Upload
duongdang
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DIPLOMASI BUDAYA JEPANG MELALUI JAKARTA
– JAPAN MATSURI TAHUN 2008 - 2017
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
oleh:
Akhmad Khatibul Umam
111111 30000 93
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
DIPLOMASI BUDAYA JEPANG MELALUI FESTIVAL JAKARTA – JAPAN
MATSURI TAHUN 2008 – 2017.
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, Mei 2018
Akhmad Khatibul Umam
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Akhmad Khatibul Umam
NIM : 111111 30000 93
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
―Diplomasi Budaya Jepang Melalui Jakarta – Japan Matsuri Tahun 2008 - 2017‖
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, Mei 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing
Ahmad Alfajri MA. Badrus Sholeh Ph.D
NIP. NIP. 19710211 199903 1 002
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
DIPLOMASI BUDAYA JEPANG MELALUI JAKARTA – JAPAN MATSURI
TAHUN 2008 – 2017
Oleh:
AKHMAD KHATIBUL UMAM
111111 30000 93
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
24 Mei 2018. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Ahmad Alfajri, MA Eva Mushoffa, MA
Penguji I, Penguji II,
Febri Dirgantara Hasibuan, M.M. Robi Sugara, M.Sc.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 24 Mei 2018.
Ketua Program Studi Hubungan Internasional
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ahmad Alfajri, MA.
iv
ABSTRAK
Jakarta – Japan Matsuri adalah sebuah festival kebudayaan yang
dilaksanakan oleh Jepang di Indonesia. Matsuri sendiri adalah kata dalam bahasa
Jepang yang memiliki arti ―persembahan ritual‖ dalam istilah agama Shinto.
Namun, dalam arti sekuler memiliki makna ―perayaan‖ atau ―festival.‖ Matsuri
dalam Shinto di Jepang biasanya dilakukan sekali dalam setahun tergantung acara
persembahan apa yang sedang berlangsung, seperti hasil panen yang berlimpah.
Tetapi matsuri dalam arti sekuler atau perayaan sendiri rutin dilakukan setiap
pertengahan musim panas setiap tahunnya. Di Indonesia, Jakarta – Japan Maturi
biasanya dilaksanakan setelah perayaan ulang tahun kota Jakarta, yang mana di
fetival tersebut menggabungkan unsur budaya tradisional Jepang seperti makanan,
musik, juga tarian-tarian dan budaya modern Jepang, seperti anime, manga dan
cosplay. Jakarta – Japan Matsuri pertama kali dilaksanakan pada tahun 2008
untuk memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia – Jepang, yang
sudah dijalin dari tahun 1958.
Skripsi ini mencoba menjelaskan mengapa Jakarta – Japan Matsuri terus
dilaksanakan jika awalnya festival ini untuk memperingati 50 tahun hubungan
diplomatik Indonesia- Jepang. Konsep yang digunakan dalam skripsi ini adalah
konsep soft power dari Joseph S. Nye Jr., diplomasi Publik oleh Mark Leonard,
Diplomasi kebudayaan, dan kepentingan nasional oleh Hans J. Morgenthau.
Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang menggunakan data
primer dan sekunder. Data primer didapat dari wawancara dengan narasumber
dari the Japan Foundation, dan data sekunder dari didapat dari studi kepustakaan
dan berbagai sumber tertulis lain, baik cetak maupun digital.
Kata kunci : Jakarta – Japan Matsuri, Budaya Tradisional, Budaya Modern,
Hubungan Diplomatik, Soft Power, Diplomasi Publik, Diplomasi Kebudayaan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul ―Diplomasi Jepang Melalui Festival Jakarta – Japan Matsuri
Tahun 2008 - 2017.‖ Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, dan
pemikiran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ahmad Alfajri, selaku Ketua Program Studi Hubungan
Internasional, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Ibu Indriana Kartini yang menjadi pembimbing dalam mata kuliah
seminar, yang telah mengawali skripsi saya.
3. Bapak Badrus Sholeh, sebagai Pembimbing Skripsi penulis yang telah
memberikan arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Terutama untuk Orang tua, Bapak Cecep Sumardi dan Ibu Siti Fathiyah
selaku orang tua penulis yang telah memberikan dorongan semangat,
berdoa untuk kebaikan dan kesuksesan anak-anaknya, dukungan baik
moral maupun material selama penulis menuntut ilmu. Terimakasih.
5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam
meyelesaikan tugasnya sebagai mahasiwi.
vi
6. Terima kasih kepada Ibu Diana S. Nugroho dan Mbak Puput Setia Susanti
dari Cultural Section The Japan Foundation Jakarta yang telah banyak
membantu memberikan bahan-bahan skripsi ini.
7. Terima kasih kepada Special Assistant Staff Cultural Exchange Hirokazu
Kubo-san dari Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia yang telah
meluangkan waktunya untuk wawancara.
8. Terima kasih untuk staff Perpsutakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah,
dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidyatullah.
9. Serta teman-teman angkatan 2011 dan lainnya, yang tidak bisa disebutkan
satu persatu, yang suka berdiskusi bersama sehingga membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga dengan segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat
imbalan dari Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-
perbaikan ke depan.
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... x
Bab I Pendahuluan
1.1. Pernyataan Masalah ......................................................................................... 1
1.2. Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 6
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
1.4. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 7
1.5. Kerangka Teori................................................................................................. 9
1.5.1. Neoliberalisme .......................................................................................... 9
1.5.2. Soft Power ............................................................................................... 10
1.5.3. Diplomasi Kebudayaan ........................................................................... 11
1.5.4. Diplomasi Publik ..................................................................................... 14
1.5.5. Kebijakan Luar Negeri ............................................................................ 15
1.5.5.1. Faktor Internal .................................................................................. 16
1.5.5.2. Faktor Eksternal ............................................................................... 17
1.6. Metode Penelitian........................................................................................... 18
1.7. Sistematika Penulisan .................................................................................... 19
viii
Bab II Hubungan Indonesia - Jepang
2.1. Hubungan Indonesia – Jepang Masa Orde Lama ........................................... 22
2.2. Hubungan Indonesia – Jepang Masa Orde Baru ............................................ 23
2.2.1 Peristiwa 15 Januari 1974 (Malari) .......................................................... 25
2.3. Masa Reformasi ............................................................................................. 27
Bab III Kebudayaan Jepang yang Berkembang Di Indonesia
3.1. Budaya Jepang di Indonesia ........................................................................... 36
3.2. Matsuri ........................................................................................................... 37
3.3. Budaya Populer .............................................................................................. 37
3.3.1. Manga .................................................................................................. 38
3.3.2. Anime .................................................................................................. 41
3.3.3. Cosplay ................................................................................................ 42
Bab IV Diplomasi Jepang Melalui Jakarta - Japan Matsuri
4.1. Awal Perayaan Budaya Jepang ...................................................................... 45
4.2. Pendanaan Jakarta – Japan Matsuri .............................................................. 48
4.3. Diplomasi Budaya Jepang Melalui Jakarta – Japan Matsuri ........................ 55
Bab V Kesimpulan
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 74
ix
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar I.1 Jadwal Japan Week Jakarta – Japan Matsuri
Gambar I.2 Gubernur DKI Jakarta, Dubes Jepang untuk Indonesia, Ketua
Komite Jakarta – Japan Matsuri 2015 dan Ultraman Tiga dalam
pembukaan Jakarta – Japan Matsuri di Plaza Senayan.
Gambar III.1 Cover volume 1 manga Aldnoah:Zero
Gambar III.2 Jadwal dan Tahapan Kompetisi Cosplay as Live Action Show:
Hybrid
Gambar IV.1 Paket Sponsor Platinum Jakarta – Japan Matsuri 2017
Gamabr IV. 2 Paket Sponsor Gold Jakarta – Japan Matsuri 2017
Gambar IV. 3 Paket Sponsor Silver Jakarta – Japan Matsuri 2017
Gambar IV.4 Paket Sponsor Bronze Jakarta – Japan Matsuri 2017
Gambar IV.5 Backdrop Sponsor Jakarta – Japan Matsuri 2017
Gambar IV.6 Sponsor Jakarta – Japan Matsuri 2017
Gambar IV. 7 Sponsor Jakarta – Japan Matsuri 2017
Tabel IV.1 Tingkat Kepentingan Nasional
x
DAFTAR SINGKATAN
ASEAN Asociation of South East Asia Nations
CLAS:H Cosplay as Live-Action Show: Hybrid
Cosplay Costume Play
DIY Daerah Istimewa Yogyakarta
DKI Daerah Khusus Ibukota
FTA Free Trade Agreement
HAM Hak Asasi Manusia
IJEPA Indonesia Japan Economic Partnership
JAPINDA Japan Indonesia Association
JNTO Japan National Tourism Organization
Malari Malapetaka Lima Belas Januari
Monas Monumen Nasional
ODA Official Development Assistance
PM Perdana Menteri
SBY Susilo Bambang Yudhoyono
SDA Sumber Daya Alam
xi
SDM Sumber Daya Manusia
WCS World Cosplay Summit
Worldcon World Science Fiction Convention
1
Bab I
Pendahuluan
1.1. Pernyataan Masalah
Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-
negara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan
budaya lainnya.1 Gaya hidup orang Jepang saat ini merupakan perpaduan antara
kebudayaan tradisional dan budaya modern Barat.
Kebudayaan tradisional Jepang yang masih berjaya hingga kini antara lain
adalah kabuki, noh, kyogen dan bunraku, yang merupakan seni teater tradisional
Jepang.2 Kebudayaan tradisional lainnya yang sudah terkenal luas adalah chado
atau upacara minum teh, juga ikebana atau seni merangkai bunga.3 Selain itu,
banyak juga budaya tradisional lainnya yang biasa dilakukan di festival-festival
seperti tarian yosakoi dan mikoshi.
Selain kebudayaan tradisional yang masih dijaga oleh masyarakat Jepang,
ada pula budaya modern yang banyak disukai oleh masyarakat Jepang, salah
satunya adalah musik klasik. Musik klasik masuk ke Jepang dari Barat,
1 Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, ―Info Jepang: Kebudayaan,‖ diakses pada 29
Agustus 2015 dari http://www.id.emb-japan.go.jp/expljp_09.html 2 Kedubes Jepang untuk Indonesia, ―Info Jepang: Kebudayaan,‖ diakses pada 29 Agustus
2015 dari http://www.id.emb-japan.go.jp/expljp_09.html 3 Kedubes Jepang untuk Indonesia, ―Info Jepang: Kebudayaan,‖ diakses pada 29 Agustus
2015 dari http://www.id.emb-japan.go.jp/expljp_09.html
2
penggemar musik klasik di Jepang pun cukup banyak, dan sejumlah konser
diadakan di Jepang.4
Jepang juga menghasilkan banyak budaya populer, seperti manga dan
anime. Manga adalah komik yang berasal dari Jepang, yang menyesuaikan diri
dengan perkembangan di Jepang pada akhir abad ke-19.56
Anime adalah istilah
untuk animasi produksi Jepang. Kata anime sendiri adalah kata serapan dari kata
bahasa Inggris animation.7
Namun seiring dengan perkembangan zaman, dan semakin berkembangnya
peran non-state actors, sebagai second track diplomacy, 8 penyebarluasan budaya
Jepang telah maju ke tahap yang lebih lanjut, sebagai sarana diplomasi. Budaya
Jepang saat ini dijadikan sarana diplomasi oleh pemerintah Jepang sebagai
langkah untuk menjalankan kebijakan luar negeri secara lancar dan efektif.9 Hal
ini penting dilakukan untuk mempromosikan sebuah pemahaman Jepang
dikalangan publik umum di luar negeri, dan untuk meningkatkan kesan dan daya
tarik terhadap Jepang, sebagai tambahan untuk menarik langsung pembuat
kebijakan di negara-negara lain.10
4 Kedubes Jepang untuk Indonesia, ―Info Jepang: Kebudayaan,‖ diakses pada 29 Agustus
2015 dari http://www.id.emb-japan.go.jp/expljp_09.html 5 Paul Gravett, Manga: Sixty Years of Japanese Comics (New York: Harper Design, 2004),
hal. 8. 6 John A. Lent, Illustrating Asia: Comics, Humor Magazines, and Picture Books (Honolulu,
Hawaii: University of Hawaii Press), hal. 3-4. 7 Lesley Aeschliman, ―What is Anime?,‖ diakses 29 Agustus 2015 dari
http://web.archive.org/web/20071107150423/http://www.bellaonline.com/articles/art4260.asp 8 Aiyub Mochsin, Diplomasi (Jakarta, 2010), hal. 46
9 Ministry of Foreign Affairs of Japan, ―Cultural Exchange: Pop-Culture Diplomacy,‖
diakses 30 Agustus 2015 dari http://www.mofa.go.jp/policy/culture/public_diplomacy.html 10
Ministry of Foreign Affairs of Japan, ―Cultural Exchange: Pop-Culture Diplomacy,‖
diakses 30 Agustus 2015 dari http://www.mofa.go.jp/policy/culture/public_diplomacy.html
3
Selain dijadikan sarana diplomasi publik, budaya Jepang juga dijadikan
sarana diplomasi budaya oleh pemerintah Jepang, untuk tujuan lebih lanjut
terhadap pemahaman dan kepercayaan akan Jepang, dengan menggunakan
budaya, sebagai tambahan untuk diplomasi publik selain kebudayaan tradisional
dan seni.11
Pada tahun 2008, dalam rangka memperingati 50 tahun hubungan
diplomatik Indonesia dan Jepang, diselenggarakan sebuah festival yang bernama
Jakarta – Japan Matsuri, sebuah festival yang dibentuk oleh warga Jepang yang
tinggal di Indonesia dan dibantu oleh pemerintah DKI Jakarta.12
Festival Jakarta
– Japan Matsuri adalah sebuah festival yang diselenggarakan setiap tahun sejak
tahun 2008, oleh warga Jepang yang tinggal di Indonesia yang tergabung dalam
Komite Jakarta – Japan Matsuri. Festival tersebut diselenggarakan selama satu
minggu penuh dan terbagi dalam tiga rangkaian acara, yaitu pembukaan, Japan
Week, dan penutupan. Pembukaan dilaksanakan pada hari pertama, Japan Week
dilaksanakan selama satu minggu, dan penutupan dilaksanakan pada hari terakhir
setelah Japan Week.
11
Ministry of Foreign Affairs of Japan, ―Cultural Exchange: Pop-Culture Diplomacy,‖
diakses 30 Agustus 2015 dari http://www.mofa.go.jp/policy/culture/public_diplomacy.html 12
Kedubes Jepang untuk Indonesia, ―Apakah JJM,‖ diakses 20 September 2015 dari
http://www.id.emb-japan.go.jp/matsuri/about.html
4
Gambar 1.1
Keterangan: Jadwal Japan Week Jakarta -Japan Matsuri 2015
Sumber gambar : http://www.id.emb-japan.go.jp/matsuri/images/JapanWeek.pdf
Gambar I.2
Keterangan: Duta Besar Jepang Tanizaki Yasuaki (Kanan), Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya
5
Purnama (Kanan-Tengah), Ultraman Tiga (Kiri-Tengah), dan Ketua Komite Jakarta – Japan
Matsuri 2015 Kobayashi Kazunori (Kiri)
Sumber gambar : http://eventsid.co/2015/09/09/resmikan-jak-japan-matsuri-2015-ahok-dan-
ultraman-tiga-ber-kagami-biraki/
Pada festival juga, beberapa institusi dan perusahaan Jepang ikut
berpartisipasi untuk mempromosikan produk mereka, juga sebagai bagian dari
diplomasi publik Jepang. Beberapa perusahaan Jepang yang berpartisipasi seperti
PT. Asuransi Sompo Japan Nipponkoa Indonesia dan Tokio Marine Insurance
Group yang bekerja dibidang asuransi, PT. Hisamitsu Pharma Indonesia, PT.
Rohto Laboratories Indonesia, dan PT. Amerta Indah Otsuka, anak perusahaan
dari Otsuka Pharmaceutical, Co., Ltd di Jepang yang bekerja dibidang farmasi
dan minuman energi Pocari Sweat.13
Selain itu juga ada institusi non-profit
dibawah naungan Pemerintah Jepang untuk membantu dalam proses diplomasi,
seperti Japan National Tourism Organization (JNTO) dan the Japan Foundation.
Penelitian ini penting dilakukan mengingat festival tersebut awalnya
diselenggarakan untuk memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia –
Jepang pada tahun 2008. Namun, festival ini tetap berlanjut dan dilaksanakan
setiap tahunnya hingga kini. Jika festival tersebut dilakukan hanya untuk
memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia - Jepang, maka tidak perlu
diselenggarakan setiap tahun hingga saat ini. Maka dari itu, penelitian ini penting
dilakukan untuk mengetahui mengapa festival Jakarta – Japan Matsuri terus
diselenggarakan.
13
Kedubes Jepang untuk Indonesia, ―Finale Layout,‖ diakses pada 6 Januari 2016 dari
http://www.id.emb-japan.go.jp/matsuri/Finalelayout.pdf
6
Skripsi ini akan menjelaskan bagaimana budaya Jepang dijadikan sebagai
sarana diplomasi oleh pemerintah Jepang di Indonesia, khususnya melalui festival
Jakarta – Japan Matsuri pada periode tahun 2008 hingga kini.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana diplomasi budaya Jepang dijalankan melalui Jakarta – Japan
Matsuri?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Mengetahui dan memahami kontribusi dari festival Jakarta – Japan Matsuri
sebagai sarana diplomasi kebudayaan oleh pemerintah Jepang di Indonesia.
2. Mengetahui apa saja perubahan atau yang didapat oleh Jepang di Indonesia
dengan diselengarakannya festival tersebut.
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pengembangan
ilmu hubungan internasional, khususnya dibidang diplomasi.
2. Mengetahui bagaimana kontribusi sebuah festival kebudayaaan suatu negara
dalam konteks diplomasi kebudayaan.
7
1.4. Tinjauan Pustaka
Pembahasan tentang diplomasi kebudayaan sendiri sudah cukup banyak
dikaji. Dalam penelitian ini, ada beberapa tinjauan pustaka, yang diharapkan dapat
menunjukkan bahwa penelitian ini penting untuk dilakukan.
Skripsi Budaya Populer Manga dan Anime sebagai Soft Power Jepang,
yang ditulis oleh Yolana Wulansuci dari Universitas Indonesia. Skripsi tersebut
membahas bagaimana pemerintah Jepang menjadikan budaya populer sebagai soft
power. Penelitian tersebut berfokus pada manga dan anime, dengan ditunjuknya
Doraemon sebagai maskot Duta Budaya Animasi Jepang pada tahun 2008.
Secara teori, penelitian Yolana Wulansuci menggunakan konsep budaya
populer dari John Storey dan konsep soft power dari Joseph S. Nye. Penelitian
tersebut memberikan pemahaman mengenai budaya populer manga dan anime
Jepang sebagai soft power dalam menjalin hubungan dengan dunia internasional.
Penelitian Yolana Wulansuci berbeda dengan penelitian ini, karena fokus
dalam penelitian ini adalah festival Jakarta – Japan Matsuri, dan secara teori
penelitian ini menggunakan konsep diplomasi publik, diplomasi budaya, dan juga
konsep kepentingan nasional.
