52
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma. (Medlinux, 2008). Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan penyakit) asma terutama di negara- negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, 1

Diklat Asma Kel 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asw

Citation preview

Page 1: Diklat Asma Kel 4

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan

perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang

ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat

adalah penyakit asma. (Medlinux, 2008).

Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan

penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia

seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma

meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara

berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin

meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang

menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di

rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid dkk,2007).

Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan

secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat

akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan

lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor

alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu

serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan

profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.

(Medlinux, 2008).

1

Page 2: Diklat Asma Kel 4

Dilaporkan bahwa sejak dua dekade terakhir prevalensi asma meningkat, baik

pada anak-anak maupun dewasa. Di negara-negara maju, peningkatan berkaitan dengan

polusi udara dari industri maupun otomotif, interior rumah, gaya hidup, kebiasaan

merokok, pola makanan, penggunaan susu botol dan paparan alergen dini. Asma

mempunyai dampak negatif pada kehidupan penderitanya termasuk untuk anak, seperti

menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah dan total asma di dunia diperkirakan

7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak).

Terdapat variasi prevalensi, angka perawatan, dan mortalitas asma, baik regional

maupun lokal, perbedaaan tersebut belum jelas apakah prevalensi memang berbeda atau

karena perbedaan kriteria diagnosis. Untuk mengatasi hal tersebut telah dilaksanakan

penelitian multisenter di beberapa negara menggunakan definisi asma yang sama,

dengan menggunakan kuesioner standart. Salah satu penelitian multisenter yang

dilaksanakan yaitu International Study of Asthma and Allergy in Children (ISAAC)(5).

Telah dilakukan penelitian ISAAC fase I pada tahun 1996, yang dilanjutkan dengan

ISAAC fase III pada tahun 2002. Penelitian ISAAC fase I telah dilaksanakan di 56

negara, meliputi 155 senter, pada anak usia 6 - 7 tahun dan 13 - 14 tahun. Penelitian

ISAAC menggunakan kuesioner standar dengan pertanyaan:”Have you (your child) had

wheezing or whistling in the chest in the last 12 months?” Untuk mengelompokkan

dalam diagnosis asma bila jawabannya “Ya”. Pada anak usia 13 – 14 tahun selain

diminta mengisi kuesioner juga diperlihatkan video asma. Hasilnya ternyata sangat

bervariasi. Untuk usia 13 – 14 tahun yang terendah di Indonesia (1,6%) dan yang

tertinggi di Inggris, sebesar 36,8%.

Survey mengenai prevalens asma di Eropa telah dilakukan di 7 negara (Asthma

insights & Reality in Europe = AIRE) meliputi 73.880 rumah tangga, yang berjumlah

2

Page 3: Diklat Asma Kel 4

213.158 orang. Hasil survei mendapatkan prevalensi populasi current asthma sebesar

2,7%.

Penelitian mengenai prevalensi asma di Indonesia telah dilakukan di beberapa

pusat pendidikan, namun belum semuanya menggunakan kuesioner standar. Pada Tabel

1. dapat dilihat beberapa hasil survei prevalensi asma pada anak di Indonesia.

Berbagai faktor mempengaruhi tinggi rendahnya prevalens asma di suatu

tempat, antara lain umur, gender, ras, sosio-ekonomi dan faktor lingkungan. Faktor-

faktor tersebut mempengaruhi prevalensi asma, terjadinya serangan asma, berat

ringannya serangan, derajat asma dan kematian karena penyakit asma.

Peran perawat dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Perawat

sebagai tenaga kesehatan perannya sangat penting dalam menolong penderita asma.

Tenaga kesehatan khususnya perawat harus selalu meningkatkan pelayanan, salah

satunya adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan

kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama

bagaimana keluarga menghadapi serangan asma tersebut.

b. Tujuan Umum dan Khusus

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan keperawatan terhadap klien dengan penyakit Ashma

Bronkial.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan definisi asma bronkial

b. Mampu memahami etiologi asma bronkial

3

Page 4: Diklat Asma Kel 4

c. Mampu Memahami patoflow asma bronchial

d.Mampu memahami manifestasi klinis asma bronchial

e. Mampu membuat asuhan keperawatan asma bronchial

1.3 Tempat dan Waktu

Tempat : Di ruang teratai post 2 RS Bhayangkara Palembang

Waktu : 30 Januari 2013 s/d 1 Februari 2013

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi penulis

Meningkatkan keterampilan mahasiswa tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan

terhadap klien dengan kasus asma bronchial. Serta menjadi suatu kesempatan yang

berharga bagi mahasiswa untuk dapat mengaplikasikanilmu-ilmu yang telah diperoleh

selama masa kuliah

1.4.2 Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang

Makalah ini diharapkan menjadi referensi tambahan yang bermanfaat khususnya

mahasiswa keperawatan serta dapat dijadikan sumber rujukan bagi makalah yang akan

datang tentang Asuhan Keperawatan terhadap klien dengan kasus Asma Broncial

1.4.3 Bagi RS. Bhayangkara

Dari makalah ini dapat menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk

mempertahankan dan meningkatkan kualitas dalam memberikan penyuluhan dan

pelaksanaan pada klien asma bronchial.

