Upload
muhammadrafiuddarajat
View
18
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asw
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan
perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang
ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat
adalah penyakit asma. (Medlinux, 2008).
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan
penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia
seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma
meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin
meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang
menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di
rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid dkk,2007).
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan
secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat
akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan
lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor
alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu
serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan
profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.
(Medlinux, 2008).
1
Dilaporkan bahwa sejak dua dekade terakhir prevalensi asma meningkat, baik
pada anak-anak maupun dewasa. Di negara-negara maju, peningkatan berkaitan dengan
polusi udara dari industri maupun otomotif, interior rumah, gaya hidup, kebiasaan
merokok, pola makanan, penggunaan susu botol dan paparan alergen dini. Asma
mempunyai dampak negatif pada kehidupan penderitanya termasuk untuk anak, seperti
menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah dan total asma di dunia diperkirakan
7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak).
Terdapat variasi prevalensi, angka perawatan, dan mortalitas asma, baik regional
maupun lokal, perbedaaan tersebut belum jelas apakah prevalensi memang berbeda atau
karena perbedaan kriteria diagnosis. Untuk mengatasi hal tersebut telah dilaksanakan
penelitian multisenter di beberapa negara menggunakan definisi asma yang sama,
dengan menggunakan kuesioner standart. Salah satu penelitian multisenter yang
dilaksanakan yaitu International Study of Asthma and Allergy in Children (ISAAC)(5).
Telah dilakukan penelitian ISAAC fase I pada tahun 1996, yang dilanjutkan dengan
ISAAC fase III pada tahun 2002. Penelitian ISAAC fase I telah dilaksanakan di 56
negara, meliputi 155 senter, pada anak usia 6 - 7 tahun dan 13 - 14 tahun. Penelitian
ISAAC menggunakan kuesioner standar dengan pertanyaan:”Have you (your child) had
wheezing or whistling in the chest in the last 12 months?” Untuk mengelompokkan
dalam diagnosis asma bila jawabannya “Ya”. Pada anak usia 13 – 14 tahun selain
diminta mengisi kuesioner juga diperlihatkan video asma. Hasilnya ternyata sangat
bervariasi. Untuk usia 13 – 14 tahun yang terendah di Indonesia (1,6%) dan yang
tertinggi di Inggris, sebesar 36,8%.
Survey mengenai prevalens asma di Eropa telah dilakukan di 7 negara (Asthma
insights & Reality in Europe = AIRE) meliputi 73.880 rumah tangga, yang berjumlah
2
213.158 orang. Hasil survei mendapatkan prevalensi populasi current asthma sebesar
2,7%.
Penelitian mengenai prevalensi asma di Indonesia telah dilakukan di beberapa
pusat pendidikan, namun belum semuanya menggunakan kuesioner standar. Pada Tabel
1. dapat dilihat beberapa hasil survei prevalensi asma pada anak di Indonesia.
Berbagai faktor mempengaruhi tinggi rendahnya prevalens asma di suatu
tempat, antara lain umur, gender, ras, sosio-ekonomi dan faktor lingkungan. Faktor-
faktor tersebut mempengaruhi prevalensi asma, terjadinya serangan asma, berat
ringannya serangan, derajat asma dan kematian karena penyakit asma.
Peran perawat dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Perawat
sebagai tenaga kesehatan perannya sangat penting dalam menolong penderita asma.
Tenaga kesehatan khususnya perawat harus selalu meningkatkan pelayanan, salah
satunya adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama
bagaimana keluarga menghadapi serangan asma tersebut.
