Upload
vonhu
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KOMUNIKASI POLITIK PADA ELITE LOKAL
SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGIS
(Studi Kualitatif Deskriptif : Pola Penyampaian Aspirasi dari Konstituen dengan Media Rumah Aspirasi DPD Jawa Tengah ; Poppy Dharsono di Jawa Tengah)
Oleh :
MUSTIKA DEWI KARTIKASARI
D0308047
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Sosiologi
JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
KOMUNIKASI POLITIK PADA ELITE LOKAL
SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGIS
(Studi Kualitatif Deskriptif : Pola Penyampaian Aspirasi dari Konstituen dengan Media Rumah Aspirasi DPD Jawa Tengah ; Poppy Dharsono di Jawa Tengah)
Oleh :
MUSTIKA DEWI KARTIKASARI
D0308047
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Sosiologi
JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERSETUJUAN
Telah Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Februari 2012
Dosen Pembimbing
Drs. Bambang Santoso, M.Si NIP.19560721 1983031002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENGESAHAN
Skripsi Ini Diterima dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada hari : Tanggal :
Panitia penguji
1. Drs. Jefta Leibo, SU. ( ) NIP : 19501229 199003 1 003 2. Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si ( )
NIP.: 19770719 200801 2 016
3. Drs. Bambang Santoso, M.Si ( ) NIP.19560721 198303 1 002
Disahkan oleh : Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas sebelas maret Surakarta
Dekan
Prof. Drs. Pawito, Ph. D NIP. 19540805 198503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
MOTTO
"Visi Tanpa Tindakan Hanyalah Sebuah Mimpi. Aksi Tanpa Bisa
Hanyalah Menghabiskan Waktu. Aksi Dengan Visi Membuat Sebuah
Perbedaan Positif.”
--Joel A Barker—
"Pekerjaan Hebat Tidak Dilakukan Dengan Kekuatan, Tapi Dengan
Ketekunan Dan Kegigihan.”
--Samuel Johnson--
“Lebih Bijaksana melihat Perempuan dari
Kegigihan, Kualitas Diri dan Prestasinya.”
--Mustika Dewi Kartikasari--
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
PERSEMBAHAN
“Skripsi Ini Ku Persembahkan Khusus
Untuk Kedua Orang Tua-Ku
Rasa Kasih Sayang Yang Kalian Berikan Padaku
Tak Kan Pernah Bisa Aku Balas Sampai Kapan-Pun
Papa & Mama,
Setiap Tetesan Air Mata Kalian Adalah
Semangat Sekaligus Cambuk Dalam Perjalanan Hidupku”
Untuk Adik-Ku Tersayang,
Terimakasih Untuk Semangat Yang Kau Berikan
“Untuk Sebuah Nama
Yang Allah SWT Siapkan
Untuk Menemaniku-Ku Kelak,
Dalam Suka Dan Duka, Dengan Penuh Kesabaran”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Taufik, Hidayah, Anugerah,
serta izin NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan berjudul Komunikasi
Politik Pada Elite Lokal Sebuah Kajian Sosiologis (Studi Kualitatif Deskriptif : Pola
Penyampaian Aspirasi dari Konstituen dengan Media Rumah Aspirasi DPD Jawa
Tengah ; Poppy Dharsono di Jawa Tengah).
Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :
1. Bapak Pawito, P.hd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Agung Priyono, M.Si, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Dr. Bagus Haryono, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Bambang Santoso, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
5. Ibu Poppy S. Dharsono selaku Anggota DPD Jawa Tengah yang telah berkenan
menjadi narasumber penelitian.
6. Semua informan yang dengan tulus memberikan informasi kepada penulis.
7. Papa, Mama dan Olin; Adikku tersayang yang selama ini telah memberikan
Dukungan, motivasi beserta Doa sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
ini.
8. Teman-teman staff dari Ibu Poppy Dharsono yang telah membantu penulis
selama penelitian (Mbak Ari, Mas Prijo, Mas Andi, Mas jujuk, Pak Budi)
9. Teman-teman Sosiologi FISIP UNS khususnya angkatan 2008 (Hurriah, Tatas,
Dian, Melati, Anggi. Tia, Novi, Paidi, Maulana, Andri, Haha, Inyong ).
10. Teman-teman terdekatku lainnya yang telah memberi dukungan dan spiritnya
(Mak Betty, Mbak Dian, Mbak Putri, Arlinda, Yulina, Mbak Lutfi, Mas “Upin”)
11. Segala Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya.
Untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menambah khasanah keilmuan bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.
Surakarta,
Mustika Dewi Kartikasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
From the result of analisyst, it could be found that the actors pursue the goals that have follow-up of the aspirations which articulated through the media Aspiration House. Related to research topics, researchers are linking the constituent as the actors for their purpose to get advocacy of aspiration. In the other way, there are alternative conditions to pursue the goals. The alternative way to pursue the goals are regulated by the Goverment. The Aspiration Delivery Pattern also refers to the theory of action that is triggered by Talcot Parsons. In this study there are five patterns of aspiration delivery the universalism of the national issues, particularism found in the regional issues, the collective orientation which refers to the aspirations of the constituents, the specificity and quality.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Daftar Isi
Halaman Judul i
Halaman Persetujuan ii
Halaman Pengesahan iii
Halaman Motto iv
Halaman Persembahan v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Bagan xii
Daftar Tabel xiii
Daftar Gambar xiv
Abstrak xv
Abstract xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu 12
B. Kerangka Teori 20
Teori Aksi 20
D. Definisi Konsep 25
D.1. Elite Politik 25
D.2. Konstituen 25
D.3 Rumah Aspirasi 26
D.4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) 26
E. Kerangka Berpikir 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian 29
A.1. Kondisi Geografis Jawa Tengah 29
A.2. Letak Rumah Aspirasi Poppy Dharsono 30
B. Bentuk / Strategi Penelitian 31
C. Teknik Pengumpulan Data 32
D. Teknik Pengambilan Sample 34
E. Validitas Data 35
F. Teknik Analisis Data 35
G. Prosedur Kegiatan 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB IV SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Institusi Penelitian 39
A.1. DPD dan Landasan Hukum dari DPD 39
A.2. Visi dan Misi DPD 40
A.2.1 Visi DPD 40
A.2.2. Misi DPD 41
A.3. Fungsi, Tugas dan Wewenang DPD 42
A.3.1 Fungsi Legislasi 43
A.3.2. Fungsi Pertimbangan 43
A.3.3. Fungsi Pengawasan 43
A.4. Hak dan Kewajiban DPD 44
B. Profil Informan 45
C. Eksistensi DPD sebagai Perwakilan Konstituen 47
1. Aktivitas DPD 47
2. Isu yang diangkat oleh DPD 50
D. Forum Komunikasi Politik 52
D.1. Forum dengan Model Top-Down 52
a. Diskusi dengan konstituen di NU Center Boyolali 53
b. Diskusi dengan Masyarakat Cepu, Isu Amdal Blok Cepu dan Dana Bagi Hasil (DBH) 56
c. Diskusi dengan Masyarakat Kradenan, Isu Bantuan dari Pemerintah yang dipolitisir dan Akses Informasi Bantuan 61
d. Diskusi dengan Masyarakat di Dikranasda Jepon, Isu Bantuan untuk Pameran UMKM dan Pembangunan Sekolah Kayu. 62
e. Diskusi dengan Mahasiswa FISIP UNS Mengenai Pendidikan Politik 65
D.2. Forum dengan Model Bottom-Up Diskusi dengan Masyarakat Makamhaji, Isu Pembangunan Underpass 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
E. Pola Penyampaian Aspirasi 76
F. Efek Dari Penyampaian Aspirasi 94
a. Transparansi 94
b. Kepercayaan Publik 96
G. Realisasi dari Penyampaian Aspirasi 99
a. Dana Bagi Hasil Blok Cepu 99
b. Penolakan Terhadap Pembangunan Gedung DPR-DPD 103
c. Kajian Terhadap Pembangunan underpass Makamhaji 104
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 106
B. Implikasi 108
B.1. Implikasi Teoritik 108
B.2. Implikasi Empirik 109
C. Saran 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Daftar Bagan
Bagan 2.1. Pola Penyampaian Aspirasi dari Konstituen pada
Elite Lokal 28
Bagan 3.1. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif. 36
Bagan 4.1. Sebuah Model Komunikasi Sederhana 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Daftar Tabel
Tabel 4.1. Tabel Narasumber berdasarkan Jenis Kelamin, Usia dan Kedudukan dalam Dewan Perwakilan Daerah 46
Tabel 4.2. Tabel Forum Penyampaian Aspirasi dan Bahasa
yang Digunakan 79
Tabel 4.3. Tabel Isu yang Dibahas dan Segmentasi Isu 82
Tabel 4.4. Tabel Pola Penyampaian Aspirasi 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Daftar Gambar
Gambar 3.1. Peta Provinsi Jawa Tengah 30
Gambar 3.2. Peta Lokasi Rumah Aspirasi Poppy Dharsono 31
\
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
Mustika Dewi Kartikasari, D0308047, 2012, Komunikasi Politik Pada Elite Lokal Sebuah Kajian Sosiologis (Studi Kualitatif Deskriptif : Pola Penyampaian Aspirasi Dari Konstituen Dengan Media Rumah Aspirasi DPD Jawa Tengah ; Poppy Dharsono Di Jawa Tengah). Skripsi : Program Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan Pola Penyampaian Aspirasi dari Konstituen kepada anggota DPD Jawa Tengah dengan media Rumah Aspirasi ; Poppy Dharsono. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, serta metode utamanya studi kasus, dengan mengambil lokasi di Provinsi Jawa Tengah. Data penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder, data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara mendalam kepada informan, yaitu anggota DPD Jawa Tengah; Poppy Dharsono, Konstituen peserta kuliah umum anggota DPD, dan konstituen peserta reses DPD Jawa Tengah. adapun pengambilan sampel dilakukan dengan Judgement Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi tidak partisipasi , wawancara secara mendalam dan dokumentasi. Analisa data menggunakan model interaktif. Validitas data dilakukan dengan teknik trianggulasi data (sumber).
Setelah dilakukan analisis diketahui bahwa aktor mengejar tujuan yakni mendapat follow-up dari aspirasi yang disampaikan melalui media Rumah Aspirasi. Berhubungan dengan topik penelitian yang diangkat, peneliti mengkaitkan konstituen merupakan aktor yang demi tujuannya mendapat advokasi dari aspirasi. Selain itu, ditemukan kondisi alternatif yang digunakan oleh aktor untuk mencapai tujuannya. Dalam menjalankan alternatif itu, tindakan aktor diatur oleh Undang-Undang. Untuk pola penyampaian aspirasi dari konstituen juga merujuk pada teori aksi yang dicetuskan oleh Talcot Parsons. Dalam penelitian ini terdapat lima pola penyampaian aspirasi yaitu universalisme dalam isu nasional yang diangkat, partikularisme ditemukan pada isu daerah yang dibahas, orientasi kolektif yang merujuk pada aspirasi konstituen, kekhususan dan juga kualitas.
Efek dari adanya komunikasi politik dua arah adalah transparansi kinerja dan kepercayaan publik. Transparansi disini berarti ada pertanggungjawaban kinerja oleh elite politik kepada konstituennya di daerah. Kepercayaan publik juga terbangun karena adanya pertanggungjawaban dari kinerja elite dan juga pelaksanaan tugas penyerapan aspirasi di forum reses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT Mustika Dewi Kartikasari, D030807, 2012, Political Communication in Local Elite: A Sociological Study. (A Descriptive Qualitative Study: Aspiration Delivery Pattern of the Constituent using Aspiration House of Central Java DPD media; Poppy Dharsono in Central Java). Thesis: Graduate Program of Surakarta Sebelas Maret University.
This research aims to explain the Aspiration Delivery Pattern of the Constituent to the members of Central Java DPD using Aspiration House media; Poppy Dharsono.
This study belongs to a qualitative research, and the basic method was case study, taken place in Central Java Province. The data of research consisted of primary and secondary data; the primary data was obtained directly from the result of in-depth interview with the informant, in this case the member of Central Java DPD: Poppy Dharsono, Constituents attending the general lecture of DPD members, and constituents of the recess participants from Central Java DPD. The sample was taken using Judgment sampling. The data collection was done using non-participatory observation technique, in-depth interview and documentation. The data analysis was done using an interactive model. The data validity was done using data triangulation technique (source).
From the result of analysis, it could be found that the actor pursued the objective of obtaining follow-up from the aspiration conveyed through Aspiration House media. Regarding the topic raised in this research, the author related the constituent to the actor that for the sake of her objective obtained advocacy from aspiration. In addition, it was found the alternative condition used by the actor to achieve her objective. In undertaking this alternative, the actor’s action was governed by the Law. In the term of aspiration delivery from the constituent, it also referred to the action theory proposed by Talcot Parsons. In this research there were five aspiration delivery patterns: universalism in the national issue raised, particularism found in local issue discussed, collective orientation referring to the constituent aspiration, particularity and also quality.
The effect of the presence of two-way political communication was performance transparency and public trust. Transparency here means there is a performance responsibility from the political elites to their constituents in local areas. Public trust was also built because of the elite performance responsibility presence and the implementation of aspiration absorption duty in recess forum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DPD RI (Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia) merupakan
lembaga tinggi Negara setara dengan DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia). Keberadaan DPD RI ini tergolong masih baru, pasalnya
DPD RI mulai dibentuk dan disahkan oleh Undang-Undang sejak tahun 1999.
DPD RI resmi menjadi lembaga negara saat reformasi dan baru dua kali periode
jabatan. DPD ini lahir sebagai lembaga baru dengan tujuan untuk check and
balances bagi kinerja anggota DPR. DPD menjadi penyeimbang DPR di
parlemen agar sistem politik serta pemerintahan yang berjalan dapat terlaksana
dengan efektif dan terkontrol.
DPD (Dewan Pertimbangan Daerah) merupakan institusi yang
menjadi ujung tombak atas perjuangan dan aspirasi-aspirasi konstituen di tingkat
daerah. DPD menjadi wadah dalam politik taktis yang keberadaannya disahkan
oleh UUD No 22 Tahun 2003. Landasan dari adanya DPD RI adalah Undang-
Uundang No 22 Tahun 2003, yakni Bab IV tentang DPD, pasal 32 sampai pasal
51. Dari pasal-pasal tersebut, fungsi dan kedudukan DPD hampir setara dengan
DPR RI. Untuk tugas dan kewenangan DPD, (1) DPD dapat mengajukan kepada
DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. (2) DPD
mengusulkan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada DPR dan DPR mengundang DPD untuk membahas sesuai tata tertib
DPR. (3) Pembahasan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan sebelum DPR membahas rancangan undang-undang dimaksud
pada ayat (1)dengan pemerintah.
DPD RI merupakan anggota dewan di parlemen, yang mana seorang
anggota DPD diajukan bukan melalui partai politik. Dapat dikatakan bahwa
anggota DPD ini berasal dari aktor lokal yang independen. Aktor lokal ini
muncul karena keikutserataannya dalam organisasi-organisasi non-politik.
Organisasi memunculkan aktor lokal, mekanisme dalam suatu organisasi-lah
yang mendidik aktor dan mempersiapkan aktor lokal menjadi elite politik untuk
dapat dicalonkan menjadi Anggota Dewan karena penaglamannya dalam
organisasi.
DPD ini dipilih di tingkatan provinsi, dan dari sejumlah calon DPD,
hanya empat orang saja yang dapat menjadi DPD di setiap provinsi. Jumlah
anggota DPD ini sama di setiap provinsi, baik itu yang mempunyai wilayah
besar dan juga wilayah yang kecil. Seperti misalnya di Jawa Tengah yang punya
35 kabupaten / kota yang diwakili empat orang DPD, dan di Gorontalo yang
mempunyai kabupaten kota lebih sedikit, juga punya empat anggota DPD.
Jumlah anggota DPD ini memang tidak memperhitungkan keterwakilan aspirasi
masyarakat, dengan indikator luas wilayah dan juga jumlah penduduk yang
diwakili.
DPD ini berfungsi hanya sebagai penyambung lidah rakyat kepada
DPR. DPD ini menjadi perwakilan dari daerah-daerah, dan menjadi dewan
pertimbangan bagi DPR. DPD menyerap aspirasi masyarakat melalui reses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
selama tiga bulan sekali, seperti anggota DPR. DPD ini menyerap aspirasi dan
mem-follow-up-i hasil reses dengan mengusulkannya pada DPR. DPD tidak
mempunyai kewenangan untuk benar-benar mengakomodasi aspirasi masyarakat
menjadi suatu kebijakan dan Undang-Undang tanpa usulan dari DPR. Dalam hal
ini, DPD tidak mempunyai kewenangan sebesar DPR. Padahal, sistem politik
yang kita adopsi dari Amerika, memberikan ruang pada Senator / DPD dalam
intervensi terhadap kebijakan melalui Hak Veto.
DPR merupakan dewan perwakilan yang anggotanya berasal dari
kadidat yang dibesarkan oleh partai politik. Seorang anggota DPR disaring, di-
didik oleh partai politik untuk menjadi seorang aktor. Partai politik menjadi
sarana kaderisasi dan pematangan dari pendidikan politik serta penyiapan kader
agar mampu menjadi seorang anggota dewan yang melek politik. Karena berasal
dari partai politik, seorang anggota DPR harus memperjuangkan kepentingan
partai-nya juga kepentingan rakyat. Kadang kala, ada benturan / konflik
kepentingan antara kepentingan golongan (partai politik tertentu) dengan
kepentingan rakyat.
Anggota DPR dipilih per DaPil (Daerah Pemilihan), dan jumlahnya-
pun lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah DPD yang 1/3 jumlah DPR,
yakni 550 orang anggota DPR (dalam pasal 17 UU NO. 22 Tahun 2003). Tugas
DPR dalam pasal 25 UU No.22 Tahun 2003 adalah legislasi, anggaran dan
pengawasan, dan tugas ini tidak dimiliki oleh anggota DPD. Dalam Pasal 27
DPR mempunyai hak interpelasi, angket dan menyatakan pendapat. Hal lain
yang membedakan DPR dengan DPD mengajukan rancangan undang-undang
dan mengajukan pertanyaan yang disebutkan dalam Pasal 28.
Di sisi lain, perwakilan perempuan dalam parlemen menjadi suatu hal
yang digadang-gadang, bahkan keberadaan perempuan dalam parlemen sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
diatur dalam Undang-Undang. Jika dilihat dari sejarahnya, hak-hak politik
perempuan sudah diatur sejak tahun 1958, melalui UU No. 68 tahun 1958 dan
juga UU No.7 tahun 1984. Pasal 1 dan Pasal 2 Konvensi Hak-Hak Politik
Perempuan yang telah diratifikasi melalui UU No. 68 Tahun 1958 antara lain
memuat : 1) Wanita mempunyai hak untuk memberikan suaranya dalam semua
pemilihan dengan syarat-syarat sama dengan laki-laki tanpa suatu diskriminasi
(Pasal 1); 2) Wanita akan dapat dipilih untuk pemilihan dalam semua badan-
badan pemilihan umum, yang didirikan oleh nasional dengan syarat-syarat yang
sama dengan laki-laki, tanpa suatu diskriminasi (Pasal 2).
Partisipasi perempuan dalam politik masih menjadi suatu perhatian
khusus dari para akademisi dan politisi. Partisipasi perempuan disini meliputi
partisipasi menjadi aktor / politisi yang dipilih rakyat maupun menjadi pemilih
dalam suatu pemilihan umum. Jika kita menilik pada Undang-Undang Pemilu
Nomor 10 Tahun 2008, terlihat sekali komimen untuk mengakomodasi
kepentingan Perempuan di Parlemen. Dalam Pasal 8 ayat 1 huruf (d), yang
mengatur partai peserta pemilu menyertakan minimal 30 persen keterwakilan
perempuan di kepengurusan tingkat pusat. Pasal 53 mengatur daftar bakal calon
memuat paling sedikit 30 persen keterwakilan perempuan.
Dengan diaturnya partisipasi perempuan di ranah politik melalui
Undang-Undang Pemilu Nomor 10 Tahun 2008, sudah nampak ada peningkatan
keterlibatan perempuan. Hal tersebut dikemukakan oleh MenNeg PP-PA ; Linda
Amalia Sari1 :
“pada pemilu 2004 anggota DPR-RI perempuan berjumlah 61 orang (11,5 persen) dan laki-laki 489 orang (88,5 persen). Pada pemilu 2009 jumlah anggota DPR-RI perempuan meningkat
1 http://www.solopos.com/2010/channel/nasional/2009-keterwakilan-perempuan-di-legislatif-naik-12766 diakses pada 5 September 2011 pukul 11.32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menjadi 101 orang (18.04 persen) dan laki-laki menjadi 459 orang (81,6 persen).Sementara itu jumlah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) perempuan hasil pemilu 2004 berjumlah 26 orang (18,8 persen) dan laki-laki 106 orang (80,2 persen).Pada pemilu 2009 mengalami peningkatan jumlah anggota DPD perempuan menjadi 34 orang (27,27 persen) dan laki-laki 98 orang atau (72,73 persen).”
Jika di dalam parlemen sudah ada perwakilan perempuan, maka
kepentingan perempuan dalam pembangunan menjadi suatu hal yang terwakili
dan dapat terwujud adil gender dalam ranah politik2. Namun, sebelum memasuki
parlemen, perempuan yang diharapkan menjadi perwakilan ini harus melalui
Tahapan-tahapan seperti halnya kaderisasi yang matang. Menjadi wakil
perempuan dalam politik tidak serta-merta ‘jalan instan’ yang diterima oleh
seorang elite. Ada mekanisme yang harus dijalani ketika ingin menjadi seorang
aktor bahkan dalam tataran elite sekalipun. Mekanisme menjadi seorang elite ini
harus diawali dengan ikut serta dalam Organisasi Masyarakat (OrMas) untuk
aktualisasi diri, mendaftar di KPU untuk suatu pemilihan umum, setelah terpilih
menjadi calon maka dapat mengikuti proses pemilihan umum dan selanjutnya
pelantikan bagi calon yang telah terpilih sebagai pengukuhan mandat dari
rakyat.
Keberadaan elite politik perempuan; DPD RI ini tergolong masih baru,
pasalnya DPD RI mulai dibentuk dan disahkan oleh Undang-Undang sejak tahun
1999. DPD RI resmi menjadi lembaga negara saat reformasi dan baru dua kali
periode jabatan. Menjadi suatu hal yang menarik ketika kita melihat fakta bahwa
2 Mona Lena Krook. Why Are Fewer Women than Men Elected? Gender and the Dynamics of Candidate Selection. DOI: 10.1111/j.1478-9302.2009.00185.x. 23 APR 2009. The Author. Journal compilation. Political Studies Association.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
lembaga baru yakni DPD yang di dalamnya partisipasi elite politik perempuan
sangat tinggi yakni 27,27%. Susksesnya elite politik perempuan menjadi anggota
DPD menandakan bahwa terjadi komunikasi politik yang baik ketika masa
kampanye. Melalui visi misi yang diusung calon legislatif perempuan yang dapat
diterima dengan baik oleh konstituen, sehingga lebih memilih calon legislatif
berjenis kelamin perempuan.
Hal urgen yang yang menjembatani elite politik dengan konstituen
adalah komunikasi politik. Dalam komunikasi politik terdapat interaksi, interaksi
antara individu (aktor maupun elite) dengan Individu lain (aktor maupun elite),
interaksi juga dapat terjadi antara individu (aktor maupun elite) dengan
kelompok (masyarakat / konstituen). Seperti yang dikemukakan Dahlan (1999)
di dalam komunikasi politik terdapat proses pengoperan lambang-lambang /
simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang /
kelompok pada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan / cara pikir,
serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak menjadi target politik 3.
Pesan politik ini dapat berupa tuntutan dan aspirasi dari masyarakat, informasi
kegiatan politik atau bahkan strategi kampanye.
