Upload
vanmien
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN PENDEKATAN PENGAJARAN TERBALIK
(RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN
BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII-G SMP N 5 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011
Skripsi
Oleh:
Yesie Erma Yunita
X4307055
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN PENDEKATAN PENGAJARAN TERBALIK
(RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN
BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII-G SMP N 5 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011
Oleh:
Yesie Erma Yunita
X4307055
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Slamet Santosa, M.Si
NIP. 19591220 198601 1 001
Joko Ariyanto, S.Si, M.Si
NIP. 19720108 200501 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd. ....................
Sekretaris : Dr. Baskoro Adi Prayitno, S.Pd, M.Pd ..................
Anggota I : Drs. Slamet Santosa, M.Si ....................
Anggota II : Joko Ariyanto, S.Si, M.Si .......................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Yesie Erma Yunita PENERAPAN PENDEKATAN PENGAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII-G SMP N 5 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran Biologi dengan penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) pada materi Pengelolaan Lingkungan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII-G SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011yang berjumlah 32 orang.Teknik dan alat pengumpulan data adalah dengan angket, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data adalah dengan teknik analisis deskriptif. Validasi data dengan menggunakan teknik triangulasi.
Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan pelaksanaan tindakan kelas melalui penggunaan pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi siswa kelas VII-G SMP N 5 Karanganyar. Hal ini didasarkan pada hasil angket, observasi dan wawancara. Rata-rata nilai persentase capaian setiap indikator dari angket kemandirian belajar siswa pada pra siklus sebesar 67,97%, pada siklus I sebesar 72,55%, dan pada siklus II sebesar 77,58%. Rata-rata nilai persentase capaian setiap indikator dari observasi kemandirian belajar siswa pada pra siklus adalah 39.68%, pada siklus I sebesar 67,5% dan pada siklus II sebesar 80,62%. Kesimpulannya bahwa penerapan penerapan pendekatan pengajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.
Kata kunci: pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teching), kemandirian belajar, pembelajaran Biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Yesie Erma Yunita. THE IMPLEMENTATION OF INVERTED TECHING APPROACH (RECIPROCAL TEACHING) TO IMPROVE THE VII-G OFSMPN 5 KARANGANYAR STUDENT’S INDEPENDENCE IN LEARNING BIOLOGY IN THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Universitas Sebelas Maret Surakarta, January 2012.
The objective of this study is to improve student independence in learning biology by implementing Inverted Teaching Approach (Reciprocal Teaching) on Environmental Management material.
This research is a classroom action research. This research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of planning, implementation of the action,observation, and reflection. The subjects of the study were VII-G class students of SMP Negeri 5 Karanganyar in the academic year of 2010/2011. The number of the students was 32. The technique and instrumen of collectiing data were questionnaire, observation, and interviews. The technique of analyzing data was descriptive analysis techniques. Triangulation technique was used in data validation.
The results proved that by implementing Inverted Teaching Approach (Reciprocal Teaching) students' independence in learning biology enhanced. It is based on the results of questionnaires, observations and interviews. The questionnaire of students’ learning independence showed that the mean percentage of students’ achievement in each indicator in pre-cycle, cycle I, and cycle II was 67,97%, 72,55%, and 77,58% respectively. The observation of students’ learning independence showed that the mean percentage of students’ achievement in each indicator in pre-cycle, cycle I, and cycle II was 39,68%, 67,5%, and 80,62% respectively. It can be concluded that the implementation of Inverted Teaching Approach (Reciprocal Teaching) can enhance students learning independence .
Keywords: Inverted Teaching Approach (Reciprocal Teaching), Learning
Independence, Biology Learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Awali segala sesuatu dengan niat yg baik, jalani proses dengan penuh keikhlasan
dan kesabaran walaupun jalan yg kita lalui itu sulit, dan yakinkan akan ada hasil
yang terbaik karena segala sesuatu perjuangan itu tak ada yang sia-sia…
(Penulis)
Lakukan yang terbaik demi Orangtua dan orang-orang yang kita sayang…karena
kebahagian terbesar kita adalah saat melihat mereka tersenyum melihat
keberhasilan kita
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana untuk:
Ibunda dan Ayahanda Tercinta, yang telah memberikan segalanya
untukku, cinta kasih yang tak terhingga, doa yang selalu tercurah &
nasehat yang selalu terucap demi kebaikanku..
Kakak-kakaku tersayang, mas Adhy & mas Jondan yang tak henti-hentinya
memotivasiku, menjagaku dan menyayangiku serta berbagi dalam keadaaan
apapun.. kalian kakak-kakak terhebat yang kumiliki..
Bude Maksum yang selalu mendoakan, menyemangati dan menasehati..
Bapak Slamet Santosa terimakasih telah menjadi Bapakku disini… buat
arahan dan bimbinganya serta nasehat-nasehatnya
Pak Joko Ariyanto terimakasih banyak arahan dan bimbinganya
Semua Dosen Prodi Pendidikan Biologi terima kasih banyak untuk semua
ilmu, didikan dan pengalaman yg sangat berarti yang telah diberikan..
Putra Novembria yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, semangat
serta doanya… semoga engkau pilihan yang terbaik buatku dan masa
depanku.
All my best friend “Gambuler’s” Arum, Dama, Baiq, Andhini, Nesya, Nita,
Dina, Yana, Rina, Adin, Kelik, Puguh, Sule, Wahyu, Eko, Mas Lis, terima
kasih telah menjadi bagian dihidupku….mengukir persahabatan yang indah
semoga kebersamaan ini akan selalu terjaga sampai kita tua nanti….. don’t
forget me ya…
Bio holic zero seven dan teman-teman sebimbingan, kebersamaan dan
perjuangan kita akan menjadi sesuatu yang akan aku rindukan….
Teman-teman kost “griyananda” Gesit, Andry, Aziza, Ofy, Hafy, Erni dan
semuanya yang telah menjadi saudaraku dirumah ini…..
Serta semua pihak yg sudah membantu selama penyelesaian skripsi ini..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
“PENERAPAN PENDEKATAN PENGAJARAN TERBALIK
(RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN
BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII-G SMP N 5 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011“ dapat diselesaikan untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui
berbagai hambatan, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk
bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Slamet Santosa, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
5. Joko Arianto, S.Si, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
6. Dra. Sri Widoretno M.Si selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan.
7. Kepala SMP Negeri 5 Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Kartika Yuni S,S.Pd selaku guru mata pelajaran Biologi SMP Negeri 5
Karanganyar yang senantiasa membantu kelancaran penelitian dan kerja
samanya.
9. Siswa kelas VII-G SMP Negeri SMP Negeri 5 Karanganyar Tahun Pelajaran
2010/2011.
10. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan dukungan.
11. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah
membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ....................................................................... v
HALAMAN MOTTO ........................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 4
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ………………………………………..
A. Tinjauan Pustaka ……………………………………………….. 6
B. Kerangka Berfikir ……………………………………………… 16
C. Hipotesis Tindakan …………………………………………….. 20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………….
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….. 21
B. Metode Penelitian………………………………………………. 22
C. Data dan Sumber Data …………………………………………. 23
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………….. 24
E. Validitas Data ………………………………………………….. 26
F. Teknik Analisis Data …………………………………………... 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
G. Prosedur Penelitian ……………………………………………. 28
H. Target Penelitian ……………………………………………….. 30
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………….
A. Data dan Deskripsi Lokasi Penelitian ..........................................
1. Data dan Deskripsi Sekolah ...................................................
2. Data dan Deskripsi Kelas .......................................................
32
32
B. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) ........................................... 33
C. Deskripsi Siklus I ........................................................................ 40
D. Deskripsi Siklus II ...................................................................... 51
E. Pembahasan ................................................................................ 63
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..........................
A. Simpulan ...................................................................................... 71
B. Implikasi ...................................................................................... 71
C. Saran ............................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 73
LAMPIRAN .......................................................................................... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Waktu Penelitian ................................................................. 22
Tabel 2. Skor Penilaian Angket ……………………………………. 25
Tabel 3. Persentase Capaian Aspek Kemandirian Belajar Siswa
Berdasarkan Data Lembar Observasi Kegiatan Belajar
Mengajar ………………………………………………… 34
Tabel 4. Persentase Capaian Indikator Kemandirian Belajar Siswa
Berdasarkan Data Lembar Observasi Kegiatan Belajar
Mengajar ………………………………………………….. 35
Tabel 5. Persentase Capaian Aspek Kemandirian Belajar Siswa
Berdasarkan Data Angket Kegiatan Belajar Mengajar … 36
Tabel 6. Persentase Capaian Indikator Kemandirian Belajar Siswa
Berdasarkan Data Angket Kegiatan Belajar Mengajar …... 37
Tabel 7. Persentase Capaian Aspek pada Lembar Observasi
Kemandirian Belajar Siswa Prasiklus dan Siklus I ............. 43
Tabel 8. Persentase Capaian Indikator pada Lembar Observasi
Kemandirian Belajar Siswa Prasiklus dan Siklus I ............. 45
Tabel 9. Persentase Capaian Aspek pada Angket Kemandirian
Belajar Siswa Prasiklus dan Siklus I .................................. 46
Tabel 10. Persentase Capaian Indikator pada Angket Kemandirian
Belajar Siswa Prasiklus dan Siklus I……………………... 48
Tabel 11. Persentase Capaian Aspek pada Lembar Observasi
Kemandirian Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I dan Siklus
II ………………………………………………………….. 54
Tabel 12. Persentase Capaian Indikator pada Lembar Observasi
Kemandirian Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I dan Siklus
II ………………………………………………………….. 56
Tabel 13. Persentase Capaian Aspek pada Angket Kemandirian
Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I dan Siklus
II………………………………………………………….. 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 14 Persentase Capaian Tiap Indikator pada Angket
Kemandirian Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I dan Siklus
II…………………………………………………………… 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ……………………………….. 19
Gambar 2. Skema Triangulasi Metode Data ………………………… 27
Gambar 3. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif ..... 28
Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas …………….. 31
Gambar 5. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Aspek
Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus
dan Siklus I ........................................................................ 44
Gambar 6. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap
Indikator Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa
Pra Siklus dan Siklus I ....................................................... 46
Gambar 7. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Aspek
Angket Kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus
1 .......................................................................................... 47
Gambar 8. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap
Indikator Angket Kemandirian Belajar Siswa Prasiklus
dan Siklus I ………………………………………………. 49
Gambar 9. Diagram Kenaikan Persentase Capaian Skor Untuk Setiap
Aspek Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa
pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II............................... 55
Gambar 10. Diagram Kenaikan Persentase Capaian Skor Untuk Setiap
Indikator Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa
pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II .............................. 57
Gambar 11. Diagram Kenaikan Rata-Rata Prosentase Capaian Skor
Ditinjau Dari Aspek Dan Indikator Kemandirian Belajar
Siswa Pada Prasiklus, Siklus I Dan Siklus II Berdasarkan
Hasil Observasi .................................................................. 58
Gambar 12. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Aspek
Angket Kemandirian Belajar Siswa Pada Prasiklus, Siklus
I Dan Siklus II .................................................................... 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Gambar 13. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap
Indikator Angket Kemandirian Belajar Siswa Pada
Prasiklus, Siklus I Dan Siklus II ........................................ 61
Gambar 14 Diagram Kenaikan Rata-Rata Persentase Capaian Skor
Ditinjau Dari Aspek Dan Indikator Kemandirian Belajar
Siswa Pada Prasiklus, Siklus I Dan Siklus II Berdasarkan
Hasil Angket ....................................................................... 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Pembelajaran
a. Silabus …………………………………………………………….. 76
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……………………….. 83
Lampiran 2. Instrumen Penelitian
a. Lembar Observasi Awal Proses Pembelajaran Biologi .................. 128
b. Pedoman Wawancara Awal Guru ................................................. 129
c. Pedoman Wawancara Awal Siswa ................................................ 130
d. Kisi-kisi Angket Kemandirian Belajar Siswa ................................ 131
e. Angket Kemandirian Belajar Siswa .............................................. 132
f. Kisi-kisi Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa ................ 135
g. Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa .............................. 136
h. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran............... 139
i. Pedoman Wawancara Guru ………………………………………..140
j. Pedoman Wawancara Siswa ………………………………….........142
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian
a. Daftar Nama Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 5 Karanganyar…… 144
b. Daftar Kelompok Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 5 Karanganyar.. 145
c. Data Hasil Observasi Awal Proses Pembelajaran............................. 146
d. Data Hasil Wawancara Guru Awal .................................................. 147
e. Data Hasil Wawancara Siswa Awal ................................................ 149
f. Data Hasil Perhitungan Angket Kemandirian Belajar Siswa ......... 152
g. Data Hasil Observasi Kemandirian Belajar Siswa ……………....... 176
h. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran ……... 188
i. Data Hasil Wawancara Guru …………………………………........ 191
j. Data Hasil Wawancara Siswa ……………………………………. 194
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 4. Dokumentasi
a. Gambar Observasi Awal ................................................................. 199
b. Gambar Pelaksanaan Penelitian
1) Siklus I ..................................................................................... 201
2) Siklus II ................................................................................. ... 203
Lampiran 5. Perijinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar menghasilkan suatu perubahan pada siswa. Perubahan itu dapat
berupa pengetahuan, pemahaman, dan sikap. Perubahan itu merupakan hasil dari
usaha belajar yang tersimpan dalam ingatan. Belajar sebagai sebuah proses terjadi
karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses
sistematik yang dinamis, konstruktif dan organik. Belajar merupakan kesatuan
fungsional dari berbagai komponen belajar. Keseluruhan proses pendidikan
disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung dengan bagaimana
proses belajar dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Pembelajaran di kelas lebih banyak bersifat teacher centered atau teacher
directed. Sejalan dengan perkembangan teori belajar, khususnya konstruktivisme,
hal itu tidak perlu terjadi lagi. Pendidikan sekarang semestinya sudah
menggunakan pendekatan student center atau student directed learning.
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran Biologi kelas VIIG yang
berjumlah 32 SMP Negeri 5 Karanganyar menunjukkan bahwa dalam proses
pembelajaran, siswa terbiasa mengandalkan penjelasan dari guru. Mereka hanya
mencatat apa yang telah dicatat guru di papan tulis atau yang disuruh oleh guru.
Tidak mau menjawab jika ada pertanyaan dan cenderung menunggu jawaban dari
guru kemudian mencatatnya. Siswa yang membaca materi yang dipelajari tanpa
disuruh oleh guru sebanyak 25%. Siswa yang berinisiatif membuat pertanyaan
setelah membaca materi tanpa disuruh sebesar 12.5%. Bertanya pada guru saat
menemui kesulitan 21,87%. Siswa belum mampu mengidentifikasi dan
menganalisis sumber informasi yang mereka dapat. Sebanyak 28,12% mampu
bekerjasama dengan baik dalam kelompok dan 15,62% mampu
mengkomunikasikan hasil kerja kelompoknya. Proses pembelajaran yang terjadi
belum melibatkan kemandirian siswa dalam belajar secara menyeluruh karena
siswa masih bergantung pada guru. Berdasarkan hasil observasi awal tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
masalah pada kelas VII-G SMP N 5 Karanganyar yang paling penting dan
mungkin untuk dicarikan solusinya adalah rendahnya kemandirian belajar siswa
dalam pembelajaran Biologi.
Pada observasi lanjutan yang dilakukan terhadap indikator kemandirian
menunjukan siswa yang mampu menunjukkan relevansi mata pelajaran dengan
dunia praktik dan pengembangan ilmu sebesar 34,37%, mengetahui apa yang
dipelajari dan akan diperoleh sebesar 31,25%, membuat pertanyaan yang
jawabanya tersirat atau tersurat dalam bacaan sebesar 34,37%. Membaca buku
yang relevan sebesar 78,12%. Bertanya kepada nara sumber sebesar 40,625
%,nara sumber yang dimaksud adalah guru ataupun teman yang dianggap sudah
menguasai. Mengidentifikasi sumber informasi 37,5 %. Menganalisis sumber
informasi sebesar 43,75 %. Mengkomunikasikan hasil diskusi sebesar 31,25%.
Menerima kesalahan sebagai masukan sebesar 47,75%. Hasil observasi lanjutan
menguatkan kesimpulan sementara bahwa kemandirian siswa kelas VII-G SMP N
5 Karanganyar masih kurang.
Akar masalah penyebab rendahnya kemandirian siswa adalah
pembelajaran lebih banyak berpusat pada guru (teacher centered) sehingga siswa
bertindak sebagai obyek dalam pembelajaran. Pembelajaran yang diterapkan
belum dapat membuat siswa berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa tidak
memiliki kesadaran untuk mampu menyelesaikan permasalahan dengan mandiri
karena mereka hanya mengandalkan guru.
Upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa tidak mudah untuk dicapai
secara maksimal, karena banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap kemauan
siswa untuk belajar, antara lain inisiatif, kepercayaan diri, tanggungjawab, dan
evaluasi diri sendiri. Untuk itu, perlu adanya perbaikan dan penyempurnaan ke
arah sistem pendidikan ataupun dalam hal yang langsung berkaitan dengan
praktek pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan metode atau pendekatan
pembelajaran merupakan hal penting dan berpengaruh terhadap kualitas
pembelajaran. Penggunaan metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat
memungkinkan terjadinya interaksi timbal balik, baik antar sesama siswa maupun
antara siswa dengan guru. Salah satunya adalah dengan pendekatan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang bisa dijadikan alternatif guru untuk mengembangkan kemandirian siswa
dalam belajar yaitu dengan pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal
Teaching).
Pengajaran Terbalik merupakan pendekatan terhadap pengajaran siswa
akan strategi strategi belajar. Pengajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis
yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan atau pengajuan pertanyaan. Teori
konstruktivis menjelaskan bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam
benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan
memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Pengajaran terbalik mengajarkan siswa ketrampilan-
ketrampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar melalui
permodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan
ketrampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat,
dukungan dan sistem scaffolding.
Melalui pendekatan Pengajaran terbalik Reciprocal teaching, siswa
diajarkan empat strategi pengaturan diri spesifik yaitu perangkuman, pengajuan
pertanyaan, pengklarifikasian dan prediksi. Reciprocal teaching merupakan
strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman, di mana siswa berperan
sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Guru
lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi
kemudahan, pembimbing yang melakukan scaffolding (bimbingan yang diberikan
oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang tahu). Pendekatan
reciprocal teaching mengacu pada sekumpulan kondisi belajar di mana siswa
melakukan sekumpulan kegiatan kognitif tertentu dan perlahan-lahan baru
melakukan kegiatan secara mandiri. Melalui pembelajaran menggunakan
reciprocal teaching, siswa akan berlatih untuk belajar mandiri.
Kemandirian belajar merupakan proses dimana individu berinisiatif belajar
dengan atau tanpa bantuan orang lain, mendiagnosa kebutuhan belajar sendiri,
merumuskan tujuan belajar sendiri, mengidentifikasi sumber belajar yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
digunakannya, memilih dan menerapkan strategi belajarnya, dan mengevaluasi
hasil belajar
Pembelajaran dengan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal
Teaching) diharapakan dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam
pembelajaran biologi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan judul
penelitian sebagai berikut: ”Penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik
(Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Biologi
Siswa Kelas VII-G SMP Negeri 5 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang menjadi
pokok penelitian yaitu: Apakah penerapan pendekatan Reciprocal Teaching dapat
meningkatkan kemandirian belajar biologi siswa kelas VII-G SMP N 5
Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar biologi
siswa kelas VII-G SMP N 5 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011 dalam
pembelajaran Biologi melalui penerapan pendekatan Pengajaran Terbalik
(Reciprocal Teaching).
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Bagi Institusi
Memberikan masukan atau saran dalam upaya mengembangkan suatu
proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa di
SMP N 5 Karanganyar.
2. Bagi Guru
a. Menambah wawasan tentang model mengajar yang efektif dalam pencapaian
tujuan yang diharapkan.
b. Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran Biologi,
khususnya terkait dengan kemandirian belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Bagi Siswa
a. Meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran Biologi.
b. Memberikan suasana belajar yang lebih kondusif dan variatif sehingga siswa
tidak monoton belajar dengan model konvensional, dan diharapkan hal ini
membawa dampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
4. Bagi Peneliti
Menjadi bahan rujukan untuk tindakan penelitian lebih lanjut di masa
yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Strategi Belajar dengan Pendekatan Pengajaran Terbalik
a. Strategi Belajar
Strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi bisa diartikan sebagai pola
umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Strategi-strategi belajar
mengacu pada perilaku dan proses-proses berfikir yang digunakan siswa dalam
mempengaruhi hal-hal yang dipelajari termasuk proses memori dan metakognitif
(Trianto, 2007: 85).
Michael Pressley (1991) dalam (Trianto, 2007: 85) menyatakan bahwa
strategi strategi belajar adalah operator-operator kognitif yang meliputi proses-
proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas (belajar).
Sejalan dengan hal tersebut Sulistiyono (2003) dalam (Trianto, 2007: 86) juga
mendefinisikan strategi belajar sebagai sebuah tindakan khusus yang dilakukan
oleh seseorang untuk mempermudah memahami secara langsung sehingga lebih
efektif dan mudah di transfer kedalam situasi yang baru.
Mengajar pada dasarnya adalah mengajari siswa bagaimana belajar,
mengingat, berfikir dan memotivasi diri sendiri. Guru perlu mengembangkan
prinsip-prinsip umum tentang bagaimana belajar, mengingat, serta memecahkan
masalah dan kemudian mengemasnya dalam bentuk pembelajaran yang siap
diterapkan, dan kemudian memasukkan metode-metode tersebut dalam
kurikulum. Mengembangkan dan mengajarkan strategi-strategi belajar kepada
siswa merupakan tugas seorang guru untuk membentuk siswa menjadi pembelajar
yang memiliki kemandirian (Self Regulated Learning) (Trianto, 2007 :86 ).
Pembelajar mandiri (Self Regulated Learner) adalah pembelajar yang
dapat melakukan hal penting dan memiliki karakteristik, antara lain mendiagnosis
secara tepat suatu situasi pembelajaran tertentu, memiliki pengetahuan strategi-
strategi belajar efektif, bagaimana serta kapan menggunakanya, dapat memotivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
diri sendiri tidak hanya karena nilai atau motivator eksternal, mampu tetep tekun
dalam tugas sehingga tugas itu terselesaikan, belajar secara efektif dan memiliki
motivasi abadi untuk belajar.
Mengajarkan strategi-strategi belajar kepada siswa memiliki langkah-
langkah yang harus diperhatikan yaitu memberitahu siswa bahwa mereka akan
diajarkan suatu strategi belajar, agar perhatian siswa terfokus. Menunjukan
hubungan positif penggunaan strategi belajar terhadap prestasi belajar dan
memberitahu perlunya kerja pikiran ekstra untuk membuahkan prestasi yang
tinggi. Menjelaskan dan memeragakan strategi yang diajarkan. Menjelaskan
kapan dan mengapa suatu strategi belajar digunakan. Memberikan penguatan
terhadap siswa yang memakai strategi belajar. Memberikan praktek yang beragam
dalam pemakaian strategi belajar. Memberikan umpan balik saat menguji materi
dengan strategi belajar tertentu dan mengevaluasi penggunaan strategi belajar dan
mendorong siswa untuk melakukan evaluasi mandiri (Trianto, 2007 : 87-88).
b. Pendekatan Pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching)
Pengajaran terbalik merupakan satu pendekatan terhadap pengajaran siswa
akan strategi-strategi belajar. Pengajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis
yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan/pengajuan pertanyaan. Teori
konstruktivis menjelaskan bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa tetapi juga memberikan kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajarkan siswa
menjadi sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Trianto, 2007:
13).
Reciprocal teaching (RT) merupakan pendekatan pembelajaran berbasis
pada praktek pemodelan dan terbimbing, dengan permodelan pemahaman
membaca dan kemudian secara bertahap mengalihkan tanggung jawab untuk
strategi ini kepada siswa (Doolittle et al. 2006: 106).
Pengajaran terbalik (RT) adalah salah satu pendekatan yang paling efektif
yang mampu mengembangkan kognitif dan proses metakognitif bagi siswa karena
termasuk prosedur organisasi yang memungkinkan mereka untuk memilih strategi
perencanaan, pengendalian dan mengevaluasi dengan langkah mereka sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Reciprocal teaching didasarkan pada dialog dan diskusi antara peserta didik
sendiri atau para siswa dan guru. Ini mencakup interaksi antara guru dan pelajar
yang membuat siswa bertanggung jawab pada peran mereka dalam proses
pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk saling mendukung secara kontinyu
(Omari dan Weshah, 2010: 26).
Reciprocal teaching dimodifikasi dengan mengintegrasikan strategi lain
seperti pembelajaran kooperatif, diskusi kelas dan dialog dalam rangka
meningkatkan partisipasi siswa dan mengaktifkan peran mereka dalam proses
belajar mengajar. Guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif
penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui permodelan perilaku
tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut
atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu
sistem scaffolding (Trianto,2007 : 96).
Scaffolding adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada peserta
didik yang sedang pada awal belajar kemudian sedikit demi sedikit mengurangi
dukungan atau bantuan tersebut setelah peserta didik mampu memecahkan
problem dari tugas yang dihadapai. Dukungan itu dapat berupa isyarat,
peringatan-peringatan, memecahkan problem dalam beberapa tahap, memberikan
contoh (Suprijono, 2009 : 43).
Pengajaran terbalik dikembangkan untuk membantu menggunakan dialog-
dialog belajar yang bersifat kerja sama untuk mengajari pemahaman materi secara
mandiri di kelas. Melalui pengajaran terbalik siswa diajarkan 4 strategi
pemahaman pengaturan diri spesifik yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan,
pengklarifikasian dan prediksi. Jadi setelah membaca materi dan menerapkan 4
strategi yang telah diajarkan maka pemahaman mengenai materi bisa
ditingkatkan. Pengajaran terbalik juga mendukung dialog yang bersifat kerja sama
(Trianto, 2007: 96).
Prosedur pengajaran terbalik dilakukan pertama-tama dengan guru
menugaskan siswa membaca bacaan dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian
guru memodelkan empat keterampilan (mengajukan pertanyaan yang bisa
diajukan, merangkum bacaan, mengklarifikasi poin-poin yang sulit, berat ataupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
salah dan meramalkan apa yang akan ditulis pada bagian bacaan berikutnya).
Guru menunjuk siswa untuk menggantikan peran guru sebagai pemimpin diskusi
dalam kelompoknya. Guru beralih peran menjadi motivator, mediator, pelatih dan
memberi dukungan, umpan balik, serta semangat bagi siswa. Secara bertahap guru
mengalihkan tanggung jawab pengajaran yang lebih banyak kepada siswa dalam
kelompok, serta membantu memonitor berfikir dan strategi yang digunakan
(Trianto, 2007: 96).
Awal penerapan pengajaran terbalik guru memberitaukan akan
memperkenalkan suatu pendekatan atau strategi belajar, menjelaskan tujuan
manfaat dan prosedurnya. Mengawali permodelan dengan membaca satu paragraf
dalam bacaan. Kemudian menjelaskan dan mengajarkan bahwa pada saat atau
selesai membaca mendapat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan yaitu
memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat diajukan dari apa yang
telah dibaca berkenaan dengan wacana dan memastikan bisa menjawabnya,
membuat ikhtisar/rangkuman tentang informasi terpenting dari wacana,
memprediksi/meramalkan apa yang mungkin akan dibahas selanjutnya. mencatat
apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari suatu bagian,
selanjutnya memeriksa apakah kita berhasil membuat hal-hal itu masuk akal
(Trianto, 2007 : 97).
Setelah siswa memahami keterampilan di atas, guru akan menunjuk
seorang siswa untuk menggantikan perannya dalam kelompok tersebut. Mula-
mula ditunjuk siswa yang memiliki kemampuan memimpin diskusi. Selanjutnya
secara bergilir setiap siswa merasakan/melakukan peran sebagai guru. Setelah sesi
perkenalan berkhir, guru menjelaskan mengapa, kapan, dan bagaimana strategi
tersebut digunakan.
Secara bertahap guru mulai untuk mentransfer kontrol proses untuk para
siswa dengan meminta siswa untuk berperan sebagai pemimpin diskusi. Para
pemimpin ini kemudian memulai dialog tentang pertanyaan, meringkas,
menjelaskan, dan memprediksi, sementara guru beralih peran sebagai pengamat
dan fasilitator. Proses dialog mulai berkembang dengan satu siswa mengajukan
pertanyaan dan lainnya memberikan jawaban dan komentar, satu siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
merangkum dan lain-lain memberikan elaborasi dan penyederhanaan, satu siswa
mengidentifikasi bagian yang sulit dan lain-lain mengklarifikasi dan memperoleh
sumber daya yang relevan, dan satu siswa memprediksi teks yang akan datang dan
lain-lain penyulingan dan memberikan hipotesis alternatif. Penggunaan dialog ini,
mengarah pada tujuan pengajaran terbalik yaitu untuk mempelajari strategi
pemahaman bacaan, belajar bagaimana dan kapan menggunakan strategi, dan
mengatur diri dalam penggunaan strategi (Doolittle et al.,2006: 108).
Tahap kelanjutan prosedur harian dari pelaksanaan pengajaran terbalik
antara lain disediakan bacaan sesuai dengan materi yang hendak diselesaikan.
Segmen pertama guru bertindak sebagai guru (model). Siswa diminta membaca
dalam hati bagian teks yang diterapakan. Untuk memudahkan mula-mula bekerja
paragraf demi paragraf. Jika siswa telah menyelasaikan bagian pertama, dilakukan
permodelan antara lain dengan memperkirakan pertanyaan yang mungkin akan
ditanyakan oleh guru. Guru memberikan kesempatan siswa untuk menjawab
pertanyaan tersebut dan boleh mengacu pada teks dengan kalimatnya sendiri.
Merangkum pokok pikiran yang terdapat dalam paragraf/sub bab kemudian
menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan rangkumanya. Memberikan
kesempatan siswa untuk memprediksikan hal yang akan dibahas pada paragraf
selanjutnya. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan komentar
atau menemukan hal yang tidak jelas pada bacaan. Siswa diminta untuk
memberikan komentar tentang pengajaran yang baru saja berlangsung dan
mengenai bacaan yang telah mereka pelajari. Segmen berikutnya dilanjutkan
dengan bagian bacaan/paragraf berikutnya dan dipilih satu siswa yang akan
berperan sebagai guru. Guru mendorong siswa lain untuk berperan serta dalam
dialog dan memberi kesempatan pada siswa untuk memimpin dialog serta
memberikan banyak umpan balik dan pujian kepada siswa untuk peran sertanya.
Pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru mengurangi peran dalam dialog,
sehingga siswa akan berinisiatif sendiri menjalanan kegiaran tersebut. Peran guru
selanjutnya sebagai moderator, menjaga agar siswa tetap berada pada jalur dan
membantu mengatasi kesulitan (Trianto, 2007: 99).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Kemandirian Belajar Biologi
a. Pengertian Kemandirian Belajar
Menurut Holstein (1986: xiii) kemandirian sebagai bentuk
ketidaktergantungan dan kebebasan bagi keputusan, penilaian pendapat, dan
pertanggungjawaban. Kemandirian menunjukkaan dirinya dalam cara
pengambilan sikap dan bukan abstraksi. Joyoatmojo (2006: 16) mengemukakan
bahwa kemandirian belajar adalah usaha untuk menetapkan sendiri tujuan atau
sasaran belajar, usaha mencapainya mencakup pula usaha memilih sendiri sumber
belajar dan menggunakan teknik-teknik belajar yang tepat untuk mencapai tujuan
tersebut. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat (Tahar dan Enceng, 2006: 92)
bahwa dalam kemandirian belajar, individu bebas menentukan dan mengelola
sendiri bahan ajar, waktu, tempat, dan memanfaatkan berbagai sumber belajar
yang diperlukan. Individu memiliki kemampuan dalam mengelola cara belajar,
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, dan terampil memanfaatkan sumber
belajar.
Kemandirian Belajar menurut Mudjiman (2008: 7) adalah kegiatan belajar
aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi
guna mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau
kompetensi yang telah dimiliki. Seseorang yang sedang menjalankan kegiatan
belajar mandiri lebih ditandai dan ditentukan oleh motif yang mendorongnya
belajar.
Cara belajar mandiri adalah cara belajar aktif dan partisispasi untuk
mengembangkan diri masing-masing individu yang tidak terikat dengan kehadiran
guru, pertemuan tatap muka kelas, kehadiran teman sekolah. Belajar mandiri
merupakan belajar dalam mengembangkan diri, keterampilan dengan cara
tersendiri. Peran guru sebagai fasilitator dan konsultan sebagaimana yang
diamanantkan dalam KTSP (Yamin, 2008: 115).
Belajar mandiri bukanlah belajar individual akan tetapi belajar yang
menuntut kemandirian seorang siswa untuk belajar. Belajar mandiri yaitu
pemberian otonomi kepada siswa dalam menentukan arah/tujuan belajar, sumber
belajar, program belajar, materi yang dipelajarinya dan bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
mempelajarinya tanpa diatur secara ketat oleh guru atau peraturan. Kemandirian
memerlukan tanggung jawab, mereka yang mandiri adalah mereka yang
bertanggung jawab, berinisiatif memiliki kemandirian dan sanggup menerima
resiko serta mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri (Yamin, 2008: 125).
Kemandirian yang diberikan kepada pebelajar adalah dapat dilihat dari 3
aspek 1) kemandirian dalam menentukan tujuan apakah penentuan tujuan belajar
ditentukan oleh guru atau ditentukan oleh pebelajar? 2) kemandirian dalam
menentukan metode belajar: apakah pemilihan metode dan penggunaan sumber
belajar dan media lain keputusanya dilakukan oleh guru atau pebelajar? 3)
kemandirian dalam menentukan evaluasi apakah keputusan tentang metode
evaluasi serta cerita yang digunakan ditentukan guru atau pebelajar? (Chaeruman
2003: 85).