Selanjutnya adalah skripsi Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia
Melalui The Japan Foundation Tahun 2003-2011, oleh Iyul Yanti dari
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi tersebut
menjelaskan tujuan dibentuknya The Japan Foundation sebagai organisasi mitra
kerja yang didirikan pada tahun 1972, dibawah Kementerian Luar Negeri Jepang.
8
Japan Foundation sendiri dibentuk untuk berperan sebagai media pertukaran
organisasi antara Jepang dan Indonesia.
Secara teori, penelitian Iyul Yanti menggunakan konsep diplomasi dalam
bentuk second track diplomacy, diplomasi kebudayaan, politik luar negeri dan
kepentingan nasional. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini, karena
fokus dari penelitian tersebut adalah Japan Foundation sedangkan fokus dalam
penelitian ini adalah festival Jakarta – Japan Matsuri. Selain konsep diplomasi
kebudayaan, penelitian ini juga menggunakan konsep diplomasi publik.
Lalu artikel dalam jurnal Hubungan Internasional Universitas Udayana
Volume 1, No. 3 tahun 2015 yang berjudul Penggunaan Budaya Populer dalam
Diplomasi Budaya Jepang Melalui World Cosplay Summit, oleh I Made
Wisnu Seputera Wardana, Idin Fasisaka, Putu Ratih Kumala Dewi. Dalam jurnal
tersebut dijelaskan bahwa dalam rangka untuk memenuhi kepentingan nasional
suatu negara, mereka tidak akan fokus terhadap militer dan negara saja, namun
juga akan pengaruh budaya.
Dalam artikel jurnal yang ditulis oleh I Made Wisnu dan kawan-kawan,
konsep yang digunakan adalah konsep budaya populer, diplomasi budaya dan soft
power currencies. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini karena fokus
penelitian yang berbeda. Secara teori konsep dalam penelitian ini selain diplomasi
budaya, juga menggunakan konsep diplomasi publik dan kepentingan nasional.
Setelah itu, artikel dalam jurnal Andalas Journal of International Studies
Volume 1, No. 2 tahun 2012 Universitas Andalas yang berjudul Budaya Populer
9
Jepang sebagai Instrumen Diplomasi Jepang dan Pengaruhnya Terhadap
Komunitas - Komunitas di Indonesia, oleh Aulia Amalina. Dalam artikel
tersebut, peneliti melakukan penelitian bagaimana budaya populer Jepang
dijadikan sebagai instrumen diplomasi oleh Pemerintah Jepang. Fokus dari
penelitian dari artikel tersebut adalah kalangan muda dan komunitas-komunitas di
kota tempat tinggal peneliti yaitu Padang, dan dua kota lainnya, Jakarta dan
Bandung.
Dalam artikel Aulia Amalina dijelaskan, bahwa budaya populer Jepang
seperti anime dan manga dijadikan sebagai soft power oleh Pemerintah Jepang
untuk menjalankan diplomasi. Konsep yang digunakan pada penelitian tersebut
adalah konsep soft power dari Joseph Nye.
Penelitian diatas berbeda dengan penelitian ini, karena selain fokus
penelitian yang berbeda, penelitian tersebut hanya menggunakan konsep soft
power dari Joseph S. Nye, sedangkan dalam penelitian ini, menggunakan tiga
konsep, yaitu diplomasi budaya, diplomasi publik, dan juga kepentingan nasional.
1.5. Kerangka Teori
Penelitian ini akan menggunakan konsep neoliberalisme, soft power,
diplomasi budaya, dan diplomasi publik.
1.5.1. Neoliberalisme
Pada tahun 1950-an, terjadi proses integrasi regional di Eropa Barat.
Proses integrasi tersebut mengacu pada bentuk kerjasama internasional. Dalam
pandangan neoliberal, mempelajari bagaimana integrasi menghidupi dirinya
10
sendiri dengan kerjasama di suatu wilayah transaksi, akan membuka jalan bagi
kerjasama di wilayah lainnya. Pasca Perang Dunia II, selama tahun 1950-an dan
1960-an, negara-negara di Eropa Barat dan Jepang membangun negara
kesejahteraan yang berdaya konsumsi besar (mass-consumption welfare state),
seperti bagaimana halnya yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Pembangunan
tersebut diperlukan tingkat perdagangan, komunikasi, pertukaran budaya, dan
hubungan serta transaksi lintas batas lainnya yang lebih tinggi.14
Robert Keohane dan Joseph S. Nye mengembangkan lebih lanjut ide-ide
tersebut. Keduanya berpendapat bahwa hubungan antara negara-negara barat dan
Jepang dicirikan dengan interdepedensi kompleks, yang mana terdapat banyak
bentuk hubungan antara masyarakat selain dari hubungan politik pemerintahan,
termasuk kaitan transnasional diantara perusahaan-perusahaan bisnis. Keohane
dan Nye juga berpendapat bahwa keamanan militer tidak lagi mendominasi
agenda, kekuatan militer tidak lagi digunakan sebagai instrumen kebijakan luar
negeri.15
1.5.2. Soft Power
Konsep soft power pertama kali diperkenalkan oleh Joseph S. Nye. Nye
mengartikan soft power dengan ―the ability to get what you want through
attraction rather than coercion or payments. It arises from the attractiveness of a
country’s culture, political ideals, and policies.” (kemampuan untuk
mendapatkan apa yang diinginkan melalui daya tarik dibanding dengan
14
Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 79. 15
Jackson dan Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, hal. 80.
11
menggunakan paksaan atau kekerasan, dan juga pembayaran. Daya tarik ini
berasal dari budaya, nilai-nilai politik dan kebijakan negara tersebut.)16
Berbeda
dengan hard power yang menekankan pada militer dan ekonomi sebagai alat
untuk mengubah atau mempengaruhi keputusan negara lain, menurut Nye soft
power lebih menggunakan budaya, nilai-nilai politis dan kebijakan luar negeri
mereka untuk mencapai kepentingan nasional mereka.
Nye juga menambahkan, bahwa Jepang memiliki potensi daya tarik
budaya yang dapat digunakan sebagai soft power dibanding dengan negara-negara
lain di Asia, ―Japan has more potential soft power resource than any other Asian
countries ... Japan’s popular culture was still producing potential soft power
resource even after its economy slowed down.” Dari pernyataan tersebut Nye juga
berpendapat bahwa, daya tarik budaya yang menjadi soft power Jepang adalah
budaya populer mereka, budaya populer tersebut menjadi soft power yang
potensial bagi Jepang bahkan setelah ekonomi mereka melemah.17
1.5.3. Diplomasi Kebudayaan
Diplomasi kebudayaan adalah sebuah usaha suatu negara dalam
memperjuangkan kepentingan nasional mereka melalui dimensi kebudayaan, baik
secara makro, maupun mikro. Secara makro, diplomasi kebudayaan adalah suatu
hasil dan usaha budidaya manusia terhadap lingkungan dapat diartikan sebagai
kebudayaan sebagai keseluruhan dari sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
16 Joseph S. Nye Jr., Soft Power: The Means to Success in World Politics, (New York: Public Affairs,
2004), hal. X.
17 Joseph S. Nye Jr., Soft Power: The Means to Success in World Politics, hal. 85-86.
12
manusia dalam kehidupan masyarakat yang kemudian dapat dipelajari untuk
memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan.
Sedangkan diplomasi budaya secara mikro dapat melalui pendidikan, ilmu
pengetahuan, olahraga dan kesenian.18
Tujuan dari diplomasi ini adalah untuk
mempengaruhi pendapat umum masyarakat suatu negara, untuk mendukung
kebijakan luar negeri negara tertentu.
Diplomasi kebudayaan dapat dilakukan oleh pemerintah maupun non-
pemerintah dengan sasarannya adalah masyarakat suatu negara, bukan langsung
kepada pemerintah dengan tujuan kepentingan nasional.19
Diplomasi kebudayaan
juga sering dilakukan sebagai cara untuk memuluskan pembukaan dan
peningkatan hubungan antara dua negara, seperti pada saat Cina mengundang
pemain tenis meja Amerika Serikat berkunjung ke Beijing pada tahun 1971,
sebagai pembuka hubungan diplomatik kedua negara.20
Diplomasi budaya dapat dilakukan oleh semua masyarakat, resmi maupun
tidak resmi, pemerintah maupun bukan pemerintah terhadap negara yang dituju.21
Pameran adalah bentuk dari diplomasi kebudayaan, dimana dalam pameran
tersebut menampilkan konsep atau kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi maupun
nilai-nilai sosial atau ideologi suatu bangsa. Pameran sendiri dapat dilakukan di
dalam maupun di luar negeri. Negara yang melakukan pameran, dapat
18
Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan (Yogyakarta: Ombak,
2007), hal. 19 19
Tulus dan Wahyuni, Diplomasi Kebudayaan, hal. 17. 20
Mochsin, Diplomasi, hal.46. 21
Tulus dan Wahyuni, Diplomasi Kebudayaan., hal. 71.
13
memperoleh pengakuan dari masyarakat yang kemudian akan dikaitkan dengan
kepentingan nasional, baik melalui perdagangan maupun pameran kebudayaan.22
Menurut Martin Wright diplomasi kebudayaan dibagi menjadi tiga bagian.
Pertama, diplomasi budaya setelah perang dingin, yang mana pada masa ini
adanya pola kekuasaan internasional yang terbagi dua negara adidaya, Amerika
Serikat dan Uni Soviet. Hadirnya dua kekuatan tersebut diantara negara-negara
kecil yang memiliki kekuasaan di bidang politik. Kedua, suatu bangsa harus
membangun pertumbuhan jaringan keamanan di seluruh dunia untuk tujuan
ilmiah, pendidikan, dan teknologi. Ketiga, diplomasi kebudayaan dapat dijadikan
sebagai alat atau kekuatan utama dalam membentuk suatu sistem internasional
yang baru dan subsistem regional.23
Terdapat tiga kekuatan dalam diplomasi kebudayaan. Pertama, diplomasi
budaya adalah koneksi dua arah, bukan paksaan unilateral. Dengan demikian,
diplomasi budaya memberikan ruang untuk berdialogyang mengarah pada
pembentukan rasa saling percaya. Kedua, diplomasi budaya dapat meningkatkan
pemahaman dalam masyarakat tentang budaya, karena diplomasi budaya
menyediakan apa yang menarik bagi penerimanya. Ketiga, diplomasi berjalan
dalam waktu yang panjang, sehingga dapat menghubungkan pihak-pihak yang
sedang berkonflik, bahkan pada keadaan hubungan diplomatik yang negatif.24
22
Tulus dan Wahyuni, Diplomasi Kebudayaan, hal. 21. 23
Soedjatmoko dan Kenneth W. Thompson dalam World Politics, Cultural Diplomacy, An
Introduction (New York: The Free Press, 1976) 24
Schneider Chyntia P., Cultural Diplomacy: Hard to Define, But You’d Know it if You
Saw it, dalam The Brown Journal of World Affair, Fall/Winter, Vol. XIII, Issues I, hal. 196.
14
1.5.4. Diplomasi Publik
Dalam buku Public Diplomacy karya Mark Leonard, diplomasi publik
adalah ―is about building relationship: understanding the needs of other
countries, cultures, and people; communicating our poinst of view; correcting
misperception; looking for areas where we can find common cause.” (Sebuah
cara memahami kebutuhan, budaya, dan masyarakat, mengomunikasikan
pandangan, dan membenarkan atau mengoreksi mispersepsi yang ada dalam
masyarakat internasional, juga mencari area dimana pemerintah dapat menemukan
kesamaan pandangan.)25
Leonard juga menjelaskan, bahwa tujuan yang bisa dicapai dari diplomasi
publik adalah.26
:
1. Meningkatkan rasa familiar masyarakat dengan suatu negara, dengan cara
membuat mereka berpikir tentang negara tersebut, memperbaharui
penggambaran mereka, mengembalikan opini yang kurang baik.
2. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap suatu negara dengan cara
menciptakan persepsi positif, dan mengajak melihat pentingnya masalah
global dari perspektif yang sama.
3. Melibatkan suatu masyarakat dengan suatu negara, seperti menguatkan
hubungan dari pendidikan, memberikan gambaran negara sebagai tempat
yang menyenangkan untuk wisata, belajar, membuat masyarakat membeli
25
Mark Leonard, Public Diplomacy (London: The Foreign Policy Centre, 2002), hal. 8. 26
Mark Leonard, Public Diplomacy, hal. 9-10.
15
produk dari negara tersebut dan membuat masyarakat mengerti nilai-nilai
suatu negara.
4. Mempengaruhi masyarakat dengan mengajak bergabung dengan
perusahaan untuk berinvestasi, dan mengubah masyarakat untuk menjadi
pendukung posisi suatu negara, atau menjadi politisi, untuk membuat suatu
negara sebagai negara penyokong.
Penelitian ini menggunakan konsep diplomasi publik, karena selain festival
Jakarta - Japan Matsuri diselenggarakan oleh warga Jepang yang tinggal di
Indonesia, juga mengikutsertakan perusahaan-perusahaan Jepang yang berada di
Indonesia, untuk mempromosikan usaha mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan dari
diplomasi publik yang dikemukakan oleh Mark Leonard, yaitu mempengaruhi
masyarakat dengan mengajak bergabung dengan perusahaan untuk berinvestasi.
Selain itu juga, festival tersebut menjadi tempat untuk membuat masyarakat
Indonesia memiliki gambaran terhadap Jepang sebagai tempat yang baik untuk
wisata dan menempuh pendidikan. Festival tersebut juga akan semakin
meningkatkan rasa familiar dan membuat persepsi masyarakat Indonesia terhadap
Jepang.
1.5.5. Kebijakan Luar Negeri
Menurut Joshua Goldstein, kebijakan luar negeri adalah strategi-strategi
yang diambil oleh pemerintah dalam menentukan aksi mereka di dunia
16
internasional.27
K.J. Holsti menyatakan, bahwa kebijakan luar negeri adalah
tindakan atau gagasan yang dirancang untuk memecahkan suatu masalah atau
membuat perubahan dalam suatu lingkungan.28
Menurut James N. Rosenau,
kebijakan luar negeri adalah suatu upaya negara melalui keseluruhan sikap dan
aktivitas untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan
eksternalnya, untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu
negara.29
Jakarta – Japan Matsuri adalah salah satu alat diplomasi kebudayaan oleh
Jepang di Indonesia, dengan dimulai dari Provinsi Jakarta. Diplomasi kebudayaan
sendiri menjadi bagian dari kebijakan luar negeri Jepang. Pemerintah Jepang
menyatakan bahwa, budaya beserta politik dan ekonomi adalah bidang yang
penting dalam diplomasi Jepang.30
Menurut Holsti, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
pembuatan kebijakan luar negeri, yaitu Faktor Internal dan Eksternal.31
1.5.5.1. Faktor Internal
Holsti mengemukakan bahwa ada beberapa Faktor internal dalam proses
pembuatan kebijakan luar negeri suatu negera, yaitu:
27
Joshua Goldstein, International Relation, (New York: Longman, 1999) hal. 147. 28
K. J. Holsti, International Politics: A Frameworks for Analysis, (New Jersey: Prentice
Hall) hal. 107. 29
James N. Rosenau, World Politics: An Introduction – the Study of Foreign Policy, (Free
Press, 1976) hal 15. 30
Kementerian Luar Negeri Jepang, Cultural Exchange, diakses 6 Juni 2018 dari
https://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/index.html 31
17
1. Kebutuhan ekonomi, sosial dan keamanan. Adanya kebutuhan ekonomi,
keadaan sosial dan keamanan negara, mempengaruhi dalam pembuatan
kebijakan luar negeri.
2. Geografi dan karakteristik topografi. Posisi, dan keadaan geografi suatu
negara memiliki pengaruh dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri,
terhadap keamanan, kesejahteraan, dan permasalahn suatu negara.
3. Atribut Nasional. Suatu ciri khas yang ada di suatu negara, seperti luas
negara, sistem ekonomi, populasi, dan budaya.
4. Struktur pemerintah dan filosofi, opini publik, birokrasi dan
pertimbangan etik. Hal-hal tersebut mempengaruhi suatu negara dalam
proses pembuatan kebijakan luar negeri, seperti bagaimana struktur
pemerintahan dan filosofi negara, serta bagaimana opini publik yang sedang
berkembang di dalam negara.
1.5.5.2. Faktor Eksternal
Holsti juga mengemukakan bahwa ada beberapa faktor eksternal yang
mempengaruhi dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara, yaitu:
1. Struktur Sistem Internasional. Struktur sistem internasional yang sedang
berjalan dapat mempengaruhi suatu negara dalam menentukan kebijakan
luar negeri.
18
2. Karakteristik/struktur Ekonomi Internasional. Karakter dan struktur
ekonomi yang sedang berjalan di dunia pun menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi dalam proses pembuatan kebijakan suatu negara.
3. Kebijakan dan tindakan negara lain. Dalam proses pembuatan kebijakan
luar negerinya, suatu negara dapat berdasarkan dari suatu kebijakan luar
negeri dari negara lainnya. Serta respon terhadap negara lain, terhadap
kebijakan dari aktor lainnya.
4. Masalah global dan regional yang berasal dari aktivitas swasta.
Permasalah global seperti Pemanasan Global, dapat juga menjadi salah satu
pertimbangan bagi suatu negara dalam membuat kebijakan luar negeri,
begitu pula dengan masalah yang terjadi di wilayah regional seperti
perompakan, dapat pula menentukan negara dalam proses pembuatan
kebijakan.
5. Hukum internasional dan opini dunia. Hukum internasional dan opini-
opini yang sedang berlangsung di dunia juga dapat mempengaruhi suatu
negara dalam menentukan suatu negara dalam proses pembuatan kebijakan
luar negeri mereka.
1.6. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian kualitatif,
sumber data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya tanpa melalui
19
perantara, seperti opini publik, baik secara individu atau kelompok, selain itu juga
melalui hasil observasi dari benda, kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian.32
Dalam penelitian ini data primer akan diperoleh melalui in depth interview
atau wawancara mendalam dengan Diana S. Nugroho dan Puput Setia Susanti
perwakilan dari Program Cultural Section,The Japan Foundation. Lalu dengan
Hirokazu Kubo, Special Assistant Staff Cultural Exchange dari Kedutaan Besar
Jepang untuk Indonesia. Juga melalui email dengan Antonius Pujo R. Nugroho
Ph.D. dosen program studi Jepang, Fakultas Humaniora dari Universitas
Airlangga, Malang.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka yang
bersumber dari buku, jurnal, surat kabar dan bahan tertulis lainnya, yang dapat
dijadikan sumber penulisan.33
Data sekunder penelitian ini diperoleh dari berbagai
media tertulis seperti buku, jurnal, skripsi, media online dan sumber tertulis
lainnya.
1.7. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab untuk memberikan pemahaman
mengenai isi dari penelitian ini. Dari lima bab tersebut juga terdapat sub-bab yang
berkaitan dengan bab terkait. Bab-bab tersebut antara lain :
32
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010) hal. 10. 33
Mustika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008).
20
Bab I Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Hubungan Diplomatik Indonesia - Jepang
Dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana hubungan antara Indonesia
dengan Jepang, pasca orde baru.