Dalam komunikasi politik, salah satu sub-bab yang menarik untuk
diteliti adalah mengenai pola penyerapan aspirasi atau tuntutan dari bawah
menjadi suatu kebijakan. Aspirasi-aspirasi itu diserap dari bawah melalui
mekanisme reses anggota dewan, rumah aspirasi, lewat surat kabar atau bahkan
website untuk dibawa dan dibahas dalam forum dewan. Ketika aspirasi-aspirasi
dari bawah sudah diterima, hal yang sulit dilakukan adalah follow-up dari semua
aspirasi yang diterima. Yang menjadi permasalahan adalah ketika terlalu banyak
aspirasi yang masuk ke anggota dewan, sedangkan hanya sedikit yang bisa
dikomunikasikan ke forum anggota dewan, sehingga tidak semua aspirasi itu
3 Hafied Cangara. 2009. Komunikasi Politik : Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dapat tersampaikan. Diharapkan dengan mengetahui pola penyerapan aspirasi
oleh anggota DPD ini, konstituen dapat mengawal proses penyerapan aspirasi
agar aspirasi yang telah diterima anggota DPD sampai kepada perumusan
kebijakan.
Pada penelitian ini fokus utama peneliti adalah mengenai pola
penyerapan aspirasi oleh elite politik lokal perempuan anggota DPD Jawa
Tengah melalui media Rumah Aspirasi. Oleh karena itu, peneliti mengambil
judul KOMUNIKASI POLITIK PADA ELITE LOKAL SEBUAH KAJIAN
SOSIOLOGIS (Studi Kualitatif Deskriptif : Pola Penyampaian Aspirasi dari
Konstituen dengan Media Rumah Aspirasi DPD Jawa Tengah ; Poppy Dharsono
di Jawa Tengah).
B. Rumusan Masalah
Satu elite lokal perempuan dari Jawa Tengah yang sukses duduk di DPD
RI adalah Poppy Susanti Dharsono.
“Trackrecord beliau dari perancang mode, kemudian menjadi pengusaha, selain itu Poppy Dharsono juga menjadi pendiri dan Direktur Utama dari Indonesian International Fashion Institute (IIFI), Poppy juga pendiri dari Assosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI). Saat ini Poppy Dharsono masih menjadi Ketua Umum Assosiasi Pemasok Garmen Indonesia (APGI) yang memperkuat posisi tawar Indonesia melawan supplier lawan. Ada juga Asosiasi Apparel Manufaktur Indonesia (AAMI) yang pernah didirikan Poppy dengan kawan-kawan dari industri garmen, bertujuan untuk mengembangkan desain-desain Indonesia untuk diperkenalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
ke luar negeri. Poppy Dharsono juga menjadi pengusaha yang aktif di KADIN (Kamar Dagang dan Industri)4.”
Dari trackrecord tersebut, pengalaman berorganisasi serta kemampuan
membangun jejaring menjadi hal yang mendukung beliau untuk menjadi anggota
DPD perwakilan dari Jawa Tengah.
Sebelum menjadi seorang elite politik anggota DPD, ada mekanisme yang
harus dijalani seorang calon DPD yakni mulai dengan mendaftarkan diri ke Komisi
Pemilihan Umum, mengumpulkan 5.000 foto kopi kartu tanda penduduk warga Jawa
Tengah sebagai bentuk dukungan awal yang akan diverifikasi oleh Komisi Pemilihan
Umum, setelah ada keputusan KPU mengenai calon yang lolos maka calon itu berhak
mengikuti pemilihan umum, proses selanjutnya adalah kampanye dari calon legislatif,
proses pemungutan suara di Tempat Pemungutan Suara penghitungan suara yang
masuk di TPS dan proses terakhir adalah penetapan calon dengan suara terbanyak5.
Poppy Dharsono dapat duduk di DPD dengan dipilih oleh 892.490 suara. Poppy
Dharsono duduk sebagai anggota DPD di Komite II. Fokus kerja di komite II DPD
4 http://dpd.go.id/2010/06/poppy-susanti-dharsono/ diakses pada 27 November 2011 pukul 16.00 WIB Nasir Tamara. 2008. Poppy Dharsono : Perempuan Jawa Abad ke-21. Jakarta : Penerbit Delta. Halaman 153-199. 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 pasal 4, pasal 67 ayat 1 dan 2 huruf a sampai i tentang Tata Cara Pendaftaran Bakal Calon Anggota DPD. Pasal 70 tentang Pengawasan atas Verifikasi Kelengkapan Administrasi Calon Anggota DPD. Pasal 71 tentang Penetapan Daftar Calon Sementara Anggota DPD. Pasal 75 tentang Penetapan dan Pengumuman Daftar Calon Tetap Anggota DPD. Pasal 76 - 79 tentang kampanye. Pasal 149 tentang Pemungutan Suara. Pasal 172 tentang Penghitungan Suara. Pasal 182 Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara di Kecamatan. Pasal 187 Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara di Kabupaten/Kota. Pasal 191 Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara di Provinsi. Pasal 194 Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara Secara Nasional . Pasal 199 Penetapan Hasil Pemilu. Pasal 200 Penetapan Perolehan Suara. Pasal 213 dan pasal 215 tentang Penetapan Calon Terpilih.
http://www.tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2008/07/01/brk,20080701-127227,id.html diakses pada 27 November 2011 pukul 16.00 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
RI Perwakilan Jawa Tengah adalah isu-isu yang berkaitan dengan pemberdayaan
perempuan, pengembangan usaha kecil dan pemeliharaan lingkungan di Jawa
Tengah6.
Karena mendapat mandat di komisi II DPD RI, maka konstituen dari Poppy
Dharsono berasal dari pengusaha kecil menengah di Jawa Tengah, pengusaha berjenis
kelamin perempuan, Petani, konstituen yang butuh advokasi mengenai AMDAL
(Analisa Dampak Lingkungan) serta masalah-masalah lingkungan dan yang berkaitan
dengan tugas beliau di Komite II DPD RI. Untuk menjaring aspirasi-aspirasi dari
konstituennya di daerah dibutuhkan komunikasi politik dua arah. Ruang yang
dicipkatan untuk menjaring aspirasi adalah forum-forum penyerapan aspirasi berupa
reses ke daerah-daerah di seluruh Jawa Tengah. Reses DPD sendiri dilakukan setiap
tiga bulan sekali dengan mengunjungi konstituen yang berbeda-beda.
Dari uraian tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut ini :
Bagaimana pola penyampaian aspirasi kepada elite politik lokal perempuan
anggota dewan perwakilan daerah jawa tengah dengan media rumah aspirasi Poppy
Dharsono di Jawa Tengah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pola penyampaian aspirasi kepada elite politik
lokal anggota DPD Jawa Tengah dengan media rumah aspirasi Poppy Dharsono
di Jawa Tengah.
6 http://dpd.go.id/alat-kelengkapan-dpd/komite-ii/ diakses pada 27 November 2011 pukul 16.00 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme penyampaian aspirasi dari konstituen
kepada elite politik lokal anggota DPD Jawa Tengah dengan media rumah
aspirasi Poppy Dharsono di Jawa Tengah.
D. Manfaat
1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi proses pembelajaran bagi peneliti
dalam mengaplikasikan teori-teori Sosiologi Politik dan Teori Politik Lokal yang
dipelajari di bangku perkuliahan, serta melatih peneliti untuk berpikir lebih
ilmiah, kritis dan sistematis. Dengan melakukan penelitian ini, peneliti juga
mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang lebih mengenai pola penyampaian
dan penyerapan aspirasi oleh elite lokal anggota DPD Jawa Tengah dengan
media rumah aspirasi Poppy Dharsono di Jawa Tengah.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan di bidang
Sosiologi Politik dan Politik Lokal, serta menambah pengetahuan dan pemikiran
mengenai pola penyampaian dan penyerapan aspirasi oleh elite lokal perempuan
anggota DPD Jawa Tengah dengan media Rumah Aspirasi Poppy Dharsono di
Jawa Tengah.
3. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat
mengenai pola penyampaian aspirasi dan penggunaan media dalam penyampaian
aspirasi serta kinerja DPD dalam penyerapan Aspirasi. Selain itu, skripsi ini akan
memaparkan mengenai responsivitas kebijakan Pemerintah melalui kinerja DPD
selama penyerapan aspirasi dan artikulasi dari aspirasi yang diterima. Lebih
lanjut, diharapkan dengan penulisan karya ini dapat mengajak masyarakat untuk
lebih partisipatif dalam tuntutan dan dukungan (demand and support) dalam
sistem pemerintahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
4. Digunakan sebagai bahan masukan terhadap rumah aspirasi DPD; Poppy
Dharsono yang menjadi fokus penelitian. Diharapkan dengan penelitian ini
dapat memberikan saran serta kritik yang membangun mengenai kinerjanya
selama ini dalam melakukan penyerapan aspirasi serta tindak-lanjutnya yang
berupa artikulasi dari kepentingan di daerah ke pusat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENELITIAN TERDAHULU
Berikut ini merupakan Penelitian terdahulu yang terkait dengan Penelitian
mengenai komunikasi politik pada elite politik lokal perempuan anggota DPD
Jawa Tengah :
1. Merujuk pada Penelitian yang dilakukan oleh Aida Nursanti pada
tahun 2009 dengan judul Pola Komunikasi Politik Masyarakat Transisi Pada
Pemilukada 2010 (Studi Kasus Tentang Pola Pengaruh Komunikasi Politik
Dalam Membentuk Perilaku Memilih Masyarakat Transisi Di Desa
Ngabeyan Kecamatan Kartasura Pada Pemilukada Sukoharjo 2010)
Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kualitatif. Metode yang
digunakan adalah studi kasus, karena fokus penelitian terletak pada
fenomena kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata. Teknik
pengumpulan datanya menggunakan metode wawancara mendalam (indepth
interview), observasi, dan dokumentasi. Teknik purpossive sampling
digunakan untuk memilih 15 orang informan penelitian, sementara validitas
data diuji melalui teknik triangulasi sumber (data) dan analisa data
menggunakan model interaktif Miles dan Huberman.
Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa komunikasi politik yang
dijalankan kandidat calon melalui saluran komunikasi antar persona, iklan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
media luar ruang, dan media massa berhasil mempengaruhi preferensi dan
perilaku memilih masyarakat transisi desa Ngabeyan kecamatan Kartasura.
Akan tetapi, pengaruh tersebut memiliki polanya masing-masing dan tidak
sama antara individu satu dengan yang lainnya, sesuai dengan karakteristik
masyarakat transisi yang heterogen. Secara umum, komunikasi antar
persona paling berpengaruh dalam membentuk perilaku memilih
dibandingkan saluran lainnya, terutama pada tipikal pemilih partisan dan
pemilih sekedar memilih.
Pada pemilih rasional, komunikasi politik antar persona berpengaruh
dalam memperkuat keyakinan akan preferensi awal pemilih terhadap
kandidat tertentu. Secara khusus, iklan media luar ruang berpengaruh
membentuk perilaku memilih pada situasi dan kondisi di mana pemilih tidak
memperoleh akses informasi terhadap sumber pengaruh yang lain, seperti
komunikasi politik antar persona dan media massa. Pengaruh ini terutama
tampak pada perilaku pemilih sekedar memilih yang memiliki
kecenderungan untuk memilih kandidat calon yang paling familiar, paling
sering dilihat ataupun didengar. Dalam konteks inilah iklan media luar
ruang memainkan peranannya.
Media massa secara khusus berpengaruh dalam membentuk perilaku
memilih pemilih rasional yang relatif terpelajar serta tidak memiliki
kepentingan maupun ikatan emosional dengan partai atau kandidat
manapun. Selain itu, mereka cenderung tidak pernah terlibat dalam
komunikasi politik antar persona dengan siapapun. Kalaupun ada,
komunikasi politik tersebut tidak disisipi adanya kepentingan khusus untuk
menggiring opini, melainkan hanya sebatas obrolan seperti biasa pada
umumnya dan topik pemilukada yang menjadi muatannya murni karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kegiatan tersebut memang tengah berlangsung dan menjadi pembicaraan
hangat di tengah masyarakat.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kampanye publik ternyata
tidak mempengaruhi preferensi pemilih terhadap kandidat tertentu, apalagi
membentuk perilaku memilihnya. Hal ini dikarenakan masyarakat
menyadari tujuan dilaksanakannya kampanye adalah untuk menggalang
dukungan suara sehingga apa yang disampaikan cenderung yang baik-baik
saja. Kehadiran masyarakat non-partisan dalam kampanye publik yang
diadakan kandidat calon umumnya hanya karena tertarik pada hadiah yang
ditawarkan dan juga hiburan yang diberikan.
2. Merujuk pada penelitian yang dilakukan Paring Gentur Utomo pada
2009, dengan judul Komunikasi Politik Calon Legislatif dalam Pemilihan
Umum Anggota DPRD Kota (Studi Strategi Kampanye Calon Legislatif
Partai Berideologi Nasionalis dan Islam Periode Kampanye Bulan Maret
pada Pemilihan Umum DPRD Kota Blitar Tahun 2009. Jenis penelitiannya
tergolong kedalam penelitian kualitatif deskriptif. Temuan di lapangan
berupa :
a) Strategi kampanye yang dilakukan oleh calon legislatif dari
partai berideologi agam maupun nasionalis pada umumnya
berbentuk sama yaitu dengan melalui sales promotion, direct
marketing, poster dan kampanye organisasi.
b) Ideologi berdampak hanya pada tataran penampilan dalam dalam
penyampaian kampanye, sedangkan secara substansi (strategi
kampanye) ideologi tidak terlalu berpengaruh.
3. Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Albert Muhammad Isrun
Naini pada 2009 dengan judul Pola Komunikasi Politik antar Persona
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Masyarakat pada Pemilu Legislatif 2009 penelitiannya digolongkan
kedalam penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Strategi
penelitiannyaadalah dengan studi kasus tunggal terpancang. Teknik
pengambilan datanya dengan wawancara mendalam, observasi non-
partisipan. Teknik pengambilan sampelnya dengan teknik purposive
sampling. Validitas datanya diuji dengan teknik trianggulasi data. Teknik
analisis datanya dengan menggunakan tiga komponen, yakni reduksi data,
sajian data dan penarikan kesimpulan(H.B.Sutopo : 2002). Temuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Komunikator pada pemilu legislatif 2009 ada dua yakni : aktifis
politik dan pemerintahan desa.
b) Pesan yang disampaikan adalah harapan calon legislatif untuk
dapat dipilih masyarakat saat pemilu legislatif 2009.
c) Media komunikasi politiknya ada 2,yaitu komunikasi secara
langsung dan komunikasi tidak langsung. Komunikasi
langsungnya berupa SLJ (Sonjo, Layat, Jagong) agar masyarakat
memberikan umpan balik pada calon legislatif. Sedangkan
komunikasi tidak langsungnya dengan mesin struktural partai dan
mesin struktural partai.
d) Faktor-faktor dalam komunikasi politik ada faktor penghambat
dan ada pula faktor pendukung. Faktor pendukung dari
komunikasi politik berupa isu putra daerah, adanya tokoh
incumbent, adanya figur baru yang dijual dan adanya kader yang
kuat/ grassroot. Sedangkan faktor penghambat berupa tingkat
pendidikan masyarakat, money politics, intervensi pejabat /
pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4. Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Sigit Nugroho, dengan
judul Komunikasi politik partai dengan Organisasi kemasyarakatan:Studi
Tentang Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Komunikasi Politik Pada
Partai Amanat Nasional dan Organisasi Kemasyarakatan di Kecamatan
Serengan Surakarta, disimpulkan sebagai berikut :
Dari hasil studi lapangan terhadap Partai Amanat Nasional DPC
Serengan dan sejumlah organisasi kemasyarakatan yang berada di dalam
lingkup Kecamatan Serengan, maka dapat dirumuskan sejumlah faktor yang
memepengaruhi proses komunikasi politik antara keduanya. Faktor-faktor
tersebut tidak hanya berupa faktor pendukung saja, namun juga faktor-faktor
yang menghambat kelancaran proses komunikasi politik tadi.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan
analisa kualitatif, yang lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran
dan/atau pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa
suatu gejala atau realitas sosial bisa terjadi. Dalam membangun komunikasi
politik yang baik dengan organisasi kemasyarakatan, partai politik perlu
mengoptimalkan fungsi-fungsinya dan juga menganalisa kembali apa saja
kekurangan yang mereka miliki, untuk kemudian memperbaikinya. Selain
itu, dari pihak organisasi kemasyarakatan sendiri juga harus kooperatif dan
aktif memulai komunikasi dengan partai politik. Proses komunikasi politik
yang lancar adalah salah satu kunci kesuksesan demokrasi.
5. Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Indah Suryani, dengan
judul penelitian Partisipasi Perempuan Dalam Komunikasi Politik (Studi
tentang Partisipasi Perempuan dalam Komunikasi Politik di Pos Wanita
Keadilan (Pos-WK) Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) Sukoharjo Tahun 2009) ini bertujuan untuk mengetahui; 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Perempuan dalam
Komunikasi Politik di Pos-Wanita Keadilan (Pos-WK) Dewan Pimpinan
Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sukoharjo. 2) Mengetahui
bentuk-bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh perempuan di Pos-
Wanita Keadilan (Pos-WK) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) Sukoharjo.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang
didukung data kualitatif dengan menggunakan metode puposive sampling
untuk menentukan subjek penelitian. Penelitian dilakukan di wilayah
Kabupaten Sukoharjo dimana subjek penelitian berkegiatan. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam, mengkaji dokumen
dan arsip, serta observasi langsung.
Setelah dilakukan analisis diperoleh kesimpulan:
1) a. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi perempuan dalam
komunikasi politik di Pos-WK DPD PKS Sukoharjo dipengaruhi
alasan internal dan eksternal. Pemberdayaan perempuan Indonesia
di semua sektor kehidupan, termasuk didalamnya politik.
Berdakwah memperbaiki kehidupan negara, memperoleh
kekuasaan, dukungan partai dan keluarga, memperjuangkan hak-
hak perempuan dan membangun citra positif partai melalui
sosialisasi politik.
b. Faktor-faktor yang menjadi kendala partisipasi perempuan
dalam komunikasi politik di Pos-WK DPD PKS Sukoharjo
dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perempuan. Beban
ganda yang disandang perempuan, kemampuan Sumber Daya
Manusia karena minimnya tingkat pendidikan dan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Adanya kesalahan terhadap pemahaman politik, kondisi geografis,
minimnya kesempatan berpolitik untuk perempuan, sulitnya
membangun koordinasi dengan organisasi pemberdayaan
perempuan lain, money politics, gender, serta dukungan partai
membuat perempuan kurang percaya diri untuk berpartisipasi
secara aktif dalam politik.
2) a. Perempuan sebagai komunikator politik, membangun
komunikasi dengan khalayak baik anggota Pos-WK, pejabat
pembuat kebijakan, dan organisasi pemberdayaan perempuan.
b. Pesan yang disampaikan perempuan lebih disesuaikan dengan
tujuan atau efek komunikasi politik yang mereka inginkan seperti
untuk sosialisasi partai politik, pemberdayaan perempuan, dan
mempengaruhi kebijakan.
c. Perempuan melalui organisasi Pos-WK juga dapat bertindak
sebagai saluran komunikasi politik disamping menggunakan media
komunikasi personal dan media massa.
d. Perempuan tidak segan menggunakan media komunikasi politik
seperti demonstrasi untuk meraih tujuan politik mereka.
6. Merujuk pada penelitian yang telah dilakukan oleh Akhirul Aminulloh
pada 2010 dengan judul Strategi komunikasi politik partai politik pada
pemilihan umum legislatif 2009 (Studi tentang penyikapan partai PKS
terhadap UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPRD, dan
DPD) ada beberapa poin-poin yang dapat disimpulkan yakni :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Tujuan penelitian : mengetahui penyikapan Partai Keadilan Sejahtera
terhadap perubahan UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR,
DPRD dan DPD. Strategi komunikasi PKS sesudah perubahan UU No. 10
Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPRD dan DPD dalam pemilu
legislatif 2009. Penggunaan media oleh PKS dalam Kampanye pemilu 2009.
Dampak dari penerapan strategi komunikasi politik PKS terhadap suara
partai pada pemilu legislatif 2009.
Metode penelitian : penelitian menggunakan metode deskriptif
kualitatif, lokasi penelitiannya di Daerah Istimewa Yogyakarta, sumber data
diperoleh dari narasumber yakni pengurus Partai Keadilan Sejahtera DIY
dan Arsip serta dokumen resmi sebagai pendukung data utama. Teknik
pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam dan mencatat arsip
dokumen. Teknik cuplikan dengan purposive sampling . validitas data
menggunakan trianggulasi data / trianggulasi sumber. Teknik analisis data
dilakukan dengan menekankan pada analisis induktif, yaitu diawali dengan
kerja pengumpulan data secara teliti, mengembangkan teori dan menguji
validitasnya, selanjutnya menarik kesimpulan akhir.
Temuan data : tidak ada perubahan komunikasi politik sebelum dan
sesudah perbaikan UU No 10 Tahun 2008 karena PKS sudah mempunyai
pola gerakan terpola melalui dakwah, pengaruh dari perubahan UU No 10
tahun 2008 lebih pada persaingan terbuka antar caleg PKS dengan Partai
lain.
a. Perencanaan strategi komunikasi politik PKS merupakan
mekanisme syuro yang ada di DPP PKS, pemenangan pemilu
didasarkan pada Munas tahun 2005, kebijakan strategi komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
politik PKS dalam pemenangan pemilu didasarkan pada hasil
survey PKS yang bekerjasama dengan pihak ketiga.
b. Strategi Komunikasi Politik PKS dalam pemenangan pemilu adalah
PKS mendengar (kader turun ke bawah mendengar aspirasi), PKS
mengajak (mengajak masyarakat untuk mengatasi permasalahan di
masyarakat), PKS berbicara (tindak lanjut dari mengajak), PKS
menang (simpati dari masyarakat agar mencapai target dalam
pemilu). Tujuan strategi komunikasi politik PKS dapat menjadi tiga
partai besar pemenang pemilu.
c. Penggunaan media oleh PKS dalam kampanye 2009 media kurang
berperan dalam perolehan suara partai namun media tetap
diperlukan oleh PKS, media komunikasi yang dilakukan PKS :
Media cetak, media elektronik berupa radio dan televisi.
B. KERANGKA TEORI
TEORI AKSI
Secara umum, obyek kajian sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari
sudut hubungan antar manusia, dan yang timbul dari hubungan antar manusia
dalam masyarakat. Mac Iver dan Page mengatakan bahwa masyarakat ialah suatu
sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antar berbagai
kelompok dan penggolongannya, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan
manusia. Masyarakat merupkan jalinan hubungan sosial, dan masyarakat selalu
berubah7.
7 Soerjono Soekanto.1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali. Halaman 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menggunakan teori aksi yang
dikemukakan oleh Talcot Parsons, dimana dalam teori ini peneliti membanginya
dalam dua konsep utama yang sebenarnya mempunyai garis besar yang sama
bila ditarik ke dalam sebuah kesimpulan, dua konsep tersebut adalah :
a. Skema Unit dasar tindakan manusia
Menurut parsons terdapat fungsi-fungsi atau kebutuhan-
kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap sistem yang hidup
demi kelestariannya. Dua pokok penting yang termasuk dalam
kebutuhan fungsional adalah :
1. Yang berhubungan dengan kebutuhan sistem internal atau
kebutuhan sistem yang berhubungan dengan lingkungannya.
2. Berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan serta sarana
yang perlu untuk mencapai tujuan itu.
Yang dimaksud dengan dua konsep diatas yaitu bagaimana
sebenarnya sebuah sistem mampu menunjukkan keberadaan di tengah
lingkungan, dimana keadaan suatu sistem tersebut juga dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar tempatnya berada, kemudian untuk konsep kedua
yaitu bagaimana sebuah sistem tersebut dalam menjalankan tujuannya
agar tetap eksis keberadaannya perlu melakukan tindakan atau cara-cara
agar tujuannya tersebut dapat tercapai.
Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial
dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Adanya individu sebagai aktor
2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3. Aktor memiliki alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai
tujuannya
4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang
dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan.
5. Aktor berada dibawah kendali nilai-nilai, norma-norma dan
berbagai nilai abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih
dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk
mencapai tujuan.
b. Konsep voluntarisme
Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma
mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai
tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara
atau alat, tetapi ditentukan kemampuan aktor dalam memilih. Inilah
yang kemudian disebut parsons sebagai voluntarisme. Singkatnya,
voluntarisme adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam
arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia
dalam mencapai tujuan.
Berhungan dengan topik penlitian yang diangkat, peneliti
mengkaitkan konstituen merupakan aktor yang demi tujuannya
(mendapat advokasi dari aspirasi), memiliki cara-cara tertentu untuk
mewujudkannya, selain itu dalam menjalankannya ditemukan kondisi
alternatif yang digunakan untuk mecapai tujuan tidak dapat dilakukan
secara optimal atau mengahambat, serta dalam menjalankan alternatif
yang dipakainya diatur pula oleh Undang-Undang.
c. Pola-pola alternatif dari orientasi nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Parsons mereduksi dari dikotomi Tonnies, yakni Gemeinschaft--
Gesselscaft dan betuknya dalam seperangkat orientasi nilai alternatif
yang dihadapi setiap aktor. Alternatif-alternatif, dilema-dilema dan
keputusan-keputusannya, secara logis dihubungkan dengan harapan-
harapan peranan tertentu dan tipologi sistem sosial, dimana salah satu
jenis keputusan diharapkan ada pradominan atau situasi yang
berlawanan antara Gemeinschaft dengan Gesselscahft. Disini ada lima
dilemma pokok yaitu8 :
1. Afektivitas versus netralitas afektif : aktor mengorientasikan
dirinya sendiri terhadap kepuasan kebutuhan afektif atau dia
secara afektif adalah netral.
2. Orientasi diri versus orientasi kolektif : seorang aktor mencari
baik kepentingan dirinya sendiri ataupun kepentingan kolektif.
3. Universalisme versus partikularisme : seorang aktor
mengkaitkan individu yang lain baik menurut kriteria yang
secara sama diterapkan pada semuanya atau dengan memilih
beberapa standar.
4. Kualitas versus penampilan : seorang aktor mengorientasikan
dirinya sendiri terhadap yang lain berkenaan dengan siapa
dirinya atau apa yang dikatakannya.
5. Kekhususan versus peleburan : aktor itu mengkaitkan pada
individu lain sehubungan status khusus, ataupun mengkaitkan
dirinya sebagai bagian dari keseluruhan.
8 Irving M. Zeitlin. 2005. Memahami kembali sosiologi : kritik terhadap sosiologi kontemporer. Hal 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
d. Kesimpulan Teori aksi Talcot Parsons
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa tindakan sosial
merupakan suatu proses dimana aktor terlibat dalam pengambilan
keputusan-keputusan kolektif tentang sarana dan cara untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi
kemungkinan-kemungkinannya oleh sistem kebudayaan dalam bentuk
norma-norma, idi-ide dan nilai sosial.
1. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan
2. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik,
prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok
untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh
kondisi yang tidak dapat diubah oleh manusia.
Dalam penyampaian aspirasi dapat dikatakan sebagai orientasi
kolektif, dimana konstituen menyampaikan aspirasi-aspirasi dan
kepentingan yang jamak dari konstituen. Variabel lain yang sesuai
adalah Universalisme ; seluruh konstituen berhak untuk menyampaikan
aspirasi. Selanjutnya, variabel kualitas vs penampilan; disini berarti
bahwa konstituen akan menyampaikan aspirasi sesuai dengan siapa
dirinya dan aspirasi yang disampaikannya. Variabel kekhususan vs
peleburan ; berarti bahwa aspirasi yang disampaikan oleh seorang
konstituen dapat dikaitkan dengan aspirasi lain (agregasi dari aspirasi)
yang hampir sama esensinya untuk di artikulasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
C. DEFINISI KONSEP
C.1. Elite Politik
Elite politik lebih banyak mengacu pada probabilitas untuk
mempengaruhi alokasi nilai-nilai secara otoritatif. Elite berkaitan dengan
seberapa besar kekuasaan seseorang berpengaruh pada pembuatan kebijakan
pemerintah9.
C.2. Konstituen
Menurut Andrias Harefa, “Konstituen adalah seseorang yang secara
aktif mengambil bagian dalam proses menjalankan organisasi dan yang
memberikan otoritas kepada orang lain untuk bertindak mewakili dirinya.
Seorang konstituen memberikan otoritas kepada pemimpin, bukan
sebaliknya. Konstituen itu bisa pegawai/bawahan, tetapi juga bisa
konsumen, para pemegang saham, para pemasok, dan mitra bisnis lainnya,
dan warga negara,” demikian Kouzes dan Posner (Credibility, 1993)
mengusulkan istilah pengganti follower atau employee10.
Konsolidasi Demokrasi, 2005 mengartikan konstituen sebagai pemilih
di daerah pemilihan, pendukung partai poitik, pemberi mandat pihak yang
9 (Ng. Philipus, Nurul Aini , 2006 :108)Halaman 108
10 http://benwal.blogdetik.com/2009/04/18/konstituen-itu-apa-sih/ diakses pada 22/09/2011 pukul 11.40 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
harus diberi tanggung jawab, masyarakat yang harus diwakili atau
kelompok sasaran yang harus dilayani oleh partai atau anggota parlemen 11.
C.3. Rumah Aspirasi
Tempat yang menjadi sarana bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Daerah untuk melakukan penyerapan
aspirasi. Rumah aspirasi tidak hanya berbentuk fisik yakni bangunan rumah,
namun setelah perkembangan teknologi rumah aspirasi dapat berupa
wesites, blog, atau jejaring sosial yang dapat menghubungkan anggota
Dewan dengan Konstituen.
C.4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
DPD (Dewan Perwakilan Daerah) merupakan institusi yang menjadi
ujung tombak atas perjuangan dan aspirasi-aspirasi konstituen di tingkat
daerah. DPD menjadi wadah dalam politik taktis yang keberadaannya
disahkan oleh UUD No 22 Tahun 2003. DPD menjadi dewan yang
mengusulkan aspirasi dan menjadi dewan pertimbangan bagi DPR untuk
legislasi rancangan Undang-Undang. DPD menjadi lembaga tinggi yang
mewakili konstituen daerah dalam skala provinsi. anggota DPD yang dipilih
bukan calon dari anggota partai politik, dan dalam hal ini, ruang gerak
anggota DPD akan lebih fleksibel tanpa terikat aturan dan kepentingan
11 http://www.scribd.com/doc/56686561/KONSTITUEN diakses pada 30 November 2011 pukul 19.15 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Partai Politik. Cara kerja DPD-pun akan lebih independen dalam menyerap
aspirasi dan mem-follow-up-i aspirasi masyarakat tingkat Grassroot.
D. Kerangka Berpikir
Dari uraian Teori dan Definisi Konsep diatas dapat dijadikan dasar untuk
melihat bagaimana pola penyampaian serta penyerapan aspirasi oleh elite lokal
anggota DPD Jawa Tengah melalui media Rumah Aspirasi. Elite dan konstituen
melakukan tindakan dengan sarana Rumah Aspirasi, tindakan yang dilakukan
keduanya berupa interkasi dalam forum reses. Dalam forum reses ini anggota
DPD lebih aktif untuk mengunjungi konstituen di daerah dengan sistem jemput
bola. Forum-forum reses anggota DPD ini tujuannya adalah melakukan
komunikasi politik dua arah, yakni dari pihak konstituen menyampaiakan aspirasi
dan anggota DPD menjaring aspirasi dari konstituen. Setelah ada dua tindakan
tadi, proses selanjutnya adalah interaksi yang berupa stimulus dan respon.
Stimulus merupakan hal yang disampaikan oleh pihak yang berinisiatif
melakukan tindakan, sedangkan respon merupakan tindakan yang dilakukan
setelah ada stimulus. Dari adanya interaksi elite dengan konstituen itu muaranya
adalah pola-pola penyampaian aspirasi. Dari uraian kerangka pikir diatas, dapat
digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Bagan 2.1
Pola Penyampaian Aspirasi dari Konstituen pada Elite Lokal
Elite Lokal
konstituen
Tindakan :
Tindakan :
Stimulus
dan
Respon
Pola Penyampaian
Aspirasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini direncanakan dan dilakukan di Jawa Tengah. Dengan
beberapa pertimbangan sebagai berikut :
Jawa Tengah merupakan wilayah dari anggota DPD ; Poppy Dharsono
terpilih dalam Pemilihan Umum 2009. Sebagai perwakilan DPD dari Jawa
Tengah, Poppy Dharsono melakukan komunikasi politik untuk menjaring
aspirasi dari konstituen. Skala lokasi se-Jawa Tengah akan menjadi suatu
kesatuan utuh dalam melakukan riset komunikasi politik dari wakil DPD Jawa
Tengah ini.
B.1. Kondisi Geografis Jawa Tengah
Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh
dua provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya antara 5º40'
dan 8º30' Lintang Selatan dan antara 108º30' dan 111º30' Bujur Timur
(termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263
km dan dari Utara ke Selatan 226 km (tidak termasuk Pulau Karimunjawa).
Secara administratif Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29
Kabupaten dan 6 Kota. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar
atau sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Luas yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan
2,25 juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah.
Gambar 3.1
Peta Provinsi Jawa Tengah
B.2. Letak Rumah Aspirasi Poppy Dharsono
Letak rumah aspirasi DPD Jawa Tengah; Poppy Dharsono berada di
Jl. Kabangan II No. 5, RT 02/RW 04 Kelurahan Bumi, Kecamatan Laweyan
Surakarta. Surakarta ialah sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah,
terletak antara 100º45’15” Bujur Timur dan antara 7º36’ dan 7º56” Lintang
Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota terbesar di Jawa Tengah
yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.
Wilayah kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian ±92 m
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dari permukaan laut. Kota Surakarta berbatasan langsung dengan Kabupaten
Boyolali, Sukoharjo, dan Karang Anyar. Luas wilayah kota Surakarta
mencapai 44,06 Km². kota ini terbagi dalam lima kecamatan. Dengan masing-
masing luas kecamatan dengan luas berbeda. Luas wilayah Laweyan 8,64
Km², Kecamatan Serengan 3,19 Km², Kecamatan Pasar Kliwon 4,82 Km²,
dan Kecamatan Jebres 12,58 Km², Banjarsari 14,81 Km².
Gambar 3.2
Peta Lokasi Rumah Aspirasi Poppy Dharsono
B. BENTUK / STRATEGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah menggunakan metode kualiatif deskriptif,
sehingga penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif
dengan deskripsi teliti dan penuh nuansa, yang lebih berharga dari pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sekedar pernyataan jumlah ataupun frekuensi berbentuk angka.15. Dalam hal
ini, strategi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah studi kasus. Studi
kasus lebih cocok karena pertanyaan penelitian yang diajukan berkenaan
dengan bagaimana (how). Selain itu, studi kasus juga memungkinkan peneliti
untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-
peristiwa kehidupan nyata16. Selanjutnya adalah masalah desain penelitian,
desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain multi kasus.
Bukti dari multi kasus dipandang lebih mendorong dan keseluruhan
penelitiannya lebih kuat. Setiap kasus yang dianalisis hendaknya mengarah
ke tujuan yang spssifik dalam ruang lingkup inkuiri yang bersangkutan
secara keseluruhan17.
Sumber Data:
Data primer diperoleh melalui informasi dari beberapa informan, yaitu:
1. DPD Jawa Tengah : Ibu Poppy Dharsono
2. Konstituen Perempuan peserta Reses DPD JaTeng ; Poppy Dharsono.
3. Konstituen Laki-laki Peserta Reses DPD JaTeng ; Poppy Dharsono.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting bagi
peneliti yang sedang mengadakan penelitian karena menyangkut bagaimana
15 Burhan Bungin.2008. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Madia Group.Halaman 68-69.
16 Robert K. Yin. 2000. Studi Kasus Desain dan Metode. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta. Halaman 1-4.
17 Opcit. Halaman 55-56.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
cara yang digunakan untuk memperoleh data. Sesuai dengan jenis penelitian
dan sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi Tidak Partisipasi
Dalam melakukan observasi pada penelitian ini, peneliti adalah
sebagai pengamat. Peneliti melakukan pengamatan dengan tidak melebur
dalam arti sesungguhnya atau tidak menjadi anggota penuh kelompok
yang diamati atau dengan kata lain tidak berpartisipasi.
Spradly (1980) mengemukakan bahwa informasi yang diperoleh
dalam observasi umum sangat penting bagi peneliti yang tidak memiliki
pengetahuan umum yang cukup tentang keadaan setempat masyarakat.
Aktivitas ini disebut Spradly dengan istilah ground tour observation.
b. Wawancara Mendalam
Teknik wawancara yang dilakukan secara mendalam ini tidak
dilakukan dengan ketat dan formal, hal ini dimaksudkan supaya
informasi yang dikumpulkan memiliki kedalaman yang cukup.
Kelonggaran yang didapat dengan cara ini akan mampu lebih banyak
mengorek keterangan tentang pola penyerapan aspirasi oleh DPD Jawa
Tengah. Serta dapat mengungkap kejujuran informan. Wawancara
dilakukan dengan pedoman wawncara (interview guide) yang telah
dibuat yang berkaitan dengan komunikasi politik yakni pola penyerapan
aspirasi oleh Elite.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen dari lembaga atau instansi yang terkait.
Pengumpulan data juga diperoleh melalui media massa ataupun press
release. Dokumentasi ini menjadi sarana penunjang data primer yang
dikumpulkan oleh peneliti.
D. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLE
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sample yang digunakan
adalah Judgement Sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan penilaian
peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel
penelitiannya (Hasan Mustofa: 2000). Dalam kasus ini, peneliti mengambil
beberapa orang yang telah disebutkan di atas sebagai informan karena
peneliti menilai bahwa beberapa informan yang dipilih memiliki informasi
yang dibutuhkan (information rich).
Disamping menggunakan teknik pengambilan sampel Judgement
Sampling, kami menggunakan Dimensional sampling (Y. Slamet : 2006).
Yang dimaksud dengan Dimensional Sampling adalah teknik pengambilan
sampel dengan bentuk multidimensional. Cara ini mengkhususkan seluruh
dimensi-diemnsi variable-variabel yang dijadikan minat di dalam penelitian
yang ada di dalam populasinya dan merasa yakin bahwa setiap kombinasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dari dimensi-diensinya terwakili paling tidak satu kasus (satu unsur
analisis)18.
E. VALIDITAS DATA
Data yang diperoleh selama proses penelitian akan diuji kembali
dengan melakukan pengujian validitas data melalui penggunaan
trianggulasi data. Trianggulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari
sumber data yang berbeda-beda, yakni mengenai kegiatan reses anggota
DPD, data hasil observasi, wawancara dengan informan dan dokumentasi.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Menurut Moleong yang dikutip oleh Patton, analisis data adalah
proses mengatur urutan data, mengorganisirkan ke dalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan, dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disampaikan data19.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data
model interaktif, yang terdiri dari empat komponen analisis, yaitu:
· Pengumpulan Data, proses ini adalah proses dari peneliti mencari dan
menggali data-data primer dari informan maupun dokumen-dokumen
18 Yulius Slamet,2006, Metode Penelitian Sosial, Surakarta : Sebelas Maret University Press. Halaman 62
19 Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rodakarya. Halaman 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
terkait penelitiannya sebagai data sekunder yang mendukung serta
menguatkan data primer yang telah diperoleh.
· Reduksi data, merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan
penyederhanaan data untuk menjawab permasalahan penelitian setelah
proses penelitian.
· Display data, rakitan organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan riset dilakukan. Display data merupakan bagian analisis.
· Penarikan kesimpulan, menarik kesimpulan dari keseluruhan data
yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap objek penelitian.
Bagan 3.1.
Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif.
H.B. Sutopo (1988 : 19)
Pengumpulan Data
Reduksi Data Display Data
Verifikasi / Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
G. PROSEDUR KEGIATAN
Persiapan
Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum penelitian dilaksanakan :
- Surat Ijin Penelitian
Berkenaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, tentu
dibutuhkan surat ijin penelitian agar dapat menunjang perijinan
di lokasi penelitian. Surat ijin ini sebagai pengantar resmi bagi
peneliti untuk lebih mudah masuk ke lokasi penelitian. Surat
ini penting karena saat kita meneliti, kita sebaiknya meminta
ijin pada responden dan menunjukkan surat ijin penelitian agar
lebih beretika. Dalam hal surat ijin penelitian dikeluarkan oleh
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
- Proposal Penelitian
Proposal penelitian adalah kerangka yang penting untuk
rancangan bagi peneliti sebelum turun ke lapangan. Proposal
ini berisi tentang hal-hal yang melatar belakangi adanya
penelitian sampai pada rancangan prosedur kegiatan penelitian.
Jadi dengan adanya proposal ini peneliti sudah punya
gambaran / arah serta tujuan diadakannya penelitian tentang
komunikasi politik ini.
- Key Person
Saat dilokasi penelitian, kita butuh key person / tokoh kunci
untuk dapat masuk dalam lingkungan Rumah Aspirasi DPD
JaTeng. Key person ini merupakan orang yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
menjembatani peneliti dengan aktor. Dalam penelitian Politik
Perempuan ini key person kami adalah Staff dari Ibu Poppy
Dharsono.
- Interview Guide / Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini berisi alur pertanyaan yang akan
diajukan pada aktor. Interview guide ini hanya sebgai kerangka
/ pedoman bagi peneliti untuk mengajukan pertanyaan
penelitian. Interview guide ini tidak dibaca oleh peneliti,
melainkan dimengerti dan dihafal agar proses interview tidak
terganggu bahkan terpotong.
Dalam penelitian Komunikasi Politik Perempuan ini
interview guide-nya telah terlampir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB IV
SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK INSTITUSI PENELITIAN
A.1. DPD dan Landasan Hukum bagi DPD
DPD RI (Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia) merupakan
lembaga tinggi negara setara dengan DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia). Keberadaan DPD RI ini tergolong masih baru,
pasalnya DPD RI mulai dibentuk dan disahkan oleh Undang-Undang sejak
tahun 1999. DPD RI resmi menjadi lembaga negara saat Reformasi dan
baru dua kali periode jabatan.
Landasan dari adanya DPD RI adalah Undang-Uundang No 22
Tahun 2003, yakni Bab IV tentang DPD, pasal 32 sampai pasal 51. Dari
pasal-pasal tersebut, fungsi dan kedudukan DPD hampir setara dengan
DPR RI. Untuk tugas dan kewenangan DPD, (1) DPD dapat mengajukan
kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, dan
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya
ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
dan daerah. (2) DPD mengusulkan rancangan undang-undang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada DPR dan DPR mengundang DPD untuk
membahas sesuai tata tertib DPR. (3) Pembahasan rancangan undang-
undang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sebelum DPR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
membahas rancangan undang-undang dimaksud pada ayat (1)dengan
pemerintah.
A.2. Visi dan Misi DPD
A.2.1 Visi DPD-RI
Rumusan visi suatu organisasi atau lembaga pada dasarnya
adalah pernyataan cita-cita yang hendak dicapai atau dituju oleh
lembaga atau organisasi yang bersangkutan. Secara normatif,
rumusan visi tersebut menjadi pedoman dasar semua arah
kebijakan, keputusan, dan tindakan yang akan dilakukan. Karena
itu, visi juga merupakan pernyataan pikiran dan kehendak untuk
berubah dari keadaan yang ada saat ini (das sein) ke suatu keadaan
yang diinginkan (das sollen).
Lembaga Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia
(DPD RI) saat ini masih terbentur pada satu masalah utama, yakni
keberadaannya yang nisbi dan ‘serba-tanggung’ sebagai suatu
lembaga legislatif. Gagasan dasar pembentukan sebagai suatu
lembaga pengimbang (check and balance) kekuasaan, baik di
lingkungan lembaga legislatif sendiri (DPR dan MPR RI) maupun
di lembaga-lembaga eksekutif (pemerintah), belum sepenuhnya
berfungsi secara optimal dan efektif.
Ada beberapa penyebab utama yang dapat diidentifikasi,
setidaknya sampai saat ini, yakni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1. keberadaannya sebagai suatu lembaga baru belum
menemukan format kerja dan struktur kelembagaan yang
memadai;
2. sebagian besar anggotanya adalah orang-orang baru dalam
dunia politik yang belum memiliki pengalaman nyata dalam
praktik-praktik sistem politik Indonesia selama ini; dan
3. batasan fungsi dan kewenangan yang ada belum memiliki
kekuatan penuh dalam proses legislasi.
Berdasarkan masalah pokok dan mendasar itulah, rumusan
visi DPD RI yang disepakati pada Lokakarya Perencanaan
Strategis DPD RI, 30 Agustus–1 September 2005 adalah sebagai
berikut :
Terwujudnya Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia (DPD RI) sebagai lembaga legislatif yang kuat,
setaradan efektif dalam memperjuangkan aspirasi rakyat dan
daerah menuju masyarakat Indonesia yang bermartabat, sejahtera,
dan berkeadilan dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
A.2.2 Misi DPD-RI
Berdasarkan visi tersebut, rumusan misi DPD RI masa
bakti 2004–2009, disepakati sebagai berikut:
1. Memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah untuk
mewujudkan pemerataan pembangunan kesejahteraan rakyat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dalam rangka memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia secara berkesinambungan.
2. Mendorong perhatian yang lebih besar dari pemerintah pusat
terhadap isu-isu penting di daerah.
3. Memperjuangkan penguatan status DPD RI sebagai salah
satu badan legislatif dengan fungsi dan kewenangan penuh
untuk mengajukan usul, ikut membahas, memberikan
pertimbangan, dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang, terutama yang menyangkut kepentingan
daerah.
4. Meningkatkan fungsi dan wewenang DPD RI untuk
memperkuat sistem check and balance melalui amandemen
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Mengembangkan pola hubungan dan kerja sama yang sinergis
dan strategis dengan pemilik kepentingan utama di daerah dan
di pusat.
A.3. Fungsi, Tugas & Wewenang DPD
Sesuai dengan konstitusi, format representasi DPD-RI dibagi menjadi
fungsi legislasi, pertimbangan dan pengawasan pada bidang-bidang terkait
sebagaimana berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
A.3.1. Fungsi Legislasi
Tugas dan wewenang:
· Dapat mengajukan rancangan undang-undang (RUU) kepada
DPR
· Ikut membahas RUU
Bidang Terkait: Otonomi daerah; Hubungan pusat dan
daerah; Pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah;
Pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi lainnya;
Perimbangan keuangan pusat dan daerah.
A.3.2. Fungsi Pertimbangan
· Memberikan pertimbangan kepada DPR
A.3.3. Fungsi Pengawasan
Tugas dan wewenang:
· Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang dan menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
· Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan
BPK
Bidang Terkait : Otonomi daerah; Hubungan pusat dan daerah;
Pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah;
Pengelolaan sumberdaya alam serta sumberdaya ekonomi lainnya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Perimbangan keuangan pusat dan daerah; Pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN); Pajak, pendidikan, dan
agama.
A.4. Hak dan Kewajiban Anggota DPD
Sesuai dengan ketentuan Pasal 49 dan 50 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan
DPRD bahwa Anggota DPD mempunyai hak dan kewajiban sebagai
berikut:
Hak DPD:
· Menyampaikan usul dan pendapat
· Memilih dan dipilih
· Membela diri
· Imunitas
· Protokoler dan
· Keuangan dan administratif.
Kewajiban DPD :
· Mengamalkan Pancasila.
· Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan.
· Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
· Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan
negara kesatuan Republik Indonesia
· Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
· Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat dan daerah
· Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan
· Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada
pemilih dan daerah pemilihannya
· Menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPD dan
· Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya.
