Upload
vunhu
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PELAKS
SE
SANAAN PE
KOLAH BE
KARANGA
FAKULT
EMBELAJA
ERTARAF
ANYAR KE
PADA POK
TAHUN
J
TAS KEGU
UNIVERS
ARAN KIM
INTERNA
ELAS XI IP
KOK BAHA
N AJARAN
SKRIPS
Oleh:
JOKO SUS
K330703
URUAN DA
SITAS SEBE
SURAKAR
2012
MIA PADA
ASIONAL D
PA 3 SEME
ASAN KOL
N 2010/2011
SI
SILO
32
N ILMU PE
ELAS MAR
RTA
PROGRAM
DI SMA NEG
ESTER GEN
LOID
ENDIDIKA
RET
M RINTISA
GERI 1
NAP
AN
AN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA PROGRAM RINTISAN
SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI SMA NEGERI 1
KARANGANYAR KELAS XI IPA 3 SEMESTER GENAP
PADA POKOK BAHASAN KOLOID
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh:
JOKO SUSILO
K3307032
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001
Pembimbing II
Lina Mahardiani, S.T., M.M., M.Sc. NIP. 19800310 200501 2 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada hari : Senin
Tanggal : 30 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Haryono, M.Pd .........................
NIP. 19520423 197603 1 001
Sekretaris : Endang Susilowati, S.Si.,M.Si .........................
NIP. 19700117 200003 2 001
Anggota I : Dr. M. Masykuri, M.Si .........................
NIP. 19681124 199403 1 001
Anggota II : Lina Mahardiani, S.T., M.M., M.Sc .........................
NIP. 19800310 200501 2 003
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Joko Susilo
NIM : K3307032
Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Kimia
menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran
Kimia pada Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 1
Karanganyar Kelas XI IPA 3 Semester Genap pada Pokok Bahasan Koloid Tahun
Ajaran 2010/2011” adalah benar-benar karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi
yang dikutip dari penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Joko Susilo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Joko Susilo. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR KELAS XI IPA 3 SEMESTER II PADA POKOK BAHASAN KOLOID TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juli. 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar, (2) mengetahui hambatan yang dihadapi serta usaha guru untuk mengatasi hambatan dalam pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar dan (3) mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar.
Penelitian ini menggunakan model penelitian Context, Input, Product and Process (CIPP). Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3, Guru Kimia kelas XI IPA dan Penanggung Jawab Program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar. Teknik pengambilan sampling menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Validasi data menggunakan triangulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Teknik analisis data dibedakan menjadi 2 yaitu analisis data untuk menghasilkan kesimpulan dari data empiris dan analisis data untuk rekomendasi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar meliputi 3 aspek, yaitu perencanaan, proses dan penilaian hasil belajar. Dalam perencanaan guru telah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan cukup baik dan memiliki persiapan mengajar yang baik. Dalam proses pembelajaran, penggunaan metode dan gaya mengajar, penggunaan media dan sumber belajar sudah cukup baik. Namun untuk penggunaan Bahasa Inggris di dalam kelas guru belum melakukannya dengan baik. Penilaian hasil belajar yang diakukan oleh guru sudah cukup baik. (2) Kendala yang dihadapi adalah kesulitan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa, belum mahirnya guru dalam menggunakan media pembelajaran, belum termanfaatkannya fasilitas laboratorium, dan kesulitan mengevaluasi aspek afektif dan psikomotor serta guru dan siswa kesulitan menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi dalam proses pembelajaran. Sedangkan usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan keaktifan siswa adalah menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan. Usaha yang bisa dilakukan guru untuk meningkatkan proses pembelajaran adalah menggunakan metode pembelajaran yang lebih variatif dan disesuaikan dengan karakteristik siswa, menggunakan bilingual dalam proses pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar yang ada disekolah lebih optimal dan memberikan tugas yang lebih kepada siswa (3) Dari 34 siswa di kelas XI IPA 3 sebanyak 58,82% siswa tuntas dalam pembelajaran kimia koloid.
Kata kunci: Pembelajaran Kimia, Program RSBI, model CIPP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT Joko Susilo. IMPLEMENTATION OF CHEMISTRY LEARNING IN RSBI PROGRAM AT CLASS XI IPA 3 OF SMA NEGERI 1 KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2010/2011 ON COLLOIDS MATERIAL. Minor Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, July. 2012.
The aims of this research are to (1) know implementation of chemistry learning on RSBI Program in SMA Negeri 1 Karanganyar, (2) determine the constraints faced in implementation of chemistry learning and know the efforts undertaken by chemistry teacher in developing methods for learning and (3) know the level of achievement of chemistry learning in RSBI program of SMA Negeri 1 Karanganyar.
This research used Context, Input, Product, Process (CIPP) model and used mixed approach method between qualitative approach and quantitative approach. The samples of this research are Class XI IPA 3, chemistry teacher and vice headmaster for RSBI program of SMA Negeri 1 Karanganyar. Determination of sample was done by purposive sampling. Data collection techniques used observations, interviews, questionnaires and documentations. Data validation used triangulation of data which was collected by similar data from many different data sources. The data analysis technique was divided by 2, data analysis to generate empirical data and data analysis to conclude for recommendation.
From the research we could conclude that (1) implementation of chemistry learning on RSBI program in SMA Negeri 1 Karanganyar consists of three aspects, they are planning, learning process and evaluating. In the planning, the chemistry teacher have made annual program, semester program, syllabus and lesson plan. In the learning process, the chemistry teacher did not use various methods and did not use learning media yet. Learning evaluation only focus on the cognitive test and remedial test, (2) the constraints on learning process are the difficulty of chemistry teacher to determine proper learning method which suits with student characteristics, the teacher was not fully-skilled using learning media, the teacher and the student were difficult to use english in communication, the usage of laboratory facilities was none and the difficulty of chemistry teacher to evaluate affective and psychomotor aspect. The effort had been done by chemistry teacher are maximize using of varied learning method especially conventional plus method to address diversity of student’s characteristic, create learning atmosphere more enjoyable and (3) among 34 students in the class of XI IPA 3, about 58,82% students were passed the minimal criteria for the accomplishment. Keywords: Chemistry Learning, RSBI Program, CIPP Model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
’’Dalam hidup ini yang penting adalah untuk menjadi sukses, tetapi
kesuksesan abadi adalah apabila hidup kita dapat berguna dan berarti bagi
orang lain yang membutuhkannya’’
(Albert Einstein)
“Jenius adalah 1% Inspirasi dan 99% Keringat. Tidak ada yang dapat
menggantikan kerja keras“
(Thomas Alfa Edison)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
• Bapak dan Ibu tercinta
• Dosen Pembimbing
• Teman-teman Boimers (Amel, Otit, Eka, Hanif sama
mbak Dyah)
• Teman-teman kimia angkatan 2007 (Generasi 007)
• Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul ’’Pelaksanaan Pembelajaran Kimia pada Program Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional di SMA Negeri 1 Karanganyar Kelas XI IPA 3 Semester Genap
pada Pokok Bahasa Koloid Tahun Ajaran 2010/2011“. Skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi tingkat sarjana (S1) di
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penelitian skripsi ini,
namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan – kesulitan yang timbul
dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih ini penulis
haturkan setulusnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi
ini.
2. Drs. Sukarmin, Ph.D., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNS yang
telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
4. Bapak Dr. Mohammad Masykuri, M.Si., selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan
yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Lina Mahardiani, S.T., M.M., M.Sc., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan
yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Drs. JS. Sukardjo, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas waktu
bimbingan, nasehat, dan ilmunya bagi penulis selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
7. Bapak Drs. Sobirin M.Pd., selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Karanganyar yang
telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
8. Ibu Dra. Sri Widayati, M.M., selaku guru bidang Studi Kimia SMA Negeri 1
Karanganyar yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan selama
melakukan penelitian.
9. Para siswa SMA Negeri I Karanganyar terutama kelas XI IPA 3 atas kerja sama
kalian.
10. Teman – teman Program Studi Pendidikan Kimia angkatan 2007 yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Demikian skripsi ini disusun dan penulis sadar masih banyak kekurangan
didalamnya. Demi sempurnanya suatu pembelajaran, maka segala keterbatasan dan
kekurangan tersebut perlu senantiasa diperbaiki, oleh karenanya saran, ide, dan kritik
yang membangun dari semua pihak tetap penulis harapkan.
Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan memberikan
sedikit kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai tujuan
pendidikan yang optimal.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4
C. Batasan Masalah ...................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7
1. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional .......................... 7
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ............................ 14
3. Pembelajaran Kimia ......................................................... 20
4. Penelitian Evaluatif .......................................................... 26
5. Evaluasi Model CIPP ....................................................... 29
6. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar .............. 31
7. Kimia Koloid .................................................................... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Halaman
B. Kerangka Berpikir ................................................................... 48
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 52
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 52
B. Rancangan Penelitian .............................................................. 52
1. Model Penelitian ................................................................. 52
2. Tahapan Penelitian .............................................................. 53
C. Sumber Data ............................................................................ 53
D. Teknik Sampling ..................................................................... 54
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 54
F. Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 55
G. Validitas Data .......................................................................... 56
H. Teknik Analisa Data ................................................................ 57
BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................. 58
A. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................... 58
1. Kondisi Awal ................................................................ 58
2. Hasil Wawancara .......................................................... 60
3. Hasil Observasi ............................................................. 63
4. Hasil Angket ................................................................. 65
5. Hasil Dokumentasi Tentang Perangkat Pembelajaran 66
B. Pembahasan ............................................................................. 66
1. Kondisi Awal ................................................................. 66
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kimia pada Program RSBI 67
3. Kendala Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Pada
Program RSBI ................................................................ 72
4. Usaha Dalam Mengembangkan Pembelajaran Kimia
Pada Program RSBI ........................................................ 75
C. Analisis Rekomendasi ............................................................. 76
1. Rekomendasi Untuk Sekolah .......................................... 78
2. Rekomendasi Untuk Guru Kimia .................................... 79
D. Tabel Matrikulasi CIPP Model ............................................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Halaman
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..................................... 83
A. Kesimpulan ............................................................................ 83
B. Rekomendasi .......................................................................... 84
1. Rekomendasi Untuk Sekolah ........................................... 84
2. Rekomendasi Untuk Guru Kimia ..................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 86
LAMPIRAN ................................................................................................ 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data Nilai Ulangan Harian Pokok Bahasan Koloid Tahun Ajaran
2009/2010 .................................................................................... 3
Tabel 2.1 Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi ................................... 34
Tabel 2.2 Jenis-Jenis Koloid ....................................................................... 35
Tabel 2.3 Perbandingan Sifat Koloid Liofil dan Liofob ............................. 43
Table 4.1 Distribusi Kualitas Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar .............. 59
Tabel 4.2 Distribusi Minat Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar.................. 59
Tabel 4.3 Persentase Penilaian RPP Guru................................................... 60
Tabel 4.4 Data Hasil Wawancara I ............................................................. 60
Tabel 4.5 Data Hasil Wawancara II ............................................................ 62
Tabel 4.6 Persentase Aktivitas Guru ........................................................... 64
Tabel 4.7 Persentase Aktivitas Siswa.......................................................... 64
Tabel 4.8 Persentase Tentang Proses Pembelajaran Kimia di SMA Negeri
1 Karanganyar ............................................................................. 65
Tabel 4.9 Matriks CIPP Model Proses Pembelajaran Kimia pada Program
RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar ......................................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Pengkatagorian Sekolah di Indonesia ................................... 9
Gambar 2. 2 Buih Padat dari Bahan Stirofoam digunakan untuk tempat
Minum Sekali Pakai .............................................................. 35
Gambar 2.3 Efek Tyndall ......................................................................... 37
Gambar 2.4 Sel Elektroforesis Sederhana .................................................. 38
Gambar 2.5 Adsorpsi ion-ion ..................................................................... 39
Gambar 2.6 Antar Partikel koloid terdapat gaya tolak menolak listrik
Karena Bermuatan Sejenis ..................................................... 40
Gambar 2.7 Koagulasi Koloid ................................................................... 40
Gambar 2.8 Pengendap Cottrel .................................................................. 41
Gambar 2.9 Dialisis .................................................................................... 42
Gambar 2.10 Diagram Suatu Dialisis Darah ............................................... 42
Gambar 2.11 Contoh Koloid Hidrofob dan Hidrofil ................................... 43
Gambar 2.12 Dua Cara Pembuatan Koloid, Koloid Dispersi, Kondesasi ... 44
Gambar 2.13 Pembuatan Sol Logam dengan Busur Bredig ....................... 45
Gambar 2.15 Larutan Sabun merupakan Koloid Asosiasi .......................... 47
Gambar 2.16 Skema Cara Kerja Detergen .................................................. 48
Gambar 2.17 Bagan/ Skema Kerangka Berpikir ......................................... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Observasi guru Mengajajar, Observasi Siswa,
Observasi Sarana dan Prasarana............................................ 89
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Guru Kimia dan Penanggungjawab
RSBI ...................................................................................... 99
Lampiran 3. Silabus, Program Tahunan, Program Semester, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ......................................... 103
Lampiran 4. Angket Minat Siswa dan Angket Proses Pembelajaran ........ 120
Lampiran 5. Analisis Kondisi Awal Siswa ............................................... 130
Lampiran 6. Analisis Angket Minat Siswa ............................................... 132
Lampiran 7. Analisis Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ....... 145
Lampiran 8. Hasil Wawancara dengan Guru Kimia ................................. 146
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Penanggungjawab RSBI ............. 149
Lampiran 10. Analisis Guru Mengajar........................................................ 152
Lampiran 11. Analisis Aktivitas Siswa ....................................................... 157
Lampiran 12. Analisis Angket Proses Pembelajaran .................................. 160
Lampiran 13. Soal Ujian Kimia Koloid dan Daftar Nilai Ulangan Harian
Kimia Koloid ......................................................................... 168
Lampiran 14. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ................. 175
Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian ........................................................ 177
Lampiran 16. Analisis Sarana dan Prasarana .............................................. 179
Lampiran 17. Surat Pembimbing Skripsi .................................................... 182
Lampiran 18. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ......................... 183
Lampiran 19. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan
Skripsi ................................................................................... 184
Lampiran 20. Surat Permohonan Izin Research/Tryout .............................. 185
Lampiran 21. Surat Permohonan Keterangan telah Melakukan Penelitian 186
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan suatu
bangsa, karena kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan
dan sumber daya manusia. Dewasa ini perkembangan dunia pendidikan menjadi
sangat diperhatikan, terutama untuk menghadapi persaingan global yang semakin
tinggi. Sekolah mempunyai peranan tinggi dalam meningkatkan tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan merupakan proses sistemik untuk meningkatkan
martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat berkembang secara
optimal.
Dewasa ini banyak upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan
oleh berbagai pihak. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran betapa
pentingnya peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia
(SDM) dan pengembangan watak bangsa (Nation Character Building) untuk
kemajuan masyarakat dan bangsa. Harkat dan martabat suatu bangsa sangat
ditentukan oleh mutu pendidikannya. Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua
hal yakni mengacu pada proses dan hasil pendidikan. Proses pendidikan dikatakan
bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan
itu sendiri (Feiby Ismail, 2008: 1). Keberhasilan suatu pendidikan terkait dengan
masalah pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Menurut data Education Development Index (EDI) yang diterbitkan
UNESCO pada tahun 2010, Indonesia berada di peringkat 65 dari 128 negara.
Skor EDI Indonesia adalah 0,947 yang lebih rendah daripada Brunei Darusalam
yaitu 0,970 (Education for all global monitoring: 2010). Hal ini mendorong para
penanggungjawab dan pelaku pendidikan di Indonesia untuk berupaya mendesain
berbagai program dan kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan ke
arah yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Salah satu kebijakan pemerintah pusat dalam rangka peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia adalah penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI) [Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 50 ayat (3) dan Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 61 ayat (1)]. Kebijakan SBI diharapkan dapat
menjadi faktor pendorong bagi Pemerintah Pusat dan Daerah (Propinsi dan
Kabupaten) guna meningkatkan kualitas sekolah-sekolah di Indonesia.
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional atau yang biasa dikenal dengan
RSBI adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf
Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing
internasional. Jadi adanya program RSBI ini adalah untuk mencapai SBI (Ditjen
Dikdasmen, 2008). Adapun Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
diwajibkan memuat atau terbangun dari 4 dimensi strategis, yakni English
integrated to subject matter (integrasi bahasa Inggris ke dalam mata pelajaran),
adapted curriculum (kurikulum yang diadaptasi), ICT based learning
(Pembelajaran berbasis TIK) dan ICT based management (manajemen berbasis
TIK). Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar didirikan dengan
rekomendasi Dinas dan K provinsi Jawa Tengah no. 193/DIKMEN/VI/2008
perihal penyelenggara Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), bertujuan
mencetak para lulusan yang memiliki daya saing tinggi dan berwawasan
internasional.
Secara lebih khusus dari dimensi English integrated to subject matter
diharapkan guru kimia SMA Negeri 1 Karanganyar telah mampu mengucapkan
salam awal pelajaran, instruksi-instruksi singkat, salam penutup, menulis Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam bahasa Inggris dan menggunakan sumber
belajar yang juga berbahasa Inggris. Dari dimensi adapted curriculum, guru kimia
SMA Negeri 1 Karanganyar diharapkan telah memiliki dan menerapkan
kurikulum yang diadaptasi dari kurikulum sekolah-sekolah yang bertaraf
internasional. Persiapan perangkat TIK dan penggunaannnya dalam pembelajaran
untuk mendukung ICT based learning dan ICT based management juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
seharusnya sudah dilaksanakan oleh guru kimia (Permendiknas No. 78 Tahun
2009).