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan kasus ini adalah sebagai

berikut:

4

Page 5: Diklat Asma Kel 4

1.Metode Literatur

Mengumpulkan materi-materi yang relevan dengan kasus asma bronchial melalui buku

dan internet sebagai rujukan

2.Metode Observasi

Mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung pasien asma bronchial

3.Metode Wawancara

Mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab melalui keluarga dan pasien

secara langsung

4.Metode Dokumentasi

Mengumpulkan data dengan cara mempelajari arsip/ catatan status keperawatan milik

pasien

5

Page 6: Diklat Asma Kel 4

BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,reversibel dimana trakea

dan bronki berespon dalam secara hiperaktif trehadap stimuli tertentu.Asma di

mnifestasikan dengan penyempitan jalan nafas,yang mengakibatkan dispnea,batuk,dan

mengi. Tingkat penyempitan jalan napas dapat berubah baik secara spontan atau karena

terapi. Asma berbeda dengaan penyakit paru obstuktif dalam hal bahwa asma adalah

proses reversibel. Eksasibaser akut dapat saja terjadi, yang berlangsung dari beberapa

menit sampai jam,di selangi oleh periodebebas gejala.jika asma dan bronkitis terjadi

bersamaan, obstruksi yang di akibatkan menjadi gabungan dan di sebut bronkitis

asmatik kronik. ( Brunner and Suddarth, 2002 ).

B. Anatomi Fisiologi

6

Page 7: Diklat Asma Kel 4

Organ-organ pernapasan :

1. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah

yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa

dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan

ke samping kea rah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar

daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih

panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2

cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus

(bronkioli). Pada bronkioli tak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat

gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli.

C. Etiologi

Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :

1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.

2) Pembengkakan membran bronkus.

3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

D. Manifestasi Klinis

Tiga gejala umum asma adalah batuk,dispnea,dan mengi. Pada beberapa

keadaan,batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Serangan asma sering kali

terjadi pada malam hari. Penyebabnya tak dimengerti dengan jelas,tetapi mungkin

berhubungan dengan variasi sirkadian, yang mempengaruhi ambang reseptor jalan

nafas.

7

Page 8: Diklat Asma Kel 4

Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam

dada,disertai dengan pernafasan lambat,mengi,laborius. Ekspirasi selalu lebih susah dan

panjang dibanding inspirasi,yang mendorong klien untuk duduk tegakdan menggunakan

tiap otot-otot aksesori pernafasan. Jalan nafas yang tersumbatmenyebabkan dispnea.

Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat. Sputum,yang

terdiri atas sedikit mukus mengandung massa glatinosa bulat, berkeringat,takikardi dan

pelebaran tekanan nadi.

Serangan asma dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa jam dan dapat

hilang secara spontan. Meski serangan asma jarang yang fatal, kadang terjadi reaksi

kontinu yang lebih berat,yang disebut “status asma tikus”. Kondisi ini merupakan

keadaan yang mengancam hidup.

Reaksi yang berhubungan kemungkinan reaksi alergi lainnya yang dapat

menyertai asma termasuk ekzema,ruam,dan edema temporer. Serangan asmatik dapat

terjadi secara periodik setelah pemajanan terhadap alergen spesifik, obat-obat tertentu,

latihan tertentu, dan kegairahan kecil yang dibatukkan dengan susah payah. Tanda

selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat. Dan gejala-gejala

retensi karbon dioksida ,termasuk emosional

E. Patofisiologi

Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh

satu atau lebih dari yang berikut ini :

1. Kontraksi otot –otot yang mengelilingi bronkus, yang menyempitkan jalan nafas.

2. Pembegkakan membran yang melapisi bronkus

3. Pengisian bronkus dengan mukus yang kental.

8

Page 9: Diklat Asma Kel 4

Selain itu, otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar ; sputum yang

kental banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara tertangkap

kedalam jaringan paru. Mekanisme yang terjadi dari perubahn ini tidak diketahui, tetapi

apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf

otonom.

Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap

lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel –sel mast

dalam paru. Pemajan ulang terhadap anti gen mengakibatkan ikatan anti gen dengan

antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast( disebut mediator) seperti

histamin, bradikinin dan prostagladin serta anfilaksis dari substansi yang bereksi

lambat(SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos

dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembekakan membran mukosa

dan pembentukan mukus yang sangat banyak.

Sistim saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impils

saraf vagal melalui sistim parasimpatis.pada asma idopatik atau nonalergi, ketika ujung

saraf pada jalan nafas di rangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok,

emosi, dan polutan, jumlah asetilkolin ini secara langsung menyebabkan

bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang di bahas di

atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respons

parasimpatis.