Pembelajaran mandiri adalah sebuah proses yang melibatkan siswa dalam
tindakan-tindakan yang meliputi beberapa langkah, dan menghasilkan baik hasil
yang tampak maupun tak tampak. Secara umum proses belajar mandiri mengikuti
siklus rencanakan, kerjakan, pelajari, lakukan tindakan (Johnson, 2002: 171).
b. Manfaat kemandirian belajar
Pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip kemandirian akan
menjadikan siswa menjadi individu yang mandiri. Kemandirian yang dimiliki oleh
siswa diwujudkan melalui kemampuannya dalam mengambil keputusan sendiri
tanpa pengaruh dari orang lain. Siswa yang mandiri, tidak lagi membutuhkan
perintah dari guru atau orang tua untuk belajar ketika berada di sekolah maupun di
rumah. Siswa yang mandiri telah memiliki nilai nilai yang dianutnya sendiri dan
menganggap bahwa belajar bukanlah sesuatu yang memberatkan, namun
merupakan sesuatu yang telah menjadi kebutuhan bagi siswa untuk meningkatkan
prestasi di sekolah (Hartati dkk, 2007: 7).
Kemandirian belajar memiliki manfaat yang banyak terhadap kemampuan
kognisi, afeksi dan psikomotorik siswa diantaranya adalah dapat memupuk
tanggung jawab, meningkatkan ketrampilan, memecahkan masalah, mengambil
keputusan, berfikir kritis, berfikir kreatif, percaya diri yang kuat dan menjadi guru
bagi dirinya sendiri (Yamin dan Ansari, 2009: 19).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Proses belajar mandiri yang diterapakan kepada siswa membawa
perubahan yang positif terhadap perkembangan intelektualitas mereka, mereka
kan mampu berdiri atas dirinya sendiri serta menjadi dirinya sendiri guru bukan
sebagai pengendali dalam proses belajar kan tetapi kendali terletak pada mereka
sendiri. Guru sebagai penasehat yang memberi pengarahan siswa dapat
menentukan tujuan belajarnya, arahan belajarnya, strategi pencapaian tujuan
belajar dan sumber-sumber yang digunakan untuk mendukunag proses belajar.
Kemandirian belajar akan menjadikan siswa bertanggung jawab dalam
mengatur dan mendisiplinkan dirinya dalam mengembangkan kemampuan belajar
atas kemauan sendiri. Individu yang menerapkan kemandirian belajar akan
mengalami perubahan dalam kebiasaan belajar, yaitu dengan cara mengatur dan
mengorganisasikan dirinya sedemikian rupa sehingga dapat menentukan tujuan
belajar, kebutuhan belajar, dan strategi yang digunakan dalam belajar yang
mengarah kepada tercapainya tujuan yang telah dirumuskan (Tahar dan Enceng
,2006: 93).
Orang yang mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif,
mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu juga mampu
bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam
melakukan aktifitasnya, percaya diri, dan mampu menerima realitas serta dapat
memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, percaya
diri, terarah pada tujuan, dan mampu mengendalikan diri.
c. Ciri- ciri kemandirian belajar
Seseorang yang mandiri cenderung lebih tergantung pada diri sendiri dari
pada pihak lain, memiliki sifat yang bebas dan kreatif. Rasa percaya diri, inisiatif
dan tanggung jawab dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan. Ciri-ciri
kemandirian antara lain adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku
dan bertindak atas kehendak sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.
Mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan, membuat perencanaan
dan berusaha dengan ulet, tekun untuk mewujudkan harapannya. Mampu berpikir
dan bertindak secara kreatif penuh inisiatif dan tidak sekedar meniru, mempunyai
kecenderungan untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan prestasinya. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
menghadapi masalah mencoba menyelesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain
dan mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukannya tanpa
bimbingan dan pengarahan orang lain (Sardiman, 2007: 105 – 107).
Individu yang memiliki kesiapan belajar mandiri dicirikan oleh kecintaan
terhadap belajar, kepercayaan diri, keterbukaan terhadap tantangan belajar, sifat
ingin tahu, pemahaman diri dalam hal belajar, dan menerima tanggung jawab
untuk kegiatan belajarnya (Tahar dan Enceng, 2006: 92).
Menurut Laird (1985) dalam Mudjiman (2008: 14) bahwa ciri-ciri belajar
mandiri adalah kegiatan belajarnya bersifat selfdirecting, mengarahkan diri
sendiri, tidak dependent. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses
pembelajaran dijawab sendiri atas dasar pengalaman bukan mengharapkan
jawaban dari guru atau orang luar. Tidak mau di dekte oleh guru. Lebih senang
dengan problem centered learning daripada content centered learning. Lebih
senang dengan partisipasi aktif daripasa pasif mendengarkan ceramah guru. Selalu
memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki( kontrustivistik). Lebih menyukai
collaborative learning, karena belajar dan tukar-pengalaman. Perencanaan dan
evaluasi belajar lebih baik dilakukan dalam batas tertentu-bersama antara siswa
dan gurunya. Perencanaan belajar dengan dilakukan bersama guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan tidak semata-mata
dipaksakan oleh guru. Belajar harus dengan berbuat, tidak cukup hanya dengan
mendengar dan menyerap tapi juga berbuat.
Para siswa yang mandiri, baik bekerja dalam kelompok maupun mandiri,
secara mandiri akan menetapkan tujuan dan membuat rencana belajarnya.
Rencana yang dibuat bergantung dari tujuanya baik tujuan tersebut melibatkan
penyelesaian masalah, menyelidiki sesuatu persoalan tertentu, maupun
mengembangkan sebuah proyek, semua membutuhkan pengambilan tindakan,
mengajukan pertanyaan, membuat pilihan, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, serta berfikir secara kritis dan kreatif.selain itu siswa secara mandiri
aka mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri dan dapat membuahkan hasil
akhir serta mampu menunjukan kecakapan melalui penilaian autentik (Johnson,
2002: 171) .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Sumarmo (2006: 4) memberikan tiga ciri/karakteristik kemandirian
belajar, yaitu bahwa individu merancang belajar sendiri sesuai dengan tujuannya,
memilih strategi kemudian melaksanakan rancangan belajarnya dan memantau
kemajuan belajarnya, mengevaluasi hasilnya dan dibandingkan dengan standar
tertentu.
d. Penerapan kemandirian belajar
Kemandirian tidak hanya didapatkan oleh remaja saat berada di rumah,
namun kemandirian juga didapatkan di sekolah. Guru berperan sebagai fasilitator
dalam mengembangkan kemandirian di sekolah. Kemandirian di sekolah,
berkaitan dengan metode yang dipakai oleh guru saat mengajar di dalam kelas.
Guru yang mendukung perkembangan kemandirian siswa, menerapkan cara
belajar yang demokratis seperti, memberikan kebebasan pada siswa untuk
berpendapat dan mempertahankan pendapatnya saat proses belajar di dalam kelas.
Kebebasan yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat diwujudkan melalui
kebebasan dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan cara-cara yang siswa
miliki dan cara-cara tersebut dirasa memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas
(Hartati dkk. 2007: 6).
Penerapan kemandirian di sekolah tidak hanya melalui diskusi dalam
belajar, namun metode dalam menyelesaikan tugas juga bisa menjadi salah satu
alternative untuk menerapkan kemandirian. Tugas merupakan salah satu sarana
untuk mengevaluasi serta mengetahui seberapa banyak pemahaman yang telah
dimiliki oleh para siswa dari penjelasan yang diberikan oleh guru (Hartati dkk.
2007: 11). Salah satu faktor yang dapat dilakukan guru untuk memotivasi siswa
dalam belajar adalah dengan memberikan kemandirian pada siswa dalam
mengerjakan tugas. Kemandirian dalam mengerjakan tugas akan melatih para
siswa untuk bertanggung jawab pada tugas, melatih kreativitas dalam
mengerjakan tugas, dan melatih siswa mengevaluasi hasil belajar.
Anak-anak memiliki tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk
sendiri, membentuk sendiri. pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan
mengamati bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Pendidik memberikan
bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
didik dan yang lebih banyak melakukan aktivitas didalam pembentukan diri
adalah anak itu sendiri (Sardiman, 2007: 97).
Kemajuan yang dicapai oleh pebelajar mandiri banyak tergantung kepada
bagaimana ia menetapkan tujuan belajarnya. untuk membantu siswa menentukan
tujuan belajarnya secara benar, agar proses belajar mandirinya memberikan
manfaat optimal kepada dirinya maka guru harus membantu siswa menganalisis
tugas yang diberikan guru untuk dikerjakan. Membantu siswa mengawali
pengetahuan dan kompetensi apa yang telah dan belum dimiliki untuk
menjalankan tugas dari guru, membantu menetapkan langkah-langkah belajar dan
harus memantau pelaksanaan pembelajaranya
Guna membantu siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar, guru perlu
memberikan pantauan baik pada tahap siswa menetapakan tujuan-tujuan belajar,
maupun pada saat pelaksanaan pembelajaranya dalam rangka menumbuhlan
kertampilan belajar mandiri (Mudjiman, 2008: 74-75).
Teknik mengajar untuk membangkitkan untuk membangkitkan motivasi
belajar siswa sekaligus menumbuhkan ketrampilan belajar mandiri siswa antara
lain dengan menumbuhkan rasa tahu kegunaan belajar,menumbuhkan rasa butuh
belajar, menumbuhkan rasa mampu belajar, menumbuhkan rasa senang belajar,
menumbuhkan kemampuan belajar, menumbuhkan kemampuan menilai hasil
belajar (Mudjiman, 2008:89).
Ketrampilan atau kemampuan dasar belajar mandiri antara lain
kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar atau kompetensi yang
telah ditetapkan dan kemampuan merefleksi. Kemampuan-kemampuan tersebut
harus ditumbuhkan guru dalam sistem pendidikan formal tradisional sebagai
bentuk pembekalan belajar mandiri (Mudjiman, 2008: 143)
3. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VIIG SMP N 5
Karanganyar berdasarkan observasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa
kemandirian belajar siswa belum nampak secara signifikan. Hal ini disebabkan
karena pembelajaran kurang inovatif, cenderung ceramah dan masih bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
teacher centered. Siswa kurang diajak berpartisipasi dalam pembelajaran.
Akibatnya siswa menjadi pasif dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
yang hanya mendengar dan dan mencatat materi yang disampaikan bila disuruh
oleh guru.
Penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif merupakan
faktor paling penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kemandirian
belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Pendekatan pembelajaran yang
berdasarkan pada prinsip kemandirian akan menjadikan siswa menjadi individu
yang mandiri. Kemandirian yang dimiliki oleh siswa diwujudkan melalui
kemampuannya dalam mengambil keputusan sendiri tanpa pengaruh dari orang
lain. Siswa yang mandiri, tidak lagi membutuhkan perintah dari guru atau orang
tua untuk belajar ketika berada di sekolah maupun di rumah. Kemandirian belajar
merupakan proses dimana individu berinisiatif belajar dengan atau tanpa bantuan
orang lain, mendiagnosa kebutuhan belajar sendiri, merumuskan tujuan belajar
sendiri, mengidentifikasi sumber belajar yang dapat digunakannya, memilih dan
menerapkan strategi belajarnya, dan mengevaluasi hasil belajar. Kemandirian
belajar dapat ditunjukan dengan kemampuan siswa menjelaskan dan menunjukan
relevansi mata pelajaran dengan ilmu yang lain. Siswa yang mandiri akan tau apa
yang akan mereka pelajari dan peroleh setelah mereka belajar. Siswa akan mampu
bekerjasama dengan anggota kelompoknya dengan baik dan tidak terus
bergantung pada guru. Setelah membaca materi-materi yang relevan siswa
terbiasa membuat pertanyaan-pertanyaan kemudian menayakanya pada nara
sumber, bisa pada guru maupun pada siswa yang dianggapnya lebih mampu.
Siswa mengumpulkan berbagai informasi dan mampu mereka identifikasi dan
analisis untuk mendapatkan pemahaman. Siswa yang mandiri akan berani dan
mampu mengkomunikasikan atau mempersentasikan hasil dari diskusi kepada
pihak yang lain. Saat mendapatkan masukan,siswa mau menerima kesalahan
sebagai masukan dan akan mengevaluasi hasil belajar mereka agar belajar mereka
menjadi lebih baik. Siswa yang memiliki kemandirian tidak cukup hanya dengan
mendengar dan menyerap tetapi juga berbuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pembelajaran dengan pendekatan pengajaran terbalik adalah adalah
alternatif untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran
biologi. Reciprocal teaching merupakan pendekatan pembelajaran yang memiliki
manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri dan
peserta didik mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain. Dengan
pendekatan reciprocal teaching, siswa menerapakan strategi belajarnya melalui
kegiatan membaca, perangkuman, membuat pertanyaan, prediksi dan klarifikasi.
Siswa diberi tugas untuk mempelajari suatu topik atau konsep yang terdapat
dalam bacaan/buku paket. Selanjutnya siswa dituntut untuk dapat memahami
pokok atau inti pada topik tersebut, memberikan contoh soal dan penyelesaiannya,
kemudian mempertanggungjawabkan tugas tersebut dengan mempresentasikan di
kelas. Siswa berperan sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan
teman-temannya. Guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh,
fasilitator yang memberi kemudahan, pembimbing yang melakukan scaffolding
(bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang
tahu). Melalui pembelajaran menggunakan reciprocal teaching, siswa akan
berlatih untuk belajar mandiri.
Berdasarkan uraian di atas, bersama guru biologi kelas VIIG SMP Negeri
5 Karanganyar dilaksanakan kolaborasi untuk meningkatkan kemandiran belajar
siswa. Kolaborasi diwujudkan dalam kerangka Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan cara penerapan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching)
yang terangkum dalam pembelajaran biologi. Bentuk tindakan diupayakan pada
tiap siklus dengan kegiatan yang bermakna. Upaya tersebut diarahkan untuk
meningkatkan kemandiran siswa dalam proses belajar mengajar. Alur kerangka
berpikir dalam melaksanakan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
PENYEBAB/ AKAR MASALAH
- Pembelajaran masih berpusat pada guru- Siswa tidak/ kurang diajak berpartisipasi
pada pelajaran.- Kurangnya kesadaran siswa dalam
belajar
MASALAH DALAM PEMBELAJARAN
Rendahnya kemandiriran siswa dalam pembelajaran
AKIBAT
- Siswa cenderung pasif dalampembelajaran di kelas.
- Dalam proses KBM, siswa hanya mendengar, dan sedikit mencatat, bertanya ataupun menjawab pertanyaan jika diminta oleh guru
PENERAPAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
PROSEDUR
1. Guru menugaskan siswa membaca bacaan dalam kelompok-kelompok kecil
2. Guru memodelkan 4 ketrampilan (mengajukan pertanyaan, merangkum, mengklarifikasi poin-poin yang sulit, prediksi
3. Guru menunjuk seorang siswa untuk menggantikan peranannya sebagai guru dan bertindak sebagai pemimpin diskusi
4. Guru sebagai motivator,mediator,pelatih dan member dukungan ,umpan balik,serta semangat
5. Secara bertahap guru mengalihkan tanggung jawab pengajaran yang lebih banyak pada siswa dalam kelompok serta membantu memonitor berfikir dan
MANFAAT
o Membantu siswa menjadipebelajar yang mandiri dan otonom
TARGET
Kemandirian belajar siswa meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan tinjauan pustaka dihubungkan dengan permasalahan yang
ada pada proses pembelajaran Biologi, maka dirumuskan hipotesis tindakan yaitu
penggunaan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dapat
meningkatkan kemampuan kemandirian belajar biologi siswa kelas VIII-G SMP
Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)
dilaksanakan di kelas VIII G SMP Negeri 5 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011
yang beralamat di Jalan Lawu No. 36 Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)
dilakukan secara bertahap meliputi tahap persiapan, penelitian, dan penyelesaian
dengan perincian masing-masing tahap sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi observasi, identifikasi masalah, penentuan tindakan,
pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian
berupa SP, Silabus, RPP, angket, lembar observasi, dan pedoman wawancara,
seminar proposal, dan pengajuan perijinan penelitian. Perincian persiapan kegiatan
penelitian seperti pada Tabel 1.
b. Tahap Penelitian
Tahap penelitian meliputi kegiatan yang berlangsung di lapangan yaitu
penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching), pengambilan data,
dan analisis data. Perincian tahap penelitian seperti yang tercantum pada Tabel 1.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal
Teaching) meliputi kegiatan pembuatan laporan. Perincian tahap penyelesaian seperti
yang tercantum pada Tabel 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
B. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom
Action Research yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kelas dan atau meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas dan fokus terhadap proses belajar mengajar yang terjadi di
kelas. Model penelitian tindakan kelas secara garis besar terdapat empat tahapan,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi
Tindakan yang dilakukan pada penelitian berupa Penerapan Pendekatan
Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) untuk meningkatkan kemandirian belajar
siswa dalam pembelajaran biologi. Menurut model Hopkins, menggunakan sistem
spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan
perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan
masalah.
