Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
S - 2
Latar Belakang
Maksud dan Tujuan Survei
Kerangka Pikir
Tahapan Survei
Metodologi Kuantitatif
Kesimpulan Dan Rekomendasi Berdasarkan Hasil Survei
S - 4
BPJS Ketenagakerjaan mengemban amanah memberikan perlindungan sosial kepada seluruh pekerja baik pekerja penerima upah maupun sektor informal (BPU: Bukan Penerima Upah). Khususnya untuk jenis pekerja BPU meliputi pemberi kerja, pekerja mandiri ataupun yang tidak termasuk pekerja mandiri yg bukan menerima upah. Merupakan tantangan tersendiri bagi BPJS Ketenagakerjaan untuk menjangkau pekerja sektor informal ini, khususnya dalam upaya meningkatkan jumlah kepesertaannya. Target 2018, coverage share pekerja sektor informal adalah 6,94 dari total pekerja sektor informal. Pekerja sektor informal ini massive dari sisi jumlah diperkirakan lebih dari 60 juta orang, walaupun begitu mereka minim perlindungan sosial. Walaupun dari sisi penerimaan iuran kepesertaan dari sektor informal ini di tahun 2014 mencapai 126,09% dari target, akan tetapi dari jumlah target kepesertaan tahun 2014 tercapai 76,72% dari targetnya. Jadi masih tersedia ruang untuk perbaikan. Pendekatan khusus untuk pekerja sektor informal ini telah dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan yaitu dengan menerapkan kanal baru yang disebut Payment Point Online Banking (PPOB) di beberapa kota. Namun hasilnya belum signifikan, sehingga perlu dicari pendekatan baru agar mendorong pekerja sektor informal mau menjadi peserta.
S - 5
Variasi karakteristik sektor informal ini sangat beragam. Sehingga perlu dilakukan studi untuk lebih mendalami karakteristik berbagai subsektor informal tersebut. Melalui studi ini diinginkan mendapatkan gambaran pemahaman sektor informal tentang program BPJS Ketenagakerjaan untuk mereka, mendalami keinginan mereka untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan dan hal-hal terkait dengan latar belakang motivasi dan kendala yang mereka hadapi. Hasil studi/penelitian ini diharapkan membantu BPJS Ketenagakerjaan dalam menentukan langkah-langkah yang tepat guna perluasan kepesertaan di kalangan pekerja sektor informal. Integrity Marketing Research (PT. Integra Data Strategy) melalui proposal penelitian ini bermaksud mengajukan studi tentang hal tsb.
S - 7
Secara garis besar, maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan penelitian dimaksud adalah untuk mengetahui karakteristik pekerja sektor informal dalam keterkaitannya terhadap program jaminan sosial ketenagakerjaan. Secara khusus Maksud dan Tujuan Survei ini adalah:
Mengidentifikasi stimulus (pikiran dan motivasi) pekerja sektor informal dalam kesehariannya yang terkait dengan kebutuhannya membeli produk sejenis jaminansosial (need recognition),
Mengidentifikasi bagaimana pekerja sektor informal memperoleh/mencari informasi (information search) mengenai jaminan sosial, termasuk di dalamnya gambaran mengenai informasi apa yang dicari dan darimana informasi tersebut diperoleh,
Mengidentifikasi pola pekerja sektor informal mengevaluasi informasi yang didapat (evaluation of alternatives) sampai pekerja tersebut memutuskan membeli produk sejenis jaminan sosial,
Mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat pekerja sektor informal membuat keputusan membeli produk sejenis jaminan sosial (purchase decision),
Mengidentifikasi bagaimana pekerja sektor informal melakukan evaluasi pasca membuat keputusan membeli produk sejenis jaminan sosial (post purchase behavior).
S - 8
1
•Analisis mengenai karakteristik pekerja sektor informal dalam keterkaitannya terhadap program jaminan sosial ketenagakerjaan,
2
•Analisis mengenai stimulus (pikiran dan motivasi) pekerja sektor informal dalam kesehariannya yang terkait dengan kebutuhannya membeli produk sejenis jaminan sosial (need recognition),
3
•Analisis mengenai bagaimana pekerja sektor informal memperoleh /mencari informasi (information search) mengenai jaminan sosial, termasuk di dalamnya gambaran mengenai informasi apa yang dicari responden dan darimana informasi tersebut diperoleh,
4
•Analisis mengenai pola pekerja sektor informal mengevaluasi informasi yang didapat (evaluation of alternatives) sampai pekerja tersebut memutuskan membeli produk sejenis jaminan sosial,
5
•Analisis mengenai faktor-faktor yang membuat pekerja sektor informal membuat keputusan membeli produk sejenis jaminan sosial (purchase decision),
6
• . Analisis mengenai bagaimana pekerja sektor informal melakukan evaluasi pasca membuat keputusan membeli produk sejenis jaminan sosial (post purchasebehavior).
S - 10
SUVEY KUALIITATIF
SURVEY KUALITATIF
ETHNOGRAPHY
Deskripsi PROFIL Pekerja Informal
Pendekatan Survei Customer Insight Dari Pekerja Sektor Informal : 2 Stage- Survey
Identifikasi VARIASI (AIO) : Attitidue, Intention and Opinion di kalangan berbagai subsektor infomal
UNDERSTAND Basic Thinkings
Sub-Sub
Kelompok
Pengembangan
Kuesioner INPUT
Melalui ethnography didalami berbagai variasi dan latar belakang (AIO) attitude, intention dan opiinion aneka sub kelompok pekerja informal. Hasilnya : pemahaman yang mendalam tentang AIO sektor informal dan menjadi masukan untuk kuesioner.
Melalui survei kuantitatif didapatkan gambaran besaran kuantitas berbagai AIO tsb.
