Upload
soni
View
157
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Diktat Kewirausahaan Ppg
Citation preview
1Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
BAB I
KEWIRAUSAHAAN
1.1. Menumbuhkan Minat berwirausaha
Setiap orang mempunyai idaman atau cita-cita untuk dapat hidup bahagia meskipun
barangkali kurang mempunyai pengertian yang jelas tentang apa yang sebenarnya disebut
kebahagiaan itu. Seseorang berbuat dan berupaya dengan cara yang kurang tepat atau bahkan
ada yang dengan jalan melanggar hukum keadilan untuk mewujudkan idaman hidup bahagia itu.
Pada sebagian besar anggota masyarakat Indonesia telah terdapat kesadaran terhadap pentingnya
pendidikan dalam usaha mewujudkan idaman hidup bahagia. Kesejahteraan hidup tidak dapat
dicapai hanya dengan berpangku tangan sambil menunggu dan mengharapkan nasib baik.
kesejahteraan hidup harus dicapai melalui bekerja. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia
belum tentu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi perwujudan kehidupan sejahtera yang
diidam-idamkan, dan agar pekerjaan manusia menjadi efektif maka manusia harus banyak belajar.
Dalam rangka mencapai cita-cita hidup, banyak sekali orang yang berlomba-lomba
menempuh pendidikan di sekolah-sekolah formal. Untuk mencapai kesejahteraan hidup, manusia
mencari sekolah-sekolah dan memperoleh pengajaran sampai ke tingkat pendidikan formal yang
lebih tinggi. Banyak orang tua dan bahkan anak-anak muda yang merasa bangga apabila anak-
anak tersebut dapat menduduki bangku sekolah yang lebih tinggi. Orang-orang bersusah payah
untuk menamatkan belajar di sekolah-sekolah formal dengan disertai banyak pengorbanan, baik
berupa harta benda maupun kasih sayang keluarga. Banyak pemuda yang tertipu dengan angan-
angan sendiri, yang menyangka bahwa dengan bersusah payah dan berlomba-lomba bersekolah ke
tingkat yang semakin tinggi akan dijumpai lapangan kerja, status sosial serta hal-hal lainnya yang
diidam-idamkan. Banyak pemuda yang kemudian mencari pekerjaan sekenanya atau frustrasi,
dan akhirnya ikut andil dalam peningkatan jumlah pengangguran, baik pengangguran yang
kentara maupun pengangguran yang tidak kentara.
Fenomena di atas kemudian memunculkan sebuah pertanyaan: Siapakah yang bersalah,
pihak sekolah atau pihak lulusan sekolah? Jawabannya adalah tidak ada yang salah pada
keduanya, karena di dunia ini di mana tuntutan-tuntutan hidup manusia semakin hari semakin
berat dan kompleks, maka tugas yang dibebankan kepada sekolah juga menjadi semakin berat,
2Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
sedangkan kemampuan sekolah itu ada batasnya. Sekolah sebagai pendidikan formal bukanlah
satu-satunya jawaban terhadap permasalahan cita-cita kesejahteraan hidup manusia.
Kebanyakan para lulusan pendidikan formal setelah menyelesaikan studinya cenderung
untuk berupaya mencari pekerjaan. Kebanyakan para lulusan pendidikan formal berharap dan
berpendirian dapat memperoleh pekerjaan yang tetap dan dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.
Pendidikan pada hakekatnya bukan hanya sekedar warisan budaya dan hasil peradaban manusia.
Pendidikan adalah daya upaya untuk menolong manusia memperoleh kesejateraan hidup.
Kesejahteraan hidup pribadi dapat dicapai apabila manusia mengalami perkembangan pribadi
secara maksimal. Pendidikan dilangsungkan untuk membantu perkembangan seluruh aspek
kepribadian manusia sehingga dengan demikian manusia itu dapat mengusahakan kehidupannya
sendiri yang sejahtera.
Tujuan pendidikan adalah mewujudkan pribadi-pribadi yang mampu menolong diri sendiri
ataupun orang lain, sehingga dengan demikian terwujudlah kehidupan manusia yang sejahtera.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berusaha memberikan pertolongan agar manusia
mengalami perkembangan pribadi. Pendidikan memberikan latihan-latihan terhadap karakter,
kognisi, serta jasmani manusia.
Manusia itu sendiri pada hakekatnya merupakan pribadi yang berkembang mengikuti
hukum serta kekuatan kodrati yang telah dianugerahkan oleh Alloh subhana wataala kepada
pribadi itu. Perkembangan pribadi manusia dapat terhambat ataupun tertunjang oleh stimuli
lingkungannya. Fungsi pendidikan adalah memberikan kondisi yang menunjang perkembangan
segala aspek kepribadian manusia. Pendidikan hanyalah sebagai pertolongan agar dengan potensi
dan kapasitas pribadi yang ada, manusia akhirnya dapat hidup secara mandiri, bertanggung jawab
atas kesejahteraan orang lain.
Semakin maju suatu negara, semakin banyak orang yang terdidik, dan banyak pula orang
menganggur maka semakin dirasakan pentingya dunia wirausaha. Pembangunan akan lebih
berhasil jika ditunjang oleh kegiatan wirausaha yang dapat membuka lapangan kerja karena
kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tidak mampu menggarap semua aspek
pembangunan karena sangat banyak membutuhkan anggaran belanja personalia dan pengawasan.
Wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha
sendiri. Kenyataan yang dihadapai sekarang adalah bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih
sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat sehingga persoalan pembangunan wirausaha
Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.
3Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
Anak-anak muda saat ini mulai tertarik dan melirik profesi bisnis yang cukup menjanjikan
masa depan yang cerah. Kaum remaja saat ini dengan latar belakang profesi orang tua yang
beraneka ragam mulai mengarahkan pandangannya ke bidang bisnis. Hal ini didorong oleh
kondisi persaingan di antara pencari kerja yang mulai ketat. Lowongan pekerjaan mulai terasa
sempit, posisi pegawai negeri kurang menarik, ditambah lagi dengan policy zero growth oleh
pemerintah dalam bidang kepegawaian.
Orang tua saat ini sudah tidak berpandangan negatif lagi pada dunia bisnis. Anak-anak
muda tidak lagi malu untuk berdagang bahkan para artis pun banyak yang terjun ke dunia bisnis
yang bergerak dalam berbagai komoditi. Sikap-sikap inovatif, kreatif, serta bekerja efektif dan
efisien perlu dimiliki dalam mengembangkan semangat kewirausahaan. Hal ini dapat menjadi
faktor pendorong terwujudnya keberhasilan bagi seorang wirausaha.
1.2. MODEL PROSES KEWIRAUSAHAAN
Proses kewirausahaan atau kewiraswastaan menurut Mamduh M. Hanafi (2003: 94-1010)
terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1) Kesempatan dan Ide.
Kewirausahaan dimulai dari adanya kesempatan bisnis yang dengan jeli dapat dilihat
oleh seorang wirausaha. Kesempatan itu datang dari perubahan-perubahan dalam lingkungan
atau dari kejelian wirausahawan dalam melihat suatu peluang. Kesempatan dan ide terkadang
datang pada waktu wirausahawan masih bekerja pada suatu perusahaan. Contohnya, Ray Kroc
melihat masa depan McDonalds ketika masih bekerja sebagai salesman mesin pengocok
susu. Pelayanan yang cepat di restoran fast food yang dimiliki oleh McDonald bersaudara
membuat Ray tertarik untuk mengembangkan ide tersebut lebih lanjut.
Gambar 1.1 Model Proses KewirausahaanSumber: Mamduh M. Hanafi, 2003: 94.
Kesempatandan Ide
RencanaBisnis Formal
Halanganuntuk Masuk
Strategi
BentukOrganisasi
Faktor-Faktor PenentuKesuksesan
Memelihara SemangatKewirausahaan
4Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
2) Rencana Bisnis Formal.
Rencana Bisnis Formal adalah dokumen yang disiapkan untuk mendirikan bisnis. Rencana
bisnis semacam ini sudah biasa dilakukan oleh perusahaan yang besar. Usaha kecil juga
semakin didorong untuk membuat rencana bisnis semacam itu karena persyaratan dari bank
atau calon pemberi dana. Rencana semacam itu membantu wirausahawan dalam hal
perencanaan. Organisasi yang besar tidak hanya membutuhkan jam kerja yang panjang dan
kerja keras, tetapi perencanaan dan koordinasi. Bentuk dan format rencana bisnis bisa
bermacam-macam. Studi kelayakan bisnis memungkinkan calon pemberi dana untuk
mengevaluasi prospek dan resiko suatu bisnis. Studi kelayakan dapat dikerjakan sendiri atau
oleh konsultan dari luar.
3) Halangan untuk Masuk.
Seorang wirausahawan, meskipun mempunyai ide tidak akan memasuki dunia usaha begitu
saja karena banyak halangan yang muncul. Ide yang dimiliki bisa saja tidak dapat
dilaksanakan atau tidak cukup praktis, atau mungkin masih terikat dengan perusahaan
tempatnya bekerja saat ini, atau tidak mempunyai kemauan untuk berdiri sendiri. Penyebab
lain adalah pengetahuan pasar yang kurang, cara memasarkan yang kurang efektif, atau
jaringan jaringan kerja dan informasi kurang mendukung. Penyebab lainnya adalah tidak
dapat menemukan tenaga kerja yang terampil, tidak mempunyai modal yang cukup, adanya
halangan buatan seperti peraturan pemerintah atau asosiasi yang membatasi jumlah anggota
yang dapat terjun ke pasar. Fenomena asosiasi nampaknya cukup banyak terjadi di Indonesia.
Halangan lainnya adalah karena wirausahawan dipandang mempunyai status sosial yang
rendah (kerja lapangan sementara statusnya saat ini bekerja di kantor).
4) Strategi Memasuki Pasar.
Seorang wirausahawan bisa memasuki pasar melalui tiga cara, yaitu:
a. Membangun perusahaan baru.
Pendirian perusahaan baru memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungannya adalah
memulai dari nol sehingga semangat kerja masih segar dan membangun jaringan kerja dari
nol sehingga dapat terbebas dari belenggu jaringan kerja yang ada. Kelemahannya adalah
ketidakpastian yang tinggi, informasi yang masih belum jelas, waktu yang lama untuk
menyiapkan bisnis, sulit memperoleh dana yang cukup murah dengan persyaratan yang
menguntungkan. Bank biasanya lebih menyukai bisnis yang sudah berjalan karena
5Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
informasi yang telah ada. Bisnis baru biasanya lebih sesuai didanai oleh modal ventura
atau cara penyertaan. Resiko bisnis dapat ditanggung bersama antara investor dengan
bisnis baru melalui cara penyertaan. Investor mau mengambil resiko yang lebih tinggi
karena ingin memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Keuntungan tersebut diperoleh
dari deviden ditambah kenaikan harga saham (selisih antara nilai saham pada waktu dijual
dengan pada waktu dibeli).
b. Membeli perusahaan yang sudah ada.
Pembelian perusahaan yang sudah ada memiliki keuntungan antara lain lebih cepat, bisa
memanfaatkan jaringan bisnis yang sudah ada dan mapan, informasi sudah ada sehingga
analisis dapat dilakukan dengan lebih mudah, dan dapat memperoleh pendanaan yang
menguntungkan. Kelemahannya adalah terbelenggu jaringan yang ada (jika jaringan
tersebut tidak menguntungkan), kurangnya ide segar, mewarisi permasalahan yang ada
dari perusahaan yang dibeli.
c. Waralaba (Franchising).