Bab III Kebudayaan Jepang yang Berkembang di Indonesia
Pada bab ini akan dibahas apa saja budaya Jepang yang dikenal di luar
Jepang. Selain budaya tradisional, akan dibahas juga budaya populer Jepang yang
dikenal oleh masyarakat di luar Jepang khususnya yang berkembang di Indonesia
seperti anime dan manga.
Bab IV Diplomasi Jepang Melalui Jakarta – Japan Matsuri
Dalam bab yang keempat ini, akan dibahas awal hadirnya festival Jakarta –
Japan Matsuri, juga bagaimana peran festival tersebut sebagai sarana diplomasi
oleh Jepang di Indonesia.
Bab V Kesimpulan
Pada bab terakhir ini, akan berisi kesimpulan dari seluruh penjelasaan dari
bab-bab sebelumnya, sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian.
21
Bab II
Hubungan Indonesia – Jepang
Dalam bab yang kedua ini, akan dipaparkan bagaimana hubungan Indonesia
dengan Jepang. Mulai dari masa Orde Lama, yang dipimpin oleh Presiden
Soekarno, masa Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, dan masa
Reformasi yang dimulai dari tahun 1999 sejak masa Pemerintahan Presiden B.J.
Habibie hingga 2017.
Pada tahun 1998, saat masa terakhir masa Pemerintahan Orde Baru yang
ditandai dengan kerusuhan yang terjadi di masyarakat dengan didudukinya kantor
DPR-RI oleh kalangan mahasiswa. Masyarakat Jepang yang tinggal di Indonesia
banyak yang pergi meninggalkan Indonesia karena merasa tidak aman berada di
Indonesia. Bergantinya kepala negara dari Presiden Soeharto kepada Presiden B.J.
Habibie, membuka jalan baru dalam hubungan antara Indonesia dan Jepang,
karena pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, terjadi dua kerusuhan yang
membuat Jepang dan masyarakatnya merasa tidak aman untuk tinggal di
Indonesia. Peristiwa pertama adalah Peristiwa Lima Belas Januari atau lebih
dikenal dengan Peristiwa Malari pada tahun 1974, kedua adalah pelengseran
Pemerintahan Soeharto pada tahun 1998. Kedua peristiwa tersebut selain
membuat masyarakat Jepang merasa tidak aman dan keluar dari Indonesia, para
investor-investor dari Jepang pun menarik diri untuk tidak melakukan bisnis di
Indonesia.
22
Dalam menanggapi hal ini Jepang berusaha membuka hubungan kembali
dengan Indonesia melalui metode lain, karena pada masa Orde Baru Jepang lebih
fokus terhadap ekonomi di Indonesia dengan didominasi oleh bantuan luar negeri
dalam bentuk Official Development Assistance (ODA). Hal tersebut pula yang
menyebabkan terjadinya peristiwa Malari dan puncaknya pada tahun 1998. Oleh
karena itu, untuk menanggapi hal tersebut agar tidak terjadi lagi, Jepang
membentuk Japan foundation pada tahun 1979 dan lebih menyebarkan budaya-
budaya mereka kepada masyarakat Indonesia, salah satu cara yang ditempuh oleh
Jepang adalah dengan mengadakan sebuah Matsuri atau festival kebudayaan di
Indonesia.
2.1. Hubungan Indonesia – Jepang Masa Orde Lama
Awal hubungan Indonesia dan Jepang dimulai setelah ditandatanganinya
perjanjian San Fransisco pada 8 September 1951, terkait dengan pembayaran
pampasan perang oleh Jepang kepada negara-negara yang pernah dijajah oleh
Jepang pada masa Perang Dunia II. Perjanjian tersebut mulai berlaku efektif pada
28 April 1952, inilah awal mula hubungan antara Indonesia dan Jepang dimulai
kembali sebagai negara yang berdaulat. Pada tahun 1952 tersebut Indonesia
menuntut pampasan perang senilai US$ 17 Milyar, namun pemerintah Jepang
merasa nilai tersebut terlampau besar, sehingga pembicaraan tentang pampasan
perang ini terus berlanjut hingga tahun 1957.34
Setelah perundingan tentang nilai
pampasan perang tertunda hingga lima tahun sejak 1952, akhirnya pada 1957
34
Ryan Prasetya Budiman, ―Dinamika Hubungan Indonesia – Jepang (Akhir Abad ke -19 –
tahun 1970an) Bag.2, diakses 25 Februari 2017 dari http://kompasiana.com/ryakair/dinamika-
hubungan-indonesia/jepang-akhir-abad-ke-19-tahun-1970an-bag-2_55173e1581331196669de4c6
23
disepakati nilai pampasan perang yang akan dibayarkan Jepang kepada Indonesia
adalah sebesar JP¥ 80,388 Milyar, atau setara dengan US$ 223,08 Juta, dan
disetujui pada 20 Januari 1958.35
Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Nobukuse Kishi di tahun 1957,
dialah Perdana Menteri Jepang pertama yang mengunjungi Asia Tenggara setelah
masa Perang Dunia II. Pada tahun tersebut PM Kishi telah menyusun tiga prinsip
kebijakan luar negeri Jepang, pertama adalah kerjasama dengan dunia bebas,
kedua mendukung Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai organnisasi pemelihara
perdamaian, dan yang ketiga adalah melindungi kepentingan Asia dengan
menekankan bahwa ―Jepang adalah masyarakat Asia.‖36
2.2. Hubungan Indonesia – Jepang Masa Orde Baru
Sejak masa pemerintah Presiden Soekarno hingga saat ini, hubungan
Indonesia dan Jepang telah cukup dekat. Banyak jenderal yang dilatih oleh
Jepang, bahkan setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan mereka tetap
memlihara hubungan dekat dengan Jepang.37
Namun sejak Indonesia merdeka,
hubungan antara Indonesia dan Jepang lebih bersifat ekonomi dibanding dengan
hubungan politik atau keamanan.38
Hubungan ekonomi ini terus berkembang
khusunya setelah kejatuhan pemerintahan Presiden Soekarno dan Indonesia
35
Treaty of San Fransisco, diakses 25 Februari 2017 dari
http://en.wikipdia.org/wiki/Treaty_of_San_Fransisco?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C6231479841 36
Masashi Nishihara, The Japanese and Soekarno’s Tokyo Jakarta Relation 1951-1966
(Kyoto: Center for Southeast Asian Studies, University of Kyoto, 1976), h. 7. 37
Leo Suryadinata, Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, (LP3ES, 2003), h.
190. 38
Kaori Morohira, ―Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diplomasi Kebudayaan Tradisional
dan Pop Jepang di Indonesia‖ (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia, 2011), h. 37.
24
berada dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto, Jepang menjadi mitra dagang
terbesar bagi Indonesia.39
Jepang yang sukses secara ekonomi pasca Perang Dunia II, mulai
memberikan bantuan ekonomi kepada negara-negara Asia sebagai bentuk
kompensasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesan positif dalam masyarakat
negara-negara Asia, terutama negara-negara yang pernah diduduki oleh Jepang
pada masa perang.40
Pada masa Indonesia dipimpin oleh Presiden Soeharto,
hubungan Indonesia – Jepang dapat dikatakan cukup dekat dengan adanya
bantuan-bantuan dari Jepang kepada Indonesia, terutama dalam bentuk Official
Development Assistance (ODA). Pada tahun 1968, Presiden Soeharto
mengunjungi Jepang dengan permintaan bantuan lebih banyak bantuan ekonomi,
yang pada akhirnya pemerintah Jepang memberikan pinjaman sebesar US$ 200
juta, dan juga pada tahun 1973 Jepang menandatangani persetujuan untuk membli
gas alam cair dari Indonesia selama 20 tahun.41
Tahun 1989 Jepang pertama kali
menjadi negara donor terbesar di dunia, dengan bantuan ekonomi mencapai 18
persen dari seluruh bantuan ekonomi dunia.42
Pada tahun yang sama bantuan
ekonomi yang Indonesia terima, 67 persen adalah berasal dari Jepang.43
Kebijakan bantuan ekonomi ODA Jepang di Indonesia dapat dikatakan
cukup sukses memelihara kepentingan nasional Jepang khususnya dibidang
39
Leo Suryadinata, Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, h. 190. 40
Kaori Morohira, ―Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diplomasi Kebudayaan Tradisional
dan Pop Jepang di Indonesia‖, h. 1. 41
Leo Suryadinata, Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, 192 42
Rainhard Drifte, Japan’s Foreign Policy in the 1990’s (St. Antony‘s, 2006), h. 110. 43
Alan Rix, Japan’s Foreign Aid Challenge Policy Reform and Aid Leadership (Routledge,
1993), h. 143.
25
ekonomi.44
Namun, bermunculan kritik terhadap bantuan tersebut, dengan kritik
dari pihak Jepang adalah kurang efektif dan tidak jelasnya penggunaan dana
bantuan tersebut dikarenakan adanya tindak korupsi di kedua pemerintahan,
terutama pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, dana yang disiapkan untuk
suatu proyek di Indonesia tidak berjalan lancar seperti rencana.45
Perang Gurun yang terjadi pada tahun 1990, membuat Jepang yang yang
bergantung atas kekuatan ekonominya mulai mengalami kesulitan, Makoto
Iokibe, presiden National Defense Academy of Japan, menggambarkan keadaan
pasca Perang Dingin dan Perang Gurun sebagai kekalahan diplomasi Jepang
secara internasional maupun domestik.46
Hal tersebut menyebabkan Jepang
mengalami krisis ekonomi di dalam negeri, dan membuat Jepang sangat sulit
untuk mengeluarkan anggaran ODA sebesar tahun-tahun sebelumnya kepada
negara-negara penerima. Masalah ini pun berlaku terhadap Indonesia, sejak tahun
1997 anggaran untuk ODA semakin menurun untuk negara-negara penerima,47
dan Indonesia sebagai penerima bantuan ODA terbesar pun juga dikurangi.
2.2.1 Peristiwa 15 Januari 1974 (Malari)
Selain hubungan dibidang ekonomi, pada masa pemerintahan Orde Lama
juga terjadi pasang-surut hubungan dibidang politik, salah satunya adalah
44
Kaori Morohira, ―Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diplomasi Kebudayaan Tradisional
dan Pop Jepang di Indonesia‖, h. 2. 45
Seminar Paper, ―Berpikir Tentang ODA Jepang, contoh dari Bendungan Billi Billi,”
(Pusat Kajian Asia, Universitas Sophia, 2005) 46
Makoto Iokibe, Sejarah Diplomasi Jepang Pasca Perang (Yuhikaku, 1999) h. 225. 47
Anggaran ODA tahun 1997 adalah JP¥ 11,678 miliar, tahun 2002 JP¥ 9,116 miliar, dan
tahun 2010 JP¥ 6,187 miliar. Dikutip dari Tesis Kaori Morohira, ―Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Diplomasi Kebudayaan Tradisional dan Pop Jepang di Indonesia,‖ dari
http://www.mofa.go.jp/mofaj/gaiko/oda/shiryo/yosan.html, h. 3.
26
peristiwa yang terjadi pada 15 Januari 1974, atau yang lebih dikenal dengan
peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari).Peristiwa ini terjadi karena
dampak bantuan ekonomi yang dominan di Indonesia berimbas terhadap
persoalan politik, yang mana hal tersebut membawa kemarahan mahasiswa
kepada puncaknya terhadap kebijakan pemerintah yang menggunakan dana asing
dalam pembangunan negara yang manfaatnya tidak dapat dirasakan oleh rakyat.48
Peristiwa Malari sendiri terjadi tepat pada saat Perdana Menteri Jepang
Kakuei Tanaka sedang berkunjung ke Indonesia dalam rangka kunjungan luar
negeri ke negara ASEAN. Pada saat itu terjadi kerusuhan besar di Jakarta, banyak
pihak yang mengatakan bahwa pristiwa tersebut terjadi karena adanya sentimen
anti-Jepang, dimana Jepang adalah salah satu negara pemberi bantuan kepada
Indonesia, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena
akumulasi dari berbagai perkembangan politik termasuk pertentangan antara elit
politik Indonesia. Namun, dasar dari peristiwa malari ini adalah ketidakpuasan
rakyat terhadap dominasi ekonomi Jepang di Indonesia.49
Dalam menanggapi peristiwa malari tersebut, Pemerintah Jepang melakukan
introspeksi terhadap hubungan Jepang-Indonesia, sehingga hal ini membuat
hubungan diplomatik antara kedua negara sempat mengalami kemunduran.
Namun, Jepang yang berusaha memperbaiki citranya kembali di mata rakyat
48
M. Aref Rahmat, Ali Moertopo & Dunia Intelijen Indonesia (Jakarta: PT. Buku Seru,
2011), h. 9. 49
Iyul Yanti, ―Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The Japan Foundatiom
tahun 2003-2011,‖ (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2012), h. 38.
27
Indonesia, mendirikan sebuah pusat kebudayaan Jepang sebagai alat diplomasi
baru.50
2.3. Masa Reformasi
Hubungan diplomasi antara Indonesia dan Jepang yang sudah terjalin sejak
masa Orde Lama terus berlanjut hingga masa Reformasi, yang dimulai dari
pemerintahan Presiden B.J. Habibie. Jika pada masa pemerintahan Presiden
Soekarno hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang berfokus pada politik luar
negeri untuk mencari pengakuan negara lain atas kemerdekaan Indonesia, dan
menolak segala bentuk kolonialisme dan imperialisme.51
Sedangkan pada masa
orde baru, pemerintahan Presiden Soeharto fokus pada pembangunan ekonomi
dan membuka investasi asing sebesar-besarnya. Sehingga Jepang pun
menanamkan investasi besar kepada Indonesia pada saat itu, yang akhirnya
Peristiwa Malari terjadi.
Setelah terjadi peristiwa malari pada tahun 1974 dan pelengseran Presiden
Soeharto pada tahun 1998, mulailah era reformasi yang diawali dengan
kepemimpinan Presiden B.J. Habibie. Pada masa Presiden Habibie, fokus dari
politik luar negeri Indonesia yang semula fokus pada investasi asing dan
perkembangan ekonomi, berubah menjadi bagaimana mengembalikan citra
Indonesia, terkait isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Timor Timur.52
50
Iyul Yanti, ―Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The Japan Foundation
tahun 2003-2011,‖ h. 38. 51
Rizki Hakiki Valentine, ―Dinamika Hubungan Indonesia – Jepang di Era Reformasi,‖
(Paper Pascasarjana Kajian Wilayah Jepang, Universitas Indonesia), hal. 1. 52
Rizki Hakiki, Dinamika Hubungan Indonesia – Jepang Era Reformasi, hal. 2-3.
28
Hubungan antara Indonesia dan Jepang pada masa pemerintahan Habibie
dapat dikatakan tidak baik, namun juga tidak buruk. Hal ini karena pada masa
Presiden Habibie, fokus Indonesia adalah mengembalikan citra mereka di mata
Internasional, terkait dengan isu pelanggaran HAM dan juga masalah ekonomi
dari pemerintahan sebelumnya. Terkait dengan masalah ekonomi ini, Indonesia
juga sempat dipertimbangkan, apakah akan tetap menjadi penerima ODA atau
tidak. Hal ini terkait dengan persyaratan negara penerima ODA dalam pemerintah
Jepang. Dalam ODA Charter, garis pedoman ODA Jepang adalah bantuan
mandiri atau self-help, human security, menjaga keadilan penggunaan pengalaman
dan pengetahuan secara optimal, serta harmonisasi kerjasama dengan masyarakat
internasional.53
Dalam charter tersebut juga tertulis, bahwa pemerintah Jepang
akan mempertimbangkan berbagai hal untuk memberikan bantuan kepada negara
penerima, seperti lingkungan dan pengembangan, menghindari penggunaan dana
dengan tujuan militer, memperhatikan pengeluaran dana untuk militer dan senjata
pemusnah massal di negara penerima, serta memperhatikan keadaan demokrasi
dan (HAM) di negara penerima.54
Terkait dengan ODA Charter tersebut, pemerintah Jepang telah
memberikan bantuan terhadap negara-negara yang memiliki kekuatan militer atau
pemerintahan junta militer, seperti Cina, India, Pakistan, dan Myanmar, yang
53
Kaori Morohira, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kombinasi Diplomasi Kebudayaan
Tradisional dan Pop Jepang di Indonesia (Tesis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia: Depok 2011), hal. 61. 54
Ministry of Foreign Affairs of Japan, 政府開発援助(ODA)大綱, diakses tanggal 27
Maret 2018 dari http://www.mofa.go.jp/mofaj/gaiko/oda/seisaku/taikou.html
29
mengundang kritikan terhadap pemerintah Jepang sebagai pemberi bantuan.55
Perdana Menteri Jepang Miyazawa, pernah mempersoalkan hal ini, dengan
mengatakan bahwa keadaan politik dan perlindungan HAM perlu menjadi bahan
pertimbangan dalam memutuskan pemberian ODA. Menurutnya Myanmar
menjadi negara contoh yang baik, apakah sesuai dengan persyaratan penerima
ODA.56
Indonesia sendiri pada masa Presiden Habibie, menjadi salah satu negara
yang dipertimbangkan apakah akan tetap menjadi negara penerima ODA atau
tidak, terkait dengan pelanggaran HAM yang terjadi pada masa Orde Baru.57
Seperti, pengiriman tentara ke Timor Leste untuk mencegah kemerdekaan Timor
Leste. Namun dengan adanya pergantian kepemimpinan dari Presiden Soeharto ke
Presiden Habibie, pemerintah Jepang mempertimbangkan kembali untuk
memberikan bantuan ODA kepada Indonesia. Hal ini bisa dilihat pada tahun 1999,
yang mana Jepang meberikan bantuan ODA kepada Indonesia untuk keperluan
pemilu. Pemberian bantuan untuk melaksanakan pemilu, merupakan pertama kali
dalam sejarah ODA Jepang di Indonesia. Tetapi, walapun ini menjadi yang
pertama untuk Jepang, Namun pemerintah Jepang dinilai lambat dalam
memberikan bantuan untuk dukungan pelaksanaan pemilu di Indonesia.
Pemerintah Jepang beralasan, bahwa mereka harus mencari dan membuat skema
55
Alan Rix, Japan’s Foreign Aid Challenge Policy Reform and Aid Leadership (Routledge,
1993), hal. 35. 56
Kaori Morohira, Faktor yang Mempengaruhi Kombinasi Diplomasi Kebudayaan
Tradisional dan Pop Jepang di Indonesia, hal. 61. 57
Alan Rix, Japan’s Foreign Aid Challenge Policy Reform and Aid Leadership, hal. 37.
30
dana yang harus diberikan, karena sebelumnya tidak pernah ada pemberian dana
untuk keperluan pemilu di Indonesia.58
Setelah masa Presiden Habibie berakhir, pemerintahan dilanjutkan oleh
Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Pada pemerintahan Presiden Gus
Dur, tujuan dari politik luar negeri Indonesia masih sama dengan saat Presiden
Habibie. Maka dari itu, di satu tahun pertamanya Gus Dur menjabat, beliau
melakukan banyak kunjungan ke berbagai negara untuk mengembalikan citra
Indonesia di mata dunia internasional.
