kalo sekarang ngapelin kerumah perempuan itu

gak boleh masuk kerumah. Jadi tuh nanti laki yang main itu bolehnya ya ketemu

bapak atau emaknye. Ngobrolnya pun diluar dan gaboleh deh masuk walaupun

Page 87: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

73

cumangelangkahin kaki satu masuk kerumah itu udah melanggar, biasanya yang

kayak gitu langsung deh buru-buru di nikahin.jadi dulu kalo orang betawi nikah itu

gak langsung dateng kerumah, ade tuh yang namanye mak comblang. Mak comblang

tuh yang biasanya jodoh-jodohin si lelaki itu sama perempuan yang dia taksir, dateng

dah tuh si mak comblang kerumah perempuan namanye itu proses ngedelengin atau

perkenalan deh yang gampangnya. Jadi disitu si mak comblang ngobrol sama orang

tua si perempuannye bilang kalo ada lelaki yang naksir anaknya, namanya si pulan bin

pulan lah istilahnye. Nah nanti ngenalin deh tuh si lelaki latarbelakangnye gimana-

gimana. kalo nanti tuh orang tua udeh ngasih sinyal-sinyal setuju mak comblang bakal

nyampein ke keluarga laki biar diomongin lai kelanjutannye. Tapi kalo sekarang kan

laen ye neng, orang betawi jaman sekarang mah udeh gak pake mak comblang lagi

tuh, karena jamannya udeh berubah agak bebas jadi istilahnya sekarang udeh kenal

yang namanya pacaran jadi ye perkenalannya gak butuh lagi mak combalng,

perkenalannya ya paling langsung dateng deh tuh si laki kerumah perempuan bawa

orang tua buat ngelamar” (

Dari penjelasan tersebut memberikan bukti nyata tentang premis yang

dikemukakan Herbert Blummer dalam teorinya, mengenai proses pemaknaan akan

berubah seiring dengan waktu dan ruang yang membingkai interaksi mereka,

perubahan nyata yang dialami oleh masyarakat Betawi tentang hilangnya tradisi

seserahan ikan bandeng yang mereka jadikan sebuah simbol dalam prosesi

ngedelengin yang saat ini jarang sekali ditemukan dalam upacara pernikahan

Betawi. Karena perubahan masa dalam generasi ke generasai masyarakat Betawi,

bila masyarakat Betawi dulu kerap kali menggunakan tradisi seserahan ikan

bandeng ini dalam memberikan pesan dalam bentuk simbol tersebut, berbeda

halnya dengan masyarakat betawi saat ini, yang sudah tidak lagi mengunakan

tradisi seserahan ikan bandeng ini dikarenakan tidak adanya lagi peran mak

comblang dalam prosesi pernikahan mereka dank arena factor globalisasi yang

cenderung memberikan dampak atas sebuah tradisi dan pemaknaannya.

Hal ini pula yang menyebabkan berubahnya sebuah makna atau arti dari

simbolisasi mak comblang dengan tradisi seserahan ikan bandeng, saat ini

masyarakat betawi tidaklah mengetahui tetangga dekatnya atau perempuan yang

berada di dekat rumahnya sudah ada yang meminang lewat simbol sepasang ikan

Page 88: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

74

bandeng yang digantung oleh mak comblang, akan tetapi saat ini makna itu

berubah semisal ada orang pun yang menggantungkan sepasang ikan bandeng di

depan rumahnya sudah tidak bermakna lagi, karena saat inipun masyarakat Betawi

kebanyakan sudah tidak mengetahui tradisi sepasang ikan bandeng yang

digantung di depan rumah calon pengantin. Saat ini memang peran mak comblang

masih sedikit terdengar dan masih digunakan dalam masyarakat Betawi, akan

tetapi penyimbolan terhadap tradisi seserahan sepasang ikan bandeng saat ini

sudah tidak diketahui lagi maknyanya oleh masyarakat betawi, bahkan saat inipun

banyak yang tidak mengetahui atas simbol tersebut. Begitupun makna yang saat

ini berubah karena adanya interaksi dari perkembangan globalisasi. Saat ini

perkenalan antara calon mempelai peria dan mempelai wanita lebih di dominan

oleh mereka yang mempunya status hubungan berpacaran.

2. Perubahan Makna dan Simbolik Pada Seserahan Roti Buaya dalam Tradisi

Seserahan makanan Pernikahan Betawi

Kemudian perubahan tradisi juga dapat dilihat dari bentuk penyimbolan

yang digunakan masyarakat Betawi pada roti buaya. Dalam sejarah dan

perkembangannya penyimbolan pada roti buaya yang diberikan oleh masyarakat

betawi mengalami perubahan bentuk (transformasi) pada saat ini. Hal ini

diketahui dengan adanya penuturan dari informan Bang Yahya selaku pemerhati

budaya Betawi;

“….Dulu malah bukan roti buaya sebenernya, tapi simbol yang

digunakan berbentuk anyaman dari pohon kelapa yang dianyam membentuk

sperti buaya, atau jaman dulu itu kalau dia tidak dianyaman itu dibikin dari kayu

diukir berbentuk buaya sepasang laki perempuan.Ketika masa kolonial

bertumbuhanlah perusahaan-perusahaan roti nah maka jadilah roti buaya,dulu si

ya buaya aja buaya sepasang simbol dari kebersamaan,simbol dari

keberlangsungan hidup, simbol dari menjaga mata air,jadi masa kolonial

perusahaan roti awal abad 19, awal abad 20 itu bertumbuhlah perusahaan

Page 89: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

75

perusahaan roti, lalu ada ide bagaimana caranya lebih praktis, lebih estetik, dulu

itu rotinya roti gak manis, roti tawar dan itu gak dimakan, disimpen taro di depan

atau diatas lemari sampe dia habis dimakan oleh binatang, kemudian

dipertengahan abad 20 apalagi di abad 20 akhir ditahun 80a, ketika pemahaman

org-org yg semakin kuat ada kelompok- kelompok yg "wah itu jgn sampe

mubazirlah" maka dibuatlah roti buaya yang rasanya manis,nah rotiyang manis

itu dibagi-bagiin jadi ga sampe dibuang-buang.” (wawancara pada 10 juli 2018)

Penyimbolan pada hewan buaya tersebut yang masyarakat Betawi kenal

dengan simbol roti buaya pada seserahan hantaran betawi pada prosesi akad nikah

mengalami perubahan yang terjadi dalam “bentuk” penyimbolan. Dulu

masyarakat Betawi sekitar abad ke-17 sampai dengan akihir abad ke 18

menggunakan pohon kelapa ataupun kayu untuk dianyam dan diukir membentuk

buaya kemudian dijadikan simbol dalam hantaran pernikahan Betawi yang

masyarakat Betawi yakini dapat membawa harapan baik untuk kedua pengantin

yang hendak melaksanakan pernikahan. Kemudian dengan berkembangnya zaman

pada abad ke-19 awal hingga abad ke-20ansekitar tahun 80an mengalami

perubahan yang menjadikan bentuk dari penyimbolan tersebut dirubah menjadi

roti buaya. Hal ini terjadi karena adanya proses interaksi dan penafsiran yang

dilakukan oleh setiap individu yang terkait dalam kelompok sosial tersebut

terhadap keterlibatan objek didalam interaksi mereka, sehingga memungkinkan

adanya perubahan yang terjadi dalam setiap proses perkembangannya.

Selain itu, faktor kemajuan ekonomi Indonesia pada awal abad ke-19an

menjadi faktor pendukung perubahan bentuk dalam penyimbolan soso/hewan

„buaya‟ yang masyarakat Betawi gunakan sebagai simbol dalam tradisi

pernikahannya. Seperti yang dikatakan oleh Informan diatas mengenai perubahan

bentuk yang dilakukan oleh masyarakat Betawi melihat dari kondisi pada

masanya saat itu, masyarakat Betawi pada awalnya hanya memanfaatkan kayu-

kayu atau pohon kelapa yang diukir dan dianyam membentuk buaya yang akan

Page 90: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

76

mereka jadikan simbol dalam kehidupan sosial mereka untuk upacara

pernikahannya. Akan tetapi berbeda sekitar abad ke 20an merubah persepsi

masyarakat disana dengan keadaan yang mereka anggap sedikit rumit bila

menggunakan kayu ataupun pohon kelapa sebagai objek penyimbolan terhadap

hewan buaya tersebut, sehingga dengan bertumbuhnya perusahaan roti pada awal

abad 20 dimanfaatkan masyarakat Betawi untuk menggunakan roti yang dibentuk

menyerupai wujud buaya sebagai simbol dalam tradisi seserahan makanan pada

acara pernikahan Betawi, roti itu merupakan roti tawar yang kemudian di pajang

atau didiamkan guna untuk memberitahukan bahwa didalam rumah tersebut ada

salah satu anggota keluarganya yang baru saja melaksanakan pernikahan.

Kemudian pada akhir abad 20 munculah penafsiran baru dari masyarakat

betawi yang berpendapat "wah itu jgn sampe mubazirlah" (Yahya, wawancara

pada 10 juli 2018), dari situlah perubahan tersebut kembali terjadi lagi, roti buaya

yang tadinya memliki cita rasa tawar dan hambar karena hanya digunakan

menjadi simbol dalam pernikahan diubah menjadi roti buaya yang memiliki cita

rasa manis seperti yang disepakati oleh masyarakat Betawi tersebut, karena

mereka berfikir bahwa jika cita rasa roti buaya itu tawar dan hanya dijadikan

pajangan saja maka mereka menganggap itu hal yang mubazir, untuk itulah

mereka rubah cita rasa roti buaya tersebut menjadi manis dan bermacam rasa agar

bisa bermanfaat untuk dikonsumsi sendiri maupun dibagikan kepada kerabat dan

tetangga terdekat. Hal ini memunculkan adanya faktor agama dalam kaitannya

dengan perubahan yang dibentuk oleh masyarakat betawi terhadap penyimbolan

tersebut.

Disamping adanya perubahan bentuk dalam penyimbolan terhadap suatu

objek tersebut dengan adanya faktor agama yang menjadikannya sebuah simbol

Page 91: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

77

itu kemudian dirubah lagi dengan sesuatu yang lebih berguna dan tidak mubazir

seperti apa yang difikirkan oleh masyarakat Betawi, kemudian dari adanya

perubahan sebuah simbol baru yang diciptakan oleh masyarakat Betawi yang

mengubah atau memperbaharuinya menjadi sesuatu simbol yang dapat dimaknai

dapat dipergunakan dan bermanfaat untuk masyarakat ataupun keluarga

pengantin, menimbulkan adanya sebuah perubahan makna yang terjadi di

dalamnya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Informan Pak Rizal;

“…ya hari ini orang masih tetap membawanya saat prosesi lamaran pada

tradisi pernikahan adat betawi, tetapi mereka tidak mengerti misal roti buaya kan

sebenarnya tidak boleh dimakan, tapi pada kenyataannya saat ini ya masyarakat

betawi sekarang menciptakan kreasi-kreasi yang membuat roti buaya itu sendiri

kehilangan makna” (wawancara pada 27 juli 2018)

Menurut informan pak Rizal, beliau menganggap bahwa perubahan makna

atau bergesernya sebuah makna dalam objek (roti buaya) dikarenakan adanya

perubahan dari cita rasa dan penggunaan dalam roti buaya tersebut. Roti buaya

yang menurutnya merupakan suatu simbol sakral dalam pernikahan Betawi

sehingga objek tersebut hanya disimpan dan digunakan sebagai pajangan seperti

cendramata yang menurut beliau memang harusnya seperti itu gunanya simbol.