Waralaba adalah bentuk usaha yang semakin populer. Waralaba merupakan perjanjian
lisensi antara perusahaan pusat dan franchisor yang menjalankan lisensi tersebut. Ada dua
pihak yang terlibat dalam kontrak bisnis semacam ini, yaitu franchisor dan franchising.
Franchisor memegang nama/merek tertentu, sedangkan franchisee menjalankan bisnis
dengan menggunakan merek/nama tersebut. Contoh waralaba yang populer adalah
McDonald. Waralaba memiliki keuntungan terutama karena bantuan dan nasehat dari
perusahaan pusat, penggunaan nama yang sudah mapan, terkadang perusahaan pusat
memberikan bantuan keuangan. Kelemahannya adalah adanya pembatasan atau
ketentuan dari perusahaan pusat. Perusahaan pusat, untuk menjamin pelayanan atau
produk yang standar, akan berusaha ketat menyeragamkan pelayanan seluruh
waralabanya. Franchisee biasanya juga harus melakukan bisnis (contohnya bahan baku)
dari perusahaan pusat atau pemasok yang telah ditunjuk. Hal ini membatasi kebebasan
franchisee, meskipun demikian ada beberapa contoh di mana wilayah kebebasan masih
dapat dilakukan, contohnya promosi lokal. Waralaba ini cenderung mahal karena harus
menyerahkan sebagian keuntungan ke perusahaan pusat.
6Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
5) Bentuk Organisasi
Wirausahawan dapat memilih beberapa bentuk organisasi setelah memasuki pasar. Bentuk-
bentuk organisasi tersebut dapat berupa:
a) Usaha Perorangan. Jenis usaha ini perorangan karena tidak banyak diperlukan prosedur
formal. Kewajiban yang ditanggung wirausahawan tidak terbatas, sampai ke kekayaan
pribadi, jika pemilik meninggal dunia maka usahanya akan berakhir. Usaha tersebut dapat
dijual setiap saat sedangkan modal biasanya datang dari pribadi pendirinya. Manajemen
usaha perorangan cukup bebas karena tidak diawasi oleh badan tertentu.
b) Firma atau partnership (Kemitraan). Firma merupakan gabungan beberapa orang yang
menjadi partner, jika ada partner yang hanya memasok modal, tidak ikut campur tangan
dalam pengelolaan operasional, maka partner tersebut dinamakan partner pasif.
Kewajiban partner tidak terbatas, yang artinya sampai pada kekayaan pribadi. Firma dapat
pula berhenti atau bubar dengan kematian salah satu partner atau keputusan berhenti salah
satu partner. Partner menjual bagiannya ke pihak luar atas persetujuan lainnya.
Manajemen firma cukup bebas dalam arti tidak diawasi oleh lembaga atau badan tertentu,
dan modal datang dari para partner.
c) Perseroan. Jenis usaha ini paling kompleks, tetapi mempunyai kesempatan berkembang
lebih besar karena dapat memanfaatkan modal yang lebih besar. Modal datang dari
pemegang saham, dan kewajiban terbatas hanya sampai pada modal yang disetorkan, jika
terjadi kebangkrutan maka kewajiban tidak berlanjut sampai ke kekayaan pribadi. Umur
perseroan dapat disepakati tidak terbatas, atau ditentukan selama jangka waltu tertentu,
tergantung apa yang dicantumkan di Anggaran Dasar. Saham dapat dijual atau
diperdagangkan di Bursa Efek untuk yang go-public. Manajemen perseroan diawasi oleh
Dewan Komisaris atau badan sejenisnya, yang biasanya mewakili pemegang saham.
Investasi pemegang saham dilakukan dengan menyetor modal saham atau membeli saham.
6) Faktor Penentu Keberhasilan
Wirausahawan harus berhati-hati terhadap faktor yang dapat menyebabkan kegagalan usaha
setelah usaha kecil. Penyebab-penyebab kegagalan usaha kecil di antaranya adalah:
a. Struktur permodalan yang kurang;
b. Kekurangan modal untuk membeli barang modal dan peralatan;
c. Kekurangan modal untuk memanfaatkan barang persediaan yang dijual dengan potongan
kuantitas, atau jenis potongan lainnya;
7Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
d. Menggunakan peralatan dan metode bisnis yang ketinggalan zaman;
e. Gagal menerapkan pengendalian persediaan;
f. Tidak dapat melakukan pengendalian kredit;
g. Kurang memadainya catatan akuntansi;
h. Ketiadaan perencanaan bisnis;
i. Ketidakmampuan mendeteksi dan memahami perubahan pasar;
j. Ketidakmampuan memahami perubahan kondisi ekonomi;
k. Tidak menyiapkan rencana untuk situasi darurat atau di luar dugaan;
l. Ketidakmampuan mengantisipasi dan merencanakan kebutuhan keuangan;
m. Kualifikasi pribadi;
n. Kurangnya pengetahuan bisnis;
o. Tidak mau bekerja terlalu keras;
p. Tidak mau mendelegasikan tugas dan wewenang;
q. Ketidakmampuan memelihara hubungna baik dengan konsumen.
7) Memelihara Semangat Kewirausahaan
Kewirausahaan didorong oleh kesempatan yang dipersepsikan. Tekanan yang dialami adalah
hilangnya kesempatan karena perubahan lingkungan. Perilaku adminstratif didorong ataupun
dikendalikan oleh sumber daya yang ada dan kemudian berusaha mencari kesempatan yang
sesuai. Tekanan datang dari kontrak sosial dengan kolega atau bawahan, dan dari sistem
pengendalian dan evaluasi organisasi. Semangat kewirausahaan dalam organisasi perlu
dikembangkan melalu intrapreunership. Intrapreunership adalah seorang wirausaha yang
bekerja dalam suatu organisasi untuk mengembankan produk atau jasa tertentu.
Intrapreunership diharapkan bisa melakukan suatu tugas dengan kreatif, berbeda dari anggota
organisasi lainnya.
1.3. MOTIVASI MERINTIS USAHA
Di negara-negara maju, keinginan seseorang untuk menjadi bos terhadap dirinya sendiri
cukup besar, berkeinginan sukses tanpa harus di bawah tekanan orang, misalnya meskipun
perusahaan berjalan satu tahun, sudah berusaha keras untuk diwaralabakan. Keberanian
seseorang untuk mendirikan usaha sendiri (berwirausaha) seringkali terdorong oleh motivasi dari
guru atau dosennya, atau koperasi yang memberikan mata kuliah berkewirausahaan yang praktis
8Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
dan menarik, sehingga dapat membangkitkan minat mahasiwa untuk mulai mencoba
berwirausaha.
Dorongan atau motivasi untuk berwirausaha biasanya muncul dengan sendirinya setelah
memiliki bekal cukup untuk mengelola usaha dan siap mental secara total. Motivasi seseorang
untuk menjadi wirausahawan antara lain adalah:
1. Laba, yaitu dapat menentukan berapa laba yang dikehendaki, keuntungan yang diterima, dan
berapa yang akan dibayarkan kepada pihak lain atau pegawainya.
2. Kebebasan, yaitu bebas mengatur waktu, bebas dari pengawasan, bebas aturan main yang
menekan/intervensi, dan bebas dari aturan budaya perusahaan.
3. Impian personal, yaitu bebas mencapai standar hidup yang diharapkan, lepas dari rutinitas
kerja yang membosankan, karena harus mengikuti visi, misi, impian orang lain. Imbalan
untuk menentukan nasib/visi, misi, dan impiannya sendiri.
4. Kemandirian, yaitu memiliki rasa bangga karena dapat mandiri dalam segala hal, seperti
permodalan, mandiri dalam pengelolaan/manajemen, mandiri dalam pengawasan, serta
menjadi manajer terhadap dirinya sendiri.
Berwirausaha akan membuat seseorang termotivasi untuk memperolehimbalan minimal
dalam bentuk laba, kebebasan, impian personal yang mungkin menjadi kenyataan, kemandirian di
samping memiliki peluan-peluang pengembangan usaha, dan memiliki peluang untuk
mengendalikan nasibnya sendiri. Seorang wirausaha tidak menunggu hari gajian atau tanggal
gajian, tetapi setiap hari diharapkan memperoleh pendapatn utin. Seorang wirausaha akan
berusaha sistem bisnisnya dapat dijalankan orang lain, sehingga dirinya dapat bersantai.
Perbedaan esensial antara wirausahawan dan karyawan atau orang kantoran adalah sebagai
berikut:Tabel 1.1 Perbedaan antara Wirausahawan dan Karyawan
WIRAUSAHAWAN KARYAWAN1. Penghasilan bervariasi atau tidak teratur, sehingga
pada tahap awal sulit mengatur (tidak merasaaman) karena penghasilan tidak pasti.
2. Memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadiorang kaya, penghasilan sebulan dapat menutupipengeluaran atau biaya hidup untuk satu tahun.
3. Pekerjaan bersifat tidak rutin.4. Kebebasan waktu yang tinggi (tidak terikat jam
kerja).5. Tidak ada kepastian (ketidakpastian tinggi) dalam
banyak hal termasuk meramalkan kekayaan.6. Kreativitas dan inovasi dituntut setiap saat.7. Ketergantungan rendah.
1. Memiliki penghasilan pasti atau teratur, sehinggamudah diatur (rasa aman) meskipun gaji kecil.
2. Peluang kaya relatif (sangat tergantung kemujurandan karier).
3. Pekerjaan bersifat rutin.4. Waktu tidak bebas (terikat) pada jadwal/jam kerja
perusahaan.5. Ada kepastian (dapat diprediksi) dalam banyak hal,
kekayaan dapat diramal/dihitung.6. Bersifat menunggu instruksi/perintah.7. Ketergantungan tinggi.8. Resiko relatif rendah bahkan dapat diramalkan .9. Menjadi bos relatif sulit apalagi bekerja pada
9Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
8. Berbagai resiko tinggi (aset dapat hilang biladijadikan sebagai agunan dalam pinjaman) danusahanya bangkrut.
9. Terbuka peluang untuk menjadi bos.10. Tanggung jawab besar.
perusahaan keluarga.10.Tanggung jawab relatif.
Sumber: Basrowi, 2011: 68.
1.4. FAKTOR KRITIS UNTUK MEMULAI USAHA BARU
Kewirausahaan menurut Thomas Zimmerer, dkk (2008: 59) adalah hasil dari proses
disiplin dalam menerapkan kreativitas dan inovasi terhadap kebutuhan dan peluang di pasar.
Wirausahawan adalah orang yang menghubungkan ide kreatif dengan tindakan dan struktur bisnis
tertentu. Kewirausahaan yang sukses adalah proses konstan yang mengandalkan kreativitas,
inovasi, dan penerapannya di pasar. Ini termasuk menerapkan strategi terfokus terhadap ide dan
pandangan baru untuk menciptakan produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan pelanggan atau
memecahkan masalah para pelanggan.
Thomas Zimmerer, dkk (2008: 57) mengemukakan bahwa Kreativitas (creativity) adalah
kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam
melihat masalah dan peluang. Inovasi (innovation) adalah kemampuan untuk menerapkan solusi
kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan
orang-orang. Kreativitas diartikan juga sebagai memikirkan hal-hal baru dan inovasi adalah
mengerjakan hal-hal baru. Seorang wirausahawan yang sukses adalah orang yang memikirkan
dan mengerjakan hal-hal baru, atau hal-hal lama dengan cara-cara baru.