b. Tujuan Umum dan Khusus
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan keperawatan terhadap klien dengan penyakit Ashma
Bronkial.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan definisi asma bronkial
b. Mampu memahami etiologi asma bronkial
3
c. Mampu Memahami patoflow asma bronchial
d.Mampu memahami manifestasi klinis asma bronchial
e. Mampu membuat asuhan keperawatan asma bronchial
1.3 Tempat dan Waktu
Tempat : Di ruang teratai post 2 RS Bhayangkara Palembang
Waktu : 30 Januari 2013 s/d 1 Februari 2013
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Meningkatkan keterampilan mahasiswa tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan
terhadap klien dengan kasus asma bronchial. Serta menjadi suatu kesempatan yang
berharga bagi mahasiswa untuk dapat mengaplikasikanilmu-ilmu yang telah diperoleh
selama masa kuliah
1.4.2 Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang
Makalah ini diharapkan menjadi referensi tambahan yang bermanfaat khususnya
mahasiswa keperawatan serta dapat dijadikan sumber rujukan bagi makalah yang akan
datang tentang Asuhan Keperawatan terhadap klien dengan kasus Asma Broncial
1.4.3 Bagi RS. Bhayangkara
Dari makalah ini dapat menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas dalam memberikan penyuluhan dan
pelaksanaan pada klien asma bronchial.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan kasus ini adalah sebagai
berikut:
4
1.Metode Literatur
Mengumpulkan materi-materi yang relevan dengan kasus asma bronchial melalui buku
dan internet sebagai rujukan
2.Metode Observasi
Mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung pasien asma bronchial
3.Metode Wawancara
Mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab melalui keluarga dan pasien
secara langsung
4.Metode Dokumentasi
Mengumpulkan data dengan cara mempelajari arsip/ catatan status keperawatan milik
pasien
5
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,reversibel dimana trakea
dan bronki berespon dalam secara hiperaktif trehadap stimuli tertentu.Asma di
mnifestasikan dengan penyempitan jalan nafas,yang mengakibatkan dispnea,batuk,dan
mengi. Tingkat penyempitan jalan napas dapat berubah baik secara spontan atau karena
terapi. Asma berbeda dengaan penyakit paru obstuktif dalam hal bahwa asma adalah
proses reversibel. Eksasibaser akut dapat saja terjadi, yang berlangsung dari beberapa
menit sampai jam,di selangi oleh periodebebas gejala.jika asma dan bronkitis terjadi
bersamaan, obstruksi yang di akibatkan menjadi gabungan dan di sebut bronkitis
asmatik kronik. ( Brunner and Suddarth, 2002 ).
B. Anatomi Fisiologi
6
Organ-organ pernapasan :
1. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan
ke samping kea rah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2
cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus
(bronkioli). Pada bronkioli tak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat
gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli.
C. Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2) Pembengkakan membran bronkus.
3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
D. Manifestasi Klinis
Tiga gejala umum asma adalah batuk,dispnea,dan mengi. Pada beberapa
keadaan,batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Serangan asma sering kali
terjadi pada malam hari. Penyebabnya tak dimengerti dengan jelas,tetapi mungkin
berhubungan dengan variasi sirkadian, yang mempengaruhi ambang reseptor jalan
nafas.
7
Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam
dada,disertai dengan pernafasan lambat,mengi,laborius. Ekspirasi selalu lebih susah dan
panjang dibanding inspirasi,yang mendorong klien untuk duduk tegakdan menggunakan
tiap otot-otot aksesori pernafasan. Jalan nafas yang tersumbatmenyebabkan dispnea.
Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat. Sputum,yang
terdiri atas sedikit mukus mengandung massa glatinosa bulat, berkeringat,takikardi dan
pelebaran tekanan nadi.
Serangan asma dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa jam dan dapat
hilang secara spontan. Meski serangan asma jarang yang fatal, kadang terjadi reaksi
kontinu yang lebih berat,yang disebut “status asma tikus”. Kondisi ini merupakan
keadaan yang mengancam hidup.
Reaksi yang berhubungan kemungkinan reaksi alergi lainnya yang dapat
menyertai asma termasuk ekzema,ruam,dan edema temporer. Serangan asmatik dapat
terjadi secara periodik setelah pemajanan terhadap alergen spesifik, obat-obat tertentu,
latihan tertentu, dan kegairahan kecil yang dibatukkan dengan susah payah. Tanda
selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat. Dan gejala-gejala
retensi karbon dioksida ,termasuk emosional
E. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh
satu atau lebih dari yang berikut ini :
1. Kontraksi otot –otot yang mengelilingi bronkus, yang menyempitkan jalan nafas.
2. Pembegkakan membran yang melapisi bronkus
3. Pengisian bronkus dengan mukus yang kental.
8
Selain itu, otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar ; sputum yang
kental banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara tertangkap
kedalam jaringan paru. Mekanisme yang terjadi dari perubahn ini tidak diketahui, tetapi
apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf
otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel –sel mast
dalam paru. Pemajan ulang terhadap anti gen mengakibatkan ikatan anti gen dengan
antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast( disebut mediator) seperti
histamin, bradikinin dan prostagladin serta anfilaksis dari substansi yang bereksi
lambat(SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos
dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembekakan membran mukosa
dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistim saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impils
saraf vagal melalui sistim parasimpatis.pada asma idopatik atau nonalergi, ketika ujung
saraf pada jalan nafas di rangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok,
emosi, dan polutan, jumlah asetilkolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang di bahas di
atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respons
parasimpatis.