Kemudian sebagian kelompok masyarakat betawi yang sudah dijelaskan oleh

informan bang yahya sebelumnya mengungkapkan penafsiran yang berbeda

mengenai penggunaan dari simbol roti buaya, mereka sepakat merubahnya

menjadi roti yang bercita rasa manis untuk menghindari hal “kemubaziran”

terhadap suatu makanan yang mereka gunakan sebagai simbol tersebut atas dasar

faktor agama yang melekat pada masyarakat Betawi. Namun di sisi lain menurut

informan pak rizal berubahnya penggunaan dalam simbol roti buaya dalam suatu

tradisi pernikahan Betawi menjadikan makna dalam simbol tersebut mengalami

perubahan pula.

Page 92: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

78

Menurut informan Pak rizal dalam menjelaskan penafsirannya mengenai

berubahnya suatu makna pada objek yang disimbolkan atas dasar asumsi yang

jelas menurutnya, hal ini beliau ungkapkan dalam penjelasan berikut;

“…Ya karena itu barang suci, simbolisasi dari leluhur masa leluhur

dimakan hehe , jadi tuh dulu ya masyarakat Betawi mempercayai bahwa roti

buaya ya sebagai simbolisasi yang mencerminkan leluhur pada jaman dulu yang

sangat menghormati buaya, kaya misalnya di Negara-negara lain atau

kebudayaan lain, contohnya india mungkin ya, yang masyarakat sana sangat

menghormati binatang kerbau, yak arena mereka menganggap binatang kerbau

itu sebagai simbolisasi penghormatan kepada dewa-dewa menurut kepercayaan

mereka, sama halnya pada buaya, yang diyakini masyarakat Betawi jaman dulu

ya begitu. Dari sini dapat kita lihat dan rasakan bahwa makna-makna itu

menghilang, apakah itu evolutif cara selamatnya roti buaya atau sebuah gagal

paham mengenai makanan simbolik” (wawancara pada 27 juli 2018)

Dari penjelasan di atas beliau mengungkapkan bahwa perubahan tersebut

terjadi karena adanya sebuah gagal paham masyarakat yang beliau rasakan

mengenai makna dari roti buaya. Beliau menganggap bahwa makanan yang

menjadi suatu simbolik dalam pernikahan Betawi merupakan hal yang sangat

sakral, dan sesuatu yang sakral dan wujud dari rasa penghormatan dalam simbol

tersebut seharusnya tidaklah dikonsumsi, karena akan menghilangkan makna dari

simbol itu sendiri.

Perbedaan makna-makna tersebu merupakan sejalan dengan premis kedua

dan ketiga milik blummer, bahwa makna yang terdapat dalam suatu objek itu ada

bukan dengan sendirinya, melainkan hasil dari proses interaksi dan terbentuk dari

penafsiran-penafsiran individu dalam suatu kelompok, hal inilah yang menjadikan

adanya perbedaan penafsiran mengenai makna yang terdapat pada suatu objek

yang kemudiam mereka gunakan menjadi simbol yang dapat memudahkan

mereka dalam berinteraksi menyesuaikan dengan konteks ruang dan waktu yang

membingkai interaksi tersebut.

Page 93: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

79

BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai perubahan

makna dan simbol dalam tradisi seserahan makanan pada upacara pernikahan

Betawi, dapat ditarik kesimpulan atas penemuan data dan hasil analisis sebagai

berikut;

Pertama, dalam masyarakat betawi jaman dulu sekiranya pertengahan

decade 1970-an dimana prosesi dan tradisi seserahan makanan pada upacara

pernikahannya terdiri dari awal mula prosesi pengenalan antara jejaka (calon

mempelai lelaki dangan keluarga calon mempelai peremuan dengan yang

dinamakan prosesi ngedelengin yang diperantarai oleh mak comblang yang

disertai dengan menyerahkan simbol sepasang ikan bandeng yang dimaknai untuk

mengikat sang gadis (mempelai perempuan). Kemudian dilanjut dengan prosesi

lamaran yang menyerahkan simbol berupa seserahan makanan buah-buahan,

pisang raja, kue bacot, roti buaya yang dimana dalam tradisi seserahan makanan

tersebut memiliki makna mendalam berupa sebuah harapan yang mereka bentuk

dalam sebuah penyimbolan seserahan makanan tersebut, guna untuk membangun

interaksi yang mereka simbolkan dalam suatu objek berupa harapan yang mereka

gantungkan terhadap objek tersebut.

Kedua, terdapat adanya perubahan dari prosesi tradisi seserahan makanan

dalam upacara pernikahan Betawi maupun perubahan makna dan fungsi simbol

yang terdapat dalam tradisi seserahan makanan pernikahan Betawi saat ini sekitar

awal abad ke-19 s/d abad ke-20 dikarenakan adanya perbedaan kontekstasi dan

kondisi yang mereka alami dari setiap generasi, serta adanya faktor-faktor

Page 94: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

80

penyebab yang membentuk sebuah perubahan dalam tradisi seserahan makanan

pada upacara pernikahan betawi, antara lain faktor globalisasi yang menyebabkan

berubahnya suatu makna dalam prosesi ngedelengin, dan adanya faktor agama

serta ekonomi yang menyebabkan munculnya perubahan makna dalam

simbolisasi seserahan roti buaya di tengah masyarakat betawi saat ini. Dimana

mereka akan melakukan penyesuaian serta pembaharuan terhadap sebuah tradisi

maupun makna pada simbol sesuai dengan konteks dalam ruang dan waktu yang

membingkai interaksi mereka.

B. Saran

Dalam hal ini penulis ingin menjelaskan bahwa dalam penelitian ini

penulis tidak melakukan studi kasus melainkan hanya menggunakan media

interaksi dengan informan yang mengetahui tentang pembahasan yang penulis

tulis dalam penelitian ini, dikarenakan saat ini sudah jarang sekali ditemukan

pernikahan-pernikahan yang menggunakan adat Betawi dan pengetahuan

mengenai budaya betawi karena satu dan lain hal.

Untuk itu penulis melakukan penelitian mengenai budaya Betawi untuk

menambah khasanah keilmuan budaya yang penulis rasa masih sangat jarang yang

mebahas secara detail mengenai sejarah maupun tradisi yang terdapat dalam

budaya tersebut. Juga penulis berharap masyarakat untuk meningkatkan

kecintaannya terhadap tradisi seserahan makanan produk budaya mereka untuk

tetap mempertahankan keberadaan makanan-makanan yang dijadikan simbol

dalam tradisi tersebut sebagai identitas dan simbolisasi mereka terhadap

kebudayaan mereka.

Page 95: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xv

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Agus, Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara

Wacana.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta.

Jakarta.

Blumer, Herbert. 1969. Symbolic Interactionism: Perspectif and Method. New

Jersey: Harper and Row.

Castles, L. 2007. Profil Etnik Jkarta. Jakarta: Masup Jakarta.

Johanes Mardimin. 1994. Jangan Tangisi Tradisi. Yogyakarta: Kanisius

Moleong, Lexy J.

2000. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2004. Sociological Theory. New York:

Phillip A. Butcher.

Poerwadarminta W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai

Pustaka, Jakarta.

Saputra, Yahya Andi, dkk. 2000. Jakarta : Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB)

bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta.

Snow, David. 2001. “Extending and Broadening Blumer’s Conzeptualization of

Symbolic Interactionism.” Symbolic Interaction

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Page 96: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xvi

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta.PT Raja Grafindo

Persada.

Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksi Simbolik, Perspektif Sosiologi Modern.

Yogyakarta: Averrpes Press dan Pustaka Pelajar.

Teviningrum, Shinta. Dkk. 2016. Kuliner Betawi Selaksa Rasa dan Cerita.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

West, Turner. 2008. ”Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi”.

Jakarta. Salemba Humanika

Jurnal :

Achmad Zubaer Abdul Kudus. 2013. “Kemanten Jadur (Studi Etnografi Tentang

Makna Simbolik dalam Prosesi Perkawinan di Kelurahan Lumpur, Kecamatan

Gresik, Kabupaten Gresik). Universitas Airlangga ; AntroUnairDotNet,

Vol.2/No.1.

Dadi Ahmadi. 2005. Interaksi Simbolik: Suatu Pengantar. MEDIATOR, Vol. 9

No.2.

Ferdi Arifin. 2015. “Representasi Simbol Candi Hindu dalam Kehidupan

Linguistik Antropologis”. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 16, No. 2.

Hiqma Nur Agustina, 2016. “Pembantu Dan Pelacur: Sebuah Tinjauan Budaya.”

Parafrase Vol. 16 No.01.

Muhammad Thobroni, 2017. “Makna Simbol Prosesi dalam Ritual Ambil

Semangat Suku Tidung”. Universitas Borneo Tarakan ; Jurnal Madah Volume 8,

Nomor 1.

Oda I.B. Hariyanto, 2016. “Pergeseran Makna Sakral dan Fungsi Tumpeng di Era

Globalisasi”. Manajemen Perhotelan, Akademi Pariwisata BSI; Prosiding

Seminar Nasional FDI. ISSN. 2460-5271.

Page 97: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xvii

Internet :

https://food.detik.com/info-kuliner/d-2612200/pesta-pernikahan-a-la-betawi-

wajib-ada-sayur-besan-dan-roti-buaya (Diakses pada tanggal 7 september 2018 pukul

14:59 WIB )

https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/download/1115/683(Diaks

es pada tanggal 13 September 2018 pukul 19:05 WIB)

https://communication.binus.ac.id/2015/12/04/simbol-dalam-budaya-merupakan-

bagian-dari-komunikasi/ (Di akses pada tanggal 23 September 2018 pukul 16:00

WIB)

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3015/ISI.docx?sequence

=2 (Diakses pada tanggal 27 September 2018 pukul 21:00 WIB)

http://bellezuli.blogspot.com/2018/01/pisang-sanggan-seserahan.html(Diakses

pada tanggal 29 Oktober 2018 pukul 15:00 WIB)

http://www.harnas.co/2017/05/25/mengenali-rasa-dalam-tradisi/mengenali-rasa-

dalam-tradisi-2 (Diakses pada tanggal 29 Oktober 2018 pukul 15:00 WIB)

Page 98: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xviii

LAMPIRAN

Transkip wawancara

Nama informan :Yahya Andi Saputra (bang yahya)

Status : Aktivis dan praktisi dan kesenian Betawi

Lahir : Jakarta, 5 Desember 1961

Tempatdan waktu wawancara : rumah beliau (jl Gandaria) / 10 Juli 2018

Penulis Informan

Bang yahya, abang kan sebagai tokoh betawi

nih, kalau sejarah etnis betawi atau

masyarakat betawi itu gimana ceritanya?