Selain itu,reseptor a- dan b-adrenargik dari sistem saraf simpatis terletak dalam

bronki. Ketika reseptor a-adrenargik di rangsang,terjadi bronkokonstriksi;

bronkodilatasi terjadi ketika reseptor b-adrenergik yang dirangsang. Keseimbangan

antar resptor a- dan b-andregenik dikendalikan terutama siklik adenosin monofosfat

9

Page 10: Diklat Asma Kel 4

(cAMP). Stimulasi reseptor-alfa mengakibatkan penurunan cAMP, yang mengarah

pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi.

Stimulasi reseptor –beta mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat

pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan

adalah penyekatan b-adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik

rentan terhadap peningkatana pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos.

F. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :

a. Spirometri :

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

b. Tes provokasi :

1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.

2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.

3) Tes provokasi bronkial

4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.

c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.

d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.

e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.

f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.

g. Pemeriksaan sputum.

G. Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :

10

Page 11: Diklat Asma Kel 4

1. Status asmatikus

2. Atelektasis

3. Hipoksemia

4. Pneumothoraks

5. Emfisema

6. Deformitas thoraks

7. Gagal nafas

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1. Waktu serangan :

a. Bronkodilatora. Golongan adrenergik: Adrenalin larutan 1 : 1000 subcutan. 0,3

cc ditunggu selama 15 menit, apabila belum reda diberi lagi 0,3 cc jika belum

reda, dapat diulang sekali lagi 15 menit kemudian. Untuk anak-anak diberikan

dosis lebih kecil 0,1 – 0,2 cc.

b. Golongan methylxanthine: Aminophilin larutan dari ampul 10 cc berisi 240 mg.

Diberikan secara intravena, pelan-pelan 5 – 10 menit, diberikan 5 – 10 cc.

Aminophilin dapat diberikan apabila sesudah 2 jam dengan pemberian adrenalin

tidak memberi hasil.

c. Golongan antikolinergik: Sulfas atropin, Ipratroprium Bromide. Efek

antikolinergik adalah menghambat enzym Guanylcyclase.

d. Antihistamin.Mengenai pemberian antihistamin masih ada perbedaan pendapat.

Ada yang setuju tetapi juga ada yang tidak setuju.

e. Kortikosteroid.Efek kortikosteroid adalah memperkuat bekerjanya obat Beta

Adrenergik. Kortikosteroid sendiri tidak mempunayi efek bronkodilator.

11

Page 12: Diklat Asma Kel 4

f. Antibiotika.Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali: sebagai

profilaksis infeksi, ada infeksi sekunder.

g. Ekspektoransia. Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas.

Beberapa ekspektoran adalah: air minum biasa (pengencer sekret), Glyceril

guaiacolat (ekspektorans)

2. Diluar serangan

Disodium chromoglycate. Efeknya adalah menstabilkan dinding membran dari

cell mast atau basofil sehingga: mencegah terjadinya degranulasi dari cell mast,

mencegah pelepasan histamin, mencegah pelepasan Slow Reacting Substance of

anaphylaksis, mencegah pelepasan Eosinophyl Chemotatic Factor).

Pengobatan Non Medikamentosa:

1. Waktu serangan:

a. Pemberian oksigen, bila ada tanda-tanda hipoksemia, baik atas dasar gejala

klinik maupun hasil analisa gas darah.

b. Pemberian cairan, terutama pada serangan asma yang berat dan yang

berlangsung lama ada kecenderungan terjadi dehidrasi. Dengan menangani

dehidrasi, viskositas mukus juga berkurang dan dengan demikian memudahkan

ekspektorasi.

c. Drainase postural atau chest physioterapi, untuk membantu pengeluaran dahak

agar supaya tidak timbul penyumbatan.

d. Menghindari paparan alergen.

2. Diluar serangan

a. Pendidikan/penyuluhan

12

Page 13: Diklat Asma Kel 4

Penderita perlu mengetahui apa itu asma, apa penyebabnya, apa

pengobatannya, apa efek samping macam-macam obat, dan bagaimana dapat

menghindari timbulnya serangan. Menghindari paparan alergen.

b. Imunoterapi/desensitisasi.

Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau provokasi

bronkial. Setelah diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan desensitisasi.

c. Relaksasi/kontrol emosi.

Untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras. Relaksasi fisik dapat

dibantu dengan latihan napas.

I. Pengkajian

1.1. Anamnesis

Pengkajian mengenai nama, umur, dan jenis kelamin perlu dilakukan pada klien

dengan asma. Serangan asma pada ussia dini memberikan implikasi bahwa sangta

mungkin terdapat status atopic. Serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya factor

non-atopik. Tempat tinggal menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada.

Bedasrkan alamat tersebut, dapat diketahui pula factor yang memungkinkan menjadi

pencetus serangan asma. Status perkawinan dan gangguan emosional yang timbul dalam

keluarga atau lingkungan merupakan factor pencetus serangan asma. Pekerjaan serta

suku bangsa juga perlu dikaji untuk mengetahui adanya paparan bahan allergen. Hal lain

yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah tanggal masuk rumah sakit (MRS),

nomor rekam medis, asuransi kesehatan, dan diagnosis medis.

Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan adanya

kesulitan untuk bernapas.

13

Page 14: Diklat Asma Kel 4

a) Riwayat Penyakit Saat Ini

Klien dengan serangan asma dating mencari pertolongan terutama dengan

keluhan sesak napas yang berat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala

seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan, gangguan kesadaran,

sianosis, dan perubahan tekanan darah.

Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium.

Sstadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi

karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan

pembengkakan bronkus. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai dengan mucus

yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak napas, berusaha untuk bernapas dalam,

ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing). Klien lebih suka duduk dengan

tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, gelisah, dan warna kulit

mulai membiru. Stadium ketiga ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara napas

karena aliran udara kecil, tidak ada batuk, pernapasan menjadi dangkal dan tidak teratur,

irama pernapasan meningkat karena asfiksia

Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa

kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.

b) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi

saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung.

Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan allergen-alergen yang dicurigai sebagai

pencetus seranagn, serta riwayat serangan pengobatan yang dilakukan utnuk

meringankan gejala.

c) Riwayat Penyakit Keluarga

14

Page 15: Diklat Asma Kel 4

Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma

atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada

penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan (Hood Alsagaf,

1993).

1.2. Pengkajian Psiko-Sosio-Kultural

Kecemasan dan koping yang tidak efektif sering didapatkan pada klien dengan

asma bronchial. Status ekonomi berdampak pada suransi kesehatan dan perubahan

mekanisme peran dalam keluarga. Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah

satu pencetus seranganbagi serangan asma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga,

lingkungan sekitra, sampai lingkungan kerja. Seorang dengan beban hidup yang berat

lebih berpotensial mengalami serangan asma. Berada dalam keadaan yatim piatu,

mengalami ketidakharmonisan hubungan dengan orang lain, sampai mengalami

ketakutan tidak dapat menjalankan peranan seperti semula.

1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat.

Gejala asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal

sehingga klien dengan asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang

tidak akan menimbulkan serangan asma.

2) Pola Hubungan dan Peran

Gejala asma ssangat membatasi klien untuk menjalani kehidupannya

secara normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan

peran klien, baik di lingkungan rumah tangga, masyarakat auatupun lingkungan

kerja serta perubahan peran yang terjadi setelah klien mengalami serangan asma.

3) Pola Persepsi dan Konsep Diri

15

Page 16: Diklat Asma Kel 4

Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang

salah dapat menghambat respins kooperatif pada diri klien. Cara memandang

diri yang salah juga akan menjadi stressor dalam kehidupan klien. Semakin

banyak stressor yang ada pada kehidupan klien dengan asma dapat

meningkatkan kemungkinan serangan asma berulang.

4) Pola Penanggulangan Stres

Stres dan ketegangan emosional merupakan factor intrinsic pencetus

asma. Oleh karena itu, perlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan

pengaruh stress terhadap kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap

stressor.

5) Pola Sensorik dan Kognitif

Kelainan pada pola sensori dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri

klien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stressor yang dialami klien sehingga

kemungkinan terjadi serangan asma berulang pun akan semakin tinggi.

6) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakininya di dunia dipercaya dapat

meningkatkan kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan

mendekatkan diri kepada-Nya merupakan metode penanggulangan stress yang

konstruktif.

D) Diagnosa

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya

bronkho konstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkus, serta

sekresi mucus yang kental.

16

Page 17: Diklat Asma Kel 4

2. Resiko tinggi ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan

penignkatan kerja pernapasan, hipoksemia, dan ancaman gagal napas.

3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan serangan asma menetap.

4. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan penurunan nafsu makan.

5. Gangguan Mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum,

keletihan.

k. Patoflow

17

Page 18: Diklat Asma Kel 4

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Kasus

Ny. An “O” 7 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas dan

batuk . Ibu klien mengatakan klien juga menderita batuk yang disertai dahak yang

kental dan berwarna kuning.

Saat pemeriksaan dada didapatkan bunyi wheezing dan pada saat dilakukan

pengukuran kapasitas vital paru terjadi penurunan yaitu 4400 ml yang normalnya 4800

ml.

Pada saat dilakukan pengukuran TTV didapatkan hasil RR = 33 x/mnt, nadi = 82

x/mnt, suhu = 37,5 C.

