33
Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Terakreditasi A SK BAN PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui Drama ‘GoblinSkripsi Oleh Kartika Dewi Nugraha 2013330059 Bandung 2019

Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

Universitas Katolik Parahyangan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Terakreditasi A

SK BAN –PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014

Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

Drama ‘Goblin’

Skripsi

Oleh

Kartika Dewi Nugraha

2013330059

Bandung

2019

Page 2: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

Universitas Katolik Parahyangan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Terakreditasi A

SK BAN –PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014

Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

Drama ‘Goblin’

Skripsi

Oleh

Kartika Dewi Nugraha

2013330059

Pembimbing

Albert Triwibowo, S.IP., M.A.

Bandung

2019

Page 3: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Tanda Pengesahan Skripsi

Nama : Kartika Dewi Nugraha

Nomor Pokok : 2013330059

Judul : Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

Drama ‘Goblin’

Telah diuji dalam Ujian Sidang jenjang Sarjana

Pada Jumat, 2 Agustus 2019

Dan dinyatakan LULUS

Tim Penguji

Ketua sidang merangkap anggota

Sapta Dwikardana, Ph.D. : ________________________

Sekretaris

Albert Triwibowo, S.IP., M.A. : ________________________

Anggota

Jessica Martha, S.IP., M.I.Pol. : ________________________

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Pius Sugeng Prasetyo, M.Si.

Page 4: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

Pernyataan

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Kartika Dewi Nugraha

NPM : 2013330059

Jurusan/Program Studi : Hubungan Internasional

Judul : Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

Drama ‘Goblin’

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya tulis ilmiah

sendiri dan bukanlah merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh

gelar akademik oleh pihak lain. Adapun karya atau pendapat pihak lain yang

dikutip, ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.

Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan bersedia menerima

konsekuensi apapun sesuai aturan yang berlaku apabila di kemudian hari

diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar.

Bandung, 7 Agustus 2019

Kartika Dewi Nugraha

Page 5: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

i

Abstrak

Nama : Kartika Dewi Nugraha

NPM : 2013330059

Judul : Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui Drama

„Goblin‟

Penelitian ini dibuat sebagai upaya melihat lebih jauh bagaimana Korea Selatan

menggunakan drama ‟Goblin‟ sebagai salah satu contoh dari Korean Wave

sebagai media diplomasi budaya di Indonesia. Korea Selatan adalah salah satu

negara yang sangat aktif dalam melaksanakan diplomasi budaya dan berhasil

menjadikan Korean Wave sebagai alatnya. Maka dari itu peneliti merumuskan

pertanyaan penelitian “Bagaimana cara Korea Selatan menggunakan drama

‘Goblin’ sebagai media diplomasi budaya di Indonesia?”. Sebagai negara

monokultural, budaya adalah unsur penting bagi Korea Selatan. Hal itulah yang

kemudian dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai alat diplomasi. Dengan

diplomasi budaya, Korea Selatan berusaha untuk membentuk citra yang positif di

dunia internasional. Ada banyak jenis Korean Wave, salah satunya adalah melalui

drama TV seri atau yang biasa disebut drama Korea. Ada banyak sekali drama

Korea terkenal di Indonesia, salah satunya adalah drama berjudul „Goblin‟, hingga

memunculkan istilah „Demam Goblin‟ di Indonesia karena kepopulerannya.

Korea Selatan menggunakan drama „Goblin‟ untuk mempromosikan budaya

tradisionalnya dengan menampilkan pakaian tradisional dan lokasi-lokasi

pariwisata. Lokasi-lokasi tersebut kemudian masuk ke dalam tema tur baru di

situs turisme resmi Korea Selatan, Visit Korea. Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang

dapat diakui kredibilitasnya dan kemudian dianalisis lebih lanjut. Penelitian ini

menggunakan konsep diplomasi budaya yang menjelaskan tentang penggunaan

budaya sebagai alat diplomasi sebuah negara dalam memenuhi kepentingan

nasional. Selain itu digunakan juga konsep ‘movie-induced tourism‟ yang

menjelaskan tentang penggunaan film sebagai alat promosi pariwisata degan

menampilkan lokasi-lokasi yang indah sebagai lokasi pengambilan gambar.

Kata kunci: diplomasi budaya, movie –induced tourism, Korea Selatan, Indonesia,

Goblin

Page 6: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

ii

Abstract

Name : Kartika Dewi Nugraha

NPM : 2013330059

Title : South Korea’s Cultural Diplomacy in Indonesia Through ‘Goblin’

Drama

This research was made as to look further on how South Korea used the drama

titled 'Goblin' as one of the example of Korean Wave as an instrument of cultural

diplomacy in Indonesia. South Korea has been very active in carrying out cultural

diplomacy and has succeeded in making Korea Wave its tool. Therefore the

researcher propose the research question "How does South Korea use the

‘Goblin' drama as an instrument of cultural diplomacy in Indonesia?". As a

monocultural country, culture is an important thing for South Korea. Therefore,

the government uses it as a tool of diplomacy. With cultural diplomacy, South

Korea strives to form a positive image. There are many types of Korean Wave,

one of them is through TV drama series or commonly called Korean drama. There

are a lot of famous Korean dramas in Indonesia, one of which is a drama titled

‘Goblin’ that had raised the term of ‘Goblin fever’ in Indonesia because of its

popularity. South Korea uses the 'Goblin' drama to promote its traditional culture

by displaying traditional clothing and tourism locations in the drama. These

locations then are used by the official Korean tourism website, Visit Korea as a

new tourism theme. This research used qualitative method done by collecting

credible datas to be analyzed further. The concept used by the researcher is

cultural diplomacy which explains the use of culture as a diplomatic tool for a

state to fulfill its national interest. Another concept used to explain this research

is a concept called ‘movie-induced tourism’ which explains how movies are used

to promote a country’s tourism by using pretty places as shooting locations.

