Upload
votuong
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP
PENGGUNAAN GAS ELPIJI DI WILAYAH KOTA SURAKARTA
Skripsi
Oleh :
INDAH NOVADA MAULINA
NIM. I 0306005
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Indah Novada Maulina, NIM : I 0306005. ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN GAS ELPIJI DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.
Program konversi minyak tanah ke gas elpiji bukan hanya sekedar program penghematan energi, tetapi juga suatu kebijakan merubah perilaku. Hal ini terlihat dari sikap pro dan kontra masyarakat. Kondisi ini juga terjadi di kota Surakarta, dimana konversi minyak tanah ke gas elpiji baru dilakukan pada pertengahan tahun 2009. Adanya perbedaan penerimaan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, pendapatan, pendidikan, dan sosialisasi yang didapatkan oleh masyarakat. Masalah transformasi perilaku masyarakat ini tentu juga akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat, hal ini selaras dengan prinsip pemasaran bahwa kegiatan konsumsi dipengaruhi oleh perilaku konsumen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku dan tingkat konsumsi masyarakat kota Surakarta dalam mengunakan gas elpiji. Untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan dalam 4 tahapan, yaitu: penentuan sampel, kuesioner, analisis cluster dan analisis konsumsi. Dalam pengambilan jumlah sampel, menggunakan rumus Taro Yamane, yang dilanjutkan dengan teknik area dan purposive sampling. Kuesioner mengacu pada model perilaku Kotler, dimana perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Analisis cluster digunakan untuk mengetahui bagaimana karakteristik masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta. Selanjutnya dilakukan perhitungan guna mengetahui berapa jumlah konsumsi gas elpiji di kota Surakarta. Jumlah Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 400 responden. Dari hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat Surakarta paling banyak menggunakan tabung gas ukuran 3 kg, memakai gas atas keinginan sendiri, melakukan aktivitas memasak setiap hari dan motivasi penggunaan dikarenakan praktis, murah dan mudah didapatkan. Mayoritas masyarakat menganggap gas elpiji lebih murah, mudah didapatkan, lebih ramah lingkungan dan praktis dari minyak tanah. Masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta terbagi atas 3 cluster. Cluster 1 mempunyai karakteristik usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi. Cluster 2, usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di bawah rata-rata populasi. Cluster 3, usia dan pendapatan di bawah rata-rata populasi namun jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi. Konsumsi penggunaan gas elpiji tidak dipengaruhi oleh jumlah pendapatan dan usia, tetapi dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang dimiliki. Kebutuhan gas elpiji per keluarga sebesar 11,6 kg/bulan, konsumsi gas elpiji perorangan sebesar 2,9 kg/bulan dan konsumsi gas elpiji masyarakat kota Surakarta sebesar 1.541.582 kg/bulan. Kata kunci : Perilaku Masyarakat, Karakteritik Masyarakat,Tingkat Konsumsi. xvii + 113 hal; 48 gambar; 13 tabel; 7 lampiran Daftar pustaka : 33 (1995 – 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT Indah Novada Maulina, NIM: I 0306005. ANALYSIS OF CONSUMPTION AND SOCIETY BEHAVIOR TO USE LPG IN SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Industrial Engineering Department Faculty of Engineering, University, in October 2010.
Kerosene to LPG is not just a program energy savings, but also a policy to change behavior. This condition can seen from the attitude of the pros and cons of society. This condition also occurs in the Surakarta city , where the conversion of kerosene to LPG new conducted in mid 2009. The difference of this revenue influenced by the level of knowledge, income, education, and socialization that obtained by the public. Transformation problem society behavior is certainly also going to affect the index of public consumption, it is balance with the marketing principle that consumption activities are influenced by consumer behavior.
This purpose of this research is to determine how the behavior and index of people in Surakarta city public consumption in using LPG gas. For knowing this research , performed in 4 steps , consist of : the determination sample, questionnaire, cluster analysis and consumption analysis. In taking the sample size, used a formula Taro Yamane, who that is continued with the area and purposive sampling technique. Questionnaire reference Kotler behavioral model, where consumer behavior is influenced by cultural factors, social, personal and psychological. Cluster analysis is used to find out how the characteristics of the LPG user community in the Surakarta city. Then, calculate to find out how many LPG consumption in the Surakarta city.
There are 400 respondents which is used as sample in this research. This research produces note that the most widely used Surakarta 3 kg gas cylinder size with their own desire, to do all their activities. Their motivation use LPG because they can cook every day with practical, inexpensive and easily obtained. The majority of the people considered gas LPG is cheaper, easily available, more environmentally friendly and practical of kerosene. LPG user community in the Surakarta city can be divided into 3 clusters. Cluster 1 has the characteristics of age, revenue and number of family members above the average population. Cluster 2, age, income and family member below the average population. Cluster 3, age and income below the average population but the number of family members above the average population. The consumption of using LPG is not affected by the amount of income and age, but it influence depend on the number of their family . Based on this research, it can be known that every family needs LPG gas at 11.6 kg per month, consumption of LPG for individuals at 2.9 kg / month and the LPG consumption of urban communities Surakarta amounted to 1,541,582kg/month. Keywords: society behavior, public characteristic, index consumption. xvii + 113 p.; 48 pictures; 13 tables; 7 attachments Reference: 33 (1995 - 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah dari
penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan dan
manfaat dari penelitian yang dilakukan dan sistematika penulisan untuk
menyelesaikan penelitian.
1.1 Latar Belakang
Energi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat. Hampir semua sektor kehidupan (industri, rumah tangga, transportasi,
jasa, dan lain-lain) tidak bisa dipisahkan dari sektor energi. Saat ini Indonesia
sedang mengalami krisis energi. Berdasarkan laporan Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM), pada tahun 2005 rata-rata produksi minyak bumi
dan kondensat sebesar 991 ribu barel per hari (bph), pada tahun 2006 sebesar
945 ribu bph, sedangkan pada tahun 2007 hanya memproduksi 896 ribu bph.
Sementara itu, kebutuhan konsumsi energi nasional sekitar 1,3-1,35 juta bph.
Terdapat selisih yang cukup tajam antara tingkat produksi yang ideal dengan
kebutuhan. Ketimpangan antara tingkat produksi dan konsumsi energi tersebut
mengakibatkan krisis energi skala nasional khususnya pada energi BBM. Hal ini
membuat pemerintah mencanangkan program konversi bahan bakar khususnya
konversi pengunaan minyak tanah ke gas elpiji secara bertahap (Edi, 2009).
Program konversi minyak tanah ke gas elpiji dicanangkan sebagai program
peningkatan kesejahteraan rakyat, penghematan energi, serta program
penghematan subsidi minyak tanah (Perpres Nomor 5 Tahun 2006). Namun pada
kenyataannya, program konversi minyak tanah ke gas elpiji bukan hanya sekedar
kebijakan penghematan energi, tetapi juga suatu kebijakan merubah perilaku
masyarakat yang semula menggunakan minyak tanah beralih ke penggunaan
elpiji. Hal ini ditandai dari sikap pro dan kontra masyarakat. Ada masyarakat yang
menerima dalam artian menggunakan paket elpiji yang diberikan oleh pemerintah,
dan ada juga masyarakat yang menolak untuk menggunakan paket elpiji
(Mulyani, 2008). Bahkan, disinyalir terdapat sebagian masyarakat yang semula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-2
mencoba beralih dari minyak ke gas elpiji, kembali menggunakan bahan bakar
minyak tanah (Sunarti, 2007).
Kondisi ini juga terjadi di daerah Surakarta, dimana konversi minyak tanah
ke gas elpiji baru dilakukan pada pertengahan tahun 2009. Keengganan
masyarakat beralih menggunakan gas elpiji dikarenakan masyarakat telah terbiasa
menggunakan minyak tanah, selain untuk kebutuhan memasak juga sebagai
penerangan. Minyak tanah dinilai lebih murah dan efisien, karena bisa dibeli per
liter secara eceran. Gas elpiji juga dianggap kurang aman oleh masyarakat
dikarenakan sering bocor dan meledak (Syaraf, 2009). Adanya perbedaan
penerimaan masyarakat ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan,
pendapatan, tingkat pendidikan dan sosialisasi yang didapatkan oleh masyarakat
(Yumantoko, 2008).
Masalah transformasi perilaku masyarakat ini tentu akan berpengaruh
terhadap tingkat konsumsi masyarakat terhadap gas elpiji. Dimana ini selaras
dengan prinsip pemasaran bahwa kegiatan konsumsi dipengaruhi oleh perilaku
konsumen (Kotler, 1997). Hal ini tentu juga akan berpengaruh terhadap
keberhasilan atau tercapainya target awal dari program konversi minyak tanah ke
elpiji. Apalagi saat ini, pemerintah kota Surakarta akan menghadapi sistem
rayonisasi elpiji yang akan mengakibatkan berkurangnya kuota yang diberikan
untuk Kota Surakarta (Fid, 2010). Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta
agar tidak terjadi kelangkaan gas elpiji.
Bertitik tolak dari uraian diatas maka dilakukan riset pemasaran guna
mengetahui bagaimana perilaku dan tingkat konsumsi masyarakat dalam
menggunakan gas elpiji dengan judul “Analisis Konsumsi Dan Perilaku
Masyarakat Terhadap Penggunaan Gas Elpiji di Kota Surakarta”.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku masyarakat
dan indeks konsumsi dalam menggunakan gas elpiji di wilayah kotamadya
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-3
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui perilaku masyarakat dalam menggunakan gas elpiji rumah tangga
di wilayah kota Surakarta.
2. Mengetahui tingkat konsumsi masyarakat dalam menggunakan gas elpiji
rumah tangga di wilayah kota Surakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, yaitu:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan-
kebijakan tentang pengendalian persediaan sumber daya energi terhadap
konsumsi energi gas elpiji beberapa tahun kedepan.
2. Sebagai bahan evaluasi tingkat konsumsi gas elpji masyarakat, sehingga
pemerintah dapat menjaga keseimbangan supply dan demand gas elpiji.
3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para distributor elpiji di
kota Surakarta dalam menentukan segmentasi konsumen.
1.5 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini dibuat batasan-batasan untuk menghindari
permasalahan yang terlalu luas dan supaya hasil analisis yang didapatkan sesuai
dengan tujuan. Batasan masalah yang digunakan, yaitu:
1. Responden yang diambil berdasarkan data demografi yaitu jumlah kepala
keluarga, dan wilayah yang diteliti berdasarkan keurbanan suatu daerah.
2. Gas elpiji rumah tangga meliputi gas elpii dengan ukuran 3 kg dan 12 kg.
1.6 Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Responden memiliki interpretasi yang sama dengan maksud peneliti terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuisioner.
2. Jawaban yang diberikan responden dapat mewakili pendapat mereka sendiri
dan dilakukan atas kemauan sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-4
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan
tugas akhir ini, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian, manfaat penelitian, perumusan
masalah, asumsi-asumsi, sistematika penulisan yang dipergunakan
dalam penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat uraian konsep, teori dan fakta serta studi sejenis
sebelumnya yang mendukung penelitian. Sumber pustaka dapat
diambil dari buku, jurnal ilmiah, seminar, majalah, surat kabar, dan
lain-lain.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses
pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk flow chart
dan tiap tahapnya dijelaskan secara singkat, padat dan jelas.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menjelaskan proses pengumpulan dan validasi data-data, baik
data primer (langsung) atau data sekunder (tidak langsung) dan
menjelaskan proses pengolahan data.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini berisi uraian analisis dan interpretasi hasil pengolahan data
serta validasi hasil terhadap lingkungan penelitian nyata (real word)
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan serta
saran-saran yang dapat diberikan sebagai hasil dari penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas konsep, teori dan fakta yang digunakan dalam penelitian
sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisa
permasalahan yang ada serta penelitian sejenis yang pernah dilakukan.
2.1 Perilaku Konsumen
Beberapa ahli mendefinisikan perilaku konsumen. Kotler (1997)
menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen memilih,
membeli dan memanfaatkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya.
Menurut Engel, et al (2003), perilaku konsumen didefinisikan sebagai
tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi serta
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menyusul tindakan tersebut. Sedangkan Hawkins, et al (2001) berpendapat bahwa
perilaku konsumen merupakan studi mengenai individu, kelompok, dan organisasi
serta proses mereka ketika menyeleksi, menggunakan dan menghabiskan produk,
jasa, pengelolaan atau ide untuk memuaskan kebutuhan.
Sumarwan (2003) menarik kesimpulan bahwa perilaku konsumen adalah
semua kegiatan, tindakan, proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut
pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan
produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.
Perilaku konsumen merupakan hal kompleks dan dipengaruhi banyak
faktor. Pendekatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan harus benar-
benar dirancang dengan baik dengan memperhatikan faktor-faktor perilaku
konsumen tersebut (Kotler, 1997).
Beberapa sifat dari perilaku konsumen yaitu:
1. Consumer Behavior Is Dynamic
Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan, dan
aksi dari setiap individu konsumen, kelompok konsumen, dan perhimpunan
besar konsumen selalu berubah secara konstan. Sifat yang dinamis demikian
menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat menantang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-2
sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu saat dan tempat tertentu
tapi gagal pada saat dan tempat lain. Karena itu suatu perusahaan harus
senantiasa melakukan inovasi-inovasi secara berkala untuk meraih
konsumennya.
2. Consumer Behavior Involves Interactions
Dalam perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan
tindakan manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan
memahami bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi konsumen semakin
baik perusahaan tersebut dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen serta memberikan value atau nilai bagi konsumen.
3. Consumer Behavior Involves Exchange
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran antara manusia. Dalam kata lain
seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai
gantinya.
2.1.1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Konsumen akan melalui beberapa tahapan dalam melakukan tindakan
pembelian sampai akhirnya konsumen memutuskan apakah ia akan membeli atau
tidak. Menurut Kotler (2008), ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses
pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Secara skematik, tahapan
tersebut dapat ditunjukkan dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1 Proses keputusan pembelian konsumen
Sumber: Kotler, 2008
Model ini menekankan proses pembelian sejak sebelum pembelian sampai setelah
pembelian. Setiap konsumen akan melewati kelima tahap ini untuk setiap
pembelian yang mereka buat. Konsumen membalik tahap-tahap tersebut pada
pembelian yang lebih rutin. Uraian mengenai proses keputusan pembelian
dijelaskan dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-3
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau
kebutuhan. Menurut Kotler (2007), kebutuhan dapat dicetuskan oleh stimulus,
baik internal maupun eksternal. Stimulus internal adalah kebutuhan dasar yang
timbul dari dalam diri seperti lapar, haus dan sebagainya. Sedangkan stimulus
eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan karena dorongan eksternal.
Sedangkan menurut Engel, et al (2003), pengenalan kebutuhan pada akhirnya
bergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian yang ada di antara keadaan
aktual (situasi konsumen sekarang) dengan keadaan yang diinginkan. Ketika
ketidaksesuaian ini melebihi tingkat atau ambang tertentu, maka kebutuhan
akan dikenali.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Menurut Engel, et al (2003), konsumen akan
mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatannya (pencarian internal)
atau melakukan pengumpulan informasi dari lingkungan sekitarnya (pencarian
eksternal). Pencarian internal adalah pencarian informasi melalui ingatan untuk
melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan. Apabila pencarian
internal tidak mencukupi, maka konsumen memutuskan untuk mencari
informasi tambahan melalui pencarian eksternal dari lingkungan.
3. Evaluasi Alternatif
Menurut Engel et, al (2003), tahap ini didefinisikan sebagai proses dimana
suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Untuk memilih alternatif, konsumen akan menggunakan beberapa
kriteria evaluasi yang berbeda, misalnya nama, merek, asal produk dan
sebagainya. Dengan kriteria tersebut konsumen akan memilih salah satu dari
beberapa alternatif yang ada. Sedangkan menurut Kotler (2007), proses
evaluasi konsumen adalah proses yang berorientasi kognitif, yaitu mereka
menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk terutama
berdasarkan kesadaran dan rasional. Beberapa konsep dasar dalam memahami
proses evaluasi konsumen yaitu pertama konsumen berusaha memenuhi suatu
kebutuhan, kedua konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-4
ketiga konsumen memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut
dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang
digunakan untuk memuaskan kebutuhan.
4. Keputusan Pembelian
Pembelian menurut Engel, et al (2003), yaitu suatu proses keputusan konsumen
apabila memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti dapat diterima bila
perlu. Menurut Kotler (2007), dalam tahap evaluasi konsumen membentuk
preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Selanjutnya konsumen
membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai.
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi antara niat pembelian dan keputusan
pembelian (gambar 2.2). Faktor pertama adalah faktor sikap atau pendirian
orang lain. Faktor ini mempengaruhi alternatif yang disukai konsumen dan
motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Semakin
kuat sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan
konsumen, maka konsumen akan semakin menyesuaikan maksud
pembeliannya. Faktor kedua yang dapat mempengaruhi niat pembelian dan
keputusan pembelian adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi. Adanya
faktor ini akan dapat mengubah rencana pembelian suatu produk yang akan
dilakukan konsumen.
Gambar 2.2 Tahap-tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan
pembelian Sumber: Kotler, 2008
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan
atau ketidakpuasan tertentu (Kotler, 2007). Sehingga tugas pemasar tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-5
cukup berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca
pembelian. Dalam hal ini pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian,
tindakan pasca pembelian dan pemakaian serta pembuangan pasca pembelian.