Analisa mendalam
S - 11
ETHNOGRAPHY KUANTITATIF
Gambaran Deskriptif Intim Tentang Perilaku
Detail Sampel Individu
Gambaran Umum Keadaan Rata-
rata dari Target Populasi
(Pekerja Informal)
Perspektif Ethnography VS Kuantitatif
BERSIFAT MELENGKAPI MENDALAMI
S - 12
Motivasi Pendekatan Ethnography Untuk Survei Kualitatif
ETHNOGRAPHY
Interaksi intim dengan
Responden
Di Lingkungan Alamiahnya
Berbagai Nama lain:
Bertujuan
Analisa Mendalam Data
Terkumpul
•Observation •Fieldwork Immersion •In-Home research •Anthropological research
•Untuk mendapatkan gambaran lebih real ttg : needs, attitude, behaviour
Pendekatan Ethnography yang intim dengan responden di lingkungan mereka dalam suasana informal diharapkan memberikan gambaran yg lebih realistis dan kaya informasi.
S - 13
Dilakukan
Dibimbing
Bersifat
Fokus
Result
Field Officer
Fleksibiltas
•Di lingkungan alamiah Responden
•Oleh pertanyaan umum Riset (Bukan Hipotesa)
•Interpretatif
•Descriptive
•Pada kata/kalimat/makna
•Bukan angka
•Gambaran umum dlm konteks pertanyaan riset
•Mesti sangat menguasai pertanyaan riset
•Dalam metoda memperoleh informasi
Karakteristik Riset Ethnography
S - 14
Informal Worker
Centered
What (Kegiatan Apa
yg mereka lakukan)
Why (Kenapa mereka
melakukan)
When (Kapan mereka
melakukan)
How (Bagaimana
cara mereka)
Where (Dimana mereka
melakukan)
With Whom (Dengan siapa
melakukannya)
Penggalian Informasi Pekerja Informal Melalui Ethnography
Berawal dengan menggali pola-pola aktivitas sehari-hari, termasuk pola penghasilan dan pembelanjaannya
Mengetahui pola konsumsi media dan pencarian informasi termasuk influencer
Persepsi thd kredit, asuransi dan perencanaan keuangan masa depan
Masuk lebih dalam menggali cara-cara membiayai kebutuhan mendesak spt sakit misalnya.
Pendalaman pandangan terhadap BPJS Ketenagakerjaan : Awareness, knowledge, Intention
S - 16
Melakukan penelitian
dengan metode ethnografi (Kualitatif)
Melakukan Penelitian (Kuantitatif)
Analisis Ethnografi (Kualitatif)
Pengumpulan Data Kuantitatif Lapangan dari
9 Kota
Pengolahan dan Analisa Data
Penyusunan Laporan
1 2 3
4 5 6
S - 18
Kualitatif Survei
Ethnography
Kuantitatif Survei
Survei Lapangan
TWO STAGES SURVEYS
•Nelayan
•Pedagang Pasar Modern/Mall/Tradisionel
•Pedagang Kaki Lima
• Supir Angkot
•Usaha Kecil
•Petani
Ethnograpy Terhadap:
•Nelayan
•Pedagang Pasar Modern/Mall/Tradisionel
•Pedagang kaki lima
• Supir Angkot
•Usaha Kecil
•Petani
Survei Kuantitatif Terhadap:
S - 20
A. Target Responden Ethnography
Pekerja Bukan Penerima Upah Yaitu:
• Nelayan
• Pedagang Pasar Modern/Mall/Tradisional
• Pedagang Kaki Lima
• Supir Angkot
• Usaha Kecil
• Petani
S - 21
CONSTRAINTS
Penentuan Karakteristik Ethnography
Biaya
Waktu
OBJECTIVES
Representatifness
HIPOTESA:
Topik
B. Pertimbangan Memilih Kategori Pekerja Bukan Penerima Upah
Area
Jenis Pekerjaan
S - 22
C. Distribusi Responden Ethnography
No Lapangan Pekerjaan Jenis Pekerjaan Kota Jumlah
Responden
1 Perikanan Nelayan Cirebon 2
Makassar 1
2 Perdagangan
Pedagang Pasar Modern Jakarta 1
Pedagang Kaki Lima Jakarta 1
Pedagang Pasar Tradisional Bogor 1
3 Transportasi Supir Angkut/Kernet Jakarta 2
Medan 1
4 Industri Usaha Kecil Menangah (Home Industri)
Yogyakarta 2
Tasikmalaya 1
5 Pertanian Petani Malang 2
Cianjur 1
TOTAL 15
S - 24
57%
43%
93%
7%
68.000.000
46.000.000
PEKERJA FORMAL PEKERJA INFORMAL
Distribusi Pekerja Formal dan Informal Yang Telah Menjadi Peserta BPJS Ketenagakerjan
Belum Peserta
Peserta
S - 25
Agustus 2014
1 Berusaha Sendiri 20,486,560
2 Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar 19,275,556
3 Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar 4,176,729
4 Buruh/Karyawan/Pegawai 42,382,148
5 Pekerja Bebas di Pertanian 5,094,354
6 Pekerja Bebas di Non Pertanian 6,406,270
7 Pekerja Keluarga/Tak Dibayar 16,806,409
8 Tak Terjawab -
Total 114,628,026
Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama 2014 - bps*)
No. Status Pekerjaan Utama
Sektor Informal
S - 26
Jumlah Persentase Pekerja Sektor Informal Menurut Lapangan Usaha
Lapangan Usaha %
1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan, Perikanan 58.53%
2 Perdagangan Besar, Eceran dan Rumah makan 21.77%
3 Industri Pengolahan 6.84%
4 Angkutan, Pergudangan, Komunikasi 4.82%
5 Jasa Kemasyarakatan 3.75%
6 Bangunan 3.62%
7 Pertambangan dan Penggalian 0.56%
8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, Jasa Perusahaan'0.09%
9 Listrik, Gas dan Air Minum 0.03%
100.0%
Sumber Data BPS dan Olahan Pribadi
TOTAL
S - 27
Tingkat Pendidikan Sektor Informal
No Tingkat Pendidikan %
1 Tidak Pernah Sekolah 9.73%
2 Belum Tamat SD 20.00%
3 Tamat SD 43.82%
4 Tamat SLTP 16.01%
5 Tamat SLTA 6.56%
6 Tamat SLTA Kejuruan 3.07%
7 Tamat Diploma I/II/III 0.36%
8 Universitas 0.47%
100.00%
Sumber Data BPS dan Olahan Pribadi
TOTAL
S - 28
Pengumpulan Data ETNOGRAPHY
Analisa Catatan Harian/
Kegiatan
Diary
Wawancara Di Tempat
Observasi-Shadowing
Pengamatan Rahasia
(Observasi)
Dokumentasi Berupa Photo
Atau Video
D. Berbagai Teknik Pengumpulan Data Ethnography
S - 29
E. Proses Pengumpulan Data Ethnography
Tim Riset Pusat
Field Officer
Target Lingkun
gan
Target Individu
Target Individu Terpilih
Brifng Observasi Pemilihan Pendekatan
Inter aksi
Target Individu Terpilih
Pendalaman
Kamera Deskripsi
Profil Recorder Recorder
TAHAP
KEG
IATA
N
TOO
LS
S - 30
FIELD NOTES
Interactive On-Going Process
F. Strategi Analisa Data Ethnography
Data Collections
Running Analysis
Further Analysis
Deeper Analysis
Running Description
Forgotten Episodes
New Ideas
Personal Impression
Methodological Notes
Coding (Categorizing)
Sorting (Pattern Searching)
Outilers?