Namun demikian, masalah dalam belajar masih banyak ditemukan pada
pembelajaran kimia pada program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
di SMA Negeri 1 Karanganyar. Masih banyak siswa mengalami kesulitan belajar
pada materi pokok koloid. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa
pada materi pokok koloid tahun 2009/2010 yang tersaji dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Data Nilai Ulangan Harian Siswa Pokok Bahasan Koloid Tahun Ajaran 2009/2010
Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Kelas
Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan
(%) Tuntas Tidak Tuntas Jumlah
70 (Skala 10 s.d 100)
XI. IPA 1 24 18 42 57,14 XI. IPA 2 23 21 44 52,27 XI. IPA 3 20 24 44 45,45 XI. IPA 4 27 15 42 64,29 XI. IPA 5 24 20 44 54,55
Rendahnya persentase ketuntasan ketuntasan belajar ini bisa disebabkan
karena sebagian besar pembelajaran kimia yang dilakukan di SMA Negeri 1
Karanganyar masih menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru
(teacher centered learning), sehingga siswa cenderung pasif dalam mengikuti
pelajaran kimia. Selain itu pembelajaran kimia yang dilakukan oleh guru juga
belum sesuai dengan Permendiknas No. 79 tahun 2009 dimana pembelajaran pada
program RSBI harus memenuhi empat dimensi yang sudah disebutkan pada
paragraf keenam. Dari hasil pengamatan di dalam kelas, guru masih dominan
menggunakan bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran baik dalam
penyampaian, penggunaan media dan penggunaan alat evaluasi.
Beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya penelitian ini dilakukan
antara lain: 1) belum ada penelitian terhadap pelaksanaan program RSBI
(khususnya pada pembelajaran kimia) yang bersifat evaluative dan kebijakan, 2)
pelaksanaan program RSBI perlu dievaluasi secara kualitatif dan kuantitatif, dan
3) hasil evaluasi itu dapat dijadikan sebagai informasi dan dasar bagi pengambilan
kebijakan dalam proses pembelajaran kimia selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dilakukan suatu penelitian yang
bersifat deskripsi kualitatif evaluatif terutama evaluasi tentang pelaksanaan
pembelajaran kimia pada program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
menggunakan model penelitian evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)
yaitu model evaluasi terhadap suatu program dari sisi konteks, input, proses dan
output atau luaran. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul "Pelaksanaan
Pembelajaran Kimia pada Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di
SMA Negeri 1 Karanganyar Kelas XI IPA Semester II pada Pokok Bahasan
Koloid Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentifikasi masalah
yang ada sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih terbiasa dengan kebiasaan lama
(pembelajaran yang kurang variatif dan menempatkan siswa sebagai objek
pembelajaran).
2. Belum dilakukan evaluasi proses tentang pelaksanaan pembelajaran.
3. Pelakasanaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) belum
diimplementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi perencanaan
pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dilakukan pembatasan
terhadap masalah tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Evaluasi ini dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran kimia kelas XI IPA
semester II pada Pokok Bahasan Koloid di SMA Negeri 1 Karanganyar.
2. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 dan guru kimia.
3. Sasaran penelitian ini adalah tentang pelaksanaan pembelajaran ditinjau dari
perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar
serta input dan output dari proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Rumusan Masalah
Dengan titik tolak identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas
maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kondisi awal siswa program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar
kelas XI IPA semester II tahun Ajaran 2010/2011?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di
SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan
koloid tahun ajaran 2010/2011?
3. Hambatan apa yang dihadapi serta usaha yang dilakukan guru untuk
mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran kimia pada program
RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok
bahasan koloid tahun ajaran 2010/2011?
4. Bagaimana Tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran kimia pada program
RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok
bahasan koloid tahun ajaran 2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui :
1. Konsidisi awal siswa SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II
tahun Ajaran 2010/2011.
2. Pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1
Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan koloid tahun
ajaran 2010/2011.
3. Hambatan yang dihadapi serta usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi
hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di
SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan
tahun ajaran 2010/2011.
4. Tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA
Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan koloid
tahun ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat praktis
yaitu:
1. Bagi orang tua dan masyarakat, sebagai informasi pengetahuan tentang
pelaksanaan program RSBI di sekolah.
2. Bagi guru:
a. Memperoleh pemahaman tentang pelaksanaan dan hasil pembelajaran
yang telah berlangsung/ dilaksanakan guru.
b. Sebagai acuan untuk membuat keputusan tentang pelaksanaan
pembelajaran kimia pada semester-semester berikutnya.
3. Bagi Sekolah dan pelaku pendidikan (stake holder):
a. Sebagai acuan untuk membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan
dan hasil pembelajaran.
b. Sebagai acuan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam
rangka meningkatkan kualitas keluaran.
c. Menambah bahan kajian tentang seluk-beluk dan tahapan rencana
peningkatan mutu menuju sekolah bertaraf internasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
a. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
Sekolah adalah tempat anak didik mendapatkan pelajaran yang diberikan
oleh guru (Ensiklopedia Indonesia dalam Ivana Universitas Sumatera Utara) .
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah adalah bangunan
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat memberi dan menerima
pelajaran menurut tingkatnya. Kata “bertaraf” maksutnya bertingkat atau bermutu
(Kamus Besar Bahasa Indonesia Online), sedangkan arti “internasional” adalah
menyangkut bangsa-bangsa atau negeri-negeri seluruh dunia (Kamus Besar
Bahasa Indonesia Online).
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar
Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional
Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan
lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Jadi adanya program
RSBI ini adalah untuk mencapai SBI (Ditjen Dikdasmen, 2008).
Di Indonesia, sekolah bertaraf internasional diawali dengan didirikannya
sekolah-sekolah yang disiapkan khusus untuk menampung siswa-siswa asing,
yang orangtuanya bekerja sebagai diplomat asing ataupun bekerja di perusahaan-
perusahaan multinasional seperti Jakarta Internasional School (JIS), yang
didirikan tahun 1951. Sejak itu, mulai bermunculan berbagai sekolah
bertaraf/berstandar internasional di Indonesia, baik yang didirikan oleh kantor-
kantor Kedutaan Besar asing maupun oleh lembaga-lembaga swasta (domestik
dan asing) yang bergerak di bidang pendidikan (Riza Sativani, 2011).
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional
mendefinisikan RSBI sebagai satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan
menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
salah satu Negara anggota Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) dan atau negara maju lainnya (X), yang dirumuskan :
SNP + X
Dimana SNP adalah standar nasional pendidikan yang meliputi kompetensi
lulusan, isi, proses, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan,
manajemen, pembiayaan, penilaian sedangkan X adalah nilai plus, yaitu,
penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, bahasa asing, atau ICT
pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan, baik dari
dalam maupun luar negeri yang telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara
internasional.
Organisation for Economic Co-operation and Development yang
selanjutnya disingkat OECD adalah organisasi internasional yang tujuannya
membantu pemerintahan negara anggotanya untuk menghadapi tantangan
globalisasi ekonomi. Sedangkan negara maju lainnya adalah negara yang tidak
termasuk dalam keanggotaan OECD tetapi memiliki keunggulan dalam bidang
pendidikan tertentu (Permendiknas RI no. 78 tahun 2009).
Walapun berbagai peraturan terkait SBI telah diterbitkan, namun belum
ada panduan operasional yang jelas untuk mencapai standar tersebut.
Dibangunnya faktor ’X’ oleh masing-masing SBI yang ada di Indonesia
mengakibatkan sistem dan model yang dianut oleh masing-masing sekolah jadi
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, yang akhirnya berdampak
pada kualitas pendidikan dan lulusan yang tidak seragam.
Sekarang ini di seluruh Indonesia sudah terdapat puluhan bahkan ratusan
sekolah bertaraf internasional dengan menggunakan sistem yang berbeda-beda.
Kurang lebih ada 3 (tiga) sistem yang paling banyak digunakan oleh sekolah-
sekolah bertaraf internasional yang berada di Indonesia yaitu International
Baccalaureate (IB), Cambridge curriculum, dan Australian Curriculum. Beberapa
sekolah yang menggunakan International Baccalaureate (IB) Curriculum antara
lain Jakarta International School (JIS), Medan International School (MIS), dan
Binus International School (BIS).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Berikut merupakan bagan pengkategorian sekolah di Indonesia:
Gambar 2.1. Bagan pengkategorian sekolah di Indonesia Sumber: Ditjen Dikdasmen, 2007
Sekolah potensial, yaitu sekolah yang masih relatif banyak
kekurangan/kelemahan untuk memenuhi kriteria sekolah yang sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya disingkat UUSPN Tahun 2003
pasal 35 maupun dalam PP nomor 19 tahun 2005. Ditegaskan dalam penjelasan
PP nomor 19 tahun 2005 pasal 11 ayat 2 dan 3 bahwa kategori sekolah potensial
adalah sekolah yang belum memenuhi (masih jauh) dari Standar Nasional
Pendidikan (SNP).
Sekolah standar nasional (SSN) adalah sekolah yang sudah atau hampir
memenuhi SNP, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses,
standar sarana dan prasarana, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar
manajemen, standar pembiayaan, dan standar penilaian sedangkan untuk sekolah
keunggulan berbasis lokal atau biasa disebut dengan sekolah keunggulan lokal
selain memenuhi SNP juga memiliki keunggulan dalam mata pelajaran agama,
akhlak mulia, kewarganegaraan, kepribadian, iptek, estetika, olahraga dan
Sekolah Formal
d
Sekolah Formal
Sekolah keunggulan
lokal
Sekolah bertaraf
Internasional
Dilakukan pembinaan langsung oleh Dit. PSMP/ Dit. PSMA
Sekolah Franchise
Sekolah Asing
Sekolah Potensial
Sekolah Stadar Nasional/ SSN
Sekolah Keunggulan lokal
SBI Sekolah Franchise Asing
Sekolah Asing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kesehatan. Sekolah bertaraf internasional selanjutnya disingkat SBI adalah
sekolah yang sudah memenuhi seluruh SNP yang diperkaya dengan keunggulan
mutu tertentu yang berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.
b. Landasan Hukum Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
Landasan hukum penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional adalah sebagai berikut:
1) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat 3 yang menyebutkan bahwa
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.
2) Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
3) Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
4) Undang-Undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional.
5) Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP).
6) Peraturan Pemerintah (PP) nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan pemerintahan antara pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/kota.
7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi.
8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan.
9) Permendiknas nomor 6 tahun 2007 sebagai penyempurnaan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.
10) Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-
2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 6/2007 tentang Model
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Ditjen Dikdasmen, 2008).
c. Tujuan Pengembangan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
Tujuan Umum Pengembangan program rintisan SMA bertaraf
internasional bertujuan meningkatkan mutu kinerja sekolah agar dapat
mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara optimal dalam mengembangkan
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab; dan memiliki daya saing pada taraf
internasional (Ditjen Dikdasmen, 2008).
Sedangkan tujuan khusus dari penyelenggaraan rintisa SMA bertaraf
Internasional adalah meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dalam
menyiapkan lulusan SMA yang memiliki kompetensi seperti yang tercantum
dalam Standar Kompetensi Lulusan yang memenuhi standar kompetensi lulusan
berdaya saing pada taraf Internasional yang memiliki karakter sebagai berikut:
1. meningkatnya keimanan dan ketaqwaan serta berakhlak mulia,
2. menigkatnya kesehatan jasmani dan rohani,
3. meningkatnya mutu lulusan dengan standar yang lebih tinggi daripada standar
kompetensi lulusan nasional,
4. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
5. siswa termotivasi untuk belajar mandiri, berpikir kritis dan kreatif, serta
inovatif,
6. mampu memecahkan masalah secara efektif,
7. meningkatnya kecintaan pada persatuan dan kesatuan bangsa,
8. menguasai penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
9. Membangun kejujuran, objektivitas dan tanggung jawab.
10. mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan atau bahasa asing lainnya
secara efektif,
11. siswa memiliki daya saing melanjutkan pendidikan bertaraf Internasional,
12. mengikuti sertfifikasi internasional,
13. meraih medali tingkat internasional,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
14. dapat bekerja pada lembaga internasional (Ditjen Dikdasmen, 2008).
Secara umum tujuan dan program-program yang ada di RSBI mengarah
menuju Sekolah Berstandar Internasional (SBI), karena program RSBI ini
memang khusus dipersiapkan untuk mencapai jenjang Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI).
d. Pengembangan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
Pengembangan rintisan SMA bertaraf internasional berdasarkan
Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dikeluarkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional tanggal 27 Juli 2007 terdiri dari dua fase, yaitu fase rintisan
dan fase kemandirian.
Fase rintisan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengembangan dan tahap
konsolidasi. Tahap pengembangan berlangsung selama 3 tahun (tahun ke-1
sampai dengan tahun ke-3) didampingi oleh tenaga dari lembaga profesional
independent dan/atau lembaga terkait dalam melakukan persiapan, penyusunan,
dan pengembangan kurikulum, mempersiapkan SDM, modernisasi manajemen
dan kelembagaan, pembiayaan, serta penyiapan sarana dan prasarana. Tahap
konsolidasi berlangsung selama 2 tahun (tahun ke-4 sampai dengan tahun ke-5),
pada tahap ini sekolah diharapkan telah menemukan praktek-praktek yang baik
(the best practices), inovasi serta kreasi keunggulan yang mendukung
pengembangan tahap berikutnya. Upaya ini dapat dilakukan melalui diskusi
secara terbatas dalam lingkungan sekolah maupun diskusi secara luas melalui
lokakarya atau seminar. Di samping itu, dalam proses ini hal terpenting adalah
dilakukannya refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan untuk keperluan
penyempurnaan serta realisasi program kemitraan dengan sekolah mitra luar
negeri serta lembaga sertifikasi internasional.
Fase kemandirian dimulai pada tahun keenam. Pada fase ini SMA
bertaraf internasional diharapkan telah mampu bersaing secara internasional yang
ditunjukkan dengan kemampuan yang tangguh dalam kurikulum, proses belajar
mengajar (PBM), penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pembiayaan, dan pengelolaan serta kepemimpinan. Diharapkan sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
telah dapat menghasilkan lulusan yang berdaya saing internasional. Dengan kata
lain, sekolah bertaraf internasional telah memiliki kemampuan dan kesanggupan
untuk mengembangkan dirinya secara mandiri dan bersaing di forum
internasional. Indikasi bahwa sekolah bertaraf internasional telah mencapai fase
kemandirian antara lain (1) tumbuhnya prakarsa sendiri untuk memajukan sekolah
bertaraf internasional, (2) kemampuan berfikir dan kesanggupan bertindak secara
kreatif dalam penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional dan (3) kemantapan
sebagai sekolah bertaraf internasional untuk bersaing di forum internasional. Pada
tahun keenam apabila Rintisan Sekolah Bertarat Internasional belum bisa
mencapai profil yang diharapkan mulai dari standar isi dan standar kompetensi
lulusan, SDM (guru, kepala sekolah, tenaga pendukung), sarana dan prasarana,
penilaian, pengelolaan, pembiayaan, kesiswaaan, dan kultur sekolah, maka
dimungkinkan seuatu sekolah RSBI akan terkena passing out atau penghentian
untuk penyelenggaraan RSBI.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan
RSBI, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. workshop, misalnya: pengembangan kurikulum, pengembangan materi,
peningkatan kemampuan bahasa Inggris guru dan siswa,
b. rekrutmen guru-guru dan tenaga kependidikan,
c. pengiriman guru studi banding atau magang ke sekolah bertaraf internasional
luar negeri,
d. peningkatan tata kelola melalui benchmarking, dan membangun networking/
jaringan dengan salah satu sekolah di luar negeri (sister school),
e. menjalin Memorandum of Understanding yang selanjutnya disingkat MoU
dengan sekolah yang sudah mulai mapan dalam penyelenggaraannya. Upaya
ini paling tidak sebagai bentuk lesson study yang secara empirik memiliki
berbagai keunggulan.
Perencanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dituangkan
dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau School Development and
Investment Plan (SDIP) yang mengacu pada Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Bertaraf Internasional, meliputi evaluasi diri, penyusunan dan pengesahan RPS
atau SDIP.
a. Evaluasi Diri
Program RSMABI perlu melakukan evaluasi diri untuk mengetahui
tingkat kesiapan masing-masing sekolah yaitu dengan membandingkan antara
kondisi ideal dengan kondisi nyata di sekolah. Melalui evaluasi diri dapat
diketahui kelemahan masing-masing sekolah untuk setiap komponen sekolah.
Hasil evaluasi diri digunakan sebagai dasar untuk menyusun RPS atau SDIP yang
meliputi Rencana Kerja Jangka Panjang dan Rencana Kerja Tahunan.
b. Penyusunan dan Pengesahan RPS atau SDIP
RPS atau SDIP yang disusun oleh sekolah bersama dengan komite
sekolah diketahui Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
a. Pengertian KTSP
Kurikulum pada dasarnya memiliki tiga dimensi pengertian, yaitu
kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan
kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran (Wina Sanjaya,2008: 4).
Pengertian kurikulum berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Batasan ini memperlihatkan bahwa kurikulum terdiri dari dua aspek,
yaitu sebagai rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan cara pelaksanaan rencana
itu. Kurikulum sebagai rencana digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar oleh guru. Kurikulum sebagai pengaturan tujuan, isi, dan
cara pelaksanaannya digunakan sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Kurikulum memiliki tiga peran yang sangat penting, yaitu peran
konservatif, kreatif serta peran kritis dan evaluatif (Hamalik, dalam Sanjaya,
2008) yaitu :
1) Peran Konservatif Kurikulum
Peran kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai
warisan masa lalu.
2) Peran Kreatif Kurikulum
Peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga
dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilik serta dapat berperan
aktif dalam kehidupan sosial yang selalu bergerak dan berubah.
3) Peran Kritis dan Evaluatif dari Kurikulum
Kurikulum berperan menyeleksi dan mengevaluasi nilai dan budaya yang
bermanfaat untuk kehidupan anak didik.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
terbaru yang diharapkan memiliki peran konservatif, kreatif, maupun kritis dan
evaluatif dalam penerapannya saat ini. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) merupakan penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) atau
dikenal kurikulum 2004. Dengan penyempurnaan yang berkelanjutan ini
diharapkan sistem pendidikan selalu relevan dan kompetitif.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
operasional yang pengembangannya diserahkan kepada daerah dan satuan
pendidikan (Mulyasa, 2007: 19). Penyusunan KTSP yang dilakukan oleh satuan
pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi, dan
karakteristik daerah serta sosial budaya masyarakat setempat serta peserta didik
merupakan ciri yang berbeda dari kurikulum yang digunakan sebelumnya.
Kurikulum sebelumnya lebih bersifat sentralistik (terpusat), sedangkan KTSP
merupakan kurikulum yang desentralistik. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sebagai kurikulum operasional masih tetap mengacu standar isi maupun
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh BSNP.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi
pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
berprestasi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP ini memberikan
otonomi luas pada setiap satuan pendidikan agar setiap satuan pendidikan dan
sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana,
sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta
tanggap terhadap kebutuhan setempat. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki
kompetensi yang lebih kompleks dan adaptif terhadap perubahan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan:
“Pada sistem KTSP, sekolah memiliki "full authority and responsibility" dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi, mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah” (Mulyasa, 2007: 21).