Seorang wirausahawan yang sukses tidak hanya cukup memiliki ide yang hebat, tetapi
juga harus mengubah ide menjadi produk, jasa, atau usaha bisnis yang berwujud. Peter Drucker
berpendapat bahwa Inovasi merupakan instrumen khusus wirausahawan, sarana yang digunakan
oleh wirausahawan untuk mengeksploitasi perubahan menjadi peluang untuk bisnis atau jasa yang
berbeda.
Wirausahawan yang sukses memiliki ide dan kemudian mencari cara agar ide tersebut
sukses memecahkan masalah atau memuaskan kebutuhan. Kreativtias dan Inovasi sangat penting
bagi kesuksesan dan keberlangsungan perusahaan. Kreativitas dan Inovasi menjadi semacam
penentu bagi bisnis kewirausahaan berskala kecil. Pikiran kreatif atau berpikir kreatif telah
menjadi inti keterampilan bisnis, dan wirausahawan menjadi pemimpin dalam usaha
mengembangkan dan menerapkan keterampilan tersebut. Kreativitas dan Inovasi, pada
kenyataannya, seringkali menjadi jantung bagi kemampuan perusahaan kecil untuk dapat bersaing
10Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
dengan pesaing yang lebih besar. Perusahaan kecil meskipun tidak mampu melebihi pesaing yang
lebih besar, namun perusahaan kecil dapat menciptakan keunggulan bersaing yangkuat dan efektif
terhadap perusahaan besar secara lebih kreatif dan inovatif. Hidup dan mati perusahaan yang
sukses saat ini adalah mengikuti kualitas ide dari para wirausahawannya.
Inovasi juga berarti menciptakan sesuatu dari nol, akan tetapi inovasi biasanya cendrung
merupakan hasil dari usaha mengelobarasi hal-hal yang sudah ada, dari usaha menggabungkan
hal-hal lama dengan cara-cara baru, atau dari mengambil sesuatu untuk menciptakan sesuatu yang
lebih sederhana atau lebih baik. Ide kreatif bisa timbul dari tempat yang tidak diduga
sebelumnya. Ide kreatif juga sering timbul ketika seorang wirausahawan menatap sesuatu yang
kuno dan memikirkan sesuatu yang baru atau berbeda.
Inovasi harus menjadi proses yang konstan karena kebanyakan ide tidak akan sukses dan
kebanyakan inovasi akan gagal. Seorang wirausahawan harus menyadari bahwa kegagalan
seringkali menemani inovasi, dan bersedia menerima kegagalan tersebut karena kegagalan
semata-mata merupakan bagian dari proses kreatif. Kewirausahaan meminta pemilik bisnis
bertindak cukup berani dalam mencoba ide barunya, cukup fleksibel untuk mengesampingkan ide
yang tidak sukses, dan cukup bijaksana untuk belajar mengenai apa yang akan sukses berdasarkan
observasi wirausahawan terhadap ide yang tidak sukses.
Kreativitas, dalam perekonomian global di mana persaingan sangat ketat dan berkecepatan
tinggi, kreativitas tidak hanya menjadi sumber penting untuk mengembangkan keunggulan
bersaing tetapi juga merupakan kebutuhan untuk keberlangsungan hidup. Wirausahawan ketika
mengembangkan solusi kreatif terhadap masalah-masalah moderen, harus menjangkau lebih jauh
daripada segala hal yang telah sukses di masa lalu. Upaya mengubah organisasi menjadi mesin
inovasi mewajibkan wirausahawan untuk menolak batasan asumsi, keyakinan, dan perilaku, serta
kebutuhan dan nilai.
Wirausahawan harus selalu waspada terhadap asumsi dan perspektif tradisional mengenai
cara yang berlaku karena cara-cara tersebut dapat mematikan kreativitas. Hambatan mental yang
dibebankan pada diri sendiri dan paradigma lain yang cenderung dibentuk orang selam beberapa
waktu menolak lahirnya kreativitas. Paradigma adalah gagasan yang telah disusun mengenai
dunia ini, seperti apa seharusnya dan cara seharusnya beroperasi. Gagasan-gagasan ini menjadi
begitu berakar dalam benak seseorang sehingga menjadi rintangan yang tidak dapat disingkirkan
untuk berpikir secara kreatif, walaupun gagasan-gagasan ini mungkin bersifat kuno, usang, dan
tidak relevan lagi.
11Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
1.4.1. Rintangan-Rintangan bagi Kreativitas
Roger von Oech (dalam Zimmerer, dkk, 2008: 68-74) mengidentifikasi sepuluh kunci
mental yang membatasi kreativitas seseorang, antara lain:
1. Mencari satu jawaban yang tepat.
2. Berfokus untuk berpikir logis. Logika adalah bagian yang sangat penting dalam proses
kreatif, terutama ketika mengevaluasi ide dan menerapkannya, tetapi dalam fase imajinatif
awal dari proses tersebut, pemikiran logis dapat menghambat kreativitas. Perilaku terlalu
berfokus untuk menjadi logis juga menghambat penggunaan salah satu dari penciptaan pikiran
yang sangat kuat, yaitu Intuisi. Von Oech menyarankan agar seseorang memikirkan sesuatu
secara berbeda dan untuk dengan bebas menggunakan pemikiran tidak logis, terutama dalam
fase imajinatif proses kreatif. Intuisi, yang bergantung pada kumpulan pengetahuan dan
pengalaman yang dihadapi seseorang selama beberapa waktu dalam hidupnya dan terletak
dalam alam bawah sadarnya, dapat dibuka. Hal tersebut merupakan bagian dari proses kreatif
karena penggunaannya seringkali menyebabkan seseorang harus meruntuhkan asumsi lama
yang membatasi kreativitas dan inovasi.
3. Mengikuti aturan secara membabi buta. Sejak masih sangat kecil, seseorang belajar untuk
tidak mewarnai di luar garis, dan aturan seperti itu dipenuhi secara membabi buta sampai
dewasa. Kreativitas terkadang bergantun pada kemampuan seseorang melanggar aturan yang
ada sehingga dapat melihat cara-cara baru melakukan sesuatu.
4. Terus-menerus bersifat praktis. Membayangkan jawaban yang tidak praktis terhadap
pertanyaan-pertanyaan bagaimana bila dapat menjadi batu loncatan yang sangat kuat
terhadap ide-ide kreatif. Menyingkirkan kepraktisan selama beberapa waktu dapat
membebaskan pikiran untuk mempertimbangkan solusi kreatif tidak akan pernah timbul.
Dengan secara teratur mengesampingkan praktek rutin akan memungkinkan para
wirausahawan memikirkan suatu produk atau konsep dari suatu area dan menggunakannya
dengan cara yang benar-benar berbeda.
5. Memandang permainan sebagai hal yang tidak berguna. Sikap menyukai permainan
merupakan dasar dari berpikir kreatif. Ada hubungan yang erat antara humor haha dan
penemuan aha. Permainan memberikan peluang kepada seseorang untuk menemukan
kembali kenyataan dan merumuskan kembali cara-cara melakukan sesuatu. Anak-anak
belajar ketika bermain, demikian pula halnya dengan wirasahawan. Wirausahawan dapat
mengambil manfaat dari permainan seperti yang dilakukan oleh anak-anak. Wirausahawan
12Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
juga dapat belajar untuk mencoba menemukan sesuatu yang berhasil dan sesuatu yang tidak
berhasil. Kreativitas membuahkan hasil ketika wirausahawan mengambil sesuatu yang telah
dipelajari sewaktu bermain, mengevaluasinya, memperkuatnya dengan pengetahuan lain, dan
mempraktekkannya. Doronglah para karyawan untuk tetap bergembira ketika memecahkan
masalah; besar kemungkinan para karyawan akan lebih bisa mengatasi berbagai batasan dan
akan menghasilkan solusi kreatif yang orisinil ketika melakukan pekerjaan.
6. Menjadi terlalu terspesialisasi. Menetapkan masalah pemasaran atau produksi, atau bidang
lain sebagai salah satu masalah yang berdiri sendiri, bisa membatasi kemampuan seseorang
untuk melihat kemungkinan bagaimana masalah tersebut terkait dengan masalah lain. Pemikir
kreatif cenderung menjadi penjelajah, mencari beberapa ide di luar bidang keahliannya.
Contoh: ide deodorant berbentuk roll-on berasal dari bolpoin tinta.
7. Menghindari ambiguitas. Ambiguitas (makna ganda) dapat menjadi rangsangan kreatif yang
sangat kuat; hal tersebut mendorong seseorang untuk berpikir dengan cara berbeda.
Perilaku sangat terperinci dalam situasi imajinatif cendrung melumpuhkan kreativitas, tetapi
ambiguitas ini mengharuskan wirausahawan mempertimbangkan dua pikiran yang berbeda,
bahkan seringkali bertentangan pada waktu yang sama, yang menjadi saluran langsung bagi
kreativitas. Situasi ambigu ini memaksa wirausahawan memperluas pkiran di luar batasan-
batasan normal dan untuk mempertimbangkan pilihan kreatif yang seringkali diabaikan.
Ambiguitas walaupun bukan elemen yang diinginkan ketika wirausahawan mengevaluasi dan
menerapkan ide-ide, hal tersebut merupakan alat yang berguna ketika wirausahawan mencari
ide dan solusi kreatif. Wirausahawan dikenal suka mengajukan pertanyaan dan kemudian
melangkah melampaui jawaban pertama untuk menyelidiki kemungkinan jawaban lainnya.
Hasilnya adalah bahwa wirausahawan sering menemukan peluang bisnis dengan cara
menciptakan situasi yang ambigu.
8. Takut terlihat tolol. Pemikiran kreatif bukan tempat untuk konvensionalitas. Ide-ide baru
jarang muncul dari lingkungan yang konvensional. Seseorang cenderung menjadi
konvensional karena tidak ingin terlihat bodoh. Pekerjaan bodoh adalah melanggar kebiasaan
dan aturan yang membuat seseorang berpikir dengan cara yang sama. Para wirausahawan
seringkali melakukan satu fungsi penting yaitu pemusnahan kreatif ketika memikirkan
kembali asumsi-asumsi konvensional dan membuang asumsi yang tidak berguna lagi. Fungsi
para wirausahawan adalah mereformasi dan merevolusi pola produksi dengan cara
memanfaatkan penemuan atau, dengan lebih umum, memanfaatkan peluang teknologi yang
belum dicoba untuk memproduksi komoditas baru atau memproduksi komoditas lama dengan
13Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
cara baru, dengan cara membuka sumber bahan produksi atau outlet baru untuk sebuah
produk.
9. Takut salah dan gagal. Orang-orang kreatif menyadari bahwa mencoba sesuatu yang baru
seringkali mengarah pada kegagalan, tetapi tidak melihat kegagalan sebagai akhir. Kegagalan
merupakan bagian penting dari proses kreatif. Kewirausahaan seluruhnya merupakan peluang
untuk gagal. Wirausahawan ada yang berkali-kali gagal sebelum akhirnya meraih sukses.
Kuncinya adalah melihat kegagalan apa adanya. Wirausahawan yang bersedia mengambil
resiko kegagalan dan belajar dari kegagalan tersebut memiliki peluang terbaik untuk sukses
setiap kali mencoba. Seseorang gagal karena idenya tidak tepat, tetapi seseorang harus belajar
untuk gagal secara cerdas. Jika seseorang gagal, cari tahu alasan mengapa orang itu gagal dan
tiap kali menemukannya hal itu akan membawa orang tersebut mendekati tujuan.