Menurut Mowen dan Minor (1998), kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai
keseluruhan sikap konsumen yang didapatkan dari barang dan jasa setelah
mereka menggunakannya. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas
pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komentar
negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum. Hal ini
merupakan suatu upaya untuk mempertahankan pelanggan yang menjadi unsur
penting dalam strategi pemasaran.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Mempelajari dan menganalisis perilaku konsumen bukanlah suatu yang
mudah dilakukan karena terdapat banyak faktor yang berpengaruh dan saling
berinteraksi satu sama lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
mengambil keputusan membeli dan mengkonsumsi suatu produk tertentu adalah
kebudayaan, sosial, personal dan psikologikal (Kotler, 2008), yang dapat dilihat
pada gambar 2.3.
Budaya
Budaya Sosial
Kelompok referensi
Pribadi Usia Psikologis
Subbudaya Keluarga Tahap siklus hidup Motivasi Pekerjaan Persepsi Situasi Ekonomi Pembelajaran Pembeli
Kelas sosial
Peran dan status
Gaya hidup Kepercayaan Kepribadian Sikap Konsep diri
Gambar 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Sumber: Kotler, 2008
Peran faktor-faktor tersebut berbeda untuk produk yang berbeda. Dengan
kata lain, ada faktor yang dominan pada pembelian suatu produk sementara faktor
lain kurang bepengaruh. Contoh, pilihan wanita terhadap lipstik kurang
dipengaruhi oleh keluarga, yang mungkin berpengaruh adalah faktor sosial lain,
misalnya lingkungan pergaulan. Contoh lain, dalam menentukan tempat kuliah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-6
faktor keluargalah yang paling berpengaruh. Faktor kebudayaan kecil
pengaruhnya (Simamora, 2002).
A. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor yang berpengaruh paling luas dan mendalam
pada perilaku konsumen. Yang termasuk ke dalam faktor kebudayaan adalah
budaya (suatu simbol dan fakta yang kompleks yang diciptakan manusia dan
diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku
manusia dalam masyarakat yang ada), sub budaya (ciri sosialisasi yang khas
bagi masing-masing anggotanya yaitu bangsa, ras, geografi), dan kelas sosial
(kelas dimana orang tersebut berada), dimana kesemuanya turut
mempengaruhi perilaku konsumen.
1. Budaya
Budaya adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling
dasar. Makhluk paling rendah biasanya dituntun oleh naluri. Sedangkan
manusia, perilaku biasanya dipelajari dri lingkungan sekitarnya. Sehingga
nilai, persepsi, preferensi dan perilaku antara seseorang yang tinggal pada
daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada dilingkungan
yang lain pula. Sehingga pemasar sangat berkepentingan untuk melihat
pergeseran budaya tersebut agar dapat menyediakan produk-produk baru
yang diinginkan konsumen.
2. Sub Budaya
Budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil
yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku
anggotanya atau sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan
pengalaman hidup dan situasi yang umum. Sub budaya meliputi
kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Seperti
kelompok kebangsaan yang bertempat tinggal disuatu daerah mempunyai
cita rasa dan minat etnik yang khas. Demikian pula halnya dengan
kelompok keagamaan. Daerah geografi adalah daerah subbudaya
tersendiri. Banyaknya subbudaya ini merupakan segmen yang penting dan
pemasar sering menemukan manfaat dengan merancang produk yang
disesuaikan dengan kebutuhan subbudaya tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-7
3. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif permanen dan
teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya memiliki nilai, minat dan
perilaku yang sama. Kelas sosial tidak hanya ditentukan hanya oleh satu
faktor, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan,
pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain. Dalam beberapa
sistem sosial, anggota kelas yang berbeda memegang peran tertentu dan
tidak dapat mengubah posisi sosial mereka. Kelas sosial juga
memperlihatkan preferensi produk dan merk yang berbeda.
B. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti referensi
keluarga, peranan, dan status sosial konsumen.
1. Kelompok referensi
Perilaku seseorang banyak dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.
Kelompok yang berpengaruh langsung dan dimana seseorang menjadi
anggotanya disebut kelompok keanggotaan. Sebaliknya, kelompok
referensi bertindak sebagai titik perbandingan atau titik referensi langsung
(berhadapan) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau perilaku
seseorang. Orang sering dipengaruhi oleh kelompok referensi dimana ia
tidak menjadi anggotanya. Pemasar dalam hal ini berupaya
mengidentifikasikan kelompok referensi dari pasar sasarannya. Kelompok
ini dapat mempengaruhi orang pada perilaku dan gaya hidup. Mereka
dapat mempengaruhi pilihan produk dan merk yang akan dipilih seseorang
2. Keluarga
Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga
adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat. Keluarga orientasi adalah keluarga yang terdiri dari orang tua
yang memberikan arah dalam hal tuntutan agama, politik ekonomi dan
harga diri.
3. Peran dan Status
Seseorang dapat menjadi anggota banyak kelompok seperti keluarga, klub,
dan organisasi. Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-8
didefinisikan dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang
diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang di sekitarnya.
Masing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum
yang diberikan kepadanya oleh masyarakat. Orang biasanya memilih
produk sesuai dengan perandan status mereka.
C. Faktor Personal
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor personal seperti umur dan
siklus hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan
konsep diri.
1. Umur dan Siklus Hidup
Orang akan mengubah barang atau jasa yang mereka beli sepanjang
kehidupan meraka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai
dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. Sehingga
pemasar hendaknya mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang
sesuai untuk setiap tahap itu.
2. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.
Dengan demikian pemasar dapat mengidentifikasikan kelompok yang
berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat di atas rata-rata
terhadap produk mereka.
3. Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar
barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan dapat memperhatikan
gejala pendapatan pribadi, tabungan, dan suku bunga. Jika indikator
ekonomi menunjukka resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah
untuk merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga kembali untuk
produk mereka secara seksama.
4. Gaya Hidup
Orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial dan pekerjaan yang sama
mungkin mempunyai gaya hidup yang cukup berbeda. Gaya hidup adalah
pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam keadaan psikografisnya.
Gaya hidup melibatkan pengukuran dimensi utama pelanggan yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-9
kegiatan, minat dan pendapatnya. Gaya hidup menangkap sesuatu yang
lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup
menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di
dunia. Jika digunakan secara cermat, konsep gaya hidup data membantu
pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya
hidup mempengaruhi perilaku pembelian.
5. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian setiap orang yang berbeda-beda mempengaruhi perilaku
pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik
yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian biasanya digambarkan
dalam karakteristik perilaku seperti kepercayaan diri, dominasi,
kemampuan bersosialisasi, dan sifat agresif. Kepribadian dapat digunakan
untuk menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merk
tertentu.
D. Faktor Psikologis
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti motivasi,
persepsi, proses belajar, sikap dan kepercayaan.
1. Motivasi
Sesorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan. Salah satunya dalah
kebutuhan biologis, timbul dari dorongan tertentu seperti rasa lapar, haus
dan ketidaknyamanan. Kebutuhan lainya adalah kebutuhan psikologis,
timbul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki.
Kebutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapai tingkat intensitas
yang kuat. Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang
mengarahkan seseorang mencari kepuasan.
2. Persepsi
Seseorang yang termotivasi akan siap bereaksi. Bagaimana seseorang itu
akan bertindak dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi. Dua orang
dalam kondisi motivasi yang sama dan tujuan situasi yang sama mungkin
bertindak secara berbeda karena perbedaan persepsi meraka terhadap
situasi ini. Persepsi adalah proses dimana individu memilih, mengatur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-10
menginterpretasikan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang
berarti mengenai dunia.
3. Proses Belajar
Proses belajar menjelaskan perubahan alam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil
proses belajar. Secara teori pembelajaran seseorang dihasilkan melalui
dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan, dan penguatan. Para pemasar
dapat membangun permintaan akan produk dengan menghubungkannya
dengan dorongan yang kuat, dengan menggunakan isyarat motivasi dan
memberikan penguatan positif.
4. Sikap dan Kepercayaan
Dengan melalui proses belajar, seseorang akan mempunyai sikap dan
kepercayaan tertentu. Sikap adalah kesiapan mental yang diorganisasikan
melalui pengalaman dan memiliki pengaruh tertentu pada tanggapan
seseorang terhadap suatu objek dan situasi yang berhubungan dengannya.
Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk akan terbentuk melalui
sikap positif terhadap produk, yang didukung dengan adanya pengenalan
dan pemahaman yang baik terhadap produk tersebut. Selain itu,
kepercayaan terhadap produk juga dipengaruhi oleh faktor kepuasan yang
diperoleh konsumen. Kepercayaan terhadap produk akan membawa
konsumen tetap membeli atau menggunakan produk tersebut
(Simamora, 2002).
2.2 Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji
2.2.1 Pengertian Minyak Tanah dan Gas Elpiji
Minyak tanah yang sering digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak
atau penerangan merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak berwarna, tidak
larut dalam air, berbau, dan mudah terbakar. Minyak tanah termasuk dalam
golongan petroleum terdestilasi hidrokarbon. Memiliki berat jenis 0,79, titik didih
1630 C – 2040 C, dan titik beku 540 C.
Liquefied Petroleum Gas (LPG) merupakan gas hasil produksi dari kilang
minyak dan kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propane (C3H8) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-11
butana (C4H12) yang dicairkan. Elpiji lebih berat dari udara dengan berat jenis
sekitar 2,01, tekanan uap elpiji cair dalam tabung sekitar 5,0 – 6,2 Kg / Cm2.
2.2.2 Pengertian Konversi Tanah Ke Gas Elpiji
Konversi minyak tanah ke gas elpiji adalah sebuah transisi perubahan
pemakaian energi dari yang semula menggunakan minyak tanah sebagai bahan
bakar utama kini menggunakan gas elpji. Program ini mulai disosialisasikan oleh
pemerintah pada pertengahan tahun 2006. Program ini diluncurkan dengan tujuan
selain untuk menghemat anggaran pemerintah, juga untuk menghemat
pengeluaran keluarga dan rumah tangga.
Ada beberapa pengertian konversi minyak tanah yang diungkapkan oleh
beberapa tokoh ekonomi yang sekilas tampak berbeda, namun sebenarnya
memiliki inti yang sama.
Menurut Anggito Abimanyu, Kepala Badan Fiskal (BKF) Departemen
Keuangan, mengungkapkan bahwa :
“Konversi minyak tanah merupakan upaya mengerem peningkatan konsumsi
bahan bakar minyak bersubsidi melalui penyediaan tabung gas dan sosialisasi.”
Pendapat tersebut serupa dengan yang disampaikan oleh Fadhil Hasan,
Ekonomi Senior Indef ini mengungkapkan bahwa :
“Program konversi minyak tanah menjadi elpiji merupakan upaya pemerintah
untuk mengurangi beban subsidi bahan bakar minyak sehingga dapat mengurangi
biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.”
Sedangkan menurut Pertamina sebagai salah satu pihak yang ditunjuk
pemerintah dalam pelaksanaan program konversi minyak tanah ke elpiji
mengungkapkan bahwa :
“Program konversi minyak tanah ke gas elpiji merupakan program pemerintah
yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan minyak
tanah ke elpiji. Program ini diimplementasikan dengan membagikan paket tabung
elpiji beserta isinya, kompor gas dan aksesorinya kepada rumah tangga dan
usaha mikro pengguna minyak tanah.”
Tidak banyak ahli atau pakar yang mengungkapkan definisi konversi
minyak tanah ke elpiji, namun dari tiga pendapat yang diuraikan tersebut dapat
dikatakan bahwa pada intinya konversi minyak tanah ke elpiji merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-12
program yang dibuat oleh pemerintah sebagai upaya untuk menghemat bahan
baker bersubsidi melalui penggunaan gas elpiji yang dinilai lebih irit.
2.2.3 Alasan Dilakukannya Prrogram Konversi Minyak Tanah Ke elpiji
Beberapa hal yang menjadi alasan bagi pemerintah dalam mengambil
kebijakan tentang program konversi minyak tanah antara lain :
1. Subsidi elpiji lebih rendah daripada subsidi minyak tanah.
2. Elpiji lebih sulit dioplos dan disalahgunakan.
3. Elpiji lebih bersih daripada minyak tanah, sehingga dapat mengurangi tingkat
polusi udara.
4. Subsidi elpiji sudah berhasil diterapkan di negara –negara lain seperti India
dan Brasil.
5. Pelaksana program konversi minyak tanah ke elpiji.
Pemerintah menunjuk beberapa pihak atau instansi sebagai pelaksana
program konversi minyak tanah ke elpiji, sehingga program tersebut dapat
berjalan sesuai dengan harapan pemerintah, pihak atau instansi yang ditunjuk oleh
pemerintah tersebut, yaitu :
1. Kementrian Negara Koperasi dan UKM (KUKM)
Instansi ini bertugas mengadakan kompor dan aksesorinya berupa regulator dan
selang serta mendistribusikannya bersama tabung dari pertamina.
2. PT. Pertamina (Persero)
Pertamina dalam program ini bertugas untuk :
a. Menyediakan tabung elpiji 3 kg untuk perdana ditambah kebutuhan tabung
untuk rolling.
b. Menyediakan gas elpiji 3 kg sebagai pengganti minyak tanah.
c. Mempersiapkan infrastruktur dan jalur distribusinya.
3. Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan
Instansi ini bertugas untuk melakukan sosialisasi program peralihan
penggunaan minyak tanah ke elpiji.
2.2.4 Sasaran Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji
1. Rumah tangga
Rumah tangga yang berhak menerima paket elpiji 3 kg beserta kelengkapannya
harus memenuhi persyaratan persyaratan dan kriteria sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-13
a. Ibu rumah tangga
b. Pengguna minyak tanah murni
c. Kelas sosial C1 ke bawah (Pengeluaran konsumsi 1,5 juta / bulan)
d. Penduduk resmi setempat dengan melampirkan KTP atau KK atau surat
keterangan dari kelurahan setempat.
2. Usaha Mikro
Usaha mikro yang berhak menerima paket elpiji 3 kg beserta kelengkapannya
harus memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai berikut :
a. Usaha mikro tersebut merupakan pengguna minyak tanah untuk bahan
baker memasak dalam usahanya.
b. Penduduk resmi setempat dengan melampirkan KTP atau KK atau surat
keterangan dari kelurahan setempat.
c. Melampirkan surat keterangan usaha dari kelurahan setempat.
2.2.5 Dasar Pelaksanaan Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji
1. Surat Menteri ESDM, No. 3249/26/mem/2006, tanggal 31 Agustus 2006.
Perihal: Hasil rapat Koordinasi Terbatas yang dipimpin oleh Wakil Presiden
mengenai diversifikasi minyak tanah ke elpiji (pertamina dituntut untuk
melaksanakan konversi minyak tanah ke elpiji bagi konsumen rumah tangga).
2. Surat Wakil Presiden RI No. 20/WP/9/2006, tanggal 1 September 2006.
Perihal: Konversi pemakaian minyak tanah ke elpiji.
2.3 Teknik Sampling
Dalam suatu penelitian, jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang
akan diteliti, disebut populasi. Secara ideal, sebaiknya kita meneliti seluruh
anggota populasi. Akan tetapi, seringkali populasi penelitian sangat besar
sehingga tidak mungkin untuk diteliti seluruhnya dengan waktu, biaya dan tenaga
yang tersedia. Dalam keadaan demikian, maka penelitian dilakukan terhadap
sampel, yaitu sebagian dari populasi yang telah memenuhi kriteria untuk diteliti.
Keuntungan dari teknik sampling antara lain mengurangi biaya, mempercepat
waktu penelitian dan dapat memperbesar ruang lingkup penelitian
(Singarimbun, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-14
2.3.1 Menentukan Populasi dan Ukuran Sampel
Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 1997). Populasi
dalam setiap penelitian harus disebutkan secara jelas yaitu yang berkenaan dengan
besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan
diketahuinya ukuran populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya ukuran
sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah
generalisasi. Terdapat banyak rumus dalam menentukan ukuran sampel
diantaranya, rumus empiris oleh Issac dan Michael (Sukardi, 2004), rumus Slovin
(Umar, 2004) dan Taro Yamane (Rahmat, 2001).
2.3.2 Teknik Pengambilan Sampling
Terdapat banyak cara untuk memperoleh sampel yang diperlukan dalam
penelitian. Ada 2 macam metode pengambilan sampel (Aaker, 1995) yaitu
pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan sampel
secara tidak acak (nonprobability sampling).
A. Probability Sampling
probability sampling adalah cara pengambilan sampling yang memberikan
kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi, memiliki
peluang yang spesifik dan bukan nol untuk terpilih sebagai sampel. Pengambilan
sampel secara acak, terdiri dari:
1. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), adalah
sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian
atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel. Peluang yang dimiliki oleh setiap unit penelitian untuk
dipilih sebagai sampel sebesar n/N, yakni ukuran sampel yang dikehendaki
dibagi dengan ukuran populasi.
2. Pengambilan sampel acak sistematis (systematic sampling), adalah suatu
teknik pengambilan sampel dimana titik mula pengambilan sampel dipilih
secara random dan kemudian setiap nomor dengan interval tertentu dari daftar
populasi dipilih sebagai sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-15
3. Pengambilan sampel acak terstratifikasi (stratified sampling), adalah suatu
teknik pengambilan sampel dimana terlebih dahulu dilakukan pembagian
anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok kemudian sampel diambil
dari setiap kelompok tersebut secara acak. Stratifikasi atau pembagian ini
dapat dilakukan berdasarkan ciri/karakteristik tertentu dari populasi yang
sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Pengambilan sampel kelompok (cluster sampling), adalah suatu teknik
pengambilan sampel dimana sampling unitnya bukan individual melainkan
kelompok individual (cluster) berdasar ciri/karakteristik tertentu. Selanjutnya
dari cluster-cluster yang ada, dipilih satu cluster secara acak, kemudian
diambil sampel secara acak dari cluster terpilih ini. Hal ini dimungkinkan
karena masing-masing cluster dianggap homogen sehingga tidak diperlukan
dilakukan pengambilan sampel pada semua cluster.