Sejatinya, KTSP merupakan kurikulum yang merefleksi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang merujuk kepada konsep pendidikan yang
dikemukakan oleh Bloom, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi
peserta didik secara optimal. Oleh karenanya, kurikulum yang disusun dapat
menumbuhkan proses pembelajaran di sekolah yang berorientasi pada penguasaan
kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan secara integratif. Prinsip
pengembangannya adalah mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan (berisi
prinsip-prinsip pokok, bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman) dan
pengembangannya melalui proses akreditasi yang memungkinkan mata pelajaran
dapat dimodifikasi sesuai dengan tuntutan yang berkembang. Dengan demikian
kurikulum ini merupakan pengembangan pengetahuan, pemahaman, kemampuan,
nilai, sikap dan minat, untuk melakukan suatu keterampilan atau tugas dalam
bentuk kemahiran dan rasa tanggung jawab. Kurikulum ini merupakan suatu
desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan sejumlah kompetensi tertentu,
sehingga setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, siswa diharapkan
mampu menguasai serangkaian kompetensi dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan kelak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan
dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Tujuan khusus penerapan KTSP adalah untuk:
1) meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia,
2) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama,
3) meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan tercapai (Mulyasa, 2007: 22).
c. Dasar Kebijakan dan Karakteristik KTSP
Pengembangan KTSP dilandasi oleh undang-undang dan peraturan
pemerintah sebagai berikut:
1) UU no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
2) PP no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
3) Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
4) Permendiknas no. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5) Permendiknas no. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No. 22
dan 23.
Karakteristik KTSP meliputi: 1) KTSP adalah kurikulum yang
berorientasi pada disiplin ilmu, 2) KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada
pengembangan individu, 3) KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan
daerah, dan 4) KTSP merupakan kurikulum teknologi (Wina Sanjaya, 2008: 130)
d. Komponen KTSP
Secara garis besar KTSP memiliki enam komponen penting yaitu :
1) Visi dan Misi Satuan Pendidikan
Visi dan misi satuan pendidikan dapat dikembangkan oleh lembaga
masing-masing dengan memperhatikan potensi dan kelemahan masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2) Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut:
a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya
(BSNP, 2006: 9)
3) Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk
pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan SK dan KD
yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan pada
satuan pendidikan tertentu.
4) Struktur dan Muatan KTSP
Memuat mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri,
pengaturan beban belajar, kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan, pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
5) Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu. Ini merupakan penjabaran dari SK dan KD.
6) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan
dalan Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
e. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP
KTSP yang dikembangkan oleh tiap satuan pendidikan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip (BSNP, 2006) yaitu 1) berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya,
2) beragam dan terpadu, 3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
tekonologi dan seni, 4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, 5) menyeluruh dan
berkesinambungan, 6) belajar sepanjang hayat serta 7) seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah (lokal). Ketujuh hal tersebut juga
diungkapkan oleh Mulyasa dalam bukunya yang berjudul “ Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidik Sebuah Panduan Praktis”. Prinsip-prinsip ini yang dapat
memberikan warna yang berbeda-beda pada tiap satuan pendidikan di masing-
masing daerah sesuai dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan
peserta didik, dan lingkungannya.
Mekanisme pengembangan kurikulum (Oemar Hamalik, 2006) terdiri
dari tujuh tahap, yakni studi kelayakan dan kebutuhan, penyusunan konsep awal,
perencanaan kurikulum, pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum,
pelaksaanaan uji coba kurikulum di lapangan, pelaksanaan kurikulum, desiminasi,
dan kemudian menyeluruh, pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum,
pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian, dan akhirnya diperoleh kurikulum final.
f. Kelebihan dan Kekurangan KTSP
Kelebihan KTSP adalah 1) sebagai kurikulum, untuk mempertegas
kurikulum sebelumnya sehingga tidak diperlukan lagi uji publik. KTSP akan
diberlakukan kepada sekolah yang sudah siap dan memiliki daya dukung yang
memadai, 2) diberlakukan di sekolah dengan penyesuaian kondisi lokal,
3) mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan,
4) mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam menyelenggarakan program
pendidikan dan 5) KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah
menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang acceptable
bagi kebutuhan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Adapun kelemahan KTSP menyangkut: 1) kurangnya SDM yang
memadai yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada setiap satuan
pendidikan yang ada dan 2) kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP. Di samping itu masih
banyak guru yang belum memahami KTSP secara utuh, penyusunannya maupun
praktiknya di lapangan. Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam
pelajaran.
3. Pembelajaran Kimia
a. Pengertian Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran merupakan satu kesatuan, dimana
kurikulum berbicara pada tataran implementasi, proses, dan aplikasi. Keterkaitan
suatu kurikulum dengan pembelajaran digambarkan dalam beberapa model (Oliva
dalam Wina Sanjaya, 2008), yaitu model dualistik (the dualistic model), model
berkaitan (the interlocking model), dan model siklus (the cyclical model).
KTSP sebagai suatu kurikulum operasional menempatkan pembelajaran
sebagai suatu komponen yang saling mempengaruhi. Hubungan keduanya
mengikuti model siklus. Model siklus memandang bahwa kurikulum dan
pembelajaran merupakan sesuatu yang saling mempengaruhi dan memiliki
hubungan timbal balik. Kurikulum menjadi dasar dalam proses pelaksanaan
pembelajaran. Sebaliknya, pembelajaran dapat mempengaruhi keputusan untuk
kurikulum sendiri.
Beberapa pengertian tentang pembelajaran yaitu :
1) Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses transaksional yang bersifat
timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Robinson, dkk, 2005: 9.4).
2) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2001: 57).
3) Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (BSNP, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa yang merupakan rangkaian
kegiatan yang melibatkan berbagai komponen. Pophan dan Baker (1970: 48)
dalam Robinson (2005: 9.5) menyatakan bahwa kurikulum adalah tujuan akhir
dari program pembelajaran yang direncanakan oleh sekolah, sedangkan
pembelajaran adalah cara mencapai tujuan tersebut.
Dalam konteks implementasi KTSP pada program RSBI, pembelajaran
dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Hal ini
mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan
sebagai pusat kegiatan. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan (Wina Sanjaya, 2008:
215).
Pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses
penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran,
sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil
dengan lingkungan (Mulyasa, 2007: 246). Dengan demikian dapat dikatakan pula
bahwa pembelajaran berbasis KTSP adalah terjemahan guru terhadap KTSP
tertulis.
Hasan dalam Mulyasa (2007) mengungkapkan bahwa pembelajaran
berbasis KTSP sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini :
1) Karakteristik KTSP : yang mencakup ruang lingkup KTSP dan kejelasannya
bagi pengguna di lapangan.
2) Strategi pembelajaran : yaitu rancangan dasar bagi seorang guru tentang cara
dia membawakan pengajarannya di kelas secara bertanggung jawab.
3) Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan, keterampilan,
nilai, dan sikap guru terhadap KTSP, serta kemampuannya untuk
merealisasikan KTSP dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan pengimplementasian dari kurikulum.
Dalam hal ini guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi
kurikulum. Bagaimana idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh
kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa
kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif (Sanjaya, 2008). Dalam
pelaksanaan pembelajaran guru juga menempati posisi kunci dan strategis dalam
menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk
mengarahkan siswa agar mencapai tujuan secara optimal (Robinson, 2005).
Menurut Saban (1995), guru itu memiliki tiga peran utama dalam
meningkatkan pembelajaran yaitu "teacher as researcher, teacher as lecture, and
teacher as the curriculum designer". Sedangkan Bork (1990) menyatakan
"The role of of the teacher in national education system was the most important of which include teacher as the instructor for the new colleagues, teacher as researcher, teacher as the producer of knowledge, teacher as observer, teacher as instructor for the school colleagues, teacher as councilor and teacher as curriculum planner" (Vajargah, 2008).
Hal ini berarti guru sangat berperan dalam penyampaian ilmu atau proses
pembelajaran dan juga membantu dalam perencanaan kurikulum.
Dalam melaksanakan perannya tersebut, guru perlu menyusun suatu
acuan kegiatan pembelajaran di kelas yaitu dalam bentuk strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran tersebut dimunculkan dalam silabus dan RPP. Dalam hal ini
berpedoman dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu
pembelajaran yang kreatif, variatif dan inovatif.
Kegiatan pembelajaran berbasis KTSP harus dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat
terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang
perlu dikuasai peserta didik (BSNP, 2006: 16).
Menurut Ajibola (2008), pembelajaran di kelas yang paling bagus itu
memiliki 4 dimensi karakter, yaitu : interaksi antara guru dan siswa, antara siswa
dan siswa, antara guru dengan lingkungan serta antara siswa dengan lingkungan.
Dengan demikian, kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas harus
mempertimbangkan interaksi antar semua komponen yang terlibat, menggunakan
pendekatan bervariasi dan berpusat pada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Dalam pelaksanaannya di lapangan, acuan kegiatan pembelajaran yang
inovatif (dalam artian berpusat pada siswa secara aktif dan menggunakan strategi
yang bervariasi) seperti yang dicanangkan KTSP plus sudah atau belum
diterapkan oleh guru. Pernyataan ini perlu untuk dijawab mengingat ukuran
keberhasilan dari suatu kurikulum termasuk kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan, sekaligus keberhasilan keluaran dari proses tersebut.
b. Kriteria Keberhasilan Program Pembelajaran
Untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas program pembelajaran,
ada sekurang-kurangnya tiga komponen yang perlu dijadikan objek evaluasi yaitu
desain program pembelajaran, implementasi program dan hasil yang dicapai.
1) Desain Program Pembelajaran
Desain program pembelajaran dinilai dari aspek tujuan yang ingin
dicapai atau kompetensi yang akan dikembangkan, strategi pembelajaran yang
diterapkan dan isi program pembelajaran.
a) Kompetensi yang akan dikembangkan
Salah satu aspek dari program pembelajaran yang dijadikan objek
evaluasi adalah kompetensi yang dikembangkan, khususnya kompetensi dasar dari
mata pelajaran yang bersangkutan. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan
untuk menilai kompetensi dasar yang akan dikembangkan, antara lain:
1) menunjang pencapaian kompetensi dasar maupun kompetensi lulusan,
2) jelas rumusan yang digunakan (observable). Mampu menggambarkan
dengan jelas perubahan tingkah laku yang diharapkan diri siswa,
3) mempunyai kesesuaian dengan tingkat perkembangan anak.
b) Strategi Pembelajaran
Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menilai strategi
pembelajaran yang direncanakan, yaitu: 1) kesesuaian dengan kompetensi yang
diharapkan, 2) kesesuaian dengan kondisi belajar mengajar yang diharapkan,
3) kejelasan rumusan, terutama mencakup aktivitas guru maupun siswa dalam
proses pembelajaran dan 4) kemungkinan keterlaksanaan dalam kondisi dan
waktu yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c) Isi program Pembelajaran
Isi program pembelajaran yang dimaksud ialah pengalaman belajar yang
akan disiapkan oleh guru maupun yang harus diikuti oleh siswa. Ada beberapa
kriteria yang dapat digunakan untuk menilai isi program pembelajaran, yaitu
antara lain: 1) relevansi dengan kompetensi yang akan dikembangkan, 2) relevansi
dengan pengalaman murid dan lingkungan, 3) kesesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa, 4) kesesuaian dengan alokasi waktu yang tersedia dan
5) keautentikan pengalaman dengan lingkungan hidup siswa.
2) Implementasi Program Pembelajaran
Selain desain program pembelajaran, proses implementasi program atau
proses pelaksanaan pun dijadikan objek evaluasi, khususnya proses belajar dan
pembelajaran yang terjadi di lapangan. Nana Sudjana dan Ibrahim (2004) dalam
Eko Putro Widoyoko menampilkan sejumlah kriteria yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi proses belajar dan pembelajaran yaitu:
a) konsistensi dengan kegiatan yang terdapat dalam program pembelajaran,
b) keterlaksanaan oleh guru,
c) keterlaksanaan oleh siswa,
d) perhatian yang diperlihatkan para siswa terhadap pelajaran yang sedang
berlangsung,
e) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,
f) kesempatan yang diberikan untuk menerapkan hasil pembelajaran dalam
situasi nyata,
g) pola interaksi antara guru dan siswa,
h) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik secara kontinu.
3) Hasil Program Pembelajaran
Komponen ketiga yang perlu dievaluasi adalah hasil-hasil yang dicapai
oleh kegiatan pembelajaran. Hasil yang dicapai ini dapat mengacu pada tujuan
jangka pendek maupun mengacu pada tujuan jangka panjang (Eko Putro W, 2011:
25).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c. Hakikat Mata Pelajaran Kimia
Ilmu kimia merupakan dasar bagi ilmu-ilmu pengetahuan lain seperti,
kedokteran, farmasi, geologi, teknik, dan lain-lain. Mempelajari ilmu kimia tidak
hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi
kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi
keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta perubahannya,
menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan
gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja
(Depdiknas, 2006).
Seperti halnya IPA, Ilmu Kimia juga mempelajari gejala-gejala alam,
tetapi mengkhususkan diri di dalam komposisi, struktur, sifat, perubahan,
dinamika dan energitika zat. Oleh karena itu mata pelajaran kimia di SMA/MA
mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan
sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat yang ,melibatkan keterampilan dan
penalaran.
Ada 2 hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu
kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip,
hukum dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh
karena itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus
memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus
yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah
kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi serta
mengembangkan IPTEK. Tujuan mata pelajaran kimia dicapai oleh peserta didik
melalui berbagai pendekatan, yaitu pendekatan induktif dalam bentuk proses
inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta
berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu,
pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah (Mulyasa, 2007).
Keterampilan-keterampilan proses yang dikembangkan dan dibangun
oleh ilmu kimia yaitu :
1) mengobservasi dan mengamati, termasuk di dalamnya menghitung, mengukur,
mengklasifikasi, dan mencari hubungan ruang/waktu,
2) menyusun hipotesis,
3) merencanakan penelitian/eksperimen,
4) mengendalikan/memanipulasi variabel,
5) menginterpretasi atau menafsirkan data,
6) menyusun kesimpulan sementara,
7) meramalkan dan memprediksi,
8) menerapkan dan mengaplikasikan,
9) mengkomunikasikan.
Keterampilan-keterampilan tersebut harus ditumbuhkan dalam diri siswa
SMA/MA sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya (Depdiknas, 2003).
4. Penelitian Evaluatif
Penelitian Evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalam
mengumpulkan dan menganalisis data secara sistemik untuk mennetukan nilai
atau manfaat (worth) dari suatu praktik (pendidikan). Nilai atau manfaat dari suatu
praktik pendidikan didasarkan atas hasil pengukuran atau pengumpulan data
dengan menggunakan standar atau kriteria tertentu yang digunakan secara
absolute maupun relatif. Praktik pendidikan dapat berupa program, kurikulum,
pembelajaran, kebijakan, regulasi administratif, manajemen, struktur organisasi,
produk pendidikan ataupun sumber daya penunjangn
Secara umum, penelitian evaluatif diperlukan untuk merancang,
menyempurnakan dan menguji pelaksanaan suatu praktik pendidikan. Dalam
merancang suatu program, kegiatan diperlukan data hasil evaluasi tentang
program atau kegiatan pendidikan yang lalu, kondisi yang ada serta tuntutan dan
kebutuhan bagi program baru. Secara lebih rinci tujuan penelitian evaluasi adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a. Membantu perencanaan untuk pelaksanaan progam,
b. Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau perubahan
program,
c. Membantu dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau pengehentian
program,
d. Menentukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program,
e. Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, social, politik
dalam pelaksanaan program serta faktor-faktor yang mempengaruhi program.
David Strahan, Jewell Cooper dan Martha Wood (2001) dalam Nana
Syaodih Sukmadinata (2009: 132) berdasarkan hasil penelitiannya pada sekolah
menengah dalam rangka penyusunan recana penyempurnaan sekolah, dengan
focus mengevaluasi efektivitas program dan struktur organisasi sekolah,
menyarankan langkah-langkah penelitian evaluasi sebagai berikut:
a. Klarifikasi alasan melakukan evaluasi
Menjelaskan alasan-alasan mengapa evaluasi diadakan. Bayak alasan
yang menjadi latar belakang mengadakan evaluasi. Alasan tersebut bisa
bersumber dari peneliti sendiri, karena peneliti mempunyai minat yang cukup
besar terhadap suatu program, peneliti melihat keunggulan atau keberhasilan, atau
sebaliknya peneliti melihat adanya kelambanan, kejanggalan, dampak negatif
bahkan kegagalan.
b. Memilih model evaluasi
Alasan melakukan evaluasi program berhubungan erat dengan model
evaluasi yang akan digunakan. Pemilihan model atau pendekatan penelitian
didasarkan atas:
1) Tujuan evaluasi dan pertanyaan penelitian,
2) Metode pengumpulan data, dan
3) Hubungan antara evaluator dengan administrator, melihat evaluasi,
individu-individu dalam program dan organisasi yang akan dievaluasi.
c. Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait
Identifikasi pihak-pihak terkait atau stakeholders sangat penting untuk
kelancaran pelaksanaan evaluasi. Siapa yang akan dilibatkan dalam perencanaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dalam pelaksanaan, siapa yang akan menjadi partner, nara sumber, sumber data,
partisipan, dll.
d. Penentuan komponen yang akan dievaluasi
Langkah selanjutnya yang cukup penting dalam evaluasi program adalah
penentuan komponen yang akan dievaluasi. Sebelum ditentukan komponen yang
akan dievaluasi terlebih dahulu perlu diidentifikasi komponen-komponen yang
ada dalam suatu program, mana komponen utama dan mana komponen
penunjang. Pemilihan komponen yang akan dievaluasi didasarkan atas
pertimbangan: kesesuaian dengan tujuan evaluasi, manfaat hasil, keluasan dan
kompleksitas komponen, keluasan target populasi, waktu serta biaya yang
tersedia.
e. Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan evaluasi
Rincian dari focus atau aspek-aspek yang dievaluasi dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan, hipotesis atau tujuan. Lee Cronbach (19982) dalam Nana
Syaodih Sukmadinata (2009: 134) mengemukakan dua tahapan perumusan
penelitian evalutif yaitu tahapan divergen dan tahapan konvergen. Tahapan
divergen, pertanyaan penelitian dirumuskan secara komprehensif. Tahapan
konvergen pertanyaan-pertanyaan atau isu-isu yang diajukan pada tahapan
pertama diseleksi mana yang layak dan penting diajukan dan mana yang tidak.
f. Menyusun desain evaluasi dan jadwal kegiatan
Desain evaluasi program tidak jauh berbeda dengan desain penelitian,
berisi langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan, sasaran evaluasi (aspek atau
komponen serta sampel evaluasi), teknik pengukuran, pengumpulan data yang
digunakan, serta evaluator baik evaluator internal maupun evaluator eksternal.