Wirausahawan yang sukses menyamakan kegagalan dengan inovasi, bukannya dengan
kekalahan.
1.4.2. Sepuluh Rahasia untuk Mengarahkan Kreativitas
Para pemimpin dalam berbagai perusahaan yang inovatif mengetahui bahwa peran seorang
pemimpin dalam menstimulasi kreativitas serta membentuk suatu budaya yang meliputi dan
mendorong kreativitas adalah hal yang sangat penting. Karakteristik-karakteristik berikut adalah
sepuluh rahasia yang mengarah pada kreativitas yang ada dalam diri seorang pemimpin yang
inovatif, yaitu:
1. Berpikir. Seorang wirausahawan menginvestasikan waktu untuk berpikir karena menyadari
kekuatan kreativitasnya sendiri dan ide yang dihasilkan dari proses ini.
2. Seorang visioner. Seorang wirausahawan yang inovatif secara total memfokuskan diri pada
nilai, visi, dan misi perusahaan, menyatakannya melalui produk dan jasa perusahaan, serta
melalui budaya di perusahaan. Orang-orang ini dapat mengomunikasikan kepada orang lain
secara tepat mengenai apa yang ingin dicapai.
3. Mendengarkan para pelanggan. Seorang wirausahawan yang inovatif menyadari bahwa
pelanggan atau calon pelanggan dapat menjadi sumber yang berharga untuk ide-ide baru dan
untuk peningkatan produk atau jasa, teknik penjualan, dan posisi pemasaran.
4. Memahami cara untuk mengelola ide. Seorang wirausahawan yang inovatif mencari berbagai
ide baru dan solusi yang kreatif, mencari ke berbagai sumber yaitu mimpi para pelanggan,
karyawan, dewan direksi dan bahkan mimpinya sendiri.
14Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
5. Berorientasi pada orang. Seorang wirausahawan yang inovatif mempekerjakan orang atas
kemampuan kreatifnya dan kemudian menempatkan orang tersebut dalam lingkungan yang
memungkinkan kreativitasnya berkembang. Pemimpin inovatif memandang para karyawan
dan ide para karyawan adalah bagian penting dari daya saing perusahaan.
6. Mempertahankan budaya perubahan. Seorang wirausahawan yang inovatif tidak hanya
mengelola perubahan tetapi meyakininya. Wirausahawan inovatif selalu mencari perubahan
karena menyadari bahwa selalu ada kebutuhan untuk peningkatan.
7. Memaksimalkan sinergi, keseimbangan, dan fokus tim. Wirausahawan inovatif menyadari
bahwa kerja tim dapat memupuk kreativitas dan inovasi, sehingga wirausahawan ini
menyatukan orang-orang dengan latar belakang yang berbeda ke dalam tim untuk
memaksimalkan hasil kreatif perusahaan.
8. Membuat dirinya dan orang lain bertanggung jawab atas standar kinerja yang tinggi.
9. Menolak jawaban tidak. Wirausahawan inovatif mampu bertahan ketika menghadapi
situasi negatif, bahkan ketika orang lain mengatakan bahwa hal itu tidak akan dapat
dikerjakan.
10. Mencintai pekerjaan dan merasa gembira ketika mengerjakannya. Rasa cinta seorang
wirausahawan inovatif atas pekerjaan adalah hal yang menular, hingga memberdayakan
semua orang dalam perusahaan untuk mencapai semua hal yang mungkin dapat dicapai.
1.5. MENILAI PELUANG MEMBUKA USAHA BARU
Seseorang seringkali berhasrat untuk mendirikan usaha baru karena didorong oleh adanya
peluang yang membentang di lingkungan tempat tinggalnya, dan juga memiliki impian dan
optimism yang berlebihan. Impian dan optimisme tersebut supaya tidak berlebihan perlu
diredam. Seorang wirausahawan perlu melakukan evaluasi terhadap peluang-peluang untuk
memulai usaha baru supaya tidak terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan. Evaluasi
terhadap berbagai peluang usaha yang ada dapat dilakukan melalui konsultan, atau orang-orang
yang telah berpengalaman di dunia bisnis sejenis.
Bygrave (dalam Basrowi, 2011: 98) mengemukakan bahwa ada tiga komponen utama
yang sebaiknya diteliti dan dievaluasi bagi seseorang yang ingin sukses untuk membuka usaha
baru, yaitu sebagai berikut:
1. Peluang (Opportunity). Apakah dengan adanya suatu peluang tersebut seseorang mampu
menangkap dan menjalankannya di kemudian hari.
15Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
2. Wirausahawan dan Tim Manajemen (Entrepreneur and the management team). Apakah
seseorang mampu menjadi wirausahawan dengan membentuk suatu tim manajemen yang
solid.
3. Sumber daya yang dibutuhkan untuk memulai usaha dan pertumbuhan usaha. Apakah
berbagai sumber daya yang diperlukan tersedia, minimal sumber bahan baku, sumber daya
manusia, dan sumber daya modal. Faktor produksi utama yang dikenal 6M (man, money,
material, machine, method, and market) ditambah sumber daya tanah dan manajemen mampu
disediakan oleh seorang calon wirausahawan.
Ketiga hal tersebut menurut Bygrave menjadi kunci atau komponen utama yang dapat
menentukan sukses gagalnya menjalankan bisnis atau usaha. Ada strategi-strategi dalam
menangkap peluang usaha, yaitu:
1. Pilihlah jenis usaha yang paling disukai (bermula dari hobi). Contohnya: pendiri bisnis jamu
dan kosmetika Mustika Ratu, diawali dengan keterampilan sejak kecil sebagai putri keraton.
2. Sebaiknya jangan memilih bisnis yang telah besar, walaupun kemampuan keuangan cukup
memenuhi. Mulailah usaha dari yang kecil supaya dapat belajar dari setiap proses dan
persoalan bisnis yang terjadi, karena masalah pasti ada dan akan selalu datang. Masalah dapat
diselesaikan jika masalah itu ada dan masih skala kecil, namun dapat belajar dari masalah
yang kecil terlebih dahulu.
3. Jangan memilih jenis usaha musiman, lebih baik berusaha kecil-kecilan karena berusaha kecil-
kecilan akan memiliki peluang berkembang. Usaha musiman bukan saja tidak dapat
berkembang, melainkan akan menghadapi masalah modal atau ketersediaan dana yang siap
dicairkan. Pilihan yang bijak adalah lebih baik pelan-pelan dalam usaha tetapi jalan daripada
perjalanan usahanya tiba-tiba menjadi pelan-pelan.
4. Bisnis waralaba. Seorang calon wirausahawan yang memiliki modal dapat memilih bisnis
waralaba dengan modal atau sistem waralaba terutama memilih usaha yang telah terbukti
sukses dalam jangka panjang, dan bertahan terhadap krisis moneter. Jenis usaha ini dapat
dijadikan jalanpintas karena tidak repot dengan sistem atau format bisnis, tidak memakan
waktu lama untuk memperkenalkan produk dan umumnya tidak direpotkan dalam pembuatan
produk dari awal. Usaha-usaha waralaba yang dapat dijalankan seperti:
Rumah makan dan sejenisnya;
Kesehatan dan olahraga;
Penginapan;
16Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
Salon;
Usaha wisata;
Renovasi;
Konsultan;
Jasa pendidikan dan pelayanan bagi anak-anak; dan
Jasa titipan kilat dan pengangkutan.
5. Memilih usaha dengan modal ringan, seperti: menjadi agen, atau penyalur produk dari suatu
perusahaan.
Kiat-kiat yang harus dilakukan saat seseorang mulai bekerja sebagai wirausaha untuk
membesarkan bisnisnya adalah sebagai berikut (Ali Akbar dan Eko Priyo Utomo, 2010: 11-13):
a. Kumpulkan informasi yang memadai untuk memulai bisnis. Caranya dengan mencarimentor
(misalnya dari teman atau guru bisnis) yang pernah berbisnis sendiri sebelumnya, atau pernah
memiliki pengalaman berwirausaha. Usahakan mencari informasi yang bidang bisnis sama.
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat ditanyakan kepada guru bisnis tersebut, yaitu:
Apa motivasi saat membuat bisnis? Kenapa harus membuat bisnis baru, dan kenapa
mentor tersebut tidak melamar di perusahaan atau bekerja untuk orang lain saja?
Pertanyaan-pertanyaan ini penting karena akan membentuk pola pikir seseorang yang akan
berwirausaha. Hal yang membedakan seorang wirausahawan sejati dengan pekerja di
perusahaan lain adalah mindset (pola pikir) perspektif dalam memandang suatu bisnis.
Bagaimana mentor tersebut mengendus adanya peluang yang mendorongnya untuk
membuat usaha sendiri? Bagaimana menentukan waktu yang tepat untuk membuka
usaha?
Berapa banyak modal yang diperlukan untuk memulai perusahaan sendiri?
Bagaimana mentor tersebut menemukan partner, penasehat dan mentor bisnis yang
membantunya mengembangkan bisnisnya? jawaban-jawaban dari pertanyaan ini akan
memberi informasi bahwa berwirausaha bukan berarti bekerja secara terisolasi dengan
orang lain.
Bagaimana mentor tersebut memberi pengertian kepada keluarganya bahwa menjadi
seorang wirausahawan aalah pilihan yang waras. Profesi wirausaha bukanlah pekerjaan
madesu atau masa depan suram, namun pekerjaan yang menjanjikan dan menantang,
walaupun resiko kegagalannya lebih besar dibandingkan jika bekerja untuk orang lain.
Bagian terpenting untuk diberitahukan kepada keluarga adalah bagaimana penghasilan di
17Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
awal-awal memulai bsinis wirausaha yang bisa jadi jauh lebih kecil dibandingkan gaji
bulanan pekerja kantoran.
b. Membuat rencana keuangan rumah tangga, ini ada hubungannya dengan cara berhubungan ke
keluarga. Seseorang yang telah memilih bisnis wirausaha harus bisa meyakinkan dan
menenangkan keluarganya, terutama istri dan anak, bahwa pilihan menjalani bisnis wirausaha
adalah di jalan yang benar.
c. Mencari partner bisnis dan karyawan-karyawan inti perusahaan (jika membutuhkan
karyawan). Jika tidak membutuhkan karyawan, langsung bisa jalan one man company dulu.
Inti mencari karyawan adalah orangnya kompeten dan bisa dipercaya.
d. Pembuatan rencana bisnis atau business plan, kegunaan rencana bisnis ini adalah untuk
membujuk para investor dan kreditor agar mau memberikan pinjaman modal kepada kita,
selain itu bisa mempermudah kita merumuskan strategi pemasaran.
e. Mencari uang dari investor dan kreditur, jika kita tidak punya uang sendiri untuk modal, maka
tidak ada cara lain kecuali harus minta dari orang lain.
f. Aspek legal untuk perusahaan pemula (jika diperlukan).
Seorang calon wirausahawan selain mengetahui strategi-strategi di atas, juga perlu
mengetahui unsur-unsur berwirausaha, seperti diuraikan berikut ini:
1. Modal.
Uang atau permodalan adalah unsur utama dan pertama, namun jangan dijadikan sebagai
penghalang untuk memulai wirausaha. Modal dapat diperoleh dari pihal lain, asalkan ada
kemauan, di situ pasti ada jalan.