Keywords: cultural diplomacy, movie –induced tourism, South Korea, Indonesia,

Goblin

Page 7: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

iii

Kata Pengantar

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

membantu dari awal hingga akhir proses penulisan skripsi ini. Skripsi yang

berjudul “Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui Drama „Goblin‟”

ini akan membahas bagaimana Korea Selatan menggunakan drama „Goblin‟

sebagai sarana dalam melakukan diplomasi budayanya.

Penulis memilih topik ini karena konsep soft power seperti diplomasi

budaya seringkali tidak dianggap sebagai cara yang efektif dalam melaksanakan

kepentingan nasional sebuah negara. Padahal, banyak yang bisa dicapai melalui

diplomasi budaya dan Korea Selatan adalah contoh yang baik dalam membahas

keberhasilan diplomasi budaya sebuah negara.

Dalam proses penulisannya, penulis tentu tidak lepas dari kesalahan-

kesalahan dan sangat megharapkan kritik dan saran membangun demi terciptanya

hasil penelitian yang lebih baik untuk keperluan di masa mendatang.

Bandung, 7 Agustus 2019

Kartika Dewi Nugraha

Page 8: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

iv

Ucapan Terima Kasih

Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus

Kristus yang tanpa bantuan-Nya, penulis tidak akan mampu melakukan apapun.

Pertolongan-Nya setiap saat membuat penulis mampu melewati proses

perkuliahan dari awal hingga akhir.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada orang tua penulis,

Darmasto dan Tjia Indra Dewi, serta kakak penulis Adi Tama Nugraha. Terima

kasih atas segala cinta, dukungan, kerja keras, dan doa bagi penulis dari awal

perkuliahan hingga akhirnya. Terima kasih karena terus menjadi sumber kekuatan

bagi penulis dalam menjalani kehidupan perkuliahan. Tanpa kalian, penulis pasti

tidak mampu sampai di sini.

Untuk sahabat terbaik penulis, Yulia Sari. Terima kasih untuk selalu ada di

saat penulis susah maupun senang. Walaupun jarang bertemu, terima kasih karena

selalu menjadi teman terbaik bagi penulis. Semoga segala wacana yang pernah

kita bicarakan tidak berakhir menjadi wacana saja. Mari kita segerakan.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis semasa

kuliah: Yodi, Cintia, dan Ferry. Dari belasan orang hanya kita berempat yang

bertahan bersama hingga akhir. Walaupun kedepannya makin sulit untuk bertemu,

mari tetap jaga pertemanan kita.

Page 9: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

v

Terima kasih juga kepada dosen pembimbing, Mas Albert yang di tengah

kesibukannya masih meluangkan waktu untuk membantu dan memotivasi penulis

selama masa bimbingan hingga selesai proses skripsi ini. Tidak lupa juga penulis

ucapkan terima kasih kepada dosen penguji, Mas Sapta dan Mba Jess yang telah

meluangkan waktu untuk menguji penulis. Terima kasih karena telah menciptakan

suasana sidang yang tidak terlupakan dan memberikan penulis nilai yang bagus.

Kepada seluruh teman-teman ZWANZIG, teman-teman HI 2013, senior dan

junior HI UNPAR, dosen-dosen yang pernah mengajar penulis selama

perkuliahan di HI UNPAR, dan staf-staf yang telah membatu segala kegiatan

penulis selama berkuliah di sini. Terima kasih atas segala bantuannya, dalam

bentuk apapun.

Terakhir, terima kasih kepada diri saya sendiri. You nice, keep going.

Bandung, 7 Agustus 2019

Kartika Dewi Nugraha

Page 10: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

vi

Daftar Isi

Abstrak ................................................................................................................... i

Abstract .................................................................................................................. ii

Kata Pengantar …………………………………………………………………...iii

Ucapan Terima Kasih ………………………………………………………….... iv

Daftar Isi ................................................................................................................ vi

Daftar Grafik ........................................................................................................ viii

Daftar Gambar ....................................................................................................... ix

Daftar Singkatan .................................................................................................... xi

Bab I Pendahuluan ................................................................................................. 1

I.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

I.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................4

I.2.1 Pembatasan Masalah .................................................................................6

I.2.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 7

I.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................... 7

I.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

I.3.2 Kegunaan Penelitian ................................................................................. 8

I.4 Kajian Pustaka ............................................................................................... 8

Page 11: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

vii

I.5 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 11

I.6 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 17

I.6.1 Metode Penelitian .................................................................................... 17

I.6.2 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 18

I.7 Sistematika Pembahasan ...............................................................................18

Bab II Korean Wave Sebagai Sarana Diplomasi Budaya Korea Selatan ..............19

II.1 Diplomasi Budaya Korea Selatan ............................................................... .19

II.2 Korean Wave ............................................................................................... 21

II.2.1 Definisi dan Sejarah Korean Wave ........................................................ 21

II.2.2 Penyebaran Korean Wave ...................................................................... 22

II.3 Kepentingan Nasional Korea Selatan dan Korean Wave ............................ 28

II.4 Korean Wave Sebagai Sarana Diplomasi Budaya........................................30

II.5 Drama „Goblin‟ …………………………………………………………... 34

Bab III Analisis Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui Drama

„Goblin‟ ..................................................................................................... 42

III.1 Drama Korea di Indonesia ......................................................................... 42

III.2 Drama „Goblin‟ Menjadi Sarana Diplomasi Budaya Korea Selatan ......... 44

III.3 Drama „Goblin‟ dan Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia ........ 54