Tabel 1. Waktu Penelitian
NO Rencana Kegiatan Tahun 2010 - Tahun 2011
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul-
selesai
1. Persiapan
a. Observasi √
b. Identifikasi Masalah √
c. Penentuan Tindakan √
d. Pengajuan Judul √
e. Penyusunan Proposal √
f. Pembuatan Instrumen √
g. Seminar Proposal √
h. Pengajuan Izin
Penelitian
√
2. Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data
Penelitian
√
b. Analisis Data √
3. Penyusunan Laporan
a. Penulisan Laporan √ √
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan tindakan
berulang atau siklus. Tindakan yang berulang artinya pada sikus I, II, dan berikutnya
pada tiap siklus diterapkan tindakan yang sama, yakni pendekatan pengajaran terbalik
(Reciprocal Teaching). Refleksi untuk tiap siklus tergantung dari fakta dan
interpretasi data yang diperoleh atau situasi dan kondisi yang dijumpai pada
pembelajaran agar diperoleh hasil yang optimal. Berdasarkan tujuan, penelitian lebih
bersifat mendeskripsikan data atau analisis kualitatif berdasarkan fakta dan keadaan
yang terjadi di sekolah yaitu pelaksanaan proses pembelajaran biologi sebelum dan
sesudah diberi tindakan berupa Penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik
(Reciprocal Teaching).
C. Data dan Sumber Data
1. Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian Penerapan Pendekatan Pengajaran
Terbalik (Reciprocal Teaching) berupa informasi mengenai kemandirian belajar
siswa dari data hasil pengamatan/ observasi dan angket kemandirian belajar siswa.
Sebagai data pendukung disertakan data hasil wawancara dan tes kognitif siswa.
2. Sumber Data
Data penelitian Penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal
Teaching) dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi :
a. Informasi yang didapat dari guru dan siswa
b. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran
c. Dokumentasi atau arsip berupa silabus, Satuan Pembelajaran (SP), Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku referensi, dan media pembelajaran yang
digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
D. Teknik Pengumpulan Data
Data pada penelitian penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal
Teaching) dikumpulkan melalui observasi, angket, dan wawancara.
1. Observasi
Observasi dilaksanakan ketika proses pembelajaran biologi berlangsung di
kelas VIII G SMP Negeri 5 Karanganyar. Observasi dilakukan terhadap siswa beserta
proses pembelajaran yang menyertainya. Kegiatan observasi dilakukan dalam rangka
mengevaluasi peningkatan kemandirian belajar siswa dengan dilakukannya tindakan
pada setiap siklus.
Observasi terhadap siswa difokuskan pada kemandirian belajar siswa dalam
pembelajaran biologi dan keterlaksanaan tahapan pembelajaran. Pengamatan terhadap
kemandirian belajar siswa meliputi aspek-aspek yang diamati yaitu aspek
kemandirian dalam pengembangan motivasi belajar, kemampuan melakukan teknis
belajar untuk mencapai tujuan belajar dan kemampuan melakukan refleksi.
2. Angket
Angket disusun dan diberikan kepada siswa untuk mengetahui berbagai aspek
yang terkait dengan proses pembelajaran terutama aspek/indikator kemandirian
belajar siswa. Sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan terhadap aspek-
aspek/indikator kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran Biologi.
Angket kemandirian belajar siswa disususn berdasarkan aspek-aspek yang
diamati, yaitu aspek kemandirian dalam pengembangan motivasi belajar, kemampuan
melakukan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar dan kemampuan melakukan
refleksi.
Hasil informasi dari angket memiliki kontribusi yang besar dalam
mengevaluasi tindakan yang dilakukan yaitu penggunaan pendekatan pengajaran
terbalik (Reciprocal Teaching). Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung
dengan alternatif jawaban tersedia. Angket disusun dengan terlebih dahulu membuat
konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur berisi kisi-kisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan
dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator digunakan
sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket.
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya. Responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu
alternatif jawaban yang telah disediakan untuk menjawab pertanyaan. Kriteria
penilaian item soal angket sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2005:84) dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Skor Penilaian Angket
Skor untuk aspek yang
dinilai
Skor
(+) (-)
SS (Sangat setuju)
S (Setuju)
TB (Tidak Berpendapat)
TS (Tidak setuju)
STS (Sangat tidak setuju)
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
(Sumber: Nana Sudjana, 2005: 84)
3. Wawancara
Wawancara dilakukan di setiap siklus setelah proses pembelajaran
berlangsung. Narasumber dalam wawancara adalah guru biologi dan siswa kelas VII
G SMP Negeri 5 Karanganyar. Wawancara dengan narasumber siswa dilakukan
dengan mewawancarai beberapa siswa yang dianggap mewakili siswa lain kelas VIII
G SMP Negeri 5 Karanganyar.
Wawancara terhadap siswa dan guru meliputi hal yang sama yaitu
kemandirian belajar siswa yang meliputi aspek-aspek kemandirian belajar seperti
aspek kemandirian dalam pengembangan motivasi belajar, kemampuan melakukan
teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar dan kemampuan melakukan refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Metode wawancara digunakan sebagai alat penelitian dalam penerapan
pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dengan tujuan untuk
memperbaiki data penelitian yang diperoleh dari hasil observasi dan angket.
Wawancara dilakukan bersama guru atas dasar hasil pengamatan di kelas
maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada. Dalam kegiatan wawancara,
juga dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengemukakan catatan hasil pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
yang dilakukan guru sesuai dengan fokus penelitian kemudian mengemukakan
segi-segi kelebihan dan kekurangan.
b. Meminta pendapat dari guru tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas, yang
antara lain adalah mengungkap kelebihan dan kekurangan serta permasalahan lain
yang berhubungan dengan kegiatan penelitian
c. Mendiskusikan hal-hal yang telah dikemukakan untuk menyamakan persepsi
tentang hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
biologi untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.
Dengan perkataan lain, pada setiap kegiatan diskusi disepakati hal-hal yang
perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan kemandirian belajar
siswa melalui pendekatan pengajaran terbalik ( Reciprocal Teaching).
E. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan
dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk menjaga
kevalidan data dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber data.
Menurut Maleong (2005: 330) teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
mengecek atau sebagai pembanding data. Triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi sumber data. Jenis triangulasi sumber data dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dengan mengumpulkan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan
mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kebenaran informasinya.
Metode pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara, observasi
selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung dan pemberian angket di
akhir siklus. Skema triangulasi dalam penelitian ini menurut Sutopo (2002:81) seperti
pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema Triangulasi Sumber Data Penelitian
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif.
Teknik tersebut dilakukan karena sebagian besar data yang dikumpulkan dalam
penelitian berupa uraian deskriptif tentang perkembangan proses, yakni peningkatan
kemandirian belajar siswa melalui penerapan pendekatan pengajaran terbalik
(Reciprocal Teaching).
Teknik analisis mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992: 16-
19) yang dilakukan dalam 3 komponen: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi sebagai berikut:
1. Reduksi data yaitu meliputi penyeleksian data melalui seleksi yang ketat, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas
2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan
penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing
siklus
Angket
Observasi
Wawancara
SiswaData
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3. Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap, kemudian dilakukan verifikasi
untuk memperoleh kesimpulan yang tepat dengan cara diskusi bersama mitra
kolaborasi. Data yang terkumpul disajikan secara sistematis dan bermakna.
Gambar 3 adalah skema komponen analisis data menurut Miles dan
Huberman (1992:20):
Gambar 3. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti
model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (1997) dalam Supardi
(2009: 104-105) yang berupa model spiral yaitu dalam satu siklus terdiri dari tahap
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Langkah-langkah operasional penelitian pada tiap siklus adalah sebagai
berikut :
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dari kegiatan observasi yang telah
dilakukan sebelumnya, alternatif pemecahan masalah yang diajukan adalah dengan
menerapkan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) untuk
meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Pada tahap ini
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan-kesimpulan :Penarikan/ Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dilakukan penyusunan skenario pembelajaran penerapan pendekatan pengajaran
terbalik (Reciprocal Teaching), termasuk penyusunan Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
juga disiapkan seperti lembar observasi, pedoman wawancara, angket dan
dokumentasi.
2. Pelaksanaan
Tindakan yang telah direncanakan diimplementasikan dalam bentuk
pembelajaran dengan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching).
Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam langkah-langkah pembelajaran yang
sistematis seperti yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Observasi
Observasi dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Observasi
berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan
selama pelaksanaan pembelajaran. Fokus observasi yaitu kemandirian belajar siswa
meliputi aspek-aspek yang diamati, yaitu aspek kemandirian dalam pengembangan
motivasi belajar, kemampuan melakukan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
dan kemampuan melakukan refleksi dalam pembelajaran dengan pendekatan
pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) yang diamati dengan bantuan lembar
observasi.
Observasi juga dilakukan pada sintaks pembelajaran dengan pendekatan
pengajaran terbalik(Reciprocal Teaching). Sebagai data pendukung observasi adalah
hasil wawancara terhadap guru dan siswa, angket kemandirian belajar siswa, serta
kajian dokumen yang ada. Data yang diperoleh diinterpretasi guna mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis proses dan dampak dari pelaksanaan
tindakan. Hasil analisis pada tahap refleksi berupa kelebihan, kelemahan, ataupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
hambatan dalam pelaksanaan tindakan yang dijadikan dasar perencanaan kegiatan
pada siklus berikutnya.
H. Target Penelitian
Indikator keberhasilan penelitian dalam hal ini adalah indikator ketercapaian
kemandirian belaja siswa dinyatakan dalam bentuk presentase.
Indikator keberhasilan penelitian didapat dari penjabaran aspek-aspek
kemandirian belajar menjadi indikator. Aspek kemandirian belajar yaitu aspek
kemandirian dalam pengembangan motivasi belajar, kemampuan melakukan teknis
belajar untuk mencapai tujuan belajar dan kemampuan melakukan refleksi.
Aspek yang sudah ditentukan kemudian disusun menjadi indikator
keberhasilan penelitian. Proses pembelajaran menurut Mulyasa (2006:101) dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar
(75%) siswa peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran.
Target keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan diwujudkan dalam
beberapa kali kegiatan pembelajaran, setiap pembelajaran yang dilakukan pada tiap
siklus. Pembelajaran dengan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching)
dilakukan sampai target tercapai. Prosedur jalannya penelitian tindakan kelas dapat
dilihat pada Gambar 4:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Revi-
Sed Plan
PlanReflect
Reflect
Act & Observe
Perencanaan
Penyusunan instrumen penelitian dan instrumen pembelajaran berupa: lembar observasi (kemandirian belajar siswa), angket kemandirian belajar siswa, pedoman wawancara (siswa&guru), silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan media pembelajaran untuk siklus I.
Refleksi
- Mengemukakan hasil yang diperoleh pada siklus I
- Menganalisis pencapaian target pada siklus I, Jika target belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II
Pelaksanaan & Observasi
Penerapan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching)
Evaluasi & AnalisisEvaluasi dan analisis data yang
diperoleh melalui observasi, angket, dan wawancara.
Refleksi
- Mengemukakan hasil yang diperoleh pada siklus II
- Menganalisis pencapaian target pada siklus I, Jika target belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus III
Pelaksanaan & Observasi
Penerapan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching)
Evaluasi & AnalisisEvaluasi dan analisis data yang
diperoleh melalui observasi, angket, dan wawancara.
Perbaikan PerencanaanBerdasarkan Refleksi Siklus I
Revi-sed Plan
Reflect
Act & Observe
Refleksi
- Mengemukakan hasil yang diperoleh pada siklus III
- Menganalisis pencapaian target pada siklus I, Jika target belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya
Perbaikan PerencanaanBerdasarkan Refleksi Siklus II
Tindak LanjutPerbaikan pembelajaran oleh guru biologi setelah penelitian sehingga
kemandirian belajar siswa semakin meningkat
Pelaksanaan & Observasi
Penerapan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching)
Evaluasi & AnalisisEvaluasi dan analisis data yang
diperoleh melalui observasi, angket, dan wawancara.
Act & Observe
SAMPAI TARGET TERCAPAI
Gambar 4. Skema Prosedure Penelitian Tindakan Kelas
(Kemmis dan Mc Taggart dalam Sukardi,2001:215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data dan Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas VII-G SMP Negeri 5 Karanganyar
tahun pelajaran 2010/2011. Data sekolah beserta data dan deskripsi kelas tempat
penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Data Sekolah
SMP N 5 karanganyar merupakan salah satu sekolah di kota Karanganyar
yang beralamat di Jl. Lawu No. 368 Karanganyar dengan akreditasi A. Kepala
Sekolah yang sedang memimpin adalah Drs. Widodo, M.Pd. Peserta didik SMP N
5 Karanganyar pada tahun pelajaran 2010/2011 berjumlah 779 siswa, terdiri dari
226 siswa kelas VII, 282 siswa kelas VIII, dan 268 siswa kelas IX. Staf pengajar
di sekolah ini berjumlah 47 guru. Persentase kelulusan siswa selama 3 tahun
terakhir yaitu tahun 2008, 2009, dan 2010 adalah 98,9%, 100%, dan 89,37%.
2. Data dan Deskripsi Kelas
Penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII-G SMP N 5 Karanganyar
tahun pelajaran 2010/2011 dengan wali kelas Ibu Kartini, S.Pd. Siswa kelas VII-G
berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.
Kelas VII-G menghadap ke arah selatan dan ruang kelasnya berukuran 7x9 m2,
lantainya berwarna putih dengan dinding yang bercat kuning gading. Bangku
siswa berjumlah 32 buah, kursi siswa berjumlah 32 buah, dan meja guru serta
kursi guru masing-masing satu buah. Ruang kelas tersebut terdapat 1 buah pintu, 6
jendela kaca di sisi kanan dan 6 ventilasi di sebelah kiri, selain itu juga terdapat
jam dinding di bagian belakang. Terdapat dua kipas angin dan terdapat jam
dinding didepan.
Deretan meja paling depan terdapat satu meja guru dan sebuah kursi
guru. Buku presensi siswa dan jurnal kegiatan mengajar tertata dengan rapi di atas
meja guru. Sebuah whiteboard terletak di depan kelas. Dua buah papan tulis
berukuran kecil berwarna putih dan hitam terdapat di sebelah kanan dari
whiteboard untuk mengisi data administrasi kelas yang meliputi jadwal pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dan guru mengajar, inventaris kelas, susunan organisasi kelas, absensi kelas, dan
daftar piket.
B. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Kegiatan observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan guru dalam menyampaikan materi biologi di kelas VII-G SMP Negeri 5
Karanganyar. Hasil observasi menunjukkan bahwa masih kurangnya kemandirian
belajar siswa dalam proses pembelajaran. Kemandirian belajar siswa dapat
meningkatkan penguasaan materi siswa, sehingga diharapkan siswa dapat
mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 68 sesuai dengan batas tuntas yang
telah ditetapkan oleh sekolah.
Guru menerapkan pembelajaran yang bersifat teacher centered yaitu
ceramah disertai tanya jawab pada saat pembelajaran pra siklus. Selain itu juga
dilakukan diskusi pada saat pembelajaran akan tetapi diskusi belum berjalan
secara maksimal. Siswa kurang maksimal dalam memanfaatkan sumber belajar
yang mereka punya. Jarang sekali memanfaatkan guru/teman tentang hal yang
belum diketahui, lebih baik diam dengan alasan tidak berani. Kebanyakan dari
siswa hanya sebatas mendengarkan saat guru menerangkan dan hanya beberapa
siswa yang menyalin penjelasan guru tanpa disuruh sedangkan kebanyakan dari
mereka mencatat bila diperintah atau dicatatkan oleh guru didepan papan tulis.
mereka masih bergantung pada guru, sehingga dapat dikatakan kemandirian
belajar siswa masih kurang. Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di SMP
Negeri 5 Karanganyar bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa
dalam pembelajaran biologi dengan menerapkan pendekatan pengajaran terbalik
(Reciprocal Teaching).
Kondisi awal (prasiklus) kemandirian belajar siswa kelas VII-G SMP
Negeri 5 Karanganyar pada setiap aspek sebelum digunakan pendekatan
pengajaran terbalik (reciprocal teaching) berdasarkan analisis seluruh hasil
penelitian yang diperoleh melalui tiga metode yaitu angket, observasi, dan
wawancara yang dilakukan terhadap kemandirian belajar biologi siswa kelas VII-
G SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kondisi awal siswa kelas VII-G SMP Negeri 5 Karangayar sebelum
dilakukan tindakan (sebelum perlakuan) yaitu sebelum diterapkannya pendekatan
pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) diukur dengan menggunakan lembar
observasi dan angket kemandirian belajar.
a.Hasil observasi Kemandirian Siswa Pra Siklus
Hasil observasi siswa kelas VII-G SMP Negeri 5 Karanganyar dapat
diukur dengan menggunakan lembar observasi kemandirian belajar. Tabel 3
merupakan hasil observasi kemandirian siswa kelas VII-G SMP Negeri 5
Karanganyar pada tiap indikator dan aspek sebelum diterapkan pendekatan
pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching).