Etnis itu lebih dulu ada, cuma memang

namanya belum jelas pada saat itu namanya

sudah Betawi atau belum. Jadi manusia-

manusia saat itu adalah manusia proto

manusia betawi, dan itu sudah diketahui

keberadaan itu jauh dari abad masehi.

Karena hasil penggalian arkeologi sebelum

abad ke 5 sebelum masehi sudah

menemukan kampung-kampung yang

ditempati oleh manusia, dan manusia itu

dikatakan sebagai manusia proto melayu

betawi,jadi belum disebut masyarakat

betawi, penyebutan proto melayu betawipun

disebutkan pada kemudian hari. Kemudian

kata betawi dapat ditemukan pada abad 18-

19 masehi. Jadi suku ini sudah cukup lama

ada disini, terbukti dari hasil penggalian-

penggalian yang dilakukan oleh para ahli

kepurbakalaan yang dilakukan penggalian

itu di situs-situs perkampungan betawi yang

dilakukan pada tahun 70-an. Jadi ada lebih

kurang 20 sampai dengan 35 situs

dikampung-kampung betawi dekat pasar

jumat, condet, pondok labu, pasar minggu,

kelapa nunggal, kelapa dua, sampai ke

ujung pelabuhan sunda kelapa. Kemudian

kalau dari timurnya dari kampung pakis

atau batu jaya disana terkenal dengan

wilayah situs buni. Jadi kita disini sudah

cukup lama, namun penamaan betawi baru

muncul dan diketahui pada abad 18-19

masehi .

Berarti betawi itu luas ya bang tidak hanya

di Jakarta ?

Iyalah neng, kalau ngomongin betawi itu

ngomongin ethnic, etnik itu adalah kultur,

kultur itu adalah kawasan dimana

kesamaan-kesamaan yang ada pada

masyarakat. Misalnya, kalau kita ke pakis

jaya atau ke muara gembong atau kelemah

Page 99: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xix

abang atau ke tambun bekasi, semplak ,

bojong gede kemudian sampai pada

kawasan ciputat, legok, tangerang selatan

sampai kesana itu ada kesamaan-kesamaan

berperilaku dan berbahasa, bahasa itu

adalah salah satu tanda yang menandai

bahwa mereka memiliki kesamaan atau

identitas. Meskipun dalam berbahasa itu

sendiri dapat di pilah lagi menjadi dialeg-

dialeg, seperti dialeg betawi pinggir, dialeg

betawi pesisir dan dialeg betawi tengah.

Jadi kesamaan itulah yang menandakan

adanya identitas etnik pada kampung ini.

Jadi kawasan betawi adalah etnik yang

mendiami kawasan wilayah budaya betawi.

Pada masa colonial wilayah tersebut disebut

Batavia nom London . kalau sekarang

wilayah tersebut di ketahui dengan nama

Jakarta dan sekitarnya (JABODETABEK).

Wilayah tersebut memiliki kesamaan

budaya, seperti bahasanya, nanggap lenong

sama, nyutanin caranya sama, nujuh

bulanan sama. Hampir sebagian besar

kebiasaan mereka memiliki kesamaan yang

di sebut sebagai identitas budaya mereka,

yaitu identitas betawi.

Betawi itu kan banyak banget produk

budayanya ya bang, kalo kuliner khasnya

gitu termasuk produk budaya juga bang?

Oh iya jelas , makanan merupakan produk

budaya betawi juga, bukan hanya betawi sih

pastinya, tapi seluruh budaya yang ada di

Indonesia juga akan setuju dengan hal itu.

karena dari dunia ide bisa menjadi dunia

barang dan kemudian menjadi dunia artefak.

Makanan-makanan seperti yang kita kenal

sebagai ciri khas budaya seperti kue-kue,

minuman, teh, kerak telor dll, merupakan

makanan yang tercipta dari hasil pola fikir

dan merupakan bukti bahwa manusia

memiliki kemampuan untuk berintraksi

melalui daya fikir yang tercipta dalam

kuliner.

Berarti dari makanan itu bisa terjadi

interaksi ya bang ?

Yaiya neng, sekarang gini, kalo eneng

belajar masak, neng biasanya belajarnya

dari mana? Pasti kalo gak minta ajarin

mama neng atau keluarga atau siapapun deh

iya kan? Nah itu kan bagian dari interaksi,

apa yang kita ketahui, apa yang kita

Page 100: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xx

pahamin dari fikiran kita, kita sharing lagi

ke orang lain, sama nih kayak kita lagi

ngobrol begini, ini kan bagian dari interaksi

atau adanya komunikasi diantara kita, lah

kalo nggak ada interaksi mah kita tandanya

gak bernyawa neng. Biasanya juga dari

makanan itu ada makna-maknanya neng,

jadi makanan yang kita makan bukan hanya

sekedar dimakan udah selesai, tapi biasanya

juga kalo makanan itu ka nada nilai

filosofisnya, nilai maknanya, ada juga

beberapa yang punya nilai sacral dll.

Jadi ya makanan juga jadi media kita juga

dalam berinteraksi, dari interaksi itu kita

menyampaikan dan mengkomunikasikan

kepada orang oh ini loh makanan kite, dulu

tuh makanan ada ceritenye begini, ini tuh

makanan ada nilainya begini, jadi bukan

hanya sekedar alat pengenyang perut aja,

tapi ada nilai sejarahnya, nilai filosofinya,

nilai sacral dan budayanya semua ada di

makanan.

Hehe iya sih bang, oya bang kan kalo dari

sejarah Jakarta itu banyak banget nih

akulturasinya, kalo dari kuliner betawi

sendiri ada gak sih yang bener-bener pure

sebagai icon makanan betawi?

Semua kuliner betawi adalah identitas

masyarakat betawi, kalau masalah

akulturasi itu dimana-mana juga mengalami

hal tersebut, bukan hanya budaya-budaya

lainpun seperti itu, di jawapun begitu, sunda

apalagi, atau negara manapun juga pasti

memiliki akulturasi budaya dalam hal

apapun bukan kuliner saja. Akulturasi,

percampuran budaya, serap menyerap itu

sudah menjadi keniscayaan bagi manusia

yang melakukan interaksi dengan manusia

lain, kecuali suku terasing yang memang

hidup diantara dia-dia saja, yang tidak

memiliki interaksi dengan manusia lain

ataupun dengan alam sekitarnya. Karena itu

dalam budaya betawi pasti adanya

percampuran budaya atau ide dalam

terbentuknya kuliner, misalnya ada

kesamaan-kesamaan rasa atau bumbu dalam

beberapa masakan betawi ya disebabkan

adanya akulturasi budaya, karena tidak bisa

dipungkiri bahwa kita tinggal diwlayah

yang mengharuskan berinteraksi dengan

siapapun dan budaya apapun. Seperti

Page 101: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxi

adanya pengaruh kuliner dari Negara Timur

(Arab), Negara Eropa, China, dan lainnya.

Semuanya memiliki turut andil dalam

menciptakan ide dalam meracik sebuah

kuliner, dan kuliner tersebut yang kemudian

menjadi ciri khas budaya betawi.

Kalo dalam kuliner betawi, ada gak sih

bang makna filosofis atau makna sacralnya?

Banyak neng tergantung kita melihat dan

menilai dari sisi mana, Makanan itu nih ya,

pertama ada makanan yang biasa, makanan

sehari-hari yang terdiri dari; makanan anak-

anak, makanan orang dewasa, makanan

engkong-engkong, makanan orang sakit,

makanan orang sehat, makanan pagi,

makanan malem, makanan ringan makanan

berat. Kemudian manusia juga tergantung

pada suatu yang pada masa dulu itu sesuatu

yang agung sebelum islam dateng, maka

ada makanan-makanan persembahan,

makanan persembahan itu misalnya waktu

kite jaman dulu ketika terjadi pesta bumi

atau sedekah bumi, makanan –makanan

persembahan dimunculin disitu, karena kita

manusia pada jaman dulu berterimakasih

karena sudah mendapatkan anugrah dari

yang Maha Kuasa, siapa Maha Kuasa?

Maha Kuasa bisa macem-macem bisa dari

maha kuasa pemahaman kita masa dulu, dan

disitu muncul makanan-makanan

persembahan. Jadi makanan persembahan

bumi itu adalah upacara manusi betawi

berterimakasih kepada sang penguasa,

karena saat itu sudah memasuki masa hindu

Buddha, maka persembahan itu

dipersembahkan kepada dewi sri (dewi

kesuburan) mana dia ada bekakak ayam,

nasi kuning, kue apem, kue unti, telor

mateng telor ayam telor bebek, tembakau

lisong roko dll, itu sebagai password kepada

yang Maha kuasa pada pemahaman jaman

dahulu. Sehingga dengan persembahan-

persembahan yang diberikan akan

menghasilkan lahan yang subur, hasil alam

yang melimpah, dll. Jadi begitu, makanan

itu macem-macem. Makanan persembahan

salah satunya. Kalo symbol-simbol sih ya

hal-hal yang biasa ya karena symbol yang

Page 102: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxii

paling utama itu ada di bekakak ayam, yaitu

bekak ayam itu satu makanan menjadi

makanan persembahan yang bentuknya

utuh, ayam itu katanya di percaya sebagai

ayam yang mampu memberikan nilai

kemandirian. Nasi kuning itu adalah nasi

kemuliaan, warna kuning itu dipercaya

sebagai warna kemuliaan, dan kemuliaan itu

adalah milik Allah kalo pada jaman

sekarang, nasi kuning itu bukan kayak yang

di jawa ya (nasi tumpeng kuning) kita juga

punya nasi kuning, nyunatin nasi kuning,

ngelamar , duduk nikah, nujuh bulan,

pindah rumah juga nasi kuning. Warna

kuning itu dianggap sebagai warna

kemulian. Oleh karena itu pemahaman

orang kita termasuk juga pak soekarno

menerjemahkan ketuhanan yang Maha Esa.