Pelaksanaan kegiatan evaluasi disusun dalam jadwal yang rinci dan kronologis.
g. Pengumpulan dan analisis data
Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif maupun kualitatif.
Kuantitaif menggunakan statistik. Hasil analisis kuantitatif berupa tabel,
grafik,dll. Hasil analisis kualitatif berupa deskripsi naratif-kualitatif tentang hal-
hal yang essensial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
5. Evaluasi Model CIPP
Model penelitian ini adalah model penelitian yang paling dikenal dan
diterapkan oleh para evaluator. Konsep evaluasi CIPP (Context, Input, Process
and Product) pertamakali ditawarkan oleh Stufflebeam pada 1965 sebagai hasil
usahanya mengevaluasi ESEA (the Elementary and Secondary Education Act).
Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan
penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. The CIPP
approach is based on the view that the most important purpose of evaluation is
not to prove but to improve. Dalam bidang pendidikan Stufflebeam
menggolongkan sistem pendidikan atas 4 dimensi, yaitu context, input, process
and product sehingga model evaluasinya diberi nama CIPP model.
a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Sax (1980: 595) dalam Eko Putro Widoyoko (2011: 181) mendefinisikan
evaluasi konteks sebagai berikut:
The evaluation and specification of project’s environment, its unmet, the population and sample individual to be served, and the project objectives. Context evaluation provides a rationale for justisying a particular type of program intervention.
Sedangkan evaluasi konteks menurut Suharsimi dalam Eko Putro Widoyoko
(2011: 182) dilakukan untuk menjawab pertanyaan: 1) kebutuhan apa yang belum
dipenuhi oleh kegiatan program, 2) tujuan pengembangan manakah yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan 3) tujuan manakah yang paling
mudah dicapai.
b. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Menurut Eko Putro Widoyoko (2011: 182) menyatakan bahwa evaluasi
masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada,
alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan,
bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan
meliputi: 1) sumber daya manusia, 2) sarana dan peralatan pendukung, 3)
dana/anggaraan dan 4) berbagai prosedur yang diperlukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
c. Evaluasi Proses (Process evaluation)
Menurut Eko Putro Widoyoko (2011: 182) menyatakan bahwa proses
digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau
rancanagan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi
untuk keputusan program dan sebagi rekaman atau arsip prosedur yang telah
terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan
diterapkan dalam pratik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses
untuk mengetahui sampai sejauh mana renacana telah diterapkan dan komponen
apa yang perlu diperbaiki.
d. Evaluasi Produk/Hasil (Product Evaluation)
Fungsi evaluasi produk/hasil seperti dirumusakan Sax (1980: 598) dalam
Eko Putro Widoyoko (2011: 183) adalah “to allow to project director (or teacher)
to make decision regarding continuation, termination, or modification program”.
Dari hasil evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan proyek untuk
membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir maupun modifikasi
program. Sementara menurut Farida Yusuf Tayibnapsis (2000: 14) dalam Eko
Putro Widoyoko (2011: 183) menjelaskan evaluasi produk untuk membantu
mebuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun
apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.
e. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Model CIPP
Dibandingkan dengan model-model evaluasi yang lain, model CIPP
memiliki beberapa kelebihan antara lain: lebih komprehensif, karena objek
evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi mencakup konteks, masukan (input),
proses maupun hasil. Selain memiliki kelebihan model CIPP juga memiliki
keterbatasan, antara lain penerapan model ini dalam bidang program pembelajaran
di kelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tanpa adanya
modifikasi. Hal ini dapat terjadi karena untuk mengukur konteks, masukan
maupun hasil dalam arti yang luas akan melibatkan banyak pihak yang
membutuhkan waktu dan biaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
6. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar
SMA Negeri 1 Karanganyar berdiri pada tanggal 1 Agustus 1962 dengan
SK Menteri Pendidikan No. 21/SK/B/III tanggal 10 September 1962. Bapak Sri
Wirasmo bertindak sebagai kepala sekolah pertama yang memimpin sekolah
ini. SMA Negeri 1 Karanganyar terletak di Jalan A.W. Monginsidi 03 Kabupaten
Karanganyar. SMA Negeri 1 Karanganyar memiliki akreditasi A (amat baik)
dengan skor 91.
SMA Negeri 1 Karanganyar dibangun di atas tanah dengan luas
11.740 m2, luas bangunan 6.625 m2, luas lapangan 2.330 m2, luas halaman
1.150 m2, luas taman 240 m2, pagar keliling 1.395 m2. Fasilitas gedung atau ruang
yang dimiliki yaitu 30 ruang kelas, 4 Laboratorium, ruang Guru, ruang Kepala
Sekolah, ruang Wakasek, ruang Tata Usaha, Perpustakaan, ruang Aula, ruang
Komputer, ruang BP/BK, ruang Stensil, ruang OSIS, koperasi, masjid, 3 ruang
gudang, 20 kamar mandi, dan 3 tempat parkir.
Tahun 2008, SMA Negeri 1 Karanganyar mulai menyelenggarakan
program RSBI. Beberapa kajian mengenai penetapan SMA Negeri 1 Karanganyar
menjadi Rintisan SBI sebagai berikut:
1. Sekolah Menengah Atas Negeri Karanganyar dinilai memenuhi persyaratan
awal yaitu SMA Negeri 1 karanganyar telah memenuhi kriteria sebagai sekolah
standar nasional (SSN) yang telah memenuhi 8 standar nasional pendidikan
(SNP) dan juga memenuhi verifikasi sebagai sekolah pelaksana program
rintisan sekolah bertaraf internasional sebagai bentuk upaya pemerintah
memenuhi amanah Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 50 ayat 3 mengamanatkan agar
pemerintah pusat melalui Departemen Pendidikan Nasional atau Pemerintah
Daerah menyelenggarakan satu satuan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf
Internasional (Depdiknas, 2006). Hal itu juga didukung dengan beberapa dasar
hukum sebagai berikut:
a. PP nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan.
c. Permendiknas nomor 78 tahun 2009 tentang Penyelenggara Sekolah
Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan.
d. Rekomendasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
nomor 193/Dikmen/VI/2008 tentang Penyelenggaraan Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional jenjang Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA N) 1
Karanganyar Propinsi Jawa Tengah.
e. Surat Edaran Direktur Pembinaan SMA Nomor 94/C.C4/MU/2010 tanggal
21 Januari 2010 tentang Mekanisme Penerimaan Siswa Baru (PBS)
Rintisan SMA Bertaraf Internasional.
f. Hasil keputusan Raker Kepala SMA RSBI Provinsi Jawa Tengah tanggal
10 sampai dengan 11 Februari 2010 di Semarang.
2. Pemerintah perlu mengambil kebijakan dan rencana strategis untuk
memperbaiki kualitas sistem pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang
lebih unggul untuk memenuhi tuntutan angkatan kerja yang punya daya saing
di tingkat internasional atau global. Hal ini didasari fakta bahwa angkatan kerja
Indonesia mempunyai rasio angkatan kerja yang lebih rendah daripada negara
lain (Depdiknas, 2006). Untuk mengatasi hal itu kebijakan yang dimaksud
telah dituangkan dalam surat keputusan penetapan beberapa sekolah di Jawa
Tengah untuk dikembangkan menjadi SBI. Satu diantaranya adalah SMA
Negeri 1 Karanganyar.
3. Adanya kecenderungan peningkatan jumlah siswa Indonesia yang belajar ke
luar negeri. Sebagian besar dari mereka harus mengikuti program matrikulasi
minimal satu tahun sebelum mereka diterima di perguruan tinggi (Depdiknas,
2006). Berdasarkan kenyataan tersebut, diharapkan muncul sekolah menengah
yang lulusannya diakui secara internasional sehingga tidak diperlukan lagi
program matrikulasi bagi siswa Indonesia yang melanjutkan kuliah ke luar
negeri. Ini berarti, tidak diperlukan lagi biaya untuk membiayai matrikulasi
atau dengan kata lain kita bisa menghemat biaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4. Adanya fenomena di Indonesia dan di Jawa Tengah khususnya yang
mengisyaratkan munculnya sekolah-sekolah yang mengatasnamakan sekolah
bertaraf Internasional dengan menggunakan kurikulum sekolah asing. Hal ini
menimbulkan kerancuan dan kekhawatiran akan erosi identitas kebangsaan
(Depdiknas, 2006). Sebagian besar siswa SMA di Jawa Tengah yang akan
melanjutkan pendidikan ke luar negeri memilih sekolah unggulan sebagai
pilihan prioritas. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar sebagai
sekolah unggulan sangat tepat merespon fenomena ini.
Kelas RSBI menyelesaikan materi penuh 6 semester dalam waktu 3
tahun sesuai Kurukulum Nasional, tetapi ditambah penguatan , pengayaan,
pendalaman dan pengembangan Standar Nasional Pendidikan serta menjalin
kerjasama dengan Perguruan Tinggi/Universitas dan sesama Sekolah
Penyelenggara RSBI baik dalam negeri maupaun luar negeri (sister school).
Dulu pembelajaran yang dilakukan di SMA Negeri 1 Karanganyar
kebanyakan masih menggunakan metode konvensional serta sarana prasarana
yang tersedia juga belum terlalu lengkap untuk mendukung proses pelaksanaan
pembelajaran. Dari mulai persiapan guru untuk mengajar di dalam kelas dari
membuat RPP sampai mengajar dilakukan, sumber belajar yang digunakan oleh
guru untuk mengjar juga masih terbatas guru jarang memberikan tugas tambahan
sebagai pengayaan, siswa juga kurang terlalu tertarik untuk belajar karena
pembelajaran lebih bersifat teacher centered learning (TCL) atau pembelajaran
terpusat pada guru. Untuk evaluasi pembelajaran yang dilakukan juga hanya
menyentuh ranah kognitif saja. Pembejaran hanya berorientasi pada hasil
belajarnya saja tanpa memperhatikan proses pembelajaran.
Sedangkan untuk pembelajaran yang dilakukan saat ini, kebanyakan
masih sama dengan dulu belum terlalu banyak berubah kebanyakan masih
konvensional. Meskipun sekarang fasilitas atau sarana dan prasarana sudah
banyak yang berubah atau bisa dibilang lebih lebih lengkap tetapi belum
dimanfaatkan secara optimal oleh guru pada saat proses pembelajaran. Evaluasi
pembelajaran juga kebanyakan masih berorientasi pada ranah kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
7. Kimia Koloid
a. Sistem Koloid
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak
antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid terdiri atas fase
terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang
didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi (Michael Purba, 2008).
Untuk memberi gambaran yang lebih tentang perbedaan larutan, koloid
dan suspensi disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi.
No. Larutan (Dispersi molekuler)
Koloid (Dispersi koloid)
Suspensi (Dispersi kasar)
1) 2) 3) 4) 5) 6)
Homogen, tidak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1 nm Satu fase Stabil Tidak dapat disaring Contoh: larutan gula dalam air
Secara makroskopis bersifat homogen tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra Partikel berdimensi antara 1 nm sampai 100 nm Dua fase Pada umumnya stabil Tidak dapat disaring kecuali dengan penyaringan ultra Contoh: campuran susu dengan air
Heterogen Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm Dua fase Tidak stabil Dapat disaring Contoh: campuran tepung terigu dengan air
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan campuran yang
tergolong larutan, koloid dan suspensi.
Contoh larutan : larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70 %, larutan
cuka, air laut, udara yang bersih, dan bensin.
Contoh koloid : buih sabun, susu cair, santan, jeli, selai, mentega, dan
mayonnaise.
Contoh suspensi : larutan terigu dan campuran air dengan pasir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Jenis-jenis Koloid
Penggolongan suatu sistem koloid didasarkan pada jenis fase terdispersi
dan fase pendispersinya. Jenis-jenis koloid berdasarkan zat pendispersi dan
medium pendispersinya dapat dilihat dalam Tabel 2.2.
Gambar 2.2 Buih padat dari bahan stirofoam digunakan untuk tempat minum sekali pakai
Tabel 2.2 Jenis-jenis Koloid
Fase Terdispersi
Fase Pendispersi Nama Contoh
Padat Gas Aerosol padat Asap, debu
Padat Cair Sol Sol emas, sol belerang, tinta
Padat Padat Sol padat Gelas berwarna, intan hitam
Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan
Cair Cair Emulsi Susu, santan, minyak ikan
Cair Padat Emulsi padat Jelly, mutiara, opal
Gas Cair Buih Buih sabun, krim kocok
Gas Padat Buih padat Karet busa, batu apung
1) Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas
disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol
padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
Contoh aerosol padat : asap dan debu dalam udara
Contoh aerosol cair : kabut dan awan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti
semprot rambut (hair spray, semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot dan
lain-lain.
2) Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair
disebut sol. Contoh koloid jenis sol adalah air sungai (sol dari lempung dalam
air), sol sabun, sol detergen, sol kanji, timta tulis, dan cat.
3) Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain
disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat cair itu
tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu
emulsi minyak dalam air (M/A) atau emulsi air dalam minyak (A/M). Dalam
hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan
air.
Contoh emulsi minyak dalam air (M/A) : santan, susu, dan lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak (A/M) : mayonnaise, minyak bumi, dan
minyak ikan
4) Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih.
Untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, detergen,
dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair
yang mengandung pembuih.
5) Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.
Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silica. Gel dapat
terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium
dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat.
c. Sifat-sifat Koloid
Pada dasarnya, sistem koloid mempunyai beberapa sifat khusus, yang
membedakannya dengan sistem dispersi lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1) Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah gejala penghamburan berkas sinar oleh partikel-
partikel koloid. Hamburan cahaya dari partikel-partikel koloid ini dapat
diamati dari arah samping, meskipun partikel-partikel koloid tidak tampak.
Bila suatu larutan sejati disinari dengan seberkas sinar tampak, maka larutan
sejati tadi akan meneruskan berkas sinar (transparan), sedangkan bila seberkas
sinar dilewatkan pada sistem koloid, maka sinar tersebut akan dihamburkan
oleh partikel koloid, sehingga sinar yang melalui sistem koloid akan tampak
dalam pengamatan.
Gambar 2.3 Efek Tyndall (a) larutan sejati meneruskan cahaya, berkas cahaya tidak kelihatan; (b) sistem koloid menghamburkan cahaya, berkas cahaya kelihatan.
Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari:
a) Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
b) Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu
c) Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari
yang berkabut.
2) Gerak Brown
Jika diamati dengan mikroskop ultra, akan terlihat partikel koloid senantiasa
bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak
Brown adalah gerak zig-zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati
dengan mikroskop ultra. Gerak Brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang
tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid. Gerak
Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena
bergerak terus-menerus maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya
gravitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi (Michael Purba, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3) Muatan koloid
a) Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini
menunjukkan bahwa partikel koloid tersebut bermuatan. Pergerakan partikel
koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Apabila kedalam sistem
koloid dimasukkan dua batang elektrode kemudian dihubungkan dengan
sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu
elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan
bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif
bergerak ke katode (elektrode negatif). Dalam percobaan dicampurkan koloid
dari Fe(OH)3 berwarna merah dan As2S3 berwarna kuning, campuran dari
sistem koloid tadi dimasukkan dalam alat elektroforesis.
Dari percobaan yang ditunjukkan pada Gambar 2.4, setelah beberapa
saat kedua kutub tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik, ternyata
daerah kutub (+) berwarna kuning dan daerah kutub (-) berwarna merah. Dari
hasil pengamatan tersebut dapat dinyatakan bahwa koloid As2S3 bermuatan
negatif karena ditarik oleh elektode positif dan koloid Fe(OH)3 bermuatan
positif karena ditarik oleh elektrode negatif. Dengan demikian elektroferesis
dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
Gambar 2.4 Sel elektroforesis sederhana
b) Adsorpsi
Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan
listrik pada permukaanya. Oleh karena itu partikel koloid menjadi bermuatan
listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Contohnya partikel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
koloid dari Fe(OH)3 bermuatan positif dalam air, karena mengadsorpsi ion H+,
sedangkan partikel As2S3 dalam air bermuatan negatif karena mengadsorpsi
ion negatif.
Gambar 2.5 Adsorbsi ion-ion menyebabkan partikel koloid bermuatan listrik
Sifat adsorpsi partikel ini sangat penting karena banyak manfaat
dapat dilakukan bardasarkan sifat-sifat tersebut. Contoh:
(1) Pemutihan gula tebu
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan
melalui tanah diatome dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan
diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih.
(2) Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif norit. Didalam usus norit
membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun.
(3) Penjernihan air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menanbahkan tawas atau
aluminium sulfat. Di dalam air, aluminium sulfat terhidrolisis membentuk
Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorpsi zat-
zat warna atau zat pencemar dalam air (Michael Purba, 2008).
4) Koagulasi
Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan oleh muatannya. Apabila
muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan dapat
menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat
terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem
koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis
maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid
yang bermuatan positif digumpalkan di katode seperti pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Antarpartikel koloid terdapat gaya tolak-manolak listrik karena bermuatan sejenis
Koagulasi karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut.
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan
koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion
tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua seperti pada gambar 2.7.
Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu
akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar
muatan ion makin kuat daya tarik menariknya dengan partikel koloid,
sehingga makin cepat terjadi koagulasi. Gambar 2.7 memperlihatkan bahwa
ion fosfat yang bermuatan -3 tertarik lebih dekat daripada ion klorida yang
bermuatan -1, walaupun konsentrasi ion fosfat itu lebih kecil.