Selain itu,reseptor a- dan b-adrenargik dari sistem saraf simpatis terletak dalam
bronki. Ketika reseptor a-adrenargik di rangsang,terjadi bronkokonstriksi;
bronkodilatasi terjadi ketika reseptor b-adrenergik yang dirangsang. Keseimbangan
antar resptor a- dan b-andregenik dikendalikan terutama siklik adenosin monofosfat
9
(cAMP). Stimulasi reseptor-alfa mengakibatkan penurunan cAMP, yang mengarah
pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi.
Stimulasi reseptor –beta mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat
pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan
adalah penyekatan b-adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik
rentan terhadap peningkatana pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos.
F. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
a. Spirometri :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Tes provokasi :
1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
3) Tes provokasi bronkial
4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.
c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
g. Pemeriksaan sputum.
G. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
10
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Waktu serangan :
a. Bronkodilatora. Golongan adrenergik: Adrenalin larutan 1 : 1000 subcutan. 0,3
cc ditunggu selama 15 menit, apabila belum reda diberi lagi 0,3 cc jika belum
reda, dapat diulang sekali lagi 15 menit kemudian. Untuk anak-anak diberikan
dosis lebih kecil 0,1 – 0,2 cc.
b. Golongan methylxanthine: Aminophilin larutan dari ampul 10 cc berisi 240 mg.
Diberikan secara intravena, pelan-pelan 5 – 10 menit, diberikan 5 – 10 cc.
Aminophilin dapat diberikan apabila sesudah 2 jam dengan pemberian adrenalin
tidak memberi hasil.
c. Golongan antikolinergik: Sulfas atropin, Ipratroprium Bromide. Efek
antikolinergik adalah menghambat enzym Guanylcyclase.
d. Antihistamin.Mengenai pemberian antihistamin masih ada perbedaan pendapat.
Ada yang setuju tetapi juga ada yang tidak setuju.
e. Kortikosteroid.Efek kortikosteroid adalah memperkuat bekerjanya obat Beta
Adrenergik. Kortikosteroid sendiri tidak mempunayi efek bronkodilator.
11
f. Antibiotika.Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali: sebagai
profilaksis infeksi, ada infeksi sekunder.
g. Ekspektoransia. Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas.
Beberapa ekspektoran adalah: air minum biasa (pengencer sekret), Glyceril
guaiacolat (ekspektorans)
2. Diluar serangan
Disodium chromoglycate. Efeknya adalah menstabilkan dinding membran dari
cell mast atau basofil sehingga: mencegah terjadinya degranulasi dari cell mast,
mencegah pelepasan histamin, mencegah pelepasan Slow Reacting Substance of
anaphylaksis, mencegah pelepasan Eosinophyl Chemotatic Factor).
Pengobatan Non Medikamentosa:
1. Waktu serangan:
a. Pemberian oksigen, bila ada tanda-tanda hipoksemia, baik atas dasar gejala
klinik maupun hasil analisa gas darah.
b. Pemberian cairan, terutama pada serangan asma yang berat dan yang
berlangsung lama ada kecenderungan terjadi dehidrasi. Dengan menangani
dehidrasi, viskositas mukus juga berkurang dan dengan demikian memudahkan
ekspektorasi.
c. Drainase postural atau chest physioterapi, untuk membantu pengeluaran dahak
agar supaya tidak timbul penyumbatan.
d. Menghindari paparan alergen.
2. Diluar serangan
a. Pendidikan/penyuluhan
12
Penderita perlu mengetahui apa itu asma, apa penyebabnya, apa
pengobatannya, apa efek samping macam-macam obat, dan bagaimana dapat
menghindari timbulnya serangan. Menghindari paparan alergen.
b. Imunoterapi/desensitisasi.
Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau provokasi
bronkial. Setelah diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan desensitisasi.
c. Relaksasi/kontrol emosi.
Untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras. Relaksasi fisik dapat
dibantu dengan latihan napas.
I. Pengkajian
1.1. Anamnesis
Pengkajian mengenai nama, umur, dan jenis kelamin perlu dilakukan pada klien
dengan asma. Serangan asma pada ussia dini memberikan implikasi bahwa sangta
mungkin terdapat status atopic. Serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya factor
non-atopik. Tempat tinggal menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada.
Bedasrkan alamat tersebut, dapat diketahui pula factor yang memungkinkan menjadi
pencetus serangan asma. Status perkawinan dan gangguan emosional yang timbul dalam
keluarga atau lingkungan merupakan factor pencetus serangan asma. Pekerjaan serta
suku bangsa juga perlu dikaji untuk mengetahui adanya paparan bahan allergen. Hal lain
yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah tanggal masuk rumah sakit (MRS),
nomor rekam medis, asuransi kesehatan, dan diagnosis medis.
Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan adanya
kesulitan untuk bernapas.
13
a) Riwayat Penyakit Saat Ini
Klien dengan serangan asma dating mencari pertolongan terutama dengan
keluhan sesak napas yang berat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala
seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan, gangguan kesadaran,
sianosis, dan perubahan tekanan darah.
Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium.
Sstadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi
karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan
pembengkakan bronkus. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai dengan mucus
yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak napas, berusaha untuk bernapas dalam,
ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing). Klien lebih suka duduk dengan
tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, gelisah, dan warna kulit
mulai membiru. Stadium ketiga ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara napas
karena aliran udara kecil, tidak ada batuk, pernapasan menjadi dangkal dan tidak teratur,
irama pernapasan meningkat karena asfiksia
Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa
kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi
saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung.
Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan allergen-alergen yang dicurigai sebagai
pencetus seranagn, serta riwayat serangan pengobatan yang dilakukan utnuk
meringankan gejala.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
14
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma
atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada
penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan (Hood Alsagaf,
1993).
1.2. Pengkajian Psiko-Sosio-Kultural
Kecemasan dan koping yang tidak efektif sering didapatkan pada klien dengan
asma bronchial. Status ekonomi berdampak pada suransi kesehatan dan perubahan
mekanisme peran dalam keluarga. Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah
satu pencetus seranganbagi serangan asma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga,
lingkungan sekitra, sampai lingkungan kerja. Seorang dengan beban hidup yang berat
lebih berpotensial mengalami serangan asma. Berada dalam keadaan yatim piatu,
mengalami ketidakharmonisan hubungan dengan orang lain, sampai mengalami
ketakutan tidak dapat menjalankan peranan seperti semula.
1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat.
Gejala asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal
sehingga klien dengan asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang
tidak akan menimbulkan serangan asma.
2) Pola Hubungan dan Peran
Gejala asma ssangat membatasi klien untuk menjalani kehidupannya
secara normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan
peran klien, baik di lingkungan rumah tangga, masyarakat auatupun lingkungan
kerja serta perubahan peran yang terjadi setelah klien mengalami serangan asma.
3) Pola Persepsi dan Konsep Diri
15
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang
salah dapat menghambat respins kooperatif pada diri klien. Cara memandang
diri yang salah juga akan menjadi stressor dalam kehidupan klien. Semakin
banyak stressor yang ada pada kehidupan klien dengan asma dapat
meningkatkan kemungkinan serangan asma berulang.
4) Pola Penanggulangan Stres
Stres dan ketegangan emosional merupakan factor intrinsic pencetus
asma. Oleh karena itu, perlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan
pengaruh stress terhadap kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap
stressor.
5) Pola Sensorik dan Kognitif
Kelainan pada pola sensori dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri
klien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stressor yang dialami klien sehingga
kemungkinan terjadi serangan asma berulang pun akan semakin tinggi.
6) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakininya di dunia dipercaya dapat
meningkatkan kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan
mendekatkan diri kepada-Nya merupakan metode penanggulangan stress yang
konstruktif.
D) Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya
bronkho konstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkus, serta
sekresi mucus yang kental.
16
2. Resiko tinggi ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan
penignkatan kerja pernapasan, hipoksemia, dan ancaman gagal napas.
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan serangan asma menetap.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan penurunan nafsu makan.
5. Gangguan Mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum,
keletihan.
k. Patoflow
17
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Kasus
Ny. An “O” 7 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas dan
batuk . Ibu klien mengatakan klien juga menderita batuk yang disertai dahak yang
kental dan berwarna kuning.
Saat pemeriksaan dada didapatkan bunyi wheezing dan pada saat dilakukan
pengukuran kapasitas vital paru terjadi penurunan yaitu 4400 ml yang normalnya 4800
ml.
Pada saat dilakukan pengukuran TTV didapatkan hasil RR = 33 x/mnt, nadi = 82
x/mnt, suhu = 37,5 C.
Keluhan yang klien rasakan sering terjadi pada malam hari yang dingin dan pada
saat klien kontak dengan udara yang berdebu. Terlihat jelas pada saat klien bernafas
terdapat pernafasan cuping hidung dan nafas terlihat cepat dan dalam.
b. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan
Nama Perawat : Kelompok post 2
Tanggal Pengkajian : 30 Januari 2013
Jam Pengkajian : 08.00 wib
Tanggal masuk : 29 Januari 2013
1. Biodata :
Pasien
18
Nama : Ny “O”
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Pernikahan : belum menikah
Alamat : Jl.Kamboja KM 3 Palembang
Diagnosa Medis : Asma Bronkial
Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Kamboja KM 3 Palembang
Hubungan dengan klien : Anak
2. Keluhan utama :
Klien mengeluh dadanya sesak dan batuk
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien masuk ke rumah sakit dengan keluhan batuk dan dadanya terasa sesak.