Berkenaan dengan kewajiban tersebut, hal itu mempertegas fungsi
politik legislatif Anggota DPD RI yang meliputi representasi, legislasi dan
pengawasan yang dicirikan oleh sifat kekuatan mandatnya dari rakyat pemilih
yaitu sifat “otoritatif” atau mandat rakyat kepada Anggota; di samping itu ciri
sifat ikatan atau “binding” yaitu ciri melekatnya pemikiran dan langkah kerja
Anggota DPD RI yang semata-mata didasarkan pada kepentingan dan
keberpihakan pada rakyat daerah.
B. PROFIL INFORMAN
Dari keseluruhan perwakilan anggota Dewan Pertimbangan Daerah
(DPD) Jawa Tengah sejumlah empat orang yang menjadi informan pada
penelitian ini adalah 1 (satu) orang, yang dipilih berdasarkan pada tugas yang
diberikan institusi khususnya yang berkaitan dengan isu perempuan, yakni ibu
Poppy Dharsono selaku anggota DPD RI di komisi II. Selain dari anggota
DPD yang konsen terhadap isu perempuan, informasi juga digali dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
beberapa konstituen yang mengikuti forum reses DPD RI ibu Poppy
Dharsono. Sesuai dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan maka
konstituen yang dipilih adalah penilaian peneliti terhadap informan yang
dianggap paling baik dijadikan sampel, dalam hal ini konstituen yang
dijadikan sampel adalah yang mengikuti forum reses DPD Jawa Tengah.
Gambaran selanjutnya tentang profil informan akan dijabarkan secara
ringkas melalui table-tabel dibawah ini, dimana tabel-tabel ini bersumber dari
hasil wawancara :
Tabel 4.1. Tabel Narasumber berdasarkan Jenis Kelamin, Usia dan Kedudukan
dalam Dewan Perwakilan Daerah
Informan Jenis Kelamin Usia (tahun) Status dalam
DPD
1 Perempuan 60 Anggota DPD
2 Laki-laki 20 Konstituen ;
peserta kuliah
umum
3 Perempuan 19 Konstituen ;
peserta kuliah
umum
4 Laki-laki 58 Konstituen
5 Perempuan 35 Konstituen
6 Laki-laki 60 Konstituen
7 Laki-laki 60 Konstituen
8 Laki-laki 30 Konstituen
Sumber : Hasil Wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dilihat dari table diatas, informan dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 5 (lima) orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3
(tiga) orang. Dari kedudukan di dalam DPD, informan yang ditemui
berjumlah 1 (satu) orang perempuan dengan status anggota DPD Jawa
Tengah, 2 (dua) orang merupakan konstituen peserta kuliah umum pada 18
November 2011 dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, 2 (dua) orang
dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan merupakan konstituen peserta
reses DPD di Sukoharjo pada 19 November 2011. 1 (satu) orang dengan jenis
kelamin laki-laki adalah konstituen dari Makamhaji yang terkena dampak
pembangunan underpass di Makamhaji. 1 (satu) orang dengan jenis kelamin
Laki-laki adalah konstituen yang menjabat sebagai kepala kalurahan di
Makamhaji. 1 (satu) orang konstituen dari Blora yang juga merupakan
anggota tim Transparansi Pendapatan Migas Blora serta Lembaga Penelitian
dan Aplikasi Wacana Blora .
C. EKSISTENSI DPD SEBAGAI PERWAKILAN KONSTITUEN
1. Aktivitas DPD
Sebagai anggota Dewan Pertimbangan Daerah (DPD) aktivitas yang
dilakukan hampir sama dengan anggota DPR, mengingat DPD merupakan
institusi baru dan mekanisme kerjanya juga mengikuti kinerja DPR.
Seperti misalnya meknisme reses atau penyerapan aspirasi dari konstituen
dan mem-follow-up-i aspirasi yang masuk kepada anggota DPD. Dalam
satu tahun, anggota DPD dapat melakukan reses empat kali atau dengan
kata lain setiap tiga bulan sekali. Untuk proses penyerapan aspirasi
konstituen, beliau Ibu Poppy Dharsono melakukan beberapa tahapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
seperti menganalisa perkembangan sistuasi politik di Jawa Tengah
menyangkut masalah-masalah yang harus cepat direspon oleh anggota
DPD, lalu menganalisa aspirasi yang masuk melalui surat, email, SMS
(Shorth Messages Service), websites, facebook ataupun datang langsung
ke Rumah Aspirasi Poppy Dhrsono, selanjutnya menyiapkan bahan /
materi / issue strategis berkaitan dengan tugas dan kewenangan alat
kelengkapan DPD (Komite). Berikut ini penggalan wawancara kepada
anggota DPD Jawa Tengah, Ibu Poppy Dharsono :
“Dalam satu tahun melakukan empat kali reses atau dengan kata lain setiap tiga bulan sekali. Proses penyerapan aspirasi dilakukan dengan tahapan: Menganalisa Perkembangan situasi politik terbaru di Jawa Tengah. menyangkut masalah-masalah yang harus cepat direspon. Misal : Konflik antar kelompok masyarakat, bencana alam, dll. Menganalisa aspirasi yang masuk melalui Surat Pos, email, SMS,website,facebook ataupun datang langsung ke Rumah Aspirasi Poppy Dharsono. Menyiapkan bahan/materi/isue strategis berkaitan dengan tugas dan kewenangan alat kelengkapan DPD (Komite). Menentukan prioritas kunjungan ke Konstituen berdasarkan tiga hal tersebut.
Untuk menjaring aspirasi dari berbagai konstituen di daerah, Rumah
Aspirasi Poppy Dharsono sendiri sudah membuka kesempatan bagi
konstituen dengan menggunakan media internet, seperti email, SMS
(Shorth Messages Service), websites, facebook. Dari media-media
tersebut, tidak ada pembedaan terhadap tindak lanjut atau follow-up dari
aspirasi yang masuk ke anggota DPD ; Poppy Dharsono baik melalui
media internet ataupun bertemu secara langsung di forum reses. Kalaupun
ada prioritas penyelesaian masalah, hal tersebut bukan karena media
penyampaian aspirasi, akan tetapi lebih pada pertimbangan-pertimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
pada menganalisa perkembangan situasi politik terbaru di Jawa Tengah
menyangkut masalah-masalah yang harus cepat direspon, misal : konflik
antar kelompok masyarakat, bencana alam, dan lain lain. Berikut ini
penuturan dari Ibu Poppy Dharsono :
“Tidak ada perbedaan. Semua memiliki hak yang sama sebagai aspirasi dari masyarakat. Kalaupun ada prioritas penyelesaian masalah, hal tersebut bukan karena media penyampaian reses, akan tetapi lebih pada pertimbangan-pertimbangan pada analisa Perkembangan situasi politik terbaru di Jawa Tengah menyangkut masalah-masalah yang harus cepat direspon. Misal : Konflik antar kelompok masyarakat, bencana alam, dll.”
Selanjutnya, berkaitan dengan aspirasi yang masuk ke anggota DPD
proses penting yang harus dilakukan adalah mem-follow-up-i aspirasi
yang masuk. Dalam mem-follow-up-i aspirasi, anggota DPD Jawa Tengah
; Poppy Dharsono melalukan analisa aspirasi berdasarkan kaitannya
dengan pribadi sebagai anggota DPD, kaitannya dengan DPD secara
institusi, kaitan antara aspirasi dengan kebijakan pemerintah pusat dan
kaitan aspirasi dengan kebijakan pemerintah kota atau kabupaten. Untuk
aspirasi yang berkaitan dengan pribadi sebagai anggota DPD yang bisa
segera di-follow-up akan segera di-follow-up. Kemudian yang berkaitan
dengan kewenangan DPD, semua aspirasi yang masuk dalam paripurna
DPD untuk selanjutnya masuk dalam alat kelengkapan DPD sesuai
dengan isue masing-masing Komite. Selanjutnya follow up sesuai dengan
kebijakan Pemerintah baik Pusat, Provinsi dan Kota/Kabupaten. Tahap
pertama adalah dengan menulis surat secara tertulis, untuk kemudian
melakukan loby/kunjungan jika diperlukan. Berikut ini penuturan dari
anggota DPD Jawa Tengah; Poppy Dharsono :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
“Dalam melakukan follow up, setelah proses reses selesai, selanjutnya adalah menganalisa aspirasi berdasarkan :Berkaitan dengan pribadi saya sebagai anggota DPD, Berkaitan dengan DPD secara institusi, Berkaitan dengan Kebijakan pemerintah pusat, Berkaitan dengan kebijakan Pemerintah Propinsi, Berkaitan dengan kebijakan pemrintah Kota/Kabupaten. Aspirasi berkaitan dengan pribadi saya sebagai anggota DPD yang bisa segera saya follow up, maka akan segera di follow up. Kemudian yang berkaitan dengan kewenangan DPD, selesai reses, semua aspirasi masuk dalam Paripurna DPD untuk selanjutnya masuk dalam alat kelengkapan DPD sesuai dengan isue masing-masing Komite. Selanjutnya follow up sesuai dengan kebijakan Pemerintah baik Pusat, Provinsi dan Kota/Kabupaten. Tahap pertama adalah dengan menulis surat secara tertulis, untuk kemudian melakukan loby/kunjungan jika diperlukan.”.
2. Isu yang Diangkat oleh DPD
Untuk isu-isu utama yang diangkat oleh anggota DPD; Poppy
Dharsono dalam reses antara lain isu tentang DPD, peran strategis DPD
dalam sistem bicameral, dukungan untuk amandemen UUD 1945 untuk
penguatan DPD serta isu sektoral daerah sesuai dengan konstituen yang
dikunjungi. Berikut ini petikan wawancaranya :
“Isu utama yang diangkat untuk dikomunikasikan dengan masyarakat : Tentang DPD, Peran strategis DPD dalam sistem bicameral, Dukungan untuk Amandemen UUD 45 untuk penguatan DPD, Isue/isue sektoral/daerah sesuai dengan konstituen yang dikunjungi.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Selain isu utama yang diangkat saat reses anggota DPD, adapula isu
turunan yang diangkat ketika reses. Untuk isu-isu utama disampaikan
sama setiap forum sebagai bentuk sosialisasi DPD kepada masyarakat.
Sedangkan isu turunan merupakan isu yang disesuaikan kondisi objektif
konstituen yang dikunjungi. Berikut ini penuturan dari ibu Poppy
Dharsono :
Dalam setiap reses, ada dua isue yang diangkat, isue utama dan isue turunan. Isue utama disampaikan sama disetiap forum sebagai bentuk sosialisasi DPD kepada masyarakat, sedangkan issue turunan sesuai kondisi objektif konstituen yang dikunjungi. Sebagai contoh jika yang dikunjungi adalah petani tentu akan berbeda materi diskusinya dengan UMKM, buruh, nelayan maupun mahasiswa.
Terkait dengan isu perempuan dan politik, anggota DPD Jawa Tengah
; Poppy Dharsono memberikan ruang yang lebih kepada konstituen
perempuan untuk turut serta dalam reses-nya. Hal ini juga berkaitan pula
dengan isu sentral komisi II DPD RI yang mana Ibu Poppy Dhrasono
adalah anggota di komisi II DPD RI. Menurut Ibu Poppy Dharsono,
kunjungan yang dilakukannya memprioritaskan pada kunjungan di forum-
forum yang lebih banyak dihadiri oleh perempuan. Hal tersebut beliau
lakukan dengan tujuan untuk membuka ruang bagi kaum perempuan
untuk lebih sadar politik dan ikut terlibat dalam proses demokrasi. Berikut
ini penuturan Ibu Poppy Dharsono :
“Ya, sebagai perwakilan perempuan saya memberi ruang yang lebih luas kepada konstituen perempuan. Hal ini saya lakukan dengan lebih memprioritaskan untuk mengunjungi forum yang kira-kira akan lebih banyak perempuannya.Tujuannya untuk lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
membuka ruang kaum perempuan lebih sadar politik dan ikut terlibat dalam proses demokrasi.”
D. FORUM KOMUNIKASI POLITIK
Dalam pembahasan mengenai forum komunikasi politik elite dan
konstituen ini, penulis menyajikan data berdasarkan teknik pengumpulan data
peristiwa. Penulis merangkum forum-forum penyampaian aspirasi yang mana
merupakan peristiwa penyampaian aspirasi dari konstituen beserta tanggapan
dari anggota DPD Jawa Tengah; Poppy Dharsono. Penulis menggolongkan
forum penyampaian aspirasi ke dalam dua jenis, yakni forum dengan model
top-down dan forum dengan model bottom-up.
D.1. Forum dengan Model Top-Down
Forum dengan model top-down merupakan forum penyerapan
aspirasi yang diadakan dengan inisiatif dari anggota DPD untuk
mendatangi masyarakat di daerah yang diwakilinya. Dalam forum ini,
anggota DPD melakukan sosialisasi-sosialisasi kepada masyarakat.
sosialisasi yang dilakukan seperti misalnya sosialisasi amandemen
Undang-Undang Dasar 1945, sosialisasi empat pilar bangsa, sosialisasi
mengenai DPD dan peran strategis DPD dalam sistem bicameral.
Dalam penelitian ini, terdapat 5 (lima) forum penyerapan aspirasi
dengan model top-down. 5 (lima) forum tersebut adalah forum diskusi
dengan konstituen di NU Center Boyolali, diskusi dengan konstituen
Cepu, diskusi dengan konstituen di Kradenan, diskusi dengan konstituen
di Dikranasda Jepon, dan diskusi dengan mahasiswa Fakultas Ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. Berikut ini
pembahasannya :
a. Diskusi dengan konstituen di NU Center Boyolali
Dalam forum sosialisasi fungsi dan peran anggota DPD,
banyak konstituen yang pesimis dengan keberadaan DPD. Konstituen
pesimis karena tidak adanya fungsi legislasi, maka keberadaan DPD
terkesan lemah karena tidak punya kewenangan legislasi. Jika seorang
anggota DPD menyerap aspirasi dari masyarakat, maka output
kebijakan akan jauh berbeda dengan input yakni tuntutan masyarakat.
Seperti yang dikemukakan oleh konstituen di NU Centre sebagai
berikut:
“jika DPD tidak mempunyai fungsi untuk melegislasi Undang-Undang, apakah hal ini akan efektif untuk dapat meng-Gol-kan aspirasi dari masyarakat ? dan kalau hanya menjadi pengusul saja, berarti usulan dari masyarakat masih harus diseleksi DPR untuk disahkan, berarti ada kemungkinan usul ini akan mandeg ditengah jalan ?” (sesi Tanya jawab dalam Sosialisasi DPD di NU Centre, Boyolali, 24/04/2001 jam 10.10 WIB).
Mengenai efektivitas kinerja Anggota DPD Jawa Tengah, Ibu
Poppy Dharsono menyatakan bahwa DPD butuh dukungan dari
masyarakat dalam kinerjanya dan juga perubahan Undang-Undang
untuk penguatan posisi tawar dari DPD. Selain itu, beliau juga
mengajak masyarakat untuk sensntiasa kritis dan mengawasi kinerja
anggota dewan. Berikut ini tanggapan beliau dalam forum diskusi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
”Saya Anggota DPD butuh dukungan dari masyarakat, berupa kritik dan juga usulan-usulan kepada saya agar saya tahu apa permasalahan dan kebutuhan dari masyarakat Jawa Tengah dan selanjutnya akan saya follow-up-I dengan mengusulkannya pada anggota DPR. Masyarakat harus kritis dalam mengawal dan mengawasi kinerja anggota Dewan. Tidak hanya itu, masyarakat juga harus aktif dan bahkan meminta bantuan LSM serta media massa agar tuntutan dan aspirasinya lebih didengar oleh pemerintah. Saya termasuk anggota Dewan yang menolak pembangunan gedung baru, karena kerja DPR dan DPD itu muter nyari aspirasi, masa reses tiga bulan sekali, dan gedung itu hanya digunakan beberapa ratus jam saja per tahun. DPD juga mem-follow-up-I temuan BPK terkait penyimpangan anggaran APBD dan DPD berarti menjalankan fungsi pengawasan. Kalau efektif atau tidak, itu tergantung pada individu anggota dewan. Ada anggota dewan yang hanya duduk saja tanpa bekerja, apalagi anak muda yang baru lulus kuliah S1 dan belum punya pengalaman organisasi dan kerja. Idealnya, anggota Dewan itu berumur minimal 40 tahun, seperti yang ada di Thailand, agar benar-benar dapat bekerja dan punya pegalaman yang cukup untuk mengabdi pada Negara. Dan untuk efektivitas kinerja DPD, seharusnya ada Amandemen UUD 1945 pasal 22D. hal ini agar DPD dapat melakukan fungsi chek and balances kinerja DPR juga DPD. Dengan amandemen itu DPD mempunyai wewenang yang lebih untuk dapat mengusulkan usulan dari masyarakat secara langsung tanpa melalui DPR. ” (sesi Tanya jawab dalam Sosialisasi DPD di NU Centre, Boyolali, 24/04/2001 jam 10.10 WIB )
Pemerintah selalu mempunyai program pembangunan yang
ditujukan bagi masyarakat. Sasaran pembangunan adalah untuk
mengentaskan kemiskinan dan juga penguatan ekonomi masyarakat.
Program-program pemerintah didistribusikan melalui kementrian dan
dinas agar sampai ke masyarakat bawah. Program bantuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
diberikan ini bersifat Top-Down, dari pemerintah ke masyarakat
bawah, sehingga perlu adanya sosialisasi yang baik agar dapat
terdistribusi.
Di forum ini, masyarakat yang menanyakan bantuan-bantuan
dari pemerintah. Bagaimana mekanisme bantuannya dan apakah
bantuan itu terdistribusi secara baik, atau-kah dikorupsi melalui
penyunatan anggaran. Seperti yang dikemukakan oleh konstituen dari
NU sebagai berikut :
“sebenarnya apasaja wujud bantuan-bantuan dari pemerintah? kok sepertinya akses informasi bantuan dibatasi, banyak masyarakat yang tidak tahu. Dan jika hal ini dibiarkan, maka bantuan akan muspro (tidak efektif) karena akan dikorupsi dan tidak sampai pada sasaran ?” (sesi Tanya jawab dalam Sosialisasi DPD di NU Centre, Boyolali, 24/04/2001 jam 10.10 WIB).
Tanggapan dari Ibu Poppy adalah untuk mendapat informasi
mengenai bantuan pemerintah, harus ada kerjasama berbasis
komunitas yang berbadan hukum atau disahkan notaris dan terdaftar di
dinas terkait. Seperti berikut tanggapan dari beliau ibu Poppy, Anggota
DPD Jawa Tengah :
“agar masyarakat mendapat akses informasi, maka masyarakat perlu bekerja sama dan membentuk komunitas usaha, seperti koperasi yang disahkan dengan akta notaries, dan didaftarkan di dinas-dinas seperti disperindagkop dan dinas perindustrian. Dengan adanya badan hukum dan terdaftar di dinas, maka komunitas tersebut akan diprioritaskan dalam akses informasi mengenai bantuan dan kemudahan dalam mendapatkan bantuan dari program dinas.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
b. Diskusi dengan Masyarakat Cepu, Isu Amdal Blok Cepu dan
Dana Bagi Hasil (DBH)
Dalam forum sosialisasi fungsi dan peran anggota DPD,
banyak konstituen yang pesimis dengan keberadaan DPD. Konstituen
pesimis karena tidak adanya fungsi legislasi, maka keberadaan DPD
terkesan lemah karena tidak punya kewenangan legislasi. Jika seorang
anggota DPD menyerap aspirasi dari masyarakat, maka output
kebijakan akan jauh berbeda dengan input yakni tuntutan masyarakat.
Seperti yang dikemukakan oleh konstituen di Cepu; pak Pujiono
sebagai berikut :
“bagaimana peran anggota DPD dalam penolakan terhadap pembangunan gedung DPR yang baru ? padahal, uang sebesar Rp. 1,7 T itu akan lebih bermanfaat jika dialokasikan untuk program pengentasan kemiskinan dan pengangguran.” (sesi Tanya jawab di forum reses di Cepu, Rumah Bp. H. Lilik, 24/04/2011, jam 21.00 WIB)
Beliau pesimis dengan penyerapan aspirasi masyarakat terkait
dengan penolakan pembangunan gedung baru DPR RI yang
menghabiskan dana Rp. 1,7 T dan pembangunan gedung DPD tiap
provinsi yang menelan dana hampir sama besar yakni Rp. 30 M di tiap
provinsi. Penolakan terhadap pembangunan gedung dewan yang baru
adalah dengan pertimbangan masih banyaknya kemiskinan dan
pengangguran, jika alokasi dana pembangunan gedung dialihkan untuk
pemberantasan kemiskinan dan membuka lapangan kerja baru maka
akan lebih efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Mengenai efektivitas kinerja Anggota DPD Jawa Tengah, Ibu
Poppy Dharsono menyatakan sebagai berikut :
”Saya Anggota DPD butuh dukungan dari masyarakat, berupa kritik dan juga usulan-usulan kepada saya agar saya tahu apa permasalahan dan kebutuhan dari masyarakat Jawa Tengah dan selanjutnya akan saya follow-up-I dengan mengusulkannya pada anggota DPR. Masyarakat harus kritis dalam mengawal dan mengawasi kinerja anggota Dewan. Tidak hanya itu, masyarakat juga harus aktif dan bahkan meminta bantuan LSM serta media massa agar tuntutan dan aspirasinya lebih didengar oleh pemerintah. Saya termasuk anggota Dewan yang menolak pembangunan gedung baru, karena kerja DPR dan DPD itu muter nyari aspirasi, masa reses tiga bulan sekali, dan gedung itu hanya digunakan beberapa ratus jam saja per tahun. DPD juga mem-follow-up-I temuan BPK terkait penyimpangan anggaran APBD dan DPD berarti menjalankan fungsi pengawasan. Kalau efektif atau tidak, itu tergantung pada individu anggota dewan. Ada anggota dewan yang hanya duduk saja tanpa bekerja, apalagi anak muda yang baru lulus kuliah S1 dan belum punya pengalaman organisasi dan kerja. Idealnya, anggota Dewan itu berumur minimal 40 tahun, seperti yang ada di Thailand, agar benar-benar dapat bekerja dan punya pegalaman yang cukup untuk mengabdi pada Negara. Dan untuk efektivitas kinerja DPD, seharusnya ada Amandemen UUD 1945 pasal 22D. hal ini agar DPD dapat melakukan fungsi chek and balances kinerja DPR juga DPD. Dengan amandemen itu DPD mempunyai wewenang yang lebih untuk dapat mengusulkan usulan dari masyarakat secara langsung tanpa melalui DPR. ” (sesi Tanya jawab dalam Sosialisasi DPD di sesi Tanya jawab di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
forum reses di Cepu, Rumah Bp. H. Lilik, 24/04/2011, jam 21.00 WIB)
Masih terkait dengan efektivitas kinerja DPD mengenai
keberpihakannya pada masyarakat kecil, yakni pada amdal industri
minyak yang tidak disosialisasikan. seperti yang dikemukakan mas
Alit sebagai berikut :
“Bagaimana peranan DPD untuk melindungi masyarakat kecil, terkait dengan amdal (Analisa Dampak Lingkungan), seperti yang kita ketahui adanya kebocoran pipa minyak tidak disosialisasikan pada petani, padahal, hal tersebut mencemari lingkungan dan mengganggu tanaman padi dan ekosistem sawah ?” (sesi Tanya jawab di forum reses di Cepu, Rumah Bp. H. Lilik, 24/04/2011, jam 21.00 WIB).
Menurut tanggapan dari Ibu Poppy, pembiaran pencemaran
lingkungan seperti kebocoran pipa minyak tidak bisa dibiarkan.