Bab IV Kesimpulan ...............................................................................................58

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 61

Page 12: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

viii

Daftar Grafik

Grafik 3.1 Grafik Pertumbuhan Wisatawan Indonesia ke Korea Selatan .......56

Page 13: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

ix

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Goblin (Eropa) ...............................................................................35

Gambar 2.2 도깨비 (Dokkaebi) (Korea) .......................................................... 36

Gambar 2.3 Poster Resmi Drama „Goblin‟ Dengan 5 Pemeran Utama ............ 37

Gambar 3.1 Pakaian Tradisional yang Dikenakan Para Karakter Drama ......... 45

Gambar 3.2 Menyewa Hanbok Menjadi Aktifitas Bagi Wisatawan Asing ...... 46

Gambar 3.3 Situs Resmi Visit Korea Menampilkan Lokasi Wisata yang Berisi

Lokasi Pengambilan Gambar Drama „Goblin‟ ..............................47

Gambar 3.4 Adegan Terkenal Dalam Drama di Pantai Jumunjin ..................... 48

Gambar 3.5 Wisatawan Mengantri di Lokasi Pengambilan Gambar Drama

„Goblin‟ ......................................................................................... 49

Gambar 3.6 Toko Buku Hanmi di dalam Drama .............................................. 50

Gambar 3.7 Toko Buku Hanmi yang Menjadi Lokasi Wisata .......................... 50

Gambar 3.8 Perkebunan Borinara Hagwon yang Menjadi Lokasi Pengambilan

Gambar Drama „Goblin’................................................................ 51

Gambar 3.9 Hutan Cemara di Dekat Kuil Woljeongsa yang Menjadi Lokasi

Wisata ............................................................................................ 52

Page 14: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

x

Gambar 3.10 Situs-Situs Berita Indonesia Banyak Menampilkan Berita Seputar

Drama „Goblin‟ ............................................................................. 55

Page 15: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

xi

Daftar Singkatan

KF : The Korea Foundation

KOCIS : The Korean Culture and Information Service

KTO : The Korea Tourism Organization

K-Pop : Korean Pop, musik pop Korea

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

Page 16: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

1

Bab I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan Internasional adalah sebuah studi yang mempelajari interaksi

aktor-aktor dalam politik internasional, baik aktor negara maupun aktor non-

negara.1

Ilmu Hubungan Internasional biasanya dikaitkan dengan isu-isu

keamanan. Selain isu keamanan, isu politik biasanya menjadi bahasan utama

dalam topik Hubungan Internasional. Bagi sebuah negara, power merupakan hal

utama untuk dapat menjalankan fungsi negara dengan baik. Dalam menjelaskan

power, ada dua konsep dalam ilmu Hubungan Internasional, yaitu hard power dan

soft power. Hard power membicarakan mengenai geografis, sumber daya alam,

dan kekuatan militer, sedangkan soft power membahas tentang budaya, teknologi,

pendidikan, dan lain-lain. Bisa juga diringkas sebagai hard power bersifat

memaksa, dan soft power bersifat membujuk.

Secara tradisional, sebuah negara dapat dikatakan memiliki power yang besar

jika memiliki kekuatan untuk berperang. Perang menjadi cara dari sebuah negara

yang kuat untuk membuat negara lain yang lebih lemah dari negaranya mau

berpihak dan mengikuti ideologinya. Selain untuk berperang, kekuatan militer

juga digunakan oleh sebuah negara untuk memberikan ancaman maupun

1 Shawn Grimsley, “International Relation Defined”, Study.com, diakses 1 Maret 2017,

http://study.com/academy/lesson/what-is-international-relations.html.

Page 17: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

2

penghargaan kepada negara lain dalam bentuk ekonomi. Amerika Serikat yang

merasa sebagai polisi dunia merasa berkewajiban untuk memiliki kekuatan

milliter yang kuat untuk menjaga perdamaian dunia. Dalam mengatasi

permasalahan Laut China Selatan yang bahkan tidak berada di kawasannya,

Amerika Serikat membutuhkan kekuatan militer untuk memastikan Tiongkok dan

negara-negara berseteru yang lain tidak berlebihan dalam menggunakan kekuatan

militer mereka.2

Kekuatan militer menjadi cara yang paling cepat bagi sebuah negara untuk

menjalankan kegiatan politiknya. Peperangan seringkali digunakan sebagai sanksi

yang diberikan oleh negara kuat yang merasa ideologi dari negara yang lain tidak

sesuai dengan ideologinya. Berdasarkan sejarah, peperangan adalah suatu hal

yang paling terlihat dan paling signifikan dalam mengubah sejarah dunia.

Meskipun diketahui menyebabkan banyak korban, namun seperti halnya

pemerintahan dalam negara, tekanan diperlukan sebagai upaya untuk menjaga

keamanan, keteraturan, dan kemakmuran. Meskipun dalam sistem internasional

tidak terdapat hirarki, namun keteraturan sistem dapat dijaga oleh negara-negara

kuat dengan menggunakan kekuatan militernya untuk menjaga agar negara-negara

bersengketa tidak sembarangan menggunakan kekuatan militernya. Dengan begitu,

keamanan dan keteraturan dunia dapat terjaga.