Klien juga mengatakan dirinya menderita batuk disertai dengan dahak kental dan
berwarna kuning. Hal ini sering diarasakan klien pada saat malam hari dan pada saat
19
klien kontak dengan lingkungan yang berdebu. Klien juga mengatakan tubuhnya sangat
lemas.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Sejak kecil klien pernah mengalami alergi terhadap debu.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Di dalam keluarga klien tidak didapatkan data bahwa keluarga klien ada yang
menderita penyakit serupa.
4. Basic Promoting physiology of Health
1. Aktivitas dan latihan
Ibu klien mengatakan bahwa klien masih beraktivitas seperti biasanya.
2. Tidur dan istirahat
Untuk istirahat ibu klien mengatakan klien tidak pernah mengalami masalah, kecuali
pada saat penyakitnya kambuh.
3. Kenyamanan dan nyeri
Pada pengkajian klien menrasakan tidak nyaman pada saat batuk dan menarik nafas.
4. Nutrisi
Klien biasa makan 3X sehari dengan porsi 1 piring habis. Tapi saat sakitnya bertambah
ibu klien mengatakan tidak begitu nafsu makan karena dadanya yang sesak.
(BB : 22kg, TB : 120 cm)(klien terlihat lemah dan wajah tampak pucat)
20
5. Cairan, elektrolit dan asam basa.
Klien biasa minum 1hri 6 gelas dengan ukuran 1 gelas 200cc.
6. Oksigenasi
Saat masuk RS klien mengalami sesak nafas dan dyspnea / sakit saat bernafas.
7. Eliminasi fekal/bowel
Klien BAB rutin 1X dalam 1 hari.
8. Eliminasi urin
Klien BAK 3 x sehari ( normal )
9. Sensori, persepsi dan kognitif
Klien tidak mengalami gangguan persepsi dan sensori.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pasien tampak lemah.
TTV TD : 110/70mmHg, RR : 33x/mnt, nadi : 82x/menit, suhu : 37,50C
Pemeriksaan kepala : bentuk kepala klien simetris, tidak terdapat lesi di kulit kepala
tidak didapatkan hematom,tidak ada lesi pada kulit kepala, keadaan rambut klien juga
bagus, tidak rontok.
Pemeriksaan muka : wajah klien bentuknya simetris dan tidak ada lesi pada
wajah, wajah nampak pucat. Mata klien simetris, keadaan bola mata simetris hanya saja
matanya terlihat sayu, kelopak mata tidak ada kemerahan ataupun bengkak, sklera putih,
kunjungtiva anemis.
21
Pemeriksaan hidung : bentuk hidung klien simetris, tidak terjadi penyimpanagn
septum nasi, tidak didapatkan hematom, tidak didapatkan epistaksis, tampak pernafasan
cuping hidung.
Pemeriksaan mulut : keadaan mulut klien sedikit kotor dan kering, tidak terdapat
stomatitis, gigi klien bersih, warna bibir pucat, mukosa bibir kering.
Pemeriksaan telinga : telinga klien bersih, tidak ada penyimpangan bentuk telinga.
b. Pemeriksaa leher : leher klien simetris tidak ada penyimpangan, tidak ada
pembesaran kelenjar tyhroid, tidak ada kaku kuduk, tidak terjadi kesusahan dalam
menelan.
Pemeriksaan dada paru
a) Inspeksi : bentuk tulang dada simetris, tetapi saat bernafas klien terlihat
pengembangan dada yang tidak simetris.
b) Palpasi : saat dilakukan palpasi vokal fremitus dapat terasa getaran yang berat
c) Perkusi : suara perkusi yang dihasilkan dari paru-paru klien terdapat bunyi pekak
yang menunjukkan banyak terdapat sekret.
d) Auskultasi : saat dilakukan auskultasi terdapat bunyi wheezing
Pemeriksaan dada jantung
Saat dilakukan pemeriksaan auskultasi jantung didapatkan bunyi S1 S2, yang
berarti tidak ada gangguan pada jantung.
c. Pemeriksaan abdomen :
a) Inspeksi : bentuk abdomen klien simetris, tidak asites ataupun kemerahan
22
b) Auskultasi : karakter bunyi peristaltiknya normal, frekuensi peristaltic ususnya
didapatkan nilai 12x/menit masih dalam rentang normal
c) Palpasi : untuk mengkaji ukuran hepar, lien & ginjal, kaji nyeri tekan.