Pancasila itukan symbolnya itu bintang, dan

bintang itu warna kuning, dan warna kuning

itu warna kemuliaan maka nasi kuning ini

adalah symbol kemuliaan kepada Tuhan

Maha Esa. Kemudian makanan selanjutnya

yang terdapat dalam upacara adat itu adalah

makanan-makanan yang berwarna cokelat,

yang diidentikan dengan warna tanah,

seperti dodol, wajik, kue unti, dan beberapa

makanan atau kue-kue yang berwarna

cokelat itu symbol dari keadaan manusia,

bahwa manusia itu di betawi atau manusia

dimana-mana. Manusia berasal dari tanah,

dia setiap hari melakukan aktivitas diatas

tanah, dan ketika dia mati akan kembali

pada tanah.

Lanjutan wawancara dengan bang yahya

Maaf bang yahya mengganggu waktunya

lagi, hanya ingin menambahkan dari diskusi

kemarin saja pak, mau nanya tentang tradisi

kuliner di dalam pernikahan betawi, awalnya

mau tau dulu sih bang gimana proses

pernikahan adat di dalam betawi ?

Oh iya gak apa neng, proses pernikahan di

betawi ya sama aja sih sama proses

pernikahan pada umumnya, di mulai dari

mencari jodoh, kalo dia berani ya dia

mencari sendiri, kalo dia gak berani ya dia

ditolong orang, itu yang dikenal sebagai

mak comblang. Nah dari situ berlanjut pada

pendekatan yang intensif kemudian ada

masa pertunangan itu masih dibimbing

sama mak comblang. udah itu sesudah

tunangan bertemulah masa tanda putus,

tanda putus itu membicarakan kapan

Page 103: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxiii

tanggal akad nikah, apa uang belanjanya,

apa macam-macam hadiahnya, siapa aja

yang dateng nantinya, kapan tanggalnya,

dan seterusnya. Sesudah itu ditentukanlah

hari pernikahan, dan hari pernikahan itulah

yang disebut dengan ijab qobul. Terus abis

akad ya tinggak acara kebesarannya yang

biasanya disebut orang betawi keriyaan.

Kalo yang saya pernah saya baca-baca

diproses pernikahan adat betawi dulu-dulu

itu kalo sebelum nikah itu dirumah

perempuan suka digantungin ikan bandeng

ya bang, itu fungsinya buat apa bang?

iya ada yang istilahnya digantungin ikan

bandeng, tapi itu betawi jaman dulu banget

dan gak semua orang betawi masangin ikan

bandeng dirumah calon mempelainya, cuma

ada beberapa kelompok betawi tertentu,

kayak misalnya di pinggiran, kayak

misalnya di pinggiran yang

menggantungkan hidupnya dari hasil

perairan, jadi mereka menggunakan symbol

ikan bandeng itu sebagai pertanda bahwa si

gadis sudah ada yang naksir,dan biasanya

juga itu dijadikan anteran keluarga calon

mempelai laki-laki yang diwakilkan mak

comblang, anteran itu ada dalam suasana

pendekatan, jadi seorang calon menantu

yang tidak menghiraukan pihak keluarga

besan itu di anggap kurang sopan, jadi ada

saat-saat panen perikanan itu dan ada pada

saat-saat tertentu terutama pada saat imlek

kan panen bandeng tuh, nah biasanya ya

nganterin anterannya ya ikan bandeng,

biasanya pada tahun baru cina itu biasanya

banyak tuh yang suka anter-anter, tapi kalo

kita yang islam pada saat menjelang bulan

puasa atau menjelang lebaran itu ada yang

namanya anter-anteran sebagai calon, atau

kalao udah jadi anteran sebagai menantu itu

suatu tradisi atau kebiasaan yang dilakukan

oleh mama kita untuk ekspresi rasa gembira,

ekspresi rasa sopan, ekspresi rasa

terimakasih, ekspresi rasa penghormatan

sopan santun kepada calon mertua atau

kepada mertua yang anaknya sudah kita

ambil. Itu tuh kebiasaan orang betawi, jadi

ya gak Cuma saat nikah doang sih

anterannya itu berlanjut ketika kita sudah

resmi menjadi keluarga juga nantinya, jadi

Page 104: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxiv

ya hubungan silaturahimnya gak putus.

Kalau misalkan proses pernikahan betawi

itu sendiri mengalami perubahan gak sih

bang?

Gaada dari dulu sampe sekarang juga gitu-

gitu aja, Cuma ya barangkali kemasannya

aja yang berbeda, kalo misalnya nikahannya

di hotel kan semuanya sudah disiapkan oleh

pihak catering kalo jaman sekarang. Kalo

jaman dulu kan kita asas gotong royong,

asas kebersamaan, asas kekeluargaan itu

menjadi ukuran kita semua, orang yang

sering hormatin orang lain, orang yang

dihargain itu biasanya datang buat bantuin,

karena emang dia (calon pengantin dan

keluarganya) orang yang baik, orang yang

sopan, suka nolongin orang, jadi ya kita

sebagai tetangganya wajib buat ikut gotong

royong pada upacara apapun yang ada di

dalam rumahnya, apakah dia mau bikin

rumah, terutama pada saat kita ingin

melakukan upacara, yang merupakan siklus

hidup perjalanan manusia yang dari

”jomblo” belum punya bini sehingga dia

menjadi istri, itu perosnya. Nah kalo

sekarang kan di hotel, udah ada yang

ngurusin segala macem, undangan diurusin,

semuanya deh diurusin sama pihak Wedding

Organizernya (WO). Beda sama jaman dulu

mah kalo betawi biasanya ya nikahannya

dirumah karena biar ada asas kebersamaan,

asas kekeluargaan, asas gotong royong,

karena itu merupakan hal terpenting buat

masyarakat betawi yang emang dari dulku

terkenal dengan gotong royongnya, karena

emang orang betawi kan dulu kere semua

neng haha, Cuma banyak ditanah warisan

aja. Dan biasanya dulu dalam hal gotong

royong bantuin persiapan nikahan biasanya

tetangga-tetangga nganterin sumbangan

beras sekarung, sumbangan ikan 5 kilo,

sumbangan kelapa 400biji, sumbangan

makanan-makanan itukan dicatet semua,

meskipun tidak berharap nanti mendapat

balikan ketika kita melakukan hal yang sam,

tapi itu merupakan ekspresi gotong royong

sebenarnya buat kita. Jadi itu sifat gotong

royong yang sudah berubah dari jaman dulu

ke jaman sekarang, mungkin sekarang ga

Page 105: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxv

berubah juga sih kata gotong royong itu

sendiri, Cuma sistemnya transfer kalo

sekarang mah, jadi ya mungkin

perbedaannya disitu, dulu kebanyakan ya

gotong royongnya sumbangin makanan,

bantuin nyiapin makanan di dapur dan

lainnya, kalo sekarang lebih simple, tinggal

transfer aja buat tambah-tambahan dia. Jadi

bentuknya beda tapi mungkin maknanya

sama.

Kalo tradisi makanan yang ada di

pernikahan betawi itu apa aja bang?