Tabel 3. Persentase Capaian Aspek Kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus
Berdasarkan Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
No. Aspek Persentase (%)
1 Pengembangan motivasi belajar 38,28
2Kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
40,62
3 Kemampuan melakukan refleksi 40,62
Jumlah 119,53
Rata-rata 39,84
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa capaian untuk tiap aspek
kemandirian belajar siswa berkisar antara 38,28%-40,62%. Rata-rata persentase
tertinggi adalah aspek kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
dan kemampuan melakukan refleksi sebesar 40,62%. Aspek pengembangan
motivasi siswa menempati urutan terendah dengan persentase 38,28%. Pada aspek
pengembangan motivasi belajar, siswa belum maksimal dalam kegiatan yang
dapat mengembangkan motivasi belajarnya yang meliputi menjelaskan dan
menunjukan relevansi mata pelajaran dengan dunia praktik dan pengembangan
ilmu, mengetahui apa yang akan dipelajari dan peroleh, membiasakan kerja
kelompok dan membiasakan membuat pertanyaan pertanyaan setelah membaca
suatu teks yang jawabanya tersurat atau tersirat dalam teks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Setiap aspek kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator,
persentase capaian tiap indikator pada lembar observasi kemandirian belajar siswa
prasiklus dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel. 4. Persentase Capaian Indikator Kemandirian Belajar Siswa Berdasarkan
Data Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
No. Aspek IndikatorPersentase
(%)1 Pengembangan
motivasi belajar
Menjelaskan dan menunjukan relevansi mata pelajaran dengan dunia praktik dan pengembangan ilmu 28,12Mengetahui apa yang akan dipelajari dan peroleh 31,25
Membiasakan kerja kelompok 59,37Membiasakan membuat pertanyaan pertanyaan setelah membaca suatu teks yang jawabanya tersurat atau tersirat dalam teks 34,37
2 Kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
Membaca bahan yang relevan 62,50Bertanya kepada narasumber 37,50Mengidentifikasi sumber informasi
31,25
Menganalisis informasi yang dikumpulkan
43,75
Mengkomunikasikan hasil diskusikelompok
28,12
3 Kemampuan melakukan refleksi
Menerima kesalahan sebagai masukan
40,62
Jumlah 396,87
Rata-rata 39,68
Pembelajaran yang diterapkan guru pada saat observasi pra siklus belum
mampu mengoptimalkan kemandirian siswa dalam pembelajaran. Tiap-tiap
indikator dalam aspek kemandirian belajar siswa pada saat observasi atau
memiliki persentase yang masih rendah dan belum mencapai target yang
ditentukan yaitu 75%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berdasarkan Tabel 4 juga dapat diketahui bahwa apabila dibandingkan
dengan nilai rata-rata maka capaian indikator pada nomor 1, 2, 4, 6, 7, dan 9
masih dibawah nilai rata-rata, namun apabila dibandingkan dengan kriteria
minimal proses pembelajaran yang baik dimana 75% atau lebih siswa terlibat aktif
dalam proses pembelajaran capaian semua indikator masih dibawah kriteria
minimal tersebut. Nilai capaian kemandirian yang masih rendah ini antara lain
disebabkan oleh belum digunakannya pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal
Teaching) dalam pembelajaran Biologi.
b. Hasil Angket Kemandirian belajar Siswa Pra Siklus
Data mengenai kemandirian belajar siswa selain diperoleh dari hasil
observasi, juga diperoleh dari angket. Rincian besarnya kemandirian setiap
indikator berdasarkan perhitungan angket dapat dilihat pada Tabel 5. Data dari
angket digunakan sebagai data sekunder yang digunakan untuk menunjang data
hasil observasi. Angket diisi berdasarkan sudut pandang siswa untuk mengetahui
besarnya kemandirian belajar siswa sebelum diterapkan pendekatan pembelajaran
pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching).
Tabel 5. Persentase Capaian Tiap Aspek Kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus
Berdasarkan Angket Kegiatan Belajar Mengajar
No. Aspek Prosentase (%)1 Pengembangan motivasi belajar 69,23
2Kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
67,28
3 Kemampuan melakukan refleksi 67,96Jumlah 204,49
Rata-rata 68,16
Tabel 5 menunjukan bahwa persentase capaian tiap aspek kemandirian
belajar siswa berkisar antara 67,28% sampai 69,23%, dengan nilai rata-rata
persentase setiap aspek 68,16%. Persentase capaian tertinggi adalah aspek
pengembangan motivasi belajar dengan persentase 69,28%, dan aspek
kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar menempati urutan
terendah dengan persentase 67,28%. Rendahnya kemampuan teknis belajar dapat
disebabkan karena terdapat siswa yang belum mampu dengan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
mengembangkan kemampuan teknis belajarnya yang meliputi membaca bahab
yang relevan,bertanya kepada narasumber, mengidentifikasi sumber informasi,
menganalisis informasi yang dikumpulkan, dan mengkomunikasikan hasil diskusi
kelompok. Setiap aspek kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator,
prosentase capaian tiap indikator pada angket kemandirian belajar siswa prasiklus
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel. 6. Persentase Capaian Indikator kemandirian Belajar Siswa Berdasarkan
Data Angket Kegiatan Belajar Mengajar
No Aspek IndikatorProsentase
(%)1 Pengembangan
motivasi belajarMenjelaskan dan menunjukan relevansi mata pelajaran dengan dunia praktik dan pengembangan ilmu 73,75Mengetahui apa yang akan dipelajari dan peroleh 66,87Membiasakan kerja kelompok 66,35Membiasakan membuat pertanyaan pertanyaan setelah membaca suatu teks yang jawabanya tersurat atau tersirat dalam teks 69,16
2. Kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
Membaca bahan yang relevan 68,75Bertanya kepada narasumber 67,34Mengidentifikasi sumber informasi 67.65Menganalisis informasi yang dikumpulkan 67,34Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok
64,53
3 Kemampuan melakukan refleksi
10. Menerima kesalahan sebagai masukan67,96
Total 679,73Rata-rata 67,97
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat nilai kemandirian belajar siswa yang
berkisar antara 64,53%-73,75% dengan rata-rata persentase kemandirian belajar
siswa sebesar 67,97%. Indikator yang memiliki persentase skor tertinggi menurut
jawaban siswa adalah menjelaskan dan menunjukan relevansi mata pelajaran
dengan dunia praktik dan pengembangan ilmu yang merupakan salah satu aspek
dari aspek pengembangan motivasi belajar. Indikator yang memiliki persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
terendah adalah mengkomunikasikan hasil diskusi/belajar.hal ini disebabkan
karena siswa belum mampu dan tidak berani mengkomunikasikan apa yang telah
mereka diskusikan.
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa apabila dibandingkan
dengan nilai rata-rata maka capaian indikator pada nomor 2, 3, 6, 7, 8, dan 9
masih dibawah nilai rata-rata, namun apabila dibandingkan dengan kriteria
minimal proses pembelajaran yang baik dimana 75% atau lebih siswa terlibat aktif
dalam proses pembelajaran capaian semua indikator masih dibawah kriteria
minimal tersebut. Nilai capaian kemandirian yang masih rendah ini antara lain
disebabkan oleh belum digunakannya pendekatan pengajaran terbalik (reciprocal
teaching) dalam pembelajaran Biologi.
Hasil perhitungan rata-rata kemandirian belajar siswa menunjukkan
adanya perbedaan persentase antara lembar observasi dan perhitungan angket pra
siklus. Perbedaan hasil dapat terjadi karena perbedaan sudut pandang dalam
mencari informasi mengenai kemandirian belajar siswa. Kegiatan observasi
dilakukan secara objektif terhadap kemandirian belajar siswa selama proses
pembelajaran, sedangkan angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui
kemandirian belajar siswa yang diisi secara subjektif menurut sudut pandang
siswa sendiri.
Hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa kemandirian belajar
siswa selama pelajaran masih kurang. Mereka masih bergantung pada penjelasan
guru. Hanya beberapa siswa yang berani bertanya pada guru. Mereka belum
mampu menganalisiss dan mengidentifikasi informasi dari sumber yang mereka
dapat sehingga mereka cenderung mengandalkan penjelasan dari guru dan hanya
beberapa anak yang membuat catatan sendiri tanpa disuruh oleh guru. Hanya ada
beberapa siswa yang membuat pertanyaan-pertanyaan setelah ,membaca materi.
Hasil wawancara dengan guru Biologi kelas VII-G menyatakan bahwa
pembelajaran yang dilakukan adalah ceramah disertai tanya jawab, penggunaan
metode ini membuat banyak siswa tidak aktif mendengarkan misalnya bicara
sendiri dan bermain dengan teman. Pembelajaran juga disertai dengan diskusi,
hanya saja proses diskusi belum berjalan dengan baik. Masih banyak anak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
tidak aktif dalam kerja kelompok. Pemberian tugas rumah kepada siswa juga
dilakukan guru untuk membuat siswa belajar secara mandiri.
Berdasarkan hasil observasi dan hasil angket pra siklus, maka akan
dilakukan tindakan dalam rangka meningkatkan kemandirian belajar siwa kelas
VII-G SMP N 5 Karanganyar. Tindakan tersebut berupa penggunaan Pendekatan
Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) pada pokok bahasan Pengelolaan
Lingkungan Lingkungan. Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) merupakan
pendekatan terhadap pengajaran siswa akan strategi strategi belajar. Pengajaran
terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip
pembuatan atau pengajuan pertanyaan. Teori konstruktivis menjelaskan bahwa
guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini dengan memberikan kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi
sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Pengajaran terbalik
mengajarkan siswa ketrampilan-ketrampilan kognitif penting dengan menciptakan
pengalaman belajar melalui permodelan perilaku tertentu dan kemudian
membantu siswa mengembangkan ketrampilan tersebut atas usaha mereka sendiri
dengan pemberian semangat, dukungan dan sistem scaffolding.
Pendekatan Reciprocal Teaching mengacu pada sekumpulan kondisi
belajar di mana siswa melakukan sekumpulan kegiatan kognitif tertentu dan
perlahan-lahan baru melakukan kegiatan secara mandiri. Melalui pembelajaran
menggunakan Reciprocal Teaching, siswa akan berlatih untuk belajar mandiri.
Penggunaan pendekatan pendekatan pengajaran terbalik membantu siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara efektive dan efisisen serta memungkinkan
peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara mandiri dan aktif tanpa
bergantung penuh pada guru. Siswa juga memiliki strategi belajar yang akan
membantu siswa untuk menjadi pebelajar yang mandiri. Dengan penerapan
strategi ini siswa diberikan kesempatan untuk menganalisis sumber informasi
yang mereka dapat, membuat pertanyaan-pertanyaan yang jawabanya tersiratatau
tersurat pada teks, bertanya apabila mengalami kesulitan dan mampu bekerjasama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dengan baik. selain itu siswa juga bisa memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang
telah dimiliki untuk memecahkan masalah yang mereka temukan. Mereka dilatih
untuk saling berkomunikasi dan menerima masukan baik dari guru ataupun teman
yang lain agar mampu memperbaiki kesalahan pada saat pemahaman materi.
Ada beberapa siklus yang diterapkan untuk menyelesaikan dan
menjawab permasalahan yang terjadi di kelas VIIG SMP Negeri 5 karanganyar
dari hasil observasi awal. Pada setiap siklus yang dilakukan masing-masing
menggunakan Pendekatan pengajaran terbalik pada pokok bahasan pengelolaan
lingkungan. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah dilakukan tindakan
yang merupakan pengaruh dari tindakan tersebut, maka evaluasi dilakukan dengan
memberikan angket dan lembar observasi kemandirian belajar siswa pada tiap
akhir siklus. Kegiatan selanjutnya setelah observasi awal adalah merencanakan,
melaksanakan, mengobservasi dan mengevaluasi, menganalisis serta merefleksi
tindakan yang masuk dalam rangkaian siklus. Penelitian yang dilakukan terdiri
dari beberapa siklus dan penelitian diakhiri sampai indikator kemandirian belajar
siswa mencapai target yang telah ditentukan yaitu 75%.
C. Deskripsi Siklus 1
Siklus I terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
a. Perencanaan Tindakan I
Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah menyusun beberapa
instrumen penelitian dan istrumen pembelajaran yang akan digunakan dalam
tindakan dengan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching).
Perangkat pembelajaran meliputi silabus dengan materi pokok Pengelolaan
Lingkungan sub-pokok bahasan Pencemaran, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang terdiri dari dua kali pertemuan. Penyusunan RPP
disesuaikan dengan penerapan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal
teaching).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Perangkat penelitian meliputi lembar observasi kemandirian belajar
siswa, angket kemandirian belajar siswa, lembar observasi sintaks pembelajaran,
pedoman wawancara guru, dan pedoman wawancara siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan siklus 1, guru menerapkan pendekatan
pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) yang terdiri dari dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama (2 x 45 menit) membahas materi Pencemaran Lingkungan
dengan siswa yang hadir 100% dan pada pertemuan kedua masih melanjutkan
materi mengenai Pencemaran Lingkungan dengan kehadiran siswa 100%.
Pertemuan pertama, setelah guru memberikan apersepsi mengenai pencemaran.
Siswa diminta untuk mengamati lingkungan sekitar dan mengamati gambar yang
ada dibuku kemudian memberikan sejumlah pertanyaan sehingga diharapkan
siswa mampu menjawab berdasarkan apa yang telah mereka amati dan mereka
pahami sehingga diharapkan sebelum pelajaran mereka sudah tahu materi yang
akan mereka pelajari.
Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pendekatan pengajaran
terbalik yaitu diawali dengan memberikan lembar kerja pada siswa yang berisi
bacaan mengenai materi yang akan mereka pelajari untuk mereka diskusikan.
Sebelumnya dibentuk kelompok dengan anggota max 4 orang. Kemudian guru
memberikan permodelan pada siswa bahwa setelah membaca materi mereka
harus membuat pertanyaan-pertanyaan, rangkuman, mengklarifikasi poin-poin
yang sulit dan memprediksi materi apa yang akan mereka pelajari selanjutnya.
Siswa memperhatikan permodelan yang dilakukan oleh guru.setelah melakukan
permodelan tersebut, guru memberi instruksi kepada siswa untuk membaca materi
pencemaran lingkungan secara umum dan meminta siswa untuk melakukan
kegiatan seperti yang telah dimodelkkan oleh guru.
Siswa dalam kelompok melaksanakan tugas untuk mulai berdiskusi lebih
khusus mengenai materi yaitu sumber dari berbagai macam zat pencemar
(polutan), parameter pencemaran lingkungan, dampak pencemaran lingkungan
dan upaya untuk memperbaiki pencemaran yang terjadi di lingkungan. zat
pencemar lingkungan antara lain buangan rumah tangga (pencemaran air), asap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kendaraan, asap pabrik (pencemaran udara), plastik dan sebagainya. parameter
pencemaran lingkungan meliputi parameter fisik, kimia dan biologi.
Pada saat diskusi,guru hanya berperan sebagai fasilitaor. Siswa boleh
bertanya pada teman atau guru bila menemui kesulitan. Guru juga membimbing
dan mengawasi jalanya diskusi. Dengan kegiatan ini siswa diharapkan mampu
menganalisis sumber informasi yang ada baik bacaan yang diberikan oleh
guru,buku paket,buku lks ataupun sumber dari internet yang telah mereka bawa.
Selain itu dengan kegiatan ini siswa akan terbiasa membuat pertanyaan-
pertanyaan dan mampu berdiskusi dengan anggota kelompoknya dengan baik.
selain itu mereka boleh menambahkan catatan sesuai dengan apa yang telah
mereka ketahui.
Setelah diskusi selesai, masing-masing kelompok membacakan hasil
diskusinya dan memberikan sejumlah pertanyaan untuk dijawab kelompok lain
dan kelompok lain boleh bertanya apabila tidak paham dengan apa yang telah
dipersentasikan. Sesi tanya jawab mendorong siswa untuk berpendapat,
menanggapi, bertanya dan menjawab pertanyaan seputar pencemaran lingkungan
yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa terutama kemandirian dalam
bertanya pada nara sumber dan mengkomunikasikan hasil diskusinya. Guru juga
menilai performance presentasi siswa menggunakan rubrik penilaian yang
meliputi kejelasan presentasi, pengetahuan dan penampilan presentator.
