Upload
kumand-kamund
View
126
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA DEKOK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle) DAN DEKOK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) TERHADAP Staphylococcus aureus
SECARA In Vitro
dr. Aulia Abdul Hamid, M.Sc, Sp.M *, dr. Widodo, M. Kes **, Dianing Latifah ***
ABSTRAK
Saat ini, infeksi Staphylococcus aureus menjadi lebih sulit untuk diobati karena semakin meningkatnya kasus resistansi antibiotika. Daun sirih hijau dan daun sirih merah sama-sama memiliki senyawa antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan uji efektivitas antimikroba antara daun sirih hijau dan daun sirih merah dengan menggunakan metode dekok, terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro. Penelitian ini menggunakan metode dilusi tabung dengan konsentrasi 14%, 12%, 10%, 8% dan 6%. Analisa statistik one-way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan efek antimikroba pada pemberian dekok daun sirih hijau dan dekok daun sirih merah pada setiap perlakuan. Pada uji T-test, didapatkan perbedaan yang signifikan dalam jumlah koloni Staphylococcus aureus antara perlakuan dekok daun sirih hijau dan dekok daun sirih merah dimana dekok daun sirih hijau lebih efektif menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Kadar Bunuh Minimum dekok daun sirih hijau adalah 12% dan Kadar Bunuh Minimum dekok daun sirih merah 14%. Kata kunci: Staphylococcus aureus, Dekok Daun Sirih Hijau (Piper betle L), Dekok Daun Sirih
Merah (Piper crocatum), antimikroba, perbandingan
ABSTRACT Nowadays, Staphylococcus aureus infection becomes harder to treat because the increased case of antibiotic resistance. Both of green betel leaf and red betel leaf are known to have antimicrobial substance. This study aims to compare the effectiveness between decoction of green betel leaf and decoction of red betel leaf, on the growth of bacteria Staphylococcus aureus in vitro. This study uses dilution tube test method with concentration 14%, 12%, 10%, 8% and 6%. One-way ANOVA statistic analysis showed there is significant difference of antimicrobial effect between decoction of green betel leaf and decoction of red betel leaf for similar concentration. T-test analysis showed significant difference in colony number of Staphylococcus aureus between treatment of green betel leaf decoction and red betel leaf decoction in which decoction of green betel leaf is more effective to inhibit the growth of Staphylococcus aureus. Based on this study, it can be concluded both of decoction of green betel leaf and decoction of red betel leaf have antimicrobial effect against Staphylococcus aureus with green betel leaf decoction’s Minimum Bactericidal Concentration is 12% and red betel leaf decoction’s Minimum Bactericidal Concentration is 14%. Keywords: Staphylococcus aureus, Decoction of Green Betel Leaf (Piper betle L.) Decoction
of Red Betel Leaf (Piper crocatum), antimicrobial, comparison * Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ** Laboratorium Biokimia dan Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya *** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2
PENDAHULUAN
Salah satu penyebab penyakit infeksi
yang penting di Indonesia adalah
Staphylococcus aureus. Pada
perbandingan epidemiologi, varian S.
Aureus di negara maju sebanyak 32%
pada US dan 35% pada Belanda. Jika
dibandingkan pada negara berkembang
didapatkan data Nigeria (14%), Malaysia
(26%), India (16%), Indonesia (<10%)[1].
Staphylococcus aureus sendiri
ditemukan 25% dan 35% pada kulit dan
mukosa membran individual yang sehat[2].
Bakteri Staphylococcus dapat
menyebabkan penyakit tidak hanya secara
langsung oleh infeksi (contohnya infeksi
pada kulit seperti eksim yang dapat terjadi
setelah operasi ), namun juga secara tidak
langsung dengan menghasilkan racun-
racun yang bertanggung jawab untuk
keracunan makanan dan toxic shock
syndrome[3]. Selain itu, endokarditis,
osteomyelitis dan arthritis septik juga dapat
disebabkan oleh bakteri ini[4]. Infeksi
Staphylococci menjadi lebih sulit untuk
diobati karena semakin meningkatnya
kasus resistansi antibiotika[5].
Sirih hijau (Piper betle merupakan
tumbuhan obat yang sangat besar
manfaatnya. Secara tradisional, tanaman ini
dipakai untuk mengatasi bau badan dan
mulut, sariawan, mimisan, gatal-gatal dan
koreng, serta mengobati keputihan pada
wanita. Daunnya digunakan untuk
mengobati mata merah, membuat suara
nyaring juga mengobati disfungsi ereksi.