5. Pengambilan sampel secara bertahap (double sampling), adalah suatu teknik
pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama
dilakukan untuk mendapatkan informasi awal. Tahap selanjutnya dilakukan
wawancara ulang dengan tambahan untuk mendapatkan informasi yang lebih
detail.
6. Pengambilan sampel berdasarkan wilayah (area sampling). Teknik ini dipakai
ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar
di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV
ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata
tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat.
Prosedurnya :
1. Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah
(Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.
2. Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten?,
Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)
3. Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel
penelitiannya.
4. Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak
atau random.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-16
Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil
datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.
B. Non Probability Sampling
Pengambilan sampel secara tidak acak (non probability sampling) adalah
metode sampling yang setiap anggota populasinya tidak memiliki peluang yang
sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu
untuk terpilih tidak diketahui. Pengambilan sampel secara tidak acak terdiri dari:
1. Accidental sampling (convenience sampling), adalah suatu teknik
pengambilan sampel dimana sampel yang diambil merupakan sampel yang
paling mudah diperoleh atau dijumpai.
2. Purposive sampling (judgmental sampling), adalah suatu teknik pengambilan
sampel dimana pemilihan sampel dilakukan dengan memilih orang-orang
yang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel
tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
3. Quota sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampel
diambil dari suatu sub populasi yang mempunyai karakteristik-karakteristik
tertentu dalam batasan jumlah atau kuota tertentu yang diinginkan.
4. Snowball sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel yang sangat
sesuai digunakan untuk mengetahui populasi dengan ciri-ciri khusus yang sulit
dijangkau. Pemilihan pertama dilakukan secara acak, kemudian setiap
responden yang ditemui diminta untuk memberikan informasi mengenai
rekan-rekan lain yang mempunyai kesamaan karakteristik yang dibutuhkan.
2.4 Metode Pengumpulan Data
Data dapat dikumpulkan dengan beberapa cara, dengan cara dan sumber
yang berbeda. Metode pengumpulan data terdiri dari:
2.4.1 Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara
mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-17
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan,
kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti
melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan
dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga
responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan
pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan
multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang
kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi
negatif.
2.4.2 Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan
perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan
gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk
membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan
pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran
tersebut. Bungin (2007) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak
terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
1. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam
keseharian responden.
2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat
harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu
objek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-18
3. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok
terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi,
jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi
dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.
2.4.3 Kuesioner
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang
memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan
karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh
oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dengan menggunakan
kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara,
selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang
diekspresikan dalam suatu wawancara.
a. Penggunaan kuesioner tepat bila :
1. Responden (orang yang merespon atau menjawab pertanyaan) saling
berjauhan.
2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila
mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau
tidak menyetujui suatu fitur khusus dari sistem yang diajukan.
3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh
pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.
4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa
diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut.
b. Jenis pertanyaan dalam kuisoner
Perbedaaan pertanyaan dalam wawancara dengan pertanyaan dalam kuesioner
adalah dalam wawancara memungkinkan adanya interaksi antara pertanyaan
dan artinya. Dalam wawancara analis memiliki peluang untuk menyaring
suatu pertanyaan, menetapkan istilah-istilah yang belum jelas, mengubah arus
pertanyaan, memberi respons terhadap pandanmgan yang rumit dan umumnya
bisa mengontrol agar sesuai dengan konteksnya. Beberapa diantara peluang-
peluang diatas juga dimungkinkan dalam kuesioner. Jadi bagi penganalisis
pertanyaan-pertanyaan harus benar-benar jelas, arus pertanyaan masuk akal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-19
pertanyaan-pertanyaan dari responden diantisipasi dan susunan pertanyaan
direncanakan secara mendetail. Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner,
sebagai berikut:
1. Pertanyaan terbuka: pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihan-pilihan
respons terbuka kepada responden. Pada pertanyaan terbuka antisipasilah
jenis respons yang muncul. Respons yang diterima harus tetap bisa
diterjemahkan dengan benar.
2. Pertanyaan tertutup: pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup
pilihan-pilihan respons yang tersedia bagi responden.
c. Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa untuk kuesioner
adalah sebagai berikut :
1. Gunakan bahasa responden kapanpun bila mungkin. Usahakan agar kata-
katanya tetap sederhana.
2. Bekerja dengan lebih spesifik lebih baik daripada ketidak-jelasan dalam
pilihan kata-kata. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan spesifik.
3. Pertanyaan harus singkat.
4. Jangan memihak responden dengan berbicara kapada mereka dengan
pilihan bahasa tingkat bawah.
5. Hindari bias dalam pilihan kata-katanya. Hindari juga bias dalam
pertanyaan –pertanyaan yang menyulitkan.
6. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat (maksudnya orang-orang
yang mampu merespons). Jangan berasumsi mereka tahu banyak.
7. Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknis cukup akurat
sebelum menggunakannya.
8. Gunakan perangkat lunak untuk memeriksa apakah level bacaannya sudah
tepat bagi responden.
d. Skala Dalam Kuesioner
Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol
terhadap suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur
atribut atau karakteristik tersebut. Alasan penganalisis sistem mendesain skala
adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-20
1. Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab
kuesioner.
2. Agar respoden memilih subjek kuesioner.
Menurut Hair (1988) ada empat macam skala yang dapat digunakan, sebagai
berikut:
1. Nominal
Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala
nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya
semua analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk
setiap klasifikasi. Contoh : Apa jenis perangkat lunak yang paling sering
anda gunakan ? 1 = Pengolah kata, 2 = Spreadsheet, 3 = Basis Data,
4 = Program e-mail.
2. Ordinal
Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan
dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga
menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena satu
kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya.
3. Interval
Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masing-
masing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi
matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa
dilakukan analisis yang lebih lengkap.
4. Rasio
Skala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-interval
di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol.
Skala rasio paling jarang digunakan.
e. Merancang Kuesioner
Merancang formulir-formulir untuk input data sangat penting, demikian juga
merancang format kuesioner juga sangat penting dalam rangka
mengumpulkan informasi mengenai sikap, keyakinan, perilaku dan
karakteristik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-21
1. Format kuesioner sebaiknya adalah :
a. Memberi ruang kosong secukupnya,
b. Menunjuk pada jarak kosong disekeliling teks halaman atau layar.
Untuk meningkatkan tingkat respons gunakan kertas berwarna putih
atau sedikit lebih gelap, untuk rancangan survey web gunakan tampilan
yang mudah diikuti, dan bila formulirnya berlanjut ke beberapa layar
lainya agar mudah menggulung kebagian lainnya.
c. Memberi ruang yang cukup untuk respons,
d. Meminta responden menandai jawaban dengan lebih jelas.
e. Menggunakan tujuan-tujuan untuk membantu menentukan format.
f. Konsisten dengan gaya.
2. Urutan Pertanyaan
Dalam mengurutkan pertanyaan perlu dipikirkan tujuan digunakannya
kuesioner dan menentukan fungsi masing-masing pertanyaan dalam
membantu mencapai tujuan.
a. Pertanyaan-pertanyaan mengenai pentingnya bagi responden untuk
terus, pertanyaan harus berkaitan dengan subjek yang dianggap
responden penting.
b. Item-item cluster dari isi yang sama.
c. Menggunakan tendensi asosiasi responden.
d. Kemukakan item yang tidak terlalu kontroversial terlebih dulu.
2.5 Pengujian Data
Sebelum melakukan pengolahan data, kuesioner yang disebarkan kepada
para resonden diuji datanya, yang meliputi:
2.5.1 Uji validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
(Azwar, 1997). Validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen ukur itu
dapat mengukur apa yang ingin diukur. Suatu tes atau instrumen ukur dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi alat ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-22
relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas
rendah.
Cara yang digunakan adalah dengan analisis item, dimana setiap nilai yang
ada pada setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan nilai total seluruh butir
pertanyaan untuk suatu variabel dengan menggunakan rumus korelasi product
moment :
( ) ( ) ( )( )[ ] ( )[ ]2
Y2YN2
X2XN
YXXYNr
S-S×S-S
S×S-S=
Persamaan (2.1)
Dimana :
r = koefisien korelasi item dengan total pertanyaan
N = jumlah responden
X = skor pertanyaan
Y = skor total sampel
Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r
product moment. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dianggap valid bila
memiliki konsistensi internal, yaitu mengukur aspek yang sama. Apabila dalam
perhitungan ditemukan pernyataan yang tidak valid, kemungkinan pernyataan
tersebut kurang baik susunan katanya atau kalimatnya, karena kalimat yang
kurang baik dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda.
2.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen
ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1995). Bila suatu
instrumen ukur dipakai dua kali – untuk mengukur konsep yang sama dan hasil
pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka instrumen ukur tersebut
reliabel. Reliabilitas diartikan sebagai tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran
(Azwar, 1997).
Secara teoritis, besarnya koefisien korelasi/reliabilitas berkisar antara
0.00 – 1.00. Namun pada kenyataannya, koefisien 0.00 dan 1.00 tidak pernah
tercapai dalam pengukuran, karena konsistensi (maupun ketidakkonsistensian)
yang sempurna tidak dapat terjadi dalam pengukuran aspek-aspek psikologis dan
sosial yang menggunakan manusia sebagai subjeknya, dimana dalam diri manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-23
terdapat berbagai sumber eror yang sangat mempengaruhi kecermatan hasil
pengukuran.
Reliabilitas dapat dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s
Alpha. Rumus untuk menghitung koefisien Cronbach’s Alpha adalah dengan
persamaan :
÷÷ø
öççè
æ S-
-=
tviv
n
n1
1a
persamaan (2.2)
dimana:
n = jumlah variabel/atribut
vi = varians variabel/atribut
vt = varians nilai total
2.5.3 Uji Outlier
Outlier adalah nilai ekstrim yang diperoleh untuk suatu variabel pada case
tertentu. Pengertian ekstrim bukan merupakan ekstrim absolut tetapi ekstrim
relatif terhadap sebagian besar nilai-nilai lainnya untuk variabel yang sama.
Outlier dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Outlier tipe 1, outlier yang terjadi karena kesalahan prosedur seperti kesalahan
memasukkan data/coding. Outlier tipe 1 sedapat mungkin harus dihilangkan.
2. Outlier tipe 2, adalah outlier yang terjadi karena kejadian yan luar biasa, yaitu
secara kebetulan terpilih nilai ekstrim. Outlier tipe 2 dapat dikeluarkan dari
sampel jika tidak diinginkan ada nilai ekstrim, tentunya dengan pertimbangan
yang logis.
3. Outlier tipe 3, outlier yang terjadi karena kejadian yang luar biasa dimana nilai
ekstrim tersebut tidak dapat dijelaskan atau secara nalar mesnya nilai akstrim
tersebut tidak pernah mucul (bukan bagian populasi). Outlier tipe 3 harus
segera dikeluarkan dari sampel karena tidak logis.
4. Outlier tipe 4, outlier dimana nilainya sendiri tidak ekstrim tetapi
kombinasinya dengan nilai variabel-variabel lain menjadi aneh atau tidak
lumrah (outlier multivariat). Jika kombinasi ini dipandang tidak wajar atau
tidak logis, maka outlier tersebut harus di keluarkan dari sampel, tetapi jika
dianggap sebagai bagian dari populasi , maka outlier tersebut sebaiknya tetap
diikutkan dalam sampel (Hair, 1998).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-24
Setelah mendapatkan deskritif dari data penelitian, langkah selanjutnya adalah
melakukan standarisasi data (z score), yang dirumuskan, sebagai berikut:
s
Xxz
-= persamaan (2.3)
N
xxxxX N++++=
- ....321 persamaan (2.4)
( )
1
2
1
-
-= å
N
xxs persamaan (2.5)
Keterangan:
z = nilai z score data
X = nilai rata-rata
σ = standar deviasi
x = nilai data
N = jumlah data
Evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score ini berada pada rentang
3 sampai dengan 4 (Hair, dkk, 1995). Oleh karena itu kasus-kasus atau
observasi-observasi yang mempunyai z-score > 3,0 akan dikategorikan
outliers.
2.6 Analisis Multivariat
Analisis multivariat adalah semua metode statistik yang secara simultan
menganalisis lebih dari dua variabel. Metode-metode analisis multivariat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Metode dependence
Metode dependence adalah metode analisis multivariat yang jelas-jelas
memisahkan antara variabel dependen dan variabel independen. Dalam
kelompok pertama ini, satu atau beberapa variabel diperlakukan sebagai
variabel dependen sedangkan sisanya sebagai variabel independen. Yang
termasuk dalam kelompok dependen adalah multiple regression analysis,
multiple discriminant analysis, logistic regression, multivariat analysis of
variance (MANOVA), canonical correlation analysis dan structural equation
modeling (LISRELL).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-25
2. Metode interdependence
Metode interdependence adalah metode-metode analisis multivariat yang tidak
memisahkan variabel-variabel menjadi variabel independen dan variabel
dependen. Dalam kelompok ini tidak ada istilah variabel independen dan
variabel dependen. Diantaranya adalah analisis faktor, cluster dan
multidimentional scalling.
2.7 Analisis Cluster
Analisis cluster merupakan teknik multivariate yang tujuan utamanya
adalah untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik
yang dimiliki masing-masing objek (Hair, et al, 1998). Berdasarkan kriteria
tertentu, analisis cluster mengklarisifikasikan objek (dapat berupa responden,
produk, atau entity) sehingga setiap objek yang berada dalam satu grup akan
bersifat saling memiliki kemiripan (homogen/similar), sedangkan objek-objek
antar grup akan bersifat heterogen. Berdasarkan hal ini, analisis cluster akan
berusaha meminimumkan variansi di dalam cluster (within-cluster) dan
memaksimumkan variansi antar grup (between-cluster). Seperti halnya analisis
faktor, pada analisis cluster tidak ada variabel yang didefinisikan bebas atau
tergantung, semua variabel diperhitungkan secara simultan.
Salah satu sifat analisa cluster adalah ‘more an art than a science’
(Hair, et al, 1998) sehingga dapat dengan mudah mengalami salah terap
(misapplied). Ukuran kesamaan atau logaritma yang berbeda dapat mempengaruhi
hasil. Untuk mengatasi hal ini, harus dilakukan analisis cluster berulang-ulang
dengan menggunakan merode yang berbeda-beda sehingga dapat menemukan
pola tersembunyi dalam pengelompokan objek-objek yang ada. Menurut
(Hair, et al, 1998) langkah-langkah analisis cluster dapat dibagi dalam enam
tahap, yaitu:
1. Penentuan Tujuan Analisis
Tujuan analisis cluster ada tiga, yaitu taxonomy description yang merupakan
analisis cluster dilakukan dengan tujuan eksplorasi (exploratory purpose), yaitu
untuk mengklasifikasikan objek-objek kedalam beberapa grup. Data
simplification adalah analisis cluster yang dilakukan untuk menyederhanakan
data, yaitu dengan mereduksi jumlah observasi bagi keperluan analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-26
selanjutnya. Relationship identification yaitu analisis cluster yang dilakukan
untuk mengidentifikasi hubungan kemiripan (similarity) dan perbedaan
(differences)
2. Penyusunan Desain Riset Analisis
Desain riset analisis cluster meliputi pendeteksian outlier, pengukuran
kemiripan objek dan penstandarisasian data. Dalam pendeteksian outlier,
outlier dapat merubah struktur asli dan menghasilkan cluster yang tidak
representatif terhadap struktur populasi yang sesungguhnya, oleh karena itu
pendeteksian terhadap outlier sangat diperlukan. Outlier dapat dideteksi dengan
menggunakn grafik, dimana dari grafik tersebut dapat diketahui adanya objek-
objek yang mempunyai profil yang berbeda, yang ditunjukkan dari nilai yang
sangat ekstrim pada satu atau beberapa variabel.
Pada analisis cluster, konsep kemiripan adalah sangat mendasar. Kemiripan
interobjek adalah pengukuran kesesuaian atau kemiripan antara objek yang
akan dikelompokkan. Kemiripan interobjek dapat dilihat dari tiga ukuran, yaitu
korelasi dan jarak untuk data metrik, serta asosiasi untuk data nonmetrik.
Untuk mengetahui kemiripan dapat dilihat dari koefisien korelasi antara
pasangan objek. Korelasi yang tinggi mengindikasikan kemiripan, dan
sebaliknya korelasi yang rendah mengindikasikan perbedaan. Tetapi,
pengukuran korelasi ini sangat jarang digunakan karena penekanan aplikasi
analisis cluster adalah pada jarak objek bukan pola nilainya.
Pengukuran jarak berdasar kemiripan yang mewakili kemiripan sebagai
kedekatan observasi dengan yang lain. Pengukuran jarak sesungguhnya adalah
pengukuran terhadap perbedaan, dimana semakin besar nilainya menunjukkan
semakin kurang kemiripannya. Jarak dikonversikan sebagai pengukuran
kemiripan dengan menggunakan hubungan kebalikan. Pengukuran asosiasi
berdasar kemiripan digunakan untuk membandingkan objek yang termasuk
data nonmetrik (nominal dan ordinal). Pengukuran ini dapat menilai tingkat
kepercayaan atau kesesuaian antara pasangan responden.
Sebelum proses penstandarisasian data dimulai, perlu ditentukan lebih
dahulu apakah data perlu distandarisasikan atau tidak. Pertimbangan antara lain
kebanyakan pengukuran jarak sangat peka terhadap perbedaan skala atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-27
besarnya variabel. Variabel dengan standar deviasi yang besar mempunyai
pengaruh yang lebih terhadap nilai akhir kemiripan dan bila dilihat melalui
grafik, tidak akan terlihat adanya perbedaan pada dimensi sehubungan dengan
letaknya. Proses standarisasi dapat terbagi menjadi dua, yaitu standarisasi
variabel dan standarisasi observasi/objek. Standarisasi variabel adalah
perubahan dari setiap variabel menjadi skor standar (Z score) dengan
mengurangi mean dan membaginya dengan standar deviasi setiap variabel.