d) Perkusi : Kaji jenis & lokasi bunyiàtympani (normal pd usus) hypertimpani
(kembung), menentukan batas hepar.
d. Genetalia :
a) Inspeksi : normal
b) Palpasi : tidak ada masa di sekitar genitalia dan tidak terdapat nyeri tekan.
e. Rectum
Inspeksi : di sekitar anus tidak terdapat lesi ataupun kemerahan, juga didapatkan
tanda – tanda infeksi ( rubor, dolor, color, tumor, fungsio laesa ).
f. Pengkajian ekstremitas : normal
6. Psiko Sosio Budaya dan Spiritual :
a) Psikologis : Ibu klien mengatakan anaknya sedikit rewel dan malas
bergaul ,kecuali dengan orang yang terdekat
b) Sosial :Ibu klien mengatakan bahwa klien hanya dekat dengan orang yang ia
kenal.
c) Budaya : budaya melayu
d) Spiritual : beribadah
e) Aktivitas ibadah sehari-hari.
7. Pemeriksaan Penunjang :
23
Klien telah menjalani pemeriksaan :
a. Pemeriksaan radiologi
b. Pemeriksaan kapasitas vital paru
c. Pemeriksaan sputum
d. Pemeriksaan darah
8. Terapi Medis :
Infuse RL
Injeksi
No Data Etilogi Masalah
1 DS : - Keluhan sesak nafas dan
nyeri pada dadanya
- Nyeri yang dirasakannya terus
menerus pada saat serangan
sesak nafasnya terjadi hal ini
biasa berlangsung sekitar 15
menit. Skala nyerinya 4.
DO : - TD = 110 / 70 mmHg,
RR = 33x/mnt, nadi = 107x/mnt,
suhu = 37,50C.
- Terjadi penurunan kapasitas
vital peru dari 4800 ml menjadi
4400ml
- Terlihat jelas pada saat klien
Hipoventilasi,
kelelahan otot
pernafasan, nyeri
Pola nafas tidak efektif
24
bernafas terdapat pernafasan
cuping hidung dan nafas terlihat
cepat dan dalam.
D. Masalah Keperawatan
1. Resiko Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
E. Perioritas Masalah
1. Resiko Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
F. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d lingkungan, mucus yang banyak, spasme
jalan nafas.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi, kelelahan otot pernafasan, nyeri.
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
25
ANALISA DATA
Nama klien : Ny “H“Jenis kelamin : PerempuanDx medis : Asma bronkhialHari/tanggal : 03 februari 2009
No Data Senjang Etiologi Masalah Kep Paraf1. Ds : klien mengatakan
sesak nafas dan Klien mengatakan dada tersa sempitDo : pernafasan cepat dan dangkal- RR :43 x / menit- TD :120/80 mm Hgklien bernafas dari mulut
Faktor Intinstik↓
Imunitas menurun↓
anti body IgE menyerang sel
mast↓
mempengaruhi otot polos dan kelenjar nafas
↓bronkospasme
↓pola nafas inefektif
Pola nafas inefektif
2. Ds : klien mengatakan tidak bisa tidur.-klien mengatakan semalam sesakDo : Klien tampak ansietas- pernafasan cepat dan dangkal- RR :43x/menit-TD : 120/80 mmHg- Terdapat lingkar mata hitam
Faktor Intinstik↓
Imunitas menurun↓
anti body IgE menyerang sel
mast↓
mempengaruhi otot polos dan kelenjar nafas
↓bronkospasme
↓dipsneu terjadi dimalam hari
↓kebutuhan tidur(-)
↓gg.pola tidur
gg.pola tidur
3. Ds : klien mengatakan badanya lemah.- klien mengatakan tidak bias beraktivitas
Faktor Intinstik↓
Imunitas menurun↓
Intoleransi aktivitas
26
dengan bebas. ↓anti body IgE
menyerang sel mast
↓mempengaruhi otot polos dan kelenjar nafas
↓bronkospasme
↓dispneu
↓kelemahan
↓intolernsi aktvitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pola nafas inefektif b/d penyempitan saluran udara(bronkospasme)2) Gnggun pola tidur b/d dipsneu pada malam hari.3) Intolernsi aktivitas b/d kelemahan
PLANNING KEPERAWATAN
Nama klien : Ny “H“Jenis kelamin : PerempuanDx medis : Asma bronkhialHari/tanggal : 04 februari 2009
No
Diagnosa kep
jam
Tujuan Intervensi Rasional
1 Pola nafas inefektif b/d penyempitan saluran udara.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas
- observasi frekuensi pernafasan,kedalaman pernfasan.