Tanaman obat ini mengandung zat
antiseptik yang mampu membunuh kuman.
Kandungan fenol dalam sifat antiseptiknya
lima kali lebih efektif dibandingkan dengan
fenol biasa [6].
Selain sirih hijau, sirih merah (Piper
crocatum) juga merupakan tumbuhan obat
yang memiliki banyak manfaat. Senyawa
fitokimia yang terkandung dalam daun sirih
merah meliputi alkoloid, saponin, tanin, dan
flavonoid. Menurut Ivorra M.D. dalam buku
A Review of Natural Product and Plants as
Potential Antidiabetic, senyawa aktif alkoloid
dan flavonoid memiliki aktivitas hipoglikemik
atau penurun kadar glukosa darah.
Senyawa tanin dan saponin dapat dipakai
sebagai antimikroba baik bakteri maupun
virus [7].
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan efek antimikroba
antara daun sirih hijau dan daun sirih merah
terhadap S. aureus; dan mengetahui
diantara kedua bahan, yang memiliki efek
antimikroba lebih tinggi terhadap
Staphylococcus aureus.
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan
adalah penelitian eksperimental. Uji
antimikroba dilakukan secara in vitro
dengan menggunakan tube dilution test
untuk mengetahui aktivitas dekok daun sirih
hijau (Piper betel) dan daun sirih merah
(Piper crocatum) sebagai antimikroba
terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Tube dilution test meliputi dua tahap, yaitu
3
tahap pengujian bahan pada medium broth
untuk menentukan KHM (Kadar Hambat
Minimal) dan tahap streaking (penggoresan)
pada media NAP (Nutrient Agar Plate)
untuk mengetahui KBM (Kadar Bunuh
Minimal).
Sampel penelitian adalah bakteri
Staphylococcus aureus
Proses Dekok Daun Sirih Hijau dan Daun Sirih Merah
1. Daun sirih hijau yang telah
dipersiapkan dipotong kecil-kecil
2. Lalu ditimbang hingga mencapai berat
30 gram
3. Masukkan daun sirih hijau yang telah
terpotong-potong ke dalam wadah
tertuutp (labu erlenmeyer)
4. Tambahkan aquadest sebanyak
100cc
5. Tutup wadah (bisa menggunakan
aluminium foil)
6. Panaskan pada suhu kurang lebih
100°C selama 15 menit, kemudian
biarkan dingin
7. Setelah dingin, tuang airnya dan
didapatkan larutan 30% (30gr daun
sirih hijau dalam 100cc aquadest)
8. Lakukan langkah 1-7 dengan bahan
daun sirih merah
Uji Kepekaan Antimikroba
1. Siapkan larutan dekok daun sirih hijau
dan daun sirih merah dalam tabung
dengan konsentrasi masing-masing
0% , 6%, 8%, 10%, 12%, 14, dan 30%
2. Ditambahkan 1 ml suspensi kuman
Staphylococcus aureus pada masing
– masing tabung
3. Buat original inoculum dengan cara
streaking larutan pada tabung A1
sebanyak satu ose pada media
Nutrient Agar Plate.
4. Inkubasi keenam tabung tadi beserta
original inoculum ke dalam inkubator
dengan suhu 37oC selama 18-24 jam.
Setelah diinkubasikan, amati dan nilai
tingkat kekeruhannya dengan
membandingkan larutan tersebut
dengan kontrol positif dan
5. kontrol negatif. Tentukan Kadar
Hambat Minimal (KHM) dekok daun
sirih hijau tersebut.
6. Ambil 1 ose larutan dari masing
masing tabung dan lakukan streaking
pada NAP.
7. Inkubasikan semua NAP diatas dalam
inkubator dengan suhu 37oC selama
18-24 jam.
8. Setelah diinkubasikan, hitung koloni
yang tumbuh pada NAP
HASIL PENELITIAN Untuk penentuan KHM, pengamatan
hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsetrasi dekok daun sirih
hijau atau dekok daun sirih merah, maka
tingkat kekeruhan semakin berkurang KHM
masing-masing dekok ditentukan dengan
kontrol bahan, hal ini ditandai dengan
bayangan garis hitam di belakang tabung
yang tampak paling jelas. Larutan pada
4
tabung yang berisi dekok daun sirih hijau
dan suspense Staphylococcus aureus,
bayangan garis hitam paling jelas tampak
pada konsentrasi 10%, yang berarti KHM
dekok daun sirih hijau adalah 10%,
sedangkan larutan pada tabung yang berisi
dekok daun sirih merah dan suspense
Staphylococcus aureus, bayangan garis
hitam paling jelas tampak pada konsentrasi
12%, yang berarti KHM dekok daun sirih
merah adalah 12%.