DIG for Pattern
S - 32
1
2
3
4
5
6
7
TAHAPAN KUANTITIF SURVEI
Identifikasi masalah
Desain Metodologi survey
Pengembangan Kuesioner
Pengumpulan Data Lapangan
Quality Control data Lapangan dan Data Entry
Analisa Data dan Tabulasi
Presentasi Hasil Survei, Laporan Hasil Survei
S - 33
A. Target Populasi Survei
Pekerja Bukan Penerima Upah Yaitu:
• Nelayan
• Pedagang Pasar Modern/Mall/Tradisional
• Pedagang Kaki Lima
• Supir Angkot
• Usaha Kecil
• Petani
• Pria atau Wanita
• Usia 20 - 40 tahun
• Bertempat tinggal di wilayah yang disurvei
• Bekerja sehari-hari sebagai kategori pekerja bukan penerima upah dari kalangan Nelayan,
Pedagang Pasar Modern/Mall/Tradisional, Supir Angkot, Usaha Kecil,Petani
B. Kriteria Responden
S - 34
C. Distribusi Sampel
No Lapangan Pekerjaan Jenis Pekerjaan Kota Jumlah
Responden
1 Perikanan Nelayan Cirebon 40
Makassar 40
2 Perdagangan Pedagang Pasar Modern/Kaki Lima Jakarta 40
Pedagang Pasar Tradisional Bogor 40
3 Transportasi Supir Angkut/Kernet Jakarta 40
Medan 40
4 Industri Usaha Kecil Menangah (Home Industri)
Yogyakarta 40
Tasikmalaya 40
5 Pertanian Petani Malang 40
Cianjur 40
TOTAL 400
S - 35
Data diperoleh dengan cara face to face interviewer dengan menggunakan kuesioner
sebagai intrumen survei.
Quality Control dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : a. Tahapan di Lapangan
Data yang diterima dari interviewer akan dicek secara ramdom sebanyak 30%.
Pengecekan di lapangan dilakukan dengan 2 cara, yaitu : • Menemui responden secara langsung • Menghubungi responden melalui telepon
b. Tahapan di Data Entry Disamping pengecekan lapangan, pengecekan juga dilakukan pada tahap Entry Data dengan cara double checking secara random dari kuesioner yang sudah di-entry.
E. Metode Kontak
F. Quality Control
Purposive Sampling sesuai jenis pekerjaan
D. Teknik Sampling
S - 37
• Sektor Informal yang diteliti menunjukkan keberagaman, baik dari sisi tingkat sosial ekonomi, situasi pekerjaan, attitude terhadap resiko pekerjaan dan masa depan.
• Pekerjaan Nelayan dan Petani dikerjakan karena alasan sudah tradisi, turun temurun. Sedangkan pekerja sektor lain menyebut tidak adanya keterampilan lain sebagai alasan memilih sektor pekerjaannya.
• Sektor Petani dan Nelayan adalah sektor paling bawah jika dilihat dari sisi tingkat pengeluaran keluarga, juga paling bawah dari sisi pendidikan yang ditamatkan. Sedangkan pedagang relatif paling tinggi tingkat pengeluarannya bersama dengan Supir Angkot/Ojek. Pedagang relatif makmur karena juga paling banyak yang pasangannya ikut bekerja, sedangkan nelayan adalah profesi yang paling sedikit pasangannya ikut bekerja. Di sisi lain, Nelayan dan Petani paling banyak prosentasenya yang memiliki pekerjaan sampingan. Nampaknya hal ini terkait dengan siklus ritme pekerjaan mereka yang kadang memang ada interupsi.
• Hasil etnografi menunjukkan pasangan yang bekerja sangat menunjang income keluarga.
• Dari sisi Gender, para Petani, Nelayan dan Supir Angkot/Ojek sangat male-dominated, sedangkan sektor perdagangan dan UKM lebih campuran.
S - 38
• Dari sisi kesejahteraan memang nampak bahwa nelayan yang paling bawah. Prosentase Nelayan yang menyatakan “penghasilannya mencukupi atau lebih dari pengeluarannya”, paling rendah dibandingkan profesi lainnya.
• Prosentase nelayan yang mengaku “penghasilannya lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran” tertinggi dibandingkan profesi lainnya.