Kekuatan militer juga dapat diperkirakan hasilnya jika menggunakan strategi

yang tepat, karena dapat diperhitungkan. Tidak seperti soft power, yang tidak

2 Kim R. Holmes, “The Importance of Hard Power”, The Heritage Foundation, 12 Juni 2009,

diakses 15 September 2017, https://www.heritage.org/defense/commentary/the-importance-hard-

power

Page 18: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

3

dapat diperhitungkan dan diperkirakan hasilnya. Seperti kekuatan militer Amerika

Serikat yang dapat didisiplinkan dan berubah menjadi agresif ketika diperlukan

untuk berperang.3

Seiring berkembangnya zaman, globalisasi sebagai akibat dari perkembangan

teknologi menggeser pandangan tersebut. Kesadaran bahwa perang hanya

menghabiskan banyak biaya, waktu, dan korban, apalagi ditambah dengan sistem

internasional yang tidak lagi unipolar ataupun bipolar melainkan multipolar, yang

berarti dunia tidak hanya terbagi menjadi dua kelompok besar namun menjadi

banyak kelompok dengan kekuatan yang nyaris sepadan, membuat perang

menjadi pilihan terakhir yang akan diambil oleh sebuah negara. Selain itu, dengan

semakin berkembangnya konsep Hak Asasi Manusia di zaman modern ini,

membuat konsep perang dan paksaan militer yang menghasilkan banyak korban

manusia menjadi tidak lagi bisa diterima dengan baik oleh masyarakat global.

Negara yang sering melakukan peperangan dan melakukan paksaan dengan

kekuatan militer tentu tidak dapat dilihat secara positif oleh masyarakat global.

Bukan berarti tidak diperlukan lagi sama sekali, kekuatan militer masih tetap

dibutuhkan untuk mengatasi kasus terorisme yang sering terjadi. Namun,

gabungan kekuatan militer dari banyak negara diperlukan karena tidak ada negara

yang cukup kuat untuk mengatasi masalah terorisme global sendiri.

Masalah ini menunjukkan bahwa penggunaan hard power tidak lebih efektif

daripada penggunaan soft power dalam hubungan internasional. Sudah saatnya

3 Colin S. Gray, “Hard Power and Soft Power: The Utility of Military Force as an Instrument of

Policy in the 21st Century”, Strategic Studies Institute (2011): 47-51.

Page 19: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

4

para aktor hubungan internasional beralih dan lebih menggunakan soft power

untuk mencapai kepentingan nasional.

I.2 Identifikasi Masalah

Di era modern ini, konsep hard power mulai ditinggalkan karena tidak sesuai

lagi dengan sistem global yang sudah banyak berubah. Hard power yang bersifat

memaksa, beresiko menimbulkan pemberontakan karena tiap negara memiliki

kedaulatan penuh dan tidak dapat dilanggar kedaulatannya oleh negara lain.4

Penggunaan hard power mungkin efektif dalam jangka pendek, tetapi

keefektifannya dipertanyakan dalam jangka panjang.5 Power tidak selalu ada di

konteks yang melibatkan militer atau kekuatan fisik, seperti apa yang menjadi ide

utama dari konsep hard power, namun juga dalam bentuk yang tidak dapat terlihat

namun kekuatannya dapat dirasakan. Ada banyak cara untuk menunjukkan power,

baik secara langsung dengan cara tradisional seperti yang telah dijelaskan di atas

maupun secara tidak langsung. Dalam ilmu Hubungan Internasional, konsep

tersebut disebut soft power. Setelah perang dingin usai, globalisasi terjadi dengan

cepat dan konsep soft power mulai diperhatikan. Konsep ini menjelaskan tindakan

persuasif untuk membuat negara lain setuju untuk mengikuti keinginan sebuah

4 Joseph Nye, “Why military power is no longer enough”, The Guardian, 31 Maret 2002, diakses

11 Oktober 2017, https://www.theguardian.com/world/2002/mar/31/1. 5 Ikram ul-Majeed Sehgal, “ Limitation of Hard Power”, EastWest.ngo, 3 Maret 2011, diakses 11

Oktober 2017, https://www.eastwest.ngo/idea/limitations-hard-power.

Page 20: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

5

negara.6 Soft power adalah aspek dalam power yang menunjukkan bahwa power

bisa bersikap persuasif dan tidak memaksa seperti pandangan hard power.7

Globalisasi membuat arus teknologi dan informasi menjadi cepat dan tanpa

batas antar masyarakat global. Batas negara tidak lagi menjadi konsep yang

penting karena teknologi yang terus berkembang membuat pertukaran informasi

dapat dengan mudah dilakukan secara online. Padahal salah satu konsep utama

dari hard power adalah geografis yang berarti batas negara sangat penting dan

harus ditaati. Selain geografis, sumber daya juga adalah hal yang penting dalam

hard power. Jika mengukur kekuatan sebuah negara hanya melalui konsep hard

power, Amerika Serikat bisa dibilang adalah satu-satunya negara superpower di

tahun 2001, namun meski begitu, sayangnya tetap tidak bisa mencegah terjadinya

11/9.

Tidak seperti hard power, kekuatan soft power tidak berasal dari paksaan dan

ancaman pihak yang membutuhkan, namun menggunakan kekaguman negara lain

terhadap negaranya. Maksudnya adalah, negara secara perlahan membentuk

konsep dirinya sendiri, seperti apa negaranya ingin dilihat oleh negara lain, yang

kemudian konsep tersebut lama-kelamaan akan tertanam di negara lain. Dengan

demikian, negara dapat mendapatkan keinginannya tanpa memaksa, melainkan

murni karena keinginan dari negara lain sendiri. Tidak ada orang yang suka

dipaksa, begitu pula dengan negara. Negara yang terus mengalami paksaan

6 Jan-Philipp N. E. Wagner, “The Effectiveness of Soft & Hard Power in Contemporary

International Relations”, E-International Relations Students (2014), diakses 13 Oktober 2017,

http://www.e-ir.info/2014/05/14/the-effectiveness-of-soft-hard-power-in-contemporary-

international-relations/. 7 Nye, “Why military power is no longer enough”, loc.cit.