Sedangkan pada penetuan KBM, ada
pengamatan dapat dilihat pada bahwa
semakin tinggi konsentrasi dekok daun sirih
hijau atau dekok daun sirih merah, jumlah
koloni Staphylococcus aureus semakin
menurun. Pada dekok daun sirih hijau
terlihat bahwa KBM nya adalah pada
konsentrasi 12%. Sedangkan, pada dekok
daun sirih merah terlihat bahwa KBM pada
konsentrasi 14% (0,1 % dari jumlah tuh
=1,6 CFU/plate). Adapun perbedaan
jumlah koloni bakteri Staphylococcus
aureus yang dihasilkan pada media NAP
secara keseluruhan pada setiap perlakuan
di atas juga dapat digambarkan dalam
bentuk grafik sebagai berikut.
Data Hasil Rata-rata Perbandingan Efek
Antimikroba Daun Sirih Hijau dan Daun
Sirih Merah terhadap Jumlah Koloni
Staphylococcus aureus
Konsentrasi dekok daun
sirih hijau
dekok daun
sirih merah
6% 114 346.75
8% 76.25 232.25
10% 26 80
12% 0.75 19
14% 0 0
PEMBAHASAN Berdasarkan nilai KHM dan KBM
yang telah disebutkan diatas dapat
diketahui bahwa dekok daun sirih hijau
memiliki KHM dan KBM lebih rendah
dibandingkan dekok sirih merah. Hal in
berarti dekok daun sirih hijau lebih efektif Efek antimikroba daun sirih hijau
diduga disebabkan karena daun sirih hijau
mengandung 4,2 % minyak atsiri yang
sebagian besar terdiri dari Chavicol
paraallyphenol turunan dari Chavica betel.
Isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol
methil euganol dan Caryophyllen, kavikol,
kavibekol, estragol, terpinen[8]. Selain itu
didalam daun sirih juga terdapat flavanoid,
saponin, dan tannin. Saponin dan tannin
bersifat sebagai antiseptik pada luka
permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik
yang biasanya digunakan untuk infeksi
pada kulit, mukosa dan melawan infeksi
5
pada luka[9]. Flavanoid selain berfungsi
sebagai bakteriostatik juga berfungsi
sebagai anti inflamasi. Daun sirih hijau
antara lain mengandung kavikol dan
kavibetol yang merupakan turunan dari
fenol yang mempunyai daya antibakteri lima
kali lipat dari fenol biasa terhadap
Staphylococcus aureus[10]. Cara kerja fenol
dalam membunuh mikroorganisme yaitu
dengan cara mendenaturasi protein sel[11].
Dengan terdenaturasinya protein sel, maka
semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis
oleh enzim yang merupakan suatu protein.
Terpen atau terpenoid aktif terhadap
baketri, virus, fungi dan protozoa.
Mekanismenya belum diketahui secara
pasti dan dispekulasi terlibat dalam
perusakan membrane sel oleh senyawa
lipofilik[12]. Sedangkan mekanisme kerja
saponin pada mikroorganisme adalah
berikatan dengan kompleks polisakarida
pada dinding sel, sehingga dapat merusak
dinding sel dari bakteri tersebut.
Efek antimikroba daun sirih merah
diduga disebabkan karena daun sirih merah
mengandung senyawa aktif flavonoid,
alkaloid, tannin, senyawa polifenolat dan
minyak atsiri. Flavanoid yang bersifat
lipofilik mempunyai kemampuan akan
merusak membran sel mikroba[13].