2. Lokasi.
Untuk mendapatkan ikan yang besar, seorang calon wirausahawan harus menyediakan umpan
dan alat pancing yang baik (tempat harus mudah dikunjungi, dihubungi, dan dicari, jangan
dipilih tempat usaha yang sulit dijangkau, apalagi sulit dijangkau kendaraan baik roda empat
maupun roda dua). Lokasi yang strategis harus menjadi pertimbangan utama dalam bisnis
sejak awal.
3. Pelanggan.
Pelanggan adalah sumber pendapatan dan keuntungan. Pelanggan adalah sumber pendapatan
dan keuntungan. Pelanggan puas bukan saja akan kembali lagi melainkan akan membawa
teman-teman atau sanak famili yang diharapkan akan menjadi pelanggan-pelanggan baru.
Seorang wirausahawan tidak cukup hanya kepuasan pelanggan yang dikejar, melainkan
18Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
bagaimana bisa menjaga, peduli terhadap komplain pelanggan sekecil apapun dan dijaga agar
tetap menjadi pelanggan yang setia selama bisnisnya beroperasi.
4. Rekan/mitra bisnis.
Jika ingin mencari rekan bisnis, carilah yang dapat dipercaya, karena jika sekedar kawan dekat
belum menjamin orang tersebut akan setia dan tidak akan menghianati kawannya.
Kepercayaan, kesetiaan, dan kejujuran adalah modal untuk menjaga mitra usaha (jujur kepada
mitra pemasok bahan baku, maupun mitra dagang/pelanggan lainnya, pemerintah, dan para
pemangku kepentingan bisnis lainnya, dengan prinsip saling menguntungkan kedua belah
pihak.
19Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
BAB II
WIRASWASTA DAN WIRAUSAHA
2.1. PENGERTIAN WIRASWASTA
Istilah wiraswasta sering digunakan tumpang tindih dengan istilah wirausaha. Pengertian
wiraswasta di dalam berbagai literatur diartikan sama dengan wirausaha. Kata wiraswasta dan
wirausaha jika diurai akan muncul perbedaannya sebagai berikut (Basrowi, 2011: 4):
Wiraswasta:
Wira = utama, gagah, luhur, berani, teladan, dan panjang.
Swasta = berdiri sendiri atau berdiri di atas kemauan dan atau kemampuan sendiri.
Wirausaha:
Wira = utama, gagah, luhur, berani, teladan, dan panjang.
Usaha = penciptaan kegiatan, dan atau berbagai aktivitas bisnis.
Wiraswasta secara etimologis merupakan suatu istilah yang berasal dari kata-kata wira
dan swasta. Wira berarti berani, utama, atau perkasa. Swasta merupakan paduan dari dua kata:
swa dan sta. Swa artinya sendiri, sedangkan Sta berarti berdiri. Swasta dapat diartikan
sebagai berdiri menurut kekuatan sendiri (Wasty Soemanto, 2008: 42). Wiraswasta menurut
pengertian secara etimologis ini bukan berarti usaha partikelir, usaha sampingan, keterampilan
berusaha sendiri dan sebagainya seperti dikemukakan oleh banyak orang.
Wiraswasta menurut pengertian secara luasnya adalah keberanian, keutamaan, serta
keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan
kekuatan yang ada pada diri sendiri. Pengertian wiraswasta bukan hanya sekedar usaha partikelir
atau kerja sambilan di luar dinas kenegaraan, melainkan sifat-sifat keberanian, keutamaan,
keuletan, dan ketabahan seseorang dalam usaha memajukan prestasi kekaryaan, baik di bidang
tugas kenegaraan maupun partikelir dengan menggunakan kekuatan diri sendiri. Hal ini tidak
berarti bahwa wiraswasta harus selalu berkarya sendirian tanpa ikut sertanya orang lain.
Manusia wiraswasta adalah orang yang memiliki potensi untuk berprestasi dan senantiasa
memiliki motivasi yang besar untuk maju berprestasi. Manusia wiraswasta dalam kondisi dan
situasi apapun harus mampu menolong dirinya sendiri di dalam mengatasi permasalahan
20Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
hidupnya. Manusia wiraswasta dengan kekuatan yang ada pada dirinya harus mampu berusaha
untuk memenuhi setiap kebutuhan hidupnya. Manusia wiraswasta juga harus mampu mengatasi
kemiskinan batinnya tanpa menunggu pertolongan/bantuan dari negara atau instansi pemerintah,
ataupun bantuan dari kelompok atau instansi sosial.
Manusia wiraswasta tidak suka bergantung kepada pihak lain di lingkungan sekitarnya.
Manusia wiraswasta tidak mudah menyerah kepada alam (misalnya kondisi cuaca panas, dingin,
hujan dan kondisi alam lainnya), justru manusia wiraswasta selalu berupaya untuk bertahan dari
tekanan alam atau kalau perlu berusaha untuk menundukkan alam di mana pun dirinya hidup dan
berpijak.
2.2. PENGERTIAN WIRAUSAHA
Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan
memperkenalkan barang dan jasa yang baru dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau
mengolah bahan baku baru (Basrowi, 2011: 3). Wirausaha menurut pandangan seorang pemodal
adalah seorang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain yang menemukan cara-cara baru
untuk menggunakan sumber-sumber daya, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja
yang disenangi oleh masyarakat. Wirausaha menurut pandangan ekonom adalah seseorang atau
sekelompok orang yang mengorganisir faktor-faktor produksi alam, tenaga, modal, dan keahlian
untuk tujuan berproduksi.
Thomas Zimmerer, dkk (2008: 4) mendefinisikan bahwa Wirausahawan adalah seseorang
yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai
keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan
menggabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan, sehingga sumber-sumber daya itu bisa
dikapitalisasikan. Wirausahawan juga diartikan oleh Zimmerer, dkk, sebagai seseorang yang
menggabungkan ide kreatif dengan tindakan dan struktur bisnis tertentu. Wirausahawan yang
sukses memiliki ide dan kemudian mencari cara agar ide tersebut sukses memecahkan masalah
atau memuaskan kebutuhan.
Robert D. Hisrich, dkk (2008: 9) mendefiniskan istilah Wirausahawan atau Pengusaha
(entrepreneur) dari beberapa sudut pandang, yaitu:
1. Sudut pandang ekonom: Wirausahawan adalah seseorang yang menggabungkan sumber daya,
tenaga kerja, bahan baku, serta aset lain untuk menghasilkan nilai yang lebih besar dari
sebelumnya, juga seseorang yang mengenalkan perubahan, inovasi, dan tatanan baru.
21Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
2. Sudut pandang psikologis: Wirausahawan adalah seseorang yang secara khas digerakkan oleh
kekuatan tertentu, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan atau mencapai sesuatu, bereksperimen,
menyelesaikan, atau mungkin melarikan diri dari otoritas orang lain.
3. Sudut pandang pebisnis: seorang Wirausahawan tampak seperti ancaman, kompetitor yang
agresif, sementara pebisnis lain, wirausahawan adalah seorang teman, sebuah sumber
pasokan, seorang pelanggan, seorang yang menciptakan kekayaan bagi orang lain atau yang
menemukan cara yang lebih baik untuk menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan,
serta menghasilkan pekerjaan bagi orang lain dan bangga melakukan hal tersebut.
Kewirausahaan diartikan oleh Robert D. Hisrich, dkk (2008: 9) sebagai sebuah proses
dinamis dalam menciptakan tambahan kekayaan. Kekayaan dihasilkan oleh individu yang
menanggung resiko utama dalam hal modal, waktu, dan/atau komitmen karier atau menyediakan
nilai bagi beberapa produk atau jasa. Produk atau jasa mungkin dapat terlihat unik ataupun
mungkin tidak, tetapi dengan berbagai cara, nilai akan dihasilkan oleh seorang pengusaha dengan
menerima dan menempatkan keterampilan dan sumber daya yang dibutuhkan ini. Kewirausahaan
juga mengandung pengertian sebagai proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai
menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko
sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan
kebebasan pribadi.
Pengertian di atas menurut Robert D. Hisrich, dkk, menekankan empat aspek dasar dari
menjadi seorang wirausahawan atau pengusaha, yaitu:
1. Kewirausahaan melibatkan proses penciptaan, yaitu menciptakan suatu nilai baru. Penciptaan
haruslah mempunyai nilai bagi pengusaha dan bagi pelanggan untuk siapa ciptaan tersebut
dikembangkan. Pelanggan dapat berupa : a) pasar pembeli organisasi untuk inovasi bisnis; b)
administrasi rumah sakit untuk prosedur atau peranti lunak baru; c) calon murid untuk sebuah
kursus baru atau bahkan kuliah kewirausahaan; d) pengguna untuk jasa baru yang disediakan
oleh sebuah badan nirlaba.
2. Kewirausahaan menuntut sejumlah waktu dan upaya yang dibutuhkan, dan hanya orang-orang
yang melalui proses kewirausahaan yang menghargai sejumlah besar waktu serta upaya yang
dibutuhkan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan menjadikannya beroperasi. Seorang
pengusaha menyatakan, Meski telah bekerja dalam waktu yang sangat sibuk di kantor ketika
berada dalam industri, sebagai pengusaha saya tidak pernah berhenti memikirkan bisnis.
22Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
3. Kewirausahaan melibatkan penghargaan menjadi seorang pengusaha. Penghargaan yang
paling penting adalah kebebasan, lalu kepuasan pribadi. Penghargaan moneter bagi
pengusaha pencari laba adalah penting, karena uang menjadi indikator tingkat suskses yang
dicapai.
4. Kewirausahaan juga mengandung aspek menanggung resiko, karena tindakan membutuhkan
waktu, sedangkan hasil di masa yang akan datang tidak dapat diprediksi, maka hasil dari
tindakan tersebut mengandung ketidakpastian. Ketidakpastian ini diperkuat dengan sifat dasar
yang khas dalam tindakan wirausaha, seperti penciptaan produk baru, jasa baru, usaha baru,
dan lain sebagainya. Pengusaha harus memutuskan untuk bertindak bahkan ketika
menghadapi ketidakpastian tentang hasil dari tindakannya. Pengusaha akan merespons dan
menciptakan perubahan melalui tindakan kewirausahaan, sedangkan tindakan wirausaha
mengacu pada perilaku sebagai bentuk tanggapan atas keputusan yang didasarkan pada
pertimbangan ketidakpastian mengenai peluang yang mungkin untuk mendapatkan
keuntungan.
Kewirausahaan bukanlah misteri, melainkan bidang praktis. Kewirausahaan bukanlah
pembawaan keturunan, melainkan kewirausahaan adalah keahlian yang dapat dipelajari oleh
banyak orang. Seorang wirausahawan yang sukses tidak hanya cukup memiliki ide yang hebat,
tetapi juga harus mengubah ide menjadi produk, jasa, atau usaha bisnis yang berwujud. Peter
Drucker berpendapat bahwa Inovasi merupakan instrumen khusus wirausahawan, sarana yang
digunakan oleh wirausahawan untuk mengeksploitasi perubahan menjadi peluang untuk bisnis
atau jasa yang berbeda.