Page 21: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

6

mungkin akan menurut pada awalnya, namun dalam jangka panjang setelah

memiliki kekuatan untuk melawan, negara akan memilih untuk memberontak. Di

satu sisi, mengikuti atas kemauan sendiri memiliki kemungkinan yang sangat

kecil bagi negara untuk akhirnya berontak, karena dari awal negara tersebut

mengikuti tanpa ada paksaan.

Soft power tidak berarti pengaruh, sebagaimana pengaruh bisa didapatkan

dari ancaman dan paksaan seperti yang dilakukan hard power, dan tidak juga

hanya bergantung pada membujuk dan berargumen. Membujuk dan berargumen

demi mengubah pendapat pihak lawan memang merupakan hal penting dalam soft

power, tapi soft power juga berarti kemampuan untuk menarik minat pihak lawan.

Bisa disimpulkan, soft power adalah power yang „menarik‟. Sumber daya bagi

soft power adalah yang bisa menjadi aset sebuah negara untuk menjadi menarik di

mata negara lain.8

Diplomasi merupakan contoh dari konsep soft power. Diplomasi adalah

upaya untuk mencapai kepentingan nasional sebuah negara dengan cara

mengubah kebijakan, sikap, dan pandangan negara lain terhadap negaranya

melalui persuasi.9

I.2.1 Pembatasan Masalah

Ada banyak sekali drama Korea yang populer di Indonesia, mulai dari drama

tahun 2000an „Winter Sonata‟ hingga drama-drama baru di tahun 2010an, baik

8 Joseph S. Nye Jr., “The Benefits of Soft Power”, Working Knowledge, 2 Agustus 2004, diakses

15 Oktober 2017, https://hbswk.hbs.edu/archive/the-benefits-of-soft-power. 9 Sukawarsini Djelantik, Diplomasi antara Teori dan Praktik (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2008), hlm

4.

Page 22: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

7

yang sudah pernah ditayangkan di stasiun TV lokal maupun yang belum. Oleh

karena itu, penulis akan membatasi pada penelitian pada drama berjudul „Goblin‟.

Alasan peneliti memilih drama ini adalah, karena drama ini drama ini tidak hanya

populer di negaranya sendiri namun juga di Indonesia, dan sudah pernah

ditayangkan di stasiun TV lokal GTV10

hingga mempopulerkan istilah “Demam

„Goblin‟”.11

Selain itu, drama ini tidak hanya menampilkan cerita modern saja,

namun juga menampilkan budaya tradisional Korea dan banyak destinasi wisata

di Korea Selatan.

I.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan dalam poin identifikasi

masalah di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian ”Bagaimana cara

Korea Selatan menggunakan drama „Goblin‟ sebagai media diplomasi budaya di

Indonesia?”.

I.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

I.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana Korea Selatan

menggunakan drama “Goblin” sebagai sarana diplomasi budayanya di Indonesia,

bagaimana Korea Selatan membuat citra negaranya di mata masyarakat Indonesia

meningkat melalui drama ini. Penulis merasa topik ini pantas untuk diteliti lebih

10

“Goblin”, diakses 18 Juni 2018, http://gtv.id/program/1459/Goblin. 11

Sebutan fenomena kepopuleran drama „Goblin‟.

Page 23: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

8

jauh karena hampir semua orang, baik penggemar maupun bukan, dapat melihat

bagaimana Korean Wave tidak hanya musiknya namun juga dramanya menyebar

luas dan memberikan dampak yang signifikan terhadap citra Korea Selatan.

I.3.2 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa Hubungan

Internasional maupun orang-orang yang tertarik akan topik diplomasi budaya

terutama fenomena Korean Wave, bagaimana Korea Selatan menggunakan drama

sebagai media untuk memperkenalkan dan mempromosikan negaranya. Sekaligus

juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat muda Indonesia akan

potensi yang kita miliki, untuk mengembangkan budaya populer Indonesia baik di

dalam negeri maupun di luar negeri.

I.4 Kajian Pustaka

Kekuatan Korean Wave sebagai salah satu cara Korea Selatan dalam

menaikkan citra baiknya di mata negara lain membuat topik ini banyak diangkat

ke dalam tulisan ilmiah. Penelitian ini memfokuskan unsur drama TV seri yang

merupakan salah satu bagian dari Korean Wave secara spesifik untuk meneliti

lebih dalam bagaimana sebuah drama dapat menjadi sara diplomasi budaya yang

baik bagi Korea Selatan. Maka dari itu, terkait dengan topik penelitian ini, penulis

telah melakukan penelusuran terhadap kajian-kajian terdahulu tentang diplomasi

budaya Korea Selatan. Hasil-hasil penelitian ini memiliki topik serupa namun

memiliki penekanan pembahasan yang berbeda-beda.

Page 24: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

9

Tulisan pertama berjudul “Korean Wave as Tool for Korea‟s New Cultural

Diplomacy”. Tulisan ini dibuat oleh Gunjoo Jang dari Departemen Kurikulum di

Korea Institute for Curriculum and Evaluation, Seoul, Korea Selatan bersama

dengan Won K. Paik dari Departemen Ilmu Politik dan Diplomasi di Hankuk

University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan dan Departemen Ilmu Politik

di Central Michigan University, Mt. Pleasant, Mchigan, Amerika Serikat. Jurnal

ini dipublikasikan secara online di situs resmi Scientific Research pada tahun

2012. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana perkembangan budaya

populer Korea menyebar ke berbagai negara, termasuk Asia Timur, Asia

Tenggara, benua Eropa, dan benua Amerika dalam beberapa tahun terakhir.