Namun hingga saat berakhirnya pemerintahan Presiden Gus Dur, hubungan
Indonesia dan Jepang pasca orde baru masih belum stabil. Hubungan Indonesia –
Jepang mulai berjalan kembali pada saat presiden Gus Dur diganti oleh Megawati
Soekarno Putri. Selain tawaran bantuan ekonomi dalam bentuk Official
Development Assistance (ODA) yang sudah ada sejak masa Presiden Soeharto,
pada masa Megawati, Jepang menawarkan Free Trade Agreement (FTA) kepada
Indonesia. Tawaran akan FTA dari Perdana Menteri Jepang pada saat itu
Junichiro Koizumi, menghasilkan bentuk kerja sama dalam bentuk Indonesia
Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).59
Setelah masa pemerintahan Presiden Megawati berakhir, dan berlanjut
kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), hubungan Jepang dan
Indonesia kembali mengalami peningkatan, terutama bidang ekonomi. Pada tahun
2004, sebagai bentuk awal dari kerjasama ekonomi IJEPA, menteri perdagangan
58
Rizki Hakiki, Dinamika Hubungan Indonesia – Jepang Era Reformasi, hal. 10. 59
Rizki Hakiki, Dinamika Hubungan Indonesia – Jepang Era Reformasi, hal. 4.
31
Indonesia dan Jepang menyepakati Joint Study Group. Sebagai negosiasi akhir
dari IJEPA, Presiden SBY dan PM Jepang pada saat itu, Shinzou Abe
menandatangani kerjasama tersebut pada tahun 2007.60
Penandatanganan tersebut
menjadikan hubungan Indonesia-Jepang masuk dalam era baru. Hubungan
tersebut bukan hanya mencakup tercapainya kesepakatan terkait pengaturan
penyebaran tenaga kerja kedua negara, namun juga kerjasama tersebut meluas
termasuk transfer teknologi.
Pada tahun 2011, mantan Perdana Menteri Jepang periode 2007-2008,
Yasuo Fukuda mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana dari
Republik Indonesia. Pengahargaan tersebut diberikan berdasarkan Keputusan
Presiden No. 81/TK/Tahun 2011 atas jasa-jasa Fukuda bagi peningkatan
persahabatan dan hubungan kedua negara, sejak menjabat sebagai ketua Japan
Indonesia Association (JAPINDA). JAPINDA sendiri adalah sebuah lembaga
persahabatan antara Jepang dan Indonesia.61
Hubungan antara Indonesia dan Jepang berlanjut pada saat terjadi bencana
gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada 11 Maret 2011. Indonesia
memprakarsai pertemuan dengan negara ASEAN pada 9 April 2011 dengan nama
Special ASEAN-Japan Ministerial Meeting untuk menggalang solidaritas di
kawasan ASEAN terhadap bencana yang terjadi di Jepang. Pada tanggal 16-18
Juni 2011, Presiden SBY melakukan kunjungan ke Jepang. Presiden juga
60
Rizki Hakiki, Dinamika Hubungan Indonesia – Jepang Era Reformasi, hal. 5. 61
AntaraNews.com, ―Mantan PM Yasuo Fukuda peroleh Bintang Mahaputera
Adipradana,‖ diakses pada 27 Maret 2018 dari
https://www.antaranews.com/berita/283962/mantan-pm-yasuo-fukuda-peroleh-bintang-
mahaputera-adipradana
32
melakukan peninjauan ke wilayah bencana di Kesennuma, Prefektur Miyagi. Pada
kunjungan tersebut, pemerintah Indonesia secara simbolis memberikan bantuan
sebesar US$ 2 juta kepada Walikota Kesennuma oleh Menteri Luar Negri
Indonesia, Marty M. Natalegawa. Selain penyerahan bantuan, ada pula
penandatanganan prasasti tanda persahabatan dan solidaritas masyarakat
Indonesia kepada Jepang oleh Presiden Republik Indonesia.62
Bantuan Indonesia terhadap Jepang tersebut berdampak cukup besar. Pada
tahun 2013, Walikota Kesennuma berkunjung ke Indonesia dalam rangka studi
banding penanganan tsunami dan pengelolaan pelabuhan nelayan, ke Aceh dan
Bali. Dalam kunjungannya tersebut, Walikota Shigeru Sugawa disambut oleh
Presiden SBY, dan meminta izin kepada Presiden untuk menggunakan nama
beliau sebagai nama Museum Perpustakaan Yudhoyono di kota Kesennuma.63
Selain bantuan dalam bentuk dana kepada Jepang, Indonesia juga
memberikan 72 set alat musik angklung ke seluruh sekolah di Kesennuma. Hal ini
dalam rangka melebarkan diplomasi budaya Indonesia di Jepang. Tercatat ada 21
Sekolah Dasar dan 12 Sekolah Menengah Pertama yang menerima set angklung
tersebut. Pemberian angklung ini diterima oleh Chairman of Education Board
Kota Kesennuma, Katsumi Shirahata, dan perwakilan dari kepala sekolah Kota
Kesennuma. Hal tersebut ternyata mendapat sambutan baik dari warga Jepang
62
Rizki Hakiki, Dinamika Hubungan Indonesia – Jepang Era Reformasi, hal. 14. 63
Antara News.com, ―Nama Presiden Dijadikan Nama Perpustakaan di Jepang,‖ diakses 27
Maret 2018 dari https://www.antaranews.com/berita/404652/nama-presiden-dijadikan-nama-
perpustakaan-di-jepang
33
disana. Anak-anak korban gempa dan tsunami merasa terhibur dengan bantuan
alat musik tradisional Indonesia ini.64
Pada pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, hubungan Indonesia
dan Jepang masih tetap stabil. Namun, dalam kerjasama terkait dengan
pambungan negara, pemerintahan Presiden Jokowi cenderung lebih dekat dengan
Cina. Hal ini bisa dikatakan sebagai hambatan terhadap hubungan diplomatik
antara Indonesia – Jepang. Hambatan ini mulai terlihat pada saat Presiden Jokowi
ingin membangun infrastruktur kereta cepat Jakarta – Bandung tahun 2015. Pada
tahun itu, Presiden Jokowi meminta proposal proyek tersebut kepada Jepang dan
Cina. Namun, Presiden Jokowi lebih memilih Cina dalam penanganan proyek
kereta cepat tersebut. Indonesia cenderung memilih Cina karena proposal mereka
tidak membebani pemerintah Indonesia dan karena masalah keamanan telah
dibahas secara memadai.65
Jepang merasa bingung terkait hal ini, karena Jepang telah merasa yakin
memenangkan proyek ini, setelah menuntaskan uji kelayakan senilai US$ 3 juta.
Namun, Presiden Jokowi mengundang pihak lain untuk memberi penawaran, agar
mendapatkan yang terbaik. Perdana Meteri Jepang Shinzo Abe pun mengirimkan
perwakilan untuk menawarkan perjanjian yang lebih menarik sebagai revisi
proposal pertama. Terkait proyek tersebut, Cina menawarkan pinjaman sebesar
64
Novi Dian Prameswari, ―Dampak Pemberian Bantuan Kemanusiaan Negara Indonesia
Pada Jepang Saat Gempa Tsunami 2011,‖ (Artikel dalam jurnal Analisis Hubungan Internasional,
vol. 5 No. 3, Oktober 2016), diakses pada 27 Maret 2018 dari http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-jahi5c5012e210full.pdf 65
―Indonesia Lebih Suka China daripada Jepang untuk Proyek Kereta Api,‖ diakses pada
27 Maret 2018 dari https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-lebih-suka-china-daripada-jepang-
untuk-proyek-kereta-api/2939028.html
34
Rp. 73,92 triliun dengan jangka waktu pembayaran 50 tahun dan bunga sebesar 2
persen dalam dolar Amerika. Sedangkan Jepang menawarkan pinjaman sebesar
Rp. 60,14 triliun dan dibayar dalam waktu 40 tahun dengan bunga sebesar 0,1
persen dalam yen, dengan masa tenggang 10 tahun. Proposal terbaru Jepang juga
menawarkan jaminan untuk pembiayaan dan peningkatan presentase konten lokal.
Namun, proposal terbaru yang ditawarkan Cina, membuat Jokowi lebih
memilih Cina dibanding dengan Jepang. Jokowi memutuskan untuk memilih
penawaran dari Cina pada September 2015, karena Cina menawarkan tanpa biaya
kepada pemerintah Indonesia. Pemerintah juga tertarik kepada proposal lain
dalam bidang pembangunan pembangkit listrik dan proyek lainnya, yang mana
Cina menjanjikan perputaran cepat dan tanpa biaya kepada pemerintah. Tetapi
proyek ini seakan hanya jadi angan semata. Dua tahun setelah peletakan batu
pertama pada januari 2016, pembangunan tersendat dikarenakan Cina menolak
mengeluarkan dana yang dijanjikan sampai masalah pemerintah Indonesia
memperoleh semua lahan yang diperlukan.66
66
Jun Suzuki, ―Widodo woos Japan as infrastructure ambition stall,‖ diakses pada 27 Maret
2018 dari https://asia.nikkei.com/Politics-Economy/International-Relations/Widodo-woos-Japan-
as-infrastructure-ambitions-stall?page=1
35
Bab III
Kebudayaan Jepang yang Berkembang di Indonesia
Pada bab yang ketiga ini akan dipaparkan tentang budaya-budaya Jepang
yang berkembang di Indonesia, apa itu Matsuri secara umum, dan budaya-budaya
populer lain yang berkembang di Indonesia seperti Manga, Anime dan juga
Cosplay.
Perkembangan budaya-budaya Jepang di Indonesia sendiri dimulai pada saat
pasca terjadinya Peristiwa Malari pada tahun 1974. Jepang yang saat itu fokus
dalam menggunakan ekonomi sebagai instrumen dalam menjalin hubungan
diplomatik dengan Indonesia, merubah hal tersebut dengan mengganti ekonomi
menjadi budaya sebagai alat dalam menjalain hubungan dengan Indonesia pada
tahun 1978, dengan membentuk Japan Foundation di Jakarta.
Pembentukan Japan Foundation ini menjadi awal penyebaran budaya-
budaya Jepang di kalangan masyarakat Indonesia. Dengan berdirinya Japan
Foundation, banyak budaya-budaya Jepang yang akhirnya dapat populer di
Indonesia terutama manga dan anime. Selain itu, ada pula budaya Jepang yang
disebut dengan ‗matsuri‘ atau festival kebudayaan Jepang yang berkembang di
Indonesia. Hal ini dapat terlihat dengan banyaknya pelaksanaan matsuri-matsuri
atau festival ini di Indonesia, baik tingkat Universitas, atau pun dari swasta dan
pemerintah seperti Jakarta – Japan Matsuri.
36
3.1. Budaya Jepang di Indonesia
Seiring berkembangnya zaman, banyak budaya Jepang yang masuk ke
Indonesia. Budaya-budaya yang masuk tersebut biasanya melalui siaran-siaran
televisi ataupun media yang lainnya. Di Indonesia sendiri, penyebaran budaya
Jepang dilakukan oleh sebuah organisasi The Japan Foundation. Organisasi
tersebut dibentuk oleh pemerintah Jepang pada tahun 1972 oleh keputusan
Parlemen Jepang sebagai badan khusus untuk penyebaran budaya Jepang ke dunia
internasional, dan menjadi lembaga administratif independen per Oktober 2003.67
Terdapat tiga bidang yang menjadi kegiatan utama The Japan Foundation, yaitu:
1) Pertukaran Seni dan Budaya; 2) Pendidikan Bahasa Jepang di Luar Negeri; 3)
Pertukaran Intelektual dan Studi Jepang
Penyebaran budaya Jepang di Indonesia sendiri dapat dikatakan mulai
tersebar luas saat pembentukan kantor The Japan Foundation di Jakarta. Awal
pembentukan organisasi tersebut di Indonesia dilatarbelakangi oleh kejadian
Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) pada tahun 1974, sehingga menimbulkan
sentimen anti-Jepang pada saat itu. Jepang yang berusaha memperbaiki citra
mereka di mata dunia internasional melakukan berbagai cara untuk memulihkan
citra mereka dengan cara mempererat hubungan diplomatik, kerjasama ekonomi,
politik, sosial dan juga budaya. The Japan Foundation di Indonesia didirikan lima
tahun pasca Malari yaitu, pada tahun 1979. Pendirian tersebut dilakukan melalui
beberapa proses, seperti survei untuk melihat bagaimana respon anti-Jepang
masyarakat Indonesia pada saat itu, dan mengantisipasi supaya hal tersebut tidak
67
The Japan Foundation, “About us,” diakses 20 November 2016 dari
http://www.jpf.go.jp/e/about/index.html
37
terjadi di kemudian hari. Pemerintah Jepang berharap, dengan melakukan
diplomasi kebudayaan melalui The Japan Foundation dapat memulihkan
hubungan dengan Indonesia. Karena perlu mengenal dan mempelajari budaya
asing suatu negara, sehingga dapat diketahui macam-macam kebudayaan yang
cocok dengan negara tersebut, yang belum tentu cocok di negara lainnya.68
3.2. Matsuri
Dalam bahasa Jepang, Matsuri (祭) adalah sebuah istilah dalam agama
Shinto yang berarti ―persembahan ritual.‖ Namun, secara sekuler matsuri
diartikan sebagai ―festival‖, atau ―perayaan.‖Matsuri biasanya dimulai dengan
ritual yang dilakukan di kuil setempat, dan perayaan masyarakat.Pusat kegiatan
ritual dalam matsuri adalah penyajian shinsen atau makanan persembahan,
pembacaan norito atau doa oleh pendeta Shinto atau Budha, musik dan pemujaan,
dan diikuti oleh pesta rakyat. Selain itu, dalam bahasa Jepang kuno, terdapat kata
matsurigoto yang dapat diartikan sebagai pemerintahan dan juga pemujaan atau
ibadah, yang mencerminkan sikap bahwa manusia harus mengikuti kehendak
kami atau dewa dalam kehidupan berpolitik, hal ini tercermin dalam istilah saisei
itchi, yang berarti ―kesatuan ibadah dan pemerintahan.‖69
3.3. Budaya Populer
Banyak budaya popular yang berkembang di Indonesia. Namun, dalam sub-
bab ini akan dibahas tiga budaya popular yang berkembang di Indonesia, yaitu
Manga, Anime, dan Cosplay.
68
Yanti, Diplomasi Kebudayaan Jepang Melalui The Japan Foundation, hal. 46-47. 69
Kokugakuin University, ―Basic Terms of Shinto‖, diakses 20 November 2016 dari
http://www2.kokugakuin.ac.jp/ijcc/wp/bts/bts_m.html#matsuri
38
3.3.1. Manga
Dalam bahasa Jepang, kata manga (kanji: 漫画 hiragana: まんが) memiliki
arti komik atau kartun. Namun, untuk penggunaan di luar Jepang manga diartikan
sebagai komik yang berasal dari Jepang.70
Manga di Jepang menjadi sebuah
industri tersendiri, dan manga pun menjadi salah satu pemasukan terbesar Jepang.
Sejak tahun 1950-an, manga menjadi bagian utama dalam industri penerbitan
Jepang,71
dengan penghasilan JP¥ 406 miliar di pasar Jepang pada tahun 2007 dan
JP¥ 420 milliar pada tahun 2009.72
Selain di Jepang, manga pun secara signifikan
mendapatkan pembaca di seluruh dunia.73
Di Eropa dan Timur Tengah, nilai pasar
manga mencapai US$ 250 juta pada tahun 2012.74
Di Jepang, manga biasanya diserialisasi dalam majalah manga, yang
didalam majalah tersebut terdapat banyak cerita lainnya, yang mewakili satu
episode dan bersambung di terbitan selanjutnya. Jika suatu seri tersebut sukses
dan bisa bertahan lama hingga beberapa bab, maka akan di terbitkan ulang dalam
bentuk tankoubon, atau komik satuan.75
Seorang mangaka atau pengarang komik,
biasanya bekerja dengan dibantu beberapa asisten di sebuah studio kecil, dan
berdiskusi dengan editor yang berasal dari perusahaan penerbit komersil.76
Jika
70
Merriam-Webster, ―Dictionary,‖ diakses 20 November 2016 dari http://www.merriam-
webster.com/dictionary/manga 71
Sharon Kinsela, Adult Manga: Culture and Power in Contmporary Japanese Society
(Honolulu, Hawaii: University of Hawai‘i Press, 2000). 72
Saira Syed, ―Comic Giants Battle for Readers,‖ diakses 20 November 2016 dari
http://www.bbc.com/news/business-14526451 73
Fred Patten, Watching Anime, Reading Manga: 25 Years of Essay and Reviews (Barkley,
California: Stone Bridge Press, 2004). 74
Danica Davidson, ― Manga Grows in the Heart of Europe,‖ diakses 20 November 2016
dari http://geekout-blogs.cnn.com/2012/01/26/manga-in-the-heart-of-europe/ 75
Paul Gravett, Manga: Sixty Years of Japanese Comics, hal. 8 76
Sharon Kinsela, Adult Manga: Culture and Power in Contmporary Japanese Society
39
sebuah seri manga cukup populer, biasanya mangaka akan mendapatkan tawaran
untuk dianimasikan setelah manga tamat, bahkan bisa saat manga masih terbit.77
Perkembangan manga di Indonesia diawali dengan diterbitkannya manga
berjudul AKIRA karya Katsuhiro Otomo oleh penerbit Elex Media Komputindo
pada tahun 1990, lalu diikuti oleh Candy Candy karya Kyoko Mizuki dan Yumiko
Igarashi di tahun yang sama. Barulah setelah itu diikuti dengan judul-judul komik
yang populer di Indonesia seperti Doraemon karya Fujiko F. Fujio tahun 1991 dan
juga Dragon Ball karya Akira Toriyama pada tahun 1992.78
Penerbitan manga di Indonesia sendiri berpengaruh terhadap perkembangan
komik dalam negeri. Semakin populernya manga dikalangan masyarakat
Indonesia, membuat banyak pengarang komik di Indonesia yang menganggap
bahwa manga menyebabkan kemunduran bagi perkembangan komik lokal, namun
ada juga yang menganggap bahwa manga sebagai salah satu faktor yang
memperkaya komik Indonesia.79
Hal ini terbukti dengan berubahnya gaya gambar
pengarang komik Indonesia menjadi seperti gaya gambar manga. Selain itu juga,
dengan hadirnya manga di Indonesia membuat para komikus Indonesia dapat
berkarya dan bahkan menghasilkan manga atau komik versi mereka sendiri dan
diterbitkan di Jepang seperti Vivian Wijaya atau lebih dikenal dengan nama pena
drVee. Vivian berhasil menjadi komikus Indonesia pertama yang menerbitkan
manga di Jepang dengan judul Kokkyonaki Gakuen. Sebelum menjadi mangaka,
77
Mary Lynn Kittelson, The Soul of Popular Culture: Looking at Contemporary Heroes,
Myths, and Monster (Chicago: Open Court, 1998). 78
Alabn.com, ―Komik Doraemon, Dragon Ball dan Sejarah Manga ke Indonesia,‖ diakses
29 November 2016 dari http://alabn.com/komik-doraemon-dragon-ball-indonesia/ 79
Alabn.com, ―Komik Doraemon, Dragon Ball dan Sejarah Manga ke Indonesia,‖ diakses
29 November 2016 dari http://alabn.com/komik-doraemon-dragon-ball-indonesia/
40
Vivian adalah seorang asisten dari mangaka Hata Kenjiro yang menerbitkan
manga populer berjudul Hayate no Gotoku!,80
yang masih terbit hingga kini.