• Ditinjau dari kecukupan penghasilannya, profesi Supir Angkot/Ojek adalah yang paling tinggi prosentase merasa cukup, atau lebih penghasilannya dibandingkan dengan pengeluaran.
• Jika dilihat selisih prosentase yang menyatakan “Penghasilan lebih” dikurangi dengan prosentase yang menyatakan “Penghasilan kurang”, maka pedagang adalah yang terbesar selisihnya.
• Jadi secara keseluruhan nampaknya sektor perdagangan relatif paling tinggi kesejahteraannya, lalu disusul Supir Angkot/Ojek dan Petani sedangkan Nelayan jelas tertinggal di belakang.
S - 39
• Prosentase yang merokok tinggi di sektor-sektor yang “male dominated”, dipimpin oleh Nelayan dan Supir Angkot/Ojek, lalu Petani. Sedangkan sektor perdagangan karena porsi wanitanya cukup besar, maka prosentase yang merokok secara keseluruhan relatif lebih kecil.
• Miskinnya Nelayan juga nampak dari uang rata-rata yang dihabiskan untuk merokok cukup rendah.
• Uang yang dihabiskan untuk merokok per hari berada pada kisaran rata-rata Rp 8.500 an (Petani) hingga Rp 16.000 an (Supir Angkot/Ojek). Jadi per bulan sekitar Rp 255.000 an sampai dengan Rp 480.000.
• Jika sebagian kecil dari uang merokok ini bisa disisihkan untuk jaminan sosial mereka, tentunya akan mendatangkan manfaat yang lebih baik. Edukasi tentang hal ini dapat dipertimbangkan dalam komunikasi tentang jaminan sosial. Tidak sampai berhenti merokok, tetapi hanya berpuasa merokok barang 2 atau 3 hari sebulan sudah mencukupi untuk mendapatkan perlindungan JKK dan JKM.
S - 40
• Pada umumnya untuk belanja keperluan sehari-hari, pekerja sektor infromal mencari tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Karena Nelayan dan Petani tinggal di pinggiran kota atau pedesaan maka mereka kurang bersentuhan dengan minimarket, sebaliknya untuk pekerja di perkotaan (urban) seperti pedagang dan UKM lalu Supir Angkot/Ojek agak banyak bersentuhan dengan minimarket.
• Jadi jika minimarket dilihat potensinya untuk tempat pembayaran iuran, maka ini hanya cocok untuk sektor perkotaan seperti : pedagang, UKM dan Supir Angkot/Ojek.
• Segmen Nelayan dan Petani yang paling “takut” membeli dengan mencicil, sedangkan Pedagang dan UKM paling nyaman untuk mencicil. Adanya ketakutan di kalangan Nelayan dan Petani untuk mencicil ini mungkin terkait dengan sifat fluktuasi penghasilannya. Dari hasil etnografi kelompok ini takut terjerat rentenir.
• Cara membayar cicilannya berbeda, Supir Angkot/Ojek paling familiar ke bank, sedangkan Nelayan dan Petani caranya lebih tradisional yaitu didatangi atau ke koordinatornya. Prosentase Pedagang dan UKM yang membayar ke Leasing relatif banyak, ini terkait dengan jenis barang yang dicicilnya (motor).
S - 41
• UKM adalah sektor yang paling tinggi prosentasenya untuk meminjam (sekitar 2 kali sektor lain). Pinjaman tersebut sifatnya produktif karena utamanya dipakai untuk modal usahanya. Sebaliknya, Supir Angkot/Ojek yang paling jarang meminjam.
• Pada umumnya Bank dan Koperasi menjadi tempat meminjam utamanya. Peran koperasi relatif terkuat di kalangan Petani. Menariknya peran saudara kandung sebagai sumber pinjaman paling menyolok di kalangan Pedagang.
• Nelayan memang nampaknya paling “Kepepet” secara ekonomi, sebab cukup banyak yang meminjam untuk keperluan rutin saja seperti bayar sekolah.
S - 42
• Modus pembayaran cicilan favorit masih tetap bulanan. Memang cukup banyak yang juga membayar harian di kalangan pedagang, tapi masih kalah dari yang bulanan.
• Kembali segmen Pedagang dan UKM menunjukkan “kemakmuran”nya karena tertinggi prosentasenya yang memiliki tabungan.
• Menariknya di kalangan Nelayan dan Petani, kesadaran menabung untuk cadangan uang saat tidak bekerja paling menyolok. Hal ini tentunya terkait dengan sifat usaha mereka yang fluktuatif.
• Keperluan menabung lain yang besar juga adalah untuk keperluan sekolah dan modal usaha.
• Secara umum, bentuk tabungan adalah uang, kecuali sebagian kecil Petani yang memilih bentuk ternak. Hal ini juga diperkuat hasil etnografi yang menunjukkan memang ada petani yang sangat percaya lebih baik memelihara sapi sebagai hal yang menguntungkan.
• Menariknya secara umum masih banyak yang suka menabung di rumah, terutama di kalangan Petani yang menjadikan ini modus utamanya, demikian juga di kalangan Nelayan dan UKM.
S - 43
• Tempat biasa membayar listrik adalah via “agen pembayaran” sebagai tempat favoritnya, kecuali untuk Pedagang. Pembayaran listrik melalui koordinator cukup besar juga di kalangan segmen Petani dan UKM, dan Koperasi penting untuk Petani.
• Minimarket sebagai tempat pembayaran tidak populer, hanya sedikit dari kalangan Pedagang yang memakainya.
• Tempat pembayaran Telpon rumah dan PAM bukanlah indikator yang baik untuk melihat kemana mereka membayar keperluan rutin bulanannya sebab tidak banyak yang punya telepon rumah, maupun juga PAM.
• Bank bukanlah tempat pembayaran cicilan bulanan! Sebab berurusan dengan bank dipersepsi sebagai : ribet, rumit, malu atau tidak biasa.