Keluhan yang klien rasakan sering terjadi pada malam hari yang dingin dan pada

saat klien kontak dengan udara yang berdebu. Terlihat jelas pada saat klien bernafas

terdapat pernafasan cuping hidung dan nafas terlihat cepat dan dalam.

b. Pengkajian

Pengkajian Keperawatan

Nama Perawat : Kelompok post 2

Tanggal Pengkajian : 30 Januari 2013

Jam Pengkajian : 08.00 wib

Tanggal masuk : 29 Januari 2013

1. Biodata :

Pasien

18

Page 19: Diklat Asma Kel 4

Nama : Ny “O”

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tidak bekerja

Status Pernikahan : belum menikah

Alamat : Jl.Kamboja KM 3 Palembang

Diagnosa Medis : Asma Bronkial

Penanggung Jawab

Nama : Tn. A

Agama : Islam

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. Kamboja KM 3 Palembang

Hubungan dengan klien : Anak

2. Keluhan utama :

Klien mengeluh dadanya sesak dan batuk

3. Riwayat Kesehatan :

a. Riwayat Penyakit Sekarang :

Klien masuk ke rumah sakit dengan keluhan batuk dan dadanya terasa sesak.

Klien juga mengatakan dirinya menderita batuk disertai dengan dahak kental dan

berwarna kuning. Hal ini sering diarasakan klien pada saat malam hari dan pada saat

19

Page 20: Diklat Asma Kel 4

klien kontak dengan lingkungan yang berdebu. Klien juga mengatakan tubuhnya sangat

lemas.

b. Riwayat Penyakit Dahulu :

Sejak kecil klien pernah mengalami alergi terhadap debu.

c. Riwayat Penyakit Keluarga :

Di dalam keluarga klien tidak didapatkan data bahwa keluarga klien ada yang

menderita penyakit serupa.

4. Basic Promoting physiology of Health

1. Aktivitas dan latihan

Ibu klien mengatakan bahwa klien masih beraktivitas seperti biasanya.

2. Tidur dan istirahat

Untuk istirahat ibu klien mengatakan klien tidak pernah mengalami masalah, kecuali

pada saat penyakitnya kambuh.

3. Kenyamanan dan nyeri

Pada pengkajian klien menrasakan tidak nyaman pada saat batuk dan menarik nafas.

4. Nutrisi

Klien biasa makan 3X sehari dengan porsi 1 piring habis. Tapi saat sakitnya bertambah

ibu klien mengatakan tidak begitu nafsu makan karena dadanya yang sesak.

(BB : 22kg, TB : 120 cm)(klien terlihat lemah dan wajah tampak pucat)

20

Page 21: Diklat Asma Kel 4

5. Cairan, elektrolit dan asam basa.

Klien biasa minum 1hri 6 gelas dengan ukuran 1 gelas 200cc.

6. Oksigenasi

Saat masuk RS klien mengalami sesak nafas dan dyspnea / sakit saat bernafas.

7. Eliminasi fekal/bowel

Klien BAB rutin 1X dalam 1 hari.

8. Eliminasi urin

Klien BAK 3 x sehari ( normal )

9. Sensori, persepsi dan kognitif

Klien tidak mengalami gangguan persepsi dan sensori.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum pasien tampak lemah.

TTV TD : 110/70mmHg, RR : 33x/mnt, nadi : 82x/menit, suhu : 37,50C

Pemeriksaan kepala : bentuk kepala klien simetris, tidak terdapat lesi di kulit kepala

tidak didapatkan hematom,tidak ada lesi pada kulit kepala, keadaan rambut klien juga

bagus, tidak rontok.

Pemeriksaan muka : wajah klien bentuknya simetris dan tidak ada lesi pada

wajah, wajah nampak pucat. Mata klien simetris, keadaan bola mata simetris hanya saja

matanya terlihat sayu, kelopak mata tidak ada kemerahan ataupun bengkak, sklera putih,

kunjungtiva anemis.

21

Page 22: Diklat Asma Kel 4

Pemeriksaan hidung : bentuk hidung klien simetris, tidak terjadi penyimpanagn

septum nasi, tidak didapatkan hematom, tidak didapatkan epistaksis, tampak pernafasan

cuping hidung.

Pemeriksaan mulut : keadaan mulut klien sedikit kotor dan kering, tidak terdapat

stomatitis, gigi klien bersih, warna bibir pucat, mukosa bibir kering.

Pemeriksaan telinga : telinga klien bersih, tidak ada penyimpangan bentuk telinga.

b. Pemeriksaa leher : leher klien simetris tidak ada penyimpangan, tidak ada

pembesaran kelenjar tyhroid, tidak ada kaku kuduk, tidak terjadi kesusahan dalam

menelan.