Selain Vivian, ada juga Mahendra Sidharta Suryadi atau lebih dikenal
dengan nama pena Pinakes. Pinakes adalah seorang komikus Indonesia yang
menjadi ilustrator untuk manga adaptasi dari anime populer yang berjudul
Aldnoah.Zero yang diproduksi oleh Olympus Knights.81
Selain menjadi ilustrator
untuk manga Aldnoah.Zero, Pinakes juga menjadi ilustrator untuk light novel
yang berjudul Madouki to Armunaire berkolaborasi dengan Hajime Rino yang
mengerjakan bagian cerita.82
80
Manga Updates, ―Mangaka: Vivian Wijaya‖ diakses 30 Novmber 2016 dari
http://www.mangaupdates.com/authors.html?id=16159 81
Alabn.com, ―Komik Doraemon, Dragon Ball dan Sejarah Manga ke Indonesia,‖ diakses
29 November 2016 dari http://alabn.com/komik-doraemon-dragon-ball-indonesia/ 82
MyAnimeList, ―Madouki no Armunaire,‖ diakses 30 November 2016 dari
http://www.myanimelist.net/manga/97784/Madouki_to_Armuniare
41
Gambar 2.1
Keterangan: Cover volume 1 manga Aldnoah:Zero yang digambar oleh Mahendra Sidharta
Suryadi atau pinakes.
Sumber: http://www.alabn.com/komik-doraemon-dragon-ball-indonesia
3.3.2. Anime
Anime (アニメ) dalam bahasa Jepang adalah sebuah istilah untuk animasi
yang berasal dari Jepang, baik yang digambar dengan tangan, ataupun dengan
komputer. Kata anime sendiri adalah penyingkatan dari kata animation dalam
bahasa inggris, yang kata tersebut merujuk segala hal tentang animasi. Namun,
42
dalam penggunaan diluar Jepang, anime diartikan sebagai animasi yang berasal
dari Jepang.83
Anime juga menjadi salah satu industri terbesar di Jepang, dengan adanya
430 perusahaan produksitermasuk studio terbesar seperti Toei Animation,
Madhouse, Gonzo, Sunrise, Bones, TMS Entertainment, Nippon Animation, Studio
Pierrot dan Studio Ghibli.84
Sebuah produksi anime setiap episodenya dapat
menghabiskan biaya sebesar US$ 100,000 hingga US$ 300,000.85
Menurut artikel
Nikkei Asian Review, stasiun-stasiun televisi Jepang telah membeli lebih dari
JP¥ 60 miliar atas animasi produksi dalam negeri dalam beberapa tahun,
dibanding JP¥ 20 miliar dari luar negeri.86
3.3.3. Cosplay
Cosplay (コスプレ) adalah istilah dalam bahasa Jepang yang berasal dari
penggabungan dua kata dalam bahasa inggris costume dan play, yang diartikan
sebagai pertunjukan seni, dimana seorang cosplayer menggunakan kostum dan
berbagai aksesoris pendukung yang mewakili karakter tertentu, dari manga,
anime, atau video games. Kata tersebut pertama kali digunakan oleh Nobuyuki
Takahasi seorang reporter dan penerbit manga setelah menghadiri World Science
83
Lesley Aeschliman, What is Anime?, diakses 29 Agustus 2015 dari
http://web.archive.org/web/20071107150423/http://www.bellaonline.com/articles/art4260.asp 84
Robin Brenner, Understanding Manga and Anime (Libraries Unlimited, 2007), h.17 85
Justin Sevakis, ―The Anime Economy – Part 1: Let‘s Make An Anime!‖ diakses 30
November 2016 dari http://www.animenewsnetwork.com/feature/2012-03-05 86
Akira Kobayashi, ―Movie Version of Osamu Tezuka‘s ‗Black Jack‘ Coming to China,‖
diakses 30 November 2016 dari http://asia.nikkei.com/Business/Trends/Movie-version-of-Osamu-
Tezuka-s-Black-Jack-coming-to-China
43
Fiction Convention (Worldcon) tahun 1984.87
Begitu besarnya peminat cosplay,
pada 12 Oktober 2003 TV Aichi menyelenggarakan sebuah acara cosplay terbesar
bernama World Cosplay Summit (WCS) yang diselenggarakan di Rose
CourtHotel, Nagoya, Jepang.88
Di Indonesia cosplay cukup berkembang pesat. Hal ini dipelopori dengan
banyaknya festival-festival kebudayaan Jepang yang diselenggarakan di
Indonesia. Banyaknya festival Jepang yang diselenggarakan, baik itu di
universitas-universitas ataupun penyelenggara lain, hampir selalu ada cosplayer.
Gambar III.2
Keterangan: Jadwal dan proses kompetisi Cosplay as Live-Action Show (CLAS:H).
Sumber: http://www.clashcosplay.com/nasionalcosplay
87
Yahoo Movies, ― 75 Years of Capes and Face Paint: A History of Cosplay,‖ diakses 30
November 2016 dari http://www.yahoo.com/movies/75-years-of-capes-and-fac-paint-a-history-of-
cosplay-9266923267.html 88
World Cosplay Summit United States, ― History of WCS,‖ diakses 30 November 2016
dari http://wcsus.com/frontend/about/history-of-wcs/
44
Selain di Jepang, acara cosplay juga diselenggarakan di Indonesia. Dengan
mengusung konsep ―cosplay as live action show‖ pada tahun 2011
diselenggarakan acara cosplay dengan nama Cosplay Live-Action Show Hybrid
(CLAS:H) di Balai Kartini.89
Dalam CLAS:H penilaian terhadap cosplayer
ditentukan dari bagaimana detail desain kostum, juga peserta atau cosplayer dapat
berakting, bercerita dan menampilkan aksi teatrikal diatas panggung. Sejak
penyelenggaraan pertama di tahun 2011, CLAS:H setiap tahunnya
diselenggarakan dengan mengadakan audisi di beberapa kota di Indonesia seperti,
Medan, untuk regional Sumatera, Bandung untuk regional DKI Jakarta, Jawa
Barat dan Banten, Surabaya untuk regional Jawa Timur dan Bali, dan Yogyakarta
untuk regional DIY dan Jawa Tengah. Para Juara di setiap regional, akan
bertanding di Grand Final yang diselenggarakan di Jakarta, bersamaan dengan
festival Jepang Little Tokyo Ennichisai di Blok M Square, dan pemenang di
Jakarta akan menjadi wakil dari Indonesia untuk berkompetisi di World Cosplay
Summit di Jepang.90
89
Clash Cosplay, ―About Us,‖ diakses 30 November 2016 dari
http://www.clashcosplay.com/about-us-c1wkw 90
Clash Cosplay, ―About Us,‖ diakses 30 November 2016 dari
http://www.clashcosplay.com/about-us-c1wkw
45
Bab IV
Diplomasi Jepang Melalui Jakarta – Japan Matsuri
Dalam bab yang keempat ini, akan dianalisa tentang apa itu Jakarta – Japan
Matsuri dan diplomasi Jepang melalui Jakarta – Japan Matsuri di Indonesia dan
juga mengapa festival tersebut masih terus dilaksanakan hingga kini, karena pada
awalnya festival tersebut dilaksanakan hanya sebagai acara untuk memperingati
50 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang.
4.1. Awal Perayaan Budaya Jepang
Sebelum adanya Jakarta – Japan Matsuri sudah ada perayaan yang
berkaitan dengan Jepang yang diselenggarakan oleh masyarakat Jepang di
Indonesia pada tahun 1980-an. Perayaan atau matsuri tersebut awalnya hanya
diselenggarakan untuk orang Jepang saja di Hotel Hilton, Jakarta. Matsuri
tersebut diselenggarakan setiap musim panas waktu Jepang, pada bulan Agustus
dengan nama Obon Matsuri. Namun pada tahun 1998, saat terjadi kerusuhan di
Indonesia yang menuntut pemerintahan Presiden Soeharto, membuat sebagian
besar warga Jepang pergi keluar dari Indonesia, begitupun dengan investor-
investor yang berasal dari Jepang.91
Menurut Diana S. Nugroho dari Japan
Foundation, bahwa ―Kerusuhan tersebut membuat sebagian warga Jepang pergi
meninggalkan Indonesia, serta investor-investor. Mereka merasa tidak nyaman
lagi tinggal di Indonesia, sehingga Obon Matsuri tidak dilaksanakan lagi.‖92
91
Wawancara dengan Diana S. Nugroho dan Puput Setia Susanti dari The Japan
Foundation, Kantor Japan Foundation lt.2, Jakarta, 30 Mei 2017. 92
Wawancara dengan Diana dan Puput dari The Japan Foundation, Jakarta, 30 Mei 2017.
46
Dari pernyataan Diana tersebut, hubungan Jepang dan Indonesia pada saat
itu lebih fokus terhadap bidang ekonomi saja, karena memang pada masa
pemerintahan Orde Baru, Jepang lebih fokus dengan ekonomi sebagai instrumen
dalam menjalankan hubungan dengan Indonesia, terutama dalam bentuk ODA.
Namun setelah terjadi peristiwa Malari dan kerusuhan 1998, Jepang
mempertimbangkan dan memikirkan kembali bagaimana menjalin hubungan
dengan Indonesia, bahkan Jepang juga mempertimbangkan apakah Indonesia
masih pantas untuk menerima bantuan ODA kembali atau tidak.93
Pasca Orde Baru, masyarakat Indonesia dan Jepang berusaha
mengembalikan lagi hubungan baik melalui festival yang diorganisir komunitas
Indonesia dan Jepang.94
Pada tahun 2000 awal dipikirkan bagaimana mengadakan
perayaan atau festival dengan melibatkan masyarakat Indonesia. Lalu pada tahun
2004, dengan dimulai dilaksanakan di Jakarta, diselenggarakanlah Nihon no
Matsuri di Kemayoran selama 2 tahun. Barulah pada tahun 2008 dengan bekerja
sama dengan Pemerintah DKI Jakarta untuk melaksanakan Jakarta – Japan
Matsuri.95
Jakarta – Japan Matsuri adalah sebuah festival yang diselenggarakan oleh
warga Jepang yang tinggal di Indonesia. Penyelenggaraan festival ini diawali pada
tahun 2008, dalam rangka memperingati 50 tahun hubungan diplomatik
93
Kaori Morohira, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kombinasi Diplomasi Kebudayaan
Tradisional dan Pop Jepang di Indonesia, hal. 61. 94
Wawancara dengan Diana dan Puput dari The Japan Foundation, Jakarta 30 Mei 2017. 95
Wawancara dengan Diana dan Puput dari The Japan Foundation, Jakarta 30 Mei 2017.
47
Indonesia-Jepang.96
Pada saat itu ada pemikiran bagaimana menjaga api
persahabatan antara Indonesia-Jepang terus terjaga dengan baik. Dari niat
tersebut, warga Jepang yang tinggal di Indonesia khususnya di Jakarta dan dengan
dukungan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, maka lahirlah ―Jakarta – Japan
Matsuri‖ yang memiliki harapan bahwa sekalipun zaman telah berubah, tetapi
kizuna97
antar kedua negara akan semakin lebih luas dan kuat.98
Menurut Diana S. Nugroho, Jakarta – Japan Matsuri tidak dilaksanakan
oleh kedutaan besar Jepang secara langsung, namun dijalankan oleh sebuah
komite tersendiri. Dari komite tersebut, ada keterlibatan dari Japan Foundation,
walaupun tidak selalu menjadi pengisi acara. Komite itu sendiri terdiri dari
komunitas-komunitas, atau kelompok-kelompok Indonesia yang terkait dengan
Jepang. Jadi Jakarta – Japan Matsuri tidak secara khusus dijalankan oleh
Kedutaan Besar Jepang, namun komite terkait sering berkumpul dan berkantor di
kedutaan.99
Penyelenggaraan Jakarta – Japan Matsuri yang pertama kali dilaksanakan
setahun berikutnya pada tahun 2009 dengan mengusung tema ―Langkah awal
menuju persahabatan yang abadi.‖100
Jakarta – Japan Matsuri sendiri terus
diselenggarakan setiap tahunnya hingga saat ini. Selama penyelengaraan festival
ini, Jakarta – Japan Matsuri selalu mengusung tema yang berbeda-beda setiap
96
Kedubes Jepang untuk Indonesia, Apakah JJM, diakses 20 September 2015 dari
http://www.id.emb-japan.go.jp/matsuri/about.html 97
Kata Kizuna (絆) memiliki arti ―hubungan‖ dalam bahasa Jepang 98
Kazunori Kobayashi, ―Proposal‖, diakses 17 November 2016 dari http://www.id.emb-
japan.go.jp/matsuri/proposal.pdf 99
Wawancara dengan Diana dan Puput dari The Japan Foundation, Jakarta 30 Mei 2017. 100
Kazunori, ―Proposal‖, diakses 17 November 2016 dari http://www.id.emb-
japan.go.jp/matsuri/proposal.pdf
48
tahunnya, 2009 (Langkah Awal Menuju Persahabatan yang Abadi); 2010 (Tanpa
Tema)101
; 2011 (Terima Kasih, Indonesia); 2012 (Indonesia - Jepang, Semakin
Erat, Semakin Mantap); 2013 (Indonesia - Jepang Selalu Bersama); 2014
(INDONESIA - JAPAN ONE TEAM ~ Maju Bersama Sambil Bergandeng
Tangan! ~); 2015 (Indonesia - Japan in Dream Team); 2016 (Indonesia - Japan
Always Together); dan 2017 (Indonesia – Japan Always Together!).
4.2. Pendanaan Jakarta – Japan Matsuri
Pendanaan pelaksanaan Jakarta – Japan Matsuri berasal dari sponsor-
sponsor. Besarnya jumlah dana yang sponsor berikan, berbeda berdasarkan paket
yang ditawarkan oleh komite Jakarta – Japan Matsuri. Paket sponsor yang
ditawarkan terbagi menjadi empat kategori, 1) Platinum; 2) Gold; 3) Silver; dan 4)
Bronze. Setiap paket sponsorship tersebut memiliki nilai sponsor yang berbeda-
beda, dan juga keuntungan yang berbeda pula.
Dalam paket sponsor platinum, atau sponsor utama memiliki nilai sponsor
sebesar Rp. 250.000.000 (Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah), dengan mendapat
keuntungan seperti pencantuman logo perusahaan sebagai sponsor utama di
semua media publikasi dan promosi, backdrop panggung utama maupun
panggung kecil, dan pada gerbang masuk. Selain itu keuntungan lain yang didapat
oleh sponsor platinum namun tidak didapat oleh kategori sponsor lainnya adalah,
sponsor platinum dapat mempresentasikan produk mereka di panggung utama
selama 30 menit.
101
Tahun 2010 tidak mengusung tema tertentu, namun memiliki tagline Japan Festival in
Jakarta, dan diganti menjadi Jakarta – Japan Friendship Festival pada tahun 2016.
49
Gambar IV.1
Keterangan: Paket Sponsor Platinum Jakarta – Japan Matsuri 2017
Sumber: http://jakjapanmatsuri.com/assets/img/Paket%20Sponsor.pdf.
Dalam paket sponsor kategori Gold, memiliki nilai sponsor sebesar Rp.
100.000.000 (Seratus Juta Rupiah). Kategori Silver memiliki nilai sponsor sebesar
Rp. 50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah), dan Kategori Bronze miliki nilai
sponsor sebesar Rp. 25.000.000 (Dua Puluh Lima Juta Rupiah).
50
Gambar IV.2
Gambar IV.3
51
Gambar IV.4
Keterangan: Paket Sponsor Gold, Silver dan Bronze Jakarta – Japan Matsuri 2017
Sumber: http://jakjapanmatsuri.com/assets/img/Paket%20Sponsor.pdf
Penempatan logo sponsor setiap kategori pun berbeda-beda. Mulai dari
ukuran hingga posisi penempatan. Dari keempat kategori sponsor tersebut,
kategori platinum diperbolehkan untuk membagikan brosur produk mereka di
gerbang masuk, namun tidak bagi ketiga kategori lainnya.
52
Gambar IV.5
Keterangan: Backdrop Sponsor Jakarta – Japan Matsuri 2017
Sumber: http://jakjapanmatsuri.com/assets/img/Paket%20Sponsor.pdf
Dalam penempatan logo sponsor, kategori platinum ditempatkan pada posisi
paling atas, dan memiliki ukuran logo yang besar. Untuk kategori gold,
penempatan tepat berada di bawah kategori platinum dan memilliki ukuran logo
lebih kecil dari kategori platinum. Lalu untuk kategori silver, penempatan logo
berada dibawah gold, dan memiliki ukuran logo lebih kecil dari gold, dan untuk
kategori bronze penempatan logo berada di bawah silver dan ukuran logo yang
lebih kecil dari silver. Di bawah logo sponsor tersebut, terdapat logo media
partner.
53
Gambar IV.6
54
Gambar IV.7
Keterangan: Sponsor Jakarta – Japan Matsuri 2017
Sumber: https://twitter.com/jktjapanmatsuri/status/908909551390408704
Berdasarkan daftar sponsor tersebut, terdapat empat sponsor kategori
platinum, empat sponsor kategori gold, dua belas sponsor kategori silver, dan dua
sponsor kategori silver. Dari daftar tersebut, terlihat bahwa sponsor didominasi
oleh perusahaan – perusahaan yang berasal dari Jepang seperti, Toyota, Honda,
55
dan Mitsubishi yang beroperasi di bidang otomotif. Ada pula All Nippon Airways,
perusahaan Jepang di bidang maskapai penerbangan.
Jika dihitung dari daftar sponsor tersebut, maka dana yang didapat oleh Jakarta –
Japan Matsuri pada tahun 2017 adalah sebesar Rp. 2.150.000.000 (Dua Miliar
Seratus Lima Puluh Juta Rupiah), yang berasal dari empat sponsor platinum
sebesar Rp. 1.000.000.000 (Satu Miliar Rupiah), empat sponsor gold sebesar Rp.
400.000.000 (Empat Ratus Juta Rupiah), empat belas sponsor silver sebesar Rp.
700.000.000 (Tujuh Ratus Juta Rupiah), dan dua sponsor bronze sebesar Rp.
50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah).
4.3. Diplomasi Budaya Jepang Melalui Jakarta – Japan Matsuri
Dalam konsep soft power oleh Joseph S. Nye Jr., softpoweradalah
kemampuan untuk mendapatkan apa yang diinginkan melalui daya tarik dibanding
melalui paksaan atau kekerasan, dan juga pembayaran, yang mana daya tarik ini
berasal dari budaya, nilai-nilai politik dan kebijakan negara tersebut.102
Berdasarkan wawancara dengan Diana S. Nugroho dari The Japan Foundation,
hubungan pendekatan sebuah negara yang dilandasi oleh budaya lebih kuat dan
mengikat secara batin atau emosional, dibanding dengan politik atau ekonomi.103
Hal ini sesuai dengan konsep soft power dari Joseph S. Nye, yang mana Jepang
menggunakan festival ini untuk memikat warga Indonesia dengan menggunakan
daya tarik budaya mereka.