nah ada makanan atau biasanya kite orang

betawi punya tradisi dari mulai ngelamar,

ngelamar itu biasanya yang di bawa adalah

roti lamaran, roti lamaran tersebut biasanya

dihantarkannya dengan pisang raja, kue

lamaran (kalo orang betawi biasanya bilang

kue bacot) terus ada anteran lamaran yang

lain terdiri dari roti sirop, roti yang

disanding dengan sirop. Roti tawar, pisang

raja, sirih lamaran, terus juga hadiah-hadiah

lain. tapi yang paling inti pada saat lamaran

ya itu yang saya sudah sebutkan tadi, nah itu

spaya memunculkan dan memperkuat

silaturahim, jadi roti tawar kemudian sirup

manis warna merah timbul dari keikhlasan

dan kita ingin membawa senantiasa dari

yang murni kemudiaan senantiasa bawa

yang manis-manis, dan kemuliaan itu dari

pisang raja, dan symbol dari dunia besar

dunia kecil bahwa kita menyembahkan itu

bukan semata-mata kita menghormati dia,

tetapi juga menghamba ke Yang Maha

Kuasa, mikro kosmos& makro kosmos, jadi

alam manusia menjadi ekspresi alam

kemuliaan, jadi itu makanan itu semua yang

dibawa di acara lamaran. Sebelum lamaran

juga ada tradisi hantaran makanan dari pihak

calon mempelai perempuan ke pihak

mempelai pria yang menjadi symbol dari

proses menuju lamaran, bawaannya itu acar

kuning, pesmol ikan bandeng, sayur besan,

semur kebo, nasi putih, ada dodol, ada kue-

kue lainnya, itu sebagai symbol dari

kesiapan calon pihak perempuan menerima

calon laki-laki. Jadi kalo besok upacara akad

nikah dateng kerumah perempuan, jadi hari

Page 106: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxvi

ini nih gini hari kita dari pihak perempuan

nganter ke pihak laki-laki namanya jotan itu

nama anteran makanannya kalo upacaranya

namanya upacara ngejot yang tadi saya udah

sebutin bahwa ya diartikan sebagai symbol

pihak perempuan telah siap untuk

dinikahkan oleh pihak lelaki, dan itu

biasanya menghantarkan makanan mateng

semua, itu artinya kita udah siap itu udah

mateng semua artinya dirumah kita nih udah

mateng semua, gacuma bentuk fisik, tapi

bentuk batin kita juga udah siap juga. Dan

besoknya dateng pihak laki-laki kerumah

pihak perempuan, yang namanya itu disebut

dengan ngerudat, ngerudat itu artinya

nganter pihak laki-laki ke rumah perempuan

untuk duduk nikeh di depan walinya, atau

depan penghulu, nah itu seserahan yang

biasa dibawa ada sepasang roti buaya, itu

symbol dari keberlanjutan hidup manusia

karena dia memelihara sumber kehidupan,

nah udah gitu ada lagi yang dibawa nasi

kuning, nasi kuning itu symbol kemuliaan

karena warna kuning itu disimbolkan

sebagai warna kemuliaan ya karena manusia

menghamba kepada Allah Subhanahu

Wata’ala. dulu dewa-dewa dan leluhur itu

warnanya kuning, makanya sukarno itu

mengambil Ke Tuhanan yang Maha Esa itu

pada pancasila itu simbolnya bintang dan

warna kuning, maka nanti kalo kamu

meninggal itu ada bendera kuning di depan

rumah kamu itu menyimbolkan bahwa kamu

akan kembali kepada Yang Maha Kuasa,

bahwa kamu akan menjadi ke Maha Mulia,

maka nasi kuning itu dipahami oleh kita nih

orang betawi sebagai symbol kemuliaan

symbol ke agungan Tuhan Yang Maha

Kuasa. Roti buaya itu symbol kelangsungan

hidup manusia, karena dia symbol buaya

siluman itu yang menjadi ekspresinya

dalam roti buaya. Dulu malah bukan roti

buaya sebenernya, tapi symbol yang

digunakan berbentuk anyaman dari pohon

kelapa yang dianyam membentuk sperti

buaya, atau jaman dulu itu kalau dia tidak

Page 107: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxvii

dianyaman itu dibikin dari kayu diukir

berbentuk buaya sepasang laki perempuan,

siang malem, laki perempuan, atas bawah

manusia yang tidak manusia, alam ghaib

dan seterusnya. Itulah makna dari roti buaya

di dalam keberlangsungan hidup manusia,

air merupakan symbol keberlangsungan

hidup manusia. Kemudian sirih nanas tadi

kalo yang di sirih lamaran itu namamnya

sirih embun, sirih nanas itu nanas yang di

susun dengan daun sirih itu symbol dari

kehati-hatian, symbol dari pemeliharaan

rumah tangga, kita jangan membuka aib kita

ke tengah masyarakat. Makanya rahasia kita

harus di tutupi sedemikian rupa itu betul,

nanas di tutup dengan jalinan sirih, jadi ada

4 kembangnya yang melambangkan siklus

dari kehidupan manusia, dan kehidupan itu

jalan terus maka rumah tangga harus di

pelihara jangan mengumbar aib di depan

yang lainnya. Biar dia pecah di perut tapi

asal jangan pecah di mulut biar rahasia itu

kita tutupi jangan diumbar. Kemudian ada

juga makanan-makanan seserahan yang

menjadi symbol seperti yang di petisiye,

petisiye itu isinya bahan-bahan mentah ya

beras, ya telor, ya sayur mayor, ya kelapa,

ada semua tuh disitu, nanti setelah ngga. dia

menikah dia gak sempet belanja atau segala

macem jadi rumah tangga harus kita

persiapkan, nah persiapan ini disimbolkan

menjadi petisiye, kan rumah tangga tidak

semata-mata mengumbar hawa nafsu tapi

kita harus mempersiapkannya betul-betul

nah itu di simbolkan dalam makanan-

makanan mentah itu ke dalam petisiye,

karena memang bentuknya segi empat, jadi

petisiye mengartikan symbol dari kesiapan

orang yang betul-betul berumah tangga.

Terus ada juga namanya kekudang,

kekudang itu seserahan apa yang si

perempuan inginin, gak Cuma makanan sih

bisa baju atau yang lainnya, tapi paling

sering ya kalo orang yang bener-bener

betawi banyaknya mintanya dalam bentuk

makanan. Nah jadi dari pertanyaannya tadi

Page 108: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxviii

sama sekali tidak menggeserkan makna-

makna yang ada di tradisi seserahan atau

anteran makanan tersebut, karena kalo

ngomongin makanan di tradisi pernikahan

betawi ya ada dua kategori yang umum

sama yang khusus, biasanya kalo yang

umum ya sama aja kayak pernikahan pada

umumnya, Cuma dalam tradisi dari mulai

proses tunangan, lamaran, sampe akad nikah

ya setiap daerah pasti punya perbedaan

tradisi hantarannya.

Kalo roti buaya itu sejarahnya gimana sih

pak bisa dijadiin symbol pernikahan untuk

masyarakat betawi sendiri?

Roti buaya itu sebetulnya dia ya tadi itu dia

bukan roti dulunya. Ketika masa kolonial

bertumbuhanlah perusahaan-perusahaan roti

nah maka jadilah roti buaya,dulu si ya buaya

aja buaya sepasang symbol dari

kebersamaan,symbol dari keberlangsungan

hidup,symbol dari menjaga mata air, jadi

symbol dari sepasang buaya yg jaman dulu

bisa Dianyam dari daun/pohon kelapa atau

dibikin dari kayu di ukir jadi seperti

buaya,jadi masa kolonial perusahaan roti

awal abad 19, awal abad 20 itu

bertumbuhlah perusahaan perusahaan roti,

lalu ada ide bagaimana caranya lebih

praktis, lebih estetik, dulu itu rotinya roti

gak manis, roti tawar dan itu gak dimakan,

disimpen taro di depan atau diatas lemari

sampe dia habis dimakan oleh binatang,

kemu dia dipertengahan abad 20 apalagi di

abad 20 akhir ditahun 80, ketika

pemahaman org-org yg semakin kuat ada

kelompok- kelompok yg "wah itu jgn sampe

mubazirlah" maka dibuatlah roti buaya yang

rasanya manis, nah roti yang manis itu

dibagi-bagiin jadi ga sampe dibuang-buang.

Ekspresi roti buaya itu didalam cerita betawi

aja ada cerita rakyat ya tentu saja buaya

buntung,buaya merah,buaya putih, nah

nama asli dari roti buaya adalah "aji putih

naga raksa" itu sepasang siluman buaya

bunting yg menjaga sumber mata air,

manusia bisa saja tdk makan 2-3 hari tapi

manusia tdk bisa hidup kalo gak minum dia

akan kekurangan cairanye kan,ekspresi ini

kalo kita liat di masalalu dan kita liat lewat

Page 109: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxix

ditempat mata air "pang numpang anak org

mau lewat" kan dulu ekspresinya begitu,

kalo anak skrg kan gatau yg begitu jadi

sepasang roti buaya itu menjadi symbol

ekuilium dari keseimbangan, simbol dari

keberlanjutan kehidupan umat

manusia,karna dari yg saya bilang tadi orang

kawin itu bukan sekedar dia ingin

melampiaskan dia punya hawa nafsu tapi dia

harus memperhitungkan, dia harus punya

anak, dia harus punya rumah, istrinya hamil

kemudian dia punya anak, anaknya harus

disekolahin, anaknya diupacarain sunatan,

anaknya ada lepas ngaji ada acara khatam

quran dan itu harus dipikirkan, dan

seterusnya. Jadi dengan kita adanya

perkawinan itu maka kelangsungan hidup

akan terjaga dan tidak akan pernah putus,

kakek mati ada emak, emak mati ada anak,

anak mati ada cucu, cucu mati ada cicit, cicit

mati ada canggah, dan ada ciut berlanjut

danbegitu terus,siklus hidupnya berlanjut

terus,symbol dari siklus kehidupan yg

memelihara kehidupan.

Page 110: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxx

Transkip wawancara 2

Nama informan : JJ Rizal (Pak Rizal)

Status : Aktivis, sejarawan betawi, penulis

Lahir : Jakarta, 12 Februari 1972

Tempatdan waktu wawancara : Komunitas Bambu / 27 Juli 2018

Penulis informan Selamat pagi pak Rizal maaf mengganggu

waktunya, hanya ingin sekedar mengobrol

dan sharing dengan pak rizal boleh?

Oh iya boleh-boleh, kalo gak ngebolehin

saya gak akan nyuruh kamu datang

kerumah saya, ya tapi harap maklum aja

keadaan rumah ini karena memang juga

sebagai tempat perkumpulan saya dengan

beberapa teman saya untuk menulis buku

ya di tempat ini komunitas bambu ini.

wah iya pak tidak masalah, sebelumnya

saya sudah membaca tentang biografi pak

rizal mengenai status bapak sebagai

budayawan dan penulis buku-buku yang

lumayan bersejarah ya pak, sedikit

banyaknya boleh saya tahu mengenai

sejarah dari betawi pak?

Ya ini pertanyaan besar ya menurut aku,

kamu lebih baik nyari refrensi buku ada di

atas di perpustakaan saya nanti kamu coba

cari ada buku betawi tempo dulu, folklore

betawi atau identitas dan otoritasnya punya

yasmin zaki. Intinya ketiga buku itu

merupakan buku panduan tentang sejarah

betwi yang bisa kamu jadiin basis dasar

dari pertanyaan kamu tadi.

kalo sejarah kulinernya pak bagaimana asal

mula adanya makanan khas betawi?

didalam situ sebenernya juga ada, cuma ga

banyak ya, sejarah kuliner itukan berkait

dengan pertemuan ya, pertemuan

kebudayaan, dan orang betawi sebagai

penduduk Jakarta itu kan pusat dari segala

pertemuan, pertemuan dengan arab, cina

,belanda, pertemuan dengan macam-

macam etnis di nusantara seperti sunda,

jawa, Makassar dan lainnya. Itu nanti satu

sama lain akan mempengaruhi makanan

mereka , kamu itu musti memahami

konteks sejarah melalui konteks pertemuan

itu, bahwa kebudayaan betawi dibentuk

oleh pertemuan-pertemuan tersebut dan

pertemuan tersebut mempengaruhi

makanannya seperti ekspresi atau produk

budaya mereka yang lain seperti gambang

kromong itu kan ada pengaruh besar

terhadap cina, eropa.

kalo misalkan betawi sendiri itu ada daerah

pesisir, tengah, atau pinggiran ya pak, itu

kulinernya juga beda-beda tidak setiap

daerah ?

nah sebenernya dalam kuliner itu atau

dalam konteks kebetawian sekarang ya ,

dia tidak begitu kuat dipengaruhi oleh

aksonomi geografi itu, dalam antropologi

kan ada betawi pinggir, betawi tengah,

pesisir, dalam makanannya misalnya kita

Page 111: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxxi

melihat ada pengaruh makanan tionghoa itu

besar di pesisir juga besar di pedalaman,

nah dalam konteks betawi pembagian

wilayah betawi tengah, pinggir ataupun

pesisir sudah tidak bisa dipergunakan lagi

karena adanya pembangunan dan

penggusuran, akhirnya orang yang tinggal

di pesisir hilang, orang yang tinggal di

tengah pindah ke pinggir, bahkan pinggir

sampai ke bogor, jadi kamu gak bisa pakai

lagikonteks itu pada hari ini, jadi itu ilmu

yang membeku dan tidak di koreksi pada

konteks kekinian, dia bisa dipakai untuk

melihat masalalu tapi itu periodenya

pendek sekali. Karena sejak tahun 1950an

itu drastis berubah jadi urbanisasi

mengakibatkan konteks betawi tengah

pinggir ataupun pesisir itu luntur apalagi

setelah tahun 1980an, nah nanti kamu akan

melihat tiba-tiba nasi uduk akan bersanding

dengan pecel lele, itu produk betawi, di jual

di Jakarta dan dimakan pakai lele, dan

orang betawi gak punya tuh kebudayaan

makan lele, dan kamu mesti tanggap atas

perubahan teknologi dan ekologis .

kalo dalam makanan atau kuliner betawi

sendiri ada gak sih pak yang memiliki nilai

makna yang bener-bener mencerminkan

orang betawi banget?

yang paling gampang itu roti buaya ya, roti

buaya itu dibawa dalam ritus hidup atau

siklus hidup orang betawi yang paling

penting dalam perkawinan, roti buaya itu

yang menarik itu kataroti itu kan dari

budaya eropa ya, yang kalau dari

sejarahnya kita lihat bahwa bahan atau

makanan roti memang kepunyaan orang-

orang eropa, namun dalam sejarahnya

diambil alih atau mungkin dimanfaatkan

oleh orang betawi untuk menjadi ruang

manifestasi dari penghormatan besar

mereka kepada buaya. Karena mereka

(masyarakat betawi) diketahui sebagai

masyarakat sungai dalam sejarahnya. So

jadi lo gabisa nemuin ini di dalam

kebudayaan jawa, sunda dan lainnya. Jadi

secara tidak langsung ini menyimbolkan

pertemuan, sejarah pertemuan sekaligus

sejarah panjang mereka sebagai masyarakat

sungai, so jadi itu iconic banget karena

bukan hanya tentang bicara kesetiaan, tapi

ini menjadi bukti nyata dari kesejarahan

masyarakat betawi, ya hari ini orang masih

tetap membawanya saat prosesi lamaran

pada tradisi pernikahan adat betawi, tetapi

Page 112: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxxii

mereka tidak mengerti misal roti buaya kan

sebenarnya tidak boleh dimakan, tapi pada

kenyatraannya saat ini ya masyarakat

betawi sekarang menciptakan kreasi-kreasi

yang membuat roti buaya itu sendiri

kehilangan makna.

loh memangnya kenapa pak roti buaya

tidak boleh dimakan ?