Gambar 2.7 Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit. Gambar di atas memperlihatkan bahwa ion yang bermuatan lebih besar efektif dalam menggumpalkan koloid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri:
a) Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat
(lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur
dengan elektrolit air laut.
b) Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
c) Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan
menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan
negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+ dari tawas (aluminium
sulfat).
d) Asap atau debu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat
koagulasi listrik dari cottrel seperti pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Pengendap Cottrel
5) Koloid pelindung
Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain
yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus
partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
a) Pada pembentukan es krim digunakan gelatin untuk mencegah
pembentukan kristal besar es atau gula.
b) Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid
pelindung.
c) Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan deterjen, juga tergolong koloid
pelindung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
6) Dialisis
Pada pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang
dapat menggangu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion penganggu ini dapat
dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini,
sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid
itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir (lihat Gambar 2.9).
Kantong koloid tadi terbuat dari selaput semipermeable, yaitu selaput yang
dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul
sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari
kantong dan hanyut bersama air.
Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal juga
merupakan proses dialisis. Jaringan ginjal bersifat sebagai selaput
semipermeabel yang dapat dilewati air dan molekul-molekul sederhana seperti
urea, tetapi menahan butir-butir darah yang merupakan koloid. Orang yang
menderita ginjal dapat menjalani cuci darah, dimana fungsi ginjal diganti oleh
suatu mesin dialisator (Michael Purba, 2008).
Gambar 2.9 Proses Dialisis
Gambar 2.10 Diagram suatu dialisis darah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
7) Koloid liofil dan koloid liofob
Berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan medium
pendispersinya, sistem koloid dibedakan menjadi dua macam yaitu koloid
liofil dan koloid liofob. Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya
suka menarik medium pendispersinya. Peristiwa ini disebabkan gaya tarik
antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersinya kuat.
Koloid liofob adalah sistem koloid yang fase terdispersinya tidak suka
menarik.
Gambar 2.11 Contoh koloid hidrofob (mayonaise) dan koloid hidrofil
(agar-agar)
medium pendispersinya. Bila medium pendispersinya air koloid liofil disebut
juga koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob disebut sebagai koloid hidrofob.
Contoh koloid hidrofil dan hidrofob disajikan pada Gambar 2.11.
Perbedaan kemampuan menarik medium pendispersinya
mengakibatkan terjadinya perbedaan sifat-sifat koloid tersebut. Perbandingan
sifat koloid liofil dan koloid liofob disajikan dalam tabel 2.3
(Unggul Sudarmo, 2009).
Tabel 2.3 Perbandingan Sifat Koloid Liofil dan Koloid Liofob
No Sifat Sol liofil Sol liofob 1 Daya adsorpsi
terhadap medium Kuat, mudah mengadsorpsi mediumnya sehingga ukuran partikelnya dapat semakin besar
Tidak mengadsorpsi mediumnya
2 Efek tyndall Kurang jelas Sangat jelas 3 Viskositas
(kekentalan) Lebih besar daripada mediumnya
Hampir sama dengan mediumnya
4 Koagulasi Sukar terkoagulasi Mudah terkoagulasi (kurang stabil)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
5 Lain-lain Bersifat reversible (bila sudah terkoagulasi dapat dengan mudah dijadikan koloid lagi )
Irreversible (bila sudah menggumpal sukar dikoloidkan kembali)
6 Contoh Protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji, gelatin
Susu, mayonaise, sol logam, sol belerang, darah, sol Fe(OH)3
d. Pembuatan sistem koloid
Cara pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu dengan
cara dispersi dan cara kondensasi. Cara dispersi dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel. Cara ini melibatkan pengubahan ukuran partikel (misalnya
suspensi atau padatan) menjadi ukuran partikel koloid. Cara kondensasi dilakukan
dengan memperbesar ukuran partikel, umumnya dari larutan diubah menjadi
koloid.
Gambar 2.12 Dua cara pembuatan, koloid dispersi, dan kondensasi
1) Cara dispersi
a) Dispersi langsung (mekanik)
Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum
didispersikan ke dalam medium pendispersi. Untuk memperkecil ukuran
partikel dapat dilakukan dengan menggiling atau menggerus partikel
sampai ukuran tertentu. Misalnya, pada pembuatan sol belerang dalam air,
serbuk belerang dihaluskan dahulu dengan menggerus bersama kristal gula
secara berulang-ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk
koloid secara langsung karena ukuran partikel-partikel semen sudah
digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran
koloid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b) Homogenisasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan
mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di dalam air di dalam mesin
homogenisasi, sehingga partikel-partikel susu akan berubah menjadi
seukuran pertikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan
proses homogenisasi menggunakan mesin homogenisasi.
c) Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel-partikel besar,
misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat
pemecah (pemeptisasi) tertentu. Sebagai contoh endapan Al(OH)3 akan
berubah menjadi koloid dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya.
Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan
NH3 secukupnya.
d) Busur Bredig
Busur bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk
koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang
akan dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus
listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik (lihat
Gambar 2.13). Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik
mengakibatkan logam akan menguap dan selanjutkan terdispersi ke dalam
air membentuk suatu koloid logam.
Gambar 2.13 Pembuatan sol logam dengan busur bredig
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2) Cara kondensasi
Cara kondensasi dilakukan dengan mengubah suatu larutan menjadi koloid.
Proses ini umumnya melibatkan reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan zat
yang menjadi partikel-partikel terdispersi.
a) Reaksi hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid-koloid basa dari
suatu garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air).
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3.
FeCl3 (aq) + 3H2O (l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl (aq)
b) Reaksi redoks
Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi
merupakan hasil oksidasi atau reduksi.
Contoh:
Pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan
SO2. 2 H2S(g) + SO2 (aq) → 2H2O (l) + 3S (s)
Pembuatan sol emas dari reaksi antara HAuCl4 dengan larutan K2CO3 dan
HCHO (formaldehida).
2HAuCl4(aq) + 6 K2CO3(aq) + 3HCHO(aq) → 2Au(koloid) + 5CO2(g) +
8KCl(aq) + 3HCOOK(aq) + KHCO3(aq) + 2H2O(l)
c) Pertukaran ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari
zat-zat yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.
Contoh:
Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan
As2O3.
3H2S (g) + As2S3(aq) → As2S3(s) + 3H2O (l)
Pembuatan sol AgCl dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer
dengan larutan HCl encer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(koloid) + HNO3(aq)
d) Penggantian pelarut
Selain dengan cara-cara di atas, koloid juga dapat terjadi dengan
penggantian pelarut.
Contoh:
Larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk
suatu koloid berupa gel.
e. Koloid Asosiasi
Berbagai jenis zat, seperti sabun dan detergen, larut dalam air tetapi
tidak membentuk larutan, melainkan koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri
atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebur ekor).
Kepala sabun adalah gugus yang hidrofil (tertarik ke air) sedangkan
gugus hidrokarbon bersifat hidrofob (takut air). Jika sabun dilarutkan dalam air,
maka molekul-molekul sabun akan mengadakan asosiasi karena gugus
nonpolarnya (ekor) saling tarik menarik, sehingga terbentuk partikel koloid
(Gambar 2.15).
Gambar 2.15 Larutan sabun merupakan koloid asosiasi. Ekor yang hidrofob cenderung berkumpul sekaligus menghindari air.
Daya pengemulsi dari sabun dan detergen juga disebabkan oleh aksi
yang sama. Gugus nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran (lemak) dari
bahan cucian kemudian mendispersikannya ke dalam air (lihat Gambar 2.16).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 2.16 Skema cara kerja detergen: (a) Kotoran atau bercak lemak pada bahan cucian; (b) molekul sabun atau detergen menarik kotoran dengan gugus nonpolarnya; (c) kotoran mulai terangkat; (d) kotoran didispersikan dalam air.
Sebagai bahan pencuci, sabun dan detergen bukan saja berfungsi sebagai
pengemulsi tetapi juga sebagai pembasah dan penurun tegangan permukaan. Air
yang mengandung sabun atau detergen mempunyai tegangan permukaan yang
lebih rendah sehingga lebih mudah meresap pada bahan cucian
(Michael Purba, 2008).
B. Kerangka Berpikir
Sekolah Bertaraf Internasional di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak
tahun 1951 seperti Jakarta International School (JIS). Akan tetapi keberadaan
dari sekolah ini hanya dikhususkan untuk menampung siswa-siswa asing, yang
orang tuanya bekerja sebagai diplomat atau bekerja di perusahaan-perusahaan
multinasional. Sejak itu, mulai bermunculan berbagai sekolah bertaraf/berstandar
internasional di Indonesia, baik yang didirikan oleh kantor-kantor Kedutaan Besar
asing maupun oleh lembaga-lembaga swasta (domestik dan asing) yang bergerak
di bidang pendidikan. Hal itu didukung pula oleh kebijakan pemerintah dalam
UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3 tentang sekurang-kurangnya
pemerintah atau pemerintah daerah menyelenggarakan satu satuan pendidikan
untuk msing-masing jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah
bertaraf internasional.
Dalam konteks implementasi pembelajaran kimia pada program RSBI di
SMA Negeri I Karanganyar, pembelajaran bermakna sebagai suatu proses yang
mengatur lingkungan supaya siswa belajar dimana pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dapat menggunakan bilingual serta pembelajaran yang dilakukan
berbasis TIK. Proses pembelajaran ini merupakan rangkaian kegiatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
melibatkan berbagai komponen diantaranya guru, siswa, sumber belajar, sarana
prasarana dan lingkungan. Semuanya berinteraksi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Tujuan pembelajaran ini sudah tercantum dalam Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Semua guru dituntut untuk mengembangkan SK dan KD tersebut menjadi suatu
silabus. Kemudian silabus tersebut dijabarkan lebih lanjut menjadi RPP yang akan
digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran,baik dari materi pelajaran,
proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) ini digunakan untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta
didik dalam upaya mencapai KD. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini
disusun sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah serta daerahnya.
Kegiatan pembelajaran kimia pada program RSBI harus dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan
hal tersebut seorang guru harus berpedoman pada suatu acuan pembelajaran yaitu
silabus dan RPP, sehingga seorang guru harus memiliki keahlian untuk menyusun
silabus dan RPP sesuai dengan kreativitasnya. Demikian pula dengan guru kimia.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, acuan kegiatan pembelajaran yang
inovatif seperti yang dicanangkan tersebut belum diterapkan oleh guru kimia.
Untuk mengetahui efektifitas suatu program pembelajaran diperlukan suatu
evaluasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yaitu melalui evaluasi proses
dengan menggunakan model CIPP. Selama ini yang lebih sering dilakukan adalah
evaluasi hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui ketercapaian kompetensi
peserta didik.
Pada evaluasi pelaksanaan pembelajaran akan dilihat dari tiga segi yaitu
dari input, proses pembelajaran dan produk atau hasil pembelajaran. Dari input,
akan dinilai tentang kualitas siswa, kualitas guru dan minat siswa terhadap mata
pelajaran kimia serta kualitas dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah
dibuat oleh guru. Dari segi proses pembelajaran, akan dinilai apakah guru sudah
menerapkan suatu strategi pembelajaran atau metode pembelajaran yang berpusat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pada siswa serta lebih mengaktifkan siswa dalam pelaksanaannya di kelas serta
penggunaan media, gaya mengajar dan interaksi antara siswa dan guru selama
pembelajaran. Sedangkan dari segi produk atau hasil pembelajaran menggunakan
nilai baik nilai aspek kognitif, afektif maupun psikomotor dari materi yang
diajarkan pada saat itu. Guru sudah atau belum menerapkan kurikulum berbasis
KTSP pada program RSBI.
Setelah dilakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran ini, akan
didapatkan suatu hasil evaluasi yang menunjukkan bagaimana keterlaksanaan
pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar, kendala-
kendala yang dihadapi selama pelaksanaan pembelajaran kimia pada program
RSBI di SMA Negeri I Karanganyar serta usaha-usaha dalam mengembangkan
pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar. Dengan
diperolehnya hasil evaluasi tersebut akan dijadikan suatu dasar untuk memberikan
saran dan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait agar pelaksanaan
pembelajaran kimia pada program RSBI selanjutnya dapat menjadi lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar 2.17 Skema kerangka berpikir
Konteks pembelajaran pada program RSBI
Input
Proses
produk
Kondisi awal siswa, kualitas RPP
Gaya mengajar, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, penggunaan media dan interaksi kelas antara guru dan siswa
Hasil nilai ulangan
Evaluasi pelaksanaan
pembelajaran
Hasil evaluasi
Saran dan rekomendasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar. Pengambilan data
dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2011. Penelitian ini hanya
dilakukan di SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah melaksanakan program
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), sehingga hasil penelitian ini dapat
dipergunakan untuk memberikan rekomendasi kebijakan tentang penyelenggaraan
pembelajaran kimia pada program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
di sekolah-sekolah serta kepada pihak-pihak terkait. Selanjutnya, dari hasil
penelitian evaluatif tentang pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI
ini diharapkan dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas input dan proses
pembelajaran, yang pada akhirnya berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan
dari sekolah-sekolah yang sudah menjalankan dan akan melaksanakan program
RSBI.
B. Rancangan Penelitian
1. Model Penelitian
Model penelitian evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model penelitian Context, Input, Process dan Product (CIPP)
(Eko Putro Widoyoko, 2011) dengan pendekatan metode campuran antara
pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan
untuk mendeskripsikan secara evaluatif pelaksanaan pembelajaran kimia pada
program Rintasan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 1 Karanganyar,
sedangkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dipergunakan untuk dalam
menjawab rumusan masalah keterlaksanaan program RSBI di SMA Negeri 1
Karanganyar.
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Tahapan Penelitian
Sesuai dengan karakteristik dan tujuan penelitian, prosedur penelitian ini
mengikuti tahapan berikut:
a. Observasi awal
b. Penyusunan proposal dan instrumen penelitian
c. Perbaikan instrumen dan persiapan memasuki lapangan
d. Pengumpulan data
e. Analisis dan interpretasi data
f. Pembahasan hasil penelitian
g. Penyusunan laporan
C. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang menunjuk pada asal diperoleh
(Suharsimi Arikunto, dkk, 2004: 65). Adapun sumber data dalam penelitian ini
adalah:
1. Narasumber
Narasumber adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik
terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada
peneliti. Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru
kimia dan siswa kelas XI IPA.
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa menjadi informasi karena dalam pengamatan harus
sesuai dengan konteksnya dan setiap situasi sosial melibatkan tempat, perilaku,
dan aktivitasnya. Dalam hal ini tempat memuat dua jenis data yang dapat
dikumpulkan yaitu benda-benda sebagai objek diam, meliputi kondisi ruang kelas,
sarana prasarana, dan sebagainya, dan yang bergerak meliputi proses
pembelajaran di kelas dan kegiatan belajar mengajar.
3. Arsip dan Dokumen
Arsip dan dokumen merupakan sumber data yang paling penting. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data penelitian meliputi segala bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
literatur/pustaka/arsip dan dokumen operasional yang relevan dengan objek
penelitian.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Purposive sampling (Sugiyono, 2008:300) digunakan karena
mempertimbangkan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, dalam
penenlitian ini mengambil sampel siswa kelas III IPA dan juga guru SMA Negeri
I Karanganyar yang mengajar dalam kelas tersebut dengan pertimbangan siswa
dan guru kimia tersebut terlibat langsung atau sebagai pelaksana (implementor)
dalam pembelajaran kimia pada program RSBI, sehingga memudahkan peneliti
menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif umumnya metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah pengamatan/ observasi, wawancara dan dokumentasi
(Sugiyono, 2008:308). Begitu pula dengan penelitian evaluasi juga menggunakan
teknik pengumpulan data yang sama dengan teknik pengumpulan data dalam
penelitian lain.
Berdasarkan hal tersebut maka teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data meliputi pengamatan/
observasi, wawancara, analisi dokumen, dan angket atau kuesioner. Dalam
penelitian ini dibagi menjadi 3 variabel yaitu perencanaan, proses, penilaian hasil
belajar. Adapun dalam teknik pengumpulan data menggunakan teknik yang
berbeda untuk setiap variabel, seperti dibawah ini :
a. Variabel perencanaan menggunakan teknik pengumpulan data observasi
dan wawancara
b. Variabel proses pelakasanaan pembelajaran menggunakan teknik
pengumpulan data observasi, angket, wawancara dan studi dokumentatif.
c. Variabel penilaian hasil belajar menggunakan teknik pengumpulan data
studi dokumentatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
1. Pengamatan/Observasi
Penelitian ini menggunakan observasi partisipasi terbatas karena
pengamatan dilakukan dalam beberapa kali kunjungan, peneliti tidak
merahasiakan identitas, dan berusaha membina hubungan yang baik dengan
subjek penelitian. Peneliti akan mengamati secara langsung bagaimana kegiatan
guru dan siswa dalam pembelajaran, bagaimana strategi pembelajaran yang
diterapkan dan kegiatan apa saja yang dilakukan guru dan siswa.
2. Wawancara
Informan yang diwawancarai adalah penanggungjawab program RSBI
dan guru kimia. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara terstruktur
yaitu wawancara dilakukan dengan berpegang pada pedoman yang telah
disiapkan.
3. Analisis Dokumen
Analisis dokumen merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan
cara mencatat dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen
yang isinya berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Dalam penelitian
ini dilakukan analisis terhadap dokumen yang meliputi rencana pembelajaran,
silabus, daftar nilai siswa, dan lain-lain yang mendukung penelitian.
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam
arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah
(Suharsimi Arikunto, 2002).
4. Angket atau Kuesioner
Dalam penelitian ini digunakan angket berstruktur karena pada angket ini
pertanyaan diajukan dalam bentuk pernyataan terbuka dan responden diberi
alternatif jawaban untuk menjawab pertanyaan menurut pendapatnya sendiri.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini disusun untuk mendapatkan data tentang
pelaksanaan pembelajaran di kelas serta data-data yang mendukung penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran dikembangkan dari standar proses
yang diterbitkan oleh BSNP. Di sisi lain, pedoman observasi keterlaksanaan
program RSBI disusun berdasarkan Panduan penyelenggaraan RSMABI tahun
2008 dan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 78 tahun 2008 tentang
penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Untuk pedoman observasi dibagi menjadi 3 yaitu pedoman observasi
aktivitas guru mengajar, pedoman observasi siswa dan juga pedoman observasi
sarana dan prasarana seperti pada Lampiran 1.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini dibuat sebagai pedoman agar wawancara tetap
terarah dan tidak menyimpang dari penelitian. Pedoman wawancara ini dibuat
untuk mendapatkan informasi dari kepala sekolah dan guru kimia tentang
pelaksanaan pembelajaran kimia terkait dengan penggunaan metode
pembelajaran, penggunaan media pembelajaran dan evaluasi pembelajaranyang
dilakukan oleh guru kimia seperti pada Lampiran 2.