Standarisasi observasi dilakukan terhadap responden atau objek. Standarisasi
ini sangat diperlukan, jika clustering dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi
kepentingan relatif suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Menurut Dillon dalam proses clustering, teknik yang dapat dilakukan untuk
pengukuran jarak, antara lain:
a. Interval
1. Euclidian Distance
D(X,Y) = ( )2å - ii YX persamaan (2.6)
2. Squared Euclidian Distance
D(X,Y) = ( )2å - ii YX
b. Frekuensi
1. Chi Square
D(X,Y) = ( )( )
( )( )( )
( ) ÷÷ø
öççè
æ -+
- ååi
ii
i
ii
YE
YEY
XE
XEX 22
persamaan (2.7)
c. Biner
1. Squared Euclidian Distance
D(X,Y) = b + c persamaan (2.8)
2. Euclidian Distance
D(X,Y) = cb + persamaan (2.9)
3. Pengujian Asumsi
Analisis cluster tidak termasuk teknis statistik inferensia, dimana parameter
analisis ini adalah seberapa besar sampel dapat mewakili populasi. Analisis
cluster mempunyai sifat matematik dan bukan dasar statistik. Syarat
kenormalan, linieritas dan homogenitas tidak begitu penting karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-28
memberikan pengaruh yang kecil sehingga tidak perlu diuji. Adapun hal-hal
yang perlu diuji adalah kerepresentatifan sampel dan multikolonieritas. Dalam
kepresentatifan sampel, sampel dikumpulkan dan cluster diperoleh dengan
harapan dapat mewakili struktur populasi. Baik atau tidaknya analisis cluster
sangat tergantung pada seberapa representatif sampel, sehingga sampel harus
diuji kerepresentatifannya terlebih dahulu. Sementara itu, dalam
multikolonieritasan, variabel-variabel yang bersifat multikolonier secara
implisit mempunyai bobot lebih besar. Multikolinieritasan bertindak ebagai
proses pembobotan yang berpengaruh pada analisis, sehingga variabel-variabel
yang digunakan terlebih dahulu harus diuji tingkat multikolinieritasannya.
4. Pembentukan Cluster (Partisi) dan Penilaian Overall Fit
Proses partisi (partitioning) dan penilaian overall fit dimulai setelah
variabel-variabel yang digunakan dipilih dan matriks korelasi dibentuk.
Sebelum proses dimulai, harus dilakukan pemilihan algoritma pembentukan
cluster yang akan digunakan, dan penentuan berapa jumlah cluster yang akan
dibentuk. Algoritma pembentukan cluster terdiri dari prosedur hirarki
(hierarchical procedures) dan prosedur non hirarki (nonhierarchical
procedures).
Teknik hirarki adalah teknik clustering yang membentuk konstruksi hirarki
atau berdasarkan tingkatan tertentu seperti struktur pohon. Jadi proses
pengelompokkan dilakukan secara bertingkat atau bertahap. Teknik hirarki
terbagi menjadi dua, yaitu metode agglomeratif (agglomerative methods) dan
metode divisive (divisive methods). Metode agglomeratif dimulai dengan
pernyataan bahwa setiap objek membentuk clusternya masing-masing. Dua
objek dengan jarak terdekat bergabung, selanjutnya objek ketiga akan
bergabung dengan cluster yang ada atau bersama objek yang lain membentuk
cluster yang lain membentuk cluster baru. Hal ini dilakukan dengan tetap
memperhitungkan jarak kedekatan antar objek. Proses akan terus berlanjut
hingga akhirnya terbentuk satu cluster yang terdiri dari keseluruhan objek.
Sementara itu, metode divisif berlawanan dengan metode agglomeratif. Metode
dimulai dengan satu cluster besar yang mencaku semua observasi (objek),
kemudian objek yang memiliki ketidakmiripan besar dipisahkan sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-29
membentuk cluster yang lebih kecil, dan seterusnya untuk objek-objek yang
tidak mirip lainnya. Proses pemisahan terus berlanjut hingga setiap obsevasi
adalah cluster bagi dirinya sendiri.
Sementara itu, prosedur nonhirarki tidak melibatkan proses pembentukan
kontruksi struktur pohon. Dimulai dengan memilih sejumlah nilai cluster awal
sesuai dengan jumlah yang diinginkan kemudian objek digabungkan ke dalam
cluster-cluster tersebut. Metode nonhirarki yang digunakan adalah K-Means
Clustering.
5. Interpretasi Hasil
Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah karakteristik apa yang
membedakan masing-masing cluster kemudian sesuai dengan tujuan,
pemberian nama dilakukan berdasar apa yang dapat diberikan oleh objek
pembentuk kepada masing-masing cluster tersebut. Tentunya terlebih dahulu
perlu ditentukan spesifikasi/kriteria yang mendasari cluster-cluster yang telah
terbentuk. Disamping itu, interpretasi dari hasil clustering dapat dilakukan
terhadap grafik dendogram maupun analisis nilai koefisien agglomeratif. Jarak
antar pengelompokkan sebenarnya merupakan interpretasi dari beberapa nilai
kedekatan dalam menggabungkan objek dalam cluster. Kemudian perlu juga
diketahui apakah faktor-faktor yang telah membentuk cluster tersebut
mempunyai perbedaan pada tiap cluster. Kolom cluster menunjukkan besaran
between cluster mean dan kolom error menunjukkan besaran within cluster
mean, sehingga F dapat dihitung menggunakan persamaan, sebagai berikut:
sWithinMean
nsBetweenMeaF =
persamaan (2.10)
Interpretasi cluster menghasilkan lebih dari hanya suatu deskripsi.
Interpretasi cluster memberikan penilaian kesesuaian cluster yang terbentuk
berdasar teori prioritas atau pengalaman praktek. Dalam konfirmatori, analisis
cluster memberikan pengertian secara langsung terhadap penilaian kesesuaian.
Cluster juga memberikan langkah-langkah untuk membuat suatu penilaian dari
segi signifikansi prakteknya.
6. Profiling Cluster
Tahap profiling meliputi penggambaran karakteristik dari setiap cluster
untuk menjelaskan bahwa masing-masing cluster adalah berbeda berdasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-30
dimensi-dimensi tertentu. Analisis profil tidak memfokuskan pada apa yang
secara langsung menentukan cluster tapi karakteristik cluster setelah proses
identifikasi. Lebih lanjut, adanya penegasan bahwa karakteristik adalah
berbeda secara signifikan terhadap cluster dan dapat memprediksi anggota-
anggota cluster secara lebih spesifik.
2.8 Konsep Dan Definisi Konsumsi
Pengeluaran konsumsi masyarakat atau rumah tangga merupakan salah
satu variabel makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut
pendekatan pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan huruf C, inisial
dari kata consumption. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari
pendapatan yang di belanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi
semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran
konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. Secara makro agregat,
pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional.
Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi.
Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi terhadap pendapatan
disebut hasrat marginal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume
:MPC). Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif belum mapan
biasanya angka MPC mereka relatif besar, sementara angka MPS mereka relatif
kecil. Artinya jika memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar
tambahan pendapatan tersebut akan teralokasi atau digunakan untuk
menyempurnakan konsumsinya. Hal ini sebaliknya berlaku pada masyarakat yang
kehidupan ekonominya relatif lebih mapan.
Sedangkan menurut BPS, pengeluaran konsumsi adalah semua
pengeluaran antara lain pengeluaran untuk makan, minum, pakaian, pesta/upacara,
barang-barang tahan lama dan lain-lain yang dilakukan oleh setiap anggota rumah
tangga, baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga.
Besar kecilnya jumlah pengeluaran untuk konsumsi individu atau rumah tangga
merupakan faktor yang turut menentukan perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Meningkatnya pengeluaran individu atau rumah tangga
akan mendorong peningkatan produksi barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-31
2.8.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumah Tangga
1. Fungsi Konsumsi Dengan Pendapatan
Menurut Engel ada suatu hubungan antara konsumsi rumah tangga untuk
suatu barang atau golongan barang dengan penghasilan rumah tangga.
Proporsi dari penghasilan yang di keluarkan untuk membeli makanan
berkurang dengan naiknya penghasilan. Hipotesis yang menyatakan konsumsi
fungsi dari pendapatan, diantaranya hipotesis pendapatan absolut (absolute
income hypothesis) yang dikemukakan oleh Keyness. Keyness menduga
bahwa fungsi konsumsi memilki karakteristik, sebagai berikut:
a. Kecenderungan mengkonsumsi merupakan fungsi yang satbil dan besarnya
konsumsi agregat ditentukan oleh besarnya pendapatan agregat.
b. Konsumsi akan meningkat jika pendapatan meningkat, tetai peningkatan
konsumsi yang terjadi akan sebesar peningkatan pendapatan.
c. Semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin besar jarak (gap) antara
pendapatan dan konsumsi. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendapatan, semakin besar proporsi dari pendapatan yang ditabung.
d. Peningkatan pendapatan akan diikuti dengan peningkatan tabungan dalam
jumlah yang lebih besar.
2. Fungsi Konsumsi Dengan Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle Hyphotesis)
Dikemukakan oleh A.Ando, R.Brumberg dan F.Modigliani yang mencoba
menerangkan pola pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan kepada
kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang
pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Dalam
modelnya tiga tokoh ini menggunakan asumsi bahwa konsumsi bersikap
rasional. Ini berarti bahwa konsumen berusaha untuk memaksimumkan
kepuasan dari aliran pendapatan yang ia perkirakan berlaku untuknya dan juga
mengasumsikan bahwa dalam memaksimumkan kepuasannya konsumen
menghadapi batasan berupa samanya nilai sekarang dari pada saving yang
terjadi pada umur B sampai umur P dengan hasil penjumlahan nilai sekarang
daripada dissaving yang terjadi pada usia muda dan usia tua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-32
3. Selain faktor pendapatan dan usia, Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga
dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, kebiasaan adat sosial budaya, dan
gaya hidup seseorang.
2.8.2 Cara Menghitung Konsumsi
1. Rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga didapat dengan membagi
jumlah seluruh pengeluaran rumah tangga baik makanan, pendidikan,
kesehatan, perumahan dan lain-lainnya dengan jumlah rumah tangga
keseluruhan.
2. Rata-rata pengeluaran rumah tangga per-jenis pengeluaran dapat dihitung
dengan membagi seluruh pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dengan
jumlah seluruh rumah tangga.
3. Persentase pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dibanding dengan
pengeluaran rumah tangga total dihitung dari jumlah pengeluaran jenis
tertentu (misal makanan) dengan jumlah total pengeluaran rumah tangga
dikali seratus.
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang digunakan sebagai acuan atau landasan dalam teori, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Titik Hirdayanti (2004) yang berjudul
“Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Koran Harian Lokal Di
Kotamadya Surakarta”. Penelitian ini mengambil studi kasus koran harian
lokal di kotamadya Surakarta dengan memakai model faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Penelitian ini memakai
pengolahan data yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu
dalam menentukan karakteristik konsumen dengan menggunakan analisis
cluster, namun berbeda dalam studi kasus yang diambil dan pengambilan
model. Secara detail perbedaan tersebut disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Titik Hirdayanti (2004)
Bagian Perbedaan
Ket Penulis Titik Hirdayanti
Studi kasus Gas elpiji di kota surakarta
Koran harian lokal di kota surakarta
Kedalaman materi
Global Global
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-33
Tabel 2.1 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Titik Hirdayanti (2004) (Lanjutan)
Bagian Perbedaan
Ket Penulis Titik Hirdayanti
Pengambilan model
Model faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler) dan dikembangkan dengan model tingkat konsumsi konsumen
Model faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler)
Menggunakan faktor dan variabel-variabel penentu perilaku konsumen yang sama (Kotler).
Pengolahan data Deskriptif (prosentase), analisis cluster dan tingkat konsumsi
Deskriptif (prosentase), analisis cluster, dan analisis chi-square
2. Penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin (2009) yang berjudul “Analisis
Pengetahuan, Persepsi Dan Sikap Konsumen Terhadap Produk LPG
Pertamina Kemasan 3 Kg (Studi Kasus Di Desa Leuwiliang, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”. Penelitian ini mengambil kasus
menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dan analisis regresi
logistik. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang sama dalam
menentukan perilaku konsumen dengan penelitian yang penulis lakukan,
dikarenakan kesamaan produk yang diteliti yaitu gas elpiji, namun berbeda
dalam pengambilan model dan pengolahan data. Secara detail perbedaan
tersebut disajikan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Amirudin (2009)
Bagian Perbedaan
Ket Penulis Amirudin
Studi kasus Gas elpiji di kota Surakarta
Gas elpiji kemasan 3 kg di desa Leuwiliang
Kedalaman materi Global Global
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-34
Tabel 2.2 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Amirudin (2009) (Lanjutan)
Bagian Perbedaan
Ket Penulis Amirudin
Pengambilan model
Model faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler) dan dikembangkan dengan model tingkat konsumsi konsumen
Model pengetahuan, persepsi dan sikap konsumen
Menggunakan atribut-atribut yang sama di beberapa variabel perilaku konsumen
Pengolahan data Deskriptif (prosentase), analisis cluster dan tingkat konsumsi
Deskriptif (prosentase), dan regresi logistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-1
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian
beserta penjelasan secara singkat tiap tahapannya. Skema langkah-langkah
penyelesaian masalah dapat dilihat pada gambar 3.1.
Observasi Lapangan Studi Literatur
Identifikasi dan perumusan masalah
Menentukan Desain Sampling dan Riset (Penentuan Responden, Metode Sampling dan Ukuran Sampel)
A
Mulai
Menentukan Tujuan dan Manfaat
Menentukan Model Penelitian
Menyusun Kuesioner
Menyebar Kuesioner
Tahap Pendahuluan
Tahap Pengumpulan Data
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-2
A
Pengujian Data1. Uji validitas2. Uji Reliabilitas3. Uji Outlier
Profil dan Perilaku Konsumen
Valid?
Tingkat konsumsi konsumen
Analisis dan Interpretasi Hasil
Kesimpulan dan Saran
selesai
Tahap Pengolahan Data
Tahap Analisis, Kesimpulan dan Saran
Analisis Cluster
Ya
Tidak
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian (Lanjutan)
3.1. Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan terdiri dari tiga langkah yaitu observasi lapangan dan
studi literatur, menentukan dasar-dasar penelitian, dan menentukan model
penelitian. Adapun penjelasan dari tiap langkah yang ada pada tahap pendahuluan,
sebagai berikut:
3.1.1. Observasi Lapangan dan Studi Literatur
Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui realistik karakteristik
obyek penelitian, perbuatan, kejadian atau peristiwa dan waktu sehingga dapat
mengetahui hambatan dan kendala yang mungkin terjadi saat melakukan
pengamatan. Berikut ini observasi yang dilakukan peneliti, yaitu:
1. Melakukan wawancara ke masyarakat Surakarta khususnya ibu rumah tangga
yang menggunakan gas elpiji. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-3
informasi mengenai program konversi gas elpiji, sosialisasi-sosialisasi apa
saja yang telah didapatkan serta opini-opini mengenai minyak tanah dan gas
elpiji.
2. Melakukan wawancara ke distributor gas elpiji untuk mengetahui harga
pasaran tabung gas elpiji, jumlah penjualan gas elpiji di Surakarta serta
kendala-kendala dalam melakukan pendistributoran gas elpiji.
Setelah melakukan obeservasi, peneliti mencari konsep, teori dan literature
yang mendukung serta relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Referensi-
referensi ini diperoleh melalui buku literatur, web, artikel, jurnal penelitian, serta
Tugas Akhir, yaitu:
1. Data demografi, jumlah kepala keluarga serta tingkat kesejahteraan
masyarakat Surakarta yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik (BPS) kota
Surakarta.
2. Perkembangan konversi gas elpiji
3. Teori Perilaku konsumen dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.
Data observasi dan literature ini digunakan sebagai dasar dan referensi
untuk membangun kerangka konseptual serta karakterisasi sistem nyata ke dalam
model penelitian.
3.1.2. Menentukan Dasar-Dasar Penelitian
Dasar-dasar penelitian terdiri dari latar belakang masalah, perumusan
masalah dan tujuan penelitian.
3.1.3. Menentukan Model Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana profil dan
perilaku masyarakat serta pola dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap
pemakaian gas elpiji. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan sebuah model,
mengingat dalam melakukan pembelian suatu barang, seorang konsumen
mengalami tahap tahap tertentu, dimana dalam tahap-tahap tersebut konsumen
akan dipengaruhi oleh berbagai rangsangan dan karakteristik konsumen yang akan
mempengaruhi dalam pembeliannya. Model penelitian ini diadopsi dari model
Kotler (2008). Gambaran model penelitian ini, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-4
Gambar 3.2 Model penelitian
Dalam melakukan keputusan pembelian gas elpiji, konsumen (disini
konsumen adalah masyarakat) mengalami lima tahap proses, dimulai dari
pengenalan masalah atau kebutuhan, pencarian informasi sehubungan dengan
kebutuhannya, evaluasi alternatif produk, melakukan keputusan pembelian dan
perilaku setelah pembelian. Dalam melakukan tahap proses keputusan pembelian
ini konsumen dipengaruhi oleh berbagai rangsangan yaitu rangsangan pemasaran
yang berupa 4-p, product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion
(promosi). Rangsangan lain mencakup kekuatan dan peristiwa besar dalam
lingkungan pembeli yaitu ekonomi, teknologi, politik, dan budaya.