Tulisan memfokuskan penelitian pada bagaimana Korean Wave memberikan

dampak bagi perubahan sosial dan politik dalam perspektif global, terutama

apakah Korean Wave memberikan dampak yang signifikan bagi posisi politik dan

pengaruh diplomatik Korea Selatan.12

Tulisan kedua berjudul “Public Diplomacy and South Korea‟s Strategies”

yang dibuat oleh Yun Young Cho dari Universitas Chung-Ang, Seoul, Korea

Selatan, diterbitkan oleh The Korean Association of International Studies.

Penelitian ini cenderung menjelaskan diplomasi publik yang dilakukan oleh Korea

Selatan, dan meskipun sarana yang dibahas bukan hanya Korean Wave secara

spesifik, tapi penelitian ini menjelaskan diplomasi budaya Korea Selatan dengan

12

Gunjoo Jang dan Won K. Paik, “Korean Wave as Tool for Korea‟s New Cultural Diplomacy”,

Advances in Applied Sociology Vol. 2, No. 3, 196-202(2012).

Page 25: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

10

terperinci, sambil membahas Korean Wave sebagai salah satu unsur penting

dalam pelaksanaan diplomasi Korea Selatan.13

Tulisan ketiga berjudul “Diplomasi Kebudayaan Pemerintah Korea Selatan

dalam Penyebaran Hallyu di Indonesia Tahun 2010-2012”, dibuat oleh Dian

Khairana Pohan dari Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia. Tulisan ini

diterbitkan secara online di eJournal Ilmu Hubungan Internasional14

pada tahun

2014. Penelitian ini meneliti penyebaran dan perkembangan Korean Wave di

Indonesia sebagai upaya diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh pemerintah

Korea Selatan. Konsep yang digunakan adalah konsep soft power dan konsep

diplomasi kebudayaan. Peneliti memberikan analisis dari penggunaan Korean

Wave oleh pemerintah Korea Selatan dan dampaknya kepada konsumen di

Indonesia.15

Alasan penulis memilih penelitian ini sebagai kajian terdahulu adalah

tulisan ini menganalisis secara lebih luas dan umum dari topik penulis, sehingga

dapat dijadikan acuan. Selain itu, karena penelitian ini dilakukan oleh penulis dari

Indonesia, tulisan ini menjadi lebih spesifik menampilkan dampaknya di

Indonesia, berbeda dari dua tulisan sebelumnya yang cenderung lebih umum

menganalisis Korean Wave di dunia.

13

Yun-Young Cho, “Public Diplomacy and South Korea‟s Strategies”, The Korean Journal of

International Studies Vol. 10, No. 2, 275-296 (2012). 14

Dapat diakses di ejournal.hi.fisip-unmul.org. 15

Dian Khairana Pohan, “Diplomasi Kebudayaan Pemerintah Korea Selatan dalam Penyebaran

Hallyu di Indonesia Tahun 2010-2012”, eJournal Ilmu Hubungan Internasional Vol. 2 No. 3, 549-

560 (2014).

Page 26: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

11

I.5 Kerangka Pemikiran

Dengan diplomasi, negara dapat membujuk dan menarik negara lain untuk

melakukan tindakan sesuai dengan hasil akhir yang diinginkan negara pelaku

diplomasi.16

Jadi bisa dibilang, tindakan diplomasi adalah cerminan dari sebuah

negara, karena dilakukan semata-mata demi kepentingan negara. Diplomasi sudah

ada dan diterapkan setiap negara sejak lama untuk melaksanakan kegiatan luar

negerinya. Diplomasi semata-mata dilakukan demi melaksanankan kepentingan

suatu negara.

Namun, di era informasi ini, diplomasi ikut mengalami perubahan. Perubahan

teknik-teknik diplomasi ini sebagai akibat dari semakin modernnya teknologi

informasi, dimana arus data dan gambar tidak lagi memperhitungkan waktu dan

batas negara. Negara tidak lagi dapat membendung arus informasi yang diterima

oleh masyarakat. Informasi sekarang ini dapat diakses dengan sangat mudah, oleh

karena itu definisi diplomasi juga harus mengalami perubahan yang sesuai. Salah

satu perubahan dari diplomasi adalah meningkatnya partisipasi masyarakat.

Diplomasi jenis ini disebut dengan diplomasi publik. 17

Diplomasi publik lahir karena munculnya kesadaran bahwa organisasi

internasional yang ada tidak dibentuk untuk memecahkan konflik yang ada.

Peperangan banyak terjadi karena ketidakmampuan organisasi internasional

seperti PBB untuk menyelesaikan konflik. Masyarakat internasional sadar bahwa

mereka juga harus bertindak, tidak bisa hanya dengan bergantung pada

16

Djelantik, Diplomasi antara Teori dan Praktik, op.cit., 14. 17

Ibid., 67

Page 27: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

12

pemerintah. Masalah kemanusiaan harus ditangani oleh masyarakat sendiri.18

Diplomasi publik diharapkan dapat membuat masyarakat bersatu berkontribusi

untuk membangun hubungan yang baik antar masyarakat beda negara. Dengan

segala keadaan yang menjadi lebih baru berkat globalisasi, diplomasi public dapat

diartikan sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh pemerintah dan sektor privat

dari sebuah negara untuk mempromosikan kepentingan nasional dengan cara

menyebarluaskan budaya, ideologi, nilai, sistem, dan tujuan negara tersebut

melalui pertukaran interaktif antara pemerintah dan sektor privat dari negara

lain.19

Ada empat dampak yang diharapkan dapat dicapai oleh diplomasi publik

menurut buku Public Diplomacy, yaitu:

1. Meningkatkan keakraban masyarakat internasional terhadap sebuah

negara (membuat mereka memikirkan, mengubah persepsi, dan memperbaiki

opini negatif terhadap sebuah negara).