102
Nye, Soft Power: The Means to Success in World Politics, hal. X. 103
Wawancara dengan Diana dan Puput dari The Japan Foundation, Jakarta 30 Mei 2017.
56
Menurut Nye, Jepang lebih memiliki potensi daya tarik budaya dibanding
negara-negara lain di Asia, seperti manga dan anime. Selain itu, penggunaan
budaya lebih cocok dengan Jepang selepas krisis ekonomi yang melanda pada
tahun 1970-an. Hal ini terbukti dengan terjadinya peristiwa malari di Indonesia
pada tahun 1974. Peristiwa tersebut terjadi karena adanya ketimpangan ekonomi
di masyarakat Indonesia, walaupun pemerintah mendapat banyak bantuan luar
negeri, terutama dari Jepang yang memang menjadi penyumbang bantuan terbesar
untuk Indonesia.
Proses diplomasi budaya Jepang melalui Jakarta – Japan Matsuri dimulai
pada tahun 2008. Pada tahun tersebut Kedutaan Besar Jepang ingin merayakan 50
tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang. Namun di tahun tersebut,
Jakarta – Japan Matsuri direncanakan hanya akan dilaksanakan satu kali, pada
saat perayaan 50 tahun hubungan diplomatik tersebut. Menurut Hirokazu Kubo-
san, Special Assistant Staff Cultural Exchange dari Kedutaan Besar Jepang untuk
Indonesia, bahwa awalnya Jakarta – Japan Matsuri tidak dianggap sebagai suatu
sarana diplomasi bagi Jepang, karena pada awalnya memang festival tersebut
diselenggarakan untuk merayakan peringatan 50 tahun hubungan diplomatik
antara Indonesia dan Jepang. Namun melihat antusias dari masyarakat Jakarta
yang datang mengunjungi pada saat festival tersebut dilaksanakan pertama kali
pada tahun 2008, komite terkait melihat hal tersebut sebagai kesempatan untuk
mengenalkan lebih budaya Jepang kepada masyarakat Indonesia. Kubo-san
berkata, bahwa ―Pada saat itu acara ramai, lalu komite atau komunitas orang
57
Jepang berdiskusi lagi, karena biasanya kalau acara besar seperti itu, nanti
dilaksanakan 10 tahun kemudian.‖104
Dari pernyataan Hirokazu Kubo tersebut, Jakarta – Japan Matsuri awalnya
bukanlah sebuah alat diplomasi bagi Jepang, namun hanya sekedar perayaan
budaya saja. Namun karena antusias masyarakat yang berada di Jakarta banyak
mengunjungi Jakarta – Japan Matsuri tersebut, membuat komite terkait di
Kedubes Jepang memikirakan kembali untuk melaksanakan perayaan tersebut
setiap tahun.
Dalam kebijakan luar negeri Jepang terkait pertukaran budaya, Pemerintah
Jepang menyatakan bahwa, budaya beserta politik dan ekonomi adalah bidang
yang penting dalam diplomasi Jepang.105
Dampak dari opini publik dalam
kebijakan diplomasi telah meningkat seiring dengan meningkatnya perkmbangan
internet dan media massa. Kementerian Luar Negeri Jepang mengambil langkah
pendekatan langsung kepada masyarakat luar negeri, secara komperehensif
membangun usaha dalam hubungan masyarakat di luar negeri dan juga pertukaran
budaya, sehingga dapat menumbuhkan pemahaman yang baik dan mendalam
tentang kebijakan diplomatik Jepang dan keadaan nasionalnya. Kementerian juga
bekerja untuk menyampaikan daya tarik budaya Jepang dan mempromosikan
pertukaran dengan masyarakat dari negara lain.106
Berdasarkan pernyataan
104
Wawancara dengan Hirokazu Kubodari Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, 20 Desember
2017. 105
Kementerian Luar Negeri Jepang, Cultural Exchange, diakses 6 Juni 2018 dari
https://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/index.html 106
Kementerian Luar Negeri Jepang, Cultural Exchange, diakses 6 Juni 2018 dari
https://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/index.html
58
tersebut, diplomasi budaya merupakan salah satu kebijakan luar negeri yang
penting bagi Jepang, selain ekonomi dan juga politik.
Dalam buku Public Diplomacy karya Mark Leonard, tujuan dari diplomasi
publik ―Increasing people’s familiarity with one’s country (making them think
about it, updating their images, turning around unfavourable opinions).‖
(Meningkatkan rasa familiar masyarakat suatu negara, dengan cara membuat
mereka berpikir tentang negara tersebut, memperbaharui penggambaran mereka,
mengembalikan opini yang kurang baik.)107
. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Jepang tersebut diatas.
Hal tersebut dapat berdasarkan dari faktor internal dan eksternal. Faktor
internal dalam diplomasi budaya ini adalah besarnya industri budaya di Jepang,
terutama budaya pop seperti manga dan anime. Industri budaya yang masif
membuat Jepang berpikiran untuk mempromosikan budaya mereka yang lain
melalui manga dan anime. Faktor eksternal dari kebijakan ini adalah banyaknya
penyuka budaya Jepang, di luar negeri. Di Indonesia, banyak remaja yang
menyukai budaya Jepang, terutama budaya pop mereka. Namun, dari ketertarikan
terhadap budaya pop tersebut, membuat para penyuka kebudayaan Jepang mulai
melihat budaya Jepang yang lainnya seperti budaya tradisional.
Dalam publikasi budaya pop Jepang seperti manga dan anime sering
ditampilkan didalamnya bagaimana budaya tradisional Jepang, seperti makanan
dan kegiatan-kegiatan kebudayaan lainnya, seperti matsuri. Dalam rangka
107
Mark Leonard, Public Diplomacy, hal. 9.
59
menjalankan diplomasi kebudayaan di Indonesia, Jepang, melalui Kedutaannya
melaksanakan sebuah matsuri di Jakarta, sebagai awal dalam pelaksanaan
diplomasi budaya di Indonesia. Matsuri yang diselenggarakan tersebut bernama
Jakarta – Japan Matsuri dan pertama kali dilaksanakan pada tahun 2008, tepat
pada saat hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang genap 50 tahun.
Target utama pengunjung dari Jakarta – Japan Matsuri laki-laki dan wanita
dengan latar belakang pelajar atau mahasiswa, komunitas musik Jepang,
komunitas cosplay Jepang, juga masyarakat umum pelaku dan penggemar budaya
Jepang.108
Target pengunjung lain adalah masyarakat umum yang memilliki
ketertarikan terhadap budaya Jepang, serta produk-produk atau gaya hidup
masyarakat Jepang.
Selain karena ingin mengenalkan lebih budaya Jepang, faktor lain adalah
kebutuhan akan Sumber Daya Alam dari Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan
perspektif neoliberal, yang mana Jepang ingin membangun negara kesejahteraan
yang berdaya konsumsi besar atau mass-consumption welfare state.109
Keohane
dan Nye juga berpendapat, bahwa hal ini terjadi dicirikan dengan interdepedensi
kompleks. Jepang yang membutuhkan sumber daya dalam jumlah besar dari
Indonesia, namun tidak bisa menggunakan ekonomi lagi sebagai instrumen atau
sarana dalam upaya kepentingan nasional mereka, yang akhirnya Jepang
menempuh cara yang kompleks dengan lebih mengedepankan budaya mereka
sebagai sarana diplomasi, dalam hal ini Jakarta – Japan Matsuri sebagai usaha
108
Jakarta – Japan Matsuri, about JJM, diakses 6 Juni 2018 dari
http://www.jakjapanmatsuri.com/about.html 109
Jackson dan Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, hal. 79.
60
mereka untuk terus menjalin hubungan dengan pemerintah Indonesia, dan juga
mendapatkan simpati dari masyarakat.
Selain meningkatkan rasa familiar masyarakat suatu negara, Mark Leonard
juga mengemukakan, bahwa tujuan lain dari diplomasi publik adalah―Increasing
people’s appreciation of one’s country (creating positive perceptions, getting
others to see issues of global importance from the same perspective).‖
(Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap suatu negara dengan cara
menciptakan persepsi positif, dan mengajak melihat pentingnya masalah global
dari perspektif yang sama.)110
Dengan dilaksanakannya Jakarta – Japan Matsuri ini masyarakat yang
datang dapat menciptakan persepsi positifterhadap Jepang yang dapat tetap
mempertahankan budaya tradisional mereka hingga kini dan dapat berdampingan
dengan budaya modern, akan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap Jepang
karena dapat melakukan hal tersebut.
Setelah masyarakat merasa familiar, opini yang buruk telah diperbaharui,
dan apresiasi sudah meningkat, maka tujuan ketiga dari diplomasi publik yaitu
―Engaging people with one’s country (strengthening ties – from education reform
to scientific co-operation; encouraging people to see us as an attractive
destination for tourism, study, distance learning; getting them to buy our
products; getting to understand and subscribe to our values).‖ (Melibatkan suatu
masyarakat dengan suatu negara, seperti menguatkan hubungan dari pendidikan,
110
Mark Leonard, Public Diplomacy, hal. 9.
61
memberikan gambaran negara sebagai tempat yang menyenangkan untuk wisata,
belajar, membuat masyarakat membeli produk dari negara tersebut dan membuat
masyarakat mengerti nilai-nilai suatu negara)111
Sejak tahun 2008, pelaksanaan Jakarta – Japan Matsuri dilaksanakan
selama dua hari, di hari Sabtu dan Minggu. Bulan pelaksanaan Jakarta – Japan
Matsuri berdasarkan bulan musim panas di Jepang, antara bulan Juni atau Juli.
Dalam pelaksanaannya, diplomasi budaya melalui Jakarta – Japan Matsuri ini
dimulai dengan opening ceremony atau acara pembukaan yang dilaksanakan
hanya khusus untuk para undangan. Sehari berselang, acara dilanjutkan dengan
Japan Week, yang mana dalam acara ini lebih menekankan pada workshops
kebudayaan - kebudayaan Jepang, Japan Week sendiri dilaksanakan selama lima
atau enam hari dan dilaksanakan di Plaza Senayan Jakarta. Lalu di hari terkahir,
dilaksanakan closing ceremony yang mana pelaksanaannya selalu dilakukan di
tempat terbuka. Closing ceremony inilah yang menjadi puncak dari semua
rangkaian acara. Pada closing ceremony ini para masyarakat umum yang tinggal
di Jakarta dan sekitarnya dapat melihat langsung pelaksaan matsuri atau festival
Jepang. Sejak tahun 2008 hingga 2013 closing ceremony atau dilaksanakan di
Monumen Nasional (Monas) Jakarta.
Dalam closing ceremony tersebut,terdapat banyak booth-booth yang
menampilkan, mempromosikan dan menjual produk-produk Jepang. Dalam acara
ini, Pemerintah Jepang melalui Japan National Tourism Organization (JNTO)
mempromosikan pariwisata mereka kepada masyarakat. Selain itu, dalam closing
111
Mark Leonard, Public Diplomacy, hal. 9.
62
ceremony ini, terdapat penampilan-penampilan budaya Jepang, baik yang
tradisional seperti mikoshi, atau budaya populer Jepang seperti musik dengan
menampilkan artis Jepang yang didatangkan secara langsung dari Jepang. Lalu di
akhiri dengan peluncuran kembang api atau hanabi taikai.
Pada tahun 2014, 2015 dan 2016 pelaksanaan closing ceremony berpindah
tempat dari awalnya di Monas, berpindah ke Parkir Timur Senayan Kompleks
Gelora Bung Karno. Lalu pada tahun 2017, tempat acara kembali berpindah dari
Parkir Timur Senayan, menuju Taman Wisma Aldiron di Jl. Gatot Subroto,
Jakarta. Berbeda dengan pelaksanaan sebeumnya, mulai pada tahun 2016 closing
ceremoy Jakarta – Japan Matsuri ini dilaksanakan selama dua hari, pada hari
Sabtu dan Minggu yang sebelumnya hanya dilaksanakan pada hari minggu saja.
Dengan diselenggarakannya Jakarta – Japan Matsuri ini, Jepang dapat
mempromosikan negara mereka sebagai negara yang bagus di bidang pendidikan,
dan juga menyenangkan di bidang pariwisata. Selain itu, dengan
diselenggarakannya festival ini, Jepang dapat terus mempromosikan produk-
produk mereka di Indonesia, dan membuat masyarakat Indonesia tertarik untuk
membeli produk-produk yang berasal dari Jepang.
Tujuan terakhir yang dapat dicapai dalam diplomasi publik menurut Mark
Leonard adalah ―Influencing people (getting companies to invest, publics to back
our positions or politicians to turn to us as a favoured partner).‖ (Mempengaruhi
masyarakat dengan mengajak bergabung dengan perusahaan untuk berinvestasi,
63
dan mengubah masyarakat untuk menjadi pendukung posisi suatu negara, atau
menjadi politisi, untuk berpaling kepada kami sebagai mitra yang disukai)112
Setelah masyarakat merasa familiar, tingkat apresiasi meningkat, dan
gambaran masyarakat terhadap Jepang sebagai negara yang baik, dari segi
pariwisata, pendidikan dan produk-produk mereka, maka tujuan terakhir adalah
membuat masyarakat menjadi partner atau sekutu bagi negara Jepang, baik itu
dalam opini masyarakat, ataupun menjadi politisi yang akan mendorong dan
mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam menentukan arah kebijakan luar
negeri kepada Jepang.
Menurut Hirokazu Kubo, Special Assistant Staff Cultural Exchange dari
Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, bahwa ―Sebenarnya kata-kata diplomasi
publik masih hal yang baru pada tahun 2008. Namun kalau sekarang Jakarta –
Japan Matsuri sudah dianggap sebagai salah satu diplomasi. Kantor pusat di
Jepang juga sudah menganggap bahwa ini adalah salah satu alat diplomasi.‖113
Berdasarkan pernyataan dari Kubo-san tersebut, Jakarta – Japan Matsuri
sendiri akhirnya diputuskan untuk dilaksanakan setiap tahun untuk
mempertahankan dan mempererat hubungan dengan Indonesia. Karena jika
festival tersebut diselenggarakan hanya sebagai bentuk peringatan, mereka
berpikir akan bahaya.
112
Mark Leonard, Public Diplomacy, hal. 10. 113
Wawancara dengan Hirokazu Kubo, Special Assistant Staff Cultural Exchange dari
Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Perpustakaan Kedutaan Besar Jepang lt.2, Jakarta, 20
Desember 2017.
64
Selain diplomasi publik, Jakarta – Japan Matsuri sendiri adalah alat atau
sarana diplomasi kebudayaan. Dalam buku Diplomasi Kebudayaan karya Tulus
Warsito dan Wahyuni Kartikasari, Diplomasi kebudayaan adalah sebuah
diplomasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah, dengan
sasarannya adalah masyarakat suatu negera, bukan langsung kepada pemerintah
dengan tujuan kepentingan nasional.114
Jakarta – Japan Matsuri selain sebagai
sebuah festival kebudayaan, dapat dikatakan juga sebagai pameran kebudayaan
Jepang. Tulus dan Wahyuni dalam bukunya mengemukakan, bahwa pameran
adalah bentuk dari diplomasi kebudayaan. Negara yang melakukan pameran
tersebut, dapat memperoleh pengakuan dari masyarakat yang kemudian nantinya
dikaitkan dengan kepentingan nasional, baik melalui perdagangan, maupun
pameran kebudayaan itu sendiri.115
Dari penjelasan tersebut, Jepang memiliki kepentingan nasional yang harus
dijaga, yaitu menjaga hubungan diplomatik Jepang dengan Indonesia yang sudah
lama terjalin. Mengutip dari tesis Kaori Morohira dari Universitas Indonesia,
menurut konsep Nectarine, ada empat tingkat prioritas dalam sebuah kepentingan
nasional, yang dapat berubah tergantung pada keadaan dan waktu. Tingkatan
tersebut adalah, Minor, Major, Vital dan Survival.
114
Tulus dan Wahyuni, Diplomasi Kebudayaan, hal. 17. 115
Tulus dan Wahyuni, Diplomasi Kebudayaan, hal. 71.
65
Tabel IV.1
Survival: Terdapat ancaman jelas yanglangsung berkaitan dengan keberadaan wilayah suatu negara.
Vital: Terdapat kemungkinan ancaman terhadap keamanan negara jika tidak ada pencegahan oleh negara.
Major: Terdapat kemungkinan terjadi kerugian yang besar terhadap suatu negara jika tidak melaksanakan suatu tindakan untuk mengatasi keadaan yang merugikannya.
Minor: Tidak ada ancaman tanpa tindakan khusus pada saat ini atau pengaruhnya tidak terlalu besar walaupun tidak ada tindakan.
Keterangan: Tingkat Kepentingan Nasional
Sumber: Kaori Morohira, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kombinasi Diplomasi Kebudayaan
Tradisional dan Pop Jepang di Indonesia (Tesis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia: Depok 2011), hal.28
Dari tabel tersebut, Kaori Morohira mengelompokan kepentingan nasional
Jepang terkait dengan hubungan diplomatik adalah tingkat Major, yang mana jika
Jepang tidak melaksanakan suatu tindakan untuk membangun hubungan baik,
khususnya dengan negara Asia, maka ada kemungkinan bahwa keadaan tersebut
akan merugikan Jepang.116
Hal ini dikarenakan hubungan masa lalu Jepang dan
negara-negara Asia yang mengalami penjajahan oleh Jepang di masa Perang
Dunia II.Namun bagi Jepang, negara-negara di Asia dianggap penting dari segi
ekonomi. Jepang begitu bergantung oleh negara-negara Asia karena besarnya
skala pasar, ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA), dan Sumber Daya Manusia
(SDM) sebagai tenaga kerja cukup besar, serta jalur laut yang dapat digunakan
oleh Jepang sebagai jalur ekspor-impor.117
Hal tersebut berlaku juga terhadap
116
Morohira, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diplomasi Kebudayaan Tradisional dan
Pop Jepang di Indonesia, hal. 28-29. 117
Morohira, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diplomasi Kebudayaan Tradisional dan
Pop Jepang di Indonesia, hal . 27-28.
66
Indonesia, mengingat laut Indonesia berada di jalur perdagangan internasional.
Hal ini didukung dengan pernyataan dari Kubo-san sebelumnya yang mengatakan
bahwa, jika sebuah acara besar seperti itu diselenggarakan hanya sebagai
momentum saja, maka acara selanjutnya akan dilaksanakan 10 tahun lagi, dan itu
berbahaya, karena ada kekosongan dalam jangka 10 tahun tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan Hirokazu Kubo, pertukaran budaya pertama
antara Jepang dan Indonesia adalah pada saat kunjungan PM Jepang Fukuda ke
Indonesia. Dalam rangka untuk lebih mengenal Indonesia lebih baik pasca
peristiwa malari dan pengganti PM Tanaka, diselenggarakan acara makan malam
di Istana negara. Di acara tersebut para nyonya-nyonya Jepang yang tinggal di
Indonesia datang dengan mengenakan baju kebaya dan menyanyikan lagu-lagu
Indonesia.118
Setelah itu, setiap ada peringatan maka akan diselenggarakan sebuah
perayaan. Namun tujuan dari perayaan tersebut bertujuan untuk mempromosikan
atau memperkenalkan budaya Jepang.