3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman ini dibuat untuk mendaftar jenis-jenis dokumen-dokumen yang
mendukung penelitian. Dokumen yang dijadikan data disini meliputi, silabus,
program tahunan, program semester dan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
dokumen lain yang mendukung penelitian seperti pada Lampiran 3.
4. Angket
Angket ini dibuat untuk mendapatkan informasi dari siswa tentang
pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di kelas dan minat siswa terhadap mata
pelajaran kimia seperti pada Lampiran 4.
G. Validitas Data
Instrumen Penelitian khususnya angket sebelum digunakan untuk
mengambil data, angket tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahu
kualitas dari angket. Validitas dari angket menggunakan validitas item dan
reliabilitas menggunakan rumus dari Cronbrach. Validitas data dalam penelitian
ini menggunakan Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data. Triangulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
merupakan suatu cara memandang permasalahan/objek yang dievaluasi dari
berbagai sudut pandang (Sugiyono, 2008:372). Triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi metode dan triangulasi data (sumber).
H. Teknik Analisis Data
Data dianalisis sesuai dengan jenis dan karakteristik informasi yang
diperoleh. Untuk itu dilakukan tabulasi data atau penyajian data dalam bentuk
matriks untuk melakukan klasifikasi hasil-hasil penelitian. Selanjutnya, data
dianalisis, dievaluasi dan ditafsirkan secara objektif.
Cara analisis terdiri dari dua bagian yaitu analisis untuk menghasilkan
kesimpulan atas data empiris dan analisis untuk menghasilkan alternatif
rekomendasi kebijakan. Analisis pertama untuk menemukan apa yang perlu
direkomendasi, sedangkan analisis kedua menjadi dasar untuk merumuskan
alternatif rekomendasi kebijakan yang operasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini data yang diperoleh diklasifikasikan menjadi 3 yaitu
1) input data yang diperoleh berupa nilai masuk siswa, kualitas dari RPP yang dibuat
oleh guru, dan hasil angket minat yang diisi oleh siswa terhadap pembelajaran kimia,
2) proses data yang berupa hasil wawancara dengan penanggung jawab RSBI dan
guru kimia, hasil angket siswa, hasil observasi proses pembelajaran, dan dokumentasi
terhadap proses pembelajaran serta arsip-arsip yang mendukung penelitian dari
sekolah yang diteliti serta dan 3) produk data yang diperoleh berupa nilai ulangan
harian siswa pada pokok bahasan koloid.
1. Kondisi Awal (Input)
Dalam proses ini data yang diperoleh dibagi menjadi tiga yaitu dilihat dari
kualitas input siswa dan minta siswa serta kualitas dari RPP yang dibuat oleh guru,
sedangkan minat siswa data yang diperoleh dari angket yang disebarkan untuk siswa.
Kualitas RPP yang dibuat guru diperoleh dari penilaian dosen.
a. Kualitas siswa
Kualitas input siswa diperoleh dari studi dokumentatif yaitu dari nilai yang
didapatkan siswa ketika mereka mendaftar sebagai siswa baru di SMA Negeri I
Karanganyar yang meliputi nilai rata-rata rapor, nilai tes akademik, nilai tes
wawancara dan nilai rata-rata Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN). Dari
studi dokumentatif diperoleh data seperti pada Tabel 4.1, untuk data lebih rinci bisa
dilihat di Lampiran 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4.1. Tabel Distribusi Kualitas Siswa SMA Negeri I Karanganyar Tahun 2009/2010
b. Minat siswa
Data minat siswa diperoleh dari angket yang disebarkan kepada siswa yang
disusun berdasarkan indikator yang isinya mencakup ketertarikan, perhatian dan
aktivitas siswa bersumber dari buku slameto (180: 1995). Ketertarikan siswa meliputi
mengikuti pelajaran kimia, peningkatan kedisiplinan; perhatian siswa meliputi
kedatangan guru, pengetahuan, kemampuan berpikir, ekspresi siswa; dan terakhir
adalah aktivitas siswa meliputi: mengajukan dan atau menjawab pertanyaan dari guru,
mengerjakan tugas yang diberikan guru , belajar untuk mendapatkan nilai yang bagus.
Deskripsi data dari minat siswa dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini, untuk data
lebih rinci bisa dilihat di Lampiran 6.
Tabel 4.2. Tabel Distribusi Minat Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar
Indikator Kategori (%) Total (%) Rendah Sedang Tinggi A. Ketertarikan
1. Aplikatif 0 26,47 75,76 100 2. Eksperimen 0 11,76 88,24 100 3. Sedikit rumus dan
sedikit teori 0 32,35 67,65 100
4. Banyak rumus dan banyak teori
0 23,53 76,47 100
B. Perhatian 1. Kehadiran 0 11,74 88,26 100 2. Keseriusan 0 26,47 73,53 100
C. Aktivitas 1. Review materi 11,77 58,82 29,41 100 2. Mengerjakan PR atau
tugas 2,94 58,82 38,24 100
3. Menjawab pertanyaan 5,88 67,65 26,47 100
4. Mengisi waktu luang 0 73,53 26,47 100
Interval Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori 22-44 0 0 Rendah 45-67 12 35,30 Sedang 68-90 22 64,70 Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c. Kualitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Data kualitas RPP diperoleh dari studi dokumentatif berupa RPP yang sudah
dibuat oleh guru ketika mengajar di dalam kelas. Penilaian kualitas RPP yang dibuat
oleh guru dilakukan oleh dosen menggunakan pedoman dari DIKTI. Dari penilaian
dosen mengenai RPP yang dibuat guru bisa dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini untuk
lebih rinci data bisa dilihat di Lampiran 7.
Tabel 4.3. Persentase Penilaian RPP Guru
Indikator Penilaian Persentase (%) Perumusan Masalah 70,83 Rumusan Kompetensi dan indikatornya 79,17 Pemilihan dan Pengorganisasian Materi Ajar 75,00 Pemilihan Sumber/ Media Pembelajaran 62,50 Strategi Pembelajaran 65,63 Penilaian Hasil Belajar 50,00 Skor total 67,19
2. Hasil Wawancara
Data yang diperoleh dari hasil wawancara ini akan dibedakan menjadi 2
yaitu wawancara dengan penanggungjawab program RSBI (wawancara I) dan
wawancara dengan guru kimia (wawancara II) dari sekolah yang diteliti.
a. Wawancara I Tentang Pelaksanaan RSBI Di Sekolah
Wawancara I ini untuk mengetahui pelaksanaan program RSBI di
SMA Negeri 1 Karanganyar. Wawancara dilakukan dengan penanggungjawab
program rintisan sekolah bertaraf internasional di SMA Negeri I Karanganyar. Data
hasil wawancara I dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan di Lampiran 8.
Tabel 4.4. Data Hasil Wawancara I
No. Aspek Jawaban 1. Pelaksanaan program RSBI Sejak tahun pelajaran baru 2008/ 2009 2. Alasan terpilihnya SMA N 1 Karanganyar
sebagai sekolah penyelenggara program RSBI
SMA Negeri 1 Karanganyar telah memenuhi verifikasi sebagai SMA penyelenggara program RSBI.
3. Prioritas dari SMA N I Karanganyar untuk menunjang program RSBI
Prioritas utama dari pihak sekolah adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas SDM yang ada di SMA Negeri 1 Karanganyar dimana mereka dimotivasi untuk melanjutkan S2 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
linear, mau mengikuti kegiatan workshop ataupun pelatihan karena untuk guru-guru senior minat untuk mengikuti kursus kurang. Selain itu juga terkait masalah fasilitas yaitu dimulai dari tahap renovasi pembangunan gedung sekolah secara bertahap dan dilanjutkan dengan fasilitas-fasilitas yang lain
4. Hal yang dilakukan dari pihak sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru untuk menunjang program RSBI
Hal yang dilakukan dari pihak sekolah untuk menunjang pembelajaran adalah dengan melakukan pelatihan seperti pelatihan bahasa Inggris bekerjasama dengan LPIA, LCC dan LIA, Pelatihan IT bekerjasama dengan teman atau mereka kursus secara mandiri di lembaga, workshop silabus dan RPP serta evaluasi pembelajaran pelaksanaannya adalah dari pihak sekolah dengan mendatangkan pakar, ada yang dari provinsi, ada yang dari tingkat nasional serta ada yang dengan MGMP (RPP)
5. Pengembangan silabus Dikembangkan oleh guru mata pelajaran masing-masing melalui MGMP
6. Pemahaman guru tentang program RSBI 70% 7. Persentase pelaksanaan program RSBI di
SMA N 1 Karanganyar 60% s.d 70%
8. Potensi daya dukung sekolah Ruang kelas sudah ber-AC, ada LCD, ada komputer untuk pembelajaran berbasis IT, layar LCD, sumber bacaan bilingual ada, ada titik area hotspot
9. Kemitraan dengan pihak Luar Ada dengan LPIA, LCC dan LIA untuk pelatihan bahasa Inggris, SMA N 4 Denpasar bidang kurikulum, SMA N 3 bandung penambahan jam pelajaran di luar jam sekolah, Pioneer Junior College tukar menukar guru bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
10. Kendala dalam program RSBI Kurangnya semangat dari guru senior, dan belum meratanya fasilitas pembangunan, pemahaman beberapa guru yang kurang tentang RSBI, pemanfaatan media serta sumber belajar yang belum terlalu optimal baik oleh guru ataupun siswa.
11. Usaha yang dilakukan sekolah Memotivasi guru, mengadakan pelatihan dan mengikutsertakan guru dalam workshop baik untuk pembuatan media pembelajaran ataupun terkait dengan assesmen.
12. Evaluasi program RSBI Evaluasi setiap tahun dari direktorat tinggi Jakarta dan juga dari provinsi serta dari dinas pendidikan kabupaten.
13. Potensi lokal yang dimiliki oleh SMA N 1 Karanganyar
Dalam bidang olahraga: panahan, seni tari dan juga seni rupa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 4.4. Lanjutan Data Hasil Wawancara I
No. Aspek Jawaban 14. Target dari SMA N 1 Karanganyar
terhadap lulusan Target dari lulusan program RSBI adalah a. Siswa bisa berkomunikasi dalam bahasa
Inggris dengan lancar dan benar b. Siswa bisa menguasai IT dengan baik c. Siswa bisa berkompetisi atau bersaing dalam
event baik nasional maupun internasional. d. Siswa bisa lulus baik lulus secara Institusi/
Lembaga maupun lulus dalam kelompok mata pelajaran
b. Wawancara II Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Pada Program RSBI
Wawancara II dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran kimia
pada program RSBI. Wawancara II dilakukan dengan guru kimia dan data hasil
wawancara II dari sekolah yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan di
Lampiran 9.
Tabel 4.5. Data Hasil Wawancara II No. Pertanyaan Jawaban 1. Perencanaan pembelajaran Selalu membuat perangkat pembelajaran biasanya
di awal tahun bersama tim MGMP sekolah. 2. Penerapan RPP Bersifat fleksibel, sesuai dengan karakteristik/
kondisi sekolah 3. Pengelolaan program pembelajaran Tergantung pada kedalaman materi, penguasaan
materi dan tingkat kesulitan materi 4. Kemampuan dan Minat Siswa Cukup berminat kira-kira 70% 5. Pemilihan Metode Pembelajaran Berdasarkan rata-rata karakteristik siswa 6. Penggunaan Metode Pembelajaran Lebih sering menggunakan metode tanya jawab,
diskusi dan pemberian latihan soal 7. Penggunaan Media Pembelajaran Disesuaikan dg media yang dimiliki sekolah,
biasanya menggunakan power point atau macromedia flash hasil download atau sharing dengan teman
8. Penggunaan Sumber Belajar Guru : buku-buku dari berbagai penerbit. Siswa : LKS, buku Kimia dari Erlangga dan internet
9. Usaha Guru untuk Meningkatkan keaktifan dan minat siswa
a. Menyajikan pembelajaran yang humoris dan menarik
b. Melakukan praktikum c. Melibatkan siswa untuk menjawab soal
sekaligus alasannya 10. Penilaian Hasil Belajar Tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.5. Lanjutan Data Hasil Wawancara II No. Pertanyaan Jawaban 11. Tindakan untuk siswa yang tidak tuntas
KKM Diadakan remedial terhadap siswa yang belum tuntas sedangkan untuk siswa yang punya kemampuan lebih diadakan pengayaan.
12. Remidi pengajaran atau remisi tes Remidi tes karena kalau mau mengadakan remidi pengajaran waktunya yang tidak ada
13. Hambatan dalam Pelaksanaan Pembelajaran
a. Kemampuan dan karakteristik siswa yang beragam
b. Penggunaan bahasa Inggris karena penguasan bahasa Inggris yang kurang, selain guru yang kurang penguasaan bahasa Inggris siswa pun juga kurang
c. Fasilitas yang kadang-kadang juga susah, jaringan internet yang tidak terlalu bagus. Dan kadang-kadang susah mencari literature.
d. susah membuat media pembelajaran karena penguasaan IT yang kurang
e. tidak adanya laboran jadi merasa kesulitan ketika mau mengajak siswa untuk praktikum di laboratorium
3. Hasil Observasi
Observasi ini dilakukan selama ± 1 bulan, dengan melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dan aktivitas guru untuk satu bab terakhir semester 2. Data observasi ini akan dibedakan menjadi 2 yaitu data observasi guru kimia dan data observasi siswa dari sekolah yang diteliti. a. Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Data hasil observasi guru disusun berdasarkan persentase jumlah pertemuan yang dilakukan yang menunjukkan aktivitas guru melakukan kegiatan tersebut. Penilaian aktivitas guru selama proses belajar mengajar meliputi persiapan mengajar, penggunaaan metode dan gaya mengajar, penggunaan media dan sumber belajar serta evaluasi pembelajaran. Adapun hasilnya dapat ditunjukkan pada Tabel 4.6. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.6. Persentase Aktivitas Guru Kimia di SMA Negeri 1 Karanganyar Indikator Penilaian Persentase (%)
Persiapan mengajar 91,67 Penggunaan metode dan gaya mengajar 61,11 Penggunaan media dan sumber belajar 54,17 Evaluasi pembelajaran 67,71 Skor total 68,67
b. Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Data hasil observasi siswa disusun berdasarkan persentase jumlah
pertemuan yang menunjukkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Penilaian
aktivitas siswa meliputi perhatian siswa terhadap pelajaran, keaktifan siswa bertanya,
kemampuan siswa dalam mejawab pertanyaan dan interaksi yang terjadi pada saat
pembelajaran baik interaksi antar siswa maupun interaksi antara siswa dengan guru
dan lingkungan/ sumber belajar. Adapun data hasilnya dapat ditunjukkan pada
Tabel 4.7 dan di Lampiran 11.
Tabel 4.7. Persentase Aktivitas Siswa di SMA Negeri I Karanganyar Indikator Penilaian Persentase (%)
Perhatian 79,71 Keaktifan bertanya 62,50 Menjawab pertanyaan 79,17 Interaksi antar siswa 45,83 Interaksi siswa dengan sumber belajar 62,50
Di samping observasi terhadap proses pembelajaran, observasi juga
dilakukan terhadap fasilitas-fasilitas sekolah dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan penelitian. Dari hasil observasi terhadap fasilitas sekolah khususnya yang
berhubungan dengan pembelajaran kimia diketahui bahwa sekolah yang diteliti sudah
memiliki laboratorium kimia dan media pembelajaran kimia, hanya saja alat ataupun
media pembelajaran yang dimiliki belum dimanfaatkan secara optimal oleh guru
untuk kegiatan pembelajaran kimia. Hal itu dikarenakan laboratorium yang dimiliki
masih belum mencukupi kebutuhan siswa (jumlah alat yang sedikit) dan bahan-bahan
kimianya sudah lama tidak digunakan sehingga sudah banyak yang rusak serta belum
adanya laboran yang mengurusi laboratorium.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
4. Hasil Angket
Angket siswa ini digunakan untuk mengetahui penilaian siswa terhadap
proses pembelajaran yang telah berlangsung dan saran ataupun kritik yang diberikan
untuk pembelajaran kimia. Aspek yang dinilai siswa dalam angket ini adalah metode
pembelajaran dan gaya mengajar, alat/ media/ sumber belajar, evaluasi pembelajaran,
interaksi dalam proses pembelajaran, dan ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung pembelajaran. Metode pembelajaran dan gaya mengajar yang dimaksud
adalah guru menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
belajar meliputi sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan karakteristik materi, sesuai
dengan daya dukung sarana dan prasarana, mendorong siswa aktif dan kreatif,
meningkatkan mutu produk belajar dan sesuai dengan konsep. Penilaian alat/ media
meliputi mencantumkan sumber belajar, terdiri atas beberapa sumber belajar, sesuai
dengan kompetensi dasar, menggunakan power point, mendayagunakan flash, video,
CD, menggunakan animasi pembelajaran, dan menggunakan sumber belajar
berbahasa Inggris. Interaksi dalam proses pembelajaran meliputi siswa bertanya
kepada guru dan atau siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru dan yang
terakhir ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran pada program
RSBI. Dari angket diperoleh data sebagai berikut pada Tabel 4.8 dan di Lampiran 12.
Tabel 4.8. Persentase Tentang Proses Pembelajaran Kimia di SMA Negeri I Karanganyar
Indikator Kategori (%) Total (%) Rendah Sedang Tinggi a. Metode Pembelajaran
dan gaya mengajar 17,65 44,12 55,88 100
b. Alat/ media/ sumber belajar
11,76 58,82 29,41 100
c. Evaluasi pembelajaran 5,88 41,18 29,41 100 d. Interaksi dalam proses
pembelajaran 5,88 58,82 35,29 100
e. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran
2,94 50,00 47,06 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
5. Hasil Dokumentasi Tentang Perangkat Pembelajaran
Data yang diperoleh dari dokumentasi yaitu dokumentasi tentang perangkat
pembelajaran yang dibuat guru-guru kimia dari sekolah yang diteliti, instrumen
penilaian kognitif, daftar nilai (Lampiran 13), pedoman KKM (Lampiran 14), serta
dokumentasi foto tentang proses pembelajaran yang berlangsung selama proses
pembelajaran materi koloid (Lampiran 15).