2. Meningkatkan apresiasi masyarakat internasional terhadap sebuah negara

(menciptakan persepsi positif, membuat mereka memandang isu-isu global yang

ada dari perspektif yang sama).

3. Mengikat masyarakat internasional dengan sebuah negara (meyakinkan

masyarakat untuk melihat sebuah negara sebagai destinasi wisata yang menarik

untuk dikunjungi, tempat belajar yang baik, membuat masyarakat tertarik untuk

18

Djelantik, Diplomasi antara Teori dan Praktik, op.cit., 72. 19

Cho, “Public Diplomacy and South Korea‟s Strategies”, op.cit., 280.

Page 28: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

13

membeli barang-barang buatannya, serta memahami, mengikuti perkembangan,

dan tertarik untuk mengadopsi nilai-nilai negara tersebut).

4. Mempengaruhi masyarakat internasional (membuat perusahaan-

perusahaan mau berinvestasi, mebuat publik mau mendukung posisi sebuah

negara, membuat para politisi menjadi pendukung yang baik bagi negara

tersebut).20

Diplomasi budaya adalah salah satu bagian dan alat dari diplomasi publik.

Diplomasi budaya merujuk kepada pertukaran ide, informasi, seni, dan aspek-

aspek budaya lain baik antar negara maupun antara masyarakat sebuah negara

dengan negara lain dengan tujuan mutual understanding2122

. Diplomasi budaya

menonjolkan kekayaan budaya sebuah negara untuk mengubah pandangan pihak

lain. Diplomasi budaya menggunakan pameran pertukaran budaya, pameran

kesenian, festival internasional, seni budaya populer, maupun penampilan seni,

baik yang dilakukan oleh sektor privat maupun oleh pemerintah.23

Budaya dapat membuat orang tertarik secara emosional dan tanpa kekerasan.

Kekuatan utama diplomasi budaya adalah dapat menjadi satu-satunya cara untuk

mencairkan ketegangan dan konflik antar pihak karena sifatnya yang tidak

20

Mark Leonard, Catherine Stead, dan Conrad Smewing, Public Diplomacy (London:Foreign

Policy Centre, 2002), 9. 21

Sikap saling pengertian, memiliki pemahaman yang sama atas suatu isu. 22

Milton C. Cummings, “Cultural Diplomacy and the United States Government: A Survey”,

Americans for the Arts, (2009): 1. 23

Hwajung Kim, “Bridging the Theoritical Gap between Public Diplomacy and Cultural

Diplomacy”, The Korean Journal of International Studies 15-2 (2017): 319. Diakses 23 Agustus

2018. DOI: 10.14731/kjis.2017.08.15.2.293.

Page 29: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

14

menggunakan kekerasan, dilaksanakan atas keinginan semua pihak tanpa paksaan,

dan periode operasinya yang lama.24

Kebudayaan dapat menarik banyak pihak karena pada dasarnya budaya itu

sangat beragam. Berbeda dengan diplomasi militer, diplomasi ekonomi, dan

diplomasi politik yang memiliki banyak kesamaan dan tidak terlalu beragam.

Kebudayaan sendiri memiliki arti yang luas, tidak terbatas pada kebudayaan

tradisional saja, namun juga kebudayaan modern. Kebudayaan tidak hanya

semata-mata berupa karya seni peninggalan sejarah, namun juga termasuk budaya

populer yang berkembang secara luas di masyarakat. Menurut Cambridge

Dictionary, jika kata kunci “pop culture” dimasukkan, definisi yang keluar adalah:

“music, TV, cinema, books, etc. that are popular and enjoyed by ordinary people,

rather than experts or very educated people”25 atau dapat diartikan sebagai “musik,

TV, sinema (film), buku, dan lain-lain yang populer dan dinikmati oleh orang-

orang biasa, dibandingkan oleh para ahli atau orang-orang terpelajar”. Dapat

disimpulkan, budaya populer adalah hal-hal yang berkembang dan diminati oleh

masyarakat luas sehari-hari.

Diplomasi budaya bertujuan menarik perhatian masyarakat internasional

dan mendapatkan respect mereka. Respect yang didapatkan sebagai hasil dari

diplomasi budaya tidak dapat diukur besar kecilnya secara pasti.26

Walaupun tidak

24

Yulius P. Hermawan dan Ratih Indraswari, “Diplomasi Budaya di Kawasan Asia Tenggara”,

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan (2014):

9. 25

“Cambridge Dictionary”, Cambridge University Press, diakses 25 Agustus 2018,

http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/pop-culture. 26

Jan Mellisen, The New Public Diplomacy Soft Power in International Relations (New

York:Palgrave Macmillan, 2005), 17.

Page 30: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

15

dapat diukur hasilnya, efek bagi para partisipan program budaya yang diadakan

dapat mereka rasakan secara dalam dan memberikan efek emosional yang dapat

dirasakan sampai lama.27

Efek emosional ini meningkatkan ketertarikan seseorang

terhadap segala hal yang berhubungan dari apa yang membuatnya tertarik itu.

Dengan begitu, meskipun tidak dapat memberikan ukuran secara pasti, namun

dampaknya dapat terlihat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Selain itu juga, diplomasi budaya dengan budaya populer dapat lebih

menarik generasi muda yang kebanyakan cenderung tidak peduli dengan budaya

tradisional. Meningkatkan minat budaya populer dapat berdampak pada

meningkatnya ketertarikan seseorang terhadap segala hal yang berhubungan

dengan apa yang disukainya, bahkan tidak menutup kemungkinan terhadap

budaya tradisional.