Wirausahawan yang sukses memiliki ide dan kemudian mencari cara agar ide tersebut
sukses memecahkan masalah atau memuaskan kebutuhan. Kreativtias dan Inovasi sangat penting
bagi kesuksesan dan keberlangsungan perusahaan. Kreativitas dan Inovasi menjadi semacam
penentu bagi bisnis kewirausahaan berskala kecil. Pikiran kreatif atau berpikir kreatif telah
menjadi inti keterampilan bisnis, dan wirausahawan menjadi pemimpin dalam usaha
mengembangkan dan menerapkan keterampilan tersebut. Kreativitas dan Inovasi, pada
kenyataannya, seringkali menjadi jantung bagi kemampuan perusahaan kecil untuk dapat bersaing
dengan pesaing yang lebih besar. Perusahaan kecil meskipun tidak mampu melebihi pesaing yang
lebih besar, namun perusahaan kecil dapat menciptakan keunggulan bersaing yangkuat dan efektif
terhadap perusahaan besar secara lebih kreatif dan inovatif. Hidup dan mati perusahaan yang
sukses saat ini adalah mengikuti kualitas ide dari para wirausahawannya.
23Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
Inovasi juga berarti menciptakan sesuatu dari nol, akan tetapi inovasi biasanya cendrung
merupakan hasil dari usaha mengelaborasi hal-hal yang sudah ada, dari usaha menggabungkan
hal-hal lama dengan cara-cara baru, atau dari mengambil sesuatu untuk menciptakan sesuatu yang
lebih sederhana atau lebih baik. Ide kreatif bisa timbul dari tempat yang tidak diduga
sebelumnya. Ide kreatif juga sering timbul ketika seorang wirausahawan menatap sesuatu yang
kuno dan memikirkan sesuatu yang baru atau berbeda.
Inovasi harus menjadi proses yang konstan karena kebanyakan ide tidak akan sukses dan
kebanyakan inovasi akan gagal. Seorang wirausahawan harus menyadari bahwa kegagalan
seringkali menemani inovasi, dan bersedia menerima kegagalan tersebut karena kegagalan
semata-mata merupakan bagian dari proses kreatif. Kewirausahaan meminta pemilik bisnis
bertindak cukup berani dalammencoba ide barunya, cukup fleksibel untuk mengesampingkan ide
yang tidak sukses, dan cukup bijaksana untuk belajar mengenai apa yang akan sukses berdasarkan
observasi wirausahawan terhadap ide yang tidak sukses.
Kreativitas, dalam perekonomian global di mana persaingan sangat ketat dan berkecepatan
tinggi, kreativitas tidak hanya menjadi sumber penting untuk mengembangkan keunggulan
bersaing tetapi juga merupakan kebutuhan untuk keberlangsungan hidup. Wirausahawan ketika
mengembangkan solusi kreatif terhadap masalah-masalah moderen, harus menjangkau lebih jauh
daripada segala hal yang telah sukses di masa lalu. Upaya mengubah organisasi menjadi mesin
inovasi mewajibkan wirausahawan untuk menolak batasan asumsi, keyakinan, dan perilaku, serta
kebutuhan dan nilai.
Wirausahawan harus selalu waspada terhadap asumsi dan perspektif tradisional mengenai
cara yang berlaku karena cara-cara tersebut dapat mematikan kreativitas. Hambatan mental yang
dibebankan pada diri sendiri dan paradigma lain yang cenderung dibentuk orang selam beberapa
waktu menolak lahirnya kreativitas. Paradigma adalah gagasan yang telah disusun mengenai
dunia ini, seperti apa seharusnya dan cara seharusnya beroperasi. Gagasan-gagasan ini menjadi
begitu berakar dalam benak seseorang sehingga menjadi rintangan yang tidak dapat disingkirkan
untuk berpikir secara kreatif, walaupun gagasan-gagasan ini mungkin bersifat kuno, using, dan
tidak relevan lagi.
Apakah Kreativitas dapat Diajarkan?
Selama bertahun-tahun, kearifan umum meyakini bahwa ada orang yang kreatif,
imajinatif, berjiwa bebas, dan berjiwa wirausaha, namun ada juga yang tidak. Penelitian
menunjukkan bahwa siapa saja bisa belajar untuk menjadi kreatif. Wirausahawan untuk dapat
24Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
menggambarkan kapasitas kreatif atau merangsang kreativitas diri mereka dalam perusahaan yang
dimiliki harus memahami pemikiran kreatif.
Penelitian mengenai cara kerja otak manusia memperlihatkan bahwa setiap bagian otak
memproses informasi secara berbeda dan bahwa satu sisi otak cenderung lebih menonjol daripada
sisi lainnya. Otak manusia berkembang secara asimetris, dan setiap bagian cenderung
terspesialisasi dalam fungsi-fungsi tertentu. Otak kiri dipandu oleh pemikiran linier dan vertical
(dari satu kesimpulan logis ke kesimpulan logis lainnya), sedangkan otak kanan bergantung pada
pemikiran kaleidoskopis dan lateral (mempertimbangkan suatu masalah dari segala sisi dan
menyelaminya dari berbagai titik yang berbeda). Otak kiri berhubungan dengan bahasa, logika,
dan simbol. Otak kanan berkaitan dengan emosi, naluri, dan fungsi-fungsi spasial (ruang/tempat).
Otak kiri memproses informasi dengan cara selangkah demi selangkah, tetapi otak kanan
memrosesnya secara naluriah (secara bersamaan, sangat tergantung pada gambar).
Pemikiran vertikal otak kiri sangat terfokus dan sistematis, bekerja dengan cara yang
sangat logis dari satu titik ke titik selanjutnya. Pemikiran otak kanan, sebaliknya, sangat tidak
konvensional, tidak sistematis, dan tidak terstruktur, lebih mirip dengan citra kaleidoskop, beralih
dari satu bentuk pola ke pola lainnya. Dalam pemikiran lateral otak kananlah terletak jantung
proses kreatif. Orang-orang yang belajar mengembangkan keterampilan pemikiran otak kanan
cenderung untuk (Thomas Zimmerer, dkk, 2008: 64) :
Selalu mengajukan pertanyaan, Apakah ada cara yang lebih baik?
Menantang kebiasaan, rutinitas, dan tradisi.
Suka termenung, terkadang memandang keluar jendela, larut dalam pikiran.
Menjadi pemikir yang produktif dan mengetahui bahwa menghasilkan banyak ide akan
meningkatkan kemungkinan mendapatkan beberapa ide kreatif.
Melakukan permainan mental, mencoba melihat suatu masalah dari perspektif yang berbeda.
Menyadari bahwa mungkin terdapat lebih dari satu jawaban yang tepat.
Melihat kesalahan dan kegagalan semata-mata sebagai penundaan menuju kesuksesan.
Melihat masalah sebagai batu loncatan bagi ide-ide baru.
Mengaitkan ide yang tampaknya tidak terkait dengan masalah untuk menghasilkan solusi
yang inovatif.
Memiliki keterampilan helikopter, yaitu kemampuan untuk berdiri di atas rutinitas sehari-
hari untuk melihat masalah dari perspektif yang lebih luas dan kemudian menukik kembali
untuk berfokus pada bidang yang perlu perubahan.
25Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
Setiap bagian otak memiliki kemampuan untuk menyimnpan informasi dari bagian
lainnya. Seseorang dapat belajar menolak dominasi bagian kiri (berfokus pada pemikiran logis
dan linier) dan membangkitkan bagian kanan (berfokus pada pemikiran intuisi dan tidak
terstruktur) ketika timbul situasi yang memerlukan kreativitas. Wirausahawan yang sukses
memerlukan baik pemikiran otak kiri maupun pemikiran otak kanan. Pemikiran otak kanan
menggambarkan kekuatan penalaran yang berbeda, yaitu kemampuan menciptakan berbagai ide
orisinil dan berbeda. Pemikiran otak kiri mengandalkan pertimbangan konvergen, kemampuan
mengevaluasi berbagai ide dan memilih solusi terbaik untuk masalah tertentu. Wirausahawan
perlu menyandarkan diri pada pemikiran otak kanan untuk menghasilkan produk, jaa, atau ide
bisnis yang inovatif.
Wirausahawan juga harus menggunakan pemikiran otak kirinya untuk menilai potensi
pasar atas ide yang dihasilkan. Wirausahawan yang sukses adalah seorang yang telah belajar
mengoordinasikan fungsi masing-masing bagian otak yang saling melengkapi, menggunakan
seluruh kekuatan kreatif otaknya untuk menghasilkan inovasi yang paling praktis.
2.3. PROFIL WIRAUSAHAWAN
Thomas Zimmerer, dkk (2008: 7-10) selanjutnya meringkaskan profil seorang
wirausahawan, yaitu sebagai berikut:
1. Hasrat akan tanggung jawab. Seorang wirausahawan merasakan tanggung jawab pribadi
yang amat dalam terhadap hasil atas usaha yang telah dimulai. Seorang wirausahawan lebih
memilih dapat mengendalikan sumber-sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan sendiri.
2. Lebih menyukai resiko menengah. Seorang wirausahawan bukanlah orang-orang yang
mengambil resiko secara membabi buta, melainkan orang yang mengambil resiko yang
diperhitungkan. Wirausahawan yang sukses bukanlah pengambil resiko, tetapi lebih sebagai
penghapus resiko, membuang sebanyak mungkin halangan terhadap keberhasilan peluncuran
perusahaannya. Salah satu cara terbaik untuk menghapus resiko adalah dengan menyusun
perencanaan bisnis yang kokoh untuk usaha.
3. Meyakini kemampuannya untuk sukses. Seorang wirausahawan pada umumnya sangat yakin
terhadap kemampuannya untuk sukses dan cenderung optimis terhadap peluang kesuksesan.
Tingkat optimisme yang tinggi dapat menjelaskan mengapa kebanyakan wirausahawan yang
berhasil pernah gagal, sering lebih dari sekali, sebelum akhirnya berhasil.
26Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
4. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik yang sifatnya segera. Wirausahwan menikmati
tantangan dalam menjalankan perusahaan dan ingin mengetahui sebaik apa dirinya bekerja
dan terus-menerus mencari umpan balik.
5. Tingkat energi yang tinggi. Wirausahawan lebih energik dibandingkan orang kebanyakan.
Energi ini merupakan faktor penentu mengingat luar biasanya upaya yang diperlukan untuk
mendirikan perusahaan. Kerja keras dalam waktu lama merupakan keharusan bukan selingan,
dan hal itu dapat meletihkan.
6. Orientasi masa depan. Wirausahawan memiliki indera yang kuat dalam mencari peluang.
Wirausahawan melihat ke depan dan tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dikerjakan
kemarin, melainkan lebih mempersoalkan apa yang akan dikerjakan besok. Wirausahawan
tidak hanya puas dengan duduk dan bersenang-senang dalam keberhasilannya, wirausahwan
sejati tetap berfokus pada masa depan. Wirausahawan melihat potensi yang dilihat
kebanyakan orang sebagai masalah atau bahkan yang tidak terpikirkan sama sekali oleh orang
kebanyakan orang, karakteristik yang sering menjadikan wirausahawan sebagai bahan
tertawaan (paling tidak sampai ide wirausahawan menjadi sukses besar).
7. Keterampilan mengorganisasi. Membangun perusahaan dari nol ibarat menyusun teka-teki
raksasa. Wirausahawan mengetahui cara mengumpulkan orang-orang yang tepat untuk
menyelesaikan tugas. Penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif memungkinkan
wirausahawan untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.
8. Menilai prestasi lebih tinggi daripada uang. Salah satu kesalahan konsep yang paling umum
mengenai wirausahawan adalah anggapan bahwa wirausahawan sepenuhnya terdorong oleh
keinginan menghasilkan uang. Prestasi tampak sebagai motivasi utama para wirausahawan,
uang hanyalah cara sederhana untuk menghitung skor pencapaian tujuan, yaitu simbol
prestasi.