Pertanian seharusnya menjadi prioritas kebijakan, kebutuhan pangan
semakin meningkat harus diimbangi dengan penyediaan pertanian
untuk pangan. Untuk tanggapan lebih lengkapnya, penuturan dari Ibu
Poppy sebagai berikut :
“Hal tersebut seharusnya tidak boleh dibiarkan, perlu adanya sosialisasi terkait Amdal. Perusahaan minyak punya program CSR (Corporate Social Responsibility), seharusnya kan dana CSR untuk kompensasi atas pencemaran lingkungan. Masyarakat dan LSM juga harus mengawasi. Dan pertanian seharusnya menjadi prioritas bagi kebijakan pangan kita. Karena di masa mendatang, pertanian akan menjadi tambang emas. Pertumbuhan penduduk yang meningkat harus diimbangi dengan penyediaan pangan yang cukup agar rakyatnya tidak kelaparan. Mungkin dulu dengan uang 3.500 sudah dapat membeli beras, bandingkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
sekarang yang mana beras mencapai 6.500. jika dibiarkan, harga pangan akan terus naik karena benyaknya permintaan. Dan kita tidak bisa tergantung pada impor terus, karena Negara pengimpor beras akan memprioritaskan beras untuk kebutuhan dalam negerinya sendiri.” (sesi Tanya jawab di forum reses di Cepu, Rumah Bp. H. Lilik, 24/04/2011, jam 21.00 WIB).
Di daerah Cepu terkenal sekali dengan adanya Blok Cepu
sebagai penghasil minyak. Blok Cepu ini merupakan potensi dari
wilayah Cepu untuk meningkatkan PAD-nya (Pendapatan Asli
Daerah) dari dana bagi hasil blok Cepu. Dengan adanya eksploitasi
Sumber Daya Alam, maka yang melakukan eksplorasi harus
memberikan kompensasi yang sebanding dengan apa yang
didapatkannya dari eksploitasi Sumber Daya Alam itu. Dana
kompensasi atas eksplorasi itu diharapkan dapat menjadi sarana
pembangunan dan pen-sejahteraan bagi masyarakat sekitar Blok Cepu.
Namun, ternyata besaran dana bagi hasil itu tidak sebanding dengan
Laba Perusahaan dan juga eksploitasi yang dilakukan. Seperti yang
dikemukakan oleh Mas Ahmad, yang selaku NGO di Blora, berikut
petikan pernyataan mengenai dana bagi hasil yang tidak transparan :
“untuk dana bagi hasil dari Blok Cepu ini besarannya adalah lebih kecil jika dibandingkan dengan retribusi parkir. Lalu, PAD (Pendapatan Asli Daerah) tidak diketahui pasti, dan tidak ada transparansi mengenai PAD. Blok Cepu ini dana bagi hasilnya 5 Milyar untuk close recovery Cepu. Dana bagi hasil untuk dareah Blora lebih kecil dari pada Pamekasan, padahal sumur minyaknya berada di kawasan Blora dan Cepu. Seharusnya ada pengkajian ulang tentang penafsiran Daerah penghasil tambang yakni 12% . bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
DPD menanggapi hal ini ?” (sesi Tanya jawab di forum reses di Cepu, Rumah Bp. H. Lilik, 24/04/2011, jam 21.00 WIB).
Terkait dengan hal yang dikemukakan oleh Mas Ahmad
mengenai fakta di lapangan, tanggapan ibu Poppy adalah harus ada
pengkajian ulang mengenai PAD dengan mengundang stake holder
untuk membicarakan masalah dana bagi hasil blok Cepu. Dan dengan
adanya Blok Cepu itu, seharusnya membawa dampak positif bagi
kesejahteraan masyarakat. Namun, tidak adanya sekolah pertambangan
disekitar Cepu, menjadi bukti belum adanya komitmen Stake Holder
Blok Cepu untuk mengajak masyarakat untuk pengelolaan SDA
bersama-sama. Berikut petikan penuturan Bu Poppy terkait Blok Cepu
:
“masalah bagi hasil memang tidak adil untuk kesejahteraan masyarakat. Padahal sudah ada Undang-Undang kita pasal 33 tentang sumberdaya alam, seharusnya Sumberdaya alam dikelola bersama untuk kesejahteraan rakyat. Tidak hanya menguntungkan investor saja. Program mengenai bagi hasil dan Amdal harus disosialisasikan dan dikomunikasikan pada masyarakat sekitar Blok Cepu. Dan harus ada sekolah menengah atau SMK pertambangan misalnya, agar pengelolaan sumberdaya di bumi Cepu dapat dikelola oleh putra daerah. Dan dengan adanya putra daerah sebagai pengelola tambang minyak, nantinya akan ada efek meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lalu masyarakat juga harus berperan dalam mengawasi pengelolaan tambang dan juga memperjuangkan hak-hak seperti bagi hasil misalnya.” (sesi Tanya jawab di forum reses di Cepu, Rumah Bp. H. Lilik, 24/04/2011, jam 21.00 WIB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
c. Diskusi dengan Masyarakat Kradenan, Isu Bantuan dari
Pemerintah yang dipolitisir dan Akses Informasi Bantuan.
Pemerintah selalu mempunyai program pembangunan yang
ditujukan bagi masyarakat. Sasaran pembangunan adalah untuk
mengentaskan kemiskinan dan juga penguatan ekonomi masyarakat.
Program-program pemerintah didistribusikan melalui kementrian dan
dinas agar sampai ke masyarakat bawah. Program bantuan yang
diberikan ini bersifat Top-Down, dari pemerintah ke masyarakat
bawah, sehingga perlu adanya sosialisasi yang baik agar dapat
terdistribusi.
Dari berbagai bantuan dari pemerintah, ternyata ketika sampai
di grassroot bantuan dari pemerintah ini menjadi suatu hal yang
dipolitisir. Terkait dengan bantuan pemerintah yang dipolitisir, ada
konstituen yang mengemukakan bahwa ada bantuan pemerintah yang
disosialisasikan oleh anggota DPR, yang mengaku bahwa bantuan itu
berasal dari Partai politik tertentu. Penuturan dari Pak Riyantono
mengenai politisir bantuan sebagai berikut :
“menurut informasi bidang pertanian ada hibah sampai trilyunan rupiah. Namun kenapa informasi ke petani sengaja ditutup ? menurut klaim dari anggota DPR RI yang namanya tidak bisa saya sebutkan, ada dana sebesar 10 milyar untuk Blora. Dan dana tersebut diklaim sebagai bantuan dari salah satu partai politik. Bagaimana agar masyarakat dapat mengakses informasi dan bantuan itu ? (Forum Reses di Kradenan 26/04/2011 jam 09.30 s/d 11.30)
Dari pihak DPD menanggapi hal tersebut dengan statemen
bahwa memang DPR RI mempunyai dana Bantuan Sosial untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dapilnya. Lain halnya dengan DPD, yang masih belum punya alokasi
dana Bantuan Sosial. Untuk mengetahui informasi mangenai bantuan,
masyarakat harus aktif melakukan komunikasi formal dengan surat-
menyurat pada Dinas. Berikut ini petikan jawaban beliau ibu poppy
Dharsono :
“kalau terkait dana bantuan DPR, sebenarnya DPR sudah punya alokasi dana untuk Bantuan Sosial setiap kali reses di DaPil-nya. Kalau DPD belum mempunyai dana Bantuan Sosial, dan DPD mengeluarkan dana pribadi untuk bantuan yang diberikan. Dana bantuan DPR sebenarnya bagian dari kontrak politik, yakni memperjuangkan aspirasi dan dana bantuan bagi konstituen pemilihnya di DaPil-DaPil. Mempolitisir dana bantuan mungkin hanya strategi untuk memenangkan suara dalam pemilihan umum selanjutnya saja. Masyarakat perlu juga melakukan hubungan dengan dinas secara formal dengan surat menyurat, agar mendapat informasi mengenai bantuan-bantuan. Dan orang-orang kita kurang familiar dengan budaya surat-menyurat, hal ini perlu dilakukan karena birokrasi bersifat formal dan komunikasi dilakukan dengan surat menyurat. (Forum Reses di Kradenan 26/04/2011 jam 09.30 s/d 11.30).
d. Diskusi dengan Masyarakat di Dikranasda Jepon, Isu Bantuan
untuk Pameran UMKM dan Pembangunan Sekolah Kayu.
Terkait dengan bantuan dan campur tangan pemerintah pada
UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) kerajinan ukiran kayu. Pada
masa Orde Baru, sektor usaha kerajinan ukiran kayu mendapat
prioritas dan dukungan dari pemerintah. Namun, yang ada sekarang ini
adalah pengrajin ukiran kayu sudah tidak diberi ruang seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
difasilitasi stan di pameran kerajinan. Berikut ini penuturan dari salah
seorang pengusaha ukiran kayu, yang juga anggota Dikranasda Jepon,
Bapak Sarban :
“setelah masa Orde Baru, UMKM kerajinan ukiran ini tidak lagi diperhatikan, sudah tidak lagi diberi fasilitas stand gratis di pameran-pameran, dan sekarang juga jarang adanya pameran kerajinan ukiran. Padahal, dulu semasa mbak Tutut ada upaya pemasaran, display / pameran gratis juga ada, tapi sekarang pengrajin sulit untuk pemasaran produk keluar negeri karena tidak ada lagi pameran. Dan kalau ada pameran kerajinan, stan-nya-pun harganya mahal tidak terjangkau pengusaha kerajinan kayu. Bagaimana pemecahan dari masalah seperti ini ?” (Sesi Tanya Jawab di forum Dikranasda, 25 / 04 /2011, jam 15.00 WIB )
Menurut pak Lurah Desa Jepon, Teguh Tri Handoyo, yang
menjadi permasalahan di desa Jepon adalah belum ada sekolah
kejuruan dengan konsentrasi pengolahan kayu, dari dinas sendiri
belum ada pengesahan terkait persyaratan administrasi. Sedangkan
untuk lahan pendirian sekolah sudah disiapkan oleh pemerintah Blora.
Hal lain yang menjadi permasalahan adalah terkait dengan relokasi
pasar karena keberadaan pasar dianggap sebagai sumber kemacetan
jalan raya. Relokasi pasar ini tidak mempertimbangkan kepentingan
pedagang, karena pemerintah daerah belum menyediakan tempat baru
untuk berdagang. Berikut penuturan pak Lurah, Teguh Tri Handoyo :
“mengenai lembaga pendidikan seperti sekolah kejuruan dengan konsentrasi seni kriya ini belum ada di daerah Blora, padahal di sini banyak potensi kayu untuk diolah menjadi kerajinan ukiran, dan dengan Sekolah kejuruan seni kriya dapat meningkatkan kualitas SDM untuk mengolah kayu. Dari pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Pemerintah Daerah Blora sendiri sudah menyiapkan lahan untuk sekolah, tapi dari pihak Dinas Pusat belum memberikan ijin pendirian, mohon hal ini ditanggapi. Dan untuk masalah pasar, di sini pasar menjadi sumber kemacetan jalan raya, dan pemerintah daerah seakan ngoprak-oprak pedagang untuk pindah. Dan pemda belum menyediakan tempat baru untuk perdagangan. Bagaimana DPD menanggapi hal ini ?”
Untuk tanggapan dari Ibu Poppy sendiri, beliau menyarankan
untuk memperbaiki kualitas barang kerajinan yang dihasilkan dan juga
membenahi serta memunculkan Entrepreneurship pengusaha kerajinan
ukiran. Pengusaha kerajinan ukiran di Blora sebaiknya belajar
entrepreneurship dan pemasaran dari pengusaha di Bali. Berikut ini
petikan dari tanggapan beliau atas pertanyaan dari bapak Sarban :
“mengenai produksi dan pemasaran itu adalah hal yang berbeda. Kalau produksi, semestinya pengusaha kerajinan ukiran ini harus meningkatkan kualitas dan juga inovasi desain ukiran. Dengan kualitas yang bagus dan desain yang bagus, maka produk kerajinan akan mampu bersaing di pasaran. Seperti di Bali dan Jepara, mereka terkenal dengan keunikan dan keunggulan kualitas produk mereka. Sedangkan untuk entrepreneurship, pengusaha contohlah pengusaha Bali yang melakukan pemasaran sendiri. Pengusaha kerajinan kayu ini menjual produknya di Bali, Bali sudah menjadi tempat wisata mendunia yang dikunjungi turis asing, jika produk kerajinan ini dipasarkan di Bali, maka akan banyak turis yang melihat-lihat dan membelinya. Ini sebenarnya pasar potensial untuk melakukan perdagangan kerajinan dengan luar negeri. Pemasaran jug bisa dilakukan di Jakarta yang sudah punya ruang pameran yang diakses oleh turis dan pengusaha dari luar negeri. Untuk contoh lainnya, di Desa Tembi, Yogyakarta, ada desa yang menjadi tempat penampungan barang-barang kerajinan dan diekspor ke luar negeri. Kalau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
pengusaha di sini berminat, dapat melakukan kerjasama dengan pengumpul kerajinan di desa Tembi. Selain itu, Blora yang terkenal dengan Jati dan kayu-kayu kualitas bagus, harusnya ada sekolah kejuruan dengan spesialisasi perkayuan bukan seni kriya, untuk lebih meningkatkan SDM di blora agar bisa mengolah kayu menjadi produk-produk unggulan. Kalau Seni Kriya sudah banyak dibuka di daerah lain, dan sekolah perkayuan ini akan menjadi sekolah pertama di Indonesia. Saya akan melobi pak Nuh terkait hal ini. Selanjutnya terkait pasar tradisional, pemda seharusnya memikirkan tempat baru sebelum memindahkan pedagang. Seperti di Solo, Pak joko wi mampu merelokasi pedagang dengan menyediakan tempat baru, sehingga tidak terjadi konflik antara pemda dan pegandang. Ini perlu dicontoh untuk daerah Blora.” (Sesi Tanya Jawab di forum Dikranasda, 25 / 04 /2011, jam 15.00 WIB )
e. Diskusi dengan Mahasiswa FISIP UNS Mengenai Pendidikan
Politik
Dalam forum kuliah umum di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret pada 18 November 2011 lalu, DPD
memberikan kuliah umum dan berdiskusi mengenai fungsi dan peran
DPD serta peran mahasiswa mengawal kinerja pemerintah serta
pemilihan umum. Seperti dalam sesi interaktif, seorang mahasiswa
sosiologi yang menanyakan sikap DPD terhadap perjuangan DPD
yang belum dianggap baik oleh masyarakat dan juga tipe ideal dari
mahasiswa dalam mengawal penyelenggaraan negara. Berikut ini
adalah kutipan pertanyaan mahasiswa sosiologi ; Tria pada anggota
DPD :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
“menurut ibu Poppy, bagaimana sih buk pendapat ibuk tentang perjuangan yang sudah dilakukan anggota dewan (dalam hal ini DPD) tapi masih belum dianggep sama masyarakat ? dan meurut ibuk, gimana sih tipe mahasiswa yang ideal dan kritis terhadap wakil rakyat ? (sesi Tanya jawab di forum kuliah umum Fisip UNS pada tanggal 18/11/2011 jam 14.20)“
Dari pertanyaan yang dilontarkan mahasiswa tadi,
diberitanggapan oleh ibu Poppy dengan melihat dari sisi pendidikan,
cara berpikir dari masyarakat yang mungkin belum terdidik dan juga
pemberitaan di media juga dapat berpengaruh pada judgement dari
masyarakat. Beliau menambahkan bahwa kadang kala pemberitaan
ada yang bersifat mendiskreditkan, jadi perlu ditelusur kalau ada yang
mendiskreditkan seseorang dalam pemberitaan. Beliau menilai
mahasiswa yang kritis adalah yang dapat memberikan advokasi pada
masyarakat tentang trackrecord peserta pemilu, karena hal itu
merupakan sumbangan pemikiran yang baik pada masyarakat. Berikut
ini penuturan beliau :
“kalau kinerja anggota dewan belum dianggap oleh masyarakat, ada kemungkinan rakyat itu belum mengerti tentang perjuangan anggota dewan. Misalnya saja pendidikan rendah, nalar dan cara berpikir masing-masing rakyat akan punya judgement tersendiri pada dewan. Masih lagi kalau ada sumber pemberitaan yang sifatnya mendiskreditkan, hal itu akan mendorong masyarakat berpikir tidak ada perjuangan dari dewan. Sebenarnya itu semua bisa dijembatani dengan dialog dengan pers dan kalangan universitas, selain itu juga perlu menelusuri pemberitaan yang mendiskreditkan dikeluarkan oleh siapa.
Kalo mahasiswa kritis itu perlu melakukan advokasi pada masyarakat tentang trackrecord calon-calon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
legislatif atau peserta pemilu agar masyarakat tahu dan tidak salah dalam memilih. Mahasiswa kalo bisa ya jadi seperti intelejen yang menyelidiki, memberi info pada masyarakat. Setidaknya hal itu menyumbangkan pemikiran yang baik pada masyarakat.”
Setelah pemaparan dari anggota DPD mengenai peran, fungsi
serta kewajiban DPD, ada respons dari seorang mahasiswa yang
menyatakan bahwa dalam kampanye lalu sangat sedikit sekali
sosialisasi DPD, lalu bagaimana dengan rakyat yang harus memilih
anggota DPD yang baik. Berikut cuplikan pernyataan dari Nurul;
mahasiswa sosiologi :
“dulu itu ibuk saya sempat bingung memilih anggota DPD karena minimnya sosialisasi buk, padahal saat pemilu masyarakat harus memilih wakil yang baik. Bagaimana sih buk memilih anggota DPD yang baik ? dan sebenarnya di Wonogiri itu punya potensi wisata yang bagus seperti museum kars, tapi tidak bisa terurus karena dari kecamatan meributkan dana bagi hasil, kalo bisa DPD mohon memfasilitasi hal tersebut.”
Dari pemaparan mahasiswa tadi, ditanggapi ibu Poppy bahwa
waktu kampanye yang singkat tidak seimbang dengan luas wilayah
Jawa Tengah. Hal tersebut berat dilakukan, namun akan lebih baik lagi
jika ada lebih banyak wakil DPD agar seluruh daerah mendapat
kunjungan dari calon anggota dewan. Berikut penuturan dari ibu
Poppy :
“Jawa Tengah itu kan luas ya wilayahnya, sekitar 38 kabupaten, padahal waktu kampanye untuk DPD itu sangat pendek. Kalo waktu kampanye-nya sangat pendek, konsekuensinya ya banyak wilayah yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
bisa dikunjungi. Akan lebih baik lagi kalo ada lebih banyak wakil DPD, jadi semua tempat termasuk pelosok desa dapat dikunjungi dan diserap aspirasinya. Kalo sekarang, sudah jadi DPD ya baru bisa keliling Jawa Tengah termasuk daerah-daerah pelosok dan terpencil.
Untuk pengembangan wisata, butuh data-data dari semua itu (data potensi wisata) untuk di fasilitasi dan membicarakannya pada bupati .”
Untuk diskusi selanjutnya, seorang mahasiswa sosiologi;
Gunawan wibisono yang menanyakan mengenai fungsi informasi
politik, rekruitmen calon independen, menyamakan gaji anggota
dengan buruh dan orientasi kekuasaan pada rakyat. Berikut ini kutipan
pertanyaan dari mahasiswa tersebut :
“saya pernah menulis tentang format ideal parlemen dalam essay Keroncong Tikus dalam Demokrasi Borjuis. Ada 4 pokok pemikiran : fungsi parlemen dalam informasi politik, rekruitmen calon independen, menyamakan gaji dewan dengan buruh, dan orientasi kekuasaan pada masyarakat agar tidak ada korupsi. Yang ingin saya tanyakan bagaimana fit dan proper test yang baik untuk recruitmen DPD ?”
Tanggapan untuk pemikiran mahasiswa dalam essay dan
pertanyaan tersebut adalah borjuis tidak berarti buruk, kalau demokrasi
transaksional memang berarti buruk. Fit and proper test ideal
dilakukan di Universitas, karena akan memunculkan pertanyaan yang
netral dan tidak disetting sedemikian rupa agar mengunggulkan salah
seorang kandidat. Fit and proper test sangat penting dilakukan dengan
cara-cara yang baik, agar tidak ada lagi anggota DPD yang buruk
kinerjanya seperti bekerja sambil berjualan dan pembuatan laporan
reses palsu serta manipulasi. Dalam demokrasi transaksional akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
berujung pada korupsi untuk mengembanlikan pinjaman dari dana
kampanye. Berikut ini petikan dari tanggapan Ibu Poppy S. Dharsono
dalam forum kuliah umum :
“kata borjuis itu kan nggak selalu identik dengan yang buruk, borjuis kan berarti kaum kaya. Kalau demokrasi transaksional itu baru buruk, karena jual beli suara. Sebenarnya memang demokrasi yang berjalan bukan demokrasi yang dewasa, kampanye Cuma dilakukan dengan konser dangdut yang seharian dan konvoi sepeda motor. Demokrasi yang baik adalah yang memberikan pendidikan politik pada masyarakat. Kalangan universitas seperti mahasiswa harus melakukan akses pada calon-calon dalam pemilu. Debat-debat juga harusnya dilakukan di Universitas agar netral dan tidak ada pertanyaan yang sudah disetting oleh media. Fit and proper test itu penting agar tidak ada anggota yang buruk kinerjanya sambil berjualan ketika kerja, membuat laporan palsu dan bahkan memanipulasi reses.”
Dengan pesan-pesan politik mengenai fungsi, peran dan
kewajiban DPD, ditanggapi oleh mahasiswa sosiologi Abdul Rahman
dengan mengibaratkan politik seperti udara yang harus dihirup, namun
banyak orang yang menjadi korban politik menjadi enggan
berpatisipasi. Berikut ini kutipan pernyataan dari Abdul Rahman :
“menurut saya, politik itu seperti udara yang mau tidak mau harus dihirup agar tetap hidup. Namun, banyak juga orang yang sakit hati pada politik sehingga menjadi acuh dan tidak mau berpartisipasi. Bagaimana tanggapan ibuk dengan hal seperti itu ?”
Ibu Poppy menanggapi hal tersebut dengan menghimbau agar
masyarakat tidak marah terhadap situasi politik yang ada. Kebutuhan
masyarakat akan politik dapat diakses melalui media dan internet,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
melalui media masyarakat dapat mengawasi keadaan politik. Hal
terpenting adalah masyarakat jangan memilih wakil rakyat yang hanya
memberi uang Rp. 20.000,- tetapi wakilnya tidak akan bekerja dengan
baik lima tahun mendatang. Berikut ini adalah tanggapan dari Ibu
Poppy :
“seperti yang dikatakan tadi politik itu seperti udara yang dibutuhkan, jadi masyarakat tidak boleh marah lalu acuh dalam pemilihan umum. Masyarakat tetap harus mengawal kinerja anggota dewan melalui media televisi misalnya. Jangan juga memilih wakil-wakil yang memberikan uang dua puluh ribu lima puluh ribu dalam serangan fajar, sekarang dapet duitnya tapi dalam lima tahun tidak akan didengar aspirasinya.”
Pertanyaan terakhir dalam kuliah umum diajukan oleh
mahasiswa sosiologi angkatan 2009; Giovani. Giovani menanyakan
tentang demokrasi terpimpin era Soeharto lebih memberikan
kemudahan ekonomi serta kesejahteraan dan era demokrasi sekarang
ekonomi makin sulit, apakah pelaksanaan demokrasi langsung akan
berimbas pada kesejahteraan ? Berikut ini kutipan dari pertanyaan
tersebut :
“banyak orang bilang kalo hidup di jaman demokrasi terpimpin era-nya Soeharto lebih enak, harga-harga sembako masih murah, lalu ada swasembada pangan, sebenarnya apakh ada sih buk imbas dari demokrasi langsung dapat memberikan kesejahteraan ?”
Pertanyaan tentang demokrasi terpimpin dan demokrasi
langsung ditanggapi oleh ibu Poppy bahwa demokrasi yang baik
hanya dapat berjalan di negara dengan income tinggi mencapai ribuan
dollar Amerika per tahunnya. Di era Soeharto, masyarakat Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
masih miskin dan dengan indikator income per kapita yang tinggi
tidak bisa melaksanakan demokrasi. Sehingga, kesejahteraan menjadi
prioritas untuk keluar dari kemiskinan dan sedikit-sedikit menuju
demokrasi langsung. Berikut ini jawaban dari Ibu Poppy pada
pertanyaan terakhir :
“kalau masyarakat memiliki pendidikan yang baik, maka demokrasi akan bisa dijalankan dengan baik. Tapi di era Soeharto,jika melaksanakan demokrasi langsung dengan masyarakat yang masih miskin akan berujung pada demokrasi transaksional seperti sekarang. Demokrasi yang baik hanya dapat diterapkan di negara dengan income per kapita yang tinggi sekitar ribuan dollar pertahun. Kesejahteraan diprioritaskan untuk sedikit demi sedikit menuju demokrasi langsung.”