Semua masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, dimana di dalamnya
terdapat karakteristik konsumen yaitu budaya, sosial, pribadi dan psikologis
(gambar 3.3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-5
Budaya
Budaya Sosial
Kelompok referensi Pribadi Usia Psikologis
Subbudaya Keluarga Tahap siklus hidup Motivasi Pekerjaan Persepsi Situasi Ekonomi Pembelajaran Pembeli
Kelas sosial Peran dan status
Gaya hidup Kepercayaan Kepribadian Sikap Konsep diri
Gambar 3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Sumber: Kotler, 2008
Masukan ini diubah menjadi sekumpulan respon pembeli yang dapat
diobservasi: pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian dan
jumlah pembelian. Selanjutnya dari keputusan pembelian dan karakteristik
konsumen dapat diketahui indeks konsumsi atau pengeluaran per orang.
3.1.4. Penyusunan Kuesioner
Kuesioner dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumen
dalam melakukan pembelian gas elpiji sehingga dapat diketahui indeks konsumsi
pemakaian gas elpiji. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor kebudayaan,
sosial, personal dan psikologikal (Kotler, 2008), dimana setiap faktor memiliki
atribut-atribut tersendiri. Selanjutnya peneliti menentukan maksud dan tujuan
dibuatnya pertanyaan agar pertanyaan dapat sesuai dengan atribut-atribut
karateristik konsumen yang ingin diteliti. Maksud dan tujuan ini diinterpretasikan
dalam bentuk variabel-variabel lebih rinci dengan tujuan mempermudah peneliti
dalam membuat pertanyaan sehingga dapat diketahui bagaimana perilaku
masyarakat dalam menggunakan gas elpiji.
Dalam menentukan variabel dan membuat pertanyaan peneliti melakukan
studi pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perilaku konsumen
(Hirdayanti, 2005) dan (Amiruddin, 2009). Adapun penjabaran variabel-variabel
tersebut ditunjukkan pada tabel 3.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-6
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen
No Set Atribut Maksud Tujuan Variabel Skala Pertanyaan Jawaban
1 Budaya Keseluruhan kepercayaan-kepercayaan yang dipelajari, nilai-nilai dan kebiasaan yang disediakan oleh perilaku konsumen secar langsung dari anggota masyarakat tertentu
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari sisi budaya
· Kepercayaan · Nilai · Kebiasaan
· Ordinal (likert)
Apakah saudara/i peduli terhadap krisis minyak tanah yang sedang terjadi saat ini?
š Sangat peduli š Peduli š Ragu-ragu š Tidak peduli š Sangat tidak peduli
2 Subkultur Kelompok budaya yang beda yang ada sebagai segmen yang dapat dikenal/ diidentifikasi di dalam masyarakat yang lebih dalam, lebih kompleks /rumit
Mengetahui pengaruh subkultur tehadap penggunaan LPG di Surakarta
· Kewarganega raan
· Nominal
1. Tempat lahir?
š Eks Karasidenan Surakarta š Jawa selain Eks karasidenan Surakarta š Sumatra š Indonesia tengah š Indonesia timur
· Agama
· Nominal
2. Agama yang anut? š Islam š Hindu š Kristen š Budha š Katolik š Kong hucu
· Suku · Nominal
3. Suku atau etnis? š Jawa š Batak š Minang š Sunda š Arab š Cina š dll
· Umur
· Interval
4. Usia saat ini?
š 17-23 tahun š 41-50 tahun š 24-30 tahun š 31-40 tahun
· Jenis kelamin saudara/i
· Nominal 5. Jenis kelamin? š Pria š Wanita
3 Kelas sosial Sebagai bagian masyarakat yang terdiri dari suatu hierarki kelas status yang berbeda, sehingga setiap anggota dari tiap kelas mempunyai status yang hampir sama dan anggota dari semua kelas lain mempunyai status yang lebih sedikit
Mengetahui sejauh mana pengaruh kelas sosial terhadap tingkat konsumsi atau tingkat pembelanjaan LPG di Surakarta
· Pekerjaan · Nominal 1. Pekerjaan saat ini? š PNS š Wiraswasta š Pegawai swasta š Tidak bekerja š Pelajar/Mahasiswa š lain-lain (sebutkan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-7
· Banyaknya pendapatan
· Interval
2. Berapa rata-rata pendapatan selama 1 bulan?
š < Rp. 1.000.000 š Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 š > Rp. 2.000.000 – RP. 3.000.000 š > Rp. 3.000.000 – RP 4.000.000 š > Rp. 4.000.000
· Pendidikan · Nominal 3. Pendidikan terakhir ? š Belum tamat SD š Tamat SD š Tamat SLTP dan sederajat š Tamat SLTA dan sederajat š Tamat PT/ akademi
· Pengeluaran · Ordinal 4. Berapa lama saudara/i menghabiskan satu tabung gas LPG yang gunakan?
š <1 minggu š 3 minggu š 1 minggu š 4 minggu š 2 minggu (berdasarkan jenis LPG yang digunakan)
· Interval 5. Sudah berapa lama saudara/i menggunakan gas elpiji?
š 1-3 bulan š 4-6 bulan š 6 bulan – 1 tahun š > 1 tahun
· Rasio 6. Berapa jumlah pengeluaran saudara/i dalam menggunakan gas LPG selama 1 bulan (Kg) ?
…….. tabung 3 Kg …….. tabung 12 Kg
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-8
· Nominal 7. Kegiatan sehari-hari apa saja yang sering anda lakukan berkaitan dengan penggunaan gas LPG?
š memasak š water heater š lain- lain (sebutkan)
4 Kultur Rujukan
Adalah setiap orang atau kelompok yang memberikan/bertindak sebagai titik perbandingan (sebagai titik acuan) individu dalam pembentukan salah satu yang mum atau khusus (nilai-nilai,sikap, atau perilaku)
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari sisi kultur rujukan
· Orang atau kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku konsumen/ pembelian
· Nominal Apakah ada pihak yang mempengaruhi dalam menggunakan gas LPG? Berkaitan dengan pertanyaan diatas, jika ada siapa yang mempemengaruhi dalam menggunakan gas LPG?
š Ada š Tidak š Keluarga š Pemimpin kantor/negara š Teman š Pemuka masyarakat š Tetangga š Artis/ pakar š lain-lain (sebutkan)
· Kegiatan sosial · Nominal Apakah saudara/i sering mengikuti aktivitas tertentu, jika iya sebutkan? Apakah kegiatan tersebut memberikan kontribusi dalam penggunaan gas LPG di rumah saudara/i, berikan persentase terhadap total konsumsi LPG yang digunakan untuk aktivitas tersebut.
š PKK š Kegiatan sosial š Karang taruna š Arisan š Kegiatan keagamaan š lain-lain (sebutkan š tidak signifikan š <10% š 20% š 30%
š 40% š ≤ 50%
5 Keluarga Dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh darah, perkawinan atau adopsi yang tinggal bersama-sama
Mengetahui pihak-pihak dominan yang mempengaruhi penggunaan LPG dari pihak keluarga
· Pengambil keputusan
· Nominal 1. Siapakah yang mengambil keputusan dalam membeli gas LPG di keluarga saudara/i (dikaitkan dengan kepala keluarga)?
š Ayah š Anak laki-laki š Ibu š Anak perempuan š Suami š Istri
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-9
· Jumlah anggota keluarga
· Ordinal 2. Berapakah jumlah anggota keluarga? (termasuk anda)
š 2 š 4 š 3 š 5 š dll (sebutkan)…..
· Posisi dalam keluarga
· Nominal 3. Posisi saudara/i dirumah jika dikaitkan dengan kepala keluarga?
š Ayah š Anak laki-laki š Ibu š Anak perempuan š Istri
· Nominal 4. Adakah batasan belanja gas LPG dalam keluarga saudara/i?, jika ada siapa yang melakukan pembatasan tersebut (dikaitkan dengan kepala keluarga)?
š Ayah š Anak laki-laki š Ibu š Anak perempuan
· Rasio 5. Berhubungan dengan pertanyaan diatas, berapa jumlah batasan LPG yang anda gunakan selama 1 bulan (Kg)?
…….. tabung 3 Kg …….. tabung 12 Kg
6 Peran dan status sosial
Posisi seseorang dalam tiap kelompok dimana peran akan menentukan status seseorang dalam kelompok tersebut
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari sisi peran an status sosial
· Peran dalam masyarakat
· Nominal 1. Status sosial saudara/i saat ini dalam masyarakat sosial disekitar?
š Warga biasa š Pemuka Agama š Ketua RT š Pemuka masyarakat š Ketua RW š lain-lain
· Peran dalam pekerjaan
Nominal 2. Posisi saudara/i dalam pekerjaan?
š Karyawan š Pimpinan š Pemilik š lain-lain
7 Usia dan tahap daur hidup
Menunjukkan umum responden pada saat dilakukan penelitian
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari sisi usia dan tahap daur hidup
· Usia responden · Interval Seperti pada variabel umur
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-10
8 Gaya hidup
Karakteristik pribadi dari responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang lain
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari gaya hidup
· Gaya hidup (bepergian, menabung, membaca, berbelanja, dll)
· Nominal 1. Frekuensi saudara/i melakukan aktivitas masak sendiri di rumah?
š Tidak pernah š Kadang-kadang ( 2 hari dalam seminggu) š Cukup sering ( 3hari dalam seminggu) š Sering (5 hari dalam seminggu) š setiap hari
9 Kepribadian dan konsep diri
Karakteristik psikologis bagian dalam yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap lingkungannya
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari kepribadian dan konsep diri
· Kebiasaan sehari-hari dalam menggunkan bahan bakar
· Ordinal 1. Jenis gas elpiji apa yang digunakan?
š 3 Kg š 12 Kg š 50 Kg Ket: boleh memilih lebih dari satu
· Nominal 2. Dimana saudara/i biasanya membeli gas LPG?
š Agen LPG š Pasar swalayan š Warung š Dll
10 Motivasi Daya penggerak dalam individu yang mendorong mereka ketindakan
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari motivasi pembelian
· Hierarki Maslow
· Nominal Alasan saudara/i dalam membeli gas LPG?
š Murah š Higienis š Ramah lingkungan š Praktis š Mudah didapatkan š Lain-lain (sebutkan)
11 Persepsi
Proses individu menyeleksi, mengorganisir, dan mneginterpretasikan ransangan kedalam suatu gambaran yang bermakna dan saling berkaitan menyangkut tentang dunia
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari persepsi konsumen
· Stimuli perusahaan
· Ordinal (likert)
1. Harga LPG lebih murah dari pada minyak tanah
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-11
· Ordinal 2. LPG lebih mudah didapatkan dimana saja
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
· Ordinal 3. LPG lebih hemat jika dibandingkan menggunakan minyak tanah
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
· Ordinal 4. LPG lebih ramah lingkungan dari pada minyak tanah
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
· Ordinal 5. LPG lebih aman bagi kesehatan dari pada minyak tanah
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
· Ordinal 6. LPG lebih praktis/ mudah digunakan
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
· Ordinal 7. Memasak dengan kompor LPG lebih cepat
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-12
11 Persepsi Proses individu menyeleksi, mengorganisir, dan mneginterpretasikan ransangan kedalam suatu gambaran yang bermakna dan saling berkaitan menyangkut tentang dunia
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari persepsi konsumen
Stimuli
perusahaan
· Ordinal 8. Kompor LPG lebih mudah dibersihkan
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
· Ordinal 9. Terkadang saudara/i masih merasa takut ketika menggunakan kompor LPG
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
12 Proses belajar
Proses dimana individu memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang pembelian dan konsumsi yang kemudian mereka terapkan pada perilaku yang saling terkait dimasa depan
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari proses belajar
Proses pengetahuan dan pengalaman
· Nominal 1. Bagaimana saudara/i mengetahui tentang program konversi minyak tanah ke gas LPG?
š Iklan di TV š Penyuluhan dari RW/petugas LPG š lain-lain (sebutkan)
Ordinal 2. Materi iklan yang telah disampaikan oleh pemerintah mudah dimengerti, diingat, informative, mendidik dan dapat dipercaya?
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
Ordinal 3. Penyuluhan yang dilakukan sudah jelas dan dapat diterima dengan baik?
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-13
13 Kepercayaan dan sikap
kecenderungan yang dipelajari yang menunjukkan kekonsistenan suatu jalan yang baik atau tidak baik berkenaan dengan obyek yang ditentukan
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari kepercayaan dan sikap konsumen
· Keyakinan, evaluasi, keyakinan normatif (pengaruh orang lain)
Ordinal (likert)
Seberapa besar kepercayaan saudara/i terhadap keberlanjutan program konversi yang telah dilakukan pemerintah?
š Sangat percaya š percaya š Cukup percaya š Kurang percaya š Tidak percaya
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-14
3.2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data terdiri dari penentukan desain sampling, riset,
menyusun dan menyebarkan kuisioner. Adapun penjelasan dari tiap langkah pada
tahap pengumpulan data, sebagai berikut:
3.2.1. Menentukan Desain Sampling dan Riset
1. Responden
Responden adalah orang yang berdomisili di wilayah kota Surakarta. Jumlah
reponden diperoleh dari data populasi jumlah kepala keluarga. Penentuan
jumlah kepala keluarga sebagai jumlah sampling dikarenakan gas elpiji
merupakan bahan bakar yang bersifat bahan bakar rumah tangga.
Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik Surakarta tahun 2008,
jumlah populasi kepala keluarga di wilayah Surakarta, sebagai berikut:
Tabel 3.2 Data populasi jumlah kepala keluarga di wilayah Surakarta
Kecamatan KK Pasar Kliwon 20709 Banjarsari 43196 Serengan 13679 Jebres 30292 Laweyan 25019 Jumlah 132895
Sumber: BPS kota Surakarta, 2008
2. Metode Sampling
Responden diambil dari data jumlah kepala keluarga dikecamatan yang ada di
wilayah Surakarta, selanjutnya metode yang digunakan adalah area sampling.
Penggunaan area sampling pada penelitian ini bertujuan agar sampel yang
diperoleh dapat mewakili seluruh masyarakat Surakarta. Dimana dari setiap
kecamatan, responden diambil dari kelurahan berdasarkan area, yaitu
kelurahan yang berada di daerah urban atau area yang dekat dengan pusat
kota dan kelurahan yang berada di pinggiran kota. Ukuran tingkat keurbanan
pada penelitian ini adalah lokasi dari pusat kota Surakarta, selain itu juga
mencakup dimensi perkembangan dan kondisi sosial, ekonomi masyarakat,
dan lebih majunya atau kemudahan teknologi dan infrastruktur prasarana
dalam sosialisasi program konversi gas elpiji. Selanjutnya pemilihan area
disetiap kelurahan dilakukan secara random. Jumlah responden dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-15
secara proposional sesuai dengan jumlah populasi di wilayah penelitian.
Metode terakhir yang digunakan adalah purposive sampling dimana
responden diambil dengan maksud atau tujuan tertentu atau responden
diambil karena peneliti menganggap bahwa responden tersebut memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitian. Pada penelitian ini responden
ditujukan bagi para ibu rumah tangga dan pengguna gas elpiji. Langkah
pengambilan responden dapat dilihat pada gambar 3.4.
Data populais jumlah kepala keluarga
Rumus Taro Yamane
Jumlah responden se- Surakarta
Metode area sampling
Pengambilan sampel di kelurahan berdasarkan area sampling
Metode purposive sampling
1. 2 +=
dNN
n
Gambar 3.4 Langkah pengambilan responden
3. Ukuran responden
Penentuan jumlah responden menggunakan rumus Taro Yamane.
1. 2 +=
dN
Nn
Persamaan (3.1)
1)05,0.(132895
1328952 +
=n
n = 398,8 = 400 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-16
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = level signifikansi yang diinginkan
maka jumlah sampel yang digunakan sebanyak 400 responden dengan
proporsi disetiap kecamatannya, sebagai berikut:
Tabel 3.3 Jumlah responden di setiap kecamatan di wilayah Surakarta
Kecamatan KK Jumlah responden Pasar Kliwon 20709 62 Banjarsari 43196 130 Serengan 13679 41 Jebres 30292 91 Laweyan 25019 75 Jumlah 132895 399
Sumber: BPS kota Surakarta, 2008
400 responden ini diperoleh dari 5 kecamatan yang ada disurakarta,
selanjutnya pengambilan responden di setiap kecamatan dilakukan
berdasarkan lokasi kelurahan dari pusat kota Surakarta (daerah urban dan
pinggiran kota). Penentuan wilayah urban dan sub urban di Surakarta
didasarkan pada dua hal, sebagai berikut:
1. Jarak kelurahan dengan pusat kota Surakarta. Daerah yang memiliki
jarak terdekat dengan pusat kota memiliki kemudahan teknologi dan
infrastruktur prasarana dalam sosialisasi program konversi gas elpiji,
sehingga penyampaian informasi akan lebih cepat diterima. Penentuan
jarak masing-masing kelurahan ke pusat kota dilakukan dengan bantuan
program arcgis. Hasil data dapat dilihat pada lampiran.
2. Tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar responden
yang diperoleh dapat mewakili seluruh lapisan masyarakat yang ada di
Surakarta. Data tingkat kesejahteraan masyarakat disetiap kelurahan
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), data dapat dilihat pada
lampiran.