Pemeriksaan dada paru

a) Inspeksi : bentuk tulang dada simetris, tetapi saat bernafas klien terlihat

pengembangan dada yang tidak simetris.

b) Palpasi : saat dilakukan palpasi vokal fremitus dapat terasa getaran yang berat

c) Perkusi : suara perkusi yang dihasilkan dari paru-paru klien terdapat bunyi pekak

yang menunjukkan banyak terdapat sekret.

d) Auskultasi : saat dilakukan auskultasi terdapat bunyi wheezing

Pemeriksaan dada jantung

Saat dilakukan pemeriksaan auskultasi jantung didapatkan bunyi S1 S2, yang

berarti tidak ada gangguan pada jantung.

c. Pemeriksaan abdomen :

a) Inspeksi : bentuk abdomen klien simetris, tidak asites ataupun kemerahan

22

Page 23: Diklat Asma Kel 4

b) Auskultasi : karakter bunyi peristaltiknya normal, frekuensi peristaltic ususnya

didapatkan nilai 12x/menit masih dalam rentang normal

c) Palpasi : untuk mengkaji ukuran hepar, lien & ginjal, kaji nyeri tekan.

d) Perkusi : Kaji jenis & lokasi bunyiàtympani (normal pd usus) hypertimpani

(kembung), menentukan batas hepar.

d. Genetalia :

a) Inspeksi : normal

b) Palpasi : tidak ada masa di sekitar genitalia dan tidak terdapat nyeri tekan.

e. Rectum

Inspeksi : di sekitar anus tidak terdapat lesi ataupun kemerahan, juga didapatkan

tanda – tanda infeksi ( rubor, dolor, color, tumor, fungsio laesa ).

f. Pengkajian ekstremitas : normal

6. Psiko Sosio Budaya dan Spiritual :

a) Psikologis : Ibu klien mengatakan anaknya sedikit rewel dan malas

bergaul ,kecuali dengan orang yang terdekat

b) Sosial :Ibu klien mengatakan bahwa klien hanya dekat dengan orang yang ia

kenal.

c) Budaya : budaya melayu

d) Spiritual : beribadah

e) Aktivitas ibadah sehari-hari.

7. Pemeriksaan Penunjang :

23

Page 24: Diklat Asma Kel 4

Klien telah menjalani pemeriksaan :

a. Pemeriksaan radiologi

b. Pemeriksaan kapasitas vital paru

c. Pemeriksaan sputum

d. Pemeriksaan darah

8. Terapi Medis :

Infuse RL

Injeksi  

No Data Etilogi Masalah

1 DS : - Keluhan sesak nafas dan

nyeri pada dadanya

- Nyeri yang dirasakannya terus

menerus pada saat serangan

sesak nafasnya terjadi hal ini

biasa berlangsung sekitar 15

menit. Skala nyerinya 4.

DO : - TD = 110 / 70 mmHg,

RR = 33x/mnt, nadi = 107x/mnt,

suhu = 37,50C.

- Terjadi penurunan kapasitas

vital peru dari 4800 ml menjadi

4400ml

- Terlihat jelas pada saat klien

Hipoventilasi,

kelelahan otot

pernafasan, nyeri

Pola nafas tidak efektif

24

Page 25: Diklat Asma Kel 4

bernafas terdapat pernafasan

cuping hidung dan nafas terlihat

cepat dan dalam.

D. Masalah Keperawatan

1. Resiko Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

E. Perioritas Masalah

1. Resiko Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Pola nafas tidak efektif

F. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d lingkungan, mucus yang banyak, spasme

jalan nafas.

2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi, kelelahan otot pernafasan, nyeri.

3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen

25

Page 26: Diklat Asma Kel 4

ANALISA DATA

Nama klien : Ny “H“Jenis kelamin : PerempuanDx medis : Asma bronkhialHari/tanggal : 03 februari 2009

No Data Senjang Etiologi Masalah Kep Paraf1. Ds : klien mengatakan

sesak nafas dan Klien mengatakan dada tersa sempitDo : pernafasan cepat dan dangkal- RR :43 x / menit- TD :120/80 mm Hgklien bernafas dari mulut

Faktor Intinstik↓

Imunitas menurun↓

anti body IgE menyerang sel

mast↓

mempengaruhi otot polos dan kelenjar nafas

↓bronkospasme

↓pola nafas inefektif

Pola nafas inefektif

2. Ds : klien mengatakan tidak bisa tidur.-klien mengatakan semalam sesakDo : Klien tampak ansietas- pernafasan cepat dan dangkal- RR :43x/menit-TD : 120/80 mmHg- Terdapat lingkar mata hitam

Faktor Intinstik↓

Imunitas menurun↓

anti body IgE menyerang sel

mast↓

mempengaruhi otot polos dan kelenjar nafas

↓bronkospasme

↓dipsneu terjadi dimalam hari

↓kebutuhan tidur(-)

↓gg.pola tidur

gg.pola tidur

3. Ds : klien mengatakan badanya lemah.- klien mengatakan tidak bias beraktivitas

Faktor Intinstik↓

Imunitas menurun↓

Intoleransi aktivitas

26

Page 27: Diklat Asma Kel 4

dengan bebas. ↓anti body IgE

menyerang sel mast

↓mempengaruhi otot polos dan kelenjar nafas

↓bronkospasme

↓dispneu

↓kelemahan

↓intolernsi aktvitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Pola nafas inefektif b/d penyempitan saluran udara(bronkospasme)2) Gnggun pola tidur b/d dipsneu pada malam hari.3) Intolernsi aktivitas b/d kelemahan

PLANNING KEPERAWATAN

Nama klien : Ny “H“Jenis kelamin : PerempuanDx medis : Asma bronkhialHari/tanggal : 04 februari 2009

No

Diagnosa kep

jam

Tujuan Intervensi Rasional

1 Pola nafas inefektif b/d penyempitan saluran udara.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas

- observasi frekuensi pernafasan,kedalaman pernfasan.