D.2. Forum dengan model Bottom-Up
Forum penyerapan aspirasi dengan model bottom-up merupakan
forum penyerapan aspirasi dengan inisiatif dari pihak konstituen. Dalam
forum model bottom-up ini konstituen mendatangi Rumah Aspirasi
anggota DPD Jawa Tengah Poppy Dharsono dengan membawa aspirasi
mereka untuk didengarkan. Terdapat 1 (satu) forum dengan model
bottom-up, yaitu forum penyerapan aspirasi dengan masyarakat
Makamhaji dengan isu pembangunan underpass di Makamhaji. Berikut
ini pembahasannya :
Terkait dengan isu pembangunan underpass di Makamhaji
Kabupaten Sukoharjo, masyarakat daerah Makamhaji yang terkena
dampak dari pembangunan underpass menyampaikan aspirasi kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
DPD Jawa Tengah pada 18/11/2011 di Rumah aspirasi Poppy Dharsono.
Kelompok masyarakat dari Makamhaji yang terdiri dari FKUB (Forum
Kerukunan Umat Beragama) Makamhaji, Anggota BPD (Badan
Perwakilan Daerah) Makamhaji, Forum Peduli Masyarakat Makamhaji,
Ketua RW dan Ketua RT mendatangi rumah aspirasi guna
menyampaikan aspirasinya.
Pada forum pertemuan antara DPD Jawa Tengah dengan
masyarakat Makamhaji ini yang berinisiatif melakukan komunikasi
politik adalah dari masyarakat Makamhaji. Forum pertemuan tersebut
menjadi forum pengaduan masyarakat yang terkena dampak dari
pembangunan underpass Makamhaji. Kebanyakan dari masyarakat
menyatakan menolak pembangunan underpass yang akan dibangun di
Makamhaji. Berikut ini petikan pengaduan masyarakat Makamhaji yang
diwakili oleh wakil ketua BPD Makamhaji dalam forum penyampaian
aspirasi :
“disini saya mewakili dari BPD makamhaji, menyatakan menolak pembangunan underpass di Makamhaji. Hal tersebut dengan pertimbangan belum ada pemberitahuan kepada BPD oleh kepala desa, selain itu ada kabar bahwa masterplan dari underpass juga belum jadi. Saya juga menilai kalo dalam proyek underpass Makamhaji ada arogansi dari pemerintah, terbukti dengan belum adanya sosialisasi terkait underpass pada masyarakat sekitar yang nantinya juga terkena dampak karena pembangunan underpass. Sekali lagi saya katakana menolak pembangunan underpass Makamhaji. Kepada ibu Poppy Dharsono DPD Jawa Tengah, saya mohon aspirasi ini dapat direalisasikan.” (forum penyampaian aspirasi di Rumah Aspirasi Poppy Dharsono pada 18/11/2011 pukul 20.00 WIB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Penolakan atas pembangunan underpass Makamhaji juga
disampaikan oleh Bapak Mujahit selaku Ketua RT. Berikut ini petikan
dari pernyataan dari Bapak Mujahit :
“disini saya ingin menyampaikan bahwa 90-an warga kami menyatakan menolak dengan pembangunan underpass di Makamhaji bu Poppy. Kami menginginkan sesegera mungkin ada pembicaraan antara pemerintah dan warga. Karena ada pembangunan underpass itu, usaha dagang masyarakat bisa terganggu dan bahkan mati. Pembangunan itu menambah semrawut jalan di depan tempat usaha kami, dan imbasnya pada pembeli tidak bisa parkir di depan warung kami. Proyek pembangunan underpass itu juga belum disosialisasikan pada masyarakat. Kalo bisa, pembangunan underpass itu diganti saja dengan perluasan jalan saja. Perluasan jalan akan membuat lalu lintas lebih lancar dan tidak mengganggu tempat usaha serta tempat tinggal kami. Mohon pada ibu Poppy agar membawa aspirasi kami.” (forum penyampaian aspirasi di Rumah Aspirasi Poppy Dharsono pada 18/11/2011 pukul 20.10 WIB).
Tokoh masyarakat Makamhaji, Bapak Suhaji juga menyatakan
penolakan atas pembangunan underpass Makamhaji. Berikut ini petikan
pernyataan dari Bapak Suhaji :
“sebenarnya ada apa dibalik pembangunan underpass ? kabarnya pada awal tahun 2012 underpass akan dibangun di Makamhaji, yang menjadi masalah adalah masyarakat sekitar daerah pembangunan underpass akan terkena dampak pembangunan. Kabar itu saya ketahui dari forum berdiskusi dengan Sekda. Terkait dengan pembangunan underpass oleh komisi 3, saya menolak karena belum disosialisasikannya AMDAL (Analisa Dampak Lingkungan). Saya menolak bukan semata-mata atas ganti rugi lahan, tapi banyak masalah yang tidak melibatkan masyarakat, bahkan BPD dan masyarakat tidak diajak berbicara. Mohon bantuan pada bu Poppy
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
agar membawa aspirasi kami ini. .” (forum penyampaian aspirasi di Rumah Aspirasi Poppy Dharsono pada 18/11/2011 pukul 20.20 WIB).
Aspirasi yang berupa penolakan pembangunan underpass juga
dinyatakan oleh Bapak Supriyadi selaku wakil dari komunitas pemilik
lahan di Makamhaji. Berikut ini pernyataan penolakan yang beliau
sampaikan :
“yang saya ketahui, pembangunan underpass di makamhaji dapat menyebabkan banjir, itu saya ketahui dari konsultan setelah kasus ini mencuat di media. Konsultan juga mngatakan kalo pembangunan itu akan memakan waktu yang lama sekitar 8 bulan sampai 1 tahun, dan selama 8 bulan itu warung kami tertutup aksesnya bagi pembeli. Kalo dibuka-pun juga kemungkinan lakunya sedikit karena akses parkir juga susah. Apa selama 8 bulan itu kami harus berpuasa karena tidak bisa jualan ? dan bagaimana pekerjaan dagang kami selama 8 bulan ? terlebih lagi adalah bagaimana tempat tinggal kami yang sudah diwariskan dan turun temurun yang punya nilai historis, selain itukan lahan itu menjadi celengan kami buk, dengan pembangunan underpass itu harga tanah kami juga akan anjlok. Untuk waktu pembangunan underpass itu sendiri katanya awal tahun 2012, yang bertepetan dengan musim hujan, itu kan tidak pas dan bisa membuat banjir di tempat tinggal kami. Untuk solusinya, dilakukan saja pelebaran jalan, agar lalu lintas tidak macet dan tidak merugikan kami para pedagang. Mohon yang saya sampaikan ini dapat dijadikan pertimbangan dan semoga ibu Poppy bisa membawa aspirasi masyarakat Makamhaji.” (forum penyampaian aspirasi di Rumah Aspirasi Poppy Dharsono pada 18/11/2011 pukul 20.40 WIB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Aspirasi penolakan selanjutnya disampaikan oleh ketua RT
dukuh Wijilan. Berikut ini pernyataan penolakan beliau yang
disampaikan dalam forum :
“di daerah yang akan dibangun underpass itu terdapat 200 KK (Kartu Keluarga) lebih. Di wilayah kami, kalo semisal jadi dibangun underpass akan terkena dampak langsung seperti banjir karena akan ada pengerukan besar-besaran dan sungai di dekat kami akan meluap pada musim hujan saat dilakukan pembangunan proyek underpass. Kabarnya underpass ini dibangun dengan pertimbangan efisiensi saja, namun merugikan masyarakat sekitar dibangunnya underpass. Kalo bisa, pembangunan itu jangan hanya mempertimbangkan efisiensi biaya saja, agar tidak merugikan masyarakat sekitar daerah yang dibangun. Dari kami mengharapkan pembangunan underpass ini diganti saja dengan pelebaran jalan atau menaikkan rel kereta api, meskipun biaya agak mahal tapi tidak merugikan masyarakat. (forum penyampaian aspirasi di Rumah Aspirasi Poppy Dharsono pada 18/11/2011 pukul 21.10 WIB).
Dari beberapa aspirasi mengenai penolakan pada pembangunan
underpass di Makamhaji ditanggapi oleh ibu Poppy Dharsono dengan
menyatakan bahwa segala macam pembangunan tidak boleh merugikan
rakyat, program-program pembangunan seharusnya disosialisasikan
secara baik kepada masyarakat dan juga beliau akan mempelajari
pembangunan proyek underpass dengan konsultan serta akan
memfasilitasi masyarakat dengan penelitian AMDAL proyek underpass.
Berikut ini petikan penuturan beliau dalam menanggapi aspirasi yang
masuk :
“saya sangat setuju dengan bapak-bapak, bahwa program pembangunan itu seharusnya tidak boleh merugikan masyarakat. Pemerintah berkewajiban untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
mensosialisasikan program pembangunan dan juga AMDAL dari proyek-proyek pembangunan. Saya akan mempelajari dulu mengenai pembangunan underpass ini, saya akan konsultasikan dulu pada konsultan agar benar-benar tahu dampak dari pembangunan underpass ini. Kalo misalnya proyek itu tetap berjalan, harus ada solusi bagi masyarakat, pedagang tetap harus bisa berdagang meski ada proyek itu, apalagi usaha yang dirintis bapak-bapak dan ibu-ibu kan usaha mandiri itu harus tetap bisa bertahan. Saya nanti akan memfasilitasi bapak dan ibu untuk bertemu dan berdialog dengan DPRD, bupati, Kement PU dan departemen terkait. Saya juga akan memfasilitasi dengan penelitian AMDAL dari proyek underpass.”
E. POLA PENYAMPAIAN ASPIRASI
Pembahasan pada topik ini akan menelaah secara mendalam mengenai
komunikasi politik yang fokus utamanya adalah penyampaian aspirasi.
Penyampaian aspirasi ini merupakan tindakan sosial dalam konsep sosiologi.
Tindakan sosial yang dilakukan adalah merujuk pada realitas sarana-tujuan,
atau tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam
lingkungan dan perilaku manusia lain; harapan-harapan ini digunakan sebagai
syarat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan aktor lewat upaya dan
perhitungan yang rasional20. Konstituen yang ingin aspirasinya didengar maka
menggunakan sarana yang tepat yakni ikut dalam forum penyerapan aspirasi,
hal ini adalah rasional dan memperhitungkan sarana serta tujuannya.
20 George Ritzer, Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi : Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Posmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.Halaman 137.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Konsep lain yang tepat untuk menerangkan pola penyampaian aspirasi
adalah konsep voluntarisme; Talcot Parsons. Voluntarisme merupakan
kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau
alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam mencapai tujuan. Tindakan
yang dari kostituen adalah menetapkan cara atau alat yakni forum penyerapan
aspirasi agar aspirasinya tersampaikan pada DPD dan tujuan akhirnya adalah
advokasi dari aspirasi yang disampaikan konstituen.
Dalam penyampaian aspirasi tentunya ada seseorang yang berperan
sebagai komunikator dan ada juga komunikan. Komunikator yaitu pihak yang
memprakarsai (yang bertindak sebagai sumber) penyampaian pesan kepada
pihak lain. Komunikator juga disebut source, encoder, sender,atau aktor,
menurut Blake dan Haroldsen, mencerminkan pihak yang memulai dan
mengarahkan suatu tindakan komunikasi21.
Seperti peristiwa komunikasi pada umumnya komunikator dalam
komunikasi politik dapat dibedakan menjadi individu-individu, lembaga
ataupun kumpulan dari banyak orang (kolektif). Jika seorang pejabat, tokoh
masyarakat ataupun rakyat biasa bertindak sebagai sumber dalam suatu
kegiatan politik, maka dalam hal ini ia dapat dilihat sebagai sumber individual
(Individual Source). Sedangkan di sisi lain terdapat komunikan, komunikan
ini juga dapat dibedakan menjadi individu-individu maupun kumpulan dari
banyak orang (kolektif).
Dalam penyampaian aspirasi ini, yang berperan sebagai komunikator
politik adalah anggota DPD Jawa Tengah. Beliau menjadi seorang
21 Zulkarimein Nasution. 1990. Komunikasi Politik Suatu Pengantar. Jakarta : Ghalia Indonesia. Halaman 43.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Audiens/
pendengar Sumber
Pesan
Umpan balik
saluran
komunikator politik karena bertindak sebagai pemrakarsa dari komunikasi
yakni ketika reses / kunjungan ke daerah-daerah. Sewaktu reses dilakukan,
biasanya anggota DPD akan menyampaikan informasi dan sekaligus
sosialisasi mengenai program maupun kebijakan yang masih relatif baru.
Dengan memberikan informasi (stimulus) berupa program serta kebijakan
dalam forum reses, maka komunikan akan memberikan respon atas stimulus
tersebut.
Komunikasi dapat disebut efektif apabila pesan yang disampaikan
dapat dimengerti oleh pihak komunikan. Lebih lanjut, komunikasi yang
efektif juga dapat terjadi apabila komunikasi-nya seimbang, interaktif atau
dua arah. Sehingga tidak ada dominasi dari salah satu pihak, ketika melakukan
komunikasi politik22. Seperti gambar berikut ini :
Bagan 4.1.
Sebuah Model Komunikasi sederhana
22 A.A Said Gatra dan Moh. Dzulkiah.2007. Sosiologi Politik Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian. Bandung : CV Pustaka Setia. Hal 136. Michael Rush, Philip Althoff. 2005. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hal. 253.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Berdasarkan temuan dilapangan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data Peristiwa, peneliti menemukan adanya pola dalam
penyampaian aspirasi. Pola penyampaian aspirasi yang terjadi ketika reses
DPD Jawa Tengah mempunyai pola tersendiri dalam isu yang dibahas ketika
forum reses interaktif. Berikut ini tabel temuan dari forum-forum reses DPD
Jawa Tengah :
Tabel 4.2
Tabel Forum Penyampaian Aspirasi dan Bahasa yang Digunakan
No Model / Jenis Forum Bahasa yang digunakan
1 Top-down Forum diskusi dengan konstituen di NU Center Boyolali
Anggota DPD menggunakan Bahasa Indonesia.
Konstituen menggunakan Bahasa campuran, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Indonesia.
Forum diskusi dengan konstituen Cepu
Anggota DPD menggunakan Bahasa Indonesia.
Konstituen menggunakan Bahasa Indonesia
Forum diskusi dengan konstituen di Kradenan
Anggota DPD menggunakan Bahasa Indonesia.
Konstituen menggunakan Bahasa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Forum diskusi dengan konstituen di Dikranasda Jepon
Anggota DPD menggunakan Bahasa Indonesia.
Konstituen menggunakan Bahasa Indonesia
Forum diskusi dengan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Anggota DPD menggunakan Bahasa Indonesia.
Konstituen menggunakan Bahasa Indonesia
2 Bottom-up Forum diskusi dengan konstituen Makamhaji
Anggota DPD menggunakan Bahasa Indonesia.
Konstituen menggunakan Bahasa Indonesia
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa terdapat dua model
penyampaian aspirasi, yakni 5 (lima) forum top-down dan 1 (satu) forum
bottom-up. Forum top-down diantaranya adalah forum diskusi dengan
konstituen di NU Center Boyolali, Forum diskusi dengan konstituen Cepu,
forum diskusi dengan konstituen di Kradenan, Forum diskusi dengan
konstituen di Dikranasda Jepon dan forum diskusi dengan mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. Untuk forum
bottom-up ditemukan pada 1 (satu) forum, yakni forum diskusi dengan
konstituen Makamhaji.
Pada forum top-down yang pertama; forum diskusi dengan konstituen
di NU Center Boyolali, anggota DPD menggunakan Bahasa Indonesia dalam
menyampaikan bahan sosialisasinya. Untuk konstituen menggunakan Bahasa
campuran, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Indonesia dalam menanggapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pesan yang disampaikan anggota DPD. Froum kedua yaitu forum diskusi
dengan konstituen Cepu, anggota DPD menggunakan Bahasa Indonesia dalam
menyampaikan pesan-pesan politiknya. Untuk konstituen menggunakan
Bahasa Indonesia dalam merespon pesan-pesan politik anggota DPD. Forum
ketiga yakni forum diskusi dengan konstituen di Kradenan, anggota DPD
menggunakan Bahasa Indonesia dalam menyampaikan sosialisasi. Untuk
konstituen menggunakan Bahasa Indonesia dalam merespon sosialisasi.
Forum ke-empat adalah forum diskusi dengan konstituen di Dikranasda
Jepon, dalam forum ini anggota DPD menggunakan Bahasa Indonesia dalam
menyampaikan sosialisasi. Untuk Konstituen menggunakan Bahasa Indonesia
dalam merespon sosialisasi. Forum kelima adalah forum diskusi dengan
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret,
di forum ini anggota DPD menggunakan Bahasa Indonesia dalam
menyampaikan sosialisasi. Untuk Konstituen menggunakan Bahasa Indonesia
dalam merespon sosialisasi.
Pada forum bottom-up hanya terdapat di 1 (satu) forum saja, yaitu
forum diskusi dengan konstituen Makamhaji. Dalam forum ini, konstituen
dari Makamhaji yang berinisiatif menyampaikan aspirasinya kepada anggota
DPD Jawa Tengah. Forum bottom-up ini tidak ada sosialisasi dari pihak DPD,
hal inilah yang membedakan forum bottom-up dengan forum top-down. Di
forum ini, konstituen dari Makamhaji menggunakan Bahasa Indonesia dalam
menyampaikan aspirasinya, sedangkan anggota DPD juga menggunakan
Bahasa Indonesia dalam menanggapi aspirasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 4.3
Tabel Isu yang Dibahas dan Segmentasi Isu
No.
Forum Penyampaian Aspirasi
Isu yang Diangkat
1 Forum diskusi dengan konstituen di NU Center Boyolali
Isu nasional
Sosialisasi fungsi dan peran DPD.
Amandemen ke-empat
UUD 1945.
Wujud dan akses
bantuan dari
pemerintah
Isu Daerah
-----
2 Forum diskusi dengan konstituen Cepu
Isu nasional
Sosialisasi fungsi dan peran DPD.
Amandemen ke-empat UUD 1945
Isu Daerah
Dana Bagi Hasil Blok Cepu (DBH)
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Blok Cepu
3 Forum diskusi dengan konstituen di Kradenan
Isu nasional
Sosialisasi fungsi dan peran DPD.
Amandemen ke-empat UUD 1945.
Isu Daerah
Akses bantuan dari Pemerintah di bidang pertanian
4 Forum diskusi dengan konstituen di Dikranasda Jepon
Isu nasional
Sosialisasi fungsi dan peran DPD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Amandemen ke-empat UUD 1945
Isu Daerah
Sekolah Kejuruan Kayu untuk SDM di Blora Fasilitas pameran UMKM di Blora
5 Forum diskusi dengan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Isu nasional
Sosialisasi fungsi dan peran DPD.
Amandemen ke-empat UUD 1945
Isu Daerah
Pengembangan potensi daerah wisata di Wonogiri
6 Forum diskusi dengan konstituen Makamhaji
Isu nasional
------
Isu Daerah
Pembangunan Underpass Makamhaji
Dari tabel tersebut, terdapat enam forum penyampaian aspirasi. Dari 6
(enam) forum tersebut, 5 (lima) diantaranya membahasa mengenai isu
nasional. Isu nasional yang dibahas dalam forum tersebut adalah mengenai
sosialisasi fungsi dan peran DPD serta Amandemen ke-empat UUD 1945.
Begitu juga dengan isu daerah, dari 6 (enam) forum penyampaian aspirasi
terdapat 5 (lima) forum yang membahas mengenai isu daerah.
Isu daerah merupakan isu spesifik atau isu khusus di suatu daerah,
tentunya isu daerah ini berbeda-beda di tiap daerah. Untuk forum di wilayah
Cepu, isu daerah yang dibahas adalah mengenai Dana Bagi Hasil (DBH) Blok
Cepu dan isu AMDAL Blok Cepu. Untuk forum dengan konstituen di
Kradenan, isu daerah yang dibahas adalah mengenai bantuan pemerintah di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
bidang pertanian di wilayah blora. Untuk forum di Dikranasda Jepon, isu
daerah yang dibahas adalah pembangunan sekolah kejuruan kayu untuk
kemajuan Sumber Daya Manuasi (SDM) di Blora dan juga fasilitas pameran
produk UMKM kerajinan kayu di Blora. Untuk forum diskusi di FISIP UNS,
isu daerah yang dibahas adalah mengenai pengembangan potensi wisata di
Wonogiri. Yang terakhir adalah forum dengan konstituen di Makamhaji,
dalam forum ini isu daerah yang diangkat adalah mengenai pembangunan
underpass Makamhaji.
Tabel 4.4
Tabel Pola Penyampaian Aspirasi
No.
Isu yang Diangkat Pola Penyampaian Aspirasi
1 Isu nasional Sosialisasi fungsi dan peran DPD.
Universalisme
Amandemen ke-empat UUD 1945.
Universalisme
Aspirasi : setuju dengan penguatan peran DPD dalam check and balances
Universalisme
Sosialisasi empat pilar bangsa dengan media wayang kontemporer
Universalisme dan Partikularisme
Aspirasi : Penolakan terhadap pembangunan gedung DPR-MPR
Universalisme dan
Orientasi kolektif
2
Isu Daerah
Aspirasi : Keadilan Dana Bagi Hasil Blok Cepu (DBH)
Partikularisme dan
Orientasi kolektif
Aspirasi : Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Blok Cepu
Partikularisme dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Orientasi kolektif
Aspirasi : Akses bantuan dari Pemerintah di bidang pertanian di Blora
Partikularisme dan
Orientasi kolektif
Aspirasi : Pembangunan sekolah kejuruan Kayu untuk SDM di Blora
Partikularisme dan
Orientasi kolektif
Aspirasi : Fasilitas pameran UMKM kayu di Blora
Partikularisme dan
Orientasi kolektif
Tanggapan anggota DPD : UMKM lebih baik membidik pasar di Bali untuk pemasaran produk.
Kekhususan
Aspirasi : Pengembangan potensi daerah wisata di Wonogiri
Partikularisme dan
Orientasi kolektif
Tanggapan anggota DPD : pengembangan pariwisata harus ada data untuk difasilitasi dan dibicarakan dengan Bupati
Partikularisme
Aspirasi : Penolakan terhadap pembangunan Underpass Makamhaji
Partikularisme
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa isu yang diangkat oleh DPD
Jawa Tengah ketika reses adalah mengenai sosialisasi fungsi dan peran DPD.
Isu nasional yakni sosialisasi fungsi dan peran DPD diangkat ketika forum
reses di kelompok NU (Nahdlatul Ulama) cabang Boyolali, masyarakat di
Wilayah Cepu, kelompok UMKM Desa Jepon, masyarakat desa Kradenan,
Kuliah umum di Fisip UNS. Forum sosialisasi itu merupakan forum top-down
, yakni pihak DPD yang aktif mengunjungi masyarakat untuk menjaring
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
aspirasi. Isu yang diangkat mengenai sosialisasi fungsi dan peran DPD ini
merupakan suatu universalisme dalam teori aksi Parsons. Disebut
universalisme karena aktor mengkaitkan individu di setiap forum dengan
kriteria yang sama, isu fungsi dan peran DPD merupakan isu nasional yang
memang perlu diangkat karena sebagian besar konstituen masih minim
pengetahuan tentang DPD dan DPD sendiri juga merupakan lembaga baru
yang terbentuk setelah reformasi. Univeralisme diterapkan pada konstituen
DPD di Jawa Tengah tanpa melakukan segmentasi konstituen, misalnya
dengan tidak membedakan komunitas agama (dalam hal ini kelompok
Nahdlatul Ulama), komunitas pengusaha (dalam hal ini pengusaha mikro kecil
menengah di desa Jepon) maupun komunitas akademisi (dalam hal ini
mahasiswa UNS). Untuk bahasa yang digunakan oleh anggota DPD dalam
sosialisasi fungsi dan peran DPD adalah Bahasa Indonesia.