-catat adanya
-berguna dalam evaluasi derajad distress dan kronisnya suatu penyakt.- kondisi
27
efektif dengan criteria hasil- sesak nafas ber(-)-RR : 20x/menit- pernafasan normal
dipsneu.
- atur posisi klien supine/semifowler
pernafasanadlah tergantung pada tahap dipsneu.-pengiriman O2 dapat diperbaiki dalam posisi.
2 Gangguan pola tidur b/d dipsneu dimalam hari
Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam pola tidur kembali normal dengan criteria hasil:- tidur kembali nyenyak-dipagi hari klien tampak segar-lingkar mata hitam ber(-)
- anjurkan tehnik distraksi.
-anjurkan klien untuk mandi sebelum tidur.
-berikan kesempatan untuk berinteraksi dan tidur sejenak
Membantu klien dalam proses istirahat.- tubuh ynag bersih meningkatkan rasa nyaman.
- meningkatkan kondisi kesehatan.
3 Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri,dengan kruteria hasl :-dapat melakukuan aktivitas dengan bebas.-TTV dalan batas normal ) TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit )
- Bantu pasien mengubabh posisi secara bertahap
-ajarkam ROM fleksi dan ekstensi ekstremitas atas ban bawah.
-Evaluasi motivasi dan harapan klien beraktivitas
latihan yang dialami pasien secara bertahap memungkinkan adekuatnya sesuai keadaan klien.
- melatih otot ekstremitas atas dan bawah
- motivasi dan harapan merupaan factor presipitasi yang kuat dalam melakukan aktivitas.
28
IMPLEMENTASI
Nama klien : Ny “H“Jenis kelamin : PerempuanDx medis : Asma bronkhialHari/tanggal : 05 februari 2009
No Diagnosa kep Jam Tindakan Respon paraf1 Pola nafas
inefektif b.d penyempitan saluran nafas
09.00
09.20
-observasi frekuensi pernafasan ,dan kedalaman pernafasan.-mencatat adanya dipsneu-mengatur posisi klien ( semifowler)
-frekuensi 30x/menit
klien bernafas pendek.
-klien mengikuti perintah.
2 gg.pola tidur b.d dipsneu dimalam hari
10.00
10.30
Memberikan kesempatan untuk berinteraksi dan tidur sejenak.Menganjurkan tehnik distraksi
-klien mau bercerita sejenak dengan perawat tapi klien tidak mau tidur.-Klien mau mengikuti perintah.
3 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
10.25
11.00
12.05
Mengevaluasi, memotivasi dan harapan klien dalam beraktivitas
Mangajarkan tehnik ROM fleksi ekstensi ekstremitas atas dan bawah selama 3 menit.
Menganjurkan klien untuk mengubah posisi secar bertahap selam 10 menit.
Klien mengatakan malas untuk beraktivitas,karena sakit
Klien mengikuti anjuran yang diberikan
Klien mengikuti anjuran dengan benar.
29
EVALUASI
Nama klien : Ny “H“Jenis kelamin : PerempuanDx medis : Asma bronkhialHari/tanggal : 06 februari 2009
No
Diagnosa kep Jam Evaluasi paraf
1 Pola nafas inefektif b.d penyempitan saluran nafas
S : klien mengatakan tidak sesak nafasO : -RR : 22x/menit - N : 88x/menit -TD: 120/80mmHgA : masalah teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan
2 gg.pola tidur b.d dpsneu dimalam hari
S : klien mengatakan sudah bisa tidur nyenyakO : klien masih tampak segarA : masalah teratasiP : intervensi dihentikan
3 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
S : klien mengatakaan sudah bisa melakukan aktivitas dengan baik dan lancer. O : melakukan aktivitas dengan baikA : masalah teratasiP : Intervensi dihentikan
30
BAB V
PEMBAHASAN
Asma bronchial merupakan penyakit jalan nafas yang sangat mengganggu.
Asma bronchial termasuk dalam penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) yang tidak
bisa dihilangkan secara total tetapi bias diberikan terapi secara rutin atau menghindari
allergen yang menjadi pencetus asma itu sendiri. Pada ilustrasi kasus yang
menggambarkan seseorang dating ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas yang
berat dan terasa sakit saat akan melakukan ekspirasi cukup menggambarkan bagaimana
tanda dan gejala seseorang sedang mengalami asma.
Pada kasus di atas klien menderita asma sudah lama dan kambuh saat udara
sedang dingin dan apabila klien kontak dengan udara yang berasap dan berdebu.