Hasil penentuan lokasi dan pengambilan responden dapat dilihat pada
tabel 3.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-17
Tabel 3.4 Jumlah responden di setiap kelurahan di wilayah Surakarta
Kecamatan Kelurahan Jumlah responden
Jumlah
Pasar kliwon Joyosuran 50
62 Kampung Baru 12
Banjarsari Kadipiro 119
130 Keprabon 11
Serengan Joyotakan 25
41 Kemlayan 16
Jebres Sudiroprajan 8
91 Mojongsongo 83
Laweyan Karangasem 49
75 Sriwedari 26
Jumlah 399
3.2.2. Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner dilakukan berdasar hasil desain pengambilan
sampel pada tahap sebelumnya. Kuesioner diberikan dengan mengambil sampel
masyarakat Kota Surakarta di setiap wilayah yang telah ditentukan sebelumnya
dengan sasaran utama adalah ibu rumah tangga pengguna gas elipiji. Jumlah
kuesioner yang disebar adalah 420 kuesioner, hal ini untuk mengantisipasi jika
ada kuesioner yang rusak atau tidak diisi. Hasil dari penyebaran kuesioner
selanjutnya akan dijadikan sebagai dasar pada tahap pengolahan data.
3.3. Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan data terdiri dari dua langkah yaitu pengujian data dan
pengolahan data.
3.3.1. Pengujian Data
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan terhadap instrumen yang dipergunakan dalam mencari
data. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) juga valid. Dengan menggunakan alat ukur
yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan
menjadi valid. Langkah-langkah pengujian validitas meliputi:
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang
berjumlah minimal 30 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-18
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total.
Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r
product moment.
5. Mengambil kesimpulan.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi suatu instrument ukur
di dalam mengukur variabel penelitian. Hasil pengukuran dikatakan dapat
dipercaya apabila mampu memberikan hasil ukur yang konsisten (reliable).
Dalam hal ini, relatif sama berarti dengan tetap menerima adanya toleransi
terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran
tersebut. Langkah-langkah pengujian reliabilitas meliputi:
1. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang
berjumlah minimal 30 orang.
2. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
3. Menghitung koefisien Cronbach’s Alpha, nilai r yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan nilai r pada tabel r product moment, seperti pada uji
validitas.
4. Mengambil kesimpulan.
c. Uji Outlier
Uji outlier digunakan untuk mengetahui jika ada nilai ekstrim pada atribut
tertentu. Langkah-langkah pengujian outlier adalah sebagai berikut:
1. Membuat deskrptif dari data penelitian.
2. Melakukan standarisasi.
3. Menentukan outlier.
3.3.2. Pengolahan Data
a. Profil dan Perilaku Konsumen
Prosentase karakteristik /profil rsponden dan perilaku konsumen dalam
penggunaan ges elpiji dihitung. Formulasi untuk menghitung prosentase
tersebut, sebagai berikut:
%100´=Nnl
Al
Persamaan (3.2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-19
Dimana :
Al = persentase responden denga ciri/perilaku tertentu/perilaku
konsumen dalam pembelian.
nl = jumlah responden dengan ciri/perilaku tertentu.
N = total jumlah responden.
b. Analisis Cluster
Proses analisis cluster dilakukan untuk mengelompokkan objek-objek
berdasarkan persamaan karakteristik di antara objek-objek tersebut, sehingga
objek-objek yang berada dalam satu cluster akan mempunyai kedekatan
hubungan satu sama lain. Langkah-langkah analisis cluster, sebagai berikut:
1. Merumuskan permasalahan.
Dengan cara mendefinisikan variabel-variabel yang digunakan untuk dasar
pengclusteran.
2. Memilih ukuran jarak atau kesamaan
Ukuran jarak menentukan kemiripan atau ketidakmiripan dari objek yang
akan diclusterkan.
a. Ukuran korelasi
Kesamaan antar objek dapat dilihat dari koefisien korelasi antar
pasangan objek yang diukur dengan beberapa variabel.
b. Ukuran jarak
1. Euclidean distance, merupakan ukuran jarak antara dua item X dan Y.
D(X, Y) = ( )2
å - ii YX
Persamaan (3.3)
2. Squared euclidean distance, merupakan ukuran jarak antara dua item X
dan Y.
D(X, Y) = ( )2å - ii YX
Persamaan (3.4)
3. Pearson correlation
Korelasi antara vektor nilai :
S( X , Y ) = ( )1-å
N
ZZ yixi
Persamaan (3.5)
di mana Zxi adalah nilai x yang telah distsaudara/irkan untuk item ke-i
dan N adalah jumlah itemnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-20
4. Chebychev
D(X , Y) = maxi ii YX - Persamaan (3.6)
5. Block
D( X , Y ) = ∑ ii YX - Persamaan (3.7)
c. Ukuran asosiasi
Ukuran asosiasi dipakai untuk mengukur data berskala nonmetrik
(nominal atau ordinal).
3. Memilih Prosedur Pengklusteran
Pembentukan cluster menggunakan prosedur nonhirarki, karena metode
ini memproses semua objek secara sekaligus dengan titik acuan cluster
center sehingga distribusi objek (responden) sebagai anggota masing-
masing cluster lebih merata. Metode nonhirarki yan digunakan adalah
metode K-means clustering yang dikembangan oleh MacQueen.
4. Menetapkan Jumlah Cluster
Banyaknya cluster dapat ditentukan berdasarkan pertimbangan teoritis,
konseptual, dan kepraktisan. Contohnya, kalau tujuan cluster untuk
mengidentifikasi segmen pasar, manajemen mungkin menghendaki cluster
dalam jumlah tertentu (katakan 3, 4, atau 5 cluster)
5. Interpretasi dan Profil Dari Cluster
Meliputi pengkajian mengenai centroids, yaitu rata-rata nilai objek yang
terdapat dalam cluster pada setiap variabel.
6. Menaksir Reliabilitas dan Validitas
a. Melakukan analisis cluster pada data yang sama dengan menggunakan
jarak yang berbeda dan membandingkan hasil lintas ukuran (across
measure) untuk menetukan stabilitas pemecahan.
b. Gunakan metode pengclusteran yang berbeda dan bandingkan hasilnya.
c. Pecah atau bagi data secara acak menjadi 2 bagian.
d. Hilangkan beberapa variabel secara acak. Lakukan pengclusteran yang
didasarkan pada sisa variabel kemudian bandingkan hasilnya dengan
hasil pengclusteran dengan data asli yang masih utuh.
c. Konsumsi Gas Elpiji
1. Menghitung jumlah konsumsi gas elpiji per keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-21
2. Menghitung jumlah konsumsi gas elpiji per orang.
3. Menghitung jumlah kebutuhan gas elpiji kota Surakarta.
3.4. Tahap Analisis Dan Interpretasi Hasil
Output pengolahan data dari tiap bagian dianalisis dan diinterpretasikan.
Dari hasil analisis dan interpretasi didapatkan informasi yang diharapkan dapat
bermanfaat.
3.5. Kesimpulan Dan Saran
Pada langkah kesimpulan dan saran ditarik kesimpulan dimana kesimpulan
ini dibuat berdasarkan analisis pengolahan data dan juga memberikan saran-saran
dimana saran berisi masukan untuk penelitian-penelitian beriutnya agar dapat
lebih baik lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-1
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini membahas tentang proses pengumpulan data berikut data responden
serta proses pengolahan data yang terdiri dari pengujian validitas, reliabilitas,
analisis multivariat yang relevan terhadap penelitian yaitu analisis cluster, dan
perhitungan indeks konsumsi.
4. 1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden yang relevan dalam penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan di kota
Surakarta dengan menggunakan teknik area sampling kemudian dilanjutkan
dengan teknik purposive sampling.
Untuk menentukan ukuran sampel yang diambil, dihitung berdasarkan
rumus Taro Yamane dengan tingkat ketelitian 95% didapat jumlah sebesar 400
responden. Adapun jumlah kuesioner yang disebar, yang dikembalikan, dan yang
dapat diolah adalah sebagai berikut:
§ Jumlah kuesioner yang disebar adalah 420 kuesioner.
§ Jumlah kuesioner yang dikembalikan adalah 406 kuesioner.
§ Jumlah kuesioner tidak lengkap 6 kuesioner.
§ Jumlah kuesioner yang sah dan dapat digunakan adalah 400 kuesioner.
Data sekunder penelitian didapatkan dari pertamina, BPS dan wawancara
langsung dengan masyarakat pengguna gas elpiji. Data-data tersebut adalah
jumlah penjualan gas elpiji di kota Surakarta, jumlah kepala keluarga, tingkat
kesejahteraan masyarakat kota Surakarta dan informasi mengenai program
konversi masyarakat, sosialisasi konversi gas elpiji, serta opini terhadap gas
elpiji
4. 2 Data Responden
Responden penelitian ini adalah masyarakat di wilayah radius geografis
yang telah ditentukan. Responden dipilih karena keberadaan pada waktu dan
tempat dimana riset sedang dilakukan. Akibatnya peluang terpilih sebagai sampel
hanya dimiliki oleh anggota populasi yang kebetulan berada di sekitar riset,
sedangkan anggota populasi yang tidak berada disekitar riset tidak memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-2
peluang menjadi sampel. Rekap profil responden selengkapnya dapat dilihat pada
gambar 4.1 - 4.8.
1. Tempat lahir
Gambar 4.1 Diagram batang tempat lahir masyarakat pengguna gas elpiji
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa tempat lahir responden yang menduduki
persentase terbesar adalah eks karasidenan Surakarta.
2. Agama yang dianut
Gambar 4.2 Diagram batang agama yang dianut masyarakat pengguna gas elpiji
Agama terbesar yang dianut oleh responden adalah islam, karena agama islam
adalah agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Surakarta.
3. Suku/etnis
Gambar 4.3 Diagram batang suku/etnis yang dianut masyarakat pengguna
gas elpiji
Ras/etnis responden yang terbesar adalah suku jawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-3
4. Usia responden
Gambar 4.4 Diagram batang usia masyarakat pengguna gas elpiji
Dari gambar dapat dilihat responden paling banyak berusia 31-40 tahun,
namun secara keseluruhan dapat dikatakan elpiji dipakai oleh semua kalangan
usia.
5. Pekerjaan responden
Gambar 4.5 Diagram batang pekerjaan masyarakat pengguna gas elpiji
Responden tidak bekerja memiliki persentase terbesar, para resonden ini
hanya menjadi ibu rumah tangga di rumah.
6. Pendidikan responden
Gambar 4.6 Diagram batang tingkat pendidikan masyarakat pengguna gas elpiji
Responden 52% adalah tamat SLTA/sederajat, 30% tamat PT dan 14% tamat
SLTP/sederajat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-4
7. Pendapatan responden
Gambar 4.7 Diagram batang pendapatan masyarakat pengguna gas elpiji
Tingkat pendapatan reponden yang memiliki persentase terbesar adalah
Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000.
8. Posisi di rumah
Gambar 4.8 Diagram batang posisi responden di rumah
Hampir seluruh responden memiliki posisi di rumah sebagai istri. hal ini
terjadi karena istri yang mengatur pengeluaran rumah tangga.
4. 3 Pengolahan Data
Pengolahan data meliputi uji validitas dan reliabilitas, analisis cluster, dan
indeks konsumsi. Proses pengolahan uji validitas dan reabilitas diolah dengan
bantuan software excel dan analisis cluster dilakukan dengan bantuan program
Statistical Package for Social Science (SPSS) 12.0.
4.3.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pertanyaan-
pertanyaan dalam kuesioner mampu mengukur pertanyaan yang ingin diukur
(mampu mengukur konsepnya). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan data
seluruh responden yaitu sebanyak 400 responden. Pertanyaan yang diuji adalah
pertanyaan bagian III, karena pertanyaan tersebut berskala likert sedang
pertanyaan yang lain berskala nominal dan interval.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-5
Uji validitas dimulai dengan menghitung korelasi antara masing-masing
pernyataan dengan skor totalnya, dengan teknik korelasi product moment pearson
pada persamaan (2.1). Dari perhitungan didapat nilai-nilai (lihat pada lampiran).
Angka korelasi masing-masing variabel (r-hitung) dibandingkan dengan
nilai (r) product moment yang dapat dilihat pada lampiran. Jika angka korelasi
hitung lebih besar dari angka (r) product moment, maka hipotesa dapat diterima
dan disimpulkan bahwa pernyataan tersebut berkorelasi positif dengan skor set
variabelnya.
Tabel 4.1 Rekapituasi perbandingan antara t-hitung dan (r) product moment
Variabel r -hitung r-tabel KeteranganX1 0.3174623 0.098 ValidX2 0.5081593 0.098 ValidX3 0.5783933 0.098 ValidX4 0.5008115 0.098 ValidX5 0.6841041 0.098 ValidX6 0.5648473 0.098 ValidX7 0.6793118 0.098 ValidX8 0.6878166 0.098 ValidX9 0.4504851 0.098 Valid
X10 0.5733663 0.098 ValidX11 0.535605 0.098 ValidX12 0.4598372 0.098 ValidX13 0.099485 0.098 Valid
Diperoleh hasil bahwa kesemua skor korelasi lebih besar dari skor tabel,
maka hipotesa dapat diterima, dan disimpulkan bahwa skor masing-masing atribut
berkorelasi positif dengan skor set variabelnya. Ini berarti data dapat dikatakan
telah valid yaitu bahwa atribut-atribut penelitian dalam suatu set variabel dapat
mewakili apa yang ingin diukurnya. Setelah melakukan uji validitas, pengolahan
data dilanjutkan pada uji reliabilitas.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui
konsistensi suatu instrumen ukur di dalam mengukur konsep yang sama. Dengan
kata lain, bila suatu instrumen ukur dipakai dua kali, untuk mengukur konsep
yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka instrumen
ukur tersebut dianggap reliabel. Adapun hipotesa untuk pengujian reliabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-6
adalah bahwa skor masing-masing atribut berkorelasi positif dengan komposit set
variabelnya.
Uji reliabilitas dilakukan dengan metode konsistensi inter item, yang
dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s Alpha menggunakan
persamaan (2.2). Dari perhitungan didapat rekapitulasi perhitungan uji reliabilitas
seperti pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rekapitulasi perhitungan uji reliabilitas dengan metode Cronbach’s Alpha
Variabel (∑X) ∑(X2) (∑X)2 n Varian ButirX1 1660 7156 2755600 400 0.6675X2 1236 4168 1527696 400 0.8719X3 1544 6200 2383936 400 0.6004X4 1526 6044 2328676 400 0.555775X5 1632 6868 2663424 400 0.5236X6 1663 7117 2765569 400 0.50769375X7 1647 6959 2712609 400 0.44369375X8 1589 6507 2524921 400 0.48674375X9 1458 5624 2125764 400 0.773975
X10 1654 7016 2735716 400 0.441775X11 1733 7609 3003289 400 0.25194375X12 1668 7044 2782224 400 0.2211X13 1494 6052 2232036 400 1.179775
7.52587522.6174
0.722857273
Total varian butirTotal varian
Koefisien Cronbach Alpha
Skor-skor tersebut kemudian dibandingkan dengan angka korelasi (r)
product moment yang dapat dilihat pada lampiran. Dalam hal ini angka korelasi
tabel untuk 400 responden adalah 0.772. Diperoleh hasil bahwa kesemua angka
Cronbach’s Alpha lebih besar dari skor tabel, maka hipotesa dapat diterima, serta
disimpulkan bahwa skor masing-masing atribut berkorelasi positif dengan
komposit set variabelnya. Ini berarti data dapat dikatakan telah reliabel yaitu
bahwa dapat dikatakan konsisten dalam mengukur jawaban responden.
4.3.3 Uji Outlier
Data outlier dapat terjadi karena kesalahan dalam pemasukan data,
kesalahan pada pengambilan sampel atau memang ada data-data ekstrim yang
tidak bisa dihindarkan keberadaannya. Tujuan uji outlier adalah untuk melihat ada
tidaknya data ekstrim atau data yang secara nyata berbeda dengan data-data lain.
Langkah-langkah uji outlier, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-7
1. Standarisasi data, mengubah nilai dalam bentuk z-score, kemudian
menafsirkan nilai z-score tersebut.
2. Deteksi outlier, batas nilai z-score dengan rentang 3 sampai dengan 4. Dari
hasil dapat dilihat bahwa tidak ada satu data pun yang mengalami outlier.
Rekapitulasi uji outlier dapat dilihat pada lampiran.
4.3.4 Analisis Cluster
Analisis cluster adalah salah satu teknik multivariate yang tujuan
utamanya adalah mengelompokkan (klasifikasi) objek-objek ke dalam beberapa
grup berdasarkan karakteristik yang dimiliki masing-masing. Objek dapat
menyatakan konsumen (responden), produk, perusahaan dan entity lainnya.
1. Penentuan Tujuan Analisis
Dalam penelitian ini, analisis cluster dilakukan dengan tujuan untuk
mengelompokkan konsumen pengguna gas elpiji di kota Surakarta berdasarkan
demografi. Variabel demografi yang dipakai sebagai dasar pengelompokkan
adalah usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga.
2. Penyusunan Desain Riset Analisis
Desain risen analisis cluster meliputi pendeteksian outlier, pengukuran
kemiripan objek dan penstandarisasian data jika data sangat bervariasi dalam
satuan.
3. Pengujian Asumsi
Analisis cluster tidak termasuk teknik statistik inferensia, di mana
parameter analisis ini adalah seberapa besar sampel dapat mewakili populasi.
Analisis cluster mempunyai sifat matematik dan bukan dasar statistik; syarat
kenormalan, linieritas dan homogenitas tidak begitu penting kerena memberikan
pengaruh yang kecil sehingga tidak perlu diuji.
4. Pembentukan Cluster (Partisi)
Tahap selanjutnya adalah pembentukan cluster dengan prosedur nonhirarki
karena metode ini memproses semua objek secara sekaligus dengan titik acuan
cluster centers sehingga distribusi objek (responden) sebagai anggota masing-
masing cluster lebih merata. Metode nonhirarki yang digunakan adalah metode
K-Means Clustering yang dikembangkan oleh MacQueen (Johnson, 1988), yang
memiliki algoritma sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-8
1. Tentukan centroid awal (seed point) untuk setiap cluster dari k cluster yang
dibentuk.