-catat adanya

-berguna dalam evaluasi derajad distress dan kronisnya suatu penyakt.- kondisi

27

Page 28: Diklat Asma Kel 4

efektif dengan criteria hasil- sesak nafas ber(-)-RR : 20x/menit- pernafasan normal

dipsneu.

- atur posisi klien supine/semifowler

pernafasanadlah tergantung pada tahap dipsneu.-pengiriman O2 dapat diperbaiki dalam posisi.

2 Gangguan pola tidur b/d dipsneu dimalam hari

Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam pola tidur kembali normal dengan criteria hasil:- tidur kembali nyenyak-dipagi hari klien tampak segar-lingkar mata hitam ber(-)

- anjurkan tehnik distraksi.

-anjurkan klien untuk mandi sebelum tidur.

-berikan kesempatan untuk berinteraksi dan tidur sejenak

Membantu klien dalam proses istirahat.- tubuh ynag bersih meningkatkan rasa nyaman.

- meningkatkan kondisi kesehatan.

3 Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri,dengan kruteria hasl :-dapat melakukuan aktivitas dengan bebas.-TTV dalan batas normal ) TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit )

- Bantu pasien mengubabh posisi secara bertahap

-ajarkam ROM fleksi dan ekstensi ekstremitas atas ban bawah.

-Evaluasi motivasi dan harapan klien beraktivitas

latihan yang dialami pasien secara bertahap memungkinkan adekuatnya sesuai keadaan klien.

- melatih otot ekstremitas atas dan bawah

- motivasi dan harapan merupaan factor presipitasi yang kuat dalam melakukan aktivitas.

28

Page 29: Diklat Asma Kel 4

IMPLEMENTASI

Nama klien : Ny “H“Jenis kelamin : PerempuanDx medis : Asma bronkhialHari/tanggal : 05 februari 2009

No Diagnosa kep Jam Tindakan Respon paraf1 Pola nafas

inefektif b.d penyempitan saluran nafas

09.00

09.20

-observasi frekuensi pernafasan ,dan kedalaman pernafasan.-mencatat adanya dipsneu-mengatur posisi klien ( semifowler)

-frekuensi 30x/menit

klien bernafas pendek.

-klien mengikuti perintah.

2 gg.pola tidur b.d dipsneu dimalam hari

10.00

10.30

Memberikan kesempatan untuk berinteraksi dan tidur sejenak.Menganjurkan tehnik distraksi

-klien mau bercerita sejenak dengan perawat tapi klien tidak mau tidur.-Klien mau mengikuti perintah.

3 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

10.25

11.00

12.05

Mengevaluasi, memotivasi dan harapan klien dalam beraktivitas

Mangajarkan tehnik ROM fleksi ekstensi ekstremitas atas dan bawah selama 3 menit.

Menganjurkan klien untuk mengubah posisi secar bertahap selam 10 menit.

Klien mengatakan malas untuk beraktivitas,karena sakit

Klien mengikuti anjuran yang diberikan

Klien mengikuti anjuran dengan benar.

29

Page 30: Diklat Asma Kel 4

EVALUASI

Nama klien : Ny “H“Jenis kelamin : PerempuanDx medis : Asma bronkhialHari/tanggal : 06 februari 2009

No

Diagnosa kep Jam Evaluasi paraf

1 Pola nafas inefektif b.d penyempitan saluran nafas

S : klien mengatakan tidak sesak nafasO : -RR : 22x/menit - N : 88x/menit -TD: 120/80mmHgA : masalah teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan

2 gg.pola tidur b.d dpsneu dimalam hari

S : klien mengatakan sudah bisa tidur nyenyakO : klien masih tampak segarA : masalah teratasiP : intervensi dihentikan

3 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

S : klien mengatakaan sudah bisa melakukan aktivitas dengan baik dan lancer. O : melakukan aktivitas dengan baikA : masalah teratasiP : Intervensi dihentikan

30

Page 31: Diklat Asma Kel 4

BAB V

PEMBAHASAN

Asma bronchial merupakan penyakit jalan nafas yang sangat mengganggu.

Asma bronchial termasuk dalam penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) yang tidak

bisa dihilangkan secara total tetapi bias diberikan terapi secara rutin atau menghindari

allergen yang menjadi pencetus asma itu sendiri. Pada ilustrasi kasus yang

menggambarkan seseorang dating ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas yang

berat dan terasa sakit saat akan melakukan ekspirasi cukup menggambarkan bagaimana

tanda dan gejala seseorang sedang mengalami asma.

Pada kasus di atas klien menderita asma sudah lama dan kambuh saat udara

sedang dingin dan apabila klien kontak dengan udara yang berasap dan berdebu.