Ya karena itu barang suci, simbolisasi dari

leluhur masa leluhur dimakan hehe , jadi

tuh dulu ya masyarakat betawi

mempercayai bahwa roti buaya ya sebagai

simbolisasi yang mencerminkan leluhur

pada jaman dulu yang sangat menghormati

buaya, kaya misalnya di Negara-negara lain

atau kebudayaan lain, contohnya india

mungkin ya, yang masyarakat sana sangat

menghormati binatang kerbau, yak arena

mereka menganggap binatang kerbau itu

sebagai simbolisasi penghormatan kepada

dewa-dewa menurut kepercayaan mereka,

sama halnya pada buaya, yang diyakini

masyarakat betawi jaman dulu ya begitu.

Dari sini dapat kita lihat dan rasakan bahwa

makna-makna itu menghilang, apakah itu

evolutif cara selamatnya roti buaya atau

sebuah gagal paham mengenai makanan

simbolik.

kalo ngomongin roti buaya kan pasti

identik banget ya pak sama pernihakan

betawi, kalo selain roti buya gitu adagak

sih makanan-makanan yang menjadi icon

budaya betawi dalam pernikahannya?

kalo nanyain makanan ya banyak banget,

mungkin hampir semua makanan khas

betawi itu juga ada kali ya di

pernikahannya, tapi coba kamu baca

dibukunya yasmin zaki shahab kalo gak

salah yg judulnya identitas dan kontruksi,

diasana setau saya ada juga yang

membahas tentang kuliner dalam

pernikahan betawi itu apa aja. Kalo

dipernikahan saya waktu itu juga

menggunakan adat betawi sih ya, Cuma

yang gak betawi-betawi banget karena

prosesinya dulu tuh di gedung, jadi ya

campuran sama nusantara juga, tapi kalo

seserahannya sih ya pakai adat betawi,

karena kan saya orang betawi jadi ya bawa-

bawaan ke istri saya dulu pakai makanan-

makanan khas betawi, jadi ya sekalian

mengenakan juga ciri khas kebetawiannya.

biasanya tuh tradisi dalam pernikahan

betawi itu bawa makanan ap aja sih pak?

Atau mungkin waktu pernikahan pak rizal

bawaannya makanan apa aja ?

banyak sih kayak misalnya saya waktu

ngelamar atau istilahnya silaturahmi dulu

gitu ke keluarga istri saya, bawaannya ya

kayak buah-buahan, kue-kue khas betawi,

missal kayak buah-buahan, sirop, pisang

Page 113: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxxiii

raja, nah pisang raja disini dibawa karena

kita berharap nantinya kehidupan kita nih

orang betawi makmur kayak raja, mulai

dari rezekinya, kehidupannya, kemakmuran

keluarganya pokonya berharap seperti raja

yang hidupnya sejahtera dan makmur. roti

tawar, beda ya roti tawar dengan roti

buaya, nah kalo roti buaya dibawainnya

nanti pas acara akad nikahnya, kalo buat

seserahan awal ya makanan-makanan biasa

aja, yang istilahnya kita juga konsumsi buat

hari-hari biasa. Kue-kue khas betawi juga,

dulu sih namanya kue bacot, jadi dulu

diistilahkan kue bacot karena kan betawi

itu apaadanya ya, kayak ceplas-ceplos, dulu

ada yang nemanya tradisi nganter kue

bacot, jadi kue-kue (kue bacot) yang udah

dikasih sama si lelaki ini buat ngelamar,

nanti diterima sama si pihak perempuan

kemudian nanti dibagiin ke warga sambil

nyebarin kabar bahagia atau mau ada acara

keriyaan nantinya, keriyaan itu pesta

pernikahan betawi. Jadi kue bacot yang

udah dikasih itu kayak symbol ngundang

tetamgga-tetangga dekat atau saudara

terdekat gitu, omongan dari satu pintu ke

pintu lain itu yang jadiin nama kue itu

sebagai kue bacot.

oh jadi kalo seserahan kue betawi itu

dinamain kue bacot ya pak, terus ada lagi

gak pak makanan-makanan lain yang

menciri khaskan atau yang wajib ada di

pernikahan adat betawi?

kalo setau saya tradisi makanan yang wajib

ada di pernikahan betawi itu ya roti buaya

sih yang paling menjadi iconnya

pernikahan adat betawi, yang

mencirikhaskan pernikahan betawi. Cuma

ya memang sih ada beberapa makanan juga

yang biasanya dihadirkan saat prosesi

pernikahan adat betawi, kaya misalnya ada

dodol juga, ada laksa pengantin kalau kata

orang betawi dulu mah, terus ada sayur

besan juga yang kedudukannya sama

pentingnya sama roti buaya.

kenapa sayur besan itu sama pentingnya

pak sama yang roti buaya? Terus apa

bedanya laksa pengantin yang bapak

sebutkan tadi dengan laksa betawi yang

dijual di pasaran atau di rumah makan

betawi?

ya kalo menurut saya sayur besan dan roti

buaya itu makanan yang paling cirri khas

banget di pernikahan betawi, kalo gaada

kedua makanan itu kayaknya kurang afdol

buat saya pribadi sebagai masyarakat

betawi yang pernah melakukan pernikahan

yang menggunakan adat tersebut, ya

meskipun gak seluruh prosesi pernikahan

saya menggunakan adat betawi, cuma ya

roti buaya dan sayur besan ada di waktu

Page 114: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxxiv

proses pernikahan saya. Sebenernya ya

kalo sayur besan sama aja kayak sayur

biasa, bedanya yang menciri khaskan

makanan itu ya ada di trubuk, kalo dari

sejarah-sejarahnya gitu memang sayur

besan tidak punya sejarah yang signifikan

seperti roti buaya, cuma ya istimewanya

sayur besan dan yang menjadikan dia

makanan bermakna ya karena sayur itu

dijadikan symbol penghormatan kepada

keluarga besannya. Apa bedanya laksa

pengantin dengan laksa yang

dijualdiluaran? Ya tidak ada bedanya sih,

sama-sama laksa, dan bahan-bahannyajuga

kayaknya sama, Cuma ya biasanya orang

betawi menyediakan makanan laksa saat

proses acara pulang tiga hari, atau kalo dari

jawa biasanya disebutnya ngunduh mantu,

acaranya sih biasa aja kayak kumpul-

kumpul keluarga dekat dan acara makan-

makan laksa yang disebut laksa pengantin,

tapi kalo sekarang ga tau deh masih pake

laksa atau makanan lain .

oh gitu ya pak, kalo menurut bapak sendiri

sebagai budayawan apalagi dari betawi ya

pak, ada gak sih perubahan antara tradisi

kuliner atau makanan di pernikahan betawi

jaman dulu dengan keadaan sekarang ?

kalo ditanya perubahan yapasti ada yang

berubah ada yang tidak, dalam artian ya

ada yang masih bertahan tradisi tersebut,

seperti yang saya sudah jelaskan tadi,

mungkin tradisi hantaran roti buaya yang

masih sangat terlihat dikalangan

masyarakat tentang ciri khas makanan

betawi,mungkin tradisi hantaran roti buaya

sebagai simbol itu masih dilakukan cuma

ya saya rasa ada perubahan makna aja,

yang tadinya roti buaya itu hanya dijadikan

barang seserahan simbolik, tapi sekarang

roti buaya bisa dimakan. tapi ya ada juga

yang mungkin bukan hilang ya, cuma

terkadang tidak terlalu digunakan dalam

tradisi makanan di dalam pernikahan adat

betawi. Misalnya ya laksa pengantin tadi,

atau malah pas waktu prosesi acara

besarnya juga, yang terkadang orang gak

mau ribet jadi pesen catering, dan biasanya

ya kalo makanan dari catering ya makanan-

makanan umum bukan makanan khas

daerahnya, ya walaupun masih bisa request

gitu, disitu letak berubah dan perbedaannya

dari pernikahan betawi jaman nenek saya,

ibu saya, saya, atau jnaman kamu nanti

mungkin udah berubah total kali ya.

Page 115: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxxv

maksudnya berubah itu dalam artian yang

bagaimana pak? Atau jenis makanannya

yang berubah, atau lainnya?

ya berubah banyak, dari segi prosesi

pernikahan aja sekarang jarang yang

menggunakan tradisi adatnya masing-

masing, apalagi betawi, coba kamu cari

pernikahan adat betawi di Jakarta itu udah

jarang banget kan? Ya karena memang

sudah banyak yang berubah, masyarakat

betawi yang dulu mendominasi wilayah

Jakarta sejak adanya pembangunan jadi

mulai bergeser, banyak ya daerah-daerah

pinggiran kayak di bekasi, bogor, depok, di

Jakarta malah cuma beberapa wilayah aja

yang dominan orang betawinya, dari

kenyataan itupun bisa jadi salah satu factor

berubahnya prosesi pernikahan, tradisi

kulinernya, dan lain-lain. adapun factor lain

juga yang jadi titik perubahan dalam

pernikahan adat, bukan betawi doing nih

ya, mungkin bisa dilihat adat-adat lainpun

ya banyak mengalami perubahan, dulu

betawi kalo nikah dirumah, jarang ada yang

di gedung, karena mereka lebih nerapin

system kekeluargaan, dan biar bisa lebih

lama ngejamu tamunya, juga kalo

makanan-makanan yang ada di resepsi

biasanya ya dimasak sendiri sama tukang

masak tetangga yang deket rumah, kalo

sekarangkan ada Wedding Organizer (WO)

jadi ya beda banget sama pernikahan

betawi jaman dulu, mungkin sekarang

orang-orang gak mau ribet kali ya, jadi

yaudah kalo mau nikah tinggal cari WO

tinggal bayar udah deh nikah, kalo dulu

gotong royongnya masih keliatan banget

kalo ada acara pernikahan. Oya satu lagi

yang mungkin jadi salah satu factor

berubahnya tradisi-tradisi kuliner atau

pernikaan adat betawi, karena sekarang

banyakan ya nikahnya beda etnis sama

pasangannya, misalnya betawi-jawa,

betawi-sunda, betawi-padang, bahkan

mungkin ada yang dapet pasangan diluar

Indonesia, karena sekarang juga kan makin

kompleks masyarakat Indonesia, jadi

makin kompleks juga kebudayaan yang ada

dijakarta, jadi mungkin itu salah satu alasan

berubahnya tradisi-tradisi dalam

pernikahan adat.