Bersihan jalan nafas tidak efektif sebagai prioritas diagnosa karena klien tidak mampu
bernafas dengan baik yang disebabkan oleh penumpukan sputum/secret pada bronkus.
Selain itu bisa juga disebabkan karena bronkospasme, pembengkakan membrane
mukosa bronkus. Hal tersebut bis terjadi karena klien mempunyai respon imun yang
buruk terhadap lingkungan, sehingga antibodi yang dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel
dalam paru dan juga pemajanan ulang terhadap allergen menyebabkan ikatan antigen
dengan antibody yang mengakibatkan pelepasan produk sel-sel mast yang biasa disebut
mediator diantaranya histamine, bradikinin, dan prostaglandin serta anfilaksis dari
substansi yang bereaksi lambat. Mediator-mediator tersebut mempengaruhi pelepasan
otot polos dan kelenjar jalan napas.
Intervensi yang direncanakan untuk mengatasi sesak nafas yang diderita klien
belum tercapai karena hal ini butuh proses, tetapi dengan pemberian bronkodilator klien
31
sudah merasa lega dan sesak nafas yang klien rasakan sudah berkurang. Selain itu
sebagai perawat kita juga melakukan tindakan mandiri, yaitu mengajarkan batuk efektif
dan melakukan postural drainase untuk membantu pengeluaran sputum. Kemudian
diagnose kedua adalah pola nafas tidak efektif. Alasan kami mengangkat diagnose ini
karena dengan bersihan jalan nafas tidak efektif maka akan terjadi pula pola nafas tidak
efektif. Hal yang perlu dilakukan adalah pemasangan oksigen dengan volume 2-4 L.
Dengan pemberian oksigen klien akan terbantu untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dalam tubuh. Setelah kebutuhan oksigen dalam tubuh klien terpenuhi maka klien akan
bias melakukan aktivitasnya dengan baik.
Diagnosa yang ketiga adalah intoleransi aktivitas, keadaan di mana klien
mengalami kelemahan secara menyeluruh karena kebutuhan oksigen dalam tubuh klien
tidak terpenuhi. Dengan pemasangan oksigen dan menyarankan istirahat dengan cukup
pada klien, maka pelan-pelan klien akan bias melakukan aktivitasnya dengan baik.
Intervensi yang telah kita rencanakan dan telah kita lakukan pada klien masih belum
tercapai, tetapi intervensi-intervensi yang sekiranya masih diperlukan klien akan terus
diberikan untuk memulihkan kondisi klien.
Sebagai perawat professional, dalam membuat perencanaan atau intervensi tidak
semuanya harus diterapkan, karena dalam menerapkan intervensi harus melihat
bagaiaman kondisi klien saat ini dan tetap dibutuhkan perubahan-perubahan dalam
membuat intervensi. Hal ini bisa terjadi sesuai dengan keadaan klien dan kebutuhan
klien.
32
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan
secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat
akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan
lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor
alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu
serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan
profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.
(Medlinux, 2008)
Dari beberapa pengertian diatas maka kami dapat menarik kesimpulan bahwa
asma bronkhial adalah penyakit obstruksi menahun yaitu penyakit yang terjadi pada
paru-paru yang disebabkan oleh beberapa penyebab seperti allergen,maupun non
allergen. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan secara total meskipun setelah diobati
penderita akan merasa nyaman dan seolah sembuh namun pada beberapa waktu
kemudian penyakit ini akan muncul kembali.
b. Saran
1. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan Pada pasien dengan penyakit
Asma bronkhial.
33
2. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas
perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk
mengatasi masalah Pada pasien dengan penyakit Asma Bronkhial.
34
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth.(2002). Keperawatan Medikal Bedah.EGC Jakarta
http://anwarbaharuddin.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-asmad bronchial.
html , diakses pada tanggal 27 januari 2013, pukul 10.00WIB
http://kep-2a.blogspot.com/2008/09/askep-asma-bronkial_16.html, diakses pada tanggal
27 januari 2013, pukul 10.00WIB
http://nursingbegin.com/tag/askep-asma/ diakses pada tanggal 27 januari 2013, pukul
10.00WIB
Karnen G. Baratawidjaya, Samsuridjal. (1994). Pedoman Penatalaksanaan Asma
Bronkial. CV Infomedika Jakarta.
Muhamad Amin. Hood Alsagaff. W.B.M. Taib Saleh. (1993). Pengantar Ilmu Penyakit
Paru. Airlangga University Press.
Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Salemba Medika. Jakarta.
Tucker S.M. (1993). Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan, Diagnosis, dan
Evaluasi. EGC.
35