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran kimia
pada program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri I Karanganyar,
kendala yang dihadapi serta usaha-usaha yang dilakukan guru kimia dalam
mengembangkan pembelajaran kimia, sehingga analisis data dan pembahasan akan
dibedakan menjadi 3 hal yaitu input, proses dan produknya.
1. Kondisi awal (Input)
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.1, kondisi awal (input) siswa
kelas XI IPA 3 di SMA Negeri I Karanganyar 64,70% termasuk kategori tinggi,
sisanya 35,30% tergolong kategori sedang. Hal tersebut bisa dilihat juga dari tingkat
persaingan yang cukup ketat yaitu dari 640 siswa yang mendaftar pada tahun
pelajaran 2009/2010 yang diterima adalah 288 siswa. Siswa yang mendaftar harus
melalui serangkaian tes seperti tes potensi akademik (TPA), tes kemampuan
akademik, dan tes wawancara serta menyerahkan beberapa dokumen seperti nilai
SKHUN. Untuk guru yang saat ini mengajar bidang studi kimia sudah memiliki
kualifikasi S2, dimana S1 dalam bidang pendidikan kimia dan S2 magister majemen.
Guru juga belum mencapai standar yang disyaratkan untuk kemampuan bahasa
Inggris dimana guru harus memiliki skor IELTS 7,5. Hal itu juga bisa dilihat didalam
observasi yang dilakukan dimana guru jarang menggunakan bahasa Inggris dalam
proses pembelajaran, penggunaan bahasa Inggris oleh guru hanya terlihat pada
pembuatan perangkat pembelajaran saja yaitu seperti pembuatan silabus, program
tahunan, program semester dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
awal pembelajaran dan di akhir pembelajaran saja. Dalam Permendiknas no. 79 tahun
2009 guru yang mengajar dalam program RSBI harus memiliki skor TOEFL tes lebih
besar dari 7,5 dalam skala internet based learning. Akan tetapi, dalam hal ini guru
belum memiliki kualifikasi tersebut. Hal ini didukung dari Sumitomo B (2012: 25)
yang menyatakan bahwa sebanyak 600 guru sekolah SBI di Indonesia yang ikut
dalam Test of English for International Communication (ToEIC) jauh dari kategori
memuaskan, bahkan 60% diantaranya tergolong pada level rendah.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kimia pada Program RSBI
Profil pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I
Karanganyar akan dibedakan menjadi 3 yaitu perencanaan pembelajaran, proses
pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
a. Perencanaan Pembelajaran Kimia
Perencanaan pembelajaran ini meliputi penyusunan perangkat pembelajaran
seperti pengembangan silabus, program tahunan, program semester dan
pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Berdasarkan hasil
penelitian, guru kimia SMA Negeri I Karanganyar sudah menyusun perangkat
pembelajaran, mulai dari pengembangan silabus sampai pengembangan RPP.
Pengembangan silabus kimia ini dilakukan oleh musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) kimia sekolah berdasarkan silabus yang disusun MGMP kimia kabupaten
berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL) dengan beberapa perubahan sesuai
dengan kondisi dan tuntutan sekolah. Pada umumnya dalam mengembangkan silabus,
guru hanya mengutip standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pada
lampiran standar isi yaitu guru belum melakukan pengkajian atau pemetaan
kompetensi (laporan hasil pelaksanaan kegiatan bimtek KTSP di SMA tahun 2009),
karena mereka belum memahami bahwa proses pengkajian dimaksud sangat penting
dan bermanfaat untuk merumuskan indikator pencapaian, materi pokok, kegiatan
pembelajaran, metode pembelajaran penentuan bentuk dan jenis soal, serta
sumber/bahan belajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) bidang studi kimia
dibuat oleh guru-guru kimia SMA Negeri I Karanganyar. Berdasarkan Tabel 4.3,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
rata-rata penilaian dosen terhadap RPP yang sudah dibuat oleh guru adalah 67,19%
tergolong kategori cukup baik. Penilaian ini meliputi perumusan masalah, rumusan
kompetensi dan indikatornya, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, pemilihan
sumber/ media pembelajaran, strategi pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
Dalam pembuatan RPP guru kimia belum menyesuaikan dengan Permendiknas no.
41 tahun 2007 tentang standar proses. Didalam standar proses dijelaskan pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) guru kimia masih sangat sederhana, belum mencakup semua yang disyaratkan
dalam Permendiknas no. 41 tahun 2007. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang
dibuat guru kimia hanya meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar dan
penilaian. Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran seperti kegiatan
pendahuluan, kegitan inti meliputi kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi serta
kegiatan penutup belum dijelaskan secara mendetail oleh guru kimia didalam RPP.
Evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kimia juga belum dijelaskan
didalam RPP.
b. Proses Pembelajaran Kimia
Dalam konteks implementasi pembelajaran RSBI berdaya dukung KTSP,
pembelajaran dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar
dengan melibatkan berbagai komponen belajar. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam
proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat kegiatan (students
centered learning). Proses pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, sehingga
segala kegiatan yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran sudah terlihat dalam
RPP yang disusun.
Guru kimia SMA Negeri I Karanganyar sudah menyusun dan
mengembangkan RPP yang menunjukkan pembelajaran yang menyenangkan,
menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, hanya saja RPP tersebut
tidak semuanya diterapkan dalam pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
tersebut lebih bersifat fleksibel yaitu disesuaikan dengan kondisi di kelasnya dan
keadaan sekolah.
Didalam rencana pelaksanaan pembelajaran tertulis bahwa metode yang
digunakan oleh guru dalam pembelajaran kimia koloid antara lain menggunakan
metode diskusi informasi, tanya jawab dan eksperimen. Dari hasil pengamatan atau
observasi yang dilakukan selama 4 kali pertemuan di dalam kelas, metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru kimia di SMA Negeri 1 Karanganyar
kebanyakan masih menggunakan ceramah plus, yaitu ceramah yang disertai dengan
dengan tanya jawab. Berdasarkan Tabel 4.8, menurut siswa penggunaan metode
pembelajaran dan gaya mengajar yang digunakan guru 55,88% menilai menarik dan
sisanya 44,12% menilai penggunaan metode pembelajaran dan gaya mengajar yang
digunakan guru cukup menarik. Hal ini juga bisa dilihat pada ketuntasan belajar
kimia koloid yaitu sekitar 58, 82% seperti pada Lampiran 13.
Penggunaan variasi metode pembelajaran belum dilakukan oleh guru kimia
SMA Negeri 1 Karanganyar seperti mengombinasikan metode ceramah dengan
metode diskusi, analogi, eksperimen/ praktikum, latihan soal, pemberian tugas dan
tanya jawab. Modifikasi terhadap metode ceramah seperti yang dicontohkan diatas
oleh Muhibin (2006) disebut sebagai metode ceramah plus. Modifikasi ini dapat
dilakukan untuk mengatasi kendala dalam memfasilitasi karakteristik, minat dan
potensi siswa yang berbeda tersebut agar terpenuhi semua. Dalam pengamatan di
dalam kelas juga terlihat bahwa guru jarang memberikan penguatan dan balikan
(reinforcement and feedback) terhadap siswa. Padahal penguatan dan balikan ini
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sekaligus penguatan ini juga berfungsi
sebagai bentuk balikan bagi siswa dan guru atas proses dan hasil pembelajaran yang
telah dilakukan.
Didalam pembelajaran kimia pada program RSBI idealnya dalam
pelaksanaan pembelajaran kimia itu harus memenuhi beberapa hal antara lain: materi
sebagian berasal dari internet, berkomunikasi bilingual dan pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Akan tetapi, pelaksanaan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
yang terjadi, guru masih sering menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dan guru masih banyak melakukan aktivitas menulis di papan tulis.
Penggunaan media/sumber belajar di dalam proses pembelajaran belum
dilakukan sepenuhnya oleh guru. Berdasarkan Tabel 4.8, siswa menilai penggunaan
media/sumber belajar 11,76% kurang baik, 58,82% cukup baik dan 29,41% baik.
Berdasarkan pengamatan sumber belajar yang digunakan oleh guru kimia adalah
buku kimia bilingual dimana dalam satu meja hanya terdapat satu buah buku
pegangan. Penggunaan sumber belajar di SMA Negeri 1 Karanganyar hanya LKS
dari MGMP Kabupaten dan buku dari penerbit Erlangga. Penggunaan buku ajar dari
perpustakaan juga belum dilakukan secara maksimal oleh guru maupun siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran, penggunaan fasilitas, media dan sumber belajar yang menarik
dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar, maka hal itu akan
menumbuhkan semangat siswa dan akan berimbas pada nilai akhir siswa. Dalam hal
ini guru bisa menggunakan media pembelajaran berupa media gambar atau media
objek nyata karena materi pokok koloid sangat dekat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari (Zainudidin Muhtar dan Lalilan Siregar, 2007).
Pembelajaran yang dilakukan harus dapat mengoptimalkan interaksi antara
kedua komponen tersebut, yaitu interaksi multiarah (guru-siswa, siswa-siswa, dan
siswa-guru). Berdasarkan Tabel 4.8, menurut penilaian siswa: 5,55% siswa menilai
interaksi yang terjadi kurang baik, 58,82% cukup baik dan sisanya 35,29% menilai
baik. Dari pengamatan ataupun penilaian siswa interaksi yang terjadi di dalam kelas
sebenarnya sudah cukup baik tetapi perlu ditingkatkan lagi sehingga interaksi yang
terjadi akan lebih optimal lagi. Peningkatan interaksi supaya lebih optimal bisa
dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, memberikan tugas dan juga
menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa seperti Student
Teams Achievement Divisions (STAD) atau menggunakan metode praktikum yang
lebih cocok untuk pokok bahasan koloid . Dalam pembelajaran RSBI, tahapan
pembelajaran meliputi pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Dari ketiga tahapan
pembelajaran tersebut, guru kimia di SMA Negeri 1 Karanganyar masih sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
meninggalkan tahapan penutup yang berupa penarikan kesimpulan dan kegiatan
tindak lanjut. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi (Lampiran 12) yang
menunjukkan bahwa guru kimia jarang membuat kesimpulan bersama dengan siswa.
Padahal kegiatan penutup adalah penting untuk memberikan gambaran menyeluruh
tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa
dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran (Uzer Usman, 2007: 92).
c. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian yang dilakukan harus dapat memantau proses dan kemajuan
belajar siswa (kompetensi apa saja yang telah dicapai siswa) serta untuk
meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Standar penilaian yang disyaratkan
dalam pembelajaran RSBI adalah melaksanakan penilaian berbasis TIK, mengelola
penilaian berbasis TIK, melaksanakan pengembangan KTSP sesuai dengan
kebutuhan sekolah dalam mewujudkan mutu yang berstandar sekolah dinegara maju
dan melaksanakan pengujian dengan menggunakan soal berbahasa Inggris
(Pedoman Penyelenggaraan RSMABI, 2009). Penilaian yang juga harus meliputi 3
aspek (kognitif, afektif dan psikomotor). Berdasarkan pengamatan, guru kimia SMA
Negeri I Karanganyar hanya melaksanakan penilaian untuk ranah kognitif saja untuk
materi kimia koloid yaitu berupa tes ulangan harian. Soal tes yang digunakan untuk
penilaian terdiri dari 88 soal pilihan ganda (dibagi 2 untuk soal ganjil dan genap
masing-masing siswa mengerjakan 44 soal) dan 2 soal esai. Soal yang digunakan
guru hanya mengambil dari sebuah buku dan semua butir soal berbahasa Indonesia.
Dalam penilaian terutama aspek kognitif perlu ditetapkan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang digunakan sebagai acuan dalam mengetahui ketercapaian
tujuan belajar yang diharapkan. Sekolah Menengah Negeri I Karanganyar memiliki
nilai KKM yang cukup tinggi yaitu 75 (Lampiran 14) untuk materi koloid. Hal ini
menunjukkan kemampuan akademik untuk SMA Negeri I Karanganyar cukup tinggi.
Siswa yang belum tuntas pada materi koloid sebesar 41,18% (Lampiran 13). Padahal
dalam pembelajaran kimia RSBI pencapaian kriteria ketuntasan ideal siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
diharapkan mencapai 100% (Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggara RSBI) . Hal
ini perlu menjadi perhatian guru untuk meningkatkan proses pembelajaran kimia.
Dalam Pembelajaran RSBI, siswa yang belum mencapai batas tuntas (nilai ≤
KKM) akan mendapatkan program remedial yang dapat berupa:
1) Pembelajaran ulang dengan media dan metode yang berbeda
2) Belajar mandiri
3) Belajar kelompok dengan bimbingan alumni atau tutor sebaya.
Sedangkan siswa yang sudah tuntas (mencapai nilai ≥ KKM) maka siswa tersebut
akan mendapatkan program pengayaan. Program pengayaan ini digunakan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa yang pandai untuk tetap mempertahankan
kecepatan belajarnya (Mulyasa, 2007).
Berdasarkan hasil pengamatan, guru kimia SMA Negeri I Karanganyar
sudah menerapkan program remedial untuk siswa yang belum tuntas, hanya saja
remidi yang dilakukan dalam hal ini adalah remedial tes bukan seperti yang
diharapkan. Sedangkan program pengayaan juga belum dilakukan untuk siswa yang
sudah tuntas karena waktu yang dimiliki terbatas.
3. Kendala-Kendala Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Pada Program RSBI
Dalam pelaksanaan pembelajaran kimia, terdapat kendala-kendala yang
dihadapi oleh guru kimia terutama dalam proses pembelajaran dan penilaiannya.
Berdasarkan wawancara dengan guru kimia kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI ada 3 aspek yaitu perencanaan
pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar:
a. Perencanaan Pembelajaran
Kendala-kendala yang dihadapi guru kimia adalah pengembangan
perencanaan pembelajaran (RPP) yang dapat memfasilitasi keberagaman karakteristik
siswa. Guru merasa kesulitan dalam memilih metode yang sesuai dengan karakteristik
siswa tersebut serta guru merasa kesulitan untuk membuat suatu media pembelajaran
yang menarik untuk siswa. Hal inilah yang menyebabkan pelaksanaan pembelajaran
di kelas berbeda dengan RPP yang telah disusun. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
lebih bersifat fleksibel yaitu disesuaikan dengan keadaan kelas saat pembelajaran
berlangsung. Selain itu, karena di kabupaten Karanganyar hanya terdapat satu sekolah
RSBI membuat guru kimia SMA Negeri I Karanganyar terbatas untuk berdiskusi
mengenai pembelajaran kimia pada program RSBI bahkan untuk melakukan diskusi
dengan guru yang mengajar mata pelajaran yang sama di satu sekolah karena
padatnya jam mengajar guru.
b. Proses Pembelajaran
Kendala-kendala yang dihadapi guru kimia SMA Negeri I Karanganyar
dalam proses pembelajaran meliputi:
1) Jumlah siswa yang terlalu banyak
Dalam Pembelajaran RSBI, jumlah maksimal siswa dalam setiap kelas adalah
25 siswa. Sedangkan jumlah siswa setiap kelasnya yang terdapat di SMA Negeri I
Karanganyar lebih besar dari 25 siswa. SMA Negeri I Karanganyar terdiri dari 32-34
siswa/kelas. Jumlah siswa yang terlalu banyak ini berkecenderungan:
a) Suasana belajar menjadi tidak kondusif.
b) Kepuasan belajar siswa akan cenderung menurun karena akan
mendapatkan pelayanan terbatas dari guru (perhatian guru akan semakin
terpecah).
c) Semakin banyak jumlah siswa, siswa akan semakin berkurang
partisipasinya.
d) Guru kesulitan dalam mengelola kelas ketika pembelajaran berlangsung
ditambah lagi apabila guru harus menjelaskan dalam bahasa Inggris.
2) Fasilitas laboratorium kimia yang belum digunakan oleh guru kimia.
Sekolah Menengah Atas Negeri I Karanganyar sudah memiliki laboratorium
kimia, namun fasilitas yang terdapat di dalamnya masih belum memadai. Hal ini
terlihat dari jumlah peralatan praktikum yang masih sedikit dan banyak yang rusak,
bahan-bahan kimia yang sudah kadaluarsa dan tidak adanya laboran. Hal inilah yang
menyebabkan guru jarang mengajak murid untuk melakukan eksperimen dimana
kalau mereka menyiapkan semua alat dan bahan praktikum akan membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
waktu yang cukup lama sedangkan mereka juga mempunyai waktu terbatas untuk
menyelesaikan materi pelajaran.
3) Penggunaan sarana dan prasarana yang belum optimal
Sarana prasarana yang dimaksud adalah penggunaan multimedia (komputer/
IT) untuk mengembangkan pembelajaran kimia, pemanfaatan laboratorium dan
pemanfaatan perpustakaan. Meskipun di dalam kelas sudah terdapat fasilitas
komputer lengkap beserta jaringan internetnya, tetapi penggunaannya belum terlalu
optimal oleh guru. Hal itu dikarenakan guru belum terlalu mahir menggunakannya
dan jaringan internet yang kadang-kadang susah untuk diakses. Selain itu, guru juga
merasa kesulitan untuk mebmuat media pembelajaran terutama media berbahasa
Inggris karena kemampuan guru yang kurang dalam bahasa Inggris dan sudah lama
tidak menggunakan bahasa Inggris. Penggunaan sarana dan prasarana dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru sekitar 72,22% seperti pada Lampiran 16.
4) Penggunaan Bahasa Inggris yang kurang
Di dalam pembelajaran kimia RSBI seharusnya guru sudah menggunakan
media pembelajaran ataupun menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris 50-70%.