Page 116: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxxvi

Transkip wawancara 3

Nama Informan : H. Buhori, SH, MH (Pak Buhori)

Status : UPK PBB sebagai pelaksana teknis informasi dan

pelayanan

Lahir : Jakarta, 12 Agustus 1963

Tempatdan waktu wawancara : Setu Babakan / 10 Agustus 2018

Penulis informan Selamat siang pak buhori, saya Irma

mahasiswi Uin SyarifHidayatullah, gini

pak saya mau nanya kalau dalam budaya

betawi proses pernikahannya itu gimana

sih pak ?

Proses pernikahan betawi jaman mana dulu

nih neng? Karena setiap proses

pernikahannya betawi ya sedikit banyaknya

ngalamin perubahan. Kalo dulu orang

betawi gak kenal istilahnya pacaran.

Jangankan pacaran neng, anak laki kalo

main istilahnya kalo sekarang ngapelin

kerumah perempuan itu gak boleh masuk

kerumah. Jadi tuh nanti laki yang main itu

bolehnya ya ketemu bapak atau emaknye.

Ngobrolnya pun diluar dan gaboleh deh

masuk walaupun cumangelangkahin kaki

satu masuk kerumah itu udah melanggar,

biasanya yang kayak gitu langsung deh

buru-buru di nikahin.jadi dulu kalo orang

betawi nikah itu gak langsung dateng

kerumah, ade tuh yang namanye mak

comblang. Mak comblang tuh yang

biasanya jodoh-jodohin si lelaki itu sama

perempuan yang dia taksir, dateng dah tuh

si mak comblang kerumah perempuan

namanye itu proses ngedelengin atau

perkenalan deh yang gampangnya. Jadi

disitu si mak comblang ngobrol sama orang

tua si perempuannye bilang kalo ada lelaki

yang naksir anaknya, namanya si pulan bin

pulan lah istilahnye. Nah nanti ngenalin

deh tuh si lelaki latarbelakangnye gimana-

gimana. kalo nanti tuh orang tua udeh

ngasih sinyal-sinyal setuju mak comblang

bakal nyampein ke keluarga laki biar

diomongin lai kelanjutannye. Tapi kalo

sekarang kan laen ye neng, orang betawi

jaman sekarang mah udeh gak pake mak

comblang lagi tuh, karena jamannya udeh

berubah agak bebas jadi istilahnya sekarang

udeh kenal yang namanya pacaran jadi ye

perkenalannya gak butuh lagi mak

combalng, perkenalannya ya paling

langsung dateng deh tuh si laki kerumah

perempuan bawa orang tua buat ngelamar,

kalo dulu mah orang tua gak turun tangan

langsung, melainkan ada peran si mak

Page 117: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxxvii

comblang ini buat ngejodohin. Oh begitu pak, terus kalo makanan-

makanan yang biasanya ada proses

pernikahan betawi biasanya ada apa aja?

Didalam pernikahan adat betawi yang tadi

saya bilang ya sebagian besar hampir sama

kayak pernikahan pada umumnya kayak

panggil penghulu ada wali jikah dan

lainnya sama, Cuma mungkin proses

resepsinya setiap daerah beda-beda,

resepsinya kalo di dalam filosofi orang

betawi itu artinya ngundang atau ngasih tau

ke tetangga tetangga kalo anak gue udah

nikah anak gue udah ketemu jodoohnye,

kalo di betawi resepsi pernikahan itu

dibilang keriyaan, riya yang artinya

nampang-nampanginlah kalo bahasa

betawi. Nah sebelum itu biasanya ada yang

namanya besanan tuh, besanan biasanya

kan bawa-bawaan makanannya tuh banyak

banget neng, dari kue-kuenya juga banyak

banget yang dibawaain, ada kue geplak kue

dodol kue wajik, kue ketan uli, pokoknya

lengkap deh, itu biasanya orang betawi juga

bilangnya kue bacot, nanti nih kue-kue

yang dikasih sama calon mempelai laki-

lakinya itu gak dimakan sendiri doang, jadi

nanti dia dibagiin ke tetangga-tetangganya

sekalian ngundang, nah kue bacot itu salah

satu symbol dari masyarakat betawi kalo

ada laki-laki yang pengen ngelamar

perempuan biasanya bawa seserahan kue

kan ? nah itu melambangkan bahwa adanya

seserahan kue itu istilahnya ada maksud

dari kedatangan si lelaki, oh ini si lelaki

mau ada yang dibicarain, mau ngomong

niat baiknya dia, makanye dah tuh

dibawain seserahan kue bacot biar yang

dikasih seserahan itu udah tau maksud dan

tujuannya dating kerumah, biar dia

mempersiapkan segala macem buat

nyambut kedatangan si pria tersebut.

Kemudian ada juga pohonan yang trbuat

dari bahan ranting di tebang terus diisi

buah-buahan di sisi ranting-ranting itu, nah

itu maknanya mengajarkan kita bahwa

dalam berumah tangga nanti pasti lu temuin

deh tuh macam-macam rasanya, ada yang

masanya rumah tangganya berjalan manis

kan tuh kayak buah pisang misalnya, ada

juga asem kayak nanas atau semacamnya,

pokoknya ya mengajarkan kita buat nerima

nantinya dalam hidup berumah tangga.

Kemudian ada lagi tenong, biasanya orang

betawi kalo mau ngelamar juga bawa

Page 118: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxxviii

tenong, tenong itu wadah yang diisi kue-

kue betawi yang ditumpuk keatas terus di

pikul. terus juga bawa kambing atau

biasanya disebut tukon, tapi gak cuma

kambing, bisa juga dengan ayam atau

hewan semacamnya. Jadi setiap laki-laki

biasanya bawa tukon ke rumah calom

mempelai perempuannya jadi maknanya ya

kayak kita dibekali sema keluarga kita buat

beternak nantinya, bawaan ini tuh biasanya

dibawa pas prosesi ngenjot atau orang

bilang tradisi njotan,nanti gak cuma tuqon

yang dibawa, tapi ada bahan-bahan

makanan mentah yang diberikan pihak laki-

laki ke perempuan dah tuh, nanti bahan-

bahan panganan mentah itu seperti beras,

daging ayam,ikan,kambing, atau sapi dan

bahan dapur lainnya itu diolah sama pihak

perempuan jadi makanan mateng, terus di

anterin lagi ke kita pihak laki-laki jadi

kayak maen anter-anteran makanan gitu.

Kalau misalkan makanan buat

dipernikahan ada apa aja selain roti buaya

sebagai symbol yang harus dibawa wajib?

Kalau roti buaya memang buat symbol

kesetiaan ya dek, jadi buaya itu kan

kawinnya cuma sekali, ya abis kawin dia

kagak bakal nikah-nikah lagi. Jadi buaya

itu dijadikan simbol karena kepribadian

buaaya itu sendiri. Nah kita kepengen tuh

orang betawi tuh begitu. Kepengen kan

boleh ye kan kalo kenyataan mah kita

gatau. Karena proses kehidupan rumah

tangga beda-beda. Jadi ya itu dijadikan

simbol harapan untuk orang betawi.

Page 119: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xxxix

Transkip wawancara 4

Nama Informan : Bekti (pak bekti)

Status : Karyawan swasta

Lahir : Jakarta 16 juli 1983

Tempat dan waktu wawancara : Rumah Informan (kebayoran Lama) / 3 September

2018

Penulis Informan

Selamat pagi pak maaf mengganggu

waktunya, mau nanya-nanya tentang betawi

boleh?

boleh kok, kamu mau nanya apa ?

Yang saya tau kan pak bekti itu orang betawi,

dulu waktu nikahannya pakai adat betawi juga

gak pak ?

Oh iya sih dulu pake adat betawi nikahannya, cuma

gak terlalu pure betawi banget karena dulu saya

nikah dalam waktu sangat singkat, jadi ya

perseiapannya singkat banget.

kalo perkenalannya dulu sama istri gimana

pak, langsung dateng kerumah apa bapak ada

pacaran dulu ?

enggak dulu mah saya nikah langsung dateng

kerumahnya ketemu sama orang tua dia, kenal

pertama kali waktu itu pernah ada tugas bareng, ya

beberapa minggu kenal gak lama saya ya utarain

niat serius sama dia, terus ya dia mempersilahkan

kerumah ngomong sama orang tua dia.

waktu bapak dateng kerumah istri bapak dulu

dateng sendiri sama orang tua atau mengirim

pewakilan pak kaya misalnya mak comblang

gitu?

oh enggak dulu saya waktu nikah ga pake mak

comblang, jadi pas saya bilang saya mau serius

sama istri saya ya dia langsung bilang suruh

kerumah sama orang tua saya buat menghadap ke

orang tua dia, jadi gak pake mak comblangan

karena ya kita udah kenal deket satu sama lain

sama keluargapun juga

iya kan yang saya tau kalo betawi sebelum

nikah itu waktu perkenalan ke keluarga

perempuan ngirim orang perwakilan pak

kayak mak comblang, kalo sekarang udah

gapake mak comblang ya pak?

jadi waktu nikahan ibunya pak bekti itu masih

menggunakan perantara mak comblang ya

pak, itu biasanya kalo mak comblang dateng

kerumah bawaannya itu apa aja pak?

kalo masih pake atau tidaknya dalam konteks saat

ini saya kurang tau ir, kalo saya pribadi sih dulu ga

pake mak comblang, jadi ya kayak ngelamar biasa

aja sama kayak lamaran pada umumnya. Kalo yang

mak comblang itu waktu jamannya ibu saya

kayaknya, jadi ya waktu dulu emang betawi

biasanya kalo sebelum nikah ada proses perkenalan.

Karena orang betawi jaman dulu nih nurut banget

deh sama orang tua-orang tua mereka dan nilai

budaya asusilanya masih kenceng banget, jadi buat

ngutarain niat baik mau ngelamar pun dia gak

langsung dateng melainkan ada perantara gitu, ya

itu yang di bilang mak comblang.

kalo bawaan mak comblangnya sih setau saya sama

aja ya kayak bawaan kalo lagi siltaurahmi kerumah

orang, kayak bawa kue-kue atau makanan-makanan

khas betawi gitu biasanya.