S - 44
• Kesehatan (menjadi sakit) adalah kekhawatiran utama di masa depan untuk semua sektor. Hal ini tentu berkaitan dengan fakta bahwa kalau sakit membutuhkan biaya dan hilangnya sumber nafkah bagi sektor informal ini. Problemnya, produk BPJS TK yang ditawarkan tidak mencakup ini kecuali kecelakaan yang terkait kerja.
• Hal kedua yang dikhawatirkan berbeda antar sektor. Pedagang dan UKM khawatir tentang pendidikan anaknya, sedangkan Petani dan Supir Angkot/Ojek khawatir kalau tidak mampu bekerja lagi. Kekhawatiran Nelayan terbagi antara hilang pekerjaan dan biaya pendidikan anak.
• Jika dilihat khususnya tentang kecelakaan kerja, yang paling besar prosentasenya khawatir kecelakaan kerja adalah Supir Angkot/Ojek lalu Nelayan. Hal ini bisa dimengerti karena sifat pekerjaannya. Tapi prosentase yang khawatir kecelakaan kerja tetap kecil di bawah 10%.
• Tentang kecelakaan kerja, menariknya, selain sektor Supir Angkot/Ojek dan Nelayan yang mengkhawatirkan mengalami kecelakaan kerja, ternyata Pedagang ketika eksplisit ditanyakan tentang hal itu, besar yang menyatakan khawatir. Jadi sebenarnya Supir Angkot/Ojek, Nelayan dan Pedagang khawatir tentang kecelakaan kerja.
S - 45
• Awareness yang lumayan relatif besar di kalangan Supir Angkot/Ojek dan Nelayan (dibandingkan sektor lain) untuk resiko kecelakaan kerja ini diperkuat dengan persepsi mereka akan besarnya resiko kecelakaan kerja ini.
• Sebenarnya, memang dari pengalaman kecelakaan kerja hingga masuk RS yang terbesar prosentasenya di kalangan Nelayan. Menariknya, justru sedikit dari kalangan Supir Angkot/Ojek, justru yang lumayan prosentasenya adalah dari Pedagang dan UKM. Tapi jumlah responden terlalu kecil untuk melakukan analisa lebih pasti.
• Jadi agaknya persepsi terhadap resiko kecelakaan kerja masih minor atau belum begitu menjadi perhatian (concern). Hal ini menjadi tantangan bagi BPJS TK dalam mengajak mereka menjadi peserta.
• Ketika benar terjadi masuk RS, sebagian besar menyatakan biaya ditanggung mereka sendiri. sedangkan biaya ditanggung Jamkesmas sekitar 11%.
S - 46
• Jadi secara umum dapat dilihat akar kekhawatiran yang utama adalah : kehilangan sumber penghasilannya, terutama disebabkan sakit. Sebab sektor informal ini memiliki karakter “tidak bekerja, tidak makan”.
• Kekhawatiran terhadap biaya pendidikan anak justru kecil di kalangan Petani, Supir Angkot/Ojek dan Nelayan. Apakah ini mencerminkan mereka kurang memandang penting pendidikan? Sebab pendidikan sektor ini relatif rendah. Atau justru karena semacam sikap “Nerimo” sehingga tidak berharap mampu menyekolahkan anaknya lebih tinggi lagi.
• Sebaliknya, sektor Pedagang dan UKM yang pendidikannya relatif tinggi justru mengkhawatirkan biaya pendidikan anak.
• Kedua hal di atas patut menjadi pertimbangan dalam memperkenalkan benefit ekstra yang ditawarkan oleh BPJS TK yaitu program beasiswa.
S - 47
• Hanya sedikit sekali yang memikirkan pensiun, sebagian besar akan tetap bekerja selama masih kuat dan belum memikirkan pensiun. Pensiun tidaklah menjadi bagian mindset dari sektor informal ini.
• Antusiasme untuk menabung agar ketika pensiun punya sumber penghasilan cukup besar. Paling besar di kalangan Pedagang (hingga 90%), lalu disusul Supir Angkot/Ojek, kemudian sektor-sektor lain. Memang lebih rendah tapi masih di atas separuhnya. Hal ini menggambarkan potensi (maksimum) dari program JHT di kalangan mereka.
• Mereka yang tidak tertarik menabung untuk hari tuanya, alasan sangat dominannya karena memang tidak punya uangnya. Jadi kebutuhan hari ini saja masih pas-pasan.
• Nelayan adalah sektor yang paling tidak mengetahui adanya program jaminan sosial dari pemerintah (sekitar separuhnya), lalu disusul sektor Pedagang. Sektor-sektor lain cukup besar yang menyatakan tahu adanya program jaminan sosial.
S - 48
• Untuk yang tertarik produk BPJS TK, pada dasarnya tertarik karena jaminan kecelakaan kerja. Terutama di kalangan Nelayan. Sedangkan di kalangan UKM tersebar aneka alasan.
• Persepsi bahwa “iuran bulanan BPJS TK” mahal terkuat di kalangan Nelayan dan Petani. Sedangkan yang paling merasa ringan adalah Supir Angkot/Ojek, lalu Pedagang, kemudian UKM.
• Ironinya adalah sebenarnya Nelayan menganggap manfaatnya besar, demikian juga sektor lainnya. Jadi Nelayanpun pada dasarnya mengakui manfaatnya besar tapi tidak punya uang untuk membayarnya (tapi punya uang buat merokok!).
• Secara konsisten tingkat ketertarikan dan persepsi manfaat turun ketika dijelaskan Produk Dasar plus JHT. Paling mencolok penurunan ini adalah di kalangan Nelayan (sekitar minus 40%), jauh di atas sektor lainnya, lalu disusul Petani (sekitar minus 20%), dan Pedagang (sekitar minus 17%). Paling kecil di kalangan UKM hanya minus sekitar 6% lalu Supir Angkot/Ojek (sekitar minus 12%). Jadi penambahan JHT tidak menaikkan daya tariknya maupun persepsi manfaatnya. Terutama sekali di kalangan Nelayan dan Petani.