9. Komitmen yang tinggi. Kewirausahaan adalah kerja keras, dan agar sukses dalam
meluncurkan perusahaan, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen penuh.
10. Toleransi terhadap ambiguitas. Wirausahawan cenderung memiliki toleransi tinggi terhadap
situasi yang selalu berubah dan ambigu, serta lingkungan tempat kerjanya. Kemampuan
untuk menangani ketidakpastian ini sangat penting karena para pendiri perusahaan ini akan
terus-menerus dituntut mengambil keputusan dengan menggunakan informasi-informasi baru
yang bertentangan yang diperoleh dari berbagai sumber yang tidak lazim.
11. Fleksibilitas. Salah satu ciri khas wirausahawan adalah kemampuannya beradaptasi dengan
perubahan permintaan pelanggan dan bisnisnya. Kekakuan seringkali mengakibatkan
27Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
kegagalan dalam ekonomi global yang berubah dengan cepat. Wirausahawan harus bersedia
menyesuaikan bisnisnya untuk memenuhi perubahan-perubahan ini.
12. Keuletan. Hambatan, rintangan, dan kekalahan umumnya tidak menghalangi para
wirausahawan yang bertekad baja menggapai visinya, dan terus mencoba untuk meraih
sukses.
2.4. TIPE-TIPE WIRAUSAHAWAN
Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi seorang wirausahawan, dan tentu saja
keragaman menjadi tanda kewirausahaan. Thomas Zimmerer, dkk (2008: 26-34) mengemukakan
tipe-tipe wirausahawan sebagai berikut :
1) Wirausahawan Muda
Orang-orang muda mulai mengambil bagian dalam memulai bisnis, yang didorong oleh
kekecewaan terhadap prospek dalam perusahaan tempatnya bekerja dan keinginan untuk
memiliki peluang menentukan nasib sendiri.
2) Wirausahawan Perempuan
Kaum perempuan ikut ambil bagian dalam dunia wirausaha karena mengalami diskriminasi di
tempat kerja. Kaum perempuan menyadari bahwa cara terbaik untuk menembus hambatan-
hambatan yang tidak kelihatan dan menghambat karier seorang perempuan untuk mencapai ke
puncak organisasi adalah memulai bisnis sendiri.
3) Wirausahawan Minoritas
Segmen populasi bisnis kecil yang juga berkembang dengan cepat adalah perusahaan yang
dimiliki oleh kaum minoritas. Alasan kaum minoritas memulai wirausaha adalah karena
diskriminasi sama halnya dengan wirausahawan perempuan. Bisnis kaum minoritas terus
mengalami kemajuan dan bahkan keberhasilannya terus meningkat.
4) Wirausahawan Imigran
Kaum imigran saat ini datang ke suatu negara dengan pendidikan dan pengalaman yang lebih
baik daripada penduduk lokal. Kaum imigran ini menjadi wirausahawan di negeri orang
dengan berbekal dedikasi dan keinginan untuk berhasil meraih sukses di bidang bisnis yang
dijalani.
28Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
5) Wirausahawan Paruh Waktu
Bisnis paruh waktu adalah pintu masuk yang umum untuk menjadi wirausahawan. Para
wirausahawan paruh waktu mendapatkan yang terbaik dari kedua dunianya, yaitu dapat masuk
ke dalam bisnis tanpa mengorbankan pendapatan sendiri dan fasilitas tetap dari bekerja.
Keuntungan utama dalam bisnis paruh waktu adalah resiko yabng lebih rendah bila terjadi
kegagalan usaha.
6) Bisnis Rumahan
Bisnis rumahan saat ini berkembang pesat. Lima puluh tiga persen dari seluruh bisnis
dijalankan dari rumah, tetapi sekitar 91 persen di antaranya sangat kecil dan tanpa karyawan.
faktor-faktor yang menyebabkan para wirausahawan memilih rumah sebagai lokasi pilihan
pertama adalah:
Menjalankan bisnis dari rumah meminimalkan biaya awal dan biaya operasi.
Perusahaan rumahan memungkinkan pemiliknya dapat mempertahankan gaya hidup dan
gaya kerja fleksibel, serta tidak harus berpakaian rapi.
Teknologi yang mengubah banyak rumah-rumah biasa menjadi vila elektronik yang
memungkinkan wirausahawab untuk menjalankan berbagai macam bisnis dari rumah
sendiri.
Banyak wirausahawan menggunakan internet untuk menjalankan bisnis perdagangan
elektronik dari rumah dan bisa menjangkau seluruh dunia.
Industry rumhan di masa lalu cenderung berupa industry yang tidak menarik seperti
kerajinan tangan atau menjahit, namun sekarang bisnis rumahan lebih beragam dan usaha
yang dijalankan pun berteknologi tinggi. Penelitian oleh Link Resources Corporation, sebuah
perusahaan riset dan konsultasi, menyatakan bahwa tingkat keberhasilan bisnis rumahan
cukup tinggi, yaitu 85% bisnis rumahan tetap beroperasi setelah masa tiga tahun.
7) Bisnis Keluarga
Bisnis Keluarga (family-owned business) adalah bisnis yang pengendalian keuangannya
dilakukan oleh satu atau lebih anggota keluarga. Bisnis keluarga merupakan bagian integral
dari perekonomian.
29Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
8) Wirasutri
Wirasutri (copreneurs) adalah sepasang suami istri wirausahawan yang bekerja bersama
sebagai rekan kerja dalam bisnis yang dijalankan. Wirasutri menciptakan pembagian kerja
berdasarkan keahlian dan bukan berdasarkan jenis kelamin, tidak seperti halnya Mom and
Pap yaitu suami sebagai bos dan istri sebagai bawahan. Penelitian memperlihatkan bahwa
perusahaan-perusahaan yang dimiliki bersama oleh pasangan suami istri merupakan salah satu
sektor bisnis yang tumbuh paling cepat. Sifat-sifat yang seharusnya diandalkan oleh wirasutri
adalah sebagai berikut:
Penilaian apakah kepribadian suami istri akan bertaut atau menimbulkan konflik dalam
lingkup bisnis.
Saling menghormati bakat masing-masing.
Tujuan bisnis yang sesuai dengan tujuan hidup, yaitu visi bersama.
Pandangan bahwa suami istri merupakan mitra sejajar, bukan atasan dan bawahan.
Keterampilan bisnis yang saling melengkapi diakui dan dihargai oleh masing-masing
pihak dan mengarah pada identitas bisnis yang unik bagi masing-masing pasangan.
Kemampuan menjaga jalur komunikasi tetap terbuka, berbicara, dan mendengarkan satu
sama lain.
Pembagian peran dan wewenang yang jelas, idealnya berdasarkan keterampilan dan
kemampuan masing-masing pasangan, untuk meminimalisir konflik dan perebutan
pengaruh.
Kemampuan untuk saling mendorong semangat masing-masing dan mengangkat mitra
yang kurang bersemangat.
Ruang kerja terpisah yang memungkinkan wirasutri menyendiri apabila diperlukan.
Batas antara kehidupan bisnis dan kehidupan pribadi sehingga tidak tumpang tindih.
Adanya rasa humor.
Kesadaran bahwa tidak setiap pasangan dapat bekerja bersama-sama.
9) Korban PHK Perusahaan
Orang-orang yang terkena PHK oleh perusahaan memutuskan bahwa pertahanan terbaik atas
ketidakpastian pekerjaan adalah dengan gebrakan kewirausahaan.
30Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
10) Karyawan yang Mengundurkan Diri dari Perusahaan
Proses restrukturisasi atau krisis kepercayaan di perusahaan mengakibatkan meningkatnya
jumlah karyawan yang keluar dari struktur perusahaan dan kemudian menjadi
wirausahawan. Karyawan yang keluar dari perusahaan ini memutuskan menjadi
wirausahawan karena mempunyai latar belakang pendidikan tinggi, pengetahuan bisnis, dan
pengalaman manajemen selama bertahun-tahun. Survei yang dilakukan oleh Richard
OSullivan menunjukkan bahwa 64% orang yang memulai bisnis setidaknya mempunyai
latar belakang pendidikan tinggi, dan 14% adalah lulusan program pascasarjana.
11) Wirausahawan Sosial
Wirausahawan sosial (social entrepreneurs) menggunakan berbagai keahliannya tidak hanya
untuk membuat bisnis menjadi menguntungkan, tetapi juga untuk mencapai tujuan sosial
dan lingkungan bagi kebaikan bersama. Bisnis wirausahawan sosial seringkali memiliki tiga
pertimbangan utama yang meliputi tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
31Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
BAB III
SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA
Meredith, dkk (2002) dalam Basrowi (2011: 27-28) mengemukakan bahwa nilai-nilai
hakiki dan penting atau yang mencerminkan sifat-sifat dari seorang wirausahawan adalah sebagai
berikut:
1) Percaya Diri (Self Confidence).
Percaya diri adalah paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau
pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis, serta banyak ditentukan oleh
kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan.
Kepercayaan diri akan memengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian,
ketekunan, semangat kerja, serta kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam bisnis
adalah untuk memahami diri sendiri, oleh karena itu wirausaha yang sukses adalah wirausaha
yang mandiri dan percaya diri.
2) Berorientasi Tugas dan Hasil.
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu
mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan kerja keras.
Peluang dalam kewirausahaan hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif
biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun dan pengembangannya
diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah, dan semangat
berprestasi.
3) Keberanian Mengambil Resiko.
Seorang wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih
menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang
menantang. Wirausaha menghindari situasi resiko yang rendah karena tidak ada tantangan
dan menjauhi situasi resiko yang tinggi karena ingin berhasil. Dua alternatif yang harus
dipilih pada situasi ini, yaitu alternatif yang mengandung resiko dan alternatif yang
konservatif. Pilihan terhadap resiko tergantung pada: a) Daya tarik setiap alternatif; b)
Kesediaan untuk rugi; dan c) Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal.
32Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
Kemampuan untuk mengambil resiko tergantung dari: a) Keyakinan pada diri sendiri; b)
Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk
memperoleh keuntungan; dan c) Kemampuan untuk menilai situasi resiko secara realistis.
4) Kepemimpinan yang Baik.
Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan.
Seorang wirausaha selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru serta berbeda sehingga
menjadi pelopor, baik dalam proses produksi maupun pemasaran, dan selalu memanfaatkan
perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai.
5) Berorientasi ke Masa Depan.
Seorang wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Kuncinya
adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang ada
sekarang.
6) Keorisinilan: Kreativitas dan Inovasi.
Seorang wirausaha yang inovatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri berikut:
a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini meskipun cara tersebut cukup
baik;
b. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya;
c. Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan
Seorang wirausahawan agar sukses dalam menjalankan kegiatan bisnisnya juga harus
mempunyai sikap-sikap sebagai berikut:
1. Berani. Keberanian adalah modal utama dalam berusaha, terutama berani dalam memutuskan
untuk mengubah paradigma bahwa setelah kuliah adalah bukan menjadi pegawai/orang gajian,
melainkan setelah lulus sekolah akan berani berwirausaha.
2. Jujur. Kejujuran adalah mata uang yang akan laku di mana-mana. Jujur kepada
mitra/pemangku kepentingan usaha.
3. Tekun. Ketekunan adalah kesadaran dan sifat penting bagi seorang wirausaha, terutama tetap
tekun pada saat bisnis mengalami guncangan.
4. Ulet. Keuletan menjadi modal utama agar tetap tahan banting dan tahan dalam situasi dan
kondisi apapun, kondisi krisis ataupun normal.