Akan tetapi penggunaannya dalam pembelajaran hanya sekitar 20% saja. Hal ini
disebabkan karena kemampuan bahasa Inggris guru yang kurang ditambah siswa juga
merasa kesulitan ketika harus menerima penjelasan guru dalam bahasa Inggris. Selain
itu, guru sudah lama sekali tidak menggunakan bahasa Inggris degan adanya program
RSBI ini mereka disuruh untuk mengajar dalam bahasa Inggris (Sumitomo, 2012: 26)
5) Keberagaman karakteristik siswa
Guru masih kesulitan untuk memfasilitasi dan menyesuaikan pembelajaran
dengan keberagaman karakteristik dan kemampuan siswa.
c. Penilaian Hasil Belajar
Kendala yang dihadapi sehubungan dengan penilaian adalah kesulitan
mengevaluasi aspek afektif dan psikomotor karena guru harus memahami siswa
secara individu yang jumlahnya cukup banyak pada setiap kelas. Guru juga merasa
kesulitan untuk membuat soal tes dalam bahasa Inggris, karena selama ini kursus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
yang diadakan sekolah hanya untuk membantu meningkatkan kemampuan bahasa
Inggris guru dinilai kurang tepat atau dinilai kurang sesuai dengan yang diinginkan
guru. Guru mengharapkan kursus yang diadakan di sekolah itu mengundang ahli di
bidangnya masing-masing untuk mengajarkan mengenai pembuatan media
pembelajaran dan juga cara membuat alat tes dalam bahasa Inggris. Kelebihan guru
dalam penilaian adalah hasil penilaian diumumkan secara terbuka tetapi belum
dibuatkan daftar kemajuan hasil belajar yang ditempel di kelas atau di personal untuk
masing-masing siswa. Akan lebih baik jika guru melakukan hal itu karena dari daftar
kemajuan belajar tersebut setiap peserta didik atau siswa dapat melihat prestasi
mereka masing-masing tiap semester.
4. Usaha dalam Mengembangkan Pembelajaran Kimia pada Program RSBI
Kegiatan pembelajaran pada penerapan program harus dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui
interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya
dalam rangka pencapaian kompetensi dasar didukung dengan pembelajaran
menggunakan bahasa Inggris dan berbasis TIK. Untuk mewujudkan hal tersebut guru
harus berusaha untuk mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip
RSBI.
Berdasarkan hasil penelitian, usaha-usaha yang perlu dilakukan guru kimia
di SMA Negeri I Karanganyar meliputi:
a. Perencanaan Pembelajaran
Dari aspek perencanaan, usaha-usaha pengembangan pembelajaran kimia
pada program RSBI dari guru kimia di SMA Negeri I Karanganyar terlihat pada
perencanaan penggunaan metode dan media pembelajaran yang terdapat dalam RPP
yang juga dibuat dalam dua bahasa yang berbeda yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris. Meskipun dalam pelaksanaannya, RPP tersebut tidak sepenuhnya diterapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
b. Proses Pembelajaran
Dari aspek proses pembelajaran, usaha-usaha guru kimia di SMA Negeri I
Karanganyar dalam mengembangkan pembelajaran kimia pada program RSBI terlihat
dari:
1) menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan melalui
pembelajaran yang humoris dan pembelajaran yang menantang melalui
ceramah disertai tanya jawab dan menggunakan media pembelajaran
seperti macromedia flash. Hal ini dapat secara tidak langsung akan
memotivasi siswa untuk lebih aktif,
2) memberikan tanya jawab dimana siswa menjawab dengan mengemukakan
alasan sehingga dapat menimbulkan keberanian untuk berpendapat dan
melatih siswa untuk berpikir kritis,
3) mengikuti pelatihan pembuatan alat evaluasi atau pembuatan media
pembelajaran yang diadakan oleh dinas pendidikan kota/ kabupaten atau
provinsi,
4) mengikuti pelatihan kursus bahasa Inggris yang diadakan oleh sekolah.
c. Penilaian Hasil Belajar
Usaha-usaha guru kimia pada aspek ini belum terlalu terlihat, karena di
dalam penilaian guru hanya mengandalkan dari penilain kognitif saja. Teknik dan
instrument yang digunakan guru dalam penilaian juga masih belum terlihat. Teknis
tes yang digunakan adalah tes tertulis saja.
C. Analisis Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan Program RSBI pada pembelajaran
kimia khususnya kelas XI di SMA Negeri I Karanganyar masih ditemukan beberapa
kelemahan. Dari sekolah yang diteliti dapat diketahui kelemahan-kelemahan tersebut
diantaranya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
1. Sarana dan Prasarana Sekolah yang Kurang Memadai
Meliputi :
a. perabot, perlengkapan dan bahan-bahan kimia yang tersedia di laboratorium
belum memadai, yang hanya memiliki alat dalam jumlah masih sedikit
(diperkirakan 25% dari jumlah yang seharusnya berdasarkan standar sarana
prasarana laboratorium), bahan-bahan kimia yang sudah lama tidak digunakan
dan keadaan laboratorium yang kurang terawatt,
b. belum optimal menggunakan media berbasis teknologi/komputer dalam
pembelajarannya padahal sekolah memiliki fasilitas komputer yang cukup
memadai dan adanya jaringan internet,
c. ruang kelas yang terlalu padat karena melebihi batas maksimal yaitu 30-32 siswa.
Padahal sebagaimana yang ditetapkan dalam standar sarana prasarana ruang
kelas maksimal berisi 25 siswa.
2. Sulitnya Guru Memfasilitasi Karakteristik Siswa yang Beragam
Kesulitan tersebut terlihat pada penentuan dan pemilihan metode yang
sesuai atau dapat memfasilitasi semua karakteristik siswa yang beragam, sehingga
ada beberapa siswa yang kurang dapat menerima pelajaran karena metode
pembelajaran yang diterapkan guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa tersebut.
3. Sulitnya Mengevaluasi Aspek Afektif dan Psikomotorik
Kesulitan ini terjadi karena jumlah siswa di kelas yang terlalu banyak dan
guru tidak hanya mengajar dalam satu kelas saja. Guru kesulitan ketika harus
mengevaluasi satu per satu siswa, dengan instrumen yang berbeda untuk kedua aspek
tersebut. Akibatnya dalam evaluasi kedua aspek ini guru hanya melihat dari keaktifan
siswa di kelas (melalui pengamatan guru sendiri) tanpa menyusun instrumen untuk
kedua aspek tersebut.
4. Kompetensi Guru yang Belum Maksimal
Belum maksimalnya kompetensi guru ini terlihat pada kompetensi dalam
mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran karena pembelajaran
yang diterapkan di kelas tidak sesuai dengan rancangan yang telah disusun belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
adanya aspek adapted curriculum pada pembelajaran kimia seperti yng diinginkan
pada program RSBI. Selain itu juga kompetensi pada pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran yang masih belum
optimal.
Berdasarkan kelemahan di atas, dapat diberikan beberapa rekomendasi yang
bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran kimia SMA Kelas XI di SMA Negeri I
Karanganyar yang akan datang sehingga hasil (output) pembelajaran kimia akan lebih
baik. Rekomendasi ini ditujukan kepada guru kimia dan pihak sekolah.
1. Rekomendasi untuk Sekolah
Rekomendasi untuk sekolah mencakup:
a. Peningkatan kinerja guru-guru terutama guru kimia, khususnya terkait dengan
kompetensi guru yang perlu dikembangkan, melalui:
1) optimalisasi MGMP guru mata pelajaran kimia, mungkin dengan
mengundang guru di luar Karanganyar yang sama-sama memiliki program
RSBI atau mengundang pakar yang ahli dalam bidang kurikulum,
2) mengadakan atau mengikuti seminar, workshop, lokakarya, penataran dan
simposium mengenai pengembangan metode pembelajaran untuk
pembelajaran kimia yang sesuai dengan tuntutan RSBI dan pemanfaatan IT
dalam pembelajaran dengan mengundang pakar yang ahli dibidang
pembelajaran kimia,
3) mengadakan atau mengikuti pelatihan tentang penggunaan IT atau komputer
untuk pembelajaran kimia misalnya pelatihan pembuatan media animasi
dengan macromedia flash atau yang lain untuk pembelajaran kimia.
b. Fasilitasi pembelajaran yang perlu dilengkapi atau diperbaiki, terutama fasilitas
laboratorium kimia, misalnya dengan penambahan alat praktikum, pemantauan
terhadap masa berlaku bahan kimia dan perawatan terhadap laboratorium kimia
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Sebagai sumber
keuangan dapat melalui block grant (bantuan keuangan dari pemerintah pusat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
atau propinsi) dan bantuan keuangan dari pemerintah setempat, dengan cara
mengirimkan proposal kepada pihak yang terkait.
c. Media dan sumber-sumber pembelajaran kimia yang perlu dilengkapi dan
ditingkatkan pemakaiannya, misalnya melalui proposal bantuan pengadaan
buku-buku pelajaran dan perpustakaan kepada pemerintah atau kepada sumber-
sumber yang tidak terikat seperti dari percetakan dan pihak swasta.
2. Rekomendasi untuk Guru Kimia
Rekomendasi untuk guru memuat saran perbaikan terhadap:
a. Untuk mengatasi keberagaman karakteristik siswa guru bisa mengandalkan
pengalaman mereka mengajar dengan mencoba berbagai metode sehingga guru
bisa menemukan metode yang paling tepat untuk materi tertentu.
b. Proses pembelajaran kimia yang masih harus diusahakan untuk meningkatkan
keaktifan dan kreativitas siswa, yaitu dengan memberikan tugas khusus kepada
para siswa untuk merancang proyek individual atau kelompok mengenai materi
kimia dengan jangka waktu yang telah ditentukan sehingga siswa akan tertantang,
lebih aktif dan kreatif karena meskipun minat mereka sebagian besar tinggi tetapi
banyaknya siswa yang tuntas KKM masih kurang.
1) Kreativitas guru kimia yang masih perlu ditingkatkan untuk membuat suatu
pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif meskipun dengan sarana
prasarana sekolah kurang memadai. Usaha yang dapat dilakukan guru untuk
meningkatan kreativitas yaitu dengan telaah ilmu oleh guru tersebut misalnya
dengan mengikuti seminar, lokakarya atau pelatihan tentang pengembangan
pembelajaran yang inovatif dan melakukan diskusi antar guru kimia tentang
metode pembelajaran yang inovatif.
Sedangkan jenis pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif yang dapat
diterapkan misalnya penggunaan media yang ada di lingkungan/ kehidupan
sehari-hari (seperti melakukan praktikum di laboratorium untuk pokok bahasan
koloid atau menggunakan media pembelajaran berupa gambar nyata),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
c. Menyesuaikan pembelajaran kimia dengan karakteristik, minat, dan potensi siswa,
dengan mengakomodasi gaya belajar siswa yang berbeda tersebut misalnya
dengan menyediakan variasi strategi pembelajaran, menawarkan pilihan dan
menegosiasikan strategi belajar tersebut pada siswa. Pilihan siswa tersebut yang
akan diterapkan dalam pembelajaran di kelas.
d. Mengatasi kemampuan bahasa Inggris yang belum maksimal, guru bisa mengikuti
kursus bahasa Inggris di luar jam sekolah atau membuat jadwal bersama-sama
dengan MGMP untuk mengundang ahli kimia yang biasa menggunakan bahasa
Inggris dalam proses pembelajaran untuk melatih mereka mengajar dalam bahasa
Inggris atau berlatih dengan guru kimia yang ada di SMA-nya sendiri atau juga
menggunakan power point dengan menggunakan teks bahasa Inggris untuk
mengajar yang bisa didownload dari internet (Sumitomo B, 2012: 26)
d. Kesulitan dalam penilaian aspek afektif dan psikomotor dapat diatasi misalnya
dengan: 1) merekam video pelaksanaan pembelajaran dan melakukan penilaian
berdasarkan pengamatan terhadap video tersebut, 2) mengundang seorang rekan
untuk membantu dalam melakukan pengamatan terhadap aspek afektif dan
psikomotor siswa dan 3) untuk penilaian individu guru bisa memberikan tugas
individu kepada siswa
3. Kelemahan Penelitian
Tentunya dalam penelitian ini ada beberapa kelemahan. Kelemahan dalam
penelitian ini antara lain banyak pihak-pihak terkait yang belum terlibat dalam
penelitian ini terutama kepala sekolah dan guru kimia lain. Langkah-langkah dalam
penelitian evaluasi yang belum terpenuhi.
D. TABEL MATRIKULASI CIPP MODEL
Dari proses pengamatan, pemberian angket dan wawancara dengan
penanggung jawab RSBI dan juga guru mata pelajaran kimia, maka dapat dibuat tabel
matrikulasi CIPP Model sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
82
Tabel. 4.9. Matriks CIPP Model Proses Pembelajaran Kimia pada Program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar
CIPP Context Evaluation Input Evaluation Process Evaluation Product Evaluation CIPP Model yang diimplementasikan pada pembelajaran kimia di program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
Konteks dari program RSBI: 1. Mengintegrasikan
bahasa Inggris ke dalam Mata pelajaran (dalam hal ini mata pelajaran kimia)
2. Kurikulum yang diadaptasi
3. Pembelajaran berbasis TIK
Input dari pembelajaran kimia pada program RSBI: 1. 64,70% siswa
memiliki kemampuan akademik yang baik dan 35,30% memiliki kemampuan akademik cukup baik
2. Minat siswa juga baik terhadap pelajaran kimia
3. Guru kimia kelas XII memiliki kualifikasi S1 di Bidang Pendidikan Kimia UNS dan S2 Manajemen Pendidikan UNISRI
Proses dari Pembelajaran kimia pada program RSBI: 1. Guru sering
menggunakan metode tanya jawab pada saat proses pembelajaran (55,88% siswa menilai baik, 44,12% cukup baik dan 17,65% kurang baik)
2. guru jarang memberikan reinforcement dan feedback terhadap siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung
3. guru belum memanfaatkan fasilitas dengan maksimal
4. guru sering menggunakan bahasa Indonesia di dalam kelas
5. guru hanya melakukan satu kali ujian tanpa memberikan tugas berupa PR ataupun presentasi
Hasil dari proses pembelajaran kimia pada program RSBI adalah dari 34 siswa yang tuntas untuk materi koloid 58,82% saja. Saran: a. guru menggunakan metode
yang variatif dalam proses pembelajaran khususnya untuk pokok bahasan koloid
b. penggunaan laboratoriuum ataupun ICT sekolah dimanfaatkan secara optimal
c. pemberian tugas kepada siswa lebih diperbanyak untuk memperdalam materi siswa
d. soal ujian akan lebih baik jika diberikan bilingual atau bahkan full-english
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
82
4. Penggunaan Bahasa Inggris kurang dalam dalam proses pembelajaran
5. Guru membuat RPP dalam proses pembelajaran
6. Di dalam ruang kelas terdapat fasilitas ICT yang cukup memadai.
6. siswa memiliki buku pegangan terbatas terutama buku bebahasa Inggris atau Bilingual
7. soal ujian semua berbahasa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data penelitian di depan, dapat diambil simpulan
sebagai berikut:
1. Input siswa di SMA Negeri I Karanganyar kelas XII IPA 3 64,70% siswanya
tergolong baik, sedangkan sisanya 35,30% tergolong cukup baik.
2. Profil pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I
Karanganyar meliputi 3 aspek yaitu aspek perencanaan, proses dan penilaian.
Dari aspek perencanaan, guru kimia sudah membuat perangkat pembelajaran
terutama RPP dengan cukup baik dan guru memiliki persiapan mengajara yang
baik. Sementara itu, dalam proses pembelajaran penggunaan metode
pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar oleh guru sudah cukup
baik serta penggunaan bahasa Inggris oleh guru kimia belum dilakukan dengan
baik oleh guru kimia. Dalam proses penilaian guru kimia sudah melakukan cukup
baik.
3. Kendala yang dihadapi oleh guru kimia dalam kegiatan pembelajaran kimia pada
program RSBI adalah guru merasa kesulitan dalam pemilihan metode
pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa, belum mahirnya guru kimia dalam
menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar, belum termanfaatkannya
fasilitas laboratorium dan kesulitan mengevaluasi aspek afektif dan psikomotor
serta guru dan siswa kesulitan menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi
dalam proses pembelajaran. Sementara itu, usaha yang bisa dilakukan oleh guru
kimia untuk meningkatkan proses pembelajaran adalah menggunakan metode
pembelajaran yang lebih vaiatif dan disesuaikan karakter siswa, penggunaan
media dan sumber belajar yang ada disekolah lebih optimal, menggunakan
bilingual dalam proses pembelajaran dan memberikan tugaas lebih kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
4. Pada pembelajaran koloid siswa yang tuntas 58,82% dari 34 siswa dalam satu
kelas.
B. Rekomendasi
Rekomendasi dari hasil evaluasi proses pembelajaran kimia berbasis KTSP
ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran kimia SMA Kelas XI yang akan
datang sehingga hasil (output) pembelajaran kimia akan lebih baik. Rekomendasi
ditujukan kepada guru kimia dan pihak sekolah.
1. Rekomendasi untuk Sekolah
Rekomendasi untuk sekolah mencakup :
a. Peningkatan kinerja guru-guru terutama guru kimia, khususnya terkait dengan
kompetensi guru yang perlu dikembangkan seperti memanfaatkan TIK untuk
proses pembelajaran, menggunakan metode pembelajaran yang lebih variatif dan
membuat penilaian hasil belajar yang lebih variatif.
b. Fasilitasi pembelajaran yang perlu dilengkapi atau diperbaiki, terutama fasilitas
laboratorium kimia, misalnya dengan penambahan alat praktikum, pemantauan
terhadap masa berlaku bahan kimia, perawatan terhadap laboratorium kimia
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan dengan
memberikan laboran untuk mengurus laboratorium.
c. Media dan sumber-sumber pembelajaran kimia yang perlu dilengkapi dan
ditingkatkan pemakaiannya.
d. Mengadakan kegiatan workshop untuk meningkatkan kemampuan membuat alat
evaluasi dan pembuatan media pembelajaran dalam bahasa Inggris dengan
mengundang pakar untuk masing-masing bidang.
2. Rekomendasi untuk Guru Kimia
Rekomendasi untuk guru memuat saran perbaikan terhadap:
a. Proses pembelajaran kimia yang masih harus diusahakan untuk meningkatkan
keaktifan dan kreativitas siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
b. Kreativitas guru kimia yang masih perlu ditingkatkan untuk membuat suatu
pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif dengan memanfaatkan sarana
prasarana sekolah yang dimiliki.
c. Menyesuaikan pembelajaran kimia dengan karakteristik, minat, dan potensi
siswa.
d. Guru memberikan reinforcement dan feedback di akhir pembelajaran.
e. Penilaian aspek afektif dan psikomotor dengan menggunakan pengamat
partisipan (guru lain).
f. Pemberian tugas kepada siswa yang lebih variatif baik untuk tugas individu
maupun tugas kelompok.
g. Soal ujian kognitif paling tidak ada yang menggunakan bahasa Inggris.
h. Sering mengikuti kursus atau pelatihan bahasa Inggris dan pembuatan media
pembelajaran.