S - 49
• Ketidaktertarikan terhadap Produk Plus ini utamanya terkait dengan “Biaya” dan “Belum membutuhkan”. Uniknya di kalangan Pedagang “Khawatir pencairannya lama”, juga menjadi alasan penting. Rupanya JHT dipandang seperti deposito saja, bukan untuk jangka panjang.
• Nelayan dan Supir angkot/Ojek adalah yang paling sangat antusias tertarik dengan konsep-program JKM, JKK dan JHT, ketika dijelaskan manfaatnya tapi belum dijelaskan tentang besar kewajiban iurannya. Sementara, UKM dan Petani yang paling rendah antusiasmenya. Memang ketertarikannya semua sekitar 60% atau lebih.
• Tidak terdapat perbedaan yang mencolok mengenai ketertarikan pada masing-masing konsep program tersebut di atas. Jadi pada dasarnya mereka tertarik dengan konsep umum jaminan sosialnya saja, tetapi kurang mampu mendiferensiasi sesuai keperluan mereka.
S - 50
• Ketika dijelaskan Produk Dasar hingga besar santunan dan kewajiban iurannya, pada dasarnya tingkat ketertarikannya masih serupa dengan semula.
• Di kalangan yang belum tertarik produk dasar beragam alasan diberikan. Di kalangan Nelayan terutama karena “Merasa belum butuh”, demikian juga Pedagang. Kalau Petani “Khawatir dengan masalah uang”, demikian juga UKM. Sedangkan Supir Angkot/Ojek dengan kritis “Khawatir nanti kenyataannya mengecewakan”. Menariknya justru di kalangan Pedagang dan UKM inilah yang prosentasenya paling tinggi menjawab “Sudah ikut asuransi lain”.
• Secara umum tingkat ketertarikan akan meningkat terutama terkait dengan besarnya iuran (masih ingin lebih murah), serta menginginkan sosialisasi lebih banyak lagi dan harapan akan memperoleh layanan yang baik. Khususnya para Supir Angkot/Ojek, mereka ini relatif lebih kritis dan memiliki rasa ketidakpercayaan yang tinggi akan realisasinya.
S - 51
• Dalam hal keikutsertaan organisasi, Petani bersifat paling religius, sebab 4 dari 5 Petani ikut kelompok pengajian dan sejenisnya. Demikian juga UKM, lebih dari separuh ikut pengajian. Sedangkan prosentase yang ikut kelompok profesi kuat di kalangan Nelayan dan Petani. Sementara, Pedagang dan Supir Angkot/Ojek umumnya mengaku tidak ikut organisasi.
• Jadi jika ingin menjangkau berbagai sektor ini melalui kelompok organisasinya mesti dilakukan secara sektoral. Untuk Petani dan Nelayan bisa melalui kelompok pengajian dan profesinya, sementara untuk Supir Angkot/Ojek dan Pedagang kurang efektif lewat organisasi.
• Pola tempat nongkrong bervariasi sekali. Petani dan Supir Angkot/Ojek di warung, Nelayan di sekitar dermaga dan TPI. Pedagang dan UKM relatif paling banyak yang tidak banyak nongkrong. Kemungkinan karena habis waktu untuk kerja.
• Influencer tentang jaminan sosial adalah keluarga terdekat, dimulai dari pasangannya sendiri dan orang tua.
S - 53
• Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi terendah • Sifat penghasilan musiman, sangat tergantung
keadaan alam • Perlu peningkatan kesejahteraan agar memiliki
daya beli
Pendekatannya mempertimbangkan keragaman sosial ekonomi, perilaku dan attitude-nya.
Sektor Informal Tidak Homogen
Petani & Nelayan di Segmen Bawah
• memiliki perilaku orang kota • memiliki kekritisan • Memiliki rasa tidak percaya yang besar
Pedagang & Supir Angkot/Ojek
Bersifat Urban
S - 54
Tipe Product Menurut Usage, Price dan Effort
Unsought • Awareness kecil • Orang kurang merasa butuh
Convenience • Sering dipakai • Frekuensi beli tinggi • Harga murah
Specialty • Jarang dibeli • Harga mahal • Perlu upaya khusus mendapat-
kannya (barang mewah misalnya)
Shopping • Lebih jarang dibeli • Harga lebih tinggi • Perlu pertimbangan matang
S - 55
Asuransi dan
Jaminan Sosial
Unsought Product
Strategi :
aggressive advertising & Personal
Sellling
Tantangan: Sektor infromal
banyak yang
daya belinya rendah
S - 56
Memperkenalkan dirinya kepada sektor informal
First step: Create Awareness Home Work
Produk Baru bagi Sektor Informal
Sosialisasi/promosi keberadaan BPJS TK
Sosialisasi/promosi produk-produk
BPJS TK
Informasi bahwa sektor informal
tercakup didalamnya
Above The Line & Below The Line
Tertarik dan Bergabung
S - 57
Untuk mengubah awareness dan persepsi terhadap faktor resiko pekerjaan sumber penghasilan, karena untuk sektor ini “Tidak kerja tidak makan” dan jika celaka/sakit maka beban ganda.
• Membandingkannya dengan pengeluaran untuk merokok
• Mengedukasi tentang kesehatan, keselamatan dan masa depan
Harga tidak mahal dan manfaat diakui, namun minta harga lebih murah
Edukasi tentang Value
Edukasi tentang
Risk Perception
Produk Dasar Dianggap Menarik
Problemnya :
Persepsi Value Produk belum terbentuk baik
Edukasi
S - 58
Produk Dasar
Plus JHT
Tidak mendongkrak daya tarik jaminan sosial
Uang Ekstra
Persepsi Manfaat jauh di depan
Mindset: Tidak ada kata Pensiun
Terus bekerja hingga tidak kuat
Bantalan sosial di masa depan : keluarga atau anak
Problematik : Batas usia Pensiun
Usia pensiun perlu dikaji, dan ada diferensiasi
dengan sektor formal
S - 59
• Dalam sudut pandang marketing, maka sebelum meluncurkan program marketing, analisa STP (Segmentation, Targeting, Positioning) biasa dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta memberi arah aktivitas-aktivitas marketing.