2. Tempatkan satu orang responden ke dalam cluster yang terdekat dengan
ukuran jarak euclidian distance. Kemudian menghitung titik centroid baru
untuk cluster yang mendapat tambahan anggota dan cluster yang kehilangan
anggota.
3. Ulangi langkah ke-2 hingga tidak terjadi lagi perpindahan responden.
Jumlah cluster ditetapkan antara 2 hingga 4 cluster karena apabila jumlah
cluster yang dibentuk terlalu banyak, akan menyulitkan interpretasi segmen-
segmen pasar yang terbentuk. Berdasarkan hal tersebut peneliti menetapkan
alternatif jumlah cluster yang digunakan sebanyak 3 cluster.
5. Interpretasi Hasil
Setelah mendapatkan jumlah cluster maka didapat tampilan pertama
(initial) proses clustering data sebelum iterasi, yang dapat dilihat pada
tabel 4.3.
Tabel ini berisi penilaian responden pada masing-masing cluster yang telah
ditransformasikan ke distribusi normal baku dengan rataan 0 dan variansi 1. Lebih
lanjut diketahui bahwa nilai positif (> 0) pada tabel mempunyai makna di atas
rata-rata, yang berarti bahwa sikap responden pada suatu cluster terhadap faktor
tertentu adalah cenderung positif/baik. Sedangkan nilai negatif (< 0) mempunyai
makna di bawah rata-rata, yang berarti bahwa sikap responden pada suatu cluster
terhadap faktor tertentu adalah cenderung negatif/buruk.
Tabel 4.3 Initial cluster centers untuk kota Surakarta
Cluster
1 2 3 Zscore(usia) -2.31746 2.01931 .93512 Zscore(income) 2.25428 1.37370 -1.26803 Zscore: Jumlah keluarga 1.09801 -2.26326 1.09801
Sedangkan tabel akhir dari proses clustering tampak pada tabel 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
Tabel 4.4 Final cluster Centers kota Surakarta
Cluster
1 2 3 Zscore(usia) .20392 -.22321 -.00123 Zscore(income) 1.09383 -.21435 -.75341 Zscore: Jumlah keluarga .52478 -1.27690 .53053
Dari tabel 4.4 dapat didefinisikan, sebagai berikut:
1. Cluster 1
Responden mempunyai usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di atas
rata-rata populasi.
2. Cluster 2
Responden mempunyai usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di
bawah rata-rata populasi.
3. Cluster 3
Responden mempunyai usia dan pendapatan di bawah rata-rata populasi serta
jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi.
Setelah terbentuk cluster, distribusi jumlah objek (responden) pada masing-
masing cluster dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dari tabel tersebut dapat diketahui
bahwa dari 400 objek, cluster 1 berjumlah 129 objek, cluster 2 berjumlah 117
objek dan cluster 3 berjumlah 154 objek.
Tabel 4.5 Jumlah anggota tiap cluster kota Surakarta
Cluster 1 129.000 2 117.000 3 154.000
Valid 400.000 Missing .000
Kemudian perlu juga diketahui apakah faktor-faktor yang telah membentuk
cluster tersebut mempunyai perbedaan pada tiap cluster. Kolom cluster
menunjukkan besaran between cluster mean dan kolom error menunjukkan
besaran within cluster mean, sehingga F dapat dihitung menggunakan persamaan
(2.10)
Seperti telah disebutkan sebelumnya, semakin besar nilai F pada suatu faktor
dan angka signifikansinya di bawah 0.05, maka semakin besar pula perbedaan
faktor tersebut pada cluster-cluster yang terbentuk. Pada tabel 4.6 dapat dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-10
bahwa untuk kota Surakarta, faktor yang memberikan perbedaan pada masing-
masing cluster yang terbentuk, berturut-turut dari besar ke kecil adalah faktor usia
(5,729), faktor pendapatan (323,022) dan faktor jumlah keluarga (413.734).
Tabel 4.6 Analysis of variance perbedan faktor pada tiap cluster kota Surakarta
Cluster Error
F Sig. Mean Square df Mean Square Df Zscore(usia) 5.597 2 .977 397 5.729 .004 Zscore(income) 123.567 2 .383 397 323.022 .000 Zscore: Jumlah keluarga 134.818 2 .326 397 413.734 .000
6. Profiling Cluster
Tahap selanjutnya adalah profiling cluster untuk menjelaskan karakteristik
setiap cluster berdasar profil tertentu. Adapun karakteristik yang digunakan
sebagai pembanding diambil dari data demografi dan perilaku pembelian
responden yang terdiri dari jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, posisi/peran
dalam keluarga, lama menggunakan LPG, jenis LPG yang digunakan, tempat
pembelian LPG, kegiatan yang dilakukan dengan LPG, frekuensi memasak di
rumah, pihak yang memberi pengaruh, pengambil keputusan, motivasi dalam
membeli LPG dan proses pengenalan konversi LPG. Proses profiling cluster
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Dari profiling cluster tersebut maka dapat diketahui karakteristik tiap
cluster masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta. Setelah diketahui
karakteristik tiap cluster maka ciri-ciri masing-masing cluster dapat dilihat pada
tabel 4.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-11
Tabel 4.7 Karakteristik cluster kota Surakarta
Cluster 1 Cluster 2 Cluster 31 Usia Di atas rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi2 Pendapatan Di atas rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi3 Jumlah Keluarga Di atas rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi Diatas rata-rata populasi4 Jumlah Responden 129 orang 117 orang 154 orang 5 Jenis Kelamin Wanita Wanita Wanita6 Pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga dan wiraswasta Ibu rumah tangga dan wiraswasta7 Pendidikan Tamat SLTA/ sedarajat dan Tamat PT/sederajat Tamat SLTA/sederajat Tamat SLTP/ sedarajat dan Tamat SLTA/sederajat8 Posisi/peran dalam keluarga Istri Istri Istri9 Lama menggunakan LPG > 1 thn > 1 thn 6bln- 1 thn dan > 1 thn
10 Jenis LPG yang digunakan 12Kg 3 Kg dan 12 Kg 3 Kg11 Tempat pembelian LPG Agen LPG Warung Warung12 Kegiatan yang dilakukan dengan LPG Memasak dan Water heater Memasak Memasak13 Frekuensi memasak dirumah Setiap hari Setiap hari Setiap hari14 Pemberi pengaruh Keluarga Keluarga dan pemerintah Pemerintah15 Pengambil keputusan Istri Istri Istri16 Motivasi pembelian Praktis Murah dan praktis Murah, mudah didapatkan dan praktis17 Pengenalan LPG Iklan TV Iklan TV dan penyuluhan RT/RW Iklan TV dan penyuluhan RT/RW
No Karakteristik RespondenCluster Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-12
4.3.5 Konsumsi LPG
Analisis konsumsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola dan
tingkat konsumsi energi masyarakat dalam menggunakan gas elpiji.
A. Pola Konsumsi
Berdasarkan teori konsumsi penggunaan gas elpiji dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga dan usia.
1. Pendapatan
Berdasarkan teori konsumsi, konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan keluarga, semakin besar pendapatan maka akan semakin tinggi
tingkat konsumsi suatu produk.
a. Tabung 3 kg
Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 3 kg
berdasarkan pendapatan keluarga.
1 tabung 2 tabung 3 tabung 4 tabung 5 tabung 6 tabung 8.00
Jumlah tabung
0
10
20
30
40
50
Coun
t
Pendapatan
<Rp. 1000.000
Rp. 1000.000 - Rp. 2000.000
>Rp. 2000.000 - Rp. 3000.000
>Rp. 3000.000 - Rp. 4000.000
>Rp. 4000.000
Gambar 4.9 Diagram batang jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-13
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 3 kg berdasarkan
pendapatan keluarga, yaitu:
Gambar 4.10 Diagram pie jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan
Dari gambar 4.10 dapat dilihat persentase jumlah konsumsi gas elpiji di
setiap interval pendapatan keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-14
a. Tabung 12 kg
Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 12 kg
berdasarkan pendapatan keluarga.
1 tabung 2 tabung
Jumlah tabung dipakai
0
10
20
30
40
50
60C
ount
Pendapatan
<Rp. 1000.000
Rp. 1000.000 - Rp. 2000.000
>Rp. 2000.000 - Rp. 3000.000
>Rp. 3000.000 - Rp. 4000.000
>Rp. 4000.000
Gambar 4.11 Diagram batang jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 12 kg
berdasarkan pendapatan keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-15
Gambar 4.12 Diagram pie jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan
Dari gambar 4.12 dapat dilihat persentase jumlah konsumsi gas elpiji di
setiap interval pendapatan keluarga.
2. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota juga berpengaruh terhadap besarnya jumlah konsumsi rumah
tangga.
a. Tabung 3 kg
Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 3 kg
berdasarkan jumlah anggota keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-16
2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
Jumlah anggota keluarga
0
10
20
30
40
50
60
Cou
nt
Jumlah tabung
dipakai
1 tabung
2 tabung
3 tabung
4 tabung
5 tabung
6 tabung
7 tabung
Gambar 4.13 Diagram batang jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota keluarga
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 3 kg
berdasarkan jumlah anggota keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-17
Gambar 4.14 Diagram pie jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota keluarga
Dari gambar 4.14 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang
dikonsumsi untuk setiap keluarga.
b. Tabung 12 kg
1.0 2.0
Jumlah tabung
0
10
20
30
40
50
60
70
Cou
nt
Jumlah anggota
keluarga
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
Gambar 4.15 Diagram batang jumlah tabung elpiji 12 Kg yang dihabiskan
per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-18
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 12 kg
berdasarkan jumlah anggota keluarga.
Gambar 4.16 Diagram pie jumlah tabung elpiji 12 Kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah
anggota keluarga
Dari gambar 4.16 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang
dikonsumsi untuk setiap keluarga.
3. Siklus Hidup dan Usia
Siklus hidup dan usia juga berpengaruh terhadap besarnya jumlah konsumsi
rumah tangga.
a. Tabung 3 kg
Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 3 kg
berdasarkan usia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-19
1 tabung 2 tabung 3 tabung 4 tabung 5 tabung 6 tabung 8.00
Jumlah tabung
0
10
20
30
40
Co
un
t
Usia
17-23 thn
24-30 thn
31-40 thn
41-50 thn
51-60 thn
Gambar 4.17 Diagram batang jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 3 kg
berdasarkan usia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-20
Gambar 4.18 Diagram pie jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia
Dari gambar 4.18 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang
dikonsumsi disetiap interval usia.
b. Tabung 12 kg
1 tabung 2 tabung
Jumlah tabung
0
20
40
60
80
Coun
t
Usia
17-23 thn
24-30 thn
31-40 thn
41-50 thn
51-60 thn
Gambar 4.19 Diagram batang jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-21
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 12 kg
berdasarkan usia.
Gambar 4.20 Diagram pie jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia
Dari gambar 4.20 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang
dikonsumsi disetiap interval usia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-22
B. Tingkat Konsumsi
Selanjutnya, dari data penelitian, dapat ditentukan indeks konsumsi energi gas
elpiji per orangan, sebagai berikut:
· Consumsiå =å bulan 1 selama elpiji gasPemakaian
= S tabung 3 Kg + S tabung 12 Kg
= 4641 Kg » 52234455 kcal/kg
1 kg LPG = 11255 kcal/kg
· Indeks per keluarga = å
åKK
Consumsi
= 400
52234455 = 130586 kcal/kg per keluarga dalam 1 bln
= 11,6 Kg/keluarga dalam 1 bulan
· Indeks pe orangan = keluarga anggota rata-Rata
keluargaper Indeks
= 4
130586
= 32646,53438 kcal/kg per orang dalam 1 bulan
= 2,9 » 3Kg/orang dalam 1 bulan
· Kebutuhan elpiji di kota Surakarta
= å surakarta di keluarga kepala x keluarga kepala Indeks
= 1.541.582 kg/bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-1
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Pada bab ini dilakukan analisis berdasarkan pengumpulan dan pengolahan
data yang telah dilakukan. Analisis yang akan dilakukan adalah perilaku
masyarakat dalam menggunakan gas elpiji, hasil pengolahan data dengan
menggunakan análisis cluster, indeks konsumsi penggunaan gas elpiji dan analisis
kelemahan penelitian.
5.1 Analisis Perilaku
Perilaku masyarakat dalam menggunakan gas elpiji di kota Surakarta
dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Jenis Gas Elpiji Yang Digunakan
Gambar 5.1 Diagram batang jenis elpiji yang digunakan masyarakat Surakarta
Jenis gas elpiji yang paling banyak digunakan adalah jenis tabung 3 kg dan
diikuti tabung 12 kg. Hal ini dikarenakan tabung 3 kg masih disubsidi oleh
pemerintah sehingga harganya pun lebih murah dari tabung 12 kg.
2. Lama Penggunaan Gas Elpiji
Gambar 5.2 Diagram batang lama penggunaan gas elpiji yang digunakan
masyarakat Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-2
Hampir seluruh responden telah menggunakan gas elpiji lebih dari 6 bulan.
Hal ini menunjukkan keberhasilan program konversi gas elpiji yang baru
disosialisasikan pada awal tahun 2009.
3. Tempat Pembelian Gas Elpiji
Gambar 5.3 Diagram batang tempat pembelian gas elpiji masyarakat Surakarta
Warung merupakan tempat yang paling banyak dituju oleh responden
dalam membeli gas elpiji. Kebanyakan warung memiliki jarak yang dekat dengan
rumah sehingga mempermudah dalam pembelian, selain itu di warung responden
dapat membeli dengan bentuk satuan.
4. Frekuensi Pembelian Gas Elpiji
Gambar 5.4 Diagram batang frekuensi pembelian gas elpiji masyarakat Surakarta
Untuk pemakaian tabung 3 kg frekuensi pembelian rata-rata dilakukan <1
minggu, 1 minggu dan 2 minggu sekali, adanya perbedaan ini dikarena kan oleh
berbagai macam faktor, antara lain perbedaan jumlah anggota keluarga, frekuensi
memasak/penggunaan gas elpiji dan faktor-faktor lainnya. Sedangkan untuk
tabung 12 kg rata-rata frekuensi pembelian dilakukan sebulan sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-3
5. Jumlah Anggota Keluarga
Gambar 5.5 Diagram batang jumlah anggota keluarga masyarakat Surakarta
Dari diagram di atas jumlah anggota keluarga responden yang paling
banyak adalah 5 orang. Semakinbanyak jumlah anggota keluarga semakin besar
jumlah gas elpiji yang digunakan.
6. Status Dalam Masyarakat
Gambar 5.6 Diagram batang status sosial responden dalam masyarakat
Status responden dalam masyarakat didominasi oleh masyarakat biasa,
masyarakat biasa adalah masyarakat umumnya, yaitu masyarakat yang tidak
mempunyai status sosial khusus dalam masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa
status sosial tidak menyebabkan terjadi perbedaan dalam mengkonsumsi gas epiji.
7. Posisi/jabatan Dalam Pekerjaan
Gambar 5.7 Diagram batang posisi/jabatan responden dalam bekerja
Lain-lain mempunyai nilai paling besar karena kebanyakan responden tidak
bekerja (dalam kuesioner ini masuk ke lain-lain). Hal ini membuktikan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-4
posisi/jabatan dalam bekerja juga tidak menyebabkan terjadi perbedaan dalam
mengkonsumsi gas epiji.
8. Pengambil Keputusan
Gambar 5.8 Diagram batang pengambil keputusan dalam penggunaan gas elpiji
Pengambil keputusan terbesar dalam mengunakan gas elpiji jika dikaitkan
dengan kepala keluarga adalah istri, hal ini terjadi karena istri yang mengatur
pengeluaran rumah tangga.
9. Pemberi Pengaruh
Gambar 5.9 Diagram pie dan batang pemberi pengaruh dalam penggunaan
gas elpiji
Dari diagram pie 82% tidak ada yang memberi pengaruh dalam
menggunakan gas elpiji yang berarti dalam menggunakan gas elpiji responden
dilakukan atas keinginan sendiri. Sedangkan dari diagram batang pemberi
pengaruh dalam menggunakan gas elpiji adalah pemerintah yang dilakukan
melalui sosialisasi konversi gas elpiji.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-5
10. Kegiatan Penggunaan Gas Elpiji
Gambar 5.10 Diagram batang kegiatan penggunaan gas elpiji
Pemakaian gas elpji terbesar digunakan untuk memasak. Hal ini
mebuktikan bahwa gas elpiji merupakan barang pokok yang tidak bisa lepas dari
kehidupan sehari-hari.
11. Frekuensi Kegiatan Memasak
Gambar 5.11 Diagram batang kegiatan memasak dengan menggunakan gas elpiji
Kegiatan memasak paling besar dilakukan responden setiap hari. Frekuensi
memasak ini berpengaruh terhadap frekuensi jumlah tabung yang digunakan.
12. Motivasi Dalam Menggunakan Gas Elpiji
Gambar 5.12 Diagram batang motivasi dalam menggunakan gas elpiji
Motivasi masyarakat paling besar dalam menggunakan gas elpiji
dikarenakan kepraktisan dalam menggunakan. Selanjutnya harga elpiji dianggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-6
lebih murah dan lebih mudah didapatkan dari pada minyak tanah yang harus
mengantri berjam-jam untuk memperolehnya.
13. Pengenalan Program Konversi Gas Elpiji
Gambar 5.13 Diagram batang pengenalan program konversi gas elpiji
Ternyata cara responden mengenal gas elpiji paling banyak melalui iklan di
TV/media massa. Pemerintah banyak menayangkan iklan-iklan mengenai
konversi gas elpiji di TV, radio bahkan koran. Namun hal ini tidak lah cukup,
pemerintah harus lebih meningkatkan sosialisasi penyuluhan secara langsung
kepada masyarakat, hal ini terkait rumor-rumor mengenai gas elpiji yang jika
dibiarkan akna meresahkan masyarakat.