Isu kedua yang dikomunikasikan adalah mengenai amandemen UUD
1945. Pada isu amandemen UUD, diangkat oleh anggota DPD di beberapa
forum reses yakni forum reses di kelompok NU (Nahdlatul Ulama) cabang
Boyolali, masyarakat di Wilayah Cepu, kelompok UMKM Desa Jepon,
masyarakat desa Kradenan, Kuliah umum di Fisip UNS. Forum sosialisasi
amandemen UUD merupakan forum top-down , yakni pihak DPD yang aktif
mengunjungi masyarakat untuk menjaring aspirasi. Isu mengenai amandemen
ke-empat UUD 1945 merupakan universalisme yang merujuk pada teori
Talcot Parsons. Identifikasi pola universalisme karena aktor dalam hal ini
anggota DPD mengakitkan individu-individu di setiap forum dengan kriteria
yang sama. Kriteria yang sama ini berarti tidak membedakan dan
mensegmentasikan konstituen yang dituju. Dalam hal ini tidak ada spesifikasi
khusus mengenai isu, meskipun masyarakat yang dituju berasal dari
komunitas yang berbeda seperti komunitas agama, pengusaha , masyarakat
umum maupun kalangan akademisi. Komunikasi politik mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
amandemen ke-empat UUD 1945 merujuk pada orientasi kolektif, yakni isi /
hasil amandemen UUD 1945 tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
publik dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat luas.
Kesemua dari konstituen yang dituju sama-sama mengkomunikasikan
amandemen UUD 1945.
Terkait dengan amandemen UUD 1945, konstituen mengusulkan
amandemen pada pasal 22D tentang fungsi legislasi. Konstituen
menginginkan agar ada perubahan dalam fungsi DPD agar DPD tidak hanya
menjadi pengusul kepada DPR agar aspirasi yang masuk dapat langsung
terealisasi. Persetujuan mengenai amandemen pasal 22D dilontarkan oleh
anggota DPD dalam forum reses di NU center. Persetujuan ini merupakan
konsep yang merujuk pada kualitas. Kualitas disini berarti tanggapan yang
diberikan oleh DPD berkaitan dengan status dan kedudukannya dalam
parlemen. Dapat disebut kualitas karena status sebagai perwakilan DPD harus
melakukan check and balances, jika pasal 22D tentang amandemen fungsi
legislasi dapat terealisasi maka proses check and balances akan seimbang dan
aspirasi konstituen yang masuk ke DPD akan bisa diteruskan / direalisasikan
menjadi suatu kebijakan dan kebijaksanaan. Untuk bahasa yang digunakan
oleh anggota DPD dalam sosialisasi fungsi dan peran DPD adalah Bahasa
Indonesia.
Isu ketiga yang dikomunikasikan adalah sosialisasi mengenai empat
pilar bangsa. Forum sosialiasi mengenai empat pilar bangsa dilakukan di
forum reses dengan konstituen yang berasal dari masyarakat desa Kradenan,
Blora dan masyarakat desa Tempuran, Sukoharjo. Sosialisasi isu nasional
tentang 4 (empat) pilar bangsa dilakukan menggunakan media wayang
kontemporer. Forum sosialisasi empat pilar bangsa itu merupakan forum top-
down , yakni pihak DPD yang aktif mengunjungi masyarakat untuk menjaring
aspirasi dan memberikan pendidikan politik dengan media wayang. Media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
wayang dipilih karena berkaitan dengan sosio kultural masyarakat Jawa
Tengah, yakni budaya lokal yang menjadi sarana edukasi nilai serta norma
dari generasi ke generasi selanjutnya. Dalam hal ini, sosialisasi yang
dilakukan mengadopsi konsep partikularisme. Disebut dengan partikularisme
karena melakukan spesifikasi dan merujuk pada budaya lokal Jawa Tengah.
Simbol wayang merupakan kearifan lokal yang dimiliki dan menjadi sarana
efektif untuk internalisasi nilai karena masyarakat Jawa Tengah akrab dengan
kesenian wayang. Sosialisasi dengan simbol-simbol seperti wayang dapat
menjadi suatu proses interaksi simbolik oleh penyamapai pesan kepada
khalayak. Simbol wayang memberikan interpretasi kepada masyarakat
berkenaan dengan peristiwa (lakon) yang dibawakan oleh dalang. Selama
pertunjukan wayang, disampaikan pula mengenai esensi empat pilar bangsa
yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhineka Tunggal Ika,
Pancasila dan Undang-Undang Dasar.
Isu ke-empat yang dibahas adalah mengenai pembangunan gedung
DPR-DPD. Forum ini merupakan forum top-down , yakni pihak DPD yang
aktif mengunjungi masyarakat untuk menjaring aspirasi. Isu pembangunan
gedung baru ini adalah isu nasional. Isu ini merupakan suatu universalisme,
yakni seluruh konstituen dari kelompok manapun diajak membahas isu skala
nasional tersebut. Terkait dengan pembangunan gedung itu, konstituen
mengaspirasikan penolakannya terhadap pembangunan gedung dengan
mengkonversikan dana pembangunannya untuk menanggulangi kemiskinan
dan mengurangi angka pengangguran. Dari aspirasi itu, dapat kita katakan
sebagai orientasi kolektif. Dikatakan sebagai kepentingan kolektif karena
aspirasi yang dinyatakan adalah berdasarkan kepentingan kolektif masyarakat
seperti mengurangi angka kemiskinan dan mengurangi pengangguran dalam
skala nasional. Tanggapan dari anggota DPD sendiri juga menyatakan
menolak pembangunan gedung baru DPR dan DPD, beliau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
mempertimbangkan kerja yang dilakukan oleh DPR dan DPD sendiri adalah
mencari dan mengumpulkan aspirasi dengan reses ke daerah-daerah,
sedangkan gedung atau kantor hanya digunakan sebentar sehingga
pembangunan gedung baru tidak efektif. Dari tanggapan DPD tersebut, dapat
kita katakana sebagai kualitas yakni anggota DPD menyatakan kenyataan di
lapangan berdasarkan tugas dan status beliau sebagai anggota DPD.
Isu selanjutnya yang dibahas dalam forum reses DPD adalah terkait
dengan masalah ekologi di daerah. Forum reses ini merupakan forum top-
down , yakni pihak DPD yang aktif mengunjungi masyarakat untuk menjaring
aspirasi. Konstituen mengaspirasikan mengenai AMDAL dari adanya
penambangan minyak mentah di Blok Cepu. Permasalahan terkait AMDAL
ini merupakan permasalahan lingkungan yang imbasnya langsung mengena
kepada masyarakat sekitar wilayah penambangan. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa aspirasi terkait AMDAL Blok Cepu merujuk pada konsep
kualitas dan partikularisme, kualitas yang berarti bahwa sebagai warga yang
terkena langsung dampak penambangan minyak mentah berhak atas advokasi
serta kompensasi atas AMDAL dari Blok Cepu. Membicarakan mengenai
AMDAL Blok Cepu juga terkait dengan Dana Bagi Hasil pertambangan.
Konstituen juga menyinggung mengenai Dana Bagi Hasil yang tidak adil
dalam penambangan di Blok Cepu, DBH yang diberikan tidak sebanding
dengan hasil income perusahaan penambang. Terkait dengan aspirasi DBH
Blok Cepu itu, dapat dikatakan sebagai partikularisme. Partikularisme disini
berarti bahwa konstituen berhak menanyakan tentang DBH Blok Cepu yang
wajib dikeluarkan oleh perusahaan penambang minyak bagi wilayah tempat
penambangan terjadi untuk kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Dalam
partikularisme terdapat kriteria yang diterapkan yakni DBH diberikan kepada
wilayah tempat sumber daya itu berada, yaitu wilayah Cepu dan untuk
dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat sekitar area tambang minyak di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
cepu. Masalah AMDAL dan DBH ini juga merupakan orientasi kolektif,
disebut orientasi kolektif karena AMDAL ini menyangkut kepentingan
bersama dari masyarakat yang terkena dampak limbah penambangan.
Sedangkan DBH sendiri juga merupakan orientasi kolektif karena DBH dari
Blok Cepu dapat dipergunakan secara kolektif yakni pembangunan
infrastruktur untuk menunjang perhubungan darat (jalan misalnya) dan
meningkatkan kesejahteraan dari masyarakat sekitar lokasi tambang minyak.
Jika ditinjau dari perspektif anggota DPD, tanggapan yang dilontarkan
mengenai akan membawa permasalahan Blok Cepu ke forum dewan dapat
disebut dengan kualitas. Kualitas disini berarti bahwa tanggapan yang
diberikan itu berkaitan dengan statusnya dan yang dikatakannya sesuai dengan
status dan kapasitasnya. Untuk bahasa yang digunakan pada forum tersebut,
DPD menggunakan bahasa Indonesia dalam menyampaikan pandangannya
sedangkan dari konstituen sendiri menggunkan bahasa Indonesia dalam
penuturan aspirasinya.
Untuk aspirasi yang menyebutkan mengenai Akses bantuan dari
Pemerintah di bidang pertanian di Blora, hal tersebut tergolong ke dalam
orientasi kolektif dan juga partikularisme. Disebut dengan orientasi kolektif
karena aspirasi tersebut memberikan efek ke masyarakat luas untuk dapat
mengakses bantuan dari pemerintah. Disebut sebagai partikularisme karena
aspirasi mengenai bantuan yang dimaksudkan konstituen adalah bantuan
untuk wilayah Blora.
Isu selanjutnya yang dikomunikasikan oleh konstituen bertemakan isu
pendidikan di daerah. Forum ini merupakan forum top-down , yakni pihak
DPD yang aktif mengunjungi masyarakat untuk menjaring aspirasi. Dalam
bidang pendidikan, konstituen mengaspirasikan untuk dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
pembangunan sekolah kejuruan yang spesialisasi seni kriya untuk kemajuan
SDM di Blora. Hal tersebut mempertimbangkan keadaan di Blora yang
terkenal dengan kualitas produksi kayu dan industri kreatif berbasis produk
mebel dan ukiran, sedangkan di Blora sendiri masih belum punya sekolah
kejuruan untuk peningkatan SDM pengolah produk mebel. Dari isu ini, dapat
dikatakan peneliti sebagai konsep partikularisme dalam teori aksi. Disebut
partikularisme karena aspirasi ini muncul dari konstituen yang kesehariannya
bergelut dalam industri kreatif mebel di Blora, ada juga pertimbangan yang
rasional yakni potensi wilayah Blora dalam menghasilkan kayu terbaik
sebagai kriteria bagi aktor dalam melontarkan isu tersebut di forum reses.
Aspirasi mengenai pembangunan sekolah kejuruan merupakan suatu orientasi
kolektif, orientasi kolektif ini menyangkut peningkatan kualitas SDM di
Blora, yang mayoritas ingin lebih maju dengan sarana pendidikan yang
prospektif. Sarana pendidikan juga merupakan suatu kebutuhan bersama yang
perlu didukung oleh pemerintah agar pendidikan lebih maju. Masih terkait
dengan isu sekolah kejuruan dengan spesialisasi seni kriya, anggota DPD
sendiri memberikan tanggapan dengan mengarahkan pada sekolah dengan
spesialisasi perkayuan yang lebih relevan dengan keadaan di Blora sebagai
penghasil kayu terbaik, sekolah dengan spesialisasi perkayuan ini masih
merupakan hal baru di Indonesia, dan spesialiasi perkayuan akan lebih
prospektif kedepannya. Anggota DPD sendiri juga berjanji akan melakukan
koordinasi dengan Menteri Pendidikan M. Nuh terkait pembangunan sekolah
kejuruan di Blora agar aspirasi tersebut dapat terealisasi. Dari tanggapan
anggota DPD dapat disimpulkan sebagai konsep kualitas di dalam teori aksi.
Kualitas disini berarti bahwa anggota DPD itu mengatakan tanggapannya
dengan mempertimbangkan status serta kedudukannya, dalam hal ini DPD
memberikan pertimbangan prospektif pada masyarakat terkait dengan sekolah
kejuruan yang akan dibangun dan juga DPD berusaha untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
koordinasi dengan Menteri Pendidikan agar aspirasi yang sudah masuk dapat
terealisasi. Pada forum tersebut, bahasa yang digunakan oleh anggota DPD
adalah bahasa Indonesia, sedangkan dari konstituen adalah bahasa Indonesia.
Isu selanjutnya yang dibahas dalam forum adalah mengenai
perdagangan. Forum ini merupakan forum top-down , yakni pihak DPD yang
aktif mengunjungi masyarakat untuk menjaring aspirasi. Dalam isu
perdagangan ini, masyarakat mengaspirasikan untuk adanya fasilitas pameran
kerajinan kreatif di Blora agar produk mereka dapat dipasarkan lebih luas.
Dari aspirasi tersebut dapat kita katakan sebagai partikularisme, yakni dengan
kriteria masyarakat di Blora kebanyakan adalah pengrajin mebel dan industri
kreatif kayu yang perlu difasilitasi dengan pameran untuk pemasaran produk
yang lebih luas. Bisa juga dikatakan sebagai orientasi kolektif, orientasi
kolektif karena fasilitas pameran dibutuhkan kelompok pengusaha mebel dan
dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengusaha mebel. Sedangkan tanggapan dari
anggota DPD sendiri adalah menyarankan untuk melakukan pemasaran di
Bali dan membuka peluang potensi perdagangan luar negeri, hal tersebut
dikatakan beliau dengan pertimbangan pengalamannya sebagai pengusaha.
Dapat disimpulkan dari tanggapan anggota DPD mengenai pemasaran produk
kreatif di Bali merupakan suatu kekhususan. Disebut dengan kekhususan
karena beliau menyatakan tanggapan yang berupa saran itu berdasarkan atas
pengalaman beliau sendiri yang menjadi pengusaha. Kekhususan terjadi
karena aktor yang dalam hal ini anggota DPD mengkaitkan individu lain
sehubungan dengan status khusus yakni sebagai pengusaha. Untuk bahasa
yang digunakan oleh DPD adalah bahasa Indonesia, sedangkan konstituen
menggunakan bahasa Indonesia.
Isu daerah yang selanjutnya dibahas adalah pengembangan potensi
wisata di Wonogiri. Hal tersebut termasuk partikularisme karena merupakan
isu spesifik di daerah wonogiri. Untuk tanggapan dari anggota DPD, berwujud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
partikularisme yakni untuk pengembangan wisata di Wonogiri diperlukan data
agar bisa difasilitasi dan dibicarakan dengan Bupati Wonogiri.
Berkenaan dengan permasalahan ekologi, konstituen dari Makamhaji
mengaspirasikan mengenai pembangunan underpass di Makamhaji. Forum
sosialisasi itu merupakan forum bottom-up , yakni pihak konstituen yang aktif
mengunjungi anggota DPD untuk menyuarakan aspirasi. Konstituen
menyatakan bahwa pembangunan underpass itu memberikan dampak negatif
seperti banjir dan tertutupnya akses dari jalan raya ke warung-warung yang
dikelola warga Makamhaji. Dari aspirasi tersebut, dapat kita katakan sebagai
kualitas dan partikularisme. Kualitas berarti bahwa status masyarakat
Makamhaji sebagai kelompok yang terkena dampak pembangunan underpass
dan perlu diberikan jalan keluar agar pembangunan tidak merugikan
masyarakat. Partikularisme berarti bahwa pembangunan yang dilakukan tidak
boleh merugikan masyarakat sekitar lokasi pembangunan yakni masyarakat
Makamhaji. Penolakan terhadap pembangunan underpass di Makamhaji ini
merupakan suatu orientasi kolektif karena menyangkut kepentingan bersama
dari masyarakat Makamhaji akan usaha mandiri yang dirintis dan juga tempat
tinggal yang bernilai historis. Mengenai tanggapan dari anggota DPD atas
aspirasi AMDAL underpass, anggota DPD akan memfasiliasi warga
Makamhaji untuk berkonsultasi pada ahli dan penlitian mengenai AMDAL
pembangunan underpass. Dari tanggapan yang diberikan oleh anggota DPD
itu dapat dikatakan sebagai kualitas, yaitu beliau mengatakan tanggapan
sesuai dengan statusnya dan tidak semata-mata langsung men-judge
pembangunan underpass merugikan kepentingan masyarakat atau tidak,
namun memfasilitasi warga mengetahui kelayakan pembangunan dari proyek
underpass.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
F. EFEK DARI PENYAMPAIAN ASPIRASI
a. Transparansi
Transparansi menjadi isu yang sering diperbincangkan kaitannya
dengan komunikasi politik pada elite politik. Komunikasi politik memberikan
media (ruang dan waktu) bagi elite untuk mensosialisasikan kebijakan baru
dari pemerintah juga menjaring aspirasi. Sedangkan bagi konstituen
komunikasi politik menjadi ajang mengawal jalannya pemerintahan oleh elite
dan melakukan partisipasi dalam sistem politik berwujud penyampaian
aspirasi. Kedua hal tersebut menjadi suatu resiprositas atau hubungan timbal
balik antara elite dan konstituen, sehingga elite mempunyai tanggung jawab
atas kinerjanya kepada konstituen. Akses pada kinerja elite politik oleh
konstituen dapat dilakukan dalam komunikasi politik, terlebih lagi dengan
transparansi kinerja yang membuat kepercayaan publik terhadap elite semakin
tinggi.
Terkait dengan transparansi kinerja DPD, menurut mahasiswa
sosiologi angkatan 2011; Tria, transparansi DPD ada pada publikasi kinerja
DPD di websites juga jejaring sosial facebook. Dari media internet dan juga
rumah aspirasi sudah ada itikad baik dari DPD untuk mempertanggung
jawabkan kinerjanya pada masyarakat. Lebih jauh lagi, Tria mengharapkan
ada transparansi yang lebih agar seluruh masyarakat bisa mengakses informasi
tentang kinerja dewan. Berikut ini opini dari masyarakat terkait dengan
transparansi kinerja dewan dalam komunikasi politik :
“kalo meurut aku, dari forum tadi itu menjadi sarana yang bagus untuk transparansi kinerja dewan mbak. Dari ibu Poppy sendiri sudah membuka diri untuk publik dengan rumah aspirasinya itu. Ada juga media kayak websites, di facebook juga ada publikasi tentang kinerja dewan. Sebenarnya ya, anggota dewan itu bukan juru tulis yang duduk di belakang meja, jadi forum tadi itu bagus banget buat masyarakat bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
tahu apa sih yang dilakukan anggota dewan, kerjanya ngapain aja. Setidaknya dengan men-share kegiatan DPD ada pertanggung jawaban dari DPD itu sendiri dan transparan pada masyarakat. Pinginnnya sih lebih transparan lagi, biar semua masyarakat bisa benar-benar mengawasi.” (wawancara dengan Tria; mahasiswa Sosiologi angkatan 2011 pada 18/11/2011 pukul 15.40)
Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh mahasiswa sosiologi
Abdul Rahman. Ia mengatakan bahwa komunikasi politik menjadi sarana
untuk transparansi, mengenai transparansi kinerja dirasa cukup transparan
pada publik. Websites dan juga di jejaring sosial facebook memberikan
kesempatan pada masyarakat untuk mengawasi kinerja dewan. Dari semua itu,
masih ada kelemahannya yaitu tidak semua masyarakat bisa mengakses
informasi tentang transparansi kinerja anggota dewan karena gaptek. Berkut
ini petikan wawancara dengan Abdul Rahman :
“dari forum tadi, menurut saya sudah cukup transparan mbak. Ibuknya sendiri sudah membuka rumah aspirasi yang bisa diakses. Di websites dan facebook juga sudah ada publikasi soal kerjanya anggota dewan. Itu semua kan juga menjadi sarana untuk mengawasi kerja DPD. Tapi kan tidak semua masyarakat bisa mengakses internet, misalnya saja yang gaptek dan di pelosok gitu kan gak bisa juga mbuka internet.” (wawancara dengan Abdul Rahman; mahasiswa Sosiologi angkatan 2010 pada 18/11/2011 pukul 16.00).
Dari konstituen yang hadir saat forum penyerapan aspirasi
menyatakan bahwa transparansi kinerja anggota dewan dapat dilihat saat
anggota dewan itu kembali ke masyarakat untuk menyerap aspirasi.
Transparansi kinerja pemerintah juga diketahui sepenuhnya melalui
pemberitaan media massa seperti Koran dan televisi. Berikut ini penuturan
dari salah satu konstituen yaitu bapak Sukadi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
“Bab transparansi pemerintah banyak diketahui dari media massa Koran karo tivi mbak.kan sakiki tivi yo nyiarke terus soal politik. Bali meneh, yen anggota Dewan kuwi teka nemui masyarakat ya bisa dikatakan transparan, kan ada pertanggungjawaban kerjanya ke masyarakat.” (Wawancara dengan Konstituen pada 19 / 11 / 2011 )
Hal yang hampir sama juga dikatakan oleh konstituen lain, yakni ibu
Eni. Menurut ibu Eni, transparansi kinerja dewan dapat dilihat ketika anggota
dewan itu datang ke masyarakat dan memberikan informasi mengenai isu
yang dibahas oleh dewan di Senayan. Berikut ini penututran ibu Eni mengenai
transparansi kinerja :
“Kalo transparan, saya ya taunya dari tivi sama Koran. Kan sudah banyak tayangan berita soal kerja pemerintah kayak sidak, pembangunan gedung DPR, kasus korupsi juga ditayangkan. Dan sebenarnya kan dengan anggota dewan datang ke tengah masyarakat itu sudah ada niat untuk transaparan, mengabarkan isu seperti amandemen ke-empat undang-undang, pembangunan gedung DPR biar rakyat tau isu politik dari Senayan.” (Wawancara dengan Konstituen pada 19 / 11 / 2011).
b. Kepercayaan Publik
Kepercayaan publik merupakan suatu output dari adanya komunikasi
politik yang terjalin baik antara elite politik dengan konstituen. Kepercayaan
publik merupakan suatu keharusan dalam penyelenggaraan negara. Dengan
mengkomunikasikan secara baik ide-ide pembangunan, kinerja anggota
dewan atau-pun kebijakan baru oleh pemerintah akan dapat diterima oleh
masyarakat sehingga dapat menjembatani kepentingan kedua belah pihak
(pemerintah dan rakyat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Jika kepercayaan publik dihubungkan dengan peran DPD, maka DPD
yang kedudukannya setara dengan DPR dapat menjadi sarana bagi check and
balances di parlemen. Chek and balances yang dilakukan oleh DPD
sebenarnya menjadi salah satu pendukung untuk suatu pemerintahan berjalan
dengan baik. Menurut Ibu Poppy, ditengah kekecewaan masyarakat pada
partai politik yang diwakili oleh DPR, DPD sendiri harus bisa menjadi
lembaga yang dipercaya oleh masyarakat sebagai penyambung lidah rakyat.
Independensi serta netralitas yang dimiliki DPD sebenarnya dapat menjadi
sarana untuk mengambil peran strategis dalam berbagai masalah kebangsaan
dalam skala lokal maupun nasional. Berikut ini penuturan beliau dalam
menanggapi hal yang terkait dengan kepercayaan publik :
“DPD memiliki peran strategis. Ditengah kekecewaan masyarakat pada Partai Politik yang terwakili oleh DPR, DPD harus bisa mempertegas posisinya sebagai ’penyambung lidah rakyat’ di daerah. DPD bisa berperan sebagai lembaga penyeimbang dari DPR, agar fungsi check and balances di parlemen dapat berjalan. DPD yang relative netral, tidak terjebak dalam Parpol/Golongan dapat mengambil peran strategis dalam berbagai hal terkait dengan masalah kebangsaan , baik yang bersifat lokal maupun nasional.”
Seperti yang diketahui selama ini, kebanyakan elite politik hanya
berkomunikasi pada kosntituen pada saat kampanye saja dan selebihnya tidak
berlanjut. Hal tersebut membuat keengganan konstituen untuk percaya pada
wakil rakyat juga kecenderungan golput dan apatis terhadap politik. Hal yang
dapat dijadikan sarana untuk membangun kepercayaan publik adalah
komunikasi dari elite politik anggota dewan perwakilan. Berikut ini petikan
wawancara pada salah seorang konstituen Anggota DPD Jawa Tengah :
“sebenarnya forum-forum seperti tadi itu bisa membangun kepercayaan publik kak. Seperti yang kita tahu kan, tak kenal maka tak sayang, kan kalo misalnya kita gak tahu dan gak kenal sama calon yang mesti dipilih kan jadi golput, terus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
orang kadang-kadang juga milih yang ngasih sembako sama uang karena gak tahu mesti milih siapa dan gimana kualitas calon yang dipilihnya. Kalo forum kayak gini kan bisa membuat orang-orang yang datang ke forum bisa percaya kalo ada anggota dewan yang benar-benar bekerja untuk rakyat. Terbukti ini ya, saya sendiri dulu apatis gitu sama politik, tapi setelah forum ini jadi gak apatis politik lagi.” (wawancara dengan Tria; mahasiswa Sosiologi angkatan 2011 pada 18/11/2011 pukul 15.40)
Hal yang sama juga dikatakan oleh mahasiswa sosiologi yang ikut
dalam forum kuliah umum dengan anggota DPD Jawa Tengah. forum
komunikasi politik mempunyai pengaruh meskipun sedikit, pengaruhnya
adalah pada kepercayaan publik yang datang ke forum. Di dalam forum
komunikasi politik konstituen dapat mengetahui kinerja anggota dewan yang
sesungguhnya. Berikut ini petikan wawancaranya :
“kalo kepercayaan publik, memang ada pengaruhnya mbak. Tapi pengaruhnya itu sedikit, hanya pada orang-orang ikut dalam forum komunikasi politik saja. Seperti tadi itu, kita jadi tahu kerja yang sebenarnya dari anggota dewan, terus juga ada sosialisasi tentang DPD dan itu memberikan pengetahuan politik juga.” (wawancara dengan Abdul Rahman; mahasiswa Sosiologi angkatan 2010 pada 18/11/2011 pukul 16.00).
Dari perspektif konstituen peserta reses anggota DPD menyatakan
bahwa kehadiran anggota DPD secara langsung di tengah masyarakat
berpengaruh terhadap kepercayaan publik. Kepercayaan publik terbangun dari
komitmen anggota dewan untuk menyerap aspirasi secara langsung. Berikut
ini penuturan dari bapak Sukadi :
“Kalo anggota Dewan secara langsung menemui masyarakat seperti tadi, yo dadi percoyo karo kerjane mbak. Berarti kan ora gur kampanye kaya mbiyen thok, tapi yo kembali ke masyarakat untuk menyerap aspirasi dan memperhatikan rakyat. “(Wawancara dengan Konstituen pada 19 / 11 / 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Hal senada juga dikatakan oleh konstituen ; ibu Eni. Ibu Eni
menyatakan bahwa kehadiran secara langsung anggota dewan di tengah
masyarakat dapat berpengaruh pada kepercayaan publik. Dengan bertemu
secara langsung untuk menyerap aspirasi menandakan bahwa rakyat juga
masih diperhatikan oleh pejabat. Berikut ini penuturan dari ibu Eni :
“Setelah ketemu dengan anggota Dewan tadi ya saya jadi percaya kalo ada juga anggota dewan yang bekerja untuk menyerap aspirasi. Berarti masyarakat itu juga masih diperhatikan sama nduwuran to mbak. “(Wawancara dengan Konstituen pada 19 / 11 / 2011).
G. REALISASI DARI PENYAMPAIAN ASPIRASI
Untuk realisasi dari penyampaian aspirasi merupakan tujuan dari
konstituen menyampaikan aspirasinya. Realisasi ini berwujud advokasi atas
aspirasi dari konstituen yang diartikulasikan dan dibawa ke forum anggota
dewan di pusat agar menjadi suatu kebijakan. Dari beberapa aspirasi yang
masuk ke DPD dan yang sudah ditindak lanjuti atau direalisasi adalah sebagai
berikut :
a. Dana Bagi Hasil Blok Cepu
Terkait dengan isu Dana Bagi Hasil Blok Cepu, sebenarnya isu itu
diawali dari pergantian pemilik Blok Cepu dari Hutama Mandala Putera ke
perusahaan minyak dari Australia, lalu ke perusahaan minyak asal Kanada dan
kemudian di tahun 1999 Blok Cepu dikontrak oleh Exxon selama 35 tahun
terhitung dari tahun 2000 sampai 2035. Pada tahun 2007 dilakukan produksi
minyak, lalu tahun 2008 sudah ada DBH untuk wilayah Bojonegoro. Karena
belum ada regulasi tentang WKP (Wilayah Kerja Pertambangan) terkait
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
dengan hasil produksinya. Selanjutnya dari pihak masyarakat Blora merasa
dirugikan dan kemudian melakukan gugatan terkait dengan DBH Blok Cepu.
Hal tersebut dikemukakan oleh anggota LPAW Blora (Lembaga Peneltian dan
Aplikasi Wacana) ; M. Hamdun yang konsen menyuarakan DBH Blok Cepu.
Berikut ini penuturannya :
“Pada awalnya kan blok sumur minyak ditemukan oleh perusahaan miliknya Hutama Mandala Putra lalu dieksplorasi di Cepu. Karena tidak mampu mengelola maka dijual ke pihak lain itu perusahaan minyak dari Australi. Kemudian dijual kembali pada perusahaan minyak dari Kanada, baru kemudian tauh 1999 jadi miliknya Exon Mobile. Dari situ ada kontrak untuk eksploitasi selama 35 tahun yang dimulai dari tahun 2000 sampai 2035. Pada 2007 dilakukan proses produksi dan pada 2008 sudah dapat memberikan DBH untuk Bojonegoro karena dilakukan pengeboran di Bojonegoro. Dari situ, belum ada regulasi yang mengatur tantang WKP (Wilayah Kerja Pertambangan) terkait dengan hasil produksinya. Karena dari situ masyarakat Blora merasa dirugikan, maka ada gugatan kepada pemerintah untuk DBH ini.” (Wawancara dengan anggota LPAW Blora; M. Hamdun pada 2 Maret 2012).
Terkait dengan isu ketidak adilan DBH Blok Cepu, anggota DPD Jawa
Tengah; Poppy Dharsono telah menyuarakan isu dan dukungannya untuk
menuntut keadilan DBH. Hal konkrit yang beliau lakukan adalah
mengkampanyekan isu daerah dan mengangkatnya menjadi isu nasional juga
melakukan seminar terkait dengan DBH Cepu, juga memfasilitasi diskusi soal
DBH ini dengan pihak-pihak terkait, seperti BP Migas, Kementrian Dalam
Negeri, Kementrian ESDM. Hal tersebut dikemukakan oleh M. Hamdun
anggota LPAW yang konsen dengan permasalahan DBH Blok Cepu. Berikut
ini penuturannya :
“kalo dari pihak DPD itu memfasilitasi diskusi soal DBH ini dengan pihak-pihak terkait, seperti BP Migas, Kementrian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Dalam Negeri, Kementrian ESDM . DPD juga membantu dalam kampanye mengangkat isu DBH di Blora ini, dan kampanye yang dilakukan ini sudah berhasil membawa permasalahan DBH Blok Cepu menjadi isu besar dan nasional. Selain itu kan beliau juga membantu publikasi dari permasalahan DBH Cepu di media cetak juga. Selain itu, DPD melakukan audiensi serta seminar yang mendorong isu ini semakin mengemuka.”
Untuk impact atau efek dari adanya dukungan DPD untuk
permasalahan Blok Cepu sebenarnya sangat membantu masyarakat Blora
dalam mendapatkan partisipasi interest meskipun belum ada goal pembagian
DBH. Partisipasi Interest didapatkan dari BUMD PT Blora Patragas Hulu,
Blora sendiri mendapat saham sebesar 2,7% dari 100% dengan nilai investasi
1,7 T. Untuk wilayah blok minyak di Blora 36% sedangkan di Bojonegoro
64% yang sudah di eksploitasi di daerah Banyu Urip. Untuk sekarang ini,
pengelolaan blok cepu sudah menggandeng investor dan mulai berproduksi,
dan juga sudah dapat menghasilkan 1,5 M sampai hampir 2M untuk APBD
Blora. Hal tersebut dikemukakan oleh anggota LPAW Blora M. Hamdun,
berikut ini penuturannya :
“kalo itu sebenarnya DPD sangat membantu, seperti yang sudah saya katakan kalo DPD membantu dalam kampanye isu DBH. kalo goal-nya memang belum. Sekarang ini Blora baru mendapatkan Partisipasi Interest BUMD PT Blora Patragas Hulu, Blora sendiri mendapat saham sebesar 2,7% dari 100% dengan nilai investasi 1,7 T. dan untuk wilayah blok minyak di Blora 36% sedangkan di Bojonegoro 64% yang sudah di eksploitasi di daerah Banyu Urip. Untuk sekarang ini, pengelolaan blok cepu sudah menggandeng investor dan mulai berproduksi, dan juga sudah dapat menghasilkan 1,5 M sampai hampir 2M untuk APBD Blora.”
Pada 24/04/2011, saat forum reses DPD Jawa Tengah ada aspirasi
yang masuk terkait dengan dana bagi hasil blog Cepu yang tidak adil. Sejak
adanya adanya aspirasi tentang DBH Migas Blog Cepu, DPD Jawa Tengah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Poppy Dharsono mendorong pembagian DBH migas yang adil23. Dari aspirasi
itulah DPD Jawa Tengah ; Poppy Dharsono merealisasi aspirasi dengan
membawa permasalahan DBH (Dana Bagi Hasil) minyak dan gas Blok Cepu
ke tingkat nasional hal tersebut disampaikan di forum dialog interaktif yang
dimoderatori Direktur Eksekutif Budi Santoso Foundation Adi Ekopriyono 24.
Realisasi dari aspirasi tersebut juga dibawa ke forum diskusi yang dihadiri
mantan kepala Bappenas Kwik Kian Gie, pejabat Kementrian Keuangan,
Kementrian ESDM, BP Migas, dan anggota DPD asal Jateng Poppy
Dharsono. Hadir pula personel dari Forum Konsultasi Daerah Penghasil
Migas (FKDPM) ICW, dan sejumlah LSM. Simpulan dari diskusi mengenai
DBH Migas Blok cepu adalah BP Migas mendukung perjuangan rakyat Blora
dalam upaya mendapatkan DBH Blok Cepu. Perwakilan dari BP Migas
meminta Pemkab Blora menyiapkan dokumen untuk mengusulkan pembagian
DBH tersebut. Dia juga mendesak Bupati Blora Djoko Nugroho yang juga
hadir dalam diskusi itu untuk meminta DBH Blok Cepu25. Untuk
perkembangan selanjutnya dari permasalahan DBH Cepu, DPD RI akan
memfasilitasi Pemkab Blora dalam upaya berjuang mendapatkan DBH. DPD
23 Suara Merdeka, 28 April 2011 http://rapod.net/poppy-dorong-pembagian-dbh-migas-yang-adil/ Diakses pada November 23, 2011, 13:42
24 http://www.suaramerdeka.tv/view/video/30447/pembagian-dbh-blok-cepu-tidak-adil diakses pada 23 November 2011
http://rapod.net/pembagian-dbh-blok-cepu-tidak-adil/ Diakses pada 23 November 2011, 13:42 25 Suara Muria BLORA. Jumat, 23 September 2011 http://rapod.net/bp-migas-dukung-perjuangan-blora-upaya-mendapatkan-dbh-blok-cepu/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
RI melalui perwakilan dari Jawa Tengah; Poppy Dharsono akan menggelar
policy meeting awal maret 201226.
b. Penolakan terhadap Pembangunan Gedung DPR-DPD RI
Terkait dengan aspirasi konstituen mengenai penolakan pembangunan
gedung DPR-DPD RI, anggota DPD dari Jawa Tengah; Poppy Dharsono juga
menyatakan penolakan di forum penyerapan aspirasi. Penolakan terhadap
pembangunan gedung DPR-DPD RI disampaiakan beliau ketika forum
silaturahmi dan dialog dengan Elemen Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten
Boyolali pada Minggu (24/4/2011)27. Anggota Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) Poppy Darsono menilai rencana pembangunan gedung baru DPD Jawa
Tengah tahun ini masih belum perlu. Poppy meminta anggaran pembangunan
gedung yang diperkirakan akan menelan dana sebesar Rp 30 miliar, akan
lebih bermanfaat jika disalurkan ke masyarakat yang membutuhkan. Di sela-
sela kunjungannya di rumah Pelangi Kampung Sawahan RT 03/12, Sangkrah,
Kecamatan Pasarkliwon, Solo, Kamis (14/4), Poppy mengatakan, jika gedung
26 http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/02/21/110188/DPD-RI-Fasilitasi-
Blora-untuk-Dapatkan-DBH-Blok-Cepu. Diakses pada 24 Februari 2012.
27 http://rapod.net/dpd-tolak-studi-banding-luar-negeri-dan-pembangunan-gedung/ diakses pada 23 November 2011.
http://www.solopos.com/2011/boyolali/dpd-tolak-studi-banding-luar-negeri-dan-pembangunan-gedung-94549 diakses pada 23 November 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
megah senilai Rp 30 miliar itu nekat dibangun, maka keberadaanya tidak
bermanfaat banyak bagi anggota DPD yang hanya berjumlah empat28.
c. Kajian Terhadap Penolakan Pembangunan Underpass Makamhaji
Terkait dengan isu pembangunan underpass Makamhaji yang
merugikan masyarakat, anggota DPD Jawa Tengah; Poppy Dharsono yang
diminta mendukung masyarakat Makamhaji atas penolakan pembangunan
underpass menyatakan akan melakukan kajian terlebih dahulu. Beliau
menyatakan prihatin dengan persoalan pembangunan underpasss Makamhaji
dan akan mempelajari dampak pembangunan underpass, jika pembangunan
yang dilakukan pemerintah berindikasi merugikan masyarakat maka harus
ditolak29.
Untuk perkembangan dari isu pembangunan underpass Makamhaji,
pihak pelaksana di tingkat kelurahan mendukung keputusan dari pemerintah
pusat serta bupati. Dukungan dari pelaksana di tingkat kelurahan juga
mempertimbangkan anggaran yang sudah dialokasikan oleh pemerintah pusat.
Hal tersebut dituturkan oleh kepala kalurahan; bapak Zaenuri. Berikut ini
petikan wawancara dengan beliau :
28http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/04/14/82914/Poppy-Darsono-Pembangunan-Gedung-DPD-Belum-Perlu diakses pada12 Desember 2011.
29http://www.krjogja.com/krjogja/news/detail/108546/Warga.Makamhaji.Cari.Dukungan.Tolak.Underpass.html diakses pada12 Desember 2011.
http://harianjoglosemar.com/berita/warga-adukan-pada-anggota-dpd-60828.html diakses pada12 Desember 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
“Itu kan yang menolak juga hanya beberapa orang saja. sebenarnya kan tujuannya baik, untuk mengetasi macet di sekitar rel itu, saya tetap mendukung program dari pusat itu. Dari pak bupati juga sudah ada persetujuan mbangun, saya hanya mengikuti saja.
ya tetap dilakukan. disini kan saya sebagai pelaksana saja, kalo pembangunan tujuannya baik ya saya ikuti yang dari bupati dan pusat. Wong sudah ada anggaran tinggal dilaksanakan bulan 4 besuk itu.”(wawancara dengan bapak Zaenuri, 25 Februari 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pola penyampaian aspirasi
a. Aspirasi konstituen dan Tanggapan dari anggota DPD
Dalam forum penyampaian aspirasi, komunikasi yang dilakukan
adalah komunikasi dua arah atau komunikasi interaktif. Di dalam forum
DPD mengkomunikasikan isu / pesan politik terlebih dahulu kemudian
isu dari DPD ditanggapi oleh konstituen. Forum reses menyediakan
waktu untuk konstituen menyampaikan aspirasinya dan selanjutnya
diberikan tanggapan oleh DPD atas aspirasi yang disampaikan.
Komunikasi interaktif ini dilakukan untuk mencapai kesepahaman serta
kesepakatan diantara kedua belah pihak yang berkomunikasi.
b. Pola penyampaian aspirasi
Orientasi Kolektif
Orientasi kolektif disini berkaitan dengan aspirasi yang
disampaikan oleh konstituen. Aspirasi yang disampaikan oleh
konstituen merupakan aspirasi dengan berasas kepentingan
bersama atau dapat kita sebut sebagai orientasi kolektif. Aspirasi
yang ber orientasi kolektif diantaranya adalah pembangunan
sekolah kejuruan di Blora, fasilitas pameran bagi pengusaha
mebel di Blora, keadilan terkait Dana Bagi Hasil Blok Cepu,
amandemen UUD 1945, AMDAL pembangunan underpass
Makamhaji.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Universalisme
Universalisme merupakan menetapkan kriteria yang sama
kepada individu-individu sebagai konstituen dari anggota DPD
Jawa Tengah; Poppy Dharsono. Universalisme disini terlihat
dalam penyampaian isu mengenai fungsi dan peran DPD
(sosialisasi fungsi dan peran DPD), amandemen UUd 1945, dan
isu pembangunan gedung DPR –DPD RI.
Partikularisme
Partikularisme terjadi ketika seorang aktor mengkaitkan
individu yang lain menurut kriteria tertentu atau dengan memilih
beberapa standar. Dalam penelitian ini konsep Partikularisme ada
pada sosialisasi empat pilar bangsa dengan menggunakan media
wayang kontemporer, pembangunan sekolah kejuruan di Blora,
AMDAL Blok Cepu, keadilan akan DBH Blok Cepu, AMDAL
pembangunan underpass Makamhaji, fasilitas pameran untuk
pengusaha mebel di Blora.
Kualitas
Kualitas merujuk pada siapa diri si aktor dan apa yang
dikatakannya terkait dengan status yang melekat pada dirinya.
Kualitas disini tercermin dalam tanggapan dari anggota DPD atas
aspirasi yang masuk padanya, selain itu kualitas juga tercermin
pada aspirasi dari konstituen yang terkena dampak dari kebocoran
pipa minyak mentah Blok Cepu dan juga konstituen yang terkena
dampak dari pembangunan underpass Makamhaji
Kekhususan
Kekhususan merujuk pada aktor yang mengkaitkan pada
individu lain sehubungan status khusus. Dalam hal ini
kekhususan tergambar dari tanggapan anggota DPD Jawa Tengah
; Poppy Dharsono yang menyarankan pengusaha mebel untuk
membidik pasar di Bali karena berpotensi untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
perdagangan luar negeri. Hal tersebut sebenarnya berdasarkan
pengalaman pribadinya sebagai pengusaha yang pernah
membidik pasar di Bali. Dapat dikatakan kekhususan karena
status yang sama sebagai pengusaha.
B. IMPLIKASI
B.1. IMPLIKASI TEORITIK
Penelitian tentang “Komunikasi Politik Pada Elite Lokal Sebuah
Kajian Sosiologis (Studi Kualitatif Deskriptif : Pola Penyampaian Aspirasi
Dari Konstituen Dengan Media Rumah Aspirasi DPD Jawa Tengah ;
Poppy Dharsono Di Jawa Tengah)” menggunakan teori aksi yang
dikemukakan oleh Talcot Parsons. Dalam konsepnya mengenai
voluntarisme, Parsons menjelaskan bahwa aktor mengejar tujuan dalam
situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif
cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan
pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan kemampuan aktor
dalam memilih. Berhungan dengan topik penelitian yang diangkat, peneliti
mengkaitkan konstituen merupakan aktor yang demi tujuannya (mendapat
advokasi dari aspirasi), memiliki cara-cara tertentu untuk mewujudkannya,
selain itu dalam menjalankannya ditemukan kondisi alternatif yang
digunakan untuk mecapai tujuan tidak dapat dilakukan secara optimal atau
mengahambat, serta dalam menjalankan alternatif yang dipakainya diatur
pula oleh Undang-Undang. Untuk pola penyampaian aspirasi dari
konstituen juga merujuk pada teori aksi yang dicetuskan oleh Talcot
Parsons. Dalam penelitian ini terdapat konsep-konsep universalisme dalam
isu nasional yang diangkat diangkat, partikularisme ditemukan pada isu
daerah yang dibahas, orientasi kolektif yang merujuk pada aspirasi
konstituen, kekhususan dan juga kualitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
B.2. IMPLIKASI EMPIRIK
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
penyampaian aspirasi dari konstituen anggota DPD ; Poppy Dharsono
memberikan kontribusi kepada sistem politik. Pesan-pesan politik
melalui aspirasi dapat menjadi masukan bagi pemegang kebijakan yakni
pemerintah untuk mengadopsi kebutuhan masyarakat luas untuk
ditindaklanjuti menjadi suatu kebijakan atau-pun kebijaksanaan. Dengan
adanya forum-forum penyerapan aspirasi dapat menjadi sarana
demokratisasi kehidupan politik yang partisipatif, sehingga selanjutnya
dapat mewujudkan pemerintahan yang responsif terhadap kebutuhan
masyarakat.
Setelah melakukan penelitian didapat pemahaman bahwa pola
penyampaian aspirasi dari konstituen lebih menenkankan pada orientasi
kolektif yakni menyangkut pembangunan infrastruktur, keadilan DBH
untuk kesejahteraan masyarakat, iklim usaha mebel (pemasaran industri
kreatif melalui pameran), dan juga amandemen ke-empat UUD 1945.
Penelitian ini juga mendapatkan temuan mengenai universalisme isu
yang diangkat oleh anggota DPD, yakni isu sosialisasi peran serta fungsi
DPD, isu amandemen ke-empat UUD 1945, dan juga isu pembangunan
gedung DPR-DPD. Temuan lainnya adalah tentang Partikularisme,
partikularisme ada pada sosialisasi empat pilar bangsa dengan
menggunakan media wayang kontemporer, pembangunan sekolah
kejuruan di Blora, AMDAL Blok Cepu, keadilan akan DBH Blok Cepu,
AMDAL pembangunan underpass Makamhaji, fasilitas pameran untuk
pengusaha mebel di Blora. Temuan selanjutnya adalah mengenai
kualitas, Kualitas disini tercermin dalam tanggapan dari anggota DPD
atas aspirasi yang masuk padanya, selain itu kualitas juga tercermin pada
aspirasi dari konstituen yang terkena dampak dari kebocoran pipa
minyak mentah Blok Cepu dan juga konstituen yang terkena dampak dari
pembangunan underpass Makamhaji. Temuan yang terakhir adalah
mengenai kekhususan, kehususantergambar dari tanggapan anggota DPD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Jawa Tengah ; Poppy Dharsono yang menyarankan pengusaha mebel
untuk membidik pasar di Bali karena berpotensi untuk melakukan
perdagangan luar negeri. Hal tersebut sebenarnya berdasarkan
pengalaman pribadinya sebagai pengusaha yang pernah membidik pasar
di Bali. Dapat dikatakan kekhususan karena status yang sama sebagai
pengusaha.
C. SARAN
Mengacu pada hasil penelitian dan kesimpulan diatas, penulis
merekomendasikan saran sebagai berikut :
“Dari aspirasi-aspirasi yang telah diterima oleh anggota DPD diharapkan
dapat difollow-up i, agar kebijakan serta kebijaksanaan yang selanjutnya dibuat
oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dapat mengadopsi kepentingan serta
kebutuhan konstituen. Selain itu, diharapkan kinerja elite politik selanjutnya
dapat mengimplementasikan transparansi dan akses masyarakat kepada elite
politik lebih mudah dilakukan.”