Pembelajaran pada pertemuan pertama ditutup dengan pemberian tugas oleh guru
kepada siswa untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan kedua, setelah membuka pelajaran guru meminta siswa untuk
mempersiapkan presentasi kelompok pada materi pencemaran lingkungan. Setelah
selesai presentasi dilanjutkan dengan tanya jawab antara kelompok presentator
dan peserta dari kelompok lainnya mengenai macam pencemaran, parameter
pencemaran, dampak pencemaran serta upaya penanganan pencemaran
Lingkungan. Guru berperan sebagai pembimbing jalannya presentasi agar setiap
siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
setelah selesai presentasi adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya materi yang belum dipahami dan dilanjutkan dengan penarikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kesimpulan oleh siswa bersama dengan guru. Guru memberikan konfirmasi
kepada siswa yaitu pembenaran konsep sehingga siswa tidak begitu saja menelan
mentah-mentah apa yang mereka pelajari dengan harapan mereka lebih paham
dan mau menerima masukan dari guru untuk membenarkan konsep yang telah
mereka dapat dari kegiatan tersebut. Guru bersama siswa memberikan kesimpulan
mengenai pembelajara yang telah berlangsung. Kegiatan akhir pada siklus 1
pertemuan kedua adalah diadakan postes atau semacam evaluasi untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pencemaran lingkungan.
c. Observasi dan Evaluasi Tindakan I
Pada proses pembelajaran yang berlangsung dilakukan penilaian dan
observasi terhadap kemandirian belajar siswa yang meliputi 3 aspek penilaian
yaitu pengembangan motivasi belajar, kemampuan teknis belajar untuk mencapai
tujuan belajar dan kemampuan melakukan refleksi serta terhadap keterlaksanaan
sintaks pendekatan penpengajaran terbalik (Reciprocal Teaching). Observasi
terhadap kemandirian belajar siswa dilakukan dengan cara pengamatan langsung
dan penyebaran angket. Setiap siswa diminta mengisi angket yang bersifat
tertutup pada setiap akhir siklus, dalam hal ini adalah angket kemandirian belajar
siswa. Berikut ini merupakan hasil observasi tindakan pada siklus I.
1) Hasil Penilaian Observasi kemandirian Belajar Siswa
Hasil Observasi terhadap aspek kemandirian belajar siswa dalam
pembelajaran pada siklus I serta perbandingannya dengan hasil pada pra siklus
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Persentase Capaian Tiap Aspek Pada Lembar Observasi KemandirianSiswa Pra Siklus Dan Siklus I
No AspekCapaian Aspek (%)
Pra-Siklus Siklus I1 Pengembangan motivasi belajar 38,28 70,31
2Kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
40,62 65,00
3 Kemampuan melakukan refleksi 40,62 68,75Jumlah 119,53 204,06
Rata-rata 39,84 68,02
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 7 menunjukkan bahwa persentase tiap aspek kemandirian belajar
siswa berdasarkan lembar observasi pra siklus dan siklus I berkisar antara 65,00%
sampai 70,31%. Perbandingan persentase rata-rata capaian tiap aspek kemandirian
belajar siswa mengalami peningkatan dari 39,84% menjadi 68,02%. Hasil
observasi mengacu pada lembar observasi kemandirian belajar siswa, dari lembar
ini sesuai dengan aspek kemandirian belajar dapat diketahui siswa yang mandiri
dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan perhitungan, kemandirian siswa pada
siklus I secara umum mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pra
siklus. Persentase tertinggikemandirian belajar siswa adalah aspek pengembangan
motivasi belajar persentase 70,31%, sedangkan terendah adalah Kemampuan
teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar yaitu sebesar 65%. Rendahnya aspek
kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar dapat disebabkan siswa
kurang mampu melaksanankan indikator indikator pada aspek tersebut sehingga
kemampaun untuk mencapai tujuan belajar masih belum maksimal. Diagram
kenaikan presentase nilai kemandirian belajar siswa dilihat dari tiap aspek
berdasarkan hasil observasi dapat dilihat pada Gambar 5.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3
Pra-Siklus
Siklus I
Gambar 5. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Aspek Lembar Observasi kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I
Aspek kemandirian siswa
Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Hasil Observasi terhadap indikator kemandirian belajar siswa dalam
pembelajaran pada siklus I serta perbandingannya dengan hasil pada pra siklus
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel. 8. Persentase Capaian Tiap Indikator pada Lembar Observasi kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I
Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai kemandirian
belajar siswa dalam pembelajaran berdasarkan observasi secara langsung jika
dilihat dari indikator berkisar antara 59,37% sampai 78,12%. Persentase rata-rata
kelas juga mengalami peningkatan dari 39,68% menjadi 67,5%. Secara umum
nilai kemandirian belajar siswa pada siklus I ini mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan capaian kemandirian belajar siswa pada kegiatan pra-siklus.
Persentase indikator tertinggi adalah membiasakan kerja kelompok dan membaca
bahan yang relevan yaitu sebesar 78,12% sedangkan persentase indikator terendah
adalah bertanya pada nara sumber dan mengidentifikasi sumber informasi sebesar
59,37%. Siswa cenderung belum mampu mengutarakan kesulitannya pada guru
atau teman yang mereka anggap lebih tau. Mereka cenderung diam dan tidak mau
bertanya.selain itu mereka hanya sekedar membaca buku tanpa mampu
mengidentifikasi informasi yang mereka dapat dari buku yang telah mereka
No IndikatorPersentase
Pra siklus Siklus I
1Menjelaskan dan menunjukan relevansi mata pelajaran dengan dunia praktik dan pengembangan ilmu
28,12 62,50
2 Mengetahui apa yang akan dipelajari dan peroleh 31,25 65,623 Membiasakan kerja kelompok 59,37 78,12
4Membiasakan membuat pertanyaan pertanyaan setelah membaca suatu teks yang jawabanya tersurat atau tersirat dalam teks
34,37 75,00
5 Membaca bahan yang relevan 62,50 78,126 Bertanya kepada narasumber 37,50 59,377 Mengidentifikasi sumber informasi 31,25 59,378 Menganalisis informasi yang dikumpulkan 43,75 65,629 Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok 28,12 62,5010 Menerima kesalahan sebagai masukan 40,62 68,75
Total 396,87 675Rata-rata 39,68 67,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pelajari. Diagram kenaikan presentase nilai kemandirian belajar siswa
berdasarkan hasil observasi dapat dilihat pada Gambar 6.
0
10
20
30
40
50
60
7080
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pra-Siklus
Siklus I
Gambar 6. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Indikator Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I
2). Hasil Angket kemandirian Belajar Siswa
Hasil angket kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran Biologi
menggunakan pendekatan pengajaran terbalik (reciprocal teaching) pada siklus I
beserta perbandingannya dengan hasil prasiklus dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Persentase Capaian Tiap Aspek pada Angket Kemandirian belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I
No AspekCapaian Aspek (%)
Pra-Siklus Siklus I1 Pengembangan motivasi belajar 69,23 74,28
2Kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
67,24 71,22
3 Kemampuan melakukan refleksi 67,96 73,59
Jumlah 204,49 219,10
Rata-rata 68,16 73,03
Tabel 9 menunjukkan hasil perhitungan angket kemandirian belajar
siswa pada pra siklus dan siklus I jika dilihat dari tiap aspek kemandirian belajar
siswa. Hasil perhitungan pada siklus I berkisar antara 74,28% sampai 71,22%
dengan nilai rata-rata kelas 73,03%. Nilai tersebut menunjukkan adanya
Indikator kemandirian siswa
Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
peningkatan jika dibandingkan dengan nilai pada pra siklus, baik nilai setiap
aspek maupun nilai rata-rata kelas. Nilai persentase tertinggi pada siklus 1 adalah
aspek pengembangan motivasi belajar, sedangkan persentase terendah adalah
aspek kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar. Rendahnya
kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar dapat disebabkan siswa
kurang membaca bahan yang relevan, tidak berani bertanya, kurang mampu
mengidentifikasi dan menganalisis informasi yang dikumpulkan serta belum
mampu mengkomunikasikan hasil diskusi kelompoknaya dengan baik sehingga
mengakibatkan kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar memiliki
persentase terendah.
Tingkat kenaikan nilai tiap aspek pada angket kemandirian belajar siswa
yang disajikan dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 7.
010
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3
Pra-Siklus
Siklus I
Gambar 7. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Aspek Angket Kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I
Setiap aspek selanjutnya dijabarkan dalam indikator-indikator. Capaian
setiap indikator angket kemandirian belajar siswa siklus I serta perbandingannya
dengan capaian pada pra siklus dapat dilihat pada Tabel 10.
Data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa
dalam proses pembelajaran berdasarkan perhitungan angket kemandirian belajar
siswa pada siklus I jika dilihat dari tiap indikator berkisar antara 69,21% sampai
74,47% dengan nilai rata-rata kelas 72,55%. Nilai tersebut juga menunjukkan
Aspek kemandirian siswa
Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
adanya peningkatan jika dibandingkan dengan nilai pada pra siklus, baik nilai
setiap indikator maupun nilai rata-rata kelas. Indikator membiasakan kerja
kelompok menempati persentase tertinggi aspek kemandirian belajar siswa yaitu
77,47% . Indikator terendah adalah mengidentifikasi sumber informasi dengan
persentase 69,21%
Tabel 10. Persentase Capaian Tiap Indikator pada Angket Kemandirian BelajarSiswa Pra Siklus dan Siklus I
Meningkatnya nilai semua aspek dan indikator pada siklus I ini karena
telah digunakannya pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dalam
proses pembelajaran. Pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching
memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara mandiri.
No Aspek IndikatorPersentase (%)
prasiklus Siklus 1
1 Pengembangan motivasi belajar
10. Menjelaskan dan menunjukan relevansi mata pelajaran dengan dunia praktik dan pengembangan ilmu
73,75 76,77
11. Mengetahui apa yang akan dipelajari dan peroleh
66,87 71,87
12. Membiasakan kerja kelompok 66,35 74,27
13. Membiasakan membuat pertanyaan pertanyaan setelah membaca suatu teks yang jawabanya tersurat atau tersirat dalam teks
69,16 73,43
14. 2 Kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
15.
16. Membaca bahan yang relevan 68,75 74,47
17. Bertanya kepada narasumber 67,34 70,78
18. Mengidentifikasi sumber informasi 67,65 69,2119. Menganalisis informasi yang
dikumpulkan67,34 70,07
20. Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok
64,53 71,09
21. 3 22. Kemampuan melakukan refleksi
23. Menerima kesalahan sebagai masukan
67,96 73,59
Total 679,73 725,59
Rata-Rata 67,97 72,55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Siswa tidak bergantung pada guru dan mampu bekerjasama dengan
kelompok. Siswa tidak hanya mendengar dan membaca tetapi mampu
menemukan konsep sendiri dari hasil diskusi dan membaca dengan menganalisis,
mengidentifikasi dan membuat pertanyaan-pertanyaa dari apa yang telah mereka
baca. Sehingga siswa , berlatih berdiskusi dengan baik dan mampu berpartisipasi
dalam proses pembelajaran, bekerjasama, serta memecahkan masalah-masalah
tertentu berkaitan dengan materi pembelajaran.
Persentase yang diperoleh dari pengambilan data berdasarkan sudut
pandang yang berbeda menunjukkan hasil yang relatif sama pada setiap aspek
yang diukur. Tingkat kenaikan nilai tiap indikator pada angket kemandirian
belajar siswa yang disajikan dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 8.
0
10
20
30
40
50
60
7080
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pra-Siklus
Siklus I
Gambar 8. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Indikator Angket Kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I
4. Refleksi Siklus 1
Kemandirian belajar siswa pada siklus 1 dapat meningkat dengan
diterapkannya pendekatan pengajaran terbalik (reciprocal teching) pada materi
Pencemaran Lingkungan. Dengan pendekatan pengajaran terbalik siswa mampu
untuk diajak mengkaitkan materi dengan ilmu dan pengalaman yang telah mereka
miliki. Selain itu pada tahap pengajaran terbalik ini siswa dituntut untuk mampu
mandiri dalam menganalisis dan mengidentifikasi sumber belajar yang mereka
miliki. Membiasakan siswa untuk saling bekerja sama, membuat rangkuman
Indikator kemandirian siswa
Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
sendiri serta membuat pertanyaan-pertanyaan setelah mereka membaca materi.
Selain itu mereka dapat bertukar pikiran kepada teman ataupun bertanya kepada
guru bila menemui kesulitan. Selain itu siswa juga saling mengkomunikasikan
hasil diskusi mereka. Pada tahap terakhir siswa mampu menerima masukan dari
teman maupun guru untuk membenarkan pekerjaan mereka bila masih ada yang
salah.
Selama pelaksanaan pembelajaran siklus I Siswa masih belum berperan
aktif secara keseluruhan khususnya pada saat diskusi kelompok, hal ini terlihat
pada saat diskusi kelompok masih ada siswa yang bercanda dengan siswa lain.
Masing-masing individu dalam kelompok tidak semua menulis hasil diskusi
kelompoknya, hal ini menyebabkan tidak semua anggota kelompok memiliki
catatan padahal diharapkan masing-masing siswa memiliki catatan dari hasil
diskusi mereka. Pada saat kelompok presentator memaparkan di depan, kelompok
lain ada yang sibuk dengan persiapan untuk kelompoknya sendiri sehingga kurang
mengetahui apa yang disampaikan oleh temannya. Guru berusaha membuat siswa
lebih berpartisipasi baik dalam diskusi kelompok maupun kelas. Tugas guru
selama proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator. Guru berkeliling kelas
menghampiri setiap kelompok dan mengawasi kegiatan diskusi agar semua siswa
ambil bagian dalam diskusi kelompok dan kelas. Pemberian tugas individual yaitu
pekerjaan rumah bagi siswa juga dilakukan oleh guru agar siswa tetap belajar
ketika berada di rumah.
Berdasarkan hasil penelitian, kekurangan yang ditemukan pada
pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut:
Siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran siklus 1 belum mandiri
secara secara keseluruhan karena hanya satu siswa yang mencatat dan
masing-masing individu dalam kelompok cenderung bergantung pada
teman yang lain.
Selama proses pembelajaran pada siklus I siswa kurang memanfaatkan
waktu dengan baik. Siswa mengulur waktu pada saat diminta
mengumpulkan hasil diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Presentasi kelompok dilakukan tanpa bantuan media sehingga kurang
menarik perhatian siswa dalam memperhatikan presentasi.
Masih ada beberapa siswa yang belum paham dengan apa yang telah
dimodelkan oleh guru sehingga mereka terkesan bingung dan hanya diam
tidak mau bertanya pada teman yang sudah paham ataupun bertanya
kepada guru.
Hasil refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa
dalam proses pembelajaran biologi dengan menggunakan pendekatan pengajaran
terbalik sudah mengalami peningkatan namun belum mencapai target yang telah
ditetapkan, agar peningkatan tersebut dapat mencapai target maka dilanjutkan
pemberian tindakan pada siklus II. Pelaksanaan siklus II selanjutnya dilakukan
revisi terhadap beberapa tindakan untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi
pada siklus I untuk membentuk proses pembelajaran yang lebih baik sehingga
kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat lebih maksimal.
D. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Perolehan hasil pada siklus I yang belum memenuhi batas minimal
kualitas yang baik maka diputuskan untuk melanjutkan pemberian tindakan pada
siklus II. Pelaksanaan siklus II dilakukan dengan pemberian beberapa tindakan
kecil untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I agar tercipta
proses pembelajaran yang dapat membuat kemandirian belajar siswa dapat lebih
maksimal.
Perencanaan dalam tindakan siklus II ini adalah guru mengadakan
perbaikan agar proses pembelajaran lebih optimal, siswa lebih antusias dalam
kegiatan pembelajaran dan lebih maksimal dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada siklus II antara lain:
Siswa diminta mencari materi melalui berbagai sumber misalnya internet,
buku,referensi lain dan lingkungan sekitar sehingga pada saat diskusi
kelompok masing-masing siswa telah mempersiapkan materi dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Guru lebih tegas dalam mengatur waktu dalam setiap tahap agar dalam
pelaksanaan sesuai dengan alokasi waktu yang telah dibuat. masing-
masing siswa harus lebih berperan aktif,masing-masing harus mempunyai
catatan sendiri walaupun mereka bekerja secar kelompok.
Pada saat persentasi semua anggota dalam kelompok bergantian
membacakan hasil diskusinya agar terjadi komunikasi yang merata dan
semua siswa bisa lebih aktif
Materi yang diberikan pada siklus II adalah pencemaran tanah dan suara
serta penanggulanganya. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih sama
seperti siklus I, yaitu reciprocal teaching. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
pada siklus II menggunakan instrumen penelitian berupa silabus mata pelajaran
biologi, RPP,angket kemandirian belajar siswa dan lembar observasi kemandirian
belajar siswa. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilakukan sebanyak 2 kali
pertemuan (3x40 menit).
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pembelajaran pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi
kegiatan pembelajaran pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak
jauh berbeda dengan siklus I. Strategi dan langkah-langkah pembelajarannya
sama, tetapi ditambahkan tindakan-tindakan perbaikan sebagaimana dalam
perencanaan tindakan siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus II, guru menggunakan
Pendekatan pengajaran terbalik (reciprocal teaching) yang terdiri dari 1 kali tatap
muka. Materi pelajaran pada siklus II adalah pencemaran tanah dan suara serta
penanganya dengan presensi kehadiran siswa 100%.