5. Sabar. Kesabaran sering menjadi penentu dalam keberlanjutan usaha. Orang yang tidak
sabar sering mendorong untuk berbuat tidak jujur kepada mitra usaha dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan besar dalam jangka pendek, tidak memikirkan bisnis jangka panjang.
33Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
6. Tabah. Ketabahan menjadi penentu bagi seorang pengusaha terutama pada saat usaha
mengalami pasang surut.
7. Positif. Sikap dan berpikir positif akan mendorong dan memacu pengusaha untuk
meningkatkan usahanya.
8. Rendah hati. Rendah hati akan menjadi modal bagi pengusaha terutama penilaian bagi pihak
lain atau mitra usaha bahwa wirausaha tersebut dapat dijadikan mitra usaha dalam jangka
panjang, karena biasanya orang yang rendah hati akan menyenangkan bagi mitra usahanya.
9. Kemauan (daya juang yang tinggi). Kemauan atau daya juang yang tinggi merupakan sikap
yang harus dimiliki dengan kuat, karena akan mendorong percepatan usaha tersebut untuk
mau maju.
10. Tanggung jawab. Rasa tanggung jawab tinggi atas jenis usaha apapun yang dimiliki oleh
seorang pengusaha akan menata usahanya lebih berhati-hati dan penuh tanggung jawab
terutama bagi mitra dan para staf atau pegawainya.
Karakteristik wirausahawan menurut Konsep 10D dari Bygrave terdiri dari :
1. Dream, yaitu seorang wirausahawan mempunyai visi keinginan terhadap masa depan pribadi
dan bisnisnya, serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya.
2. Decisiveness, yaitu seorang wirausahawan adalah seorang yang bekerja cekatan, tidak lambat,
dan harus memiliki kemampuan cepat dalam berpikir tepat dalam bertindak.
3. Doers, yaitu seorang wirausahawan harus mampu menindaklanjuti setiap keputusan yang
dibuatnya, dan melaksanakan pekerjaan secepat mungkin dan tidak menunda-nunda peluang
bisnis yang baik yang diberikan kepadanya.
4. Determination, yaitu seorang wirausahawan dalam melaksanakan pekerjaannya penuh
perhatian, memiliki tanggung jawab yang tinggi dan tidak mudah menyerah dalam
menghadapi rintangan apapun dalam kegiatan bisnisnya.
5. Dedication, yaitu seorang wirausahawan memiliki berdedikasi terhadap bisnisnya, bahkan
harus siap mengorbankan kepentingan keluarga untuk sementara waktu demi kepentingan
bisnisnya.
6. Devotion, yaitu seorang wirausahawan mencintai pekerjaan dan produk yang dihasilkan dari
kegiatan bisnisnya.
7. Details, yaitu seorang wirausahawan sangat memperhatikan faktor-faktor kritis dalam
kegiatan bisnisnya secara rinci, dan tidak mengabaikan faktor kecil yang dapat menghambat
kegiatan usahanya.
34Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
8. Destiny, yaitu seorang wirausahawan bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang
hendak dicapainya, bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain.
9. Dollars, yaitu seorang wirausahawan menganggap uang sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya
dan berasumsi jika berhasil dalam bisnis maka seseorang pantas mendapatkan laba, bonus,
atau hadiah.
10. Distribute, yaitu seorang wirausahawan harus mampu memilih orang-orang kepercayaan yang
bisa diandalkan untuk meraih sukses dalam kegiatan bisnisnya.
Kegagalan seseorang dalam berwirausaha seringkali disebabkan oleh hal-hal yang remeh
atau sepele yang seharusnya dicatat supaya di kemudian hari tidak terulang atau dapat dihindari
kelemahan-kelemahan tersebut. Kelemahan-kelemahan wirausaha di Indonesia dapat
disimpulkan menjadi Sembilan, yaitu sebagai berikut (Basrowi, 2011: 101-102):
1. Kuna: akronim dari Kurang Bijaksana. Seorang wirausahawan dalam mengelola keuangan
terkadang tidak ada pemisahan antara keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga.
Penggunaan uang harus selalu secara bijaksana, bagaimana sulitnya memperoleh uang dan
bagaimana memberi nilai uang agar bermakna.
2. Kudis: akronim dari Kurangnya Disiplin. Seorang wirausahawan dalam berusaha tidak
disiplin, terutama tidak disiplin dalam soal waktu (tidak tepat waktu) dalam melayani pesanan
para pelanggan atau dalam menanggapi keluhan dari para pelanggan.
3. Kutu: akronim dari Kurang Bermutu. Seorang wirausahawan tidak mampu memberikan
pelayanan yang bermutu baik dalam produk ataupun jasa yang diberikan kepada calon
ataupun pelanggannya.
4. Kurap: akronim dari Kurang Rapi. Seorang wirausahawan tidak rapi dalam perencanaan,
pengelolaan, pengorganisasian, dan pengendalian usahanya. Contohnya, kurang rapi dalam
pengepakan produk atau kurang rapi dalam dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.
5. Kutang: akronim dari Kurang Tanggung Jawab. Seorang wirausahawan kurang
bertanggung jawab dalam menanggapi setiap keluhan produk-produk cacat atau yang
dikembalikan karena tidak sesuai selera konsumen atau jasa yang diberikan.
6. Kutil: akronim dari Kurang Teliti. Seorang wirausahawan kurang teliti terutama dalam
pencarian bahan baku produk, karena kualitas produk 85% ditentukan oleh bahan baku.
Seorang wirausahawan juga kurang teliti dalam perencanaan, pembukuan, dan pengawasan
usaha.
35Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
7. Kusir: akronim dari Kurang Serius. Seorang wirausahawan kurang serius dalam
menjalankan usaha dan pengelolaan usaha. Usaha seringkali dianggap sebagai sambil lalu
atau iseng-iseng, terlebih lagi kurang serius dalam mendapatkan calon pelanggan atau
mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
8. Kujur: akronim dari Kurang Jujur. Seorang wirausahawan kurang jujur kepada konsumen,
atau pemasok.
9. Kuman: akronim dari Kurang Beriman. Seorang wirausahawan tidak dilandasi dengan
kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ), tidak dilandasi dengan iman yang kuat. Seorang
wirausahawan tidak menyadari bahwa segala aktivitas bisnisnya diawasi oleh Tuhan Yang
Maha Melihat, oleh karena itu sepak terjangnya dalam berwirausaha harus dilandasi dengan
kejujuran, kelemahlembutan, kerendahan hati, sopan santun dan tidak korup.
Thomas Zimmerer, dkk (2008: 39-42) mengemukakan bahwa ada sepuluh kesalahan fatal
kewirausahaan yang menyebabkan sebuah bisnis yang dijalankan mengalami kegagalan.
Penyebab-penyebab kegagalan bisnis tersebut adalah sebagai berikut:
1) Ketidakmampuan Manajemen. Manajemen yang buruk dalam kebanyakan perusahaan kecil
menjadi penyebab utama kegagalan bisnis. Manajer perusahaan kecil tidak memiliki
kemampuan untuk menjalankannya dengan baik. Pemilik perusahaan kurang mempunyai
kemampuan kepemimpinan, pertimbangan yang baik, dan pengetahuan yang diperlukan dalam
menjalankan bisnis. Hal yang mematikan perusahaan biasanya bukanlah ketidakcukupan
modal, bakat, atau informasi melainkan sesuatu yang lebih mendasar, yaitu kurangnya
penilaian dan pemahaman yang baik.
2) Kurang Pengalaman. Seorang wirausahawan perlu memiliki pengalaman dalam bidang yang
ingin dimasukinya. Contoh: seorang yang ingin membuka bisnis fotokopi, maka orang
tersebut harus bekerja di perusahaan distributor mesin fotokopi. Hal ini akan memberikan
pengalaman praktis dan pengetahuan mengenai seluk beluk bisnis tersebut, yang dapat
menunjukkan perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan.
3) Pengendalian Keuangan yang Buruk. Manajemen yang sehat adalah kunci keberhasilan
perusahaan kecil, dan manajer yang efektif menyadari bahwa semua keberhasilan bisnis
memerlukan kendali keuangan yang layak. Keberhasilan bisnis juga memerlukan modal
dalam jumlah yang cukup pada saat awalnya. Pemilik perusahaan kecil seringkali membuat
kesalahan pada awal bisnis dengan hanya bermodal dengkul, yang dapat menjadi kesalahan
fatal.
36Kewirausahaan
[email protected] piksi ganesha 2014
4) Lemahnya Usaha Pemasaran. Seorang wirausahawan harus membangun basis pelanggan
yang terus berkembang dengan melakukan upaya pemasaran tanpa kenal lelah dan kreatif.
Wirausahawan yang kreatif menemukan cara untuk memasarkan bisnis secara efektif kepada
pelanggan untuk mencapai target penjualan.
5) Kegagalan Mengembangkan Perencanaan Strategis. Seorang wirausahawan pada perusahaan
kecil seringkali mengabaikan proses perencanaan strategis, karena dianggap hal tersebut
hanya bermanfaat bagi perusahaan besar. Sebuah bisnis perusahaan tanpa strategi yang
ditentukan dengan jelas maka akan membuat perusahaan tersebut tidak memiliki dasar yang
berkesinambungan untuk menciptakan dan memlihara keunggulan bersaing di pasar.
Pembangunan rencana strategis memaksa wirausahawan untuk menilai secara realistis potensi
bisnis yang direncanakan. Apakah produk perusahaan memang diinginkan dan mampu dibeli
pelanggan? Siapa pelanggan sasarannya? Bagaimana cara bisnis ini menarik dan
mempertahankan pelanggan? Apa dasar perusahaan agar dapat melayani kebutuhan
pelanggan dengan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang telah ada?
6) Pertumbuhan Perusahaan yang tidak terkendali. Pertumbuhan merupakan sesuatu yang
alamiah, sehat, dan didambakan oleh semua perusahaan, tetapi pertumbuhan haruslah
terencana dan terkendali. Peter Drucker menyatakan bahwa perusahaan yang baru berdiri
dapat diperkirakan mengalami pertumbuhan terlalu pesat dibandingkan dengan basis modal
yang dimiliki apabila penjualan meningkat 40% s/d 50%. Perusahaan yang masih muda
umurnya sebaiknya tidak terburu-buru untuk melakukan ekspansi, karena keputusan ekspansi
bisnis bagi perusahaan baru dapat menyebabkan kegagalan.
7) Lokasi yang Buruk. Pemilihan lokasi yang tepat, untuk bisnis apapun, merupakan seni dan
ilmu. Lokasi perusahaan seringkali dipilih tanpa penelitian, pengamatan, dan perencanaan
yang layak. Wirausahawan pemula memilih lokasi hanya karena ada tempat kosong, tetapi
masalah lokasi terlalu riskan untuk dilakukan secara untung-untungan, khususnya untuk bisnis
eceran, denyut jantung kehidupan bisnis yaitu penjualan sangat dipengaruhi oleh pemilihan
lokasi.
8) Pengendalian Persediaan yang Tidak Tepat. Investasi terbesar yang dilakukan para pemilik
usaha kecil adalah dalam persediaan, namun pengendalian persediaan adalah salah satu
tanggung jawab manajerial yang paling diabaikan. Tingkat persediaan yang tidak mencukupi
akan mengakibatkan kekurangan dan kehabisan stok, mengakibatkan pelanggan kecewa dan
pergi. Fenomena yang sering terjadi adalah bahwa wirausahawan tidak hanya memiliki
37Kewirausahaan