14. Kepercayaan Terhadap Program Konversi
Gambar 5.14 Diagram batang kepercayaan terhadap program konversi gas elpiji
Kepercayaan masyarakat terhadap konversi gas elpiji sangat beragam ada
yang percaya, cukup percaya dan kurang percaya. Kurang percayanya masyarakat
terhadap program konversi elpiji dikarenakan masyarakat masih kurang mengerti
maksud dan tujuan pemerintah dalam melakukan program ini. Selain itu
maraknya kasus peledakan gas elpiji membuat masyarakat merasa tidak aman
ketika menggunakan gas elpiji. Untuk itu sosialisasi diikuti pembenahan dari
material konversi perlu dilakukan agar mengembalikan kepercayaan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-7
15. Persepsi Terhadap Gas Elpiji
a. Sosialisasi
Gambar 5.15 Diagram batang persepsi terhadap penyuluhan gas elpiji
Materi iklan dan penyuluhan yang diberikan menurut resonden sudah
dapat dimengerti, mudah diingat,informatif, mendidik dan dapat dipercaya.
b. Harga
Gambar 5.16 Diagram batang persepsi terhadap harga elpiji
Hampir seluruh responden setuju bahwa harga gas elpiji lebih murah
dari minyak tanah. Hal ini dikarenakan gas elpiji masih mendapatkan
subsidi dari pemerintah sehingga harganya lebih terjangkau dari minyak
tanah. Selain itu didasarkan atas fakta bahwa pada penggunaan kompor
gas selama seminggu secara umum, rumah tangga akan mengunakan eliji
dengan massa 3kg (dari 3kg massa elpiji tersebut sama dengan 5,22 liter
minyak tanah), sedangkan dari jumlah 5,22 liter tersebut, ternyata jumlah
tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga pada umumnya
pula selama 5 hari. Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat kita ketahui
bahwa penggunaan gas elpiji lebih hemat dan irit dibandingkan
penggunaan minyak tanah karena memiliki selisih 2 hari penggunaan
dengan konversi massa yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-8
c. Kemudahan dalam mendapatkan
Gambar 5.17 Diagram batang persepsi terhadap kemudahan dalam
mendapatkan elpiji
69% setuju dan 26 % sangat setuju bahwa gas elpiji lebih mudah
didapatkan dari minyak tanah. Masyarakat harus mengantri berjam-jam
hanya untuk mendapatkan 1 L minyak tanah. Karena hal ini lah menjadi
salah satu motivasi masyarakat memutuskan untuk beralih menggunakan
gas elpiji.
d. Ramah Lingkungan
Gambar 5.18 Diagram batang persepsi emisi gas elpiji
Lebih dari 80% responden setuju bahwa gas elpiji lebih ramah
lingkungan dari minyak tanah. Dilihat dari segi emisi (gas pembakaran)
ternyata berdasarkan fakta yang ada menjelaskan bahwa gas pembakaran
kompor minyak tanah berupa asap kompor menyebabkan asap dengan
tingkat polutan yang cukup tinggi dilihat dari warna asap kompor tersebut
yaitu hitam, sedangkan pada kompor yang menggunakan LPG terbukti
lebih ramah lingkungan dengan gas pembakaran yang lebih bersahabat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-9
e. Praktis
Gambar 5.19 Diagram batang persepsi terhadap cara penggunaan elpiji
68% setuju dan 25% sangat setuju bila pemakaian gas elpiji lebih
praktis dari minyak tanah. Di segi penggunaan, LPG dinilai lebih mudah
dalam penggunaan dibandingkan penggunaan kompor yang menggunakan
minyak tanah dengan bukti semisal pada saat menggunakan kompor
minyak tanah, perlu menggunakan sumbu yang kemudian dibasahi dengan
minyak tanah dan disulut dengan api barulah sumbu tersebut akan
menghasilkan api yang digunakan untuk dimasukan ke sumbu kompor
guna meratakan sumbu (kapilaritas) pada kompor minyak tanah. Di sisi
lain ketika menggunakan kompor gas yang menggunakan LPG, maka
tidak perlu repot-repot untuk melakukan prosedur selama prosedur kompor
minyak tanah. Selain hal-hal kemudahan yang telah dijabarkan diatas,
kemudahan dan kepraktisan penggunaan kompor berbasis LPG adalah
kemudahan dalam perawatannya.
f. Keamanan
Gambar 5.20 Diagram batang persepsi terhadap keamanan elpiji
26% sangat setuju, 41% setuju, 13% ragu-ragu, 19% tidak setuju dan
1% sangat tidak setuju bahwa mereka masih merasa takut menggunakan
gas elpiji. Ketakutan masyarakat dalam menggunakan gas elpiji terpaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-10
pada rumor bahwa elpiji atau kompor gas lebih rawan untuk meledak.
Untuk masyarakat yang tidak setuju menganggap bahwa dengan
penggunaan yang benar ledakan pada gas elpiji dapat dihindari apalagi
saat ini pemerintah menetapkan bahwa tabung gas elpiji telah memenuhi
standard Safety SNI 19-1452-2001.
5.2 Analisis Cluster
Analisis cluster dilakukan untuk mencari karakteristik perilaku masyarakat
kota Surakarta dalam menggunakan gas elpiji. Dalam menggunakan gas elpiji
masyarakat Surakarta terdiri dari 3 cluster. Dari tabel 4.10 perbedaan dari ketiga
cluster ini akan dijelaskan, sebagai berikut:
1. Cluster 1
Cluster 1 mempunyai karakteristik usia, pendapatan dan jumlah anggota
keluarga di atas rata-rata populasi. Pendidikan tamat SLTA dan PT/akademik,
menggunakan gas elpiji jenis 12 kg, membeli di agen, telah menggunakan
elpiji > 1 tahun, menggunakan gas elpiji untuk memasak dan wáter heater, dan
motivasi pembelian dikarenakan praktis.
2. Cluster 2
Cluster 2 mempunyai karakteristik usia, pendapatan dan jumlah anggota
keluarga di bawah rata-rata populasi. Pendidikan tamat SLTA, menggunakan
gas elpiji jenis 3 kg dan 12 kg, membeli di warung, telah menggunakan
elpiji > 1 tahun, menggunakan gas elpiji untuk memasak dan motivasi
pembelian dikarenakan praktis dan murah.
3. Cluster 3
Cluster 3 mempunyai karakteristik usia dan pendapatan di bawah rata-rta
populasi tetapi memiliki jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi.
Pendidikan tamat SLTP dan SLTA, menggunakan gas elpiji jenis 3 kg,
membeli di warung, menggunakan elpiji 6 bulan - 1 tahun dan > 1 tahun,
menggunakan gas elpiji untuk memasak dan motivasi pembelian dikarenakan
murah, mudah didapatkan dan praktis.
Dari penjelasan perbedaan karakteristik ketiga cluster di atas, cluster 1
termasuk dalam masyarakat dengan ekonomi yang lebih mapan. Hal ini terlihat
dari jumlah pendapatan di atas rata-rata, dan tingkat pendidikan tamat SLTA dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-11
PT/akademik. Masyarakat pada cluster ini sudah menggunakan gas elpiji jauh
sebelum pemerintah mengeluarkan kebijakan konversi gas elpiji,
pemakaian >1tahun, sehingga ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan
konversi gas elpiji, masyarakat pada cluster ini tidak terjadi perubahan perilaku.
Hal ini pun terlihat dari motivasi dalam mengunakan gas elpiji, mereka
menggunakan gas dikarenakan lebih praktis. Masyarakat cluster ini sudah tidak
merasa takut dalam menggunakan gas elpiji, dikarenakan mereka menganggap
ledakan dapat dihindari dengan penggunaan yang tepat. Cluster ini kebanyakan
menggunakan tabung 12 Kg, karena dirasa lebih praktis tanpa harus melakukan
pembelian ulang setiap minggunya, meskipun harga tabung 12 kg lebih mahal dari
tabung 3 kg. Penggunaan gas pada cluster ini tidak hanya untuk kebutuhan
memasak tetapi juga untuk water heater.
Cluster 3 adalah cluster yang dinilai sebagai sasaran paling potensial
dilakukannya program konversi gas elpiji. Hal ini dikarenakan cluster ini
mempunyai pendapatan dibawah rata-rata populasi, sedangkan jumlah anggota
keluarga di atas rata-rata populasi sehingga dapat dikategorikan sebagai keluarga
yang ekonominya masih rendah. Selain itu pembelian gas elpiji dimotivasi
dikarenakan gas elpiji lebih murah, mudah didapatkan daripada minyak tanah.
Namun kendala bagi pemerintah, cluster ini memiliki tingkat pendidikan tamat
SLTP dan sebagian besar dulunya adalah pengguna minyak tanah, sehingga
program konversi gas elpiji bukan hanya merubah bahan bakar dari minyak tanah
ke gas elpiji tetapi juga merubah perilaku dan kebiasaan. Sebagian besar
masyarakat pada cluster ini masih merasa takut dalam menggunakan gas elpiji
dikarenakan tabung gas sering bocor dan meledak. Hal ini terjadi karena
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam menggunakan dan mengantisipasi jika
terjadi kebocoran pada tabung gas. Oleh karena itu pemerintah harus lebih
meningkatkan sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap
pemakaian dan perawatan produk konversi.
Cluster 2 adalah campuran cluster 1 dan 3. Hal ini terlihat dari
penggunaan tabung gas dimana sebagian menggunakan tabung 3 Kg dan
sebagiannya lagi menggunakan tabung 12 kg. Meskipun begitu cluster ini tetap
menjadi sasaran konversi gas elpiji karena cluster ini termasuk dalam masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-12
menengah ke bawah, dilihat dari pendapatan di bawah rata-rata. Motivasi
menggunakan gas elpiji dikarenakan praktis dan murah.
5.3 Analisis Konsumsi
Konsumsi penggunaan gas elpiji dipengaruhi oleh faktor pendapatan,
jumlah anggota keluarga dan usia.
1. Pendapatan
Berdasarkan teori konsumsi, konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pendapatan maka akan semakin
tinggi tingkat konsumsi suatu produk. Namun, dari gambar 4.9 ternyata
pendapatan keluarga tidak berpengaruh terhadap jumlah konsumsi gas elpiji.
Hal ini membuktikan bahwa gas elpji merupakan suatu barang kebutuhan
pokok yang dibutuhkan oleh semua orang dan tidak terpatok terhadap jumlah
pendapatan yang dimiliki.
2. Jumlah Anggota Keluarga
Dari gambar 4.13 dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga
berpengaruh terhadap jumlah konsumsi gas elpiji. Semakin banyak anggota
keluarga yang dimiliki maka akan semakin besar pula konsumsi gas elpiji
yang digunakan. Keluarga yang memiliki jumlah anggota 3 orang
mengkonsumsi sebanyak 3 tabung dalam sebulan, keluarga yang
beranggotakan 4 orang mengkonsumsi 4 tabung dalam sebulan dan keluarga
yang beranggotakan 5 orang mengkonsumsi 5-6 tabung dalam sebulan.
3. Usia
Dari gambar 4.17 diketahui bahwa siklus hidup dan usia tidak berpengaruh
terhadap konsumsi pemakaian gas elpiji. Hal ini membuktikan bahwa usia
bukanlah batasan dalam menggunakan gas elpiji.
Berdasarkan faktor yang berpengaruh terhadap pemakaian gas elpiji yaitu
jumlah anggota keluarga dapat dilakukan perhitungan indeks konsumsi gas elpiji
yang digunakan oleh masyarakat Surakarta. Setelah melakukan perhitungan, maka
diperoleh indeks konsumsi gas elpiji per keluarga sebesar 130.586 kcal/bulan atau
11,6 Kg/bulan, indeks konsumsi gas elpiji perorangan sebesar 32.646 kcal/bulan
atau 2,9 Kg/bulan. Sedangkan jumlah gas elpiji yang dibutuhkan oleh masyarakat
Surakarta 1.541.912,614 kg/bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-13
1. Validasi terhadap real word
Berikut ini adalah grafik perbandingan antara kebutuhan gas elpiji kota
Surakarta secara nyata yang diperoleh dari Pertamina (data dapat dilihat pada
lampiran) dengan kebutuhan elpiji oleh peneliti, yaitu:
Gambar 5.21 Grafik konsumsi gas elpiji kota Surakarta
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara jumlah
kebutuhan gas elpiji dengan stok gas elpiji dari pertamina. Setiap bulannya
rata-rata pertamina menyediakan gas elpiji sebesar 2305 kl/bulan, sedangkan
kebutuhan gas elpiji masyarakat kota Surakarta sebesar 1.541.912,614
kg/bulan atau 3751 kl/bulan (3kg = 7,3 liter). Terdapat selisih yang cukup
besar antara tingkat produksi dengan kebutuhan masyarakat kota Surakarta.
Ketimpangan antara tingkat produksi dan kebutuhan masyarakat tersebut
akan menyebabkan kelangkaan gas elpiji di kota Surakarta. Besarnya jumlah
gap antara kebutuhan dan produksi gas elpiji ini dikarenakan peneliti
langsung mengalikan antara kebutuhan setiap keluarga berdasarkan
perhitungan dengan seluruh jumlah kepala keluarga yang ada di Surakarta.
Padahal kebutuhan konsumsi setiap keluarga tidak selalu bersifat linier.
2. Validasi terhadap penelitian yang telah ada
Berdasarkan hasil penelitian Yanti (2007), diperoleh energi useful sebesar
2,48 Kg/orang dalam sebulan. Sedangkan energi yang diperoleh oleh peneliti
sebesar 2,9 Kg/bulan. Meskipun metode yang digunakan dalam memperoleh
energi berbeda, pada penelitian Yanti (2007) energi diperoleh berdasarkan
energy final dan efesiensi alat memasak, sedangkan pada penelitian ini
perolehan energi langsung didapatkan dari jumlah energi yang di konsumsi
masyarakat, namun demikian jumlah energy useful yang diperoleh tidak jauh
berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user VI-1
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas kesimpulan dari analisa dan interpretasi hasil penelitian yang
mengacu pada tujuan penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran untuk
mengimplementasikan manfaat yang dapat diberikan sebagai hasil dari penelitian ini.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengumpulan data dan pengolahan data serta analisis
yang telah dilakukan, maka dari penelitian ini diambil kesimpulan, sebagai berikut:
1. Profil masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta, mayoritas lahir di
karasidenan Surakarta, beragama islam, berasal dari suku jawa, berusia
31-40 tahun, tidak bekerja atau ibu rumah tangga, memiliki pendapatan 1jt-2 jt,
tingkat pendidikan tamat SLTA/sederajat, dan posisi dirumah sebagai istri.
2. Perilaku konsumen dalam menggunakan gas elpiji di kota Surakarta, sebagai
berikut:
a. paling banyak menggunakan tabung gas 3 kg, karena masih disubsidi oleh
pemerintah, sudah menggunakan gas elpiji > 1 tahun, dan lebih memilih
membeli gas elpiji di warung dari pada agen, dikarenakan lebih mudah dalam
pembelian dan jarak.
b. Mayoritas hanya masyarakat biasa dan tidak memiliki jabatan dalam pekerjaan
(tidak bekerja), hal ini membuktikan bahwa status sosial dan jabatan dalam
bekerja tidak bepengaruh dalam menggunakan gas elpiji.
c. Dalam menggunakan gas eliji dilakukan atas keinginan sendiri adapun yang
memberi pengaruh dari luar paling besar dipengaruhi oleh pemerintah melalui
sosialisasi konversi gas elpiji.
d. Gas elpiji digunakan sebagai bahan bakar utama dalam memasak dengan
mayoritas frekuensi kegiatan memasak dilakukan setiap hari dan motivasi
dalam menggunakan gas elpiji dikarenakan kepraktisan dalam penggunaan,
murah dan mudah didapatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user VI-2
e. Masyarakat mengangap gas elpiji lebih murah, mudah didapatkan, lebih ramah
lingkungan dan praktis dari minyak tanah. Namun meskipun demikian masih
banyak masyarakat yang merasa takut dalam menggunakan gas elpiji terkait
rumor ledakan tabung gas elpiji.
3. Karakteristik masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta data dilihat pada
tabel 4.9.
4. Konsumsi penggunaan gas elpiji tidak dipengaruhi oleh jumlah pendapatan dan
usia, tetapi dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang dimiliki. Semakin
banyak anggota keluarga, semakin besar jumlah konsumsi gas elpiji yang
digunakan. Kebutuhan gas elpiji per keluarga sebesar 11,6 Kg/bulan, konsumsi
gas elpiji perorangan sebesar 2,9 Kg/bulan dan konsumsi gas elpiji masyarakat
kota Surakarta sebesar 1.541.582 Kg/bulan atau 3751 KL/bulan sementara itu
jumlah produksi gas elpiji untuk kota Surakarta sebesar 2305 KL/bulan,
ketimpangan antara jumlah kebutuhan dan produksi ini dapat menyebabkan
terjadinya kelangkaan gas elpiji di kota Surakarta.
6.2 Saran
Untuk perbaikan selanjutnya, ada bebarapa saran yang dapat dijadikan
pertimbangan bagi pemerintah dan penelitian selanjutnya. Saran-saran yang dapat
diberikan oleh penulis, sebagai berikut:
1. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan cluster masyarakat 2 dan 3 dalam
melakukan sosialisasi konversi gas elpiji. Karena masyarakat pada cluster ini
rentan terhadap rumor-rumor yang berkaitan dengan gas elpiji.
2. Pertamina meningkatkan jumlah produksi gas elpiji untuk wilayah kota Surakarta,
mengingat ketimpangan antara jumlah produksi dan konsumsi sebesar
1446 KL/bulan yang akan berakibat terjadinya kelangkaan gas elpiji di kota
Surakarta.