Pertemuan pertama dimulai dari Guru memberikan apersepsi mengenai
pencemaran udara dan tanah, kemudian memberikan sejumlah pertanyaan kepada
siswa untuk mengetahui pemahaman awal siswa karena siswa sebelumnya sudah
diminta untuk mengamati lingkungan sekitar rumahnya dan sudah diminta untuk
mempelajari materi yang akan dipelajari pad hari tersebut. Kemudian dilanjutkan
diskusi seperti yang dilakukan pada siklus satu. Siswa memulai langkah yang
telah diajarkan guru pada siklus sebelumnya. Membentuk kelompok dan
berdiskusi sesuai pembagian tugas masing-masing dan mengerjakan bersama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
anggota kelompoknya. Pertemuan kedua diawali dengan persensi yang dilakukan
oleh guru, dengan kehadiran siswa 100%. Kegiatan selanjutnya adalah
melanjutkan diskusi pada pertemuan sebelumnya.kali ini masing-masing
kelompok mempersentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok yang lain
memberikan tanggapan dan saling tanya jawab sampai. Semua kelompok
mempersentasikan hasil diskusinya.
Tahapan diskusi pada siklus pertama sama dengan pada siklus
kedua,hanya saja pada siklus kedua lebih terarah dan waktunya telah ditentukan
sehingga diskusi tidak membuang-buang waktu dan mapu berjalan dengan efisien.
Pada diskusi kelompok mereka berbagi tugas, ada yang membuat pertanyaan,
mengklarifikasi point-point yang sulit, membuat rangkuman dan memprediksi apa
yang akan dibahas selanjutnya. Kemudian pada diskusi kelas dilakukan
pembahasan terhadap permasalahan-permasalahan yang diajukan
teman/kelompok. Saat salah satu kelompok persentasi, kelompok lain wajib
mendengarkan dan diperbolehkan untuk bertanya, menyanggah ataupun
memberikan pendapat. Dengan adanya diskusi ini siswa mampu untuk bertukar
pikiran dan bisa mandiri dalam belajar. Pada akhir kegiatan diskusi guru bersama
siswa membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari dan guru
menekankan pada siswa untuk menghubungkan materi tersebut pada kehidupan
sehari-hari mereka, sehingga materi yang dipelajari akan selalu teringat. Pada
akhir pembelajaran dilakukan evaluasi secara individu untuk mengetahui daya
serap siswa terhadap materi yang dipelajari. Pelaksanaan pembelajaran secara
rinci dapat dilihat RPP untuk siklus II pada Lampiran 1.
c. Observasi Tindakan Siklus II
Kegiatan observasi kemandirian belajar siswa dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal teaching) pada
siklus II. Observasi pada tindakan kedua ini secara umum sama dengan observasi
tindakan pertama yaitu meliputi observasi kemandirian belajar siswa yang
dilakukan secara langsung dengan mengisi lembar observasi yang telah
disediakan. Selama proses pembelajaran berlangsung, kemandirian belajar siswa
akan dinilai berdasarkan indikator-indikator yang terdapat pada lembar observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sedangkan keterlaksanaan sintaks pembelajaran pengajaran terbalik (reciprocal
teaching) dilihat menggunakan lembar observasi sintaks pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru berdasarkan urutan langkah-langkah pembelajaran pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada akhir pembelajaran siswa
diminta mengisi angket kemandirian belajar secara tertutup. Hasil dari
pelaksanaan observasi dan evaluasi pada tindakan II adalah sebagai berikut :
1) Hasil Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
Hasil observasi terhadap kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran
Biologi pada siklus II jika dilihat dari aspek kemandirian belajar serta
perbandingan dengan hasil pada pra siklus dan siklus I dapat dilihat pada Tabel
11.
Tabel 11. Persentase Capaian Tiap Aspek pada Lembar Observasi kemandirianBelajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No Aspek Capaian Aspek (%)Pra-Siklus Siklus I Siklus II
1Pengembangan motivasi belajar
38,28 70,31 82,03
2Kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
40,62 65,00 80,00
3Kemampuan melakukan refleksi
40,62 68,75 78,12
Jumlah 119,53 204,06 240,15
Rata-rata 39,84 68,02 80,05
Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai kemandirian
belajar siswa dalam pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan langsung ditinjau
dari aspek kemandirian belajar siswa pada siklus II berkisar antara 78,12% sampai
82,03% dengan rata-rata kemandirian tiap aspeknya adalah sebesar 80,05%.
Persentase nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari persentase pra
siklus sebesar 39,84%, siklus I 68,02% dan siklus II 80,05%. Aspek tertinggi yang
dicapai pada siklus 2 adalah aspek pengembangan motivasi belajar yaitu 82,031%
dan aspek terendah adalah aspek kemampuan melakukan refleksi yaitu 78,12%.
Aspek pengembangan motivasi belajar menjadi aspek yang memiliki nilai
tertinggi, hal ini menandakan hasil yang baik karena proses pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
baik tidak hanya membuat siswa aktif secara fisik tetapi juga memiliki motivasi
dalam diri untuk mampu mandiri.
Secara umum nilai kemandirian belajar siswa pada siklus II mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan capaian kemandirian belajar siswa pada
kegiatan pra siklus dan siklus I. Presentase rata-rata aspek kemandirian belajar
siswa pada siklus II telah mencapai batas minimal pembelajaran yang berhasil
yaitu ≥ 75 % aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran.
Perubahan nilai kemandirian belajar siswa ditinjau dari aspek
kemandirian belajar siswa berdasarkan hasil observasi secara langsung dapat
dilihat pada Gambar 9.
0102030405060708090
1 2 3
Pra-Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 9. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Aspek Lembar Observasi kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Setiap aspek kemandirian kemudian dijabarkan dalam indikator-
indikator. Hasil observasi terhadap kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran
Biologi pada siklus II jika dilihat dari capaian indikator pada aspek kemandirian
belajar serta perbandingan dengan hasil pada pra siklus dan siklus I dapat dilihat
pada Tabel 12.
Berdasarkan data pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai kemandirian
belajar siswa dalam pembelajaran berdasarkan observasi secara langsung berkisar
antara 78,12% sampai 87,5% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 80,62%.
Indikator dengan persentase tertinggi adalah membiasakan membuat pertanyaan
Aspek kemandirian siswa
Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pertanyaan setelah membaca suatu teks yang jawabanya tersurat atau tersirat
dalam teks, dan indikator dengan persentase terendah adalah Menjelaskan dan
menunjukan relevansi mata pelajaran dengan dunia praktik dan pengembangan
ilmu, Mengetahui apa yang akan dipelajari dan peroleh,bertanya pada nara
sumber, mengidentifikasi informasi yang diperoleh, mengkomunikasikan hasil
diskusi kelompok dan menerima kesalahan sebagai masukan.
Tabel. 12. Persentase Capaian Tiap Indikator pada Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No Aspek IndikatorPersentase (%)
Pra-siklus
Siklus I
Siklus 1I
24. 1 Pengemba-ngan motivasi belajar
25. Menjelaskan dan menunjukan relevansi mata pelajaran dengan dunia praktik dan pengembangan ilmu
28,12 62,50 78,12
26. Mengetahui apa yang akan dipelajari dan peroleh
31,25 65,62 78,12
27. Membiasakan kerja kelompok 59,37 78,12 84,37
28. Membiasakan membuat pertanyaan pertanyaan setelah membaca suatu teks yang jawabanya tersurat atau tersirat dalam teks
34,37 75,00 87,50
29. 2 Kemam-puan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
30.
31. Membaca bahan yang relevan 62,50 78,12 84,37
32. Bertanya kepada narasumber 37,50 59,37 78,1233. Mengidentifikasi sumber
informasi31,25 59,37 78,12
34. Menganalisis informasi yang dikumpulkan
43,75 65,62 81,2
35. Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok
28,12 62,50 78,12
36. 3 37. Kemampu-an melakukan refleksi
38. Menerima kesalahan sebagai masukan 40,62 68,75 78,12
Total 396,87 675 806,25
Rata-Rata 39,68 67,5 80,62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Secara umum nilai kemandirian belajar siswa pada siklus II ini mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan capaian kemandirian belajar siswa pada
kegiatan pra siklus dan siklus I. Perubahan nilai kemandirian belajar siswa
berdasarkan hasil observasi pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat
pada Gambar 10.
0102030405060708090
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pra-Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 10. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Indikator Lembar Observasi kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan Gambar 9 dan 10 dapat diketahui bahwa nilai capaian
kemandirian belajar siswa berdasarkan observasi secara langsung dalam proses
pembelajaran, mengalami peningkatan dari pra siklus, siklus I, dan siklus II baik
dari semua aspek, indikator maupun dari rata-rata kelas. Peningkatan presentase
capaian penilaian observasi kemandirian belajar siswa pada siklus II disebabkan
materi pada siklus II yaitu tentang pencemaran tanah, suara dan cara
penanganannya dalam kehidupan sehari-hari lebih mudah dipahami. Selain itu
juga pada diskusinya lebih terarah dan tepat alokasi waktunya, tidak seperti pada
siklus pertama. Pada diskusinya juga lebih bagus dan maksimal pada siklus kedua
karena mereka telah terbiasa dengan apa yang mereka kerjakan seperti yang telah
diajarkan dan mereka lebih mempersiapkan apa yang mereka pelajari dengan
membawa referensi lain yang mendukung. Selain itu diskusi antar kelompokpun
berjalan lebih baik.
Indikator
Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Peningkatan nilai kemandirian belajar siswa ditinjau dari aspek dan
indikator kemandirian belajar siswa secara umum dari pra siklus, siklus I hingga
siklus II berdasarkan hasil observasi kemandirian belajar siswa dapat dilihat pada
Gambar 11.
39,84 39,68
68,02 67,5
80,05 80,62
-10
10
30
50
70
90
PRASIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
ASPEK INDIKATOR
Gambar 11. Diagram Kenaikan Rata-Rata Persentase Capaian Skor Ditinjau Dari Aspek Dan Indikator kemandirian Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan Hasil Observasi
2) Hasil Angket kemandirian Belajar Siswa
Data sekunder mengenai kemandirian belajar siswa dalam penerapan
pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) pada pembelajaran biologi
didapat melalui angket yang diisi oleh siswa. Hasil angket kemandirian belajar
siswa pada siklus II serta perbandingannya dengan hasil pada pra siklus, dan
siklus I dapat ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13 menunjukkan hasil perhitungan angket kemandirian belajar siswa
pada pra siklus, siklus I dan siklus II dilihat dari tiap aspek kemandirian belajar
siswa yang mengalami peningkatan. Hasil perhitungan pada siklus II berkisar
antara 76,80% sampai 78,12%. Nilai rata-rata kelas menunjukkan adanya
peningkatan persentase dari pra siklus 68,16%, siklus I sebesar 73,03% dan siklus
II sebesar 77,63%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 13. Persentase Capaian Tiap Aspek pada Angket Kemandirian BelajarSiswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No AspekCapaian Aspek (%)
Pra-Siklus Siklus I Siklus 21 Pengembangan motivasi belajar 69,23 74,28 78,12
2 Kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
67,24 71,22 76,80
3 Kemampuan melakukan refleksi 67,96 73,59 77,96
Jumlah 204,49 219,10 232,89
Rata-rata 68,16 73,03 77,63
Tingkat kenaikan nilai tiap aspek pada angket kemandirian belajar siswa
yang disajikan dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 12.
0
10
20
304050
60
70
80
1 2 3
Pra-Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 12. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Aspek angket kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Setiap aspek selanjutnya dijabarkan dalam indikator-indikator. Capaian
setiap indikator angket kemandirian belajar siswa siklus II serta perbandingannya
dengan capaian pada pra siklus dan siklus I dapat dilihat pada Tabel 14.
Data pada Tabel 14 menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa dalam
proses pembelajaran berdasarkan perhitungan angket kemandirian belajar siswa
pada siklus II jika dilihat dari tiap indikator berkisar antara 75,31% sampai
Aspek kemandirian siswa
Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
80,41%. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan jika dibandingkan pada
pra siklus (67,97%), siklus I (72,55%), dan siklus II adalah (77,58%).
Tabel 14. Persentase Capaian Tiap Indikator pada Angket Kemandirian BelajarSiswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Peningkatan skor capaian yang tinggi pada indikator ini disebabkan karena
siswa sudah mampu berkomunikasi dengan siswa lain maupun kelompoknya
dalam berdiskusi. Mereka saling bertukar pendapat dan mampu menjalankan
No Aspek IndikatorPersentase (%)
Pra-siklus
Siklus I Siklus 1I
39. 1 Pengem-bangan motivasi belajar
40. Menjelaskan dan menunjukan relevansi mata pelajaran dengan dunia praktik dan pengembangan ilmu
73,75 76,77 77,18
41. Mengetahui apa yang akan dipelajari dan peroleh
66,87 71,87 76,40
42. Membiasakan kerja kelompok 66,35 74,27 80,41
43. Membiasakan membuat pertanyaan pertanyaan setelah membaca suatu teks yang jawabanya tersurat atau tersirat dalam teks
69,16 73,43 77,91
44. 2 Kemam-puan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar
45.
46. Membaca bahan yang relevan 68,75 74,47 78,9547. Bertanya kepada nara sumber 67,34 70,78 75,31
48. Mengidentifikasi sumber informasi
67,65 69,21 79,37
49. menganalisis informasi yang dikumpulkan
67,34 70,07 77,18
50. Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok 64,53 71,09 75,15
51. 3 52. Kemam-puan melakukan refleksi
53. Menerima kesalahan sebagai masukan
67,96 73,59 77,96
Total 679,73 725,59 775,88
Rata-Rata 67,97 72,55 77,58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
diskusi tanpa bergantung sepenuhnya pada guru sehingga tugas yang diberikan
oleh guru dapat terselesaikan dengan baik dengan adanya kerjasama dalam diskusi
kelompok. Tingkat kenaikan nilai tiap indikator pada angket kemandirian belajar
siswa yang disajikan dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 13.
0
10
20
3040
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pra-Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 13. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Indikator Angket Kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan Gambar 12 dan 13, dapat dilihat bahwa presentase skor untuk
semua aspek dan indikator kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan.
Beberapa aspek dan indikator mengalami peningkatan yang cukup besar
dibandingkan dengan aspek atau indikator yang lain.
Persentase yang diperoleh dari pengambilan data berdasarkan sudut
pandang yang berbeda menunjukkan hasil yang relatif sama pada setiap aspek
yang diukur. Peningkatan nilai kemandirian belajar siswa ditinjau dari aspek dan
indikator kemandirian belajar siswa secara umum dari pra siklus, siklus I hingga
siklus II berdasarkan hasil angket kemandirian belajar siswa dapat dilihat pada
Gambar 14.
Gambar 14 menunjukkan diagram kenaikan rata-rata prosentase capaian
skor ditinjau dari aspek dan indikator kemandirian belajar siswa pada pra siklus,
siklus I, dan siklus II berdasarkan hasil angket. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada akhir siklus I dan siklus II terdapat peningkatan kemandirian belajar
siswa. Rata-rata persentase indikator angket kemandirian siswa meningkat sebesar
Indikator
Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
4,58% dari pra siklus sebesar 67,97% menjadi 72,55% pada akhir siklus I, dan
mengalami peningkatan sebesar 5,02% dari siklus I sebesar 72,55% menjadi
77,58% pada akhir siklus II. Peningkatan rata-rata persentase kemandirian belajar
siswa menunjukkan bahwa ada perubahan kemandirian siswa dalam kegiatan
belajar menjadi lebih baik.
68,16 67,97
73,03 72,55
77,63 77,58
60
65
70
75
80
PRASIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
ASPEK INDIKATOR
Gambar 14. Diagram Kenaikan Rata-Rata Persentase Capaian Skor Ditinjau Dari Aspek Dan Indikator Kemandirian Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan Hasil Angket
4. Refleksi Tindakan Siklus II
Hasil analisis pada siklus II menunjukkan bahwa persentase rata-rata
penerapan pendekatan pengajaran terbalik pada materi pencemaran suara dan
udara berdasarkan lembar observasi mengalami peningkatan. Perhitungan rata-
rata angket kemandirian siswa juga menunjukkan adanya peningkatan.
Peningkatan kemandirian siswa dapat dilihat dari kenaikan persentase tiap
indikator yang diukur. Tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat
meningkatkan setiap aspek yang diteliti dan memperlihatkan adanya pengaruh
langsung dari penerapan pendekatan pengajaran terbalik terhadap kemandirian
belajar siswa dalam pembelajaran biologi pada materi pencemaran suara dan
udara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, pelaksanaan tindakan pada siklus
II menunjukkan kondisi pembelajaran yang baik sehingga memberikan hasil yang
positif dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran
biologi. Siswa dapat menghubungkan antara materi pencemaran udara dan suara
yang dipelajari dibuku dengan apa yang dialami di lingkungan sekitar.
Persentase rata-rata aspek kemandirian belajar siswa yang diukur
berdasarkan data lembar observasi dan angket pada siklus II telah mencapai batas
minimal pembelajaran yang berhasil yaitu ≥ 75 % mandiri dalam proses
pembelajaran. Pencapaian kemandirian belajar siklus II berdasarkan lembar
observasi sebesar 80,05% dan berdasarkan perhitungan angket sebesar 77,58%.