• Survei ini dari segi profesi mencakup 5 segmen utama sektor informal yaitu : Pedagang, UKM, Nelayan, Petani dan Supir Angkot/Ojek.
• Ditinjau dari sisi Daya beli dan Ketertarikan, maka target segmen jangka pendek untuk digarap adalah: Supir angkot/ojek dan Pedagang (khususnya mall/ITC).
59
Pedagang
UKM
Nelayan
Petani
Sopir Angkot/
Ojek
• Ukuran segmen tidak representative. Diduga segmen Supir angkot/ojek relatif lebih kecil demikian juga Nelayan. Sedangkan Petani, Pedagang dan UKM relatif besar.
TARGET (SHORT TERM)
TARGET (SHORT TERM)
S - 60
Strategi marketing secara garis besar dituangkan melalui 4 aspek yaitu : Produk, Harga (Price), Place (Distribusi) dan Promosi (Komunikasi), atau terkenal dengan nama 4P.
4P Aggressive campaign
“Near” & Convenience
Value
Change of Mindset
S - 61
Prioritas Produk Dasar (JKK dan JKM)
Daya tarik lebih besar dan iuran lebih ringan
Kendala : Regulasi Sektor informal tidak mengenal
Usia Pensiun
Pekerjaan sektor informal (pedagang/UKM) adalah alternatif untuk : • sektor formal ketika
pensiun, • sektor informal lain
ketika fisik tidak mampu Bagaimana definisi usia pensiunnya?
Lebih tua? Produk BPJS TK Untuk Sektor
informal
Menuntut advertising/promosi
yang aggressive
Produk Plus (JKK, JKM dan JHT)
bisa untuk Supir angkot/ ojek, Pedagang dan pemilik
UKM, asalkan hasil pengembangan
dikomunikasikan
S - 62
1 • Menentukan besaran iuran yang terjangkau dan besarannya simpel mudah diingat,
agar memberi kesan “tidak ribet” dan membangun kepercayaan.
2 • Komunikasikan transparansi, cara mengecek saldo JHT yang mudah
3 • Untuk Core Benefit JKK, sebaiknya diperjelas peran Trauma Center dan
pemakaiannya, agar bisa menjadi daya tarik, sebab ini adalah aspek serupa dengan “jaminan kesehatan
4 • Adanya ekstra benefit seperti bea siswa, bisa dieksekusi sebagai beasiswa yang
bersifat rutin, agar dalam jangka menengah para penerima beasiswa bisa menjadi sarana promosi bagi BPJS TK, lebih lanjut memberikan kesempatan untuk membangun image BPJS TK yang “peduli”.
Pengembangan Fitur Produk :
S - 63
Kehadiran BPJS TK bagi sektor Informal
Produk Dasar dan Plus
Edukasi Value dari produk
Edukasi Resiko dan Masa depan
Content Strategy
PULL : ABOVE THE LINE
PUSH : BELOW THE LINE
TV SMS BLAST
BANNER KUNJUNGAN LANGSUNG
PAGUYUBAN
Aware to Convince
Aggressive Promotion
S - 64
Membangun awareness terhadap kehadiran BPJS TK bagi sektor informal dan produk–produk BPJS TK serta knowledge of core benefit.
Melakukan kampanye aggressive untuk memperkenalkan produk dasar ke sektor informal dan kehadiran BPJS TK bagi sektor informal.
Tujuan Umum
Strategi Umum
S - 65
Tentang BPJS TK bagi sektor informal
dan Produknya
Edukasi tentang Value
Edukasi tentang
Antisipasi Resiko pekerjaan
Untuk membangun awareness tentang jaminan sosial bagi sektror informal,
produk dan benefitnya serta sosialisasi kehadiran
BPJS TK.
Untuk membangun awareness tentang
value jaminan sosial agar menyadari bahwa
nilai uang yang dibayarkanm urah,
misalnya jauh dibawah uang rokok dengan manfaat yang besar.
untuk mengubah mindset yang cenderung
memandang remeh resiko pekerjaan, dan
membiasakan diri membuat antisipasi
S - 66
PULL STRATEGY Above The Line via Media Massa (TV)
kesiapan menyediakan berbagai channel
PUSH STRATEGY
Sales Promotion
Personal Selling
Butuh sumber daya
manusia yang banyak
efektif menjangkau audience yang luas
dalam waktu singkat
untuk menciptakan awareness produk
BPJS Ketenagakerjaan
Pendekatan one-on-one
Untuk berbagi knowledge
dan convincing
+
+
Contoh: Untuk mencapai pedagang pasar modern (ITC dan sejenisnya). Pembukaan outlet BPJS TK disertai dengan armada sales yang mendatangi semua outlet untuk menjelaskan tentang produk BPJS TK dan menerima aplikasi juga. Dibekali dengan brosur serta berbagai info tentang BPJS TK dan produknya serta outletnya.