Rusaknya membran dan dinding sel akan
menyebabkan metabolit penting di dalam
sel akan keluar, akibatnya terjadi kematian
sel. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen
heterosiklik, yang mengandung basa
nitrogen. Mekanisme kerja dari alkaloid
dihubungkan dengan kemampuan mereka
untuk berinteraksi atau melekatkan diri di
antara DNA. Adanya zat yang berada
diantara DNA akan menghambat replikasi
DNA itu sendiri, akibatnya terjadi gangguan
replikasi DNA yang akhirnya akan
menyebabkan kematian sel[14]. Tannin
merupakan senyawa polifenol yang diduga
dapat mengkerutkan dinding sel atau
membran sel sehingga mengganggu
permeabilitas sel itu sendiri. Akibat
terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat
melakukan aktivitas hidup sehingga
pertumbuhannya terhambat atau bahkan
mati[15].
Berbeda dengan dekok Piper betel L,
dekok Piper crocatum tidak memiliki
senyawa saponin dan triterpenoid[16]. Selain
itu, pada metode dekok sirih merah ini tidak
didapatkan senyawa polifenolat yang biasa
didapatkan pada metode ekstrak sirih
merah. Yang mana, senyawa polifenolat
mempunyai efek lebih bakteriostatik
terhadap bakteri gram positif seperti
Staphylococcus aureus[17]. Hal ini lah yang
mengakibatkan, dekok daun sirih merah
tidak lebih efektif dibandingkan dekok daun
sirih hijau.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat
ditentukan kesimpulan bahwa dekok daun
sirih hijau dan dekok daun sirih merah
mempunyai efek antimikroba terhadap
Staphylococcus aureus. Dekok daun sirih
6
hijau lebih efektif terhadap Staphylococcus
aureus daripada dekok daun sirih merah
DAFTAR PUSTAKA 1. Sivaraman, K, Venkataraman, N, and
Cole, AM. 2009. Staphylococcus aureus
Nasal Carriage and its Contributing.
Future Microbiol. 2009 October ; 4: 999–
1008. doi:10.2217/fmb.09.79.
2. Wertheim HF, Melles DC, Vos MC, van
Leeuwen W, van Belkum A, et al. The
role of nasal carriage in Staphylococcus
aureus infections. Lancet Infect Dis.
2005;5:751–762.
3. Kayser, FH, Bienz, KA, Eckert, J,
Zinkernagel, RM. 2005. Medical
Microbiology. New York : Thieme
4. Gillespie, SH, Bamford, KB. 2000.
Medical Microbiology and Infection at a
Glance. United Kingdom: Blackwell
Science ltd.
5. Postlethwait, JH, Hopson, JL. 2006.
Modern Biology. USA : Holt, Rinehart
and Winston
6. Triarsari, D. 2009. Daun Sirih Mengobati
Keputihan hingga Mimisan. (Online).
(http://www.depkes.go.id/en/index_en.ht
m) Diakses tanggal 25 November 2009
pukul 07.30 WIB
7. Sholikhah, A. 2006. Sirih Merah
Penurun Glukosa Darah. Koran Tempo,
7 Juli 2006
8. Sastroamidjojo, S. 1997. Obat Asli
Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat
9. Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional
Untuk Penyakit Malaria. Jakarta: PT.
Penebar Swadaya
10. Kartasapoetra.1992.Budidaya Tanaman
Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta
11. Pelczar, MJ dan Chan ES. 1988. Dasar-
dasar Microbiologi. Edisi ke-2. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia
12. Cowan, MM. 1999. Plant Products as
Antimicrobial Agents. Clinical
Microbiology Reviews Vol. 12, No. 4.
13. Asti, RH. 2009. Ekstrak Daun Salam
(Syzgium polyanthum) sebagai
Pegobatan Demam Tifoid. (Online)
(http://www.beswandjarum.com/article)
diakses tanggal 10 Januari 2010
14. Naim, R. 2005. Senyawa antimikroba
dari tanaman. Harian Kompas edisi
Rabu, 15 September 2004. (Online)
(http://kompas.com/kompas-
cetak/contactus.htm) diakses tanggal 11
Februari 2011 pukul 06.00 WIB
15. Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella
Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun
Psidium Guajava L. Bioscientiae, Vol. 1,
No. 1 : 31-8
16. Safithri, M, Farah, R. 2008. Potency of
Piper crocatum Decoction as an
Antihiperglycemia in Rat Strain Sprague
dawley. HAYATI Journal of Biosciences,
March 2008 p 45-48 Vol. 15, No. 1
17. Ariesdyanata, C. 2009. Perbedaan Daya
Hambat Ekstrak Daun Sirih Hijau dan
Ekstrak Daun Sirih Merah Terhadap
Staphylococcus aureus. Skripsi,
7
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga