Upload
vukhuong
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
89
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
PEMBELAJARAN MATA DIKLAT MELAKUKAN NEGOSIASI SISWA
KELAS X PEMASARAN SMK MURNI 2 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012.
SKRIPSI
Oleh:
EKO PRIYANDOKO
K7408083
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Eko Priyandoko
NIM : K7408083
Jurusan/Program Studi : P.IPS/Pendidikan Ekonomi-BKK Tata Niaga
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATA DIKLAT
MELAKUKAN NEGOSIASI SISWA KELAS X PEMASARAN SMK
MURNI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Eko Priyandoko
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
PEMBELAJARAN MATA DIKLAT MELAKUKAN NEGOSIASI SISWA
KELAS X PEMASARAN SMK MURNI 2 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012.
Oleh:
EKO PRIYANDOKO
K7408083
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi,
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
MOTTO
“Bersukacitalah dalam pengharapan, bersabarlah dalam kesesakan, dan
bertekunlah dalam doa”
(Roma 12:12)
Orang sukses memiliki kebiasaan yang tidak dilakukan oleh orang gagal
(Thomas A.Edison)
Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup
yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara
gembira menuju kegagalan
(Mario Teguh)
Perubahan tidak selalu membawa kesuksesan, tetapi kesuksesan pasti di awali
dengan perubahan
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk:
Tuhan Yesus atas semua anugerah dan penyertaanNya selama ini
Ibu, Bapak dan Adikku tercinta yang selalu mendukung dan mendoakanku,
pemberi inspirasi serta motivasi terbaik ku,
Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan doanya
Sahabat-sahabatku yang selalu menyemangati dan memberikan inspirasi kepada
ku
Teman Seperjuangan B1 dan PTN 2008,
dan Almamaterku.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
ABSTRAK Eko Priyandoko. K7408083. PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATA DIKLAT MELAKUKAN NEGOSIASI SISWA KELAS X PEMASARAN SMK MURNI 2 SURKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi siswa kelas X Pemasaran SMK Murni 2 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi tindakan. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Pemasaran SMK Murni 2 Surakarta yang berjumlah 27 siswa. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata diklat Melakukan Negosiasi dengan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI). Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan lembar observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi atau arsip. Validitas data menggunakan triangulasi sumber. Analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi siswa kelas X Pemasaran SMK Murni 2 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) Penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) dari segi kualitas proses pembelajaran pada aspek keaktifan siswa mengalami kenaikan sebesar 16% yang mulanya hanya 70% pada siklus I menjadi 86% pada siklus II, (2) aspek suasana belajar oleh siswa menunjukkan peningkatan dari 79% pada siklus I menjadi 87% pada siklus II, yang mengalami kenaikan sebesar 8%, (3) aspek alur pembelajaran dalam proses pembelajaran yang menunjukkan peningkatan dari 72% pada siklus I menjadi 85% pada siklus II, yang mengalami peningkatan sebesar 13%, dan (4) hasil belajar menunjukkan peningkatan ketuntasan dari 74,07% (20 siswa tuntas) pada siklus I menjadi 88,89% (24 siswa tuntas) pada siklus II. Kata kunci: Team Assisted Individualisation, kualitas pembelajaran
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
ABSTRACT Eko Priyandoko. K7408083. THE APPLICATION OF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) MODEL TO IMPROVE THE LEARNING QUALITY OF NEGOTIATING COURSE IN THE X MARKETING GRADERS OF SMK MURNI 2 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. July 2012.
The objective of research is to find out whether the application of Team Assisted Individualization (TAI) type of cooperative learning could improve the quality of negotiating course learning in the X Marketing graders of SMK (Vocational Senior High School) Murni 2 Surakarta in the school year of 2011/2012 or not.
This research was a classroom action research (CAR). This study was conducted in two cycles. Each of them consisted of planning, acting, observing, and reflecting. The subject of research was the X Marketing graders of SMK Murni 2 Surakarta consisting of 27 students. The implementation of research was conducted in collaboration between the Negotiating teacher course using Team Assisted Individualization (TAI) type of cooperative learning. Techniques of collecting data used were observation, interview, test, and documentation or archive. Data validation was done using source triangulation. The data analysis was done using a qualitative descriptive technique.
Based on the result of research and discussion conducted in the previous chapter, it could be concluded that the application of Team Assisted Individualization (TAI) type of cooperative learning could improve the quality of negotiating course learning in the X Marketing graders of SMK Murni 2 Surakarta in the school year of 2011/2012. It was reflected on the following indicators: (1) application of Team Assisted Individualization (TAI) type of cooperative learning viewed from the learning process quality in student activeness increased by 16% from 70% in cycle I to 86% in cycle II, (2) in learning circumstance aspect, the students showed an increase by 8% from 79% in cycle I to 87% in cycle II, (3) in learning plot aspect, the learning process showed an increase by 13% from 72% in cycle I to 85% in cycle II, and (4) the learning achievement showed increased passing from 74.07% (20 students passing) in cycle II to 88.89% (24 students passing) in cycle II.
Keywords: Team Assisted Individualization (TAI), learning quality.
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, kemuliaan serta kemudahan. Atas kehendak-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENERAPAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATA DIKLAT
MELAKUKAN NEGOSIASI DI KELAS X PEMASARAN SMK MURNI 2
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 “.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang
Keahlian Khusus Tata Niaga, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah membantu. Untuk itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Drs. Syaiful Bachri,
M.Pd., yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga, Dra. Sri Wahyuni,
M.M., yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan bijaksana
sekali.
4. Sudarno, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing I yang selalu memberikan
bimbingan, motivasi, ilmu dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Salman Alfarisy T., S.Pd, M.Si., selaku Pembimbing II yang selalu
memberikan pengarahan, bimbingan dengan penuh kesabaran.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan
Tata Niaga FKIP UNS, yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan selama
peneliti menempuh kuliah.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
7. Drs. Suwitadi, S.H, M.M, M.Si., selaku kepala SMK Murni 2 Surakarta, yang
telah memberi kesempatan dalam melaksanakan penelitian.
8. Ibu Ir. Endang Sih Nawangwarni, selaku Guru mata diklat Melakukan
Negosiasi SMK Murni 2 Surakarta, yang telah memberi bantuan dan
bimbingan dalam penelitian.
Siswa SMK Murni 2 Surakarta kelas X Pemasaran yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
Ibu, Bapak dan Adik tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril,
materiil maupun spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya
mengiringi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sahabatku Biyan Nanda Rakasiwi semoga kau damai di alam sana, dan
terima kasih atas segala yang telah kau berikan padaku. Persahabatan kita
akan tetap abadi untuk selamanya.
Rekan-rekan seperjuangan Pendidikan Ekonomi Angkatan 2008 kelas B1 dan
rekan-rekan BKK Tata Niaga 2008 atas kebersamaan dan keceriaan kalian
selama ini.
Teman-teman PPL, Mabes, Tomodachi, Kuremba, Yui lovers atas
persahabatan, kebersamaan, keceriaan, semangat dan senyuman kalian selama
ini. Kalian telah banyak memberi warna di hidupku.
Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
9.
10.
11.
12.
13.
14.
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................. 5
1. Manfaat Teoritis ......................................................................... 5
2. Manfaat Praktis ........................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
1. Pengertian Metode Pembelajaran ........................................... 7
2. Metode Pembelajaran Kooperatif ........................................... 8
3. Pembelajaran Kooperatif Team Assisted
Individualization (TAI) ............................................................... 9
4. Kualitas Pembelajaran ................................................ 14
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
a. Kualitas proses ....................................................... 14
1. Keaktifan siswa ................................................. 15
2. Suasana belajar ................................................... 16
3. Alur pembelajaran............................................... 17
b. Hasil belajar............................................................ 17
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 19
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 20
D. Hipotesis Tindakan .................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 22
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 22
B. Subjek dan Obyek Penelitian ...................................................... 22
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 23
D. Tehnik Pengumpulan Data .......................................................... 23
E. Uji Validitas Data ....................................................................... 25
F. Analisis Data .............................................................................. 25
G. Indikator Kinerja Penelitian ........................................................... 26
H. Prosedur Penelitian ........................................................................ 27
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ................................ 31
A. Deskripsi Pra Siklus ................................................................... 31
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ......................................... 38
1. Siklus I .................................................................................. 38
2. Siklus II ................................................................................. 55
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus .................................. 69
D. Pembahasan .................................................................................. 72
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................... 82
A. Simpulan .................................................................................... 82
B. Implikasi .................................................................................... 83
C. Saran .......................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 87
LAMPIRAN .................................................................................................. 89
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Indikator kinerja penelitian ................................................................ 26
Tabel 2. Persentase ketercapaian kualitas proses pembelajaran
tiap indikator pada pra siklus .............................................................. 35
Tabel 3. Ketuntasan hasil belajar pra siklus ..................................................... 37
Tabel 4. Presentase ketercapaian kualitas proses pembelajaran tiap indikator
pada siklus I (keaktifan) ..................................................................... 49
Tabel 5. Presentase ketercapaian kualitas proses pembelajaran tiap indikator
pada siklus I (suasana belajar) ............................................................ 49
Tabel 6. Presentase ketercapaian kualitas proses pembelajaran tiap indikator
pada siklus I (alur pembelajaran) ........................................................ 50
Tabel 7. Ketuntasan belajar siswa siklus I ........................................................ 52
Tabel 8. Persentase Ketercapaian Kualitas Proses Pembelajaran Tiap
Indikator Pada Siklus II (Keaktifan) ... ................................................. 64
Tabel 9. Persentase Ketercapaian Kualitas Proses Pembelajaran Tiap
Indikator Pada Siklus II (suasana belajar) ........................................... 64
Tabel 10. Persentase ketercapaian kualitas proses pembelajaran tiap indikator
pada Siklus II (alur pembelajaran) ...................................................... 65
Tabel 11. Ketuntasan belajar siswa siklus II .................................................... 67
Tabel 12. Peningkatan hasil penelitian mengenai kualitas proses pembelajaran
siklus I dan II .... ..................................................... ........................... 70
Tabel 13. Peningkatan hasil belajar mata diklat Melakukan Negosiasi
siklus I dan II ................................................................................... 71
Tabel 14. Peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran .................. 73
Tabel 15. Peningkatan suasana belajar dalam proses pembelajaran ................... 75
Tabel 15. Peningkatan alur pembelajaran dalam proses pembelajaran .............. 77
Tabel 16. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan II .................................... 79
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian tindakan kelas .................................. 20
Gambar 2. Bagan prosedur penelitian tindakan kelas ...................................... 30
Gambar 3. Diagram batang presentase ketercapaian kualitas proses
pembelajaran pra siklus ................................................................. 36
Gambar 4. Diagram pie ketuntasan hasil belajar pra siklus ............................... 37
Gambar 5. Diagram batang presentase ketercapaian kualitas proses
pembelajaran siklus I ..................................................................... 51
Gambar 6. Diagram pie ketuntasan belajar siswa siklus I ............................... 52
Gambar 7. Diagram batang persentase ketercapaian kriteria kualitas proses
pembelajaran siklus II ................................................................... 66
Gambar 8. Diagram pie ketuntasan belajar siswa siklus II .............................. 67
Gambar 9. Grafik hasil penelitian mengenai kualitas proses pembelajaran
siklus I dan II ................................................................................ 70
Gambar 10. Peningkatan hasil belajar mata diklat Melakukan Negosiasi
siklus I dan II ................................................................................ 72
Gambar 11.grafik peningkatan keaktifan siswa ................................................ 74
Gambar 12.Grafik peningkatan suasana belajar oleh siswa ............................... 76
Gambar 13. Grafik peningkatan alur pembelajaran .......................................... 78
Gambar 14. Grafik peningkatan ketuntasan belajar .......................................... 80
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar observasi pengukuran keaktifan siswa .......................... 91
Lampiran 2. Lembar observasi pengukuran suasana belajar siswa ................. 95
Lampiran 3. Lembar observasi pengukuran alur pembelajaran siswa ............. 98
Lampiran 4. Pedoman wawancara untuk guru mata diklat Melakukan
Negosiasi ................................................................................. 101
Lampiran 5. Pedoman wawancara untuk siswa ............................................... 102
Lampiran 6. Catatan lapangan (pra siklus) ..................................................... 104
Lampiran 7. Daftar siswa kelas X Pemasaran tahun pelajaran 2011-2012 ....... 107
Lampiran 8. Lembar observasi keaktifan pada pra siklus ................................ 108
Lampiran 9. Lembar observasi suasana belajar pada pra siklus ...................... 110
Lampiran 10. Lembar observasi alur pembelajaran pada pra siklus .................. 112
Lampiran 11. Silabus ..................................................................................... 115
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I ..................... 117
Lampiran 13. Materi pelajaran siklus I ............................................................ 122
Lampiran 14. Catatan lapangan (siklus I) ........................................................ 130
Lampiran 15. Tes penempatan siklus I ............................................................. 137
Lampiran 16. Tes formatif A siklus I ............................................................... 139
Lampiran 17. Tes formatif B siklus I ................................................................ 143
Lampiran 18. Tes unit siklus I ......................................................................... 147
Lampiran 19. Tes hasil belajar siklus I ............................................................ 151
Lampiran 20. Kunci jawaban siklus I .............................................................. 157
Lampiran 21. Daftar nama kelompok siklus I .................................................. 161
Lampiran 22. Lembar observasi pengukuran keaktifan siklus I ........................ 163
Lampiran 23. Lembar observasi pengukuran suasana belajar siklus I ............... 165
Lampiran 24. Lembar observasi pengukuran alur pembelajaran siklus I .......... 167
Lampiran 25. Daftar hadir siswa siklus I ......................................................... 170
Lampiran 26. Daftar nilai siswa siklus I .......................................................... 171
Lampiran 27. Daftar nilai kelompok siklus I ................................................... 173
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Lampiran 28. Hasil laporan wawancara guru ................................................... 175
Lampiran 29. Hasil laporan wawancara siswa .................................................. 178
Lampiran 30. Dokumentasi pelaksanaan siklus I .............................................. 180
Lampiran 31. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II ............................. 182
Lampiran 32. Materi pembelajaran siklus II .................................................... 187
Lampiran 33. Catatan lapangan siklus II........................................................... 198
Lampiran 34. Tes penempatan siklus II ........................................................... 204
Lampiran 35. Tes formatif A siklus II ............................................................. 207
Lampiran 36. Tes formatif B siklus II ............................................................. 211
Lampiran 37. Tes unit siklus II ........................................................................ 215
Lampiran 38. Tes hasil belajar siklus II ........................................................... 219
Lampiran 39. Kunci jawaban siklus II ............................................................. 225
Lampiran 40. Lembar observasi pengukuran keaktifan siklus II ...................... 230
Lampiran 41. Lembar observasi pengukuran suasana belajar siklus II ............. 232
Lampiran 42. Lembar observasi pengukuran alur pembelajaran siklus II ......... 234
Lampiran 43. Daftar hadir siswa siklus II ........................................................ 237
Lampiran 44. Daftar nilai kelompok siklus II ................................................... 238
Lampiran 45. Daftar nilai siswa siklus II ......................................................... 239
Lampiran 46. Hasil laporan wawancara siswa siklus II .................................... 241
Lampiran 47. Dokumentasi pelaksanaan siklus II ............................................. 242
Lampiran 48. Surat permohonan izin penyusunan skripsi ................................. 243
Lampiran 49. Surat keputusan dekan fkip tentang izin penyusunan skripsi ....... 244
Lampiran 50. Surat permohonan izin penelitian .............................................. 245
Lampiran 51. Surat penelitian telah mengadakan penelitian ........................... 246
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Jika
kualitas pendidikan rendah, maka akan berakibat pada rendahnya kualitas
kehidupan bangsa. Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 4
berbunyi “Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermatabat”. Pendidikan dapat menjadi jalan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa dengan cara
meningkatkan kecerdasan dan membentuk kepribadian suatu bangsa.
Kondisi pendidikan yang baik akan berdampak pada meningkatnya
kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa. Kualitas pendidikan menunjukkan
tingkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sumber daya manusia.
Kualitas kehidupan menunjukkan bagaimana mereka beradaptasi dengan
lingkungannya dan bagaimana mereka mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Kemampuan dan pengetahuan yang baik pada manusia akan dapat
menciptakan teknologi yang semakin canggih. Teknologi yang canggih akan
mempermudah manusia mengatasi masalah-masalahnya dan menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaannya. Ini berarti kehidupan mereka dapat berjalan lebih mudah
dan terorganisir. Sebaliknya, ketika kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
manusia masih rendah dan sangat terbatas, hal ini akan berpengaruh pada
buruknya pola kehidupan mereka.
Kualitas kehidupan bisa menjadi lebih baik dengan meningkatkan kualitas
pendidikan. Kualitas pendidikan perlu dicermati masalah apa yang menyebabkan
kualitas pendidikan itu rendah. Salah satu persoalan yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan adalah rendahnya mutu proses pembelajaran. Guru
cenderung sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan di mana siswa
berada. Peserta didik akhirnya tidak mampu menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Selama ini, guru lebih banyak mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian
akhir, dengan menggunakan model konvensional yang monoton. Baik buruknya
hasil belajar diukur dari tes soal pada ujian akhir nasional. Proses pembelajaran
dikejar dan diarahkan supaya siswa bisa mengejar target nilai.
Kualitas pembelajaran dapat diamati baik dari segi proses maupun hasil.
Dari segi proses, pembelajaran yang berkualitas dapat diamati melalui aspek
keaktifan, suasana belajar, dan alur pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil dapat
diamati dari hasil belajar siswa. Perbaikan kualitas pembelajaran perlu dilakukan
salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan bagi para siswa
untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Model pembelajaran kooperatif juga
akan memberikan dampak positif pada kemampuan guru yaitu meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran karena siswa yang belum paham
dapat diberitahu oleh siswa yang sudah paham dan siswa yang telah paham dapat
meningkatkan pemahamannya. Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada
semua jenjang pendidikan termasuk di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Berdasarkan hasil observasi awal kondisi pembelajaran di SMK Murni 2
Surakarta cenderung masih terpusat pada guru. Pada saat proses pembelajaran
guru lebih dominan daripada siswa, akibatnya siswa hanya menghafal ilmu
pengetahuan bukan memahaminya. Proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang
membosankan, monoton dan tidak menyenangkan.
Pada awal dimulainya pembelajaran, suasana di dalam kelas kacau, ramai,
tidak tenang dan banyak gangguan seperti suara gaduh dari teman yang lain.
Suasana pembelajaran menjadi kurang teratur, kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran bersifat masih pasif (kurang memperhatikan, tidak mau bertanya
atau menjawab pertanyaan dari guru). Suasana pembelajaran yang tidak baik
menyebabkan kegiatan belajar sulit untuk berkembang, belajar siswa tidak bebas,
semanggat belajar siswa menurun, dan akan berpengaruh terhadap keberhasilan
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Keadaan kelas masih ramai pada saat guru memulai proses pembelajaran
di ruang kelas. Siswa sering melakukan pembicaraan sendiri dengan temannya
pada saat pembelajaran berlangsung dan membuat suasana kelas menjadi gaduh.
Kegiatan pembelajaran tidak dapat terlaksana sebagaimana mestinya, karena guru
harus mengkondisikan kelas terlebih dahulu yang sesuai dan mendukung proses
pembelajaran. Suasana pembelajaran akan dapat menghemat banyak waktu dan
tenaga jika bisa terlaksana sebagaimana mestinya.
Kondisi siswa yang belum sepenuhnya siap dalam menerima pelajaran
akan berpengaruh pada proses pembelajaran. Beberapa siswa yang tidak mengerti
atau bahkan mengetahui materi pelajaran yang akan diajarkan hari ini karena guru
belum sepenuhnya berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran dan
silabus. Guru sering kali tidak memberi tahu secara garis besar materi yang akan
diajarkan hari ini ataupun besok.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru kurang memperhatikan proses
tetapi lebih berfokus pada hasil. Prestasi dilihat melalui proses persaingan antar
siswa yaitu perangkingan untuk menentukan siswa terbaik. Pendidikan hanya
menjadi tempat mencari nilai tertinggi, bukan sebagai tempat belajar untuk
memahami dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan. Keberhasilan pendidikan
sering kali hanya dilihat dari kemampuan siswa menghafal materi.
Dalam mengikuti pelajaran, siswa kurang keikutsertaannya atau kurang
aktif. Siswa lebih sering berdiam diri atau malah bercerita dengan teman
sebangkunya. Siswa jarang bertanya kepada guru atau temannya jika dia belum
memahami materi pelajaran yang disampaikan guru. Pada saat guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa, banyak siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan
tersebut. Sedangkan dilihat dari alur pembelajaran, sering kali dalam
pembelajaran siswa kurang mengikuti petunjuk dari guru sehingga proses
pembelajaran kurang optimal. Alur pembelajaran yang dibuat guru menjadi
kurang efektif, hal ini terlihat pada saat guru menyuruh siswa untuk berdiskusi
kelompok, mengerjakan LKS, pemberian tugas, pemanfaatan sumber belajar dan
lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berpijak dari data empiris tes ulangan semester siswa mata diklat
Melakukan Negosiasi masih didapatkan beberapa siswa yang belum tuntas belajar
karena masih berada di bawah nilai batas ketuntasan belajar yang telah ditetapkan
yaitu 62. Jumlah siswa yang belum tuntas belajar ada 13 siswa atau sebesar
48,14%, sedangkan jumlah siswa yang sudah tuntas hanya ada 14 siswa dari total
27 siswa kelas X Pemasaran.
Berdasarkan uraian di atas yang menyebutkan bahwa masih kurangnya
kualitas pembelajaran di SMK Murni 2 Surakarta pada kelas X Pemasaran pada
pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
tindakan yang dapat mengatasi masalah yang tepat untuk dapat diterapkan dalam
menyampaikan materi pelajaran, karena pemilihan metode pembelajaran yang
tepat akan membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan belajar dapat
disusun menjadi daftar berupa perubahan-perubahan yang diinginkan yang hendak
dicapai dan perubahan-perubahan tersebut berupa keaktifan belajar, suasana
belajar, alur pembelajaran, dan hasil belajar.
Pembelajaran metode Team Assisted Individualization (TAI) diajarkankan
agar siswa dapat bekerjasama dan toleransi dengan siswa yang lain, siswa yang
memiliki kemampuan yang lebih diharapkan dapat membantu siswa yang lain
untuk memahami materi yang disampaikan. Proses belajar dalam kelompok akan
membantu siswa dalam menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka
tentang materi pelajaran. Melalui pembelajaran kooperatif TAI akan didapatkan
proses kebersamaan dalam pembelajaran, membantu meningkatkan rasa percaya
diri siswa, melatih hidup bersama serta membantu meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang dikarenakan adanya interaksi siswa di dalam
kelompok dan juga adanya interaksi dengan guru sebagai pengajar.
Pada penelitian ini dilakukan tindakan dengan pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI). Menurut Siti Khoirul Ummah (2008)
pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. TAI
membuat siswa untuk aktif dalam membantu siswa lain untuk memahami materi
yang disampaikan. Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
metode Team Assisted Individualization (TAI), guru memberikan tugas kepada
siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individu. Selanjutnya guru
membentuk beberapa kelompok, dimana setiap kelompok mengerjakan lembar
kegiatan secara mandiri yang telah disiapkan dan saling mencocokkan
jawabannya dengan teman sekelompok. Jika ada seorang siswa yang belum
memahami materi maka teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk
menjelaskan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melaksanakan
penelitian tindakan kelas mengenai “Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Team Assisted Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Mata Diklat Melakukan Negosiasi Siswa Kelas X Pemasaran
SMK Murni 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka perumusan
masalah penelitian ini yaitu “Apakah penerapan pembelajaran Kooperatif Team
Assisted Individualization dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa pada
mata diklat Melakukan Negosiasi di kelas X Pemasaran SMK Murni 2
Surakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Setiap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan tentunya harus memiliki
tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah
Meningkatkan kualitas pembelajaran siswa pada mata diklat Melakukan Negosiasi
di kelas X Pemasaran SMK Murni 2 Surakarta dengan menerapkan pembelajaran
Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI)
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan
mengenai penerapan pembelajaran Kooperatif Team Assisted
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Individualization untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa mata
diklat Melakukan Negosiasi.
b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori
pembelajaran kooperatif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Sebagai acuan belajar yang bervariasi dan praktis sehingga dapat
membangkitan semangat belajar siswa.
2) Sebagai acuan siswa untuk berpatisipasi secara aktif dalam pembelajaran.
b. Bagi Guru
1) Memberikan pilihan bagi guru dalam penyampaian pelajaran mata diklat
Melakukan Negosiasi dengan metode Kooperatif Team Assisted
Individualization (TAI).
2) Memberikan pengalaman tentang pembelajaran yang efektif dan praktis
sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.
3) Memberikan pengalaman bagi guru untuk lebih menekankan keterlibatan
siswa dalam proses belajar mengajar.
c. Bagi Sekolah
Sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dan
belajar siswa.
d. Bagi Peneliti
Mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI Landasan teori dalam suatu penelitian berisi pengkajian terhadap
pengetahuan ilmiah yang sudah ada. Pengkajian dapat berbentuk asumsi dan
konsep dalam lingkup studi yang akan diteliti.
A. Tinjauan Pustaka
Dalam pengkajian variabel-variabel penelitian diperlukan teori-teori yang
relevan dimana teori-teori tersebut dikaji dalam tinjauan pustaka. Tinjauan
pustaka pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap pengetahuan tentang
konsep-konsep, hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang relevan dengan
permasalahan. Dilihat dari penelitian ini maka tinjauan pustaka yang dikaji adalah
sebagai berikut:
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar tujuan
pembelajaran tercapai dan siswa dapat belajar secara aktif dan efisien. Strategi
yang harus dimiliki seorang guru adalah mampu memilih metode pembelajaran
yang tepat. Suatu materi diperlukan metode-metode pembelajaran yang sesuai
dengan situasi kelas serta sifat dari materi yang akan disampaikan. Beberapa arti
metode pembelajaran menurut Purwoto (2003:70) antara lain:
a. Metode pembelajaran adalah suatu cara mengajarkan topik tertentu agar proses dari pengajaran tersebut berhasil dengan baik.
b. Metode pembelajaran adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan sebaik-baiknya, agar guru berhasil dalam mengajarnya, agar mengajarnya mencapai tujuannya atau mengenai sasarannya.
c. Metode pembelajaran adalah cara mengajar yang umum yang dapat diterapkan atau dipakai untuk semua bidang studi.
Sedangkan menurut Hamdani (2011:80) “metode pembelajaran adalah
cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran atau alat untuk menciptakan proses belajar mengajar”.
Ada bermacam-macam metode pembelajaran yang dapat dipergunakan
dalam proses belajar mengajar, antara lain: metode ceramah, ekspositori, driil,
demonstrasi, tanya jawab, pemberian tugas, kooperatif, dan lain sebagainya. Tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
semua metode pembelajaran dapat diterapkan dalam menyampaikan setiap bahan
pelajaran. Seorang guru harus mampu memilih dan menentukan metode
pembelajaran yang tepat.
2. Metode Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai anggota kelompok bersifat heterogen
artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan latar belakang, etnik, ras,
agama, status sosial melakukan negosiasi, serta kemampuan akademik. Menurut
Slavin (2008:4) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif merujuk pada
berbagai macam metode pengajaran dimana siswa berkerja dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi pelajaran”. Belajar kooperatif merupakan model pengajaran yang
mendasarkan pada kerja kelompok, akan tetapi untuk dapat dikatakan sebagai
Cooperative Learning ada beberapa unsur yang membedakan dengan kerja
kelompok biasa.
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.
Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota
kelompok harus memiliki tanggungjawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota
harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Setiap anggota
diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi,
untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup
kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran kooperatif juga
melatih siswa mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi.
Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga
tujuan utama, yaitu:
a. Pencapaian akademik
Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan pada siswa yang
berpencapaian rendah dan siswa yang berpencapaian tinggi dalam proses
pembelajaran. Siswa yang berpencapaian lebih tinggi dapat mengajari siswa
yang berpencapaian rendah. Ini memberikan keuntungan terhadap siswa
siswa yang berpencapaian tinggi karena dengan membagikan ide atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pengetahuannya, siswa tersebut menjadi lebih dalam pengetahuannya tentang
materi atau bahan ajar. Sedangkan siswa yang berpencapaian rendah menjadi
lebih tertarik dalam belajar.
b. Penerimaan atas perbedaan
Dampak kedua dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih
luas terhadap orang lain yang berbeda ras, kebudayaan, kelas sosial,
kemampuan dan ketidakmampuan.
c. Mengembangkan kemampuan sosial
Tujuan ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan
siswa kemampuan bekerja sama dan berkolaborasi. Keadaan seperti ini
bertujuan untuk memperkecil ketidaksepahaman antar individu yang dapat
memicu tindak kekerasan dan seringnya timbul ketidakpuasan ketika mereka
dituntut untuk bekerja sama (Arends, 1997).
Slavin (2008) mengemukakan bahwa tipe pembelajaran kooperatif, yaitu:
(1) pembelajaran tim siswa/PTS (Metode student team Learning), (2) Student
Team-Achievement Divisions (STAD), (3) Team Game-Tournament (TGT), (4)
Jigsaw, (5) Team Assited Individualization (TAI), dan (6) Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC).
3. Pembelajaran Kooperatif tipe TAI
Pada dasarnya siswa memasuki kelas dengan bekal pengetahuan,
keterampilan dan motivasi yang berbeda, sehingga ketika guru menyampaikan
suatu materi pelajaran dalam kelas, kemungkinan beberapa siswa belum
mempunyai keterampilan prasyarat untuk mempelajari materi pelajaran tersebut.
Siswa yang lain mungkin telah mengetahui meteri tersebut, sehingga dapat
dengan cepat dan waktu yang akan terbuang percuma.
Untuk mengatasi masalah diatas pembelajaran tipe TAI merancang sebuah
bentuk pembelajaran kelompok dengan cara menyuruh para siswa bekerjasama
dalam kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif dan bertanggungjawab dalam
pengaturan dan pengecekan secara rutin, sehingga membantu memecahkan
masalah dan saling mendorong untuk berprestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Menurut Slavin (2008) secara umum TAI terdiri dari 8 komponen utama,
yaitu:
a. Team
Para siswa dibagi ke dalam ketim-tim yang beranggotakan 4 sampai 5
orang. Kelompok tersebut merupakan kelompok heterogen yang mewakili
hasil-hasil akademis dalam kelas, jenis kelamin, dan suku atau etnik.
b. Tes penempatan
Para siswa diberi tes pra-program pada permulaan pelaksanaan program.
Mereka ditempatkan pada tingkat yang sesuai dalam program individual
berdasarkan kinerja mereka dalam tes ini.
c. Materi kurikulum
Para siswa bekerja pada materi-materi kurikulum individual. Masalah-
masalah dan strategi penyelesaian masalah ditekankan pada seluruh materi.
Tiap unit mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
1) Halaman panduan yang mengulang konsep-konsep yang telah
diperkenalkan oleh guru dalam kelompok pengajaran (akan dibahas
secara singkat) dan memberikan metode tahap demi tahap dari
penyelesaian masalah.
2) Beberapa halaman untuk latihan kemampuan, tiap latihan kemampuan
memperkenalkan subkemampuan yang mengarah pada penguasaan
akhir diseluruh kemampuan.
3) Tes formatif.
4) Soal tes unit
5) Halaman jawaban untuk halaman latihan kemampuan dan tes-tes unit
dan formatif.
d. Belajar kelompok
Langkah berikutnya yang mengikuti tes penempatan adalah guru mengajar
pelajaran pertama. Selanjutnya para siswa diberikan tempat untuk memulai
dalam unit individual. Unit tersebut tertera pada buku-buku siswa. Para siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
mengerjakan unit-unit mereka dalam kelompok mereka, mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Para siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 2 atau 3 orang
dalam tim mereka untuk melakukan pengecekan.
2) Para siswa membaca halaman panduan mereka dan meminta teman
satu tim atau guru untuk membantu bila diperlukan. Kemudian mereka
akan memulai latihan kemampuan yang pertama dalam unit mereka.
3) Tiap siswa mengerjakan soal pertama dan latihan kemampuannya
sendiri dan selanjutnya jawaban dicek oleh teman satu tim dengan
halaman jawaban yang sudah tersedia, yang dicek dengan urutan
terbalik didalam buku. Siswa tersebut boleh melanjutkan kelatihan
kemampuan berikutnya, apabila soal tersebut benar. Jika ada yang
salah, maka harus mencoba mengerjakan kembali soal tersebut, dan
seterusnya, sampai siswa dapat menyelesaikan soal tersebut dengan
benar. Para siswa yang menghadapi masalah pada tahap ini didorong
untuk meminta bantuan dari timnya sebelum meminta bantuan dari
guru.
4) Apabila siswa sudah dapat menyelesaikan soal dengan benar dalam
latihan kemampuan terakhir, dia akan mengerjakan tes formatif A,
yaitu kuis yang terdiri dari soal yang mirip dengan latihan kemampuan
terakhir. Pada saat mengerjakan tes formatif, siswa harus bekerja
sendiri sampai selesai. Seorang teman satu timnya akan menghitung
skor tesnya. Apabila siswa tersebut dapat mengerjakan soal dengan
benar, teman satu tim tersebut akan menandatangani hasil tes itu untuk
menunjukkan bahwa siswa tersebut telah dinyatakan sah oleh teman
satu timnya untuk mengikuti tes unit. Bila siswa tersebut tidak bisa
mengerjakan soal dengan benar, guru akan dipanggil untuk membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa tersebut. Guru mungkin
akan meminta si siswa untuk kembali mengerjakan soal-soal latihan
kemampuan lalu mengerjakan tes formatif B, soal kedua yang konten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dan tingkat kesulitannya sejajar dengan tes formatif A. Atau jika tidak,
siswa tersebut boleh terus melanjutkan ke tes unit. Tak ada siswa
boleh mengerjakan tes unit sampai dia mengerjakan tes formatif dan
pekerjaannya diperiksa oleh teman.
5) Tes formatif para siswa ditandatangani oleh siswa pemeriksa yang
berasal dari tim lain supaya bisa mendapatkan tes unit yang sesuai.
Siswa tersebut selanjutnya menyelesaikan tes unitnya, dan siswa
pemeriksa akan menghitung skornya.
e. Penilaian dan pengakuan tim
Di akhir minggu, guru menghitung skor tim. Skor ini diartikan pada
jumlah rata-rata unit yang bisa dicakupi oleh tiap anggota tim dan jumlah tes-
tes unit yang berhasil diselesaikan dengan akurat. Kriterianya dibangun dari
kinerja tim. Kriteria yang tinggi ditetapkan bagi sebuah tim untuk menjadi
super (superteam), kreteria sedang untuk menjadi tim sangat baik (greateam)
dan kreteria minimum untuk kelompok baik (goodteam). Kelompok-
kelompok yang memenuhi kreteria kelompok super dan hebat menerima
penghargaan yang menarik.
f. Kelompok pengajaran
Setiap hari guru memberikan pengajaran selama 10 sampai 15 menit
kepada 2 atau 3 kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa dari tim berbeda
yang tingkat pencapaian kurikulumnya sama. Guru menggunakan konsep
pelajaran yang spesifik yang telah disediakan oleh program. Tujuan dari sesi
ini adalah untuk mengenal konsep-konsep utama kepada para siswa. Pelajaran
tersebut dirancang untuk membantu para siswa memahami hubungan antara
pelajaran yang mereka kerjakan dengan soal-soal yang sering ditemui dan
juga merupakan soal-soal dalam kehidupan nyata. Secara umum para siswa
tersebut menerima pengenalan konsep-konsep dalam kelompok pengajaran
sebelum mereka mengerjakan soal-soal tersebut dalam unit-unit individual.
Sementara guru bekerja bersama kelompok pengajaran, siswa-siswa lainnya
melanjutkan unit-unit individual mereka dalam timnya masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pengajaran langsung untuk mengajari kelompok ini dapat diterapkan dalam
program individual oleh fakta bahwa para siswa bertanggung jawab untuk
semua pemeriksaan, penanganan materi dan pengarahan.
g. Tes fakta
Seminggu dua kali, para siswa diminta mengerjakan tes fakta selama tiga
menit. Para siswa tersebut diberikan lembar-lembar fakta untuk dipelajari di
rumah untuk persiapan menghadapi tes-tes ini.
h. Unit seluruh kelas
Pada akhir tiap 3 minggu, guru menghentikan program individual dan
menghabiskan satu minggu mengajari seluruh kelas kemampuan semacam
serangkaian latihan dan strategi penyelesaian masalah.
Slavin (2008) berpendapat bahwa Sebuah prosedur instruksional akan
berhasil dengan remaja yang bertindak sebagai pengambil keputusan dalam
akademik promosi, perilaku dan kemampuan yang berpengaruh disebut Team
Assited Individualization. Team Assisted Individualization (TAI) adalah sistem
pembelajaran kooperative dengan cara penggabungan grup kerja individu yang
berbeda untuk menyelesaikan tugas perorangan. Anggota grup ini akan
memperoleh timbal balik positif apabila penampilan grup mereka melebihi
kreteria perkembangan awal. Mengingat berbagai macam stategi pembelajaran
kooperative lain adalah secara kelompok, Team Assisted Individualization (TAI)
adalah stategi yang cukup unik karena mengkombinasikan struktur pembelajaran
kelompok dengan pembelajaran individu.
Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dicetuskan untuk
meningkatkan perilaku akademis dan sosial dari siswa tersebut dan dalam
beberapa pembelajaran, untuk meningkatkan kemampuan mereka dibandingkan
dengan cara tradisional. Efek positif dalam pencapaian dan perilaku siswa yang
aktif juga diperoleh.
Slavin (2008) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization (TAI) mempunyai kelebihan-kelebihan, sebagai berikut:
a. Guru akan terlibat secara minimal dalam pengaturan dan pengecekan rutin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b. Guru menggunakan paling sedikit separuh waktunya mengajar dalam
kelompok.
c. Pelaksanaan program baik untuk guru atau siswa cukup sederhana.
d. Siswa akan termotivasi pada hasil secara teliti dan cepat.
e. Para siswa dapat mengecek pekerjaan satu sama lain.
f. Mengurangi perilaku yang mengganggu.
g. Mengurangi konflik antar pribadi.
h. Program ini sangat membantu siswa yang berkemampuan lemah.
i. Menimbulkan sikap positif siswa.
4. Kualitas Pembelajaran
Pembelajaran dilukiskan sebagai upaya seseorang yang bertujuan untuk
membantu orang belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 297)
menyatakan bahwa ”pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar”. Sebagai Indikator kualitas pembelajaran meliputi:
kualitas proses (keaktifan siswa, suasana belajar, alur pembelajaran) dan hasil
belajar.
a. Kualitas proses
Kualitas pembelajaran dapat diamati dari segi proses pembelajaran, Mulyasa
(2005) menyatakan bahwa:
Kualitas pembelajaran dapat di lihat dari segi proses, pembelajaran atau pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri (hlm. 131)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran dari
segi proses dapat diamati dari aktivitas belajar siswa yaitu bagaimana peserta
didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran. Adapun penjelasan komponen proses pembelajaran adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1. Keaktifan Siswa
Keaktifan adalah kegiatan, kesibukan dalam bekerja dan berusaha
pada siswa. Prinsip dari belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah
tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas. Itulah sebabnya keaktifan merupakan prinsip atau asas yang
sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Sebagai
rasionalitasnya hal ini juga mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli
pendidikan.
Aktivitas menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri siswa baik
aktual maupun potensial. Sardiman (2001: 93) mengatakan bahwa “tidak
ada belajar kalau tidak ada aktivitas”. Hal tersebut menunjukkan bahwa
aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam proses
belajar mengajar. Rousseuai dalam Sardiman (2001: 94) menyatakan
bahwa ”segala pengetahuan itu harus diperoleh dari pengalaman sendiri,
penyelidikan sendiri dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang
diciptakan sendiri baik secara rohani maupun teknis”.
Peran aktif siswa sangat penting untuk membentuk generasi kreatif,
yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang
lain. Guru diharuskan menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Aktivitas siswa
tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat saja. Jenis-jenis Aktivitas
kegiatan siswa belajar menurut Sardiman (2001 : 101) meliputi:
a) Visual activities (keaktifan melihat), misalnya: membaca,
memperhatikan, gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan
orang lain;
b) Oral activities (keaktifan langsung), seperti: menyatakan,
merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c) Listening activities (keaktifan mendengarkan), meliputi: uraian,
percakapan, diskusi, musik pidato;
d) Writing activities (keaktifan menulis), seperti: menulis cerita,
karangan, laporan, angket, dan menyalin;
e) Drawing activities (keaktifan menggambar), misalnya: menggambar,
membuat grafik, peta, dan diagram;
f) Motor aktivities (keaktifan motorik), seperti: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan
beternak;
g) Mental activities (keaktifan mental), misalnya: menganggap,
mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan
mengambil keputusan;
h) Emosional activities (keaktifan emosi), seperti: menaruh minat,
merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan
gugup.
Penerapan metode TAI ini lebih menekankan pada Oral activities
(bertanya, belajar kelompok, diskusi); Visual activities (membaca,
memperhatikan); dan Mental activities (memecahkan soal, mengerjakan
soal,).
2. Suasana Belajar
Oemar Hamalik (2006: 52) berpendapat bahwa ”Suasana belajar
penting artinya bagi kegiatan belajar”. Suasana yang menyenangkan
dapat menumbuhkan kegairahan belajar, sedangkan suasana yang kacau,
ramai, tak tenang dan banyak gangguan, sudah tentu tidak menunjang
kegiatan belajar yang efektif. Karena itu, guru dan siswa senantiasa
dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan
menyenangkan, menantang dan menggairahkan. Hal ini berarti bahwa
suasana belajar turut menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Suasana yang hidup menggambarkan kegiatan pembelajaran,
sedangkan suasana yang mati menggambarkan kelas yang tenang, diam
dan pasif. Suasana yang hidup dikembangkan oleh guru yang demokratis
sedangkan suasana yang mati dikembangkan oleh guru yang otoriter.
Hasil yang diperoleh lebih baik pada suasana yang hidup dari pada
suasana yang mati. Kualitas proses pembelajaran dapat berhasil apabila
seluruh siswa (75%) siswa terlibat dalam suasana belajar.
3. Alur Pembelajaran
Alur mempunyai arti sebagai jalan atau aturan yang benar.
Pembelajaran kondisi awal dapat dinilai sejauh mana siswa melakukan
kegiatan belajar sesuai dengan program yang telah ditentukan guru tanpa
mengalami hambatan dan kesulitan. “Keterlaksanaan oleh siswa dapat
dilihat dalam hal: memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan
guru, semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar, tugas-tugas
belajar diselesaikan sebagai mana mestinya, memanfaatkan sumber
belajar yang disediakan guru” (Nana Sudjana, 2010 :60). Kualitas proses
pembelajaran dapat berhasil apabila sebagian besar (75%) siswa terlibat
dalam alur pembelajaran.
b. Hasil Belajar
Belajar merupakan salah satu dasar untuk mengetahui sejauh mana
materi pelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dan dipahami
sehingga prestasi belajar siswa dapat diketahui dari hasil tes yang diberikan.
Menurut Saifudin Azwar (1998:45) “prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai dari apa yang telah dilakukan dan dikerjakan secara optimal”.
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa
dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut
bermanfaat bagi guru dan siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), “Hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.” Oemar Hamalik (2006), “hasil
belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti.”
Menurut Nana Sudjana (2010: 22), “Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.”
Sedangkan Horwart Kingsley dalam bukunya Nana Sudjana (2010 : 22)
membagi “tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan
kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita”.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa
sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang
lebih baik lagi. Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan
personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan.
Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu
perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
B. Penelitian yang Relevan
a. Penelitian tentang Team Asisted Individualization terdahulu pernah dilakukan
oleh Yenik Yesiana dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan
Pembelajaran Kooperative Tipe TAI (Team Assisted Individualization) untuk
Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X-4 SMA N 1
Kerjo Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukan bahwa model
pembelajaran Team Assisted Individualization dapat meningkatkan minat dan
hasil belajar.
b. Penelitian tentang Team Assisted Individualization terdahulu pernah
dilakukan oleh Siti Khoirul Ummah dalam penelitiannya yang berjudul
Penerapan Metode TAI (Team Assisted Individualization) untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Materi Ekosistem Pada Siswa
Kelas VII SMP Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Team Assisted
Individualization dapat meningkatkan hasil kualitas pembelajaran.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:
1. Didalam penelitian Yenik Yesiana metode kooperatif TAI digunakan untuk
meningkatkan Minat dan Hasil Belajar, sedangkan dalam penelitian ini
metode kooperatif TAI digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
yang terdiri dari proses pembelajaran dan hasil belajar.
2. Didalam penelitian Siti Khoirul Ummah metode kooperatif TAI digunakan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi yang terdiri dari proses
pembelajaran saja, sedangkan dalam penelitian ini metode kooperatif
digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang terdiri dari proses
pembelajaran dan hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
C. Kerangka Berfikir
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi kualitas proses dan hasil
belajar. Keaktifan siswa yang menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses
pembelajaran, suasana belajar yang menggambarkan kegiatan pembelajaran, alur
pembelajaran yang belum mengikuti petunjuk guru sehingga proses pembelajaran
kurang optimal merupakan kualitas pembelajaran yang dilihat dari segi kualitas
proses. Sedangkan dilihat dari segi hasil belajar yang dicapai siswa, baik berupa
angka, serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar dalam periode tertentu.
Guru sebagai pengajar mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menciptakan
pembelajaran yang berkualitas baik dari segi proses maupun hasil belajar.
Permasalahan pembelajaran di SMK Murni 2 keaktifan siswa relatif masih
rendah dimana masih banyak siswa yang kurang berinteraksi pada saat diskusi,
suasana belajar yang kurang kondusif serta alur pembelajaran yang kurang
mengikuti petunjuk guru. Semua permasalahan tersebut memberi dampak yang
kurang baik pada kualitas pembelajaran Melakukan Negosiasi siswa kelas X
Pemasaran SMK Murni 2 Surakarta.
Guna mengatasi permasalahan tersebut, maka diterapkan metode
pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization). Penggunaan metode
pembelajaran tersebut diprogramkan dapat mengubah suasana pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan diskusi
yang menarik, sehingga kualitas alur atau proses dan hasil pembelajaran
diharapkan menjadi lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Gambar 2.1 : Skema Kerangka Berpikir Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan yaitu : penerapan pembelajaran Kooperatif Team
Assisted Individualization dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa mata
diklat Melakukan Negosiasi di kelas X Pemasaran SMK Murni 2 Surakarta.
Kondisi Awal Pembelajaran Terpusat pada Guru
Kualitas pembelajaran siswa rendah
Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK):
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization
Siklus
Kondisi Akhir Terjadi peningkatan kualitas pembelajaran siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Murni 2
Surakarta. Alasan mengambil tempat penelitian ini adalah:
a. Adanya permasalahan dalam kualitas pembelajaran disekolah ini.
b. Sekolah ini belum pernah digunakan untuk penelitian dengan metode kooperatif
TAI, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncanakan untuk kegiatan penelitian ini adalah mulai
bulan Januari 2012 sampai selesai. Kegiatan tersebut mulai dari persiapan sampai
penyusunan laporan penelitian.
B. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa-siswi kelas X
Pemasaran SMK Murni 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Obyek Penelitian
Objek penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah berbagai
kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses belajar
mengajar yang terdiri dari:
a. Pemilihan strategi pembelajaran.
b. Pelaksanaan strategi pembelajaran yang dipilih.
c. Suasana belajar saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
d. Kualitas proses pembelajaran.
e. Hasil proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Jenis data dibagi menjadi dua yaitu jenis data yang dapat diukur secara
langsung, atau lebih tepatnya dapat dihitung adalah data kuantitatif, sedang data
yang data yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang mengandung makna
termasuk jenis data kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis
data kualitatif.
2. Sumber Data
Ada dua jenis sumber data yang digunakan untuk menunjang penelitian
ini, yaitu:
a. Data Primer
Sumber data yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh langsung
dari individu yang menjadi subjek penelitian di mana data dihasilkan dari hasil
wawancara dengan guru maupun siswa dan pengamatan langsung proses belajar
mengajar mata diklat Melakukan Negoisasi kelas X Pemasaran SMK Murni 2
Surakarta. b. Data Sekunder
Sumber data yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh atau dicatat pihak lain) dan
sifatnya saling melengkapi. Data sekunder bentuknya berupa sumber daftar
pustaka yang mendukung penelitian ilmiah serta diperoleh dari literatur yang
relevan dari permasalahan sebagai dasar pemahaman terhadap objek penelitian
dan menganalisis secara tetap. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
silabus kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, catatan siswa, dan buku
penilaian siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008 : 220), ”observasi
(observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik mengumpulkan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung”.
Data dari observasi ini adalah situasi umum mengenai kejadian atau
peristiwa yang terjadi dan ada kaitannya dengan pokok pembahasan yang diteliti,
cara mengajar, sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran. Penulis
menggunakan metode observasi langsung dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatat dalam situasi yang sebenarnya.
Teknik pengumpulan data yang disebut pengamatan penyerta atau
participant observer. Peneliti sebagai pengamat ikut serta dalam berbagai
kegiatan pihak yang diamati dan segera mencatat apa yang terjadi dalam catatan
lapangan. Dalam catatan ini termasuk juga komentar-komentar yang menafsirkan
apa yang terjadi berdasarkan persepsi peneliti.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan pengamatan langsung.
Peneliti terjun langsung ke sekolah yang diteliti untuk mengamati proses belajar
dan pembelajaran.
2. Wawancara
“Wawancara atau interview dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan
tatap muka secara individual” (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008 : 216). Iskandar
(2009 : 72) mengklasifikasikan wawancara dalam 2 bentuk yaitu wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur adalah seorang pewawancara atau peneliti telah menentukan format masalah yang akan diwawancarai, yang berdasarkan masalah yang akan diteliti.
b. Wawancara tidak terstruktur merupakan seorang peneliti bebas menentukan fokus masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir seperti dalam percakapan biasa, yaitu mengikut dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi responden. Peneliti menggunakan bentuk wawancara tidak terstruktur, yaitu
wawancara yang bebas menentukan fokus masalah wawancara, sehingga peneliti
bisa luwes dalam melakukan wawancara dan dengan arah yang terbuka, sehingga
mendapat data dari informan mengenai kesulitan yang dialami dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi serta faktor-faktor penyebabnya,
serta untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru.
3. Tes
Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai
materi pembelajaran yang disampaikan setelah kegiatan pemberian tindakan. Data
yang diperoleh dari kegiatan ini adalah hasil belajar atau nilai ujian siswa setelah
pelaksanaan tindakan yang digunakan sebagai indikator ketercapaian hasil
penelitian.
E. Uji Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan (Suwandi, 2009:
60). Uji validatas data menggunakan triangulasi sumber, yaitu membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda (Moleong, 1999: 178). Hasil pengamatan, hasil
wawancara dan hasil tes tiap siklus dibandingkan dan disimpulkan mengenai
kualitas pembelajaran yang terjadi, sehingga kesimpulan tersebut merupakan
kesimpulan yang benar.
F. Analisis Data
Data yang tersedia dari pengumpulan data perlu dianalisis, sedangkan untuk
menganalisis data tersebut perlu digunakan teknik analisis data sehingga data
yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Data penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif komparatif
Analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan antara
kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan dengan hasil yang diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
antar siklus sehingga dapat dilihat adanya perbedaan sebelum dan sesudah
dilakukannya tindakan.
2. Analisis data kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengolah hasil belajar siswa yang
diperoleh dari tes formatif dan mentabulasi angket. Data kuantitatif yang
digunakan adalah kuantitatif sederhana yang berupa penghitungan nilai rata-
rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan persentase jumlah siswa yang mencapai
batas ketuntasan. Berdasarkan informasi ini dapat diketahui sampai sejauh
manakah keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Analisis data kualitatif
Analisis kualitatif berupa catatan lapangan yang disajikan secara rinci dan
lengkap selama proses penelitian berlangsung. Analisis data kualitatif
diperoleh berdasarkan hasil observasi, refleksi dari tiap-tiap siklus, dan
membandingkan kinerja siswa maupun guru dalam hasil observasi.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja atau keberhasilan penelitian adalah indikator
ketercapaian kualitas pembelajaran terdiri dari proses pembelajaran dan hasil
belajar yang dapat dinyatakan dalam bentuk presentase. Presentase indikator
target keberhasilan proses pembelajaran adalah 75% sedangkan presentase
indikator hasil belajar adalah 70%. Sehingga tindakan yang diberikan dalam
penelitian ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi indikator berikut :
No. Aspek yang Diukur
Persentase
Siswa yang
Ditargetkan
Cara Mengukur
1. Proses Pembelajaran
a. Keaktifan siswa 75% Diamati pada saat proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pembelajaran dan aspek yang diamati
meliputi Oral activities, Visual
activities, dan Mental activities
b. Suasana belajar 75% Diamati pada saat proses
pembelajaran dan aspek yang diamati
meliputi tidak kacau, tidak ramai,
ketenangan, tidak membolos, dan
tidak ada gangguan.
c. Alur pembelajaran 75% Diamati saat proses pembelajaran dan
aspek yang diamati meliputi kegiatan
belajar, memahami petunjuk guru,
memanfaatkan sumber belajar,
mampu menjawab pertanyaan, dan
membangun kekompakan.
2. Hasil Belajar 70% Diukur dari hasil tes akhir siklus dan
dihitung dari siswa yang dapat
menjawab benar minimal sama
dengan kriteria ketuntasan yaitu
sebesar 62.
Tabel 3.1 Indikator kinerja penelitian
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau classroom action
research. Dalam setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap yaitu sebagai berikut:
1. Siklus 1
a. Perencanaan Tindakan 1
Pada tahap ini dilakukan penyusunan instrumen penelitian yang akan
digunakan pada saat tindakan dengan penerapan metode TAI dan membuat
rencana pembelajaran untuk tiap pertemuan saat pembelajaran. Tahap
perencanaan instrumen pada penelitian ini meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1) Mendesain silabus materi.
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
3) Membuat lembar kerja siswa yang menyangkut materi.
4) Membuat soal untuk tes kognitif yang berupa soal pilihan ganda.
5) Membuat kartu penghargaan kelompok.
b. Tindakan 1
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini merupakan penerapan dari tahap
perencanaan yang telah dibuat. Pada penelitian ini, tindakan yang dilakukan
adalah melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted
Individualzation). Secara garis besar tindakan yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
1) Guru menjelaskan secara singkat tentang pembelajaran kooperatif tipe TAI
(Team Assisted Individualization) pada siswa.
2) Guru memberikan tes kemampuan awal.
3) Guru membagi kelompok belajar secara heterogen yang terdiri dari 4 sampai
5 siswa.
4) Guru menjelaskan materi pelajaran secara singkat.
5) Guru memberikan lembar latihan soal kepada setiap kelompok. Siswa
mengerjakan soal secara mandiri, kemudian mencocokan jawaban atau saling
mengoreksi dan mendiskusikan jawaban yang paling tepat.
6) Guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam kelompok yang mengalami
kesulitan atau belum jelas tentang materi pelajaran yang telah disampaikan.
c. Pengamatan
Tahap ini dilaksanakan bersamaam dengan tahap tindakan. Pengamatan
dilakukan terhadap siswa ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Pengamatan tersebut dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dibuat. Selain melakukan pengamatan, di akhir siklus dilakukan evaluasi hasil
belajar siswa berupa tes hasil belajar dengan bentuk soal-soal obyektif dan uraian
yang dikerjakan secara individu yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan untuk mengetahui peningkatan
proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi
yang berupa tes hasil belajar dikumpulkan kemudian dianalisis. Dari data tersebut
akan dilihat apakah telah memenuhi target yang diharapkan dalam ketuntasan
belajar yang telah ditetapkan yaitu 70% siswa mendapatkan nilai sesuai dengan
KKM yaitu 62, 75% siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, 75% siswa
terlibat dalam suasana belajar dan 75% siswa terlibat dalam alur pembelajaran
Melakukan Negosiasi. Jika pada siklus 1 belum memenuhi target maka akan
dilanjutkan ke siklus berikutnya. Kelemahan pada siklus 1 ini akan diperbaiki
pada siklus berikutnya yaitu siklus II.
2. Siklus 2
Tahapan pada siklus II ini mengikuti tahapan pada siklus I. Rencana
tindakan siklus II ini disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I yang
dimaksudkan sebagai penyempurna atau perbaikan terhadap pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) pada siklus I.
a. Perencanaan Tindakan II
Pada tahapan ini direncanakan kembali tindakan pembelajaran yang
mengacu pada hasil siklus I dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan dan mempertahankan serta meningkatkan keberhasilan yang telah
dicapai pada siklus I.
b. Tindakan II
Tindakan pada siklus II ini tidak jauh beda dengan tindakan pada siklus I,
hanya saja diadakan beberapa revisi atau perbaikan berdasarkan refleksi pada
siklus I agar dapat meningkatkan proses belajar dan hasil belajar Melakukan
Negosiasi siswa.
c. Pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pengamatan pada siklus II hampir sama dengan pengamatan siklus I.
Pada tahapan ini diberikan tes hasil belajar yang kedua pada akhir pertemuan.
d. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan diskusi antara peneliti dengan guru mata diklat
Melakukan Negosiasi tentang hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan tes
hasil belajar. Dari hasil tersebut akan dilihat apakah telah memenuhi target yang
diharapkan. Jika belum memenuhi target, maka penelitian akan dilanjutkan pada
siklus berikutnya.
Gambar 3.1 : Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Permasalahan Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan/ Pengumpulan data I
Refleksi I
Permasalahan Baru Hasil Refleksi
Pengamatan/ Pengumpulan data II
Refleksi II
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Siklus
Kegiatan awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi permasalahan
yang timbul dalam proses pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi yang sebenarnya pada saat pembelajaran mata diklat Melakukan
Negosiasi berlangsung, terkait dengan hal-hal yang masih perlu diperbaiki atau
ditingkatkan dalam kualitas pembelajaran. Observasi awal ini dilakukan oleh
peneliti pada bulan Maret 2012 di SMK Murni 2 Surakarta. Adapun hasil dari
identifikasi masalah pada proses pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1. Ditinjau dari Segi Siswa
a. Siswa terlihat kurang aktif dalam pembelajaran mata diklat
Melakukan Negosiasi.
Masalah ini tampak dalam pembelajaran mata diklat Melakukan
Negosiasi yang sedang berlangsung siswa terlihat kurang aktif dalam
pembelajaran yang diberikan oleh guru. Siswa kurang memperhatikan
penjelasan dari guru, siswa sangat malas mengerjakan tugas yang
diberikan guru, siswa lebih suka mencontoh tugas milik temannya yang
sudah jadi, siswa tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Hal ini, akan menghambat proses pembelajaran yang sedang berlangsung
serta merugikan siswa itu sendiri karena pada akhirnya mereka tidak
paham dengan apa yang ditulisnya, para siswa cenderung mengejar nilai
dari pada ilmu sehingga mereka mengabaikan materi yang disampaikan
oleh guru.
Berdasarkan pengamatan peneliti, saat proses pembelajaran sedang
berlangsung siswa cenderung diam saat guru memberikan pertanyaan dan
kadang juga bercanda dengan teman sebangku serta beraktivitas yang lain
(mainan kertas, buku atau pensil).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Suasana pembelajaran yang kurang mendukung.
Hal ini tampak ketika guru sedang menerangkan materi pelajaran
ada beberapa siswa yang ramai dan sering membuat gaduh dikelas,
sehingga siswa yang semula memperhatikan penjelasan guru jadi ikut
terganggu. Siswa yang sering membuat ribut tersebut jika ditanya oleh
guru tidak bisa menjawabnya dengan baik dan benar. Siswa juga tidak
langsung mengerjakan tugas atau latihan soal yang diberikan oleh guru,
siswa lebih suka mengobrol dengan temannya, bermain-main dan
bercanda dengan teman. Hal ini yang menyebabkan kelas menjadi gaduh
atau tidak terkondisikan, bahkan sebagian besar siswa lebih suka
menunggu pekerjaan temannya yang pandai untuk di contoh atau disalin
dari pada mengerjakan sendiri.
c. Siswa belum sepenuhnya mengikuti alur pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.
Hal ini dapat dilihat ketika pembelajaran mata diklat Melakukan
Negosiasi sedang berlangsung, sebagian besar siswa tampak kurang
memperhatikan penjelasan dari guru serta kurang memberikan respon
terhadap pertanyaan dan penjelasan dari guru. Selain itu, ketika guru
memberikan tugas atau latihan soal kepada siswa, sebagian besar siswa
tampak kurang jelas dan tidak antusias untuk mengerjakan tugas atau
latihan soal yang diberikan oleh guru tersebut. Dampaknya siswa
mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal, sulit menjawab pertanyaan
yang dilontarkan guru secara langsung karena pemahaman siswa yang
kurang mengenai materi yang disampaikan oleh guru.
Keadaan seperti ini disebabkan oleh metode mengajar guru yang
kurang sesuai dengan karakteristik siswa, guru terlalu banyak
mendominasi dalam memberikan penjelasan materi sehingga siswa
menjadi jenuh dan bosan untuk memahami pelajaran mata diklat
Melakukan Negosiasi, guru lebih banyak memberikan materi pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dengan cara ceramah, penugasan dan tanya jawab sehingga siswa jenuh
dengan pembelajaran yang kurang kreatif tersebut padahal siswa perlu
metode pembelajaran yang inovatif agar dapat mempelajari materi
pelajaran dengan baik. Cara mengajar guru yang masih monoton, kurang
menarik dan membosankan membuat siswa kurang bersemangat atau
termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran dan sering kali tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh guru.
2. Ditinjau dari Segi Guru
a. Guru masih menggunakan metode yang monoton dalam mengajar
Pembelajaran yang terpusat pada guru masih dominan diterapkan
dalam proses pembelajaran, sehingga hal ini akan memberikan kesan
kepada siswa bahwa pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi yang
sedang berlangsung bersifat monoton, tidak bervariasi serta kurang
menarik. Pada akhirnya siswa terlihat bosan dengan pembelajaran tersebut
serta siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. Metode yang
diterapkan oleh guru tersebut kurang mampu meningkatkan proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa terhadap mata diklat Melakukan
Negosiasi.
b. Guru kurang memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh pihak
sekolah
Hal ini terlihat ketika pembelajaran mata diklat Melakukan
Negosiasi sedang berlangsung, tidak ada media pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran khususnya media elektronik. Guru
hanya memanfaatkan media whiteboard yang ada di kelas saja, guru tidak
mau mencoba menggunakan media lain yang dapat menunjang
keterlaksanaan proses pembelajaran. Pengetahuan guru yang kurang
terhadap teknologi menjadi faktor utama guru tidak menggunakan media
elektronik. Jika saja guru mau dan mampu memanfaatkan media elektronik
proses pembelajaran akan menjadi lebih bervariasi (tidak monoton),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
sehingga siswa lebih antusias dan tidak mudah jenuh atau bosan dalam
mengikuti proses pembelajaran.
c. Guru merasa kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi.
Guru pengampu pelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi yang
bersangkutan telah menerapkan berbagai cara untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan, mulai dari menegur
dan memberi peringatan kepada para siswa yang tidak memperhatikan.
Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terhadap
materi yang belum dipahami. Hal tersebut dilakukan dengan harapan
bahwa siswa dapat memberikan sebagian perhatiannya untuk menyimak
penjelasan dari guru, tetapi cara tersebut belum dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Dampaknya hasil
belajar mata diklat Melakukan Negosiasi yang diperoleh belum mencapai
optimal.
3. Ditinjau dari Kualitas Proses Pembelajaran
Kualitas Proses Pembelajaran ini meliputi keaktifan, suasana
belajar dan alur pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan
observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, terlihat masih ada beberapa
siswa yang melakukan aktivitas di luar proses pembelajaran misalnya
bermain dengan teman, siswa bersenda-gurau dengan teman ketika guru
menyuruh siswa mengerjakan soal latihan sehingga hal ini akan mengurangi
kualitas pembelajaran. Hal ini akan mengakibatkan siswa bertindak pasif dan
kelas tidak terlihat hidup. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran hanya berlangsung searah dari guru ke siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 4.1 Persentase Ketercapaian Kualitas Proses Pembelajaran Tiap
Indikator pada pra siklus
No Indikator Kualitas Proses Pembelajaran
Jumlah
Siswa
Persentase
Ketercapaian
A Keaktifan
1. Metal activities 11 40,74%
2. Oral activities 15 55,56%
3. Visual activities 21 77,78%
Rata-rata keaktifan 58,02%
B Suasana belajar
1. Tidak kacau 17 62,96%
2. Tidak ramai 16 59,26%
3. Tenang 17 62,96%
4. Tidak membolos 23 85,18%
5. Tidak banyak gangguan 20 74,07%
Rata-rata suasana belajar 68,89%
C Alur pembelajaran
1. Siswa melakukan kegiatan belajar 22 74,07%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
50.00%
55.00%
60.00%
65.00%
70.00%
58.02%
68.89%
60.00%
Ketercapaian Kualitas Proses Pembelajaran
Ketercapaian Kualitas Proses Pembelajaran
2. Siswa memahami dan mengikuti
petunjuk guru
17 62,96%
3. Siswa memanfaatkan sumber belajar
yang disiapkan guru
16 59,26%
4. Siswa mampu menjawab pertanyaan
yang diajukan padanya
15 55,56%
5. Siswa membangun kekompakan
dalam diskusi
13 48,14%
Rata-rata alur pembelajaran 60,00%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Gambar 4.1 Diagram Batang Persentase Ketercapaian Kualitas Proses
Pembelajaran pra siklus
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
4. Ditinjau dari Hasil Belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Berdasarkan data nilai ulangan dari guru pengampu mata diklat
Melakukan Negosiasi, maka dapat diidentifikasi kelas X Pemasaran
merupakan salah satu kelas yang memiliki permasalahan dan kendala-kendala
dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya siswa
kelas X Pemasaran yang belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu 62,00 untuk
mata diklat Melakukan Negosiasi. Berikut nilai tes siswa yang diambil dari
hasil ulangan harian, sebanyak 44,44% siswa dinyatakan tuntas dan 55,56%
siswa masih belum tuntas. Berikut ini tabel ketuntasan hasil belajar pada pra
siklus:
Tabel 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar pra siklus Batas Ketuntasan Skor Nilai Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus
Jumlah siswa Presentase
62
30,00-41,00 0 55,56% 42,00-51,00 7
52,00-61,00 8
62,00-71,00 11
44,44% 72,00-81,00 1
82,00-91,00 0
92,00-100,00 0
Jumlah 27 100%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Siklus I
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang mana masing-
masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi dan (4) analisis dan refleksi
tindakan.
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Senin 19
Maret 2012 di ruang guru SMK Murni 2 Surakarta. Guru bersama peneliti
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian.
Peneliti mengungkapkan bahwa siswa menemui permasalahan dalam
pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi diantaranya kurangnya
keaktifan siswa, suasana belajar yang kurang mendukung serta siswa kurang
mengikuti petunjuk dari guru. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan
tindakan pada siklus I akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, penelitian
44.44%55.56%
Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus
Tuntas
Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
tindakan siklus I ini mulai dilaksanakan pada hari Senin, 26 Maret 2012
dengan materi pembelajaran batasan wewenang negosiasi yang dimiliki.
Tahap perencanaan tindakan pada siklus I meliputi kegiatan
sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru bidang studi mendiskusikan skenario pembelajaran
Melakukan Negosiasi pada kompetensi dasar batasan wewenang negosiasi
yang dimiliki dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif
Team Assisted Individualization, dengan skenario pembelajaran sebagai
berikut:
a) Pertemuan pertama ( Senin, 26 Maret 2012)
(1) Guru mengucapkan salam pembuka yang kemudian dilanjutkan
dengan mengadakan presensi untuk mengecek kehadiran siswa.
Guru memperkenalkan peneliti kepada siswa dan menyampaikan
tujuan peneliti mengadakan penelitian, dalam penelitian ini peneliti
berkolaborasi dengan guru bidang studi (Ibu Endang Sih
Nawangwarni) selama penelitian berlangsung.
(2) Menciptakan situasi atau kondisi pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan untuk membangkitkan minat siswa terhadap
pelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi.
(3) Guru menjelaskan secara singkat tentang pembelajaran kooperatif
TAI (Team Assisted Individualization) pada siswa.
(4) Guru memberikan tes kemampuan awal untuk materi memberikan
tanggapan terhadap keberatan yang muncul dari calon pelanggan.
(5) Guru membagi kelompok belajar secara heterogen yang terdiri dari
4 sampai 5 siswa.
(6) Guru bersama peneliti melakukan apersepsi materi sebelumnya.
(7) Menginformasikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator dari pokok bahasan yang akan disampaikan.
(8) Guru bersama peneliti menjelaskan materi mengenai keunggulan
produk, identifikasi keluhan palanggan, menyusun keluhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pelanggan, dan sikap dalam tawar-menawar melalui tayangan
power point.
(9) Pada akhir pembelajaran guru bersama peneliti memberitahu
kepada siswa bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan
diskusi kelompok dengan metode TAI tentang materi batasan
wewenang negosiasi yang dimiliki.
(10) Menutup pelajaran dengan salam penutup.
b. Pertemuan kedua (Rabu, 28 Maret 2012)
(1) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa kemudian
dilanjutkan dengan melakukan presensi.
(2) Menciptakan kondisi yang kondusif dan menyenangkan untuk
membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran mata diklat
Melakukan Negosiasi.
(3) Guru melakukan kilas balik terhadap materi yang lalu serta
memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
(4) Guru bersama peneliti meminta siswa untuk bergabung pada
kelompoknya masing-masing berdasarkan pembagian kelompok
pada pertemuan sebelumnya.
(5) Guru memberikan lembar latihan soal tes formatif A kepada setiap
kelompok. Siswa mengerjakan soal tes formatif A sampai semua
jawaban benar, 2 atau 3 anggota team memeriksa jawaban.
Apabila siswa tersebut mengerjakan dengan benar, teman satu
team tersebut menandatangani tes formatif A tersebut, bila tes
formatif A dinyatakan sah oleh team, bisa melanjutkan tes formatif
B atau tes unit.
(6) Guru bersama peneliti berputar mengawasi jalannya diskusi
kelompok.
(7) Guru, peneliti dan siswa menyimpulkan secara bersama-sama.
(8) Guru bersama peneliti memberitahu kepada siswa bahwa pada
pertemuan selanjutnya akan diadakan tes hasil belajar untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa selama belajar
didalam kelompoknya sebelum menutup pelajaran dengan salam
penutup.
c. Pertemuan ketiga ( Senin, 2 April 2012)
(1) Guru mengawali proses kegiatan belajar mengajar dengan
mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan melakukan
presensi.
(2) Guru bersama peneliti membagikan soal hasil belajar untuk materi
batasan wewenang negosiasi yang dimiliki serta meminta siswa
untuk mengerjakan secara individu atau mandiri.
(3) Siswa mengerjakan soal hasil belajar sedangkan guru bersama
peneliti mengawasi dengan baik dengan tujuan agar tes hasil
belajar benar-benar mencerminkan kemampuan mereka.
(4) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaan mereka pada
setiap deret kemudian guru akan mengambilnya.
(5) Guru bersama peneliti memberikan hasil diskusi kelompok dan
memberikan piagam penghargaan kelompok.
(6) Guru bersama peneliti mengakhiri pelajaran dengan salam
penutup.
2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
batasan wewenang negosiasi yang dimiliki dengan pendekatan
pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization. Peneliti dan
guru menyusun instrumen penelitian yang berupa tes dan non tes.
Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (tes penempatan, tes formatif A,
tes formatif B, tes Unit, dan tes hasil belajar), sedangkan instrumen non tes
dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti
dengan mengamati keaktifan, suasana belajar dan alur pembelajaran dalam
proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
(1) Pertemuan Pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan isi rancangan atau
skenario pembelajaran yang telah dirumuskan. Pelaksanaan tindakan I
dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan
yaitu pada hari Senin dan Rabu masing-masing tanggal 26 Maret, 28 Maret
dan 02 April 2012 di ruang kelas X Pemasaran SMK Murni 2 Surakarta.
Pertemuan dilaksanakan selama 6 x 45 menit sesuai dengan skenario
pembelajaran dan RPP.
Pertemuan pertama pada pelaksanaan tindakan siklus I
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 26 Maret 2012, pertemuan ini
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran, yakni 2 x 45 menit. Pendekatan
pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran ini ialah
pendekatan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization,
adapun materi pada pelaksanaan tindakan I ini ialah keunggulan produk,
identifikasi keluhan palanggan, menyusun keluhan pelanggan, dan sikap
dalam tawar-menawar.
Pertemuan pertama ini, proses pembelajaran dilaksanakan di ruang
multimedia, dalam pertemuan ini diadakan pemberian tes penempatan,
pembentukan kelompok serta ceramah siswa aktif yang menggunakan
media penunjang berupa power point untuk mempelajari keunggulan
produk, identifikasi keluhan palanggan, menyusun keluhan pelanggan, dan
sikap dalam tawar-menawar.
Pertemuan pertama pada pelaksanaan tindakan siklus I, langkah-
langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pertama kali setelah guru
memasuki kelas yaitu guru memberikan salam, menanyakan kabar siswa
dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. Setelah dilakukan
presensi, kondisi siswa sedikit gaduh atau ramai namun dapat segera
diatasi oleh guru dan peneliti. Hasil dari presensi pada pertemuan tersebut
tidak ada siswa yang tidak masuk (nihil), sebanyak 27 siswa semuanya
masuk tepat pada waktunya, proses pembelajaran dimulai pukul 07.30 wib.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Langkah kedua yang dilaksanakan yaitu, peneliti menyampaikan
tujuan peneliti mengajar di kelas tersebut, disini peneliti bertindak sebagai
guru selama penelitian berlangsung. Kemudian guru (peneliti)
menyampaikan garis besar pelaksanaan metode pembelajaran yang akan
digunakan oleh guru (peneliti) yaitu pendekatan pembelajaran kooperatif
Team Assisted Individualization.
Setelah siswa sudah terlihat paham dengan penjelasan yang
disampaikan oleh peneliti, kemudian dilanjutkan untuk mengerjakan tes
penempatan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap materi
yang akan diajarkan. Pelaksanaan pengerjaan tes penempatan berlangsung
sekitar 20 menit, dikerjakan secara individu, dan 10 menit digunakan
untuk mengoreksi jawaban dari tes penempatan. Tes penempatan yang
diberikan berupa 10 soal pilihan ganda tentang materi baru yang akan
disampaikan oleh guru. Terlihat beberapa siswa lebih suka mengandalkan
teman yang telah mengerjakan kemudian meniru hasil pekerjaan temannya
tersebut, namun guru segera menegurnya.
Langkah keempat yang dilaksanakan pada proses inti pembelajaran
ini yakni guru menetapkan siswa kedalam kelompok-kelompok kooperatif
secara heterogen. Berdasarkan kesepakatan antara guru dan siswa
pembagian kelompok disusun secara acak berdasarkan nilai dari tes
penempatan. Satu kelompok beranggotakan 4 sampai 5 siswa, sehingga
akan terbentuk 6 kelompok. Terdapat 1 atau 2 siswa menjadi pemimpin
untuk teman-temannya dan membantunya jika ada masalah dalam
pengerjaan soalnya. Selama proses penetapan siswa kedalam kelompok
diskusi, kondisi atau suasana proses pembelajaran sedikit gaduh atau
ramai, hal ini dapat segera di atasi oleh guru sehingga proses pembelajaran
kembali tenang.
Langkah kelima yang dilaksanaakan adalah masuk ke materi
pelajaran. Namun sebelum menjelaskan materi baru yang akan diberikan
pada pertemuan tersebut, guru melakukan apersepsi dari materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
sebelumnya yang masih ada kaitannya dengan materi yang akan diajarkan
dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa (tanya jawab) secara
acak. Di awal proses pembelajaran ini suasana kelas sedikit ramai atau
gaduh, hal ini dikarenakan penyesuaian siswa terhadap proses
pembelajaran yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Siswa yang tidak
memperhatikan, ditegur atau diberikan pertanyaan oleh guru, hal ini
bertujuan supaya perhatian siswa sepenuhnya tertuju pada proses
pembelajaran.
Guru mempresentasikan materi batasan wewenang negosiasi yang
dimiliki secara garis besar yang menggunakan media penunjang berupa
power point. Nampak siswa sangat antusias dalam memperhatikan
penjelasan dari guru, hal ini terlihat banyak siswa menanggapi penjelasan
yang diberikan oleh guru dengan benar.
Langkah terakhir yang dilaksanakan yakni, guru mengulangi materi
yang disampaikan agar siswa lebih paham dan ingat tentang materi dari
awal sampai akhir. Setelah semua siswa paham dengan materi yang
disampaikan oleh guru, selanjutnya guru mengakhiri proses pembelajaran
dengan menginformasikan kepada siswa bahwa pertemuan selanjutnya
akan diadakan kelompok diskusi, guru memberikan salam penutup
kemudian guru meninggalkan kelas.
(2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua pada pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan
pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012. Pertemuan ini dilaksanakan selama
2 jam pelajaran, yakni 2 x 45 menit. Berbeda dengan pembelajaran pada
pertemuan pertama yang dilaksanakan di ruang multimedia, pada
pertemuan kedua kegiatan pembelajaran dilaksanakan di dalam ruang
kelas. Hal ini dikarenakan ruang mutimedia sedang digunakan untuk
keperluan sekolah, pada pertemuan kedua ini guru menerapkan
pembelajaran diskusi kelompok Team Assisted Individualization. Adapun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu, pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
guru dan peneliti mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan
salam yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan presensi.
Guru mengulas sedikit mengenai materi pada pertemuan
sebelumnya yakni batasan wewenang negosiasi yang dimiliki kemudian
mempersilahkan siswa berformasi dalam kelompoknya masing-masing.
Setelah semua siswa sudah berkumpul di kelompoknya masing-masing,
selanjutnya guru membagikan lembar soal tes formatif A. Guru meminta
siswa untuk mengerjakan secara individu terlebih daluhu. Setelah selesai
mengerjakan tes formatif A, teman satu team mengecek jawabannya dan
jika delapan atau lebih jawabannya sudah benar maka siswa tersebut dapat
melanjutkan mengerjakan tes formatif B atau tes Unit begitu seterusnya.
Siswa yang kurang bisa mengerjakan boleh bertanya dengan teman satu
teamnya, jika teman satu team mengalami kesulitan bisa bertanya kepada
guru.
Suasana proses pembelajaran pada pertemuan ini terlihat menjadi
tidak lagi kaku dan lebih menyenangkan serta tidak membosankan dengan
diterapkannya metode yang berbeda dari biasanya. Ketika proses
pembelajaran kelompok berlangsung ada beberapa siswa yang kurang
memperhatikan, hal ini terlihat dari beberapa siswa bertanya kepada guru
yang pada intinya menanyakan maksud dari soal yang dikerjakan dan
langkah-langkah pengerjaan, namun dengan senang hati guru memberikan
penjelasan kepada semua siswa. Dalam melakukan diskusi kelompok, ada
berapa siswa kurang membangun kekompakan dalam sebuah team, seperti
tidak mau ikut memikirkan jawaban soal, cenderung hanya mengandalkan
teman satu teamnya saja, dan sering kali bersikap tidak tenang.
Di akhir proses pembelajaran pada pertemuan ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi
yang belum jelas dan yang belum dipahami. Sebelum proses pembelajaran
di akhiri, guru meminta siswa untuk mempersiapkan materi untuk ulangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
hasil belajar yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Saat jam
pelajaran usai, guru mengucapkan salam dan meninggalkan kelas.
(3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga pada pelaksanaan tindakan siklus I yang
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 02 April 2012, pertemuan ketiga ini
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran yakni 2 x 45 menit. Pada fase ini,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai
berikut: pertama, sebelum proses kegiatan pembelajaran dimulai guru
mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa serta melakukan
presensi atau mengecek kehadiran siswa dan 1 siswa tidak hadir dalam
pertemuan ini.
Sebelum ulangan hasil belajar dilaksanakan, guru mengkondisikan
siswa untuk mempersiapkan ulangan. Kemudian guru meminta agar semua
buku dimasukkan. Selanjutnya setelah siswa terlihat siap, semua buku
sudah dimasukkan, maka guru mulai membagikan lembar soal tes hasil
belajar untuk materi mengenai batasan wewenang negosiasi yang dimiliki
serta meminta siswa untuk mengerjakan soal tersebut secara mandiri atau
tidak kerjasama dan jujur. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan
soal evaluasi ini yakni 45 menit dan soal terdiri dari 15 soal pilihan ganda
dan 2 soal uraian.
Selama proses evaluasi berlangsung, guru bersama peneliti
mengawasi dengan baik agar hasil evaluasi benar-benar mencerminkan
kemampuan mereka. Pada saat proses evaluasi berlangsung terdapat
beberapa siswa yang mencoba bertanya kepada teman serta membuka
buku, namun guru segera menghampiri dan memperingatkan siswa
tersebut untuk mengerjakan soal tes hasil belajar secara mandiri dan tidak
boleh kerjasama antar teman sebangku.
Setelah jam untuk mengerjakan soal habis, guru meminta siswa
untuk mengumpulkan lembar jawab tes hasil belajar ke depan. Kemudian
guru menumumkan hasil dari pekerjaan kelompok kemarin dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
memberikan sertifikat kelompok super, kelompok sangat baik, kelompok
baik. Kelompok super jatuh kepada kelompok 1 dan kelompok 4.
Kelompok sangat baik jatuh kepada kelompok 2, kelompok 5 dan
kelompok 6. Sedangkan kelompok baik jatuh kepada kelompok 3. Siswa
sangat senang atas penghargaan kelompok tersebut.
Selanjutnya guru mengakhiri proses pembelajaran dengan salam
penutup. Dengan diadakannya tes hasil belajar ini, maka kegiatan
pembelajaran pada Siklus I berakhir.
c. Observasi dan Interpretasi Tindakan Siklus I
Observasi tindakan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya
tindakan, Peneliti mengamati pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi
dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun. Peneliti
mengambil posisi di dalam kelas, yakni di belakang para siswa sambil
sesekali berkeliling untuk mengamati dengan jelas jalannya proses
pembelajaran sehingga dapat menilai dengan baik. Dari hasil pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti, terlihat bahwa pada pertemuan pertama yang
dilaksanakan hari Senin tanggal 26 Maret 2012 di ruang multimedia berjalan
dengan baik sesuai rencana yang telah dirumuskan sebelumnya. Guru
mengawali proses pembelajaran pada pertemuan pertama ini dengan
memberikan tes penempatan berupa 10 soal pilihan ganda tentang materi
yang akan disampaikan, dengan durasi waktu pengerjaan 20 menit. Setelah
tes penempatan selesai siswa dibentuk kedalam kelompok diskusi yang terdiri
dari 4 sampai 5 anggota secara heterogen.
Selanjutnya guru mengadakan apersepsi mengenai materi
sebelumnya yakni proses tawar-menawar dan Assosiasi Penjual Langsung
Indonesia (APLI) melalui tayangan power point, kemudian dilanjutkan
dengan penyapaian materi keunggulan produk, identifikasi keluhan
palanggan, menyusun keluhan pelanggan, dan sikap dalam tawar-menawar
dengan bantuan media power point. Nampak siswa sangat antusias dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
memperhatikan penjelasan dari guru, walaupun beberapa siswa sesekali
bercanda dengan teman sebangkunya tetapi guru dapat mengatasi hal tersebut
dengan menegurnya atau memberinya pertanyaan.
Pertemuan kedua yakni pada tanggal 28 Maret 2012, pembelajaran
mata diklat Melakukan Negosiasi dilaksanakan di kelas X Pemasaran, hal ini
berbeda dari pertemuan sebelumnya yang dilaksanakan di ruang multimedia.
Pada pertemuan kedua ini guru menerapkan pendekatan pembelajaran
kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), pada pertemuan kedua ini
guru menerapkan diskusi kelompok dengan memberikan soal formatif A,
formatif B dan tes Unit. Proses pembelajaran terlihat lebih hidup serta siswa
terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran mata diklat Melakukan
Negosiasi. Terlihat hanya beberapa siswa yang mengikuti proses
pembelajaran sambil melakukan aktifitas lain, tidak fokus, melamun,
berbicara diluar konteks maupun bermain-main. Dengan demikian meskipun
kondisi kelas sedikit tampak lebih gaduh dibandingkan sebelumnya karena
adanya proses diskusi antar anggota kelompok.
Pertemuan ketiga 02 April 2012 digunakan guru untuk melakukan
tes hasil belajar dari siklus I agar hasil belajar siswa dari siklus I dapat segera
diketahui. Tes hasil belajar berupa 15 soal pilihan ganda dan 2 soal uraian
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi batasan
wewenang negosiasi yang dimiliki sebagai hasil diskusi kelompok pada
pertemuan sebelumnya. Dari kegiatan tersebut, deskripsi mengenai jalannya
pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi dengan menggunakan
pendekatan kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) sudah
dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan I.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran
mata diklat Melakukan Negosiasi di kelas X Pemasaran, diperoleh
kesimpulan hasil observasi tindakan pada siklus I mengenai kualitas proses
dan hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dapat
dilihat pada rincian dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1) Kualitas Proses Pembelajaran
Kualitas proses pembelajaran dilihat dari keaktifan siswa, suasana
belajar dan alur pembelajaran dalam proses pembelajaran menunjukkan
ada 8 indikator belum mencapai batas ketercapaian yang baik. Indikator
tersebut adalah mental activities, oral activities, kekacauan, ketenangan,
kemampuan memahami petunjuk guru, kemampuan memanfaatkan
sumber belajar, kemampuan menjawab pertanyaan yang diajukan dan
membangun kekompakan dalam diskusi. Indikator mental activities
mencapai sebesar 55% atau 15 siswa, indikator oral activities mencapai
sebesar 67% atau 18 siswa, indikator kekacauan mencapai sebesar 74%
atau 20 siswa, indikator ketenangan mencapai sebesar 70% atau 19 siswa,
indikator kemampuan memahami petunjuk guru mencapai sebesar 70%
atau 19 siswa, indikator kemampuan memanfaatkan sumber belajar
mencapai sebesar 74% atau 20 siswa, indikator kemampuan menjawab
pertanyaan yang diajukan mencapai sebesar 62% atau 17 siswa, indikator
membangun kekompakan dalam diskusi mencapai sebesar 74% atau 20
siswa. Berikut data secara rinci:
a. Keaktifan
Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Kualitas Proses Pembelajaran Tiap
Indikator Pada Siklus I (Keaktifan)
No. Indikator Proses Pembelajaran
(Keaktifan)
Jumlah Siswa Presentase
Ketercapaian
A. 1. Mental activities 15 56%
2. Oral activities 18 67%
3. Visual activities 24 89%
Rata-rata 70%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b. Suasana belajar
Tabel 4.4 Persentase Ketercapaian Kualitas Proses Pembelajaran Tiap
Indikator Pada Siklus I (Suasana belajar)
No. Indikator Proses Pembelajaran
(Suasana belajar)
Jumlah Siswa Presentase
Ketercapaian
B. 1. Tidak kacau 20 74%
2. Tidak ramai 21 78%
3. Tenang 19 70%
4. Tidak membolos 26 96%
5. Tidak ada gangguan 21 78%
Rata-rata 79%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
c. Alur pembelajaran
Tabel 4.5 Persentase Ketercapaian Kualitas Proses Pembelajaran Tiap
Indikator Pada Siklus I (Alur pembelajaran)
No. Indikator Proses Pembelajaran
(Alur pembelajaran)
Jumlah Siswa Presentase
Ketercapaian
C. 1. Siswa melakukan kegiatan
belajar 21 78%
2. Siswa memahami dan mengikuti
petunjuk guru 19 70%
3. Siswa memanfaatkan sumber
belajar yang disiapkan guru 20 74%
4. Siswa mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan 17 62%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
65%
70%
75%
80%
70%
79%
72%
Kualitas Proses Pembelajaran Siklus 1
Kualitas Proses Pembelajaran Siklus 1
padanya
5. Siswa membangun kekompakan
dalam diskusi 20 74%
Rata-rata 72%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan pencapaian per indikator di atas, dapat disimpulkan
pencapaian kualitas proses yang dibatasi pada keaktifan, suasana belajar,
alur pembelajaran siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti pada
Gambar 4.3 di bawah ini:
Gambar 4. 3 Diagram Batang Kualitas Proses Pembelajaran Siklus I
d. Ketuntasan belajar siswa
Ketuntasan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran mata
diklat Melakukan Negosiasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan penelitian. Pada siklus I siswa yang
mencapai ketuntasan sebesar 74,07%, persentase ini sudah melampaui
target yang ditentukan sebelumnya yaitu sebesar 70%. Tes kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pada siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 02 April 2012 ini diikuti
oleh 26 siswa, sedangkan 1 siswa mengikuti tes susulan. Dalam hal ini
batas minimum ketuntasan di SMK Murni 2 Surakarta untuk pelajaran
mata diklat Melakukan Negosiasi adalah sebesar 62.
Adapun data-data mengenai ketuntasan belajar siswa pada
siklus I.
Tabel 4.6 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Batas Ketuntasan Skor Nilai Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Jumlah siswa Presentase
62
30,00-41,00 0 25,92% 42,00-51,00 1
52,00-61,00 6
62,00-71,00 7
74,07% 72,00-81,00 11
82,00-91,00 2
92,00-100,00 0
Jumlah 27 100%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Gambar 4.4 Diagram Pie Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
74%
26%
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1
Tuntas
Tidak tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I
Pada tahap ini hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis untuk
kemudian dilakukan refleksi guna melihat apakah penerapan pembelajaran
kooperatif Team Assisted Individualization yang telah dilakukan dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar mata diklat
Melakukan Negosiasi. Hasil analisis data yang dilakukan pada tahap ini
dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi tindakan pada siklus I, peneliti
melakukan analisis sebagai berikut:
1) Terdapat beberapa kebaikan dan kelemahan guru dalam siklus I ini
adalah:
a) Beberapa kebaikan guru pada saat siklus I adalah:
(1) Interaksi dengan siswa pada waktu proses pembelajaran
berlangsung sudah cukup baik.
(2) Penyampaian materi pelajaran yang jelas kepada siswa sudah baik.
(3) Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif Team
Assisted Individualization pada tindakan I sudah terlaksana cukup
optimal dilihat dari proses pembelajaran siswa yang cukup baik,
selain itu penerapan pendekatan ini juga sudah sesuai dengan
rancangan pelaksanaan pembelajaran.
b) Beberapa kelemahan guru pada saat siklus I adalah:
(1) Guru mengalami kurang mampu dalam melakukan bimbingan
kepada tiap-tiap siswa ataupun kelompok saat proses
pembelajaran berlangsung.
(2) Guru kurang mampu mengkondisikan siswa pada saat kegiatan
kelompok.
(3) Pada saat evaluasi berlangsung, guru kurang tegas, hal ini
mengakibatkan siswa bertindak curang dengan bertanya jawaban
kepada teman sebelahnya dan membuka buku. Bahkan ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
beberapa siswa yang tidak menghiraukan teguran dari guru ketika
mereka melakukan kecurangan.
2) Sedangkan dari segi siswa ditemukan beberapa kelebihan dan kelemahan,
yaitu sebagai berikut:
a) Beberapa kelebihan siswa pada saat siklus I adalah sebagai berikut:
(1) Tingkat perhatian siswa cukup baik, hal ini dapat dilihat dari
antusias siswa pada saat penyampaian materi dari guru dengan
mengguanakan media power point.
(2) Interaksi siswa dalam kelompok maupun interaksi siswa antar
kelompok berjalan baik.
(3) Interaksi antar siswa sudah cukup baik, hal ini terlihat siswa yang
sudah paham dengan materi pelajaran yang disampaikan guru
berani menjelaskan kepada siswa lain yang belum memahami
materi pelajaran atau yang masih bingung terhadap materi yang
disampaikan oleh guru. Sehingga target ketuntasan belajar bisa
tercapai.
b) Adapun kelemahan siswa pada saat siklus I adalah sebagai berikut:
(1) Siswa masih sedikit tidak tenang pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
(2) Terdapat beberapa siswa kurang bertanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan guru. Hal ini terlihat, masih ada siswa yang tidak
mau bekerjasama dengan teman satu teamnya. Selain itu, terdapat
beberapa siswa yang hanya mencontoh pekerjaan temannya yang
sudah ada jawabannya lalu dikumpulkan tanpa ditulis ulang.
(3) Beberapa siswa belum ikut serta dalam mengemukakan pendapat
maupun memecahkan masalah didalam diskusi. Sehingga
kekompakan dalam diskusi tersebut masih kurang.
(4) Pada saat proses evaluasi berlangsung, masih ada siswa bertindak
curang atau tidak jujur, hal ini terlihat masih ada beberapa siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
yang bertanya kepada siswa lain dan menyontek pekerjaan
temannya atau membuka buku.
Berdasarkan observasi dan analisis diatas, maka tindakan refleksi
yang dapat dilakukan adalah:
1) Guru harus memberi perhatian yang lebih atau melakukan pendekatan
kepada siswa yang masih acuh terhadap proses pembelajaran yang
sedang berlangsung, baik ketika guru sedang menjelaskan maupun pada
saat diskusi kelompok.
2) Guru harus lebih tegas kepada siswa yang kurang bertanggung jawab
terhadap tugas yang diberikannya atau guru dapat memberikan
pengarahan kepada siswa yang kurang bertanggung jawab terhadap
tugasnya, baik tugas secara individu maupun kelompok.
3) Pada saat proses evaluasi berlangsung guru harus bersikap lebih tegas,
hal tersebut untuk mencegah terjadinya kecurangan. Selain itu guru bisa,
mengambil tindakan yang tegas terhadap siswa yang ketahuan
menyontek atau membuka buku saat proses evaluasi berlangsung.
2. Siklus II
Penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization
berdasarkan refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat
kekurangan-kekurangan, yaitu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,
suasana belajar dan alur pembelajaran oleh siswa. Berdasarkan refleksi yang
dilakukan pada siklus I diperlukan perbaikan pada siklus I. Adapun langkah-
langkah penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization pada
siklus II sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari siklus I maka dapat
dilakukan perencanaan untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II. Kegiatan
perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 April 2012 di
ruang Guru SMK Murni 2 Surakarta, guru bersama peneliti mendiskusikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti
mengungkapkan bahwa hasil analisis dan refleksi dari siklus I, kemudian
disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilaksanakan
selama 3 kali pertemuan. Penelitian mulai dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 9 April 2012, dengan materi pembelajaran memahami SOP
administrasi penjualan pada perusahaan jasa.
Tahap perencanaan tindakan pada siklus kedua meliputi kegiatan
sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru bidang studi mendiskusikan skenario pembelajaran
mata diklat Melakukan Negosiasi pada kompetensi dasar melakukan
proses tawar menawar dengan calon pelanggan yang menggunakan
pendekatan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization,
dengan skenario pembelajaran sebagai berikut:
a) Pertemuan Pertama (Senin, 9 April 2012)
(1) Guru mengucapkan salam pembuka kemudian dilanjutkan
dengan melakukan presensi atau mengecek kehadiran siswa.
(2) Guru bersama peneliti menciptakan kondisi pembelajaran yang
kondusif dan menyenangkan untuk membangkitkan minat siswa
terhadap proses pembelajaran yang akan berlangsung.
(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta menyampaikan
indikator-indikator yang harus dicapai oleh siswa.
(4) Guru memberikan tes kemampuan awal untuk materi memahami
SOP administrasi penjualan.
(5) Guru membagi kelompok belajar secara heterogen yang terdiri
dari 4 sampai 5 siswa.
(6) Guru bersama peneliti melakukan apersepsi materi sebelumnya.
(7) Proses pembelajaran dilanjutkan dengan penjelasan materi
lanjutan dari materi sebelumnya yakni memahami SOP
administrasi penjualan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
(8) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum
jelas, kemudian guru menunjuk siswa secara acak untuk
menjawab pertanyaan dari guru, dengan tujuan agar siswa selalu
siap dalam menanggapi pertanyaan dari guru.
(9) Pada akhir pembelajaran guru bersama peneliti memberitahukan
kepada siswa bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan
diskusi kelompok dengan metode TAI tentang materi
memahami SOP administrasi penjualan.
(10) Menutup pelajaran dengan salam penutup.
b) Pertemuan Kedua (Rabu, 11 April 2012)
(1) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa kemudian
dilanjutkan dengan melakukan presensi.
(2) Menciptakan kondisi yang kondusif dan menyenangkan untuk
membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran mata diklat
Melakukan Negosiasi.
(3) Guru melakukan kilas balik terhadap materi yang lalu serta
memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
(4) Guru bersama peneliti meminta siswa untuk kembali bergabung
pada kelompoknya masing-masing berdasarkan pembagian
kelompok pada pertemuan sebelumnya.
(5) Guru memberikan lembar latihan soal tes formatif A kepada
setiap kelompok. Siswa mengerjakan soal tes formatif A sampai
semua jawaban benar, 2 atau 3 anggota team memeriksa
jawaban. Apabila siswa tersebut mengerjakan dengan benar,
teman satu team tersebut menandatangani tes formatif A
tersebut, bila tes formatif A dinyatakan sah oleh team, bisa
melanjutkan tes formatif B atau tes unit.
(6) Guru bersama peneliti berputar mengawasi jalannya diskusi
kelompok.
(7) Guru, peneliti dan siswa menyimpulkan secara bersama-sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(8) Guru bersama peneliti memberitahukan kepada siswa bahwa
pada pertemuan selanjutnya akan diadakan tes hasil belajar
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa selama
belajar didalam kelompoknya sebelum menutup pelajaran
dengan salam penutup.
c) Pertemuan ketiga (Senin, 23 April 2012)
(1) Guru mengawali proses kegiatan belajar mengajar dengan
mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan melakukan
presensi.
(2) Guru bersama peneliti membagikan soal hasil belajar untuk materi
memahami SOP administrasi penjualan serta meminta siswa untuk
mengerjakan secara individu/ mandiri.
(3) Siswa mengerjakan soal hasil belajar sedangkan guru bersama
peneliti mengawasi dengan baik dengan tujuan agar tes hasil
belajar benar-benar mencerminkan kemampuan mereka.
(4) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaan mereka pada
setiap deret kemudian guru akan mengambilnya.
(5) Guru bersama peneliti memberikan hasil diskusi kelompok dan
memberikan piagam penghargaan kelompok.
(6) Guru bersama peneliti mengakhiri pelajaran dengan salam
penutup.
2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
memahami SOP administrasi penjualan dengan pendekatan pembelajaran
kooperatif Team Assisted Individualization. Peneliti dan guru menyusun
instrumen penelitian yang berupa tes dan non-tes. Instrumen tes dari hasil
pekerjaan siswa (tes hasil belajar) sedangkan instrumen non-tes dinilai
berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengamati keaktifan, suasana belajar, dan alur pembelajaran siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan
seperti yang telah direncanakan yaitu tanggal 9, 11 dan 23 April 2012.
Pertemuan dilaksanakan selama 6 x 45 menit sesuai dengan skenario
pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan
tindakan II hampir sama dengan pelaksanaan tindakan tindakan I, hanya pada
pelaksanaan tindakan II ini terdapat penguatan yang masih diperlukan dari
tindakan I. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan tindakan II juga
berbeda dengan pelaksanaan tindakan I, yakni lanjutan dari tindakan I yaitu
memahami SOP administrasi penjualan.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada tindakan I, maka pada
pelaksanaan pembelajaran siklus II ini diterapkan metode pembelajaran Team
Assisted Individualization. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut
adalah sebagai berikut:
(1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pada tindakan II dilaksanakan pada hari senin
tanggal 9 April 2012, pertemuan ini dilaksanakan selama 2 jam pelajaran
yakni 2 x 45 menit. Pada pertemuan pertama ini proses pembelajaran
dilaksanakan di ruang kelas multimedia. Adapun metode yang digunakan
pada pertemuan ini ialah metode pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization. Sedangkan untuk materinya, melanjutkan dari materi
pada tindakan I yakni memahami SOP administrasi penjualan.
Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengucapkan salam,
kemudian dilanjutkan dengan melakukan presensi, dari hasil presensi yang
dilakukan tidak ada siswa yang tidak masuk (nihil). Selanjutnya guru
mengkondisikan kelas untuk mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran, setelah kondisi kelas sudah kondusif guru mengawali
proses pembelajaran siklus II dengan memberikan tes penempatan yang
berisi 10 soal pilihan ganda tentang materi memahami SOP administrasi
penjualan. Terlihat siswa mengerjakan dengan baik, walaupun ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
beberapa siswa yang mengeluh tentang beberapa soal yang diberikan
belum dipelajari.
Kemudian guru menetapkan siswa kedalam kelompok-kelompok
kooperatif secara heterogen. Berdasarkan kesepakatan antara guru dan
siswa pembagian kelompok disusun secara acak berdasarkan dari hasil tes
penempatan dan berbeda dengan kelompok pada siklus I. Satu kelompok
beranggotakan 4 sampai 5 siswa, sehingga akan terbentuk 6 kelompok.
Pada pembentukan kelompok siklus II ini keadaan kelas menjadi gaduh
karena kebanyakan siswa tidak ingin membentuk kelompok baru, namun
guru dapat memberikan pengertian dan mengatasi hal tersebut.
Selanjutnya guru memberikan penjelasan singkat mengenai SOP
administrasi penjualan dengan menggunakan power point sebagai media
penunjang. Ketika proses penjelasan materi berlangsung hampir seluruh
siswa memperhatikan dan membaca buku materi yang sudah diberikan.
Sedangkan untuk siswa yang tidak memperhatikan, guru mencoba
mendekati dan memberikan pertanyaan. Hal ini bertujuan agar siswa tetap
fokus dan kembali memperhatikan penjelasan guru. Pada saat proses
penjelasan materi telah selesai, guru memberikan pertanyaan kepada siswa
secara acak, hal ini untuk mengetahui apakah siswa benar-benar
memperhatikan penjelasan dari guru.
Langkah terakhir yang dilaksanakan yakni, guru mengulangi materi
yang disampaikan agar siswa lebih paham dan ingat tentang materi dari
awal sampai akhir. Setelah semua siswa paham dengan materi yang
disampaikan oleh guru, selanjutnya guru mengakhiri proses pembelajaran
dengan menginformasikan kepada siswa bahwa pertemuan selanjutnya
akan diadakan kelompok diskusi dan tidak lupa mengingatkan siswa harus
terus belajar. Kemudian guru memberikan salam penutup dan guru
meninggalkan kelas.
(2) Pertemuan Kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Pertemuan kedua pada tindakan II ini dilaksanakan pada hari Rabu
11 April 2012 di ruang kelas XI IPS 2. Pertemuan kedua ini dilaksanakan
dalam waktu 2 jam pelajaran yakni 2 x 45 menit. Guru mengucapkan
salam dan melakukan presensi untuk mengecek kehadiran siswa, dari hasil
presensi diketahui semua siswa hadir.
Langkah selanjutnya yang ditempuh guru yaitu, guru mengulas
sedikit tentang pertemuan sebelumnya kemudian mempersilahkan siswa
berformasi dalam kelompoknya masing-masing. Setelah semua siswa
sudah berkumpul di kelompoknya masing-masing, selanjutnya guru
membagikan lembar soal tes formatif A. Guru meminta siswa untuk
mengerjakan secara individu terlebih daluhu. Setelah selesai mengerjakan
tes formatif A, teman satu team mengecek jawabannya dan jika delapan
atau lebih jawabannya sudah benar maka siswa tersebut dapat melanjutkan
mengerjakan tes formatif B atau tes Unit begitu seterusnya. Siswa yang
kurang bisa mengerjakan boleh bertanya dengan teman satu teamnya, jika
teman satu team mengalami kesulitan bisa bertanya kepada guru.
Guru dan peneliti berkeliling untuk mengawasi jalannya diskusi
dan memberikan bantuan secara langsung kepada kelompok yang
mengalami kesulitan serta memberikan penilaian proses. Dalam diskusi
kelompok ini lebih baik dibandingkan kelompok siklus I karena siswa
sudah paham dengan metode pelajaran seperti ini. Siswa yang sebelumnya
susah mengelurakan pendapat sekarang sudah mau untuk ikut berperan
aktif dalam kelompoknya.
Di akhir proses pembelajaran pada pertemuan ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi
yang belum jelas dan yang belum dipahami. Sebelum proses pembelajaran
diakhiri, guru meminta siswa untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk
ulangan hasil belajar yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
Saat jam pelajaran usai, guru mengucapkan salam dan meninggalkan
kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga pada pelaksanaan tindakan siklus II yang
seharusnya dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 April 2012 terpaksa di
undur menjadi hari Senin tanggal 23 April 2012 dikarenakan kelas X di
liburkan untuk ujian nasional kelas XII, pertemuan ketiga ini dilaksanakan
selama 2 jam pelajaran yakni 2 x 45 menit. Pada tahap ini, langkah-
langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
pertama, sebelum proses kegiatan pembelajaran dimulai guru
mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa serta melakukan
presensi atau mengecek kehadiran siswa dan 2 siswa tidak hadir dalam
pertemuan ini.
Sebelum ulangan hasil belajar dilaksanakan, guru mengkondisikan
siswa untuk mempersiapkan ulangan. Kemudian guru meminta agar semua
buku dimasukkan. Selanjutnya setelah siswa terlihat siap, semua buku
sudah dimasukkan, maka guru mulai membagikan lembar soal tes hasil
belajar untuk materi memahami SOP administrasi penjualan serta meminta
siswa untuk mengerjakan soal tersebut secara mandiri, tidak curang dan
mengandalkan diri sendiri. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan
soal tes hasil belajar ini yakni 45 menit dan soal terdiri dari 15 soal pilihan
ganda dan 2 soal uraian. Siswa mengerjakan soal evaluasi sampai waktu
yang telah ditentukan berakhir, sedangkan guru dan peneliti mengawasi
dengan tertib dan baik jalannya evaluasi agar hasil dari evaluasi dapat
mencerminkan kemampuan mereka.
Berbeda pada siklus I dimana guru lebih banyak didepan kelas dan
kurang tegas dalam mengawasi jalannya tes hasil belajar, pada tes hasil
belajar siklus II ini, guru berkeliling kelas dan lebih memperhatikan siswa
yang duduk di barisan belakang agar tidak ada siswa yang bertindak
curang. Selain itu guru juga bertindak lebih tegas, terlihat guru
memberikan teguran kepada siswa yang mencoba bertanya jawaban pada
temannya serta mengambil buku materi yang dipergunakan siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
menyontek. Pelaksanaan tes hasil belajar pada siklus II ini berjalan lebih
tertib bila dibanding pada siklus I. Hal ini terbukti dari kondisi kelas yang
tenang dan tidak ada siswa yang berbuat curang selama tes hasil belajar
berlangsung.
Setelah jam untuk mengerjakan soal habis, guru meminta siswa
untuk mengumpulkan lembar jawab tes hasil belajar ke depan. Kemudian
guru mengumumkan hasil dari pekerjaan kelompok siklus II kemarin dan
memberikan sertifikat kelompok super, kelompok sangat baik, kelompok
baik. Kelompok super jatuh kepada kelompok 1, kelompok 2 dan
kelompok 5. Kelompok sangat baik jatuh kepada kelompok 3, dan
kelompok 4. Sedangkan kelompok baik jatuh kepada kelompok 6.
Selanjutnya guru mengakhiri proses pembelajaran dengan salam
penutup. Dengan diadakannya tes hasil belajar ini, maka kegiatan
pembelajaran pada Siklus II berakhir.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran mata diklat Melakukan
Negosiasi dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif Team
Assisted Individualization di kelas X Pemasaran. Peneliti mengambil posisi di
dalam kelas, yakni di belakang para siswa sambil sesekali berkeliling untuk
mengamati dengan jelas jalannya proses pembelajaran sehingga dapat menilai
dengan baik.
Jalannya diskusi berjalan lebih baik dibandingkan pada siklus I,
hampir semua anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ada kenaikan kualitas
proses yang berdampak pada adanya kenaikan kualitas hasil belajar siswa.
Proses pembelajaran pada siklus II ini ditutup dengan tes hasil belajar, agar
hasil belajar dari siklus II dapat segera diketahui.
Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi yang dilakukan oleh peneliti,
guru beserta observan secara kolaboratif, diperoleh informasi tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
keaktifan, suasana belajar dan alur pembelajaran siswa dalam proses
pembelajaran. Pada pelaksanaan tindakan II, nampak adanya kenaikan
kualitas proses dan kualitas hasil belajar siswa. Siswa nampak lebih aktif
memberikan pendapatnya.
Untuk simpulan hasil observasi tindakan pada siklus II dapat dilihat
pada rincian di bawah ini:
1) Kualitas Proses Pembelajaran
Kualitas proses pembelajaran dilihat dari keaktifan, suasana belajar
dan alur pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan
bahwa hampir di semua indikator mempunyai persentase ketercapaian
yang baik kecuali indikator Oral activities pada keaktifan, kemampuan
menjawab pertanyaan yang diajukan dan kemampuan membangun
kekompakan dalam diskusi pada alur pembelajaran yang mencapai 78%.
Sedangkan untuk indikator yang lain dapat dikatakan sangat bagus, hal ini
terlihat dari persentase yang semuanya hampir sempurna. Dua diantaranya
bahkan dapat dikatakan sempurna dengan persentase mencapai 100%,
sedangkan untuk satu indikator lainnya juga sudah mencapai 90% ke atas.
Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang tidak begitu memberikan
waktu kosong untuk siswa melakukan hal di luar kegiatan pembelajaran.
Siswa dituntut aktif mengikuti kegiatan diskusi memungkinkan siswa
untuk aktif dalam memecahkan soal. Dengan penerapan pendekatan
pembelajaran kooperatif, membuat suasana pembelajaran menyenangkan
dan tidak membosankan. Berikut data secara rinci:
a) Keaktifan
Tabel 4.7 Persentase Ketercapaian Kualitas Proses Pembelajaran Tiap
Indikator Pada Siklus II (Keaktifan)
No. Indikator Proses Pembelajaran
(Keaktifan)
Jumlah Siswa Presentase
Ketercapaian
A. 1. Mental activities 22 81%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2. Oral activities 21 78%
3. Visual activities 27 100%
Rata-rata keseluruhan keaktifan
siswa
86%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
b) Suasana belajar
Tabel 4.8 Persentase Ketercapaian Kualitas Proses Pembelajaran Tiap
Indikator Pada Siklus II (Suasana belajar)
No. Indikator Proses Pembelajaran
(Suasana belajar)
Jumlah Siswa Presentase
Ketercapaian
B. 1. Tidak kacau 24
89%
2. Tidak ramai 24
89%
3. Tenang 22
81%
4. Tidak membolos 25
92%
5. Tidak ada gangguan 24
85%
Rata-rata keseluruhan Suasana
belajar siswa
87%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
c) Alur pembelajaran
Tabel 4.9 Persentase Ketercapaian Kualitas Proses Pembelajaran Tiap
Indikator Pada Siklus II (Alur pembelajaran)
No. Indikator Proses Pembelajaran
(Alur pembelajaran)
Jumlah Siswa Presentase
Ketercapaian
C. 1. Siswa melakukan kegiatan
belajar 27 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Siswa memahami dan
mengikuti petunjuk guru 23 85%
3. Siswa memanfaatkan sumber
belajar yang disiapkan guru 26 85%
4. Siswa mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan
padanya
22 78%
5. Siswa membangun
kekompakan dalam diskusi 21 78%
Rata-rata keseluruhan alur
pembelajaran siswa 85%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan pencapaian per indikator di atas, dapat disimpulkan
bahwa pencapaian kualitas proses yang dibatasi pada keaktifan, suasana
belajar dan alur pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran seperti
pada Gambar 4.4 di bawah ini:
84%
85%
85%
86%
86%
87%
87%
88%
Keaktifan Suasana belajar
Alur pembelajaran
86%
87%
85%
Kualitas Proses Pembelajaran Siklus II
Kualitas Proses Pembelajaran Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gambar 4.5 Diagram Batang Persentase Ketercapaian Kriteria Kualitas
Proses Pembelajaran Siklus II
d) Ketuntasan belajar siswa
Berdasarkan tes hasil belajar siklus II yang dilaksanakan tanggal 23
April 2012 menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Team
Assisted Individualization mampu meningkatkan hasil belajar mata diklat
Melakukan Negosiasi siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya
jumlah siswa yang tuntas dalam tes hasil belajar. Pada siklus II ini
ketuntasan siswa dengan standar KKM 62,00 menunjukkan bahwa 88,89%
siswa atau sebanyak 24 siswa mendapatkan nilai di atas KKM yang berarti
tuntas, dan hanya 11,11% siswa atau sebanyak 3 siswa yang belum tuntas.
Adapun data-data mengenai ketuntasan belajar siswa pada siklus II
Tabel 4.10 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Batas Ketuntasan Skor Nilai Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Jumlah siswa Presentase
62
30,00-41,00 0 11,11% 42,00-51,00 3
52,00-61,00 0
62,00-71,00 1
88,89% 72,00-81,00 14
82,00-91,00 9
92,00-100,00 0
Jumlah 27 100%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
88.89%
11.11%
Ketuntasan Belajar Siwa Siklus II
Tuntas
Tidak tuntas
Gambar 4.6 Diagram Pie Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II
Hasil observasi siklus II yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa
penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar mata diklat
Melakukan Negosiasi. Siswa sudah mulai terbiasa dengan pendekatan
pembelajaran yang digunakan, hal ini tentu saja menyebabkan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan efektif. Kualitas
proses pembelajaran yang terangkum dalam keaktifan, suasana belajar dan
alur pembelajaran siswa dalam proses belajar serta ketuntasan belajar siswa
telah mengalami peningkatan dan sudah mencapai skor indikator yang
diharapkan.
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada saat
siklus II, peneliti melakukan analisis sebagai berikut :
1) Dilihat dari segi guru terdapat beberapa kebaikan dan kelemahan antara
lain:
a) Beberapa kelebihan guru dalam siklus II ini adalah :
(1) Guru sudah lebih bisa menguasai kelas sehingga ketika mengajar
perhatiannya bisa menyeluruh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
(2) Guru sudah mencoba melakukan pendekatan bahkan menegur pada
beberapa siswa yang dirasa acuh.
(3) Pada saat proses tes hasil belajar berlangsung guru sudah mulai
bertindak tegas kepada siswa yang melakukan kecurangan dan
guru sering berkeliling kelas untuk mengawasi dengan ketat
jalannya tes hasil belajar.
b) Beberapa kelemahan guru dalam siklus II ini adalah :
(1) Guru kurang mampu dalam memotivasi siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung, akibatnya banyak siswa sulit untuk
termotivasi, sulit membangun kekompakan dalam diskusi, sulit
memahami petunjuk guru, maupun menjawab pertanyaan yang
diajukan.
2) Dilihat dari segi siswa terdapat beberapa kebaikan dan kelemahan antara
lain:
a) Beberapa kelebihan siswa dalam siklus II ini adalah:
(1) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
mengalami peningkatan. Siswa jauh lebih aktif dan bersemangat
saat diskusi berlangsung.
(2) Siswa mampu mengikuti alur pembelajaran dengan baik selama
proses pembelajaran.
(3) Siswa sudah mulai bertanggung jawab terhadap tugas atau soal
yang diberikan oleg guru.
b) Beberapa kelemahan siswa dalam siklus II ini adalah:
(1) Siswa terganggu yakni dalam hal peminjaman alat tulis seperti
penggaris, penghapus pada saat kegiatan evaluasi berlangsung.
(2) Masih ada beberapa siswa yang mencoba bertanya jawaban
kepada temannya pada saat evaluasi berlangsung.
(3) Masih ada beberapa siswa sulit membangun kekompakan dalam
diskusi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
(4) Masih ada beberapa siswa belum mampu menjawab pertanyaan
yang diajukan guru dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus
II, Peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
1) Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan kondusif sehingga siswa memiliki semangat belajar
yang tinggi.
2) Guru masih harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan
terhadap siswa, sehingga setiap siswa yang mengalami kesulitan akan
mudah teratasi.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran dengan
pendekatan kooperatif Team Assisted Individualization mampu meningkatkan
kualitas proses pembelajaran yang terangkum dalam keaktifan, suasana belajar,
dan alur pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran serta ketuntasan belajar
siswa saat evaluasi. Peningkatan setiap indikator dalam penelitian dapat disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4.11 Peningkatan Hasil Penelitian Mengenai Kualitas Proses Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
No. Aspek yang
diukur
Persentase
Target
Capaian
Persentase Peningkatan
(%) Siklus I Siklus II
1. Keaktifan 75% 70% 86% 16%
2. Suasana belajar 75% 79% 87% 8%
3. Alur pembelajaran
75% 72% 85% 13%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Keaktifan Suasana belajar Alur pembelajaran
70%
79%72%
86% 87% 85%
Kualitas Proses Pembelajaran
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.7 Grafik Hasil Penelitian Mengenai Kualitas Proses Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan gambar 4.6 dapat dinyatakan bahwa hasil penelitian
mengalami peningkatan, pendekatan pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran mata diklat
Melakukan Negosiasi. Hal ini terlihat pada setiap indikator yang mengalami
peningkatan, untuk indikator keaktifan siswa terjadi peningkatan sebesar 16% dari
siklus I yang semula 70% meningkat pada siklus II mencapai 86%. Indikator
kedua mengenai suasana belajar juga mengalami peningkatan sebesar 8% dari
semula pada siklus I 79% menjadi 87% pada siklus II. Sedangkan untuk alur
pembelajaran dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 13%
dari semula 72% pada siklus I menjadi 85% pada siklus II.
Pendekatan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization
selain mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran juga mampu
meningkatkan hasil belajar mata diklat Melakukan Negosiasi. Peningkatan hasil
belajar mata diklat Melakukan Negosiasi ini dapat disajikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.12 Peningkatan Hasil Belajar mata diklat Melakukan Negosiasi Siklus I
dan II
Batas
Ketuntasan
Skor Nilai Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus I
Ketuntasan Belajar
Siswa Siklus II
Jumlah
siswa
Presentase Jumlah
siswa
Presentase
62
30,00-41,00 0
25,92%
0 11,11% 42,00-51,00 1 3
52,00-61,00 6 0
62,00-71,00 7
74,07%
1
88,89% 72,00-81,00 11 14
82,00-91,00 2 9
92,00-100,00 0 0
Jumlah 27 100% 27 100%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Gambar 4.8 Peningkatan Hasil Belajar mata diklat Melakukan Negosiasi Siklus I
dan II
74%
89%
26%
11%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Siklus I Siklus II
Peningkatan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Berdasarkan gambar 4.7 dapat dinyatakan bahwa hasil penelitian
mengalami peningkatan. Pendekatan kooperatif Team Assisted Individualization
berdampak positif terhadap kegiatan belajar mata diklat Melakukan Negosiasi,
meningkatnya kualitas proses pembelajaran membawa efek pada peningkatan
hasil belajar, yang diukur dari ketuntasan hasil belajar siswa. Siklus I sebanyak
74% siswa dinyatakan tuntas meningkat sebesar 15% menjadi 89% pada siklus II.
D. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat diketahui
bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization yang
memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil
belajar siswa mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang meliputi
keaktifan, suasana belajar dan alur pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran
serta hasil belajar siswa. Peningkatan kualitas proses pembelajaran ditunjukkan
oleh hasil kegiatan observasi selama pembelajaran berlangsung, sedangkan
peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan pada ketercapaian Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) pada pelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi.
Penelitian dilakukan dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran yang sama pada setiap siklusnya yakni penerapan
pendekatan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization. Setiap
siklus yang diterapkan terdiri dari beberapa indikator ketercapaian yaitu mengenai
kualitas proses pembelajaran yang mencangkup keaktifan, suasana belajar dan
alur pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran, serta hasil belajar siswa.
1. Kualitas Proses Pembelajaran
a. Keaktifan
Keaktifan belajar pada penerapan pembelajaran kooperatif Team
Assisted Individualization ini mengalami peningkatan yang paling signifikan
yaitu sebesar 16%. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata keaktifan belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
pada siklus I sebesar 70% dan pada siklus II mencapai 86%. Berikut tabel
peningkatan keaktifan siswa:
Tabel 4.13 Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran
No. Aspek yang
diamati
Target
Capaian
Pra
Siklus
Siklus
I
Siklus
II
Peningkatan
Siklus I dan
Siklus II
1. Mental activities 75% 40% 56% 81% 25%
2. Oral activities 75% 56% 67% 78% 11%
3. Visual activities 75% 78% 89% 100% 11%
Rata-rata 75% 58% 71% 86% 16%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Metal activities Oral activities Visual activities
40%
56%
78%
56%
67%
89%81% 78%
100%
Keaktifan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.14 dan grafik 4.8 diatas menunjukkan bahwa keaktifan
siswa pada kelas X Pemasaran paling tinggi dibandingkan dengan peningkatan
proses pembelajaran lainnya yaitu meningkat sebesar 16%. Hal ini ditunjukan
pada siklus I keaktifan oleh siswa hanya 71% meningkat menjadi 86% pada
siklus II. Pada indikator Metal activities mengalami peningkatan yang paling
besar yaitu sebesar 25%, sedangkan untuk indikator Oral activities dan Visual
activities mengalami peningkatan yang sama yaitu sebesar 11%. Hal ini
mengindikasikan bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif Team
Assisted Individualization yang dilakukan guru mampu meningkatkan
keaktifan siswa. Siswa yang awalnya kurang aktif pada saat proses
pembelajaran, sekarang menjadi lebih antusias dalam proses pembelajaran
setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization, pendekatan pembelajaran yang dikemas dengan
menyenangkan akan menambah semangat siswa serta menghilangkan
kebosanan atau kejenuhan yang dialami siswa.
b. Suasana belajar
Pada penelitian ini suasana belajar siswa mengalami peningkatan
yang paling rendah diantara proses pembelajaran lainnya indikator yaitu
meningkat sebesar 8%. Hal ini ditunjukkan pada siklus I suasana belajar
oleh siswa sebesar 79% meningkat menjadi 87% pada siklus II. Berikut data
lengkap tiap indikator dalam keterlaksanaan proses belajar oleh siswa:
Tabel 4.14 Peningkatan Suasana belajar dalam proses pembelajaran
No. Aspek yang
diamati
Target
capaian
Pra
Siklus
Siklus I Siklus
II
Peningkatan
Siklus I dan
Siklus II
1. Tidak kacau 75% 63% 74% 89% 15%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tidak Kacau Tidak Ramai Tenang Tidak membolosTidak Ada Gangguan
63%59%
63%
85%
74%74%78%
70%
96%
78%
89% 89%
81%
92%85%
Suasana belajar
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
2. Tidak ramai 75% 59% 78% 89% 11%
3. Tenang 75% 63% 70% 81% 11%
4. Tidak membolos 75% 85% 96% 92% -4%
5. Tidak ada
gangguan 75% 74% 78% 85% 7%
Rata-rata 75% 69% 79% 87% 8%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Gambar 4.10 Grafik Peningkatan Suasana Belajar oleh Siswa
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Data diatas menunjukkan bahwa suasana belajar oleh siswa selama
proses pembelajaran mengalami peningkatan dari 69% pada pra tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
meningkat menjadi 79% pada siklus I menjadi 87% pada siklus II dan telah
mencapai target 75%. Indikator dalam proses pembelajaran ini meningkat
cukup signifikan lebih dari 10% yaitu indikator ketidakkacauan siswa
memperhatikan guru sewaktu menjelaskan sebesar 15%.
Pada pencapaian suasana belajar oleh siswa ini, indikator siswa
tidak ramai siswa dan ketenangan siswa mengalami peningkatan yang sama
besar yaitu hanya sebesar 11%. Indikator tidak ada gangguan pada siswa
mengalami peningkatan 7%, namun pada indikator siswa tidak membolos
justru mengalami penurunan dari 96% menjadi 92% atau menurun sebesar
4%.
Secara keseluruhan, hal ini menunjukkan bahwa melalui penerapan
pembelajaran kooperatif Team Assisted Individializaion yang inovatif dan
menyenangkan pada penelitian ini mampu meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dalam hal suasana belajar oleh siswa. Peran guru dalam
penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif Team Assisted
Induvidualization adalah mendampingi siswa dan sebagai fasilitator atau
mediator siswa. Banyaknya variasi pembelajaran yang digunakan membuat
siswa lebih semangat dan tidak mudah bosan dalam mengikuti proses
pembelajaran.
c) Alur pembelajaran
Alur pembelajaran dalam proses pembelajaran ini mengalami
peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 13%. Hal ini ditunjukkan
oleh rata-rata alur pembelajaran siswa pada siklus I sebesar 71% dan pada
siklus II mencapai 85%. Berikut tabel peningkatan alur pembelajaran siswa
dalam proses pembelajaran:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4. 15 Peningkatan alur pembelajaran dalam Proses Pembelajaran
No. Aspek yang
diamati
Target
Capaian
Pra
Siklus
Siklus I Siklus II Peningkatan
Siklus I dan
II
1. Siswa
melakukan
kegiatan
belajar
75% 74% 78% 100% 22%
2. Siswa
memahami dan
mengikuti
petunjuk guru
75% 63% 70% 85% 15%
3. Siswa
memanfaatkan
sumber belajar
yang disiapkan
guru
75% 59% 74% 85% 11%
4. Siswa mampu
menjawab
pertanyaan
yang diajukan
padanya
75% 56% 63% 78% 15%
5. Siswa
membangun
kekompakan
dalam diskusi
75% 48% 74% 78% 4%
Rata-rata 75% 60% 71% 85% 13%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
74%63% 59% 56%
48%
78%70% 74%
63%74%
100%
85% 85%78% 78%
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.11 Grafik Peningkatan alur pembelajaran
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Tabel 4.16 dan grafik 4.10 di atas menunjukkan bahwa alur
pembelajaran dalam proses pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan
suasana belajar, tetapi tidak cukup baik jika dibandingkan dengan keaktifan
mengenai kualitas proses pembelajaran. Hal ini terbukti pada siklus I rata-
rata alur pembelajaran mencapai 71% dan pada siklus II mencapai 86%,
peningkatan mencapai sebesar 13%. Hal ini mengindikasikan bahwa melalui
penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization ini
dapat meningkatkan alur pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran.
Siswa yang awalnya tidak mengikuti alur pembelajaran yang diberikan oleh
guru pada saat proses pembelajaran, sekarang menjadi lebih paham dalam
proses pembelajaran setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif Team
Assisted Individualization, pendekatan pembelajaran yang dikemas dengan
menyenangkan akan menambah semangat siswa serta menghilangkan
kebosanan atau kejenuhan yang dialami siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Kualitas hasil pada penelitian ini mengacu pada prestasi belajar
siswa yang dilihat dari ketuntasan belajar siswa. Kriteria Ketuntasan Minimal
pada penelitian ini mengacu pada aturan sekolah yaitu sebesar 62,0. Pada
penelitian ini ketuntasan belajar mengalami peningkatan yakni pada siklus I
ketuntasan belajar mencapai 74,07% atau sebanyak 20 siswa meningkat
secara signifikan pada siklus II sebesar 88,89% atau sebanyak 24 siswa.
Berikut tabel ketuntasan belajar:
Tabel 4. 16 Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I dan II
Batas
Ketuntasan
Skor
Nilai
Ketuntasan
Belajar Siswa Pra
Siklus
Ketuntasan
Belajar Siswa
Siklus I
Ketuntasan
Belajar Siswa
Siklus II
Jumlah
siswa
% Jumlah
siswa
% Jumlah
siswa
%
62
30-41 0
55,56%
0
25,92%
0 11,11% 42-51 7 1 3
52-61 8 6 0
62-71 11
44,44%
7
74,07%
1
88,89% 72-81 1 11 14
82-91 0 2 9
92-100 0 0 0
Jumlah 27 100% 27 100% 27 100%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Gambar 4.12 Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar
Data prestasi ini diperoleh melalui serangkaian tes, berdasarkan
pada tes tersebut akan diketahui apakah tujuan yang direncanakan
sebelumnya telah tercapai atau belum. Dari tabel diatas tujuan berupa standar
ketuntasan minimal sebesar 62,0 berhasil dicapai siswa secara optimal pada
siklus II.
Berdasarkan hasil tindakan yang telah dipaparkan melalui beberapa tabel
diatas tampak bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted
individualization yang dilakukan guru telah berhasil meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang mencangkup keaktifan, suasana belajar dan alur pembelajaran
siswa dalam proses pembelajaran serta hasil belajar.
Peningkatan hasil ini dipengaruhi oleh penggunaan metode kooperatif
Team Assisted Individualization, penerapan metode ini membuat siswa tidak
bosan dalam mengikuti proses pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi.
Selain itu, siswa juga lebih paham mengenai materi karena siswa dituntut untuk
bekerja secara bersama-sama dalam menyelesaikan permasalahan berupa soal-soal
yang diberikan guru. Meskipun proses kegiatan diskusi pada mulanya belum
berjalan lancar, hanya beberapa orang yang memberikan pendapatnya namun
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
44.44%
74.07%
88.89%
55.56%
25.92%
11.11%
Hasil Belajar
Tuntas
Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
lama kelamaan siswa terbiasa dengan diskusi ini dan terlihat lebih aktif
memberikan gagasannya pada saat kegiatan diskusi berlangsung. Hal ini juga
mempengaruhi kualitas proses pembelajaran yang dihasilkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat E. Mulyasa (2005 : 131)
bahwa kualitas pembelajaran atau pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi
proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran atau pembentukan kompetensi
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental,
maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan
belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri
sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau
setidak-tidaknya sebagian besar (70%), dan penelitian dapat dikatakan berhasil
apabila masing-masing indikator yang diukur telah mencapai target yang
ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas X Pemasaran SMK
Murni 2 Surakarta yang dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi dan (4) analisis dan refleksi tindakan.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah penulis lakukan
pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran mata diklat Melakukan Negosiasi
siswa kelas X Pemasaran SMK Murni 2 Surakarta. Indikator peningkatan
kualitas proses pembelajaran antara lain:
a. Keaktifan
Berdasarkan observasi kelas X Pemasaran terlihat bahwa keaktifan
siswa sangat tinggi, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sebelum
diterapkan pembelajaran kooperatif Team Assisted individualization
(prasiklus) yaitu hanya 58%. Pada siklus I keaktifan siswa dengan
indikator Metal activities, Oral activities, dan Visual activities meningkat
menjadi 71%. Pada siklus II keaktifan yang meliputi tiga indikator
tersebut juga mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I yaitu
sebesar 86% atau mengalami peningkatan sebesar 16 %.
b. Suasana belajar
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa suasana belajar oleh siswa dengan indikator siswa
tidak kacau, siswa tidak ramai, siswa tenang, siswa tidak membolos, dan
tidak ada gangguan mengalami peningkatan yang semula (prasiklus)
hanya sebesar 69% meningkat menjadi 79% pada siklus I. Pada siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
suasana belajar oleh siswa ini juga mengalami peningkatan sebesar 8%
yakni menjadi 87%.
c. Alur pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi kelas X Pemasaran menunjukkan
bahwa alur pembelajaran mengalami peningkatan tiap siklusnya yang
semula (prasiklus) hanya sebesar 60% meningkat menjadi 71% pada
siklus I. Pada siklus II alur pembelajaran juga mengalami peningkatan
yang cukup signifikan yakni sebesar 13% menjadi 85%.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Pemasaran SMK Murni 2
Surakarta. Tindakan pada siklus I diperoleh hasil bahwa jumlah siswa yang
dinyatakan tuntas sebanyak 20 siswa (74,07%) dari 27 siswa. Hasil belajar
yang dicapai sudah baik, karena sudah mencapai indikator yang ditetapkan
peneliti yakni sebesar 70%. Namun peneliti perlu untuk mengadakan tindakan
siklus II untuk menunjukkan peningkatan hasil belajar yang lebih baik dari
siklus I. Tindakan pada siklus II menunjukkan peningkatan hasil belajar yaitu
sebanyak 24 siswa (88,89%) dari 27 siswa. Hal ini membuktikan pendekatan
pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization dapat meningkatkan
hasil belajar mata diklat Melakukan Negosiasi siswa kelas X Pemasaran SMK
Murni 2 Surakarta.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat dikaji implikasinya baik
implikasi teoretis maupun implikasi praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoretis
Simpulan hasil penelitian ini mendukung teorinya Slavin (2008)
bahwa strategi pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization
adalah bentuk pembelajaran kelompok dengan cara menyuruh para siswa
bekerjasama dalam kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif dan
bertanggungjawab dalam pengaturan dan pengecekan secara rutin, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi.
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pembelajaran kelompok akan
memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
Simpulan hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitiannya
Yenik Yesiana (2010), yang menyatakan bahwa dengan adanya model
pembelajaran Team Assisted Individualization dapat meningkatkan minat dan
hasil belajar. Selain itu hasil penelitian ini juga mendukung hasil
penelitiannya Siti Khoirul Ummah (2009), yang menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization dapat meningkatkan
hasil kualitas pembelajaran.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan metode
pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization dapat meningkatkan
proses belajar, yang meliputi keaktifan, suasana belajar, dan alur
pembelajaran serta hasil belajar siswa. Hal ini dapat digunakan sebagai
pertimbangan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran ini dalam
kegiatan pembelajaran sehari-hari yang disesuaikan pula dengan materi
pembelajaran.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization dapat menjadikan siswa lebih aktif, dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa dapat
mengikuti alur pembelajaran dengan baik. Hal ini akan lebih baik jika
didukung oleh kemampuan guru yang baik dalam mengemas pembelajaran
dalam melakukan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization
yang menarik dan kreatif, sehingga siswa mempercepat kemampuannya
dalam menyerap pelajaran dan mampu berkerjasama dengan siswa lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang dipaparkan di atas, maka dapat
dikemukakan saran–saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran serta harus kreatif
dalam artian mencari sumber belajar sebanyak-banyaknya, bisa berasal
dari teman, buku maupun internet. Siswa jangan menganggap bahwa
guru merupakan satu-satunya sumber belajar.
b. Siswa harus memperhatikan dan dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan di kelas saat guru menjelaskan materi.
c. Siswa harus mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang diberikan
oleh guru.
d. Siswa harus lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh
guru.
e. Siswa harus mampu meningkatkan kerja sama dalam arti yang positif,
baik dengan guru maupun dengan siswa yang lain dalam proses
pembelajaran.
2. Bagi Guru
a. Guru harus selalu meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan
dan menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran yang inovatif, kreatif serta
menyenangkan, dengan begitu kualitas proses pembelajaran dapat terus
meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya.
b. Guru harus dapat lebih mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan
prasarana yang sudah disediakan oleh pihak sekolah sebagai alat bantu
dalam pengembangan media pembelajaran.
c. Kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung
harus diperhatikan sehingga suasana atau kondisi kelas menjadi lebih
kondusif dan siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
d. Guru harus dapat memotivasi siswa di dalam maupun di luar dari
kegiatan proses pembelajaran agar siswa selalu terarah dalam mencapai
tujuannya.
e. Kepada guru yang belum menerapkan pendekatan pembelajaran
kooperatif Team Assisted Individualization dapat menerapkan
pendekatan pembelajaran tersebut dalam kegiatan pembelajaran yang
tentunya dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi
pelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Kepala Sekolah perlu mendorong dan memotivasi guru untuk selalu
berusaha mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif, kreatif
dan menyenangkan supaya proses pembelajaran yang berlangsung tidak
monoton dan siswa tidak mudah bosan dengan pembelajaran.
b. Kepala Sekolah harus lebih memberikan kesempatan kepada guru-guru
bidang studi untuk mengikuti seminar atau worksop yang berhubungan
dengan pendekatan, model dan metode pembelajaran yang inovatif,
kreatif dan menyenangkan agar kemampuan guru terus meningkat.
c. Sekolah perlu menambah fasilitas yang diperlukan oleh guru dalam
mengembangkan pembelajaran, seperti pemberian LCD pada setiap
kelas, dan alat-alat peraga yang mendukung pembelajaran.
4. Bagi Peneliti
a. Peneliti sebagai calon guru harus mampu menerapkan model, pendekatan
dan metode pembelajaran yang tepat, sesuai dengan karakteristik siswa,
materi pembelajaran serta kondisi siswa dalam proses pembelajaran.
b. Peneliti bisa menerapkan penelitian yang sejenis dengan penyempurnaan
dalam berbagai hal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user