Karena bersifat visual, film mempertujukkan banyak hal kepada penonton

baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Film memperkenalkan cerita,

dunia, dan karakter yang baru, membuat penonton merasakan pengalaman baru

dan emosi yang beragam, dan memuaskan keinginan untuk pergi sejenak dari

kenyataan yang membosankan. „Mengunjungi‟ tempat yang sama sekali baru juga

dapat dilakukan dengan menonton film. Penelitian menunjukkan peningkatan

pariwisata terjadi sebagai akibat dari kepopuleran sebuah film. Beberapa film

sebenarnya tidak dibuat secara khusus untuk meningkatkan pariwisata, namun

secara tidak sengaja justru menarik penonton untuk mengujungi tempat yang

27

Advisory Committee on Cultural Diplomacy at the U.S. Department of State, “Cultural

Diplomacy The Linchpin of Public Diplomacy”, U.S. Department of State (2005), 18.

Page 31: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

16

dijadikan lokasi pengambilan gambar. Kejadian yang „tidak sengaja‟ terjadi ini

kemudian memunculkan konsep baru yang bernama „movie-induced tourism‟

yang dapat diartikan sebagai turisme berdasarkan film. Konsep ini berada di

bawah konsep „cultural tourism‟ yaitu turisme yang berlandaskan budaya. Konsep

„movie-induced tourism‟ tidak hanya menguntungkan pemerintah saja namun juga

pihak lain yang terlibat dalam pembuatan film secara ekonomi.28

Keuntungan besar dari „movie-induced tourism‟ adalah turisme yang dapat

berlangsung sepanjang waktu tidak bergantung pada musim. Tiap musim dapat

menjadi daya tarik, sesuai dengan yang ditunjukkan di dalam film. Periodenya

juga lama, apalagi jika film tersebut sangat terkenal dan legendaries, yang mampu

membuat penonton terpukau dan terus mengingatnya. Film juga membentuk

imajinasi turis, sehingga tidak perlu lagi membentuk konsep lokasi wisata. Studi

menujukkan penikmat film memiliki tujuan dan imajinasi yang pasti mengenai

tujuan wisata mereka dibandingkan dengan mereka yang bukan penikmat film.29

Tidak hanya film, konsep „movie-induced tourism‟ juga terdapat dalam

drama TV seri. Drama TV seri justru bisa memiliki pengaruh yang lebih kuat

karena dapat terus-menerus berulang kali membentuk imajinasi peonton.30

Menurut kamus Merriam-Webster, definisi dari „drama‟ adalah film atau produksi

28

Mijalce Gjorgievski dan Sinolicka Melles Trpkova, “Movie Induced Tourism: A New Tourism

Phenomenon”, UTMS Journal of Economics 3 (1) (2011): 97-104. 29

Walaiporn Rewtrakunphaiboon, “Film-induced Tourism: Inventing a Vacation to a Location”

(2009): 5, diakses 4 Agustus 2019,

http://www.bu.ac.th/knowledgecenter/epaper/jan_june2009/pdf/Walaiporn.pdf. 30

Ibid.

Page 32: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

17

televisi dengan karakteristik dan konflik.31

Drama TV seri juga biasa disebut

sebagai opera sabun atau „soap opera‟ menampilkan konflik sosial hingga politik

yang muncul di antara hubungan para karakter dan kadang merupakan kesadaran

sosial. Karakter yang dibentuk dibuat agar para penonton dapat merasa terhubung

dan bersimpati, membuat karakter menjadi „nyata‟ dan „hidup‟ terlepas dari

kenyataan bahwa karakter tersebut hanya merupakan karya fiksi. Drama

digunakan untuk mendongeng dan menyampaikan nilai sosial melalui cerita fiksi

yang menarik lewat televisi.32

I.6 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

I.6.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif.

Penelitian yang dilakukan dengan metode ini mengandalkan data yang kemudian

dianalisis lebih lanjut. Dalam penelitian yang bersifat kualitatif, penulis harus

mengintepretasikan hasil dari pencarian data dengan baik, dengan tujuan

mengedukasi para pembaca.33

31

“drama”, Merriam-Webster, diakses 4 Agustus 2019, https://www.merriam-

webster.com/dictionary/drama. 32

Lorena Gómez Puertas, “Research Into TV Serials – Past and Present”, Formats Revista de

Comunicació Audiovisual (2005): 10, diakses 4 Agustus 2019,

https://www.raco.cat/index.php/Formats/article/download/257494/344585. 33

John Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches 4th

edn. (Amerika Serikat:SAGE Publications, Inc., 2014),183-184.

Page 33: Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

18

I.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara mengolah data dari buku,

dokumen, jurnal, artikel, maupun situs resmi milik pemerintah Korea Selatan

untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasi.34

I.7 Sistematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,

Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,

Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Metode Penelitian dan Teknik

Pengumpulan Data.

Bab II Korean Wave Sebagai Sarana Diplomasi Budaya Korea Selatan yang

berisi penjabaran mengenai diplomasi budaya Korea Selatan, sejarah dan

penyebaran Korean Wave, Korean Wave sebagai sarana diplomasi Korea Selatan,

serta ringkasan dari drama „Goblin‟ yang bertujuan untuk memudahkan pembaca

memahami isi drama

Bab III Analisis Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia Melalui

Drama „Goblin‟ yang berisi hasil penelitian dan analisis.

Bab IV Kesimpulan adalah bab terakhir yang berisi kesimpulan penelitian.

34

Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, op.cit.,

194-199.