Pada peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia – Jepang tahun
2008, penyelenggaraan Jakarta – Japan Matsuri pertama hanya sekedar perayaan
saja. Namun melihat banyaknya masyarakat Indonesia yang datang dalam
perayaan tersebut, membuat komite terkait berdiskusi kembali. Hal ini sesuai
dengan tabel dalamkonsep Nectarine, bahwa memang kepentingan nasional
Jepang terkait dengan hubungan diplomatik berada di tingkatan major. Seperti
pernyataan Hirokazu Kubo sebelumnya, bahwa ―…biasanya kalau acara besar
118
Wawancara dengan Hirokazu Kubodari Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, 20 Desember
2017.
67
seperti itu, nanti dilaksanakan 10 tahun kemudian. Tapi mereka pikir itu bahaya,
kalau 10 tahun tidak ada apa-apa, jadi hanya momentum saja.‖119
Hirokazu Kubo juga mengatakan, bahwa awalnya Jakarta – Japan Matsuri
bukan sebagai bagian dari diplomasi Jepang. Namun melihat antusias masyarakat
Indonesia yang datang di perayaan tersebut pada tahun 2008, membuat mereka
berpikir ulang. Beliau mengatakan, awalnya arah kebijakan pemerintah awalnya
hanya untuk mempromosikan bahasa Jepang. Namun, hal itu berubah melihat
bagaimana antusias masyarakat, sama seperti manga dan anime yang awalnya
bukan sebagai alat diplomasi oleh pemerintah Jepang. Hirokazu Kubo juga
menambahkan bahwa, walaupun kecil ada anggaran dari pemerintah untuk
melaksanakan Jakarta – Japan Matsuri. Kubo-san menyatakan, bahwa ―Sebagian
besar anggaran dana Jakarta – Japan Matsuri berasal dari perusahaan Jepang,
sedangkan anggaran dari pemerintah Jepang hanya sebagian kecil. Namun kalau
sudah masuk anggarannya, maka kami tidak boleh gagal.‖120
Pernyataan tersebut
menjelaskan, walaupun kecil namun pemerintah Jepang menganggap bahwa
festival Jakarta – Japan Matsuri adalah suatu hal yang cukup penting untuk
dilaksanakan, dalam upaya untuk mempertahankan hubungan diplomatik dengan
Indonesia.
Pernyataan dari Hirokazu Kubo didukung juga oleh Antonius R. Pujo
Purnomo, Ph.D., dosen dari Program Studi Jepang, Fakultas Humaniora
119
Wawancara dengan Hirokazu Kubodari Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, 20 Desember
2017. 120
Wawancara dengan Hirokazu Kubodari Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, 20 Desember
2017.
68
Universitas Airlangga. Berdasarkan pernyataan beliau bahwa ―Hubungan Jepang
dan Indonesia tidak hanya diwujudkan dalam bentuk pembangunan struktur
maupun infrastruktur, namun juga perlu diwujudakan dalam bentuk sebuah acara
festival, yang langsung melibatkan masyarakat kedua belah negara agar bisa lebih
mengenal kebudayaan secara lebih dekat.‖121
Antonius juga mengatakan bahwa, ―Promosi pemerintah Jepang yang
didukung oleh pihak swasta dan masyarakatnya sangat baik, sehingga lebih
mengena di hati masyarakat‖122
Antonius mengatakan, promosi pemerintah
Jepang terkait budaya mereka sangat gencar di Indonesia, dan juga lebih
menyentuh ke akar rumput masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia
pun menyambut dengan antusias. Beliau juga menyatakan, bahwa festival ini
perlu diselenggarakan secara berkelanjutan. Antonius menambahkan, bahwa
dengan diselenggarakannya Jakarta – Japan Matsuri ini, akan meningkatkan
pemahaman lebih masyarakat terhadap kebudayaan kedua negara, dan juga
menambah lowongan pekerjaan melalui perekrutan staff untuk festival tersebut.123
Hirokazu Kubo pun mengatakan, walaupun bukan sepenuhnya dari
penyelenggaraan Jakarta – Japan Matsuri, namun dengan diplomasi budaya
Jepang yang gencar, membuat hubungan Indonesia dan Jepang semakin erat. Hal
ini terbukti pada saat Jepang terkena bencana alam gemap dan tsunami pada 11
Maret 2011. Pada saat terjadi bencana, Indonesia adalah negara tercepat yang
121
Wawancara melalui email dengan Antonius R. Pujo Purnomo, Ph.D., Dosen dari
Program Studi Jepang, Fakultas Humaniora, Universitas Airlangga. 11 Januari 2018 122
Wawancara dengan Antonius R. Pujo Purnomo dari Universitas Airlangga. 11 Januari
2018 123
Wawancara dengan Antonius R. Pujo Purnomo dari Universitas Airlangga. 11 Januari
2018
69
memberikan bantuan terhadap Jepang, dan Presiden SBY adalah kepala negara
pertama yang berkunjung ke Jepang pasca terjadi bencana.124
Selain itu, adanya keuntungan secara ekonomi juga mendasari mengapa
Jakarta – Japan Matsuri terus dilaksanakan dari tahun 2008 hingga sekarang.
Adanya perputaran ekonomi dengan diselenggaraknnya Jakarta – Japan Matsuri
ini membuat Jepang terus menyelenggarakan festival tersebut.125
Dengan melihat
besarnya antusias dan banyaknya pengunjung yang mendatangi Jakarta – Japan
Matsuri terutama di acara Closing Ceremony yang dilaksanakan di tempat
terbuka, seperti Monumen Nasional (Monas) dari 2009, hingga kini pada 2017 di
Taman Aldiron, Jakarta.
124
Wawancara dengan Hirokazu Kubodari Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, 20 Desember
2017. 125
Wawancara dengan Diana dan Puput dari The Japan Foundation, Jakarta 30 Mei 2017.
70
Bab V
Kesimpulan
Setelah Jepang mengalami kekalahan pada Perang Dunia II, Jepang
berhasil bangkit dari keterpurukannya menjadi negara yang maju dibidang
ekonomi. Jepang yang telah bangkit, berusaha untuk mengembalikan citra mereka
pada dunia internasional bahwa mereka adalah negara yang benar-benar berbeda
dari sejak masa Perang Dunia. Awal dari rencana tersebut adalah dengan menjalin
kembali hubungan diplomatik dengan negara-negara yang pernah dijajah, atau
daerah-daerah yang pernah di duduki oleh Jepang semasa perang, salah satunya
adalah Indonesia.
Indonesia adalah salah satu negara yang pernah merasakan masa
kependudukan oleh Jepang pada masa Perang Dunia II, dari tahun 1942 hingga
tahun 1945. Namun setelah perang, Jepang yang berusaha mengembalikan citra
mereka di mata dunia internasional terutama Indonesia, mulai kembali menjalin
hubungan diplomatik dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 1958. Selain
dengan tujuan mengembalikan citra buruk Jepang, Pemerintah Jepang juga
mempunyai kepentingan secara ekonomi terutama sektor sumber daya alam. Hal
ini penting, karena Jepang sendiri sedang mengembangkan perekonomian mereka.
Hubungan diplomatik Indonesia – Jepang yang terjalin dengan baik dari
tahun 1958, berubah pada saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1974. Pada tahun
tersebut tepatnya tanggal 15 Januari 1974, terjadi kerusuhan di Indonesia yang
dikenal dengan peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari). Peristiwa
71
Malari itu sendiri terjadi karena adanya ketimpangan ekonomi di masyarakat
Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Banyak bantuan ekonomi
asing yang masuk ke Indonesia, namun hasil dari bantuan tersebut tidak dapat
dirasakan oleh rakyat. Peristiwa tersebut terjadi tepat pada saat Perdana Menteri
Jepang saat itu Kakuei Tanaka sedang berkunjung ke Indonesia, dalam rangka
kunjungan luar negeri ke ASEAN. Akibat kerusuhan tersebut, banyak terjadi
penjarahan di Jakarta terutama toko-toko yang menjual produk-produk yang
berasal dari Jepang. Hal ini terjadi karena Jepang adalah salah satu negara
pemberi bantuan asing di Indonesia, dan produk-produk Jepang mendominasi
pasar Indonesia pada saat itu, sehingga ada yang menyimpulkan bahwa kerusuhan
tersebut terjadi karena adanya sentimen anti-Jepang di kalangan masyarakat
Indonesia.
Akibat Peritiwa Malari tersebut, Pemerintah Jepang melakukan introspeksi
terhadap hubungan mereka dengan Indonesia. Hal ini membuat hubungan Jepang
dengan Indonesia mengalami kemunduran, sehingga Jepang berpikir untuk
menggunakan cara diplomasi dalam bentuk lain untuk menggantikan ekonomi
yang selama ini diterapkan, yang ternyata menyebabkan kerusuhan di Indonesia.
Akhirnya pada tahun 1979 Jepang membentuk The Japan Foundation di Jakarta,
sebagai sarana diplomasi baru di Indonesia. Jepang yang ingin mengembalikan
citra mereka memutuskan menggunakan kebudayaan sebagai alat diplomasi baru
mereka dalam menjalin hubungan dengan Indonesia.
Diplomasi kebudayaan yang diterapkan Jepang di Indonesia dapat dikatakan
berjalan dengan lancar. Pada tahun 1980-an, masyarakat Jepang yang tinggal di
72
Indonesia melakukan kegiatan festival atau matsuri pertama di Indonesia, yang
bernama Obon Matsuri di Hotel Hilton, Jakarta. Tetapi, matsuri tersebut hanya
terbatas untuk orang-orang Jepang yang ada di Indonesia. Namun, kerusuhan yang
kembali terjadi di Indonesia dalam upaya menentang pemerintahan Orde Baru
pada tahun 1998, membuat masyarakat Jepang yang tinggal di Indonesia pergi
meninggalkan Indonesia, begitu pula dengan para investor-investor asal Jepang.
Setelah pemerintahan Presiden Soeharto runtuh, pada tahun 2000 Jepang
kembali memikirkan bagaimana melaksanakan matsuri dengan melibatkan
masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia dan Jepang berupaya
mengembalikan lagi hubungan baik melalui festival yang diorganisir oleh
komunitas Indonesia dan Jepang. Tahun 2004 Jepang menyelenggarakan Nihon
no Matsuri di Kemayoran selama 2 tahun, namun pada tahun 2008 Jepang
kembali melaksanakan matsuri dalam skala yang besar dengan nama Jakarta –
Japan Matsuri.
Jakarta – Japan Matsuri sendiri diselenggarakan dalam rangka
memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia – Jepang. Tetapi, Jakarta
– Japan Matsuri masih diselenggarakan hingga saat ini.Hal ini dikarenakan
Jakarta – Japan Matsuri menjadi sebuah soft power bagi Jepang di Indonesia.
Jakarta – Japan Matsuri yang awalnya diselenggarakan untuk memperingati 50
tahun hubungan Indonesia – Jepang, namun masih terus diselenggarakan hingga
kini, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang ingin dicapai oleh Jepang dengan
diselenggarakannya festival tersebut.
73
Jakarta – Japan Matsuri juga menjadi tempat untuk mengenalkan budaya
Jepang lebih luas lagi dikalangan masyarakat Indonesia, dan juga menjadi tempat
untuk para non-state actors Jepang dalam melakukan promosi melalui diplomasi
budaya dan publik. Jika suatu acara atau festival besar tersebut hanya
diselenggarakan setiap 10 tahun, maka akan ada kekosongan dalam 10 tahun
tersebut, dan hal itu akan berbahaya, karena hal tersebut hanya akan sekedar
menjadi sebuah momentum saja. Sehingga diputuskan acara besar tersebut harus
dilaksanakan setiap tahun,untuk mempererat hubungan Indonesia dan Jepang.
Pemerintah Jepang juga awalnya tidak menganggap Jakarta – Japan
Matsuri sebagai sarana diplomasi, namun sama seperti manga dan anime,
akhirnya festival atau perayaan tersebut dijadikan alat diplomasi oleh Jepang di
Indonesia. Walaupun kecil, namun pemerintah Jepang memberikan anggaran
untuk melaksanakan Jakarta – Japan Matsuri ini. Hal ini memperlihatkan bahwa,
pemerintah Jepang cukup serius menanggapi Jakarta – Japan Matsuri ini sebagai
sarana diplomasi Jepang di Indonesia. Selain itu, sumber pendanaan lain Jakarta –
Japan Matsuri berasal dari sponsor-sponsor, yang kebanyakan sponsor tersebut
berasal dari perusahaan-perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia.
Adanya perputaran atau keuntungan ekonomi dari diselenggarakannya
Jakarta – Japan Matsuri, dengan adanya biaya tiket masuk dan penyewaan booth
pada closing cermony yang memang selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat,
haltersebut juga menjadi salah satu alasan mengapa Jakarta – Japan Matsuri terus
diselenggarakan hingga kini.
74
Daftar Pustaka
BUKU
Brenner, Robin. Understanding Manga and Anime. Libraries Unlimite, 2007.
Drift, Reinhard. Japan's Foreign Policy in the 1990's. St. Antony's, 2006.
Frederick, William H. Pandangan dan Gejolak Masyarakat Kota dan Lahirnya
Revolusi Indonesia Surabaya 1926-1946. Jakarta: Yayasan Karti Sarana
dan Gramedia, 1989.
Gato, Ken'ichi. Jepang dan Pergerakan Bangsa Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1998.
Goenseikanboe. Orang Indonesia jang Terkenal Dipoelau Djawa. Vol. 6. 2604,
1944.
Goldstein, Joshua. International Relation. New York: Longman, 1999.
Gravett, Paul. Manga: Sixty Years of Japanese Comics. New York: Harper
Design, 2004.
Griffith, Martin, dan Terry O' Callaghan. International Relations: The Key
Concept. London and New York: Routledge, 2002.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untik Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
Holsti, K. J. International Politics: A Frameworks for Analysis. New Jersey:
Prentice Hall.
75
Iokibe, Makoto. Sejarah Diplomasi Jepang Pasca Perang. Yuhikaku, 1999.
Jackson, Robert, dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Edisi Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Kinsella, Sharon. Adult Manga: Culture and Power in Contemporary Japanese
Society. Honolulu, Hawaii: University of Hawai'i Press, 2000.
Kittelson, Mary Lynn. The Soul of Popular Culture: Looking at Contemporary
Heroes, Myths, and Monster. Chicago: Open Court, 1998.
Lent, John A. Illustrating Asia: Comics, Humor Magazines, and Picture Books.
Honolulu, Hawaii: University of Hawaii Press, 2001.
Leonard, Mark. Public Diplomacy. London: The Foreign Policy Centre, 2002.
Mohsin, Aiyub. Diplomasi. Jakarta, 2010.
Morgenthau, Hans J. Politic Among Nation: The Struggle for Power and Peace.
Michigan University: A. A. Knopf, 1948.
Nye Jr., Joseph S. Soft Power: The Means to Success in World Politics. New
York: Public Affairs, 2004.
Ojong, P. K. Perang Pasifik. Jakarta: Kompas, 2009.
Patten, Fred. Watching Anime, Reading Manga: 25 Years of Essay and Reviews.
Barkeley, California: Stone Bridge Press, 2004.
Ricklef, M. C. Sejarah Indonesia Modern 1200 - 2008. Jakarta: Serambi, 2008.
76
Rix, Alan. Japan's Foreign Aid Challenge Policy Reform and Aid Leadership.
Routledge, 1993.
Roskin, Michael G. ―National Interest: From Abstraction to Strategy.‖ Director,
Strategic Studies Institute, U.S. Army War College, Carlisle Barracks,
1994.
Rosenau, James N. World Politics: An Introduction – the Study of Foreign Policy.
Free Press, 1976.
Schodt, Frederik L. Dreamland Japan: Writings on Modern Manga. Barkely,
California: Stone Bridge Press, 1996.
—. Manga! Manga! The World of Japanese Comics. Tokyo: Kodansha, 1986.
Soedjatmoko, dan Kenneth W. Thompson. ―Cultural Diplomacy, An
Introduction.‖ World Politics, 1976.
Suryadinata, Leo. Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto. LP3ES,
2003.
Warsito, Tulus, dan Wahyuni Kartikasari. Diplomasi Kebudayaan. Yogyakarta:
Ombak, 2007.
Yusro, Abrar. Komat-Kamit Selo Soemardjan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
dan Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, 1995.
Zed, Mustika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2008.
77
JURNAL
Ken, Kiyono. ―A Study on The Concept of The National Interest of Hans J.
Morgenthau: As a Standard of American Foreign Policy.‖ Nagasaki
University's Academic Output Site (Nagasaki University's Academic
Output Site), t.thn.: 2.
Prameswari, Novi Dian. Dampak Pemberian Bantuam Kemanusiaan Negara
Indonesia Pada Jepang Saat Gempa Tsunami 2011.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi5c5012e210full.pdf
(diakses Maret 27, 2018)
Wong, Wendy Siuyi. ―Globalizing Manga: From Japan to Hong Kong and
Beyond.‖ Mechademia: an Annual Forum for Anime, Manga, and Fan
Arts, 2006: 23-45.
PAPER
Cabinet Office. Laporan: Survei untuk Mempertimbangkan Kemitraan antara
Sektor Swasta dan Pemerintah untuk Mengefektifkan Kerja Sama Ekonomi
Internasional. Paper, Pusat Kajian Jepang Umum, 2000.
Pusat Kajian Asia. Berpikir Tentang ODA, contoh dari Bendungan Billi Billi.
Seminar Paper, Universitas Sophia, 2005.
Valentine, Rizki Hakiki. Dinamika Hubungan Indonesia - Jepang di Era
Reformasi. Paper, Depok: Universitas Indonesia, t.thn.
78
SKRIPSI
Azzunah, Shir Liy. Peranan Muslim Indonesia Masa Pendudukan Jepang di
Indonesia Tahun 1942-1945. Skripsi, Fakultas Adab, Surabaya: Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, 2011.
Yanti, Iyul. Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The Japan
Foundation Tahun 2003-2011. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah,
2012, 46-47.
TESIS
Morohira, Kaori. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diplomasi Kebudayaan
Tradisional dan Pop Jepang di Indonesia. Tesis, Depok: Universitas
Indonesia, 2011.
WAWANCARA
Kubo, Hirokazu, wawancara oleh Akhmad Khatibul Umam. Diplomasi Budaya
Jepang melalui Jakarta-Japan Matsuri terhadap Hubungan Diplomatik
Indonesia-Jepang Jakarta, (20 Desember 2017).
Nugroho, Diana S., dan Puput Setia Susanti, wawancara oleh Akhmad Khatibul
Umam. Pandangan The Japan Foundation terhadap Jakarta-Japan
Matsuri Jakarta, (30 Mei 2017).
79
Purnomo Ph.D, Antonio R. Pujo, wawancara oleh Akhmad Khatibul Umam.
Diplomasi Jepang Melalui Jakarta-Japan Matsuri (11 Januari 2018).
