2
PERMASALAHAN DIBALIK KURIKULUM 2013 Dinamika di dunia pendidikan tidak pernah berhenti. Tahun lalu, Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter dicetuskan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan karakter. Siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi ataupun presentasi, serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Sepintas, Kurikulum 2013 bagaikan sebuah jawaban atas permasalahan rendahnya jumlah murid-murid berkakter di Indonesia. Padahal, Kurikulum 2013 malah mendatangkan sebuah masalah baru. Salah satunya adalah ketidaksiapan para staff pengajar di Indonesia. Memang ada beberapa sekolah yang memiliki para staf pengajar yang mampu menyesuaikan perubahan kurikulum dengan baik sehingga tidak mempengaruhi kegiatan belajar dan mengajar. Namun sayangnya, kebanyakan staff pengajar di sekolah-sekolah di Indonesia tidak seperti itu. Mereka kurang mampu menyesuaikan dengan sistem pengajaran yang baru. Hal ini juga menimbulkan sebuah masalah baru. Dengan tidak siapnya para staff pengajar dengan kurikulum baru, menciptakan kebingungan di kalangan murid. Murid-murid terjebak di situasi yang serba salah; mencoba mengikuti sistem pengajaran baru dari para pengajar yang belum siap atau bersikeras tetap pada cara belajar mereka yang lama. Keduanya jelas mendatangkan masalah. Mempelajari hal baru dari seseorang yang juga belum siap mengajarkannya itu seperti belajar bernyanyi dari murid yang baru saja akan memasuki sekolah musik. Walaupun si murid mungkin saja sudah memiliki kemampuan tertentu di bidang musik, tetap saja ia belum siap untuk mengajarkan ilmunya pada orang lain. Mengapa? Karena untuk mengajarkan sesuatu pada orang lain, tidak cukup untuk sekedar ‘mengerti’ tetapi harus benar-benar ‘menguasai’. Hal yang sama juga berlaku untuk para staff pengajar di Indonesia. Mereka memang telah memiliki kemampuan mengajar karena pengalaman selama mereka mengajar atau karena mereka memang pernah menempuh bidang pendidikan, namun tetap saja kebanyakan dari mereka belum benar-benar menguasai Kurikulum 2013.

Dinamika Di Dunia Pendidikan Tidak Pernah Berhenti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dinamika

Citation preview

Page 1: Dinamika Di Dunia Pendidikan Tidak Pernah Berhenti

PERMASALAHAN DIBALIK KURIKULUM 2013

Dinamika di dunia pendidikan tidak pernah berhenti. Tahun lalu, Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter dicetuskan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan karakter. Siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi ataupun presentasi, serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.

Sepintas, Kurikulum 2013 bagaikan sebuah jawaban atas permasalahan rendahnya jumlah murid-murid berkakter di Indonesia. Padahal, Kurikulum 2013 malah mendatangkan sebuah masalah baru. Salah satunya adalah ketidaksiapan para staff pengajar di Indonesia. Memang ada beberapa sekolah yang memiliki para staf pengajar yang mampu menyesuaikan perubahan kurikulum dengan baik sehingga tidak mempengaruhi kegiatan belajar dan mengajar. Namun sayangnya, kebanyakan staff pengajar di sekolah-sekolah di Indonesia tidak seperti itu. Mereka kurang mampu menyesuaikan dengan sistem pengajaran yang baru.

Hal ini juga menimbulkan sebuah masalah baru. Dengan tidak siapnya para staff pengajar dengan kurikulum baru, menciptakan kebingungan di kalangan murid. Murid-murid terjebak di situasi yang serba salah; mencoba mengikuti sistem pengajaran baru dari para pengajar yang belum siap atau bersikeras tetap pada cara belajar mereka yang lama. Keduanya jelas mendatangkan masalah.

Mempelajari hal baru dari seseorang yang juga belum siap mengajarkannya itu seperti belajar bernyanyi dari murid yang baru saja akan memasuki sekolah musik. Walaupun si murid mungkin saja sudah memiliki kemampuan tertentu di bidang musik, tetap saja ia belum siap untuk mengajarkan ilmunya pada orang lain. Mengapa? Karena untuk mengajarkan sesuatu pada orang lain, tidak cukup untuk sekedar ‘mengerti’ tetapi harus benar-benar ‘menguasai’.

Hal yang sama juga berlaku untuk para staff pengajar di Indonesia. Mereka memang telah memiliki kemampuan mengajar karena pengalaman selama mereka mengajar atau karena mereka memang pernah menempuh bidang pendidikan, namun tetap saja kebanyakan dari mereka belum benar-benar menguasai Kurikulum 2013.

‘Kebingungan’ yang muncul di kalangan para siswa juga bisa menimbulkan sebuah masalah. Bingungnya murid-murid dalam proses belajar dan menngajar jelas sangatlah merugikan karena dapat menurunkan kecepatan penyerapan materi para murid. Menurunnya penyerapan materi di kelas dapat menyebabkan menurunnya prestasi akademik mereka. Selain itu, para murid juga dirugikan karena waktu mereka telah terbuang dengan sia-sia.

Semua permasalahan diatas sebenarnya dapat terselesaikan dengan sebuah cara sederhana, yaitu berikan pelatihan bagi para staff pengajar untuk siap sehingga dapat menerapkan Kurikulum 2013 sesuai dengan sasarannya. Pelatihan ini bertujuan agar para staff pengajar menjadi benar-benar mengerti akan apa yang mereka terapkan pada murid-murid. Kalau mengutip analogi sebelumnya, mereka akan menjadi murid yang lulus dari sekolah musik. Bukan sekedar murid yang baru mau masuk sekolah musik.

Page 2: Dinamika Di Dunia Pendidikan Tidak Pernah Berhenti

Terlatihnya para staff pengajar juga akan menghilangkan kebingungan yang terdapat di kalangan murid. Dan bila kebingungan tersebut hilang, tingkat penyerapan materi para murid juga akan meningkat yang berujung pada meningkatnya prestasi akademik mereka. Tidak hanya prestasi akademik mereka yang meningkat, prestasi non-akademik mereka pun akan meningkat pula. Mengapa? Karena dengan terlatihnya para staff pengajar, penerapan Kurikulum 2013 akan terlaksana dengan maksimal pula. Hal ini yang akan mewujudkan tujuan awal dari dibentuknya Kurikulum 2013, yaitu mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.