Page 120: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xl

kalau bawaan ikan bandeng gitu ada gak pak?

Karena yang pernah saya pelajari orang

betawi kalo sebelum nikah itu digantungin

ikan bandeng di depannya buat penanda gitu.

oh iya dulu ibu saya juga pernah cerita pas saya

sebelum nikah ada tuh tradisi ikan bandeng gitu,

jadi pas mak comblang atau perantaranya ayah saya

dulu dateng kerumah ibu saya, waktu itu orang tua

ibu saya yang nemuin, ibu saya disuruh dikamar aja

jadi keputusan diterima apa enggaknya lebih

besarnya orang tua yang nentuin, ibu saya mah

tinggal nurut aja. Istilahnya dulu ya penentuan

jodoh baik enggaknya ya orang tua yang bisa nilai.

dulu waktu dikasih ikan bandeng itu gimana

pak, dan maksudnya biar apa pak?

kata ibu saya dulu jadi pas orang tua ibu saya

menerima kayak semacam lamaran gitu, tapi belum

resmi lamaran kayak baru perkenalan. Nah nanti itu

mak comblang ngasih sepasang ikan bandeng di

dalem kotak atau peti kecil gitu, nanti dia minta

tolong untuk digantungin di depan rumah sebagai

tanda persetujuan kalo keluarga ibu saya udah

nerima kedatangan mak comblang yang dikirim

oleh keluarga bapak saya, jadi biar kasih tanda

gitulah ir biar orang orang di sekitar tau kalo ibu

saya sudah ada yang ingin nikahin. Jadi nanti

semisal ada lelaki lain yang naksir ibu saya selain

dari bapak saya yang udah mengutarakan niat

duluan ya biar gak ganggu lagi hubungan mereka.

lalu kalo pada saat lamaran itu pa bekti bawa

apa aja kerumah istri pak?

waktu pas lamaran ya saya bawain kerumah istri

saya dulu buah-buahan, kue-kue tradisional betawi,

apa deh namanya kue bacot deh kalo gak salah,

terus juga bawa roti tawar, dodol, geplak, banyak

deh pokoknya ya makanan khas betawi gitu tapi

yang kue-kue nya. Terus saya juga bawa pisang raja

tuh satu sisir, itu dari makanannya yang saya bawa.

makanan-makanan yang sudah bapak

sebutkan tadi kan merupakan bawaan pa

bekti, kalo dari keluarga istri pa bekti sendiri

ada gak sih pak makanan yang diberikan

sebagai balasan hantaran?

oh iya jelas ada air, jadi istilahnya itu balasan

hantaran makanan itu kalo gak salah njotan atau

ngenjot gitu namanya, cuma karena waktu itu saya

waktunya mepet nikahnya, jadi saya waktu lamaran

ngasih kayak buah dan kue-kue tadi pas dateng

kerumahnya acara lamaran,pas malemnya pakde

saya nganterin bahan-bahan makanan gitu kayak

beras, daging ayam, sapi mentah, terus bahan-bahan

makanan lainnya yang belum diolah. nah nanti

bahan panganan yang di kasih itu diolah sama

mereka menjai makanan mateng, selang beberapa

hari sebelum akad disitu ada makanan-makanan

khas betawi juga termasuk sayur besan. Ada pecak

gurame juga, gabus pucung, semur jengkol,

pokoknya makanan-makanan yang menurut kita nih

masyarakat betawi enak ya disediain sama keluarga

istri saya, dan dianterin kerumah saya, itu yang

orang betawi bilangnya ngenjot. katanya sih untuk

menyambut kedatangan tamu special nantinya ya

Page 121: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xli

harus disediakan menu yang special pula.

terus pas akad nikah bapak bawa seserahan

roti buaya gak?

Wah kalau roti buaya itu pastii, paling utama itu

pokoknya saya dulu nyarinya sampe kemana-mana,

kan memang sudah jarang banget yang jual, jadi

mereka produksi kalo ada pesenan jauh-jauh hari,

Cuma kan pernikahan saya emang waktunya mepet

mendadak banget, jadi ya susah nyarinya,

ketemunya pas dicariin temen saya itu juga mepet

banget dan dapetnya yang kecil. Ya istilahnya biar

gak sempurna mah itu wajib ada dipernikahan,

Karena ya katanya kan melambangkan kesetiaan

jadi ya diusahakan ada biar jadi doa tersendiri buat

kita.

Jadi harus ya pak kalo menurut bapak

pribadi seserahan roti buaya, terus kalo

makanan seserahan lain ada lagi gak pak

yang menjadi tradisi dari pernikahan betawi

itu sendiri?

Ya kalo roti buaya ya menurut saya emang udah

jadi simbol legendaris, orang betawi wajib ngasih

itu kalo pernikahan, selain menjadi simbol dalam

pernikahan ya sebagai identitas kita juga. Kalo

makanan lain di betawi sih banyak, pokoknya kalo

ada acara upacara pernikahan, atau upacara-upacara

adat betawi semua jenis makanan betawi hampir

seluruhnya di adain, Cuma ya kalo menjadi cirri

khas pernikahan dan juga tradisinya ya paling Cuma

sebagian besar yang istilahnya memiliki makna

kehidupan yang mendalam yang disediakan

masyarakat betawi dalam acara itu. ya roti buaya

lah, kue bacot, roti tawar, sayur besan, dan

seserahan lainnya

Page 122: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xlii

Transkip wawancara

Nama Informan : Yuliana (ka ana)

Status : Karyawan swasta

Lahir : Jakarta, 14 Juli 1992

Tempat dan waktu wawancara : Rumah Informan (Tebet) / 11 Agustus 2018

Penulis Informan Maaf ka ana ganggu waktunya, mau nanya

dlu nikah pake adat betawi kan ya ?

Iya kemarin nikahnya pake adat betawi

Kalo waktu sebelum nikah prosesnya

gimana aja kak ?

Ya kayak biasanya aja pernikahan pada

umumnya, kayak lamaran terus abis itu

nikah.

Itu nggak tunangan dulu atau langsung

lamaran kak?

Nggak pake tunangan, dulu suami tuh

langsung kerumah sama keluarganya sama

rombongan keluarganya dan tetangga

deket, ketemu sama orang tua langsung

ngelamar gitu.

Berarti dulu gak ada proses ngedelengin ya

kak atau mak comblang?

Iya nggak ada dulu mah langsung lamaran

terus tentuin tanggal nikah deh.

Kalau dulu suami kaka pas lamaran ngasih

seserahan ikan bandeng mentah gak terus

digantungin depan rumah?

Enggak ada tuh pas kemaren suami kasih

ikan bandeng itumah Betawi jaman dulu

kali ya, kalo sekarang sih juga gapernah

denger tetangga atau sepupu kalo nikahan

pake adat Betawi digantungin ikan bandeng

gitu

Dulu pas lamaran suami kaka itu bawa

bawaannya apa aja kak? Banyak sih kemaren waktu lamaran yang dibawain suami, kayak buah-buahan, terus makanan kayak kue-kue khas betawi gitu, ada geplak, ada uli juga, ada pisang raja,ada roti , ada sirop manis yang warna merah dan macem – macem. Terus besokannya apa selang beberapa hari deh gitu pihak keluarga suami aku dateng lagi bawain anteran kayak bahan-bahan makanan mentah buat dimasak sama pihak keluarga aku, nah nanti beberapa hari kemudian sebelum acara nikahan, ya aku nganterin makanan mateng yang udah dimasak tadi yang dapet kiriman bahan makanan dari keluarga dia, dianterin sama tetangga aku sama sodara aku, jadi ya ngebales anteran dia itu.

Waktu itu pas nganterin hantaran dari pihak kaka ke suami kaka dulu sama aja kayak yang dikasih suami atau beda ka?

Beda, kalo keluarga aku sih dulu ngasihnya atau ngembaliinhya itu kayak makanan besarnya, makanan pokok, ada nasi kuning, ayam utuh atau biasanya orang betawi bilang bekakak ayam, terus ada pecak gurame, sayur besan, gabus pucung, sayur asem, pokoknya makanan-makanan buat sehari-hari tapi ya cirri khas betawi.

Page 123: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44448/2/IRMA FEBRIE...pengetahuan mengenai tradisi seserahan makanan yang

xliii

Oh gitu kak, itu kenapa bisa beda bawaannya kak antara bawaan seserahan lelaki sama perempuan?

Kalo kenapanya aku kurang tau, yang pasti sih tradisinya dari dulu gitu.

Kalo yang tadi kaka jelasin kan seserahan pas lagi lamaran ya kak, terus ada lagi gak makanan-makanan yang khas atau identik dengan pernikahan betawi ?

Itu sih paling roti buaya, ya kan kalo identik sama pernikahan betawi kalo nggak roti buaya atau gak sayur besan, sama seserahan kue-kue betawi itu kalo gak salah disebutnya kue bacot deh.

Biasanya kan setau aku kalo ada orang abis dilamar gitu suka ngasih kaya pisang raja atau buah lainnya gitu ke tetangga yang ada anak perawannya, kaka dulu ngelakuin hal itu ga?

Oh iya dulu aku juga ngasih ngasih tetangga, kayak pisang raja, buah jeruk, kue pepe (kalo gak salah), terus sama bolu atau roti gitu.

Itu maksudnya biar apa kak?

Kalo kata orang tua aku ya bagi-bagi aja sih, kayak biar ngasih tau juga ke tetangga kalo misalnya aku udah dilamar, kan nanti biasanya abis ngasih atau ngasih tau banyak yang doain juga, jadi kaya minta doa juga biar dilancarin, sama katanya ya biar yang punya anak perawan juga bisa jadi doa semoga bisa segera nyusul.

Dulu pas suami ngasih seserahan roti buaya itu artinya apa sih buat masyarakat betawi ?

Kalo kata orang tua aku sih ya biar nantinya pasangan setia, soalnya kan buaya nikahnya cuma sekali, terus roti buayanya juga harus sepasang, atau lebih lengkapnya ya ada roti anak buayanya juga biar katanya hidup bahagia sama keluarga kecil nya dan dikaruniai momongan.

Terus roti buayanya itu dikonsumsi sendiri, dibagi-bagi atau di diemin aja kak?

Ya dimakanlah namanya juga makanan, roti kan makanan dan fungsinya emang buat dimakan, waktu itu sih ya langsung dipotong-potong rotinya dibagiin tetangga sama saudara-saudara juga, soalnya kalo buat sendiri juga pasti gak bakal abis.

Terus ada makanan lainnya gak kak selain yang udah disebutkan dan dijelaskan kaka?

Kalo menurut pengalaman aku sih udah itu aja ir yang dibawain suami aku duluu sama yang dikasih balesan sama keluarga aku, selebihnya ya kayak makanan plasmanan ya aku pesen catering gitu