S - 67
Channel
Program
Content
TVOne dan lainnya bergantung segmen sasaran
Sinetron, berita, talk show, dan olah raga/bola
Concern tentang kehidupan dan bahasa penyampaian mudah dimengerti sesuai dengan tingkat pendidikan
TV
SMS Blast
Terlokalisir di daerah-daerah potensial dimana banyak pekerja informal
Content ringkas
pointer harus jelas Terutama bagi yang ingin menindaklanjuti
1
2
Internet
Websitenya : facebook, google dan detik.com
Khususnya untuk pedagang pasar modern
3
S - 68
Personal selling Brosur Training Ada target
Sosialisasi melalui
kelompok
Gandeng tokoh lokal/panutan/ ketua kelompok
Sesuaikan dengan kebiasaan berorganisasi dan tempat berkumpulnya
Ada keseragaman, content dan cara penyampaian juru sosialisasinya
Banner di tempat
strategis relevan
Nelayan melalui kelompok nelayan, berkumpul di TPI
dan dermaga
Petani melalui kelompok tani atau
pengajian
• Tentang kehadiran BPJS TK bagi sektor informal • Contoh : pasar tradisional/modern, terminal,
TPI, sentra pedagang Kaki Lima, sentra UKM dll
S - 69
Mass Media Opinion Leader Follower/
Target Audience
• Untuk create awareness program Jaminan Sosial BPJS TK
• Membangun knowledge
• Untuk menjangkau kelompok-kelompok yang percaya pada ketua-ketua kelompoknya
• Leader mentransmisikan pesan dan knowledge kepada pengikutnya
• Cocok untuk Petani dan Nelayan
• Ditujukan langsung kepada mereka sebagai target audience.
• Cocok untuk kelompok Supir Angkot/Ojek, UKM dan Pedagang
S - 70
Tempat mendaftar
Tempat membayar iuran
Strategi Place
“Dekat” secara real
lokasi ataupun psikis
Bukan kantor bank atau minimarket*)
Agen tempat pembayaran Listrik
ATM (banyak peserta
menggunakannya)
Mendekatkan diri ke segmen target,
misal outlet BPJS TK di ITC atau sejenisnya
*kecuali di urban untuk pedagang, sopir, UKM
Jemput Bola, datangi rumah/tempat kerja
Jemput Bola, datangi rumah/tempat kerja/hangout
S - 71
Produk Price Place Promotion
Produk dasar dan Produk Plus
Dalam komunikasi untuk gender pria, bandingkan dengan nilai uang rokok tiap hari
Membayar iuran di : ATM, Koordinator pedagang, cabang BPJS TK di pasar atau sejenisnya, dan Minimarket
Below the line: Mendatangi langsung sentra para pedagang di pasar (personal selling)
Untuk produk Plus, menekankan adanya hasil pengembangan
Bilamana memungkinkan : membayar secara cicilan
Didatangi ke tempat kerja
Promosi via internet seperti facebook dan google serta detik.com. Banner di sentra pedagang
Edukasi tentang cara cek saldo sebagai bagian dari transparansi
Above the line: TV : TV One & SCTV Acara : Berita & Sinetron Jam : 18-22
*) Catatan: matrix –matrix ini hanya berisi komponen strategi 4P yang berbeda terkait segmen yang berbeda
S - 72
Produk Price Place Promotion
Produk dasar dan Produk Plus (utamanya bagi pemilik UKM)
Dalam komunikasi untuk gender pria, bandingkan dengan nilai uang rokok tiap hari
Membayar iuran di : Koordinator di desa UKM, Agen pembayaran listrik
Below the line: Mendatangi langsung sentra UKM (kerajinan, makanan dll) personal selling
Untuk produk Plus, menekankan adanya hasil pengembangan
ATM (UKM enggan ke bank sebagian karena antrian) Didatangi ke tempat kerja, Minimarket
Kerjasama dengan kelompok profesi dan pengajian. Banner di sentra UKM
Edukasi tentang cara cek saldo sebagai bagian dari transparansi
Above the line: TV : TV One & Indosiar Acara : Berita, Sinetron, & musik Jam : 20-21
*) Catatan: matrix –matrix ini hanya berisi komponen strategi 4P yang berbeda terkait segmen yang berbeda
S - 73
Produk Price Place Promotion
Produk dasar
Dalam komunikasi, bandingkan dengan nilai uang rokok tiap hari
Membayar iuran di : agen pembayaran listrik. Didatangi ke rumah. Melalui paguyuban
Below the line: Mendatangi langsung TPI atau dermaga tempat berkumpul nelayan
Edukasi tentang resiko pekerjaan dan manfaat JKK serta JKM
Menawarkan produk melalui paguyuban nelayan.
Melibatkan ketua paguyuban nelayan lokal atau ketua kampung nelayan
Above the line: TV : RCTI, Indosiar, & ANTV Acara : Sinetron, Berita, & Olahraga Jam : 18-22
*) Catatan: matrix –matrix ini hanya berisi komponen strategi 4P yang berbeda terkait segmen yang berbeda
S - 74
Produk Price Place Promotion
Produk dasar
Dalam komunikasi, bandingkan dengan nilai uang rokok tiap hari
Membayar iuran di : agen pembayaran listrik. Didatangi ke rumah.
Below the line: mendatangi paguyuban petani
Edukasi manfaat JKM Menawarkan produk melalui paguyuban petani
Melibatkan ketua paguyuban petani lokal atau ketua kampung petani
Above the line: TV : RCTI, TVOne, & TransTV Acara : Berita, Sinetron, & Talkshow (pertanian/usaha) Jam : 18-21
*) Catatan: matrix –matrix ini hanya berisi komponen strategi 4P yang berbeda terkait segmen yang berbeda
S - 75
Produk Price Place Promotion
Produk dasar dan Produk Plus
Dalam komunikasi bandingkan dengan nilai uang rokok tiap hari
Agen pembayaran listrik, Minimarket
Below the line: Mendatangi terminal atau warung tempat nongkrong
Untuk produk Plus, menekankan adanya hasil pengembangan
Menawarkan produk melalui paguyuban sopir/ojek
Iklan ditempel pada body angkot Banner di Terminal
Edukasi tentang cara cek saldo sebagai bagian dari transparansi
Above the line: TV : TVOne, GlobalTV, & SCTV Acara : Berita & Olahraga Jam : 18-23
Edukasi tentang resiko pekerjaan, pentingnya antisipasi kecelakaan kerjadan manfaat JKK
*) Catatan: matrix –matrix ini hanya berisi komponen strategi 4P yang berbeda terkait segmen yang berbeda