Hasil ini menunjukkan keberhasilan penerapan pendekatan pengajaran terbalik
dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa pada materi pencemaran udara
dan suara, dengan demikian penelitian dapat dihentikan. Tindak lanjut dari guru
biologi tetap diperlukan dalam meningkatkan proses pembelajaran untuk
memperbaiki kualitas pendidikan.
F. Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII-G SMP Negeri 5 Karanganyar
tahun pelajaran 2010/2011 dilakukan karena menurut hasil observasi diketahui
bahwa kemandirian belajar siswa di kelas tersebut masih rendah. Rata-rata
persentase kemandirian siswa pra siklus adalah 39,68%. Penerapan pendekatan
pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dalam kegiatan pembelajaran biologi
pada materi Pencemaran Lingkungan dapat meningkatkan kemandirian belajar
siswa. Peningkatan kemandirian belajar siswa tersebut dapat dilihat melalui hasil
analisis yang berasal dari angket, lembar observasi serta wawancara guru dan
siswa.
Melalui pendekatan Pengajaran terbalik Reciprocal teaching, siswa
diajarkan empat strategi pengaturan diri spesifik yaitu perangkuman, pengajuan
pertanyaan, pengklarifikasian dan prediksi. Reciprocal teaching merupakan
strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman, di mana siswa berperan
sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi
kemudahan, pembimbing yang melakukan scaffolding (bimbingan yang diberikan
oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang tahu) hal ini sejalan dengan
penelitian Doolittle et al. (2006) yang menyatakan bahwa Reciprocal teaching
merupakan strategi pembelajaran berbasis pada praktek pemodelan dan
terbimbing, dengan permodelan strategi pemahaman membaca dan kemudian
secara bertahap mengalihkan tanggung jawab untuk strategi ini kepada siswa.
Peningkatan rata-rata persentase kemandirian belajar siswa menunjukkan
bahwa ada perubahan tingkah laku siswa dalam kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih baik. Peningkatan capaian setiap indikator dari berbagai aspek yang
diukur berdasarkan lembar observasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kemandirian dalam aspek pengembangan motivasi mengalami kenaikan
setelah siklus pertama. Dilihat dari indikator pada aspek-aspek ini bahwa dalam
pembelajaran siswa mampu menjelaskan dan menunjukan relevansi mata
pelajaran dengan dunia praktik pendidikan dan pengembangan ilmu karena dalam
pembelajaran dengan pendekatan pengajaran terbalik ini siswa tidak hanya
mendapatkan pengetahuan dari guru tapi juga siswa dituntut dapat
menghubungkan materi yang diperoleh dengan kehidupan sehari-hari dan mampu
menunjukan aplikasinya dalam kehidupan. Siswa juga harus mampu mengetahui
apa saja yang akan mereka pelajarai dan nantinya mereka peroleh setelah
pembelajaran berlangsung karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk
mandiri dalam belajar, sehingga sebelum pelajaran dimulai siswa sudah
mengetahui apa yang akan mereka peroleh dan mampu menyimpulkan materi
yang telah didapatkan. Siswa mampu bertukar pikiran dalam diskusi kelompok
dan saling mengajarkankan pada teman tentang apa yang mereka belum ketahui.
Diskusi yang sebelumnya tidak terarah dengan adanya penerapan pengajaran
terbalik ini siswa lebih bertanggungjawab dengan tugas dan melaksanakan
diskusinya dengan lebih optimal. Siswa berdiskusi dan bertukar pengetahuan
dengan teman yang lain untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan
berkaitan dengan materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Diskusi kelompok dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam
menyatakan pendapat yang dimiliki, bertanya kepada teman dan menjawab
pertanyaan teman. Siswa berani mengemukakan pendapat saat diskusi, berani
bertanya kepada teman saat presentasi, berani bertanya kepada guru dan
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Menurut Zsiga and Webster
(2007: 59) bahwa diskusi yang aktif membantu siswa menjadi lebih mandiri
dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari, dan dalam
pembelajaran kelompok, kemandirian belajar akan lebih mudah tersalurkan.
Selain itu siswa juga memiliki kemahiran dalam berinteraksi dengan sesama siswa
sehingga dapat menumbuhkan bakat intelektual siswa dalam mensintesis dan
menganalisis. Dengan penerapan pendekatan ini siswa juga dibiasakan untuk
membuatpertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi ataupun yang
belum mereka pahami, untuk ditanyakan pada teman ataupun guru.
Kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar juga mengalami
peningkatan prosentase setelah tindakan. Hal ini dapat dilihat melalui inidaktor
indikator pada aspek kemampuan teknis untuk mencapai tujuan belajar yang
mengalami peningkatan. Informasi yang didapatkan siswa tidak berasal dari
membaca buku sumber, atau hasil diskusi saat pembelajaran saja, namun siswa
juga melihat bermacam-macam pencemaran secara langsung di lingkungannya.
Hal ini memberikan efek yang positif bagi pengetahuan siswa. Siswa dapat
memahami tentang macam-macam pencemaran tidak hanya secara teori tetapi
dapat mempraktekannya di lingkungan masing-masing. Siswa juga boleh
membawa berbagai macam sumber belajar yang mendukung pembelajran. Siswa
memahami materi tidak hanya dari penjelasan guru tetapi membaca buku-buku
yang relevan. Dari informasi yang mereka dapat di analisis dan diidentifikasi
sehingga pada saat diskusi kelompok mereka mampu memperoleh pemahaman
materi yang diiinginkan. Setelah diskusi mereka selesai siswa dituntut untuk
mampu megkomunikasikan hasil diskusi mereka kepada sesama anggota
kelompok maupun antar kelompok.
Pada aspek kemampuan melakukan refleksi, siswa mampu menerima
masukan dari teman atau guru bila mendapatkan kesulitan. Sehingga siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
mampu mengoreksi dan pemberbaiki kesalahan-kesalahan yang telah mereka
dapat sehingga memberikan pembenaran pada apa yang telah mereka pelajari.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, pelaksanaan tindakan pada siklus
II menunjukkan kondisi pembelajaran yang baik sehingga memberikan hasil yang
positif dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran
biologi. Penerapan pendekatan pengajaran terbalik ini dapat mengembangkan
pengetahuan mereka secara mandiri. Seiring dengan meningkatnya kemandirian
belajar juga terjadi peningkatan prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Tahar dan Enceng (2006:100) bahwa semakin tinggi
kemandirian belajar seseorang maka akan memungkinkannya untuk mencapai
prestasi belajar yang tinggi.
Pengajaran terbalik juga mampu menciptakan komunikasi yang baik
dalam pembelajaran baik kepada sesama teman ataupun kepada guru. Hal ini
sejalan dengan penelitian Omari dan Weshah (2010:26) bahwa dengan
pendekatan reciprocal teaching mencakup interaksi antara guru dan pelajar yang
membuat siswa bertanggung jawab pada peran mereka dalam proses pembelajaran
dan memungkinkan siswa untuk saling mendukung secara kontinyu .
Setiap pendekatan pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan masing-
masing. Adapaun kelebihan-kelebihan dari Pembelajaran dengan pendekatan
reciprocal teaching sebagai berikut :
1) Melatih kemampuan siswa belajar mandiri. Melalui pembelajaran Reciprocal
Teaching ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan belajar
mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan
pengetahuannya sendiri, dan guru cukup berperan sebagai fasilitator,
mediator, dan manajer dari proses pembelajaran. Reciprocal teaching juga
melatih siswa untuk menjelaskan kembali kepada pihak lain. Dengan
demikian, penerapan pembelajaran ini dapat dipakai untuk melatih siswa
dalam meningkatkan kepercayaan diri mereka.
2) Selama kegiatan pembelajaran, siswa membuat rangkuman. Jadi siswa
terlatih untuk menemukan hal-hal penting dari apa yang siswa pelajari dan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
merupakan ketrampilan penting untuk belajar, sehingga dapat dikatakan
bahwa Reciprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar yang rendah.
3) Selama kegiatan pembelajaran, siswa membuat pertanyaan dan
menyelesaikan pertanyaan tersebut, sehingga dikatakan bahwa reciprocal
teaching dapat mempertinggi kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah.
Presentase rata-rata aspek kemandirian belajar siswa yang diukur
berdasarkan data lembar observasi dan angket pada siklus II telah mencapai batas
minimal pembelajaran yang berhasil yaitu ≥ 75 % aktif dan mandiri dalam proses
pembelajaran. Pencapaian kemandirian belajar siswa berdasarkan dari indikator
lembar observasi pada siklus II sebesar 80,05 % dan berdasarkan perhitungan
angket sebesar 77,58%. Hasil ini menunjukkan keberhasilan penerapan
pendekatan pengajaran terbalik (reciprocal teaching) dalam meningkatkan
kemandirian belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan, dengan demikian
penelitian dapat dihentikan. Tindak lanjut dari guru biologi tetap diperlukan
dalam meningkatkan proses pembelajaran untuk memperbaiki kualitas
pendidikan.
a. Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan setelah tindakan I dan II
tentang penggunaan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dalam
rangka untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran
Biologi, dapat diperoleh informasi sebagai berikut:
1) Hasil Wawancara Guru
Berdasarkan hasil wawancara guru tentang penggunaan pendekatan
pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) pada pokok bahasan pencemaran
lingkungan diperoleh informasi bahwa sebelumnya dalam pembelajaran Biologi
belum pernah menggunakan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal
Teaching). Guru biasanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan
diskusi sederhana. Penggunaan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal
Teaching) memungkinkan siswa untuk siap menerima materi pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dengan mandiri karena pada strategi ini, guru memberikan permodelan strategi
belajar untuk ditepkan siswa sehubungan dengan proses pembelajaran mereka.
Melalui pendekatan Pengajaran terbalik Reciprocal teaching, siswa
diajarkan empat strategi pengaturan diri spesifik yaitu perangkuman, pengajuan
pertanyaan, pengklarifikasian dan prediksi. Reciprocal teaching merupakan
strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman, di mana siswa berperan
sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Guru
lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi
kemudahan, pembimbing yang melakukan scaffolding sehingga membuat siswa
tidak hanya tergantung pada penjelasan yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan wawancara tersebut juga diperoleh informasi bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal
Teaching) dapat memotivasi siswa untuk berdiskusi, siswa sangat tertarik dengan
pembelajaran yang dilakukan terbukti dengan diskusi baik kelompok maupun
kelas yang berjalan dengan baik. Penggunaan pendekatan pengajaran terbalik
(Reciprocal Teaching) dapat dijadikan alternatif strategi pembelajaran Biologi.
2) Hasil Wawancara Siswa
Berdasarkan hasil wawancara siswa tentang pendekatan pengajaran
terbalik (Reciprocal Teaching) diperoleh informasi bahwa siswa menyukai
penggunaan strategi pembelajaran pengajaran terbalik (reciprocal teaching)
Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa melalui kegiatan saling tukar
pendapat siswa dapat lebih leluasa menyampaikan pendapatnya, berani
menanggapi pendapat temannya, serta dapat bekerjasama dengan siswa lain untuk
menyelesaikan permasalah berkaitan dengan materi pembelajaran. Mereka juga
menjadi lebih mandiri dalam belajar karena mereka telah diajarkan bagaimana
belajar dengan strategi yang baik. Mereka menjadi lebih rajin membuat
rangkuman, pertanyaan serta mampu mengungkapkan kesulitan yang mereka
alami.
Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching)
dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
serta memungkinkan siswa untuk melakukan pembelajaran secara aktif dan
mandiri tanpa bergantung dengan guru, tidak hanya membaca dan mendengar
tetapi juga memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih berdiskusi,
berpartisipasi, bekerjasama, serta memecahkan masalah-masalah tertentu
berkaitan dengan materi pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Arends (1997: 266)
bahwa Reciprocal Teaching adalah suatu prosedur pengajaran atau pendekatan
yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi kognitif
serta untuk membantu siswa memahami isi bacaan atau materi pembelajaran
dengan baik.
Ketercapaian target yang telah ditentukan pada variabel yang diukur dapat
dilihat dengan membandingkan prosentase yang diperoleh dari berbagai sumber
data dengan prosentase target yang telah ditentukan. Data pada penelitian ini
didapat dari 3 metode (triangulasi metode) yang berbeda yaitu angket, observasi
dan wawancara. Berdasarkan data yang diperoleh dari tiap-tiap metode baik dari
hasil angket maupun observasi masing-masing menunjukkan ada peningkatan
kemandirian belajar siswa siswa untuk setiap siklusnya. Data terkait dengan
peningkatan kemandirian belajar siswa yang menjadi fokus dan tujuan utama
penelitian.
Kesesuaian peningkatan persentase yang terjadi pada setiap siklusnya baik
dari hasil angket maupun observasi menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan
dalam rangka untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui penggunaan
pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) sudah berhasil dan
mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara
baik dari siswa maupun guru yang menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan
berupa penggunaan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa. Dapat disimpulkan bahwa data yang
diperoleh dari hasil angket, observasi maupun wawancara menunjukkan ada
kesesuaian hasil. Hal ini berarti bahwa data hasil penelitian tentang peningkatan
kemandirian belajar siswa dapat dikatakan valid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Berdasarkan analisis seluruh hasil penelitian yang diperoleh melalui tiga
metode yaitu angket, observasi dan wawancara dilakukan terhadap kemandirian
belajar siswa dapat diketahui bahwa capaian kemandirian belajar siswa pada
siklus II sudah sepenuhnya dapat mencapai prosentase capaian target yang telah
ditargetkan. Tindakan dalam rangka meningkatkan kemandirian belajar siswa
melalui penggunaan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching)
Sudah berhasil dan dapat mencapai target yang telah ditentukan yaitu dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa, oleh karena itu penelitian ini tidak
dilanjutkan lagi untuk siklus berikutnya.
Penelitian yang relevan dengan pendekatan pengajaran terbalik
(Reciprocal Teaching) dilakukan oleh Elly Liswati telah melakukan penelitian
tentang upaya meningkatkan hasil belajar matematika melalui model Reciprocal
Teaching pada siswa kelas V SD Negeri 3 Gedong Kecamatan Patean, Kabupaten
Kendal tahun pelajaran 2004/2005. Salah satu hasil penelitiannya adalah melalui
metode pembelajaran Reciprocal Teaching ternyata dapat meningkatkan hasil
belajar. Penelitian oleh Indri Nur Hayati (2009) juga menyatakan bahwa dengan
implementasi pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching mampu
meningkatkan kemandirian belajar matematika dan hasil belajar matematika untuk
pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX-I SMP Negeri 1 Pacitan
Penggunaan pendekatan pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang
harus diperbaiki dalam proses belajar mengajar bila ingin pembelajaran dikatakan
menarik, faktor pendukung lainnya yang tidak kalah penting adalah guru. Guru
harus memiliki kemampuan mengajar yang baik. Penelitian ini berhasil
menerapkan pendekatan pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) untuk
meningkatkan kemandirian belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang
dilakukan sebelum tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Penerapan
Pendekatan Pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi kelas VII-G SMP Negeri 5
Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sebagai dasar referensi
dalam pengembangan penelitian tindakan kelas lebih lanjut dalam rangka
peningkatan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran Biologi di SMP
Negeri 5 Karanganyar.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses
pembelajaran materi pelajaran Pengelolaan Lingkungan pokok bahasan
Pencemaran dalam rangka untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa serta
memberikan alternatif dalam memilih sistem pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran siswa.
A. SARAN
1. Kepada Siswa
a. Siswa hendaknya memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru
dengan seksama agar dapat melaksanakan penerapan penerapan
pendekatan pengajaran Terbalik (Reciprocal teaching) dengan baik.
b. Siswa hendaknya tidak tergantung pada materi yang diberikan oleh guru
saja, tetapi juga lebih aktif dan mandiri dalam mencari informasi materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
dari sumber-sumber lain sehingga akan menambah wawasan siswa dalam
pemahaman mengenai materi.
c. Siswa hendaknya lebih aktif dalam kegiatan diskusi kelompok maupun
pada saat presentasi kelompok.
d. Memiliki motivasi yang tinggi dan bertanggungjawab sehingga dapat
memperoleh prestasi belajar yang baik.
e. Mengelola strategi belajar, tempat dan waktu secara lebih baik sehingga
proses pembelajarannya menjadi lebih baik.
2. Kepada Guru
a. Pelaksanaan penerapan penerapan pendekatan pengajaran terbalik
(Reciprocal Teaching).membutuhkan instruksi yang jelas agar siswa dapat
membedakannya dengan metode pembelajaran diskusi, oleh sebab itu guru
hendaknya memberikan instruksi dan arahan yang jelas kepada siswa
tentang pelaksanaan penerapan pendekatan pengajaran Terbalik
(Reciprocal teaching) agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif
b. Guru hendaknya lebih memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan
serta dalam pembelajaran sehingga pembelajaran lebih menarik dan
menyenangkan.
c. Guru hendaknya mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dalam belajar
dengan memberikan bimbingan dan contoh strategi-stategi belajar yang
baik digunakan sehingga siswa tidak selalu bergantung pada Guru.
Semoga hasil penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan
penelitian yang lebih mendalam serta dapat memberikan manfaat dan sumbangan
pemikiran bagi para pendidik.