WEBSITE
Aeschliman, Lesley. What is Anime? 7 November 2007.
http://web.archive.org/web/20071107150423/http://www.bellaonline.com/
articles/art4260.asp (diakses Agustus 29, 2015).
Alabn.com. Komik Doramon, Dragon Ball dan Sejarah Manga ke Indonesia.
t.thn. http://alabn.com/komik-doraemon-dragon-ball-indonesia/ (diakses
November 29, 2016).
AntaraNews.com. Mantan PM Yasuo Fukuda Peroleh Bintang Mahaputera
Adipradana. https://www.antaranews.com/berita/283962/mantan-pm-
yasuo-fukuda-peroleh-bintang-mahaputera-adipradana (diakses Maret 27,
2018)
AntaraNews.com Nama Presiden Dijadikan Nama Perpustakaan di Jepang.
https://www.antaranews.com/berita/404652/nama-presiden-dijadikan-
nama-perpustakaan-di-jepang (diakses Maret 27, 2018)
Budiman, Ryan Prasetya. Dinamika Hubungan Indonesia-Jepang (akhir abad ke-
19 - tahun 1970an) Bag. 2. 27 Agustus 2012.
http://kompasiana.com/ryakair/dinamika-hubungan-indonesia/jepang-
akhir-abad-ke-19-tahun-1970an-bag-2_55173e1581331196669de4c6
(diakses Februari 25, 2017).
80
Clash Cosplay. About US. t.thn. http://www.clashcosplay.com/about-us-c1wkw
(diakses November 30, 2016).
Davidson, Danica. Manga grows in the heart of Europe. 26 Januari 2012.
http://geekout-blogs.cnn.com/2012/01/26/manga-in-the-heart-of-europe/
(diakses November 20, 2016).
Kobayashi, Akira. Movie Version of Osamu Tezuka's 'Black Jack' coming to
China. 5 September 2016. http://asia.nikkei.com/Business/Trends/Movie-
version-of-Osamu-Tezuka-s-Black-Jack-coming-to-China (diakses
November 30, 2016).
Kobayashi, Kazunori. ―Proposal.‖ Website Kedutaan Besar Jepang untuk di
Indonesia. 2013. http://www.id.emb-japan.go.jp/matsuri/proposal.pdf
(diakses November 17, 2016).
Kokugakuin University. Basic Terms of Shinto. t.thn.
http://www2.kokugakuin.ac.jp/ijcc/wp/bts/bts_m.html#matsuri (diakses
November 20, 2016).
Manga Updates. Mangaka: Vivian Wijaya. 2011.
http://www.mangaupdates.com/authors.html?id=16159 (diakses
November 30, 2016).
Merriam-Webster. Dictionary. t.thn. http://www.merriam-
webster.com/dictionary/manga (diakses November 20, 2016).
81
Ministry of Foreign Affairs of Japan. t.thn.
http://www.mofa.go.jp/mofaj/gaiko/oda/shiryo/yosan.html.
—. Cultural Exchange: Pop-Culture Diplomacy. 14 Agustus 2014.
http://www.mofa.go.jp/policy/culture/public_diplomacy.html (diakses
Agustus 30, 2015).
—. Public Diplomacy: Cultural Exchange. 14 Agustus 2014.
https://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/index.html (diakses Juni
06, 2018)
MyAnimeList. Madouki to Armunaire. 2016.
http://www.myanimelist.net/manga/97784/Madouki_to_Armuniare
(diakses November 30, 2016).
Prabowo, Panca Hari. Nama Presiden dijadikan nama perpustakaan di Jepang.
Disunting oleh Maryati. 2013 November 2013.
https://www.antaranews.com/berita/404652/nama-presiden-dijadikan-
nama-perpustakaan-di-jepang (diakses Maret 27, 2018).
Radja, Aditia Maruli. Mantan PM Yasuo Fukuda peroleh Bintang Mahaputera
Adipradana. Disunting oleh Aditia Maruli Radja. 11 November 2011.
https://www.antaranews.com/berita/283962/mantan-pm-yasuo-fukuda-
peroleh-bintang-mahaputera-adipradana (diakses Maret 27, 2018).
Rahmat, M. Aref. Ali Moertopo & Dunia Intelijen Indonesia. Jakarta: PT. Buku
Seru, 2011.
82
Reuters. Indonesia Lebih Suka China daripada Jepang untuk Proyek Kereta Api.
31 Agustus 2015. https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-lebih-suka-
china-daripada-jepang-untuk-proyek-kereta-api/2939028.html (diakses
Maret 27, 2018).
Riantrisnanto, Ruly. Aldnoah.Zero, Manga Jepang yang Digambar Putra
Indonesia. 22 Oktober 2014.
http://www.liputan6.com/showbiz/read/2122824/aldnoahzero-manga-
jepang-yang-digambar-putra-indonesia (diakses November 30, 2016).
Sevakis, Justin. The Anime Economy - Part 1: Let's Make An Anime! 5 Maret
2012. http://www.animenewsnetwork.com/feature/2012-03-05 (diakses
Novmber 30, 2016).
Suzuki, Jun. Widodo woos Japan as infrastructure ambition stall. 14 Februari
2018.https://asia.nikkei.com/Politics-Economy/International-
Relations/Widodo-woos-Japan-as-infrastructure-ambitions-stall?page=1
(diakses Maret 27, 2018).
Syed, Saira. Comic giants battle for readers. 18 Agustus 2011.
http://www.bbc.com/news/business-14526451 (diakses November 20,
2016).
The Japan Foundation. About Us. 2016. http://www.jpf.go.jp/e/about/index.html
(diakses November 20, 2016).
83
Treaty of San Fransisco. t.thn.
http://en.wikipdia.org/wiki/Treaty_of_San_Fransisco?_e_pi_=7%2CPAG
E_ID10%2C6231479841 (diakses Februari 25, 2017).
VOA Indonesia. Indonesia Lebih Suka China daripada Jepang untuk Proyek
Kereta Api. https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-lebih-suka-china-
daripada-jepang-untuk-proyek-kereta-api/2939028.html (diakses Maret 27,
2018)
Website Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. 2015. http://www.id.emb-
japan.go.jp/matsuri/Finalelayout.pdf (diakses Januari 6, 2016).
—. Apakah JJM. 2015. http://www.id.emb-japan.go.jp/matsuri/about.html
(diakses September 20, 2015).
—. Info Jepang: Kebudayaan. t.thn. http://www.id.emb-
japan.go.jp/expljp_09.html (diakses Agustus 29, 2015).
World Cosplay Summit United States. History of WCS. 13 Oktober 2014.
http://wcsus.com/frontend/about/history-of-wcs/ (diakses November 30,
2016).
Yahoo Movies. 75 Years Of Capes and Face Paint: A History of Cosplay. 24 Juli
2014. http://www.yahoo.com/movies/75-years-of-capes-and-fac-paint-a-
history-of-cosplay-9266923267.html (diakses November 30, 2016).
LAMPIRAN
xii
LEMBAR PERTANYAAN TERKAIT DIPLOMASI BUDAYA
JEPANG MELALUI JAKARTA – JAPAN MATSURI
TERHADAP HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA
Antonius R. Pujo Purnomo, Ph. D., Program Studi Jepang, Fakultas
Humaniora Universitas Airlangga, Malang: 11 Januari 2018.
1. Pemerintah Jepang melalui kedutaan besar di Indonesia
menyelenggarakan festival Jakarta-Japan Matsuri yang awalnya untuk
memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang. Namun,
kali ini festival tersebut diselenggarakan setiap tahunnya. Menurut
bapak/ibu, adakah alasan mengapa untuk terus diselenggarakan setiap
tahun?
Hubungan kerjasama antara kedua negara tidak hanya diwujudkan dalam
bentuk pembangunan struktur maupun infrastuktur semata, namun perlu juga
diwujudkan dalam sebuah acara festival yang langsung melibatkan
masyarakat kedua belah negara agar bisa saling mengenal kebudayaan secara
lebih dekat.
2. Bagaimana pandangan bapak/ibu dengan Jakarta-Japan Matsuri ini?
Sangat bagus dan perlu diselenggarakan secara berkelanjutan.
3. Dibanding budaya asing lainnya, hal yang berkaitan dengan Jepang
ditanggapi begitu antusias oleh warga Indonesia, tidak seperti negara
lainnya, walaupun saat ini adanya Korean wave/hallyu di Indonesia.
Menurut bapak/ibu, mengapa hal-hal yang berkaitan dengan Jepang bisa
seperti itu?
Mungkin karena promosi pemerintah Jepang lebih gencar dan lebih
menyentuh ke akar rumput masyarakat sehingga masyarakat pun
menyambutnya dengan antusias.
xiii
4. Mengapa Jakarta-Japan Matsuri dapat bertahan lebih lama dibanding
dengan festival budaya asing lainnya?
Karena masyarakat kedua belah negara juga antusias dalam menyambut
festival tersebut.
5. Menurut bapak/ibu, mengapa hal yang berkaitan dengan Jepang lebih
bisa begitu diterima dan bertahan di Indonesia?
Promosi pemerintah Jepang yang didukung oleh pihak swasta dan
masyarakatnya sangat baik sehingga lebih mengena di hati masyarakat
Jepang.
6. Adakah keuntungan yang di dapat dari diselenggarakannya Jakarta-
Japan Matsuri ini, baik dari segi ekonomi atau sosial-budaya?
Peningkatan pemahaman kebudayaan antara kedua belah masyarakat dan
menambah lapangan pekerjaan melalui perekrutan staf dalam festival tersebut.
7. Menurut pandangan bapak/ibu, apakah festival ini menjadi sarana
diplomasi budaya bagi Jepang?
Ya, benar.
8. Jika ya, apakah festival ini berhasil sebagai alat diplomasi bagi Jepang?
Saya pikir cukup berhasil.
xiv
LEMBAR PERTANYAAN TERKAIT DIPLOMASI BUDAYA
JEPANG MELALUI JAKARTA – JAPAN MATSURI
TERHADAP HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA
Diana S. Nugroho dan Puput Setia Susanti, Program Cultural Section, Japan
Foundation, Jakarta: 30 Mei 2017.
1. Bagaimana pandangan The Japan Foundation tentang
diselenggarakannya Jakarta-Japan Matsuri oleh Kedutaan Besar
Jepang?
Diana:Jakarta-Japan Matsuri sendiri tidak dilaksanakan oleh Kedutaan
Besar langsung, namun sebuah Komite. Didalamnya terdapat keterlibatan
Japan Foundation juga, walaupun tidak selalu menjadi pengisi acara. Komite
itu berisi komunitas-komunitas, atau kelompok-kelompok Indonesia yang
terkait dengan Jepang. Banyak sekali isinya, jadi tidak diselenggarakan oleh
Kedutaan Besar Jepang secara khusus. Komitenya berada di kedutaan mereka
memang sering berkumpul dan berkantor di kedutaan. Pandangan Japan
Foundation, baik-baik saja terhadap Jakarta-Japan Matsuri.
2. Apakah dengan penyelanggaraan Jakarta-Japan Matsuri ini mengganggu
pekerjaan Japan Foundation yang memang menangani masalah
kebudayaan Jepang di Indonesia?
Diana: Tidak. Malah kami terbantu, sama seperti diselenggarakannya
macam-macam acara Jepang, di kampus-kampus, sekolah-sekolah. Hal itu
tidak mengganggu, bahkan meringkan beban Japan Foundation, karena
Japan Foundation ada untuk memperkenalkan budaya Jepang.
xv
3. Menurut The Japan Foundation, mengapa hal yang berkaitan dengan
budaya Jepang bisa begitu diterima oleh warga Indonesia?
Puput: Karena memang hubungannya sudah lama terjalin. Dulu sewaktu
kecil sering disuguhkan banyak acara-acara tentang Jepang di televisi, mulai
dari animasi, drama, sehingga jadi kenal, dan lama-lama menjadi tertarik.
Mungkin samapi sekarang, itu masih bertahan. Mungkin dari sejarah juga ya,
hubungan Indonesia dan Jepang itu dekat, sejarah dan juga perekonomian.
Diana: Indonesia itu kan bagian dari Asia, kita kalau melihat kulit yang sama
lebih in/masuk, lebih gampang. Dibanding kalau warna kulitnya beda, terasa
benar-benar dari luar, jadi tidak terlalu jauh. Kedua, kok kulitnya sama, bisa
lebih hebat ya, bisa lebih maju. Ketiga, ada perputaran ekonomi disitu.
Karena ada budaya yang didukung dengan perputaran ekonomi, itu pasti
jalan. Dia akan terus hidup karena saling menghidupi. Jadi ada animasi,
animasi itu diputarkan, kan itu perputaran ekonomi, lalu ada penontonnya,
Coba jika tidak ada perputaran ekonomi, tidak ada yang dijual. Maka budaya
itu akan mati. lihat budaya Indonesia yang tidak ada perputaran ekonominya,
misalnya tari apa itu, dulunya tiap pernikahan dipakai tarian tradisional itu.
Tapi sekarang, setelah adanya karaoke atau musik instan, band, pakai itu saja,
yang sebelumnya mati. Karena tidak ada kebutuhan disini., tidak ada
perputaran ekonomi. Perputaran ekonomi tersebut secara cerdik dimanfaatkan
oleh Jepang untuk terus mempromosikan budayanya, termasuk ke seluruh
dunia. Kebetulan yang kamu teliti adalah Indonesia, sehingga terasa terus ada,
xvi
karena ada perputaran ekonominya, dan pada akhirnya diterima oleh
masyarakat Indonesia, karena merasa lebih dekat, tidak terlalu jaraknya.
4. Tidak seperti festival budaya asing lainnya, Jakarta-Japan Matsuri bisa
bertahan lama di Indonesia. Apa alasan yang menyebabkan Jakarta-
Japan Matsuri bisa bertahan cukup lama di Indonesia?
Diana: Sebelum Jakarta-Japan Matsuri, sudah ada acara matsuri di Jakarta,
diselenggarakannya di Hotel Hilton, tahun 1980-an. Nah itu diselenggarakan
oleh warga Jepang sendiri, setiap musim panas waktu Jepang, bernama Obon
Matsuri. Matsuri tersebut hanya mengundang warga Jepang saja, namun juga
mengundang orang Indonesia yang ada kaitannya dengan Jepang.tapi berasal
dari UI. Tahun 1998, terjadi kerusuhan. Kerusuhan tersebut membuat
sebagian warga Jepang pergi meninggalkan Indonesia, serta investor-investor.
Mereka merasa tidak nyaman lagi tinggal di Indonesia, sehingga obon
matsuri tidak dilaksanakan lagi. Obon Matsuri sampai tahun 1997 itu sangat
besar, ada pameran. Tahun 1998, ada pameran workshop di Hotel Hilton,
sampai tahun 2000 awal, setelah itu stop. Namun Jepang memikirkan
bagaimana menagadakan festival yang melibatkan masyarakat Indonesia
didalamnya. Lalu mulailah kerjasama dengan Pemda DKI Jakarta.
Puput: Tahun 2004, diselenggarakan Nihongo Matsuri di Kemayoran,
selama dua tahun, lalu pindah ke Monas.
xvii
LEMBAR PERTANYAAN TERKAIT DIPLOMASI BUDAYA
JEPANG MELALUI JAKARTA – JAPAN MATSURI
TERHADAP HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA
Hirokazu Kubo, Special Assistant Staff Cultural Exchange, Kedutaan Besar
Jepang untuk Indonesia, Jakarta: 20 Desember 2017.
1. Dibanding budaya asing lainnya, budaya Jepang lebih masuk dan dapat
bertahan lebih lama di Indonesia. Bagaimana menurut pandangan
Kedubes Jepang ?
Melihat sejarah, Jepang lebih awal masuk ke Indonesia. Proyek publik pun,
sebuah proyek yang baru, tapi awalnya pada tahun 1973/74 pada saat kasus
malari,Perdana Menteri Jepang Kakue Tanaka sedang berkunjung.
Pemerintah Jepang pun tidak menyangka hubungan dengan Indonesia akan
berubah. Sehingga berpikir, bahwa hubungan tidak boleh hanya ekonomi
saja.
Pada saat perdana menteri Takeo Fukuda berkunjung ke indonesia tahun
1976, dan mengadakan makan malam bersama dengan presiden di Istana
negara. Disana, nyonya-nyonya orang Jepang yang tinggal di Indonesia
memakai pakaian kebaya, dan bernyanyi lagu-lagu Indonesia. Itulah awal
pertukaran budaya dengan Indonesia.
Setelah itu, setiap tahun peringatan pasti ada acara besar. Lalu pada tahun
2008, pada peringatan ke-50 tahun, saat itu pemerintah Jepang memang ingin
fokus terhadap Indonesia untuk mengenalkan budaya Jepang, supaya
masyarakat Indonesia lebih dekat dengan Jepang. Pada saat itu acara ramai,
xviii
lalu komite atau komunitas orang Jepang berdiskusi lagi, karena biasanya
kalau acara besar seperti itu, nanti dilaksanakan 10 tahun kemudian. Tapi
mereka pikir itu bahaya, kalau 10 tahun tidak ada apa-apa, jadi hanya
momentum saja. Namun hubungan Indonesia dengan Jepang harus semakin
erat, sehingga memutuskan acara besar seperti itu dilaksanakan setiap tahun.
2. Dengan kata lain, Jakarta-Japan Matsuri diselenggarakan sebagai sarana
diplomasi?
Sebenarnya kata-kata diplomasi publik masih hal yang baru pada tahun 2008.
Namun kalau sekarang Jakarta-Japan Matsuri sudah dianggap sebagai salah
satu diplomasi. Kantor pusat di Jepang juga sudah menganggap bahwa ini
adalah salah satu acara diplomasi.
3. Berarti, awalnya Jakarta-Japan Matsuri bukan sebagai sarana
diplomasi?
Secara penelitian bisa dianggap. Namun secara kebijakan pemerintah belum
pada saat itu. Karena pada awalnya, diplomasi yang dipromosikan adalah
bahasa Jepang. Sama seperti Manga, saat ini pemerintah Jepang menganggap
sebagai salah satu diplomasi.
4. Jadi, Jakarta-Japan Matsuri ini apakah bisa dikatakan berhasil sebagai
alat diplomasi di Indonesia ?
Itu sebetulnya susah. Soalnya saya harus jawab berhasil. Sebagian besar
anggaran dana Jakarta-Japan Matsuri berasal dari perusahaan Jepang,
sedangkan anggaran dari pemerintah Jepang hanya sebagian kecil. Namun
kalau sudah masuk anggarannya, maka kami tidak boleh gagal.
xix
Kami sebagai komite, ada harapan lebih tinggi terhadap pengunjung.
5. Apakah ada keuntungan yang didapat dari diselenggarakannya Jakarta-
Japan Matsuri ?
Keuntungan sebenarnya bukan dari Jakarta-Japan Matsuri saja, tapi banyak
alasannya dari yang lain. Pada tahun 2011, Jepang terkena Gempa dan
Tsunami. Indonesia adalah negara yang cepat memberikan bantuan kepada
Jepang. Lalu kepala negara dari seluruh dunia, yang paling cepat datang ke
Jepang adalah Presiden SBY. Masyarakat Jepang juga merasa terharu. Tapi
dengan adanya JJM, masyarakat Indonesia juga jadi merasa simpati kepada
Jepang.