Bersihan jalan nafas tidak efektif sebagai prioritas diagnosa karena klien tidak mampu

bernafas dengan baik yang disebabkan oleh penumpukan sputum/secret pada bronkus.

Selain itu bisa juga disebabkan karena bronkospasme, pembengkakan membrane

mukosa bronkus. Hal tersebut bis terjadi karena klien mempunyai respon imun yang

buruk terhadap lingkungan, sehingga antibodi yang dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel

dalam paru dan juga pemajanan ulang terhadap allergen menyebabkan ikatan antigen

dengan antibody yang mengakibatkan pelepasan produk sel-sel mast yang biasa disebut

mediator diantaranya histamine, bradikinin, dan prostaglandin serta anfilaksis dari

substansi yang bereaksi lambat. Mediator-mediator tersebut mempengaruhi pelepasan

otot polos dan kelenjar jalan napas.

Intervensi yang direncanakan untuk mengatasi sesak nafas yang diderita klien

belum tercapai karena hal ini butuh proses, tetapi dengan pemberian bronkodilator klien

31

Page 32: Diklat Asma Kel 4

sudah merasa lega dan sesak nafas yang klien rasakan sudah berkurang. Selain itu

sebagai perawat kita juga melakukan tindakan mandiri, yaitu mengajarkan batuk efektif

dan melakukan postural drainase untuk membantu pengeluaran sputum. Kemudian

diagnose kedua adalah pola nafas tidak efektif. Alasan kami mengangkat diagnose ini

karena dengan bersihan jalan nafas tidak efektif maka akan terjadi pula pola nafas tidak

efektif. Hal yang perlu dilakukan adalah pemasangan oksigen dengan volume 2-4 L.

Dengan pemberian oksigen klien akan terbantu untuk memenuhi kebutuhan oksigen

dalam tubuh. Setelah kebutuhan oksigen dalam tubuh klien terpenuhi maka klien akan

bias melakukan aktivitasnya dengan baik.

Diagnosa yang ketiga adalah intoleransi aktivitas, keadaan di mana klien

mengalami kelemahan secara menyeluruh karena kebutuhan oksigen dalam tubuh klien

tidak terpenuhi. Dengan pemasangan oksigen dan menyarankan istirahat dengan cukup

pada klien, maka pelan-pelan klien akan bias melakukan aktivitasnya dengan baik.

Intervensi yang telah kita rencanakan dan telah kita lakukan pada klien masih belum

tercapai, tetapi intervensi-intervensi yang sekiranya masih diperlukan klien akan terus

diberikan untuk memulihkan kondisi klien.

Sebagai perawat professional, dalam membuat perencanaan atau intervensi tidak

semuanya harus diterapkan, karena dalam menerapkan intervensi harus melihat

bagaiaman kondisi klien saat ini dan tetap dibutuhkan perubahan-perubahan dalam

membuat intervensi. Hal ini bisa terjadi sesuai dengan keadaan klien dan kebutuhan

klien. 

32

Page 33: Diklat Asma Kel 4

BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan

Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan

secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat

akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan

lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor

alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu

serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan

profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.

(Medlinux, 2008)

Dari beberapa pengertian diatas maka kami dapat menarik kesimpulan bahwa

asma bronkhial adalah penyakit obstruksi menahun yaitu penyakit yang terjadi pada

paru-paru yang disebabkan oleh beberapa penyebab seperti allergen,maupun non

allergen. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan secara total meskipun setelah diobati

penderita akan merasa nyaman dan seolah sembuh namun pada beberapa waktu

kemudian penyakit ini akan muncul kembali.

b. Saran

1. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari

berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan Pada pasien dengan penyakit

Asma bronkhial.

33

Page 34: Diklat Asma Kel 4

2. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas

perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk

memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk

mengatasi masalah Pada pasien dengan penyakit Asma Bronkhial.

34

Page 35: Diklat Asma Kel 4

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.(2002). Keperawatan Medikal Bedah.EGC Jakarta

http://anwarbaharuddin.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-asmad bronchial.

html , diakses pada tanggal 27 januari 2013, pukul 10.00WIB

http://kep-2a.blogspot.com/2008/09/askep-asma-bronkial_16.html, diakses pada tanggal

27 januari 2013, pukul 10.00WIB

http://nursingbegin.com/tag/askep-asma/ diakses pada tanggal 27 januari 2013, pukul

10.00WIB

Karnen G. Baratawidjaya, Samsuridjal. (1994). Pedoman Penatalaksanaan Asma

Bronkial. CV Infomedika Jakarta.

Muhamad Amin. Hood Alsagaff. W.B.M. Taib Saleh. (1993). Pengantar Ilmu Penyakit

Paru. Airlangga University Press.

Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernafasan. Salemba Medika. Jakarta.

Tucker S.M. (1993). Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan, Diagnosis, dan

Evaluasi. EGC.

35